Juz 23

Surat Az-Zumar |39:19|

أَفَمَنْ حَقَّ عَلَيْهِ كَلِمَةُ الْعَذَابِ أَفَأَنْتَ تُنْقِذُ مَنْ فِي النَّارِ

a fa man ḥaqqo 'alaihi kalimatul-'ażaab, a fa anta tungqiżu man fin-naar

Maka apakah (engkau hendak mengubah nasib) orang-orang yang telah dipastikan mendapat azab? Apakah engkau (Muhammad) akan menyelamatkan orang yang berada dalam api neraka?

Then, is one who has deserved the decree of punishment [to be guided]? Then, can you save one who is in the Fire?

Tafsir
Jalalain

(Apakah orang yang telah pasti ketentuan azab atasnya) termasuk orang-orang yang digolongkan oleh firman-Nya, "Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka jahanam..." (Q.S. As-Sajdah, 13).

(Apakah kamu akan menyelamatkan) maksudnya, mengeluarkan (orang yang berada dalam neraka) kalimat ayat ini menjadi Jawab Syarath, kemudian di dalamnya terdapat Isim Zhahir

yaitu lafal Man yang menduduki tempat Isim Mudhmar; dan Hamzah Istifham di sini menunjukkan makna ingkar, yakni, kamu tidak akan mampu memberikan hidayah kepadanya sehingga ia dapat kamu selamatkan dari neraka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 19 |

Tafsir ayat 19-20

Allah Swt. berfirman, "Apakah engkau mampu menyelamatkan orang yang telah ditakdirkan oleh Allah celaka dari kesesatan dan kebinasaannya?" Yakni tidak ada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk selain Allah Swt.

sendiri. Karena sesungguhnya barang siapa yang disesatkan oleh Allah, tiada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk; dan barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tiada seorang pun yang dapat menyesatkannya.

Kemudian Allah Swt. menceritakan tentang hamba-hamba-Nya yang berbahagia, bahwa bagi mereka gedung-gedung di dalam surga yang tinggi-tinggi.


{مِنْ فَوْقِهَا غُرَفٌ مَبْنِيَّةٌ}


di atasnya dibangun pula tempat-tempat yang tinggi. (Az-Zumar: 20) Yakni dibangun tingkatan-tingkatan yang tinggi lagi kokoh dan penuh dengan ornamen perhiasan.


قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْإِمَامِ أَحْمَدَ: حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ يَعْقُوبَ الْأَسَدِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ إِسْحَاقَ، عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ عَلِيٍّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ فِي الْجَنَّةِ لَغُرَفًا يُرَى بُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا، وَظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا" فَقَالَ أَعْرَابِيٌّ: لِمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "لِمَنْ أَطَابَ الْكَلَامَ، وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ، وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ".


Abdullah ibnu Imam Ahmad mengatakan. telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu Ya'qub Al-Asadi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fudail, dari Abdur Rahman ibnu Ishaq, dari An-Nu'man ibnu Sa'd, dari Ali r.a.

yang telah mengatakan, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya di dalam surga benar-benar terdapat gedung-gedung yang bagian dalamnya dapat dilihat dari bagian luarnya, dan bagian luarnya dapat dilihat

dari bagian dalamnya. Lalu ada seorang Badui bertanya, "Wahai Rasulullah, untuk siapakah gedung-gedung itu?" Rasulullah Saw. menjawab: Untuk orang yang bertutur kata dengan baik dan suka memberi makan (fakir miskin)

serta suka salat di malam hari saat manusia sedang lelap dalam tidurnya. Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini melalui Abdur Rahman ibnu Ishaq, dan Imam Turmuzi mengatakan hadis ini hasan garib;

dan seperti yang telah disebutkan bahwa ada sebagian ahlul' ilmi yang masih meragukan Abdur Rahman ibnu Ishaq dari segi hafalannya.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، حَدَّثَنَا مَعْمَر، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ ابْنِ مُعانق -أَوْ: أَبِي مُعَانق -عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْعَرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ فِي الْجَنَّةِ لَغُرْفَةً يُرَى ظَاهِرُهَا مِنْ بَاطِنِهَا، وَبَاطِنُهَا مِنْ ظَاهِرِهَا، أَعَدَّهَا اللَّهُ لِمَنْ أَطْعَمَ الطَّعَامَ، وَأَلَانَ الْكَلَامَ، وَتَابَعَ الصِّيَامَ، وَصَلَّى وَالنَّاسُ نِيَامٌ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Yahya ibnu Kasir dari Ibnu Mu'aniq atau Abu Mu'aniq dari Abu Malik Al-Asy'ari r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.

pernah bersabda: Sesungguhnya di dalam surga benar-benar terdapat gedung-gedung yang bagian luarnya dapat dilihat dari bagian dalamnya, dan bagian dalamnya dapat dilihat dari bagian luarnya. Allah telah menyediakannya

bagi orang yang suka memberi makan dan lemah lembut dalam bertutur kata, rajin mengerjakan puasa, serta gemar salat di saat manusia lelap dalam tidurnya. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara tunggal melalui riwayat Abdullah ibnu Mu'aniq Al-Asy'ari, dari Abu Malik Al-Asy'ari r.a. dengan sanad yang sama.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِي حَازِمٍ ، عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إِنَّ أَهْلَ الْجَنَّةِ لَيَتَرَاءَوْنَ الْغُرْفَةِ فِي الْجَنَّةِ كَمَا تَرَاءَوْنَ الْكَوْكَبَ فِي السَّمَاءِ". قَالَ: فحدثتُ بِذَلِكَ النُّعْمَانَ بْنَ أَبِي عَيَّاشٍ، فَقَالَ: سَمِعْتُ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ يَقُولُ: "كَمَا تَرَاءَوْنَ الْكَوْكَبَ الدُّرِّيَّ فِي الْأُفُقِ الشَّرْقِيِّ أَوِ الْغَرْبِيِّ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Abdur Rahman, dari Abu Hazim, dari Sahi ibnu Sa'd r.a, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

Sesungguhnya ahli surga benar-benar saling memandang penduduk surga yang ada di gedung-gedung yang tinggi-tinggi sebagaimana kalian menyaksikan bintang-bintang di ufuk langit. Perawi mengatakan bahwa ia menceritakan hadis ini

kepada An-Nu'man ibnu Iyasy, maka ia mengatakan bahwa dirinya pernah mendengar Abu Sa'id Al-Khudri mengatakan, "Sebagaimana kalian menyaksikan bintang di ufuk timur atau di ufuk barat." Imam Bukhari dan Imam Muslim

mengetengahkan hadis ini di dalam kitab sahih masing-masing melalui hadis Abu Hazim, dan keduanya telah mengetengahkannya pula di dalam kitab Sahihain melalui hadis Malik, dari Safwan ibnu Salim, dari Ata ibnu Yasar, dari Abu Sa'id r.a, dari Nabi Saw.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا فَزارة، أَخْبَرَنِي فُلَيح، عَنْ هِلَالِ بْنِ عَلِيٍّ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ أَهْلَ الْجَنَّةِ لَيَتَرَاءَوْنَ فِي الْجَنَّةِ أَهْلَ الْغُرَفِ، كَمَا تَرَاءَوْنَ الْكَوْكَبَ الدُّرِّيَّ الْغَارِبَ فِي الْأُفُقِ الطَّالِعِ، فِي تَفَاضُلِ أَهْلِ الدَّرَجَاتِ". فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أُولَئِكَ النَّبِيُّونَ؟ فَقَالَ: "بَلَى، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، وَأَقْوَامٌ آمَنُوا بِاللَّهِ وَصَدَّقُوا الرسل".


Imam Ahmad mengatakan, bahwa telah menceritakan kepada kami Fazzarah, telah menceritakan kepadaku Falih, dari Hilal ibnu Ali, dari Ata ibnu Yasar, dari Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"Sesungguhnya penduduk surga benar-benar saling memandangi penduduk surga yang berada di gedung-gedung yang tinggi-tinggi di surga, sebagaimana kalian memandangi bintang bercahaya yang muncul di ufuk nan jauh,

karena adanya perbedaan tingkatan keutamaan (di antara mereka).” Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, mereka tentu para nabi.” Rasulullah Saw. menjawab, "Benar, demi Tuhan Yang jiwaku berada dalam genggaman kekuasaan-Nya,

juga orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan rasul-rasul.” Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini dari Suwaid, dari Ibnul Mubarak, dari Falih dengan sanad yang sama, ia mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ وَأَبُو كَامِلٍ قَالَا حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ، حَدَّثَنَا سَعْدٌ الطَّائِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو المدَلَّة -مَوْلَى أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ-أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ: قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّا إِذَا رَأَيْنَاكَ رَقَّتْ قُلُوبُنَا، وَكُنَّا مِنْ أَهْلِ الْآخِرَةِ، فَإِذَا فَارَقْنَاكَ أَعْجَبَتْنَا الدُّنْيَا وشَممْنَا النِّسَاءَ وَالْأَوْلَادَ. قَالَ: "لَوْ أَنَّكُمْ تَكُونُونَ عَلَى كُلِّ حَالٍ عَلَى الْحَالِ الَّتِي أَنْتُمْ عَلَيْهَا عِنْدِي، لَصَافَحَتْكُمُ الْمَلَائِكَةُ بِأَكُفِّهِمْ، وَلَزَارَتْكُمْ فِي بُيُوتِكُمْ. وَلَوْ لَمْ تُذنبوا لَجَاءَ اللَّهُ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ كَيْ يَغْفِرَ لَهُمْ" قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، حَدّثنا عَنِ الْجَنَّةِ، مَا بِنَاؤُهَا؟ قَالَ: "لَبِنَةُ ذَهَبٍ ولَبِنَةُ فِضَّةٍ، وَمِلَاطُهَا الْمِسْكُ الأذْفَر، وحَصْباؤها اللُّؤْلُؤُ وَالْيَاقُوتُ، وَتُرَابُهَا الزَّعْفَرَانُ، مَنْ يَدْخُلُهَا يَنْعَمُ وَلَا يَبْأس، وَيَخْلُدُ وَلَا يَمُوتُ، لَا تَبْلَى ثِيَابُهُ، وَلَا يَفْنَى شَبَابُهُ. ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدَّ دعوتُهم: الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَالصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ تُحمَل عَلَى الغَمام، وَتُفْتَحُ لَهَا أَبْوَابُ السموات، وَيَقُولُ الرَّبُّ: وَعِزَّتِي لِأَنْصُرَنَّكِ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abun Nadr dan Abu Kamil. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami Sa'd At-Ta'i, telah menceritakan kepada kami

Abul Mudillah maula Ummul Mu-minin r.a, bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa kami (para sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami bila memandang engkau, hati kami terasa lunak

dan kami merasa seperti ahli akhirat. Tetapi bila kami berpisah dari engkau, maka kami terpesona dengan duniawi dan mencium harumnya wanita dan anak-anak." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Seandainya kalian tetap

berada dalam keadaan seperti kalian bila berada di dekatku, niscaya para malaikat menyalami kalian dengan tangan mereka dan piscaya mereka mengunjungi kalian di rumah-rumah kalian. Dan seandainya kalian tidak pernah berbuat dosa,

niscaya Allah Swt. akan mendatangkan suatu kaum yang berbuat dosa, agar Dia memberikan ampunan bagi mereka. Kami bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepada kami tentang surga, dari apa sajakah bangunannya?"

Rasulullah Saw. menjawab: Batu batanya ada yang dari emas dan ada yang dari perak, adukannya dari minyak misik azfar (yang sangat harum baunya), dan batu kerikilnya terdiri dari mutiara dan yaqut, sedangkan tanahnya dari za'faran.

Barang siapa yang masuk ke dalamnya hidup senang dan tidak akan sengsara, serta hidup kekal dan tidak akan mati; pakaiannya tidak akan rusak dan kemudaannya tidak akan pudar. Ada tiga macam orang yang doanya tidak akan ditolak,

yaitu imam yang adil, orang puasa hingga berbuka, dan doanya orang yang teraniaya dibawa di atas awan dan dibukakan baginya semua pintu langit. Dan Tuhan Yang Mahasuci lagi Mahatinggi berfirman (kepadanya), "Demi keagungan-Ku,

Aku benar-benar akan menolongmu, sekalipun setelah beberapa waktu.” Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah meriwayatkan sebagiannya dari hadis Za'd ibnu Abu Mujadid At-Ta'i seorang siqah, dari Abul Mudillah yang juga seorang yang siqah dengan sanad yang sama. Firman Allah Swt.:


{تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ}


yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. (Az-Zumar: 20) Yakni sungai-sungai di dalam surga di sela-sela gedung-gedung yang tinggi-tinggi itu menurut apa yang dikehendaki oleh para penghuninya dan dapat dialirkan menurut kehendak mereka.


{وَعَدَ اللَّهُ}


Allah telah berjanji dengan sebenar-benarnya. (Az-Zumar: 20) Maksudnya, apa yang telah kami sebutkan di atas adalah janji yang telah dijanjikan oleh Allah bagi hamba-hamba-Nya yang beriman.


{إِنَّ اللَّهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ}


Allah tidak akan memungkiri janjinya. (Az-Zumar: 20)

Surat Az-Zumar |39:20|

لَٰكِنِ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ لَهُمْ غُرَفٌ مِنْ فَوْقِهَا غُرَفٌ مَبْنِيَّةٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۖ وَعْدَ اللَّهِ ۖ لَا يُخْلِفُ اللَّهُ الْمِيعَادَ

laakinillażiinattaqou robbahum lahum ghurofum min fauqihaa ghurofum mabniyyatun tajrii min taḥtihal-an-haar, wa'dalloh, laa yukhlifullohul-mii'aad

Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, mereka mendapat kamar-kamar (di surga), di atasnya terdapat pula kamar-kamar yang dibangun (bertingkat-tingkat), yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. (Itulah) janji Allah. Allah tidak akan memungkiri janji(-Nya).

But those who have feared their Lord - for them are chambers, above them chambers built high, beneath which rivers flow. [This is] the promise of Allah. Allah does not fail in [His] promise.

Tafsir
Jalalain

(Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Rabbnya) yaitu bertakwa melalui jalan taat kepada-Nya (mereka mendapat tempat-tempat yang tinggi, di atasnya dibangun pula tempat-tempat yang tinggi,

di bawahnya mengalir sungai-sungai) artinya sungai-sungai yang mengalir, baik di bawah tempat-tempat yang teratas maupun di tempat-tempat yang terbawah (sebagai janji Allah)

lafal Wa'dallaahi dinashabkan oleh Fi'il yang diperkirakan keberadaannya pada sebelumnya (Allah tidak akan memungkiri janji-Nya) atau mengingkarinya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 20 |

penjelasan ada di ayat 19

Surat Az-Zumar |39:21|

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَلَكَهُ يَنَابِيعَ فِي الْأَرْضِ ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَجْعَلُهُ حُطَامًا ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِأُولِي الْأَلْبَابِ

a lam taro annalloha anzala minas-samaaa`i maaa`an fa salakahuu yanaabii'a fil-ardhi ṡumma yukhriju bihii zar'am mukhtalifan alwaanuhuu ṡumma yahiiju fa taroohu mushfarron ṡumma yaj'aluhuu huthoomaa, inna fii żaalika lażikroo li`ulil-albaab

Apakah engkau tidak memperhatikan, bahwa Allah menurunkan air dari langit, lalu diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi, kemudian dengan air itu ditumbuhkan-Nya tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, kemudian menjadi kering, lalu engkau melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal sehat.

Do you not see that Allah sends down rain from the sky and makes it flow as springs [and rivers] in the earth; then He produces thereby crops of varying colors; then they dry and you see them turned yellow; then He makes them [scattered] debris. Indeed in that is a reminder for those of understanding.

Tafsir
Jalalain

(Apakah kamu tidak memperhatikan) maksudnya tidak mengetahui (bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diatur-Nya menjadi sumber-sumber)

yakni, dia memasukkan air itu ke tempat-tempat yang dapat menjadi sumber air (di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya,

lalu ia menjadi kering) menjadi layu dan kering (lalu kamu melihatnya) sesudah hijau menjadi (kekuning-kuningan kemudian dijadikan-Nya hancur berderai) yakni rontok

(Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran) peringatan (bagi orang-orang yang mempunyai akal) bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran darinya untuk menyimpulkan keesaan dan kekuasaan Allah swt.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 21 |

Tafsir ayat 21-22

Allah Swt. menceritakan bahwa asal mula air yang ada di dalam tanah berasal dari langit, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَأَنزلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا}


dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih. (Al-Furqan: 48) Apabila telah diturunkan air dari langit, maka air itu tersimpan di dalam bumi, lalu Allah Swt. mengalirkannya ke berbagai bagian bumi menurut apa yang dikehendaki-Nya,

dan Allah menyumberkannya menjadi mata air-mata air, ada yang kecil dan ada yang besar menurut apa yang diperlukan. Karena itulah disebutkan dalam firman-Nya dalam surat ini:


{فَسَلَكَهُ يَنَابِيعَ فِي الأرْضِ}


lalu diatur-Nya menjadi sumber-sumber air di bumi. (Az-Zumar: 21) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami

Abu Qutaibah alias Atabah ibnul Yaqzan, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, lalu diatur-Nya

sumber-sumber air di bumi. (Az-Zumar: 21). Tiada suatu air pun di dalam bumi, melainkan berasal dari air yang diturunkan dari langit, tetapi rongga-rongga yang ada di dalam bumilah yang mengubahnya. Yang demikian itu disebutkan

oleh firman-Nya: lalu diatur-Nya menjadi sumber-sumber air di bumi. (Az-Zumar: 21) Maka barang siapa yang ingin mengubah air yang asin menjadi tawar, hendaklah ia menguapkannya (dan uapnya itu akan menjadi air yang tawar).

Hal yang sama telah dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair dan Amir Asy-Sya'bi, bahwa semua air yang ada di dalam tanah berasal dari langit. Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa asalnya dari salju. Yakni salju itu terhimpun di atas gunung-gunung dan menetap di puncaknya, lalu dari bawahnya menyumberlah mata air-mata air. Firman Allah Swt.:


{ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ}


kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya. (Az-Zumar: 21) Yaitu kemudian dari air yang diturunkan dari langit dan yang timbul dari sumber air yang ada di bumi dikeluarkanlah tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam bentuk, rasa, bau, dan manfaatnya.


{ثُمَّ يَهِيجُ}


lalu ia menjadi kering. (Az-Zumar: 21) Yakni sesudah kelihatan segar dan muda, terus menjadi tua. maka kamu lihat menjadi kuning yang bercampur kering.


{ثُمَّ يَجْعَلُهُ حُطَامًا}


kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. (Az-Zumar: 21) Maksudnya, sesudah itu menjadi kering dan hancur berguguran.


{إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لأولِي الألْبَابِ}


Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (Az-Zumar: 21) Yakni orang-orang yang mengambil pelajaran dari fenomena ini akan menyimpulkan bahwa pada mulanya dunia itu

seperti gambaran tersebut; diawali dengan hijau segar dan indah, lalu menjadi tua dan cacat. Dahulunya muda, kini menjadi tua dan pikun serta lemah; dan sesudah semuanya itu lalu mati. Orang yang berbahagia adalah

orang sesudah itu mendapat kebaikan. Sering kali Allah Swt. membuat perumpamaan bagi kehidupan dunia ini dengan air yang diturunkan-Nya dari langit, lalu dengannya ditumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan, sesudah itu menjadi hancur berguguran. Sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya melalui ayat lain, yaitu:


{وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنزلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الأرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا}


Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi,

kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-Kahfi: 45) Adapun firman Allah Swt.:


{أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلإسْلامِ فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِنْ رَبِّهِ}


Maka apakah orang-orang yang dibukakan hatinya untuk (menerima) agama Islam, lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? (Az-Zumar: 22) Maksudnya,

apakah sama orang yang demikian dengan orang yang membatu hatinya lagi jauh dari kebenaran? Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا}


Dan apakah orang yang sudah mati, kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya

berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar darinya? (Al-An’am: 122) Karena itulah disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:


فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ


Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya umtuk mengingat Allah. (Az-Zumar: 22) Yakni hati mereka tidak lunak saat menyebut nama Allah, tidak khusyuk, tidak sadar dan tidak memahami.


{أُولَئِكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ}


Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (Az-Zumar: 22)

Surat Az-Zumar |39:22|

أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِنْ رَبِّهِ ۚ فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

a fa man syaroḥallohu shodrohuu lil-islaami fa huwa 'alaa nuurim mir robbih, fa wailul lil-qoosiyati quluubuhum min żikrillaah, ulaaa`ika fii dholaalim mubiin

Maka apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk (menerima) agama Islam lalu dia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang hatinya membatu)? Maka celakalah mereka yang hatinya telah membatu untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.

So is one whose breast Allah has expanded to [accept] Islam and he is upon a light from his Lord [like one whose heart rejects it]? Then woe to those whose hearts are hardened against the remembrance of Allah. Those are in manifest error.

Tafsir
Jalalain

(Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk menerima Islam) sehingga ia mendapat petunjuk (lalu ia mendapat cahaya dari Rabbnya) sama dengan orang yang hatinya dikunci mati;

pengertian ini tersimpul dari firman selanjutnya (Maka kecelakaan yang besarlah) artinya, azab yang besarlah (bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah)

maksudnya, untuk menerima Alquran. (Mereka itu dalam kesesatan yang nyata) nyata sekali sesatnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 22 |

penjelasan ada di ayat 21

Surat Az-Zumar |39:23|

اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ

allohu nazzala aḥsanal-ḥadiiṡi kitaabam mutasyaabiham maṡaaniya taqsya'irru min-hu juluudullażiina yakhsyauna robbahum, ṡumma taliinu juluuduhum wa quluubuhum ilaa żikrillaah, żaalika hudallohi yahdii bihii may yasyaaa`, wa may yudhlilillaahu fa maa lahuu min haad

Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur´an yang serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka ketika mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka tidak seorang pun yang dapat memberi petunjuk.

Allah has sent down the best statement: a consistent Book wherein is reiteration. The skins shiver therefrom of those who fear their Lord; then their skins and their hearts relax at the remembrance of Allah. That is the guidance of Allah by which He guides whom He wills. And one whom Allah leaves astray - for him there is no guide.

Tafsir
Jalalain

(Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik yaitu Kitab) Alquran; lafal Kitaaban menjadi Badal lafal Ahsanal Hadiitsi (yang serupa) satu sama lainnya sama dalam hal Nuzhum dan hal-hal lainnya

(lagi berulang-ulang) diulang-ulang di dalamnya janji dan ancaman serta hal-hal lainnya (gemetarlah karenanya) yakni gemetar karena takut di kala disebutkan ancaman-Nya

' (kulit orang-orang yang takut) yang merasa takut (kepada Rabbnya, kemudian menjadi tenang kulit dan kalbu mereka di waktu mengingat Allah) sewaktu ingat akan janji-Nya. (Itulah)

kitab Alquran itu (petunjuk Allah, dengan Kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemberi petunjuk.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 23 |

Ini merupakan pujian dari Allah Swt. yang ditujukan kepada kitab-Nya, yaitu Al-Qur'an yang Dia turunkan kepada rasul-Nya yang mulia. Allah Swt. berfirman:


{اللَّهُ نزلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ}


Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang. (Az-Zumar: 23) Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud adalah kitab Al-Qur'an, semuanya serupa mutu ayat-ayatnya

lagi berulang-ulang. Qatadah mengatakan suatu ayat serupa dengan ayat lain, dan suatu huruf sama dengan huruf lainnya. Ad-Dahhak mengatakan bahwa yang dimaksud dengan masani ialah mengulang-ulang bacaannya agar mereka

memahami apa yang diturunkan dari Tuhannya. Ikrimah dan Al-Hasan mengatakan bahwa Allah menyebut qada secara berulang-ulang di dalam Al-Qur'an. Al-Hasan menambahkan bahwa di dalam surat terdapat suatu ayat,

dan di surat yang lain terdapat ayat yang semisal dengan ayat tersebut. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa masani ialah diulang-ulang; kisah mengenai Musa, Saleh, Hud, dan para nabi lainnya disebutkan

secara berulang-ulang di dalam Al-Qur'an di berbagai tempat yang cukup banyak. Sa'id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, bahwa masani ialah sebagian dari Al-Qur'an serupa dengan sebagian yang lainnya dan satu sama lainnya

saling memperkuat. Sebagian ulama mengatakan, juga menurut apa yang diriwayatkan dari Sufyan ibnu Uyaynah disebutkan bahwa makna firman-Nya: yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang. (Az-Zumar: 23)

Sesungguhnya konteks-konteks Al-Qur'an itu adakalanya berkaitan dengan satu pengertian, maka yang ini dinamakan ayat-ayat yang mutasyabih. Adakalanya disebutkan sesuatu dan lawan katanya, seperti penyebutan tentang

orang-orang mukmin dan disusul dengan sebutan tentang orang-orang kafir, sebutan tentang gambaran surga dan gambaran neraka, dan subjek-subjek lainnya, maka yang ini dinamakan masani, seperti yang terdapat pada firman-Nya:


{إِنَّ الأبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِي جَحِيمٍ}


Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan, dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka. (Al-Infitar: 13-14) Dan firman Allah Swt.:


{كَلا إِنَّ كِتَابَ الْفُجَّارِ لَفِي سِجِّينٍ}


Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab orang-orang yang durhaka tersimpan dalam sijjin. (Al-Mutaffifin: 7) sampai dengan firman-Nya:


{كَلا إِنَّ كِتَابَ الأبْرَارِ لَفِي عِلِّيِّينَ}


sekali-kali tidak, sesungguhnya kitab orang-orang yang berbakti itu (tersimpan) dalam Illiyyin. (Al-Mutaffifin: 18) Juga firman Allah Swt.:


{هَذَا ذِكْرٌ وَإِنَّ لِلْمُتَّقِينَ لَحُسْنَ مَآبٍ}


Ini adalah kehormatan (bagi mereka) dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik. (Shad: 49) sampai dengan firman-Nya:


{هَذَا وَإِنَّ لِلطَّاغِينَ لَشَرَّ مَآبٍ}


Beginilah (keadaan mereka). Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang durhaka benar-benar (disediakan) tempat kembali yang buruk. (Shad: 55) Dan konteks-konteks semacam ini termasuk ke dalam pengertian masani

yakni mengandung dua makna. Adapun jika konteksnya mengandung pengertian yang sama, sebagian darinya serupa dengan sebagian yang lain, maka disebut dengan istilah mutasyabih, tetapi bukan mutasyabih yang disebutkan di dalam firman­Nya:


{مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ}


Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat (Ali Imran: 7) Yang ini mengandung pengertian yang lain. Firman Allah Swt.:


{تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ}


gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. (Az-Zumar: 23) Yakni demikianlah sifat orang-orang yang banyak berbakti di saat mendengar

Kalamullah Yang Mahakuasa, Mahaperkasa lagi Maha Pengampun, disebabkan apa yang mereka pahami darinya menyangkut janji, kecaman, dan ancaman yang membuat gemetar kulit tubuh mereka (merinding) karena takut kepada Allah Swt.


{ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ}


kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. (Az-Zumar: 23) karena hati mereka penuh harap terhadap limpahan rahmat-Nya dan kasih sayang-Nya; sikap mereka berbeda jauh dengan orang lain yang pendurhaka

ditinjau dari berbagai seginya. Pertama. Bila mereka mendengarkan bacaan Al-Quran, maka mereka mendengarkannya sebagai Al-Qur’an yang dibacakan, sedangkan selain mereka mendengarnya bagaikan mendengar nyanyian

dan kemerduan suaranya saja. Kedua. Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Tuhan Yang Maha Pemurah, maka mereka menyungkur bersujud seraya menangis dengan penuh etika dan rasa takut, rasa harap dan rasa cinta,

serta penuh dengan pemahaman dan pengertian. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ}


Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka, (karenanya) dan kepada Tuhanlah

mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan salat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.

Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia. (Al-Anfal: 2-4) Dan firman-Nya:


{وَالَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا}


Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. (Al-Furqan: 73) Yakni apabila mereka mendengar Kalamullah dibacakan,

maka mereka tidak sibuk dengan yang lainnya, bahkan mnedengarkannya dengan penuh ketaatan dan memahami semua makna yang terkandung di dalamnya, lalu meresapkannya ke dalam kalbu mereka. Karena itulah maka mereka

mengamalkannya dan bersujud padanya dengan penuh pengetahuan dan pengertian, bukan karena tidak mengerti atau membebek kepada orang lain. Ketiga. Mereka selalu menjaga etika dan sopan santun saat mendengarkannya,

sebagaimana yangtelah dilakukan oleh para sahabat saat mereka mendengar Kalamullah yang dibacakan oleh Rasulullah Saw. Kulit tubuh mereka bergetar, kemudian hati mereka menjadi lunak di waktu mengingat Allah.

Mereka tidak ribut dan tidak pula memaksakan diri dengan apa yang bukan pembawaan diri mereka, bahkan mereka memiliki keteguhan, ketenangan, etika, dan rasa takut kepada Allah yang tidak ada seorang pun setara dengan mereka

dalam hal ini. Karena itulah mereka beruntung mendapat pujian dari Tuhan Yang Mahatinggi di dunia ini dan di akhirat nanti. Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar yang mengatakan bahwa Qatadah rahimahullah

membaca firman-Nya: gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. (Az-Zumar: 23) Qatadah mengatakan bahwa inilah sifat kekasih-kekasih Allah.

Allah menyifati mereka bahwa kulit mereka bergetar, mata mereka menangis, serta hati mereka lunak di waktu mengingat Allah. Allah tidak menyifati mereka hilang akal dan pingsan, karena sesungguhnya hal ini merupakan ciri khas ahli bid'ah,

dan perbuatan ini berasal dari setan. As-Saddi mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. (Az-Zumar: 23) Yakni ingat akan janji Allah Swt. Firman Allah Swt.:


{ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ}


Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya dari kalangan hamba-hamba-Nya. (Az-Zumar: 23) Yaitu demikianlah sifat orang yang diberi petunjuk oleh Allah; dan orang yang mempunyai sifat yang berbeda dengan itu, maka dia termasuk orang yang disesatkan oleh Allah Swt.:


{وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ}


Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya. (Az-Zumar: 23)

Surat Az-Zumar |39:24|

أَفَمَنْ يَتَّقِي بِوَجْهِهِ سُوءَ الْعَذَابِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۚ وَقِيلَ لِلظَّالِمِينَ ذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَكْسِبُونَ

a fa may yattaqii biwaj-hihii suuu`al-'ażaabi yaumal-qiyaamah, wa qiila lizh-zhoolimiina żuuquu maa kuntum taksibuun

Maka apakah orang-orang yang melindungi wajahnya menghindari azab yang buruk pada hari Kiamat (sama dengan orang mukmin yang tidak kena azab)? Dan dikatakan kepada orang-orang yang zalim, "Rasakanlah olehmu balasan apa yang telah kamu kerjakan."

Then is he who will shield with his face the worst of the punishment on the Day of Resurrection [like one secure from it]? And it will be said to the wrongdoers, "Taste what you used to earn."

Tafsir
Jalalain

(Maka apakah orang yang menghindarkan) supaya jangan dilemparkan (dirinya ke dalam azab yang paling buruk di hari kiamat), azab yang paling keras, seumpamanya

ia dicampakkan ke dalam neraka dalam keadaan terbelenggu tangannya disatukan dengan kepalanya, sama dengan orang yang beriman kepadanya yang dimasukkan ke dalam surga

(Dan dikatakan kepada orang-orang yang aniaya) yakni orang-orang kafir Mekah ("Rasakanlah oleh kalian balasan apa yang telah kalian kerjakan") sebagai pembalasannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 24 |

Tafsir ayat 24-26

Firman Allah Swt.:


{أَفَمَنْ يَتَّقِي بِوَجْهِهِ سُوءَ الْعَذَابِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ}


Maka apakah orang-orang yang menoleh dengan mukanya menghidari azab yang buruk pada hari kiamat. (Az-Zumar: 24) Ini merupakan perbandingan yang ditujukan pada orang yang bernasib demikian dan orang lain yang semisal dengannya dari kalangan orang-orang yang zalim (musyrik):


{ذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَكْسِبُونَ}


Rasakanlah olehmu balasan apa yang lelah kamu kerjakan. (Az-Zumar: 24) Apakah orang yang demikian keadaannya sama dengan orang yang datang pada hari kiamat dalam keadaan aman (dari azab Allah)? Semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{أَفَمَنْ يَمْشِي مُكِبًّا عَلَى وَجْهِهِ أَهْدَى أَمَّنْ يَمْشِي سَوِيًّا عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}


Maka apakah orang yang berjalan terjungkal dengan muka di bawah itu lebih banyak mendapat petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus? (Al-Mulk: 22)


{يَوْمَ يُسْحَبُونَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ ذُوقُوا مَسَّ سَقَرَ}


(Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka dengan muka di bawah. (Dikatakan kepada mereka), "Rasakanlah sentuhan api neraka.” (Al-Qamar: 48) Dan firman Allah Swt.:


{أَفَمَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ خَيْرٌ أَمْ مَنْ يَأْتِي آمِنًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ}


Maka apakah orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari kiamat? (Fussilat: 40) Dalam ayat ini tidak disebutkan pembandingnya

mengingat sudah dapat dimengerti dengan menyebut salah satunya, seperti pengertian yang terdapat di dalam perkataan seorang penyair:


فَمَا أدْري إذَا يَمَّمْتُ أرْضًا ... أريدُ الخيرَ: أَيُّهُمَا يَليني ...


Aku tidak mengetahui bila menuju ke suatu negeri, apakah ditakdirkan mendapatkan kebaikan (ataukah sebaliknya), yang manakah dari keduanya yang akan menyertaiku? Adapun firman Allah Swt.:


{كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَأَتَاهُمُ الْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لَا يَشْعُرُونَ}


Orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul), maka datanglah kepada mereka azab dari arah yang tidak mereka sangka. (Az-Zumar: 25)

Yakni umat-umat terdahulu yang mendustakan para rasul telah dibinasakan oleh Allah karena dosa-dosa mereka, dan tidaklah mereka dapat perlindungan dari azab Allah. Firman Allah Swt.:


{فَأَذَاقَهُمُ اللَّهُ الْخِزْيَ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا}


Maka Allah merasakan kepada mereka kehinaan pada kehidupan dunia. (Az-Zumar: 26) Yaitu melalui azab dan pembalasan Allah yang ditimpakan kepada mereka, sehingga orang-orang mukmin merasa lega dan puas terhadap mereka.

Karena itu, waspadalah orang-orang yang diancam dengan peringatan ini. Karena sesungguhnya mereka telah mendustakan rasul yang paling mulia penutup para nabi, maka azab yang disediakan oleh Allah Swt.

bagi mereka di negeri akhirat akan jauh lebih keras daripada azab yang menimpa mereka dalam kehidupan di dunia ini. Untuk itulah maka dalam firman selanjutnya disebutkan:


{وَلَعَذَابُ الآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ}


Dan sesungguhnya azab pada hari akhirat lebih besar kalau mereka mengetahui. (Az-Zumar: 26)

Surat Az-Zumar |39:25|

كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَأَتَاهُمُ الْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لَا يَشْعُرُونَ

każżaballażiina ming qoblihim fa ataahumul-'ażaabu min ḥaiṡu laa yasy'uruun

Orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul), maka datanglah kepada mereka azab dari arah yang tidak mereka sangka.

Those before them denied, and punishment came upon them from where they did not perceive.

Tafsir
Jalalain

(Orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan) rasul-rasulnya yang mengatakan bahwa azab pasti datang (maka datanglah kepada mereka azab dari arah yang tidak mereka sangka) yang tidak mereka duga sedikit pun.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 25 |

penjelasan ada di ayat 24

Surat Az-Zumar |39:26|

فَأَذَاقَهُمُ اللَّهُ الْخِزْيَ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَكْبَرُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

fa ażaaqohumullohul-khizya fil-ḥayaatid-dun-yaa, wa la'ażaabul-aakhiroti akbar, lau kaanuu ya'lamuun

Maka Allah menimpakan kepada mereka kehinaan pada kehidupan dunia. Dan sungguh, azab akhirat lebih besar, kalau (saja) mereka mengetahui.

So Allah made them taste disgrace in worldly life. But the punishment of the Hereafter is greater, if they only knew.

Tafsir
Jalalain

(Maka Allah merasakan kepada mereka kehinaan) artinya, mereka dihina dan direndahkan dengan berupa kutukan, pembunuhan dan lain sebagainya

(pada kehidupan dunia. Dan sesungguhnya azab pada hari akhirat lebih besar kalau mereka) yakni orang-orang yang mendustakannya (mengetahui) azab akhirat,

dan niscaya kalau mereka mengetahuinya maka mereka tidak akan mendustakannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 26 |

penjelasan ada di ayat 24

Surat Az-Zumar |39:27|

وَلَقَدْ ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ فِي هَٰذَا الْقُرْآنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

wa laqod darobnaa lin-naasi fii haażal-qur`aani ming kulli maṡalil la'allahum yatażakkaruun

Dan sungguh, telah Kami buatkan dalam Al-Qur´an ini segala macam perumpamaan bagi manusia agar mereka mendapatkan pelajaran.

And We have certainly presented for the people in this Qur'an from every [kind of] example - that they might remember.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya telah Kami buatkan) telah Kami jadikan (bagi manusia dalam Alquran ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran) maksudnya, supaya mereka mau menerima nasihatnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 27 |

Tafsir ayat 27-31

Allah Swt. telah berfirman:


{وَلَقَدْ ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا الْقُرْآنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ}


Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al-Qur’an ini setiap macam perumpamaan. (Az-Zumar: 27) Yakni Kami telah jelaskan bagi manusia di dalamnya melalui banyak perumpamaan.


{لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ}


supaya mereka dapat pelajaran. (Az-Zumar: 27) Karena sesungguhnya perumpamaan itu lebih mendekatkan pengertian ke dalam hati dan lebih meresap di dalamnya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{ضَرَبَ لَكُمْ مَثَلا مِنْ أَنْفُسِكُمْ}


Dia membuat perumpamaan untuk kamu dari dirimu sendiri. (Ar-Rum: 28) Yaitu yang kamu ketahui dan pahami dari diri kalian sendiri. Dan firman Allah Swt. yang lainnya, yaitu:


{وَتِلْكَ الأمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلا الْعَالِمُونَ}


Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (Al-'Ankabut: 43) Adapun firman Allah Swt.:


{قُرْءَانًا عَرَبِيًّا غَيْرَ ذِي عِوَجٍ}


(Ialah) Al-Qur'an dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (padanya). (Az-Zumar: 28) Yakni ialah Al-Qur'an dengan bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan, tidak ada penyimpangan dan tidak ada kekeliruan di dalamnya;

bahkan Al-Qur'an itu bahasanya jelas, gamblang, dan terbukti kebenarannya. Dan sesungguhnya Allah menjadikan Al-Qur'an demikian, lalu menurunkannya.


{لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ}


supaya mereka bertakwa. (Az-Zumar: 28) Maksudnya, merasa takut dengan peringatan yang terkandung di dalamnya dan tergerak untuk mengamalkan apa yang dijanjikan di dalamnya. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:


{ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا رَجُلا فِيهِ شُرَكَاءُ مُتَشَاكِسُونَ}


Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan. (Az-Zumar: 29) Yaitu para pemiliknya bersengketa mengenai budak tersebut yang dimiliki oleh mereka secara perseroan di antara sesama mereka.


{وَرَجُلا سَلَمًا لِرَجُلٍ}


dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja). (Az-Zumar: 29) Artinya, tiada seorang pun yang memilikinya selain pemiliknya.


{هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلا}


Adakah kedua budak itu sama halnya? (Az-Zumar: 29) Sebagai jawabannya tentu tidak sama antara budak ini dan budak yang sebelumnya. Sebagaimana tidak sama antara orang musyrik yang menyembah tuhan-tuhan lain beserta Allah,

dan antara seorang mukmin yang ikhlas yang tidak menyembah selain hanya kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Maka mana mungkin bisa sama antara yang ini dan yang itu. Ibnu Abbas r.a. Mujahid, dan lain-lainnya

yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa ayat ini mengandung perumpamaan perbandingan antara orang musyrik dan orang ahli tauhid. Setelah perumpamaan ini diutara­kan dengan jelas dan gamblang, maka disebutkan dalam firman berikutnya:


{الْحَمْدُ لِلَّهِ}


Segala puji bagi Allah. (Az-Zumar: 29) Yang telah menegakkan hujah (alasan) terhadap mereka (orang-orang musyrik).


{بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ}


tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Az-Zumar: 29) karena itulah mereka mempersekutukan Allah. Firman Allah Swt.:


{إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ}


Sesungguhnya kamu akam mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula). (Az-Zumar: 30) Ayat ini merupakan salah satu ayat yang dijadikan pegangan dalil oleh Abu Bakar As-Siddiq r.a. di saat Rasulullah Saw. wafat, hingga manusia sadar bahwa beliau Saw. benar-benar telah wafat. Ayat lainnya ialah firman Allah Swt.:


{وَمَا مُحَمَّدٌ إِلا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ}


Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang,

maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (Ali-Imran: 144) Makna ayat ini (Az-Zumar, ayat 30) ialah kelak kalian akan pindah dari dunia ini

sebagai suatu kepastian yang tidak dapat dihindari, lalu kalian dihimpunkan di hadapan Allah di negeri akhirat. Kemudian kalian akan berbantah-bantah sehubungan dengan apa yang telah kalian kerjakan selama di dunia menyangkut

masalah tauhid dan syirik di hadapan Allah Swt. nanti. Lalu Allah akan memutuskan perkara di antara kalian, dan memenangkan perkara yang hak, Dia adalah Yang Maha Pemberi Keputusan lagi Maha Mengetahui.

Selanjutnya Allah akan menyelamatkan orang-orang mukmin yang mukhlis lagi selalu mengesakan Allah, dan mengazab orang-orang kafir yang ingkar, musyrik, lagi mendustakan kebenaran. Kemudian perlu diketahui bahwa sekalipun

konteks ayat ini mengenai orang-orang mukmin dan orang-orang kafir serta perihal perdebatan di antara mereka di negeri akhirat, sesungguhnya makna ayat ini pun mencakup setiap dua belah pihak yang bersengketa di dunia.

Maka sesungguhnya persengketaan ini akan diulangi lagi di negeri akhirat nanti, lalu dilakukan peradilan oleh Allah Swt. Yang Maha Pemberi Keputusan.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَزِيدَ الْمُقْرِئُ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو، عَنِ ابْنِ حَاطِبٍ -يَعْنِي يَحْيَى بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ-عَنِ ابْنِ الزُّبَيْرِ، عَنِ الزُّبَيْرِ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: {ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عِنْدَ رَبِّكُمْ تَخْتَصِمُونَ} قَالَ الزُّبَيْرُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَتُكَرَّرُ عَلَيْنَا الْخُصُومَةُ؟ قَالَ: "نَعَمْ". قَالَ: إِنَّ الْأَمْرَ إذًا لَشَدِيدٌ.


Ibnu Abu Hatim rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kebenaran kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Yazid Al-Muqri, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Muhammad ibnu Amr,

dari Abu Hatib alias Yahya ibnu Abdur Rahman, dari Ibnuz Zubair r.a. yang mengatakan, bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: Kemudian sesungguhnya kamu pada hari kiamat akan berbantah-bantahan di hadapan Tuhanmu.

(Az-Zumar: 31) Az-Zubair r.a. (ayah perawi) bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah perdebatan akan diulangi lagi bagi kita nanti?" Rasulullah Saw. menjawab, "Ya." Az-Zubair berkata, "Kalau begitu, perkaranya sangatlah keras."

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Sufyan, yang dalam riwayat ini ada tambahannya. Yaitu ketika ayat berikut diturunkan: kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan

(yang kamu megah-megahkan di dunia). (At-Takasur: 8) Az-Zubair r.a. bertanya, "Wahai Rasulullah, nikmat apakah yang akan dipertanyakan kepada kita tentangnya, padahal sesungguhnya makanan kita hanyalah buah kurma dan air (zam-zam)." Rasulullah Saw. menjawab:


"أَمَا إِنَّ ذَلِكَ سَيَكُونُ".


Ingatlah, sesungguhnya pertanyaan itu pasti akan terjadi. Tambahan ini diriwayatkan pula oleh Imam Turmuzi dan Ibnu Majah melalui hadis Sufyan dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa ayat ini hasan.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ -يَعْنِي ابْنَ عَمْرٍو-عَنْ يَحْيَى بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ حَاطِبٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنِ الزُّبَيْرِ بْنِ الْعَوَّامِ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ السُّورَةُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عِنْدَ رَبِّكُمْ تَخْتَصِمُونَ} قَالَ الزُّبَيْرُ: أَيْ رَسُولَ اللَّهِ، أَيُكَرَّرُ عَلَيْنَا مَا كَانَ بَيْنَنَا فِي الدُّنْيَا مَعَ خَوَاصِّ الذُّنُوبِ؟ قَالَ: "نَعَمْ لَيُكَرَّرَنَ عَلَيْكُمْ، حَتَّى يُؤدَّى إِلَى كُلِّ ذِي حَقِّ حَقُّهُ". قَالَ الزُّبَيْرُ: وَاللَّهِ إِنَّ الْأَمْرَ لَشَدِيدٌ


Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ibnu Namir, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Amr, dari Yahya ibnu Abdur Rahman ibnu Akhtab, dari Abdullah ibnuz Zubair, dari Az Zubair ibnul Awwam r.a.

yang telah mengatakan bahwa ketika diturunkan kepada Rasulullah Saw. ayat berikut yaitu firman-Nya: Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula). Kemudian sesungguhnya kamu pada hari kiamat

akan berbantah-bantahan di hadapan Tuhanmu. (Az-Zumar: 30-31) Az-Zubair r.a. bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah akan diulang terhadap kita apa yang terjadi di antara sesama kita ketika di dunia disertai dengan dosa-dosa

yang khususnya?" Rasulullah Saw. menjawab: Benar, sungguh akan diulang terhadap kalian (persengketaan itu) hingga Allah menunaikan kepada orang yang berhak akan haknya. Az-Zubair r.a. berkata, "Demi Allah, sesungguhnya

urusannya benar-benar sangat keras." Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini melalui hadis Muhammad ibnu Amr dengan sanad yang sama. Dan ia mengatakan bahwa hadis ini sahih.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، عَنْ أَبِي عُشَّانة، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "أَوَّلُ الْخَصْمَيْنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ جَارَانِ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Abu Iyasy. dari Uqbah ibnu Amir r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

Mula-mula orang yang berbantah-bantahan kelak di hari kiamat adalah dua orang yang bertetangga. Imam Ahmad meriwayatkannya secara tunggal.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ، حَدَّثَنَا دَرَّاجٍ عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّهُ لَيَخْتَصِمُ ، حَتَّى الشَّاتَانِ فِيمَا انْتَطَحَتَا"


Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Hasan ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Darij, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id r.a. yang mengatakan bahwa

Rasulullah Saw. pernah bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasan-Nya, sesungguhnya benar-benar akan terjadi bantah-bantahan sehingga dua ekor domba yang pernah saling menanduk.

Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid (tunggal). Di dalam kitab musnad (Imam Ahmad) disebutkan melalui Abu Zar r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. melihat dua ekor domba yang saling menanduk, lalu beliau Saw. bersabda:


"أَتُدْرِي فِيمَ يَنْتَطِحَانِ يَا أَبَا ذَرٍّ؟ " قُلْتُ: لَا. قَالَ: "لَكِنَّ اللَّهَ يَدْرِي وَسَيَحْكُمُ بَيْنَهُمَا"


"Hai Abu Zar, tahukah kamu mengapa keduanya saling beradu tanduk?" Aku menjawab, "Tidak.” Rasulullah Saw. bersabda, "Tetapi Allah mengetahui dan kelak Dia akan memutuskan perkara di antara keduanya."


قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا سَهْلُ بْنُ بَحْرٍ، حَدَّثَنَا حَيَّانُ بْنُ أَغْلَبَ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا ثَابِتٌ عَنْ أَنَسٍ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يُجَاءُ بِالْإِمَامِ الْخَائِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَتُخَاصِمُهُ الرَّعِيَّةُ فَيَفْلُجُونَ عَلَيْهِ، فَيُقَالُ لَهُ: سُدَّ رُكْنًا مِنْ أَرْكَانِ جَهَنَّمَ".


Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sahi ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Hayyan ibnu Aglab, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Sabit,

dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Didatangkan seorang pemimpin yang melampaui batas lagi curang di hari kiamat nanti, lalu rakyatnya mengadukan perkaranya (kehadapan Allah),

dan akhirnya mereka menang atasnya. Lalu dikatakan kepada pemimpin itu, “Ambillah salah satu tempat di antara tempat-tempat yang ada di neraka Jahanam!" Kemudian Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan bahwa Al-Aglab ibnu Tamim orangnya

tidak hafiz. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Kemudian sesungguhnya pada hari kiamat kamu akan berbantah-bantahan di hadapan Tuhanmu. (Az-Zumar: 31)

Ibnu Abbas mengatakan bahwa orang yang berkata jujur menuntut orang yang berkata dusta, orang yang teraniaya menuntut orang yang berbuat aniaya terhadap dirinya, orang yang mendapat petunjuk menuntut orang yang sesat,

dan orang yang lemah menuntut orang yang kuat. Ibnu Mundah di dalam Kitabur Ruh telah meriwayatkan melalui Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa kelak di hari kiamat semua manusia berbantah-bantahan, sehingga roh berbantahan

dengan jasadnya. Roh berkata kepada jasad, "Engkaulah pelakunya." Dan jasad berkata kepadanya, "Engkaulah yang memerintahkan dan engkau pulalah yang mendorongku untuk melakukannya." Kemudian Allah mengirimkan malaikat

untuk memutuskan perkara di antara keduanya. Malaikat berkata kepada keduanya, "Sesungguhnya perumpamaan kamu berdua sama dengan seorang yang lumpuh, tetapi melihat; dan seorang lagi yang tuna netra, tetapi berjalan.

Keduanya memasuki sebuah kebun, maka si lumpuh berkata kepada si buta, 'Sesungguhnya di sini aku melihat banyak buah-buahan, tetapi aku tidak dapat mencapainya.' Lalu si buta berkata kepada si lumpuh, 'Marilah kugendong

dan ambillah buah itu.' Kemudian si lumpuh digendong oleh si buta dan memetik buah tersebut. Maka manakah di antara keduanya yang melanggar? Roh dan jasad menjawab, "Keduanya melakukan pelanggaran." Maka malaikat itu berkata

kepada keduanya, "Dengan demikian, berarti kamu berdua telah memutuskan perkara terhadap diri kalian sendiri." Yakni jasad bagi roh seperti tunggangan, sedangkan penunggangnya adalah roh. Ibnu Abu Hatim mengatakan,

telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Ahmad ibnu Ausajah, telah menceritakan kepada kami Darrar, telah menceritakan kepada kami Abu Salamah Al-Khuza'i, telah menceritakan kepada kami Mansur ibnu Salamah, telah menceritakan

kepada kami Al-Qummi (yakni Ya'qub ibnu Abdullah), dari Ja'far ibnul Mugirah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Umar r.a. yang mengatakan bahwa ayat berikut telah diturunkan, tetapi kami tidak mengetahui latar belakangnya, yaitu firman-Nya:

Kemudian sesungguhnya pada hari kiamat kamu akan berbantah-bantahan di hadapan Tuhanmu. (Az-Zumar: 31) Kami bertanya-tanya, "Dengan siapakah kami berbantah-bantahan, sedangkan di antara kami dan Ahli Kitab

tidak ada bantah-bantahan, lalu siapakah lawannya?" Hingga meletuslah fitnah (perang saudara), maka berkatalah Umar r.a, "Inilah yang telah dijanjikan oleh Tuhan kita dan bantah-bantahan yang akan kita alami nanti karenanya."

Imam Nasai meriwayatkan asar ini melalui Muhammad ibnu Amir, dari Mansur ibnu Salamah dengan sanad yang sama. Abu Aliyah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: Kemudian sesungguhnya pada hari kiamat

kamu akan berbantah-bantahan di hadapan Tuhanmu. (Az-Zumar: 31) Abul Aliyah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah di antara sesama ahli kiblat. Ibnu Zaid mengatakan antara ahli Islam dan ahli kafir, yakni orang-orang muslim

dan orang-orang kafir. Dalam keterangan di atas telah kami sebutkan bahwa makna yang benar sehubungan dengan makna ayat ini ialah yang mengandung pengertian umum; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Surat Az-Zumar |39:28|

قُرْآنًا عَرَبِيًّا غَيْرَ ذِي عِوَجٍ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

qur`aanan 'arobiyyan ghoiro żii 'iwajil la'allahum yattaquun

(Yaitu) Al-Qur´an dalam bahasa Arab, tidak ada kebengkokan (di dalamnya) agar mereka bertakwa.

[It is] an Arabic Qur'an, without any deviance that they might become righteous.

Tafsir
Jalalain

(Ialah Alquran dalam bahasa Arab) ayat ini berkedudukan menjadi Hal Muakkidah atau kata keterangan yang mengukuhkan (yang tidak ada kebengkokan di dalamnya)

tidak ada kekeliruan dan pertentangan (supaya mereka bertakwa) maksudnya, menghindarkan diri dari kekafiran.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 28 |

penjelasan ada di ayat 27

Surat Az-Zumar |39:29|

ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا رَجُلًا فِيهِ شُرَكَاءُ مُتَشَاكِسُونَ وَرَجُلًا سَلَمًا لِرَجُلٍ هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلًا ۚ الْحَمْدُ لِلَّهِ ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

dhoroballohu maṡalar rojulan fiihi syurokaaa`u mutasyaakisuuna wa rojulan salamal lirojulin hal yastawiyaani maṡalaa, al-ḥamdu lillaah, bal akṡaruhum laa ya'lamuun

Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (hamba sahaya) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan, dan seorang hamba sahaya yang menjadi milik penuh dari seorang (saja). Adakah kedua hamba sahaya itu sama keadaannya? Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.

Allah presents an example: a slave owned by quarreling partners and another belonging exclusively to one man - are they equal in comparison? Praise be to Allah! But most of them do not know.

Tafsir
Jalalain

(Allah telah membuat) bagi orang yang musyrik dan orang yang bertauhid (perumpamaan yaitu seorang laki-laki) lafal Rajulan ini menjadi Badal dari lafal Matsalan

(yang menjadi budak milik beberapa orang yang berserikat dalam perselisihan) yaitu mereka terlihat di dalam persengketaan dan akhlak mereka sangat buruk

(dan seorang budak laki-laki yang menjadi milik penuh) milik sepenuhnya (dari seorang laki-laki saja; adakah kedua budak itu sama halnya) lafal Matsalan berkedudukan menjadi Tamyiz maksudnya,

tentu saja tidak sama antara seorang budak yang menjadi milik suatu kelompok dengan seorang budak yang menjadi milik penuh seorang saja. Sesungguhnya,

budak yang pertama tadi apabila disuruh oleh masing-masing dari pemilik dirinya secara sekaligus; ia bingung, siapakah yang harus ia layani di antara mereka.

Ini adalah perumpamaan orang yang musyrik sedangkan budak yang kedua adalah perumpamaan bagi orang yang bertauhid. (Segala puji bagi Allah) semata (tetapi kebanyakan mereka)

penduduk Mekah (tidak mengetahui) azab apakah yang akan menimpa mereka akibat kemusyrikannya, oleh karena itu mereka berbuat kemusyrikan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 29 |

penjelasan ada di ayat 27

Surat Az-Zumar |39:30|

إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ

innaka mayyituw wa innahum mayyituun

Sesungguhnya engkau (Muhammad) akan mati dan mereka akan mati (pula).

Indeed, you are to die, and indeed, they are to die.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya kamu) khithab ini ditujukan kepada Nabi saw. (akan mati dan mereka akan mati pula) kelak kamu akan mati dan mereka kelak akan mati pula,

maka tidak usah ditunggu-tunggu datangnya mati itu. Ayat ini diturunkan sewaktu mereka merasa lambat akan kematian Nabi saw.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 30 |

penjelasan ada di ayat 27

Surat Az-Zumar |39:31|

ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عِنْدَ رَبِّكُمْ تَخْتَصِمُونَ

ṡumma innakum yaumal-qiyaamati 'inda robbikum takhtashimuun

Kemudian sesungguhnya kamu pada hari Kiamat akan berbantah-bantahan di hadapan Tuhanmu.

Then indeed you, on the Day of Resurrection, before your Lord, will dispute.

Tafsir
Jalalain

(Kemudian sesungguhnya kalian) hai manusia tentang kelaliman-kelaliman yang telah terjadi di antara kalian (pada hari kiamat akan berbantah-bantahan di hadapan Rabb kalian.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 31 |

penjelasan ada di ayat 27