Juz 23

Surat Ya-Sin |36:72|

وَذَلَّلْنَاهَا لَهُمْ فَمِنْهَا رَكُوبُهُمْ وَمِنْهَا يَأْكُلُونَ

wa żallalnaahaa lahum fa min-haa rokuubuhum wa min-haa ya`kuluun

Dan Kami menundukkannya (hewan-hewan itu) untuk mereka, lalu sebagiannya untuk menjadi tunggangan mereka dan sebagian untuk mereka makan.

And We have tamed them for them, so some of them they ride, and some of them they eat.

Tafsir
Jalalain

(Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu) Kami jadikan mereka tunduk (untuk mereka; maka sebagiannya menjadi tunggangan mereka) menjadi kendaraan mereka (dan sebagiannya mereka makan.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 72 |

penjelasan ada di ayat 71

Surat Ya-Sin |36:73|

وَلَهُمْ فِيهَا مَنَافِعُ وَمَشَارِبُ ۖ أَفَلَا يَشْكُرُونَ

wa lahum fiihaa manaafi'u wa masyaarib, a fa laa yasykuruun

Dan mereka memperoleh berbagai manfaat dan minuman darinya. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?

And for them therein are [other] benefits and drinks, so will they not be grateful?

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka memperoleh padanya manfaat-manfaat) yakni dari bulu unta, kambing, dan dombanya (dan minuman) dari air susunya, lafal Masyaarib adalah bentuk jamak

dari lafal Masyrab yang bermakna Asy-Syurb atau minuman, makna yang dimaksud adalah tempat minum. (Maka mengapakah mereka tidak bersyukur) kepada Allah

Yang telah melimpahkan nikmat-nikmat itu kepada mereka, lalu karenanya mereka mau beriman. Makna yang dimaksud ialah mereka tidak mensyukurinya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 73 |

penjelasan ada di ayat 71

Surat Ya-Sin |36:74|

وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ آلِهَةً لَعَلَّهُمْ يُنْصَرُونَ

wattakhożuu min duunillaahi aalihatal la'allahum yunshoruun

Dan mereka mengambil sesembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan.

But they have taken besides Allah [false] deities that perhaps they would be helped.

Tafsir
Jalalain

(Mereka mengambil selain Allah) selain-Nya (sebagai sesembahan-sesembahan) berhala-berhala yang mereka sembah (agar mereka mendapat pertolongan) terhindar dari azab Allah,

karena mendapat syafaat dari tuhan-tuhan sesembahan mereka itu, ini menurut dugaan mereka sendiri.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 74 |

Tafsir ayat 74-76

Allah Swt. berfirman, mengecam sikap orang-orang musyrik yang menjadikan tandingan-tandingan yang disembah-sembah selain Allah Swt.Mereka berbuat demikian dengan tujuan agar tandingan-tandingan tersebut dapat membantu mereka, memberi mereka rezeki, dan mendekatkan diri mereka kepada Allah Swt. Allah Swt. berfirman:


{لَا يَسْتَطِيعُونَ نَصْرَهُمْ}


Berhala-berhala itu tidak dapat menolong mereka. (Yasin: 75) Yakni sembahan-sembahan mereka yang selain Allah itu tidak dapat menolong mereka yang menyembahnya, bahkan berhala-berhala itu lebih lemah, lebih hina, lebih rendah,

dan lebih kecil; bahkan untuk membela dirinya sendiri dari orang yang bertujuan jahat terhadap dirinya pun tidak mampu. Karena berhala-berhala itu benda mati, tidak dapat mendengar dan tidak dapat berpikir. Firman Allah Swt.:


{وَهُمْ لَهُمْ جُنْدٌ مُحْضَرُونَ}


padahal berhala-berhala itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga mereka. (Yasin: 75) Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah 'di hari penghisaban amal perbuatan, Allah bermaksud menghimpun semua berhala itu

kelak di hari kiamat, semuanya dihadirkan saat dilakukan penghisaban terhadap para pengabdinya'. Yang sudah barang tentu hal tersebut dimaksudkan untuk memperberat kesedihan mereka dan merupakan bukti yang lebih akurat

menunjukkan kesalahan mereka (yang menyembahnya). Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Berhala-berhala itu tidak dapat menolong mereka. (Yasin: 75) Yakni sembahan-sembahan mereka itu

tidak dapat membantu mereka. padahal berhala-berhala itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga mereka. (Yasin: 75) Orang-orang musyrik semasa di dunia mereka marah demi berhala-berhala sesembahan mereka.

Padahal berhala-berhala itu tidak dapat mendatangkan suatu kebaikan pun bagi mereka, tidak dapat pula menolak suatu keburukan pun dari mereka, karena sesungguhnya berhala-berhala itu adalah patung-patung belaka.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri; pendapat ini baik dan dipilih oleh Ibnu Jarir. Firman Allah Swt.:


{فَلا يَحْزُنْكَ قَوْلُهُمْ}


Maka janganlah ucapan mereka menyedihkan kamu. (Yasin: 76) Yaitu ucapan mereka yang mendustakan kamu dan kekafiran mereka kepada Allah.


{إِنَّا نَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ}


Sesungguhnya Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan. (Yasin: 76) Artinya, Kami mengetahui semua yang ada pada diri mereka, dan kelak Kami akan membalas mereka dengan balasan yang setimpal;

tiada sesuatu pun dari perbuatan mereka, baik yang besar maupun yang kecil, luput dari Kami. Bahkan semua amal perbuatan mereka yang dahulu dan yang terkemudian ditampakkan dihadapan mereka.

Surat Ya-Sin |36:75|

لَا يَسْتَطِيعُونَ نَصْرَهُمْ وَهُمْ لَهُمْ جُنْدٌ مُحْضَرُونَ

laa yastathii'uuna nashrohum wa hum lahum jundum muḥdhoruun

Mereka (sesembahan) itu tidak dapat menolong mereka, padahal mereka itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga (sesembahan) itu.

They are not able to help them, and they [themselves] are for them soldiers in attendance.

Tafsir
Jalalain

(Berhala-berhala itu tidak akan dapat) yakni sesembahan-sesembahan mereka itu tidak dapat menolong. Ungkapan kata berhala memakai jamak untuk orang yang berakal hanyalah sebagai kata kiasan saja,

yakni mereka dianggap sebagai makhluk yang berakal (menolong mereka padahal berhala-berhala itu) sesembahan-sesembahan mereka itu (menjadi tentara mereka) menurut dugaan mereka,

yaitu tentara yang siap menolong mereka (yang disiapkan) di dalam neraka bersama mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 75 |

penjelasan ada di ayat 74

Surat Ya-Sin |36:76|

فَلَا يَحْزُنْكَ قَوْلُهُمْ ۘ إِنَّا نَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ

fa laa yaḥzungka qouluhum, innaa na'lamu maa yusirruuna wa maa yu'linuun

Maka jangan sampai ucapan mereka membuat engkau (Muhammad) bersedih hati. Sungguh, Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan.

So let not their speech grieve you. Indeed, We know what they conceal and what they declare.

Tafsir
Jalalain

(Maka janganlah ucapan mereka menyedihkan kamu) seperti ucapan, bahwa kamu bukanlah seseorang yang diutus oleh Allah dan ucapan-ucapan lainnya.

(Sesungguhnya Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan) dari perkataan-perkataan semacam itu dan yang lainnya, kelak Kami akan membalasnya kepada mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 76 |

penjelasan ada di ayat 74

Surat Ya-Sin |36:77|

أَوَلَمْ يَرَ الْإِنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ

a wa lam yarol-insaanu annaa kholaqnaahu min nuthfatin fa iżaa huwa khoshiimum mubiin

Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, ternyata dia menjadi musuh yang nyata!

Does man not consider that We created him from a [mere] sperm-drop - then at once he is a clear adversary?

Tafsir
Jalalain

(Apakah manusia tidak memperhatikan) apakah ia tidak mengetahui, orang yang dimaksud adalah Ashi bin Wail (bahwa Kami menciptakannya dari setitik air)

yakni air mani, hingga Kami jadikan ia besar dan kuat (maka tiba-tiba ia menjadi penentang) yakni sangat memusuhi Kami (yang nyata) jelas menentangnya, tidak mau percaya kepada adanya hari berbangkit.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 77 |

Tafsir ayat 77-80

Mujahid, Ikrimah, Urwah ibnuz Zubair, As-Saddi, dan Qatadah mengatakan bahwa Ubay ibnu Khalaf laknatullah datang kepada Rasulullah Saw. dengan membawa sebuah tulang yang sudah rapuh, lalu ia remas-remas tulang itu

hingga hancur dan menebarkannya ke udara seraya berkata, "Hai Muhammad, apakah engkau mengira bahwa Allah akan membangkitkan hidup kembali tulang ini?" Rasulullah Saw. menjawab:


"نَعَمْ، يُمِيتُكَ اللَّهُ تَعَالَى ثُمَّ يَبْعَثُكَ، ثُمَّ يَحْشُرُكَ إِلَى النَّارِ"


Benar, Allah akan mematikanmu, kemudian membangkitkanmu hidup kembali, lalu menggiringmu ke neraka. Dan turunlah ayat-ayat berikut hingga akhir surat, yaitu: Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani). (Yasin: 77), hingga akhir surat.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الحسين بْنِ الْجُنَيْدِ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ سَعِيدٍ الزَّيَّاتُ، عَنْ هُشَيْم، عَنْ أَبِي بِشْرٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ ، عَنِ ابن عباس، أن العاصى بْنَ وَائِلٍ أَخَذَ عَظْمًا مِنَ الْبَطْحَاءِ ففتَّه بِيَدِهِ، ثُمَّ قَالَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُحْيِي اللَّهُ هَذَا بَعْدَ مَا أَرَى؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "نَعَمْ، يُمِيتُكَ اللَّهُ ثُمَّ يُحْيِيكَ، ثُمَّ يدخلك جهنم". قال: وَنَزَلَتِ الْآيَاتُ مِنْ آخَرِ "يس".


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain ibnul Junaid, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Ala, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Sa'id Az-Zayyat, dari Has'yim, dari Abu Bisyr,

dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya Al-As ibnu Wa'il memungut sepotong tulang dari Bat-hah, lalu menghancurkannya dengan tangannya, kemudian ia berkata kepada Rasulullah Saw.,

"Apakah Allah akan menghidupkan kembali hewan ini sesudah apa yang kulihat sekarang?" Rasulullah Saw. menjawab: Benar, Allah akan mematikanmu, lalu menghidupkanmu, kemudian memasukkanmu ke dalam neraka Jahanam.

Ibnu Abbas mengatakan bahwa setelah itu turunlah ayat-ayat yang terakhir dari surat Yasin. Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Ya'qub ibnu Ibrahim, dari Hasyim, dari Abu Bisyr, dari Sa'id ibnu Jubair, lalu disebutkan hal yang semisal,

tetapi dalam periwayatan ini tidak disebutkan Ibnu Abbas. Telah diriwayatkan pula melalui jalur Al-Aufi, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Ubay datang dengan membawa sepotong tulang, lalu ia menghancurkannya,

selanjutnya disebutkan hal yang semisal. Hal ini jelas mungkar karena surat ini adalah Makkiyyah, sedangkan Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul hanya ada di Madinah. Akan tetapi, pada garis besarnya dapat dikatakan bahwa

sama saja apakah ayat-ayat ini diturunkan berkenaan dengan Ubay ibnu Khalaf, atau Al-As ibnu Wa'il, atau berkenaan dengan kedua-duanya, makna ayat mengandung pengertian yang umum mencakup semua orang yang ingkar terhadap adanya hari berbangkit. Huruf alif dan lam yang ada di dalam firman-Nya:


{أَوَلَمْ يَرَ الإنْسَانُ}


Dan apakah manusia tidak memperhatikan. (Yasin: 77) Menunjukkan pengertian al-liljinsi yang berarti mencakup semua orang yang ingkar terhadap adanya hari berbangkit.


{أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ}


bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata. (Yasin: 77) Yakni apakah orang yang ingkar terhadap adanya hari berbangkit tidak menyimpulkan dari permulaan penciptaan dirinya

yang menunjukkan kepada pengembaliannya? Karena sesungguhnya Allah mulai menciptakan manusia dari sari pati air yang hina. Dia menciptakannya dari sesuatu yang hina, lemah, dan kecil, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{أَلَمْ نَخْلُقْكُمْ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ * فَجَعَلْنَاهُ فِي قَرَارٍ مَكِينٍ * إِلَى قَدَرٍ مَعْلُومٍ}


Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina? Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (Rahim). Sampai waktu yang ditentukan (Al Mursalat : 20-21) Dan firman Allah Swt.:


{إِنَّا خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ}


Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur. (Al-Insan: 2) Yaitu dari air mani yang bercampur, dan Tuhan yang menciptakan manusia dari nutfah yang lemah ini pasti dapat menghidupkannya

kembali sesudah matinya. Imam Ahmad mengatakan di dalam kitab musnadnya:


حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ، حَدَّثَنَا حَريز، حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَيْسَرة، عَنْ جُبَيْر بْنِ نُفَيْرٍ، عَنْ بُسْر ابن جَحَّاش؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَصق يَوْمًا فِي كفِّه، فَوَضَعَ عَلَيْهَا أُصْبُعَهُ، ثُمَّ قَالَ: "قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ابْنَ آدَمَ، أنَّى تُعجزني وَقَدْ خَلَقْتُكَ مِنْ مِثْلِ هَذِهِ، حَتَّى إِذَا سَوَّيتك وعَدَلتك، مَشَيْتَ بَيْنَ بردَيك وَلِلْأَرْضِ مِنْكَ وَئِيدٌ، فَجَمَعْتَ وَمَنَعْتَ، حَتَّى إِذَا بَلَغَت التَّرَاقِي قُلْتَ: أتصدقُ وأنَّى أَوَانُ الصَّدَقَةِ؟ ".


Telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Hariz, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Maisarah, dari Jubair ibnu Nafir, dari Bisyr ibnu Jahhasy yang mengatakan bahwa sesungguhnya

Rasulullah Saw. meludah di telapak tangannya pada suatu hari, lalu meletakkan jari telunjuknya pada ludahnya itu dan bersabda: Allah SWT berfirman, "Hai Bani Adam, bagaimanakah engkau menganggap-Ku tidak berkuasa,

sedangkan Aku telah menciptakanmu dari hal semisal ini; dan manakala Aku telah menyempurnakan bentukmu dan menyelesaikan ciptaanmu hingga kamu dapat berjalan dengan mengenakan baju burdahmu dan bumi ini

sebagai tempat berpijakmu, lalu kamu menghimpun (harta) dan tidak mau bersedekah. Hingga manakala roh sampai di tenggorokan, lalu kamu katakan, 'Aku akan bersedekah', tetapi masa bersedekah telah habis.”

Ibnu Majah meriwayatkannya melalui Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Yazid ibnu Harun, dari Hariz ibnu Usman dengan sanad yang sama. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{وَضَرَبَ لَنَا مَثَلا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ}


Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?" (Yasin: 78) Yakni dia menganggap mustahil bahwa Allah

Yang mempunyai kekuasaan Yang besar yang telah menciptakan langit dan bumi ini dapat mengembalikan jasad dan tulang-belulang yang telah hancur luluh menjadi hidup kembali. Dia lupa akan dirinya, bahwa Allah telah menciptakannya

dari tiada menjadi ada. Padahal kalau dia merenungkan kejadian dirinya, tentulah ia dapat membuktikan hal yang lebih kuat daripada keingkarannya yang membuktikan kekuasaan Allah Swt. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ}


Katakanlah, "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk. (Yasin: 79) Yakni mengetahui tulang-belulang yang berserakan di seantero bumi, kemana perginya dan ke mana bercerai-berainya.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانة، عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ، عَنْ رِبْعيّ قَالَ: قَالَ عُقْبَةُ بْنُ عَمْرٍو لِحُذَيْفَةَ: أَلَا تحدثُنا مَا سمعتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فَقَالَ: سَمِعْتُهُ يَقُولُ: "إِنْ رَجُلًا حَضَرَهُ الْمَوْتُ، فَلَمَّا أَيِسَ مِنَ الْحَيَاةِ أَوْصَى أَهْلَهُ: إِذَا أَنَا مُتُّ فَاجْمَعُوا لِي حَطَبا كثيرًا جزَلا ثُمَّ أَوْقَدُوا فِيهِ نَارًا، حَتَّى إِذَا [أَكَلَتْ] لَحْمِي وخلَصت إِلَى عَظْمِي فامتُحِشْتُ، فَخُذُوهَا فَدُقُّوهَا فَذَروها فِي الْيَمِّ. فَفَعَلُوا، فَجَمَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ فَقَالَ لَهُ: لِمَ فَعَلْتَ ذَلِكَ؟ قَالَ: مِنْ خَشْيَتِكَ. فَغَفَرَ اللَّهُ لَهُ". فَقَالَ عُقْبَةُ بْنُ عَمْرٍو: وَأَنَا سُمْعَتُهُ يَقُولُ ذَلِكَ، وَكَانَ نبَّاشا.


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Abu Uwwanah, dari Abdul Malik ibnu Umair, dari Rib'i yang mengatakan bahwa Uqbah ibnu Amr berkata kepada Huzaifah,

"Mengapa engkau tidak menceritakan kepada kami hadis yang pernah engkau dengar dari Rasulullah Saw.?" Huzaifah r.a. menjawab, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya pernah ada seorang lelaki

yang menjelang ajalnya; ketika ia merasa putus harapan untuk dapat hidup, ia berwasiat kepada keluarganya, "Apabila aku telah mati, maka kumpulkanlah kayu bakar yang banyak sekali untukku, kemudian bakarlah kayu itu.

Manakala api telah menghanguskan dagingku dan membakar tulangku hingga hangus, maka ambillah tubuhku, lalu tumbuklah, setelah itu tebarkanlah abuku ke laut."

Maka keluarganya melakukan apa yang diwasiatkannya itu, dan Allah menghimpun kembali semua abunya ke hadapan-Nya, kemudian Allah bertanya kepadanya, "Mengapa engkau lakukan itu?” Ia menjawab,

"Karena rasa takutku kepada Engkau, " maka Allah memberikan ampunan baginya. Uqbah ibnu Amr mengatakan bahwa ia pernah pula mendengar hadis tersebut dari Nabi Saw., dan beliau menjelaskan bahwa lelaki itu adalah tukang

mencuri perlengkapan mayat yang telah dikubur dengan menggali kembali kuburnya. Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkan hadis ini di dalam kitab sahih masing-masing melalui hadis Abdul Malik ibnu Umair dengan teks

yang cukup banyak, yang antara lain menyebutkan bahwa lelaki tersebut memerintahkan kepada anak-anaknya agar setelah ia mati, jasadnya dibakar, lalu abunya ditaburkan separonya di daratan dan separonya lagi di laut di hari

yang berangin besar; kemudian mereka melakukan hal tersebut. Kemudian Allah Swt. memerintahkan kepada laut agar mengumpulkan abu itu yang ada padanya, dan memerintahkan pula kepada bumi untuk mengumpulkan abu itu

yang ada padanya. Sesudah itu Allah Swt. berfirman kepadanya, "Jadilah kamu!" Maka dengan serta merta kembalilah abu itu ke ujud yang semula sebagai lelaki tersebut dalam keadaan utuh, lalu Allah bertanya kepadanya,

"Apakah yang mendorongmu berbuat seperti itu?" Lelaki itu menjawab, "Karena takut kepada Engkau, dan Engkau lebih mengetahui." Maka tidak lama kemudian Allah memberikan ampunan kepadanya. Firman Allah Swt.:


{الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الأخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ}


yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu. (Yasin: 80) Tuhanlah yang menciptakan pohon ini dari air sejak semula hingga menjadi pohon yang hijau lagi segar berbuah

dan dapat dituai buahnya, kemudian Dia mengembalikannya hingga jadilah ia kayu yang kering dan dapat dijadikan sebagai kayu bakar. Dia Maha berbuat terhadap apa yang dikehendaki-Nya, lagi Mahakuasa terhadap apa

yang diinginkan-Nya, tiada sesuatu pun yang dapat mencegah-Nya. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api)

dari kayu itu. (Yasin: 80) Bahwa Tuhan Yang mengeluarkan api dari pohon itu mampu mengembalikannya hidup kembali. Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud ialah pohon marakh dan 'ifar yang tumbuh di tanah Hijaz.

Orang yang tidak mempunyai pemantik api bisa saja mengambil dua buah tangkai yang masih hijau dari masing-masing pohon itu, lalu menggesekkan yang satu dengan yang lainnya, maka timbullah api dari keduanya,

sama saja dengan menyalakan api memakai pemantik api. Hal ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. Di dalam peribahasa (Arab) disebutkan bahwa masing-masing pohon mempunyai apinya sendiri, dan yang paling banyak ialah marakh dan 'ifar. Orang-orang bijak mengatakan bahwa setiap pohon itu mempunyai api, kecuali pohon anggur.

Surat Ya-Sin |36:78|

وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَنَسِيَ خَلْقَهُ ۖ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ

wa dhoroba lanaa maṡalaw wa nasiya kholqoh, qoola may yuḥyil-'izhooma wa hiya romiim

Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal kejadiannya, dia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?"

And he presents for Us an example and forgets his [own] creation. He says, "Who will give life to bones while they are disintegrated?"

Tafsir
Jalalain

(Dia membuat perumpamaan bagi Kami) mengenai hal tersebut (dan dia lupa kepada kejadiannya) berasal dari air mani, dan terlebih lagi ia lupa kepada hal-hal yang selain itu

(ia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh") hancur berantakan, di dalam ungkapan ini tidak dikatakan Ramiimatun, karena isim bukan sifat.

Menurut suatu riwayat dikisahkan bahwa Ashi bin Wail mengambil sebuah tulang yang telah hancur, kemudian ia cerai-beraikan tulang itu di hadapan Nabi saw. seraya berkata, "Apakah kamu berpendapat,

bahwa Allah nanti akan menghidupkan kembali tulang ini sesudah hancur luluh dan berantakan ini" Maka Nabi saw. menjawab, "Ya, Dia akan memasukkanmu ke neraka."

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 78 |

penjelasan ada di ayat 77

Surat Ya-Sin |36:79|

قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ

qul yuḥyiihallażiii ansya`ahaaa awwala marroh, wa huwa bikulli kholqin 'aliim

Katakanlah (Muhammad), "Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk,

Say, "He will give them life who produced them the first time; and He is, of all creation, Knowing."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah! "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya yang pertama kali. Dan Dia tentang segala makhluk) semua yang diciptakan-Nya (Maha Mengetahui) secara global dan rinci, baik sebelum mereka diciptakan maupun sesudahnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 79 |

penjelasan ada di ayat 77

Surat Ya-Sin |36:80|

الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الْأَخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ

allażii ja'ala lakum minasy-syajaril-akhdhori naaron fa iżaaa antum min-hu tuuqiduun

yaitu (Allah) yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau, maka seketika itu kamu nyalakan (api) dari kayu itu."

[It is] He who made for you from the green tree, fire, and then from it you ignite.

Tafsir
Jalalain

(Yaitu Tuhan yang menjadikan untuk kalian) yakni segolongan umat manusia (dari kayu yang hijau) yakni kayu pohon Marakh dan Affar atau semua jenis pohon selain pohon anggur

(api, maka tiba-tiba kalian nyalakan -api- dari kayu itu.") kalian membuat api daripadanya. Hal ini menunjukkan kekuasaan Allah swt. yang mampu untuk menghidupkan kembali manusia yang mati.

Karena sesungguhnya di dalam kayu yang hijau itu terhimpun antara air, api, dan kayu; maka air tidak dapat memadamkan api, dan pula api tidak dapat membakar kayu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 80 |

penjelasan ada di ayat 77

Surat Ya-Sin |36:81|

أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِقَادِرٍ عَلَىٰ أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ ۚ بَلَىٰ وَهُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ

a wa laisallażii kholaqos-samaawaati wal-ardho biqoodirin 'alaaa ay yakhluqo miṡlahum, balaa wa huwal-khollaaqul-'aliim

Dan bukankah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi, mampu menciptakan kembali yang serupa itu (jasad mereka yang sudah hancur itu)? Benar, dan Dia Maha Pencipta, Maha Mengetahui.

Is not He who created the heavens and the earth Able to create the likes of them? Yes, [it is so]; and He is the Knowing Creator.

Tafsir
Jalalain

(Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu) padahal langit dan bumi itu sangat besar (berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu) yaitu manusia yang kecil bentuknya itu.

(Benar) Dia berkuasa untuk menciptakannya, di sini Allah swt. menjawab diri-Nya sendiri. (Dan Dialah Maha Pencipta) banyak ciptaan-Nya (lagi Maha Mengetahui) segala sesuatu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 81 |

Tafsir ayat 81-83

Allah Swt. berfirman seraya memberitakan dan mengingatkan (manusia) akan kekuasaan-Nya Yang Mahabesar di langit yang tujuh lapis; berikut semua bintang yang ada padanya, baik yang tetap maupun yang beredar,

Yang Mahabesar di bumi lapis tujuh berikut semua gunung, padang pasir, laut, dan hutan belantara serta apa yang ada di antaranya. Dia memberikan petunjuk melalui hal tersebut yang menunjukkan akan kekuasaan-Nya,

bahwa Tuhan Yang Menciptakan segala sesuatu yang besar-besar itu mampu menghidupkan kembali, jasad-jasad yang telah mati. Allah Swt. telah berfirman:


{لَخَلْقُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ}


Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia. (Al-Mu-min: 57) Adapun firman Allah Swt.:


{أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ}


Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? (Yasin: 81) Yakni serupa dengan manusia, maka Dia mengembalikan mereka menjadi hidup kembali sebagaimana

Dia memulai penciptaan mereka. Demikianlah menurut pendapat Ibnu Jarir. Dan ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ وَلَمْ يَعْيَ بِخَلْقِهِنَّ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى بَلَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ}


Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, kuasa menghidupkan orang-orang mati?

Ya (bahkan) sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-Ahqaf: 33) Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{بَلَى وَهُوَ الْخَلاقُ الْعَلِيمُ إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ}


Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka terjadilah ia. (Yasin: 81-82)

Yakni sesungguhnya Dia hanya memerintahkan kepada sesuatu sekali perintah, tidak perlu diulangi atau ditegaskan: Apabila Allah menghendaki suatu urusan, maka Dia hanya berfirman kepadanya, "Jadilah," sekali ucap, maka jadilah ia.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْر، حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ المسَيَّب، عَنْ شَهْر، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ غَنْم، عَنْ أَبِي ذَر، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ: يَا عِبَادِي، كُلُّكُمْ مُذْنِبٌ إِلَّا مِنْ عَافَيْتُ، فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ. وَكُلُّكُمْ فَقِيرٌ إِلَّا مَنْ أَغْنَيْتُ، إِنِّي جَوَادٌ مَاجِدٌ وَاجِدٌ أَفْعَلُ مَا أَشَاءُ، عَطَائِي كَلَامٌ، وَعَذَابِي كَلَامٌ، إِذَا أَرَدْتُ شَيْئًا فَإِنَّمَا أَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Namir, telah menceritakan kepada kami Musa ibnul Musayyab, dari Syahr, dari Abdur Rahman ibnu Ganam, dari Abu Zar r.a. yang mengatakan bahwa

sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah Swt. berfirman, "Hai hamba-hamba-Ku, kalian semua berdosa terkecuali orang yang Aku maafkan. Maka mohonlah ampunan kepada-Ku,

tentu Aku mengampuni kalian. Dan kalian semua miskin, kecuali orang yang Aku beri kecukupan; sesungguhnya Aku Maha Pemurah, Mahaagung, Mahakaya, Aku melakukan apa saja yang Kukehendaki. Pemberian-Ku hanya satu kata,

dan azab-Ku hanya satu kata; apabila Aku menghendaki sesuatu, sesungguhnya Aku hanya mengatakan kepadanya, 'Jadilah!' Maka jadilah ia.” Firman Allah Swt.:


{فَسُبْحَانَ الَّذِي بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ}


Maka Mahasuci (Allah) yang ditangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (Yasin: 83) Yakni Mahasuci dan Mahabersih Allah, sebagai ungkapan memahasucikan dan memahabersihkan Tuhan Yang Hidup,

Yang terus menerus mengatur makhluk-Nya dari semua keburukan. Di tangan kekuasaan-Nyalah terletak semua kendali kekuasaan di langit dan di bumi, dan hanya kepada-Nyalah dikembalikan semua utusan.

Dialah Yang Menciptakan dan Yang Memerintah, dan kepada-Nyalah dikembalikan semua hamba pada hari mereka dibangkitkan, lalu Dia membalas setiap orang sesuai dengan amal perbuatannya.

Dia Mahaadil, Pemberi Nikmat dan Pemberi Karunia. Maka firman Allah Swt.: Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu. (Yasin: 83) Semakna dengan firman Allah Swt.:


{قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ}


Katakanlah, "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu ?” (Al-Mu-minun: 88) Dan firman Allah Swt.:


{تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ}


Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan. (Al-Mulk: 1) Lafaz al-mulk dan al-malakut sama, seperti halnya lafaz rahmah dan rahmut, rahbah, dan rahbut, dan jabar dan jabarut.

Di antara ulama ada yang menduga bahwa al-mulk adalah alam jasad, sedangkan al-malakut alam roh. Pendapat yang benar adalah yang pertama, pendapat itulah yang dipegang oleh kebanyakan ulama tafsir dan lain-lainnya.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ، حَدَّثَنِي ابْنُ عَمٍّ لِحُذَيْفَةَ، عَنْ حُذَيْفَةَ -وَهُوَ ابْنُ الْيَمَانِ-رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قُمْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ، فَقَرَأَ السَّبْعَ الطُّوَل فِي سَبْعِ رَكَعَاتٍ، وَكَانَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ قَالَ: "سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ". ثُمَّ قَالَ: "الْحَمْدُ لِذِي ذِي الْمَلَكُوتِ وَالْجَبَرُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ" وَكَانَ رُكُوعُهُ مِثْلَ قِيَامِهِ، وَسُجُودُهُ مِثْلَ رُكُوعِهِ، فَأَنْصَرِفُ وَقَدْ كَادَتْ تَنْكَسِرُ رِجْلَايَ.


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hammad dari Abdul Malik ibnu Umair, telah menceritakan kepadaku saudara sepupu Huzaifah, dari Huzaifah ibnul Yaman r.a. yang menceritakan bahwa ia salat bersama

Rasulullah Saw. di suatu malam. Maka beliau Saw. membaca tujuh surat yang panjang-panjang dalam beberapa rakaat. Dan beliau bila mengangkat kepalanya dari rukuk mengucapkan: Allah mendengar orang yang memuji-Nya.

Kemudian dilanjutkan: Segala puji bagi Allah Yang mempunyai segala kerajaan, keperkasaan, kebesaran, dan keagungan. Dan lama rukuknya sama dengan lama berdirinya, dan lama sujudnya sama dengan lama rukuknya.

Ketika beliau bersalam, kedua kakiku terasa hampir patah (karena lamanya salat). Imam Abu Daud dan Imam Turmuzi di dalam kitab Asy-Syama'il serta Imam Nasai telah meriwayatkan melalui hadis Syu'bah ibnu Amr ibnu Murrah:


عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرة، عَنْ أَبِي حَمْزة -مَوْلَى الْأَنْصَارِ-عَنْ رَجُلٍ مِنْ بَنِي عَبْس، عَنْ حُذَيْفَةَ؛ أَنَّهُ رَأَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ اللَّيْلِ، وَكَانَ يَقُولُ: "اللَّهُ أَكْبَرُ -ثَلَاثًا -ذُو الْمَلَكُوتِ وَالْجَبَرُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ". ثُمَّ اسْتَفْتَحَ فَقَرَأَ الْبَقَرَةَ، ثُمَّ رَكَعَ فَكَانَ رُكُوعُهُ نَحْوًا مِنْ قِيَامِهِ، وَكَانَ يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ: "سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ". ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ، فَكَانَ قِيَامُهُ نَحْوًا مِنْ] رُكُوعِهِ، يَقُولُ: " لِرَبِّي الْحَمْدُ". ثُمَّ سَجَدَ، فَكَانَ سُجُودُهُ نَحْوًا مِنْ] قِيَامِهِ، وَكَانَ يَقُولُ فِي سجوده: "سبحان ربي الأعلى". ثم رفع رَأْسَهُ مِنَ السُّجُودِ، وَكَانَ يَقْعُدُ فِيمَا بَيْنُ السَّجْدَتَيْنِ نَحْوًا مِنْ سُجُودِهِ، وَكَانَ يَقُولُ: "رَبِّ، اغْفِرْ لِي، رَبِّ اغْفِرْ لِي". فَصَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ، فَقَرَأَ فِيهِنَّ الْبَقَرَةَ، وَآلَ عِمْرَانَ، وَالنِّسَاءَ، وَالْمَائِدَةَ -أَوِ الْأَنْعَامَ --شَكَّ شُعْبَةُ-هَذَا لَفْظُ أَبِي دَاوُدَ.


dari Abu Hamzah maula Al-Ansar, dari seorang lelaki dari Bani Abs, dari Huzaifah r.a., bahwa ia pernah melihat Rasulullah Saw. sedang salat di malam hari, dan beliau Saw. mengucapkan: Allahu Akbar —tiga kali— Yang memiliki semua kerajaan,

kebesaran dan keagungan. Setelah itu beliau membuka salatnya (membaca Al-Fatihah), dan membaca surat Al-Baqarah, lalu rukuk, dan lama rukuknya sama dengan lamanya berdiri. Dalam rukuknya itu beliau membaca:

Mahasuci Tuhanku Yang Mahabesar. Beliau mengangkat kepalanya dari rukuk, dan i'tidal yang dilakukannya hampir sama dengan rukuknya. Dalam i'tidalnya beliau membaca: Bagi Tuhanku segala puji.

Kemudian sujud, dan lama sujudnya itu sama dengan lama berdirinya. Dalam sujudnya beliau membaca: Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi. Kemudian beliau mengangkat kepalanya dari sujud, lalu melakukan duduk di antara dua sujud

dalam waktu yang lamanya sama dengan sujudnya. Dalam duduknya itu beliau mengucapkan: Tuhanku, berilah ampunan bagiku. Tuhanku, berilah ampunan bagiku. Rasulullah Saw. melakukan salatnya itu empat rakaat, yang padanya

beliau membaca surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisa, Al-Maidah atau Al-An'am —di sini Syu'bah ragu—. Demikianlah menurut lafaz yang ada pada Imam Abu Daud.

Imam Nasai mengatakan bahwa Abu Hamzah menurut kami adalah Talhah ibnu Yazid, dan lelaki ini diduga kuat adalah Silah, demikianlah menurut Imam Nasai.

Tetapi yang lebih kuat lagi diduga dia adalah saudara sepupu Huzaifah, seperti yang telah disebutkan di dalam riwayat Imam Ahmad; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Adapun riwayat Silah ibnu Zufar, dari Huzaifah r.a., maka sesungguhnya riwayat ini berada di dalam kitab Sahih Muslim, tetapi di dalam teksnya tidak disebutkan penuturan kata al-malakut, wal jabarut, wal kibriya wal 'azamah.


قَالَ أَبُو دَاوُدَ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، حَدَّثَنِي مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ، عَنْ عَاصِمِ بْنِ حُمَيْد، عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ الْأَشْجَعِيِّ قَالَ: قمتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً فَقَامَ فَقَرَأَ سُورَةَ الْبَقَرَةِ، لَا يَمُرُّ بِآيَةِ رَحْمَةٍ إِلَّا وَقَفَ فَسَأَلَ، وَلَا يَمُرُّ بِآيَةِ عَذَابٍ إِلَّا وَقَفَ فَتَعَوَّذَ. قَالَ: ثُمَّ رَكَعَ بِقَدْرِ قِيَامِهِ، يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ: "سُبْحَانَ ذِي الْجَبَرُوتِ وَالْمَلَكُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ". ثُمَّ سَجَدَ بِقَدْرِ قِيَامِهِ، ثُمَّ قَالَ فِي سُجُودِهِ مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ قَامَ فَقَرَأَ بِآلِ عِمْرَانَ، ثُمَّ قَرَأَ سُورَةً سُورَةً.


Imam Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Mu'awiyah ibnu Saleh, dari Amr ibnu Qais, dari Asim ibnu Humaid,

dari Auf ibnu Malik Al-Asyja'i r.a. yang mengatakan bahwa ia ikut salat bersama Rasulullah Saw. di suatu malam, maka Rasulullah Saw. berdiri dan membaca surat Al-Baqarah.

Dan tidak sekali-kali beliau melalui ayat rahmat, melainkan berhenti dan meminta; dan tidak sekali-kali bacaannya melewati ayat azab, melainkan beliau berhenti, lalu memohon perlindungan. Kemudian beliau rukuk dengan lama

yang hampir sama dengan berdirinya. Dalam rukuknya itu beliau mengucapkan: Mahasuci Tuhan Yang mempunyai keperkasaan, kerajaan, kebesaran, dan keagungan. Kemudian sujud dengan lama yang sama dengan lama berdirinya,

dan dalam sujudnya beliau mengucapkan doa yang semisal. Lalu berdiri (setelah membaca Al-Fatihah) membaca surat Ali Imran, lalu Al-Baqarah. Imam Turmuzi meriwayatkannya di dalam kitab Asy-Syama’il —juga Imam Nasai—

melalui hadis Mu'awiyah ibnu Saleh dengan sanad yang sama. Demikianlah akhir tafsir surat Yasin, segala puji dan karunia adalah milik Allah belaka.

Surat Ya-Sin |36:82|

إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

innamaaa amruhuuu iżaaa arooda syai`an ay yaquula lahuu kun fa yakuun

Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu.

His command is only when He intends a thing that He says to it, "Be," and it is.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya perkara-Nya) keadaan-Nya (apabila Dia menghendaki sesuatu) yakni berkehendak menciptakan sesuatu (hanyalah berkata kepadanya, "Jadilah," maka terjadilah ia)

berujudlah sesuatu itu. Menurut qiraat yang lain lafal Fayakuunu dibaca Fayakuna karena diathafkan kepada lafal Yaquula.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 82 |

penjelasan ada di ayat 81

Surat Ya-Sin |36:83|

فَسُبْحَانَ الَّذِي بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

fa sub-ḥaanallażii biyadihii malakuutu kulli syai`iw wa ilaihi turja'uun

Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya kamu dikembalikan.

So exalted is He in whose hand is the realm of all things, and to Him you will be returned.

Tafsir
Jalalain

(Maka Maha Suci Allah Yang dalam genggaman-Nya kekuasaan) lafal Malakuutu pada asalnya adalah Mulki kemudian ditambahkan huruf Wawu

dan Ta untuk menunjukkan makna mubalaghah, artinya kekuasaan atas (segala sesuatu dan kepada-Nyalah kalian dikembalikan) kelak di akhirat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ya-Sin | 36 : 83 |

penjelasan ada di ayat 81

Surat As-Saffat |37:1|

وَالصَّافَّاتِ صَفًّا

wash-shoooffaati shoffaa

Demi (rombongan malaikat) yang berbaris bersaf-saf,

By those [angels] lined up in rows

Tafsir
Jalalain

(Demi yang bersaf-saf dengan sebenar-benarnya) yaitu para malaikat yang berbaris membentuk saf-saf dalam menyembah Allah, atau para malaikat

yang sayap-sayapnya bersaf-saf membentuk barisan di udara sambil menunggu apa yang diperintahkan kepada mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 1 |

Tafsir ayat 1-5

Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Al-A'masy, dari Abud Duha, dari Masruq, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Demi (rombongan) yang bersaf-saf dengan sebenar-benarnya.

(Ash-Shaffat: l) Mereka adalah para malaikat. dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya. (Ash-Shaffat: 2). dan demi (rombongan) yang membaca pelajaran. (Ash-Shaffat: 3) Mereka juga adalah para malaikat.

Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Masruq, Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah, Mujahid, As-Saddi, Qatadah, dan Ar-Rabi' ibnu Anas. Qatadah mengatakan bahwa para malaikat bersaf-saf di langit.


قَالَ مُسْلِمٌ: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَة، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْل، عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْجَعِيِّ، عَنْ رِبْعِيّ، عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "فُضِّلنا عَلَى النَّاسِ بِثَلَاثٍ: جُعلت صُفُوفُنَا كَصُفُوفِ الْمَلَائِكَةِ، وَجُعِلَتْ لَنَا الْأَرْضُ كُلُّهَا مَسْجِدًا وجُعلت لَنَا تُربتها طَهُورًا إِذَا لَمْ نَجِدِ الْمَاءَ"


Imam Muslim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fadil,dari Abu Malik Al-Asyja'i, dari Rib'i dari Huzaifah r.a. yang telah mengatakan bahwa

Rasulullah Saw. Pernah bersabda: Kami diberi keutamaan di atas manusia dengan tiga perkara, yaitu saf kami dijadikan seperti 'saf para malaikat, bumi ini semuanya dijadikan bagi kami sebagai masjid, dan dijadikan bagi kami tanahnya

sarana bersuci bila kami tidak menjumpai air. Imam Muslim, telah meriwayatkan pula bersama Abu Daud, Nasai dan Ibnu Majah melalui hadis Al-A'masy:


عَنِ المُسَيَّب بْنِ رَافِعٍ، عَنْ تَمِيمِ بْنِ طَرَفة، عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَة قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم "ألا تَصُفّون كَمَا تَصُفُّ الْمَلَائِكَةُ عِنْدَ رَبِّهِمْ؟ " قُلْنَا: وَكَيْفَ تَصُفُّ الْمَلَائِكَةُ عِنْدَ رَبِّهِمْ؟ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يُتِمون الصُّفُوفَ الْمُتَقَدِّمَةَ ويَتَراصون فِي الصَّفِّ"


dari Al-Musayyab ibnu Rafi', dari Tamim ibnu Tarfah, dari Jabir ibnu Samurah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: "Tidakkah kalian bersaf sebagaimana para malaikat bersaf-saf di hadapan Tuhan mereka?”

Kami bertanya, "Bagai­manakah para malaikat bersaf-saf di hadapan Tuhan mereka?” Beliau Saw. bersabda, "Mereka menyempurnakan saf terdepan dan berhimpitan sejajar di dalam saf (mereka)." As-Saddi dan lain-lainnya mengatakan

sehubungan makna firman-Nya: dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya. (Ash-Shaffat: 2) Bahwa para malaikat tersebut adalah yang ditugaskan untuk menggiring awan (hujan). Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan

sehubungan dengan makna firman-Nya: dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya. (Ash-Shaffat: 2) Yakni hal-hal yang dilarang oleh Allah Swt. di dalam Al-Qur'an. Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Malik, dari Zaid ibnu Aslam. Dan firman Allah Swt.:


{فَالتَّالِيَاتِ ذِكْرًا}


dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran. (Ash-Shaffat: 3) As-Saddi mengatakan bahwa para malaikat datang dengan membawa kitab dan Al-Qur'an dari sisi Allah kepada manusia. Ayat ini semakna dengan firman-Nya:


{فَالْمُلْقِيَاتِ ذِكْرًا عُذْرًا أَوْ نُذْرًا}


dan (malaikat-malaikat) yang menyampaikan wahyu, untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan. (Al-Mursalat: 5-6) Adapun firman Allah Swt.:


{إِنَّ إِلَهَكُمْ لَوَاحِدٌ}


Sesungguhnya Tuhanmu benar- benar Esa. Tuhan langit dan bumi. (Ash-Shaffat: 4-5) Inilah yang dijadikan subjek pada sumpah di atas, yaitu bahwa Allah Swt. itu tidak ada Tuhan selain Dia.


{رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا}


Tuhan langit dan bumi, dan apa yang ada di antara keduanya. (Ash-Shaffat: 5) Yaitu semua makhluk yang ada di antara keduanya.


{وَرَبُّ الْمَشَارِقِ}


dan Tuhan tempat-tempat terbit matahari. (Ash-Shaffat: 5) Artinya Dialah Raja Yang Mengatur semua makhluk dengan menundukkan semua bintang yang tetap dan bintang yang beredar yang ada padanya terbit dari arah timur

dan tenggelam di arah barat. Dalam hal ini, tidak disebutkan lafaz al-maghrib karena cukup hanya dengan menyebutkan al-masyariq pengertian maghrib sudah mengikut di dalamnya. Tetapi, adakalanya disebutkan dengan jelas seperti yang terdapat pada firman-Nya:


{فَلا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ إِنَّا لَقَادِرُونَ}


Maka Aku bersumpah dengan Tuhan Yang memiliki Timur dan Barat, sesungguhnya Kami benar-benar maha Kuasa (Al-Maarij : 40) Dan dalam ayat lain Allah Swt. berfirman:


{رَبُّ الْمَشْرِقَيْنِ وَرَبُّ الْمَغْرِبَيْنِ}


Tuhan Yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan Yang memelihara kedua tempat terbenamnya. (Ar-Rahman:17) Yakni di musim dingin dan di musim panas, bagi mentari dan bulan.

Surat As-Saffat |37:2|

فَالزَّاجِرَاتِ زَجْرًا

faz-zaajirooti zajroo

demi (rombongan) yang mencegah dengan sungguh-sungguh,

And those who drive [the clouds]

Tafsir
Jalalain

(Dan demi rombongan yang menggiring dengan sebenar-benarnya) demi para malaikat yang menggiring atau mengarak awan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 2 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat As-Saffat |37:3|

فَالتَّالِيَاتِ ذِكْرًا

fat-taaliyaati żikroo

demi (rombongan) yang membacakan peringatan,

And those who recite the message,

Tafsir
Jalalain

(Dan demi rombongan yang membacakan) maksudnya para pembaca Alquran yang sedang membacakannya sebagai (peringatan)

lafal Dzikran menjadi Mashdar dari makna Fi'il At-Taaliyaat. Maksudnya, demi para qari yang membacakan peringatan atau Alquran.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 3 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat As-Saffat |37:4|

إِنَّ إِلَٰهَكُمْ لَوَاحِدٌ

inna ilaahakum lawaaḥid

sungguh, Tuhanmu benar-benar Esa.

Indeed, your God is One,

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Tuhan kalian) hai penduduk Mekah (benar-benar Esa.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 4 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat As-Saffat |37:5|

رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَرَبُّ الْمَشَارِقِ

robbus-samaawaati wal-ardhi wa maa bainahumaa wa robbul-masyaariq

Tuhan langit dan bumi dan apa yang berada di antara keduanya dan Tuhan tempat-tempat terbitnya matahari.

Lord of the heavens and the earth and that between them and Lord of the sunrises.

Tafsir
Jalalain

(Tuhan langit dan bumi dan apa yang berada di antara keduanya dan Tuhan tempat-tempat terbit matahari) dan tempat-tempat terbenamnya pada setiap harinya, yaitu arah Timur dan arah Barat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 5 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat As-Saffat |37:6|

إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ

innaa zayyannas-samaaa`ad-dun-yaa biziinatinil-kawaakib

Sesungguhnya Kami telah menghias langit dunia (yang terdekat), dengan hiasan bintang-bintang.

Indeed, We have adorned the nearest heaven with an adornment of stars

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang) dengan cahayanya, atau hiasan itu berupa bintang-bintang itu sendiri.

Pengertian Idhafah di sini mengandung makna bayan atau menjelaskan, perihalnya sama dengan makna qiraat yang menanwinkannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 6 |

Tafsir ayat 6-10

Allah Swt. menceritakan bahwa Dia telah menghiasi langit yang terdekat bagi orang yang memandangnya dari kalangan penduduk bumi.


{بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ}

dengan hiasan, yaitu bintang-bintang. (Ash-Shaffat: 6) Ayat ini dapat dibaca secara idafah atau badal, semuanya bermakna sama. Bintang-bintang yang beredar dan yang tetap sinarnya menembus ruang angkasa yang transparan, maka dapat menerangi penduduk bumi. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ}


Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa yang menyala-nyala. (Al-Mulk: 5)


{وَلَقَدْ جَعَلْنَا فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَزَيَّنَّاهَا لِلنَّاظِرِينَ وَحَفِظْنَاهَا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ. إِلا مَنِ اسْتَرَقَ السَّمْعَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ مُبِينٌ}


Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandanginya), dan Kami menjaganya dari tiap-tiap setan yang terkutuk,

kecuali setan yang mencuri-curi (berita) yang dapat di dengar (dari malaikat), lalu dia dikejar oleh sumber api yang terang. (Al-Hijr: 16-18) Adapun firman Allah Swt.:


{وَحِفْظًا}


dan (telah memelihara) sebenar-benarnya. (Ash-Shaffat: 7) Bentuk lengkapnya ialah 'dan Kami memeliharanya dengan sebenar-benarnya'.


{مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ مَارِدٍ}

dari setiap setan yang sangat durhaka. (Ash-Shaffat: 7) Yakni setan yang membangkang lagi durhaka: apabila ia hendak mencuri-curi dengar dari pembicaraan para malaikat, maka ia dikejar oleh bintang meteor yang menyala-nyala, lalu membakarnya. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:


{لَا يَسَّمَّعُونَ إِلَى الْمَلإ الأعْلَى}


setan-setan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat. (Ash-Shaffat: 8) Maksudnya, agar para setan-setan itu tidak sampai ke tempat para malaikat. Yang maksudnya dengan al-mala-ul a'la ialah langit

dan para penghuninya. Setan-setan itu bermaksud akan mencuri-curi dengar dari pembicaraan para malaikat yang membicarakan wahyu Allah Swt. me­nyangkut hukum syariat dan ketetapan-Nya, sebagaimana yang telah di­jelaskan dalam hadis-hadis terdahulu pada pembahasan tafsir firman-Nya:


{حَتَّى إِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ}


sehinga apabila, telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata, "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab "(Perkataan) yang benar, "dan Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. (Saba: 23) Karena itulah maka disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:


{وَيُقْذَفُون مِنْ كُلِّ جَانِبٍ}


dan mereka dilempari dari segala penjuru. (Ash-Shaffat: 8) Mereka dirajam dari semua penjuru langit yang dkuju oleh mereka.


{دُحُورًا}


Untuk mengusir mereka. (Ash-Shaffat: 9) Yakni mereka dirajam dan dilempari dengan bintang-bintang yang menyala-nyala itu agar terusir jauh dari tempat yang dituju oleh mereka.


{وَلَهُمْ عَذَابٌ وَاصِبٌ}


dan bagi mereka siksaan yang kekal. (Ash-Shaffat: 9) Di negeri akhirat kelak mereka akan mendapat azab yang kekal, menyakitkan, lagi terus-menerus. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ}


Dan Kami sediakan bagi mereka siksa yang menyala-nyala. (Al-Mulk: 5) Adapun firman Allah Swt.:


{إِلا مَنْ خَطِفَ الْخَطْفَةَ}


tetapi barang siapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan). (Ash-Shaffat: 10) Yaitu kecuali setan-setan yang hendak mencuri-curi dengar dari pembicaraan para malaikat, kemudian setan itu menyampaikannya kepada setan lain

yang ada di bawahnya, lalu disampaikan lagi kepada yang di bawahnya lagi, hingga seterusnya. Dan adakalanya setan yang telah berhasil mencuri dengar itu keburu dihantam oleh bintang yang menyala-nyala sebelum ia sempat

menyampaikannya kepada setan yang ada di bawahnya. Adakalanya dia sempat menyampaikan apa yang telah dicuri dengarnya itu berkat takdir Allah, sebelum ia dikejar oleh bintang yang menyala dan yang membakarnya.

Maka tugasnya dipegang oleh setan lain yang ada di bawahnya hingga sampailah kepada tukang tenung, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadis. Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{إِلا مَنْ خَطِفَ الْخَطْفَةَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ ثَاقِبٌ}


tetapi barang siapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan), maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang. (Ash-Shaffat: 10) Makna saqib ialah terang benderang. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan

kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Waqi', dari Israil, dari Abu Ishaq, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa dahulu setan-setan mempunyai pos-pos pengintaian di langit

untuk mencuri-curi dengar wahyu; dan dahulu bintang-bintang tidak beredar dan setan tidak dilempari. Apabila mereka mendengar wahyu, lalu mereka turun ke bumi dan menambah-nambahinya dengan kedustaan yang banyak.

Ketika Rasulullah Saw. telah diutus, maka bila setan duduk di posnya di langit, maka ada bintang menyala-nyala yang mengejarnya. Bintang-bintang itu tidak pernah meleset dan mengenainya serta membakarnya.

Lalu setan-setan melaporkan hal tersebut kepada pemimpin mereka, yaitu iblis la natullah. Iblis berkata, "Hal itu tidak lain terjadi karena ada suatu peristiwa yang baru terjadi." Lalu iblis mengirimkan bala tentaranya

(untuk menyelidiki hal yang baru itu), maka utusan iblis menjumpai Rasulullah Saw. sedang berdiri mengerjakan salatnya di antara dua Bukit Nakhlah. Waki' mengatakan bahwa, yang dimaksud ialah lembah Nakhlah. Utusan iblis itu

kembali kepada pemimpinnya, lalu menceritakan hal itu kepadanya. Maka iblis berkata, "Memang orang inilah yang mengubah keadaan." Dan nanti insya Allah akan diketengahkan hadis-hadis berikut asar-asar yang berkaitan

dengan makna firman-Nya ini, yaitu pada tafsir firman Allah Swt. yang menceritakan perihal jin, bahwa mereka mengatakan:


{وَأَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيدًا وَشُهُبًا. وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا. وَأَنَّا لَا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ فِي الأرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا}


Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu

untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barang siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu), tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk menembaknya). Dan sesungguhnya kami

tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka mengkehendaki kebaikan bagi mereka. (Al-Jin: 8-10)

Surat As-Saffat |37:7|

وَحِفْظًا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ مَارِدٍ

wa ḥifzhom ming kulli syaithoonim maarid

Dan (Kami) telah menjaganya dari setiap setan yang durhaka,

And as protection against every rebellious devil

Tafsir
Jalalain

(Dan sebagai pemelihara) lafal Hifzhan dinashabkan oleh Fi'il yang diperkirakan keberadaannya pada sebelumnya, yakni Kami memelihara langit dengan bintang-bintang atau meteor-meteor

(dari setiap) lafal ayat ini berta'alluq kepada Fi'il yang diperkirakan keberadaannya (setan yang durhaka) setan yang membangkang atau tidak mau taat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 7 |

penjelasan ada di ayat 6

Surat As-Saffat |37:8|

لَا يَسَّمَّعُونَ إِلَى الْمَلَإِ الْأَعْلَىٰ وَيُقْذَفُونَ مِنْ كُلِّ جَانِبٍ

laa yassamma'uuna ilal-mala`il-a'laa wa yuqżafuuna ming kulli jaanib

mereka (setan-setan itu) tidak dapat mendengar (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru,

[So] they may not listen to the exalted assembly [of angels] and are pelted from every side,

Tafsir
Jalalain

(Mereka tidak dapat mendengar-dengarkan) maksudnya setan-setan itu tidak dapat mendengar-dengarkan apa yang telah dipelihara oleh-Nya.

Lafal ayat ini merupakan jumlah Isti'naf (pembicaraan para malaikat) yang berada di langit. Lafal Yasma'uuna dimuta'addikan dengan huruf Ilaa karena pengertiannya mengandung makna

seperti apa yang terdapat di dalam lafal Al-Ishghaa. Menurut suatu qiraat dibaca La Yassamma'uuna dengan memakai Tasydid pada huruf Mim dan Sin-nya,

berasal dari lafal Yatasamma'uuna, kemudian huruf Ta diidgamkan kepada huruf Sin, sehingga jadilah Yassamma'uuna (Dan mereka dilempari) yakni setan-setan itu dengan meteor-meteor (dari segala penjuru) langit.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 8 |

penjelasan ada di ayat 6

Surat As-Saffat |37:9|

دُحُورًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ وَاصِبٌ

duḥuurow wa lahum 'ażaabuw waashib

untuk mengusir mereka dan mereka akan mendapat azab yang kekal,

Repelled; and for them is a constant punishment,

Tafsir
Jalalain

(Untuk mengusir mereka) lafal Duhuuran bentuk Mashdar dari lafal Daharahu, artinya dia mengusir mereka dan menjauhkan mereka, juga menjadi Maf'ul Lah (dan bagi mereka) di akhirat kelak (azab yang kekal) yang abadi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 9 |

penjelasan ada di ayat 6

Surat As-Saffat |37:10|

إِلَّا مَنْ خَطِفَ الْخَطْفَةَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ ثَاقِبٌ

illaa man khothifal-khothfata fa atba'ahuu syihaabun ṡaaqib

kecuali (setan) yang mencuri (pembicaraan), maka ia dikejar oleh bintang yang menyala.

Except one who snatches [some words] by theft, but they are pursued by a burning flame, piercing [in brightness].

Tafsir
Jalalain

(Terkecuali setan yang mencuri-curi -pembicaraan malaikat- dengan sekali curi) lafal Al-Khathfah adalah Mashdar Marrah dan yang diistitsnakan atau yang dikecualikan

adalah dhamir yang terkandung di dalam lafal Laa Yasma'uuna. Maksudnya, tiada yang dapat mendengarkan pembicaraan para malaikat kecuali hanya setan yang dapat mencuri-curinya dengan cepat

(maka ia dikejar oleh meteor) yakni bintang yang bercahaya (yang melubanginya) yang menembus tubuh setan-setan itu, atau membakarnya, atau membuatnya cacat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 10 |

penjelasan ada di ayat 6

Surat As-Saffat |37:11|

فَاسْتَفْتِهِمْ أَهُمْ أَشَدُّ خَلْقًا أَمْ مَنْ خَلَقْنَا ۚ إِنَّا خَلَقْنَاهُمْ مِنْ طِينٍ لَازِبٍ

fastaftihim a hum asyaddu kholqon am man kholaqnaa, innaa kholaqnaahum min thiinil laazib

Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah), "Apakah penciptaan mereka yang lebih sulit ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?" Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat.

Then inquire of them, [O Muhammad], "Are they a stronger [or more difficult] creation or those [others] We have created?" Indeed, We created men from sticky clay.

Tafsir
Jalalain

(Maka tanyakanlah kepada mereka) kepada orang-orang kafir Mekah, kalimat ayat ini mengandung makna Taqrir atau Taubikh, yakni mengandung nada menetapkan atau celaan,

("Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah yang telah Kami ciptakan itu") yakni para malaikat, langit, bumi dan semua apa yang ada di antara keduanya.

Didatangkannya lafal Man mengandung pengertian memprioritaskan makhluk yang berakal. (Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka) asal mereka, yaitu Nabi Adam (dan tanah liat)

tanah yang melekat di tangan bilamana dipegang. Maksudnya, kejadian mereka adalah dari sesuatu yang lemah, karena itu janganlah mereka bersikap takabur dan sombong, yakni mengingkari Nabi saw.

dan Alquran, yang hal ini dengan mudah dapat mengakibatkan mereka terjerumus ke dalam jurang kebinasaan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 11 |

Tafsir ayat 11-19

Allah Swt. berfirman, "Tanyakanlah kepada orang-orang yang ingkar kepada hari berbangkit itu, manakah yang lebih kuat kejadiannya, apakah diri mereka ataukah langit dan bumi beserta segala sesuatu yang ada pada keduanya,

termasuk para malaikat, setan-setan, dan makhluk-makhluk yang besar-besar?" Ibnu Mas'ud r.a. membacanya dengan bacaan am man adadna, karena sesungguhnya mereka mengakui bahwa semuanya itu lebih kuat dan lebih kokoh

kejadiannya dari pada diri mereka. Apabila kenyataannya memang demikian, lalu mengapa mereka mengingkari adanya hari berbangkit? Padahal mereka menyaksikan hal-hal lainnya yang lebih besar daripada apa yang diingkari oleh mereka, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{لَخَلْقُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ}


Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar, daripada penciptaan manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Al-Mu-min: 57) Kemudian Allah Swt. menjelaskan bahwa mereka diciptakan dari sesuatu yang lemah. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{إِنَّا خَلَقْنَاهُمْ مِنْ طِينٍ لازِبٍ}


Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dari tanah liat. (Ash-Shaffat: 11) Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, dan Ad-Dahhak mengatakan, bahwa lazib ialah tanah liat yang bermutu baik yang sebagiannya dapat disatukan

dengan sebagian yang lain. Ibnu Abbas r.a. dan, Ikrimah mengatakan bahwa lazib adalah tanah liat yang bermutu baik lagi licin. Qatadah mengatakan bahwa lazib ialah tanah liat yang menempef di tangan bila dipegang. Firman Allah Swt.:


{بَلْ عَجِبْتَ وَيَسْخَرُونَ}


Bahkan kamu menjadi heran (terhadap keingkaran mereka) dan mereka menghinakan kamu. (Ash-Shaffat: 12) Yakni bahwa engkau Muhammad merasa heran terhadap kedustaan yang dilakukan oleh para pengingkar hari berbangkit itu,

padahal engkau percaya dan membenarkan hal-hal menakjubkan yang diberitakan oleh Allah Swt., yaitu kembali hidupnya tubuh-tubuh sesudah matinya. Keadaan mereka berbeda dengan kami, mereka sangat mendustakan hal tersebut

sehingga mereka memperolok-olokkan apa yang kamu beritakan kepada mereka tentang hari kebangkitan itu. Qatadah mengatakan bahwa Nabi Muhammad Saw. merasa heran dan orang-orang yang sesat menghinakannya.


{وَإِذَا رَأَوْا آيَةً}


Dan apabila mereka melihat sesuatu tanda. (Ash-Shaffat: 14) Yakni tanda yang jelas yang menunjukkan adanya hari berbangkit itu.


{يَسْتَسْخِرُونَ}


mereka sangat menghinakan. (Ash-Shaffat: 14) Mujahid dan Qatadah mengatakan bahwa mereka memperolok-olokkannya.


{وَقَالُوا إِنْ هَذَا إِلا سِحْرٌ مُبِينٌ}


Dan mereka berkata, "Ini tiada lain adalah sihir yang nyata.” (Ash-Shaffat: 15) Maksudnya, tiada lain yang engkau sampaikan ini hanyalah sihir yang nyata.


{أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَئِنَّا لَمَبْعُوثُونَ، أَوَآبَاؤُنَا الأوَّلُونَ}


"Apakah apabila kami telah mati dan telah menjadi tanah serta menjadi tulang belulang, apakah benar-benar kami akan dibangkitkan (kembali)? Dan apakah bapak-bapak kami yang terdahulu (akan dibangkitkan pula)?" (Ash-Shaffat: 16-17) Mereka menganggap mustahil hal itu terjadi dan mendustakannya.


{قُلْ نَعَمْ وَأَنْتُمْ دَاخِرُونَ}


Katakanlah, "Ya, dan kamu akan terhina.” (Ash-Shaffat: 18) Katakanlah kepada mereka, hai Muhammad, bahwa benar kalian akan dibangkitkan hidup kembali pada hari kiamat sesudah kalian menjadi tanah dan tulang belulang,

sedangkan saat itu kalian dalam keadaan terhina di bawah kekuasaan Tuhan Yang Mahabesar. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَكُلٌّ أَتَوْهُ دَاخِرِينَ}


Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri. (An-Naml: 87) Dan firman Allah Swt.:


{إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ}


Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina. (Al-Mu-min: 60) Kemudian Allah Swt. berfirman:


{فَإِنَّمَا هِيَ زَجْرَةٌ وَاحِدَةٌ فَإِذَا هُمْ يَنْظُرُونَ}


Maka sesungguhnya kebangkitan itu hanya dengan satu teriakan saja; maka tiba-tiba mereka melihatnya. (Ash-Shaffat: 19) Yakni sesungguhnya untuk membangunkan mereka dari kuburnya, Allah hanya mengeluarkan

cukup satu perintah saja. Dia hanya menyeru mereka sekali seru, maka dengan, serta merta mereka berdiri di hadapan-Nya seraya melihat pemandangan-pemandangan yang mengerikan yang terjadi di hari kiamat; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Surat As-Saffat |37:12|

بَلْ عَجِبْتَ وَيَسْخَرُونَ

bal 'ajibta wa yaskhoruun

Bahkan engkau (Muhammad) menjadi heran (terhadap keingkaran mereka) dan mereka menghinakan (engkau).

But you wonder, while they mock,

Tafsir
Jalalain

(Bahkan) lafal Bal di sini menunjukkan arti Intiqal, yakni perpindahan dari suatu topik pembicaraan kepada pembicaraan yang lain, yaitu pembahasan mengenai keadaan Nabi Muhammad

dan orang-orang kafir Mekah (kamu heran) pembicaraan ayat ini ditujukan kepada Nabi saw. yakni kamu heran akan keingkaran mereka terhadapmu (dan) mereka (menghinakan kamu) karena keherananmu itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 12 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat As-Saffat |37:13|

وَإِذَا ذُكِّرُوا لَا يَذْكُرُونَ

wa iżaa żukkiruu laa yażkuruun

Dan apabila mereka diberi peringatan, mereka tidak mengindahkannya.

And when they are reminded, they remember not.

Tafsir
Jalalain

(Dan apabila mereka diberi pelajaran) maksudnya, dinasihati dengan ayat-ayat Alquran (mereka tiada mengingatinya) mereka tidak menjadikannya sebagai pelajaran.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 13 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat As-Saffat |37:14|

وَإِذَا رَأَوْا آيَةً يَسْتَسْخِرُونَ

wa iżaa ro`au aayatay yastaskhiruun

Dan apabila mereka melihat suatu tanda (kebesaran) Allah, mereka mengolok-olokkan.

And when they see a sign, they ridicule

Tafsir
Jalalain

(Dan apabila mereka melihat sesuatu tanda kebesaran Allah) seperti terbelahnya bulan (mereka sangat menghinakan) mereka menghina dan mengejeknya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 14 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat As-Saffat |37:15|

وَقَالُوا إِنْ هَٰذَا إِلَّا سِحْرٌ مُبِينٌ

wa qooluuu in haażaaa illaa siḥrum mubiin

Dan mereka berkata, "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.

And say, "This is not but obvious magic.

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka berkata) sehubungan dengan adanya tanda kebesaran Allah itu, ("Tiada lain) tidak lain (ini hanyalah sihir yang nyata") jelas sihirnya. Kemudian mereka berkata seraya mengingkari adanya hari berbangkit:

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 15 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat As-Saffat |37:16|

أَإِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَإِنَّا لَمَبْعُوثُونَ

a iżaa mitnaa wa kunnaa turoobaw wa 'izhooman a innaa lamab'uuṡuun

Apabila kami telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang-belulang, apakah benar kami akan dibangkitkan (kembali)?,

When we have died and become dust and bones, are we indeed to be resurrected?

Tafsir
Jalalain

(Apakah apabila kami telah mati dan telah menjadi tanah serta menjadi tulang-belulang, apakah benar-benar kami akan dibangkitkan) lafal A-idzaa dan A-innaa dapat pula dibaca Tas-hil, sehingga bacaannya menjadi Ayidzaa dan Ayinnaa.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 16 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat As-Saffat |37:17|

أَوَآبَاؤُنَا الْأَوَّلُونَ

a wa aabaaa`unal-awwaluun

dan apakah nenek moyang kami yang telah terdahulu (akan dibangkitkan pula)?"

And our forefathers [as well]?"

Tafsir
Jalalain

(Dan apakah bapak-bapak kami yang telah dahulu) kalau dibaca Au berarti huruf 'Athaf, jika dibaca Awa, berarti huruf Istifham, Wawu-nya adalah huruf 'Athaf,

sedangkan Ma'thuf 'Alaihnya adalah Inna dan Isimnya secara Mahall, atau di'athafkan kepada Dhamir yang terkandung di dalam lafal Lamab'uutsuuna, Hamzah Istifham sebagai pemisahnya.

Maksudnya, apakah bapak-bapak kami yang telah dahulu akan dibangkitkan pula

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 17 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat As-Saffat |37:18|

قُلْ نَعَمْ وَأَنْتُمْ دَاخِرُونَ

qul na'am wa antum daakhiruun

Katakanlah (Muhammad), "Ya, dan kamu akan terhina."

Say, "Yes, and you will be [rendered] contemptible."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah kepada mereka, "Ya) mereka pasti dibangkitkan hidup kembali (dan kalian akan terhina") kalian akan menjadi orang-orang yang terhina karenanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 18 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat As-Saffat |37:19|

فَإِنَّمَا هِيَ زَجْرَةٌ وَاحِدَةٌ فَإِذَا هُمْ يَنْظُرُونَ

fa innamaa hiya zajrotuw waaḥidatun fa iżaa hum yanzhuruun

Maka sesungguhnya kebangkitan itu hanya dengan satu teriakan saja, maka seketika itu mereka melihatnya.

It will be only one shout, and at once they will be observing.

Tafsir
Jalalain

(Maka sesungguhnya kebangkitan itu hanyalah dengan) dhamir pada ayat ini bersifat Mubham, kurang jelas, lalu ditafsirkan oleh ayat selanjutnya (suatu teriakan)

atau satu hardikan saja (maka tiba-tiba mereka) yakni makhluk semuanya, menjadi hidup kembali seraya (melihat) apa yang dilakukan terhadap diri mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 19 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat As-Saffat |37:20|

وَقَالُوا يَا وَيْلَنَا هَٰذَا يَوْمُ الدِّينِ

wa qooluu yaa wailanaa haażaa yaumud-diin

Dan mereka berkata, "Alangkah celaka kami! (Kiranya) inilah hari Pembalasan itu."

They will say, "O woe to us! This is the Day of Recompense."

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka berkata) yakni orang-orang kafir, ("Aduhai!) lafal Ya di sini menunjukkan makna Tanbih (celakalah kita") binasalah kita. Lafal Al-Wail merupakan bentuk Mashdar

yang tidak mempunyai kata kerja dari lafalnya sendiri. Kemudian para malaikat berkata kepada orang-orang kafir itu. (Inilah hari pembalasan) hari penghisaban amal perbuatan dan pembalasannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 20 |

Tafsir ayat 20-26

Allah Swt. menceritakan apa yang diucapkan oleh orang-orang kafir pada hari kiamat nanti, bahwa mereka mencela diri mereka sendiri, dan mengakui bahwa mereka dahulu sewaktu di alam dunia telah berbuat aniaya terhadap diri sendiri.

Apabila mereka menyaksikan kengerian-kengerian di hari kiamat, barulah mereka menyesali perbuatan mereka dahulu dengan penyesalan yang sebesar-besarnya. Pada saat itu tiada gunanya lagi penyesalan, karena nasi telah menjadi bubur.


{وَقَالُوا يَا وَيْلَنَا هَذَا يَوْمُ الدِّينِ}


Dan mereka berkata, "Aduhai, gelakalah kita!" Inilah hari pembalasan (Ash-Shaffat: 20) Maka para malaikat dan orang-orang mukmin berkata kepada mereka:


{هَذَا يَوْمُ الْفَصْلِ الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تُكَذِّبُونَ}


Inilah hari keputusan yang kamu selalu mendustakannya. (Ash-Shaffat: 21) Ini dikatakan kepada mereka dengan nada kecaman dan cemooh, dan Allah Swt. memerintahkan kepada malaikat untuk memisahkan orang-orang kafir

dari orang-orang mukmin dalam tempat pemberhentian mereka. Karena itulah disebutkan oleh firman selanjutnya:


{احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ}


Kumpulkanlah orang-orang yang. zalim beserta teman sejawat mereka. (Ash-Shaffat: 22) Al-Nu'man ibnu Basyir r.a. mengatakan bahwa yang dimaksud dengan azwajahum ialah orang-orang yang serupa dan yang semisal dengan mereka.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas, Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah, Mujahid, As-Saddi, Abu Saleh, Abul Aliyah, dan Zaid ibnu Aslam. Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Sammak,

dari An-Nu'man ibnu Basyir ibnu Umar ibnul Khattab r.a. yang telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka. (Ash-Shaffat: 22)

Bahwa yang dimaksud dengan azwajahum ialah teman-teman mereka. Syarik telah meriwayatkan dari Sammak, dari An-Nu'man yang mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya ini, bahwa ia pernah mendengar Umar

membaca firman-Nya: Kumpulkanlah orang-orang yang zalim bersama teman sejawat mereka. (Ash-Shaffat: 22) Makna yang dimaksud ialah orang-orang yang serupa dengan mereka. Umar mengatakan bahwa para penzina

dikumpulkan bersama-sama para penzina lainnya, para pemakan riba dikumpulkan bersama para pemakan riba lainnya, dan para peminum khamr dikumpulkan dengan para peminum khamr lainnya.

Kasif telah meriwayatkan dari Miqsam, dari Ibnu Abbas r.a, bahwa yang dimaksud dengan azwajahum ialah istri-istri mereka: tetapi pendapat ini garib, karena yang terkenal dari Ibnu Abbas adalah pendapat yang pertama tadi,

seperti yang diriwayatkan oleh Mujahid dan Sa'id ibnu Jubair dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan azwajahum ialah teman-teman sejawat mereka dan apa yang dahulu mereka sembah selain Allah,

yakni berhala-berhala dan sekutu-sekutu yang mereka sembah-sembah dikumpulkan bersama-sama mereka di suatu tempat khusus buat mereka. Firman Allah Swt.:


{فَاهْدُوهُمْ إِلَى صِرَاطِ الْجَحِيمِ}


maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka (Ash-Shaffat-23) Yakni tunjukkanlah mereka jalan menuju ke Jahanam. Makna ayat ini sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَنَحْشُرُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى وُجُوهِهِمْ عُمْيًا وَبُكْمًا وَصُمًّا مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ كُلَّمَا خَبَتْ زِدْنَاهُمْ سَعِيرًا}


Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat dengan muka mereka (diseret) dalam keadaan buta, bisu, dan pekak. Tempat kediaman mereka adalah neraka Jahanam. Tiap-tiap kali nyala api Jahanam itu akan padam, Kami tambah bagi mereka nyalanya. (Al-Isra: 97) Adapun firman Allah Swt.:


{وَقِفُوهُمْ إِنَّهُمْ مَسْئُولُونَ}


Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya. (Ash-Shaffat: 24) Yakni hentikanlah mereka untuk menjalani pertanyaan tentang amal perbuatan dan ucapan-ucapan yang pernah mereka lakukan

selama di dunia, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ad-Dahhak dari Ibnu Abbas, bahwa dikatakan, "Hentikanlah mereka, sesungguhnya mereka akan menjalani perhitungan amal perbuatan."


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا النُّفَيلي، حَدَّثَنَا الْمُعْتَمِرُ بْنُ سُلَيْمَانَ قَالَ: سَمِعْتُ لَيْثًا يُحدّث عَنْ بِشْرٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَيُّمَا دَاعٍ دَعَا إِلَى شَيْءٍ كَانَ مَوْقُوفًا مَعَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، لَا يُغَادِرُهُ وَلَا يُفَارِقُهُ، وَإِنْ دَعَا رَجُلٌ رَجُلًا"، ثُمَّ قَرَأَ: {وَقِفُوهُمْ إِنَّهُمْ مَسْئُولُونَ}


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami An-Nufaili, telah menceritakan kepada kami Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman yang mengatakan, bahwa ia pernah mendengar Lais

menceritakan hadis berikut dari Bisyr, dari Anas ibnu Malik r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang menyeru kepada sesuatu, maka sesuatu itu dikumpulkan bersamanya sampai hari kiamat

tanpa bisa meninggalkannya dan tanpa berpisah darinya. Jika yang diserunya adalah seorang lelaki, maka yang menemaninya adalah seorang lelaki. Kemudian Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Dan tahanlah mereka

(di tempat perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya (Ash-Shaffat: 24) Iman Turmuzi meriwayatkannya melalui hadis Lais ibnu Abu Salim, dan Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Ya'qub ibnu Ibrahim, dari Mu'tamir, dari Lais,

dari seorang lelaki, dari Anas r.a. secara marfu'. Abdullah ibnul Mubarak mengatakan bahwa ia pernah mendengar Usman ibnu Zaidah mengatakan bahwa sesungguhnya yang mula-mula dipertanyakan kepada seseorang

adalah teman-teman sekedudukannya, kemudian dikatakan kepada mereka dengan nada kecaman dan cemoohan: Mengapa kamu tidak tolong-menolong? (Ash-Shaffat: 25) Sebagaimana yang kalian duga bahwa kalian semua mendapat pertolongan.


{بَلْ هُمُ الْيَوْمَ مُسْتَسْلِمُونَ}


Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri. (Ash-Shaffat: 26) Yakni taat kepada perintah Allah, tidak berani menentang-Nya dan tidak berani menyimpang dari perintah-Nya; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Surat As-Saffat |37:21|

هَٰذَا يَوْمُ الْفَصْلِ الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تُكَذِّبُونَ

haażaa yaumul-fashlillażii kuntum bihii tukażżibuun

Inilah hari keputusan yang dahulu kamu dustakan.

[They will be told], "This is the Day of Judgement which you used to deny."

Tafsir
Jalalain

(Inilah hari keputusan) di antara para makhluk semuanya (yang kalian selalu mendustakannya.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 21 |

penjelasan ada di ayat 20

Surat As-Saffat |37:22|

احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ

uḥsyurullażiina zholamuu wa azwaajahum wa maa kaanuu ya'buduun

(Diperintahkan kepada malaikat), "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan apa yang dahulu mereka sembah,

[The angels will be ordered], "Gather those who committed wrong, their kinds, and what they used to worship

Tafsir
Jalalain

Kemudian diperintahkan kepada para malaikat itu, ("Kumpulkanlah orang-rang yang zalim) yaitu orang-orang yang berbuat aniaya terhadap diri mereka sendiri

karena mereka telah berbuat kemusyrikan (beserta teman sejawat mereka) teman-teman karib mereka, yaitu setan-setan (dan sesembahan-sesembahan yang selalu mereka sembah.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 22 |

penjelasan ada di ayat 20

Surat As-Saffat |37:23|

مِنْ دُونِ اللَّهِ فَاهْدُوهُمْ إِلَىٰ صِرَاطِ الْجَحِيمِ

min duunillaahi fahduuhum ilaa shiroothil-jaḥiim

selain Allah, lalu tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka.

Other than Allah, and guide them to the path of Hellfire

Tafsir
Jalalain

(Selain Allah) yaitu berhala-berhala (maka tunjukkanlah kepada mereka) dan giringlah mereka (ke jalan jahim) atau jalan ke neraka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 23 |

penjelasan ada di ayat 20

Surat As-Saffat |37:24|

وَقِفُوهُمْ ۖ إِنَّهُمْ مَسْئُولُونَ

waqifuuhum innahum mas`uuluun

Tahanlah mereka (di tempat perhentian), sesungguhnya mereka akan ditanya,

And stop them; indeed, they are to be questioned."

Tafsir
Jalalain

(Dan tahanlah mereka) di tempat perhentian atau Ash-Shirat (karena sesungguhnya mereka akan ditanya") mengenai semua perkataan dan perbuatan mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 24 |

penjelasan ada di ayat 20

Surat As-Saffat |37:25|

مَا لَكُمْ لَا تَنَاصَرُونَ

maa lakum laa tanaashoruun

"Mengapa kamu tidak tolong-menolong?"

[They will be asked], "What is [wrong] with you? Why do you not help each other?"

Tafsir
Jalalain

Dikatakan kepada mereka dengan nada yang mengandung penghinaan dan cemoohan, ("Kenapa kalian tidak tolong-menolong") maksudnya mengapa sebagian di antara kalian tidak menolong

\kepada sebagian yang lain sebagaimana keadaan kalian waktu di dunia Dan dikatakan pula kepada mereka:

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 25 |

penjelasan ada di ayat 20

Surat As-Saffat |37:26|

بَلْ هُمُ الْيَوْمَ مُسْتَسْلِمُونَ

bal humul-yauma mustaslimuun

Bahkan mereka pada hari itu menyerah (kepada keputusan Allah).

But they, that Day, are in surrender.

Tafsir
Jalalain

("Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri) atau mereka itu tunduk dalam keadaan penuh kehinaan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 26 |

penjelasan ada di ayat 20

Surat As-Saffat |37:27|

وَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ

wa aqbala ba'dhuhum 'alaa ba'dhiy yatasaaa`aluun

Dan sebagian mereka menghadap kepada sebagian yang lain saling berbantah-bantahan.

And they will approach one another blaming each other.

Tafsir
Jalalain

(Sebagian dari mereka menghadap kepada sebagian yang lain berbantah-bantahan") saling cela-mencela dan saling bantah-membantah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 27 |

Tafsir ayat 27-37

Allah Swt menyebutkan bahwa orang-orang kafir saling mencela di antara sesamanya di tempat perhentian hari kiamat, saling bertengkar di antara sesamanya di dasar neraka. Seperti, yang disebutkan dalam firman-Nya:


{فَيَقُولُ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا نَصِيبًا مِنَ النَّارِ. قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُلٌّ فِيهَا إِنَّ اللَّهَ قَدْ حَكَمَ بَيْنَ الْعِبَادِ}


maka orang-orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, "Sesungguhnya kami adalah pengikut-pengikutmu maka dapatkah kamu menghindarkan dari kami sebagian azab api neraka?"

Orang-orang yang menyombongkan diri menjawab, "Sesungguhnya kita semua sama-sama dalam neraka, karena sesungguhnya Allah telah menetapkan keputusan antara hamba-hamba-Nya." (Al-Mu-min: 47-48) Dan firman Allah Swt.:


{وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ مَوْقُوفُونَ عِنْدَ رَبِّهِمْ يَرْجِعُ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ الْقَوْلَ يَقُولُ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا لَوْلا أَنْتُمْ لَكُنَّا مُؤْمِنِينَ. قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا لِلَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا أَنَحْنُ صَدَدْنَاكُمْ عَنِ الْهُدَى بَعْدَ إِذْ جَاءَكُمْ بَلْ كُنْتُمْ مُجْرِمِينَ. وَقَالَ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا بَلْ مَكْرُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ إِذْ تَأْمُرُونَنَا أَنْ نَكْفُرَ بِاللَّهِ وَنَجْعَلَ لَهُ أَنْدَادًا وَأَسَرُّوا النَّدَامَةَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ وَجَعَلْنَا الأغْلالَ فِي أَعْنَاقِ الَّذِينَ كَفَرُوا هَلْ يُجْزَوْنَ إِلا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}


Dan (alangkah hebatnya) kalau kamu lihat ketika orang-orang yang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebagian dari mereka menghadapkan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah berkata

kepada orang-orang yang menyombongkan diri, "Kalau tidaklah karena kamu, tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman.” Orang-orang yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah,

"Kamikah yang telah menghalangi kamu dari petunjuk sesudah petunjuk itu datang kepadamu? (Tidak) sebenarnya kamu sendirilah orang-orang yang berdosa.” Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang

yang menyombongkan diri, "(Tidak), sebenarnya tipu daya(mu) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kamu menyeru kami supaya kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya.”

Kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat azab. Dan Kami pasang belenggu di leher orang-orang yang kafir. Mereka tidak dibalas melainkan dengan apa yang telah mereka kerjakan. (Saba- 31-­33)

Hal yang semisal dikatakan oleh mereka dalam surat ini melalui firman-Nya yang menyitir kata-kata mereka, yaitu:


{إِنَّكُمْ كُنْتُمْ تَأْتُونَنَا عَنِ الْيَمِينِ}


Sesungguhnya kamulah yang datang kepada kami dari kanan (Ash-Shaffat: 28) Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada pemimpin-pemimpin mereka,

"Kalianlah yang memaksa kami dengan kekuasaan kalian atas diri kami' karena kami adalah orang-orang yang lemah, sedangkan kalian adalah orang-orang yang kuat." Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan 'anilyamin

ialah dari pihak kebenaran, ini merupakan perkataan orang-orang kafir yang ditujukan kepada setan-setan yang telah menyesatkan mereka. Qatadah mengatakan bahwa manusia berkata kepada jin, "Dahulu sesungguhnya

kalian datang kepada kami dari arah kebenaran, tetapi pada akhirnya kalian menghalang-halangi kami darinya dan menahan kami darinya. As-Saddi mengatakan bahwa kalian datang kepada kami dari arah kebenaran,

padahal itu adalah kebatilan yang kalian hiasi sehingga kami menganggapnya baik, padahal hakikatnya kalian mencegah dan menghalang-halangi kami dari kebenaran. Al-Hasan telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

Sesungguhnya kamulah yang datang kepada kami dari kanan. (Ash-Shaffat: 28) Yakni Allah datang kepadanya dari arah setiap kebaikan yang disukai­Nya, tetapi setan menghalang-halangi manusia dari kebaikan itu.

Ibnu Zaid mengatakan makna ayat ialah bahwa kalian menghalang-halangi antara kami dan kebaikan, dan kalian hambat kami dari Islam, Iman, dan mengerjakan amal kebaikan yang diperintahkan kepada kami, Yazid Ar-Risyk mengatakan,

dari arah "Lailaha illallah" (tiada Tuhan melainkan Allah). Khasif mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah setan-setan datang kepada mereka dari arah kanan mereka. Ikrimah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

Sesungguhnya kamulah yang datang kepada kami dari kanan. (Ash-Shaffat: 28) Yakni dari arah yang membuat kami percaya kepada kalian. Firman Allah Swt.:


{قَالُوا بَلْ لَمْ تَكُونُوا مُؤْمِنِينَ}


(Pemimpin-pemimpin mereka) menjawab, "Sebenarnya kamulah yang tidak beriman. (Ash-Shaffat: 29) Para pemimpin dari kalangan jin dan manusia berkata kepada para pengikutnya masing-masing, bahwa duduk perkara yang sebenarnya

tidaklah seperti yang kalian duga, melainkan hati kalian sendirilah yang ingkar terhadap keimanan, dan justru menerima kekafiran dan kedurhakaan.


{وَمَا كَانَ لَنَا عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ}


Dan sekali-kali kami tidak berkuasa terhadapmu (Ash-Shaffat-30) Yakni tidak mempunyai alasan yang membuktikan kebenaran dari apa yang kami serukan kepadamu.


{بَلْ كُنْتُمْ قَوْمًا طَاغِينَ}


bahkan kamulah kaum yang melampaui batas. (Ash-Shaffat: 30) Yaitu bahkan sebenarnya pada diri kalian terdapat sikap melampaui batas, karena itulah kalian memenuhi seruan kami dan meninggalkan kebenaran yang didatangkan

kepada kalian oleh para nabi, padahal mereka telah mengemukakan alasan-alasan yang membenarkan apa yang disampaikan oleh mereka, tetapi kalian tetap menentang para nabi.


{فَحَقَّ عَلَيْنَا قَوْلُ رَبِّنَا إِنَّا لَذَائِقُونَ فَأَغْوَيْنَاكُمْ إِنَّا كُنَّا غَاوِينَ}


Maka pastilah putusan (azab) Tuhan kita menimpa atas kita, sesungguhnya kita akan merasakan (azab itu). Maka kami telah menyesatkan kamu, Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang sesat. (Ash-Shaffat: 31-32)

Para pemimpin mereka berkata kepada mereka yang lemah, "Telah tetap keputusan Allah menyatakan bahwa kami adalah orang-orang yang celaka yang merasakan azab di hari kiamat." Maka kami sesatkan kalian. (Ash-Shaffat: 32) Artinya,

kami seru kalian kepada kesesatan. sesungguhnya kami adalah orang-orang yang sesat. (Ash-Shaffat: 32) Yakni maka kami seru kalian untuk melakukan hal seperti kami, dan ternyata kalian memenuhi seruan kami. Maka Allah Swt. berfirman:


{فَإِنَّهُمْ يَوْمَئِذٍ فِي الْعَذَابِ مُشْتَرِكُونَ}


Maka sesungguhnya mereka pada hari itu bersama-sama dalam azab. (Ash-Shaffat: 33) Yakni semuanya berada di dalam neraka mendapat azab yang sesuai dengan kesalahan masing-masing.


{إِنَّا كَذَلِكَ نَفْعَلُ بِالْمُجْرِمِينَ إِنَّهُمْ كَانُوا}


Sesungguhnya demikianlah Kami berbuat terhadap orang-orang yang berbuat jahat. Sesungguhnya mereka dahulu (Ash-Shaffat: 34-35) Yaitu ketika berada di alam dunia.


{إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ}


apabila dikatakan kepada mereka "La ilaha illallah" (tiada Tuhan melainkan Allah), mereka menyombongkan diri. (Ash-Shaffat: 35)' Mereka sombong, tidak mau mengucapkannya, tidak seperti orang-orang mukmin yang mau mengatakannya.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو عُبَيْدِ اللَّهِ ابْنُ أَخِي ابْنِ وَهْب، حَدَّثَنَا عَمِّي، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنِ ابْنِ مُسافر -يَعْنِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ خَالِدٍ-عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ، عَنْ أَبِي هُرَيرة، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُولُوا: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، فَمَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فَقَدْ عَصَمَ مِنِّي مَالَهُ وَنَفْسَهُ إِلَّا بِحَقِّهِ، وحسابه على الله، وأنزل الله في كتابه -وَذَكَرَ قَوْمًا اسْتَكْبَرُوا-فَقَالَ: {إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ}


Ibnu Abu Hatim mengatakan telah menceritakan kepada kami Ubaidillah (Keponakan Ibnu Wahb), telah menceritakan kepada kami pamanku, telah menceritakan kepada kami Al-Lais, dari Ibnu Musafir alias Abdur Rahman ibnu Khalid,

dari Ibnu Syihab, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan selain Allah.

” Barang siapa yang mengucapkannya, maka sesungguhnya dia telah memelihara harta dan jiwanya dariku kecuali dengan cara yang hak, sedangkan perhitungannya ada pada Allah Swt. Dan Allah Swt. menurunkan di dalam Kitab-Nya

hal yang menceritakan tentang kaum yang sombong. Untuk itu Allah Swt. berfirman: Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka, "La ilaha illallah" (tiada Tuhan melainkan Allah), mereka menyombongkan diri.

(Ash-Shaffat: 35) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Salamah Musa ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Sa'id Al-Jariri,

dari Abul Ala yang mengatakan bahwa kelak di hari kiamat orang-orang Yahudi dihadapkan, lalu dikatakan kepada mereka, "Apakah yang dahulu kalian sembah?" Mereka menjawab, "Kami menyembah Allah dan Uzair."

Dikatakan kepada mereka, "Pergilah ke arah kiri." Kemudian didatangkan kaum musyrik dan dikatakan kepada mereka, "Tidak ada Tuhan melainkan Allah." Maka mereka menyombongkan diri' Kemudian dikatakan kepada mereka,

"Tidak ada Tuhan melainkan Allah," maka mereka menyombongkan diri. Dikatakan lagi kepada mereka, "Tidak ada Tuhan melainkan Allah," maka mereka menyombongkan diri. Akhirnya dikatakan kepada mereka, "Ambillah jalan ke kiri!"

Abu Nadrah (perawi) mengatakan bahwa lalu mereka berangkat dengan kecepatan yang lebih kencang daripada terbangnya burung. Abul Ala melanjutkan, bahwa kemudian didatangkanlah kaum muslim, lalu dikatakan kepada mereka,

"Apakah yang dahulu kalian sembah?" Mereka menjawab, "Kami menyembah Allah Swt." Dikatakan kepada mereka, "Apakah kalian mengenal-Nya jika kalian melihat-Nya?" Mereka menjawab, "Ya." Maka Allah Swt. memperkenalkan diri-Nya kepada mereka, dan Allah menyelamatkan mereka. Firman Allah Swt.:


{وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُو آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُونٍ}


dan mereka berkata, "Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?" (Ash-Shaffat: 36) Yakni apakah kami meninggalkan penyembahan berhala yang merupakan

tuhan-tuhan nenek moyang kami hanya karena perkataan seorang penyair gila ini, yang mereka maksud Rasulullah Saw. Maka Allah Swt. menyanggah mereka dan mendustakan ucapan mereka itu:


{بَلْ جَاءَ بِالْحَقِّ}


Sebenarnya dia (Muhammad) telah membawa kebenaran. (Ash-Shaffat: 37) Artinya, Rasulullah Saw. itu datang membawa perkara yang hak dalam semua berita dan perintah yang disampaikan olehnya dari Allah Swt.


{وَصَدَّقَ الْمُرْسَلِينَ}


dan membenarkan rasul-rasul (sebelumnya). (Ash-Shaffat: 37) Yakni Nabi Saw. membenarkan semua yang diberitakan oleh mereka menyangkut perihal dirinya yang antara lain sifat-sifat yang terpuji dan tuntunan-tuntunan yang lurus.

Dan bahwa dia telah menyampaikan dari Allah tentang syariat dan perintah-Nya, sebagaimana yang disampaikan oleh para rasul sebelumnya.


{مَا يُقَالُ لَكَ إِلا مَا قَدْ قِيلَ لِلرُّسُلِ مِنْ قَبْلِكَ}


Tidaklah ada yang dikatakan (oleh orang-orang kafir) kepadamu itu selain apa yang sesungguhnya telah dikatakan kepada rasul-rasul sebelum kamu. (Fussilat: 43)

Surat As-Saffat |37:28|

قَالُوا إِنَّكُمْ كُنْتُمْ تَأْتُونَنَا عَنِ الْيَمِينِ

qooluuu innakum kuntum ta`tuunanaa 'anil-yamiin

Sesungguhnya (pengikut-pengikut) mereka berkata (kepada pemimpin-pemimpin mereka), "Kamulah yang dahulu datang kepada kami dari kanan."

They will say, "Indeed, you used to come at us from the right."

Tafsir
Jalalain

(Mereka berkata) yaitu sebagian dari pengikut-pengikut mereka berkata kepada para pemimpin mereka, ("Sesungguhnya kalianlah yang datang kepada kami dari kanan")

maksudnya, dari segi yang kami merasa percaya kepada kalian karena kalian telah bersumpah kepada kami, bahwa kalian adalah orang-orang yang benar, karenanya kami percaya kepada kalian,

dan kami mengikuti kalian. Maksudnya sesungguhnya kalian telah menyesatkan kami.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 28 |

penjelasan ada di ayat 27

Surat As-Saffat |37:29|

قَالُوا بَلْ لَمْ تَكُونُوا مُؤْمِنِينَ

qooluu bal lam takuunuu mu`miniin

(Pemimpin-pemimpin) mereka menjawab, "(Tidak), bahkan kamulah yang tidak (mau) menjadi orang mukmin,

The oppressors will say, "Rather, you [yourselves] were not believers,

Tafsir
Jalalain

(Mereka berkata) yakni pemimpin-pemimpin yang diikuti oleh mereka ("Sebenarnya kalianlah yang tidak beriman") dan sesungguhnya tidak akan percaya penyesatan

yang kami lakukan seandainya kalian adalah orang-orang yang beriman, niscaya kalian akan ingkar terhadap kami.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 29 |

penjelasan ada di ayat 27

Surat As-Saffat |37:30|

وَمَا كَانَ لَنَا عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ ۖ بَلْ كُنْتُمْ قَوْمًا طَاغِينَ

wa maa kaana lanaa 'alaikum min sulthoon, bal kuntum qouman thooghiin

sedangkan kami tidak berkuasa terhadapmu, bahkan kamu menjadi kaum yang melampaui batas.

And we had over you no authority, but you were a transgressing people.

Tafsir
Jalalain

(Dan sekali-kali kami tidak berkuasa terhadap kalian) kami tidak mempunyai kemampuan untuk memaksa kalian mengikuti kami (bahkan kalianlah kaum yang melampaui batas) maksudnya, orang-orang yang sesat seperti kami.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 30 |

penjelasan ada di ayat 27

Surat As-Saffat |37:31|

فَحَقَّ عَلَيْنَا قَوْلُ رَبِّنَا ۖ إِنَّا لَذَائِقُونَ

fa ḥaqqo 'alainaa qoulu robbinaaa innaa lażaaa`iquun

Maka pantas putusan (azab) Tuhan menimpa kita, pasti kita akan merasakan (azab itu).

So the word of our Lord has come into effect upon us; indeed, we will taste [punishment].

Tafsir
Jalalain

(Maka pastilah) atau tetaplah (atas kita) semua (putusan Rabb kita) yakni azab-Nya, yaitu sebagaimana yang telah diungkapkan-Nya pada ayat yang lain, "Sesungguhnya

Aku akan penuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia bersama-sama." (Q.S. As-Sajdah, 13). (sesungguhnya kita) semua (akan merasakan) azab dengan adanya keputusan itu, yang akhirnya membuat mereka berkata:

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 31 |

penjelasan ada di ayat 27

Surat As-Saffat |37:32|

فَأَغْوَيْنَاكُمْ إِنَّا كُنَّا غَاوِينَ

fa aghwainaakum innaa kunnaa ghoowiin

Maka kami telah menyesatkan kamu, sesungguhnya kami sendiri, orang-orang yang sesat."

And we led you to deviation; indeed, we were deviators."

Tafsir
Jalalain

(Maka kami telah menyesatkan kalian) sebagai penjelasan dari perkataan mereka yang disitir oleh firman-Nya (sesungguhnya kami adalah orang-orang yang sesat.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 32 |

penjelasan ada di ayat 27

Surat As-Saffat |37:33|

فَإِنَّهُمْ يَوْمَئِذٍ فِي الْعَذَابِ مُشْتَرِكُونَ

fa innahum yauma`iżin fil-'ażaabi musytarikuun

Maka sesungguhnya mereka pada hari itu bersama-sama merasakan azab.

So indeed they, that Day, will be sharing in the punishment.

Tafsir
Jalalain

Allah swt. berfirman, (Maka sesungguhnya mereka pada hari itu) pada hari kiamat (bersama-sama dalam azab) karena mereka bersekutu dalam kesesatan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 33 |

penjelasan ada di ayat 27

Surat As-Saffat |37:34|

إِنَّا كَذَٰلِكَ نَفْعَلُ بِالْمُجْرِمِينَ

innaa każaalika naf'alu bil-mujrimiin

Sungguh, demikianlah Kami memperlakukan terhadap orang-orang yang berbuat dosa.

Indeed, that is how We deal with the criminals.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya demikianlah) artinya, sebagaimana Kami memperlakukan mereka (Kami berbuat terhadap orang-orang yang jahat) selain mereka. Yakni Kami pasti akan mengazab orang yang sesat beserta pengikut-pengikutnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 34 |

penjelasan ada di ayat 27

Surat As-Saffat |37:35|

إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ

innahum kaanuuu iżaa qiila lahum laaa ilaaha illallohu yastakbiruun

Sungguh, dahulu apabila dikatakan kepada mereka, "La ilaha illallah" (Tidak ada tuhan selain Allah), mereka menyombongkan diri,

Indeed they, when it was said to them, "There is no deity but Allah," were arrogant

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya mereka) yaitu orang-orang tersebut; dialamatkan kepada mereka karena berdasarkan penjelasan selanjutnya yaitu (dahulu apabila dikatakan kepada mereka, "Laa Ilaaha Illallaah") Tiada Tuhan melainkan Allah, (mereka menyombongkan diri.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 35 |

penjelasan ada di ayat 27

Surat As-Saffat |37:36|

وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُو آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُونٍ

wa yaquuluuna a innaa lataarikuuu aalihatinaa lisyaa'irim majnuun

dan mereka berkata, "Apakah kami harus meninggalkan sesembahan kami karena seorang penyair gila?"

And were saying, "Are we to leave our gods for a mad poet?"

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka berkata, "Apakah sesungguhnya kami) lafal A-innaa dapat pula dibaca Ayinnaa (harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami karena seorang penyair gila") yakni demi karena Muhammad.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 36 |

penjelasan ada di ayat 27

Surat As-Saffat |37:37|

بَلْ جَاءَ بِالْحَقِّ وَصَدَّقَ الْمُرْسَلِينَ

bal jaaa`a bil-ḥaqqi wa shoddaqol-mursaliin

Padahal dia (Muhammad) datang dengan membawa kebenaran dan membenarkan rasul-rasul (sebelumnya).

Rather, the Prophet has come with the truth and confirmed the [previous] messengers.

Tafsir
Jalalain

Allah swt. berfirman: (Sebenarnya dia Muhammad telah datang membawa kebenaran dan membenarkan rasul-rasul) yang juga datang membawa kebenaran, yaitu kalimat Laa Ilaaha Illallaah/tidak ada Tuhan selain Allah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 37 |

penjelasan ada di ayat 27

Surat As-Saffat |37:38|

إِنَّكُمْ لَذَائِقُو الْعَذَابِ الْأَلِيمِ

innakum lażaaa`iqul-'ażaabil-aliim

Sungguh, kamu pasti akan merasakan azab yang pedih.

Indeed, you [disbelievers] will be tasters of the painful punishment,

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya kalian) di dalam ungkapan ini terkandung Iltifat karena seharusnya Innahum (pasti akan merasakan azab yang pedih.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 38 |

Tafsir ayat 38-49

Allah Swt. berfirman, ditujukan pada manusia:


{إِنَّكُمْ لَذَائِقُو الْعَذَابِ الألِيمِ. وَمَا تُجْزَوْنَ إِلا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}


Sesungguhnya kamu pasti akan merasakan azab yang pedih. Dan kamu tidak diberi pembalasan melainkan terhadap kejahatan yang telah kamu kerjakan. (Ash-Shaffat. 38-39) Dikecualikan dari hal tersebut hamba-hamba-Nya yang mukhlis, sebagaimana firman-Nya::


{وَالْعَصْرِ. إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ}


Demi masa, sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh. (Al-Asr: 1-3)


{لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ. ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ. إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ}


Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempa, yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-arang yang beriman dan mengerjakan amal saleh (At-Tin: 4-6)


{وَإِنْ مِنْكُمْ إِلا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا. ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا}


Dan tidak ada seorang pun darimu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa

dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut. (Maryam: 71-72) dan firman Allah Swt.:


{كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ. إِلا أَصْحَابَ الْيَمِينِ}


Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali golongan kanan. (Ai-Muddassir: 38-39) Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{إِلا عِبَادَ اللَّهِ الْمُخْلَصِينَ}


kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa). (Ash-Shaffat: 40) Yakni mereka tidak merasakan azab yang pedih dan tidak pula dipersulit dalam hisabnya, bahkan keburukan-keburukan mereka dimaafkan jika mereka

mempunyai keburukan; dan diberi pahala setiap kebaikan dengan sepuluh kali lipatnya sampai tujuh ratus kali, bahkan lebih dari itu menurut apa yang dikehendaki oleh Allah Swt. Firman Allah Swt.:


{أُولَئِكَ لَهُمْ رِزْقٌ مَعْلُومٌ}


Mereka itu memperoleh rezeki yang tertentu (Ash-Shaffat: 41) Qatadah dan As-Saddi mengatakan bahwa rezeki tersebut di surga, kemudian dijelaskan oleh firman selanjutnya:


{فَوَاكِهُ وَهُمْ مُكْرَمُونَ}


yaitu buah-buahan (yang beraneka ragam). Dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan. (Ash-Shaffat: 42) Maksudnya, dilayani, bersenang-senang, dan bahagia.


{فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ. عَلَى سُرُرٍ مُتَقَابِلِينَ}


di dalam surga-surga yang penuh nikmat, di atas tahta-tahta kebesaran berhadap-hadapan. (Ash-Shaffat: 43-44) Mujahid mengatakan bahwa sebagian dari mereka tidak dapat melihat tengkuk sebagian yang lain.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ عَبْدَكَ الْقَزْوِينِيُّ، حَدَّثَنَا حَسَّانُ بْنُ حَسَّانَ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ بِشْرٍ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مَعِينٍ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمَ الْقُرَشِيِّ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ شُرَحْبِيلَ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَبِي أَوْفَى قَالَ: خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَلَا هَذِهِ الْآيَةَ {عَلَى سُرُرٍ مُتَقَابِلِينَ} يَنْظُرُ بَعْضُهُمْ إلى بعض.


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah men­ceritakan kepada kami Yahya ibnu Abdukal Qazuwaini, telah menceritakan kepada kami Hassan ibnu Hassan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Bisyr, telah menceritakan kepada kami

Yahya ibnu Mu'in, telah menceritakan kepada kami Ibrahim Al-Qurasyi, dari Sa'id ibnu Syurahbil, dari Zaid ibnu Abu Aufa r.a. yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. keluar menemui kami, lalu membaca firman-Nya:

di atas tahta-tahta kebesaran berhadap-hadapan. (Ash-Shaffat: 44) Yakni sebagian dari mereka memandang kepada sebagian yang lain. Hadis ini garib. Firman Allah Swt.:


{يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ. بَيْضَاءَ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ. لَا فِيهَا غَوْلٌ وَلا هُمْ عَنْهَا يُنزفُونَ}


Diedarkan kepada mereka gelas yang berisi khamr dari sungai yang mengalir. (Warnanya) putih bersih, sedap rasanya bagi orang-orang yang minum. Tidak ada dalam khamr itu alkohol dan mereka tiada mabuk karenanya. (Ash-Shaffat: 45-47) Seperti yang juga disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{يَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ. بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ. لَا يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلا يُنزفُونَ}


Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda, dengan membawa gelas (piala), cerek, dan minuman yang diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk. (Al-Waqi'ah: 17-19)

Allah membersihkan khamr surga dari penyakit-penyakit yang biasanya terdapat di dalam khamr dunia akibat dari meminumnya, misalnya kepala menjadi pening, perut mulas, dan mabuk yang menghilangkan akal sehat. Maka dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ}


Diedarkan kepada mereka gelas yang berisi khamr dari sungai yang mengalir. (Ash-Shaffat: 45) Yakni khamr yang diambil dari sungai yang mengalir di dalam surga, yang airnya tidak pernah habis dan tidak pernah kering.

Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam, bahwa khamr itu mengalir berwarna putih, yakni warnanya cemerlang, indah, dan baik. Tidak seperti khamr dunia yang kelihatan kotor lagi buruk, ada yang berwarna merah atau kuning atau keruh, dan lain sebagainya yang menjijikkan bagi orang yang berakal sehat. Firman Allah Swt.:


{لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ}


sedap rasanya bagi orang-orang yang minum. (Ash-Shaffat: 46) Rasanya enak seperti warnanya, dan wangi baunya, berbeda dengan khamr dunia dalam semua spesifikasinya. Firman Allah Swt.:


{لَا فِيهَا غَوْلٌ}


Tidak ada dalam khamr itu alkohol (Ash-Shaffat: 47) Maksudnya, tidak menjadikan peminumnya merasa mual perutnya. Demikianlah menurut Ibnu Abbas r.a. Mujahid, Qatadah, dan Ibnu Zaid, tidak sebagaimana khamr dunia

yang mempunyai pengaruh tersebut karena mengandung banyak alkohol. Menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan gaul ialah pening kepala. Demikian pula menurut apa yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. dalam pendapat lainnya.

Qatadah mengatakan, gaul adalah kepala pening dan perut mual. Qatadah dan As-Saddi mengatakan bahwa arti gaul ialah mabuk yang menyebabkan akal sehat peminumnya hilang. Pengertian ini diambil dari perkataan seorang penyair:


فَمَا زَالَتِ الكأسُ تَغْتَالُنا ... وتَذْهبُ بالأوَّل الأوَّلِ


Gelas-gelas yang berisikan khamr terus-menerus membuat kami mabuk, dan melenyapkan akal sehat para peminumnya seorang demi seseorang. Sa'id ibnu Jubair mengatakan, makna yang dimaksud ialah khamr surga

tidak mengandung penyakit dan tidak pula hal yang tidak disukai. Pendapat yang sahih adalah yang dikatakan oleh Mujahid, yaitu perut mual. Firman Allah Swt.:


{وَلا هُمْ عَنْهَا يُنزفُونَ}


dan mereka tiada mabuk karenanya. (Ash-Shaffat: 47) Mujahid mengatakan bahwa akal sehat mereka tidak hilang. Hal yang sama dikatakan oleh Ibnu Abbas, Muhammad ibnu Ka'ab, Al Hasan, Ata ibnu Aslam Al-Khurrasani,

As-Saddi dan lain-lainnya. Ad-Dahhak mengatakan dari ibnu Abbas bahwa ada empat reaksi akibat minum khamr yaitu mabuk, pusing, muntah dan kencing. Allah dalam firman-Nya mencabut reaksi tersebut dari khamr surga, sebagaimana dalam surat Ash-Shaffat. Firman Allah Swt.:


{وَعِنْدَهُمْ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ}


Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang pandangannya tidak liar. (Ash-Shaffat: 48) Yaitu memelihara kehormatannya, tidak mau memandang kepada selain suami mereka. Demikianlah menurut Ibnu Abbas r.a., Mujahid, Zaid ibnu Aslam, Qatadah, As-Saddi, dan lain-lainnya. Firman Allah Swt.:


{عِينٌ}


dan jelita matanya. (Ash-Shaffat: 48) Yakni memiliki mata yang indah dan jelita. Suatu pendapat menyebutkan bermata lebar, tetapi pendapat ini merujuk kepada pendapat yang pertama, yaitu bermata jeli dan indah.

Jadi, mata bidadari-bidadari itu bukan saja indah jelita, tetapi juga terhormat, yakni memelihara matanya dari memandang kepada suami lain. Seperti yang dikatakan oleh Zulaikha tentang Yusuf a.s. ketika menyuruhnya agar keluar

menemui sekumpulan wanita pembesar kerajaannya, lalu mereka kagum dan terpana melihat ketampanan dan kecakapan rupa Nabi Yusuf; sehingga mereka menduga bahwa Yusuf a.s. bukanlah manusia,

melainkan salah seorang malaikat yang turun ke bumi karena ketampanan dan keanggunan penampilannya. Maka Zulaikha berkata kepada kaum wanita yang mempergunjingkan dirinya itu yang disitir oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:


{فَذَلِكُنَّ الَّذِي لُمْتُنَّنِي فِيهِ وَلَقَدْ رَاوَدْتُهُ عَنْ نَفْسِهِ فَاسْتَعْصَمَ}


Itulah dia orang yang kamu cela aku karena (tertarik) kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku), tetapi dia menolak. (Yusuf: 32)

Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa selain Nabi Yusuf mempunyai rupa yang tampan, dia juga seorang yang memelihara kehormatannya, bertakwa, lagi bersih. Demikian pula sifat dari bidadari-bidadari di surga nanti.


{خَيْرَاتٌ حِسَانٌ}


bidadari-bidadari yang baik lagi cantik-cantik (Ar-Rahman: 70) Dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{وَعِنْدَهُمْ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ عِينٌ}


Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang pandangannya tidak liar dan matanya jelita. (Ash-Shaffat: 48) Adapun firman Allah Swt.:


{كَأَنَّهُنَّ بَيْضٌ مَكْنُونٌ}


seakan-akan mereka adalah telur (burung unta ) yang tersimpan dengan baik. (Ash-Shaffat: 49) Allah Swt., menggambarkan tentang bidadari-bidadari itu, bahwa mereka memiliki tubuh yang sangat cantik dan berkulit sangat indah.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik (Ash-Shaffat: 49) Yakni mutiara yang tersimpan dengan baik,

lalu ia mengemukakan suatu bait syair milik Abu Dahbal yang telah mengatakan dalam salah satu bait dan kasidahnya:


وَهْيَ زَهْرَاء مثْلَ لُؤْلُؤَةِ الْغَوَّ ... اصِ مُيِّزَتْ مِن جَوْهَرٍ مكْنُون


dia adalah wanita cantik bagaikan mutiara yang tersimpan di kedalaman laut, berbeda dengan permata yang lainnya. Al-Hasan mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: seakan-akan mereka adalah telur (burung unta)

yang tersimpan dengan baik. (Ash-Shaffat: 49) Yaitu tersimpan dengan rapi, tidak pernah tersentuh oleh tangan manusia. As-Saddi mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah telur yang tersimpan dengan baik di sarangnya.

Sa’id ibnu Jubair telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik. (Ash-Shaffat: 49) Maksudnya, bagian dalam telur.


Ata Al-Khurrasani mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah kulit air yang terletak di antara kulit luar dan bagian dalam telur. As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik. (Ash-Shaffat: 49) Yakni putih telur bila kulit luarnya telah dikupas. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir karena ada firman-Nya yang mengatakan, "Maknun"

yang artinya, tersimpan dengan baik'. Ibnu Jarir mengatakan bahwa bagian luar telur biasa diusap oleh sayap burung, terkena sarang, dan terpegang oleh tangan, lain halnya dengan bagian dalamnya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.


قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ وَهْبٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْفَرَجِ الصَّدَفِيِّ الدِّمْيَاطِيِّ، عَنْ عَمْرِو بْنِ هَاشِمٍ، عَنِ ابْنِ أَبِي كَرِيمَةَ، عَنْ هِشَامٍ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ أُمِّهِ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِ اللَّهِ: {كَأَنَّهُنَّ بَيْضٌ مَكْنُونٌ} قَالَ: "رِقَّتُهُنَّ كَرِقَّةِ الْجِلْدَةِ الَّتِي رَأَيْتُهَا فِي دَاخِلِ الْبَيْضَةِ، التي تلي القشر وهي الغِرْقِئ"


Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahman ibnu Wahb, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Faraj As-Sadfi Ad-Dimyati, dari Amr ibnu Hasyim, dari Ibnu Abu Karimah, dari Hisyam,

dari Al-Hasan, dari ibunya, dari Ummu Salamah r.a. yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang makna firman-Nya: bidadari-bidadari yang bermata jeli. (Al-Waqi'ah: 22) Maka Rasulullah Saw.

menjawab, bahwa, artinya bermata jeli, yang putihnya putih sekali dan yang hitamnya hitam sekali dengan bulu mata yang lentik seperti sayap burung elang. Dan ia bertanya lagi tentang makna firman-Nya:

seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik (Ash-Shaffat: 49). Maka beliau Saw. bersabda, bahwa kulitnya lembut seperti kulit ari yang melindungi bagian dalam telur.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي: حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ النَّهْدِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ السَّلَامِ بْنُ حَرْبٍ، عَنْ لَيْثٍ، عَنِ الرَّبِيعِ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ أَنَسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَنَا أَوَّلُ النَّاسِ خُرُوجًا إِذَا بُعِثُوا، وَأَنَا خَطِيبُهُمْ إِذَا وَفَدُوا، وَأَنَا مُبَشِّرُهُمْ إِذَا حَزِنُوا، وَأَنَا شَفِيعُهُمْ إِذَا حُبِسُوا، لِوَاءُ الْحَمْدِ يَوْمَئِذٍ بِيَدِي، وَأَنَا أَكْرَمُ وَلَدِ آدَمَ عَلَى رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ وَلَا فَخْرَ، يَطُوفُ عَلِيَّ أَلْفُ خَادِمٍ كَأَنَّهُنَّ الْبَيْضُ الْمَكْنُونُ -أَوِ: اللُّؤْلُؤُ الْمَكْنُونُ"


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Gassan An-Nahdi, telah menceritakan kepada kami Abdus Salam ibnu Harb, dari Lais ibnur Rabi' ibnu Anas r.a.

yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku adalah orang yang mula-mula keluar (dari kubur) bila mereka dibangkitkan, aku adalah juru bicara mereka bila mereka dihadapkan (kepada Allah),

aku adalah orang yang memberikan kegembiraan kepada mereka apabila mereka bersedih hati, aku adalah pemberi syafaat mereka bila mereka ditahan (di perhentian kiamat). Panji 'Pujian' berada di tanganku hari itu,

dan aku adalah anak Adam yang paling mulia di sisi Allah Swt. tanpa membanggakan diri; berkeliling di sekitarku seribu pelayan seakan-akan mereka seperti telur yang tersimpan dengan baik, atau seperti mutiara yang tersimpan dengan baik. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui kebenaran.