Juz 19
Surat An-Naml |27:17|
وَحُشِرَ لِسُلَيْمَانَ جُنُودُهُ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ وَالطَّيْرِ فَهُمْ يُوزَعُونَ
wa ḥusyiro lisulaimaana junuuduhuu minal-jinni wal-insi wath-thoiri fa hum yuuza'uun
Dan untuk Sulaiman dikumpulkan bala tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka berbaris dengan tertib.
And gathered for Solomon were his soldiers of the jinn and men and birds, and they were [marching] in rows.
(Dan dihimpunkan) dapat dikumpulkan (untuk Sulaiman bala tentaranya dari golongan jin, manusia dan burung-burung) di dalam perjalanan yang dilakukannya
(lalu mereka diatur dengan tertib) yakni dikumpulkan, kemudian digerakkan dengan teratur dan tertib.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 17 |
Penjelasan ada di ayat 15
Surat An-Naml |27:18|
حَتَّىٰ إِذَا أَتَوْا عَلَىٰ وَادِ النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
hattaaa iżaaa atau 'alaa waadin-namli qoolat namlatuy yaaa ayyuhan-namludkhuluu masaakinakum, laa yahthimannakum sulaimaanu wa junuuduhuu wa hum laa yasy'uruun
Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, "Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari."
Until, when they came upon the valley of the ants, an ant said, "O ants, enter your dwellings that you not be crushed by Solomon and his soldiers while they perceive not."
(Sehingga apabila mereka sampai di lembah semut) yaitu di kota Thaif atau di negeri Syam; yang dimaksud adalah semut-semut kecil dan semut-semut besa
r (berkatalah seekor semut) yaitu raja semut, sewaktu melihat bala tentara Nabi Sulaiman, ("Hai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarang kalian, agar kalian tidak diinjak)
yakni tidak terinjak-injak (oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari") semut dianggap sebagai makhluk yang dapat berbicara, mereka melakukan pembicaraan sesama mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 18 |
Penjelasan ada di ayat 15
Surat An-Naml |27:19|
فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ
fa tabassama dhooḥikam ming qoulihaa wa qoola robbi auzi'niii an asykuro ni'matakallatiii an'amta 'alayya wa 'alaa waalidayya wa an a'mala shooliḥan tardhoohu wa adkhilnii biroḥmatika fii 'ibaadikash-shooliḥiin
Maka dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, "Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai, dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh."
So [Solomon] smiled, amused at her speech, and said, "My Lord, enable me to be grateful for Your favor which You have bestowed upon me and upon my parents and to do righteousness of which You approve. And admit me by Your mercy into [the ranks of] Your righteous servants."
(Maka tersenyum) Nabi Sulaiman pada permulaannya (tertawa) pada akhirnya (karena mendengar perkataan semut itu) dia telah mendengarnya walaupun jaraknya masih jauh yakni tiga mil,
kemudian suara itu dibawa oleh angin. Nabi Sulaiman menahan bala tentaranya sewaktu mereka hampir sampai ke lembah semut, sambil menunggu supaya semut-semut itu memasuki sarang-sarangnya terlebih dahulu.
Bala tentara Nabi Sulaiman dalam perjalanan ini ada yang menaiki kendaraan dan ada pula yang berjalan kaki (dan dia berdoa, "Ya Rabbku! Berilah aku) berilah aku ilham
(untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan) nikmat-nikmat itu (kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai;
dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang Saleh") yakni para Nabi dan para Wali.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 19 |
Penjelasan ada di ayat 15
Surat An-Naml |27:20|
وَتَفَقَّدَ الطَّيْرَ فَقَالَ مَا لِيَ لَا أَرَى الْهُدْهُدَ أَمْ كَانَ مِنَ الْغَائِبِينَ
wa tafaqqodath-thoiro fa qoola maa liya laaa arol-hudhuda am kaana minal-ghooo`ibiin
Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata, "Mengapa aku tidak melihat Hud-hud, apakah ia termasuk yang tidak hadir?
And he took attendance of the birds and said, "Why do I not see the hoopoe - or is he among the absent?
(Dan dia memeriksa burung-burung) untuk mencari burung Hud-hud yang ditugaskan untuk meneliti adanya sumber air di bawah tanah, melalui paruhnya yang ia patuk-patukkan ke tanah
yang dimaksud pada saat itu Nabi Sulaiman membutuhkan air untuk sholat, ternyata dia tidak melihat burung Hud-hud itu (lalu ia berkata, "Mengapa aku tidak melihat Hud-hud)
apakah gerangan yang menyebabkan hingga aku tidak melihatnya, coba jelaskan kepadaku ke mana dia (apakah dia termasuk yang tidak hadir") Nabi Sulaiman tidak melihatnya karena tidak ada di tempat, setelah terbukti Hud-hud tidak ada.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 20 |
Tafsir ayat 20-21
Mujahid dan Sa'id ibnu Jubair serta selain keduanya telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas dan lain-lainnya, bahwa burung hud-hud adalah ahli dalam mencari air, ia secara khusus ditugaskan oleh Nabi Sulaiman untuk mencari sumber air
bila berada di Padang Sahara. Dengan kemampuan yang dimilikinya secara alami burung hud-hud dapat melihat cadangan air yang terdapat di dalam tanah; ia dapat melihatnya sebagaimana seseorang melihat sesuatu
yang ada di permukaan tanah. Dan ia dapat mengetahui berapa jauh letak kedalaman sumber mata air itu dari permukaan tanah. Apabila burung hud-hud telah menunjukkan adanya sumber air, maka Nabi Sulaiman a.s.
memerintahkan kepada jin untuk menggali tempat itu hingga keluarlah air dari perut bumi. Pada suatu hari Nabi Sulaiman a.s. beristirahat di suatu padang pasir, lalu ia memeriksa barisan burung untuk mencari burung hud-hud,
tetapi ia tidak melihatnya. lalu ia berkata, "Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir?" (An-Naml: 20) Pada suatu hari Ibnu Abbas pernah menceritakan kisah ini di hadapan suatu kaum, yang di antara mereka
terdapat seorang Khawarij yang dikenal dengan nama Nafi' ibnul Azraq; dia dikenal sebagai orang yang banyak menentang Ibnu Abbas. Maka Nafi' berkata kepada Ibnu Abbas, "Hai Ibnu Abbas, hentikanlah kisahmu itu, hari ini kamu kalah."
Ibnu Abbas bertanya, "Mengapa saya kalah?" Nafi' ibnul Azraq menjawab, "Sesungguhnya kamu telah mengatakan dalam kisahmu tentang burung hud-hud, bahwa ia dapat melihat sumber air yang ada di perut bumi. Dan sesungguhnya
bisa saja seorang anak meletakkan biji di dalam perangkap, lalu menimbunnya dengan pasir. Kemudian burung hud-hud itu datang untuk mengambil biji makanannya itu, maka masuklah ia ke dalam perangkap yang dipasang oleh anak kecil itu,
sehingga ia dapat ditangkap olehnya." Ibnu Abbas berkata, "Mengapa orang ini tidak saja mengatakan bahwa dia telah menyangkal Ibnu Abbas dan membuatnya tidak dapat menjawab?" Kemudian Ibnu Abbas mengatakan, "Celakalah kamu,
sesungguhnya apabila takdir telah memastikannya (tertangkap), penglihatan menjadi tidak berfungsi dan rasa waspada pun hilang." Maka Nafi' berkata kepada Ibnu Abbas, "Demi Allah, aku tidak akan membantahmu mengenai sesuatu
dari Al-Qur'an selamanya." Al-Hafiz ibnu Asakir di dalam biografi Abu Abdullah Al-Barazi dari kampung Barazah yang terletak di pinggiran kota Dimasyq —dia adalah seorang yang saleh dan selalu puasa Senin Kamis, dan matanya buta sebelah,
umurnya mencapai delapan puluh tahun— menyebutkan kisah berikut. Ibnu Asakir meriwayatkan kisah ini berikut sanadnya sampai pada Abu Sulaiman ibnu Yazid. Bahwa Abu Sulaiman pernah bertanya kepada Abu Abdullah Al-Barazi
tentang kebutaan sebelah matanya, tetapi Abu Abdullah tidak mau menyebutkan penyebab kebutaannya. Abu Sulaiman tidak putus asa, ia mendesaknya selama berbulan-bulan, dan akhirnya Abu Abdullah mau menceritakan hal tersebut
kepadanya, seperti berikut: Bahwa pernah ada dua orang lelaki dari kalangan penduduk Khurrasan singgah di rumahku selama seminggu di kampung Barazah. Lalu keduanya menanyakan kepadaku tentang tempat suatu lembah,
maka kuantarkan keduanya ke lembah tersebut. Setelah sampai di lembah itu keduanya mengeluarkan pedupaan dan menyalakan dupa yang cukup banyak sehingga asap dupa itu memenuhi lembah tersebut. Kemudian keduanya komat-kamit
membaca jampi-jampi, maka berdatanganlah ular dari segala penjuru kepada keduanya, tetapi kedua orang itu tidak memperhatikan salah seekor pun darinya. Hingga datanglah seekor ular sebesar lengan dengan kedua mata yang bersinar
berkilauan seperti mata uang dinar. Keduanya sangat gembira melihat ular tersebut dan berkata, "Segala puji bagi Allah yang tidak mengecewakan perjalanan kami semenjak satu tahun yang silam." Lalu keduanya memecahkan pedupaan itu
dan menangkap ular tersebut, kemudian keduanya memasukkan jarum untuk mencetak mata ke dalam mata ular tersebut, sesudah itu keduanya mencelaki mata mereka dengan jarum celak itu. Aku meminta kepada keduanya agar mencelaki
mataku dengan jarum tersebut, tetapi keduanya menolak. Aku terus mendesaknya, dan kukatakan kepadanya, "Kamu berdua harus mencelaki mataku," dan aku mengancam akan melaporkan keduanya kepada penguasa.
Akhirnya keduanya mau mencelaki mataku dengan jarum pencelak mereka. Mereka berdua mencelaki mata kananku saja. Setelah jarum pencelak mata itu menyentuh mataku dan aku memandang ke tanah yang ada di bawahku,
ternyata semua yang ada di bawah tanah terlihat olehku bagaikan melihat sesuatu di balik kaca. Kemudian keduanya berkata kepadaku, "Marilah kita berjalan sebentar," lalu aku berjalan bersama keduanya, sedangkan keduanya asyik
mengobrol. Hingga manakala kami telah berada jauh dari perkampungan, keduanya menangkapku dan mengikatku. Salah seorang di antara keduanya memasukkan tangannya ke mata kananku dan mencongkelnya, lalu membuang mataku,
dan keduanya berlalu meninggalkan diriku. Aku masih tetap dalam keadaan terikat, hingga lewatlah seseorang di tempat aku berada dan ia melepaskan ikatanku. Demikianlah kisah yang di alami oleh mata kananku ini. Ibnu Abu Hatim
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Sadaqah ibnu Amr Al-Gassani, telah menceritakan kepada kami
Abbad ibnu Maisarah Al-Minqari, dari Al-Hasan yang telah mengatakan bahwa nama burung hud-hud Nabi Sulaiman adalah 'Anbar. Muhammad ibnu lshaq mengatakan bahwa apabila Nabi Sulaiman berangkat menuju ke tempat majelisnya
dan telah sampai di tempat majelisnya, maka ia memeriksa semua burung. Menurut empunya kisah, setiap harinya Nabi Sulaiman selalu didatangi oleh semua jenis burung (yang memberikan penghormatan kepadanya). Pada suatu hari
saat ia memeriksa semua burung, semuanya ada kecuali burung hud-hud. lalu ia berkata, "Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir?" (An-Naml: 20) Yakni apakah penglihatanku yang keliru,
ataukah memang burung hud-hud absen dan tidak hadir? Firman Allah Swt.:
{لأعَذِّبَنَّهُ عَذَابًا شَدِيدًا}
Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras. (An-Naml: 21) Menurut Al-A'masy, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Sa'id, dari Ibnu Abbas, makna yang dimaksud ialah mencabuti bulunya. Menurut Abdullah ibnu Syaddad,
Nabi Sulaiman akan menghukumnya dengan mencabuti bulunya, lalu menjemurnya di terik matahari. Hal yang sama telah dikatakan oleh bukan hanya seorang ulama Salaf, bahwa Sulaiman a.s. akan mencabuti bulunya, lalu membiarkannya
tergeletak hingga dimakan oleh semut kecil dan semut besar. Firman Allah Swt.:
{أَوْ لأذْبَحَنَّهُ أَوْ لَيَأْتِيَنِّي بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ}
atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang. (An-Naml: 21) Yaitu dengan mengemukakan alasan yang dapat diterima. Sufyan ibnu Uyaynah dan Abdullah ibnu Syaddad
mengatakan bahwa ketika hud-hud datang burung lainnya bertanya, "Mengapa kamu terlambat, padahal Sulaiman telah bernazar akan mengalirkan darahmu." Hud-hud bertanya, "Apakah dia menyebutkan pengecualian?" Burung-burung
semuanya menjawab, "Ya," seraya menceritakan kepadanya sabda Sulaiman yang disitir oleh firman-Nya: Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali
jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang. (An-Naml: 21) Hud-hud berkata, "Kalau begitu, selamatlah aku." Mujahid mengatakan bahwa sesungguhnya yang menyebabkan hud-hud diselamatkan oleh Allah dari siksaan
Sulaiman adalah berkat bakti hud-hud kepada induknya.
Surat An-Naml |27:21|
لَأُعَذِّبَنَّهُ عَذَابًا شَدِيدًا أَوْ لَأَذْبَحَنَّهُ أَوْ لَيَأْتِيَنِّي بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ
la`u'ażżibannahuu 'ażaaban syadiidan au la`ażbaḥannahuuu au laya`tiyannii bisulthoonim mubiin
Pasti akan kuhukum ia dengan hukuman yang berat atau kusembelih ia, kecuali jika ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas."
I will surely punish him with a severe punishment or slaughter him unless he brings me clear authorization."
Nabi Sulaiman berkata, ("Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab) yakni hukuman (yang keras) yaitu akan dicabuti bulu-bulu sayap dan ekornya,
kemudian akan dicampakkan di tempat yang amat panas, sehingga ia tidak dapat menghindarkan diri dari bahaya binatang melata dan serangga yang akan memakannya
(atau aku benar-benar menyembelihnya) yaitu memotong lehernya (atau benar-benar dia datang kepadaku) dapat dibaca Laya'tiyanniy dan Laya'tiynaniy (dengan alasan yang terang") yang menjelaskan alasan ketidakhadirannya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 21 |
Penjelasan ada di ayat 20
Surat An-Naml |27:22|
فَمَكَثَ غَيْرَ بَعِيدٍ فَقَالَ أَحَطْتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِينٍ
fa makaṡa ghoiro ba'iidin fa qoola aḥathtu bimaa lam tuḥith bihii wa ji`tuka min saba`im binaba`iy yaqiin
Maka tidak lama kemudian (datanglah Hud-hud), lalu ia berkata, "Aku telah mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui. Aku datang kepadamu dari negeri Saba' membawa suatu berita yang meyakinkan.
But the hoopoe stayed not long and said, "I have encompassed [in knowledge] that which you have not encompassed, and I have come to you from Sheba with certain news.
(Maka diamlah Nabi Sulaiman) dapat dibaca Famakutsa dan Famakatsa (dalam waktu yang tidak lama) tidak lama setelah itu datanglah burung Hud-hud ke hadapan Nabi Sulaiman seraya merendahkan diri,
yakni dengan mengangkat kepalanya dan merendahkan kedua sayap dan ekornya. Akhirnya Nabi Sulaiman memaafkannya, lalu Nabi Sulaiman menanyakan kepadanya
tentang apa yang ia jumpai selama ketidakhadirannya itu (Hud-hud berkata, "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya)
yakni aku telah menyaksikan apa yang belum pernah kamu saksikan (dan kubawakan kepadamu dari negeri Saba) dapat dibaca Saba-in dan Saba-a nama suatu kabilah yang diam di negeri Yaman.
Mereka dinamakan dengan nama kakek moyangnya. Berdasarkan ketentuan ini lafal Saba menerima Tanwin (suatu berita) yakni kabar (yang diyakini) .
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 22 |
Tafsir ayat 22-26
Firman Allah Swt.:
{فَمَكَثَ غَيْرَ بَعِيدٍ}
Maka tidak lama kemudian. (An-Naml: 22) Yakni setelah menghilang dalam waktu yang tidak lama, lalu datanglah hud-hud seraya berkata kepada Sulaiman:
{أَحَطتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ}
Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya. (An-Naml: 22) Artinya, aku telah menyaksikan apa yang tidak disaksikan olehmu dan juga oleh semua tentaramu.
{وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِينٍ}
dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. (An-Naml: 22) Yakni berita yang benar dan yakin. Saba adalah negeri orang-orang Himyar, mereka adalah raja-raja negeri Yaman di masa silam. Kemudian hud-hud berkata:
{إِنِّي وَجَدْتُ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ}
Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka. (An-Naml: 23) Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa wanita itu bernama Ratu Balqis binti Syarahil yang menguasai negeri Saba. Qatadah mengatakan bahwa
ibu Ratu Balqis adalah jin perempuan yang ada di negeri Saba, karena itu tumit kaki Ratu Balqis seperti teracak kuda. Zuhair ibnu Muhammad mengatakan bahwa Balqis binti Syarahil ibnu Malik ibnur Rayyan,
ibunya bernama Fari'ah jin perempuan. Ibnu Juraij mengatakan, ibu Balqis binti Zu Syarkh bernama Balta'ah. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Hasan, telah menceritakan kepada kami Musaddad,
telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Ata ibnus Sa-ib, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa teman wanita Sulaiman (yakni Ratu Balqis) mempunyai seratus ribu personel pasukan.
Al-A'masy telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa Ratu Saba' mempunyai dua belas ribu orang pasukan, dan menurut pendapat lainnya lagi seratus ribu orang pasukan. Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar,
dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya aku mempunyai seorang wanita yang memerintah mereka. (An-Naml: 23) Ia berasal dari keluarga kerajaan, dan ia mempunyai dewan senat yang terdiri
dari tiga ratus dua belas orang lelaki, masing-masing dari mereka mempunyai sepuluh ribu orang pasukan. Kerajaan mereka berada di suatu tempat yang dikenal dengan nama Ma-rib, jauhnya tiga mil dari kota San'a.
Pendapat ini lebih mendekati kebenaran, sebab kebanyakan kerajaan negeri Yaman terletak di situ. Hanya Allah Yang lebih Mengetahui. Firman Allah Swt.:
{وَأُوتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ}
dan dia dianugerahi segala sesuatu. (An-Naml: 23) Yakni semua perbendaharaan dunia yang diperlukan oleh seorang raja yang berkuasa lagi kuat.
{وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ}
serta mempunyai singgasana yang besar. (An-Naml: 23) Maksudnya, singgasana tempat duduknya sangat besar dihiasi dengan emas dan berbagai macam batu permata dan mutiara. Zuhair ibnu Muhammad mengatakan bahwa
singgasana Balqis terbuat dari emas, sedangkan bagian permukaannya dihiasi dengan batu yaqut dan zabarjad, panjangnya delapan puluh hasta dan lebarnya empat puluh hasta. Muhammad ibnu Ishaq mengatakan,
singgasana Balqis terbuat dari emas yang dihiasi dengan batu yaqut, zabarjad, serta mutiara; dan sesungguhnya yang melayaninya hanyalah wanita, semuanya berjumlah enam ratus orang yang khusus melayaninya.
Ahli sejarah mengatakan bahwa singgasana Ratu Balqis itu berada di dalam sebuah istana yang sangat besar, kokoh bangunannya lagi tinggi dan megah. Di dalam istana itu terdapat tiga ratus enam puluh jendela di sebelah timurnya,
dan di sebelah baratnya terdapat pula jumlah jendela yang sama. Bangunan istananya dibangun sedemikian rupa agar sinar matahari setiap harinya masuk dari jendelanya, begitu pula disaat hendak terbenam, lalu mereka bersujud kepada matahari
di setiap pagi dan petangnya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَجَدْتُهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ}
Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah). (An-Naml: 24) Yaitu dari jalan yang benar.
{فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ}
sehingga mereka tidak dapat petunjuk. (An-Naml: 24) Firman Allah Swt.:
{وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ أَلا يَسْجُدُوا لِلَّهِ}
dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk, agar mereka tidak menyembah Allah. (An-Naml: 24 - 25)
Yakni agar tidak mengetahui jalan yang benar, yaitu mengikhlaskan bersujud hanya kepada Allah semata, bukan kepada sesuatu pun dari makhluk-Nya, baik yang berupa bintang maupun yang lainnya. Seperti yang dijelaskan oleh firman Allah:
{وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ}
Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya,
jika kalian hanya kepada-Nya saja menyembah. (Fussilat: 37) Sebagian ahli qiraat membaca ayat ini dengan bacaan berikut:
"أَلَا يَا اسْجُدُوا لِلَّهِ"
Ingatlah, hai kaum, bersujudlah kalian kepada Allah. (An-Naml: 25) Dengan memakai ala istiftahiyyah dan ya nida, sedangkan munada-nya. dibuang yang bentuk lengkapnya ialah: Ya qaum (hai kaum), bersujudlah kalian kepada Allah.
{الَّذِي يُخْرِجُ الْخَبْءَ فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ}
Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi. (An-Naml: 25) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah Allah mengetahui semua yang tersembunyi di langit dan di bumi.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, dan Qatadah serta lain-lainnya. Sa'id ibnul Musayyab mengatakan bahwa al-khab-u artinya air. Hal yang sama telah dikatakan oleh Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam,
bahwa makna yang dimaksud ialah apa yang tersembunyi di langit dan di bumi yang ada kaitannya dengan rezeki makhluk; hujan dari langit dan tetumbuhan dari bumi. Kalimat ayat ini sesuai dengan perkataan hud-hud yang telah di bekali
oleh Allah Swt. naluri yang tajam. Seperti yang disebutkan oleh Ibnu Abbas dan lain-lainnya, bahwa hud-hud dapat melihat air mengalir di perut bumi. Firman Allah Swt.:
{وَيَعْلَمُ مَا تُخْفُونَ وَمَا تُعْلِنُونَ}
dan Yang mengetahui apa yang kalian sembunyikan dan apa yang kalian nyatakan. (An-Naml: 25) Yakni mengetahui semua ucapan dan perbuatan yang disembunyikan dan yang dinyatakan oleh semua hamba-Nya. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui friman-Nya:
{سَوَاءٌ مِنْكُمْ مَنْ أَسَرَّ الْقَوْلَ وَمَنْ جَهَرَ بِهِ وَمَنْ هُوَ مُسْتَخْفٍ بِاللَّيْلِ وَسَارِبٌ بِالنَّهَارِ}
Sama saja (bagi Tuhan), siapa di antara kalian yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus, terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari. (Ar-Ra'd: 10) Adapun firman Allah Swt.:
{اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ}
Allah, tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai 'Arasy yang besar. (An-Naml: 26) Yakni Dialah Allah yang berhak diseru, Yang tiada Tuhan selain Dia yang memiliki 'Arasy yang besar, yang tiada sesuatu pun
dari makhluk-Nya lebih besar daripada 'Arasy-Nya. Mengingat burung hud-hud menyeru kepada kebaikan dan menyembah Allah semata serta bersujud kepada-Nya, maka burung hud-hud dilarang dibunuh,
seperti yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Abu Daud, dan Imam Ibnu Majah melalui Abu Hurairah r.a. yang telah mengatakan:
نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَتْلِ أَرْبَعٍ مِنَ الدَّوَابِّ: النَّمْلَةِ وَالنَّحْلَةِ وَالْهُدْهُدِ والصُّرَد
Nabi Saw. melarang membunuh empat macam hewan, yaitu semut, lebah, burung hud-hud, dan burung Surad. Sanad hadis berpredikat sahih.
Surat An-Naml |27:23|
إِنِّي وَجَدْتُ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ
innii wajattumro`atan tamlikuhum wa uutiyat ming kulli syai`iu wa lahaa 'arsyun 'azhiim
Sungguh, kudapati ada seorang perempuan yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta memiliki singgasana yang besar.
Indeed, I found [there] a woman ruling them, and she has been given of all things, and she has a great throne.
(Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka) dia adalah ratu mereka bernama Balqis (dan dia dianugerahi segala sesuatu)
yang diperlukan oleh seorang raja, seperti perlengkapan senjata dan peralatan lainnya (serta mempunyai singgasana) tempat duduk raja (yang besar)
\
panjangnya kira-kira delapan puluh hasta dan lebarnya empat puluh hasta, sedangkan tingginya tiga puluh hasta, semuanya terbuat dari emas dan perak, kemudian bertahtakan mutiara, batu permata yaqut merah,
batu zabarjad yang hijau dan tiang-tiangnya terbuat dari yaqut merah, zabarjad yang hijau dan zamrud. Kemudian singgasana itu memiliki tujuh pintu masuk yang selalu dijaga dengan ketat sekali.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 23 |
Penjelasan ada di ayat 22
Surat An-Naml |27:24|
وَجَدْتُهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ
wajattuhaa wa qoumahaa yasjuduuna lisy-syamsi min duunillaahi wa zayyana lahumusy-syaithoonu a'maalahum fa shoddahum 'anis-sabiili fa hum laa yahtaduun
Aku (burung Hud-hud) dapati dia dan kaumnya menyembah matahari, bukan kepada Allah, dan setan telah menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan (buruk) mereka, sehingga menghalangi mereka dari jalan (Allah), maka mereka tidak mendapat petunjuk,
I found her and her people prostrating to the sun instead of Allah, and Satan has made their deeds pleasing to them and averted them from [His] way, so they are not guided,
(Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah dan setan telah menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan) yang benar (sehingga mereka tidak dapat petunjuk.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 24 |
Penjelasan ada di ayat 22
Surat An-Naml |27:25|
أَلَّا يَسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي يُخْرِجُ الْخَبْءَ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُخْفُونَ وَمَا تُعْلِنُونَ
allaa yasjuduu lillaahillażii yukhrijul-khob`a fis-samaawaati wal-ardhi wa ya'lamu maa tukhfuuna wa maa tu'linuun
mereka (juga) tidak menyembah Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan yang kamu nyatakan.
[And] so they do not prostrate to Allah, who brings forth what is hidden within the heavens and the earth and knows what you conceal and what you declare -
(Agar mereka tidak menyembah Allah), ditambahkan An pada la yasjudu kemudian An di-idgamkan kepada la sehingga menjadi Alla Yasjudu perihalnya sama dengan lafal yang terdapat di dalam firman-Nya,
'Lialla Ya'lama Ahlul Kitabi.' Bentuk asalnya La Ya'lama lalu ditambah An dan sebelum itu lam Ta'lil. Kedudukan Alla Yasjudu menjadi Maf'ul secara Mahal dari lafal Yahtaduna, yaitu dengan menggugurkan huruf Ila
(Yang mengeluarkan apa yang terpendam) lafal Al Khab-a adalah Mashdar, yang maknanya apa-apa yang terpendam di dalam hujan dan tumbuh-tumbuhan
(di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kalian sembunyikan) di dalam kalbu kalian (dan apa yang kalian nyatakan) melalui perkataan kalian.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 25 |
Penjelasan ada di ayat 22
Surat An-Naml |27:26|
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ ۩
allohu laaa ilaaha illaa huwa robbul-'arsyil-'azhiim
Allah, tidak ada tuhan melainkan Dia, Tuhan yang mempunyai 'Arsy yang agung."
Allah - there is no deity except Him, Lord of the Great Throne."
(Allah, tiada Tuhan yang wajib disembah melainkan hanya Dia, Tuhan Yang mempunyai Arasy yang besar") ayat ini merupakan jumIah Isti'naf, dimaksud sebagai pujian yang menyangkut pula
di dalamnya sebutan Arasy Tuhan Yang Maha Penyayang sebagai imbangan dari arasy ratu Balqis, sekalipun perbedaan antara keduanya jauh sekali.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 26 |
Penjelasan ada di ayat 22
Surat An-Naml |27:27|
قَالَ سَنَنْظُرُ أَصَدَقْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْكَاذِبِينَ
qoola sananzhuru a shodaqta am kunta minal-kaażibiin
Dia (Sulaiman) berkata, "Akan kami lihat, apa kamu benar, atau termasuk yang berdusta.
[Solomon] said, "We will see whether you were truthful or were of the liars.
(Berkatalah) Nabi Sulaiman kepada burung Hud-hud ("Akan kami lihat, apakah kamu benar) di dalam berita yang kamu sampaikan kepada kami ini (ataukah kamu termasuk yang berdusta")
yakni kamu termasuk satu di antara mereka. Ungkapan ini jauh lebih sopan daripada seandainya dikatakan, "Ataukah kamu berdusta dalam hal ini".
Kemudian burung Hud-hud menunjukkan sumber air itu kepada mereka lalu dikeluarkan airnya; mereka meminumnya sehingga menjadi segar kembali, mereka berwudu,
lalu melakukan sholat. Sesudah itu Nabi Sulaiman menulis surah kepada ratu Balqis yang bunyinya seperti berikut, "Dari hamba Allah, Sulaiman ibnu Daud kepada ratu Balqis, ratu negeri Saba.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Keselamatan atas orang yang mengikuti petunjuk. Amma Ba'du, Janganlah kamu sekalian berlaku sombong
terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri". Setelah itu Nabi Sulaiman menuliskannya dengan minyak kesturi lalu dicapnya dengan cincinnya. Maka berkatalah ia kepada burung Hud-hud,
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 27 |
Tafsir ayat 27-31
Allah Swt. berfirman, menceritakan perkataan Nabi Sulaiman kepada burung hud-hud setelah hud-hud menceritakan kepadanya perihal penduduk negeri Saba dan raja mereka.
{قَالَ سَنَنْظُرُ أَصَدَقْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْكَاذِبِينَ}
Sulaiman berkata, "Akan kami lihat, apakah kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.” (An-Naml: 27) Yakni apakah berita darimu ini benar.
{أَمْ كُنْتَ مِنَ الْكَاذِبِينَ}
ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. (An-Naml: 27) dalam ucapanmu itu yang sengaja kamu kemukakan untuk menyelamatkan dirimu dari siksaan yang telah kuancamkan terhadap dirimu.
{اذْهَبْ بِكِتَابِي هَذَا فَأَلْقِه إِلَيْهِمْ ثُمَّ تَوَلَّ عَنْهُمْ فَانْظُرْ مَاذَا يَرْجِعُونَ}
"Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan.” (An-Naml: 28) Sulaiman a.s. menulis surat, ditujukan kepada Ratu Balqis
dan kaumnya, lalu menyerahkannya kepada hud-hud untuk membawanya. Menurut suatu pendapat, surat itu dibawa hud-hud di dalam sayapnya sebagaimana biasanya burung pengantar surat, menurut pendapat yang lain mengatakan
dengan paruhnya, hud-hud terbang menuju ke negeri mereka, dan ia hinggap di istana Ratu Balqis, di tempat yang sepi yang biasa dipakai oleh Ratu Balqis kala menyendiri. Lalu hud-hud melemparkan surat itu melalui celah
yang ada di istananya, tepat berada di hadapan Ratu Balqis, setelah itu hud-hud menjauh sebagai sikap etika dan sekaligus berjaga-jaga. Ratu Balqis kebingungan menyaksikan pemandangan yang menakjubkan itu sehingga
membuatnya terpana sejenak. Kemudian ia menuju ke tempat surat itu dijatuhkan, lalu mengambilnya dan membuka laknya serta membacanya. Ternyata yang tertulis di dalamnya adalah seperti berikut:
{إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ أَلا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ}
Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya, "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku
sebagai orang-orang yang berserah diri.” (An-Naml: 30-31) Maka Ratu Balqis mengumpulkan semua menteri dan pembesar kerajaannya, lalu berkatalah ia kepada mereka.
{يَا أَيُّهَا الْمَلأ إِنِّي أُلْقِيَ إِلَيَّ كِتَابٌ كَرِيمٌ}
Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. (An-Naml: 29) Yakni mulia karena ia telah melihat keajaiban perkara surat itu, sebab burunglah yang mengantarkan surat itu kepadanya,
lalu burung tersebut surut mundur darinya sebagai etika terhadap raja. Hal seperti itu tidak akan mampu dilakukan oleh sembarang raja. Kemudian Balqis membacakan surat itu kepada mereka.
{إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ أَلا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ}
Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya, "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku
sebagai orang-orang yang berserah diri.” (An-Naml: 30-31) Maka mereka mengetahui bahwa surat tersebut berasal dari Nabi Allah Sulaiman a.s. Dan bahwa mereka belum pernah menerima surat seperti itu, memakai gaya bahasa
yang berpacamasastra tinggi, ringkas, dan padat, tetapi fasih; karena pengertiannya telah dapat ditangkap hanya dengan sedikit kalimat, tetapi indah. Para ulama mengatakan bahwa tiada seorang pun yang menulis
Bismillahir Rahmanir Rahim sebelum Sulaiman a.s. dalam suratnya. Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan hal ini telah meriwayatkan sebuah hadis di dalam kitab tafsirnya:
قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ الْفَضْلِ أَبُو يَعْلَى الْحَنَّاطُ، حَدَّثَنَا أَبُو يُوسُفَ، عَنْ سَلَمَةَ بْنِ صَالِحٍ، [عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ] أَبِي أُمَيَّةَ، عَنِ ابْنِ بُرَيدة، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: كُنْتُ أَمْشِي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "إِنِّي أَعْلَمُ آية لم تَنْزِلْ عَلَى نَبِيٍّ قَبْلِي بَعْدَ سُلَيْمَانَ بْنِ دَاوُدَ" قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ آيَةٍ؟ قَالَ: "سَأُعلِمُكَهَا قَبْلَ أَنْ أَخْرُجَ مِنَ الْمَسْجِدِ". قَالَ: فَانْتَهَى إِلَى الْبَابِ، فَأَخْرَجَ إِحْدَى قَدَمَيْهِ، فَقُلْتُ: نَسِيَ، ثُمَّ الْتَفَتَ إِلَيَّ وَقَالَ {إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ}
bahwa telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Harun ibnul Fadl Abu Ya'la Al-Khayyat, telah menceritakan kepada kami Abu Yusuf, dari Salamah ibnu Saleh, dari Abdul Karim Abu Umayyah,
dari Ibnu Buraidah, dari ayahnya yang telah menceritakan bahwa ketika ia sedang berjalan bersama Rasulullah Saw., beliau bersabda, "Sesungguhnya aku mengetahui suatu ayat yang belum pernah diturunkan kepada seorang nabi pun
sebelumku setelah Sulaiman ibnu Daud." Saya bertanya, "Wahai Nabi Allah, ayat apakah itu?" Nabi Saw. menjawab, "Aku akan memberitahukannya kepadamu sebelum aku keluar dari masjid." Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa Nabi Saw.
langsung menuju ke pintu masjid dan melangkahkan sebelah kakinya ke luar masjid, sehingga perawi menduganya lupa. Ternyata Nabi Saw. berpaling ke arahnya, lalu membaca firman-Nya: Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman
dan sesungguhnya (isi)nya, "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (An-Naml: 30) Hadis berpredikat garib dan sanadnya daif (lemah). Maimun ibnu Mihran mengatakan bahwa dahulu Rasulullah Saw.
dalam suratnya selalu mengawalinya dengan kalimat, "Dengan menyebut nama-Mu, ya Allah", sebelum ayat ini diturunkan. Setelah ayat ini diturunkan, beliau mengawalinya dengan kalimat "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang ". Firman Allah Swt.:
{أَلا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ}
Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri. (An-Naml: 31) Menurut Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, disebutkan bahwa janganlah kamu sekalian
membangkang dan bersikap sombong terhadapku, tetapi datanglah kalian kepadaku dengan berserah diri. Menurut Ibnu Abbas dalam keadaan menauhidkan Allah, sedangkan menurut lainnya dalam keadaan ikhlas. Sufyan Ibnu Uyaynah
mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah dalam keadaan taat (tunduk).
Surat An-Naml |27:28|
اذْهَبْ بِكِتَابِي هَٰذَا فَأَلْقِهْ إِلَيْهِمْ ثُمَّ تَوَلَّ عَنْهُمْ فَانْظُرْ مَاذَا يَرْجِعُونَ
iż-hab bikitaabii haażaa fa alqih ilaihim ṡumma tawalla 'an-hum fanzhur maażaa yarji'uun
Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan."
Take this letter of mine and deliver it to them. Then leave them and see what [answer] they will return."
("Pergilah membawa surahku ini, lalu jatuhkan kepada mereka) kepada ratu Balqis dan kaumnya (kemudian berpalinglah) pergilah (dari mereka) dengan tidak terlalu jauh dari mereka
(lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan.") yakni, jawaban atau reaksi apakah yang bakal mereka lakukan. Kemudian burung Hud-hud membawa surah itu lalu mendatangi ratu Balqis
yang pada waktu itu berada di tengah-tengah bala tentaranya. Kemudian burung Hud-hud menjatuhkan surah Nabi Sulaiman itu ke pangkuannya. Ketika ratu Balqis membaca surah tersebut,
tubuhnya gemetar dan lemas karena takut, kemudian ia memikirkan isi surah tersebut.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 28 |
Penjelasan ada di ayat 27
Surat An-Naml |27:29|
قَالَتْ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ إِنِّي أُلْقِيَ إِلَيَّ كِتَابٌ كَرِيمٌ
qoolat yaaa ayyuhal-mala`u inniii ulqiya ilayya kitaabung kariim
Dia (Balqis) berkata, "Wahai para pembesar! Sesungguhnya telah disampaikan kepadaku sebuah surat yang mulia."
She said, "O eminent ones, indeed, to me has been delivered a noble letter.
Selanjutnya (Ia berkata) yakni ratu Balqis kepada pemuka pemuka kaumnya, ("Hai pembesar-pembesar! Sesungguhnya aku) dapat dibaca Al Mala-u Inni dan Al Mala-u winni,
yakni bacaan secara Tahqiq dan Tas-hil (telah dijatuhkan kepadaku sebuah surah yang mulia) yakni surah yang berstempel.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 29 |
Penjelasan ada di ayat 27
Surat An-Naml |27:30|
إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
innahuu min sulaimaana wa innahuu bismillaahir-roḥmaanir-roḥiim
Sesungguhnya (surat) itu dari Sulaiman yang isinya, Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,
Indeed, it is from Solomon, and indeed, it reads: 'In the name of Allah, the Entirely Merciful, the Especially Merciful,
(Sesungguhnya surah itu dari Sulaiman dan sesungguhnya isinya) kandungan isi surah itu, ('Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang).
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 30 |
Penjelasan ada di ayat 27
Surat An-Naml |27:31|
أَلَّا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ
allaa ta'luu 'alayya wa`tuunii muslimiin
janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.
Be not haughty with me but come to me in submission [as Muslims].' "
(Janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku, sebagai orang-orang yang berserah diri')".
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 31 |
Penjelasan ada di ayat 27
Surat An-Naml |27:32|
قَالَتْ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ أَفْتُونِي فِي أَمْرِي مَا كُنْتُ قَاطِعَةً أَمْرًا حَتَّىٰ تَشْهَدُونِ
qoolat yaaa ayyuhal-mala`u aftuunii fiii amrii, maa kuntu qoothi'atan amron ḥattaa tasy-haduun
Dia (Balqis) berkata, "Wahai para pembesar! Berilah aku pertimbangan dalam perkaraku (ini). Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara sebelum kamu hadir dalam majelis(ku)."
She said, "O eminent ones, advise me in my affair. I would not decide a matter until you witness [for] me."
(Berkata dia, "Hai para pembesar! Berilah aku pertimbangan) dapat dibaca Al Mala-u Aftuni dan Al Mala-uwaftuni, maksudnya, kemukakanlah saran kamu sekalian kepadaku
(dalam urusanku ini, aku tidak pernah memutuskan suatu persoalan) karena aku belum pernah memutuskannya (sebelum kalian berada dalam majelisku") sebelum kalian semua hadir di majelisku ini.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 32 |
Tafsir ayat 32-35
Setelah Balqis membacakan surat Nabi Sulaiman kepada para pembesar kerajaannya maka ia meminta saran dari mereka tentang apa yang harus ia lakukan. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{يَا أَيُّهَا الْمَلأ أَفْتُونِي فِي أَمْرِي مَا كُنْتُ قَاطِعَةً أَمْرًا حَتَّى تَشْهَدُونِ}
Hai para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini), aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku). (An-Naml: 32) Yakni sebelum kalian hadir dan mengemukakan saran dan pendapat kalian kepadaku.
{قَالُوا نَحْنُ أُولُو قُوَّةٍ وَأُولُو بَأْسٍ شَدِيدٍ}
Mereka menjawab, "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan)." (An-Naml: 33) Mereka menyebutkan kepada ratunya tentang bilangan pasukan mereka dan peralatan
senjatanya serta kekuatan mereka, kemudian menyerahkan keputusan mereka kepadanya setelah menjelaskan hal tersebut, seraya mengatakan:
{وَالأمْرُ إِلَيْكِ فَانْظُرِي مَاذَا تَأْمُرِينَ}
dan keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan. (An-Naml: 33) Yaitu tidak ada hambatan bagi kami dan tidak ada keberatan bila engkau berniat akan memeranginya. Sesudah itu
segala sesuatunya kami serahkan kepada pendapatmu, kami akan mengerjakan dan menaatinya. Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa mereka menyerahkan keputusan mereka kepada ratu mereka. Setelah mereka mengemukakan
pendapatnya, ratu mereka lebih luas wawasannya daripada mereka dan lebih mengetahui perihal Sulaiman daripada mereka. Bahwa Sulaiman adalah seorang raja yang mempunyai bala tentara yang sangat banyak. Selain itu makhluk jin,
manusia, dan semua burung tunduk kepadanya. Ia sendiri telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri melalui surat yang diantarkan oleh burung hud-hud perkara yang sangat menakjubkan dan sangat aneh.
Karena itu ia berkata kepada mereka, "Sesungguhnya aku merasa khawatir akan mengalami kekalahan bila memeranginya, lalu ia balik membalas serangan kita dengan bala tentaranya untuk membinasakan kita dan menghancurkan negeri kita."
Karena itulah ia mengatakan seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{إِنَّ الْمُلُوكَ إِذَا دَخَلُوا قَرْيَةً أَفْسَدُوهَا}
Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya. (An-Naml: 34) Ibnu Abbas mengatakan, bahwa makna yang dimaksud ialah apabila raja-raja memasuki suatu negeri dengan paksa, niscaya mereka akan merusaknya.
{وَجَعَلُوا أَعِزَّةَ أَهْلِهَا أَذِلَّةً}
dan menjadikan hina penduduknya yang mulia. (An-Naml: 34) Ibnu Abbas mengatakan, bahwa Balqis berkata seperti yang disitir oleh firman-Nya: Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya,
dan menjadikan hina penduduknya yang mulia. (An-Naml: 34) kemudian Allah Swt. berfirman: dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat. (An-Naml: 34) Kemudian Balqis mengambil keputusan cenderung kepada perdamaian,
gencatan senjata, dan diplomasi. Untuk itu ia mengatakan:
{وَإِنِّي مُرْسِلَةٌ إِلَيْهِمْ بِهَدِيَّةٍ فَنَاظِرَةٌ بِمَ يَرْجِعُ الْمُرْسَلُونَ}
Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu. (An-Nami: 35) Yakni aku akan mengirimkan hadiah yang layak
untuk raja seperti dia. Dan aku akan menunggu jawabannya sesudah itu, barangkali saja dia menerima hadiahku itu dan membiarkan kita, atau dia akan menetapkan Upeti atas kita yang kita serahkan kepadanya setiap tahunnya,
sebagai pegangan buat kita terhadapnya dan dia membiarkan kita serta tidak memerangi kita. Qatadah mengatakan bahwa alangkah cerdiknya Ratu Balqis di masa ia telah masuk Islam dan juga sewaktu masih musyriknya.
Ia mengetahui bahwa hadiah itu dapat melunakkan hati orang. Ibnu Abbas mengatakan, demikian pula yang lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa Balqis mengatakan kepada kaumnya, "Jika Sulaiman mau menerima hadiah kita,
berarti dia adalah seorang raja, kalian boleh memeranginya. Dan jika dia menolaknya, berarti dia seorang nabi, maka ikutilah dia oleh kalian."
Surat An-Naml |27:33|
قَالُوا نَحْنُ أُولُو قُوَّةٍ وَأُولُو بَأْسٍ شَدِيدٍ وَالْأَمْرُ إِلَيْكِ فَانْظُرِي مَاذَا تَأْمُرِينَ
qooluu naḥnu uluu quwwatiw wa uluu ba`sin syadiidiw wal-amru ilaiki fanzhurii maażaa ta`muriin
Mereka menjawab, "Kita memiliki kekuatan dan keberanian yang luar biasa (untuk berperang), tetapi keputusan berada di tanganmu, maka pertimbangkanlah apa yang akan engkau perintahkan."
They said, "We are men of strength and of great military might, but the command is yours, so see what you will command."
(Mereka menjawab, "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan juga memiliki keberanian yang sangat) dalam peperangan
(dan keputusan berada di tanganmu, maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan") kami akan menaati perintahmu.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 33 |
Penjelasan ada di ayat 32
Surat An-Naml |27:34|
قَالَتْ إِنَّ الْمُلُوكَ إِذَا دَخَلُوا قَرْيَةً أَفْسَدُوهَا وَجَعَلُوا أَعِزَّةَ أَهْلِهَا أَذِلَّةً ۖ وَكَذَٰلِكَ يَفْعَلُونَ
qoolat innal-muluuka iżaa dakholuu qoryatan afsaduuhaa wa ja'aluuu a'izzata ahlihaaa ażillah, wa każaalika yaf'aluun
Dia (Balqis) berkata, "Sesungguhnya raja-raja apabila menaklukkan suatu negeri, mereka tentu membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina, dan demikian yang akan mereka perbuat.
She said, "Indeed kings - when they enter a city, they ruin it and render the honored of its people humbled. And thus do they do.
(Dia berkata, "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya) melakukan pengrusakan di dalamnya
(dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina, dan demikian pula yang akan mereka perbuat) yang akan dilakukan oleh para pengirim surah ini.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 34 |
Penjelasan ada di ayat 32
Surat An-Naml |27:35|
وَإِنِّي مُرْسِلَةٌ إِلَيْهِمْ بِهَدِيَّةٍ فَنَاظِرَةٌ بِمَ يَرْجِعُ الْمُرْسَلُونَ
wa innii mursilatun ilaihim bihadiyyatin fa naazhirotum bima yarji'ul-mursaluun
Dan sungguh, aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan aku akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh para utusan itu."
But indeed, I will send to them a gift and see with what [reply] the messengers will return."
(Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan membawa hadiah, dan aku akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu")
apakah mereka akan menerima hadiahku ini atau menolaknya. Jika ia seorang raja niscaya ia akan menerimanya, jika ia seorang Nabi niscaya ia akan menolaknya.
Kemudian ratu Balqis mengirimkan para pelayan lelaki dan perempuan yang jumlahnya dua ribu orang; separuh laki-laki dan separuh lagi perempuan.
Para utusan itu membawa lima ratus balok emas, sebuah mahkota yang bertatahkan permata, minyak kesturi, minyak anbar dan hadiah-hadiah lainnya beserta sebuah surah jawaban.
Burung Hud-hud segera terbang menuju ke Nabi Sulaiman untuk memberitakan kepadanya semua apa yang ia dengar dan saksikan itu. Setelah Nabi Sulaiman mendapat berita dari burung Hud-hud,
maka segera ia memerintahkan pasukannya untuk membuat batu bata dari emas dan perak, hendaknya dari tempat ia berkemah sampai dengan sembilan farsakh dihampari permadani,
kemudian di sekelilingnya dibangun tembok yang terbuat dari batu bata emas dan perak, kemudian ia memerintahkan kepada anak-anak jin supaya mendatangkan hewan darat dan hewan laut
yang paling indah untuk ditaruh di sebelah kanan dan kiri lapangan dekat istana yang dibangunnya itu.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 35 |
Penjelasan ada di ayat 32
Surat An-Naml |27:36|
فَلَمَّا جَاءَ سُلَيْمَانَ قَالَ أَتُمِدُّونَنِ بِمَالٍ فَمَا آتَانِيَ اللَّهُ خَيْرٌ مِمَّا آتَاكُمْ بَلْ أَنْتُمْ بِهَدِيَّتِكُمْ تَفْرَحُونَ
fa lammaa jaaa`a sulaimaana qoola a tumidduunani bimaalin fa maaa aataaniyallohu khoirum mimmaaa aataakum, bal antum bihadiyyatikum tafroḥuun
Maka ketika para (utusan itu) sampai kepada Sulaiman, dia (Sulaiman) berkata, "Apakah kamu akan memberi harta kepadaku? Apa yang Allah berikan kepadaku lebih baik daripada apa yang Allah berikan kepadamu, tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.
So when they came to Solomon, he said, "Do you provide me with wealth? But what Allah has given me is better than what He has given you. Rather, it is you who rejoice in your gift.
(Maka tatkala utusan itu sampai) utusan ratu Balqis yang membawa hadiah berikut dengan pengiring-pengiringnya (kepada Sulaiman. Sulaiman berkata,
"Apakah patut kalian menolong aku dengan harta, apa yang diberikan Allah kepadaku) berupa kenabian dan kerajaan (lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepada kalian)
yakni keduniaan yang diberikan kepada kalian (tetapi kalian merasa bangga dengan hadiah kalian itu) karena kalian merasa bangga dengan harta keduniaan yang kalian miliki.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 36 |
Tafsir ayat 36-37
Ulama tafsir Salaf dan lain-lainnya telah menceritakan bahwa Ratu Balqis mengirimkan hadiah yang sangat besar jumlahnya kepada Nabi Sulaiman, berupa sejumlah emas, permata, mutiara, dan lain-lainnya. Sebagian dari ulama tafsir
mengatakan bahwa ia mengirimkan hadiah berupa emas-emas batangan. Pendapat yang benar mengatakan bahwa Ratu Balqis mengirimkan hadiah berupa wadah-wadah yang semuanya terbuat dari emas. Mujahid dan Sa'id ibnu Jubair
serta selain keduanya mengatakan bahwa Balqis mengirimkan pelayan-pelayan wanita yang berpakaian pelayan-pelayan pria, serta pelayan-pelayan pria yang berpakaian wanita. Lalu Ratu Balqis berkata, "Jika Sulaiman mengetahui bahwa
yang berpakaian pria adalah pelayan wanita, dan yang berpakaian wanita adalah pelayan pria, berarti dia adalah seorang nabi." Kemudian Nabi Sulaiman memerintahkan kepada mereka untuk melakukan wudu. Maka pelayan yang wanita
menuangkan air ke tangannya, sedangkan pelayan yang pria mencedokkan tangannya ke air. Melalui hal inilah Nabi Sulaiman dapat membedakan mereka. Menurut pendapat lain, bahkan pelayan yang asalnya wanita
terlebih dahulu mencuci bagian dalam tangannya sebelum bagian luarnya, dan dengan pelayan yang asalnya pria sebaliknya. Menurut pendapat yang lainnya lagi, pelayan yang wanita mencuci tangannya dari telapak tangan sampai ke sikunya,
sedangkan pelayan yang pria mencuci tangannya dari siku ke telapak tangannya. Pada kesimpulannya tidak ada pertentangan di antara pendapat-pendapat tersebut, hanya Allah Yang Maha Mengetahui. Sebagian ulama menceritakan
bahwa Balqis mengirimkan kepada Nabi Sulaiman sebuah wadah air agar dipenuhi oleh Nabi Sulaiman dengan air yang bukan berasal dari langit, bukan pula dari bumi. Maka Nabi Sulaiman melarikan kudanya; dan manakala kuda itu berkeringat,
lalu dia menampungnya dan memenuhi wadah tersebut dengan keringat kudanya. Balqis pun mengirimkan mutiara serta talinya agar mutiara-mutiara itu diuntaikan dengan tali tersebut, dan semua permintaannya itu dipenuhi
oleh Nabi Sulaiman a.s. Hanya Allah-lah yang mengetahui, apakah hal itu benar ataukah tidak, yang jelas kisah-kisah seperti ini bersumber dari kisah Israiliyat. Pada kesimpulannya Nabi Sulaiman a.s. tidak melirik sedikit pun
terhadap hadiah yang mereka bawa dan tidak memperhatikannya, bahkan berpaling darinya. Lalu Nabi Sulaiman a.s. berkata dengan nada yang menyanggah:
{أَتُمِدُّونَنِي بِمَالٍ}
Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? (An-Naml: 36) Yakni apakah kamu membujuk diriku dengan harta ini agar aku membiarkan kalian tetap dalam kemusyrikan kalian dan agar kerajaan kalian tetap lestari?
{فَمَا آتَانِيَ اللَّهُ خَيْرٌ مِمَّا آتَاكُمْ}
maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang kalian bawa. (An-Naml: 36) Yaitu kerajaan, harta, dan bala tentara yang diberikan oleh Allah kepadaku jauh lebih baik daripada apa yang ada pada kalian.
{بَلْ أَنْتُمْ بِهَدِيَّتِكُمْ تَفْرَحُونَ}
tetapi kalian merasa bangga dengan hadiah kalian. (An-Naml: 36) Maksudnya, kalianlah orang-orang yang memburu hadiah dan cindera mata, tetapi aku tidak mau menerima kecuali kamu masuk Islam atau perang. Al-A'masy
telah meriwayatkan dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a., bahwa Nabi Sulaiman memerintahkan kepada setan-setan untuk menyulap seribu istananya menjadi istana emas dan perak. Ketika utusan-utusan
Ratu Balqis tiba dan melihat hal tersebut, mereka berkata, "Apakah artinya hadiah kita ini baginya?" Dalam hal ini terkandung dalil yang menunjukkan boleh menghias istana dan kerajaan untuk menyambut kedatangan para delegasi
dan para pengunjung.
{ارْجِعْ إِلَيْهِمْ}
Kembalilah kepada mereka. (An-Naml: 37) dengan membawa kembali hadiah kalian ini.
{فَلَنَأْتِيَنَّهُمْ بِجُنُودٍ لَا قِبَلَ لَهُمْ بِهَا}
sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak kuasa melawannya. (An-Nam 1:37) Artinya, mereka tidak mempunyai kekuatan yang seimbang untuk melawannya.
{وَلَنُخْرِجَنَّهُمْ مِنْهَا}
dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina. (An-Naml: 37) Yakni Kami akan mengeluarkan mereka sebenar-benarnya dari negeri mereka dalam keadaan hina.
{أَذِلَّةً وَهُمْ صَاغِرُونَ}
dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina. (An-Naml: 37) Yaitu dalam keadaan hina dan terkalahkan. Setelah utusan-utusan itu kembali kepada ratu mereka dengan membawa kembali hadiahnya dan pesan-pesan
dari Nabi Sulaiman, maka ratu mereka —juga kaumnya— tunduk dan patuh. Lalu ia berangkat bersama bala tentaranya menuju ke negeri Nabi Sulaiman dengan rasa tunduk, menyerah dan menghormati Nabi Sulaiman serta berniat
akan mengikuti agama Islam. Ketika Nabi Sulaiman mengetahui kedatangan mereka, gembiralah ia dan sangat senang.
Surat An-Naml |27:37|
ارْجِعْ إِلَيْهِمْ فَلَنَأْتِيَنَّهُمْ بِجُنُودٍ لَا قِبَلَ لَهُمْ بِهَا وَلَنُخْرِجَنَّهُمْ مِنْهَا أَذِلَّةً وَهُمْ صَاغِرُونَ
irji' ilaihim falana`tiyannahum bijunuudil laa qibala lahum bihaa wa lanukhrijannahum min-haaa ażillataw wa hum shooghiruun
Kembalilah kepada mereka! Sungguh, Kami pasti akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak mampu melawannya, dan akan kami usir mereka dari negeri itu (Saba') secara terhina dan mereka akan menjadi (tawanan) yang hina dina."
Return to them, for we will surely come to them with soldiers that they will be powerless to encounter, and we will surely expel them therefrom in humiliation, and they will be debased."
(Kembalilah kepada mereka) dengan hadiah yang kamu bawa itu (sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak mempunyai kekuatan)
tidak berdaya lagi (untuk melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu) dari negeri tempat tinggal mereka, yaitu negeri Saba'. Negeri ini dinamai dengan nama kakek moyang mereka
(dengan terhina dan mereka menjadi tawanan") jika mereka tidak mau datang kepadaku dengan berserah diri. Ketika utusan itu kembali kepada ratu Balqis
berikut dengan hadiah yang mereka bawa sebelumnya, ratu Balqis menempatkan singgasananya di dalam keratonnya yang berpintu tujuh, sedangkan keraton ratu Balqis berada di dalam tujuh keraton yang besar-besar
. Kemudian semua pintu-pintunya dikunci dengan rapat dan menugaskan sebagian bala tentaranya untuk menjaga keraton dan singgasananya. Setelah itu ia bersiap-siap
untuk melakukan perjalanan menghadap Nabi Sulaiman, untuk melihat apa yang bakal diperintahkan oleh Nabi Sulaiman kepada dirinya. Berangkatlah ratu Balqis dengan membawa dua belas ribu pasukannya;
menurut pendapat yang lain disebutkan bahwa jumlah tentara yang dibawanya pada saat itu sangat banyak, sehingga dari jarak satu farsakh dapat terdengar suara gemuruhnya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 37 |
Penjelasan ada di ayat 36
Surat An-Naml |27:38|
قَالَ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ أَيُّكُمْ يَأْتِينِي بِعَرْشِهَا قَبْلَ أَنْ يَأْتُونِي مُسْلِمِينَ
qoola yaaa ayyuhal-mala`u ayyukum ya`tiinii bi'arsyihaa qobla ay ya`tuunii muslimiin
Dia (Sulaiman) berkata, "Wahai para pembesar! Siapakah di antara kamu yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku menyerahkan diri?"
[Solomon] said, "O assembly [of jinn], which of you will bring me her throne before they come to me in submission?"
(Berkata Sulaiman, "Hai pembesar-pembesar! Siapakah di antara kamu sekalian) lafal ayat ini dapat dibaca secara Tahqiq dan dapat pula ia dibaca secara Tas-hil sebagaimana keterangan sebelumnya
(yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri") yakni taat dan tunduk kepadaku. Maka aku harus mengambil singgasananya itu sebelum mereka datang, bukan sesudahnya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 38 |
Tafsir ayat 38-40
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Yazid ibnu Ruman yang telah mengatakan bahwa setelah utusan-utusan itu kembali kepada ratunya dengan membawa pesan Nabi Sulaiman, maka ratu mereka berkata, "Sesungguhnya,
demi Allah, aku mengetahui bahwa dia bukanlah seorang raja, dan kita tidak akan mampu melawannya, tiada pula artinya kebesaran kita di hadapannya." Kemudian Ratu Balqis mengirimkan kurirnya untuk memberitahukan
kepada Nabi Sulaiman bahwa ia akan datang bersama semua pembesar kaumnya untuk menyaksikan sendiri keadaan Nabi Sulaiman dan agama yang diserukannya. Kemudian Ratu Balqis memerintahkan agar singgasana yang biasa
dipakai duduk olehnya diamankan. Singgasananya terbuat dari emas yang dihiasi dengan batu yaqut, zabarjad, dan mutiara, lalu disimpan di bagian yang terdalam dari tujuh ruangan yang berlapis-lapis; masing-masing ruangan
dikunci pintunya. Dan Balqis berkata kepada petugas yang diserahi tugas untuk menggantikan kedudukannya selama ia pergi, "Jagalah singgasana kerajaanku ini dengan segenap kekuatan dan fasilitas yang ada pada kamu,
jangan biarkan seorang manusia pun masuk ke dalamnya dan jangan sekali-kali kamu memperlihatkannya kepada seorang pun sebelum aku datang." Kemudian berangkatlah Balqis menuju negara Nabi Sulaiman bersama
dua belas ribu iring-iringan yang terdiri dari semua raja negeri Yaman; masing-masing iringan terdiri dari ribuan prajurit. Nabi Sulaiman Menugaskan jin-jin untuk memantau perjalanan Ratu Balqis dan melaporkan kepadanya setiap hari
dan malamnya. Manakala Ratu Balqis beserta iringannya telah dekat, maka Nabi Sulaiman mengumpulkan semua jin dan manusia yang berada di bawah kekuasaannya, lalu ia berkata kepada mereka: Hai pembesar-pembesar,
siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri? (An-Naml: 38) Qatadah mengatakan bahwa ketika sampai kepada Nabi Sulaiman
bahwa Balqis akan tiba dan telah diceritakan kepadanya perihal singgasana Balqis, maka ia merasa kagum dengan kisahnya. Disebutkan bahwa singgasana Balqis terbuat dari emas, kaki-kakinya terbuat dari mutiara dan batu permata,
sedangkan penutupnya terbuat dari kain sutra tebal dan kain sutra tipis; dan singgasana itu diletakkan di balik pintu sembilan lapis. Maka Nabi Sulaiman tertarik ingin merampas singgasana itu, tetapi ia tidak suka bila merampasnya,
sedangkan pemiliknya telah masuk Islam. Nabi Sulaiman a.s. telah mengetahui bahwa bilamana mereka telah masuk Islam, maka haramlah harta benda dan darah mereka baginya. Untuk itu ia berkata: Hai pembesar-pembesar,
siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri? (An-Naml: 38) Hal yang sama telah dikatakan oleh Ata Al-Khurrasani, As-Saddi,
dan Zuhair ibnu Muhammad.
{قَبْلَ أَنْ يَأْتُونِي مُسْلِمِينَ}
sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri? (An-Naml: 38) Bila telah demikian, berarti haram bagiku harta benda mereka karena mereka telah masuk Islam.
{قَالَ عِفْريتٌ مِنَ الْجِنِّ}
'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin berkata. (An-Naml: 39) Menurut Mujahid, 'Ifrit artinya jin yang jahat. Syu'aib Al-Jiba-i mengatakan bahwa nama 'Ifrit itu adalah Kauzan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Muhammad ibnu Ishaq,
dari Yazid ibnu Ruman; dan hal yang sama dikatakan pula oleh Wahb ibnu Munabbih dan Abu Saleh, disebutkan bahwa besarnya 'Ifrit tersebut sama dengan sebuah bukit.
{أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ تَقُومَ مِنْ مَقَامِكَ}
Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu. (An-Naml: 39) Ibnu Abbas mengatakan, makna yang dimaksud ialah sebelum Nabi Sulaiman bangkit meninggalkan majelisnya.
Mujahid mengatakan, dari tempat duduknya. As-Saddi dan lain-lainnya mengatakan bahwa Sulaiman a.s. biasa duduk di majelisnya untuk melakukan peradilan dan keputusan hukum di antara orang-orang, juga untuk memberi makan
mulai dari permulaan siang hari hingga matahari tergelincir.
{وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ}
sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya. (An-Naml: 39) Ibnu Abbas mengatakan, bahwa 'Ifrit itu kuat membawanya lagi dapat dipercaya untuk menjaga semua permata yang ada di dalam singgasana itu.
Maka Nabi Sulaiman berkata, "Aku menginginkan lebih cepat dari itu." Dapat disimpulkan bahwa Nabi Sulaiman bermaksud mendatangkan singgasana itu untuk menampakkan kebesaran dari apa yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadanya,
yaitu kerajaan dan bala tentara yang ditundukkan untuknya; belum pernah ada seorang pun yang dianugerahi pemberian seperti itu dan tidak pula sesudahnya. Agar hal tersebut dijadikan sebagai bukti kenabiannya di hadapan Ratu Balqis
dan kaumnya. Karena suatu hal yang luar biasa bila singgasananya didatangkan seperti apa adanya (utuh) sebelum mereka datang ke hadapan Sulaiman a.s. Padahal singgasana itu ditaruh di tempat yang terkunci berlapis-lapis
dan di bawah pengawalan dan penjagaan yang sangat ketat. Ketika Sulaiman a.s. mengatakan bahwa ia menginginkan yang lebih cepat dari itu,
{قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ}
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab. (An-Naml: 40) Ibnu Abbas mengatakan bahwa nama orang itu adalah Asif, sekretaris Nabi Sulaiman. Hal yang sama diriwayatkan oleh Muhammad ibnu Ishaq, dari Yazid ibnu Ruman
yang telah mengatakan bahwa nama orang tersebut adalah Asif ibnu Barkhia, dia adalah seorang yang jujur lagi mengetahui Ismul A'zam. Qatadah mengatakan bahwa nama orang tersebut adalah Asif, seorang yang beriman
dari kalangan manusia. Hal yang sama telah dikatakan oleh Abu Saleh, Ad-Dahhak, dan Qatadah, bahwa dia adalah seorang manusia. Qatadah menyebutkan keterangan yang lebih lengkap, bahwa orang itu berasal dari Bani Israil.
Mujahid mengatakan bahwa nama orang itu adalah Astum. Menurut Qatadah dalam riwayat lain yang bersumber darinya, menyebutkan bahwa nama orang itu adalah Balikha. Zuhair ibnu Muhammad mengatakan, dia adalah seorang lelaki
yang dikenal dengan nama Zun Nur. Abdullah ibnu Lahi'ah menduga bahwa lelaki tersebut adalah Khidir, tetapi pendapatnya ini aneh sekali. Firman Allah Swt.:
{أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ}
Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip. (An-Naml: 40) Orang itu berkata kepada Sulaiman a.s., "Angkatlah pandangan matamu ke atas dan lihatlah sejauh matamu memandang, maka sesungguhnya
bila matamu merasa lelah dan berkedip, singgasana itu telah berada di hadapanmu." Wahb ibnu Munabbih mengatakan, "Layangkanlah pandangan matamu sejauh mataku memandang, maka sebelum pandangan matamu
mencapai pemandangan yang terjauh, aku telah dapat mendatangkan singgasana itu." Para ulama menyebutkan bahwa Asif meminta kepada Sulaiman a.s. agar memandang ke arah negeri Yaman tempat singgasana itu terdapat,
lalu Asif berwudu dan berdoa kepada Allah. Mujahid mengatakan bahwa Asif mengatakan dalam doanya, "Ya Zal Jalali Wal Ikram," yang artinya "Ya Tuhan yang memiliki keagungan dan kemuliaan". Az-Zuhri mengatakan bahwa Asif
mengatakan dalam doanya, "Ya Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali hanya Engkau, datangkanlah 'Arasynya kepadaku." Maka seketika itu juga singgasana
('Arasy)nya berada di hadapannya. ,Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Muhammad ibnu Ishaq, Zuhair ibnu Muhammad, dan lain-lainnya mengatakan bahwa setelah berdoa memohon kepada Allah Swt. agar singgasana Balqis didatangkan di hadapannya,
saat itu singgasana berada di negeri Yaman, sedangkan Nabi Sulaiman berada di Baitul Maqdis, maka singgasana Balqis hilang dan masuk ke dalam tanah kemudian muncul di hadapan Sulaiman a.s. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam
mengatakan, Sulaiman tidak menyadari bahwa singgasana Balqis dalam sekejap mata telah berada di hadapannya. Dan yang membawa ke hadapannya adalah salah seorang dari hamba Allah yang ada di laut. Setelah singgasana Balqis
berada di hadapannya dan para pembesar kerajaannya menyaksikan hal itu,
{قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي}
ia pun berkata, "Ini termasuk karunia Tuhanku.” (An-Naml: 40) Yaitu ini adalah nikmat Allah yang diberikan kepadaku.
{أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ}
untuk mencoba aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. (An-Naml: 40) Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman Allah Swt. yang mengatakan:
{مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا}
Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang berbuat jahat, maka (dosanya) atas dirinya sendiri. (Fussilat: 46)
{وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلأنْفُسِهِمْ يَمْهَدُونَ}
dan barang siapa yang beramal saleh, maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan). (Ar-Rum: 44) Adapun firman Allah Swt.:
{وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ}
Dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia. (An-Naml: 40) Artinya Allah Mahakaya, tidak memerlukan hamba-hamba-Nya dan juga penyembahan mereka,
{كَرِيمٌ}
lagi Mahamulia. (An-Naml: 40) Zat Allah Mahamulia, sekalipun tidak ada seseorang yang menyembah-Nya, kebesaran Allah tidak memerlukan kepada seseorang pun dari makhluk-Nya. Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh Musa:
{إِنْ تَكْفُرُوا أَنْتُمْ وَمَنْ فِي الأرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ}
Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji. (Ibrahim: 8) Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan bahwa Allah Swt. telah berfirman dalam hadis Qudsi-Nya:
"يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ، وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ مِنْكُمْ، مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا. يَا عِبَادِي، لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ، وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ، كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ مِنْكُمْ، مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مِلْكِي شَيْئًا. يَا عِبَادِي، إِنَّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ [ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا] فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ، وَمِنْ وَجَدَ غَيْرَ ذلك فلا يلومن إلا نفسه"
Hai hamba-hamba-Ku, seandainya orang-orang yang pertama dan orang-orang yang terkemudian dari kalian; baik manusia maupun jin semuanya bertakwa seperti seseorang yang paling bertakwa di antara kalian, maka hal itu sama sekali
tidak menambah apa pun di dalam kerajaan-Ku. Hai hamba-hamba-Ku, seandainya orang-orang yang pertama dari kalian dan yang terkemudian baik manusia maupun jin semuanya durhaka seperti orang yang paling durhaka di antara kalian,
maka hal itu sama sekali tidak mengurangi sedikit pun dalam kerajaan-Ku. Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya hal itu hanyalah amal perbuatan kalian, Akulah yang menghitung hitungnya bagi kalian, kemudian Aku tunaikan bagi kalian
pembalasannya. Barang siapa yang menjumpai kebaikan (dalam balasannya), hendaklah ia memuji kepada Allah; dan barang siapa yang menjumpai selain dari itu, maka jangan sekali-kali ia mencela kecuali dirinya sendiri.
Surat An-Naml |27:39|
قَالَ عِفْرِيتٌ مِنَ الْجِنِّ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ تَقُومَ مِنْ مَقَامِكَ ۖ وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ
qoola 'ifriitum minal-jinni ana aatiika bihii qobla an taquuma mim maqoomik, wa innii 'alaihi laqowiyyun amiin
'Ifrit dari golongan jin berkata, "Akulah yang akan membawanya kepadamu sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu, dan sungguh, aku kuat melakukannya dan dapat dipercaya."
A powerful one from among the jinn said, "I will bring it to you before you rise from your place, and indeed, I am for this [task] strong and trustworthy."
(Ifrit dari golongan jin berkata,) yakni jin yang paling kuat lagi keras ("Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu)
dari majelis tempat ia melakukan peradilan di antara orang-orang, yaitu dari mulai pagi sampai tengah hari (dan sesungguhnya aku benar-benar kuat) untuk membawanya
(lagi dapat dipercaya.") atas semua permata dan batu-batu berharga lainnya yang ada pada singgasananya itu. Maka Nabi Sulaiman berkata, "Aku menginginkan yang lebih cepat dari itu".
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 39 |
Penjelasan ada di ayat 38
Surat An-Naml |27:40|
قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ ۚ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
qoolallażii 'indahuu 'ilmum minal-kitaabi ana aatiika bihii qobla ay yartadda ilaika thorfuk, fa lammaa ro`aahu mustaqirron 'indahuu qoola haażaa min fadhli robbii, liyabluwaniii a asykuru am akfur, wa man syakaro fa innamaa yasykuru linafsih, wa mang kafaro fa inna robbii ghoniyyung kariim
Seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab berkata, "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip." Maka ketika dia (Sulaiman) melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata, "Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barang siapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, Maha Mulia."
Said one who had knowledge from the Scripture, "I will bring it to you before your glance returns to you." And when [Solomon] saw it placed before him, he said, "This is from the favor of my Lord to test me whether I will be grateful or ungrateful. And whoever is grateful - his gratitude is only for [the benefit of] himself. And whoever is ungrateful - then indeed, my Lord is Free of need and Generous."
(Seorang yang mempunyai ilmu dari Al kitab) yang diturunkan (berkata,) ia bernama Ashif ibnu Barkhiya; dia terkenal sangat jujur dan mengetahui tentang asma Allah Yang Teragung,
yaitu suatu asma apabila dipanjatkan doa niscaya doa itu dikabulkan ("Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip") jika kamu tujukan pandanganmu itu kepada sesuatu.
Maka Ashif berkata kepadanya, "Coba lihat langit itu", maka Nabi Sulaiman pun menujukan pandangannya ke langit, setelah itu ia mengembalikan pandangannya ke arah semula sebagaimana biasanya,
tiba-tiba ia menjumpai singgasana ratu Balqis itu telah ada di hadapannya. Ketika Nabi Sulaiman mengarahkan pandangannya ke langit, pada saat itulah Ashif berdoa dengan mengucapkan Ismul A'zham,
seraya meminta kepada Allah supaya Dia mendatangkan singgasana tersebut, maka dikabulkan permintaan Ashif itu oleh Allah. Sehingga dengan seketika singgasana itu telah berada di hadapannya.
Ibaratnya Allah meletakkan singgasana itu di bawah bumi, lalu dimunculkan-Nya di bawah singgasana Nabi Sulaiman. (Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak) telah berada
(di hadapannya, ia pun berkata, "Ini) yakni didatangkannya singgasana itu untukku (termasuk karunia Rabbku untuk mencoba aku) untuk menguji diriku (apakah aku bersyukur) mensyukuri nikmat,
lafal ayat ini dapat dibaca Tahqiq dan Tas-hil (atau mengingkari) nikmat-Nya. (Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya) artinya pahalanya itu untuk dirinya sendiri
(dan barang siapa yang ingkar) akan nikmat-Nya (maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya) tidak membutuhkan kesyukurannya (lagi Maha Mulia") yakni tetap memberikan kemurahan kepada orang-orang yang mengingkari nikmat-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 40 |
Penjelasan ada di ayat 38
Surat An-Naml |27:41|
قَالَ نَكِّرُوا لَهَا عَرْشَهَا نَنْظُرْ أَتَهْتَدِي أَمْ تَكُونُ مِنَ الَّذِينَ لَا يَهْتَدُونَ
qoola nakkiruu lahaa 'arsyahaa nanzhur a tahtadiii am takuunu minallażiina laa yahtaduun
Dia (Sulaiman) berkata, "Ubahlah untuknya singgasananya, kita akan melihat apakah dia (Balqis) mengenal, atau tidak mengenalnya lagi."
He said, "Disguise for her her throne; we will see whether she will be guided [to truth] or will be of those who is not guided."
(Dia berkata, "Ubahlah baginya singgasananya) yaitu bentuknya sehingga bila kelak ia melihatnya tidak yakin bahwa singgasana itu miliknya sendiri, (maka kita akan melihat apakah dia mengenal)
yakni dapat mengetahuinya (ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenalnya") tidak mengetahuinya karena telah mengalami perubahan.
Nabi Sulaiman sengaja melakukan hal ini untuk menguji kecerdasan akalnya, karena menurut kata orang-orang dia berakal cerdas. Maka mereka segera mengubah singgasana itu dengan cara menambahi dan mengurangi serta memoles bagian-bagiannya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 41 |
Tafsir ayat 41-44
Setelah singgasana Balqis didatangkan kepada Nabi Sulaiman sebelum Balqis tiba di hadapannya, maka ia memerintahkan agar singgasana itu dirubah sebagian spesifikasinya (sebagian ciri khasnya) untuk menguji pengetahuan
dan kekuatan daya ingatnya saat melihat singgasananya yang telah diubah itu. Apakah dia dapat menebak bahwa itu adalah singgasananya ataukah tidak dapat menebaknya? Untuk itu Nabi Sulaiman berkata:
{نَكِّرُوا لَهَا عَرْشَهَا نَنْظُرْ أَتَهْتَدِي أَمْ تَكُونُ مِنَ الَّذِينَ لَا يَهْتَدُونَ}
"Ubahlah baginya singgasananya; maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenalinya).”(An-Naml: 41) Ibnu Abbas mengatakan, Sebagian aksesori singgasana itu dilepas.
Mujahid mengatakan bahwa Sulaiman a.s. memerintahkan agar apa yang tadinya berwarna merah diubah dengan warna kuning, yang tadinya berwarna kuning diubah menjadi merah, dan yang tadinya berwarna hijau diubah menjadi merah,
semua warna diubah dari keadaan semula. Ikrimah mengatakan bahwa mereka melakukan penambahan dan pengurangan pada singgasana tersebut. Qatadah mengatakan bahwa yang tadinya diletakkan di bagian atas ditaruh di bawah,
dan yang tadinya ditaruh di belakang diletakkan di muka, lalu mereka melakukan sedikit modifikasi penambahan dan pengurangan padanya.
{فَلَمَّا جَاءَتْ قِيلَ أَهَكَذَا عَرْشُكِ}
Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya, “Serupa inikah singgasanamu?” (An-Naml: 42) Ditampilkan ke hadapan Balqis singgasananya yang telah diubah dan yang telah dimodifikasi dengan sedikit penambahan dan pengurangan.
Namun Ratu Balqis berakal cerdik dan teliti. Selain itu orangnya pandai, berwibawa dan tegas. Maka ia tidak berani tergesa-gesa memutuskan bahwa itu adalah singgasananya, mengingat jarak perjalanan yang sangat jauh
(antara Yaman dan Baitul Maqdis). Ia tidak berani pula mengatakan bahwa singgasana itu adalah yang lain, mengingat padanya masih banyak terdapat ciri-ciri khas singgasana miliknya yang masih utuh, hanya telah mengalami modifikasi
dan perubahan. Maka ia mengatakan:
{كَأَنَّهُ هُوَ}
Seakan-akan singgasana ini singgasanaku. (An-Naml: 42) Yakni mirip dengannya dan sangat mendekatinya, Ungkapan ini menunjukkan kecerdikan dan kecermatannya. Firman Allah Swt.:
{وَأُوتِينَا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهَا وَكُنَّا مُسْلِمِينَ}
kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri. (An-Naml: 42) Menurut Mujahid, yang mengatakan ini adalah Nabi Sulaiman. Firman Allah Swt.:
{وَصَدَّهَا مَا كَانَتْ تَعْبُدُ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنَّهَا كَانَتْ مِنْ قَوْمٍ كَافِرِينَ}
Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir. (An-Naml: 43) Ini pun merupakan kelanjutan dari perkataan
Nabi Sulaiman a.s. menurut pendapat Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, serta selain keduanya. Yakni Nabi Sulaiman mengatakan: kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri. (An-Naml: 42)
Sedangkan Balqis dihalang-halangi untuk menyembah Allah semata oleh: apa yang disembahnya selama ini selain Allah, karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir. (An-Naml: 43)
Ini menurut apa yang dikatakan oleh Mujahid, Sa'id, dan Hasan; Ibnu Jarir pun mengatakan hal yang sama. Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, dapat pula ditakwilkan bahwa damir yang terkandung di dalam firman-Nya, "Wasaddaha,"
kembali (merujuk) kepada Sulaiman atau kepada Allah Swt. Yakni Allah atau Nabi Sulaiman mencegahnya untuk menyembah selain Allah, karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir. (An-Naml: 43)
Menurut hemat kami, pendapat Mujahid diperkuat oleh firman selanjutnya yang membuktikan bahwa sesungguhnya Balqis baru menampakkan keislamannya hanyalah setelah ia memasuki istana kaca. Firman Allah Swt.:
{قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الصَّرْحَ فَلَمَّا رَأَتْهُ حَسِبَتْهُ لُجَّةً وَكَشَفَتْ عَنْ سَاقَيْهَا}
Dikatakan kepadanya.”Masuklah ke dalam istana.” Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya.t (An-Naml: 44) Demikian itu karena sebelumnya Nabi Sulaiman memerintahkan
kepada setan-setan agar membangunkan istana besar dari kaca untuknya, lalu dialirkan air di bawah istana tersebut. Bagi orang yang tidak mengetahuinya tentu akan menyangkanya air, padahal ada kaca yang menghalang-halanginya.
Para ulama berbeda pendapat tentang motivasi yang mendorong Nabi Sulaiman membuat istana kaca tersebut. Menurut suatu pendapat, karena Nabi Sulaiman bertekad akan mengawininya dan menjadikannya sebagai teman hidupnya,
mengingat Balqis adalah wanita yang cantik dan mempesona. Tetapi menurut desas-desus, betisnya penuh dengan bulu, dan tumit kakinya seperti tumit kaki hewan (berteracak). Mendengar berita itu Nabi Sulaiman merasa tidak enak,
maka sengaja ia membuat istana tersebut untuk membuktikan kebenaran dari berita tersebut. Demikianlah menurut kisah yang dituturkan oleh Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi dan lain-lainnya.Setelah Balqis memasuki istana itu dan menyingkapkan
kainnya dari betisnya, maka Nabi Sulaiman melihat betis dan kakinya sangat indah. Belum pernah ia melihat wanita yang memiliki betis seindah itu, tetapi sayangnya betisnya berbulu. Karena Balqis adalah seorang ram lagi masih belum bersuami,
maka Sulaiman menginginkan agar bulu itu dilenyapkan dari kedua kakinya. Lalu ada yang mengatakan kepadanya bahwa cara melenyapkannya adalah dengan memakai pisau cukur, tetapi tukang cukur mengatakan tidak mampu melenyapkannya.
Nabi Sulaiman tidak suka dengan rambut tersebut, akhirnya ia mengatakan kepada jin, "Buatlah sesuatu selain pisau cukur untuk melenyapkan rambut itu." Maka jin membuatkan untuk Nabi Sulaiman obat Nurah yang khusus untuk
menghilangkan rambut. Sejak saat itulah bahan tersebut terkenal sebagai obat pelenyap rambut. Demikianlah menurut pendapat Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, As-Saddi, Ibnu Juraij, dan lain-lainnya.
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Yazid ibnu Ruman, bahwa lalu Nabi Sulaiman berkata kepada Balqis, "Masuklah ke dalam istana ini," dengan maksud untuk memperlihatkan kepadanya istana yang lebih megah daripada istananya,
dan kerajaan yang jauh lebih besar daripada kerajaannya. Ketika Balqis memasukinya, ia menduga bahwa istana itu kolam air. Maka ia mengangkat kainnya sehingga kedua betisnya kelihatan, karena ia tidak ragu bahwa ia
akan memasuki kolam air. Maka dikatakan kepadanya bahwa itu adalah istana licin yang terbuat dari kaca. Setelah Balqis berdiri di hadapan Sulaiman a.s., maka Sulaiman mengajaknya untuk menyembah Allah Swt. dan mengecam
penyembahan dia terhadap matahari selain dari Allah. Al-Hasan Al-Basri mengatakan, ketika Ratu Balqis menyaksikan istana kaca itu, ia merasa yakin bahwa dirinya telah melihat istana yang lebih besar daripada istananya.
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari sebagian ulama, dari Wahb ibnu Munabbih yang telah menceritakan bahwa Sulaiman memerintahkan kepada para setan agar dibangunkan sebuah istana yang terbuat dari kaca
yang warnanya putih bersih seperti air (yakni sangat jernih), lalu dialirkan air di bawah istana, kemudian singgasananya diletakkan di dalamnya dan Nabi Sulaiman duduk di atasnya, sedangkan burung-burung, jin, dan manusia
berada di dalam istana itu mengelilinginya. Selanjutnya Nabi Sulaiman berkata kepada Balqis. ”Masuklah ke dalam istana ini," untuk memperlihatkan kepadanya istana yang lebih besar dan lebih megah daripada istananya.
Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. (An-Naml: 44) Balqis tidak meragukan lagi bahwa yang dimasukinya adalah kolam air. Maka dikatakan kepadanya:
Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca. (An-Naml: 44) Setelah Balqis berdiri di hadapan Nabi Sulaiman, maka Nabi Sulaiman menyerunya untuk menyembah Allah Swt. semata dan mengecam penyembahannya
terhadap matahari selain Allah. Maka Balqis menjawab dengan jawaban orang-orang kafir zindiq. Hal itu membuat Nabi Sulaiman jatuh menyungkur bersujud kepada Allah Swt. karena merasa ngeri dengan apa yang dikatakan oleh Balqis,
dan semua orang pun ikut sujud bersamanya. Menyaksikan pemandangan tersebut Ratu Balqis menyesali perbuatannya, dan ketika Nabi Sulaiman mengangkat kepalanya dan mengulangi pertanyaannya,
"Celakalah apa yang tadi kamu katakan?" Balqis menjawab, "Saya lupa apa yang tadi saya katakan," lalu Balqis berkata meralat ucapannya yang tadi, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.” (An-Naml: 44) Akhirnya Balqis masuk Islam dan berbuat baik dalam Islamnya.
Imam Abu Bakar ibnu Abu Syaibah sehubungan dengan kisah ini telah meriwayatkan sebuah asar yang garib (aneh). Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Ali, dari Zaidah, telah menceritakan kepadaku
Ata ibnus Sa-ib, telah menceritakan kepada kami Mujahid ketika kami berada di kabilah Al-Azd; ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Nabi Sulaiman duduk di atas singgasananya,
kemudian diletakkan kursi-kursi di sekitarnya. Maka duduklah padanya manusia, lalu jin, lalu setan. Setelah itu datanglah angin, lalu angin mengangkat mereka, sedangkan burung-burung menaungi mereka. Kemudian berangkatlah mereka
selama masa yang dikehendaki oleh seorang pengendara; turun istirahat selama sebulan dan bepergian selama sebulan. Pada suatu hari ketika Nabi Sulaiman berada dalam perjalanannya, ia mencari-cari burung hud-hud. tetapi ternyata
ia tidak melihatnya. Maka ia berkata, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: "Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir? Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras,
atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang.” (An-Naml: 20-21). Azab yang diancamkan oleh Sulaiman a.s. terhadap burung hud-hud ialah bahwa ia
akan mencabuti seluruh bulunya, lalu melemparkannya ke padang pasir, sehingga akan dimakan oleh semut dan serangga lainnya yang ada di tanah. Ata mengatakan bahwa Sa'id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas
hal yang semisal dengan hadis yang diceritakan oleh Mujahid. Maka tidak lama kemudian. (An-Naml: 22) sampai dengan firman-Nya: Akan kami lihat apakah kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.
Pergilah dengan (membawa) suratku ini. (An-Naml: 27-28). Lalu Nabi Sulaiman menulis suratnya, bahwa dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, ditujukan kepada Balqis. Janganlah kamu
sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri. (An-Naml: 31). Setelah hud-hud melemparkan surat itu kepada Balqis yang saat itu terpaku menyaksikan pemandangan
yang menakjubkan itu. Lalu ia buka surat itu dan membacanya, kemudian ia berkata (kepada para pembesar kerajaannya), "Sesungguhnya ini adalah surat yang mulia, dan sesungguhnya surat ini dari Sulaiman, yang isinya mengatakan,
'Janganlah kalian berlaku sombong terhadapku, dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri'.' Para pembesar kerajaannya mengatakan, "Kita adalah orang-orang yang mempunyai kekuatan." Balqis menjawab,
"Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan sesungguhnya aku akan mengirimkan kepada mereka (Sulaiman dan para pembesar kerajaannya) suatu hadiah, dan aku akan menunggu
apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu." Ketika hadiah itu sampai kepada Sulaiman, ia mengatakan, "Apakah kalian layak menolong aku dengan harta? Kembalilah kepada rajamu." Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya kepada kami,
bahwa ketika Nabi Sulaiman melihat debu yang beterbangan, sedangkan jarak antara Nabi Sulaiman dan Ratu Saba dengan pasukannya saat ia melihat debu yang menandakan kedatangan mereka, sama dengan jarak antara kita dan negeri Hirah.
Ata dan Mujahid mengatakan bahwa saat itu kami berada di tempat Kabilah Azd. Nabi Sulaiman berkata, "Siapakah di antara kalian yang dapat mendatangkan singgasana Balqis ke hadapanku ?" Disebutkan bahwa jarak antara letak
singgasana Balqis dan Nabi Sulaiman saat melihat debu kedatangan mereka sama dengan jarak perjalanan dua bulan. Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin, "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu
sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu.” (An-Naml: 39) Disebutkan bahwa Nabi Sulaiman mempunyai majelis yang biasa ia duduk padanya untuk melayani orang-orang, sebagaimana halnya para raja duduk. Setelah urusannya selesai,
ia baru bangkit meninggalkannya. Maka jin 'Ifrit itu berkata kepadanya: Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu. (An-Naml: 39) Sulaiman menjawab,
"Aku menginginkan yang lebih cepat dari itu." Maka berkatalah orang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab, "Aku akan melihat Kitab Tuhanku, kemudian aku akan mendatangkannya kepadamu sebelum matamu berkedip." Maka Nabi Sulaiman
memandang ke arahnya. Setelah pembicaraannya selesai, lalu Nabi Sulaiman mengedipkan pandangan matanya, dan ternyata singgasana Balqis muncul dari bawah telapak kaki Sulaiman, persis dibawah tempat Nabi Sulaiman meletakkan
kedua kakinya, lalu Nabi Sulaiman menaiki singgasana itu. Setelah Sulaiman a.s. melihat singgasana Balqis telah berada di hadapannya, maka ia mengatakan: Ini termasuk karunia Tuhanku. (An-Naml: 40), hingga akhir ayat. Lalu Nabi Sulaiman
berkata: Ubahlah baginya singgasananya! (An-Naml: 41) Setelah Balqis datang, dikatakan kepadanya: Serupa inikah singgasanamu? Dia menjawab, "Seakan-akan singgasana ini singgasanaku.” (An-Naml: 42) Setelah datang
di hadapan Sulaiman a.s., maka Balqis meminta dua perkara kepadanya. Ia berkata kepada Nabi Sulaiman, "Aku menginginkan air yang bukan berasal dari bumi, bukan pula dari langit." Kebiasaan Nabi Sulaiman apabila dimintai
sesuatu terlebih dahulu meminta saran kepada manusia, lalu jin, dan terakhir setan. Maka setan-setan berkata, "Itu mudah, larikanlah kuda, kemudian ambillah keringatnya dan masukkan ke dalam sebuah wadah." Maka Nabi Sulaiman
memerintahkan agar kudanya dipacu, lalu keringatnya diambil dan dimasukkan ke dalam sebuah wadah. Sedangkan permintaan yang kedua, Balqis meminta agar Sulaiman memberikan jawaban kepadanya tentang warna Allah Swt.
Maka Sulaiman melompat dari singgasananya dan menyungkur bersujud seraya berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya dia lelah meminta kepadaku suatu perkara yang sangat memberatkan hatiku bila kukemukakan kepada-Mu"
Maka Allah berfirman, "Angkatlah kepalamu, sesungguhnya Akulah yang memberikan kecukupan kepadamu terhadap mereka." Maka Sulaiman a.s. kembali duduk di atas singgasananya dan bertanya, "Apakah yang engkau katakan tadi?”
Balqis menjawab, "Saya tidak meminta kepadamu selain dari air." Lalu Nabi Sulaiman menanyakan kepada bala tentaranya tentang apa yang telah dimintanya. Mereka menjawab, "Balqis tidak meminta kepadamu selain air."
Mereka semua dibuat lupa oleh Allah Swt. Setan-setan berkata, "Sesungguhnya Sulaiman bermaksud menjadikan Balqis sebagai istrinya; dan jika ia menjadikannya sebagai istrinya, lalu lahirlah anak-anak darinya, pastilah kita terus-menerus
diperbudak olehnya." Kemudian setan-setan itu membuat istana yang licin dari kaca, di dalamnya terdapat ikan-ikan. Maka dikatakan kepada Balqis, "Masuklah ke dalam istana." Ketika Balqis melihat istana itu, ia menyangkanya kolam yang besar.
Lalu ia menyingkapkan betisnya, dan ternyata betisnya itu penuh dengan bulu. Maka Sulaiman berkata, "Ini amat buruk, lalu apakah yang dapat melenyapkan bulu-bulu itu?" Mereka menjawab, "Pakai saja pisau cukur." Sulaiman berkata,
"Bekas pisau cukur jelek." Maka setan-setan membuat bahan ramuan khusus yang disebut mirah (untuk melenyapkan rambut). Bahan ini mula-mula dibuat adalah untuk Nabi Sulaiman. Kemudian Abu Bakar ibnu Abu Syaibah mengatakan,
"Alangkah menariknya kisah ini." Menurut hemat kami, bahkan kisah ini munkar dan garib sekali, barangkali kisah ini bersumber dari ilusi Ata ibnus Sa-ib yang disandarkan kepada Ibnu Abbas. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Sebenarnya kisah-kisah seperti ini bersumber dari Ahli Kitab berdasarkan apa yang mereka temukan di dalam lembaran-lembaran kitab-kitab mereka, seperti halnya riwayat-riwayat yang bersumber dari Ka'b ibnu Malik dan Wahb ibnu Munabbih,
semoga Allah memaafkan keduanya. Mereka berdua menukilnya dari berita-berita Bani Israil kepada umat ini; kisah-kisahnya penuh dengan keanehan dan keajaiban di masa silam, termasuk pula hal-hal yang benar terjadi dan yang tidak terjadi
karena telah diubah dan diganti serta di-mansukh. Namun Allah Swt. telah memberikan kecukupan kepada kita dari hal-hal seperti itu melalui berita yang sahih dari-Nya, lebih bermanfaat dan lebih jelas, segala puji bagi Allah Swt.
yang telah mengaruniakannya kepada kita. Pengertian as-sarh menurut bahasa Arab adalah istana dan semua bangunan yang tinggi (tower). Allah Swt. telah berfirman, menceritakan tentang Fir'aun, la'natullah, bahwa ia pernah berkata kepada Haman,
pembantunya:
{ابْنِ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَبْلُغُ الأسْبَابَ}
Buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu. (Al-Mu-min: 36), hingga ayat-ayat berikutnya. As-sarh juga nama sebuah istana yang tinggi di negeri Yaman. Al-Mumarrad artinya kokoh bangunannya lagi licin (halus).
{مِنْ قَوَارِيرَ}
terbuat dari kaca. (An-Naml: 44) Yakni istana kaca. Yang dimaksud dengan tamrid ialah membuatnya licin, dan marid adalah nama sebuah benteng di Daumatul Jandal. Makna yang dimaksud ialah bahwa Nabi Sulaiman membuat istana besar
yang terbuat dari bahan kaca untuk menyambut kedatangan Balqis, guna memperlihatkan kepadanya kebesaran kerajaan dan pengaruhnya yang sangat kuat. Tatkala Balqis melihat apa yang dianugerahkan oleh Allah kepada Sulaiman
berupa kebesaran yang dimilikinya dan ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri kebesaran Nabi Sulaiman, maka tunduklah ia kepada perintah Allah dan meyakini bahwa dia adalah seorang nabi yang mulia lagi seorang raja yang besar.
Dan Balqis berserah diri kepada Allah Swt., lalu ia mengatakan:
{رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي}
Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku. (An-Naml: 44) Maksudnya, perbuatan-perbuatan zalim yang pernah dilakukannya, yaitu berupa kekafiran, kemusyrikan, dan penyembahan beserta kaumnya kepada matahari, selain Allah.
{وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam. (An-Naml: 44) Artinya, Balqis mengikuti agama Nabi Sulaiman a.s., yaitu menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, Yang telah menciptakan segala sesuatu dan menentukan kadarnya masing-masing serapi-rapi nya.
Surat An-Naml |27:42|
فَلَمَّا جَاءَتْ قِيلَ أَهَٰكَذَا عَرْشُكِ ۖ قَالَتْ كَأَنَّهُ هُوَ ۚ وَأُوتِينَا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهَا وَكُنَّا مُسْلِمِينَ
fa lammaa jaaa`at qiila a haakażaa 'arsyuk, qoolat ka`annahuu huw, wa uutiinal-'ilma ming qoblihaa wa kunnaa muslimiin
Maka ketika dia (Balqis) datang, ditanyakanlah (kepadanya), "Serupa inikah singgasanamu?" Dia (Balqis) menjawab, "Seakan-akan itulah dia." (Dan dia Balqis berkata), "Kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)."
So when she arrived, it was said [to her], "Is your throne like this?" She said, "[It is] as though it was it." [Solomon said], "And we were given knowledge before her, and we have been Muslims [in submission to Allah].
(Dan ketika Balqis datang, ditanyakan) kepadanya, ("Serupa inikah singgasanamu") apakah singgasanamu mirip seperti ini. (Dia menjawab, "Seakan-akan singgasana ini singgasanaku")
ternyata dia masih mengetahuinya dan di dalam jawabannya ini Balqis mengungkapkannya dengan memakai kata seakan-akan, sebagaimana apa yang telah mereka perbuat terhadap dirinya.
Karena jika ditanyakan, "Inikah singgasanamu", maka niscaya dia akan menjawab. "Ya". Maka Nabi Sulaiman berkata setelah mengetahui bahwa Balqis mempunyai makrifat dan ilmu
("Dan kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri") kepada Allah swt.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 42 |
Penjelasan ada di ayat 41
Surat An-Naml |27:43|
وَصَدَّهَا مَا كَانَتْ تَعْبُدُ مِنْ دُونِ اللَّهِ ۖ إِنَّهَا كَانَتْ مِنْ قَوْمٍ كَافِرِينَ
wa shoddahaa maa kaanat ta'budu min duunillaah, innahaa kaanat ming qouming kaafiriin
Dan kebiasaannya menyembah selain Allah mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), sesungguhnya dia (Balqis) dahulu termasuk orang-orang kafir.
And that which she was worshipping other than Allah had averted her [from submission to Him]. Indeed, she was from a disbelieving people."
(Dan telah mencegahnya) dari menyembah Allah (apa yang selama ini ia sembah selain Allah) (karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir) .
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 43 |
Penjelasan ada di ayat 41
Surat An-Naml |27:44|
قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الصَّرْحَ ۖ فَلَمَّا رَأَتْهُ حَسِبَتْهُ لُجَّةً وَكَشَفَتْ عَنْ سَاقَيْهَا ۚ قَالَ إِنَّهُ صَرْحٌ مُمَرَّدٌ مِنْ قَوَارِيرَ ۗ قَالَتْ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
qiila lahadkhulish-shor-ḥ, fa lammaa ro`at-hu ḥasibat-hu lujjataw wa kasyafat 'an saaqoihaa, qoola innahuu shor-ḥum mumarrodum ming qowaariir, qoolat robbi innii zholamtu nafsii wa aslamtu ma'a sulaimaana lillaahi robbil-'aalamiin
Dikatakan kepadanya (Balqis), "Masuklah ke dalam istana." Maka ketika dia (Balqis) melihat (lantai istana) itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya (penutup) kedua betisnya. Dia (Sulaiman) berkata, "Sesungguhnya ini hanyalah lantai istana yang dilapisi kaca." Dia (Balqis) berkata, "Ya Tuhanku, sungguh, aku telah berbuat zalim terhadap diriku. Aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan seluruh alam."
She was told, "Enter the palace." But when she saw it, she thought it was a body of water and uncovered her shins [to wade through]. He said, "Indeed, it is a palace [whose floor is] made smooth with glass." She said, "My Lord, indeed I have wronged myself, and I submit with Solomon to Allah, Lord of the worlds."
(Dan dikatakan pula kepadanya, "Masuklah ke dalam istana!") yang lantainya terbuat dari kaca yang bening sekali, kemudian di bawahnya ada air tawar yang mengalir yang ada ikannya. Nabi Sulaiman
sengaja melakukan demikian sewaktu ia mendengar berita bahwa kedua betis ratu Balqis dan kedua telapak kakinya seperti keledai. (Maka tatkala dia melihat lantai istana itu dikiranya kolam air)
yakni kolam yang penuh dengan air (dan disingkapkannya kedua betisnya) untuk menyeberangi yang ia duga sebagai kolam, sedangkan Nabi Sulaiman pada saat itu duduk di atas singgasananya di ujung lantai kaca itu,
maka ternyata ia melihat kedua betis dan kedua telapak kakinya indah. (Sulaiman berkata) kepada Balqis, ("Sesungguhnya ia adalah istana licin) dan halus (yang terbuat dari kaca")
kemudian Nabi Sulaiman mengajaknya untuk masuk Islam. (Balqis berkata, "Ya Rabbku! Sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku sendiri) dengan menyembah selain Engkau
(dan aku berserah diri) mulai saat ini (bersama Sulaiman kepada Allah, Rabb semesta alam.") kemudian Nabi Sulaiman berkehendak untuk mengawininya tetapi ia tidak menyukai rambut yang ada pada kedua betisnya.
Maka setan-setan membuat cahaya untuk Nabi Sulaiman, dengan cahaya itu lenyaplah bulu-bulu betisnya. Nabi Sulaiman menikahinya serta mencintainya, kemudian Nabi Sulaiman mengakui kerajaannya.
Tersebutlah, bahwa Nabi Sulaiman menggilirnya sekali setiap bulan, kemudian ia tinggal bersamanya selama tiga hari untuk setiap giliran. Disebutkan di dalam suatu riwayat,
bahwa Nabi Sulaiman telah diangkat menjadi raja sejak ia berumur tiga belas tahun. Pada saat ia meninggal dunia umurnya mencapai lima puluh tiga tahun; Maha Suci Allah yang tiada habis bagi kerajaan-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 44 |
Penjelasan ada di ayat 41
Surat An-Naml |27:45|
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ فَإِذَا هُمْ فَرِيقَانِ يَخْتَصِمُونَ
wa laqod arsalnaaa ilaa ṡamuuda akhoohum shooliḥan ani'budulloha fa iżaa hum fariiqooni yakhtashimuun
Dan sungguh, Kami telah mengutus kepada (kaum) Samud saudara mereka yaitu Salih (yang menyeru), "Sembahlah Allah!" Tetapi tiba-tiba mereka (menjadi) dua golongan yang bermusuhan.
And We had certainly sent to Thamud their brother Salih, [saying], "Worship Allah," and at once they were two parties conflicting.
(Dan sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kaum Tsamud saudara mereka) yang satu kabilah (Saleh, yang berseru, "Sembahlah Allah!") tauhidkanlah Dia.
(Tetapi tiba-tiba mereka jadi dua golongan yang bermusuhan) dalam masalah agama; segolongan terdiri dari orang-orang yang beriman kepadanya sejak ia diutus kepada mereka dan golongan yang lain adalah orang-orang kafir.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 45 |
Tafsir ayat 45-47
Allah Swt. menceritakan tentang kaum Samud dan kisah mereka bersama nabi mereka (yaitu Saleh a.s.) saat Nabi Saleh menyeru mereka untuk menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya.
{فَإِذَا هُمْ فَرِيقَانِ يَخْتَصِمُونَ}
Tetapi tiba-tiba mereka (jadi) dua golongan yang bermusuhan. (An-Naml: 45) Mujahid mengatakan bahwa ada yang mukmin dan ada yang kafir, sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{قَالَ الْمَلأ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا مِنْ قَوْمِهِ لِلَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِمَنْ آمَنَ مِنْهُمْ أَتَعْلَمُونَ أَنَّ صَالِحًا مُرْسَلٌ مِنْ رَبِّهِ قَالُوا إِنَّا بِمَا أُرْسِلَ بِهِ مُؤْمِنُونَ قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا بِالَّذِي آمَنْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ}
Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka, "Tahukah kalian bahwa Saleh diutus (menjadi rasul) oleh Tuhannya?” Mereka menjawab,
"Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu, yang Saleh diutus untuk menyampaikannya.” Orang-orang yang menyombongkan diri berkata, "Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kalian imani.” (Al-A?raf: 75-76)
Adapun firman Allah Swt.:
{قَالَ يَا قَوْمِ لِمَ تَسْتَعْجِلُونَ بِالسَّيِّئَةِ قَبْلَ الْحَسَنَةِ}
Dia berkata, "Hai kaumku, mengapa kalian minta disegerakan keburukan sebelum (kalian minta) kebaikan?” (An-Naml: 46) Maksudnya, mengapa kalian meminta agar disegerakan datangnya azab dan mengapa kalian tidak meminta dari Allah akan rahmat-Nya? Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{لَوْلا تَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ * قَالُوا اطَّيَّرْنَا بِكَ وَبِمَنْ مَعَكَ}
"Hendaklah kalian meminta ampun kepada Allah, agar kalian mendapat rahmat.'' Mereka menjawab, ‘Kami mendapat nasib yang malang karena kamu, dan orang-orang yang besertamu.” (An-Naml: 46-47)
Yakni kami tidak melihat pada wajahmu dan wajah orang-orang yang mengikutimu suatu kebaikan pun. Mereka adalah orang-orang yang amat celaka, sehingga tidak sekali-kali ada seseorang dari mereka yang tertimpa keburukan,
melainkan mengatakan bahwa ini akibat kesialan yang dibawa oleh Saleh dan para pengikutnya. Mujahid mengatakan, kaum Samud menganggap Nabi Saleh dan para pengikutnya sebagai pembawa kesialan.
Yang dimaksud dengan kesialan ini sama dengan apa yang diceritakan oleh Allah Swt. dalam kisah kaum Fir'aun, yaitu:
{فَإِذَا جَاءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوا لَنَا هَذِهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا بِمُوسَى وَمَنْ مَعَهُ}
Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata, "Ini adalah karena (usaha) kami.”Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. (Al-A'raf: 131), hingga akhir ayat. Dan firman Allah Swt.:
{وَإِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَقُولُوا هَذِهِ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَقُولُوا هَذِهِ مِنْ عِنْدِكَ قُلْ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ}
Dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, "Ini adalah dari sisi Allah.” Dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana, mereka mengatakan, "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad).” Katakanlah,
"Semuanya (datang) dari sisi Allah.” (An-Nisa: 78) Yakni berdasarkan ketetapan dan takdir-Nya. Dan firman Allah Swt. yang menceritakan tentang penduduk suatu kota ketika kedatangan utusan-utusan Allah:
{قَالُوا إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهُوا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ. قَالُوا طَائِرُكُمْ مَعَكُمْ}
Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami bernasib malang karena kalian, sesungguhnya jika kalian tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kalian dan kalian pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami.”
Utusan-utusan itu menjawab, "Kemalangan kalian itu adalah karena kalian sendiri.” (Yasin: 18-19), hingga akhir ayat. Dan dalam ayat surat ini disebutkan perkataan mereka melalui firman-Nya:
{اطَّيَّرْنَا بِكَ وَبِمَنْ مَعَكَ قَالَ طَائِرُكُمْ عِنْدَ اللَّهِ}
Kami mendapat nasib yang malang karena kamu dan orang-orang yang besertamu. Saleh berkata, "Nasib kalian ada pada sisi Allah, (bukan kami yang menjadi sebab). (An-Naml: 47) Maksudnya Allah-lah yang melakukan hal itu kepada kalian.
بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ تُفْتَنُونَ
tetapi kalian kaum yang diuji. (An-Naml: 47) Qatadah mengatakan, kalian diuji melalui ketaatan dan kedurhakaan. Makna lahiriah firman-Nya, "Tuftanun" artinya kalian sedang dibinasakan secara berangsur-angsur melalui kesesatan yang kalian kerjakan.
Surat An-Naml |27:46|
قَالَ يَا قَوْمِ لِمَ تَسْتَعْجِلُونَ بِالسَّيِّئَةِ قَبْلَ الْحَسَنَةِ ۖ لَوْلَا تَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
qoola yaa qoumi lima tasta'jiluuna bis-sayyi`ati qoblal-ḥasanah, lau laa tastaghfiruunalloha la'allakum tur-ḥamuun
Dia (Salih) berkata, "Wahai kaumku! Mengapa kamu meminta disegerakan keburukan sebelum (kamu meminta) kebaikan? Mengapa kamu tidak memohon ampunan kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat?"
He said, "O my people, why are you impatient for evil instead of good? Why do you not seek forgiveness of Allah that you may receive mercy?"
(Dia berkata) kepada orang-orang yang mendustakannya. ("Hai kaumku! Mengapa kalian minta disegerakan keburukan sebelum kamu minta kebaikan) yakni meminta disegerakan turunnya azab sebelum rahmat,
karena kalian telah mengatakan, 'Jika apa yang kamu datangkan kepada kami itu adalah benar, maka turunkanlah azab kepada kami', (Mengapa tidak)
(kalian meminta ampun kepada Allah) dari kemusyrikan (agar kalian mendapat rahmat") karenanya kalian tidak akan diazab.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 46 |
Penjelasan ada di ayat 45
Surat An-Naml |27:47|
قَالُوا اطَّيَّرْنَا بِكَ وَبِمَنْ مَعَكَ ۚ قَالَ طَائِرُكُمْ عِنْدَ اللَّهِ ۖ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ تُفْتَنُونَ
qooluth thoyyarnaa bika wa bimam ma'ak, qoola thooo`irukum 'indallohi bal antum qoumun tuftanuun
Mereka menjawab, "Kami mendapat nasib yang malang disebabkan oleh kamu dan orang-orang yang bersamamu." Dia (Salih) berkata, "Nasibmu ada pada Allah (bukan kami yang menjadi sebab), tetapi kamu adalah kaum yang sedang diuji."
They said, "We consider you a bad omen, you and those with you." He said, "Your omen is with Allah. Rather, you are a people being tested."
(Mereka menjawab, "Kami mendapat kesialan) asalnya adalah Tathayyarna, kemudian huruf Ta diidgamkan kepada huruf Tha setelah diganti menjadi Tha, kemudian ditarik Hamzah Washal,
sehingga menjadi Iththayyarna. Artinya, kami merasa sial (disebabkan kamu dan orang-orang yang besertamu") yakni orang-orang Mukmin yang besertamu.
Mereka mengatakan demikian karena mereka tertimpa kemarau panjang dan paceklik. (Saleh berkata, "Nasib kalian) yakni kesialan kalian (adapada sisi Allah)
Dia-lah yang telah mendatangkannya kepada kalian, bukan kami (tetapi kalian kaum yang diuji") maksudnya sedang dicoba dengan kebaikan dan keburukan.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 47 |
Penjelasan ada di ayat 45
Surat An-Naml |27:48|
وَكَانَ فِي الْمَدِينَةِ تِسْعَةُ رَهْطٍ يُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ وَلَا يُصْلِحُونَ
wa kaana fil-madiinati tis'atu rohthiy yufsiduuna fil-ardhi wa laa yushliḥuun
Dan di kota itu ada sembilan orang laki-laki yang berbuat kerusakan di bumi, mereka tidak melakukan perbaikan.
And there were in the city nine family heads causing corruption in the land and not amending [its affairs].
(Dan adalah di kota itu) yakni kota kaum Tsamud itu (sembilan orang laki-laki) dari kalangan kaum laki-laki (yang gemar membuat kerusakan di muka bumi)
dengan melakukan perbuatan-perbuatan maksiat antara lain mereka merentenkan uang-uang Dirham (dan mereka tidak berbuat kebaikan) tidak pernah melakukan ketaatan.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 48 |
Tafsiir ayat 48-53
Allah Swt. menceritakan kejahatan kaum Samud yang diwakili oleh para pemimpin mereka yang merupakan penggerak kaumnya ke jalan kesesatan dan kekufuran serta mendustakan Saleh. Akhirnya mendorong mereka
untuk berani menyembelih unta Nabi Saleh, dan hampir saja mereka akan membunuh Nabi Saleh juga. Mereka merencanakan akan menyerang dia di rumah keluarganya di malam hari, lalu mereka membunuhnya dengan diam-diam,
kemudian mereka mengatakan kepada ahli warisnya bahwa mereka tidak mengetahui kejadian tersebut dan tidak terlibat. Maka sesungguhnya keluarga Nabi Saleh akan membenarkan berita yang mereka sampaikan itu.
jaahwa mereka tidak mengetahui apa-apa tentang peristiwa pembunuhan itu. Hal ini dikisahkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{وَكَانَ فِي الْمَدِينَةِ تِسْعَةُ رَهْطٍ يُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ وَلا يُصْلِحُونَ}
Dan adalah di kota itu terdapat sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan. (An-Naml: 48) Yaitu di kota kaum Samud terdapat sembilan orang laki-laki. Sesungguhnya
disebutkan hanya sembilan orang yang mewakili kaum Samud semuanya, karena mereka adalah para pemimpin dan para pembesar kaum Samud. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa merekalah yang menyembelih unta tersebut,
yakni merekalah yang menyarankan agar unta itu disembelih —semoga Allah melaknat mereka— dan ternyata usulan mereka itu dilaksanakan. As-Saddi telah meriwayatkan dari Abu Malik, dari Ibnu Abbas, bahwa nama kesembilan
orang tersebut ialah Da'ma, Da'im, Harma, Harim, Da-ab, Sawab, Riyab, Mista', dan Qaddar ibnu Salif, penyembelih unta. Dialah yang melakukan penyembelihan terhadap unta Nabi Saleh dengan tangannya sendiri. Disebutkan oleh firman-Nya:
{فَنَادَوْا صَاحِبَهُمْ فَتَعَاطَى فَعَقَرَ}
Maka mereka memanggil kawannya, lalu kawannya menangkap (unta itu) dan menyembelihnya. (Al-Qamar: 29) Dan firman Allah Swt.:
{إِذِ انْبَعَثَ أَشْقَاهَا}
ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka. (Asy-Syams: 12) Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar ibnu Rabi'ah As-San'ani, bahwa ia pernah mendengar Ata ibnu Abu Rabah mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan adalah di kota itu terdapat sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan. (An-Naml: 48) Bahwa kebiasaan mereka ialah mengurangi
kadar mata uang dirham. Hal ini menunjukkan bahwa seakan-akan mereka biasa bermuamalah dengan mata uang dirham dan dinar seperti yang dilakukan oleh orang-orang Arab di masa silam. Imam Malik telah meriwayatkan
dari Yahya ibnu Sa'id, dari Sa'id ibnul Musayyab yang telah mengatakan bahwa mengurangi kadar mata uang emas dan perak termasuk perbuatan yang menimbulkan kerusakan di muka bumi. Di dalam hadis yang diriwayatkan
oleh Imam Abu Daud dan lain-lainnya disebutkan bahwa Rasulullah Saw. melarang memotong mata uang kaum muslim, yakni mata uang yang berlaku di kalangan mereka terkecuali karena alasan yang diperbolehkan.
Pada garis besarnya orang-orang kafir lagi pendurhaka itu mempunyai ciri khas yaitu gemar menimbulkan kerusakan di muka bumi dengan berbagai macam cara yang mereka kuasai. Antara lain ialah melakukan perbuatan,
seperti yang telah disebutkan oleh para imam di atas dan perbuatan-perbuatan lainnya yang merusak. Firman Allah Swt.:
{قَالُوا تَقَاسَمُوا بِاللَّهِ لَنُبَيِّتَنَّهُ وَأَهْلَهُ}
Mereka berkata, "Bersumpahlah kalian dengan nama Allah, bahwa kita sungguh-sungguh akan menyerangnya dengan tiba-tiba beserta keluarganya di malam hari.” (An-Naml: 49) Yakni mereka bersumpah dan berjanji setia di antara mereka
untuk membunuh Nabi Saleh a.s. dan orang-orang yang mereka jumpai bersamanya di malam hari dengan sembunyi-sembunyi. Maka Allah membalas tipu daya mereka dan menjadikan mereka sendiri yang terjerumus
ke dalam perangkapnya sendiri. Mujahid mengatakan, mereka bersumpah dan berjanji di antara sesamanya untuk membinasakan Saleh. Tetapi sebelum mereka sampai kepada Nabi Saleh, mereka keburu binasa,
demikian pula seluruh kaum mereka. Qatadah mengatakan bahwa mereka berjanji dengan sesamanya akan menculik Saleh a.s. di malam hari, lalu membunuhnya. Telah diriwayatkan kepada kami bahwa ketika mereka sedang
mengendap-endap menuju ke rumah Nabi Saleh untuk membinasakannya, tiba-tiba Allah mengirimkan batu besar kepada mereka, dan batu besar itu menimpa mereka hingga mati semuanya. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas,
bahwa merekalah orang-orang yang menyembelih unta tersebut. Setelah menyembelih unta itu mereka berkata di antara sesamanya, "Sungguh kita akan menyerang Saleh beserta keluarganya di malam hari ini, lalu kita bunuh mereka.
Sesudah itu kita katakan kepada ahli waris mereka bahwa kita tidak mengetahui apa-apa tentang kejadian tersebut, dan kita sama sekali tidak terlibat di dalamnya." Akhirnya Allah membinasakan mereka semuanya sebelum niat mereka tercapai.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa kesembilan orang itu setelah menyembelih unta Nabi Saleh berkata, "Marilah kita pergi untuk membunuh Saleh. Jika dia benar (seorang nabi), berarti kita mendahuluinya sebelum kita tertimpa azab.
Dan jika dia dusta, berarti kita susulkan dia bersama untanya." Lalu mereka mendatanginya di malam hari di rumah keluarganya. Tetapi sebelum niat mereka tercapai, para malaikat menghujani mereka dengan batu.
Setelah teman-teman mereka merasakan bahwa teman mereka yang sembilan orang itu datang terlambat kepada mereka maka mereka mendatangi rumah Nabi Saleh, ternyata mereka menjumpai kesembilan orang itu telah mati
dalam keadaan kepalanya pecah semuanya karena tertimpa batu-batuan. Lalu mereka berkata kepada Saleh, "Kamu telah membunuh mereka."Ketika mereka hendak menyerang Saleh, maka keluarga Saleh a.s.
bangkit menghalang-halangi mereka dengan menyandang senjata lengkap untuk membelanya. Lalu mereka berkata kepada kaumnya, "Demi Allah, kalian jangan membunuhnya, dia telah menjanjikan kepada kalian bahwa azab akan datang
menimpa kalian dalam tiga hari ini. Jika dia benar, berarti Tuhan sangat murka terhadap kalian. Dan jika dia dusta, maka terserah kalian apa yang hendak kalian lakukan terhadapnya." Maka pada malam itu juga mereka pulang
ke rumah masing-masing. Abdur Rahman ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa setelah mereka menyembelih unta itu, Nabi Saleh berkata kepada mereka: Bersukurlalah kalian di rumah kalian selama tiga hari, itu adalah janji
yang tidak dapat didustakan. (Hud: 65) Mereka mengatakan, "Saleh menduga bahwa dia akan selesai dari kita tiga hari kemudian, padahal kita akan menyelesaikannya beserta keluarganya sebelum tiga hari." Tersebutlah bahwa Nabi Saleh
mempunyai masjid di Al-Hajar yang terletak di salah satu lereng bukit yang ada di sana, dia biasa mengerjakan salatnya di masjid itu. Maka kaumnya keluar menuju ke sebuah gua yang ada di tempat itu di suatu malam, lalu mereka berkata,
"Jika dia datang untuk salat, kita bunuh dia, lalu kita pulang seusai membunuhnya dan kita jumpai ahli warisnya, sesudah itu berarti kita telah membereskan mereka semuanya." Tetapi Allah mengirimkan kepada mereka batu besar
dari atas bukit tepat di atas mereka. Karena takut akan tertimpa batu besar itu, maka mereka masuk ke dalam gua itu dan batu besar itu menutup pintu gua mereka berada, sehingga kaum mereka sendiri
tidak mengetahui di mana mereka berada, juga tidak mengetahui apa yang telah menimpa mereka. Allah mengazab mereka yang sembilan orang itu di dalam gua tersebut, sedangkan kaum yang lainnya di tempat mereka berada,
dan Allah menyelamatkan Nabi Saleh beserta para pengikutnya. Kemudian Abdur Rahman ibnu Abu Hatim membacakan firman-Nya:
{وَمَكَرُوا مَكْرًا وَمَكَرْنَا مَكْرًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ مَكْرِهِمْ أَنَّا دَمَّرْنَاهُمْ وَقَوْمَهُمْ أَجْمَعِينَ فَتِلْكَ بُيُوتُهُمْ خَاوِيَةً}
Dan mereka pun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedangkan mereka tidak menyadari. Maka perhatikanlah betapa sesungguhnya akibat makar mereka itu,
bahwasanya Kami membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya. Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan kosong. (An-Naml: 50-52) Yakni tidak ada seorang pun di dalamnya karena mati semuanya.
{بِمَا ظَلَمُوا إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ. وَأَنْجَيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ}
disebabkan kezaliman mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu (terdapat) pelajaran bagi kaum yang mengetahui. Dan Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan mereka itu selalu bertakwa. (An-Naml: 52-53)
Surat An-Naml |27:49|
قَالُوا تَقَاسَمُوا بِاللَّهِ لَنُبَيِّتَنَّهُ وَأَهْلَهُ ثُمَّ لَنَقُولَنَّ لِوَلِيِّهِ مَا شَهِدْنَا مَهْلِكَ أَهْلِهِ وَإِنَّا لَصَادِقُونَ
qooluu taqoosamuu billaahi lanubayyitannahuu wa ahlahuu ṡumma lanaquulanna liwaliyyihii maa syahidnaa mahlika ahlihii wa innaa lashoodiquun
Mereka berkata, "Bersumpahlah kamu dengan (nama) Allah, bahwa kita pasti akan menyerang dia bersama keluarganya pada malam hari, kemudian kita akan mengatakan kepada ahli warisnya (bahwa) kita tidak menyaksikan kebinasaan keluarganya itu, dan sungguh, kita orang yang benar."
They said, "Take a mutual oath by Allah that we will kill him by night, he and his family. Then we will say to his executor, 'We did not witness the destruction of his family, and indeed, we are truthful.' "
(Mereka berkata) sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lainnya, ("Bersumpahlah kalian) lakukanlah sumpah oleh kalian
(dengan nama Allah bahwa kita sungguh-sungguh akan menyerangnya dengan tiba-tiba di malam hari) lafal Lanubayyitannahu ini dapat pula dibaca Latubayyitunnahu (beserta keluarganya)
yakni orang-orang yang beriman kepadanya. Maksudnya, kami bunuh mereka di malam hari secara sekonyong-konyong (kemudian kita katakan) dapat dibaca Lanaqulanna dan Lataqulunna
(kepada ahli warisnya) yakni kepada orang-orang yang memiliki darahnya (bahwa kita tidak menyaksikan) tidak terlibat (kematian keluarganya) dapat dibaca Mahlika dan Muhlika, maksudnya,
kami tidak mengetahui siapakah yang telah membunuh mereka (dan sesungguhnya kita adalah orang-orang yang benar") .
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 49 |
Penjelasan ada di ayat 48
Surat An-Naml |27:50|
وَمَكَرُوا مَكْرًا وَمَكَرْنَا مَكْرًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
wa makaruu makrow wa makarnaa makrow wa hum laa yasy'uruun
Dan mereka membuat tipu daya, dan Kami pun menyusun tipu daya, sedang mereka tidak menyadari.
And they planned a plan, and We planned a plan, while they perceived not.
(Dan mereka pun merencanakan makar) untuk membunuh Nabi Saleh dan para pengikutnya (dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar pula) membalasnya dengan menyegerakan hukuman kepada mereka (sedangkan mereka tidak menyadari).
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 50 |
Penjelasan ada di ayat 48
Surat An-Naml |27:51|
فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ مَكْرِهِمْ أَنَّا دَمَّرْنَاهُمْ وَقَوْمَهُمْ أَجْمَعِينَ
fanzhur kaifa kaana 'aaqibatu makrihim annaa dammarnaahum wa qoumahum ajma'iin
Maka perhatikanlah bagaimana akibat dari tipu daya mereka, bahwa Kami membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya.
Then look how was the outcome of their plan - that We destroyed them and their people, all.
(Maka perhatikanlah betapa sesungguhnya akibat makar mereka itu, bahwasanya Kami membinasakan mereka) sebagai balasannya (dan kaum mereka semuanya)
dengan jeritan malaikat Jibril atau para Malaikat melempari mereka dengan batu-batu sedangkan mereka tidak melihat malaikat-malaikat itu tetapi para malaikat melihat mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 51 |
Penjelasan ada di ayat 48
Surat An-Naml |27:52|
فَتِلْكَ بُيُوتُهُمْ خَاوِيَةً بِمَا ظَلَمُوا ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
fa tilka buyuutuhum khoowiyatam bimaa zholamuu, inna fii żaalika la`aayatal liqoumiy ya'lamuun
Maka itulah rumah-rumah mereka yang runtuh karena kezaliman mereka. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mengetahui.
So those are their houses, desolate because of the wrong they had done. Indeed in that is a sign for people who know.
(Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh) yaitu kosong. Lafal Khawiyatan dinashabkan karena berkedudukan sebagai Hal,
sedangkan 'Amil-nya atau yang mempengaruhinya adalah makna yang terkandung di dalam Isim Isyarat atau lafal Tilka (disebabkan kelaliman mereka) disebabkan kekafiran mereka.
(Sesungguhnya yang demikian itu terdapat pelajaran) yaitu contoh yang dapat dijadikan sebagai pelajaran (bagi kaum yang mengetahui) kekuasaan Kami, karenanya mereka mengambil pelajaran darinya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 52 |
Penjelasan ada di ayat 48
Surat An-Naml |27:53|
وَأَنْجَيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ
wa anjainallażiina aamanuu wa kaanuu yattaquun
Dan Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.
And We saved those who believed and used to fear Allah.
(Dan telah Kami selamatkan orang-orang yang beriman) kepada Nabi Saleh, yang jumlah mereka mencapai empat ribu orang (dan mereka itu selalu bertakwa) selalu memelihara diri dari perbuatan musyrik.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 53 |
Tafsir ayat 53-58
Allah Swt. menceritakan tentang hamba dan Rasul-Nya, yaitu Lut a.s.; bahwa dia memberikan peringatan kepada kaumnya akan azab Allah yang akan menimpa mereka disebabkan mereka mengerjakan perbuatan yang keji.
Perbuatan itu belum pernah dilakukan oleh seorang manusia pun sebelumnya, yaitu menyetubuhi sesama jenisnya bukan kaum wanita. Demikian itu merupakan perbuatan keji yang sangat berat; lelaki dengan lelaki,
dan wanita dengan wanita. Untuk itu Lut berkata kepada mereka:
{أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُونَ}
Mengapa kalian mengerjakan perbuatan fahisyah itu, sedangkan kalian melihatnya? (An-Naml: 54) Yakni sebagian dari kalian menyaksikan sebagian yang lain sedang melakukan perbuatan keji itu di tempat-tempat kalian berkumpul.
{أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ}
Mengapa kalian mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (kalian), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kalian adalah kaum yang tidak mengetahui. (An-Naml: 55) Yaitu kalian tidak mengetahui akibat perbuatan kalian itu baik dinilai oleh tabiat maupun hukum syara', seperti yang dijelaskan oleh ayat lain melalui firman-Nya:
{أَتَأْتُونَ الذُّكْرَانَ مِنَ الْعَالَمِينَ * وَتَذَرُونَ مَا خَلَقَ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ عَادُونَ}
"Mengapa kalian mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kalian tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhan kalian untuk kalian, bahkan kalian adalah orang-orang yang melampaui batas " (As-Syu'ara': 165-166) Adapun firman Allah Swt.:
{فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلا أَنْ قَالُوا أَخْرِجُوا آلَ لُوطٍ مِنْ قَرْيَتِكُمْ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ}
Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan, “Usirlah Lut beserta keluarganya dari negeri kalian; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwakan dirinya) bersih " (An-Naml: 56)
Maksudnya, mereka enggan mengerjakan apa yang biasa kalian kerjakan dan tidak menyetujui perbuatan kalian ini. Karena itu usirlah Lut dan para pengikutnya dari negeri kalian; sesungguhnya mereka tidak layak
untuk bertetangga dengan kalian. Mereka bertekad melakukan hal itu, tetapi Allah keburu membinasakan mereka, juga orang-orang kafir lainnya akan mendapat azab yang serupa. Firman Allah Swt.:
{فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَهْلَهُ إِلا امْرَأَتَهُ قَدَّرْنَاهَا مِنَ الْغَابِرِينَ}
Maka Kami selamatkan dia beserta keluarganya, kecuali istrinya. Kami telah menakdirkan dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). (An-Naml: 57) Yakni termasuk orang-orang yang dibinasakan bersama kaumnya,
karena istri Nabi Lut mendukung perbuatan mereka dan menyetujui perbuatan mereka yang buruk itu. Istri Nabi Lutlah yang memberitahukan kepada mereka tentang kedatangan tamu-tamu Lut itu dengan tujuan agar mereka mengerjainya.
Makna yang dimaksud bukan berarti bahwa istri Nabi Lut mengerjakan perbuatan keji itu, sebagai penghormatan terhadap Nabi Lut a.s., bukan terhadap istrinya. Firman Allah Swt.:
{وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا}
Dan Kami turunkan hujan atas mereka. (An-Naml: 58) Yaitu hujan batu dari tanah yang dibakar dengan bertubi-tubi yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim. Karena itulah maka disebutkan oleh firman selanjutnya:
{فَسَاءَ مَطَرُ الْمُنْذَرِينَ}
maka amat buruklah hujan yang ditimpakan atas orang-orang yang diberi peringatan itu. (An-Naml: 58) Yakni orang-orang yang telah ditegakkan hujah terhadap mereka dan telah sampai kepada mereka peringatan dari Allah,
lalu mereka menentang utusan Allah dan mendustakannya, bahkan bertekad akan mengusirnya dari negeri mereka.
Surat An-Naml |27:54|
وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُونَ
wa luuthon iż qoola liqoumihiii a ta`tuunal-faaḥisyata wa antum tubshiruun
Dan (ingatlah kisah) Lut, ketika dia berkata kepada kaumnya, "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah (keji), padahal kamu melihatnya (kekejian perbuatan maksiat itu)?"
And [mention] Lot, when he said to his people, "Do you commit immorality while you are seeing?
(Dan ingatlah kisah Luth) lafal Luthan di-nashab-kan oleh lafal Udzkur yang keberadaannya diperkirakan sebelumnya, kemudian dijelaskan oleh Badalnya
(yaitu ketika dia berkata kepada kaumnya, "Mengapa kalian mengerjakan perbuatan fahisyah itu) yakni perbuatan sodomi atau homosex (sedangkan kalian mengetahuinya)
sebagian di antara kalian melihat sebagian yang lain bergelimang di dalam melakukan perbuatan yang jelas kejinya itu.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 54 |
Penjelasan ada di ayat 53
Surat An-Naml |27:55|
أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ ۚ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ
a innakum lata`tuunar-rijaala syahwatam min duunin-nisaaa`, bal antum qoumun taj-haluun
Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) syahwat(mu), bukan (mendatangi) perempuan? Sungguh, kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu).
Do you indeed approach men with desire instead of women? Rather, you are a people behaving ignorantly."
(Mengapa kalian) dapat dibaca secara Tahqiq dan Tashil (mendatangi laki-laki untuk melampiaskan nafsu syahwat kalian, bukan mendatangi wanita Sebenarnya kalian adalah kaum yang tidak mengetahui.") akibat dari perbuatan kalian itu.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 55 |
Penjelasan ada di ayat 53
Surat An-Naml |27:56|
فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلَّا أَنْ قَالُوا أَخْرِجُوا آلَ لُوطٍ مِنْ قَرْيَتِكُمْ ۖ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ
fa maa kaana jawaaba qoumihiii illaaa ang qooluuu akhrijuuu aala luuthim ming qoryatikum innahum unaasuy yatathohharuun
Jawaban kaumnya tidak lain hanya dengan mengatakan, "Usirlah Lut dan keluarganya dari negerimu, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang (menganggap dirinya) suci."
But the answer of his people was not except that they said, "Expel the family of Lot from your city. Indeed, they are people who keep themselves pure."
(Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan "Usirlah Luth beserta keluarganya) (dari negeri kalian, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang mengklaim dirinya bersih") dari dubur kaum laki-laki, yakni tidak mau melakukan homosex.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 56 |
Penjelasan ada di ayat 53
Surat An-Naml |27:57|
فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَهْلَهُ إِلَّا امْرَأَتَهُ قَدَّرْنَاهَا مِنَ الْغَابِرِينَ
fa anjainaahu wa ahlahuuu illamro`atahuu qoddarnaahaa minal-ghoobiriin
Maka Kami selamatkan dia dan keluarganya, kecuali istrinya. Kami telah menentukan dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).
So We saved him and his family, except for his wife; We destined her to be of those who remained behind.
(Maka Kami selamatkan dia beserta keluarganya kecuali istrinya, Kami telah menakdirkan dia) telah memastikannya (termasuk orang-orang yang tertinggal) tetap terkena azab.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 57 |
Penjelasan ada di ayat 53
Surat An-Naml |27:58|
وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا ۖ فَسَاءَ مَطَرُ الْمُنْذَرِينَ
wa amthornaa 'alaihim mathoroo, fa saaa`a mathorul-munżariin
Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu), maka sangat buruklah hujan (yang ditimpakan) pada orang-orang yang diberi peringatan itu (tetapi tidak mengindahkan).
And We rained upon them a rain [of stones], and evil was the rain of those who were warned.
(Dan Kami turunkan hujan atas mereka) berupa batu dari sijjil, maka binasalah mereka (maka amat buruklah) seburuk-buruk (hujan yang ditimpakan atas orang-orang yang diberi peringatan itu) yaitu hujan azab yang ditimpakan atas mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 58 |
Penjelasan ada di ayat 53
Surat An-Naml |27:59|
قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسَلَامٌ عَلَىٰ عِبَادِهِ الَّذِينَ اصْطَفَىٰ ۗ آللَّهُ خَيْرٌ أَمَّا يُشْرِكُونَ
qulil-ḥamdu lillaahi wa salaamun 'alaa 'ibaadihillażiinashthofaa, aaallohu khoirun ammaa yusyrikuun
Katakanlah (Muhammad), "Segala puji bagi Allah dan salam sejahtera atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan (dengan Dia)?"
Say, [O Muhammad], "Praise be to Allah, and peace upon His servants whom He has chosen. Is Allah better or what they associate with Him?"
(Katakanlah) hai Muhammad!, ("Segala puji bagi Allah) atas binasanya orang-orang kafir dari umat-umat terdahulu (dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya)
yakni mereka yang dipilih-Nya (Apakah Allah) Allah dapat dibaca Tahqiq dan Tas-hil (yang lebih baik) bagi orang yang menyembah-Nya (ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia)
dapat dibaca, Yusyrikuna dan Tusyrikuna. Maksudnya apa yang dipersekutukan oleh para kuffar Mekah yaitu berhala-berhala. Apakah berhala-berhala itu lebih baik bagi para penyembahnya
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 59 |
Allah Swt. memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk mengucapkan:
{الْحَمْدُ لِلَّهِ}
Segala puji bagi Allah. (An-Naml: 59) atas segala nikmat-Nya yang telah Dia limpahkan kepada hamba-hamba-Nya; nikmat-nikmat-Nya tak terhingga banyaknya dan tidak dapat dihitung. Segala puji bagi Allah atas sifat-sifat-Nya
Yang Mahatinggi dan asma-asma-Nya yang terbaik, juga atas salam-Nya yang telah Dia limpahkan kepada hamba-hamba-Nya yang terpilih, yaitu para rasul dan para nabi-Nya yang mulia-mulia.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam dan lain-lainnya, bahwa sesungguhnya yang dimaksud dengan hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya adalah para nabi. Makna ayat ini sama dengan firman-Nya:
{سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ * وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ * وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
Mahasuci Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. (As-Saffat: 180-182) As'-Sauri dan As-Saddi mengatakan,
yang dimaksud dengan mereka adalah sahabat-sahabat Nabi Muhammad Saw., semoga Allah meridai mereka semuanya. Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas. Sebenarnya tidak ada pertentangan
di antara pendapat-pendapat di atas, karena sesungguhnya apabila mereka dikatakan sebagai hamba-hamba Allah yang terpilih, maka terlebih lagi jika mereka itu adalah para nabi. Makna yang dimaksud ialah bahwa setelah Allah menceritakan
tentang apa yang telah dilakukan-Nya terhadap kekasih-kekasih-Nya —yaitu menyelamatkan mereka, menolong dan mendukung mereka, lalu menimpakan kehinaan azab dan kekalahan terhadap musuh-musuhNya—,
maka Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya dan orang-orang yang mengikutinya untuk memuji Allah atas semua yang telah dilakukan-Nya. Dan hendaknya mereka memohonkan kesejahteraan buat hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya.
Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Imarah ibnu Sabih, telah menceritakan kepada kami Talq ibnu Ganam, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnuZahir, dari As-Saddi, dari Abu Malik,
dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. (An-Naml: 59) Bahwa yang dimaksud dengan mereka adalah sahabat-sahabat Nabi Muhammad Saw.
yang telah dipilih oleh Allah untuk Nabi-Nya, semoga Allah melimpahkan rida-Nya kepada mereka. Firman Allah Swt.:
{آللَّهُ خَيْرٌ أَمْ مَا يُشْرِكُونَ}
Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia? (An-Naml: 59) Istifham atau kata tanya dalam ayat ini mengandung makna protes terhadap orang-orang musyrik karena mereka menyembah selain Allah sembahan-sembahan lain-Nya.