Juz 23
Surat Ya-Sin |36:22|
وَمَا لِيَ لَا أَعْبُدُ الَّذِي فَطَرَنِي وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
wa maa liya laaa a'budullażii fathoronii wa ilaihi turja'uun
Dan tidak ada alasan bagiku untuk tidak menyembah (Allah) yang telah menciptakanku dan hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan.
And why should I not worship He who created me and to whom you will be returned?
Lalu laki-laki itu berkata, ("Mengapa aku tidak menyembah -Tuhan- yang telah menciptakan aku) yang telah menjadikan aku. Maksudnya, tidak ada yang mencegahku untuk menyembah-Nya,
karena ada bukti-buktinya yang jelas, seharusnya kalian menyembah Dia (dan hanya kepada-Nya kalian semua akan dikembalikan) sesudah mati, kemudian Dia akan membalas kekafiran kalian itu.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 22 |
Tafsir ayat 22-25
Firman Allah Swt.:
{وَمَا لِيَ لَا أَعْبُدُ الَّذِي فَطَرَنِي}
Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang telah menciptakan diriku. (Yasin: 22) Maksudnya, apakah yang menghalangi diriku untuk tidak mengikhlaskan penyembahan hanya kepada Tuhan yang telah menciptakan diriku semata, tiada sekutu bagi-Nya.
{وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ}
dan yang hanya kepada-Nya kamu (semua) akan dikembalikan? (Yasin: 22) Yakni kelak di hari kemudian, maka Dia akan membalas semua amal perbuatan kalian. Jika baik, maka balasannya baik; dan jika buruk, balasannya buruk pula.
{أَأَتَّخِذُ مِنْ دُونِهِ آلِهَةً}
Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya. (Yasin: 23) Istifham atau kata tanya dalam ayat ini adalah istifham ingkari yang mengandung makna celaan atau kecaman.
{إِنْ يُرِدْنِ الرَّحْمَنُ بِضُرٍّ لَا تُغْنِ عَنِّي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا وَلا يُنْقِذُونِ}
jika (Allah) Yang Maha Pemurah menghendaki kemudaratan terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat sedikit pun bagiku dan mereka tidak (pula) dapat menyelamatkanku? (Yasin: 23)
Yaitu tuhan-tuhan yang kalian sembah selain Allah itu tidak memiliki sesuatu apa pun dalam urusan ini. Karena sesungguhnya seandainya Allah menghendaki keburukan terhadap diriku,
{فَلا كَاشِفَ لَهُ إِلا هُوَ}
maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. (Al-An'am: 17 dan Yunus: 107) Dan berhala-berhala ini tidak mempunyai daya upaya apa pun untuk menolak dan menangkal hal tersebut, tidak dapat pula menyelamatkan diriku dari penderitaanku ini.
{إِنِّي إِذًا لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ}
Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesalan yang nyata. (Yasin: 24) Maksudnya, jika aku menjadikan berhala-berhala itu sebagai sesembahanku selain dari Allah, berarti aku benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata. Firman Allah Swt:
{إِنِّي آمَنْتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُونِ}
Sesungguhnya aku telah beriman kepadaa Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku. (Yasin: 25) Ibnu Ishaq mengatakan -menurut berita yang sampai kepadanya dari Ibnu Abbas r.a. Ka'b, serta Wahb- bahwa lelaki itu
berkata kepada kaumnya: Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu. (Yasin: 25) Yang kalian ingkari itu. maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku. (Yasin: 25) Yakni dengarkanlah oleh kalian pengakuan keimananku ini.
Dapat pula ditakwilkan bahwa perkataan ini ditujukan kepada para utusan tersebut darinya (si lelaki itu), yakni firman-Nya: Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu. (Yasin: 25)
Yang telah mengutus kalian. maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku. (Yasin: 25) Yakni saksikanlah oleh kalian keimananku ini nanti di hadapan Allah Swt. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa ulama lainnya mengatakan, bahkan khitab ini dikatakan oleh para rasul, lalu lelaki itu berkata kepada para'rasul, "Dengarkanlah pengakuanku ini, agar kelak kalian menjadi saksi bagiku di hadapan Tuhanku,
bahwa sesungguhnya aku beriman kepada Tuhanmu dan aku mengikuti ajaran kalian." Pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Jarir dari mereka lebih jelas maknanya; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Ibnu Ishaq —menurut apa yang ia terima dari Ibnu Abbas r.a., Ka'bul Ahbar, dan Wahb ibnu Munabbih— mengatakan bahwa tatkala lelaki itu mengucapkan pengakuannya , maka kaumnya menyerangnya beramai-ramai,
lalu membunuhnya, dan tidak ada seorang pun yang dapat membela lelaki itu dari serangan mereka. Qatadah mengatakan bahwa kaum lelaki itu merajam lelaki itu dengan batu, sedangkan lelaki itu tiada hentinya mengucapkan doa berikut:
"Ya Allah, berilah kaumku petunjuk, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui, " hingga akhirnya lelaki itu terjatuh dan meninggal dunia. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadanya.
Surat Ya-Sin |36:23|
أَأَتَّخِذُ مِنْ دُونِهِ آلِهَةً إِنْ يُرِدْنِ الرَّحْمَٰنُ بِضُرٍّ لَا تُغْنِ عَنِّي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا وَلَا يُنْقِذُونِ
a attakhiżu min duunihiii aalihatan iy yuridnir-roḥmaanu bidhurril laa tughni 'annii syafaa'atuhum syai`aw wa laa yungqiżuun
Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya? Jika (Allah) Yang Maha Pengasih menghendaki bencana terhadapku, pasti pertolongan mereka tidak berguna sama sekali bagi diriku dan mereka (juga) tidak dapat menyelamatkanku.
Should I take other than Him [false] deities [while], if the Most Merciful intends for me some adversity, their intercession will not avail me at all, nor can they save me?
(Mengapa aku akan menjadikan) Istifham atau kata tanya di sini mengandung arti kalimat negatif; dan lafal ayat ini sama dengan lafal A-andzartahum tadi, yaitu dapat dibaca Tahqiq dan Tashil
(selain Allah) yakni selain-Nya (sebagai tuhan-tuhan -yang disembah-) maksudnya berhala-berhala (jika Allah Yang Maha Pengasih menghendaki kemudaratan terhadapku,
niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat sedikit pun bagi diriku) seperti yang kalian dugakan itu (dan mereka tidak -pula- dapat menyelamatkanku) lafal ayat ini menjadi sifat bagi lafal Aalihatan.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 23 |
penjelasan ada di ayat 22
Surat Ya-Sin |36:24|
إِنِّي إِذًا لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
inniii iżal lafii dholaalim mubiin
Sesungguhnya jika aku (berbuat) begitu, pasti aku berada dalam kesesatan yang nyata.
Indeed, I would then be in manifest error.
(Sesungguhnya aku kalau begitu) seandainya aku menyembah selain Allah (berada dalam kesesatan yang nyata) benar-benar sesat.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 24 |
penjelasan ada di ayat 22
Surat Ya-Sin |36:25|
إِنِّي آمَنْتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُونِ
inniii aamantu birobbikum fasma'uun
Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu, maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku."
Indeed, I have believed in your Lord, so listen to me."
(Sesungguhnya aku telah beriman kepada Rabb kalian, maka dengarkanlah pengakuan keimananku.") dengarkanlah perkataanku ini. Lalu mereka merajamnya hingga mati.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 25 |
penjelasan ada di ayat 22
Surat Ya-Sin |36:26|
قِيلَ ادْخُلِ الْجَنَّةَ ۖ قَالَ يَا لَيْتَ قَوْمِي يَعْلَمُونَ
qiiladkhulil-jannah, qoola yaa laita qoumii ya'lamuun
Dikatakan (kepadanya), "Masuklah ke surga." Dia (laki-laki itu berkata, "Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui,
It was said, "Enter Paradise." He said, "I wish my people could know
(Dikatakan) kepadanya sesudah ia mati, ("Masuklah ke surga") menurut suatu pendapat dikatakan, bahwa Habib An Najjar itu masuk ke dalam surga dalam keadaan hidup.
(Ia berkata, "Aduhai!) huruf Ya di sini menunjukkan makna tanbih atau penyesalan (sekiranya kaumku mengetahui.)
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 26 |
Tafsir ayat 26-29
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari salah seorang temannya, dari Ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa kaum lelaki itu menginjak-injaknya dengan kaki mereka hingga isi perutnya keluar dari liang anusnya.
Lalu Allah Swt. berfirman kepada laki-laki itu: Masuklah ke surga. (Yasin: 26) Maka laki-laki itu masuk ke dalam surga dan diberi rezeki di dalamnya, dan Allah telah melenyapkan darinya penderitaan dunia, kesedihan, dan kelelahannya.
Mujahid mengatakan bahwa dikatakan kepada Habib (laki-laki itu), "Masuklah ke surga." Dikatakan demikian karena dia gugur dalam membela agama Allah, maka sudah merupakan keharusan baginya masuk surga.
Setelah ia melihat pahala yang diterimanya, Ia berkata, "Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui. (Yasin: 26) Qatadah mengatakan bahwa tidaklah engkau menjumpai orang yang benar-benar mukmin, melainkan dia adalah
seorang yang mengharapkan kebaikan bagimu, dan tidaklah engkau jumpai dia sebagai seorang penipu. Setelah lelaki itu menyaksikan penghormatan yang diberikan oleh Allah kepadanya, maka berkatalah ia, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{قَالَ يَا لَيْتَ قَوْمِي يَعْلَمُونَ بِمَا غَفَرَ لِي رَبِّي وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُكْرَمِينَ}
"Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadi¬kan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan.” (Yasin: 26-¬27) Demi Allah, dia mengharapkan andai kata saja
kaumnya mengetahui kemuliaan yang diberikan oleh Allah kepadanya dan akibat terpuji yang diperolehnya. Ibnu Abbas mengatakan bahwa Habib menasihati kaumnya saat ia masih hidup: Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu. (Yasin: 20)
Juga sesudah matinya, seperti yang diceritakan oleh firman-Nya: Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadi¬kan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan.
(Yasin- 26¬27) Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Asim Al-Ahwal, dari Abu Mujlaz sehubungan dengan makna firman-Nya: apa yang menyebabkan Tuhanku
memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan (Yasin: 27) Yakni berkat keimananku kepada Tuhanku dan kepercayaanku kepada para utusan.
Maksudnya, seandainya kaumnya dapat menyaksikan pahala dan balasan serta kenikmatan abadi yang diterimanya, tentulah hal tersebut akan mendorong mereka untuk mengikuti para rasul.
Semoga Allah Swt. melimpahkan rahmat-Nya kepadanya; dia sangat menginginkan agar kaumnya mendapat hidayah.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا ابْنُ جَابِرٍ -وَهُوَ مُحَمَّدٌ-عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ -يَعْنِي: ابْنَ عُمَيْرٍ-قَالَ: قَالَ عُرْوَةُ بْنُ مَسْعُودٍ الثَّقَفِيُّ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ابْعَثْنِي إِلَى قومي أدعوهم إِلَى الْإِسْلَامِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَقْتُلُوكَ". فَقَالَ: لَوْ وَجَدُونِي نَائِمًا مَا أَيْقَظُونِي. فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "انطلق". فَانْطَلَقَ فَمَرَّ عَلَى اللَّاتِ وَالْعُزَّى، فَقَالَ: لأصبحَنَّك غَدًا بِمَا يَسُوءُكِ. فَغَضِبَتْ ثَقِيفٌ، فَقَالَ: يَا مَعْشَرَ ثَقِيفٍ، إِنَّ اللَّاتَ لَا لَاتَ، وَإِنَّ العُزى لَا عُزى، أَسْلِمُوا تَسْلَمُوا. يَا مَعْشَرَ الْأَحْلَافِ، إِنَّ الْعُزَّى لَا عُزَّى، وَإِنَّ اللَّاتَ لَا لَاتَ، أَسْلِمُوا تَسْلَمُوا. قَالَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، فَرَمَاهُ رَجُلٌ فَأَصَابَ أكْحَله فَقَتَلَهُ، فَبَلَغَ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم فقال: "هَذَا مَثَلُهُ كَمَثَلِ صَاحِبِ يس، {قَالَ يَا لَيْتَ قَوْمِي يَعْلَمُونَ * بِمَا غَفَرَ لِي رَبِّي وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُكْرَمِينَ}
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ubaidillah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Jabir alias Muhammad, dari Abdul Malik ibnu Umair yang mengatakan
bahwa Urwah ibnu Mas'ud As-Saqafi r.a. pernah berkata kepada Nabi Saw., "Utuslah aku kepada kaumku, aku akan menyeru mereka untuk memeluk Islam." Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya aku merasa khawatir
bila mereka nanti akan membunuhmu." Urwah berkata, "Seandainya mereka menjumpaiku sedang tidur, mereka tidak berani membangunkanku." Akhirnya Rasulullah Saw. bersabda, "Pergilah kamu." Maka Urwah
berangkat menuju tempat berhala Lata dan 'Uzza, lalu ia berkata, "Sungguh aku benar-benar akan melakukan suatu hal yang akan membuatmu celaka besok pagi."
Maka orang-orang Saqif marah, dan Urwah berkata, "Hai orang-orang Saqif, sesungguhnya tiada ketinggian lagi bagi Lata dan tiada kejayaan lagi bagi 'Uzza. Maka masuk Islamlah kalian, niscaya kalian selamat.
Hai orang-orang yang tergabung di dalam persekutuan, sesungguhnya tiada kejayaan lagi bagi 'Uzza dan tiada ketinggian lagi bagi Lata. Masuk Islamlah kalian, niscaya kalian selamat."
Urwah mengucapkan kalimat tersebut sebanyak tiga kali dengan suara yang lantang, lalu ada seorang lelaki dari kaum yang membidikkan anak panahnya ke arah dia dan mengenai anggota tubuh yang mematikan. Akhirnya Urwah gugur.
Ketika peristiwa tersebut sampai beritanya kepada Rasulullah Saw., maka beliau bersabda: Orang ini senasib dengan apa yang dialami oleh lelaki yang disebutkan di dalam surat Yasin. Ia berkata, "Alangkah baiknya sekiranya kaumku
mengetahui apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan.” (Yasin: 26-27)
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Abdullah ibnu Abdur Rahman ibnu Ma'mar ibnu Hazm. Ia pernah menceritakan dari Ka'bul Ahbar yang telah menceritakan kepadanya tentang kisah Habib ibnu Zaid ibnu Asim
saudara lelaki Bani Mazin ibnun Najjar yang dipotong-potong tubuhnya oleh Musailamah Al-Kazzab di Yamamah, ketika Musailamah menanyakan kepadanya tentang Rasulullah Saw.
Disebutkan bahwa Musailamah bertanya kepadanya, "Apakah engkau membenarkan bahwa Muhammad adalah utusan Allah?" Habib menjawab, "Ya." Kemudian Musailamah berkata, "Apakah kamu percaya bahwa aku adalah utusan Allah?"
Habib menjawab, "Saya tidak dapat mendengar suaramu." Musailamah laknatullah berkata, "Apakah kamu mendengar dia, sedangkan kamu tidak mendengarku?" Habib menjawab, "Ya."
Maka Musailamah menyiksanya dengan memotong tubuhnya satu demi satu. Setiap kali Musailamah menanyainya, jawabannya sama dengan yang pertama, hingga akhirnya si Habib mati di tangannya.
Lalu Ka'b berkata saat ditanya nama lelaki itu, bahwa nama lelaki itu adalah Habib, dan demi Allah, nama lelaki yang disebutkan di dalam surat Yasin pun adalah Habib. Firman Allah Swt.:
{وَمَا أَنزلْنَا عَلَى قَوْمِهِ مِنْ بَعْدِهِ مِنْ جُنْدٍ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا كُنَّا مُنزلِينَ}
Dan Kami tidak menurunkan kepada kaumnya sesudah dia (meninggal) suatu pasukan pun dari langit dan tidak layak Kami menurunkannya. (Yasin: 28) Allah Swt. menceritakan bahwa Dia membalas perbuatan kaum laki-laki itu
—sesudah ia dibunuh mereka— karena murka kepada mereka, sebab mereka telah mendustakan rasul-rasul-Nya dan membunuh kekasih-Nya. Lalu Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia tidak menurunkan pasukan malaikat apa pun
untuk membinasakan mereka, Dia tidak memerlukannya untuk membinasakan mereka, bahkan untuk menanganinya amatlah mudah bagi-Nya. Ibnu Mas'ud r.a. -menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari sebagian teman-temannya-
telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Kami tidak menurunkan kepada kaumnya sesudah dia (meninggal) suatu pasukan pun dari langit dan tidak layak Kami menurunkannya. (Yasin: 28)
Artinya Kami tidak perlu menurunkan balatentara untuk membinasakan mereka karena untuk membinasakan mereka itu teramat mudah bagi Kami. Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan saja; maka dengan serta merta
mereka semuanya mati. (Yasin: 29) Ibnu Mas'ud mengatakan, bahwa maka Allah Swt. membinasakan rajanya dan membinasakan penduduk Intakiyah. Mereka dimusnahkan dan muka bumi tanpa ada seorang pun yang selamat.
Menurut pendapat lain, sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: dan tidak layak Kami menurunkannya. (Yasin: 28) Yakni tidak sekali-kali Kami menurunkan para malaikat bila Kami hendak membinasakan mereka, melainkan Kami
hanya menimpakan atas mereka suatu azab yang membinasakan mereka. Menurut pendapat yang lainnya lagi sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Kami tidak menurunkan kepada kaumnya sesudah dia (meninggal) suatu pasukan pun
dari langit. (Yasin: 28) Yaitu risalah lain kepada mereka, menurut Mujahid dan Qatadah. Qatadah mengatakan bahwa demi Allah, Allah tidak menegur kaumnya sesudah mereka membunuhnya, Tidak ada siksaan atas mereka
melainkan satu teriakan saja; maka dengan serta merta mereka semuanya mati. (Yasin: 29) Ibnu Jarir mengatakan bahwa yang paling sahih adalah pendapat yang pertama, karena risalah (perutusan) tidak dinamakan jundun (pasukan)!
Ulama tafsir mengatakan bahwa Allah Swt. mengirimkan Malaikat Jibril a.s. kepada mereka. Jibril memegang kedua sisi pintu gerbang negeri mereka, kemudian ia melakukan suatu teriakan yang mengguntur terhadap mereka.
Maka dengan serta merta mereka semuanya mati, tanpa ada seorang pun yang selamat saat itu juga tanpa meregang nyawa lagi. Dalam keterangan yang lalu telah disebutkan dari kebanyakan ulama Salaf bahwa negeri tersebut
adalah Intakiyah, dan ketiga orang itu adalah orang-orang yang diutus oleh Al-Masih Isa ibnu Maryam a.s., seperti yang telah dinaskan oleh Qatadah dan lain-lainnya.
Tetapi pendapat Qatadah ini tidak ada seorang pun dari kalangan ulama tafsir yang mutaakhkhirin mengemukakannya selain Qatadah sendiri. Mengenai keabsahannya masih diragukan ditinjau dari berbagai alasan berikut:
Pertama, pengertian lahiriah kisah menunjukkan bahwa mereka bertiga adalah utusan-utusan Allah Swt., bukan utusan Al-Masih a.s. Seperti yang dimengerti dari firman-Nya:
{إِذْ أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوا إِنَّا إِلَيْكُمْ مُرْسَلُونَ} إِلَى أَنْ قَالُوا: {رَبُّنَا يَعْلَمُ إِنَّا إِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُونَ * وَمَا عَلَيْنَا إِلا الْبَلاغُ الْمُبِينُ}
(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan itu berkata, "Sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang diutus kepadamu.” (Yasin: 14) sampai dengan firman-Nya: Mereka berkata, "Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu. Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah
menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.” (Yasin: 16-17) Sekiranya mereka termasuk kaum Hawari (penolong Isa a.s.), tentulah mereka mengatakan kalimat yang sesuai dengan kedudukan mereka, bahwa mereka adalah utusan Isa a.s.;
hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Kemudian seandainya mereka adalah utusan dari Al-Masih a.s., niscaya kaum negeri itu tidak mengatakan kepada mereka: Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami. (Yasin: 15)
Kedua, bahwa penduduk Intakiyah telah beriman kepada utusan Al-Masih yang dikirimnya kepada mereka, dan mereka adalah penduduk suatu negeri yang pertama beriman kepada Al-Masih; karena itulah maka Intakiyah merupakan
salah satu dari keempat kota yang di dalamnya terdapat para patrik. Yaitu kota Al-Quds yang merupakan negeri Al-Masih sendiri; kota Intakiyah, karena ia merupakan suatu kota yang pertama penduduknya beriman kepada Al-Masih seluruhnya.
Kemudian kota Iskandaria, karena ia merupakan suatu kota yang para penduduknya mencetuskan suatu gagasan untuk mengangkat patrik, matarun, uskup, pendeta, rahib, dan syamamis.
Yang terakhir adalah kota Roma yang merupakan ibu kota kerajaan Konstantinopel yang rajanya selalu menolong dan membantu agama Al-Masih. Setelah dia membangun kota Konstantinopel, maka ia memindahkan kepatrikan
dari Roma ke Konstantinopel. Demikianlah menurut apa yang disebutkan oleh ahli sejarah yang bukan hanya seorang, seperti Sa'id ibnu Butriq dan lain¬ lainnya dari kalangan Ahli Kitab maupun dari kalangan kaum muslim.
Apabila telah terbukti bahwa Intakiyah adalah kota yang mula-mula seluruh penduduknya beriman, berarti kota yang dibinasakan oleh Allah karena penduduknya mendustakan rasul-rasul-Nya dengan satu teriakan hanya Allah-lah
Yang Mengetahuinya. Ketiga, bahwa kisah penduduk Intakiyah dengan kaum Hawari (penolong Isa Al-Masih) terjadi sesudah kitab Taurat diturunkan. Abu Sa'id Al-Khudri r.a. dan ulama Salaf lainnya yang bukan hanya seorang
mengatakan bahwa sesudah Allah menurunkan Kitab Taurat, maka Dia tidak lagi membinasakan suatu umat pun sampai tertumpas semuanya dengan azab yang Dia timpakan kepada mereka, melainkan Dia memerintahkan
kepada orang-orang yang beriman sesudah itu untuk memerangi kaum musyrik. Mereka mengatakan hal ini dalam kaitan tafsiran mereka terhadap firman-Nya:
{وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِ مَا أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ الأولَى}
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) sesudah Kami binasakan generasi-generasi terdahulu. (Al-Qassas: 43) Berdasarkan keterangan di atas dapat ditentukan bahwa kota yang disebutkan
di dalam surat Yasin bukanlah kota Intakiyah, melainkan kota lain, sebagaimana yang telah dikatakan oleh bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf. Atau nama kota tersebut memang Intakiyah, tetapi bukan kota Intakiyah
yang terkenal itu, melainkan kota lainnya. Karena sesungguhnya kota Intakiyah yang terkenal itu belum pernah ada yang mengetahui bahwa ia pernah dibinasakan, baik di masa agama Nasrani maupun di masa sebelumnya;
hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Adapun hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani yaitu:
حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ إِسْحَاقَ التُّسْتري، حدثنا الْحُسَيْنُ بْنُ أَبِي السَّرِيِّ الْعَسْقَلَانِيُّ، حَدَّثَنَا حُسَين الْأَشْقَرُ، حَدَّثَنَا ابْنِ عُيَيْنة، عَنِ ابْنِ أَبِي نَجِيح، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "السُّبَّق ثَلَاثَةٌ: فَالسَّابِقُ إِلَى مُوسَى يُوشَعُ بْنُ نُونٍ، وَالسَّابِقُ إِلَى عِيسَى صَاحِبُ يس، وَالسَّابِقُ إِلَى مُحَمَّدٍ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ"،
Telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Ishaq At-Tusturi, telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Abus Sirri Al-Asqalani, telah menceritakan kepada kami Husain Al-Asyqar, telah menceritakan kepada kami Ibnu Uyaynah,
dari Ibnu Abu Najih, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas r.a.. dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Orang yang paling terdahulu itu ada tiga orang, orang yang paling terdahulu (beriman) kepada Musa a.s. adalah Yusya ibnu Nun,
dan orang yang paling terdahulu kepada Isa a.s adalah lelaki yang disebutkan dalam surat Yasin dan orang yang paling dahulu kepada Muhammad Saw. adalah Ali ibnu Abu Talib r.a.
Maka sesungguhnya hadis ini munkar kecuali melalui jalur Husain Al-Asyqar, sedangkan dia adala seorang syi'ah yang tak terpakai hadisnya, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui tentang kebenaran.
Surat Ya-Sin |36:27|
بِمَا غَفَرَ لِي رَبِّي وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُكْرَمِينَ
bimaa ghofaro lii robbii wa ja'alanii minal-mukromiin
apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang telah dimuliakan."
Of how my Lord has forgiven me and placed me among the honored."
(Apa yang menyebabkan Rabbku memberi ampun kepadaku) yakni penyebab Allah memberikan ampunan kepadanya (dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan.")
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 27 |
penjelasan ada di ayat 26
Surat Ya-Sin |36:28|
وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَىٰ قَوْمِهِ مِنْ بَعْدِهِ مِنْ جُنْدٍ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا كُنَّا مُنْزِلِينَ
wa maaa anzalnaa 'alaa qoumihii mim ba'dihii min jundim minas-samaaa`i wa maa kunnaa munziliin
Dan setelah dia (meninggal), Kami tidak menurunkan suatu pasukan pun dari langit kepada kaumnya, dan Kami tidak perlu menurunkannya.
And We did not send down upon his people after him any soldiers from the heaven, nor would We have done so.
(Dan tiadalah) Maa bermakna Nafi (Kami turunkan kepada kaumnya) kaum Habib An Najjar (setelah dia meninggal) sesudah Habib mati karena dirajam oleh mereka (suatu pasukan pun dari langit)
yaitu malaikat-malaikat untuk membinasakan mereka (dan tidak layak Kami menurunkannya) menurunkan Malaikat untuk membinasakan seseorang.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 28 |
penjelasan ada di ayat 26
Surat Ya-Sin |36:29|
إِنْ كَانَتْ إِلَّا صَيْحَةً وَاحِدَةً فَإِذَا هُمْ خَامِدُونَ
ing kaanat illaa shoiḥataw waaḥidatan fa iżaa hum khoomiduun
Tidak ada siksaan terhadap mereka melainkan dengan satu teriakan saja, maka seketika itu mereka mati.
It was not but one shout, and immediately they were extinguished.
(Tidak ada siksaan) yakni hukuman atas mereka (melainkan satu teriakan saja) malaikat Jibril berteriak keras kepada mereka (maka tiba-tiba mereka semuanya mati) tak bergerak lagi, mati semuanya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 29 |
penjelasan ada di ayat 26
Surat Ya-Sin |36:30|
يَا حَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِ ۚ مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
yaa ḥasrotan 'alal-'ibaad, maa ya`tiihim mir rosuulin illaa kaanuu bihii yastahzi`uun
Alangkah besar penyesalan terhadap hamba-hamba itu, setiap datang seorang rasul kepada mereka, mereka selalu mengolok-olokkannya.
How regretful for the servants. There did not come to them any messenger except that they used to ridicule him.
(Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu) terhadap mereka dan orang-orang yang seperti mereka, yaitu orang-orang yang mendustakan rasul-rasul,
karena akhirnya mereka dibinasakan. Yang dimaksud dengan penyesalan di sini adalah perasaan sakit yang amat sangat akibat suara malaikat Jibril.
Kata Nida atau kata seru pada lafal Yaa hasratan hanyalah merupakan kata kiasan, maknanya sudah saatnya bagimu, maka menghadaplah kamu
(tiada datang seorang rasul pun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya) ungkapan-ungkapan ini untuk menjelaskan penyebab dari penyesalan tadi.
Di dalamnya terkandung pengertian ejekan mereka yang menyebabkan diri mereka binasa, setelah itu mereka menyesal karenanya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 30 |
Tafsir ayat 30-32
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu (Yasin: 30) Maksudnya, alangkah celakanya hamba-hamba itu.
Sedangkan menurut Qatadah, makna firman-Nya: Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu (Yasin: 30) Yakni alangkah kecewanya hamba-hamba itu atas diri mereka sendiri karena menyia-nyiakan perintah Allah
dan melalaikan kewajiban mereka kepada Allah. Menurut suatu qiraat disebutkan "يَا حَسْرَةَ الْعِبَادِ عَلَى أَنْفُسِهَا"., yang artinya 'alangkah besarnya kekecewaan dan penyesalan mereka kelak di hari kiamat bila mereka menyaksikan azab Allah Swt
karena mereka telah mendustakan rasul-rasul Allah dan menentang perintah Allah saat mereka hidup di dunia'. Ungkapan ini ditujukan kepada mereka yang mendustakan hal tersebut.
{مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ}
tiada datang seorang rasul pun kepada mereka, melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya. (Yasin: 30) Yaitu mendustakannya, memperolok-olokkannya, dan mengingkari kebenaran yang disampaikan olehnya. Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya:
{أَلَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنَ الْقُرُونِ أَنَّهُمْ إِلَيْهِمْ لَا يَرْجِعُونَ}
Tidakkah mereka mengetahui berapa banyaknya umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, bahwa orang-orang (yang telah Kami binasakan) itu tiada kembali kepada mereka. (Yasin: 31)
Yakni apakah mereka tidak mengambil pelajaran dari orang-orang yang sebelum mereka yang mendustakan para rasul. Allah telah membinasakan mereka, dan tiadalah mereka dikembalikan lagi ke dunia ini,
dan perkaranya tidaklah seperti apa yang diduga oleh kebanyakan dari orang-orang bodoh dan orang-orang durhaka mereka yang telah mengatakan seperti apa yang disitir oleh firman-Nya:
{إِنْ هِيَ إِلا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا}
kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup. (Al-Mu-minun: 37) Mereka adalah orang-orang yang mempercayai adanya reinkarnasi suatu sekte dari aliran Dahriyyah. Mereka berkeyakinan,
karena kebodohan mereka, bahwa mereka akan dikembalikan lagi ke dunia seperti masa mereka hidup. Maka Allah menyanggah keyakinan mereka yang batil itu melalui firman-Nya:
{أَلَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنَ الْقُرُونِ أَنَّهُمْ إِلَيْهِمْ لَا يَرْجِعُونَ}
Tidakkah mereka mengetahui berapa banyaknya umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, bahwa orang-orang (yang telah Kami binasakan) itu tiada kembali kepada mereka. (Yasin: 31) Adapun firman Allah Swt.:
{وَإِنْ كُلٌّ لَمَّا جَمِيعٌ لَدَيْنَا مُحْضَرُونَ}
Dan setiap mereka semuanya akan dikumpulkan lagi kepada Kami. (Yasin: 32) Yakni sesungguhnya semua umat yang terdahulu dan yang akan datang, kelak akan dihimpunkan untuk menjalani perhitungan amal perbuatan di hari kiamat
di hadapan Allah Swt. Maka Dia akan membalas masing-masing dari mereka sesuai dengan amal perbuatannya, yakni semua amal baik dan amal buruknya. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَإِنَّ كُلا لَمَّا لَيُوَفِّيَنَّهُمْ رَبُّكَ أَعْمَالَهُمْ}
Dan sesungguhnya kepada masing-masing (mereka yang berselisih itu) pasti Tuhanmu akan menyempurnakan dengan cukup (balasan) pekerjaan mereka. (Hud: 111) Ulama ahli qiraat berselisih pendapat sehubungan dengan bacaan ayat ini,
di antara mereka ada yang membacanya dengan bacaan takhfif pada lafaz lamma sehingga menjadi lama. Atas dasar qiraat ini, berarti huruf in menunjukkan makna itbat. Di antara mereka ada pula yang men-tasydid-kan lamma
serta menjadikan in sebagai huruf nafi. sedangkan huruf lamma bermakna illa, artinya 'dan tidaklah masing-masing dari mereka melainkan dikumpulkan kepada Kami'. Akan tetapi, makna kedua qiraat ini sama tidak ada bedanya.
Surat Ya-Sin |36:31|
أَلَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنَ الْقُرُونِ أَنَّهُمْ إِلَيْهِمْ لَا يَرْجِعُونَ
a lam yarou kam ahlaknaa qoblahum minal-quruuni annahum ilaihim laa yarji'uun
Tidakkah mereka mengetahui berapa banyak umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan. Orang-orang (yang telah Kami binasakan) itu tidak ada yang kembali kepada mereka.
Have they not considered how many generations We destroyed before them - that they to them will not return?
(Tidakkah mereka mengetahui) yakni penduduk Mekah yang mengatakan kepada Nabi saw. sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya, "Kamu bukan seorang yang dijadikan rasul." (Q.S. Ar-Ra'd, 43.)
Istifham atau kata tanya pada ayat ini mengandung makna Taqrir yakni ketahuilah oleh kalian (berapa banyak) lafal Kam mengandung makna kalimat berita, yakni banyak sekali; maknanya, sesungguhnya Kami
(telah Kami binasakan sebelum mereka) amatlah banyak (umat-umat) bangsa-bangsa. (Bahwasanya mereka itu) orang-orang yang telah Kami binasakan (kepada mereka) yaitu orang-orang yang mendustakan Nabi saw.
(tiada kembali) apakah mereka tidak mengambil pelajaran darinya. Lafal Annahum dan seterusnya berkedudukan menjadi Badal dari kalimat sebelumnya, dengan memelihara makna yang telah disebutkan.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 31 |
penjelasan ada di ayat 30
Surat Ya-Sin |36:32|
وَإِنْ كُلٌّ لَمَّا جَمِيعٌ لَدَيْنَا مُحْضَرُونَ
wa ing kullul lammaa jamii'ul ladainaa muḥdhoruun
Dan setiap (umat), semuanya akan dihadapkan kepada Kami.
And indeed, all of them will yet be brought present before Us.
(Dan tiadalah) bila dianggap sebagai In Nafiyah. Sesungguhnya, bila dianggap sebagai In Mukhaffafah dari Inna (masing-masing) dari semua makhluk, Kullun berkedudukan menjadi Mubtada
(melainkan) apabila dibaca Tasydid artinya sama dengan lafal illa. Jika dibaca Takhfif yaitu menjadi Lamaa, maka huruf Lamnya adalah Lam Fariqah dan huruf Ma-nya adalah Zaidah
(dikumpulkan) menjadi Khabar dari Mubtada, yakni dihimpunkan (kepada Kami kembali) untuk menjalani penghisaban; lafal ayat ini menjadi Khabar kedua
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 32 |
penjelasan ada di ayat 30
Surat Ya-Sin |36:33|
وَآيَةٌ لَهُمُ الْأَرْضُ الْمَيْتَةُ أَحْيَيْنَاهَا وَأَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُونَ
wa aayatul lahumul-ardhul-maitatu aḥyainaahaa wa akhrojnaa min-haa ḥabban fa min-hu ya`kuluun
Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bumi yang mati (tandus). Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka dari (biji-bijian) itu mereka makan.
And a sign for them is the dead earth. We have brought it to life and brought forth from it grain, and from it they eat.
(Dan suatu tanda bagi mereka) yang menunjukkan bahwa mereka akan dibangkitkan kembali, lafal ayat ini berkedudukan menjadi Khabar Muqaddam (adalah bumi yang mati)
dapat dibaca Al Maytati atau Al Mayyitati (Kami hidupkan bumi itu) dengan air, menjadi Mubtada Muakhkhar (dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian) seperti gandum (maka daripadanya mereka makan.)
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 33 |
Tafsir ayat 33-36
Firman Allah Swt.:
{وَآيَةٌ لَهُمُ}
Dan suatu tanda bagi mereka. (Yasin: 33) Yang menunjukkan adanya Pencipta dan kekuasaan-Nya yang sempurna, serta kemampuan-Nya yang dapat menghidupkan yang telah mati.
{الأرْضُ الْمَيْتَةُ}
adalah bumi yang mati. (Yasin: 33) Yakni pada asal mulanya tandus, tidak ada suatu tumbuh-tumbuhan pun padanya. Apabila Allah Swt. menurunkan hujan padanya, maka menjadi suburlah ia dan menumbuhkan beraneka ragam tumbuh-tumbuhan yang subur. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{أَحْيَيْنَاهَا وَأَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُونَ}
Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka darinya mereka makan. (Yasin: 33) Artinya, Kami menjadikannya sebagai penyebab rezeki bagi mereka dan bagi ternak mereka.
{وَجَعَلْنَا فِيهَا جَنَّاتٍ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ وَفَجَّرْنَا فِيهَا مِنَ الْعُيُونِ}
Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air. (Yasin: 34) Yakni Kami jadikan padanya sungai-sungai yang mengalir ke tempat-tempat yang memerlukannya agar mereka
dapat bercocok tanam dan memetik hasilnya. Setelah menyebutkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya melalui tanam-tanaman yang ditumbuhkan-Nya bagi mereka, lalu Allah menyebutkan berbagai macam buah-buahan yang beraneka ragam,
dan dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَمَا عَمِلَتْهُ أَيْدِيهِمْ}
dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. (Yasin: 35) Yakni kesemuanya itu ada tiada lain hanyalah berkat rahmat Allah Swt. kepada mereka, bukan karena usaha dan jerih payah mereka,
bukan pula karena kemampuan dan kekuatan mereka. Demikianlah menurut pendapat Ibnu Abbas r.a. dan Qatadah. Firman Allah Swt.:
{أَفَلا يَشْكُرُونَ}
Maka mengapakah mereka tidak bersyukur? (Yasin: 35) Maksudnya, mengapa mereka tidak mensyukuri apa yang telah dilimpahkan oleh Allah kepada mereka berupa berbagai macam nikmat yang tak terhitung itu.
Ibnu Jarir memilih —bahkan menetapkan— dan tiada yang meriwayatkan pendapat berikut selain dia kecuali hanya sebagai kemungkinan, bahwa huruf "مَا" yang terdapat di dalam firman-Nya:
{وَمَا عَمِلَتْهُ أَيْدِيهِمْ}
dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. (Yasin: 35) Bermakna "الَّذِي", yang artinya ialah agar mereka dapat makan dan buahnya yang diusahakan oleh tangan mereka, yakni dan apa yang mereka tanam dan mereka semaikan.
Selanjutnya Ibnu Jarir mengatakan bahwa memang demikianlah menurut qiraat sahabat Ibnu Mas ud r.a.
{لِيَأْكُلُوا مِنْ ثَمَرِهِ وَمَا عَمِلَتْهُ أَيْدِيهِمْ أَفَلا يَشْكُرُونَ}
supaya mereka dapat makan dari buahnya yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur? (Yasin; 35) Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya:
{سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ الأزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْبِتُ الأرْضُ}
Mahasuci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi. (Yasin: 36) Yakni berupa berbagai macam tanaman dan pohon-pohonan yang berbuah.
{وَمِنْ أَنْفُسِهِمْ}
dan dari diri mereka sendiri. (Yasin: 36) Maka Dia menjadikan mereka ada yang jenis pria dan ada yang jenis wanita.
{وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ}
maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. (Yasin: 36) Yaitu dari berbagai macam makhluk yang beraneka ragam yang tidak mereka ketahui. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ}
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah. (Az-Zariyat: 49)
Surat Ya-Sin |36:34|
وَجَعَلْنَا فِيهَا جَنَّاتٍ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ وَفَجَّرْنَا فِيهَا مِنَ الْعُيُونِ
wa ja'alnaa fiihaa jannaatim min nakhiiliw wa a'naabiw wa fajjarnaa fiihaa minal-'uyuun
Dan Kami jadikan padanya di bumi itu kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air.
And We placed therein gardens of palm trees and grapevines and caused to burst forth therefrom some springs -
(Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun) ladang-ladang (kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air) dari sebagian kebun-kebun itu.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 34 |
penjelasan ada di ayat 33
Surat Ya-Sin |36:35|
لِيَأْكُلُوا مِنْ ثَمَرِهِ وَمَا عَمِلَتْهُ أَيْدِيهِمْ ۖ أَفَلَا يَشْكُرُونَ
liya`kuluu min ṡamarihii wa maa 'amilat-hu aidiihim, a fa laa yasykuruun
agar mereka dapat makan dari buahnya, dan dari hasil usaha tangan mereka. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?
That they may eat of His fruit. And their hands have not produced it, so will they not be grateful?
(Supaya mereka dapat makan dari buahnya) dapat dibaca Tsamarihi atau Tsumurihi, yakni buah pohon yang telah disebutkan tadi, yaitu buah kurma dan buah-buah lainnya
(dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka) bukan dari hasil buah-buahan. (Maka mengapakah mereka tidak bersyukur) atas nikmat-nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 35 |
penjelasan ada di ayat 33
Surat Ya-Sin |36:36|
سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْبِتُ الْأَرْضُ وَمِنْ أَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ
sub-ḥaanallażii kholaqol-azwaaja kullahaa mimmaa tumbitul-ardhu wa min anfusihim wa mimmaa laa ya'lamuun
Maha Suci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.
Exalted is He who created all pairs - from what the earth grows and from themselves and from that which they do not know.
(Maha Suci Allah yang telah menciptakan pasangan-pasangan) yang berjenis-jenis (semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi) berupa biji-bijian dan lain-lainnya
(dan dari diri mereka) yaitu jenis pria dan wanita (maupun dari apa yang tidak mereka ketahui) yaitu makhluk-makhluk yang ajaib dan aneh.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 36 |
penjelasan ada di ayat 33
Surat Ya-Sin |36:37|
وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ
wa aayatul lahumul-lailu naslakhu min-hun-nahaaro fa iżaa hum muzhlimuun
Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah malam, Kami tanggalkan siang dari (malam) itu, maka seketika itu mereka (berada dalam) kegelapan,
And a sign for them is the night. We remove from it [the light of] day, so they are [left] in darkness.
(Dan suatu tanda bagi mereka) yang menunjukkan kekuasaan Allah yang besar (adalah malam; Kami tanggalkan) Kami pisahkan (siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan) mereka memasuki kegelapan malam hari.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 37 |
Tafsir ayat 37-40
Allah Swt. berfirman bahwa di antara tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan-Nya yang besar ialah malam dan siang hari yang diciptakan-Nya; malam hari dengan kegelapannya, dan siang hari dengan terangnya.
Dia menjadikan keduanya silih berganti; bila yang satu datang maka yang lainnya pergi, demikian pula sebaliknya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lainnya:
{يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا}
Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Al-A'raf: 54) Karena itulah disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:
{وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ}
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tinggalkan siang dari malam itu. (Yasin: 37) Yakni Kami sudahi siang dengan malam hari, maka siang hari pergi dan datanglah malam hari. Untuk itulah maka dalam firman selanjutnya disebutkan:
{فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ}
maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan. (Yasin: 37) Sebagaimana yang disebutkan di dalam suatu hadis yang mengatakan:
"إِذَا أَقْبَلَ اللَّيْلُ مِنْ هَاهُنَا، وَأَدْبَرَ النَّهَارُ مِنْ هَاهُنَا، وَغَرَبَتِ الشَّمْسُ، فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ"
Apabila malam hari tiba dari arah ini dan siang hari pergi dari arah ini, dan mentari terbenam, maka waktu berbuka bagi orang yang berpuasa telah tiba. Demikianlah makna lahiriah ayat, tetapi Qatadah menduga bahwa ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ}
Allah (kuasa) memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. (Al-Hajj: 61) Ibnu Jarir menilai bahwa pendapat Qatadah ini lemah dalam kasus ayat ini. Lalu Ibnu Jarir mengatakan, sesungguhnya makna ilaj itu ialah
mengambil dari salah satunya, lalu diberikan kepada yang lainnya, sedangkan pengertian ini bukanlah makna yang dimaksud dalam ayat ini. Apa yang dikatakan oleh Ibnu Jarir ini benar. Firman Allah Swt.:
{وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ}
dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Yasin: 38) Sehubungan dengan makna kalimat 'limustaqarril laha', ada dua pendapat.
Pendapat pertama, mengatakan bahwa makna yang dimaksud mustaqarril laha ialah tempat menetapnya matahari, yaitu di bawah 'Arasy yang letaknya berhadapan dengan letak bumi bila dilihat dari arah 'Arasy.
Dengan kata lain, di mana pun matahari berada, ia tetap berada di bawah 'Arasy; demikian pula semua makhluk lainnya, mengingat 'Arasy merupakan atap bagi kesemuanya.
Bentuk 'Arasy itu bukan bulat, tidak seperti yang disangka oleh para ahli ilmu ukur dan bentuk. Sesungguhnya ia berbentuk seperti kubah yang mempunyai tiang-tiang, dipikul oleh para malaikat; letak 'Arasy berada di atas semesta alam,
yakni berada di atas semua manusia. Matahari itu apabila berada di tengah kubah falak di waktu lohor, maka saat itulah mentari berada paling dekat dengan 'Arasy.
Dan apabila berputar di garis edarnya hingga letaknya berlawanan dengan kedudukan tersebut, yaitu bila berada di tengah malam, maka mentari berada di tempat yang paling jauh dengan 'Arasy.
Pada saat itulah mentari bersujud dan meminta izin untuk terbit lagi, sebagaimana yang disebutkan di dalam banyak hadis.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْم، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ [التَّيْمِيِّ] ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْجِدِ عِنْدَ غُرُوبِ الشَّمْسِ، فَقَالَ: "يَا أَبَا ذَرٍّ، أَتَدْرِي أَيْنَ تغربُ الشَّمْسُ؟ " قُلْتُ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "فَإِنَّهَا تَذْهَبُ حَتَّى تَسْجُدَ تَحْتَ الْعَرْشِ، فَذَلِكَ قَوْلُهُ: {وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ} .
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Na'im, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Ibrahim At-Taimi, dari ayahnya, dari Abu Zar r.a. yang mengatakan bahwa ketika ia sedang bersama Nabi Saw.
di dalam masjid bertepatan dengan waktu tenggelamnya mentari, maka Nabi Saw. bertanya, "Hai Abu Zar, tahukah kamu ke manakah mentari itu terbenam?" Abu Zar menjawab.”Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Nabi Saw.
bersabda: Sesungguhnya mentari itu pergi hingga sujud di bawah 'Arasy. Yang demikian itu dijelaskan oleh firman-Nya, "Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.”
(Yasin: 38)
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ الحُميديّ، حَدَّثَنَا وَكِيع عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: سَأَلَتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَوْلِهِ: {وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا} ، قَالَ: "مُسْتَقَرُّهَا تَحْتَ الْعَرْشِ".
Telah menceritakan pula kepada kami Abdullah ibnuz Zubair Al-Humaidi, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Al-A'masy dari Ibrahim At-Taimi, dari ayahnya, dan Abu Zar r.a.
yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang makna firman-Nya: dan matahari berjalan di tempat peredarannya. (Yasin: 38) Maka beliau bersabda: Tempat menetapnya matahari itu di bawah 'Arasy.
Demikianlah menurut apa yang diketengahkan dalam bab ini. Ia pun telah mengetengahkannya di berbagai tempat yang lain. Hadis ini diriwayatkan oleh Jamaah lainnya kecuali Ibnu Majah melalui berbagai jalur dan Al-A'masy
dengan lafaz yang sama.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيِّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْجِدِ حِينَ وَجَبَتِ الشَّمْسُ، فَقَالَ: "يَا أَبَا ذَرٍّ، أَتَدْرِي أَيْنَ تَذْهَبُ الشَّمْسُ؟ " قُلْتُ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "فَإِنَّهَا تذهب حتى تسجد بين يدي رَبِّهَا عَزَّ وَجَلَّ، فَتَسْتَأْذِنُ فِي الرُّجُوعِ فَيُؤْذَنُ لَهَا، وَكَأَنَّهَا قَدْ قِيلَ لَهَا: ارْجِعِي مِنْ حَيْثُ جِئْتِ. فَتَرْجِعُ إِلَى مَطْلَعِهَا، وَذَلِكَ مُسْتَقَرُّهَا، ثُمَّ قَرَأَ: {وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا}
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ubaid, dari Al-A'masy, dari Ibrahim At-Taimi dan ayahnya, dari Abu Zar yang menceritakan bahwa ketika ia sedang bersama Rasulullah Saw.
di dalam masjid saat mentari sedang tenggelam, maka beliau Saw. bersabda, "Hai Abu Zar, tahukah kamu ke manakah mentari ini pergi?" Abu Zar menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah Saw. bersabda:
Sesungguhnya mentari itu pergi hingga bersujud di hadapan Tuhannya, lalu meminta izin untuk kembali, maka diberikan izin baginya-dan seakan-akan pasti akan dikatakan kepadanya Kembalilah kamu dari arah kamu datang'-
lalu ia kembali ke tempat terbitnya, di tempat ia bersujud itulah tempat tinggalnya. Kemudian Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: dan matahari berjalan di tempat peredarannya. (Yasin: 38) (Yakni menuju tempat menetapnya,
pent, sesuai dengan makna hadis)
قَالَ سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيِّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَبِي ذَرٍّ حِينَ غَرَبَتِ الشَّمْسُ: "أَتَدْرِي أَيْنَ هَذَا؟ " قُلْتُ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "فَإِنَّهَا تَذْهَبُ حَتَّى تَسْجُدَ تَحْتَ الْعَرْشِ، فَتَسْتَأْذِنُ فَيُؤْذِنُ لَهَا، وَيُوشِكُ أَنْ تَسْجُدَ فَلَا يُقْبَلُ مِنْهَا، وَتَسْتَأْذِنُ فَلَا يُؤْذَنُ لَهَا، وَيُقَالُ لَهَا: ارْجِعِي مِنْ حَيْثُ جِئْتِ. فَتَطْلُعُ مِنْ مَغْرِبِهَا، فَذَلِكَ قَوْلُهُ: {وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ}
Sufyan As-Sauri mengatakan bahwa ia telah meriwayatkan dari Al¬ Amasy, dari Ibrahim At-Taimi, dari ayahnya, dari Abu Zar ra yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda kepadanya di saat mentari sedang terbenam, "Hai Abu Zar,
tahukah kamu ke manakah mentari ini pergi ? abu Dzar menjawab “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Rasulullah bersabda : Sesungguhnya mentari itu pergi hingga sujud di bawah 'Arasy lalu meminta izin dan diberikan izin baginya
(untuk terbit lagi), dan sudah dekat waktunya mentari bersujud (untuk meminta izin), lalu tidak diterima; dan mentari minta izin lagi, tetapi tetap tidak diterima. Lalu dikatakan kepadanya, "Kembalilah kamu dari tempat tenggelammu.”
Maka mentari terbit dari tempat tenggelamnya. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya, "Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.” (Yasin: 38)
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Abu Ishaq, dari Wahb ibnu Jabir, dari Abdullah ibnu Amr r.a. yang mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan matahari berjalan di tempat peredarannya.
(Yasin: 38) Bahwa sesungguhnya matahari itu terbit, lalu dikembalikan (menjadi terbit kembali setelah tenggelam) oleh dosa-dosa anak Adam; hingga apabila terbenam, maka ia berserah diri, bersujud, dan memohon izin kepada Tuhannya
untuk terbit lagi. Dan akan tiba masanya di suatu hari ia tenggelam, lalu berserah diri, bersujud dan meminta izin, tetapi tidak diizinkan baginya untuk terbit. Lalu mentari berkata, "Sesungguhnya perjalanan itu jauh; dan jika aku tidak diberi izin,
pasti aku tidak mampu menempuhnya." Lalu ia ditahan selama masa yang dikehendaki oleh Allah untuk menahannya, kemudian dikatakan kepadanya, "Kembalilah kamu ke tempat kamu tenggelam."
Ibnu Amr r.a. mengatakan bahwa sejak hari itu hingga hari kiamat tidak bermanfaat lagi bagi seseorang imannya bila ia tidak beriman sebelumnya, atau dalam masa imannya dia belum pernah mengusahakan suatu kebaikan pun.
Menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan mustaqarril laha ialah titik akhir perjalanannya, puncak perjalanannya yang paling tinggi di langit, yaitu di musim panas; kemudian jarak perjalanannya yang paling bawah, yaitu di musim dingin.
Pendapat yang kedua, mengatakan bahwa yang dimaksud dengan mustaqarril laha ialah batas terakhir perjalanannya, yaitu pada hari kiamat nanti perjalanannya terhenti dan diam tidak bergerak lagi, serta di gulung (dipadamkan),
maka alam semesta ini telah mencapai usianya yang paling maksimal. Berdasarkan pengertian ini, berarti yang dimaksud dengan mustaqar ialah berkaitan dengan zaman dan waktu, bukan dengan tempat seperti yang ada
pada pendapat pertama. Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, Limustaqarril laha," artinya sampai batas waktunya yang telah ditentukan baginya dan tidak dapat dilampauinya.
Menurut pendapat lain. makna yang dimaksud ialah mentari itu terus-menerus berpindah-pindah di tempat terbitnya dalam musim panas sampai batas waktu yang tidak lebih dari panjangnya musim panas, kemudian berpindah-pindah pula
di tempat terbitnya dalam musim dingin selama masa musim dingin tidak lebih darinya. Pendapat ini diriwayatkan dari Abdullah ibnu Amr r.a. Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas membaca firman berikut, yaitu: dan matahari berjalan
di tempat peredarannya. (Yasin: 38) Yakni tidak pernah menetap dan tidak pernah diam. bahkan ia selalu berjalan siang dan malam tanpa henti dan tanpa istirahat. Sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Swt.
dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus-menerus beredar (dalam orbitnya). (Ibrahim: 33) Yakni tiada henti-hentinya terus bergerak sampai hari kiamat nanti.
{ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ}
Demikianlah ketetapan Yang Mahaperkasa. (Yasin: 38) Yaitu Tuhan Yang tidak dapat ditentang dan tidak dapat dicegah.
{الْعَلِيم}
lagi Maha Mengetahui. (Yasin: 38) yakni Maha Mengetahui semua gerakan dan semua yang diam. Dia telah menetapkan ukuran bagi hal tersebut dan membatasinya dengan waktu sesuai dengan apa yang telah digariskan¬Nya,
tidak ada penyimpangan, tidak ada pula benturan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{فَالِقُ الإصْبَاحِ وَجَعَلَ اللَّيْلَ سَكَنًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ}
Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Al-An'am: 96) Hal yang sama disebutkan pula dalam akhir ayat 12 surat Fussilat, yaitu:
{ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ}
Demikianlah ketentuan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Fussilat: 12) Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ}
Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah. (Yasin: 39) Yakni Kami menjadikannya beredar pada garis edar yang lain, yang melaluinya dapat diketahui berlalunya bulan-bulan, sebagaimana melalui matahari
dapat diketahui berlalunya malam dan siang hari. Seperti apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{يَسْأَلُونَكَ عَنِ الأهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ}
Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah, "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji.” (Al-Baqarah: 189)
{هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ} الْآيَةَ
Dialah Yang Menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). (Yunus: 5), hingga akhir ayat. Dan firman Allah Swt.:
{وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ آيَتَيْنِ فَمَحَوْنَا آيَةَ اللَّيْلِ وَجَعَلْنَا آيَةَ النَّهَارِ مُبْصِرَةً لِتَبْتَغُوا فَضْلا مِنْ رَبِّكُمْ وَلِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ وَكُلَّ شَيْءٍ فَصَّلْنَاهُ تَفْصِيلا}
Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari karunia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan.
Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas. (Al-Isra: 12) Maka Allah menjadikan matahari mempunyai sinar yang khusus baginya dan bulan mempunyai cahaya yang khusus baginya, dan Dia membedakan perjalanan
antara matahari dan bulan. Matahari terbit setiap hari dan tenggelam di penghujung harinya dengan cahaya yang sama. Akan tetapi, tempat terbit dan tempat tenggelamnya berpindah-pindah dalam musim panas dan musim dinginnya; yang seiring dengan perbedaan musim tersebut, maka siang hari lebih panjang daripada malam hari dalam musim panas, kemudian dalam musim dingin malam lebih panjang ketimbang siang hari.
Dan Allah menjadikan kemunculan matahari di siang hari, maka matahari adalah bintang siang hari.
Adapun bulan, Allah telah menetapkan baginya manzilah-manzilah bagi perjalanannya. Pada permulaan bulan ia muncul dalam bentuk yang kecil lagi cahayanya redup, kemudian cahayanya makin bertambah pada malam yang kedua, dan manzilahnya pun makin tinggi.
Setiap kali manzilahnya bertambah tinggi, maka cahayanya pun bertambah terang, sekalipun pada kenyataannya cahaya yang dipancarkannya itu merupakan pantulan dari sinar matahari.
Hingga pada akhirnya cahayanya menjadi sempurna di malam yang keempat belas. Sesudah itu ia mulai berkurang hingga akhir bulan dan bentuknya seperti tandan yang tua.
Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa 'urjunil qadim adalah asal mula ketandan kurma.
Mujahid mengatakan, 'urjunil qadim ialah ketandan yang telah kering.
Ibnu Abbas r.a. bermaksud bahwa yang dikatakan dengan 'urjunil qadim ialah asal mula ketandan buah kurma apabila terbuka dan kering serta melengkung bentuknya. .
Hal yang sama dikatakan oleh selain keduanya.
Setelah itu Allah Swt. kembali menampakkannya di permulaan bulan lainnya. Orang-orang Arab menamakan setiap tiga malam dari satu bulan dengan nama yang tersendiri sesuai dengan keadaan bulan.
Mereka menamakan ketiga malam pertama dengan istilah gurar, sedangkan ketiga malam berikutnya dinamakan nufal, dan tiga malam berikutnya dinamakan tusa', karena malam yang terakhirnya jatuh pada malam kesembilan
yang kemudian disusul oleh malam yang kesepuluh sesudahnya, yang dalam peristilahan mereka dinamakan 'usyar (sampai malam ketiga belas). Setelah itu dinamakan malam bid, karena di malam-malam tersebut cahaya rembulan
tampak sempurna dan mencapai puncaknya. Lalu berikutnya dinamakan dura’ bentuk jamak dari dar’a, dikatakan demikian karena malam pertamanya gelap disebabkan keterlambatan munculnya rembulan.
Oleh karena itulah maka kambing yang bulunya hitam di kepalanya dinamakan dar’a. Kemudian tiga malam berikutnya dinamakan zulam, lalu berikutnya lagi dinamakan hanadis, selanjutnya da'da, dan yang terakhir dinamakan mahaq
karena lenyapnya bulan di penghujung bulan dan mulai memasuki permulaan bulan berikutnya. Abu Ubaidah r.a. mengingkari adanya tusa' dan 'usyar, demikianlah menurut apa yang tertulis di dalam kitab Garibul Musannaf. Firman Allah Swt.:
{لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ}
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan. (Yasin: 40) Mujahid mengatakan bahwa matahari dan bulan masing-masing mempunyai batasan tersendiri yang tidak dapat dilampaui oleh yang lainnya, tidak dapat pula dikurangi
oleh yang lainnya. Apabila masa kemunculan yang satu tiba, maka yang lainnya pergi; begitu pula sebaliknya bilamana yang lainnya datang, maka yang satunya pergi. Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar,
dari Al-Hasan sehubungan dengan makna firman-Nya: Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan (Yasin: 40) Bahwa hal tersebut terjadi di malam munculnya bulan sabit. Ibnu Abu Hatim dalam bab ini telah meriwayatkan
dari Abdullah ibnul Mubarak yang mengatakan bahwa sesungguhnya angin itu mempunyai sayap, dan sesungguhnya bulan itu beristirahat di tempat yang ditutupi oleh air. As-Sauri telah meriwayatkan dari Ismail ibnu Abu Khalid,
dari Abu Saleh, bahwa makna yang dimaksud ialah cahaya yang ini tidak dapat menyusul cahaya yang itu, demikian pula sebaliknya. Ikrimah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Tidaklah mungkin bagi matahari
mendapatkan bulan. (Yasin: 40) Maksudnya, matahari dan bulan mempunyai kekuasaan tersendiri. Karena itu, tidak pantas bagi matahari terbit di malam hari. Firman Allah Swt.:
{وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ}
dan malam pun tidak dapat mendahului siang. (Yasin: 40) Yakni tidaklah pantas bila malam hari, lalu berikutnya malam hari lagi, sebelum adanya siang hari di antara keduanya; kekuasaan matahari di siang hari, dan kekuasaan bulan di malam hari.
Ad-Dahhak mengatakan bahwa malam hari tidak akan pergi dari arah ini sebelum siang hari datang dari arah itu seraya berisyarat menunjuk ke arah timur. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan malam pun
tidak dapat mendahului siang. (Yasin: 40) Keduanya saling mengejar yang lainnya dengan waktu yang cepat dan salah satunya muncul dengan kepergian yang lainnya. Maka yang dimaksud ialah bahwa tidak ada tenggang waktu
antara malam dan siang hari, bahkan masing-masing dari keduanya datang menyusul kepergian yang lainnya tanpa tenggang waktu, karena keduanya telah diperintahkan untuk terus-menerus saling silih berganti dengan cepat.
Firman Allah Swt.:
{وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ}
Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (Yasin: 40) Yakni malam, siang, mentari, dan bulan, semuanya beredar di. cakrawala langit, menurut Ibnu Abbas, Ikrimah, Ad-Dahhak, Al-Hasan, Qatadah, dan Ata Al-Khurrasani.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa tempat peredarannya ialah di antara langit dan bumi; demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, tetapi riwayat ini garib sekali, bahkan munkar.
Ibnu Abbas r.a. dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf mengatakan dalam cakrawala seperti berputarnya alat penenun. Mujahid mengatakan, yang dimaksud dengan falak ialah perumpamaannya
seperti pengengkol alat penggilingan atau seperti pengengkol alat tenun. Alat tenun tidak dapat berputar, melainkan dengan berputarnya alat tersebut. Begitu pula sebaliknya, bila alat tenun berputar, maka ia pun akan ikut berputar.
Surat Ya-Sin |36:38|
وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
wasy-syamsu tajrii limustaqorril lahaa, żaalika taqdiirul-'aziizil-'aliim
dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui.
And the sun runs [on course] toward its stopping point. That is the determination of the Exalted in Might, the Knowing.
(Dan matahari berjalan) ayat ini dan seterusnya merupakan bagian daripada ayat Wa-aayatul Lahum, atau merupakan ayat yang menyendiri,
yakni tidak terikat oleh ayat sebelumnya demikian pula ayat Wal Qamara, pada ayat selanjutnya (di tempat peredarannya) tidak akan menyimpang dari garis edarnya. (Demikianlah)
beredarnya matahari itu (ketetapan Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Mengetahui) tentang makhluk-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 38 |
penjelasan ada di ayat 37
Surat Ya-Sin |36:39|
وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّىٰ عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ
wal-qomaro qoddarnaahu manaazila ḥattaa 'aada kal-'urjuunil-qodiim
Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua.
And the moon - We have determined for it phases, until it returns [appearing] like the old date stalk.
(Dan bagi bulan) dapat dibaca Wal Qamaru atau Wal Qamara, bila dibaca nashab yaitu Wal Qamara berarti dinashabkan oleh Fiil sesudahnya yang berfungsi menafsirkannya yaitu
(telah Kami tetapkan) bagi peredarannya (manzilah-manzilah) sebanyak dua puluh delapan manzilah selama dua puluh delapan malam untuk setiap bulannya. Kemudian bersembunyi selama dua malam,
jika bilangan satu bulan tiga puluh hari, dan satu malam jika bilangan satu bulan dua puluh sembilan hari (sehingga kembalilah ia) setelah sampai ke manzilah yang terakhir, menurut pandangan mata
(sebagai bentuk tandan yang tua) bila sudah lanjut masanya bagaikan ketandan, lalu menipis, berbentuk sabit dan berwarna kuning.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 39 |
penjelasan ada di ayat 37
Surat Ya-Sin |36:40|
لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۚ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
lasy-syamsu yambaghii lahaaa an tudrikal-qomaro wa lal-lailu saabiqun-nahaar, wa kullun fii falakiy yasbaḥuun
Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.
It is not allowable for the sun to reach the moon, nor does the night overtake the day, but each, in an orbit, is swimming.
(Tidaklah mungkin bagi matahari) tidak akan terjadi (mendapatkan bulan) yaitu matahari dan bulan bersatu di malam hari (dan malam pun tidak dapat mendahului siang)
malam hari tidak akan datang sebelum habis waktu siang hari. (Dan masing-masing) matahari, bulan dan bintang-bintang. Tanwin lafal Kullun ini merupakan pergantian dari Mudhaf Ilaih (pada garis edarnya)
yang membundar (beredar) pada garis edarnya masing-masing. Di dalam ungkapan ini benda-benda langit diserupakan sebagai makhluk yang berakal, karenanya mereka diungkapkan dengan lafal Yasbahuuna.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 40 |
penjelasan ada di ayat 37
Surat Ya-Sin |36:41|
وَآيَةٌ لَهُمْ أَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ
wa aayatul lahum annaa ḥamalnaa żurriyyatahum fil-fulkil-masy-ḥuun
Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam kapal yang penuh muatan,
And a sign for them is that We carried their forefathers in a laden ship.
(Dan suatu tanda bagi mereka) yang menunjukkan kekuasaan Kami (adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka) menurut qiraat yang lain lafal Dzurriyyatahum dibaca dalam bentuk jamak
sehingga bacaannya menjadi Dzurriyyaatihim, maksudnya ialah kakek moyang mereka (dalam bahtera) yakni perahu Nabi Nuh (yang penuh muatan) dipadati penumpang.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 41 |
Tafsir ayat 41-44
Allah Swt. berfirman, bahwa suatu tanda lagi bagi mereka yang menunjukkan kebesaran kekuasaan Allah Swt. ialah Dia telah menundukkan laut agar dapat membawa bahtera, yang antara lain bahkan yang pertama
ialah bahteranya Nabi Nuh a.s. Yaitu bahtera yang diselamatkan oleh Allah Swt. dengan membawa Nuh a.s. dan orang-orang yang beriman kepadanya, yang pada masa itu tidak ada seorang pun dari keturunan Bani Adam
yang ada di muka bumi ini selamat selain dari mereka sendiri. Karena itulah Allah Swt. berfirman:
{وَآيَةٌ لَهُمْ أَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ}
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka (Yasin: 41) Yaitu kakek moyang mereka.
{فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ}
dalam bahtera yang penuh muatan. (Yasin: 41) Yakni dalam perahu yang penuh dengan muatan barang-barang dan hewan-hewan yang diperintahkan oleh Allah kepada Nuh untuk mengangkutnya ke dalam perahunya
dari tiap-tiap jenis sepasang.
Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa al-masyhun artinya penuh dengan muatan. Hal yang sama dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubah, Asy-Sya’b, Qatadah, dan As-Saddi.
Ad-Dahhak, Qatadah, serta Ibnu Zaid mengata¬kan bahwa bahtera yang dimaksud adalah bahteranya Nabi Nuh a.s.
************
Firman Allah Swt.:
{وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِنْ مِثْلِهِ مَا يَرْكَبُونَ}
dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu. (Yasin: 42)
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa yang dimaksud ialah unta, karena sesungguhnya unta itu adalah perahu daratan, mereka menjadikannya sebagai sarana angkutan dan kendaraan.
Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah, Mujahid, Al-Hasan, dan Qatadah dalam suatu riwayat yang bersumber darinya, serta Ibnu Syaddad dan lain-lainnya lagi.
As-Saddi dalam riwayat yang lain mengatakan bahwa yang dimaksud adalah hewan ternak. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl ibnus Sabbah telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fuda’il,
dan Ata, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai semisal dengan bahtera itu. (Yasin: 42)
Ia mengatakan, 'Tahukah kalian, apakah yang dimaksud oleh firman tadi?" Kami (murid-muridnya) menjawab, "Tidak tahu." Ibnu Abbas berkata bahwa yang dimaksud adalah perahu-perahu yang dibuat sesudah perahu Nabi Nuh a.s.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Abu Malik, Ad-Dahhak, Qatadah, Abu Saleh, dan As-Saddi, bahwa yang dimaksud dengan firman-Nya: dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu. (Yasin: 42)
yakni perahu-perahu. Dan pengertian yang dikemukakan oleh pendapat ini bertambah kuat bila ditinjau dari segi makna firman-Nya:
{إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ * لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ تَذْكِرَةً وَتَعِيَهَا أُذُنٌ وَاعِيَةٌ}
Sesungguhnya Kami tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang kamu) ke dalam bahtera, agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 11-¬12) Adapun firman Allah Swt.:
{وَإِنْ نَشَأْ نُغْرِقْهُمْ}
Dan jika Kami menghendaki, niscaya Kami tenggelamkan mereka. (Yasin: 43) Maksudnya, orang-orang yang ada di dalam bahtera itu.
{فَلا صَرِيخَ لَهُمْ}
maka tiadalah bagi mereka penolong. (Yasin: 43) Yakni tiada seorang pun yang dapat menolong dan menyelamatkan mereka musibah tenggelam.
{وَلا هُمْ يُنْقَذُونَ}
dan tidak pula mereka diselamatkan. (Yasin: 43) dari musibah tenggelam yang menimpa mereka.
{إِلا رَحْمَةً مِنَّا}
Tetapi (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami. (Yasin: 44) Istisna dalam ayat ini bersifat munqati', yakni tetapi berkat rahmat Kami, kalian dapat berjalan di daratan, juga dapat mengadakan perjalanan di laut
kemudian Kami selamatkan kalian sampai masa yang telah ditentukan. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:
{وَمَتَاعًا إِلَى حِينٍ}
dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai kepada suatu ketika (Yasin: 44) Yaitu sampai waktu yang telah ditentukan di sisi Allah Swt.
Surat Ya-Sin |36:42|
وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِنْ مِثْلِهِ مَا يَرْكَبُونَ
wa kholaqnaa lahum mim miṡlihii maa yarkabuun
dan Kami ciptakan (juga) untuk mereka (angkutan lain) seperti apa yang mereka kendarai.
And We created for them from the likes of it that which they ride.
(Dan Kami ciptakan untuk mereka seperti bahtera itu) seperti perahu Nabi Nuh, perahu kecil dan besar yang dibuat oleh mereka sesudahnya, bentuknya sama dengan perahu Nabi Nuh.
Ini berkat apa yang telah Allah swt. ajarkan kepada Nabi Nuh (yang akan mereka kendarai) mereka berlayar dengannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 42 |
penjelasan ada di ayat 41
Surat Ya-Sin |36:43|
وَإِنْ نَشَأْ نُغْرِقْهُمْ فَلَا صَرِيخَ لَهُمْ وَلَا هُمْ يُنْقَذُونَ
wa in nasya` nughriq-hum fa laa shoriikho lahum wa laa hum yungqożuun
Dan jika Kami menghendaki, Kami tenggelamkan mereka. Maka tidak ada penolong bagi mereka dan tidak (pula) mereka diselamatkan,
And if We should will, We could drown them; then no one responding to a cry would there be for them, nor would they be saved
(Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami tenggelamkan mereka) sekalipun memakai perahu (maka tiadalah penolong) yakni penyelamat (bagi mereka dan tidak -pula- mereka diselamatkan) ditolong sehingga selamat.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 43 |
penjelasan ada di ayat 41
Surat Ya-Sin |36:44|
إِلَّا رَحْمَةً مِنَّا وَمَتَاعًا إِلَىٰ حِينٍ
illaa roḥmatam minnaa wa mataa'an ilaa ḥiin
melainkan (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai waktu tertentu.
Except as a mercy from Us and provision for a time.
(Tetapi -Kami selamatkan mereka- karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai kepada suatu ketika)
tiada yang menyelamatkan mereka melainkan rahmat Kami kepada mereka; dan karena Kami hendak memberikan kesenangan hidup kepada mereka sampai batas ajal mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 44 |
penjelasan ada di ayat 41
Surat Ya-Sin |36:45|
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّقُوا مَا بَيْنَ أَيْدِيكُمْ وَمَا خَلْفَكُمْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
wa iżaa qiila lahumuttaquu maa baina aidiikum wa maa kholfakum la'allakum tur-ḥamuun
Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Takutlah kamu akan siksa yang dihadapanmu (di dunia) dan azab yang akan datang (akhirat) agar kamu mendapat rahmat."
But when it is said to them, "Beware of what is before you and what is behind you; perhaps you will receive mercy... "
(Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Takutlah kalian akan siksa yang di hadapan kalian) berupa azab di dunia sebagaimana apa yang telah menimpa orang-orang selain mereka
(dan siksa yang akan datang) yaitu azab di akhirat (supaya kalian mendapat rahmat") tetapi mereka tetap berpaling.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 45 |
Tafsir ayat 45-47
Allah Swt. menceritakan perihal keterlanjuran orang-orang musyrik dalam kesesatan mereka dan tiada kepedulian mereka terhadap dosa-dosa yang telah mereka kerjakan dan terhadap masa depan yang ada di hadapan mereka, yaitu hari kiamat.
{وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّقُوا مَا بَيْنَ أَيْدِيكُمْ وَمَا خَلْفَكُمْ}
Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Takutlah kamu akan siksa yang di hadapanmu dan siksa yang akan datang.” (Yasin: 45) Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah dosa-dosa, sedangkan menurut yang lain adalah kebalikannya.
{لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ}
supaya kamu mendapat rahmat. (Yasin: 45) Yakni mudah-mudahan Allah mengasihani kalian dan menyelamatkan kalian dari azab-Nya bila kalian takut akan hal tersebut. Sebagai kelanjutannya ialah mereka menolak hal tersebut, bahkan berpaling darinya melalui firman berikutnya, yaitu:
{وَمَا تَأْتِيهِمْ مِنْ آيَةٍ مِنْ آيَاتِ رَبِّهِمْ}
Dan sekali-kali tiada datang kepada mereka suatu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka. (Yasin: 46) Yang menunjukkan keesaan-Nya dan kebenaran rasul-rasul-Nya.
{إِلا كَانُوا عَنْهَا مُعْرِضِينَ}
melainkan mereka selalu berpaling darinya. (Yasin: 46) Maksudnya, mereka tidak mau merenungkannya, tidak mau menerimanya, dan tidak mau mengambil manfaat darinya. Firman Allah Swt.:
{وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ}
Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Nafkahkanlah sebagian dari rezeki yang diberikan Allah kepadamu” (Yasin: 47) Yakni apabila mereka diperintahkan untuk membelanjakan sebagian dari rezeki yang diberikan oleh Allah kepada mereka untuk kaum fakir miskin
{قَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا}
maka orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman. (Yasin: 47) Yaitu memperbincangkan perihal orang-orang beriman yang fakir, Dengan kata lain mereka berkata kepada orang mukmin yang menganjurkan mereka untuk berinfak dengan nada sinis dan tanggapan yang menentang.
{أَنُطْعِمُ مَنْ لَوْ يَشَاءُ اللَّهُ أَطْعَمَهُ}
Apakah kami akan memberi makan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki tentulah Dia akan memberinya makan (Yasin: 47) Mereka yang kalian anjurkan agar kami berinfak kepada mereka sekiranya Allah menghendaki,
tentulah Dia memberikan kecukupan kepada mereka dan memberi mereka makan dari rezeki yang diberikan¬Nya kepada mereka, dan kami sependapat dengan kehendak Allah Swt. terhadap mereka.
{إِنْ أَنْتُمْ إِلا فِي ضَلالٍ مُبِينٍ}
tiadalah kamu melainkan dalam kesesatan yang nyata. (Yasin: 47) dalam anjuran kalian kepada kami untuk melakukan hal tersebut. Ibnu Jarir mengatakan, dapat pula ditakwilkan bahwa kalimat ini merupakan firman Allah Swt.
terhadap orang-orang kafir yang menentang itu. saat mereka mendebat orang-orang mukmin yang menganjurkan kepada mereka untuk berinfak. Allah berfirman kepada mereka: tiadalah kamu melainkan dalam kesesatan yang nyata.
(Yasin: 47).
Surat Ya-Sin |36:46|
وَمَا تَأْتِيهِمْ مِنْ آيَةٍ مِنْ آيَاتِ رَبِّهِمْ إِلَّا كَانُوا عَنْهَا مُعْرِضِينَ
wa maa ta`tiihim min aayatim min aayaati robbihim illaa kaanuu 'an-haa mu'ridhiin
Dan setiap kali suatu tanda dari tanda-tanda (kebesaran) Tuhan datang kepada mereka, mereka selalu berpaling darinya.
And no sign comes to them from the signs of their Lord except that they are from it turning away.
(Dan sekali-kali tiada datang kepada mereka suatu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Rabb mereka melainkan mereka selalu berpaling daripadanya.)
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 46 |
penjelasan ada di ayat 45
Surat Ya-Sin |36:47|
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ قَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنُطْعِمُ مَنْ لَوْ يَشَاءُ اللَّهُ أَطْعَمَهُ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
wa iżaa qiila lahum anfiquu mimmaa rozaqokumullohu qoolallażiina kafaruu lillażiina aamanuuu a nuth'imu mal lau yasyaaa`ullohu ath'amahuuu in antum illaa fii dholaalim mubiin
Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Infakkanlah sebagian rezeki yang diberikan Allah kepadamu," orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman, "Apakah pantas kami memberi makan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki Dia akan memberinya makan? Kamu benar-benar dalam kesesatan yang nyata."
And when it is said to them, "Spend from that which Allah has provided for you," those who disbelieve say to those who believe, "Should we feed one whom, if Allah had willed, He would have fed? You are not but in clear error."
(Dan apabila dikatakan) berkata sahabat-sahabat yang miskin (kepada mereka, "Nafkahkanlah) sedekahkanlah kepada kami (sebagian dari rezeki yang diberikan Allah kepada kalian")
berupa harta benda (maka orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman,) dengan nada yang sinis sebagai ejekan yang ditujukan kepada mereka,
("Apakah kami akan memberi makanan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki tentulah Dia akan memberinya makan) sesuai dengan keyakinan kalian itu. (Tiada lain kalian)
yaitu apa yang kalian katakan kepada kami, padahal kalian mempunyai keyakinan bahwa Allah pasti memberi makan kalian (melainkan dalam kesesatan yang nyata") yakni jelas sesatnya.
Ditegaskannya lafal Al Ladziina Kafaruu mengandung arti yang mendalam.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 47 |
penjelasan ada di ayat 45
Surat Ya-Sin |36:48|
وَيَقُولُونَ مَتَىٰ هَٰذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
wa yaquuluuna mataa haażal-wa'du ing kuntum shoodiqiin
Dan mereka (orang-orang kafir) berkata, "Kapan janji (hari berbangkit) itu (terjadi) jika kamu orang-orang yang benar?"
And they say, "When is this promise, if you should be truthful?"
(Dan mereka berkata, "Bilakah terjadinya janji ini) yakni hari berbangkit (jika kalian orang-orang yang benar") mengenai apa yang kalian katakan.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 48 |
Tafsir ayat 48-50
Allah Swt. menceritakan tentang keyakinan orang-orang kafir yang menganggap mustahil terjadinya hari kiamat. Hal ini diungkapkan melalui firman-Nya:
مَتَى هَذَا الْوَعْدُ
Bilakah (terjadinya) janji ini? (Yasin: 48) Dalam ayat lain disebutkan melalui firman-Nya:
{يَسْتَعْجِلُ بِهَا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِهَا}
Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan. (Asy-Syura: 18) Adapun firman Allah Swt.:
{مَا يَنْظُرُونَ إِلا صَيْحَةً وَاحِدَةً تَأْخُذُهُمْ وَهُمْ يَخِصِّمُونَ}
Mereka tidak menunggu melainkan satu teriakan saja yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar. (Yasin: 49) Artinya, tiada yang mereka tunggu melainkan hanya satu teriakan saja, dan teriakan ini
—hanya Allah Yang Maha Mengetahui— adalah tiupan sangkakala yang pertama. Dilakukan tiupan pada sangkakala yaitu tiupan yang mengejutkan, saat itu manusia sedang berada di dalam pasar-pasar mereka
dan sedang dalam aktivitas kehidupan mereka yang saling bersaing dan bertengkar di antara sesamanya sebagaimana biasanya. Ketika mereka sedang dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba Allah memerintahkan kepada Malaikat Israfil
untuk meniup sangkakala. Maka Malaikat Israfil melakukan tiupan yang cukup panjang; tiada seorang pun di permukaan bumi ini melainkan mendengar suara itu yang terdengar dari arah langit.
Kemudian manusia yang ada digiring menuju ke Padang Mahsyar dengan api yang mengepung mereka dari segala penjuru. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{فَلا يَسْتَطِيعُونَ تَوْصِيَةً}
Lalu mereka tidak kuasa membuat suatu wasiat pun. (Yasin: 50) terhadap apa yang dimiliki oleh mereka, karena urusan yang sedang dialami oleh mereka lebih penting dari itu,
{وَلا إِلَى أَهْلِهِمْ يَرْجِعُونَ}
dan tidak (pula) dapat kembali kepada keluarganya. (Yasin: 50) Sehubungan dengan bab ini banyak asar dan hadis yang telah kami kemukakan di tempat lain.
Setelah itu barulah terjadi tiupan kematian yang karenanya semua makhluk hidup mati semuanya selain Tuhan Yang Mahahidup lagi terus-menerus mengatur makhluk-Nya. Selanjutnya terjadi tiupan kebangkitan.
Surat Ya-Sin |36:49|
مَا يَنْظُرُونَ إِلَّا صَيْحَةً وَاحِدَةً تَأْخُذُهُمْ وَهُمْ يَخِصِّمُونَ
maa yanzhuruuna illaa shoiḥataw waaḥidatan ta`khużuhum wa hum yakhishshimuun
Mereka hanya menunggu satu teriakan, yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar.
They do not await except one blast which will seize them while they are disputing.
Allah berfirman, ("Mereka tidak menunggu) menanti-nanti (melainkan satu teriakan saja), yaitu tiupan malaikat Israfil yang pertama (yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar")
lafal Yakhishshimuuna pada asalnya adalah Yakhtashimuuna, kemudian harakat Ta dipindahkan kepada Kha, lalu Ta diidgamkan kepada Shad. Maksudnya,
mereka dalam keadaan lalai dari kedatangan hari kiamat, disebabkan mereka sibuk dalam pertengkaran mereka, jual beli yang mereka lakukan, makan, dan minum serta kesibukan-kesibukan lainnya.
Menurut qiraat yang lain lafal Yakhishshimuuna mempunyai Wazan sama dengan lafal Yadhribuuna, artinya sebagian dari mereka bertengkar dengan sebagian yang lain.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 49 |
penjelasan ada di ayat 48
Surat Ya-Sin |36:50|
فَلَا يَسْتَطِيعُونَ تَوْصِيَةً وَلَا إِلَىٰ أَهْلِهِمْ يَرْجِعُونَ
fa laa yastathii'uuna taushiyataw wa laaa ilaaa ahlihim yarji'uun
Sehingga mereka tidak mampu membuat suatu wasiat dan mereka (juga) tidak dapat kembali kepada keluarganya.
And they will not be able [to give] any instruction, nor to their people can they return.
(Lalu mereka tidak kuasa membuat suatu wasiat pun) tidak dapat berwasiat (dan tidak pula dapat kembali kepada keluarganya) dari pasar dan dari tempat-tempat kesibukan mereka, semuanya mati di tempatnya masing-masing.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 50 |
penjelasan ada di ayat 48
Surat Ya-Sin |36:51|
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُمْ مِنَ الْأَجْدَاثِ إِلَىٰ رَبِّهِمْ يَنْسِلُونَ
wa nufikho fish-shuuri fa iżaa hum minal-ajdaaṡi ilaa robbihim yansiluun
Lalu ditiuplah sangkakala, maka seketika itu mereka keluar dari kuburnya (dalam keadaan hidup), menuju kepada Tuhannya.
And the Horn will be blown; and at once from the graves to their Lord they will hasten.
(Dan ditiuplah sangkakala) yaitu tiupan yang kedua untuk membangkitkan makhluk supaya hidup kembali; jarak antara dua tiupan,
yakni tiupan pertama dengan tiupan kedua lamanya empat puluh tahun (maka tiba-tiba mereka) orang-orang yang telah terkubur itu (dari kuburnya) dari tempat mereka dikubur
(Keluar dengan segera menuju kepada Rabb mereka) mereka keluar dengan cepat lalu menuju kepada-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 51 |
Tafsir ayat 51-54
Inilah yang disebut tiupan yang ketiga, yaitu tiupan kebangkitan di mana semua makhluk dihidupkan lagi dari kuburnya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{فَإِذَا هُمْ مِنَ الأجْدَاثِ إِلَى رَبِّهِمْ يَنْسِلُونَ}
maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka. (Yasin: 51) An-naslan artinya berjalan dengan cepat, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{يَوْمَ يَخْرُجُونَ مِنَ الأجْدَاثِ سِرَاعًا كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوفِضُونَ}
(yaitu) pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia). (Al-Ma'arij: 43) Firman Allah Swt.:
{قَالُوا يَا وَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَرْقَدِنَا}
Mereka berkata, "Aduhai, celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?" (Yasin: 52) Yakni dari kubur mereka yang dahulu semasa mereka masih hidup di dunia tidak percaya bahwa mereka
akan dibangkitkan hidup kembali dari kubur mereka. Setelah mereka menyaksikan di tempat mereka dikumpulkan itu apa yang dahulunya mereka dustakan, Mereka berkata, "Aduhai, celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami
dari tempat tidur kami (kubur)?" (Yasin: 52) Hal ini bukan berarti menafikan siksa kubur bagi mereka yang selama mereka berada di dalam kuburnya, karena siksa kubur itu bila dibandingkan dengan kerasnya azab di alam akhirat sama halnya
dengan tidur. Ubay ibnu Ka'b r.a., Mujahid, Al-Hasan, dan Qatadah mengatakan, mereka tidur sejenak sebelum dibangkitkan hidup. Qatadah mengatakan bahwa hal tersebut terjadi di antara dua tiupan sangkakala,
karena itulah mereka mengatakan, "Siapakah yang membangunkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?" Menurut bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf, manakala mereka telah mengatakan hal tersebut,
maka orang-orang mukmin menjawab:
{هَذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمَنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُونَ}
Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah rasul-rasul-(Nya). (Yasin: 52) Al-Hasan mengatakan bahwa yang menjawab mereka dengan ucapan itu adalah para malaikat.
Tidak ada pertentangan jika kedua pendapat bisa digabungkan. Hanya Allah yang lebih mengetahui. Abdur Rahman ibnu Zaid mengatakan bahwa semuanya adalah ucapan orang-orang kafir: Aduhai, celakalah kami!
Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)? Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah rasul-rasul-(Nya) (Yasin 52) Demikianlah menurut apa yang telah dinukil oleh Ibnu Jarir,
tetapi dia sendiri memilih pendapat yang pertama karena pendapat itulah yang paling sahih. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَقَالُوا يَا وَيْلَنَا هَذَا يَوْمُ الدِّينِ هَذَا يَوْمُ الْفَصْلِ الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تُكَذِّبُونَ}
Dan mereka berkata, "Aduhai, celakalah kita!" Inilah hari pembalasan. Inilah hari keputusan yang kamu selalu mendustakannya. (Ash-Shaffat: 20-21)
{وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يُقْسِمُ الْمُجْرِمُونَ مَا لَبِثُوا غَيْرَ سَاعَةٍ كَذَلِكَ كَانُوا يُؤْفَكُونَ وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَالإيمَانَ لَقَدْ لَبِثْتُمْ فِي كِتَابِ اللَّهِ إِلَى يَوْمِ الْبَعْثِ فَهَذَا يَوْمُ الْبَعْثِ وَلَكِنَّكُمْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ}
Dan pada hari terjadinya kiamat, bersuimpahlah orang-orang yang berdosa, bahwa mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat saja. Seperti demikianlah mereka selalu dipalingkan (dari kebenaran).
Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir).”Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit; maka inilah hari berbangkit itu,
tetapi kamu selalu tidak meyakininya).” (Ar-Rum: 55-56) Adapun firman Allah Swt.:
{إِنْ كَانَتْ إِلا صَيْحَةً وَاحِدَةً فَإِذَا هُمْ جَمِيعٌ لَدَيْنَا مُحْضَرُونَ}
Tidak adalah teriakan itu selain sekali teriakan saja, maka tiba-tiba mereka semua dikumpulkan kepada Kami. (Yasin: 53) Semakna dengan firman Allah Swt. dalam ayat lain:
{فَإِنَّمَا هِيَ زَجْرَةٌ وَاحِدَةٌ * فَإِذَا هُمْ بِالسَّاهِرَةِ}
Sesungguhnya pengembalian itu hanya dengan satu kali tiupan saja, maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi. (An-Nazi'at: 13-14)
{وَمَا أَمْرُ السَّاعَةِ إِلا كَلَمْحِ الْبَصَرِ أَوْ هُوَ أَقْرَبُ}
Tidak ada kejadian kiamat itu, melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat (lagi). (An-Nahl: 77) Dan firman Allah Swt.:
{يَوْمَ يَدْعُوكُمْ فَتَسْتَجِيبُونَ بِحَمْدِهِ وَتَظُنُّونَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا قَلِيلا}
yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya dan kamu mengira bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja. (Al-Isra: 52)
Yaitu sesungguhnya Kami hanya memerlukan sekali perintah saja, maka dengan serta merta mereka semuanya dihadapkan kepada Kami.'
{فَالْيَوْمَ لَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا}
Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun. (Yasin: 54) Yakni dari amal perbuatannya.
{وَلا تُجْزَوْنَ إِلا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}
dan kamu tidak dibatasi, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan. (Yasin: 54)
Surat Ya-Sin |36:52|
قَالُوا يَا وَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَرْقَدِنَا ۜ ۗ هَٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمَٰنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُونَ
qooluu yaa wailanaa mam ba'aṡanaa mim marqodinaa haażaa maa wa'adar-roḥmaanu wa shodaqol-mursaluun
Mereka berkata, "Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?" Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah rasul-rasul-Nya.
They will say, "O woe to us! Who has raised us up from our sleeping place?" [The reply will be], "This is what the Most Merciful had promised, and the messengers told the truth."
(Mereka berkata) orang-orang kafir di antara manusia, ("Aduhai!) Ya di sini menunjukkan makna Tanbih (celakalah kami) binasalah kami lafal Wailun adalah Mashdar yang tidak mempunyai Fi'il dari lafalnya.
(Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami -kubur-") karena mereka seolah-olah dalam keadaan tidur di antara kedua tiupan itu, maksudnya mereka tidak diazab.
(Inilah) kebangkitan ini (yang) telah (dijanjikan yang Maha Pengasih dan benarlah) mengenainya (Rasul-rasul-Nya) mereka mengakui atas kebenaran yang telah dikatakan oleh para rasul,
tetapi pengakuan mereka tidak bermanfaat lagi. Menurut pendapat yang lain, bahwa kalimat tersebut dikatakan kepada mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 52 |
penjelasan ada di ayat 51
Surat Ya-Sin |36:53|
إِنْ كَانَتْ إِلَّا صَيْحَةً وَاحِدَةً فَإِذَا هُمْ جَمِيعٌ لَدَيْنَا مُحْضَرُونَ
ing kaanat illaa shoiḥataw waaḥidatan fa iżaa hum jamii'ul ladainaa muḥdhoruun
Teriakan itu hanya sekali saja, maka seketika itu mereka semua dihadapkan kepada Kami (untuk dihisab).
It will not be but one blast, and at once they are all brought present before Us.
(Tiadalah teriakan itu selain sekali teriakan saja, tiba-tiba mereka semua kepada Kami) di hadapan Kami (dikumpulkan.)
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 53 |
penjelasan ada di ayat 51
Surat Ya-Sin |36:54|
فَالْيَوْمَ لَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَلَا تُجْزَوْنَ إِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
fal-yauma laa tuzhlamu nafsun syai`aw wa laa tujzauna illaa maa kuntum ta'maluun
Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak akan diberi balasan, kecuali sesuai dengan apa yang telah kamu kerjakan.
So today no soul will be wronged at all, and you will not be recompensed except for what you used to do.
(Pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kalian tidak dibalasi, kecuali) dengan balasan (apa yang telah kalian kerjakan.)
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 54 |
penjelasan ada di ayat 51
Surat Ya-Sin |36:55|
إِنَّ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِي شُغُلٍ فَاكِهُونَ
inna ash-ḥaabal-jannatil-yauma fii syughulin faakihuun
Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka).
Indeed the companions of Paradise, that Day, will be amused in [joyful] occupation -
(Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu dalam kesibukan) mereka tidak menghiraukan lagi apa yang dialami oleh ahli neraka, karena mereka sibuk dengan kenikmatan-kenikmatan yang sedang mereka rasakan,
seperti memecahkan selaput dara bidadari-bidadari; mereka tidak mempunyai kesibukan yang membuat mereka lelah atau payah, karena di dalam surga tidak ada kelelahan.
Lafal Syughulin dapat pula dibaca Syughlin (bersenang-senang) yakni bergelimangan di dalam kenikmatan. Lafal Faakihuuna menjadi Khabar kedua dari Inna, sedangkan Khabar yang pertama adalah Fii Syughulin.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 55 |
Tafsir ayat 55-58
Allah Swt. menceritakan perihal ahli surga, bahwa keadaan mereka di hari kiamat apabila telah diberangkatkan dari Padang Mahsyar, lalu mereka ditempatkan di taman-taman surga, dan bahwa mereka sibuk dengan urusan mereka sendiri
yang bergelimang dalam kenikmatan yang abadi dan keberuntungan yang besar. Al-Hasan Al-Basri dan Ismail ibnu Abu Khalid mengatakan bahwa ahli surga terlalu sibuk dengan urusannya untuk memperhatikan azab yang diterima
oleh penghuni neraka. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). (Yasin: 55) Yakni merasa kagum dengan kenikmatan yang mereka alami. Hal yang sama telah dikatakan
oleh Qatadah. Ibnu Abbas mengatakan bahwa arti fakihun adalah bersenang-senang. Abdullah ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Sa'id ibnul Musayyab, Ikrimah, Al-Hasan, Qatadah, Al-A'masy, Sulaiman At-Taimi, dan Al-Auza'i telah mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). (Yasin: 55) Mereka mengatakan bahwa kesibukan ahli surga ialah memecahkan selaput-selaput dara
(istri-istri mereka). Dan Ibnu Abbas r.a. sendiri mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). (Yasin: 55) Yakni mendengarkan alunan musik petikan kecapi.
Abu Hatim mengatakan bahwa barangkali kekeliruan dari pendengarnya (yang mendengarnya dari Ibnu Abbas), sesungguhnya yang dimaksud dengan kesibukan di sini adalah memecahkan selaput-selaput dara Firman Allah Swt.:
{هُمْ وَأَزْوَاجُهُمْ}
Mereka dan istri-istri mereka. (Yasin: 56) Yaitu bersama permaisuri-permaisurinya, menurut Mujahid.
{فِي ظِلالٍ}
berada dalam tempat yang teduh. (Yasin: 56) Maksudnya, berada di dalam naungan pepohonan surga.
{عَلَى الأرَائِكِ مُتَّكِئُونَ}
bertelekan di atas dipan-dipan. (Yasin: 56) Ibnu Abbas Mujahid, Ikrimah, Muhammad ibnu Ka'b, Al-Hasan, Qatadah As-Saddi, dan Khasif mengatakan makna ara-ik ialah ranjang-ranjang yang berkelambu.
Menurut hemat kami, perumpamaannya di dunia ini sama dengan pelaminan-pelaminan yang dihiasi dengan aneka ragam kain kelambu. Hanya Allah sajalah Yang Maha Mengetahui: Firman Allah Swt:
{لَهُمْ فِيهَا فَاكِهَةٌ}
Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan. (Yasin: 57) dari berbagai jenis buah-buahan.
{وَلَهُمْ مَا يَدَّعُونَ}
dan memperoleh apa yang mereka minta. (Yasin: 57) Apa pun yang mereka minta, pasti mereka mendapatkannya dari semua jenis kesenangan.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَوْفٍ الْحِمْصِيُّ، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ كَثِيرِ بْنِ دِينَارٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُهَاجِرٍ، عَنِ الضَّحَّاكِ المَعَافري، عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ مُوسَى، حَدَّثَنِي كُرَيْب؛ أَنَّهُ سَمِعَ أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلَا هَلْ مُشَمِّر إِلَى الْجَنَّةِ؟ فَإِنَّ الْجَنَّةَ لَا خَطر لَهَا هِيَ -وَرَبِّ الْكَعْبَةِ-نُورٌ كُلُّهَا يَتَلَأْلَأُ وَرَيْحَانَةٌ تَهْتَزُّ، وَقَصْرٌ مَشيد، وَنَهْرٌ مُطَّرد، وَثَمَرَةٌ نَضِيجَةٌ، وَزَوْجَةٌ حَسْنَاءُ جَمِيلَةٌ، وَحُلَلٌ كَثِيرَةٌ، وَمُقَامٌ فِي أَبَدٍ، فِي دَارِ سَلَامَةٍ، وَفَاكِهَةٍ خَضِرَةٍ وحَبْرَة وَنِعْمَةٍ، وَمَحَلَّةٍ عَالِيَةٍ بَهيَّة". قَالُوا: نَعَمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ، نَحْنُ الْمُشَمِّرُونَ لَهَا. قَالَ: "قُولُوا: إِنْ شَاءَ اللَّهُ". قَالَ الْقَوْمُ: إِنْ شَاءَ اللَّهُ.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Auf Al-Himsi, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Sa'id ibnu Kasir ibnu Dinar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Muhajir,
dari Ad-Dahhak Al-Mu'afiri, dari Sulaiman ibnu Musa, telah menceritakan kepadaku Kuraib, ia pernah mendengar Usamah ibnu Zaid r.a. mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Adakah orang yang menginginkan masuk surga, karena sesungguhnya surga itu keindahannya tidak dapat terbayangkan. Surga itu demi Tuhan Ka'bah, semuanya merupakan nur (cahaya) yang berkemilauan,
wewangian yang semerbak aromanya, gedung-gedung yang kokoh, sungai-sungai yang mengalir, buah-buahan yang masak, istri-istri yang cantik jelita, perhiasan yang banyak, tempat tinggal yang abadi di negeri yang penuh
dengan keselamatan, buah-buahan yang segar, kebaikan dan nikmat yang berlimpah di tempat yang tinggi lagi menyenangkan. Mereka (para sahabat) berkata, "Ya, wahai Rasulullah, kamilah orang-orang yang sedang mengadakan
persiapan untuk memasukinya." Rasulullah Saw. bersabda.”Katakanlah. 'Insya Allah'Maka para sahabat mengatakan, "Insya Allah" Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Majah di dalam Kitabuz Zuhud, bagian dari kitab Sunan-nya
melalui hadis Al-Walid ibnu Muslim, dari Muhammad ibnu Muhajir dengan sanad yang sama. Firman Allah Swt.:
{سَلامٌ قَوْلا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ}
(Kepada mereka dikatakan), "Salam, " sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang. (Yasin: 58) Ibnu Juraij mengatakan bahwa Ibnu Abbas r.a. telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
(Kepada mereka dikatakan).”Salam.” sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang. (Yasin: 58) Sesungguhnya Allah Swt. sendirilah yang melimpahkan selamat kepada penduduk surga.
Pendapat yang dikatakan oleh Ibnu Abbas ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{تَحِيَّتُهُمْ يَوْمَ يَلْقَوْنَهُ سَلامٌ}
Salam penghormatan kepada mereka (orang-orang mukmin itu) pada hari mereka menemui-Nya ialah, "Salam.” (Al-Ahzab: 44)
Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan makna ayat ini telah meriwayatkan sebuah hadis yang di dalam sanadnya terdapat hal yang perlu diteliti. Ia mengatakan:
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ يُوسُفَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِي الشَّوَارِبِ، حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ العَبَّاداني، حَدَّثَنَا الْفَضْلُ الرَّقاشيّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ المُنْكَدِر، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "بَيْنَا أَهْلُ الْجَنَّةِ فِي نَعِيمِهِمْ، إِذْ سطع لهم نور، فرفعوا رؤوسهم، فَإِذَا الرَّبُّ تَعَالَى قَدْ أَشْرَفَ عَلَيْهِمْ مِنْ فَوْقِهِمْ، فَقَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ. فَذَلِكَ قَوْلُهُ: {سَلامٌ قَوْلا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ} . قَالَ: "فَيَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَيَنْظُرُونَ إِلَيْهِ، فَلَا يَلْتَفِتُونَ إِلَى شَيْءٍ مِنَ النَّعِيمِ مَا دَامُوا يَنْظُرُونَ إِلَيْهِ، حَتَّى يَحْتَجِبَ عَنْهُمْ، وَيَبْقَى نُورُهُ وَبِرْكَتُهُ عليهم وفي ديارهم"
Telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Yusuf, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul Malik ibnu Abusy Syawarib, telah menceritakan kepada kami Abu Asim Al-Ibadani, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl Ar-Raqqasyi,
dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir ibnu Abdullah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, bahwa ketika ahli surga sedang bergelimang di dalam kenikmatannya, tiba-tiba muncullah cahaya pada mereka,
lalu mereka mengangkat kepalanya memandang ke arah cahaya itu, dan ternyata Tuhan Yang Maha Agung menengok mereka dari atas mereka, lalu berfirman, "Selamat kepada kalian semua, hai penduduk surga.'' Yang demikian itulah
yang dimaksud oleh firman-Nya: (Kepada mereka dikatakan), "Salam, " sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang. (Yasin: 58) Maka Allah memandang kepada mereka, dan mereka memandang kepada-Nya.
Mereka tidak mengalihkan pandangannya kepada sesuatu pun selama mereka memandang kepada Allah Swt. karena nikmatnya yang tak terperikan, hingga Allah Swt. menutup diri dari mereka dengan hijab-Nya dan yang tertinggal adalah
cahaya dan berkah-Nya yang melimpah atas mereka di rumah-rumah mereka. Imam Ibnu Majah meriwayatkan hadis ini di dalam Kitabus Sunnah bagian dari kitab Sunan-nya melalui Muhammad ibnu Abdul Malik ibnu Abusy Syawarib
dengan sanad yang sama. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepada kami Harmalah, dari Sulaiman ibnu Humaid yang mengatakan
bahwa ia pernah mendengar Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi menceritakan hadis berikut dari Umar ibnu Abdul Aziz yang mengatakan bahwa apabila Allah Swt. telah selesai dari ahli surga dan ahli neraka, maka Dia datang dengan diselimuti
oleh awan bersama para malaikat. Lalu Allah Swt. mengucapkan selamat kepada penghuni surga, dan mereka menjawab ucapan selamat Allah Swt. Selanjutnya Al-Qurazi mengatakan bahwa hal tersebut disebutkan di dalam Kitabullah
oleh firman-Nya yang mengatakan: (Kepada mereka dikatakan), "Salam, " sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang. (Yasin: 58) Kemudian Allah Swt. berfirman, "'Mintalah kepada-Ku." Mereka menjawab, "Wahai Tuhan,
apakah yang harus kami minta kepada-Mu?" Allah Swt. berfirman, "Benar, mintalah kepada-Ku." Mereka berkata, "Kami memohon kepada-Mu, ya Tuhan kami, rida-Mu." Allah Swt. berfirman, "Rida-Ku Kulimpahkan kepada kalian
di rumah kehormatan-Ku." Mereka berkata, "Ya Tuhan kami, lalu apa lagi yang harus kami mintakan kepada-Mu. Maka demi keagungan dan kebesaran-Mu serta ketinggian kedudukan-Mu. seandainya Engkau beri izin kepada kami
untuk memberi rezeki kepada manusia dan jin, tentulah kami dapat memberi mereka makan, minum, pakaian, dan pelayanan kepada mereka tanpa mengurangi barang sedikit pun dari apa yang ada pada kami."
Allah Swt. berfirman, "Sesungguhnya Aku masih mempunyai tambahan buat kalian." Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi melanjutkan, bahwa lalu hal tersebut diputuskan buat mereka di tempat-tempat mereka, hingga akhirnya
Allah bersemayam di singgasana-Nya, setelah itu datanglah hadiah-hadiah dari Allah Swt. untuk mereka yang dibawa oleh para malaikat. Kemudian disebutkan selanjutnya hingga akhir asar.
Surat Ya-Sin |36:56|
هُمْ وَأَزْوَاجُهُمْ فِي ظِلَالٍ عَلَى الْأَرَائِكِ مُتَّكِئُونَ
hum wa azwaajuhum fii zhilaalin 'alal-arooo`iki muttaki`uun
Mereka dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh, bersandar di atas dipan-dipan.
They and their spouses - in shade, reclining on adorned couches.
(Mereka) lafal Hum menjadi Mubtada (dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh) lafal Zhilaalun ini adalah bentuk jamak dari lafal Zhillun atau Zhillatun; menjadi Khabar Mubtada;
arti Zhillun adalah tidak terkena panas matahari maksudnya teduh. (Di atas dipan-dipan) lafal Araa-iki adalah bentuk jamak dari lafal Ariikah, adalah ranjang atau permadani yang tebal
(mereka bersandaran) bertelekan di atas dipan-dipan; lafal ayat ini menjadi Khabar kedua dan menjadi tempat berta'alluqnya Alal Araaaiki.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 56 |
penjelasan ada di ayat 55
Surat Ya-Sin |36:57|
لَهُمْ فِيهَا فَاكِهَةٌ وَلَهُمْ مَا يَدَّعُونَ
lahum fiihaa faakihatuw wa lahum maa yadda'uun
Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa saja yang mereka inginkan.
For them therein is fruit, and for them is whatever they request [or wish]
(Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan mereka memperoleh pula) di dalamnya (apa yang mereka minta) apa yang mereka dambakan.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 57 |
penjelasan ada di ayat 55
Surat Ya-Sin |36:58|
سَلَامٌ قَوْلًا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ
salaam, qoulam mir robbir roḥiim
(Kepada mereka dikatakan), "Salam," sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.
[And] "Peace," a word from a Merciful Lord.
(Kepada mereka dikatakan, "Salaam") kedudukan kalimat ini menjadi Mubtada (sebagai ucapan selamat) yang menjadi Khabarnya ialah (dari Rabb Yang Maha Penyayang) kepada mereka, yakni Dia mengucapkan kepada mereka, "Kesejahteraan atas kalian."
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 58 |
penjelasan ada di ayat 55
Surat Ya-Sin |36:59|
وَامْتَازُوا الْيَوْمَ أَيُّهَا الْمُجْرِمُونَ
wamtaazul-yauma ayyuhal-mujrimuun
Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir), "Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, wahai orang-orang yang berdosa!
[Then He will say], "But stand apart today, you criminals.
(Dan) Dia berfirman pula, ("Berpisahlah kalian dan orang-orang mukmin pada hari ini hai orang-orang yang berbuat jahat) mereka diperintahkan supaya berpisah di kala mereka bercampur dengan orang-orang mukmin.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 59 |
Tafsir ayat 59-62
Allah Swt berfirman, menceritakan nasib yang dialami oleh orang-orang kafir kelak di hari kiamat, yaitu Dia telah memerintahkan kepada mereka agar berpisah dari tempat orang-orang mukmin. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{وَيَوْمَ نَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ نَقُولُ لِلَّذِينَ أَشْرَكُوا مَكَانَكُمْ أَنْتُمْ وَشُرَكَاؤُكُمْ فَزَيَّلْنَا بَيْنَهُمْ}
(Ingatlah) suatu hari (ketika itu) Kami mengumpulkan mereka semuanya kemudian Kami berkata kepada orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), "Tetaplah kamu dan sekutu-sekutumu di tempatmu itu.” Lalu Kami pisahkan mereka. (Yunus. 28)
{وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ يَتَفَرَّقُونَ}
Dan pada hari terjadinya kiamat, di hari itu mereka (manusia) bergolong-golongan. (Ar-Rum: 14) Dan firman Allah Swt.:
{يَوْمَئِذٍ يَصَّدَّعُونَ}
pada hari itu mereka terpisah-pisah (Ar-Rum: 43) Yakni menjadi dua golongan yang terpisah (golongan orang mukmin dan golongan orang kafir). Dan firman Allah Swt.:
{احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَاهْدُوهُمْ إِلَى صِرَاطِ الْجَحِيمِ}
(Kepada malaikat diperintahkan), "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah selain Allah; maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. (Ash-Shaffat: 22-23) Firman Allah Swt.:
{أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَنْ لَا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ}
Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu, hai Bani Adam, supaya kamu tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu. (Yasin: 60)
Ini merupakan ancaman dari Allah Swt. yang ditujukan kepada orang-orang kafir dari kalangan Bani Adam. Yaitu mereka yang menaati setan, padahal setan itu adalah musuh besar mereka;
dan mereka durhaka terhadap Tuhan Yang Maha Pemurah, padahal Dialah Yang Menciptakan dan Yang Memberi rezeki mereka. Karena itulah dalam firman berikutnya disebutkan:
{وَأَنِ اعْبُدُونِي هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ}
dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus (Yasin: 61) Artinya, Aku telah memerintahkan kepada kalian sewaktu di dunia untuk menentang setan. Kuperintahkan pula kalian agar menyembah-Ku, karena inilah jalan yang lurus.
Tetapi kalian menempuh jalan yang lain, dan kalian mengikuti apa yang diperintahkan oleh setan. Dalam firman berikutnya disebutkan:
{وَلَقَدْ أَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلا كَثِيرًا}
Sesungguhnya setan itu telah menyesatkan sebagian besar di antaramu. (Yasin: 62) Lafaz jibillan menurut pendapat lain diucapkan jubilan, dan di antara ahli qiraat ada yang membacanya jiblan, maka yang dimaksud ialah
'sebagian besar dari manusia'. Demikianlah menurut Mujahid, Qatadah, As-Saddi, dan Sufyan ibnu Uyaynah. Firman Allah Swt.:
{أَفَلَمْ تَكُونُوا تَعْقِلُونَ}
Maka apakah kamu tidak memikirkan? (Yasin: 62) Yakni apakah kalian tidak berakal hingga menentang Tuhan kalian yang telah memerintahkan kepada kalian agar menyembah-Nya semata tiada sekutu bagi-Nya, lalu justru kalian mengikuti setan?
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْب، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مُحَمَّدٍ الْمُحَارِبِيُّ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ رَافِعٍ، عَمَّنْ حَدَّثَهُ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ كَعْبٍ الْقُرَظِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ أَمَرَ اللَّهُ جَهَنَّمَ فَيَخْرُجُ مِنْهَا عُنق سَاطِعٌ مُظْلِمٌ، يَقُولُ: {أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَنْ لَا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ * وَأَنِ اعْبُدُونِي هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ * وَلَقَدْ أَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلا كَثِيرًا أَفَلَمْ تَكُونُوا تَعْقِلُونَ * هَذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ} امْتَازُوا الْيَوْمَ أَيُّهَا الْمُجْرِمُونَ. فَيَتَمَيَّزُ النَّاسُ وَيَجْثُونَ، وَهِيَ الَّتِي يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: {وَتَرَى كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَى إِلَى كِتَابِهَا الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ }
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Muhammad Al-Muharibi, dari Ismail ibnu Rafi', dari seseorang yang telah menceritakan kepadanya hadis berikut
dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: bahwa apabila hari kiamat tiba, Allah Swt. memerintahkan kepada neraka Jahanam (untuk keluar).
Maka keluarlah dari neraka Jahanam sesuatu yang bentuknya seperti leher dalam rupa yang hitam pekat, lalu berkata: "Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu, hai Bani Adam, supaya kamu tidak menyembah setan?
Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu," dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus. Sesungguhnya setan itu telah menyesatkan sebagian besar di antaramu. Maka apakah kamu tidak memikirkan.
Inilah Jahanam yang dahulu kamu diancam (dengannya). (Yasin: 60-63) Maka manusia pun bergolong-golong secara terpisah dan mereka berlutut; hal inilah yang diungkapkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya: Dan (pada hari itu)
kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan. (Al-Jasiyah: 28)
Surat Ya-Sin |36:60|
أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَنْ لَا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ ۖ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
a lam a'had ilaikum yaa baniii aadama al laa ta'budusy-syaithoon, innahuu lakum 'aduwwum mubiin
Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu,
Did I not enjoin upon you, O children of Adam, that you not worship Satan - [for] indeed, he is to you a clear enemy -
(Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kalian hai Bani Adam) melalui lisan Rasul-rasul-Ku (supaya kalian tidak menyembah setan) jangan menaatinya. (Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian") yakni jelas permusuhannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 60 |
penjelasan ada di ayat 59
Surat Ya-Sin |36:61|
وَأَنِ اعْبُدُونِي ۚ هَٰذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ
wa ani'buduunii, haażaa shiroothum mustaqiim
dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus."
And that you worship [only] Me? This is a straight path.
(Dan hendaklah kalian menyembah-Ku) yakni esakanlah Aku dan taatilah Aku. (Inilah jalan) maksudnya tuntunan (yang lurus.)
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 61 |
penjelasan ada di ayat 59
Surat Ya-Sin |36:62|
وَلَقَدْ أَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلًّا كَثِيرًا ۖ أَفَلَمْ تَكُونُوا تَعْقِلُونَ
wa laqod adholla mingkum jibillang kaṡiiroo, a fa lam takuunuu ta'qiluun
Dan sungguh, ia (setan itu) telah menyesatkan sebagian besar di antara kamu. Maka apakah kamu tidak mengerti?
And he had already led astray from among you much of creation, so did you not use reason?
(Sesungguhnya setan itu telah menyesatkan sebagian besar di antara kalian) lafal Jibillan adalah bentuk jamak dari Jabiilun seperti wazan Qadiimun, artinya makhluk.
Menurut qiraat yang lain dibaca Jibullan dengan harakat Dhammah pada huruf Ba. (Maka apakah kalian tidak memikirkan) tentang permusuhan setan dan penyesatannya;
atau azab yang bakal menimpa mereka, yang karenanya mereka lalu mau beriman. Dikatakan kepada mereka di akhirat nanti:
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 62 |
penjelasan ada di ayat 59
Surat Ya-Sin |36:63|
هَٰذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
haażihii jahannamullatii kuntum tuu'aduun
Inilah (Neraka) Jahanam yang dahulu telah diperingatkan kepadamu.
This is the Hellfire which you were promised.
(Inilah Jahanam yang kalian dahulu diancam) dengannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 63 |
Tafsir ayat 63-67
Dikatakan kepada Bani Adam yang kafir-kafir kelak pada hari kiamat saat neraka Jahanam telah dimunculkan di hadapan mereka dengan nada kecaman dan cemoohan:
{هَذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ}
Inilah Jahanam yang dahulu kamu diancam (dengannya). (Yasin: 63) Maksudnya, inilah azab yang pernah diperingatkan oleh para rasul kepada kalian, namun kalian mendustakannya.
{اصْلَوْهَا الْيَوْمَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ}
Masuklah ke dalamnya pada hari ini disebabkan kamu dahulu mengingkarinya. (Yasin: 64) Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{يَوْمَ يُدَعُّونَ إِلَى نَارِ جَهَنَّمَ دَعًّا * هَذِهِ النَّارُ الَّتِي كُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُونَ * أَفَسِحْرٌ هَذَا أَمْ أَنْتُمْ لَا تُبْصِرُونَ}
pada hari mereka didorong ke neraka Jahanam dengan sekuat-kuatnya. (Dikatakan kepada mereka), "Inilah neraka yang dahulu kamu selalu mendustakannya.” Maka apakah ini sihir? Ataukah kamu tidak melihat? (At-Tur: 13-15) Adapun firman Allah Swt.:
{الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (Yasin: 65)
Ayat ini menceritakan keadaan orang-orang kafir dan orang-orang munafik kelak di hari kiamat ketika mereka mengingkari perbuatan jahat mereka di dunia dan mengucapkan sumpah untuk itu.
Maka Allah mengunci mulut mereka dan dibiarkanlah oleh-Nya semua anggota tubuh lainnya berbicara menjadi saksi atas apa yang telah mereka perbuat.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو شَيْبَةَ إِبْرَاهِيمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا مِنْجَاب بْنُ الْحَارِثِ التَّمِيمِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الْأَسَدِيُّ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عُبَيْدٍ المُكتب، عَنِ الفُضَيْل بْنِ عَمْرٍو، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَضْحِكَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ، ثُمَّ قَالَ: " أَتُدْرُونَ مِمَّ أَضْحَكُ؟ " قُلْنَا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "مِنْ مُجَادَلَةِ الْعَبْدِ رَبَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُولُ: رَبِّ أَلَمْ تُجِرْنِي مِنَ الظُّلْمِ؟ فَيَقُولُ: بَلَى. فَيَقُولُ: لَا أُجِيزُ عَلَيَّ إِلَّا شاهدًا من نفسي فَيَقُولُ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسيبًا، وَبِالْكِرَامِ الْكَاتِبِينَ شُهُودًا. فَيُخْتَمُ عَلَى فِيهِ، ويُقال لِأَرْكَانِهِ: انْطِقِي. فَتَنْطِقُ بِعَمَلِهِ، ثُمَّ يُخَلِّي بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْكَلَامِ، فَيَقُولُ: بُعدًا لَكُنَّ وسُحقًا، فعنكنَّ كنتُ أُنَاضِلُ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Syaibah Ibrahim ibnu Abdullah ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Minjab ibnul Haris At-Tamimi, telah menceritakan kepada kami Abu Amir Al-Azdi,
telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ubaid Al-Maktab, dari Al-Fadl ibnu Amr, dari Asy-Sya'bi, dari Anas ibnu Malik r.a. yang mengatakan bahwa ketika kami bersama Nabi Saw., tiba-tiba beliau tersenyum sehingga gigi serinya kelihatan.
Kemudian beliau Saw. bersabda, "Tahukah kalian, mengapa aku tertawa?" Kami menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Nabi Saw. bersabda: Karena bantahan seorang hamba kepada Tuhannya pada hari kiamat.
Si hamba berkata, "Ya Tuhanku, bukankah Engkau melindungiku dari kezaliman?" Tuhan berfirman, "Benar.” Si hamba berkata, "Saya tidak memperkenankan ada yang bersaksi terhadapku kecuali hanya diriku sendiri.” Tuhan berfirman,
"Cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghitung terhadapmu, juga malaikat pencatat amal perbuatanmu sebagai saksinya.” Maka dikuncilah mulutnya, lalu dikatakan kepada anggota-anggota tubuhnya, "Berbicaralah kamu,
maka semua anggota tubuhnya berbicara tentang amal perbuatannya. Kemudian dibiarkan antara dia dan anggota tubuhnya untuk berbicara. Maka ia berkata (kepada anggota tubuhnya), "Celaka dan siallah kalian,
dahulu aku berjuang membelamu (dan sekarang kamu mencelakakan diriku)." Imam Muslim dan Imam Nasai meriwayatkannya. Mereka berdua menerima hadis ini dari Abu Bakar ibnu Abun Nadr, dari Abun Nadr,
dari Ubaidillah ibnu Abdur Rahman Al-Asyja'i, dari Sufyan As-Sauri dengan sanad yang sama. Kemudian Imam Nasai mengatakan bahwa ia tidak mengetahui seseorang meriwayatkan hadis ini dari Sufyan selain Al-Asyja'i.
Hadis ini berpredikat garib, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Demikianlah menurut Imam Nasai. Dan dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan hal yang semisal melalui riwayat Abu Amir, dari Abdul Malik ibnu Amr Al-Asadi Al-Aqdi,
dari Sufyan.
قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ: أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنْ بَهز بْنِ حَكِيمٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّكُمْ تُدْعَون مُفَدَّمة أَفْوَاهُكُمْ بالفِدَام، فَأَوَّلُ مَا يُسْأَلُ عَنْ أَحَدِكُمْ فَخِذُهُ وَكَتِفُهُ".
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Bahz ibnu Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya kalian kelak akan dipanggil dalam keadaan mulut kalian ditutup
dengan penyumbat. Maka anggota tubuh seseorang dari kalian yang mula-mula ditanyai adalah paha dan bahunya. Imam Nasai meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Rafi', dari Abdur Razzaq dengan sanad yang sama.
Sufyan ibnu Uyaynah telah menceritakan dari Suhail, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah Saw. tentang hadis hari kiamat yang cukup panjang, di dalamnya disebutkan bahwa:
"ثُمَّ يَلْقَى الثَّالِثَ فَيَقُولُ: مَا أَنْتَ؟ فَيَقُولُ: أَنَا عَبْدُكَ، آمَنْتُ بِكَ وَبِنَبِيِّكَ وَبِكِتَابِكَ، وَصُمْتُ وَصَلَّيْتُ وَتَصَدَّقْتُ -وَيَثْنِي بِخَيْرٍ مَا اسْتَطَاعَ-قَالَ: فَيُقَالُ لَهُ: أَلَا نَبْعَثُ عَلَيْكَ شَاهِدَنَا ؟ قَالَ: فَيُفَكِّرُ فِي نَفْسِهِ، مِنَ الَّذِي يَشْهَدُ عَلَيْهِ، فيُختَم عَلَى فِيهِ، وَيُقَالُ لِفَخِذِهِ: انْطِقِي. فَتَنْطِقُ فَخِذُهُ وَلَحْمُهُ وَعِظَامُهُ بِمَا كَانَ يَعْمَلُ، وَذَلِكَ الْمُنَافِقُ، وَذَلِكَ لِيُعْذَرَ مِنْ نَفْسِهِ. وَذَلِكَ الَّذِي سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِ".
kemudian orang yang ketiga dihadapkan, lalu ditanya, "Amal apakah yang kamu bawa?" Ia menjawab, "Aku adalah hamba¬Mu, beriman kepada-Mu dan kepada Nabi-Mu serta Kitab-Mu. Dan aku mengerjakan puasa, salat, dan berzakat,"
lalu ia mengucapkan pujian yang baik sebatas kemampuannya. Lalu dikatakan kepadanya, "Ingatlah, Aku akan membangkitkan saksi dari Kami terhadapmu." Lalu ia berpikir untuk mencari siapa yang akan menjadi saksi terhadap dirinya.
Maka Allah membungkam mulutnya dan dikatakan kepada pahanya, "Berbicaralah!" Maka pahanya, dagingnya, dan tulangnya berbicara, menceritakan semua amal perbuatan yang pernah dilakukannya. Demikianlah nasib yang dialami
oleh orang munafik, hal itu dilakukan terhadapnya agar alasan Allah kuat, dan itulah yang membuat Allah murka terhadapnya. Imam Muslim dan Imam Abu Daud meriwayatkannya melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah secara panjang lebar.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، حَدَّثَنَا ضَمْضَم بْنُ زُرْعَة عَنْ شُرَيْح بْنِ عُبَيْدٍ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ؛ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "إِنَّ أَوَّلَ عَظْمٍ مِنَ الْإِنْسَانِ يَتَكَلَّمُ يَوْمَ يُختَم عَلَى الْأَفْوَاهِ، فَخذُه مِنَ الرِّجل الْيُسْرَى".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Iyasy, telah menceritakan kepada kami Damdam ibnu Zur'ah,
dari Syuraih ibnu Ubaid, dari Uqbah ibnu Amir r.a., bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya anggota tubuh manusia yang mula-mula ber¬bicara di hari semua mulut dibungkam adalah paha kaki kirinya.
Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Auf dari Abdullah ibnul Mubarak dari Ismail ibnu Iyasy dengan sanad dan lafaz yang semisal. Imam Ahmad menilai jayyid sanad hadis ini. Untuk itu dia mengatakan:
حَدَّثَنَا الْحَكَمُ بْنُ نَافِعٍ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ ضَمْضَم بْنِ زُرْعَة، عَنْ شُرَيْح بْنِ عُبَيد الْحَضْرَمِيِّ، عَمَّنْ حَدَّثه عَنْ عُقْبَةَ بن عامر؛ أنه سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "إِنَّ أَوَّلَ عَظْمٍ مِنَ الْإِنْسَانِ يَتَكَلَّمُ يَوْمَ يُختَم عَلَى الْأَفْوَاهِ، فَخذه مِنَ الرِّجْلِ الشِّمَالِ".
telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Nafi', telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Iyasy, dan Damdam ibnu Zur'ah dari Syuraih ibnu Ubaid Al-Hadrami dari seseorang yang menceritakan hadis ini kepadanya,
dari Uqbah ibnu Amir r.a. bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya anggota tubuh manusia yang mula-mula berbicara di hari semua mulut dikunci ialah paha kaki kirinya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Ubaid, dari Humaid ibnu Hilal yang mengatakan bahwa Abu Burdah
pernah mengatakan bahwa Abu Musa Al-Asy'ari r.a. telah berkata bahwa kelak di hari kiamat orang mukmin dipanggil untuk menjalani perhitungan amal perbuatan. Lalu Tuhannya menampakkan kepadanya semua amal perbuatannya
antara Dia dan orang mukmin itu. Maka orang mukmin itu mengakuinya dan mengatakan, "Benar, ya Tuhanku, aku telah melakukan anu dan anu dan anu." Maka Allah Swt. mengampuni semua dosanya dan menutupi sebagian darinya.
Tiada seorang makhluk pun yang melihat dosa-dosa tersebut barang sedikit pun, dan yang tampak hanyalah kebaikan-kebaikannya saja, sehingga orang mukmin itu menginginkan andaikata semua manusia melihatnya.
Dan orang kafir serta orang munafik dipanggil untuk menjalani hisab amal perbuatannya, maka Tuhannya membeberkan kepadanya semua amal perbuatannya. Tetapi ia mengingkarinya dan berkata, "Ya Tuhanku, demi Keagungan-Mu,
sesungguhnya malaikat ini telah mencatat pada buku amalku hal-hal yang tidak aku kerjakan." Maka malaikat pencatat amal perbuatan berkata kepadanya, "Bukankah kamu telah melakukan anu di hari anu di tempat anu?" Ia menjawab,
"Tidak, demi keagungan-Mu, ya Tuhanku, aku tidak melakukannya." Apabila ia mengingkari semuanya itu, maka Allah Swt. membungkam mulutnya. Abu Musa Al-Asy'ari r.a. melanjutkan, bahwa sesungguhnya ia menduga anggota tubuhnya
yang mula-mula berbicara ialah paha kanannya. Kemudian Abu Musa Al-Asy'ari membaca firman-Nya: Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka
terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (Yasin: 65) Adapun firman Allah Swt.:
{وَلَوْ نَشَاءُ لَطَمَسْنَا عَلَى أَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَأَنَّى يُبْصِرُونَ}
Dan jikalau Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; lalu mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka betapakah mereka dapat melihatnya). (Yasin: 66)
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan tafsir ayat ini. Ibnu Abbas mengatakan bahwa seandainya Kami menghendaki, pastilah Kami sesatkan mereka dari jalan petunjuk,
maka betapakah mereka dapat melihatnya. Di lain kesempatan Ibnu Abbas mengartikan tamasna dengan pengertian 'Kami butakan'. Al-Hasan Al-Basri mengatakan, "Jikalau Allah menghendaki, tentulah mata mereka dibutakan-Nya
sehingga mereka menjadi buta dan tidak dapat melihat jalan yang ditempuhnya." As-Saddi mengatakan bahwa seandainya Kami menghendaki, tentulah Kami butakan penglihatan mereka.
Mujahid, Abu Saleh, Qatadah, dan As-Saddi mengatakan bahwa lalu mereka berlomba-lomba menuju sirat yakni jalan. Ibnu Zaid mengatakan, yang dimaksud dengan sirat dalam ayat ini ialah kebenaran, maka betapakah mereka
dapat melihatnya karena Kami telah membutakan penglihatan mereka. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa makna fa-anna yubsirun ialah mereka tidak dapat melihat perkara hak. Firman Allah Swt.:
{وَلَوْ نَشَاءُ لَمَسَخْنَاهُمْ عَلَى مَكَانَتِهِم}
Dan jikalau Kami menghendaki, pastilah Kami ubah mereka di tempat mereka berada. (Yasin: 67) Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa makna masakhnahum ialah Kami binasakan mereka.
As-Saddi mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Kamu ubah bentuk mereka. Abu Saleh mengatakan, maksudnya Kami jadikan mereka batu-batuan.
Al-Hasan Al-Basri dan Qatadah mengatakan bahwa tentulah Allah menjadikan mereka terduduk di atas kaki mereka. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:
{فَمَا اسْتَطَاعُوا مُضِيًّا}
maka mereka tidak sanggup berjalan lagi. (Yasin: 67) Yakni melangkah ke arah depan.
{وَلا يَرْجِعُونَ}
dan tidak (pula) sanggup kembali. (Yasin: 67) Yaitu ke arah belakang, bahkan mereka tetap berada di tempatnya, tidak dapat maju dan tidak dapat mundur.
Surat Ya-Sin |36:64|
اصْلَوْهَا الْيَوْمَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ
ishlauhal-yauma bimaa kuntum takfuruun
Masuklah ke dalamnya pada hari ini karena dahulu kamu mengingkarinya.
[Enter to] burn therein today for what you used to deny."
(Masuklah ke dalamnya pada hari ini disebabkan kalian dahulu mengingkarinya.)
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 64 |
penjelasan ada di ayat 63
Surat Ya-Sin |36:65|
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَىٰ أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
al-yauma nakhtimu 'alaaa afwaahihim wa tukallimunaaa aidiihim wa tasy-hadu arjuluhum bimaa kaanuu yaksibuun
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
That Day, We will seal over their mouths, and their hands will speak to Us, and their feet will testify about what they used to earn.
(Pada hari ini Kami tutup mulut mereka) mulut orang-orang kafir, karena mereka mengatakan, yaitu sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya, "Demi Allah, Rabb kami,
tiadalah kami mempersekutukan Allah." (Q.S. 6 Al An'am, 23) (Dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan kaki mereka memberi kesaksian) juga anggota-anggota mereka lainnya
(terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan) setiap anggota tubuh mengucapkan apa yang telah diperbuatnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 65 |
penjelasan ada di ayat 63
Surat Ya-Sin |36:66|
وَلَوْ نَشَاءُ لَطَمَسْنَا عَلَىٰ أَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَأَنَّىٰ يُبْصِرُونَ
walau nasyaaa`u lathomasnaa 'alaaa a'yunihim fastabaqush-shirootho fa annaa yubshiruun
Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka, sehingga mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka bagaimana mungkin mereka dapat melihat?
And if We willed, We could have obliterated their eyes, and they would race to [find] the path, and how could they see?
(Dan jika Kami menghendaki pastilah Kami hapuskan penglihatan mereka) Kami jadikan penglihatan mereka buta sama sekali (lalu mereka berlomba-lomba) bersegera
(-mencari- jalan) untuk pergi sebagaimana kebiasaan mereka. (Maka betapakah) bagaimanakah (mereka dapat melihat) jalan itu, jika mereka dalam keadaan buta Yakni mereka pasti tidak akan dapat melihat jalan itu.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 66 |
penjelasan ada di ayat 63
Surat Ya-Sin |36:67|
وَلَوْ نَشَاءُ لَمَسَخْنَاهُمْ عَلَىٰ مَكَانَتِهِمْ فَمَا اسْتَطَاعُوا مُضِيًّا وَلَا يَرْجِعُونَ
walau nasyaaa`u lamasakhnaahum 'alaa makaanatihim famastathoo'uu mudhiyyaw wa laa yarji'uun
Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami ubah bentuk mereka di tempat mereka berada, sehingga mereka tidak sanggup berjalan lagi dan juga tidak sanggup kembali.
And if We willed, We could have deformed them, [paralyzing them] in their places so they would not be able to proceed, nor could they return.
(Dan jika Kami menghendaki pastilah Kami ubah mereka) diubah menjadi kera, babi atau batu (di tempat mereka berada) menurut qiraat yang lain lafal Makanatihim dibaca dalam bentuk jamak,
yaitu Makaanaatihim, yaitu di tempat-tempat mereka (maka mereka tidak sanggup berjalan dan tidak pula sanggup kembali) yakni mereka tidak dapat pergi dan tidak dapat pulang kembali.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 67 |
penjelasan ada di ayat 63
Surat Ya-Sin |36:68|
وَمَنْ نُعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِي الْخَلْقِ ۖ أَفَلَا يَعْقِلُونَ
wa man nu'ammir-hu nunakkis-hu fil-kholq, a fa laa ya'qiluun
Dan barang siapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadian(nya). Maka mengapa mereka tidak mengerti?
And he to whom We grant long life We reverse in creation; so will they not understand?
(Dan barang siapa yang Kami panjangkan umurnya) yaitu diperpanjang ajalnya (niscaya dia Kami kembalikan) menurut qiraat yang lain tidak dibaca Nunakkis-hu melainkan Nunkis-hu
yang berasal dari Mashdar At-Tankiis, yakni mengembalikannya (kepada kejadiannya) sehingga setelah ia kuat dan muda lalu menjadi tua dan lemah kembali. (Maka apakah mereka tidak memikirkan)
bahwasanya Dzat Yang Maha Kuasa memperbuat demikian, berkuasa pula untuk membangkitkan hidup kembali, oleh karenanya mereka lalu mau beriman kepada-Nya. Menurut qiraat yang lain lafal Ya'qiluuna dibaca Ta'qiluuna dengan memakai huruf Ta.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 68 |
Tafsir ayat 68-70
Allah Swt. menceritakan tentang anak Adam, bahwa manakala usianya dipanjangkan, maka dikembalikanlah ia kepada keadaan lemah sesudah kuat dan lelah sesudah semangat. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ}
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban.
Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Mahakuasa. (Ar-Rum: 54) Dan firman Allah Swt.:
{وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا}
dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (lanjut dan pikun) supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang pernah diketahuinya. (An-Nahl: 70)
Makna yang dimaksud —hanya Allah Yang Maha Mengetahui— memberitakan tentang keadaan dunia ini, bahwa ia adalah negeri yang lenyap dan sebagai tempat persinggahan, bukan negeri yang abadi,
bukan pula tempat menetap selamanya. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:
{أَفَلا يَعْقِلُونَ}
Maka apakah mereka tidak memikirkan? (Yasin: 68) Yakni tidakkah mereka menggunakan akal pikirannya untuk merenungkan permulaan kejadian mereka, kemudian perjalanan hidup mereka yang berakhir di usia tua, lalu usia pikun,
agar mereka mengetahui bahwa diri mereka itu diciptakan bukan untuk menetap di negeri yang fana ini, melainkan untuk negeri akhirat yang abadi. Dia harus pindah dari negeri fana ke negeri kekekalan yang tidak berpindah lagi sesudahnya.
Firman Allah Swt.:
{وَمَا عَلَّمْنَاهُ الشِّعْرَ وَمَا يَنْبَغِي لَهُ}
Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. (Yasin: 69) Allah Swt. menceritakan perihal Nabi-Nya Muhammad Saw., bahwa Dia tidak mengajarkan syair kepadanya.
{وَمَا يَنْبَغِي لَهُ}
dan bersyair itu tidak layak baginya. (Yasin: 69) Nabi Muhammad Saw. diciptakan tidak untuk bersyair. Karena itu, dia tidak dapat bersyair dan tidak menyukainya, serta secara fitrah bukanlah sebagai penyair.
Berkaitan dengan hal ini telah disebutkan bahwa beliau Saw. tidak pernah hafal suatu bait pun dengan wazan yang teratur, melainkan beliau mengucapkannya secara acak dan tidak lengkap.
Abu Zar'ah Ar-Razi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Mujalid, dari ayahnya, dari Asy-Sya'bi yang mengatakan bahwa tidak sekali-kali Abdul Muttalib melahirkan keturunan, baik laki-laki maupun perempuan,
melainkan pandai bersyair, terkecuali Rasulullah Saw. Demikianlah menurut apa yang disebutkan oleh Ibnu Asakir dalam autobiografi Atabah ibnu Abu La'b yang matinya dimakan oleh singa di Az-Zarqa.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Salamah, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Ali ibnu Zaid, dari Al-Hasan Al-Basri
yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah mengutip bait syair berikut:
كَفَى بالإسْلام والشيْب للمرْء نَاهيًا
Cukuplah Islam dan uban menjadi peringatan bagi seseorang. Maka Abu Bakar berkata, "Wahai Rasulullah, bunyi syair itu sebenarnya harus seperti ini:
كَفى الشَّيْبُ وَالْإِسْلَامُ لِلْمَرْءِ نَاهِيًا ...
Cukuplah Uban dan Islam menjadi peringatan bagi seseorang. Abu Bakar atau Umar berkata: Aku bersaksi sesungguhnya engkau adalah Rasulullah, Allah berfirman: Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. (Yasin: 69)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا هُشَيْم، حَدَّثَنَا مُغِيرَةُ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ عَائِشَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اسْتَرَاثَ الْخَبَرَ، تَمَثَّلَ فِيهِ بِبَيْتِ طَرَفَة: ويَأْتِيكَ بالأخْبار مَنْ لَمْ تُزَوِّدِ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Mugirah, dari Asy-Sya'bi, dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. apabila merasa ragu terhadap suatu berita,
maka beliau mengutip ucapan syair Tarfah yang mengatakan: dan akan datang kepadamu seseorang membawa berita-berita yang kamu belum membuat persiapan (untuk menghadapinya).
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Nasai di dalam kitab Al-Yaum wal Lailah melalui jalur Ibrahim ibnu Muhajir, dari Asy-Sya'bi. Imam Turmuzi dan juga Imam Nasai telah meriwayatkan pula hal yang semisal melalui hadis
Al-Miqdam ibnu Syuraih ibnu Hani', dari ayahnya, dari Aisyah r.a. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا أُسَامَةُ، عَنْ زَائِدَةَ، عَنْ سِمَاك، عَنْ عِكْرِمَة، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَمَثَّلُ مِنَ الْأَشْعَارِ: وَيَأتيكَ بالأخْبَار مَنْ لَمْ تُزَوِّدِ ...
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Usamah, dari Za-id, dari Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah mengutip ucapan penyair yang bunyinya seperti berikut: dan akan datang kepadamu seseorang membawa berita-berita yang kamu belum membuat persiapan (untuk menghadapinya).
Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa diriwayatkan pula oleh selain zaidah, dari Sammak, dari Atiyyah, dari Aisyah r.a. Apa yang telah disebutkan di atas merupakan petikan dari syair Tarfah ibnul Abd dalam Mu’allaqat-nya
yang terkenal itu. Bait yang telah disebutkan merupakan kalimat akhirnya, sedangkan permulaannya adalah seperti berikut:
سَتُبْدي لكَ الأيامُ مَا كُنْتَ جَاهلا ... وَيَأتيك بالأخْبَارِ مَنْ لَمْ تُزَوِّدِ ... وَيَأتيكَ بالأخْبَار مَنْ لَمْ تَبِع لهُ ... بَتَاتا وَلَمْ تَضرب لَهُ وَقْتَ مَوْعِدِ
Hari-hari (masa) akan menampakkan kepadamu banyak hal yang belum kamu ketahui, dan akan datang seseorang kepadamu membawa berita-berita yang kamu belum membuat persiapan (untuk menyambutnya).
Dan akan datang membawa berita kepadamu seseorang yang kamu tidak pernah berjual beli dengannya sama sekali dan belum pernah pula kamu membuat suatu janji dengannya.
Sa'id ibnu Abu Urwah telah meriwayatkan dari Qatadah, bahwa pernah ditanyakan kepada Siti Aisyah r.a., "Apakah dahulu Rasulullah Saw. pernah mengutip sesuatu dari bait syair?"
Siti Aisyah r.a. menjawab bahwa syair merupakan perkataan yang paling tidak disukai oleh beliau. Hanya saja beliau pernah mengutip bait syair saudaraku dari Bani Qais, maka beliau menjadikannya terbalik,
yang awal diakhirkan dan yang akhir diawalkan. Lalu Abu Bakar r.a. berkata, "Bukan begitu, wahai Rasulullah Saw." maka beliau Saw. bersabda:
"إني وَاللَّهِ مَا أَنَا بِشَاعِرٍ وَلَا يَنْبَغِي لِي"
Sesungguhnya aku, demi Allah, bukanlah seorang penyair, dan bersyair itu tidak layak bagiku.
Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir, lafaz hadis di atas berdasarkan apa yang ada pada Ibnu Jarir.
Ma'mar telah meriwayatkan dari Qatadah, telah sampai kepadanya suatu berita yang mengatakan bahwa Aisyah r.a. pernah ditanya, "Apakah Rasulullah Saw. pernah mengutip kata-kata seorang penyair?"
Maka Siti Aisyah r.a. menjawab, "Tidak, kecuali bait syair milik Tarfah, yaitu: Hari-hari akan menampakkan kepadamu banyak hal yang kamu belum tahu, dan akan datang kepadamu seseorang membawa berita-berita
yang kamu belum membuat persiapan (untuk menyambutnya). Beliau Saw. mengucapkannya secara terbalik, yaitu: "Man lam tuzawwad bil akhbar.” Maka Abu Bakar berkata, "Bukan demikian." Lalu Rasulullah Saw. bersabda:
Sesungguhnya aku bukan seorang penyair, dan bersyair itu tidak layak bagiku.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَيْهَقِيُّ: أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ الْحَافِظُ، حَدَّثَنَا أَبُو حَفْصٍ عُمَرُ بن أحمد بن نُعَيْمٍ -وَكِيلُ الْمُتَّقِي بِبَغْدَادَ-حَدَّثَنَا أَبُو مُحَمَّدٍ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ هِلَالٍ النَّحْوِيُّ الضَّرِيرُ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَمْرٍو الْأَنْصَارِيُّ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: مَا جَمَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْتَ شِعْرٍ قَطُّ، إِلَّا بَيْتًا وَاحِدًا. تَفَاءلْ بِمَا تَهْوَى يَكُنْ فَلَقَلَّمَا ... يُقَالُ لِشَيْءٍ كَانَ إِلَّا تَحَقَّقَا
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Al-Hafiz, telah menceritakan kepada kami Abu Hafs Umar ibnu Ahmad ibnu Na'im wakil Al-Muttaqi di Bagdad, telah menceritakan kepada kami
Abu Muhammad alias Abdullah ibnu Hilal An-Nahwi yang tuna netra, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Amr Al-Ansari, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah r.a.
yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. belum pernah mengucapkan suatu bait syair pun secara lengkap kecuali syair berikut: Bersikap optimislah terhadap sesuatu yang kamu sukai, niscaya kamu dapat meraihnya;
karena jarang sesuatu yang sering disebut-sebut, melainkan terlaksana. Selanjutnya A!-Baihaqi mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada gurunya (yaitu Al-Hafiz Abul Hajjaj Al-Mazi) mengenai hadis ini. Dia mengatakan,
hadis ini berpredikat munkar karena ada dua perawinya yang tidak dikenal. Disebutkan dalam kitab sahih bahwa Nabi Saw. pada hari penggalian parit mengutip bait-bait syair Abdullah ibnu Rawwahah r.a.,
tetapi beliau mengikuti ucapan para sahabatnya karena saat itu mereka mendendangkan syair tersebut sambil menggali parit. Mereka mengatakan:
لاهُمَّ لوْلا أنت مَا اهْتَدَيْنَا مَا اهْتَدَيْنَا ... وَلا تَصَدَّقْنَا وَلا صَلَّيْنَا ... فَأَنزلَنْ سَكِينَةً عَلَيْنَا ... وَثَبِّت الأقْدَامَ إنْ لاقَيْنَا ... إِنَّ الْأُلَى قَدْ بَغَوا عَليْنَا ... إذَا أرَادُوا فِتْنَةً أَبَيْنَا ...
Ya Allah, sekiranya bukan karena Engkau, tentulah kami tidak mendapat petunjuk, dan tidak bersedekah serta tidak salat. Maka turunkanlah ketenangan kepada kami, dan teguhkanlah kaki kami saat menghadapi musuh.
Sesungguhnya mereka (golongan-golongan yang bersekutu itu) telah berbuat melampaui batas terhadap kami. Apabila mereka menghendaki fitnah terhadap diri kami, maka kami menolaknya.
Nabi Saw. mengucapkan kalimat abaina dengan suara keras dan nada yang panjang. Hal ini telah diriwayatkan pula di dalam kitab Sahihain.
Hal yang semisal telah terbuktikan bahwa Nabi Saw. dalam Perang Hunain mengutip ucapan seorang penyair berikut seraya menunggangi hewan begalnya maju menguak barisan musuh, yaitu:
أَنَا النَّبِيّ لَا كَذِبْ ... أنَا ابْنُ عُبْد المُطَّلِبْ
Aku adalah nabi, tidak pernah dusta; aku adalah putra Abdul Muttalib. Akan tetapi, mereka mengatakan bahwa hal ini terjadi secara kebetulan tanpa sengaja bertepatan dengan wazan syair, bahkan tanpa sengaja Nabi Saw. mengucapkannya.
Demikian pula apa yang telah disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui Jundub ibnu Abdullah r.a. yang telah menceritakan bahwa ketika kami (para sahabat) bersama Rasulullah Saw dalam sebuah gua, tiba-tiba jari telunjuk beliau terluka
hingga berdarah. Maka Nabi Saw. bersabda:
هَلْ أنْت إِلَّا إصْبَعٌ دَمِيت ... وَفِي سَبيل اللَّهِ مَا لَقِيت
Tidaklah engkau ini selain jari telunjuk yang terluka padahal dalam perang sabilillah engkau tidak mengalami hal ini. Dan nanti dalam tafsir firman-Nya:
{إِلا اللَّمَمَ}
selain dari kesalahan-kesalahan kecil. (An-Najm: 32) akan disebutkan bahwa Nabi Saw. pernah mengatakan kalimat berikut yang secara kebetulan sesuai dengan wazan syair:
إنْ تَغْفر اللَّهُمَّ تَغْفِرْ جَمَّا ... وَأيُّ عَبْدٍ لكَ مَا ألَمَّا ...
Jika Engkau mengampuni, ya Allah, Engkau mengampuni dosa-dosa yang banyak, dan tiada seorang hamba pun yang tidak pernah berbuat kesalahan terhadap Engkau. Semuanya ini tidaklah bertentangan dengan kenyataan
bahwa beliau Saw adalah seorang yang tidak mengenal syair dan bersyair itu tidak layak baginya, karena sesungguhnya Allah Swt. hanya mengajarkan kepadanya Al-Qur'an:
{لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلا مِنْ خَلْفِهِ تَنزيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ}
yang tidak datang kepadanya kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji. (Fussilat: 42) Al-Qur'an bukanlah syair, tidak sebagaimana yang disangka
oleh segolongan orang-orang bodoh dari kalangan Kuffar Quraisy, bukan tenung, bukan buat-buatan, bukan pula sihir yang dipelajari dari orang-orang dahulu seperti yang diduga oleh pendapat-pendapat yang sesat
dan pendapat-pendapat orang-orang yang bodoh. Sesungguhnya Rasulullah Saw. secara fitrah menolak syair, dan beliau bukanlah diciptakan sebagai penyair. Imam Abu Daud mengatakan:
حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَر، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ، حَدَّثَنَا سَعِيدٌ بْنُ أَبِي أَيُّوبَ، حَدَّثَنَا شُرَحْبِيلُ بْنُ يَزِيدَ المَعَافري، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ رَافِعٍ التَّنُوخِيِّ قَالَ: سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو يَقُولُ: [سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ]: مَا أُبَالِي مَا أُوتِيْتُ إِنْ أَنَا شَربت تِرْيَاقًا، أَوْ تَعَلَّقْتُ تَمِيمَةً، أَوْ قُلْتُ الشِّعْرَ مِنْ قِبَلِ نَفْسِي"
telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Suwaid, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Ayyub, telah menceritakan kepada kami Syurahbil ibnu Yazid Al-Ma'afiri,
dari Abdur Rahman ibnu Rafi' At-Tanukhi yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr r.a. mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Aku tidak peduli terhadap apa yang diberikan kepadaku
jika aku minum tiryaq (air jampi), atau mengalungkan jimat, atau mengatakan syair dari diriku sendiri. Hadis diriwayatkan oleh Imam Abu Daud secara tunggal. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Abdur Rahman ibnu Mahdi, dari Al-Aswad ibnu Syaiban, dari Abu Naufal yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Aisyah r.a., "Apakah Rasulullah Saw. setuju bila diucapkan syair di hadapannya?" Maka Aisyah r.a. menjawab,
"Syair adalah perkataan yang paling tidak disukai olehnya." Telah diriwayatkan pula dari Siti Aisyah r.a. bahwa Rasulullah Saw. menyukai doa-doa yang singkat dan padat, dan beliau sering mengucapkan doa yang demikian.
قَالَ أَبُو دَاوُدَ: حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ الطَّيَالِسِيُّ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لِأَنَّ يَمْتَلِئُ جَوْفُ أَحَدِكُمْ قَيْحًا، خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمْتَلِئَ شِعْرًا".
Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Walid At-Tayalisi, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
Hendaklah seseorang di antara kalian memenuhi perutnya dengan nanah adalah lebih baik baginya daripada memenuhi dirinya dengan syair.
Imam Ahmad meriwayatkannya secara munfarid dari jalur ini, sanadnya dengan syarat Syaikhain (dapat diterima), tetapi keduanya tidak mengetengahkannya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا بُرَيْدٌ، حَدَّثَنَا قَزَعةُ بْنُ سُوَيْد الْبَاهِلِيُّ، عَنْ عَاصِمِ بْنِ مَخْلَد، عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ، الصَّنْعَانِيِّ (ح) وَحَدَّثَنَا الْأَشْيَبُ فَقَالَ: عَنِ ابْنِ عَاصِمٍ، عَنْ [أَبِي] الْأَشْعَثِ عَنْ شَدَّاد بْنِ أَوْسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ قَرَضِ بَيْتَ شِعْرٍ بَعْدَ الْعِشَاءِ الْآخِرَةِ، لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صلاة تلك الليلة".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Quza'ah ibnu Suwaid Al-Bahili, dari Asim ibnu Makhlad, dari Abul Asy'as As-San'ani, dan telah menceritakan kepada kami Al-Asy-yab,
ia telah meriwayatkan dari Ibnu Asim, dari Al-Asy'as, dari Syaddad ibnu Aus r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang membuat satu bait syair sesudah salat Isya, maka tidak diterima darinya
salat malam itu. Hadis ini garib bila ditinjau dari segi jalurnya, tiada seorang pun dari Sittah yang mengetengahkannya. Yang dimaksud dalam hadis ini ialah membuat syair, bukan mengucapkannya; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Perlu diketahui bahwa di antara syair itu ada yang disyariatkan, misalnya syair untuk menyerang kaum musyrik seperti yang pernah dilakukan oleh para penyair Islam di masa Nabi Saw. Para tokohnya, antara lain Hassan ibnu Sabit,
Ka'b ibnu Malik, Abdullah ibnu Rawwahah, dan lain-lainnya, semoga Allah melimpahkan rida-Nya kepada mereka. Di antara syair ada yang bersubjekkan hikmah-hikmah, pelajaran-pelajaran, dan etika-etika, seperti yang dijumpai
pada syair sejumlah penyair masa Jahiliah yang antara lain Umayyah ibnu Abus Silt yang dinilai oleh Rasulullah Saw. melalui sabdanya:
"آمَنَ شِعْرُهُ وَكَفَرَ قَلْبُهُ"
Syairnya beriman, tetapi hatinya kafir.
Salah seorang sahabat pernah mendendangkan syair sebanyak seratus bait syair untuk Nabi Saw., dan sesudah tiap bait syair beliau Saw. me¬ngatakan, "Terus," yakni memintanya agar meneruskan bait-bait syairnya.
Abu Daud telah meriwayatkan melalui hadis Ubay ibnu Ka'b, Buraidah ibnul Khasib, serta Abdullah ibnu Abbas, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ مِنَ الْبَيَانِ سِحْرًا، وَإِنَّ مِنَ الشِّعْرِ حِكَمًا"
Sesungguhnya di dalam paramasastra itu terdapat pengaruh yang memukaukan seperti pengaruh sihir, dan sesungguhnya di antara syair itu ada yang mengandung hikmah. Untuk itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
{وَمَا عَلَّمْنَاهُ الشِّعْرَ}
Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya. (Yasin: 69) Maksudnya, Allah tidak mengajarkan syair kepada Muhammad Saw.
{وَمَا يَنْبَغِي لَهُ}
dan bersyair itu tidak layak baginya. (Yasin: 69) Yaitu tidak pantas baginya bersyair.
{إِنْ هُوَ إِلا ذِكْرٌ وَقُرْآنٌ مُبِينٌ}
Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan. (Yasin: 69) Yakni apa yang Kami ajarkan kepadanya itu.
{إِلا ذِكْرٌ وَقُرْآنٌ مُبِينٌ}
tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan. (Yasin: 69) Yakni yang jelas dan gamblang bagi orang yang mau merenungkan dan memikirkannya. Karena itulah dalam firman berikutnya disebutkan:
{لِيُنْذِرَ مَنْ كَانَ حَيًّا}
supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup. (Yasin: 70) Supaya dengan Al-Qur'an yang memberi penerangan ini dia memberi peringatan kepada semua makhluk hidup yang ada di muka bumi ini. Ayat ini semakna dengan ayat lain yang mengatakan:
{لأنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ}
supaya dengan Al-Qur’an ini aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur’an (kepadanya). (Al-An'am: 19) Dan firman Allah Swt.:
{وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ مِنَ الأحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهُ}
Dan barang siapa di antara mereka (kaum Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al-Qur’an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya. (Hud: 17) Dan sesungguhnya orang yang mau menerima peringatannya
hanyalah orang yang hidup hatinya lagi terang pandangan mata hatinya, seperti yang dikatakan oleh Qatadah hidup hatinya dan hidup pandangannya. Sedangkan menurut Ad-Dahhak, makna yang dimaksud ialah yang berakal.
{وَيَحِقَّ الْقَوْلُ عَلَى الْكَافِرِينَ}
supaya pastilah ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir. (Yasin: 70) Artinya, Al-Qur'an itu merupakan rahmat bagi orang-orang mukmin dan hujah terhadap orang-orang kafir.
Surat Ya-Sin |36:69|
وَمَا عَلَّمْنَاهُ الشِّعْرَ وَمَا يَنْبَغِي لَهُ ۚ إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ وَقُرْآنٌ مُبِينٌ
wa maa 'allamnaahusy-syi'ro wa maa yambaghii lah, in huwa illaa żikruw wa qur`aanum mubiin
Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah pantas baginya. Al-Qur´an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan Kitab yang jelas,
And We did not give Prophet Muhammad, knowledge of poetry, nor is it befitting for him. It is not but a message and a clear Qur'an
(Dan Kami tidak mengajarkan kepadanya) yakni kepada Nabi saw. (tentang syair) ayat ini diturunkan sebagai sanggahan terhadap perkataan orang-orang kafir,
karena mereka telah mengatakan, bahwa sesungguhnya Alquran yang didatangkan olehnya adalah syair (dan bersyair itu tidak layak) tidak mudah (baginya.) (Alquran itu tiada lain)
apa yang diturunkan kepadanya, tiada lain (hanyalah pelajaran) nasihat (dan Kitab yang memberi penerangan) yang menjelaskan tentang hukum-hukum dan lain-lainnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 69 |
penjelasan ada di ayat 68
Surat Ya-Sin |36:70|
لِيُنْذِرَ مَنْ كَانَ حَيًّا وَيَحِقَّ الْقَوْلُ عَلَى الْكَافِرِينَ
liyunżiro mang kaana ḥayyaw wa yaḥiqqol-qoulu 'alal-kaafiriin
agar dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan agar pasti ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir.
To warn whoever is alive and justify the word against the disbelievers.
(Supaya dia memberi peringatan) dengan Alquran itu; lafal Liyundzira dapat pula dibaca Litundzira artinya supaya kamu memberi peringatan dengan Alquran itu
(kepada orang-orang yang hidup) hatinya, maksudnya tanggap terhadap apa-apa yang dinasihatkan kepada mereka; mereka adalah orang-orang mukmin (dan supaya pastilah ketetapan)
azab (terhadap orang-orang kafir) mereka diserupakan orang mati, karena mereka tidak tanggap terhadap apa-apa yang dinasihatkan kepada mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 70 |
penjelasan ada di ayat 68
Surat Ya-Sin |36:71|
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا خَلَقْنَا لَهُمْ مِمَّا عَمِلَتْ أَيْدِينَا أَنْعَامًا فَهُمْ لَهَا مَالِكُونَ
a wa lam yarou annaa kholaqnaa lahum mimmaa 'amilat aidiinaaa an'aaman fa hum lahaa maalikuun
Dan tidakkah mereka melihat bahwa Kami telah menciptakan hewan ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami, lalu mereka menguasainya.
Do they not see that We have created for them from what Our hands have made, grazing livestock, and [then] they are their owners?
(Dan apakah mereka tidak melihat) tidak memperhatikan, Istifham di sini mengandung makna Taqrir dan huruf Wau yang masuk kepadanya merupakan huruf 'Athaf
(bahwa Kami telah menciptakan untuk mereka) ini ditujukan kepada segolongan manusia (dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami) dari hasil ciptaan Kami tanpa sekutu dan tanpa pembantu
(yaitu berupa binatang ternak) unta, sapi, dan kambing lalu mereka menguasainya) dapat memeliharanya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 71 |
Tafsir ayat 71-73
Allah Swt. menyebutkan nikmat yang telah Dia limpahkan kepada manusia berupa binatang-binatang ternak yang ditundukkan-Nya bagi mereka.
{فَهُمْ لَهَا مَالِكُونَ}
lalu mereka menguasainya. (Yasin: 71) Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Dia menjadikan mereka dapat menaklukkannya, sehingga binatang ternak itu jinak bagi mereka dan tidak liar.
Bahkan seandainya anak kecil datang mendekatinya (unta), tentulah anak kecil itu dapat membuatnya merundukkan tubuhnya, atau memberdirikannya atau menggiringnya; dan unta itu akan jinak dan mengikuti apa yang dikehendakinya.
Begitu pula seandainya sekumpulan ternak unta terdiri dari seratus ekor atau lebih, semuanya berjalan menuruti apa yang diperintahkan oleh si anak kecil itu. Firman Allah Swt.:
{فَمِنْهَا رَكُوبُهُمْ وَمِنْهَا يَأْكُلُونَ}
maka sebagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebagiannya mereka makan. (Yasin: 72) Yakni di antara binatang ternak itu ada yang dapat mereka jadikan tunggangan dan angkutan barang dalam perjalanan mereka menuju ke berbagai daerah.
{وَمِنْهَا يَأْكُلُونَ}
dan sebagiannya mereka makan. (Yasin: 72) Jika mereka menghendaki, mereka boleh saja menyembelihnya,, lalu memakan dagingnya.
{وَلَهُمْ فِيهَا مَنَافِعُ}
Dan mereka memperoleh padanya manfaat. (Yasin: 73) Yakni dari bulunya yang dapat dibuat menjadi alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai), baik bulu domba, bulu unta, ataupun bulu kambingnya, sampai waktu tertentu.
{وَمَشَارِبُ}
dan minuman. (Yasin: 73) Yaitu dari air susunya —juga air kencingnya— bagi orang yang mau berobat dengannya.
{أَفَلا يَشْكُرُونَ}
Maka mengapakah mereka tidak bersyukur? (Yasin: 73) Maksudnya, mengapa mereka tidak mengesakan Tuhan Yang Menciptakan semuanya itu dan yang menundukkannya, bahkan mereka mempersekutukan-Nya dengan yang lain?