Juz 21
Surat Luqman |31:16|
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
yaa bunayya innahaaa in taku miṡqoola ḥabbatim min khordalin fa takun fii shokhrotin au fis-samaawaati au fil-ardhi ya`ti bihalloh, innalloha lathiifun khobiir
(Luqman berkata), "Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Maha Halus, Maha Mengetahui.
[And Luqman said], "O my son, indeed if wrong should be the weight of a mustard seed and should be within a rock or [anywhere] in the heavens or in the earth, Allah will bring it forth. Indeed, Allah is Subtle and Acquainted.
("Hai anakku, sesungguhnya) perbuatan yang buruk-buruk itu (jika ada sekalipun hanya sebesar biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi)
atau di suatu tempat yang paling tersembunyi pada tempat-tempat tersebut (niscaya Allah akan mendatangkannya) maksudnya Dia kelak akan menghisabnya.
(Sesungguhnya Allah Maha Halus) untuk mengeluarkannya (lagi Maha Waspada) tentang tempatnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Luqman | 31 : 16 |
Tafsir ayat 16-19
Inilah nasihat-nasihat yang besar manfaatnya, dikisahkan oleh Allah Swt. dari apa yang diwasiatkan oleh Luqman, agar manusia mencontohinya dan mengikuti jejaknya. Untuk itu Allah Swt. menyitir perkataan Luqman:
{يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ}
Hai Anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi. (Luqman: 16) Yakni sesungguhnya perbuatan aniaya atau dosa sekecil apa pun, misalnya sebesar biji sawi. Menurut sebagian ulama,
damir yang terdapat di dalam firman-Nya, "Innaha," adalah damir sya'n dan kisah (alkisah); berdasarkan pengertian ini diperbolehkan membaca rafa' lafaz misqal, tetapi qiraat yang pertama membacanya nasab adalah lebih utama.
Firman Allah Swt.:
{يَأْتِ بِهَا اللَّهُ}
niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). (Luqman: 16) 'Artinya, Allah pasti menghadirkannya pada hari kiamat di saat neraca amal perbuatan telah dipasang dan pembalasan amal perbuatan ditunaikan.
Jika amal perbuatan seseorang baik, maka balasannya baik; dan jika amal perbuatan seseorang buruk, maka balasannya buruk pula, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:
{وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ}
Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. (Al-Anbiya: 47), hingga akhir ayat. Dan firman Allah Swt.:
{فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ * وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ}
Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Az-Zalzalah: 7-8)
Seandainya zarrah itu berada di dalam tempat yang terlindungi dan tertutup rapat—yaitu berada di dalam sebuah batu besar, atau terbang melayang di angkasa, atau terpendam di dalam bumi— sesungguhnya Allah
pasti akan mendatangkannya dan membalasinya. Karena sesungguhnya bagi Allah tiada sesuatu pun yang tersembunyi barang sebesar zarrah pun, baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi. Karena itulah disebutkan
oleh firman berikutnya:
{إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ}
Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Maha Mengetahui. (Luqman: 16) Yakni Mahahalus pengetahuannya. Maka tiada segala sesuatu yang tersembunyi bagi-Nya, sekalipun sangat kecil dan sangat lembut.
{خَبِيرٌ}
lagi Maha Mengetahui. (Luqman: 16) Allah Maha Mengetahui langkah-langkah semut di malam yang gelap gulita. Sebagian ulama berpendapat bahwa makna yang dimaksud dari firman-Nya:
{فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ}
dan berada dalam batu. (Luqman: 16) Yakni batu yang ada di bumi lapis ke tujuh. Pendapat ini disebutkan oleh As-Saddi berikut sanadnya yang diduga bersumber dari Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas dan sejumlah sahabat, jika memang sanadnya
berpredikat sahih. Hal yang sama telah diriwayatkan melalui Atiyyah Al-Aufi, Abu Malik, As-Sauri, Al-Minhal ibnu Amr, dan lain-lainnya, hanya Allah Yang Maha Mengetahui. Yang jelas seakan-akan riwayat ini dinukil dari kisah Israiliyat
yang tidak dapat dibenarkan dan tidak pula didustakan. Menurut makna lahiriah ayat —hanya Allah Yang Maha Mengetahui— biji zarrah yang sangat kecil ini seandainya berada di dalam sebuah batu besar, maka sesungguhnya Allah
akan memperlihatkan dan menampakkannya berkat pengetahuan-Nya Yang Mahahalus. Sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Ahmad dalam salah satu riwayatnya yang menyebutkan:
حَدَّثَنَا حَسَنُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، حَدَّثَنَا دَراج، عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ يَعْمَلُ فِي صَخْرَةٍ صَمَّاء، لَيْسَ لَهَا بَابٌ وَلَا كوَّة، لَخَرَجَ عَمَلُهُ لِلنَّاسِ كَائِنًا مَا كَانَ"
telah menceritakan kepada kami Hasan ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Daraj, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id Al-Khudri, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda:
Seandainya seseorang di antara kalian melakukan amal perbuatan di dalam sebuah batu besar yang tidak ada pintu dan lubangnya, niscaya amal perbuatannya itu akan di¬tampakkan kepada manusia seperti apa adanya.
Kemudian Luqman mengatakan lagi dalam nasihat berikutnya:
{يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاةَ}
Hai Anakku, dirikanlah salat. (Luqman: 17) sesuai dengan batasan-batasannya, fardu-fardunya, dan waktu-waktunya.
{وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ}
dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar. (Luqman: 17) sesuai dengan kemampuanmu dan menurut kesanggupan kekuatanmu.
{وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ}
dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. (Luqman: 17) Perlu kamu ketahui bahwa dalam mengerjakan amar ma'ruf dan nahi munkar terhadap manusia, pasti kamu akan beroleh gangguan dan per¬lakuan yang menyakitkan
dari mereka. Karena itulah kamu harus bersabar terhadap gangguan mereka. Luqman menasihati anaknya untuk bersabar dalam menjalankan perintah amar ma'ruf dan nahi munkar itu. Firman Allah Swt.:
{إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأمُورِ}
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (Luqman: 17) Sesungguhnya bersikap sabar dalam menghadapi gangguan manusia benar-benar termasuk hal yang diwajibkan oleh Allah. Firman Allah Swt.:
{وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ}
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia. (Luqman: 18) Janganlah kamu memalingkan mukamu saat berbicara dengan orang lain, atau saat mereka berbicara kepadamu, kamu lakukan itu dengan maksud menganggap mereka
remeh dan bersikap sombong kepada mereka. Akan tetapi, bersikap lemah lembutlah kamu dan cerahkanlah wajahmu dalam menghadapi mereka. Di dalam sebuah hadis disebutkan seperti berikut:
"وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ وَوَجْهُكَ إِلَيْهِ مُنْبَسِط، وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الْإِزَارِ فَإِنَّهَا مِنَ المِخيلَة، وَالْمَخِيلَةُ لَا يُحِبُّهَا اللَّهَ"
sekalipun berupa sikap yang ramah dan wajah yang cerah saat kamu menjumpai saudaramu. Dan janganlah kamu memanjangkan kainmu, karena sesungguhnya cara berpakaian seperti itu termasuk sikap sombong yang tidak disukai oleh Allah.
Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia. (Luqman: 18) Yakni janganlah kamu bersikap sombong, menganggap remeh
hamba-hamba Allah, dan kamu palingkan mukamu saat mereka berbicara denganmu. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Al-Aufi dan Ikrimah bersumber dari Ibnu Abbas.
Malik Ibnu Zaid ibnu Aslam telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia. (Luqman: 18)
Maksudnya, janganlah kamu berbicara dengan memalingkan mukamu. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Mujahid, Ikrimah, Yazid ibnul Asam, Abul Jauza, Sa'id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, Ibnu Zaid, dan lain-lainnya.
Ibrahim An-Nakha'i mengatakan, makna yang dimaksud ialah membual. Akan tetapi, yang benar adalah pendapat yang pertama.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa asal kata as-sa'r ialah suatu penyakit yang bersarang di leher dan bagian kepala unta, dan lama kelamaan dapat memisahkan leher dari kepalanya.
Lalu kata ini dijadikan perumpamaan bagi orang yang bersikap takabur, sebagaimana yang disebutkan oleh seorang penyair bernama Amr ibnut Taglabi dalam salah satu bait syairnya:
وَكُنَّا إذَا الجَبَّارُ صَعّر خَدّه ... أقَمْنَا لَه مِنْ مَيْلِه فَتَقَوّمَا
Dan adalah kami bila menghadapi orang sombong yang memalingkan mukanya, maka kami luruskan dia dari kesombongannya hingga ia kembali ke jalan yang lurus. Abu Talib telah mengatakan pula dalam salah satu bait syairnya:
وَكُنَّا قَديمًا لَا نقرُّ ظُلامَة ... إِذَا مَا ثَنوا صُعْر الرُّؤُوسِ نُقِيمها
Dan dahulu kami tidak pernah membiarkan suatu perbuatan aniaya pun. Bila mereka mendapat pujian, lalu bersikap sombong, maka kami meluruskannya. Firman Allah Swt.:
{وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا}
dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. (Luqman: 18) Yaitu dengan langkah yang angkuh, sombong, serta takabur. Janganlah kamu bersikap demikian, karena Allah pasti akan membencimu. Dalam firman berikutnya disebutkan:
{إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ}
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Luqman: 18) Yakni orang yang sombong dan merasa bangga dengan dirinya terhadap orang lain. Dalam ayat yang lain disebutkan oleh firman-Nya hal yang semakna, yaitu:
{وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الأرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولا}
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. (Al-Isra: 37) Tafsir ayat ini telah dikemukakan pada pembahasannya.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْحَضْرَمِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عِمْرَانَ بْنِ أَبِي لَيْلَى، حَدَّثَنَا أَبِي، عَنِ ابْنِ أَبِي لَيْلَى، عَنْ عِيسَى، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ ثَابِتِ بْنِ قَيْسِ بْنِ شَمَّاس قَالَ: ذُكِرَ الْكِبْرُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَشَدَّدَ فِيهِ، فَقَالَ: "إِنِ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ". فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي لِأَغْسِلُ ثِيَابِي فَيُعْجِبُنِي بَيَاضُهَا، وَيُعْجِبُنِي شِراك نَعْلِي، وعِلاقة سَوْطي، فَقَالَ: "لَيْسَ ذَلِكَ الْكِبْرُ، إِنَّمَا الْكِبْرُ أَنْ تَسْفه الْحَقَّ وتَغْمِط النَّاسَ"
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah Al-Hadrami, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Imran ibnu Abu Laila, dari Isa, dari Abdur Rahman ibnu Abu Laila,
dari Sabit ibnu Qais Syammas yang menceritakan bahwa pada suatu hari disebutkan masalah takabur di hadapan Rasulullah Saw. Maka beliau memperingatkannya dengan keras dan bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang-sombong lagi membanggakan diri.” Maka seorang lelaki dari kaum yang hadir bertanya, "Demi Allah, wahai Rasulullah, sesungguhnya saya biasa mencuci pakaian saya karena saya suka dengan warna putihnya.
Saya juga suka dengan tali sandal saya serta tempat gantungan cemeti saya.” Maka beliau Saw. menjawab, "Itu bukan takabur namanya, sesungguhnya yang dinamakan takabur itu ialah bila kamu meremehkan perkara yang hak
dan merendahkan orang lain.” Imam Tabrani telah meriwayatkan hal yang semisal melalui jalur lain, yang mengandung kisah yang cukup panjang, juga tentang gugurnya Sabit serta wasiatnya. Firman Allah Swt.:
{وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ}
Dan sederhanalah kamu dalam berjalan. (Luqman: 19) Maksudnya, berjalanlah kamu dengan langkah yang biasa dan wajar, tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat, melainkan pertengahan di antara keduanya. Firman Allah Swt.:
{وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ}
dan lunakkanlah suaramu. (Luqman: 19) Janganlah kamu berlebihan dalam bicaramu, jangan pula kamu keraskan suaramu terhadap hal yang tidak ada faedahnya. Karena itulah disebut dalam firman berikutnya:
{إِنَّ أَنْكَرَ الأصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ}
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (Luqman: 19) Mujahid dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan, sesungguhnya suara yang paling buruk ialah suara keledai, yakni suara yang keras berlebihan itu
diserupakan dengan suara keledai dalam hal keras dan nada tingginya, selain itu suara tersebut tidak disukai oleh Allah Swt. Adanya penyerupaan dengan suara keledai ini menunjukkan bahwa hal tersebut diharamkan dan sangat dicela,
karena Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"لَيْسَ لَنَا مَثَلُ السَّوْءِ، الْعَائِدُ فِي هِبَتِهِ كَالْكَلْبِ يَقِيءُ ثُمَّ يَعُودُ فِي قَيْئِهِ"
Tiada pada kita suatu perumpamaan buruk terhadap orang yang mengambil kembali hibahnya (melainkan) seperti anjing yang muntah, lalu ia memakan lagi muntahannya.
قَالَ النَّسَائِيُّ عِنْدَ تَفْسِيرِ هَذِهِ الْآيَةِ: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ رَبِيعَةَ، عَنِ الْأَعْرَجِ، (9) عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [أَنَّهُ] قَالَ: "إِذَا سمعتم صياح الديكة فَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ، وَإِذَا سَمِعْتُمْ نَهِيقَ الْحَمِيرِ فَتَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَإِنَّهَا رَأَتْ شَيْطَانًا"
Imam Nasai dalam tafsir ayat ini mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Al-Lais, dari Ja'far ibnu Rabi'ah, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
Apabila kalian mendengar suara kokokan ayam jago, maka mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Dan apabila kalian mendengar suara lengkingan keledai, maka mohonlah perlindungan kepada Allah dari gangguan setan,
karena sesungguhnya keledai itu sedang melihat setan. Jamaah yang lainnya —kecuali Ibnu Majah— telah mengetengahkan hadis ini melalui berbagai jalur dari Ja'far ibnu Rabi'ah dengan sanad yang sama. Dan di dalam sebagian teksnya
disebutkan kalimat 'di malam hari'. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui. Itulah wasiat-wasiat yang sangat bermanfaat yang dikisahkan oleh Al-Qur'anul Karim mengenai Luqmanul Hakim. Telah diriwayatkan pula dari Luqman hikmah-hikmah
dan nasihat-nasihat lainnya yang cukup banyak. Berikut ini akan dikemukakan sebagian darinya sebagai contoh dan pelajaran.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا ابْنُ إِسْحَاقَ، أَخْبَرَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ، أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، أَخْبَرَنِي نَهْشَل بْنُ مُجَمِّع الضَّبِّيُّ عَنْ قَزْعَةَ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: أَخْبَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ لُقْمَانَ الْحَكِيمَ كَانَ يَقُولُ: إِنَّ اللَّهَ إِذَا اسْتُودِعَ شَيْئًا حَفِظَهُ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepadaku Nahsyal ibnu Majma'ud Dabbi, dari Quza'ah,
dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bercerita tentang Luqman kepada para sahabatnya. Beliau Saw. bersabda: Sesungguhnya Luqmanul Hakim pernah mengatakan bahwa sesungguhnya Allah itu
apabila dititipi sesuatu pasti Dia pelihara.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ، حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ، عَنِ الْأَوْزَاعِيُّ، عَنْ مُوسَى بْنِ سُلَيْمَانَ، عَنِ الْقَاسِمِ [بْنِ مُخَيْمِرة يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ] أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم قال: " قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ: يَا بُنَيَّ، إِيَّاكَ وَالتَّقَنُّعَ فَإِنَّهُ مَخْوَفَةٌ بِاللَّيْلِ، مَذَمَّةٌ بِالنَّهَارِ"
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Yunus, dari Al-Auza'i, dari Musa ibnu Sulaiman, dari Al-Qasim ibnu Mukhaimirah, bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Luqmanul Hakim berkata kepada putranya saat ia menasihatinya, "Hai Anakku, janganlah kamu meminta-minta karena sesungguhnya perbuatan ini menjadikan ketakutan di malam hari dan kehinaan di siang hari.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Usman ibnu Damrah, telah menceritakan kepada kami As-Sari ibnu Yahya yang mengatakan bahwa Luqman pernah
mengatakan kepada anaknya, "Hai Anakku, sesungguhnya hikmah itu dapat menghantarkan orang-orang miskin kepada kedudukan para raja." Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku,
telah menceritakan kepada kami Abdah ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman Al-Mas'udi, dari Aun ibnu Abdullah yang mengatakan bahwa Luqman berkata
kepada anaknya, "Hai Anakku, apabila kamu mendatangi tempat berkumpulnya suatu kaum, maka lemparkanlah kepada mereka anak panah Islam—yakni ucapan salam—, kemudian duduklah di tempat mereka.
Janganlah kamu berbicara sebelum kamu lihat mereka telah berbicara semuanya. Dan apabila mereka membicarakan tentang zikrullah, maka tangguhkanlah anak panahmu bersama mereka (yakni jangan kamu pergi meninggalkan mereka).
Dan jika ternyata mereka membicarakan hal selain zikrullah, maka beranjaklah kamu dari mereka dan bergabunglah dengan kaum yang lain." Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan
kepada kami Amr ibnu Usman ibnu Sa'id ibnu Kasir ibnu Dinar, telah menceritakan kepada kami Damrah, dari Hafs ibnu Umar yang menceritakan bahwa Luqman meletakkan sekantong biji sawi di sisinya, lalu ia menasihati anaknya
dengan suatu nasihat seraya mengeluarkan biji sawinya sebiji demi sebiji hingga habislah semua biji sawi kantungnya dikeluarkan. Lalu Luqman berkata, "Hai Anakku, sesungguhnya aku telah menasihatimu dengan suatu nasihat
yang seandainya ditujukan kepada sebuah bukit niscaya bukit itu akan terbelah." Maka saat itu juga terbelahlah anak Luqman.
قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ عَبْدِ الْبَاقِي المِصِّيصي، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحَرَّانِيُّ، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الطَّرَائِفِيُّ، حَدَّثَنَا أَبْيَنُ بْنُ سُفْيَانَ الْمَقْدِسِيُّ، عَنْ خَلِيفَةَ بْنِ سَلَامٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم: "اتخذوا السُّودَانَ فَإِنَّ ثَلَاثَةً مِنْهُمْ مَنْ سَادَاتِ أَهْلِ الْجَنَّةِ: لُقْمَانُ الْحَكِيمُ، وَالنَّجَاشِيُّ، وَبِلَالٌ الْمُؤَذِّنُ"
Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abdul Baqi Al-Masisi, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahman Al-Khuza'i, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Abdur Rahman At-Taraifi,
telah menceritakan kepada kami Anas ibnu Sufyan Al-Maqdisi, dari Khalifah ibnu Salam, dari Ata ibnu Abu Rabah, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Pakailah oleh kalian orang-orang yang berkulit hitam,
karena sesungguhnya ada tiga orang dari kalangan mereka yang menjadi penghulu ahli surga, yaitu Luqmanul Hakim, An-Najasyi, dan Bilal juru azan. Imam Tabrani mengatakan, yang dimaksud dengan orang yang berkulit hitam dalam hadis ini ialah
orang-orang Abesenia.
Surat Luqman |31:17|
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
yaa bunayya aqimish-sholaata wa`mur bil-ma'ruufi wan-ha 'anil-mungkari washbir 'alaa maaa ashoobak, inna żaalika min 'azmil-umuur
Wahai anakku! Laksanakanlah sholat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.
O my son, establish prayer, enjoin what is right, forbid what is wrong, and be patient over what befalls you. Indeed, [all] that is of the matters [requiring] determination.
(Hai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan mungkar serta bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu)
disebabkan amar makruf dan nahi mungkarmu itu. (Sesungguhnya yang demikian itu) hal yang telah disebutkan itu (termasuk hal-hal yang ditekankan untuk diamalkan) karena mengingat hal-hal tersebut merupakan hal-hal yang wajib.
Tafsir Ibnu Katsir | Luqman | 31 : 17 |
penjelasan ada di ayat 16
Surat Luqman |31:18|
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
wa laa tusho''ir khoddaka lin-naasi wa laa tamsyi fil-ardhi maroḥaa, innalloha laa yuḥibbu kulla mukhtaalin fakhuur
Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.
And do not turn your cheek [in contempt] toward people and do not walk through the earth exultantly. Indeed, Allah does not like everyone self-deluded and boastful.
(Dan janganlah kamu memalingkan) menurut qiraat yang lain dibaca wa laa tushaa`ir (mukamu dari manusia) janganlah kamu memalingkannya dari mereka dengan rasa takabur
(dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh) dengan rasa sombong. (Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong) yakni orang-orang yang sombong di dalam berjalan (lagi membanggakan diri) atas manusia.
Tafsir Ibnu Katsir | Luqman | 31 : 18 |
penjelasan ada di ayat 16
Surat Luqman |31:19|
وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ ۚ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ
waqshid fii masy-yika waghdhudh min shoutik, inna angkarol-ashwaati lashoutul-ḥamiir
Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai."
And be moderate in your pace and lower your voice; indeed, the most disagreeable of sounds is the voice of donkeys."
(Dan sederhanalah kamu dalam berjalan) ambillah sikap pertengahan dalam berjalan, yaitu antara pelan-pelan dan berjalan cepat, kamu harus tenang dan anggun (dan lunakkanlah)
rendahkanlah (suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara) suara yang paling jelek itu (ialah suara keledai.") Yakni pada permulaannya adalah ringkikan kemudian disusul oleh lengkingan-lengkingan yang sangat tidak enak didengar.
Tafsir Ibnu Katsir | Luqman | 31 : 19 |
penjelasan ada di ayat 16
Surat Luqman |31:20|
أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً ۗ وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَابٍ مُنِيرٍ
a lam tarou annalloha sakhkhoro lakum maa fis-samaawaati wa maa fil-ardhi wa asbagho 'alaikum ni'amahuu zhoohirotaw wa baathinah, wa minan-naasi may yujaadilu fillaahi bighoiri 'ilmiw wa laa hudaw wa laa kitaabim muniir
Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Allah telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untuk (kepentingan)mu dan menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan batin. Tetapi di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.
Do you not see that Allah has made subject to you whatever is in the heavens and whatever is in the earth and amply bestowed upon you His favors, [both] apparent and unapparent? But of the people is he who disputes about Allah without knowledge or guidance or an enlightening Book [from Him].
(Tidaklah kalian perhatikan) hai orang-orang yang diajak bicara, tidakkah kalian ketahui (bahwa Allah telah menundukkan untuk kepentingan kalian apa yang di langit)
yaitu matahari, bulan dan bintang-bintang supaya kalian mengambil manfaat daripadanya (dan apa yang di bumi) berupa buah-buahan, sungai-sungai dan binatang-binatang (dan menyempurnakan)
artinya meluaskan dan menyempurnakan (untuk kalian nikmat-Nya lahir) yaitu diberi bentuk yang baik, anggota yang paling sempurna dan lain sebagainya (dan batin) berupa pengetahuan dan lain sebagainya.
(Dan di antara manusia) yakni penduduk Mekah (ada yang membantah tentang keesaan Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk) dari Rasul (dan tanpa Kitab yang memberi penerangan)
yang telah diturunkan oleh Allah, melainkan dia melakukan hal itu hanya secara taklid atau mengikut saja.
Tafsir Ibnu Katsir | Luqman | 31 : 20 |
Tafsir ayat 20-21
Allah Swt. mengingatkan kepada makhluk-Nya akan semua nikmat yang telah Dia limpahkan kepada mereka, bahwa Dia telah menundukkan bagi mereka semua bintang yang di langit sebagai penerangan buat mereka di malam hari dan di siang harinya.
Dia telah menciptakan pula bagi mereka awan, hujan, salju serta embun yang ada di langit, dan Dia jadikan langit bagi mereka sebagai atap yang terpelihara.
Dan Allah telah menciptakan bagi mereka bumi ini sebagai tempat tinggal yang disertai sungai-sungainya, pepohonannya, tanam-tanamannya, dan buah-buahannya.
Dia telah melimpahkan pula kepada mereka nikmat-nikmat-Nya yang lahir dan yang batin, yaitu dengan mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab-Nya kepada mereka untuk menyingkirkan semua keraguan dan penyakit.
Tetapi dengan adanya semua itu tidaklah mereka semuanya beriman, bahkan di antara mereka ada orang-orang yang membantah tentang keesaan Allah dan diutus-Nya para rasul.
Bantahan mereka terhadap hal itu tidak berdasarkan pengetahuan, tidak bersandarkan kepada alasan yang benar, tidak pula berdasarkan kitab yang ada lagi benar.
Karena itulah maka disebutkan oleh firman Allah Swt.:
{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلا هُدًى وَلا كِتَابٍ مُنِيرٍ}
Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan. (Luqman: 20) Yakni kitab yang jelas lagi memberikan penerangan yang gamblang.
{وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ}
Dan apabila dikatakan kepada mereka. (Luqman: 21) Maksudnya, dikatakan kepada mereka yang membantah tentang keesaan Allah.
{اتَّبِعُوا مَا أَنزلَ اللَّهُ}
Ikutilah apa yang diturunkan Allah. (Luqman: 21) kepada Rasul-Nya berupa syariat yang disucikan.
{قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا}
Mereka menjawab, "(Tidak), tetapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya.” (Luqman: 21) Tiada alasan bagi mereka melainkan hanya mengikuti jejak bapak-bapak mereka yang terdahulu. Dalam ayat lain Allah Swt. berfirman menjawab mereka:
{أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلا يَهْتَدُونَ}
(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui sesuatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk? (Al-Baqarah: 170)
Hai orang-orang yang beralasan mengikuti perbuatan nenek moyangnya, apakah kalian tetap mengikuti mereka juga sekalipun mereka berada di jalan yang sesat, lalu kalian menjadi generasi penerus mereka dalam kesesatan itu?
Karena itulah disebutkan dalam surat ini melalui firman selanjutnya:
{أَوَلَوْ كَانَ الشَّيْطَانُ يَدْعُوهُمْ إِلَى عَذَابِ السَّعِيرِ}
Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun setan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)? (Luqman: 21)
Surat Luqman |31:21|
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۚ أَوَلَوْ كَانَ الشَّيْطَانُ يَدْعُوهُمْ إِلَىٰ عَذَابِ السَّعِيرِ
wa iżaa qiila lahumuttabi'uu ma anzalallohu qooluu bal nattabi'u maa wajadnaa 'alaihi aabaaa`anaa, a walau kaanasy-syaithoonu yad'uuhum ilaa 'ażaabis-sa'iir
Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Ikutilah apa yang diturunkan Allah!" Mereka menjawab, "(Tidak), tetapi kami (hanya) mengikuti kebiasaan yang kami dapati dari nenek moyang kami." Apakah mereka (akan mengikuti nenek moyang mereka) walaupun sebenarnya setan menyeru mereka ke dalam azab api yang menyala-nyala (Neraka)?
And when it is said to them, "Follow what Allah has revealed," they say, "Rather, we will follow that upon which we found our fathers." Even if Satan was inviting them to the punishment of the Blaze?
(Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Ikutilah apa yang diturunkan Allah." Mereka menjawab, "Tidak, tapi kami hanya mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya.")
Maka Allah berfirman, " (Apakah) mereka mengikuti bapak-bapak mereka (walaupun setan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala nyala") yakni kepada hal-hal yang menjerumuskan mereka ke dalamnya, tentu saja tidak bukan
Tafsir Ibnu Katsir | Luqman | 31 : 21 |
penjelasan ada di ayat 20
Surat Luqman |31:22|
وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ ۗ وَإِلَى اللَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ
wa may yuslim waj-hahuuu ilallohi wa huwa muḥsinun fa qodistamsaka bil-'urwatil-wuṡqoo, wa ilallohi 'aaqibatul-umuur
Dan barang siapa berserah diri kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul (tali) yang kukuh. Hanya kepada Allah kesudahan segala urusan.
And whoever submits his face to Allah while he is a doer of good - then he has grasped the most trustworthy handhold. And to Allah will be the outcome of [all] matters.
(Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah) yakni mau menaati-Nya (sedangkan dia orang yang berbuat kebaikan) mengesakan-Nya
(maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh) yakni bagian dari tali yang paling kuat sehingga tidak dikhawatirkan akan putus.
(Dan hanya kepada Allah lah kesudahan segala urusan) maksudnya segala urusan itu akan kembali kepada-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Luqman | 31 : 22 |
Tafsir ayat 22-24
Allah Swt. menceritakan perihal orang yang berserah diri kepada Allah, yakni ikhlas dalam beramal karena Allah, tunduk kepada perirtah-Nya, dan mengikuti syariat agama-Nya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَهُوَ مُحْسِنٌ}
sedangkan dia orang yang berbuat kebaikan. (Luqman: 22) Yaitu berbuat baik dalam amalnya sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya.
{فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى}
maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. (Luqman: 22) Artinya, sesungguhnya dia telah mengambil janji yang kuat dari Allah bahwa Dia tidak akan mengazabnya.
{وَإِلَى اللَّهِ عَاقِبَةُ الأمُورِ. وَمَنْ كَفَرَ فَلا يَحْزُنْكَ كُفْرُهُ}
Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan. Dan barang siapa kafir, maka kekafirannya itu janganlah menyedihkanmu. (Luqman: 22-23) Yakni janganlah kamu bersedih hati, hai Muhammad, atas kekafiran mereka kepada Allah
dan juga kepada apa yang kamu sampaikan kepada mereka. Karena sesungguhnya takdir Allah pasti akan dilaksanakan terhadap mereka, dan hanya kepada Allah-lah mereka kembali; lalu Kami akan memberitakan kepada mereka
semua yang telah mereka kerjakan, yakni Allah akan membalas semua amal perbuatan mereka itu.
{إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ}
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati. (Luqman: 23) Tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya. Firman Allah Swt.:
{نُمَتِّعُهُمْ قَلِيلا}
Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar. (Luqman: 24) Yaitu selama di dunia.
{ثُمَّ نَضْطَرُّهُمْ إِلَى عَذَابٍ غَلِيظٍ}
kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras. (Luqman: 24) Yakni siksaan yang mengerikan, sulit, lagi berat. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ. مَتَاعٌ فِي الدُّنْيَا ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ ثُمَّ نُذِيقُهُمُ الْعَذَابَ الشَّدِيدَ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ}
Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan ke¬bohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (Bagi mereka) kesenangan (sementara) di dunia, kemudian kepada Kamilah mereka kembali, kemudian Kami rasakan kepada mereka siksa yang berat, disebabkan kekafiran mereka. (Yunus: 69-70)
Surat Luqman |31:23|
وَمَنْ كَفَرَ فَلَا يَحْزُنْكَ كُفْرُهُ ۚ إِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ فَنُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ
wa mang kafaro fa laa yaḥzungka kufruh, ilainaa marji'uhum fa nunabbi`uhum bimaa 'amiluu, innalloha 'aliimum biżaatish-shuduur
Dan barang siapa kafir maka kekafirannya itu janganlah menyedihkanmu (Muhammad). Hanya kepada Kami tempat kembali mereka, lalu Kami beritakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati.
And whoever has disbelieved - let not his disbelief grieve you. To Us is their return, and We will inform them of what they did. Indeed, Allah is Knowing of that within the breasts.
(Dan barang siapa yang kafir maka janganlah membuatmu sedih) hai Muhammad (kekafirannya itu) janganlah kamu menghiraukannya.
(Hanya kepada Kami lah mereka kembali, lalu Kami beritakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati) yakni apa yang terkandung di dalamnya, maka Dia akan membalasnya kelak.
Tafsir Ibnu Katsir | Luqman | 31 : 23 |
penjelasan ada di ayat 22
Surat Luqman |31:24|
نُمَتِّعُهُمْ قَلِيلًا ثُمَّ نَضْطَرُّهُمْ إِلَىٰ عَذَابٍ غَلِيظٍ
numatti'uhum qoliilan ṡumma nadhthorruhum ilaa 'ażaabin gholiizh
Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam azab yang keras.
We grant them enjoyment for a little; then We will force them to a massive punishment.
(Kami berikan mereka bersenang-senang) di dunia (sebentar) hanya selama mereka hidup di dalamnya (kemudian Kami paksa mereka) di akhirat
(masuk ke dalam siksa yang keras) yaitu siksaan neraka yang mereka tidak menemui jalan keselamatan darinya.
Tafsir Ibnu Katsir | Luqman | 31 : 24 |
penjelasan ada di ayat 22
Surat Luqman |31:25|
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۚ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
wa la`in sa`altahum man kholaqos-samaawaati wal-ardho layaquulunnalloh, qulil-ḥamdu lillaah, bal akṡaruhum laa ya'lamuun
Dan sungguh, jika engkau (Muhammad) tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Tentu mereka akan menjawab, "Allah." Katakanlah, "Segala puji bagi Allah," tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
And if you asked them, "Who created the heavens and earth?" they would surely say, "Allah." Say, "[All] praise is [due] to Allah "; but most of them do not know.
(Dan sesungguhnya jika) huruf lam menunjukkan makna qasam (kamu tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi" Tentu mereka akan menjawab, "Allah.")
Dari lafal layaqulunanna terbuang daripadanya nun alamat rafa' karena berturut-turutnya nun, dan terbuang pula daripadanya wawu dhamir jamak bukan karena 'illat bertemunya dua huruf yang disukunkan.
(Katakanlah, "Segala puji bagi Allah") atas menangnya hujah tauhid atas mereka. (Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui) apa yang seharusnya mereka lakukan, yaitu mentauhidkan-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Luqman | 31 : 25 |
Tafsir ayat 25-26
Allah Swt. menceritakan keadaan orang-orang yang musyrik kepada-Nya, bahwa mereka dalam hatinya mengakui bahwa Allah-lah Yang menciptakan langit dan bumi.
Dia semata yang melakukannya, tiada sekutu bagi-Nya. Akan tetapi, selain dari itu merekapun menyembah sekutu-sekutu lain beserta Dia, yang mereka pun mengetahui bahwa sekutu-sekutu itu adalah makhluk-Nya dan milik-Nya.
Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ}
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentulah mereka akan menjawab, "Allah.” Katakanlah, "Segala puji bagi Allah.” (Luqman: 25) Yakni hujah telah ditegakkan terhadap kalian dengan adanya pengakuan kalian itu.
{بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ}
tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Luqman: 25) Kemudian Allah Swt. berfirman:
{لِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ}
Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi. (Luqman: 26) Artinya, Dialah Yang Menciptakannya dan Yang Memilikinya.
{إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ}
Sesungguhnya Allah Dialah Yang Mahakaya lagi Maha Terpuji. (Luqman: 26) Yaitu Mahakaya dari selain-Nya, bahkan segala sesuatu berhajat kepada karunia-Nya, lagi Allah Maha Terpuji dalam semua apa yang diciptakan-Nya.
Segala puji di langit dan di bumi adalah milik-Nya atas semua apa yang telah Dia ciptakan dan syariatkan, Dia Maha Terpuji dalam semua urusan.
Surat Luqman |31:26|
لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
lillaahi maa fis-samaawaati wal-ardh, innalloha huwal-ghoniyyul-ḥamiid
Milik Allah-lah apa yang di langit dan di bumi. Sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Kaya, Maha Terpuji.
To Allah belongs whatever is in the heavens and earth. Indeed, Allah is the Free of need, the Praiseworthy.
(Kepunyaan Allah lah apa yang di langit dan yang di bumi) sebagai milik, makhluk dan hamba-hamba-Nya, maka tidak ada yang patut disembah di langit dan di bumi selain-Nya.
(Sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Kaya) tidak membutuhkan makhluk-Nya (lagi Maha Terpuji) yakni terpuji di dalam ciptaan-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Luqman | 31 : 26 |
penjelasan ada di ayat 25
Surat Luqman |31:27|
وَلَوْ أَنَّمَا فِي الْأَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلَامٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
walau anna maa fil-ardhi min syajarotin aqlaamuw wal-baḥru yamudduhuu mim ba'dihii sab'atu ab-ḥurim maa nafidat kalimaatulloh, innalloha 'aziizun ḥakiim
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan (lagi) setelah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat-kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
And if whatever trees upon the earth were pens and the sea [was ink], replenished thereafter by seven [more] seas, the words of Allah would not be exhausted. Indeed, Allah is Exalted in Might and Wise.
(Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut) lafal al-bahru diathafkan kepada isimnya anna (ditambahkan kepadanya tujuh laut sesudahnya) sebagai tambahannya sesudah keringnya laut
(niscaya tidak akan habis-habisnya kalimat Allah) yang mengungkapkan tentang pengetahuan-pengetahuan-Nya dengan menuliskannya dengan memakai pena-pena itu dan berikut tambahan
tujuh laut sebagai tintanya, serta tidak pula dengan tambahan yang lebih banyak dari itu, karena pengetahuan Allah tiada batasnya. (Sesungguhnya Allah Maha Perkasa)
tidak ada sesuatu pun yang dapat menghalang-halangi-Nya (lagi Maha Bijaksana) tidak ada sesuatu pun yang terlepas dari pengetahuan dan kebijaksanaan-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Luqman | 31 : 27 |
Tafsir ayat 27-28
Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang kebesaran dan keagungan serta kemuliaan-Nya, dan asma-asma-Nya yang terbaik, sifat-sifat-Nya yang tinggi, dan kalimah-kalimah-Nya yang sempurna yang tiada seorang pun dapat meliputinya
dan tiada seorang manusia pun yang dapat menggambarkan dan menghinggakannya, sebagaimana yang diucapkan oleh penghulu manusia penutup para rasul melalui salah satu doanya:
"لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ، أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ"
Aku tidak dapat menghinggakan pujian yang selayaknya kepada-Mu. Pujian yang selayaknya bagi-Mu hanyalah Engkau yang mengetahuinya. Firman Allah Swt.:
{وَلَوْ أَنَّمَا فِي الأرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلامٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ}
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. (Luqman: 27)
Seandainya semua pepohonan yang ada di bumi ini dijadikan sebagai pena-pena dan semua lautan yang ada sebagai tintanya, lalu ditambahkan kepadanya tujuh lautan lagi yang semisal untuk menulis kalimah-kalimah Allah
yang menunjukkan kepada kebesaran-Nya, sifat-sifat-Nya, dan keagungan-Nya, pastilah pena-pena itu akan patah dan semua laut menjadi kering, sekalipun ditambahkan lagi berkali lipat sarana yang semisal.
Sesungguhnya penyebutan tujuh laut hanyalah mengandung makna mubalagah, bukan dimaksudkan pembatasan, bukan pula menunjukkan pengertian bahwa ada tujuh lautan di dunia ini sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang
yang menukil dari berita israiliyat yang tidak dapat dibenarkan dan tidak pula didustakan. Bahkan pengertian ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا}
Katakanlah, "Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimah-kalimah Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimah-kalimah Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan yang semisal.” (Al-Kahfi: 109)
Makna yang dimaksud dari lafaz bimislihi bukanlah tambahan sebanyak itu, melainkan tambahan yang semisal, kemudian yang semisalnya lagi tanpa ada henti-hentinya, karena ayat-ayat Allah dan kalimah-kalimah-Nya tidak dapat dibatasi.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa seandainya semua pepohonan yang ada di bumi dijadikan pena dan lautannya dijadikan tintanya, lalu Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku akan melakukan anu dan sesungguhnya Aku
akan melakukan anu," niscaya habislah lautan itu dan patahlah semua penanya. Qatadah mengatakan bahwa orang-orang musyrik pernah mengatakan, "Sesungguhnya kalam Allah ini pasti akan ada habisnya dalam waktu dekat."
Maka Allah menurunkan firman-Nya: Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena. (Luqman: 27) Yakni sekiranya pepohonan yang ada di bumi dijadikan pena dan tintanya adalah lautannya ditambah dengan tujuh lautan lagi yang semisal,
niscaya tidak akan habis-habisnya keajaiban Tuhanku, hikmah-hikmah-Nya, ciptaan-Nya, dan ilmu-Nya. Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan, sesungguhnya perumpamaan ilmu semua hamba Allah dibandingkan dengan ilmu Allah
sama dengan setetes air dibandingkan dengan semua lautan yang ada. Allah Swt. telah menurunkan firman-Nya berkenaan dengan hal ini, yaitu: Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena. (Luqman: 27), hingga akhir ayat.
Yakni seandainya laut dijadikan sebagai tinta untuk mencatat kalimah-kalimah Allah dan semua pepohonan dijadikan sebagai penanya, niscaya semua pena itu akan patah dan semua air laut kering kehabisan; sedangkan kalimah-kalimah Allah
masih tetap utuh, tiada sesuatu pun yang dapat membatasinya. Karena sesungguhnya seseorang tidak akan mampu memperkirakan batasannya dan tiada seorang pun yang dapat memuji-Nya sesuai dengan apa yang selayaknya bagi Dia,
melainkan hanya Dia sendirilah yang mengetahui pujian itu sebagaimana Dia memuji diri-Nya sendiri. Sesungguhnya pujian Tuhan kami adalah seperti apa yang difirmankan-Nya, dan berada di luar jangkauan apa yang kita katakan.
Menurut suatu riwayat, ayat ini diturunkan berkenaan dengan bantahan terhadap orang-orang Yahudi.
قَالَ ابْنُ إِسْحَاقَ: حَدَّثَنِي ابْنُ أَبِي مُحَمَّدٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ أَوْ عِكْرِمَةُ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ؛ أَنَّ أَحْبَارَ يَهُودَ قَالُوا لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْمَدِينَةِ: يَا مُحَمَّدُ، أَرَأَيْتَ قَوْلَكَ: {وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ العِلْمِ إِلا قَلِيلا} ؟ [الْإِسْرَاءِ: 85] ، إِيَّانَا تُرِيدُ أَمْ قَوْمَكَ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كَلَّا". فَقَالُوا: أَلَسْتَ تَتْلُو فِيمَا جَاءَكَ أَنَّا قَدْ أُوتِينَا التَّوْرَاةَ فِيهَا تِبْيَانٌ لِكُلِّ شَيْءٍ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّهَا فِي عِلْمِ اللَّهِ قَلِيلٌ، وَعِنْدَكُمْ مِنْ ذَلِكَ مَا يَكْفِيكُمْ"
Ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Sa'id ibnu Jubair atau Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa para pendeta Yahudi berkata kepada Rasulullah Saw. di Madinah, "Hai Muhammad,
bagaimanakah pendapatmu tentang ucapanmu: 'dan tidaklah kamu diberi pengetahuan, melainkan sedikit' (Al-Isra: 85) Apakah engkau bermaksud kami ataukah kaummu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Kedua-duanya." Mereka berkata,
"Bukankah kamu sering membaca apa yang diturunkan kepadamu menyatakan bahwa sesungguhnya kami telah diberi kitab Taurat yang di dalamnya terdapat penjelasan segala sesuatu?"
Maka Rasulullah Saw. menjawab: Sesungguhnya kitab Taurat itu menurut ilmu Allah adalah sedikit, dan bagi kalian dari isi kitab Taurat itu terdapat apa yang menjadi kecukupan bagi kalian.
Allah menurunkan pula firman-Nya sehubungan dengan pertanyaan mereka itu, antara lain ialah firman-Nya: Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena. (Luqman: 27), hingga akhir ayat.
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ikrimah dan Ata ibnu Yasar. Hal ini menunjukkan bahwa ayat ini adalah Madaniyah, bukan Makkiyyah. Tetapi menurut pendapat yang terkenal, ayat ini adalah Makkiyyah.
Hanya Allah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:
{إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ}
Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Luqman: 27) Yakni Mahaperkasa, Yang Menundukkan segala sesuatu dan Mengalahkannya. Maka tiada yang dapat mencegah apa yang dikehendaki-Nya, tiada yang dapat
menentang-Nya, serta tiada yang mempertanyakan apa yang diputuskan-Nya. Allah Mahabijaksana dalam memperlakukan makhluk-Nya, perintah-Nya, semua ucapan dan perbuatan-Nya, syariat¬Nya dan semua urusan-Nya.
Firman Allah Swt.:
{مَا خَلْقُكُمْ وَلا بَعْثُكُمْ إِلا كَنَفْسٍ وَاحِدَةٍ}
Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu, melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. (Luqman: 28) Pekerjaan menciptakan semua manusia dan membangkitkan mereka
kekal di hari berbangkit bila dikaitkan dengan kekuasaan-Nya tiada lain bagaikan menciptakan dan membangkitkan satu jiwa saja, semuanya sangat mudah dan gampang bagi-Nya.
{إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ}
Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka terjadilah ia. (Yasin: 82)
{وَمَا أَمْرُنَا إِلا وَاحِدَةٌ كَلَمْحٍ بِالْبَصَرِ}
Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata. (Al-Qamar: 50) Tidak sekali-kali Allah memerintah untuk terjadinya sesuatu melainkan hanya sekali perintah, maka sesuatu yang diperintah-Nya itu terjadi, tanpa perlu mengulang dan mengukuhkan perintah-Nya.
{فَإِنَّمَا هِيَ زَجْرَةٌ وَاحِدَةٌ فَإِذَا هُمْ بِالسَّاهِرَةِ}
Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja, maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi. (An-Nazi'at: 13-14) Adapun firman Allah Swt.:
{إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ}
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Luqman: 28)
Sebagaimana Dia Maha Mendengar semua ucapan mereka, juga Maha Mengetahui semua perbuatan mereka; semuanya itu bagi Allah sama saja dengan mendengar dan melihat satu jiwa.
Begitu pula Kekuasaan Allah atas mereka, sama halnya dengan kekuasaan Allah atas satu jiwa, yakni mudah sekali hal itu bagi-Nya. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
{مَا خَلْقُكُمْ وَلا بَعْثُكُمْ إِلا كَنَفْسٍ وَاحِدَةٍ}
Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. (Luqman: 28), hingga akhir ayat.
Surat Luqman |31:28|
مَا خَلْقُكُمْ وَلَا بَعْثُكُمْ إِلَّا كَنَفْسٍ وَاحِدَةٍ ۗ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
maa kholqukum wa laa ba'ṡukum illaa kanafsiw waaḥidah, innalloha samii'um bashiir
Menciptakan dan membangkitkan kamu (bagi Allah) hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja (mudah). Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.
Your creation and your resurrection will not be but as that of a single soul. Indeed, Allah is Hearing and Seeing.
(Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kalian dari dalam kubur itu melainkan hanya seperti menciptakan dan membangkitkan satu jiwa saja)
artinya sebagaimana menciptakan dan membangkitkan satu jiwa, karena kesemuanya itu akan ada hanya dengan kalimat kun fayakuun. (Sesungguhnya Allah Maha Mendengar)
mendengar semua apa yang dapat didengar (lagi Maha Melihat) mengetahui semua apa yang dapat dilihat, dan tiada sesuatu pun yang menyibukkan-Nya dari yang lain.
Tafsir Ibnu Katsir | Luqman | 31 : 28 |
penjelasan ada di ayat 27
Surat Luqman |31:29|
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى وَأَنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
a lam taro annalloha yuulijul-laila fin-nahaari wa yuulijun-nahaaro fil-laili wa sakhkhorosy-syamsa wal-qomaro kullui yajriii ilaaa ajalim musammaw wa annalloha bimaa ta'maluuna khobiir
Tidakkah engkau memperhatikan, bahwa Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia menundukkan matahari dan bulan, masing-masing beredar sampai kepada waktu yang ditentukan. Sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.
Do you not see that Allah causes the night to enter the day and causes the day to enter the night and has subjected the sun and the moon, each running [its course] for a specified term, and that Allah, with whatever you do, is Acquainted?
(Tidakkah kamu memperhatikan) artinya melihat, hai orang yang diajak bicara (bahwa sesungguhnya Allah memasukkan) mempergantikan (malam ke dalam siang dan memasukkan siang)
mempergantikannya (ke dalam malam) maka Dia menambahkan pada masing-masing apa yang dikurangi dari yang lainnya (dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing)
dari matahari dan bulan itu (berjalan) beredar pada garis edarnya (sampai kepada waktu yang ditentukan) yaitu hari kiamat (dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan).
Tafsir Ibnu Katsir | Luqman | 31 : 29 |
Tafsir ayat 29-30
Allah Swt. menceritakan bahwa:
{يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ}
Allah memasukkan malam ke dalam siang. (Luqman: 29) Yakni mengambil sebagian dari waktu malam dimasukkan ke dalam waktu siang sehingga siang menjadi panjang, sedangkan malam pendek. Hal ini terjadi pada musim panas,
karena di musim panas itu siang hari sangat panjang. Kemudian secara perlahan panjang siang hari berkurang, sedangkan malam hari bertambah, sehingga pada akhirnya malam hari panjang dan siang hari pendek.
Hal ini terjadi pada musim dingin.
{وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى}
dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan. (Luqman: 29) Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah sampai pada tujuan yang telah ditetapkan. Dan menurut pendapat lain,
sampai hari kiamat. Kedua pendapat itu benar belaka; pendapat yang pertama didukung oleh sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Zar r.a. yang terdapat di dalam kitab Sahihain. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
"يَا أَبَا ذَرٍّ، أَتَدْرِي أَيْنَ تَذْهَبُ هَذِهِ الشَّمْسُ؟ ". قُلْتُ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "فَإِنَّهَا تَذْهَبُ فَتَسْجُدُ تَحْتَ الْعَرْشِ، ثُمَّ تَسْتَأْذِنُ ربَّها فَيُوشِكُ أَنْ يُقَالَ لَهَا: ارْجِعِي مِنْ حَيْثُ جِئْتِ"
"Wahai Abu Zar, tahukah kamu ke manakah matahari ini pergi?” Aku menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya matahari ini pergi dan sujud di bawah 'Arasy kemudian ia meminta izin
kepada Tuhannya. Maka sudah dekat masanya akan dikatakan kepada matahari, "Kembalilah kamu ke arah kamu datang (yakni terbitlah kamu dari arah barat).” Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku,
telah menceritakan kepada kami Abu Saleh, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ayyub, dari Ibnu Juraij, dari Ata ibnu Abu Rabah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa matahari itu sama kedudukannya dengan penggembala,
ia beredar di siang hari pada garis edarnya; dan apabila tenggelam, maka beredar di malam hari pada garis edarnya di bawah bumi hingga terbit dari arah timurnya. Ibnu Abbas mengatakan pula bahwa hal yang sama terjadi juga pada rembulan.
Sanad riwayat ini sahih. Firman Allah Swt.:
{وَأَنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ}
dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Luqman: 29) Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاءِ وَالأرْضِ}
Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi. (Al-Hajj: 70) Makna ini menunjukkan bahwa Allah Swt. adalah Yang Menciptakan lagi Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَوَاتٍ وَمِنَ الأرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنزلُ الأمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا}
Allah-lah Yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. (At-Talaq: 12), hingga akhir ayat. Adapun firman Allah Swt.:
{ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ الْبَاطِلُ}
Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil. (Luqman: 30) Yakni sesungguhnya Dia menampakkan kepada kalian tanda-tanda kekuasaan-Nya
agar kalian dapat menyimpulkan darinya bahwa Dialah Yang hak yakni benar ada-Nya dan Tuhan yang sebenarnya, dan bahwa semua yang selain Dia adalah batil belaka.
Maka sesungguhnya Dia Mahakaya dari selain-Nya, dan segala sesuatu berhajat kepada-Nya, karena semua yang ada di langit dan yang ada di bumi merupakan makhluk dan hamba-hamba-Nya.
Tiada seorang pun dari mereka yang dapat menggerakkan suatu zarrah pun kecuali dengan seizin-Nya. Seandainya seluruh penduduk bumi berkumpul (bersatu) untuk menciptakan seekor lalat, tentulah mereka tidak akan mampu melakukannya.
Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya:
{ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ}
Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. (Luqman: 30)
Allah Mahatinggi, tiada yang lebih tinggi daripada-Nya; lagi Mahabesar, tiada yang lebih besar daripada-Nya. Dia lebih besar daripada segala sesuatu, dan segala sesuatu tunduk lagi hina di hadapan-Nya.
Surat Luqman |31:30|
ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
żaalika bi`annalloha huwal-ḥaqqu wa anna maa yad'uuna min duunihil-baathilu wa annalloha huwal-'aliyyul-kabiir
Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) yang sebenarnya dan apa saja yang mereka seru selain Allah adalah batil. Dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi, Maha Besar.
That is because Allah is the Truth, and that what they call upon other than Him is falsehood, and because Allah is the Most High, the Grand.
(Demikianlah) hal yang telah disebutkan itu (karena sesungguhnya Allah Dialah yang hak) yang tetap. (Dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru) yang mereka sembah; lafal ayat ini dapat dibaca ya'buduuna dan ta'buduuna
(selain dari Allah, itulah yang batil) yang lenyap (dan sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Tinggi) atas semua makhluk-Nya dengan keperkasaan-Nya yang mengalahkan mereka semua (lagi Maha Besar) yakni Maha Agung.
Tafsir Ibnu Katsir | Luqman | 31 : 30 |
penjelasan ada di ayat 29
Surat Luqman |31:31|
أَلَمْ تَرَ أَنَّ الْفُلْكَ تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِنِعْمَتِ اللَّهِ لِيُرِيَكُمْ مِنْ آيَاتِهِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
a lam taro annal-fulka tajrii fil-baḥri bini'matillaahi liyuriyakum min aayaatih, inna fii żaalika la`aayaatil likulli shobbaarin syakuur
Tidakkah engkau memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, agar diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran)-Nya bagi setiap orang yang sangat sabar dan banyak bersyukur.
Do you not see that ships sail through the sea by the favor of Allah that He may show you of His signs? Indeed in that are signs for everyone patient and grateful.
(Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya bahtera itu) kapal itu (berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepada Kamu sekalian) hai orang-orang yang diajak bicara dalam hal ini
(sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda) yaitu pelajaran-pelajaran (bagi semua orang yang sangat bersabar)
di dalam menahan diri dari perbuatan-perbuatan maksiat yang dilarang oleh Allah (lagi banyak bersyukur) atas nikmat-nikmat-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Luqman | 31 : 31 |
Tafsir ayat 31-32
Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia telah menundukkan laut agar bahtera dapat berlayar di permukaannya dengan seizin-Nya, yakni berkat tatanan¬-Nya yang sangat halus dan ditundukkan-Nya sedemikian rupa untuk hal tersebut.
Karena sesungguhnya andaikata Allah tidak menciptakan daya energi pada laut, tentulah bahtera tidak dapat berlayar di permukaannya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{لِيُرِيَكُمْ مِنْ آيَاتِهِ}
supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya (Luqman: 31) Maksudnya, sebagian dari kekuasaan-Nya.
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ}
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur. (Luqman: 31) Yakni sabar dalam penderitaan dan bersyukur dalam kenikmatan. Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَإِذَا غَشِيَهُمْ مَوْجٌ كَالظُّلَلِ}
Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung. (Luqman: 32) Yaitu sebesar gunung dan awan.
{دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ}
mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. (Luqman: 32) Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلا إِيَّاهُ}
Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. (Al-Isra: 67) Dan firman Allah Swt.:
{فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ}
Maka apabila mereka naik kapal. (Al-'Ankabut: 65), hingga akhir ayat. Kemudian Allah Swt. berfirman:
{فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ فَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ}
maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. (Luqman: 32)
Mujahid mengatakan bahwa makna muqtasid ialah kafir. Mujahid menafsirkannya dengan pengertian ingkar, semakna dengan apa yang terdapat di dalam firman-Nya:
{فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ}
maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah). (Al-'Ankabut: 65)
Ibnu Zaid mengatakan, makna yang dimaksud ialah pertengahan dalam beramal. Apa yang dikatakan oleh Ibnu Zaid ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ}
lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan. (Fatir: 32), hingga akhir ayat. Pengertian muqtasid dalam ayat ini ialah pertengahan dalam beramal. Dapat pula takwil ini
diterapkan ke dalam ayat surat Luqman yang sedang kita bahas. Pengertian ini pun termasuk ke dalam sikap yang ingkar bagi orang yang telah menyaksikan pemandangan yang mengerikan dan kejadian yang menakutkan
serta tanda-tanda kekuasaan-Nya yang jelas selama ia di laut. Kemudian setelah Allah memberinya keselamatan dari bahaya tersebut sebagai nikmat karunia dari-Nya, seharusnya orang yang bersangkutan bersyukur kepada Allah
dengan mengerjakan amal yang sempurna lagi terus-menerus dalam beribadah dan bersegera mengerjakan kebaikan. Dan barang siapa yang hanya bersikap pertengahan sesudah peristiwa tersebut, maka ia termasuk ke dalam kategori orang-orang
yang melalaikan nikmat Allah. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:
{وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلا كُلُّ خَتَّارٍ كَفُورٍ}
Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar. (Luqman: 32) Makna khattar ialah pengkhianat menurut Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan Malik, dari Zaid ibnu Aslam. Jelasnya khattar ialah
orang yang setiap kali berjanji selalu mengkhianati janjinya. Dan al-khatr artinya pengkhianatan berat. Seperti pengertian yang terdapat di dalam syair Amr ibnu Ma'di Kariba, yaitu:
وَإنَّكَ لَو رَأيتَ أبَا عُمَير ... مَلأتَ يَديْكَ مِنْ غَدْر وَخَتْر
Dan sesungguhnya kamu bila melihat Abu Umair, tentulah kamu akan menyaksikan kecurangan dan pengkhianatan yang banyak darinya. Adapun firman Allah Swt.:
{كَفُورٍ}
lagi ingkar. (Luqman: 32) Artinya, sangat ingkar kepada nikmat-nikmat Allah dan tidak mensyukurinya, bahkan sengaja melupakannya.
Surat Luqman |31:32|
وَإِذَا غَشِيَهُمْ مَوْجٌ كَالظُّلَلِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ فَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ ۚ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا كُلُّ خَتَّارٍ كَفُورٍ
wa iżaa ghosyiyahum maujung kazh-zhulali da'awulloha mukhlishiina lahud-diin, fa lammaa najjaahum ilal-barri fa min-hum muqtashid, wa maa yaj-ḥadu bi`aayaatinaaa illaa kullu khottaaring kafuur
Dan apabila mereka digulung ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. Tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Adapun yang mengingkari ayat-ayat Kami hanyalah pengkhianat yang tidak berterima kasih.
And when waves come over them like canopies, they supplicate Allah, sincere to Him in religion. But when He delivers them to the land, there are [some] of them who are moderate [in faith]. And none rejects Our signs except everyone treacherous and ungrateful.
(Dan apabila mereka tertutup) yakni orang-orang kafir itu oleh (ombak yang besar seperti gunung) bagaikan bukit besarnya, hingga menutupi apa yang ada di bawahnya
(mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya) mereka berdoa hanya kepada-Nya, semoga Dia menyelamatkan mereka dari amukan gelombang itu.
(Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan pertengahan) yakni pertengahan antara ingkar dan iman,
dan sebagian di antara mereka ada yang masih tetap pada kekafirannya. (Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami) yang antara lain ialah diselamatkannya mereka dari amukan gelombang
(selain orang-orang yang tidak setia) yaitu pengkhianat (lagi ingkar) kepada nikmat-nikmat Allah swt.
Tafsir Ibnu Katsir | Luqman | 31 : 32 |
penjelasan ada di ayat 31
Surat Luqman |31:33|
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَا يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا ۚ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ ۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ
yaaa ayyuhan-naasuttaquu robbakum wakhsyau yaumal laa yajzii waalidun 'aw waladihii wa laa mauluudun huwa jaazin 'aw waalidihii syai`aa, inna wa'dallohi ḥaqqun fa laa taghurronnakumul-ḥayaatud-dun-yaa, wa laa yaghurronnakum billaahil-ghoruur
Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah pada hari yang (ketika itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun. Sungguh, janji Allah pasti benar, maka janganlah sekali-kali kamu teperdaya oleh kehidupan dunia, dan jangan sampai kamu teperdaya oleh penipu dalam (menaati) Allah.
O mankind, fear your Lord and fear a Day when no father will avail his son, nor will a son avail his father at all. Indeed, the promise of Allah is truth, so let not the worldly life delude you and be not deceived about Allah by the Deceiver.
(Hai manusia) penduduk Mekah (bertakwalah kalian kepada Rabb kalian dan takutilah suatu hari yang pada hari itu tidak dapat mencukupi) tidak dapat menolong
(seorang bapak terhadap anaknya) barang sedikit pun (dan seorang anak tidak dapat pula menolong bapaknya) pada hari itu (barang sedikit pun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar)
adanya hari berbangkit itu (maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kalian) hingga kalian meninggalkan Islam (dan jangan pula kalian diperdayakan terhadap Allah)
yakni terhadap penyantunan-Nya dan penangguhan azab-Nya (oleh godaan yang membujuk) kalian, yaitu godaan setan.
Tafsir Ibnu Katsir | Luqman | 31 : 33 |
Allah Swt. memperingatkan manusia terhadap hari berbangkit dan memerintahkan kepada mereka untuk bertakwa kepada-Nya, takut kepada-Nya, dan khawatir menghadapi hari kiamat, karena pada hari itu:
{لَا يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ}
seorang bapak tidak dapat menolong anaknya. (Luqman: 33) Yakni seandainya seorang bapak hendak menebus anaknya dengan dirinya, pastilah permintaan tebusannya itu ditolak. Demikian pula halnya seandainya seorang anak bermaksud
menebus bapaknya dengan dirinya, tidak diterima pula. Kemudian Allah Swt. kembali menasihati mereka melalui firman-Nya:
{فَلا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا}
maka jangan sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu. (Luqman: 33) Maksudnya, jangan sekali-kali membuat dirimu terlena kerena hidup tenang di dunia hingga melupakan negeri akhirat.
{وَلا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ}
dan jangan pula penipu (setan) memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah. (Luqman: 33) Jangan pula kamu biarkan setan memperdayakanmu. Demikianlah menurut pendapat Ibnu Abbas, Mujahid, Ad-Dahhak, dan Qatadah;
karena sesungguhnya setan itu selalu memperdayakan manusia, menjanjikan dan memberikan angan-angan kepadanya. Padahal tiada sesuatu pun dari apa yang dijanjikan setan itu terpenuhi, bahkan sebagaimana yang disebutkan
oleh firman-Nya:
{يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيهِمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلا غُرُورًا}
Setan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka. (An-Nisa: 120)
Wahb ibnu Munabbih telah mengatakan bahwa Uzair a.s. pernah berkata, "Ketika aku menyaksikan musibah yang menimpa kaumku, maka kesedihanku makin berat, kesusahanku bertambah banyak, dan tidak dapat tidur.
Maka aku memohon kepada Tuhanku dengan merendahkan diri kepada-Nya, mengerjakan salat dan puasa, dan selama kujalani hal itu tiada henti-hentinya aku menangis. Tiba-tiba datanglah malaikat kepadaku, lalu aku bertanya kepadanya,
'Ceritakanlah kepadaku, apakah arwah orang-orang yang siddiqin (beriman) dapat memberikan syafaat (pertolongan) kepada arwah orang-orang yang zalim, atau para bapak dapatkah memberi syafaat kepada anak-anak mereka?'
Malaikat itu menjawab, 'Sesungguhnya hari kiamat adalah hari keputusan peradilan dan kekuasaan yang maha menang, tiada kemurahan padanya dan tiada seorang pun yang dapat berbicara kecuali dengan seizin Tuhan Yang Maha Pemurah.
Seorang bapak tidak dapat dihukum karena dosa anaknya, begitu pula seorang anak tidak dapat dihukum karena dosa orang tuanya, dan seseorang tidak dapat dihukum karena dosa yang dilakukan saudaranya, dan seorang budak tidak dapat
dihukum karena dosa majikannya.Tiada seorang pun yang diperhatikannya melainkan hanya dirinya sendiri, tiada seorang pun yang bersedih hati karena kesedihan orang lain, dan tiada seorang pun yang merasa kasihan kepada orang lain.
Masing-masing orang di hari kiamat hanya kasihan kepada dirinya sendiri. Tiada seseorang pun yang dihukum karena kesalahan orang lain; setiap orang disibukkan oleh kesusahannya sendiri, menangis karena kesalahannya sendiri,
dan ia hanya memikul dosanya sendiri, dan tidak dibebankan kepada seseorang dosa orang lain, ia hanya menanggung dosanya sendiri'." Riwayat Ibnu Abu Hatim.
Surat Luqman |31:34|
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
innalloha 'indahuu 'ilmus-saa'ah, wa yunazzilul-ghoiiṡ, wa ya'lamu maa fil-ar-ḥaam, wa maa tadrii nafsum maażaa taksibu ghodaa, wa maa tadrii nafsum bi`ayyi ardhin tamuut, innalloha 'aliimun khobiir
Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari Kiamat, dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal.
Indeed, Allah [alone] has knowledge of the Hour and sends down the rain and knows what is in the wombs. And no soul perceives what it will earn tomorrow, and no soul perceives in what land it will die. Indeed, Allah is Knowing and Acquainted.
(Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat) yakni kapan kiamat itu akan terjadi (dan Dialah yang menurunkan) dapat dibaca wa yunzilu dan wa yunazzilu (hujan)
dalam waktu-waktu yang Dia ketahui (dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim) apakah laki-laki atau perempuan; tidak ada seorang pun yang mengetahui salah satu dari tiga perkara itu melainkan hanya Allah swt.
(Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok) apakah kebaikan ataukah keburukan, tetapi Allah swt. mengetahuinya.
(Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati) hanya Allah swt. sajalah yang mengetahui hal ini. (Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui) segala sesuatu
(lagi Maha Mengenal) pada yang tersembunyi sebagaimana mengenal-Nya pada yang tampak. Imam Bukhari telah meriwayatkan sebuah hadis melalui sahabat Ibnu Umar r.a.
bahwasanya kunci-kunci kegaiban itu ada lima perkara, antara lain sesungguhnya Allah hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat, dan seterusnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Luqman | 31 : 34 |
Apa yang disebutkan oleh ayat ini merupakan kunci-kunci kegaiban yang hanya Allah sendirilah yang mengetahuinya. Maka tiada seorang pun yang dapat mengetahuinya kecuali setelah ia diberi tahu oleh Allah Swt. tentangnya.
Pengetahuan mengenai saat hari kiamat tiada seorang pun dari kalangan nabi yang diutus atau malaikat yang terdekat mengetahuinya.
{لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلا هُوَ}
tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangan¬nya selain Dia. (Al-A'raf: 187) Demikian pula mengenai turunnya hujan, tiada yang mengetahuinya selain Allah Swt. Tetapi bila Allah memerintahkan untuk turunnya hujan,
barulah para malaikat yang diserahi tugas untuk menurunkannya mengetahuinya, demikian pula orang yang dikehendaki Allah dari kalangan makhluk-Nya. Tiada yang mengetahui apa yang ada di dalam rahim, yakni apa yang bakal
diciptakan-Nya selain hanya Dia sendiri. Tetapi bila Allah telah memerintahkan agar yang di dalam rahim menjadi laki-laki atau perempuan, atau menjadi orang yang celaka atau menjadi orang yang bahagia, barulah para malaikat
yang diserahi tugas untuk menjaganya mengetahui hal itu, juga orang yang dikehendaki oleh Allah dari kalangan makhluk-Nya (mengetahuinya pula). Selain itu tiada seorang pun yang mengetahui apa yang akan diusahakannya besok di dunianya
dan di akhiratnya.
{وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ}
Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. (Luqman: 34) Yakni di negerinyakah atau di negeri lain di antara negeri-negeri yang ada; tiada seorang pun yang mengetahui hal ini. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ}
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. (Al-An'am: 59), hingga akhir ayat. Kelima perkara ini disebutkan pula di dalam sunnah dengan istilah "kunci-kunci kegaiban".
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ، حَدَّثَنِي حُسَيْنُ بْنُ وَاقَدٍ، حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيدة، سَمِعْتُ أَبِي -بُرَيدة - يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "خَمْسٌ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ}
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbab, telah menceritakan kepadaku Husain ibnu Waqid, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Buraidah; ia pernah mendengar Abu Buraidah mengatakan bahwa
ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Ada lima perkara yang tiada seorang pun mengetahuinya kecuali hanya Allah Swt.; sesungguhnya Allah hanya pada sisi-Nyalah pengetahuan mengenai hari kiamat,
Dialah yang menurunkan hujan, Dia mengetahui apa yang terdapat di dalam rahim, dan tiada seorang pun yang mengetahui apa yang akan diusahakannya besok, dan tiada seorang pun
yang mengetahui di bumi manakah ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Hadis Ibnu Umar.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَفَاتِيحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ: {إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ}
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar yang telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Kunci-kunci semua yang gaib itu ada lima, tiada seorang pun yang mengetahuinya kecuali hanya Allah. Yaitu sesungguhnya Allah, hanya di sisi-Nyalah pengetahuan tentang hari kiamat; Dialah yang menurunkan hujan;
Dia mengetahui apa yang ada di dalam rahim; tiada seorang pun yang mengetahui apa yang akan diusahakannya besok; dan tiada seorang pun yang mengetahui di bumi manakah dia akan mati; sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Hadis diketengahkan oleh Imam Bukhari secara tunggal. Dia meriwayatkannya di dalam Kitabul Istisqa, bagian dari kitab sahihnya, melalui Muhammad ibnu Yusuf Al-Faryabi,
dari Sufyan ibnu Sa'id As-Sauri dengan sanad yang sama. Dia meriwayatkannya pula di dalam kitab tafsir melalui jalur lain.
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سُلَيْمَانَ، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، حَدَّثَنِي عُمَرَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ: أَنَّ أَبَاهُ حَدَّثَهُ أَنَّ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَفَاتِيحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ". ثُمَّ قَرَأَ: {إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ}
Dia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Umar ibnu Muhammad ibnu Zaid ibnu Abdullah ibnu Umar; ayahnya pernah menceritakan
kepadanya bahwa Abdullah ibnu Umar pernah berkata, "Nabi Saw. pernah bersabda bahwa sesungguhnya kunci-kunci semua yang gaib ada lima. Kemudian Nabi Saw. membacakan firman-Nya: Sesungguhnya Allah,
hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim. (Luqman: 34) Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Bukhari dengan tunggal.
وَرَوَاهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ عَنْ غُنْدَر، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ عُمَرَ بْنِ مُحَمَّدٍ؛ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَاهُ يُحَدِّثُ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "أُوتِيتُ مَفَاتِيحَ كُلِّ شَيْءٍ إِلَّا الْخَمْسَ: {إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ}
Imam Ahmad meriwayatkannya melalui Gundar, dari Syu'bah, dari Umar ibnu Muhammad; ia pernah mendengar ayahnya menceritakan hadis ini dari Ibnu Umar, dari Nabi Saw. yang telah bersabda, bahwa sesungguhnya beliau
telah dianugerahi kunci-kunci segala sesuatu kecuali lima perkara, yaitu: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim.
Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
(Luqman: 34) Hadis Ibnu Mas'ud.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ شُعْبَةَ، حَدَّثَنِي عَمْرِو بْنِ مُرَّة، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَلَمَةَ قَالَ: قَالَ عَبْدُ اللَّهِ : أُوتِيَ نَبِيُّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَفَاتِيحَ كُلِّ شَيْءٍ غَيْرَ خَمْسٍ: {إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ}
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya, dari Syu'bah, telah menceritakan kepadaku Amr ibnu Murrah, dari Abdullah ibnu Salamah yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas'ud pernah mengatakan bahwa Nabi kalian
dianugerahi kunci-kunci segala sesuatu kecuali lima perkara, yaitu: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim.
Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
(Luqman: 34) Hal yang sama telah diriwayatkan dari Muhammad ibnu Ja'far, dari Syu'bah, dari Amr ibnu Murrah dengan sanad yang sama, tetapi di akhirnya ditambahkan bahwa perawi menanyakannya kepada Abdullah ibnu Salamah,
"Apakah engkau mendengarnya dari Ibnu Mas'ud?" Abdullah ibnu Salamah menjawab, "Ya, lebih dari lima puluh kali." Waki' telah meriwayatkannya pula dari Mis'ar, dari Amr ibnu Murrah
dengan sanad yang sama. Sanad hadis ini hasan dengan syarat ashabus sunan, tetapi mereka tidak mengetengahkannya. Hadis Abu Hurairah.
قَالَ الْبُخَارِيُّ عِنْدَ تَفْسِيرِ هَذِهِ الْآيَةِ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ، عَنْ جَرِيرٍ، عَنْ أَبِي حَيَّانَ، عَنْ أَبِي زُرْعَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَوْمًا بَارِزًا لِلنَّاسِ، إِذْ أَتَاهُ رَجُلٌ يَمْشِي، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا الْإِيمَانُ؟ قَالَ: "الْإِيمَانُ: أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَلِقَائِهِ، وَتُؤْمِنُ بِالْبَعْثِ الْآخَرِ". قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا الْإِسْلَامُ؟ قَالَ: "الْإِسْلَامُ: أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ وَلَا تشرك به شيئا، وتقيم الصلاة، وتؤتي الزكاة الْمَفْرُوضَةَ، وَتَصُومَ رَمَضَانَ". فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا الْإِحْسَانُ؟ قَالَ: "الْإِحْسَانُ: أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ". قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَتَى السَّاعَةُ؟ قَالَ: "مَا الْمَسْؤُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ، وَلَكِنْ سَأُحَدِّثُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا: إِذَا وَلَدَتِ الأمَةُ رَبَّتَهَا، فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا. وَإِذَا كَانَ الْحُفَاةُ العُرَاة رُؤُوسَ النَّاسِ، فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا، فِي خمس لا يعلمهن إِلَّا اللَّهُ. {إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ} ، ثُمَّ انْصَرَفَ الرَّجُلُ فَقَالَ: "ردُّوه عَلَيَّ". فَأَخَذُوا لِيَرُدُّوهُ، فَلَمْ يَرَوْا شَيْئًا، فَقَالَ: "هَذَا جِبْرِيلُ، جَاءَ لِيُعَلِّمَ النَّاسَ دِينَهُمْ"
Imam Bukhari dalam tafsir ayat ini mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq, dari Jarir, dari Abu Hayyan, dari Abu Zar'ah, dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah Saw. di suatu hari duduk dikelilingi oleh orang banyak,
tiba-tiba datanglah kepadanya seorang lelaki jalan kaki, lalu lelaki itu bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah iman itu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Iman itu hendaknya kamu beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab¬Nya,
rasul-rasul-Nya, serta hari pertemuan dengan-Nya, dan hendaknya kamu beriman kepada adanya hari berbangkit." Lelaki itu bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, apakah Islam itu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Islam ialah hendaknya
engkau menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan hendaknya engkau mengerjakan salat, menunaikan zakat yang difardukan, dan puasa bulan Ramadan."
Lelaki itu bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, apakah ihsan itu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Ihsan ialah hendaknya engkau menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Dan jika kamu tidak dapat melihat¬Nya, sesungguhnya
Dia selalu melihatmu." Lelaki itu bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, bilakah hari kiamat itu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Tidaklah orang yang ditanya lebih mengetahui daripada orang yang bertanya, tetapi aku akan menceritakan kepadamu
tentang tanda-tandanya. Yaitu apabila seorang budak perempuan melahirkan majikannya, maka itu pertanda akan dekat hari kiamat. Dan apabila ada orang-orang yang tidak beralas kaki lagi telanjang menjadi para pemimpin,
itu salah satu pertanda dekatnya kiamat, hal itu merupakan salah satu dari lima perkara yang tiada seorang pun mengetahuinya kecuali hanya Allah. Yaitu sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat,
Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim," hingga akhir ayat. Kemudian lelaki itu pergi dan Rasulullah Saw. bersabda, "Panggillah lelaki itu kembali kepadaku!" Maka mereka mencarinya untuk memanggil
kembali lelaki itu, tetapi ternyata mereka tidak melihatnya. Rasulullah Saw. kembali bersabda: Orang ini adalah Jibril yang sengaja datang untuk mengajarkan kepada manusia tentang agama mereka.Imam Bukhari meriwayatkannya pula
di dalam Kitabul Iman, juga Imam Muslim melalui berbagai jalur dari Abu Hayyan dengan sanad yang sama. Kami telah membicarakan tentang hadis ini dalam permulaan Syarah Bukhari, dan telah kami sebutkan pula di dalam kitab
yang sama hadis Amirul Mu-minin Umar ibnul Khattab mengenai masalah ini dengan panjang lebar. Hadis ini merupakan salah satu dari hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim secara tunggal. Hadis Ibnu Abbas.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ، حَدَّثَنَا شَهْر، حَدَّثَنَا عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: جَلَسَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَجْلِسًا لَهُ، فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ فَجَلَسَ بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاضِعًا كَفَّيْهِ عَلَى رُكْبَتِي النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، [حَدِّثْنِي] مَا الْإِسْلَامُ؟ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْإِسْلَامُ أَنْ تُسْلِمَ وَجْهَكَ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَتَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ". قَالَ: فَإِذَا فَعَلْتُ ذَلِكَ فَقَدْ أَسْلَمْتُ؟ قَالَ: "إِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ فَقَدْ أَسْلَمْتَ". قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فحدِّثني مَا الْإِيمَانُ؟ قَالَ: "الْإِيمَانُ: أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ، وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَالْمَلَائِكَةِ، وَالْكِتَابِ، وَالنَّبِيِّينَ، وَتُؤْمِنَ بِالْمَوْتِ، وَبِالْحَيَاةِ بَعْدَ الْمَوْتِ، وَتُؤْمِنَ بِالْجَنَّةِ وَالنَّارِ، وَالْحِسَابِ وَالْمِيزَانِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ كُلِّهِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ". قَالَ: فَإِذَا فَعَلْتُ ذَلِكَ فَقَدْ آمَنْتُ؟ قَالَ: "إِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ فَقَدْ آمَنْتَ". قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، حَدِّثْنِي مَا الْإِحْسَانُ؟ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الْإِحْسَانُ أَنْ تَعْمَلَ لِلَّهِ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ كُنْتَ لَا تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ". قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَحَدِّثْنِي مَتَى السَّاعَةُ؟ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "سُبْحَانَ اللَّهِ. فِي خَمْسٍ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا هُوَ: {إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ} ، وَلَكِنْ إِنْ شِئْتَ حَدَّثْتُكَ بِمَعَالِمَ لَهَا دُونَ ذَلِكَ؟ ". قَالَ: أَجَلْ، يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَحَدِّثْنِي. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِذَا رَأَيْتَ الأمَة وَلَدَتْ رَبَّتَها -أَوْ: رَبَّهَا -وَرَأَيْتَ أَصْحَابَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ، وَرَأَيْتَ الْحُفَاةَ الْجِيَاعَ الْعَالَةَ [كَانُوا رُؤُوسَ النَّاسِ، فَذَلِكَ مِنْ مَعَالِمِ السَّاعَةِ وَأَشْرَاطِهَا". قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ومَنْ أَصْحَابُ الشَّاءِ وَالْحُفَاةِ الْجِيَاعِ الْعَالَةِ؟ قَالَ: "الْعَرَبُ"]
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abun Nadr, telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid, telah menceritakan kepada kami Bahz, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abbas r.a. yang menceritakan
bahwa Rasulullah Saw. Duduk di suatu majelis, maka datanglah Malaikat Jibril yang langsung duduk di hadapan Rasulullah Saw. seraya meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua lutut Nabi Saw. Lalu Jibril bertanya,
"Apakah Islam itu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Islam ialah hendaknya engkau menyerahkan dirimu kepada Allah Swt. semata, dan engkau bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad
adalah hamba dan Rasul-Nya." Selanjutnya Rasulullah Saw. bersabda, "Jika kamu telah melakukan hal tersebut, berarti engkau telah Islam." Rasulullah Saw. bersabda lagi, "Apabila kamu telah melakukan hal tersebut, berarti kamu telah Islam."
Lelaki itu bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku apakah iman itu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Iman ialah hendaknya engkau beriman kepada Allah, hari kemudian, para malaikat, Al-Kitab (Al-Qur'an), para nabi;
engkau beriman kepada kematian dan kehidupan sesudah mati, dan kamu beriman kepada adanya surga, neraka, hisab, dan timbangan amal perbuatan; kamu juga beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk semuanya dari Allah."
Selanjutnya Rasulullah Saw. bersabda, "Apabila kamu telah melakukan hal itu, berarti kamu telah beriman." Rasulullah Saw. bersabda lagi, "Bila kamu lakukan hal itu, berarti kamu telah beriman." Lelaki itu bertanya lagi, "
Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku apakah ihsan itu?" Rasulullah Saw. bersabda, "Ihsan ialah hendaknya engkau beramal hanya karena Allah seakan-akan engkau melihat-Nya; dan jika engkau tidak dapat melihat-Nya,
maka sesungguhnya Dia selalu melihatmu." Lelaki itu bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku bilakah hari kiamat itu?" Rasulullah Saw. menjawab, bahwa hari kiamat itu—Mahasuci Allah— termasuk lima perkara
yang tiada seorang pun mengetahuinya selain Allah: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim.
Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
(Luqman: 34); Tetapi jika kamu bersikeras menanyakannya, maka aku hanya dapat menyebutkan tentang tanda-tandanya saja. Lelaki itu berkata, "Baiklah, wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku tentang tanda-tandanya itu."
Rasulullah Saw. bersabda, "Apabila kamu telah melihat seorang budak perempuan melahirkan majikannya atau tuannya, dan kamu lihat para ahli bangunan mulai saling berlomba meninggikan bangunannya, dan kamu lihat orang-orang
yang tak beralas kaki, lapar, lagi miskin menjadi pemimpin manusia, maka itulah pertanda dekatnya hari kiamat." Lelaki itu bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah para ahli bangunan yang tak beralas kaki, lapar,
lagi miskin itu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Orang Arab." Hadis ini garib, mereka tidak mengetengahkannya. Hadis seorang lelaki dari kalangan Bani Amir.
رَوَى الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شعبة، عن مَنْصُورٍ، عَنْ رِبْعي بْنِ حِرَاش، عَنْ رَجُلٍ مِنْ بَنِي عَامِرٍ؛ أَنَّهُ اسْتَأْذَنَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: أَأَلِجُ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِخَادِمِهِ: "اخرُجي إِلَيْهِ، فَإِنَّهُ لَا يُحْسِنُ الِاسْتِئْذَانَ فَقُولِي لَهُ: فَلْيَقُلْ: "السَّلَامُ عَلَيْكُمْ، أَأَدْخُلُ؟ " قَالَ: فسَمعتهُ يَقُولُ ذَلِكَ، فَقُلْتُ: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ، أَأَدْخُلُ؟ فَأَذِنَ، فَدَخَلْتُ، فَقُلْتُ: بِمَ أَتَيْتَنَا بِهِ؟ قَالَ: "لَمْ آتِكُمْ إِلَّا بِخَيْرٍ، أَتَيْتُكُمْ أَنْ تَعْبُدُوا اللَّهَ وَحْدَهُ لا شريك له، وأن تَدَعوا اللَّاتَ وَالْعُزَّى، وَأَنْ تُصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ خَمْسَ صَلَوَاتٍ؛ وَأَنْ تَصُومُوا مِنَ السَّنَةِ شَهْرًا، وَأَنْ تَحُجُّوا الْبَيْتَ، وَأَنْ تَأْخُذُوا الزَّكَاةَ مِنْ مَالِ أَغْنِيَائِكُمْ فَتَرُدُّوهَا عَلَى فُقَرَائِكُمْ". قَالَ: فَقَالَ: فَهَلْ بَقِيَ مِنَ الْعِلْمِ شَيْءٌ لَا تَعْلَمُهُ؟ قَالَ: "قَدْ عَلم اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرًا، وَإِنَّ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَا يَعْلَمُهُ إِلَّا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: الْخَمْسُ: {إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ}
Imam Ahmad meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Mansur, dari Rab'i ibnu Hirasy, dari seorang lelaki dari kalangan Bani Amir yang menceritakan bahwa
ia pernah meminta izin masuk menemui Rasulullah Saw., lalu ia berkata, "Bolehkah saya masuk?" Maka Nabi Saw. bersabda kepada pelayannya, "Keluarlah dan temui dia, sesungguhnya dia masih belum mengetahui cara meminta izin masuk.
Katakanlah kepadanya, hendaklah dia mengucapkan, 'Assalamu 'alaikum, bolehkah saya masuk?'." Lelaki dari Bani Amir mengatakan bahwa ia mendengar sabda Nabi Saw. itu, lalu ia mengucapkannya, "Assalamu 'alaikum,
bolehkah saya masuk?" Lalu ia masuk dan bertanya, "Apakah yang engkau bawa kepada kami?" Rasulullah Saw. menjawab: Tidaklah aku datang kepada kalian melainkan membawa kebaikan belaka. Aku datang kepada kalian
dengan membawa perintah hendaknya kalian menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya; dan kamu tinggalkan penyembahan kepada Lata dan 'Uzza, dan kamu kerjakan salat di malam dan siang hari sebanyak lima kali,
dan kamu puasa setiap tahunnya selama satu bulan, dan kamu berhaji ke Baitullah, dan kamu pungut zakat dari harta orang-orang kaya kalian, lalu kamu berikan kepada kaum fakir miskin kalian.
Lelaki itu bertanya lagi, "Apakah masih ada sesuatu dari pengetahuan yang tidak kamu ketahui?" Rasulullah Saw. menjawab, "Sesungguhnya Allah telah mengajarkan kebaikan kepadanya dan sesungguhnya ada di antara ilmu
yang tiada seorang pun mengetahuinya kecuali hanya Allah Swt., yaitu ada lima perkara: 'Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui
apa yang ada di dalam rahim. ' (Luqman: 34), hingga akhir ayat. Sanad hadis ini sahih. Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa pernah ada seorang lelaki Badui, lalu lelaki itu bertanya (kepada Nabi Saw.), "Sesungguhnya istriku
mengandung, maka ceritakanlah kepadaku apa yang bakal dilahirkannya (laki-laki ataukah perempuan). Negeri kami sedang musim paceklik, maka ceritakanlah kepadaku bilakah hujan turun. Dan sesungguhnya engkau telah mengetahui
kapan aku lahir, maka ceritakanlah kepadaku bilakah aku mati?" Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat. (Luqman: 34) sampai dengan firman-Nya:
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Luqman: 34) Mujahid mengatakan bahwa itulah yang dimaksudkan kunci-kunci semua yang gaib yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya: Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib,
tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. (Al-An'am: 59) Hadis riwayat Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir. Asy-Sya'bi telah meriwayatkan dari Masruq, dari Aisyah r.a. yang mengatakan, "Siapa pun yang berkata kepadamu bahwa
dia mengetahui apa yang bakal terjadi besok, sesungguhnya dia telah berdusta." Kemudian Siti Aisyah membacakan firman-Nya: Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. (Luqman: 34)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ}
Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. (Luqman: 34) Qatadah mengatakan bahwa ada beberapa perkara yang hanya diketahui oleh Allah saja. Dia tidak memperlihatkannya, baik kepada seorang malaikat
yang terdekat ataupun kepada seorang nabi yang diutus. Perkara tersebut yaitu: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat. (Luqman: 34) Maka tiada seorang pun yang mengetahui
bila hari kiamat terjadi, di tahun berapa, di bulan apa, di malam hari ataukah di siang hari. dan Dialah Yang menurunkan hujan. (Luqman: 34) Maka tiada seorang pun yang mengetahui bila hujan akan turun, di siang hari atau di malam hari.
dan Dia mengetahui apa yang ada di dalam rahim. (Luqman:34) Maka tiada seorang pun yang mengetahui apa yang ada di dalam rahim, laki-laki ataukah perempuan, berkulit merah ataukah berkulit hitam, dan bagaimanakah nasibnya kelak.
Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. (Luqman: 34) Apakah kebaikan ataukah keburukan. Dan kamu tidak mengetahui, hai anak Adam, bilakah kamu mati, barangkali
besok kamu akan mati, dan barangkali besok kamu tertimpa musibah. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. (Luqman: 34) Yakni tiada seorang pun yang mengetahui di mana ia akan mati, di bumi ataukah di laut,
di hutan, di lembah, ataukah di bukit. Di dalam sebuah hadis disebutkan:
"إِذَا أَرَادَ اللَّهُ قبض عبد بأرض، جعل له إليها حاجة"
Apabila Allah hendak mencabut nyawa seorang hamba di suatu negeri, maka Allah menggerakkan hamba yang bersangkutan ke negeri itu untuk suatu keperluan.
فَقَالَ الْحَافِظُ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ فِي مُعْجَمِهِ الْكَبِيرِ، فِي مُسْنَدِ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ أَبِي الْمَلِيحِ، عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا جَعَلَ اللَّهُ ميتَة عَبْدٍ بِأَرْضٍ إِلَّا جَعَلَ لَهُ فِيهَا حَاجَةً"
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan di dalam kitab Mu’jam¬nya yang besar, yaitu dalam musnad Usamah ibnu Zaid. Dia menyebutkan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq,
telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Ayyub, dari Abul Malih, dari Usamah ibnu Zaid yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tidaklah Allah menjadikan kematian seseorang hamba di suatu negeri melainkan Dia menjadikan
baginya di negeri itu suatu keperluan (yang menggerakkannya ke negeri itu).
قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْإِمَامِ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا أَبُو داود الحَفَريّ، عن سُفْيَانَ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ مَطَر بْنِ عُكَامِس قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا قَضَى اللَّهُ مَيْتَةَ عَبْدٍ بِأَرْضٍ، جَعَلَ لَهُ إِلَيْهَا حَاجَةً"
Abdullah ibnu Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Daud Al-Hafri, dari Sufyan, dari Abu Ishaq, dari Matar ibnu Akamis yang telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila Allah
telah menetapkan kematian seseorang hamba di suatu negeri, maka Dia menjadikan baginya di negeri itu suatu keperluan (yang menggerakkannya ke negeri itu). Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi di dalam Bab 'Takdir'
melalui hadis Sufyan As-Sauri dengan sanad yang sama, kemudian ia mengatakan bahwa hadis ini hasan garib, dan belum pernah diketahui bahwa Matar menerima hadis langsung dari Nabi Saw. selain hadis ini.
Imam Abu Daud telah meriwayatkannya di dalam hadis-hadis mursal-nya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، حَدَّثَنَا أَيُّوبُ، عَنْ أَبِي الْمَلِيحِ بْنِ أُسَامَةَ عَنْ أَبِي عَزَّةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "إذا أَرَادَ اللَّهُ قَبْضَ رُوحِ عَبْدٍ بِأَرْضٍ جَعَلَ لَهُ فِيهَا -أَوْ قَالَ: بِهَا -حَاجَةً".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail, telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Abul Malih ibnu Usamah, dari Abu Izzah yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Apabila Allah berkehendak akan mencabut nyawa, seseorang hamba di suatu negeri, maka Dia menjadikan baginya di negeri itu suatu keperluan (yang mendorongnya pergi ke negeri itu).
Abu Izzah ini adalah Basysyar ibnu Ubaidillah, yang juga dikenal dengan nama Ibnu Abdul Huzali. Imam Turmuzi mengetengahkannya melalui hadis Ismail ibnu Ibrahim, yaitu Ibnu Ulaiyyah; dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini sahih.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عِصَامٍ الْأَصْفَهَانِيُّ، حَدَّثَنَا الْمُؤَمَّلُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ]، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي حُمَيْدٍ، عَنْ أَبِي الْمَلِيحِ، عَنْ أَبِي عَزَّةَ الْهُذَلِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "إذا أراد الله قبض عبد بأرض، جَعَلَ لَهُ إِلَيْهَا حَاجَةً، فَلَمْ يَنْتَهِ حَتَّى يَقْدُمَهَا". ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ}
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Isam Al-Asfahani, telah menceritakan kepada kami Al-Muammal ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abu Humaid, dari Abul Malih,
dari Abu Izzah Al-Huzali yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila Allah berkehendak akan mencabut nyawa seseorang hamba di suatu negeri, maka Dia menjadikan baginya suatu keperluan,
dan si hamba yang bersangkutan tetap bersikeras hingga mendatangi negeri itu. Kemudian Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat. (Luqman: 34)
sampai dengan firman-Nya: Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Luqman: 34) Hadis lain.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ ثَابِتٍ الجَحْدَري وَمُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى القُطَعي قَالَا حَدَّثَنَا عُمَر بْنُ عَلِيٍّ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، عَنْ قَيْسٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم: "إذا أراد الله قبض عبد بِأَرْضٍ جَعَلَ لَهُ إِلَيْهَا حَاجَةً".
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sabit Al-Juhdari dan Muhammad ibnu Yahya Al-Qat'i. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Ali, telah menceritakan
kepada kami Ismail, dari Qais dari Abdullah yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Apabila Allah berkehendak akan mencabut nyawa seseorang hamba di suatu negeri, maka Dia menjadikan suatu keperluan baginya
di negeri itu. Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa hadis ini, sepanjang pengetahuan kami tiada seorang pun yang me-rafa '-kannya selain Umar ibnu Ali Al-Maqdami.
Ibnu Abud Dunia mengatakan, telah menceritakan kepadaku Sulaiman ibnu Abu Masih yang mengatakan bahwa Muhammad ibnul Hakam telah membacakan kepadanya bait-bait syair milik A'sya Hamdan, yaitu:
فَمَا تَزَوّدَ ممَّا كَانَ يَجْمَعُه ... سِوَى حَنُوط غَدَاةَ البَيْن مَع خرَق ... وَغَيْرِ نَفْحة أعْوَاد تُشَبّ لَه ... وَقلّ ذَلكَ مِنْ زَاد لمُنْطَلق! ... لَا تَأسَيَنّ عَلَى شَيْء فَكُلّ فَتَى ... إلَى مَنيّته سَيَّارُ فِي عَنَق وَكُلّ مَنْ ظَنّ أَنَّ الموتَ يُخْطِئهُ ... مُعَلَّلٌ بأعَاليل مِنَ الحَمق ... بأيّمَا بَلْدَة تُقْدَر مَنِيَّتُهُ ... إنْ لَا يُسَيَّرْ إلَيها طَائعًا يُسَق ...
Tiada yang dapat dijadikan bekal dari apa yang telah dihimpunkan seseorang selain kapur barus untuk menjelang hari perpisahannya, dan kain kafan, juga kayu cendana .yang mengharumkannya. Tetapi amatlah sedikit
hal itu dijadikan bekal bagi orang yang bepergian. Janganlah engkau berputus asa atas sesuatu, karena setiap pemuda itu pasti berjalan ke arah kematiannya dengan langkah yang cepat. Setiap orang yang menduga bahwa
kematian luput darinya, pastilah dia seorang yang jahil murakkab (bodoh berat). Di negeri mana saja telah ditakdirkan bagi kematiannya, tiada lain dia pasti mengarah ke negeri itu dengan langkah yang pasti selama ia masih hidup.
Al-Hafiz Ibnu Asakir rahimahullah menyebutkannya di dalam biografi Abdur Rahman ibnu Abdullah ibnul Haris, dialah A'sya Hamdan. Asy-Sya'bi adalah suami saudara perempuannya, dan sebaliknya A'sya Hamdan pun mengawini saudara
perempuan Asy-Sya'bi. A'sya Hamdan pada mulanya termasuk salah seorang yang menuntut ilmu sambil mencari nafkah, tetapi kemudian ia beralih profesi menjadi penggubah syair, akhirnya dia terkenal sebagai seorang penyair.
وَقَدْ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ عَنْ أَحْمَدَ بْنِ ثَابِتٍ وعُمَر بْنِ شَبَّة، كِلَاهُمَا عَنْ عُمَرَ بْنِ عَلِيٍّ مَرْفُوعًا: "إِذَا كَانَ أَجَلُ أَحَدِكُمْ بِأَرْضٍ أوثَبَتْه إِلَيْهَا حَاجَةٌ، فَإِذَا بَلَغَ أَقْصَى أَثَرَهُ، قَبَضَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ، فَتَقُولُ الْأَرْضُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: رَبِّ، هَذَا مَا أَوْدَعْتَنِي"
Ibnu Majah telah meriwayatkan dari Ahmad ibnu Sabit dan Umar ibnu Syabbah, kedua-duanya dari Umar ibnu Ali secara marfu', bahwa apabila ajal seseorang telah ditetapkan di suatu negeri, maka ada suatu keperluan yang mendatangkannya
ke negeri itu. Apabila ia telah mencapai upaya terakhirnya, barulah Allah Swt. mencabut nyawanya. Dan bumi kelak di hari kiamat akan berkata: Ya Tuhanku, inilah apa yang Engkau titipkan kepadaku.
قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ، عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ أَبِي الْمَلِيحِ، عَنْ أُسَامَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَا جَعَلَ اللَّهُ مَنِيَّةَ عَبْدٍ بِأَرْضٍ، إِلَّا جَعَلَ لَهُ إِلَيْهَا حَاجَةً"
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Ayyub, dari Abul Malih,
dari Usamah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tidaklah Allah menjadikan kematian seseorang hamba di suatu negeri, melainkan Dia menjadikan suatu keperluan baginya di negeri itu.
Demikianlah akhir surat Luqman, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, dan cukuplah bagi kami Allah sebagai Penolong, dan Dia adalah sebaik-baik Pelindung.
Surat As-Sajdah |32:1|
الم
alif laaam miiim
Alif Lam Mim.
Alif, Lam, Meem.
(Alif lam mim) hanya Allah sajalah yang mengetahui arti dan maksud ayat ini.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 1 |
Tafsir ayat 1-3
Dalam pembahasan yang lalu telah diterangkan huruf-huruf hijaiyah (yang mengawali surat-surat Al-Qur'an) di dalam surat Al-Baqarah, yaitu dengan keterangan yang cukup memuaskan hingga tidak perlu diulangi lagi di sini. Firman Allah Swt.:
{تَنزيلُ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ}
Turunnya Al-Qur’an yang tidak ada keraguan padanya. (As-Sajdah: 2) Tiada syak wasangka dan tiada kebimbangan, bahwa sesungguhnya Al-Qur'an itu diturunkan,
{مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
dari Tuhan semesta alam. (As-Sajdah: 2) Selanjutnya Allah Swt. menceritakan perihal orang-orang musyrik melalui firman-Nya:
{أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ}
Tetapi mengapa mereka (orang-orang kafir) mengatakan, "Dia (Muhammad) mengada-adakannya.” (As-Sajdah: 3) Bahkan mereka mengatakan bahwa Muhammad telah membuat-buat Al-Qur'an itu dari dirinya sendiri,
{بَلْ هُوَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أَتَاهُمْ مِنْ نَذِيرٍ مِنْ قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ}
Sebenarnya Al-Qur’an itu adalah kebenaran (yang datang) dari Tuhanmu, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka orang yang memberi peringatan sebelum kamu; mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk. (As-Sajdah: 3)
Surat As-Sajdah |32:2|
تَنْزِيلُ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
tanziilul-kitaabi laa roiba fiihi mir robbil-'aalamiin
Turunnya Al-Qur´an itu tidak ada keraguan padanya, (yaitu) dari Tuhan seluruh alam.
[This is] the revelation of the Book about which there is no doubt from the Lord of the worlds.
(Turunnya Alkitab) yakni Alquran; Alkitab sebagai mubtada (yang tidak ada keraguan) tidak ada hal yang diragukan (padanya) fiihi sebagai khabar pertama (adalah dari Rabb semesta alam) rabbil'aalamiin sebagai khabar kedua.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 2 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat As-Sajdah |32:3|
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۚ بَلْ هُوَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أَتَاهُمْ مِنْ نَذِيرٍ مِنْ قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ
am yaquuluunaftarooh, bal huwal-ḥaqqu mir robbika litunżiro qoumam maaa ataahum min nażiirim ming qoblika la'allahum yahtaduun
Tetapi mengapa mereka (orang kafir) mengatakan, "Dia (Muhammad) telah mengada-adakannya." Tidak, Al-Qur´an itu kebenaran (yang datang) dari Tuhanmu, agar engkau memberi peringatan kepada kaum yang belum pernah didatangi orang yang memberi peringatan sebelum engkau, agar mereka mendapat petunjuk.
Or do they say, "He invented it"? Rather, it is the truth from your Lord, [O Muhammad], that you may warn a people to whom no warner has come before you [so] perhaps they will be guided.
(Tetapi mengapa) (mereka mengatakan, "Dia mengada-adakannya") yakni Muhammad Tidak (sebenarnya Alquran itu adalah kebenaran yang datang dari Rabbmu, agar kamu memberi peringatan)
dengan Alquran itu (kepada kaum yang belum) huruf maa bermakna nafi atau negatif (datang kepada mereka orang yang memberi peringatan sebelum kamu; mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk) dengan peringatanmu itu.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 3 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat As-Sajdah |32:4|
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ ۖ مَا لَكُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا شَفِيعٍ ۚ أَفَلَا تَتَذَكَّرُونَ
allohullażii kholaqos-samaawaati wal-ardho wa maa bainahumaa fii sittati ayyaamin ṡummastawaa 'alal-'arsy, maa lakum min duunihii miw waliyyiw wa laa syafii', a fa laa tatażakkaruun
Allah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Bagimu tidak ada seorang pun penolong maupun pemberi syafaat selain Dia. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?
It is Allah who created the heavens and the earth and whatever is between them in six days; then He established Himself above the Throne. You have not besides Him any protector or any intercessor; so will you not be reminded?
(Allahlah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam hari) dimulai dari hari Ahad dan selesai pada hari Jumat (kemudian Dia berkuasa di atas Arasy)
kata Arasy menurut terminologi bahasa artinya singgasana seorang raja, maksudnya kekuasaan yang layak bagi kebesaran dan keagungan-Nya. (Tidak ada bagi kalian) hai orang-orang kafir Mekah
(selain daripada-Nya) yakni selain-Nya (seorang penolong pun) lafal min waliyyin adalah isim daripada maa zaidah hanya ditambahi dengan huruf min pada permulaannya.
Makna yang dimaksud ialah tiada seorang penolong pun (dan tidak pula seorang pemberi manfaat) yang dapat menolak azab Allah dari diri kalian. (Maka apakah kalian tidak memperhatikan) hal ini, yang oleh karenanya kalian mau beriman
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 4 |
Tafsir ayat 4-6
Allah Swt. memberitahukan bahwa Dialah Yang Menciptakan segala sesuatu, dan Dia menciptakan langit dan bumi serta semua yang ada di antara keduanya dalam enam hari, kemudian Dia berkuasa di atas 'Arasy. Pembahasan mengenai makna bersemayam (berkuasa) ini telah dijelaskan sebelumnya.
{مَا لَكُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا شَفِيعٍ}
Tidak ada bagi kamu selain dari-Nya seorang penolong pun dan tidak (pula) seorang pemberi syafaat. (As-Sajdah: 4) Bahkan Dialah Yang Menguasai semua urusan, Yang Menciptakan sesuatu bagimu, Yang Mengatur segala sesuatu,
Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Maka tiada seorang penolong pun bagi makhluk-Nya selain Dia. Tiada pula seorang pemberi syafaat pun memberikan syafaatnya kecuali setelah mendapat izin dari-Nya.
{أَفَلا تَتَذَكَّرُونَ}
Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (As-Sajdah: 4) Hai orang-orang yang menyembah selain Allah dan yang berserah diri kepada selain Dia. Mahasuci dan Mahatinggi Allah dari semua tandingan atau sekutu atau pembantu atau lawan
atau imbangan; tidak ada Tuhan dan tidak ada Rabb selain Dia. Imam Nasai sehubungan dengan hal ini telah mengetengahkan sebuah hadis.
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ يَعْقُوبَ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ، حَدَّثَنَا أَبُو عُبَيْدَةَ الْحَدَّادُ، حَدَّثَنَا الْأَخْضَرُ بْنُ عَجْلان، عَنْ أَبِي جُريْج الْمَكِّيِّ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدِي فَقَالَ: "إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ، ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ فِي الْيَوْمِ السَّابِعِ، فَخَلَقَ التُّرْبَةَ يَوْمَ السَّبْتِ، وَالْجِبَالَ يَوْمَ الْأَحَدِ، وَالشَّجَرَ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ، وَالْمَكْرُوهَ يَوْمَ الثُّلَاثَاءِ، وَالنُّورَ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ، وَالدَّوَابَّ يَوْمَ الْخَمِيسِ، وَآدَمَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِي آخِرِ سَاعَةٍ مِنَ النَّهَارِ بَعْدَ الْعَصْرِ، وَخَلَقَهُ مِنْ أَدِيمِ الْأَرْضِ، بِأَحْمَرِهَا وَأَسْوَدِهَا، وَطِيبِّهَا وَخَبِيثِهَا، مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ جَعَلَ اللَّهُ مَنْ بَنِي آدَمَ الطَّيِّبَ وَالْخَبِيثَ".
Untuk itu dia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Ya'qub, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnus Sabbah, telah menceritakan kepada kami Abu Ubaidah Al-Haddad, telah menceritakan kepada kami
Al-Akhdar ibnu Ajian, dari Abu Juraij Al-Makki, dari Ata, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. memegang tangannya, lalu bersabda: Sesungguhnya Allah menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya
selama enam hari, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy pada hari ketujuhnya. Dia menciptakan bumi pada hari Sabtu, gunung-gunung pada hari Ahad, pepohonan pada hari Senin, hal yang tidak disukai pada hari Selasa,
Cahaya pada hari Rabu, hewan-hewan pada hari Kamis, dan Adam pada hari Jumat; yaitu di penghujung siang hari sesudah Asar. Allah menciptakannya dari lapisan tanah yang merah, dan yang hitam, dan yang baik, serta yang buruknya;
karena itulah maka Allah menjadikan sebagian dari Bani Adam ada yang baik dan ada yang buruk. Demikianlah menurut apa yang diketengahkan oleh Imam Nasai berikut sanad dan matannya.
Imam Muslim dan Imam Nasai telah mengetengahkannya pula melalui hadis Hajjaj ibnu Muhammad Al-A'war, dari Ibnu Juraij, dari Ismail ibnu Umayyah, dari Ayyub ibnu Khalid, dari Abdullah ibnu Rafi', dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw.
dengan lafaz yang semisal dengan hadis di atas. Imam Bukhari menilainya lemah hadis ini di dalam kitab Tarikhul Kabir-nya, untuk itu Imam Bukhari mengatakan bahwa sebagian dari mereka ada yang menuturkan bahwa
Abu Hurairah menerima hadis ini dari Ka'bul Ahbar; dan inilah yang paling sahih. Hal yang sama dikatakan oleh para ahli huffaz hadis yang bukan hanya seorang, mereka mengatakan bahwa hadis ini lemah. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah Swt.:
{يُدَبِّرُ الأمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الأرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ}
Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya. (As-Sajdah: 5) Yaitu perintah-Nya turun dari langit yang tertinggi sampai ke lapisan yang paling bawah dari bumi lapis ketujuh, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَوَاتٍ وَمِنَ الأرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنزلُ الأمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا}
Allah-lah Yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya. (At-Talaq: 12), hingga akhir ayat. Semua amal perbuatan dilaporkan oleh para malaikat pencatatnya ke atas langit yang terdekat,
sedangkan jarak antara langit yang terdekat dan bumi sama dengan jarak perjalanan lima ratus tahun, dan ketebalan langit sama dengan jarak lima ratus tahun. Mujahid, Qatadah, dan Ad-Dahhak mengatakan bahwa jarak yang ditempuh
oleh malaikat yang turun ke bumi adalah lima ratus tahun. Begitu pula naiknya sama dengan perjalanan lima ratus tahun, tetapi malaikat dapat menempuhnya sekejap mata. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
{فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ}
dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. Yang demikian itu ialah Tuhan Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata. (As-Sajdah: 5-6)
Tuhan Yang Mengatur semua urusan ini, Dialah Yang Mengetahui semua amal perbuatan hamba-hamba-Nya. Semua amal perbuatan yang agung dan yang rendah dilaporkan kepada-Nya; juga yang besar dan yang kecilnya,
semuanya dilaporkan kepada-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Yang menundukkan segala sesuatu, mengalahkannya dan membuat semua hamba tunduk kepada-Nya, lagi Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya yang beriman.
Dia Mahaperkasa dalam kasih sayang¬Nya, lagi Maha Penyayang dalam keperkasaan-Nya, dan inilah sifat Yang Mahasempurna. Yakni keperkasaan yang disertai dengan kasih sayang, dan kasih sayang yang disertai keperkasaan.
Karena itu, Dia Maha Penyayang bukan karena kalah.
Surat As-Sajdah |32:5|
يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ
yudabbirul-amro minas-samaaa`i ilal-ardhi ṡumma ya'ruju ilaihi fii yauming kaana miqdaaruhuuu alfa sanatim mimmaa ta'udduun
Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.
He arranges [each] matter from the heaven to the earth; then it will ascend to Him in a Day, the extent of which is a thousand years of those which you count.
(Dia mengatur urusan dari langit ke bumi) selama dunia masih ada (kemudian naiklah) urusan dan pengaturan itu (kepada-Nya dalam suatu hari yang lamanya adalah seribu tahun menurut perhitungan kalian)
di dunia. Dan di dalam surah Al-Ma'arij ayat 4 disebutkan bahwa kadar masa itu adalah lima puluh ribu tahun. Makna yang dimaksud ialah bahwa saat hari kiamat bagi orang-orang kafir
terasa begitu lama sekali karena sangat ngerinya. Berbeda halnya dengan orang yang beriman, ia merasa seolah-olah hanya sebentar saja bahkan waktunya terasa lebih pendek daripada satu sholat fardu y
ang dilakukannya di dunia. Demikianlah menurut keterangan yang dijelaskan di dalam hadis.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 5 |
penjelasan ada di ayat 4
Surat As-Sajdah |32:6|
ذَٰلِكَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ
żaalika 'aalimul-ghoibi wasy-syahaadatil-'aziizur-roḥiim
Yang demikian itu, ialah Tuhan yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, Yang Maha Perkasa, Maha Penyayang,
That is the Knower of the unseen and the witnessed, the Exalted in Might, the Merciful,
(Yang demikian itu) yakni Yang Maha Pencipta dan Yang Maha Mengatur itu (ialah Tuhan Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata) yaitu apa yang gaib di mata makhluk-Nya dan apa yang nyata bagi makhluk-Nya
(Yang Maha Perkasa) Maha Kuat di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Penyayang) kepada orang-orang yang taat kepada-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 6 |
penjelasan ada di ayat 4
Surat As-Sajdah |32:7|
الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ ۖ وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنْسَانِ مِنْ طِينٍ
allażiii aḥsana kulla syai`in kholaqohuu wa bada`a kholqol-insaani min thiin
yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah,
Who perfected everything which He created and began the creation of man from clay.
(Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya) kalau dibaca khalaqahu berarti fi'il madhi yang berkedudukan sebagai sifat.
Apabila dibaca khalqahu berarti sebagai badal isytimal (dan yang memulai penciptaan manusia) yakni Nabi Adam (dari tanah).
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 7 |
Tafsir ayat 7-9
Allah Swt. menceritakan bahwa Dia telah menciptakan segala sesuatu dengan ciptaan yang sebaik-baiknya dan serapi-rapinya. Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam sehubungan dengan makna firman-Nya:
{الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ}
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya. (As-Sajdah: 7) Yakni Yang Menciptakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, seakan-akan menurut takwilnya terjadi taqdim dan ta'khir dalam ungkapan ayat.
Sesudah Allah menyebutkan tentang penciptaan langit dan bumi, kemudian Dia menyebutkan tentang penciptaan manusia. Untuk itu Dia berfirman:
{وَبَدَأَ خَلْقَ الإنْسَانِ مِنْ طِينٍ}
dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. (As-Sajdah: 7) Maksudnya, Dia menciptakan bapak manusia Adam dari tanah.
{ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ}
Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina. (As-Sajdah: 8) Yaitu mereka berkembang biak melalui nutfah (air mani) yang dikeluarkan dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.
{ثُمَّ سَوَّاهُ}
Kemudian Dia menyempurnakannya. (As-Sajdah: 9) Ketika Allah menciptakan Adam dari tanah, Dia menciptakannya dengan ciptaan yang sempurna lagi utuh.
{وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ}
dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-iVya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati. (As-Sajdah: 9) Yaitu akal.
{قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَ}
(tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (As-Sajdah: 9) Yakni dengan adanya kekuatan tersebut yang telah dianugerahkan oleh Allah Swt. kepada kalian. Maka orang yang berbahagia adalah orang yang menggunakannya untuk ketaatan kepada Tuhannya.
Surat As-Sajdah |32:8|
ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ
ṡumma ja'ala naslahuu min sulaalatim mim maaa`im mahiin
kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani).
Then He made his posterity out of the extract of a liquid disdained.
(Kemudian Dia menjadikan keturunannya) anak cucunya (dari sulalah) dari darah kental (yang berasal dari air yang lemah) yaitu air mani.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 8 |
penjelasan ada di ayat 7
Surat As-Sajdah |32:9|
ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ
ṡumma sawwaahu wa nafakho fiihi mir ruuḥihii wa ja'ala lakumus-sam'a wal-abshooro wal-af`idah, qoliilam maa tasykuruun
Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)nya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.
Then He proportioned him and breathed into him from His [created] soul and made for you hearing and vision and hearts; little are you grateful.
(Kemudian Dia menyempurnakannya) menyempurnakan penciptaan Adam (dan meniupkan ke dalam tubuhnya sebagian dari roh-Nya) yakni Dia menjadikannya hidup dapat merasa atau mempunyai perasaan,
yang sebelumnya ia adalah benda mati (dan Dia menjadikan bagi kalian) yaitu anak cucunya (pendengaran) lafal as-sam'a bermakna jamak sekalipun bentuknya mufrad (dan penglihatan serta hati)
(tetapi kalian sedikit sekali bersyukur) huruf maa adalah huruf zaidah yang berfungsi mengukuhkan makna lafal qaliilan, yakni sedikit sekali.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 9 |
penjelasan ada di ayat 7
Surat As-Sajdah |32:10|
وَقَالُوا أَإِذَا ضَلَلْنَا فِي الْأَرْضِ أَإِنَّا لَفِي خَلْقٍ جَدِيدٍ ۚ بَلْ هُمْ بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ كَافِرُونَ
wa qooluuu a iżaa dholalnaa fil-ardhi a innaa lafii kholqin jadiid, bal hum biliqooo`i robbihim kaafiruun
Dan mereka berkata: "Apakah bila kami telah lenyap (hancur) di dalam tanah, kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru? Bahkan (sebenarnya) mereka mengingkari pertemuan dengan Tuhannya."
And they say, "When we are lost within the earth, will we indeed be [recreated] in a new creation?" Rather, they are, in [the matter of] the meeting with their Lord, disbelievers.
(Dan mereka berkata) orang-orang yang ingkar akan adanya hari berbangkit: ("Apakah bila kami telah lenyap di dalam tanah) yakni kami telah hancur di dalamnya,
misalnya kami telah menjadi debu yang bercampur dengan tanah asli (kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru") kata tanya di sini mengandung makna ingkar;
lafal ayat ini boleh dibaca tahqiq dan boleh pula dibaca tashil. Maka Allah swt. berfirman: (Bahkan mereka terhadap hari pertemuan dengan Rabbnya) yaitu hari berbangkit (adalah orang-orang yang ingkar.)
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 10 |
Tafsir ayat 10-11
Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal kaum musyrik yang menganggap mustahil hari berbangkit itu ada. Karena mereka mengatakan, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{أَئِذَا ضَلَلْنَا فِي الأرْضِ}
Apakah bila kami telah lenyap (hancur) di dalam tanah. (As-Sajdah: 10) Maksudnya, tubuh kami telah hancur berserakan di dalam tanah dan lenyap.
{أَئِنَّا لَفِي خَلْقٍ جَدِيدٍ}
(apakah) kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru. (As-Sajdah: 10) Yakni apakah kita benar-benar akan dihidupkan kembali sesudah itu? Mereka menganggap mustahil hal tersebut, dan sesungguhnya hal itu
memang mustahil bila dikaitkan dengan kemampuan mereka yang terbatas, bukan dikaitkan dengan kekuasaan Allah yang menciptakan mereka pada yang pertama kali dan menciptakan mereka dari tiada menjadi ada.
Dialah Allah Yang apabila menghendaki sesuatu, Dia berfirman kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah ia. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{بَلْ هُمْ بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ كَافِرُونَ}
Bahkan (sebenarnya) mereka ingkar akan menemui Tuhannya. (As-Sajdah: 10) Kemudian Allah Swt. berfirman:
{قُلْ يَتَوَفَّاكُمْ مَلَكُ الْمَوْتِ الَّذِي وُكِّلَ بِكُمْ}
Katakanlah, "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu.” (As-Sajdah: 11) Makna lahiriah ayat menunjukkan bahwa malaikat maut tersebut adalah malaikat yang tertentu di antara malaikat-malaikat lainnya,
sebagaimana yang tersimpulkan dari makna hadis Al-Barra yang telah disebutkan di dalam tafsir surat Ibrahim. Sebagian asar menyebutnya malaikat Izra'il, pendapat inilah yang terkenal, dikatakan oleh Qatadah dan lain-lainnya
yang bukan hanya seorang. Malaikat maut mempunyai banyak pembantu yang terdiri dari malaikat lainnya. Dan memang demikianlah disebutkan di dalam sebuah hadis yang menyebutkan bahwa para pembantu malaikat maut mencabut roh
dari semua bagian tubuh. Dan manakala roh telah sampai di tenggorokan orang yang bersangkutan, barulah malaikat maut yang mencabutnya. Mujahid mengatakan bahwa dilipatkan baginya bumi ini dan dijadikan seperti piala,
dia dapat mengambil sebagian darinya manakala dia menginginkannya. Zuhair ibnu Muhammad telah meriwayatkan hal yang semisal dari Nabi Saw. secara mursal. Hal yang sama dikatakan pula oleh Ibnu Abbas.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي يَحْيَى الْمَقْرِيُّ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ شَمِرٍ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ قَالَ: سَمِعْتُ أَبِي يَقُولُ: نَظَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى مَلَكِ الْمَوْتِ عِنْدَ رَأْسِ رَجُلٍ مِنَ الْأَنْصَارِ، فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا مَلَكَ الْمَوْتِ، ارْفُقْ بِصَاحِبِي فَإِنَّهُ مُؤْمِنٌ". فَقَالَ مَلَك الْمَوْتِ: يَا مُحَمَّدُ، طِبْ نَفْسًا وقَر عَيْنًا فَإِنِّي بِكُلِّ مُؤْمِنٍ رَفِيقٌ، وَاعْلَمْ أَنَّ مَا فِي الْأَرْضِ بَيْتُ مَدَر وَلَا شَعَر، فِي بَرٍّ وَلَا بَحْرٍ، إِلَّا وَأَنَا أَتَصَفَّحُهُ فِي كُلِّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ، حَتَّى إِنِّي أعرفُ بِصَغِيرِهِمْ وَكَبِيرِهِمْ مِنْهُمْ بِأَنْفُسِهِمْ، وَاللَّهِ يَا مُحَمَّدُ، لَوْ أَنِّي أَرَدْتُ أَنْ أَقْبِضَ رُوحَ بَعُوضَةٍ مَا قَدَرتُ عَلَى ذَلِكَ حَتَّى يَكُونَ اللَّهُ هُوَ الْآمِرُ بِقَبْضِهَا.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Yahya Al-Muqri, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Samurah, dari Ja'far ibnu Muhammad yang mengatakan
bahwa ia pernah mendengar ayahnya menceritakan hadis berikut, bahwa Rasulullah Saw. melihat malaikat maut berada di kepala seorang lelaki dari kalangan Ansar. Maka Nabi Saw. bersabda kepadanya: Hai malaikat maut, lemah lembutlah
terhadap sahabatku ini, karena sesungguhnya dia adalah orang mukmin. Malaikat maut menjawab, "Hai Muhammad, tenangkanlah dirimu dan senangkanlah hatimu, karena sesungguhnya aku selalu berlaku lemah lembut
kepada semua orang mukmin. Dan perlu engkau ketahui bahwa tiada suatu penghuni rumah pun di bumi ini, baik di kota maupun di kampung, dan baik di daratan maupun di laut, melainkan aku jabat tangan (roh) mereka setiap harinya
sebanyak lima kali, sehingga aku lebih mengetahui siapa yang kecil dan siapa yang besar dari mereka daripada diri mereka sendiri. Demi Allah, hai Muhammad, seandainya aku hendak mencabut nyawa seekor nyamuk, aku tidak mampu
melakukannya melainkan setelah mendapat perintah dari Allah yang memerintahkan aku untuk mencabutnya." Ja'far mengatakan, telah sampai kepadanya suatu riwayat yang menyebutkan bahwa sesungguhnya malaikat maut
menyalami mereka hanyalah di saat tiap-tiap waktu salat masuk. Dan apabila malaikat maut datang kepada mereka di waktu ajalnya, maka bila yang bersangkutan termasuk orang-orang yang memelihara salatnya, malaikat maut
mendekat kepadanya dan mengusir setan, lalu mengajarinya mengucapkan kalimah "Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah" di saat-saat yang sangat berat itu. Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Muslim, dari Ibrahim ibnu Maisarah yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Mujahid mengatakan, "Tiada suatu rumah pun yang ada di muka bumi ini, baik di kota maupun di kampung,
melainkan para penghuninya didatangi oleh malaikat maut sebanyak dua kali setiap harinya." Ka'bul Ahbar mengatakan, "Demi Allah, tidak ada suatu rumah pun yang di dalamnya ada seseorang yang menghuninya melainkan malaikat maut
berdiri di depan pintu rumahnya setiap hari sebanyak tujuh kali. Dia melihat apakah di dalam rumah terdapat seseorang yang dia diperintahkan untuk mencabut nyawanya." Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ}
kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan. (As-Sajdah: 11) Yakni di hari kalian dibangkitkan dari kubur agar kalian menerima balasan dari amal perbuatan kalian.
Surat As-Sajdah |32:11|
قُلْ يَتَوَفَّاكُمْ مَلَكُ الْمَوْتِ الَّذِي وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ
qul yatawaffaakum malakul-mautillażii wukkila bikum ṡumma ilaa robbikum turja'uun
Katakanlah, "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu, kemudian kepada Tuhanmu, kamu akan dikembalikan."
Say, "The angel of death will take you who has been entrusted with you. Then to your Lord you will be returned."
(Katakanlah) kepada mereka: ("Malaikat maut yang diserahi tugas untuk mencabut nyawa kalian akan mematikan kalian) yakni akan mencabut nyawa kalian
(kemudian hanya kepada Rabb kalianlah, kamu sekalian akan dikembalikan") dalam keadaan hidup, maka kelak Dia akan membalas amal perbuatan kalian.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 11 |
penjelasan ada di ayat 10
Surat As-Sajdah |32:12|
وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ
walau tarooo iżil-mujrimuuna naakisuu ru`uusihim 'inda robbihim, robbanaaa abshornaa wa sami'naa farji'naa na'mal shooliḥan innaa muuqinuun
Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan. Sungguh, kami adalah orang-orang yang yakin. "
If you could but see when the criminals are hanging their heads before their Lord, [saying], "Our Lord, we have seen and heard, so return us [to the world]; we will work righteousness. Indeed, we are [now] certain."
(Dan jika sekiranya kamu melihat orang-orang yang berdosa itu) yakni orang-orang kafir (menundukkan kepalanya di hadapan Rabbnya) karena merasa malu kepada-Nya, seraya mengatakan:
("Ya Rabb kami! Kami telah melihat) apa yang telah kami ingkari sebelumnya, yaitu hari berbangkit (dan mendengar) dari-Mu kebenaran rasul-rasul yang telah kami dustakan mereka dahulu
(maka kembalikanlah kami) ke dunia (kami akan mengerjakan amal saleh) di dunia (sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin") mulai sekarang,
akan tetapi hal itu sama sekali tidak bermanfaat bagi mereka, dan mereka tidak akan dikembalikan lagi ke dunia. Sebagai jawab dari lafal lau ialah niscaya kamu melihat hal yang sangat mengerikan. Kemudian Allah berfirman pada ayat selanjutnya:
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 12 |
Tafsir ayat 12-14
Allah Swt. menceritakan keadaan orang-orang musyrik kelak di hari kiamat, juga ucapan mereka ketika mereka menyaksikan hari berbangkit, lalu mereka dihentikan di hadapan Allah Swt. dalam keadaan hina, rendah,
dan menundukkan kepala karena malu dan segan yang sangat. Saat itulah mereka mengatakan, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا}
Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar. (As-Sajdah: 12) Yakni sekarang kami dengar ucapan-Mu dan kami taati perintah-Mu, sebagaimana yang diungkapkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{أَسْمِعْ بِهِمْ وَأَبْصِرْ يَوْمَ يَأْتُونَنَا}
Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada Kami. (Maryam: 38)
Dan demikian pula mereka mencela dirinya sendiri manakala mereka telah dimasukkan ke dalam neraka, melalui ucapan mereka yang disitir oleh firman-Nya:
{لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ}
Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. (Al-Mulk: 10) Demikian pula hal yang sama dikatakan oleh mereka dalam surat ini melalui firman-Nya:
{رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا}
Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia). (As-Sajdah: 12) Yakni ke negeri dunia.
{نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ}
kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin. (As-Sajdah: 12) yakni kami telah yakin dan menyaksikan sendiri bahwa janji-Mu adalah benar dan pertemuan dengan-Mu adalah benar.
Dan sesungguhnya Allah Swt. telah mengetahui perihal mereka, bahwa seandainya Dia mengembalikan mereka ke dunia, niscaya mereka akan mengerjakan perbuatan yang sama seperti yang dahulu biasa mereka lakukan,
yaitu kekufuran dan mendustakan ayat-ayat Allah serta menentang rasul-rasul-Nya. Hal ini diungkapkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا}
Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami. (Al-An'am: 27), hingga akhir ayat. Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَوْ شِئْنَا لآتَيْنَا كُلَّ نَفْسٍ هُدَاهَا}
Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami akan berikan kepada tiap-tiap jiwa petunjuk (bagi)nya (As-Sajdah: 13) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:
{وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لآمَنَ مَنْ فِي الأرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا}
Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. (Yunus: 99) Adapun firman Allah Swt.:
{وَلَكِنْ حَقَّ الْقَوْلُ مِنِّي لأمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ}
tetapi telah tetaplah perkataan (ketetapan) dari-Ku, "Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka Jahanam itu dengan jin dan manusia bersama-sama. (As-Sajdah: 13) Yakni dari dua jenis makhluk, jin dan manusia; rumah mereka adalah neraka,
tidak dapat terelakkan lagi dan tidak dapat terhindarkan lagi dari mereka. Semoga Allah melindungi kita—juga kalimah-kalimah-Nya yang sempurna— dari neraka.
{فَذُوقُوا بِمَا نَسِيتُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا}
Maka rasailah olehmu (siksa ini) disebabkan kamu melupakan pertemuan dengan harimu ini (hari kiamat). (As-Sajdah: 14) Dikatakan kepada ahli neraka dengan nada kecaman dan mencemoohkan, "Rasailah oleh kalian azab ini,
disebabkan kalian mendustakan keberadaannya dan menganggap mustahil hal ini terjadi serta kalian berpura-pura melupakannya karena kalian menilainya sebagaimana penilaian yang dilakukan oleh orang yang lupa kepadanya (hari kiamat)."
{إِنَّا نَسِينَاكُمْ}
sesungguhnya Kami telah melupakan kamu (pula). (As-Sajdah: 14) Artinya, Kami akan memperlakukan kalian dengan perlakuan seorang yang lupa kepada kalian. Dikatakan demikian karena sesungguhnya Allah Swt.
tidak akan melupakan sesuatu pun dan tiada sesuatu pun yang terlupakan oleh-Nya. Ungkapan ini termasuk ke dalam pengertian saling berbalas, sebagaimana pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
{الْيَوْمَ نَنْسَاكُمْ كَمَا نَسِيتُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا}
Pada hari ini Kami melupakan kamu sebagaimana kamu melupakan pertemuan (dengan) harimu ini. (Al-Jasiyah: 34) Adapun firman Allah Swt.:
{وَذُوقُوا عَذَابَ الْخُلْدِ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}
dan rasakanlah siksa yang kekal, disebabkan apa yang selalu kamu kerjakan. (As-Sajdah: 14) disebabkan kekafiran kalian dan kedustaan kalian, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{لَا يَذُوقُونَ فِيهَا بَرْدًا وَلا شَرَابًا. إِلا حَمِيمًا وَغَسَّاقًا جَزَاءً وِفَاقًا. إِنَّهُمْ كَانُوا لَا يَرْجُونَ حِسَابًا. وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا كِذَّابًا. وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ كِتَابًا. فَذُوقُوا فَلَنْ نزيدَكُمْ إِلا عَذَابًا}
mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman selain air yang mendidih dan nanah. (An-Naba: 24-25) sampai dengan firman-Nya: Dan Kami sekali-kali tidak akan menambah kepada kamu selain dari azab. (An-Naba: 30)
Surat As-Sajdah |32:13|
وَلَوْ شِئْنَا لَآتَيْنَا كُلَّ نَفْسٍ هُدَاهَا وَلَٰكِنْ حَقَّ الْقَوْلُ مِنِّي لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
walau syi`naa la`aatainaa kulla nafsin hudaahaa wa laakin ḥaqqol-qoulu minnii la`amla`anna jahannama minal-jinnati wan-naasi ajma'iin
Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami berikan kepada setiap jiwa petunjuk (bagi)nya, tetapi telah ditetapkan perkataan (ketetapan) dari-Ku, "Pasti akan Aku penuhi Neraka Jahanam dengan jin dan manusia bersama-sama.
And if We had willed, We could have given every soul its guidance, but the word from Me will come into effect [that] "I will surely fill Hell with jinn and people all together.
(Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan kepada tiap-tiap jiwa petunjuk baginya) sehingga ia memperoleh petunjuk untuk beriman dan mengerjakan ketaatan atas kemauan sendiri (akan tetapi telah tetaplah perkataan daripada-Ku)
yaitu, ("Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka Jahanam itu dengan jin) maksudnya bangsa jin (dan manusia semuanya) malaikat penjaga neraka mengatakan kepada mereka jika mereka dimasukkan ke dalamnya.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 13 |
penjelasan ada di ayat 12
Surat As-Sajdah |32:14|
فَذُوقُوا بِمَا نَسِيتُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَٰذَا إِنَّا نَسِينَاكُمْ ۖ وَذُوقُوا عَذَابَ الْخُلْدِ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
fa żuuquu bimaa nasiitum liqooo`a yaumikum haażaa, innaa nasiinaakum wa żuuquu 'ażaabal-khuldi bimaa kuntum ta'maluun
Maka rasakanlah olehmu (azab ini) disebabkan kamu melalaikan pertemuan dengan harimu ini (hari Kiamat), sesungguhnya Kami pun melalaikan kamu dan rasakanlah azab yang kekal, atas apa yang telah kamu kerjakan."
So taste [punishment] because you forgot the meeting of this, your Day; indeed, We have [accordingly] forgotten you. And taste the punishment of eternity for what you used to do."
(Maka rasakanlah oleh kalian) azab ini (disebabkan kalian melupakan pertemuan dengan hari kalian ini) karena kalian tidak mau beriman kepadanya
(sesungguhnya Kami telah melupakan kalian pula) maksudnya Kami tinggalkan kalian di dalam azab (dan rasakanlah siksa yang kekal) azab yang abadi (disebabkan apa yang selalu kalian kerjakan")
akibat dari kekafiran dan kedustaan yang telah kalian kerjakan.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 14 |
penjelasan ada di ayat 12
Surat As-Sajdah |32:15|
إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ ۩
innamaa yu`minu bi`aayaatinallażiina iżaa żukkiruu bihaa khorruu sujjadaw wa sabbaḥuu biḥamdi robbihim wa hum laa yastakbiruun
Orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, hanyalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengannya (ayat-ayat Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, dan mereka tidak menyombongkan diri.
Only those believe in Our verses who, when they are reminded by them, fall down in prostration and exalt [Allah] with praise of their Lord, and they are not arrogant.
(Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami) yakni Alquran (adalah orang-orang yang apabila diperingatkan) dinasihati (dengan ayat-ayat Kami mereka menyungkur sujud dan bertasbih)
seraya (memuji Rabbnya) dengan mengucapkan kalimat, "Subhaanallaah wa bihamdihi" (sedangkan mereka tidak menyombongkan diri) lantaran beriman dan berlaku taat itu.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 15 |
Tafsir ayat 15-17
Firman Allah Swt.:
{إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا}
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami adalah. (As-Sajdah: 15) Maksudnya, tiada yang membenarkan ayat-ayat Kami selain dari,
{الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا}
orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami), mereka menyungkur sujud. (As-Sajdah: 15) Yaitu mendengarkan dan menaatinya, baik melalui ucapan maupun perbuatan mereka.
{وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ}
dan bertasbih serta memuji Tuhannya, sedangkan mereka tidak menyombongkan diri. (As-Sajdah: 15) Yakni tidak enggan untuk mengikuti dan menaatinya, tidak sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang jahil dari kalangan orang-orang kafir dan orang-orang yang durhaka. Allah Swt. mengancam mereka melalui firman-Nya:
{إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ}
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina. (Al-Mu-min: 60) Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
{تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ}
Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya. (As-Sajdah: 16) Yang dimaksud ialah mereka selalu mengerjakan qiyamul lail atau salat sunat di malam hari, dan tidak tidur serta tidak berbaring di tempat tidur atau tempat pembaringannya.
Mujahid dan Al-Hasan telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya. (As-Sajdah: 16)Yang dimaksud ialah mengerjakan qiyamul lail.
Diriwayatkan dari Anas, Ikrimah, Muhammad ibnul Munkadir, Abu Hazim, dan Qatadah, bahwa yang dimaksud ialah menunggu di antara dua salat Isya (Magrib dan Isya). Diriwayatkan dari Anas pula bahwa makna yang dimaksud ialah
menunggu kedatangan waktu salat Isya. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dengan sanad yang jayyid (baik). Ad-Dahhak mengatakan, makna yang dimaksud ialah mengerjakan salat Isya dan salat Subuh secara berjamaah.
{يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا}
sedangkan mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap. (As-Sajdah: 16) Yakni takut kepada siksaan-Nya dan berharap kepada pahala-Nya yang berlimpah.
{وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ}
dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (As-Sajdah: 16) Dengan demikian, berarti mereka menghimpunkan antara amal-amal taqarrub yang wajib dan yang sunat, dan orang yang paling terkemuka,
paling depan dan paling dihormati dalam hal ini —baik di dunia maupun di akhirat— adalah Rasulullah Saw. Sebagaimana yang dikatakan oleh Abdullah ibnu Rawwahah r.a. dalam bait-bait syair gubahannya, yaitu:
وَفِينَا رَسُولُ اللَّهِ يَتْلُو كتَابَه ... إذَا انْشَقَّ مَعْرُوفٌ مِنَ الصُّبْحِ سَاطعُ ... [أرَانَا الهُدَى بَعْدَ العَمَى فَقُلُوبُنَا ... بِهِ مُوقِنَاتٌ أنَّ مَا قَال وَاقِعُ]... يَبيتُ يُجَافِي جَنْبَهُ عَنْ فِرَاشِه ... إِذَا اسْتَثْقَلَتْ بالْمُشْرِكِين المَضَاجِعُ ...
Di kalangan kita terdapat Rasulullah yang membacakan Kitab (Al-Qur'an)-Nya manakala sinar fajar menguak suasana pagi hari. Dia memperlihatkan kepada kita petunjuk sesudah kegelapan, dan hati kita benar-benar yakin bahwa
apa yang dikatakannya pasti terjadi. Dia semalaman menjauhkan lambungnya dari tempat peraduannya. Sedangkan kaum musyrik lelap dalam tidurnya di peraduan mereka.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا رَوْحٌ وَعَفَّانُ قَالَا حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، أَخْبَرَنَا عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ مُرَّة الْهَمْدَانِيِّ، عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "عَجِبَ رَبُّنَا مِنْ رَجُلَيْنِ: رَجُلٌ ثَارَ مِنْ وِطَائه وَلِحَافِهِ، وَمِنْ بَيْنِ أَهْلِهِ وَحَيِّه إِلَى صَلَاتِهِ، [فَيَقُولُ رَبُّنَا: أَيَا مَلَائِكَتِي، انْظُرُوا إِلَى عَبْدِي، ثَارَ مِنْ فِرَاشِهِ وَوِطَائِهِ، وَمِنْ بَيْنِ حَيِّهِ وَأَهْلِهِ إِلَى صَلَاتِهِ] رَغْبَةً فِيمَا عِنْدِي، وَشَفَقَةً مِمَّا عِنْدِي. وَرَجُلٌ غَزَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ، فَانْهَزَمُوا، فَعَلِمَ مَا عَلَيْهِ مِنَ الْفِرَارِ، وَمَا لَهُ فِي الرُّجُوعِ، فَرَجَعَ حَتَّى أُهْرِيقَ دَمُهُ، رَغْبَةً فِيمَا عِنْدِي وَشَفَقَةً مِمَّا عِنْدِي. فَيَقُولُ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ لِلْمَلَائِكَةِ: انْظُرُوا إِلَى عَبْدِي رَجَعَ رَغْبَةً فِيمَا عِنْدِي، وَرَهْبَةً مِمَّا عِنْدِي، حَتَّى أُهْرِيقَ دَمُهُ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Rauh dan Affan. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Ata ibnus Sa'ib, dari Murrah Al-Hamdani,
dari Ibnu Mas'ud, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Tuhan kita merasa kagum kepada dua orang lelaki, yaitu seorang lelaki yang bangkit dari tempat tidur dan selimutnya meninggalkan orang yang dikasihinya dan keluarganya menuju
ke tempat salatnya (untuk mengerjakan salat sunat) karena mengharapkan pahala yang ada di sisi-Ku dan takut kepada siksaan yang ada di sisi-Ku. Dan seorang lelaki lagi yang berperang di jalan Allah Swt. lalu mereka (teman-temannya)
terpukul mundur, dan dia mengetahui apa akibatnya bila ia lari dari medan perang dan apa yang diperolehnya bila kembali ke medan perang. Maka dia memilih kembali ke medan perang hingga darahnya mengalir, karena mengharapkan pahala
yang ada di sisi-Ku dan karena takut kepada azab yang ada di sisi-Ku. Maka Allah Swt. berfirman kepada para malaikat, "Perhatikanlah hamba-Ku, dia kembali (ke medan perang) karena mengharapkan pahala yang ada di sisi-Ku
dan takut kepada siksaan yang ada pada-Ku sehingga darahnya mengalir (gugur).” Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Abu Daud di dalam Bab "Jihad", dari Musa ibnu Ismail, dari Hammad ibnu Salamah dengan sanad
yang semisal dan lafaz yang serupa.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنْ عَاصِمِ بْنِ أَبِي النَّجُود، عَنْ أَبِي وَائِلٍ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ: كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ، فَأَصْبَحْتُ يَوْمًا قَرِيبًا مِنْهُ، وَنَحْنُ نَسِيرُ، فَقُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي مِنَ النَّارِ. قَالَ: "لَقَدْ سَأَلْتَ عَنْ عَظِيمٍ، وَإِنَّهُ لَيَسِيرٌ عَلَى مَنْ يَسَّرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ، تَعْبُدُ الله ولا تشرك به شيئا، وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصُومُ رَمَضَانَ، وَتَحُجُّ الْبَيْتَ". ثُمَّ قَالَ: "أَلَا أَدُلَّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ، وَصَلَاةُ الرَّجُلِ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ". ثُمَّ قَرَأَ: {تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ} ، حَتَّى بَلَغَ {يَعْمَلُون} . ثُمَّ قَالَ: "أَلَا أُخْبِرُكَ بِرَأْسِ الْأَمْرِ وَعَمُودِهِ وَذُرْوَةِ سَنَامِهِ؟ " فَقُلْتُ: بَلَى، يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَقَالَ: "رَأْسُ الْأَمْرِ الْإِسْلَامُ، وَعَمُودُهُ الصَّلَاةُ، وَذُرْوَةُ سَنَامه الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ". ثُمَّ قَالَ: "أَلَّا أُخْبِرُكَ بِمَلَاكِ ذَلِكَ كُلِّهِ؟ " فَقُلْتُ: بَلَى، يَا نَبِيَّ اللَّهِ. فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ ثُمَّ قَالَ: "كُفّ عَلَيْكَ هَذَا". فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ. فَقَالَ: ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ، وَهَلْ يَكُب النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ -أَوْ قَالَ: عَلَى مَنَاخِرِهِمْ -إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Asim ibnu Abun Nujud, dari Abu Wa'il, dari Mu'az ibnu Jabal yang menceritakan bahwa ketika ia sedang bersama Nabi Saw.
dalam suatu perjalanan, dan di suatu pagi hari ketika ia berada di dekat Nabi Saw. yang sama-sama berjalan dengannya, lalu ia bertanya, "Hai Nabi Allah, ceritakanlah kepadaku tentang suatu amal yang dapat menghantarkanku ke surga
dan menjauhkan diriku dari neraka." Beliau Saw. menjawab: Sesungguhnya engkau menanyakan sesuatu yang besar, dan sesungguhnya hal itu mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah, yaitu hendaknya engkau sembah Allah
dan jangan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Engkau kerjakan salat, tunaikan zakat, puasa bulan Ramadan, dan berhaji ke Baitullah. Kemudian Rasulullah Saw. melanjutkan sabdanya, "Maukah engkau kutunjukkan kepadamu
pintu-pintu kebaikan? Yaitu puasa adalah benteng, sedekah itu dapat menghapuskan dosa, dan salat seseorang di tengah malam." Kemudian Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya.
(As-Sajdah: 16) sampai dengan firman-Nya: sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (As-Sajdah: 17) Kemudian Rasulullah Saw. meneruskan sabdanya, "Maukah engkau kutunjukkan kepadamu pokok dari urusan ini, pilar,
dan puncaknya?" Aku (Mu'az ibnu Jabal) menjawab, "Tentu saja kami mau, ya Rasulullah." Rasulullah Saw. bersabda: Pokok urusan ini adalah Islam, pilarnya adalah salat, dan puncaknya adalah berjihad di jalan Allah. Kemudian Rasulullah Saw.
bersabda, "Maukah engkau kutunjukkan perkara yang menguasai hal itu semua?" Aku menjawab, "Tentu saja kami mau, ya Rasulullah." Maka Nabi Saw. memegang lisannya, lalu bersabda, "Peliharalah lisanmu!" Aku bertanya,
"Wahai Rasulullah, apakah kita benar-benar akan disiksa karena apa yang kita bicarakan?" Rasulullah Saw. menjawab: Semoga ibumu kehilanganmu (celakalah kamu), hai Mu'az. Tidaklah manusia itu dijerumuskan ke dalam neraka
dengan muka di bawah —atau dengan hidung di bawah— melainkan karena ulah lisannya yang tidak terkendali. Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Ibnu Majah telah meriwayatkannya di dalam kitab sunannya masing-masing
melalui berbagai jalur dari Ma'mar dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
وَرَوَاهُ ابْنُ جَرِيرٍ مِنْ حَدِيثِ شُعْبَةَ، عَنِ الْحَكَمِ قَالَ: سَمِعْتُ عُرْوَة بْنَ النَّزَّالِ يُحَدِّثُ عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قال لَهُ: "أَلَا أَدُلَّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ: الصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَالصَّدَقَةُ تُكَفِّرُ الْخَطِيئَةَ، وَقِيَامُ الْعَبْدِ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ"، وَتَلَا هَذِهِ الْآيَةَ: {تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ}
Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Syu'bah, dari Al-Hakam yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Urwah ibnun Nizal menceritakan hadis berikut dari Mu'az, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepadanya:
Maukah kutunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan? Yaitu puasa adalah benteng, sedekah itu dapat menghapuskan dosa, dan salat seorang hamba di tengah malam. Lalu beliau Saw. membaca firman-Nya: Lambung mereka jauh
dari tempat tidurnya, sedangkan mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (As-Sajdah: 16)
Ibnu Jarir telah meriwayatkannya pula melalui hadis As-Sauri, dari Mansur ibnul Mu'tamir, dari Al-Hakam, dari Maimun ibnu Abu Syabib, dari Mu'az, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal.
Juga melalui hadis Al-A'masy, dari Habib ibnu Abu Sabit dan Al-Hakam, dari Maimun ibnu Abu Syabib, dari Mu'az secara marfu' dengan lafaz yang semisal.
وَمِنْ حَدِيثِ حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ عَاصِمِ بْنِ أَبِي النَّجُود، عن شَهْرٍ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: {تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ} قَالَ: "قِيَامُ الْعَبْدِ مِنَ اللَّيْلِ".
Juga melalui hadis Hammad ibnu Salamah, dari Asim ibnu Abun Nujud, dari Syahr, dari Mu'az, juga dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya. (As-Sajdah: 16) Nabi Saw. bersabda, "Salat seorang hamba di malam hari."
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ سَنَان الْوَاسِطِيُّ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، حَدَّثَنَا فِطْر بْنُ خَلِيفَةَ، عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِي ثَابِتٍ، وَالْحَكَمِ، وَحَكِيمِ بْنِ جُبَيْر، عَنْ مَيْمُونِ بْنِ أَبِي شَبِيبٍ، عَنْ مُعَاذٍ بْنِ جَبَلٍ قَالَ: كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ فَقَالَ: "إِنْ شِئْتَ أَنْبَأَتُكَ بِأَبْوَابِ الْخَيْرِ: الصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ، وَقِيَامُ الرَّجُلِ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ"، ثُمَّ تَلَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ}
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Qatr ibnu Khalifah, dari Habib ibnu Abu Sabit
dan Al-Hakam serta Hakim ibnu Jubair, dari Maimun ibnu Abu Syabib, dari Mu'az ibnu Jabal yang menceritakan bahwa ketika ia bersama Nabi Saw. dalam Perang Tabuk, Nabi Saw. bersabda:
Jika engkau suka, aku akan menceritakan kepadamu tentang pintu-pintu kebaikan, yaitu puasa adalah benteng, sedekah dapat menghapuskan dosa, dan salat seorang lelaki di tengah malam.
Kemudian Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya. (As-Sajdah: 16), hingga akhir ayat.
ثُمَّ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا سُوَيْدُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِر، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ إِسْحَاقَ، عَنْ شَهْر بْنِ حَوْشَب، عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ يَزِيدَ قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِذَا جَمَعَ اللَّهُ الْأَوَّلِينَ وَالْآخَرِينَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، جَاءَ مُنَادٍ فَنَادَى بِصَوْتٍ يُسمعُ الْخَلَائِقَ: سَيَعْلَمُ أَهْلُ الْجَمْعِ الْيَوْمَ مَن أَوْلَى بِالْكَرَمِ. ثُمَّ يَرْجِعُ فَيُنَادِي: لِيَقُمِ الَّذِينَ كَانَتْ {تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ} الْآيَةَ، فَيَقُومُونَ وَهُمْ قَلِيلٌ".
Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Misar, dari Abdur Rahman ibnu Ishaq, dari Syahr ibnu Hausyab,
dari Asma binti Yazid yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila Allah menghimpunkan orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian kelak di hari kiamat, datanglah juru penyeru
yang menyerukan dengan suara yang terdengar oleh semua makhluk, "Semua ahlul jam'i (semua makhluk yang ada di padang Mahsyar) akan mengetahui hari ini siapakah orang yang paling berhak dihormati.” Kemudian juru penyeru itu
kembali menyerukan, "Berdirilah orang-orang yang dahulu lambung mereka jauh dari tempat tidurnya —hingga akhir ayat—.” Maka berdirilah mereka, sedangkan jumlah mereka sedikit. Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Abdullah ibnu Syabib, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Ata ibnul Agar, telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Mus'ab, dari Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya
yang menceritakan bahwa bilal telah menceritakan sehubungan dengan turunnya ayat ini, yaitu firman-Nya: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya. (As-Sajdah: 16), hingga akhir ayat.
Ketika kami sedang duduk bersama di suatu majelis, ada sejumlah sahabat Rasulullah Saw. melakukan salat sunat sesudah Magrib sampai Isya, lalu turunlah firman Allah Swt.: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya. (As-Sajdah: 16)
Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa kami belum pernah mengetahui Aslam meriwayatkan dari Bilal selain dalam hadis ini, dan dia tidak mempunyai jalur periwayatan sampai kepada Bilal kecuali hanya jalur ini. Firman Allah Swt.:
{فَلا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}
Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikannya untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedap¬kan pandangan mata. (As-Sajdah: 17), hingga akhir ayat.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حدثنا علي بن عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي الزِّنَاد، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ، وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ". قَالَ أبو هريرة: فاقرؤوا إِنْ شِئْتُمْ: {فَلا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ}
Al Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah r.a. yang telah menceritakan hadis berikut dari Rasulullah Saw.:
Allah Swt. berfirman (dalam hadis Qudsi), "Aku telah menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang saleh, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdelik
dalam hati seorang manusia pun.” Abu Hurairah mengatakan, "Bacalah oleh kalian jika kalian suka firman Allah Swt. berikut, yaitu: 'Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat)
yang menyedapkan pandangan mata.' (As-Sajdah: 17) Al Bukhari mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah yang menyebutkan hadis yang semisal.
Dan dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa dikatakan kepada Sufyan, "Nikmat apakah itu?" Imam Muslim dan Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan
bahwa hadis ini hasan sahih.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ نَصْرٍ، حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، عَنِ الْأَعْمَشِ، حَدَّثَنَا أَبُو صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ، وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلَا خطر عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ، ذُخْرًا منْ بَله مَا أطلعْتم عَلَيْهِ"، ثُمَّ قَرَأَ: {فَلا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ} قَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، قَرَأَ أَبُو هُرَيْرَةَ: "قُرَّات أَعْيُنٍ".
Kemudian Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Nasr, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, dari Al-A'masy, telah menceritakan kepada kami Abu Saleh, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw.
yang telah bersabda: Allah Swt. berfirman (dalam hadis Qudsi), "Aku telah menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang saleh pahala simpanan yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik
dalam hati seorang manusia pun, karena semua yang pernah diperlihatkan kepada kalian adalah kecil (tiada artinya).” Kemudian Nabi Saw. membacakan firman-Nya: Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk nya,
yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (As-Sajdah: 17) Abu Mu'awiyah telah meriwayatkan dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, bahwa Abu Hurairah
membaca firman-Nya dengan bacaan berikut, "Qurratu a'yunin (dengan lafaz jamak pada lafaz qurrat), yang artinya berbagai macam nikmat yang menyedapkan pandangan mata. Ditinjau dari segi jalurnya hadis ini diriwayatkan
oleh Imam Bukhari secara tunggal.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، حَدَّثَنَا مَعْمَر، عَنْ هَمَّامِ بْنِ مُنَبِّه قَالَ: هَذَا مَا حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إن الله تَعَالَى قَالَ: أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ، وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلَا خطر عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Hamman ibnu Munabbih yang mengatakan bahwa berikut ini adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
dari Rasulullah Saw., yaitu: Sesungguhnya Allah berfirman, "Aku telah menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang saleh pahala yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik di hati
seorang manusia pun.” Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan hadis ini di dalam kitab sahihnya masing-masing, melalui riwayat Abdur Razzaq. Imam Ahmad mengatakan bahwa Imam Turmuzi di dalam kitab tafsirnya dan Ibnu Jarir
telah meriwayatkannya melalui hadis Abdur Rahim ibnu Sulaiman, dari Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah Saw. dengan lafaz yang semisal. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa
hadis ini hasan sahih.
قَالَ حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَبِي رَافِعٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ حَمَّادٌ: أَحْسَبُهُ عَنِ النَّبِيّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَنْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ يَنْعَمُ لَا يَبْأَسُ، لَا تَبْلَى ثِيَابُهُ، وَلَا يَفْنَى شَبَابُهُ، فِي الْجَنَّةِ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ، وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلَا خطر على قلب بشر"
Hammad ibnu Salamah telah meriwayatkan dari Sabit ibnu Abu Rafi', dari Abu Hurairah r.a. yang menurut Hammad Abu Hurairah menerima hadis ini dari Nabi Saw., bahwa Nabi Saw. telah bersabda: Barang siapa yang masuk surga
akan hidup senang dan tidak akan sengsara, pakaiannya tidak akan rusak, dan usia mudanya tidak akan lenyap. Di dalam surga terdapat nikmat yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga,
dan belum pernah terdetik dalam hati seorang manusia pun. Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama.
وَرَوَى الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا هَارُونُ، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، حَدَّثَنِي أَبُو صَخْرٍ، أَنَّ أَبَا حَازِمٍ حدَّثه قَالَ: سَمِعْتُ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، يَقُولُ: شَهِدْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مجلسا وَصَفَ فِيهِ الْجَنَّةَ، حَتَّى انْتَهَى، ثُمَّ قَالَ فِي آخِرِ حَدِيثِهِ: "فِيهَا مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ، وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ"، ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ: {تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ [يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا] }، إِلَى قَوْلِهِ: {يَعْمَلُون}
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Harun, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Abu Sakhr; Abu Hazim pernah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah mendengar
Sahl ibnu Sa'd As Sa'idi r.a. mengatakan bahwa ia pernah menyaksikan Rasulullah Saw. berada di suatu majelis sedang menggambarkan tentang nikmat surga, hingga selesai.
Pada penghujung hadisnya disebutkan: Di dalam surga terdapat nikmat yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik oleh hati seorang manusia pun.
Kemudian Nabi Saw. membaca firman-Nya: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya. (As-Sajdah: 16) sampai dengan firman-Nya: sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (As-Sajdah: 17)
Imam Muslim mengetengahkannya di dalam kitab sahihnya melalui Harun ibnu Ma'ruf dan Harun ibnu Sa'id, keduanya dari Ibnu Wahb dengan sanad yang sama.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي الْعَبَّاسُ بْنُ أَبِي طَالِبٍ، حَدَّثَنَا مُعَلَّى بْنُ أَسَدٍ، حَدَّثَنَا سَلَّامُ بْنُ أَبِي مُطِيعٍ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَبْدِ الْغَافِرِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَرْوِي عَنْ رَبِّهِ، عَزَّ وَجَلَّ، قَالَ: "أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ، وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ".
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Abbas ibnu AbuTalib, telah menceritakan kepada kami Ma'la ibnu Asad, telah menceritakan kepada kami Salam ibnu Abu Muti', dari Qatadah, dari Aqabah ibnu Abdul Gafir,
dari Abu Sa'id Al-Khudri, dari Rasulullah Saw. yang menceritakan hadis ini dari Tuhannya: Allah berfirman, "Aku telah menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang saleh pahala (nikmat) yang belum pernah terlihat oleh mata,
belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik dalam hati seorang manusia pun.” Mereka tidak mengetengahkannya.
قَالَ مُسْلِمٌ أَيْضًا فِي صَحِيحِهِ: حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ وَغَيْرُهُ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، حَدَّثَنَا مُطَرّف بْنُ طَريف وَعَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ سَعِيدٍ، سَمِعَا الشَّعْبِيَّ يُخْبِرُ عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ: سَمِعْتُهُ عَلَى الْمِنْبَرِ -يَرْفَعُهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -قَالَ: "سَأَلَ مُوسَى، عَلَيْهِ السَّلَامُ رَبَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: مَا أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً؟ قَالَ: هُوَ رَجُلٌ يَجِيءُ بَعْدَمَا أُدْخِلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، فَيُقَالُ لَهُ: ادْخُلِ الْجَنَّةَ. فَيَقُولُ: أَيْ رَبِّ، كَيْفَ وَقَدْ نَزَلَ النَّاسُ مَنَازِلَهُمْ، وَأَخَذُوا أَخَذَاتِهِمْ؟ فَيُقَالُ لَهُ: أَتَرْضَى أَنْ يَكُونَ لَكَ مِثْلَ مُلك مَلِكٍ مَنْ مُلُوكِ الدُّنْيَا؟ فَيَقُولُ: رَضِيتُ رَبِّ. فَيَقُولُ: لَكَ ذَلِكَ، وَمِثْلُهُ، وَمِثْلُهُ، وَمِثْلُهُ، وَمِثْلُهُ، فَقَال فِي الْخَامِسَةِ: رَضِيتُ رَبِّ. فَيَقُولُ: هَذَا لَكَ وَعَشْرَةُ أَمْثَالِهِ وَلَكَ مَا اشْتَهَتْ نَفْسُكَ ولَذَّت عَيْنُكَ. فَيَقُولُ: رَضِيتُ رَبِّ. قَالَ: رَبِّ، فَأَعْلَاهُمْ مَنْزِلَةً؟ قَالَ: أُولَئِكَ الَّذِينَ أرَدتُ، غَرَسْتُ كَرَامَتَهُمْ بِيَدِي، وَخَتَمْتُ عَلَيْهَا، فَلَمْ تَرَ عَيْنٌ، وَلَمْ تَسْمَعْ أُذُنٌ، وَلَمْ يَخْطُرْ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ"، قَالَ: وَمِصْدَاقُهُ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ: {فَلا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}
Imam Muslim telah meriwayatkan pula di dalam kitab sahihnya, bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar dan lain-lainnya, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Mutarrif ibnu Tarif
dan Abdul Malik ibnu Sa'id, keduanya mendengar Asy-Sya'bi menceritakan hadis berikut dari Al-Mugirah ibnu Syu'bah. Asy-Sya'bi mengatakan, ia mendengar Al-Mugirah mengucapkan hadis ini di atas mimbar, bahwa ia me-rafa'-kannya
sampai kepada Nabi Saw. yang telah bersabda: bahwa Musa a.s. pernah bertanya kepada Tuhannya, "Ya Tuhanku, bagaimanakah ahli surga yang paling rendah kedudukannya?" Allah Swt. menjawab, "Seorang lelaki yang datang
sesudah ahli surga dimasukkan ke dalam surga. Lalu dikatakan kepadanya, 'Masuklah ke dalam surga!' Lelaki itu bertanya, 'Bagaimanakah, ya Tuhanku, sedangkan semua orang telah menempati kedudukannya dan telah mengambil bagiannya
masing-masing?' Maka dikatakan kepadanya, 'Relakah kamu bila kamu mendapat bagian sebagaimana salah seorang raja dari raja-raja dunia?' Lelaki itu menjawab, 'Saya rela, ya Tuhanku.' Maka dikatakan, 'Engkau mendapat hal itu
dan yang semisal dengannya sebanyak tiga kali.' Dan pada yang kelima kalinya lelaki itu berkata, 'Saya puas, ya Tuhanku.' Maka Allah Swt. berfirman, 'Engkau mendapatkan hal itu dan sepuluh kali lipatnya sebagai tambahannya,
selain itu kamu mendapat segala sesuatu yang diinginkan oleh dirimu dan yang menyedapkan pandangan matamu.' Lelaki itu berkata, 'Saya puas, ya Tuhanku'." Musa bertanya lagi, "Ya Tuhanku, bagaimanakah dengan ahli surga
yang paling tinggi kedudukannya?" Allah Swt. menjawab, "Mereka adalah orang-orang yang Aku kehendaki, Aku menanam kemuliaan mereka dengan tangan-Ku sendiri, lalu Aku lak padanya. Maka tiada mata yang melihatnya,
tiada telinga yang mendengarnya, dan tiada hati seorang manusia pun yang memikirkannya." Al-Mugirah ibnu Syu'bah mengatakan bahwa hal yang membenarkan hadis ini di dalam Kitabullah ialah firman Allah Swt.: Seorang pun
tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata. (As-Sajdah: 17), hingga akhir ayat. Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui Ibnu Umar, dan ia mengatakan
bahwa hadis ini hasan sahih. Imam Turmuzi mengatakan, sebagian dari mereka ada yang meriwayatkannya dari Asy-Sya'bi, dari Al-Mugirah, tetapi Al-Mugirah tidak me-rafa'-kannya. Dan pendapat yang mengatakan Al-Mugirah me-rafa'-kannya
adalah lebih sahih. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnul Mada'ini, telah menceritakan kepada kami Abu Badr ibnu Syuja' ibnul Walid, telah menceritakan kepada kami Ziad ibnu Khaisamah,
dari Muhammad ibnu Jahadah, dari Amir ibnu Abdul Wahid yang mengatakan bahwa telah sampai kepadanya suatu hadis yang menceritakan bahwa seorang lelaki dari ahli surga tinggal di tempatnya (di dalam surga) selama tujuh puluh tahun.
Kemudian ia menoleh, tiba-tiba ia menjumpai seorang wanita yang paling cantik di antara semua wanita yang ada, lalu wanita (bidadari) itu berkata kepadanya, "Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan tujuan agar aku
mendapat bagian darimu." Lelaki itu bertanya, "Siapakah engkau?" Wanita itu menjawab, "Aku termasuk nikmat tambahan." Maka lelaki itu tinggal bersamanya selama tujuh puluh tahun. Kemudian ia menoleh lagi, tiba-tiba bersua
dengan seorang wanita yang jauh lebih cantik daripada yang sebelumnya. Wanita itu berkata kepadanya, "Sesungguhnya aku datang kepadamu agar mendapat bagian darimu." Lelaki itu bertanya, "Siapakah kamu?"
Maka wanita itu menjawab bahwa dirinya adalah apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata.
(As-Sajdah: 17) Ibnu Lahi'ah mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ata ibnu Dinar, dari Sa'id ibnu Jubair yang telah menceritakan bahwa para malaikat mengunjungi ahli surga setiap hari menurut kadar waktu hari dunia sebanyak tiga kali.
Mereka datang dengan membawa hadiah-hadiah dari Allah, yaitu dari surga ' Adn yang tidak terdapat di dalam surga mereka. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka,
yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata. (As-Sajdah: 17) Dan para malaikat itu memberitahukan kepada mereka bahwa Allah rida kepada mereka.Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Syahl ibnu Musa Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, dari Safwan ibnu Amr, dari Abul Yaman Al-Hauzani atau lainnya yang telah mengatakan bahwa surga itu terdiri dari seratus derajat (tingkatan).
Derajat yang pertama ialah perak; buminya dari perak, rumah-rumah (gedung-gedungnya) dari perak, wadah-wadahannya dari perak, dan tanahnya dari misik. Derajat yang kedua adalah emas; buminya dari emas, gedung-gedung
tempat tinggalnya dari emas, wadah-wadahannya dari emas, dan tanahnya dari minyak kesturi (misik). Derajat yang ketiga ialah dari mutiara; buminya dari mutiara, gedung-gedungnya dari mutiara, wadah-wadahannya dari mutiara,
dan tanahnya dari mutiara. Sedangkan derajat yang sembilan puluh tujuhnya belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik oleh hati seorang manusia pun.
Kemudian ia membaca firman-Nya: Seorang pun tidak mengetahui apa yahg disembunyikan untuk mereka. (As-Sajdah: 17), hingga akhir ayat. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Ibrahim, telah menceritakan
kepada kami Mu'tamir ibnu Sulaiman, dari Al-Hakam ibnu Aban, dari Gatrif, dari Jabir ibnu Zaid, dari Ibnu Abbas, dari Nabi Saw., dari Malaikat Jibril a.s. yang telah menceritakan bahwa kelak didatangkan amal-amal kebaikan seseorang hamba
dan juga amal-amal buruknya; sebagian darinya dikurangi oleh sebagian yang lain. Dan apabila masih tersisa suatu amal kebaikan, maka Allah meluaskan baginya tempat di surga. Ibnu Jarir mengatakan bahwa ia menemui Bazdad,
dan ternyata dia menceritakan hadis yang semisal. Ibnu Jarir melanjutkan kisahnya, bahwa ia bertanya, "Maka dikemanakankah kebaikan itu?" Ia menjawab dengan membacakan firman-Nya: Mereka itulah orang-orang yang Kami terima
dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka. (Al-Ahqaf: 16), hingga akhir ayat. Aku (Ibnu Jarir) bertanya, "Bagaimanakah dengan firman-Nya: 'Seorang pun tidak mengetahui
apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata' (As-Sajdah: 17) Bazdad menjawab, "Seorang hamba yang beramal kebaikan secara sembunyi-sembunyi demi karena Allah,
tiada seorang manusia pun yang mengetahuinya, maka Allah menyimpan baginya kelak di hari kiamat bermacam-macam nikmat yang menyedapkan pandangan mata (bidadari-bidadari)."
Surat As-Sajdah |32:16|
تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
tatajaafaa junuubuhum 'anil-madhooji'i yad'uuna robbahum khoufaw wa thoma'aw wa mimmaa rozaqnaahum yunfiquun
Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.
They arise from [their] beds; they supplicate their Lord in fear and aspiration, and from what We have provided them, they spend.
(Lambung mereka jauh) diri mereka jauh (dari tempat tidurnya) dari tempat pembaringannya disebabkan mereka selalu melakukan sholat tahajud di malam hari
(sedangkan mereka berdoa kepada Rabbnya dengan rasa takut) akan azab-Nya (dan penuh harap) akan rahmat-Nya (dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka) yaitu menyedekahkannya.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 16 |
penjelasan ada di ayat 15
Surat As-Sajdah |32:17|
فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
fa laa ta'lamu nafsum maaa ukhfiya lahum ming qurroti a'yun, jazaaa`am bimaa kaanuu ya'maluun
Maka tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.
And no soul knows what has been hidden for them of comfort for eyes as reward for what they used to do.
(Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan) apa yang tersembunyi (bagi mereka yaitu berupa bermacam-macam nikmat yang menyedapkan pandangan mata)
yakni nikmat-nikmat surga yang menyenangkan hati mereka. Menurut suatu qiraat lafal ukhfiya dibaca ukhfii, artinya apa yang Aku sembunyikan (sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan).
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 17 |
penjelasan ada di ayat 15
Surat As-Sajdah |32:18|
أَفَمَنْ كَانَ مُؤْمِنًا كَمَنْ كَانَ فَاسِقًا ۚ لَا يَسْتَوُونَ
a fa mang kaana mu`minang kamang kaana faasiqoo, laa yastawuun
Maka apakah orang yang beriman seperti orang yang fasik (kafir)? Mereka tidak sama.
Then is one who was a believer like one who was defiantly disobedient? They are not equal.
(Maka apakah orang-orang yang beriman sama seperti orang yang fasik Mereka tidak sama) maksudnya orang-orang mukmin dan orang-orang fasik atau kafir itu tidak sama.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 18 |
Tafsir ayat 18-22
Allah Swt. menceritakan tentang keadilan dan kemuliaan-Nya, bahwa di hari kiamat kelak Dia tidak akan menyamakan keputusan hukum-Nya antara orang yang beriman kepada ayat-ayat-Nya lagi mengikuti rasul-rasul-Nya dan orang yang fasik.
Yang dimaksud dengan orang fasik ialah orang yang keluar dari jalan ketaatan kepada Tuhannya lagi mendustakan rasul-rasul Allah yang diutus kepadanya, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman Allah Swt.:
{أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ نَجْعَلَهُمْ كَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَوَاءً مَحْيَاهُمْ وَمَمَاتُهُمْ سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ}
Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu. (Al-Jasiyah: 21)
{أَمْ نَجْعَلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَالْمُفْسِدِينَ فِي الأرْضِ أَمْ نَجْعَلُ الْمُتَّقِينَ كَالْفُجَّارِ}
Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat? (Sad: 28) Dan firman Allah Swt.:
{لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ}
Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga. (Al-Hasyr: 20), hingga akhir ayat. Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{أَفَمَنْ كَانَ مُؤْمِنًا كَمَنْ كَانَ فَاسِقًا لَا يَسْتَوُونَ}
Maka apakah orang yang beriman seperti orang yang fasik (kafir)? Mereka tidak sama. (As-Sajdah: 18) Artinya, mereka tidak sama kelak di sisi Allah pada hari kiamat. Ata ibnu Yasar dan As-Saddi serta selain keduanya telah menyebutkan
bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Ali ibnu Abu Talib dan Uqbah ibnu Abu Mu'it. Karena itulah maka diputuskan perkara mereka melalui firman-Nya:
{أَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ}
Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh. (As-Sajdah: 19) Hatinya membenarkan ayat-ayat Allah dan mengamalkan sesuai dengan petunjuknya, yaitu amal-amal yang saleh.
{فَلَهُمْ جَنَّاتُ الْمَأْوَى}
maka bagi mereka surga-surga tempat kediaman. (As-Sajdah: 19) Yakni surga-surga yang di dalamnya terdapat tempat-tempat tinggal, gedung-gedung, dan rumah-rumah yang tinggi-tinggi.
{نُزُلًا}
sebagai pahala. (As-Sajdah: 19) Maksudnya, sebagai sajian dan kehormatan.
{بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ. وَأَمَّا الَّذِينَ فَسَقُوا}
terhadap apa yang telah mereka kerjakan. Dan adapun orang-orang yang fasik. (As-Sajdah: 19-20) Yaitu orang-orang yang keluar dari jalan ketaatan.
{فَمَأْوَاهُمُ النَّارُ كُلَّمَا أَرَادُوا أَنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا أُعِيدُوا فِيهَا}
tempat mereka adalah neraka. Setiap kali mereka hendak keluar darinya, mereka dikembalikan (lagi) ke dalamnya. (As-Sajdah: 20) Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{كُلَّمَا أَرَادُوا أَنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا مِنْ غَمٍّ أُعِيدُوا فِيهَا} الْآيَةَ
Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (Al-Hajj: 22), hingga akhir ayat. Al-Fudail ibnu Iyad mengatakan, "Demi Allah,
sesungguhnya tangan-tangan mereka benar-benar terikat dan kaki-kaki mereka benar-benar terbelenggu, dan sesungguhnya luapan api neraka mengangkat mereka dan para malaikat memukuli mereka dengan pemukul."
{وَقِيلَ لَهُمْ ذُوقُوا عَذَابَ النَّارِ الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تُكَذِّبُونَ}
dan dikatakan kepada mereka, "Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya.” (As-Sajdah: 20) Dikatakan hal itu kepada mereka dengan nada kecaman dan celaan. Firman Allah Swt.:
{وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنَ الْعَذَابِ الأدْنَى دُونَ الْعَذَابِ الأكْبَرِ }
Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat). (As-Sajdah: 21) Ibnu Abbas mengatakan, yang dimaksud dengan azab yang dekat ialah
musibah-musibah di dunia, segala macam penyakit dan malapetakanya, serta semua cobaan yang menimpa keluarganya, berupa cobaan yang biasa Allah ujikan kepada hamba-hamba-Nya agar mereka bertobat kepada-Nya.
Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Ubay ibnu Ka'b, Abul Aliyah, Al-Hasan, Ibrahim An-Nakha'i, Ad-Dahhak, Alqamah, Atiyyah, Mujahid, Qatadah, Abdul Karim Al-Jazari, dan Khasif. Ibnu Abbas mengatakan menurut suatu riwayat
yang bersumber darinya, bahwa yang dimaksud dengan azab yang dekat ialah ditegakkannya hukuman-hukuman had atas mereka. Al-Barra ibnu Azib, Mujahid, dan Abu Ubaidah mengatakan, yang dimaksud ialah azab kubur.
Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mahdi, dari Israil, dari Abu Ishaq, dari Abul Ahwas dan Abu Ubaidah, dari Abdullah sehubungan dengan makna
firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat). (As-Sajdah: 21) Yang dimaksud dengan azab ialah paceklik yang melanda mereka.
Abdullah putra Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepadanya Abdullah ibnu Umar Al-Qawariri, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, dari Syu'bah, dari Qatadah, dari Urwah, dari Al-Hasan Al-'Aufi,
dari Yahya ibnul Jazzar dari Ibnu Abu Laila, dari Ubay ibnu Ka'b sehubungan dengan firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di. dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat).
(As-Sajdah: 21) Rembulan dan asap telah berlalu? dan pukulan serta azab yang pasti. Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Syu'bah dengan sanad yang mauquf dan lafaz yang semisal. Pada Imam Bukhari disebutkan melalui
Ibnu Mas'ud hal yang semisal. Abdullah ibnu Mas'ud telah mengatakan pula menurut suatu riwayat yang bersumber darinya, bahwa azab yang dekat ialah musibah yang menimpa mereka dalam Perang Badar, yaitu ada yang terbunuh
dan ada yang ditawan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Malik, dari Zaid ibnu Aslam. As-Saddi dan lain-lainnya mengatakan bahwa tiada suatu rumah pun di Mekah melainkan tertimpa kesedihan karena kematian atau tertawannya
orang-orang mereka. Maka mereka tertimpa musibah kematian atau musibah menebus tawanan mereka, dan sebagian dari mereka ada yang tertimpa kedua musibah tersebut. Firman Allah Swt.:
{وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَا}
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling darinya? (As-Sajdah: 22) Yakni tidak ada orang yang lebih aniaya daripada orang yang diperingati oleh ayat-ayat Allah,
dan dijelaskan dengan terang ayat-ayat itu kepadanya, kemudian ia berpaling darinya dan meninggalkannya serta mengingkarinya dan berpura-pura melupakannya seakan-akan ia tidak mengenalnya.
Qatadah mengatakan bahwa jangan sekali-kali kamu berpaling dari zikrullah, karena sesungguhnya barang siapa yang berpaling dari berzikir kepada-Nya, sesungguhnya dia telah terpedaya sangat parah, sangat memerlukan pertolongan,
dan melakukan dosa yang besar. Karena itulah maka Allah Swt. mengancam orang yang berbuat demikian melalui firman-Nya:
{إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنْتَقِمُونَ}
Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa. (As-Sajdah: 22) Maksudnya, Aku akan membalas orang yang berbuat demikian dengan pembalasan yang keras.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي عِمْرَانُ بْنُ بَكَّارٍ الكِلاعي، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُبَارَكِ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ عُبَادَةَ بْنِ نُسَيّ، عَنْ جُنَادَةَ بْنِ أَبِي أُمَيَّةَ عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "ثَلَاثٌ مَنْ فَعَلَهُنَّ فَقَدْ أَجْرَمَ، مَنْ عَقَدَ لِوَاءً فِي غَيْرِ حَقٍّ، أَوْ عقَّ وَالِدَيْهِ، أَوْ مَشَى مَعَ ظَالِمٍ يَنْصُرُهُ، فَقَدْ أَجْرَمَ، يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: {إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنْتَقِمُونَ}
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Imran ibnu Bakkar Al-Kala'i, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Ibnu Iyasy, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Abdullah,
dari Ubadah ibnu Nasiya, dari Junadah ibnu Umayyah, dari Mu'az ibnu Jabal yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Ada tiga macam perbuatan, barang siapa yang melakukannya berarti
dia telah melakukan dosa, yaitu barang siapa yang membentuk suatu panji tanpa hak, atau menyakiti kedua orang tuanya atau berjalan bersama orang zalim membantuinya, maka sesungguhnya dia telah berdosa. Allah Swt. telah berfirman,
"Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” (As-Sajdah: 22) Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis Ismail ibnu Iyasy dengan sanad yang garib sekali.
Surat As-Sajdah |32:19|
أَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ جَنَّاتُ الْمَأْوَىٰ نُزُلًا بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
ammallażiina aamanuu wa 'amilush-shooliḥaati fa lahum jannaatul-ma`waa nuzulam bimaa kaanuu ya'maluun
Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, maka mereka akan mendapat surga-surga tempat kediaman, sebagai pahala atas apa yang telah mereka kerjakan.
As for those who believed and did righteous deeds, for them will be the Gardens of Refuge as accommodation for what they used to do.
(Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, maka bagi mereka surga tempat kediaman) arti kata nuzulan asalnya adalah tempat yang disediakan untuk para tamu (sebagai pahala terhadap apa yang telah mereka kerjakan.)
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 19 |
penjelasan ada di ayat 18
Surat As-Sajdah |32:20|
وَأَمَّا الَّذِينَ فَسَقُوا فَمَأْوَاهُمُ النَّارُ ۖ كُلَّمَا أَرَادُوا أَنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا أُعِيدُوا فِيهَا وَقِيلَ لَهُمْ ذُوقُوا عَذَابَ النَّارِ الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تُكَذِّبُونَ
wa ammallażiina fasaquu fa ma`waahumun-naaru kullamaaa arooduuu ay yakhrujuu min-haaa u'iiduu fiihaa wa qiila lahum żuuquu 'ażaaban-naarillażii kuntum bihii tukażżibuun
Dan adapun orang-orang yang fasik (kafir), maka tempat kediaman mereka adalah Neraka. Setiap kali mereka hendak keluar darinya, mereka dikembalikan (lagi) ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka, "Rasakanlah azab Neraka yang dahulu kamu dustakan."
But as for those who defiantly disobeyed, their refuge is the Fire. Every time they wish to emerge from it, they will be returned to it while it is said to them, "Taste the punishment of the Fire which you used to deny."
(Adapun orang-orang yang fasik) disebabkan kekafiran mereka dan kedustaan yang mereka lakukan (maka tempat mereka adalah neraka. Setiap kali mereka hendak keluar daripadanya,
mereka dikembalikan lagi ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka, "Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kalian mendustakannya.")
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 20 |
penjelasan ada di ayat 18
Surat As-Sajdah |32:21|
وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَىٰ دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
wa lanużiiqonnahum minal-'ażaabil-adnaa duunal-'ażaabil-akbari la'allahum yarji'uun
Dan pasti Kami timpakan kepada mereka sebagian siksa yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
And we will surely let them taste the nearer punishment short of the greater punishment that perhaps they will repent.
(Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat) yakni azab di dunia, seperti dibunuh, ditawan, ditimpa kekeringan dan paceklik serta dilanda wabah penyakit (selain)
yakni sebelum (azab yang lebih besar) yaitu azab di akhirat (mudah-mudahan mereka) yaitu sebagian dari mereka yang masih ada (kembali) ke jalan yang benar, yaitu beriman.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 21 |
penjelasan ada di ayat 18
Surat As-Sajdah |32:22|
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَا ۚ إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنْتَقِمُونَ
wa man azhlamu mim man żukkiro bi`aayaati robbihii ṡumma a'rodho 'an-haa, innaa minal-mujrimiina muntaqimuun
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian dia berpaling darinya? Sungguh, Kami akan memberikan balasan kepada orang-orang yang berdosa.
And who is more unjust than one who is reminded of the verses of his Lord; then he turns away from them? Indeed We, from the criminals, will take retribution.
(Dan siapakah yang lebih lalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Rabbnya) yakni Alquran (kemudian ia berpaling daripadanya)
Yaitu tidak ada seorang pun yang lebih aniaya daripadanya. (Sesungguhnya Kami terhadap orang-orang yang berdosa) orang-orang musyrik (akan mengadakan pembalasan.)
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 22 |
penjelasan ada di ayat 18
Surat As-Sajdah |32:23|
وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ فَلَا تَكُنْ فِي مِرْيَةٍ مِنْ لِقَائِهِ ۖ وَجَعَلْنَاهُ هُدًى لِبَنِي إِسْرَائِيلَ
wa laqod aatainaa muusal-kitaaba fa laa takun fii miryatim mil liqooo`ihii wa ja'alnaahu hudal libaniii isrooo`iil
Dan sungguh, telah Kami anugerahkan Kitab (Taurat) kepada Musa, maka janganlah engkau (Muhammad) ragu-ragu menerimanya (Al-Qur´an) dan Kami jadikan Kitab (Taurat) itu petunjuk bagi Bani Israil.
And We certainly gave Moses the Scripture, so do not be in doubt over his meeting. And we made the Torah guidance for the Children of Israel.
(Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Alkitab) yaitu kitab Taurat (maka janganlah kamu ragu-ragu) meragukan (untuk bertemu dengan Musa)
dan keduanya telah berjumpa pada malam Rasulullah saw. diisrakan (dan Kami jadikan ia) Musa atau kitab Taurat (sebagai petunjuk) yaitu pemberi petunjuk (buat Bani Israel.)
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 23 |
Tafsir ayat 23-25
Allah Swt. menceritakan tentang hamba dan rasul-Nya Musa a.s., bahwa Dia telah memberinya Al-Kitab, yakni kitab Taurat. Firman Allah Swt.:
{فَلا تَكُنْ فِي مِرْيَةٍ مِنْ لِقَائِهِ}
maka janganlah kamu (Muhammad) meragukan pertemuan dengannya (Musa). (As-Sajdah: 23) Menurut Qatadah maksudnya perjumpaan dengan Musa di malam beliau di-isra-kan. Kemudian diriwayatkan dari Abul Aliyah Ar-Rayyahi
yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku saudara sepupu Nabi kalian, yaitu Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
أُريتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي مُوسَى بْنَ عِمْرَانَ، رَجُلًا آدَمَ طُوَالا جَعْدًا، كَأَنَّهُ مِنْ رِجَالِ شَنُوءة. وَرَأَيْتُ عِيسَى رَجُلًا مَرْبُوعَ الْخَلْقِ، إِلَى الْحُمْرَةِ وَالْبَيَاضِ، مُبْسَطَ الرَّأْسِ، وَرَأَيْتُ مَالِكًا خَازِنَ النَّارِ وَالدَّجَّالَ، فِي آيَاتٍ أَرَاهُنَّ اللَّهُ إِيَّاهُ"
Diperlihatkan kepadaku di malam isra-ku Musa ibnu Imran, seorang lelaki yang berkulit hitam manis, bertubuh tinggi, berambut keriting, seakan-akan seperti seseorang dari kabilah Syanu 'ah.
Dan aku melihat Isa, seorang lelaki yang berperawakan sedang, berkulit putih kemerah-merahan, berambut ikal. Dan aku melihat Malaikat Malik penjaga neraka, juga Dajjal.
Semuanya itu diperlihatkan Allah Swt. kepada Nabi Saw. di antara tanda-tanda lainnya: maka janganlah kamu (Muhammad) meragukan pertemuan dengannya. (As-Sajdah: 23), bahwa Nabi Saw. telah melihat Musa dan bersua dengannya
di malam beliau menjalani isra-nya. Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Usman ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Ali Al-Hilwani, telah menceritakan kepada kami
Rauh ibnu Ubadah, telab; menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Arubah, dari Qatadah, dari Abul Aliyah, dari Ibnu Abbas, dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Kami jadikan Al-Kitab (Taurat) itu petunjuk bagi Bani Israil.
(As-Sajdah: 23) Bahwa Allah menjadikan Musa sebagai petunjuk bagi kaum Bani Israil. Dan firman Allah Swt.: maka janganlah kamu (Muhammad) meragukan pertemuan dengannya. (As-Sajdah: 23) Yakni pertemuan Musa dengan Tuhannya.
Dan firman Allah Swt.:
{وَجَعَلْنَاهُ}
dan Kami jadikan Al-Kitab (Taurat) itu. (As-Sajdah: 23) Maksudnya, Al-Kitab yang Kami turunkan kepadanya (Musa).
{هُدًى لِبَنِي إِسْرَائِيلَ}
petunjuk bagi Bani Israil. (As-Sajdah: 23) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam surat Al-Isra:
{وَآتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَجَعَلْنَاهُ هُدًى لِبَنِي إِسْرَائِيلَ أَلا تَتَّخِذُوا مِنْ دُونِي وَكِيلا}
Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman), "Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku.” (Al-Isra: 2) Adapun firman Allah Swt.:
{وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ}
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. (As-Sajdah: 24)
Yaitu setelah mereka bersabar dalam menjalankan perintah-perintah Allah, meninggalkan larangan-larangan-Nya, membenarkan rasul-rasul-Nya, dan mengikuti petunjuk yang dibawakan oleh para rasul kepada mereka,
maka jadilah di antara mereka pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk kepada kebenaran dengan perintah Allah, menyeru kepada kebaikan, memerintahkan kepada kebajikan, serta mencegah kemungkaran.
Kemudian setelah mereka mengganti, mengubah, serta menakwilkan ayat-ayat Allah (dengan takwilan yang menyimpang), maka dicabutlah kedudukan itu dari mereka dan jadilah hati mereka keras.
Mereka mengubah-ubah kalimah-kalimah Allah dari tempat-tempatnya, maka tiada lagi amal yang saleh dan tiada akidah lagi yang benar (pada mereka). Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
لَقَدْ آتَيْنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ الْكِتَابَ
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Bani Israil Al-Kitab. (Al-Jasiyah: 16) Qatadah dan Sufyan mengatakan bahwa hal itu terjadi setelah mereka bersabar dalam menjauhi keduniawian. Hal yang sama dikatakan oleh Al-Hasan ibnu Saleh.
Sufyan mengatakan bahwa demikianlah keadaan mereka, dan tidaklah patut bagi seorang lelaki menjadi pemimpin yang dianuti sebelum ia menjauhi keduniawian. Waki' mengatakan, Sufyan pernah mengatakan bahwa sudah merupakan
suatu keharusan bagi agama didampingi oleh ilmu, sebagaimana tubuh memerlukan roti (makanan). Ibnu Bintisy Syafii mengatakan, ayahnya belajar pada pamannya atau pamannya belajar pada ayahnya (yang antara lain asar berikut),
bahwa Sufyan pernah ditanya mengenai ucapan Ali r.a. yang mengatakan bahwa kedudukan sabar dalam iman sama dengan kedudukan kepala bagi tubuh. Selanjutnya Sufyan mengatakan, "Bukankah engkau pernah mendengar firman Allah Swt.
yang menyatakan: 'Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar.' (As-Sajdah: 24)" Sufyan mengatakan bahwa setelah mereka memegang teguh pokok urusannya,
maka jadilah mereka para pemimpin. Sebagian ulama mengatakan bahwa dengan bekal sabar dan keyakinan, kepemimpinan dalam agama dapat diperoleh. Karena itulah Allah Swt. berfirman:
{وَلَقَدْ آتَيْنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّة [وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ. وَآتَيْنَاهُمْ بَيِّنَاتٍ مِنَ الأمْرِ] فَمَا اخْتَلَفُوا إِلا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ}
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Bani Israil Al-Kitab (Taurat), kekuasaan dan kenabian; dan Kami berikan kepada mereka rezeki-rezeki yang baik dan Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa (pada masanya).
Dan Kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata tentang urusan (agama). (Al-Jasiyah: 16-17) Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain dalam surat ini melalui firman-Nya:
{إِنَّ رَبَّكَ هُوَ يَفْصِلُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ}
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang memberikan keputusan di antara mereka pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka perselisihkan padanya. (As-Sajdah: 25) Yakni menyangkut masalah akidah dan amal perbuatan.
Surat As-Sajdah |32:24|
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا ۖ وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
wa ja'alnaa min-hum a`immatay yahduuna bi`amrinaa lammaa shobaruu, wa kaanuu bi`aayaatinaa yuuqinuun
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar. Mereka meyakini ayat-ayat Kami.
And We made from among them leaders guiding by Our command when they were patient and [when] they were certain of Our signs.
(Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin) lafal ayat ini boleh dibaca tahqiq dan tashil (yang memberi petunjuk) kepada manusia (dengan perintah Kami ketika mereka sabar)
di dalam memegang agama mereka dan sewaktu mereka menghadapi berbagai cobaan dari musuh-musuh mereka. Menurut qiraat yang lain dibaca limaa shabaruu.
(Dan adalah mereka terhadap ayat-ayat Kami) yang menunjukkan kekuasaan dan keesaan Kami (orang-orang yang meyakini.)
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 24 |
penjelasan ada di ayat 23
Surat As-Sajdah |32:25|
إِنَّ رَبَّكَ هُوَ يَفْصِلُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ
inna robbaka huwa yafshilu bainahum yaumal-qiyaamati fiimaa kaanuu fiihi yakhtalifuun
Sungguh Tuhanmu, Dia yang memberikan keputusan di antara mereka pada hari Kiamat tentang apa yang dahulu mereka perselisihkan padanya.
Indeed, your Lord will judge between them on the Day of Resurrection concerning that over which they used to differ.
(Sesungguhnya Rabbmu Dialah yang memberikan keputusan di antara mereka pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka perselisihkan padanya) yakni perkara agama.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 25 |
penjelasan ada di ayat 23
Surat As-Sajdah |32:26|
أَوَلَمْ يَهْدِ لَهُمْ كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنَ الْقُرُونِ يَمْشُونَ فِي مَسَاكِنِهِمْ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ ۖ أَفَلَا يَسْمَعُونَ
a wa lam yahdi lahum kam ahlaknaa ming qoblihim minal-quruuni yamsyuuna fii masaakinihim, inna fii żaalika la`aayaat, a fa laa yasma'uun
Dan tidakkah menjadi petunjuk bagi mereka, betapa banyak umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, sedangkan mereka sendiri berjalan di tempat-tempat kediaman mereka itu. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah). Apakah mereka tidak mendengarkan (memperhatikan)?
Has it not become clear to them how many generations We destroyed before them, [as] they walk among their dwellings? Indeed in that are signs; then do they not hear?
(Dan apakah tidak menjadi petunjuk bagi mereka, berapa banyak umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan) maksudnya apakah tidak jelas bagi orang-orang kafir Mekah,
bahwasanya Kami telah banyak membinasakan umat-umat sebelum mereka disebabkan kekafirannya (sedangkan mereka sendiri berjalan) lafal ayat ini berkedudukan sebagai hal atau kata keterangan keadaan bagi dhamir lahum
(di tempat-tempat kediaman mereka itu) sewaktu mereka mengadakan perjalanan ke negeri Syam dan negeri-negeri lainnya, yakni apakah mereka tidak mengambil pelajaran daripadanya.
(Sesungguhnya yang demikian itu terdapat tanda-tanda) yang menunjukkan akan kekuasaan Kami. (Maka apakah mereka tidak mendengarkan) dengan pendengaran yang penuh perhatian dan mau menerima apa yang didengarnya
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 26 |
Tafsir ayat 26-27
Allah Swt. berfirman bahwa tidakkah menjadi pelajaran bagi mereka yang mendustakan para rasul keadaan umat-umat terdahulu yang telah dibinasakan oleh Allah karena telah mendustakan para rasul dan menentang jalan yang lurus
yang didatangkan oleh para rasul kepada mereka, sehingga tiada yang tersisa dari mereka, dan tidak ada bekas atau mata air pun bekas peninggalan mereka.
{هَلْ تُحِسُّ مِنْهُمْ مِنْ أَحَدٍ أَوْ تَسْمَعُ لَهُمْ رِكْزًا}
Adakah kamu melihat seorang pun dari mereka atau kamu dengar suara mereka yang samar-samar? (Maryam: 98) Karena itulah dalam surat ini disebutkan melalui firman-Nya:
{يَمْشُونَ فِي مَسَاكِنِهِمْ}
sedangkan mereka sendiri berjalan di tempat-tempat kediaman mereka itu. (As-Sajdah: 26) Yakni mereka yang mendustakan para rasul itu berjalan di tempat-tempat kediaman orang-orang terdahulu yang telah mendustakan-para rasul,
maka pastilah mereka tidak akan melihat seorang pun dari kalangan orang-orang yang dahulu menghuni dan membangunnya. Mereka semuanya telah tiada darinya,
{كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا}
seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. (Al-Araf 92, Hud: 68 dan 95) Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{فَتِلْكَ بُيُوتُهُمْ خَاوِيَةً بِمَا ظَلَمُوا}
Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh disebabkan kezaliman mereka. (An-Naml: 52) Dan firman Allah Swt.:
{فَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ فَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا وَبِئْرٍ مُعَطَّلَةٍ وَقَصْرٍ مَشِيدٍ. أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الأبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ}
Berapalah banyaknya kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya dalam keadaan zalim, maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya dan (berapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan
dan istana yang tinggi, maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi. (Al-Hajj: 45-46) sampai dengan firman-Nya: tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada. (Al-Hajj: 46) Karena itulah dalam surat ini disebutkan:
إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ}
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Tuhan). (As-Sajdah: 26) Yaitu sesungguhnya lenyapnya kaum tersebut, kebinasaan mereka, serta azab yang menimpa mereka disebabkan mereka
mendustakan para rasul; dan selamatnya orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Allah, benar-benar terdapat pelajaran, nasihat, dan bukti-bukti yang terang (yang menunjukkan kekuasaan Tuhan).
{أَفَلا يَسْمَعُونَ}
Maka apakah mereka tidak mendengarkan (memperhatikan)? (As-Sajdah: 26) Berita-berita orang-orang yang terdahulu, bagaimanakah kesudahan urusan mereka. Firman Allah Swt.:
{أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا نَسُوقُ الْمَاءَ إِلَى الأرْضِ الْجُرُزِ}
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwasanya Kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus. (As-Sajdah: 27) Allah Swt. menjelaskan kasih sayang-Nya kepada makhluk-Nya dan kebaikan-Nya kepada mereka,
yang antara lain Dia menghalau air yang adakalanya diturunkan dari langit (hujan) atau dari hulu-hulu sungai yang diturunkan dari atas bukit, lalu mengalir ke dataran-dataran rendah yang memerlukannya tepat pada waktunya. Karena itulah
disebutkan oleh firman-Nya:
{إِلَى الأرْضِ الْجُرُزِ}
ke bumi yang tandus. (As-Sajdah: 27) Yaitu tanah yang tidak ada tetumbuhannya. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَإِنَّا لَجَاعِلُونَ مَا عَلَيْهَا صَعِيدًا جُرُزًا}
Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus. (Al-Kahfi: 8) Yakni kering, tidak dapat menumbuhkan sesuatu pun. Dan bukanlah yang dimaksud oleh firman-Nya:
ke bumi yang tandus. (As-Sajdah: 27) tanah Mesir saja, bahkan itu adalah sebagian dari makna yang dimaksud, Sekalipun banyak kalangan ulama tafsir yang menjadikannya sebagai contoh, tetapi sebenarnya bukan hanya tanah Mesir saja
yang dimaksud oleh ayat ini. Ditakwilkan demikian karena memang tanah Mesir itu sendiri merupakan tanah yang datar lagi luas serta keras. Ia memerlukan air, tetapi bukan berupa air hujan; karena seandainya diturunkan hujan
yang lebat padanya, tentulah bangunan-bangunannya akan roboh. Karena itulah maka Allah menghalau air ke negeri Mesir melalui Sungai Nil yang membawa air hujan dari negeri Habsyah, yang mengandung lumpur merah, dan lumpur merah itu
menutupi sebagian tanah Mesir yang merupakan tanah yang berpasir lagi tandus dan sangat memerlukan lumpur itu. Berkat adanya lumpur itulah maka tanah Mesir dapat menumbuhkan tetumbuhan. Dengan demikian, berarti setiap tahunnya
para penduduk negeri Mesir dapat memanfaatkan air dari hujan yang diturunkan bukan di negerinya, juga beroleh lumpur dari bumi yang bukan berasal dari buminya. Mahasuci Allah Yang Mahabijaksana, Mahamulia, Maha Pemberi anugerah,
lagi Maha Terpuji selama-lamanya. Ibnu Lahi'ah telah meriwayatkan dari Qais ibnu Hajjaj, dari seseorang yang menceritakan asar ini kepadanya, bahwa ketika negeri Mesir ditaklukkan, maka para penduduknya datang menghadap kepada
Amr ibnul As yang saat itu menjabat sebagai amir di negeri Mesir; mereka datang menghadap kepadanya saat menjelang tiba suatu bulan yang menurut mereka disebut Ba'unah. Mereka berkata, "Wahai Amirul Mu-minin, sesungguhnya
Sungai Nil kami setiap tahunnya ada suatu bulan yang ia tidak mau mengalirkan airnya pada bulan itu." Amr ibnul As bertanya, "Mengapa begitu?" Mereka menjawab, "Apabila telah berlalu dua belas hari dari bulan ini,
maka kami mencari seorang gadis yang menjadi anak pertama dari kedua orang tuanya. Lalu kami membujuk kedua orang tuanya hingga dapat kami bawa untuk tumbal. Dan kami pakaikan kepada anak gadis itu segala macam pakaian
dan perhiasan yang terbaik yang ada di masa sekarang, sesudah itu kami lemparkan dia ke Sungai Nil (sebagai tumbal agar mau mengalir)." Amr ibnul As berkata' kepada mereka, "Hal seperti itu tidak ada dalam Islam, sesungguhnya Islam itu
menghapus apa yang biasa dilakukan sebelumnya." Maka mereka diam saja di bulan Ba'unah itu tanpa mengadakan korban, sedangkan Sungai Nil tidak mengalir, sehingga hampir saja mereka berniat akan meninggalkan negeri Mesir.
Kemudian Amr ibnul As berkirim surat kepada Khalifah Umar ibnul Khattab untuk menceritakan perihal tradisi tersebut. Maka Khalifah Umar menjawab suratnya yang isinya mengatakan, "Sesungguhnya apa yang kamu lakukan itu benar,
dan sekarang aku kirimkan bersama surat ini kepadamu suatu kartu yang padanya tertulis surat dariku. Lemparkanlah kartu ini ke Sungai Nil." Setelah surat Khalifah Umar tiba dan dibaca oleh Amr ibnul As, ternyata di dalamnya tertulis
kalimat berikut: Dari hamba Allah Umar Amirul Mu-minin, ditujukan kepada Sungai Nil penduduk negeri Mesir. Amma Ba'du: Sesungguhnya kamu jika memang mengalir karena kehendakmu sendiri, maka janganlah kamu mengalir.
Dan sesungguhnya jika memang Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasalah yang mengalirkanmu, maka kami memohon kepada Allah semoga Dia membuatmu mengalir. Maka Amr ibnul As melemparkan surat itu ke Sungai Nil.
Pada pagi hari Sabtu Allah telah membuat Sungai Nil menjadi mengalir sedalam enam belas hasta hanya dalam waktu satu malam. Dan Allah telah menghapuskan tradisi itu dari negeri Mesir sampai sekarang.
Al-Hafiz Abul Qasim Al-Lalka'i At-Tabari telah meriwayatkan asar ini di dalam Kitabus Sunah-nya. Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا نَسُوقُ الْمَاءَ إِلَى الأرْضِ الْجُرُزِ فَنُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا تَأْكُلُ مِنْهُ أَنْعَامُهُمْ وَأَنْفُسُهُمْ أَفَلا يُبْصِرُونَ}
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwasanya Kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanam-tanaman yang darinya (dapat) makan binatang-binatang ternak mereka
dan mereka sendiri. Maka apakah mereka tidak memperhatikan? (As-Sajdah: 27) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:
{فَلْيَنْظُرِ الإنْسَانُ إِلَى طَعَامِهِ. أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاءَ صَبًّا }
maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit). ('Abasa: 24-25) Karena itulah dalam surat ini disebutkan:
{أَفَلا يُبْصِرُونَ}
Maka apakah mereka tidak memperhatikan? (As-Sajdah: 26) Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari seorang lelaki dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: ke bumi yang tandus. (As-Sajdah: 27)
Yaitu bumi yang tidak mendapat air hujan dalam kadar yang mencukupinya terkecuali melalui banjir yang melewatinya. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Mujahid, bahwa yang dimaksud adalah tanah yang ada di negeri Yaman.
Al-Hasan rahimahullah telah mengatakan, yang dimaksud adalah kota-kota yang ada di antara negeri Yaman dan negeri Syam. Ikrimah, Ad-Dahhak, Qatadah, As-Saddi, dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa tanah yang tandus ialah tanah
yang tidak ada tetumbuhannya lagi berdebu (berpasir). Menurut kami, ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain, yaitu:
{وَآيَةٌ لَهُمُ الأرْضُ الْمَيْتَةُ أَحْيَيْنَاهَا}
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati Kami hidupkan bumi itu. (Yasin: 33), hingga akhir ayat.
Surat As-Sajdah |32:27|
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا نَسُوقُ الْمَاءَ إِلَى الْأَرْضِ الْجُرُزِ فَنُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا تَأْكُلُ مِنْهُ أَنْعَامُهُمْ وَأَنْفُسُهُمْ ۖ أَفَلَا يُبْصِرُونَ
a wa lam yarou annaa nasuuqul-maaa`a ilal-ardhil-juruzi fa nukhriju bihii zar'an ta`kulu min-hu an'aamuhum wa anfusuhum, a fa laa yubshiruun
Dan tidakkah mereka memperhatikan, bahwa Kami mengarahkan (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan (dengan air hujan itu) tanam-tanaman sehingga hewan-hewan ternak mereka dan mereka sendiri dapat makan darinya. Maka mengapa mereka tidak memperhatikan?
Have they not seen that We drive the water [in clouds] to barren land and bring forth thereby crops from which their livestock eat and [they] themselves? Then do they not see?
(Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya Kami menghalau awan yang mengandung air ke bumi yang tandus) yakni bumi yang tidak ada tumbuh-tumbuhan padanya
(lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanam-tanaman yang daripadanya dapat makan binatang-binatang ternak mereka dan mereka sendiri. Maka apakah mereka tidak memperhatikan)
hal tersebut sehingga menuntun mereka untuk mengetahui, bahwa Kami mampu untuk mengembalikan mereka hidup kembali sesudah mereka mati nanti.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 27 |
penjelasan ada di ayat 26
Surat As-Sajdah |32:28|
وَيَقُولُونَ مَتَىٰ هَٰذَا الْفَتْحُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
wa yaquuluuna mataa haażal-fat-ḥu ing kuntum shoodiqiin
Dan mereka bertanya, "Kapankah kemenangan itu (datang) jika engkau orang yang benar?"
And they say, "When will be this conquest, if you should be truthful?"
(Dan mereka bertanya) kepada orang-orang yang beriman ("Bilakah kemenangan itu) datang bagi kalian atas kami (jika kalian memang orang-orang yang benar")
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 28 |
Tafsir ayat 28-30
Allah Swt. menceritakan sikap orang-orang kafir yang tergesa-gesa ingin agar azab Allah, murka-Nya, dan pembalasan-Nya segera menimpa mereka. Kata-kata ini mereka ungkapkan sebagai sikap mereka yang menganggap mustahil akan terjadinya azab itu, mereka mendustakan dan mengingkarinya.
{وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْفَتْحُ}
Dan mereka bertanya, "Bilakah kemenangan itu (datang). (As-Sajdah: 28) Yakni kapankah kemenangan itu kamu peroleh, hai Muhammad, atas diri kami? Sebagaimana yang kamu duga, bahwa kamu akan beroleh kemenangan atas diri kami
dan kamu dapat membalas kami, bilakah hari itu terjadi? Tidaklah kami lihat engkau dan semua sahabatmu, melainkan bersembunyi ketakutan lagi hina. Maka Allah menjawab melalui firman-Nya:
{قُلْ يَوْمَ الْفَتْحِ}
Katakanlah, "Pada hari kemenangan itu.” (As-Sajdah: 29) Yakni manakala telah menimpa pembalasan Allah atas kalian, murka dan kemarahan-Nya di dunia dan akhirat.
{لَا يَنْفَعُ الَّذِينَ كَفَرُوا إِيمَانُهُمْ وَلا هُمْ يُنْظَرُونَ}
"Tidak berguna bagi orang-orang kafir iman mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh.” (As-Sajdah: 29) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَرِحُوا بِمَا عِنْدَهُمْ مِنَ الْعِلْمِ}
Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul (yang diutus kepada) mereka dengan membawa keterangan-keterangan, mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka. (Al-Mu-min: 83), hingga akhir surat.
Barang siapa yang menakwilkan bahwa makna yang dimaksud dengan kemenangan ini adalah kemenangan atas kota Mekah, maka sesungguhnya pendapatnya jauh dari benar dan salah fatal.
Karena sesungguhnya di hari kemenangan atas kota Mekah, Rasulullah Saw. menerima keislaman orang-orang yang dibebaskan, yang jumlah mereka kurang lebih ada dua ribu orang.
Dan sekiranya yang dimaksudkan dengan ayat ini adalah kemenangan atas kota Mekah, tentulah keislaman mereka tidak dapat diterima, karena ada firman Allah Swt. yang mengatakan: Katakanlah, "Pada hari kemenangan itu
tidak berguna bagi orang-orang kafir iman mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh." (As-Sajdah: 29) Sesungguhnya makna yang dimaksud dengan istilah al-fat-h ini hanyalah hari peradilan dan hari keputusan, yaitu hari kiamat.
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:
{فَافْتَحْ بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ}
maka itu adakanlah suatu keputusan antaraku dan antara mereka. (Asy-Syu'ara: 118), hingga akhir ayat. .Sama pula dengan firman-Nya:
{قُلْ يَجْمَعُ بَيْنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ يَفْتَحُ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ}
Katakanlah, "Tuhan kita akan menghimpun kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. (Saba: 26), hingga akhir ayat.
{وَاسْتَفْتَحُوا وَخَابَ كُلُّ جَبَّارٍ عَنِيدٍ}
Dan mereka memohon kemenangan (atas musuh-musuh mereka) dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala. (Ibrahim: 15)
{وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا}
padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir. (Al-Baqarah: 89) Dan firman Allah Swt.:
{إِنْ تَسْتَفْتِحُوا فَقَدْ جَاءَكُمُ الْفَتْحُ}
Jika kamu (orang-orang musyrik) mencari keputusan, maka telah datang keputusan kepadamu. (Al-Anfal:19) Kemudian Allah Swt. berfirman:
{فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَانْتَظِرْ إِنَّهُمْ مُنْتَظِرُونَ}
Maka berpalinglah kamu dari mereka dan tunggulah, sesungguhnya mereka (juga) menunggu. (As-Sajdah: 30) Maksudnya, berpalinglah dari orang-orang musyrik itu dan sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{اتَّبِعْ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ}
Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu; tidak ada Tuhan selain Dia; dan berpalinglah dari orang-orang musyrik. (Al-An'am: 106) Dan tunggulah, karena sesungguhnya Allah pasti akan menunaikan kepadamu
apa yang telah Dia janjikan kepadamu, dan Dia akan menolongmu dalam menghadapi orang-orang yang menentangmu. Sesungguhnya Dia tidak akan menyalahi janji. Firman Allah Swt.:
{إِنَّهُمْ مُنْتَظِرُونَ}
sesungguhnya mereka (juga) menunggu. (As-Sajdah: 30) Yakni engkau menunggu. Mereka pun menunggu dan selalu mengintai-intai kelengahanmu.
{أَمْ يَقُولُونَ شَاعِرٌ نَتَرَبَّصُ بِهِ رَيْبَ الْمَنُونِ}
Bahkan mereka mengatakan, "Dia adalah seorang penyair yang kami tunggu-tunggu kecelakaan menimpanya.” (At-Tur: 30) Maka engkau akan menyaksikan buah dari kesabaranmu terhadap mereka, dan buah jerih payahmu
dalam menyampaikan risalah Allah, Yaitu Allah akan menolongmu dan mendukungmu. Kelak mereka akan menjumpai akibat dari apa yang mereka tunggu-tunggu terhadapmu dan sahabat-sahabatmu, yaitu siksaan Allah yang berturut-turut
menimpa mereka dan azab Allah yang membinasakan mereka. Cukuplah Allah sebagai Pelindung kami dan Dia adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Demikianlah akhir dari tafsir surat As-Sajdah. Segala puji bagi Allah atas segala
limpahan karunia-Nya.
Surat As-Sajdah |32:29|
قُلْ يَوْمَ الْفَتْحِ لَا يَنْفَعُ الَّذِينَ كَفَرُوا إِيمَانُهُمْ وَلَا هُمْ يُنْظَرُونَ
qul yaumal-fat-ḥi laa yanfa'ullażiina kafaruuu iimaanuhum wa laa hum yunzhoruun
Katakanlah, "Pada hari kemenangan itu, tidak berguna lagi bagi orang-orang kafir keimanan mereka dan mereka tidak diberi penangguhan."
Say, [O Muhammad], "On the Day of Conquest the belief of those who had disbelieved will not benefit them, nor will they be reprieved."
(Katakanlah, "Pada hari kemenangan itu) yaitu pada hari turunnya azab atas mereka (tidak berguna bagi orang-orang kafir iman mereka dan tidak pula mereka diberi tangguh") ditangguhkan supaya mereka dapat bertobat atau meminta maaf.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 29 |
penjelasan ada di ayat 28
Surat As-Sajdah |32:30|
فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَانْتَظِرْ إِنَّهُمْ مُنْتَظِرُونَ
fa a'ridh 'an-hum wantazhir innahum muntazhiruun
Maka berpalinglah engkau dari mereka dan tunggulah, sesungguhnya mereka (juga) menunggu.
So turn away from them and wait. Indeed, they are waiting.
(Maka berpalinglah kamu dari mereka dan tunggulah) saat turunnya azab atas mereka (sesungguhnya mereka juga menunggu)mu, kapan kamu mati atau terbunuh,
sehingga mereka bebas darimu. Ayat ini diturunkan sebelum ada perintah Allah swt. untuk memerangi mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Sajdah | 32 : 30 |
penjelasan ada di ayat 28
Surat Al-Ahzab |33:1|
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ اتَّقِ اللَّهَ وَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَالْمُنَافِقِينَ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا
yaaa ayyuhan-nabiyyuttaqillaaha wa laa tuthi'il-kaafiriina wal-munaafiqiin, innalloha kaana 'aliiman ḥakiimaa
Wahai nabi! Bertakwalah kepada Allah dan janganlah engkau menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana,
O Prophet, fear Allah and do not obey the disbelievers and the hypocrites. Indeed, Allah is ever Knowing and Wise.
(Hai Nabi! Bertakwalah kepada Allah) teguhkanlah dirimu dalam bertakwa kepada Allah (dan janganlah kamu menuruti keinginan orang-orang kafir dan orang-orang munafik)
dalam hal-hal yang bertentangan dengan syariatmu. (Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui) apa yang akan terjadi sebelumnya (lagi Maha Bijaksana) di dalam mengatur urusan makhluk-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahzab | 33 : 1 |
Tafsir ayat 1-3
Perintah ini lahiriahnya ditujukan kepada orang yang berkedudukan tinggi (Nabi Saw.), tetapi makna yang dimaksud ditujukan kepada orang yang lebih rendah kedudukannya (umatnya).
Karena sesungguhnya Allah Swt. itu apabila memerintahkan kepada hamba dan rasul-Nya dengan perintah ini, maka terlebih lagi kepada orang yang sebawahnya. Talq ibnu Habib pernah mengatakan bahwa
takwa ialah bila engkau selalu mengerjakan ketaatan kepada Allah atas dasar cahaya dari Allah dan mengharapkan pahala-Nya, dan bila kamu meninggalkan kedurhakaan terhadap Allah atas dasar cahaya dari Allah dan karena takut terhadap
azab-Nya. Firman Allah Swt.:
{وَلا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَالْمُنَافِقِينَ}
dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik. (Al-Ahzab: l) Artinya, janganlah kamu mendengar ucapan mereka dan jangan pula meminta saran dari mereka.
{إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا}
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha¬bijaksana. (Al-Ahzab: l) Dia lebih berhak untuk diikuti perintah-perintah-Nya dan ditaati, karena sesungguhnya Dia Maha Mengetahui semua akibat segala urusan, lagi Mahabijaksana dalam semua ucapan dan perbuatan-Nya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَاتَّبِعْ مَا يُوحَى إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ}
dan ikutilah apa yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. (Al-Ahzab: 2) Yakni berupa Al-Qur'an dan sunnah.
{إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا}
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Ahzab: 2) Maka tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya.
{وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ}
dan bertawakallah kepada Allah. (Al-Ahzab: 3)
dalam semua urusan dan keadaanmu.
{وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلا}
dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara. (Al-Ahzab: 3) Cukuplah Allah sebagai Pemelihara bagi orang yang bertawakal dan bertobat kepada-Nya.