Juz 24

Surat Az-Zumar |39:32|

فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَذَبَ عَلَى اللَّهِ وَكَذَّبَ بِالصِّدْقِ إِذْ جَاءَهُ ۚ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ

fa man azhlamu mim mang każaba 'alallohi wa każżaba bish-shidqi iż jaaa`ah, a laisa fii jahannama maṡwal lil-kaafiriin

Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat kebohongan terhadap Allah dan mendustakan kebenaran yang datang kepadanya? Bukankah di Neraka Jahanam tempat tinggal bagi orang-orang kafir?

So who is more unjust than one who lies about Allah and denies the truth when it has come to him? Is there not in Hell a residence for the disbelievers?

Tafsir
Jalalain

(Maka siapakah) artinya, tiada seorang pun (yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah) dengan cara menisbatkan kepada-Nya mempunyai sekutu dan anak

(dan mendustakan kebenaran) Alquran (ketika datang kepadanya. Bukankah di neraka Jahanam tersedia tempat tinggal) yakni tempat menetap (bagi orang-orang yang kafir) tentu saja disediakan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 32 |

Tafsir ayat 32-35

Allah Swt. berfirman ditujukan kepada orang-orang musyrik yang telah mengada-adakan kedustaan terhadap Allah dan menjadikan tuhan-tuhan lain beserta-Nya; mereka juga mengatakan bahwa malaikat-malaikat itu adalah

anak-anak perempuan Allah, dan mereka berkeyakinan bahwa Allah beranak, padahal Mahasuci Allah dari apa yang dikatakan oleh mereka dan Mahatinggi dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. Selain itu mereka mendustakan

perkara yang hak ketika perkara yang hak itu datang kepada mereka melalui lisan rasul-rasul Allah, karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَذَبَ عَلَى اللَّهِ وَكَذَّبَ بِالصِّدْقِ إِذْ جَاءَهُ}


Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya? (Az-Zumar: 32) Yakni tiada seorang pun yang lebih zalim daripadanya,

karena sesungguhnya hal ini berarti dia telah melakukan dua kebatilan secara bersamaan, yaitu membuat-buat kedustaan terhadap Allah dan mendustakan rasul-Nya. Mereka mengatakan kebatilan dan menolak kebenaran, karena itulah maka Allah Swt. berfirman kepada mereka dengan nada mengancam:


{أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ}


Bukankah di neraka Jahanam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang kafir? (Az-Zumar: 32) Mereka adalah orang-orang yang ingkar (kepada Allah) dan mendustakan (rasul-Nya) Firman Allah Swt.:


{وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ}


Dan orang yang membawa kebenaran dan membenarkannya. (Az-Zumar: 33) Mujahid, Qatadah, Ar-Rabi' ibnu Anas, dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa orang yang membawa kebenaran itu adalah Rasulullah Saw.

As-Saddi mengatakan bahwa dia adalah Jibril a.s. Dan yang dimaksud dengan firman-Nya: dan membenarkannya. (Az-Zumar: 33) Yaitu Nabi Muhammad Saw. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan

dengan makna firman-Nya: Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya. (Az-Zumar: 33) Yang dimaksud dengan kebenaran ialah kalimah 'tidak ada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah'

dan yang dimaksud dengan orang yang membenarkannya ialah Rasulullah Saw. Lain pula dengan Ar-Rabi' ibnu Anas, dia membaca ayat ini dengan bentuk jamak, sehingga artinya menjadi seperti berikut: "Dan orang-orang yang membawa

kebenaran dan yang membenarkannya," bahwa yang dimaksud dengan mereka adalah para nabi, sedangkan yang dimaksud dengan orang-orang yang membenarkannya ialah para pengikut mereka. Lais ibnu Abu Sulaim telah meriwayatkan

dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya. (Az-Zumar: 33) Bahwa orang-orang yang mengamalkan Al-Qur'an yaitu orang-orang mukmin.

Mereka datang pada hari kiamat dan mengatakan, "Inilah yang telah Engkau berikan kepada Kami, maka kami mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya sesuai dengan apa yang Engkau perintahkan kepada kami."

Pendapat yang bersumber dari Mujahid ini mempunyai pengertian yang mencakup semua orang mukmin. Karena sesungguhnya orang-orang mukminlah yang mengatakan kebenaran dan mengamalkannya. Dan Rasulullah Saw.

adalah orang yang paling berhak termasuk ke dalam makna ayat ini, menurut tafsir versi ini. Karena sesungguhnya beliaulah yang membawa kebenaran, membenarkan rasul-rasul, serta beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya

dari Tuhannya. Juga orang-orang mukmin, semuanya beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah Swt.:

Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya. (Az-Zumar: 33) ialah Rasulullah Saw. dan kaum muslim.


{أُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ}


mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Az-Zumar: 33) Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa mereka menghindari perbuatan syirik.


{لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ عِنْدَ رَبِّهِمْ}


Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka. (Az-Zumar: 34) Yakni di surga nanti, apa pun yang mereka minta, mereka dapat memperolehnya.


{ذَلِكَ جَزَاءُ الْمُحْسِنِينَ لِيُكَفِّرَ اللَّهُ عَنْهُمْ أَسْوَأَ الَّذِي عَمِلُوا وَيَجْزِيَهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ الَّذِي كَانُوا يَعْمَلُونَ}


Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik, agar Allah menutupi (mengampuni) perbuatan yang paling buruk yang mereka kerjakan dan membalas mereka dengan upah yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan. (Az-Zumar: 34-35) Seperti apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{أُولَئِكَ الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجاوَزُ عَنْ سَيِّئَاتِهِمْ فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ}


Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama-sama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka. (Al-Ahqaf: 16)

Surat Az-Zumar |39:33|

وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

wallażii jaaa`a bish-shidqi wa shoddaqo bihiii ulaaa`ika humul-muttaquun

Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan orang yang membenarkannya, mereka itulah orang yang bertakwa.

And the one who has brought the truth and [they who] believed in it - those are the righteous.

Tafsir
Jalalain

(Dan orang yang membawa kebenaran) yaitu Nabi saw. (dan membenarkannya) orang-orang mukmin. Lafal Al-Ladzii di sini bermakna Al-Ladziina, yakni jamak

(mereka itulah orang-orang yang bertakwa) maksudnya, yang menghindarkan diri dari kemusyrikan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 33 |

penjelasan ada di ayat 32

Surat Az-Zumar |39:34|

لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ عِنْدَ رَبِّهِمْ ۚ ذَٰلِكَ جَزَاءُ الْمُحْسِنِينَ

lahum maa yasyaaa`uuna 'inda robbihim, żaalika jazaaa`ul-muḥsiniin

Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki di sisi Tuhannya. Demikianlah balasan bagi orang-orang yang berbuat baik,

They will have whatever they desire with their Lord. That is the reward of the doers of good -

Tafsir
Jalalain

(Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Rabb mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik) untuk diri mereka sendiri, berkat keimanan mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 34 |

penjelasan ada di ayat 32

Surat Az-Zumar |39:35|

لِيُكَفِّرَ اللَّهُ عَنْهُمْ أَسْوَأَ الَّذِي عَمِلُوا وَيَجْزِيَهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ الَّذِي كَانُوا يَعْمَلُونَ

liyukaffirollaahu 'an-hum aswa`allażii 'amiluu wa yajziyahum ajrohum bi-aḥsanillażii kaanuu ya'maluun

agar Allah menghapus perbuatan mereka yang paling buruk yang pernah mereka lakukan dan memberi pahala kepada mereka dengan yang lebih baik daripada apa yang mereka kerjakan.

That Allah may remove from them the worst of what they did and reward them their due for the best of what they used to do.

Tafsir
Jalalain

(Agar Allah menutupi mengampuni bagi mereka perbuatan buruk yang mereka kerjakan dan membalas mereka dengan upah yang baik dari apa yang telah mereka kerjakan) lafal Aswa-a dan Ahsana bermakna As-Sayyi dan Al-Hasan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 35 |

penjelasan ada di ayat 32

Surat Az-Zumar |39:36|

أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ ۖ وَيُخَوِّفُونَكَ بِالَّذِينَ مِنْ دُونِهِ ۚ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ

a laisallohu bikaafin 'abdah, wa yukhowwifuunaka billażiina min duunih, wa may yudhlilillaahu fa maa lahuu min haad

Bukankah Allah yang mencukupi hamba-Nya? Mereka menakut-nakutimu dengan sesembahan yang selain Dia. Barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah maka tidak seorang pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.

Is not Allah sufficient for His Servant [Prophet Muhammad]? And [yet], they threaten you with those [they worship] other than Him. And whoever Allah leaves astray - for him there is no guide.

Tafsir
Jalalain

(Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-Nya) yakni Nabi saw. tentu saja, (Dan mereka mempertakuti kamu) khithab ini ditujukan kepada Nabi saw. sendiri

(dengan sesembahan-sesembahan yang selain Allah) yakni, berhala-berhala; maksud mereka, bahwa berhala-berhala itu akan membunuhnya atau akan membuatnya cacat.

(Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak seorang pun pemberi petunjuk baginya.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 36 |

Tafsir ayat 36-40

Firman Allah Swt.:


{أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ}


Bukankan Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya. (Az-Zumar: 36) Sebagian ulama membacanya 'ibadahu dengan bentuk jamak, yakni Allah Swt. memberikan kecukupan kepada hamba-Nya yang bertawakal kepada-Nya. Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan ayat ini mengatakan:


حَدَّثَنَا أَبُو عُبَيْدِ اللَّهِ ابْنُ أَخِي ابْنِ، وَهْبٍ حَدَّثَنَا عَمِّي، حَدَّثَنَا أَبُو هَانِئٍ، عَنْ أَبِي عَلِيٍّ عَمْرِو بْنِ مَالِكٍ الْجَنْبِيِّ، عَنْ فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ الْأَنْصَارِيِّ؛ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يقول: "أَفْلَحَ مَنْ هُدِيَ إِلَى الْإِسْلَامِ، وَكَانَ عَيْشُهُ كَفَافًا، وقَنَعَ بِهِ"


telah menceritakan kepada kami Abu Ubaidillah keponakanku anak Wahb, telah menceritakan kepada kami pamanku, telah menceritakan kepada kami Abu Hani', dari Abu Ali Amr ibnu Malik Al-Janabi, dari Fudalah ibnu Ubaid Al-Ansari r.a.,

bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Beruntunglah orang yang mendapat petunjuk kepada Islam dan kehidupannya seadanya dan menerima dengan apa adanya.

Imam Turmuzi dan ImamNasai meriwayatkannya melalui hadis Haiwah ibnu Syuraih, dari Abu Hani' Al-Khaulani dengan sanad yang sama; Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini sahih.


{وَيُخَوِّفُونَكَ بِالَّذِينَ مِنْ دُونِهِ}


Dan mereka mempertakuti kamu dengan (sembahan-sembahan) yang selain Allah. (Az-Zumar: 36) Yakni orang-orang yang musyrik itu menakut-nakuti dan mengancam Rasulullah Saw. dengan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah karena kebodohan dan kesesatannya. Karena itulah dalam ayat berikutnya disebutkan:


{وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ وَمَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُضِلٍّ أَلَيْسَ اللَّهُ بِعَزِيزٍ ذِي انْتِقَامٍ}


Dan siapa yang disesatkan Allah, maka tidak seorang pun pemberi petunjuk baginya. Dan barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorang pun yang dapat menyesatkannya. Bukankah Allah Mahaperkasa lagi mempunyai

(kekuasaan untuk) mengazab? (Az-Zumar: 36-37) Artinya, Allah Swt. itu adalah Zat Yang Mahaperkasa Yang tidak tertandingi. Maka barang siapa yang menyandarkan dirinya kepada Allah Swt. dan berlindung kepada-Nya,

maka sesungguhnya Dia Mahaperkasa, tiada yang lebih perkasa, dan tiada pula yang lebih keras pembalasannya terhadap orang-orang yang kafir dan musyrik kepada-Nya serta menentang Rasul-Nya selain Dia. Firman Allah Swt.:


{وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ}


Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Niscaya mereka menjawab, "Allah.” (Az-Zumar: 38) Orang-orang musyrik pada dasarnya mengakui bahwa Allah Swt.

adalah Yang menciptakan segala sesuatu. Tetapi sekalipun demikian, mereka menyembah selain-Nya di samping Dia, padahal yang selain-Nya itu tidak dapat menimpakan mudarat terhadap mereka dan tidak dapat pula memberi manfaat kepada mereka. Untuk itulah maka dalam firman selanjutnya disebutkan:


{قُلْ أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ}


Katakanlah, "Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudaratan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudaratan itu;

atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?" (Az-Zumar: 38) Yakni jelas berhala-berhala itu tidak dapat berbuat sesuatu pun dari urusan tersebut. Dalam tafsir ayat ini Imam Ibnu Abu Hatim mengatakan melalui hadis Qais ibnul Hajjaj, dari Hanasy As-San'ani, dari Ibnu Abbas r.a. secara marfu':


"احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، تَعَرَّفْ إِلَى اللَّهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَكْتُبْهُ اللَّهُ عَلَيْكَ لَمْ يَضُرُّوكَ، وَلَوِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَكْتُبْهُ اللَّهُ لَكَ لَمْ يَنْفَعُوكَ، جَفَّتِ الصُّحُفُ، وَرُفِعَتِ الْأَقْلَامُ، وَاعْمَلْ لِلَّهِ بِالشُّكْرِ فِي الْيَقِينِ، وَاعْلَمْ أَنَّ الصَّبْرَ عَلَى مَا تَكْرَهُ خَيْرٌ كَثِيرٌ، وَأَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ، وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا"


Peliharalah Allah, niscaya Dia akan memeliharamu. Dan peliharalah Allah, niscaya kamu jumpai Dia berada di hadapanmu. Kenalilah Allah di masa sukamu, niscaya Dia akan mengenalimu di masa dukamu. Apabila kamu meminta,

mintalah kepada Allah; dan apabila meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Dan ketahuilah bahwa seandainya suatu umat bergabung untuk menimpakan mudarat terhadap dirimu dengan sesuatu yang tidak ditakdirkan

oleh Allah atas dirimu, niscaya mereka tidak dapat memudaratkan (membahayakan)mu. Dan seandainya mereka bergabung untuk memberikan manfaat kepadamu dengan sesuatu yang tidak ditakdirkan oleh Allah untukmu,

niscaya mereka tidak dapat memberimu manfaat; semua lembaran telah kering dan qalam telah diangkat. Dan beramallah karena Allah dengan sebaik-baiknya sebagai ungkapan rasa syukur. Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya bersabar

dalam menghadapi apa yang tidak kamu sukai mengandung kebaikan yang banyak, dan sesungguhnya pertolongan (Allah) itu diperoleh dengan kesabaran, dan sesungguhnya sesudah penderitaan itu ada jalan keluar, dan sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Firman Allah Swt.:


{قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ}


Katakanlah, "Cukuplah Allah bagiku.” (Az-Zumar: 38) Artinya, Allah-lah Yang memberikan kecukupan kepadaku. Kepada-Nyalah bertawakal orang-orang yang berserah diri. (Az-Zumar: 38) Semakna dengan apa yang dikatakan oleh Hud a.s. ketika berbicara kepada kaumnya yang telah mengatakan kepadanya hal berikut:


{إِنْ نَقُولُ إِلا اعْتَرَاكَ بَعْضُ آلِهَتِنَا بِسُوءٍ قَالَ إِنِّي أُشْهِدُ اللَّهَ وَاشْهَدُوا أَنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ مِنْ دُونِهِ فَكِيدُونِي جَمِيعًا ثُمَّ لا تُنْظِرُونِي إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ رَبِّي وَرَبِّكُمْ مَا مِنْ دَابَّةٍ إِلا هُوَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا إِنَّ رَبِّي عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}


Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan-sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu. Hud menjawab, "Sesungguhnya aku jadikan Allah sebagai saksiku, dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa

sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan, dari selain-Nya. Sebab itu, jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakal

kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melata pun, melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus. (Hud: 54-56)


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عِصَامٍ الْأَنْصَارِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بَكْرٍ السَّهْمِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ، عَنْ أَبِي الْمِقْدَامِ -مَوْلَى آلِ عُثْمَانَ-عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ كَعْبٍ الْقُرَظِيِّ، حَدَّثَنَا ابْنُ عَبَّاسٍ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا] -رَفَعَ الْحَدِيثُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مِنْ أَحَبِّ أَنْ يَكُونَ أَقْوَى النَّاسِ فَلْيَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ، وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ أَغْنَى النَّاسِ فَلْيَكُنْ بِمَا فِي يَدِ اللَّهِ أَوْثَقَ [مِنْهُ] بِمَا فِي يَدَيْهِ، وَمِنْ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ أَكْرَمَ النَّاسِ فَلْيَتَّقِ اللَّهَ"


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Isam Al-Ansari, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Bakar As-Sahmi, telah menceritakan kepada kami Muhammad Ibnu Hatim,

dari Abul Miqdam maula keluarga Usman, dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abbas r.a. yang me-rafa '-kan hadis ini sampai kepada Rasulullah Saw. yang telah bersabda:

Barang siapa yang ingin menjadi orang yang terkuat, hendaklah ia bertawakal kepada Allah Swt. Dan barang siapa yang ingin menjadi orang yang terkaya, maka hendaklah apa yang ada di tangan kekuasaan Allah lebih kuat dipegang olehnya

daripada apa yang ada di tangannya (yakni lebih suka bersedekah daripada memperkaya diri). Dan barang siapa yang ingin menjadi orang yang paling mulia, hendaklah ia bertawakal kepada Allah Swt. Firman Allah Swt.:


{قُلْ يَا قَوْمِ اعْمَلُوا عَلَى مَكَانَتِكُمْ}


Katakanlah, "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu.” (Az-Zumar: 39) Yakni sesuai dengan caramu; kalimat ini mengandung ancaman dan peringatan.


{إِنِّي عَامِلٌ}


sesungguhnya aku akan bekerja (pula). (Az-Zumar: 39) Yaitu sesuai dengan cara dan metodaku sendiri.


{فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ}


Maka kelak kamu akan mengetahui. (Az-Zumar: 39) akibat dari perbuatan tersebut.


{مَنْ يَأْتِيهِ عَذَابٌ يُخْزِيهِ} أَيْ: فِي الدُّنْيَا {وَيَحِلُّ عَلَيْهِ عَذَابٌ مُقِيمٌ}


siapa yang akan mendapat siksa yang menghinakannya (di dunia) dan lagi ditimpa oleh azab yang kekal. (Az-Zumar: 40) Maksudnya, yang abadi lagi terus-menerus, tidak ada jalan menyelamatkan diri darinya; hal ini akan terjadi kelak di hari kiamat. Semoga Allah melindungi kita semua dari azab ini.

Surat Az-Zumar |39:37|

وَمَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُضِلٍّ ۗ أَلَيْسَ اللَّهُ بِعَزِيزٍ ذِي انْتِقَامٍ

wa may yahdillaahu fa maa lahuu mim mudhill, a laisallohu bi'aziizin żintiqoom

Dan barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorang pun yang dapat menyesatkannya. Bukankah Allah Maha Perkasa dan mempunyai (kekuasaan untuk) menghukum?

And whoever Allah guides - for him there is no misleader. Is not Allah Exalted in Might and Owner of Retribution?

Tafsir
Jalalain

(Dan barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorang pun yang dapat menyesatkannya. Bukankah Allah Maha Perkasa) Maha Menang atas semua perkara-Nya (lagi mempunyai pembalasan) terhadap musuh-musuh-Nya. Tentu benar.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 37 |

penjelasan ada di ayat 36

Surat Az-Zumar |39:38|

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۚ قُلْ أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ ۚ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ ۖ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ

wa la`in sa`altahum man kholaqos-samaawaati wal-ardho layaquulunnalloh, qul a fa ro`aitum maa tad'uuna min duunillaahi in aroodaniyallohu bidhurrin hal hunna kaasyifaatu dhurrihiii au aroodanii biroḥmatin hal hunna mumsikaatu roḥmatih, qul ḥasbiyalloh, 'alaihi yatawakkalul-mutawakkiluun

Dan sungguh, jika engkau tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Niscaya mereka menjawab, "Allah." Katakanlah, "Kalau begitu tahukah kamu tentang apa yang kamu sembah selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan bencana kepadaku, apakah mereka mampu menghilangkan bencana itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat mencegah rahmat-Nya?" Katakanlah, "Cukuplah Allah bagiku. Kepada-Nyalah orang-orang yang bertawakal berserah diri."

And if you asked them, "Who created the heavens and the earth?" they would surely say, "Allah." Say, "Then have you considered what you invoke besides Allah? If Allah intended me harm, are they removers of His harm; or if He intended me mercy, are they withholders of His mercy?" Say, "Sufficient for me is Allah; upon Him [alone] rely the [wise] reliers."

Tafsir
Jalalain

(Dan sungguh jika) huruf Lam bermakna qasam (kamu tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi" Niscaya mereka menjawab, "Allah." Katakanlah,

"Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kalian seru) yang kalian sembah (selain Allah) yakni berhala-berhala (jika Allah hendak mendatangkan kemudaratan kepadaku,

apakah berhala-berhala kalian itu dapat menghilangkan kemudaratan itu) tentu saja tidak (atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya) tentu saja tidak pula.

Menurut suatu qiraat dibaca Kaasyifaati Dhurrihii dan Mumsikaati rahmatihii (Katakanlah, "Cukuplah Allah bagiku. Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri") yaitu orang-orang yang percaya hanya kepada-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 38 |

penjelasan ada di ayat 36

Surat Az-Zumar |39:39|

قُلْ يَا قَوْمِ اعْمَلُوا عَلَىٰ مَكَانَتِكُمْ إِنِّي عَامِلٌ ۖ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ

qul yaa qoumi'maluu 'alaa makaanatikum innii 'aamil, fa saufa ta'lamuun

Katakanlah (Muhammad), "Wahai kaumku! Berbuatlah menurut kedudukanmu, aku pun berbuat (demikian). Kelak kamu akan mengetahui,

Say, "O my people, work according to your position, [for] indeed, I am working; and you are going to know

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah, "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaan kalian) kondisi kalian (sesungguhnya aku akan bekerja pula) sesuai dengan keadaanku (maka kelak kalian akan mengetahui)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 39 |

penjelasan ada di ayat 36

Surat Az-Zumar |39:40|

مَنْ يَأْتِيهِ عَذَابٌ يُخْزِيهِ وَيَحِلُّ عَلَيْهِ عَذَابٌ مُقِيمٌ

may ya`tiihi 'ażaabuy yukhziihi wa yaḥillu 'alaihi 'ażaabum muqiim

siapa yang mendapat siksa yang menghinakan dan kepadanya ditimpakan azab yang kekal."

To whom will come a torment disgracing him and on whom will descend an enduring punishment."

Tafsir
Jalalain

(siapa) lafal Man adalah Isim Maushul (yang akan mendapat siksa yang menghinakannya dan lagi ditimpa) yakni ia ditimpa (oleh azab yang kekal") yang abadi, yaitu azab neraka; dan sungguh Allah telah menghinakan mereka di dalam perang Badar.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 40 |

penjelasan ada di ayat 36

Surat Az-Zumar |39:41|

إِنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ لِلنَّاسِ بِالْحَقِّ ۖ فَمَنِ اهْتَدَىٰ فَلِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۖ وَمَا أَنْتَ عَلَيْهِمْ بِوَكِيلٍ

innaaa anzalnaa 'alaikal-kitaaba lin-naasi bil-ḥaqq, fa manihtadaa fa linafsih, wa man dholla fa innamaa yadhillu 'alaihaa, wa maaa anta 'alaihim biwakiil

Sungguh, Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur´an) dengan membawa kebenaran untuk manusia, barang siapa mendapat petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa sesat maka sesungguhnya kesesatan itu untuk dirinya sendiri, dan engkau bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka.

Indeed, We sent down to you the Book for the people in truth. So whoever is guided - it is for [the benefit of] his soul; and whoever goes astray only goes astray to its detriment. And you are not a manager over them.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Alkitab untuk manusia dengan membawa kebenaran) lafal Bil haqqi berta'alluq kepada lafal Anzalnaa

(siapa yang mendapat petunjuk maka untuk dirinya sendiri) yakni hidayahnya itu untuk dirinya sendiri (dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat kerugian dirinya sendiri,

dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka) lalu karenanya kamu dapat memaksa mereka untuk menerima hidayah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 41 |

Tafsir ayat 41-42

Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad Saw.:


{إِنَّا أَنزلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ} يَعْنِي: الْقُرْآنَ {لِلنَّاسِ بِالْحَقِّ}


Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk manusia dengan membawa kebenaran. (Az-Zumar: 41) kepada semua makhluk, manusia, dan jin, agar kamu memberi peringatan kepada mereka dengan Al-Qur'an itu.


{فَمَنِ اهْتَدَى فَلِنَفْسِهِ}


siapa yang mendapat petunjuk, maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri. (Az-Zumar: 41) Yakni sesungguhnya manfaat dari petunjuk itu kembali kepada dirinya sendiri.


{وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا}


dan siapa yang sesat, maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri. (Az-Zumar: 41) Artinya, sesungguhnya kerugian dari akibat perbuatannya itu menimpa dirinya sendiri.


{وَمَا أَنْتَ عَلَيْهِمْ بِوَكِيلٍ}


dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka. (Az-Zumar: 41) Yaitu diserahi tanggung jawab agar mereka mendapat petunjuk, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{إِنَّمَا أَنْتَ نَذِيرٌ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ}


Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah Pemelihara segala sesuatu. (Hud: 12) Dan firman Allah Swt. :


{فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ وَعَلَيْنَا الْحِسَابُ}


karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedangkan Kamilah yang menghisab amalan mereka. (Ar-Ra'd: 40) Kemudian Allah Swt. menceritakan perihal diri-Nya, bahwa Dialah Yang mengatur seluruh alam wujud ini

menurut apa yang dikehendaki-Nya, dan bahwa Dialah yang mematikan manusia dengan menugaskan para malaikat pencabut nyawa untuk mencabut roh mereka dari tubuhnya. Ini disebut kematian besar. Ada juga yang dinamakan kematian kecil, yaitu di saat yang bersangkutan tidur. Sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ لِيُقْضَى أَجَلٌ مُسَمًّى ثُمَّ إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ}


Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurna­kan umur(mu) yang telah ditentukan,

kemudian kepada Aliah­lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan. Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga,

sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya. (Al-An'am: 60-61)

Dalam ayat ini disebutkan dua kematian, yaitu kematian kecil, kemudian kematian besar. Sedang dalam surat Az-Zumar disebutkan sebaliknya, yaitu pada mulanya disebut kematian besar, kemudian kematian kecil, melalui firman-Nya:


{اللَّهُ يَتَوَفَّى الأنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الأخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى}


Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan.

(Az-Zumar: 42) Di dalam makna ayat ini terkandung dalil yang menunjukkan bahwa semua roh dikumpulkan di mala-ul a'la, seperti yang disebutkan di dalam hadis marfu' yang diriwayatkan oleh Ibnu Mandah dan lain-lainnya.

Di dalam kitab Sahih Bukhari dan Sahih Muslim disebutkan melalui hadis Ubaidillah ibnu Umar, dari Sa'id ibnu Abu Sa'id, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"إِذَا أَوَى أَحَدُكُمْ إِلَى فِرَاشِهِ فلْينْفُضْه بِدَاخِلَةِ إِزَارِهِ، فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي مَا خَلَفَهُ عَلَيْهِ، ثُمَّ لِيَقُلْ: بِاسْمِكَ رَبِّي وَضَعْتُ جَنْبِي، وَبِكَ أَرْفَعُهُ، إِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِي فَارْحَمْهَا، وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا فَاحْفَظْهَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحِينَ"


Apabila seseorang di antara kalian menempati peraduannya, hendaklah terlebih dahulu menyapu tempat tidurnya dengan bagian dalam kainnya, karena sesungguhnya dia tidak mengetahui kotoran apa yang telah ditinggalkannya

pada peraduannya itu. Kemudian hendaklah ia mengucapkan doa, "Dengan menyebut nama Engkau, ya Tuhanku, aku letakkan lambungku dan dengan menyebut nama Engkau aku mengangkat (membangunkan)nya.

Jika Engkau memegang jiwaku, maka kasihanilah ia; dan jika Engkau melepaskannya, maka peliharalah ia sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang saleh. Sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa arwah orang-orang yang mati

dicabut bila mereka mati, begitu pula arwah orang-orang yang hidup dicabut bila mereka tidur, lalu mereka saling kenal menurut apa yang telah dikehendaki oleh Allah Swt.


{فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ}


maka Dia tahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya. (Az-Zumar: 42) Yakni arwah orang yang telah mati dan melepaskan arwah orang yang hidup sampai waktu yang ditentukan. As-Saddi mengatakan sampai tiba saat ajalnya.

Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa Allah menahan jiwa orang yang telah mati dan melepaskan jiwa orang yang hidup, dan tidak pernah terjadi kekeliruan dalam hal ini.


{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ}


Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir. (Az-Zumar: 42)

Surat Az-Zumar |39:42|

اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَىٰ عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَىٰ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

allohu yatawaffal-anfusa ḥiina mautihaa wallatii lam tamut fii manaamihaa, fa yumsikullatii qodhoo 'alaihal-mauta wa yursilul-ukhrooo ilaaa ajalim musammaa, inna fii żaalika la`aayaatil liqoumiy yatafakkaruun

Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur, maka Dia tahan nyawa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran) Allah bagi kaum yang berpikir.

Allah takes the souls at the time of their death, and those that do not die [He takes] during their sleep. Then He keeps those for which He has decreed death and releases the others for a specified term. Indeed in that are signs for a people who give thought.

Tafsir
Jalalain

(Allah mematikan jiwa orang ketika matinya dan) memegang (jiwa orang yang belum mati di waktu tidurnya) artinya Allah memegangnya di waktu ia tidur

(maka Dia tahan jiwa orang yang telah Dia tetapkan kematiannya dan melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan) bagi kematiannya. Jiwa yang dilepaskan itu hanyalah dimatikan perasaannya saja,

tetapi ia masih hidup, berbeda dengan jiwa yang benar-benar dimatikan. (Sesungguhnya pada yang demikian itu) pada hal-hal yang telah disebutkan itu (terdapat tanda-tanda)

yang menunjukkan akan kekuasaan Allah (bagi kaum yang berpikir) maka karenanya mereka mengetahui, bahwa yang berkuasa melakukan hal tersebut berkuasa pula untuk membangkitkannya; dan orang-orang kafir Quraisy tidak memikirkan hal ini.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 42 |

penjelasan ada di ayat 41

Surat Az-Zumar |39:43|

أَمِ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ شُفَعَاءَ ۚ قُلْ أَوَلَوْ كَانُوا لَا يَمْلِكُونَ شَيْئًا وَلَا يَعْقِلُونَ

amittakhożuu min duunillaahi syufa'aaa`, qul a walau kaanuu laa yamlikuuna syai`aw wa laa ya'qiluun

Ataukah mereka mengambil penolong selain Allah. Katakanlah, "Apakah (kamu mengambilnya juga) meskipun mereka tidak memiliki sesuatu apa pun dan tidak mengerti?"

Or have they taken other than Allah as intercessors? Say, "Even though they do not possess [power over] anything, nor do they reason?"

Tafsir
Jalalain

(Bahkan) tetapi (mereka mengambil selain Allah) yaitu berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan (pemberi syafaat) di hadapan Allah nanti, menurut dugaan mereka. (Katakanlah) kepada mereka,

("Apakah) mereka dapat memberikan syafaat (meskipun mereka tidak memiliki sesuatu pun) daripada syafaat itu dan tidak memiliki hal-hal lainnya pula (dan tidak berakal")

yakni, kalian hanya menyembah mereka tidak ada alasan lain, hal ini tentu saja tidak patut bagi kalian.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 43 |

Tafsir ayat 43-45

Allah Swt. mencela orang-orang musyrik karena mereka mengambil para pemberi syafaat selain dari Allah, yaitu berhala-berhala dan sekutu-sekutu yang mereka ada-adakan oleh diri mereka sendiri, tanpa dalil dan tanpa bukti

yang memperkuat perbuatan mereka itu. Padahal berhala-berhala dan sekutu-sekutu itu tidak memiliki sesuatu pun dari utusan tersebut, bahkan mereka tidak berakal, tidak berpendengaran, dan tidak berpenglihatan.

Berhala-berhala dan sekutu-sekutu itu tiada lain hanyalah benda mati yangjauh lebih buruk daripada makhluk hidup (hewan). Selanjutnya Allah Swt. berfirman:


قُلْ


Katakanlah. (Az-Zumar: 43) hai Muhammad, kepada mereka yang mengira bahwa para pemberi syafaat yang mereka ada-adakan itu dapat memberi pertolongan kepada mereka di sisi Allah. Beritahukanlah kepada mereka bahwa

syafaat itu tidak diterima di sisi Allah kecuali bagi orang yang diridai-Nya dan mendapat izin dari-Nya untuk memberi syafaat, dalam hal ini segala sesuatunya kembali kepada Allah.


{مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ}


Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. (Al-Baqarah: 255) Adapun firman Allah Swt.:


{لَهُ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ}


Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. (Az-Zumar: 44) Maksudnya, Dialah Yang mengatur semuanya itu.


{ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ}


Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (Az-Zumar: 44) Yakni kelak di hari kiamat, lalu Dia akan memutuskan perkara di antara kalian dengan keadilan-Nya, dan memberikan balasan kepada setiap diri sesuai dengan amal perbuatannya. Dalam firman selanjutnya Allah Swt. mencela kaum musyrik pula, yaitu:


{وَإِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَحْدَهُ}


Dan apabila hanya nama Allah saja yang disebut. (Az-Zumar: 45) Yaitu apabila dikatakan kepada mereka, "Tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Allah semata."


{اشْمَأَزَّتْ قُلُوبُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ}


kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat. (Az-Zumar: 45) Mujahid mengatakan bahwa isyma-azzat artinya mengerut; menurut As-Saddi artinya tidak suka; menurut Qatadah artinya kafir dan sombong;

dan menurut Malik dari Zaid ibnu Aslam, artinya menjadi sombong, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:


{إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ}


Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka, "La ilaha illallah" (Tiada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah), mereka menyombongkan diri. (Ash-Shaffat: 35) Yakni tidak mau mengikuti dan tidak mau tunduk kepadanya,

maka hati mereka tidak mau menerima kebaikan; dan barang siapa yang tidak menerima kebaikan, berarti menerima keburukan. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:


{وَإِذَا ذُكِرَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ}


Dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut. (Az-Zumar: 45) Yaitu berhala-berhala dan sekutu-sekutu itu yang disebut, menurut Mujahid.


{إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ}


tiba-tiba mereka bergirang hati. (Az-Zumar: 45) Maksudnya, gembira dan senang hati.

Surat Az-Zumar |39:44|

قُلْ لِلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعًا ۖ لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

qul lillahisy-syafaa'atu jamii'aa, lahuu mulkus-samaawaati wal-ardh, ṡumma ilaihi turja'uun

Katakanlah, "Pertolongan itu hanya milik Allah semuanya. Dia memiliki kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nya kamu dikembalikan."

Say, "To Allah belongs [the right to allow] intercession entirely. To Him belongs the dominion of the heavens and the earth. Then to Him you will be returned."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah, "Hanya kepunyaan Allahlah syafaat itu semua) maksudnya, syafaat itu khusus bagi Dia, maka tiada seorang pun yang dapat memberikannya

melainkan dengan seizin Dia. (Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nya pulalah kalian dikembalikan.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 44 |

penjelasan ada di ayat 43

Surat Az-Zumar |39:45|

وَإِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَحْدَهُ اشْمَأَزَّتْ قُلُوبُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ ۖ وَإِذَا ذُكِرَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ

wa iżaa żukirollaahu waḥdahusyma`azzat quluubullażiina laa yu`minuuna bil-aakhiroh, wa iżaa żukirollażiina min duunihiii iżaa hum yastabsyiruun

Dan apabila yang disebut hanya nama Allah, kesal sekali hati orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat. Namun apabila nama-nama sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka menjadi bergembira.

And when Allah is mentioned alone, the hearts of those who do not believe in the Hereafter shrink with aversion, but when those [worshipped] other than Him are mentioned, immediately they rejoice.

Tafsir
Jalalain

(Dan apabila disebutkan nama Allah semata) tanpa menyebut nama tuhan-tuhan mereka kesal) mendongkol dan anti pati (hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat,

dan apabila nama-nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut) yakni berhala-berhala (tiba-tiba mereka bergirang hati.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 45 |

penjelasan ada di ayat 43

Surat Az-Zumar |39:46|

قُلِ اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِي مَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ

qulillaahumma faathiros-samaawaati wal-ardhi 'aalimal-ghoibi wasy-syahaadati anta taḥkumu baina 'ibaadika fii maa kaanuu fiihi yakhtalifuun

Katakanlah, "Ya Allah, Pencipta langit dan bumi, yang mengetahui segala yang gaib dan yang nyata, Engkaulah yang memutuskan di antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang selalu mereka perselisihkan."

Say, "O Allah, Creator of the heavens and the earth, Knower of the unseen and the witnessed, You will judge between your servants concerning that over which they used to differ."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah, "Wahai Allah) lafal Allaahumma maknanya sama dengan Yaa Allah (Pencipta langit dan bumi) yakni yang mengadakan keduanya (Yang mengetahui barang yang gaib dan yang nyata)

yakni apa-apa yang gaib dan apa-apa yang nyata dapat disaksikan (Engkaulah Yang memutuskan antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang selalu mereka perselisihkan")

mengenai masalah agama, berilah aku petunjuk kepada yang benar dari apa yang mereka perselisihkan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 46 |

Tafsir ayat 46-48

Allah Swt. dalam firman berikutnya—setelah menyebutkan perihal orang-orang musyrik yang melakukan perbuatan tercela karena mereka suka mempersekutukan Allah dan lari dari tauhid— menyebutkan:


{قُلِ اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ}


Katakanlah, "Ya Allah, Pencipta langit dan bumi, Yang mengetahui hal yang gaib dan yang nyata. (Az-Zumar: 46) Yakni serulah olehmu hanya Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, Yang menciptakan langit dan bumi, dan Yang menjadikannya tanpa contoh terlebih dahulu.


{عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ}


Yang mengetahui hal yang gaib dan yang nyata. (Az-Zumar: 46) Yaitu yang tersembunyi dan yang terang-terangan.


{أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِي مَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ}


Engkaulah Yang memutuskan antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang selalu mereka memperselisihkannya. (Az-Zumar: 46) Yakni dalam kehidupan dunia mereka, maka Engkau akan memutuskan perkara di antara mereka pada hari mereka dikembalikan dan dibangunkan dari kuburnya. Imam Muslim di dalam kitab sahihnya mengatakan:


حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ، حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ يُونُسَ، حَدَّثَنَا عِكْرِمَةُ بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ، حَدَّثَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ: سَأَلْتُ عَائِشَةَ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا] بِأَيِّ شَيْءٍ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْتَتِحُ صَلَاتَهُ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ؟ قَالَتْ: كَانَ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ افْتَتَحَ صَلَاتَهُ: "اللَّهُمَّ رب جبريل وميكائيل وإسرافيل، فاطر السموات وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ، اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ، إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ"


telah menceritakan kepada kami Abdu ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Yunus, telah menceritakan kepada kami Ikrimah ibnu Amar, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Kasir,

telah menceritakan kepadaku Abu Salamah ibnu Abdur Rahman yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Siti Aisyah r.a. tentang doa pembukaan yang selalu dibaca oleh Rasulullah Saw. dalam salatnya di malam hari.

Maka Siti Aisyah r.a. menjawab bahwa Rasulullah Saw. apabila bangkit di malam harinya mengerjakan salat, beliau membukanya dengan bacaan berikut: Ya Allah, Tuhan Jibril, Mikail, dan Israfil, Pencipta langit dan bumi,

Yang mengetahui hal yang gaib dan yang nyata, Engkaulah Yang memutuskan antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang selalu mereka memperselisihkannya. Tunjukilah aku kepada kebenaran dari apa yang diperselisihkan itu,

dengan seizin-Mu, sesungguhnya Engkau memberi petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus. Imam Ahmad mengatakan:


حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، وَأَخْبَرَنَا سُهَيْلُ بْنُ أَبِي صَالِحٍ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ خُثَيم، عَنْ عَوْنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ بْنِ مَسْعُودٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَنْ قَالَ: اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، إِنِّي أَعْهَدُ إِلَيْكَ فِي هَذِهِ الدُّنْيَا أَنِّي أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ وَحْدَكَ لَا شَرِيكَ لَكَ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُولُكَ، فَإِنَّكَ إِنْ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي تُقَرِّبُنِي مِنَ الشَّرِّ وَتُبَاعِدُنِي مِنَ الْخَيْرِ، وَإِنِّي لَا أَثِقُ إِلَّا بِرَحْمَتِكَ، فَاجْعَلْ لِي عِنْدَكَ عَهْدًا تُوَفِّينيه يَوْمَ الْقِيَامَةِ، إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ، إِلَّا قَالَ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، لِمَلَائِكَتِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: إِنَّ عَبْدِي قَدْ عَهِدَ إِلَيَّ عَهْدًا فَأَوْفُوهُ إِيَّاهُ، فَيُدْخِلُهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ".

قَالَ سُهَيْلٌ: فَأَخْبَرْتُ الْقَاسِمَ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ عَوْنًا أَخْبَرَ بِكَذَا وَكَذَا؟ فَقَالَ: مَا فِي أَهْلِنَا جَارِيَةٌ إِلَّا وَهِيَ تَقُولُ هَذَا فِي خِدْرِهَا.


telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Suhail, dari Abu Saleh dan Abdullah ibnu Usman ibnu Khaisam, dari Aun ibnu Abdullah ibnu Atabah ibnu Mas'ud,

dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang mengucapkan, "Ya Allah, Pencipta langit dan bumi, Yang mengetahui hal yang gaib dan yang nyata,

sesungguhnya aku berjanji kepada-Mu di dunia ini bahwa sesungguhnya aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Engkau semata, tiada sekutu bagi-Mu, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Mu.

Dan sesungguhnya jika Engkau serahkan diriku kepada hawa nafsuku, niscaya hawa nafsuku mendekatkan diriku kepada keburukan dan menjauhkannya dari kebaikan. Dan sesungguhnya aku tidak percaya selain kepada rahmat-Mu,

maka jadikanlah bagiku di sisi-Mu suatu janji yang kelak Engkau akan memenuhinya kepadaku di hari kiamat, sesungguhnya Engkau tidak akan menyalahi janji," kecuali Allah berfirman kepada para malaikat-Nya pada hari kiamat nanti,

"Sesungguhnya hamba-Ku ini telah membuat suatu perjanjian dengan-Ku, maka penuhilah janji itu kepadanya, " lalu Allah memasukkannya ke dalam surga. Suhail mengatakan bahwa setelah itu ia menanyakannya kepada

Al-Qasim ibnu Abdur Rahman, bahwa Aun pernah menceritakan hadis yang bunyinya demikian. Maka Al-Qasim ibnu Abdur Rahman menjawab, bahwa tiada seorang anak perempuan pun di kalangan kami melainkan membaca doa ini di dalam kemahnya masing-masing. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara tunggal.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنٌ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، حَدَّثَنِي حُييّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ؛ أَنَّ أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَدَّثَهُ قَالَ: أَخْرَجَ لَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو قِرْطَاسًا وَقَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا يقول: "اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ رَبُّ كُلِّ شَيْءٍ، وَإِلَهُ كُلِّ شَيْءٍ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، وَحْدَكَ لَا شَرِيكَ لَكَ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُولُكَ، وَالْمَلَائِكَةُ يَشْهَدُونَ، أُعُوذُ بِكَ مِنَ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأُعُوذُ بِكَ أَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِي إِثْمًا، أَوْ أَجُرَّهُ إِلَى مُسْلِمٍ". قَالَ أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُهُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو أَنْ يَقُولَ ذَلِكَ حِينَ يُرِيدُ أَنْ يَنَامَ.


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Huyay ibnu Abdullah; Abu Abdur Rahman pernah bercerita kepadanya bahwa

Abdullah ibnu Amr r.a. mengeluarkan secarik kertas untuk kami, lalu berkata bahwa Rasulullah Saw. pernah mengajari kami doa berikut: Ya Allah, Pencipta langit dan bumi, Yang mengetahui yang gaib dan yang nyata,

Engkau adalah Pemilik segala sesuatu dan Tuhannya, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang wajib disembah melainkan Engkau semata, tiada sekutu bagi-Mu, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Mu, dan para malaikat bersaksi

(demikian pula). Aku berlindung kepada Engkau dari setan dan godaannya. Dan aku berlindung kepada Engkau agar aku tidak melakukan perbuatan dosa terhadap diriku, atau menyeret seorang muslim untuk melakukannya.

Abu Abdur Rahman r.a. mengatakan bahwa Rasulullah Saw. menganjurkan kepada Abdullah ibnu Amr untuk mengucapkan doa tersebut di kala ia hendak tidur. Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan secara tunggal pula.


قَالَ [الْإِمَامُ] أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنَا ابْنُ عَيَّاشٍ ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ الْأَلْهَانِيِّ، عَنْ أَبِي رَاشِدٍ الحُبْرَاني قَالَ: أَتَيْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو فَقُلْتُ لَهُ: حَدِّثْنَا مَا سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَأَلْقَى بَيْنَ يَدَي صَحِيفَةً فَقَالَ: هَذَا مَا كَتَبَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَنَظَرْتُ فِيهَا فَإِذَا فِيهَا أَنَّ أَبَا بَكْرٍ الصِّدِّيقَ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، عَلِّمْنِي مَا أَقُولُ إِذَا أَصْبَحْتُ وَإِذَا أَمْسَيْتُ. فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا أَبَا بَكْرٍ، قُلِ اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، رَبَّ كُلِّ شَيٍّ وَمَلِيكَهِ، أُعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِي، وَشَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، أَوْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِي سُوءًا، أَوْ أَجُرَّهُ إِلَى مُسْلِمٍ".


Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Khalaf ibnul Walid, telah menceritakan kepada kami Ibnu Iyasy, dari Muhammad ibnu Ziad Al-Alhani, dari Abu Rasyid Al-Hibrani yang menceritakan bahwa ia datang

kepada Abdullah ibnu Amr r.a., lalu berkata kepadanya, "Ceritakanlah kepada kami apa yang pernah engkau dengar dari Rasulullah Saw." Maka Abdullah ibnu Amr r.a. membuka sebuah lembaran, lalu berkata, "Inilah yang telah dituliskan

untukku dari Rasulullah Saw." Maka Aku melihatnya, dan ternyata di dalamnya disebutkan bahwa Abu Bakar As-Siddiq r.a. pernah bertanya kepada Rasulullah Saw.”Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku suatu doa yang kuucapkan

di pagi hari dan di petang hari." Maka Rasulullah Saw. bersabda kepadanya: Hai Abu Bakar, ucapkanlah, "Ya Allah, Pencipta langit dan bumi, Yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, tidak ada Tuhan melainkan Engkau,

Tuhan segala sesuatu dan Yang memilikinya. Dan aku berlindung kepada Engkau dari kejahatan hawa nafsuku dan dari kejahatan setan dan godaannya, atau melaku­kan suatu perbuatan buruk yang berakibat memudaratkan diriku,

atau menjerumuskan seorang muslim karenanya. Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini dari Al-Hasan ibnu Arafah, dari Ismail ibnu Iyasy, dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib, bila ditinjau dari segi jalurnya.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Sayyar, dari Lai's, dari Mujahid yang mengatakan bahwa Abu Bakar As-Siddiq pernah mengatakan bahwa Rasulullah Saw.

telah memerintahkan kepadanya untuk mengucapkan doa berikut di pagi hari, di petang hari, dan bila telah berada di peraduan di malam hari, yaitu: "Ya Allah, Pencipta langit dan bumi," hingga akhir hadis. Firman Allah Swt.:


{وَلَوْ أَنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا وَمِثْلَهُ مَعَهُ}


Dan sekiranya orang-orang yang zalim mempunyai apa yang ada di bumi semuanya dan (ada pula) sebanyak itu besertanya. (Az-Zumar: 47) Yang dimaksud dengan orang yang zalim ialah orang musyrik, yakni seandainya mereka mempunyai semua isi bumi dan kelipatannya.


{لافْتَدَوْا بِهِ مِنْ سُوءِ الْعَذَابِ}


niscaya mereka akan menebus dirinya dengan itu dari siksa yang buruk pada hari kiamat. (Az-Zumar: 47) yang telah dipastikan oleh Allah buat mereka. Maka tebusan mereka itu sama sekali tidak dapat diterima, meskipun banyaknya

adalah emas sepenuh bumi. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati, sedangkan mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang

di antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu. (Ali Imran: 91) Adapun firman Allah Swt.:


{وَبَدَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مَا لَمْ يَكُونُوا يَحْتَسِبُونَ}


Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan. (Az-Zumar: 47) Yakni tampak jelaslah bagi mereka balasan dan azab dari Allah yang akan ditimpakan kepada mereka, yang selama itu belum pernah terdetik dalam hati mereka dan tidak pula termasuk kedalam perhitungan mereka.


{وَبَدَا لَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا كَسَبُوا}


Dan (jelaslah) bagi mereka akibat buruk dari apa yang telah mereka perbuat. (Az-Zumar: 48) Yaitu tampak jelaslah bagi mereka pembalasan dari perbuatan-perbuatan haram dan dosa-dosa yang telah mereka kerjakan selama hidup di dunia.


{وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ}


dan mereka diliputi oleh pembalasan yang mereka dahulu selalu memperolok-olokkannya. (Az-Zumar: 48) Maksudnya, kini mereka diliputi oleh azab dan siksaan yang dahulu selama di dunia mereka memperolok-olokkannya.

Surat Az-Zumar |39:47|

وَلَوْ أَنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا وَمِثْلَهُ مَعَهُ لَافْتَدَوْا بِهِ مِنْ سُوءِ الْعَذَابِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۚ وَبَدَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مَا لَمْ يَكُونُوا يَحْتَسِبُونَ

walau anna lillażiina zholamuu maa fil-ardhi jamii'aw wa miṡlahuu ma'ahuu laftadau bihii min suuu`il-'ażaabi yaumal-qiyaamah, wa badaa lahum minallohi maa lam yakuunuu yaḥtasibuun

Dan sekiranya orang-orang yang zalim mempunyai segala apa yang ada di bumi dan ditambah lagi sebanyak itu niscaya mereka akan menebus dirinya dengan itu dari azab yang buruk pada hari Kiamat. Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang dahulu tidak pernah mereka perkirakan.

And if those who did wrong had all that is in the earth entirely and the like of it with it, they would [attempt to] ransom themselves thereby from the worst of the punishment on the Day of Resurrection. And there will appear to them from Allah that which they had not taken into account.

Tafsir
Jalalain

(Dan sekiranya orang-orang yang zalim mempunyai apa yang ada di bumi semuanya dan -ada pula- sebanyak itu besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan itu

dari siksa yang buruk pada hari kiamat. Dan jelaslah) tampaklah dengan jelas (bagi mereka azab Allah yang belum pernah mereka perkirakan) yang tidak pernah mereka duga.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 47 |

penjelasan ada di ayat 46

Surat Az-Zumar |39:48|

وَبَدَا لَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا كَسَبُوا وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ

wa badaa lahum sayyi`aatu maa kasabuu wa ḥaaqo bihim maa kaanuu bihii yastahzi`uun

Dan jelaslah bagi mereka kejahatan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka diliputi oleh apa yang dahulu mereka selalu mengolok-olokkannya.

And there will appear to them the evils they had earned, and they will be enveloped by what they used to ridicule.

Tafsir
Jalalain

(Dan jelaslah bagi mereka akibat buruk dari apa yang telah mereka perbuat dan menimpa) mengenai (kepada mereka apa yang mereka dahulu selalu memperolok-olokkannya) yakni azab.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 48 |

penjelasan ada di ayat 46

Surat Az-Zumar |39:49|

فَإِذَا مَسَّ الْإِنْسَانَ ضُرٌّ دَعَانَا ثُمَّ إِذَا خَوَّلْنَاهُ نِعْمَةً مِنَّا قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ ۚ بَلْ هِيَ فِتْنَةٌ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

fa iżaa massal-insaana dhurrun da'aanaa ṡumma iżaa khowwalnaahu ni'matam minnaa qoola innamaaa uutiituhuu 'alaa 'ilm, bal hiya fitnatuw wa laakinna akṡarohum laa ya'lamuun

Maka apabila manusia ditimpa bencana dia menyeru Kami, kemudian apabila Kami memberikan nikmat Kami kepadanya dia berkata, "Sesungguhnya aku diberi nikmat ini hanyalah karena kepintaranku." Sebenarnya, itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.

And when adversity touches man, he calls upon Us; then when We bestow on him a favor from Us, he says, "I have only been given it because of [my] knowledge." Rather, it is a trial, but most of them do not know.

Tafsir
Jalalain

(Maka apabila manusia ditimpa) yang dimaksud adalah jenis manusia (bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya) Kami anugerahkan kepadanya (nikmat)

yakni pemberian nikmat (dari Kami ia berkata, "Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah atas sepengetahuan) dari Allah bahwasanya aku adalah orang yang pantas untuk mendapatkannya.

" Atau dengan kata lain, karena kepintaranku. (Sebenarnya itu) maksudnya, ucapan itu (adalah ujian) cobaan yang ditimpakan kepada seorang hamba

(tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui) bahwasanya pemberian nikmat itu merupakan Istidraj dan ujian baginya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 49 |

Tafsir ayat 49-52

Allah Swt. menceritakan perihal watak manusia, bahwa di kala sedang susah manusia itu memohon kepada Allah dengan berendah diri, ia kembali kepada-Nya dan memohon kepada-Nya agar dibebaskan dari penderitaannya.

Tetapi apabila ia mendapat nikmat dari-Nya, maka lupalah dia kepada Allah dan bersikap angkuh dan melampaui bataslah ia, lalu ia mengatakan seperti yang disitir oleh firman-Nya:


{إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ}


Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku. (Az-Zumar: 49) Yakni karena Allah mengetahui bahwa diriku berhak untuk menerimanya; seandainya aku tidak mempunyai kedudukan yang khusus di sisi Allah,

tentulah Dia tidak akan memberiku nikmat ini. Menurut Qatadah, makna ayat ialah sesungguhnya aku diberi ini hanyalah karena kepandaian yang kumiliki. Maka dalam firman berikutnya dijawab oleh Allah Swt.:


{بَلْ هِيَ فِتْنَةٌ}


Sebenarnya itu adalah ujian. (Az-Zumar: 49) Yaitu keadaan yang sebenarnya tidaklah seperti yang diduga, bahkan nikmat yang Kami berikan kepadanya hanyalah semata-mata sebagai ujian Kami terhadapnya,

apakah dia menjadi orang yang taat sesudahnya ataukah menjadi orang yang durhaka, walaupun akibatnya sudah Kami ketahui. Pada dasarnya nikmat itu merupakan cobaan.


{وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ}


tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui. (Az-Zumar: 49) Karena itulah mereka mengeluarkan kata-kata tersebut dan berani mengeluarkan pernyataan seperti itu.


{قَدْ قَالَهَا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ}


Sungguh orang-orang yang sebelum mereka (juga) telah mengatakan itu pula. (Az-Zumar: 50) Maksudnya, ucapan dan pengakuan seperti itu telah dikatakan pula oleh kebanyakan orang dari kalangan umat-umat terdahulu.


{فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}


maka tiadalah berguna bagi mereka apa yang dahulu mereka usahakan. (Az-Zumar: 50) Yakni perkataan mereka itu tidak benar, dan tiadalah dapat memberi manfaat kesatuan mereka dan apa yang telah mereka usahakan.


{فَأَصَابَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا كَسَبُوا وَالَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْ هَؤُلاءِ}


Maka mereka ditimpa oleh akibat buruk dari apa yang mereka usahakan. Dan orang-orang yang zalim di antara mereka. (Az-Zumar: 51) Yaitu dari kalangan mereka yang diajak bicara.


{سَيُصِيبُهُمْ سَيِّئَاتُ مَا كَسَبُوا}


akan ditimpa akibat buruk dari usahanya. (Az-Zumar: 51) Sebagaimana akibat buruk yang telah menimpa umat-umat terdahulu itu.


{وَمَا هُمْ بِمُعْجِزِينَ}


dan mereka tidak dapat melepaskan diri. (Az-Zumar: 51) Sebagaimana yang diceritakan oleh Allah Swt. tentang Qarun saat kaumnya berkata kepadanya:


{لَا تَفْرَحْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا وَلا يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ}


"Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu

melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang

yang berbuat kerusakan. Qarun berkata, "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.” Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwa Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat

daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu tentang dosa-dosa mereka. (Al-Qasas: 76-78) Juga pengakuan mereka lainnya yang disitir oleh firman-Nya:


{وَقَالُوا نَحْنُ أَكْثَرُ أَمْوَالا وَأَوْلادًا وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ}


Dan mereka berkata, "Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan di azab." (Saba: 35) Adapun firman Allah Swt.:


{أَوَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ}


Dan tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah melapangkan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang dikehendaki­nya? (Az-Zumar: 52) Yaitu meluaskan rezeki suatu kaum dan menyempitkan rezeki kaum yang lain.


{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ}


Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang beriman. (Az-Zumar: 52) Yakni benar-benar terdapat pelajaran dan hujjah-hujjah bagi kaum yang beriman.

Surat Az-Zumar |39:50|

قَدْ قَالَهَا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَمَا أَغْنَىٰ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

qod qoolahallażiina ming qoblihim fa maaa aghnaa 'an-hum maa kaanuu yaksibuun

Sungguh, orang-orang yang sebelum mereka pun telah mengatakan hal itu, maka tidak berguna lagi bagi mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.

Those before them had already said it, but they were not availed by what they used to earn.

Tafsir
Jalalain

(Sungguh orang-orang yang sebelum mereka juga mengatakan itu pula) yakni umat-umat sebelum mereka, seperti apa yang telah dikatakan oleh Qarun dan kaumnya

yang mengatakan hal yang serupa (maka tiadalah berguna bagi mereka apa yang dahulu mereka usahakan.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 50 |

penjelasan ada di ayat 49

Surat Az-Zumar |39:51|

فَأَصَابَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا كَسَبُوا ۚ وَالَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْ هَٰؤُلَاءِ سَيُصِيبُهُمْ سَيِّئَاتُ مَا كَسَبُوا وَمَا هُمْ بِمُعْجِزِينَ

fa ashoobahum sayyi`aatu maa kasabuu, wallażiina zholamuu min haaa`ulaaa`i sayushiibuhum sayyi`aatu maa kasabuu wa maa hum bimu'jiziin

Lalu mereka ditimpa (bencana) dari akibat buruk apa yang mereka perbuat. Dan orang-orang yang zalim di antara mereka juga akan ditimpa (bencana) dari akibat buruk apa yang mereka kerjakan dan mereka tidak dapat melepaskan diri.

And the evil consequences of what they earned struck them. And those who have wronged of these [people] will be afflicted by the evil consequences of what they earned; and they will not cause failure.

Tafsir
Jalalain

(Maka mereka ditimpa oleh akibat buruk dari apa yang mereka usahakan) yakni menerima pembalasannya. (Dan orang-orang yang lalim di antara mereka) yakni orang-orang Quraisy

(akan ditimpa akibat buruk dari usahanya dan mereka tidak dapat melepaskan diri) dari azab Kami; maka Kami timpakan kepada mereka paceklik selama tujuh tahun, sesudah itu mereka dimudahkan lagi rezekinya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 51 |

penjelasan ada di ayat 49

Surat Az-Zumar |39:52|

أَوَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

a wa lam ya'lamuuu annalloha yabsuthur-rizqo limay yasyaaa`u wa yaqdir, inna fii żaalika la`aayaatil liqoumiy yu`minuun

Dan tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasinya (bagi siapa yang Dia kehendaki)? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman.

Do they not know that Allah extends provision for whom He wills and restricts [it]? Indeed in that are signs for a people who believe.

Tafsir
Jalalain

(Dan tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah melapangkan rezeki) meluaskannya (bagi siapa yang dikehendaki-Nya) sebagai ujian baginya (dan menyempitkannya)

membatasinya bagi siapa yang dikehendaki-Nya sebagai cobaan baginya. (Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang beriman) kepada-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 52 |

penjelasan ada di ayat 49

Surat Az-Zumar |39:53|

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

qul yaa 'ibaadiyallażiina asrofuu 'alaaa anfusihim laa taqnathuu mir roḥmatillaah, innalloha yaghfiruż-żunuuba jamii'aa, innahuu huwal-ghofuurur-roḥiim

Katakanlah, "Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Say, "O My servants who have transgressed against themselves [by sinning], do not despair of the mercy of Allah. Indeed, Allah forgives all sins. Indeed, it is He who is the Forgiving, the Merciful."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa) dapat dibaca Laa Taqnithuu atau Laa Taqnathuu;

sebagian ahli qiraat ada yang membacanya Laa Taqnuthuu; artinya janganlah kalian putus asa (dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya)

bagi orang yang bertobat dari kemusyrikan. (Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 53 |

Tafsir ayat 53-59

Ayat-ayat ini merupakan seruan kepada segenap para pendurhaka dari kalangan orang-orang kafir dan lain-lainnya agar bertobat dan kembali kepada-Nya. Juga sebagai pemberitahuan bahwa Allah Swt. mengampuni semua dosa

bagi orang yang mau bertobat kepada-Nya dan meninggalkan perbuatan-perbuatan dosanya, betapapun banyaknya dosa yang telah dilakukannya dan sekalipun banyaknya seperti buih laut. Tidak benar menakwilkan ayat ini

untuk pengertian selain tobat, karena dosa syirik tidak mendapatkan ampunan selama pelakunya tidak bertobat dari kemusyrikannya.


قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى، أَخْبَرَنَا هِشَامُ بْنُ يُوسُفَ؛ أَنَّ ابْنَ جُرَيْجٍ أَخْبَرَهُمْ: قَالَ يَعْلَى: إِنَّ سَعِيدَ بْنَ جُبَيْرٍ أَخْبَرَهُ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا] ؛ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَهْلِ الشِّرْكِ كَانُوا قَدْ قَتَلُوا فَأَكْثَرُوا، وَزَنَوْا فَأَكْثَرُوا. فَأَتَوْا مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا: إِنَّ الَّذِي تَقُولُ وَتَدْعُو إِلَيْهِ لَحَسَنٌ لَوْ تُخْبِرُنَا أَنَّ لِمَا عَمِلْنَا كَفَّارَةٌ. فَنَزَلَ: {وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلا بِالْحَقِّ وَلا يَزْنُونَ} [الْفُرْقَانِ:68] ، وَنَزَلَ [قَوْلُهُ]: {قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ}


Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Yusuf, bahwa Ibnu Juraij pernah menceritakan kepada mereka bahwa Ya'la pernah mengatakan,

"Sesungguhnya Sa'id ibnu Jubair pernah bercerita kepadanya dari Ibnu Abbas r.a., bahwa pernah ada segolongan orang dari kalangan kaum musyrik yang banyak membunuh dan banyak berbuat zina, lalu mereka mendatangi Nabi Saw.

dan berkata, 'Sesungguhnya yang engkau katakan (maksudnya Al-Qur'an) dan yang engkau serukan itu benar-benar baik, sekiranya engkau menceritakan kepada kami bahwa apa yang telah kami perbuat ada kifaratnya (penghapus dosanya).

" Maka turunlah firman-Nya: Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina;

barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya). (Al-Furqan: 68) Lalu turun pula firman-Nya: Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,

janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.” (Az-Zumar: 53) Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim, Imam Abu Daud, dan Imam Nasai melalui hadis Ibnu Juraij, dari Ya'la ibnu Muslim Al-Makki, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. Makna yang dimaksud oleh ayat pertama dijelaskan oleh firman-Nya:


{إِلا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا}


kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan mengerjakan amal saleh. (Al-Furqan: 70), hingga akhir ayat.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنٌ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ، حَدَّثَنَا أَبُو قَبِيلٍ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْمُرِّيَّ يَقُولُ: سَمِعْتُ ثَوْبَانَ -مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "مَا أُحِبُّ أَنَّ لِيَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا بِهَذِهِ الْآيَةِ: {يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ} إِلَى آخَرِ الْآيَةِ، فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَمَنْ أَشْرَكَ؟ فَسَكَتَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ: "أَلَا وَمَنْ أَشْرَكَ" ثَلَاثَ مَرَّاتٍ.


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Abu Qabil yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Abdur Rahman Al-Muzani

mengatakan bahwa ia pernah mendengar Sauban maula Rasulullah Saw. mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Aku tidak suka bila diberikan kepadaku dunia dan seisinya sebagai ganti dari ayat ini,

yaitu: "Katakanlah, 'Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, 'hingga akhir ayat.” Lalu ada seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, lalu bagaimanakah dengan orang yang musyrik?" Rasulullah Saw.

diam, lalu bersabda, "Ingatlah, dan juga terhadap orang yang musyrik," sebanyak tiga kali. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid (tunggal).


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا سُرَيْجُ بْنُ النُّعْمَانِ، حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ قَيْسٍ، عَنْ أَشْعَثَ بْنِ جَابِرٍ الْحُدَّانِيِّ، عَنْ مَكْحُولٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ عَبَسة قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، شَيْخٌ كَبِيرٌ يُدَعِّمُ عَلَى عَصًا لَهُ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِي غَدَرَاتٍ وَفَجَرَاتٍ، فَهَلْ يُغْفَرُ لِي؟ فَقَالَ: "أَلَسْتَ تَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ؟ " قَالَ: بَلَى، وَأَشْهَدُ أَنَّكَ رَسُولُ اللَّهِ. فَقَالَ: "قَدْ غُفِرَ لك غدراتك وفجراتك".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syuraih ibnun Nu'man, telah menceritakan kepada kami Nuh ibnu Qais, dari Asy'as ibnu Jabir Al-Haddani, dari Mak-hul, dari Amr ibnu Anbasah r.a.

yang telah menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki tua datang menghadap kepada Nabi Saw. dengan bertelekan pada tongkatnya, lalu lelaki itu bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku pernah melakukan banyak perbuatan

khianat dan durhaka, maka apakah diriku ini masih dapat diampuni?" Nabi Saw. balik bertanya, "Bukankah engkau telah bersaksi bahwa tiada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah?" Lelaki itu menjawab, "Benar,

dan aku bersaksi pula bahwa engkau adalah utusan Allah." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Semua perbuatan khianat dan durhakamu telah diampuni. Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara tunggal.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ شَهْرِ بْنِ حَوْشَبٍ ، عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ يَزِيدَ قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ: {إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ} [هُودٍ:46] وَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: " {يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا} وَلَا يُبَالِي {إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ}


Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Sabit, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Asma binti Yazid radiyallahu anha mengatakan bahwa

aku pernah mendengar Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Sesungguhnya (perbuatannya) perbuatan yang tidak baik. (Hud: 46). Dan aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku

yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.” (Az-Zumar: 53) tanpa peduli betapa pun banyaknya. Sesungguhnya Dia-lah

Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az-Zumar: 53) Imam Abu Daud dan Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini melalui Sabit dengan sanad yang sama. Semua hadis di atas menunjukkan bahwa makna yang dimaksud ialah bahwa

Allah mengampuni semua dosa tersebut bila disertai dengan tobat. Dan seorang hamba tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah, bagaimanapun besarnya dosa-dosanya, karena sesungguh­nya pintu rahmat dan pintu tobat itu luas. Allah Swt. telah berfirman:


{أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ}


Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah menerima tobat dari hamba-hamba-Nya. (At-Taubah: 104)


{وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا}


Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia men­dapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (An-Nisa: 110) Dan Allah Swt. berfirman berkenaan dengan orang-orang munafik:


{إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا إِلا الَّذِينَ تَابُوا}


Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka. Kecuali orang-orang yang tobat dan mengadakan perbaikan. (An-Nisa: 145-146) Dan firman Allah Swt.:


{لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ}


Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan, "Bahwa Allah salah satu dari yang tiga, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Maha Esa. Jika mereka tidak berhenti

dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (Al-Maidah: 73) Kemudian Allah Swt. berfirman:


{أَفَلا يَتُوبُونَ إِلَى اللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ}


Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Maidah: 74) Dan Allah Swt. berfirman:


{إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا}


Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertobat. (Al-Buruj: 10) Al-Hasan Al-Basri rahimahullah telah mengatakan bahwa

perhatikanlah kemuliaan dan kedermawanan ini, mereka telah membunuh kekasih-kekasih-Nya, tetapi Dia menyeru mereka untuk bertobat dan memohon ampun kepada-Nya; ayat-ayat yang semakna cukup banyak.

Di dalam kitab Sahihain dari Abu Sa'id r.a., dari Rasulullah Saw. disebutkan sebuah hadis yang mengisahkan tentang seseorang yang telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa. Lalu ia menyesali perbuatannya dan bertanya

kepada seorang ahli ibadah dari kalangan Bani Israil, "Apakah masih ada pintu tobat bagiku?" Si ahli ibadah itu menjawab, "Tidak ada," maka si ahli ibadah itu dibunuhnya hingga genaplah jumlah orang yang dibunuhnya menjadi seratus orang.

Kemudian orang tersebut bertanya kepada seorang ulama di antara ulama mereka yang terkenal, bahwa apakah masih ada tobat baginya. Ulama itu balik bertanya, "Lalu siapakah yang menghalang-halangi antara kamu dan tobat?"

Kemudian ulama itu memerintahkannya untuk pergi ke kota lain untuk beribadah kepada Allah di dalamnya, lalu lelaki itu pergi menuju ke kota yang dimaksud, tetapi di tengah jalan maut merenggut nyawanya. Maka bertengkarlah malaikat rahmat

dan malaikat azab tentang lelaki itu (siapakah di antara keduanya yang berhak mengambilnya). Maka Allah memerintahkan kepada mereka agar mengukur jarak di antara kedua kota tersebut (kota tempat si lelaki dan kota yang ditujunya).

Mana yang lebih dekat kepada jenazah si lelaki itu, maka dialah yang lebih berhak untuk mengambilnya. Setelah diukur, ternyata mereka menjumpainya lebih dekat ke kota yang ditujunya, tempat ia akan berhijrah, bedanya hanya satu jengkal.

Lalu roh lelaki itu diambil oleh malaikat rahmat. Disebutkan bahwa lelaki itu pada saat matinya menggulirkan tubuhnya menjauh (dari negeri yang baik), maka Allah memerintahkan kepada negeri yang baik agar mendekat dan memerintahkan

kepada negeri yang jahat (tempat asal lelaki itu) agar menjauh. Demikianlah kesimpulan dari makna hadis, dan kami telah menulisnya di tempat lain dengan lengkap. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a.

sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.”

(Az-Zumar: 53), hingga akhir ayat. Sesungguhnya Allah Swt. telah menyerukan untuk memohon ampunan dari-Nya terhadap mereka yang mengira bahwa Al-Masih adalah tuhan, juga orang yang menduga bahwa Al-Masih adalah anak Allah,

orang yang mengira bahwa Uzair anak Allah, orang yang mengira bahwa Allah fakir, orang yang mengira bahwa tangan Allah terbelenggu (kikir), dan orang yang mengira bahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga. Terhadap mereka Allah Swt. berfirman:


{أَفَلا يَتُوبُونَ إِلَى اللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ}


Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Maidah: 74) Kemudian Allah menyerukan untuk bertobat terhadap orang yang ucapannya

jauh lebih berat dosanya ketimbang mereka, yaitu orang yang mengatakan, "Aku adalah Tuhan kalian yang tertinggi," yaitu ucapan yang disitir oleh firman-Nya:


{مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي}


aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku. (Al-Qasas: 38) Kemudian Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa barang siapa di antara hamba Allah yang berputus asa dari tobat sesudah kesemuanya itu, berarti dia telah mengingkari Kitabullah.

Tetapi seseorang hamba tidaklah mampu bertobat sebelum Allah menerima tobatnya. Imam Tabrani telah meriwayatkan melalui jalur Asy-Sya'bi, dari Sunaid ibnu Syakl; ia pernah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa sesungguhnya ayat dari Kitabullah yang paling agung ialah firman-Nya:


{اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ}


Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). (Al-Baqarah: 255) Sesungguhnya ayat yang paling banyak memuat kebaikan dan keburukan di dalam Al-Qur'an adalah firman-Nya:


{إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإحْسَانِ}


Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan. (An-Nahl: 90) Sesungguhnya ayat Al-Qur'an yang paling menggembirakan adalah firman Allah Swt. di dalam surat Az-Zumar, yaitu:


{قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ}


Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.” (Az-Zumar: 53) Dan sesungguhnya ayat yang paling menonjolkan masalah berserah diri adalah firman-Nya:


{وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ}


Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (At-Talaq: 2-3) Maka Masruq berkata kepadanya, "Engkau benar."

Al-A'masy telah meriwayatkan dari Abu Sa'id, dari Abul Kanud yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas'ud r.a. berjalan melewati seorang tukang dongeng yang sedang bercerita kepada orang-orang. Maka Ibnu Mas'ud berkata kepadanya,

"Hai tukang cerita, mengapa engkau membuat manusia berputus asa dari rahmat Allah?" kemudian Ibnu Mas'ud membaca firman-Nya: Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,

janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.” (Az-Zumar: 53) Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Berikut ini hadis-hadis yang menyebutkan tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُرَيْجُ بْنُ النُّعْمَانِ، حَدَّثَنَا أَبُو عُبَيْدَةَ عَبْدُ الْمُؤْمِنِ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ ، حَدَّثَنِي أَخْشَنُ السَّدُوسِيُّ قَالَ: دَخَلْتُ عَلَى أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ فَقَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يقول: "وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ أَخْطَأْتُمْ حَتَّى تَمْلَأَ خَطَايَاكُمْ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، ثُمَّ اسْتَغْفَرْتُمُ اللَّهَ لَغَفَرَ لَكُمْ، وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَوْ لَمْ تُخْطِئُوا لَجَاءَ اللَّهُ بِقَوْمٍ يُخْطِئُونَ، ثُمَّ يَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syuraih ibnun Nu'man, telah menceritakan kepada kami Abu Ubaidah Abdul Mu'min ibnu Ubaidillah As-Saddi, telah menceritakan kepadaku Hasan As-Sadusi yang mengatakan bahwa

ia masuk mengunjungi Anas ibnu Malik r.a., lalu Anas berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Demi Dzat yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan­nya, sekiranya kalian berbuat kesalahan sehingga

kesalahan kalian memenuhi antara langit dan bumi, kemudian kalian mohon ampun kepada Allah Swt., niscaya Dia memberi ampun bagi kalian. Dan demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya,

sekiranya kalian tidak berbuat kesalahan (dosa), tentulah Allah akan mendatangkan suatu kaum yang berbuat kesalahan, kemudian mereka mohon ampun kepada Allah, maka Allah memberi ampun bagi mereka. Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ عِيسَى حَدَّثَنِي لَيْثٌ حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ قَيْسٍ -قَاصُّ عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ-عَنْ أَبِي صِرْمة، عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّهُ قَالَ حِينَ حَضَرَتْهُ الْوَفَاةُ: قَدْ كُنْتُ كَتَمْتُ مِنْكُمْ شَيْئًا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يقول: "لولا أنكم تذنبون، لخلق الله قَوْمًا يُذْنِبُونَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Isa, telah menceritakan kepadaku Al-Lais, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Qais tukang dongengnya Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz, dari Abu Sirmah,

dari Abu Ayyub Al-Ansari r.a. yang mengatakan ketika sakit yang membawa kepada kematiannya, bahwa ia telah menyembunyikan sesuatu yang pernah ia dengar dari Rasulullah Saw., yaitu Rasulullah Saw. telah bersabda:

Seandainya kalian tidak berdosa, tentulah Allah Swt. akan menciptakan suatu kaum yang berbuat dosa, lalu Dia memberi ampun bagi mereka. Demikianlah menurut Imam Ahmad; Imam Muslim di dalam kitab sahihnya telah meriwayatkan

hal yang sama, dan Imam Turmuzi telah meriwayatkannya pula; semuanya meriwayatkannya melalui Qutaibah dari Al-Lais ibnu Sa'd dengan sanad yang sama. Imam Muslim telah meriwayatkannya pula melalui jalur lain dengan lafaz yang sama dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, dari Abu Sirmah Al-Ansari r.a., dari Abu Ayyub r.a.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ الْحَرَّانِيُّ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ عَمْرِو بْنِ مَالِكٍ النُّكري قَالَ: سَمِعْتُ أَبِي يُحَدِّثُ عَنِ أَبِي الْجَوْزَاءِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كَفَّارَةُ الذَّنْبِ النَّدَامَةُ"، وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَجَاءَ اللَّهُ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ، فَيَغْفِرُ لَهُمْ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul Malik Al-Harrani, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Amr ibnu Malik Al-Bakri yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar ayahnya menceritakan

hadis berikut dari Abul Jauza, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Kifarat (penghapus) dosa ialah penyesalan. Rasulullah Saw. telah bersabda pula: Seandainya kalian tidak berbuat dosa,

niscaya Allah akan mendatangkan suatu kaum yang berbuat dosa, lalu Dia memberi ampun bagi mereka. Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara tunggal.


قَالَ عَبْدُ اللَّهِ ابْنُ الْإِمَامِ أَحْمَدَ: حَدَّثَنِي عَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ حَمَّادٍ النَّرسِي، حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مَسْلَمَةُ الرَّازِيُّ، عَنْ أَبِي عَمْرٍو الْبَجَلِيِّ، عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ سُفْيَانَ الثَّقَفِيِّ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَنَفِيَّةِ، عَنْ أَبِيهِ، عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ الْمُفَتَّنَ التَّوَّابَ".


Abdullah ibnu Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdul A'la ibnu Hammad Al-Qurasyi, telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami

Abu Abdullah alias Maslamah ibnu Abdullah Ar-Razi, dari Abu Amr Al-Bajali, dari Abdul Malik ibnu Sufyan As-Saqafi, dari Abu Ja'far alias Muhammad ibnu Ali, dari Muhammad ibnul Hanafiyyah, dari ayahnya (yaitu Ali ibnu AbuTalib r.a.)

yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah menyukai hamba yang teperdaya oleh dosa lagi suka bertobat. Mereka tidak ada yang mengetengahkannya dari jalur ini.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Hammad, telah menceritakan kepada kami Sabit dan Humaid,

dari Abdullah ibnu Ubaid ibnu Umair yang mengatakan bahwa iblis la'natullah berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau mengusirku dari surga karena Adam, dan sesungguhnya aku tidak dapat mengalahkannya kecuali

dengan kekuasaan dari-Mu." Allah Swt. berfirman, "Kalau begitu, engkau mendapat kekuasaan itu." Iblis berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku tambahan." Allah berfirman, "Tidak sekali-kali dilahirkan bagi Adam seorang anak,

melainkan dilahirkan pula seorang anak bagimu." Iblis berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku tambahan." Allah berfirman, "Aku jadikan dada mereka sebagai sarang kamu, dan kamu dapat merasuki mereka melalui aliran darahnya." Iblis berkata,

"Ya Tuhanku, berilah aku tambahan." Allah berfirman, "Aku datangkan terhadap mereka dengan pasukan kuda dan pasukan jalan kakimu, dan bersekutulah dengan mereka dalam harta benda dan anak-anak, dan umbarkanlah janjimu

kepada mereka. Dan tiadalah yang dijanjikan oleh setan kepada mereka, melainkan hanya tipuan belaka." Maka Adam a.s. berkata, "Ya Tuhanku, Engkau telah memberi kekuasaan kepada Iblis untuk dapat menggodaku, dan sesungguhnya

aku tidak mampu menahannya kecuali dengan pertolongan-Mu." Allah Swt. berfirman, "Tidak sekali-kali dilahirkan seorang anak bagimu, melainkan Aku perintahkan kepada malaikat untuk menjaganya dari qarin-nya (teman setannya) yang jahat."

Adam a.s. berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku tambahan." Allah Swt. berfirman, "Satu kebaikan menjadi sepuluh kali lipatnya atau Aku tambahkan lagi kelipatannya, dan satu keburukan ditulis satu atau Aku hapuskan." Adam berkata,

"Ya Tuhanku, berilah aku tambahan." Allah Swt. berfirman, "Pintu tobat tetap terbuka selama roh berada di dalam tubuh." Adam berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku tambahan." Maka Allah Swt. berfirman: Hai hamba-hamba-Ku

yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az-Zumar: 53)

Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa Nafi' telah meriwayatkan dari Abdullah ibnu Umar, dari Umar r.a. tentang pendapatnya yang mengatakan, "Dahulu kami mengatakan bahwa tidak sekali-kali Allah menerima amal sunnah, amal wajib,

dan tobat seseorang yang teperdaya melakukan dosa. Mereka telah mengenal Allah, tetapi berbalik ingkar kepada (nikmat)-Nya, sungguh itu merupakan petaka yang menimpa mereka." Dan pada mulanya para sahabat pun mempunyai

pendapat yang sama. Ketika Rasulullah Saw. tiba di Madinah, maka Allah menurunkan firman-Nya sebagai jawaban terhadap pendapatku dan juga pendapat mereka yang demikian itu, yaitu firman-Nya: Hai hamba-hamba-Ku

yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu

sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedangkan kamu tidak menyadarinya. (Az-Zumar: 53-55) Umar r.a. mengatakan bahwa lalu ia menulisnya pada suatu lembaran dan ia kirimkan kepada Hisyam ibnul As r.a.

Maka ketika Hisyam menerima surat itu, ia membacanya di Zi Tuwa dengan terlebih dahulu mendaki ke puncaknya, lalu membacanya dengan bersuara, tetapi masih belum mengerti. Akhirnya ia berkata, "Ya Allah, berilah aku pemahaman

terhadap ayat-ayat ini." Maka Allah Swt. memberikan pemahaman ke dalam hatiku, bahwa sesungguhnya ayat ini diturunkan berkenaan dengan kami dan pendapat kami terhadap diri kami, dan dikatakan berkenaan dengan sikap kami.

Maka aku turun menuju ke untaku, lalu kukendarai dan langsung bergabung dengan Rasulullah Saw. di Madinah. Kemudian Allah Swt. menganjurkan kepada hamba-hamba-Nya untuk segera bergegas bertobat. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ}


Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya. (Az-Zumar: 54), hingga akhir ayat. Maksudnya, kembalilah kamu ke jalan Allah dan berserah dirilah sepenuhnya kepada-Nya.


{مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ}


sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong lagi. (Az-Zumar: 54) Yakni segeralah bertobat dan mengerjakan amal saleh, sebelum azab menimpamu.


{وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنزلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ}


Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. (Az-Zumar: 55) Yaitu Al-Qur'an, yang merupakan Kitabullah yang terbaik dari kitab-kitab Allah lainnya yang pernah Dia turunkan kepada manusia.


{مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ}


sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedangkan kamu tidak menyadarinya. (Az-Zumar: 55) Yakni dari arah yang tidak kamu ketahui dan tidak kamu sadari kedatangannya. Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan:


{أَنْ تَقُولَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَى عَلَى مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ اللَّهِ}


supaya jangan ada orang yang mengatakan, "Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah.” (Az-Zumar: 56) Artinya, kelak di hari kiamat orang yang berdosa merasa menyesal karena kelalaiannya

hingga belum sempat bertobat dan kembali ke jalan Allah, sehingga saat itu ia menginginkan seandainya saja dirinya termasuk orang-orang yang berbuat baik, ikhlas, lagi taat kepada Allah Swt. Firman Allah Swt.:


{وَإِنْ كُنْتُ لَمِنَ السَّاخِرِينَ}


sedangkan aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah). (Az-Zumar: 56) Yakni sesungguhnya yang kulakukan selama di dunia hanyalah perbuatan memperolok-olok dan menghina agama Allah, bukan meyakininya dan bukan pula membenarkannya.


{أَوْ تَقُولَ لَوْ أَنَّ اللَّهَ هَدَانِي لَكُنْتُ مِنَ الْمُتَّقِينَ أَوْ تَقُولَ حِينَ تَرَى الْعَذَابَ لَوْ أَنَّ لِي كَرَّةً فَأَكُونَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ}


Atau supaya jangan ada yang berkata, "Kalau sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku, tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa.” Atau supaya jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab, "Kalau sekiranya

aku dapat kembali (ke dunia), niscaya aku akan termasuk orang-orang yang berbuat baik.” (Az-Zumar: 57-58) Dia menginginkan seandainya dikembalikan hidup di dunia, tentulah dia akan berbuat kebaikan.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Allah memberitakan tentang apa yang bakal dilakukan oleh hamba-hamba-Nya sebelum mereka melakukannya, dan memberitakan tentang apa yang akan mereka katakan sebelum mereka mengatakannya. Allah Swt. telah berfirman:


{وَلا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ}


dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagaimana yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui. (Fatir: 14) Dan firman Allah Swt.:


{أَنْ تَقُولَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَى عَلَى مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ اللَّهِ وَإِنْ كُنْتُ لَمِنَ السَّاخِرِينَ أَوْ تَقُولَ لَوْ أَنَّ اللَّهَ هَدَانِي لَكُنْتُ مِنَ الْمُتَّقِينَ أَوْ تَقُولَ حِينَ تَرَى الْعَذَابَ لَوْ أَنَّ لِي كَرَّةً فَأَكُونَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ}


supaya jangan ada orang yang mengatakan, "Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedangkan aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah),

atau supaya jangan ada yang berkata, "Kalau sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku, tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa.” Atau supaya jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab, "Kalau sekiranya aku dapat kembali

(ke dunia), niscaya aku akan termasuk orang-orang yang berbuat baik.” (Az-Zumar: 56-58) Maka Allah Swt. memberitahukan bahwa sekiranya mereka dikembalikan lagi ke dunia, niscaya mereka tidak akan mampu mendapat hidayah. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ}


Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakan­nya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka. (Al-An'am: 28)


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَسْوَدُ، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كُلُّ أَهْلِ النَّارِ يَرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ فَيَقُولُ: لَوْ أَنَّ اللَّهَ هَدَانِي؟! فَتَكُونُ عَلَيْهِ حَسْرَةٌ". قَالَ: "وَكُلُّ أَهْلِ الْجَنَّةِ يَرَى مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ فَيَقُولُ: لَوْلَا أَنَّ اللَّهَ هَدَانِي! " قَالَ: "فَيَكُونُ لَهُ الشُّكْرُ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

Semua penghuni neraka dapat melihat kedudukannya di surga (sekiranya dia beriman); dia mengatakan, "Sekiranya saja Allah memberiku petunjuk, " maka hal itu menjadi penyesalan yang berat baginya. Dan semua penduduk surga

dapat melihat tampatnya di neraka (sekiranya dia kafir); ia mengatakan, "Seandainya Allah tidak memberiku petunjuk, " maka hal itu menjadi rasa syukur baginya. Imam Nasai meriwayatkan hadis ini melalui Abu Bakar ibnu Iyasy

dengan sanad yang sama. Setelah orang-orang yang berdosa menginginkan agar dapat dikembalikan ke dunia dan mereka menyesal karena tidak membenarkan ayat-ayat Allah dan tidak mengikuti rasul-rasul-Nya, maka Allah Swt. berfirman:


{بَلَى قَدْ جَاءَتْكَ آيَاتِي فَكَذَّبْتَ بِهَا وَاسْتَكْبَرْتَ وَكُنْتَ مِنَ الْكَافِرِينَ}


(Bukan demikian) sebenarnya telah datang keterangan-keterangan-Ku kepadamu, lalu kamu mendustakannya dan kamu menyombongkan diri dan adalah kamu termasuk orang-orang yang kafir. (Az-Zumar: 59)

Yakni telah datang kepadamu —hai hamba yang menyesali apa yang telah dilakukannya— ayat-ayat-Ku ketika kamu di dunia, dan semua alasan-Ku telah ditegakkan terhadap dirimu, tetapi kamu mendustakannya dan bersikap sombong tidak mau mengikutinya, bahkan kamu menjadi seorang yang kafir dan ingkar kepadanya.

Surat Az-Zumar |39:54|

وَأَنِيبُوا إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ

wa aniibuuu ilaa robbikum wa aslimuu lahuu ming qobli ay ya`tiyakumul-'ażaabu ṡumma laa tunshoruun

Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong.

And return [in repentance] to your Lord and submit to Him before the punishment comes upon you; then you will not be helped.

Tafsir
Jalalain

(Dan kembalilah kalian) bertobatlah kalian (kepada Rabb kalian, dan berserah dirilah) ikhlaskanlah di dalam beramal (kepada-Nya sebelum datang kepada kalian azab

kemudian kalian tidak dapat ditolong lagi) yakni azab itu tidak dapat dicegah jika kalian tidak bertobat kepada-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 54 |

penjelasan ada di ayat 53

Surat Az-Zumar |39:55|

وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ

wattabi'uuu aḥsana maaa unzila ilaikum mir robbikum ming qobli ay ya`tiyakumul-'ażaabu baghtataw wa antum laa tasy'uruun

Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu (Al-Qur´an) dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu secara mendadak, sedang kamu tidak menyadarinya,

And follow the best of what was revealed to you from your Lord before the punishment comes upon you suddenly while you do not perceive,

Tafsir
Jalalain

(Dan ikutilah sebaik-baik apa yang diturunkan kepada kalian dari Rabb kalian) yaitu Alquran (sebelum datang azab kepada kalian dengan tiba-tiba, sedang kalian tidak menyadari) akan kedatangannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 55 |

penjelasan ada di ayat 53

Surat Az-Zumar |39:56|

أَنْ تَقُولَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَا عَلَىٰ مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ اللَّهِ وَإِنْ كُنْتُ لَمِنَ السَّاخِرِينَ

an taquula nafsuy yaa ḥasrotaa 'alaa maa farrottu fii jambillaahi wa ing kuntu laminas-saakhiriin

agar jangan ada orang yang mengatakan, "Alangkah besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang mengolok-olokkan (agama Allah),"

Lest a soul should say, "Oh [how great is] my regret over what I neglected in regard to Allah and that I was among the mockers."

Tafsir
Jalalain

Maka bersegeralah kalian sebelum tiba waktunya (seseorang mengatakan, "Alangkah menyesalnya aku) lafal Yaa Hasrataa pada asalnya adalah Yaa Hasratii,

artinya amat menyesallah aku (atas kelalaianku terhadap Allah) yaitu karena tidak taat kepada-Nya (dan sesungguhnya) lafal In adalah bentuk Takhfif dari Inna, asalnya Innii yakni sesungguhnya aku

(aku adalah termasuk orang-orang yang benar-benar memperolok-olokan") agama-Nya dan Kitab-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 56 |

penjelasan ada di ayat 53

Surat Az-Zumar |39:57|

أَوْ تَقُولَ لَوْ أَنَّ اللَّهَ هَدَانِي لَكُنْتُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

au taquula lau annalloha hadaanii lakuntu minal-muttaqiin

atau (agar jangan) ada yang berkata, "Sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa,"

Or [lest] it say, "If only Allah had guided me, I would have been among the righteous."

Tafsir
Jalalain

(Atau datang saatnya seseorang berkata, "Kalau sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku) untuk mengerjakan ketaatan sehingga aku mendapat petunjuk

(tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa") yakni orang-orang yang takut akan azab-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 57 |

penjelasan ada di ayat 53

Surat Az-Zumar |39:58|

أَوْ تَقُولَ حِينَ تَرَى الْعَذَابَ لَوْ أَنَّ لِي كَرَّةً فَأَكُونَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

au taquula ḥiina tarol-'ażaaba lau anna lii karrotan fa akuuna minal-muḥsiniin

atau (agar jangan) ada yang berkata ketika melihat azab, "Sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), tentu aku termasuk orang-orang yang berbuat baik."

Or [lest] it say when it sees the punishment, "If only I had another turn so I could be among the doers of good."

Tafsir
Jalalain

(Atau datang saatnya seseorang berkata ketika ia melihat azab, "Kalau sekiranya aku dapat kembali) ke dunia

(niscaya aku akan termasuk orang-orang yang berbuat baik.") yakni, orang-orang yang beriman. Maka, dikatakan kepada mereka oleh Allah swt.:

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 58 |

penjelasan ada di ayat 53

Surat Az-Zumar |39:59|

بَلَىٰ قَدْ جَاءَتْكَ آيَاتِي فَكَذَّبْتَ بِهَا وَاسْتَكْبَرْتَ وَكُنْتَ مِنَ الْكَافِرِينَ

balaa qod jaaa`atka aayaatii fa każżabta bihaa wastakbarta wa kunta minal-kaafiriin

Sungguh, sebenarnya keterangan-keterangan-Ku telah datang kepadamu, tetapi kamu mendustakannya, malah kamu menyombongkan diri dan termasuk orang kafir."

But yes, there had come to you My verses, but you denied them and were arrogant, and you were among the disbelievers.

Tafsir
Jalalain

("Benar, sesungguhnya telah datang ayat-ayat-Ku kepadamu) yakni, Alquran yang dapat memberikan hidayah kepadamu (lalu kamu mendustakannya dan kamu menyombongkan diri)

yaitu tidak mau beriman kepada ayat-ayat-Ku (dan adalah kamu termasuk orang-orang yang kafir.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 59 |

penjelasan ada di ayat 53

Surat Az-Zumar |39:60|

وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ تَرَى الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى اللَّهِ وُجُوهُهُمْ مُسْوَدَّةٌ ۚ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْمُتَكَبِّرِينَ

wa yaumal-qiyaamati tarollażiina każabuu 'alallohi wujuuhuhum muswaddah, a laisa fii jahannama maṡwal lil-mutakabbiriin

Dan pada hari Kiamat engkau akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, wajahnya menghitam. Bukankah Neraka Jahanam itu tempat tinggal bagi orang yang menyombongkan diri?

And on the Day of Resurrection you will see those who lied about Allah [with] their faces blackened. Is there not in Hell a residence for the arrogant?

Tafsir
Jalalain

(Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah) yaitu mereka yang menisbatkan sekutu dan anak kepada-Nya

(mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahanam itu ada tempat) yakni tempat tinggal (bagi orang-orang yang menyombongkan diri) artinya, tidak mau beriman; memang benar.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 60 |

Tafsir ayat 60-61

Allah Swt. menceritakan kejadian di hari kiamat, bahwa pada hari itu tampak hitam legamlah wajah sebagian dari mereka, dan wajah sebagian yang lain kelihatan putih bersinar. Mereka yang berwajah hitam legam terdiri dari orang-orang

yang berpecah belah dan selalu berselisih pendapat, sedangkan mereka yang berwajah putih bersinar adalah wajah ahli sunnah wal jama'ah. Dalam surat ini Allah Swt. berfirman:


{وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ تَرَى الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى اللَّهِ}


Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah. (Az-Zumar: 60) karena mereka menganggap bahwa Allah mempunyai sekutu dan putra.


{وُجُوهُهُمْ مُسْوَدَّةٌ}


mukanya menjadi hitam. (Az-Zumar: 60) disebabkan kedustaan mereka dan apa yang mereka buat-buat terhadap Allah Swt. Firman Allah Swt.:


{أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْمُتَكَبِّرِينَ}


Bukankah dalam neraka Jahanam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri? (Az-Zumar: 60) Yakni bukankah neraka Jahanam itu cukup sebagai penjara dan tempat kembali mereka, dan di dalamnya mereka

mendapat kehinaan dan kerendahan disebabkan kesombongan dan keangkuhan mereka serta menolak tidak mau mengikuti kebenaran.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو عُبَيْدِ اللَّهِ ابْنُ أَخِي ابْنِ وهب، حَدَّثَنَا عَمِّي، حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ أَبِي عِيسَى الْخَيَّاطُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ الْمُتَكَبِّرِينَ يُحْشَرُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَشْبَاهَ الذَّرِّ فِي صُوَرِ النَّاسِ، يَعْلُوهُمْ كُلُّ شَيْءٍ مِنَ الصَّغَارِ، حَتَّى يَدْخُلُوا سِجْنًا مِنَ النَّارِ فِي وَادٍ يُقَالُ لَهُ بُولَسُ، مِنْ نَارِ الْأَنْيَارِ، وَيُسْقَوْنَ عُصَارَةَ أَهْلِ النَّارِ، وَمِنْ طِينَةِ الخَبَال"


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ubaidillah anak saudaraku, telah menceritakan kepada kami pamanku, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Abu Isa Al-Khayyat, dari Amr ibnu Syu'aib, dari ayahnya,

dari kakeknya, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya orang-orang yang sombong dihimpunkan pada hari kiamat dalam bentuk yang mirip dengan semut yang paling kecil, tetapi berupa manusia;

mereka diliputi oleh semua kehinaan hingga dimasukkanlah mereka ke dalam penjara neraka dalam sebuah lembah yang dikenal dengan nama Bulis, yaitu penjara yang terbuat dari api neraka. Mereka diberi minuman perasan keringat ahli neraka dan tinatul khabal (keringat penduduk neraka). Firman Allah Swt.:


{وَيُنَجِّي اللَّهُ الَّذِينَ اتَّقَوْا بِمَفَازَتِهِمْ}


Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa karena kemenangan mereka. (Az-Zumar: 61) disebabkan kebahagiaan dan keberuntungan yang telah ditetapkan bagi mereka di sisi Allah (dalam takdir-Nya).


{لَا يَمَسُّهُمُ السُّوءُ}


mereka tidak disentuh oleh azab (neraka). (Az-Zumar: 61) kelak di hari kiamat.


{وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ}


dan tidak (pula) mereka berduka cita. (Az-Zumar: 61) Yakni kegemparan yang dahsyat tidak mengenai mereka, bahkan mereka aman dari semua hal yang mengejutkan, terhindar dari semua keburukan, serta memperoleh semua kebaikan.

Surat Az-Zumar |39:61|

وَيُنَجِّي اللَّهُ الَّذِينَ اتَّقَوْا بِمَفَازَتِهِمْ لَا يَمَسُّهُمُ السُّوءُ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

wa yunajjillaahullażiinattaqou bimafaazatihim laa yamassuhumus-suuu`u wa laa hum yaḥzanuun

Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa karena kemenangan mereka. Mereka tidak disentuh oleh azab dan tidak bersedih hati.

And Allah will save those who feared Him by their attainment; no evil will touch them, nor will they grieve.

Tafsir
Jalalain

(Dan Allah menyelamatkan) dari neraka Jahanam (orang-orang yang bertakwa) orang-orang yang memelihara diri dari kemusyrikan (karena kemenangan mereka)

karena mereka memperoleh tempat kemenangan, yaitu surga yang menjadi tempat tinggal mereka (mereka tidak disentuh oleh keburukan dan tidak pula mereka berduka cita.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 61 |

penjelasan ada di ayat 60

Surat Az-Zumar |39:62|

اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ ۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ

allohu khooliqu kulli syai`iw wa huwa 'alaa kulli syai`iw wakiil

Allah Pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Pemelihara atas segala sesuatu.

Allah is the Creator of all things, and He is, over all things, Disposer of affairs.

Tafsir
Jalalain

(Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu) Dia mengatur dan menguasainya menurut apa yang dikehendaki-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 62 |

Tafsir ayat 62-66

Allah Swt. memberitahukan bahwa Dialah Yang Menciptakan segala sesuatu semuanya, Dialah Yang Menguasai, memiliki, dan yang mengaturnya. Segala sesuatu berada di bawah Pengawasan, Pengaturan dan Tunduk pada perintah-Nya, Firman Allah Swt.:


{لَهُ مَقَالِيدُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ}


Kepunyaan-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. (Az-Zumar: 63) Mujahid mengatakan bahwa maqalid artinya kunci-kunci, bahasa asalnya adalah bahasa Persia. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah, Ibnu Zaid,

dan Sufyan ibnu Uyaynah. As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kepunyaan-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. (Az-Zumar: 63) Yakni perbendaharaan langit dan bumi; makna ayat berdasarkan

kedua pendapat menyatakan bahwa sesungguhnya kendali semua urusan itu berada di tangan kekuasaan Allah Swt., bagi-Nya kerajaan dan bagi­Nya segala puji, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:


{وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ}


Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah. (Az-Zumar: 63) Yaitu hujah-hujah-Nya dan bukti-bukti kebenaran-Nya.


{أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ}


mereka itulah orang-orang yang merugi. (Az-Zumar: 63) Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan ayat ini telah meriwayatkan sebuah hadis yang garib sekali, dan mengenai predikat sahihnya masih diragukan, tetapi kami akan mengetengahkannya seperti apa adanya. Ibnu Abu Hatim mengatakan:


حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ سِنان الْبَصْرِيُّ بِمِصْرَ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَمَّادٍ، حَدَّثَنَا الْأَغْلَبُ بْنُ تَمِيمٍ، عَنْ مُخَلَّدِ بْنِ هُذَيْلٍ الْعَبْدِيِّ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْمَدَنِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّهُ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عن تفسير: {لَهُ مَقَالِيدُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ} فَقَالَ: "مَا سَأَلَنِي عَنْهَا أَحَدٌ قَبْلَكَ يَا عُثْمَانُ"، قَالَ: "تَفْسِيرُهَا: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ، وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، الْأَوَّلِ وَالْآخِرِ، وَالظَّاهِرِ وَالْبَاطِنِ، بِيَدِهِ الْخَيْرُ، يُحْيِي وَيُمِيتُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، مَنْ قَالَهَا يَا عُثْمَانُ إِذَا أَصْبَحَ عَشْرَ مِرَارٍ أُعْطِيَ خِصَالًا سِتًّا: أَمَّا أُولَاهُنَّ: فَيُحْرَسُ مِنْ إِبْلِيسَ وَجُنُودِهِ، وَأَمَّا الثَّانِيَةُ: فَيُعْطَى قِنْطَارًا مِنَ الْأَجْرِ، وَأَمَّا الثَّالِثَةُ: فَتُرْفَعُ لَهُ دَرَجَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَأَمَّا الرَّابِعَةُ: فَيَتَزَوَّجُ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، وَأَمَّا الْخَامِسَةُ: فَيَحْضُرُهُ اثْنَا عَشَرَ مَلَكًا، وَأَمَّا السَّادِسَةُ: فَيُعْطَى مِنَ الْأَجْرِ كَمَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ وَالتَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَالزَّبُورَ. وَلَهُ مَعَ هَذَا يَا عُثْمَانُ مِنَ الْأَجْرِ كَمَنْ حَجَّ وَتُقُبِّلَتْ حَجَّتُهُ، وَاعْتَمَرَ فَتُقُبِّلَتْ عُمْرَتُهُ، فَإِنْ مَاتَ مِنْ يَوْمِهِ طُبِعَ بِطَابِعِ الشُّهَدَاءِ".


telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Sinan Al-Basri di Mesir, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Hammad, telah menceritakan kepada kami Al-Aglab ibnu Tamim, dari Makhlad ibnu Huzail Al-Abdi, dari Abdur Rahman Al-Madani,

dari Abdullah ibnu Umar, dari Usman ibnu Affan r.a., bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang tafsir firman-Nya: Kepunyaan-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. (Az-Zumar: 63). Maka Rasulullah Saw.

bersabda, "Tiada seorang pun yang menanyakannya sebelum engkau, hai Usman." Kemudian Rasulullah Saw. bersabda, bahwa tafsirnya ialah ucapan, "Tidak ada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah, dan Allah Mahabesar,

dan Mahasuci Allah dan dengan memuji-Nya, aku memohon ampun kepada Allah, tidak ada kekuatan (untuk mengerjakan ketaatan) kecuali dengan (pertolongan) Allah, Yang Mahaawal, Yang Mahaakhir, Yang Zahir dan Yang Batin,

di tangan kekuasaan-Nyalah kebaikan, Dia menghidupkan dan mematikan (makhluk), dan adalah Dia Mahakuasa atas segala sesuatu." Rasulullah Saw. melanjutkan, bahwa barang siapa yang membaca kalimah tersebut sebanyak sepuluh kali

di waktu pagi, maka ia akan diberi sepuluh perkara yang utama. Yang pertama ialah dijaga dari godaan iblis dan bala tentaranya. Yang kedua diberi pahala satu Qintar. Yang ketiga ditinggikan baginya satu derajat di dalam surga.

Yang keempat dikawinkan dengan sebagian bidadari yang bermata jeli. Yang kelima ia selalu dikunjungi oleh dua belas malaikat. Dan yang keenam ia diberi pahala seperti pahala orang yang membaca Al-Qur'an, Taurat, Injil, dan Zabur.

Selain itu, hai Usman, baginya pahala seperti pahala orang yang berhaji yang diterima hajinya, dan pahala orang yang berumrah yang diterima umrahnya. Dan jika ia mati pada hari itu juga, maka ia dicap sebagai orang yang mati syahid.

Demikianlah bunyi hadis tersebut; dan Abu Ya'la Al-Mausuli telah meriwayatkannya melalui hadis Yahya ibnu Hammad dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal. Hadis ini garib dan di dalamnya terkandung hal yang sangat diingkari; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:


{قُلْ أَفَغَيْرَ اللَّهِ تَأْمُرُونِّي أَعْبُدُ أَيُّهَا الْجَاهِلُونَ}


Katakanlah, "Maka apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?" (Az-Zumar: 64) Para ulama menyebutkan asbabun nuzul ayat ini berdasarkan apa yang telah diriwayatkan

oleh Ibnu Abu Hatim dan lain-lainnya dari Ibnu Abbas, bahwa orang-orang musyrik yang karena kebodohannya menyeru Rasulullah Saw. untuk menyembah tuhan-tuhan mereka dan mereka baru mau menyembah Tuhannya bila beliau mau menyembah tuhan mereka. Maka turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya:


{قُلْ أَفَغَيْرَ اللَّهِ تَأْمُرُونِّي أَعْبُدُ أَيُّهَا الْجَاهِلُونَ وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ}


Katakanlah, "Maka apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?” Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu,

"Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Az-Zumar: 64-65) Ayat ini semakna dengan ayat lainnya yang menyebutkan:


{وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}


Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. (Al-An'am: 88) Adapun firman Allah Swt.:


{بَلِ اللَّهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ}


Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendak­lah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur. (Az-Zumar: 66) Maksudnya, murnikanlah penyembahan itu hanya kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya; lakukanlah hal ini olehmu dan oleh orang-orang yang mengikutimu dan membenarkanmu.

Surat Az-Zumar |39:63|

لَهُ مَقَالِيدُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۗ وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ أُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

lahuu maqooliidus-samaawaati wal-ardh, wallażiina kafaruu bi`aayaatillaahi ulaaa`ika humul-khoosiruun

Milik-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, mereka itulah orang yang rugi.

To Him belong the keys of the heavens and the earth. And they who disbelieve in the verses of Allah - it is those who are the losers.

Tafsir
Jalalain

(Kepunyaan-Nyalah kunci-kunci perbendaharaan langit dan bumi) yakni berupa air hujan tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya (Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah)

yaitu Alquran (mereka itulah orang-orang yang merugi) ayat ini berhubungan langsung dengan firman-Nya, "Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa..." (Q.S. Az-Zumar, 61)

dan ayat yang ada di antara keduanya merupakan jumlah I'tiradh atau kalimat sisipan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 63 |

penjelasan ada di ayat 62

Surat Az-Zumar |39:64|

قُلْ أَفَغَيْرَ اللَّهِ تَأْمُرُونِّي أَعْبُدُ أَيُّهَا الْجَاهِلُونَ

qul a fa ghoirollaahi ta`muruuunniii a'budu ayyuhal-jaahiluun

Katakanlah (Muhammad), "Apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, wahai orang-orang yang bodoh?"

Say, [O Muhammad], "Is it other than Allah that you order me to worship, O ignorant ones?"

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah, "Maka apakah kalian menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan") lafal Ghaira dinashabkan oleh lafal A'budu

yang juga menjadi Ma'mul dari lafal Ta-muruunnii atau Ta-muruunanii dengan memperkirakan adanya huruf An sebelumnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 64 |

penjelasan ada di ayat 62

Surat Az-Zumar |39:65|

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

wa laqod uuḥiya ilaika wa ilallażiina ming qoblik, la`in asyrokta layaḥbathonna 'amaluka wa latakuunanna minal-khoosiriin

Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, "Sungguh, jika engkau menyekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah engkau termasuk orang yang rugi.

And it was already revealed to you and to those before you that if you should associate [anything] with Allah, your work would surely become worthless, and you would surely be among the losers."

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelummu) demi Allah ("Jika kamu mempersekutukan Allah) hai Muhammad, seumpamanya (niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 65 |

penjelasan ada di ayat 62

Surat Az-Zumar |39:66|

بَلِ اللَّهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ

balillaaha fa'bud wa kum minasy-syaakiriin

Karena itu, hendaklah Allah saja yang engkau sembah dan hendaklah engkau termasuk orang yang bersyukur."

Rather, worship [only] Allah and be among the grateful.

Tafsir
Jalalain

(Karena itu, maka hendaklah Allah) saja (kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur") atas nikmat-Nya kepadamu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 66 |

penjelasan ada di ayat 62

Surat Az-Zumar |39:67|

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ

wa maa qodarulloha ḥaqqo qodrihii wal-ardhu jamii'ang qobdhotuhuu yaumal-qiyaamati was-samaawaatu mathwiyyaatum biyamiinih, sub-ḥaanahuu wa ta'aalaa 'ammaa yusyrikuun

Dan mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari Kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Dia dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka sekutukan.

They have not appraised Allah with true appraisal, while the earth entirely will be [within] His grip on the Day of Resurrection, and the heavens will be folded in His right hand. Exalted is He and high above what they associate with Him.

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya) yakni mereka tidak mengenal Allah dengan pengenalan yang sebenarnya;

atau, mereka tidak mengagungkan-Nya dengan pengagungan yang sesungguhnya sewaktu mereka menyekutukan-Nya dengan selain-Nya (padahal bumi seluruhnya)

lafal ayat ini menjadi Hal dan maksud dari lafal Jamii'an ialah bumi yang berlapis tujuh itu (dalam genggaman kekuasaan-Nya) maksudnya berada di dalam kekuasaan dan tasharuf-Nya

(pada hari kiamat dan langit digulung) dilipat menjadi satu (dengan tangan kanan-Nya) yakni dengan kekuasaan-Nya (Maha Suci dan Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan) bersama-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 67 |

Firman Allah Swt.: Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. (Az-Zumar: 67) Yakni orang-orang musyrik itu tidak menghargai Allah dengan penghargaan yang sebenarnya karena mereka telah menyembah

selain-Nya bersama Dia. Padahal Allah Mahabesar, tiada yang lebih besar daripada-Nya, lagi Mahakuasa atas segala sesuatu, Yang memiliki (menguasai) segala sesuatu, dan segala sesuatu itu berada di bawah takdir dan kekuasaan-Nya.

Mujahid mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan sikap orang-orang Quraisy. As-Saddi mengatakan, mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. Muhammad ibnu Ka'b mengatakan bahwa

seandainya mereka mengagungkan-Nya dengan pengagungan yang sebenarnya, tentulah mereka tidak mendustakan-Nya. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:

Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. (Az-Zumar: 67) Mereka adalah orang-orang kafir yang tidak beriman kepada kekuasaan Allah atas diri mereka. Maka barang siapa yang beriman bahwa

Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, berarti dia telah mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. Dan barang siapa yang tidak beriman kepada hal tersebut, berarti dia tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan

yang semestinya. Banyak hadis yang menerangkan makna ayat ini, dan cara memahami ayat seperti ini dan yang semisal dengannya ialah menurut pemahaman ulama Salaf. Yaitu memahaminya sesuai dengan apa adanya,

tetapi tanpa menggambarkannya dan tanpa menyimpangkannya. Imam Bukhari mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. (Az-Zumar: 67)

Bahwa telah menceritakan kepada kami Adam, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Mansur, dari Ibrahim, dari Ubaidah, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang menceritakan bahwa pernah datang seorang pendeta Yahudi

kepada Rasulullah Saw., lalu berkata, "Hai Muhammad, sesungguhnya kami menjumpai bahwa Allah Swt. menjadikan langit pada satu jari tangan dan bumi pada satu jari tangan lainnya, dan pepohonan pada satu jari tangan,

dan air serta manusia pada satu jari tangan, sedangkan makhluk lainnya pada satu jari tangan, lalu Allah berfirman, 'Aku adalah raja'." Maka Rasulullah Saw. tertawa sehingga gigi seri beliau kelihatan karena membenarkan

ucapan pendeta Yahudi itu, kemudian Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman­nya pada hari kiamat. (Az-Zumar: 67),

hingga akhir ayat. Imam Bukhari meriwayatkan pula di lain tempat pada kitab sahihnya, juga Imam Ahmad, Imam Muslim, Imam Turmuzi, Imam Nasai di dalam kitab tafsirnya, bagian dari kitab sunnahnya masing-masing;

semuanya melalui Sulaiman ibnu Mahran Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Ubaidah, dari Ibnu Mas'ud r.a. dengan lafaz yang semisal. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami

Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah r.a. yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepada Nabi Saw., dia berasal dari Ahli Kitab. Lalu lelaki itu bertanya, "Hai Abul Qasim, aku akan menceritakan kepadamu

bahwa Allah Swt. memikul semua makhluk di atas suatu jari, langit di atas suatu jari, bumi di atas suatu jari, dan air serta manusia di atas suatu jari." Maka Rasulullah Saw. tertawa hingga gigi serinya kelihatan; dan Allah Swt.

menurunkan firman-Nya: Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. (Az-Zumar: 67), hingga akhir ayat. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Imam Nasai melalui

berbagai jalur dari Al-A'masy dengan sanad yang sama. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnul Asyqar, telah menceritakan kepada kami Abu Kadinah, dari Ata, dari Abud Duha, dari Ibnu Abbas r.a.

yang mengatakan bahwa seorang Yahudi bersua dengan Rasulullah Saw. yang sedang duduk, lalu si Yahudi itu bertanya, "Hai Abul Qasim, bagaimanakah pendapatmu tentang suatu hari (yang pada hari itu) Allah menjadikan langit di atas ini

(seraya memperagakan dengan jari telunjuknya), dan bumi di atas ini, dan gunung-gunung di atas ini, dan semua makhluk di atas ini (pada masing-masingnya ia memperagakannya dengan jari telunjuknya)." Lalu Allah menurunkan firman-Nya:

Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. (Az-Zumar: 67), hingga akhir ayat. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi di dalam kitab tafsir, dari Abdullah ibnu Abdur Rahman Ad-Darimi,

dari Muhammad ibnus Silt, dari Abu Ja'far, dari Abu Kadinah alias Yahya ibnul Muhallab, dari Ata ibnus Sa'ib, dari Abud Duha Muslim ibnu Sabih dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini sahih garib, kami tidak mengenalnya melainkan hanya melalui jalur ini.


قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عُفَيْرٍ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ خَالِدِ بْنِ مُسَافِرٍ، عَنِ ابْنُ شِهَابٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ: أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: يَقْبِضُ اللَّهُ الْأَرْضَ، وَيَطْوِي السَّمَاءَ بِيَمِينِهِ، ثُمَّ يَقُولُ: أَنَا الْمَلِكُ، أَيْنَ مُلُوكُ الْأَرْضِ".


Kemudian Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Afir, telah menceritakan kepada kami Al-Lais, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahmah ibnu Khalid ibnu Musafir, dari Ibnu Syihab,

dari Abu Salamah ibnu Abdur Rahman, bahwa Abu Hurairah r.a. pernah mengatakan bahwa ia telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Allah menggenggam bumi dan menggulung langit dengan tangan kanan (kekuasaan)-Nya,

kemudian berfirman, "Akulah Raja, di manakah sekarang raja-raja bumi?” Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini melalui jalur ini secara tunggal. Dan Imam Muslim meriwayatkannya dari jalur lain.


قَالَ الْبُخَارِيُّ -فِي مَوْضِعٍ آخَرَ-: حَدَّثَنَا مُقَدَّم بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا عَمِّي الْقَاسِمُ بْنُ يَحْيَى، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ اللَّهَ يَقْبِضُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْأَرْضِينَ على إصبع، وتكون السموات بِيَمِينِهِ، ثُمَّ يَقُولُ: أَنَا الْمَلِكُ".


Imam Bukhari di tempat yang lain mengatakan, telah menceritakan kepada kami Miqdam ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami pamanku Al-Qasim ibnu Yahya, dari Ubaidillah, dari Nafi', dari Ibnu Umar r.a., dari Rasulullah Saw.

yang telah bersabda: Sesungguhnya Allah Swt. menggenggam bumi pada hari kiamat dengan satu jari tangan-Nya, dan langit dengan tangan kanan-Nya. Kemudian Dia berfirman, "Akulah Raja." Imam Bukhari melalui jalur ini

telah meriwayatkannya secara tunggal pula; dan Imam Muslim meriwayatkannya melalui jalur lain. Imam Ahmad telah meriwayatkan hadis ini melalui jalur lain dengan lafaz yang lebih panjang daripada ini. Untuk itu ia mengatakan:


حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، أَخْبَرَنَا إِسْحَاقُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ مِقْسَمٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ ذَاتَ يَوْمٍ عَلَى الْمِنْبَرِ: {وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالأرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّموَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ} وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ هَكَذَا بِيَدِهِ، يُحَرِّكُهَا يُقْبِلُ بِهَا وَيُدْبِرُ: "يُمَجِّدُ الرَّبُّ نفسه: أنا الجبار، أنا المتكبر، أنا الْمَلِكُ، أَنَا الْعَزِيزُ، أَنَا الْكَرِيمُ". فَرَجَفَ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمِنْبَرُ حَتَّى قُلْنَا: لَيَخِرَّن بِهِ.


telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Abdullah ibnu AbuTalhah, dari Ubaidillah ibnu Miqsam, dari Ibnu Umar r.a. yang mengatakan

bahwa Rasulullah Saw. pada suatu hari membaca ayat ini di atas mimbarnya, yaitu firman-Nya: Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat

dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Tuhan dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (Az-Zumar: 67) Dan Rasulullah Saw. memperagakannya dengan tangannya seraya menggerakkannya ke arah depan

dan ke belakang, lalu bersabda: Tuhan memuji diri-Nya sendiri, "Akulah Tuhan Yang Mahaperkasa, Akulah Tuhan Yang Mahabesar, Akulah Raja, Akulah Tuhan Yang Mahamulia.” Maka mimbar bergetar menggoyangkan Rasulullah Saw.

sehingga kami mengira mimbar itu akan terbalik menjungkalkan Rasulullah Saw. (karena kuatnya getaran). Imam Muslim dan Imam Nasai serta Imam Ibnu Majah telah meriwayatkan hadis ini melalui Abdul Aziz ibnu Abu Hazim;

Imam Mus­lim dan Ya'qub ibnu Abdur Rahman menambahkan, dari Abu Hazim, dari Ubaidillah ibnu Miqsam, dari Ibnu Umar r.a. dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal. Menurut lafaz Imam Muslim, dari Ubaidillah ibnu Miqsam,

sehubungan dengan hadis ini disebutkan bahwa ia memandang Abdullah ibnu Umar r.a. untuk melihat bagaimana Nabi Saw. memperagakannya. Disebutkan bahwa Allah Swt. mengambil langit dan bumi dengan tangan-Nya, lalu berfirman,

"Akulah Raja." Dan Nabi Saw. menggenggamkan jari jemarinya, lalu membukanya seraya bersabda, "Akulah Raja," sehingga aku (Ibnu Umar r.a.) melihat mimbar yang dinaiki Nabi Saw. seakan-akan bergerak-gerak dimulai dari bagian bawahnya, hingga aku mengira bahwa apakah mimbar akan terjatuh bersama Rasulullah Saw.


قَالَ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ سَيْفٍ ، حَدَّثَنَا أَبُو عَلِيٍّ الْحَنَفِيُّ، حَدَّثَنَا عَبَّادٌ المنْقرَي، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُنْكَدِرِ قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا] ، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ عَلَى الْمِنْبَرِ: {وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ} حَتَّى بَلَغَ: {سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ} ، فَقَالَ الْمِنْبَرُ هَكَذَا، فَجَاءَ وَذَهَبَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ


Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Saif, telah menceritakan kepada kami Abu Ali Al-Hanafi, telah menceritakan kepada kami Abbad Al-Minqari, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnul Munkadir

yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Umar r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. membaca ayat berikut di atas mimbar, yaitu firman-Nya: Dan mereka tidak mengagungkan Allah

dengan pengagungan yang semestinya. (Az-Zumar: 67) sampai dengan firman-Nya: Mahasuci Tuhan dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (Az-Zumar: 67) Maka mimbar yang dinaiki oleh beliau Saw.

itu bergerak sebanyak tiga kali; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Imam Al-Hafiz Abul Qasim alias ImamTabrani telah meriwayatkannya melalu hadis Ubaid ibnu Umair, dari Abdullah ibnu Amr r.a. dan Imam Tabrani mengatakan bahwa hadis ini sahih. ImamTabrani di dalam kitab Al-Mu jamui Kabir-nya mengatakan:


حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مُعَاوِيَةَ العُتْبي، حَدَّثَنَا حَيَّانُ بْنُ نَافِعِ بْنِ صَخْرِ بْنِ جُوَيْرِيَّةَ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ سَالِمٍ الْقَدَّاحُ، عَنْ مَعْمَرِ بْنِ الْحَسَنِ، عَنْ بَكْرِ بْنِ خُنَيْس، عَنْ أَبِي شَيْبَةَ، عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ، عَنْ جَرِيرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم لِنَفِرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ: "إِنِّي قَارِئٌ عَلَيْكُمْ آيَاتٍ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الزُّمَرِ، فَمَنْ بَكَى مِنْكُمْ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ"؟ فَقَرَأَهَا مِنْ عِنْدِ قَوْلِهِ: {وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ} ، إِلَى آخِرِ السُّورَةِ، فَمِنَّا مَنْ بَكَى، وَمِنَّا مَنْ لَمْ يَبْكِ، فَقَالَ الَّذِينَ لَمْ يَبْكُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ لَقَدْ جَهِدْنَا أَنْ نَبْكِيَ فَلَمْ نَبْكِ؟ فَقَالَ: "إِنِّي سَأَقْرَؤُهَا عَلَيْكُمْ فَمَنْ لَمْ يَبْكِ فَلْيَتَبَاكَ".


telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mu'awiyah Al-Atabi, telah menceritakan kepada kami Hassan ibnu Nafi', dari Sakhr ibnu Juwairiyah, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Salim Al-Qaddah, dari Ma'mar ibnul Hasan,

dari Bakr ibnu Khunais, dari Abu Syaibah, dari Abdul Malik ibnu Umair, dari Jarir r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda kepada sejumlah orang dari sahabatnya: Sesungguhnya aku akan membacakan kepada kalian

beberapa ayat dari akhir surat Az-Zumar, maka barang siapa di antara kalian yang menangis (karena mendengarnya), dipastikan baginya surga. Lalu Rasulullah Saw. membaca firman-Nya mulai dari: Dan mereka tidak mengagungkan Allah

dengan pengagungan yang semestinya. (Az-Zumar: 67) hingga akhir surat. Maka di antara kami ada yang menangis, ada pula yang tidak menangis. Lalu orang-orang yang tidak menangis berkata, "Wahai Rasulullah,

sesungguhnya kami telah berusaha sekuat tenaga untuk menangis, tetapi tidak mau menangis juga." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya aku akan membacakannya kembali kepada kalian, maka barang siapa

yang tidak dapat menangis, hendaklah ia berpura-pura menangis. Hadis ini garib (aneh) sekali, dan lebih aneh lagi adalah apa yang diriwayatkan oleh Imam Tabrani pula di dalam kitab Mu’jamul Kabir­nya. Yaitu:


حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ مُرْثَد، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عَيَّاشٍ، حَدَّثَنِي أَبِي، حَدَّثَنِي ضَمْضَمُ بْنُ زُرْعَةَ، عَنْ شُرَيْحِ بْنِ عُبَيْدٍ، عَنْ أبي مالك الْأَشْعَرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ: ثَلَاثُ خِلَالٍ غَيَّبتُهُنَّ عَنْ عِبَادِي، لَوْ رَآهُنَّ رَجُلٌ مَا عَمِلَ سُوءًا أَبَدًا: لَوْ كَشَفْتُ غِطَائِي فرآني حتى نستيقن وَيَعْلَمَ كَيْفَ أَفْعَلُ بِخَلْقِي إِذَا أَتَيْتُهُمْ، وَقَبَضْتُ السموات بِيَدِي، ثُمَّ قَبَضْتُ الْأَرْضَ وَالْأَرْضِينَ، ثُمَّ قُلْتُ: أَنَا الْمَلِكُ، مَنْ ذَا الَّذِي لَهُ الْمُلْكُ دُونِي؟ ثُمَّ أَرَيْتُهُمُ الْجَنَّةَ وَمَا أَعْدَدْتُ لَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ خَيْرٍ، فَيَسْتَيْقِنُوهَا. وَأُرِيهِمُ النَّارَ وَمَا أَعْدَدْتُ لَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ فَيَسْتَيْقِنُوهَا، وَلَكِنْ عَمْدًا غَيَّبْتُ ذَلِكَ عَنْهُمْ لِأَعْلَمَ كَيْفَ يَعْمَلُونَ، وَقَدْ بَيَّنْتُهُ لَهُمْ"


telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnu Murtsad, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail ibnu Iyasy, telah menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan kepadaku Damdam ibnu Zur'ah, dari Syuraih ibnu Ubaid,

dari Abu Malik Al-Asy'ari yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah Swt. berfirman, "Ada tiga perkara yang sengaja Aku sembunyikan dari hamba-hamba-Ku; seandainya seseorang melihatnya,

tentulah dia tidak akan melakukan suatu keburukan pun selamanya. Dan seandainya Aku singkapkan tabir penutup-Ku, lalu ia melihat-Ku, tentulah ia merasa yakin dan mengetahui bagaimana yang Aku lakukan terhadap makhluk-Ku.

Yaitu ketika Aku datangkan mereka dan Aku genggam langit dengan tangan-Ku, kemudian Aku genggam pula bumi, lalu Aku berfirman, 'Akulah Raja, tiada yang memiliki kerajaan selain Aku.' Sekiranya Kuperlihatkan kepada mereka surga

dan semua kebaikan yang telah Kusediakan buat mereka di dalamnya, maka barulah mereka meyakininya. Dan seandainya Aku perlihatkan kepada mereka neraka dan semua keburukan yang ada di dalamnya yang telah Kusediakan bagi mereka,

maka barulah mereka meyakininya. Tetapi sengaja Aku menyembunyikan semuanya itu dari mereka agar Aku dapat mengetahui (secara nyata) apakah yang akan dikerjakan oleh mereka; dan Aku telah menjelaskannya kepada mereka.”

Sanad hadis ini mutaqarib (yang mempunyai banyak kemiripan) yang melaluinya sejumlah hadis yang cukup banyak diriwayatkan; hanya Allah­lah Yang Maha Mengetahui.

Surat Az-Zumar |39:68|

وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ۖ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَىٰ فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ

wa nufikho fish-shuuri fa sho'iqo man fis-samaawaati wa man fil-ardhi illaa man syaaa`alloh, ṡumma nufikho fiihi ukhroo fa iżaa hum qiyaamuy yanzhuruun

Dan sangkakala pun ditiup maka matilah semua (makhluk) yang di langit dan di bumi kecuali mereka yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sekali lagi (sangkakala itu) maka seketika itu mereka bangun (dari kuburnya) menunggu (keputusan Allah).

And the Horn will be blown, and whoever is in the heavens and whoever is on the earth will fall dead except whom Allah wills. Then it will be blown again, and at once they will be standing, looking on.

Tafsir
Jalalain

(Dan ditiuplah sangkakala) pada tiupan yang pertama (maka matilah) artinya mati mendadaklah (siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah)

yaitu para bidadari, para pelayan surga dan selain keduanya. (Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka) yakni semua makhluk yang telah mati itu (berdiri seraya menunggu) apa yang bakal diputuskan terhadap diri mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 68 |

Tafsir ayat 68-70

Allah Swt. menceritakan tentang kengerian yang terjadi pada hari kiamat berikut terjadinya tanda-tanda kekuasaan Allah yang besar dan gempa yang dahsyat. Firman Allah Swt.:


{وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ إِلا مَنْ شَاءَ اللَّهُ}


Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. (Az-Zumar: 68) Ini adalah tiupan yang kedua, yaitu tiupan yang sesudahnya semua makhluk hidup yang ada di langit

dan yang ada di bumi mati, kecuali orang yang dikehendaki Allah tidak terpengaruh karenanya, sebagaimana yang dijelaskan di dalam hadis sangkakala yang terkenal itu. Kemudian semua roh dicabut sehingga yang paling akhir mati

adalah malaikat maut, sehingga Yang Hidup hanyalah Tuhan Yang Mahakekal Yang terus-menerus mengurus makhluk-Nya; Dialah Yang Mahapertama yang tiada awalnya dan Yang Mahaakhir yang tiada akhirnya, kemudian Dia berfirman:


{لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ}


Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? (Al-Mu’min: 16) sebanyak tiga kali. Kemudian Allah Swt. menjawab sendiri pertanyaan­-Nya itu:


{لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ}


Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (Al-Mu’min: 16) Yakni hanya Aku sematalah Yang mengalahkan segala sesuatu, dan Aku telah putuskan fana terhadap segala sesuatu. Kemudian Allah menghidupkan makhluk-Nya,

dan yang mula-mula Dia hidupkan adalah Malaikat Israfil, lalu Dia memerintahkan kepadanya agar melakukan tiupan lain pada sangkakala, yaitu tiupan yang ketiga alias tiupan berbangkit. Allah Swt. telah berfirman:


{ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ}


Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). (Az-Zumar: 68) Yaitu mereka menjadi hidup kembali yang sebelumnya masih berupa tulang belulang

yang telah hancur berantakan, lalu mereka menyaksikan kengerian-kengerian yang terjadi di hari kiamat. Seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:


{فَإِنَّمَا هِيَ زَجْرَةٌ وَاحِدَةٌ فَإِذَا هُمْ بِالسَّاهِرَةِ}


Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja, maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi. (An-Nazi'at: 13-14)


{يَوْمَ يَدْعُوكُمْ فَتَسْتَجِيبُونَ بِحَمْدِهِ وَتَظُنُّونَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا قَلِيلا}


yaitu pada hari Dia memanggil kalian, lalu kalian mematuhi­nya sambil memuji-Nya dan kalian mengira bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja. (Al-Isra: 52) Dan firman Allah Swt.:


{وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ تَقُومَ السَّمَاءُ وَالأرْضُ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِذَا دَعَاكُمْ دَعْوَةً مِنَ الأرْضِ إِذَا أَنْتُمْ تَخْرُجُونَ}


Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan kehendak-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur). (Ar-Rum: 25)


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ سَالِمٍ قَالَ: سمعت يَعْقُوبَ بْنَ عَاصِمِ بْنِ عُرْوَةَ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَجُلًا قَالَ لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو: إِنَّكَ تَقُولُ: السَّاعَةُ تَقُومُ إِلَى كَذَا وَكَذَا؟ قَالَ: لَقَدْ هَمَمْتُ أَلَّا أُحَدِّثَكُمْ شَيْئًا، إِنَّمَا قُلْتُ: سَتَرَوْنَ بَعْدَ قَلِيلٍ أَمْرًا عَظِيمًا. ثُمَّ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَخْرُجُ الدَّجَّالُ فِي أُمَّتِي، فَيَمْكُثُ فِيهِمْ أَرْبَعِينَ-لَا أَدْرِي أَرْبَعِينَ يَوْمًا أَوْ أَرْبَعِينَ عَامًا أَوْ أَرْبَعِينَ شَهْرًا أَوْ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً -فَيَبْعَثُ اللَّهُ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ، كَأَنَّهُ عُرْوَةُ بْنُ مَسْعُودٍ الثَّقَفِيُّ، فَيَظْهَرُ فَيُهْلِكُهُ اللَّهُ. ثُمَّ يَلْبَثُ النَّاسُ بَعْدَهُ سِنِينَ سَبْعًا لَيْسَ بَيْنَ اثْنَيْنِ عَدَاوَةٌ، ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّهُ رِيحًا بَارِدَةً مِنْ قِبَلِ الشَّامِ، فَلَا يَبْقَى أَحَدٌ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ إِيمَانٍ إِلَّا قَبَضَتْهُ، حَتَّى لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ كَانَ فِي كَبِدِ جَبَلٍ لَدَخَلَتْ عَلَيْهِ". قَالَ: سَمِعْتُهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ فِي خِفَّةِ الطَّيْرِ، وَأَحْلَامِ السِّبَاعِ، لَا يَعْرِفُونَ مَعْرُوفًا، وَلَا يُنْكِرُونَ مُنْكَرًا". قَالَ: "فَيَتَمَثَّلُ لَهُمُ الشَّيْطَانُ فَيَقُولُ: أَلَا تَسْتَجِيبُونَ؟ فَيَأْمُرُهُمْ بِالْأَوْثَانِ فَيَعْبُدُونَهَا، وَهُمْ فِي ذَلِكَ دَارَّةٌ أَرْزَاقُهُمْ، حَسَنٌ عَيْشُهُمْ. ثُمَّ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَلَا يَسْمَعُهُ أَحَدٌ إِلَّا أَصْغَى لَهُ، وَأَوَّلُ مَنْ يَسْمَعُهُ رَجُلٌ يَلُوطُ حَوْضَهُ، فَيُصْعَقُ، ثُمَّ لَا يَبْقَى أَحَدٌ إِلَّا صُعِقَ. ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّهُ -أَوْ: يُنْزِلُ اللَّهُ مَطَرًا كَأَنَّهُ الطَّلُّ-أَوِ الظِّلُّ شَكَّ نُعْمَانُ -فَتَنْبُتُ مِنْهُ أَجْسَادُ النَّاسِ. ثُمَّ يُنْفَخُ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ، ثُمَّ يُقَالُ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ، هَلُمُّوا إِلَى رَبِّكُمْ: {وَقِفُوهُمْ إِنَّهُمْ مَسْئُولُونَ} [الصَّافَّاتِ:24] ، قَالَ: "ثُمَّ يُقَالُ: أَخْرِجُوا بَعْثَ النَّارِ". قَالَ: "فَيُقَالُ: كَمْ؟ فَيُقَالُ: مِنْ كُلِّ أَلْفٍ تِسْعَمِائَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ فَيَوْمَئِذٍ تُبْعَثُ الْوِلْدَانُ شِيبًا، وَيَوْمَئِذٍ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari An-Nu'man ibnu Salim yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ya'qub ibnu Asim ibnu Urwah ibnu Mas'ud

mengatakan bahwa ia pernah mendengar seorang lelaki bertanya kepada Abdullah ibnu Amr r.a., "Sesungguhnya engkau mengatakan bahwa hari kiamat itu terjadinya sampai ada anu dan anu." Abdullah ibnu Amr menjawab,

"Sesungguhnya aku telah berniat tidak akan menceritakan kepada kalian sesuatu pun tentangnya. Sesungguhnya yang pernah kukatakan hanyalah bahwa kelak tidak lama lagi kalian akan menyaksikan peristiwa yang besar."

Kemudian Abdullah ibnu Amr r.a. melanjutkan, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Dajjal akan muncul di kalangan umatku dan tinggal di kalangan mereka selama empat puluh —perawi tidak ingat apakah yang dimaksud empat puluh hari,

atau empat puluh bulan, atau empat puluh tahun, ataukah empat puluh malam— Lalu Allah Swt. mengirimkan Isa putra Maryam a.s. seakan-akan rupanya seperti Urwah ibnu Mas'ud As- Saqafi, lalu Isa mengalahkan Dajjal dan Allah Swt.

membinasakannya. Setelah itu manusia tinggal selama tujuh tahun sesudah Isa, tanpa ada suatu persengketaan pun di antara dua orang. Kemudian Allah mengirimkan suatu angin yang sejuk dari arah Syam, maka tiada seorang pun

yang di dalam kalbunya terdapat iman sebesar zarrah pun melainkan angin itu mencabut nyawanya. Hingga sekalipun seseorang dari mereka sedang berada di dalam sebuah gunung, niscaya angin itu menyusup ke dalamnya dan mengenainya.

Abdullah ibnu Amr menegaskan bahwa ia mendengarnya dari Rasulullah Saw., lalu ia melanjutkan: Dan yang tertinggal adalah orang-orang yang jahat saja, gerakan mereka sangat ringan seperti burung dan pikiran mereka seperti serigala;

mereka tidak mengenal hal yang makruf dan tidak mengingkari hal yang mungkar. Abdullah ibnu Amr melanjutkan: Maka setan menampakkan dirinya kepada mereka, lalu berkata, "Ingatlah, kalian harus mengikuti perintahku!"

Lalu setan memerintahkan kepada mereka untuk menyembah berhala, maka mereka menyembahnya. Sedangkan mereka yang dalam keadaan demikian itu rezeki mereka berlimpah dan penghidupan mereka membaik. Kemudian ditiuplah

sangkakala, maka tiada seorang pun yang mendengarnya melainkan langsung mati saat itu juga dalam keadaan apa pun. Dan mula-mula orang yang mendengarnya adalah seorang lelaki yang sedang memlester kolamnya, maka ia mati.

Dan tiada seorang pun melainkan mati. Kemudian Allah Swt. mengirimkan atau menurunkan hujan yang rintik-rintik atau hujan lebat —An-Nu'man alias perawi ragu—. Maka muncullah karenanya jasad-jasad manusia.

Kemudian sangkakala ditiup lagi, maka dengan serta merta mereka berdiri melihat. Kemudian dikatakan, "Hai manusia, kemarilah kalian menghadap kepada Tuhan kalian, dan berhentikanlah mereka, sesungguhnya mereka akan dimintai

pertanggungjawabannya." Abdullah ibnu Amr melanjutkan: Kemudian dikatakan (kepada para malaikat), "Bangkitkanlah golongan orang-orang yang masuk neraka!" Ditanyakan, "Berapa jumlah mereka?” Dijawab, "Dari setiap seribu orang

adalah sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang.” Maka pada hari itu anak-anak dibangkitkan dalam keadaan beruban, dan pada hari itu betis disingkapkan. Imam Muslim di dalam kitab sahihnya meriwayatkan hadis ini secara munfarid (tunggal). Hadis Abu Hurairah r.a.


قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصِ بْنِ غِيَاثٍ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا صَالِحٍ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "بَيْنَ النَّفْخَتَيْنِ أَرْبَعُونَ". قَالُوا: يَا أَبَا هُرَيْرَةَ، أَرْبَعُونَ يَوْمًا؟ قَالَ: أَبَيْتُ، قَالُوا: أَرْبَعُونَ سَنَةً؟ قَالَ: أبي، قَالُوا: أَرْبَعُونَ شَهْرًا؟ قَالَ: أَبَيْتُ، وَيَبْلَى كُلُّ شَيْءٍ مِنَ الْإِنْسَانِ إِلَّا عَجْبُ ذَنَبِهِ فِيهِ يُرَكَّبُ الْخَلْقُ


Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Hafs ibnu Gayyas, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar

Abu Saleh mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah r.a. menceritakan hadis berikut dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Tenggang masa di antara dua tiupan adalah empat puluh. Mereka bertanya, "Hai Abu Hurairah,

apakah empat puluh hari?" Abu Hurairah menjawab, "Saya tidak mau mengatakannya." Mereka bertanya, "Apakah empat puluh tahun?" Abu Hurairah menjawab, "Aku tidak mau mengatakannya." Mereka bertanya, "Hai Abu Hurairah,

apakah empat puluh bulan?" Abu Hurairah menjawab, "Aku tidak mau mengatakannya. Dan segala sesuatu dari manusia itu hancur kecuali tulang ekornya, karena darinya manusia diciptakan kembali."


قَالَ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مَعِينٍ، حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "سَأَلْتُ جِبْرِيلَ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، عَنْ هَذِهِ الْآيَةِ: {وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ إِلا مَنْ شَاءَ اللَّهُ} مَنِ الَّذِينَ لَمْ يَشَأِ اللَّهُ أَنْ يَصْعَقَهُمْ؟ قَالَ: هُمُ الشُّهَدَاءُ، مُقَلِّدُونَ أَسْيَافَهُمْ حَوْلَ عَرْشِهِ، تَتَلَقَّاهُمْ مَلَائِكَةُ يَوْمِ الْقِيَامَةِ إِلَى الْمَحْشَرِ بِنَجَائِبَ مِنْ يَاقُوتٍ نِمَارُهَا أَلْيَنُ مِنَ الْحَرِيرِ، مَدُّ خُطَاهَا مَدُّ أَبْصَارِ الرِّجَالِ، يَسِيرُونَ فِي الْجَنَّةِ يَقُولُونَ عِنْدَ طُولِ النُّزْهَةِ: انْطَلَقُوا بِنَا إِلَى رَبِّنَا، عَزَّ وَجَلَّ، لِنَنْظُرَ كَيْفَ يَقْضِي بَيْنَ خَلْقِهِ، يَضْحَكُ إِلَيْهِمْ إِلَهِي، وَإِذَا ضَحِكَ إِلَى عَبْدٍ فِي مَوْطِنٍ فلا حساب عليه".


Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Mu'in, telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Iyasy, dari Umar ibnu Muhammad, dari Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya,

dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda bahwa beliau pernah bertanya kepada Jibril a.s. tentang firman-Nya: Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah.

(Az-Zumar: 68) Siapakah yang dimaksud dengan orang-orang yang dikecualikan oleh Allah Swt. dalam ayat ini bahwa mereka tidak mati? Maka Jibril a.s. menjawab: Mereka adalah para syuhada yang menyandang pedang-pedang mereka

berada di sekitar 'Arasy; para malaikat menjemput mereka pada hari kiamat untuk dibawa ke padang mahsyar dengan unta kendaraan dari Yaqut yang pelarianya lebih lembut daripada kain sutra, panjang langkahnya sama

dengan sejauh jarak mata memandang; mereka berjalan di dalam surga seraya mengatakan dalam pesiarnya itu, "Marilah kita berangkat menuju kepada Tuhan kita, kita akan menyaksi­kan bagaimana Tuhan kita memutuskan perkara

di antara makhluk-Nya.” Tuhanku tertawa (rida) kepada mereka; dan apabila Tuhanku rida kepada seseorang hamba di suatu tempat, maka tidak ada hisab (perhitungan amal perbuatan) baginya.

Semua perawi hadis ini berpredikat siqah kecuali gurunya Ismail ibnu Iyasy, karena orangnya tidak dikenal. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:


{وَأَشْرَقَتِ الأرْضُ بِنُورِ رَبِّهَا}


Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya. (Az-Zumar: 69) Yakni hari kiamat menjadi terang benderang manakala Allah Swt. me­nampakkan diri-Nya untuk memutuskan peradilan di antara makhluk-Nya.


{وَوُضِعَ الْكِتَابُ}


dan diberikanlah buku (amal perbuatan masing-masing). (Az-Zumar: 69) Qatadah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kitab ialah buku catatan amal perbuatan masing-masing orang.


{وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ}


dan didatangkanlah para nabi. (Az-Zumar: 69) Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa para nabi itu menyatakan persaksiannya terhadap umatnya masing-masing, bahwa mereka telah menyampaikan risalah-risalah Allah Swt. kepada umatnya masing-masing.


{وَالشُّهَدَاءِ}


dan saksi-saksi. (Az-Zumar: 69) Yakni dari kalangan para malaikat pencatat amal perbuatan semua hamba, baik amal yang baik ataupun amal yang buruk.


{وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ}


dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil. (Az-Zumar: 69) Yang dimaksud dengan hak dalam ayat ini ialah adil.


{وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ}


sedangkan mereka tidak dirugikan. (Az-Zumar: 69) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ}


Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkannya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan. (Al-Anbiya: 47) Dan firman Allah Swt.:


{وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا}


Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah; dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. (An-Nisa: 40) Karena itulah disebutkan dalam surat ini melalui firman-Nya:


{وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ}


Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya. (Az-Zumar: 70) Yaitu amalan baik dan amalan buruknya.


{وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَا يَفْعَلُونَ}


dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan. (Az-Zumar: 70)

Surat Az-Zumar |39:69|

وَأَشْرَقَتِ الْأَرْضُ بِنُورِ رَبِّهَا وَوُضِعَ الْكِتَابُ وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَدَاءِ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

wa asyroqotil-ardhu binuuri robbihaa wa wudhi'al-kitaabu wajiii`a bin-nabiyyiina wasy-syuhadaaa`i wa qudhiya bainahum bil-ḥaqqi wa hum laa yuzhlamuun

Dan bumi (Padang Mahsyar) menjadi terang-benderang dengan cahaya (keadilan) Tuhannya, dan buku-buku (perhitungan perbuatan mereka) diberikan (kepada masing-masing), nabi-nabi dan saksi-saksi pun dihadirkan lalu diberikan keputusan di antara mereka secara adil, sedang mereka tidak dirugikan.

And the earth will shine with the light of its Lord, and the record [of deeds] will be placed, and the prophets and the witnesses will be brought, and it will be judged between them in truth, and they will not be wronged.

Tafsir
Jalalain

(Dan terang-benderanglah bumi) menjadi terang benderanglah ia (dengan Nur Rabbnya) sewaktu Dia menampilkan kekuasaan-Nya untuk memutuskan perkara peradilan di antara makhluk-Nya

(dan diberikanlah kitab) yakni buku catatan amal perbuatan untuk menjalani perhitungan (dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi) yaitu Nabi Muhammad saw.

dan umatnya untuk memberikan persaksian, bahwa para rasul benar-benar telah menyampaikan risalah-Nya (dan diberi keputusan di antara mereka dengan hak) yakni secara adil (sedangkan mereka tidak dirugikan) barang sedikit pun.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 69 |

penjelasan ada di ayat 68

Surat Az-Zumar |39:70|

وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَا يَفْعَلُونَ

wa wuffiyat kullu nafsim maa 'amilat wa huwa a'lamu bimaa yaf'aluun

Dan kepada setiap jiwa diberi balasan dengan sempurna sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan.

And every soul will be fully compensated [for] what it did; and He is most knowing of what they do.

Tafsir
Jalalain

(Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa apa yang telah dikerjakannya) yakni balasannya (dan Dia lebih mengetahui) (apa yang mereka kerjakan) maka Dia tidak membutuhkan saksi lagi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 70 |

penjelasan ada di ayat 68

Surat Az-Zumar |39:71|

وَسِيقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَىٰ جَهَنَّمَ زُمَرًا ۖ حَتَّىٰ إِذَا جَاءُوهَا فُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَتْلُونَ عَلَيْكُمْ آيَاتِ رَبِّكُمْ وَيُنْذِرُونَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَٰذَا ۚ قَالُوا بَلَىٰ وَلَٰكِنْ حَقَّتْ كَلِمَةُ الْعَذَابِ عَلَى الْكَافِرِينَ

wa siiqollażiina kafaruuu ilaa jahannama zumaroo, ḥattaaa iżaa jaaa`uuhaa futiḥat abwaabuhaa wa qoola lahum khozanatuhaaa a lam ya`tikum rusulum mingkum yatluuna 'alaikum aayaati robbikum wa yunżiruunakum liqooo`a yaumikum haażaa, qooluu balaa wa laakin ḥaqqot kalimatul-'ażaabi 'alal-kaafiriin

Orang-orang yang kafir digiring ke Neraka Jahanam secara berombongan. Sehingga apabila mereka sampai kepadanya (neraka) pintu-pintunya dibukakan dan penjaga-penjaga berkata kepada mereka, "Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul dari kalangan kamu yang membacakan ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan (dengan) harimu ini?" Mereka menjawab, "Benar, ada," tetapi ketetapan azab pasti berlaku terhadap orang-orang kafir.

And those who disbelieved will be driven to Hell in groups until, when they reach it, its gates are opened and its keepers will say, "Did there not come to you messengers from yourselves, reciting to you the verses of your Lord and warning you of the meeting of this Day of yours?" They will say, "Yes, but the word of punishment has come into effect upon the disbelievers.

Tafsir
Jalalain

(Dan orang-orang kafir dibawa) dengan secara keras dan paksa (ke neraka Jahanam berombong-rombongan) secara bergelombang lagi terpisah-pisah.

(Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya) ayat ini menjadi Jawab dari lafal Idzaa (dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya,

"Apakah belum pernah datang kepada kalian rasul-rasul di antara kalian yang membacakan kepada kalian ayat-ayat Rabb kalian) yakni Alquran dan kitab-kitab lainnya

(dan memperingatkan kepada kalian akan pertemuan dengan hari ini" Mereka menjawab, "Benar telah datang." Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab) yakni sebagaimana yang diungkapkan oleh firman-Nya yang lain,

' yaitu, "Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka Jahanam..." (Q.S. As-Sajdah, 13) (terhadap orang-orang yang kafir).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 71 |

Tafsir ayat 71-72

Allah Swt. menceritakan keadaan orang-orang yang celaka, yaitu orang-orang kafir, bagaimana mereka digiring ke dalam neraka. Sesungguhnya mereka digiring dengan kejam dan dihardik dengan hardikan yang sangat keras, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{يَوْمَ يُدَعُّونَ إِلَى نَارِ جَهَنَّمَ دَعًّا}


pada hari mereka didorong ke neraka Jahanam dengan sekuat-kuatnya. (At-Thur: 13) Yakni mereka didorong ke dalam neraka dengan keras, sedangkan mereka dalam keadaan kehausan. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{يَوْمَ نَحْشُرُ الْمُتَّقِينَ إِلَى الرَّحْمَنِ وَفْدًا وَنَسُوقُ الْمُجْرِمِينَ إِلَى جَهَنَّمَ وِرْدًا}


(Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat, dan Kami menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahanam dalam keadaan dahaga.

(Maryam: 85-86) Selain itu mereka dalam keadaan bisu, tuli, dan buta; di antara mereka ada yang berjalan dengan mukanya (kepala di bawah), seperti yang disebutkan dalam firman-Nya:


{وَنَحْشُرُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى وُجُوهِهِمْ عُمْيًا وَبُكْمًا وَصُمًّا مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ كُلَّمَا خَبَتْ زِدْنَاهُمْ سَعِيرًا}


Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu, dan pekak. Tempat kediaman mereka adalah neraka Jahanam. Tiap-tiap kali nyala api Jahanam itu akan padam, Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya. (Al-Isra: 97) Adapun firman Allah Swt.:


{حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا فُتِحَتْ أَبْوَابُهَا}


Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya. (Az-Zumar: 71) Yakni begitu mereka sampai di neraka, maka dengan cepat pintu-pintunya telah terbuka untuk mempercepat proses penyiksaan mereka.

Kemudian para penjaga neraka dari kalangan Malaikat Zabaniyah yang sikapnya sangat kasar, galak, lagi bengis berkata kepada mereka dengan nada mengecam, mencemoohkan, dan mencela mereka:


{أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ}


Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di antaramu. (Az-Zumar: 71) Yaitu dari kalangan kamu sendiri, sehingga kamu dapat berbicara dengan mereka dan mengambil manfaat dari mereka.


{يَتْلُونَ عَلَيْكُمْ آيَاتِ رَبِّكُمْ}


yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu. (Az-Zumar: 71) Maksudnya, menegakkan hujah-hujah atas kalian, juga mengemukakan bukti-bukti yang membenarkan apa yang mereka serukan kepada kalian.


{وَيُنْذِرُونَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا}


dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini? (Az-Zumar: 71) Yakni memperingatkan kepada kalian akan buruknya hari ini. Maka orang-orang yang kafir itu berkata kepada para malaikat penjaga neraka:


{بَلَى}


Benar (telah datang). (Az-Zumar: 71) Benar mereka telah datang kepada kami, telah memberikan peringatan kepada kami, dan telah menegakkan kepada kami hujah-hujah dan bukti-bukti dari Tuhannya.


{وَلَكِنْ حَقَّتْ كَلِمَةُ الْعَذَابِ عَلَى الْكَافِرِينَ}


Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir. (Az-Zumar: 71) Artinya, tetapi kami mendustakan mereka dan menentang mereka karena telah ditetapkan atas diri kami kecelakaan yang berhak kami terima,

sebab kami menyimpang dari jalan yang hak menuju jalan yang batil. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain yang menceritakan perihal mereka:


{كُلَّمَا أُلْقِيَ فِيهَا فَوْجٌ سَأَلَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيرٌ قَالُوا بَلَى قَدْ جَاءَنَا نَذِيرٌ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نزلَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلا فِي ضَلالٍ كَبِيرٍ وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ}


Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka, "Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?” Mereka menjawab, "Benar ada,

sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakannya) dan kami katakan, 'Allah tidak menurunkan sesuatu pun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar'.” Dan mereka berkata,

"Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Al-Mulk: 8-10) Yakni mereka mencela dirinya sendiri, kemudian dalam firman berikutnya disebutkan:


{فَاعْتَرَفُوا بِذَنْبِهِمْ فَسُحْقًا لأصْحَابِ السَّعِيرِ}


Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. (Al-Mulk: 11) Maksudnya, terkutuklah mereka karena dijauhkan dari rahmat-Nya dan amat merugilah mereka. Firman Allah Swt.:


{قِيلَ ادْخُلُوا أَبْوَابَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا}


Dikatakan (kepada mereka), "Masukilah pintu-pintu neraka Jahanam itu, sedangkan kamu kekal di dalamnya.” (Az-Zumar: 72) Yakni setiap orang yang melihat mereka dan mengetahui keadaan mereka (selama di dunia)

tentu akan bersaksi terhadap mereka bahwa mereka benar-benar berhak mendapat azab itu. Karenanya ucapan ini tidak disebut­kan sumber tertentunya, bahkan dimutlakkan untuk menunjukkan bahwa kenyataan telah menyaksikan

terhadap mereka bahwa mereka berhak mendapat azab tersebut, sebagai keputusan dari Yang Mahaadil lagi Maha Mengetahui tentang mereka. Karenanya disebutkan oleh firman-Nya: Dikatakan (kepada mereka),

"Masukilah pintu-pintu neraka Jahanam itu, sedangkan kamu kekal di dalamnya.” (Az-Zumar 72) Maksudnya, tetap tinggal di dalamnya, tiada jalan keluar bagi kalian darinya, dan kalian tidak akan dilenyapkan darinya.


{فَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ}


Maka neraka Jahanam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri. (Az-Zumar: 72) Yaitu tempat kembali dan tempat istirahat yang paling buruk adalah untuk kalian karena sewaktu di dunia kalian bersikap sombong

dan menolak tidak mau mengikuti jalan yang hak. Sikap kalian itulah yang menjerumuskan ke dalam keadaan kalian sekarang ini, maka alangkah buruknya keadaan kalian dan alangkah jeleknya tempat kembali kalian.

Surat Az-Zumar |39:72|

قِيلَ ادْخُلُوا أَبْوَابَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۖ فَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ

qiiladkhuluuu abwaaba jahannama khoolidiina fiihaa, fa bi`sa maṡwal-mutakabbiriin

Dikatakan (kepada mereka), "Masukilah pintu-pintu Neraka Jahanam itu (kamu) kekal di dalamnya." Maka (Neraka Jahanam) itulah seburuk-buruk tempat tinggal bagi orang-orang yang menyombongkan diri.

[To them] it will be said, "Enter the gates of Hell to abide eternally therein, and wretched is the residence of the arrogant."

Tafsir
Jalalain

(Dikatakan kepada mereka, "Masukilah pintu-pintu Jahanam itu, sedangkan kalian kekal di dalamnya") yakni kalian telah ditetapkan untuk menjadi penghuni yang abadi.

(Maka seburuk-buruk tempat) maksudnya, tempat tinggal (orang-orang yang menyombongkan diri) adalah Jahanam.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 72 |

penjelasan ada di ayat 71

Surat Az-Zumar |39:73|

وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا ۖ حَتَّىٰ إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ

wa siiqollażiinattaqou robbahum ilal-jannati zumaroo, ḥattaaa iżaa jaaa`uuhaa wa futiḥat abwaabuhaa wa qoola lahum khozanatuhaa salaamun 'alaikum thibtum fadkhuluuhaa khoolidiin

Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya diantar ke dalam surga secara berombongan. Sehingga apabila mereka sampai kepadanya (surga) dan pintu-pintunya telah dibukakan, penjaga-penjaganya berkata kepada mereka, "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masuklah, kamu kekal di dalamnya."

But those who feared their Lord will be driven to Paradise in groups until, when they reach it while its gates have been opened and its keepers say, "Peace be upon you; you have become pure; so enter it to abide eternally therein," [they will enter].

Tafsir
Jalalain

(Dan orang-orang yang bertakwa kepada Rabbnya dibawa) dengan lemah lembut (ke dalam surga berombong-rombongan pula, sehingga apabila mereka sampai ke surga itu pintu-pintunya telah dibuka)

huruf Wau dalam ayat ini menunjukkan makna Hal dengan diperkirakan adanya lafal Qad sesudahnya (dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya,

"Kesejahteraan atas kalian, berbahagialah kalian) lafal Thibtum menjadi Hal (maka masukilah surga ini, sedangkan kalian kekal di dalamnya") telah ditetapkan untuk menjadi penghuni yang abadi di dalamnya.

Jawab lafal Idzaa diperkirakan keberadaannya, yakni lalu mereka memasukinya. Dan dibawanya orang-orang yang bertakwa ke dalam surga serta dibukakannya pintu-pintu surga sebelum mereka datang,

hal ini sebagai penghormatan buat mereka. Sedangkan digiringnya orang-orang kafir serta dibukakannya pintu-pintu neraka Jahanam sewaktu mereka datang

dimaksud sebagai hinaan buat mereka agar panas neraka Jahanam itu dapat dirasakan oleh mereka sebelum memasukinya

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 73 |

Tafsir ayat 73-74

Ini menceritakan, keadaan orang-orang yang bahagia, yaitu orang-orang yang mukmin, pada saat mereka digiring dengan berkendaraan sebagai perutusan yang terhormat untuk dimasukkan ke dalam surga secara berombong-rombongan,

yakni gelombang demi gelombang. Golongan yang pertama masuk adalah kaum Muqarribin, lalu kaum Abrar, kemudian orang-orang sesudah mereka, lalu menyusul golongan sesudah mereka lagi. Masing-masing rombongan digabungkan

bersama orang-orang yang setara kedudukannya, yaitu para nabi dengan para nabi, kaum siddiqin bersama orang-orang yang setara dengan mereka, para syuhada bersama orang yang sejenis dengan mereka, dan para ulama bersama teman-temannya; setiap golongan bersama golongan yang setingkat satu sama lainnya.


{حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا}


Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu. (Az-Zumar: 73) Yakni sampai ke pintu-pintunya sesudah melampaui sirat, lalu mereka diberhentikan di sebuah jembatan yang memisahkan antara surga dan neraka, kemudian dilakukanlah

hukum qisas yang terjadi di antara mereka ketika di dunia. Setelah diri mereka telah dibersihkan dan diri mereka telah suci dari dosa-dosa, barulah mereka diizinkan untuk memasuki surga. Di dalam hadis yang menceritakan as-sur (sangkakala)

disebutkan bahwa apabila orang-orang mukmin telah sampai di depan pintu-pintu surga, mereka bermusyawarah untuk mencari seseorang yang akan meminta izin masuk ke dalam surga bagi mereka. Kemudian mereka menuju kepada Adam,

lalu Nuh, lalu Ibrahim, lalu Musa, lalu Isa, dan akhirnya Nabi Muhammad Saw. Perihalnya sama dengan apa yang telah mereka lakukan saat mereka berada di padang mahsyar ketika meminta syafaat kepada Allah Swt.

agar Allah cepat datang guna memutuskan peradilan (di antara mereka). Hal ini untuk menonjolkan kemuliaan dan keutamaan Nabi Muhammad Saw. atas semua manusia pada semua tempat dan kondisi. Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui sahabat Anas r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"أَنَا أَوَّلُ شَفِيعٍ فِي الْجَنَّةِ"


Aku adalah orang yang mula-mula memberi syafaat di surga .Dan menurut lafaz lainnya yang juga diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan:


"وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ يَقْرَعُ بَابَ الْجَنَّةِ"


Aku adalah orang yang mula-mula mengetuk pintu surga.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا هَاشِمٌ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانَ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "آتِي بَابَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَسْتَفْتِحُ، فَيَقُولُ الْخَازِنُ: مَنْ أَنْتَ؟ فَأَقُولُ: مُحَمَّدٌ. قَالَ: يَقُولُ: بِكَ أُمِرْتُ أَلَّا أَفْتَحَ لِأَحَدٍ قَبْلَكَ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Sulaiman, dari Sabit, dari Anas ibnu Malik r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku mendatangi pintu surga

pada hari kiamat, lalu aku mengetuknya, maka penjaga surga bertanya, "Siapakah engkau?” Maka kujawab, "Muhammad.” Penjaga surga berkata, "Karena engkaulah aku diperintahkan bahwa aku tidak boleh membuka (pintu surga)

buat siapa pun sebelum engkau.” Imam Muslim meriwayatkan hadis ini dari Amr ibnu Muhammad An-Naqid dan Zuhair ibnu Harb, keduanya dari Abun Nadr Hasyim ibnul Qasim, dari Sulaiman alias Ibnul Mugirah Al-Qaisi, dari Sabit, dari Anas r.a. dengan sanad yang sama.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ حَدَّثَنَا مَعْمَر عَنْ هَمَّامِ بْنِ مُنَبِّهٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَوَّلُ زُمْرَةٍ تَلِجُ الْجَنَّةَ صُوَرُهُمْ عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، لَا يَبْصُقُونَ فِيهَا، وَلَا يَمْتَخِطُونَ فِيهَا، وَلَا يَتَغَوَّطُونَ فِيهَا. آنِيَتُهُمْ وَأَمْشَاطُهُمُ الذَّهَبُ وَالْفِضَّةُ، وَمُجَامِرُهُمُ الْأَلُوَّةُ ، ورَشْحُهُمُ الْمِسْكُ، وَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ، يَرَى مُخَّ سَاقِهِمَا مِنْ وَرَاءِ اللَّحْمِ مِنَ الْحُسْنِ. لَا اخْتِلَافَ بَيْنِهِمْ وَلَا تَبَاغُضَ، قُلُوبُهُمْ عَلَى قَلْبٍ وَاحِدٍ يُسَبِّحُونَ اللَّهَ بُكْرَةً وَعَشِيًّا".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Hammam ibnu Munabbih, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

Rombongan pertama yang masuk surga rupa mereka-seperti bulan di malam purnama; mereka tidak pernah meludah di dalam surga dan tidak pernah berdahak serta tidak pernah buang air. Wadah-wadahan mereka dan sisir mereka

dari emas dan perak; pedupaan mereka adalah getah kayu uluwwah, dan keringat mereka berbau minyak kesturi. Masing-masing dari mereka mempunyai dua orang istri yang karena cantiknya sumsum betisnya dapat terlihat dari balik dagingnya.

Tidak ada perselisihan di antara mereka dan tidak ada saling membenci (di antara mereka), hati mereka sama dengan hati seseorang; mereka selalu bertasbih menyucikan Allah setiap pagi dan petang. Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini

dari Muhammad ibnu Muqatil, dari Ibnul Mubarak. Imam Muslim meriwayatkan hadis ini dari Muhammad ibnu Rafi', dari Abdur Razzaq; keduanya (yakni Ibnul Mubarak dan Abdur Razzaq) dari Ma'mar berikut sanadnya dengan lafaz yang semisal.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah Saw.


قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا أَبُو خَيْثَمة، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنْ عُمَارَةَ بْنِ الْقَعْقَاعِ، عَنْ أَبِي زُرْعَة، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أول زُمْرَة يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، وَالَّذِينَ يَلُونَهُمْ عَلَى ضَوْءِ أشدُّ كَوْكَبٍ دُرِّي فِي السَّمَاءِ إِضَاءَةً، لَا يَبُولُونَ وَلَا يَتَغَوَّطُونَ وَلَا يتْفلون وَلَا يَمْتَخِطُونَ، أَمْشَاطُهُمُ الذَّهَبُ وَرَشْحُهُمُ الْمِسْكُ، وَمَجَامِرُهُمُ الْأَلُوَّةُ، وَأَزْوَاجُهُمُ الْحُورُ الْعِينُ، أخلاقهم على خلق رجل واحد، على صورة أَبِيهِمْ آدَمَ، سِتُّونَ ذِرَاعًا فِي السَّمَاءِ"


Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Khaisamah, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Imarah ibnul Qa'qa', dari Abu Zar'ah, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.

pernah bersabda: Rombongan pertama yang masuk surga rupa mereka seperti bulan di malam purnama. Dan orang-orang yang sesudah mereka rupanya seperti bintang yang cahayanya paling terang di langit. Mereka tidak pernah buang air kecil,

tidak pernah buang air besar, tidak pernah meludah, dan tidak pernah berdahak. Sisir mereka dari emas, keringat mereka berbau minyak kesturi, dan pedupaan mereka adalah uluwwah, istri mereka dari bidadari, dan akhlak mereka adalah

akhlak satu orang, dan bentuk mereka seperti bentuk bapak moyang mereka - yaitu Adam - tingginya enam puluh hasta menjulang ke langit. Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkan pula hadis ini melalui Jarir.


قَالَ الزُّهْرِيِّ، عَنْ سَعِيدٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي زُمْرَة، هُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا، تُضِيءُ وُجُوهُهُمْ إِضَاءَةَ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ". فَقَامَ عُكَّاشة بْنُ مِحْصَن فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ اللَّهَ، أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ: فَقَالَ: "اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ مِنْهُمْ". ثُمَّ قَامَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ. فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "سَبَقَكَ بِهَا عُكَّاشة".


Az-Zuhri telah meriwayatkan dari Sa'id, dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Kelak akan masuk surga dari kalangan umatku suatu rombongan (tanpa hisab) yang berjumlah tujuh puluh ribu orang,

wajah mereka bersinar terang bagaikan rembulan di malam purnama. Maka berdirilah Ukasyah ibnu Mihsan r.a., lalu berkata, "Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah semoga Dia menjadikan diriku termasuk salah seorang dari mereka."

Maka Rasulullah Saw. berdoa: Ya Allah, jadikanlah dia termasuk dari golongan mereka. Kemudian berdiri pula seorang lelaki dari kalangan Ansar, lalu berkata, "Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah Swt. semoga Dia menjadikan diriku

termasuk golongan mereka." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Ukasyah telah lebih dahulu darimu mendapatkannya. Hadis ini diriwayatkan pula dengan teks yang menyebutkan 'tujuh puluh ribu orang masuk surga tanpa dihisab',

diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibnu Abbas, Jabir ibnu Abdullah, Imrah ibnu Husain, Ibnu Mas'ud, Rifa'ah ibnu Arrabah Al-Juhani, dan Uramu Qais binti Mihsan; semoga Allah melimpahkan rida-Nya kepada mereka. Menurut Imam Bukhari dan Imam Muslim disebutkan pula melalui Abu Hazim, dari Sahi ibnu Sa'd r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"لَيَدْخُلَنَّ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعُونَ أَلْفًا -أَوْ: سَبْعُمِائَةِ أَلْفٍ-آخذٌ بَعْضُهُمْ بِبَعْضٍ، حَتَّى يَدْخُلَ أَوَّلُهُمْ وَآخِرُهُمُ الْجَنَّةَ، وُجُوهُهُمْ عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ".


Sesungguhnya akan masuk surga dari kalangan umatku sebanyak tujuh puluh ribu orang atau tujuh ratus ribu orang; sebagian dari mereka memegang sebagian yang lain, hingga orang yang pertama dan orang yang terakhir dari mereka masuk surga (bersama-sama); wajah mereka indah bercahaya seperti rembulan di malam purnama.


قَالَ أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا أُمَامَةَ الْبَاهِلِيَّ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: وَعَدَنِي رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أَنْ يُدْخِلَ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعُونَ أَلْفًا، مَعَ كُلِّ أَلْفٍ سَبْعُونَ أَلْفًا، وَلَا حِسَابَ عَلَيْهِمْ وَلَا عَذَابَ، وَثَلَاثُ حَثَيَات مِنْ حَثَيَاتِ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ"


Abu Bakar ibnu Abu Syaibah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Iyasy, dari Muhammad ibnu Ziad yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Umamah Al-Bahili r.a. mengatakan bahwa ia pernah mendengar

Rasulullah Saw. bersabda: Tuhanku telah menjanjikan kepadaku bahwa Dia akan memasukkan ke dalam surga sebagian dari umatku berjumlah tujuh puluh ribu orang, masing-masing dari tiap seribu orang membawa tujuh puluh ribu orang,

tiada hisab atas mereka dan tiada azab, juga dimasukkan pula sejumlah tiga raupan dari raupan tangan Tuhanku. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Walid ibnu Muslim, dari Safwan ibnu Amr, dari Hakim ibnu Amir,

dari Abul Yaman alias Amir ibnu Abdullah ibnu Yahya, dari Abu Umamah. Imam Tabrani meriwayatkannya dari Uyaynah ibnu Abdus Salma dengan teks:


"ثُمَّ يُشَفَّعُ كُلُّ أَلْفٍ فِي سَبْعِينَ أَلْفًا"


Kemudian setiap seribu orang membawa tujuh puluh ribu orang. Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Sauban dan Abu Sa'id Al-Anmari, yang mempunyai banyak syahid yang menguatkannya diriwayatkan melalui jalur-jalur yang cukup banyak. Firman Allah Swt.:


{حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ}


Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu, sedangkan pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagia­lah kamu! Maka masukilah surga ini,

sedangkan kamu kekal di dalamnya. (Az-Zumar: 73) Jawaban mereka tidak disebutkan dalam ayat ini. Bentuk lengkapnya ialah bahwa sehingga manakala mereka telah sampai ke surga, dan hal-hal yang disajikan terhadap mereka

—seperti dibukakannya semua pintu surga bagi mereka— merupakan suatu penghormatan dan pengagungan bagi mereka; dan para malaikat penjaga surga menyambut kedatangan mereka dengan berita gembira, salam, dan pujian.

Sebagaimana Malaikat Zabaniyah (malaikat juru siksa) menyambut kedatangan orang-orang kafir dengan caci maki dan kecaman. Maka apabila hal itu terjadi, ahli surga merasa berbahagia, senang, gembira, dan riang;

masing-masing merasakannya sesuai dengan kenikmatan yang telah disediakan baginya di dalam surga. Apabila jawab (istilah Nahwu, pent.) tidak disebutkan dalam ayat ini, maka hati pembaca akan dipenuhi dengan rasa harap

dan angan-angan (untuk mengetahui kelanjutannya). Dan orang yang menduga bahwa huruf wawu yang terdapat di dalam firman-Nya:


{وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا}


sedangkan pintu-pintunya telah terbuka. (Az-Zumar: 73) adalah wawu samaniyah, lalu ia menyimpulkan dari ayat ini bahwa semua pintu surga itu berjumlah delapan. Maka sesungguhnya ia jauh dari kebenaran dalam kesimpulannya,

dan berarti telah meruwetkan permasalahan. Karena sesungguhnya pengertian jumlah semua pintu surga ada delapan buah itu hanyalah disimpulkan dari hadis-hadis sahih yang membicarakannya, bukan dari ayat ini.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ: أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ أَنْفَقَ زَوْجَيْنِ مِنْ مَالِهِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، دُعِيَ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ، وَلِلْجَنَّةِ أَبْوَابٌ ، فَمَنْ كَانَ مَنْ أَهْلِ الصَّلَاةِ دُعِي مِنْ بَابِ الصَّلَاةِ، وَمَنْ كَانَ مَنْ أَهْلِ الصَّدَقَةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّدَقَةِ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجِهَادِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الْجِهَادِ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصِّيَامِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الرَّيَّانِ" فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ، رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا عَلَى أَحَدٍ مِنْ ضَرُورَةٍ دُعي، مِنْ أَيِّهَا دُعِيَ، فَهَلْ يُدْعَى مِنْهَا كُلِّهَا أَحَدٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "نَعَمْ، وَأَرْجُو أَنْ تَكُونَ مِنْهُمْ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Humaid ibnu Abdur Rahman, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.

pernah bersabda: Barang siapa yang membelanjakan sejodoh hartanya (ternaknya) di jalan Allah Swt., maka ia akan diseru dari semua pintu surga. Dan surga itu mempunyai banyak pintu masuk. Maka barang siapa yang ahli salat,

ia diseru dari pintu salat. Barang siapa ahli sedekah, ia diseru dari pintu sedekah. Barang siapa ahli jihad, ia diseru dari pintu jihad. Dan barang siapa ahli puasa, ia diseru dari pintu Ar-Rayyan. Maka sahabat Abu Bakar bertanya,

"Wahai Rasulullah, tidak menjadi masalah bagi seseorang bila ia diseru dari pintu mana pun, tetapi apakah ada seseorang yang diseru dari semua pintu surga?" Rasulullah Saw. menjawab: Ya, ada. Dan aku berharap semoga

engkau termasuk di antara mereka. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan hadis ini melalui Az-Zuhri dengan lafaz yang semisal. Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui hadis Abu Hazim alias Salamah ibnu Dinar, dari Sahi ibnu Sa'd r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"إِنَّ فِي الْجَنَّةِ ثَمَانِيَةَ أَبْوَابٍ، بَابٌ مِنْهَا يُسَمَّى الرَّيَّانُ، لَا يَدْخُلُهُ إِلَّا الصَّائِمُونَ"


Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat delapan buah pintu; salah satunya dinamakan Ar-Rayyan, tiada seorang pun yang masuk darinya kecuali hanya orang-orang yang puasa.

Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui Umar ibnul Khattab r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُبْلِغَ -أَوْ: فَيُسْبِغَ الْوُضُوءَ-ثُمَّ يَقُولُ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ، يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ"


Tidak sekali-kali seseorang dari kamu berwudu dengan sangat atau dengan sempurna, kemudian mengucapkan doa, "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah dan bahwa Muhammad adalah

hamba dan rasul-Nya,” melainkan dibukakan baginya semua pintu surga yang delapan, dia dapat memasukinya dari pintu mana pun yang disukainya.


قَالَ الْحَسَنُ بْنُ عَرَفَةَ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي حُسَين، عَنْ شَهْر بْنِ حَوْشَب، عَنْ مُعَاذٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مِفْتَاحُ الْجَنَّةِ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ"


Al-Hasan ibnu Arafah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Isamil ibnu Iyasy, dari Abdullah ibnu Abdur Rahman ibnu Abu Husain, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Mu'az r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.

pernah bersabda: Kunci surga ialah (kalimat) "Tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Allah.” Hadits-Hadits Tentang Pintu Surga Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui hadis Abu Zar'ah, dari Abu Hurairah r.a. tentang hadis syafaat yang cukup panjang, yang antara lain seperti berikut:


"فَيَقُولُ اللَّهُ يَا مُحَمَّدُ، أَدْخِلْ مَنْ لَا حِسَابَ عَلَيْهِ . مِنْ أُمَّتِكَ مِنَ الْبَابِ الْأَيْمَنِ، وَهُمْ شُرَكَاءُ النَّاسِ فِي الْأَبْوَابِ الْأُخَرِ. وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، إِنَّ مَا بَيْنَ الْمِصْرَاعَيْنِ مِنْ مَصَارِيعِ الْجَنَّةِ -مَا بَيْنَ عِضَادَتَيِ الْبَابِ-لَكُمَا بَيْنَ مَكَّةَ وَهَجَرٍ-أَوْ هَجَرٍ وَمَكَّةَ". وَفِي رِوَايَةٍ: "مَكَّةَ وَبُصْرَى"


Maka Allah Swt. berfirman, "Hai Muhammad, masukkanlah orang yang tidak ada hisab baginya dari kalangan umatmu dari pintu sebelah kanan, dan pintu lainnya dipersekutukan oleh semua orang. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada

di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya jarak di antara kedua sisi pintu dari salah satu pintu surga yaitu lebar dari kedua daun pintu (gerbang)nya benar-benar sama dengan jarak antara Mekah ke Hajar atau antara Hajar ke Mekah.

Dan menurut riwayat lain disebutkan: antara Mekah dan Basra. Di dalam Sahih Muslim disebutkan dari Atabah ibnu Gazwan, bahwa ia pernah berkhotbah kepada mereka sekali khotbah, antara lain ia mengatakan:


"وَلَقَدْ ذُكِرَ لَنَا أَنَّ مَا بَيْنَ مِصْرَاعَيْنِ مِنْ مَصَارِيعِ الْجَنَّةِ، مَسِيرَةُ أَرْبَعِينَ سَنَةً، وَلِيَأْتِيَنَّ عَلَيْهِ يَوْمٌ وَهُوَ كَظِيظٌ مِنَ الزِّحَامِ"


bahwa telah diceritakan kepada kami bahwa jarak di antara kedua sisi pintu dari suatu pintu-pintu surga sama dengan perjalanan empat puluh tahun. Dan sesungguhnya akan datang padanya suatu hari,

sedangkan pintu itu akan penuh sesak karena banyaknya orang yang masuk. Di dalam kitab Al-Musnad disebutkan dari Hakim ibnu Mu'awiyah, dari ayahnya, dari Rasulullah Saw. hal yang semisal.


قَالَ عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ، حَدَّثَنَا دَرَّاج، عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال: "إِنَّ مَا بَيْنَ مِصْرَاعَيْنِ فِي الْجَنَّةِ مَسِيرَةُ أَرْبَعِينَ سَنَةً"


Abdu ibnu Humaid mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Darij, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id r.a., dari Rasulullah Saw.

yang telah bersabda: Sesungguhnya jarak di antara kedua sisi pintu surga sama dengan jarak perjalanan empat puluh tahun. Adapun firman Allah Swt.:


{وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ}


dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu!" (Az-Zumar: 73) Yakni alangkah baiknya amal perbuatan dan ucapan kalian, alangkah baiknya usaha kalian,

dan alangkah baiknya balasan pahala kalian. Seperti yang diperintahkan oleh Rasulullah Saw. agar diserukan di kalangan kaum muslim dalam suatu peperangan:


"إِنَّ الْجَنَّةَ لَا يَدْخُلُهَا إِلَّا نَفْسٌ مُسْلِمَةٌ" وَفِي رِوَايَةٍ: "مُؤْمِنَةٌ".


Sesungguhnya surga itu tidak dapat dimasuki kecuali oleh jiwa yang muslim atau mukmin. Adapun firman Allah Swt.:


{فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ}


Maka masukilah surga ini, sedangkan kamu kekal di dalamnya. (Az-Zumar: 73) Yakni tinggallah kalian di dalamnya untuk selama-lamanya, kalian tidak akan mau pindah darinya.


{وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي صَدَقَنَا وَعْدَهُ}


Dan mereka mengucapkan, "Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami.” (Az-Zumar: 74) Maksudnya, orang-orang mukmin itu apabila telah menyaksikan pahala mereka yang berlimpah di dalam surga

dan pemberian yang besar, nikmat yang abadi, dan kerajaan yang besar, maka pada saat itu mereka mengatakan: Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami. (Az-Zumar: 74)

Yaitu apa yang telah dijanjikan-Nya melalui lisan rasul-rasul-Nya yang mulia, sebagaimana mereka pun mengatakannya dalam doa mereka semasa di dunia:


{رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ}


Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji. (Ali Imran: 194) Dan mereka mengatakan pula dalam doanya:


{وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ}


dan mereka berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami ke (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran" (Al-A'raf: 43)


{وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ الَّذِي أَحَلَّنَا دَارَ الْمُقَامَةِ مِنْ فَضْلِهِ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ}


Dan mereka berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga)

dari karunia­-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu."(Fatir: 34-35) Dan ucapan mereka yang disitir oleh firman-Nya:


{وَأَوْرَثَنَا الأرْضَ نَتَبَوَّأُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ نَشَاءُ فَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ}


dan telah memberi kepada kami tempat ini, sedangkan kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja yang telah kami kehendaki.” Maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal. (Az-Zumar: 74)

Abul Aliyah, Abu Saleh, Qatadah, As-Saddi, serta Ibnu Zaid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tanah dalam ayat ini ialah surga. Ayat ini semakna dengan firman-Nya:


{وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الأرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ}


Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuz, bahwa bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh. (Al-Anbiya: 105) Karena itulah disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:


{نَتَبَوَّأُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ نَشَاءُ}


sedangkan kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja kami kehendaki. (Az-Zumar: 74) Yakni di bagian mana pun kami ingin menempatinya diperkenankan, maka sebaik-baik pahala adalah yang telah kami terima

sebagai balasan dari amal perbuatan kami. Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui hadis Az-Zuhri, dari Anas r.a. tentang kisah Mi'raj, bahwa Nabi Saw. bersabda:


"أُدْخِلْتُ الْجَنَّةَ، فَإِذَا فِيهَا جَنَابِذُ اللُّؤْلُؤِ، وَإِذَا تُرَابُهَا الْمِسْكُ"


Aku dibawa masuk ke dalam surga, tiba-tiba di dalamnya terdapat bukit-bukit dari mutiara dan tanahnya adalah minyak kesturi.


قَالَ عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ: حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، حَدَّثَنَا الْجُرَيْرِيُّ، عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم سَأَلَ ابْنَ صَائِدٍ عَنْ تُرْبَةِ الْجَنَّةِ؟ فَقَالَ: دَرْمَكة بيضاءُ مِسْك خَالِصٌ: فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "صَدَقَ"


Abdu ibnu Humaid mengatakan, telah menceritakan kepada kami Rauh ibnu Ubadah, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Al-Jariri, dari Abu Nadrah, dari Abu Sa'id r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya

Rasulullah Saw. pernah bertanya kepada Ibnu Sa'id tentang tanah surga, maka Ibnu Sa'id menjawab, "Tanahnya putih, baunya sangat harum seperti minyak kesturi yang murni." Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Benar."


Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui hadis Abu Salamah, dari Abu Nadrah, dari Abu Sa'id r.a.


وَرَوَاهُ مُسْلِمٌ [أَيْضًا] عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي شَيْبَةَ، عَنْ أَبِي أُسَامَةَ، عَنِ الجُرَيْرِي، عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ؛ أَنَّ ابْنَ صَائِدٍ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ تُرْبَةِ الْجَنَّةِ، فَقَالَ: "دَرْمكة بَيْضَاءُ مِسْكٌ خَالِصٌ"


Imam Muslim telah meriwayatkan pula dari Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Abu Usamah, dari Al-Jariri, dari Abu Nadrah, dari Abu Sa'id r.a. yang menceritakan bahwa sesungguhnya Ibnu Sa'id pernah bertanya kepada Rasulullah Saw.

tentang tanah surga, maka beliau Saw. menjawab: Pasir putih terdiri dari minyak kesturi yang murni. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Gassan ibnu Ismail,

telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Asim Ibnu Damrah, dari Ali ibnu AbuTalib r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dibawa ke dalam surga

berombong-rombongan (pula). (Az-Zumar: 73) Mereka digiring hingga sampai di pintu surga, mereka menemukan padanya sebuah pohon yang dari bagian bawah pohon itu memancar dua mata air. Lalu mereka pergi ke salah satu mata air itu

dan bersucilah mereka dari airnya. Maka memancarlah dari tubuh mereka sinar kebahagiaan, dan kulit mereka tidak berubah lagi sesudahnya untuk selama-lamanya; dan rambut mereka tidak awut-awutan lagi selama-lamanya sesudah itu,

seakan-akan rambut mereka diminyaki. Kemudian mereka pergi ke mata air yang lainnya seakan-akan mereka mendapat perintah, lalu minumlah mereka dari airnya. Maka lenyaplah semua kotoran dan penyakit yang ada pada perut mereka

sebelumnya. Para malaikat menyambut kedatangan mereka di depan pintu surga: Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masukilah surga ini, sedangkan kamu kekal di dalamnya. (Az-Zumar: 73) Semua pelayan surga

menyambut kedatangan tuannya masing-masing seraya mengelilinginya —sebagaimana menyambut kedatangan tuannya yang lama pergi dari pengembaraannya— seraya berkata, "Bergembiralah, Allah telah menyediakan anu dan anu

sebagai penghormatan buatmu." Kemudian salah seorang dari pelayannya pergi menemui istri-istrinya dari kalangan bidadari, lalu mengatakan kepada mereka, "Si anu telah datang," seraya menyebut namanya saat di dunia.

Maka mereka bertanya, "Apakah kamu benar-benar melihat kedatangannya?" Pelayan itu menjawab, "Ya." Maka kegembiraan mereka meledak sehingga tidak sabar lagi mereka keluar menuju pintu. Lalu datanglah suami mereka,

tiba-tiba menjumpai tempatnya telah dilengkapi dengan bantal-bantal yang bersusun, gelas-gelas yang terletak di dalamnya, dan permadani-permadani yang terhampar. Kemudian ia melihat ke arah fondasi bangunan gedungnya;

ternyata ia menjumpainya dibangun di atas fondasi mutiara, ada yang merah, ada yang hijau, ada yang kuning, ada yang putih, dan semua warna lainnya. Kemudian ia arahkan pandangannya ke bagian atas gedung; seandainya Allah Swt.

tidak memberinya kekuasaan, niscayalah matanya akan buta karena bagian atasnya berkilauan seperti kilat. Kemudian ia memandang ke arah istri-istrinya dari kalangan bidadari, setelah itu ia bersandar pada dipan dipan pelaminannya

seraya berkata: Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. (Al-A'raf: 43) Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan:


حَدَّثَنَا، أَبِي حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ مَالِكُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ النّهْدِي، حَدَّثَنَا مَسْلَمَةُ بْنُ جَعْفَرٍ الْبَجَلِيُّ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا مُعَاذٍ الْبَصْرِيَّ يَقُولُ: إِنَّ عَلِيَّا، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، كَانَ ذَاتَ يَوْمٍ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَالَّذِي نَفْسِي، بِيَدِهِ إِنَّهُمْ إِذَا خَرَجُوا مِنْ قُبُورِهِمْ يُسْتَقبلون -أَوْ: يُؤْتون-بِنُوقٍ لَهَا أَجْنِحَةٌ، وَعَلَيْهَا رِحَالُ الذَّهَبِ، شِرَاكُ نِعَالِهِمْ نُورٌ يَتَلَأْلَأُ كُلُّ خَطْوَةٍ مِنْهَا مَدُّ الْبَصَرِ، فَيَنْتَهُونَ إِلَى شَجَرَةٍ يَنْبُعُ مَنْ أَصِلُهَا عَيْنَانِ، فَيَشْرَبُونَ مِنْ إِحْدَاهُمَا فيُغْسَل مَا فِي بُطُونِهِمْ مَنْ دَنَسٍ، وَيَغْتَسِلُونَ مِنَ الْأُخْرَى، فَلَا تَشْعَثُ أَبْشَارُهُمْ وَلَا أَشْعَارُهُمْ بَعْدَهَا أَبَدًا، وَتَجْرِي عَلَيْهِمْ نَضْرَةُ النَّعِيمِ، فَيَنْتَهُونَ -أَوْ: فَيَأْتُونَ-بَابَ الْجَنَّةِ، فَإِذَا حَلْقَةٌ مِنْ يَاقُوتَةٍ حَمْرَاءَ عَلَى صَفَائِحِ الذَّهَبِ، فَيَضْرِبُونَ بِالْحَلْقَةِ عَلَى الصَّفِيحَةِ ، فَيُسْمَعُ لَهَا طَنِينٌ يَا عَلِيُّ، فَيَبْلُغُ كُلَّ حَوْرَاءَ أَنَّ زَوْجَهَا قَدْ أَقْبَلَ، فَتَبْعَثُ قَيّمها فَيَفْتَحُ لَهُ، فَإِذَا رَآهُ خَرّ لَهُ -قَالَ مَسْلَمَةُ: أُرَاهُ قَالَ: سَاجِدًا -فَيَقُولُ: ارْفَعْ رَأْسَكَ، فَإِنَّمَا أَنَا قَيمك، وُكِّلْتُ بِأَمْرِكَ. فَيَتْبَعُهُ وَيَقْفُو أَثَرَهُ، فَتَسْتَخِفُّ الْحَوْرَاءَ الْعَجَلَةُ، فَتَخْرُجُ مِنْ خِيَامِ الدُّرِّ وَالْيَاقُوتِ حَتَّى تَعْتَنِقَهُ، ثُمَّ تَقُولُ: أَنْتَ حِبِّي، وَأَنَا حِبُّكَ، وَأَنَا الْخَالِدَةُ الَّتِي لَا أَمُوتُ، وَأَنَا النَّاعِمَةُ الَّتِي لَا أَبْأَسُ، وَأَنَا الرَّاضِيَةُ الَّتِي لَا أَسْخَطُ، وَأَنَا الْمُقِيمَةُ الَّتِي لَا أَظْعَنُ". فَيَدْخُلُ بَيْتًا مِنْ أُسِّهِ إِلَى سَقْفِهِ مِائَةُ أَلْفِ ذِرَاعٍ، بِنَاؤُهُ عَلَى جَنْدَلِ اللُّؤْلُؤِ، طَرَائِقُ أصفر وأخضر وأحمر، ليس فيها طريقة تُشَاكِلُ صَاحِبَتَهَا، فِي الْبَيْتِ سَبْعُونَ سَرِيرًا، عَلَى كُلِّ سَرِيرٍ سَبْعُونَ حَشْيَة، عَلَى كُلِّ حَشِيَّةٍ سَبْعُونَ زَوْجَةً، عَلَى كُلِّ زَوْجَةٍ سَبْعُونَ حُلَّةً، يُرَى مُخّ سَاقِهَا مِنْ بَاطِنِ الحُلَل، يَقْضِي جِمَاعَهَا فِي مِقْدَارِ لَيْلَةٍ مِنْ لَيَالِيكُمْ هَذِهِ. الأنهار مِنْ تَحْتِهِمْ تَطّرد، أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آسِنٍ -قَالَ: صَافٍ، لَا كَدَرَ فِيهِ-وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ -قَالَ: لَمْ يَخْرُجْ مِنْ ضُرُوعِ الْمَاشِيَةِ-وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ -قَالَ: لَمْ تَعْصِرْهَا الرِّجَالُ بِأَقْدَامِهِمْ -وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفَّى-قَالَ: لَمْ يَخْرُجْ مِنْ بُطُونِ النَّحْلِ. يَسْتَجْنِي الثِّمَارَ، فَإِنْ شَاءَ قَائِمًا، وَإِنْ شَاءَ قَاعِدًا، وَإِنْ شَاءَ مُتَّكِئًا -ثُمَّ تَلَا {وَدَانِيَةً عَلَيْهِمْ ظِلالُهَا وَذُلِّلَتْ قُطُوفُهَا تَذْلِيلا} [الْإِنْسَانِ:14]-فَيَشْتَهِي الطَّعَامَ فَيَأْتِيهِ طَيْرٌ أَبْيَضُ-قَالَ: وَرُبَّمَا قَالَ: أَخْضَرُ. قَالَ: -فَتَرْفَعُ أَجْنِحَتَهَا، فَيَأْكُلُ مِنْ جُنُوبِهَا، أَيَّ الْأَلْوَانِ شَاءَ، ثُمَّ يَطِيرُ فَيَذْهَبُ ، فَيَدْخُلُ الْمَلَكُ فَيَقُولُ: سَلَامٌ عَلَيْكُمْ، تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ. وَلَوْ أَنَّ شَعْرَةً مِنْ شَعْرِ الْحَوْرَاءِ وَقَعَتْ لِأَهْلِ الْأَرْضِ، لَأَضَاءَتِ الشَّمْسُ مَعَهَا سَوَادًا فِي نُورٍ".


telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Gassan Malik ibnu Ismail An-Nahdi, telah menceritakan kepada kami Maslamah ibnu Ja'far Al-Bajali yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Mu'az Al-Basri

mengatakan bahwa sesungguhnya Ali r.a. di suatu hari berada di rumah Nabi Saw., lalu Nabi Saw. bersabda, "Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya mereka apabila dibangkitkan dari kuburnya,

maka didatangkanlah kepada mereka (ahli surga) unta kendaraan yang bersayap yang berpelanakan emas, tali terompah mereka dari cahaya yang berkilauan; setiap langkah dari unta kendaraan itu dapat mencapai jarak sejauh mata

memandang. Perjalanan mereka sampai di sebuah pohon yang dari akarnya menyumber dua buah mata air. Lalu dari salah satunya mereka minum, maka tercuci bersihlah semua kotoran yang ada di dalam perut mereka. Dan mereka mandi

dari mata air yang lainnya, maka kulit mereka tidak lagi keriput dan rambut mereka tidak awut-awutan lagi untuk selama-lamanya sesudah itu, dan dari penampilan mereka terpancarkan kehidupan yang menyenangkan. Hingga sampailah mereka

di depan pintu surga, dan mereka menjumpai lingkaran pegangan pintunya terbuat dari yaqut merah yang dihiasi dengan lempengan emas. Lalu mereka memukulkan lingkaran itu pada lempengan emas, maka terdengarlah suara dentingan

yang kedengarannya seperti suara, 'Hai Ali,' sehingga sampailah suara itu ke telinga para bidadari calon istri-istrinya, dan mereka mengerti bahwa suami mereka telah tiba. Lalu istri-istrinya mengutus dayangnya untuk menyambut kedatangan

suaminya itu. Manakala si suami melihat kedatangan dayang itu, maka ia menyungkur kepadanya —Maslamah mengatakan bahwa menurut hemat­ku Ali bermaksud mengatakan menyungkur bersujud kepadanya—. Maka si dayang itu berkata

kepadanya, 'Angkatlah kepalamu, sesungguhnya aku ini hanyalah dayangmu, aku disuruh untuk menyambut kedatanganmu.' Lalu ia mengikutinya. Para istrinya sudah tidak sabar lagi menyambut kedatangannya, mereka keluar dari kemah berlian

dan yaqutnya, lalu langsung memeluk suaminya seraya berkata, "Engkau adalah kekasihku dan aku adalah kekasihmu, akulah istrimu yang kekal yang tidak akan mati, akulah istri yang selalu senang dan tidak pernah sengsara,

akulah istri yang selalu rela dan tidak pernah marah, akulah istri yang setia yang selalu berada di tempat dan tidak pernah pergi." Lalu ia memasuki sebuah gedung yang tingginya dari fondasinya adalah seribu hasta, dibangun di atas fondasi

mutiara yang beraneka ragam warnanya, kuning, hijau, merah; tiada suatu batu mutiara pun dari fondasi itu yang sewarna dengan lainnya. Di dalam gedung itu terdapat tujuh puluh pelaminan, setiap palaminan mempunyai tujuh puluh buah kasur,

dan pada setiap kasur terdapat tujuh puluh orang istri; setiap istri mengenakan tujuh puluh macam perhiasan dan pakaian, sumsum betisnya dapat kelihatan dari balik pakaian yang dikenakannya; dan untuk menyetubuhinya

diperlukan waktu semalam suntuk seperti malam kalian ini. Sungai-sungai mengalir di bawah mereka (penduduk surga). Ada sungai air yang tawar, bersih tidak ada kotoran padanya; ada sungai susu yang tidak berubah rasanya,

yakni bukan seperti yang dikeluarkan dari tetek hewan perahan; dan ada sungai khamr yang lezat rasanya bagi para peminumnya, bukan seperti khamr yang diperas dengan kaki manusia; ada pula sungai madu yang disaring,

bukan seperti madu yang dihasilkan dari perut lebah. Ia dapat memetik buah pepohonan surga sekehendak hatinya, baik dalam keadaan berdiri, duduk, ataupun bersandar. Kemudian Nabi Saw. membaca firman-Nya: Dan naungan

(pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya. (Al-Insan: 14) Maka bila ia menginginkan makanan, datanglah kepadanya burung putih dan adakalanya burung hijau,

lalu burung itu mengangkat sayapnya, maka ia dapat makan dari lambung burung itu segala macam makanan yang disukainya. Setelah itu burung tersebut terbang pergi, dan masuklah kepadanya malaikat yang mengatakan kepadanya,

"Kesejahteraan di limpah­kan atas kalian, itulah surga yang diwariskan (diberikan) kepadamu sebagai balasan dari apa yang telah kalian kerjakan (selama di dunia)." Seandainya sebilah rambut bidadari dijatuhkan ke bumi,

niscaya cahayanya dapat menerangi bagian gelap yang tidak terjangkau oleh sinar matahari. Hadis ini berpredikat garib, seakan-akan hadis ini mursal; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Surat Az-Zumar |39:74|

وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي صَدَقَنَا وَعْدَهُ وَأَوْرَثَنَا الْأَرْضَ نَتَبَوَّأُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ نَشَاءُ ۖ فَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ

wa qoolul-ḥamdu lillaahillażii shodaqonaa wa'dahuu wa auroṡanal-ardho natabawwa`u minal-jannati ḥaiṡu nasyaaa`, fa ni'ma ajrul-'aamiliin

Dan mereka berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah memberikan tempat ini kepada kami sedang kami (diperkenankan) menempati surga di mana saja yang kami kehendaki." Maka (surga itulah) sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal.

And they will say, "Praise to Allah, who has fulfilled for us His promise and made us inherit the earth [so] we may settle in Paradise wherever we will. And excellent is the reward of [righteous] workers."

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka mengucapkan) sewaktu mereka memasukinya; lafal ayat ini diathafkan kepada lafal Dukhuuluhaa yang diperkirakan keberadaannya tadi pada ayat sebelumnya,

("Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami) yakni memasukkan kami ke dalam surga (dan telah memberikan kepada kami tempat ini) surga ini

(sedangkan kami diperkenankan menempati) menghuni (tempat dalam surga di mana saja kami kehendaki) karena surga itu semuanya bukanlah tempat yang dipilih antara yang satu dengan yang lainnya,

karena semuanya indah (maka sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal) adalah surga.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 74 |

penjelasan ada di ayat 73

Surat Az-Zumar |39:75|

وَتَرَى الْمَلَائِكَةَ حَافِّينَ مِنْ حَوْلِ الْعَرْشِ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ ۖ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَقِيلَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

wa tarol-malaaa`ikata ḥaaaffiina min ḥaulil-'arsyi yusabbiḥuuna biḥamdi robbihim, wa qudhiya bainahum bil-ḥaqqi wa qiilal-ḥamdu lillaahi robbil-'aalamiin

Dan engkau (Muhammad) akan melihat malaikat-malaikat melingkar di sekeliling 'Arsy, bertasbih sambil memuji Tuhannya, lalu diberikan keputusan di antara mereka (hamba-hamba Allah) secara adil dan dikatakan, "Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam."

And you will see the angels surrounding the Throne, exalting [Allah] with praise of their Lord. And it will be judged between them in truth, and it will be said, "[All] praise to Allah, Lord of the worlds."

Tafsir
Jalalain

(Dan kamu akan melihat malaikat-malaikat berlingkar) lafal Haaffiina ini menjadi Hal (di sekeliling 'Arasy) yakni dari segala penjurunya (bertasbih) menjadi Hal dari dhamir Haaffiina

(seraya memuji Rabb mereka) yaitu sambil mengucapkan kalimah, Subhaanallaah Wa Bihamdihi, artinya, Maha Suci Allah dan Kami memuji kepada-Nya (dan diberi putusan di antara mereka)

di antara semua makhluk (dengan hak) dengan adil, maka orang-orang yang beriman dimasukkan ke dalam surga, dan orang-orang kafir dimasukkan ke dalam neraka

(dan diucapkan, "Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.") yaitu setelah kedua golongan itu telah selesai pemutusannya, lalu para malaikat mengakhirinya dengan memuji kepada Allah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zumar | 39 : 75 |

Setelah menyebutkan keputusan-Nya terhadap ahli surga dan ahli neraka, bahwa Dia telah menempatkan masing-masing orang di tempat yang layak baginya. Dia adalah Tuhan Yang Mahaadil dan tidak pernah zalim dalam keputusan-Nya.

Lalu Allah Swt. menceritakan perihal malaikat-malaikat-Nya, bahwa mereka melingkar di sekitar 'Arasy membentuk lingkaran di sekitar 'Arasy yang agung, seraya bertasbih dan memuji Tuhannya dan mengagungkan-Nya serta menyucikan-Nya

dari segala bentuk kekurangan dan kezaliman. Sedangkan Allah saat itu telah menyelesaikan peradilan-Nya dan memutuskan perkara di antara hamba-hamba-Nya dengan adil. Karena itu, disebutkanlah oleh firman-Nya:


{وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ} أَيْ: بَيْنَ الْخَلَائِقِ {بِالْحَقِّ}


dan diberi putusan di antara hamba-hamba Allah dengan adil. (Az-Zumar: 75) Yakni di antara semua makhluk dengan adil. Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya:


{وَقِيلَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}


dan diucapkan, "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (Az-Zumar: 75) Yaitu semua alam, baik yang berbicara maupun yang tidak dapat berbicara, semuanya dapat berbicara mengungkapkan pujian mereka kepada Allah Tuhan seru sekalian

alam atas keputusan dan keadilan­Nya. Karena itulah maka diungkapkan dengan kalimat pasif dan tidak disandarkan kepada seorang pun, bahkan dimutlakkan. Hal ini menunjukkan bahwa semua makhluk menyaksikan bahwa Allah berhak dipuji

atas semuanya itu. Qatadah mengatakan bahwa Allah Swt. memulai penciptaan-Nya dengan hamdalah, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:


{الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ}


Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi. (Al-An'am: 1) Dan mengakhirinya dengan pujian pula, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَقِيلَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}


dan diberi putusan di antara hamba-hamba Allah dengan adil dan diucapkan, "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (Az-Zumar: 75)

Surat Al-Mumin |40:1|

حم

ḥaa miiim

Ha Mim.

Ha, Meem.

Tafsir
Jalalain

(Haa Miim) hanya Allah saja yang mengetahui arti dan maksudnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 1 |

Tafsir ayat 1-3

Mengenai huruf-huruf hija’i yang mengawali surat-surat Al-Qur'an telah diterangkan dalam permulaan tafsir surat Al-Baqarah dengan keterangan sehingga tidak perlu diulangi lagi di sini.

Menurut suatu pendapat, Ha-Mim adalah salah satu dari asma-asma Allah; mereka yang berpendapat demikian memperkuatnya dengan ucapan seorang penyair yang mengatakan dalam salah satu bait syairnya:


يُذَكِّرُني حامِيمَ والرمحُ شَاجر ... فَهَلا تَلَا حَاميمَ قَبْل التَّقدُّمِ ...


Dia mengingatkanku kepada Ha Mim (Allah) saat tombak telah beradu, maka mengapa dia tidak membaca (mengingatkanku kepada) Ha Mim sebelum maju perang. Disebutkan di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud

dan Imam Turmuzi melalui Ats-Tsauri, dari Abu Ishaq, dari Al-Muhalkan ibnu Abu Safrah yang mengatakan bahwa dia pernah menceritakan kepadanya sabda Rasulullah Saw. berikut ini dari orang yang mendengarnya langsung dari beliau Saw., yaitu:


"إِنْ بَيَّتم اللَّيْلَةَ فَقُولُوا: حم، لَا يُنْصَرُونَ"


Jika kalian mau mengadakan serangan malam ini, katakanlah, "Ha Mim, semoga mereka tidak mendapat pertolongan.” Sanad hadis ini berpredikat sahih. Abu Ubaid memilih riwayat yang menyebutkan, "Ha Mim, maka mereka tidak akan menang."

Yakni jika kalian mengucapkan, "Ha Mim," niscaya mereka tidak akan mendapat kemenangan. Dia menjadikan lafaz layunsarun sebagai jawab dari faqulu. Firman Allah Swt.:


{تَنزيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ}


Diturunkan Kitab ini (Al-Qur'an) dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Al-Mu’min: 2) Yakni penurunan kitab Al-Qur'an ini adalah dari Allah Yang Mempunyai Keperkasaan dan Pengetahuan,

Zat-Nya tidak dapat dijangkau, dan tiada suatu atom pun yang tersembunyi bagi-Nya, sekalipun hijab penghalangnya berlapis-lapis. Firman Allah Swt.:


{غَافِرِ الذَّنْبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ}


Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat. (Al-Mu’min: 3) Yaitu Yang mengampuni dosa yang telah lalu dan menerima tobat di masa mendatang bagi orang yang bertobat kepada-Nya dan tunduk patuh kepada-Nya. Firman Allah Swt.:


{شَدِيدُ الْعِقَابِ}


lagi keras hukuman-Nya. (Al-Mu’min: 3) Yakni terhadap orang yang membangkang, melampaui batas, memilih kehidupan dunia, menentang perintah-perintah Allah, dan bersikap menantang. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ الْعَذَابُ الألِيمُ}


Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Akulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih. (Al-Hijr: 49-50)

Kedua sifat ini sering disebutkan secara berbarengan dalam berbagai tempat dalam Al-Qur'an, dimaksudkan agar seseorang hamba selalu berada dalam keadaan rasa harap dan takut kepada-Nya. Firman Allah Swt.:


{ذِي الطَّوْلِ}


Yang mempunyai karunia. (Al-Mu’min: 3) Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Yang mempunyai keluasan dan kecukupan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Qatadah. Yazid ibnul Asam mengatakan

bahwa Dzit Thaul artinya Yang mempunyai kebaikan yang banyak. Ikrimah mengatakan bahwa Dzit Thaul artinya Yang mempunyai karunia. Qatadah mengatakan, Yang mempunyai nikmat dan keutamaan-keutamaan. Makna yang dimaksud

ialah bahwa Allah Swt. adalah Tuhan Yang melimpahkan karunia kepada hamba-hamba-Nya yang merasa tidak puas dengan semua karunia dan nikmat yang telah ada pada mereka, yang semuanya itu tidak akan mampu mereka mensyukuri salah satu pun darinya. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:


وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا


Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. (An-Nahl: 18) Adapun firman Allah Swt.:


{لَا إِلَهَ إِلا هُوَ}


Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. (Al-Mu’min: 3) Yakni tiada tandingan bagi-Nya dalam semua sifat yang dimiliki-Nya. Maka tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, dan tiada Rabb selain Dia.


{إِلَيْهِ الْمَصِيرُ}


Hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk). (Al-Mu’min: 3) Yaitu kepada-Nyalah semuanya dikembalikan, lalu Dia akan memberikan balasan kepada setiap orang sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing.


{وَهُوَ سَرِيعُ الْحِسَابِ}


dan Dialah Yang Mahacepat hisab(perhitungan)-Nya (Ar-Ra'd:41) Abu Bakar ibnu Iyasy mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Ishaq As-Subai'i mengatakan bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepada Khalifah Umar ibnul Khattab,

lalu lelaki itu bertanya, "Hai Amirul Mu’minin, sesungguhnya aku pernah membunuh (orang), maka masih adakah tobat bagiku?" Maka Umar r.a. membacakan firman-Nya: Ha Mim. Diturunkan Kitab ini (Al-Qur'an) dari Allah Yang Mahaperkasa

lagi Maha Mengetahui, Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat lagi keras hukuman-Nya. (Al-Mu’min: 1-3) Lalu Khalifah Umar berkata kepadanya, "Beramallah, janganlah kamu berputus asa." Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan atsar ini,

juga Ibnu Jarir, sedangkan teksnya menurut riwayat Ibnu Abu Hatim. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Marwan Ar-Ruqqi, telah mencerita­kan kepada kami

Umar ibnu Ayyub, telah menceritakan kepadaku Ja'far ibnu Barqan, dari Yazid Al-Asam yang telah menceritakan bahwa dahulu ada seorang lelaki penduduk negeri Syam yang mempunyai kekuatan (berpengaruh). Dia biasa menghadap

kepada Khalifah Umar r.a. sebagai perutusan kaumnya. Maka pada suatu hari Khalifah Umar merasa kehilangan dia, lalu menanyakan tentangnya, "Apakah yang telah dilakukan oleh si Fulan bin Anu?" Orang-orang menjawab,

"Wahai Amirul Mu’minin, dia sekarang gemar minum-minuman ini (khamr)." Maka Khalifah Umar memanggil juru tulisnya (sekretarisnya), lalu berkata kepadanya, "Tulislah, dari Umar ibnul Khattab kepada Fulan bin Anu. Semoga kesejahteraan

terlimpahkan kepadamu, sesungguhnya aku memuji kepada Allah dalam surat yang ditujukan kepadamu ini, bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Allah, Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat serta sangat keras hukuman-Nya

Yang Mempunyai karunia, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, dan hanya kepada-Nyalah makhluk dikembalikan." Setelah itu Khalifah Umar menyerukan kepada teman-temannya agar mendoakan buat teman mereka,

semoga ia sadar dan kembali bertobat kepada Allah. Ketika surat itu sampai kepada lelaki yang dimaksud, maka ia langsung membacanya dan ia baca berulang-ulang, lalu berkata, "Yang Mengampuni dosa, Yang Menerima tobat,

Yang sangat keras hukuman-Nya. Umar telah memperingatkan diriku akan hukum-Nya dan dia menjanjikan bahwa Allah akan memberikan ampunan bagiku."Atsar yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Na'im melalui hadis

Ja'far ibnu Barqan yang dalam riwayatnya ditambahkan bahwa lelaki itu setelah menerima surat terus-menerus mengoreksi dirinya hingga ia menangis, lalu menghentikan perbuatannya dan bersikap baik dalam tobatnya itu.

Ketika beritanya sampai kepada Khalifah Umar r.a., maka Umar r.a. berkata, "Cara inilah yang harus kalian lakukan bila kalian melihat ada seseorang dari teman kalian yang terjerumus ke dalam kekeliruan. Maka luruskanlah dia,

teguhkanlah hatinya, dan mohonkanlah kepada Allah semoga Dia menerima tobatnya, dan janganlah kalian menjadi penolong setan terhadapnya."Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Syaibah,

telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Waqid, telah menceritakan kepada kami Abu Umar As-Saffar, telah menceritakan kepada kami Sabit Al-Bannani yang mengatakan bahwa ia pernah bersama Mus'ab ibnuz Zubair r.a.

di daerah pedalaman Kufah. Lalu ia memasuki sebuah kebun dan melakukan salat dua rakaat di dalamnya. Ia membuka salatnya dengan membaca surat Ha Mim Al-Mu’min hingga sampai pada firman-Nya: Tiada Tuhan (yang berhak disembah)

selain Dia. Hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk). (Al-Mu’min: 3). Tiba-tiba ada seorang lelaki di belakangku yang mengendarai bagal ber­bulu blonde dengan mengenakan pakaian burdah yamani. Lelaki itu berkata: Jika engkau katakan,

"Yang Mengampuni dosa, " maka katakanlah olehmu, "Ya Tuhan Yang Mengampuni dosa, ampunilah bagiku dosa-dosaku.” Dan jika engkau katakan, "Yang Menerima tobat, " maka katakanlah olehmu, "Ya Tuhan Yang Menerima tobat,

terimalah tobatku.” Dan jika engkau katakan, "Yang keras hukuman-Nya, maka katakanlah olehmu, "Ya Tuhan Yang keras hukuman-Nya, janganlah Engkau menghukumku." Maka aku menoleh ke belakang, dan ternyata aku

tidak melihat seorang manusia pun, lalu aku keluar menuju ke pintu kebun itu dan bertanya, "Apakah kalian melihat seorang lelaki yang mengenakan kain burdah yamani?" Mereka menjawab, "Kami tidak melihat seorang pun."

Maka mereka berpendapat bahwa lelaki tersebut adalah Nabi Ilyas a.s. Kemudian Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula melalui jalur lain dari Sabit dengan lafaz yang semisal, hanya dalam riwayatnya kali ini tidak disebutkan Nabi Ilyas a.s. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Surat Al-Mumin |40:2|

تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ

tanziilul-kitaabi minallohil-'aziizil-'aliim

Kitab ini (Al-Qur´an) diturunkan dari Allah Yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui,

The revelation of the Book is from Allah, the Exalted in Might, the Knowing.

Tafsir
Jalalain

(Diturunkan Kitab ini) yakni Alquran, menjadi Mubtada (dari Allah) Khabar Mubtada (Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Mengetahui) tentang makhluk-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 2 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Mumin |40:3|

غَافِرِ الذَّنْبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيدِ الْعِقَابِ ذِي الطَّوْلِ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ إِلَيْهِ الْمَصِيرُ

ghoofiriż-żambi wa qoobilit-taubi syadiidil-'iqoobi żith-thouul, laaa ilaaha illaa huw, ilaihil-mashiir

yang mengampuni dosa dan menerima tobat dan keras hukuman-Nya, yang memiliki karunia. Tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nyalah (semua makhluk) kembali.

The forgiver of sin, acceptor of repentance, severe in punishment, owner of abundance. There is no deity except Him; to Him is the destination.

Tafsir
Jalalain

(Yang mengampuni dosa) orang-orang mukmin (dan menerima tobat) mereka (lagi keras hukuman-Nya) terhadap orang-orang kafir, yaitu Dia mengeraskan azab-Nya terhadap mereka

(Yang mempunyai karunia) yakni Pemberi nikmat yang lapang; Dia bersifat demikian selama-lamanya. Dimudhafkannya lafal Ghaafir kepada Adz-Dzanbi,

lafal Qaabil kepada At-Taubi, dan lafal Syadiid kepada Al-Iqaabi mengandung makna Takrif sebagaimana lafal terakhir yaitu Dzith Thauli. (Tiada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nyalah kembali) semua makhluk pasti kembali kepada-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 3 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Mumin |40:4|

مَا يُجَادِلُ فِي آيَاتِ اللَّهِ إِلَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَا يَغْرُرْكَ تَقَلُّبُهُمْ فِي الْبِلَادِ

maa yujaadilu fiii aayaatillaahi illallażiina kafaruu fa laa yaghrurka taqollubuhum fil-bilaad

Tidak ada yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah kecuali orang-orang yang kafir. Karena itu, janganlah engkau (Muhammad) tertipu oleh keberhasilan usaha mereka di seluruh negeri.

No one disputes concerning the signs of Allah except those who disbelieve, so be not deceived by their [uninhibited] movement throughout the land.

Tafsir
Jalalain

(Tidak ada yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah) yakni Alquran (kecuali orang-orang yang kafir) dari kalangan penduduk kota Mekah.

(Karena itu janganlah mereka pulang-balik dengan bebas dari suatu kota ke kota yang lain memperdayakan kamu) mereka pulang balik untuk mencari penghidupan dalam keadaan selamat,

janganlah hal itu membuatmu teperdaya, karena sesungguhnya akibat dan tempat kembali mereka adalah neraka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 4 |

Tafsir ayat 4-6

Allah Swt. berfirman bahwa tiada yang menolak perkara hak dan berani membantahnya sesudah perkara hak itu jelas dan buktinya telah ada.


{إِلا الَّذِينَ كَفَرُوا}


kecuali orang-orang yang kafir. (Al-Mu’min: 4) Yakni orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah, hujah, dan bukti-bukti-Nya.


{فَلا يَغْرُرْكَ تَقَلُّبُهُمْ فِي الْبِلادِ}


Karena itu, janganlah pulang balik mereka dengan bebas dari suatu kota ke kota yang lain memperdayakan kamu. (Al-Mu’min: 4) Maksudnya, janganlah kamu teperdaya dengan harta benda, kemewahan, dan perhiasan yang dimiliki orang-orang kafir itu. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{لَا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي الْبِلادِ. مَتَاعٌ قَلِيلٌ ثُمَّ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهَادُ}


Jangan sekali-kali kamu teperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahanam; dan Jahanam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya. (Ali Imran: 196-197) Dan Firman Allah Swt.:


{نُمَتِّعُهُمْ قَلِيلا ثُمَّ نَضْطَرُّهُمْ إِلَى عَذَابٍ غَلِيظٍ}


Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras. (Luqman: 24) Kemudian Allah Swt. berfirman, menghibur hati Nabi-Nya yang menghadapi sikap kaumnya

yang mendustakannya, bahwa bukan hanya dia sendiri yang mengalami nasib tersebut, para nabi sebelumnya pun mengalami hal yang sama. Kaum mereka masing-masing telah mendusta­kannya dan menentangnya,

bahkan tidak ada yang beriman dari kalangan mereka, melainkan hanya sedikit. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ}


Sebelum mereka, kaum Nuh dan golongan-golongan yang bersekutu sesudah mereka telah mendustakan (rasul). (Al-Mu’min: 5) Nuh a.s. adalah rasul yang mula-mula diutus oleh Allah untuk melarang penyembahan terhadap berhala.


{وَالأحْزَابُ مِنْ بَعْدِهِمْ}


dan juga golongan-golongan yang bersekutu sesudah mereka. (Al-Mu’min: 5) dari kalangan tiap-tiap umat sesudah kaum Nuh.


{وَهَمَّتْ كُلُّ أُمَّةٍ بِرَسُولِهِمْ لِيَأْخُذُوهُ}


dan tiap-tiap umat telah merencanakan makar terhadap rasul mereka untuk menawannya. (Al-Mu’min: 5) Maksudnya, mereka berusaha keras untuk dapat membunuh rasul mereka dengan segala macam cara yang dapat mereka lakukan, dan di antara mereka ada yang dapat membunuh rasul mereka.


{وَجَادَلُوا بِالْبَاطِلِ لِيُدْحِضُوا بِهِ الْحَقَّ}


dan mereka membantah dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan kebenaran. (Al-Mu’min: 5) Yakni mereka melakukan bantahan terhadap perkara yang hak dengan perkara yang syubhat (batil) untuk melenyapkan perkara hak yang sudah jelas dan terang.


قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ، حَدَّثَنَا عَارِمٌ أَبُو النعمان، حدثنا مُعْتَمِر ابن سُلَيْمَانَ قَالَ: سَمِعْتُ أَبِي يُحَدِّثُ عَنْ حَنَش، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مِنْ أَعَانَ بَاطِلًا لِيَدْحَضَ بِبَاطِلِهِ حَقًّا، فَقَدْ بَرِئَتْ مِنْهُ ذِمَّةُ اللَّهِ وَذِمَّةُ رَسُولِهِ"


Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali Ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Arim Abun Nu'man, telah menceritakan kepada kami Mu'tamir ibnu Sulaiman yang mengatakan bahwa

ia pernah mendengar ayahnya menceritakan hadis berikut dari Hanasy, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a., dari Nabi Saw yang telah bersabda: Barang siapa yang membantu perkara-perkara yang batil

untuk melenyapkan perkara yang hak, maka sesungguhnya dia telah terbebas dari jaminan Allah dan jaminan Rasul-Nya. Firman Allah Swt.:


{فَأَخَذْتُهُمْ}


Karena itu, Aku azab mereka. (Al-Mu’min: 5) Yakni Aku binasakan mereka karena mereka telah melakukan dosa-dosa yang besar-besar itu.


{فَكَيْفَ كَانَ عِقَابِ}


Maka betapa (pedihnya) azab-Ku. (Al-Mu’min: 5) Artinya, kamu akan mendengar bahwa azab-Ku dan pembalasan-Ku terhadap mereka sangat keras, lagi menyakitkan dan sangat pedih. Qatadah mengatakan bahwa demi Allah azab Allah itu amat keras. Firman Allah Swt.:


{وَكَذَلِكَ حَقَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّهُمْ أَصْحَابُ النَّارِ}


Dan demikianlah telah pasti berlaku ketetapan azab Tuhanmu terhadap orang-orang kafir, karena sesungguhnya mereka adalah penghuni neraka. (Al-Mu’min: 6) Yaitu sebagaimana telah ditetapkan perintah azab atas orang-orang kafir

dari kalangan umat-umat terdahulu, telah ditetapkan pula hal yang sama atas orang-orang yang mendustakanmu dan menentangmu, hai Muhammad. Bahkan mereka lebih berhak dan lebih diprioritaskan untuk menerima azab keras dari Allah.

Karena orang yang mendustakan engkau, maka tidak lagi ada harapan untuk dapat mempercayai selain engkau. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Surat Al-Mumin |40:5|

كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ وَالْأَحْزَابُ مِنْ بَعْدِهِمْ ۖ وَهَمَّتْ كُلُّ أُمَّةٍ بِرَسُولِهِمْ لِيَأْخُذُوهُ ۖ وَجَادَلُوا بِالْبَاطِلِ لِيُدْحِضُوا بِهِ الْحَقَّ فَأَخَذْتُهُمْ ۖ فَكَيْفَ كَانَ عِقَابِ

każżabat qoblahum qoumu nuuḥiw wal-aḥzaabu mim ba'dihim wa hammat kullu ummatim birosuulihim liya`khużuuhu wa jaadaluu bil-baathili liyud-ḥidhuu bihil-ḥaqqo fa akhożtuhum, fa kaifa kaana 'iqoob

Sebelum mereka, kaum Nuh dan golongan-golongan yang bersekutu setelah mereka telah mendustakan (rasul) dan setiap umat telah merencanakan (tipu daya) terhadap rasul mereka untuk membunuhnya dan mereka membantah dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan kebenaran, karena itu Aku siksa mereka (dengan azab). Maka betapa (pedihnya) azab-Ku?

The people of Noah denied before them and the [disbelieving] factions after them, and every nation intended [a plot] for their messenger to seize him, and they disputed by [using] falsehood to [attempt to] invalidate thereby the truth. So I seized them, and how [terrible] was My penalty.

Tafsir
Jalalain

(Sebelum mereka, kaum Nuh dan golongan-golongan yang bersekutu telah mendustakan) rasul-rasulnya, seperti Ad dan Tsamud serta kaum-kaum lainnya

(sesudah mereka, dan tiap-tiap umat telah merencanakan makar terhadap rasul mereka untuk menawannya) untuk membunuhnya (dan mereka membantah dengan alasan yang batil untuk melenyapkan)

untuk menghapuskan (kebenaran dengan yang batil itu; karena itu Aku azab mereka) dengan siksaan. (Maka betapa pedihnya azab-Ku) terhadap mereka; hal itu sesuai dengan imbalan yang harus mereka terima.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 5 |

penjelasan ada di ayat 4

Surat Al-Mumin |40:6|

وَكَذَٰلِكَ حَقَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّهُمْ أَصْحَابُ النَّارِ

wa każaalika ḥaqqot kalimatu robbika 'alallażiina kafaruuu annahum ash-ḥaabun-naar

Dan demikianlah telah pasti berlaku ketetapan Tuhanmu terhadap orang-orang kafir, (yaitu) sesungguhnya mereka adalah penghuni neraka.

And thus has the word of your Lord come into effect upon those who disbelieved that they are companions of the Fire.

Tafsir
Jalalain

(Dan demikianlah telah pasti berlaku ketetapan azab Rabbmu) sebagaimana yang telah diungkapkan-Nya dalam firman yang lain, yaitu, "Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka Jahanam itu..." (Q.S. As-Sajdah, 13)

(terhadap orang-orang kafir, karena sesungguhnya mereka adalah penghuni neraka) lafal Annahum Ashhaabun Naari merupakan Badal dari lafal Kalimatu Rabbika.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 6 |

penjelasan ada di ayat 4