Juz 19
Surat Asy-Syuara |26:194|
عَلَىٰ قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ
'alaa qolbika litakuuna minal-munżiriin
ke dalam hatimu (Muhammad) agar engkau termasuk orang yang memberi peringatan,
Upon your heart, [O Muhammad] - that you may be of the warners -
(Ke dalam kalbumu agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan).
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 194 |
Penjelasan ada di ayat 192
Surat Asy-Syuara |26:195|
بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ
bilisaanin 'arobiyyim mubiin
dengan bahasa Arab yang jelas.
In a clear Arabic language.
(Dengan bahasa Arab yang jelas) yang terang. Dan menurut qiraat yang lain lafal Nazala dibaca Nazzala dan lafal Ar Ruuhu dibaca Ar Ruuha, sedangkan yang menjadi Fa'ilnya adalah Allah. Maksudnya, Alquran itu diturunkan oleh Allah melalui Ruhul Amin.
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 195 |
Penjelasan ada di ayat 192
Surat Asy-Syuara |26:196|
وَإِنَّهُ لَفِي زُبُرِ الْأَوَّلِينَ
wa innahuu lafii zuburil-awwaliin
Dan sungguh, (Al-Qur´an) itu (disebut) dalam kitab-kitab orang yang terdahulu.
And indeed, it is [mentioned] in the scriptures of former peoples.
(Dan sesungguhnya) mengenai Alquran yang diturunkan kepada Muhammad itu (benar-benar tersebut dalam kitab-kitab) yakni kitab-kitab suci (orang-orang dahulu) seperti kitab Taurat dan kitab Injil.
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 196 |
Tafsir ayat 196-199
Allah Swt. menyebutkan bahwa sesungguhnya sebutan tentang Al-Qur'an ini dan isyarat mengenai keberadaannya benar-benar ada di dalam kitab kitab terdahulu yang dinukil dari para nabi mereka yang menyampaikan berita gembira
akan kedatangannya sejak zaman dahulu dan masa yang berdekatan dengannya. Sebagaimana Allah mengambil janji dari mereka tentang hal tersebut, sehingga nabi yang paling akhir dari kalangan mereka
berdiri seraya berkhotbah kepada golongannya untuk menyampaikan berita gembira akan kedatangan Ahmad (Muhammad Saw.):
{وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ}
Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat; dan memberi kabar gembira dengan (datangnya)
seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” (As-Saff: 6) Lafaz az-zubur yang ada dalam surat Asy-Syu'ara ini artinya kitab-kitab, merupakan bentuk jamak dari zabur. Nama yang sama diberikan
kepada kitab Nabi Daud, yaitu kitab Zabur. Allah Swt. telah berfirman:
{وَكُلُّ شَيْءٍ فَعَلُوهُ فِي الزُّبُرِ}
Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan. (Al-Qamar: 52) Yakni tercatat di dalam kitab-kitab catatan amal perbuatan mereka yang dipegang oleh para malaikat pencatat amal perbuatan. Dalam firman selanjutnya disebutkan:
{أَوَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ آيَةً أَنْ يَعْلَمَهُ عُلَمَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَ}
Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi. mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya? (Asy-Syu'ara': 197) Artinya, tidakkah cukup bagi mereka adanya saksi yang benar akan hal tersebut melalui ulama Bani Israil
yang menjumpai penyebutan Al- Qur'an di dalam kitab-kitab mereka yang biasa mereka pelajari. Makna yang dimaksud ialah ulama Bani Israil yang adil, yaitu mereka yang mengakui kebenaran adanya sifat Nabi Muhammad,
kerasulannya, dan umatnya di dalam kitab-kitab mereka. Sebagaimana yang telah diberitakan oleh sebagian orang dari mereka yang beriman —seperti Abdullah ibnu Salam dan Salman Al-Farisi—yang menerimanya
dari orang-orang yang ia jumpai dari kalangan ulama Bani Israil dan orang-orang yang semisal dengan mereka. Allah Swt.-telah berfirman:
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الأمِّيَّ
(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi. (Al-A'raf: 157), hingga akhir ayat. Kemudian Allah Swt. menyebutkan tentang kerasnya kekafiran orang-orang Quraisy dan keingkaran mereka terhadap Al-Qur'an,
bahwa seandainya Al-Qur'an ini diturunkan kepada seseorang yang bukan dari bangsa Arab dari kalangan mereka yang tidak mengetahui bahasa Arab barang sepatah kata pun,
lalu Al-Qur'an diturunkan kepadanya dengan bahasa yang jelas lagi fasih, tentulah mereka tidak akan beriman kepadanya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَوْ نزلْنَاهُ عَلَى بَعْضِ الأعْجَمِينَ. فَقَرَأَهُ عَلَيْهِمْ مَا كَانُوا بِهِ مُؤْمِنِينَ}
Dan kalau Al-Qur’an itu Kami turunkan kepada salah seorang dari golongan bukan Arab, lalu ia membacakannya kepada mereka (orang-orang kafir); niscaya mereka tidak akan beriman kepadanya. (Asy-Syu'ara': 198-199) Sebagaimana yang diceritakan oleh Allah tentang sikap mereka dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
{وَلَوْ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَابًا مِنَ السَّمَاءِ فَظَلُّوا فِيهِ يَعْرُجُونَ. لَقَالُوا إِنَّمَا سُكِّرَتْ أَبْصَارُنَا}
Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu dari (pintu-pintu) langit, lalu mereka terus-menerus naik ke atasnya, tentulah mereka berkata, "Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan.” (Al-Hijr: 14-15), hingga akhir ayat.
{وَلَوْ أَنَّنَا نزلْنَا إِلَيْهِمُ الْمَلائِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتَى}
Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka. (Al-An'am: 111), hingga akhir ayat. Dan firman Allah Swt.:
إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu tidaklah akan beriman. (Yunus: 96)
Surat Asy-Syuara |26:197|
أَوَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ آيَةً أَنْ يَعْلَمَهُ عُلَمَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَ
a wa lam yakul lahum aayatan ay ya'lamahuu 'ulamaaa`u baniii isrooo`iil
Apakah tidak (cukup) menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya?
And has it not been a sign to them that it is recognized by the scholars of the Children of Israel?
(Dan apakah tidak cukup bagi mereka) orang-orang kafir Mekah (sebagai suatu bukti) yang menunjukkan hal tersebut (bahwa para ulama Bani Israel mengetahuinya)
seperti Abdullah ibnu Salam dan pengikut-pengikutnya yang beriman kepada Muhammad, maka sesungguhnya mereka memberitakan hal tersebut. Kalau dibaca Yakun maka dibaca Ayatan; dan kalau dibaca Takun maka dibaca Ayatun.
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 197 |
Penjelasan ada di ayat 196
Surat Asy-Syuara |26:198|
وَلَوْ نَزَّلْنَاهُ عَلَىٰ بَعْضِ الْأَعْجَمِينَ
walau nazzalnaahu 'alaa ba'dhil-a'jamiin
Dan seandainya (Al-Qur´an) itu Kami turunkan kepada sebagian dari golongan bukan Arab,
And even if We had revealed it to one among the foreigners
(Dan kalau Alquran itu Kami turunkan kepada salah seorang dari golongan bukan Arab) lafal A'jamiina adalah bentuk jamak dari lafal A'jam.
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 198 |
Penjelasan ada di ayat 196
Surat Asy-Syuara |26:199|
فَقَرَأَهُ عَلَيْهِمْ مَا كَانُوا بِهِ مُؤْمِنِينَ
faqoro`ahuu 'alaihim maa kaanuu bihii mu`miniin
lalu dia membacakannya kepada mereka (orang-orang kafir), niscaya mereka tidak juga akan beriman kepadanya.
And he had recited it to them [perfectly], they would [still] not have been believers in it.
(Lalu ia membacakannya kepada mereka) yakni kepada orang-orang kafir Mekah (niscaya mereka tidak akan beriman kepadanya) karena enggan untuk mengikutinya.
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 199 |
Penjelasan ada di ayat 196
Surat Asy-Syuara |26:200|
كَذَٰلِكَ سَلَكْنَاهُ فِي قُلُوبِ الْمُجْرِمِينَ
każaalika salaknaahu fii quluubil-mujrimiin
Demikianlah, Kami masukkan (sifat dusta dan ingkar) ke dalam hati orang-orang yang berdosa,
Thus have We inserted disbelief into the hearts of the criminals.
(Demikianlah), sebagaimana Kami masukkan dusta ke dalam hati mereka jika Alquran diturunkan dengan bahasa Ajam (Kami masukkan Alquran) maksudnya, Kami masukkan dusta pula terhadap Alquran
(ke dalam hati orang-orang yang durhaka) maksudnya orang-orang kafir Mekah tidak mempercayainya bila Nabi saw. membacakannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 200 |
Tafsir ayat 200-209
Allah Swt. berfirman, bahwa demikian pula Kami sisipkan perasaan dusta, kekafiran, keingkaran dan pembangkangan (terhadap perkara hak). Yakni Kami masukkan hal tersebut ke dalam hati orang-orang yang berdosa (durhaka).
{لَا يُؤْمِنُونَ بِهِ}
Mereka tidak beriman kepadanya. (Asy-Syu'ara': 201) Maksudnya, tidak beriman kepada perkara yang hak.
{حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ}
hingga mereka melihat azab yang pedih. (Asy-Syu'ara': 201) Yaitu di hari yang tiada bermanfaat bagi orang-orang yang zalim alasan mereka, dan bagi mereka laknat dan tempat tinggal yang paling buruk (neraka).
{فَيَأْتِيَهُمْ بَغْتَةً}
maka datanglah azab kepada mereka dengan mendadak. (Asy-Syu'ara': 202) Artinya, azab Allah menimpa mereka dengan sekonyong-konyong.
{وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ. فَيَقُولُوا هَلْ نَحْنُ مُنْظَرُونَ}
sedang mereka tidak menyadarinya, lalu mereka berkata, "Apakah kami dapat diberi tangguh?" (Asy-Syu'ara': 202-203) Yakni ketika mereka menyaksikan datangnya azab, mereka berharap seandainya saja mereka diberi masa tangguh
barang sedikit waktu agar dapat mengerjakan ketaatan kepada Allah menurut dugaan mereka. Seperti pengertian yang terdapat di dalam ayat yang lain:
{وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ}
Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka. (Ibrahim: 44) sampai dengan firman-Nya:
مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ
bahwa sekali-kali kalian tidak akan binasa. (Ibrahim: 44) Semua orang zalim, orang durhaka, dan orang kafir bila menyaksikan hukuman yang menimpanya merasakan penyesalan yang berat. Seperti yang disebutkan dalam kisah Fir'aun ketika Nabi Musa a.s. berdoa untuk kebinasaannya, yang disitir oleh firman-Nya:
{رَبَّنَا إِنَّكَ آتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلأهُ زِينَةً وَأَمْوَالا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا}
Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia. (Yunus: 88) sampai dengan firman-Nya:
قَدْ أُجِيبَتْ دَعْوَتُكُمَا
Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua. (Yunus: 89) Doa tersebut berpengaruh terhadap diri Fir'aun. Akhirnya ia tidak beriman hingga melihat azab yang pedih, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ}
hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam, berkatalah, dia, "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil.” (Yunus: 90) sampai dengan firman-Nya:
وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ
dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. (Yunus: 91) Dan firman Allah Swt.:
{فَلَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا قَالُوا آمَنَّا بِاللَّهِ}
Maka tatkala mereka melihat azab Kami, mereka berkata, "Kami beriman hanya kepada Allah saja.” (Al-Mu-min: 84), hingga akhir surat. Adapun firman Allah Swt.:
{أَفَبِعَذَابِنَا يَسْتَعْجِلُونَ}
Maka apakah mereka meminta supaya disegerakan azab Kami? (Asy-Syu'ara': 204) Kalimat ayat ini mengandung pengertian ingkar dan kecaman terhadap mereka, karena sesungguhnya mereka mengatakan kepada utusan Allah
dengan nada mendustakan dan tidak percaya, "Datangkanlah kepada kami azab Allah," seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Maka apakah mereka meminta supaya siksa Kami disegerakan? (As-Saffat: 176)
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{أَفَرَأَيْتَ إِنْ مَتَّعْنَاهُمْ سِنِينَ * ثُمَّ جَاءَهُمْ مَا كَانُوا يُوعَدُونَ * مَا أَغْنَى عَنْهُمْ مَا كَانُوا يُمَتَّعُونَ}
Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun. Kemudian datang kepada mereka azab yang telah diancamkan kepada mereka, niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu
menikmatinya. (Asy-Syu'ara': 205-207) Yakni seandainya Kami tangguhkan mereka dan Kami berikan kelonggaran waktu kepada mereka berapa pun lamanya, kemudian datang kepada mereka perintah (azab) Allah, maka tiada sesuatu pun
yang selalu mereka nikmati akan bermanfaat bagi mereka.
{كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا}
Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari. (An-Nazi'at: 46) Dan firman Allah Swt.:
{يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَنْ يُعَمَّرَ}
Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. (Al-Baqarah: 96) Dan firman Allah Swt.:
وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى}
Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa. (Al-Lail: 11) Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya dalam surat ini:
{مَا أَغْنَى عَنْهُمْ مَا كَانُوا يُمَتَّعُونَ}
niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya. (Asy-Syu'ara': 207) Di dalam hadis sahih disebutkan melalui sabda Rasulullah Saw.:
"يُؤْتَى بِالْكَافِرِ فَيُغْمَسُ فِي النَّارِ غَمْسَةً ، ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: هل رأيت خَيْرًا قَطُّ؟ هَلْ رَأَيْتَ نَعِيمًا قَطُّ؟ فَيَقُولُ: لَا [وَاللَّهِ يَا رَبِّ]. وَيُؤْتَى بِأَشَدِّ النَّاسِ بُؤْسًا كَانَ فِي الدُّنْيَا، فَيُصْبَغُ فِي الْجَنَّةِ صَبْغَةً، ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: هَلْ رَأَيْتَ بُؤْسًا قَطُّ؟ فَيَقُولُ: لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ"
Didatangkan seorang kafir, lalu dicelupkan ke dalam neraka sekali celup, kemudian dikatakan kepadanya, "Apakah kamu menjumpai sesuatu kebaikan? Dan apakah kamu menjumpai suatu kenikmatan?” Maka ia menjawab,
"Tidak, demi Allah, ya Tuhanku.” Lalu didatangkan seorang manusia yang sangat sengsara ketika di dunianya, lalu dimasukkan sebentar ke dalam surga, dan dikatakan kepadanya, "Apakah kamu menjumpai suatu kesengsaraan pun?”
Maka ia menjawab, "Tidak, demi Allah, Ya Tuhanku.”Yakni seakan-akan kesengsaraan yang pernah dialaminya itu tidak ada sama sekali. Karena itulah maka Umar ibnul Khattab r.a. mengumpamakan pengertian ini dengan bait syair
yang mengatakan:
كأنَّك لَمْ تُوتِر مِنَ الدّهْر لَيْلَةً ... إِذَا أنْتَ أدْرَكْتَ الَّذِي كنتَ تَطْلُبُ ...
Seakan-akan kamu tidak pernah mengalami suatu hari pun yang penuh dengan penderitaan, bila kamu dapat meraih apa yang kamu dambakan. Kemudian Allah Swt. berfirman, menceritakan keadilan-Nya pada makhlukNya,
bahwa Dia tidak sekali-kali membinasakan suatu umat melainkan sesudah memberikan alasan kepada mereka, memberikan peringatan kepada mereka, mengutus rasul-rasul-Nya kepada mereka, dan tegaknya hujah atas mereka.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَمَا أَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ إِلا لَهَا مُنْذِرُونَ. ذِكْرَى وَمَا كُنَّا ظَالِمِينَ}
Dan Kami tidak membinasakan sesuatu negeri pun, melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberi peringatan; untuk menjadi peringatan. Dan Kami sekali-kali tidak berlaku zalim. (Asy-Syu'ara": 208-209) Sama seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
{وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولا}
dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul (Al-Isra': 15) Dan firman Allah Swt.:
{وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرَى حَتَّى يَبْعَثَ فِي أُمِّهَا رَسُولا يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا}
Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota sebelum Dia mengutus di ibu kota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka. (Al-Qasas: 59) sampai dengan firman-Nya:
إِلا وَأَهْلُهَا ظَالِمُونَ
kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman. (Al-Qasas: 59)
Surat Asy-Syuara |26:201|
لَا يُؤْمِنُونَ بِهِ حَتَّىٰ يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ
laa yu`minuuna bihii ḥattaa yarowul-'ażaabal-aliim
mereka tidak akan beriman kepadanya, hingga mereka melihat azab yang pedih,
They will not believe in it until they see the painful punishment.
(Mereka tidak beriman kepadanya, hingga mereka melihat azab yang pedih).
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 201 |
Penjelasan ada di ayat 200
Surat Asy-Syuara |26:202|
فَيَأْتِيَهُمْ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
fa ya`tiyahum baghtataw wa hum laa yasy'uruun
maka datang azab kepada mereka secara mendadak, ketika mereka tidak menyadarinya,
And it will come to them suddenly while they perceive [it] not.
(Maka datanglah azab kepada mereka dengan mendadak, sedangkan mereka tidak menyadarinya).
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 202 |
Penjelasan ada di ayat 200
Surat Asy-Syuara |26:203|
فَيَقُولُوا هَلْ نَحْنُ مُنْظَرُونَ
fa yaquuluu hal naḥnu munzhoruun
lalu mereka berkata, "Apakah kami diberi penangguhan waktu?"
And they will say, "May we be reprieved?"
(Lalu mereka berkata, "Apakah kami dapat diberi tangguh") supaya kami mempunyai kesempatan untuk beriman. Maka dikatakan kepada mereka, "Tidak". Mereka berkata: "Kapankah datangnya azab itu" Maka Allah swt. berfirman,
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 203 |
Penjelasan ada di ayat 200
Surat Asy-Syuara |26:204|
أَفَبِعَذَابِنَا يَسْتَعْجِلُونَ
a fa bi'ażaabinaa yasta'jiluun
Bukankah mereka yang meminta agar azab Kami dipercepat?
So for Our punishment are they impatient?
("Maka apakah mereka meminta supaya disegerakan azab Kami).
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 204 |
Penjelasan ada di ayat 200
Surat Asy-Syuara |26:205|
أَفَرَأَيْتَ إِنْ مَتَّعْنَاهُمْ سِنِينَ
a fa ro`aita im matta'naahum siniin
Maka bagaimana pendapatmu jika kepada mereka Kami berikan kenikmatan hidup beberapa tahun,
Then have you considered if We gave them enjoyment for years
(Maka bagaimana pendapatmu) bagaimana menurutmu (jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun).
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 205 |
Penjelasan ada di ayat 200
Surat Asy-Syuara |26:206|
ثُمَّ جَاءَهُمْ مَا كَانُوا يُوعَدُونَ
ṡumma jaaa`ahum maa kaanuu yuu'aduun
kemudian datang kepada mereka azab yang diancamkan kepada mereka,
And then there came to them that which they were promised?
(Kemudian datang kepada mereka azab yang telah diancamkan kepada mereka).
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 206 |
Penjelasan ada di ayat 200
Surat Asy-Syuara |26:207|
مَا أَغْنَىٰ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يُمَتَّعُونَ
maaa aghnaa 'an-hum maa kaanuu yumatta'uun
niscaya tidak berguna bagi mereka kenikmatan yang mereka rasakan.
They would not be availed by the enjoyment with which they were provided.
(Apakah) huruf Maa di sini bermakna Istifham yakni kata tanya, maksudnya, apakah (dapat menjamin mereka apa yang mereka selalu menikmatinya") untuk menolak azab dari diri mereka atau meringankannya; maksudnya tidak berguna.
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 207 |
Penjelasan ada di ayat 200
Surat Asy-Syuara |26:208|
وَمَا أَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ إِلَّا لَهَا مُنْذِرُونَ
wa maaa ahlaknaa ming qoryatin illaa lahaa munżiruun
Dan Kami tidak membinasakan sesuatu negeri, kecuali setelah ada orang-orang yang memberi peringatan kepadanya,
And We did not destroy any city except that it had warners
(Dan Kami tidak membinasakan sesuatu negeri pun, melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberi peringatan) yakni para Rasul yang memberi peringatan kepada para penduduknya.
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 208 |
Penjelasan ada di ayat 200
Surat Asy-Syuara |26:209|
ذِكْرَىٰ وَمَا كُنَّا ظَالِمِينَ
żikroo, wa maa kunnaa zhoolimiin
untuk (menjadi) peringatan. Dan Kami tidak berlaku zalim.
As a reminder; and never have We been unjust.
(Peringatan-Ku) sebagai pelajaran untuk mereka. (Dan Kami sekali-kali tidak berlaku zalim) di dalam membinasakan mereka melainkan setelah terlebih dahulu mereka mendapat peringatan.
Ayat ini diturunkan berkenaan dengan jawaban terhadap perkataan orang-orang musyrik, yaitu firman Allah berikut:
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 209 |
Penjelasan ada di ayat 200
Surat Asy-Syuara |26:210|
وَمَا تَنَزَّلَتْ بِهِ الشَّيَاطِينُ
wa maa tanazzalat bihisy-syayaathiin
Dan (Al-Qur´an) itu tidaklah dibawa turun oleh setan-setan.
And the devils have not brought the revelation down.
(Dan dia itu tidak dibawa turun) yakni Alquran itu tidak dibawa turun oleh (setan-setan).
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 210 |
Tafsir ayat 210-212
Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang Kitab-Nya yang mulia, yang tidak datang kebatilan kepadanya —baik dari depan maupun dari belakangnya—, diturunkan dari sisi Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji, dan bahwa Al-Qur'an itu diturunkan melalui Ar-Ruhul Amin yang diberi izin oleh Allah.
{وَمَا تَنزلَتْ بِهِ الشَّيَاطِينُ}
Dan Al-Qur’an itu bukanlah dibawa turun oleh setan-setan. (Asy-Syu'ara': 210) Kemudian Allah Swt. menjelaskan bahwa setan-setan tersebut tidak dapat melakukan hal tersebut karena tiga alasan, salah satunya ialah bahwa
tidaklah layak bagi mereka. Dengan kata lain, tugas itu bukanlah merupakan tujuan mereka, bukan pula yang menjadi sasaran mereka, karena tabiat mereka adalah suka kepada kerusakan dan menyesatkan hamba-hamba Allah.
Padahal di dalam Al-Qur'an terkandung perintah kepada kebaikan dan larangan terhadap perbuatan yang mungkar; juga mengandung cahaya, petunjuk, dan bukti yang besar. Kesimpulannya antara kandungan Al-Qur'an dan tujuan setan-setan itu
sangat bertentangan. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:
{وَمَا يَنْبَغِي لَهُمْ}
Dan tidaklah patut mereka membawa turun Al-Qur’an itu. (Asy-Syu'ara': 211) Makna firman Allah Swt.:
{وَمَا يَسْتَطِيعُونَ}
dan mereka pun tidak akan kuasa. (Asy-Syu'ara': 211) Yakni seandainya tugas itu layak bagi mereka, niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya. Allah Swt. telah berfirman:
{لَوْ أَنزلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ}
Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. (Al-Hasyr: 21) Kemudian Allah Swt. menjelaskan bahwa seandainya
layak bagi mereka dan mereka mampu membawanya, tentulah tidak akan sampai ke arah itu, karena mereka terjauhkan dari mendengar Al-Qur'an saat Al-Qur'an diturunkan, sebab langit dipenuhi oleh penjaga yang keras
dan bintang-bintang yang menyala-nyala saat Al-Qur'an diturunkan kepada Rasulullah Saw. Maka tiada satu setan pun yang selamat dan sempat mendengarkannya walau barang sehuruf pun, agar perkaranya tidak bercampur baur.
Hal ini merupakan rahmat dari Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan sebagai pemeliharaan terhadap syariat-Nya serta dukungan-Nya kepada Kitab dan Rasul-Nya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{إِنَّهُمْ عَنِ السَّمْعِ لَمَعْزُولُونَ}
Sesungguhnya mereka benar-benar dijauhkan dari mendengar Al-Qur'an itu. (Asy-Syu'ara': 212) Sama seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam menceritakan perihal jin, melalui firman-Nya:
{وَأَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيدًا وَشُهُبًا * وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا}
Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu
untuk mendengar-dengarkan (berita beritanya). Tetapi sekarang barang siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya). (Al-Jin: 8-9)
sampai dengan firman-Nya:
أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا
ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka. (Al-Jin: 10)
Surat Asy-Syuara |26:211|
وَمَا يَنْبَغِي لَهُمْ وَمَا يَسْتَطِيعُونَ
wa maa yambaghii lahum wa maa yastathii'uun
Dan tidaklah pantas bagi mereka (Al-Qur´an itu), dan mereka pun tidak akan sanggup.
It is not allowable for them, nor would they be able.
(Dan tidaklah patut) tidak pantas (bagi setan-setan itu) untuk membawa turun Alquran (dan mereka pun tidak akan kuasa) melakukannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 211 |
Penjelasan ada di ayat 210
Surat Asy-Syuara |26:212|
إِنَّهُمْ عَنِ السَّمْعِ لَمَعْزُولُونَ
innahum 'anis-sam'i lama'zuuluun
Sesungguhnya untuk mendengarkannya pun mereka dijauhkan.
Indeed they, from [its] hearing, are removed.
(Sesungguhnya mereka dari pada mendengarkan) percakapan para Malaikat (benar-benar dijauhkan) dengan dilempar oleh batu-batu meteor.
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 212 |
Penjelasan ada di ayat 210
Surat Asy-Syuara |26:213|
فَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ فَتَكُونَ مِنَ الْمُعَذَّبِينَ
fa laa tad'u ma'allohi ilaahan aakhoro fa takuuna minal-mu'ażżabiin
Maka janganlah kamu menyeru (menyembah) tuhan selain Allah, nanti kamu termasuk orang-orang yang diazab.
So do not invoke with Allah another deity and [thus] be among the punished.
(Maka janganlah kamu menyeru tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kalian termasuk orang-orang yang diazab) jika kamu melakukan hal tersebut, sebagaimana yang dimintakan oleh orang-orang musyrik itu.
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 213 |
Tafsir ayat 213-220
Allah Swt. berfirman seraya memerintahkan (kepada hamba-hamba-Nya) agar menyembah Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya; juga memberitahu kan bahwa barang siapa yang menyekutukan-Nya, Dia pasti akan mengazabnya.
Kemudian Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya agar memberi peringatan kepada keluarganya yang terdekat, dan bahwa tiada yang menyelamatkan seseorang pun dari kaum kerabatnya kecuali imannya
kepada Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahaagung. Lalu Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar bersikap lemah lembut kepada orang-orang yang mengikutinya dari kalangan hamba-hamba Allah yang mukmin.
Dan barang siapa di antara makhluk Allah durhaka kepada-Nya, hendaklah ia berlepas diri dari apa yang dilakukannya. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
{فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ}
Jika mereka mendurhakaimu, maka katakanlah, "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kalian kerjakan." (Asy-Syu'ara': 216) Peringatan yang khusus ini tidak bertentangan dengan peringatan yang umum, bahkan ia merupakan bagian darinya, seperti yang disebutkan dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
{لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أُنْذِرَ آبَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُونَ}
agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang leluhurnya belum pernah mendapat peringatan, karena itu mereka lalai. (Yasin: 6) Dan firman Allah Swt.:
{لِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا}
agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. (Al-An'am: 92 dan Asy Syura: 7)
{وَأَنْذِرْ بِهِ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْ يُحْشَرُوا إِلَى رَبِّهِمْ}
Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya. (Al-An'am: 51)
{لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ وَتُنْذِرَ بِهِ قَوْمًا لُدًّا}
agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al-Qur'an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang. (Maryam: 97) Dan firman Allah Swt.:
{لأنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ}
supaya dengan dia aku memberi peringatan kepada kalian dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur’an (kepadanya). (Al-An'am: 19) Dan dalam ayat yang lain disebutkan melalui firman-Nya:
{وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ مِنَ الأحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهُ}
Dan barang siapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al-Qur’an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya. (Hud: 17) Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan Rasulullah Saw. bersabda:
"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أحدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ، يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ لَا يُؤْمِنُ بِي إِلَّا دَخَلَ النَّارَ".
Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, tidak sekali-kali ada seseorang dari kalangan umat ini yang beragama Yahudi dan tidak pula yang beragama Nasrani mendengar tentang diriku,
lalu ia tidak beriman kepadaku, melainkan pasti masuk neraka. Banyak hadis yang menceritakan tentang turunnya ayat ini. Berikut ini kami sebutkan hadis-hadis tersebut. Hadis pertama.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْر، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّة، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَير، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ: {وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ} ، أَتَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّفَا فَصَعِدَ عَلَيْهِ، ثُمَّ نَادَى: "يَا صَبَاحَاهُ". فَاجْتَمَعَ النَّاسُ إِلَيْهِ بَيْنَ رَجُلٍ يَجِيءُ إِلَيْهِ، وَبَيْنَ رَجُلٍ يَبْعَثُ رَسُولِهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، يَا بَنِي فِهْرٍ، يَا بَنِي لُؤَيٍّ، أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَخْبَرْتُكُمْ أَنَّ خَيْلًا بِسَفْحِ هَذَا الْجَبَلِ، تُرِيدُ أَنْ تُغِيرَ عَلَيْكُمْ، صَدَّقْتُمُونِي؟ ". قَالُوا: نَعَمْ. قَالَ: "فَإِنِّي نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٌ شَدِيدٍ". فَقَالَ أَبُو لَهَبٍ: تَبًّا لَكَ سَائِرَ الْيَوْمِ، أَمَا دَعَوْتَنَا إِلَّا لِهَذَا؟ وَأَنْزَلَ اللَّهُ: {تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ}
Imam Ahmad rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Namir, dari Al-A'masy ibnu Amr ibnu Murrah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang telah mengatakan bahwa ketika ayat berikut diturunkan,
yaitu firman-Nya: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara': 214) Maka Nabi Saw. datang ke Bukit Safa, lalu menaikinya dan berseru, "Hai orang-orang yang ada di pagi hari ini!"
Maka orang-orang berkumpul di hadapannya, ada yang datang langsung dan ada yang hanya mengirimkan orang suruhannya. Lalu Rasulullah Saw. berseru: "Hai Bani Abdul Muttalib, hai Bani Fihr, hai Bani Lu-ay, bagaimanakah
menurut kalian seandainya kuberitakan kepada kalian bahwa ada pasukan berkuda musuh di lereng bukit ini hendak menyerang kalian, apakah kalian akan percaya kepadaku?" Mereka menjawab, "Ya, kami percaya." Nabi Saw. bersabda,
"Sesungguhnya aku memperingatkan kalian sebelum datangnya azab yang keras.” Maka Abu Lahab berkata, "Celakalah kamu sepanjang hari ini, apakah engkau memanggil kami untuk tujuan ini?” Lalu Allah menurunkan firman-Nya,
"Binasalah kedua tangan Abu Lahab, dan sesungguhnya dia akan binasa" (Al-Lahab: 1), hingga akhir surat. Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Imam Turmuzi serta Imam Nasai telah meriwayatkan hadis ini melalui berbagai jalur dari Al-A'masy
dengan sanad yang sama. Hadis kedua.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، حَدَّثَنَا هِشَامٌ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: لَمَّا نَزَلَتْ: {وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ} ، قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "يَا فَاطِمَةُ ابْنَةَ مُحَمَّدٍ، يَا صَفِيَّةُ ابْنَةَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، يَا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، لَا أَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا، سَلُونِي مِنْ مَالِي مَا شِئْتُمْ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Hisyam, dari ayahnya dari Aisyah, bahwa ketika ayat berikut diturunkan, yaitu firman Allah Swt.: Dan berilah peringatan kepada
kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara': 214) Maka Rasulullah Saw. bersabda: Hai Fatimah binti Muhammad, hai Safiyyah binti Abdul Muttalib, hai Bani Abdul Muttalib, aku tidak mempunyai kekuasaan apapun bagi kalian
terhadap Allah, mintalah kepadaku dari harta milikku sesuka kalian. Imam Muslim mengetengahkan hadis ini secara tunggal. Hadis ketiga.
قَالَ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ عَمْرٍو، حَدَّثَنَا زَائِدَةُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عُمَير، عَنْ مُوسَى بْنِ طَلْحَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: {وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ} ، دَعَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [قُرَيْشًا]، فعمَّ وخصَّ، فَقَالَ: "يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ، أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ. يَا مَعْشَرَ بَنِي كَعْبٍ، أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ. يَا مَعْشَرَ بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ، أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ. يَا مَعْشَرَ بَنِي هَاشِمٍ، أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ. يَا مَعْشَرَ بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ. [يَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ، أَنْقِذِي نَفْسَكِ مِنَ النَّارِ] ، فَإِنِّي -وَاللَّهِ -مَا أَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا، إِلَّا أَنَّ لَكُمْ رَحمًا سأبُلها بِبلالها".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Zaidah Abdul Malik ibnu Umair, dari Musa Ibnu Talhah, dari Abu Hurairah r.a. yang telah mengatakan bahwa ketika ayat ini
diturunkan, yaitu: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara': 214) Maka Rasulullah Saw. menyeru orang-orang Quraisy secara umum dan khusus, lalu beliau bersabda: Hai golongan orang-orang Quraisy,
selamatkanlah diri kalian dari neraka. Hai golongan orang-orang Bani Ka'b, selamatkanlah diri kalian dari neraka. Hai golongan orang-orang Bani Hasyim, selamatkanlah diri kalian dari neraka. Hai golongan orang-orang Bani Abdul Muttalib,
selamatkanlah diri kalian dari neraka, Hai Fatimah binti Muhammad, selamatkanlah dirimu dari neraka. Karena sesungguhnya aku demi Allah, tidak mempunyai kekuasaan apa pun bagi kalian terhadap Allah melainkan hanya kalian mempunyai
tali persaudaraan denganku yang mengikatku dengan kalian.Imam Muslim dan Imam Turmuzi telah meriwayatkannya melalui hadis Abdul Malik ibnu Umair dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa bila ditinjau
dari jalurnya hadis ini berpredikat garib, Imam Nasai telah meriwayatkannya melalui hadis Musa ibnuTalhah secara mursal tanpa menyebutkan nama Abu Hurairah di dalamnya. Predikat mausul hadis ini adalah pendapat yang benar.
Imam Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkannya di dalam kitab sahih masing-masing melalui hadis Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul Musayyab dan Abu Salamah ibnu Abdur Rahman, dari Abu Hurairah.
وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ -يَعْنِي ابْنَ إِسْحَاقَ -عَنْ أَبِي الزنَاد، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ اللَّهِ. يَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللَّهِ، وَيَا فَاطِمَةُ بِنْتَ رَسُولِ اللَّهِ، اشْتَرِيَا أَنْفُسَكُمَا مِنَ اللَّهِ، لَا أُغني عَنْكُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئًا، سَلَانِي مِنْ مَالِي مَا شِئْتُمَا".
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq, dari Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah r.a. yang telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw.
telah bersabda: Hai Bani Abdul Muttalib, tebuslah diri kalian dari (azab) Allah. Hai Safiyyah bibi Rasulullah, hai Fatimah binti Rasulullah, tebuslah diri kamu berdua dari (azab) Allah, karena sesungguhnya aku tidak dapat menolong kalian
sedikit pun terhadap Allah, mintalah olehmu berdua dari hartaku sesukamu.Imam Ahmad meriwayatkannya secara tunggal melalui jalur ini. Ia pun meriwayatkannya secara tunggal dari Mu'awiyah, dari Zaidah, dari Abuz Zanad,
dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal. Ia telah meriwayatkannya pula dari Hasan yang telah mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah secara marfu'.
وَقَالَ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا سُوَيد بْنُ سَعيد، حَدَّثَنَا ضِمَام بْنُ إِسْمَاعِيلَ، عَنْ مُوسَى بْنِ وَرْدَان، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا بَنِي قُصَي، يَا بَنِي هَاشم، يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ. أَنَا النَّذِيرُ وَالْمَوْتُ الْمُغِيرُ. وَالسَّاعَةُ الْمَوْعِدُ"
Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Damam ibni Israil, dari Musa ibnu Wardan, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Hai Bani Qusay,
hai Bani Hasyim, hai Bani Abdu Manaf, akulah pemberi peringatan, maut pasti datang menyerang, dan kiamat adalah hari yang telah dijanjikan. Hadis keempat.
قَالَ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا التَّيْمِيُّ، عَنْ أَبِي عُثْمَانَ، عَنْ قَبِيصة بْنِ مُخَارق وزُهَير بْنِ عَمْرٍو قَالَا لَمَّا نَزَلَتْ: {وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ} صَعد رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَضْمَةً مِنْ جَبَلٍ عَلَى أَعْلَاهَا حَجَرٌ، فَجَعَلَ يُنَادِي: "يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ، إِنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ، إِنَّمَا مَثَلِي وَمَثَلُكُمْ كَرَجُلٍ رَأَى الْعَدُوَّ، فَذَهَبَ يَرْبَأُ أَهْلَهُ، يَخْشَى أَنْ يَسْبِقُوهُ، فَجَعَلَ يُنَادِي وَيَهْتِفُ: يَا صَبَاحَاهُ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami At-Taimi, dari Abu Us'man, dari Qubaisah ibnu Mukhariq dan Zuhair ibnu Amr, keduanya mengatakan bahwa
ketika ayat ini diturunkan, yaitu: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara': 214) Maka Rasulullah Saw. menaiki sebuah tumpukan batu besar yang ada di puncak sebuah bukit, lalu berseru:
Hai Bani Abdu Manaf, sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan, dan sesungguhnya perumpamaan diriku dan diri kalian adalah bagaikan seorang lelaki yang melihat kedatangan musuh, lalu ia memberikan peringatan dini
kepada kaumnya agar jangan kedahuluan oleh musuh. Untuk itu ia berseru dengan sekuat suaranya, "Awas serangan musuh!" Imam Muslim meriwayatkannya—demikian pula Imam Nasai—melalui hadis Sulaiman ibnuTarkhan At-Taimi,
dari Abu Us'man alias Abdur Rahman ibnu Sahi An-Nahdi, dari Qubaisas dan Zuhair ibnu Amr Al-Hilali dengan sanad yang sama. Hadis kelima.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ، حَدَّثَنَا شَرِيك عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنِ المْنهَال، عَنْ عَبَّادِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْأَسَدِيِّ، عَنْ عَلِيٍّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: {وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ} جَمَعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَهْلِ بَيْتِهِ، فَاجْتَمَعَ ثَلَاثُونَ، فَأَكَلُوا وَشَرِبُوا قَالَ: وَقَالَ لَهُمْ: "مَنْ يَضْمَنُ عَني دَيْنِي وَمَوَاعِيدِي، وَيَكُونُ مَعِي فِي الْجَنَّةِ، وَيَكُونُ خَلِيفَتِي فِي أَهْلِي؟ ". فَقَالَ رَجُلٌ -لَمْ يُسَمِّهِ شَرِيكٌ -يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَنْتَ كُنْتَ بَحْرًا مَنْ يَقُومُ بِهَذَا؟ قَالَ: ثُمَّ قَالَ الْآخَرُ، قَالَ: فَعَرَضَ ذَلِكَ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، فَقَالَ عَليٌ: أَنَا
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad ibnu Amir, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Al-A'masy, dari Al-Minhal, dari Abbad ibnu Abdullah Al-Asadi, dari Ali r.a. yang telah menceritakan bahwa
ketika ayat ini diturunkan, yaitu: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara': 214) Maka Nabi Saw. mengumpulkan semua ahli baitnya, sehingga terkumpullah sebanyak tiga puluh orang,
lalu mereka diberi jamuan makan dan minum. Ali melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Nabi Saw. bersabda kepada mereka, ''Siapakah (di antara kalian) yang sanggup untuk menjamin keselamatan agama dan janji-janjiku?
Maka kelak ia akan bersamaku di dalam surga dan menjadi penggantiku di kalangan keluargaku." Maka ada seorang lelaki —yang tidak disebutkan namanya oleh Syarik— berkata, "Wahai Rasulullah, engkau adalah orang yang lebih mengerti
siapa yang dapat mengemban tugas ini." Lalu ada lelaki lain yang menjawab hal yang sama sebanyak tiga kali. Akhirnya Rasulullah Saw. menawarkan hal tersebut kepada ahli baitnya, lalu Ali berkata, "Saya."
Jalur lain yang meriwayatkannya lebih rinci disebutkan oleh Imam Ahmad,
حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانة، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ الْمُغِيرَةِ، عَنْ أَبِي صَادِقٍ، عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ نَاجِذٍ، عَنْ عَلِيٍّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: جَمَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -أَوْ دَعَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، وَهُمْ رَهْطٌ، كُلُّهُمْ يَأْكُلُ الْجَذَعَةَ وَيَشْرَبُ الفّرَق -قَالَ: وَصَنَعَ لَهُمْ مُدًّا مِنْ طَعَامٍ فَأَكَلُوا حَتَّى شَبِعُوا -قَالَ: وَبَقِيَ الطَّعَامُ كَمَا هُوَ كَأَنَّهُ لَمْ يُمَسَّ. ثُمَّ دَعَا بغُمَرٍ فَشَرِبُوا حَتَّى رَوُوا، وَبَقِيَ الشَّرَابُ كَأَنَّهُ لَمْ يُمَسَّ -أولم يُشْرَبْ -وَقَالَ: "يَا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، إِنِّي بُعِثْتُ إِلَيْكُمْ خَاصَّةً وَإِلَى النَّاسِ عَامَّةً، وَقَدْ رَأَيْتُمْ مِنْ هَذِهِ الْآيَةِ مَا رَأَيْتُمْ، فَأَيُّكُمْ يُبَايِعُنِي عَلَى أَنْ يَكُونَ أَخِي وَصَاحِبِي؟ ". قَالَ: فَلَمْ يَقُمْ إِلَيْهِ أَحَدٌ. قَالَ: فقمتُ إِلَيْهِ -وَكُنْتُ أَصْغَرَ الْقَوْمِ -قَالَ: فَقَالَ: "اجْلِسْ". ثُمَّ قَالَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، كُلُّ ذَلِكَ أَقْوَمُ إِلَيْهِ فَيَقُولُ لِيَ: "اجْلِسْ". حَتَّى كَانَ فِي الثَّالِثَةِ ضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى يَدِي
telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Abu Uwanah, telah menceritakan kepada kami Us'man ibnul Mugirah, dari Abu Sadiq, dari Rabi'ah ibnu Majid, dari Ali r.a. yang telah menceritakan bahwa Rasulullah
mengumpulkan atau mengundang Bani Abdul Muttalib yang terdiri dari sejumlah banyak orang, yang untuk menjamu mereka diperlukan seekor unta jaza'ah dan satu farq air minum. Tetapi Rasulullah Saw. hanya membuat satu mud makanan
untuk mereka, dan ternyata mereka semua kenyang, sedangkan makanan yang dijamukan masih tetap utuh seperti sediakala seakan-akan masih belum disantap. Kemudian Rasulullah Saw. memerintahkan agar didatangkan
satu kendi air minum, dan mereka minum darinya hingga kenyang, sedangkan air minum itu masih utuh seperti sediakala sebelum diminum. Lalu beliau Saw. bersabda: "Hai Bani Abdul Muttalib, sesungguhnya aku diutus kepada kalian
secara khusus dan juga kepada seluruh manusia secara umum. Kalian telah menyaksikan sendiri mukjizat ini sebagaimana yang telah kalian lihat, maka siapakah di antara kalian yang mau berbaiat (berjanji setia) kepadaku
untuk menjadi saudara dan temanku?” Ali mengatakan bahwa tiada seorang pun yang berdiri menyambut seruannya, "Maka aku bangkit menuju ke arahnya, 'saat itu aku adalah orang yang termuda' di antara yang hadir. Nabi Saw. bersabda,
'Duduklah kamu!' sebanyak tiga kali, yang pada masing-masingnya aku berusaha bangkit menuju ke arahnya, dan beliau selalu bersabda, 'Duduklah kamu!' Setelah ketiga kalinya, barulah beliau menjabatkan tangannya ke tanganku (pertanda setuju).”
Jalur lain lebih garib, tetapi lebih rinci daripada teks yang sebelumnya dengan ada beberapa tambahan.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَيْهَقِيُّ فِي "دَلَائِلِ النُّبُوَّةِ": أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الْجَبَّارِ، حَدَّثَنَا يُونُس بْنُ بُكَيْر، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ قَالَ: فَحَدَّثَنِي مَنْ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ الْحَارِثِ بْنِ نَوْفَلٍ -وَاسْتَكْتَمَنِي اسْمَهُ -عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ} ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "عَرَفْتُ أَنِّي إِنْ بادأتُ بِهَا قومِي، رَأَيْتُ مِنْهُمْ ما أكره، فَصَمَتُّ. فَجَاءَنِي جِبْرِيلُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، إِنَّ لَمْ تَفْعَلْ مَا أَمَرَكَ بِهِ رَبُّكَ عَذَّبَكَ رَبُّكَ". قَالَ عَلِيٌّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: فَدَعَانِي فَقَالَ: "يَا عَلِيُّ، إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَمَرَنِي [أَنْ] أُنْذِرَ عَشِيرَتِي الْأَقْرَبِينَ، فَعَرَفْتُ أَنِّي إِنْ بَادَأْتُهُمْ بِذَلِكَ رَأَيْتُ مِنْهُمْ مَا أَكْرَهُ، فَصَمت عَنْ ذَلِكَ، ثُمَّ جَاءَنِي جِبْرِيلُ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، إِنْ لَمْ تَفْعَلْ مَا أُمِرْتَ بِهِ عَذَّبَكَ رَبُّكَ. فَاصْنَعْ لَنَا يَا عَلِيُّ شَاةً عَلَى صَاعٍ مِنْ طَعَامٍ، وَأَعِدَّ لَنَا عُسَّ لَبَنٍ، ثُمَّ اجْمَعْ لِيَ بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ". ففعلتُ فَاجْتَمَعُوا لَهُ، وَهُمْ يَوْمئِذٍ أَرْبَعُونَ رَجُلًا يَزِيدُونَ رَجُلًا أَوْ يَنْقُصُونَ رَجُلًا. فِيهِمْ أَعْمَامُهُ: أَبُو طَالِبٍ، وَحَمْزَةُ، وَالْعَبَّاسُ، وَأَبُو لَهَبٍ الْكَافِرُ الْخَبِيثُ. فَقَدَّمْتُ إِلَيْهِمْ تِلْكَ الجَفْنَةَ، فَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهَا حِذْيَة فَشَقَّهَا بِأَسْنَانِهِ ثُمَّ رَمَى بِهَا فِي نَوَاحِيهَا، وَقَالَ: "كُلُوا بِسْمِ اللَّهِ". فَأَكَلَ القومُ حَتَّى نَهلوا عَنْهُ مَا يُرَى إِلَّا آثَارُ أَصَابِعِهِمْ، وَاللَّهِ إِنْ كَانَ الرَّجُلُ مِنْهُمْ لَيَأْكُلُ مِثْلَهَا. ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اسْقِهِمْ يَا عَلِيُّ". فَجِئْتُ بِذَلِكَ القَعب فَشَرِبُوا مِنْهُ حَتَّى نَهِلُوا جَمِيعًا، وَايْمُ اللَّهِ إِنْ كَانَ الرَّجُلُ مِنْهُمْ لَيَشْرَبُ مِثْلَهُ. فَلَمَّا أَرَادَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُكَلِّمَهُمْ، بَدَره أَبُو لَهَبٍ إِلَى الْكَلَامِ فَقَالَ: لَهَدّ مَا سَحَّرَكُمْ صَاحِبُكُمْ. فَتَفَرَّقُوا وَلَمْ يُكَلِّمْهُمْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَلَمَّا كَانَ الغدُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا عَلِيُّ، عُدْ لَنَا بِمِثْلِ الَّذِي كُنْتَ صَنَعْتَ بِالْأَمْسِ مِنَ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ؛ فَإِنَّ هَذَا الرَّجُلَ قَدْ بَدَرني إِلَى مَا سمعتَ قَبْلَ أَنْ أُكَلِّمَ الْقَوْمَ". فَفَعَلْتُ، ثُمَّ جَمَعْتُهُمْ لَهُ، فَصَنَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا صَنَعَ بِالْأَمْسِ، فَأَكَلُوا حَتَّى نَهِلُوا عَنْهُ، وَايْمُ اللَّهِ إِنْ كَانَ الرَّجُلُ مِنْهُمْ لَيَأْكُلُ مِثْلَهَا. ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "اسْقِهِمْ يَا عَلِيُّ". فَجِئْتُ بِذَلِكَ القَعب فَشَرِبُوا مِنْهُ حَتَّى نَهِلُوا جَمِيعًا. وَايْمُ اللَّهِ إِنْ كَانَ الرَّجُلُ مِنْهُمْ لَيَشْرَبُ مِثْلَهُ. فَلَمَّا أَرَادَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إن يُكَلِّمَهُمْ بَدَره أَبُو لَهَبٍ بِالْكَلَامِ فَقَالَ: لَهَدَّ مَا سَحَّرَكُمْ صَاحِبُكُمْ. فَتَفَرَّقُوا وَلَمْ يُكَلِّمْهُمْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَلَمَّا كَانَ الْغَدُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا عَلِيُّ، عُدْ لَنَا بِمِثْلِ الَّذِي كُنْتَ صنعتَ لَنَا بِالْأَمْسِ مِنَ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ؛ فَإِنَّ هَذَا الرَّجُلَ قَدْ بَدَرني إِلَى مَا سمعتَ قَبْلَ أَنْ أُكَلِّمَ الْقَوْمَ". فَفَعَلْتُ، ثُمَّ جَمَعْتُهُمْ لَهُ فَصَنَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [كَمَا صَنَعَ] بِالْأَمْسِ، فَأَكَلُوا حَتَّى نَهِلُوا عَنْهُ، ثُمَّ سَقَيْتُهُمْ مِنْ ذَلِكَ الْقَعْبِ حَتَّى نَهِلُوا عَنْهُ، وَايْمُ اللَّهِ إِنْ كَانَ الرَّجُلُ مِنْهُمْ لَيَأْكُلُ مِثْلَهَا وَيَشْرَبُ مِثْلَهَا، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "يَا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، إِنِّي -وَاللَّهِ -مَا أَعْلَمُ شَابًّا مِنَ الْعَرَبِ جَاءَ قَوْمَهُ بِأَفْضَلَ مِمَّا جِئْتُكُمْ بِهِ، إِنِّي قَدْ جِئْتُكُمْ بِأَمْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ".
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi di dalam kitabnya Dalailun Nubuwwah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah Al-Hafiz, telah menceritakan kepada kami Abul Abbas Muhammad ibnu Ya'qub,
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul Jabbar, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Bukair, dari Muhammad ibnu Ishaq yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepadanya seseorang yang mendengar hadis berikut
dari Abdullah ibnul Haris ibnu Naufal tanpa menyebutkan namanya, dari Ibnu Abbas, dari Ali ibnu Abu Talib r.a. yang telah menceritakan bahwa ketika ayat ini diturunkan kepada Rasulullah Saw., yaitu: Dan berilah peringatan
kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. (Asy-Syu'ara': 214-215) Maka Rasulullah Saw. berkata, "Aku mengetahui bahwa
jika aku sampaikan hal ini dengan segera kepada mereka (kaumku), pastilah aku akan melihat jawaban mereka yang tidak kusukai. Karena itu, terpaksa aku hanya diam." Maka datanglah Jibril kepadaku dan berkata, "Hai Muhammad,
sesungguhnya jika kamu tidak segera melakukan apa yang telah diperintahkan kepadamu, niscaya Tuhanmu akan mengazabmu." Ali melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Nabi Saw. memanggilku dan berkata, "Hai Ali sesungguhnya Allah Swt.
telah memerintahkan kepadaku untuk memberikan peringatan kepada kaum kerabat terdekatku, dan aku mengetahui bahwa jika aku segera menyampaikan hal itu kepada mereka, pastilah aku akan mendapat jawaban yang tidak aku sukai.
Karena itu, aku diam. Kemudian Jibril datang kepadaku dan berkata, "Hai Muhammad, jika kamu tidak melakukan apa yang diperintahkan kepadamu, niscaya Tuhanmu akan mengazabmu.' Hai Ali buatkanlah makanan untuk kami
dengan menyembelih seekor kambing dan satu sa' makanan serta siapkanlah susu satu qirbah, kemudian kumpulkanlah semua orang Bani Abdul Muttalib." Maka saya lakukan perintahnya dan berkumpullah di rumah Nabi Saw.
semua Banil Muttalib yang saat itu berjumlah kurang lebih empat puluh orang; di antaranya terdapat paman-paman beliau seperti Al-Abbas, Hamzah, Abu Talib, dan Abu Lahab yang kafir lagi kotor itu. Lalu saya suguhkan hidangan itu
kepada mereka. Rasulullah Saw. mengambil sepotong daging, lalu membelahnya dengan giginya, dan menaburkannya ke seluruh hidangan tersebut seraya bersabda, "Makanlah dengan menyebut nama Allah." Maka semua yang hadir
makan hingga kenyang, dan tiada yang tersisa kecuali bekas tangan-tangan mereka. Padahal, demi Allah, seseorang dari mereka saja dapat menghabiskan hidangan tersebut. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda, "Berilah mereka minum,
hai Ali." Maka saya datang dengan membawa qirbah tersebut, dan mereka minum darinya hingga kenyang semuanya. Padahal, demi Allah, sesungguhnya seseorang dari mereka dapat menghabiskan minuman itu sendirian.
Ketika Rasulullah Saw. hendak berbicara kepada mereka, Abu Lahab mendahuluinya dan mengatakan, "Sungguh kalian telah disihir oleh teman kalian ini (maksudnya Nabi Saw. yang menyuguhkan makanan dan minuman sedikit,
tetapi cukup untuk mereka semua)." Mereka bubar dan Rasulullah Saw. tidak sempat berbicara dengan mereka. Pada keesokan harinya Rasulullah Saw. bersabda, "Hai Ali, buatkanlah jamuan bagi kita seperti yang kamu lakukan kemarin,
yaitu jamuan makan dan minum, karena sesungguhnya Abu Lahab telah mendahuluiku berbicara seperti yang telah kamu dengar sebelum aku berbicara dengan kaum." Maka saya lakukan perintahnya, kemudian saya undang mereka
untuk datang kepada Nabi Saw. Dan Rasulullah Saw. melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya kemarin, lalu mereka semuanya makan hingga kenyang. Padahal, demi Allah, seseorang saja dari mereka dapat menghabiskan
jamuan itu sendirian. Seusai mereka makan, Rasulullah Saw. bersabda, "Hai Ali, berilah mereka minum!" Maka saya datangkan qirbah (wadah minum) itu dan mereka minum darinya hingga semuanya kenyang. Padahal, demi Allah,
seseorang saja dari mereka dapat menghabiskan minuman itu sendirian. Ketika Rasulullah Saw. hendak berbicara kepada mereka, Abu Lahab mendahuluinya dengan ucapan, "Sungguh teman kalian ini telah menyihir kalian."
Akhirnya mereka bubar, sedangkan Rasulullah Saw. belum sempat berbicara dengan mereka. Pada keesokan harinya lagi Rasulullah Saw. bersabda, "Hai Ali buatlah jamuan makan dan minum buat kita seperti kemarin, karena sesungguhnya
Abu Lahab telah mendahului bicaraku seperti yang telah engkau dengar sendiri sebelum aku berbicara dengan kaum." Maka saya lakukan perintahnya. Saya kumpulkan mereka di rumah beliau Saw., dan beliau Saw.
melakukan seperti apa yang telah dilakukannya kemarin (mengambil sepotong daging, lalu menyobek-nyobeknya dan menyebarkannya ke seluruh hidangan). Mereka semua makan hingga kenyang, dan saya beri mereka minum
dari wadah minuman tersebut hingga semuanya merasa kenyang. Padahal, demi Allah, seseorang dari mereka saja dapat menghabiskan jamuan makan dan minum itu sendirian. Kali ini Rasulullah Saw. langsung berbicara:
Hai Bani Abdul Muttalib, sesungguhnya aku, demi Allah, belum pernah mengetahui ada seorang pemuda Arab yang menyampaikan kepada kaumnya perkara yang lebih baik daripada apa yang akan kusampaikan kepada kalian ini.
Sesungguhnya aku menyampaikan kepada kalian kebaikan dunia dan akhirat. Ahmad ibnu Abdul Jabbar mengatakan bahwa Ibnu Ishaq hanya mendengarnya dari Abdul Gaffar ibnul Qasim Abu Maryam, dari Al-Minhal ibnu Amr,
dari Abdullah ibnul Haris.
وَقَدْ رَوَاهُ أَبُو جَعْفَرِ بْنُ جَرِيرٍ، عَنِ ابْنِ حُمَيْدٍ، عَنْ سَلَمَةَ، عَنِ ابْنِ إِسْحَاقَ، عَنْ عَبْدِ الْغَفَّارِ بْنِ الْقَاسِمِ، عَنِ الْمِنْهَالِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ، فَذَكَرَ مِثْلَهُ، وَزَادَ بَعْدَ قَوْلِهِ: "إِنِّي جِئْتُكُمْ بِخَيْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ". "وَقَدْ أَمَرَنِي اللَّهُ أَنْ أَدْعُوَكُمْ إِلَيْهِ، فَأَيُّكُمْ يُؤَازِرُنِي عَلَى هَذَا الْأَمْرِ عَلَى أَنْ يَكُونَ أَخِي، وَكَذَا وكذا"؟ قال: فأحجم الْقَوْمُ عَنْهَا جَمِيعًا، وَقُلْتُ -وَإِنِّي لَأَحْدَثُهُمْ سِنًّا، وأرمصُهم عَيْنًا، وَأَعْظَمُهُمْ بَطْنًا، وَأَحْمَشُهُمْ سَاقًا. أَنَا يَا نَبِيَّ اللَّهِ، أَكُونُ وَزِيرَكَ عَلَيْهِ، فَأَخَذَ يَرْقُبُني ثُمَّ قَالَ: "إِنَّ هَذَا أَخِي، وَكَذَا وَكَذَا، فَاسْمَعُوا لَهُ وَأَطِيعُوا". قَالَ: فَقَامَ الْقَوْمُ يَضْحَكُونَ وَيَقُولُونَ لِأَبِي طَالِبٍ: قَدْ أَمَرَكَ أَنْ تَسْمَعَ لِابْنِكَ وَتُطِيعَ
Abu Ja'far ibnu Jarir telah meriwayatkannya dari Ibnu Humaid, dari Salamah, dari Ibnu Ishaq, dari Abdul Gaffar ibnul Qasim Abu Maryam, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Abdullah ibnul Haris, dari Ibnu Abbas, dari Ali ibnu Abu Talib,
lalu disebutkan hal yang semisal dengan hadis di atas. Hanya ditambahkan dalam riwayat ini hal berikut: Sesungguhnya aku menyampaikan kepada kalian kebaikan dunia dan akhirat. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepadaku
untuk mengajak kalian agar menyembah-Nya. Maka siapakah di antara kalian yang menjadi wakilku dalam menyampaikan perkara ini, dia kelak akan menjadi saudaraku dan beroleh anu dan anu. Ali melanjutkan kisahnya,
bahwa semua kaum yang hadir diam, dan ia saat itu adalah orang yang paling muda di antara hadirin, paling kurang awas matanya, paling besar perutnya dan paling kecil betisnya, lalu ia berkata, "Saya sanggup, wahai Nabi Allah,
untuk menjadi pendukungmu dalam menyampaikannya." Maka Rasulullah Saw. memegang pundakku dan bersabda, "Sesungguhnya orang ini adalah saudaraku dan anu dan anu, maka tunduk patuhlah kalian kepadanya."
Kemudian kaum yang hadir tertawa dan berkata kepada Abu Talib, "Dia telah memerintahkan kepadamu agar tunduk patuh kepada anakmu itu." Teks ini diriwayatkan secara tunggal oleh Abdul Gaffar ibnul Qasim Abu Maryam,
dia orangnya berpredikat matruk (tidak terpakai hadisnya) lagi pendusta, dan seorang syi'ah militan. Ali ibnul Madini dan lain-lainnya menuduhnya sebagai orang yang suka membuat-buat hadis, sedangkan para imam menilainya Daif (lemah).
Jalur lain,
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ عِيسَى بْنِ مَيْسَرة الْحَارِثِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْقُدُّوسِ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنِ الْمِنْهَالِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ قَالَ: قَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: {وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ} ، قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اصْنَعْ لِي رِجْلَ شَاةٍ بِصَاعٍ مِنْ طَعَامٍ وَإِنَاءً لَبَنًا". قَالَ: فَفَعَلْتُ، ثُمَّ قَالَ: "ادْعُ بَنِي هَاشِمٍ". قَالَ: فَدَعَوْتُهُمْ وَإِنَّهُمْ يَوْمئِذٍ لَأَرْبَعُونَ غَيْرَ رَجُلٍ -أَوْ: أَرْبَعُونَ وَرَجُلٌ -قَالَ: وَفِيهِمْ عَشَرَةٌ كُلُّهُمْ يَأْكُلُ الجذَعَة بِإِدَامِهَا. قَالَ: فَلَمَّا أَتَوْا بِالْقَصْعَةِ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ ذرْوَتها ثُمَّ قَالَ: "كُلُوا"، فَأَكَلُوا حَتَّى شَبِعُوا، وَهِيَ على هيئتها لم يرزؤوا مِنْهَا إِلَّا يَسِيرًا، قَالَ: ثُمَّ أَتَيْتُهُمْ بِالْإِنَاءِ فَشَرِبُوا حَتَّى رَوُوا. قَالَ: وفَضَل فَضْلٌ، فَلَمَّا فَرَغُوا أَرَادَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَتَكَلَّمَ، فبدرُوه الْكَلَامَ، فَقَالُوا: مَا رَأَيْنَا كَالْيَوْمِ فِي السَّحْرِ. فَسَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَالَ: "اصْنَعْ [لِي] رِجْلَ شَاةٍ بِصَاعٍ مِنْ طَعَامٍ". فَصَنَعْتُ، قَالَ: فَدَعَاهُمْ، فَلَمَّا أَكَلُوا وَشَرِبُوا، قَالَ: فَبَدَرُوهُ فَقَالُوا مِثْلَ مَقَالَتِهِمُ الْأُولَى، فَسَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ لِيَ: "اصْنَعْ [لِي] رِجْلَ شَاةٍ بِصَاعٍ مِنْ طَعَامٍ. فَصَنَعْتُ، قَالَ: فَجَمَعْتُهُمْ، فَلَمَّا أَكَلُوا وَشَرِبُوا بَدَرهم رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْكَلَامَ فَقَالَ: "أَيُّكُمْ يَقْضِي عَنِّي دَيني وَيَكُونُ خَلِيفَتِي فِي أَهْلِي؟ ". قَالَ: فَسَكَتُوا وَسَكَتَ الْعَبَّاسُ خَشْيَةَ أَنْ يُحِيطَ ذَلِكَ بِمَالِهِ، قَالَ: وسكتُّ أَنَا لسِنّ الْعَبَّاسِ. ثُمَّ قَالَهَا مَرَّةً أُخْرَى فَسَكَتَ الْعَبَّاسُ، فَلَمَّا رَأَيْتُ ذَلِكَ قُلْتُ: أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ. [فَقَالَ: "أَنْتَ"] قَالَ: وَإِنِّي يَوْمَئِذٍ لَأَسْوَأُهُمْ هَيْئَةً، وَإِنِّي لَأَعْمَشُ الْعَيْنَيْنِ، ضَخْمُ الْبَطْنِ، حَمْش السَّاقَيْنِ.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, dari Isa ibnu Maisarah Al-Harisi, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abdul Quddus, dari Al-A'masy,
dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Abdullah ibnul Haris yang telah menceritakan bahwa Ali r.a. pernah menceritakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.
(Asy-Syu'ara': 214) Rasulullah Saw. bersabda kepada saya, "Buatlah makanan untukku berupa kaki kambing satu sa makanan dan semangkuk susu." Maka saya kerjakan perintahnya, dan setelah itu beliau bersabda, "Undanglah
Bani Hasyim!" Maka saya mengundang mereka yang saat itu jumlah mereka kurang lebih empat puluh orang. Di antara mereka terdapat sepuluh orang (jago makan) yaitu dapat menghabiskan seekor unta jaza'ah berikut kulit-kulitnya.
Ketika mangkuk yang berisikan makanan itu dihidangkan, Rasulullah Saw. mengambil (memotong) bagian puncaknya, lalu bersabda, "Silakan makan." Maka mereka semua makan hingga kenyang, padahal makanan itu masih tetap utuh
tidak menyusut kecuali hanya sedikit saja. Kemudian saya sajikan minuman itu kepada mereka, dan mereka semua minum hingga kenyang, sedangkan minuman itu masih tersisa banyak. Setelah mereka selesai dari jamuan itu Rasulullah Saw.
hendak berbicara, tetapi tiba-tiba didahului oleh mereka, "Kami belum pernah melihat sihir seperti hari ini." Rasulullah Saw. diam. Pada hari berikutnya Rasulullah Saw. bersabda, "Buatkanlah untukku masakan kaki kambing
dengan satu sa" makanan." Maka saya membuatnya, dan Nabi Saw. mengundang mereka lagi. Setelah mereka makan dan minum, mereka mendahului perkataan Nabi Saw. dengan mengucapkan kalimat yang sama seperti kemarin.
Akhirnya Rasulullah Saw. hanya diam. Pada keesokan harinya lagi Rasulullah Saw. bersabda, "Hai Ali buatkanlah makanan kaki kambing dengan satu sa 'makanan untukku." Maka kulakukan perintahnya, lalu aku mengundang mereka.
Setelah mereka makan dan minum, Rasulullah Saw. mendahului mereka berbicara. ”Siapakah dari kalian yang sanggup melunasi utangku dan akan menjadi penggantiku untuk mengurus keluargaku?" Mereka semua diam,
dan Al-Abbas paman beliau pun diam karena khawatir utang Nabi Saw. dapat meludeskan semua hartanya. Rasulullah Saw. kembali mengucapkan sabdanya itu dan Al-Abbas tetap diam. Setelah kulihat semuanya diam, maka aku berkata,
"Sayalah, wahai Rasulullah." Pada saat itu saya adalah orang yang paling sederhana penampilannya, dan kedua mata saya mengalami kerabunan, perut saya besar, dan kedua betis saya kecil. Semua riwayat yang bermacam-macam ini
bersumber dari Ali r.a. Makna permintaan Nabi Saw. kepada paman-pamannya dan semua saudara sepupunya agar melunasi utangnya dan menjadi penggantinya untuk mengurus keluarganya ialah jika beliau tewas dalam jihad fi sabilillah.
Seakan-akan beliau merasa khawatir bila mulai mengerjakan tugas memberi peringatan, kelak ia akan tewas. Tetapi setelah Allah Swt. menurunkan firman-Nya:
{يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ}
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu. tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu
dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67) Maka barulah beliau merasa tenang, pada mulanya beliau selalu dikawal hingga turun firman Allah Swt. yang mengatakan:
{وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ}
Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67) Pada saat itu tiada seorang pun dari kalangan Bani Hasyim yang lebih kuat imannya, lebih teguh keyakinannya, serta lebih membenarkan Rasulullah Saw. selain dari Ali r.a.
Karena itulah maka Ali segera menyambut permintaan Rasulullah Saw. mendahului mereka semua saat beliau mengajukannya kepada mereka.Seusai peristiwa tersebut —hanya Allah yang lebih mengetahui— beliau Saw. menyeru manusia
dengan terang-terangan di atas Bukit Safa. Dan beliau memberikan peringatan kepada semua puak kabilah Qurai'sy secara umum dan khusus, sehingga beliau menyebut nama tiap-tiap orang dari kalangan paman-paman dan bibi-bibinya
serta tidak ketinggalan pula putri-putri beliau sendiri, agar dipandang tidak pandang bulu. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan, sedangkan Allah-lah yang memberi petunjuk
kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.
وَقَدْ رَوَى الْحَافِظُ ابْنُ عَسَاكِرَ فِي تَرْجَمَةِ عَبْدِ الْوَاحِدِ الدِّمَشْقِيِّ -غَيْرِ مَنْسُوبٍ -مِنْ طَرِيقِ عَمْرِو بْنِ سَمُرَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سُوقَةَ، عَنْ عَبْدِ الْوَاحِدِ الدِّمَشْقِيِّ قَالَ: رَأَيْتُ أَبَا الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، يُحَدِّثُ النَّاسَ وَيُفْتِيهِمْ، وَوَلَدُهُ إِلَى جَنْبِهِ، وَأَهْلُ بَيْتِهِ جُلُوسٌ فِي جَانِبِ الْمَسْجِدِ يَتَحَدَّثُونَ، فَقِيلَ لَهُ: مَا بَالُ النَّاسِ يَرْغَبُونَ فِيمَا عِنْدَكَ مِنَ الْعِلْمِ، وَأَهْلُ بَيْتِكَ جُلُوسٌ لَاهِينَ؟ فَقَالَ: لِأَنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "أَزْهَدُ النَّاسِ فِي الدُّنْيَا الْأَنْبِيَاءُ، وَأَشَدُّهُمْ عَلَيْهِمُ الْأَقْرَبُونَ".
Al-Hafiz Ibnu Asakir di dalam biografi Abdul Wahid Ad-Dimasyqi telah meriwayatkan melalui jalur Amr ibnu Samurah, dari Muhammad ibnu Suqah, dari Abdul Wahid Ad-Dimasyqi yang telah menceritakan bahwa pada suatu hari ia melihat
Abu Darda r.a. sedang memberi ceramah dan fatwanya kepada orang banyak, sedangkan anaknya berada di sebelahnya dan ahli baitnya sedang duduk-duduk mengobrol di serambi masjid. Maka dikatakan kepadanya,
"Mengapa orang-orang begitu suka menimba ilmu darimu, padahal ahli bait (keluarga)mu sedang enak-enak duduk mengobrol?" Maka Abu Darda menjawab, bahwa sesungguhnya dia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
Orang yang paling berzuhud di dunia ini adalah para nabi, dan yang paling memusuhi mereka adalah kaum kerabat(nya). Demikian itu terbukti melalui firman Allah Swt. yang mengatakan:
{وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِين}
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara': 214) sampai dengan firman-Nya:
فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ
maka katakanlah, "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kalian kerjakan.” (Asy-Syu'ara': 216) Adapun firman Allah Swt.:
{وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ}
Dan bertawakallah kepada (Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Asy-Syu'ara': 217) Maksudnya, bertawakallah kepada Allah dalam semua urusanmu, karena sesungguhnya Dia pasti akan mendukungmu, memeliharamu, menolongmu, memenangkanmu, dan meninggikan kalimatmu. Firman Allah Swt.:
{الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ}
Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (salat). (Asy-Syu'ara': 21 8) Yakni Dia selalu memperhatikanmu, semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا}
Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami. (At-Tur: 48) Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Yang melihat kamu
ketika kamu berdiri (untuk salat). (Asy-Syu'ara': 218) Artinya, melihatmu berdiri untuk salatmu. Ikrimah mengatakan bahwa Allah melihat berdiri, rukuk, dan sujudnya. Al-Hasan mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
Yang melihat kamu ketika kamu berdiri. (Asy-Syu'ara': 218) Yakni manakala kamu salat sendirian. Menurut Ad-Dahhak, Allah melihatmu ketika kamu bangun dari tempat tidurmu atau dari majelismu. Qatadah mengatakan bahwa Allah melihatmu
berdiri, duduk dan semua keadaanmu. Firman Allah Swt.:
{وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ}
dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. (Asy-Syu'ara': 219) Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Yang melihat kamu ketika kamu berdiri, dan (melihat pula)
perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. (Asy-Syu'ara': 218-219) Maksudnya, dalam salatmu yang sendirian Allah melihatmu, begitu pula dalam salatmu bersama jamaah (salat berjamaah). Hal yang sama dikatakan
oleh Ikrimah, Ata Al-Khurrasani, dan Al-Hasan Al-Basri. Mujahid mengatakan bahwa Rasulullah Saw. dapat melihat belakangnya sama dengan beliau melihat depannya. Hal ini telah disebutkan oleh sebuah hadis sahih yang mengatakan:
"سَوّوا صُفُوفَكُمْ؛ فَإِنِّي أَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِي"
Luruskanlah saf kalian, karena sesungguhnya aku dapat melihat kalian dari arah belakangku. Al-Bazzar dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan melalui dua jalur dari Ibnu Abbas, bahwa Ibnu Abbas pernah mengemukakan takwilnya
sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa makna yang dimaksud ialah perpindahan sulbi Nabi Saw. dari sulbi nabi ke sulbi nabi lainnya hingga Allah mewujudkannya ke dunia ini sebagai seorang nabi. Firman Allah Swt.:
{إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ}
Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Asy-Syu'ara': 220) Yakni Maha Mendengar semua ucapan hamba-hamba-Nya, lagi Maha Mengetahui semua gerakan dan diamnya mereka. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِنْ قُرْآنٍ وَلا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ}
Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Qur'an dan kalian tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atas kalian di waktu kalian melakukannya. (Yunus: 61), hingga akhir ayat.
Surat Asy-Syuara |26:214|
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ
wa anżir 'asyiirotakal-aqrobiin
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat,
And warn, [O Muhammad], your closest kindred.
(Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat) mereka adalah Bani Hasyim dan Bani Mutalib, lalu Nabi saw. memberikan peringatan kepada mereka secara terang-terangan;
demikianlah menurut keterangan hadis yang telah dikemukakan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 214 |
Penjelasan ada di ayat 213
Surat Asy-Syuara |26:215|
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
wakhfidh janaaḥaka limanittaba'aka minal-mu`miniin
dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu.
And lower your wing to those who follow you of the believers.
(Dan rendahkanlah dirimu) berlaku lemah lembutlah kamu (terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman).
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 215 |
Penjelasan ada di ayat 213
Surat Asy-Syuara |26:216|
فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ
fa in 'ashouka fa qul innii bariii`um mimmaa ta'maluun
Kemudian jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan."
And if they disobey you, then say, "Indeed, I am disassociated from what you are doing."
(Jika mereka mendurhakaimu) yakni kerabat-kerabat terdekatmu itu (maka katakanlah) kepada mereka; ("Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kalian kerjakan") tentang penyembahan kalian kepada selain Allah itu.
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 216 |
Penjelasan ada di ayat 213
Surat Asy-Syuara |26:217|
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ
wa tawakkal 'alal-'aziizir-roḥiim
Dan bertawakallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa, Maha Penyayang,
And rely upon the Exalted in Might, the Merciful,
(Dan bertawakallah) dapat dibaca Watawakkal dan Fatawakkal, jika dibaca Fatawakkal artinya, maka bertawakallah (kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang) maksudnya, serahkanlah semua perkaramu kepada-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 217 |
Penjelasan ada di ayat 213
Surat Asy-Syuara |26:218|
الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ
allażii yarooka ḥiina taquum
Yang melihat engkau ketika engkau berdiri (untuk sholat),
Who sees you when you arise
(Yang melihat kamu ketika kamu berdiri) untuk melakukan sholat.
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 218 |
Penjelasan ada di ayat 213
Surat Asy-Syuara |26:219|
وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ
wa taqollubaka fis-saajidiin
dan (melihat) perubahan gerakan badanmu di antara orang-orang yang sujud.
And your movement among those who prostrate.
(Dan melihat pula perubahan gerakmu) ketika kamu menjalankan rukun-rukun sholat; mulai dari berdiri, duduk, rukuk dan sujud (di antara orang-orang yang sujud).
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 219 |
Penjelasan ada di ayat 213
Surat Asy-Syuara |26:220|
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
innahuu huwas-samii'ul-'aliim
Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
Indeed, He is the Hearing, the Knowing.
(Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui).
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 220 |
Penjelasan ada di ayat 213
Surat Asy-Syuara |26:221|
هَلْ أُنَبِّئُكُمْ عَلَىٰ مَنْ تَنَزَّلُ الشَّيَاطِينُ
hal unabbi`ukum 'alaa man tanazzalusy-syayaathiin
Maukah Aku beritakan kepadamu, kepada siapa setan-setan itu turun?
Shall I inform you upon whom the devils descend?
(Apakah akan Aku beritakan kepada kalian) hai orang-orang kafir Mekah (kepada siapa setan-setan itu turun) Tanazzalu pada asalnya dibaca Tatanazzalu kemudian salah satu huruf Ta dibuang sehingga menjadi Tanazzalu.
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 221 |
Tafsir ayat 221-227
Allah Swt. melalui ayat-ayat ini ber-khitab kepada orang-orang musyrik yang menduga bahwa apa yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. bukanlah perkara yang hak, dengan dalih bahwa itu hanyalah buat-buatan beliau sendiri,
atau disampaikan oleh jin kepadanya. Maka Allah membersihkan diri Rasulullah Saw. dari tuduhan mereka, seraya menegaskan bahwa sesungguhnya apa yang disampaikan olehnya hanyalah dari sisi Allah. Dan bahwa itu adalah wahyu-Nya
yang diturunkan kepadanya melalui malaikat yang mulia lagi dipercaya dan mempunyai kedudukan yang besar. Dan bahwa Al-Qur'an itu sama sekali bukan dari setan, karena sesungguhnya setan tidak mempunyai keinginan terhadap hal-hal
yang seperti Al-Qur'an. Karena sesungguhnya setan-setan itu hanya membisikkan kedustaannya kepada orang-orang yang sealiran dan sependapat dengan mereka dari kalangan tukang-tukang tenung (ramal) yang pendusta.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{هَلْ أُنَبِّئُكُمْ عَلَى مَنْ تَنزلُ الشَّيَاطِينُ. تَنزلُ عَلَى كُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ}
Apakah akan Aku beritakan kepada kalian, kepada siapa setan-setan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa. (Asy-Syu'ara': 221-222) Maksudnya, pendusta dalam ucapannya lagi banyak dosanya,
yakni durhaka dalam semua perbuatannya. Orang-orang seperti mereka itulah yang selalu didatangi oleh setan, yaitu para tukang tenung dan orang-orang yang semisal dengan mereka, tukang dusta lagi pendurhaka. Mereka sealiran dengan setan,
karena setan juga tukang dusta lagi pendurhaka.
{يُلْقُونَ السَّمْعَ}
mereka menghadapkan pendengaran (kepada setan) itu. (Asy-Syu'ara': 223) Yakni setan-setan itu mencuri-curi dengar dari berita langit, dan satu kalimat yang mereka dengar tentang ilmu gaib, lalu mereka membubuhinya
dengan seratus kedustaan. Setelah itu mereka sampaikan kepada pendukung-pendukung mereka dari kalangan manusia. Selanjutnya manusia yang kedatangan mereka menceritakan berita tersebut kepada orang lain,
dan banyak orang yang percaya kepada berita yang dicuri dari langit ini mengingat sesuai dengan kenyataannya. Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:
مِنْ حَدِيثِ الزُّهْرِيِّ: أَخْبَرَنِي يَحْيَى بْنُ عُروَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ، أَنَّهُ سَمِعَ عُرْوَةَ بْنَ الزُّبَيْرِ يَقُولُ: قَالَتْ عَائِشَةُ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: سَأَلَ نَاسٌ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْكُهَّانِ، فَقَالَ: "إِنَّهُمْ لَيْسُوا بِشَيْءٍ". قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَإِنَّهُمْ يُحَدِّثُونَ بِالشَّيْءِ يَكُونُ حَقًّا؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "تِلْكَ الْكَلِمَةُ مِنَ الْحَقِّ يَخْطِفُهَا الْجِنِّيُّ، فَيُقَرقرِها فِي أُذُنِ وَلَيِّهِ كقَرْقَرة الدَّجَاجَةِ، فَيَخْلِطُونَ مَعَهَا أَكْثَرَ مِنْ مَائِةِ كَذِبَةٍ"
melalui Az-Zuhri disebutkan, telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Urwah ibnuz Zubair; ia pernah mendengar Urwah ibnuz Zubair menceritakan hadis berikut, bahwa Siti Aisyah pernah menceritakan bahwa ada segolongan orang
bertanya kepada Nabi Saw. tentang ahli tenung, maka beliau Saw. menjawab, "Sesungguhnya para tukang tenung itu tidak benar sama sekali." Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka menceritakan sesuatu
yang sesuai dengan kejadiannya yang terkemudian." Nabi Saw. menjawab: Itu berasal dari berita yang benar yang dicuri oleh jin, lalu ia bisikkan ke telinga kekasihnya bagaikan suara kokokan ayam jantan, dan ia mencampuradukkannya
dengan seratus kali dusta lebih.
قَالَ الْبُخَارِيُّ أَيْضًا: حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، حَدَّثَنَا عَمْرٌو قَالَ: سَمِعْتُ عِكْرِمَةَ يَقُولُ: سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ: أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِذَا قَضَى اللَّهُ الْأَمْرَ فِي السَّمَاءِ، ضَرَبَتِ الْمَلَائِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا خُضْعانًا لِقَوْلِهِ، كَأَنَّهَا سِلْسِلَةٌ عَلَى صَفْوان، حَتَّى إِذَا فُزع عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا: مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ قَالُوا لِلَّذِي قَالَ: الْحَقُّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ. فَيَسْمَعُهَا مُسْتَرِقُو السَّمْعِ، وَمُسْتَرِقُو السَّمْعِ، هَكَذَا بَعْضُهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ". وَوَصَفَ سُفْيَانُ بِيَدِهِ فَحَرفها، وبَدّدَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ "فَيَسْمَعُ الْكَلِمَةَ، فَيُلْقِيهَا إِلَى مَنْ تَحْتَهُ، ثُمَّ يُلْقِيهَا الْآخَرُ إِلَى مَنْ تَحْتَهُ، حَتَّى يُلْقِيَهَا عَلَى لِسَانِ السَّاحِرِ -أَوِ الْكَاهِنِ -فَرُبَّمَا أَدْرَكَهُ الشِّهَابُ قَبْلَ أَنْ يُلْقِيَهَا، وَرُبَّمَا أَلْقَاهَا قَبْلَ أَنْ يدركه، فيكذب معها مائة كذبة. فيقال: أليس قَدْ قَالَ لَنَا يَوْمَ كَذَا وَكَذَا: كَذَا وَكَذَا؟ فَيَصْدُقُ بِتِلْكَ الْكَلِمَةِ الَّتِي سَمِعَ (7) مِنَ السماء".
Imam Bukhari telah meriwayatkan pula, bahwa telah menceritakan kepada kami Al-Humaidi, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Amr; ia pernah mendengar Ikrimah berkata bahwa ia pernah mendengar
Abu Hurairah r.a. berkata, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda, "Apabila Allah memutuskan perkara di langit, para malaikat mengepak-ngepakkan sayapnya karena takut kepada titah Allah Swt., bunyinya seakan-akan seperti rantai
yang terjatuh di atas batu yang licin permukaannya. Apabila mereka telah sadar dari rasa takutnya, bertanyalah (sebagian dari mereka kepada sebagian yang lain), "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan kalian?" Mereka menjawab,
"Kebenaran belaka, Dia Mahatinggi lagi Mahabesar." Pembicaraan itu terdengar oleh setan-setan yang mencuri-curi dengar dari pembicaraan mereka. Setan-setan yang mencuri-curi dengar itu —kata Sufyan seraya mengisyaratkan
dengan jari jemari tangannya yang ia susun— seperti ini. Maka setan yang paling puncak mendengarnya, lalu menyampaikannya kepada setan yang ada di bawahnya, kemudian disampaikan lagi kepada setan yang di bawahnya
hingga akhirnya sampailah ke telinga penyihir atau tukang tenung, selanjutnya diucapkan oleh mereka. Adakalanya setan itu terkena oleh lemparan bintang yang menyala (membakar) sebelum ia sempat menyampaikannya,
dan adakalanya ia sempat menyampaikannya sebelum terkena bintang yang menyala itu, lalu ia mencampurinya dengan seratus kali dusta (dari sisinya). Kemudian dikatakan, "Bukankah telah dititahkan kepada kita pada hari anu dan anu
akan terjadi peristiwa anu dan anu?" Dan ternyata peristiwanya itu sesuai dengan kalimat yang mereka dengar dari langit. Hadis diketengahkan oleh Imam Bukhari melalui jalur ini secara tunggal. Imam Muslim meriwayatkannya
melalui hadis Az-Zuhri, dari Ali ibnul Husain, dari Ibnu Abbas, dari sejumlah sahabat Ansar dengan teks yang hampir sama dengan hadis ini. Dan hal ini akan diterangkan nanti dalam surat Saba' dalam tafsir firman-Nya:
{حَتَّى إِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ}
sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka. (Saba':23)
قَالَ الْبُخَارِيُّ: وَقَالَ اللَّيْثُ: حَدَّثَنِي خَالِدِ بْنِ يَزِيدَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هلال: أَنَّ أَبَا الْأَسْوَدِ أَخْبَرَهُ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "إِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَحَدّث فِي العَنَان -والعَنَان: الغَمَام -بِالْأَمْرِ [يَكُونُ] فِي الْأَرْضِ، فَتَسْمَعُ الشَّيَاطِينُ الْكَلِمَةَ، فتقرُّها فِي أُذُنِ الْكَاهِنِ كَمَا تُقَرّ الْقَارُورَةُ، فَيَزِيدُونَ مَعَهَا مِائَةَ كَذْبَةٍ"
Imam Bukhari mengatakan bahwa Lais pernah berkata, telah menceritakan kepadaku Khalid ibnu Yazid, dari Sa'id ibnu Abu Hilal, bahwa Abul Aswad pernah menceritakan hadis berikut dari Urwah, dari Aisyah r.a., dari Nabi Saw.
yang telah bersabda: Sesungguhnya para malaikat berbincang-bincang di awan mengenai suatu perkara (yang akan terjadi) di bumi, lalu setan-setan mencuri dengar pembicaraan itu, maka mereka membisikkannya
ke telinga tukang tenung seperti suara botol-botol beradu, dan mereka menambah-nambahinya dengan seratus kali dusta. Imam Bukhari telah meriwayatkan hal yang semisal di tempat yang lain dari kitab "Permulaan Kejadian"
melalui Sa'id ibnu Abu Zaid, dari Al-Lais, dari Abdullah ibnu Abu Ja'far, dari Abul Aswad Muhammad ibnu Abdur Rahman, dari Urwah, dari Aisyah r.a. Firman Allah Swt.:
{وَالشُّعَرَاءُ يَتَّبِعُهُمُ الْغَاوُونَ}
Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. (Asy-Syu'ara': 224) Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa orang-orang kafir itu diikuti oleh manusia dan jin
yang sesat-sesat. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, dan selain keduanya. Ikrimah mengatakan bahwa ada dua orang penyair yang saling menghina, lalu salah satu pihak didukung
oleh sejumlah orang dan pihak yang lainnya didukung oleh sejumlah orang pula. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. (Asy-Syu'ara' : 224)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا لَيث، عَنِ ابْنِ الْهَادِ، عَنْ يُحَنَّس -مَوْلَى مُصْعَبِ بْنِ الزُّبَيْرِ -عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ نَسِيرُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بالعَرْج، إِذْ عَرَض شَاعِرٌ يُنشد، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "خُذُوا الشَّيْطَانَ -أَوْ أَمْسِكُوا الشَّيْطَانَ -لَأَنْ يَمْتَلِئَ جَوْفُ أَحَدِكُمْ قَيْحًا خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمْتَلِئَ شِعْرًا"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Lais, dari Ibnul Had, dari Yahnus maula Mus'ab ibnuz Zubair, dari Abu Sa'id yang menceritakan, bahwa ketika kami sedang berjalan
bersama Rasulullah Saw. di Al-Arj, tiba-tiba muncullah seorang penyair. Maka Nabi Saw. bersabda: Tangkaplah setan ini —peganglah setan ini— Sesungguhnya bila seseorang dari kalian memenuhi perutnya dengan muntahan, itu lebih baik baginya
daripada memenuhi dirinya dengan syair. Firman Allah Swt.:
{أَلَمْ تَرَ أَنَّهُمْ فِي كُلِّ وَادٍ يَهِيمُونَ}
Tidakkah kamu melihat bahwa mereka mengembara di tiap-tiap lembah. (Asy-Syu'ara': 225) Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa mereka larut di setiap perbuatan
yang tidak ada gunanya. Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa mereka menguasai setiap seni bicara. Mujahid dan lain-lainnya —demikian pula Al-Hasan Al-Basri—mengatakan, "Demi Allah, sungguh kami
melihat di lembah-lembah tempat mereka mengembara yang biasa dipakai oleh mereka untuk bersyair, adakalanya mereka mencaci si Fulan dan adakalanya mereka memuji si Fulan yang lain. Qatadah mengatakan bahwa
yang dimaksud ialah penyair yang memuji suatu kaum dengan cara yang batil dan mencaci kaum yang lain dengan cara yang batil pula. Firman Allah Swt.:
{وَأَنَّهُمْ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ}
dan bahwa mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakannya? (Asy-Syu'ara': 226) Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ada dua orang di masa Rasulullah Saw. yang salah seorangnya
dari kalangan Ansar, sedangkan yang lain dari kaum lainnya. Keduanya terlibat dalam adu syair saling menghina, dan masing-masing pihak mempunyai pendukungnya sendiri dari kalangan kaumnya, yaitu terdiri dari orang-orang
yang lemah akalnya. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwa mereka mengembara di tiap-tiap lembah, dan bahwa mereka suka mengatakan
apa yang mereka sendiri tidak mengerjakannya? (Asy-Syu'ara': 224-226) Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa kebanyakan ucapan mereka adalah dusta. Apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas ini memang suatu
kenyataan, karena para penyair biasa membangga-banggakan ucapan dan perbuatan yang sama sekali tidak dilakukan oleh seorang pun dari mereka dan tidak pula diriwayatkan dari mereka, hal ini membuat mereka pandai membual.
Untuk itulah para ulama berselisih pendapat sehubungan dengan masalah seorang penyair yang dalam bait-bait syairnya mengakui melakukan sesuatu perbuatan yang mengharuskan hukuman had atas dirinya, apakah si penyair
yang bersangkutan dikenai hukuman had atas pengakuannya itu ataukah tidak? Tetapi perlu diingat bahwa mereka selalu mengatakan hal-hal yang tidak pernah mereka lakukan. Ada dua pendapat di kalangan para ulama sehubungan
dengan masalah ini. Muhammad ibnu Ishaq dan Muhammad ibnu Sa'd di dalam kitab Tabaqat-nya dan Az-Zubair ibnu Bakkar di dalam kitab Al-Fakahah menyebutkan bahwa Amirul Mu-minin Umar ibnul Khattab r.a. pernah mengangkat
An-Nu'man ibnu Adi ibnu Nadlah untuk menjadi gubernur di Misan, suatu kota yang terletak di Basrah. Dia adalah seorang penyair yang gemar menggubah bait-bait syair. Antara lain ia mengatakan dalam syairnya.
أَلَا هَل أتَى الحَسْنَاءَ أَنَّ حَليِلَها ... بِمَيْسَانَ، يُسقَى في زُجاج وَحَنْتَم ... إذَا شئْتُ غَنَّتْني دَهاقينُ قَرْيَة ... وَرَقَّاصَةٌ تَجذُو عَلَى كُلِّ مَنْسم فإنْ كُنتَ نَدْمانِي فَبالأكْبر اسْقني ... وَلا تَسْقني بالأصْغَر المُتَثَلم لَعَل أميرَ المؤمنينَ يَسُوءه ... تَنادُمُنا بالجَوْسَق المُتَهَدَم ...
"Mengapa tidak datang berita kepada wanita yang cantik itu, bahwa kekasihnya diberi minum khamar dalam gelas dan kendi di Misan. Jika aku suka, tentu dia mau. menyanyi dan menari sambil minum-minum, dengan lenggang-lenggok
yang menyambut semua senyuman yang ditujukan kepadanya. Jika engkau menemaniku minum, maka berilah aku minuman dari wadah yang besar, dan janganlah engkau beri aku minuman dari wadah yang kecil. Barangkali Amirul Mu-minin
akan marah karena si wanita cantik itu menemaniku minum di Al-Jausaq yang telah runtuh."Ketika berita tersebut sampai kepada Amirul Mu-minin Umar ibnul Khattab r.a., ia berkata, "Demi Allah, sesungguhnya hal itu benar-benar
membuatku marah. Barang siapa yang bersua dengannya beritahukanlah kepadanya bahwa aku memecatnya dari jabatan gubernur." Dan Umar berkirim surat kepadanya yang dimulai dengan firman-Nya:
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Ha Mim. Diturunkan Kitab ini (Al-Qur'an) dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui, Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat lagi keras hukuman-Nya;
Yang Mempunyai karunia. Tiada Tuhan (Yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk). (Al-Mu-min: 1-3). Amm'a ba'du, sesungguhnya telah sampai kepadaku ucapanmu yang mengatakan,
"Agar Amirul Mu-minin tidak enak melihat kami minum-minum khamr di Al-Jausaq yang telah hancur." Demi Allah, sesungguhnya hal itu benar-benar membuatku tidak enak, sekarang aku memecatmu. Setelah An-Nu'man ibnu Adi datang
menghadap kepada Umar, maka Umar memakinya karena dia telah mengucapkan syair tersebut. Lalu ia beralasan, "Demi Allah, wahai Amirul Mu-minin, saya sama sekali tidak meminumnya. Syair tersebut tiada lain merupakan sesuatu
yang biasa diucapkan oleh lisanku tanpa sengaja." Umar menjawab, "Saya pun menduga demikian. Tetapi demi Allah, sekarang engkau tidak boleh lagi bekerja untukku selamanya karena ucapan yang telah kamu katakan itu."
Tidak disebutkan bahwa Umar r.a. menjatuhkan hukuman had atas syair yang telah diucapkannya itu yang di dalamnya disebutkan meminum khamr karena para penya'ir mengatakan apa yang tidak mereka kerjakan.
Hanya saja Khalifah Umar r.a. mencela dan memakinya karena hal itu dan memecatnya dari jabatannya. Di dalam sebuah hadis disebutkan:
"لَأَنْ يَمْتَلِئَ جَوْفُ أَحَدِكُمْ قَيْحًا، يَرِيه خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمْتَلِئَ شِعْرًا"
Sesungguhnya bila seseorang di antara kalian memenuhi rongganya dengan muntahan yang dilihatnya adalah lebih baik baginya daripada memenuhi dirinya dengan syair. Makna yang dimaksud ayat ini ialah bahwa Rasul
yang diturunkan Al-Qur'an kepadanya bukanlah seorang tukang tenung dan bukan pula seorang penyair, karena sepak terjang beliau bertentangan dengan mereka dari berbagai seginya secara jelas dan nyata. Perihalnya sama dengan
yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَمَا عَلَّمْنَاهُ الشِّعْرَ وَمَا يَنْبَغِي لَهُ إِنْ هُوَ إِلا ذِكْرٌ وَقُرْآنٌ مُبِينٌ}
Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya; Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan. (Yasin: 69) Dan firman Allah Swt.:
{إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ. وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَاعِرٍ قَلِيلا مَا تُؤْمِنُونَ. وَلا بِقَوْلِ كَاهِنٍ قَلِيلا مَا تَذَكَّرُونَ. تَنزيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
Sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia, dan Al-Qur'an itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kalian beriman kepadanya. Dan bukan pula perkataan
tukang tenung. Sedikit sekali kalian mengambil pelajaran darinya. Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. (Al-Haqqah: .40-43) Hal yang sama dikatakan dalam surat Asy-Syu'ara' ini melalui firman-Nya:
{وَإِنَّهُ لَتَنزيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ. نزلَ بِهِ الرُّوحُ الأمِينُ. عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ. بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ}
Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan-bahasa Arab yang jelas. (Asy-Syu'ara': 192-195)
{وَمَا تَنزلَتْ بِهِ الشَّيَاطِينُ. وَمَا يَنْبَغِي لَهُمْ وَمَا يَسْتَطِيعُونَ. إِنَّهُمْ عَنِ السَّمْعِ لَمَعْزُولُونَ}
Dan Al-Qur’an itu bukanlah dibawa turun oleh setan-setan. Dan tidaklah patut mereka membawa turun Al-Qur’an itu, dan mereka pun tidak akan kuasa. Sesungguhnya mereka benar-benar dijauhkan dari mendengar Al-Qur'an itu. (Asy-Syu'ara': 210-212) Dan firman-Nya:
{هَلْ أُنَبِّئُكُمْ عَلَى مَنْ تَنزلُ الشَّيَاطِينُ. تَنزلُ عَلَى كُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ. يُلْقُونَ السَّمْعَ وَأَكْثَرُهُمْ كَاذِبُونَ. وَالشُّعَرَاءُ يَتَّبِعُهُمُ الْغَاوُونَ. أَلَمْ تَرَ أَنَّهُمْ فِي كُلِّ وَادٍ يَهِيمُونَ. وَأَنَّهُمْ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ}
Apakah akan Aku beritakan kepada kalian kepada siapa setan-setan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa, mereka menghadapkan pendengaran (kepada setan) itu, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang pendusta. Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwa mereka mengembara di tiap-tiap lembah? dan bahwa mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakannya.
(Asy-Syu'ara': 221-226) Adapun firman Allah Swt.:
{إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ}
kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh. (Asy-Syu'ara': 227)
قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قُسَيْط، عَنْ أَبِي الْحَسَنِ سَالِمٍ البَرّاد -مَوْلَى تَمِيمٍ الدَّارِيِّ -قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: {وَالشُّعَرَاءُ يَتَّبِعُهُمُ الْغَاوُونَ} ، جَاءَ حسان بن ثابت، وعبد الله بن رَوَاحة، وَكَعْبُ بْنُ مَالِكٍ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُمْ يَبْكُونَ فَقَالُوا: قَدْ عَلِمَ اللَّهُ حِينَ أَنْزَلَ هَذِهِ الْآيَةَ أَنَّا شُعَرَاءُ. فَتَلَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ} قَالَ: "أَنْتُمْ"، {وَذَكَرُوا اللَّهَ كَثِيرًا} قَالَ: "أَنْتُمْ"، {وَانْتَصَرُوا مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا} قَالَ: "أَنْتُمْ".
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Yazid ibnu Abdullah ibnu Qasit, dari Abul Hasan Salim Al-Barrad ibnu Abdullah maula Tamim Ad-Dari yang telah menceritakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman Allah Swt.:
Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. (Asy-Syu'ara': 224) datanglah Hassan ibnu Sabit, Abdullah ibnu Rawwahah dan Ka'b ibnu Malik kepada Rasulullah Saw. seraya menangis, lalu mereka berkata,
"Allah telah mengetahui ketika menurunkan ayat ini, bahwa kami adalah para penyair." Maka Nabi Saw. membaca ayat ini, yaitu firman-Nya: kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh. (Asy-Syu'ara': 227)
Nabi Saw. bersabda, "Seperti kalian ini." dan banyak menyebut Allah. (Asy-Syu'ara': 227) Nabi Saw. bersabda, "Seperti kalian ini." dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. (Asy-Syu'ara': 227) Nabi Saw. bersabda,
"Seperti kalian ini." Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir dari Ibnu Ishaq. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari Abu Sa'id Al-Asyaj, dari Abu Usamah, dari Al-Walid ibnu Abu Kasir, dari Yazid ibnu Abdullah,
dari Abul Hasan maula Bani Naufal, bahwa Hassan ibnu Sabit dan Abdullah ibnu Rawwahah datang kepada Rasulullah Saw. setelah ayat berikut diturunkan, yaitu firman-Nya: Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat
(Asy-Syu'ara': 224) Nabi Saw. bersabda, "Seperti kalian ini." Keduanya dalam keadaan menangis, maka Rasulullah Saw. membacakan kepada keduanya ayat berikut: Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat.
(Asy-Syu'ara': 224) sampai dengan firman-Nya: kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh. (Asy-Syu'ara': 227) Nabi Saw. bersabda, "Seperti kalian ini."Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Muslim, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Hisyam ibnu Urwah, dari Urwah yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan: Dan penyair-penyair itu
diikuti oleh orang-orang yang sesat. (Asy-Syu'ara': 224) sampai dengan firman-Nya: dan bahwa mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakannya. (Asy-Syu'ara': 226) Abdullah ibnu Rawwahah berkata,
"Wahai Rasulullah, Allah telah mengetahui bahwa saya termasuk salah seorang dari para penyair itu." Maka Allah menurunkan firman-Nya: Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh. (Asy-Syu'ara': 227),
hingga akhir ayat. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid, Qatadah, dan Zaid ibnu Aslam serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang, semuanya mengatakan bahwa ayat yang terakhir ini merupakan
pengecualian dari ayat-ayat yang sebelumnya. Tidak diragukan lagi bahwa ini merupakan pengecualian, tetapi surat ini Makkiyyah, maka bagaimana bisa terjadi bahwa penyebab turunnya ayat ini adalah para penyair dari kalangan Ansar?
Dipandang dari segi ini pendapat di atas masih perlu dipertimbangkan, dan lagi semua riwayat yang disajikan hanyalah berpredikat mursal, yang tidak dapat dijadikan pegangan; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Sebenarnya
pengecualian ini termasuk pula ke dalam pengertiannya semua penyair Ansar dan penyair-penyair lainnya. Termasuk pula ke dalam pengertiannya orang-orang (penyair-penyair) serupa dengan mereka dari kalangan para penyair Jahiliah
yang mencela Islam dan para penganutnya, kemudian bertobat dan kembali kepada Allah serta meninggalkan kebiasaan buruknya itu dan beramal saleh serta banyak menyebut nama Allah untuk melebur semua syair buruk yang pernah
diucapkannya di masa Jahiliah. Karena sesungguhnya amal-amal kebaikan itu dapat menghapuskan keburukan-keburukan. Lalu mereka memuji Islam dan para pemeluknya untuk menghapus apa
yang dahulu pernah mereka katakan, yaitu mencela Islam dan para pemeluknya, seperti penyesalan yang dikatakan oleh Abdullah ibnuz Zaba'ri setelah ia masuk Islam:
يَا رَسُولَ المَليك، إِنَّ لسَاني ... رَاتقٌ مَا فَتَقْتُ إذْ أَنَا بُورُ ... إذْ أجَاري الشَّيْطانَ فِي سَنن الغَيْ ... يِ وَمَن مَالَ مَيْلَه مَثْبُورٌ ...
Wahai utusan Tuhan Yang Mahakuasa, sesungguhnya lisanku sekarang menghapuskan apa yang pernah diucapkannya pada saat aku dalam kebinasaan (kekufuran), yaitu di saat aku berteman dengan setan yang tenggelam
ke dalam tuntunan yang sesat. Barang siapa yang cenderung kepada kesenangan setan, pastilah binasa. Hal yang sama telah dikatakan oleh Abu Sufyan ibnul Haris ibnu Abdul Muttalib, dahulu dia orang yang paling keras
dalam memusuhi Nabi Saw., padahal dia adalah saudara sepupunya. Dia termasuk orang yang paling banyak menghina Nabi Saw. Tetapi setelah dia masuk Islam, tiada seorang pun yang lebih dicintainya selain dari Rasulullah Saw.
Dia selalu memuji Rasulullah Saw. yang sebelumnya dia banyak mengejeknya, dan selalu membelanya yang pada sebelumnya dia sangat memusuhinya. Imam Muslim di dalam kitab sahihnya telah meriwayatkan melalui Ibnu Abbas,
bahwa Abu Sufyan alias Sakhr ibnu Harb ketika masuk Islam berkata, "Wahai Rasulullah, sudilah kiranya engkau memberikan tiga hal kepadaku." Rasulullah Saw. menjawab.”Ya." Mu'awiyah berkata, " Engkau jadikan aku
sebagai sekretaris pribadimu." Rasulullah Saw. menjawab, "Ya." Abu Sufyan berkata, "Engkau angkat diriku menjadi komandan pasukan agar aku dapat memerangi orang-orang kafir, sebagaimana dahulu aku
memerangi kaum muslim." Rasulullah Saw. menjawab, "Ya." Dan Abu Sufyan menyebutkan permintaan yang ketiganya; karena itulah Allah Swt. berfirman:
{إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَذَكَرُوا اللَّهَ كَثِيرًا}
Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah. (Asy-Syu'ara': 227) Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah banyak menyebut nama Allah dalam pembicaraan mereka.
Menurut pendapat yang lainnya lagi, menyebut nama Allah dalam syair mereka; kedua pendapat benar, karena semuanya dapat menghapuskan dosa-dosa mereka yang telah lalu. Firman Allah Swt.:
{وَانْتَصَرُوا مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا}
dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. (Asy-Syu'ara' : 227) Ibnu Abbas mengatakan, bahwa mereka menjawab syair orang-orang kafir yang menghina kaum muslim dengan syair mereka. Hal yang sama telah dikatakan
oleh Mujahid dan Qatadah serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda kepada Hassan ibnu Sabit:
"اهْجُهُمْ -أَوْ قَالَ: هَاجِهِمْ -وَجِبْرِيلُ مَعَكَ"
Balaslah mereka —atau— seranglah syair mereka, dan Jibril akan membantumu.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، حَدَّثَنَا مَعْمَر، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ، عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنْ اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، قَدْ أَنْزَلَ فِي الشِّعْرِ مَا أَنْزَلَ، فَقَالَ: "إِنَّ الْمُؤْمِنَ يُجَاهِدُ بِسَيْفِهِ وَلِسَانِهِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَكَأَنَّ مَا تَرْمُونَهُمْ بِهِ نَضْح النبْل"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Abdur Rahman ibnu Ka'b ibnu Malik, dari ayahnya yang telah menceritakan bahwa ia pernah bertanya
kepada Nabi Saw., "Sesungguhnya Allah Swt. telah menurunkan di dalam surat Asy-Syu'ara' ayat-ayat yang menyangkut mereka (mengecam mereka)." Maka Rasulullah Saw. menjawab: Sesungguhnya orang mukmin itu berjihad
dengan pedang dan lisannya. Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sungguh apa yang kamu lontarkan melalui syairmu kepada mereka seakan-akan seperti lemparan anak panah. Firman Alah Swt.:
{وَسَيَعْلَمُ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَيَّ مُنْقَلَبٍ يَنْقَلِبُونَ}
Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali. (Asy-Syu'ara': 227) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:
{يَوْمَ لَا يَنْفَعُ الظَّالِمِينَ مَعْذِرَتُهُمْ}
(yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang zalim permintaan maafnya. (Al-Mu-min: 52), hingga akhir ayat. Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِيَّاكُمْ وَالظُّلْمَ، فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ"
Hati-hatilah kalian terhadap perbuatan zalim, karena sesungguhnya perbuatan zalim itu kelak akan menjadi kegelapan di hari kiamat. Qatadah ibnu Da'amah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali. (Asy-Syu'ara': 227) Yakni para penyair dan lain-lainnya. Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Iyas ibnu Abu Tamimah yang menceritakan bahwa ia menghadiri majelis Al-Hasan, lalu lewatlah iringan jenazah seorang Nasrani. Maka Al-Hasan membaca firman-Nya: Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui
ke tempat mana mereka akan kembali. (Asy-Syu'ara': 227) Abdullah ibnu Abu Rabah telah meriwayatkan dari Safwan ibnu Muharriz, bahwa dia apabila membaca ayat ini, maka menangislah ia sehingga aku (perawi) mengatakan bahwa
tangisannya itu membuatnya sesak. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali. (Asy-Syu'ara': 227) Ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ibnu Sirraij Al-Iskandarani,
dari sebagian guru-gurunya, bahwa ketika mereka berada di negeri Romawi di suatu malam saat mereka sedang berdiang di api, tiba-tiba datanglah suatu kafilah mendekati mereka, lalu berhenti di hadapan mereka. Ternyata di antara mereka
terdapat Fudalah ibnu Ubaid. Maka mereka mempersilakannya bergabung bersama mereka. Saat itu salah seorang teman mereka sedang salat dan membaca firman-Nya: Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui
ke tempat mana mereka akan kembali. (Asy-Syu'ara': 227) Fudalah ibnu Ubaid berkata, "Mereka adalah orang-orang yang merusak rumah-rumah mereka (membinasakan diri mereka sendiri)." Menurut suatu pendapat, yang dimaksud
dengan mereka adalah penduduk Mekah. Dan menurut pendapat yang lainnya lagi, mereka adalah orang-orang yang zalim dari kaum musyrik. Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan dari Yahya ibnu Zakaria ibnu Yahya Al-Wasiti,
bahwa telah menceritakan kepadaku Al-Haisam ibnu Mahfuz Abu Sa'd An-Nahdi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdur Rahman ibnu Al-Muhabbir, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Urwah dari ayahnya,
dari Aisyah r.a. yang menceritakan bahwa ayahnya menulis dua baris kalimat dalam surat wasiatnya, yang isinya: Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, berikut ini adalah apa yang diwasiatkan
oleh Abu Bakar ibnu Abu Quhafah sebelum tutup usia setelah orang yang kafir beriman dan kezaliman telah terhenti serta orang yang tadinya tidak percaya menjadi percaya, bahwa sesungguhnya aku mengangkat Umar ibnul Khattab
sebagai penggantiku untuk memerintah kalian. Jika dia berlaku adil, maka itulah yang sesuai dengan pengetahuanku tentang dirinya dan sesuai dengan harapanku. Dan jika dia berbuat zalim, dan bersikap berubah,
maka saya tidak mengetahui hal yang gaib. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali. Demikianlah akhir dari tafsir surat Asy-Syu'ara', dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
Surat Asy-Syuara |26:222|
تَنَزَّلُ عَلَىٰ كُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ
tanazzalu 'alaa kulli affaakin aṡiim
Mereka (setan) turun kepada setiap pendusta yang banyak berdosa,
They descend upon every sinful liar.
(Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta) yakni orang yang banyak berdusta (lagi yang banyak dosa) durhaka, seperti Musailamah dan lain-lainnya dari kalangan orang-orang ahli peramal.
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 222 |
Penjelasan ada di ayat 221
Surat Asy-Syuara |26:223|
يُلْقُونَ السَّمْعَ وَأَكْثَرُهُمْ كَاذِبُونَ
yulquunas-sam'a wa akṡaruhum kaażibuun
mereka menyampaikan hasil pendengaran mereka, sedangkan kebanyakan mereka orang-orang pendusta.
They pass on what is heard, and most of them are liars.
(Mereka menghadapkan) yakni setan-setan itu (pendengaran) apa yang telah mereka curi dengar dari para malaikat, kemudian mereka menyampaikannya kepada para ahli ramal
(dan kebanyakan mereka itu adalah orang-orang pendusta) mereka menambahi kedustaan kepada apa yang telah mereka dengar itu dengan kedustaan yang banyak; hal ini berlangsung sebelum setan-setan itu dihalangi untuk mencapai langit.
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 223 |
Penjelasan ada di ayat 221
Surat Asy-Syuara |26:224|
وَالشُّعَرَاءُ يَتَّبِعُهُمُ الْغَاوُونَ
wasy-syu'arooo`u yattabi'uhumul-ghoowuun
Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat.
And the poets - [only] the deviators follow them;
(Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat) di dalam syair-syair mereka, lalu mereka mengatakannya dan meriwayatkannya dari orang-orang yang sesat itu, maka mereka adalah orang-orang yang tercela.
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 224 |
Penjelasan ada di ayat 221
Surat Asy-Syuara |26:225|
أَلَمْ تَرَ أَنَّهُمْ فِي كُلِّ وَادٍ يَهِيمُونَ
a lam taro annahum fii kulli waadiy yahiimuun
Tidakkah engkau melihat bahwa mereka mengembara di setiap lembah,
Do you not see that in every valley they roam
(Tidakkah kamu melihat) apakah kamu tidak memperhatikan (bahwasanya mereka di tiap-tiap lembah) yaitu di majelis-majelis pembicaraan dan sastra-sastranya, yakni majelis kesusasteraan
(mengembara) yakni mereka mendatanginya, kemudian mereka melampaui batas di dalam pujian dan hinaan mereka melalui syair-syairnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 225 |
Penjelasan ada di ayat 221
Surat Asy-Syuara |26:226|
وَأَنَّهُمْ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ
wa annahum yaquuluuna maa laa yaf'aluun
dan bahwa mereka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)?
And that they say what they do not do? -
(Dan bahwasanya mereka suka mengatakan) kami telah mengerjakan (apa yang mereka sendiri tidak mengerjakannya) artinya, mereka suka berdusta.
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 226 |
Penjelasan ada di ayat 221
Surat Asy-Syuara |26:227|
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَذَكَرُوا اللَّهَ كَثِيرًا وَانْتَصَرُوا مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا ۗ وَسَيَعْلَمُ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَيَّ مُنْقَلَبٍ يَنْقَلِبُونَ
illallażiina aamanuu wa 'amilush-shooliḥaati wa żakarulloha kaṡiirow wantashoruu mim ba'di maa zhulimuu, wa saya'lamullażiina zholamuuu ayya mungqolabiy yangqolibuun
Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan berbuat kebajikan dan banyak mengingat Allah dan mendapat kemenangan setelah terzalimi (karena menjawab puisi-puisi orang-orang kafir). Dan orang-orang yang zalim kelak akan tahu ke tempat mana mereka akan kembali.
Except those [poets] who believe and do righteous deeds and remember Allah often and defend [the Muslims] after they were wronged. And those who have wronged are going to know to what [kind of] return they will be returned.
(Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh) dari kalangan para penyair itu (dan banyak menyebut Allah) maksudnya syair tidaklah melupakan mereka untuk berzikir kepada Allah
(dan mendapat kemenangan) melalui syairnya atas orang-orang kafir (sesudah menderita' kelaliman) artinya sesudah orang-orang kafir menghina mereka melalui syair-syairnya yang ditujukan kepada kaum Mukminin semuanya.
Mereka tidak tercela dengan syair mereka itu, karena dalam firman yang lain Allah swt. telah berfirman, "Allah tidak menyukai ucapan buruk yang diucapkan
dengan terus terang kecuali orang-orang yang dianiaya." (Q.S. An Nisa 148) . Allah telah berfirman pula dalam ayat yang lain, yaitu, "Oleh karena itu barang siapa yang menyerang kalian,
maka seranglah ia seimbang dengan serangannya terhadap kalian." (Q.S. 2 Al Baqarah, 194) ("Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui)
yaitu mereka yang zalim dari kalangan para penyair dan lain-lainnya (ke tempat mana) yakni tempat kembali yang mana (mereka akan kembali") sesudah mereka mati nanti.
Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 227 |
Penjelasan ada di ayat 221
Surat An-Naml |27:1|
طس ۚ تِلْكَ آيَاتُ الْقُرْآنِ وَكِتَابٍ مُبِينٍ
thoo siiin, tilka aayaatul-qur`aani wa kitaabim mubiin
Ta Sin. Inilah ayat-ayat Al-Qur´an, dan Kitab yang jelas,
Ta, Seen. These are the verses of the Qur'an and a clear Book
(Tha Sin) hanya Allah saja yang mengetahui maksudnya (ini) yakni ayat-ayat ini (adalah ayat-ayat Alquran) sebagian daripada Alquran (dan ayat-ayat Kitab yang menjelaskan)
yang memenangkan perkara yang hak di atas perkara yang batil. Lafal Kitabin di'athafkan kepada lafal yang sebelumnya dengan ditambahi sifat.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 1 |
Tafsir ayat 1-6
Dalam surat Al-Baqarah telah diterangkan huruf-huruf hijaiyah yang mengawali banyak surat Al-Qur'an. Firman Allah Swt.:
تِلْكَ آيَاتُ الْقُرْآنِ وَكِتَابٍ مُبِينٍ
(Surat) ini adalah ayat-ayat Al-Qur’an, dan (ayat-ayat) Kitab yang menjelaskan. (An-Naml: l) Yakni ayat-ayat Al-Qur'an alias Kitab yang jelas lagi gamblang ini.
{هُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ}
untuk menjadi petunjuk dan berita gembira untuk orang-orang yang beriman. (An-Naml: 2) Yaitu sesungguhnya hidayah dan berita gembira Al-Qur'an ini hanyalah diterima bagi orang yang beriman kepadanya, mengikuti petunjuknya,
membenarkannya, serta mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya. Yaitu mengerjakan salat fardu, menunaikan zakat dan meyakini adanya hari akhirat, dan hari berbangkit sesudah mati serta hari pembalasan amal perbuatan,
amal baik dan amal buruk, juga meyakini adanya surga dan neraka, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ}
Katakanlah, "Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan.”(Fussilat: 44), hingga akhir ayat. Dan firman Allah Swt.:
{لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ وَتُنْذِرَ بِهِ قَوْمًا لُدًّا}
agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al-Qur’an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang. (Maryam: 97) Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{إِنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ}
Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat. (An-Naml: 4) Maksudnya, mereka mendustakannya dan menganggap mustahil akan terjadi.
{زَيَّنَّا لَهُمْ أَعْمَالَهُمْ فَهُمْ يَعْمَهُونَ}
Kami jadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, maka mereka bergelimang (dalam kesesatan). (An-Naml: 4) Yakni mereka memandang indah dan baik apa yang mereka kerjakan, dan Kami biarkan mereka
dalam kesesatannya sehingga mereka bergelimang di dalamnya. Hal itu merupakan balasan dari kedustaan mereka terhadap adanya negeri akhirat, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا بِهِ أَوَّلَ}
Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al-Qur'an) pada permulaannya. (Al-An'am: 110), hingga akhir ayat. Adapun firman Allah Swt.:
{أُولَئِكَ الَّذِينَ لَهُمْ سُوءُ الْعَذَابِ} أَيْ: فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، {وَهُمْ فِي الآخِرَةِ هُمُ الأخْسَرُونَ}
Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang buruk (di dunia) dan mereka di akhirat adalah orang-orang yang paling merugi. (An-Naml: 5) Artinya, tiada seorang pun dari makhluk yang berada di padang mahsyar lebih merugi terhadap dirinya sendiri selain dari mereka. Firman Allah Swt.:
{وَإِنَّكَ لَتُلَقَّى الْقُرْآنَ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ عَلِيمٍ}
Dan sesungguhnya kamu benar-benar diberi Al-Qur’an dari sisi (Allah) Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. (An-Naml: 6) Yaitu engkau Muhammad, benar-benar menerima Al-Qur'an ini dari sisi Allah
Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. Yakni Mahabijaksana dalam perintah dan larangan-Nya, lagi Maha Mengetahui semua perkara, baik yang besar maupun yang kecilnya. Berita yang disampaikan oleh Al-Qur'an
adalah benar belaka, dan hukum yang ditetapkannya adalah keadilan yang sempurna, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلا}
Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Qur'an), sebagai kalimat yang benar dan adil. (Al-An'am: 115)
Surat An-Naml |27:2|
هُدًى وَبُشْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
hudaw wa busyroo lil-mu`miniin
petunjuk dan berita gembira bagi orang-orang yang beriman,
As guidance and good tidings for the believers
Ia adalah (petunjuk) yang memberi petunjuk agar tidak sesat (dan berita gembira untuk orang-orang yang beriman) yang percaya kepadanya, yaitu akan diberi surga.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 2 |
Penjelasan ada di ayat 1
Surat An-Naml |27:3|
الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ بِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
allażiina yuqiimuunash-sholaata wa yu`tuunaz-zakaata wa hum bil-aakhiroti hum yuuqinuun
(yaitu) orang-orang yang melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, dan mereka meyakini adanya akhirat.
Who establish prayer and give zakah, and of the Hereafter they are certain [in faith].
(Yaitu orang-orang yang mendirikan sholat) yakni menunaikannya sesuai dengan ketentuan-ketentuannya (dan menunaikan) memberikan (zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat)
artinya mereka mengetahui melalui dalil-dalil Alquran. Hum diulang karena antara Hum yang pertama dengan Khabarnya ada pemisah.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 3 |
Penjelasan ada di ayat 1
Surat An-Naml |27:4|
إِنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ زَيَّنَّا لَهُمْ أَعْمَالَهُمْ فَهُمْ يَعْمَهُونَ
innallażiina laa yu`minuuna bil-aakhiroti zayyannaa lahum a'maalahum fa hum ya'mahuun
Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, Kami jadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan mereka (yang buruk), sehingga mereka bergelimang dalam kesesatan.
Indeed, for those who do not believe in the Hereafter, We have made pleasing to them their deeds, so they wander blindly.
(Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat, Kami jadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka)
yang buruk, yaitu dengan membarakan nafsu syahwat mereka, lalu hal itu mereka pandang baik (maka mereka bergelimang) merasa kebingungan di dalamnya, sebab hal itu dianggap buruk oleh kita.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 4 |
Penjelasan ada di ayat 1
Surat An-Naml |27:5|
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَهُمْ سُوءُ الْعَذَابِ وَهُمْ فِي الْآخِرَةِ هُمُ الْأَخْسَرُونَ
ulaaa`ikallażiina lahum suuu`ul-'ażaabi wa hum fil-aakhiroti humul-akhsaruun
Mereka itulah orang-orang yang akan mendapat siksaan buruk (di dunia) dan mereka di akhirat adalah orang-orang yang paling rugi.
Those are the ones for whom there will be the worst of punishment, and in the Hereafter they are the greatest losers.
(Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang buruk) yang keras di dunia, yaitu dengan dibunuh dan ditawan (dan mereka di akhirat adalah orang-orang yang paling merugi) karena tempat mereka adalah neraka, mereka kekal di dalamnya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 5 |
Penjelasan ada di ayat 1
Surat An-Naml |27:6|
وَإِنَّكَ لَتُلَقَّى الْقُرْآنَ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ عَلِيمٍ
wa innaka latulaqqol-qur`aana mil ladun ḥakiimin 'aliim
Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar telah diberi Al-Qur´an dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana, Maha Mengetahui.
And indeed, [O Muhammad], you receive the Qur'an from one Wise and Knowing.
(Dan sesungguhnya kamu) khithab atau perintah ini ditujukan kepada Nabi saw. (benar-benar diberi Alquran) yakni diturunkan dengan sungguh-sungguh kepadamu (dari sisi) hadirat (Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui) mengenai hal tersebut.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 6 |
Penjelasan ada di ayat 1
Surat An-Naml |27:7|
إِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِأَهْلِهِ إِنِّي آنَسْتُ نَارًا سَآتِيكُمْ مِنْهَا بِخَبَرٍ أَوْ آتِيكُمْ بِشِهَابٍ قَبَسٍ لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ
iż qoola muusaa li`ahlihiii inniii aanastu naaroo, sa`aatiikum min-haa bikhobarin au aatiikum bisyihaabing qobasil la'allakum tashtholuun
(Ingatlah) ketika Musa berkata kepada keluarganya, "Sungguh, aku melihat api. Aku akan membawa kabar tentang itu kepadamu, atau aku akan membawa suluh api (obor) kepadamu agar kamu dapat berdiang (menghangatkan badan dekat api)."
[Mention] when Moses said to his family, "Indeed, I have perceived a fire. I will bring you from there information or will bring you a burning torch that you may warm yourselves."
Ingatlah (ketika Musa berkata kepada keluarganya) yaitu istrinya sewaktu ia berjalan dari Madyan menuju ke Mesir, ("Sesungguhnya aku melihat) dari jauh
(api. Aku kelak akan membawa kepadamu kabar daripadanya) mengenai jalan yang harus kita tempuh, karena pada saat itu Nabi Musa tersesat (atau aku membawa kepadamu)
dari api itu (suluh api). Jika dibaca Bisyihabi Qabasin, maka Idhafah di sini mengandung makna Bayan. Dapat pula dibaca Bisyihabin Qabasin, artinya obor api yang dinyalakan pada sumbu atau kayu
(supaya kamu dapat berdiang") huruf Tha pada lafal Tashthaluna adalah pengganti dari huruf Ta asal, karena wazannya adalah Tafta'iluna, yaitu berasal dari Shaliya atau Shala yang artinya berdiang pada api untuk menghilangkan rasa dingin.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 7 |
Tafsir ayat 7-14
Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya seraya mengingatkan kepadanya perihal apa yang dialami oleh Musa a.s. saat dia diangkat menjadi kekasih Allah, diajak bicara langsung dan bermunajat dengan-Nya
serta diberiNya mukjizat-mukjizat yang besar, lagi cemerlang dan dalil-dalil yang dapat mengalahkan musuh. Allah mengutusnya kepada Fir'aun dan kaumnya, lalu mereka mengingkarinya dan kafir kepadanya serta bersikap angkuh,
tidak mau mengikuti dan tidak mau taat kepada petunjuknya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{إِذْ قَالَ مُوسَى لأهْلِهِ}
(Ingatlah) ketika Musa berkata kepada keluarganya. (An-Naml: 7) Yakni ingatlah ketika Musa berjalan di malam hari bersama keluarganya, lalu sesat jalan, padahal malam itu sangat gelap. Lalu Musa menjumpai nyala api di lereng Bukit Tur, maka berkatalah ia kepada keluarganya:
{إِنِّي آنَسْتُ نَارًا سَآتِيكُمْ مِنْهَا بِخَبَرٍ}
Sesungguhnya aku melihat api. Aku kelak akan membawa kepada kalian kabar darinya. (An-Naml: 7) tentang jalan yang harus kita tempuh.
{أَوْ آتِيكُمْ بِشِهَابٍ قَبَسٍ لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ}
atau aku membawa kepada kalian suluh api supaya kalian dapat berdiang. (An-Naml: 7) Yaitu untuk menghangatkan tubuh kalian. Dan memang dugaan Musa tepat, karena sesungguhnya ia kembali dari api itu dengari membawa berita
yang sangat besar. Dia telah mengambil dari api itu cahaya hidayah yang amat besar, karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:
{فَلَمَّا جَاءَهَا نُودِيَ أَنْ بُورِكَ مَنْ فِي النَّارِ وَمَنْ حَوْلَهَا}
Maka tatkala dia tiba di (tempat) api itu, diserulah dia, "Bahwa telah diberkati orang-orang yang berada di dekat api itu dan orang-orang yang berada di sekitarnya. (An-Naml: 8) Yakni setelah Musa sampai ke tempat api itu,
ia melihat pemandangan yang sangat menakjubkan lagi sangat hebat. Api itu menyala di sebuah pohon yang hijau; semakin besar api itu menyala, maka semakin hijau pula pohon tersebut. Kemudian Musa mengangkat pandangannya ke atas,
dan ternyata ia melihat bahwa cahaya api itu menembus langit. Ibnu Abbas dan lain-lainnya mengatakan bahwa cahaya itu bukanlah nyala api, melainkan cahaya yang berkilauan. Menurut riwayat lain dari Ibnu Abbas, itu adalah nur (cahaya)
Tuhan semesta alam. Maka Musa terpana melihat pemandangan yang disaksikannya itu.
نُودِيَ أَنْ بُورِكَ مَنْ فِي النَّارِ
diserulah dia, "Bahwa telah diberkati orang-orang yang berada di dekat api itu.” (An-Naml: 8) Menurut Ibnu Abbas, makna yang dimaksud ialah disucikan, sedangkan yang dimaksud dengan {وَمَنْ حَوْلَهَا} 'dan orang-orang yang berada
di sekitarnya' ialah para malaikat. Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Al-Hasan, dan Qatadah.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ حَبِيبٍ، حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ -[وَ] هُوَ الطَّيَالِسِيُّ -حَدَّثَنَا شُعْبَةُ وَالْمَسْعُودِيُّ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّة، سَمِعَ أَبَا عُبَيْدة يُحَدِّثُ، عَنْ أَبِي مُوسَى، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ لَا يَنَامُ، وَلَا يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَنَامَ، يُخْفِضُ الْقِسْطَ وَيَرْفَعُهُ، يُرْفَعُ إِلَيْهِ عَمَلُ اللَّيْلِ قَبْلَ النَّهَارِ، وَعَمَلُ النَّهَارِ قَبْلَ اللَّيْلِ. زَادَ الْمَسْعُودِيُّ: "وَحِجَابُهُ النُّورُ -أَوِ النَّارُ -لَوْ كَشَفَهَا لأحْرَقَتْ سُبُحات وَجْهِهِ كُلَّ شَيْءٍ أَدْرَكَهُ بَصَرُهُ". ثُمَّ قَرَأَ أَبُو عُبَيْدة: {أَنْ بُورِكَ مَنْ فِي النَّارِ وَمَنْ حَوْلَهَا}
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Habib, telah menceritakan kepada kami Daud At-Tayalisi, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dan Al-Mas'udi, dari Amr ibnu Murrah,
bahwa ia pernah mendengar Abu Ubaidah menceritakan hadis berikut dari Abu Musa yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah tidak tidur, dan tidaklah pantas bagi-Nya tidur;
Dia merendahkan dan meninggikan neraca; dilaporkan kepada-Nya amal malam hari sebelum siang hari, dan amal siang hari sebelum malam hari. Menurut riwayat Al-Mas'udi ditambahkan seperti berikut: Hijab Allah adalah nur atau api.
Seandainya Dia membukanya, niscaya kesucian Zat-Nya akan membakar segala sesuatu yang dicapai oleh penglihatan-Nya. Kemudian Abu Ubaidah membacakan firman-Nya: Bahwa telah diberkati orang-orang yang berada di dekat api itu,
dan orang-orang yang berada di sekitarnya. (An-Naml: 8) Asal hadis ini diketengahkan di dalam kitab Sahih Muslim melalui riwayat Amr ibnu Murrah. Firman Allah Swt.:
{وَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
Dan Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam. (An-Naml: 8) Yakni Yang memperbuat segala sesuatu yang dikehendaki-Nya, tiada sesuatu pun dari makhluk-Nya yang menyerupai-Nya, dan tiada yang dapat meliputi-Nya sesuatu pun
dari makhluk-Nya. Dia Mahatinggi, Mahabesar, lagi Maha Membeda dari semua makhluk. Bumi dan langit tidak dapat memuat-Nya, bahkan Dialah Yang Maha Esa, bergantung kepada-Nya segala sesuatu lagi Mahasuci dari kemiripan
dengan makhluk-makhluk-Nya. Firman Allah Swt.:
{يَا مُوسَى إِنَّهُ أَنَا اللَّهُ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ}
(Allah berfirman), "Hai Musa, sesungguhnya Akulah Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (An-Naml: 9) Allah memberi tahu kepada Musa bahwa yang sedang berbicara kepadanya adalah Tuhannya, yaitu Allah Yang Mahaperkasa,
Yang mengalahkan segala sesuatu, dan Yang menundukkannya di bawah kekuasaan-Nya, lagi Mahabijaksana dalam semua firman dan perbuatan-Nya. Kemudian Allah memerintahkan kepada Musa agar melemparkan tongkat
yang ada di tangannya untuk menunjukkan kepadanya bahwa Dialah Allah Yang Memperbuat, lagi Yang Maha Berkehendak dan Mahakuasa atas segala sesuatu. Setelah Musa melemparkan tongkatnya dari tangannya,
tiba-tiba tongkat itu berubah menjadi ular yang sangat besar, tetapi gerakannya sangat cepat. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{فَلَمَّا رَآهَا تَهْتَزُّ كَأَنَّهَا جَانٌّ}
Maka tatkala Musa melihatnya bergerak-gerak seperti seekor ular yang gesit. (An-Naml: 10) Al-Jan adalah sejenis ular yang banyak bergerak dan cepat gerakannya. Di dalam sebuah hadis telah disebutkan bahwa Nabi Saw.
melarang membunuh ular-ular yang ada di rumah-rumah. (Demikian itu karena dikhawatirkan bukan ular sesungguhnya, melainkan jadi-jadian dari jin, pent). Setelah Musa a.s. menyaksikan pemandangan yang mengerikan itu:
{وَلَّى مُدْبِرًا وَلَمْ يُعَقِّبْ}
larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. (An-Naml: 10) Yakni tidak menoleh ke belakang lagi karena kuatnya rasa takut yang mencekam dirinya.
{يَا مُوسَى لَا تَخَفْ إِنِّي لَا يَخَافُ لَدَيَّ الْمُرْسَلُونَ}
(Allah berfirman), "Hai Musa, janganlah kamu takut. Sesungguhnya orang yang dijadikan rasul, tidak akan takut di hadapan-Ku." (An-Naml: 10) Artinya, janganlah kamu takut menyaksikan apa yang kamu lihat ini,
sesungguhnya Aku hendak memilihmu menjadi seorang rasul dan Aku akan menjadikanmu seorang nabi yang terkemuka. Firman Allah Swt.:
{إِلا مَنْ ظَلَمَ ثُمَّ بَدَّلَ حُسْنًا بَعْدَ سُوءٍ فَإِنِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ}
tetapi orang yang berlaku zalim, kemudian ditukarnya kezalimannya dengan kebaikan (Allah akan mengampuninya); maka sesungguhnya Aku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (An-Naml: 11)
Istisna dalam ayat ini munqati', di dalamnya terkandung berita gembira yang besar bagi manusia, karena disebutkan bahwa barang siapa yang mengerjakan suatu keburukan, lalu meninggalkannya dan bertobat
serta kembali kepada Allah, maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى}
Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertobat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar. (Taha: 82) Dan firman Allah Swt.:
{وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا}
Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya. (An-Nisa: 110), hingga akhir ayat. Ayat-ayat yang menunjukkan makna yang sama cukup banyak. Firman Allah Swt.:
{وَأَدْخِلْ يَدَكَ فِي جَيْبِكَ تَخْرُجْ بَيْضَاءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ}
Dan masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia akan ke luar putih (bersinar) bukan karena penyakit. (An-Naml: 12) Ini adalah mukjizat lainnya yang jelas yang menunjukkan kekuasaan Allah Yang melakukannya dan membuktikan
kebenaran utusan yang diberikan kepadanya mukjizat ini. Allah memerintahkan kepada Musa a.s. agar memasukkan tangannya ke balik leher bajunya; dan bila Musa mengeluarkannya, maka tangannya berubah menjadi putih bersinar, seakan-akan
kilat yang menyambar, sangat menyilaukan mata. Firman Allah Swt.:
{فِي تِسْعِ آيَاتٍ}
(Kedua mukjizat ini) termasuk sembilan buah mukjizat. (An-Naml: 12) Kedua mukjizat ini merupakan sebagian dari sembilan buah mukjizat lainnya yang Aku kuatkan kamu dengannya dan Aku jadikan sebagai bukti yang membenarkanmu kepada Fir'aun dan kaumnya.
{إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ}
Sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik. (An-Naml: 12) Kesembilan mukjizat inilah yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى تِسْعَ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ}
Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepada Musa sembilan buah mukjizat yang nyata. (Al-Isra': 101) yang penafsirannya telah disebutkan di dalam surat tersebut. Firman Allah Swt.:
{فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ آيَاتُنَا مُبْصِرَةً قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ}
Maka tatkala mukjizat-mukjizat Kami yang jelas itu sampai kepada mereka, berkatalah mereka, "Ini adalah sihir yang nyata," (An-Naml: 13) Mereka bermaksud akan menentangnya dengan sihir mereka, tetapi mereka dapat dikalahkan dan kembali dalam keadaan hina.
{وَجَحَدُوا بِهَا}
Dan mereka mengingkarinya. (An-Naml: 14) Yakni pada lahiriah urusan mereka.
{وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ}
padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya (An-Naml: 14) Dalam diri mereka mengetahui bahwa apa yang ditampilkan oleh Musa adalah perkara yang hak dari sisi Allah, tetapi mereka mengingkarinya dan bersikap angkuh terhadapnya.
{ظُلْمًا وَعُلُوًّا}
Karena kezaliman dan kesombongan (mereka). (An-Naml: 14) Maksudnya, dalam diri mereka telah tertanam watak zalim dan sombong, tidak mau mengikuti kebenaran. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ}
Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan. (An-Naml: 14) Yakni perhatikanlah, Muhammad, bagaimanakah akibat dari nasib mereka itu karena Allah telah membinasakan mereka dengan menenggelamkan
mereka semuanya hanya dalam waktu yang singkat. Secara tidak langsung ayat ini mengatakan bahwa waspadalah, hai orang-orang yang mendustakan Muhammad dan mengingkari Al-Qur,'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
bahwa kalian pasti akan tertimpa azab seperti yang telah menimpa mereka. Terlebih lagi kalian, karena sesungguhnya Nabi Muhammad adalah nabi yang lebih mulia lagi lebih besar daripada Musa, dan bukti yang dikemukakannya
lebih jelas dan lebih kuat daripada apa yang disampaikan oleh Musa. Hal tersebut dapat disaksikan melalui apa yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadanya, berupa pembuktian-pembuktian yang dibarengi
dengan kemuliaan akhlaknya serta berita gembira yang disampaikan oleh para nabi terdahulu dan janji serta ikrar yang diambil oleh Tuhannya darinya.
Surat An-Naml |27:8|
فَلَمَّا جَاءَهَا نُودِيَ أَنْ بُورِكَ مَنْ فِي النَّارِ وَمَنْ حَوْلَهَا وَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
fa lammaa jaaa`ahaa nuudiya am buurika man fin-naari wa man ḥaulahaa, wa sub-ḥaanallohi robbil-'aalamiin
Maka ketika dia tiba di sana (tempat api itu), dia diseru, "Telah diberkahi orang-orang yang berada di dekat api, dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Maha Suci Allah, Tuhan seluruh alam."
But when he came to it, he was called, "Blessed is whoever is at the fire and whoever is around it. And exalted is Allah, Lord of the worlds.
(Maka tatkala ia tiba di tempat api itu, diserulah dia, "Bahwa telah diberkati) yakni semoga Allah memberkati (orang yang berada di dekat api itu) yaitu Nabi Musa
(dan orang-orang yang berada di sekitarnya) yang terdiri dari para Malaikat. Atau maknanya terbalik, yakni malaikat dahulu kemudian Nabi Musa. Lafal Baraka ini bermuta'addi dengan sendirinya
sebagaimana dapat bermuta'addi dengan huruf. Kemudian setelah lafal Fi diperkirakan adanya lafal Makani, maksudnya Fi Makanin Nari, yaitu orang-orang yang ada di sekitar api.
(Dan Maha Suci Allah, Rabb semesta alam) dari semua apa yang diserukan-Nya, maksudnya Maha Suci Allah dari keburukan.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 8 |
Penjelasan ada di ayat 7
Surat An-Naml |27:9|
يَا مُوسَىٰ إِنَّهُ أَنَا اللَّهُ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
yaa muusaaa innahuuu anallohul-'aziizul-ḥakiim
(Allah berfirman), "Wahai Musa! Sesungguhnya Aku adalah Allah, Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana,
O Moses, indeed it is I - Allah, the Exalted in Might, the Wise."
(Hai Musa! Sesungguhnya) keadaan yang sebenarnya (Akulah Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana).
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 9 |
Penjelasan ada di ayat 7
Surat An-Naml |27:10|
وَأَلْقِ عَصَاكَ ۚ فَلَمَّا رَآهَا تَهْتَزُّ كَأَنَّهَا جَانٌّ وَلَّىٰ مُدْبِرًا وَلَمْ يُعَقِّبْ ۚ يَا مُوسَىٰ لَا تَخَفْ إِنِّي لَا يَخَافُ لَدَيَّ الْمُرْسَلُونَ
wa alqi 'ashook, fa lammaa ro`aahaa tahtazzu ka`annahaa jaaannuw wallaa mudbirow wa lam yu'aqqib, yaa muusaa laa takhof, innii laa yakhoofu ladayyal-mursaluun
dan lemparkanlah tongkatmu!" Maka ketika (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seperti seekor ular yang gesit, larilah dia berbalik ke belakang tanpa menoleh. "Wahai Musa! Jangan takut! Sesungguhnya di hadapan-Ku, para rasul tidak perlu takut,
And [he was told], "Throw down your staff." But when he saw it writhing as if it were a snake, he turned in flight and did not return. [Allah said], "O Moses, fear not. Indeed, in My presence the messengers do not fear.
(Dan lemparkanlah tongkatmu") Musa melemparkannya. (Tatkala Musa melihat tongkatnya bergerak-gerak) bergerak ke sana dan ke mari (seperti seekor ular yang gesit)
ular yang sangat besar tapi gesit gerakannya (larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh) karena takut. Allah swt. berfirman, ("Hai Musa! Janganlah kamu takut) oleh ular itu.
(Sesungguhnya tidak takut di hadapan-Ku) yakni di sisi-Ku (orang-orang yang dijadikan Rasul) mereka tidak takut oleh ular dan selainnya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 10 |
Penjelasan ada di ayat 7
Surat An-Naml |27:11|
إِلَّا مَنْ ظَلَمَ ثُمَّ بَدَّلَ حُسْنًا بَعْدَ سُوءٍ فَإِنِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ
illaa man zholama ṡumma baddala ḥusnam ba'da suuu`in fa innii ghofuurur roḥiim
Kecuali orang yang berlaku zalim yang kemudian mengubah (dirinya) dengan kebaikan setelah kejahatan (bertobat), maka sungguh, Aku Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Otherwise, he who wrongs, then substitutes good after evil - indeed, I am Forgiving and Merciful.
(Tetapi) (orang-orang yang berlaku zalim) berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri (kemudian menggantinya dengan kebaikan) yang ia lakukan (sesudah keburukannya itu) bertobat daripadanya
(maka sesungguhnya Aku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang) menerima tobatnya dan mengampuninya
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 11 |
Penjelasan ada di ayat 7
Surat An-Naml |27:12|
وَأَدْخِلْ يَدَكَ فِي جَيْبِكَ تَخْرُجْ بَيْضَاءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ ۖ فِي تِسْعِ آيَاتٍ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ وَقَوْمِهِ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ
wa adkhil yadaka fii jaibika takhruj baidhooo`a min ghoiri suuu`in fii tis'i aayaatin ilaa fir'auna wa qoumih, innahum kaanuu qouman faasiqiin
Dan masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia akan keluar menjadi putih (bersinar) tanpa cacat. (Kedua mukjizat ini) termasuk sembilan macam mukjizat (yang akan dikemukakan) kepada Fir´aun dan kaumnya. Mereka benar-benar orang-orang yang fasik."
And put your hand into the opening of your garment [at the breast]; it will come out white without disease. [These are] among the nine signs [you will take] to Pharaoh and his people. Indeed, they have been a people defiantly disobedient."
(Dan masukkanlah tanganmu ke leher bajumu) yakni kerah bajumu (niscaya ia akan keluar) berbeda keadaannya dengan warna kulit tangan biasa (putih bukan karena penyakit)
supak, dan memancarkan cahaya yang menyilaukan mata, hal itu sebagai mukjizat (termasuk sembilan buah mukjizat) yang kamu diutus untuk membawanya
(yang akan dikemukakan kepada Firaun dan kaumnya. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik").
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 12 |
Penjelasan ada di ayat 7
Surat An-Naml |27:13|
فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ آيَاتُنَا مُبْصِرَةً قَالُوا هَٰذَا سِحْرٌ مُبِينٌ
fa lammaa jaaa`at-hum aayaatunaa mubshirotang qooluu haażaa siḥrum mubiin
Maka ketika mukjizat-mukjizat Kami yang terang itu sampai kepada mereka, mereka berkata, "Ini sihir yang nyata."
But when there came to them Our visible signs, they said, "This is obvious magic."
(Maka tatkala mukjizat-mukjizat Kami yang jelas itu sampai kepada mereka) tampak dengan cemerlang lagi jelas (berkatalah mereka, "Ini adalah sihir yang nyata") yakni jelas ilmu sihirnya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 13 |
Penjelasan ada di ayat 7
Surat An-Naml |27:14|
وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا ۚ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ
wa jaḥaduu bihaa wastaiqonat-haaa anfusuhum zhulmaw wa 'uluwwaa, fanzhur kaifa kaana 'aaqibatul-mufsidiin
Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongannya, padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan.
And they rejected them, while their [inner] selves were convinced thereof, out of injustice and haughtiness. So see how was the end of the corrupters.
(Dan mereka mengingkarinya) maksudnya mereka tidak mengakuinya sebagai mukjizat (padahal) sesungguhnya (hati mereka meyakininya) bahwa hal itu semuanya datang dari sisi Allah dan bukan ilmu sihir
(tetapi kelaliman dan kesombonganlah) yang mencegah mereka dari beriman kepada apa yang dibawa oleh Nabi Musa itu, karenanya mereka ingkar. (Maka perhatikanlah) hai Muhammad
(betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan itu) sebagaimana yang kamu ketahui, yaitu mereka dibinasakan.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 14 |
Penjelasan ada di ayat 7
Surat An-Naml |27:15|
وَلَقَدْ آتَيْنَا دَاوُودَ وَسُلَيْمَانَ عِلْمًا ۖ وَقَالَا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي فَضَّلَنَا عَلَىٰ كَثِيرٍ مِنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِينَ
wa laqod aatainaa daawuuda wa sulaimaana 'ilmaa, wa qoolal-ḥamdu lillaahillażii fadhdholanaa 'alaa kaṡiirim min 'ibaadihil-mu`miniin
Dan sungguh, Kami telah memberikan ilmu kepada Daud dan Sulaiman, dan keduanya berkata, "Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari banyak hamba-hamba-Nya yang beriman."
And We had certainly given to David and Solomon knowledge, and they said, "Praise [is due] to Allah, who has favored us over many of His believing servants."
(Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepada Daud dan Sulaiman) yakni anak Daud (ilmu) tentang peradilan di antara manusia dan bahasa burung serta lain-lainnya
(dan keduanya mengucapkan) sebagai tanda syukur mereka kepada Allah, ("Segala puji bagi Allah yang telah melebihkan kami) dengan kenabian dan ditundukkannya jin, manusia dan setan-setan (dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman").
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 15 |
Tafsir ayat 15-19
Allah Swt. menceritakan tentang nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada kedua orang hamba-Nya yang telah diangkat-Nya menjadi nabi, yaitu Nabi Daud dan putranya (Nabi Sulaiman a.s.) Yakni nikmat-nikmat yang berlimpah,
bakat-bakat yang luar biasa, sifat-sifat yang indah, dan kebahagiaan di dunia dan akhirat, kerajaan, pengaruh yang kuat di dunia, dan kenabian serta risalah agama. Untuk itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَقَدْ آتَيْنَا دَاوُدَ وَسُلَيْمَانَ عِلْمًا وَقَالا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي فَضَّلَنَا عَلَى كَثِيرٍ مِنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِينَ}
Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman, dan keduanya mengucapkan, "Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman." (An-Naml: 15)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diceritakan dari Ibrahim ibnu Yahya ibnu Hisyam, bahwa telah menceritakan kepadaku ayahku, dari kakekku yang telah menceritakan bahwa Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz pernah berkirim surat
yang isinya sebagai berikut: Sesungguhnya Allah tidak memberikan suatu nikmat kepada seseorang hamba, lalu hamba yang bersangkutan memuji kepada Allah atas nikmat itu, melainkan pujiannya itu lebih utama daripada nikmat-Nya.
Seandainya engkau tidak mengetahui hal ini kecuali melalui apa yang disebutkan di dalam Kitabullah. Allah telah berfirman: Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman, dan keduanya mengucapkan,
"Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.” (An-Naml: 15) Maka nikmat manakah yang lebih utama daripada apa yang telah diberikan kepada Daud dan Sulaiman a.s.? Firman Allah Swt.:
{وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَاوُدَ}
Dan Sulaiman telah mewarisi Daud. (An-Naml: 16) Yakni mewarisi kerajaan dan kenabiannya, bukan mewarisi hartanya. Karena seandainya Sulaiman mewarisi hartanya, tentulah tidak hanya khusus Sulaiman saja yang mewarisinya,
melainkan anak-anak Nabi Daud yang lainnya pun ikut mewarisinya, karena sesungguhnya Nabi Daud mempunyai seratus orang istri. Hal ini menguatkan bahwa yang diwarisinya hanyalah kerajaan dan kenabiannya saja,
karena sesungguhnya para nabi itu tidak diwarisi hartanya, seperti yang diberitakan oleh Rasulullah Saw. melalui salah satu sabdanya yang mengatakan:
نَحْنُ مَعْشَرَ الْأَنْبِيَاءِ لَا نُوَرَّثُ، مَا تَرَكْنَاهُ صَدَقَةٌ
Kami para nabi, tidak diwarisi; semua yang kami tinggalkan adalah sedekah. Firman Allah Swt.:
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ}
Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. (An-Naml: 16) Yakni Sulaiman memberitahukan kepada orang-orang bahwa Allah telah melimpahkan kepadanya nikmat-nikmat berupa kerajaan
yang sempurna dan kekuasaan yang besar, sehingga ditundukkan baginya manusia, jin, dan burung-burung. Selain dari itu Sulaiman telah dianugerahi ilmu bahasa burung, ini merupakan suatu pemberian yang belum pernah diberikan
kepada seorang manusia pun, menurut pengetahuan kami, berdasarkan apa yang telah diberitakan oleh Allah Swt. kepada Rasul-Nya. Adapun mengenai pendapat orang-orang bodoh dan para penggembala yang menduga bahwa
semua hewan dapat berbicara seperti manusia sebelum masa Sulaiman dan Daud, seperti yang telah dikatakan oleh sejumlah orang yang mengemukakan pendapatnya tanpa pengetahuan. Karena seandainya memang seperti
apa yang dikatakan oleh mereka, tentulah anugerah ini secara khusus kepada Sulaiman tidak mengandung makna apa pun. Sebab semua manusia mengerti bahasa burung dan hewan serta memahami apa yang dikatakan mereka,
padahal kenyataannya tidaklah seperti apa yang mereka dugakan itu. Bahkan sejak diciptakan, hewan-hewan dan burung-burung serta makhluk lainnya (selain manusia) sampai masa kita sekarang ini tidak ada yang dapat berbicara.
Akan tetapi, memang Allah telah memberikan pengertian kepada Sulaiman bahasa burung yang sedang terbang di udara, juga bahasa hewan-hewan dengan berbagai jenis dan macamnya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ}
kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami beri segala sesuatu, (Ah-Naml: 16) yang diperlukan bagi seorang raja.
{إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِينُ}
Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata. (An-Naml: 16) Yakni karunia yang jelas dari Allah kepada kami.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو، عَنِ الْمُطَّلِبِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "كَانَ دَاوُدُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فِيهِ غَيْرَةٌ شَدِيدَةٌ، فَكَانَ إِذَا خَرَجَ أُغْلِقَتِ الْأَبْوَابُ، فَلَمْ يَدْخُلْ عَلَى أَهْلِهِ أَحَدٌ حَتَّى يَرْجِعَ". قَالَ: "فَخَرَجَ ذَاتَ يَوْمٍ وَأُغْلِقَتِ الْأَبْوَابُ، فَأَقْبَلَتِ امْرَأَتُهُ تَطَّلِعُ إِلَى الدَّارِ، فَإِذَا رَجُلٌ قَائِمٌ وَسَطَ الدَّارِ، فَقَالَتْ لِمَنْ فِي الْبَيْتِ: مِنْ أَيْنَ دَخَلَ هَذَا الرَّجُلُ، وَالدَّارُ مُغْلَقَةٌ؟ وَاللَّهِ لَنَفْتَضِحَنَّ بِدَاوُدَ، فَجَاءَ دَاوُدُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَإِذَا الرَّجُلُ قَائِمٌ وَسَطَ الدَّارِ، فَقَالَ لَهُ دَاوُدُ: مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ: الَّذِي لَا يَهَابُ الْمُلُوكَ، وَلَا يَمْتَنِعُ مِنَ الْحُجَّابِ. فَقَالَ دَاوُدُ: أَنْتَ وَاللَّهِ إذًا مَلَكُ الْمَوْتِ. مَرْحَبًا بِأَمْرِ اللَّهِ، فَتَزَمَّلَ دَاوُدُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، مَكَانَهُ حَتَّى قُبِضَتْ نَفْسُهُ، حَتَّى فُرِغَ مِنْ شَأْنِهِ وَطَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ، فَقَالَ سُلَيْمَانُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، لِلطَّيْرِ: أَظِلِّي عَلَى دَاوُدَ، فَأَظَلَّتْ عَلَيْهِ الطَّيْرُ حتى أظلمت عليهما الأرض، فَقَالَ لَهَا سُلَيْمَانُ: اقْبِضِي جَنَاحًا جَنَاحًا" قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَيْفَ فَعَلَتِ الطَّيْرُ؟ فَقَبَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ، وَغَلَبَتْ عَلَيْهِ يَوْمئِذٍ المضرَحية
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Abdur Rahman, dari Amr ibnu Abu Amr, dari Al-Muttalib, dari Abu Hurairah r.a. yang telah menceritakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Daud a.s. adalah seorang lelaki yang besar cemburunya. Apabila dia bepergian, maka semua pintu rumahnya ditutup dan tidak boleh ada seorang lelaki pun masuk ke dalam rumahnya
menemui istri-istrinya sebelum ia pulang." Pada suatu hari ia pergi, sebelumnya ia menutup semua pintu istananya, lalu ada seorang wanita mengintip rumah Nabi Daud, dan ternyata ia melihat ada seorang lelaki sedang berdiri
di tengah-tengah istananya. Lalu wanita itu berkata kepada wanita-wanita yang ada di dalamnya, "Dari manakah lelaki ini masuk ke dalam istana Daud, padahal semua pintunya telah dikunci? Demi Allah, kalian benar-benar akan dilaporkan
kepada Daud." Ketika Daud datang, ia menjumpai ada seorang lelaki sedang berdiri di tengah-tengah rumahnya. Daud bertanya, "Siapakah kamu?" Lelaki itu menjawab, "Orang yang tidak takut kepada para raja dan tidak terhalang
oleh penghalang apa pun." Daud berkata, "Kalau begitu, demi Allah, engkau adalah malaikat maut, selamat datang dengan perintah Allah." Lalu Daud menyelimuti dirinya di tempat peraduannya, dan malaikat itu mencabut rohnya,
dan setelah malaikat itu menjalankan tugasnya, bertepatan dengan terbitnya matahari, maka Sulaiman a.s. berkata kepada burung-burung, "Naungilah jasad Daud!" Maka semua burung menaunginya hingga bumi ini ternaungi
oleh burung-burung itu. Kemudian Sulaiman berkata kepada semua burung, "Katupkanlah sebelah sayapmu (yakni pakailah sebelah sayap saja)." Abu Hurairah bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah burung dapat melakukan hal itu?"
Beliau Saw. mengatupkan tangannya, dan bahwa yang menaunginya hanyalah elang merah saja, karena dapat mendesak burung lainnya. Firman Allah Swt.:
{وَحُشِرَ لِسُلَيْمَانَ جُنُودُهُ مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ وَالطَّيْرِ فَهُمْ يُوزَعُونَ}
Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia, dan burung-burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan). (An-Naml: 17) Yakni Sulaiman mengumpulkan semua bala tentaranya yang terdiri dari makhluk jin,
manusia dan burung-burung. Nabi Sulaiman diiringi oleh mereka dengan segala kebesaran dan kemegahannya di tengah-tengah bala tentara manusia, karena merekalah yang mengiringinya. Setelah mereka terdapat bala tentara
dari makhluk jin, sedangkan bala tentara burung kedudukan mereka berada di atas (di udara); apabila matahari panas, maka burung-burung itu menaunginya dengan sayap-sayapnya. Firman Allah Swt.:
{فَهُمْ يُوزَعُونَ}
lalu mereka diatur dengan tertib. (An-Naml: 17) Yaitu dia menyusun secara rapi barisan masing-masing mulai dari pertama sampai yang terakhir, agar tiada seorang pun yang melangkahi posisi yang telah ditetapkan baginya.
Mujahid mengatakan bahwa Sulaiman menjadikan pada tiap barisan komandannya sendiri yang mengatur barisan tersebut agar rapi dan berjalan dengan tertib, tidak semrawut, sebagaimana yang dilakukan oleh raja-raja di masa sekarang.
Firman Allah Swt.:
{حَتَّى إِذَا أَتَوْا عَلَى وَادِي النَّمْلِ}
Hingga apabila mereka sampai di lembah semut. (An-Naml: 18) Yakni manakala Nabi Sulaiman beserta bala tentaranya yang mengiringinya sampai di lembah semut.
{قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ}
berkatalah seekor semut, "Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarang kalian, agar kalian tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.” (An-Naml: 18) Ibnu Asakir telah meriwayatkan
melalui jalur Ishaq Ibnu Bisyr, dari Sa'id, dari Qatadah, dari Al-Hasan, bahwa nama semut yang berbicara itu adalah Haras. Ia berasal dari kelompok semut yang dikenal dengan nama Bani Syisan. Disebutkan bahwa besar semut itu
sama dengan seekor serigala, sedangkan semut yang berbicara itu pincang kakinya. Ia merasa khawatir makhluk jenisnya akan binasa karena terinjak-injak oleh teracak kuda-kuda pasukan Nabi Sulaiman,
maka ia menyerukan kepada makhluk jenisnya agar memasuki sarang-sarang mereka. Sulaiman a.s. mengerti pembicaraan itu.
{فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ}
Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, "Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku
dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai.” (An-Naml: 19) Yakni berilah aku kekuatan untuk mensyukuri nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku sehingga aku dapat memahami bahasa burung dan bahasa semua hewan
berkat pengajaran-Mu kepadaku, juga kepada kedua orang tuaku, agar diriku menjadi orang yang tunduk patuh dan beriman kepada-Mu.
{وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ}
dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai. (An-Naml: 19) Yaitu amal yang Engkau sukai dan Engkau ridai.
{وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ}
dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh. (An-Naml: 19) Artinya, apabila Engkau mewafatkan diriku, maka himpunkanlah daku bersama dengan hamba-hamba-Mu yang saleh, dan rafiqul a'la
dari kekasih-kekasih-Mu. Sementara ada sebagian ulama tafsir berpendapat bahwa lembah tersebut terletak di negeri Syam atau negeri lainnya, dan bahwa semut tersebut mempunyai dua buah sayap seperti lalat atau hal lainnya
hanyalah merupakan dongengan-dongengan yang tidak ada kenyataannya. Nauf Al-Bakkali mengatakan bahwa semut Nabi Sulaiman besarnya seperti serigala. Penukil mengatakan bahwa memang demikianlah saya jumpai dalam kitab
salinannya memakai huruf ya, padahal sebenarnya memakai ba. Hal ini merupakan kekeliruan dari penyalinnya, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. (Kalau memakai ya artinya serigala, sedangkan kalau memakai ba artinya lalat).
Yang tersimpulkan dari kisah ini ialah bahwa Sulaiman memahami ucapan semut itu, karenanya ia tertawa; hal ini merupakan suatu peristiwa yang sangat menakjubkan. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku,
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Mis'ar, dari Zaid Al-Ama, dari Abus Siddiq An-Naji yang telah menceritakan bahwa
Sulaiman ibnu Daud a.s. keluar untuk meminta hujan. Tiba-tiba ia menjumpai seekor semut sedang terlentang seraya menghadapkan semua kakinya ke arah langit dan berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya kami adalah salah satu dari makhluk-Mu.
Kami memerlukan sekali siraman hujan-Mu. Jika tidak Engkau sirami kami, berarti Engkau akan membinasakan kami." Maka Sulaiman berkata, "Marilah kita pulang, sesungguhnya telah ada makhluk selain kalian yang membacakan doa istisqa."
Di dalam kitab Sahih Muslim telah disebutkan sebuah hadis melalui jalur Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Hamman, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
قَرَصَت نَبِيًّا مِنَ الْأَنْبِيَاءِ نَمْلَةٌ، فَأَمَرَ بِقَرْيَةِ النَّمْلِ فَأُحْرِقَتْ، فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَيْهِ، أَفِي أَنْ قَرْصَتْكَ نَمْلَةٌ أَهْلَكْتَ أُمَّةً مِنَ الْأُمَمِ تُسَبِّح؟ فَهَلَّا نَمْلَةً وَاحِدَةً!
Seekor semut pernah menggigit salah seorang nabi dari kalangan nabi-nabi (terdahulu), maka nabi itu memerintahkan agar kampung semut itu dibakar. Maka Allah menurunkan wahyu kepadanya (seraya menegurnya).
”Apakah karena seekor semut yang menggigitmu, lalu kamu binasakan segolongan makhluk yang bertasbih ? Mengapa kamu tidak membunuh seekor semut saja?”
Surat An-Naml |27:16|
وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَاوُودَ ۖ وَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ ۖ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِينُ
wa wariṡa sulaimaanu daawuuda wa qoola yaaa ayyuhan-naasu 'ullimnaa manthiqoth-thoiri wa uutiinaa ming kulli syaii`, inna haażaa lahuwal-fadhlul-mubiin
Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia (Sulaiman) berkata, "Wahai manusia! Kami telah diajari bahasa burung dan kami diberi segala sesuatu. Sungguh, (semua) ini benar-benar karunia yang nyata."
And Solomon inherited David. He said, "O people, we have been taught the language of birds, and we have been given from all things. Indeed, this is evident bounty."
(Dan Sulaiman telah mewarisi Daud) yakni kenabian dan ilmunya tidak kepada putra-putra Nabi Daud yang lainnya (dan dia berkata, "Hai manusia! Kami telah diberi pengertian tentang ucapan burung)
yakni ia memahami suara-suaranya dan apa yang dimaksudnya (dan kami diberi segala sesuatu) sebagaimana yang telah diberikan kepada para nabi dan para raja. (Sesungguhnya ini) semua yang diberikan ini (benar-benar satu karunia yang nyata").
Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 16 |
Penjelasan ada di ayat 15