Juz 20

Surat An-Naml |27:60|

أَمَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنْزَلَ لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنْبَتْنَا بِهِ حَدَائِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ مَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُنْبِتُوا شَجَرَهَا ۗ أَإِلَٰهٌ مَعَ اللَّهِ ۚ بَلْ هُمْ قَوْمٌ يَعْدِلُونَ

am man kholaqos-samaawaati wal-ardho wa anzala lakum minas-samaaa`i maaa`an fa ambatnaa bihii ḥadaaa`iqo żaata bahjah, maa kaana lakum an tumbituu syajarohaa, a ilaahum ma'alloh, bal hum qoumuy ya'diluun

Bukankah Dia (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air dari langit untukmu, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah? Kamu tidak akan mampu menumbuhkan pohon-pohonnya. Apakah di samping Allah ada Tuhan (yang lain)? Sebenarnya mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).

[More precisely], is He [not best] who created the heavens and the earth and sent down for you rain from the sky, causing to grow thereby gardens of joyful beauty which you could not [otherwise] have grown the trees thereof? Is there a deity with Allah? [No], but they are a people who ascribe equals [to Him].

Tafsir
Jalalain

(Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air dari langit buat kalian, lalu Kami tumbuhkan) di dalam ungkapan ini terdapat Iltifat yakni sindiran dari Ghaibah kepada Mutakallim

(dengan air itu kebun-kebun) lafal Hada-iq bentuk jamak dari lafal Hadiqatun artinya kebun yang dipagari (yang berpemandangan indah) tampak indah

(yang kalian sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya) karena kalian tidak akan mempunyai kemampuan dan kekuasaan untuk itu. (Apakah ada tuhan)

a-ilahun dapat dibaca Tahqiq dan Tas-hil (di samping Allah) yang membantu-Nya untuk melakukan hal-hal tersebut Maksudnya tidak ada tuhan lain di samping Dia.

(Bahkan sebenarnya mereka adalah orang-orang yang menyimpang) yakni menyekutukan Allah dengan selain-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 60 |

Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa hanya Dialah Yang Menciptakan, Yang Memberi Rezeki, dan Yang Mengatur, bukan selain Dia. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{أَمَّنْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ}


Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi. (An-Naml: 60) Yakni yang menciptakan semua langit yang sangat tinggi lagi sangat jernih itu dan segala sesuatu yang ada padanya berupa bintang-bintang yang bercahaya,

bintang-bintang yang berkilauan, dan semua benda angkasa lainnya. Dia pulalah yang menciptakan bumi ini dan segala sesuatu yang ada padanya berupa gunung-gunung, bukit-bukit, lembah-lembah, tanah-tanah yang terjal,

padang sahara, tanah-tanah yang tandus, semua tanaman dan pepohonan, semua buah-buahan, lautan serta semua hewan dengan berbagai macam jenis, bentuk dan warnanya, juga makhluk lainnya. Firman Allah Swt.:


{وَأَنزلَ لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً}


dan yang menurunkan air untukmu dari langit. (An-Naml: 60) Artinya Allah menjadikannya sebagai penyebab rezeki bagi hamba-hamba-Nya.


{فَأَنْبَتْنَا بِهِ حَدَائِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ}


lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah. (An-Naml: 60) Yaitu kebun-kebun yang indah pemandangan dan bentuknya.


{مَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُنْبِتُوا شَجَرَهَا}


yang kamu sekalian tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya. (An-Naml: 60) Kalian tidak mampu menumbuhkan pohon-pohon, dan sesungguhnya yang mampu menumbuhkannya hanyalah Tuhan Yang Maha Pencipta

lagi Maha Pemberi rezeki. Hanya Dialah yang dapat melakukannya, bukan selain-Nya. Hal ini diakui pula oleh orang-orang musyrik, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain menceritakan jawaban mereka:


{وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ}


Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab, 'Allah'." (Az-Zukhruf: 87). Dan firman Allah Swt.:


{وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ نزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ}


Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menurunkan air dari langit, lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?” Tentu mereka akan menjawab, "Allah". (Al-'Ankabut: 63)

Dengan kata lain, orang-orang musyrik pun mengakui bahwa hanya Allah sematalah yang melakukan itu semuanya, tiada sekutu bagi-Nya, namun mereka menyembah selain Allah bersama-Nya, padahal mereka mengakui bahwa selain-Nya itu

tidak dapat menciptakan dan tidak dapat pula memberi rezeki. Karena sesungguhnya yang berhak disembah hanyalah Tuhan Yang Maha Pencipta dan Maha Pemberi rezeki. Karena itulah disebutkan dalam firman-Nya:


{أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ}


Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? (An-Naml: 60) Yakni apakah ada tuhan lain yang disembah selain Allah? Padahal telah jelas bagi kalian dan juga bagi setiap orang yang berakal, bahwa hanya Allah­lah Yang Menciptakan

dan Yang Memberi rezeki (yang patut disembah). Di antara mufassirin ada yang mengatakan bahwa makna firman-Nya: Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? (An-Naml: 60) Yang menciptakan semuanya ini.

Pengertian pendapat ini ada kaitannya dengan makna yang pertama, karena hipotesis jawaban mereka ialah bahwa tiada seorang pun yang melakukan ini bersama-Nya, bahkan Dia sendirilah yang melakukannya. Lalu dikatakan kepada mereka,

"Mengapa kalian menyembah selain Dia bersama-Nya, padahal hanya Dialah Yang Menciptakan, Yang Memberi rezeki dan Yang Mengatur semuanya?" Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{أَفَمَنْ يَخْلُقُ كَمَنْ لَا يَخْلُقُ}


Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? (An-Nahl: 17) Lafaz amman dalam ayat-ayat ini semuanya mengandung takwil, 'Apakah Tuhan yang mengerjakan semuanya ini

sama dengan yang tidak dapat mengerjakan sesuatu pun darinya?". Demikianlah makna konteks secara keseluruhan, sekalipun sebagian darinya tidak disebutkan, mengingat ada indikasi kuat yang menunjuk ke arah tersebut. Allah Swt. telah berfirman dalam ayat sebelumnya:


{آللَّهُ خَيْرٌ أَمَّا يُشْرِكُونَ}


Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia? (An-Naml: 59) Kemudian dalam akhir ayat berikutnya disebutkan oleh firman-Nya:


{بَلْ هُمْ قَوْمٌ يَعْدِلُونَ}


Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran). (An-Naml: 60) Yaitu mereka menjadikan bagi Allah tandingan dan persamaannya. Istifham atau kata tanya yang mempunyai pengertian sama dengan ayat ini disebutkan pula dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{أَمْ مَنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ}


(Apakah kalian, hai orang-orang musyrik, yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedangkan ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? (Az-Zumar: 9)

Maksudnya, apakah orang yang berperilaku seperti ini sama dengan orang yang tidak berperilaku demikian? Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ}


Katakanlah, "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang menerima pelajaran. (Az-Zumar: 9) Dan firman Allah Swt.:


{أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلإسْلامِ فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِنْ رَبِّهِ فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ أُولَئِكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ}


Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam, lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesalan yang nyata. (Az-Zumar: 22)


{أَفَمَنْ هُوَ قَائِمٌ عَلَى كُلِّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ}


Maka apakah Tuhan yang menjaga setiap diri terhadap apa yang diperbuatnya (sama dengan yang tidak demikian sifatnya)? (Ar-Ra'd: 33) Apakah Tuhan Yang Menyaksikan semua perbuatan makhluk-Nya, semua gerakan dan diam mereka,

lagi mengetahui semua yang gaib —baik yang besar maupun yang terkecilnya— sama dengan yang tidak mengetahui, tidak mendengar dan tidak melihat, yakni berhala-berhala yang mereka sembah-sembah selain Allah itu? Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{وَجَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ قُلْ سَمُّوهُمْ}


Mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah. Katakanlah, "Sebutkanlah sifat-sifat mereka itu!". (Ar-Ra'd: 33) Demikian pula ayat-ayat ini semuanya mengandung makna yang sama, yakni perbandingan.

Surat An-Naml |27:61|

أَمَّنْ جَعَلَ الْأَرْضَ قَرَارًا وَجَعَلَ خِلَالَهَا أَنْهَارًا وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًا ۗ أَإِلَٰهٌ مَعَ اللَّهِ ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

am man ja'alal-ardho qoroorow wa ja'ala khilaalahaaa an-haarow wa ja'ala lahaa rowaasiya wa ja'ala bainal-baḥroini ḥaajizaa, a ilaahum ma'alloh, bal akṡaruhum laa ya'lamuun

Bukankah Dia (Allah) yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengokohkan)nya, dan yang menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di samping Allah ada Tuhan (yang lain)? Sebenarnya kebanyakan mereka tidak mengetahui.

Is He [not best] who made the earth a stable ground and placed within it rivers and made for it firmly set mountains and placed between the two seas a barrier? Is there a deity with Allah? [No], but most of them do not know.

Tafsir
Jalalain

(Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam) sehingga ia tidak menggoncangkan penduduknya (dan yang menjadikan di cekah-celahnya) yakni di antara celah-celahnya

(sungai-sungai dan yang menjadikan gunung-gunung untuk mengokohkannya) sebagai pengokoh Bumi (dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut) antara air tawar dan air asin,

satu sama lainnya tidak bercampur baur. (Apakah di samping Allah ada tuhan yang lain Bahkan sebenarnya kebanyakan dari mereka tidak mengetahui) keesaaan-Nya

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 61 |

Firman Allah Swt.:


{أَمَّنْ جَعَلَ الأرْضَ قَرَارًا}


Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam. (An-Naml: 61) Yakni tempat menetap yang kokoh, tenang, tidak bergerak serta tidak bergoyang mengguncangkan penduduknya, tidak pula menggetarkan mereka.

Karena sesungguhnya andaikata bumi selalu berguncang dan bergetar, tentulah tidak akan enak hidup di bumi dan tidak layak untuk kehidupan. Bahkan tidaklah demikian Allah menjadikan bumi

sebagai karunia dan rahmat-Nya menghampar lagi tetap, tidak bergetar dan tidak bergerak. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ قَرَارًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً}


Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu sebagai tempat menetap dan langit sebagai atap. (Al-Mu-min: 64) Adapun firman Allah Swt.:


{وَجَعَلَ خِلالَهَا أَنْهَارًا}


dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya. (An-Naml: 61) Yaitu Dialah yang menjadikan sungai-sungai di bumi yang airnya tawar lagi baik, sungai-sungai itu membelah di celah-celahnya, lalu mengalirkannya di bumi,

ada yang besar dan yang kecil; ada yang ke timur dan yang ke barat; dan ada yang ke selatan atau ada yang ke utara, sesuai dengan kemaslahatan hamba-hamba-Nya di berbagai belahan bumi,

karena Allah telah menyebarkan mereka di muka bumi dan memudahkan bagi mereka jalan rezekinya menurut apa yang mereka perlukan.


{وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ}


dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengokohkan)nya. (An-Naml: 61) Yakni gunung-gunung yang tinggi-tinggi, mengokohkan bumi dan menetapkannya agar tidak mengguncangkan kalian.


{وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًا}


dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut. (An-Naml: 61) Maksudnya, menjadikan suatu pemisah antara air tawar dan air asin, yang mencegah keduanya bercampur agar yang ini tidak tercemari oleh yang itu, begitu pula sebaliknya

(seperti di muara sungai Pent.). Sesungguhnya hikmah Allah (sunnatullah)-lah yang menetapkan agar masing-masing dari kedua jenis air itu tetap pada fungsinya. Menurut istilah Al-Qur'an, laut yang berasa manis airnya (yakni tawar)

adalah sungai-sungai yang mengalir di berbagai daerah yang diduduki oleh manusia. Fungsi dan kegunaan air tersebut berasa tawar agar dapat dijadikan sebagai air minum bagi makhluk hidup, juga sebagai pengairan buat tumbuh-tumbuhan

dan pepohonan yang berbuah dan pohon-pohon lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan laut yang berasa asin airnya ialah lautan yang mengelilingi berbagai benua dari segala penjuru. Airnya diciptakan berasa asin agar tidak mencemari udara dengan baunya seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:


{وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَحِجْرًا مَحْجُورًا}


Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) yang ini tawar lagi segar, dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi. (Al-Furqan: 53) Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ}


Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? (An-Naml: 61) Yaitu yang menjadikan itu semua, menurut pendapat yang pertama Menurut pendapat yang kedua yakni yang patut disembah. Kedua pendapat itu benar, masing-masingnya saling berkaitan dengan yang lain.


{بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ}


Bahkan (sebenarnya) sebagian besar dari mereka tidak mengetahui (An-Naml: 61) Karena mereka menyembah selain-Nya.

Surat An-Naml |27:62|

أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ ۗ أَإِلَٰهٌ مَعَ اللَّهِ ۚ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ

am may yujiibul-mudhthorro iżaa da'aahu wa yaksyifus-suuu`a wa yaj'alukum khulafaaa`al-ardh, a ilaahum ma'alloh, qoliilam maa tażakkaruun

Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di Bumi? Apakah di samping Allah ada Tuhan (yang lain)? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat.

Is He [not best] who responds to the desperate one when he calls upon Him and removes evil and makes you inheritors of the earth? Is there a deity with Allah? Little do you remember.

Tafsir
Jalalain

(Atau siapakah yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan) orang yang sengsara kemudian tertimpa kemudaratan (apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan)

dari dirinya dan dari diri orang selainnya (dan yang menjadikan kalian sebagai khalifah di bumi) Idhafah dalam lafal Khulafa-al Ardhi mengandung makna Fi. Maksudnya.

setiap generasi menjadi pengganti generasi sebelumnya. (Apakah di samping Allah ada tuhan yang lain Amat sedikitlah kalian mengingati-Nya) mengambil pelajaran dari hal ini.

Lafal Tadzakkaruna dapat pula dibaca Yadzdzakkaruna; kemudian huruf Ta di-idgham-kan kepada huruf Dzal. Dan huruf Ma di sini untuk menunjukkan makna sedikit sekali.

bintang sebagai pemandunya di waktu tengah malam, dan, dengan tanda-tanda yang ada di daratan di waktu siang hari

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 62 |

Allah Swt. mengingatkan bahwa hanya Dialah yang diseru di saat manusia tertimpa musibah, dan Dialah yang dimohon pertolongan-Nya di saat malapetaka turun menimpa, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلا إِيَّاهُ}


Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. (Al-Isra': 67)


{ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ}


dan bila kamu ditimpa oleh kemudaratan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan. (An-Nahl: 53) Artinya tiada seorang pun yang dimintai pertolongan oleh orang yang tertimpa bahaya selain Dia. Tiada pula yang dapat melenyapkan bahaya dari orang yang tertimpa bahaya kecuali hanya Dia semata.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا وُهَيْب، حَدَّثَنَا خَالِدٌ الحَذّاء، عَنْ أَبِي تَمِيمَةَ الهُجَيْمي، عَنْ رَجُلٍ مِنْ بَلْهُجَيْمٍ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِلَامَ تَدْعُو؟ قَالَ: "أَدْعُو إِلَى اللَّهِ وَحْدَهُ، الَّذِي إِنْ مَسّك ضُرٌّ فَدَعَوْتَهُ كَشَفَ عَنْكَ، وَالَّذِي إِنْ أضْلَلْت بِأَرْضٍ قَفْر فدعوتَه رَدّ عَلَيْكَ، وَالَّذِي إِنْ أَصَابَتْكَ سَنة فدعوتَه أنبتَ لَكَ". قَالَ: قُلْتُ: أَوْصِنِي. قَالَ: "لَا تَسُبَّنَّ أَحَدًا، وَلَا تَزْهَدنّ فِي الْمَعْرُوفِ، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهَكَ، وَلَوْ أَنْ تُفرغَ مِنْ دَلوك فِي إِنَاءِ المستقي، وَاتَّزِرْ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ، فَإِنْ أَبَيْتَ فَإِلَى الْكَعْبَيْنِ. وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الْإِزَارِ، فَإِنَّ إِسْبَالَ الْإِزَارِ مِنَ الْمَخِيلَةِ، [وَإِنَّ اللَّهَ -تَبَارَكَ تَعَالَى -لَا يُحِبُّ الْمَخِيلَةَ]


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Wuhaib, telah menceritakan kepada kami Khalid Al-Hazza, dari Abu Tamimah Al-Hujaimi, dari seorang lelaki dan kalangan Bani Balhajim

yang telah menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw., "Wahai Rasulullah, kepada siapakah engkau mendoa?" Rasulullah Saw. menjawab: Aku berdoa kepada Allah semata Yang jika kamu tertimpa bahaya lalu kamu berdoa

kepada-Nya, niscaya Dia akan melenyapkannya darimu; dan Dialah Yang jika kamu tersesat di padang sahara, lalu kamu berdoa (meminta pertolongan kepada-Nya), niscaya Dia menunjukkan kepadamu jalan pulang;

dan Dialah Yang jika kamu tertimpa paceklik, lalu kamu berdoa (memohon pertolongan kepada-Nya), niscaya Dia akan menjadikan daerahmu subur. Lalu ia berkata, "Kalau begitu, berilah saya petunjuk." Maka Rasulullah Saw. bersabda:

Jangan sekali-kali kamu mencaci seseorang, dan jangan sekali-kali pula kamu kikir berbuat kebaikan, sekalipun berupa senyuman yang kamu layangkan kepada saudaramu saat bersua dengannya, dan sekalipun berupa setimba air

yang kamu tuangkan dari embermu kepada orang yang meminta air. Dan pakailah kain sebatas pertengahan betismu; jika kamu tidak mau, maka boleh sampai ke mata kaki. Dan janganlah kamu menjulurkan kainmu sampai ke tanah,

karena perbuatan ini termasuk kesombongan, dan sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang bersifat sombong. Imam Ahmad meriwayatkannya pula melalui jalur lain dengan menyebutkan nama sahabat yang menghubungkannya langsung kepada Rasulullah Saw. Untuk itu Imam Ahmad mengatakan:


حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، حَدَّثَنَا يُونُسُ -هُوَ ابْنُ عُبَيْدٍ -حَدَّثَنَا عُبَيْدَةُ الهُجَيْمي عَنْ أَبِي تَميمَةَ الهُجَيْمي، عَنْ جَابِرِ بْنِ سُلَيم الهُجَيمي قَالَ: أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُحْتَبٍ بِشَمْلَة، وَقَدْ وَقَعَ هُدْبها عَلَى قَدَمَيْهِ، فَقُلْتُ: أَيُّكُمْ مُحَمَّدٌ -أَوْ: رَسُولُ اللَّهِ؟ -فَأَوْمَأَ بِيَدِهِ إِلَى نَفْسِهِ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَنَا مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ، وفِيَّ جَفَاؤُهُمْ، فَأَوْصِنِي. فَقَالَ: "لَا تحقرَنّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ وَوَجْهُكَ مُنْبَسط، وَلَوْ أَنْ تُفْرِغَ مِنْ دَلْوِكَ فِي إِنَاءِ الْمُسْتَقِي، وَإِنِ امْرُؤٌ شَتَمك بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلَا تَشْتِمْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ، فَإِنَّهُ يَكُونُ لَكَ أَجْرُهُ وَعَلَيْهِ وزْرُه. وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الْإِزَارِ، فَإِنَّ إِسْبَالَ الْإِزَارِ مِنَ المَخيلَة، وَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمَخِيلَةَ، وَلَا تَسُبَّنّ أَحَدًا". قَالَ: فَمَا سَبَبْتُ بَعْدَهُ أَحَدًا، وَلَا شَاةً وَلَا بَعِيرًا


telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada kami Ubaidah Al-Hujaimi, dari ayahnya, dari Abu Tamimah Al-Hujaimi,

dari Jabir ibnu Salim Al-Hujaimi yang mencerita­kan bahwa ia datang kepada Rasulullah Saw. dengan menyandang selimut menutupi tubuhnya, sedangkan ujung kain selimut itu menyentuh kedua telapak kakinya, lalu ia bertanya,

"Siapakah di antara kamu yang bernama Muhammad?" Maka Rasulullah Saw. berisyarat menunjuk ke arah dirinya, dan ia bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya berasal dari daerah pedalaman, dan di kalangan kami

banyak orang yang berwatak kasar, maka berilah saya pelajaran." Rasulullah Saw. bersabda: Jangat, sekali-kali kamu meremehkan kebaikan barang sedikit pun, sekalipun berupa senyuman yang kamu layangkan kepada saudaramu

saat bersua dengannya, dan sekalipun berupa air yang kamu tuangkan dari timbamu ke dalam wadah orang yang meminta minum. Dan jika ada seseorang mencacimu dengan kekurangan yang diketahuinya ada pada dirimu,

maka janganlah kamu balas mencacinya dengan kekurangan yang kamu ketahui ada pada dirinya. Maka sesungguhnya kamu akan beroleh pahala, sedangkan dia akan beroleh dosa. Dan janganlah kamu menjulurkan kainmu ke tanah,

karena sesungguhnya perbuatan itu termasuk ke­sombongan, dan sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang bersifat sombong. Dan jangan sekali-kali kamu mencaci seseorang. Ia mengatakan sejak saat itu ia tidak berani lagi

mencaci seorang pun, bahkan kambing dan untanya pun tidak berani ia caci. Imam Abu Daud dan Imam Nasai meriwayatkan hadis ini melalui berbagai jalur, dan di antaranya ada jalur yang kuat ada pada keduanya.Ibnu Abu Hatim mengatakan,

telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Hisyam, telah menceritakan kepada kami Abdah ibnu Nuh, dari Umar ibnul Hajj'aj dari Ubaidillah ibnu Abu Saleh yang mengatakan bahwa Tawus datang kepadanya

untuk menjenguk dirinya. Lalu ia berkata kepada Tawus, "Hai Abu Abdur Rahman, doakanlah kepada Allah untukku." Tawus menjawab, "Berdoalah untuk dirimu sendiri, karena sesungguhnya Dia memperkenankan

doa orang yang sedang tertimpa musibah." Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa di dalam kitab-kitab terdahulu ia menjumpai firman Allah Swt. yang menyebutkan, "Demi Keagungan-Ku, sesungguhnya barang siapa

yang berlindung kepada­Ku, maka seandainya seluruh langit dan para penghuninya —juga seluruh bumi beserta penghuninya— berbuat makar (tipu daya) terhadap dirinya sesungguhnya Aku akan membuatkan baginya

jalan selamat dari makar itu. Barang siapa yang tidak berlindung (meminta pertolongan) kepada­Ku, sesungguhnya Aku akan mengguncangkan tanah yang ada di bawah telapak kakinya lalu Aku lemparkan dia ke udara dan menyerahkan dia

kepada dirinya." Al-Hafiz ibnu Asakir dalam biografi seorang lelaki yang menjadi guru Abu Bakar Muhammad ibnu Daud Ad-Dainuri yang dikenal dengan nama Ad-Duqqi seorang sufi. Muhammad ibnu Daud menceritakan bahwa lelaki itu pernah menyewa hewan begalnya untuk suatu perjalanan dari Dimasyq ke Zabdani. Dan di suatu hari ada seorang lelaki ikut menumpang. Mereka berdua melewati jalan biasa; dan ketika sampai di tengah perjalanan, ada jalan yang sudah tidak terpakai lagi. Lalu lelaki yang menumpang berkata kepadanya, "Ambillah jalan ini, karena sesungguhnya ini adalah jalan pintas." Ia berkata, "Apakah tidak ada pilihan lain bagiku?" Lelaki itu berkata, "Tidak, bahkan jalan inilah yang terdekat ke tujuan kita." Akhirnya kami terpaksa menempuhnya dan sampailah kami di suatu tempat yang terjal, padanya terdapat jurang yang dalam, sedangkan di dalam jurang itu banyak mayat. Kemudian lelaki itu berkata kepadaku (si perawi), "Tolong tahanlah laju begal ini, karena aku akan turun." Lelaki itu turun dan menyingsingkan lengan bajunya, lalu mencabut pisaunya dengan tujuan akan membunuhku, maka aku lari dari hadapannya, tetapi ia mengejarku. Lalu saya meminta belas kasihan kepadanya dengan menyebut nama Allah, dan saya katakan kepadanya,

"Ambillah begal ini berikut semua muatan yang ada padanya (biarkanlah aku selamat, jangan kau bunuh)." Lelaki itu menjawab, "Sesungguhnya aku hanya menginginkan nyawamu." Aku pertakuti dia dengan siksaan Allah (jika membunuhku),

tetapi ia bersikeras ingin membunuhku dan tidak mau menerima nasihatku, akhirnya aku menyerahkan diri padanya seraya berkata, "Aku mau menyerah asal kamu berikan sedikit waktu bagiku untuk salat dua rakaat." Ia menjawab,

"Segeralah kamu lakukan." Aku berdiri dan melakukan salat, tetapi Al-Qur'an yang telah kuhafal tidak ada yang kuingat lagi, tiada satu huruf pun darinya yang terlintas dalam pikiranku (karena dalam keadaan takut) sehingga aku hanya berdiri

kebingungan, sedangkan orang yang akan membunuhku mengatakan "Cepat sedikit." Dan Allah menggerakkan lisanku untuk mengucapkan firman-Nya: Atau siapakah yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa

kepada-Nya, dan yang menghilang­kan kesusahan. (An-Naml: 62). Tiba-tiba aku melihat seorang pengendara kuda datang dari mulut lembah kami berada, sedangkan di tangannya terpegang sebuah tombak, lalu ia lemparkan tombak itu

ke arah lelaki yang akan membunuhku, dan tombak tersebut tepat mengenai jantung lelaki itu. Akhirnya dia terjungkal mati seketika itu juga. Lalu aku bergantung pada penunggang kuda itu seraya bertanya, "Demi Allah, siapakah engkau ini?"

Penunggang kuda menjawab, "Aku adalah utusan Tuhan yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya". Lalu aku mengambil hewan begalku berikut semua muatannya dan pulang dengan selamat.

Di dalam biografi Fatimah binti Hasan alias Umrau Ahmad Al-Ajaliyyah disebutkan, ia telah menceritakan bahwa pada suatu hari orang-orang kafir berhasil memukul mundur pasukan kaum muslim dalam suatu peperangan. Maka berhentilah

seekor kuda yang baik bersama pengendaranya, pengendaranya adalah salah seorang hartawan dan termasuk orang yang baik-baik. Si empunya kuda mengatakan, "Celakalah kamu. Mengapa kamu, sesungguhnya aku persiapkan kamu

hanyalah untuk menghadapi hari seperti ini?" Ternyata si kuda dapat menjawab, "Bagaimana aku tidak mogok, sedangkan kamu sendiri menyerahkan makananku kepada para perawat kuda, lalu mereka berbuat aniaya terhadapku,

mereka tidak memberiku makan kecuali hanya sedikit." Si empunya kuda berkata seraya berjanji, "Sesudah hari ini aku berjanji dengan nama Allah, bahwa aku tidak akan memberimu makan kecuali di dalam ruang makanku (yakni bersamanya)."

Maka dengan serta merta kuda itu kabur dengan cepat membawa lari empunya yang mengendarainya, sehingga ia selamat. Sejak saat itu si empunya tidak lagi memberinya makan kecuali di dalam ruang makannya

(yakni bersama-sama dengan dia). Kejadian yang dialaminya itu tenar di kalangan banyak orang sehingga banyak orang yang datang berkunjung kepadanya untuk mendengar langsung kisah tersebut, sehingga kisahnya sampai

ke telinga Raja Romawi. Maka ia berkata, "Suatu negeri yang terdapat lelaki seperti dia tidak akan mengalami kekalahan." Maka Raja Romawi membuat suatu tipu muslihat untuk membawa lelaki itu ke negerinya. Untuk itu ia mengirimkan

seorang lelaki yang telah murtad dari Islamnya dan telah bergabung bersamanya. Ketika lelaki murtad itu sampai di tempat lelaki tersebut, ia menampakkan bahwa dirinya telah bertekad untuk masuk Islam kembali dan tidak akan kafir lagi.

Ia berpura-pura benar dalam Islamnya sehingga beroleh kepercayaan dari lelaki yang diawasinya itu. Pada suatu hari keduanya berjalan-jalan di tepi pantai, sedangkan lelaki murtad itu telah berjanji dengan seseorang dari pihak Raja Romawi

untuk membantunya guna menangkap lelaki tersebut. Setelah keduanya berhasil mengikatnya dan membuatnya tak berdaya, lelaki yang ditangkapnya itu menengadahkan pandangannya ke langit seraya berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya

keduanya telah menipu saya, maka tolonglah saya dari keduanya menurut apa yang Engkau kehendaki." Maka pada saat itu juga muncullah dua ekor binatang buas, lalu kedua binatang buas itu menerkam kedua orang tersebut dan membawa pergi keduanya, sedangkan lelaki itu pulang ke rumahnya dengan selamat. Firman Allah Swt:


{وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الأرْضِ}


dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi. (An-Naml: 62) Yaitu untuk mengganti generasi yang telah berlalu sebelum mereka, dan menjadi generasi pengganti mereka, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَسْتَخْلِفْ مِنْ بَعْدِكُمْ مَا يَشَاءُ كَمَا أَنْشَأَكُمْ مِنْ ذُرِّيَّةِ قَوْمٍ آخَرِينَ}


Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain. (Al-An'am: 133)


{وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلائِفَ الأرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ}


Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat. (Al-An'am: 165)


{وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً}


Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". (Al-Baqarah: 30) Yakni suatu kaum yang sebagian dari mereka mengganti sebagian yang lain

yang telah tiada, seperti yang telah dijelaskan di atas. Hal yang sama telah diungkapkan pula dalam surat ini melalui firman-Nya:


{وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الأرْضِ}


dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi. (An-Naml: 62) Yaitu suatu umat sesudah umat yang lain dan suatu generasi sesudah generasi yang lain, dan suatu kaum sesudah kaum yang lain. Seandainya Allah menghendaki,

bisa saja Dia menjadikan mereka semua dalam waktu yang sama, dan tidak menjadikan sebagian dari mereka sebagai keturunan dari sebagian yang lain. Bahkan seandainya Dia menghendaki, tentulah Dia menciptakan mereka semuanya

sekaligus sebagaimana Dia menciptakan Adam dari tanah. Dan seandainya Allah menghendaki, Dia dapat menjadikan sebagian dari mereka keturunan sebagian yang lain, tetapi tidak mematikan seorang pun dari mereka agar kematian mereka

bersamaan sekaligus; dan tentulah bumi ini akan penuh sesak dengan mereka, sebagaimana penghidupan dan mata pencaharian mereka akan menjadi sempit pula; sebagian dari mereka membahayakan sebagian yang lainnya.

Akan tetapi, hikmah dan takdir Allah telah menetapkan penciptaan mereka dari satu diri, kemudian membuat mereka banyak dalam jumlah yang tak terhitung, lalu menyebarkan mereka di bumi ini dan menjadikan mereka generasi demi generasi

dan umat demi umat, sehingga masa keberadaan mereka habis —begitu pula semua makhluk lainnya— sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. dan sebagaimana yang telah dihitung dan dijumlahkan

secermat-cermatnya oleh-Nya. Kemudian Allah menjadikan hari kiamat, lalu setiap orang yang beramal ditunaikan balasan amal perbuatannya, bila hari kiamat telah terjadi. Karena itulah disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:


{قَلِيلا مَا تَذَكَّرُونَ}


Amat sedikitlah kamu mengingatnya. (An-Naml: 62)

Surat An-Naml |27:63|

أَمَّنْ يَهْدِيكُمْ فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَنْ يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ ۗ أَإِلَٰهٌ مَعَ اللَّهِ ۚ تَعَالَى اللَّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ

am may yahdiikum fii zhulumaatil-barri wal-baḥri wa may yursilur-riyaaḥa busyrom baina yadai roḥmatih, a ilaahum ma'alloh, ta'aalallohu 'ammaa yusyrikuun

Bukankah Dia (Allah) yang memberi petunjuk kepada kamu dalam kegelapan di daratan dan lautan dan yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? Apakah di samping Allah ada Tuhan (yang lain)? Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan.

Is He [not best] who guides you through the darknesses of the land and sea and who sends the winds as good tidings before His mercy? Is there a deity with Allah? High is Allah above whatever they associate with Him.

Tafsir
Jalalain

(Atau siapakah yang memimpin kalian) yakni yang membimbing kalian kepada tujuan-tujuan kalian (dalam kegelapan di daratan dan lautan) dengan bintang-bintang sebagai pemandunya

di waktu tengah malam dan dengan tanda-tanda yang ada di daratan di waktu siang hari (dan siapa pulakah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya)

sebelum hujan tiba (Apakah di samping Allah ada tuhan yang lain Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan) dengan-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 63 |

Firman Allah Swt.:


{أَمَّنْ يَهْدِيكُمْ فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ}


Atau siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di daraian dan lautan. (An-Naml: 63) Yakni melalui apa yang diciptakan-Nya di langit berupa bintang-bintang dan di bumi berupa bukit-bukit, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَعَلامَاتٍ وَبِالنَّجْمِ هُمْ يَهْتَدُونَ}


dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (petunjuk jalan). Dan dengan bmtang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk. (An-Nahl: 16)


{وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ النُّجُومَ لِتَهْتَدُوا بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ}


Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagi kalian, agar kalian menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. (Al-An'am; 97), hingga akhir ayat. Adapun firman Allah Swt.:


{وَمَنْ يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ}


dan siapa (pula)kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? (An-Naml: 63) Yaitu sebelum kedatangan hujan yang akan diturunkan oleh Allah Swt buat hamba-hamba-Nya yang sedang berada dalam kekeringan hina lagi putus harapan. '


{أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ تَعَالَى اللَّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ}


Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Mahatinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya) (An-Naml: 63)

Surat An-Naml |27:64|

أَمَّنْ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَمَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۗ أَإِلَٰهٌ مَعَ اللَّهِ ۚ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

am may yabda`ul-kholqo ṡumma yu'iiduhuu wa may yarzuqukum minas-samaaa`i wal-ardh, a ilaahum ma'alloh, qul haatuu bur-haanakum ing kuntum shoodiqiin

Bukankah Dia (Allah yang menciptakan (makhluk) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (lagi) dan yang memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah di samping Allah ada Tuhan (yang lain)? Katakanlah, "Kemukakanlah bukti kebenaranmu, jika kamu orang yang benar."

Is He [not best] who begins creation and then repeats it and who provides for you from the heaven and earth? Is there a deity with Allah? Say, "Produce your proof, if you should be truthful."

Tafsir
Jalalain

(Atau siapakah yang menciptakan manusia dari permulaannya) di dalam rahim, yakni dari air mani (kemudian mengulanginya lagi) menghidupkannya kembali sesudah mati,

sekalipun kalian tidak mengakui adanya hari berbangkit itu, karena bukti-bukti yang menunjukkannya telah jelas (dan siapa pula yang memberikan rezeki dari langit) melalui hujan

(dan bumi) melalui tumbuh-tumbuhan. (Apakah di samping Allah ada tuhan yang lain") maksudnya, tidak ada yang dapat melakukan sedikit pun dari hal-hal yang telah disebutkan tadi melainkan hanya Allah semata,

dan tiada Tuhan selain-Nya. (Katakanlah) hai Muhammad!, ("Unjukkanlah bukti kebenaran kalian) argumentasi kalian (jika kalian memang orang-orang yang benar")

bahwasanya di samping-Ku ada tuhan lain yang mampu berbuat sesuatu dari hal-hal yang telah disebutkan tadi. Kemudian orang-orang kafir itu bertanya kepada Nabi saw. tentang waktu kiamat, maka turunlah firman-Nya,

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 64 |

Dialah Allah yang dengan kekuasaan dan kemampuan-Nya memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya lagi, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:


{إِنَّ بَطْشَ رَبِّكَ لَشَدِيدٌ إِنَّهُ هُوَ يُبْدِئُ وَيُعِيدُ}


Sesungguhnya azab Tuhanmu benar-benar keras. Sesungguhnya Dialah Yang Menciptakan (makhluk) dari permulaan dan menghidupkannya (kembali). (Al-Buruj: 12-13) Dan firman Allah Swt.:


{وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ}


Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan) kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah. (Ar-Rum: 27) Adapun Firman Allah Swt.:


{وَمَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ}


dan siapa (pula) yang memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi. (An-Naml: 64) Yakni melalui hujan yang Dia turunkan dari langit, lalu menumbuhkan keberkatan yang terkandung di dalam bumi. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الرَّجْعِ. وَالأرْضِ ذَاتِ الصَّدْعِ}


Dan langit yang mengandung hujan dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan. (At-Tariq: 11-12).


{يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الأرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنزلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا}


Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar darinya, dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. (Al-Hadid: 4) Allah Swt. menurunkan hujan dari langit yang mengandung berkah, lalu air hujan itu

meresap ke dalam tanah, kemudian dari dalam tanah keluarlah berbagai macam tanaman dan pepohonan serta bunga-bungaan dan lain-lainnya yang mempunyai warna beraneka ragam.


{كُلُوا وَارْعَوْا أَنْعَامَكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لأولِي النُّهَى}


Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal. (Taha: 54) Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ}


Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? (An-Naml: 64) Yakni yang melakukan itu semua. Menurut pendapat lain, yang wajib disembah sesudah semuanya itu?


{قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ}


Katakanlah, "Unjukkanlah bukti kebenaranmu.” (An-Naml: 64) untuk membenarkan keabsahan dari apa yang kalian dakwakan itu,bahwa ada tuhan lain yang disembah selain Dia?


{إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}


"Jika kamu memang orang-orang yang benar.” (An-Naml: 64) dalam pengakuanmu itu, dan telah diketahui bahwa mereka tidak mempunyai alasan ataupun bukti yang membenarkan perbuatan mereka, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ}


Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung. (Al-Mu-minun: 117)

Surat An-Naml |27:65|

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ ۚ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ

qul laa ya'lamu man fis-samaawaati wal-ardhil-ghoiba illalloh, wa maa yasy'uruuna ayyaana yub'aṡuun

Katakanlah (Muhammad), "Tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah. Dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan."

Say, "None in the heavens and earth knows the unseen except Allah, and they do not perceive when they will be resurrected."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah!, "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui) baik dari kalangan para Malaikat maupun manusia (perkara yang gaib) dari mereka (kecuali) hanya (Allah saja)

yang mengetahuinya (dan mereka tidak mengetahui) maksudnya orang-orang kafir Mekah sama pula dengan orang-orang selain mereka (bila) kapan waktunya (mereka dibangkitkan hidup kembali.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 65 |

Tafsir ayat 65-66

Allah Swt. berfirman, memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk memberitahukan kepada semua makhluk, bahwa sesungguhnya tiada seorang pun —baik yang di langit maupun yang di bumi— mengetahui perkara gaib selain dari Allah Swt.

Kalimat Illallah (kecuali hanya Allah) merupakan istisna munqati', yang maksudnya ialah bahwa tiada seorang pun yang mengetahui perkara gaib selain dari Allah Swt. semata, tiada sekutu bagi-Nya. Seperti yang diungkapkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ} الْآيَةَ


Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia. (Al-An'am: 59), hingga akhir ayat.


{إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ}


Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat, dan Dialah Yang menurunkan hujan. (Luqman: 34), hingga akhir surat. Ayat-ayat yang menerangkan tentang hal ini cukup banyak. Firman Allah Swt.:


{وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ}


dan mereka tidak mengetahui kapankah mereka akan dibangkitkan. (An-Naml: 65) Artinya, tiada seorang pun yang ada di langit maupun yang ada di bumi mengetahui waktunya hari kiamat. Sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{ثَقُلَتْ فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ لَا تَأْتِيكُمْ إِلا بَغْتَةً}


Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba. (Al-A'raf: 187) Yakni amat berat pengetahuan hari kiamat itu bagi penduduk langit dan bumi.


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Ja'd, telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far Ar-Razi, dari Daud ibnu Abu Hindun, dari Asy-Sya'bi, dari Masruq, dari Aisyah r.a.

yang mengatakan bahwa barang siapa yang menduga bahwa dia (Nabi Saw.) mengetahui apa yang akan terjadi besok, maka sesungguhnya dia telah berdusta besar terhadap Allah, karena Allah Swt. telah berfirman: Katakanlah,

"Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah.” (An-Naml: 65) Qatadah telah mengatakan bahwa sesungguhnya Allah telah menjadikan bintang-bintang ini untuk tiga kegunaan;

Allah menjadikannya sebagai perhiasan langit, dan menjadikannya sebagai tanda yang bisa dipakai untuk penunjuk arah, dan menjadikannya sebagai alat perajam setan-setan. Maka barang siapa yang menganggap selain dari itu,

berarti dia mengatakan sesuatu yang tidak ada sandarannya melainkan hanya pendapat sendiri; dia keliru besar dan menyia-nyiakan waktunya serta memaksakan diri terhadap apa yang tidak ada pengetahuan baginya tentang hal itu.

Dan sesungguhnya ada sebagian orang yang bodoh tentang urusan Allah, mereka membuat-buat ilmu tenung melalui bintang-bintang ini dengan mengatakan bahwa barang siapa yang turun istirahat di malam hari dengan bintang anu,

maka akibatnya akan anu; barang siapa yang bepergian dengan bintang anu, maka akan anu; dan barang siapa yang dilahirkan dengan bintang anu, maka anu. Demi usiaku, tiada suatu bintang pun melainkan ada yang lahir di waktunya

orang yang berkulit merah, hitam, berperawakan pendek, berperawakan jangkung; dan ada yang tampan rupa, ada pula yang buruk rupa. Lalu apakah kaitannya perbintangan ini dan hewan serta burung tersebut dengan sesuatu dari ilmu gaib?

Allah telah memutuskan bahwa tiada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui hal yang gaib kecuali hanya Dia, dan mereka tidak mengetahui kapankah mereka akan dibangkitkan?

Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dari Qatadah secara harfiyah. Pendapat ini merupakan pendapat yang benar, kuat, lagi berbobot. Firman Allah Swt.:


{بَلِ ادَّارَكَ عِلْمُهُمْ فِي الآخِرَةِ بَلْ هُمْ فِي شَكٍّ مِنْهَا}


Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (ke sana), malahan mereka ragu-ragu tentang akhirat itu. (Al-Naml: 66) Artinya, pengetahuan mereka tidak mampu dan lemah untuk mengetahui waktu terjadinya hari kiamat.

Sebagian ulama ada yang membacanya "بَلْ أَدْرَكَ عِلْمُهُمْ", yang artinya "pengetahuan mereka sama tidak tahunya mengenai hal tersebut". Seperti yang disebutkan di dalam hadis sahih Muslim, bahwa Rasulullah Saw. dalam jawabannya terhadap Malaikat Jibril yang menanyakan kepadanya tentang waktu hari kiamat mengatakan:


مَا الْمَسْؤُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ


Tiadalah orang yang ditanya lebih mengetahui daripada orang yang bertanya. Yakni keduanya sama-sama tidak mengetahui kapan hari kiamat terjadi, baik orang yang ditanya maupun si penanyanya. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan

dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (ke sana). (An-Naml: 66) Yaitu tidak dapat menjangkau, karena perkara terjadinya hari kiamat adalah hal yang gaib.

Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (ke sana). (An-Naml: 66) Karena ketidaktahuan mereka terhadap Tuhannya, maka pengetahuan mereka

tidak dapat menembus tentang hari akhirat (kiamat); ini merupakan pendapat yang lain. Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Ata Al-Khurrasani dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sebenarnya pengetahuan mereka

tentang akhirat tidak sampai (ke sana). (An-Naml: 66) Yakni di saat pengetahuan tidak ada manfaatnya lagi. Hal yang sama dikatakan oleh Ata Al-Khurrasani dan As-Saddi, bahwa pengetahuan mereka

baru dapat terbuka kelak pada hari kiamat di saat tidak ada manfaatnya lagi bagi mereka hal tersebut. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:


{أَسْمِعْ بِهِمْ وَأَبْصِرْ يَوْمَ يَأْتُونَنَا لَكِنِ الظَّالِمُونَ الْيَوْمَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ}


Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada Kami. Tetapi orang-orang yang zalim pada hari ini (di dunia) berada dalam kesesatan yang nyata. (Maryam: 38 )

Sufyan telah meriwayatkan dari Amr ibnu Ubaid, dari Al-Hasan, bahwa ia pernah membaca firman-Nya: Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (ke sana). (An-Naml: 66) Lalu ia mengatakan bahwa pengetahuan mereka di dunia pudar ketika mereka menyaksikan hari akhirat (kiamat). Firman Allah Swt.:


{بَلْ هُمْ فِي شَكٍّ مِنْهَا}


malahan mereka ragu-ragu tentang akhirat itu. (An-Naml: 66) Damir ini kembali kepada isim jenis, yang dimaksud ialah orang-orang kafir, sama seperti yang terdapat di dalam firman-Nya:


{وَعُرِضُوا عَلَى رَبِّكَ صَفًّا لَقَدْ جِئْتُمُونَا كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ بَلْ زَعَمْتُمْ أَلَّنْ نَجْعَلَ لَكُمْ مَوْعِدًا}


Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. Sesungguhnya kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kamu pada kali yang pertama; bahkan kamu mengatakan bahwa Kami sekali-kali tidak akan

menetapkan bagi kamu waktu (memenuhi) perjanjian. (Al-Kahfi: 48) Yaitu orang-orang yang kafir dari kalangan kalian. Hal yang sama disebutkan pula dalam ayat ini: malahan mereka ragu-ragu tentang akhirat itu. (An-Naml: 66) Mereka meragukan keberadaan dan kejadiannya.


{بَلْ هُمْ مِنْهَا عَمُونَ}


lebih-lebih lagi mereka buta daripadanya. (An-Naml: 66) Yakni dalam kebutaan dan ketidaktahuan yang parah tentang hari kiamat dan keadaannya.

Surat An-Naml |27:66|

بَلِ ادَّارَكَ عِلْمُهُمْ فِي الْآخِرَةِ ۚ بَلْ هُمْ فِي شَكٍّ مِنْهَا ۖ بَلْ هُمْ مِنْهَا عَمُونَ

baliddaaroka 'ilmuhum fil-aakhiroh, bal hum fii syakkim min-haa, bal hum min-haa 'amuun

Bahkan pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (ke sana). Bahkan mereka ragu-ragu tentangnya (akhirat itu). Bahkan mereka buta tentang itu.

Rather, their knowledge is arrested concerning the Hereafter. Rather, they are in doubt about it. Rather, they are, concerning it, blind.

Tafsir
Jalalain

(Apakah) lafal Bal di sini bermakna Hal, yakni apakah (sampai ke sana) lafal Iddaraka pada asalnya adalah Tadaraka, kemudian huruf Ta diganti menjadi Dal kemudian di-idgam-kan kepada Dal,

lalu ditariklah Hamzali Washal, artinya sama dengan lafal Balagha, Lahiqa, atau Tataba'a dan Talahaqa, yaitu, sampai ke sana. Menurut qiraat yang lain dibaca Adraka menurut wazan Akrama, sehingga artinya menjadi,

Apakah telah sampai ke sana (pengetahuan mereka tentang akhirat) yakni mengenai hari akhirat, sehingga mereka menanyakan tentang kedatangannya. Pada kenyataannya tidaklah demikian

(sebenarnya mereka ragu-ragu tentang akhirat itu, bahkan mereka buta daripadanya) 'Amuna berasal dari kata Umyul Qalbi yang artinya buta hatinya; pengertian ungkapan ini lebih mengena daripada kalimat sebelumnya.

Pada asalnya lafal 'Amuna adalah 'Amiyuna, oleh karena harakat Dhammah atas Ya dianggap berat untuk diucapkan, maka harakat Dhammah-nya dipindahkan kepada Mim,

hal ini dilakukan sesudah terlebih dahulu harakat Kasrah-nya dibuang, sehingga jadilah 'Amuna.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 66 |

Penjelasan ada di ayat 65

Surat An-Naml |27:67|

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَإِذَا كُنَّا تُرَابًا وَآبَاؤُنَا أَئِنَّا لَمُخْرَجُونَ

wa qoolallażiina kafaruuu a iżaa kunnaa turoobaw wa aabaaa`unaaa a innaa lamukhrojuun

Dan orang-orang yang kafir berkata, "Setelah kita menjadi tanah dan (begitu pula) nenek moyang kita, apakah benar kita akan dikeluarkan (dari kubur)?

And those who disbelieve say, "When we have become dust as well as our forefathers, will we indeed be brought out [of the graves]?

Tafsir
Jalalain

(Berkata pula orang-orang kafir) yang mengingkari adanya hari berbangkit ("Apakah setelah kita menjadi tanah dan begitu pula bapak-bapak kita; apakah sesungguhnya kita akan dikeluarkan kembali) dari kuburan kita, maksudnya akan dihidupkan kembali.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 67 |

Tafsir ayat 67-70

Allah Swt. menceritakan tentang orang-orang musyrik yang ingkar terhadap adanya hari berbangkit, bahwa mereka menganggap mustahil tubuh-tubuh ini dibangkitkan kembali sesudah menjadi tulang belulang yang telah hancur. Kemudian mereka mengatakan:


{لَقَدْ وُعِدْنَا هَذَا نَحْنُ وَآبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ}


Sesungguhnya kami telah diberi ancaman dengan ini dan (juga) bapak-bapak kami dahulu. (An-Naml: 68) Yakni kami masih mendengar ancaman ini dan juga bapak-bapak kami, tetapi kami tidak pernah melihat kenyataannya dan tidak pula kejadiannya. Ucapan mereka yang disitir oleh firman-Nya:


{إِنْ هَذَا إِلا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ}


ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang dahulu kala. (An-Naml: 68) Yaitu peringatan dan ancaman yang mengatakan bahwa tubuh-tubuh ini akan dihidupkan kembali sesudah matinya, tidak lain hanyalah dongengan-dongengan

orang-orang dahulu kala, yang diambil oleh suatu kaum dari orang-orang yang sebelum mereka melalui kitab-kitab mereka; sebagian dari mereka menerimanya dari sebagian yang lain, padahal tidak ada kenyataannya. Allah Swt. menjawab dugaan mereka yang kafir dan tidak percaya kepada hari berbangkit:


{قُلْ}


Katakanlah. (An-Naml: 69) hai Muhammad, kepada mereka itu.


{سِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ}


Berjalanlah kalian (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berdosa. (An-Naml: 69) Yang mendustakan para rasul dan mendustakan berita adanya hari berbangkit yang disampaikan oleh para rasul

dan berita-berita lainnya. Maka perhatikanlah apa yang telah menimpa mereka dari azab Allah dan pembalasan-Nya, dan Allah menyelamatkan di antara mereka utusan-utusan-Nya serta para pengikut mereka yang beriman.

Hal tersebut menunjukkan kebenaran dari apa yang disampaikan oleh para rasul itu. Kemudian Allah Swt. berfirman menghibur hati Nabi-Nya:


{وَلا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ}


Dan janganlah kamu berduka cita terhadap mereka. (An-Naml: 70) Yakni terhadap orang-orang yang mendustakan apa yang engkau sampaikan, dan janganlah kamu menyesali perbuatan mereka, serta jangan biarkan dirimu kecewa karena sikap mereka.


{وَلا تَكُ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ}


dan janganlah (dadamu) merasa sempit terhadap apa yang mereka tipu dayakan. (An-Naml: 70) Untuk menjerumuskanmu dan menyanggah apa yang engkau sampaikan kepada mereka. Karena sesungguhnya Allah akan mendukungmu,

menolongmu, dan memenangkanmu atas orang-orang yang menentang apa yang kamu bawa, baik di timur maupun di barat.

Surat An-Naml |27:68|

لَقَدْ وُعِدْنَا هَٰذَا نَحْنُ وَآبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ إِنْ هَٰذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ

laqod wu'idnaa haażaa naḥnu wa aabaaa`unaa ming qoblu in haażaaa illaaa asaathiirul-awwaliin

Sejak dahulu kami telah diberi ancaman dengan ini (hari kebangkitan), kami dan nenek moyang kami. Sebenarnya ini hanyalah dongeng orang-orang terdahulu."

And those who disbelieve say, "When we have become dust as well as our forefathers, will we indeed be brought out [of the graves]?

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya kami telah diberi ancaman dengan ini dan juga bapak-bapak kami dahulu, tiada lain) yakni tidak lain (ini hanyalah dongeng-dongengan orang dahulu kala")

lafal Asathir bentuk jamak dari lafal Usthurah, artinya dongeng yang tidak ada kenyataannya, atau cerita dusta.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 68 |

Penjelasan ada di ayat 67

Surat An-Naml |27:69|

قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ

qul siiruu fil-ardhi fanzhuruu kaifa kaana 'aaqibatul-mujrimiin

Katakanlah (Muhammad), "Berjalanlah kamu di Bumi, lalu perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa.

Say, [O Muhammad], "Travel through the land and observe how was the end of the criminals."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah!, "Berjalanlah kalian di muka bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berdosa) karena ingkar kepada adanya hari berbangkit, yaitu dibinasakan-Nya mereka oleh azab-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 69 |

Penjelasan ada di ayat 67

Surat An-Naml |27:70|

وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُنْ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ

wa laa taḥzan 'alaihim wa laa takun fii dhoiqim mimmaa yamkuruun

Dan janganlah engkau bersedih hati terhadap mereka, dan janganlah (dadamu) merasa sempit terhadap upaya tipu daya mereka."

And grieve not over them or be in distress from what they conspire.

Tafsir
Jalalain

(Dan janganlah kamu berduka cita terhadap mereka dan janganlah dadamu merasa sempit terhadap apa yang mereka tipu dayakan") ayat ini merupakan hiburan dan penenang hati Nabi saw.

Maksudnya, janganlah kamu hiraukan makar mereka terhadap dirimu, karena sesungguhnya Kami akan menolong kamu dari mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 70 |

Penjelasan ada di ayat 67

Surat An-Naml |27:71|

وَيَقُولُونَ مَتَىٰ هَٰذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

wa yaquuluuna mataa haażal-wa'du ing kuntum shoodiqiin

Dan mereka (orang kafir) berkata, "Kapankah datangnya janji (azab) itu, jika kamu orang yang benar."

And they say, "When is [the fulfillment of] this promise, if you should be truthful?"

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka berkata, "Bilakah datangnya ancaman itu) azab yang diancamkan itu (jika memang kamu orang-orang yang benar.") di dalam pengakuanmu itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 71 |

Tafsir ayat 71-75

Allah Swt. menceritakan perihal orang-orang musyrik yang meminta agar kiamat disegerakan, padahal mereka menganggap mustahil terjadinya hari kiamat itu.


{وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}


Dan mereka (orang-orang kafir) berkata, "Bilakah datangnya azab itu, jika memang kamu orang-orang yang benar.” (An-Naml: 71) Maka Allah menjawab mereka melalui firman-Nya:


{قُلْ}


Katakanlah. (An-Naml: 72) hai Muhammad, kepada mereka.


{عَسَى أَنْ يَكُونَ رَدِفَ لَكُمْ بَعْضُ الَّذِي تَسْتَعْجِلُونَ}


Mungkin telah hampir datang kepadamu sebagian dari (azab) yang kamu minta (supaya) disegerakan itu. (An-Naml: 72) Menurut Ibnu Abbas, makna radifa ialah sudah dekat, atau dekat bagi kalian azab yang kalian minta

supaya disegerakan itu. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ad-Dahhak, Ata Al-Khurrasani, Qatadah, dan As-Saddi. Hal inilah yang dimaksudkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:


{وَيَقُولُونَ مَتَى هُوَ قُلْ عَسَى أَنْ يَكُونَ قَرِيبًا}


dan mereka berkata, "Kapan itu (akan terjadi)?" Katakanlah, "Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat.” (Al-Isra: 51) Ayat ini semakna dengan firman Allah Swt. dalam ayat yang lain, yaitu:


{يَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ}


Mereka meminta kepadamu supaya segera diturunkan azab. Dan sesungguhnya Jahannam benar-benar meliputi orang-orang yang kafir. (Al-'Ankabut: 54) Dan sesungguhnya huruf lam masuk ke dalam lafaz radifa lakum,

karena mengandung makna 'ajila lakum, yakni disegerakan kepada kalian. Seperti yang dikatakan oleh suatu riwayat yang bersumber dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: Mungkin telah hampir datang kepadamu. (An-Naml: 72) Yakni disegerakan terhadap kalian. Kemudian Allah Swt. berfirman:


{وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ}


Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai karunia yang besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia. (An-Naml: 73) Allah tetap melimpahkan nikmat-nikmat-Nya kepada mereka, sekalipun mereka berbuat aniaya

terhadap diri mereka sendiri; dan selain dari itu mereka tidak bersyukur kepada-Nya atas nikmat-nikmat tersebut, terkecuali hanya sedikit orang dari kalangan mereka.


{وَإِنَّ رَبَّكَ لَيَعْلَمُ مَا تُكِنُّ صُدُورُهُمْ وَمَا يُعْلِنُونَ}


Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengetahui apa yang disembunyikan hati mereka dan apa yang mereka nyatakan. (An-Naml: 74) Sama dengan apa yang disebutkan dalam firman-Nya:


{سَوَاءٌ مِنْكُمْ مَنْ أَسَرَّ الْقَوْلَ وَمَنْ جَهَرَ بِهِ}


Sama saja (bagi Tuhan), siapa di antaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus terang dengan ucapan itu. (Ar-Ra'd: 10)


{يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى}


Dia mengetahui rahasia dan yang tersembunyi. (Taha: 7) Dan firman Allah Swt.:


{أَلا حِينَ يَسْتَغْشُونَ ثِيَابَهُمْ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ}


Ingatlah, di waktu mereka menyelimuti dirinya dengan kain, Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka lahirkan. (Hud: 5) Kemudian Allah Swt. memberitahukan bahwa Dia mengetahui semua yang tersembunyi

di langit dan di bumi, dan bahwa sesungguhnya Dia mengetahui alam gaib dan alam nyata; Yang dimaksud dengan alam gaib ialah yang tidak tampak oleh hamba-hamba Allah dan mereka tidak dapat menyaksikannya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{وَمَا مِنْ غَائِبَةٍ}


Tidak ada sesuatu pun yang gaib. (An-Naml: 75) Menurut Ibnu Abbas, makna yang dimaksud ialah tiada sesuatu pun.


{فِي السَّمَاءِ وَالأرْضِ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ}


di langit dan di bumi, melainkan (terdapat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). (An-Naml: 75) Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاءِ وَالأرْضِ إِنَّ ذَلِكَ فِي كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ}


Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuz). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah. (Al-Hajj: 70)

Surat An-Naml |27:72|

قُلْ عَسَىٰ أَنْ يَكُونَ رَدِفَ لَكُمْ بَعْضُ الَّذِي تَسْتَعْجِلُونَ

qul 'asaaa ay yakuuna rodifa lakum ba'dhullażii tasta'jiluun

Katakanlah (Muhammad), "Boleh jadi sebagian dari (azab) yang kamu minta disegerakan itu telah hampir sampai kepadamu."

Say, "Perhaps it is close behind you - some of that for which you are impatient.

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah!, "Mungkin telah hampir datang) artinya telah dekat (kepada kalian sebagian dari azab yang kalian minta supaya disegerakan itu.")

maka terjadilah hal itu, yaitu dengan dibunuhnya mereka dalam perang Badar, sedangkan azab yang lainnya akan menimpa mereka sesudah mereka mati.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 72 |

Penjelasan ada di ayat 71

Surat An-Naml |27:73|

وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَشْكُرُونَ

wa inna robbaka lażuu fadhlin 'alan-naasi wa laakinna akṡarohum laa yasykuruun

Dan sungguh, Tuhanmu benar-benar memiliki karunia (yang diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya).

And indeed, your Lord is full of bounty for the people, but most of them do not show gratitude."

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya Rabbmu, benar-benar mempunyai karunia yang besar yang diberikan-Nya kepada manusia) antara lain; penangguhan azab atas orang-orang kafir

(tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukurinya) orang-orang kafir tidak mensyukuri ditangguhkannya azab atas mereka, karena mereka tidak mempercayai akan adanya azab itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 73 |

Penjelasan ada di ayat 71

Surat An-Naml |27:74|

وَإِنَّ رَبَّكَ لَيَعْلَمُ مَا تُكِنُّ صُدُورُهُمْ وَمَا يُعْلِنُونَ

wa inna robbaka laya'lamu maa tukinnu shuduuruhum wa maa yu'linuun

Dan sungguh, Tuhanmu mengetahui apa yang disembunyikan dalam dada mereka dan apa yang mereka nyatakan.

And indeed, your Lord knows what their breasts conceal and what they declare.

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya Rabbmu, benar-benar mengetahui apa yang disembunyikan hati mereka) maksudnya apa yang tersimpan di dalam hati mereka (dan apa yang mereka nyatakan) melalui lisan-lisan mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 74 |

Penjelasan ada di ayat 71

Surat An-Naml |27:75|

وَمَا مِنْ غَائِبَةٍ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

wa maa min ghooo`ibatin fis-samaaa`i wal-ardhi illaa fii kitaabim mubiin

Dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di langit dan di Bumi, melainkan (tercatat) dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuz).

And there is nothing concealed within the heaven and the earth except that it is in a clear Register.

Tafsir
Jalalain

(Tiada sesuatu pun yang gaib di langit dan di bumi) huruf Ha pada lafal Ghaibah untuk menunjukkan makna Mubalaghah atau sangat, maksudnya sangat gaib di mata manusia

(melainkan terdapat dalam kitab yang nyata) yakni Lohmahfuz dan rahasia ilmu Allah swt. antara lain diazabnya orang-orang kafir.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 75 |

Penjelasan ada di ayat 71

Surat An-Naml |27:76|

إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَقُصُّ عَلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَكْثَرَ الَّذِي هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ

inna haażal-qur`aana yaqushshu 'alaa baniii isrooo`iila akṡarollażii hum fiihi yakhtalifuun

Sungguh, Al-Qur´an ini menjelaskan kepada Bani Israil sebagian besar dari (perkara) yang mereka perselisihkan.

Indeed, this Qur'an relates to the Children of Israel most of that over which they disagree.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Alquran ini menjelaskan kepada Bani Israel) yang ada di zaman Nabi saw. (sebagian besar dari perkara-perkara yang mereka berselisih tentangnya)

dengan menjelaskan hal tersebut sesuai dengan kedudukannya, sehingga hilanglah semua perselisihan yang ada pada mereka, jika mereka mau mengambilnya dan masuk Islam.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 76 |

Tafsir ayat 76-81

Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang kitab-Nya yang mulia, dan hidayah, penjelasan serta pembeda antara hak dan batil yang terkandung di dalamnya, bahwasanya Al-Qur'an menceritakan kepada kaum Bani Israil (yaitu pemegang kitab Taurat dan kitab Injil):


{أَكْثَرَ الَّذِي هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ}


sebagian besar dari (perkara-perkara) yang mereka berselisih tentangnya. (An-Naml: 76) Seperti pertentangan mereka tentang Isa dan perselisihan mereka mengenai dirinya; orang-orang Yahudi membuat-buat berita bohong terhadapnya,

sedangkan orang-orang Nasrani berlebih-lebihan dalam menilainya. Maka datanglah Al-Qur'an dengan membawa pendapat yang pertengahan, hak, lagi adil, bahwa Isa adalah salah seorang dari hamba-hamba Allah, dan merupakan salah seorang dari rasul dan nabi-Nya yang mulia, seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya:


{ذَلِكَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيهِ يَمْتَرُونَ}


Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya (Maryam: 34) Adapun firman Allah Swt.:


{وَإِنَّهُ لَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ}


Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (An-Naml: 77) Yakni petunjuk bagi hati yang beriman kepadanya dan sebagai rahmat bagi mereka yang beriman kepadanya dalam pengamalannya. Kemudian Allah Swt. berfirman:


{إِنَّ رَبَّكَ يَقْضِي بَيْنَهُمْ}


Sesungguhnya Tuhanmu akan menyelesaikan perkara antara mereka (An-Naml: 78) Yaitu kelak di hari kiamat.


{بِحُكْمِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ}


dengan keputusan-Nya, dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (An-Naml: 78) semua perbuatan dan ucapan hamba-hamba-Nya.


{فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ}


Sebab itu, bertawakallah kepada Allah. (An-Naml: 79) dalam semua urusanmu, dan sampaikanlah risalah Tuhanmu.


{إِنَّكَ عَلَى الْحَقِّ الْمُبِينِ}


sesungguhnya kamu berada di atas kebenaran yang nyata. (An-Naml: 79) Yakni kamu berada dijalan yang hak lagi jelas, namun masih ada orang-orang yang menentangmu, yaitu dari kalangan orang yang telah ditetapkan celaka atasnya,

dan berhak mendapat azab dari Tuhanmu. Mereka tetap tidak akan mau beriman, sekalipun semua tanda dan bukti disampaikan kepada mereka. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{إِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتَى}


Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar. (An-Naml: 80) Maksudnya, kamu tidak dapat memperdengarkan kepada mereka sesuatu pun yang bermanfaat bagi mereka.

Demikian pula halnya orang-orang kafir (di masamu) pada hati mereka terdapat penutup dan pada telinga mereka terdapat penutup kekafiran. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


وَلا تُسْمِعُ الصُّمَّ الدُّعَاءَ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِينَ * وَمَا أَنْتَ بِهَادِي الْعُمْيِ عَنْ ضَلالَتِهِمْ إِنْ تُسْمِعُ إِلا مَنْ يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا فَهُمْ مُسْلِمُونَ


dan (tidak pula) menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling kebelakang. Dan kamu sekali-kali tidak dapat memimpin (memalingkan) orang-orang buta dari kesesalan mereka.

Kamu tidak dapat menjadikan (seorang pun) mendengar, kecuali orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, lalu mereka berserah diri. (An-Naml: 80-81) Sesungguhnya yang mau mendengarkanmu hanyalah orang yang mempunyai

pendengaran dan pandangan hati yang bermanfaat bagi dirinya, lagi tunduk kepada Allah dan taat kepada apa yang disampaikan oleh para rasul dari Allah Swt.

Surat An-Naml |27:77|

وَإِنَّهُ لَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ

wa innahuu lahudaw wa roḥmatul lil-mu`miniin

Dan sungguh, (Al-Qur´an) itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

And indeed, it is guidance and mercy for the believers.

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya Alquran itu benar-benar menjadi petunjuk) dari kesesatan (dan rahmat bagi orang-orang yang beriman) yakni terhindar dari azab.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 77 |

Penjelasan ada di ayat 76

Surat An-Naml |27:78|

إِنَّ رَبَّكَ يَقْضِي بَيْنَهُمْ بِحُكْمِهِ ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ

inna robbaka yaqdhii bainahum biḥukmih, wa huwal-'aziizul-'aliim

Sungguh, Tuhanmu akan menyelesaikan (perkara) di antara mereka dengan hukum-Nya, dan Dia Maha Perkasa, Maha Mengetahui.

Indeed, your Lord will judge between them by His [wise] judgement. And He is the Exalted in Might, the Knowing.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Rabbmu akan menyelesaikan perkara di antara mereka) sama dengan orang-orang selain mereka, kelak di hari kiamat (dengan keputusan-Nya)

dengan keadilan-Nya. (Dan Dia-lah yang Maha Perkasa) Maha Menang (lagi Maha Mengetahui) tentang ketentuan yang akan diputuskan-Nya, tidak mungkin bagi seorang pun menentangnya,

tidak sebagaimana di dunia di mana orang-orang kafir masih dapat menentang Nabi-nabi-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 78 |

Penjelasan ada di ayat 76

Surat An-Naml |27:79|

فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۖ إِنَّكَ عَلَى الْحَقِّ الْمُبِينِ

fa tawakkal 'alalloh, innaka 'alal-ḥaqqil-mubiin

Maka bertawakallah kepada Allah, sungguh engkau (Muhammad) berada di atas kebenaran yang nyata.

So rely upon Allah; indeed, you are upon the clear truth.

Tafsir
Jalalain

(Sebab itu bertakwalah kepada Allah) percayakanlah kepada-Nya (sesungguhnya kamu berada di atas kebenaran yang nyata) yakni agama yang nyata, maka akibatnya kamulah

yang akan mendapat kemenangan atas orang-orang kafir. Kemudian pada ayat selanjutnya Allah membuat perumpamaan tentang orang-orang kafir, sebagai orang-orang mati, tuli dan buta, untuk itu Allah swt. berfirman,

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 79 |

Penjelasan ada di ayat 76

Surat An-Naml |27:80|

إِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتَىٰ وَلَا تُسْمِعُ الصُّمَّ الدُّعَاءَ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِينَ

innaka laa tusmi'ul-mautaa wa laa tusmi'ush-shummad-du'aaa`a iżaa wallau mudbiriin

Sungguh, engkau tidak dapat menjadikan orang yang mati dapat mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila mereka telah berpaling ke belakang.

Indeed, you will not make the dead hear, nor will you make the deaf hear the call when they have turned their backs retreating.

Tafsir
Jalalain

("Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar dan tidak pula menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila) dapat dibaca Tahqiq dan Tas-hil (mereka telah berpaling membelakang).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 80 |

Penjelasan ada di ayat 76

Surat An-Naml |27:81|

وَمَا أَنْتَ بِهَادِي الْعُمْيِ عَنْ ضَلَالَتِهِمْ ۖ إِنْ تُسْمِعُ إِلَّا مَنْ يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا فَهُمْ مُسْلِمُونَ

wa maaa anta bihaadil-'umyi 'an dholaalatihim, in tusmi'u illaa may yu`minu bi`aayaatinaa fa hum muslimuun

Dan engkau tidak akan dapat memberi petunjuk orang buta dari kesesatannya. Engkau tidak dapat menjadikan (seorang pun) mendengar, kecuali orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, lalu mereka berserah diri.

And you cannot guide the blind away from their error. You will only make hear those who believe in Our verses so they are Muslims [submitting to Allah].

Tafsir
Jalalain

(Dan kamu sekali-kali tidak dapat memimpin orang-orang buta dari kesesatan mereka, tidak lain kamu hanya dapat membuat mendengar) dengan pendengaran yang disertai pemahaman

dan mau menerima apa yang didengarnya yaitu (orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami) kepada Alquran (lalu mereka berserah diri) mengikhlaskan diri mereka untuk mentauhidkan Allah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 81 |

Penjelasan ada di ayat 76

Surat An-Naml |27:82|

وَإِذَا وَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ أَخْرَجْنَا لَهُمْ دَابَّةً مِنَ الْأَرْضِ تُكَلِّمُهُمْ أَنَّ النَّاسَ كَانُوا بِآيَاتِنَا لَا يُوقِنُونَ

wa iżaa waqo'al-qoulu 'alaihim akhrojnaa lahum daaabbatam minal-ardhi tukallimuhum annan-naasa kaanuu bi`aayaatinaa laa yuuqinuun

Dan apabila perkataan (ketentuan masa kehancuran alam) telah berlaku atas mereka, Kami keluarkan makhluk bergerak yang bernyawa dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka bahwa manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.

And when the word befalls them, We will bring forth for them a creature from the earth speaking to them, [saying] that the people were, of Our verses, not certain [in faith].

Tafsir
Jalalain

(Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka) yakni azab telah pasti menimpa mereka termasuk orang-orang kafir lainnya.

(Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka) yaitu akan berbicara kepada orang-orang yang ada dari kalangan mereka;

sewaktu binatang melata itu keluar ia langsung berbicara kepada mereka dengan memakai bahasa Arab. Dan garis besar dari apa yang dikatakannya itu ialah (bahwa sesungguhnya manusia)

orang-orang kafir Mekah. Lafal Anna menurut qiraat yang lain dibaca Inna; qiraat ini dapat dipakai pula bilamana diperkirakan adanya huruf Ba sesudah lafal Tukallimuhum

(dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.") mereka tidak beriman kepada Alquran yang di dalamnya disebutkan tentang adanya hari berbangkit, hari hisab amal perbuatan dan hari pembalasan.

Dengan keluarnya binatang melata ini, maka terhentilah fungsi Amar Makruf dan Nahi Mungkar dan orang kafir yang beriman pada saat itu tidak dianggap lagi keimanannya,

sebagaimana yang telah diwahyukan oleh Allah swt. kepada Nabi Nuh melalui firman-Nya, "Bahwasanya sekali-kali, tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang-orang yang telah beriman saja." (Q.S. 11 Hud, 36).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 82 |

Binatang ini kelak akan muncul di akhir zaman di saat manusia telah rusak dan mereka meninggalkan perintah-perintah Allah serta mengubah agama yang hak. Allah mengeluarkan bagi mereka binatang melata dari bumi,

yang menurut suatu pendapat menyebutkan dari Mekah, sedangkan pendapat yang lain menyatakan bukan dari Mekah, seperti yang akan dirincikan keterangannya, dan hewan itu berbicara mengenai hal itu kepada manusia.

Ibnu Abbas, Al-Hasan, dan Qatadah telah meriwayatkan dari Ali r.a., bahwa binatang itu dapat berbicara dan berucap kepada mereka dengan sebenar-benarnya. Ata Al-Khurrasani mengatakan bahwa binatang itu berbicara kepada manusia

seraya mengatakan, "Sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami." Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ali dan dipilih oleh Ibnu Jarir, tetapi pendapat ini jelas perlu dipertimbangkan,

hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Ibnu Abbas dalam riwayat lain menyebutkan bahwa binatang itu melukai mereka. Dalam riwayat yang lainnya lagi dari Ibnu Abbas disebutkan pula bahwa binatang itu mengatakan,

"Janganlah kamu me­lakukan anu dan anu," Pendapat ini merupakan pendapat yang baik, tidak ada pertentangan di antaranya, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Banyak hadis dan asar yang menyebutkan tentang munculnya

binatang ini. Berikut ini akan kami ketengahkan sebagian darinya yang mudah diketengahkan, dan hanya kepada Allah-lah kami memohon pertolongan.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ فُرَات، عَنْ أَبِي الطُّفَيْلِ، عَنْ حُذَيفة بْنِ أَسِيدٍ الْغِفَارِيِّ قَالَ: أَشْرَفَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ غُرْفَةٍ وَنَحْنُ نَتَذَاكَرُ أَمْرَ السَّاعَةَ فَقَالَ: لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَرَوا عَشْرَ آيَاتٍ: طُلُوعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَالدُّخَانُ، والدابة، وخروج يأجوج ومأجوج، وخروج عيسى بن مَرْيَمَ، وَالدَّجَّالُ، وَثَلَاثَةُ خُسُوفٍ: خَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ، وَخَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ، وَخَسْفٌ بِجَزِيرَةِ الْعَرَبِ، وَنَارٌ تَخْرُجُ مِنْ قَعر عَدَنٍ تَسُوقُ -أَوْ: تَحْشُرُ -النَّاسَ، تَبِيتُ مَعَهُمْ حَيْثُ بَاتُوا، وَتَقِيلُ مَعَهُمْ حَيْثُ قَالُوا"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Furat, dari Abut Tufail, dari Huzaifah ibnu Usaid Al-Gifari yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. muncul dari kamarnya menemui kami ketika kami

sedang memperbincangkan perihal hari kiamat, lalu beliau Saw. bersabda: Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum kalian melihat sepuluh pertandanya, yaitu terbitnya matahari dari arah barat, munculnya asap (di langit),

munculnya binatang (dari bumi), keluarnya Ya-juj dan Ma-juj, munculnya Isa ibnu Maryam as., munculnya Dajjal, dan tiga gerhana (yaitu gerhana di belahan barat, gerhana di belahan timur, dan gerhana di Jazirah Arabia)

serta munculnya api dari pedalaman negeri 'Adn yang menggiring atau menghimpunkan semua manusia; api itu ikut menginap di mana mereka menginap, dan ikut istirahat di siang hari di mana mereka istirahat di siang hari.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dan para pemilik kitab sunan melalui berbagai jalur dari Furat Al-Qazzaz, dari Abut Tufail alias Amir ibnu Wasilah, dari Huzaifah secara marfu. Imam Turmuzi mengatakan

bahwa hadis ini hasan sahih. Imam Muslim telah me­riwayatkannya pula melalui hadis Abdul Aziz ibnu Rafi', dari Abut Tufail, dari Huzaifah secara mauquf, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Jalur lain, Abu Daud At-Tayalisi

telah meriwayatkan dari Talhah ibnu Amr dan Jarir Ibnu Hazim. Talhah mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Ubaidillah ibnu Umair Al-Laisi, bahwa Abut Tufail pernah menceritakan hadis berikut

dari Huzaifah ibnu Usaid Al-Gifari alias Abu Sarihah. Sedangkan Jarir mengatakan bahwa ia meriwayatkannya dari Abdullah ibnu Ubaid, dari seorang lelaki dari kalangan keluarga Abdullah ibnu Mas'ud.

Hadis Talhah lebih sempurna dan lebih baik. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. menceritakan perihal binatang itu. Beliau bersabda,


"لَهَا ثَلَاثُ خَرْجَاتٍ مِنَ الدَّهْرِ، فَتَخْرُجُ خَرجة مِنْ أَقْصَى الْبَادِيَةِ، وَلَا يَدْخُلُ ذِكْرُهَا الْقَرْيَةَ -يَعْنِي: مَكَّةَ -ثُمَّ تَكْمُنُ زَمَانًا طَوِيلًا ثُمَّ تَخْرُجُ خَرْجة أُخْرَى دُونَ تِلْكَ، فَيَعْلُو ذِكْرُهَا فِي أَهْلِ الْبَادِيَةِ، وَيَدْخُلُ ذِكْرُهَا الْقَرْيَةَ" يَعْنِي: مَكَّةَ. -قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "ثُمَّ بَيْنَمَا النَّاسُ فِي أَعْظَمِ الْمَسَاجِدِ عَلَى اللَّهِ حُرْمَةً وَأَكْرَمِهَا: الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ، لَمْ يَرُعْهم إِلَّا وَهِيَ تَرْغو بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْمَقَامِ، تَنْفُضُ عَنْ رَأْسِهَا التُّرَابَ. فَارْفَضَّ النَّاسُ عَنْهَا شتَّى وَمَعًا، وَبَقِيَتْ عِصَابَةٌ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ، وَعَرَفُوا أَنَّهُمْ لَمْ يُعْجِزُوا اللَّهَ، فَبَدَأَتْ بِهِمْ فجَلَت وُجُوهَهُمْ حَتَّى جَعَلَتْهَا كَأَنَّهَا الْكَوْكَبُ الدُّرِّيُّ، وَوَلَّتْ فِي الْأَرْضِ لَا يُدْرِكُهَا طَالِبٌ، وَلَا يَنْجُو مِنْهَا هَارِبٌ، حَتَّى إِنَّ الرَّجُلَ لِيَتَعَوَّذُ مِنْهَا بِالصَّلَاةِ، فَتَأْتِيهِ مِنْ خَلْفِهِ فَتَقُولُ: يَا فُلَانُ، الآن تصلي؟ فَيُقْبِلُ عَلَيْهَا فَتَسِمُهُ فِي وَجْهِهِ، ثُمَّ تَنْطَلِقُ وَيَشْتَرِكُ النَّاسُ فِي الْأَمْوَالِ، وَيَصْطَحِبُونَ فِي الْأَمْصَارِ، يُعْرَفُ الْمُؤْمِنُ مِنَ الْكَافِرِ، حَتَّى إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيَقُولُ: يَا كَافِرُ، اقْضِنِي حَقِّي. وَحَتَّى إِنَّ الْكَافِرَ لَيَقُولُ: يَا مُؤْمِنُ، اقْضِنِي حَقِّي"


"Binatang itu muncul tiga kali. Pertama kali muncul ialah di daerah pedalaman, dan kisah kemunculannya tidak sampai kepada penduduk kota (yakni Mekah). Lalu ia bersembunyi dalam masa yang cukup lama. Kemudian ia muncul lagi di lain waktu

di daerah yang tidak terlalu dalam sehingga beritanya tersiar di kalangan semua penduduk daerah pedalaman dan sampai pula kepada penduduk kota, yakni Mekah." Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: Ketika manusia sedang berada di masjid

yang paling besar kesuciannya dan paling dimuliakan oleh Allah —yaitu Masjidil Haram— dalam keadaan tenang, tiba-tiba muncullah binatang itu di antara rukun (Yamani) dan Maqam Ibrahim seraya mengeluarkan suara lenguhan

dan mengibaskan kepalanya menepiskan debu yang ada di kepalanya. Maka orang-orang pun bubar meninggal­kannya menuju ke berbagai arah, sendiri-sendiri dan berbondong-bondong. Dan yang tinggal hanyalah segolongan kaum mukmin,

mereka merasa yakin bahwa diri mereka tidak berdaya terhadap kekuasaan Allah. Maka binatang itu mulai mengecap mereka sehingga bersinarlah wajah mereka, dan menjadikan wajah mereka seakan-akan bintang yang bercahaya.

Lalu hewan itu pergi mengembara ke seantero dunia, tiada seorang pun yang dapat mengejarnya dan tiada seorang pun yang melarikan diri selamat darinya. Sehingga ada seseorang yang melindungi dirinya dari (kejaran) binatang itu

dengan (berpura-pura) salat. Lalu binatang itu datang dari arah belakang dan berkata, "Hai Fulan, sekarang engkau baru mau salat.” Maka lelaki itu menghadap ke arahnya, dan dia mengecapnya di wajahnya (dengan cap kafir),

lalu ia pergi sedangkan lelaki itu kembali bergaul dengan orang-orang banyak bermuamalah dengan mereka dalam harta. Dan orang-orang di tempat-tempat yang ramai di kota-kota dapat dibedakan antara orang mukmin dan orang kafirnya

(karena semuanya telah dicap pada wajahnya oleh binatang tersebut). Sehingga seorang mukmin berkata, "Hai orang kafir, bayarlah hakku.” Begitu pula orang kafir mengatakan, "Hai orang mukmin, bayarlah hakku.”

Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui dua jalur dari Huzaifah ibnu Usaid secara mauquf, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Ibnu Jarir meriwayatkannya pula melalui Huzaifah ibnul Yaman secara marfu'.

Disebutkan bahwa peristiwa tersebut terjadi di masa Isa putra Maryam, yang saat itu sedang tawaf di Baitullah. Akan tetapi, sanad hadis ini tidak sahih. Hadis lain. Imam Muslim ibnul Hajjaj mengatakan:


حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ، عَنْ أَبِي حَيَّان، عَنْ أَبِي زُرْعَة، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: حَفظْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِيثًا لَمْ أَنْسَهُ بَعْدُ: سمعتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "إِنْ أَوَّلَ الْآيَاتِ خُرُوجًا طُلُوعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَخُرُوجُ الدَّابَّةِ عَلَى النَّاسِ ضُحى، وَأَيَّتُهُمَا مَا كَانَتْ قَبْلَ صَاحِبَتِهَا، فَالْأُخْرَى عَلَى إِثْرِهَا قَرِيبًا"


telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bisyr, dari Abu Hayyan, dari Abu Zar'ah, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa ia hafal sebuah hadis yang ia terima

dari Rasulullah Saw. yang tidak pernah ia lupakan sesudahnya. Ia mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya mula-mula munculnya pertanda kiamat ialah terbitnya matahari dari arah barat (tempat tenggelamnya),

dan munculnya binatang melata di kalangan manusia di pagi hari; mana saja dari salah satunya yang muncul, maka yang lainnya akan mengikutinya dalam masa yang dekat. Hadis lain. Imam Muslim di dalam kitab sahihnya telah meriwayatkan:


مِنْ حَدِيثِ الْعَلَاءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَعْقُوبَ -مَوْلَى الحُرَقَة -عَنْ أَبِيهِ: عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ سِتًّا: طُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، أَوِ الدُّخَانَ، أَوِ الدَّجَّالَ، أَوِ الدَّابَّةَ، أَوْ خَاصَّةَ أَحَدِكُمْ، أَوْ أَمْرَ الْعَامَّةِ"


melalui Al-Ala ibnu Abdur Rahman ibnu Ya'qub maula Al-Hirqah, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Bersegeralah mengerjakan amal-amal (kebaikan-, sebelum munculnya)

enam perkara, yaitu terbitnya matahari dari tempat tenggelamnya, munculnya asap, Dajjal, binatang melata, dan perkara khusus seseorang dari kalian serta perkara umum. Imam Muslim meriwayatkannya secara tunggal, dan hadis ini mempunyai syahid yang menguatkannya:


مِنْ حَدِيثِ قَتَادَةَ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ زِيَادِ بْنِ رَبَاحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ سِتًّا: الدَّجَّالَ، وَالدُّخَانَ، وَدَابَّةَ الْأَرْضِ، وَطُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَأَمْرَ الْعَامَّةِ وخُويّصة أَحَدِكُمْ"


melalui riwayat Qatadah, dari Al-Hasan, dari Ziyad ibnu Abu Rabah, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Bersegeralah melakukan amal-amal (kebaikan sebelum munculnya) enam perkara, yaitu munculnya Dajjal,

asap, binatang melata bumi, terbitnya matahari dari tempat tenggelamnya, perkara umum, dan perkara khusus menyangkut pribadi kalian. Hadis lain. Ibnu Majah mengatakan:


حَدَّثَنَا حَرْمَلَة بْنُ يَحْيَى، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ وابن لَهِيعة، عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ، عَنْ سِنَان بْنِ سَعْدٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ سِتًا: طُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَالدُّخَانَ، وَدَابَّةَ الْأَرْضِ، وَالدَّجَّالَ، وخُوَيّصة أَحَدِكُمْ، وَأَمْرَ الْعَامَّةِ"


telah menceritakan kepada kami Harmalah ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Amr ibnul Haris dan Ibnu Lahi'ah, dari Yazid ibnu Abu Habib, dari Sinan ibnu Sa'id, dari Anas ibnu Malik,

dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Bersegeralah mengerjakan amal-amal (kebaikan sebelum datang) enam perkara, yaitu terbitnya matahari dari tempat tenggelamnya, munculnya asap, binatang melata, Dajjal,

dan perkara khusus seseorang dari kalian serta perkara umum. Ibnu Majah meriwayatkannya secara tunggal. Hadis lain. Abu Daud At-Tayalisi mengatakan:


حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ أَوْسِ بْنِ خَالِدٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "تَخْرُجُ دَابَّةُ الْأَرْضِ، وَمَعَهَا عَصَا مُوسَى وَخَاتَمُ سُلَيْمَانَ، عَلَيْهِمَا السَّلَامُ، فَتَخْطِمُ أَنْفَ الْكَافِرِ بِالْعَصَا، وتُجلي وجه المؤمن بِالْخَاتَمِ، حَتَّى يَجْتَمِعَ النَّاسُ عَلَى الْخُوَانِ يُعْرَفُ الْمُؤْمِنُ مِنَ الْكَافِرِ".


telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Ali ibnu Zaid, dari Uwais ibnu Khalid, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Kelak akan muncul hewan melata bumi yang membawa

tongkat Musa dan cincin Sulaiman a.s. Lalu ia mencocok hidung orang kafir dengan tongkat, dan mencerahkan wajah orang mukmin dengan cincinnya sehingga manusia berkumpul di suatu perjamuan, sedangkan orang mukmin dan orang kafir

dapat dibedakan. Imam Ahmad meriwayatkannya dari Bahz, Affan, dan Yazid ibnu Harun. Ketiga-tiganya menerima hadis ini dari Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama. Dan disebutkan:


"فَتَخْطِمُ أَنْفَ الْكَافِرِ بِالْخَاتَمِ، وَتَجْلُو وَجْهَ الْمُؤْمِنِ بِالْعَصَا، حَتَّى إِنَّ أَهْلَ الْخُوَانِ الْوَاحِدِ لَيَجْتَمِعُونَ فَيَقُولُ هَذَا: يَا مُؤْمِنُ، وَيَقُولُ هَذَا: يَا كَافِرُ".


Maka hidung orang kafir dicocok dengan cincin dan wajah orang mukmin dibuat bersinar dengan tongkat, sehingga para peserta suatu jamuan berkumpul dan seseorang (dari mereka) berkata, "Hai orang mukmin, " dan yang lainnya berkata,

"Hai orang kafir.” Ibnu Majah meriwayatkannya dari Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Yunus ibnu Muhammad Al-Muaddib, dari Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama. Hadis lain. Ibnu Majah mengatakan:


حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو، حَدَّثَنَا أَبُو تُمَيْلة، حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ عُبَيْد، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيدة، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: ذَهَبَ بِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى مَوْضِعٍ بِالْبَادِيَةِ، قَرِيبٍ مِنْ مَكَّةَ، فَإِذَا أَرْضٌ يَابِسَةٌ حَوْلَهَا رَمْلٌ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "تَخْرُجُ الدَّابَّةُ مِنْ هَذَا الْمَوْضِعِ. فَإِذَا فِتْر فِي شِبْرٍ".


telah menceritakan kepada kami Abu Gassan Muhammad ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Abu Tamilah, telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Buraidah,

dari ayahnya yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah membawanya pergi ke suatu tempat di pedalaman yang dekat dengan Mekah. Ketika sampai di suatu tanah kering yang dikelilingi oleh pasir, maka Rasulullah Saw. bersabda:

Hewan itu akan muncul dari tempat ini. Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah, bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan, "Hewan melata itu berbulu, berkaki empat,

muncul dari salah satu Lembah Tihamah." Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Raja, telah menceritakan kepada kami Fudail ibnu Marzuq,

dari Atiyah yang telah mengatakan bahwa Abdullah pernah mengatakan, "Binatang melata itu akan muncul dari tanah retak yang ada di Bukit Safa, selama tiga hari sepertiganya belum keluar; hewan itu larinya kencang seperti kuda balap."

Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Aban ibnu Saleh yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Amr pernah ditanya tentang binatang melata tersebut. Maka ia menjawab, "Binatang melata itu keluar dari bawah batu besar

yang terdapat di Jiyad. Demi Allah, seandainya aku ada bersama mereka (di masanya) atau kalau aku mampu berbuat dengan tongkatku ini, tentulah aku akan membantu mengangkat batu besar yang muncul hewan tersebut dari bawahnya.

" Ketika ditanyakan, "Lalu apa yang dilakukan oleh hewan melata itu, hai Abdullah ibnu Amr?” Ia menjawab, "Hewan melata itu menghadap ke arah timur, lalu mengeluarkan teriakannya yang dapat menembus semua kawasan timur,

dan ia menghadap ke arah Syam, lalu mengeluarkan teriakan yang terdengar sampai ke negeri Syam, lalu menghadap ke arah barat dan mengeluarkan suara teriakannya hingga terdengar sampai ke barat, lalu menghadap ke arah negeri Yaman

dan mengeluarkan suara teriakannya hingga terdengar sampai ke Yaman. Kemudian di petang hari ia pergi dari Mekah, dan pada keesokan harinya telah berada di Asfan." Ketika ditanyakan lagi, "Lalu apa yang dilakukannya?"

Abdullah ibnu Amr menjawab, "Saya tidak tahu." Abdullah ibnu Umar menurut riwayat yang bersumber darinya menyebutkan bahwa binatang melata itu muncul di malam Juma' (berkumpulnya orang haji di Mina). Ini diriwayatkan

oleh Ibnu Abu Hatim, tetapi di dalam sanadnya terdapat Ibnul Bailamani. Wahb ibnu Munabbih telah menceritakan sabda Nabi Uzair a.s. yang mengatakan bahwa kelak akan muncul dari kota Sodom binatang melata yang dapat berbicara

dengan manusia; semua orang mendengar suaranya. Wanita-wanita yang sedang mengandung melahirkan kandungannya sebelum sempurna masa kandungannya, air yang tadinya tawar berubah menjadi asin, orang-orang yang tadinya

bersahabat saat itu menjadi saling bermusuhan, kitab-kitab yang bermanfaat dibakar dan ilmu diangkat (dilenyapkan), dan di masa itu manusia mengharapkan apa yang tidak dapat mereka capai, bersusah payah untuk meraih

apa yang tidak mereka jangkau, dan bekerja untuk mencari apa yang tidak mereka makan. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim, dari Wahb ibnu Munabbih. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku,

telah menceritakan kepada kami Abu Saleh juru tulis Al-Lais, talah menceritakan kepadaku Mu'awiyah Ibnu Saleh, dari Abu Maryam; ia pernah mendengar Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa sesungguhnya binatang melata itu mempunyai bulu

yang beraneka ragam, semua warna ada pada bulunya, dan jarak antara satu ujung tanduk ke ujung tanduk lainnya sama dengan jarak satu farsakh (saking besarnya). Ibnu Abbas mengatakan bahwa binatang melata tersebut bentuknya

seperti tombak yang sangat besar. Amirul Mu-minin Ali ibnu Abu Talib r.a. telah mengatakan bahwa sesungguhnya hewan melata itu mempunyai bulu dan rambut serta mem­punyai teracak, tetapi tidak berekor dan mempunyai jenggot.

Sesungguh­nya hewan ini saking besarnya selama tiga hari sepertiga dari tubuhnya masih belum muncul (dari bumi). Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Ibnuz Zubair yang menggambarkan

tentang binatang melata tersebut. Ia mengatakan bahwa kepala binatang itu seperti banteng, matanya seperti babi, telinganya seperti gajah, tanduknya seperti kijang jantan, lehernya seperti burung unta (panjang),

dadanya seperti dada singa, tetapi warnanya adalah warna macan tutul, pinggangnya mirip dengan pinggang kucing hutan, ekornya seperti ekor biri-biri, dan kaki-kakinya seperti kaki unta; di antara dua tulang ruasnya,

panjangnya adalah dua belas hasta. Ia membawa tongkat Nabi Musa dan cincin Nabi Sulaiman; maka tidak dibiarkannya seorang mukmin melainkan diberi tanda pada wajahnya dengan tongkat Nabi Musa, capnya putih, lalu cap itu menyebar

ke seluruh wajahnya sehingga wajahnya menjadi putih bersinar. Dan tidak dibiarkannya seorang kafir pun melainkan ia cap dengan cap hitam dari cincin Nabi Sulaiman, lalu warna hitam itu menyebar ke seluruh wajahnya hingga wajahnya

menjadi hitam. Sehingga orang-orang melakukan transaksi jual beli di pasar-pasar, lalu mereka mengatakan, "Berapakah ini, hai orang mukmin; dan berapakah ini hai orang kafir?" Sehingga suatu keluarga duduk di perjamuan mereka,

sedangkan mereka mengetahui siapa yang beriman di antara mereka dan siapa yang kafir (karena semua ada tanda capnya). Kemudian binatang melata itu berkata kepada mereka, "Hai Fulan,

bergembiralah, engkau termasuk ahli surga; dan hai Fulan, engkau termasuk penghuni neraka." Yang demikian itu disebutkan oleh firman Allah Swt:


{وَإِذَا وَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ أَخْرَجْنَا لَهُمْ دَابَّةً مِنَ الأرْضِ تُكَلِّمُهُمْ أَنَّ النَّاسَ كَانُوا بِآيَاتِنَا لَا يُوقِنُونَ}


Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami. (An-Naml: 82)

Surat An-Naml |27:83|

وَيَوْمَ نَحْشُرُ مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ فَوْجًا مِمَّنْ يُكَذِّبُ بِآيَاتِنَا فَهُمْ يُوزَعُونَ

wa yauma naḥsyuru ming kulli ummatin faujam mim may yukażżibu bi`aayaatinaa fa hum yuuza'uun

Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami mengumpulkan dari setiap umat, segolongan orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, lalu mereka dibagi-bagi (dalam kelompok-kelompok).

And [warn of] the Day when We will gather from every nation a company of those who deny Our signs, and they will be [driven] in rows

Tafsir
Jalalain

(Dan) ingatlah (hari ketika Kami kumpulkan dari tiap-tiap umat segolongan) yakni sekumpulan (orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami) mereka adalah pemimpin-pemimpin

yang menjadi panutannya (lalu mereka dibagi-bagi) dikumpulkan dalam kelompok-kelompok kemudian mereka digiring.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 83 |

Tafsir ayat 83-86

Allah Swt. berfirman menceritakan perihal hari kiamat, yaitu saat orang-orang zalim dari kalangan mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah dan rasul-rasul-Nya dihimpunkan di hadapan Allah Swt. Karena Allah akan meminta

pertanggungjawaban mereka terhadap apa yang telah mereka kerjakan selama di dunia, sebagai kecaman, penghinaan, dan menganggap mereka kecil lagi diremehkan. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{وَيَوْمَ نَحْشُرُ مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ فَوْجًا}


Dan (ingatlah) hari (ketika) Kami kumpulkan dari tiap-tiap umat segolongan. (An-Naml: 83) Yakni dari tiap-tiap umat dan generasi segolongan manusia, yaitu:


{مِمَّنْ يُكَذِّبُ بِآيَاتِنَا}


orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. (An-Naml: 83) Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ}


(kepada malaikat diperintahkan), "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka." (As-Saffat: 22) Dan firman Allah Swt.:


{وَإِذَا النُّفُوسُ زُوِّجَتْ}


dan apabila roh-roh dipertemukan (dengan tubuh). (At-Takwir: 7) Adapun firman Allah Swt.:


{فَهُمْ يُوزَعُونَ}


lalu mereka dibagi-bagi (dalam kelompok-kelompok). (An-Naml: 83) Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah "mereka didorong" Sedangkan menurut Qatadah, mereka dibagi-bagi menjadi kelompok-kelompok,

lalu dari yang pertama sampai yang terakhir didatangkan. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa mereka digiring.


{حَتَّى إِذَا جَاءُوا}


Hingga apabila mereka datang. (An-Naml: 84) dan diberhentikan di hadapan Allah Swt. di tempat penghisaban.


{قَالَ أَكَذَّبْتُمْ بِآيَاتِي وَلَمْ تُحِيطُوا بِهَا عِلْمًا أَمْ مَاذَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}


Allah berfirman, "Apakah kalian telah mendustakan ayat-ayat-Ku, padahal ilmu kalian tidak meliputinya, atau apakah yang telah kalian kerjakan?" (An-Naml: 84) Maka mereka ditanyai mengenai akidah mereka dan amal perbuatan mereka,

dan sudah barang tentu mereka bukanlah termasuk golongan orang-orang yang beruntung. Keadaan mereka adalah seperti digambarkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{فَلا صَدَّقَ وَلا صَلَّى. وَلَكِنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى}


Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan Al-Qur'an) dan tidak mau mengerjakan salat, tetapi ia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran). (Al-Qiyamah: 31-32) Maka pada saat itulah mereka dihujat dan mereka tidak mempunyai alasan yang bisa diajukan. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{هَذَا يَوْمُ لَا يَنْطِقُونَ وَلا يُؤْذَنُ لَهُمْ فَيَعْتَذِرُون}


Ini adalah hari yang mereka tidak dapat berbicara (pada hari itu), dan tidak diizinkan kepada mereka minta uzur sehingga mereka (dapat) minta uzur. (Al-Mursalat: 35-36) Hal yang sama disebutkan dalam surat ini melalui firman-Nya:


{وَوَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ بِمَا ظَلَمُوا فَهُمْ لَا يَنْطِقُونَ}


Dan jatuhlah perkataan (azab) atas mereka disebabkan kezaliman mereka, maka mereka tidak dapat berkata (apa-apa). (An-Naml: 85) Yakni mereka didustakan (dibungkam) dan tidak dapat menjawab, sebab selama di dunia mereka

adalah orang-orang yang berbuat aniaya terhadap diri mereka sendiri'. Dan sekarang mereka telah sampai di hadapan Tuhan Yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya.

Kemudian Allah Swt. mengingatkan (manusia) akan kekuasaan-Nya yang sempurna, pengaruh-Nya yang besar, dan kedudukan-Nya Yang Mahatinggi, yang sudah seharusnya bagi mereka taat kepada-Nya dan tunduk

kepada perintah-perintah-Nya serta membenarkan perkara hak yang disampaikan oleh nabi-nabi-Nya tanpa bisa ditentang. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{أَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا اللَّيْلَ لِيَسْكُنُوا فِيهِ}


Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan malam supaya mereka beristirahat padanya. (An-Naml: 86) Yaitu di malam yang gelap, agar mereka dapat beristirahat dan jiwa mereka menjadi tenang serta tubuh mereka diam untuk istirahat dari kelelahan dan kepayahannya selama siang harinya.


{وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا}


dan siang yang menerangi. (An-Naml: 86) Yakni terang benderang untuk memudahkan mereka bekerja dan mencari upaya penghidupan, juga bepergian, berniaga, dan lain sebagainya yang menjadi urusan keperluan mereka.


{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ}


Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. (An-Naml: 86)

Surat An-Naml |27:84|

حَتَّىٰ إِذَا جَاءُوا قَالَ أَكَذَّبْتُمْ بِآيَاتِي وَلَمْ تُحِيطُوا بِهَا عِلْمًا أَمَّاذَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

ḥattaaa iżaa jaaa`uu qoola a każżabtum bi`aayaatii wa lam tuḥiithuu bihaa 'ilman ammaażaa kuntum ta'maluun

Hingga apabila mereka datang, Dia (Allah) berfirman, "Mengapa kamu telah mendustakan ayat-ayat-Ku, padahal kamu tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, atau apakah yang telah kamu kerjakan?"

Until, when they arrive [at the place of Judgement], He will say, "Did you deny My signs while you encompassed them not in knowledge, or what [was it that] you were doing?"

Tafsir
Jalalain

(Sehingga apabila mereka datang) di tempat perhitungan amal perbuatan (Allah berfirman) kepada mereka, ("Apakah kalian telah mendustakan) nabi-nabi-Ku yang membawa

(ayat-ayat-Ku, padahal tidak sampai ke sana) disebabkan kalian tidak mempercayainya (ilmu kalian, atau apakah) pada lafal Amma ini terdapat Ma Istifham yang diidgamkan kepada Am (yang)

Dza di sini merupakan Isim Maushul, artinya apakah yang (telah kalian kerjakan") dari apa yang telah diperintahkan kepada kalian untuk melakukannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 84 |

Penjelasan ada di ayat 83

Surat An-Naml |27:85|

وَوَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ بِمَا ظَلَمُوا فَهُمْ لَا يَنْطِقُونَ

wa waqo'al-qoulu 'alaihim bimaa zholamuu fa hum laa yanthiquun

Dan berlakulah perkataan (janji azab) atas mereka karena kezaliman mereka, maka mereka tidak dapat berkata.

And the decree will befall them for the wrong they did, and they will not [be able to] speak.

Tafsir
Jalalain

(Dan jatuhlah perkataan) yakni telah pasti azab (atas mereka disebabkan kelaliman mereka) disebabkan kemusyrikan mereka (maka mereka tidak dapat berkata apa-apa) karena mereka tidak mempunyai argumentasi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 85 |

Penjelasan ada di ayat 83

Surat An-Naml |27:86|

أَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا اللَّيْلَ لِيَسْكُنُوا فِيهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

a lam yarou annaa ja'alnal-laila liyaskunuu fiihi wan-nahaaro mubshiroo, inna fii żaalika la`aayaatil liqoumiy yu`minuun

Apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Kami telah menjadikan malam agar mereka beristirahat padanya dan (menjadikan) siang yang menerangi? Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang beriman.

Do they not see that We made the night that they may rest therein and the day giving sight? Indeed in that are signs for a people who believe.

Tafsir
Jalalain

(Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan) maksudnya telah menciptakan (malam supaya mereka beristirahat padanya)

sama dengan orang-orang lain (dan siang yang menerangi) supaya mereka dapat berusaha padanya. (Sesuugguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda) yang menunjukkan kekuasaan Allah swt.

(bagi orang-orang yang beriman) di sini hanya disebutkan mereka yang beriman, karena hanya mereka sajalah yang dapat mengambil manfaat dari hal ini untuk mempertebal keimanan mereka, berbeda halnya dengan orang-orang kafir.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 86 |

Penjelasan ada di ayat 83

Surat An-Naml |27:87|

وَيَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَفَزِعَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ۚ وَكُلٌّ أَتَوْهُ دَاخِرِينَ

wa yauma yunfakhu fish-shuuri fa fazi'a man fis-samaawaati wa man fil-ardhi illaa man syaaa`alloh, wa kullun atauhu daakhiriin

Dan (ingatlah) pada hari (ketika) sangkakala ditiup, maka terkejutlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri.

And [warn of] the Day the Horn will be blown, and whoever is in the heavens and whoever is on the earth will be terrified except whom Allah wills. And all will come to Him humbled.

Tafsir
Jalalain

(Dan hari ketika ditiup sangkakala) tiupan sangkakala malaikat Israfil yang pertama (maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi) mereka ketakutan,

sehingga ketakutan itu mematikan mereka, sebagaimana yang diungkapkan oleh ayat lainnya, yaitu dengan ungkapan Sha'iqa, yakni terkejut yang mematikan.

Dan ungkapan dalam ayat ini dipakai Fi'il Madhi untuk menggambarkan kepastian terjadinya hal ini (kecuali siapa yang dikehendaki Allah) yaitu malaikat Jibril, malaikat Mikail, malaikat Israfil dan malaikat Maut.

Tetapi menurut suatu riwayat yang bersumber dari sahabat Ibnu Abbas disebutkan, bahwa mereka yang tidak terkejut adalah para Syuhada, karena mereka hidup di sisi Rabb mereka dengan diberi rezeki.

(Dan semua mereka) lafal Kullun ini harakat Tanwinnya merupakan pergantian daripada Mudhaf Ilaih, artinya mereka semua sesudah dihidupkan kembali di hari kiamat (datang menghadap kepada-Nya)

dapat dibaca Atauhu dan Atuhu (dengan merendahkan diri) artinya merasa rendah diri. Dan ungkapan lafal Atauhu dengan memakai Fi'il Madhi untuk menunjukkan, bahwa hal itu pasti terjadi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 87 |

Tafsir ayat 87-90

Allah Swt. menceritakan tentang dahsyatnya hari sangkakala ditiup pada tiupan yang pertama, yaitu tiupan yang membuat semua makhluk terkejut karena kedahsyatannya. Di dalam hadis disebutkan bahwa sur adalah sangkakala yang ditiup.

Di dalam hadis sangkakala ini disebutkan bahwa Malaikat Israfil-lah yang melakukan tiupan padanya atas perintah dari Allah Swt. Tiupan yang pertama, yaitu tiupan yang mematikan semua makhluk, dilakukan sangat lama.

Hal ini terjadi di saat usia dunia habis, yaitu pada hari kiamat terjadi yang hanya menimpa orang-orang yang jahat saja yang ada saat itu, maka terkejutlah (matilah) semua makhluk yang ada di langit dan yang ada di bumi.


{إِلا مَنْ شَاءَ اللَّهُ}


kecuali siapa yang dikehendaki Allah. (An-Naml: 87) Mereka adalah para syuhada, karena sesungguhnya mereka hidup di sisi Tuhannya dengan diberi rezeki.


قَالَ الْإِمَامُ مُسْلِمُ بْنُ الْحَجَّاجِ: حَدَّثَنَا عُبَيد اللَّهِ بْنِ مُعاذ الْعَنْبَرِيُّ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ سَالِمٍ: سَمِعْتُ يَعْقُوبَ بْنَ عَاصِمِ بْنِ عُرْوَة بْنِ مَسْعُودٍ الثَّقَفِيَّ، سَمِعْتُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، وَجَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ: مَا هَذَا الْحَدِيثُ الَّذِي تَحدث إِنَّ السَّاعَةَ تَقُومُ إِلَى كَذَا وَكَذَا؟ فَقَالَ: سُبْحَانَ اللَّهِ -أَوْ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ -أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهُمَا -لَقَدْ هَمَمْتُ أَلَّا أُحَدِّثَ أَحَدًا شَيْئًا أَبَدًا، إِنَّمَا قُلْتُ: إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ بَعْدَ قَلِيلٍ أَمْرًا عَظِيمًا يُخَرِّبُ الْبَيْتُ، وَيَكُونُ وَيَكُونُ. ثُمَّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَخْرُجُ الدَّجَّالُ فِي أُمَّتِي فَيَمْكُثُ أَرْبَعِينَ -[لَا أَدْرِي أَرْبَعِينَ] يَوْمًا، أَوْ أَرْبَعِينَ شَهْرًا، أَوْ أَرْبَعِينَ عَامًا -فَيَبْعَثُ الله عيسى بن مَرْيَمَ كَأَنَّهُ عُرْوَةُ بْنُ مَسْعُودٍ، فَيَطْلُبُهُ فَيُهْلِكُهُ. ثُمَّ يَمْكُثُ النَّاسُ سَبْعَ سِنِينَ، لَيْسَ بَيْنَ اثْنَيْنِ عَدَاوَةٌ، ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّهُ رِيحًا بَارِدَةً مِنْ قِبَلِ الشَّامِ، فَلَا يَبْقَى عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ أَحَدٌ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ أَوْ إِيمَانٍ إِلَّا قَبَضَتْهُ، حَتَّى لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ دَخَلَ فِي كَبَدِ جَبَلٍ لدخَلَتْه عَلَيْهِ حَتَّى تَقْبِضَهُ". قَالَ: سَمِعْتُهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: "فَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ فِي خِفَّةِ الطَّيْرِ وَأَحْلَامِ السِّبَاعِ، لَا يَعْرِفُونَ مَعْرُوفًا وَلَا يُنْكِرُونَ مُنْكَرًا، فَيَتَمَثَّلُ لَهُمُ الشَّيْطَانُ فَيَقُولُ: أَلَا تَسْتَجِيبُونَ؟ فَيَقُولُونَ: فَمَا تَأْمُرُنَا؟ فَيَأْمُرُهُمْ بِعِبَادَةِ الْأَوْثَانِ، وَهُمْ فِي ذَلِكَ دَارٌّ رِزْقُهُمْ، حسنٌ عَيْشُهُمْ. ثُمَّ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَلَا يَسْمَعُهُ أَحَدٌ إِلَّا أَصْغَى لِيتًا [وَرَفَعَ لِيتًا]. قَالَ: "وَأَوَّلُ مَنْ يَسْمَعُهُ رَجُلٌ يَلُوط حَوْضَ إِبِلِهِ". قَالَ: "فَيَصْعَقُ ويَصعقُ النَّاسُ، ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّهُ -أَوْ قَالَ: يُنْزِلُ اللَّهُ مَطَرًا كَأَنَّهُ الطَّل -أَوْ قَالَ: الظِّلُّ -نُعْمَانُ الشَّاكُّ -فَتَنْبُتُ مِنْهُ أَجْسَادُ النَّاسِ، ثُمَّ ينفَخُ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ. ثُمَّ يُقَالُ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ، هَلُمُّوا إِلَى رَبِّكُمْ، وَقِفُوهُمْ إِنَّهُمْ مسؤولون. ثُمَّ يُقَالُ: أَخْرِجُوا بَعْثَ النَّارِ. فَيُقَالُ: مِنْ كَمْ؟ فَيُقَالُ: مِنْ كُلِّ أَلْفٍ تِسْعَمِائَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ". قَالَ: "فَذَلِكَ يَوْمٌ يَجْعَلُ الْوِلْدَانَ شَيْبًا، وَذَلِكَ يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ"


Imam Muslim ibnul Hajjaj mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Mu'az Al-Anbari, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari An-Nu'man ibnu Salim; ia pernah mendengar

Ya'qub ibnu Asim ibnu Urwah ibnu Mas'ud As-Saqafi mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr saat didatangi oleh seorang lelaki yang bertanya kepadanya, "Apakah ada hadis yang menyebutkan bahwa

hari kiamat itu terjadinya sampai anu dan anu?" Ibnu Amr menjawab dengan mengucapkan kalimat Subhanallah (Mahasuci Allah) atau La Ilaha Illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah) atau kalimat yang semisal dengan keduanya.

Selanjutnya ia mengatakan, sesungguhnya ia hampir saja tidak akan menceritakan kepada seorang pun sesuatu hal yang mengenainya selamanya. Sesungguhnya yang pernah kukatakan ialah kelak kalian akan menyaksikan suatu peristiwa

yang besar yang merusak Baitullah dalam waktu yang tidak lama. Lalu disebutkan bahwa akan terjadi anu dan anu. Kemudian ia melanjutkan kisahnya, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Kelak akan muncul Dajjal di kalangan umatku

dan tinggal selama empat puluh —perawi mengatakan bahwa ia tidak mengetahui apakah yang dimaksud adalah empat puluh hari atau bulan atau tahun—. Lalu Allah mengirimkan Isa ibnu Maryam yang rupanya seperti Urwah ibnu Mas'ud.

Maka Isa mengejar Dajjal dan membiasakannya. Kemudian manusia tinggal selama tujuh tahun tanpa ada persengketaan pun di antara dua orang. Setelah itu Allah mengirimkan angin sejuk dari arah negeri Syam, maka tiada seorang pun

di muka bumi ini yang di dalam hatinya masih terdapat kebaikan atau iman sebesar zarrah, melainkan angin itu mencabut 'nyawanya. Sehingga andaikata seseorang dari kalian (yang beriman) bersembunyi di dalam gunung,

niscaya angin itu memasukinya hingga mencabut nyawanya. Abdullah ibnu Amr melanjutkan, bahwa dia mendengarnya dari Rasulullah Saw: Maka yang tertinggal hanyalah orang-orang yang jahat saja (di muka bumi ini);

mereka sangat kurang akalnya dan mempunyai naluri hewan pemangsa; mereka tidak mengenal kebaikan dan tidak mengingkari perbuatan mungkar. Lalu muncullah setan kepada mereka seraya berkata "Maukah kalian taat kepadaku?"

Mereka bertanya, "Apakah yang akan engkau perintahkan kepada kami?" Setan memerintahkan kepada mereka menyembah berhala (mereka menurutinya), dan sekalipun demikian rezeki mereka berlimpah dan penghidupan mereka baik.

Kemudian ditiuplah sangkakala, maka tidak sekali-kali seseorang mendengarnya melainkan ia buka lebar-lebar telinganya mendengarkan­nya. Orang yang mula-mula mendengarnya ialah seorang lelaki yang sedang berada di dalam kolam

ternak untanya (membersihkannya). Lalu matilah ia, dan semua manusia pun mati. Sesudah itu Allah mengirimkan atau menurunkan hujan yang sangat deras seperti pekatnya naungan (awan). Maka tumbuhlah jasad-jasad karenanya (dari bumi).

Kemudian ditiup lagi sangkakala untuk kedua kalinya, maka dengan serta merta mereka bangkit dan menunggu. Lalu dikatakan, "Hai manusia, menghadaplah kalian kepada Tuhan kalian!" (Dikatakan kepada para malaikat),

"Berdirikanlah mereka, sesungguhnya mereka akan dimintai pertanggungjawabannya." Kemudian dikatakan, "Keluarkanlah orang-orang yang akan dikirim ke neraka!" Ditanyakan, "Berapakah jumlahnya?" Dijawab, "Dari tiap seribu orang

sebanyak sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang." Abdullah ibnu Amr mengatakan bahwa yang demikian itu terjadi di hari (yang pada hari itu) anak-anak menjadi beruban (karena kesusahan yang sangat di hari itu),

dan hari itu adalah hari disingkapkannya betis-betis. Yang dimaksud dengan kata اللِّيتُ ialah leher, maksudnya memiringkan lehernya untuk mendengarkannya dengan baik suara dari langit itu. Hal inilah yang dimaksud dengan tiupan

yang mengejutkan, lalu tiupan yang berikutnya adalah yang mematikan semua makhluk. Dan tiupan yang ketiga adalah tiupan yang membangkitkan semua makhluk untuk menghadap kepada Tuhan semesta alam.

Inilah yang dimaksud dengan hari berbangkit bagi semua makhluk dari kuburnya masing-masing. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{وَكُلٌّ أَتَوْهُ دَاخِرِينَ}


Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri. (An-Naml: 87) Yakni dalam keadaan rendah lagi tunduk, tiada seorang pun yang menentang perintah-Nya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{يَوْمَ يَدْعُوكُمْ فَتَسْتَجِيبُونَ بِحَمْدِهِ}


yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya. (Al-Isra: 52)


{ثُمَّ إِذَا دَعَاكُمْ دَعْوَةً مِنَ الأرْضِ إِذَا أَنْتُمْ تَخْرُجُونَ}


Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur). (Ar-Rum: 25) Di dalam hadis mengenai sangkakala disebutkan bahwa dalam tiupan yang ketiga Allah memerintahkan (para malaikat)

untuk meletakkan semua roh pada lubang-lubang sangkakala. Kemudian Malaikat Israfil melakukan tiupan padanya setelah semua jasad dan tubuh muncul dari kuburnya masing-masing dan dari tempat-tempatnya. Apabila tiupan dilakukan,

maka beterbanganlah roh-roh itu; roh orang-orang mukmin berkilauan mengeluarkan cahaya terang, sedangkan roh orang-orang kafir gelap (hitam). Lalu Allah Swt. berfirman, "Demi kebesaran dan Keagungan-Ku, sungguh setiap roh harus

kembali ke jasadnya masing-masing." Maka roh-roh itu datang kepada jasadnya masing-masing dan merasuk ke dalam tubuhnya sebagaimana racun yang menjalar di tubuh orang yang terkena patukan hewan beracun.

Kemudian mereka bangkit berdiri seraya menepiskan debu yang berasal dari kuburan mereka. Allah Swt. berfirman menggambarkan kejadian ini:


{يَوْمَ يَخْرُجُونَ مِنَ الأجْدَاثِ سِرَاعًا كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوفِضُونَ}


(yaitu) pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia). (Al-Ma'arij: 43) Adapun firman Allah Swt.:


{وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ}


Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (An-Naml: 88) Maksudnya, kamu lihat gunung-gunung itu seakan-akan tetap di tempatnya seperti semula,

padahal ia berjalan seperti jalannya awan, yakni bergerak meninggalkan tempat-tempatnya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{يَوْمَ تَمُورُ السَّمَاءُ مَوْرًا وَتَسِيرُ الْجِبَالُ سَيْرًا}


pada hari ketika langit benar-benar berguncang, dan gunung-gunung benar-benar berjalan. (At-Tur: 9-10)


{وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْجِبَالِ فَقُلْ يَنْسِفُهَا رَبِّي نَسْفًا فَيَذَرُهَا قَاعًا صَفْصَفًا لَا تَرَى فِيهَا عِوَجًا وَلا أَمْتًا}


Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah, "Tuhanku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya, maka Dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu datar sama sekali,

tidak ada sedikit pun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi-tinggi. (Taha: 105­-107) Dan firman Allah Swt.:


{وَيَوْمَ نُسَيِّرُ الْجِبَالَ وَتَرَى الأرْضَ بَارِزَةً}


Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar. (Al-Kahfi: 47) Adapun firman Allah Swt.:


{صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ}


(Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu. (An-Naml: 88) Artinya, Dia melakukannya dengan kekuasaan-Nya Yang Mahabesar. yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu. (An-Naml: 88)

Yaitu yang membuat semua ciptaan-Nya dengan serapi-rapinya dan membekalinya dengan kebijakan yang diperlukan oleh masing-masingnya.


{إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ}


sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (An-Naml: 88) Yakni Dia Maha Mengetahui semua yang diperbuat oleh hamba-hamba-Nya amal baik dan amal buruk mereka, dan kelak Dia akan memberikan balasan

amal perbuatan mereka itu dengan sempurna. Kemudian Allah Swt. menyebutkan perihal orang-orang yang berbahagia dan orang-orang yang celaka di hari kiamat itu. Maka Dia berfirman:


{مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ خَيْرٌ مِنْهَا}


Barang siapa yang membawa kebaikan, maka ia memperoleh (balasan) yang lebih baik daripadanya. (An-Naml: 89) Qatadah mengatakan bahwa dengan syarat ikhlas. Zainul Abidin mengatakan, yang dimaksud dengan kebaikan

ialah kalimah "Tidak ada Tuhan selain Allah." Allah Swt. telah menjelaskan pada ayat lain bahwa pahala suatu amal kebaikan itu adalah sepuluh kali lipatnya. Firman Allah Swt.:


{وَهُمْ مِنْ فَزَعٍ يَوْمَئِذٍ آمِنُونَ}


sedangkan mereka itu adalah orang-orang yang aman tenteram dari kejutan yang dahsyat pada hari itu. (An-Naml: 89) Sama seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{لَا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الأكْبَرُ}


Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat). (Al-Anbiya: 103)


{أَفَمَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ خَيْرٌ أَمْ مَنْ يَأْتِي آمِنًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ}


Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari kiamat. (Fussilat: 40) Dan firman Allah Swt.:


{وَهُمْ فِي الْغُرُفَاتِ آمِنُونَ}


dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga). (Saba':37) Adapun firman Allah Swt.:


{وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَكُبَّتْ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ}


Dan barang siapa yang membawa kejahatan, maka disungkurkan muka mereka ke dalam neraka. (An-Naml: 90) Artinya, barang siapa yang datang menghadap kepada Allah dalam keadaan penuh dengan kejahatan dan sama sekali

tiada kebaikan padanya, atau amal buruknya lebih berat daripada amal baiknya, maka ia akan menemui balasannya yang sesuai dengan keburukannya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{هَلْ تُجْزَوْنَ إِلا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}


Tiadalah kamu dibalasi, melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu kerjakan. (An-Naml: 90) Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Anas ibnu Malik, Ata, Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah, Mujahid, Ibrahim An-Nakha'i, Abu Wa'il, Abu Saleh,

Muhammad ibnu Ka'b, Zaid ibnu Aslam, Az-Zuhri, As-Saddi, Ad-Dahhak, Al-Hasan, Qatadah, dan Ibnu Zaid, semuanya mengatakan sehubungan dengan makna fiman-Nya: Dan barang siapa.yang membawa kejahatan. (An-Naml: 90) bahwa yang dimaksud adalah kemusyrikan.

Surat An-Naml |27:88|

وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ ۚ صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ ۚ إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ

wa tarol-jibaala taḥsabuhaa jaamidataw wa hiya tamurru marros-saḥaab, shun'allohillażiii atqona kulla syaii`, innahuu khobiirum bimaa taf'aluun

Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan. (Itulah) ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

And you see the mountains, thinking them rigid, while they will pass as the passing of clouds. [It is] the work of Allah, who perfected all things. Indeed, He is Acquainted with that which you do.

Tafsir
Jalalain

(Dan kamu lihat gunung-gunung itu) yakni kamu saksikan gunung-gunung itu sewaktu terjadinya tiupan malaikat Israfil (kamu sangka dia) (tetap) diam di tempatnya karena besarnya

(padahal ia berjalan sebagai jalannya awan) bagaikan hujan yang tertiup angin, maksudnya gunung-gunung itu tampak seolah-olah tetap, padahal berjalan lambat saking besarnya,

kemudian jatuh ke bumi lalu hancur lebur kemudian menjadi abu bagaikan bulu-bulu yang beterbangan. (Begitulah perbuatan Allah) lafal Shun'a merupakan Mashdar yang mengukuhkan jumlah sebelumnya

yang kemudian di-mudhaf-kan kepada Fa'il-nya Sesudah 'Amil-nya dibuang, bentuk asalnya ialah Shana'allahu Dzalika Shun'an. Selanjutnya hanya disebutkan lafal Shun'a yang kemudian

dimudhaf-kan kepada Fa'il-nya yaitu lafal Allah, sehingga jadilah Shun'allahi; artinya begitulah perbuatan Allah (yang membuat dengan kokoh) rapih dan kokoh (tiap-tiap sesuatu)

yang dibuat-Nya (sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan) lafal Taf'aluna dapat dibaca Yaf'aluna, yakni perbuatan maksiat yang dilakukan oleh musuh-musuh-Nya dan perbuatan taat yang dilakukan oleh kekasih-kekasih-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 88 |

Penjelasan ada di ayat 87

Surat An-Naml |27:89|

مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ خَيْرٌ مِنْهَا وَهُمْ مِنْ فَزَعٍ يَوْمَئِذٍ آمِنُونَ

man jaaa`a bil-ḥasanati fa lahuu khoirum min-haa, wa hum min faza'iy yauma`iżin aaminuun

Barang siapa membawa kebaikan, maka dia memperoleh (balasan) yang lebih baik daripadanya, sedang mereka merasa aman dari kejutan (yang dahsyat) pada hari itu.

Whoever comes [at Judgement] with a good deed will have better than it, and they, from the terror of that Day, will be safe.

Tafsir
Jalalain

(Barang siapa yang membawa kebaikan) yakni membawa pengamalan kalimah "La ilaha illallah" kelak di hari kiamat (maka ia memperoleh kebaikan) pahala (daripadanya)

disebabkan,lafal Khairun di sini bukan mengandung arti Tafdhil, karena tiada suatu pekerjaan pun yang lebih baik daripadanya. Di dalam ayat lain disebutkan bahwa pahala itu ialah sepuluh kali lipat daripadanya

(sedangkan mereka) orang-orang yang datang membawanya (daripada kejutan yang dahsyat pada hari itu) dapat dibaca Faza'i Yaumaidzin dan Faza'in Yaumaidzin (merasa aman tenteram).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 89 |

Penjelasan ada di ayat 87

Surat An-Naml |27:90|

وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَكُبَّتْ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ هَلْ تُجْزَوْنَ إِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

wa man jaaa`a bis-sayyi`ati fa kubbat wujuuhuhum fin-naar, hal tujzauna illaa maa kuntum ta'maluun

Dan barang siapa membawa kejahatan, maka disungkurkanlah wajah mereka ke dalam neraka. Kamu tidak diberi balasan, melainkan (setimpal) dengan apa yang telah kamu kerjakan.

And whoever comes with an evil deed - their faces will be overturned into the Fire, [and it will be said], "Are you recompensed except for what you used to do?"

Tafsir
Jalalain

(Dan barang siapa yang membawa kejahatan) yakni kemusyrikan (maka disungkurkanlah muka mereka ke dalam neraka) disebabkan berpaling daripadanya. Di sini hanya disebutkan muka,

karena merupakan anggota tubuh yang paling mulia, pengertiannya; semua anggota tubuhnya lebih disungkurkan lagi. Kemudian dikatakan kepada mereka dengan nada mencemoohkan.

(Tiadalah kalian dibalasi melainkan) pembalasan yang setimpal (dengan apa yang dahulu kamu sekalian kerjakan) berupa kemusyrikan dan kemaksiatan. Katakanlah kepada mereka,

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 90 |

Penjelasan ada di ayat 87

Surat An-Naml |27:91|

إِنَّمَا أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ رَبَّ هَٰذِهِ الْبَلْدَةِ الَّذِي حَرَّمَهَا وَلَهُ كُلُّ شَيْءٍ ۖ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ

innamaaa umirtu an a'buda robba haażihil-baldatillażii ḥarromahaa wa lahuu kullu syai`iw wa umirtu an akuuna minal-muslimiin

Aku (Muhammad) hanya diperintahkan menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) yang Dia telah menjadikan suci padanya dan segala sesuatu adalah milik-Nya. Dan aku diperintahkan agar aku termasuk orang muslim,

[Say, O Muhammad], "I have only been commanded to worship the Lord of this city, who made it sacred and to whom [belongs] all things. And I am commanded to be of the Muslims [those who submit to Allah]

Tafsir
Jalalain

("Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Rabb negeri ini) yakni Mekah (yang telah menjadihannya kota suci) suci dan aman, tidak boleh dialirkan darah manusia di dalamnya,

dan tidak boleh seseorang pun dianiaya, serta binatang buruannya tidak boleh diburu dan pepohonannya tidak boleh ditebang. Yang demikian itu merupakan nikmat-nikmat Allah yang dilimpahkan kepada kabilah Quraisy

sebagai penduduknya, sehingga Allah tidak menurunkan azab atas negeri mereka dan selamat Pula dari fitnah-fitnah yang melanda kawasan negeri Arab lainnya (dan kepunyaan-Nya-lah)

yakni kepunyaan Allah swt. (segala sesuatu) Dia adalah Rabb, pencipta dan pemilik semuanya (dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri) kepada Allah yaitu dengan mentauhidkan-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 91 |

Tafsir ayat 91-93

Allah Swt. berfirman, memberitakan kepada Rasul-Nya dan sekaligus memerintahkannya agar mengucapkan:


{إِنَّمَا أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ رَبَّ هَذِهِ الْبَلْدَةِ الَّذِي حَرَّمَهَا وَلَهُ كُلُّ شَيْءٍ}


Aku hanya diperintah untuk menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) Yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya­lah segala sesuatu. (An-Naml: 91) Sama seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي شَكٍّ مِنْ دِينِي فَلا أَعْبُدُ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ أَعْبُدُ اللَّهَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ}


Katakanlah, "Hai manusia, jika kamu masih dalam keragu-raguan tentang agamaku, maka (ketahuilah) aku tidak menyembah yang kamu sembah selain Allah, tetapi aku menyembah Allah yang akan mematikan kamu.” (Yunus: 104)

Kaitan sifat Tuhan kepada negeri Mekah mengandung pengertian memuliakan dan menghormati kota Mekah, seperti juga yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ. الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ}


Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah), Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. (Quraisy: 3-4) Adapun firman Allah Swt.:


{الَّذِي حَرَّمَهَا}


Yang telah menjadikannya suci. (An-Naml: 91) Yakni sesungguhnya kota Mekah menjadi kota suci menurut syara' dan takdir hanyalah karena dijadikan suci oleh Allah Swt. Seperti yang disebutkan di dalam hadis sahihain melalui Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda pada hari jatuhnya kota Mekah:


"إِنَّ هَذَا الْبَلَدَ حَرَّمَهُ اللَّهُ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ، فَهُوَ حَرَامٌ بِحُرْمَةِ اللَّهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، لَا يُعضَد شَوْكُهُ، وَلَا يُنَفَّرُ صَيْدُهُ، وَلَا يَلْتَقِطُ لُقَطَتُه إِلَّا لِمَنْ عَرَّفَهَا، وَلَا يُخْتَلَى خَلَاهَا"


Sesungguhnya negeri ini telah disucikan oleh Allah pada hari Dia menciptakan langit dan bumi. Maka negeri ini, (Mekah) adalah suci karena disucikan oleh Allah sampai hari kiamat; duri-durinya tidak boleh dicabut,

hewan buruannya tidak boleh diburu, dan barang temuannya tidak boleh dipungut kecuali oleh orang yang hendak mengumumkannya, dan tetumbuhannya tidak boleh ditebangi. Hingga akhir hadis. Hadis ini telah disebutkan pula

di dalam kitab-kitab sahih, kitab-kitab hadis-hadis hasan, dan kitab-kitab musnad melalui jamaah yang semuanya memberikan pengertian kepastian dari hadis ini, seperti yang dijelaskan di dalam Kitabul Ahkam. Firman Allah Swt.:


{وَلَهُ كُلُّ شَيْءٍ}


dan kepunyaan-Nyalah segala sesuatu. (An-Naml: 91) Hal ini termasuk ke dalam Bab "Meng-'ataf-kan yang Umum kepada yang Khusus", artinya bahwa Allah adalah Tuhan negeri ini (Mekah), juga Tuhan serta Pemilik segala sesuatu, tiada Tuhan yang wajib disembah selain Dia.


{وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ}


dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. (An-Naml: 91) Yaitu mengesakan Allah, ikhlas dan tunduk patuh kepada perintah-Nya. Firman Allah Swt.:


{وَأَنْ أَتْلُوَ الْقُرْآنَ}


Dan supaya aku membacakan Al-Qur'an. (An-Naml: 92) kepada manusia dalam rangka menyampaikannya kepada mereka, sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{ذَلِكَ نَتْلُوهُ عَليْكَ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ}


Demikianlah (kisah Isa), Kami membacakannya kepada kamu sebagian dari bukti-bukti (kerasulannya) dan (membacakan) Al-Quran yang penuh hikmah. (Ali Imran: 58) Dan firman Allah Swt.:


{نَتْلُو عَلَيْكَ مِنْ نَبَإِ مُوسَى وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ}


Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir’aun dengan benar. (Al-Qashash: 3), hingga akhir ayat. Maksudnya, aku menyampaikan dan memperingatkan kepada kamu sekalian.


{فَمَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَقُلْ إِنَّمَا أَنَا مِنَ الْمُنْذِرِينَ}


Maka barang siapa yang mendapat petunjuk, sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya; dan barang siapa yang sesat, maka katakanlah, "Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi

peringatan.” (An-Naml: 92) Yakni aku mempunyai suri teladan dari rasul-rasul terdahulu yang memberi­kan peringatan kepada kaumnya masing-masing dan menunaikan risalah Tuhannya kepada mereka, serta bersikap ikhlas

dalam melayani mereka, sedangkan perhitungan umat mereka masing-masing berada di tangan Allah Swt. Semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:


{فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ وَعَلَيْنَا الْحِسَابُ}


karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedangkan Kamilah yang menghisab amalan mereka. (Ar'-Ra'd: 40) Dan firman Allah Swt.:


{إِنَّمَا أَنْتَ نَذِيرٌ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ}


Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah Pemelihara segala sesuatu. (Hud: 12) Adapun firman Allah Swt.:


{وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ سَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ فَتَعْرِفُونَهَا}


Dan katakanlah, “Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepada kalian tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kalian akan mengetahuinya." (An-Naml: 93) Yakni segala puji bagi Allah Yang tidak mengazab seseorang melainkan

setelah tegaknya hujah terhadap orang itu dan dia telah diberi peringatan. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Dia akan memperlihatkan kepada kalian tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kalian akan mengetahuinya. (An-Naml: 93) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ}


Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehinggajelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. (Fussilat: 53) Adapun firman Allah Swt.:


{وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ}


Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kalian kerjakan. (An-Naml: 93) Yakni bahkan Dia menyaksikan segala sesuatu.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: ذُكِرَ عَنْ أَبِي عُمَرَ الْحَوْضِيِّ حَفْصِ بْنِ عُمَرَ: حَدَّثَنَا أَبُو أُمَيَّةَ بْنُ يَعْلَى الثَّقَفِيُّ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ، سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ: قَالَ: رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا أَيُّهَا النَّاسُ، لَا يَغْترَّنَّ أَحَدُكُمْ بِاللَّهِ؛ فَإِنَّ اللَّهَ لَوْ كَانَ غَافِلًا شَيْئًا لَأَغْفَلَ الْبَعُوضَةَ وَالْخَرْدَلَةَ وَالذَّرَّةَ"


Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan melalui Abu Amr Al-Haudi Hafs ibnu Umar, bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Umayyah ibnu Ya'la As-Saqafi, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Sa'id yang mengatakan,

ia pernah mendengar Abu Hurairah mengatakan, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Hai manusia, jangan sekali-kali seseorang dari kalian merasa aman dari pengawasan Allah, karena sesungguhnya andaikata Allah lupa terhadap sesuatu,

tentulah Dia lupa terhadap nyamuk kecil, biji sawi, dan semut kecil. Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali, bahwa ayahnya pernah mengatakan,

telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Qais, dari Matar, dari Umar ibnu Abdul Aziz yang telah mengatakan, "Seandainya Allah melupakan sesuatu, tentulah Dia akan melupakan apa yang dihapus oleh angin dari telapak kaki anak Adam."

Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan dari Imam Ahmad rahimahullah, bahwa ia pernah mengucapkan kedua bait berikut, barangkali gubahannya sendiri atau gubahan orang lain, yaitu:


إذَا مَا خَلَوتَ الدهْرَ يَومًا فَلا تَقُل ... خَلَوتُ وَلكن قُل عَليّ رَقيب ... وَلا تَحْسَبَن اللَّهَ يَغْفُل سَاعَةً ... وَلا أَنَّ مَا يَخْفى عَلَيْه يَغيب ...


Jika pada suatu hari kamu dalam keadaan sendiri, janganlah kamu katakan bahwa dirimu sendirian, tetapi katakanlah bahwa engkau selalu diawasi. Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa Allah lalai di suatu waktu, jangan pula (mempunyai dugaan) bahwa hal yang gaib samar bagi-Nya.

Surat An-Naml |27:92|

وَأَنْ أَتْلُوَ الْقُرْآنَ ۖ فَمَنِ اهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ ضَلَّ فَقُلْ إِنَّمَا أَنَا مِنَ الْمُنْذِرِينَ

wa an atluwal-qur`aan, fa manihtadaa fa innamaa yahtadii linafsih, wa man dholla fa qul innamaaa ana minal-munżiriin

dan agar aku membacakan Al-Qur´an (kepada manusia). Maka barang siapa mendapat petunjuk maka sesungguhnya dia mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya, dan barang siapa sesat, maka katakanlah, "Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan."

And to recite the Qur'an." And whoever is guided is only guided for [the benefit of] himself; and whoever strays - say, "I am only [one] of the warners."

Tafsir
Jalalain

(Dan supaya aku membacakan Alquran) kepada kalian dengan bacaan yang mengajak kalian untuk beriman (Maka barang siapa yang mendapat petunjuk) dari Alquran

(maka sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk kebaikan dirinya) karena dia sendirilah yang mendapat kan pahalanya (dan barang siapa yang sesat) dari jalan iman,

dan sesat dari jalan petunjuk (maka katakanlah) kepadanya, ('Sesungguhnya aku ini tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan.'") yang menakut-nakuti kalian,

maka tidak ada hak bagiku melainkan hanya menyampaikan saja. Ayat ini diturunkan sebelum ada perintah dari Allah untuk berperang.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 92 |

Penjelasan ada di ayat 91

Surat An-Naml |27:93|

وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ سَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ فَتَعْرِفُونَهَا ۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

wa qulil-ḥamdu lillaahi sayuriikum aayaatihii fa ta'rifuunahaa, wa maa robbuka bighoofilin 'ammaa ta'maluun

Dan katakanlah (Muhammad), "Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kebesaran)-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan."

And say, "[All] praise is [due] to Allah. He will show you His signs, and you will recognize them. And your Lord is not unaware of what you do."

Tafsir
Jalalain

(Dan katakanlah!, "Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepada kalian tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kalian akan mengetahuinya)

Allah memperlihatkannya kepada mereka dalam perang Badar, yaitu dengan dibunuhnya mereka dan sebagian lagi ada yang tertawan, serta para Malaikat memukuli muka dan belakang mereka,

dan Allah menyegerakan mereka untuk masuk ke dalam neraka. (Dan Rabbmu tiada lalai dari apa yang kalian kerjakan.") lafal Taa'maluna dapat dibaca Ya'maluna. Dan sesungguhnya Allah menangguhkan mereka hanya sampai pada saatnya saja.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | An-Naml | 27 : 93 |

Penjelasan ada di ayat 91

Surat Al-Qasas |28:1|

طسم

thoo siiim miiim

Ta Sin Mim

Ta, Seen, Meem.

Tafsir
Jalalain

(Tha Sin Mim) hanya Allah-lah yang mengetahui maksudnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 1 |

Tafsir ayat 1-6

Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan penjelasan mengenai huruf-huruf hijaiyah yang mengawali surat-surat Al-Qur'an. Firman Allah Swt.:


{تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْمُبِينِ}


Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al-Qur'an) yang jelas. (Al-Qashash: 2) Yakni jelas dan gamblang, serta menerangkan hakikat-hakikat semua perkara dan pengetahuan segala sesuatu yang telah terjadi dan yang sedang terjadi. Firman Allah Swt.:


{نَتْلُو عَلَيْكَ مِنْ نَبَإِ مُوسَى وَفِرْعَوْنَ}


Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir'aun dengan benar. (Al-Qashash: 3), hingga akhir ayat. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ}


Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik. (Yusuf: 3) Maksudnya, Kami menceritakan kepadamu kisah tersebut sesuai dengan kejadiannya seakan-akan kamu menyaksikannya dan seakan-akan kamu menghadiri peristiwanya. Selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya:


{إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلا فِي الأرْضِ}


Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi. (Al-Qashash: 4) Maksudnya, bersikap sombong, sewenang-wenang, dan melampaui batas.


{وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا}


dan menjadikan penduduknya berpecah belah. (Al-Qashash: 4) Yakni terbagi menjadi beberapa golongan, yang masing-masing golongan dia (Fir'aun) kuasai menurut apa yang dikehendakinya untuk memperkuat negeri yang diperintahnya. Firman Allah Swt.:


{يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِنْهُمْ}


dengan menindas segolongan dari mereka. (Al-Qashash: 4) Yaitu menindas kaum Bani Israil, yang pada masa itu merupakan orang-orang yang terpilih di masanya. Mereka dikuasai oleh Raja Fir'aun yang sewenang wenang

lagi pengingkar kebenaran. Dia mempekerjakan mereka untuk pekerjaan yang kasar (rendah), memperbudak mereka sepanjang siang dan malam untuk bekerja padanya, juga pekerjaan rakyatnya. Selain dari itu Fir'aun membunuh

anak-anak lelaki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka, sebagai penghinaan terhadap mereka, sekaligus untuk menangkal rasa takutnya terhadap mereka. Karena dikhawatirkan akan muncul seorang pemuda

dari kalangan mereka yang akan menjadi penyebab kehancuran dirinya dan lenyapnya kerajaannya di tangan pemuda tersebut, seperti yang diramalkan oleh orang-orang yang dekat dengannya dari kalangan pembantu kerajaannya.

Orang-orang Qibti (Egypt) menerima berita tersebut dari kaum Bani Israil melalui apa yang mereka baca dan pelajari dari perkataan Nabi Ibrahim a.s. Yaitu di saat Nabi Ibrahim datang ke negeri Mesir, lalu terjadilah permasalahan antara dia

dan rajanya yang angkara murka, karena Raja Mesir itu menangkap Siti Sarah (istri Ibrahim) untuk dijadikan sebagai gundiknya. Akan tetapi, Allah memelihara Sarah dari gangguan si raja yang lalim itu berkat kekuasaan dan pengaruh-Nya.

Kemudian Nabi Ibrahim a.s. menyampaikan berita gembira, bahwa kelak akan dilahirkan dari keturunannya seorang pemuda yang menjadi penyebab kehancuran negeri Mesir di tangannya. Lalu orang-orang Qibti menceritakan hal tersebut

kepada raja mereka, Fir'aun. Maka Fir'aun menangkal hal tersebut dengan cara memberikan instruksi kepada semua bawahannya agar membunuh setiap bayi lelaki yang lahir di kalangan kaum Bani Israil. Akan tetapi, sikap hati-hati itu

tiada manfaatnya untuk menghadapi takdir yang telah ditentukan; karena apabila takdir Allah telah datang, maka kedatangannya tidak dapat ditangguhkan lagi, dan bagi tiap-tiap sesuatu itu ada batasannya yang tertentu. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:


{وَنُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الأرْضِ}


Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir). (Al-Qashash: 5) sampai dengan firman-Nya:


مَا كَانُوا يَحْذَرُونَ


yang selalu mereka khawatirkan. (Al-Qashash: 6) Dan Allah Swt. melakukan hal tersebut kepada mereka, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:


{وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِينَ كَانُوا يُسْتَضْعَفُونَ مَشَارِقَ الأرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ الْحُسْنَى عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ بِمَا صَبَرُوا وَدَمَّرْنَا مَا كَانَ يَصْنَعُ فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهُ وَمَا كَانُوا يَعْرِشُونَ}


dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. dan telah sempurnalah Perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji)

untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir'aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka. (Al-A'raf: 137) Dan firman Allah Swt:


{كَذَلِكَ وَأَوْرَثْنَاهَا بَنِي إِسْرَائِيلَ}


demikianlah halnya dan Kami anugerahkan semuanya (itu) kepada Bani Israil. (Asy-Syu'ara: 59) Fir'aun dengan segala upayanya dan kekuatan yang ada padanya bermaksud menyelamatkan dirinya dari Musa, tetap,

hal tersebut tidak ada manfaatnya dalam menghadapi kekuasaan Allah, Raja Yang Maha-besar yang perintah-Nya tidak dapat ditolak dan tidak dapat dikalahkan takdir yang ditetapkan-Nya. Bahkan Keputusan Allah berlangsung

dan guratan qalam takdir-Nya di zaman azali telah menyurat, bahwa kebinasaan Fir'aun harus di tangan Musa. Dan bahkan bayi yang kamu khawatirkan kemunculannya, yang karenanya engkau telah membunuh ribuan bayi,

justru kemunculannya dan tempat pemeliharaannya berada di tempat tidurmu dan di dalam rumahmu, serta makan dari makananmu: karena engkau sendirilah yang memeliharanya, memanjakannya, dan menyayanginya.

Tetapi kematian dan kebinasaanmu serta kebinasaan balatentaramu berada di tangannya. Demikian itu agar kamu ketahui bahwa Tuhan seluruh langit yang tinggi, Dialah Yang Mahaperkasa, Mahamenang, Mahaagung, Mahakuat, Mahamulia,

lagi Mahakeras siksaan-Nya. Segala sesuatu yang dikehendaki-Nya pasti terjadi, dan segala sesuatu yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak akan terjadi.

Surat Al-Qasas |28:2|

تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْمُبِينِ

tilka aayaatul-kitaabil-mubiin

Ini ayat-ayat Kitab (Al-Qur´an) yang jelas (dari Allah).

These are the verses of the clear Book.

Tafsir
Jalalain

(Ini adalah) (ayat-ayat Kitab) sebagian dari Alquran (yang nyata) untuk membedakan antara perkara yang hak dengan perkara yang batil.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 2 |

Penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Qasas |28:3|

نَتْلُو عَلَيْكَ مِنْ نَبَإِ مُوسَىٰ وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

natluu 'alaika min naba`i muusaa wa fir'auna bil-ḥaqqi liqoumiy yu`minuun

Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir´aun dengan sebenarnya untuk orang-orang yang beriman.

We recite to you from the news of Moses and Pharaoh in truth for a people who believe.

Tafsir
Jalalain

(Kami membacakan) Kami menceritakan (kepadamu sebagian dari kisah) yakni cerita (Musa dan Firaun dengan benar) dengan sebenarnya (untuk orang-orang yang beriman)

untuk kepentingan mereka, karena hanya merekalah orang-orang yang dapat mengambil manfaat daripadanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 3 |

Penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Qasas |28:4|

إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ ۚ إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ

inna fir'auna 'alaa fil-ardhi wa ja'ala ahlahaa syiya'ay yastadh'ifu thooo`ifatam min-hum yużabbiḥu abnaaa`ahum wa yastaḥyii nisaaa`ahum, innahuu kaana minal-mufsidiin

Sungguh, Fir´aun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah-belah, dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil), dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sungguh, dia (Fir´aun) termasuk orang yang berbuat kerusakan.

Indeed, Pharaoh exalted himself in the land and made its people into factions, oppressing a sector among them, slaughtering their [newborn] sons and keeping their females alive. Indeed, he was of the corrupters.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenang-wenang) yaitu berbuat zalim (di muka bumi) di negeri Mesir (dan menjadikan penduduknya berpecah-belah) maksudnya terpecah-pecah,

semuanya berkhidmat kepada dirinya (dengan menindas segolongan dari mereka) yakni kaum Bani Israel (menyembelih anak laki-laki mereka) yang baru dilahirkan (dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka)

karena juru peramal telah mengatakan kepada Firaun, bahwa akan ada seorang anak lelaki yang akan dilahirkan di Bani Israel, ia bakal menjadi penyebab hilangnya takhta kerajaan.

(Sesungguhnya Firaun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan) yakni gemar membunuh dan melakukan perbuatan-perbuatan kejam lainnya

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 4 |

Penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Qasas |28:5|

وَنُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الْأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ

wa nuriidu an namunna 'alallażiinastudh'ifuu fil-ardhi wa naj'alahum a immataw wa naj'alahumul-waariṡiin

Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu, dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi),

And We wanted to confer favor upon those who were oppressed in the land and make them leaders and make them inheritors

Tafsir
Jalalain

(Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi Mesir itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin) menjadi panutan dalam hal kebaikan;

lafal A-immatan dapat dibaca Tahqiq dan Tas-hil (dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi) kerajaan Firaun.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 5 |

Penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Qasas |28:6|

وَنُمَكِّنَ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَنُرِيَ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا مِنْهُمْ مَا كَانُوا يَحْذَرُونَ

wa numakkina lahum fil-ardhi wa nuriya fir'auna wa haamaana wa junuudahumaa min-hum maa kaanuu yaḥżaruun

dan Kami teguhkan kedudukan mereka di bumi dan Kami perlihatkan kepada Fir´aun dan Haman bersama bala tentaranya apa yang selalu mereka takutkan dari mereka.

And establish them in the land and show Pharaoh and [his minister] Haman and their soldiers through them that which they had feared.

Tafsir
Jalalain

(Dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi) di negeri Mesir dan negeri Syam (Dan akan Kami perlihatkan kepada Firaun dan Haman beserta tentaranya)

menurut qiraat yang lain dibaca Wa Yara Firaunu Wa Hamanu Wa Junuduhuma (apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu) tentang bayi yang akan lahir, yang kelak akan melenyapkan kerajaannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 6 |

Penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Qasas |28:7|

وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ أُمِّ مُوسَىٰ أَنْ أَرْضِعِيهِ ۖ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحْزَنِي ۖ إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ

wa auḥainaaa ilaaa ummi muusaaa an ardhi'iih, fa iżaa khifti 'alaihi fa alqiihi fil-yammi wa laa takhoofii wa laa taḥzanii, innaa rooodduuhu ilaiki wa jaa'iluuhu minal-mursaliin

Dan Kami ilhamkan kepada ibunya Musa, "Susuilah dia (Musa), dan apabila engkau khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah engkau takut dan jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang Rasul."

And We inspired to the mother of Moses, "Suckle him; but when you fear for him, cast him into the river and do not fear and do not grieve. Indeed, We will return him to you and will make him [one] of the messengers."

Tafsir
Jalalain

(Dan kami ilhamkan) wahyu berupa ilham atau ilham melalui mimpi (kepada ibu Musa) Musa adalah bayi yang dimaksud oleh peramal Firaun,

dan tidak ada seorang pun mengetahui kelahirannya selain saudara perempuannya sendiri. ("Susukanlah dia! Apabila kamu khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke dalam sungai)

yakni sungai Nil (dan janganlah kamu khawatir) ia akan tenggelam (dan janganlah bersedih hati) karena berpisah dengan bayimu itu (karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu,

dan menjadikannya salah seorang dari para Rasul.") maka ibu Musa menyusukan Musa selama tiga bulan, selama itu Musa tidak pernah menangis. Akhirnya ibu Musa merasa khawatir akan keselamatan Musa,

lalu ia menaruh Musa yang masih bayi itu ke dalam sebuah peti dilapisi dengan ter/aspal sebelah dalamnya, supaya air jangan masuk lalu dihanyutkan ke sungai Nil, di waktu malam hari.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 7 |

Tafsir ayat 7-9

Para ulama menyebutkan bahwa setelah Fir'aun banyak membunuh bayi laki-laki kaum Bani Israil, maka orang-orang Qibti (Egypt) merasa khawatir akan kebinasaan bangsa Bani Israil, yang akibatnya mereka sendirilah

yang akan menangani pekerjaan-pekerjaan berat yang selama itu ditangani oleh kaum Bani Israil. Karena itu, mereka berkata kepada Fir'aun, "Sesungguhnya jika keadaan ini terus berlangsung, pastilah orang tua-orang tua laki-laki mereka mati

dan bayi laki-laki mereka dihabisi, sedangkan yang tertinggal hanyalah kaum wanita mereka saja, dan kaum wanita mereka tidak mungkin dapat menggantikan pekerjaan-pekerjaan berat yang ditangani oleh kaum lelaki mereka,

dan akibatnya pekerjaan-pekerjaan berat itu sudah dipastikan akan ditangani seluruhnya oleh kami." Maka Fir'aun memutuskan untuk membunuhi anak-anak lelaki kaum Bani Israil selama satu tahun dan membiarkan mereka satu tahun

(agar kaum lelaki Bani Israil tidak musnah). Harun a.s. dilahirkan pada tahun mereka membiarkan hidup bayi laki-laki yang lahir di tahun itu, sedangkan Musa dilahirkan di tahun mereka membunuhi semua bayi laki-laki yang lahir di tahun itu.

Fir'aun menugaskan orang-orang tertentu untuk mengawasi hal tersebut, juga menugaskan bidan-bidan yang memeriksa semua wanita Bani Israil. Barang siapa yang terlihat oleh mereka sedang hamil, maka mereka mencatat namanya.

Apabila telah tiba masa kelahirannya, tidak boleh ada yang membidaninya kecuali wanita dari bangsa Egypt. Dan jika wanita yang dimaksud melahirkan bayi perempuan, maka mereka membiarkannya, lalu mereka berlalu meninggalkannya.

Tetapi jika yang dilahirkannya adalah bayi laki-laki, maka para algojo mereka masuk dengan membawa pisau yang sangat tajam, lalu menyembelihnya. Semoga Allah melaknat mereka. Ketika ibu Musa mengandungnya,

tidak tampak padanya pertanda kehamilan yang biasa dialami oleh wanita lainnya. Karena itu, mata-mata perempuan Fir'aun tidak mengetahuinya. Tetapi setelah ia mengetahui bahwa bayi yang dilahirkannya adalah laki-laki,

terasa sempitlah dadanya dan hatinya dicekam rasa takut yang sangat akan keselamatan bayinya, sedangkan ia sangat mencintainya. Disebutkan bahwa Musa ketika masih bayi, tiada seorang pun yang melihatnya melainkan

pastilah ia mencintainya; dan orang yang ditakdirkan bahagia adalah orang yang mencintainya, juga mencintai syariat yang dibawanya. Allah Swt. telah berfirman:


{وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِنِّي}


Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku. (Taha: 39) Setelah hati ibu Musa merasa sempit karena mengkhawatirkan keselamatan putranya, maka ia menerima ilham dari Allah, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:


{وَأَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّ مُوسَى أَنْ أَرْضِعِيهِ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلا تَخَافِي وَلا تَحْزَنِي إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ}


Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa, "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya, maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya

Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul. (Al-Qashash: 7) Demikian itu karena rumah ibu Musa berada di tepi Sungai Nil. Maka ia membuat sebuah peti dan dipersiapkannya sedemikian rupa,

lalu ia menyusui bayinya dengan tenang. Apabila masuk ke dalam rumahnya seseorang yang ia takuti, maka ia pergi dan menaruh bayinya di dalam peti itu, lalu ia hanyutkan ke Sungai Nil, tetapi peti itu diikatnya dengan tali

yang berhubungan dengannya. Pada suatu hari datanglah kepadanya seseorang yang ia takuti masuk ke dalam rumahnya, maka ia pergi dan meletakkan bayinya ke dalam peti itu, lalu ia hanyutkan ke Sungai Nil. Tetapi karena terburu-buru,

ia lupa mengikatnya dengan tali. Maka peti itu terbawa hanyut oleh aliran Sungai Nil sehingga melewati istana Raja Fir'aun. Maka dipungutlah peti itu oleh dayang-dayangnya, dan para dayang membawa peti itu kepada istri Fir'aun.

Para dayang tidak mengetahui isi peti itu dan mereka merasa takut untuk membukanya tanpa sepengetahuan istri Fir'aun, karena itulah mereka menyerahkannya kepada istri Fir'aun. Setelah istri Fir'aun membuka peti itu,

ternyata di dalamnya terdapat seorang bayi laki-laki yang sangat tampan, lucu serta bercahaya, dan Allah menjatuhkan rasa cinta ke dalam hati istri Fir'aun terhadap Musa saat memandangnya. Demikian itu merupakan kehendak Allah

yang telah menakdirkan istri Fir'aun sebagai orang yang bahagia dan menakdirkan suaminya sebagai orang yang celaka. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{فَالْتَقَطَهُ آلُ فِرْعَوْنَ لِيَكُونَ لَهُمْ عَدُوًّا وَحَزَنًا}


Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir’aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. (Al-Qashash: 8), hingga akhir ayat. Muhammad ibnu Ishaq dan lain-lainnya mengatakan bahwa huruf lam dalam ayat ini

mengandung makna aqibah (akibat), bukan lam ta'lil (penyebab) karena mereka tidak berniat untuk mencari musuh dan kesedihan dengan memungut bayi itu. Tidak diragukan lagi bahwa makna lahiriah lafaz memang menunjukkan pengertian itu.

Tetapi jika ditinjau dari segi konteksnya, sesungguhnya lam tersebut tetap bermakna ta’lil, dengan pengertian bahwa Allah Swt. telah menetapkan mereka memungutnya sebagai musuh dan kesedihan bagi mereka,

sehingga pengertiannya lebih kuat dalam membatalkan sikap hati-hati mereka terhadapnya. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:


{إِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا كَانُوا خَاطِئِينَ}


Sesungguhnya Fir’aun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah. (Al-Qashash: 8) Telah diriwayatkan dari Amirul Mukminin Umar ibnu Abdul Aziz bahwa ia menulis sepucuk surat kepada suatu kaum

dari kalangan golongan Qadariyah untuk menyanggah kedustaan mereka terhadap keputusan Allah dan takdir-Nya yang telah berada di dalam pengetahuan-Nya yang terdahulu pasti akan terlaksana, yaitu tentang masalah Musa

menurut pengetahuan Allah yang terdahulu ditetapkan sebagai musuh dan kesedihan bagi Fir'aun. Allah telah berfirman: dan akan Kami perlihatkan kepada Fir’aun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan

dari mereka itu. (Al-Qashash: 6) Kalian telah mengatakan bahwa seandainya Allah menghendaki, bisa saja Fir'aun menjadi penolong dan pendukung Musa. Padahal Allah Swt. telah berfirman: yang akhirnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. (Al-Qashash: 8) Firman Allah Swt.:


{وَقَالَتِ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ قُرَّةُ عَيْنٍ لِي وَلَكَ}


Dan berkatalah istri Fir’aun, "(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu.” (Al-Qashash: 9), hingga akhir ayat. Ketika Fir'aun melihat bayi itu, hampir saja ia membunuhnya karena merasa takut bahwa bayi itu dari kalangan kaum Bani Israil,

seandainya saja tidak ada Asiah istrinya yang menentangnya dan melindungi bayi itu serta meminta kepadanya agar mengasihaninya. Asiah binti Muzahim mengatakan, seperti yang disitir oleh firman-Nya: (Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku

dan bagimu. (Al-Qashash: 9) Maka Fir'aun menjawab, "Itu adalah bagimu, tetapi bagiku tidak." Dan memang kejadiannya adalah seperti apa yang dikatakan oleh Asiah, Allah memberinya petunjuk melalui Musa, sedangkan Fir'aun dibinasakan

oleh Allah melalui Musa. Dalam surat Taha yang terdahulu telah disebutkan kisah ini dengan panjang lebar melalui riwayat Ibnu Abbas secara marfu' yang ada pada Imam Nasai dan lain-lainnya. Firman Allah Swt.:


{عَسَى أَنْ يَنْفَعَنَا}


mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita. (Al-Qashash: 9) Dan memang apa yang diharapkannya itu berhasil baginya, Allah memberi­nya petunjuk melalui Musa dan menempatkannya di surga berkat petunjuk Musa. Firman Allah Swt.:


{أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا}


atau kita ambil ia menjadi anak. (Al-Qashash: 9) Asiah bermaksud menjadikan Musa sebagai anak angkatnya karena ia tidak mempunyai anak dari Fir'aun. Firman Allah Swt.:


{وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ}


sedangkan mereka tidak menyadari. (Al-Qashash: 9) Yakni mereka tidak mengetahui apa yang dikehendaki oleh Allah melalui penemuan (pemungutan) mereka terhadap Musa, padahal di dalamnya terkandung hikmah yang besar dan hujah yang pasti.

Surat Al-Qasas |28:8|

فَالْتَقَطَهُ آلُ فِرْعَوْنَ لِيَكُونَ لَهُمْ عَدُوًّا وَحَزَنًا ۗ إِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا كَانُوا خَاطِئِينَ

faltaqothohuuu aalu fir'auna liyakuuna lahum 'aduwwaw wa ḥazanaa, inna fir'auna wa haamaana wa junuudahumaa kaanuu khoothi`iin

Maka dia dipungut oleh keluarga Fir´aun agar (kelak) dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sungguh, Fir´aun dan Haman bersama bala tentaranya adalah orang-orang yang bersalah.

And the family of Pharaoh picked him up [out of the river] so that he would become to them an enemy and a [cause of] grief. Indeed, Pharaoh and Haman and their soldiers were deliberate sinners.

Tafsir
Jalalain

(Maka ia dipungut) berikut petinya pada keesokan harinya (oleh keluarga) yakni pembantu-pembantu (Firaun) lalu peti itu diletakkan di hadapan Firaun dan Musa dikeluarkan dari dalam peti,

di kala itu Musa sedang mengisap jempolnya dari jempol itu keluar air susu (yang akibatnya dia bagi mereka akan menjadi) pada akhirnya Musa akan menjadi (musuh)

kelak akan membunuh kaum laki-laki mereka (dan kesedihan) karena akan menindas kaum wanita mereka. Lafal Hazanan di sini bermakna Isim Fa'il karena diambil dari lafal Hazinahu yang semakna dengan lafal Ahzanahu.

(Sesungguhnya Firaun dan Haman) pembantu Firaun (beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah). Lafal Khathi-ina berasal dari Al Khathi-ah, artinya orang-orang yang durhaka, maka mereka dihukum oleh perbuatannya sendiri.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 8 |

Penjelasan ada di ayat 7

Surat Al-Qasas |28:9|

وَقَالَتِ امْرَأَتُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ عَيْنٍ لِي وَلَكَ ۖ لَا تَقْتُلُوهُ عَسَىٰ أَنْ يَنْفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

wa qoolatimro`atu fir'auna qurrotu 'ainil lii wa lak, laa taqtuluuhu 'asaaa ay yanfa'anaaa au nattakhiżahuu waladaw wa hum laa yasy'uruun

Dan istri Fir´aun berkata, "(Dia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan dia bermanfaat kepada kita atau kita ambil dia menjadi anak," sedang mereka tidak menyadari.

And the wife of Pharaoh said, "[He will be] a comfort of the eye for me and for you. Do not kill him; perhaps he may benefit us, or we may adopt him as a son." And they perceived not.

Tafsir
Jalalain

(Dan istri Firaun berkata) di kala Firaun beserta para pembantunya sudah bersiap-siap akan membunuh bayi itu, "Ia adalah (biji mata bagiku dan bagimu, janganlah kalian membunuhnya,

mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak") akhirnya mereka menuruti kemauan istri Firaun itu (sedangkan mereka tiada menyadari) akibat dari perkara mereka dengan bayi itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 9 |

Penjelasan ada di ayat 7

Surat Al-Qasas |28:10|

وَأَصْبَحَ فُؤَادُ أُمِّ مُوسَىٰ فَارِغًا ۖ إِنْ كَادَتْ لَتُبْدِي بِهِ لَوْلَا أَنْ رَبَطْنَا عَلَىٰ قَلْبِهَا لِتَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

wa ashbaḥa fu`aadu ummi muusaa faarighoo, ing kaadat latubdii bihii lau laaa ar robathnaa 'alaa qolbihaa litakuuna minal-mu`miniin

Dan hati ibu Musa menjadi kosong. Sungguh, hampir saja dia menyatakannya (rahasia tentang Musa), seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, agar dia termasuk orang-orang yang beriman (kepada janji Allah).

And the heart of Moses' mother became empty [of all else]. She was about to disclose [the matter concerning] him had We not bound fast her heart that she would be of the believers.

Tafsir
Jalalain

(Dan hati ibu Musa menjadi) setelah ia mengetahui bahwa bayinya telah diambil (kosong) tidak memikirkan selain daripada bayinya.

(Sesungguhnya) lafal in di sini adalah bentuk Takhfif daripada Inna, sedangkan Isimnya dibuang, pada asalnya adalah Innaha, yakni sesungguhnya ibu Musa (hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa)

bahwa bayi itu adalah anaknya (seandainya tidak Kami teguhkan hatinya) dengan kesabaran, yakni Kami jadikan hatinya tenang (supaya ia termasuk orang-orang yang percaya) kepada janji Allah.

Jawab dari lafal Laula dapat disimpulkan dari pengertian kalimat sebelumnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 10 |

Tafsir ayat 10-13

Allah Swt. menceritakan perihal hati ibu Musa setelah anaknya terbawa hanyut oleh aliran Sungai Nil, bahwa hatinya menjadi kosong, yakni lupa daratan kepada semua perkara duniawi kecuali hanya ingat kepada Musa saja,

bayinya yang tersayang. Demikianlah menurut pendapat Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Abu Ubaidah, Ad-Dahhak, Al-Hasan Al-Basri, Qatadah, dan lain-lainnya.


{إِنْ كَادَتْ لَتُبْدِي بِهِ}


Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa. (Al-Qashash: 10) Yakni hampir saja ibu Musa —karena terdorong oleh kerinduannya yang sangat dan kesedihan serta kekecewaannya yang mendalam— benar-benar

akan membuka rahasia dirinya, bahwa anaknya telah hilang, seandainya Allah tidak meneguhkan hatinya dan membuatnya bersikap sabar. Allah Swt. telah berfirman:


{لَوْلا أَنْ رَبَطْنَا عَلَى قَلْبِهَا لِتَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ. وَقَالَتْ لأخْتِهِ قُصِّيهِ}


seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah). Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan, "Ikutilah dia!" (Al-Qashash: 10-11)

Ibu Musa memerintahkan kepada anak perempuannya yang telah dewasa dan dapat mengemban tugas yang akan dipercayakan kepadanya. Ibu Musa berkata, seperti yang disitir oleh firman-Nya:


{قُصِّيهِ}


Ikutilah dia! (Al-Qashash: 11) Maksudnya, ikutilah jejaknya, pantaulah terus beritanya, dan carilah ia ke segenap penjuru kota. Maka saudara perempuan Musa berangkat untuk menunaikan tugas itu.


{فَبَصُرَتْ بِهِ عَنْ جُنُبٍ}


Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh. (Al-Qashash: 11) Menurut Ibnu Abbas, arti Junubin ialah dari dekat. Sedangkan menurut Mujahid artinya dari jauh, yakni saudara perempuan Musa mengamatinya dari kejauhan.

Qatadah mengatakan bahwa saudara perempuan Musa melihatnya dengan pemandangan seakan-akan seseorang yang tidak tahu-menahu tentangnya. Setelah Musa a.s. berada di rumah Fir'aun dan disayangi oleh istri Fir'aun

serta dibebaskan dari kekejaman Fir'aun oleh istrinya, Musa ditawarkan kepada wanita-wanita tukang menyusui yang ada di dalam istana. Tetapi Musa tidak mau menerima air susu seorang pun dari mereka. Maka keluarga Raja Fir'aun

keluar menuju ke pasar dengan harapan akan menjumpai seorang wanita yang layak untuk menyusuinya. Ketika saudara perempuan Musa melihatnya telah berada di tangan keluarga kerajaan Fir'aun, ia langsung mengenalinya,

tetapi tidak menampak­kan identitas dirinya. Mereka pun tidak menyadari bahwa sebenarnya dia adalah saudara perempuan bayi tersebut. Allah Swt. berfirman:


{وَحَرَّمْنَا عَلَيْهِ الْمَرَاضِعَ مِنْ قَبْلُ}


dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusuinya) sebelum itu. (Al-Qashash: 12) Yakni pencegahan secara naluri. Demikian itu karena kemuliaan Musa di sisi Allah dan demi memelihara Musa

dari menyusui kepada selain tetek ibunya, juga karena Allah Swt. telah menjadikan hal tersebut sebagai penyebab kembalinya dia kepada ibunya untuk menyusuinya secara alami. Ibunya bernama Aminah,

yang sebelumnya selalu dicekam oleh rasa takut akan keselamatan bayinya itu. Setelah saudara perempuan Musa melihat mereka (keluarga Fir'aun) kebingungan mencari seorang wanita yang air susunya mau diterima oleh bayi yang mereka bawa.


{هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى أَهْلِ بَيْتٍ يَكْفُلُونَهُ}


maka berkatalah saudara perempuan Musa, 'Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahli bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?” (Al-Qashash: 12) Ibnu Abbas mengatakan bahwa

setelah saudara perempuan Musa mengatakan hal itu kepada mereka, maka mereka menangkapnya karena merasa curiga terhadapnya, lalu mereka menanyainya, "Apakah yang menyebabkan kamu mengetahui bahwa ahli bait itu

pasti akan menyayangi bayi ini dan memperlakukannya dengan kasih sayang?" Saudara perempuan Musa menjawab, "Perlakuan baik mereka terhadap bayi ini dan kasih sayang mereka kepadanya ialah karena mereka menginginkan

agar raja gembira, juga mengharapkan imbalan jasa darinya." Berkat alasannya itu saudara perempuan Musa dilepaskan oleh mereka. Setelah ia mengatakan alasannya itu, selamatlah ia dari gangguan mereka, lalu mereka pergi bersamanya

ke rumahnya. Setelah sampai di rumahnya mereka masuk dengan membawa Musa kepada ibunya. Ibu Musa menyerahkan teteknya kepada Musa, dan Musa langsung menghisapnya, yang mana hal tersebut membuat mereka sangat gembira.

Kemudian dikirimlah seorang pembawa berita gembira kepada istri Fir'aun, lalu istri Fir'aun memanggil ibu Musa untuk menghadap kepadanya. Setelah ibu Musa sampai di istana istri Raja Fir'aun, maka ia diperlakukan dengan baik

dan dihormati serta diberinya hadiah yang berlimpah, sedangkan istri Fir'aun tidak mengetahui bahwa sebenarnya dia adalah ibu bayi itu yang sesungguhnya. Yang diketahui oleh istri Fir'aun hanyalah Musa cocok dengan teteknya.

Kemudian Asiah istri Fir'aun meminta kepada Aminah ibu Musa untuk tinggal di istana sambil menyusui bayi itu, tetapi ibu Musa menolak dengan alasan bahwa sesungguhnya dia mempunyai suami dan banyak anak, ia tidak mampu tinggal di istana

meninggalkan mereka. Tetapi jika istri Fir'aun menyetujui, ia mau menyusuinya di rumahnya sendiri. Akhirnya istri Fir'aun menyetujui usulnya dan memberinya perbelanjaan, pakaian, hubungan yang akrab, perlakuan yang baik,

dan hadiah yang berlimpah. Pada akhirnya ibu Musa pulang ke rumahnya dengan membawa anaknya dengan hati yang puas lagi disukai. Ternyata Allah telah menggantinya dengan rasa aman yang pada sebelumnya ia selalu dicekam

oleh rasa takut, dan Allah memberinya kemuliaan dan kedudukan serta rezeki yang mengalir secara berlimpah. Karena itulah di dalam sebuah hadis disebutkan:


"مَثَلُ الَّذِي يَعْمَلُ وَيَحْتَسِبُ فِي صَنْعَتِهِ الْخَيْرَ، كَمَثَلِ أَمِّ مُوسَى تُرْضِعُ وَلَدَهَا وَتَأْخُذُ أَجْرَهَا"


Perumpamaan orang yang beramal karena mengharapkan rida Allah dalam amal kebaikannya adalah seperti ibu Musa; ia menyusui anaknya dan menerima upahnya. Padahal jarak antara keadaan yang sulit dan keadaan

yang menggembira­kan hanyalah sehari semalam atau lebih dari itu, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Mahasuci Allah Yang di tangan (kekuasaan)Nyalah keputusan terakhir. Segala sesuatu yang dikehendaki-Nya pasti terjadi,

dan segala sesuatu yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak akan terjadi. Dialah Allah yang menjadikan bagi orang yang bertakwa kepada-Nya jalan kemudahan sesudah mengalami kesusahan, dan jalan keluar sesudah kesempitan. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:


{فَرَدَدْنَاهُ إِلَى أُمِّهِ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلا تَحْزَنْ وَلِتَعْلَمَ أَنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ}


Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar. (Al-Qashash: 13) Yaitu benar dalam janji-Nya yang menyatakan bahwa

Dia akan mengembalikan Musa kepadanya dan akan menjadikannya sebagai seorang rasul. Maka sejak saat itu terpenuhilah apa yang diharapkannya dengan kembalinya Musa ke dalam pangkuannya, dengan keyakinan bahwa Musa

kelak akan menjadi seorang rasul. Dengan demikian, maka dalam mendidik Musa ia memperlakukannya sesuai dengan apa yang layak baginya. Firman Allah Swt.:


{وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ}


tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. (Al-Qashash: 13) tentang hikmah-hikmah Allah yang terkandung di dalam semua perbuatan­Nya dan akibat-akibatnya yang terpuji, baik di dunia maupun di akhirat.

Karena adakalanya suatu urusan itu tidak disukai oleh diri kita, padahal akibatnya terpuji, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ}


Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu; dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. (Al-Baqarah: 216)


{فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا}


(maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak (An-Nisa: 19)

Surat Al-Qasas |28:11|

وَقَالَتْ لِأُخْتِهِ قُصِّيهِ ۖ فَبَصُرَتْ بِهِ عَنْ جُنُبٍ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

wa qoolat li`ukhtihii qushshiih, fa bashurot bihii 'an junubiw wa hum laa yasy'uruun

Dan dia (ibunya Musa) berkata kepada saudara perempuan Musa, "Ikutilah dia (Musa)." Maka kelihatan olehnya (Musa) dari jauh, sedang mereka tidak menyadarinya,

And she said to his sister, "Follow him"; so she watched him from a distance while they perceived not.

Tafsir
Jalalain

(Dan ibu Musa berkata kepada saudara perempuan Musa) bernama Maryam, ("Ikutilah dia") maksudnya ikutilah jejaknya sehingga kamu mengetahui bagaimana kesudahan beritanya.

(Maka kelihatanlah olehnya Musa) dia mengawasinya (dari jauh) dari tempat yang jauh seraya menguntitnya (sedangkan mereka tidak mengetahui) bahwa dia adalah saudara perempuan dari bayi tersebut,

dan bahwasanya keberadaannya itu adalah untuk mengikuti jejaknya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 11 |

Penjelasan ada di ayat 10

Surat Al-Qasas |28:12|

وَحَرَّمْنَا عَلَيْهِ الْمَرَاضِعَ مِنْ قَبْلُ فَقَالَتْ هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَىٰ أَهْلِ بَيْتٍ يَكْفُلُونَهُ لَكُمْ وَهُمْ لَهُ نَاصِحُونَ

wa ḥarromnaa 'alaihil-maroodhi'a ming qoblu fa qoolat hal adullukum 'alaaa ahli baitiy yakfuluunahuu lakum wa hum lahuu naashiḥuun

dan Kami cegah dia (Musa) menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu, maka berkatalah dia (saudaranya Musa), "Maukah aku tunjukkan kepadamu, keluarga yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik padanya?"

And We had prevented from him [all] wet nurses before, so she said, "Shall I direct you to a household that will be responsible for him for you while they are to him [for his upbringing] sincere?"

Tafsir
Jalalain

(Dan Kami cegah Musa menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusukannya sebelum itu) maksudnya sebelum ia kembali berada di tangan ibunya. Yakni,

Kami cegah dia untuk menerima air susu perempuan-perempuan yang mau menyusuinya selain dari air susu ibunya sendiri. Maka Nabi Musa menolak semua air susu perempuan-perempuan y

ang dihadirkan untuk menyusuinya (maka berkatalah ia) yakni saudara perempuan Musa, ("Maukah kalian aku tunjukkan kepada ahlul bait) ketika dia melihat mereka menaruh rasa belas kasihan kepada Musa

(yang akan memeliharanya untuk kalian) yakni, yang akan menyusuinya dan mengurusnya (dan mereka dapat berlaku baik kepadanya") menurut penafsiran lain Dhamir Lahu kembali kepada Raja Firaun,

sebagai reaksi dari para pembantunya. Maksudnya setelah mereka mendengar usul saudara Musa, maka mereka menyetujui dan memperkuatnya dengan mengatakannya pula kepada Raja Firaun.

Akhirnya permintaan Maryam dikabulkan, ia datang membawa ibu Musa, ternyata Musa mau menerima air susunya. Kemudian Maryam. memberikan pendapat kepada mereka, bahwa ibu Musa adalah

seorang wanita yang harum baunya dan baik air susunya. Maka ibu Musa diizinkan untuk menyusuinya di rumahnya sendiri, akhirnya ibu Musa kembali membawa bayinya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh firman-Nya,

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 12 |

Penjelasan ada di ayat 10

Surat Al-Qasas |28:13|

فَرَدَدْنَاهُ إِلَىٰ أُمِّهِ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ وَلِتَعْلَمَ أَنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

fa rodadnaahu ilaaa ummihii kai taqorro 'ainuhaa wa laa taḥzana wa lita'lama anna wa'dallohi ḥaqquw wa laakinna akṡarohum laa ya'lamuun

Maka Kami kembalikan dia (Musa) kepada ibunya, agar senang hatinya dan tidak bersedih hati, dan agar dia mengetahui bahwa janji Allah adalah benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya.

So We restored him to his mother that she might be content and not grieve and that she would know that the promise of Allah is true. But most of the people do not know.

Tafsir
Jalalain

(Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya supaya senang hatinya) karena bertemu kembali dengannya (dan tidak berduka cita) setelah itu (dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu)

yang akan mengembalikan Musa kepadanya (adalah benar, tetapi kebanyakan mereka) yakni manusia (tidak mengetahui) janji ini, dan mereka tidak pula mengetahui,

bahwa Maryam adalah saudara Musa dan wanita yang dibawanya adalah ibunya sendiri. Kemudian Musa tinggal bersama ibunya sampai masa penyapihan; setiap hari ibu Musa menerima upah pekerjaan

menyusuinya sebanyak satu Dinar. Ibu Musa mau menerimanya karena menganggap bahwa uang itu adalah harta perang. Setelah itu ia membawanya kembali kepada Firaun, sejak itu Musa dibesarkan di lingkungan istana Firaun,

sebagaimana yang telah diungkapkan oleh firman-Nya sewaktu menceritakan tentang Musa dalam surah Asy Syu'ara, yaitu, "Bukankah kami telah mengasuhmu di dalam (keluarga)

kami waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu." (Q.S. Asy Syu'ara, 18).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 13 |

Penjelasan ada di ayat 10

Surat Al-Qasas |28:14|

وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَاسْتَوَىٰ آتَيْنَاهُ حُكْمًا وَعِلْمًا ۚ وَكَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ

wa lammaa balagho asyuddahuu wastawaaa aatainaahu ḥukmaw wa 'ilmaa, wa każaalika najzil-muḥsiniin

Dan setelah dia (Musa) dewasa dan sempurna akalnya, Kami anugerahkan kepadanya Hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

And when he attained his full strength and was [mentally] mature, We bestowed upon him judgement and knowledge. And thus do We reward the doers of good.

Tafsir
Jalalain

(Dan setelah Musa cukup umur) telah mencapai umur tiga puluh tahun atau tiga puluh tiga tahun (dan sempurna akalnya) yaitu telah mencapai umur empat puluh tahun

(Kami berikan kepadanya hikmah) yakni kebijaksanaan (dan ilmu) yaitu pengetahuan tentang agama sebelum ia diutus menjadi Nabi. (Dan demikianlah)

Kami memberikan balasan kepada Musa (Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik) untuk diri mereka sendiri.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 14 |

Tafsir ayat 14-17

Setelah menceritakan tentang masa bayi Musa, lalu Allah menceritakan masa dewasanya; bahwa setelah Musa berusia dewasa, Dia menganugerahkan kepadanya hikmah dan ilmu. Menurut Mujahid ditafsirkan dengan kenabian.


{وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ}


Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al-Qashash: 14) Selanjutnya Allah menceritakan penyebab atau latar belakang yang menghantarkan Musa sampai kepada tingkatan kenabian

dan diajak berbicara langsung oleh-Nya sesuai dengan apa yang telah ditakdirkan untuknya, yaitu keterlibatannya dalam kasus pembunuhan terhadap seorang Egypt. Peristiwa inilah yang melatarbelakangi keluarnya dia dari negeri Mesir menuju ke negeri Madyan. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{وَدَخَلَ الْمَدِينَةَ عَلَى حِينِ غَفْلَةٍ مِنْ أَهْلِهَا}


Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah. (Al-Qashash: 15) Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Ata Al-Khurrasani, dari Ibnu Abbas, bahwa hal tersebut terjadi antara waktu magrib dan isya.

Ibnul Munkadir meriwayatkan dari Ata ibnu Yasar, dari Ibnu abbas bahwa hal itu terjadi di tengah hari. Hal yang sama telah dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair Ikrimah, As-Saddi, dan Qatadah.


{فَوَجَدَ فِيهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلانِ}


maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi. (Al-Qashash: 15) Yakni keduanya terlibat dalam perkelahian saling memukul dan saling memaki.


{هَذَا مِنْ شِيعَتِهِ}


yang seorang dari golongannya. (Al-Qashash: 15) Yaitu dari kalangan kaum Bani Israil.


{وَهَذَا مِنْ عَدُوِّهِ}


dan seorang (lagi) dari musuhnya. (Al-Qashash: 15) Yakni dari kaum Egypt. Demikianlah menurut pendapat Ibnu Abbas, Qatadah, As-Saddi, dan Muhammad ibnu Ishaq. Lalu orang Bani Israil meminta tolong kepada Musa a.s.,

dan Musa menjumpai kesempatan yang baik untuk menolong bangsanya karena saat itu orang-orang sedang lengah. Lalu ia mendekati orang Egypt itu,


{فَوَكَزَهُ مُوسَى فَقَضَى عَلَيْهِ}


lalu Musa meninjunya dan matilah musuhnya itu. (Al-Qashash: 15) Menurut Mujahid, makna wakazahu ialah memukulnya dengan kepalan tinjunya. Qatadah mengatakan bahwa Musa memukul orang Egypt itu dengan tongkat yang dipegangnya sehingga matilah dia, yakni pukulannya itu menyebabkan kematian orang Mesir tersebut.


{هَذَا مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ عَدُوٌّ مُضِلٌّ مُبِينٌ. قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ. قَالَ رَبِّ بِمَا أَنْعَمْتَ عَلَيَّ}


Musa berkata, "Ini adalah perbuatan setan, sesungguhnya setan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).” Musa mendoa, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diri sendiri. Karena itu,

ampunilah aku.” Maka Allah mengampuni­nya, sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Musa berkata, "Ya Tuhanku, demi nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku.” (Al-Qashash: 15-17)

Yaitu sebagai rasa syukurku atas kedudukan, kemuliaan, dan nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepada diriku.


{فَلَنْ أَكُونَ ظَهِيرًا لِلْمُجْرِمِينَ}


aku sekali-kali tiada akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa. (Al-Qashash: 17) Yakni orang-orang yang kafir kepada-Mu lagi menentang perintah-Mu.

Surat Al-Qasas |28:15|

وَدَخَلَ الْمَدِينَةَ عَلَىٰ حِينِ غَفْلَةٍ مِنْ أَهْلِهَا فَوَجَدَ فِيهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلَانِ هَٰذَا مِنْ شِيعَتِهِ وَهَٰذَا مِنْ عَدُوِّهِ ۖ فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِي مِنْ شِيعَتِهِ عَلَى الَّذِي مِنْ عَدُوِّهِ فَوَكَزَهُ مُوسَىٰ فَقَضَىٰ عَلَيْهِ ۖ قَالَ هَٰذَا مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ ۖ إِنَّهُ عَدُوٌّ مُضِلٌّ مُبِينٌ

wa dakholal-madiinata 'alaa ḥiini ghoflatim min ahlihaa fa wajada fiihaa rojulaini yaqtatilaani haażaa min syii'atihii wa haażaa min 'aduwwih, fastaghooṡahullażii min syii'atihii 'alallażii min 'aduwwihii fa wakazahuu muusaa fa qodhoo 'alaihi qoola haażaa min 'amalisy-syaithoon, innahuu 'aduwwum mudhillum mubiin

Dan dia (Musa) masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka dia mendapati di dalam kota itu dua orang laki-laki sedang berkelahi, yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan yang seorang (lagi) dari pihak musuhnya (kaum Fir´aun). Orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk (mengalahkan) orang yang dari pihak musuhnya, lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Dia (Musa) berkata, "Ini adalah perbuatan setan. Sungguh, dia (setan itu) adalah musuh yang jelas menyesatkan."

And he entered the city at a time of inattention by its people and found therein two men fighting: one from his faction and one from among his enemy. And the one from his faction called for help to him against the one from his enemy, so Moses struck him and [unintentionally] killed him. [Moses] said, "This is from the work of Satan. Indeed, he is a manifest, misleading enemy."

Tafsir
Jalalain

(Dan masuklah) Musa (ke kota) yakni ke kota Firaun, yaitu kota Memphis, sesudah sekian lama ia meninggalkannya (ketika penduduknya sedang lengah) yaitu, pada saat orang-orang istirahat di siang hari

(maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari bangsanya) dari kalangan Bani Israel (dan seorang lagi dari musuhnya) yakni, seorang bangsa Mesir.

Pada mulanya orang Mesir itu menghina warga Bani Israel itu sewaktu orang Mesir itu menyuruhnya untuk membawa kayu bakar ke dapur raja Firaun.

(Maka orang yang dari bangsanya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya) Musa berkata kepada orang Mesir itu, "Lepaskanlah dia dan biarkan dia pergi!".

Menurut suatu riwayat disebutkan, bahwa orang Mesir itu berkata kepada Musa, "Sungguh aku berniat untuk menyeretnya ke hadapanmu" (lalu Musa meninjunya)

memukulnya dengan kepalan tangannya. Musa sangat kuat lagi keras pukulannya (dan musuhnya itupun mati). Musa telah membunuhnya, padahal Musa tidak bermaksud untuk membunuh,

lalu ia menguburnya di dalam pasir (Musa berkata, "Ini adalah) membunuh orang ini (perbuatan setan) yang telah menggelorakan amarahku

(sesungguhnya setan itu adalah musuh) bagi anak Adam (yang menyesatkan) dia (lagi nyata.") permusuhannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 15 |

Penjelasan ada di ayat 14

Surat Al-Qasas |28:16|

قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

qoola robbi innii zholamtu nafsii faghfir lii fa ghofaro lah, innahuu huwal-ghofuurur-roḥiim

Dia (Musa) berdoa, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri, maka ampunilah aku." Maka Dia (Allah) mengampuninya. Sungguh, Allah, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.

He said, "My Lord, indeed I have wronged myself, so forgive me," and He forgave him. Indeed, He is the Forgiving, the Merciful.

Tafsir
Jalalain

(Musa berkata,) seraya menyesal ("Ya Rabbku! Sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri) karena telah membunuh orang Mesir itu

(karena itu ampunilah aku." Maka Allah mengampuninya, Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang). Dia bersifat demikian sejak zaman Azali dan untuk selama-lamanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 16 |

Penjelasan ada di ayat 14