Juz 23
Surat As-Saffat |37:39|
وَمَا تُجْزَوْنَ إِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
wa maa tujzauna illaa maa kuntum ta'maluun
Dan kamu tidak diberi balasan melainkan terhadap apa yang telah kamu kerjakan,
And you will not be recompensed except for what you used to do -
(Dan kalian tidak diberi pembalasan melainkan) pembalasan (apa yang telah kalian kerjakan.)
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 39 |
penjelasan ada di ayat 38
Surat As-Saffat |37:40|
إِلَّا عِبَادَ اللَّهِ الْمُخْلَصِينَ
illaa 'ibaadallohil-mukhlashiin
tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa),
But not the chosen servants of Allah.
(Tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan) yakni hamba-hamba Allah yang beriman, Istitsna di sini bersifat Munqathi', dan pembalasannya disebutkan pada firman selanjutnya, yaitu:
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 40 |
penjelasan ada di ayat 38
Surat As-Saffat |37:41|
أُولَٰئِكَ لَهُمْ رِزْقٌ مَعْلُومٌ
ulaaa`ika lahum rizqum ma'luum
mereka itu memperoleh rezeki yang sudah ditentukan,
Those will have a provision determined -
(Mereka itu memperoleh) di dalam surga (rezeki yang tertentu) setiap pagi dan sorenya.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 41 |
penjelasan ada di ayat 38
Surat As-Saffat |37:42|
فَوَاكِهُ ۖ وَهُمْ مُكْرَمُونَ
fawaakih, wa hum mukromuun
(yaitu) buah-buahan. Dan mereka orang yang dimuliakan,
Fruits; and they will be honored
(Yaitu buah-buahan) menjadi Badal atau 'Athaf Bayan dari lafal Rizqun; yaitu bermacam-macam rezeki yang dimakan hanya untuk dinikmati, bukan untuk memelihara kesehatan,
karena penduduk surga tidak perlu lagi memelihara kesehatan sebab mereka telah diciptakan untuk hidup abadi dan sehat selama-lamanya. (Dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan) dengan pahala yang berlimpah dari Allah swt.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 42 |
penjelasan ada di ayat 38
Surat As-Saffat |37:43|
فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ
fii jannaatin na'iim
di dalam surga-surga yang penuh kenikmatan,
In gardens of pleasure
(Di dalam surga-surga yang penuh nikmat.)
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 43 |
penjelasan ada di ayat 38
Surat As-Saffat |37:44|
عَلَىٰ سُرُرٍ مُتَقَابِلِينَ
'alaa sururim mutaqoobiliin
(mereka duduk) berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.
On thrones facing one another.
(Di atas takhta-takhta kebesaran berhadap-hadapan) artinya, sebagian dari mereka duduk menghadap kepada sebagian yang lain, sehingga sebagian dari mereka tidak melihat tengkuk sebagian yang lainnya.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 44 |
penjelasan ada di ayat 38
Surat As-Saffat |37:45|
يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ
yuthoofu 'alaihim bika`sim mim ma'iin
Kepada mereka diedarkan gelas (yang berisi air) dari mata air (surga),
There will be circulated among them a cup [of wine] from a flowing spring,
(Diedarkan kepada mereka) maksudnya, kepada masing-masing di antara mereka diedarkan (gelas) yaitu tempat untuk minum berikut minumannya (yang berisikan khamar dari sungai khamar) yang mengalir bagaikan sungai di bumi.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 45 |
penjelasan ada di ayat 38
Surat As-Saffat |37:46|
بَيْضَاءَ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ
baidhooo`a lażżatil lisy-syaaribiin
(warnanya) putih bersih, sedap rasanya bagi orang-orang yang minum.
White and delicious to the drinkers;
(Warnanya putih) lebih putih daripada air susu (sedap rasanya) sangat lezat rasanya (bagi orang-orang yang minum) berbeda dengan khamar di dunia yang apabila diminum rasanya tidak enak.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 46 |
penjelasan ada di ayat 38
Surat As-Saffat |37:47|
لَا فِيهَا غَوْلٌ وَلَا هُمْ عَنْهَا يُنْزَفُونَ
laa fiihaa ghouluw wa laa hum 'an-haa yunzafuun
Tidak ada di dalamnya (unsur) yang memabukkan dan mereka tidak mabuk karenanya.
No bad effect is there in it, nor from it will they be intoxicated.
(Tidak ada di dalam khamar itu alkohol) yakni zat yang membuat akal mereka mabuk (dan mereka tiada mabuk karenanya) dapat dibaca Yunzafuuna atau yanzifuuna,
yang berasal dari kalimat, Nazafasy Syaaribu, dan Anzafa, artinya memabukkan; maksudnya khamar surga itu tidak memabukkan berbeda halnya dengan khamar di dunia.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 47 |
penjelasan ada di ayat 38
Surat As-Saffat |37:48|
وَعِنْدَهُمْ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ عِينٌ
wa 'indahum qooshirootuth-thorfi 'iin
Dan di sisi mereka ada (bidadari-bidadari) yang bermata indah, dan membatasi pandangannya,
And with them will be women limiting [their] glances, with large, [beautiful] eyes,
(Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya) yaitu bidadari-bidadari yang selalu menundukkan pandangan matanya, atau dengan kata lain mereka
hanya memandang suami-suami mereka saja dan tidak memandang orang lain, karena menurut mereka suami-suami mereka adalah orang-orang yang paling cakap (dan jelita matanya) artinya mata bidadari-bidadari itu sangat jelita.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 48 |
penjelasan ada di ayat 38
Surat As-Saffat |37:49|
كَأَنَّهُنَّ بَيْضٌ مَكْنُونٌ
ka`annahunna baidhum maknuun
seakan-akan mereka adalah telur yang tersimpan dengan baik.
As if they were [delicate] eggs, well-protected.
(Seakan-akan mereka) yakni warna kulit mereka (adalah telur) burung unta (yang tersimpan dengan baik) bagaikan telur burung unta yang terlindungi oleh bulu induknya,
sehingga tidak ada suatu debu pun yang menempel padanya, demikian pula warnanya, putih kekuning-kuningan, warna kulit seperti itu adalah warna kulit wanita yang paling cantik.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 49 |
penjelasan ada di ayat 38
Surat As-Saffat |37:50|
فَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ
fa aqbala ba'dhuhum 'alaa ba'dhiy yatasaaa`aluun
Lalu mereka berhadap-hadapan satu sama lain sambil bercakap-cakap.
And they will approach one another, inquiring of each other.
(Lalu sebagian mereka menghadap) yakni sebagian penduduk surga (kepada sebagian yang lain sambil bercakap-cakap) mengenai apa yang telah mereka lakukan di dunia.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 50 |
Tafsir ayat 50-61
Allah Swt. menceritakan perihal ahli surga, bahwa sebagian dari mereka berhadapan dengan sebagian yang lain sambil saling bertanya (bercakap-cakap). Mereka memperbincangkan kehidupan mereka sewaktu di dunia
dan penderitaan mereka sewaktu di dunia. Yang demikian itu merupakan salah satu topik pembicaraan mereka di tempat mereka minum-minum dan berkumpul serta bergaul dengan ahli surga lainnya, sambil duduk di atas tahta-tahta kebesaran.
Sedangkan para pelayan berada di sekitar mereka menyuguhkan kebaikan yang besar kepada mereka berupa berbagai macam makanan, minuman, pakaian, dan lain sebagainya yang belum pernah dilihat oleh mata,
belum pernah didengar oleh telinga (beritanya), dan belum pernah terdetik di hati seorang manusia pun.
{قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ إِنِّي كَانَ لِي قَرِينٌ}
Berkatalah salah seorang di antara mereka, "Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) mempunyai seorang teman." (Ash-Shaffat: 51) Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan qarin ialah setan. Al-Aufi telah meriwayatkan
dari Ibnu Abbas r.a., bahwa yang dimaksud adalah teman yang musyrik, dia menjadi teman orang mukmin ketika di dunianya. Tidak ada pertentangan antara pendapat Mujahid dan Ibnu Abbas, karena sesungguhnya setan itu
adakalanya dari makhluk jin yang suka menggoda jiwa manusia, adakalanya pula dari kalangan manusia sendiri yang dapat berkomunikasi dengannya. Kedua qarin itu saling bantu. Allah Swt. berfirman:
{يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا}
sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (Al-An'am: 112) Masing-masing dari qarin tersebut selalu menggoda, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:
مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ. الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ. مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاس
dari kejahatan (bisikan) setan yang bisa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia dari (golongan) jin dan manusia. (An-Nas: 4-6) Karena itulah disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:
{قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ إِنِّي كَانَ لِي قَرِينٌ. يَقُولُ أَئِنَّكَ لَمِنَ الْمُصَدِّقِينَ}
Berkatalah salah seorang di antara mereka, "Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) mempunyai seorang teman, yang berkata, 'Apakah kamu sungguh-sungguh termasuk orang-orang yang membenarkan (hari berbangkit)'?" (Ash-Shaffat: 51-52)
Yakni apakah engkau percaya dengan adanya hari berbangkit dan hari penghisaban serta hari pembalasan. Dia mengatakannya dengan nada heran, tidak percaya, dan menganggap mustahil, serta ingkar terhadapnya.
{أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَئِنَّا لَمَدِينُونَ}
Apakah bila kita telah mati dan kita telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kita benar-benar (akan dibangkitkan) untuk diberi pembalasan? (Ash-Shaffat: 53) Mujahid dan As-Saddi mengatakan,
"Benar-benar akan dihisab." Ibnu Abbas r.a. dan Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan, "Benar-benar akan mendapat pembalasan dari amal perbuatan kita.'' Kedua makna tersebut sahih. Firman Allah Swt.:
{قَالَ هَلْ أَنْتُمْ مُطَّلِعُونَ}
Berkata pulalah ia, "Maukah kamu meninjau (temanku itu)?” (Ash-Shaffat: 54) Yakni menengoknya. Kalimat ini dikatakan oleh orang mukmin kepada teman-temannya sesama penghuni surga.
{فَاطَّلَعَ فَرَآهُ فِي سَوَاءِ الْجَحِيمِ}
Maka ia meninjaunya, lalu dia melihat temannya itu di tengah-tengah neraka menyala-nyala. (Ash-Shaffat: 54) Ibnu Abbas r.a., Sa'id ibnu Jubair, Khulaid Al-Asri, Qatadah, As-Saddi, dan Ata Al-Khurrasani mengatakan bahwa
makna yang dimaksud ialah berada di tengah-tengah neraka Jahim. Al-Hasan Al-Basri mengatakan, makna yang dimaksud ialah berada di tengah-tengah neraka seakan-akan rupanya seperti bintang yang menyala-nyala
(karena terbakar api neraka). Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa orang mukmin itu menengok temannya, maka ia melihat batok-batok kepala teman-teman kafirnya yang ada di neraka mendidih.
Telah diceritakan pula kepada kami bahwa Ka'bul Ahbar pernah mengatakan, "Sesungguhnya di dalam surga terdapat jendela pengintai. Apabila seorang ahli surga hendak melihat keadaan musuhnya di neraka,
maka ia melongokkan pandangannya melalui jendela itu ke arah neraka. Karena itu, makin bertambahlah rasa syukurnya."
{قَالَ تَاللَّهِ إِنْ كِدْتَ لَتُرْدِينِ}
Ia berkata (pula), "Demi Allah, sesungguhnya kamu benar-benar hampir mencelakakanku.” (Ash-Shaffat: 56) Orang mukmin berkata kepada orang kafir (yang ada di dalam neraka), "Demi Allah, engkau hampir saja mencelakakan diriku sekiranya aku menuruti kehendakmu."
{وَلَوْلا نِعْمَةُ رَبِّي لَكُنْتُ مِنَ الْمُحْضَرِينَ}
Jikalau tidaklah karena nikmat Tuhanku, pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret (ke neraka). (Ash-Shaffat: 57) Yakni sekiranya bukan karena karunia dari Allah, tentulah aku menjadi orang yang senasib denganmu
berada di tengah-tengah neraka Jahim, tempat kamu berada dan diseret bersamamu ke dalam azab neraka. Tetapi berkat karunia dan rahmat-Nya kepadaku, maka Dia memberiku petunjuk kepada iman dan membimbingku
ke jalan mengesakan Dia.
{وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ}
Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi petunjuk kepada kami. (Al-A'raf: 43) Adapun firman Allah Swt.:
{أَفَمَا نَحْنُ بِمَيِّتِينَ. إِلا مَوْتَتَنَا الأولَى وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ}
Maka apakah kita tidak akan mati, melainkan hanya kematian kita yang pertama saja (di dunia), dan kita tidak akan disiksa (di akhirat ini)? (Ash-Shaffat: 58-59) Ini merupakan kata-kata dari orang mukmin yang merasa kagum
dengan pemberian Allah kepada dirinya berupa kehidupan yang kekal di dalam surga dan bertempat di tempat yang terhormat tanpa mati dan tanpa azab. Karena itu, disebutkan oleh firman Allah Swt. selanjutnya:
{إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ}
Sesungguhnya ini benar-benar kemenangan yang besar (Ash-Shaffat: 60) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Az-Zahrani, telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Umar Al-Adni,
telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah yang mengatakan bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya kepada penduduk surga: (Dikatakan kepada mereka),
"Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan.” (At-Tur: 19) Bahwa yang dimaksud dengan Hani-an ialah tidak akan mati lagi di dalam surga. Dan saat itu berkatalah penghuni surga,
sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya: Maka apakah kita tidak akan mati, melainkan hanya kematian kita yang pertama saja (di dunia), dan kita tidak akan disiksa (di akhirat ini)? (Ash-Shaffat: 58-59)
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, mereka mengetahui bahwa pemutus semua kenikmatan adalah maut. Karena itu, mereka mengatakan: Maka apakah kita tidak akan mati, melainkan hanya kematian kita yang pertama saja (di dunia),
dan kita tidak akan disiksa (di akhirat ini)? (Ash-Shaffat: 58-59). Lalu dikatakan kepada mereka bahwa mereka tidak akan mati lagi. Maka mereka menjawab: Sesungguhnya ini benar-benar kemenangan yang besar. (Ash-Shaffat: 60)
Adapun firman Allah Swt.:
{لِمِثْلِ هَذَا فَلْيَعْمَلِ الْعَامِلُونَ}
Untuk kemenangan seperti ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja. (Ash-Shaffat: 61) Qatadah mengatakan bahwa ini merupakan perkataan penduduk surga. Ibnu Jarir mengatakan bahwa ini adalah perkataan Allah Swt.
yang artinya 'untuk meraih kenikmatan dan kemenangan seperti ini hendaklah orang-orang di dunia berusaha agar mereka dapat meraihnya kelak di akhirat.'Mereka mengetengahkan sebuah kisah tentang dua orang lelaki dari kaum Bani Israil
yang keduanya terikat dalam suatu perseroan usaha. Kisah keduanya berkaitan dengan keumuman makna surat Ash-Shaffat ini. Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ishaq ibnu Ibrahim ibnu Habib ibnusy Syahid,
telah menceritakan kepada kami Attab ibnu Basyir, dari Khasif, dari Furat ibnu Sa'labah An-Nahrani sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) mempunyai seorang teman. (Ash-Shaffat: 51);
Di masa dahulu ada dua orang lelaki yang terikat dalam suatu perseroan. Keduanya berhasil menghimpun dana sebanyak delapan ribu dinar. Salah seorang dari keduanya mempunyai profesi, sedangkan yang lainnya tidak;
pada akhirnya orang yang mempunyai profesi berkata kepada teman seperseroannya yang tidak mempunyai profesi, "Kamu tidak mempunyai profesi, maka tiada pilihan lain bagiku kecuali memecatmu dari perseroan dan memberikan hakmu
yang ada pada perseroan ini." Akhirnya keduanya berbagi harta, lalu perseroan keduanya bubar. Kemudian lelaki yang berprofesi membeli sebuah rumah dengan harga seribu dinar. Rumah itu adalah milik seorang raja yang telah mati.
Lalu ia mengundang teman bekas seperseroannya itu, lalu memperlihatkan rumah yang baru dibeli itu kepadanya seraya berkata kepadanya, "Bagaimanakah pendapatmu tentang rumah yang baru saya beli dengan harga seribu dinar ini?"
Ia menjawab, "Alangkah indah dan mewahnya." Setelah keluar, ia berkata, "Ya Allah, sesungguhnya temanku ini telah membeli sebuah rumah dengan harga seribu dinar, dan sesungguhnya aku memohon kepada-Mu sebuah rumah di surga,"
lalu ia menyedekahkan uangnya sebanyak seribu dinar. Setelah itu ia tinggal selama masa yang dikehendaki oleh Allah Swt. Kemudian lelaki yang mempunyai pekerjaan kawin dengan seorang wanita dengan mahar sebanyak seribu dinar,
dan ia mengundang temannya itu ke perjamuan pernikahannya. Setelah temannya datang, ia berkata, "Sesungguhnya saya telah mengawini wanita ini dengan maskawin seribu dinar." Temannya menjawab, "Alangkah cantiknya dia."
Setelah pergi, ia berkata, "Ya Allah, sesungguhnya temanku baru saja mengawini seorang wanita dengan maskawin seribu dinar, dan sesungguhnya aku memohon kepada-Mu seorang wanita dari bidadari yang bermata jeli,"
lalu ia menyedekahkan uangnya sebanyak seribu dinar. Dan ia tinggal selama masa yang dikehendaki oleh Allah Swt. Kemudian lelaki yang berprofesi itu membeli dua buah kebun seharga dua ribu dinar, lalu memanggil temannya
dan memperlihatkan kedua kebun itu kepadanya seraya berkata, "Sesungguhnya aku telah membeli dua kebun ini seharga dua ribu dinar." Maka ia menjawab, "Alangkah indahnya kebun itu." Setelah ia keluar dari temannya itu,
berkatalah ia, "Ya Allah, sesungguhnya temanku telah membeli dua kebun seharga dua ribu dinar, dan aku momohon kepada-Mu dua buah kebun di surga," lalu ia menyedekahkan uangnya yang tinggal dua ribu dinar itu.
Setelah itu malaikat maut datang kepada kedua lelaki tersebut dan mencabut nyawa keduanya, lalu ia membawa pergi lelaki yang bersedekah itu dan memasukkannya ke dalam sebuah rumah yang membuatnya kagum.
Tiba-tiba di dalamnya ada seorang wanita yang karena cantiknya sehingga bagian bawahnya bersinar terang, kemudian memasukkannya ke dalam dua buah kebun dan dianugerahkan kepadanya sesuatu yang hanya Allah sajalah
yang mengetahuinya. Perawi mengatakan bahwa alangkah miripnya apa yang disebutkan dalam ayat ini dengan perihal lelaki yang disebutkan dalam riwayat ini. Selanjutnya malaikat berkata, "Sesungguhnya rumah ini adalah untukmu,
begitu pula kedua kebun ini dan wanita cantik itu." Maka lelaki itu berkata, bahwa sesungguhnya dahulu ia pernah mempunyai seorang teman yang mengatakan kepadanya: Apakah kamu sungguh-sungguh termasuk
orang-orang yang membenarkan? (Ash-Shaffat: 52) Dikatakan kepadanya bahwa temannya itu berada di dalam neraka Jahim. Berkatalah ia, "Maukah kamu meninjau (temanku itu)?" Maka ia meninjaunya, lalu dia melihat temannya itu
di tengah-tengah neraka menyala-nyala. (Ash-Shaffat: 54-55) Maka pada saat itu ia berkata: Demi Allah, sesungguhnya kamu benar-benar hampir mencelakakanku. Jikalau tidaklah karena nikmat Tuhanku, pastilah aku termasuk orang-orang
yang diseret (ke neraka). (Ash-Shaffat: 56-57) Ibnu Jarir selanjutnya mengatakan bahwa riwayat ini memperkuat orang yang membaca ayat ini dengan bacaan berikut:
"أَئِنَّكَ لَمِنَ المُصَّدّقِينَ"
Orang-orang yang menyedekahkan (hartamu). (Ash-Shaffat: 52) dengan bacaan memakai tasydid, yaitu al-musaddiqin (bukan al-musdiqin, yang artinya membenarkan hari berbangkit) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Al-Hasan ibnu Arafah, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Abdur Rahman Al-Abar, telah menceritakan kepada kami Abu Hafs yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Ismail As-Saddi tentang makna
ayat berikut, yaitu firrnan-Nya: Berkatalah seorang di antara mereka, "Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) mempunyai seorang teman, yang berkata Apakah kamu sungguh-sungguh termasuk orang-orang yang menyedekahkan (hartamu)-?”
(Ash-Shaffat: 51-52) " Ismail As-Saddi berkata, "Mengapa kamu tanyakan hal ini-" Aku menjawab, "Aku tadi baru saja membacanya, maka aku ingin menanyakan maknanya kepadamu." Ismail As-Saddi berkata dengan nada tegas,
menyuruhnya agar mencamkan kisah berikut. Yaitu bahwa dahulu di kalangan kaum Bani Israil terdapat dua orang yang berkongsi; salah seorangnya mukmin, sedangkan yang lainnya kafir. Akhirnya perseroan keduanya bubar,
dan modal mereka ada enam ribu dinar; maka masing-masing orang mendapat tiga ribu dinar. Keduanya berpisah dan tinggal dalam jarak masa yang dikehendaki oleh Allah, lalu keduanya bersua. Maka yang kafir bertanya kepada yang mukmin,
"Apakah yang telah engkau lakukan dengan hartamu? Apakah engkau tanamkan pada sesuatu ataukah engkau mengembangkannya dalam perniagaan?" Orang yang mukmin berkata kepadanya, "Tidak, lalu apakah yang telah engkau lakukan
dengan hartamu?" Si kafir menjawab, "Kugunakan seribu dinar untuk membeli tanah, kebun kurma, buah-buahan, dan mata air." Orang mukmin bertanya, "Benarkah engkau lakukan itu?" Si kafir menjawab, "Ya." Orang yang mukmin pulang,
dan pada malam harinya ia melakukan salat selama apa yang dikehendaki oleh Allah Swt. Setelah menyelesaikan salatnya ia mengambil seribu dinar dan meletakkannya di hadapannya, kemudian berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya si Fulan
—yakni temannya yang kafir— telah membeli sebidang tanah, sebuah kebun kurma dan buah-buahan serta mata air dengan harga seribu dinar, yang bila ia mati di kemudian hari ditinggalkannya. Ya Allah, sesungguhnya aku membeli dari-Mu
dengan seribu dinar ini sebidang tanah di surga, kebun kurma, dan buah-buahan serta mata airnya." Pada keesokan harinya ia bagi-bagikan uang seribu dinar itu kepada kaum fakir miskin. Setelah beberapa waktu berselang menurut
apa yang dikehendaki oleh Allah, keduanya bersua kembali, dan si kafir bertanya kepada si mukmin; "Apakah yang telah engkau lakukan dengan hartamu, apakah engkau tanamkan pada sesuatu, ataukah engkau kembangkan
dalam berdagang?" Si mukmin menjawab, "Tidak. Tetapi kamu, apakah yang telah kamu lakukan terhadap hartamu?" Si kafir menjawab, "Hartaku makin banyak dan sangat berat kulakukan pengurusan dan pembiayaannya,
maka kubeli seorang budak seharga seribu dinar, lalu kutugaskan untuk bekerja mengurusnya untuk kepentinganku." Si mukmin bertanya, "Engkau benar lakukan hal itu?" Si kafir menjawab, "Ya." Si mukmin pulang. Ketika malam hari tiba,
ia salat selama yang dikehendaki oleh Allah Swt. Setelah selesai, ia mengambil seribu dinar. lalu diletakkannya di hadapannya, kemudian berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya si Fulan —temannya yang kafir itu— telah membeli seorang budak
dengan harga seribu dinar, budak yang ada di dunia ini, yang di kemudian hari bila ia mati pasti budak itu ditinggalkannya; atau bila budak itu mati, maka ia ditinggalkan oleh budaknya. Ya Allah, sesungguhnya aku ingin membeli dari-Mu
dengan seribu dinar ini budak yang ada di dalam surga." Kemudian pada keesokan harinya ia bagi-bagikan uangnya itu kepada kaum fakir miskin. Selang beberapa lama kemudian menurut apa yang dikehendaki oleh Allah Swt.,
keduanya bersua kembali. Maka si kafir bertanya kepada si mukmin, "Apakah yang telah engkau lakukan dengan hartamu, apakah engkau tanamkan pada sesuatu ataukah engkau kembangkan dengan berdagang?" Si mukmin menjawab,
"Tidak, lalu apakah yang telah engkau lakukan dengan hartamu itu?" Si kafir menjawab, "Sebenarnya semua urusanku telah sempurna, terkecuali suatu hal, yaitu si Fulanah ditinggal mati oleh suaminya. Lalu kulamar dia dengan seribu dinar,
maka dia datang kepadaku sebagai istri dengan membawa seribu dinar dan kelipatannya yang sama jumlahnya (dari hasil warisannya)." Si mukmin bertanya, "Apakah kamu memang lakukan hal itu?" Si kafir menjawab, "Ya." Si mukmin pulang.
Dan pada malam harinya ia mengerjakan salat selama yang dikehendaki oleh Allah. Setelah selesai dari salatnya ia mengambil seribu dinar yang terakhir dari hartanya, lalu diletakkannya di hadapannya seraya berdoa, "Ya Allah,
sesungguhnya si Fulan —temannya yang kafir itu—telah mengawini salah seorang wanita di dunia ini dengan maskawin seribu dinar, yang bila ia mati istrinya itu ditinggalkannya, atau bila ia mati di kemudian hari istrinya itu membiarkannya.
Ya Allah, sesungguhnya aku melamar kepada-Mu dengan seribu dinar ini bidadari yang bermata jeli di surga." Pada keesokan harinya ia membagi-bagikan hartanya itu kepada kaum fakir miskin. Pada akhirnya si mukmin itu tidak memiliki
harta sedikit pun. Lalu ia mengenakan baju gamis dari katun dan jubah dari kain bulu. Selanjutnya ia mengambil cangkul, lalu disandangnya di pundaknya dengan maksud akan menjadi tukang gali yang upahnya nanti untuk biaya hidupnya.
Ia didatangi oleh seorang lelaki yang berkata kepadanya, "Hai hamba Allah, maukah engkau menjadi buruh bulananku sebagai tukang pemelihara hewan ternakku, engkau beri makan hewan-hewanku itu dan engkau bersihkan kandangnya
setiap harinya?" Si mukmin menjawab, "Saya setuju dan akan saya lakukan pekerjaan itu." Si mukmin itu bekerja padanya dengan gajian bulanan sebagai tukang mengurusi ternak lelaki tersebut. Sedangkan pemilik ternak itu setiap harinya
selalu mengontrol hasil pekerjaannya dengan memeriksa ternak-ternaknya. Apabila ia melihat ada seekor hewan yang kelihatan kurus, maka ia pegang kepala si mukmin itu, lalu mencekiknya dengan kuat seraya berkata kepadanya,
"Rupanya tadi malam kamu curi gandum makanannya!" Mengalami nasib yang sangat menyakitkan karena bekerja pada lelaki tersebut, akhirnya si mukmin berkata, "Aku akan mendatangi bekas teman seperseroanku yang kafir itu,
dan aku benar-benar akan bekerja padanya dengan harapan semoga ia mau memberiku makan setiap hari dan memberiku pakaian yang kukenakan ini bila telah rusak." Maka berangkatlah ia menuju rumah temannya yang kafir itu.
Ketika sampai di tempatnya ia mencari-cari temannya itu, ternyata terdapat sebuah bangunan seperti istana yang tinggi menjulang ke langit, dan di sekitar gedung itu terdapat banyak penjaga pintunya. Lalu ia berkata kepada mereka,
"Mintakanlah izin masuk kepada pemilik gedung ini untukku, karena sesungguhnya jika kalian sampaikan hal ini kepadanya pasti dia gembira." Mereka menjawab, "Jika kamu benar, pergilah dan tidurlah (menginaplah) di dekat pintu ini,
maka pada pagi harinya kamu akan bersua dengannya." Maka si mukmin itu pergi dan menggelarkan separoh dari pakaiannya untuk alas tidurnya, sedangkan separo yang lain ia gunakan untuk menutupi tubuhnya, lalu ia tidur
di tempat tersebut. Pada pagi harinya temannya yang kafir itu keluar. Ketika si kafir melihatnya, ia langsung mengenalnya, lalu ia turun dari kendaraannya dan menjabat tangannya seraya berkata kepadanya, "Mengapa tidak engkau lakukan
terhadap hartamu itu seperti yang aku lakukan terhadap hartaku?" Si mukmin menjawab, "Memang benar." Si kafir berkata, "Inilah keadaanku dan itulah keadaanmu." Si mukmin menjawab, "Memang benar." Si kafir bertanya,
"Ceritakanlah kepadaku apakah yang telah engkau lakukan terhadap hartamu?" Ia menjawab, "Janganlah engkau menanyakan hal itu kepada diriku." Si kafir bertanya, "Lalu apakah gerangan yang mendorongmu datang kepadaku?"
Si mukmin menjawab, "Aku datang kepadamu untuk bekerja di lahanmu ini dengan imbalan engkau beri aku makan setiap harinya dan pakaian seperti ini bila apa yang kupakai ini telah rusak." Si kafir berkata, "Tidak,
tetapi aku akan menempatkanmu pada pekerjaan yang lebih baik daripada apa yang kamu katakan itu. Dan kamu jangan berharap aku melakukanmu dengan baik sebelum kamu ceritakan kepadaku apa yang telah engkau lakukan
terhadap hartamu itu." Si mukmin menjawab, "Aku mengutangkannya." Si kafir bertanya, "Kepada siapa?" Si mukmin menjawab, "Kepada Yang Mahakaya lagi Maha Memenuhi janji-Nya." Si kafir bertanya, "Siapakah dia?" Si mukmin menjawab,
"Allah." Saat itu si kafir masih dalam keadaan menjabat tangannya, lalu mencabut tangannya dan berkata, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya. "Apakah kamu sungguh-sungguh termasuk orang-orang yang membenarkan
(hari berbangkit)? Apakah bila kita telah mati dan kita telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kita benar-benar (akan dibangkitkan) untuk diberi pembalasan?" (Ash-Shaffat: 52-53) - Menurut As-Saddi,
madinima artinya dihisab (untuk diberi pembalasan)- Akhirnya si kafir itu pergi meninggalkannya. Setelah si mukmin melihat si kafir itu bersikap demikian terhadapnya tanpa memberi harapan, maka ia pulang dan tidak menggangu si kafir lagi.
Si mukmin hidup sengsara selama suatu masa, dan si kafir hidup mewah dalam suatu masa. Pada hari kiamat nanti manakala Allah telah memasukkan orang mukmin itu ke dalam surga, ia merasa terkejut dengan adanya lahan dan kebun kurma
serta buah-buahan dan mata air. Maka ia bertanya, "Kepunyaan siapakah ini?" Dikatakan kepadanya, "Ini semua adalah milikmu." Ia berkata, "Subhanallah", apakah keutamaan amalku sampai kepada tingkatan yang membuatku
mendapat pahala seperti ini?" Ia berjalan lagi di dalam surga itu, dan ternyata ia menjumpai banyak budak yang jumlahnya tidak terhitung, lalu ia bertanya, "Untuk siapakah budak-budak ini?" Dikatakan kepadanya," Mereka adalah untukmu."
Ia berkata, Subhanallah, apakah keutamaan amalku sampai kepada tingkatan yang menyebabkan aku mendapat pahala seperti ini?" Kemudian ia berjalan lagi, tiba-tiba ia menjumpai sebuah kubah yang terbuat dari yaqut merah yang berongga,
di dalamnya terdapat bidadari-bidadari yang cantik-cantik lagi bermata jeli. Lalu ia bertanya, 'Untuk siapakah ini?" Dikatakan kepadanya, "Semuanya itu adalah untukmu. Ia berkata "Subhanallah, apakah keutamaan amalku
sampai ke tingkatan ini yang menjadikan diriku mendapat balasan seperti ini? Kemudian ia teringat temannya yang kafir itu, lalu berkata: Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) mempunyai seorang teman, yang berkata,
"Apakah kamu sungguh-sungguh termasuk orang-orang yang membenarkan (hari berbangkit)' Apakah bila kita telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang apakah sesungguhnya kita benar-benar (akan dibangkitkan)
untuk diberi pembalasan?" (Ash-Shaffat: 51-52) Surga berada di tempat yang tinggi, dan neraka berada di tempat yang paling bawah. Lalu Allah memperlihatkan kepadanya temannya itu berada di tengah-tengah neraka di antara
penghuni neraka lainnya. Ketika orang mukmin itu melihatnya, ia langsung mengenalnya dan berkata: Demi Allah, sesungguhnya kamu benar-benar hampir mencelakakanku. Jikalau tidaklah karena nikmat Tuhanku pastilah aku
termasuk orang-orang yang diseret (ke neraka). Maka apakah kita tidak akan mati, melainkan hanya kematian kita yang pertama saja (di dunia), dan kita tidak akan disiksa (di akhirat ini)? Sesungguhnya ini benar-benar kemenangan yang besar.
Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja. (Ash-Shaffat: 56-61) Yakni mengerjakan amal perbuatan yang semisal untuk meraih pahala tersebut. Kemudian orang mukmin itu teringat akan penderitaan
yang telah dia alami semasa hidup di dunia. Maka sepanjang ingatannya tiada suatu penderitaan di dunia pun yang telah dilaluinya lebih keras bila dibandingkan dengan penderitaan saat mati.
Surat As-Saffat |37:51|
قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ إِنِّي كَانَ لِي قَرِينٌ
qoola qooo`ilum min-hum innii kaana lii qoriin
Berkatalah salah seorang di antara mereka, "Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) pernah mempunyai seorang teman,
A speaker among them will say, "Indeed, I had a companion [on earth]
(Berkatalah salah seorang di antara mereka, "Sesungguhnya aku dahulu di dunia mempunyai seorang teman) yakni teman yang ingkar kepada adanya hari berbangkit.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 51 |
penjelasan ada di ayat 50
Surat As-Saffat |37:52|
يَقُولُ أَإِنَّكَ لَمِنَ الْمُصَدِّقِينَ
yaquulu a innaka laminal-mushoddiqiin
yang berkata, "Apakah sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang membenarkan (hari Berbangkit)?
Who would say, 'Are you indeed of those who believe
(Yang berkata,) kepadaku dengan nada yang mengejek, ('Apakah kamu sungguh-sungguh termasuk orang-orang yang membenarkan) adanya hari berbangkit
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 52 |
penjelasan ada di ayat 50
Surat As-Saffat |37:53|
أَإِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَإِنَّا لَمَدِينُونَ
a iżaa mitnaa wa kunnaa turoobaw wa 'izhooman a innaa lamadiinuun
Apabila kita telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang-belulang, apakah kita benar-benar (akan dibangkitkan) untuk diberi pembalasan?"
That when we have died and become dust and bones, we will indeed be recompensed?'"
(Apakah apabila kita telah mati dan kita telah menjadi tanah dan tulang-belulang, apakah sesungguhnya kita) kedua huruf Hamzah pada ketiga tempat yang disebutkan
di atas, yaitu A-innaka, A-idzaa dan A-innaa boleh dibaca Tahqiq dan boleh pula dibaca Tas-hil (benar-benar akan dibangkitkan untuk diberi pembalasan') maksudnya akan dibalas dan dihisab Ia ternyata ingkar kepada hal tersebut.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 53 |
penjelasan ada di ayat 50
Surat As-Saffat |37:54|
قَالَ هَلْ أَنْتُمْ مُطَّلِعُونَ
qoola hal antum muththoli'uun
Dia berkata, "Maukah kamu meninjau (temanku itu)?"
He will say, "Would you [care to] look?"
(Berkata pulalah ia) yaitu penghuni surga yang mengatakan demikian kepada temannya ('Maukah kamu melihat keadaan temanku itu'") maksudnya bersama-sama
untuk melihat apa yang dialami temannya di dalam neraka Temannya menjawab, "Tidak mau."
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 54 |
penjelasan ada di ayat 50
Surat As-Saffat |37:55|
فَاطَّلَعَ فَرَآهُ فِي سَوَاءِ الْجَحِيمِ
faththola'a fa ro`aahu fii sawaaa`il-jaḥiim
Maka dia meninjaunya, lalu dia melihat (teman)nya itu di tengah-tengah neraka yang menyala-nyala.
And he will look and see him in the midst of the Hellfire.
(Maka ia meninjaunya) yakni orang yang mengatakan demikian itu dari sebagian jendela surga (lalu ia melihat temannya itu) yaitu temannya yang ingkar kepada adanya hari berbangkit itu
(di tengah-tengah neraka menyala-nyala) berada di tengah-tengah neraka Jahim.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 55 |
penjelasan ada di ayat 50
Surat As-Saffat |37:56|
قَالَ تَاللَّهِ إِنْ كِدْتَ لَتُرْدِينِ
qoola tallohi ing kitta laturdiin
Dia berkata, "Demi Allah, engkau hampir saja mencelakakanku,
He will say, "By Allah, you almost ruined me.
(Ia berkata pula) dengan nada mengejek, ("Demi Allah, sesungguhnya) lafal In di sini adalah bentuk Takhfif dari Inna (kamu benar-benar hampir) kamu hampir saja (mencelakakanku) membinasakan aku melalui penyesatanmu itu.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 56 |
penjelasan ada di ayat 50
Surat As-Saffat |37:57|
وَلَوْلَا نِعْمَةُ رَبِّي لَكُنْتُ مِنَ الْمُحْضَرِينَ
walau laa ni'matu robbii lakuntu minal-muḥdhoriin
dan sekiranya bukan karena nikmat Tuhanku pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret (ke neraka).
If not for the favor of my Lord, I would have been of those brought in [to Hell].
(Jika tidak karena nikmat Rabbku) atas diriku yaitu berupa iman (pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret) bersamamu ke dalam neraka. Dan penduduk surga berkata,
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 57 |
penjelasan ada di ayat 50
Surat As-Saffat |37:58|
أَفَمَا نَحْنُ بِمَيِّتِينَ
a fa maa naḥnu bimayyitiin
Maka apakah kita tidak akan mati?
Then, are we not to die
(Maka apakah kita tidak akan mati.)
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 58 |
penjelasan ada di ayat 50
Surat As-Saffat |37:59|
إِلَّا مَوْتَتَنَا الْأُولَىٰ وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ
illaa mautatanal-uulaa wa maa naḥnu bimu'ażżabiin
Kecuali kematian kita yang pertama saja (di dunia), dan kita tidak akan diazab (di akhirat ini)?"
Except for our first death, and we will not be punished?"
(Melainkan hanya kematian kita yang pertama) yakni kematian kita di dunia (dan kita tidak akan disiksa di akhirat ini") Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna menetapkan kenikmatan
yang mereka rasakan dan sebagai ungkapan rasa syukur mereka atas nikmat yang telah dilimpahkan Allah kepada diri mereka, yaitu mereka dijadikan hidup abadi dengan penuh kenikmatan dan tidak disiksa untuk selama-lamanya.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 59 |
penjelasan ada di ayat 50
Surat As-Saffat |37:60|
إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
inna haażaa lahuwal-fauzul-'azhiim
Sungguh, ini benar-benar kemenangan yang agung.
Indeed, this is the great attainment.
(Sesungguhnya ini) yakni apa yang Aku jelaskan mengenai keadaan penduduk surga (benar-benar kemenangan yang besar.)
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 60 |
penjelasan ada di ayat 50
Surat As-Saffat |37:61|
لِمِثْلِ هَٰذَا فَلْيَعْمَلِ الْعَامِلُونَ
limiṡli haażaa falya'malil-'aamiluun
Untuk (kemenangan) serupa ini, hendaklah beramal orang-orang yang mampu beramal.
For the like of this let the workers [on earth] work.
(Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang beramal) menurut suatu pendapat, bahwa perkataan ini ditujukan kepada mereka. Dan menurut pendapat yang lain disebutkan, bahwa merekalah yang mengatakan demikian.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 61 |
penjelasan ada di ayat 50
Surat As-Saffat |37:62|
أَذَٰلِكَ خَيْرٌ نُزُلًا أَمْ شَجَرَةُ الزَّقُّومِ
a żaalika khoirun nuzulan am syajarotuz-zaqquum
Apakah (makanan surga) itu hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum.
Is Paradise a better accommodation or the tree of zaqqum?
(Apakah yang demikian itu) hal-hal yang telah disebutkan bagi ahli surga itu (merupakan hidangan yang lebih baik) suguhan atau hidangan yang diperuntukkan menjamu tamu atau orang yang menginap
(ataukah pohon zaqqum) yang disediakan buat ahli neraka; pohon zaqqum adalah pohon yang paling buruk dan sangat pahit rasanya, tempat asalnya adalah Tihamah.
Allah menumbuhkan pohon itu di dalam neraka Jahim, sebagaimana yang akan diterangkan nanti.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 62 |
Tafsir ayat 62-70
Allah Swt. berfirman bahwa apakah semua kenikmatan surga dan semua makanan, minuman, istri-istri, dan lain sebagainya lebih baik sajian dan pemberiannya.
{أَمْ شَجَرَةُ الزَّقُّومِ}
ataukah pohon zaqqum. (Ash-Shaffat: 62) yang berada di dalam neraka Jahanam. Dapat pula ditakwilkan bahwa makna yang dimaksud ialah sebuah pohon tertentu. Seperti yang dikatatakan oleh sebagian ulama,
bahwa sesungguhnya yang dimaksud dengan zaqqum adalah sebuah pohon yang cabang-cabangnya menjalar ke seluruh tempat di neraka Jahanam. Sebagaimana pohon Tuba merupakan sebuah pohon di surga yang tiada suatu gedung pun
di dalam surga melainkan terdapat suatu cabang dari pohon tersebut. Dapat pula ditakwilkan bahwa makna yang dimaksud ialah jenis suatu pohon yang dikenal dengan nama pohon zaqqum, seperti pengertian yang disebutkan
di dalam firman-Nya:
{وَشَجَرَةً تَخْرُجُ مِنْ طُورِ سَيْنَاءَ تَنْبُتُ بِالدُّهْنِ وَصِبْغٍ لِلآكِلِينَ}
dan pohon kayu keluar dari Tursina yang menghasilkan minyak, dan penyedap makanan bagi orang-orang yang makan. (Al-Mu-minun: 20) Yakni pohon zaitun. Diperkuat pula dengan pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
{ثُمَّ إِنَّكُمْ أَيُّهَا الضَّالُّونَ الْمُكَذِّبُونَ. لآكِلُونَ مِنْ شَجَرٍ مِنْ زَقُّومٍ}
Kemudian sesungguhnya kamu, hai orang yang sesat lagi mendustakan, benar-benar akan memakan pohon zaqqum (Al-Waqi'ah: 51-52) Adapun firman Allah Swt.:
{إِنَّا جَعَلْنَاهَا فِتْنَةً لِلظَّالِمِينَ}
Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-orang yang zalim. (Ash-Shaffat: 63) Qatadah mengatakan bahwa ketika disebutkan pohon zaqqum, maka orang-orang yang sesat merasa keheranan
dan mengatakan, "Teman kalian ini memberitakan bahwa di dalam neraka terdapat pohon, padahal api itu membakar pohon." Maka Allah menurunkan firman-Nya:
{إِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخْرُجُ فِي أَصْلِ الْجَحِيمِ}
Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang keluar dari dasar neraka yang menyala. (Ash-Shaffat: 64) Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa pohon zaqqum itu hidup dari api dan diciptakan dari api. Mujahid mengatakan sehubungan
dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-orang yang zalim. (Ash-Shaffat: 63); Abu Jahal la'natullah mengatakan bahwa sesungguhnya zaqqum itu adalah buah kurma
yang dicampur dengan mentega, lalu kita santap sebagai makanan. Menurut hemat kami, makna ayat adalah seperti berikut: Bahwa sesungguhnya Kami ceritakan kepadamu, hai Muhammad, tentang pohon zaqqum tiada lain sebagai batu ujian
yang engkau cobakan terhadap manusia, siapa saja di antara mereka yang membenarkannya dan siapa saja di antara mereka yang mendustakannya. Makna ayat ini semakna dengan firman-Nya:
{وَمَا جَعَلْنَا الرُّؤْيَا الَّتِي أَرَيْنَاكَ إِلا فِتْنَةً لِلنَّاسِ وَالشَّجَرَةَ الْمَلْعُونَةَ فِي الْقُرْآنِ وَنُخَوِّفُهُمْ فَمَا يَزِيدُهُمْ إِلا طُغْيَانًا كَبِيرًا}
Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu terkutuk dalam Al-Qur'an. Dan Kami menakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka. (Al-Isra: 60) Adapun firman Allah Swt.:
{إِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخْرُجُ فِي أَصْلِ الْجَحِيمِ}
Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang keluar dari dasar neraka yang menyala. (Ash-Shaffat: 64) Yakni tempat tumbuhnya berada di dasar neraka.
{طَلْعُهَا كَأَنَّهُ رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ}
mayangnya seperti kepala setan-setan. (Ash-Shaffat: 65) Yaitu mengerikan dan menjijikkan bila disebutkan. Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa rambut setan itu berdiri tegak menjulang ke langit, dan sesungguhnya pohon tersebut
diserupakan dengan kepala setan —sekalipun kepala setan tidak dikenal oleh mukhatab (lawan bicara)— tiada lain karena telah dimaklumi di kalangan mereka bahwa setan itu sangat buruk penampilannya.
Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud ialah sejenis ular yang kepalanya sangat buruk. Dan menurut pendapat yang lainnya lagi yaitu sejenis tumbuh-tumbuhan yang mayangnya sangat buruk rupanya. Akan tetapi,
kedua takwil ini masih diragukan. Ibnu Jarir telah menyebutkan kedua pendapat tersebut, tetapi pendapat pertamalah yang lebih kuat: hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:
{فَإِنَّهُمْ لآكِلُونَ مِنْهَا فَمَالِئُونَ مِنْهَا الْبُطُونَ}
Maka sesungguhnya mereka benar-benar memakan sebagian dari pohon itu, maka mereka memenuhi perutnya dengan buah zaqqum itu. (Ash-Shaffat: 66) Allah Swt. menyebutkan bahwa penghuni neraka memakan dari pohon ini
yang bentuknya tiada yang lebih mengerikan dan tiada yang lebih buruk darinya, selain dari rasa, bau, dan citranya yang sangat buruk. Mereka terpaksa memakan buah pohon zaqqum ini karena mereka tidak menemukan makanan lainnya
kecuali pohon tersebut. Hal yang semakna disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{لَيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ إِلا مِنْ ضَرِيعٍ. لَا يُسْمِنُ وَلا يُغْنِي مِنْ جُوعٍ}
Mereka tidak memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri, yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar. (Al-Gasyiyah: 6-7)
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مَرْزُوقٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ، وَقَالَ: "اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، فَلَوْ أَنَّ قَطْرَةً مِنَ الزَّقُّومِ قُطِرَتْ فِي بِحَارِ الدُّنْيَا، لَأَفْسَدَتْ عَلَى أَهْلِ الْأَرْضِ مَعَايِشَهُمْ فَكَيْفَ بِمَنْ يَكُونُ طَعَامَهُ؟ ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Marzuq, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Al-A'masy, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas r.a., bahwa Rasulullah Saw.
membaca ayat ini (Ash-Shaffat: 66), kemudian beliau bersabda: Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa. Seandainya setetes zaqqum dimasukkan ke dalam laut dunia, tentulah ia merusak (mencemari) penghidupan
seluruh penduduk bumi, maka bagaimana pula dengan orang yang pohon zaqqum adalah makanannya? Iman Turmuzi, Imam Nasai, dan Ibnu Majah mengetengahkannya melalui hadis Syu'bah, dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa
hadis ini hasan sahih. Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ إِنَّ لَهُمْ عَلَيْهَا لَشَوْبًا مِنْ حَمِيمٍ}
Kemudian sesudah makan buah pohon zaqqum itu pasti mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas. (Ash-Shaffat: 67) Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah minuman air
yang sangat panas sesudah makan buah zaqqum itu. Dan menurut riwayat lain bersumber darinya, dicampur dengan air yang sangat panas. Sedangkan selain Ibnu Abbas mengatakan bahwa minuman air yang sangat panas buat mereka itu dicampur
dengan nanah dan keringat busuk yang keluar dari farji dan mata penduduk neraka.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا حَيْوَة بْنُ شُرَيح الْحَضْرَمِيُّ، حَدَّثَنَا بَقيَّة بْنِ الْوَلِيدِ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ عَمْرٍو، أَخْبَرَنِي عُبَيْدُ بْنُ بُسْرٍ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ:"يُقَرَّبُ -يَعْنِي إِلَى أَهْلِ النَّارِ-مَاءٌ فَيَتَكَرَّهُهُ، فَإِذَا أُدْنِيَ مِنْهُ شَوَى وَجْهَهُ، وَوَقَعَتْ فَرْوَةُ رَأْسِهِ فِيهِ. فَإِذَا شَرِبَهُ قَطَّعَ أَمْعَاءَهُ حَتَّى تَخْرُجَ مِنْ دُبُرِهِ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Haiwah ibnu Syuraih Al-Hadrami, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah ibnul Walid, dan Safwan ibnu Amr,
telah menceritakan kepadaku Ubaid, dari Abu Umamah Al-Bahilia r.a., dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Disajikan —kepada penduduk neraka— air yang sangat panas, maka ahli neraka yang bersangkutan sangat membencinya;
dan apabila air itu didekatkan kepadanya, maka wajahnya terpanggang sehingga kulit kepalanya terkelupas dan terjatuh pada air itu; dan apabila ia meminumnya, semua ususnya hancur sehingga keluar dari duburnya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Rafi', telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Abdullah, dari Ja'far dan Harun ibnu Antrah, dari Sa'id ibnu Jubair
yang telah mengatakan bahwa apabila penduduk neraka lapar, mereka meminta agar diberi pohon zaqqum. Lalu mereka memakan sebagian darinya, maka terkelupaslah kulit wajah mereka karenanya. Seandainya seseorang yang kenal
bersua dengan mereka, tentulah dia mengetahui mereka melalui kulit wajah mereka yang menempel pada buah zaqqum itu. Kemudian dijadikan mereka merasa haus. Lalu mereka meminta minum, maka mereka diberi minum dengan air
yang sangat panas. Apabila air itu didekatkan kepada mereka dan berada di dekat mulut mereka, maka panasnya air itu membakar daging wajah mereka yang kulitnya telah terkelupas, dan isi perutnya hancur luluh.
Lalu mereka berjalan sedangkan isi perutnya keluar dalam keadaan hancur dan kulitnya rontok. Kemudian mereka dipukuli dengan gada-gada besi, maka semua anggota tubuhnya berentakan dan mereka menjerit seraya menyerukan kata-kata
kecelakaan bagi dirinya. Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ إِنَّ مَرْجِعَهُمْ لإلَى الْجَحِيمِ}
Kemudian sesungguhnya tempat kembali mereka benar-benar ke neraka Jahim. (Ash-Shaffat: 68) Yakni selanjutnya tempat kembali mereka sesudah hukuman tersebut benar-benar ke neraka yang menyala-nyala dengan sangat hebatnya.
Adakalanya mereka disiksa dengan cara yang pertama, adakalanya pula disiksa dengan cara yang ini. Sebagaimana yang disebutkan di dalam firman Allah Swt.:
{يَطُوفُونَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ حَمِيمٍ آنٍ}
Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air yang mendidih yang memuncak panasnya (Ar-Rahman: 44) Demikianlah yang dikatakan oleh Qatadah sehubungan dengan tafsir ayat ini, dan ini merupakan tafsir yang baik lagi cukup kuat.
As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan qiraat Ibnu Mas'ud r.a. tentang firman-Nya: Kemudian sesungguhnya tempat istirahat mereka benar-benar ke neraka Jahim. (Ash-Shaffat: 68) Ibnu Mas'ud r.a. pernah mengatakan,
-'Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, tidaklah siang hari mencapai pertengahannya di hari kiamat, melainkan ahli surga telah ditempatkan di dalam surga dan ahli neraka ditempatkan di dalam neraka."
Kemudian ia membaca firman-Nya: Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya. (Al-Furqan: 24) As-Sauri telah meriwayatkan dari Maisarah, dari Al-Minhal ibnu Amr,
dari Abu Ubaidah, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa belum lagi tengah hari berlalu di hari kiamat, melainkan ahli surga telah berada di tempatnya dan ahli neraka telah berada di tempatnya.
Sufyan mengatakan bahwa menurutnya setelah itu Abdullah ibnu Mas'ud r.a. membaca firman-Nya: Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya. (Al-Furqan: 24)
Kemudian tempat peristirahatan mereka adalah neraka Jahim. Menurut hemat kami, berdasarkan tafsir ini berarti summa adalah huruf ataf yang mengetamkan antara khabar dengan khabar lainnya. Dan firman selanjutnya:
{إِنَّهُمْ أَلْفَوْا آبَاءَهُمْ ضَالِّينَ}
Karena sesungguhnya mereka mendapati bapak-bapak mereka dalam keadaan sesat. (Ash-Shaffat: 69) Yakni sesungguhnya Kami balas mereka dengan siksaan tersebut, karena mereka menjumpai bapak-bapak mereka dalam keadaan sesat, lalu mereka mengikutinya tanpa dalil dan tanpa bukti. Karena itulah disebutkan dalam firman berikunya:
{فَهُمْ عَلَى آثَارِهِمْ يُهْرَعُونَ}
Lalu mereka sangat tergesa-gesa mengikuti jejak orang-orang tua mereka itu. (Ash-Shaffat: 70) Mujahid mengatakan bahwa yuhra'un sama maknanya dengan berlari. Sa'id ibnu Jubair mengatakan seperti kerbau dicocok hidungnya, yakni menuruti jejak mereka tanpa pengetahuan.
Surat As-Saffat |37:63|
إِنَّا جَعَلْنَاهَا فِتْنَةً لِلظَّالِمِينَ
innaa ja'alnaahaa fitnatal lizh-zhoolimiin
Sungguh, Kami menjadikannya (pohon zaqqum) sebagai azab bagi orang-orang zalim.
Indeed, We have made it a torment for the wrongdoers.
(Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu) artinya ditumbuhkannya pohon tersebut di dalam neraka (sebagai fitnah bagi orang-orang yang lalim)
yakni orang-orang kafir Mekah, karena mereka telah mengatakan, bahwa api itu membakar pohon, mana mungkin di dalam neraka dapat ditumbuhkan pohon.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 63 |
penjelasan ada di ayat 62
Surat As-Saffat |37:64|
إِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخْرُجُ فِي أَصْلِ الْجَحِيمِ
innahaa syajarotun takhruju fiii ashlil-jaḥiim
Sungguh, itu adalah pohon yang keluar dari dasar Neraka Jahim,
Indeed, it is a tree issuing from the bottom of the Hellfire,
(Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang keluar dari dasar neraka yang menyala) yakni dari dasar neraka Jahanam, dan ranting-rantingnya mencuat sampai ke relung-relungnya.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 64 |
penjelasan ada di ayat 62
Surat As-Saffat |37:65|
طَلْعُهَا كَأَنَّهُ رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ
thol'uhaa ka`annahuu ru`uususy-syayaathiin
mayangnya seperti kepala-kepala setan.
Its emerging fruit as if it was heads of the devils.
(Mayangnya) diserupakan dengan mayang pohon kurma (seperti kepala setan-setan) maksudnya, seperti ular-ular yang sangat buruk dan menjijikkan tampangnya.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 65 |
penjelasan ada di ayat 62
Surat As-Saffat |37:66|
فَإِنَّهُمْ لَآكِلُونَ مِنْهَا فَمَالِئُونَ مِنْهَا الْبُطُونَ
fa innahum la`aakiluuna min-haa famaali`uuna min-hal buthuun
Maka sungguh, mereka benar-benar memakan sebagian darinya (buah pohon itu), dan mereka memenuhi perutnya dengan buahnya (zaqqum).
And indeed, they will eat from it and fill with it their bellies.
(Maka sesungguhnya mereka) yakni orang-orang kafir (benar-benar memakan sebagian dari pohon itu) sekalipun rasanya sangat memuakkan, karena mereka dalam keadaan sangat lapar (maka mereka memenuhi perutnya dengan buah zaqqum itu.)
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 66 |
penjelasan ada di ayat 62
Surat As-Saffat |37:67|
ثُمَّ إِنَّ لَهُمْ عَلَيْهَا لَشَوْبًا مِنْ حَمِيمٍ
ṡumma inna lahum 'alaihaa lasyaubam min ḥamiim
Kemudian sungguh, setelah makan (buah zaqqum) mereka mendapat minuman yang dicampur dengan air yang sangat panas.
Then indeed, they will have after it a mixture of scalding water.
(Kemudian sesudah makan buah pohon zaqqum itu pasti mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas) yang mereka minum, hingga bercampur di dalam perut mereka apa yang mereka makan dan apa yang mereka minum itu.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 67 |
penjelasan ada di ayat 62
Surat As-Saffat |37:68|
ثُمَّ إِنَّ مَرْجِعَهُمْ لَإِلَى الْجَحِيمِ
ṡumma inna marji'ahum la`ilal-jaḥiim
Kemudian pasti tempat kembali mereka ke Neraka Jahim.
Then indeed, their return will be to the Hellfire.
(Kemudian sesungguhnya tempat kembali mereka benar-benar ke neraka Jahim) ayat ini memberikan pengertian, bahwa mereka keluar dahulu dari dalam neraka
untuk meminum air hamim atau air yang sangat panas itu, dan bahwasanya air yang sangat panas itu adanya di luar neraka.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 68 |
penjelasan ada di ayat 62
Surat As-Saffat |37:69|
إِنَّهُمْ أَلْفَوْا آبَاءَهُمْ ضَالِّينَ
innahum alfau aabaaa`ahum dhooolliin
Sesungguhnya mereka mendapati nenek moyang mereka dalam keadaan sesat,
Indeed they found their fathers astray.
(Karena sesungguhnya mereka mendapati) menemukan (bapak-bapak mereka dalam keadaan sesat.)
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 69 |
penjelasan ada di ayat 62
Surat As-Saffat |37:70|
فَهُمْ عَلَىٰ آثَارِهِمْ يُهْرَعُونَ
fa hum 'alaaa aaṡaarihim yuhro'uun
lalu mereka tergesa-gesa mengikuti jejak (nenek moyang) mereka.
So they hastened [to follow] in their footsteps.
(Lalu mereka sangat tergesa-gesa mengikuti jejak orang-orang tua mereka itu) atau terburu-buru mengikutinya, oleh karenanya mereka tergesa-gesa mengikuti kesesatan bapak-bapak mereka, tanpa berpikir lebih jauh lagi.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 70 |
penjelasan ada di ayat 62
Surat As-Saffat |37:71|
وَلَقَدْ ضَلَّ قَبْلَهُمْ أَكْثَرُ الْأَوَّلِينَ
wa laqod dholla qoblahum akṡarul-awwaliin
Dan sungguh, sebelum mereka (suku Quraisy), telah sesat sebagian besar dari orang-orang yang dahulu,
And there had already strayed before them most of the former peoples,
(Dan sesungguhnya telah sesat sebelum mereka sebagian besar dari orang-orang yang dahulu) umat-umat yang terdahulu.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 71 |
Tafsir ayat 71-74
Allah Swt. menceritakan perihal umat-umat terdahulu, bahwa kebanyakan dari mereka sesat karena menjadikan tuhan-tuhan lain bersama Allah. Dan Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia telah mengutus kepada mereka
pemberi-pemberi peringatan, yang memperingatkan mereka akan azab dan pembalasan Allah terhadap orang yang kafir kepada-Nya dan menyembah selain-Nya. Dan bahwa mereka berkelanjutan dalam menentang rasul-rasul mereka
serta mendustakannya. Maka Allah, membinasakan dan menghancurkan orang-orang yang mendustakan para rasul itu, sedangkan orang-orang mukmin diselamatkan oleh-Nya, ditolong dan dimenangkan-Nya.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُنْذَرِينَ. إِلا عِبَادَ اللَّهِ الْمُخْلَصِينَ}
Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang diberi peringatan itu, tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa-dosa tidak akan diazab). (Ash-Shaffat: 7374)
Surat As-Saffat |37:72|
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا فِيهِمْ مُنْذِرِينَ
wa laqod arsalnaa fiihim munżiriin
dan sungguh, Kami telah mengutus (rasul) pemberi peringatan di kalangan mereka.
And We had already sent among them warners.
(Dan sesungguhnya telah Kami utus pemberi-pemberi peringatan di kalangan mereka) yakni rasul-rasul yang memberi peringatan kepada mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 72 |
penjelasan ada di ayat 71
Surat As-Saffat |37:73|
فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُنْذَرِينَ
fanzhur kaifa kaana 'aaqibatul-munżariin
Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang diberi peringatan itu,
Then look how was the end of those who were warned -
(Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang diberi peringatan itu) yakni orang-orang kafir itu, kesudahan mereka mendapat azab.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 73 |
penjelasan ada di ayat 71
Surat As-Saffat |37:74|
إِلَّا عِبَادَ اللَّهِ الْمُخْلَصِينَ
illaa 'ibaadallohil-mukhlashiin
kecuali hamba-hamba Allah yang disucikan (dari dosa).
But not the chosen servants of Allah.
(Kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan -dari dosa-dosa-) yakni kaum mukminin, sesungguhnya mereka selamat dari azab, karena keikhlasan mereka dalam beribadah kepada Allah.
Atau karena Allah telah membersihkan mereka dari dosa-dosanya, makna ini berdasar qiraat yang membacanya Mukhlashiina.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 74 |
penjelasan ada di ayat 71
Surat As-Saffat |37:75|
وَلَقَدْ نَادَانَا نُوحٌ فَلَنِعْمَ الْمُجِيبُونَ
wa laqod naadaanaa nuuḥun fa lani'mal-mujiibuun
Dan sungguh, Nuh telah berdoa kepada Kami, maka sungguh, Kamilah sebaik-baik yang memperkenankan doa.
And Noah had certainly called Us, and [We are] the best of responders.
(Sesungguhnya Nuh telah menyeru Kami) melalui doanya, sebagaimana yang disitir oleh ayat lain, yaitu firman-Nya, "Sesungguhnya aku ini adalah orang yang dikalahkan,
oleh sebab itu menangkanlah (aku)." (Q.S. Al-Qamar, 10). (maka sesungguhnya sebaik-baik yang memperkenankan) doanya adalah Kami. Maksudnya, Nuh berdoa kepada Allah untuk dimenangkan atas kaumnya,
lalu Allah binasakan mereka melalui banjir besar hingga mereka tenggelam semuanya.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 75 |
Tafsir ayat 75-82
Setelah Allah Swt. menyebutkan bahwa kebanyakan orang-orang terdahulu sesat dari jalan keselamatan, lalu Allah menjelaskan hal tersebut secara rinci. Untuk itu Allah Swt. menceritakan perihal Nabi Nuh a.s.
dan apa yang dijumpainya dari kaumnya yaitu mereka mendustakannya, dan bahwa tiada yang beriman dari kalangan kaumnya kecuali hanya sedikit, padahal masa kerasulannya cukup lama. Nabi Nuh a.s.
tinggal di kalangan kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun. Dan dalam kurun waktu yang lama sekali Nabi Nuh a.s. menyeru mereka dan semakin keras pula kedustaan kaumnya terhadap dirinya. Manakala dia menyeru mereka
ke jalan Allah, makin bertambahlah keingkaran kaumnya. Lalu Nuh a.s. berdoa kepada Tuhannya, "Bahwa sesungguhnya aku dalam keadaan terkalahkan, maka tolonglah aku." Maka Allah Swt. murka dengan marahnya Nabi Nuh a.s.
terhadap kaumnya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَقَدْ نَادَانَا نُوحٌ فَلَنِعْمَ الْمُجِيبُونَ}
Sesungguhnya Nuh telah menyeru Kami, maka sesungguhnya sebaik-baik yang memperkenankan (adalah Kami). (Ash-Shaffat: 75) Yakni Kamilah yang sebaik-baik memperkenankan seruannya.
{وَنَجَّيْنَاهُ وَأَهْلَهُ مِنَ الْكَرْبِ الْعَظِيمِ}
Dan Kami telah menyelamatkannya dan keluarganya dari bencana yang besar. (Ash-Shaffat: 76) Yaitu dari pendustaan kaumnya dan gangguan mereka yang menyakitkan.
{وَجَعَلْنَا ذُرِّيَّتَهُ هُمُ الْبَاقِينَ}
Dan Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan. (Ash-Shaffat: 77) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r a yang mengatakan bahwa tiada seorang manusia pun yang ada, melainkan
dari keturunan Nabi Nuh a.s. Sa'id ibnu Abu Arubah telah meriwayatkan dan Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan. (Ash-Shaffat: 77)
Bahwa manusia semuanya berasal dari keturunan Nabi Nuh a.s. Imam Turmuzi, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan melalui hadis Sa’id ibnu Basyir:
عَنْ قَتَادَةُ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ سُمْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِهِ: {وَجَعَلْنَا ذُرِّيَّتَهُ هُمُ الْبَاقِينَ} قَالَ: "سَامٌ، وَحَامٌ وَيَافِثُ".
dari Qatadah, dari Al-Hasan, dari Samurah r a dari Nabi Saw. Sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan. (Ash-Shaffat: 77) Beliau Saw. bersabda: Sam, Ham, dan Yafis.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ، عَنْ سَعِيدٍ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ سَمُرَةَ؛ أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "سَامٌ أَبُو الْعَرَبِ، وَحَامٌ أَبُو الْحَبَشِ، وَيَافِثُ أَبُو الرُّومِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab, dari Sa'id, dari Qatadah, dari Al-Hasan, dari Samurah r.a. yang telah mengatakan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Sam menurunkan bangsa Arab,
Ham menurunkan bangsa Habsyah, dan Yafis menurunkan bangsa Romawi. Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui Bisyr ibnu Mu'az Al-Aqdi, dari Yazid ibnu Zurai, dari Sa'id ibnu Abu Arubah, dari Qatadah sanad yang sama.
Al-Hafiz Abu Umar ibnu Abdul Barr mengatakan bahwa telah diriwayatkan hal yang semisal dari Imran ibnu Husain r.a., dari Nabi Saw. Yang dimaksud dengan Romawi dalam hadis ini ialah bangsa Romawi terdahulu, yaitu bangsa Yunani
yang nasabnya sampai pada Rumi ibnu Liti ibnu Yunan ibnu Yafis ibnu Nuh a.s. Kemudian telah diriwayatkan melalui hadis Ismail ibnu Iyasy, dari Yahya ibnu Sa'id, dari Sa'id ibnul Musayyab yang mengatakan bahwa anak Nabi Nuh a.s.
itu ada tiga orang, yaitu Sam, Ham, dan Yafis. Dan masing-masing dari mereka beranak tiga orang Sam menurunkan tiga bangsa, yaitu bangsa Arab, bangsa Persia, dan bangsa Romawi. Yafis menurunkan tiga bangsa, yaitu bangsa Turki,
bangsa Saqalibah (Sicilia), serta Ya'juj dan Ma'juj. Ham menurunkan bangsa Egypt, bangsa yang berkulit hitam, dan bangsa Barbar. Telah diriwayatkan pula hal yang semisal dari Wahb ibnu Munabbih. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui
Firman Allah Swt.:
{وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الآخِرِينَ}
Dan Kami abadikan untuk Nuh itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. (Ash-Shaffat: 78) Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah sebutan yang baik. Mujahid mengatakan,
makna yang dimaksud ialah sebutan yang baik di kalangan semua nabi. Qatadah dan As-Saddi mengatakan bahwa Allah mengabdikan bagi Nuh a.s. pujian yang baik di kalangan orang-orang yang datang kemudian. Ad-Dahhak mengatakan
bahwa makna yang dimaksud ialah pujian yang baik. Firman Allah Swt.:
{سَلامٌ عَلَى نُوحٍ فِي الْعَالَمِينَ}
"Kesejahteraan dilimpahkan atas Nuh di seluruh alam." (Ash-Shaffat: 79) Sebagai realisasi dari keabadian sebutan baik dan pujian yang baik baginya ialah bahwa dia didoakan sejahtera oleh semua golongan dan semua umat manusia.
{إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ}
Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (Ash-Shaffat: 80) Yakni demikianlah Kami berikan balasan kepada hamba yang berbuat kebaikan dalam ketaatannya kepada Allah Swt.
Kami jadikan baginya sebutan dan buah tutur yang baik di kalangan orang-orang yang sesudahnya sesuai dengan tingkatannya masing-masing. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:
{إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ}
Sesungguhnya dia termasuk di antara hamba-hamba Kami yang beriman. (Ash-Shaffat: 81). Maksudnya, membenarkan, mengesakan, dan meyakini kebenaran.
{ثُمَّ أَغْرَقْنَا الآخَرِينَ}
Kemudian Kami tenggelamkan orang-orang yang lain. (Ash-Shaffat: 82) Yakni Kami binasakan mereka sehingga tiada seorang pun dan mereka yang tersisa, tiada pula peninggalan-peninggalan mereka. Mereka tidak lagi dikenal kecuali hanya sifat-sifat yang buruk.
Surat As-Saffat |37:76|
وَنَجَّيْنَاهُ وَأَهْلَهُ مِنَ الْكَرْبِ الْعَظِيمِ
wa najjainaahu wa ahlahuu minal-karbil-'azhiim
Kami telah menyelamatkan dia dan pengikutnya dari bencana yang besar.
And We saved him and his family from the great affliction.
(Dan Kami telah menyelamatkannya beserta keluarganya dari bencana yang besar) yakni dari banjir yang besar itu.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 76 |
penjelasan ada di ayat 75
Surat As-Saffat |37:77|
وَجَعَلْنَا ذُرِّيَّتَهُ هُمُ الْبَاقِينَ
wa ja'alnaa żurriyyatahuu humul-baaqiin
Dan Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan.
And We made his descendants those remaining [on the earth]
(Dan Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan) dengan demikian maka manusia semuanya adalah anak cucu dari Nabi Nuh a.s. Nabi Nuh mempunyai tiga orang anak,
yaitu Sam adalah bapak moyang bangsa Arab, bangsa Persia dan bangsa Romawi; Ham adalah bapak moyang bangsa yang berkulit hitam; Yafits adalah bapak moyang bangsa Turki, bangsa Khazr, Ya'juj dan Ma'juj dan lain-lainnya.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 77 |
penjelasan ada di ayat 75
Surat As-Saffat |37:78|
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ
wa taroknaa 'alaihi fil-aakhiriin
Dan Kami abadikan untuk Nuh (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,
And left for him [favorable mention] among later generations:
(Dan Kami abadikan) Kami lestarikan (untuk Nuh itu) pujian yang baik (di kalangan orang-orang yang datang kemudian) yakni para nabi dan semua umat manusia hingga hari kiamat.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 78 |
penjelasan ada di ayat 75
Surat As-Saffat |37:79|
سَلَامٌ عَلَىٰ نُوحٍ فِي الْعَالَمِينَ
salaamun 'alaa nuuḥin fil-'aalamiin
"Kesejahteraan (Kami limpahkan) atas Nuh di seluruh alam."
"Peace upon Noah among the worlds."
(Kesejahteraan) dari Kami dilimpahkan atas Nuh di seluruh alam.)
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 79 |
penjelasan ada di ayat 75
Surat As-Saffat |37:80|
إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
innaa każaalika najzil-muḥsiniin
Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Indeed, We thus reward the doers of good.
(Sesungguhnya demikianlah Kami,) artinya sebagaimana Kami memberikan balasan kepada mereka (Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.)
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 80 |
penjelasan ada di ayat 75
Surat As-Saffat |37:81|
إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ
innahuu min 'ibaadinal-mu`miniin
Sungguh, dia termasuk di antara hamba-hamba Kami yang beriman.
Indeed, he was of Our believing servants.
(Sesungguhnya dia termasuk di antara hamba-hamba Kami yang beriman.)
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 81 |
penjelasan ada di ayat 75
Surat As-Saffat |37:82|
ثُمَّ أَغْرَقْنَا الْآخَرِينَ
ṡumma aghroqnal-aakhoriin
Kemudian Kami tenggelamkan yang lain.
Then We drowned the disbelievers.
(Kemudian Kami tenggelamkan orang-orang yang lain) yakni orang-orang kafir dari kaum Nabi Nuh.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 82 |
penjelasan ada di ayat 75
Surat As-Saffat |37:83|
وَإِنَّ مِنْ شِيعَتِهِ لَإِبْرَاهِيمَ
wa inna min syii'atihii la`ibroohiim
Dan sungguh, Ibrahim termasuk golongannya (Nuh).
And indeed, among his kind was Abraham,
(Dan sesungguhnya di antara golongan Nuh) yang mengikutinya dalam masalah pokok agama, yaitu masalah tauhid (adalah Ibrahim) sekalipun jarak zaman di antara keduanya sangat jauh,
yaitu dua ribu enam ratus empat puluh tahun; dan adalah di antara keduanya terdapat Nabi Hud dan Nabi Saleh.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 83 |
Tafsir ayat 83-87
Ali ibnu Abu Jalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh). (Ash-Shaffat: 83) Yakni termasuk pemeluk agamanya. Mujahid mengatakan, berada dalam tuntunan dan sunnahnya.
{إِذْ جَاءَ رَبَّهُ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ}
(Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci. (Ash-Shaffat: 84) Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa makna yang dimaksud dengan 'hati yang suci'" ialah kesaksian yang menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, dari Auf, bahwa ia pernah bertanya kepada Muhammad ibnu Sirin tentang makna hati yang suci.
Muhammad ibnu Sirin menjawab, "Yang bersangkutan mengetahui bahwa Allah adalah hak (benar), hari kiamat pasti akan tiba, tiada keraguan padanya, dan bahwa Allah akan membangkitkan hidup kembali orang-orang yang ada di dalam kubur."
Al-Hasan mengatakan bahwa yang dimaksud dengan 'hati yang suci' 'ialah hati yang bersih dari kemusyrikan. Urwah mengatakan, yang dimaksud dengan hati yang suci ialah hati yang tidak pernah melaknat. Firman Allah Swt.:
{إِذْ قَالَ لأبِيهِ وَقَوْمِهِ مَاذَا تَعْبُدُونَ}
(ingatlah) ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya, "Apakah yang kamu sembah itu?” (Ash-Shaffat: 85) Nabi Ibrahim a.s. memprotes penyembahan mereka kepada berhala dan tandingan-tandingan Allah yang mereka ada-adakan itu. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:
{أَئِفْكًا آلِهَةً دُونَ اللَّهِ تُرِيدُونَ. فَمَا ظَنُّكُمْ بِرَبِّ الْعَالَمِينَ}
Apakah kamu menghendaki sembahan-sembahan selain Allah dengan jalan berbohong? Maka apakah anggapanmu terhadap Tuhan semesta alam? (Ash-Shaffat: 86-87)
Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah bagaimanakah dugaanmu terhadap apa yang akan Dia lakukan terhadapmu bila kamu menjumpai-Nya kelak, sedangkan kalian telah menyembah selain-Nya bersama Dia?
Surat As-Saffat |37:84|
إِذْ جَاءَ رَبَّهُ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
iż jaaa`a robbahuu biqolbin saliim
(Ingatlah) ketika dia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci,
When he came to his Lord with a sound heart
(Ingatlah ketika ia datang kepada Rabbnya) maksudnya, ia mengikuti-Nya sewaktu datang kepada kaumnya (dengan hati yang suci) dari keraguan dan hal-hal lainnya.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 84 |
penjelasan ada di ayat 83
Surat As-Saffat |37:85|
إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَاذَا تَعْبُدُونَ
iż qoola li`abiihi wa qoumihii maażaa ta'buduun
(ingatlah) ketika dia berkata kepada ayahnya dan kaumnya, "Apakah yang kamu sembah itu?
[And] when he said to his father and his people, "What do you worship?
(Ingatlah ketika ia berkata) sedangkan ia dalam keadaan demikian, yakni bersih dari keraguan terhadap Rabbnya (kepada bapaknya dan kaumnya) dengan nada yang mencela. ("Apakah) yang (kalian sembah itu)
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 85 |
penjelasan ada di ayat 83
Surat As-Saffat |37:86|
أَئِفْكًا آلِهَةً دُونَ اللَّهِ تُرِيدُونَ
a ifkan aaliḥatan duunallohi turiiduun
Apakah kamu menghendaki kebohongan dengan sesembahan selain Allah itu?
Is it falsehood [as] gods other than Allah you desire?
(Apakah dengan jalan berbohong) kedua huruf Hamzah pada ayat ini dapat dibaca Tahqiq atau Tas-hil (kalian menghendaki sesembahan-sesembahan selain Allah)
lafal Ifkan adalah Maf'ul Lah, dan lafal Aalihah adalah Maf'ul Bih bagi lafal Turiduuna. Al-Ifku artinya dusta yang paling buruk; makna yang dimaksud adalah, apakah kalian menyembah selain Allah
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 86 |
penjelasan ada di ayat 83
Surat As-Saffat |37:87|
فَمَا ظَنُّكُمْ بِرَبِّ الْعَالَمِينَ
fa maa zhonnukum birobbil-'aalamiin
Maka bagaimana anggapanmu terhadap Tuhan seluruh alam?"
Then what is your thought about the Lord of the worlds?"
(Maka apakah anggapanmu terhadap Rabb semesta alam") jika kalian menyembah selain-Nya; apakah kalian menganggap bahwa Dia akan membiarkan kalian tanpa mengazab kalian Tentu saja tidak,
Dia pasti mengazab kalian. Mereka adalah orang-orang ahli perbintangan. Lalu mereka keluar pada hari raya mereka dan meletakkan makanan mereka di depan latar berhala-berhala mereka,
mereka menduga bahwa hal itu dapat membawa berkah pada makanan mereka. Apabila mereka kembali, maka mereka memakan makanan tersebut. Mereka mengatakan kepada Nabi Ibrahim, "Marilah kita keluar."
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 87 |
penjelasan ada di ayat 83
Surat As-Saffat |37:88|
فَنَظَرَ نَظْرَةً فِي النُّجُومِ
fa nazhoro nazhrotan fin-nujuum
Lalu dia memandang sekilas ke bintang-bintang,
And he cast a look at the stars
(Lalu ia memandang sekali pandang ke bintang-bintang) untuk mengelabui mereka, bahwasanya dia percaya kepada bintang-bintang itu, supaya mereka tidak menaruh rasa curiga terhadap dirinya.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 88 |
Tafsir ayat 88-98
Sesungguhnya Ibrahim a.s. mengatakan demikian kepada kaumnya hanyalah agar ia tetap berada di kota itu apabila kaumnya pergi ke tempat perayaan mereka. Karena sesungguhnya saat itu mereka hampir saja berangkat
menuju tempat perayaan mereka, maka Ibrahim menginginkan agar ia dapat menyendiri dengan sembahan-sembahan mereka dengan niat akan menghancurkan berhala-berhala itu. Untuk itu Ibrahim a.s.
mengatakan kepada mereka suatu alasan yang pada hakikatnya benar, tetapi mereka mengira bahwa Ibrahim benar-benar sedang sakit.
{فَتَوَلَّوْا عَنْهُ مُدْبِرِينَ}
Lalu mereka berpaling darinya dengan membelakanginya. (Ash-Shaffat: 90) Qatadah mengatakan bahwa orang-orang Arab menganggap orang yang sedang memandang ke arah langit itu adalah orang yang sedang berfikir
atau merenungkan sesuatu. Yang dimaksud oleh Qatadah ialah bahwa Nabi Ibrahim saat itu mengarahkan pandangannya ke langit untuk mengalihkan perhatian mereka terhadap dirinya. Lalu ia berkata, sebagaimana yang disitir
oleh firman Allah Swt.:
{إِنِّي سَقِيمٌ}
Sesungguhnya aku sakit. (Ash-Shaffat: 89) Yakni lemah. Adapun hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir sehubungan dengan makna ayat ini, yaitu:
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْب، حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، حَدَّثَنِي هِشَامٌ، عَنْ مُحَمَّدٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لَمْ يَكْذِبْ إِبْرَاهِيمُ، عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ، غَيْرَ ثَلَاثِ كَذْبَاتٍ: ثِنْتَيْنِ فِي ذَاتِ اللَّهِ، قَوْلُهُ: {إِنِّي سَقِيمٌ} ، وَقَوْلُهُ {بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَذَا} [الْأَنْبِيَاءِ: 62] ، وَقَوْلُهُ فِي سَارَةَ: هِيَ أُخْتِي"
telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, telah menceritakan kepadaku Hisyam, dari Muhammad, dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Ibrahim a.s.
tidak pernah berdusta kecuali dalam tiga perkara; dua di antaranya dalam membela Zat Allah, yaitu ucapannya, "Sesungguhnya aku sakit, " dan perkataannya, "Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya.”
Dan perkataannya tentang Sarah, "Dia adalah saudara perempuanku.” Hadis ini diketengahkan di dalam kitab-kitab sahih dan kitab-kitab sunah melalui berbagai jalur. Akan tetapi, hal ini bukan termasuk dusta murni yang dicela
oleh syariat pelakunya. Tidaklah demikian pada hakikatnya melainkan disebut sebagai dusta dengan ungkapan majaz. Dan sesungguhnya hal itu hanyalah termasuk kata-kata sindiran untuk tujuan yang diperbolehkan oleh syariat dan agama,
sebagaimana yang disebutkan di dalam sebuah hadis yang mengatakan:
"إِنَّ [فِي] الْمَعَارِيضِ لَمَنْدُوحَةً عَنِ الْكَذِبِ"
Sesungguhnya di dalam ungkapan-ungkapan sindiran benar-benar terdapat jalan untuk mengelak dari berkata dusta. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar,
telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ali ibnu Zaid ibnu Jad'an, dari Abu Nadrah, dari Abu Sa'id r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda sehubungan dengan ketiga ucapan Nabi Ibrahim r.a. yang dikatakannya,
bahwa tiada suatu kalimat pun darinya melainkan diutarakan untuk membela agama Allah. Pertama yang disebutkan oleh firman-Nya: Kemudian ia berkata, "Sesungguhnya aku sakit.” (Ash-Shaffat: 89) Dan yang kedua disebutkan
oleh firman-Nya: Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya. (Al-Anbiya: 63) Dan Ibrahim a.s. berkata kepada raja yang menginginkan istrinya, "Dia adalah saudara perempuanku." Sufyan mengatakan sehubungan
dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya aku sakit. (Ash-Shaffat: 89) Yakni terkena penyakit ta’un. Ia mengatakan demikian karena kaumnya takut terhadap penderita ta’un, takut ketularan, karena itu mereka lari meninggalkannya sendirian.
Dengan demikian, maka tercapailah keinginan Ibrahim a.s. yang menginginkan agar menyendiri bersama berhala-berhala mereka. Hal yang sama telah dikatakan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya:
Lalu ia memandang sekali pandang ke bintang-bintang. Kemudian berkata, "Sesungguhnya aku sakit.” (Ash-Shaffat: 88-89) Maka mereka berkata kepadanya yang saat itu sedang berada di tempat peribadatan mereka yang dipenuhi oleh
berhala-berhala sembahan mereka, "Keluarlah kamu." Lalu Nabi Ibrahim a.s. menjawab, "Sesungguhnya aku terkena penyakit ta'un." Akhirnya mereka meninggalkannya karena takut ketularan penyakit ta’un.
Qatadah telah meriwayatkan dari Sa'id ibnul Musayyab, bahwa Ibrahim melihat bintang-bintang terbit di langit, lalu ia berkata: Sesungguhnya aku sakit. (Ash-Shaffat: 89) Nabi Ibrahim bermaksud membela agama Allah,
untuk itu ia mengatakan hal tersebut, bahwa ia sedang sakit. Ulama lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kemudian ia berkata, "Sesungguhnya aku sakit.” (Ash-Shaffat: 89) dinisbatkan kepada masa mendatang,
yakni sakit yang menyebabkan kematian. Menurut pendapat yang lainnya, sakit di sini adalah sakit hati karena melihat kaumnya menyembah berhala selain Allah Swt. Al-Hasan Al-Basri mengatakan, bahwa kaum Nabi Ibrahim keluar
menuju tempat perayaan mereka, dan mereka menginginkan agar Ibrahim pun ikut keluar bersama mereka. Tetapi Nabi Ibrahim merebahkan dirinya dan berkata, seperti yang disitir oleh firman-Nya: Sesungguhnya aku sakit. (Ash-Shaffat: 89)
Lalu ia menatapkan pandangannya ke arah langit; setelah mereka (kaumnya) keluar, maka Ibrahim bangkit menuju kepada berhala-berhala sembahan mereka, lalu menghancurkannya. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:
{فَتَوَلَّوْا عَنْهُ مُدْبِرِينَ}
Lalu mereka berpaling darinya dengan membelakanginya. (Ash-Shaffat: 90) Sesudah mereka keluar, maka dengan cepat dan sembunyi-sembunyi Ibrahim menuju tempat berhala-berhala mereka.
{فَقَالَ أَلا تَأْكُلُونَ}
lalu ia berkata, "Apakah kamu tidak makan?" (Ash-Shaffat: 91) Demikian itu karena mereka telah meletakkan di hadapan berhala-berhala itu makanan dan kurban dengan tujuan ingin dapat berkah dari berhala-berhala itu.
As-Saddi mengatakan bahwa Nabi Ibrahim a.s. memasuki tempat berhala-berhala mereka, dan ternyata ia menjumpai berhala-berhala itu diletakkan di dalam sebuah ruangan besar. Dan berhadapan dengan pintu ruangan itu terdapat berhala
yang besar, di sampingnya terdapat pula berhala yang lebih kecil daripadanya, kemudian di sampingnya lagi ada berhala lainnya yang lebih kecil daripada berhala yang kedua, demikianlah seterusnya sampai pada pintu ruangan.tersebut.
Dan ternyata mereka telah meletakkan makanan di tangan berhala-berhala itu. Tujuan mereka ialah bila mereka kembali dari tempat perayaannya, berarti sembahan-sembahan mereka telah memberkati makanan tersebut,
lalu baru mereka memakannya. Ketika Nabi Ibrahim menyaksikan pemandangan tersebut, yakni di tangan berhala-berhala itu diletakkan berbagai macam makanan, maka berkatalah Nabi Ibrahim:
{أَلا تَأْكُلُونَ. مَا لَكُمْ لا تَنْطِقُونَ}
Apakah kamu tidak makan? Mengapa kamu tidak menjawab? (Ash-Shaffat: 91-92) Firman Allah Swt.:
{فَرَاغَ عَلَيْهِمْ ضَرْبًا بِالْيَمِينِ}
Lalu dihadapinya berhala-berhala itu sambil memukulinya dengan tangan kanannya (dengan kuat). (Ash-Shaffat: 93) Al-Farra mengatakan bahwa lalu Nabi Ibrahim menghadapinya sambil memukulinya dengan tangan kanannya dengan pukulan
yang kuat. Qatadah mengatakan —juga Al-Jauhari— bahwa lalu Nabi Ibrahim memukuli berhala-berhala itu dengan pukulan tangan kanannya. Dikatakan tangan kanan karena pukulan tangan kanannya lebih kuat. Semua berhala itu hancur
berkeping-keping, kecuali yang paling besar yang sengaja dibiarkannya menunggu mereka kembali. Kisah ini telah disebutkan di dalam tafsir surat Al-Anbiya. Firman Allah Swt.:
{فَأَقْبَلُوا إِلَيْهِ يَزِفُّونَ}
Kemudian kaumnya datang kepadanya dengan bergegas. (Ash-Shaffat: 94) Mujahid dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa makna yaziffuna ialah bergegas-gegas. Kisah ini disebutkan dengan ringkas,
lain halnya dengan apa yang ada di dalam surat Al-Anbiya, kisahnya disebutkan dengan panjang lebar. Ketika mereka kembali ke tempat peribadatan mereka, pada awal mulanya mereka tidak mengetahui siapa pelakunya,
melainkan setelah menyelidiki dan mencari berita siapa pelakunya. Akhirnya mereka mengetahui bahwa Ibrahimlah yang melakukan semuanya itu. Ketika mereka datang ke tempat Nabi Ibrahim untuk mencaci maki perbuatannya itu,
maka Nabi Ibrahim mengambil persiapan untuk mengecam dan mencela perbuatan merek-. Untuk itu ia berkata:
{أَتَعْبُدُونَ مَا تَنْحِتُونَ}
Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat itu? (Ash-Shaffat: 95)
{وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ}
Padahal Allah-lah Yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu (Ash-Shaffat: 96) Imam Bukhari dalam kitab “Af’al Ibad” dari Ali bin Al Madini, dari Marwan bin Muawiyah, dari Abu Malik, dari Rib'i ibnu Hirasy, dari Huzaifah r.a. secara marfu :
"إِنَّ اللَّهَ يَصْنَعُ كُلَّ صَانِعٍ وَصَنْعَتَهُ"
Sesungguhnya Allah Swt.-lah yang menciptakan semua pekerja dan hasil kerjanya. Sebagian ulama membacanya dengan bacaan berikut:
{وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ}
Padahal Allah-lah Yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu (Ash-Shaffat: 96) Ketika mereka tidak dapat menyangkal hujjah yang dikemukakan Ibrahim, mereka beralih menyerang dengan tangan dan kekuatan, lalu mereka berkata:
{ابْنُوا لَهُ بُنْيَانًا فَأَلْقُوهُ فِي الْجَحِيمِ}
Dirikanlah suatu bangunan untuk (membakar) Ibrahim: lalu lemparkanlah dia ke dalam api yang menyala-nyala itu. (Ash-Shaffat: 97) Perihal urusan mereka telah disebutkan di dalam tafsir surat Al-Anbiya.
Dan Allah menyelamatkan Ibrahim dari api itu serta memenangkannya atas mereka, menolongnya, dan meninggikan hujannya. Karena itu, disebutkan oleh firman berikutnya:
{فَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الأسْفَلِينَ}
Mereka hendak melakukan tipu muslihat kepadanya, maka Kami jadikan mereka orang-orang yang hina. (Ash-Shaffat: 98)