Juz 24
Surat Al-Mumin |40:57|
لَخَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
lakholqus-samaawaati wal-ardhi akbaru min kholqin-naasi wa laakinna akṡaron-naasi laa ya'lamuun
Sungguh, penciptaan langit dan bumi itu lebih besar daripada penciptaan manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
The creation of the heavens and earth is greater than the creation of mankind, but most of the people do not know.
(Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi) yakni permulaannya (lebih besar daripada penciptaan manusia) untuk yang kedua kalinya, yaitu mengulanginya (tetapi kebanyakan manusia)
yakni orang-orang kafir Mekah (tidak mengetahui) hal tersebut, perihal mereka sama dengan orang buta, sedangkan orang yang mengetahui hal tersebut perumpamaannya sama dengan orang yang melihat.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 57 |
Tafsir ayat 57-59
Allah Swt. mengingatkan (manusia) bahwa Dia akan mengembalikan penciptaan makhluk pada hari kiamat nanti, dan bahwa hal tersebut amatlah mudah bagi-Nya karena Dialah Yang telah menciptakan langit dan bumi,
sedangkan penciptaan keduanya jauh lebih besar daripada penciptaan manusia, baik pada permulaannya maupun pada pengembaliannya. Maka barang siapa yang mampu berbuat demikian, sudah barang tentu untuk melakukan
hal yang lebih mudah darinya teramat mudah baginya, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ وَلَمْ يَعْيَ بِخَلْقِهِنَّ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى بَلَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ}
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, kuasa menghidupkan orang-orang mati? Ya,
(bahkan) sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-Ahqaf: 33) Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{لَخَلْقُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ}
Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Al-Mu’min: 57) Karena itulah mereka tidak merenungkan hujah ini dan tidak memikirkannya,
seperti yang dilakukan oleh kebanyakkan orang Arab di masa silam. Mereka mengakui bahwa Allah Swt.-lah yang telah menciptakan langit dan bumi, tetapi dalam waktu yang sama mereka mengingkari adanya hari berbangkit
karena menganggapnya mustahil dan sikap mereka yang kafir lagi ingkar terhadapnya. Padahal mereka mengakui hal yang jauh lebih besar dari itu yang mereka ingkari. Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَمَا يَسْتَوِي الأعْمَى وَالْبَصِيرُ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَلا الْمُسِيءُ}
Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah (pula sama) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh dengan orang-orang yang durhaka. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran. (Al-Mu’min: 58)
Yakni sebagaimana tidak sama antara orang yang buta yang tidak dapat melihat sesuatu pun dan orang yang dapat melihat sejauh mata memandang, bahkan di antara keduanya terdapat perbedaan yang jauh,
maka begitu pula tidak sama antara orang-orang mukmin yang berbakti dengan orang-orang kafir yang pendurhaka.
{قَلِيلا مَا تَتَذَكَّرُونَ}
Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran. (Al-Mu’min: 58) Artinya, betapa sedikitnya manusia yang mengambil pelajaran dari hal tersebut. Selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya:
{إِنَّ السَّاعَةَ لآتِيَةٌ}
Sesungguhnya hari kiamat pasti akan datang. (Al-Mu’min: 59) Yaitu pasti terjadi dan benar ada.
{لَا رَيْبَ فِيهَا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يُؤْمِنُونَ}
tidak ada keraguan tentangnya, tetapi kebanyakan manusia tiada beriman. (Al-Mu’min: 59) Yakni tidak mempercayainya, bahkan mendustakannya dan tidak percaya akan keberadaannya. Ibnu Abu Hatim mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Abdul Hakam, telah menceritakan kepada kami Asyhab, telah menceritakan kepada kami Malik, dari seorang syekh lanjut usia dari kalangan penduduk Yaman
yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar apabila hari kiamat itu sudah dekat, malapetaka yang menimpa manusia amat keras dan panas matahari sangat terik. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Surat Al-Mumin |40:58|
وَمَا يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَلَا الْمُسِيءُ ۚ قَلِيلًا مَا تَتَذَكَّرُونَ
wa maa yastawil-a'maa wal-bashiiru wallażiina aamanuu wa 'amilush-shooliḥaati wa lal-musiii`, qoliilam maa tatażakkaruun
Dan tidak sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidak (sama) pula orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan dengan orang-orang yang berbuat kejahatan. Hanya sedikit sekali yang kamu ambil pelajaran.
And not equal are the blind and the seeing, nor are those who believe and do righteous deeds and the evildoer. Little do you remember.
(Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan) tidak sama pula (orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh) yaitu orang yang selalu berbuat kebaikan
(dengan orang-orang yang durhaka) di dalam lafal ayat ini terdapat tambahan huruf Laa (Sedikit sekali kalian mengambil pelajaran) mengambil nasihat;
dapat dibaca Yatadzakkaruuna atau Tatadzakkaruuna, yakni kesadaran mereka terhadap hal ini sangat sedikit.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 58 |
penjelasan ada di ayat 57
Surat Al-Mumin |40:59|
إِنَّ السَّاعَةَ لَآتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يُؤْمِنُونَ
innas-saa'ata la`aatiyatul laa roiba fiihaa wa laakinna akṡaron-naasi laa yu`minuun
Sesungguhnya hari Kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.
Indeed, the Hour is coming - no doubt about it - but most of the people do not believe.
(Sesungguhnya hari kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan) artinya, tidak diragukan lagi (tentangnya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman) kepadanya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 59 |
penjelasan ada di ayat 57
Surat Al-Mumin |40:60|
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
wa qoola robbukumud'uuniii astajib lakum, innallażiina yastakbiruuna 'an 'ibaadatii sayadkhuluuna jahannama daakhiriin
Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk ke Neraka Jahanam dalam keadaan hina dina."
And your Lord says, "Call upon Me; I will respond to you." Indeed, those who disdain My worship will enter Hell [rendered] contemptible.
(Dan Rabb kalian berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagi kalian) maksudnya, sembahlah Aku, niscaya Aku akan memberi pahala kepada kalian.
Pengertian ini disimpulkan dari ayat selanjutnya, yaitu, (Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk) dapat dibaca Sayadkhuluuna atau Sayudkhaluuna,
menurut bacaan yang kedua artinya, mereka akan dimasukkan ke dalam (neraka Jahanam dalam keadaan hina dina") dalam keadaan terhina.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 60 |
Ini merupakan sebagian dari karunia dan kemurahan Allah Swt. Dia menganjurkan kepada hamba-hamba-Nya untuk meminta kepada-Nya dan Dia menjamin akan memperkenankan permintaan mereka,
seperti apa yang dikatakan oleh Sufyan Ats-Tsauri, bahwa hai orang yang paling dicintai oleh-Nya di antara hamba-hamba-Nya, karena dia selalu meminta kepada-Nya dan banyak meminta kepada-Nya.
Hai orang yang paling dimurkai oleh-Nya di antara hamba-hamba-Nya, karena dia tidak pernah meminta kepada-Nya, padahal tiada seorang pun yang bersifat demikian selain Engkau, ya Tuhanku.
Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Hal yang semakna telah disebutkan di dalam syair yang mengatakan:
اللهُ يَغْضبُ إِنْ تركْتَ سُؤَالهُ ... وَبُنيُّ آدمَ حِينَ يُسألُ يَغْضَبُ ...
Allah murka bila engkau tidak meminta kepada-Nya, sedangkan Bani Adam marah manakala diminta. Qatadah mengatakan, Ka'bul Ahbar telah mengatakan bahwa umat ini dianugerahi tiga perkara yang belum pernah
diberikan kepada suatu umat pun sebelumnya kecuali seorang nabi. Yaitu apabila Allah mengutus seorang nabi, Allah berfirman kepadanya, "Engkau adalah saksi atas umatmu," dan Dia menjadikan kalian sebagai saksi atas
umat manusia semuanya. Dan dikatakan kepada nabi yang diutus itu, "Tiada suatu kesempitan pun bagimu dalam agama," dan kepada umat ini dikatakan melalui firman-Nya:
{وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ}
dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Al-Hajj: 78) Juga dikatakan kepadanya, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku memperkenankannya bagimu!" Dan kepada umat ini dikatakan oleh firman-Nya:
{ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ}
Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. (Al-Mu’min: 60) Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Imam Al-Hafiz Abu Ya'la alias Ahmad ibnu Ali ibnul Musanna Al-Mausuli telah mengatakan di dalam kitab musnadnya:
حَدَّثَنَا أَبُو إِبْرَاهِيمَ التُّرْجُمَانِيُّ، حَدَّثَنَا صَالِحٌ الْمُرِّيُّ قَالَ: سَمِعْتُ الْحَسَنَ يُحَدِّثُ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -فِيمَا يَرْوِي عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ-قَالَ: "أَرْبَعُ خِصَالٍ، وَاحِدَةٌ مِنْهُنَّ لِي، وَوَاحِدَةٌ لَكَ، وَوَاحِدَةٌ فِيمَا بَيْنِي وَبَيْنِكَ، وَوَاحِدَةٌ فِيمَا بَيْنِكَ وَبَيْنَ عِبَادِي: فَأَمَّا التِي لِي فَتَعْبُدُنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا، وَأَمَّا الَّتِي لَكَ عليَّ فَمَا عَمِلْتَ مِنْ خَيْرٍ جَزَيْتُكَ بِهِ، وَأَمَّا التِي بَيْنِي وَبَيْنَكَ: فَمِنْكَ الدُّعَاءُ وَعَلِيَّ الْإِجَابَةُ، وَأَمَّا الَّتِي بَيْنَكَ وَبَيْنَ عِبَادِي فَارْضَ لَهُمْ مَا تَرْضَى لِنَفْسِكَ"
telah menceritakan kepada kami Abu Ibrahim At-Turjumani, telah menceritakan kepada kami Saleh Al-Madani yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Al-Hasan menceritakan hadis berikut dari Anas ibnu Malik r.a.,
dari Nabi Saw. dalam hadis yang ia riwayatkan dari Tuhannya. Ia mengatakan: Ada empat perkara, yang satu darinya untuk-Ku dan yang satu untukmu, dan yang satunya lagi antara Aku dan kamu,
sedangkan yang terakhir antara kamu dan hamba-hamba-Ku. Adapun mengenai yang untuk-Ku ialah hendaknya engkau menyembah-Ku, tidak mempersekutukan Aku dengan sesuatu pun. Adapun yang untukmu dari-Ku
ialah amal kebaikan apa pun yang engkau lakukan, Aku akan membalasnya untukmu. Dan adapun yang antara Aku dan kamu ialah engkau berdoa dan Aku yang memperkenankannya.
Adapun yang antara engkau dan hamba-hamba-Ku ialah retakanlah untuk mereka apa yang engkau relakan untuk dirimu sendiri.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ ذَرٍّ، عَنْ يُسيع الْكِنْدِيِّ، عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "إِنَّ الدُّعَاءَ هُوَ الْعِبَادَةُ" ثُمَّ قَرَأَ: {ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ}
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Zar, dari Yasi' Al-Kindi, dari An-Nu'man ibnu Basyir r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Sesungguhnya doa itu ibadah. Kemudian beliau Saw. membaca firman-Nya: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku
akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina. (Al-Mu’min: 60) Hal yang sama telah diriwayatkan oleh As-habus Sunan, Imam Turmuzi, Imam Nasai, Imam Ibnu Majah, Ibnu Abu Hatim, dan Ibnu Jarir;
semuanya melalui hadis Al-A'masy dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Abu Daud telah meriwayatkan hadis ini dan juga Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Ibnu Jarir melalui hadis Syu'bah,
dari Mansur dan Al-A'masy, keduanya dari Zar dengan sanad yang sama. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Yunus, dari Usaid ibnu Asim ibnu Mahram, telah menceritakan kepada kami An-Nu'man ibnu Abdus Salam,
telah menceritakan kepada kami Sufyan Ats-Tsauri dari Mansur, dari Zar dengan sanad yang sama. Ibnu Hibban dan Imam Hakim telah meriwayatkan hadis ini di dalam kitab sahihnya masing-masing; Imam Hakim mengatakan bahwa
sanad hadis ini sahih.
قَالَ (5) الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، حَدَّثَنِي أَبُو مَلِيحٍ الْمَدَنِيُّ -شَيْخٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ-سَمِعَهُ عَنْ أَبِي صَالِحٍ، وَقَالَ مَرَّةً: سَمِعْتُ أَبَا صَالِحٍ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ لَمْ يَدْعُ اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، غَضِبَ عَلَيْهِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepadaku Abu Saleh Al-Madani (seorang syekh dari kalangan penduduk Madinah) yang telah mendengar hadis ini dari Abu Saleh
dan sesekali ia mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Saleh menceritakan hadis berikut dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang tidak pernah berdoa kepada Allah Swt.,
Allah murka terhadapnya. Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara tunggal, dan sanad hadis ini tidak mengandung cela.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا مَرْوَانُ الْفَزَارِيُّ، حَدَّثَنَا صُبيح أَبُو الْمَلِيحِ: سَمِعْتُ أَبَا صَالِحٍ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: "مَنْ لَا يَسْأَلْهُ يَغْضَبْ عَلَيْهِ"
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Marwan Al-Fazzari, telah menceritakan kepada kami Sabih Abul Malih, bahwa ia pernah mendengar Abu Saleh menceritakan hadis ini dari Abu Hurairah r.a.
yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang tidak pernah meminta kepada-Nya, maka Dia akan murka terhadapnya. Ibnu Mu'in mengatakan bahwa Abul Malih ini nama aslinya adalah Subaih,
demikianlah menurut Abdul Gani ibnu Sa'id. Adapun Abu Saleh, nama gelarnya adalah Al-Khuzi penduduk lereng Al-Khuz, menurut Al-Bazzar di dalam kitab musnadnya.
Hal yang sama disebutkan di dalam riwayatnya dengan sebutan Abul Malih Al-Farisi, dari Abu Saleh Al-Khuzi, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"من لَا يَسْأَلِ اللَّهَ يَغْضَبْ عَلَيْهِ"
Barang siapa yang tidak pernah meminta kepada Allah, maka Dia murka terhadapnya.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو مُحَمَّدٍ الْحَسَنُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الرامهُرْمزي: حَدَّثَنَا هَمَّامٌ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْحَسَنِ، حَدَّثَنَا نَائِلُ بْنُ نَجِيحٍ، حَدَّثَنِي عَائِذُ بْنُ حَبِيبٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سَعِيدٍ قَالَ: لَمَّا مَاتَ مُحَمَّدُ بْنُ مَسْلَمَةَ الْأَنْصَارِيُّ، وَجَدْنَا فِي ذُؤَابَةِ سَيْفِهِ كِتَابًا: "بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، سَمِعْتُ رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: "إِنَّ لِرَبِّكُمْ فِي بَقِيَّةِ دَهْرِكُمْ نَفَحَاتٍ ، فَتَعَرَّضُوا لَهُ، لَعَلَّ دَعْوَةً أَنْ تُوَافِقَ رَحْمَةً فَيَسْعَدَ بِهَا صَاحِبُهَا سَعَادَةً لَا يَخْسَرُ بَعْدَهَا أَبَدًا"
Al-Hafiz Abu Muhammad Al-Hasan ibnu Abdur Rahman Ar-Ramhurmuzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hammam, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul Hasan, telah menceritakan kepada kami Na'il ibnu Najih,
telah menceritakan kepadaku Aiz ibnu Habib, dari Muhammad ibnu Sa'id yang mengatakan bahwa ketika Muhammad ibnu Maslamah Al-Ansari meninggal dunia, kami menjumpai pada gantungan pedangnya sebuah tulisan:
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya pada sisa hari-hari usia kalian terdapat limpahan rahmat Tuhan kalian,
maka memohonlah kalian kepada-Nya, mudah-mudahan ada suatu doa yang bertepatan dengan limpahan rahmat itu yang akan membuat bahagia pelakunya dengan kebahagiaan yang dia tidak akan merugi lagi sesudahnya
untuk selama-lamanya. Firman Allah Swt.:
{إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي}
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku. (Al-Mu’min: 60) Yakni dari berdoa kepada-Ku dan dari mengesakan-Ku, kelak akan dimasukkan ke dalam neraka Jahanam dalam keadaan hina dina, yakni terhina lagi dikecilkan.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، عَنِ ابْنِ عَجْلَانَ، حَدَّثَنِي عَمْرُو بْنُ شُعَيْبٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "يُحْشَر الْمُتَكَبِّرُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَمْثَالَ الذَّرِّ، فِي صُوَرِ النَّاسِ، يَعْلُوهُمْ كُلُّ شَيْءٍ مِنَ الصَّغَارِ حَتَّى يَدْخُلُوا سِجْنًا فِي جَهَنَّمَ -يُقَالُ لَهُ: بُولَسُ-تَعْلُوهُمْ نَارُ الْأَنْيَارِ، يُسْقَوْنَ مِنْ طِينَةِ الْخَبَالِ: عُصَارَةِ أَهْلِ النَّارِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, dari Ibnu Ajlan, telah menceritakan kepadaku Amr ibnu Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
Orang-orang yang sombong digiring pada hari kiamat seperti semut-semut kecil, tetapi berupa manusia; mereka diliputi oleh segala sesuatu kehinaan, hingga dimasukkan ke dalam suatu penjara di dalam neraka Jahanam
yang dikenal dengan nama Bulis. Tempat itu diliputi oleh intinya api neraka; mereka diberi minuman dari Tinatul Khabal alias perasan keringat penghuni neraka. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain,
telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Muhammad ibnu Yazid ibnu Khunais yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar dari Wuhaib ibnul Ward mengatakan, telah menceritakan kepadanya seorang lelaki yang mengatakan
bahwa pada suatu hari ia berjalan di negeri Romawi, lalu ia mendengar ada suara tanpa rupa dari puncak bukit yang mengatakan, "Ya Tuhanku, aku merasa heran dengan orang yang mengenal-Mu, mengapa dia berharap
kepada seseorang selain Engkau. Ya Tuhanku, aku merasa heran terhadap orang yang mengenal-Mu, mengapa dia meminta keperluan-keperluannya kepada seseorang selain Engkau." Lelaki itu melanjutkan kisahnya,
bahwa lalu ia pergi dan selanjutnya terjadilah malapetaka yang amat besar. Lelaki itu melanjutkan kisahnya, bahwa kemudian suara itu menyerukan lagi, "Ya Tuhanku, aku heran kepada orang yang mengenal-Mu,
mengapa dia melakukan sesuatu yang menyebabkan Engkau murka, sedangkan dia memuaskan selain Engkau." Wuhaib mengatakan bahwa itulah yang dimaksud dengan petaka yang amat besar. Lelaki itu melanjutkan kisahnya,
bahwa lalu ia berseru terhadap suara itu, "Jin atau manusiakah engkau?" Suara itu menjawab, "Tidak, aku adalah seorang manusia, sibukkanlah dirimu dengan urusanmu dan janganlah mencampuri yang bukan urusanmu!"
Surat Al-Mumin |40:61|
اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا ۚ إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ
allohullażii ja'ala lakumul-laila litaskunuu fiihi wan-nahaaro mubshiroo, innalloha lażuu fadhlin 'alan-naasi wa laakinna akṡaron-naasi laa yasykuruun
Allah-lah yang menjadikan malam untukmu agar kamu beristirahat padanya, (dan menjadikan) siang terang benderang. Sungguh, Allah benar-benar memiliki karunia yang dilimpahkan kepada manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.
It is Allah who made for you the night that you may rest therein and the day giving sight. Indeed, Allah is full of bounty to the people, but most of the people are not grateful.
(Allahlah yang menjadikan malam untuk kalian supaya kalian beristirahat padanya; dan menjadikan siang terang-benderang) dikaitkannya pengertian melihat kepada siang hanyalah majaz atau kata kiasan belaka,
karena pada siang hari manusia dapat melihat. (Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia yang dilimpahkan atas manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur) kepada Allah, malahan mereka tidak beriman kepada-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 61 |
Tafsir ayat 61-65
Allah Swt. berfirman, menyebutkan karunia-Nya yang telah Dia limpahkan kepada hamba-hamba-Nya, bahwa Dia telah menjadikan bagi mereka malam hari yang dijadikan oleh mereka sabagai waktu untuk istirahat
dan menenangkan diri setelah menjalani kesibukan mencari penghidupan di siang hari. Dan Dia telah menjadikan siang hari terang benderang agar mereka dapat melakukan kegiatan padanya seperti bepergian, bekerja,
dan kegiatan-kegiatan lainnya.
{إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ}
Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia yang dilimpahkan atas manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. (Al-Mu’min: 61)
Yakni tidak melakukan perbuatan untuk mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang telah Dia limpahkan kepada mereka. Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan:
{ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ}
Yang demikian itu adalah Allah, Tuhanmu, Pencipta segala sesuatu, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. (Al-Mu’min: 62)
Yang melakukan segala sesuatu itu adalah Allah Yang Maha Esa, Pencipta segala sesuatu Yang tiada Tuhan dan tiada Rabb selain Dia semata.
{فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ}
maka bagaimanakah kamu dapat dipalingkan. (Al-Mu’min: 62) Maksudnya, mengapa kalian menyembah selain-Nya, yaitu berhala-berhala yang tidak dapat menciptakan sesuatu pun, bahkan mereka diciptakan dan dipahat. Firman Allah Swt.:
{كَذَلِكَ يُؤْفَكُ الَّذِينَ كَانُوا بِآيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ}
Seperti demikianlah dipalingkan orang-orang yang selalu mengingkari ayat-ayat Allah (Al-Mu’min: 63) Yakni sebagaimana telah sesat mereka karena menyembah selain Allah, demikianlah telah dipalingkan pula orang-orang
yang sebelum mereka (dari jalan yang benar) hingga mereka menyembah selain Allah tanpa dalil dan tanpa keterangan, melainkan hanya berdasarkan hawa nafsu dan kejahilan mereka sendiri; mereka mengingkari hujah-hujah
dan ayat-ayat Allah. Firman Allah Swt.:
{اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ قَرَارًا}
Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap. (Al-Mu’min: 64) Dia menjadikannya bagi kalian sebagai tempat menetap terhampar dan layak dihuni hingga kamu dapat hidup padanya dan dapat melakukan kegiatan padanya.
Kalian dapat berjalan di seanteronya, lalu Dia memancangkan gunung-gunung padanya agar tidak berguncang menggoyahkan kalian.
{وَالسَّمَاءَ بِنَاءً}
dan langit sebagai atap. (Al-Mu’min: 64) Yakni atap bagi alam semesta lagi terpelihara.
{وَصَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ}
dan membentuk kamu, lalu membaguskan rupamu. (Al-Mu’min: 64) Dia menciptakan kalian dalam bentuk yang paling baik dan menganugerahkan kepada kalian rupa yang terbagus dalam penampilan yang terindah.
{وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ}
serta memberi rezeki kepadamu dengan sebagian yang baik-baik. (Al-Mu’min: 64) Yakni berupa berbagai macam makanan dan minuman di dunia ini. Disebutkan bahwa Dia telah menciptakan tempat tinggal, penduduknya, dan rezekinya.
Maka Dia adalah Yang Maha Pencipta lagi Maha Pemberi rezeki, sebagaimana yang disebutkan di dalam surat Al-Baqarah melalui firman-Nya:
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ. الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ}
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan)
dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (Al-Baqarah: 21 -22)
Dan dalam surat ini sesudah disebutkan bahwa Dia telah menciptakan segala sesuatu, Allah berfirman:
{ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ فَتَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ}
Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Mahaagung Allah, Tuhan semesta alam. (Al-Mu’min: 64) Artinya, Mahatinggi lagi Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam. Dalam firman selanjutnya disebutkan:
{هُوَ الْحَيُّ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ}
Dialah Yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. (Al-Mu’min: 65) Yakni Dialah Yang Hidup sejak zaman azali dan selama-lamanya, Dia tetap dan tetap Hidup, Dialah Yang Pertama dan Yang Terakhir, dan Yang Mahalahir lagi Mahabatin.
{لَا إِلَهَ إِلا هُوَ}
tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. (Al-Mu’min: 65) Yaitu tiada tandingan dan tiada saingan bagi-Nya.
{فَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ}
maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadah kepada-Nya. (Al-Mu’min: 65) dengan mengesakan-Nya dan mengakui bahwa tiada Tuhan yang wajib disembah selain Dia, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa ada sejumlah ahlul 'ilmi yang menganjurkan kepada orang yang mengucapkan kalimah "Tidak ada Tuhan (yang wajib disembah) melainkan Allah" agar mengiringinya dengan kalimah "Segala puji bagi Allah,
Tuhan semesta alam" karena berdasarkan ayat ini. Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkan dari Muhammad ibnu Ali ibnul Husain ibnu Syaqiq dari ayahnya, dari Al-Husain ibnu Waqid, dari Al-A'masy, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas r.a.
yang mengatakan bahwa barang siapa yang mengucapkan kalimah "Tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Allah", hendaklah ia mengiringinya dengan kalimah "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam".
Yang demikian itu berdasarkan firman-Nya: maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadah kepada-Nya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. (Al-Mu’min: 65) Abu Usamah dan lain-lainnya telah meriwayatkan
dari Ismail ibnu Abu Khalid, dari Sa'id ibnu Jubair yang mengatakan bahwa apabila engkau membaca firman-Nya: maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadah kepada-Nya. (Al-Mu’min: 65) maka ucapkanlah pula sesudahnya,
"Tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah," dan ucapkanlah pula sesudahnya, "Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam." Kemudian Sa' id ibnu Jarir membaca firman-Nya: maka sembahlah Dia dengan memurnikan
ibadah kepada-Nya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. (Al-Mu’min: 65) Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Namir, telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnu Urwah ibnuz Zubair,
dari Abuz Zubair alias Muhammad ibnu Muslim ibnu Badr Al-Makki yang mengatakan bahwa Abdullah ibnuz Zubair setiap usai dari salam salatnya selalu mengucapkan doa berikut:
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
Tidak ada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah semata tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan dan segala puji, Dia Mahakuasa atas segala sesuatu; tiada daya (untuk menghindar dari maksiat) dan tiada kekuatan
(untuk mengerjakan ibadah) kecuali dengan pertolongan Allah. Tiada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah, dan kami tidak menyembah selain kepada Dia, bagi-Nyalah semua nikmat, karunia dan pujian yang baik.
Tiada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, sekalipun orang-orang kafir tidak suka. Kemudian Abdullah ibnuz Zubair mengatakan bahwa Rasulullah Saw. selalu membaca doa tersebut
sehabis tiap salatnya. Imam Muslim, Imam Abu Daud, dan Imam Nasai telah meriwayatkan hadis ini melalui Hisyam ibnu Urwah, Hajjaj ibnu Abu Usman dan Musa ibnu Uqbah; ketiga-tiganya dari Abuz Zubair, dari Abdullah ibnuz Zubair
yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. selalu mengucapkan doa berikut seusai tiap salatnya, yaitu:
«لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ له»
Tidak ada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. lalu disebutkan hingga akhir hadis.
Surat Al-Mumin |40:62|
ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ فَأَنَّىٰ تُؤْفَكُونَ
żaalikumullohu robbukum khooliqu kulli syaii`, laaa ilaaha illaa huwa fa annaa tu`fakuun
Demikianlah Allah, Tuhanmu, Pencipta segala sesuatu, tidak ada Tuhan selain Dia, maka bagaimanakah kamu dapat dipalingkan?
That is Allah, your Lord, Creator of all things; there is no deity except Him, so how are you deluded?
(Yang demikian itu adalah Allah, Rabb kalian, Pencipta segala sesuatu, tiada Tuhan melainkan Dia, maka bagaimanakah kalian dapat dipalingkan) maksudnya, bagaimanakah kalian dipalingkan dari iman kepada-Nya, padahal bukti-bukti-Nya sudah jelas.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 62 |
penjelasan ada di ayat 61
Surat Al-Mumin |40:63|
كَذَٰلِكَ يُؤْفَكُ الَّذِينَ كَانُوا بِآيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ
każaalika yu`fakullażiina kaanuu bi`aayaatillaahi yaj-ḥaduun
Demikianlah orang-orang yang selalu mengingkari ayat-ayat Allah dipalingkan.
Thus were those [before you] deluded who were rejecting the signs of Allah.
(Seperti demikianlah dipalingkan) artinya sebagaimana mereka dipalingkan, maka dipalingkan pula (orang-orang yang terhadap ayat-ayat Allah) yakni mukjizat-mukjizat-Nya (mereka ingkar.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 63 |
penjelasan ada di ayat 61
Surat Al-Mumin |40:64|
اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ قَرَارًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَصَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ ۚ ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ ۖ فَتَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
allohullażii ja'ala lakumul-ardho qoroorow was-samaaa`a binaaa`aw wa showwarokum fa aḥsana shuwarokum wa rozaqokum minath-thoyyibaat, żaalikumullohu robbukum, fa tabaarokallohu robbul-'aalamiin
Allahlah yang menjadikan bumi untukmu sebagai tempat menetap dan langit sebagai atap dan membentukmu lalu memperindah rupamu serta memberimu rezeki dari yang baik-baik. Demikianlah Allah, Tuhanmu, Maha Suci Allah, Tuhan seluruh alam.
It is Allah who made for you the earth a place of settlement and the sky a ceiling and formed you and perfected your forms and provided you with good things. That is Allah, your Lord; then blessed is Allah, Lord of the worlds.
(Allahlah yang menjadikan bumi bagi kalian sebagai tempat menetap dan langit sebagai atap) maksudnya, yang menaungi (dan membentuk kalian lalu membaguskan rupa kalian
serta memberi kalian rezeki dengan sebagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Rabb kalian, Maha Agung Allah, Rabb semesta Alam.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 64 |
penjelasan ada di ayat 61
Surat Al-Mumin |40:65|
هُوَ الْحَيُّ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ فَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ ۗ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
huwal-ḥayyu laaa ilaaha illaa huwa fad'uuhu mukhlishiina lahud-diin, al-ḥamdu lillaahi robbil-'aalamiin
Dialah yang hidup kekal, tidak ada Tuhan selain Dia, maka sembahlah Dia dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam.
He is the Ever-Living; there is no deity except Him, so call upon Him, [being] sincere to Him in religion. [All] praise is [due] to Allah, Lord of the worlds.
(Dialah Yang hidup kekal tiada Tuhan melainkan Dia, maka serulah Dia) sembahlah Dia (dengan memurnikan ibadah kepada-Nya) dari kemusyrikan. (Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 65 |
penjelasan ada di ayat 61
Surat Al-Mumin |40:66|
قُلْ إِنِّي نُهِيتُ أَنْ أَعْبُدَ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَمَّا جَاءَنِيَ الْبَيِّنَاتُ مِنْ رَبِّي وَأُمِرْتُ أَنْ أُسْلِمَ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
qul innii nuhiitu an a'budallażiina tad'uuna min duunillaahi lammaa jaaa`aniyal-bayyinaatu mir robbii wa umirtu an uslima lirobbil-'aalamiin
Katakanlah (Muhammad), "Sungguh, aku dilarang menyembah sembahan yang kamu sembah selain Allah setelah datang kepadaku keterangan-keterangan dari Tuhanku, dan aku diperintahkan agar berserah diri kepada Tuhan seluruh alam."
Say, [O Muhammad], "Indeed, I have been forbidden to worship those you call upon besides Allah once the clear proofs have come to me from my Lord, and I have been commanded to submit to the Lord of the worlds."
(Katakanlah, "Sesungguhnya aku dilarang menyembah sesembahan yang kalian seru) yang kalian sembah (selain Allah setelah datang kepadaku keterangan-keterangan)
yakni bukti-bukti tauhid (dari Rabbku, dan aku diperintahkan supaya tunduk patuh kepada Rabb semesta alam.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 66 |
Tafsir ayat 66-68
Allah Swt. berfirman kepada Nabi-Nya, "Katakanlah kepada orang-orang musyrik itu bahwa sesungguhnya Allah Swt. melarang seseorang menyembah berhala-berhala, tandingan-tandingan, dan sekutu-sekutu selain Dia." Allah Swt. telah menjelaskan bahwa tiada yang berhak disembah selain Dia sendiri, melalui firman-Nya:
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا}
Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, sesudah itu dari 'alaqah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa),
kemudian (dibiarkan kamu hidup) sampai tua. (Al-Mu’min: 67) Maksudnya, Dialah Yang Menciptakan kamu dalam fase-fase tersebut semuanya dengan sendirian, tiada sekutu bagi-Nya. Dia pulalah Yang mengatur,
merencanakan dan menentukan ukuran-ukurannya dalam semuanya itu.
{وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى مِنْ قَبْلُ}
di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Al-Mu’min: 67) Yakni sebelum dilahirkan ke alam dunia ini, bahkan gugur sejak masih dalam usia kandungan. Di antara mereka ada yang diwafatkan dalam usia anak-anak dan usia muda, ada pula dalam usia tua sebelum memasuki usia pikun. Seperti yang dijelaskan oleh firman-Nya:
{لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الأرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى}
agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan (Al-Hajj:5) Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ}
(Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami (nya). (Al-Mu’min: 67) Ibnu Juraij mengatakan bahwa ditetapkan demikian agar kamu ingat akan hari berbangkit. Dalam firman selanjutnya disebutkan:
{هُوَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ}
Dialah yang menghidupkan dan mematikan. (Al-Mu’min: 68) Yakni hanya Dia sematalah yang dapat melakukan hal itu, tiada seorang pun yang mampu melakukannya selain Dia.
{فَإِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ}
maka apabila Dia menetapkan suatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah, " maka jadilah ia. (Al-Mu’min: 68) Yaitu tidak dapat ditentang dan tidak dapat dicegah, bahkan apa yang dikehendaki-Nya pasti ada dan pasti terjadi.
Surat Al-Mumin |40:67|
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا ۚ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّىٰ مِنْ قَبْلُ ۖ وَلِتَبْلُغُوا أَجَلًا مُسَمًّى وَلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
huwallażii kholaqokum min turoobin ṡumma min nuthfatin ṡumma min 'alaqotin ṡumma yukhrijukum thiflan ṡumma litablughuuu asyuddakum ṡumma litakuunuu syuyuukhoo, wa mingkum may yutawaffaa ming qoblu wa litablughuuu ajalam musammaw wa la'allakum ta'qiluun
Dialah yang menciptakanmu dari tanah, kemudian dari setetes mani, lalu dari segumpal darah, kemudian kamu dilahirkan sebagai seorang anak, kemudian dibiarkan kamu sampai dewasa, lalu menjadi tua. Tetapi di antara kamu ada yang dimatikan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) agar kamu sampai kepada kurun waktu yang ditentukan, agar kamu mengerti.
It is He who created you from dust, then from a sperm-drop, then from a clinging clot; then He brings you out as a child; then [He develops you] that you reach your [time of] maturity, then [further] that you become elders. And among you is he who is taken in death before [that], so that you reach a specified term; and perhaps you will use reason.
(Dialah Yang menciptakan kalian dari tanah) yang menciptakan bapak moyang kalian yaitu Nabi Adam dari tanah liat (kemudian dari setetes nuthfah) yakni air mani
(sesudah itu dari segumpal darah) yakni dari kental (kemudian dikeluarkan-Nya kalian sebagai seorang anak) lafal Thiflan sekalipun bentuknya mufrad atau tunggal, bermakna jamak
(kemudian) dibiarkan-Nya kalian hidup (supaya kalian sampai kepada masa dewasa) masa sempurnanya kekuatan kalian, yaitu di antara umur tiga puluh sampai dengan empat puluh tahun
(kemudian -dibiarkan-Nya kalian hidup- sampai tua) dapat dibaca Syuyuukhan atau Syiyuukhan (di antara kalian ada yang diwafatkan sebelum itu) sebelum dewasa dan sebelum mencapai usia tua.
Dia melakukan hal tersebut kepada kalian supaya kalian hidup (dan supaya kalian sampai pada ajal yang ditentukan) yakni waktu yang telah dibataskan bagi hidup kalian
(dan supaya kalian memahami) bukti-bukti yang menunjukkan keesaan-Nya, kemudian kalian beriman kepada-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 67 |
penjelasan ada di ayat 66
Surat Al-Mumin |40:68|
هُوَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ ۖ فَإِذَا قَضَىٰ أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
huwallażii yuḥyii wa yumiit, fa iżaa qodhooo amron fa innamaa yaquulu lahuu kun fa yakuun
Dialah yang menghidupkan dan mematikan. Maka apabila Dia hendak menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu.
He it is who gives life and causes death; and when He decrees a matter, He but says to it, "Be," and it is.
(Dialah yang menghidupkan dan yang mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan) artinya, Dia berkehendak mewujudkan sesuatu
(Dia hanya berkata kepadanya, 'Jadilah!' maka jadilah ia.") lafal Fayakuunu dapat pula dibaca Fayakuuna akan tetapi dengan memperkirakan adanya huruf An sebelumnya.
Yakni, sesuatu yang dikehendaki itu langsung ada sesudah ada kehendak-Nya, sebagaimana yang telah digambarkan oleh makna firman yang tadi itu.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 68 |
penjelasan ada di ayat 66
Surat Al-Mumin |40:69|
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آيَاتِ اللَّهِ أَنَّىٰ يُصْرَفُونَ
a lam taro ilallażiina yujaadiluuna fiii aayaatillaah, annaa yushrofuun
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang (selalu) membantah ayat-ayat Allah? Bagaimana mereka dapat dipalingkan?
Do you not consider those who dispute concerning the signs of Allah - how are they averted?
(Apakah kamu tidak melihat kepada orang-orang yang membantah ayat-ayat Allah) membantah Alquran. (Bagaimanakah) (mereka dapat dipalingkan) dari iman
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 69 |
Tafsir ayat 69-76
Allah Swt. berfirman, "Tidakkah engkau merasa heran, hai Muhammad, terhadap orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan mendebat perkara yang hak dengan batil, dipalingkan ke manakah akal sehat mereka sehingga menyimpang dari jalan petunjuk menuju ke jalan yang sesat?"
{الَّذِينَ كَذَّبُوا بِالْكِتَابِ وَبِمَا أَرْسَلْنَا بِهِ رُسُلَنَا}
(Yaitu) orang-orang yang mendustakan Al-Kitab (Al-Qur'an) dan wahyu yang dibawa oleh rasul-rasul Kami yang telah Kami utus. (Al-Mu’min: 70) Yaitu berupa petunjuk dan keterangan yang jelas.
{فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ}
Kelak mereka akan mengetahui. (Al-Mu’min: 70) Ini merupakan ancaman yang keras dan kecaman yang kuat dari Allah Swt. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ}
Maka kecelakaan yang besarlah di hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Murshalat: 15, 19, 24, 28, 34, 37, 40, 45, 47, 49, Al-Muthafifin: 10) Adapun firman Allah Swt.:
{إِذِ الأغْلالُ فِي أَعْنَاقِهِمْ وَالسَّلاسِلُ}
ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka. (Al-Mu’min: 71) Maksudnya, rantai itu menyatu dengan belenggu dipegang di tangan Malaikat Zabaniyah yang menyeret mereka di atas muka mereka, lalu melemparkan mereka
yang adakalanya ke dalam air yang sangat panas dan adakalanya ke dalam neraka Jahim. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:
{يُسْحَبُونَ. فِي الْحَمِيمِ ثُمَّ فِي النَّارِ يُسْجَرُونَ}
seraya mereka diseret ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api. (Al-Mu’min: 71-72) Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{هَذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِي يُكَذِّبُ بِهَا الْمُجْرِمُونَ يَطُوفُونَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ حَمِيمٍ آنٍ}
Inilah neraka Jahanam yang didustakan oleh orang-orang yang berdosa. Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air yang mendidih yang memuncak panasnya. (Ar-Rahman: 43-44) Dan firman Allah Swt.
sesudah menceritakan makanan penduduk neraka itu zaqqum, dan minuman neraka adalah air yang sangat panas, yaitu:
{ثُمَّ إِنَّ مَرْجِعَهُمْ لإلَى الْجَحِيمِ}
Kemudian sesungguhnya tempat kembali mereka benar-benar ke neraka Jahim. (Ash-Shaffat: 68) Dan firman Allah Swt.:
{وَأَصْحَابُ الشِّمَالِ مَا أَصْحَابُ الشِّمَالِ. فِي سَمُومٍ وَحَمِيمٍ. وَظِلٍّ مِنْ يَحْمُومٍ. لَا بَارِدٍ وَلا كَرِيمٍ}
Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu. Dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air yang mendidih, dan dalam naungan asap yang hitam. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan. (Al-Waqi'ah: 41-44) sampai dengan firman Allah Swt.:
{ثُمَّ إِنَّكُمْ أَيُّهَا الضَّالُّونَ الْمُكَذِّبُونَ. لآكِلُونَ مِنْ شَجَرٍ مِنْ زَقُّومٍ. فَمَالِئُونَ مِنْهَا الْبُطُونَ. فَشَارِبُونَ عَلَيْهِ مِنَ الْحَمِيمِ. فَشَارِبُونَ شُرْبَ الْهِيمِ. هَذَا نزلُهُمْ يَوْمَ الدِّينِ}
Kemudian sesungguhnya kamu, hai orang-orang yang sesat lagi mendustakan, benar-benar akan memakan pohon zaqqum, dan akan memenuhi perutmu dengannya. Sesudah itu kamu akan meminum air yang sangat panas.
Maka kamu minum seperti unta yang sangat haus minum. Itulah hidangan untuk mereka pada hari pembalasan. (Al-Waqi'ah: 51-56) Dan firman Allah Swt.:
{إِنَّ شَجَرَةَ الزَّقُّومِ. طَعَامُ الأثِيمِ. كَالْمُهْلِ يَغْلِي فِي الْبُطُونِ. كَغَلْيِ الْحَمِيمِ. خُذُوهُ فَاعْتِلُوهُ إِلَى سَوَاءِ الْجَحِيمِ. ثُمَّ صُبُّوا فَوْقَ رَأْسِهِ مِنْ عَذَابِ الْحَمِيمِ. ذُقْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْكَرِيمُ. إِنَّ هَذَا مَا كُنْتُمْ بِهِ تَمْتَرُونَ}
Sesungguhnya pohon zaqqum itu makanan orang yang banyak berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang sangat panas. Peganglah dia, kemudian
seretlah dia ke tengah-tengah neraka. Kemudian tuangkanlah di atas kepalanya siksaan (dari) air yang amat panas. Rasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi mulia. Sesungguhnya ini adalah azab
yang dahulu kamu meragu-ragukannya. (Ad-Dukhan: 43-50) Hal ini dikatakan kepada mereka dengan nada mengecam, mencemoohkan, menghina, meremehkan, dan mengejek mereka.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الحسين، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ، حَدَّثَنَا مَنْصُورُ بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا بَشِيرُ بْنُ طَلْحَةَ الْخِزَامِيُّ، عَنْ خَالِدِ بْنِ دُرَيْك، عَنْ يَعْلَى بْنِ مُنْيَه -رَفَعَ الْحَدِيثُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-قَالَ: "يُنْشِئُ اللَّهُ سَحَابَةً لِأَهْلِ النَّارِ سَوْدَاءَ مُظْلِمَةً، وَيُقَالُ: يَا أَهْلَ النَّارِ، أَيَّ شَيْءٍ تَطْلُبُونَ؟ فَيَذْكُرُونَ بِهَا سَحَابَ الدُّنْيَا فَيَقُولُونَ: نَسْأَلُ بَرْد الشَّرَابِ، فَتُمْطِرُهُمْ أَغْلَالًا تَزِيدُ فِي أَغْلَالِهِمْ، وَسَلَاسِلَ تَزِيدُ فِي سَلَاسِلِهِمْ، وَجَمْرًا يُلْهِبُ النَّارَ عَلَيْهِمْ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Mani', telah menceritakan kepada kami Mansur ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami
Basyir ibnu Talhah Al-Khuzami, dari Khalid ibnu Duraik, dari Ya'la ibnu Munabbih yang me-rafa'-kan hadis ini, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Allah Swt. menciptakan awan buat ahli neraka yang tebal lagi gelap, lalu dikatakan,
"Hai penduduk neraka, apakah yang kamu minta?” Maka mereka teringat kepada awan di dunia saat melihatnya, lalu mereka menjawab, "Kami menginginkan minuman yang sejuk.” Maka awan itu menghujani mereka
dengan belenggu-belenggu yang menambah belenggu mereka dan juga rantai-rantai yang menambah rantai mereka, dan juga bara api yang apinya membakar mereka. Hadis ini berpredikat garib. Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ قِيلَ لَهُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ تُشْرِكُونَ. مِنْ دُونِ اللَّهِ}
kemudian dikatakan kepada mereka, "Manakah berhala-berhala yang selalu kamu persekutukan (yang kamu sembah) selain Allah?” (Al-Mu’min: 73-74)
Yakni dikatakan kepada mereka, bahwa di manakah berhala-berhala yang dahulu kamu sembah selain Allah? apakah mereka dapat menolong kamu pada hari ini?
{قَالُوا ضَلُّوا عَنَّا}
Mereka menjawab, "Mereka telah hilang lenyap dari kami.” (Al-Mu’min: 74) Yaitu telah pergi dan lenyap, maka tidak dapat memberi manfaat kepada kami.
{بَلْ لَمْ نَكُنْ نَدْعُو مِنْ قَبْلُ شَيْئًا}
bahkan kami dahulu tiada pernah menyembah sesuatu. (Al-Mu’min: 74) Saat itu mereka mengingkari penyembahan mereka kepada berhala-berhala itu. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{ثُمَّ لَمْ تَكُنْ فِتْنَتُهُمْ إِلا أَنْ قَالُوا وَاللَّهِ رَبِّنَا مَا كُنَّا مُشْرِكِينَ}
Kemudian tiadalah fitnah mereka, kecuali mengatakan, "Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah.”(Al-An'am: 23) Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya dalam surat ini:
{كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ الْكَافِرِينَ}
Seperti demikianlah Allah menyesatkan orang-orang kafir. (Al-Mu’min: 74) Adapun firman Allah Swt.:
{ذَلِكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَفْرَحُونَ فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَمْرَحُونَ}
Yang demikian itu disebabkan kamu bersuka ria di muka bumi dengan tidak benar dan karena kamu selalu bersenang-senang (dalam kemaksiatan). (Al-Mu’min: 75) Para malaikat berkata kepada mereka, "Inilah yang harus kamu terima
sebagai pembalasan atas sikap kamu yang selalu bersuka ria di dunia tanpa alasan yang benar, dan kamu tenggelam dalam kesenangan, juga sikap kamu yang jahat lagi sombong."
{ادْخُلُوا أَبْوَابَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا فَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ}
Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahanam, dan kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong. (Al-Mu’min: 76) Yakni seburuk-buruk tempat tinggal dan tempat istirahat yang hina
lagi penuh dengan azab yang keras adalah bagi orang yang sombong terhadap ayat-ayat Allah dan tidak mau mengikuti petunjuk dan alasan-alasan yang telah dikemukakan oleh Allah Swt. hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Surat Al-Mumin |40:70|
الَّذِينَ كَذَّبُوا بِالْكِتَابِ وَبِمَا أَرْسَلْنَا بِهِ رُسُلَنَا ۖ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ
allażiina każżabuu bil-kitaabi wa bimaaa arsalnaa bihii rusulanaa, fa saufa ya'lamuun
(Yaitu) orang-orang yang mendustakan Kitab (Al-Qur´an) dan wahyu yang dibawa oleh rasul-rasul Kami yang telah Kami utus. Kelak mereka akan mengetahui,
Those who deny the Book and that with which We sent Our messengers - they are going to know,
(Orang-orang yang mendustakan Alkitab) yakni Alquran (dan wahyu yang dibawa oleh rasul-rasul Kami yang telah Kami utus) dengan membawa ajaran tauhid
dan berita tentang adanya hari berbangkit; mereka adalah orang-orang kafir Mekah. (Kelak mereka akan mengetahui) akibat dari kedustaan mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 70 |
penjelasan ada di ayat 69
Surat Al-Mumin |40:71|
إِذِ الْأَغْلَالُ فِي أَعْنَاقِهِمْ وَالسَّلَاسِلُ يُسْحَبُونَ
iżil-aghlaalu fiii a'naaqihim was-salaasil, yus-ḥabuun
ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret,
When the shackles are around their necks and the chains; they will be dragged
(Ketika belenggu dipasang di leher mereka) lafal Idz di sini bermakna Idzaa yakni ketika (dan rantai-rantai) pun dipasang pula di leher mereka. Lafal As-Salaasilu ini diathafkan kepada lafal Al-Aghlaalu.
Atau berkedudukan menjadi Mubtada sedangkan Khabarnya tidak disebutkan, yaitu lafal Fii Arjulihim. Dengan demikian maka artinya ialah, Dan rantai-rantai pun dipasang pada kaki mereka
Atau Khabar lafal As-Salaasilu ini ialah ayat berikutnya, yaitu (seraya mereka diseret) dengannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 71 |
penjelasan ada di ayat 69
Surat Al-Mumin |40:72|
فِي الْحَمِيمِ ثُمَّ فِي النَّارِ يُسْجَرُونَ
fil-ḥamiimi ṡumma fin-naari yusjaruun
ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api,
In boiling water; then in the Fire they will be filled [with flame].
(Ke dalam air yang sangat panas) yakni neraka Jahanam (kemudian mereka dibakar dalam api) maksudnya, mereka dibakar oleh api neraka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 72 |
penjelasan ada di ayat 69
Surat Al-Mumin |40:73|
ثُمَّ قِيلَ لَهُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ تُشْرِكُونَ
ṡumma qiila lahum aina maa kuntum tusyrikuun
kemudian dikatakan kepada mereka, "Manakah berhala-berhala yang selalu kamu persekutukan,
Then it will be said to them, "Where is that which you used to associate [with Him in worship]
(Kemudian dikatakan kepada mereka) sebagai celaan dan penelanjangan, ("Manakah berhala-berhala yang selalu kalian persekutukan)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 73 |
penjelasan ada di ayat 69
Surat Al-Mumin |40:74|
مِنْ دُونِ اللَّهِ ۖ قَالُوا ضَلُّوا عَنَّا بَلْ لَمْ نَكُنْ نَدْعُو مِنْ قَبْلُ شَيْئًا ۚ كَذَٰلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ الْكَافِرِينَ
min duunillaah, qooluu dholluu 'annaa bal lam nakun nad'uu ming qoblu syai`aa, każaalika yudhillullohul-kaafiriin
(yang kamu sembah) selain Allah?" Mereka menjawab, "Mereka telah hilang lenyap dari kami, bahkan kami dahulu tidak pernah menyembah sesuatu." Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang kafir.
Other than Allah?" They will say, "They have departed from us; rather, we did not used to invoke previously anything." Thus does Allah put astray the disbelievers.
(Selain Allah") yang kalian sembah selain-Nya; yang dimaksud adalah berhala-berhala. (Mereka menjawab, "Mereka telah hilang lenyap) artinya, telah tiada (dari kami)
maka kami tidak melihat mereka (bahkan kami dahulu tiada pernah menyembah sesuatu") mereka mengingkari penyembahan mereka kepada berhala-berhala itu.
]
Kemudian berhala-berhala sesembahan mereka itu didatangkan, selanjutnya dikatakan kepada mereka, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya,
"Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah, adalah makanan Jahanam." (Q.S. Al-Anbiya, 98). (Seperti demikianlah) yakni sebagaimana disesatkan-Nya orang-orang yang mendustakan Alquran (Allah menyesatkan orang-orang kafir.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 74 |
penjelasan ada di ayat 69
Surat Al-Mumin |40:75|
ذَٰلِكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَفْرَحُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَمْرَحُونَ
żaalikum bimaa kuntum tafroḥuuna fil-ardhi bighoiril-ḥaqqi wa bimaa kuntum tamroḥuun
Yang demikian itu disebabkan karena kamu bersuka ria di bumi (tanpa) mengindahkan kebenaran dan karena kamu selalu bersuka ria (dalam kemaksiatan).
[The angels will say], "That was because you used to exult upon the earth without right and you used to behave insolently.
Dikatakan pula kepada mereka, ("Yang demikian itu) yakni azab itu (disebabkan kalian bersuka ria di muka bumi dengan tidak benar) yaitu melakukan perbuatan syirik
dan ingkar kepada adanya hari berbangkit (dan karena kalian selalu bersuka ria) artinya, terlalu berlebih-lebihan di dalam bersuka ria.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 75 |
penjelasan ada di ayat 69
Surat Al-Mumin |40:76|
ادْخُلُوا أَبْوَابَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۖ فَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ
udkhuluuu abwaaba jahannama khoolidiina fiihaa, fa bi`sa maṡwal-mutakabbiriin
(Dikatakan kepada mereka), "Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahanam dan kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong."
Enter the gates of Hell to abide eternally therein, and wretched is the residence of the arrogant."
(Masuklah kalian ke pintu-pintu neraka Jahanam, sedangkan kalian kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat) yakni tempat tinggal (bagi orang-orang yang sombong.")
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 76 |
penjelasan ada di ayat 69
Surat Al-Mumin |40:77|
فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ ۚ فَإِمَّا نُرِيَنَّكَ بَعْضَ الَّذِي نَعِدُهُمْ أَوْ نَتَوَفَّيَنَّكَ فَإِلَيْنَا يُرْجَعُونَ
fashbir inna wa'dallohi ḥaqq, fa immaa nuriyannaka ba'dhollażii na'iduhum au natawaffayannaka fa ilainaa yurja'uun
Maka bersabarlah engkau (Muhammad), sesungguhnya janji Allah itu benar. Meskipun Kami perlihatkan kepadamu sebagian siksa yang Kami ancamkan kepada mereka, ataupun Kami wafatkan engkau (sebelum ajal menimpa mereka), namun kepada Kamilah mereka dikembalikan.
So be patient, [O Muhammad]; indeed, the promise of Allah is truth. And whether We show you some of what We have promised them or We take you in death, it is to Us they will be returned.
(Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah) yang akan mengazab mereka (adalah benar; maka jika Kami perlihatkan kepadamu) lafal Immaa adalah berasal dari In Syarthiyah
yang diidgamkan kepada Maa Zaidah yang berfungsi mengukuhkan makna Syarat di awal Fi'il, kemudian menyusul Nun Taukid sesudahnya yang juga mengukuhkan makna syarath tadi
(sebagian siksa yang Kami ancamkan kepada mereka) yakni semasa kamu masih hidup Kami menurunkan sebagian azab kepada mereka. Jawab Syarathnya tidak disebutkan, yaitu lafal Fadzaaka,
yakni maka itulah sebagian dari azab Kami (atau pun Kami wafatkan kamu) yaitu sebelum mereka diazab (namun kepada Kami sajalah mereka dikembalikan)
lalu Kami akan mengazab mereka dengan siksaan yang sangat keras. Jawab Syarath yang telah disebutkan di atas tadi hanyalah untuk Ma'thuf saja, yakni hanya untuk kalimah, Fa-immaa Nuriyannaka Ba'dhal Ladzii Na'iduhum, Fadzaaka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 77 |
Tafsir ayat 77-78
Allah Swt. memerintahkan kepada rasul-Nya untuk bersikap sabar dalam menghadapi pendustaan orang-orang yang mendustakannya dari kalangan kaumnya. Karena sesungguhnya Allah akan memenuhi apa yang telah Dia janjikan
kepadamu, yaitu pertolongan dan kemenangan atas kaummu, serta menjadikan kesudahan yang baik hanyalah bagimu dan bagi orang-orang yang mengikutimu di dunia dan di akhirat.
{فَإِمَّا نُرِيَنَّكَ بَعْضَ الَّذِي نَعِدُهُمْ}
maka meskipun Kami perlihatkan kepadamu sebagian siksa yang Kami ancamkan kepada mereka. (Al-Mu’min: 77) dalam kehidupan di dunia ini, dan kejadiannya memang seperti apa yang telah dijanjikan-Nya.
Karena sesungguhnya Allah Swt. telah menyenangkan hati Nabi Saw. dalam Perang Badar yang dalam perang itu pemimpin dan pembesar kaum musyrik banyak yang mati. Kemudian Allah menaklukkan kota Mekah di tangannya,
juga seluruh Jazirah Arabia semasa beliau Saw. masih hidup.
{أَوْ نَتَوَفَّيَنَّكَ فَإِلَيْنَا يُرْجَعُونَ}
ataupun Kami wafatkan kamu (sebelum ajal menimpa mereka), namun kepada Kami sajalah mereka dikembalikan. (Al-Mu’min: 77) Lalu kami rasakan kepada mereka azab yang keras di akhirat. Kemudian Allah Swt. berfirman, menghibur hati Nabi Saw.:
{وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلا مِنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ}
Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu. (Al-Mu’min: 78) Sama seperti apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam surat An-Nisa,
yakni di antara mereka ada yang Kami ceritakan kisahnya kepadamu bersama kaumnya masing-masing, bagaimanakah kaum mereka mendustakan mereka, kemudian pada akhirnya kesudahan yang baik dan pertolongan
hanyalah bagi para rasul.
{وَمِنْهُمْ مَنْ لَمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ}
dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu (Al-Mu’min: 78) Mereka yang tidak Kami ceritakan kisahnya kepadamu jumlahnya jauh lebih banyak berkali-kali lipat, seperti yang telah diingatkan hal tersebut dalam surat An-Nisa. Firman Allah Swt.:
{وَمَا كَانَ لِرَسُولٍ أَنْ يَأْتِيَ بِآيَةٍ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ}
Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mukjizat melainkan dengan seizin Allah. (Al-Mu’min: 78) Yakni tiada seorang rasul pun dapat mendatangkan suatu hal yang bertentangan dengan hukum alam kepada kaumnya,
melainkan dengan seizin Allah yang membolehkannya untuk mendatangkan hal tersebut yang tujuan utamanya ialah untuk membuktikan kebenaran dari ajaran yang disampaikannya kepada mereka.
{فَإِذَا جَاءَ أَمْرُ اللَّهِ}
maka apabila telah datang perintah Allah. (Al-Mu’min: 78) Yaitu azab dan pembalasan Allah yang meliputi orang-orang yang mendustakan-(Nya).
{قُضِيَ بِالْحَقِّ}
diputuskan (semua perkara) dengan adil. (Al-Mu’min: 78) Maka Dia menyelamatkan orang-orang mukmin dan membinasakan orang-orang kafir. Karena itu, dalam firman berikutnya disebutkan:
{وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُونَ}
Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil. (Al-Mu’min: 78)
Surat Al-Mumin |40:78|
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلًا مِنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ لَمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗ وَمَا كَانَ لِرَسُولٍ أَنْ يَأْتِيَ بِآيَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ فَإِذَا جَاءَ أَمْرُ اللَّهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُونَ
wa laqod arsalnaa rusulam ming qoblika min-hum mang qoshoshnaa 'alaika wa min-hum mal lam naqshush 'alaiik, wa maa kaana lirosuulin ay ya`tiya bi`aayatin illaa bi`iżnillaah, fa iżaa jaaa`a amrullohi qudhiya bil-ḥaqqi wa khosiro hunaalikal-mubthiluun
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.
And We have already sent messengers before you. Among them are those [whose stories] We have related to you, and among them are those [whose stories] We have not related to you. And it was not for any messenger to bring a sign [or verse] except by permission of Allah. So when the command of Allah comes, it will be concluded in truth, and the falsifiers will thereupon lose [all].
(Dan sesungguhnya telah Kami utus rasul-rasul sebelum kamu; di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada -pula- yang tidak Kami ceritakan kepadamu)
menurut suatu riwayat diceritakan, bahwa Allah swt. telah mengutus delapan ribu orang nabi untuk menjadi rasul; yang empat ribu orang di antaranya dari kaum Bani Israel,
sedangkan yang empat ribu orang lagi dari kalangan umat-umat selain Bani Israel. (Tidak dapat bagi seorang rasul) di antara rasul-rasul itu (membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah)
karena mereka juga hamba-hamba Allah yang diperintah oleh-Nya (maka apabila telah datang perintah Allah) yang memerintahkan supaya azab diturunkan atas orang-orang kafir (diputuskan)
semua perkara di antara rasul-rasul dan orang-orang yang mendustakannya (dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil)
yakni, keputusan itu merupakan kemenangan bagi rasul-rasul dan kerugian bagi orang-orang yang mendustakannya; pada hakikatnya sebelum itu pun orang-orang yang mendustakan para rasul sudah merugi.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 78 |
penjelasan ada di ayat 77
Surat Al-Mumin |40:79|
اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَنْعَامَ لِتَرْكَبُوا مِنْهَا وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ
allohullażii ja'ala lakumul-an'aama litarkabuu min-haa wa min-haa ta`kuluun
Allah-lah yang menjadikan hewan ternak untukmu, sebagian untuk kamu kendarai dan sebagian lagi kamu makan.
It is Allah who made for you the grazing animals upon which you ride, and some of them you eat.
(Allahlah yang menjadikan binatang ternak untuk kalian) menurut suatu pendapat dikatakan, bahwa yang dimaksud hanyalah unta saja. Tetapi menurut pendapat yang kuat,
ternak yang dimaksud mencakup pula sapi dan kambing (sebagiannya untuk kalian kendarai dan sebagiannya untuk kalian makan.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 79 |
Tafsir ayat 79-81
Allah Swt. berfirman, menyebutkan anugerah yang telah Dia berikan kepada hamba-hamba-Nya bahwa Dia telah menciptakan bagi mereka binatang ternak, seperti unta, sapi, dan kambing; yang sebagiannya ada yang dapat dijadikan
sebagai kendaraan mereka, dan sebagian yang lainnya untuk mereka makan. Unta dikendarai, dimakan, dapat diperah air susunya, dan dapat dijadikan sebagai pembawa barang-barang berat dalam perjalanan atau sebagai
tunggangan menuju ke negeri yang jauh dan menempuh kawasan yang luas. Sapi dimakan dagingnya dan diminum susunya serta dapat dijadikan sebagai sarana untuk membajak tanah. Sedangkan ternak kambing dagingnya dimakan,
susunya diminum, dan bulunya dapat dicukur, lalu dijadikan kain dan pakaian serta kebutuhan perabotan lainnya, seperti yang dijelaskan di dalam surat Al-An'am, surat An-Nahl dan surat-surat lainnya. Karena itu,
disebutkan oleh firman-Nya:
{لِتَرْكَبُوا مِنْهَا وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ. وَلَكُمْ فِيهَا مَنَافِعُ وَلِتَبْلُغُوا عَلَيْهَا حَاجَةً فِي صُدُورِكُمْ وَعَلَيْهَا وَعَلَى الْفُلْكِ تُحْمَلُونَ}
sebagiannya untuk kamu kendarai dan sebagiannya untuk kamu makan. Dan (ada lagi) manfaat-manfaat yang lain pada binatang ternak itu untuk kamu dan supaya kamu mencapai keperluan yang tersimpan dalam hati
dengan mengendarainya. Dan kamu dapat diangkut dengan mengendarai binatang-binatang itu dan dengan mengendarai bahtera. (Al-Mu’min: 79-80) Adapun firman Allah Swt.:
{وَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ}
Dan Dia memperlihatkan kepada kamu tanda-tanda-Nya. (Al-Mu’min: 81) Yakni bukti-bukti dan keterangan-keterangan yang menunjukkan akan kekuasaan-Nya di semua cakrawala dan juga dalam diri kalian sendiri,
{فَأَيَّ آيَاتِ اللَّهِ تُنْكِرُونَ}
maka tanda-tanda (kekuasaan) Allah manakah yang kamu ingkari? (Al-Mu’min: 81) Artinya, kamu tidak dapat mengingkari sesuatu pun dari tanda-tanda kekuasaan-Nya, kecuali jika kamu ingkar dan bersikap sombong.
Surat Al-Mumin |40:80|
وَلَكُمْ فِيهَا مَنَافِعُ وَلِتَبْلُغُوا عَلَيْهَا حَاجَةً فِي صُدُورِكُمْ وَعَلَيْهَا وَعَلَى الْفُلْكِ تُحْمَلُونَ
wa lakum fiihaa manaafi'u wa litablughuu 'alaihaa ḥaajatan fii shuduurikum wa 'alaihaa wa 'alal-fulki tuḥmaluun
Dan bagi kamu (ada lagi) manfaat-manfaat yang lain padanya (hewan ternak itu) dan agar kamu mencapai suatu keperluan (tujuan) yang tersimpan dalam hatimu (dengan mengendarainya). Dan dengan mengendarai binatang-binatang itu, dan di atas kapal mereka diangkut.
And for you therein are [other] benefits and that you may realize upon them a need which is in your breasts; and upon them and upon ships you are carried.
(Dan -ada lagi- manfaat-manfaat lain pada binatang ternak itu untuk kalian) yaitu berupa air susu, keturunan binatang ternak itu dan juga dari bulu-bulunya
(dan supaya kalian mencapai suatu keperluan yang tersimpan dalam hati) maksudnya, dapat kalian gunakan untuk mengangkut barang-barang ke berbagai negeri (dengan mengendarainya)
di daratan (dan dengan menaiki bahtera) yakni perahu melalui jalan laut (kalian dapat menaiki semuanya.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 80 |
penjelasan ada di ayat 79
Surat Al-Mumin |40:81|
وَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ فَأَيَّ آيَاتِ اللَّهِ تُنْكِرُونَ
wa yuriikum aayaatihii fa ayya aayaatillaahi tungkiruun
Dan Dia memperlihatkan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepadamu. Lalu tanda-tanda (kebesaran) Allah yang mana yang kamu ingkari?
And He shows you His signs. So which of the signs of Allah do you deny?
(Dan Dia memperlihatkan kepada kalian tanda-tanda-Nya; maka tanda-tanda Allah yang manakah) yakni tanda-tanda yang menunjukkan kepada keesaan-Nya (yang kalian ingkari)
Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna cemoohan. Disebutkan lafal Ayyun dalam bentuk Mudzakkar adalah lebih terkenal daripada bentuk Ta'nitsnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 81 |
penjelasan ada di ayat 79
Surat Al-Mumin |40:82|
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۚ كَانُوا أَكْثَرَ مِنْهُمْ وَأَشَدَّ قُوَّةً وَآثَارًا فِي الْأَرْضِ فَمَا أَغْنَىٰ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
a fa lam yasiiruu fil-ardhi fa yanzhuruu kaifa kaana 'aaqibatullażiina ming qoblihim, kaanuuu akṡaro min-hum wa asyadda quwwataw wa aaṡaaron fil-ardhi fa maaa aghnaa 'an-hum maa kaanuu yaksibuun
Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di bumi, lalu mereka memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka itu lebih banyak dan lebih hebat kekuatannya serta (lebih banyak) peninggalan-peninggalan peradabannya di bumi, maka apa yang mereka usahakan itu tidak dapat menolong mereka.
Have they not traveled through the land and observed how was the end of those before them? They were more numerous than themselves and greater in strength and in impression on the land, but they were not availed by what they used to earn.
(Maka apakah mereka tiada mengadakan perjalanan di muka bumi lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Adalah orang-orang yang sebelum mereka itu lebih hebat kekuatanny
a dan -lebih banyak- bekas-bekas mereka di muka bumi) seperti gedung-gedung dan bangunan-bangunan lainnya sebagai peninggalan mereka (maka apa yang mereka usahakan itu tidak dapat menolong mereka.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 82 |
Tafsir ayat 82-85
Allah Swt. menceritakan tentang umat-umat terdahulu yang mendustakan rasul-Nya, dan apa yang telah menimpa mereka berupa azab yang keras, padahal mereka adalah orang-orang yang kuat dan berpengaruh di muka bumi
dan mempunyai harta benda yang banyak serta kekayaan yang berlimpah. Akan tetapi, semuanya itu tidak memberikan manfaat barang sedikit pun kepada mereka dan tidak dapat menolak dari mereka barang sedikit pun
dari perintah (azab) Allah. Demikian itu karena ketika datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa keterangan-keterangan, bukti-bukti yang jelas, serta hujah-hujah yang pasti, mereka tidak mengindahkan
seruan para rasul itu dan tidak mau menerimanya, bahkan mereka merasa cukup dengan pengetahuan yang ada pada mereka dengan anggapan bahwa itu lebih baik daripada apa yang disampaikan oleh para rasul kepada mereka.
Mujahid mengatakan bahwa umat-umat terdahulu itu mengatakan, "Kami lebih mengetahui daripada mereka (para rasul itu), bahwa kami tidak akan dibangkitkan dan tidak akan diazab."
As-Saddi mengatakan bahwa mereka merasa senang dengan pengetahuan yang mereka miliki, padahal sikap mereka itu jahil (bodoh), maka ditimpalah mereka oleh azab Allah yang belum pernah mereka alami sebelumnya.
{وَحَاقَ بِهِمْ} أَيْ: أَحَاطَ بِهِمْ {مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ}
dan mereka dikepung oleh azab Allah yang selalu mereka perolok-olokkan itu. (Al-Mu’min: 83) Yakni azab yang dahulunya mereka dustakan dan mereka anggap mustahil akan terjadi.
{فَلَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا}
Maka tatkala mereka melihat azab Kami. (Al-Mu’min: 84) Yaitu di saat mereka menyaksikan terjadinya azab atas diri mereka dengan mata kepala mereka sendiri.
{قَالُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَحْدَهُ وَكَفَرْنَا بِمَا كُنَّا بِهِ مُشْرِكِينَ}
mereka berkata, "Kami beriman hanya kepada Allah saja dan kami kafir kepada sembahan-sembahan yang telah kami persekutukan dengan Allah.” (Al-Mu’min: 84) Pada saat itulah mereka mengesakan Allah Swt.
dan kafir kepada berhala-berhala, tetapi hal itu terjadinya sesudah nasi menjadi bubur dan tiada gunanya lagi alasan dan permintaan maaf. Seperti yang dikatakan oleh Fir'aun pada saat ia ditenggelamkan, yaitu:
{آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ}
Saya percaya bahwa tiada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah). (Yunus: 90) Maka dijawab oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{آلآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ}
Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. (Yunus: 91)
Yakni Allah tidak menerima imannya karena dia telah dikutuk oleh Musa a.s. saat Musa a.s. memohon kepada Allah Swt., dan permohonannya diperkenankan, yaitu:
{وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَلا يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ}
dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih. (Yunus: 88) Hal yang sama dikatakan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya dalam surat ini, yaitu:
{فَلَمْ يَكُ يَنْفَعُهُمْ إِيمَانُهُمْ لَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا سُنَّةَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ فِي عِبَادِهِ}
Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka melihat siksa Kami. Itulah sunnah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. (Al-Mu’min: 85) Demikianlah hukum Allah terhadap orang yang bertobat
kepada-Nya di saat ia menyaksikan azab. Yaitu bahwa Allah tidak mau menerima tobatnya. Karena itulah disebutkan di dalam sebuah hadis yang mengatakan:
"إِنَّ اللَّهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ"
Sesungguhnya Allah Swt. senantiasa menerima tobat hamba-(Nya) selama dia belum sekarat. Yakni apabila ia sekarat dan rohnya sampai di tenggorokan dan malaikat maut telah dilihatnya, maka pintu tobat sudah tertutup baginya saat itu. Karenanya disebutkanlah oleh firman-Nya:
{وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْكَافِرُونَ}
Dan di waktu itu binasalah orang-orang kafir. (Al-Mu’min: 85)
Surat Al-Mumin |40:83|
فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَرِحُوا بِمَا عِنْدَهُمْ مِنَ الْعِلْمِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
fa lammaa jaaa`at-hum rusuluhum bil-bayyinaati fariḥuu bimaa 'indahum minal-'ilmi wa ḥaaqo bihim maa kaanuu bihii yastahzi`uun
Maka ketika para rasul datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka merasa senang dengan ilmu yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh (azab) yang dahulu mereka memperolok-olokkannya.
And when their messengers came to them with clear proofs, they [merely] rejoiced in what they had of knowledge, but they were enveloped by what they used to ridicule.
(Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa keterangan-keterangan) yakni mukjizat-mukjizat yang nyata (mereka merasa senang)
orang-orang kafir itu (dengan apa yang ada pada mereka) yakni rasul-rasul itu (yaitu pengetahuan mereka) pengertian gembira di sini mengandung makna ejekan dan olok-olokan seraya ingkar
kepada apa yang didatangkan oleh para rasul itu (dan menimpalah) maksudnya, turunlah (kepada mereka apa yang selalu mereka perolok-olokkan itu) yaitu, azab Allah yang selalu mereka ejek itu.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 83 |
penjelasan ada di ayat 83
Surat Al-Mumin |40:84|
فَلَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا قَالُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَحْدَهُ وَكَفَرْنَا بِمَا كُنَّا بِهِ مُشْرِكِينَ
fa lammaa ro`au ba`sanaa, qooluuu aamannaa billaahi waḥdahuu wa kafarnaa bimaa kunnaa bihii musyrikiin
Maka ketika mereka melihat azab Kami, mereka berkata, "Kami hanya beriman kepada Allah saja dan kami ingkar kepada sembahan-sembahan yang telah kami sekutukan dengan Allah."
And when they saw Our punishment, they said," We believe in Allah alone and disbelieve in that which we used to associate with Him."
(Maka tatkala mereka melihat azab Kami) yakni betapa kerasnya azab Kami (mereka berkata, "Kami beriman hanya kepada Allah saja, dan kami kafir kepada sesembahan-sesembahan yang telah kami mempersekutukannya dengan Allah.")
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 84 |
penjelasan ada di ayat 83
Surat Al-Mumin |40:85|
فَلَمْ يَكُ يَنْفَعُهُمْ إِيمَانُهُمْ لَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا ۖ سُنَّتَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ فِي عِبَادِهِ ۖ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْكَافِرُونَ
fa lam yaku yanfa'uhum iimaanuhum lammaa ro`au ba`sanaa, sunnatallohillatii qod kholat fii 'ibaadih, wa khosiro hunaalikal-kaafiruun
Maka iman mereka ketika mereka telah melihat azab Kami tidak berguna lagi bagi mereka. Itulah (ketentuan) Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan ketika itu rugilah orang-orang kafir.
But never did their faith benefit them once they saw Our punishment. [It is] the established way of Allah which has preceded among His servants. And the disbelievers thereupon lost [all].
(Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa Kami. Itulah sunah Allah) dinashabkannya lafal Sunnatallaahi karena menjadi Mashdar dari Fi'il yang diperkirakan keberadaannya,
dan Fi'il tersebut diambil dari lafalnya (yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya) yaitu pada semua umat, bahwasanya iman tiada gunanya apabila timbul di kala azab turun.
(Dan di waktu itu merugilah orang-orang kafir) yakni jelaslah kerugian mereka; masing-masing di antara mereka mengalami kerugian yang nyata; dan memang sebelum itu pun mereka adalah orang-orang yang merugi.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mumin | 40 : 85 |
penjelasan ada di ayat 83
Surat Fussilat |41:1|
حم
ḥaa miiim
Ha Mim.
Ha, Meem.
(Haa Miim) hanya Allah saja yang mengetahui arti dan maksudnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Fussilat | 41 : 1 |
Tafsir ayat 1-5
Firman Allah Swt.:
حم تَنزيلٌ مِنَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ}
Ha Mim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Fushshilat: 1-2) Artinya, Al-Qur'an ini diturunkan dari sisi Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{قُلْ نزلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ}
Katakanlah, "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar.” (An-Nahl: 102) Dan firman Allah Swt.:
{وَإِنَّهُ لَتَنزيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ نزلَ بِهِ الرُّوحُ الأمِينُ عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ}
Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan. (Asy-Syu'ara 192-194) Adapun firman Allah Swt.:
{كِتَابٌ فُصِّلَتْ آيَاتُهُ}
Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya. (Fushshilat: 3) Yakni dijelaskan makna-maknanya dan dikuatkan hukum-hukumnya.
{قُرْآنًا عَرَبِيًّا}
yakni bacaan dalam bahasa Arab. (Fushshilat: 3) Al-Qur'an itu selain sebagai bacaan yang berbahasa Arab yang jelas dan terang, makna-maknanya dan lafaz-lafaznya juga jelas, tidak musykil (tidak sulit). Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ}
(inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara rinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Mahabijaksana lagi Mahatahu. (Hiid: 1) Yakni Al-Qur'an itu mengandung mukjizat lafaz dan maknanya.
{لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلا مِنْ خَلْفِهِ تَنزيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ}
Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur'an) kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji. (Fushshilat: 42) Adapun firman Allah Swt.:
{لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ}
untuk kaum yang mengetahui. (Fushshilat: 3) Yakni sesungguhnya orang yang mengetahui keterangan dan penjelasan ini hanyalah para ulama yang mendalam ilmunya.
{بَشِيرًا وَنَذِيرًا}
yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan. (Fushshilat: 4) Maksudnya, adakalanya membawa berita gembira bagi orang-orang mukmin dan adakalanya membawa peringatan bagi orang-orang kafir.
{فَأَعْرَضَ أَكْثَرُهُمْ فَهُمْ لَا يَسْمَعُونَ}
tetapi kebanyakan mereka berpaling (darinya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan. (Fushshilat: 4) Yaitu kebanyakan kaum Quraisy tidak memahami sedikit pun darinya (Al-Qur'an), padahal Al-Qur'an jelas dan gamblang.
{وَقَالُوا قُلُوبُنَا فِي أَكِنَّةٍ}
Mereka berkata, "Hati kami berada dalam tutupan.” (Fushshilat: 5) Yaitu dalam keadaan terlapisi oleh penutup.
{مِمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ وَفِي آذَانِنَا وَقْرٌ}
(yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan. (Fushshilat: 5) Maksudnya tuli, tidak dapat mendengarkan apa yang engkau sampaikan kepada kami.
{وَمِنْ بَيْنِنَا وَبَيْنِكَ حِجَابٌ}
dan di antara kami dan kamu ada dinding. (Fushshilat: 5) yang menghalang-halangi apa yang kamu katakan kepada kami, maka tiada sesuatu pun darinya yang sampai kepada kami.
{فَاعْمَلْ إِنَّنَا عَامِلُونَ}
maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula). (Fushshilat: 5) Yakni bekerjalah kamu menurut caramu, kami pun akan bekerja menurut cara kami, kami tidak akan mengikutimu. Imamul Alim Abdu ibnu Humaid di dalam kitab musnadnya mengatakan:
حَدَّثَنِي ابْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِر عَنِ الْأَجْلَحِ، عَنِ الذَّيَّال بْنِ حَرْمَلة الْأَسَدِيِّ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: اجْتَمَعَتْ قُرَيْشٌ يَوْمًا فَقَالُوا: انْظُرُوا أعْلَمكم بِالسِّحْرِ وَالْكِهَانَةِ وَالشِّعْرِ، فَلْيَأْتِ هَذَا الرَّجُلَ الَّذِي قَدْ فَرَّقَ جَمَاعَتَنَا، وَشَتَّتَ أَمْرَنَا، وَعَابَ دِينَنَا، فَلْيُكَلِّمْهُ وَلْنَنْظُرْ مَاذَا يَرُدُّ عَلَيْهِ؟ فَقَالُوا: مَا نَعْلَمُ أَحَدًا غَيْرَ عتبة ابن رَبِيعَةَ. فَقَالُوا: أَنْتَ يَا أَبَا الْوَلِيدِ. فَأَتَاهُ عُتْبَةُ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، أَنْتَ خَيْرٌ أَمْ عَبْدُ اللَّهِ؟ فَسَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: أَنْتَ خَيْرٌ أَمْ عَبْدُ الْمُطَّلِبِ؟ فَسَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: فَإِنْ كُنْتَ تَزْعُمُ أَنَّ هَؤُلَاءِ خَيْرٌ مِنْكَ، فَقَدْ عَبَدُوا الْآلِهَةَ الَّتِي عِبْتَ، وَإِنْ كُنْتَ تَزْعُمُ أَنَّكَ خَيْرٌ مِنْهُمْ فَتَكَلَّمْ حتى نسمع قَوْلَكَ، إِنَّا وَاللَّهِ مَا رَأَيْنَا سَخْلةً قَطُّ أَشْأَمَ عَلَى قَوْمِكَ (1) مِنْكَ؛ فَرَّقْتَ جَمَاعَتَنَا، وَشَتَّتَّ أَمْرَنَا، وَعِبْتَ دِينَنَا، وَفَضَحْتَنَا فِي الْعَرَبِ، حَتَّى لَقَدْ طَارَ فِيهِمْ أَنَّ فِي قُرَيْشٍ سَاحِرًا، وَأَنَّ فِي قُرَيْشٍ كَاهِنًا! وَاللَّهِ مَا نَنْظُرُ (2) إِلَّا مِثْلَ صَيْحَةِ الحُبْلى أَنْ يَقُومَ بَعْضُنَا إِلَى (3) بَعْضٍ بِالسُّيُوفِ، حَتَّى نَتَفَانَى! أَيُّهَا الرَّجُلُ، إِنْ كَانَ إِنَّمَا بِكَ الْحَاجَةُ جَمَعْنَا لَكَ حَتَّى تَكُونَ أَغْنَى قُرَيْشٍ رَجُلًا (4) وَإِنْ كَانَ إِنَّمَا بِكَ الْبَاءَةُ فَاخْتَرْ أَيَّ نِسَاءِ قُرَيْشٍ [شِئْتَ] فَلْنُزَوِّجْكَ عَشْرًا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "فَرَغْتَ؟ " قَالَ: نَعَمْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {بِسْمِ الله الرحمن الرحيم. حم. تَنزيلٌ مِنَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} حَتَّى بَلَغَ: {فَإِنْ أَعْرَضُوا فَقُلْ أَنْذَرْتُكُمْ صَاعِقَةً مِثْلَ صَاعِقَةِ عَادٍ وَثَمُودَ} فَقَالَ عُتْبَةُ: حَسْبُكَ! حَسْبُكَ! مَا عِنْدَكَ غَيْرُ هَذَا؟ قَالَ: "لَا" فَرَجَعَ إِلَى قُرَيْشٍ فَقَالُوا: مَا وَرَاءَكَ؟ قَالَ: مَا تَرَكْتُ شَيْئًا أَرَى أَنَّكُمْ تُكَلِّمُونَهُ بِهِ إِلَّا كَلَّمْتُهُ. قَالُوا: فَهَلْ أَجَابَكَ؟ [قَالَ: نَعَمْ، قَالُوا: فَمَا قَالَ؟] قَالَ: لَا وَالَّذِي نَصَبَهَا بَنيَّةً مَا فَهِمْتُ شَيْئًا مِمَّا قَالَ، غَيْرَ أَنَّهُ أَنْذَرَكُمْ صَاعِقَةً مِثْلَ صَاعِقَةِ عَادٍ وَثَمُودَ. قَالُوا: وَيْلَكَ! يُكَلِّمُكَ الرَّجُلُ بِالْعَرَبِيَّةِ مَا تَدْرِي مَا قَالَ؟! قَالَ: لَا وَاللَّهِ مَا فَهِمْتُ شَيْئًا مِمَّا قَالَ غَيْرَ ذِكْرِ الصَّاعِقَةِ.
telah menceritakan kepadaku Ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Misar, dari Al-Ajlah, dari Az-Zayyal ibnu Harmalah Al-Asadi, dari Jabir ibnu Abdullah r.a. yang telah menceritakan bahwa pada suatu hari
orang-orang Quraisy berkumpul, lalu mereka mengatakan, "Carilah oarng yang paling pandai di antara kalian mengenai ilmu sihir, tenung, dan syair, lalu suruh dia mendatangi lelaki ini (maksudnya Nabi Saw.) yang telah memecah belah
persatuan kita dan mengacaukan urusan kita serta mencela agama kita. Hendaklah ia berbicara dengannya dan kita akan melihat apa yang akan dikatakan lelaki itu." Sebagian dari mereka menjawab, "Kami tidak mengetahui seseorang
yang menguasai hal itu selain dari Atabah ibnu Rabi'ah." Lalu mereka berkata, "Engkaulah yang maju, hai Abul Walid (nama panggilan Atabah)." Lalu Atabah mendatangi Nabi Saw. dan berkata kepadanya, "Hai Muhammad,
engkaukah yang lebih baik ataukah Abdullah (maksudnya ayah beliau)?" Nabi Saw. diam, lalu Atabah bertanya lagi, "Engkaukah yang lebih baik ataukah Abdul Muttalib?" Rasulullah Saw. diam, dan Atabah berkata,
"Jika engkau mengira bahwa mereka lebih baik daripada kamu, maka sesungguhnya mereka telah menyembah sembah-sembahan yang kamu cela. Dan jika engkau mengira bahwa dirimu lebih baik daripada mereka,
maka berbicaralah agar kami dapat mendengar pendapatmu. Sesungguhnya kami, demi Tuhan, belum pernah melihat seekor anak kambing pun yang dianggap lebih membawa kesialan oleh kaummu selain dari kamu sendiri.
Engkau telah memecah belah persatuan kami dan mengacaukan urusan kami; engkau cela agama kami dan engkau permalukan kami di mata semua orang Arab, hingga telah tersiar di kalangan mereka bahwa di kalangan Quraisy
terdapat seorang ahli sihir, dan di kalangan orang Quraisy terdapat seorang ahli tenung (tukang meramal). Demi Allah, tiada yang kami tunggu selain pecahnya bisul yang berakibat sebagian dari kami menyerang sebagian yang lainnya
hingga saling membunuh. Hai laki-laki, jika engkau memang mempunyai suatu keperluan, kami sanggup menghimpun dana untukmu hingga kamu nanti menjadi orang Quraisy yang paling kaya tanpa saingan. Dan jika sesungguhnya
kamu mempunyai keinginan untuk kawin, maka pilihlah wanita Quraisy yang manakah yang kamu sukai, maka kami akan mengawinkanmu dengan sepuluh orang wanita dari mereka." Maka Rasulullah Saw. balik bertanya,
"Sudah selesaikah kamu?" Atabah menjawab, "Ya." Lalu Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Ha Mim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
(Fushshilat: 1-2) sampai dengan firman-Nya: Jika mereka berpaling, maka katakanlah, "Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum 'Ad dan kaum Tsamud.”(Fushshilat: 13) Maka Atabah berkata,
"Cukup, cukup, apakah engkau tidak mempunyai yang lain?" Rasulullah Saw. menjawab, "Tidak." Kemudian Atabah kembali kepada orang-orang Quraisy, lalu mereka bertanya, "Bagaimanakah hasilmu?" Atabah menjawab,
"Tiada suatu hal pun yang ingin kalian bicarakan dengannya melainkan telah kukemukakan kepadanya." Mereka bertanya, "Apakah dia menjawabmu?" Atabah menjawab, "Ya, tidak, demi yang telah membuat sembah-sembahan ini
dengan keyakinan, aku tidak dapat memahami sesuatu pun dari apa yang diucapkannya, hanya dia memperingatkan kepada kalian akan adanya petir seperti petir yang telah menimpa kaum ' Ad dan kaum Tsamud." Mereka berkata,
"Celakalah kamu ini, bukankah lelaki itu berbicara denganmu memakai bahasa Arab, lalu kami tidak memahami apa yang dikatakannya?" Atabah menjawab, "Tidak, demi Allah, aku tidak memahami sesuatu pun
dari apa yang telah diucapkannya selain penyebutan adanya sa'iqah (petir) itu." Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli di dalam kitab musnadnya melalui Abu Bakar ibnu Abu Syaibah berikut sanadnya
yang semisal dengan sanad hadis di atas. Imam Al-Bagawi telah mengetengahkan hadis ini di dalam kitab tafsirnya berikut sanadnya melalui Muhammad ibnu Fudail. dari Al-Ajlah alias Ibnu Abdullah Al-Kindi Al-Kufi yang berpredikat
sedikit daif, dari Az-Zayyal ibnu Harmalah, dari Jabir ibnu Abdullah r.a. Lalu disebutkan hadis yang semisal sampai dengan firman-Nya: Jika mereka berpaling, maka katakanlah, "Aku telah memperingatkan kamu dengan petir,
seperti petir yang menimpa kaum 'Addan kaum Tsamud.” (Fushshilat: 13) Kemudian Atabah menutupkan tangannya ke mulut Rasulullah Saw. seraya memohon kepadanya demi pertalian rahim (persaudaraan) yang ada di antara keduanya.
Lalu Atabah kembali ke rumah keluarganya dan tidak pergi ke tempat orang-orang Quraisy serta mengurung dirinya. Maka Abu Jahal berkata, "Hai golongan orang-orang Quraisy, demi Allah, kita tidak memandang Atabah melainkan
dia telah masuk agama baru bergabung dengan Muhammad, rupanya makanan Muhammad telah memikatnya. Dan itu tiada lain karena dia sedang dilanda kesengsaraan. Maka marilah kita pergi menemuinya." Abu Jahal
membuka pembicaraan, "Hai Atabah, mengapa engkau tidak melapor kepada kami hingga kami tidak mempunyai pandangan lain kecuali engkau telah bergabung dengan Muhammad memeluk agama baru dan kamu terpikat oleh makanannya.
Maka jika engkau memang sedang dilanda kesengsaraan, kami akan mengumpulkan dana untukmu dari harta kami sehingga engkau tidak perlu lagi kepada makanan (jamuan) Muhammad." Mendengar ucapan itu Atabah marah besar
dan bersumpah bahwa dia tidak mau bicara lagi dengan Muhammad untuk selamanya, lalu ia mengatakan, "Demi Allah, kalian telah mengetahui bahwa diriku ini termasuk orang Quraisy yang paling banyak memiliki harta.
Pada mulanya aku datang kepadanya dan kukatakan kepadanya semua yang ingin kalian bicarakan kepadanya. Maka dia menjawabku dengan sesuatu yang demi Allah, ia bukanlah syair, bukan tenung, bukan pula sihir.
Dia membaca firman-Nya: Jika mereka berpaling, maka katakanlah, "Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum Ad dan kaum Tsamud.”(Fushshilat: 13) Lalu aku tutup mulutnya dengan tanganku
dan aku memohon kepadanya —demi pertalian silaturahim yang ada— agar diam. Dan tentu kalian sudah mengetahui bahwa Muhammad itu apabila berbicara tidak pernah dusta, maka aku merasa takut bila memang benar
akan diturunkan kepadamu azab." Teks hadis ini mirip dengan teks hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan Abu Ya'la, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Kisah ini telah diriwayatkan pula oleh Imam Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar
di dalam Kitabus Sirah-nya, tetapi dengan penyajian yang berbeda. Dia mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yazid ibnu Ziyad, dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar
Atabah ibnu Rabi'ah yang termasuk penghulu kaumnya pada suatu hari duduk di tempat perkumpulan orang-orang Quraisy (klub mereka), sedangkan Rasulullah Saw. saat itu sedang duduk di dalam Masjidil Haram sendirian,
Atabah mengatakan, "Hai golongan orang-orang Quraisy, bolehkan aku bangkit menuju kepada Muhammad, aku akan berbicara kepadanya dan menawarkan kepadanya beberapa perkara, barangkali dia mau menerima sebagiannya,
lalu kita berikan kepadanya dan dia menahan dirinya tidak mengganggu kita lagi?" Peristiwa ini terjadi di saat Hamzah r.a. telah masuk Islam, dan orang-orang Quraisy menyaksikan bahwa sahabat Rasulullah Saw.
kian bertambah banyak dan Islam semakin pesat kemajuannya. Mereka menjawab, "Benar engkau, hai Abul Walid. Bangkitlah engkau kepadanya dan berbicaralah dengannya." Atabah bangkit menuju ke tempat Rasulullah Saw.
berada, lalu duduk di dekatnya dan membuka pembicaraan, "Hai anak saudaraku, sesungguhnya engkau adalah dari kalangan kami, saya mengetahui bahwa engkau dari keturunan yang terpandang dan terhormat
dalam nasab lagi mempunyai kedudukan. Dan sesungguhnya engkau telah mendatangkan kepada kaummu suatu perkara yang besar (meresahkan) sehingga berakibat engkau cerai beraikan persatuan mereka,
engkau nilai bodoh orang-orang pandai mereka, dan engkau cela sembah-sembahan mereka dan juga agama mereka. Ini berarti engkau mengingkari agama nenek moyang mereka yang terdahulu. Maka dengarkanlah dariku,
aku akan menawarkan kepadamu beberapa perkara yang sebaiknya engkau mempertimbangkannya terlebih dahulu, barangkali saja kamu mau menerima sebagian darinya." Maka Rasulullah Saw. menjawab, "Katakanlah, hai Abul Walid,
aku akan mendengarmu." Atabah berkata, "Hai anak saudaraku, jika sesungguhnya engkau menginginkan di balik apa yang engkau sampaikan dari urusanmu itu sejumlah harta yang banyak, maka kami akan menghimpunkannya untukmu
dari harta kami hingga engkau menjadi orang yang paling banyak hartanya di kalangan kami. Dan jika engkau di balik itu menginginkan kedudukan yang terhormat, maka kami akan menjadikanmu sebagai orang yang berkuasa
di kalangan kami, dan kami tidak berani memutuskan suatu perkara pun tanpa seizinmu. Jika di balik itu engkau menginginkan kerajaan, maka kami akan mengangkatmu menjadi raja kami. Dan jika apa yang datang kepadamu
itu merupakan gangguan kejiwaan yang selalu membayang-bayangimu, sedangkan kamu tidak mampu menolaknya dan mengusirnya dari dalam jiwamu, maka kami akan mencarikan para tabib untuk menyembuhkanmu,
dan kami akan membelanjakan semua harta kami untuk pengobatan ini hingga kami dapat menjadikanmu sembuh. Karena sesungguhnya adakalanya orang yang kesurupan itu dapat dikalahkan oleh yang merasukinya hingga ia
memerlukan pengobatan dari pihak luar yang akan mengusirnya," atau kalimat lain yang semisal. Setelah Atabah selesai dari mengutarakan maksudnya yang semuanya itu didengar oleh Rasulullah Saw., lalu Rasulullah Saw. bertanya,
"Sudah selesaikah engkau, hai Abul Walid, dari maksudmu?" Atabah menjawab, "Ya." Lalu Rasulullah Saw. bersabda, "Sekarang dengarkanlah diriku." Atabah mengatakan, "Lakukanlah." Rasulullah Saw. membaca firman-Nya:
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Hd Mim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab,
untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira, dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (darinya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan. (Fushshilat: 1-4)
Kemudian Rasulullah Saw. melanjutkan bacaannya. Dan ketika Atabah mendengarkannya, maka ia diam mendengar dengan penuh perhatian, lalu meletakkan kedua tangannya ke belakang punggunya seraya bersandar
pada kedua tangannya sambil mendengarkan bacaan Rasulullah Saw. hingga bacaan beliau sampai pada ayat sajdah yang ada padanya, lalu melakukan sujud tilawah. Sesudah itu beliau Saw. bersabda, "Hai Abul Walid,
sekarang engkau telah mendengarkan apa yang barusan kamu dengar, maka terserah engkau begaimanakah penilaianmu terhadapnya." Maka Atabah bangkit menuju tempat teman-temannya, dan sebagian dari mereka
berkata kepada sebagian yang lain, "Kita bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya Abul Walid datang kepada kalian dengan roman muka yang berbeda dengan saat ia pergi menemuinya." Setelah Abul Walid bergabung
duduk dengan teman-temannya, lalu mereka bertanya, "Hai Abul Walid, bagaimanakah hasilmu?" Atabah menjawab, "Hasil yang kudapat ialah aku telah mendengar suatu ucapan yang demi Allah aku belum pernah mendengar
hal yang semisal dengannya. Demi Allah, itu bukanlah sihir, bukan syair, bukan pula tenung. Hai orang-orang Quraisy, turutilah perkataanku ini, dan dengarkanlah saranku ini. Biarkanlah antara lelaki ini (Nabi Saw. maksudnya)
dengan apa yang menjadi urusannya, asingkanlah saja dia, sesungguhnya akan terjadi suatu berita besar dari ucapannya yang telah kamu dengar ini. Jika dia dapat dikalahkan oleh orang-orang Arab (selain kalian),
berarti kalian telah terhindar dari gangguannya melalui orang-orang selain kalian. Dan jika dia beroleh kemenangan atas orang-orang Arab, berarti kemenangannya adalah kemenangan kalian juga, kejayaannya adalah kejayaan kalian juga
dan kalian akan menjadi orang-orang yang paling berbahagia karena memilikinya." Orang-orang Quraisy berkata, "Dia telah menyihirmu, demi Allah, hai Abul Walid, melalui lisannya." Atabah menjawab, "Ini hanyalah pendapatku
tentangnya, maka lakukanlah oleh kalian apa yang kalian pandang baik." Teks hadis ini mirip dengan hadis yang sebelumnya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Surat Fussilat |41:2|
تَنْزِيلٌ مِنَ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
tanziilum minar-roḥmaanir-roḥiim
(Al-Qur´an ini) diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
[This is] a revelation from the Entirely Merciful, the Especially Merciful -
(Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang) kalimat ayat ini berkedudukan menjadi Mubtada.
Tafsir Ibnu Katsir | Fussilat | 41 : 2 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Fussilat |41:3|
كِتَابٌ فُصِّلَتْ آيَاتُهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
kitaabun fushshilat aayaatuhuu qur`aanan 'arobiyyal liqoumiy ya'lamuun
Kitab yang ayat-ayatnya dijelaskan, bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui,
A Book whose verses have been detailed, an Arabic Qur'an for a people who know,
(Kitab) lafal ayat ini menjadi Khabar Mubtada (yang dijelaskan ayat-ayatnya) maksudnya, dijelaskan di dalamnya hukum-hukum, kisah-kisah dan nasihat-nasihat
(yakni bacaan dalam bahasa Arab) lafal Qur-aanan berikut sifatnya menjadi Haal atau kata keterangan keadaan dari lafal Kitaabun (untuk kaum)
berta'alluq kepada lafal Fushshilat (yang mengetahui) artinya, bagi mereka yang mengerti, yaitu orang-orang Arab.
Tafsir Ibnu Katsir | Fussilat | 41 : 3 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Fussilat |41:4|
بَشِيرًا وَنَذِيرًا فَأَعْرَضَ أَكْثَرُهُمْ فَهُمْ لَا يَسْمَعُونَ
basyiirow wa nażiiroo, fa a'rodho akṡaruhum fa hum laa yasma'uun
yang membawa berita gembira dan peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (darinya) serta tidak mendengarkan.
As a giver of good tidings and a warner; but most of them turn away, so they do not hear.
(Yang membawa berita gembira) menjadi sifat dari lafal Qur-aanan (dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling darinya maka mereka tidak mau mendengarkan)
dengan pendengaran yang terdorong oleh perasaan mau menerima apa yang didengarnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Fussilat | 41 : 4 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Fussilat |41:5|
وَقَالُوا قُلُوبُنَا فِي أَكِنَّةٍ مِمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ وَفِي آذَانِنَا وَقْرٌ وَمِنْ بَيْنِنَا وَبَيْنِكَ حِجَابٌ فَاعْمَلْ إِنَّنَا عَامِلُونَ
wa qooluu quluubunaa fiii akinnatim mimmaa tad'uunaaa ilaihi wa fiii aażaaninaa waqruw wa mim baininaa wa bainika ḥijaabun fa'mal innanaa 'aamiluun
Dan mereka berkata, "Hati kami sudah tertutup dari apa yang engkau seru kami kepadanya dan telinga kami sudah tersumbat, dan di antara kami dan engkau ada dinding, karena itu lakukanlah (sesuai kehendakmu), sesungguhnya kami akan melakukan (sesuai kehendak kami)."
And they say, "Our hearts are within coverings from that to which you invite us, and in our ears is deafness, and between us and you is a partition, so work; indeed, we are working."
(Mereka berkata) kepada Nabi saw., ("Hati kami berada dalam tutupan) tertutup dari (apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan) yakni penutup
(dan di antara kami dan kamu ada dinding) pemisah dalam masalah agama (maka bekerjalah kamu) sesuai dengan tuntunan agamamu (sesungguhnya kami bekerja pula") sesuai dengan tuntunan agama kami.
Tafsir Ibnu Katsir | Fussilat | 41 : 5 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Fussilat |41:6|
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ ۗ وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِينَ
qul innamaaa ana basyarum miṡlukum yuuḥaaa ilayya annamaaa ilaahukum ilaahuw waaḥidun fastaqiimuuu ilaihi wastaghfiruuh, wa wailul lil-musyrikiin
Katakanlah (Muhammad), "Aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu tetaplah kamu (beribadah) kepada-Nya dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Dan celakalah bagi orang-orang yang menyekutukan-(Nya),
Say, O [Muhammad], "I am only a man like you to whom it has been revealed that your god is but one God; so take a straight course to Him and seek His forgiveness." And woe to those who associate others with Allah -
(Katakanlah, "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kalian, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya)
yakni dengan beriman dan taat kepada-Nya (dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan yang besarlah) lafal Al-Wail ini merupakan kalimat azab (bagi orang-orang yang musyrik.)
Tafsir Ibnu Katsir | Fussilat | 41 : 6 |
Tafsir ayat 6-8
Firman Allah Swt.:
{قُلْ}
Katakanlah. (Fushshilat :6) hai Muhammad, kepada orang-orang yang mendustakan lagi musyrik itu.
{إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ}
Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. (Fushshilat: 6)
tidak seperti berhala-berhala, sekutu-sekutu, dan tuhan-tuhan yang berbeda-beda yang kalian sembah-sembah itu. Sesungguhnya yang wajib disembah itu hanyalah Allah Tuhan Yang Maha Esa.
{فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ}
maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya. (Fushshilat: 6) Yakni murnikanlah penyembahanmu itu hanya kepada-Nya sesuai dengan apa yang diperintahkan-Nya kepada kalian melalui lisan rasul-rasul-Nya,
{وَاسْتَغْفِرُوهُ}
dan mohonlah ampun kepada-Nya. (Fushshilat: 6) untuk dosa-dosamu di masa yang silam.
{وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِينَ}
Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-(Nya). (Fushshilat: 6) Yaitu kebinasaan dan kehancuran bagi mereka.
{الَّذِينَ لَا يُؤْتُونَ الزَّكَاةَ}
(yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat. (Fushshilat: 7) Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., bahwa makna yang dimaksud ialah orang-orang yang tidak bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Allah. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah. Ayat ini semakna dengan firman-Nya:
{قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا}
sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Asy-Syams: 9-10)
{قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى}
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia salat. (Al-A'la: 14-15) Dan seperti firman Allah Swt.:
{فَقُلْ هَلْ لَكَ إِلَى أَنْ تَزَكَّى}
dan katakanlah (kepada Fir'aun), "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)." (An-Nazi'at: 18) Makna yang dimaksud dengan zakat dalam ayat ini ialah kesucian jiwa dari akhlak yang tercela,
dan yang terpenting darinya ialah membersihkan jiwa dari kemusyrikan. Sesungguhnya zakat harta itu dinamakan dengan istilah zakat karena ia membersihkan harta dari keharaman, dan akan menjadi penyebab bagi bertambahnya berkah
dan banyaknya manfaat serta menjadi pendorong untuk menggunakannya ke jalan-jalan ketaatan. As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang
yang mempersekutukan-(Nya), (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat. (Fushshilat: 6-7) Yakni tidak menunaikan zakat hartanya. Mu'awiyah ibnu Qurrah mengatakan bahwa mereka bukanlah termasuk ahli zakat,
yang terkena taklif menunaikan zakat. Qatadah mengatakan bahwa mereka menolak, tidak mau mengeluarkan zakat harta mereka. Inilah makna yang banyak dianut oleh kebanyakan ulama tafsir, dan dipilih oleh Ibnu Jarir.
Tetapi pendapat ini masih diragukan, karena sesungguhnya kewajiban zakat itu hanya baru ditetapkan sejak tahun kedua Hijriah, menurut keterangan yang dikemukakan bukan hanya oleh seorang saja dari kalangan ulama.
Dan bahwa ayat ini Makkiyyah, kecuali jika dikatakan bahwa tidaklah mustahil bila hukum asal sedekah dan zakat telah diperintahkan sejak permulaan masa kerasulan, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
{وَآتُوا حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ}
dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan di keluarkan zakatnya). (Al-An'am: 141) Adapun mengenai zakat yang mempunyai nisab dan takaran, sesungguhnya ia hanya baru dijelaskan perkaranya ketika di Madinah.
Dengan demikian, berarti pendapat ini menggabungkan di antara dua pendapat sebagaimana dalam masalah salat. Pada mulanya salat itu diwajibkan sebelum matahari terbit dan sebelum matahari terbenam,
ini dalam permulaan masa kerasulan. Dan ketika Isra dilakukan oleh Nabi Saw. dua tahun setengah sebelum masa hijrah, Allah memfardukan kepada Rasul-Nya salat lima waktu, dan perincian mengenai persyaratan, rukun-rukunnya,
dan hal-hal yang berkaitan dengannya diterangkan sesudah itu setahap demi setahap; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Kemudian Allah Swt. berfirman dalam ayat selanjutnya:
{إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ}
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka mendapat pahala yang tiada putus-putusnya. (Fushshilat:8) Mujahid dan lain-lainnya mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah
pahala yang tiada putusnya dan tiada hentinya. Semakna dengan apa yang telah disebutkan dalam firman-Nya:
{مَاكِثِينَ فِيهِ أَبَدًا}
mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya. (Al-Kahfi: 3) Dan firman Allah Swt.:
{عَطَاءً غَيْرَ مَجْذُوذٍ}
sebagai karunia yang tiada putus-putusnya. (Hud: 108) As-Saddi mengatakan, yakni pahala yang tiada putus-putusnya dicurahkan kepada mereka. Tetapi pendapat ini disanggah oleh sebagian imam yang mengatakan bahwa
sesungguhnya Allah-lah yang memberi karunia kepada penghuni surga (bukan karena balasan amal perbuatan baik mereka). Allah Swt. telah berfirman:
{بَلِ اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلإيمَانِ}
sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan. (Al-Hujurat: 17) Dan firman Allah Swt. kepada penghuni surga:
{فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ}
Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka. (At-Thur: 27) Dan Rasulullah Saw. telah bersabda:
"إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ"
terkecuali jika Allah melimpahkan kepadaku rahmat dan karunia dari-Nya.
Surat Fussilat |41:7|
الَّذِينَ لَا يُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ بِالْآخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ
allażiina laa yu`tuunaz-zakaata wa hum bil-aakhiroti hum kaafiruun
(yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka ingkar terhadap kehidupan akhirat.
Those who do not give zakah, and in the Hereafter they are disbelievers.
(Yaitu orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kepada kehidupan akhirat benar-benar mereka) Hum yang kedua ini mengandung makna mengukuhkan lafal Hum yang pertama (kafir.)
Tafsir Ibnu Katsir | Fussilat | 41 : 7 |
penjelasan ada di ayat 6
Surat Fussilat |41:8|
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ
innallażiina aamanuu wa 'amilush-shooliḥaati lahum ajrun ghoiru mamnuun
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya."
Indeed, those who believe and do righteous deeds - for them is a reward uninterrupted.
(Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh mereka mendapat pahala yang tiada putus-putusnya") tanpa henti-hentinya.
Tafsir Ibnu Katsir | Fussilat | 41 : 8 |
penjelasan ada di ayat 6
Surat Fussilat |41:9|
قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَنْدَادًا ۚ ذَٰلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ
qul a innakum latakfuruuna billażii kholaqol-ardho fii yaumaini wa taj'aluuna lahuuu andaadaa, żaalika robbul-'aalamiin
Katakanlah, "Pantaskah kamu ingkar kepada Tuhan yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan pula sekutu-sekutu bagi-Nya? Itulah Tuhan seluruh alam."
Say, "Do you indeed disbelieve in He who created the earth in two days and attribute to Him equals? That is the Lord of the worlds."
(Katakanlah, "Sesungguhnya patutkah kalian) kedua huruf Hamzah pada lafal A-innakum dapat dibaca Tahqiq dan dapat pula dibaca Tas-hil
(kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua hari) yaitu hari Ahad dan hari Senin (dan kalian adakan sekutu-sekutu bagi-Nya") tandingan-tandingan bagi-Nya.
(Yang bersifat demikian itulah Rabb) yakni pemilik (semesta alam) lafal Al-Aalamiina adalah bentuk jamak dari lafal Aalamun, maksudnya adalah segala sesuatu yang selain Allah.
Kemudian dijamakkan mengingat jenisnya yang bermacam-macam, dan jamak di sini memakai Ya dan Nun karena memprioritaskan makhluk yang berakal.
Tafsir Ibnu Katsir | Fussilat | 41 : 9 |
Tafsir ayat 9-12
Ini merupakan keingkaran dari Allah Swt. terhadap orang-orang musyrik, yaitu mereka yang menyembah selain-Nya di samping Dia, padahal Allah-lah Yang menciptakan segala sesuatu, Yang Maha Mengalahkan segala sesuatu, Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الأرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَنْدَادًا}
Katakanlah, "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?” (Fushshilat: 9) Yakni kamu membuat-buat tandingan dan sekutu yang kalian sembah bersama dengan Allah Swt.
{ذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ}
Yang demikian itulah Tuhan semesta alam. (Fushshilat: 9) Yaitu Yang menciptakan segala sesuatu itu adalah Tuhan semesta alam. Dalam ayat ini terkandung perincian dari apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ}
Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. (Yunus: 3) Dalam ayat ini diperincikan hal-hal yang berkaitan dengan penciptaan bumi secara terpisah dari hal-hal yang berkaitan dengan penciptaan langit.
Disebutkan bahwa pada mulanya Allah menciptakan bumi karena bumi bagaikan fondasi, dan untuk membangun sesuatu itu dimulai dari fondasinya dahulu, setelah itu baru atap, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya:
{هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ}
Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. (Al-Baqarah: 29), hingga akhir ayat. Adapun mengenai firman Allah Swt. yang menyebutkan:
{أَأَنْتُمْ أَشَدُّ خَلْقًا أَمِ السَّمَاءُ بَنَاهَا رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوَّاهَا وَأَغْطَشَ لَيْلَهَا وَأَخْرَجَ ضُحَاهَا وَالأرْضَ بَعْدَ ذَلِكَ دَحَاهَا أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءَهَا وَمَرْعَاهَا وَالْجِبَالَ أَرْسَاهَا مَتَاعًا لَكُمْ وَلأنْعَامِكُمْ}
Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membangunnya. Dia meninggikan bangunannya, lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang.
Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan darinya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan kokoh, (semua itu) untuk kesenanganmu
dan untuk binatang-binatang ternakmu. (An-Nazi'at: 27-33) Disebutkan padanya bahwa penghamparan bumi itu terjadi sesudah penciptaan langit. Penghamparan itu dijelaskan oleh firman-Nya:
{أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءَهَا وَمَرْعَاهَا}
Ia memancarkan darinya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. (An-Nazi'at: 31) Ini terjadi sesudah penciptaan langit. Adapun penciptaan bumi, kejadiannya sebelum penciptaan langit menurut keterangan nas Al-Qur'an.
Dan dengan nas inilah Ibnu Abbas r.a. mengemukakan jawabannya (terhadap orang yang bertanya kepadanya), menurut apa yang diketengahkan oleh Imam Bukhari dalam tafsir ayat ini, bagian dari kitab sahihnya.
Disebutkan di dalamnya bahwa Al-Minhal telah meriwayatkan dari Sa'id ibnu Jubair yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki berkata kepada Ibnu Abbas r.a. bahwa dirinya benar-benar menemui hal-hal yang menyulitkannya
di dalam Al-Qur’an karena menurutnya simpang siur. Lelaki itu membaca firman-Nya: maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu dan tidak ada pula mereka saling bertanya. (Al-Mu’minun: 101);
Sebagian dari mereka menghadap kepada sebagian yang lain berbantah-bantahan. (Ash-Shaffat: 27) Dan dalam ayat lain disebutkan: dan mereka tidak dapat menyembunyikan (dari Allah) suatu kejadian pun. (An-Nisa: 42) Demi Allah,
Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah. (Al-An'am: 23) Dalam ayat ini mereka menyembunyikan keadaan yang sebenarnya pada diri mereka. Dan Allah Swt. telah berfirman: Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya
ataukah langit? (An-Nazi'at: 27) sampai dengan firman-Nya: Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. (An-Nazi'at: 30) Maka Allah menyebutkan penciptaan langit sebelum penciptaan bumi. Lalu dalam ayat lainnya Allah Swt.
telah berfirman: Katakanlah, "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa.” (Fushshilat: 9) sampai dengan firman-Nya: Kami datang dengan suka hati. (Fushshilat: 11) Dalam ayat ini
disebutkan bahwa penciptaan bumi itu sebelum penciptaan langit. Dan Allah Swt. telah berfirman: Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Ahzab: 5) Dalam ayat yang lainnya disebutkan:
Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Al-Fath: 19) Dan dalam ayat yang lainnya lagi disebutkan: Dan adalah Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (An-Nisa: 134) Yakni memakai kana yang artinya dahulu,
setelah itu tidak lagi menyandang sifat-sifat tersebut. Maka Ibnu Abbas r.a. menjawab, bahwa firman Allah Swt.: maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu dan tidak ada pula mereka saling bertanya.
(Al-Mu’minun: 101) Kejadian yang disebutkan dalam ayat ini ialah di saat tiupan sangkakala yang pertama. Disebutkan pula oleh firman-Nya: Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali
siapa yang dikehendaki Allah. (Az-Zumar: 68) Maka tidak ada pertalian nasab di antara mereka pada hari itu dan tidak pula mereka saling bertanya. Dan pada tiupan yang kedua disebutkan oleh firman-Nya: Sebagian dari mereka
menghadap kepada sebagian yang lain berbantah-bantahan. (Ash-Shaffat: 27) Adapun mengenai firman Allah Swt. yang menyebutkan: Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah. (Al-An'am: 23) Dan firman Allah Swt.:
dan mereka tidak menyembunyikan (dari Allah) suatu kejadian pun. (An-Nisa: 42) Karena sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosa orang-orang yang mengikhlaskan ibadah mereka hanya kepada Allah,
lalu orang-orang musyrik berkata, (kepada sesama mereka), "Marilah kita katakan, 'Kami bukanlah orang-orang yang mempersekutukan Allah'." Lalu dikuncilah mulut mereka dan berkatalah tangan-tangan mereka.
Maka pada saat itu diketahui bahwa mereka tidak dapat menyembunyikan dari Allah suatu kejadian pun. Dan pada saat itu disebutkan oleh firman-Nya: Di hari itu orang-orang kafir dan orang-orang yang mendurhakai rasul
ingin supaya mereka disamaratakan dengan tanah. (An-Nisa: 42), hingga akhir ayat. Mengenai firman Allah Swt.: menciptakan bumi dalam dua hari. (Fushshilat: 9) Kemudian Allah Swt. menciptakan langit, lalu Dia menuju ke langit
dan menjadikannya tujuh langit dalam dua hari yang lainnya. Setelah itu baru dia menghamparkan bumi, yakni mengeluarkan airnya, tumbuh-tumbuhannya, dan menciptakan gunung-gunung, padang-padang pasir,
dan lain-lainnya dalam dua hari berikutnya. Hal inilah yang dimaksud dengan makna menghamparkannya. Dan firman Allah Swt.: menciptakan bumi dalam dua hari. (Fushshilat: 9) Dia menciptakan bumi dan segala sesuatu
yang ada padanya dalam empat hari, dan Dia menciptakan langit dalam dua hari. Mengenai firman-Nya: Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Ahzab: 5) dan ayat-ayat lainnya yang memakai ungkapan yang sama,
yakni kana menunjukkan bahwa Allah Swt. menyifati Zat-Nya dengan demikian. Hal ini diungkapkan oleh firman-Nya yang berarti menunjukkan pengertian bahwa Dia masih tetap bersifat demikian. Karena sesungguhnya Allah Swt.
itu tidak sekali-kali menghendaki sesuatu, melainkan mendapatkan apa yang dikehendaki-Nya. Karena itulah jangan sekali-kali Al-Qur'an di fahami olehmu dengan pemahaman yang keliru sehingga akibatnya akan memusingkan dirimu,
karena sesungguhnya tiap-tiap Kalamullah itu (Al-Qur'an) berasal dari sisi-Nya. Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Addi, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Amr,
dari Zaid ibnu Abu Anisah, dari Al-Minhal (yakni Ibnu Amr). Lalu disebutkan hadis yang telah disebutkan di atas. Firman Allah Swt.:
{خَلَقَ الأرْضَ فِي يَوْمَيْنِ}
menciptakan bumi dalam dua hari. (Fushshilat: 9) Yakni pada hari Ahad dan hari Senin.
{وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا}
Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya. (Fushshilat: 10) Allah menjadikan bumi penuh dengan berkah, yakni dapat menerima kebaikan, benih-benih tanaman, dan dapat dibajak.
Allah menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dan tempat-tempat yang layak untuk ditanami dan dijadikan lahan pertanian, yang hal ini dilakukanNya dalam dua hari —yaitu hari Selasa dan hari Rabu—
yang bila digabungkan dengan dua hari yang sebelumnya menjadi empat hari. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِلسَّائِلِينَ}
dalam empat hari genap. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. (Fushshilat: 10) Yaitu bagi orang yang mau bertanya tentang hal tersebut untuk menambah wawasan pengetahuannya.
Ikrimah dan Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Dia menentukan kadar makanan-makanan (penghuni)nya. (Fushshilat: 10) Dia menjadikan pada tiap-tiap bagian bumi keistimewaannya tersendiri
yang tidak dapat dimiliki oleh bagian yang lainnya, misalnya di negeri Yaman terkenal dengan 'asb-nya, di Sabur terkenal dengan saburi-nya, sedangkan di Ar-Ray terkenal dengan tayalisah-nya. Ibnu Abbas, Qatadah,
dan As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang genap. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. (Fushshilat: 10) Maksudnya, bagi orang yang ingin mengetahui tentangnya.
Ibnu Zaid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa genap. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.
(Fushshilat: 10) Yakni sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya; bagi orang yang mempunyai keperluan terhadap rezeki atau kebutuhan, sesungguhnya Allah Swt. menentukan baginya makanan dan keperluan yang dibutuhkannya.
Pendapat ini mirip dengan apa yang dikatakan oleh mereka sehubungan dengan makna firman-Nya:
{وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ}
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. (Ibrahim: 34) Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ}
Kemudian Dia menuju ke langit dan langit itu masih merupakan asap. (Fushshilat: 11) Yaitu asap air yang naik membumbung saat bumi diciptakan.
{فَقَالَ لَهَا وَلِلأرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا}
lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi, "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” (Fushshilat: 11) Artinya, turutilah perintah-Ku dan tunduklah kepada kemauan-Ku
dengan taat atau terpaksa. Ats-Tsauri telah meriwayatkan dari Ibnu Juraij, dari Sulaiman ibnu Musa, dari Mujahid dan Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi,
"Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” (Fushshilat: 11) Allah Swt. berfirman kepada langit, "Munculkanlah matahari, rembulan, dan bintang-bintang (ciptaan)-Ku!" Dan berfirman kepada bumi,
"Belahlah kamu untuk sungai-sungaimu dan keluarkanlah buah-buahanmu!" Keduanya menjawab, "Kami datang dengan suka hati.”(Fushshilat: 11) Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir rahimahullah. Keduanya menjawab,
"Tidak, bahkan kami datang dengan suka rela penuh ketaatan kepada-Mu bersama semua makhluk yang hendak Engkau ciptakan, yaitu malaikat, jin, dan manusia yang ada pada kami, semuanya taat kepada Engkau."
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari sebagian ahli bahasa yang telah mengatakan bahwa suatu pendapat ada yang menakwilkan bahwa keduanya diperlakukan sebagaimana perlakuan terhadap makhluk yang berakal berikut
dengan pembicaraan keduanya. Menurut pendapat lain, sesungguhnya yang berkata demikian dari bagian bumi ialah tempat Ka'bah berada, dan dari langit ialah bagian yang berada di atas Ka'bah (Baitul Ma'mur).
Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa seandainya keduanya menolak, tidak mau datang, niscaya Allah memerintahkan agar keduanya diazab dengan suatu azab yang keduanya dapat merasakan
rasa sakitnya. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
{فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ}
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. (Fushshilat: 12) Artinya, Allah selesai menyempurnakan ciptaan langit menjadi tujuh langit dalam dua hari, yakni hari Kamis dan hari Jumat.
{وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا}
dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. (Fushshilat: 12) Yakni Dia mengatur dan menetapkan pada tiap-tiap langit segala sesuatu yang diperlukannya berupa para malaikat dan lain-lainnya yang tiada seorang pun mengetahuinya kecuali hanya Dia.
{وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ}
Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang. (Fushshilat: 12) Maksudnya, bintang-bintang yang bercahaya yang tampak di mata penduduk bumi.
{وَحِفْظًا}
dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. (Fushshilat: 12) Yaitu sebagai penjaga-penjaga dari setan-setan yang bermaksud mencuri-curi dengar pembicaraan para malaikat.
{ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ}
Demikianlah ketentuan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Fushshilat: 12) Yakni Mahaperkasa Yang mengalahkan segala sesuatu dan menundukkannya, lagi Yang Maha Mengetahui tentang semua gerakan dan diamnya semua makhluk.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا هَنَّاد بْنُ السَّرِيِّ، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْبَقَّالِ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ -قَالَ هَنَّادٌ: قَرَأْتُ سَائِرَ الْحَدِيثِ-أَنَّ الْيَهُودَ أَتَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلَتْهُ عَنْ خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، فَقَالَ: "خَلَقَ اللَّهُ الْأَرْضَ يَوْمَ الْأَحَدِ وَيَوْمَ الِاثْنَيْنِ، وَخَلَقَ الْجِبَالَ يَوْمَ الثُّلَاثَاءِ وَمَا فِيهِنَّ مِنْ مَنَافِعَ، وَخَلَقَ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ الشَّجَرَ وَالْمَاءَ وَالْمَدَائِنَ وَالْعُمْرَانَ وَالْخَرَابَ، فَهَذِهِ أَرْبَعَةٌ: {قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الأرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَنْدَادًا ذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِلسَّائِلِينَ} لِمَنْ سَأَلَ، قَالَ: "وَخَلَقَ يَوْمَ الْخَمِيسِ السَّمَاءَ، وَخَلَقَ يَوْمَ الْجُمْعَةِ النُّجُومَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالْمَلَائِكَةَ إِلَى ثَلَاثِ سَاعَاتٍ بَقِيَتْ مِنْهُ، فَخَلَقَ فِي أَوَّلِ سَاعَةٍ مِنْ هَذِهِ الثَّلَاثَةِ الْآجَالَ، حِينَ يَمُوتُ مَنْ مَاتَ، وَفِي الثَّانِيَةِ أَلْقَى الْآفَةَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مِمَّا يَنْتَفِعُ بِهِ النَّاسُ، وَفِي الثَّالِثَةِ آدَمَ، وَأَسْكَنَهُ الْجَنَّةَ، وَأَمَرَ إِبْلِيسَ بِالسُّجُودِ لَهُ، وَأَخْرَجَهُ مِنْهَا فِي آخِرِ سَاعَةٍ". ثُمَّ قَالَتِ الْيَهُودُ: ثُمَّ مَاذَا يَا مُحَمَّدُ؟ قَالَ: "ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ". قَالُوا: قَدْ أَصَبْتَ لَوْ أتممت! قالوا: ثُمَّ اسْتَرَاحَ. فَغَضِبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَضَبًا شَدِيدًا، فَنَزَلَ: {وَلَقَدْ خَلَقْنَا السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَمَا مَسَّنَا مِنْ لُغُوبٍ.فَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ} [ق: 38]
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hanad ibnus Sirri, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Iyasy, dari Abu Sa'id Al-Baqqal, dari Ikrimah dari Ibnu Abbas. Hanad mengatakan bahwa
ia telah membaca semua hadis (yang antara lain menceritakan) bahwa orang-orang Yahudi datang kepada Nabi Saw., lalu menanyainya tentang penciptaan langit dan bumi. Maka Rasulullah Saw. menjawab, bahwa Allah Swt.
menciptakan bumi pada hari Ahad dan Senin; menciptakan gunung-gunung pada hari Selasa berikut semua manfaat dan kegunaan yang ada di dalamnya; dan menciptakan pepohonan, air, perkotaan, bangunan-bangunan,
dan tanah-tanah yang tak berpenghuni pada hari Rabu; inilah yang dimaksud dengan masa empat hari. Katakanlah, "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa
dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam.” Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya
kadar makanan-makanan (penghuni)wya dalam empat masa genap. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. (Fushshilat: 9-10) Yakni bagi orang yang menanyakannya. Dia menciptakan langit pada hari Kamis;
dan pada hari Jumat Dia menciptakan bintang-bintang, matahari, rembulan, dan para malaikat sampai waktu tinggal tiga saat lagi. Kemudian pada saat waktu tinggal dua saat lagi Allah menimpakan malapetaka
terhadap segala sesuatu yang digunakan oleh manusia, dan pada saat yang terakhir Dia menciptakan Adam, lalu menempatkannya di dalam surga. Dia memerintahkan kepada iblis untuk bersujud kepada Adam,
dan Allah mengusir Adam dari surga di saat yang terakhir. Kemudian orang-orang Yahudi berkata, "Kemudian bagaimanakah kisah selanjutnya, hai Muhammad?" Nabi Saw. bersabda bahwa kemudian Allah Istiwa di atas 'Arasy.
Orang-orang Yahudi berkata, "Engkau benar, sekiranya saja engkau sempurnakan." Mereka mengatakan, "Kemudian Allah beristirahat (sesudah itu)." Maka Nabi Saw. marah dengan kemarahan yang sangat,
lalu turunlah firman Allah Swt.: Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikit pun tidak ditimpa keletihan. Maka bersabarlah kamu
terhadap apa yang mereka katakan. (Qaf: 38-39) Hadis ini mengandung garabah. Adapun mengenai hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Juraij dari Ismail ibnu Umayyah dari Ayyub ibnu Khalid, dari Abdullah ibnu Rafi',
dari Abu Hurairah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. memegang tangannya, lalu bersabda:
"خَلَقَ اللَّهُ التُّرْبَةَ يَوْمَ السَّبْتِ، وَخَلَقَ فِيهَا الْجِبَالَ يَوْمَ الْأَحَدِ، وَخَلَقَ الشَّجَرَ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ، وَخَلَقَ الْمَكْرُوهَ يَوْمَ الثُّلَاثَاءِ، وَخَلَقَ النُّورَ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ، وَبَثَّ فِيهَا الدَّوَابَّ يَوْمَ الْخَمِيسِ، وَخَلَقَ آدَمَ بَعْدَ الْعَصْرِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ آخِرَ الْخَلْقِ فِي آخِرِ سَاعَةٍ مِنْ سَاعَاتِ الْجُمُعَةِ، فِيمَا بَيْنَ الْعَصْرِ إِلَى اللَّيْلِ"
Allah menciptakan bumi pada hari Sabtu dan menciptakan padanya gunung-gunung pada hari Ahad, dan menciptakan pepohonan pada hari Senin, dan menciptakan hal yang tidak disukai pada hari Selasa,
dan menciptakan cahaya pada hari Rabu, dan menyebarkan hewan-hewan padanya pada hari Kamis, dan menciptakan Adam pada hari Jumat sesudah ashar, yang merupakan makhluk terakhir, diciptakan pada saat yang terakhir
dari waktu hari Jumat, yaitu dalam waktu antara ashar sampai malam. Maka hadis ini telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Nasai di dalam kitabnya masing-masing melalui hadis Ibnu Juraij dengan sanad yang sama,
dan hadis ini merupakan salah satu dari hadis-hadis garib yang ada dalam kitab sahih. Imam Bukhari di dalam kitab Tarikhnya telah menganalisisnya, untuk itu ia mengatakan bahwa sebagian dari mereka meriwayatkannya
melalui Abu Hurairah r.a. dan Ka'bul Ahbar, dan ini adalah yang paling sahih.
Surat Fussilat |41:10|
وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِلسَّائِلِينَ
wa ja'ala fiihaa rowaasiya min fauqihaa wa baaroka fiihaa wa qoddaro fiihaaa aqwaatahaa fiii arba'ati ayyaam, sawaaa`al lis-saaa`iliin
Dan Dia ciptakan padanya gunung-gunung yang kukuh di atasnya. Dan kemudian Dia berkahi, dan Dia tentukan makanan-makanan (bagi penghuni)-nya dalam empat masa, memadai untuk (memenuhi kebutuhan) mereka yang memerlukannya.
And He placed on the earth firmly set mountains over its surface, and He blessed it and determined therein its [creatures'] sustenance in four days without distinction - for [the information] of those who ask.
(Dan Dia menjadikan) merupakan jumlah Istinaf, dan tidak boleh di'athafkan kepada Shilah Al-Ladzii karena ada pemisah yang bersifat Ajnabii yaitu ayat,
Wataj'aluuna Lahuu Andaadan dan seterusnya (di bumi itu gunung-gunung) yang kokoh dan kuat (di atasnya dan Dia memberkahinya) dengan air yang banyak,
dan tanam-tanaman serta pohon-pohon yang banyak pula (dan Dia menentukan) artinya, membagi-bagikan (padanya kadar makanan-makanannya) untuk manusia dan fauna (dalam)
masa penjadian yang sempurna yaitu (empat hari) hal ini dijadikan-Nya pada hari Selasa dan Rabu (yang genap) dinashabkan karena menjadi Mashdar, maksudnya penciptaan itu selama empat hari genap;
tidak bertambah dan tidak pula berkurang dari itu (bagi orang-orang yang bertanya) maksudnya, sebagai jawaban bagi orang-orang yang menanyakan tentang penciptaan bumi dan segala isinya.
Tafsir Ibnu Katsir | Fussilat | 41 : 10 |
penjelasan ada di ayat 9
Surat Fussilat |41:11|
ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ
ṡummastawaaa ilas-samaaa`i wa hiya dukhoonun fa qoola lahaa wa lil-ardhi`tiyaa thou'an au karhaa, qoolataaa atainaa thooo`i'iin
Kemudian Dia menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, "Datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa." Keduanya menjawab, "Kami datang dengan patuh."
Then He directed Himself to the heaven while it was smoke and said to it and to the earth, "Come [into being], willingly or by compulsion." They said, "We have come willingly."
(Kemudian Dia menuju) bermaksud kepada (penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap) masih berbentuk asap yang membumbung tinggi
(lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, "Datanglah kamu keduanya) menurut perintah-Ku (dengan suka hati atau terpaksa")
kedua lafal ini berkedudukan sama dengan Hal, yakni baik dalam keadaan senang hati atau terpaksa (keduanya menjawab, "Kami datang) beserta makhluk yang ada pada kami
(dengan suka hati") di dalam ungkapan ini diprioritaskan Dhamir Mudzakkar lagi Aqil; atau khithab kepada keduanya disamakan dengan jamak.
Tafsir Ibnu Katsir | Fussilat | 41 : 11 |
penjelasan ada di ayat 9
Surat Fussilat |41:12|
فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَىٰ فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا ۚ وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
fa qodhoohunna sab'a samaawaatin fii yaumaini wa auḥaa fii kulli samaaa`in amrohaa, wa zayyannas-samaaa`ad-dun-yaa bimashoobiiḥa wa ḥifzhoo, żaalika taqdiirul-'aziizil-'aliim
Lalu diciptakan-Nya tujuh langit dalam dua masa dan pada setiap langit Dia mewahyukan urusan masing-masing. Kemudian, langit yang dekat (dengan bumi), Kami hiasi dengan bintang-bintang, dan (Kami ciptakan itu) untuk memelihara. Demikianlah ketentuan (Allah) Yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui.
And He completed them as seven heavens within two days and inspired in each heaven its command. And We adorned the nearest heaven with lamps and as protection. That is the determination of the Exalted in Might, the Knowing.
(Maka Dia menjadikannya) dhamir yang ada pada lafal ayat ini kembali kepada lafal As-Samaa atau langit, karena memandang dari segi maknanya (tujuh langit dalam dua hari)
yakni hari Kamis dan hari Jumat, Dia telah selesai dari menciptakan langit pada saat-saat terakhir dari hari tersebut. Dan pada hari itu juga diciptakan Nabi Adam,
oleh karena itu maka di sini tidak dikatakan Fasawwaahunna tetapi Faqadhaahunna. Dan sesuai dengan makna ayat ini yaitu ayat-ayat tentang penciptaan langit dan bumi dalam enam hari
(dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya) yang telah Dia perintahkan kepada penduduk yang ada di dalamnya, yaitu taat dan beribadah kepada-Nya.
(Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan pelita-pelita) yakni bintang-bintang yang cemerlang (dan Kami memeliharanya) dinashabkan oleh Fi'ilnya yang keberadaannya diperkirakan
, Kami menjaganya dengan meteor-meteor dari setan yang mau mencuri-curi pembicaraan para malaikat. (Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Mengetahui) makhluk-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Fussilat | 41 : 12 |
penjelasan ada di ayat 9
Surat Fussilat |41:13|
فَإِنْ أَعْرَضُوا فَقُلْ أَنْذَرْتُكُمْ صَاعِقَةً مِثْلَ صَاعِقَةِ عَادٍ وَثَمُودَ
fa in a'rodhuu fa qul anżartukum shoo'iqotam miṡla shoo'iqoti 'aadiw wa ṡamuud
Jika mereka berpaling maka katakanlah, "Aku telah memperingatkan kamu akan (bencana) petir seperti petir yang menimpa kaum ´Aad dan kaum Samud."
But if they turn away, then say, "I have warned you of a thunderbolt like the thunderbolt [that struck] 'Aad and Thamud.
(Jika mereka berpaling) yaitu orang-orang kafir Mekah dari iman sesudah adanya penjelasan ini (maka katakanlah, "Aku memperingatkan kalian) aku mempertakuti kalian
(dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum Ad dan kaum Tsamud) yakni dengan azab yang akan membinasakan kalian sama dengan azab yang membinasakan mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Fussilat | 41 : 13 |
Tafsir ayat 13-18
Allah Swt. berfirman kepada Nabi-Nya, "Katakanlah kepada orang-orang musyrik yang mendustakan kebenaran yang engkau sampaikan kepada mereka, bahwa jika kalian berpaling dari apa yang aku sampaikan kepada kalian
dari sisi Allah ini, maka sesungguhnya aku memperingatkan kalian akan turunnya azab Allah atas kalian, sebagaimana yang telah menimpa umat-umat terdahulu yang telah mendustakan rasul-rasul Allah."
{صَاعِقَةً مِثْلَ صَاعِقَةِ عَادٍ وَثَمُودَ}
(yaitu) petir seperti petir yang menimpa kaum 'Ad dan kaum Tsamud. (Fushshilat: 13) Yakni siksaan itu akan menimpa pula orang-orang yang bersepak terjang seperti kedua kaum itu.
{إِذْ جَاءَتْهُمُ الرُّسُلُ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ}
Ketika rasul-rasul datang kepada mereka dari depan dan dari belakang mereka. (Fushshilat: 14) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَاذْكُرْ أَخَا عَادٍ إِذْ أَنْذَرَ قَوْمَهُ بِالأحْقَافِ وَقَدْ خَلَتِ النُّذُرُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ}
Dan ingatlah (Hud) saudara kaum 'Ad yaitu ketika dia memberi peringatan kepada kaumnya di Al-Ahqaf dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya. (Al-Ahqaf: 21)
Yakni telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan mendatangi kota-kota yang bertetangga dengan negeri tempat kaum 'Ad berada. Mereka diutus oleh Allah kepada penduduknya, memerintahkan kepada mereka
untuk menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, seraya membawa berita gembira dan membawa peringatan. Tidakkah mereka mengambil pelajaran dari apa yang ditimpakan oleh Allah
kepada musuh-musuh-Nya, yaitu azab yang membinasakan; dan tidakkah mereka mengambil pelajaran dari apa yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada kekasih-kekasih-Nya, yaitu berbagai macam kenikmatan?
Tetapi sekalipun demikian, mereka tidak mau beriman dan tidak mau membenarkan, bahkan mereka mendustakan dan mengingkari rasul-rasul Allah, dan mereka mengatakan:
{لَوْ شَاءَ رَبُّنَا لأنزلَ مَلائِكَةً}
Kalau Tuhan kami menghendaki, tentu Dia akan menurunkan malaikat-malaikat-Nya. (Fushshilat: 14) Yakni seandainya Allah mengutus rasul-rasul-Nya, tentulah rasul-rasul itu terdiri dari malaikat dari sisi-Nya, bukan manusia.
{فَإِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ}
maka sesungguhnya kami kafir kepada wahyu yang kamu diutus menyampaikannya. (Fushshilat: 14) hai manusia yang mengaku menjadi rasul, kami tidak akan mengikuti kamu karena kamu adalah manusia, sama seperti kami. Firman Allah Swt.:
{فَأَمَّا عَادٌ فَاسْتَكْبرَوُا فِي الأرْضِ}
Adapun kaum 'Ad, maka mereka menyombongkan diri di muka bumi. (Fushshilat: 15) Maksudnya, mereka melampaui batas, sewenang-wenang, dan durhaka.
{وَقَالُوا مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً}
dan mereka berkata, "Siapakah yang lebih besar kekuatannya daripada kami?” (Fushshilat: 15) Mereka telah dianugerahi tubuh yang besar dan kuat sehingga mereka meyakini bahwa dirinya dapat menolak azab Allah dengan kekuatan tubuh mereka.
{أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَهُمْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُمْ قُوَّةً}
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka? (Fushshilat: 15) Yakni apakah mereka tidak memikirkan siapa yang mereka tantang itu,
sesungguhnya Dia Mahabesar Yang telah menciptakan segala sesuatu dan yang telah memberikan segala kekuatan yang diperlukan oleh segala sesuatu? Sesungguhnya azab-Nya amat keras, seperti yang disebutkan
dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ}
Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya. (Az-Dzariyat: 47) Mereka menantang Yang Maha Mengalahkan dengan memusuhi-Nya dan mengingkari ayat-ayat-Nya serta durhaka kepada rasul-rasul-Nya. Karena itulah disebutkan di dalam firman berikutnya:
{فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا صَرْصَرًا}
Maka Kami meniupkan angin yang amat gemuruh kepada mereka. (Fushshilat: 16) Sebagian ulama mengatakan bahwa angin itu sangat kuat tiupannya. Menurut pendapat yang lainnya sangat dingin;
dan menurut pendapat yang lainnya lagi angin yang suara gemuruhnya sangat keras. Sebenarnya angin tersebut mempunyai semua sifat yang telah disebutkan di atas. Karena sesungguhnya angin itu selain sangat kuat tiupannya,
juga sangat keras, agar hukuman yang ditimpakan kepada mereka sesuai dengan kekuatan yang mereka miliki yang menyebabkan mereka teperdaya karenanya. Dan sesungguhnya angin itu pun sangat dingin,
seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ}
dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang. (Al-Haqqah: 6) Yakni sangat dingin dan mempunyai suara gemuruh yang amat menakutkan; dan ada sebuah sungai di negeri Timur diberi nama Sungai Sarsar karena suara alirannya sangat kuat (menimbulkan suara gemuruh). Firman Allah Swt.:
{فِي أَيَّامٍ نَحِسَاتٍ}
dalam beberapa hari yang sial. (Fushshilat: 16) Artinya, terus-menerus. Seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya:
{سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا}
selama tujuh malam dan delapan hari secara terus-menerus. (Al-Haqqah: 7) Sebagaimana yang disebutkan pula di dalam firman-Nya:
{فِي يَوْمِ نَحْسٍ مُسْتَمِرٍّ}
pada hari nahas (sial) yang terus-menerus. (Al-Qamar: 19) Yakni azab mulai menimpa mereka di hari yang nahas itu, kemudian kesialan terus-menerus menimpa mereka hingga semuanya binasa. selama tujuh malam
dan delapan hari secara terus-menerus. (Al-Haqqah: 7) Akhirnya binasalah mereka semuanya tanpa ada seorang pun yang tersisa. Azab yang menghinakan ini menimpa mereka di dunia dan terus disambung dengan azab di akhirat.
Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:
{لِنُذِيقَهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَعَذَابُ الآخِرَةِ أَخْزَى}
karena Kami hendak merasakan kepada mereka itu siksaan yang menghinakan dalam kehidupan dunia. Dan sesungguhnya siksaan akhirat lebih menghinakan, sedangkan mereka tidak diberi pertolongan. (Fushshilat: 16)
Yakni azab di akhirat lebih menghinakan mereka, dan tiada seorang pun yang dapat menolong mereka, sebagaimana ketika di dunia pun mereka tidak diberi pertolongan. Tiada seorang pun yang dapat menyelamatkan dan melindungi
mereka dari azab Allah dan pembalasan-Nya. Firman Allah Swt.:
{وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْنَاهُمْ}
Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka telah Kami beri petunjuk. (Fushshilat: 17) Ibnu Abbas r.a. Abul Aliyah, Sa'id ibnu Jubair, Qatadah, As-Saddi, dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa hadainahum artinya Kami telah menjelaskan
kepada mereka perkara yang hak. Ats-Tsauri mengatakan bahwa artinya Kami telah seru mereka ke jalan Kami.
{فَاسْتَحَبُّوا الْعَمَى عَلَى الْهُدَى}
tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk itu. (Fushshilat: 17) Yaitu Kami perlihatkan, Kami jelaskan, dan Kami terangkan kepada mereka perkara yang hak melalui lisan nabi mereka, yaitu Saleh a.s.
Tetapi mereka menentangnya, mendustakannya, dan menyembelih unta betina Allah yang Dia jadikan sebagai tanda dan bukti yang membenarkan nabi mereka.
{فَأَخَذَتْهُمْ صَاعِقَةُ الْعَذَابِ الْهُونِ}
maka mereka disambar petir azab yang menghinakan. (Fushshilat: 17) Allah menimpakan kepada mereka pekikan yang mengguntur, sebagai azab Allah yang menghinakan mereka.
{بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}
disebabkan apa yang telah mereka kerjakan. (Fushshilat: 17) karena mereka mendustakan nabi-Nya dan ingkar kepada-Nya.
{وَنَجَّيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا }
Dan Kami selamatkan orang-orang yang beriman. (Fushshilat: 18) dari kalangan mereka, sehingga mereka tidak terkena azab yang menimpa kaumnya barang sedikit pun, bahkan Allah Swt.
menyelamatkan mereka bersama nabi mereka Saleh a.s. berkat iman dan takwa mereka kepada Allah Swt.
Surat Fussilat |41:14|
إِذْ جَاءَتْهُمُ الرُّسُلُ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ ۖ قَالُوا لَوْ شَاءَ رَبُّنَا لَأَنْزَلَ مَلَائِكَةً فَإِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ
iż jaaa`at-humur-rusulu mim baini aidiihim wa min kholfihim allaa ta'buduuu illalloh, qooluu lau syaaa`a robbunaa la`anzala malaaa`ikatan fa innaa bimaaa ursiltum bihii kaafiruun
Ketika para rasul datang kepada mereka dari depan dan dari belakang mereka (dengan menyerukan), "Janganlah kamu menyembah selain Allah." Mereka menjawab, "Kalau Tuhan kami menghendaki tentu Dia menurunkan malaikat-malaikat-Nya, maka sesungguhnya kami mengingkari wahyu yang engkau diutus menyampaikannya."
[That occurred] when the messengers had come to them before them and after them, [saying], "Worship not except Allah." They said, "If our Lord had willed, He would have sent down the angels, so indeed we, in that with which you have been sent, are disbelievers."
(Ketika rasul-rasul datang kepada mereka dari depan dan dari belakang mereka) rasul-rasul itu datang kepada mereka dari arah depan dan dari arah belakang,
akan tetapi mereka tetap ingkar dan kafir, sebagaimana yang akan dijelaskan nanti. Dan pengertian pembinasaan ini hanya berlaku pada zamannya saja
("Janganlah kalian menyembah selain Allah. Mereka menjawab, 'Kalau Rabb kami menghendaki tentu Dia menurunkan) kepada kami
(malaikat-malaikat-Nya, maka sesungguhnya kami kepada wahyu yang kalian diutus membawanya) sesuai dengan sangkaan kalian itu (adalah orang-orang yang kafir.'")
Tafsir Ibnu Katsir | Fussilat | 41 : 14 |
penjelasan ada di ayat 13
Surat Fussilat |41:15|
فَأَمَّا عَادٌ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَقَالُوا مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً ۖ أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَهُمْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُمْ قُوَّةً ۖ وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ
fa ammaa 'aadun fastakbaruu fil-ardhi bighoiril-ḥaqqi wa qooluu man asyaddu minnaa quwwah, a wa lam yarou annallohallażii kholaqohum huwa asyaddu min-hum quwwah, wa kaanuu bi`aayaatinaa yaj-ḥaduun
Maka adapun kaum ´Aad, mereka menyombongkan diri di bumi tanpa (mengindahkan) kebenaran dan mereka berkata, "Siapakah yang lebih hebat kekuatannya dari kami?" Tidakkah mereka memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan mereka. Dia lebih hebat kekuatan-Nya dari mereka? Dan mereka telah mengingkari tanda-tanda (kebesaran) Kami.
As for 'Aad, they were arrogant upon the earth without right and said, "Who is greater than us in strength?" Did they not consider that Allah who created them was greater than them in strength? But they were rejecting Our signs.
(Adapun kaum Ad maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata) ketika mereka diperingatkan dengan azab, ("Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami")
maksudnya, tiada seorang pun yang lebih kuat dari kami. Menurut suatu riwayat disebutkan, bahwa seseorang dari mereka mampu mengangkat batu yang sangat besar dari sebuah gunung,
kemudian ia mengolahnya sesuai dengan apa yang dia kehendaki. (Dan apakah mereka tidak memperhatikan) apakah mereka tidak mengetahui
(bahwa Allah Yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya dari mereka Dan bahwasanya mereka terhadap tanda-tanda Kami) yakni mukjizat-mukjizat Kami (adalah orang-orang yang ingkar.)
Tafsir Ibnu Katsir | Fussilat | 41 : 15 |
penjelasan ada di ayat 13
Surat Fussilat |41:16|
فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا صَرْصَرًا فِي أَيَّامٍ نَحِسَاتٍ لِنُذِيقَهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَخْزَىٰ ۖ وَهُمْ لَا يُنْصَرُونَ
fa arsalnaa 'alaihim riiḥan shorshoron fiii ayyaamin naḥisaatil linużiiqohum 'ażaabal-khizyi fil-ḥayaatid-dun-yaa, wa la'ażaabul-aakhiroti akhzaa wa hum laa yunshoruun
Maka Kami tiupkan angin yang sangat bergemuruh kepada mereka dalam beberapa hari yang nahas, karena Kami ingin agar mereka itu merasakan siksaan yang menghinakan dalam kehidupan di dunia. Sedangkan azab akhirat pasti lebih menghinakan dan mereka tidak diberi pertolongan.
So We sent upon them a screaming wind during days of misfortune to make them taste the punishment of disgrace in the worldly life; but the punishment of the Hereafter is more disgracing, and they will not be helped.
(Maka Kami meniupkan angin yang amat gemuruh kepada mereka) yakni angin dingin yang sangat keras suaranya, tetapi tanpa hujan (dalam beberapa hari yang sial)
dapat dibaca Nahisaatin atau Nahsaatin, artinya hari-hari yang penuh dengan kesialan bagi mereka (karena Kami hendak merasakan kepada mereka itu siksaan yang menghinakan)
azab yang menghinakan (dalam kehidupan dunia. Dan sesungguhnya siksaan akhirat lebih menghinakan) lebih keras penghinaannya (sedangkan mereka tidak diberi pertolongan) yang dapat mencegah azab dari diri mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Fussilat | 41 : 16 |
penjelasan ada di ayat 13
Surat Fussilat |41:17|
وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْنَاهُمْ فَاسْتَحَبُّوا الْعَمَىٰ عَلَى الْهُدَىٰ فَأَخَذَتْهُمْ صَاعِقَةُ الْعَذَابِ الْهُونِ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
wa ammaa ṡamuudu fa hadainaahum fastaḥabbul-'amaa 'alal-hudaa fa akhożat-hum shoo'iqotul-'ażaabil-huuni bimaa kaanuu yaksibuun
Dan adapun kaum Samud, mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai kebutaan (kesesatan) daripada petunjuk itu, maka mereka disambar petir sebagai azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan.
And as for Thamud, We guided them, but they preferred blindness over guidance, so the thunderbolt of humiliating punishment seized them for what they used to earn.
(Adapun Kaum Tsamud maka mereka telah Kami beri petunjuk) yaitu Kami telah menjelaskan kepada mereka jalan petunjuk (tetapi mereka lebih menyukai buta)
artinya, lebih memilih kafir (daripada petunjuk itu, maka mereka disambar petir azab yang menghinakan) mereka dihinakan oleh azab berupa petir (disebabkan apa yang telah mereka kerjakan.)
Tafsir Ibnu Katsir | Fussilat | 41 : 17 |
penjelasan ada di ayat 13
Surat Fussilat |41:18|
وَنَجَّيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ
wa najjainallażiina aamanuu wa kaanuu yattaquun
Dan Kami selamatkan orang-orang yang beriman karena mereka adalah orang-orang yang bertakwa.
And We saved those who believed and used to fear Allah.
(Dan Kami selamatkan) dari azab itu (orang-orang yang beriman dan mereka adalah orang-orang yang bertakwa.)
Tafsir Ibnu Katsir | Fussilat | 41 : 18 |
penjelasan ada di ayat 13
Surat Fussilat |41:19|
وَيَوْمَ يُحْشَرُ أَعْدَاءُ اللَّهِ إِلَى النَّارِ فَهُمْ يُوزَعُونَ
wa yauma yuḥsyaru a'daaa`ullohi ilan-naari fa hum yuuza'uun
Dan (ingatlah) pada hari (ketika) musuh-musuh Allah digiring ke neraka lalu mereka dipisah-pisahkan.
And [mention, O Muhammad], the Day when the enemies of Allah will be gathered to the Fire while they are [driven] assembled in rows,
(Dan) ingatlah (hari ketika digiring) dapat dibaca Yuhsyaru atau Nahsyuru (musuh-musuh Allah ke dalam neraka lalu mereka dikumpulkan semuanya) yakni digiring semuanya ke dalam neraka.
Tafsir Ibnu Katsir | Fussilat | 41 : 19 |
Tafsir ayat 19-24
Firman Allah Swt.:
{وَيَوْمَ يُحْشَرُ أَعْدَاءُ اللَّهِ إِلَى النَّارِ فَهُمْ يُوزَعُونَ}
Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah digiring ke dalam neraka, lalu mereka dikumpulkan (semuanya). (Fushshilat: 19) Maksudnya, ceritakanlah kepada orang-orang yang mempersekutukan Allah itu hari ketika mereka
dikumpulkan di dalam neraka. Yakni Malaikat Zabaniyah (juru siksa) mengumpulkan mereka semuanya dari yang pertama hingga yang terakhir, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَنَسُوقُ الْمُجْرِمِينَ إِلَى جَهَنَّمَ وِرْدًا}
dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahanam dalam keadaan dahaga. (Maryam: 86) Yakni mereka digiring ke neraka dalam keadaan kehausan yang sangat. Firman Allah Swt.:
{حَتَّى إِذَا مَا جَاءُوهَا}
Sehingga apabila mereka sampai ke neraka. (Fushshilat: 20) Yaitu mereka telah sampai ke neraka dan berdiri di pinggirnya.
{شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}
pendengaran, penglihatan, dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. (Fushshilat: 20) Amal perbuatan yang telah mereka kerjakan di masa yang silam dan yang terkemudian, tiada sesuatu pun yang tersembunyi dari pengetahuan Allah Swt.
{وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدْتُمْ عَلَيْنَا}
Dan mereka berkata kepada kulit mereka,, "Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?” (Fushshilat: 21) Mereka mencela anggota tubuh mereka dan kulit mereka sendiri karena semuanya bersaksi terhadap diri mereka. Maka pada saat itu semua anggota tubuh mereka menjawab:
{قَالُوا أَنْطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ}
Kulit mereka menjawab, "Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dialah yang menciptakan kamu pada yang pertama kali. (Fushshilat: 21) Yakni Dia tidak dapat ditentang, tidak dapat dicegah, dan hanya kepada-Nyalah kalian dikembalikan.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحِيمِ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ قَادِمٍ، حَدَّثَنَا شَرِيكٌ، عَنْ عُبَيْدٍ المُكْتَب، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: ضَحِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ وَتَبَسَّمَ، فَقَالَ: "أَلَا تَسْأَلُونِي عَنْ أَيِّ شَيْءٍ ضَحِكْتُ؟ " قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ مِنْ أَيِّ شَيْءٍ ضَحِكْتَ؟ قَالَ: "عَجِبْتُ مِنْ مُجَادَلَةِ الْعَبْدِ رَبَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُولُ: أَيْ رَبِّي، أَلَيْسَ وَعَدْتَنِي أَلَّا تَظْلِمَنِي؟ قَالَ: بَلَى فَيَقُولُ: فَإِنِّي لَا أَقْبَلُ عَلَيَّ شَاهِدًا إِلَّا مِنْ نَفْسِي. فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: أَوَ لَيْسَ كَفَى بِي شَهِيدًا، وَبِالْمَلَائِكَةِ الْكِرَامِ الْكَاتِبِينَ؟! قَالَ: فَيُرَدِّدُ هَذَا الْكَلَامَ مِرَارًا". قَالَ: "فَيُخْتَمُ عَلَى فِيهِ، وَتَتَكَلَّمُ أَرْكَانُهُ بِمَا كَانَ يَعْمَلُ، فَيَقُولُ: بُعْدًا لكُنَّ وسُحقا، عَنْكُنَّ كُنْتُ أُجَادِلُ".
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdur Rahim, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Qadim, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Ubaid Al-Maktab,
dari Asy-Sya'bi, dari Anas ibnu Malik r.a. yang menceritakan bahwa pada suatu hari Rasulullah Saw. kelihatan tertawa dan tersenyum, lalu beliau Saw. bersabda, "Tidakkah kalian menanyakan kepadaku mengapa aku tertawa?"
Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, mengapa engkau tertawa?" Maka Rasulullah Saw. bersabda: Aku merasa heran dengan bantahan yang dilakukan oleh seseorang hamba terhadap Tuhannya di hari kiamat.
Hamba itu berkata, "Ya Tuhanku, bukankah Engkau telah berjanji kepadaku bahwa Engkau tidak akan aniaya terhadap diriku?-" Tuhan menjawab, "Benar.” Hamba itu berkata, "Sesungguhnya aku tidak mau menerima saksi
terhadap diriku kecuali dari pihakku.” Maka Allah Swt. berkata, "Bukankah sudah cukup Aku sebagai Saksi (mu) dan para malaikat yang mulia juru tulis amal perbuatan?” Ini diulangi berkali-kali. Kemudian dikuncilah mulut si hamba itu
dan berkatalah semua anggota tubuhnya, menceritakan apa yang telah diperbuatnya (selama di dunia). Maka si hamba itu berkata (kepada semua anggota tubuhnya), "Celaka dan siallah kalian semua, dahulu aku membelamu."
Al-Bazzar dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkan pula hadis ini melalui Abu Amir Al-Asadi, dari Ats-Tsauri, dari Ubaid Al-Maktab, dari Fudail ibnu Amr, dari Asy-Sya'bi. Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa
ia belum pernah mengetahui ada perawi yang meriwayatkan hadis ini dari Anas selain Asy-Sya'bi. Imam Muslim dan Imam Nasai telah mengetengahkan hadis ini dari Abu Bakar ibnu Abun Nadr, dari Abun Nadr,
dari Ubaidillah ibnu Abdur "Rahman Al-Asyja'i, dari Ats-Tsauri dengan sanad yang sama. Kemudian Imam Nasai mengatakan bahwa ia tidak mengetahui ada seorang perawi meriwayatkan hadis ini dari Ats-Tsauri selain dari Al-Asyja'i,
padahal kenyataannya tidaklah seperti apa yang dikatakannya, sebagaimana yang telah pembaca saksikan sendiri. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku,
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Aliyyah, dari Yunus ibnu Ubaid, dari Humaid ibnu Hilal yang mengatakan bahwa Abu Burdah telah menceritakan,
"Abu Musa pernah mengatakan bahwa orang kafir dan orang munafik dipanggil untuk menjalani hisab (perhitungan amal perbuatan), lalu Allah Swt. memperlihatkan kepadanya semua amal perbuatan yang telah dikerjakannya
(semasa di dunia). Kemudian ia mengingkarinya seraya berkilah, 'Ya Tuhanku, demi Keagungan-Mu, sesungguhnya malaikat ini telah mencatat terhadapku hal-hal yang tidak pernah kulakukan."
Malaikat pencatat amal perbuatan berkata kepadanya, 'Bukankah kamu telah melakukan anu dan anu di hari anu dan di tempat anu?' Ia menjawab, 'Tidak, demi Keagungan-Mu, ya Tuhanku, aku tidak pernah melakukannya.'
Apabila si hamba itu berkata demikian, maka dikuncilah mulutnya (sehingga tidak dapat bicara, dan yang bicara adalah semua anggota tubuhnya)." Al-Asy'ari mengatakan, sesungguhnya ia menduga bahwa anggota tubuhnya
yang mula-mula berbicara adalah paha kanannya.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا زُهَيْر حَدَّثَنَا حَسَنٌ، عَنِ ابْنِ لَهِيعة: قَالَ دَرّاج عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ عُرّف الْكَافِرُ بِعَمَلِهِ، فَجَحَدَ وَخَاصَمَ، فَيُقَالُ: هَؤُلَاءِ جِيرَانُكَ، يَشْهَدُونَ عَلَيْكَ؟ فَيَقُولُ: كَذَبُوا. فَيَقُولُ: أَهْلُكَ [وَ] (4) عَشِيرَتُكَ؟ فَيَقُولُ: كَذَبُوا. فَيَقُولُ: احْلِفُوا فَيَحْلِفُونَ، ثُمَّ يُصمِتُهُمُ اللَّهُ وَتَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ، وَيُدْخِلُهُمُ النَّارَ"
Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami Hasan, dari Ibnu Lahi'ah yang mengatakan bahwa Darij telah meriwayatkan dari Abul Lais, dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a.,
dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Apabila hari kiamat tiba, kepada orang kafir ditampakkan amal perbuatannya, lalu ia mengingkarinya dan membantahnya. Lalu Allah berkata, "Mereka itu adalah para tetanggamu
yang bersaksi terhadapmu.” Ia mengatakan, "Mereka dusta.”Lalu Allah berkata, "Mereka adalah keluarga dan kaum kerabatmu.” Ia menjawab, "Mereka dusta.” Allah berkata, "Bersumpahlah kamu, " lalu mereka (orang-orang kafir)
bersumpah, kemudian Allah Swt. membungkam mulut mereka dan bersaksilah terhadap mereka anggota-anggota tubuhnya, lalu Allah memasukkan mereka ke dalam neraka. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Abdus Samad ibnu Abdul Waris yang mengatakan bahwa ayahnya pernah mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Ali ibnu Zaid, dari Muslim ibnu Sabih Abud Duha, dari Ibnu Abbas r.a., bahwa ia berkata kepada Ibnul Azraq, "Sesungguhnya pada hari kiamat nanti akan dialami oleh semua manusia suatu saat yang dalam waktu itu mereka
tidak dapat berpikir, tidak dapat beralasan, dan tidak dapat berbicara sebelum mereka diberi izin. Setelah diberi izin bagi mereka untuk bicara, maka mereka melakukan bantahan; orang yang mempersekutukan Allah
mengingkari perbuatannya, lalu mereka bersumpah kepada-Nya sebagaimana mereka bersumpah kepada kalian. Maka pada saat mereka mengingkari perbuatannya, Allah membangkitkan saksi-saksi dari diri mereka sendiri
(untuk bersaksi terhadap mereka), yaitu kulit mereka, mata mereka, tangan, dan kaki mereka, sedangkan mulut mereka dikunci. Setelah itu dibukalah mulut mereka, maka mulut mereka membantah anggota tubuh lainnya,
dan anggota tubuh lainnya berkata kepada mereka, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: 'Allah yang telah menjadikan segala sesuatu pandai bicara telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dialah yang menciptakan kamu
pada yang pertama kali dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.' (Fushshilat: 21) Maka lisan mereka pun mengakui perbuatannya yang pada sebelumnya mengingkarinya."Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdah ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Safwan ibnu Amr, dari Abdur Rahman ibnu Jubair Al-Hadrami,
dari Rafi' Abul Hasan yang menceritakan tentang seseorang yang mengingkari amal perbuatannya. Ia mengatakan bahwa lalu Allah Swt. berisyarat kepada mulut lelaki itu, maka dengan serta merta mulutnya bungkam
karena lidahnya membesar sehingga memenuhi rongga mulutnya, maka ia tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun. Kemudian Allah Swt. berkata kepada anggota tubuh lain lelaki itu, "Berbicaralah dan bersaksilah terhadapnya!"
Maka bersaksilah terhadapnya pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, kemaluannya, kedua tangan dan kedua kakinya, menceritakan segala sesuatu yang telah dilakukannya (sewaktu di dunia).
Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan banyak hadis dan atsar mengenai masalah ini, yaitu dalam tafsir firman-Nya:
{الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (Yasin: 65) sehingga tidak perlu lagi diulangi di sini.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ -رَحِمَهُ اللَّهُ-: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا سُوَيْدُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سُلَيم الطَّائِفِيُّ، عَنِ ابْنِ خُثَيْم، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: لَمَّا رَجَعْتُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُهَاجِرَةُ الْبَحْرِ قَالَ: "أَلَا تُحَدِّثُونَ بِأَعَاجِيبِ مَا رَأَيْتُمْ بِأَرْضِ الْحَبَشَةِ؟ " فَقَالَ فِتْيَةٌ مِنْهُمْ: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ، بَيْنَا نَحْنُ جُلُوسٌ إِذْ مَرَّتْ عَلَيْنَا عَجُوزٌ مِنْ عَجَائِزِ رَهَابِينِهِمْ، تَحْمِلُ عَلَى رَأْسِهَا قُلَّةً مِنْ مَاءٍ، فَمَرَّتْ بِفَتًى مِنْهُمْ فَجَعَلَ إِحْدَى يَدَيْهِ بَيْنَ كَتِفَيْهَا، ثُمَّ دَفَعَهَا فَخَرَّتْ عَلَى رُكْبَتَيْهَا، فَانْكَسَرَتْ قُلَّتُهَا. فَلَمَّا ارْتَفَعَتِ الْتَفَتَتْ إِلَيْهِ فَقَالَتْ: سَوْفَ تَعْلَمُ يَا غُدَر، إِذَا وَضَعَ اللَّهُ الْكُرْسِيَّ، وَجَمَعَ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ، وَتَكَلَّمَتِ الْأَيْدِي وَالْأَرْجُلُ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ، فَسَوْفَ تَعْلَمُ كَيْفَ أَمْرِي وَأَمْرُكَ عِنْدَهُ غَدًا؟ قَالَ: يَقُولُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "صَدَقَتْ [وَ] صَدَقَتْ، كَيْفَ يُقدس اللَّهُ قَوْمًا لَا يُؤْخَذُ لِضَعِيفِهِمْ مِنْ شَدِيدِهِمْ؟ ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Salim At-Ta'ifi, dari Abu Khaisam, dari Abuz Zubair,
dari Jabir ibnu Abdullah r.a. yang menceritakan bahwa ketika kami kembali bergabung dengan Rasulullah Saw. seusai hijrah kami dari negeri seberang laut, maka beliau Saw. bersabda, "Tidakkah kalian ceritakan kepadaku
keajaiban-keajaiban yang pernah kalian lihat semasa di negeri Habsyah?" Lalu ada seorang pemuda dari kalangan mereka menjawab, "Baiklah, wahai Rasulullah. Ketika kami sedang duduk, tiba-tiba berlalulah pada kami
seorang nenek-nenek dari kalangan para rahib mereka, yang di atas kepalanya terdapat sekulah air yang dibawanya. Kemudian nenek-nenek itu bersua dengan seorang pemuda dari kalangan mereka, lalu pemuda itu
mendorong nenek tersebut dari belakang sehingga nenek itu jatuh terjerembab ke depan di atas lututnya, dan pecahlah guci yang dibawanya. Setelah ia berdiri tegak, lalu ia menoleh ke belakang ke arah pemuda itu seraya berkata,
'Hai pengkhianat, engkau kelak akan mengetahui, bila Allah meletakkan Kursi dan menghimpun orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian; pada hari itu tangan dan kaki berbicara menceritakan
apa yang dilakukan oleh mereka, kamu akan mengetahui bagaimanakah urusan diriku dan dirimu kelak di hadapan (peradilan)Nya'." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Dia benar —dia (nenek-nenek itu) benar—, Allah tidak akan menyucikan
suatu kaum yang tidak membela orang lemah mereka dari kekejaman orang kuat mereka. Hadis ini garib bila dipandang dari segi jalur periwayatannya. Ibnu Abud Dunia telah meriwayatkan hadis ini di dalam Kitabul Ahwal,
bahwa telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Salim dengan sanad yang sama. Firman Allah Swt.:
{وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَنْ يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلا أَبْصَارُكُمْ وَلا جُلُودُكُمْ}
Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan, dan kulitmu terhadapmu. (Fushshilat: 22) Yakni seluruh anggota tubuh mereka, juga kulit mereka, berkata kepada mereka saat mereka mencelanya
karena telah bersaksi terhadap mereka, "Mengapa kalian menyembunyikan dari kami apa yang dahulu kalian telah perbuat. Bahkan kalian berterus terang melakukan kekafiran dan durhaka kepada Allah,
sedangkan kalian tidak mempedulikan-Nya, menurut dugaan kalian, mengingat kalian tidak meyakini bahwa Dia mengetahui semua perbuatan kalian." Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَلَكِنْ ظَنَنْتُمْ أَنَّ اللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِمَّا تَعْمَلُونَ وَذَلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِي ظَنَنْتُمْ بِرَبِّكُمْ أَرْدَاكُمْ}
bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, prasangka itu telah membinasakan kamu.
(Fushshilat: 22-23) Dugaan yang tidak benar ini adalah keyakinan kalian, karena kalian meyakini bahwa Allah tidak mengetahui banyak tentang apa yang kalian perbuat. Hal inilah yang merusak dan membinasakan diri kalian
di hadapan Tuhan kalian.
{فَأَصْبَحْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ}
maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (Fushshilat: 23) Yakni kelak di tempat pemberhentian di hari kiamat, kalian merugikan diri kalian sendiri dan keluarga kalian.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ -رَحِمَهُ اللَّهُ-: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ عُمَارَةَ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ابن يَزِيدَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: كُنْتُ مُسْتَتِرًا بِأَسْتَارِ الْكَعْبَةِ فَجَاءَ ثَلَاثَةُ نَفَرٍ: قُرَشِيٌّ، وَخَتَنَاهُ ثَقَفِيَّانِ -أَوْ ثَقَفِيٌّ وَخَتَنَاهُ قُرَشِيَّانِ-كَثِيرٌ شَحْمُ بُطُونِهِمْ قَلِيلٌ فِقْهُ قُلُوبِهِمْ، فَتَكَلَّمُوا بِكَلَامٍ لَمْ أَسْمَعْهُ، فَقَالَ أَحَدُهُمْ: أَتَرَوْنَ أَنَّ اللَّهَ يَسْمَعُ كَلَامَنَا هَذَا؟ فَقَالَ الْآخَرُ: إِنَّا إِذَا رَفَعْنَا أَصْوَاتَنَا سَمِعَهُ ، وَإِذَا لَمْ نَرْفَعْهُ لَمْ يَسْمَعْهُ، فَقَالَ الْآخَرُ: إِنْ سَمِعَ مِنْهُ شَيْئًا سَمِعَهُ كُلَّهُ. قَالَ: فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَنْ يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلا أَبْصَارُكُمْ وَلا جُلُودُكُمْ} إِلَى قَوْلِهِ: {مِنَ الْخَاسِرِينَ}
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Ammar, dari Abdur Rahman ibnu Yazid, dari Abdullah r.a. yang mengatakan bahwa pada suatu hari
ia menutupi dirinya dengan kain kelambu Ka'bah di Ka'bah, lalu datanglah tiga orang lelaki, yaitu seorang Quraisy dan dua orang iparnya dari kabilah Saqif, atau seorang Saqif bersama dua orang Quraisy saudara iparnya.
Mereka berperut buncit semuanya, tetapi pengetahuan mereka minim sekali. Lalu mereka mengatakan suatu pembicaraan yang terdengar kurang jelas oleh Abdullah ibnu Mas'ud (yang sedang bersembunyi di balik kain kelambu Ka'bah).
Salah seorang dari mereka mengatakan, "Bagaimanakah pendapat kalian, apakah Allah mendengar perkataan kita sekarang ini?" Yang lain menjawab, "Sesungguhnya bila kita keraskan suara kita, Dia mendengarnya.
Tetapi bila kita tidak mengeraskannya, Dia tidak mendengarnya." Yang lainnya lagi mengatakan, "Bila Dia mendengar sesuatu dari pembicaraan kita, berarti Dia mendengar semuanya." Abdullah ibnu Mas'ud melanjutkan kisahnya,
bahwa lalu ia menceritakan peristiwa itu kepada Nabi Saw. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan, dan kulitmu terhadapmu. (Fushshilat: 22)
sampai dengan firman-Nya: termasuk orang-orang yang merugi. (Fushshilat: 23) Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dari Hannad, dari Abu Mu'awiyah dengan sanad yang semisal.
Imam Ahmad, Imam Muslim, dan Imam Turmuzi telah mengetengahkannya pula melalui hadis Sufyan Ats-Tsauri, dari Al-A'masy, dari Imarah ibnu Umair, dari Wahb ibnu Rabi'ah, dari Abdullah ibnu Mas'ud dengan lafaz yang semisal.
Imam Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkannya pula melalui hadis kedua Sufyan (Sufyan Ats-Tsauri dan Sufyan ibnu Uyaynah), keduanya dari Mansur, dari Mujahid, dari Abu Ma'mar, dari Abdullah ibnu Sakhbarah,
dari Ibnu Mas'ud r.a.
قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ: أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ، عَنْ بَهْزِ بْنِ حَكِيمٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِهِ: {أَنْ يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلا أَبْصَارُكُمْ وَلا جُلُودُكُمْ} قَالَ: "إِنَّكُمْ تُدعَون مُفَدَّمًا عَلَى أَفْوَاهِكُمْ بِالْفِدَامِ، فَأَوَّلُ شَيْءٍ يُبِينُ عَنْ أَحَدِكُمْ فَخِذُهُ وَكَفُّهُ".
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Bahz ibnu Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: dari persaksian pendengaran, penglihatan,
dan kulitmu terhadapmu. (Fushshilat: 22) Nabi Saw. bersabda: Sesungguhnya kamu dipanggil pada hari kiamat dalam keadaan mulut yang tersumbat dan mula-mula anggota tubuh seseorang dari kamu yang berbicara adalah paha (kaki)
dan tangannya. Ma'mar mengatakan bahwa lalu Al-Hasan membaca firman-Nya: Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, prasangka itu telah membinasakan kamu. (Fushshilat: 23)
Kemudian Al-Hasan mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Allah Swt. telah berfirman, "Aku selalu bersama hamba-Ku menurut dugaannya terhadap-Ku, dan Aku selalu bersamanya bila dia menyeru-Ku.” Kemudian Al-Hasan diam
seraya merenungkannya, lalu mengatakan, "Ingatlah, sesungguhnya amal perbuatan manusia itu menurut prasangka mereka terhadap Tuhan mereka. Adapun orang mukmin, maka dia berbaik prasangka terhadap Tuhannya,
karenanya ia beramal baik. Adapun orang kafir dan orang munafik, keduanya berburuk prasangka terhadap Allah, karena itu keduanya beramal buruk." Kemudian Al-Hasan mengatakan bahwa Allah Swt. telah berfirman:
Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan, dan kulitmu terhadapmu. (Fushshilat: 22) sampai dengan firman-Nya: Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu,
prasangka itu telah membinasakan kamu. (Fushshilat: 23), hingga akhir ayat.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا النَّضْرُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ الْقَاصُّ -وَهُوَ أَبُو الْمُغِيرَةِ-حَدَّثَنَا ابْنِ أَبِي لَيْلَى، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم: "لَا يَمُوتَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللَّهِ الظَّنَّ، فَإِنَّ قَوْمًا قَدْ أَرْدَاهُمْ سُوءُ ظَنِّهِمْ بِاللَّهِ، فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى: {وَذَلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِي ظَنَنْتُمْ بِرَبِّكُمْ أَرْدَاكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ}
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami An-Nadr ibnu Ismail Al-Qas alias Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Laila, dari Abu Zubair, dari Jabir r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Jangan sekali-kali seseorang dari kalian mati, melainkan dalam keadaan berbaik prasangka kepada Allah. Karena sesungguhnya ada suatu kaum yang menjadi binasa karena buruk prasangka mereka kepada Allah.
Allah Swt. telah berfirman: Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, prasangka itu telah membinasakan kamu, maka ' jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (Fushshilat: 23)
Adapun firman Allah Swt.:
{فَإِنْ يَصْبِرُوا فَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ وَإِنْ يَسْتَعْتِبُوا فَمَا هُمْ مِنَ الْمُعْتَبِينَ}
Jika mereka bersabar (menderita azab), maka nerakalah tempat diam mereka; dan jika mereka mengemukakan alasan-alasan, maka tidaklah mereka termasuk orang-orang yang diterima alasannya. (Fushshilat: 24)
Yakni sama saja bagi mereka apakah mereka tahan atau tidak tahan berada di dalam neraka, tiada jalan keluar bagi mereka darinya dan tiada pula jalan selamat bagi mereka darinya. Jika mereka mengemukakan alasannya,
maka tiada suatu alasan pun dari mereka yang diterima, dan tiada suatu hambatan pun yang dilenyapkan bagi mereka. Ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan jika mereka mengemukakan alasan-alasan.
(Fushshilat: 24) Yaitu mereka meminta agar dikembalikan ke dunia, maka tiada jawaban bagi permintaan mereka. Ibnu Jarir mengatakan bahwa makna ayat ini sama dengan firman Allah Swt. yang menceritakan keadaan mereka:
{قَالُوا رَبَّنَا غَلَبَتْ عَلَيْنَا شِقْوَتُنَا وَكُنَّا قَوْمًا ضَالِّينَ رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْهَا فَإِنْ عُدْنَا فَإِنَّا ظَالِمُونَ قَالَ اخْسَئُوا فِيهَا وَلا تُكَلِّمُونِ}
Mereka berkata, "Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami, dan adalah kami orang-orang yang sesat. Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami darinya (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka jika kami kembali
(juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.” Allah berfirman, "Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku.”(Al-Mu’minun: 106-108)
Surat Fussilat |41:20|
حَتَّىٰ إِذَا مَا جَاءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
ḥattaaa iżaa maa jaaa`uuhaa syahida 'alaihim sam'uhum wa abshooruhum wa juluuduhum bimaa kaanuu ya'maluun
Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan, dan kulit mereka menjadi saksi terhadap apa yang telah mereka lakukan.
Until, when they reach it, their hearing and their eyes and their skins will testify against them of what they used to do.
(Sehingga apabila) huruf Maa di sini adalah Zaidah atau tambahan (mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan.)
Tafsir Ibnu Katsir | Fussilat | 41 : 20 |
penjelasan ada di ayat 19
Surat Fussilat |41:21|
وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدْتُمْ عَلَيْنَا ۖ قَالُوا أَنْطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
wa qooluu lijuluudihim lima syahittum 'alainaa, qooluuu anthoqonallohullażiii anthoqo kulla syai`iw wa huwa kholaqokum awwala marrotiw wa ilaihi turja'uun
Dan mereka berkata kepada kulit mereka, "Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?" (Kulit) mereka menjawab, "Yang menjadikan kami dapat berbicara adalah Allah, yang (juga) menjadikan segala sesuatu dapat berbicara, dan Dialah yang menciptakan kamu yang pertama kali dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan."
And they will say to their skins, "Why have you testified against us?" They will say, "We were made to speak by Allah, who has made everything speak; and He created you the first time, and to Him you are returned.
(Dan mereka berkata kepada kulit mereka, "Mengapa kalian menjadi saksi terhadap kami" Kulit mereka menjawab, "Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai berkata)
yakni segala sesuatu yang dikehendaki-Nya dapat berbicara (dan Dialah Yang menciptakan kalian pada kali yang pertama dan hanya kepada-Nyalah kalian dikembalikan")
menurut suatu pendapat, dikatakan bahwa perkataan ini adalah perkataan kulit. Menurut pendapat yang lain, perkataan ini adalah firman Allah swt.
sebagaimana hal yang telah diterangkan sebelumnya, dan hal ini mirip sekali dengannya, yaitu: Bahwasanya Tuhan Yang mampu menciptakan kalian pada kali yang pertama,
lalu menghidupkan kalian kembali sesudah mati, Dia mampu pula untuk menjadikan kulit kalian dan anggota tubuh kalian lainnya untuk dapat berbicara.
Tafsir Ibnu Katsir | Fussilat | 41 : 21 |
penjelasan ada di ayat 19