Juz 20
Surat Al-Qasas |28:17|
قَالَ رَبِّ بِمَا أَنْعَمْتَ عَلَيَّ فَلَنْ أَكُونَ ظَهِيرًا لِلْمُجْرِمِينَ
qoola robbi bimaaa an'amta 'alayya fa lan akuuna zhohiirol lil-mujrimiin
Dia (Musa) berkata, "Ya Tuhanku! Demi nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, maka aku tidak akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa."
He said, "My Lord, for the favor You bestowed upon me, I will never be an assistant to the criminals."
(Musa berkata, "Ya Rabbku! Demi nikmat yang telah Engkau limpahkan) (kepadaku) berupa ampunan, peliharalah diriku ini (aku sekali-kali tiada akan menjadi penolong)
yakni menjadi pembantu (bagi orang-orang yang berdosa.") yaitu orang-orang kafir sesudah peristiwa ini, jika Engkau memelihara diriku.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 17 |
Penjelasan ada di ayat 14
Surat Al-Qasas |28:18|
فَأَصْبَحَ فِي الْمَدِينَةِ خَائِفًا يَتَرَقَّبُ فَإِذَا الَّذِي اسْتَنْصَرَهُ بِالْأَمْسِ يَسْتَصْرِخُهُ ۚ قَالَ لَهُ مُوسَىٰ إِنَّكَ لَغَوِيٌّ مُبِينٌ
fa ashbaḥa fil-madiinati khooo`ifay yataroqqobu fa iżallażistanshorohuu bil-amsi yastashrikhuh, qoola lahuu muusaaa innaka laghowiyyum mubiin
Karena itu, dia (Musa) menjadi ketakutan berada di kota itu sambil menunggu (akibat perbuatannya), tiba-tiba orang yang kemarin meminta pertolongan berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya, "Engkau sungguh, orang yang nyata-nyata sesat."
And he became inside the city fearful and anticipating [exposure], when suddenly the one who sought his help the previous day cried out to him [once again]. Moses said to him, "Indeed, you are an evident, [persistent] deviator."
(Karena itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir) apa yang bakal dilakukan oleh keluarga orang yang telah dibunuhnya itu terhadap dirinya
(maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongan kemarin berteriak-teriak meminta pertolongan kepadanya) maksudnya minta tolong lagi dari orang Mesir yang lain. (Musa berkata kepadanya,
"Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang nyata.") kesesatannya, karena apa yang telah kamu perbuat kemarin dan sekarang ini.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 18 |
Tafsir ayat 18-19
Allah Swt. menceritakan keadaan Musa setelah membunuh orang Egypt, bahwa jadilah ia:
{فِي الْمَدِينَةِ خَائِفًا}
di kota itu merasa takut. (Al-Qashash: 18) sebagai akibat dari apa yang telah diperbuatnya.
{يَتَرَقَّبُ}
menunggu-nunggu dengan khawatir. (Al-Qashash: 18) Yakni memantau perkembangan dari perkara yang telah dilakukannya itu. Maka di suatu jalan tiba-tiba ia bersua dengan orang yang pernah ditolongnya kemarin
menghadapi orang Egypt. Ternyata orang itu sedang berkelahi lagi dengan orang Egypt lainnya. Ketika orang Israil itu melihat Musa, ia meminta tolong lagi kepada Musa untuk menghadapi orang Egypt yang menjadi lawannya.
Maka Musa berkata kepadanya:
{إِنَّكَ لَغَوِيٌّ مُبِينٌ}
Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang nyata (kesesatannya). (Al-Qashash: 18) Maksudnya, jelas kesesatannya dan banyak keburukannya. Lalu Musa berniat hendak memukul orang Egypt tersebut,
tetapi orang Israil yang lemah lagi terhina itu mengira bahwa Musa tiada lain hendak memukul dirinya karena apa yang barusan dikatakannya. Maka orang Israil itu berkata membela dirinya:
{يَا مُوسَى أَتُرِيدُ أَنْ تَقْتُلَنِي كَمَا قَتَلْتَ نَفْسًا بِالأمْسِ}
Hai Musa, apakah kamu bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia? (Al-Qashash: 19) Padahal peristiwa tersebut tiada yang mengetahuinya selain dia dan Musa a.s.
Tetapi setelah pengakuan tersebut terdengar oleh orang Egypt yang menjadi lawannya, maka ia segera melarikan diri dan langsung menuju ke istana Fir'aun, lalu melaporkan hal tersebut kepadanya. Dengan demikian,
Fir'aun mengetahui siapa pelaku pembunuhan itu. Maka ia menjadi sangat marah dan bertekad akan membunuh Musa. Kemudian ia mencarinya dengan mengutus orang-orangnya untuk mengejar Musa dan menangkapnya,
lalu dihadapkan kepada dirinya.
Surat Al-Qasas |28:19|
فَلَمَّا أَنْ أَرَادَ أَنْ يَبْطِشَ بِالَّذِي هُوَ عَدُوٌّ لَهُمَا قَالَ يَا مُوسَىٰ أَتُرِيدُ أَنْ تَقْتُلَنِي كَمَا قَتَلْتَ نَفْسًا بِالْأَمْسِ ۖ إِنْ تُرِيدُ إِلَّا أَنْ تَكُونَ جَبَّارًا فِي الْأَرْضِ وَمَا تُرِيدُ أَنْ تَكُونَ مِنَ الْمُصْلِحِينَ
fa lammaaa an arooda ay yabthisya billażii huwa 'aduwwul lahumaa qoola yaa muusaaa a turiidu an taqtulanii kamaa qotalta nafsam bil-amsi in turiidu illaaa an takuuna jabbaaron fil-ardhi wa maa turiidu an takuuna minal-mushliḥiin
Maka ketika dia (Musa) hendak memukul dengan keras orang yang menjadi musuh mereka berdua, dia (musuhnya) berkata, "Wahai Musa! Apakah engkau bermaksud membunuhku, sebagaimana kemarin engkau membunuh seseorang? Engkau hanya bermaksud menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri (ini), dan engkau tidak bermaksud menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian."
And when he wanted to strike the one who was an enemy to both of them, he said, "O Moses, do you intend to kill me as you killed someone yesterday? You only want to be a tyrant in the land and do not want to be of the amenders."
(Maka tatkala) huruf An di sini adalah Zaidah (Musa hendak memegang dengan keras orang yang menjadi musuh keduanya) yakni, musuh Musa dan orang Mesir yang mengejarnya
(musuhnya berkata) yaitu warga Bani Israel musuh orang Mesir yang meminta tolong kepadanya itu, karena ia menduga bahwa Musa akan memukulnya ("Hai Musa! Apakah kamu bermaksud hendak membunuhku,
sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia Tiadalah) yakni tidaklah (kamu bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri ini
dan tiadalah kamu hendak menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian"). Ketika orang yang meminta tolong kepadanya mengatakan demikian,
orang Mesir yang mengerjarnya itu mendengar apa yang dikatakannya, sehingga orang Mesir itu kini mengetahui, bahwa yang membunuh orang kemarin adalah Musa sendiri.
Lalu ia pergi kepada Firaun dan menceritakan hal itu kepadanya. Firaun memerintahkan kepada algojo-algojonya untuk menangkap dan membunuh Nabi Musa. Dengan segera para algojo itu berangkat mencari Musa.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 19 |
Penjelasan ada di ayat 18
Surat Al-Qasas |28:20|
وَجَاءَ رَجُلٌ مِنْ أَقْصَى الْمَدِينَةِ يَسْعَىٰ قَالَ يَا مُوسَىٰ إِنَّ الْمَلَأَ يَأْتَمِرُونَ بِكَ لِيَقْتُلُوكَ فَاخْرُجْ إِنِّي لَكَ مِنَ النَّاصِحِينَ
wa jaaa`a rojulum min aqshol-madiinati yas'aa qoola yaa muusaaa innal-mala`a ya`tamiruuna bika liyaqtuluuka fakhruj innii laka minan-naashiḥiin
Dan seorang laki-laki datang bergegas dari ujung kota seraya berkata, "Wahai Musa! Sesungguhnya para pembesar negeri sedang berunding tentang engkau untuk membunuhmu, maka keluarlah (dari kota ini), sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu."
And a man came from the farthest end of the city, running. He said, "O Moses, indeed the eminent ones are conferring over you [intending] to kill you, so leave [the city]; indeed, I am to you of the sincere advisors."
(Dan datanglah seorang laki-laki) dia adalah seorang yang beriman dari kalangan keluarga Firaun (dari ujung kota) dari batas kota (bergegas-gegas)
berjalan cepat dengan memotong jalan (seraya berkata, "Hai Musa! Sesungguhnya pembesar negeri) dari kalangan kaum Firaun (sedang berunding tentang kamu) maksudnya,
mereka sedang bermusyawarah tentang dirimu (untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah) dari kota ini (sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat.") yakni, saranku ini -perintah agar kamu keluar- adalah nasihat.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 20 |
Penjelasan ada di ayat 18
Allah Swt. berfirman:
{وَجَاءَ رَجُلٌ}
Dan datanglah seorang laki-laki. (Al-Qashash: 20) Orang tersebut disifati sebagai laki-laki (pemberani) karena ia memakai jalan pintas yang lebih dekat untuk mencapai Musa ketimbang jalan yang dilalui
oleh orang-orang yang mengejar Musa, sehingga ia mendahului mereka sampai kepada Musa, lalu ia berkata kepada Musa, " Hai Musa,
{إِنَّ الْمَلأ يَأْتَمِرُونَ بِكَ}
sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu. (Al-Qashash: 20) Yakni mereka bermusyawarah di antara sesama mereka tentang dirimu.
{لِيَقْتُلُوكَ فَاخْرُجْ} أَيْ: مِنَ الْبَلَدِ {إِنِّي لَكَ مِنَ النَّاصِحِينَ}
untuk membunuhmu. Sebab itu, keluarlah (dari kota ini). Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu.” (Al-Qashash: 20)
Surat Al-Qasas |28:21|
فَخَرَجَ مِنْهَا خَائِفًا يَتَرَقَّبُ ۖ قَالَ رَبِّ نَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
fa khoroja min-haa khooo`ifay yataroqqobu qoola robbi najjinii minal-qoumizh-zhoolimiin
Maka keluarlah dia (Musa) dari kota itu dengan rasa takut, waspada (kalau ada yang menyusul atau menangkapnya), dia berdoa, "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu."
So he left it, fearful and anticipating [apprehension]. He said, "My Lord, save me from the wrongdoing people."
(Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir) apakah dirinya akan dapat dikejar oleh orang-orang yang mencarinya atau pertolongan Allah datang
menyelamatkan dirinya (dia berdoa, "Ya Rabbku! Selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu") yaitu, kaum Firaun.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 21 |
Tafsir ayat 21-24
Setelah ia mendapat berita dari lelaki tersebut yang menyatakan bahwa Fir'aun dan seluruh orang negerinya sedang berbuat makar untuk menangkapnya, maka Musa keluar sendirian meninggalkan negeri Mesir,
padahal sebelum itu ia tidak biasa mengembara, karena ia selalu hidup dalam kemewahan dan kesenangan serta kedudukan yang tinggi.
{فَخَرَجَ مِنْهَا خَائِفًا يَتَرَقَّبُ قَالَ رَبِّ نَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ}
Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir. Dia berdoa, "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu.” (Al-Qashash: 21) Yaitu dari Fir'aun
dan pembesar-pembesar kerajaannya. Para ulama menyebutkan bahwa Allah Swt. mengirimkan kepada Musa seorang malaikat mengendarai kuda, lalu menuntun Musa ke jalan yang ditujunya, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
{وَلَمَّا تَوَجَّهَ تِلْقَاءَ مَدْيَنَ}
Dan tatkala ia menghadap ke jurusan Madyan. (Al-Qashash: 22) Yakni menempuh jalan yang menghantarkan ke tujuannya telah terbentang di hadapannya. Maka bergembiralah ia.
{قَالَ عَسَى رَبِّي أَنْ يَهْدِيَنِي سَوَاءَ السَّبِيلِ}
ia berdoa (lagi), "Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar.” (Al-Qashash: 22 ) Yaitu jalan yang sebenarnya; dan Allah memenuhi permintaannya, lalu memberinya petunjuk ke jalan yang lurus di dunia dan akhirat dan menjadikan Musa seorang yang dapat memberi petunjuk lagi diberi petunjuk.
{وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ}
Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan. (Al-Qashash: 23) Maksudnya, setelah sampai di negeri Madyan, ia mendatangi sumber air yang ada di kota itu. Kota tersebut mempunyai sebuah sumur yang didatangi oleh banyak penggembala ternak.
{وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ}
ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya). (Al-Qashash: 23) Yakni sekumpulan banyak orang yang sedang memberi minum ternaknya.
{يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأتَيْنِ تَذُودَانِ}
dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). (Al-Qashash: 23) Yaitu mengekang ternak dombanya agar jangan ikut minum dengan ternak mereka agar keduanya tidak disakiti oleh para gembala itu. Ketika Musa melihat kedua wanita itu, timbullah rasa kasihannya.
{قَالَ مَا خَطْبُكُمَا}
Musa bertanya, "Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?” (Al-Qashash: 23) Artinya, mengapa kamu tidak ikut meminumkan ternakmu bersama para penggembala itu?
{قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ}
Kedua wanita itu menjawab, 'Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan (ternaknya). (Al-Qashash: 23) Yakni kami tidak dapat memperoleh bagian meminumkan ternak kami kecuali sesudah mereka selesai meminumkan ternaknya.
{وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ}
sedangkan, bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut usianya.” (Al-Qashash: 23) Itulah latar belakang yang mendesak kami mengalami keadaan yang engkau saksikan sendiri sekarang ini. Dalam firman berikutnya disebutkan:
{فَسَقَى لَهُمَا}
Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya. (Al-Qashash: 24) Abu Bakar ibnu Abu Syaibah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq,
dari Amr ibnu Maimun Al-Audi, dari Umar ibnul Khattab r.a., bahwa Musa a.s. setelah sampai di sumber air negeri Madyan, dia menjumpai sekumpulan orang-orang yang sedang memberi minum ternak mereka. Setelah selesai,
lalu mereka mengembalikan batu besar penutup sumur itu yang tidak dapat diangkat kecuali hanya oleh sepuluh orang laki-laki. Tiba-tiba Musa melihat dua orang wanita yang sedang menambat ternaknya. Ia bertanya,
"Apakah gerangan yang dialami oleh kamu berdua?" Lalu keduanya menceritakan perihal dirinya kepada Musa, maka Musa mendatangi batu besar itu dan mengangkatnya sendirian. Kemudian tidaklah ia memberi minum ternak keduanya,
melainkan cukup hanya dengan setimba air dan ternyata ternak kedua wanita itu kenyang. Sanad riwayat ini sahih. Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ تَوَلَّى إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنزلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ}
kemudian dia kembali ke tempat yang teduh, lalu berdoa, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku". (Al-Qashash: 24) Ibnu Abbas mengatakan bahwa Musa berjalan
meninggalkan negeri Mesir di malam hari menuju ke negeri Madyan, sedangkan ia tidak membawa bekal makanan, terkecuali hanya sayuran dan dedaunan pohon. Dia berangkat tanpa alas kaki. Ketika sampai di negeri Madyan,
kedua telapak kakinya melepuh, lalu ia duduk istirahat di bawah naungan sebuah pohon. Padahal dia adalah makhluk pilihan Allah dari makhluk-Nya, namun perutnya benar-benar kempis seakan-akan menyatu dengan punggungnya
karena kelaparan, dan sesungguhnya seakan-akan hijaunya sayur-sayuran yang dimakannya kelihatan dari balik perutnya. Sesungguhnya dia benar-benar sangat membutuhkan buah kurma, walaupun hanya satu biji atau separuhnya.
Firman Allah Swt.:
{إِلَى الظِّلِّ}
ke tempat yang teduh. (Al-Qashash: 24) Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, dan As-Saddi mengatakan bahwa Musa duduk istirahat di bawah sebuah pohon. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Husain ibnu Amr Al-Anqazi,
telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Amr ibnu Maimun, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa ia memacu untanya selama dua malam,
akhirnya sampailah ia ke negeri Madyan, lalu ia menanyakan tentang pohon yang pernah dipakai untuk bernaung oleh Nabi Musa a.s. Ternyata pohon itu sangat hijau yang penuh dengan dedaunan. Lalu untanya yang sedang kelaparan
langsung memakan dedaunannya. Selama sesaat untanya memakan dedaunan pohon itu, lalu memamahnya. Maka ia berdoa untuk Musa a.s., setelah itu Ibnu Mas'ud pergi meninggalkannya. Menurut riwayat lain yang bersumber
dari Ibnu Mas'ud, ia pergi menuju ke pohon yang Musa pernah diajak berbicara langsung oleh Allah, seperti yang akan dijelaskan kemudian, insya Allah; dan hanya Allahlah Yang Maha Mengetahui. As-Saddi mengatakan,
pohon tersebut adalah pohon samur. Ata ibnus Sa'ib mengatakan bahwa ketika Musa berdoa: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku. (Al-Qashash: 24)
Doanya itu terdengar oleh wanita tersebut.
Surat Al-Qasas |28:22|
وَلَمَّا تَوَجَّهَ تِلْقَاءَ مَدْيَنَ قَالَ عَسَىٰ رَبِّي أَنْ يَهْدِيَنِي سَوَاءَ السَّبِيلِ
wa lammaa tawajjaha tilqooo`a madyana qoola 'asaa robbiii ay yahdiyanii sawaaa`as-sabiil
Dan ketika dia menuju ke arah negeri Madyan dia berdoa lagi, "Mudah-mudahan Tuhanku memimpin aku ke jalan yang benar."
And when he directed himself toward Madyan, he said, "Perhaps my Lord will guide me to the sound way."
(Dan tatkala ia menghadap) yakni menuju (ke jurusan negeri Madyan) ke arahnya. Madyan adalah nama kota tempat nabi Syuaib, yang jauhnya kira-kira delapan hari perjalanan dari kota Mesir.
Kota tersebut dinamai dengan nama pendirinya yaitu Madyan ibnu Ibrahim, sedangkan Nabi Musa belum mengetahui jalan menuju ke arahnya (ia berdoa lagi, "Mudah-mudahan Rabbku memimpinku ke jalan yang benar")
maksudnya, jalan yang menuju ke arah negeri Madyan yang tidak terlalu jauh dan juga tidak terlalu dekat, yakni pertengahan. Allah mengutus malaikat yang membawa tongkat, lalu malaikat itu memimpin Nabi Musa menuju ke negeri Madyan.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 22 |
Penjelasan ada di ayat 21
Surat Al-Qasas |28:23|
وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأَتَيْنِ تَذُودَانِ ۖ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا ۖ قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّىٰ يُصْدِرَ الرِّعَاءُ ۖ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ
wa lammaa waroda maaa`a madyana wajada 'alaihi ummatam minan-naasi yasquuna wa wajada min duunihimumro`ataini tażuudaan, qoola maa khothbukumaa, qoolataa laa nasqii ḥattaa yushdiror-ri'aaa`u wa abuunaa syaikhung kabiir
Dan ketika dia sampai di sumber air negeri Madyan, dia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang memberi minum (ternaknya), dan dia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang perempuan sedang menghambat (ternaknya). Dia (Musa) berkata, "Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?" Kedua (perempuan) itu menjawab, "Kami tidak dapat memberi minum (ternak kami), sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan (ternaknya), sedang ayah kami adalah orang tua yang telah lanjut usianya."
And when he came to the well of Madyan, he found there a crowd of people watering [their flocks], and he found aside from them two women driving back [their flocks]. He said, "What is your circumstance?" They said, "We do not water until the shepherds dispatch [their flocks]; and our father is an old man."
(Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan) yaitu, sebuah sumur yang ada di negeri Madyan, makna yang dimaksud ialah dia telah sampai ke negeri Madyan
(ia menjumpai di tempat itu sekumpulan) sekelompok (orang-orang yang sedang memberi minum) ternaknya (dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu) selain mereka
(dua orang wanita yang sedang menahan ternaknya) maksudnya mencegah ternaknya supaya jangan merebut bagian air minum ternak orang lain. (Musa berkata) kepada kedua wanita itu,
("Apakah gerangan yang terjadi pada kalian berdua") maksudnya, mengapa kalian berdua tidak meminumkan ternak kalian berdua (Kedua wanita itu menjawab, "Kami tidak dapat meminumkannya sebelum penggembala-penggembala itu
memulangkan ternaknya). Lafal Ar Ri'a bentuk jamak dari Ra'in artinya penggembala. Maksudnya, sebelum mereka selesai dari meminumkan ternaknya, karena keduanya takut berdesak-desakan; setelah mereka bubar,
baru meminumkan ternaknya. Menurut qiraat yang lain dibaca Yushdira yang berasal dari Fi'il Ruba'i yakni Ashdara, maknanya ialah, sebelum mereka membubarkan ternaknya dari sumur itu
(sedangkan bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya") maksudnya, tidak mampu lagi untuk meminumkan ternaknya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 23 |
Penjelasan ada di ayat 21
Surat Al-Qasas |28:24|
فَسَقَىٰ لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّىٰ إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ
fa saqoo lahumaa ṡumma tawallaaa ilazh-zhilli fa qoola robbi innii limaaa anzalta ilayya min khoirin faqiir
Maka dia (Musa) memberi minum (ternak) kedua perempuan itu, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan (makanan) yang Engkau turunkan kepadaku."
So he watered [their flocks] for them; then he went back to the shade and said, "My Lord, indeed I am, for whatever good You would send down to me, in need."
(Maka Musa memberi minum ternak itu untuk menolong keduanya) dari air sumur lain yang berada di dekat sumur itu, kemudian Nabi Musa mengangkat batu besar yang menutupinya,
konon batu itu hanya dapat diangkat oleh sepuluh orang yang kuat (kemudian ia kembali) setelah itu Musa kembali lagi (ke tempat yang teduh) di bawah pohon Samurah,
karena pada saat itu hari sangat panas dan ia dalam keadaan lapar (lalu berdoa, "Ya Rabbku! Sesungguhnya aku terhadap kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku) yang dimaksud adalah makanan
(sangat memerlukan.") sangat membutuhkannya. Lalu kedua wanita itu kembali ke rumah bapak mereka, kejadian ini membuat bapaknya terkejut, karena mereka berdua kembali lebih cepat dari biasanya.
Maka bapaknya menanyakan tentang hal tersebut. Lalu diceritakan kepadanya tentang seorang lelaki yang telah menolongnya memberi minum ternaknya. Bapak mereka bertanya kepada salah seorang dari keduanya,
"Coba panggillah dia untuk menghadap kepadaku". Lalu Allah berfirman,
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 24 |
Penjelasan ada di ayat 21
Surat Al-Qasas |28:25|
فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ قَالَتْ إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا ۚ فَلَمَّا جَاءَهُ وَقَصَّ عَلَيْهِ الْقَصَصَ قَالَ لَا تَخَفْ ۖ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
fa jaaa`at-hu iḥdaahumaa tamsyii 'alastiḥyaaa`ing qoolat inna abii yad'uuka liyajziyaka ajro maa saqoita lanaa, fa lammaa jaaa`ahuu wa qoshsho 'alaihil-qoshosho qoola laa takhof, najauta minal-qoumizh-zhoolimiin
Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua perempuan itu berjalan dengan malu-malu, dia berkata, "Sesungguhnya ayahku mengundangmu untuk memberi balasan sebagai imbalan atas (kebaikanmu memberi minum ternak) kami." Ketika (Musa) mendatangi ayah wanita itu (Syeikh Madyan) dan dia (Syeikh Madyan) menceritakan kepadanya kisah (mengenai dirinya), dia berkata, "Janganlah engkau takut! Engkau telah selamat dari orang-orang yang zalim itu."
Then one of the two women came to him walking with shyness. She said, "Indeed, my father invites you that he may reward you for having watered for us." So when he came to him and related to him the story, he said, "Fear not. You have escaped from the wrongdoing people."
(Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan) seraya menutupkan kain kerudung ke mukanya karena malu kepada Nabi Musa
(ia berkata, "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap kebaikanmu memberi minum ternak kami") Nabi Musa memenuhi panggilannya dan menolak dalam hatinya upah
yang akan diberikan kepadanya, karena seolah-olah wanita itu bermaksud hendak memberi upah dan menganggap dirinya sebagai seorang upahan.
Kemudian wanita itu berjalan di muka Nabi Musa tiba-tiba angin meniup kainnya, sehingga terlihat kedua betisnya. Lalu Nabi Musa berkata kepadanya,
"Berjalanlah engkau di belakangku dan tunjukkanlah jalan itu kepadaku". Wanita itu menuruti apa yang dikatakan oleh Nabi Musa, sehingga Nabi Musa sampai ke tempat bapak wanita itu,
dia adalah Nabi Syuaib a.s. Ketika Nabi Musa sampai di hadapannya ternyata telah disiapkan makan malam, maka Nabi Syuaib berkata, "Duduklah, kemudian makan malamlah". Nabi Musa menjawab,
"Aku khawatir jika makan malam ini sebagai imbalan karena aku telah memberi minum ternak keduanya, sedangkan aku berasal dari ahlul bait yang tidak pernah meminta imbalan dari suatu pekerjaan yang baik".
Nabi Syuaib berkata, "Tidak, ini merupakan tradisiku dan tradisi nenek moyangku. Kami biasa menjamu tamu kami, juga biasa memberi makan". Nabi Musa baru mau memakannya
dan menceritakan kepadanya semua apa yang telah ia alami. Untuk itu maka Allah swt. berfirman, ("Maka tatkala Musa mendatangi bapak wanita itu dan menceritakan kepadanya kisah mengenai dirinya)
lafal Al Qashash adalah Mashdar yang bermakna Isim Maf'ul; maksudnya Nabi Musa menceritakan kepadanya tentang pembunuhannya terhadap seorang bangsa Mesir dan niat bangsa Mesir untuk membunuhnya,
serta kekhawatirannya terhadap Firaun (Syuaib berkata, 'Janganlah kamu takut! Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim'.") karena tidak ada kekuasaan bagi Firaun atas negeri Madyan.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 25 |
Tafsir ayat 25-28
Setelah kedua wanita itu pulang dengan cepat membawa ternak kambingnya, maka ayah mereka merasa heran karena keduanya kembali begitu cepat, lain dari biasanya. Lalu ayah mereka menanyakan apa yang dialami oleh keduanya,
maka keduanya menceritakan apa yang telah dilakukan oleh Musa a.s. terhadap keduanya. Kemudian ayah mereka mengutus salah seorang dari keduanya untuk memanggil Musa menghadap kepadanya. Hal ini dikisahkan oleh Allah Swt.
melalui firman-Nya:
{فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ}
Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan. (Al-Qashash: 25) Yakni seperti jalannya perawan, sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Amirul Mukminin Umar r.a.
yang telah mengatakan bahwa wanita itu datang dengan menutupi wajahnya memakai lengan bajunya (sebagaimana layaknya seorang perawan). Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Na'im,
telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Amr ibnu Maimun yang mengatakan, "Umar ibnul Khattab r.a. pernah mengatakan bahwa wanita itu datang berjalan kaki dengan kemalu-maluan seraya menutupkan kain bajunya
ke wajahnya dengan sikap yang sopan dan tutur kata yang halus." Sanad riwayat ini sahih. Al-Jauhari mengatakan bahwa السَّلْفَعُ dikaitkan dengan lelaki artinya pemberani, dan dikaitkan dengan wanita artinya pemberani lagi ambisius,
sedangkan dikaitkan dengan unta betina artinya yang kuat.
{قَالَتْ إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا}
Ia berkata, "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami." (Al-Qashash: 25) Undangan tersebut diungkapkannya dengan sopan dan tutur kata yang beretika.
Ia tidak mengundangnya secara langsung agar tidak menimbulkan kecurigaan atau tanda tanya, bahkan ia mengatakan: "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum ternak kami.”
(Al-Qashash-25) Yakni untuk memberimu imbalan atas jasamu memberi minum ternak kami.
{فَلَمَّا جَاءَهُ وَقَصَّ عَلَيْهِ الْقَصَصَ}
Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya dan menceritakan kepadanya kisah (tentang dirinya). (Al-Qashash: 25) Musa mengisahkan kepadanya cerita tentang dirinya dan latar belakang yang menyebabkannya keluar meninggalkan negerinya.
{قَالَ لَا تَخَفْ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ}
Syu’aib berkata, "Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu.” (Al-Qashash: 25) Maksudnya, tenangkanlah dirimu dan bergembiralah, sesungguhnya engkau telah keluar dari wilayah kekuasaan mereka,
maka tiada kekuasaan bagi mereka di negeri kami. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu. (Al-Qashash: 25) Ulama tafsir berbeda pendapat mengenai siapa yang dimaksud
dengan bapak wanita itu. Banyak pendapat di kalangan mereka, antara lain ada yang mengatakan bahwa lelaki itu adalah Syu'aib a.s. yang diutus oleh Allah kepada penduduk negeri Madyan. Pendapat inilah yang terkenal
di kalangan kebanyakan ulama, dan dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz Al-Azdi,
telah menceritakan kepada kami Malik ibnu Anas, telah sampai suatu berita kepadanya yang mengatakan bahwa lelaki yang didatangi oleh Musa —lalu Musa menceritakan kisah perihal dirinya— itu adalah Syu'aib. Syu'aib menjawab:
Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu. (Al-Qashash: 25) Imam Tabrani telah meriwayatkan melalui Salamah ibnu Sa'd Al-Gazi bahwa ia menjadi delegasi kaumnya menghadap kepada Rasulullah Saw.
Maka beliau Saw. bersabda kepadanya:
"مَرْحَبًا بِقَوْمِ شُعَيْبٍ وأَخْتان مُوسَى، هُديت"
Selamat datang, kaum Syu'aib dan kaum dua saudara perempuan Musa, engkau telah mendapat petunjuk. Ulama lainnya mengatakan bahwa lelaki itu adalah keponakan Nabi Syu'aib. Menurut pendapat yang lainnya lagi,
lelaki itu adalah orang mukmin dari kalangan kaumnya Nabi Syu'aib. Ulama lainnya lagi mengatakan bahwa Syu'aib a.s. hidup jauh sebelum masa Nabi Musa a.s. dalam jangka masa yang cukup lama, karena disebutkan oleh firman-Nya
bahwa Syu'aib berkata kepada kaumnya:
{وَمَا قَوْمُ لُوطٍ مِنْكُمْ بِبَعِيدٍ}
sedangkan kaum Lut tidak (pula) jauh dari kamu. (Hud: 89) Dan binasanya kaum Lut terjadi di masa Nabi Ibrahim a.s. berdasarkan keterangan dari nas Al-Qur'an. Telah diketahui pula bahwa jarak antara masa Nabi Ibrahim dan Nabi Musa
cukup jauh, lebih dari empat abad, sebagaimana yang telah disebutkan oleh banyak ulama. Dan mengenai pendapat yang mengatakan bahwa Nabi Syu'aib hidup dalam masa yang lama, tiada lain —hanya Allah Yang Maha Mengetahui—
hanyalah untuk menghindari kemusykilan ini. Kemudian hal yang menguatkan bahwa lelaki itu bukanlah Syu'aib ialah seandainya dia adalah Syu'aib sudah dapat dipastikan Al-Qur'an akan menyebutkan namanya dengan jelas dalam kisah ini,
dan ternyata kenyataannya tidak. Sedangkan mengenai apa yang disebutkan dalam salah satu hadis yang menjelaskan bahwa nama lelaki itu adalah Syu'aib dalam kisah Musa, sanadnya tidak sahih seperti apa yang akan kami jelaskan,
insya Allah. Kemudian menurut keterangan yang didapat di dalam kitab-kitab kaum Bani Israil, nama lelaki tersebut adalah Sairun; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Abu Ubaidah ibnu Abdullah ibnu Mas'ud mengatakan bahwa
Sairun adalah keponakan Nabi Syu'aib a.s. Telah diriwayatkan dari Abu Hamzah, dari Ibnu Abbas, bahwa orang yang menyewa Nabi Musa a.s. untuk bekerja padanya bernama Yasra, penguasa negeri Madyan.
Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Kemudian Ibnu Jarir mengatakan bahwa masalah ini tidak dapat dipastikan kecuali berdasarkan hadis yang dapat dijadikan pegangan sebagai hujah dalam masalah ini.
Firman Allah Swt.:
{قَالَتْ إِحْدَاهُمَا يَا أَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الأمِينُ}
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, "Ya Bapakku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat
lagi dapat dipercaya.” (Al-Qashash: 26) Yakni salah seorang anak perempuan lelaki itu mengajukan usul tersebut kepada ayahnya. Wanita tersebut berjalan di belakang Musa a.s. Sesampainya di rumah, ia berkata kepada ayahnya:
Ya Bapakku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita). (Al-Qashash: 26) Untuk menggembalakan ternak kambing kita. Umar, Ibnu Abbas, Syuraih Al-Qadi, Abu Malik, Qatadah, Muhammad ibnu Ishaq, dan lain-lainnya
yang bukan hanya seorang telah mengatakan bahwa tatkala wanita itu mengatakan: karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. (Al-Qashash: 26)
Maka ayahnya bertanya, "Apakah yang mendorongmu menilainya seperti itu?" Ia menjawab, "Sesungguhnya dia dapat mengangkat batu besar yang tidak dapat diangkat kecuali hanya oleh sepuluh orang laki-laki. Dan sesungguhnya
ketika aku berjalan bersamanya, aku berada di depannya, namun ia mengatakan kepadaku, "Berjalanlah kamu di belakangku. Jika aku salah jalan, beri tahulah aku dengan lemparan batu kerikil, agar aku mengetahui jalan mana
yang harus kutempuh." Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari Abu Ubaidah, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa orang yang paling pandai dalam berfirasat ada tiga orang, yaitu: Abu Bakar ketika berfirasat
terhadap Umar (sebagai penggantinya), teman Nabi Yusuf ketika mengatakan (kepada istrinya), "Hormatilah kedudukannya"; dan teman wanita Nabi Musa ketika berkata: Ya Bapakku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita),
karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. (Al-Qashash: 26) Ayah wanita itu mengatakan:
{إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنْكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ}
Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini. (Al-Qashash: 27) Musa a.s. diminta oleh lelaki tua itu untuk menggembalakan ternak kambingnya. Sebagai balasannya,
ia akan mengawinkan Musa dengan salah seorang anak perempuannya. Syu'aib Al-Jiba'i mengatakan bahwa nama kedua wanita itu adalah Safuriya dan Layya. Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, nama keduanya ialah Safuriya
dan Syarafa yang juga disebut Layya. Murid-murid Imam Abu Hanifah menyimpulkan dalil dari ayat ini untuk menunjukkan keabsahan transaksi jual beli yang penjualnya mengatakan kepada pembelinya, "Aku jual kepadamu
salah seorang dari kedua budak ini dengan harga seratus." Lalu pihak pembeli menjawab, "Saya beli." Transaksi jual beli seperti ini sah. Firman Allah Swt.:
{عَلَى أَنْ تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَ}
atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun; dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun, maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu. (Al-Qashash: 27) Yakni dengan syarat bahwa kamu gembalakan ternak kambingku
selama delapan tahun. Dan jika kamu menambah dua tahun lagi secara sukarela, maka itu adalah kebaikanmu. Tetapi jika tidak, maka delapan tahun sudah cukup.
{وَمَا أُرِيدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّالِحِينَ}
maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik. (Al-Qashash: 27) Maksudnya, aku tidak akan memberatimu, tidak akan mengganggumu, serta tidak pula mendebatmu
sesudah itu. Mazhab Imam Auza'i menyimpulkan dalil dari ayat ini, bahwa bila seseorang berkata, "Aku jual barang ini kepadamu seharga sepuluh dinar kontan atau dua puluh dinar secara kredit," transaksi tersebut sah
dan pihak pembeli boleh memilih salah satu dari kedua alternatif tersebut, hukumnya sah (halal). Akan tetapi, ada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud menyanggah mazhab ini, yaitu hadis yang mengatakan:
"مَنْ بَاعَ بَيْعَتَيْنِ فِي بَيْعَةٍ، فَلَهُ أَوَكَسُهُمَا أَوِ الرِّبَا "
Barang siapa yang melakukan dua harga dalam satu transaksi jual beli, maka ia harus mengambil harga yang paling rendah atau riba (bila mengambil yang tertinggi). Mengenai pengambilan dalil dari ayat ini dan hadis di atas
yang menyanggahnya, pembahasannya memerlukan keterangan panjang dan lebar, tetapi bukan dalam kitab tafsir ini tempatnya. Namun, murid-murid Imam Ahmad dan para pengikutnya mengambil dalil dari ayat ini yang menunjukkan
keabsahan mengupah orang sewaan dengan imbalan berupa makanan dan sandang. Mereka memperkuatnya dengan hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah Muhammad ibnu Yazid ibnu Majah di dalam kitab sunannya,
yaitu dalam Bab "Menyewa Orang Upahan dengan Imbalan Berupa Makanan."
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُصَفَّى الحِمْصي، حَدَّثَنَا بَقيَّة بْنُ الْوَلِيدِ، عَنْ مَسْلَمَةَ بْنِ عَلِيٍّ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي أَيُّوبَ، عَنِ الْحَارِثِ بْنِ يَزِيدَ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ رَبَاح قَالَ: سَمِعْتُ عُتبةَ بْنَ النُّدَّر يَقُولُ: كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَرَأَ {طسم} ، حَتَّى إِذَا بَلَغَ قِصَّةَ مُوسَى قَالَ: "إِنَّ مُوسَى أجَّرَ نَفْسَهُ ثَمَانِيَ سِنِينَ أَوْ: عَشْرَسِنِينَ عَلَى عِفَّةِ فَرْجِهِ وَطَعَامِ بَطْنِهِ
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musaffa, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah ibnul Walid, dari Maslamah ibnu Ali, dari Sa'id ibnu Abu Ayyub,
dari Al-Haris ibnu Yazid, dari Ali ibnu Rabbah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Atabah ibnul Munzir As-Sulami menceritakan, "Ketika kami berada di rumah Rasulullah Saw. yang saat itu beliau sedang membaca surat Ta Sin Mim
(surat Al-Qashash), dan ketika bacaan beliau Saw. sampai di kisah Musa, maka beliau bersabda: 'Sesungguhnya Musa menjual jasanya selama delapan atau sepuluh tahun dengan imbalan pemeliharaan kemaluannya (kawin)
dan kebutuhan makannya'.” Hadis bila ditinjau dari segi jalurnya berpredikat lemah, karena Maslamah ibnu Ali Al-Khusyani Ad-Dimasyqi Al-Balati orangnya daif dalam periwayatan hadis menurut para imam ahli hadis. Namun,
hadis ini diriwayatkan pula melalui jalur lain, hanya masih disangsikan pula kesahihannya.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَة، حَدَّثَنَا صَفْوَانُ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ لَهيعة، عَنِ الْحَارِثِ بْنِ يَزِيدَ الْحَضْرَمِيِّ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ رَبَاح اللخمي قال: سمعت عتبة بن الندر السُّلَمِيَّ -صَاحِبُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -يُحَدِّثُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ مُوسَى آجَرَ نَفْسَهُ بِعِفَّةِ فَرْجِهِ، وَطُعْمَةِ بَطْنِهِ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Safwan, telah menceritakan kepada kami Al-Walid, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Lahi'ah,
dari Al-Haris ibnu Yazid Al-Hadrami, dari Ali ibnu Rabbah Al-Lakhami yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Atabah ibnul Munzir As-Sulami (sahabat Rasulullah Saw.) menceritakan hadis berikut, bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Sesungguhnya Musa a.s. menjual jasanya dengan imbalan pemeliharaan kemaluannya (kawin) dan kebutuhan makannya. Firman Allah Swt, yang menceritakan ucapan Musa a.s.:
{قَالَ ذَلِكَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ أَيَّمَا الأجَلَيْنِ قَضَيْتُ فَلا عُدْوَانَ عَلَيَّ وَاللَّهُ عَلَى مَا نَقُولُ وَكِيلٌ}
Dia (Musa) berkata, "Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan.”
(Al-Qashash: 28) Sesungguhnya Musa berkata kepada mertuanya, "Urusan ini sesuai dengan apa yang telah engkau katakan bahwa engkau mempekerjakanku selama delapan tahun, jika aku menyelesaikan kontrakku selama sepuluh tahun
maka tambahan (lebihan 2 tahun) itu dariku secara sukarela. Dan manakala aku menyelesaikan yang mana saja di antara kedua masa yang terpendek, berarti aku telah memenuhi janjiku dan bebas dari keterikatan."
{أَيَّمَا الأجَلَيْنِ قَضَيْتُ فَلا عُدْوَانَ عَلَيَّ}
Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku. (Al-Qashash: 28) Yakni tiada beban lagi atas diriku, sekalipun masa yang sempurna adalah yang lebih utama karena berdasarkan dalil lain yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{فَمَنْ تَعَجَّلَ فِي يَوْمَيْنِ فَلا إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَنْ تَأَخَّرَ فَلا إِثْمَ عَلَيْهِ}
Barang siapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, maka tiada dosa baginya. Dan barang siapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada dosa pula baginya. (Al-Baqarah; 203)
Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada Hamzah ibnu Amr Al-Aslami yang banyak puasanya, yang saat itu ia menanyakan kepada Rasulullah Saw. tentang berpuasa dalam perjalanan. Maka beliau menjawab:
"إِنْ شِئْتَ فَصُمْ، وَإِنْ شِئْتَ فَأَفْطِرْ"
Jika kamu suka puasa, boleh puasa; dan jika kamu suka berbuka, boleh berbuka. Padahal telah dimaklumi bahwa mengerjakan puasa lebih dikuatkan berdasarkan dalil dari hadis lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa yang dimaksud
oleh Nabi Musa a.s. dengan jawabannya itu tiada lain berniat akan menyempurnakan masa yang paling sempurna di antara kedua masa tersebut. Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdur Rahim,
telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Marwan ibnu Syuja', dari Salim Al-Aftas, dari Sa'id ibnu Jubair yang mengatakan bahwa ia pernah ditanya oleh seorang Yahudi Hirah,
"Manakah di antara kedua masa itu yang diselesaikan oleh Musa?" Aku menjawab, "Tidak tahu", hingga aku mendatangi orang Arab yang paling alim, dialah Ibnu Abbas r.a. Lalu aku bertanya kepadanya mengenai masalah ini,
maka ia menjawab, "Sesungguhnya Musa menunaikan masa yang paling sempurna di antara kedua masa itu, karena sesungguhnya utusan Allah itu apabila berkata pasti menunaikannya." Hal yang sama telah diriwayatkan
oleh Hakim ibnu Jubair dan lain-lainnya dari Sa'id ibnu Jubair. Di dalam hadis Futun disebutkan melalui riwayat Al-Qasim ibnu Abu Ayyub, dari Sa'id ibnu Jubair, bahwa orang yang menanyai pertanyaan tersebut adalah seorang lelaki
beragama Nasrani. Akan tetapi, riwayat yang pertama lebih mendekati kebenaran. Telah diriwayatkan melalui hadis Ibnu Abbas secara marfu' oleh Ibnu Jarir.
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدٍ الطُّوسِيُّ، حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ يَحْيَى بْنِ أَبِي يَعْقُوبَ، عَنِ الْحَكَمِ بْنِ أَبَانَ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "سَأَلْتُ جِبْرِيلَ: أَيَّ الْأَجَلَيْنِ قَضَى مُوسَى قَالَ: أَكْمَلَهُمَا وَأَتَمَّهُمَا"
Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad At-Tusi, telah menceritakan kepada kami Al-Humaidi, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepadaku Ibrahim ibnu Yahya ibnu Abu Ya'qub,
dari Al-Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku pernah bertanya kepada Jibril, "Manakah di antara kedua masa itu yang diselesaikan oleh Musa?” Jibril menjawab,
"Yang paling lengkap dan yang paling sempurna.” Ibnu Abu Hatim meriwayatkan pula hadis ini dari ayahnya, dari Al-Humaidi, dari Sufyan ibnu Uyaynah, bahwa telah menceritakan kepadaku Ibrahim ibnu Yahya ibnu Abu Ya'qub
yang seusia denganku atau lebih muda dariku. Kemudian Ibnu Abu Hatim mengetengahkan hadis ini. Tetapi di dalam sanadnya terdapat nama yang terbalik, dan Ibrahim orangnya tidak dikenal. Al-Bazzar meriwayatkannya
dari Ahmad ibnu Aban Al-Qurasyi, dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Ibrahim ibnu Ayun, dari Al-Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dari Nabi Saw.' lalu disebutkan hal yang semisal, kemudian ia mengatakan, "Kami tidak mengenal hadis ini
di-marfu '-kan oleh Ibnu Abbas, melainkan hanya melalui jalur ini."
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: قُرئ عَلَى يُونُسَ بْنِ عَبْدِ الْأَعْلَى، أَنْبَأَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَنْبَأَنَا عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ، عَنْ يَحْيَى بْنِ مَيْمُونٍ الْحَضْرَمِيِّ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ تَيْرَحَ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم سئل: أيّ الْأَجَلَيْنِ قَضَى مُوسَى؟ قَالَ: "لَا عِلْمَ لِي". فَسَأَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جِبْرِيلَ، فَقَالَ جِبْرِيلُ: لَا عِلْمَ لِي، فَسَأَلَ جِبْرِيلُ مَلَكًا فَوْقَهُ فَقَالَ: لَا عِلْمَ لِي. فَسَأَلَ ذَلِكَ المَلَك رَبَّهُ -عَزَّ وَجَلَّ -عَمَّا سَأَلَهُ عَنْهُ جِبْرِيلُ عَمَّا سَأَلَهُ عَنْهُ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ الرَّبُّ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى: "قَضَى أَبَرَّهُمَا وَأَبْقَاهُمَا -أَوْ قَالَ: أَزْكَاهُمَا"
Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa dibacakan kepada Yunus ibnu Abdul Ala, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepada kami Amr ibnul Haris, dari Yahya ibnu Maimun Al-Hadrami, dari Yusuf ibnu Tairih,
bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya, "Manakah di antara kedua masa yang ditunaikan oleh Musa?" Beliau Saw. menjawab, "Saya tidak mengetahui." Lalu Rasulullah Saw. menanyakannya kepada Jibril, dan Jibril menjawab,
"Saya tidak mengetahui." Maka Jibril menanyakannya kepada malaikat yang ada di atasnya, dan ternyata ia pun menjawab, "Saya tidak mengetahui." Kemudian malaikat itu menanyakannya kepada Tuhan Yang Mahabesar lagi Mahaagung.
Maka Allah Swt. menjawab, "Musa menunaikan masa yang paling baik dan paling lama," atau paling bersih dari kedua masa itu. Hadis ini berpredikat mursal, dan diriwayatkan pula secara mursal melalui jalur lain.
وَقَالَ سُنَيد: حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ، عَنِ ابْنِ جُرَيْج قَالَ: قَالَ مُجَاهِدٌ: إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَلَ جِبْرِيلَ: "أَيَّ الْأَجَلَيْنِ قَضَى مُوسَى؟ " فَقَالَ: سَوْفَ أَسْأَلُ إِسْرَافِيلَ. فَسَأَلَهُ فَقَالَ: سَوْفَ أَسْأَلُ الرَّبَّ عَزَّ وَجَلَّ. فَسَأَلَهُ فَقَالَ: "أَبَرَّهُمَا وَأَوْفَاهُمَا"
Sunaid mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hajjaj, dari Ibnu Juraij yang mengatakan, Mujahid pernah mengatakan bahwa Nabi Saw. pernah bertanya kepada Jibril, "Manakah di antara kedua masa itu yang ditunaikan oleh Musa?"
Jibril menjawab, "Aku akan menanyakannya kepada Israfil." Dan Israfil menjawab, "Aku akan menanyakannya kepada Allah Swt." Maka Israfil menanyakannya kepada Allah Swt. dan Allah Swt. menjawab, "Masa yang paling baik dan paling sempurna
di antara keduanya." Jalur lain secara mursal pula disebutkan oleh Ibnu Jarir:
حَدَّثَنَا ابْنُ وَكِيعٍ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا أَبُو مَعْشَر، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ كَعْبٍ القُرظي قَالَ: سُئِل رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيَّ الْأَجَلَيْنِ قَضَى مُوسَى؟ قَالَ: "أَوْفَاهُمَا وَأَتَمَّهُمَا"
bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Waki', telah menceritakan kepada kami Abu Ma'syar, dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya, "Manakah di antara kedua masa itu
yang ditunaikan oleh Musa?" Rasulullah Saw. menjawab: Masa yang paling sempurna dan paling lengkap di antara kedua masa itu. Jalur-jalur periwayatan ini satu sama lainnya saling memperkuat, kemudian telah diriwayatkan pula hadis ini
secara marfu' melalui Abu Zar r.a.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ، حَدَّثَنَا أَبُو عُبَيْدِ اللَّهِ يَحْيَى بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ السَّكَنِ، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِدْرِيسَ، حَدَّثَنَا عَوْبَد بْنُ أَبِي عِمْرَانَ الجَوْني، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الصَّامِتِ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِل: أَيَّ الْأَجَلَيْنِ قَضَى مُوسَى؟ قَالَ: "أَوْفَاهُمَا وَأَبَرَّهُمَا"، قَالَ: "وَإِنْ سئلتَ أَيَّ الْمَرْأَتَيْنِ تَزَوَّجَ؟ فَقُلِ الصُّغْرَى مِنْهُمَا"
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ubaidillah Yahya ibnu Muhammad ibnus Sakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Idris, telah menceritakan kepada kami Uwaiz ibnu Abu Imran Al-Juni,
dari ayahnya, dari Abdullah ibnus Samit, dari Abu Zar r.a., bahwa Nabi Saw. pernah ditanya tentang masa yang ditunaikan oleh Musa a.s. di antara kedua masa itu. Maka beliau Saw. menjawab: Masa yang paling sempurna dan paling baik
di antara kedua masa itu —selanjutnya Nabi Saw. bersabda— dan jika kamu ditanya, "Manakah di antara kedua wanita itu yang dinikahi oleh Musa?” Maka jawablah, "Yang paling muda di antara keduanya.” Selanjutnya Al-Bazzar mengatakan,
"Kami tidak mengetahui sanad yang meriwayatkan hadis ini melalui Abu Zar kecuali sanad ini." Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis Uwaiz ibnu Abu Imran, tetapi dia orangnya daif. Telah diriwayatkan pula hadis yang semisal melalui
Atabah ibnul Munzir dengan tambahan yang garib (aneh) sekali.
قَالَ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ السِّجِسْتَانِيُّ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْر، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ، حَدَّثَنَا الْحَارِثِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ عَلِيِّ بْنِ رَبَاحٍ اللَّخْمِيِّ قَالَ: سَمِعْتُ عُتْبَةَ بْنِ النُّدَّرِ يَقُولُ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئل: أَيَّ الْأَجَلَيْنِ قَضَى مُوسَى؟ قَالَ: "أَبَرَّهُمَا وَأَوْفَاهُمَا". ثُمَّ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ مُوسَى، عَلَيْهِ السَّلَامُ، لَمَّا أَرَادَ فِرَاقَ شُعَيْبٍ عَلَيْهِ السَّلَامُ، أَمَرَ امْرَأَتَهُ أَنْ تَسْأَلَ أَبَاهَا أَنْ يُعْطِيَهَا مِنْ غَنَمِهِ مَا يَعِيشُونَ بِهِ. فَأَعْطَاهَا مَا وَلَدَتْ غَنَمُهُ فِي ذَلِكَ الْعَامِ مِنْ قالِب لَون. قَالَ: فَمَا مَرَّتْ شَاةٌ إِلَّا ضَرَبَ مُوسَى جَنْبَهَا بِعَصَاهُ، فَوَلَدَتْ قَوَالب أَلْوَانٍ كُلُّهَا، وَوَلَدَتْ ثِنْتَيْنِ وَثَلَاثًا كُلُّ شَاةٍ لَيْسَ فِيهَا فَشُوش وَلَا ضبُوب، وَلَا كَمِيشة تُفَوّت الْكَفَّ، وَلَا ثَعُول". وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِذَا افْتَتَحْتُمُ الشَّامَ فَإِنَّكَمْ ستجدون بقايا منها، وهي السامرية"
Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Umar ibnul Khattab As-Sijistani, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Bukair, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami
Al-Haris ibnu Yazid, dari Ali ibnu Rabbah Al-Lakhami yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Atabah ibnul Munzir mengatakan, "Sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai masa yang ditunaikan oleh Nabi Musa
dari kedua masa itu," maka beliau menjawab: "Masa yang paling baik dan paling sempurna dari keduanya.” Kemudian Nabi Saw. melanjutkan, "Sesungguhnya Musa a.s. ketika hendak berpisah dengan Syu'aib a.s. menyuruh istrinya
untuk meminta kepada ayahnya sejumlah ternak untuk bekal penghidupannya. Maka Syu'aib memberinya anak-anak ternaknya yang dilahirkan pada tahun itu yang bulunya berbeda dengan induknya. Maka tiada seekor kambing pun
yang berlalu melainkan Musa memukulnya dengan tongkatnya, ternyata semua ternak kambing itu beranak dua atau tiga ekor tiap kambingnya yang semua warnanya berbeda dengan induknya. Tiap-tiap kambing yang beranak teteknya
tidak deras air susunya, tidak panjang teteknya, tidak besar dan hanya sedang saja." Rasulullah Saw. bersabda: Apabila kalian menaklukkan negeri Syam, maka sesungguhnya kalian masih menjumpai sisa-sisa dari ternak kambing itu
yang dikenal dengan nama kambing samiri. Demikianlah menurut apa yang telah diketengahkan oleh Al-Bazzar. Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkannya dengan teks yang lebih panjang daripada hadis ini. Untuk itu ia mengatakan:
حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَة، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُكَير، حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ لَهِيعَةَ (ح) وَحَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَةَ، حَدَّثَنَا صَفْوَانُ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ لَهِيعَةَ، عَنِ الْحَارِثِ بْنِ يَزِيدَ الْحَضْرَمِيِّ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ رَبَاحٍ اللَّخْمِيِّ قَالَ: سَمِعْتُ عُتْبَةَ بْنَ النُّدّر السُّلَمِيَّ -صَاحِبُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -يُحَدِّثُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ مُوسَى، عَلَيْهِ السَّلَامُ آجَرَ نَفْسَهُ بِعِفَّةِ فَرْجِهِ وطُعمة بَطْنِهِ. فَلَمَّا وَفَى الْأَجَلَ -قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيَّ الْأَجَلَيْنِ؟ قَالَ -أَبَرَّهُمَا وَأَوْفَاهُمَا. فَلَمَّا أَرَادَ فِرَاقَ شُعَيْبٍ أَمَرَ امْرَأَتَهُ أَنْ تَسْأَلَ أَبَاهَا أَنْ يُعْطِيَهَا مِنْ غَنَمِهِ مَا يَعِيشُونَ بِهِ، فَأَعْطَاهَا مَا وَلَدَتْ مِنْ غَنَمِهِ مِنْ قَالَبِ لَوْنِ مَنْ وُلِدَ ذَلِكَ الْعَامَ، وَكَانَتْ غَنَمُهُ سَوْدَاءَ حَسْنَاءَ، فَانْطَلَقَ مُوسَى، عَلَيْهِ السَّلَامُ إِلَى عَصَاهُ فَسَمَّاها مِنْ طَرَفِهَا، ثُمَّ وَضَعَهَا فِي أَدْنَى الْحَوْضِ، ثُمَّ أَوْرَدَهَا فَسَقَاهَا، وَوَقَفَ مُوسَى بِإِزَاءِ الْحَوْضِ فَلَمْ تَصْدُرْ مِنْهَا شَاةٌ إِلَّا ضَرَبَ جَنْبَهَا شَاةً شَاةً قَالَ: "فَأَتْأَمَتْ وَأَثْلَثَتْ، وَوَضَعَتْ كُلُّهَا قَوَالِبَ أَلْوَانٍ، إِلَّا شَاةً أَوْ شَاتَيْنِ لَيْسَ فِيهَا فَشُوشٌ. قَالَ يَحْيَى: وَلَا ضَبُونٌ. وَقَالَ صَفْوَانُ: وَلَا ضبُوب. قَالَ أَبُو زُرْعَةَ: الصَّوَابُ ضَبُوب -وَلَا عَزُوز وَلَا ثَعُول، وَلَا كَمِيشَةٌ تُفَوّت الْكَفَّ"، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "فَلَوِ افْتَتَحْتُمُ الشَّامَ وَجَدْتُمْ بَقَايَا تِلْكَ الْغَنَمِ وَهِيَ السَّامِرِيَّةُ"
telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abdullah ibnu Bukair, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Lahi'ah dan telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami
Safwan, telah menceritakan kepada kami Al-Walid, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Lahi'ah, dari Al-Haris ibnu Yazid Al-Hadrami, dari Ali ibnu Rabbah Al-Lakhami yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar
Atabah ibnul Munzir As-Sulami (sahabat Rasulullah Saw.) menceritakan hadis berikut, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Sesungguhnya Musa menjual jasanya dengan imbalan dikawinkan dan dipenuhi kebutuhan pangannya."
Ketika Rasulullah Saw. melanjutkan kisahnya, bahwa setelah Musa menunaikan masa perjanjiannya, ada yang bertanya, "Wahai Rasulullah, manakah di antara kedua masa yang ditunaikannya?" Maka Rasulullah Saw. menjawab:
Masa yang paling baik dan yang paling sempurna dari keduanya. Ketika Musa hendak berpisah dengan Syu'aib, ia menyuruh istrinya untuk meminta ternak kambing dari ayahnya buat bekal penghidupannya. Maka Syu'aib memberinya
anak-anak kambing yang dilahirkan di tahun itu dalam warna yang berbeda dengan induknya. Ternak kambing Nabi Syu'aib semuanya berbulu hitam lagi bagus, maka Musa a.s. mengambil tongkatnya, lalu membacakan basmalah pada ujungnya,
kemudian tongkat itu ia celupkan ke dalam mata air tempat meminumkan ternak kambingnya. Setelah itu ia giring ternak kambing Nabi Syu'aib ke sumber air itu untuk diberi minum dari air sumber tersebut yang telah dibacai olehnya.
Sedangkan Musa berdiri di tepi telaga itu, dan tiada seekor kambing pun yang usai dari minum melainkan ia pukul lambungnya dengan tongkatnya. Maka ternak kambing itu mengandung dan membesar teteknya, lalu melahirkan
yang semuanya berwarna berbeda dengan induknya kecuali hanya satu dua ekor saja. Nabi Saw. bersabda: Apabila kalian menaklukkan negeri Syam, maka kalian akan menjumpai sisa-sisa ternak kambing tersebut yang dikenal
dengan kambing samiri. Telah menceritakan pula kepada kami Abu Zar'ah, bahwa telah menceritakan kepada kami Safwan yang mengatakan, ia pernah mendengar Al-Walid bercerita, bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Lahi'ah
tentang makna fasyusy. Maka ia menjawab, "Kambing betina yang teteknya besar dan memancarkan air susunya dengan deras.'" Ketika ditanya tentang dabub, ia menjawab, "Kambing betina yang panjang teteknya hingga seakan-akan
menyeretnya." Ia bertanya kepada Ibnu Lahi'ah tentang makna 'azuz, Ibnu Lahi'ah menjawab bahwa 'azuz adalah kambing betina yang kecil pancaran air susunya. Ia bertanya tentang makna tsaul, maka Ibnu Lahi'ah menjawab,
"Ia adalah kambing betina yang teteknya sangat kecil hingga yang kelihatan hanyalah putingnya saja." Ia bertanya kepada Ibnu Lahi'ah mengenai makna kamisyah, maka Ibnu Lahi'ah menjawab, "Ia adalah kambing betina yang teteknya kecil,
tidak sampai sebesar kepalan tangan." Sumber riwayat ini berasal dari Abdullah ibnu Lahi'ah Al-Masri yang hafalannya buruk, dan kami khawatir bila ke-marfu'-an riwayat ini keliru, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Ibnu Jarir telah meriwayatkan perkataan Anas ibnu Malik secara mauquf yang sebagian darinya mirip dengan riwayat di atas dengan sanad yang jayyid. Untuk itu ia mengatakan: telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musanna,
telah menceritakan kepada kami Mu'az ibnu Hisyam, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Qatadah, telah menceritakan kepada kami Anas ibnu Malik r.a. yang mengatakan bahwa setelah Nabi Musa a.s.
menyelesaikan masa yang telah disepakati bersama temannya, maka temannya mengatakan kepadanya, "Setiap kambing yang melahirkan anak yang berbeda warna bulunya, maka itu adalah untukmu." Maka Musa sengaja mengangkat
tambang-tambang (tali timba) yang ada di atas sumur itu. Ketika melihat tambang-tambangnya telah dilepas, semua ternak kambing itu terkejut, lalu mengelilingi sumur itu mondar-mandir sehingga semua yang hamil melahirkan anaknya
dengan warna yang berbeda dengan induknya, terkecuali hanya seekor kambing betina, sehingga Musa membawa pergi anak-anak ternak kambing yang lahir di tahun itu.
Surat Al-Qasas |28:26|
قَالَتْ إِحْدَاهُمَا يَا أَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ ۖ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ
qoolat iḥdaahumaa yaaa abatista`jir-hu inna khoiro manista`jartal-qowiyyul-amiin
Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata, "Wahai ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya."
One of the women said, "O my father, hire him. Indeed, the best one you can hire is the strong and the trustworthy."
(Salah seorang dari kedua wanita itu berkata) yakni wanita yang disuruh menjemput Nabi Musa yaitu yang paling besar atau yang paling kecil
("Ya bapakku! Ambillah dia sebagai orang yang bekerja pada kita) sebagai pekerja kita, khusus untuk menggembalakan kambing milik kita, sebagai ganti kami
(karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja pada kita ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya") maksudnya, jadikanlah ia pekerja padanya,
karena dia adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. Lalu Nabi Syuaib bertanya kepada anaknya tentang Nabi Musa. Wanita itu menceritakan kepada bapaknya semua apa yang telah dilakukan oleh Nabi Musa,
mulai dari mengangkat bata penutup sumur, juga tentang perkataannya, "Berjalanlah di belakangku". Setelah Nabi Syuaib mengetahui melalui cerita putrinya bahwa ketika putrinya datang menjemput Nabi Musa,
Nabi Musa menundukkan pandangan matanya, hal ini merupakan pertanda bahwa Nabi Musa jatuh cinta kepada putrinya, maka Nabi Syuaib bermaksud mengawinkan keduanya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 26 |
Penjelasan ada di ayat 25
Surat Al-Qasas |28:27|
قَالَ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنْكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ عَلَىٰ أَنْ تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ ۖ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَ ۖ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ ۚ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّالِحِينَ
qoola inniii uriidu an ungkiḥaka iḥdabnatayya haataini 'alaaa an ta`juronii ṡamaaniya ḥijaj, fa in atmamta 'asyron fa min 'indik, wa maaa uriidu an asyuqqo 'alaiik, satajiduniii in syaaa`allohu minash-shooliḥiin
Dia (Syeikh Madyan) berkata, "Sesungguhnya aku bermaksud ingin menikahkan engkau dengan salah seorang dari kedua anak perempuanku ini, dengan ketentuan bahwa engkau bekerja padaku selama delapan tahun dan jika engkau sempurnakan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) darimu, dan aku tidak bermaksud memberatkan engkau. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang baik."
He said, "Indeed, I wish to wed you one of these, my two daughters, on [the condition] that you serve me for eight years; but if you complete ten, it will be [as a favor] from you. And I do not wish to put you in difficulty. You will find me, if Allah wills, from among the righteous."
(Berkatalah dia, "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini) yaitu yang paling besar atau yang paling kecil (atas dasar kamu bekerja denganku)
yakni, menggembalakan kambingku (delapan tahun) selama delapan tahun (dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun) yakni, menggembalakan kambingku selama sepuluh tahun
(maka itu adalah suatu kebaikan dari kamu) kegenapan itu (maka aku tidak hendak memberati kamu) dengan mensyaratkan sepuluh tahun. (Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku)
lafal Insya Allah di sini maksudnya untuk ber-tabarruk (termasuk orang-orang yang baik") yaitu orang-orang yang menepati janjinya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 27 |
Penjelasan ada di ayat 25
Surat Al-Qasas |28:28|
قَالَ ذَٰلِكَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ ۖ أَيَّمَا الْأَجَلَيْنِ قَضَيْتُ فَلَا عُدْوَانَ عَلَيَّ ۖ وَاللَّهُ عَلَىٰ مَا نَقُولُ وَكِيلٌ
qoola żaalika bainii wa bainak, ayyamal-ajalaini qodhoitu fa laa 'udwaana 'alayy, wallohu 'alaa maa naquulu wakiil
Dia (Musa) berkata, "Itu (perjanjian) antara aku dan engkau. Yang mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu yang aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan (tambahan) atas diriku (lagi). Dan Allah menjadi saksi atas apa yang kita ucapkan."
[Moses] said, "That is [established] between me and you. Whichever of the two terms I complete - there is no injustice to me, and Allah, over what we say, is Witness."
Musa (Berkata, "Itulah) yakni perjanjian yang telah kamu katakan itu (antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu) delapan atau sepuluh tahun masa penggembalaan itu;
huruf Ma pada lafal Ayyama adalah huruf Zaidah (aku sempurnakan) aku selesaikan (maka tidak ada tuntutan atas diriku) artinya tuntutan tambahan waktu lain. (Dan Allah atas apa yang kita ucapkan)
tentang apa yang diucapkan oleh aku dan kamu (adalah sebagai saksi.") pemelihara atau saksi. Maka perjanjian itu dinyatakan oleh keduanya, dan Nabi Syuaib
memerintahkan anak perempuannya supaya memberikan tongkatnya kepada Nabi Musa untuk mengusir binatang-binatang buas dari ternak yang digembalakannya nanti.
Tongkat itu adalah milik para nabi secara turun-temurun sejak Nabi Adam dan kini berada di tangan Nabi Syuaib. Tongkat itu berasal dari kayu surga, tongkat itu beralih ke tangan nabi Musa dengan sepengetahuan Nabi Syuaib.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 28 |
Penjelasan ada di ayat 25
Surat Al-Qasas |28:29|
فَلَمَّا قَضَىٰ مُوسَى الْأَجَلَ وَسَارَ بِأَهْلِهِ آنَسَ مِنْ جَانِبِ الطُّورِ نَارًا قَالَ لِأَهْلِهِ امْكُثُوا إِنِّي آنَسْتُ نَارًا لَعَلِّي آتِيكُمْ مِنْهَا بِخَبَرٍ أَوْ جَذْوَةٍ مِنَ النَّارِ لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ
fa lammaa qodhoo muusal-ajala wa saaro bi`ahlihiii aanasa min jaanibith-thuuri naaroo, qoola li`ahlihimkuṡuuu inniii aanastu naarol-la'alliii aatiikum min-haa bikhobarin au jażwatim minan-naari la'allakum tashtholuun
Maka ketika Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan itu dan dia berangkat dengan keluarganya, dia melihat api di lereng gunung. Dia berkata kepada keluarganya, "Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu atau (membawa) sepercik api, agar kamu dapat menghangatkan badan."
And when Moses had completed the term and was traveling with his family, he perceived from the direction of the mount a fire. He said to his family, "Stay here; indeed, I have perceived a fire. Perhaps I will bring you from there [some] information or burning wood from the fire that you may warm yourselves."
(Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan) yakni masa penggembalaan itu, yaitu delapan atau sepuluh tahun. Masa sepuluh tahun inilah yang diduga kuat dilakukan oleh Nabi Musa
(dan dia berangkat dengan keluarganya) dengan istrinya menuju ke negeri Mesir dengan seizin bapaknya (dilihatnyalah) yakni, Nabi Musa melihat dari jarak jauh (dari arah lereng gunung Thur)
Thur adalah nama sebuah gunung (api, Ia berkata kepada keluarganya, "Tunggulah) di sini (sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari tempat api itu)
tentang jalan yang sebenarnya, karena pada saat itu Nabi Musa tersesat (atau membawa sesuluh) dapat dibaca Jadzwatin, Judzwatin, dan Jidzwatin, yakni sebuah obor
(api agar kamu dapat menghangatkan badan") maksudnya, berdiang dengan api itu. Huruf Tha yang ada pada lafal Tashthaluna merupakan pergantian dari huruf Ta wazan Ifti'al,
karena berasal dari kata Shala bin nari atau Shaliya bin nari artinya berdiang dekat api untuk menghangatkan badan.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 29 |
Tafsir ayat 29-32
Dalam tafsir ayat sebelumnya telah disebutkan bahwa Musa a.s. telah menunaikan masa yang paling banyak, paling baik, paling sempurna, dan paling bersih dari kedua masa itu. Hal tersebut dapat disimpulkan pula dari kelompok ayat ini yang pada permulaannya disebutkan oleh firman-Nya:
{فَلَمَّا قَضَى مُوسَى الأجَلَ}
Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan. (Al-Qashash: 29) Yakni yang paling sempurna dari kedua masa itu. Ibnu Juraij mengatakan dari Mujahid, bahwa Musa menyelesaikan masa sepuluh tahun
dan juga sepuluh tahun berikutnya. Tetapi pendapat ini menurut hemat saya tiada yang mengatakannya selain pendapat ini, dan Ibnu Abu Hatim serta Ibnu Jarir telah meriwayatkannya pula, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah Swt.:
{وَسَارَ بِأَهْلِهِ}
dan dia berangkat bersama keluarganya. (Al-Qashash: 29) Mereka mengatakan bahwa Musa merasa rindu dengan tanah tempat kelahirannya dan juga sanak keluarganya, maka ia bertekad untuk mengunjungi mereka
dengan sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan Fir'aun dan kaumnya. Ia berangkat bersama istrinya dan ternak kambing yang hasil pemberian mertuanya, lalu menempuh jalan di malam yang gelap lagi hujan deras dan cuaca yang dingin.
Maka ia turun istirahat di suatu tempat; dan setiap kali ia menyalakan pemantik apinya, ternyata tidak mau juga menyala. Hal ini membuatnya terheran-heran. Ketika ia dalam keadaan demikian,
{آنَسَ مِنْ جَانِبِ الطُّورِ نَارًا}
dilihatnyalah api di lereng gunung. (Al-Qashash: 29) Yaitu ia melihat nyala api yang terang dari kejauhan.
{قَالَ لأهْلِهِ امْكُثُوا إِنِّي آنَسْتُ نَارًا}
ia berkata kepada keluarganya, "Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api.” (Al-Qashash: 29) Yakni aku akan berangkat menuju ke tempat api itu.
{لَعَلِّي آتِيكُمْ مِنْهَا بِخَبَرٍ}
mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu. (Al-Qashash: 29) Demikian itu karena pada saat itu Musa sesat jalan.
{أَوْ جَذْوَةٍ مِنَ النَّارِ}
atau membawa sesuluh api. (Al-Qashash: 29) Yakni sebagian dari nyala api itu,
{لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ}
agar kamu dapat menghangatkan badan.” (Al-Qashash: 29) Maksudnya, untuk berdiang kamu agar jangan kedinginan oleh cuaca yang sangat dingin ini. Firman Allah Swt.:
{فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ مِنْ شَاطِئِ الْوَادِ الأيْمَنِ}
Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah sebelah kanannya. (Al-Qashash: 30) Yaitu dari pinggir lembah yang ada di sebelah bukit itu yang berada di sebelah kanannya dari arah barat, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
{وَمَا كُنْتَ بِجَانِبِ الْغَرْبِيِّ إِذْ قَضَيْنَا إِلَى مُوسَى الأمْرَ}
Dan tidaklah kamu (Muhammad) berada di sisi yang sebelah barat ketika Kami menyampaikan perintah kepada Musa. (Al-Qashash: 44) Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa Nabi Musa menuju ke arah tempat api itu yang mengarah ke kiblat,
sedangkan bukit yang ada di barat berada di sebelah kanannya. Ia menjumpai api itu menyala besar pada sebuah pohon hijau di lereng bukit yang bersebelahan dengan lembah itu. Musa berdiri tertegun keheranan menyaksikan
pemandangan tersebut. Maka Tuhannya menyerunya:
{مِنْ شَاطِئِ الْوَادِ الأيْمَنِ فِي الْبُقْعَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ}
dari (arah) pinggir lembah sebelah kanannya yang diberkati dari sebatang pohon kayu. (Al-Qashash: 30) Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Waki', telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah,
dari Al-A'masy, dari 'Amr ibnu Murrah, dari Abu Ubaidah, dari Abdullah yang mengatakan bahwa ia pernah menyaksikan pohon yang Musa diseru darinya. Pohon itu adalah pohon samurah yang hijau berdaun lebat.
Sanad hadis di atas berpredikat muqarib. Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari salah seorang yang tidak diragukan, dari Wahb ibnu Munabbih yang mengatakan bahwa pohon tersebut adalah pohon 'aliq. Sebagian Ahli Kitab
mengatakan bahwa pohon itu adalah pohon 'ausaj. Qatadah mengatakan, pohon itu adalah pohon 'ausaj, dan tongkat Musa a.s. terbuat dari kayu pohon 'ausaj. Firman Allah Swt.:
{أَنْ يَا مُوسَى إِنِّي أَنَا اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ}
Yaitu, "Ya Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-Qashash: 30) Maksudnya, Yang sedang berbicara kepadamu ini adalah Tuhan semesta alam Yang Maha Berbuat terhadap apa yang dikehendaki-Nya,
tiada Tuhan dan tiada Rabb selain Dia Yang Mahatinggi, lagi Mahasuci dari kemiripan dengan makhluk-Nya dalam zat, sifat, dan perbuatan-Nya. Firman Allah Swt.:
{وَأَنْ أَلْقِ عَصَاكَ}
dan lemparkanlah tongkatmu. (Al-Qashash: 31) yang ada di tanganmu itu. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَا مُوسَى قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى}
"Apakah itu yang ada di tangan kananmu, hai Musa?” Musa menjawab, "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya.” (Tana: 17-18) Makna yang dimaksud ialah bahwa adapun tongkatmu yang telah kamu kenal itu, lemparkanlah ia.
{فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعَى}
Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba tongkat itu menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. (Taha: 20) Sejak itulah Musa mengetahui dan merasa yakin bahwa yang berbicara kepadanya adalah Tuhan Yang mengatakan
kepada sesuatu, "Jadilah kamu," maka jadilah ia, sebagaimana yang telah diterangkan di dalam tafsir surat Taha. Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{فَلَمَّا رَآهَا تَهْتَزُّ كَأَنَّهَا جَانٌّ}
Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah dia seekor ular yang gesit. (Al-Qashash: 31) ular itu dalam gerakannya sangat cepat, padahal bentuknya sangat besar, banyak kakinya,
lebar mulutnya, dan taring-taring serta gigi-giginya berderak-derak; tiada suatu batu besar pun yang dilaluinya melainkan ditelannya, lalu masuk ke dalam mulutnya dan masuk ke dalam perutnya mengeluarkan suara dentuman seakan-akan
terjatuh dari atas jurang. Maka pada saat itu,
{وَلَّى مُدْبِرًا وَلَمْ يُعَقِّبْ}
larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Al-Qashash: 31) Yaitu tanpa menoleh lagi karena ngeri yang sangat, mengingat tabiat manusia merasa takut melihat pemandangan seperti itu. Tatkala Allah Swt. berfirman kepadanya:
{يَا مُوسَى أَقْبِلْ وَلا تَخَفْ إِنَّكَ مِنَ الآمِنِينَ}
Hai Musa, datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman. (Al-Qashash: 31) Maka Musa kembali ke tempat yang semula. Kemudian Allah Swt. berfirman:
{اسْلُكْ يَدَكَ فِي جَيْبِكَ تَخْرُجْ بَيْضَاءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ}
Masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia keluar putih tidak bercacat bukan karena penyakit. (Al-Qashash: 32) Yakni apabila kamu masukkan tanganmu ke leher bajumu, lalu kamu keluarkan,
maka sesungguhnya tanganmu itu akan mengeluarkan sinar berkilauan seakan-akan sinar kilat yang menyilaukan. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{مِنْ غَيْرِ سُوءٍ}
bukan karena penyakit. (Al-Qashash: 32) Maksudnya, bukan karena terkena penyakit. Firman Allah Swt.:
{وَاضْمُمْ إِلَيْكَ جَنَاحَكَ مِنَ الرَّهْبِ}
dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada)mu bila ketakutan. (Al-Qashash: 32) Mujahid mengatakan bahwa hal itu dilakukan bila merasa terkejut. Qatadah mengatakan bila merasa takut. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam
dan Ibnu Jarir mengatakan, hal tersebut dilakukan bila ia merasa takut terhadap ular itu. Tetapi makna yang dimaksud lebih umum daripada semua pendapat di atas. Jelasnya, Allah memerintahkan kepada Nabi Musa bila ia merasa takut
hendaknya mendekapkan tangannya ke dadanya; apabila Musa melakukan hal tersebut, niscaya akan hilanglah rasa takutnya. Dan barangkali bila seseorang melakukan hal tersebut hanya sekadar ikut-ikutan, saat ia merasa takut,
lalu ia meletakkan tangannya ke dadanya, niscaya akan lenyaplah atau menjadi ringanlah rasa takutnya dengan seizin Allah. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami
Ar-Rabi ibnu Taglab Asy-Syekh Saleh, telah menceritakan kepada kami Abu Isma'il Al-Muaddib, dari Abdullah ibnu Muslim, dari Mujahid yang mengatakan bahwa sebelum itu hati Musa a.s. selalu dicekam oleh rasa takut terhadap Fir'aun.
Dan apabila dia melihat Fir'aun, ia membaca doa berikut:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَدْرَأُ بِكَ فِي نَحْرِهِ، وَأُعَوِّذُ بِكَ مِنْ شَرِّهِ
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pertolongan kepadaMu dalam menghadapinya dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari kejahatannya. Maka Allah mencabut dari hati Musa a.s. rasa takut yang mencekamnya
dan mengalihkannya ke dalam hati Fir'aun. Sejak saat itu apabila Fir'aun melihat Musa, maka ia terkencing-kencing bagaikan keledai karena ketakutan terhadap Musa. Firman Allah Swt.:
{فَذَانِكَ بُرْهَانَانِ مِنْ رَبِّكَ}
maka yang demikian itu adalah dua mukjizat dari Tuhanmu. (Al-Qashash: 32) Yakni tongkat yang dilemparkan kemudian berubah wujud menjadi ular, dan memasukkan tangan ke leher baju, setelah dikeluarkan tangan mengeluarkan cahaya
yang bukan karena penyakit. Keduanya merupakan bukti akurat yang jelas menunjukkan kekuasaan Tuhan Yang Maha Berbuat lagi Maha Melakukan apa yang dikehendaki-Nya, juga menunjukkan kebenaran predikat kenabian
orang yang menimbulkan peristiwa yang bertentangan dengan hukum alam tersebut. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ}
(yang akan kamu kemukakan) kepada Fir’aun dan pembesar-pembesar (kerajaan)nya. (Al-Qashash: 32) Yaitu kepada para pemimpin dan para pembesar kerajaan Fir'aun dan juga para pengikutnya.
{إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ}
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang fasik. (Al-Qashash: 32) Artinya, keluar dari jalan ketaatan kepada Allah lagi menentang perintah dan agama-Nya.
Surat Al-Qasas |28:30|
فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ مِنْ شَاطِئِ الْوَادِ الْأَيْمَنِ فِي الْبُقْعَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ أَنْ يَا مُوسَىٰ إِنِّي أَنَا اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
fa lammaaa ataahaa nuudiya min syaathi`il-waadil-aimani fil-buq'atil-mubaarokati minasy-syajaroti ay yaa muusaaa inniii anallohu robbul-'aalamiin
Maka ketika dia (Musa) sampai ke (tempat) api itu, dia diseru dari (arah) pinggir sebelah kanan lembah, dari sebatang pohon, di sebidang tanah yang diberkahi, "Wahai Musa! Sungguh, Aku adalah Allah, Tuhan seluruh alam!
But when he came to it, he was called from the right side of the valley in a blessed spot - from the tree, "O Moses, indeed I am Allah, Lord of the worlds."
(Maka tatkala Musa sampai ke tempat api itu, dia diseru dari arah pinggir) yakni sebelah (lembah yang kanan) yang berada di sebelah kanan Nabi Musa (pada tempat yang diberkahi)
bagi Musa untuk mendengarkan Kalam Allah di tempat itu (dari sebatang pohon) lafal ayat ini menjadi Badal dari lafal Syathi' berikut pengulangan huruf Jar-nya,
disebabkan pohon itu tumbuh di pinggir lembah; pohon itu adalah pohon anggur, atau pohon 'Ulaiq, atau pohon 'Ausaj (yaitu) huruf An adalah An Mufassarah bukan An Mukhaffafah ("Hai Musa! Sesungguhnya Aku adalah Allah, Rabb semesta alam).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 30 |
Penjelasan ada di ayat 29
Surat Al-Qasas |28:31|
وَأَنْ أَلْقِ عَصَاكَ ۖ فَلَمَّا رَآهَا تَهْتَزُّ كَأَنَّهَا جَانٌّ وَلَّىٰ مُدْبِرًا وَلَمْ يُعَقِّبْ ۚ يَا مُوسَىٰ أَقْبِلْ وَلَا تَخَفْ ۖ إِنَّكَ مِنَ الْآمِنِينَ
wa an alqi 'ashook, fa lammaa ro`aahaa tahtazzu ka`annahaa jaaannuw wallaa mudbirow wa lam yu'aqqib, yaa muusaaa aqbil wa laa takhof, innaka minal-aaminiin
Dan lemparkanlah tongkatmu." Maka ketika dia (Musa) melihatnya bergerak-gerak seakan-akan seekor ular yang (gesit), dia lari berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Allah berfirman), "Wahai Musa! Kemarilah dan jangan takut. Sesungguhnya engkau termasuk orang yang aman.
And [he was told], "Throw down your staff." But when he saw it writhing as if it was a snake, he turned in flight and did not return. [Allah said], "O Moses, approach and fear not. Indeed, you are of the secure.
(Dan lemparkanlah tongkatmu!") lalu Musa melemparkannya. (Tatkala Musa melihatnya bergerak-gerak) menjadi bergerak (seolah-olah dia seekor ular yang gesit)
gerakannya sekalipun besar tubuhnya, dikatakan Jan artinya ular kecil padahal ular itu besar sekali, maksudnya gerakannya diserupakan dengan ular yang kecil dalam hal kegesitannya
(larilah ia berbalik ke belakang) melarikan diri daripadanya (tanpa menoleh) tanpa menengok ke belakang lagi, lalu diserulah ia ("Hai Musa! Datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman!).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 31 |
Penjelasan ada di ayat 29
Surat Al-Qasas |28:32|
اسْلُكْ يَدَكَ فِي جَيْبِكَ تَخْرُجْ بَيْضَاءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ وَاضْمُمْ إِلَيْكَ جَنَاحَكَ مِنَ الرَّهْبِ ۖ فَذَانِكَ بُرْهَانَانِ مِنْ رَبِّكَ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ
usluk yadaka fii jaibika takhruj baidhooo`a min ghoiri suuu`iw wadhmum ilaika janaaḥaka minar-rohbi fażaanika bur-haanaani mir robbika ilaa fir'auna wa mala`ih, innahum kaanuu qouman faasiqiin
Masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, dia akan keluar putih (bercahaya) tanpa cacat, dan dekapkanlah kedua tanganmu ke dadamu apabila ketakutan. Itulah dua mukjizat dari Tuhanmu (yang akan engkau pertunjukkan) kepada Fir´aun dan para pembesarnya. Sungguh, mereka adalah orang-orang fasik."
Insert your hand into the opening of your garment; it will come out white, without disease. And draw in your arm close to you [as prevention] from fear, for those are two proofs from your Lord to Pharaoh and his establishment. Indeed, they have been a people defiantly disobedient."
(Masukkanlah) sisipkanlah (tanganmu) yang sebelah kanan, yang dimaksud adalah telapak tangannya (ke leher bajumu) maksudnya, kerah baju gamismu, kemudian keluarkanlah kembali
(niscaya ia keluar) berbeda keadaannya dengan tangan yang biasanya (putih tidak bercela) maksudnya bukan karena penyakit sopak. Nabi Musa memasukkan tangannya itu sesuai dengan perintah,
kemudian ia mengeluarkannya kembali, tiba-tiba tampak bagaikan cahaya matahari yang menyilaukan pandangan mata (dan dekapkanlah tanganmu itu ke dadamu bila ketakutan)
dapat dibaca Ar Rahbi dan Ar Rahbu yang artinya takut disebabkan sinar tangan tadi. Maksudnya jika kamu merasa takut maka masukkan kembali tanganmu itu ke dalam bajumu,
niscaya kembali kepada keadaan semula. Pengertian tangan diungkapkan dengan istilah Janah yang artinya sayap, karena kedua tangan bagi manusia fungsinya sama dengan dua sayap bagi burung
(maka yang demikian itu adalah dua) dapat dibaca Tasydid dan Takhfif, yakni Fadzanika dan Fadzannika, yang dimaksud adalah tongkat dan tangan itu; keduanya
merupakan lafal Muannats dan Musyar ilaih dalam bentuk mudzakar karena khabarnya mudzakar (mukjizat) yang diturunkan (dari Rabbmu yang akan kamu hadapkan kepada Firaun dan pembesar-pembesar kaumnya.
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang fasik").
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 32 |
Penjelasan ada di ayat 29
Surat Al-Qasas |28:33|
قَالَ رَبِّ إِنِّي قَتَلْتُ مِنْهُمْ نَفْسًا فَأَخَافُ أَنْ يَقْتُلُونِ
qoola robbi innii qotaltu min-hum nafsan fa akhoofu ay yaqtuluun
Dia (Musa) berkata, "Ya Tuhanku, sungguh aku telah membunuh seorang dari golongan mereka, sehingga aku takut mereka akan membunuhku.
He said, "My Lord, indeed, I killed from among them someone, and I fear they will kill me.
(Musa berkata, "Ya Rabbku! Sesungguhnya aku, telah membunuh seorang manusia dari golongan mereka) yaitu, orang Mesir yang telah dibunuhnya tadi (maka aku takut mereka akan membunuhku) disebabkan perbuatan itu.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 33 |
Tafsir ayat 33-35
Tatkala Allah memerintahkan kepada Musa untuk berangkat menemui Fir'aun, yang sesungguhnya ia keluar dari negeri Mesir karena melarikan diri dari kejaran Fir'aun dan takut terhadap pembalasannya,
{قَالَ رَبِّ إِنِّي قَتَلْتُ مِنْهُمْ نَفْسًا}
Musa berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah membunuh seorang manusia dari golongan mereka.” (Al-Qashash: 33) Yakni seorang Egypt yang telah diceritakan tadi pada ayat sebelumnya.
{فَأَخَافُ أَنْ يَقْتُلُونِ}
maka aku takut mereka akan membunuhku. (Al-Qashash: 33) jika mereka melihat diriku.
{وَأَخِي هَارُونُ هُوَ أَفْصَحُ مِنِّي لِسَانًا}
Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku. (Al-Qashash: 34 ) Demikian itu karena Musa a.s. mengalami kekakuan pada lisannya karena memakan bara api semasa kecilnya ketika ia disuruh memilih antara bara api
dan buah kurma. Lalu ia memungut bara api dan memakannya sehingga lisannya terbakar dan tidak dapat bertutur kata dengan fasih. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي. يَفْقَهُوا قَوْلِي. وَاجْعَلْ لِي وَزِيرًا مِنْ أَهْلِي. هَارُونَ أَخِي. اشْدُدْ بِهِ أَزْرِي. وَأَشْرِكْهُ فِي أَمْرِي}
dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku; dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku; teguhkanlah dengan dia kekuatanku dan jadikanlah dia sekutu
dalam urusanku. (Taha: 27-32) yang meringankan tugas berat yang telah Engkau embankan kepada diriku, yaitu mengemban tugas kenabian dan menyampaikan risalah kepada raja yang sombong, sewenang-wenang,
lagi pengingkar kebenaran (Fir'aun). Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَأَخِي هَارُونُ هُوَ أَفْصَحُ مِنِّي لِسَانًا فَأَرْسِلْهُ مَعِيَ رِدْءًا}
Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku. (Al-Qashash: 34) Yakni sebagai wakil, pembantu, dan memperkuat tugasku. Dia akan menjelaskan apa yang aku sampaikan
dari Allah Swt. Karena berita dari dua orang itu lebih mendalam kesahannya dalam jiwa daripada berita yang disampaikan hanya oleh satu orang. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُكَذِّبُونِ}
"sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku.” (Al-Qashash: 34) Muhammad ibnu Ishaq mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku. (Al-Qashash: 34)
Yakni yang menjelaskan kepada mereka apa yang aku katakan kepada mereka, karena sesungguhnya saudaraku memahami diriku apa yang tidak dapat mereka pahami. Tatkala Musa mengajukan permintaannya itu, maka Allah Swt. berfirman:
{سَنَشُدُّ عَضُدَكَ بِأَخِيكَ}
Kami akan membantumu dengan saudaramu. (Al-Qashash: 35) Maksudnya, Kami akan memperkuat urusanmu dan membantumu dengan saudaramu sesuai dengan apa yang kamu minta buatnya hendaknya dia diangkat menjadi nabi pula bersamamu. Hal ini dijelaskan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{قَدْ أُوتِيتَ سُؤْلَكَ يَا مُوسَى}
Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa. (Taha: 36) Dan firman Allah Swt.:
{وَوَهَبْنَا لَهُ مِنْ رَحْمَتِنَا أَخَاهُ هَارُونَ نَبِيًّا}
Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami, yaitu saudaranya, Harun menjadi seorang nabi. (Maryam: 53) Karena itulah sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa tiada seorang pun yang sangat berutang budi
kepada saudaranya selain dari Harun kepada Musa. Karena sesungguhnya Musa mendoakan baginya hingga ia diangkat menjadi seorang nabi dan rasul oleh Allah bersama Musa untuk menyampaikan risalah Allah kepada Fir'aun
dan pembesar pembesar kerajaannya. Karena itulah Allah Swt. menyebutkan perihal kedudukan Musa melalui salah satu firman-Nya yang mengatakan:
{وَكَانَ عِنْدَ اللَّهِ وَجِيهًا}
Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah. (Al-Ahzab: 69) Adapun firman Allah Swt.:
{وَنَجْعَلُ لَكُمَا سُلْطَانًا}
dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar. (Al-Qashash: 35) Yakni hujah dan bukti yang mengalahkan.
{فَلا يَصِلُونَ إِلَيْكُمَا بِآيَاتِنَا}
maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami. (Al-Qashash: 35) Yaitu tiada jalan bagi mereka untuk menyakiti kamu berdua bila kamu berdua menyampaikan ayat-ayat Allah, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ}
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. (Al-Maidah: 67) sampai dengan firman-Nya:
وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ
Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67) Dan firman Allah Swt.:
{الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالاتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلا اللَّهَ وَكَفَى بِاللَّهِ حَسِيبًا}
(yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai Pembuat perhitungan. (Al-Ahzab: 39)
Artinya, cukuplah Allah sebagai Penolong, Pembantu, dan Pendukung. Karena itulah diberitakan oleh Allah kepada keduanya bahwa akibat yang terpuji hanyalah bagi mereka berdua dan orang-orang yang mengikuti mereka di dunia dan akhirat.
Untuk itulah disebutkan dalam firman berikutnya:
{أَنْتُمَا وَمَنِ اتَّبَعَكُمَا الْغَالِبُونَ}
kamu berdua dan orang-orang yang mengikuti kamulah yang menang. (Al-Qashash: 35) Sama seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{كَتَبَ اللَّهُ لأغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ}
Allah telah menetapkan, 'Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang.” Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa. (Al-Mujadilah: 21) Dan firman Allah Swt.:
{إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا}
Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia. (Al-Mu-min: 51), hingga akhir ayat. Ibnu Jarir memberikan pengarahannya bahwa makna firman Allah Swt.: dan Kami berikan kepadamu
berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu. (Al-Qashash: 35) Kemudian firman berikutnya dianggap sebagai kalimat baru, yaitu: (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami,
kamu berdua dan orang-orang yang mengikuti kamulah yang menang. (Al-Qashash: 35) Makna yang dimaksud ialah bahwa kamu berdua dan orang-orang yang mengikutimulah yang beroleh kemenangan berkat ayat-ayat
(mukjizat-mukjizat) Kami. Tidak diragukan lagi bahwa makna ini sahih, namun makna yang sama terkandung pula dalam pengarahan pertama (makna pertama), untuk itu tidak diperlukan lagi adanya pengarahan ini.
Surat Al-Qasas |28:34|
وَأَخِي هَارُونُ هُوَ أَفْصَحُ مِنِّي لِسَانًا فَأَرْسِلْهُ مَعِيَ رِدْءًا يُصَدِّقُنِي ۖ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُكَذِّبُونِ
wa akhii haaruunu huwa afshoḥu minnii lisaanan fa arsil-hu ma'iya rid`ay yushoddiquniii inniii akhoofu ay yukażżibuun
Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripada aku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku, sungguh, aku takut mereka akan mendustakanku."
And my brother Aaron is more fluent than me in tongue, so send him with me as support, verifying me. Indeed, I fear that they will deny me."
(Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku) maksudnya jelas bicaranya (maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku) yang kelak akan membantuku.
Lafal Rid-an menurut qiraat yang lain dibaca Riddan (untuk membenarkan aku) lafal Yushaddiqni yang dibaca Jazm adalah menjadi Jawab dari Ad Du'a.
Tetapi menurut qiraat yang lain dibaca Rafa, sehingga bacaannya menjadi Yushaddiquni sebagai sifat dari lafal Rid-an (sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakan aku").
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 34 |
Penjelasan ada di ayat 33
Surat Al-Qasas |28:35|
قَالَ سَنَشُدُّ عَضُدَكَ بِأَخِيكَ وَنَجْعَلُ لَكُمَا سُلْطَانًا فَلَا يَصِلُونَ إِلَيْكُمَا ۚ بِآيَاتِنَا أَنْتُمَا وَمَنِ اتَّبَعَكُمَا الْغَالِبُونَ
qoola sanasyuddu 'adhudaka bi`akhiika wa naj'alu lakumaa sulthoonan fa laa yashiluuna ilaikumaa bi`aayaatinaa, antumaa wa manittaba'akumal-ghoolibuun
Dia (Allah) berfirman, "Kami akan menguatkan engkau (membantumu) dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak akan dapat mencapaimu, (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamu yang akan menang."
[Allah] said, "We will strengthen your arm through your brother and grant you both supremacy so they will not reach you. [It will be] through Our signs; you and those who follow you will be the predominant."
(Allah berfirman, "Kami akan membantumu) memperkuatmu (dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar) berupa kemenangan yang besar
(maka mereka tidak dapat mencapai kamu berdua) dengan maksud jahat mereka, maka pergilah kamu berdua (dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang") atas mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 35 |
Penjelasan ada di ayat 33
Surat Al-Qasas |28:36|
فَلَمَّا جَاءَهُمْ مُوسَىٰ بِآيَاتِنَا بَيِّنَاتٍ قَالُوا مَا هَٰذَا إِلَّا سِحْرٌ مُفْتَرًى وَمَا سَمِعْنَا بِهَٰذَا فِي آبَائِنَا الْأَوَّلِينَ
fa lammaa jaaa`ahum muusaa bi`aayaatinaa bayyinaating qooluu maa haażaaa illaa siḥrum muftarow wa maa sami'naa bihaażaa fiii aabaaa`inal-awwaliin
Maka ketika Musa datang kepada mereka dengan (membawa) mukjizat Kami yang nyata, mereka berkata, "Ini hanyalah sihir yang dibuat-buat, dan kami tidak pernah mendengar (yang seperti) ini pada nenek moyang kami dahulu."
But when Moses came to them with Our signs as clear evidences, they said, "This is not except invented magic, and we have not heard of this [religion] among our forefathers."
(Maka tatkala Musa datang kepada mereka dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami yang nyata) yakni nyata keadaannya (mereka berkata, "Ini tidak lain hanyalah sihir yang dibuat-buat)
yakni sulapan ilmu sihir saja (dan kami belum pernah mendengar Seruan ini) yang telah ada (di) masa-masa (nenek moyang kami dahulu").
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 36 |
Tafsir ayat 36-37
Allah Swt. menceritakan kedatangan Musa dan saudaranya Harun kepada Fir'aun dan pembesar-pembesar kerajaannya. Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat-mukjizat yang nyata yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada keduanya
untuk membuktikan kebenaran dari berita yang disampaikan oleh keduanya dari Allah yang memerintahkan agar mengesakan-Nya dan mengikuti perintah-perintah-Nya. Tatkala Fir'aun dan pembesar-pembesar kaumnya menyaksikan,
melihat dengan mata kepala sendiri, sehingga merasa yakin dalam hatinya bahwa hal tersebut datang dari sisi Allah, maka mereka dengan kekafiran dan kezalimannya berbalik mengingkari dan mendustakannya.
Demikian itu karena kesewenang-wenangan dan sikap angkuh mereka yang tidak mau mengikuti perkara hak. Untuk itu mereka mengatakan:
{مَا هَذَا إِلا سِحْرٌ مُفْتَرًى}
Ini tidak lain hanyalah sihir yang dibuat-buat. (Al-Qashash: 36) Yakni yang diada-adakan dan dibuat-buat dengan tujuan menentang Fir'aun untuk menyaingi kekuasaannya melalui tipu daya. Firman Allah Swt.:
{وَمَا سَمِعْنَا بِهَذَا فِي آبَائِنَا الأوَّلِينَ}
"dan kami belum pernah mendengar (seruan yang seperti) ini pada nenek moyang kami dahulu.” (Al-Qashash: 36) Seruan tersebut ialah yang memerintahkan untuk menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Mereka menjawab,
"Kami belum pernah melihat seorang pun dari nenek moyang kami dahulu yang memeluk agama seperti itu. Dan kami belum pernah melihat orang-orang melainkan mereka mempersekutukan Allah dengan tuhan-tuhan yang lain." Maka Musa a.s.
menjawab perkataan mereka, seperti apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{رَبِّي أَعْلَمُ بِمَنْ جَاءَ بِالْهُدَى مِنْ عِنْدِهِ}
Tuhanku lebih mengetahui orang yang (patut) membawa petunjuk dari sisi-Nya. (Al-Qashash: 37) Yaitu di antara aku dan kalian, dan kelak Dia akan memberikan keputusan antara aku dan kalian. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:
{وَمَنْ تَكُونُ لَهُ عَاقِبَةُ الدَّارِ}
dan siapa yang akan mendapat kesudahan (yang baik) di negeri akhirat. (Al-Qashash: 37) Yakni pertolongan, kemenangan, dan dukungan dari-Nya.
{إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ}
"Sesungguhnya tidaklah akan mendapat kemenangan orang-orang yang zalim.” (Al-Qashash: 37) Maksudnya, orang-orang yang mempersekutukan Allah Swt.
Surat Al-Qasas |28:37|
وَقَالَ مُوسَىٰ رَبِّي أَعْلَمُ بِمَنْ جَاءَ بِالْهُدَىٰ مِنْ عِنْدِهِ وَمَنْ تَكُونُ لَهُ عَاقِبَةُ الدَّارِ ۖ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
wa qoola muusaa robbiii a'lamu biman jaaa`a bil-hudaa min 'indihii wa man takuunu lahuu 'aaqibatud-daar, innahuu laa yufliḥuzh-zhoolimuun
Dan Musa menjawab, "Tuhanku lebih mengetahui siapa yang (pantas) membawa petunjuk dari sisi-Nya dan siapa yang akan mendapat kesudahan (yang baik) di akhirat. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan mendapat kemenangan."
And Moses said, "My Lord is more knowing [than we or you] of who has come with guidance from Him and to whom will be succession in the home. Indeed, wrongdoers do not succeed."
(Berkatalah) dapat dibaca waqala dan Qala tanpa memakai Wawu (Musa, "Rabbku lebih mengetahui) (orang yang patut membawa petunjuk dari sisi-Nya)
Dhamir yang ada pada lafal 'Indahu kembali kepada Ar Rabb (dan siapa) di'athafkan kepada lafal Man sebelumnya (yang akan ada) dapat dibaca Takunu dan Yakunu (baginya kesudahan yang baik di negeri akhirat)
yakni akibat yang terpuji di akhirat; maksudnya dia adalah aku sendiri, keduanya adalah aku sendiri yang berhak menyandangnya dan aku orang yang benar di dalam menyampaikan apa yang diturunkan kepadaku.
(Sesungguhnya tidaklah akan mendapat kemenangan orang-orang yang zalim") yakni orang-orang yang kafir.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 37 |
Penjelasan ada di ayat 36
Surat Al-Qasas |28:38|
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَىٰ إِلَٰهِ مُوسَىٰ وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ
wa qoola fir'aunu yaaa ayyuhal-mala`u maa 'alimtu lakum min ilaahin ghoirii, fa auqid lii yaa haamaanu 'alath-thiini faj'al lii shorḥal la'alliii aththoli'u ilaaa ilaahi muusaa wa innii la`azhunnuhuu minal-kaażibiin
Dan Fir´aun berkata, "Wahai para pembesar kaumku! Aku tidak mengetahui ada Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarkanlah tanah liat untukku wahai Haman (untuk membuat batu bata), kemudian buatkanlah bangunan yang tinggi untukku agar aku dapat naik melihat Tuhannya Musa, dan aku yakin bahwa dia termasuk pendusta."
And Pharaoh said, "O eminent ones, I have not known you to have a god other than me. Then ignite for me, O Haman, [a fire] upon the clay and make for me a tower that I may look at the God of Moses. And indeed, I do think he is among the liars."
(Dan berkata Firaun, "Hai pembesar kaumku! Aku tidak mengetahui tuhan bagi kalian selain aku sendiri. Maka bakarlah hai Haman, untukku tanah liat) maksudnya buatlah batu bata untukku
(kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi) maksudnya gedung yang tinggi sekali (supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa) aku akan melihat-Nya dan berdiri di hadapan-Nya
(dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang yang pendusta") di dalam pengakuannya yang mengatakan ada Tuhan lain selain aku, bahwa ia seorang Rasul.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 38 |
Tafsir ayat 38-42
Allah Swt. menceritakan kekafiran Fir'aun, kesewenang-wenangannya, dan apa yang dibuat-buatnya yang mengaku-aku bahwa dirinya adalah tuhan. Semoga laknat Allah tetap atas dirinya, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{فَاسْتَخَفَّ قَوْمَهُ فَأَطَاعُوهُ}
Maka Fir’aun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu), lalu mereka patuh kepadanya. (Az-Zukhruf: 54), hingga akhir ayat. Demikian itu karena Fir'aun menyeru mereka untuk mengakui bahwa
dirinya adalah tuhan, lalu mereka menaatinya karena kebodohan mereka dan hati mereka yang kosong. Fir'aun mengatakan kepada mereka:
{يَا أَيُّهَا الْمَلأ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي}
Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. (Al-Qashash: 38) Allah Swt. menceritakan perihal sepak terjang Fir'aun melalui firman-Nya:
{فَحَشَرَ فَنَادَى * فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الأعْلَى * فَأَخَذَهُ اللَّهُ نَكَالَ الآخِرَةِ وَالأولَى * إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِمَنْ يَخْشَى}
Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesar kaumnya), lalu berseru memanggil kaumnya.' (Seraya) berkata, "Akulah tuhanmu yang paling tinggi.” Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia. Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya). (An-Nazi'at: 23-26) Yakni dia mengumpulkan kaumnya dan berseru kepada mereka dengan suara yang keras seraya menjelaskan hal tersebut
kepada mereka, lalu mereka menaati dan mendengarkannya. Karena itulah Allah mengazab dia dan menjadikan dia sebagai pelajaran bagi yang lainnya di dunia dan akhirat. Hingga Fir'aun sendiri berani mengemukakan hal tersebut kepada Musa
melalui perkataannya yang disitir oleh firman-Nya:
{لَئِنِ اتَّخَذْتَ إِلَهًا غَيْرِي لأجْعَلَنَّكَ مِنَ الْمَسْجُونِينَ}
Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan. (Asy-Syu'ara: 29) Adapun firman Allah Swt.:
{فَأَوْقِدْ لِي يَاهَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى}
Maka bakarlah, hai Haman, untukku tanah liat. Kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa. (Al-Qashash: 38) Fir'aun memerintahkan kepada Haman —patihnya— yang mengatur rakyatnya
dan yang menjalankan roda pemerintahannya, agar membakar tanah liat (yakni batu bata) untuk membuat menara yang tinggi, sebagaimana yang diterangkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَبْلُغُ الأسْبَابَ. أَسْبَابَ السَّمَوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لأظُنُّهُ كَاذِبًا وَكَذَلِكَ زُيِّنَ لِفِرْعَوْنَ سُوءُ عَمَلِهِ وَصُدَّ عَنِ السَّبِيلِ وَمَا كَيْدُ فِرْعَوْنَ إِلا فِي تَبَابٍ}
Dan berkatalah Fir'aun, "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya
seorang pendusta.” Demikianlah dijadikan Fir’aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir’aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian. (Al-Mu-min: 36-37)
Demikian itu karena Fir'aun memang membangun menara yang tinggi itu yang di masanya belum pernah ada bangunan setinggi itu. Hal tersebut tiada lain karena ia ingin membuktikan di mata rakyatnya akan kedustaan Musa
dalam anggapannya yang mengatakan bahwa ada Tuhan lain selain Fir'aun. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَإِنِّي لأظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ}
dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta. (Al-Qashash: 38) dalam ucapannya yang mengatakan bahwa ada Tuhan lain selain diriku, bukan karena dia dusta bahwa Allah Swt.
telah mengutusnya, sebab pada prinsipnya Fir'aun tidak mengakui adanya Tuhan Yang Maha Pencipta. Karena dia pernah mengatakan, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَمَا رَبُّ الْعَالَمِينَ}
Siapakah Tuhan semesta alam itu? (Asy-Syu'ara: 23)
{لَئِنِ اتَّخَذْتَ إِلَهًا غَيْرِي لأجْعَلَنَّكَ مِنَ الْمَسْجُونِينَ}
Sungguh jika kamu menyembah tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan. (Asy-Syu'ara: 29) Dan firman Allah Swt.:
{يَا أَيُّهَا الْمَلأ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي}
Hai pembesar-pembesarku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. (Al-Qashash: 38) Demikianlah menurut pendapat Ibnu Jarir. Firman Allah Swt.:
{وَاسْتَكْبَرَ هُوَ وَجُنُودُهُ فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ إِلَيْنَا لَا يُرْجَعُونَ}
dan berlaku angkuhlah Fir’aun dan bala tentaranya di bumi (Mesir) tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami. (Al-Qashash: 39)
Mereka berlaku sewenang-wenang, zalim, dan banyak menimbulkan kerusakan di bumi (Mesir) serta berkeyakinan bahwa kiamat itu tidak ada dan hari berbangkit itu tidak ada.
{فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍ.إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ}
karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab, sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi. (Al-Fajr: 13-14) Karena itulah disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:
{فَأَخَذْنَاهُ وَجُنُودَهُ فَنَبَذْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ}
Maka Kami hukumlah Fir’aun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. (Al-Qashash: 40) Yakni Kami tenggelamkan mereka di laut dalam waktu yang sebentar di pagi hari sehingga tiada yang tersisa seorang pun dari mereka.
{فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الظَّالِمِينَ. وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ}
Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim. Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka. (Al-Qashash: 40-41) bagi orang yang mengikuti jejak mereka dalam mendustakan rasul-rasul dan menelantarkan hak Tuhan Yang Maha Pencipta.
{وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يُنْصَرُونَ}
dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. (Al-Qashash: 41) Maka terhimpunlah pada diri mereka kehinaan di dunia dan terus berlangsung dengan kehinaan di akhirat, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{أَهْلَكْنَاهُمْ فَلا نَاصِرَ لَهُمْ}
Kami telah membinasakan mereka; maka tidak ada seorang penolong pun bagi mereka. (Muhammad: 13) Adapun firman Allah Swt.:
{وَأَتْبَعْنَاهُمْ فِي هَذِهِ الدُّنْيَا لَعْنَةً}
Dan Kami ikutkanlah laknat kepada mereka di dunia ini. (Al-Qashash: 42) Artinya, Allah memberlakukan laknat terhadap mereka dan raja mereka (yaitu Fir'aun) pada lisan orang-orang yang beriman dari kalangan
hamba-hamba-Nya lagi mengikuti rasul-rasul-Nya, sebagaimana mereka pun dilaknat di dunia melalui lisan para nabi dan para pengikutnya.
{وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ هُمْ مِنَ الْمَقْبُوحِينَ}
dan pada hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan (dari rahmat Allah). (Al-Qashash: 42) Qatadah mengatakan bahwa makna ayat ini sama dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:
{وَأُتْبِعُوا فِي هَذِهِ لَعْنَةً وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ بِئْسَ الرِّفْدُ الْمَرْفُودُ}
Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan (begitu pula) di hari kiamat. Laknat itu seburuk-buruk pemberian yang diberikan. (Hud: 99)
Surat Al-Qasas |28:39|
وَاسْتَكْبَرَ هُوَ وَجُنُودُهُ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ إِلَيْنَا لَا يُرْجَعُونَ
wastakbaro huwa wa junuuduhuu fil-ardhi bighoiril-ḥaqqi wa zhonnuuu annahum ilainaa laa yurja'uun
Dan dia (Fir´aun) dan bala tentaranya berlaku sombong di bumi tanpa alasan yang benar, dan mereka mengira bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami.
And he was arrogant, he and his soldiers, in the land, without right, and they thought that they would not be returned to Us.
(Dan berlaku angkuhlah Firaun dan bala tentaranya di bumi Mesir) di negeri Mesir (tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami) dapat dibaca La Yurja'una dan La Yarji'una.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 39 |
Penjelasan ada di ayat 38
Surat Al-Qasas |28:40|
فَأَخَذْنَاهُ وَجُنُودَهُ فَنَبَذْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ ۖ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الظَّالِمِينَ
fa akhożnaahu wa junuudahuu fa nabażnaahum fil-yamm, fanzhur kaifa kaana 'aaqibatuzh-zhoolimiin
Maka Kami siksa dia (Fir´aun) dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang zalim.
So We took him and his soldiers and threw them into the sea. So see how was the end of the wrongdoers.
(Maka Kami hukum Firaun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka) Kami campakkan mereka (ke dalam laut) yang asin airnya, sehingga tenggelamlah mereka. (Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim) sewaktu mereka menjadi binasa.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 40 |
Penjelasan ada di ayat 38
Surat Al-Qasas |28:41|
وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ ۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يُنْصَرُونَ
wa ja'alnaahum a immatay yad'uuna ilan-naar, wa yaumal-qiyaamati laa yunshoruun
Dan Kami jadikan mereka para pemimpin yang mengajak (manusia) ke neraka dan pada hari Kiamat mereka tidak akan ditolong.
And We made them leaders inviting to the Fire, and on the Day of Resurrection they will not be helped.
(Dan Kami jadikan mereka) di dunia (pemimpin-pemimpin) A-immatan dapat dibaca Tahqiq dan Tas-hil, yakni pemimpin-pemimpin dalam kemusyrikan (yang menyeru ke neraka)
disebabkan seruan mereka yang mengajak kepada kemusyrikan (dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong) yaitu azab mereka tidak dapat ditolak lagi.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 41 |
Penjelasan ada di ayat 38
Surat Al-Qasas |28:42|
وَأَتْبَعْنَاهُمْ فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا لَعْنَةً ۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ هُمْ مِنَ الْمَقْبُوحِينَ
wa atba'naahum fii haażihid-dun-yaa la'nah, wa yaumal-qiyaamati hum minal-maqbuuḥiin
Dan Kami susulkan laknat kepada mereka di dunia ini, sedangkan pada hari Kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan (dari rahmat Allah).
And We caused to overtake them in this world a curse, and on the Day of Resurrection they will be of the despised.
(Dan Kami sertakan laknat kepada mereka di dunia ini) berupa kehinaan (dan pada hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan) dari rahmat-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 42 |
Penjelasan ada di ayat 38
Surat Al-Qasas |28:43|
وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِ مَا أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ الْأُولَىٰ بَصَائِرَ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَرَحْمَةً لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
wa laqod aatainaa muusal-kitaaba mim ba'di maaa ahlaknal-quruunal-uulaa bashooo`iro lin-naasi wa hudaw wa roḥmatal la'allahum yatażakkaruun
Dan sungguh, telah Kami berikan kepada Musa Kitab (Taurat) setelah Kami binasakan umat-umat terdahulu, untuk menjadi pelita bagi manusia dan petunjuk serta rahmat, agar mereka mendapat pelajaran.
And We gave Moses the Scripture, after We had destroyed the former generations, as enlightenment for the people and guidance and mercy that they might be reminded.
(Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Alkitab) yaitu Taurat (sesudah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu) yakni kaum Nabi Nuh, kaum 'Ad, kaum Tsamud dan lain-lainnya
(untuk menjadi pelita bagi manusia) kedudukan lafal ayat ini menjadi Hal dari lafal Alkitab; itu adalah bentuk jamak dari lafal Bashirah yang artinya cahaya hati, maksudnya pelita hati bagi manusia
(dan petunjuk) dari kesesatan bagi orang yang mengamalkannya (dan rahmat) bagi orang yang beriman kepadanya (agar mereka ingat) dapat mengambil pelajaran dari nasihat-nasihat yang terkandung di dalamnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 43 |
Allah Swt. menceritakan anugerah yang telah diberikan-Nya kepada hamba dan Rasul-Nya Musa a.s. Yaitu Dia telah menurunkan kitab Taurat kepadanya sesudah Fir'aun dan pembesar-pembesar kaumnya dibinasakan. Firman Allah Swt.:
{مِنْ بَعْدِ مَا أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ الأولَى}
sesudah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu.”(Al-Qashash: 43) Yakni sesudah Taurat diturunkan, tiada lagi suatu umat yang diazab secara menyeluruh, melainkan Dia memerintahkan kepada orang-orang yang beriman
untuk memerangi musuh-musuh Allah dari kalangan kaum musyrik. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَجَاءَ فِرْعَوْنُ وَمَنْ قَبْلَهُ وَالْمُؤْتَفِكَاتُ بِالْخَاطِئَةِ * فَعَصَوْا رَسُولَ رَبِّهِمْ فَأَخَذَهُمْ أَخْذَةً رَابِيَةً}
Dan telah datang Fir’aun dan orang-orang yang sebelumnya dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkirbalikkan karena kesalahan yang besar. Maka (masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka,
lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang keras. (Al-Haqqah: 9-10) Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Muhammad dan Abdul Wahhab. Keduanya mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Auf ibnu Abu Nadrah, dari Abu Sa'id Al-Khudri yang mengatakan bahwa Allah tidak lagi mengazab suatu kaum pun dengan azab —baik dari langit maupun dari bumi— sesudah kitab Taurat
diturunkan ke muka bumi, selain penduduk kota yang diserapah semuanya menjadi kera pada masa sesudah Nabi Musa. Kemudian Abu Sa'id Al-Khudri r.a. membaca firman-Nya: Dan sesungguhnya telah Kami berikan
kepada Musa Al-Kitab (Taurat) sesudah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu., (Al-Qashash: 43), hingga akhir. ayat. Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis Auf ibnu Abu Jamilah Al-A'rabi dengan lafaz yang semisal.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abu Bakar Al-Bazzar di dalam kitab musnadnya melalui Amr ibnu Ali Al-Fallas, dari Yahya ibnu Qattan, dari Auf, dari Abu Nadrah, dari Abu Sa'id secara mauquf.
رَوَاهُ عَنْ نَصْرِ بْنِ عَلِيٍّ، عَنْ عَبْدِ الْأَعْلَى، عَنْ عوف، عن أبي نضرة، عن أبي سعيد -رَفَعَهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -قَالَ:"مَا أهلكَ اللَّهُ قَوْمًا بِعَذَابٍ مِنَ السَّمَاءِ وَلَا مِنَ الْأَرْضِ إِلَّا قَبْلَ مُوسَى"، ثُمَّ قَرَأَ: {وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِ مَا أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ الأولَى}
Kemudian ia meriwayatkannya melalui Nasr ibnu Ali, dari Abdul Ala, dari Auf, dari Abu Nadrah, dari Abu Sa'id yang me-rafa '-kannya sampai kepada Nabi Saw., bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Tidaklah Allah mengazab suatu kaum
dengan azab —baik dari langit maupun dari bumi— melainkan sebelum masa Musa. Kemudian Nabi Saw. membacakan firman-Nya: Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) sesudah Kami binasakan generasi-generasi
yang terdahulu. (Al-Qashash: 43), hingga akhir ayat. Firman Allah Swt.:
{بَصَائِرَ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَرَحْمَةً}
untuk menjadi pelita, petunjuk, dan rahmat bagi manusia. (Al-Qashash: 43) agar tidak buta dan sesat dan agar mendapat petunjuk ke jalan yang benar dan mendapat rahmat, yakni petunjuk untuk mengerjakan amal saleh.
{لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ}
agar mereka ingat. (Al-Qashash: 43) Yakni agar manusia ingat dengan adanya pelajaran tersebut dan mendapat petunjuk.
Surat Al-Qasas |28:44|
وَمَا كُنْتَ بِجَانِبِ الْغَرْبِيِّ إِذْ قَضَيْنَا إِلَىٰ مُوسَى الْأَمْرَ وَمَا كُنْتَ مِنَ الشَّاهِدِينَ
wa maa kunta bijaanibil-ghorbiyyi iż qodhoinaaa ilaa muusal-amro wa maa kunta minasy-syaahidiin
Dan engkau (Muhammad) tidak berada di sebelah barat (lembah suci Tuwa) ketika Kami menyampaikan perintah kepada Musa, dan engkau tidak (pula) termasuk orang-orang yang menyaksikan (kejadian itu),
And you, [O Muhammad], were not on the western side [of the mount] when We revealed to Moses the command, and you were not among the witnesses [to that].
(Dan tidaklah kamu) hai Muhammad (berada di sisi) bukit, atau lembah atau suatu tempat (yang sebelah barat) dari Musa ketika ia bermunajat (ketika Kami menyampaikan)
mewahyukan (perintah ke pada Musa) supaya menyampaikannya kepada Firaun dan kaumnya (dan tiada pula kamu termasuk orang-orang yang menyaksikan) kejadian tersebut, lalu kamu mengetahuinya dan menceritakan tentangnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 44 |
Tafsir ayat 44-47
Allah Swt. berfirman, menandaskan bukti kenabian Nabi Muhammad Saw., mengingat Nabi Saw. dapat menceritakan kisah-kisah masa lalu seakan-akan dia mendengar, dan menyaksikannya sendiri, seperti yang telah disebutkan di atas.
Padahal beliau adalah seorang lelaki yang ummi, tidak dapat membaca dan menulis, lagi dilahirkan di kalangan kaum yang tidak mengetahui sesuatu pun tentang kisah tersebut. Sebagaimana yang beliau lakukan ketika mengisahkan
tentang cerita Maryam dan semua yang dialaminya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يُلْقُونَ أَقْلامَهُمْ أَيُّهُمْ يَكْفُلُ مَرْيَمَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يَخْتَصِمُونَ}
Padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka
ketika mereka bersengketa. (Ali Imran: 44) Yakni kamu tidak menghadiri peristiwa itu, tetapi Allah-lah yang menceritakannya kepadamu melalui wahyu-Nya. Hal yang sama terjadi tatkala beliau menceritakan tentang Nabi Nuh
dan kaumnya serta penyelamatan yang dilakukan oleh Allah terhadapnya, sedangkan kaumnya ditenggelamkan. Kemudian Allah Swt. berfirman:
{تِلْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهَا إِلَيْكَ مَا كُنْتَ تَعْلَمُهَا أَنْتَ وَلا قَوْمُكَ مِنْ قَبْلِ هَذَا فَاصْبِرْ إِنَّ الْعَاقِبَةَ لِلْمُتَّقِينَ}
Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang gaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah;
sesungguhnya akhir yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (Hud: 49) Dan firman Allah Swt. lainnya dalam surat yang sama:
{ذَلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْقُرَى نَقُصُّهُ عَلَيْكَ}
Itu adalah sebagian dari berita-berita negeri (yang telah dibinasakan) yang Kami ceritakan kepadamu (Muhammad). (Hud: 100) Sesudah itu disebutkan pula oleh firman-Nya dalam kisah Yusuf:
{ذَلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهِ إِلَيْكَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ أَجْمَعُوا أَمْرَهُمْ وَهُمْ يَمْكُرُونَ}
Demikian itu (adalah) di antara berita-berita yang gaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); padahal kamu tidak berada pada sisi mereka, ketika mereka memutuskan rencananya (untuk memasukkan Yusuf ke dalam sumur) dan mereka sedang mengatur tipu daya. (Yusuf: 102) Di dalam surat Taha disebutkan oleh firman-Nya:
{كَذَلِكَ نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ مَا قَدْ سَبَقَ}
Demikianlah Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah umat yang telah lalu. (Taha: 99), hingga akhir ayat. Dalam surat ini sesudah menceritakan kisah Musa dari awal hingga akhir, dan bagaimana permulaan wahyu-Nya kepada Musa serta pembicaraanNya dengan Musa secara langsung, Allah Swt. berfirman:
{وَمَا كُنْتَ بِجَانِبِ الْغَرْبِيِّ إِذْ قَضَيْنَا إِلَى مُوسَى الأمْرَ}
Dan tiadalah kamu (Muhammad) berada di sisi yang sebelah barat ketika Kami menyampaikan perintah kepada Musa. (Al-Qashash: 44) Maksudnya, tidaklah kamu Muhammad sedang berada di sisi bukit
yang sebelah barat tempat Allah berbicara langsung kepada Musa, yaitu di pohon yang terletak di sebelah timur lembah itu.
{وَمَا كُنْتَ مِنَ الشَّاهِدِينَ}
dan tiada pula kamu termasuk orang-orang yang menyaksikan. (Al-Qashash: 44) Yakni menyaksikan hal tersebut, tetapi Allah-lah yang menceritakan kepadamu melalui wahyu-Nya, dimaksudkan sebagai hujah dan bukti
terhadap generasi-generasi berikutnya yang mana mereka telah melupakan hujah-hujah Allah terhadap mereka, dan melupakan pula apa yang telah diwahyukan oleh Allah kepada para nabi terdahulu. Firman Allah Swt.:
{وَمَا كُنْتَ ثَاوِيًا فِي أَهْلِ مَدْيَنَ تَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا}
dan tidaklah kamu tinggal bersama-sama penduduk Madyan dengan membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka. (Al-Qashash: 45) Artinya, tiadalah kamu tinggal bersama penduduk kota Madyan seraya membacakan kepada mereka
ayat-ayat Kami, ketika kamu menceritakan perihal nabi mereka (yaitu Syu'aib a.s.) dan apa yang ia katakan kepada kaumnya serta jawaban kaumnya terhadapnya.
{وَلَكِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ}
tetapi Kami telah mengutus rasul-rasul. (Al-Qashash: 45) Yakni tetapi Kami mewahyukan hal tersebut kepadamu dan Kami utus kamu kepada manusia sebagai rasul.
{وَمَا كُنْتَ بِجَانِبِ الطُّورِ إِذْ نَادَيْنَا}
Dan tiadalah kamu berada di dekat Gunung Tur ketika Kami menyeru (Musa).(Al-Qashash: 46) Abu Abdur Rahman An-Nasai telah mengatakan di dalam kitab tafsir dari kitab sunannya, bahwa telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Hajar,
telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Yunus, dari Hamzah Az-Zayyat, dari Al-A'masy, dari Ali ibnu Mudrik, dari Abu Zar'ah, dari Abu Hurairah r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan tiadalah kamu berada di dekat Gunung Tur
ketika Kami menyeru (Musa). (Al-Qashash: 46 ) Abu Hurairah mengatakan bahwa mereka diseru, "Hai umat Muhammad, Aku memberi kalian sebelum kalian meminta kepada-Ku; dan Aku perkenankan kepada kalian sebelum kalian mendoa
kepada-Ku." Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim melalui hadis Jama'ah, dari Hamzah ibnu Habib Az-Zayyat, dari Al-A'masy. Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Waki dan Yahya ibnu Isa, dari Al-A'masy,
dari Ali ibnu Mudrik, dari Abu Zar'ah ibnu Amr ibnu Jarir yang mengatakan bahwa hal tersebut termasuk perkataannya. Muqatil ibnu Hayyan telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan tiadalah kamu berada
di dekat Gunung Tur ketika Kami menyeru (Musa). (Al-Qashash: 46) Yakni menyeru umatmu yang masih berada di dalam sulbi bapak-bapak mereka agar beriman kepadamu jika kamu diutus. Qatadah telah mengatakan sehubungan
dengan makna firman-Nya: Dan tiadalah kamu berada di dekat Gunung Tur ketika Kami menyeru. (Al-Qashash: 46) Maksudnya, menyeru Musa. Pendapat ini —hanya Allah Yang Maha Mengetahui— lebih mendekati kebenaran,
karena ada firman-Nya yang menyebutkan: Dan tidaklah kamu (Muhammad) berada di sisi yang sebelah barat ketika Kami menyampaikan perintah kepada Musa. (Al-Qashash: 44) Hal yang sama disebutkan oleh firman-Nya dengan ungkapan
yang lebih khusus dari hal tersebut:
{وَإِذْ نَادَى رَبُّكَ مُوسَى}
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu menyeru Musa. (Asy-Syu'ara: 10)
{إِذْ نَادَاهُ رَبُّهُ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى}
Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah Lembah Tuwa. (An-Nazi'at: 16) Dan firman Allah Swt.:
{وَنَادَيْنَاهُ مِنْ جَانِبِ الطُّورِ الأيْمَنِ وَقَرَّبْنَاهُ نَجِيًّا}
Dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan Gunung Tur dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu dia munajat (kepada Kami). (Maryam: 52) Adapun firman Allah Swt.:
{وَلَكِنْ رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ}
tetapi (Kami beri tahukan itu kepadamu) sebagai rahmat dari Tuhanmu. (Al-Qashash: 46) Yakni kamu tidak menyaksikan sesuatu pun dari hal tersebut, tetapi Allahlah yang mewahyukan dan menceritakannya
kepadamu sebagai rahmat dari Dia kepadamu dan kepada semua hamba yang engkau diutus kepada mereka.
{لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أَتَاهُمْ مِنْ نَذِيرٍ مِنْ قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ}
supaya kamu memberi peringatan kepada kaum (Quraisy) yang sekali-kali belum datang kepada mereka pemberi peringatan sebelum kamu agar mereka ingat. (Al-Qashash: 46) Maksudnya, agar mereka mendapat petunjuk dari apa yang kamu sampaikan kepada mereka dari Allah Swt.
{وَلَوْلا أَنْ تُصِيبَهُمْ مُصِيبَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ فَيَقُولُوا رَبَّنَا لَوْلا أَرْسَلْتَ إِلَيْنَا رَسُولا}
Dan agar mereka tidak mengatakan ketika azab menimpa mereka disebabkan apa yang mereka kerjakan, "Ya Tuhan kami, mengapa Engkau tidak mengutus seorang rasul kepada kami.” (Al-Qashash: 47)
Yakni Kami utus kamu kepada mereka untuk menegakkan hujah terhadap mereka dan agar tiada alasan lagi bagi mereka manakala azab Allah datang menimpa mereka disebabkan kekafiran mereka,
yang mana mereka pasti akan beralasan bahwa belum pernah datang kepada mereka seorang utusan dan pemberi peringatan. Sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Swt. sesudah menyebutkan bahwa
Dia telah menurunkan Kitab-Nya yang diberkati, yaitu Al-Qur'an:
{أَنْ تَقُولُوا إِنَّمَا أُنزلَ الْكِتَابُ عَلَى طَائِفَتَيْنِ مِنْ قَبْلِنَا وَإِنْ كُنَّا عَنْ دِرَاسَتِهِمْ لَغَافِلِينَ أَوْ تَقُولُوا لَوْ أَنَّا أُنزلَ عَلَيْنَا الْكِتَابُ لَكُنَّا أَهْدَى مِنْهُمْ فَقَدْ جَاءَكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ}
(Kami turunkan Al-Qur'an itu) agar kamu (tidak) mengatakan bahwa kitab itu hanya diturunkan kepada dua golongan saja sebelum kami, dan sesungguhnya kami tidak memperhatikan apa yang mereka baca.
Atau agar kamu (tidak) mengatakan, "Sesungguhnya jikalau kitab itu diturunkan kepada kami, tentulah kami lebih mendapat petunjuk dari mereka.” Sesungguhnya telah datang kepada kamu keterangan yang nyata dari Tuhanmu,
petunjuk dan rahmat. (Al-An'am: 156-157) Dan firman Allah Swt. lainnya yang mengatakan:
{رُسُلا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ}
(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. (An-Nisa: 165) Dan Firman Allah Swt.:
{يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ عَلَى فَتْرَةٍ مِنَ الرُّسُلِ أَنْ تَقُولُوا مَا جَاءَنَا مِنْ بَشِيرٍ وَلا نَذِيرٍ فَقَدْ جَاءَكُمْ بَشِيرٌ وَنَذِيرٌ}
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami, menjelaskan (syariat Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul, agar kamu tidak mengatakan, "Tidak datang kepada kami,
baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan.” Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. (Al-Maidah: 19), hingga akhir ayat. Ayat-ayat mengenai hal ini cukup banyak.
Surat Al-Qasas |28:45|
وَلَٰكِنَّا أَنْشَأْنَا قُرُونًا فَتَطَاوَلَ عَلَيْهِمُ الْعُمُرُ ۚ وَمَا كُنْتَ ثَاوِيًا فِي أَهْلِ مَدْيَنَ تَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا وَلَٰكِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ
wa laakinnaaa ansya`naa quruunan fa tathoowala 'alaihimul-'umur, wa maa kunta ṡaawiyan fiii ahli madyana tatluu 'alaihim aayaatinaa wa laakinnaa kunnaa mursiliin
tetapi Kami telah menciptakan beberapa umat, dan telah berlalu atas mereka masa yang panjang, dan engkau (Muhammad) tidak tinggal bersama-sama penduduk Madyan dengan membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka, tetapi Kami telah mengutus rasul-rasul.
But We produced [many] generations [after Moses], and prolonged was their duration. And you were not a resident among the people of Madyan, reciting to them Our verses, but We were senders [of this message].
(Tetapi Kami telah mengadakan beberapa generasi) yakni umat-umat sesudah Nabi Musa (dan berlalulah atas mereka masa yang panjang) waktu yang berabad-abad sehingga mereka lupa
akan perjanjian-perjanjian, dan ilmu-ilmu agama pun telah terhapus pula, serta wahyu terputus. Maka Kami datangkan kamu sebagai seorang Rasul dan Kami turunkan wahyu kepadamu
mengenai berita Musa dan berita nabi-nabi lainnya (dan tiadalah kamu tinggal) bermukim (bersama-sama penduduk Madyan dengan membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka)
lafal Tatlu dan seterusnya merupakan Khabar yang kedua dari lafal Kunta, maksudnya, sehingga penduduk Madyan itu mengetahui kisah umat-umat terdahulu lalu mereka mengisahkannya
(tetapi Kami telah mengangkat menjadi Rasul) kamu, dan Kami mengutus utusan-utusan Kami kepadamu dengan membawa berita orang-orang dahulu.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 45 |
Penjelasan ada di ayat 44
Surat Al-Qasas |28:46|
وَمَا كُنْتَ بِجَانِبِ الطُّورِ إِذْ نَادَيْنَا وَلَٰكِنْ رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أَتَاهُمْ مِنْ نَذِيرٍ مِنْ قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
wa maa kunta bijaanibith-thuuri iż naadainaa wa laakir roḥmatam mir robbika litunżiro qoumam maaa ataahum min nażiirim ming qoblika la'allahum yatażakkaruun
Dan engkau (Muhammad) tidak berada di dekat Tur (gunung) ketika Kami menyeru (Musa), tetapi (Kami utus engkau) sebagai rahmat dari Tuhanmu, agar engkau memberi peringatan kepada kaum (Quraisy) yang tidak didatangi oleh pemberi peringatan sebelum engkau agar mereka mendapat pelajaran.
And you were not at the side of the mount when We called [Moses] but [were sent] as a mercy from your Lord to warn a people to whom no warner had come before you that they might be reminded.
(Dan tiadalah kamu berada di dekat bukit Thur) nama sebuah bukit (ketika) sewaktu (Kami menyeru) Musa, "Ambillah Alkitab ini dengan sepenuh kekuatanmu", yakni amalkanlah sekemampuanmu
(tetapi) Kami utus kamu (sebagai rahmat dari Rabbmu, supaya kamu memberi peringatan kepada kaum yang sekali-kali belum datang kepada mereka pemberi peringatan sebelum kamu supaya mereka ingat) supaya mengambil pelajaran.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 46 |
Penjelasan ada di ayat 44
Surat Al-Qasas |28:47|
وَلَوْلَا أَنْ تُصِيبَهُمْ مُصِيبَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ فَيَقُولُوا رَبَّنَا لَوْلَا أَرْسَلْتَ إِلَيْنَا رَسُولًا فَنَتَّبِعَ آيَاتِكَ وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
walau laaa an tushiibahum mushiibatum bimaa qoddamat aidiihim fa yaquuluu robbanaa lau laaa arsalta ilainaa rosuulan fa nattabi'a aayaatika wa nakuuna minal-mu`miniin
Dan agar mereka tidak mengatakan ketika azab menimpa mereka disebabkan apa yang mereka kerjakan, "Ya Tuhan kami, mengapa Engkau tidak mengutus seorang rasul kepada kami, agar kami mengikuti ayat-ayat Engkau dan termasuk orang mukmin."
And if not that a disaster should strike them for what their hands put forth [of sins] and they would say, "Our Lord, why did You not send us a messenger so we could have followed Your verses and been among the believers?"...
(Dan agar mereka sewaktu ditimpa musibah) azab (disebabkan apa yang telah di kerjakan oleh tangan-tangan mereka) berupa kekafiran dan selainnya
(mereka tidak akan mengatakan, "Ya Rabb kami! Mengapa tidak) yakni kenapa tidak (Engkau utus seorang Rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau)
yang dibawa oleh Rasul Engkau (dan jadilah kami termasuk orang-orang yang beriman") Jawab dari lafal Laula dibuang, dan lafal yang sesudahnya merupakan Mubtada. Maksudnya,
seandainya tidak karena azab yang menimpa mereka sebagai penyebab dari perkataannya. Atau maksudnya, seandainya tidak ada perkataan mereka yang menyebabkan turunnya azab,
niscaya akan Kami segerakan kepada mereka azab itu, dan niscaya pula Kami tidak akan mengutusmu kepada mereka sebagai seorang Rasul.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 47 |
Penjelasan ada di ayat 44
Surat Al-Qasas |28:48|
فَلَمَّا جَاءَهُمُ الْحَقُّ مِنْ عِنْدِنَا قَالُوا لَوْلَا أُوتِيَ مِثْلَ مَا أُوتِيَ مُوسَىٰ ۚ أَوَلَمْ يَكْفُرُوا بِمَا أُوتِيَ مُوسَىٰ مِنْ قَبْلُ ۖ قَالُوا سِحْرَانِ تَظَاهَرَا وَقَالُوا إِنَّا بِكُلٍّ كَافِرُونَ
fa lammaa jaaa`ahumul-ḥaqqu min 'indinaa qooluu lau laaa uutiya miṡla maaa uutiya muusaa, a wa lam yakfuruu bimaaa uutiya muusaa ming qobl, qooluu siḥrooni tazhooharoo, wa qooluuu innaa bikulling kaafiruun
Maka ketika telah datang kepada mereka kebenaran (Al-Qur´an) dari sisi Kami, mereka berkata, "Mengapa tidak diberikan kepadanya (Muhammad) seperti apa yang telah diberikan kepada Musa dahulu?" Bukankah mereka itu telah ingkar (juga) kepada apa yang diberikan kepada Musa dahulu? Mereka dahulu berkata, "(Musa dan Harun adalah) dua pesihir yang bantu-membantu." Dan mereka (juga) berkata, "Sesungguhnya kami sama sekali tidak mempercayai masing-masing mereka itu."
But when the truth came to them from Us, they said, "Why was he not given like that which was given to Moses?" Did they not disbelieve in that which was given to Moses before? They said, "[They are but] two works of magic supporting each other, and indeed we are, in both, disbelievers."
(Maka tatkala datang kepada mereka kebenaran) yang dibawa oleh Nabi Muhammad (dari sisi Kami, mereka berkata, "Mengapa tidak) kenapa tidak
(diberikan kepadanya seperti yang telah diberikan kepada Musa") yaitu mukjizat-mukjizat seperti tangan yang bersinar menyilaukan, tongkat dan lain sebagainya, atau kitab yang diturunkan sekali turun. Allah swt.
menjawab perkataan mereka melalui firman-Nya, ("Dan bukankah mereka itu telah ingkar juga kepada apa yang diberikan kepada Musa dahulu) di mana (mereka telah mengatakan)
sehubungan dengan perihal Nabi Musa dan juga tentang diri Nabi Muhammad ('Dua orang ahli sihir). Menurut qiraat yang lain dibaca Sahirani, subjek yang mereka maksud adalah Alquran dan kitab Taurat
(yang saling bantu membantu'.") maksudnya mereka saling bahu membahu. (Dan mereka juga berkata, "Sesungguhnya kami kepada masing-masing) dari kedua nabi, berikut kitab-kitabnya (tidak mempercayai").
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 48 |
Tafsir ayat 48-51
Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal kaum yang seandainya mereka diazab sebelum tegaknya hujah atas diri mereka, tentulah mereka akan beralasan bahwa belum pernah datang kepada mereka seorang rasul pun.
Namun ketika datang kebenaran dari sisi Allah melalui lisan Nabi Muhammad Saw., mereka mengatakan dengan nada membangkang, ingkar, kafir, bodoh, dan tidak percaya kepada Allah:
{لَوْلا أُوتِيَ مِثْلَ مَا أُوتِيَ مُوسَى}
Mengapakah tidak diberikan kepadanya (Muhammad) seperti yang telah diberikan kepada Musa dahulu? (Al-Qashash: 48), hingga akhir ayat. Mereka bermaksud —hanya Allah Yang Maha Mengetahui— mukjizat-mukjizat yang cukup banyak
yang diberikan oleh Allah kepada Musa a.s., seperti tongkat, tangan yang bersinar, banjir, belalang, kutu, katak, darah, dan paceklik karena kurang pangan dan buah-buahan yang menyulitkan musuh-musuh Allah.
Juga seperti terbelahnya laut, dinaungi oleh awan ke mana pergi, diturunkannya manna dan salwa serta mukjizat-mukjizat lainnya yang jelas dan hujah-hujah yang mengalahkan musuh, yang semuanya itu diberikan oleh Allah Swt.
kepada Musa a.s. sebagai hujah dan bukti kebenarannya terhadap Fir'aun dan pembesar-pembesar kerajaannya, juga terhadap kaumnya sendiri (yaitu Bani Israil). Sekali pun demikian, Musa a.s. tidak memperoleh keberhasilan
terhadap Fir'aun dan pembesar-pembesar kaumnya, bahkan mereka kafir kepada Musa dan Harun, sebagaimana yang tersirat dari jawaban mereka yang disitir oleh firman Allah Swt.:
{أَجِئْتَنَا لِتَلْفِتَنَا عَمَّا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا وَتَكُونَ لَكُمَا الْكِبْرِيَاءُ فِي الأرْضِ وَمَا نَحْنُ لَكُمَا بِمُؤْمِنِينَ}
Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya, dan supaya kamu berdua mempunyai kekuasaan di muka bumi? Kami tidak akan mempercayai kamu berdua. (Yunus: 78) Dan firman Allah Swt.:
{فَكَذَّبُوهُمَا فَكَانُوا مِنَ الْمُهْلَكِينَ}
Maka (tetaplah) mereka mendustakan keduanya, sebab itu mereka adalah termasuk orang-orang yang dibinasakan. (Al-Mu-minun: 48) Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{أَوَلَمْ يَكْفُرُوا بِمَا أُوتِيَ مُوسَى مِنْ قَبْلُ}
Dan bukankah mereka itu telah ingkar (juga) kepada apa yang diberikan kepada Musa dahulu? (Al-Qashash: 48) Maksudnya, bukankah manusia dahulu ingkar kepada ayat-ayat yang besar yang disampaikan oleh Musa a.s.
{قَالُوا سِحْرَانِ تَظَاهَرَا}
mereka dahulu telah berkata, "Musa dan Harun adalah dua ahli sihir yang bantu-membantu.” (Al-Qashash: 48) Yakni dua orang tukang sihir yang saling bantu-membantu.
{وَقَالُوا إِنَّا بِكُلٍّ كَافِرُونَ}
dan mereka berkata (juga), "Sesungguhnya kami tidak mempercayai masing-masing mereka itu.” (Al-Qashash: 48) yakni terhadap Musa dan Harun kami tidak percaya. Dan mengingat kedekatan keduanya hingga boleh dikata
tidak pernah berpisah di antara keduanya, maka dengan menyebut salah seorang dari keduanya berarti yang lain terbawa, sebagaimana yang diungkapkan oleh seorang penyair berikut:
فمَا أدْري إذَا يَمَّمْتُ أرْضًا ... أريدُ الخَيْرَ أيهُمَا يَليني ...
Apabila aku melangkah ke sebuah negeri, aku tidak tahu takdir baikkah yang akan kudapatkan ataukah yang lain. Yakni aku tidak tahu takdir baik atau burukkah yang bakal menimpaku. Mujahid mengatakan bahwa orang-orang Yahudi
menyarankan kepada kaum Quraisy untuk mengatakan kepada Muhammad kalimat tersebut. Maka Allah berfirman: Dan bukankah mereka itu telah ingkar (juga) kepada apa yang diberikan kepada Musa dahulu?;
mereka dahulu telah berkata, "Musa dan Harun adalah dua ahli sihir yang saling membantu." (Al-Qashash: 48) Yang dimaksud dengan saling membantu adalah keduanya saling membantu dan menolong untuk melakukan sihir,
yang satu membenarkan yang lain. Hal yang sama telah dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair dan Abu Razin sehubungan dengan firman-Nya, sahirani yakni Musa dan Harun keduanya tukang sihir. Pendapat ini berpredikat jayid alias baik.
Hanya Allah yang lebih mengetahui. Muslim ibnu Yasir telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Mereka berkata, "Keduanya adalah dua ahli sihir yang saling membantu." (Al-Qashash: 48)
Yakni yang mereka maksudkan adalah Musa a.s. dan Muhammad Saw. Demikianlah menurut riwayat Al-Hasan Al-Basri. Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan keduanya adalah Isa a.s. dan Muhammad Saw.
Akan tetapi, pendapat ini jauh dari kebenaran, mengingat Isa tidak disebut dalam kontek ayat ini. Hanya Allah yang lebih mengetahui. Adapun menurut ulama yang membaca sihrani tazahara, menurut Ali ibnu Abu Talhah
dan Al-Aufi dari Ibnu Abbas disebutkan bahwa yang dimaksud adalah Taurat dan Al-Qur'an. Hal yang serupa dikatakan oleh Asim Al-Jundi, As-Saddi dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam As-Saddi mengatakan bahwa masing-masing
dari kedua kitab itu membenarkan yang lain. Ikrimah mengatakan bahwa yang dimaksud adalah Taurat dan Injil, menurut riwayat yang dikemukakan dari Abu Zar'ah; dan dipilih oleh Ibnu Jarir. Ad-Dahhak dan Qatadah mengatakan
bahwa yang dimaksud adalah Injil dan Al-Qur'an. Hanya Allah yang lebih mengetahui. Menurut pengertian lahiriah dari qiraat sihrani adalah Taurat dan Al-Qur'an, sebab dalam firman selanjutnya disebutkan:
{قُلْ فَأْتُوا بِكِتَابٍ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ هُوَ أَهْدَى مِنْهُمَا أَتَّبِعْهُ}
Katakanlah.”Datangkanlah olehmu sebuah kitab dari sisi Allah yang kitab itu lebih (dapat) memberi petunjuk daripada keduanya (Taurat dan Al-Qur'an) niscaya aku mengikutinya. (Al-Qashash: 49)
Dan sering sekali Allah menyebutkan secara bergandengan antara kitab Taurat dan kitab Al-Qur'an, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{قُلْ مَنْ أَنزلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَى نُورًا وَهُدًى لِلنَّاسِ}
Katakanlah, "Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia?" (Al-An'am: 91) sampai dengan firman-Nya:
{وَهَذَا كِتَابٌ أَنزلْنَاهُ مُبَارَكٌ}
Dan ini (Al-Qur'an) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkati. (Al-An'am: 92) Dan di akhir surat Al-An'am disebutkan oleh firman-Nya:
{ثُمَّ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ تَمَامًا عَلَى الَّذِي أَحْسَنَ}
Kemudian Kami telah memberikan Al-Kitab (Taurat) kepada Musa untuk menyempurnakan (nikmat Kami) kepada orang yang berbuat kebaikan. (Al-An'am: 154), hingga akhir ayat. Dan firman Allah Swt.:
{وَهَذَا كِتَابٌ أَنزلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ}
Dan Al-Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat. (Al-An'am: 155) Jin dalam surat Al-Ahqaf mengatakan, sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya:
{إِنَّا سَمِعْنَا كِتَابًا أُنزلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ }
sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al-Qur'an) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya. (Al-Ahqaf: 30) Waraqah ibnu Naufal telah mengatakan, "Malaikat (Jibril)
inilah yang pernah diturunkan kepada Musa." Dan merupakan hal yang telah dimaklumi secara daruri bagi semua orang yang berakal, bahwa Allah Swt. tidaklah menurunkan suatu kitab dari langit di antara kitab-kitab yang Dia turunkan
kepada nabi-nabi-Nya dalam bentuk yang lebih sempurna, lebih mencakup, lebih fasih, lebih besar, dan lebih mulia selain dari Al-Kitab (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Sesudah itu dalam hal tingkatan kemuliaan
dan kebesarannya adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s., yaitu kitab yang disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{إِنَّا أَنزلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالأحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ}
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah,
oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. (Al-Maidah: 44)
Sedangkan kitab Injil diturunkan hanyalah untuk menyempurnakan kitab Taurat dan menghalalkan sebagian dari apa yang diharamkan atas kaum Bani Israil. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{قُلْ فَأْتُوا بِكِتَابٍ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ هُوَ أَهْدَى مِنْهُمَا أَتَّبِعْهُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}
Katakanlah, "Datangkanlah olehmu sebuah kitab dari sisi Allah yang kitab itu lebih (dapat) memberi petunjuk daripada keduanya (Taurat dan Al-Qur'an) niscaya aku mengikutinya, jika kalian sungguh orang-orang yang benar. (Al-Qashash: 49) dalam membela kebenaran dan menentang kebatilan dengannya. Firman Allah Swt.:
{فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ}
Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu). (Al-Qashash: 50) Yakni jika mereka tidak menjawab apa yang kamu katakan kepada mereka dan mereka tetap tidak mau mengikuti perkara yang hak.
{فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ}
ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). (Al-Qashash: 50) tanpa dalil dan tanpa alasan.
{وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنَ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ}
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah. (Al-Qashash: 50) tanpa alasan yang diambil dari Kitabullah.
{إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ}
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (Al-Qashash: 50) Adapun firman Allah Swt.:
{وَلَقَدْ وَصَّلْنَا لَهُمُ الْقَوْلَ}
Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al-Qur'an) kepada mereka. (Al-Qashash: 51) Mujahid mengatakan bahwa maksud ayat tersebut adalah Kami terangkan perkataan ini kepada mereka.
As-Saddi mengatakan, Kami jelaskan perkataan ini kepada mereka. Qatadah mengatakan bahwa Allah Swt. menceritakan kepada mereka apa yang telah diperbuat-Nya terhadap umat terdahulu dan apa yang Dia lakukan sekarang.
{لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ}
agar mereka mendapat petunjuk. (Al-Qashash: 51) Mujahid dan lain-lainnya telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: telah Kami turunkan berturut-turut kepada mereka. (Al-Qashash: 51) bahwa yang dimaksud
dengan mereka adalah orang-orang Quraisy, dan memang pengertian inilah yang tersimpulkan dari makna lahiriah ayat. Tetapi Hammad ibnu Salamah telah meriwayatkan dari Amr ibnu Dinar, dari Yahya ibnu Ja'dah,
dari Rifa'ah ibnu Qarzah Al-Qurazi, yang menurut Ibnu Mandah disebut Rifa'ah ibnu Syamuel, paman dari pihak ibunya Siti Safiyyah binti Huyayyin, yang menceraikan istrinya Tamimah binti Wahb, lalu dikawini
oleh Abdur Rahman ibnuz Zubair ibnu Bata sesudahnya. Demikianlah menurut Ibnul Asir. Rifa'ah mengatakan bahwa firman Allah Swt.: Dan sesungguhnya telah Kami jelaskan perkataan ini kepada mereka. (Al-Qashash: 51)
diturunkan berkenaan dengan sepuluh (orang Yahudi), saya adalah salah seorang dari mereka. Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya dengan keterangan bahwa hadis tersebut merupakan perkataan Rifa'ah.
Surat Al-Qasas |28:49|
قُلْ فَأْتُوا بِكِتَابٍ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ هُوَ أَهْدَىٰ مِنْهُمَا أَتَّبِعْهُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
qul fa`tuu bikitaabim min 'indillaahi huwa ahdaa min-humaaa attabi'hu ing kuntum shoodiqiin
Katakanlah (Muhammad), "Datangkanlah olehmu sebuah Kitab dari sisi Allah yang Kitab itu lebih memberi petunjuk daripada keduanya (Taurat dan Al-Qur´an), niscaya aku mengikutinya, jika kamu orang yang benar."
Say, "Then bring a scripture from Allah which is more guiding than either of them that I may follow it, if you should be truthful."
(Katakanlah) kepada mereka, ("Datangkanlah oleh kalian sebuah kitab dari sisi Allah yang kitab itu lebih dapat memberi petunjuk daripada keduanya)
yang dimaksud adalah Alquran dan Taurat (niscaya aku akan mengikutinya, jika kalian sungguh orang-orang yang benar.") di dalam perkataannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 49 |
Penjelasan ada di ayat 48
Surat Al-Qasas |28:50|
فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ ۚ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
fa il lam yastajiibuu laka fa'lam annamaa yattabi'uuna ahwaaa`ahum, wa man adhollu mim manittaba'a hawaahu bighoiri hudam minalloh, innalloha laa yahdil-qoumazh-zhoolimiin
Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), maka ketahuilah bahwa mereka hanyalah mengikuti keinginan mereka. Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti keinginannya tanpa mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun? Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
But if they do not respond to you - then know that they only follow their [own] desires. And who is more astray than one who follows his desire without guidance from Allah? Indeed, Allah does not guide the wrongdoing people.
(Maka jika mereka tidak menjawab kamu) maksudnya tantanganmu itu, yaitu supaya mereka mendatangkan Kitab dari sisi Allah (ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka belaka)
dalam kekafirannya itu (Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun) maksudnya, tidak ada yang lebih sesat daripadanya.
(Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim) yaitu orang-orang kafir.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 50 |
Penjelasan ada di ayat 48
Surat Al-Qasas |28:51|
وَلَقَدْ وَصَّلْنَا لَهُمُ الْقَوْلَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
wa laqod washsholnaa lahumul-qoula la'allahum yatażakkaruun
Dan sungguh, Kami telah menyampaikan perkataan ini (Al-Qur´an) kepada mereka agar mereka selalu mengingatnya.
And We have [repeatedly] conveyed to them the Qur'an that they might be reminded.
(Dan sesungguhnya telah Kami jelaskan) telah Kami terangkan (perkataan ini kepada mereka) yaitu Alquran (agar mereka mendapat pelajaran) yakni mengambil pelajaran daripadanya, lalu mereka beriman.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 51 |
Penjelasan ada di ayat 48
Surat Al-Qasas |28:52|
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِهِ هُمْ بِهِ يُؤْمِنُونَ
allażiina aatainaahumul-kitaaba ming qoblihii hum bihii yu`minuun
Orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka Al-Kitab sebelum Al-Qur´an, mereka beriman (pula) kepadanya (Al-Qur´an).
Those to whom We gave the Scripture before it - they are believers in it.
(Orang-orang yang telah Kami datangkan kepada mereka Alkitab sebelumnya) sebelum Alquran (mereka beriman pula kepada Alquran itu). Ayat ini diturunkan berkenaan
dengan segolongan orang-orang Yahudi yang masuk Islam; antara lain; Abdullah ibnu Salam. Ayat ini diturunkan pula berkenaan dengan segolongan orang-orang Anshar
yang baru datang dari negeri Habsyah/Abesinia dan negeri Syam, kemudian mereka beriman kepada Nabi saw.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 52 |
Tafsir ayat 52-55
Allah Swt. menceritakan para ulama lagi para wali dari kalangan Ahli Kitab, bahwa mereka beriman kepada Al-Qur’an, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلاوَتِهِ أُولَئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ}
Orang-orang yang telah Kami berikan Al-Kitab kepadanya, inereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. (Al-Baqarah: 121)
{وَإِنَّ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَمَنْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَمَا أُنزلَ إِلَيْكُمْ وَمَا أُنزلَ إِلَيْهِمْ خَاشِعِينَ لِلَّهِ}
Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka, sedangkan mereka berendah hati kepada Allah. (Ali Imran: 199)
{إِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلأذْقَانِ سُجَّدًا * وَيَقُولُونَ سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنْ كَانَ وَعْدُ رَبِّنَا لَمَفْعُولا}
Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al-Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata, "Mahasuci Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi.” (Al-Isra: 107-108) Dan firman Allah Swt.:
{وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَوَدَّةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَى ذَلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيسِينَ وَرُهْبَانًا وَأَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ. وَإِذَا سَمِعُوا مَا أُنزلَ إِلَى الرَّسُولِ تَرَى أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُوا مِنَ الْحَقِّ يَقُولُونَ رَبَّنَا آمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ}
dan Sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Kami ini orang Nasrani". yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu
(orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena Sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri. dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad),
kamu Lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari Kitab-Kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan Kami, Kami telah beriman, Maka catatlah Kami
bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad s.a.w.).Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa ayat di atas diturunkan berkenaan dengan tujuh puluh orang pendeta
yang diutus oleh Raja Najasy setelah mereka datang kepada Nabi Saw., dan Nabi Saw. membacakan kepada mereka surat Yasin, yaitu:
{يس. وَالْقُرْآنِ الْحَكِيمِ}
Ya Sin. Demi Al-Qur’an yang penuh hikmah. (Yasin: 1-2), hingga akhir surat. Lalu mereka menangis dan masuk Islam. Maka turunlah firman Allah Swt. berkenaan dengan mereka, yaitu:
{الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِهِ هُمْ بِهِ يُؤْمِنُونَ. وَإِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ قَالُوا آمَنَّا بِهِ إِنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّنَا إِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلِهِ مُسْلِمِينَ}
Orang-orang yang telah Kami datangkan kepada mereka Al-Kitab sebelum Al-Qur’an, mereka beriman (pula) dengan Al-Qur’an itu. Dan apabila dibacakan (Al-Qur'an itu) kepada mereka, mereka berkata, "Kami beriman kepadanya;
sesungguhnya Al-Quran itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan kami, sesungguhnya kami sebelumnya adalah orang-orang yang membenarkannya.” (Al-Qashash: 52-53)
Maksudnya, sebelum Al-Qur'an kami adalah orang-orang muslim; yakni orang-orang yang mengesakan Allah, ikhlas kepada-Nya, dan memenuhi seruan-Nya, Allah Swt. berfirman dalam ayat selanjutnya:
{أُولَئِكَ يُؤْتَوْنَ أَجْرَهُمْ مَرَّتَيْنِ بِمَا صَبَرُوا}
Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka. (Al-Qashash: 54) Yakni mereka yang menyandang sifat-sifat tersebut adalah orang-orang yang beriman kepada kitab terdahulu dan kitab yang kemudian (Al-Qur'an).
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: disebabkan kesabaran mereka. (Al-Qashash: 54) dalam mengikuti perkara yang hak, sekalipun mengakui hal seperti itu merupakan suatu perbuatan yang sangat berat dirasakan oleh mereka.
Di dalam sebuah hadis sahih melalui riwayat Amir Asy-Sya'bi, dari Abu Burdah, dari Abu Musa Al-Asy'ari r.a. disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"ثَلَاثَةٌ يُؤتَونَ أجْرهم مَرّتَين: رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ آمَنَ بِنَبِيِّهِ ثُمَّ آمَنَ بِي، وَعَبْدٌ مَمْلُوكٌ أَدَّى حَقَّ اللَّهِ وَحَقَّ مَوَالِيهِ، ورَجُل كَانَتْ لَهُ أمَة فَأَدَّبَهَا فَأَحْسَنَ تَأْدِيبَهَا ثُمَّ أَعْتَقَهَا فتزوَّجها"
Ada tiga macam orang yang pahalanya diberi dua kali, yaitu seorang lelaki dari kalangan Ahli Kitab yang beriman kepada nabinya, kemudian beriman kepadaku; seorang hamba sahaya yang menunaikan hak Allah dan hak majikannya;
dan seorang lelaki yang mempunyai seorang budak perempuan, lalu ia mendidiknya dengan baik, kemudian memerdekakannya dan mengawininya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ إِسْحَاقَ السَّيلَحيني، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنِ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ: إِنِّي لتحتَ رَاحِلَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْفَتْحِ، فَقَالَ قَوْلًا حَسَنًا جَمِيلًا وَقَالَ فِيمَا قَالَ: "مَنْ أَسْلَمَ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابَيْنِ فَلَهُ أَجْرُهُ مَرَّتَيْنِ، وَلَهُ مَا لَنَا وَعَلَيْهِ مَا عَلَيْنَا
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ishaq As-Sulaihini, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Sulaiman ibnu Abdur Rahman, dari Al-Qasim ibnu Abu Umamah yang menceritakan bahwa
sesungguhnya ketika ia benar-benar berada di bawah unta kendaraan Rasulullah Saw. pada hari jatuhnya kota Mekah, beliau mengucapkan perkataan yang baik lagi indah; antara lain beliau Saw. bersabda: Barang siapa yang masuk Islam
dari kalangan Ahli Kitab, maka ia memperoleh pahala dua kali; ia memperoleh pahala seperti yang kita peroleh, dan ia menanggung apa yang ditanggung oleh kita. Firman Allah Swt.:
{وَيَدْرَؤُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ}
dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan. (Al-Qashash: 54) Mereka tidak membalas kejahatan dengan hal yang semisal, tetapi memaaf dan melupakannya.
{وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ}
dan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka, mereka nafkahkan. (Al-Qashash: 54) Yaitu mereka membelanjakan sebagian dari rezeki halal yang mereka peroleh kepada makhluk Allah, yaitu nafkah yang wajib,
buat keluarga mereka dan kaum kerabat mereka. Mereka pun membayar zakat yang fardu dan yang sunat, juga amal taqarrub dan sedekah nafilah. Firman Allah Swt.:
{وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ}
Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling darinya. (Al-Qashash: 55) Yakni mereka tidak bergaul dengan para pelakunya dan tidak mau berteman dengan mereka, bahkan sikap mereka adalah sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا}
dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (Al-Furqan: 72) Adapun firman Allah Swt.:
{وَقَالُوا لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ سَلامٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِي الْجَاهِلِينَ}
dan mereka berkata, "Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.” (Al-Qashash: 55) Yakni apabila mereka dibodoh-bodohi dan dikata-katai
dengan ucapan yang tidak layak bagi diri mereka, maka jawaban mereka adalah berpaling darinya, dan mereka tidak membalasnya dengan perlakuan yang semisal dari kata-kata yang buruk, dan tiada yang dikeluarkan oleh lisan mereka
kecuali kata-kata yang baik. Karena itulah Allah Swt. menyebutkan sikap mereka melalui firman-Nya, menyitir ucapan mereka:
{لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ سَلامٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِي الْجَاهِلِينَ}
Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil. (Al-Qashash: 55) Maksudnya, kami tidak ingin menempuh jalannya orang-orang yang jahil
dan kami tidak menyukainya. Muhammad ibnu Ishaq telah mengatakan di dalam kitab As-Sirah, bahwa telah datang kepada Rasulullah Saw., ketika beliau berada di Mekah, kurang lebih dua puluh orang Nasrani.
Mereka telah mendengar perihal Nabi Saw. saat mereka di negeri Abesinia; mereka menjumpai Rasulullah Saw. berada di masjid, lalu mereka duduk dengannya, berbicara dengannya, serta bertanya kepadanya.
Saat itu terdapat banyak kaum laki-laki dari kalangan Quraisy berada di tempat perkumpulan mereka di sekeliling Ka'bah. Setelah mereka selesai dari menanyai Rasulullah Saw. tentang berbagai hal yang ingin mereka tanyakan kepadanya,
maka Rasulullah Saw. menyeru mereka untuk menyembah Allah Swt. dan membacakan Al-Qur'an kepada mereka. Setelah mereka mendengar bacaan Al-Qur'an itu, maka berlinanganlah air mata mereka. Lalu mereka memenuhi seruan Allah,
beriman kepadaNya, dan membenarkan Nabi-Nya serta mengetahui dari Nabi Saw. segala apa yang telah disifatkan di dalam kitab mereka mengenai dirinya. Ketika mereka bangkit meninggalkan Nabi Saw., maka Abu Jahal ibnu Hisyam
bersama sejumlah orang Quraisy menyapa mereka seraya mengatakan, "Semoga Allah membuat kalian kecewa sebagai iringan kafilah; orang-orang di belakang kalian dari kalangan pemeluk agama kalian mengutus kalian untuk mendatangkan
kepada mereka berita tentang lelaki ini. Tetapi setelah kalian duduk bersamanya, tiada lain kalian langsung meninggalkan agama kalian, lalu kalian membenarkan ucapannya. Kami tidak pernah mengetahui ada delegasi yang lebih dungu
daripada kalian," atau ucapan lainnya yang semisal. Maka mereka menjawab, "Kesejahteraan atas kalian. Kami tidak mau bersikap jahil seperti kalian, bagi kami amal-amal kami dan bagi kalian amal-amal kalian; kami tidak merasa puas
dengan kebaikan." Menurut pendapat yang lain, rombongan tersebut adalah dari kalangan penduduk Nasrani Najran. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui siapakah mereka di antaranya yang sebenarnya. Menurut pendapat yang lainnya lagi,
hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui, sesungguhnya berkenaan dengan merekalah ayat ini diturunkan, yaitu firman Allah Swt.: Orang-orang yang telah Kami datangkan kepada mereka Al-Kitab sebelum Al-Qur'an, mereka beriman (pula)
dengan Al-Qur'an itu. (Al-Qashash: 52) sampai dengan firman-Nya: kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil. (Al-Qashash: 55) Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa ia bertanya kepada Az-Zuhri tentang ayat-ayat ini,
yakni berkenaan dengan siapakah penurunannya. Maka Az-Zuhri menjawab bahwa masih terngiang-ngiang di telinganya perkataan para ulama kita yang mengatakan bahwa ayat-ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan Raja Negus
dan sahabat-sahabatnya, juga ayat-ayat yang ada di dalam surat Al-Maidah, yaitu firman-Nya:
{ذَلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيسِينَ وَرُهْبَانًا} إِلَى قَوْلِهِ: {فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ}
Yang demikian itu disebabkan di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib. (Al-Maidah: 82) sampai dengan firman-Nya: maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al-Qur'an dan kenabian Muhammad Saw.). (Al-Maidah: 83)
Surat Al-Qasas |28:53|
وَإِذَا يُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ قَالُوا آمَنَّا بِهِ إِنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّنَا إِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلِهِ مُسْلِمِينَ
wa iżaa yutlaa 'alaihim qooluuu aamannaa bihiii innahul-ḥaqqu mir robbinaaa innaa kunnaa ming qoblihii muslimiin
Dan apabila (Al-Qur´an) dibacakan kepada mereka, mereka berkata, "Kami beriman kepadanya, sesungguhnya (Al-Qur´an) itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan kami. Sungguh, sebelumnya kami adalah orang muslim."
And when it is recited to them, they say, "We have believed in it; indeed, it is the truth from our Lord. Indeed we were, [even] before it, Muslims [submitting to Allah]."
(Dan apabila dibacakan kepada mereka) Alquran (mereka berkata, "Kami beriman kepadanya; sesungguhnya Alquran itu adalah suatu kebenaran dari Rabb kami,
sesungguhnya kami adalah orang-orang yang beriman sebelumnya.") orang-orang yang mengesakan Allah.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 53 |
Penjelasan ada di ayat 52
Surat Al-Qasas |28:54|
أُولَٰئِكَ يُؤْتَوْنَ أَجْرَهُمْ مَرَّتَيْنِ بِمَا صَبَرُوا وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
ulaaa`ika yu`tauna ajrohum marrotaini bimaa shobaruu wa yadro`uuna bil-ḥasanatis-sayyi`ata wa mimmaa rozaqnaahum yunfiquun
Mereka itu diberi pahala dua kali (karena beriman kepada Taurat dan Al-Qur´an) disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan menginfakkan sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepada mereka.
Those will be given their reward twice for what they patiently endured and [because] they avert evil through good, and from what We have provided them they spend.
(Mereka itu diberi pahala dua kali) karena iman mereka kepada dua Kitab (disebabkan kesabaran mereka) di dalam mengamalkan kandungan kedua Kitab itu (dan mereka menolak)
menutup (kejahatan dengan kebaikan) yaitu kejahatan yang mereka lakukan ditutup dengan kebaikan mereka (dan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka, mereka nafkahkan) mereka menyedekahkannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 54 |
Penjelasan ada di ayat 52
Surat Al-Qasas |28:55|
وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ وَقَالُوا لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِي الْجَاهِلِينَ
wa iżaa sami'ul-laghwa a'rodhuu 'an-hu wa qooluu lanaaa a'maalunaa wa lakum a'maalukum salaamun 'alaikum laa nabtaghil-jaahiliin
Dan apabila mereka mendengar perkataan yang buruk, mereka berpaling darinya dan berkata, "Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amal kamu, semoga selamatlah kamu, kami tidak ingin (bergaul) dengan orang-orang bodoh."
And when they hear ill speech, they turn away from it and say, "For us are our deeds, and for you are your deeds. Peace will be upon you; we seek not the ignorant."
(Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat) berupa makian dan perlakuan yang menyakitkan dari pihak orang-orang kafir
(mereka berpaling daripadanya dan berkata, "Bagi kami amal-amal kami dan bagi kalian amal-amal kalian, kesejahteraan atas diri kalian), yaitu salam selamat tinggal,
yang dimaksud adalah kalian selamat dari cacian kami dan hal-hal lain (kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.") maksudnya tidak mau berteman dengan mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 55 |
Penjelasan ada di ayat 52
Surat Al-Qasas |28:56|
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
innaka laa tahdii man aḥbabta wa laakinnalloha yahdii may yasyaaa`, wa huwa a'lamu bil-muhtadiin
Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.
Indeed, [O Muhammad], you do not guide whom you like, but Allah guides whom He wills. And He is most knowing of the [rightly] guided.
Ayat berikut ini diturunkan berkenaan dengan keinginan Nabi saw. akan keimanan pamannya yaitu Abu Thalib. (Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi)
supaya ia mendapat hidayah (tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya dan Allah lebih mengetahui) yakni mengetahui (orang-orang yang mau menerima petunjuk).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 56 |
Tafsir ayat 56-57
Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya, bahwa sesungguhnya kamu, hai Muhammad:
{إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ}
tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi. (Al-Qashash: 56) Yakni masalah petunjuk bukanlah merupakan urusan kamu. Sesungguhnya tugasmu hanyalah menyampaikan,
sedangkan Allah-lah yang akan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Bagi-Nya hikmah yang tak terperikan dan hujah yang mengalahkan, sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ}
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. (Al-Baqarah: 272) Dan firman Allah Swt.:
{وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ}
Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya. (Yusuf: 103) Tetapi ayat dalam surat Al-Qashash ini lebih khusus daripada ayat lainnya yang semakna, karena sesungguhnya disebutkan di dalamnya:
{إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ}
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.
(Al-Qashash: 56) Artinya, Dia lebih mengetahui siapa yang berhak mendapat hidayah dan siapa yang berhak mendapat kesesatan. Di dalam kitab Sahihain telah disebutkan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Talib,
paman Rasulullah Saw. Padahal Abu Talib adalah orang yang melindunginya, membantunya dan berdiri di pihaknya, serta mencintainya dengan kecintaan yang sangat secara naluri, bukan secara syar'i. Tatkala ajal menjelang dan sudah tiba
saat ajalnya, Rasulullah Saw. menyerunya untuk beriman dan masuk Islam. Tetapi takdir telah mendahuluinya dan nyawanya telah meregang, sedangkan ia masih tetap berada di dalam kekafirannya.
Hanya bagi Allah-lah hikmah yang sempurna.
قَالَ الزُّهْرِيُّ: حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ المسَيَّب، عَنْ أَبِيهِ -وَهُوَ الْمُسَيَّبُ بْنُ حَزْن الْمَخْزُومِيُّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ -قَالَ: لَمَّا حَضَرَتْ أَبَا طَالِبٍ الْوَفَاةُ جَاءَهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَوَجَدَ عِنْدَهُ أَبَا جَهْلِ بْنَ هِشَامٍ، وَعَبْدَ اللَّهِ بْنَ أَبِي أُمَيَّةَ بْنِ الْمُغِيرَةِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا عَمِّ، قُلْ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، كَلِمَةٌ أَشْهَدُ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ". فَقَالَ أَبُو جَهْلٍ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي أُمَيَّةَ: يَا أَبَا طَالِبٍ، أَتَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ؟ فَلَمْ يَزَلْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْرِضُهَا عَلَيْهِ، وَيَعُودَانِ لَهُ بِتِلْكَ الْمَقَالَةِ، حَتَّى قَالَ آخَرَ مَا قَالَ: هُوَ عَلَى مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ. وَأَبَى أَنْ يَقُولَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَا لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ أُنْهَ عَنْكَ". فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى} [التوبة: 113] ، بوأنزل فِي أَبِي طَالِبٍ: {إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ}
Az-Zuhri mengatakan, telah menceritakan kepadaku Sa'id ibnul Musayyab, dari ayahnya Al-Musayyab ibnu Hazn Al-Makhzumi r.a. yang menceritakan bahwa ketika Abu Talib menjelang ajalnya, Rasulullah Saw. datang. Beliau Saw.
menjumpai Abu Jahal ibnu Hisyam dan Abdullah ibnu Abu Umayyah ibnul Mugirah ada di sisi Abu Talib. Maka Rasulullah Saw. bersabda: Wahai paman(ku), ucapkanlah, "Tidak ada Tuhan selain Allah, " yaitu suatu kalimat yang dengannya
kelak aku akan membelamu di hadapan Allah! Maka Abu Jahal dan Abdullah ibnu Abu Umayyah berkata, "Hai Abu Talib, apakah kamu tidak suka dengan agama Abdul Muttalib?" Rasulullah Saw. terus-menerus menawarkan hal itu
kepada Abu Talib, tetapi keduanya selalu menentangnya dengan kalimat itu terhadap Abu Talib. Sehingga di akhir kalimat yang diucapkan Abu Talib menyatakan bahwa dirinya tetap berada pada agama Abdul Muttalib,
dan menolak untuk mengucapkan kalimat "Tidak ada Tuhan selain Allah." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Demi Allah, sungguh aku akan memohonkan ampun buatmu (kepada Allah) selama aku tidak dilarang memohonkannya buatmu.
Maka Allah menurunkan firman-Nya: Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya). (At-Taubah:113)
Dan sehubungan dengan Abu Talib itu Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya.
(Al-Qashash: 56) Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya melalui hadis Az-Zuhri. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam kitab sahihnya dan Imam Turmuzi:
مِنْ حَدِيثِ يَزِيدُ بْنُ كَيْسَان، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: لَمَّا حَضَرَتْ وفاةُ أَبِي طَالِبٍ أَتَاهُ رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "يَا عَمَّاهُ، قُلْ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، أَشْهَدُ لَكَ بِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ". فَقَالَ: لَوْلَا أَنْ تُعَيّرني بِهَا قُرَيْشٌ، يَقُولُونَ: مَا حَمَلَهُ عَلَيْهِ إِلَّا جَزَع الْمَوْتِ، لأقرَرْتُ بِهَا عينَك، لَا أَقُولُهَا إِلَّا لأقرَّ بِهَا عَيْنَكَ. فَأَنْزَلَ اللَّهُ: {إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ}
melalui hadis Yazid ibnu Kaisan, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa ketika Abu Talib menjelang ajalnya, Rasulullah Saw. datang kepadanya, lalu bersabda: Wahai paman(ku), ucapkanlah, "Tidak ada Tuhan selain Allah,"
maka aku akan membelamu dengannya kelak di hari kiamat. Abu Talib menjawab (dengan bahasa diplomasi), "Seandainya aku tidak merasa khawatir nanti akan dicela oleh orang-orang Quraisy karena kalimat tersebut,
yang akan ditanggapi oleh mereka, bahwa tiada yang mendorongku mengatakannya melainkan karena takut mati, tentulah aku akan membuat hatimu senang, padahal aku tidak mengatakannya melainkan hanyalah
untuk membuat hatimu senang." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya,
dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (Al-Qashash: 56) Imam Turmuzi menilai hadis ini hasan garib, bahwa ia tidak mengenalnya melainkan hanya melalui hadis Yazid ibnu Kaisan. Imam Ahmad meriwayatkannya
melalui Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan, dari Yazid ibnu Kaisan, bahwa telah menceritakan kepadanya Abu Hazim, dari Abu Hurairah, lalu disebutkan hadis yang semisal. Hal yang sama dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Mujahid, Asy-Sya'bi,
dan Qatadah, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Talib ketika Rasulullah Saw. menawarkan kepadanya untuk mengucapkan kalimah "Tidak ada Tuhan selain Allah." Abu Talib menolaknya dan mengatakan,
"Wahai keponakanku, saya tetap berada pada agama orang-orang tua," dan perkataan terakhir yang diucapkan Abu Talib ialah bahwa dirinya berada pada agama Abdul Muttalib.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ خُثَيْم ، عن سعيد بن أَبِي رَاشِدٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ قَيْصَرَ جَاءَ إليَّ قَالَ: كَتَبَ مَعِي قَيْصَرُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كِتَابًا، فَأَتَيْتُهُ فَدَفَعْتُ الْكِتَابَ، فَوَضَعَهُ فِي حِجْرِهِ، ثُمَّ قَالَ:"مِمَّنْ الرَّجُلُ؟ " قُلْتُ: مِنْ تَنُوخَ. قَالَ: "هَلْ لَكَ فِي دِينِ أَبِيكَ إِبْرَاهِيمَ الْحَنِيفِيَّةِ؟ " قُلْتُ: إِنِّي رَسُولُ قَوْمٍ، وَعَلَى دِينِهِمْ حَتَّى أَرْجِعَ إِلَيْهِمْ. فَضَحِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَظَرَ إِلَى أَصْحَابِهِ وَقَالَ: {إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ}
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Salamah, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Usman ibnu Khaisam,
dari Sa'id ibnu Abu Rasyid yang mengatakan, "Utusan Kaisar Romawi datang kepadaku, lalu mengatakan, 'Kaisar telah menulis sepucuk surat untuk Rasulullah Saw. melaluiku.' Maka aku datang menghadap kepada Rasulullah Saw.
dan kuserahkan surat itu kepadanya, lalu beliau meletakkannya di pangkuannya. Kemudian beliau bertanya, 'Dari manakah lelaki itu?' Aku menjawab, 'Dari kabilah Tanukh (kabilah Arab yang berpihak kepada Romawi).' Beliau bertanya,
'Apakah kamu memeluk agama bapak moyangmu Nabi Ibrahim yang hanif?' Aku menjawab, 'Sesungguhnya aku adalah utusan suatu kaum dan aku memeluk agama mereka, hingga aku kembali kepada mereka.' Maka Rasulullah Saw.
berseri dan memandang kepada para sahabatnya seraya bersabda: 'Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya.' (Al-Qashash: 56)."
Firman Allah Swt.:
{وَقَالُوا إِنْ نَتَّبِعِ الْهُدَى مَعَكَ نُتَخَطَّفْ مِنْ أَرْضِنَا}
Dan mereka berkata, "Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami." (Al-Qashash: 57) Allah Swt. menceritakan alasan sebagian orang-orang kafir yang tidak mau mengikuti jalan petunjuk.
Mereka berkata kepada Rasulullah Saw, seperti yang disitir oleh firman-Nya: Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami diusir dari negeri kami. (Al-Qashash: 57) Yakni kami takut jika mengikuti petunjuk yang kamu sampaikan
dan menentang orang-orang Arab musyrik yang ada di sekitar kami, maka mereka akan mengganggu kami, memerangi kami, dan mengusir kami dari tempat kami berada. Allah Swt. menjawab ucapan mereka melalui firman-Nya:
{أَوَلَمْ نُمَكِّنْ لَهُمْ حَرَمًا آمِنًا}
Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah haram (tanah suci) yang aman. (Al-Qashash: 57) Dengan kata lain, apa yang mereka kemukakan sebagai alasannya adalah dusta dan tidak benar sama sekali;
karena sesungguhnya Allah menempatkan mereka di negeri yang aman dan tanah suci yang besar, yang sejak pertama kali telah aman. Maka bagaimanakah tanah suci ini menjadi tanah yang aman bagi mereka,
padahal mereka kafir dan syirik, sedangkan bagi kaum yang beriman dan mengikuti jalan yang benar menjadi kota yang tidak aman bagi mereka? Firman Allah Swt.:
{يُجْبَى إِلَيْهِ ثَمَرَاتُ كُلِّ شَيْءٍ}
yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan). (Al-Qashash: 57) Yaitu semua buah-buahan yang beraneka ragam dari daerah sekitarnya, seperti dari Taif, juga dari tempat-tempat lainnya, begitu pula barang dagangan dan keperluan lainnya.
{وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ}
untuk menjadi rezeki (bagimu) dari sisi Kami? Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Al-Qashash: 57) Karena itulah mereka mengatakan perkataan tersebut. Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Al-Hasan ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Al-Hajjaj, dari Ibnu Juraij, bahwa telah menceritakan kepadaku Ibnu Abu Mulaikah yang mengatakan bahwa Amr ibnu Syu'aib pernah meriwayatkan dari Ibnu Abbas
—tetapi ia tidak mendengarnya langsung dari Ibnu Abbas— bahwa Al-Haris ibnu Amir ibnu Naufal adalah orang yang mengatakan apa yang disitir oleh firman-Nya: Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir
dari negeri kami. (Al-Qashash: 57)
Surat Al-Qasas |28:57|
وَقَالُوا إِنْ نَتَّبِعِ الْهُدَىٰ مَعَكَ نُتَخَطَّفْ مِنْ أَرْضِنَا ۚ أَوَلَمْ نُمَكِّنْ لَهُمْ حَرَمًا آمِنًا يُجْبَىٰ إِلَيْهِ ثَمَرَاتُ كُلِّ شَيْءٍ رِزْقًا مِنْ لَدُنَّا وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
wa qooluuu in nattabi'il-hudaa ma'aka nutakhoththof min ardhinaa, a wa lam numakkil lahum ḥaroman aaminay yujbaaa ilaihi ṡamarootu kulli syai`ir rizqom mil ladunnaa wa laakinna akṡarohum laa ya'lamuun
Dan mereka berkata, "Jika kami mengikuti petunjuk bersama engkau, niscaya kami akan diusir dari negeri kami." (Allah berfirman) Bukankah Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam tanah haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) sebagai rezeki (bagimu) dari sisi Kami? Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
And they say, "If we were to follow the guidance with you, we would be swept from our land." Have we not established for them a safe sanctuary to which are brought the fruits of all things as provision from Us? But most of them do not know.
(Dan mereka berkata) yaitu kaumnya, ("Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami") kami akan diusir dengan cepat daripadanya. Maka Allah swt. berfirman,
(Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah haram yang aman) maksudnya, mereka hidup dengan aman di dalamnya dari segala serangan dan pembunuhan,
tidak sebagaimana yang terjadi di kalangan orang-orang Arab lainnya yang saling serang menyerang dan saling bunuh membunuh (yang didatangkan) dapat dibaca Tujba dan Yujba
(ke tempat itu buah-buahan dari segala penjuru) dari berbagai penjuru (sebagai rezeki) bagi mereka (dari sisi Kami) dari hadirat Kami (tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui) bahwa apa yang Kami katakan itu adalah benar.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 57 |
Penjelasan ada di ayat 56
Surat Al-Qasas |28:58|
وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ بَطِرَتْ مَعِيشَتَهَا ۖ فَتِلْكَ مَسَاكِنُهُمْ لَمْ تُسْكَنْ مِنْ بَعْدِهِمْ إِلَّا قَلِيلًا ۖ وَكُنَّا نَحْنُ الْوَارِثِينَ
wa kam ahlaknaa ming qoryatim bathirot ma'iisyatahaa, fa tilka masaakinuhum lam tuskam mim ba'dihim illaa qoliilaa, wa kunnaa naḥnul-waariṡiin
Dan betapa banyak (penduduk) negeri yang sudah bersenang-senang dalam kehidupannya yang telah Kami binasakan, maka itulah tempat kediaman mereka yang tidak didiami (lagi) setelah mereka, kecuali sebagian kecil. Dan Kamilah yang mewarisinya.
And how many a city have We destroyed that was insolent in its [way of] living, and those are their dwellings which have not been inhabited after them except briefly. And it is We who were the inheritors.
(Dan berapa banyaknya negeri yang telah Kami binasakan yang sudah bersenang-senang dalam kehidupannya) yang dimaksud adalah penduduk negeri-negeri tersebut
(maka itulah tempat kediaman mereka yang tidak didiami lagi sesudah mereka, kecuali sebagian kecil) untuk orang-orang yang lewat yang tinggal hanya sehari atau setengah hari.(Dan Kami adalah pewarisnya) dari mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 58 |
Tafsir ayat 58-59
Allah Swt. membantah ucapan penduduk Mekah (yang kafir) melalui firman-Nya:
{وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ بَطِرَتْ مَعِيشَتَهَا}
Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang telah Kami binasakan, yang sudah bersenang-senang dalam kehidupannya. (Al-Qashash: 58) Maksudnya, penduduk kota yang kelewat batas,
jahat, lagi ingkar kepada nikmat-nikmat Allah yang telah Dia anugerahkan kepada mereka berupa rezeki yang berlimpah. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ}
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat. (An-Nahl: 112) sampai dengan firman-Nya:
فَأَخَذَهُمُ الْعَذَابُ وَهُمْ ظَالِمُونَ
karena itu mereka dimusnahkan azab dan mereka adalah orang-orang yang zalim. (An-Nahl: 113) Karena itulah disebutkan dalam ayat ini melalui firman-Nya:
{فَتِلْكَ مَسَاكِنُهُمْ لَمْ تُسْكَنْ مِنْ بَعْدِهِمْ إِلا قَلِيلا}
maka itulah tempat kediaman mereka yang tiada didiami (lagi) sesudah mereka, kecuali sebagian kecil. (Al-Qashash: 58) Yakni tempat tinggal mereka telah menjadi puing-puing, sehingga tiada lagi kelihatan rumah-rumah bekas mereka itu. Firman Allah Swt.:
{وَكُنَّا نَحْنُ الْوَارِثِينَ}
Dan Kami adalah pewarisnya. (Al-Qashash: 58) Artinya, dijadikan sebagai puing-puing yang tiada lagi penduduknya. Ibnu Abu Hatim telah menyebutkan suatu riwayat dalam hal ini melalui Ibnu Mas'ud yang pernah mendengar Ka'b berkata
kepada Umar r.a. bahwa sesungguhnya Nabi Sulaiman pernah berkata kepada burung hantu, "Mengapa kamu tidak memakan tanam-tanaman?" Burung hantu menjawab, "Karena tumbuh-tumbuhan itulah yang menyebabkan
Adam diusir dari surga." Sulaiman bertanya, "Mengapa kamu tidak meminum air?" Burung hantu menjawab, "Karena Allah telah menenggelamkan kaum Nuh dengan air itu." Sulaiman bertanya, "Mengapa kamu tidak bersarang di puing-puing?"
Burung hantu menjawab, "Karena tempat yang telah menjadi puing-puing itu adalah warisan Allah." Kemudian burung hantu itu membacakan firman-Nya: Dan Kami adalah pewarisnya. (Al-Qashash: 58) Kemudian Allah Swt.
berfirman menceritakan tentang keadilan-Nya, bahwa Dia tidak akan membinasakan seseorang yang berbuat aniaya kepada-Nya, melainkan hanya membinasakan orang-orang yang telah ditegakkan hujah Allah atas mereka.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرَى حَتَّى يَبْعَثَ فِي أُمِّهَا رَسُولا يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا}
Dan tiadalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibu kota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka. (Al-Qashash: 59) Di dalam ayat ini terkandung dalil yang menunjukkan bahwa
nabi yang ummi yaitu Muhammad Saw. yang diutus dari Ummul Qura (Mekah) adalah utusan bagi semua penduduk kota, baik dari kalangan bangsa Arab maupun non-Arab. Sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{لِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا}
agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. (Al-An'am: 92)
{قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا}
Katakanlah, "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua.” (Al-A'raf: 158)
{لأنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ}
supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur’an (kepadanya). (Al-An'am: 19) Dan firman Allah Swt.:
{وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ مِنَ الأحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهُ}
Dan barang siapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al-Qur’an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya. (Hud: 17) Lengkapnya dalil adalah firman Allah Swt.:
وَإِنْ مِنْ قَرْيَةٍ إِلا نَحْنُ مُهْلِكُوهَا قَبْلَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ أَوْ مُعَذِّبُوهَا عَذَابًا شَدِيدًا}
Tak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat, atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. (Al-Isra: 58), hingga akhir ayat.
Allah Swt. memberitahukan bahwa Dia akan membinasakan setiap kota sebelum hari kiamat, padahal Allah Swt. telah berfirman dalam ayat yang lain:
{وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولا}
dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (Al-Isra: 15) Maka Allah menjadikan terutusnya Nabi yang ummi mencakup semua kota, karena dia telah diutus oleh Dia kepada ibu kotanya
yang merupakan kota yang paling dahulu; semua kota menginduk kepadanya. Di dalam kitab Sahihain telah disebutkan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:
"بُعِثْتُ إِلَى الْأَحْمَرِ وَالْأَسْوَدِ"
Aku diutus untuk bangsa yang berkulit merah dan yang berkulit hitam. Karena itulah maka kenabian dan kerasulan ditutup olehnya, tiada nabi dan tiada rasul lagi sesudahnya, bahkan syariatnya tetap berlaku sepanjang masa sampai hari kiamat. Menurut pendapat yang lain, firman Allah Swt.:
{حَتَّى يَبْعَثَ فِي أُمِّهَا}
sebelum Dia mengutus di ibu kota itu seorang rasul. (Al-Qashash-59) Bahwa yang dimaksud dengan ummiha ialah ibu kota dan kota-kota yang terbesarnya. Demikianlah menurut pendapat Zamakhsyari, dan Ibnul Jauzi serta selain keduanya, pendapat ini tidak terlalu menyimpang dari kebenaran.
Surat Al-Qasas |28:59|
وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرَىٰ حَتَّىٰ يَبْعَثَ فِي أُمِّهَا رَسُولًا يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا ۚ وَمَا كُنَّا مُهْلِكِي الْقُرَىٰ إِلَّا وَأَهْلُهَا ظَالِمُونَ
wa maa kaana robbuka muhlikal-quroo ḥattaa yab'aṡa fiii ummihaa rosuulay yatluu 'alaihim aayaatinaa, wa maa kunnaa muhlikil-qurooo illaa wa ahluhaa zhoolimuun
Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri, sebelum Dia mengutus seorang rasul di ibukotanya yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka, dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan (penduduk) negeri, kecuali penduduknya melakukan kezaliman.
And never would your Lord have destroyed the cities until He had sent to their mother a messenger reciting to them Our verses. And We would not destroy the cities except while their people were wrongdoers.
(Dan tiadalah Rabbmu membinasakan kota-kota) disebabkan kelaliman yang dilakukan oleh para penduduknya (sebelum Dia mengutus di ibu kota itu) yakni pada kota terbesar negeri itu
(seorang Rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka dan tidak pernah pula Kami membinasakan kota-kota kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kelaliman) yaitu mendustakan Rasul-rasul.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 59 |
Penjelasan ada di ayat 58
Surat Al-Qasas |28:60|
وَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَزِينَتُهَا ۚ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
wa maaa uutiitum min syai`in fa mataa'ul-ḥayaatid-dun-yaa wa ziinatuhaa, wa maa 'indallohi khoiruw wa abqoo, a fa laa ta'qiluun
Dan apa saja (kekayaan, jabatan, keturunan) yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kesenangan hidup duniawi dan perhiasannya, sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Tidakkah kamu mengerti?
And whatever thing you [people] have been given - it is [only for] the enjoyment of worldly life and its adornment. And what is with Allah is better and more lasting; so will you not use reason?
(Dan apa saja yang diberikan kepada kalian, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya) kalian bersenang-senang dan menghias diri dengannya selama hidup kalian,
kemudian semuanya akan lenyap (sedangkan apa yang di sisi Allah) yakni pahala-Nya (adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kalian tidak memahaminya)
bahwa yang kekal itu lebih baik daripada yang lenyap. Dapat dibaca Ta'maluna dan Ya'maluna.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 60 |
Tafsir ayat 60-61
Allah Swt. menceritakan tentang kecilnya dunia dan semua perhiasan dan kemewahan yang terdapat di dalamnya bila dibandingkan dengan kenikmatan yang besar lagi kekal yang telah disediakan oleh Allah buat hamba-hamba-Nya yang saleh di negeri akhirat, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ}
Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. (An-Nahl: 96)
{وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ لِلأبْرَارِ}
Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti. (Ali Imran: 198)
{وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلا مَتَاعٌ}
padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). (Ar-Ra'd: 26) Dan firman Allah Swt.:
{بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَالآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى}
Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (Al-A'la: 16-17) Rasulullah Saw. telah bersabda:
"وَاللَّهِ مَا الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ، إِلَّا كَمَا يَغْمِس أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي الْيَمِّ، فَلْينظُر مَاذَا يَرْجِعُ إِلَيْهِ"
Demi Allah, tiadalah kehidupan di dunia ini dibandingkan dengan kehidupan di akhirat melainkan sebagaimana seseorang dari kalian mencelupkan jari telunjuknya ke laut, maka hendaknya ia perhatikan apakah yang ia peroleh darinya? Adapun firman Allah Swt.:
{أَفَلا يَعْقِلُونَ}
Maka apakah kamu tidak memahaminya? (Al-Qashash: 60) Yakni tidakkah orang yang mendahulukan kepentingan dunia dengan meninggalkan kepentingan akhirat menggunakan akalnya? Firman Allah Swt.:
{أَفَمَنْ وَعَدْنَاهُ وَعْدًا حَسَنًا فَهُوَ لاقِيهِ كَمَنْ مَتَّعْنَاهُ مَتَاعَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ هُوَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْمُحْضَرِينَ}
Maka apakah orang yang Kami janjikan kepadanya suatu janji yang baik (surga), lalu ia memperolehnya, sama dengan orang yang Kami berikan kepadanya kenikmatan hidup duniawi, kemudian dia pada hari kiamat termasuk orang-orang
yang diseret (ke dalam neraka)? (Al-Qashash: 61) Maksudnya, apakah orang yang beriman lagi membenarkan apa yang telah dijanjikan oleh Allah berupa pahala yang pasti diperolehnya sebagai imbalan atas amal-amal saleh
yang dikerjakannya, sama dengan orang yang kafir lagi mendustakan hari pertemuan dengan Allah serta mendustakan janji dan ancaman-Nya, dan yang diperolehnya hanyalah kenikmatan hidup di dunia yang sangat sebentar.
{ثُمَّ هُوَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْمُحْضَرِينَ}
kemudian dia pada hari kiamat termasuk orang-orang yang diseret (ke dalam neraka)? (Al-Qashash: 61) Mujahid dan Qatadah mengatakan bahwa makna muhdarin ialah orang-orang yang diazab. Kemudian ada pula
yang mengatakan bahwa sesungguhnya ayat ini diturunkan berkenaan dengan perbandingan antara Rasulullah Saw. dan Abu Jahal. Menurut pendapat yang lainnya lagi antara Hamzah, Ali di suatu pihak, dan di pihak lain Abu Jahal.
Kedua riwayat ini diketengahkan oleh Mujahid. Makna lahiriah ayat menunjukkan pengertian umum; perihalnya sama dengan firman Allah Swt. saat menceritakan perihal orang mukmin yang masuk surga saat ia melihat temannya
yang berada di dasar neraka, sedangkan dia berada di tingkatan yang tinggi di surga, lalu orang mukmin itu mengatakan sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya:
{وَلَوْلا نِعْمَةُ رَبِّي لَكُنْتُ مِنَ الْمُحْضَرِينَ}
jikalau tidaklah karena nikmat Tuhanku, pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret (ke neraka). (As-Saffat: 57) Dan firman Allah Swt.:
{وَلَقَدْ عَلِمَتِ الْجِنَّةُ إِنَّهُمْ لَمُحْضَرُونَ}
Dan sesungguhnya jin mengetahui bahwa mereka benar-benar akan diseret (ke neraka). (As-Saffat: 158)
Surat Al-Qasas |28:61|
أَفَمَنْ وَعَدْنَاهُ وَعْدًا حَسَنًا فَهُوَ لَاقِيهِ كَمَنْ مَتَّعْنَاهُ مَتَاعَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ هُوَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْمُحْضَرِينَ
a fa maw wa'adnaahu wa'dan ḥasanan fa huwa laaqiihi kamam matta'naahu mataa'al-ḥayaatid-dun-yaa ṡumma huwa yaumal-qiyaamati minal-muḥdhoriin
Maka apakah sama orang yang Kami janjikan kepadanya suatu janji yang baik (surga) lalu dia memperolehnya, dengan orang yang Kami berikan kepadanya kesenangan hidup duniawi, kemudian pada hari Kiamat dia termasuk orang-orang yang diseret (ke dalam neraka)?
Then is he whom We have promised a good promise which he will obtain like he for whom We provided enjoyment of worldly life [but] then he is, on the Day of Resurrection, among those presented [for punishment in Hell]?
(Maka apakah orang yang Kami janjikan kepadanya suatu janji yang baik lalu ia memperolehnya) janji yang dimaksud adalah surga
(sama dengan orang yang Kami berikan kepadanya kenikmatan hidup duniawi) yang dalam waktu dekat pasti akan lenyap (kemudian dia pada hari kiamat termasuk orang-orang yang diseret) ke dalam neraka.
Orang yang dimaksud pada lafal pertama adalah orang Mukmin dan pada lafal kedua adalah orang kafir maksudnya tidak ada persamaan di antara keduanya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 61 |
Penjelasan ada di ayat 60
Surat Al-Qasas |28:62|
وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ أَيْنَ شُرَكَائِيَ الَّذِينَ كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ
wa yauma yunaadiihim fa yaquulu aina syurokaaa`iyallażiina kuntum taz'umuun
Dan (ingatlah) pada hari ketika Dia (Allah) menyeru mereka dan berfirman, "Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu kamu sangka?"
And [warn of] the Day He will call them and say, "Where are My 'partners' which you used to claim?"
(Dan) ingatlah (hari di waktu Dia menyeru mereka) yang dimaksud adalah Allah menyeru mereka (seraya berkata, "Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu kalian menduga") bahwa mereka adalah sekutu-sekutu-Ku.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 62 |
Tafsir ayat 62-67
Allah menceritakan celaan yang Dia tujukan kepada orang-orang kafir lagi musyrik kelak di hari kiamat saat Dia menyeru mereka. Allah Swt. berfirman:
{أَيْنَ شُرَكَائي الَّذِينَ كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ}
Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu kalian katakan? (Al-Qashash: 62) Yakni di manakah tuhan-tuhan yang kalian sembah semasa di dunia, berupa berhala-berhala dan tandingan-tandingan Allah, apakah mereka dapat menolong kalian
atau membela dirinya? Ungkapan ini mengandung kecaman dan ancaman, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَلَقَدْ جِئْتُمُونَا فُرَادَى كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَتَرَكْتُمْ مَا خَوَّلْنَاكُمْ وَرَاءَ ظُهُورِكُمْ وَمَا نَرَى مَعَكُمْ شُفَعَاءَكُمُ الَّذِينَ زَعَمْتُمْ أَنَّهُمْ فِيكُمْ شُرَكَاءُ لَقَدْ تَقَطَّعَ بَيْنَكُمْ وَضَلَّ عَنْكُمْ مَا كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ}
Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kamu Kami ciptakan pada pertama kali, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu;
dan Kami tiada melihat besertamu pemberi syafaat yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu Tuhan di antara kamu. Sungguh telah terputuslah (pertalian) antara kamu dan telah lenyap daripada kamu apa yang dahulu
kamu anggap (sebagai sekutu Allah). (Al-An'am: 94) Adapun firman Allah Swt.:
{قَالَ الَّذِينَ حَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ}
Berkatalah orang-orang yang telah tetap hukuman atas mereka. (Al-Qashash: 63) Yakni setan-setan, para pembangkang, dan yang menyeru kepada kekafiran.
{رَبَّنَا هَؤُلاءِ الَّذِينَ أَغْوَيْنَا أَغْوَيْنَاهُمْ كَمَا غَوَيْنَا تَبَرَّأْنَا إِلَيْكَ مَا كَانُوا إِيَّانَا يَعْبُدُونَ}
Ya Tuhan kami, mereka inilah orang-orang yang kami sesatkan itu; kami telah menyesatkan mereka sebagaimana kami (sendiri) sesat, kami menyatakan berlepas diri (dari mereka) kepada Engkau, mereka sekali-kali tidak menyembah kami.
(Al-Qashash: 63) Setan-setan itu menyatakan pengakuannya, bahwa orang-orang tersebut telah mereka sesatkan, dan orang-orang itu mau mengikuti mereka; tetapi pada akhirnya setan-setan itu berlepas diri dari penyembahan
yang dilakukan mereka, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ آلِهَةً لِيَكُونُوا لَهُمْ عِزًّا. كَلا سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا}
Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka, sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya)
terhadapnya, dan mereka sembahan-sembahan itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 81-82) Dan firman Allah Swt.:
{وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ. وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ}
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka?
Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat), niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. (Al-Ahqaf: 5-6) Nabi Ibrahim a.s. berkata kepada kaumnya,
seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{إِنَّمَا اتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا مَوَدَّةَ بَيْنِكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ وَيَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا}
Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini, kemudian di hari kiamat sebagian kamu mengingkari sebagian (yang lain)
dan sebagian kamu melaknati sebagian (yang lain). (Al-'Ankabut: 25), hingga akhir ayat. Dan firman Allah Swt.:
{إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الأسْبَابُ}
(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. (Al-Baqarah: 166) sampai dengan firman-Nya:
وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ
dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka. (Al-Baqarah: 167) Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَقِيلَ ادْعُوا شُرَكَاءَكُمْ}
Dikatakan (kepada mereka), "Serulah olehmu sekutu-sekutu kamu!" (Al-Qashash: 64) Yaitu untuk menyelamatkan kalian dari azab, sebagaimana yang kalian harapkan dari mereka semasa di dunia.
{فَدَعَوْهُمْ فَلَمْ يَسْتَجِيبُوا لَهُمْ وَرَأَوُا الْعَذَابَ}
lalu mereka menyerunya, maka sekutu-sekutu itu tidak memperkenankan (seruan) mereka, dan mereka melihat azab. (Al-Qashash: 64) dan mereka yakin bahwa diri mereka pasti dimasukkan ke dalam neraka. Firman Allah Swt.:
{لَوْ أَنَّهُمْ كَانُوا يَهْتَدُونَ}
(Mereka ketika itu berkeinginan) kiranya mereka dahulu menerima petunjuk. (Al-Qashash: 64) Yakni ketika mereka menyaksikan azab, mereka berkeinginan sekiranya mereka dahulu termasuk orang-orang yang menerima petunjuk semasa di dunia. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَيَوْمَ يَقُولُ نَادُوا شُرَكَائِيَ الَّذِينَ زَعَمْتُمْ فَدَعَوْهُمْ فَلَمْ يَسْتَجِيبُوا لَهُمْ وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ مَوْبِقًا. وَرَأَى الْمُجْرِمُونَ النَّارَ فَظَنُّوا أَنَّهُمْ مُوَاقِعُوهَا وَلَمْ يَجِدُوا عَنْهَا مَصْرِفًا}
Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Dia berfirman, "Panggillah olehmu sekalian sekutu-sekutu-Ku yang kamu katakan itu.” Mereka lalu memanggilnya, tetapi sekutu-sekutu itu tidak membalas seruan mereka dan Kami adakan
untuk mereka tempat kebinasaan (neraka). Dan orang-orang yang berdosa melihat neraka, maka mereka meyakini bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya dan mereka tidak menemukan tempat berpaling darinya. (Al-Kahfi: 52-53)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ مَاذَا أَجَبْتُمُ الْمُرْسَلِينَ}
Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah menyeru mereka seraya berkata, "Apakah jawabanmu kepada para rasul?” (Al-Qashash: 65) Seruan pertama mempertanyakan masalah tauhid, dan yang disebutkan dalam ayat ini
mengandung pengukuhan terhadap kenabian, yakni apakah jawaban kalian terhadap rasul-rasul yang diutus kepada kalian? Dan bagaimanakah tanggapan kalian kepada mereka? Hal ini seperti pertanyaan yang diajukan di dalam kubur,
yaitu: "Siapakah Tuhanmu, siapakah nabi panutanmu, dan apakah agamamu?" Adapun orang mukmin, ia akan menjawab dengan mengemukakan kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad Saw. adalah hamba dan rasul-Nya.
Sedangkan orang kafir hanya mengatakan, "Ha, ha, saya tidak tahu." Karena itulah orang kafir tidak dapat menjawab pertanyaan itu kelak di hari kiamat selain dari diam saja; karena sesungguhnya
orang yang buta saat hidup di dunia, kelak di akhirat lebih buta dan lebih sesat jalannya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{فَعَمِيَتْ عَلَيْهِمُ الأنْبَاءُ يَوْمَئِذٍ فَهُمْ لَا يَتَسَاءَلُونَ}
Maka gelaplah bagi mereka segala macam alasan pada hari itu, karena itu mereka tidak saling tanya-menanya. (Al-Qashash: 66) Mujahid mengatakan bahwa mereka tidak dapat mengemukakan alasan-alasan mereka, dan mereka tidak saling bertanya tentang keturunan. Firman Allah Swt.:
{فَأَمَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا}
Adapun orang yang bertobat dan beriman serta mengerjakan amal yang saleh. (Al-Qashash: 67) semasa di dunianya.
{فَعَسَى أَنْ يَكُونَ مِنَ الْمُفْلِحِينَ}
semoga dia termasuk orang-orang yang beruntung. (Al-Qashash: 67) ' Yakni kelak di hari kiamat, dan semoga ia mendapat kemurahan dari Allah; Pengertian kata 'semoga' merupakan suatu kepastian yang pasti terjadi berkat karunia dan kemurahan Allah Swt.
Surat Al-Qasas |28:63|
قَالَ الَّذِينَ حَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ رَبَّنَا هَٰؤُلَاءِ الَّذِينَ أَغْوَيْنَا أَغْوَيْنَاهُمْ كَمَا غَوَيْنَا ۖ تَبَرَّأْنَا إِلَيْكَ ۖ مَا كَانُوا إِيَّانَا يَعْبُدُونَ
qoolallażiina ḥaqqo 'alaihimul-qoulu robbanaa haaa`ulaaa`illażiina aghwainaa, aghwainaahum kamaa ghowainaa, tabarro`naaa ilaika maa kaanuuu iyyaanaa ya'buduun
Orang-orang yang sudah pasti akan mendapatkan hukuman berkata, "Ya Tuhan kami, mereka inilah orang-orang yang kami sesatkan itu, kami telah menyesatkan mereka sebagaimana kami (sendiri) sesat, kami menyatakan kepada Engkau berlepas diri (dari mereka), mereka sekali-kali tidak menyembah kami."
Those upon whom the word will have come into effect will say, "Our Lord, these are the ones we led to error. We led them to error just as we were in error. We declare our disassociation [from them] to You. They did not used to worship us."
(Berkatalah orang-orang yang telah tetap hukuman atas mereka) yakni mereka harus masuk ke dalam neraka, mereka adalah para pemimpin kesesatan,
("Ya Rabb kami! Mereka inilah orang-orang yang kami sesatkan itu) lafal Haula-i adalah Mubtada dan Al Ladzina Aghwainahum adalah sifatnya (kami telah menyesatkan mereka) lafal ayat ini menjadi Khabarnya.
Yaitu setelah kami sesatkan mereka, maka mereka pun tersesatlah (sebagaimana kami sendiri sesat) yakni, kami tidak memaksakan mereka untuk sesat (kami menyatakan berlepas diri kepada Engkau)
dari mereka (mereka sekali-kali tidak menyembah kami") Ma di sini adalah Nafiyah, dan sengaja Maf'ulnya didahulukan demi untuk Fashilah, atau untuk memelihara keseragaman akhir ayat.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 63 |
Penjelasan ada di ayat 62
Surat Al-Qasas |28:64|
وَقِيلَ ادْعُوا شُرَكَاءَكُمْ فَدَعَوْهُمْ فَلَمْ يَسْتَجِيبُوا لَهُمْ وَرَأَوُا الْعَذَابَ ۚ لَوْ أَنَّهُمْ كَانُوا يَهْتَدُونَ
wa qiilad'uu syurokaaa`akum fa da'auhum fa lam yastajiibuu lahum, wa ro`awul-'ażaab, lau annahum kaanuu yahtaduun
Dan dikatakan (kepada mereka), "Serulah sekutu-sekutumu," lalu mereka menyerunya, tetapi yang diseru tidak menyambutnya, dan mereka melihat azab. (Mereka itu berkeinginan) sekiranya mereka dahulu menerima petunjuk.
And it will be said, "Invoke your 'partners' " and they will invoke them; but they will not respond to them, and they will see the punishment. If only they had followed guidance!
(Dikatakan kepada mereka "Serulah oleh kalian sekutu-sekutu kalian!") yaitu berhala-berhala yang kalian yakini, bahwa mereka adalah sekutu-sekutu Allah
(lalu mereka menyerunya, maka sekutu-sekutu itu tidak memperkenankan mereka) tidak menjawab seruan mereka (lalu mereka melihat) mereka yang diseru itu (azab)
melihatnya dengan mata kepala mereka (kiranya mereka dahulu menerima petunjuk) sewaktu di dunia, mereka baru sadar setelah melihat azab di akhirat.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 64 |
Penjelasan ada di ayat 62
Surat Al-Qasas |28:65|
وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ مَاذَا أَجَبْتُمُ الْمُرْسَلِينَ
wa yauma yunaadiihim fa yaquulu maażaaa ajabtumul-mursaliin
Dan (ingatlah) pada hari ketika Dia (Allah) menyeru mereka, dan berfirman, "Apakah jawabanmu terhadap para rasul?"
And [mention] the Day He will call them and say, "What did you answer the messengers?"
(Dan) ingatlah (hari di waktu Allah menyeru mereka, seraya berkata "Apakah jawaban kalian kepada para Rasul") yang diutus kepada kalian.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 65 |
Penjelasan ada di ayat 62
Surat Al-Qasas |28:66|
فَعَمِيَتْ عَلَيْهِمُ الْأَنْبَاءُ يَوْمَئِذٍ فَهُمْ لَا يَتَسَاءَلُونَ
fa 'amiyat 'alaihimul-ambaaa`u yauma`iżin fa hum laa yatasaaa`aluun
Maka gelaplah bagi mereka segala macam alasan pada hari itu, karena itu mereka tidak saling bertanya.
But the information will be unapparent to them that Day, so they will not [be able to] ask one another.
(Maka gelaplah bagi mereka segala alasan) maksudnya alasan yang dapat menyelamatkan diri mereka tidak dapat mereka kemukakan (di hari itu)
mereka tidak dapat menemukan alasan agar dirinya dapat selamat dari azab (karena itu mereka tidak saling tanya menanya) mengenai hal ini, mereka hanya diam saja.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 66 |
Penjelasan ada di ayat 62