Juz 24

Surat Al-Mumin |40:7|

الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ

allażiina yaḥmiluunal-'arsya wa man ḥaulahuu yusabbiḥuuna biḥamdi robbihim wa yu`minuuna bihii wa yastaghfiruuna lillażiina aamanuu, robbanaa wasi'ta kulla syai`ir roḥmataw wa 'ilman faghfir lillażiina taabuu wattaba'uu sabiilaka wa qihim 'ażaabal-jaḥiim

(Malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan (malaikat) yang berada di sekelilingnya bertasbih dengan memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memohonkan ampunan untuk orang-orang yang beriman (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu yang ada pada-Mu meliputi segala sesuatu maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan (agama)-Mu dan peliharalah mereka dari azab neraka.

Those [angels] who carry the Throne and those around it exalt [Allah] with praise of their Lord and believe in Him and ask forgiveness for those who have believed, [saying], "Our Lord, You have encompassed all things in mercy and knowledge, so forgive those who have repented and followed Your way and protect them from the punishment of Hellfire.

Tafsir
Jalalain

(Malaikat-malaikat yang memikul Arasy) berkedudukan menjadi Mubtada (dan malaikat yang berada di sekelilingnya) diathafkan kepada ayat sebelumnya (bertasbih)

menjadi Khabar dari Mubtada (memuji Rabb mereka) artinya, seraya memuji-Nya yaitu mengucapkan kalimat, "Subhaanallaah Wa Bihamdihi" (dan mereka beriman kepada-Nya) kepada Allah swt.

dengan kalbu mereka, maksudnya, mereka percaya kepada keesaan-Nya (serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman) seraya mengucapkan,

("Ya Rabb kami! Rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu) maksudnya, rahmat-Mu meliputi segala sesuatu, dan ilmu-Mu meliputi segala sesuatu. (Maka berilah ampun kepada orang-orang yang bertobat)

dari kemusyrikan (dan mengikuti jalan Engkau) yakni agama Islam (dan peliharalah mereka dari siksa neraka Jahim) yang apinya menyala-nyala.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 7 |

Tafsir ayat 7-9

Allah Swt. menceritakan tentang malaikat yang terdekat dengan-Nya dari kalangan malaikat pemikul 'Arasy, yang semuanya ada empat, juga para malaikat Karubiyyin yang ada di sekitarnya. Bahwa mereka selalu bertasbih

dan memuji Tuhan mereka, yakni mereka membarengkan tasbih yang artinya menafikan segala kekurangan dari Allah Swt. dan tahmid (pujian) yang artinya mengukuhkan sifat-sifat yang terpuji bagi Allah Swt.


{وَيُؤْمِنُونَ بِهِ}


mereka beriman kepada-Nya. (Al-Mu’min: 7) Yakni tunduk patuh kepada-Nya dengan rendah diri di hadapan-Nya, dan bahwa mereka:


{يَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا}


memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman. (Al-Mu’min: 7) dari kalangan penduduk bumi, yaitu orang-orang yang beriman kepada yang gaib. Allah Swt. telah menugaskan kepada malaikat-malaikat yang terdekat

agar mendoakan kaum mukmin tanpa sepengetahuan mereka. Mengingat hal ini merupakan watak dari para malaikat, maka mereka selalu mengamini doa seorang mukmin kepada saudara semukminnya

tanpa sepengetahuannya. Seperti yang telah disebutkan di dalam kitab Sahih Muslim melalui salah satu hadisnya yang mengatakan:


"إِذَا دَعَا الْمُسْلِمُ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ قَالَ الْمَلَكُ: آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلِهِ"


Apabila seorang muslim mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan yang bersangkutan, maka malaikat mengamininya dan mendoakan, "Semoga bagimu hal yang semisal."


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ -هُوَ ابْنُ أَبِي شَيْبَةَ -حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ، عَنْ يَعْقُوبَ بْنِ عُتْبَةَ، عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَدّق أُمَيَّةَ فِي شَيْءٍ مِنْ شِعْرِهِ، فَقَالَ: رَجُلٌ وَثَور تَحْتَ رِجْل يَمينه ... وَالنَّسْرُ للأخْرَى وَلَيْثٌ مُرْصَدُ ... فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "صَدَقَ". فَقَالَ: وَالشمس تَطلعُ كُلَّ آخِرِ لَيْلةٍ ... حَمْراءُ يُصْبحُ لَونُها يَتَوَرّدُ ... تَأبَى فَما تَطلُع لَنَا فِي رِسْلها ... إِلَّا معَذّبَة وَإلا تُجْلدَ ... فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "صَدَقَ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad alias Ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Ubaidah ibnu Sulaiman, dari Muhammad ibnu Ishaq, dari Ya'qub ibnu Atabah, dari Ikrimah,

dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Umayyah ibnu Abu Silt telah berkata benar dalam suatu bait syairnya. Lalu Nabi Saw. mengucapkan: Zuhal bin Saur berada di bawah kaki kanan-Nya,

dan pada kaki lainnya terdapat Nisr dan Lais yang berjaga-jaga. Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Dia benar." Lalu berkatalah beliau: Matahari terbit di akhir setiap malam dalam keadaan merah yang warnanya seperti bunga mawar.

Ia menolak, dan bila ia tidak terbit untuk kita sesudah malam hari, maka tiada lain ia akan disiksa atau didera. Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Benarlah apa yang dikatakannya."Sanad hadis ini jayyid (baik). Dan ini memberikan pengertian

bahwa para pemikul 'Arasy pada hari ini ada empat malaikat; dan bila hari kiamat telah terjadi, maka mereka menjadi delapan malaikat. Sebagaimana dijelaskan di dalam firman-Nya:


{وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ}


Dan pada hari itu delapan malaikat menjunjung 'Arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. (Al-Haqqah: 17) Dari sini timbul pertanyaan bagaimanakah cara menggabungkan di antara pengertian yang tersimpulkan dari ayat ini dan hadis ini serta hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud.


حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ الْبَزَّارُ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ أَبِي ثَوْرٍ، عَنْ سِماك، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمِيرة ، عَنِ الْأَحْنَفِ بْنِ قيس، عن العباس بن عبد الْمُطَّلِبِ، قَالَ: كُنْتُ بِالْبَطْحَاءِ فِي عِصَابَةٍ فِيهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَرَّتْ بِهِمْ سَحَابَةٌ، فَنَظَرَ إِلَيْهَا فَقَالَ: "مَا تُسَمَّوْنَ هَذِهِ؟ " قَالُوا: السَّحَابَ. قَالَ: "وَالْمُزْنَ؟ " قَالُوا: وَالْمُزْنَ. قَالَ: "والعَنَان؟ " قَالُوا: وَالْعَنَانَ -قَالَ أَبُو دَاوُدَ: وَلَمْ أُتْقِنِ الْعَنَانَ جَيِّدًا -قَالَ: "هَلْ تَدْرُونَ بُعْدَ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ؟ " قَالُوا: لَا نَدْرِي. قَالَ: "بُعد مَا بَيْنَهُمَا إِمَّا وَاحِدَةٌ، أَوِ اثْنَتَانِ، أَوْ ثَلَاثٌ وَسَبْعُونَ سَنَةً، ثُمَّ السماء فوقها كذلك" حتى عَدّ سبع سموات "ثُمَّ فَوْقَ السَّمَاءِ السَّابِعَةِ بَحْرٌ ، بَيْنَ أَسْفَلِهِ وَأَعْلَاهُ مِثْلُ مَا بَيْنَ سَمَاءٍ إِلَى سَمَاءٍ، ثُمَّ فَوْقَ ذَلِكَ ثَمَانِيَةُ أوْعَال، بَيْنَ أَظْلَافِهِنَّ ورُكبهن مِثْلُ مَا بَيْنَ سَمَاءٍ إِلَى سَمَاءٍ، ثُمَّ عَلَى ظُهُورِهِنَّ الْعَرْشُ بَيْنَ أَسْفَلِهِ وَأَعْلَاهُ مِثْلُ مَا بَيْنَ سَمَاءٍ إِلَى سَمَاءٍ، ثُمَّ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، فَوْقَ ذَلِكَ"


Yaitu bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnus Sabbah Al-Bazzar, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Abu Saur, dari Sammak, dari Abdullah ibnu Umairah, dari Al-Ahnaf, dari Qais, dari Al-Abbas ibnu Abdul Muttalib r.a.

yang menceritakan bahwa ketika ia berada di Bat-hah bersama dengan sekumpulan orang yang di antaranya terdapat Rasulullah Saw. berlalulah di atas mereka sekumpulan awan. Maka Rasulullah Saw. memandang ke arahnya dan bertanya,

"Bagaimanakah kalian menamakan ini?" Mereka menjawab, "Sahab (awan)." Nabi Saw. bersabda, "Muzn (awan yang mengandung air hujan)." Lalu mereka menyebutkan Muzn. Dan Nabi Saw. bersabda," 'Anan (mendung)."

Mereka menyebutnya 'Anan pula. Abu Daud mengatakan bahwa ia tidak biasa menyebut 'Anan. Lalu Nabi Saw. bertanya, "Tahukah kalian, berapa jauhkah jarak antara bumi dan langit?" Mereka menjawab, "Kami tidak mengetahui." Nabi Saw.

bersabda, "Jarak di antara keduanya adalah tujuh puluh satu atau tujuh puluh dua atau tujuh puluh tahun. Kemudian di atas langit itu ada langit lagi hingga tujuh lapis langit. Di atas tujuh lapis langit terdapat lautan yang antara dasar

dan permukaannya sama dengan jarak antara suatu langit ke langit yang di atasnya. Kemudian di atas semuanya itu terdapat delapan ekor kambing gunung, yang jarak di antara kuku dan punggungnya sama dengan jarak

antara satu langit ke langit yang lainnya. Kemudian di atas punggung delapan ekor kambing gunung itu terdapat 'Arasy yang jarak antara bagian bawahnya sampai bagian atasnya sama dengan jarak antara suatu langit ke langit yang lain.

Kemudian di atas semuanya itu adalah Allah Swt." Kemudian Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Ibnu Majah meriwayatkannya melalui Sammak ibnu Harb dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib.

Ini menunjukkan bahwa malaikat penjunjung 'Arasy semuanya ada delapan, seperti yang dikatakan oleh Syahr ibnu Hausyab, bahwa para malaikat pemikul 'Arasy ada delapan; empat malaikat di antaranya selalu mengucapkan,

"Mahasuci Engkau, ya Allah, dan dengan memuji kepada­Mu, bagi-Mu segala puji atas sifat Penyantun-Mu sesudah sifat 'ilmu­-Mu." Dan empat malaikat lainnya selalu mengucapkan, "Mahasuci Engkau, ya Allah, dan dengan memuji kepada-Mu,

bagi-Mu segala puji atas sifat Pemaaf-Mu yang dibarengi dengan sifat Kuasa-Mu." Karena itulah apabila mereka memohonkan ampun bagi orang-orang yang beriman, mereka mengucapkan:


{رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا}


Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu. (Al-Mu’min: 7) Yakni rahmat-Mu memuat semua dosa dan kesalahan mereka, dan ilmu­Mu meliputi semua perbuatan, ucapan, gerakan, dan diamnya mereka.


{فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ}


maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan Engkau. (Al-Mu’min: 7) Maksudnya, maafkanlah orang-orang yang berdosa bila mereka bertobat dan kembali taat kepada-Mu serta menghentikan perbuatan dosanya,

dan mengikuti apa yang telah Engkau perintahkan kepada mereka, yaitu mengerjakan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran.


{وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ}


dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala. (Al-Mu’min: 7) Yakni jauhkanlah mereka dari azab neraka Jahim yang sangat pedih lagi sangat menyakitkan itu.


{رَبَّنَا وَأَدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدْتَهُمْ وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ}


Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka dan keturunan mereka semua. (Al-Mu’min: 8)

Artinya, kumpulkanlah mereka dengan orang-orang tersebut agar mereka senang karena berkumpul dengan keluarganya di tempat-tempat yang bersebelahan. Sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:


{وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ}


Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. (At-Thur: 21)

Yaitu Kami samakan di antara mereka dalam tempat tinggal agar hati mereka senang, tanpa Kami kurangi pahala orang yang banyak amalnya dengan pahala orang yang sedikit amalnya agar menjadi sama. Tetapi Kami tambahkan

kepada orang yang sedikit amalnya sehingga menjadi sama dengan orang yang banyak amalnya dari kalangan mereka; maka meratalah pahala amal mereka; hal ini sebagai karunia dan kemurahan dari Kami.

Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa sesungguhnya seorang mukmin itu apabila masuk surga, maka ia menanyakan tentang kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya, di manakah mereka berada. Maka dikatakan kepadanya,

bahwa sesungguhnya mereka tidak setingkat denganmu dalam amalannya. Maka berkatalah ia, "Sesungguhnya aku beramal untuk diriku dan untuk mereka." Maka digabungkanlah mereka dengannya dalam tingkatan yang sama.

Kemudian Sa'id ibnu Jubair membaca ayat ini, yaitu firman Allah Swt.: Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka,

istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Al-Mu’min: 8) Mutarrif ibnu Abdullah ibnusy Syikhkhir telah mengatakan bahwa hamba Allah yang paling mengharapkan kebaikan

bagi orang-orang mukmin adalah para malaikat, kemudian dia membaca ayat ini: Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka. (Al-Mu’min: 8)

Dan di antara hamba-hamba-Nya yang paling memperdayai orang-orang mukmin adalah setan. Firman Allah Swt.:


{إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ}


Sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Al-Mu’min: 8) Yakni Yang tidak dapat dihalangi dan Yang tidak dapat dikalahkan; apa saja yang dikehendaki-Nya pasti ada,

dan apa saja yang tidak dikehendaki-Nya pasti tiada. Dia Mahabijaksana dalam semua ucapan dan perbuatan­Nya, yakni dalam semua syariat dan takdir-Nya.


{وَقِهِمُ السَّيِّئَاتِ}


dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. (Al-Mu’min: 9) Yaitu dari perbuatan jahat atau dari balasan kejahatan yang dilakukannya.


{وَمَنْ تَقِ السَّيِّئَاتِ يَوْمَئِذٍ} أَيْ: يَوْمَ الْقِيَامَةِ {فَقَدْ رَحِمْتَهُ}


Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu (hari kiamat), maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya. (Al-Mu’min: 9) Yakni Engkau telah belas kasihan kepadanya dan Engkau selamatkan dia dari hukuman.


{وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ}


dan itulah kemenangan yang besar. (Al-Mu’min: 9)

Surat Al-Mumin |40:8|

رَبَّنَا وَأَدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدْتَهُمْ وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

robbanaa wa adkhil-hum jannaati 'adninillatii wa'attahum wa man sholaḥa min aabaaa`ihim wa azwaajihim wa żurriyyaatihim, innaka antal-'aziizul-ḥakiim

Ya Tuhan kami, masukkanlah mereka ke dalam Surga ´Aadn yang telah Engkau janjikan kepada mereka, dan orang yang saleh di antara nenek moyang mereka, istri-istri, dan keturunan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana,

Our Lord, and admit them to gardens of perpetual residence which You have promised them and whoever was righteous among their fathers, their spouses and their offspring. Indeed, it is You who is the Exalted in Might, the Wise.

Tafsir
Jalalain

(Ya Rabb kami! Masukkanlah mereka ke dalam surga Adn) sebagai tempat tinggal mereka (yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh)

lafal Man shalaha diathafkan kepada lafal Hum yang terdapat di dalam lafal Wa-adkhilhum atau yang terdapat pada lafal Wa'adtahum (dari bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka,

dan keturunan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana) di dalam perbuatan-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 8 |

penjelasan ada di ayat 7

Surat Al-Mumin |40:9|

وَقِهِمُ السَّيِّئَاتِ ۚ وَمَنْ تَقِ السَّيِّئَاتِ يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمْتَهُ ۚ وَذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

wa qihimus-sayyi`aat, wa man taqis-sayyi`aati yauma`iżin fa qod roḥimtah, wa żaalika huwal-fauzul-'azhiim

dan peliharalah mereka dari (bencana) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (bencana) kejahatan pada hari itu, maka sungguh, Engkau telah menganugerahkan rahmat kepadanya dan demikian itulah kemenangan yang agung."

And protect them from the evil consequences [of their deeds]. And he whom You protect from evil consequences that Day - You will have given him mercy. And that is the great attainment."

Tafsir
Jalalain

(Dan peliharalah mereka dari kejahatan) dari balasan azabnya (Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari balasan kejahatan pada hari itu) pada hari kiamat

(maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 9 |

penjelasan ada di ayat 7

Surat Al-Mumin |40:10|

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنَادَوْنَ لَمَقْتُ اللَّهِ أَكْبَرُ مِنْ مَقْتِكُمْ أَنْفُسَكُمْ إِذْ تُدْعَوْنَ إِلَى الْإِيمَانِ فَتَكْفُرُونَ

innallażiina kafaruu yunaadauna lamaqtullohi akbaru mim maqtikum anfusakum iż tud'auna ilal-iimaani fa takfuruun

Sesungguhnya orang-orang yang kafir, kepada mereka (pada hari Kiamat) diserukan, "Sungguh, kebencian Allah (kepadamu) jauh lebih besar daripada kebencianmu kepada dirimu sendiri, ketika kamu diseru untuk beriman lalu kamu mengingkarinya."

Indeed, those who disbelieve will be addressed, "The hatred of Allah for you was [even] greater than your hatred of yourselves [this Day in Hell] when you were invited to faith, but you refused."

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya orang-orang yang kafir diserukan kepada mereka) oleh para malaikat, sedangkan mereka membenci diri mereka sendiri sewaktu mereka dimasukkan ke dalam neraka

("Sesungguhnya kebencian Allah) kepada kalian (lebih besar daripada kebencian kalian kepada diri kalian sendiri karena kalian diseru) sewaktu di dunia (untuk beriman, lalu kalian kafir.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 10 |

Tafsir ayat 10-14

Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal orang-orang kafir, bahwa kelak di hari kiamat mereka diseru, sedangkan mereka berada di dalam pembakaran api neraka yang membakar tubuh mereka. Saat itu mereka mulai merasakan azab Allah

yang tidak terperikan. Maka pada saat itu mereka membenci dirinya sendiri dengan kebencian yang sangat karena perbuatan-perbuatan dosa yang dahulu mereka kerjakan semasa di dunia yang menyebabkan diri mereka

dimasukkan ke dalam neraka. Lalu para malaikat memberitahukan kepada mereka saat itu, dengan pemberitahuan suara yang keras, bahwa kebencian Allah Swt. terhadap mereka sewaktu di dunia saat ditawarkan kepada mereka iman,

lalu mereka kafir, jauh lebih hebat daripada kebencian kalian kepada diri sendiri, hai orang-orang yang sedang di azab, pada hari ini dan dalam keadaan seperti sekarang. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

Sesungguhnya kebencian Allah kepadamu lebih besar daripada kebencianmu kepada dirimu sendiri karena kamu diseru untuk beriman, namun kamu kafir. (Al-Mu’min: 10) Yakni sesungguhnya kebencian Allah kepada orang-orang yang sesat

saat mereka diseru untuk beriman di dunia, namun mereka berpaling dari iman dan tidak mau menerimanya, adalah lebih besar daripada kebencian mereka kepada diri mereka sendiri ketika menyaksikan azab Allah di hari kiamat.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri, Mujahid, As-Saddi, Zar ibnu Ubaidillah Al-Hamdani, Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, dan Ibnu Jarir At-Tabari. Semoga rahmat Allah terlimpahkan kepada mereka semua. Firman Allah Swt.:


{قَالُوا رَبَّنَا أَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ}


Mereka menjawab, "Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula)." (Al-Mu’min: 11) Ats-Tsauri mengatakan dari Abu Ishaq, dari Abul Ahwas, dari Ibnu Mas'ud r.a., bahwa ayat ini semakna dengan firman-Nya:


{كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ}


Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nyalah kamu di kembalikan? (Al-Baqarah: 28)

Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ad-Dahhak, Qatadah, dan Abu Malik; ini adalah pendapat yang benar dan tidak diragukan atau dibimbangkan lagi kebenarannya. Qatadah mengatakan bahwa mereka dimatikan di dunia,

kemudian dihidupkan kembali dalam kubur mereka untuk menjalani pertanyaan (kuburan). Kemudian mereka dimatikan dan dihidupkan kembali pada hari kiamat. Ibnu Zaid mengatakan bahwa mereka dihidupkan ketika diambil perjanjian

dari mereka saat mereka masih berada di dalam sulbi Adam a.s. Kemudian mereka diciptakan di dalam rahim, lalu dimatikan, kemudian dihidupkan kembali pada hari kiamat. Kedua pendapat yang dikatakan oleh As-Saddi dan Ibnu Zaid ini lemah,

karena yang tersimpulkan darinya hanyalah tiga kali kehidupan dan tiga kali kematian. Pendapat yang benar adalah yang dikatakan oleh Ibnu Mas'ud dan Ibnu Abbas serta orang-orang yang mengikuti pendapat keduanya.

Makna yang dimaksud ialah bahwa orang-orang kafir meminta untuk dikembalikan ke dunia saat mereka berdiri di hadapan Allah Swt. di padang mahsyar, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ}


Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia),

kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.”(As-Sajdah: 12) Maka mereka tidak diperkenankan, kemudian bilamana mereka melihat neraka dengan mata kepala mereka sendiri berada di hadapannya

dan menyaksikan azab dan pembalasan Allah yang ada di dalamnya, maka mereka kembali meminta dengan permintaan yang sangat untuk dapat dikembalikan ke dunia, tetapi tidak diperkenankan. Allah Swt. berfirman:


{وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ بَلْ بَدَا لَهُمْ مَا كَانُوا يُخْفُونَ مِنْ قَبْلُ وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُون}


Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman, "

(tentulah kami melihat suatu peristiwa yang mengharukan). Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia,

tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka. (Al-An'am: 27-28) Apabila mereka telah masuk neraka dan merasakan sentuhan api neraka,

luapan apinya, palu-palu godamnya, dan belenggu-belenggunya, maka permintaan mereka untuk dapat dikembalikan ke dunia jauh lebih memelas dan lebih kuat lagi daripada yang sebelumnya.


{وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ}


Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami, niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan.” Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu

dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun. (Fatir: 37) Dan firman Allah Swt.:


{رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْهَا فَإِنْ عُدْنَا فَإِنَّا ظَالِمُونَ. قَالَ اخْسَئُوا فِيهَا وَلا تُكَلِّمُونِ}


Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami darinya (dan kembalikanlah kami ke dunia). Maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim. Allah berfirman, "Tinggallah dengan hina di dalamnya,

dan janganlah kamu berbicara dengan Aku.” (Al-Mu’minun: 107-108) Dan dalam surat Al-Mu’min ini disebutkan ungkapan permohonan belas kasihan mereka yang mendahului perkataan mereka yang disebutkan dalam ayat-ayat di atas, yaitu ucapan mereka yang disitir oleh firman-Nya:


{رَبَّنَا أَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ}


Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali. (Al-Mu’min: 11) Yakni Kekuasaan-Mu Mahabesar, karena sesungguhnya Engkau telah menghidupkan kami sesudah kami mati,

kemudian Engkau matikan lagi kami, kemudian Engkau hidupkan kembali kami. Maka Engkau Mahakuasa atas apa yang Engkau kehendaki. Kami telah mengakui dosa-dosa kami, dan sesungguhnya kami telah berbuat aniaya terhadap diri kami sendiri semasa di dunia.


{فَهَلْ إِلَى خُرُوجٍ مِنْ سَبِيلٍ}


Maka adakah suatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)? (Al-Mu’min: 11) Yaitu apakah Engkau perkenankan kami untuk dapat kembali ke dunia, karena sesungguhnya Engkau Mahakuasa untuk memberlakukan hal tersebut,

agar kami dapat mengerjakan selain dari apa yang pernah kami kerjakan dahulu. Jika ternyata kami masih kembali kepada perbuatan semula, maka sesungguhnya kami adalah orang-orang yang aniaya. Lalu mereka dijawab,

"Tiada jalan untuk kembali ke dunia bagi kalian." Kemudian Allah menyebutkan alasan tertolaknya permintaan mereka, "Watak kalian itu tidak mau menerima kebenaran dan kebenaran tidak cocok bagi watak kalian,

bahkan watak kalian selalu menentang dan mem­bangkang terhadapnya." Karena itu, disebutkan dalam firman berikutnya:


{ذَلِكُمْ بِأَنَّهُ إِذَا دُعِيَ اللَّهُ وَحْدَهُ كَفَرْتُمْ وَإِنْ يُشْرَكْ بِهِ تُؤْمِنُوا}


Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja disembah. Dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan. (Al-Mu’min: 12) Yakni demikianlah yang akan kamu lakukan bila kamu dikembalikan ke dunia, seperti juga yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:


{وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ}


Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang telah dilarang mereka mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka. (Al-An'am: 28) Adapun firman Allah Swt.:


{فَالْحُكْمُ لِلَّهِ الْعَلِيِّ الْكَبِيرِ}


Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. (Al-Mu’min: 12) Artinya, Dialah Yang memutuskan perkara makhluk-Nya. Dia Mahaadil dan tidak zalim, maka Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya

dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya; merahmati siapa yang dikehendaki-Nya dan mengazab siapa yang dikehendaki-Nya; tidak ada Tuhan selain Allah. Firman Allah Swt.:


{هُوَ الَّذِي يُرِيكُمْ آيَاتِهِ}


Dialah Yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. (Al-Mu’min: 13) Yaitu menampakkan kekuasaan-Nya kepada makhluk-Nya melalui apa yang mereka saksikan pada makhluk lainnya yang ada di atas dan yang ada di bawah,

padanya terdapat tanda-tanda yang besar yang menunjukkan akan kesempurnaan Penciptanya yang telah mengadakan dan yang telah menjadikannya.


{وَيُنزلُ لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ رِزْقًا}


dan menurunkan untukmu rezeki dari langit. (Al-Mu’min: 13) Yakni hujan yang menjadi penyebab tumbuhnya tetumbuhan dan buah-buahan seperti yang terlihat oleh mata, beraneka ragam warna, rasa, bau, dan bentuknya,

padahal asal kejadiannya dari air yang sama. Maka berkat kekuasaan-Nya Yang Mahabesar, Dia menjadikan masing-masing dari semuanya itu berbeda-beda.


{وَمَا يَتَذَكَّرُ}


Dan tiadalah mendapat pelajaran. (Al-Mu’min: 13) Maksudnya, tiada yang dapat mengambil pelajaran dan memikirkan segala sesuatu itu dan mengambil kesimpulan darinya akan Kebesaran Penciptanya.


{إِلا مَنْ يُنِيبُ}


kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah). (Al-Mu’min: 13) Yaitu orang yang mempunyai pandangan hati lagi selalu taat kepada Allah. Firman Allah Swt.:


{فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ}


Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya). (Al-Mu’min: 14) Artinya, murnikanlah penyembahan dan berdoa itu hanya kepada Allah semata, dan berbedalah dengan orang-orang musyrik dalam sepak terjang dan pendapat mereka.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ، حَدَّثَنَا هِشَامٌ -يعني بن عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ-عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ مُحَمَّدِ بن مسلم بن مدرس الْمَكِّيِّ قَالَ: كَانَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ يَقُولُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ حِينَ يُسَلِّمُ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ، لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ، وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ" قَالَ: وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُهَلِّل بِهِنَّ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Namir, telah menceritakan kepada kami Hisyam (yakni Urwah ibnuz Zubair), dari Abuz Zubair alias Muhammad ibnu Muslim seorang guru di Mekah

yang mengatakan bahwa Abdullah ibnuz Zubair selalu mengucapkan doa berikut seusai dalam salatnya, yaitu: Tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagi­Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji,

dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan kami tidak menyembah selain kepada-Nya, milik-Nyalah semua nikmat, karunia,

dan pujian yang baik. Tidak ada Tuhan selain Allah, (kami nyatakan ini dengan) memurnikan penyembahan hanya kepada-Nya, sekalipun orang-orang kafir tidak menyukai (nya). Lalu Ibnuz Zubair mengatakan bahwa Rasulullah Saw.

selalu mengucap­kan doa tersebut setiap usai salatnya. Imam Muslim dan Imam Abu Daud serta Imam Nasai telah meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Hisyam ibnu Urwah dan Hajjaj ibnu Abu Usman serta Musa ibnu Uqbah;

ketiganya dari Abuz Zubair, dari Abdullah ibnuz Zubair yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. setiap usai salatnya mengucapkan doa berikut:


"لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ


Tidak ada Tuhan melainkan Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, hingga akhir hadis. Di dalam kitab sahih disebutkan dari Ibnuz Zubair r.a., bahwa Rasulullah Saw. setiap usai mengerjakan salat fardunya mengucapkan doa berikut:


"لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ، لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ، وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ"


Tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji, dan adalah Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.

Tidak ada Tuhan selain Allah, dan kami tidak menyembah selain hanya kepada-Nya. Bagi-Nya semua nikmat, karunia, dan pujian yang baik. Tidak ada Tuhan selain Allah (dengan) memurnikan ketaatan kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai (nya).


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا الرَّبِيعُ حَدَّثَنَا الخَصِيب بْنُ نَاصِحٍ، حَدَّثَنَا صَالِحٌ -يَعْنِي المِرِّي-عَنْ هِشَامِ بْنِ حَسَّانَ، عَنِ ابْنِ سِيرِينَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "ادعوا الله وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ"


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ar-Rabi', telah menceritakan kepada kami Al-Khasib ibnu Nasih, telah menceritakan kepada kami Saleh (yakni Al-Murri), dari Hisyam ibnu Hassan, dari Ibnu Sirin,

dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Berdoalah kepada Allah Swt., sedangkan kalian merasa yakin akan diperkenankan. Dan ketahuilah bahwa Allah Swt. tidak mem­perkenankan doa dari orang yang hatinya lalai lagi tidak khusyuk.

Surat Al-Mumin |40:11|

قَالُوا رَبَّنَا أَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ فَاعْتَرَفْنَا بِذُنُوبِنَا فَهَلْ إِلَىٰ خُرُوجٍ مِنْ سَبِيلٍ

qooluu robbanaaa amattanaṡnataini wa aḥyaitanaṡnataini fa'tarofnaa biżunuubinaa fa hal ilaa khuruujim min sabiil

Mereka menjawab, "Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?"

They will say, "Our Lord, You made us lifeless twice and gave us life twice, and we have confessed our sins. So is there to an exit any way?"

Tafsir
Jalalain

(Mereka menjawab, "Ya Rabb kami, Engkau telah mematikan kami dua kali) yakni dua kali mati (dan telah menghidupkan kami dua kali pula) yakni dua kali hidup.

Karena sesungguhnya sebelum itu mereka berupa mani, dalam keadaan mati, kemudian mereka dijadikan hidup, lalu mereka dimatikan lagi, lalu mereka dihidupkan lagi pada hari berbangkit

(lalu kami mengakui dosa-dosa kami) yaitu dosa keingkaran kami terhadap adanya hari berbangkit. (Maka adakah untuk keluar) dari neraka lalu kembali lagi ke dunia,

supaya kami dapat menjalani ketaatan kepada Rabb kami (sesuatu jalan") yakni jalan keluar, maka jawaban mereka adalah tidak ada.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 11 |

penjelasan ada di ayat 10

Surat Al-Mumin |40:12|

ذَٰلِكُمْ بِأَنَّهُ إِذَا دُعِيَ اللَّهُ وَحْدَهُ كَفَرْتُمْ ۖ وَإِنْ يُشْرَكْ بِهِ تُؤْمِنُوا ۚ فَالْحُكْمُ لِلَّهِ الْعَلِيِّ الْكَبِيرِ

żaalikum bi`annahuuu iżaa du'iyallohu waḥdahuu kafartum, wa iy yusyrok bihii tu`minuu, fal-ḥukmu lillaahil-'aliyyil-kabiir

Yang demikian itu karena sesungguhnya kamu mengingkari apabila diseru untuk menyembah Allah saja. Dan jika Allah disekutukan, kamu percaya. Maka keputusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Maha Tinggi, Maha Besar.

[They will be told], "That is because, when Allah was called upon alone, you disbelieved; but if others were associated with Him, you believed. So the judgement is with Allah, the Most High, the Grand."

Tafsir
Jalalain

(Yang demikian itu) maksudnya, azab yang kalian sedang jalani itu (adalah karena) ketika di dunia (kalian kafir apabila Allah saja disembah) artinya, kalian kafir bilamana Dia diesakan. (Dan apabila Allah dipersekutukan)

menjadikan sekutu bagi-Nya (kalian percaya) kalian percaya kepada kemusyrikan itu. (Maka putusan) untuk mengazab kalian (adalah pada Allah Yang Maha Tinggi) atas semua makhluk-Nya (lagi Maha Besar) Maha Agung.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 12 |

penjelasan ada di ayat 10

Surat Al-Mumin |40:13|

هُوَ الَّذِي يُرِيكُمْ آيَاتِهِ وَيُنَزِّلُ لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ رِزْقًا ۚ وَمَا يَتَذَكَّرُ إِلَّا مَنْ يُنِيبُ

huwallażii yuriikum aayaatihii wa yunazzilu lakum minas-samaaa`i rizqoo, wa maa yatażakkaru illaa may yuniib

Dialah yang memperlihatkan tanda-tanda (kekuasaan)-Nya kepadamu dan menurunkan rezeki dari langit untukmu. Dan tidak lain yang mendapat pelajaran hanyalah orang-orang yang kembali (kepada Allah).

It is He who shows you His signs and sends down to you from the sky, provision. But none will remember except he who turns back [in repentance].

Tafsir
Jalalain

(Dialah yang memperlihatkan kepada kalian tanda-tanda-Nya) yang menunjukkan akan keesaan-Nya (dan menurunkan untuk kalian rezeki dari langit) berupa hujan.

(Dan tiadalah mendapat pelajaran) yakni mengambil nasihat (kecuali orang-orang yang kembali kepada Allah) dari kemusyrikan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 13 |

penjelasan ada di ayat 10

Surat Al-Mumin |40:14|

فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ

fad'ulloha mukhlishiina lahud-diina walau karihal-kaafiruun

Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya).

So invoke Allah, [being] sincere to Him in religion, although the disbelievers dislike it.

Tafsir
Jalalain

(Maka serulah Allah) sembahlah Dia (dengan memurnikan ibadah kepada-Nya) artinya, memurnikan agama dari kemusyrikan (meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya) sekalipun mereka tidak menyukai keikhlasan kalian kepada-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 14 |

penjelasan ada di ayat 10

Surat Al-Mumin |40:15|

رَفِيعُ الدَّرَجَاتِ ذُو الْعَرْشِ يُلْقِي الرُّوحَ مِنْ أَمْرِهِ عَلَىٰ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ لِيُنْذِرَ يَوْمَ التَّلَاقِ

rofii'ud-darojaati żul-'arsy, yulqir-ruuḥa min amrihii 'alaa may yasyaaa`u min 'ibaadihii liyunżiro yaumat-talaaq

(Dialah) Yang Maha Tinggi derajat-Nya, yang memiliki 'Arsy, yang menurunkan wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, agar memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari Kiamat),

[He is] the Exalted above [all] degrees, Owner of the Throne; He places the inspiration of His command upon whom He wills of His servants to warn of the Day of Meeting.

Tafsir
Jalalain

(Dialah Yang Maha Tinggi derajat-Nya) maksudnya, Allah Maha Agung sifat-sifat-Nya, atau Dialah Yang mengangkat derajat orang-orang yang beriman di surga

(Yang mempunyai Arasy) Yang menciptakannya (Yang menurunkan Ar-Ruuh) yakni wahyu (dari perintah-Nya) atau firman-nya (kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya,

supaya dia memperingatkan) maksudnya, orang yang menerima wahyu itu diperintahkan untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada manusia (tentang hari pertemuan)

dapat dibaca At-Talaaqi atau At-Talaaqiy dengan memakai huruf Ya. Yakni hari kiamat, karena pada hari itu penduduk langit dan penduduk bumi bertemu,

dan bertemu pula antara Yang Disembah dan yang menyembah, sebagaimana dipertemukan pula antara orang yang aniaya dan orang yang dianiaya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 15 |

Tafsir ayat 15-17

Allah Swt. menceritakan tentang kebesaran dan keagungan diri-Nya, juga tentang ketinggian' Arasy-Nya yang besar berada di atas semua makhluk-Nya bagaikan atap bagi semuanya. Seperti yang disebutkan dalam firman-Nya:


{مِنَ اللَّهِ ذِي الْمَعَارِجِ تَعْرُجُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ}


(Yang datang) dari Allah, Yang mempunyai tempat-tempat naik. Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. (Al-Ma'arij: 3-4) Insya Allah akan dijelaskan bahwa ini merupakan

jarak antara 'Arasy sampai bumi yang ketujuh, menurut pendapat segolongan ulama Salaf dan ulama Khalaf, dan ini merupakan pendapat yang paling kuat. Bukan hanya seorang ulama telah menyebutkan bahwa 'Arasy itu dari yaqut merah

yang mempunyai garis tengah sama dengan jarak perjalanan lima puluh ribu tahun, dan ketinggiannya dari bumi yang ketujuh sama dengan jarak perjalanan lima puluh ribu tahun. Dalam kisah tentang 'kambing gunung'

telah disebutkan hal yang menunjukkan ketinggian 'Arasy dari langit ke tujuh, yaitu jarak yang sangat jauh. Firman Allah Swt.:


{يُلْقِي الرُّوحَ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ}


Yang mengutus Jibril dengan (membawa) perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. (Al-Mu’min: 15) Semakna dengan firman Allah Swt. yang menyebutkan:


{يُنزلُ الْمَلائِكَةَ بِالرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ أَنْ أَنْذِرُوا أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا أَنَا [فَاتَّقُونِ] }


Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu, "Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwa tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku.” (An-Nahl: 2) Juga semakna dengan firman-Nya:


{وَإِنَّهُ لَتَنزيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ. نزلَ بِهِ الرُّوحُ الأمِينُ. عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ}


Dan sesungguhnya Al-Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan. (Asy-Syu'ara: 192­194) Adapun firman Allah Swt.:


{لِيُنْذِرَ يَوْمَ التَّلاقِ}


supaya dia memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari kiamat), (Al-Mu’min: 15) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Yaumut Talaq adalah salah satu nama hari kiamat, yang dengannya Allah

memperingatkan kepada hamba-hamba-Nya. Ibnu Juraij mengatakan, Ibnu Abbas r.a. telah mengatakan bahwa pada hari itu Adam bersua dengan keturunannya yang terakhir. Ibnu Zaid mengatakan bahwa pada hari itu

semua hamba Allah bersua. Qatadah, As-Saddi, Bilal ibnu Sa'd, dan Sufyan ibnu Uyaynah mengatakan bahwa pada hari itu bersualah penduduk langit dan penduduk bumi, juga Khaliq dan makhluk-Nya.

Maimun ibnu Mahran mengatakan bahwa hari itu bertemu antara penganiaya dan orang yang dianiaya olehnya. Ada juga yang mengatakan bahwa sesungguhnya Yaumut Talaq mempunyai pengertian yang mencakup semua pendapat di atas,

juga mencakup pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang akan menjumpai amal baik dan amal buruk yang telah dikerjakannya; ini dikatakan oleh ulama lainnya. Firman Allah Swt.:


{يَوْمَ هُمْ بَارِزُونَ}


(yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatu pun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Al-Mu’min: 16) Yakni semuanya tampak dan muncul, tiada sesuatu pun yang menyembunyikan mereka,

tiada sesuatu pun yang menaungi mereka, tiada pula sesuatu pun yang menutupi mereka. Karena itulah disebutkan dalam firman-Nya:


{يَوْمَ هُمْ بَارِزُونَ لَا يَخْفَى عَلَى اللَّهِ مِنْهُمْ شَيْءٌ}


(yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada sesuatu pun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Al-Mu’min: 16) Artinya, semuanya diketahui oleh Allah dengan saksama, tanpa ada beda. Firman Allah Swt.:


{لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ}


(Lalu Allah berfirman), "Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?” Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (Al-Mu’min: 16) Dalam hadis Ibnu Umar yang lalu telah disebutkan bahwa Allah Swt. menggulung langit dan bumi

dengan tangan-Nya, kemudian berfirman, "Akulah Raja, Akulah Yang Mahaperkasa, Akulah Yang Mahaagung, di manakah sekarang raja-raja bumi? Di manakah sekarang orang-orang yang angkara murka? Di manakah sekarang

orang-orang yang sombong?" Di dalam hadis sangkakala disebutkan pula bahwa Allah Swt. apabila telah mencabut semua roh makhluk-Nya, maka tiada seorang pun yang hidup selain Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya.

Maka pada saat itu Allah berfirman: Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? (Al-Mu’min: 16) sebanyak tiga kali. Kemudian Dia sendirilah yang menjawab seraya berfirman: Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.

(Al-Mu’min: 16) Yakni Tuhan Yang hanya Dia sematalah Yang dapat mengalahkan dan menundukkan segala sesuatu. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Galib Ad-Daqqaq, telah menceritakan

kepada kami Ubaid ibnu Ubaidah, telah menceritakan kepada kami Mu'tamir, dari ayahnya, telah menceritakan kepada kami Abu Nadrah, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa sebelum hari kiamat terjadi, ada suara yang berseru,

"Hai manusia, telah datang kepadamu hari kiamat." Maka terdengarlah seruan itu oleh semua orang yang hidup dan orang yang telah mati. Ibnu Abbas melanjutkan, bahwa lalu turunlah Allah Swt. ke langit yang terdekat dan berfirman:

Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (Al-Mu’min: 16) Adapun firman Allah Swt.:


{الْيَوْمَ تُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ}


Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya. (Al-Mu’min: 17) Allah Swt. menceritakan tentang keadilan-Nya

dalam keputusan hukum di antara makhluk-Nya, bahwa Dia tidak merugikan barang sekecil apa pun dari kebaikan atau keburukan seseorang. Bahkan Dia membalas suatu kebaikan dengan sepuluh kali lipatnya, dan membalas satu keburukan dengan balasan satu keburukan. Karena itulah disebutkan dalam firman-Nya:


{لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ}


Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. (Al-Mu’min: 17) Seperti apa yang disebutkan di dalam kitab Sahih Muslim melalui Abu Zar, dari Rasulullah Saw. yang menceritakan firman Tuhannya, bahwa Allah Swt. telah befirman (di dalam hadis qudsi):


"يَا عِبَادِي، إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلَا تَظَالَمُوا -إِلَى أَنْ قَالَ-: يَا عِبَادِي، إِنَّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا عَلَيْكُمْ ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا، فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ، ومن وجد غير ذلك فلا يلومن إلا نَفْسَهُ"


Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan aniaya terhadap diri-Ku, dan Aku jadikan pula perbuatan itu haram di antara sesama kalian, maka janganlah kalian saling menganiaya.

Hingga akhirnya disebutkan: Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya balasan ini hanyalah berdasarkan amal perbuatan kalian yang telah Kucatat untuk kalian, lalu aku menunaikannya kepada kalian. Maka barang siapa yang menjumpai kebaikan,

hendaklah ia memuji kepada Allah Swt. Dan barang siapa yang menjumpai selain dari itu, maka jangan sekali-kali ia mencela kecuali terhadap dirinya sendiri. Firman Allah Swt.:


{إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ}


Sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya. (Al-Mu’min: 17) Yakni Dia menghisab semua makhluk sebagaimana Dia menghisab seorang diri. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{مَا خَلْقُكُمْ وَلا بَعْثُكُمْ إِلا كَنَفْسٍ وَاحِدَةٍ}


Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu, melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. (Luqman: 28) Dan firman Allah Swt.:


{وَمَا أَمْرُنَا إِلا وَاحِدَةٌ كَلَمْحٍ بِالْبَصَرِ}


Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata. (Al-Qamar: 50)

Surat Al-Mumin |40:16|

يَوْمَ هُمْ بَارِزُونَ ۖ لَا يَخْفَىٰ عَلَى اللَّهِ مِنْهُمْ شَيْءٌ ۚ لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ ۖ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ

yauma hum baarizuun, laa yakhfaa 'alallohi min-hum syaii`, limanil-mulkul-yauum, lillaahil-waaḥidil-qohhaar

(yaitu) pada hari (ketika) mereka keluar (dari kubur), tidak sesuatu pun keadaan mereka yang tersembunyi di sisi Allah. (Lalu Allah berfirman), "Milik siapakah kerajaan pada hari ini?" Milik Allah Yang Maha Esa, Maha Mengalahkan.

The Day they come forth nothing concerning them will be concealed from Allah. To whom belongs [all] sovereignty this Day? To Allah, the One, the Prevailing.

Tafsir
Jalalain

(Yaitu hari ketika mereka keluar) dari kuburnya masing-masing (tiada suatu pun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah berfirman, "Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini")

Allah sendiri yang mengatakannya, kemudian Dia sendiri pula yang menjawabnya, yaitu, ("Hanya kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan") atas semua makhluk-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 16 |

penjelasan ada di ayat 15

Surat Al-Mumin |40:17|

الْيَوْمَ تُجْزَىٰ كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ ۚ لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ

al-yauma tujzaa kullu nafsim bimaa kasabat, laa zhulmal-yauum, innalloha sarii'ul-ḥisaab

Pada hari ini, setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.

This Day every soul will be recompensed for what it earned. No injustice today! Indeed, Allah is swift in account.

Tafsir
Jalalain

(Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya)

Dia menghisab semua makhluk hanya dalam waktu setengah hari dunia, demikianlah menurut keterangan hadis.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 17 |

penjelasan ada di ayat 15

Surat Al-Mumin |40:18|

وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْآزِفَةِ إِذِ الْقُلُوبُ لَدَى الْحَنَاجِرِ كَاظِمِينَ ۚ مَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلَا شَفِيعٍ يُطَاعُ

wa anżir-hum yaumal-aazifati iżil-quluubu ladal-ḥanaajiri kaazhimiin, maa lizh-zhoolimiina min ḥamiimiw wa laa syafii'iy yuthoo'

Dan berilah mereka peringatan akan hari yang semakin dekat (hari Kiamat), yaitu ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan karena menahan kesedihan. Tidak ada seorang pun teman setia bagi orang yang zalim dan tidak ada baginya seorang penolong yang diterima (pertolongannya).

And warn them, [O Muhammad], of the Approaching Day, when hearts are at the throats, filled [with distress]. For the wrongdoers there will be no devoted friend and no intercessor [who is] obeyed.

Tafsir
Jalalain

(Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat) yakni hari kiamat. Berasal dari kata Azifar Rahiilu, artinya, Waktu berangkat telah dekat (yaitu ketika kalbu)

menyesak karena dicekam rasa takut (sampai) artinya hingga sesaknya terasa sampai (di kerongkongan dengan menahan kedukaan) penuh dengan kesedihan.

Lafal Kaazhimiina ini adalah Hal atau kata keterangan keadaan bagi lafal Al-Quluubu, kemudian dianggap sebagai jamak dengan memakai huruf Ya dan Nun karena diibaratkan kepada para pemiliknya.

(Tiada teman-teman yang setia bagi orang-orang yang zalim) maksudnya tiada teman sejawat dan dekat (dan tidak pula mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya)

yang dapat diterima syafaatnya; lafal Yuthaa'u sebagai sifat, tidak mengandung pengertian apa-apa, karena pada asalnya tiada syafaat bagi mereka,

sebagaimana yang telah diungkapkan oleh firman-Nya yang lain, yaitu, "Maka kami tidak mempunyai pemberi syafaat seorang pun." (Q.S. Asy-Syu'ara, 100). Tetapi kalau lafal Syafii'in,

memang mengandung makna, karena ditinjau dari segi dugaan mereka yaitu, bahwasanya mereka memiliki pemberi-pemberi syafaat. Maksudnya, seandainya mereka memberi syafaat, niscaya syafaat mereka tidak akan diterima.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 18 |

Tafsir ayat 18-20

Yaumul Azifah adalah istilah lain dari hari kiamat. Dinamakan demikian karena masanya sudah dekat, sebagaimana yang disebutkan oleh firman Allah Swt.:


{أَزِفَتِ الآزِفَةُ. لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ اللَّهِ كَاشِفَةٌ}


Telah dekat terjadinya hari kiamat. Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain Allah. (An-Najm: 57-58)


{اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ}


Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. (Al-Qamar: l)


{اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ}


Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka. (Al-Anbiya: l)


{أَتَى أَمْرُ اللَّهِ فَلا تَسْتَعْجِلُوهُ}


Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta disegerakan (datang)nya. (An-Nahl: 1) Dan firman Allah Swt.:


{فَلَمَّا رَأَوْهُ زُلْفَةً سِيئَتْ وُجُوهُ الَّذِينَ كَفَرُوا وَقِيلَ هَذَا الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تَدَّعُونَ}


Ketika mereka melihat azab (pada hari kiamat) sudah dekat, muka orang-orang kafir itu menjadi muram. (Al-Mulk: 27), hingga akhir ayat. Adapun firman Allah Swt.:


{إِذِ الْقُلُوبُ لَدَى الْحَنَاجِرِ كَاظِمِينَ}


ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan dengan menahan kesedihan. (Al-Mu’min: 18)" Qatadah mengatakan bahwa hati menyesak sampai di tenggorokan karena takut yang amat sangat, dan hati tidak dapat keluar dan tidak dapat pula

kembali ke tempatnya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah dan As-Saddi serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Makna kadhimina ialah semuanya diam, tidak ada seorang pun yang dapat bicara kecuali dengan izin Allah Swt. seperti yang disebutkan dalam firman-Nya:


{يَوْمَ يَقُومُ الرُّوحُ وَالْمَلائِكَةُ صَفًّا لَا يَتَكَلَّمُونَ إِلا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَقَالَ صَوَابًا}


Pada hari, ketika roh dan para malaikat berdiri bersaf-saf, mereka tidak berkata-kata kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar. (An-Naba: 38) Ibnu Juraij mengatakan bahwa kadhimina artinya mereka menangis. Firman Allah Swt.:


{مَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلا شَفِيعٍ يُطَاعُ}


Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorang pun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya. (Al-Mu’min: 18) Yakni tiadalah bagi orang-orang yang zalim karena mempersekutukan Allah

seorang kerabat pun dari kalangan mereka yang dapat memberi manfaat bagi mereka, tiada pula pemberi syafaat pun yang dapat diterima syafaatnya, bahkan semua penyebab kebaikan telah terputus dari mereka. Firman Allah Swt.:


{يَعْلَمُ خَائِنَةَ الأعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ}


Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. (Al-Mu’min: 19) Allah Swt. menceritakan tentang Pengetahuan-Nya Yang sempurna lagi meliputi segala sesuatu, yang besar, yang kecil, yang agung,

yang hina, yang lembut dan yang paling kecil. Ayat ini merupakan peringatan bagi manusia agar selalu merasa di bawah pengawasan Allah, sehingga mereka merasa malu dari Allah dengan malu yang sebenar-benarnya,

dan bertakwa kepada-Nya dengan takwa yang sebenar-benarnya, dan merasa berada dalam pengawasan-Nya dengan perasaan seseorang yang mengetahui bahwa Dia melihatnya. Karena sesungguhnya Allah Swt.

mengetahui pandangan mata yang khianat, sekalipun pada lahiriahnya menampakkan pandangan yang jujur. Dan Dia mengetahui apa yang tersembunyi di balik lubuk hati berupa detikan hati dan semua rahasia yang ada di dalamnya.

Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. (Al-Mu’min: 19) Dia adalah seorang lelaki yang memasuki rumah suatu ahli bait

yang di dalamnya ada seorang wanita yang cantik, atau wanita yang cantik itu berlalu di hadapannya; maka apabila keluarga si wanita itu lengah, ia melirikkan pandangannya ke wanita itu. Dan apabila mereka mengawasinya,

maka ia menundukkan pandangan matanya dari wanita itu. Bila mereka lengah, ia memandangnya; dan bila mereka mengawasi­nya, ia menunduk. Allah Swt. mengetahui apa yang tersimpan di dalam hati lelaki seperti itu,

dia menginginkan seandainya saja ia dapat melihat farji wanita cantik itu. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Ad-Dahhak telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: (pandangan) mata yang khianat.

(Al-Mu’min: 19) Yakni lirikan mata. Seorang lelaki berkata, "Aku telah melihat," padahal dia tidak melihat. Atau, "Aku tidak melihat," padahal dia melihat. Ibnu Abbas mengatakan bahwa Allah Swt. mengetahui pandangan mata saat melihat,

apakah pandangan itu jujur ataukah khianat. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Qatadah. Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan apa yang disembunyikan oleh hati. (Al-Mu’min: 19)

Dia mengetahui bahwa jika kamu mempunyai kemampuan untuk menguasainya (si wanita cantik yang dipandangmu), apakah kamu akan berbuat zina dengannya ataukah tidak.

As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan apa yang disembunyikan oleh hati. (Al-Mu’min: 19) Yakni rasa waswas. Firman Allah Swt.:


{وَاللَّهُ يَقْضِي بِالْحَقِّ}


Dan Allah menghukum dengan keadilan. (Al-Mu’min: 20) Maksudnya, memutuskan hukum dengan adil. Al-A'masy telah meriwayatkan dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:

Dan Allah menghukum dengan keadilan. (Al-Mu’min: 20) Yaitu berkuasa membalas satu kebaikan dengan satu kebaikan, dan satu keburukan dengan satu keburukan lagi. Sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

(Al-Mu’min: 20) Inilah tafsir yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas r.a. tentang ayat ini, bahwa ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى}


supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang baik. (An-Najm:31) Adapun firman Allah Swt.:


{وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ}


Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah. (Al-Mu’min: 20) Yakni berhala-berhala, sekutu-sekutu, dan tandingan-tandingan Allah yang mereka ada-adakan.


{لَا يَقْضُونَ بِشَيْءٍ}


tiada dapat menghukum dengan sesuatu pun. (Al-Mu’min: 20) Maksudnya, tidak memiliki sesuatu pun dan tidak dapat menghukumi sesuatu pun.


{إِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ}


Sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Al-Mu’min: 20) Yakni Maha Mendengar semua ucapan makhluk-Nya dan Maha Melihat kepada mereka, maka Dia memberi petunjuk

kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya, Dialah Hakim Yang Mahaadil dalam semuanya itu.

Surat Al-Mumin |40:19|

يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ

ya'lamu khooo`inatal-a'yuni wa maa tukhfish-shuduur

Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang tersembunyi dalam dada.

He knows that which deceives the eyes and what the breasts conceal.

Tafsir
Jalalain

(Dia mengetahui) Allah mengetahui (mata yang khianat) ketika mencuri pandang melihat hal-hal yang diharamkan (dan apa yang disembunyikan oleh hati) yang tersimpan di dalam kalbu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 19 |

penjelasan ada di ayat 18

Surat Al-Mumin |40:20|

وَاللَّهُ يَقْضِي بِالْحَقِّ ۖ وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ لَا يَقْضُونَ بِشَيْءٍ ۗ إِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

wallohu yaqdhii bil-ḥaqq, wallażiina yad'uuna min duunihii laa yaqdhuuna bisyaii`, innalloha huwas-samii'ul-bashiir

Dan Allah memutuskan dengan kebenaran. Sedang mereka yang disembah selain-Nya tidak mampu memutuskan dengan sesuatu apa pun. Sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Melihat.

And Allah judges with truth, while those they invoke besides Him judge not with anything. Indeed, Allah - He is the Hearing, the Seeing.

Tafsir
Jalalain

(Dan Allah menghukum dengan keadilan. Dan sesembahan-sesembahan yang mereka seru) yang mereka sembah (selain Allah) yakni berhala-berhala (tiada dapat menghukum dengan sesuatu apa pun)

mana mungkin mereka menjadi sekutu-sekutu Allah (Sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Mendengar) semua perkataan mereka (lagi Maha Melihat) semua perbuatan mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 20 |

penjelasan ada di ayat 18

Surat Al-Mumin |40:21|

أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ كَانُوا مِنْ قَبْلِهِمْ ۚ كَانُوا هُمْ أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَآثَارًا فِي الْأَرْضِ فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ بِذُنُوبِهِمْ وَمَا كَانَ لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَاقٍ

a wa lam yasiiruu fil-ardhi fa yanzhuruu kaifa kaana 'aaqibatullażiina kaanuu ming qoblihim, kaanuu hum asyadda min-hum quwwataw wa aaṡaaron fil-ardhi fa akhożahumullohu biżunuubihim, wa maa kaana lahum minallohi miw waaq

Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di bumi, lalu memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka? Orang-orang itu lebih hebat kekuatannya daripada mereka dan (lebih banyak) peninggalan-peninggalan (peradaban)nya di bumi, tetapi Allah mengazab mereka karena dosa-dosanya. Dan tidak akan ada sesuatu pun yang melindungi mereka dari (azab) Allah.

Have they not traveled through the land and observed how was the end of those who were before them? They were greater than them in strength and in impression on the land, but Allah seized them for their sins. And they had not from Allah any protector.

Tafsir
Jalalain

(Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka itu adalah lebih hebat daripada mereka)

menurut suatu qiraat lafal Minhum dibaca Minkum, artinya lebih hebat daripada kalian (kekuatannya dan lebih banyak bekas-bekas mereka di muka bumi) seperti bangunan-bangunan dan gedung-gedungnya

(maka Allah mengazab mereka) membinasakan mereka (disebabkan dosa-dosa mereka. Dan sekali-kali mereka tidak mempunyai seorang pelindung dari azab Allah) dari siksaan-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 21 |

Tafsir ayat 21-22

Firman Allah Swt.:


أَوَلَمْ يَسِيرُوا


Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan. (Al-Mu’min: 21) Yaitu mereka yang mendustakan kerasulanmu, hai Muhammad.


{فِي الأرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ كَانُوا مِنْ قَبْلِهِمْ}


di muka bumi, lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. (Al-Mu’min: 21) Yakni umat-umat terdahulu yang telah mendustakan para nabi, mereka telah tertimpa azab dan pembalasan Allah karena perbuatannya, padahal keadaan mereka jauh lebih kuat daripada mereka yang mendustakan Rasul Saw.


{وَآثَارًا فِي الأرْضِ}


dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi. (Al-Mu’min: 21) Mereka telah meninggalkan banyak bangunan, peninggalan-peninggalan, dan rumah-rumah yang tidak mampu dibuat oleh mereka yang mendustakan Nabi Saw., seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:


{وَلَقَدْ مَكَّنَّاهُمْ فِيمَا إِنْ مَكَّنَّاكُمْ فِيهِ}


Dan sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang Kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu. (Al-Ahqaf: 26) Dan firman Allah Swt.:


{وَأَثَارُوا الأرْضَ وَعَمَرُوهَا أَكْثَرَ مِمَّا عَمَرُوهَا}


dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. (Ar-Rum: 9) Sekalipun dengan kekuatan yang besar dan kekuasaan yang sangat kuat, Allah mengazab mereka disebabkan dosa-dosa mereka, yaitu keingkaran mereka terhadap rasul-rasul mereka.


{وَمَا كَانَ لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَاقٍ}


Dan mereka tidak mempunyai seorang pelindung dari azab Allah. (Al-Mu’min: 21) Yakni tiada seorang pun yang dapat melindungi mereka dari azab Allah dan tiada yang dapat menolak azab Allah dari mereka. Kemudian Allah Swt.

menyebutkan penyebab Dia mengazab mereka, yaitu karena dosa-dosa yang telah mereka lakukan. Dijelaskan oleh firman-Nya:


{ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانَتْ تَأْتِيهِمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ}


Yang demikian itu adalah karena telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. (Al-Mu’min: 22) Yaitu dalil-dalil yang jelas dan bukti-bukti yang pasti.


{فَكَفَرُوا}


lalu mereka kafir. (Al-Mu’min: 22) Maksudnya, sekalipun dengan adanya keterangan dan bukti-bukti itu, mereka tetap kafir dan ingkar.


{فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ}


maka Allah mengazab mereka. (Al-Mu’min: 22) Yakni Allah Swt. membinasakan dan menghancurkan mereka, juga bagi orang-orang kafir yang seperti mereka akan mendapat azab yang semisal.


{إِنَّهُ قَوِيٌّ شَدِيدُ الْعِقَابِ}


Sesungguhnya Dia Mahakuat lagi Mahakeras hukuman-Nya (Al-Mu’min: 22) Allah memiliki kekuatan Yang Mahabesar dan azab yang amat keras.


{شَدِيدُ الْعِقَابِ}


lagi Mahakeras hukuman-Nya. (Al-Mu’min: 22) Yaitu siksaan-Nya amat menyakitkan, amat keras, lagi amat pedih. Semoga Allah Swt. melindungi kita dari siksaan itu.

Surat Al-Mumin |40:22|

ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانَتْ تَأْتِيهِمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَكَفَرُوا فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ ۚ إِنَّهُ قَوِيٌّ شَدِيدُ الْعِقَابِ

żaalika bi`annahum kaanat ta`tiihim rusuluhum bil-bayyinaati fa kafaruu fa akhożahumulloh, innahuu qowiyyun syadiidul-'iqoob

Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya rasul-rasul telah datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata lalu mereka ingkar, maka Allah mengazab mereka. Sungguh, Dia Maha Kuat, Maha Keras hukuman-Nya.

That was because their messengers were coming to them with clear proofs, but they disbelieved, so Allah seized them. Indeed, He is Powerful and severe in punishment.

Tafsir
Jalalain

(Yang demikian itu adalah karena telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti) yakni mukjizat-mukjizat yang tampak

(lalu mereka kafir; maka Allah mengazab mereka. Sesungguhnya Dia Maha Kuat lagi Maha Keras hukuman-Nya.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 22 |

penjelasan ada di ayat 21

Surat Al-Mumin |40:23|

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَىٰ بِآيَاتِنَا وَسُلْطَانٍ مُبِينٍ

wa laqod arsalnaa muusaa bi`aayaatinaa wa sulthoonim mubiin

Dan sungguh, Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata,

And We did certainly send Moses with Our signs and a clear authority

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata) bukti yang jelas dan tampak.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 23 |

Tafsir ayat 23-27

Allah Swt. berfirman, menghibur hati Nabi-Nya Muhammad Saw. yang tengah menghadapi sebagian besar dari kaumnya yang mendustakannya, seraya menyampaikan berita gembira kepadanya bahwa kesudahan yang baik

dan kemenangan akan diperolehnya di dunia dan di akhirat. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Allah Swt. kepada Musa a.s. Sesungguhnya Allah Swt. telah mengutusnya dengan membawa ayat-ayat yang terang dan dalil-dalil yang jelas. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{بِآيَاتِنَا وَسُلْطَانٍ مُبِينٍ}


dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata. (Al-Mu’min: 23) Yang dimaksud dengan sulthan ialah hujah dan bukti.


{إِلَى فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَقَارُونَ}


kepada Fir’aun, Haman, dan Qarun. (Al-Mu’min: 24) Fir'aun adalah raja bangsa Egypt di negeri Mesir, Haman adalah patihnya, sedangkan Qarun adalah orang yang terkaya di zamannya.


{فَقَالُوا سَاحِرٌ كَذَّابٌ}


maka mereka berkata, "(Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta.” (Al-Mu’min: 24) Yakni mereka mendustakan Musa dan menuduhnya sebagai seorang penyihir, gila, kesurupan, lagi pendusta dalam pengakuannya

yang mendakwakan dirinya sebagai utusan Allah. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{كَذَلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ أَتَوَاصَوْا بِهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ طَاغُونَ}


Demikianlah tidak seorang rasul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan, "Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila.”Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu.

Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas. (Az-Dzariyat: 52-53) Adapun firman Allah Swt.:


{فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْحَقِّ مِنْ عِنْدِنَا}


Maka tatkala Musa datang kepada mereka membawa kebenaran dari sisi Kami. (Al-Mu’min: 25) Yaitu dengan membawa bukti yang akurat yang menunjukkan bahwa Allah Swt. telah mengutusnya kepada mereka.


{قَالُوا اقْتُلُوا أَبْنَاءَ الَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ وَاسْتَحْيُوا نِسَاءَهُمْ}


mereka berkata, "Bunuhlah anak-anak orang-orang yang beriman bersama dengan dia dan biarkanlah hidup wanita-wanita mereka.” (Al-Mu’min: 25) Ini merupakan perintah Fir'aun yang kedua yang menginstruksikan untuk membunuh

anak-anak lelaki kaum Bani Israil. Perintah yang pertama bertujuan untuk pencegahan agar Musa tidak dilahirkan, atau untuk menghina kaum Bani Israil dan memperkecil bilangan mereka, atau karena kedua tujuan tersebut.

Adapun perintah yang kedua karena alasan yang lain, juga untuk menghinakan bangsa Bani Israil agar mereka merasa sial dengan keberadaan Musa. Karena itulah mereka mengatakan, seperti yang disitir oleh firman-Nya:


{أُوذِينَا مِنْ قَبْلِ أَنْ تَأْتِيَنَا وَمِنْ بَعْدِ مَا جِئْتَنَا قَالَ عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُهْلِكَ عَدُوَّكُمْ وَيَسْتَخْلِفَكُمْ فِي الأرْضِ فَيَنْظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُونَ}


Kami telah ditindas (oleh Fir'aun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang. Musa menjawab, Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi-(Nya),

maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu.” (Al-A'raf: 129) Qatadah mengatakan bahwa ini merupakan perintah sesudah perintah. Dalam firman selanjutnya disebutkan:


{وَمَا كَيْدُ الْكَافِرِينَ إِلا فِي ضَلالٍ}


Dan tipu daya orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah sia-sia (belaka). (Al-Mu’min: 25) Yakni tiada lain tipu daya dan tujuan mereka untuk mengurangi bilangan kaum Bani Israil agar kaum Bani Israil tidak mempunyai kekuatan melawan mereka, melainkan sia-sia dan tidak membawa hasil apa pun.


{وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُونِي أَقْتُلْ مُوسَى وَلْيَدْعُ رَبَّهُ}


Dan berkata Fir'aun (kepada pembesar-pembesarnya), "Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya." (Al-Mu’min: 26) Ini tekad Fir'aun la'natullah untuk membunuh Musa a.s. Yakni Fir'aun berkata kepada kaumnya, "Biarkan aku membunuh Musa demi kalian."


{وَلْيَدْعُ رَبَّهُ}


dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya. (Al-Mu’min: 26) agar diselamatkan dariku, aku tidak peduli dengan-Nya. Ini merupakan ungkapan yang menunjukkan sangarnya keingkaran Fir'aun dan kekerasan hatinya

serta kekurangajarannya terhadap Tuhan. Perkataan Fir'aun la’natullah yang disitir oleh firman-Nya:


{إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُبَدِّلَ دِينَكُمْ أَوْ أَنْ يُظْهِرَ فِي الأرْضِ الْفَسَادَ}


karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi. (Al-Mu’min: 26) Yang dimaksud oleh Fir'aun adalah Musa. Fir'aun merasa khawatir bila Musa mengubah pendirian manusia

dan mengganti tradisi dan adat istiadat mereka yang selama itu telah dibina oleh dia. Dalam sikapnya ini Fir'aun berpura-pura sebagai seorang yang mengharapkan kebaikan bagi manusia. Dia memperingatkan manusia dari Musa a.s.,

padahal kenyataannya dia adalah 'maling teriak maling.' Pada umumnya ulama membaca ayat ini dengan bacaan berikut:


"أَنْ يُبَدِّلَ دِينَكُمْ وَأَنْ يُظهِر فِي الْأَرْضِ الْفَسَادَ"


dia akan menukar agamamu dan menimbulkan kerusakan di muka bumi. (Al-Mu’min: 26) dengan memakai huruf wawu. Sedangkan ulama lainnya membacanya seperti berikut:


{أَوْ أَنْ يُظْهِرَ فِي الأرْضِ الْفَسَادَ}


dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi. (Al-Mu’min: 26) dengan memakai au. Sebagian ulama membacanya dengan men-dammah-kan lafaz al-fas'ad menjadi al-fas'adu, yang artinya menjadi "atau timbul kerusakan di muka bumi."


{إِنِّي عُذْتُ بِرَبِّي وَرَبِّكُمْ مِنْ كُلِّ مُتَكَبِّرٍ لَا يُؤْمِنُ بِيَوْمِ الْحِسَابِ}


Dan Musa berkata, "Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari berhisab.” (Al-Mu’min: 27)

Yakni setelah perkataan (ancaman) Fir'aun berikut terdengar oleh Musa a.s., yaitu: Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya (Al-Mu’min: 26) Maka Musa a.s. memohon perlindungan kepada Allah Swt.,

"Aku berlindung kepada Allah dan meminta pertolongan kepada-Nya dari kejahatan Fir'aun dan orang-orang yang semisal dengannya." Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu.

(Al-Mu’min: 27) hai orang-orang yang diajak bicara. dari setiap orang yang menyombongkan diri. (Al-Mu’min: 27) Yakni sombong tidak mau mengikuti perkara hak lagi jahat. yang tidak beriman kepada hari berhisab. (Al-Mu’min: 27)

Karena itulah disebutkan di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Musa r.a., bahwa Rasulullah Saw. apabila merasa takut terhadap kejahatan suatu kaum mengucapkan doa berikut:


"اللَّهُمَّ، إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ شُرُورِهِمْ، وَنَدْرَأُ بِكَ فِي نُحُورِهِمْ"


Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari kejahatan mereka dan menjadikan Engkau berada pada leher mereka.

Surat Al-Mumin |40:24|

إِلَىٰ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَقَارُونَ فَقَالُوا سَاحِرٌ كَذَّابٌ

ilaa fir'auna wa haamaana wa qooruuna fa qooluu saaḥirung każżaab

kepada Fir´aun, Haman, dan Karun, lalu mereka berkata, "(Musa) itu seorang pesihir dan pendusta."

To Pharaoh, Haman and Qarun; but they said, "[He is] a magician and a liar."

Tafsir
Jalalain

(Kepada Firaun, Haman dan Qarun; maka mereka berkata,) "Dia (adalah seorang ahli sihir yang pendusta.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 24 |

penjelasan ada di ayat 23

Surat Al-Mumin |40:25|

فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْحَقِّ مِنْ عِنْدِنَا قَالُوا اقْتُلُوا أَبْنَاءَ الَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ وَاسْتَحْيُوا نِسَاءَهُمْ ۚ وَمَا كَيْدُ الْكَافِرِينَ إِلَّا فِي ضَلَالٍ

fa lammaa jaaa`ahum bil-ḥaqqi min 'indinaa qooluqtuluuu abnaaa`allażiina aamanuu ma'ahuu wastaḥyuu nisaaa`ahum, wa maa kaidul-kaafiriina illaa fii dholaal

Maka ketika dia (Musa) datang kepada mereka membawa kebenaran dari Kami, mereka berkata, "Bunuhlah anak-anak laki-laki dari orang-orang yang beriman bersama dia dan biarkan hidup perempuan-perempuan mereka." Namun, tipu daya orang-orang kafir itu sia-sia belaka.

And when he brought them the truth from Us, they said, "Kill the sons of those who have believed with him and keep their women alive." But the plan of the disbelievers is not except in error.

Tafsir
Jalalain

(Maka tatkala Musa datang kepada mereka membawa kebenaran) yakni dengan membawa perkara yang hak

(dari sisi Kami, mereka berkata, "Bunuhlah anak-anak orang-orang yang beriman bersama dengan dia dan biarkanlah hidup) yakni biarkanlah tetap hidup

(wanita-wanita mereka." Dan tipu daya orang-orang kafir itu tak lain hanyalah sia-sia belaka) yakni menjerumuskan mereka sendiri dalam kebinasaan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 25 |

penjelasan ada di ayat 23

Surat Al-Mumin |40:26|

وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُونِي أَقْتُلْ مُوسَىٰ وَلْيَدْعُ رَبَّهُ ۖ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُبَدِّلَ دِينَكُمْ أَوْ أَنْ يُظْهِرَ فِي الْأَرْضِ الْفَسَادَ

wa qoola fir'aunu żaruuniii aqtul muusaa walyad'u robbah, inniii akhoofu ay yubaddila diinakum au ay yuzh-hiro fil-ardhil-fasaad

Dan Fir´aun berkata (kepada pembesar-pembesarnya), "Biar aku yang membunuh Musa dan suruh dia memohon kepada Tuhannya. Sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di bumi."

And Pharaoh said, "Let me kill Moses and let him call upon his Lord. Indeed, I fear that he will change your religion or that he will cause corruption in the land."

Tafsir
Jalalain

(Dan berkata Firaun kepada pembesar-pembesarnya, "Biarkanlah aku membunuh Musa) karena mereka mencegahnya melakukan pembunuhan terhadap Musa

(dan hendaklah ia memohon kepada Rabbnya) supaya Dia mencegah niatku yang akan membunuhnya (karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agama kalian)

mencegah kalian menyembahku, lalu kalian mengikutinya (atau menimbulkan kerusakan di muka bumi") seperti melakukan pembunuhan dan lain sebagainya.

Menurut suatu qiraat lafal Au dibaca Wa. Dan menurut qiraat lainnya dibaca Ay Yazhhara Fil Ardhil Fasaadu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 26 |

penjelasan ada di ayat 23

Surat Al-Mumin |40:27|

وَقَالَ مُوسَىٰ إِنِّي عُذْتُ بِرَبِّي وَرَبِّكُمْ مِنْ كُلِّ مُتَكَبِّرٍ لَا يُؤْمِنُ بِيَوْمِ الْحِسَابِ

wa qoola muusaaa innii 'użtu birobbii wa robbikum ming kulli mutakabbiril laa yu`minu biyaumil-ḥisaab

Dan Musa berkata, "Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari Perhitungan."

But Moses said, "Indeed, I have sought refuge in my Lord and your Lord from every arrogant one who does not believe in the Day of Account."

Tafsir
Jalalain

(Dan Musa berkata,) kepada kaumnya sedangkan dia telah mendengar ancaman Firaun tadi ("Sesungguhnya aku berlindung kepada Rabbku dan Rabb kalian dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari berhisab.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 27 |

penjelasan ada di ayat 23

Surat Al-Mumin |40:28|

وَقَالَ رَجُلٌ مُؤْمِنٌ مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَكْتُمُ إِيمَانَهُ أَتَقْتُلُونَ رَجُلًا أَنْ يَقُولَ رَبِّيَ اللَّهُ وَقَدْ جَاءَكُمْ بِالْبَيِّنَاتِ مِنْ رَبِّكُمْ ۖ وَإِنْ يَكُ كَاذِبًا فَعَلَيْهِ كَذِبُهُ ۖ وَإِنْ يَكُ صَادِقًا يُصِبْكُمْ بَعْضُ الَّذِي يَعِدُكُمْ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ كَذَّابٌ

wa qoola rojulum mu`minum min aali fir'auna yaktumu iimaanahuuu a taqtuluuna rojulan ay yaquula robbiyallohu wa qod jaaa`akum bil-bayyinaati mir robbikum, wa iy yaku kaażiban fa 'alaihi każibuh, wa iy yaku shoodiqoy yushibkum ba'dhullażii ya'idukum, innalloha laa yahdii man huwa musrifung każżaab

Dan seseorang yang beriman di antara keluarga Fir´aun yang menyembunyikan imannya berkata, "Apakah kamu akan membunuh seseorang karena dia berkata, "Tuhanku adalah Allah", padahal sungguh, dia telah datang kepadamu dengan membawa bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu. Dan jika dia seorang pendusta maka dialah yang akan menanggung (dosa) dustanya itu, dan jika dia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu." Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang melampaui batas dan pendusta.

And a believing man from the family of Pharaoh who concealed his faith said, "Do you kill a man [merely] because he says, 'My Lord is Allah' while he has brought you clear proofs from your Lord? And if he should be lying, then upon him is [the consequence of] his lie; but if he should be truthful, there will strike you some of what he promises you. Indeed, Allah does not guide one who is a transgressor and a liar.

Tafsir
Jalalain

(Dan berkatalah seorang laki-laki yang beriman di antara keluarga Firaun) menurut suatu pendapat disebutkan, bahwa ia adalah anak paman Firaun atau saudara sepupunya

(yang menyembunyikan imannya, "Apakah kalian akan membunuh seorang laki-laki karena) sebab (dia menyatakan, 'Rabbku ialah Allah' padahal dia telah datang kepada kalian dengan membawa keterangan-keterangan)

yakni mukjizat-mukjizat yang jelas (dari Rabb kalian. Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung dosa-dustanya itu) yakni dia sendirilah yang menanggung akibat dari kedustaannya

(dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian bencana yang diancamkannya kepada kalian akan menimpa kalian") yakni sebagian azab yang diancamkannya kepada kalian akan segera menimpa diri kalian.

(Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas) yakni orang yang musyrik (lagi pendusta) yang banyak dustanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 28 |

Tafsir ayat 28-29

Menurut qaul yang masyhur, lelaki mukmin yang mengatakan kalimat ini adalah seorang bangsa Egypt dari kalangan keluarga Fir'aun. As-Saddi mengatakan bahwa dia adalah saudara sepupu Fir'aun yang membelot dari Fir'aun

dan bergabung bersama Musa a.s. Menurut suatu pendapat, ia selamat bersama Musa a.s. dari kejaran Fir'aun. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir; Ibnu jarir menjawab pendapat yang mengatakan bahwa lelaki itu

adalah seorang Bani Israil, bahwa ternyata Fir'aun mau mendengarkan perkataan lelaki itu dan terpengaruh olehnya, lalu tidak jadi membunuh Musa a.s. Seandainya laki-laki itu adalah seorang Bani Israil, pastilah Fir'aun

menyegerakan hukumannya, karena dia adalah dari kalangan mereka (Bani Israil). Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., bahwa tiada seorang pun dari kalangan keluarga Fir'aun yang beriman kecuali lelaki ini, istri Fir'aun,

dan seorang lelaki lainnya yang memperingatkan Musa a.s. melalui perkataannya, yang disitir oleh firman-Nya:


{يَا مُوسَى إِنَّ الْمَلأ يَأْتَمِرُونَ بِكَ لِيَقْتُلُوكَ}


Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu. (Al-Qasas: 20). Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Lelaki ini menyembunyikan imannya dari mata kaumnya bangsa Egypt. Dia tidak menampakkannya kecuali pada hari itu, yaitu ketika Fir'aun mengatakan:


{ذَرُونِي أَقْتُلْ مُوسَى}


Biarkanlah aku membunuh Musa. (Al-Mu’min: 26) Maka lelaki itu menjadi marah karena Allah Swt. Dan jihad yang paling utama itu ialah mengutarakan kalimat keadilan di hadapan penguasa yang zalim, seperti yang telah disebutkan di dalam hadis. Dan tidak ada perkataan yang lebih besar daripada kalimat ini di hadapan Fir'aun, yaitu:


{أَتَقْتُلُونَ رَجُلا أَنْ يَقُولَ رَبِّيَ اللَّهُ}


Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan, 'Tuhanku ialah Allah.' (Al-Mu’min: 28) Juga selain dari apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam kitab sahihnya. Dia mengatakan:


حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ، حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ، حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيُّ، حَدَّثَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ قَالَ: قُلْتُ لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ: أَخْبِرْنِي بِأَشَدِّ شَيْءٍ مِمَّا صَنَعَهُ الْمُشْرِكُونَ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: بَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي بِفِنَاءِ الْكَعْبَةِ إِذْ أَقْبَلَ عُقْبة بْنُ أَبِي مُعَيط، فَأَخَذَ بمَنْكب رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ولَوَى ثَوْبَهُ فِي عُنُقِهِ، فَخَنَقَهُ خَنْقًا شَدِيدًا، فَأَقْبَلَ أَبُو بَكْرٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَأَخَذَ بِمَنْكِبِهِ ودَفَع عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قال: {أَتَقْتُلُونَ رَجُلا أَنْ يَقُولَ رَبِّيَ اللَّهُ وَقَدْ جَاءَكُمْ بِالْبَيِّنَاتِ مِنْ رَبِّكُمْ}


telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Al-Auza'i, telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Abu Kasir, telah menceritakan kepadaku

Muhammad ibnu Ibrahim At-Taimi, telah menceritakan kepadaku Urwah ibnuz Zubair r.a. yang mengatakan bahwa ia pernah berkata kepada Abdullah ibnu Amr ibnul As r.a., "Ceritakanlah kepadaku perlakuan yang paling kejam

yang telah dilakukan oleh orang-orang musyrik terhadap diri Rasulullah Saw." Abdullah ibnu Amr menjawab, bahwa pada suatu hari Rasulullah Saw. sedang salat di serambi Ka'bah, tiba-tiba datanglah Uqbah ibnu Abu Mu'it,

lalu Uqbah memegang pundak Rasulullah Saw. dan melilitkan kainnya ke leher beliau sehingga kain itu mencekiknya dengan keras. Maka datanglah Abu Bakar r.a., lalu memegang pundak Uqbah dan mendorongnya jauh dari Rasulullah Saw.,

kemudian Abu Bakar berkata: Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan, 'Tuhanku ialah Allah,' padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu? (Al-Mu’min: 28)

Imam Bukhari meriwayatkannya secara tunggal melalui hadis Al-Auza'i. Imam Bukhari mengatakan bahwa hadis ini diikuti oleh Muhammad ibnu Ishaq, dari Ibrahim ibnu Urwah, dari ayahnya dengan sanad yang sama.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ إِسْحَاقَ الْهَمْدَانِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدة عَنْ هِشَامٍ -يَعْنِي ابْنَ عُرْوَةَ-عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّهُ سُئِل: مَا أَشَدُّ مَا رَأَيْتَ قُرَيْشًا بَلَغُوا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قال: مَرَّ بِهِمْ ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالُوا لَهُ: أَنْتَ تَنْهَانَا أَنْ نَعْبُدَ مَا يَعْبُدُ آبَاؤُنَا؟ فَقَالَ: "أَنَا ذَاكَ" فَقَامُوا إِلَيْهِ، فَأَخَذُوا بِمَجَامِعِ ثِيَابِهِ، فرأيتُ أَبَا بَكْرٍ مُحْتَضِنُهُ مِنْ وَرَائِهِ، وَهُوَ يَصِيحُ بِأَعْلَى صَوْتِهِ، وَإِنَّ عَيْنَيْهِ لَيَسِيلَانِ، وَهُوَ يَقُولُ: يَا قَوْمِ، {أَتَقْتُلُونَ رَجُلا أَنْ يَقُولَ رَبِّيَ اللَّهُ وَقَدْ جَاءَكُمْ بِالْبَيِّنَاتِ مِنْ رَبِّكُمْ} حَتَّى فَرَغَ مِنَ الْآيَةِ كُلِّهَا.


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Harun ibnu Ishaq Al-Hamdani, telah menceritakan kepada kami Abdah, dari Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, dari Amr ibnul As r.a., bahwa ia pernah ditanya,

"Perlakuan apakah yang paling keras dilakukan oleh orang-orang Quraisy terhadap diri Rasulullah Saw.?" Amr ibnul As menjawab, bahwa pada suatu hari Nabi Saw. bersua dengan mereka, lalu mereka berkata kepadanya,

"Engkau telah mencegah kami menyembah apa yang disembah oleh nenek moyang kami." Nabi Saw. menjawab, "Ya, memang itulah yang aku lakukan." Maka mereka bangkit menuju kepada Nabi Saw. dan memegang leher baju Rasulullah Saw.

Kulihat Abu Bakar r.a. memeluk Nabi Saw. dari belakangnya seraya menjerit sekuat suaranya, sedangkan kedua matanya mencucurkan air mata seraya berkata, "Hai kaum, apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia mengatakan,

'Tuhanku ialah Allah,' padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu?” (Al-Mu’min: 28), hingga akhir ayat. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Nasai melalui Abdah, lalu ia menjadikannya termasuk hadis yang disandarkan kepada Amr ibnul As r.a. Firman Allah Swt.:


{وَقَدْ جَاءَكُمْ بِالْبَيِّنَاتِ مِنْ رَبِّكُمْ}


padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. (Al-Mu’min: 28) Yakni mengapa kalian mau membunuh seorang lelaki karena dia telah mengucapkan, 'Tuhanku ialah Allah,'

padahal dia telah menegakkan kepada kalian bukti yang membenarkan apa yang disampaikan kepada kalian, yaitu berupa perkara yang hak. Kemudian laki-laki itu dalam pembicaraannya bernada agak lunak, seperti yang disitir oleh firman-Nya:


{وَإِنْ يَكُ كَاذِبًا فَعَلَيْهِ كَذِبُهُ وَإِنْ يَكُ صَادِقًا يُصِبْكُمْ بَعْضُ الَّذِي يَعِدُكُمْ}


Dan jika ia seorang pendusta, maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar, niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu. (Al-Mu’min: 28)

Yaitu jika tidak terbukti kebenaran dari apa yang disampaikannya kepada kalian, berarti dari pendapatnya sendiri secara murni, dan sikap yang terbaik dalam menghadapinya ialah membiarkannya sendirian bersama dengan pendapatnya itu,

dan janganlah kamu mengganggunya. Jika dia dusta, maka sesungguhnya Allah Swt. akan membalas kedustaannya itu dengan hukuman di dunia dan di akhirat nanti. Jika dia memang benar, sedangkan kalian telah menyakitinya,

niscaya akan menimpa kalian sebagian dari bencana yangtelah diancamkannya kepada kalian, jika kalian menentangnya, yaitu berupa azab di dunia ini dan di akhirat nanti. Bisa saja dia memang benar terhadap kalian,

maka sikap yang tepat ialah hendaklah kalian tidak menghalang-halanginya. Tetapi biarkanlah dia dan kaumnya, biarkanlah dia menyeru kaumnya dan kaumnya mengikutinya. Dan memang demikianlah apa yang telah diceritakan oleh Allah Swt., bahwa Musa meminta kepada Fir'aun dan kaumnya agar melepaskan dia dan kaum Bani Israil, yaitu:


{وَلَقَدْ فَتَنَّا قَبْلَهُمْ قَوْمَ فِرْعَوْنَ وَجَاءَهُمْ رَسُولٌ كَرِيمٌ. أَنْ أَدُّوا إِلَيَّ عِبَادَ اللَّهِ إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ. وَأَنْ لا تَعْلُوا عَلَى اللَّهِ إِنِّي آتِيكُمْ بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ. وَإِنِّي عُذْتُ بِرَبِّي وَرَبِّكُمْ أَنْ تَرْجُمُونِ. وَإِنْ لَمْ تُؤْمِنُوا لِي فَاعْتَزِلُونِ}


Sesungguhnya sebelum mereka telah Kami uji kaum Fir’aun dan telah datang kepada mereka seorang rasul yang mulia, (dengan berkata), "Serahkanlah kepadaku hamba-hamba Allah (Bani Israil yang kamu perbudak).

Sesungguhnya aku adalah utusan (Allah) yang dipercaya kepadamu, dan janganlah kamu menyombongkan diri terhadap Allah. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata. Dan sesungguhnya

aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari keinginanmu merajamku; dan jika kamu tidak beriman kepadaku, maka biarkanlah aku (memimpin Bani Israil)." (Ad-Dukhan: 17-21) Hal yang sama telah dikatakan oleh Rasulullah Saw.

terhadap orang-orang Quraisy, beliau meminta agar mereka membiarkannya menyeru hamba-hamba Allah untuk menyembah-Nya, dan janganlah mereka mengganggunya dan hendaklah mereka tetap menghubungkan tali persaudaraan

yang telah ada antara dia dan mereka, tiada yang saling menyakiti. Allah Swt. berfirman menceritakan hal ini:


{قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى}


Katakanlah, "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.” (Asy-Syura: 23) Maksudnya, janganlah kalian menggangguku demi tali persaudaraan yang telah ada antara aku dan kalian,

dan biarkanlah urusan antara aku dan manusia. Berdasarkan hal ini, maka ditandatanganinyalah Perjanjian Hudaibiyah, yang merupakan awal dari kemenangan yang jelas. Firman Allah Swt.:


{إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ كَذَّابٌ}


Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta. (Al-Mu’min: 28) Yakni seandainya orang ini (Musa a.s.) yang mengakui bahwa dirinya diutus oleh Allah kepada kalian adalah dusta —seperti yang kalian

sangkakan terhadapnya— tentulah perkaranya jelas dan kelihatan bagi setiap orang melalui ucapan dan perbuatannya; dan sudah barang tentu semua sikap dan ucapannya banyak bertentangan dan kacau. Tetapi ternyata orang ini (Musa a.s.)

perkaranya kami lihat benar dan sepak terjangnya lurus. Seandainya dia termasuk orang yang melampaui batas lagi pendusta, tentulah Allah tidak menunjukinya dan membimbingnya kepada sikap dan ucapan seperti yang kamu lihat sendiri;

semua urusan dan perbuatannya kelihatan begitu teratur dan rapi. Laki-laki yang beriman dari kalangan keluarga Fir'aun itu melanjutkan perkataannya seraya memperingatkan kaumnya akan lenyapnya nikmat Allah yang telah diberikan kepada mereka dan datangnya azab Allah atas mereka:


{يَا قَوْمِ لَكُمُ الْمُلْكُ الْيَوْمَ ظَاهِرِينَ فِي الأرْضِ}


"Hai kaumku, untukmulah kerajaan pada hari ini dengan berkuasa di muka bumi. (Al-Mu’min: 29) Yakni sesungguhnya Allah Swt. telah memberikan nikmat kepada kalian dengan kerajaan ini dan kekuasaan di muka bumi, pengaruh yang luas

dan kedudukan yang tinggi, maka peliharalah nikmat ini dengan bersyukur kepada Allah dan membenarkan utusan-Nya, dan takutlah kepada azab Allah jika kalian mendustakan utusan-Nya.


{فَمَنْ يَنْصُرُنَا مِنْ بَأْسِ اللَّهِ إِنْ جَاءَنَا}


Siapakah yang akan menolong kita dari azab Allah jika azab itu menimpa kita! (Al-Mu’min: 29) Yakni tiada gunanya bagi kalian bala tentara kalian yang banyak ini, dan tiada sesuatu pun yang dapat menyelamatkan kita dari azab Allah jika Dia menghendaki keburukan bagi kita.


{قَالَ فِرْعَوْنُ}


Fir’aun berkata. (Al-Mu’min: 29) kepada kaumnya, menjawab saran yang dikemukakan oleh laki-laki mukmin yang saleh lagi berbakti, yang sebenarnya dialah yang lebih berhak untuk menjadi Raja Mesir daripada Fir'aun.


{مَا أُرِيكُمْ إِلا مَا أَرَى}


Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik. (Al-Mu’min: 29) Yakni tiada lain yang kukatakan kepada kalian hanyalah sebagai saran dariku menurut pandangan terbaikku. Padahal dustalah Fir'aun itu,

karena ternyata Musa a.s. itu benar sebagai utusan Allah yang diperintahkan untuk menyampaikan risalah-Nya.


{قَالَ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا أَنزلَ هَؤُلاءِ إِلا رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ بَصَائِرَ}


Musa menjawab, "Sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata.” (Al-Isra: 102) Dan firman Allah Swt. menceritakan sikap Fir'aun dan kaumnya:


{وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا}


Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya (An-Naml: 14) Adapun firman Allah Swt.:


{مَا أُرِيكُمْ إِلا مَا أَرَى}


Aku tidak mengemukakan kepadamu melainkan apa yang aku pandang baik. (Al-Mu’min: 29) Fir'aun dusta dalam kata-katanya, ia memutarbalikkan kenyataan dan khianat terhadap Allah dan utusan-Nya, juga terhadap rakyatnya;

dia menipu mereka dan bukan mengharapkan kebaikan bagi mereka. Hal yang sama apa yang dikatakannya dalam kalimat yang selanjutnya seperti yang disitir oleh firman-Nya:


{وَمَا أَهْدِيكُمْ إِلا سَبِيلَ الرَّشَادِ}


dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar. (Al-Mu’min: 29) Yakni tiadalah yang aku serukan kepadamu melainkan jalan kebenaran, padahal apa yang dikatakannya itu dusta, sekalipun kaumnya menaati dan mengikutinya. Sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:


{فَاتَّبَعُوا أَمْرَ فِرْعَوْنَ وَمَا أَمْرُ فِرْعَوْنَ بِرَشِيدٍ}


tetapi mereka mengikuti perintah Fir’aun, padahal perintah Fir’aun sekali-kali bukanlah (perintah) yang benar. (Hud: 97)


{وَأَضَلَّ فِرْعَوْنُ قَوْمَهُ وَمَا هَدَى}


Dan Fir’aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi petunjuk. (Thaha: 79) Di dalam hadis disebutkan seperti berikut:


"مَا مِنْ إِمَامٍ يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ، إِلَّا لَمْ يَرح رَائِحَةَ الْجَنَّةِ، وَإِنَّ رِيحَهَا لِيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ"


Tidak sekali-kali seorang pemimpin meninggal dunia, sedangkan ia dalam keadaan menipu rakyatnya di hari kematiannya, melainkan ia tidak dapat mencium baunya surga. Dan sesungguhnya baunya surga itu benar-benar dapat tercium dari jarak perjalanan lima ratus tahun. Hanya Allah-lah yang memberi taufik ke jalan yang benar.

Surat Al-Mumin |40:29|

يَا قَوْمِ لَكُمُ الْمُلْكُ الْيَوْمَ ظَاهِرِينَ فِي الْأَرْضِ فَمَنْ يَنْصُرُنَا مِنْ بَأْسِ اللَّهِ إِنْ جَاءَنَا ۚ قَالَ فِرْعَوْنُ مَا أُرِيكُمْ إِلَّا مَا أَرَىٰ وَمَا أَهْدِيكُمْ إِلَّا سَبِيلَ الرَّشَادِ

yaa qoumi lakumul-mulkul-yauma zhoohiriina fil-ardhi fa may yanshurunaa mim ba`sillaahi in jaaa`anaa, qoola fir'aunu maaa uriikum illaa maaa aroo wa maaa ahdiikum illaa sabiilar-rosyaad

"Wahai kaumku! Pada hari ini kerajaan ada padamu dengan berkuasa di bumi, tetapi siapa yang akan menolong kita dari azab Allah jika (azab itu) menimpa kita?" Fir´aun berkata, "Aku hanya mengemukakan kepadamu apa yang aku pandang baik, dan aku hanya menunjukkan kepadamu jalan yang benar."

O my people, sovereignty is yours today, [your being] dominant in the land. But who would protect us from the punishment of Allah if it came to us?" Pharaoh said, "I do not show you except what I see, and I do not guide you except to the way of right conduct."

Tafsir
Jalalain

(Hai kaumku! Untuk kalianlah kerajaan pada hari ini dengan berkuasa) artinya, dengan mengalami kemenangan; lafal Zhaahiriina berkedudukan menjadi Hal atau kata keterangan keadaan

(di muka bumi) di negeri Mesir. (Siapakah yang akan menolong kita dari azab Allah) dari azab-Nya bila kalian membunuh kekasih-kekasih-Nya (jika azab itu menimpa kita)

tiada seorang pun yang dapat menolong kita (Firaun berkata, "Aku tidak mengemukakan kepada kalian, melainkan apa yang aku pandang baik;)

maksudnya, aku tidak memberikan isyarat kepada kalian melainkan apa yang telah aku putuskan itu, yaitu membunuh Musa (dan aku tiada menunjukkan kepada kalian, selain jalan yang benar") jalan yang mengandung kebenaran.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 29 |

penjelasan ada di ayat 28

Surat Al-Mumin |40:30|

وَقَالَ الَّذِي آمَنَ يَا قَوْمِ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ مِثْلَ يَوْمِ الْأَحْزَابِ

wa qoolallażiii aamana yaa qoumi inniii akhoofu 'alaikum miṡla yaumil-aḥzaab

Dan orang yang beriman itu berkata, "Wahai kaumku! Sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti hari kehancuran golongan yang bersekutu,

And he who believed said, "O my people, indeed I fear for you [a fate] like the day of the companies -

Tafsir
Jalalain

(Dan orang yang beriman itu berkata, "Hai kaumku! Sesungguhnya aku khawatir kalian akan ditimpa -bencana- seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu) yakni azab yang telah menimpa umat-umat terdahulu, golongan demi golongan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 30 |

Tafsir ayat 30-35

Allah Swt. melanjutkan kisah seorang laki-laki mukmin dari keluarga Fir'aun, bahwa dia memperingatkan kaumnya akan azab Allah Swt. di dunia dan akhirat. Untuk itu ia mengatakan, seperti yang disitir oleh firman-Nya:


{يَا قَوْمِ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ مِثْلَ يَوْمِ الأحْزَابِ}


Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu. (Al-Mu’min: 30) Yakni orang-orang yang mendustakan para rasul Allah di masa yang silam seperti kaum Nabi Nuh,

kaum ' Ad, kaum Tsamud, dan orang-orang yang sesudah mereka dari kalangan umat-umat yang mendustakan rasul-rasul mereka. Bagaimana mereka tertimpa azab Allah, dan tiada seorang pun yang dapat menolak atau menyelamatkan mereka dari azab-Nya.


{وَمَا اللَّهُ يُرِيدُ ظُلْمًا لِلْعِبَادِ}


Dan Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya (Al-Mu’min: 31) Sesungguhnya Allah Swt. membinasakan mereka hanyalah karena dosa-dosa mereka sendiri, juga karena mereka mendustakan rasul-rasul-Nya

dan menentang perintah-Nya. Maka Allah melangsungkan kekuasaan­Nya terhadap mereka dengan menimpakan azab-Nya atas mereka. Kemudian laki-laki itu berkata:


{وَيَا قَوْمِ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ يَوْمَ التَّنَادِ}


Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan siksaan hari panggil-memanggil. (Al-Mu’min: 32) Yaitu siksaan hari kiamat. Dinamakan hari panggil-memanggil karena menurut sebagian ulama berdasarkan

apa yang telah diceritakan di dalam hadis sangkakala yang mengatakan bahwa sesungguhnya bumi itu apabila berguncang dengan guncangan yang hebat dan mengalami keretakan dari suatu daerah ke daerah yang lain,

serta mengalami kehancuran dan gempa, maka manusia pada hari itu lari pontang-panting; sebagian dari mereka memanggil sebagian yang lainnya. Menurut ulama lainnya —antara lain Ad-Dahhak—tidak demikian,

melainkan hal tersebut terjadi manakala neraka Jahanam didatangkan. Maka manusia lari darinya, lalu para malaikat menghadang mereka dan menggiring mereka ke padang mahsyar, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:


{وَالْمَلَكُ عَلَى أَرْجَائِهَا}


Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. (Al-Haqqah: 17) Dan firman-Nya:


{يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالإنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ فَانْفُذُوا لَا تَنْفُذُونَ إِلا بِسُلْطَانٍ}


Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan. (Ar-Rahman: 33) Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a.,

Al-Hasan, dan Ad-Dahhak, bahwa mereka membacanya dengan men-tasydid-kan huruf dal berasal dari naddal ba'iru apabila unta itu binasa dan musnah. Menurut pendapat yang lain, dikatakan tanad karena pada neraca amal perbuatan

terdapat malaikat; apabila amal perbuatan seseorang hamba telah ditimbang dan ternyata timbangan kebaikannya lebih berat, maka malaikat itu berseru dengan sekuat suaranya, "Ingatlah, sesungguhnya si Fulan bin Fulan beroleh

kebahagiaan yang tidak akan celaka lagi sesudahnya untuk selama-lamanya." Dan apabila ternyata amal kebaikannya lebih ringan, maka malaikat itu berseru, "Ingatlah, sesungguhnya si Fulan bin Fulan telah celaka!"

Qatadah mengatakan bahwa setiap kaum dipanggil sesuai dengan amal perbuatannya, ahli surga dipanggil dengan sebutan ahli surga, dan ahli neraka dipanggil dengan sebutan ahli neraka. Menurut pendapat yang lain, hari itu dinamakan yaumut tanad karena ahli surga dan ahli neraka saling memanggil.


{أَنْ قَدْ وَجَدْنَا مَا وَعَدَنَا رَبُّنَا حَقًّا فَهَلْ وَجَدْتُمْ مَا وَعَدَ رَبُّكُمْ حَقًّا قَالُوا نَعَمْ}


Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?

Mereka (ahli neraka) menjawab, "benar" (Al-A'raf: 44) Dan seruan ahli neraka kepada ahli surga, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{أَنْ أَفِيضُوا عَلَيْنَا مِنَ الْمَاءِ أَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَهُمَا عَلَى الْكَافِرِينَ}


Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direzekikan Allah kepadamu. Mereka (ahli surga) menjawab, "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir.” (Al-A'raf: 50)

Juga karena adanya saling memanggil antara as-habul A'rafi ahli surga, dan ahli neraka, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam surat Al-A'raf. Imam Bagawi memilih pendapat yang mengatakan bahwa hari itu dinamakan yaumut tanad

karena terjadinya gabungan dari peristiwa yang telah disebutkan di atas. Pendapatnya ini merupakan pendapat yang baik, hanya Allah-lah Yang lebih Mengetahui. Firman Allah Swt.:


{يَوْمَ تُوَلُّونَ مُدْبِرِينَ}


(yaitu) hari (ketika) kamu (lari) berpaling ke belakang (Al-Mu’min: 33) Yakni pergi melarikan diri.


{كَلا لَا وَزَرَ. إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمُسْتَقَرُّ}


sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhan­mu sajalah pada hari itu tempat kembali. (Al-Qiyamah: 11-12) Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{مَا لَكُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ عَاصِمٍ}


tidak ada bagimu seorang pun yang menyelamatkan kamu dari (azab) Allah. (Al-Mu’min: 33) Yakni tiada seorang pun yang dapat melindungi kalian dari azab Allah dan pembalasan-Nya.


{وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ}


dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorang yang akan memberi petunjuk. (Al-Mu’min: 33) Maksudnya, barang siapa yang disesatkan oleh Allah Swt., maka tiada seorang pun yang akan dapat memberinya petunjuk selain Dia. Firman Allah Swt.:


وَلَقَدْ جَاءَكُمْ يُوسُفُ مِنْ قَبْلُ بِالْبَيِّنَاتِ}


Dan sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu sebelumnya dengan membawa keterangan-keterangan. (Al-Mu’min: 34) Yaitu kepada penduduk negeri Mesir; Allah Swt. telah mengutus kepada mereka seorang rasul sebelum Musa a.s.

Dia adalah Yusuf a.s. Dia sebagai 'aziz (perdana menteri) penduduk Mesir, sekaligus sebagai seorang rasul yang menyeru umatnya untuk menyembah Allah Swt. dengan cara bersikap adil. Tetapi mereka tidak menaatinya dengan taat

yang sebenarnya, melainkan hanya karena memandang kedudukannya dan kekayaan duniawinya. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:


{فَمَا زِلْتُمْ فِي شَكٍّ مِمَّا جَاءَكُمْ بِهِ حَتَّى إِذَا هَلَكَ قُلْتُمْ لَنْ يَبْعَثَ اللَّهُ مِنْ بَعْدِهِ رَسُولا}


tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu, hingga ketika dia meninggal, kamu berkata, "Allah tidak akan mengirim seorang rasul pun sesudahnya.” (Al-Mu’min: 34)

Yakni lalu kalian putus asa dan kamu katakan dengan nada yang mengandung pengertian menggambarkan keinginan kalian: Allah tidak akan mengirim seorang rasul pun sesudahnya. (Al-Mu’min: 34) Demikian itu karena kekafiran mereka dan ketidakpercayaan mereka kepada rasul.


{كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ مُرْتَابٌ}


Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu. (Al-Mu’min: 34) Yakni keadaan kalian ini adalah sebagaimana keadaan orang yang telah disesatkan oleh Allah karena perbuatannya yang sewenang-wenang dan hatinya ragu kepada kebenaran. Dalam firman selanjutnya disebutkan:


{الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آيَاتِ اللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطَانٍ أَتَاهُمْ}


(yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. (Al-Mu’min: 35) Yaitu orang-orang yang menolak kebenaran dengan kebatilan, dan membantah bukti-bukti tanpa dalil dan alasan

dari Allah Swt. Maka sesungguhnya Allah Swt. sangat benci terhadap orang yang berperilaku demikian. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ وَعِنْدَ الَّذِينَ آمَنُوا}


Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. (Al-Mu’min: 35) Maksudnya, orang-orang yang beriman pun membenci orang-orang yang sifatnya demikian. Karena sesungguhnya

orang yang bersifat demikian mata hatinya telah dikunci oleh Allah, sehingga ia sesudah itu tidak lagi dapat mengenal kebaikan dan tidak lagi mengingkari kemungkaran. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:


{كَذَلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَى كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ}


Demikianlah Allah mengunci mati hati orang-orang yang sombong. (Al-Mu’min: 35) 'Yakni tidak mau mengikuti perkara yang hak karena merasa besar diri.


{جَبَّارٍ}


lagi sewenang-wenang. (Al-Mu’min: 35) Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan dari Ikrimah, juga dari Asy-Sya'bi; keduanya mengatakan bahwa seorang manusia itu belum dinamakan sebagai seorang yang berlaku sewenang-wenang

sebelum ia membunuh dua orang (tanpa alasan yang dibenarkan). Abu Imran Al-Juni dan Qatadah mengatakan bahwa pertanda orang-orang yang berlaku sewenang-wenang itu ialah suka membunuh tanpa alasan yang hak; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Surat Al-Mumin |40:31|

مِثْلَ دَأْبِ قَوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وَثَمُودَ وَالَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ ۚ وَمَا اللَّهُ يُرِيدُ ظُلْمًا لِلْعِبَادِ

miṡla da`bi qoumi nuuḥiw wa 'aadiw wa ṡamuuda wallażiina mim ba'dihim, wa mallohu yuriidu zhulmal lil-'ibaad

(yakni) seperti kebiasaan kaum Nuh, ´Aad, Samud, dan orang-orang yang datang setelah mereka. Padahal Allah tidak menghendaki kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya."

Like the custom of the people of Noah and of 'Aad and Thamud and those after them. And Allah wants no injustice for [His] servants.

Tafsir
Jalalain

(-Yakni- seperti keadaan kaum Nuh, Ad, Tsamud dan orang-orang yang datang sesudah mereka) lafal Mitsli dalam ayat ini merupakan Badal atau pengganti keterangan dari lafal Mitsli yang sebelumnya,

yang ada pada ayat di atas. Yakni, seperti pembalasan yang biasa menimpa orang-orang kafir sebelum kalian; mereka ditimpa azab di dunia. (Dan Allah tidak menghendaki berbuat kelaliman terhadap hamba-hamba-Nya.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 31 |

penjelasan ada di ayat 30

Surat Al-Mumin |40:32|

وَيَا قَوْمِ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ يَوْمَ التَّنَادِ

wa yaa qoumi inniii akhoofu 'alaikum yaumat-tanaad

Dan wahai kaumku! "Sesungguhnya aku benar-benar khawatir terhadapmu akan (siksaan) hari saling memanggil,

And O my people, indeed I fear for you the Day of Calling -

Tafsir
Jalalain

(Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir terhadap kalian akan siksa hari panggil-memanggil) dapat dibaca At-Tanaadi atau At-Tanaadiy dengan memakai huruf Ya pada akhirnya.

Artinya ialah hari kiamat, yang pada hari itu banyak sekali panggil-memanggil antara ahli surga dan ahli neraka; setiap panggilan sesuai dengan apa yang dialami oleh pemanggilnya.

Maka panggilan yang mengandung kebahagiaan adalah bagi ahli surga dan panggilan yang mengandung kecelakaan adalah bagi ahli neraka; selain itu masih banyak pula jenis panggilan atau seruan lainnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 32 |

penjelasan ada di ayat 30

Surat Al-Mumin |40:33|

يَوْمَ تُوَلُّونَ مُدْبِرِينَ مَا لَكُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ عَاصِمٍ ۗ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ

yauma tuwalluuna mudbiriin, maa lakum minallohi min 'aashim, wa may yudhlilillaahu fa maa lahuu min haad

(yaitu) pada hari (ketika) kamu berpaling ke belakang (lari), tidak ada seorang pun yang mampu menyelamatkan kamu dari (azab) Allah. Dan barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah, niscaya tidak ada sesuatu pun yang mampu memberi petunjuk."

The Day you will turn your backs fleeing; there is not for you from Allah any protector. And whoever Allah leaves astray - there is not for him any guide.

Tafsir
Jalalain

(Yaitu hari ketika kalian lari berpaling ke belakang) dari tempat hisab untuk dibawa ke neraka (tidak ada bagi kalian dari Allah) yakni dari azab-Nya (seorang pun yang dapat menyelamatkan kalian)

yakni yang dapat mencegah azab dari diri kalian (dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorang pun yang akan memberi petunjuk.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 33 |

penjelasan ada di ayat 30

Surat Al-Mumin |40:34|

وَلَقَدْ جَاءَكُمْ يُوسُفُ مِنْ قَبْلُ بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا زِلْتُمْ فِي شَكٍّ مِمَّا جَاءَكُمْ بِهِ ۖ حَتَّىٰ إِذَا هَلَكَ قُلْتُمْ لَنْ يَبْعَثَ اللَّهُ مِنْ بَعْدِهِ رَسُولًا ۚ كَذَٰلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ مُرْتَابٌ

wa laqod jaaa`akum yuusufu ming qoblu bil-bayyinaati fa maa ziltum fii syakkim mimmaa jaaa`akum bih, hattaaa iżaa halaka qultum lay yab'aṡallohu mim ba'dihii rosuulaa, każaalika yudhillullohu man huwa musrifum murtaab,

Dan sungguh, sebelum itu Yusuf telah datang kepadamu dengan membawa bukti-bukti yang nyata, tetapi kamu senantiasa meragukan apa yang dibawanya, bahkan ketika dia wafat, kamu berkata, "Allah tidak akan mengirim seorang rasul pun setelahnya." Demikianlah Allah membiarkan sesat orang yang melampaui batas dan ragu-ragu,

And Joseph had already come to you before with clear proofs, but you remained in doubt of that which he brought to you, until when he died, you said, 'Never will Allah send a messenger after him.' Thus does Allah leave astray he who is a transgressor and skeptic."

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya telah datang Yusuf kepada kalian sebelumnya) yakni sebelum Nabi Musa; menurut suatu pendapat ia adalah Yusuf bin Yakub yang usianya dipanjangkan sampai zaman Nabi Musa;

atau menurut pendapat yang lain dia adalah Yusuf bin Ibrahim bin Yusuf bin Nabi Yakub (dengan membawa keterangan-keterangan) mukjizat-mukjizat yang tampak jelas

(tetapi kalian senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepada kalian, sehingga ketika dia meninggal, kalian berkata,) tanpa memakai bukti yang benar lagi

("Allah tidak akan mengirim seorang rasul pun sesudahnya.") selagi kalian masih tetap dalam keadaan kafir atau ingkar kepada Nabi Yusuf dan rasul-rasul lainnya. (Demikianlah)

maksudnya sebagaimana kalian disesatkan (Allah menyesatkan orang yang melampaui batas) yakni orang yang musyrik (lagi ragu-ragu) artinya, tidak percaya kepada mukjizat-mukjizat yang telah disaksikannya sendiri.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 34 |

penjelasan ada di ayat 30

Surat Al-Mumin |40:35|

الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آيَاتِ اللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطَانٍ أَتَاهُمْ ۖ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ وَعِنْدَ الَّذِينَ آمَنُوا ۚ كَذَٰلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّارٍ

allażiina yujaadiluuna fiii aayaatillaahi bighoiri sulthoonin ataahum, kaburo maqtan 'indallohi wa 'indallażiina aamanuu, każaalika yathba'ullohu 'alaa kulli qolbi mutakabbirin jabbaar

(yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Sangat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci hati setiap orang yang sombong dan berlaku sewenang-wenang.

Those who dispute concerning the signs of Allah without an authority having come to them - great is hatred [of them] in the sight of Allah and in the sight of those who have believed. Thus does Allah seal over every heart [belonging to] an arrogant tyrant. [...]

Tafsir
Jalalain

(Orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah) yaitu mukjizat-mukjizatnya; kalimat ayat ini menjadi Mubtada (tanpa alasan) tanpa argumentasi (yang datang kepada mereka. Amat besar)

dosa perdebatan mereka itu, lafal Kabura ini menjadi Khabar dari Mubtada (kemurkaan -bagi mereka- di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah)

sebagaimana disesatkan-Nya mereka (Allah mengunci mati) artinya, menyesatkan (hati setiap orang yang sombong lagi sewenang-wenang) dapat dibaca Qalbin Mutakabbirin atau Qalbi Mutakabbirin.

Manakala kalbu seseorang merasa sombong, maka takaburlah pemiliknya, dan demikian pula sebaliknya. Lafal Kullun menurut dua qiraat di atas menunjukkan makna tiap-tiap orang yang memiliki kalbu yang sesat, jadi bukan ditujukan kepada semua orang.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 35 |

penjelasan ada di ayat 30

Surat Al-Mumin |40:36|

وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبَابَ

wa qoola fir'aunu yaa haamaanubni lii shor-ḥal la'alliii ablughul-asbaab

Dan Fir´aun berkata, "Wahai Haman! Buatkanlah untukku sebuah bangunan yang tinggi agar aku sampai ke pintu-pintu,

And Pharaoh said, "O Haman, construct for me a tower that I might reach the ways -

Tafsir
Jalalain

(Dan berkatalah Firaun, "Hai Haman! Buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi) bangunan pencakar langit (supaya aku sampai ke pintu-pintu.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 36 |

Tafsir ayat 36-37

Allah Swt. menceritakan tentang sikap Fir'aun yang melampaui batas, keingkarannya dan kebohongan yang dilakukannya dalam mendustakan Musa a.s. Disebutkan bahwa pada suatu hari ia memerintahkan kepada patihnya

yang bernama Haman agar membangunkan sebuah menara tinggi untuknya. Bangunan yang tinggi (tower) tersebut terbuat dari batu bata alias tanah liat yang dibakar, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:


{فَأَوْقِدْ لِي يَاهَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا}


Maka bakarlah, hai Haman, untukku tanah liat; kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi. (Al-Qasas: 38) Ibrahim An-Nakha'i mengatakan bahwa mereka tidak suka membuat bangunan dari batu bata,

dan mereka hanya menjadikannya untuk kuburan mereka. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Firman Allah Swt. mengisahkan ucapan Fir'aun, yaitu:


{لَعَلِّي أَبْلُغُ الأسْبَابَ أَسْبَابَ السَّمَوَاتِ}


supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit. (Al-Mu’min: 36-37) Sa'id ibnu Jubair dan Abu Saleh mengatakan bahwa yang dimaksud adalah pintu-pintu langit. Menurut pendapat yang lain ialah jalan-jalan menuju ke langit.


{فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لأظُنُّهُ كَاذِبًا}


supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta. (Al-Mu’min: 37) Ini menggambarkan kekafiran dan keingkarannya. Dia tidak percaya bahwa Musa a.s. diutus oleh Allah Swt. kepadanya. Dalam ayat selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya:


{وَكَذَلِكَ زُيِّنَ لِفِرْعَوْنَ سُوءُ عَمَلِهِ وَصُدَّ عَنِ السَّبِيلِ}


Demikianlah dijadikan Fir’aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar). (Al-Mu’min 37) Yakni karena perbuatannya itu yang bertujuan untuk mengelabui rakyatnya,

bahwa dia melakukan suatu upaya yang dijadikan sarana baginya untuk mendustakan Musa a.s. Karena itulah dalam ayat selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya:


{وَمَا كَيْدُ فِرْعَوْنَ إِلا فِي تَبَابٍ}


dan tipu daya Fir’aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian. (Al-Mu’min: 37) Ibnu Abbas dan Mujahid mengatakan bahwa tabab artinya kerugian.

Surat Al-Mumin |40:37|

أَسْبَابَ السَّمَاوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَىٰ إِلَٰهِ مُوسَىٰ وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ كَاذِبًا ۚ وَكَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِفِرْعَوْنَ سُوءُ عَمَلِهِ وَصُدَّ عَنِ السَّبِيلِ ۚ وَمَا كَيْدُ فِرْعَوْنَ إِلَّا فِي تَبَابٍ

asbaabas-samaawaati fa aththoli'a ilaaa ilaahi muusaa wa innii la`azhunnuhuu kaażibaa, wa każaalika zuyyina lifir'auna suuu`u 'amalihii wa shudda 'anis-sabiil, wa maa kaidu fir'auna illaa fii tabaab

(yaitu) pintu-pintu langit agar aku dapat melihat Tuhannya Musa, tetapi aku tetap memandangnya sebagai seorang pendusta." Dan demikianlah dijadikan terasa indah bagi Fir´aun perbuatan buruknya itu dan dia tertutup dari jalan (yang benar), dan tipu daya Fir´aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.

The ways into the heavens - so that I may look at the deity of Moses; but indeed, I think he is a liar." And thus was made attractive to Pharaoh the evil of his deed, and he was averted from the [right] way. And the plan of Pharaoh was not except in ruin.

Tafsir
Jalalain

(Yaitu pintu-pintu langit) maksudnya, jalan-jalan yang menuju ke arahnya (supaya aku dapat melihat) kalau dibaca Rafa', yaitu Fa-aththali'u berarti di'athafkan pada lafal Ablughu,

apabila dibaca Fa-aththali'a berarti menjadi Jawab daripada Fi'il Amar, yaitu lafal Ibni (Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya) menganggap Musa (seorang pendusta")

karena ia mengatakan, bahwa ia mempunyai Tuhan selain aku. Firaun mengatakan demikian untuk mengelabui pengikut-pengikutnya.

(Demikianlah dijadikan Firaun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan) petunjuk; dapat dibaca Shadda sehingga artinya menjadi,

Dan Firaun menghalangi jalan petunjuk dapat pula dibaca Shudda yang artinya telah tertera di atas (dan tipu daya Firaun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian) mengakibatkan kerugian.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 37 |

penjelasan ada di ayat 36

Surat Al-Mumin |40:38|

وَقَالَ الَّذِي آمَنَ يَا قَوْمِ اتَّبِعُونِ أَهْدِكُمْ سَبِيلَ الرَّشَادِ

wa qoolallażiii aamana yaa qoumittabi'uuni ahdikum sabiilar-rosyaad

Dan orang yang beriman itu berkata, "Wahai kaumku! Ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar.

And he who believed said, "O my people, follow me, I will guide you to the way of right conduct.

Tafsir
Jalalain

(Orang yang beriman itu berkata, "Hai kaumku! Ikutilah aku) dapat dibaca Ittabi'uuni atau Ittabi'uuniy tanpa atau dengan Ya Mutakallim (aku akan menunjukkan kepada kalian jalan yang benar) penafsirannya sebagaimana yang telah lalu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 38 |

Tafsir ayat 38-40

Orang mukmin dari kalangan keluarga Fir'aun itu berkata kepada kaumnya yang membangkang terhadap kebenaran, dan bersikap melampaui batas serta lebih memilih kehidupan dunia dan melupakan Tuhan Yang Maha Mengalahkan lagi Mahatinggi. Untuk itu ia mengatakan kepada mereka:


{يَا قَوْمِ اتَّبِعُونِ أَهْدِكُمْ سَبِيلَ الرَّشَادِ}


Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. (Al-Mu’min: 38) Tidak sebagaimana yang dikatakan oleh Fir'aun yang dusta, yaitu:


{وَمَا أَهْدِيكُمْ إِلا سَبِيلَ الرَّشَادِ}


dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar. (Al-Mu’min: 29) Kemudian laki-laki mukmin itu menganjurkan kepada kaumnya agar bersikap zuhud (menjauhi) keduniawian yang di masa itu lebih diprioritaskan

oleh mereka ketimbang perkara akhirat, hingga keduniawian itu menghalang-halangi mereka untuk membenarkan utusan Allah Musa a.s. untuk itu ia berkata:


{يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ}


Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara). (Al-Mu’min: 39) Yakni sedikit lagi akan hilang dan fana; dalam waktu sebentar ia akan menyurut, kemudian lenyap.


{وَإِنَّ الآخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ}


dan sesungguhnya kehidupan akhirat itulah negeri yang kekal. (Al-Mu’min: 39) Yaitu negeri yang tidak akan lenyap, tidak akan ada perpindahan lagi darinya, dan tidak akan pergi lagi menuju negeri lain;

bahkan adakalanya kehidupan yang nikmat selamanya atau kehidupan neraka yang selamanya. Untuk itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:


{مَنْ عَمِلَ سَيِّئَةً فَلا يُجْزَى إِلا مِثْلَهَا}


Barang siapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. (Al-Mu’min: 40) Maksudnya, balasan yang setimpal dengan kejahatan tersebut.


{وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ يُرْزَقُونَ فِيهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ}


Dan barang siapa mengerjakan amal yang saleh, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab. (Al-Mu’min: 40)

Yakni balasannya tidak tertakarkan lagi, bahkan Allah memberinya pahala yang banyak, yang tiada putus-putusnya dan tiada habis-habisnya. Hanya Allah Swt. sajalah yang memberi taufik ke jalan yang benar.

Surat Al-Mumin |40:39|

يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ

yaa qoumi innamaa haażihil-ḥayaatud-dun-yaa mataa'uw wa innal-aakhirota hiya daarul-qoroor

Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.

O my people, this worldly life is only [temporary] enjoyment, and indeed, the Hereafter - that is the home of [permanent] settlement.

Tafsir
Jalalain

(Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan -sementara-) kesenangan yang bersifat sementara lenyap (dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 39 |

penjelasan ada di ayat 38

Surat Al-Mumin |40:40|

مَنْ عَمِلَ سَيِّئَةً فَلَا يُجْزَىٰ إِلَّا مِثْلَهَا ۖ وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَٰئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ يُرْزَقُونَ فِيهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ

man 'amila sayyi`atan fa laa yujzaaa illaa miṡlahaa, wa man 'amila shooliḥam min żakarin au unṡaa wa huwa mu`minun fa ulaaa`ika yadkhuluunal-jannata yurzaquuna fiihaa bighoiri ḥisaab

Barang siapa mengerjakan perbuatan jahat maka dia akan dibalas sebanding dengan kejahatan itu. Dan barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia dalam keadaan beriman maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tidak terhingga.

Whoever does an evil deed will not be recompensed except by the like thereof; but whoever does righteousness, whether male or female, while he is a believer - those will enter Paradise, being given provision therein without account.

Tafsir
Jalalain

(Barang siapa yang mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barang siapa mengerjakan amal yang saleh,

baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga) dapat dibaca Yudkhaluuna atau Yadkhuluuna (mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab) diberi rezeki yang banyak tanpa perhitungan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 40 |

penjelasan ada di ayat 38

Surat Al-Mumin |40:41|

وَيَا قَوْمِ مَا لِي أَدْعُوكُمْ إِلَى النَّجَاةِ وَتَدْعُونَنِي إِلَى النَّارِ

wa yaa qoumi maa liii ad'uukum ilan-najaati wa tad'uunaniii ilan-naar

Dan wahai kaumku! Bagaimanakah ini, aku menyerumu kepada keselamatan, tetapi kamu menyeruku ke neraka?

And O my people, how is it that I invite you to salvation while you invite me to the Fire?

Tafsir
Jalalain

(Hai kaumku bagaimanakah kalian, aku menyeru kalian kepada keselamatan, tetapi kalian menyeru aku ke neraka.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 41 |

Tafsir ayat 41-46

Laki-laki mukmin dari kalangan keluarga Fir'aun berkata kepada mereka (kaumnya), "Mengapa aku seru kalian ke jalan keselamatan," yaitu menyembah Allah semata tiada sekutu bagi-Nya, dan membenarkan rasul-Nya yang telah diutus-Nya.

{وَتَدْعُونَنِي إِلَى النَّارِ. تَدْعُونَنِي لأكْفُرَ بِاللَّهِ وَأُشْرِكَ بِهِ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ}


tetapi kamu menyeru aku ke neraka? (Mengapa) kamu menyeruku supaya kafir kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidak kuketahui? (Al-Mu’min: 41-42) Maksudnya, tanpa pengetahuan dan tanpa dalil (bukti),


{وَأَنَا أَدْعُوكُمْ إِلَى الْعَزِيزِ الْغَفَّارِ}


padahal aku menyeru kamu (beriman) kepada Yang Mahaperkasa lagi Maha Pengampun? (Al-Mu’min: 42) Yakni Dia dalam Keperkasaan dan Keagungan-Nya masih tetap mengampuni dosa orang yang bertobat kepada-Nya.


{لَا جَرَمَ أَنَّمَا تَدْعُونَنِي إِلَيْهِ}


Sudah pasti bahwa apa yang kamu seru supaya aku (beriman) kepadanya. (Al-Mu’min: 43) Yaitu memang benar. Menurut As-Saddi dan Ibnu Jarir, makna firman-Nya, "La jarama" artinya benar. Ad-Dahhak mengatakan bahwa

La jarama artinya bukan dusta. Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna firman-Nya, "La jarama, " ialah tidak sebenarnya apa yang kamu seru supaya aku beriman kepadanya, yaitu berupa berhala-berhala

dan tandingan-tandingan yang kalian ada-adakan itu. tidak dapat memperkenankan seruan apa pun, baik di dunia maupun di akhirat. (Al-Mu’min: 43) Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah berhala itu

tidak dapat berbuat apa-apa. Qatadah mengatakan, berhala itu tidak dapat memberi manfaat dan tidak dapat pula menolak mudarat. As-Saddi mengatakan bahwa berhala itu tidak dapat menjawab orang yang menyerunya,

baik di dunia ini maupun di akhirat. Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ. وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ}


Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa orang-orang yang menyerunya?

Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat), niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. (Al-Ahqaf: 5-6) Dan firman Allah Swt.:


{إِنْ تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ}


Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. (Fatir: 14) Adapun firman Allah Swt.:


{وَأَنَّ مَرَدَّنَا إِلَى اللَّهِ}


Dan sesungguhnya kita kembali kepada Allah. (Al-Mu’min: 43) Yakni kelak di negeri akhirat, maka Allah akan membalas setiap orang sesuai dengan amal perbuatannya. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:


{وَأَنَّ الْمُسْرِفِينَ هُمْ أَصْحَابُ النَّارِ}


dan sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mereka itulah penghuni neraka. (Al-Mu’min: 43) Artinya, mereka kekal di dalamnya karena sikap mereka yang berlebihan, yaitu mempersekutukan Allah Swt.


{فَسَتَذْكُرُونَ مَا أَقُولُ لَكُمْ}


Kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepada kamu. (Al-Mu’min: 44) Nanti kalian akan mengetahui kebenaran dari apa yang telah kuperintahkan dan yang kularangkan kepada kalian. Kalian juga akan mengetahui nasihatku

kepada kalian dan penjelasanku kepada kalian, maka kalian semua akan mengingatnya pada hari itu dan menyesalinya, tetapi tidak ada manfaatnya lagi bagi kalian penyesalan.


{وَأُفَوِّضُ أَمْرِي إِلَى اللَّهِ}


Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. (Al-Mu’min: 44) Yakni aku bertawakal kepada Allah dan memohon pertolongan kepada-Nya dan memutuskan hubungan dengan kalian, lalu menjauh dari kalian.


{إِنَّ اللَّهَ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ}


Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Al-Mu’min: 44) Yaitu Dia Maha Mengetahui tentang mereka, Mahatinggi lagi Mahasuci Allah Maka dia memberi petunjuk kepada siapa yang berhak mendapatkannya,

dan menyesatkan siapa yang berhak disesatkan. Dia mempunyai alasan yang sangat kuat dan hikmah yang sempurna dalam ketentuannya ini, dan takdir-Nya pasti terlaksana. Firman Allah Swt.:


{فَوَقَاهُ اللَّهُ سَيِّئَاتِ مَا مَكَرُوا}


Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka. (Al-Mu’min: 45) Yakni di dunia ini dan di akhirat. Adapun di dunia, Allah menyelamatkan­nya bersama Musa a.s.; dan di akhirat Allah menyelamatkannya (dan neraka) dengan dimasukkan ke dalam surga.


{وَحَاقَ بِآلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ}


dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. (Al-Mu’min: 45) Yaitu dengan ditenggelamkan di laut, kemudian di akhirat dipindahkan darinya ke neraka Jahim, karena sesungguhnya arwah mereka di setiap pagi

dan petang dihadapkan kepada neraka sampai hari kiamat nanti. Dan apabila hari kiamat telah terjadi, maka arwah mereka bergabung dengan jasadnya masing-masing di dalam neraka. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ}


dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat), "Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras." (Al-Mu’min: 46)

Yakni paling keras sakitnya dan paling besar azabnya. Ayat ini merupakan dalil pokok di kalangan mazhab ahli sunnah wal jama'ah yang menyatakan adanya azab di alam barzakh (alam kubur), yaitu firman Allah Swt.:


{النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا}


Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang. (Al-Mu’min: 46) Akan tetapi, timbul suatu pengertian bahwa tidak diragukan lagi ayat ini adalah ayat Makkiyyah, dan mereka telah menjadikannya sebagai dalil yang menunjukkan adanya azab kubur di alam barzakh.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا هَاشِمٌ -هُوَ ابْنُ الْقَاسِمِ أَبُو النَّضْرِ-حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ سَعِيدٍ -هُوَ ابْنُ عَمْرِو بْنِ سَعِيدِ بْنِ الْعَاصِ-حَدَّثَنَا سَعِيدٌ -يَعْنِي أَبَاهُ-عَنْ عَائِشَةَ؛ أَنَّ يَهُودِيَّةً كَانَتْ تَخْدُمُهَا فَلَا تَصْنَعُ عَائِشَةُ إِلَيْهَا شَيْئًا مِنَ الْمَعْرُوفِ إِلَّا قَالَتْ لَهَا الْيَهُودِيَّةُ: وَقَاكِ اللَّهُ عَذَابَ الْقَبْرِ. قَالَتْ: فَدَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيَّ فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَلْ لِلْقَبْرِ عَذَابٌ قَبْلَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ؟ قَالَ: "لَا وَعَمَّ ذَلِكَ؟ " قَالَتْ: هَذِهِ الْيَهُودِيَّةُ، لَا نَصْنَعُ إِلَيْهَا شَيْئًا مِنَ الْمَعْرُوفِ إِلَّا قَالَتْ: وَقَاكِ اللَّهُ عَذَابَ الْقَبْرِ. قَالَ: "كَذَبَتْ يَهُودُ. وَهُمْ عَلَى اللَّهِ أَكْذَبُ، لَا عَذَابَ دُونَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ". ثُمَّ مَكَثَ بَعْدَ ذَلِكَ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَمْكُثَ، فَخَرَجَ ذَاتَ يَوْمٍ نِصْفَ النَّهَارِ مُشْتَمِلًا بِثَوْبِهِ، مُحْمَرَّةً عَيْنَاهُ، وَهُوَ يُنَادِي بِأَعْلَى صَوْتِهِ: "الْقَبْرُ كَقِطَعِ اللَّيْلِ المظلم أَيُّهَا النَّاسُ، لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا وَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا. أَيُّهَا النَّاسُ، اسْتَعِيذُوا بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، فَإِنَّ عَذَابَ الْقَبْرِ حَقٌّ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnul Qasim alias Abun Nadr, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Sa'id ibnu Amr ibnu Sa'id ibnul As, telah menceritakan kepada kami Sa'id (yakni ayahnya),

dari Aisyah r.a., bahwa pernah ada seorang wanita Yahudi yang menjadi pelayannya, maka tidak sekali-kali Aisyah berbuat suatu kebaikan kepadanya, melainkan ia mendoakan bagi Aisyah, "Semoga Allah memelihara dirimu dari siksa kubur."

Aisyah r.a. melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Rasulullah Saw. masuk menemuinya, maka ia bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah siksa kubur itu ada sebelum hari kiamat?" Rasulullah Saw. bersabda, "Tidak ada.

Siapa yang menduga demikian?" Aisyah menjawab, "Wanita Yahudi ini, tidak sekali-kali aku berbuat baik kepadanya melainkan dia mendoakan bagiku, 'Semoga Allah memelihara dirimu dari siksa kubur'." Rasulullah Saw. bersabda,

"Orang-orang Yahudi itu pendusta dan terhadap Allah mereka lebih pendusta lagi, tiada azab sebelum hari kiamat." Kemudian selang beberapa waktu menurut apa yang dikehendaki Allah, pada suatu hari beliau Saw.

keluar di tengah hari seraya memakai kain selimut, sedangkan kedua mata beliau memerah, lalu beliau berseru dengan suara yang sangat keras: Alam kubur itu bagaikan sepotong malam hari yang sangat gelap. Hai manusia,

sekiranya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu banyak menangis dan sedikit tertawa. Hai manusia, mohonlah perlindungan kepada Allah dari siksa kubur, karena sesungguhnya siksa kubur itu benar (adanya).

Sanad hadis ini sahih dengan syarat Bukhari dan Muslim, tetapi keduanya tidak mengetengahkannya.


وَرَوَى أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ -قَالَ: سَأَلَتْهَا امْرَأَةٌ يَهُودِيَّةٌ فَأَعْطَتْهَا، فَقَالَتْ لَهَا: أَعَاذَكِ اللَّهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ. فَأَنْكَرَتْ عَائِشَةُ ذَلِكَ، فَلَمَّا رَأَتْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتِ لَهُ، فَقَالَ: "لَا". قَالَتْ عَائِشَةُ: ثُمَّ قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ ذَلِكَ: "وَإِنَّهُ أُوحِيَ إلي أنكم تفتنون في قبوركم".


Imam Ahmad meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dan Aisyah r.a. yang menceritakan bahwa pernah ada seorang wanita Yahudi

meminta-minta kepadanya, maka ia memberinya, lalu wanita Yahudi itu berdoa "Semoga Allah menyelamatkan dirimu dari siksa kubur." Siti Aisyah r.a. tidak suka dengan hal tersebut. Dan ketika ia melihat Nabi Saw datang,

maka ia menanyakan hal itu kepada Nabi Saw., dan Nabi Saw. menjawab, "Tidak ada" Kemudian setelah peristiwa ini berlalu, Rasulullah Saw. bersabda: Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadaku bahwa kalian akan disiksa

di dalam kubur kalian. Hadis ini pun dengan syarat keduanya. Maka timbullah pertanyaan, bagaimanakah menggabungkah antara hal ini dan keadaan ayat sebagai ayat Makkiyyah yang mengandung kesimpulan dalil yang menunjukkan

adanya siksa kubur? Sebagai jawabannya dapat dikatakan bahwa ayat ini hanya menunjukkan bahwa arwah itu ditampilkan di hadapan neraka di setiap pagi dan petang di alam barzakh, dan tidak ada suatu pengertian pun

yang menunjukkan menjalarnya rasa sakit arwah sampai kepada tubuh (jasad) kasarnya di alam kubur, karena hal tersebut hanya khusus terjadi pada roh. Adapun mengenai terjadinya azab pada jasad dan rasa sakit karena azab itu,

maka tiada suatu dalil pun yang menunjukkan ke arahnya melainkan hanya melalui sunnah, yaitu dalam hadis-hadis yang dapat diterima, seperti yang akan dikemukakan kemudian. Dapat pula dikatakan bahwa sesungguhnya ayat ini

hanya menunjukkan adanya azab bagi orang-orang kafir di alam barzakhnya, dan tidak mengandung suatu kepastian yang menyatakan adanya azab bagi orang mukmin di alam kuburnya karena dosa yang dilakukannya.

Di antara dalil yang memperkuat pendapat ini ialah sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad.


حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ، حَدَّثَنَا يُونُسَ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَيْهَا وَعِنْدَهَا امْرَأَةٌ مِنَ الْيَهُودِ، وَهِيَ تَقُولُ: أَشَعَرْتِ أَنَّكُمْ تُفْتَنُونَ فِي قُبُورِكُمْ؟ فَارْتَاعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ: "إِنَّمَا يُفْتَنُ يَهُودُ" قَالَتْ عَائِشَةُ: فَلَبِثْنَا لَيَالِيَ، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَشَعَرْتِ أَنَّهُ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّكُمْ تُفْتَنُونَ فِي الْقُبُورِ؟ " وَقَالَتْ عَائِشَةُ: سَمِعْتُ رسول الله صلى الله عليه وسلم بعد يَسْتَعِيذُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ.


Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Umar, telah menceritakan kepada kami Yunus, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah r.a., bahwa Rasulullah Saw. masuk ke dalam rumahnya yang pada saat itu

di hadapan Aisyah ada seorang wanita Yahudi, sedangkan Siti Aisyah berkata (kepada wanita Yahudi itu), "Apakah kamu meyakini bahwa kamu diazab dalam kuburmu?" Maka Rasulullah Saw. terkejut, lalu bersabda,

"Sesungguhnya yang diazab (dalam kubur) hanyalah orang Yahudi." Aisyah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu kami tinggal beberapa malam sesudah peristiwa itu, kemudian Rasulullah Saw. bersabda: Ingatlah,

sesungguhnya kalian akan diazab di dalam kubur (mu). Siti Aisyah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah Saw. sesudah peristiwa itu selalu memohon perlindungan kepada Allah dari azab kubur.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Muslim, dari Harun ibnu Sa'id dan Harmalah, keduanya dari Ibnu Wahb, dari Yunus ibnu Yazid Al-Aili, dari Az-Zuhri dengan sariad yang sama.

Dapat pula dikatakan bahwa sesungguhnya ayat ini menunjukkan arwah diazab di alam barzakhnya, tetapi bukan berarti tubuh kasar yang ada di dalam kuburnya ikut merasakannya. Ketika hal mengenai ini diwahyukan kepada Nabi Saw.,

maka barulah Nabi Saw. memohon perlindungan kepada Allah dari siksa kubur. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.


وَقَدْ رَوَى الْبُخَارِيُّ مِنْ حَدِيثِ شُعْبَةَ، عَنْ أَشْعَثَ بْنِ أَبِي الشَّعْثَاءِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ مَسْرُوقٍ، عَنْ عَائِشَةَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّ يَهُودِيَّةً دَخَلَتْ عَلَيْهَا فَقَالَتْ: أَعَاذَكِ اللَّهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ. فَسَأَلَتْ عَائِشَةُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ عَذَابِ الْقَبْرِ؟ فَقَالَ: "نَعَمْ عَذَابُ الْقَبْرِ حَقٌّ". قَالَتْ عَائِشَةُ: فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بعدُ صَلَّى صَلَاةً إِلَّا تَعَوَّذَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ


Imam Bukhari telah meriwayatkan melalui hadis Syu'bah, dari Asy'as, dari Ibnu Abusy Sya'sa, dari ayahnya, dari Masruq, dari Aisyah r.a. bahwa pernah ada seorang wanita Yahudi masuk menemuinya, lalu wanita Yahudi itu mengatakan,

"Kami berlindung kepada Allah dari azab kubur." Maka Aisyah r.a. menanyakan azab kubur itu kepada Rasulullah Saw., dan beliau menjawab: Benar, azab kubur itu adalah hak (benar). Siti Aisyah r.a. mengatakan bahwa

tidak sekali-kali ia melihat Rasulullah Saw. sesudah peristiwa itu bila telah selesai dari salatnya, melainkan memohon perlindungan dari azab kubur. Hadis ini menunjukkan bahwa Rasulullah Saw. dengan segera membenarkan

berita yang disampaikan oleh wanita Yahudi tersebut dan mengakuinya. Sedangkan dalam hadis-hadis yang sebelumnya dinyatakan bahwa pada mulanya beliau Saw. mengingkari hal tersebut, hingga turunlah kepadanya wahyu

yang menerangkannya. Barangkali keduanya merupakan dua peristiwa —hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui— dan hadis-hadis mengenai azab kubur banyak sekali. Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya:

pada pagi dan petang. (Al-Mu’min: 46) Maksudnya, di setiap pagi dan petang selama dunia masih berputar. Dikatakan kepada mereka, "Hai kaum Fir'aun, inilah tempat tinggal kalian," dengan nada mencemoohkan dan kecaman

serta menghina mereka. Ibnu Zaid mengatakan bahwa mereka (Fir'aun dan kaumnya) sekarang berada di dalam neraka di setiap pagi dan petang hingga hari kiamat. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id,

telah menceritakan kepada kami Al-Muharibi, telah menceritakan kepada kami Lais, dari Abdur Rahman ibnu Sarwan, dari Huzail, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya arwah para syuhada

berada di dalam perut burung-burung hijau yang terbang bebas di dalam surga membawa mereka ke mana pun yang mereka kehendaki. Dan sesungguhnya arwah anak-anak kecil kaum mukmin berada di dalam perut burung-burung pipit

yang terbang bebas di dalam surga membawa mereka sekehendak mereka, lalu burung-burung itu hinggap di lentera-lentera yang bergantung di 'Arasy. Dan sesungguhnya arwah Fir aun dan kaumnya

berada di dalam perut burung-burung hitam yang setiap pagi dan petang pergi ke neraka Jahanam. Yang demikian itulah pengertian ‘ditampakkan kepada mereka neraka pada pagi dan petang'.

Ats-Tsauri telah meriwayatkannya dari Abu Qais, dari Abul Huzail ibnu Syurahbil, dari perkataan Ibnu Mas'ud r.a. sehubungan dengan nasib arwah Fir'aun dan kaumnya. Hal yang sama telah dikatakan oleh As-Saddi di dalam hadis Isra

melalui riwayat Harun Al-Abdi, dari Abu Sa'id Al-Khudn r.a., dari Rasulullah Saw. yang antara lain disebutkan bahwa kemudian aku dibawa pergi menuju ke tempat sejumlah banyak orang yang semuanya laki-laki.

Tiap orang dari mereka mempunyai perut sebesar rumah yang besar; mereka dalam keadaan terbelenggu dengan memakai pakaian kaum Fir'aun, dan kaum Fir'aun ditampakkan kepada mereka neraka di setiap pagi dan petang.


{وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ}


dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat), "Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras." (Al-Mu’min: 46)

Fir'aun bersama kaumnya seperti unta yang terkena racun; mereka menumbukkan dirinya pada batu dan pohon, sedangkan mereka tidak sadar dengan perbuatannya itu.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ، حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ أخْرَم، حَدَّثَنَا عَامِرُ بْنُ مُدْرِك الْحَارِثِيُّ، حَدَّثَنَا عُتْبَةُ -يَعْنِي ابْنَ يَقْظَانَ-عَنْ قَيْسِ بْنِ مسلم، عن طارق، عن شِهَابٍ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَا أَحْسَنَ مُحْسِنٌ مِنْ مُسْلِمٍ أَوْ كَافِرٍ إِلَّا أَثَابَهُ اللَّهُ". قَالَ: قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا إِثَابَةُ الْكَافِرِ؟ فَقَالَ: "إِنْ كَانَ قَدْ وَصَلَ رَحِمًا أَوْ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ أَوْ عَمِلَ حَسَنَةً، أَثَابَهُ اللَّهُ الْمَالَ وَالْوَلَدَ وَالصِّحَّةَ وَأَشْبَاهَ ذَلِكَ". قُلْنَا: فَمَا إِثَابَتُهُ فِي الْآخِرَةِ؟ قَالَ: "عَذَابًا دُونَ الْعَذَابِ" وَقَرَأَ: {أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ}


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Akhram, telah menceritakan kepada kami Amir ibnu Mudrik Al-Harisi, telah menceritakan' kepada kami

Atabah ibnu Yaqzhan, dari Qais ibnu Muslim, dari Tariq, dari Syihab, dari Ibnu Mas'ud r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda, "Tidak sekali-kali seseorang berbuat kebaikan dari kalangan orang muslim ataupun orang kafir,

melainkan Allah memberi balasan." Kami bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah balasan orang kafir itu?" Nabi Saw. menjawab: jika dia telah menyambung tali persaudaraan atau memberikan suatu sedekah atau mengerjakan kebaikan,

maka Allah memberinya balasan berupa harta, anak, kesehatan, dan lain sebagainya yang serupa. Kami bertanya, "Lalu apakah balasan baginya di negeri akhirat nanti?" Rasulullah Saw. menjawab: Azab tanpa penderitaan

(yang harus diterimanya) Lalu beliau Saw. membaca firman-Nya: Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras. (Al-Mu’min: 46) Al-Bazzar telah meriwayatkan hadis ini di dalam kitab musnadnya, dari Zaid ibnu Akhram,

kemudian ia mengatakan bahwa kami tidak mengetahui Zaid ibnu Akhram mempunyai isnad selain hadis ini. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdul Karim ibnu Abu Umair, telah menceritakan kepada kami

Hammad ibnu Muhammad Al-Fazzari Al-Balkhi yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Al-Auza'i saat ditanya oleh seorang lelaki yang mengatakan kepadanya, "Semoga Allah merahmatimu, kami telah melihat banyak burung yang keluar

dari dalam laut menuju ke arah barat. Burung-burung itu berbulu putih, gelombang demi gelombang; tiada yang mengetahui bilangannya kecuali hanya Allah Swt. Dan apabila hari telah petang, burung-burung itu kembali

dalam keadaan hitam legam bulunya." Al-Auza'i mengatakan, "Kamu telah menyaksikannya dengan mata kepalamu sendiri?" Lelaki itu menjawab, "Benar." Maka Al-Auza'i mengatakan bahwa sesungguhnya di dalam perut burung-burung itu

terdapat arwah Fir'aun dan kaumnya, ditampakkan kepada mereka neraka di setiap pagi dan petang, lalu kembali ke sarang mereka, sedangkan bulu mereka telah hangus terbakar hingga menjadi hitam. Di malam hari bulu hitam itu rontok,

lalu muncul kembali bulu putihnya, setelah itu burung-burung itu pergi lagi menuju ke neraka setiap pagi, dan petangnya kembali ke sarangnya. Demikianlah kebiasaan yang terjadi pada mereka di dunia. Apabila kiamat telah terjadi,

Allah berfirman: Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras. (Al-Mu’min: 46) Al-Auza'i mengatakan bahwa mereka (Fir'aun dan bala tentaranya) berjumlah kurang lebih enam ratus ribu personel.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ، أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا مَاتَ عُرِضَ عَلَيْهِ مَقْعَدُهُ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ، إِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَمِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَإِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَمِنْ أَهْلِ النَّارِ. فَيُقَالُ: هَذَا مَقْعَدُكَ حَتَّى يَبْعَثَكَ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah menceritakan kepada kami Malik, dari Nafi', dari Ibnu Umar r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

Sesungguhnya seseorang di antara kalian apabila mati, ditampakkan kepadanya setiap pagi dan petang kedudukannya. Jika dia termasuk ahli surga, maka surgalah yang ditampakkan kepadanya; dan jika dia ahli neraka,

maka yang ditampakkan kepadanya adalah neraka. Lalu dikatakan kepadanya, "Inilah tempatmu kelak sampai Allah membangkitkan kamu untuk menempatinya di hari kiamat.”

Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini di dalam kitab sahih masing-masing melalui hadis Malik dengan sanad yang sama.

Surat Al-Mumin |40:42|

تَدْعُونَنِي لِأَكْفُرَ بِاللَّهِ وَأُشْرِكَ بِهِ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ وَأَنَا أَدْعُوكُمْ إِلَى الْعَزِيزِ الْغَفَّارِ

tad'uunanii li`akfuro billaahi wa usyrika bihii maa laisa lii bihii 'ilmuw wa ana ad'uukum ilal-'aziizil-ghoffaar

(Mengapa) kamu menyeruku agar kafir kepada Allah dan menyekutukan-Nya dengan sesuatu yang aku tidak mempunyai ilmu tentang itu, padahal aku menyerumu (beriman) kepada Yang Maha Perkasa, Maha Pengampun?

You invite me to disbelieve in Allah and associate with Him that of which I have no knowledge, and I invite you to the Exalted in Might, the Perpetual Forgiver.

Tafsir
Jalalain

(-Kenapa- kalian menyeruku supaya kafir kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidak kuketahui padahal aku menyeru kalian -beriman- kepada Yang Maha Perkasa)

Yang Maha Menang atas semua perkara-Nya (lagi Maha Pengampun) kepada orang yang bertobat kepada-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 42 |

penjelasan ada di ayat 41

Surat Al-Mumin |40:43|

لَا جَرَمَ أَنَّمَا تَدْعُونَنِي إِلَيْهِ لَيْسَ لَهُ دَعْوَةٌ فِي الدُّنْيَا وَلَا فِي الْآخِرَةِ وَأَنَّ مَرَدَّنَا إِلَى اللَّهِ وَأَنَّ الْمُسْرِفِينَ هُمْ أَصْحَابُ النَّارِ

laa jaroma annamaa tad'uunaniii ilaihi laisa lahuu da'watun fid-dun-yaa wa laa fil-aakhiroti wa anna maroddanaaa ilallohi wa annal-musrifiina hum ash-ḥaabun-naar

Sudah pasti bahwa apa yang kamu serukan aku kepadanya bukanlah suatu seruan yang berguna, baik di dunia maupun di akhirat. Dan sesungguhnya tempat kembali kita pasti kepada Allah, dan sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mereka itu akan menjadi penghuni neraka.

Assuredly, that to which you invite me has no [response to a] supplication in this world or in the Hereafter; and indeed, our return is to Allah, and indeed, the transgressors will be companions of the Fire.

Tafsir
Jalalain

(Sudah pasti) yakni pastilah (bahwa apa yang kalian seru supaya aku -beriman- kepadanya) artinya, supaya aku menyembahnya (tidak dapat memperkenankan seruan apa pun)

maksudnya, tidak dapat memperkenankan suatu doa pun (baik di dunia maupun di akhirat. Dan sesungguhnya kita kembali) atau kembali kita

(kepada Allah dan sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas) yakni orang-orang kafir (mereka itulah penghunin neraka.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 43 |

penjelasan ada di ayat 41

Surat Al-Mumin |40:44|

فَسَتَذْكُرُونَ مَا أَقُولُ لَكُمْ ۚ وَأُفَوِّضُ أَمْرِي إِلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ

fasatażkuruuna maaa aquulu lakum, wa ufawwidhu amriii ilalloh, innalloha bashiirum bil-'ibaad

Maka kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepadamu. Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya."

And you will remember what I [now] say to you, and I entrust my affair to Allah. Indeed, Allah is Seeing of [His] servants."

Tafsir
Jalalain

(Kelak kalian akan ingat) bila kalian menyaksikan azab dengan mata kalian sendiri (kepada apa yang kukatakan kepada kalian. Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah.

Sesungguhnya Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya") Ia mengatakan demikian ketika mereka mengancamnya jika ia menentang agama mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 44 |

penjelasan ada di ayat 41

Surat Al-Mumin |40:45|

فَوَقَاهُ اللَّهُ سَيِّئَاتِ مَا مَكَرُوا ۖ وَحَاقَ بِآلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ

fa waqoohullohu sayyi`aati maa makaruu wa ḥaaqo bi`aali fir'auna suuu`ul-'ażaab

Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, sedangkan Fir´aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang sangat buruk.

So Allah protected him from the evils they plotted, and the people of Pharaoh were enveloped by the worst of punishment -

Tafsir
Jalalain

(Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka) terhadap dirinya, yaitu mereka merencanakan akan membunuhnya (dan turunlah)

menimpa (kepada keluarga Firaun) maksudnya, kepada kaumnya yang mengikutinya (azab yang buruk) yaitu ditenggelamkan. [...]

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 45 |

penjelasan ada di ayat 41

Surat Al-Mumin |40:46|

النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا ۖ وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ

an-naaru yu'rodhuuna 'alaihaa ghuduwwaw wa 'asyiyyaa, wa yauma taquumus-saa'ah, adkhiluuu aala fir'auna asyaddal-'ażaab

Kepada mereka diperlihatkan neraka, pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Lalu kepada malaikat diperintahkan), "Masukkanlah Fir´aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras!"

The Fire, they are exposed to it morning and evening. And the Day the Hour appears [it will be said], "Make the people of Pharaoh enter the severest punishment."

Tafsir
Jalalain

Kemudian (neraka ditampakkan kepada mereka) maksudnya, mereka dibakar oleh api neraka (pada pagi dan petang) di setiap pagi dan petang (dan pada hari terjadinya kiamat)

dikatakan kepada mereka, ("Masuklah kalian) hai (Firaun dan kaumnya) menurut suatu qiraat dibaca Adkhiluu yang artinya, Masukkanlah Firaun dan kaumnya.

Ini merupakan perintah Allah kepada malaikat-malaikat-Nya (ke dalam azab yang sangat keras") yakni azab neraka

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 46 |

penjelasan ada di ayat 41

Surat Al-Mumin |40:47|

وَإِذْ يَتَحَاجُّونَ فِي النَّارِ فَيَقُولُ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا نَصِيبًا مِنَ النَّارِ

wa iż yataḥaaajjuuna fin-naari fa yaquulud-du'afaaa`u lillażiinastakbaruuu innaa kunnaa lakum taba'an fa hal antum mughnuuna 'annaa nashiibam minan-naar

Dan (ingatlah), ketika mereka berbantah-bantahan dalam neraka, maka orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, "Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu melepaskan sebagian (azab) api neraka yang menimpa kami?"

And [mention] when they will argue within the Fire, and the weak will say to those who had been arrogant, "Indeed, we were [only] your followers, so will you relieve us of a share of the Fire?"

Tafsir
Jalalain

(Dan) ingatlah (ketika mereka berbantah) yaitu ketika orang-orang kafir saling berbantah-bantahan (dalam neraka, maka orang-orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri,

"Sesungguhnya kami adalah pengikut-pengikut kalian) lafal Taba'an adalah bentuk jamak dari lafal Taabi'un (maka dapatkah kalian menghindarkan) artinya menolak (dari kami sebagian) yakni suatu bagian dari (azab api neraka")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 47 |

Tafsir ayat 47-50

Allah Swt. menceritakan perdebatan dan bantah-bantahan yang terjadi di antara sesama penghuni neraka, sedangkan Fir'aun dan kaumnya termasuk dari mereka. Maka orang-orang yang lemah (yaitu para pengikut)

berkata kepada orang-orang yang menyombongkan dirinya (yaitu para pemimpin dan tetua serta pembesar mereka):


{إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا}


Sesungguhnya kami adalah pengikut-pengikutmu. (Al-Mu’min: 47) Yakni kami menaati apa yang kamu serukan kepada kami semasa di dunia untuk melakukan kekufuran dan kesesatan.


{فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا نَصِيبًا مِنَ النَّارِ}


maka dapatkah kamu menghindarkan dari kami sebagian azab api neraka? (Al-Mu’min: 47) Yaitu sebagian dari azab yang kamu tanggung oleh dirimu sebagai ganti dari kami.


{قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُلٌّ فِيهَا}


Orang-orang yang menyombongkan diri menjawab, "Sesungguhnya kita semua sama-sama dalam neraka.” (Al-Mu’min: 48) Maksudnya, kami tidak dapat menanggung sesuatu azab pun untuk mewakili kalian, sudah cukuplah bagi kami azab yang kami terima dan pembalasan yang kami tanggung.


{إِنَّ اللَّهَ قَدْ حَكَمَ بَيْنَ الْعِبَادِ}


sesungguhnya Allah telah menetapkan keputusan antara hamba-hamba-Nya. (Al-Mu’min: 48) Yakni Dia telah membagi di antara kita azab sesuai dengan apa yang berhak diterima oleh kita masing-masing. Hal ini seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَلَكِنْ لَا تَعْلَمُونَ}


Allah berfirman, "Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, tetapi kamu tidak mengetahui.” (Al-A'raf: 38) Adapun firman Allah Swt.:


{وَقَالَ الَّذِينَ فِي النَّارِ لِخَزَنَةِ جَهَنَّمَ ادْعُوا رَبَّكُمْ يُخَفِّفْ عَنَّا يَوْمًا مِنَ الْعَذَابِ}


Dan orang-orang yang berada dalam neraka berkata kepada penjaga-penjaga neraka Jahanam, "Mohonkanlah kepada Tuhanmu supaya Dia meringankan azab dari kami barang sehari.” (Al-Mu’min: 49)

Setelah mereka mengetahui bahwa Allah Swt. tidak memperkenankan permohonan mereka, dan Dia tidak mendengar doa mereka, bahkan sebaliknya dikatakan kepada mereka:


{اخْسَؤُوا فِيهَا وَلا تُكَلِّمُونِ}


"Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku.” (Al-Mu’minun: 108) Lalu mereka meminta kepada para penjaga neraka Jahanam —yaitu para malaikat yang kedudukan mereka

adalah seperti sipir-sipir bui di masa kita— supaya memohonkan kepada Allah hendaknyalah Dia meringankan sebagian azab untuk orang-orang kafir, sekalipun hanya sehari saja. Permintaan mereka dijawab oleh para malaikat penjaga neraka:


{أَوَ لَمْ تَكُ تَأْتِيكُمْ رُسُلُكُمْ بِالْبَيِّنَاتِ}


Dan apakah belum datang kepada kamu rasul-rasulmu dengan membawa keterangan-keterangan? (Al-Mu’min: 50) Yakni bukankah telah ditegakkan atas kalian hujah-hujah di dunia melalui lisan para rasul?


{قَالُوا بَلَى قَالُوا فَادْعُوا}


Mereka menjawab, "Benar, sudah datang.” Penjaga-penjaga neraka berkata, "Berdoalah kamu.”(Al-Mu’min: 50) Maksudnya, berdoalah untuk kamu sendiri, kami tidak mau mendoakan buatmu, kami tidak mau mendengar kata-katamu,

kami tidak menginginkan keselamatanmu, dan kami berlepas diri dari kamu sekalian. Kemudian kami beritahukan kepadamu bahwa sama saja apakah kamu berdoa atau tidak berdoa, tidak akan diperkenankan bagi kamu dan tidak akan diringankan azab bagimu. Karena itu, dalam firman selanjutnya disebutkan:


{وَمَا دُعَاءُ الْكَافِرِينَ إِلا فِي ضَلالٍ}


Dan doa orang-orang kafir itu sia-sia belaka. (Al-Mu’min: 50) Yaitu tiada gunanya karena tidak diterima dan tidak diperkenankan.

Surat Al-Mumin |40:48|

قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُلٌّ فِيهَا إِنَّ اللَّهَ قَدْ حَكَمَ بَيْنَ الْعِبَادِ

qoolallażiinastakbaruuu innaa kullun fiihaaa innalloha qod ḥakama bainal-'ibaad

Orang-orang yang menyombongkan diri menjawab, "Sesungguhnya kita semua sama-sama dalam neraka karena Allah telah menetapkan keputusan antara hamba-hamba-(Nya)."

Those who had been arrogant will say, "Indeed, all [of us] are in it. Indeed, Allah has judged between the servants."

Tafsir
Jalalain

(Orang-orang yang menyombongkan diri menjawab, "Sesungguhnya kita semua sama-sama dalam neraka karena sesungguhnya Allah telah menetapkan keputusan antara hamba-hamba-Nya")

oleh karena itu maka Dia memasukkan orang-orang yang beriman ke dalam surga, dan orang-orang kafir ke dalam neraka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 48 |

penjelasan ada di ayat 47

Surat Al-Mumin |40:49|

وَقَالَ الَّذِينَ فِي النَّارِ لِخَزَنَةِ جَهَنَّمَ ادْعُوا رَبَّكُمْ يُخَفِّفْ عَنَّا يَوْمًا مِنَ الْعَذَابِ

wa qoolallażiina fin-naari likhozanati jahannamad'uu robbakum yukhoffif 'annaa yaumam minal-'ażaab

Dan orang-orang yang berada dalam neraka berkata kepada penjaga-penjaga Neraka Jahanam, "Mohonkanlah kepada Tuhanmu agar Dia meringankan azab atas kami sehari saja."

And those in the Fire will say to the keepers of Hell, "Supplicate your Lord to lighten for us a day from the punishment."

Tafsir
Jalalain

(Dan orang-orang yang berada di dalam neraka berkata kepada penjaga-penjaga neraka Jahanam, "Mohonkanlah kepada Rabb kalian supaya Dia meringankan daripada kami barang sehari) atau selama sehari (dari azab ini.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 49 |

penjelasan ada di ayat 47

Surat Al-Mumin |40:50|

قَالُوا أَوَلَمْ تَكُ تَأْتِيكُمْ رُسُلُكُمْ بِالْبَيِّنَاتِ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۚ قَالُوا فَادْعُوا ۗ وَمَا دُعَاءُ الْكَافِرِينَ إِلَّا فِي ضَلَالٍ

qooluuu a wa lam taku ta`tiikum rusulukum bil-bayyinaat, qooluu balaa, qooluu fad'uu, wa maa du'aaa`ul-kaafiriina illaa fii dholaal

Maka (penjaga-penjaga Jahanam) berkata, "Apakah rasul-rasul belum datang kepadamu dengan membawa bukti-bukti yang nyata?" Mereka menjawab, "Benar, sudah datang." (Penjaga-penjaga Jahanam) berkata, "Berdoalah kamu (sendiri!)" Namun, doa orang-orang kafir itu sia-sia belaka.

They will say, "Did there not come to you your messengers with clear proofs?" They will say, "Yes." They will reply, "Then supplicate [yourselves], but the supplication of the disbelievers is not except in error."

Tafsir
Jalalain

(Para penjaga neraka Jahanam berkata) dengan nada sinis, ("Dan apakah belum datang kepada kalian rasul-rasul kalian dengan membawa keterangan-keterangan")

yakni mukjizat-mukjizat yang tampak. (Mereka menjawab, "Benar, sudah datang") tetapi mereka kafir kepada rasul-rasul mereka itu. (Penjaga-penjaga Jahanam berkata, "Berdoalah kalian")

karena sesungguhnya kami tidak akan memberikan syafaat/pertolongan kepada orang-orang kafir. Lalu Allah berfirman, (Tiadalah doa orang-orang kafir itu melainkan sia-sia belaka) yakni tiada gunanya, karena pasti tidak akan diperkenankan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 50 |

penjelasan ada di ayat 47

Surat Al-Mumin |40:51|

إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ

innaa lananshuru rusulanaa wallażiina aamanuu fil-ḥayaatid-dun-yaa wa yauma yaquumul-asy-haad

Sesungguhnya Kami akan menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari tampilnya para saksi (hari Kiamat),

Indeed, We will support Our messengers and those who believe during the life of this world and on the Day when the witnesses will stand -

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi) yaitu hari kiamat. Lafal Al-Asyhaad adalah bentuk jamak

dari lafal Syaahidun; para saksi tersebut adalah malaikat-malaikat yang memberikan kesaksian bagi para rasul, bahwasanya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-Nya dan mereka mendustakan orang-orang kafir.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 51 |

Tafsir ayat 51-56

Abu Ja'far ibnu Jarir telah mengetengahkan sebuah pertanyaan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia. (Al-Mu’min: 50)

Yaitu bahwa telah dimaklumi sebagian dari para nabi itu telah dibunuh oleh kaumnya, seperti Nabi Yahya, Nabi Zakaria, dan Nabi Sya'ya; ada pula yang diusir oleh kaumnya keluar dari kalangan mereka; adakalanya hijrah ke negeri lain,

seperti Nabi Ibrahim; dan adakalanya diangkat ke langit, seperti Isa. Lalu manakah yang dimaksud dengan pertolongan yang dijanjikan oleh ayat ini dalam kehidupan dunia? Untuk menjawab per­tanyaan ini, ada dua jawaban,

seperti yang akan dijelaskan sebagai berikut: Pertama, berita yang menyatakan terbunuhnya sebagian nabi itu me­rupakan pengecualian dari hal yang umum, karena kejadiannya hanya menimpa sebagian kecil saja.

Dan hal ini diperbolehkan menurut kaidah bahasa. Kedua, yang dimaksud dengan 'pertolongan' ialah menimpakan pembalasan bagi mereka dari orang-orang yang menyakiti mereka, apakah pembalasan ini terjadi saat mereka ada di tempat,

ataukah saat mereka telah pergi atau sesudah mereka mati, seperti yang dilakukan terhadap para pembunuh Nabi Yahya, Nabi Zakaria, dan Nabi Sya'ya. Allah menguasakan diri mereka kepada orang-orang yang menghina

dan mengalirkan darah mereka dari kalangan musuh-musuh mereka. Telah disebutkan pula bahwa Raja Namrud diazab oleh Allah Swt. dengan azab yang datang dari Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa.

Sedangkan orang-orang yang menjerumuskan Al-Masih untuk disalib dari kalangan orang-orang Yahudi, Allah menguasakan diri mereka kepada bangsa Romawi, maka bangsa Romawi menindas mereka dan menjadikan mereka hina

serta menjadikan musuh mereka menang atas diri mereka. Kemudian sebelum hari kiamat Isa akan turun sebagai pemimpin dan hakim yang adil. Maka Al-Masih membunuh Dajjal dan bala tentaranya dari kalangan orang-orang Yahudi,

lalu dibunuhnya semua babi, semua salib dia hancurkan, dan upeti (pajak) ditiadakan, maka ia tidak mau menerima selain Islam. Ini merupakan pertolongan yang besar, dan demikianlah sunnah Allah pada makhluk-Nya sejak masa dahulu

hingga sekarang. Yaitu bahwa Dia akan menolong hamba-hamba-Nya yang beriman di dunia dan menjadikan mereka senang atas pembalasan yang telah menimpa orang-orang yang telah menyakiti mereka. Di dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan sebuah hadis melalui Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda:


"يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ بَارَزَنِي بِالْحَرْبِ"


Allah Swt. berfirman, "Barang siapa yang memusuhi kekasih-Ku, berarti dia terang-terangan menantang-Ku untuk perang.” Di dalam hadis yang lain disebutkan:


"إِنِّي لِأَثْأَرُ لِأَوْلِيَائِي كَمَا يَثْأَرُ اللَّيْثُ الْحِرِبُ"


Sesungguhnya Aku benar-benar akan membalaskan buat kekasih-kekasih-Ku sebagaimana singa medan perang membalas dendam. Karena itulah Allah Swt. membinasakan kaum Nuh, 'Ad, Tsamud, para pemilik sumur Rass, kaum Lut,

dan penduduk negeri Madyan serta orang-orang yang semisal dengan mereka dari kalangan orang-orang yang mendustakan para rasul dan menentang kebenaran. Dan Allah Swt. menyelamatkan kaum mukmin dari kalangan mereka,

sehingga tiada seorang pun dari kaum mukmin yang binasa, sedangkan Dia mengazab semua orang kafir sampai ke akar-akarnya tanpa ada seorang pun dari mereka yang luput. As-Saddi mengatakan bahwa tidak sekali-kali Allah

mengutus seorang rasul kepada suatu kaum, lalu kaum ini membunuhnya —atau ada suatu kaum mukmin yang menyeru kepada perkara yang hak, lalu kaumnya membunuh mereka hingga mereka semuanya binasa— melainkan Allah

akan membangkitkan bagi mereka orang-orang yang membalaskan dendam mereka. Kemudian orang-orang yang dibangkitkan oleh Allah itu menuntut darah mereka dari orang-orang yang telah membunuh mereka, yang hal ini terjadi

dalam kehidupan dunia. As-Saddi melanjutkan bahwa para nabi dan kaum mukmin banyak yang dibunuh di dunia, dan mereka mendapat pertolongan (dari Allah) padanya (di dunia). Demikian pulalah Allah Swt. menolong rasul-Nya

(Nabi Muhammad Saw.) dan para sahabatnya dalam menghadapi orang-orang yang menentangnya, menghalang-halanginya, mendustakannya, dan memusuhinya. Kemudian Allah menjadikan kalimahnya adalah yang tertinggi

dan agamanya muncul di atas agama yang lainnya. Lalu Allah memerintahkan kepadanya untuk hijrah dari kalangan kaum musyrik ke Madinah. Dan Allah menjadikan baginya di dalam kota Madinah orang-orang yang menolongnya

dan mendukungnya secara penuh. Kemudian Allah menganugerahkan kepadanya pasukan kaum musyrik pada hari Perang Badar, maka Allah memenangkannya atas mereka dan mengalahkan mereka, membunuh para pemimpinnya

dan menawan kaum hartawannya, lalu mereka digiring (ke Madinah) dalam keadaan terbelenggu. Sesudah itu Rasulullah Saw. menganugerahkan kepada mereka pembebasan dengan tebusan yang harus dibayar oleh mereka.

Selang beberapa tahun kemudian Allah menaklukkan untuknya kota Mekah, sehingga senanglah hatinya karena kota kelahirannya (yaitu tanah suci) telah jatuh ke tangannya, dan Allah menyelamatkan kota suci dari kekufuran

dan kemusyrikan yang telah membudaya sebelumnya. Sesudah itu Allah menaklukkan negeri Yaman dan tunduklah semua Jazirah Arabia kepadanya, dan manusia mulai memasuki agama Allah secara berbondong-bondong.

Kemudian Allah Swt. mewafatkannya untuk kembali ke sisi-Nya karena ia mempunyai kedudukan yang terhormat di sisi-Nya. Lalu Allah menjadikan para sahabatnya sebagai khalifahnya sepeninggalnya, dan mereka menyampaikan

agama Allah kepada manusia sebagai ganti beliau, dan menyeru manusia untuk menyembah Allah Swt. Mereka telah berhasil membuka banyak negeri dan daerah-daerah, kawasan-kawasan serta kota-kota besar,

sehingga dakwah Islam menyebar ke seluruh penjuru dunia, belahan timur dan belahan baratnya. Selanjutnya agama Islam ini tetap tegak dalam keadaan diberi pertolongan oleh Allah dan dimenangkan sampai hari kiamat terjadi.

Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat). (Al-Mu’min: 51)

Yakni kelak pada hari kiamat kemenangan yang diperoleh akan lebih besar dan lebih agung serta lebih mulia. Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan asyhad ialah para malaikat. Firman Allah Swt.:


{يَوْمَ لَا يَنْفَعُ الظَّالِمِينَ مَعْذِرَتُهُمْ}


(yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang zalim permintaan maafnya. (Al-Mu’min: 52) Ini merupakan badal (kata ganti) dari firman-Nya:


{وَيَوْمَ يَقُومُ الأشْهَادُ}


dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat). (Al-Mu’min: 51) Ulama lainnya membacanya dengan rafa' menjadi yaumun seakan-akan menurutnya menjadi tafsir bagi kalimat yang sebelumnya.


{وَيَوْمَ يَقُومُ الأشْهَادُ يَوْمَ لَا يَنْفَعُ الظَّالِمِين}


dan pada hari berdirinya saksi-saksi, (yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang zalim permintaan maafnya. (Al-Mu’min: 51 -52) Yang dimaksud dengan orang-orang zalim ialah orang-orang musyrik, yakni alasan dan tebusan mereka tidak dapat diterima sama sekali.


{وَلَهُمُ اللَّعْنَةُ}


dan bagi merekalah laknat. (Al-Mu’min: 52) Maksudnya, dijauhkan dan diusir dari rahmat Allah Swt.


{وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ}


dan bagi mereka tempat tinggal yang buruk (Al-Mu’min: 52) Yaitu neraka. Menurut As-Saddi, artinya seburuk-buruk tempat tinggal dan tempat istirahat adalah neraka. Ali ibnu Abu Talhah telah mengatakan

dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan bagi mereka tempat tinggal yang buruk. (Al-Mu’min: 52) Yakni kesudahan yang paling buruk. Firman Allah Swt.:


{وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْهُدَى}


Dan sesungguhnya telah Kami berikan petunjuk kepada Musa. (Al-Mu’min: 53) Yakni hidayah dan cahaya yang diutuskan oleh Allah Swt. kepadanya untuk menyampaikannya.


{وَأَوْرَثْنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ الْكِتَابَ}


dan Kami wariskan kepada Bani Israil kitab Taurat. (Al-Mu’min: 53) Maksudnya, Kami jadikan kesudahan yang baik bagi mereka dan Kami wariskan kepada negeri mereka Fir'aun, harta bendanya, penghasilannya,

dan tanahnya berkat kesabaran mereka dalam mengerjakan ketaatan kepada Allah Swt. dan mengikuti rasul-Nya (yaitu Musa a.s.) dan di dalam Kitab yang diwariskan kepada mereka (yaitu kitab Taurat) terkandung:


{هُدًى وَذِكْرَى لأولِي الألْبَابِ}


petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang berpikir. (Al-Mu’min: 54) Yakni akal yang sehat dan bersih. Firman Allah Swt.:


{فَاصْبِرْ} أَيْ: يَا مُحَمَّدُ {إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ}


Maka bersabarlah (hai Muhammad), karena sesungguhnya janji Allah itu benar. (Al-Mu’min: 55) Kami telah menjanjikan kepadamu bahwa Kami akan meninggikan kalimahmu dan menjadikan kesudahan yang baik bagimu

dan bagi orang-orang yang mengikutimu, Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. Dan apa yang Kami ceritakan kepadamu ini adalah benar, tiada keraguan padanya. Firman Allah Swt.:


{وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ}


dan mohonlah ampunan untuk dosamu. (Al-Mu’min: 55) Ini merupakan anjuran yang menggugah umatnya untuk banyak membaca istigfar, memohon ampun kepada Allah.


{وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِالْعَشِيِّ}


dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang. (Al-Mu’min: 55) Yakni di penghujung siang hari dan permulaan malam hari.


{وَالإبْكَارِ}


dan pagi hari. (Al-Mu’min: 55) Maksudnya, permulaan siang hari dan penghujung malam hari. Firman selanjutnya menyebutkan:


{إِنَّ الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آيَاتِ اللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطَانٍ أَتَاهُمْ}


Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. (Al-Mu’min: 56) Yaitu mereka menolak perkara yang hak dengan perkara yang batil dan menolak alasan yang benar dengan keraguan yang merusak tanpa bukti dan tanpa alasan dari Allah.


{إِنْ فِي صُدُورِهِمْ إِلا كِبْرٌ مَا هُمْ بِبَالِغِيهِ}


tidak ada dalam dada mereka melainkah hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya. (Al-Mu’min: 56) Yakni tiadalah yang tersimpan di dalam dada mereka kecuali kesombongan

yang mempengaruhi diri mereka untuk tidak mengikuti perkara yang hak, dan menghina orang yang mendatangkan perkara yang hak kepada mereka. Dan tiadalah tujuan mereka yang mengarah kepada perbuatan memadamkan perkara

yang hak dan meninggikan kalimah yang batil membawa hasil apa pun bagi mereka. Bahkan sebaliknya perkara yang hak itulah yang ditinggikan, sedangkan pendapat dan tujuan merekalah yang direndahkan dan tak terpakai.


{فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ}


maka mintalah perlindungan kepada Allah. (Al-Mu’min: 56) agar terhindar dari perbuatan yang semisal dengan apa yang dilakukan oleh mereka.


{إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ}


Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (A 1-Mu’min: 56) atau agar terhindar dari kejahatan perbuatan yang semisal dengan apa yang telah dilakukan oleh orang-orang yang membantah ayat-ayat Allah

tanpa alasan yang dibenarkan. Demikianlah menurut tafsir yang dikemukakan oleh Ibnu Jarir. Ka'b dan Abu Aliyah mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Yahudi, yaitu firman-Nya:

Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka, tidak ada dalam dada mereka melainkah hanyalah (keinginan akan) kebesaran

yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya. (Al-Mu’min: 56) Abul Aliyah mengatakan bahwa yang demikian itu karena mereka mengira Dajjal adalah salah seorang dari mereka, dan bahwa mereka akan menguasai bumi dengannya.

Maka Allah Swt. berfirman kepada Nabi­Nya dan memerintahkan kepadanya agar memohon perlindungan kepada-Nya dari fitnah Dajjal. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: maka mintalah perlindungan kepada Allah.

Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Al-Mu’min: 56) Pendapat ini garib dan menyimpang jauh dari kebenaran, sekalipun ia diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim di dalam kitabnya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Surat Al-Mumin |40:52|

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ الظَّالِمِينَ مَعْذِرَتُهُمْ ۖ وَلَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ

yauma laa yanfa'uzh-zhoolimiina ma'żirotuhum wa lahumul-la'natu wa lahum suuu`ud-daar

(yaitu) hari ketika permintaan maaf tidak berguna bagi orang-orang zalim dan mereka mendapat laknat dan tempat tinggal yang buruk.

The Day their excuse will not benefit the wrongdoers, and they will have the curse, and they will have the worst home.

Tafsir
Jalalain

(Yaitu hari yang tidak berguna) dapat dibaca Yanfa'u atau Tanfa'u (bagi orang-orang zalim permintaan maafnya) yakni permintaan maaf mereka seandainya mereka meminta maaf

(dan bagi merekalah laknat) yaitu dijauhkan dari rahmat Allah (dan bagi mereka tempat tinggal yang buruk) di akhirat, yaitu mendapat azab yang sangat pedih.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 52 |

penjelasan ada di ayat 51

Surat Al-Mumin |40:53|

وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْهُدَىٰ وَأَوْرَثْنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ الْكِتَابَ

wa laqod aatainaa muusal-hudaa wa auroṡnaa baniii isrooo`iilal-kitaab

Dan sungguh, Kami telah memberikan petunjuk kepada Musa, dan mewariskan Kitab (Taurat) kepada Bani Israil,

And We had certainly given Moses guidance, and We caused the Children of Israel to inherit the Scripture

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya telah Kami berikan petunjuk kepada Musa) berupa kitab Taurat dan mukjizat-mukjizat (dan Kami wariskan kepada Bani Israel) sesudah Musa tiada (kitab) yakni Taurat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 53 |

penjelasan ada di ayat 51

Surat Al-Mumin |40:54|

هُدًى وَذِكْرَىٰ لِأُولِي الْأَلْبَابِ

hudaw wa żikroo li`ulil-albaab

untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang berpikiran sehat.

As guidance and a reminder for those of understanding.

Tafsir
Jalalain

(Untuk menjadi petunjuk) sebagai petunjuk (dan peringatan bagi orang-orang yang berpikir) sebagai peringatan buat orang-orang yang berakal.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 54 |

penjelasan ada di ayat 51

Surat Al-Mumin |40:55|

فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ

fashbir inna wa'dallohi ḥaqquw wastaghfir liżambika wa sabbiḥ biḥamdi robbika bil-'asyiyyi wal-ibkaar

Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampun untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi.

So be patient, [O Muhammad]. Indeed, the promise of Allah is truth. And ask forgiveness for your sin and exalt [Allah] with praise of your Lord in the evening and the morning.

Tafsir
Jalalain

(Maka bersabarlah kamu) hai Muhammad (karena sesungguhnya janji Allah itu) untuk menolong kekasih-kekasih-Nya (benar) dan kamu beserta orang-orang yang mengikutimu adalah termasuk kekasih-kekasih-Nya

(dan mohonlah ampun untuk dosamu) supaya hal ini dijadikan teladan bagi umatmu (dan bertasbihlah) yakni, sholatlah seraya (memuji Rabbmu pada waktu petang) yaitu sesudah matahari tergelincir (dan pagi) yang dimaksud adalah sholat lima waktu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 55 |

penjelasan ada di ayat 51

Surat Al-Mumin |40:56|

إِنَّ الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آيَاتِ اللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطَانٍ أَتَاهُمْ ۙ إِنْ فِي صُدُورِهِمْ إِلَّا كِبْرٌ مَا هُمْ بِبَالِغِيهِ ۚ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

innallażiina yujaadiluuna fiii aayaatillaahi bighoiri sulthoonin ataahum in fii shuduurihim illaa kibrum maa hum bibaalighiih, fasta'iż billaah, innahuu huwas-samii'ul-bashiir

Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan (bukti) yang sampai kepada mereka, yang ada dalam dada mereka hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang tidak akan mereka capai maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.

Indeed, those who dispute concerning the signs of Allah without [any] authority having come to them - there is not within their breasts except pride, [the extent of] which they cannot reach. So seek refuge in Allah. Indeed, it is He who is the Hearing, the Seeing.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah) yakni Alquran (tanpa alasan) tanpa argumentasi (yang sampai kepada mereka, tidak ada)

(dalam dada mereka melainkan hanyalah keinginan akan kebesaran) yakni tinggi diri dan tamak ingin mengatasi kamu (yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya maka mintalah perlindungan)

dari kejahatan mereka (kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar) akan semua perkataan mereka (lagi Maha Melihat) keadaan mereka; ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang ingkar kepada hari berbangkit.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 56 |

penjelasan ada di ayat 51