Juz 25
Surat Ad-Dukhan |44:1|
حم
ḥaa miiim
Ha Mim
Ha, Meem.
(Ha Mim) hanya Allah sajalah yang mengetahui arti dan maksudnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 1 |
Tafsir ayat 1-8
Allah Swt. befirman, menceritakan tentang Al-Qur'an, bahwa Dia telah menurunkan Al-Qur'an di malam yang penuh dengan keberkatan. Sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{إِنَّا أَنزلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ}
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan. (Al-Qadr: 1) yang dalam istilah lain disebut Lailatul Qadar yang jatuh pada bulan Ramadan, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزلَ فِيهِ الْقُرْآنُ}
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an. (Al-Baqarah: 185) Kami telah menyebutkan hadis-hadis yang menerangkan tentangnya dalam fafsir surat Al-Baqarah,
hingga tidak perlu diulangi lagi di sini. Ada pula ulama yang mengatakan bahwa sesungguhnya malam yang penuh dengan keberkatan itu adalah malam Nisfu Sya’ban, seperti yang disebutkan di dalam riwayat yang bersumber
dari Ikrimah, maka sesungguhnya pendapat ini jauh dari kebenaran. Karena nas Al-Qur'an menyebutkannya di dalam bulan Ramadan. Dan hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah ibnu Saleh, dari Al-Laits, dari Aqil,
dari Az-Zuhri menyebutkan bahwa telah menceritakan kepadaku Usman ibnu Muhammad ibnul Mugirah ibnu Akhnas yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"تُقْطَعُ الْآجَالُ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى شَعْبَانَ، حَتَّى إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْكِحُ وَيُولَدُ لَهُ، وَقَدْ أُخْرِجَ اسْمُهُ فِي الْمَوْتَى"
Ajal itu diputuskan dari bulan Sya’ban hingga bulan Sya’ban berikutnya, sehingga seorang lelaki benar-benar kawin dan mempunyai anak, sedangkan daftar namanya telah dikeluarkan termasuk orang-orang (yang akan) mati.
Maka hadis ini berpredikat mursal, dan hadis yang seperti ini tidak dapat dijadikan sebagai dalil untuk menentang nas yang jelas. Firman Allah Swt.:
{إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ}
dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan. (Ad-Dukhan: 3) Yakni memberitahukan kepada manusia segala apa yang bermanfaat dan yang mudarat bagi mereka melalui hukum syara' agar alasan Allah Swt. telah ditegakkan terhadap hamba-hamba-Nya. Firman Allah Swt.:
{فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ}
Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (Ad-Dukhan: 4) Di malam Lailatul Qadar dijelaskan dari Lauh Mahfuz kepada para malaikat pencatat perihal urusan satu tahun dan ajal-ajal yang akan terjadi di tahun itu,
dan rezeki-rezeki yang di turunkan tahun itu, serta semua peristiwa yang akan terjadi padanya, dan lain sebagainya. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ibnu Umar, Mujahid, Abu Malik, dan Ad-Dahhak serta lain-lainnya
dari kalangan ulama Salaf. Firman Allah Swt.:
{حَكِيمٌ}
yang penuh hikmah. (Ad-Dukhan: 4) Yakni dengan keputusan yang tetap, tidak dapat diganti, tidak dapat pula diubah. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:
{أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا}
(yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. (Ad-Dukhan: 5) Semua urusan yang akan terjadi yang telah ditetapkan oleh takdir Allah Swt. dan apa yang telah diwahyukan oleh-Nya adalah berdasarkan perintah, izin, dan sepengetahuan-Nya.
{إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ}
Sesungguhnya Kami adalah yang mengutus rasul-rasul. (Ad-Dukhan: 5) Yakni Kamilah yang mengutus rasul kepada manusia untuk membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah yang jelas, karena sesungguhnya keperluan manusia akan hal ini sangat membutuhkannya, untuk itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:
{رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ رَبِّ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا}
sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, Tuhan Yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. (Ad-Dukhan: 6-7)
Yang menurunkan Al-Qur’an adalah Tuhan yang menguasai langit dan bumi, Yang menciptakan dan Yang memiliki keduanya beserta segala sesuatu yang ada pada keduanya.
{إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ}
jika kamu adalah orang-orang yang meyakini. (Ad-Dukhan: 7) Yaitu jika kamu adalah orang-orang yang membuktikannya dengan yakin. Kemudian Allah Swt. menyebutkan dalam firman berikutnya:
{لَا إِلَهَ إِلا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ رَبُّكُمْ وَرَبُّ آبَائِكُمُ الأوَّلِينَ}
Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menghidupkan dan Yang mematikan. (Dialah) Tuhanmu dan Tuhan-bapak-bapakmu yang terdahulu. (Ad-Dukhan: 8) Ayat ini semakna dengan firman-Nya:
{قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ}
Katakanlah, "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan Yang mematikan. (Al-A'raf: 158), hingga akhir ayat.
Surat Ad-Dukhan |44:2|
وَالْكِتَابِ الْمُبِينِ
wal-kitaabil-mubiin
Demi Kitab (Al-Qur´an) yang jelas,
By the clear Book,
(Demi Alkitab) yaitu Alquran (yang menjelaskan) yang memenangkan perkara yang halal atas perkara yang haram.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 2 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Ad-Dukhan |44:3|
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ
innaaa anzalnaahu fii lailatim mubaarokatin innaa kunnaa munżiriin
sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan.
Indeed, We sent it down during a blessed night. Indeed, We were to warn [mankind].
(Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkati) yaitu Lailatulkadar, atau malam pertengahan bulan Syakban. Pada malam tersebut diturunkanlah Alquran
dari Umul Kitab atau Lohmahfuz yaitu dari langit yang ketujuh hingga ke langit dunia (sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan) yang memperingatkan manusia dengan Alquran.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 3 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Ad-Dukhan |44:4|
فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
fiihaa yufroqu kullu amrin ḥakiim
Pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh Hikmah,
On that night is made distinct every precise matter -
(Pada malam itu) yakni pada malam Lailatulkadar, atau malam pertengahan bulan Syakban (dijelaskan) dirincikan (segala urusan yang penuh hikmah) segala urusan yang telah ditentukan,
yaitu berupa rezeki dan ajal serta perkara-perkara lainnya, mulai dari malam itu sampai dengan malam yang sama untuk tahun berikutnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 4 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Ad-Dukhan |44:5|
أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا ۚ إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ
amrom min 'indinaa, innaa kunnaa mursiliin
(yaitu) urusan dari sisi Kami. Sungguh, Kamilah yang mengutus Rasul-rasul,
[Every] matter [proceeding] from Us. Indeed, We were to send [a messenger]
(Yaitu urusan yang besar) rinciannya (dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah yang mengutus rasul-rasul) Nabi Muhammad dan rasul-rasul sebelumnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 5 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Ad-Dukhan |44:6|
رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
roḥmatam mir robbik, innahuu huwas-samii'ul-'aliim
sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui,
As mercy from your Lord. Indeed, He is the Hearing, the Knowing.
(Sebagai rahmat) maksudnya, karena belas kasihan kepada manusia diutuslah rasul-rasul kepada mereka (dari Rabbmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar) perkataan-perkataan mereka (lagi Maha Mengetahui) perbuatan-perbuatan mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 6 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Ad-Dukhan |44:7|
رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۖ إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ
robbis-samaawaati wal-ardhi wa maa bainahumaa, ing kuntum muuqiniin
Tuhan (yang memelihara) langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, jika kamu orang-orang yang meyakini.
Lord of the heavens and the earth and that between them, if you would be certain.
(Rabb yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya) jika dibaca Rabbus Samaawaati berarti menjadi Khabar yang ketiga, jika dibaca Rabbis Samaawaati
berarti menjadi Badal dari lafal Rabbika (jika kalian) hai penduduk Mekah (orang-orang yang meyakini) bahwasanya Dia adalah Rabb langit dan bumi, maka yakinilah bahwa Muhammad itu adalah rasul-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 7 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Ad-Dukhan |44:8|
لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ ۖ رَبُّكُمْ وَرَبُّ آبَائِكُمُ الْأَوَّلِينَ
laaa ilaaha illaa huwa yuḥyii wa yumiit, robbukum wa robbu aabaaa`ikumul-awwaliin
Tidak ada Tuhan selain Dia, Dia yang menghidupkan dan mematikan. (Dialah) Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu dahulu.
There is no deity except Him; He gives life and causes death. [He is] your Lord and the Lord of your first forefathers.
(Tidak ada tuhan melainkan Dia, Yang menghidupkan dan Yang mematikan Dialah Rabb kalian dan Rabb bapak-bapak kalian yang terdahulu.)
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 8 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Ad-Dukhan |44:9|
بَلْ هُمْ فِي شَكٍّ يَلْعَبُونَ
bal hum fii syakkiy yal'abuun
Tetapi mereka dalam keraguan, mereka bermain-main.
But they are in doubt, amusing themselves.
(Tetapi mereka dalam keragu-raguan) tentang adanya hari berbangkit (adalah orang-orang yang bermain-main) dengan maksud mengejek kamu,
hai Muhammad. Maka Nabi berdoa, "Ya Allah! Bantulah aku untuk menghadapi mereka, timpakanlah kepada mereka paceklik selama tujuh tahun sebagaimana paceklik yang diminta oleh Nabi Yusuf."
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 9 |
Tafsir ayat 9-16
Allah Swt. berfirman, "Tetapi orang-orang musyrik itu tenggelam di dalam keragu-raguannya." Yakni telah datang kepada mereka perkara yang hak lagi diyakini (agama Islam), sedangkan mereka meragukannya dan mendustakannya serta tidak mau membenarkannya. Kemudian Allah Swt. berfirman, mengancam mereka:
"لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَرَوْا عَشْرَ آيَاتٍ: طُلُوعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَالدُّخَانُ، وَالدَّابَّةُ، وَخُرُوجُ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ، وَخُرُوجُ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ، وَالدَّجَّالُ، وَثَلَاثَةُ خُسُوفٍ: خَسْفٌ بِالْمُشْرِقِ، وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ، وَخَسْفٌ بِجَزِيرَةِ الْعَرَبِ، وَنَارٌ تَخْرُجُ مِنْ قَعْرِ عَدَنَ تَسُوقُ النَّاسَ -أَوْ: تَحْشُرُ النَّاسَ-: تَبِيتُ مَعَهُمْ حَيْثُ بَاتُوا وَتَقِيلُ مَعَهُمْ حَيْثُ قَالُوا"
Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum kalian melihat sepuluh tanda (yang mengawalinya), yaitu terbitnya matahari dari arah barat, Dukhan (kabut), Dabbah (binatang melata), keluarnya ya-juj dan Ma-juj,
munculnya Isa putra Maryam dan Dajjal: terjadinya tiga kali gempa hebat, satu kali gempa di timur, satu kali gempa di Barat, dan satu kali lagi gempa di Jazirah Arabia; dan munculnya api dari daerah pedalaman
'Adn yang menggiring manusia —atau menghimpunkan manusia— api itu ikut menginap bersama mereka di tempat mereka menginap, dan ikut istirahat bersama mereka di tempat mereka istirahat.
Hadis ini diketengahkan oleh Imam Muslim secara tunggal di dalam kitab sahihnya. Dan di dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa Rasulullah Saw. berkata kepada Ibnu Sayyad:
"إِنِّي خَبَأْتُ لَكَ خَبْأ" قَالَ: هُوَ الدُّخ. فَقَالَ لَهُ: "اخْسَأْ فَلَنْ تَعْدُوَ قَدْرَكَ" قَالَ: وخبأ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ}
"Sesungguhnya aku sekarang menyembunyikan sesuatu terhadapmu" Ibnu Sayyad menjawab, "Itu adalah Ad-Dukh," (Belum lagi Ibnu Sayyad merampungkan ucapannya) Rasulullah Saw. memotongnya, "Terhinalah kamu,
kamu tidak akan dapat melampaui takdirmu (kedudukanmu). Rasulullah Saw. menyembunyikan terhadapnya firman Allah Swt.: Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata (Ad-Dukhan: 10)
Di dalam hadis ini terkandung pengertian yang menunjukkan bahwa peristiwa yang dimaksud masih dinanti-nantikan kedatangannya. Ibnu Sayyad mengetahui peristiwa itu melalui cara tenung dan mengatakannya melalui lisan Jin;
Jadi jinlah yang mengajarkan kepadanya kalimat itu, karena itulah Ibnu Sayyad mengatakannya bahwa peristiwa tersebut adalah Ad-Dukh, yakni Dukhan. Dan pada saat itu juga Rasulullah Saw. segera mengetahui
cara yang dipakai oleh Ibnu Sayyad, bahwa ia memakai cara setan. Maka beliau Saw. segera memotongnya melalui sabdanya: Terhinalah engkau, engkau tidak akan dapat melampaui kedudukanmu. Kemudian Ibnu Jarir mengatakan:
وَحَدَّثَنِي عِصَامُ بْنُ رَوَّاد بْنِ الْجَرَّاحِ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ سَعِيدٍ الثَّوْرِيُّ، حَدَّثَنَا مَنْصُورُ بْنُ الْمُعْتَمِرِ، عَنْ رِبْعِي بْنِ حِرَاش قَالَ: سَمِعْتُ حُذَيْفَةَ بْنَ الْيَمَانِ يَقُولُ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ أَوَّلَ الْآيَاتِ الدَّجَّالُ، وَنُزُولُ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ، وَنَارٌ تَخْرُجُ مِنْ قَعْرِ عَدَنَ أَبْيَنُ، تَسُوقُ النَّاسَ إِلَى الْمَحْشَرِ، تَقِيلُ مَعَهُمْ إِذَا قَالُوا، وَالدُّخَانُ-قَالَ حُذَيْفَةُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا الدُّخَانُ؟ فَتَلَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذِهِ الْآيَةَ: {فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ يَغْشَى النَّاسَ هَذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ} -يَمْلَأُ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، يَمْكُثُ أَرْبَعِينَ يَوْمًا وَلَيْلَةً، أَمَّا الْمُؤْمِنُ فَيُصِيبُهُ مِنْهُ كَهَيْئَةِ الزُّكْمَةِ ، وَأَمَّا الْكَافِرُ فَيَكُونُ بِمَنْزِلَةِ السَّكْرَانِ، يَخْرُجُ مِنْ مَنْخِرَيْهِ وَأُذُنَيْهِ وَدُبُرِهِ"
telah menceritakan kepadaku Isam ibnu Rawwad ibnul Jarrah, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Abu Sa'id As-Sauri, telah menceritakan kepada kami Mansur ibnu Mu'tamir,
dari Rab'i ibnu Hirasy yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Huzaifah ibnul Yaman r.a. mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya mula-mula pertanda (kiamat) ialah Dajjal,
turunnya Isa Putra Maryam a.s., api yang keluar dari pedalaman 'Adn, yang tampak jelas; api itu menggiring manusia ke tempat Mahsyar dan ikut istirahat bersama mereka di tempat mereka beristirahat,
dan munculnya Dukhan (kabut) Huzaifah r.a. bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan Dukhan itu?" Rasulullah Saw. menjawab dengan membacakan firman-Nya: Maka tunggulah hari ketika langit
membawa kabut yang nyata, yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih (Ad-Dukhan: 10-11) Kabut tersebut memenuhi semua kawasan yang ada di belahan timur dan belahan barat;
tinggal selama empat puluh hari empat puluh malam. Adapun orang mukmin hanya mengalami seperti terserang pilek akibat pengaruh kabut itu. Sedangkan orang kafir mengalami seperti orang yang mabuk;
kabut itu keluar dari lubang hidungnya, kedua telinganya, dan dubur (liang anus) nya. Ibnu Jarir mengatakan bahwa sekiranya hadis ini sahih, tentulah menjadi dalil yang menyelesaikan perbedaan pendapat dan sesungguhnya
ia tidak mau menyaksikan kesahihannya karena Muhammad ibnu Khalaf Al-Asqalani telah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Rawwad mengenai hadis ini, "Apakah engkau mendengarnya
dari Sufyan" Ibnu Rawwad menjawab, "Tidak." Muhammad ibnu Khalaf bertanya lagi, "Apakah engkau membacakan hadis itu terhadapnya" ia menjawab, "Tidak." aku bertanya lagi kepadanya "Apakah dibacakan kepadanya hadis ini,
sedangkan kamu menghadirinya, lalu ia mengakui hadis itu? Ia menjawab, "Tidak." aku bertanya, "Lalu dari manakah engkau mendapatkan hadis ini?" Ibnu Rawwad menjawab, "Suatu kaum datang kepadaku,
lalu mereka mengemukakan hadis ini kepadaku, dan mereka mengatakan kepadaku bahwa mereka mendengar hadis ini dariku. Kemudian mereka membacakannya kepadaku, setelah itu mereka pergi dengan membaca hadis ini,
dan mereka mengatakan bahwa mereka menceritakannya dariku." Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Muhammad ibnu Khalaf Al-Asqalani, atau hal yang semakna dengan kisah ini.
Ibnu Jarir dalam analisisnya terhadap hadis ini cukup jeli dan baik, karena sesungguhnya dengan sanad seperti ini, berarti hadis ini adalah hadis maudu' (buatan). Dan Ibnu Jarir banyak menyerang dan mengecam konteks-konteks
yang telah dikemukakan olehnya (Ibnu Rawwad) di berbagai tempat sehubungan dengan tafsir ini: di dalamnya terdapat banyak hal yang mungkar (diingkari), terlebih lagi dalam tafsir surat Bani Israil dan riwayat mengenai Masjidil Aqsa.
Hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ أَيْضًا: حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَوْفٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عَيَّاشٍ، حَدَّثَنِي أَبِي، حَدَّثَنِي ضَمْضَم بْنُ زُرعَة، عَنْ شُريح بْنِ عُبَيْدٍ، عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْعَرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إن رَبَّكُمْ أَنْذَرَكُمْ ثَلَاثًا: الدُّخَانَ يَأْخُذُ الْمُؤْمِنَ كَالزُّكْمَةِ، وَيَأْخُذُ الْكَافِرَ فَيَنْتَفِخُ حَتَّى يَخْرُجَ مِنْ كُلِّ مَسْمَعٍ مِنْهُ وَالثَّانِيَةُ الدَّابَّةُ وَالثَّالِثَةُ الدَّجَّالُ".
Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Auf, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail ibnu Iyasy, telah menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan kepadaku
Damdam ibnu Zur'ah dari Syuraih ibnu ubaid, dari Abu Malik Al-Asy'ari r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Tuhan kalian telah memperingatkan tiga perkara kepada kalian,
yaitu Dukhan (kabut) yang mengenai orang mukmin seperti penyakit pilek dan mengenai orang kafir yang menjadikannya kembung hingga kabut itu keluar dari semua lubang tubuhnya. Kedua ialah munculnya hewan
dan yang ketiga ialah munculnya Dajjal. Diriwayatkan juga oleh At Thabrani dari Hasyim bin Yazid, dari Muhammad bin Ismail bin Ayyas, dengan sanad yang sama, dan Sanad ini Jayyid.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَةَ، حَدَّثَنَا صَفْوَانُ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ، حَدَّثَنَا خَلِيلٌ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: "يَهِيجُ الدُّخَانُ بِالنَّاسِ، فَأَمَّا الْمُؤْمِنُ فَيَأْخُذُهُ كَالزُّكْمَةِ، وَأَمَّا الْكَافِرُ فَيَنْفُخُهُ حَتَّى يَخْرُجَ مِنْ كُلِّ مسمع منه".
Ibnu Abi Hatim berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Zur’ah, menceritakan kepada kami Shafwan, menceritakan kepada kami Al-Walid, telah menceritakan kepada kami Khalil dari Al-Hasan, dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a,
bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Dukhan (kabut) mengguncangkan manusia, tetapi bagi orang mukmim hanya mengalami hal seperti penyakit pilek, sedangkan orang kafir menjadi kembung karenanya sehingga kabut keluar
dari semua lubang yang ada pada tubuhnya. Sa'id ibnu Abu Arubah meriwayatkan hadis ini dari Qatadah, dari Al-Hasan dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a, secara mauquf. Sa'id ibnu Auf meriwayatkan hal yang semisal dari Al-Hasan.
Ibnu Abu Hatim. mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Saleh ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Al-Haris dari Ali r.a.
yang mengatakan bahwa pertanda (hari kiamat) berupa Dukhan (kabut) masih belum terjadi. Kabut itu mengenai orang mukmin bagaikan penyakit pilek, tetapi orang kafir menjadi kembung karenaya hingga menembusnya.
Ibnu Jarir meriwayatkan melalui Al-Walid ibnu Jami', dari Abdul Malik ibnul Mugirah, Abdur Rahman ibnus Sulaimani, dari Ibnu Umar r.a. yang mengatakan bahwa (kelak sebelum kiamat) muncul Dukhan (kabut)
dan melanda orang mukmin bagaikan penyakit pilek, dan kabut itu memasuki semua lubang tubuh orang kafir dan orang munafik sehingga seperti kepala yang dipanggang di atas bara yang panas. Kemudian Ibnu Jarir mengatakan,
telah menceritakan kepadaku Ya'kub telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, dari Ibnu Juraij, dari Abdullah ibnu Abu Mulaikah yang mengatakan bahwa pada suatu hari ia pergi mengunjungi Ibnu Abbas r.a.
Maka Ibnu Abbas berkata, "Tadi malam aku tidak dapat tidur sampai pagi hari." Aku bertanya, "Mengapa?" Ibnu Abbas menjawab, "Telah muncul bintang yang berekor, maka aku merasa khawatir
bila itu pertanda munculnya Dukhan (kabut), hingga aku tidak dapat tidur semalaman sampai pagi hari." Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dari ayahnya, dari Ibnu Umar, dari Sufyan, dari Abdullah ibnu Abu Yazid,
dari Abdullah ibnu Abu Mulaikah, dari Ibnu Abbas, lalu disebutkan hal yang semisal. Sanad riwayat ini memang sahih sampai kepada Ibnu Abbas r.a. ulama umat ini dan penerjemah Al-Qur'an. Hal yang sama telah dikatakan
oleh orang-orang yang sependapat dengan Ibnu Abbas dari kalangan sahabat dan tabiin, juga hadis-hadis marfu' dalam kitab-kitab sahih dan hasan serta hadis lainnya yang diketengahkan oleh mereka. Di dalamnya terkandung dalil
yang jelas dan dapat diterima, menyatakan bahwa Dukhan merupakan salah satu pertanda yang masih ditunggu-tunggu kedatangannya. Selain itu pengertian lahiriah ayat sependapat dengan ini, karena Allah Swt. telah berfirman:
{فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ}
Maka tunggulah ketika langit membawa kabut yang nyata. (Ad-Dukhan: 10) Yakni kabut yang nyata lagi jelas dapat dilihat oleh setiap orang. Tetapi menurut tafsir yang dikemukakan oleh Ibnu Mas'ud r.a,
sesungguhnya kabut itu hanyalah berasal dari ilusi, yang terlihat oleh mereka akibat kelaparan dan kepayahan yang menimpa mereka. Demikian pula apa yang disebutkan dalam firman berikutnya:
{يَغْشَى النَّاسَ}
yang meliputi manusia. (Ad-Dukhan: 11) Maksudnya, menutupi mereka semuanya secara merata. Seandainya kabut itu merupakan ilusi, tentulah yang mengalaminya hanyalah penduduk Mekah
yang musyrik saja, dan tidak akan disebutkan oleh firman-Nya: yang meliputi manusia. (Ad-Dukhan: 11) Adapun firman Allah Swt.:.
{هَذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ}
Inilah azab yang pedih (Ad-Dukhan: 11) Dikatakan hal ini kepada mereka dengan nada mengecam dan mencemoohkan. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain yaitu:
{يَوْمَ يُدَعُّونَ إِلَى نَارِ جَهَنَّمَ دَعًّا هَذِهِ النَّارُ الَّتِي كُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُونَ}
Pada hari mereka didorong ke neraka Jahanam dengan sekuat-kuatnya (dikatakan kepada mereka), "Inilah neraka yang dahulu kamu selalu mendustakannya.”(Ath-Thur: 13-14) Atau dapat pula diartikan bahwa ucapan itu dikatakan oleh sebagian dari mereka kepada sebagian yang lain. Firman Allah Swt.:
{رَبَّنَا اكْشِفْ عَنَّا الْعَذَابَ إِنَّا مُؤْمِنُونَ}
(mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, lenyapkanlah dari kami azab itu. Sesungguhnya kami akan beriman.” (Ad-Dukhan: 12) Yakni orang-orang kafir itu —di kala mereka menyaksikan azab Allah dan siksaan-Nya— memohon agar azab
dan siksaan itu dilenyapkan dari mereka dan mereka dibebaskan darinya. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ}
Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman.”
(tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan). (Al-An'am: 27) Dan juga apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ ظَلَمُوا رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ أَوَلَمْ تَكُونُوا أَقْسَمْتُمْ مِنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ}
Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim, "Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia)
walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul.” (Kepada mereka dikatakan), “Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?
(Ibrahim: 44) Hal yang sama dikatakan pula dalam surat ini melalui firman-Nya:
{أَنَّى لَهُمُ الذِّكْرَى وَقَدْ جَاءَهُمْ رَسُولٌ مُبِينٌ ثُمَّ تَوَلَّوْا عَنْهُ وَقَالُوا مُعَلَّمٌ مَجْنُونٌ}
Bagaimanakah mereka dapat menerima peringatan, padahal telah datang kepada mereka seorang rasul yang memberi penjelasan, kemudian mereka berpaling darinya dan berkata "Dia adalah
seorang yang menerima ajaran (dari orang lain) lagi seorang yang gila" (Ad-Dukhan: 13-14) Allah Swt. berfirman, "Mana mungkin mereka mau menerima peringatan, padahal telah kami utus kepada mereka seorang risalah
yang jelas risalah dan peringatan yang dibawanya, tetapi sekalipun demikian mereka berpaling darinya dan tidak setuju denganya, bahkan mendustakannya dan mengatakan, 'Dia adalah seorang yang menerima ajaran dari orang lain
lagi pula seorang yang gila'." Makna ayat ini sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الإنْسَانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرَى}
Pada hari itu ingatlah manusia, tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya (Al-Fajr: 23) Semakna pula dengan firman-Nya:
{وَلَوْ تَرَى إِذْ فَزِعُوا فَلا فَوْتَ وَأُخِذُوا مِنْ مَكَانٍ قَرِيبٍ وَقَالُوا آمَنَّا بِهِ وَأَنَّى لَهُمُ التَّنَاوُشُ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ }
Dan (Alangkah hebatnya) jikalau kamu melihat ketika mereka (orang-orang kafir) terperanjat ketakutan (pada hari kiamat); maka mereka tidak dapat melepaskan diri dan mereka ditangkap dari tempat yang dekat
(untuk dibawa ke neraka) dan (diwaktu itu) mereka berkata, 'Kami beriman kepada Allah, bagaimanakah mereka dapat mencapai (keimanan) dari tempat yang jauh itu (Saba: 51 -52) hingga akhir surat. Adapun firman Allah Swt.:
{إِنَّا كَاشِفُوا الْعَذَابِ قَلِيلا إِنَّكُمْ عَائِدُونَ}
Sesungguhnya (kalau) Kami akan melenyapkan siksaaan itu agak sedikit, sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar). (Ad-Dukhan: 15) Ada dua takwil sehubungan dengan makna ayat ini. Yang pertama, Allah Swt. berfirman,
"Seandainya Kami lenyapkan azab itu dari kalian dan Kami kembalikan kalian ke dunia, niscaya kalian akan kembali mengulangi perbuatan kalian yang terdahulu berupa kekafiran dan mendustakan kebenaran."
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman Allah Swt. dalam ayat yang lain, yaitu:
{وَلَوْ رَحِمْنَاهُمْ وَكَشَفْنَا مَا بِهِمْ مِنْ ضُرٍّ لَلَجُّوا فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ}
Andaikata mereka Kami belas kasihani, dan Kami lenyapkan kemudaratan yang mereka alami, benar-benar mereka akan terus menerus terombang-ambing dalam keterlaluan mereka. (Al-Mu’minun: 75) Dan semakna dengan firman-Nya:
{وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ}
Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka. (Al-An'am: 28)
Kedua, dapat diartikan bahwa makna yang dimaksud ialah sesungguhnya Kami menangguhkan azab dari kalian barang sebentar sesudah terpenuhinya semua penyebab turunnya azab kepada kalian,
sedangkan kalian masih terus-menerus melakukan kesesatan dan perbuatan melampaui batas. Dan pengertian 'dilenyapkannya azab dari mereka' bukan berarti mereka sedang mengalaminya,
semakna dengan apa yang disebutkan dalam firman-Nya:
{إِلا قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ}
Selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami lenyapkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu. (Yunus: 98)
Azab tidak sedang mereka alami dan masih belum sampai kepada mereka melainkan hanya penyebab-penyebabnya saja. Dan hal ini bukan berarti pula bahwa mereka telah meninggalkan kekafiran mereka,
lalu mereka kembali lagi kepada kekafiran itu. Allah Swt. telah berfirman, menceritakan perihal Syu'aib a.s. yang berkata kepada kaumnya saat mereka mengatakan kepadanya:
{لَنُخْرِجَنَّكَ يَا شُعَيْبُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَكَ مِنْ قَرْيَتِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا قَالَ أَوَلَوْ كُنَّا كَارِهِينَ قَدِ افْتَرَيْنَا عَلَى اللَّهِ كَذِبًا إِنْ عُدْنَا فِي مِلَّتِكُمْ بَعْدَ إِذْ نَجَّانَا اللَّه مِنْهَا}
"Sesungguhnya kami akan mengusir kamu, hai Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersamamu, dari kota kami; kecuali kamu kembali pada agama kami.” Berkata Syu'aib "Dan apakah (kamu akan mengusir kami),
kendatipun kami tidak menyukainya? Sungguh kami mengada-adakan kebohongan yang besar terhadap Allah, jika kami kembali kepada agamamu, sesudah Allah melepaskan kami darinya.” (Al-A'raf: 88-89)
Nabi Syu'aib sama sekali tidak pernah memeluk agama mereka dan tidak pula sejalan dengan mereka. Qatadah mengatakan bahwa makna ayat ialah sesungguhnya kalian akan kembali (melakukan perbuatan-perbuatan
yang menjerumuskan diri kalian ke dalam) azab Allah. Firman Allah Swt.:
{يَوْمَ نَبْطِشُ الْبَطْشَةَ الْكُبْرَى إِنَّا مُنْتَقِمُونَ}
(Ingatlah) hari (ketika) Kami menghantam mereka dengan hantaman yang keras. Sesungguhnya Kami adalah Pemberi balasan. (Ad-Dukhan: 16) Ibnu Mas'ud menafsirkan makna ayat ini, bahwa hari itu adalah Perang Badar.
Dan inilah yang dikatakan oleh sejumlah ulama yang sependapat dengan Ibnu Mas'ud r.a. dalam tafsir Ad-Dukhan (kabut) yang telah diterangkan sebelumnya.Telah diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas r.a. melalui riwayat Al-Aufi,
dari Ibnu Abbas dan dari Ubay ibnu Ka'b r.a. hal yang semisal. Pendapat ini merupakan salah satu dari takwilnya, tetapi lahiriah ayat menunjukkan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada hari kiamat, sekalipun dalam Perang Badar
dinamakan pula sebagai hari pembalasan.Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, telah menceritakan kepada kami Khalid Al-Hazza, dari Ikrimah yang mengatakan
bahwa Ibnu Abbas telah mengatakan bahwa Ibnu Mas'ud r.a. pernah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan hantaman yang keras adalah hari Perang Badar, tetapi menurut hemat saya (Ibnu Abbas) peristiwa itu terjadi
pada hari kiamat nanti. Sanad riwayat ini sahih bersumber dari Ibnu Abbas. Pendapat yang semisal dikatakan pula oleh Al-Hasan Al-Basri dan Ikrimah menurut salah satu di antara dua riwayat yang tersahih.
Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Surat Ad-Dukhan |44:10|
فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ
fartaqib yauma ta`tis-samaaa`u bidukhoonim mubiin
Maka tunggulah pada hari ketika langit membawa kabut yang tampak jelas,
Then watch for the Day when the sky will bring a visible smoke.
(Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata) maka kala itu bumi menjadi tandus kelaparan serta paceklik makin menjadi-jadi, sehingga karena memuncaknya keadaan,
akhirnya mereka melihat seolah-olah ada sesuatu yang berupa kabut di antara langit dan bumi.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 10 |
penjelasan ada di ayat 9
Surat Ad-Dukhan |44:11|
يَغْشَى النَّاسَ ۖ هَٰذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ
yaghsyan-naas, haażaa 'ażaabun aliim
yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih.
Covering the people; this is a painful torment.
(Yang meliputi manusia) lalu mereka berkata, ("Inilah azab yang pedih.)
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 11 |
penjelasan ada di ayat 9
Surat Ad-Dukhan |44:12|
رَبَّنَا اكْشِفْ عَنَّا الْعَذَابَ إِنَّا مُؤْمِنُونَ
robbanaksyif 'annal-'ażaaba innaa mu`minuun
(Mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, lenyapkanlah azab itu dari kami. Sungguh, kami akan beriman."
[They will say], "Our Lord, remove from us the torment; indeed, we are believers."
('Ya Rabb kami! Lenyapkanlah dari kami azab ini, Sesungguhnya kami akan beriman") atau percaya kepada nabi-Mu.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 12 |
penjelasan ada di ayat 9
Surat Ad-Dukhan |44:13|
أَنَّىٰ لَهُمُ الذِّكْرَىٰ وَقَدْ جَاءَهُمْ رَسُولٌ مُبِينٌ
annaa lahumuż-żikroo wa qod jaaa`ahum rosuulum mubiin
Bagaimana mereka dapat menerima peringatan, padahal (sebelumnya pun) seorang rasul telah datang memberi penjelasan kepada mereka,
How will there be for them a reminder [at that time]? And there had come to them a clear Messenger.
("Bagaimana mereka dapat menerima peringatan) maksudnya, iman tidak akan bermanfaat buat mereka bila azab diturunkan (padahal telah datang kepada mereka seorang rasul yang memberi penjelasan) artinya yang jelas risalahnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 13 |
penjelasan ada di ayat 9
Surat Ad-Dukhan |44:14|
ثُمَّ تَوَلَّوْا عَنْهُ وَقَالُوا مُعَلَّمٌ مَجْنُونٌ
ṡumma tawallau 'an-hu wa qooluu mu'allamum majnuun
kemudian mereka berpaling darinya dan berkata, "Dia itu orang yang menerima ajaran (dari orang lain) dan orang gila."
Then they turned away from him and said, "[He was] taught [and is] a madman."
(Kemudian mereka berpaling darinya dan berkata, "Dia adalah seorang yang menerima ajaran) maksudnya dia diajari Alquran oleh orang lain (lagi pula dia seorang yang gila.")
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 14 |
penjelasan ada di ayat 9
Surat Ad-Dukhan |44:15|
إِنَّا كَاشِفُو الْعَذَابِ قَلِيلًا ۚ إِنَّكُمْ عَائِدُونَ
innaa kaasyiful-'ażaabi qoliilan innakum 'aaa`iduun
Sungguh, (kalau) Kami melenyapkan azab itu sedikit saja, tentu kamu akan kembali (ingkar).
Indeed, We will remove the torment for a little. Indeed, you [disbelievers] will return [to disbelief].
(Sesungguhnya kalau Kami lenyapkan siksaan itu) kelaparan dan paceklik itu dari mereka selama beberapa waktu (dalam waktu yang tidak lama)
lalu Allah melenyapkan azab itu dari mereka (sesungguhnya kalian akan kembali) kepada kekafiran, dan memang mereka kembali lagi kepada kekafirannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 15 |
penjelasan ada di ayat 9
Surat Ad-Dukhan |44:16|
يَوْمَ نَبْطِشُ الْبَطْشَةَ الْكُبْرَىٰ إِنَّا مُنْتَقِمُونَ
yauma nabthisyul-bathsyatal-kubroo, innaa muntaqimuun
(Ingatlah) pada hari (ketika) Kami menghantam mereka dengan keras. Kami pasti memberi balasan.
The Day We will strike with the greatest assault, indeed, We will take retribution.
Ingatlah (hari ketika Kami menghantam dengan hantaman yang keras) yaitu pada perang Badar. (Sesungguhnya Kami Pemberi balasan) kepada orang-orang yang kafir itu. Lafal Al-Bathsyu artinya menghantam dengan keras.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 16 |
penjelasan ada di ayat 9
Surat Ad-Dukhan |44:17|
وَلَقَدْ فَتَنَّا قَبْلَهُمْ قَوْمَ فِرْعَوْنَ وَجَاءَهُمْ رَسُولٌ كَرِيمٌ
wa laqod fatannaa qoblahum qouma fir'auna wa jaaa`ahum rosuulung kariim
Dan sungguh, sebelum mereka, Kami benar-benar telah menguji kaum Fir´aun dan telah datang kepada mereka seorang Rasul yang mulia,
And We had already tried before them the people of Pharaoh, and there came to them a noble messenger,
(Sesungguhnya telah Kami coba) Kami uji (sebelum mereka kaum Firaun) berikut Firaun sendiri (dan telah datang kepada mereka seorang rasul) yaitu Nabi Musa a.s. (yang mulia) di sisi Allah swt.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 17 |
Tafsir ayat 17-33
Allah Swt. berfirman, bahwa sesungguhnya sebelum orang-orang musyrik itu Kami telah menguji kaum Fir'aun bangsa Egypt yang tinggal di negeri Mesir.
{وَجَاءَهُمْ رَسُولٌ كَرِيمٌ}
Dan telah datang kepada mereka seseorang rasul yang mulia. (Ad-Dukhan: 17) yaitu Musa a.s. yang pernah diajak berbicara langsung oleh Allah Swt.
{أَنْ أَدُّوا إِلَيَّ عِبَادَ اللَّهِ}
(dengan berkata) "Serahkanlah hamba-hamba Allah (Bani Israil yang kamu perbudak) kepadaku. (Ad-Dukhan: 18) semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{فَأَرْسِلْ مَعَنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلا تُعَذِّبْهُمْ قَدْ جِئْنَاكَ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكَ وَالسَّلامُ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى}
Maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang-orang yang mengikuti petunjuk. (Thaha: 47) Adapun firman Allah Swt.:
{إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ}
Sesungguhnya aku adalah utusan (Allah) yang dipercaya kepadamu. (Ad-Dukhan: 18) Yakni dipercaya oleh-Nya untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kalian. Firman Allah Swt.:
{وَأَنْ لَا تَعْلُوا عَلَى اللَّهِ}
dan janganlah kamu menyombongkan diri terhadap Allah. (Ad-Dukhan: 19) Maksudnya, janganlah kamu bersikap angkuh dari mengikuti petunjuk ayat-ayat-Nya, dan tunduk patuh kepada bukti-bukti-Nya,
serta beriman kepada keterangan-keterangan-Nya. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ}
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina. (Al-Mu’min: 60) Firman Allah Swt. menceritakan ucapan Musa a.s.:
{إِنِّي آتِيكُمْ بِسُلْطَانٍ [مُبِينٍ] }
Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata. (Ad-Dukhan: 19) Yaitu dengan bukti yang jelas dan gemblang, berupa mukjizat-mukjizat yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadanya dan dalil-dalil yang pasti.
{وَإِنِّي عُذْتُ بِرَبِّي وَرَبِّكُمْ أَنْ تَرْجُمُونِ}
Dan sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari keinginanmu merajamku (Ad-Dukhan: 20) Ibnu Abbas r.a. mengatakan —demikian pula Abu Saleh— bahwa yang dimaksud dengan rajam ialah rajam
dengan lisan alias mencaci maki. Qatadah mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan rajam di sini adalah rajam dengan batu. Makna ayat ialah 'aku berlindung kepada Allah yang telah menciptakan diriku dan diri kalian
agar jangan sampai kalian menyentuhku dengan perbuatan atau ucapan yang buruk.'
{وَإِنْ لَمْ تُؤْمِنُوا لِي فَاعْتَزِلُونِ}
dan jika kamu tidak beriman kepadaku, maka biarkanlah aku (memimpin Bani Israil). (Ad-Dukhan: 21) Yakni janganlah kamu menghalang-halangiku lagi dan biarkanlah urusan ini damai antara aku dan kamu
hingga Allah memutuskan di antara kita. Dan setelah Musa a.s. tinggal dalam waktu yang cukup lama di kalangan mereka seraya menegakkan Hujah-hujah Allah terhadap mereka, maka usaha itu tidaklah menambahkan
kepada mereka selain kekufuran dan keingkaran. Maka Musa a.s. berdoa kepada Tuhannya untuk memberi pelajaran terhadap mereka, dan doanya itu dikabulkan langsung menimpa mereka. Sebagaimana yang disebutkan
oleh firman-Nya:
{وَقَالَ مُوسَى رَبَّنَا إِنَّكَ آتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلأهُ زِينَةً وَأَمْوَالا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا رَبَّنَا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِكَ رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَلا يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ قَالَ قَدْ أُجِيبَتْ دَعْوَتُكُمَا فَاسْتَقِيمَا}
Musa berkata, "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir’aun, dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan kami —akibatnya mereka menyesatkan (manusia)
dari jalan Engkau.— Ya Tuhan Kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih.” Allah berfirman, "Sesungguhnya telah diperkenankan
permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus.”(Yunus: 88-89) Hal yang sama dikatakan pula dalam ayat ini melalui firman-Nya:
{فَدَعَا رَبَّهُ أَنَّ هَؤُلاءِ قَوْمٌ مُجْرِمُونَ}
Kemudian Musa berdoa kepada Tuhannya, "Sesungguhnya mereka ini adalah kaum yang berdosa (segerakanlah azab kepada mereka).” (Ad-Dukhan: 22) Maka pada saat itu Allah Swt. memerintahkan kepada Musa
agar keluar membawa kaum Bani Israil meninggalkan negeri Mesir tanpa pamit dahulu kepada Fir'aun, melainkan pergi dengan diam-diam. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:
{فَأَسْرِ بِعِبَادِي لَيْلا إِنَّكُمْ مُتَّبَعُونَ}
(Allah berfirman), "Maka berjalanlah kamu dengan membawa hamba-hamba-Ku pada malam hari, 'sesungguhnya kamu akan dikejar.” (Ad-Dukhan: 23) sama seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَلَقَدْ أَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنْ أَسْرِ بِعِبَادِي فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيقًا فِي الْبَحْرِ يَبَسًا لَا تَخَافُ دَرَكًا وَلا تَخْشَى}
dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa, "Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut, kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam).” (Thaha: 77) Adapun firman Allah Swt.:
{وَاتْرُكِ الْبَحْرَ رَهْوًا إِنَّهُمْ جُنْدٌ مُغْرَقُونَ}
dan biarkanlah laut itu tetap terbelah. Sesungguhnya mereka adalah tentara yang akan ditenggelamkan. (Ad-Dukhan: 24) demikian itu karena ketika Musa telah membawa Bani Israil menyeberangi laut itu,
maka ia bermaksud memukulkan tongkatnya lagi ke laut itu, agar laut kembali tertutup oleh airnya seperti semula, sehingga menjadi penghalang antara mereka dan Fir'aun beserta pasukannya, karenanya Fir'aun
tidak dapat mengejar mereka. Maka Allah memerintahkan kepada Musa a.s. agar membiarkan laut itu tetap kering, dan menyampaikan berita gembira kepada Musa bahwa mereka adalah pasukan yang akan ditenggelamkan
di dalam laut itu (bila telah masuk semuanya). Dan sesungguhnya Musa tidak usah takut tersusul dan tidak usah takut tenggelam. Ibnu Abbas r.a. mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan biarkanlah laut itu
tetap terbelah. (Ad-Dukhan: 24) yakni seperti itu dan berjalanlah terus kamu. Mujahid mengatakan bahwa rahwan artinya jalan yang kering seperti keadaan saat dipukul oleh Musa dengan tongkatnya. Allah Swt. berfirman,
"Janganlah kamu perintahkan laut supaya menutup sebelum orang yang terakhir dari pasukan Fir'aun masuk ke dalamnya." Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah, Ar-Rabi' ibnu Anas Ad-Dahhak, Qatadah, Ibnu Zaid, Ka'bul Ahbar,
Sammak ibnu Harb, serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:
{كَمْ تَرَكُوا مِنْ جَنَّاتٍ} وَهِيَ الْبَسَاتِينُ {وَعُيُونٍ وَزُرُوعٍ}
Alangkah banyaknya taman-taman dan mata air yang mereka tinggalkan, dan kebun-kebun. (Ad-Dukhan: 25-26) Yang dimaksud dengan jannat ialah kebun-kebun, dan yang dimaksud dengan mata air ialah sungai-sungai dan sumur-sumur.
{وَمَقَامٍ كَرِيمٍ}
Serta tempat-tempat yang indah-indah. (Ad-Dukhan: 26) Yaitu tempat-tempat tinggal yang antik-antik dan tempat-tempat yang indah-indah. Mujahid dan Sa'id ibnu Jubair mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
Serta tempat-tempat yang indah-indah. (Ad-Dukhan: 26) Maksudnya, mimbar-mimbar. Ibnu Lahi'ah telah meriwayatkan dari Wahb ibnu Abdullah Al-Mu'afiri, dari Abdullah ibnu Amr r.a. yang mengatakan bahwa Sungai Nil Mesir
adalah rajanya semua sungai. Allah Swt. telah menundukkan baginya semua sungai, baik yang ada dibelahan timur maupun yang ada di belahan barat, dan semuanya itu dijinakkan oleh Allah untuk Sungai Nil.
Apabila Allah hendak menjadikan Sungai Nil pasang, maka Dia memerintahkan kepada semua sungai agar membantu Sungai Nil, lalu semua sungai membantunya, dan Allah memancarkan baginya mata air-mata air dari bumi.
Dan apabila pasangnya telah habis menurut apa yang dikehendaki oleh Allah Swt, maka Allah memerintahkan kepada setiap air untuk kembali kepada sumbernya masing-masing. Abdullah ibnu Amr r.a. telah mengatakan sehubungan
dengan makna firman Allah Swt.: Alangkah banyaknya taman dan mata air yang mereka tinggalkan, dan kebun-kebun serta tempat-tempat yang indah-indah, dan kesenangan-kesenangan yang mereka menikmatinya.
(Ad-Dukhan: 25-27) Bahwa taman-taman itu berada di kedua sisi tepi Sungai Nil mulai dari hulu sampai hilirnya, yaitu mulai dari Aswan sampai ke Rasyid. Sungai Nil di negeri Mesir mempunyai sembilan danau
(aliran sungai yang melebar membentuk danau), yaitu di Iskandaria, Dimyat, Firdaus, Manaf, Fayyum, Muntaha, dan semua daerah yang dapat dicapai oleh airnya ditanami dan dijadikan lahan pertanian,
mulai dari hulu sampai ke hilirnya temasuk bukit-bukit yang ada di kedua sisinya. Dahulu pengairan negeri Mesir diambil dari Sungai Nil yang dari permukaan tanah kedalaman permukaan airnya mencapai enam belas hasta,
tetapi hal itu dapat dilakukan berkat keahlian penduduknya yang mengatur pengairan dari bendungan-bendungan dan danau-danaunya.
{وَنَعْمَةٍ كَانُوا فِيهَا فَاكِهِينَ}
Dan kesenangan-kesenangan yang mereka menikmatinya. (Ad-Dukhan: 27) Yakni kehidupan yang nikmat yang mereka bergelimangan di dalamnya. Mereka dapat memakan apa yang mereka kehendaki dan berpakaian
menurut apa yang mereka senangi. Selain itu mereka memiliki harta yang berlimpah, kedudukan dan kekuasaan di negeri Mesir. Maka semuanya itu dicabut dari mereka dalam satu saat saja. Mereka meninggal dunia,
lalu tempat kembali mereka adalah neraka Jahanam, dan seburuk-buruk tempat kembali adalah Jahanam. Sedangkan negeri Mesir dan semua kekayaannya beralih ke tangan bangsa Bani Israil, sebagaimana yang disebutkan
di dalam firman-Nya:
{كَذَلِكَ وَأَوْرَثْنَاهَا بَنِي إِسْرَائِيلَ}
demikianlah halnya dan Kami anugerahkan semuanya (itu) kepada Bani Israil. (Asy-Syu'ara: 59) Dalam ayat yang lain disebutkan oleh firman-Nya:
{وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِينَ كَانُوا يُسْتَضْعَفُونَ مَشَارِقَ الأرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ الْحُسْنَى عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ بِمَا صَبَرُوا وَدَمَّرْنَا مَا كَانَ يَصْنَعُ فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهُ وَمَا كَانُوا يَعْرِشُونَ}
Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bagian timur bumi dan bagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji)
untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka. (Al-A'raf: 137) Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{كَذَلِكَ وَأَوْرَثْنَاهَا قَوْمًا آخَرِينَ}
demikianlah, dan Kami wariskan semua itu kepada kaum yang lain. (Ad-Dukhan: 28) Mereka adalah kaum Bani Israil, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Firman Allah Swt.:
{فَمَا بَكَتْ عَلَيْهِمُ السَّمَاءُ وَالأرْضُ}
Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka. (Ad-Dukhan: 29) Yakni mereka tidak mempunyai amal saleh yang dinaikkan ke pintu-pintu langit, karena itu langit menangisi kehilangan mereka. Dan mereka tidak mempunyai
satu petak tanah pun di bumi ini yang padanya dilakukan pemyembahan kepada Allah Swt. yang karenanya tanah tersebut menangisi kehilangan mereka. Karena itulah maka mereka berhak untuk tidak mendapat masa tangguh
karena kekafiran mereka, kejahatan mereka, dan sikap mereka yang angkuh lagi pengingkar. Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan di dalam kitab musnadnya:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ إِسْحَاقَ الْبَصْرِيُّ، حَدَّثَنَا مَكِّيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ عُبَيْدَةَ، حَدَّثَنِي يَزِيدُ الرَّقَاشِيُّ، حَدَّثَنِي أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَا مِنْ عَبْدٍ إِلَّا وَلَهُ فِي السَّمَاءِ بَابَانِ: بَابٌ يَخْرُجُ مِنْهُ رِزْقُهُ، وَبَابٌ يَدْخُلُ مِنْهُ عَمَلُهُ وَكَلَامُهُ، فَإِذَا مَاتَ فَقَدَاهُ وَبَكَيَا عَلَيْهِ" وَتَلَا هَذِهِ الْآيَةَ: {فَمَا بَكَتْ عَلَيْهِمُ السَّمَاءُ وَالأرْضُ} وذُكر أَنَّهُمْ لَمْ يَكُونُوا عَمِلُوا عَلَى الْأَرْضِ عَمَلًا صَالِحًا يَبْكِي عَلَيْهِمْ. وَلَمْ يَصْعَدْ لَهُمْ إِلَى السَّمَاءِ مِنْ كَلَامِهِمْ وَلَا مِنْ عَمَلِهِمْ كَلَامٌ طَيِّبٌ، وَلَا عَمَلٌ صَالِحٌ فَتَفْقِدَهُمْ فَتَبْكِيَ عَلَيْهِمْ
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ishaq Al-Basri, telah menceritakan kepada kami Makki ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ubaidah, telah menceritakan keapdaku Yazid Ar-Raqqasyi,
telah menceritakan kepadaku Anas ibnu Malik r.a. dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Tiada seorang hamba pun melainkan mempunyai dua buah pintu di langit; sebuah pintu untuk jalan turun rezekinya,
dan sebuah pintu lagi untuk masuk amal dan ucapannya. Apabila hamba yang bersangkutan meninggal dunia, maka kedua pintu itu merasa kehilangan dia dan menangisi kepergiannya. Lalu Nabi Saw. membaca ayat ini:
Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka. (Ad-Dukhan: 29) Menurut suatu riwayat, mereka tidak pernah mengerjakan suatu amal saleh pun di muka bumi ini yang menyebabkan bumi menangisi kepergian mereka.
Dan tiada ucapan dan amal perbuatan mereka yang dinaikkan ke langit, yaitu ucapan yang baik dan amal yang saleh, yang karenanya langit merasa kehilangan mereka, lalu menangisi kepergian mereka. Imam Ibnu Abu Hatim
telah meriwayatkan hal ini melalui Musa ibnu Ubaidah Ar-Rabzi.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ طَلْحَةَ، حَدَّثَنِي عِيسَى بْنُ يُونُسَ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ شُرَيْحِ بْنِ عُبَيْدٍ الْحَضْرَمِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْإِسْلَامَ بَدَأَ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ غَرِيبًا. أَلَا لَا غُرْبَةَ عَلَى مُؤْمِنٍ مَا مَاتَ مُؤْمِنٌ فِي غُرْبَةٍ غَابَتْ عَنْهُ فِيهَا بَوَاكِيهِ إِلَّا بَكَتْ عَلَيْهِ السَّمَاءُ والأرض". ثم قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {فَمَا بَكَتْ عَلَيْهِمُ السَّمَاءُ وَالأرْضُ} ثُمَّ قَالَ: "إِنَّهُمَا لَا يَبْكِيَانِ عَلَى الْكَافِرِ"
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Talhah, telah menceritakan kepadaku Isa ibnu Yunus, dari Safwan ibnu Amr, dari Syuraih ibnu Ubaid Al-Hadrami yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw,
pernah bersabda: Sesungguhnya Islam itu asing permulaannya dan kelak akan kembali asing seperti semula. Ingatlah, tiada keterasingan bagi orang mukmin. Tidak sekali-kali seorang mukmin meninggal dunia
di pengasingan yang padanya tiada seorang pun yang menangisi kepergiannya, melainkan langit dan bumi menangisi kepergiannya. Kemudian Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka.
(Ad-Dukhan: 29) Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya langit dan bumi tidak akan menangisi kematian orang kafir. Ibnu Abu Hatim mengatakan,- telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Isam,
telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad (Yakni Az Zubairi), telah menceritakan kepada kami Al-Ala ibnu Saleh, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Abbad ibnu Abdullah yang telah menceritakan, bahwa pernah ada seorang lelaki bertanya
kepada sahabat Ali r.a, "Apakah langit dan bumi menangisi seseorang?" maka Ali r.a. menjawab, "Sesungguhnya engkau menanyakan kepadaku sesuatu hal yang belum pernah ditanyakan oleh seorang pun sebelummu.
Sesungguhnya tiada seorang hamba pun melainkan mempunyai tempat salat di bumi dan tempat naik amalnya di langit. Dan sesungguhnya Fir'aun dan kaumnya tidak mempunyai suatu amal saleh pun di bumi ini dan tidak pula mereka
memiliki suatu amal pun yang dinaikkan ke langit." Kemudian Ali r.a. membaca firman-Nya: Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka dan mereka pun tidak diberi tangguh. (Ad-Dukhhan: 29) Ibnu Jarir mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Talq ibnu Ganam, dari Zaidah, dari Mansur, dari Minhal, dari Sa'id ibnu Jubair yang menceritakan bahwa pernah seorang lelaki datang kepada Ibnu Abbas r.a,
lalu bertanya, "Hai Abul Abbas, bagaimanakah pendapatmu tentang firman Allah Swt.: 'Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka dan mereka pun tidak diberi tangguh.' (Al-Dukhan: 29) Maka apakah langit dan bumi itu
dapat menangisi kematian seseorang?" Ibnu Abbas menjawab, "Ya, sesungguhnya tiada seorang makhluk pun melainkan mempunyai pintu di langit yang darinya turun rezekinya dan dengan melaluinya amal perbuatannya dinaikkan.
Maka apabila seorang mukmin meninggal dunia pintunya yang di langit tempat naik amalnya dan tempat turun rezekinya ditutup, lalu ia merasa kehilangan dia dan menangisinya. Dan tempat dia biasa mengerjakan salatnya di bumi
dan tempat ia biasa berzikir kepada Allah Swt. bila dia meninggal, merasa kehilangan dia dan menangisinya. Dan sesungguhnya kaum Fir'aun itu tidak mempunyai jekak-jejak yang baik di bumi, tidak pula memiliki kebaikan
yang dinaikkan ke langit kepada Allah Swt. Maka langit dan bumi tidak menangisi kematian mereka."Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. hal yang semisal dengan atsar di atas. Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan
dari Abu Yahya Al-Qattat, dari Mujahid, dari Ibnu 'Abbas r.a. yang menceritakan bahwa menurut suatu pendapat, bumi menangisi kematian seorang mukmin selama empat puluh hari. Mujahid mengatakan,
bahwa lalu ia bertanya kepada Ibnu Abbas, "Apakah bumi dapat menangis?" Ibnu Abbas menjawab, "Apakah engkau merasa heran?" mengapa bumi tidak menangisi kematian seseorang yang telah meramaikannya dengan rukuk,
dan sujud padanya? dan mengapa langit tidak menangisi kematian seseorang hamba yang takbir dan tasbihnya berkumandang seperti suara lebah?" Qatadah mengatakan bahwa kematian Fir'aun dan kaumnya dinilai sangat hina
untuk ditangisi oleh langit dan bumi. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Abdus Salam ibnu Asim, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ismail
telah menceritakan kepada kami Al-Mustawrid ibnu Sabiq dari Ubaidul Maktab dari Ibrahim yang mengatakan bahwa langit sejak dunia ada belum pernah menangis kecuali karena kematian dua orang. Aku bertanya kepada Ubaid,
"Bukankah langit dan bumi menangisi kematian orang mukmin?" Ubaid menjawab, "Yang menangisinya adalah tempat naik amalnya saja". Ubaid bertanya, "Tahukah kamu, apakah pertanda langit menangis?" Aku menjawab "Tidak tahu".
Ubaid mengatakan, "Pertanda langit menangis ialah kelihatan memerah bagaikan bunga mawar seperti kilapan minyak. Sesungguhnya ketika Nabi Yahya ibnu Zakaria dibunuh, langit tampak memerah dan meneteskan darah.
Dan sesungguhnya ketika Al-Husain ibnu Ali r.a. dibunuh langit tampak memerah. Telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Abu Gassan Muhammad ibnu Amr Zanij,
telah menceritakan kepada kami Jarir, Dari Yazid ibnu Abu Ziad yang mengatakan bahwa ketika Al-Husain ibnu Ali r.a. dibunuh, langit kelihatan memerah selama empat bulan. Yazid mengatakan bahwa menangisnya langit itu
bila ia tampak memerah. Hal yang sama telah dikatakan oleh As-Sadiyyul Kabir. Ata Al-Khurrasani mengatakan bahwa menangisnya langit itu bila semua ujungnya tampak memerah. Mereka (kaum Syi'ah) menyebutkan pula
sehubungan dengan peristiwa terbunuhnya Husain ibnu Ali r.a, bahwa tiada suatu batu pun yang dibalikkan pada hari terbunuhnya Al-Husain, melainkan ditemukan di bawahnya darah berserakan.
Dan di hari itu matahari mengalami gerhana dan ufuk langit kelihatan memerah serta batu-batu banyak yang berjatuhan. Semua pendapat tentang ini masih diragukan dan perlu diteliti lagi kebenarannya,
yang jelas semua riwayat di atas merupakan buatan golongan Syi'ah dan kedustaan mereka untuk membesar-besarkan peristiwa itu. Memang benar peristiwa terbunuhnya Al-Husain ibnu Ali termasuk peristiwa yang besar,
tetapi tidaklah terjadi apa yang dibuat-buat oleh mereka ini. Padahal telah terjadi peristiwa yang lebih besar dari terbunuhnya Al-Husain ibnu Ali r.a, tetapi tidak terjadi sesuatu pun yang disebutkan oleh mereka itu.
Karena sesungguhnya ayah Al-Husain sendiri (yaitu Ali ibnu Abu Talib r.a.) yang jelas lebih utama daripadanya menurut kesepakatan semuanya, tetapi ternyata tiada sesuatu pun dari hal itu yang terjadi.
Dan ketika Usman ibnu Affan r.a. terbunuh secara aniaya dalam kepungan, ternyata tidak terjadi pula sesuatu dari hal tersebut. Begitu pula ketika Umar ibnul Khattab r.a. terbunuh di mihrab dalam salat subuhnya,
yang kaum muslim belum pernah tertimpa musibah apa pun sebelum perisitwa tersebut, tetapi ternyata tidak terjadi sesuatu pun dari hal tersebut. Berikut ini Rasulullah Saw. penghulu manusia di dunia dan akhirat,
di hari kewafatannya tiada sesuatu pun dari hal itu yang terjadi. Dan di hari kewafatan putranya (yaitu Sayyid Ibrahim) matahari mengalami gerhana. Maka orang-orang mengatakan, bahwa matahari gerhana karena kematian Ibrahim.
Lalu Rasulullah Saw. mengajak mereka Salat gerhana dan berkhotbah kepada mereka, antara lain beliau Saw. menjelaskan bahwa sesungguhnya matahari dan rembulan tidaklah mengalami gerhana karena kematian seseorang
atau kelahirannya. Firman Allah Swt.:
{وَلَقَدْ نَجَّيْنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنَ الْعَذَابِ الْمُهِينِ مِنْ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ كَانَ عَالِيًا مِنَ الْمُسْرِفِينَ}
Dan sesungguhnya telah Kami selamatkan Bani Israil dari siksaan yang menghinakan, dari (azab) Fir’aun. Sesungguhnya dia adalah orang yang sombong, salah seorang dari orang-orang yang melampaui batas (Ad-Dukhan: 30-31)
Allah Swt. mengingatkan mereka kepada anugerah yang telah Dia berikan kepada mereka, karena Dia telah menyelamatkan mereka dari perlakuan Fir'aun atas diri mereka, yaitu memperbudak mereka,
menjadikan mereka bangsa yang hina, dan mempekerjakan mereka untuk kerja-kerja kasar lagi berat. Firman Allah Swt.:
{مِنْ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ كَانَ عَالِيًا}
dari azab Fir’aun. Sesungguhnya dia adalah orang yang sombong. (Ad-Dukhan: 31) Yakni angkuh, sewenang-wenang, lagi pengingkar kebenaran. Semakna dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلا فِي الأرْضِ }
Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi. (Al-Qashash: 4) Dan firman Allah Swt.:
{فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا عَالِينَ}
maka mereka ini takabur dan mereka adalah orang-orang yang sombong (Al-Mu’mimun: 46) yakni melampaui batas dalam urusannya dan lemah pendapatnya. Dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَلَقَدِ اخْتَرْنَاهُمْ عَلَى عِلْمٍ عَلَى الْعَالَمِينَ}
Dan sesungguhnya telah Kami pilih mereka dengan pengetahuan (Kami) atas bangsa-bangsa. (Ad-Dukhan: 32) Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami pilih mereka dengan pengetahuan (kami)
atas bangsa-bangsa. (Ad-Dukhan: 32) Yaitu di atas semua orang yang ada di zaman mereka. Qatadah mengatakan bahwa mereka (Bani Israil) dipilih oleh Allah atas orang-orang yang semasa dengan mereka.
Demikian itu karena dikatakan bahwa di setiap zaman terdapat orang yang 'alimnya tersendiri. Pengertian ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{قَالَ يَا مُوسَى إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ}
Allah berfirman, "Hai Musa, sesungguhnya aku memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain (di masamu)." (Al-A'raf: 144) Yakni atas orang-orang yang hidup di masanya. Semakna pula dengan apa yang disebutklan oleh firman-Nya tentang Maryam a.s.:
{وَاصْطَفَاكِ عَلَى نِسَاءِ الْعَالَمِينَ}
dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yarig semasa dengan kamu). (Ali Imran: 42) Karena sesungguhnya Siti Khadijah r.a. adakalanya lebih utama daripada dia, paling tidak menyamainya dalam keutamaan,
demikian pula Asiah binti Muzahim istri Fir'aun. Dan keutamaan Siti Aisyah r.a. atas kaum wanita sama dengan keutamaan makanan Sarid atas makanan lainnya. Firman Allah Swt.:
{وَآتَيْنَاهُمْ مِنَ الآيَاتِ}
Dan Kami telah memberikan kepada mereka di antara tanda-tanda kekuasaan (Kami). (Ad-Dukhan: 33) Yakni hujah-hujah, keterangan-keterangan dan mukjizat-mukjizat yang berbeda dengan hukum alam,
{مَا فِيهِ بَلاءٌ مُبِينٌ}
sesuatu yang di dalamnya terdapat nikmat yang nyata. (Ad-Dukhan: 33) Maksudnya, ujian yang jelas bagi orang yang mendapat petunjuk tentang seluk-beluknya.
Surat Ad-Dukhan |44:18|
أَنْ أَدُّوا إِلَيَّ عِبَادَ اللَّهِ ۖ إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ
an adduuu ilayya 'ibaadalloh, innii lakum rosuulun amiin
(dengan berkata), "Serahkanlah kepadaku hamba-hamba Allah (Bani Israil). Sesungguhnya aku adalah utusan (Allah) yang dapat kamu percaya,
[Saying], "Render to me the servants of Allah. Indeed, I am to you a trustworthy messenger,"
(Dengan berkata, "Hendaknya) atau hendaknyalah (kalian tunaikan kepadaku) apa yang aku seru kalian untuk melakukannya, yaitu beriman kepada Allah. Maksudnya,
tampakkanlah iman kalian kepadaku, hai (hamba-hamba Allah. Sesungguhnya aku adalah utusan Allah yang dipercaya kepada kalian) dipercaya untuk menyampaikan apa yang aku diutus untuknya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 18 |
penjelasan ada di ayat 17
Surat Ad-Dukhan |44:19|
وَأَنْ لَا تَعْلُوا عَلَى اللَّهِ ۖ إِنِّي آتِيكُمْ بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ
wa al laa ta'luu 'alalloh, inniii aatiikum bisulthoonim mubiin
dan janganlah kamu menyombongkan diri terhadap Allah. Sungguh, aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata.
And [saying], "Be not haughty with Allah. Indeed, I have come to you with clear authority.
(Dan Janganlah kalian menyombongkan diri) berlaku takabur (terhadap Allah) yaitu tidak menaati-Nya. (Sesungguhnya aku datang kepada kalian dengan membawa bukti)
tanda bukti (yang nyata") yang menunjukkan kebenaran risalahku. Tetapi sebaliknya mereka mengancam akan merajamnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 19 |
penjelasan ada di ayat 17
Surat Ad-Dukhan |44:20|
وَإِنِّي عُذْتُ بِرَبِّي وَرَبِّكُمْ أَنْ تَرْجُمُونِ
wa innii 'użtu birobbii wa robbikum an tarjumuun
Dan sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu, dari ancamanmu untuk merajamku,
And indeed, I have sought refuge in my Lord and your Lord, lest you stone me.
Maka berdoalah Nabi Musa, ("Dan sesungguhnya aku berlindung kepada Rabbku dan Rabb kalian, dari keinginan kalian merajamku) dengan batu.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 20 |
penjelasan ada di ayat 17
Surat Ad-Dukhan |44:21|
وَإِنْ لَمْ تُؤْمِنُوا لِي فَاعْتَزِلُونِ
wa il lam tu`minuu lii fa'taziluun
dan jika kamu tidak beriman kepadaku, maka biarkanlah aku (memimpin Bani Israil)."
But if you do not believe me, then leave me alone."
(Dan jika kalian tidak beriman kepadaku) tidak percaya kepadaku (maka biarkanlah aku") artinya, janganlah kalian menyakitiku, akan tetapi mereka tidak mau membiarkannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 21 |
penjelasan ada di ayat 17
Surat Ad-Dukhan |44:22|
فَدَعَا رَبَّهُ أَنَّ هَٰؤُلَاءِ قَوْمٌ مُجْرِمُونَ
fa da'aa robbahuuu anna haaa`ulaaa`i qoumum mujrimuun
Kemudian dia (Musa) berdoa kepada Tuhannya, "Sungguh, mereka ini adalah kaum yang berdosa (segerakanlah azab kepada mereka)."
And [finally] he called to his Lord that these were a criminal people.
(Kemudian Musa berdoa kepada Rabbnya, "Bahwasanya) (mereka ini adalah kaum yang berdosa") orang-orang yang musyrik.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 22 |
penjelasan ada di ayat 17
Surat Ad-Dukhan |44:23|
فَأَسْرِ بِعِبَادِي لَيْلًا إِنَّكُمْ مُتَّبَعُونَ
fa asri bi'ibaadii lailan innakum muttaba'uun
(Allah berfirman), "Karena itu berjalanlah dengan hamba-hamba-Ku pada malam hari, sesungguhnya kamu akan dikejar,
[Allah said], "Then set out with My servants by night. Indeed, you are to be pursued.
Maka Allah swt. berfirman, ("Maka berjalanlah kamu) lafaz ini dapat dibaca Fa-asri atau Fasri (dengan membawa hamba-hamba-Ku) yaitu Bani Israel (pada malam hari, sesungguhnya kalian akan dikejar) oleh Firaun dan kaumnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 23 |
penjelasan ada di ayat 17
Surat Ad-Dukhan |44:24|
وَاتْرُكِ الْبَحْرَ رَهْوًا ۖ إِنَّهُمْ جُنْدٌ مُغْرَقُونَ
watrukil-baḥro rohwaa, innahum jundum mughroquun
dan biarkanlah laut itu terbelah. Sesungguhnya mereka bala tentara yang akan ditenggelamkan."
And leave the sea in stillness. Indeed, they are an army to be drowned."
(Dan biarkanlah laut itu) apabila kamu dan pengikut-pengikutmu telah menempuhnya (terbelah) tenang dalam keadaan terbelah hingga orang-orang Koptik atau kaum Firaun memasukinya
(sesungguhnya mereka adalah tentara yang akan ditenggelamkan") maka tenanglah kamu jangan khawatir. Akhirnya mereka ditenggelamkan.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 24 |
penjelasan ada di ayat 17
Surat Ad-Dukhan |44:25|
كَمْ تَرَكُوا مِنْ جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ
kam tarokuu min jannaatiw wa 'uyuun
Betapa banyak taman-taman dan mata air-mata air yang mereka tinggalkan,
How much they left behind of gardens and springs
(Alangkah banyaknya taman yang mereka tinggalkan) yaitu kebun-kebun (dan mata air) yang mengalir.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 25 |
penjelasan ada di ayat 17
Surat Ad-Dukhan |44:26|
وَزُرُوعٍ وَمَقَامٍ كَرِيمٍ
wa zuruu'iw wa maqooming kariim
juga kebun-kebun serta tempat-tempat kediaman yang indah,
And crops and noble sites
(Dan kebun-kebun serta tempat-tempat yang indah-indah) atau tempat yang bagus.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 26 |
penjelasan ada di ayat 17
Surat Ad-Dukhan |44:27|
وَنَعْمَةٍ كَانُوا فِيهَا فَاكِهِينَ
wa na'mating kaanuu fiihaa faakihiin
dan kesenangan-kesenangan yang dapat mereka nikmati di sana,
And comfort wherein they were amused.
(Dan nikmat) kesenangan (yang dahulu mereka bergelimang di dalamnya) bersenang-senang di dalamnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 27 |
penjelasan ada di ayat 17
Surat Ad-Dukhan |44:28|
كَذَٰلِكَ ۖ وَأَوْرَثْنَاهَا قَوْمًا آخَرِينَ
każaalik, wa auroṡnaahaa qouman aakhoriin
demikianlah, dan Kami wariskan (semua) itu kepada kaum yang lain.
Thus. And We caused to inherit it another people.
(Demikianlah) lafal Kadzaalika ini menjadi Khabar dari Mubtada; maksudnya, perkaranya demikianlah. (Dan Kami wariskan semua itu) yakni harta benda mereka (kepada kaum yang lain) yakni, kaum Bani Israel.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 28 |
penjelasan ada di ayat 17
Surat Ad-Dukhan |44:29|
فَمَا بَكَتْ عَلَيْهِمُ السَّمَاءُ وَالْأَرْضُ وَمَا كَانُوا مُنْظَرِينَ
fa maa bakat 'alaihimus-samaaa`u wal-ardh, wa maa kaanuu munzhoriin
Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka, dan mereka pun tidak diberi penangguhan waktu.
And the heaven and earth wept not for them, nor were they reprieved.
(Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka) berbeda dengan orang-orang yang beriman, jika mereka mati tanah tempat sholat mereka menangisinya
dan langit tempat naiknya amal mereka menangisinya pula (dan mereka pun tidak diberi tangguh) diakhirkan tobatnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 29 |
penjelasan ada di ayat 17
Surat Ad-Dukhan |44:30|
وَلَقَدْ نَجَّيْنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنَ الْعَذَابِ الْمُهِينِ
wa laqod najjainaa baniii isrooo`iila minal-'ażaabil-muhiin
Dan sungguh, telah Kami selamatkan Bani Israil dari siksaan yang menghinakan,
And We certainly saved the Children of Israel from the humiliating torment -
(Dan sesungguhnya telah Kami selamatkan Bani Israel dari siksa yang menghinakan) yakni dari pembunuhan Firaun terhadap anak-anak laki-laki mereka dan perbudakannya terhadap anak-anak perempuan mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 30 |
penjelasan ada di ayat 17
Surat Ad-Dukhan |44:31|
مِنْ فِرْعَوْنَ ۚ إِنَّهُ كَانَ عَالِيًا مِنَ الْمُسْرِفِينَ
min fir'auun, innahuu kaana 'aaliyam minal-musrifiin
dari (siksaan) Fir´aun, sungguh, dia itu orang yang sombong, termasuk orang-orang yang melampaui batas.
From Pharaoh. Indeed, he was a haughty one among the transgressors.
(Dari siksaan Firaun) menurut suatu pendapat menjadi Badal dari lafal Al'Adzaabi yang ada pada ayat sebelumnya dengan memperkirakan adanya Mudhaf sebelumnya,
yaitu lafal 'Adzaabi, lengkapnya Min 'Adzaabi Firaun, artinya: dari siksaan Firaun. Tetapi menurut pendapat lain ia menjadi Hal atau kata keterangan keadaan dari lafal Al 'Adzaabi
(sesungguhnya dia adalah orang yang sombong lagi salah seorang dari orang-orang yang melampaui batas.)
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 31 |
penjelasan ada di ayat 17
Surat Ad-Dukhan |44:32|
وَلَقَدِ اخْتَرْنَاهُمْ عَلَىٰ عِلْمٍ عَلَى الْعَالَمِينَ
wa laqodikhtarnaahum 'alaa 'ilmin 'alal-'aalamiin
Dan sungguh, Kami pilih mereka (Bani Israil) dengan ilmu (Kami) di atas semua bangsa (pada masa itu).
And We certainly chose them by knowledge over [all] the worlds.
(Dan sesungguhnya telah Kami pilih mereka) yaitu kaum Bani Israel (dengan pengetahuan) Kami yang mengetahui semua keadaan mereka (atas orang-orang yang pandai)
di zamannya, yakni mereka dipilih menjadi orang-orang yang lebih pandai daripada orang-orang yang pandai di zamannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 32 |
penjelasan ada di ayat 17
Surat Ad-Dukhan |44:33|
وَآتَيْنَاهُمْ مِنَ الْآيَاتِ مَا فِيهِ بَلَاءٌ مُبِينٌ
wa aatainaahum minal-aayaati maa fiihi balaaa`um mubiin
Dan telah Kami berikan kepada mereka di antara tanda-tanda (kebesaran Kami) sesuatu yang di dalamnya terdapat nikmat yang nyata.
And We gave them of signs that in which there was a clear trial.
(Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepada mereka di antara tanda-tanda kekuasaan Kami sesuatu yang di dalamnya terdapat cobaan yang nyata)
yang dimaksud adalah nikmat yang nyata, yaitu dapat dibelahnya laut, diturunkannya manna dan salwa serta mukjizat-mukjizat lainnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 33 |
penjelasan ada di ayat 17
Surat Ad-Dukhan |44:34|
إِنَّ هَٰؤُلَاءِ لَيَقُولُونَ
inna haaa`ulaaa`i layaquuluun
Sesungguhnya mereka (kaum musyrik) itu pasti akan berkata,
Indeed, these [disbelievers] are saying,
(Sesungguhnya mereka itu) yakni orang-orang kafir Mekah (benar-benar berkata,)
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 34 |
Tafsir ayat 34-37
Allah Swt. mengingkari perbuatan orang-orang musyrik yang ingkar terhadap hari berbangkit dan hari kemudian. Mereka berkeyakinan bahwa tiada kehidupan itu melainkan hanya kehidupan di dunia ini, dan tiada kehidupan lagi sesudah mati,
tiada hari berbangkit, dan tiada hari pembalasan. Mereka mengatakan demikian dengan beralasan bapak moyang mereka telah tiada, ternyata mereka tidak kembali lagi, dan jika hari berbangkit itu benar,
{فَأْتُوا بِآبَائِنَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}
maka datangkanlah (kembali) bapak-bapak kami jika kamu memang orang-orang yang benar. (Ad-Dukhan: 36) Ini adalah alasan yang batil dan alibi yang kacau serta tidak benar, karena sesungguhnya hari berbangkit itu
hanya terjadi pada hari kiamat dan bukan di kehidupan dunia, bahkan terjadi hari berbangkit itu justru sesudah usia dunia habis dan lenyap, lalu Allah mengulangi penciptaan mereka dalam ciptaan yang baru.
Dan dia menjadikan orang-orang yang zalim untuk menghuni neraka Jahanam sebagai umpannya. Hal ini terjadi di hari ketika kamu sekalian menjadi saksi atas umat manusia dan Rasul pun menjadi saksi atas kalian.
Kemudian Allah Swt. mengancam mereka dan memperingatkan mereka terhadap azab-Nya yang tidak dapat ditolak, seperti yang telah menimpa orang-orang yang serupa dengan mereka di masa dahulu dari kalangan
orang-orang yang mempersekutukan Allah lagi ingkar kepada hari berbangkit. Sebagai contohnya ialah kaum Tubba, yaitu kaum Saba', Allah telah membinasakan mereka, merusak negeri mereka, serta menjadikan mereka bercerai berai
di berbagai negeri di luar negeri mereka, seperti yang telah diterangkan di dalam tafsir surat Saba'. Mereka adalah kaum musyrik yang mula-mula ingkar kepada adanya hari kemudian.
Demikian pula dalam surat Ad-Dukhan ini, orang-orang musyrik diserupakan dengan kaum Tubba'; dan mereka pun dahulunya adalah orang-orang Arab dari Qahtan, sebagaimana orang-orang musyrik Mekah pun
adalah orang-orang Arab dari 'Adnan. Dahulu orang-orang Himyar (yakni kaum Saba') bila mengangkat seorang raja untuk mereka, mereka menjulukinya dengan gelar Tubba', seperti dikatakan Kisra bagi Raja Persia,
Kaisar bagi Raja Romawi, Fir’aun bagi Raja Mesir, Negus bagi Raja Habsyah, dan julukan-julukan lainnya yang berlaku di kalangan tiap bangsa. Tetapi telah disepakati di kalangan ahli sejarah bahwa sebagian dari para Tubba'
ada yang keluar dari negeri Yaman dan menjelajahi berbagai negeri hingga sampai di Samarkand. Di tanah pengembaraan ia mendirikan kerajaan hingga kerajaannya kuat dan pengaruhnya besar, begitu pula bala tentaranya,
kerajaannya luas, dan rakyatnya banyak. Dialah yang membangun kota Hirah. Telah disepakati pula bahwa dia dalam perjalanannya melalui kota Madinah, yang hal ini terjadi di masa Jahiliah. Lalu ia bermaksud akan memerangi penduduknya,
tetapi penduduk Madinah mempertahankan dirinya dan memerangi mereka di siang hari, sedangkan di malam harinya penduduk Madinah menjamu mereka. Akhirnya raja itu malu terhadap penduduk Madinah dan akhirnya
dia tidak lagi memerangi mereka. Raja itu membawa serta dua orang pendeta Yahudi yang pernah menasehatinya, keduanya menceritakan kepada rajanya bahwa tiada cara baginya untuk menaklukkan kota Madinah ini,
karena sesungguhnya kota ini kelak akan dijadikan tempat hijrah nabi akhir zaman. Maka si raja meneruskan perjalanannya, dan membawa serta'kedua pendeta Yahudi itu ke negeri Yaman.
Ketika raja itu melewati Mekah, ia berkehendak akan merobohkan Ka'bah, tetapi kedua pendeta Yahudi itu melarangnya melaksanakan niatnya itu. Keduanya menceritakan kepadanya kebesaran dari Ka'bah itu,
bahwa Ka'bah tersebut dibangun oleh Ibrahim kekasih Allah, dan kelak di masa mendatang Ka'bah akan mempunyai kedudukan yang besar di masa nabi yang akan diutus di akhir zaman nanti. Akhirnya si Raja itu menghormatinya,
dan melakukan tawaf di sekelilingnya dan memberinya kain kelambu, hadiah-hadiah, dan berbagai macam pakaian. Kemudian ia kembali meneruskan perjalanannya menuju negeri Yaman, dia menyeru penduduk Yaman
untuk beragama Yahudi sama dengan dirinya. Di masa itu agama yang tersebar adalah agama nabi Musa a.s. Di negeri Yaman terdapat sebagian orang yang mendapat hidayah sebelum Al-Masih diutus.
Akhirnya sebagian penduduk Yaman masuk agama Yahudi mengikuti jejak rajanya. Kisah ini secara panjang lebar diceritakan oleh Imam Muhamad Ibnu Ishaq di dalam Kitabus Sirah-nya. Al-Hafiz Ibnu Asakir telah mengetengahkan
biografi raja ini di dalam kitab tarikhnya. Banyak peristiwa yang dikemukakan olehnya, sebagian di antaranya seperti yang telah disebutkan di atas dan sebagian lainnya yang tidak kami sebutkan. Ibnu Asakir mengatakan
bahwa raja tersebut adalah Raja Dimasyq. Disebutkan bahwa apabila memeriksa kudanya, maka dibariskan untuknya kuda-kuda dari kota Dimasyq sampai ke Yaman.
Kemudian Al-Hafiz ibnu Asakir mengetengahkan melalui jalur Abdur Razzaq dari Ma'mar dari Ibnu Abu Zi-b dari Al-Maqbari, dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
"مَا أَدْرِي الْحُدُودُ طَهَّارَةٌ لِأَهْلِهَا أَمْ لَا؟ وَلَا أَدْرِي تُبَّعٌ لَعِينًا كَانَ أَمْ لَا؟ وَلَا أَدْرِي ذُو الْقَرْنَيْنِ نَبِيًّا كَانَ أَمْ مَلِكًا؟ " وَقَالَ غَيْرُهُ: "أَعُزَيْرًا كَانَ نَبِيًّا أَمْ لَا؟ ".
Aku tidak mengetahui apakah hukuman had itu dapat membersihkan pelakunya (dari dosa yang dilakukannya) ataukah tidak? Dan aku tidak mengetahui apakah Tubba' itu dikutuk ataukah tidak;
dan aku tidak mengetahui apakah Zul Qarnain; itu seorang nabi ataukah seorang raja? Dan di dalam riwayat lain disebutkan: (Aku tidak mengetahui) apakah Uzair itu seorang nabi ataukah bukan?
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari Muhammad Ibnu Hamma Az-Zahrani, dari Abdur Razzaq. Ad-Daruqutni mengatakan bahwa Abdur Razzaq meriwayatkan hadis ini secara munfarid (tunggal).
Kemudian Ibnu Asakir meriwayatkan melalui jalur Muhammad ibnu Kuraib, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas r.a. secara marfu':
"عُزيرُ لَا أَدْرِي أَنَبِيًّا كَانَ أَمْ لَا؟ وَلَا أَدْرِي أَلَعِينٌ تُبَّع أَمْ لَا؟ "
Aku tidak tahu, apakah Uzair seorang nabi ataukah bukan? Dan aku tidak tahu apakah Tubba' seorang yang dilaknat ataukah bukan ? Kemudian Ibnu Asakir mengetengahkan riwayat yang melarang mencaci dan melaknat Tubba',
seperti yang akan diterangkan kemudian, Insya Allah. Seakan-akan —hanya Allah Yang Maha Mengetahui— pada awalnya Tubba' kafir, lalu masuk Islam dan mengikuti agama Musa a.s. di tangan pendeta-pendeta Yahudi di masa itu
yang berada pada jalan kebenaran sebelum Al-Masih diutus. Tubba' ini sempat berhaji ke Baitullah di masa orang-orang Jurhum, dan memberinya kain kelambu dari sutra dan kain hibarah serta menyembelih kurban di dekatnya
sebanyak enam ribu ekor unta; Tubba' ini menghormati dan memuliakan Ka'bah (Baitullah). Sesudah itu ia kembali ke negeri Yaman. Al-Hafiz Ibnu Asakir telah mengetengahkan kisahnya dengan panjang lebar melalui berbagai jalur
dari Ubay ibnu Ka'b, Abdullah ibnu Salam, dan Abdullah ibnu Abbas r.a. juga Ka'bul Ahbar. Kisah ini memang bersumber dari Ka'bul Ahbar—juga dari Abdullah ibnu Salam—yang predikatnya jauh lebih kuat, lebih besar, dan lebih 'alim.
Dan hal yang sama telah diriwayatkan pula kisah mengenainya oleh Wahb ibnu Munabbih dan Muhammad ibnu Ishaq di dalam kitab Sirah-nya, seperti yang telah kita kenal. Tetapi Al-Hafiz Ibnu Asakir pada sebagian konteks
yang dikemukakannya sehubungan dengan autobiografi Tubba' mengalami sedikit kekacauan karena dicampur dengan autobiografi orang yang datang sesudahnya (Tubba') dalam masa yang cukup lama. Karena sesungguhnya Tubba'
yang diisyaratkan di dalam Al-Qur'an ini kaumnya masuk Islam di tangannya, kemudian setelah ia wafat kaumnya kembali kepada kesesatan, yaitu menyembah berhala dan api. Maka Allah mengazab mereka,
sebagaimana yang disebutkan d"i dalam tafsir surat Saba*'. Kami telah menceritakan kisahnya dengan panjang lebar dalam tafsir surat tersebut. Sa’id ibnu Jubair mengatakan bahwa Tubba' telah memberi kelambu pada Ka'bah
dan Sa'id ibnu Jubair melarang orang-orang mencaci Tubba'. Tubba' yang ini adalah Tubba' yang pertengahan, nama aslinya adalah As'ad alias Abu Kuraib ibnu Malyakrib Al-Yamani. Para ahli sejarah menyebutkan bahwa
dia menjadi raja kaumnya selama tiga ratus dua puluh enam tahun; tiada seorang raja pun di Himyar yang masa pemerintahannya lebih lama daripada dia. Dia meninggal dunia sebelum Nabi Saw.
diutus dalam kurun waktu tujuh ratus tahun sebelumnya. Para ahli sejarah menceritakan bahwa ketika dua rabi Yahudi Madinah itu menceritakan kepada Tubba' bahwa negeri ini (yakni Madinah) kelak akan menjadi
tempat hijrah nabi akhir zaman yang bernama Ahmad. Maka Tubba' membuat sya'ir mengenai hal tersebut untuk penduduk Madinah, dan mereka melestarikannya dengan meriwayatkannya secara turun-temurun,
generasi demi genarasi, dari pendahulu mereka kepada generasi berikutnya. Dan termasuk orang yang hafal syair tersebut adalah Abu Ayyub Khalid ibnu Zaid yang rumahnya dipakai untuk tempat Rasulullah Saw.
tinggal (Sementara waktu di Madinah). Dia mengatakan:
شَهِدْتُ عَلَى أَحْمَدَ أنَّه ... رَسُولٌ مِنَ اللهِ بَاري النَّسَمْ ... فَلَو مُدَّ عُمْري إِلَى عُمْرِهِ ... لَكُنْت وَزيرا لَهُ وَابْنَ عَمْ ... وَجَاهَدْتُ بالسَّيفِ أعْدَاءَهُ ... وَفرَّجتُ عَنْ صَدْرِه كُلَّ غَمْ ...
Aku bersaksi bahwa Ahmad seorang utusan dari Allah Pencipta manusia. Seandainya usiaku dipanjangkan sampai ke zamannya, tentulah aku menjadi pembantunya dan sebagai saudara sepupunya.
Tentu pula aku akan berjihad dengan pedang melawan semua musuhnya, dan aku akan melenyapkan semua hal yang menyusahkan hatinya. Ibnu Abud Dunia telah meriwayatkan bahwa di masa Islam
pernah dilakukan suatu penggalian terhadap sebuah kuburan kuno di kota Sana' dan ternyata mereka menjumpai dua jenazah wanita yang keduanya masih utuh. Di dekat kepala masing-masing terdapat lempengan perak
yang ditulis dengan emas, menyebutkan bahwa ini adalah kuburan Huyay dan Tamis, yang menurut riwayat lain menyebutkan Huyay dan Tumadir; keduanya adalah anak perempuan Tubba' mereka berdua meninggal dunia
dalam keadaan beragama Tauhid, yakni telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Allah dan keduanya tidak pernah mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun. Begitu pula yang dipegang teguh
oleh orang-orang saleh yang ada di masanya hingga mereka meninggal. Telah kami ceritakan pula di dalam tafsir surat Saba Syair Saba' mengenai hal tersebut. Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa Ka'b
pernah mengatakan tentang Tubba' dia adalah seorang lelaki saleh. Allah telah mencela perbuatan kaumnya, tetapi dia tidak dicela. Dan Ka'b mengatakan bahwa Aisyah r.a. pernah mengatakan, "Janganlah kalian mencela Tubba',
karena sesungguhnya dia adalah seorang yang saleh."
وَقَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَة، حَدَّثَنَا صَفْوَانُ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بن لَهِيعَة عَنْ أَبِي زُرْعَة -يَعْنِي عَمْرَو بْنَ جَابِرٍ الْحَضْرَمِيَّ-قَالَ: سَمِعْتُ سَهْلَ بْنَ سَعْدٍ السَّاعِدِيَّ يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا تَسُبُّوا تُبَّعًا؛ فَإِنَّهُ قَدْ كَانَ أَسْلَمَ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Safwan, telah menceritakan kepada kami Al-Walid, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Lahi'ah,
dari Abu Zar'ah (Yakni Amr ibnu Jabir Al-Hadrami) yang telah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Sahl ibnu Sa'd As-Sa'idi r.a. mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Janganlah kalian mencaci Tubba',
karena sesungguhnya dia adalah orang yang telah masuk Islam. Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini di dalam kitab musnadnya, dari Hasan ibnu Musa, dari Ibnu Lahi'ah dengan sanad yang sama.
قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَلِيٍّ الْأَبَّارُ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي بَزَّة، حدثنا مؤمل ابن إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ سمَاك بْنِ حَرْبٍ، عَنْ عِكْرِمة، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لَا تَسُبُّوا تُبَّعًا؛ فَإِنَّهُ قَدْ أَسْلَمَ"
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ali Al-Abar, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Abu Barzah, telah menceritakan kepada kami Muammal ibnu Ismail,
telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Sammak ibnu Harb, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Janganlah kalian mencaci Tubba', karena sesungguhnya dia adalah orang Islam.
قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ: أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ، عَنِ المقْبُري، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَا أَدْرِي، تُبَّع نَبِيًّا كَانَ أَمْ غير نبي"
Abdur Razzaq mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Ibnu Abu Zi-b, dari Al-Maqbari, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: apakah Tubba' seorang nabi ataukah bukan?
Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan melalui sanad ini dalam riwayat Ibnu Abu Hatim hal yang sama dengan apa yang diketengahkan oleh Ibnu Asakir, yaitu: Aku tidak mengetahui apakah Tubba'
seorang yang dilaknat ataukah bukan? Hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui kebenarannya. Ibnu Asakir telah meriwayatkan hal ini melalui jalur Zakaria ibnu Yahya Al-Madani, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas secara mauquf.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Imran alias Abul Huzail, telah menceritakan kepadaku Tamim ibnu Abdur Rahman yang mengatakan bahwa Ata ibnu Abu Rabbah pernah mengatakan:
Janganlah kalian mencaci Tubba', karena sesungguhnya Rasulullah Saw. telah melarang mencacinya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Surat Ad-Dukhan |44:35|
إِنْ هِيَ إِلَّا مَوْتَتُنَا الْأُولَىٰ وَمَا نَحْنُ بِمُنْشَرِينَ
in hiya illaa mautatunal-uulaa wa maa naḥnu bimunsyariin
"Tidak ada kematian selain kematian di dunia ini. Dan kami tidak akan dibangkitkan,
"There is not but our first death, and we will not be resurrected.
("Tidak ada kematian) yang sesudahnya ada kehidupan lagi (selain kematian di dunia ini) sewaktu mereka masih dalam keadaan berupa air mani.
(Dan kami sekali-kali tidak akan dibangkitkan) tidak akan dihidupkan kembali sesudah kematian yang pertama tadi.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 35 |
penjelasan ada di ayat 34
Surat Ad-Dukhan |44:36|
فَأْتُوا بِآبَائِنَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
fa`tuu bi`aabaaa`inaaa ing kuntum shoodiqiin
maka hadirkanlah (kembali) nenek moyang kami jika kamu orang yang benar."
Then bring [back] our forefathers, if you should be truthful."
(Maka datangkanlah bapak-bapak kami) dalam keadaan hidup (jika kalian memang orang-orang yang benar") bahwasanya kami akan dibangkitkan menjadi hidup kembali sesudah kami mati.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 36 |
penjelasan ada di ayat 34
Surat Ad-Dukhan |44:37|
أَهُمْ خَيْرٌ أَمْ قَوْمُ تُبَّعٍ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۚ أَهْلَكْنَاهُمْ ۖ إِنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ
a hum khoirun am qoumu tubba'iw wallażiina ming qoblihim, ahlaknaahum innahum kaanuu mujrimiin
Apakah mereka (kaum musyrikin) yang lebih baik atau kaum Tubba', dan orang-orang yang sebelum mereka yang telah Kami binasakan karena mereka adalah orang-orang yang sungguh berdosa.
Are they better or the people of Tubba' and those before them? We destroyed them, [for] indeed, they were criminals.
Allah swt. berfirman, ("Apakah mereka yang lebih baik ataukah kaum Tubba'") Tubba' adalah seorang nabi atau seorang yang saleh (dan orang-orang yang sebelum mereka)
umat-umat sebelum mereka (Kami telah membinasakan mereka) karena kekafiran mereka. Makna ayat, bahwasanya orang-orang musyrik itu tidaklah lebih kuat daripada mereka,
dan ternyata mereka pun telah dibinasakan (karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berdosa.)
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 37 |
penjelasan ada di ayat 34
Surat Ad-Dukhan |44:38|
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ
wa maa kholaqnas-samaawaati wal-ardho wa maa bainahumaa laa'ibiin
Dan tidaklah Kami bermain-main menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya.
And We did not create the heavens and earth and that between them in play.
(Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan bermain-main) dalam menciptakan hal tersebut; lafal Laa`ibiina menjadi Hal atau kata keterangan keadaan.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 38 |
Tafsir ayat 38-42
Allah Swt. menceritakan tentang keadilan-Nya dan kesucian Zat-Nya dari main-main, senda gurau, dan perbuatan yang batil. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:
{وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلا ذَلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ}
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. (Shad: 27) Dan firman Allah Swt. lainnya yang menyebutkan:
{أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ}
Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Mahatinggi Allah, Raja Yang sebenarnya;
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) 'Arasy yang mulia. (Al-Mu’minun: 115-116) Kemudian Allah Swt. berfirman:
{إِنَّ يَوْمَ الْفَصْلِ}
Sesungguhnya hari keputusan (hari kiamat) itu adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semuanya. (Ad-Dukhan: 40) Yaitu hari kiamat. Di hari itu Allah memutuskan perkara di antara semua makhluk, maka Dia mengazab orang-orang kafir dan memberi pahala orang-orang mukmin. Firman Allah Swt.:
{مِيقَاتُهُمْ أَجْمَعِينَ}
adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semuanya. (Ad-Dukhan: 40) Yakni di hari itu Allah Swt. menghimpunkan mereka semua dari yang pertama hingga yang terakhir.
{يَوْمَ لَا يُغْنِي مَوْلًى عَنْ مَوْلًى شَيْئًا}
Yaitu hari yang seorang karib tidak dapat memberi manfaat kepada karibnya sedikit pun. (Ad-Dukhan: 41) Maksudnya, seorang teman dekat tidak dapat menolong temannya. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:
{فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلا يَتَسَاءَلُونَ}
Apabila sangkakala ditiup, maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya. (Al-Mu’miniin: 101) Semakna pula dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلا يَسْأَلُ حَمِيمٌ حَمِيمًا. يُبَصَّرُونَهُمْ}
Dan tidak ada seorang teman akrab pun menanyakan temannya, sedangkan mereka saling melihat. (Al-Ma'arij: 10-11) Tiada seorang saudara pun yang menanyakan tentang keadaannya, padahal ia melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Firman Allah Swt.:
{وَلا هُمْ يُنْصَرُونَ}
dan mereka tidak akan mendapat pertolongan. (Ad-Dukhan: 41) Yakni seorang kerabat tidak dapat menolong kerabatnya, tiada seorang pun dari luar yang dapat menolongnya. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:
{إِلا مَنْ رَحِمَ اللَّهُ}
kecuali orang yang diberi rahmat oleh Allah. (Ad-Dukhan: 42) Artinya, di hari itu tidaklah bermanfaat kecuali hanya rahmat Allah kepada makhluk-Nya.
{إِنَّهُ هُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ}
Sesungguhnya Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Ad-Dukhan: 42) Yakni Dia Mahaperkasa lagi Yang mempunyai rahmat yang luas.
Surat Ad-Dukhan |44:39|
مَا خَلَقْنَاهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
maa kholaqnaahumaaa illaa bil-ḥaqqi wa laakinna akṡarohum laa ya'lamuun
Tidaklah Kami ciptakan keduanya melainkan dengan haq (benar), tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
We did not create them except in truth, but most of them do not know.
(Kami tidak menciptakan keduanya) dan apa yang ada di antara keduanya (melainkan dengan hak) dengan sebenarnya, daripadanya dapat disimpulkan tentang kekuasaan
dan keesaan Kami, dan hal-hal lainnya (tetapi kebanyakan mereka) yaitu orang-orang kafir Mekah (tidak mengetahui.)
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 39 |
penjelasan ada di ayat 38
Surat Ad-Dukhan |44:40|
إِنَّ يَوْمَ الْفَصْلِ مِيقَاتُهُمْ أَجْمَعِينَ
inna yaumal-fashli miiqootuhum ajma'iin
Sungguh, hari Keputusan (hari Kiamat) adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semuanya,
Indeed, the Day of Judgement is the appointed time for them all -
(Sesungguhnya hari keputusan itu) yakni hari kiamat adalah hari di mana Allah memutuskan perkara di antara hamba-hamba-Nya (adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semuanya) untuk menerima azab yang abadi.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 40 |
penjelasan ada di ayat 38
Surat Ad-Dukhan |44:41|
يَوْمَ لَا يُغْنِي مَوْلًى عَنْ مَوْلًى شَيْئًا وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ
yauma laa yughnii maulan 'am maulan syai`aw wa laa hum yunshoruun
(yaitu) pada hari (ketika) seorang teman sama sekali tidak dapat memberi manfaat kepada teman lainnya, dan mereka tidak akan mendapat pertolongan,
The Day when no relation will avail a relation at all, nor will they be helped -
(Yaitu hari yang seorang karib tidak dapat memberi manfaat kepada karibnya) baik karib karena hubungan kerabat atau karib karena hubungan persahabatan yang dekat.
Ia tidak akan dapat membelanya (sedikit pun) dari azab itu (dan mereka tidak akan mendapat pertolongan) maksudnya tidak dapat dicegah dari azab itu. Lafal Yauma dalam ayat ini menjadi Badal dari lafal Yaumal Fashli pada ayat sebelumnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 41 |
penjelasan ada di ayat 38
Surat Ad-Dukhan |44:42|
إِلَّا مَنْ رَحِمَ اللَّهُ ۚ إِنَّهُ هُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ
illaa mar roḥimalloh, innahuu huwal-'aziizur-roḥiim
kecuali orang yang diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Dia Maha Perkasa, Maha Penyayang.
Except those [believers] on whom Allah has mercy. Indeed, He is the Exalted in Might, the Merciful.
(Kecuali orang yang diberi rahmat oleh Allah) mereka adalah orang-orang mukmin, sebagian dari mereka dapat memberikan syafaat kepada sebagian lainnya dengan seizin Allah.
(Sesungguhnya Dialah Yang Maha Perkasa) Maha Menang di dalam pembalasan-Nya terhadap orang-orang kafir (lagi Maha Penyayang) terhadap orang-orang mukmin.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 42 |
penjelasan ada di ayat 38
Surat Ad-Dukhan |44:43|
إِنَّ شَجَرَتَ الزَّقُّومِ
inna syajarotaz-zaqquum
Sungguh pohon zaqqum itu,
Indeed, the tree of zaqqum
(Sesungguhnya pohon zaqqum itu) zaqqum adalah pohon yang paling buruk dan sangat pahit rasanya yang tumbuh di daerah Tihamah, kelak Allah akan menumbuhkannya pula di dasar neraka Jahim.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 43 |
Tafsir ayat 43-50
Allah Swt. berfirman, menceritakan azab-Nya yang Dia timpakan kepada orang-orang kafir yang mendustakan hari perjumpaan dengan-Nya:
{إِنَّ شَجَرَةَ الزَّقُّومِ طَعَامُ الأثِيمِ}
Sesungguhnya pohon zaqqum itu makanan orang yang banyak dosa. (Ad-Dukhan: 43-44) Yakni banyak dosa dalam ucapan dan perbuatannya, sedangkan dia adalah orang yang kafir. Menurut apa yang diterangkan
bukan hanya oleh seorang ulama, orang yang dimaksud adalah Abu Jahal. Tetapi memang tidak diragukan lagi bahwa dia termasuk orang yang diterangkan dalam ayat ini, hanya bukan khusus bagi dia saja.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Hammam ibnul Haris,
bahwa Abu Darda mengajarkan kepada seseorang firman Allah Swt.: Sesungguhnya pohon zaqqum itu makanan orang yang banyak dosa. (Ad-Dukhan: 43) Lalu lelaki itu mengatakan bahwa zaqqum itu adalah makanan lain
daripada yang lain. Maka Abu Darda r.a, mengatakan, "Katakanlah, bahwa sesungguhnya pohon zaqqum itu adalah makanan orang yang durhaka." yakni tiada makanan lain baginya selain dari buah pohon zaqqum.
Mujahid mengatakan, "Seandainya dijatuhkan satu tetes dari zaqqum itu ke bumi ini, niscaya semua penghidupan penduduk bumi menjadi rusak (tercemar) karenanya." Hal yang semisal telah disebutkan secara marfu'. Firman Allah Swt.:
{كَالْمُهْلِ}
(la) seperti kotoran minyak. (Ad-Dukhan: 45) Seperti minyak yang keruh, yakni yang kotor.
{يَغْلِي فِي الْبُطُونِ. كَغَلْيِ الْحَمِيمِ}
yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang sangat panas. (Ad-Dukhan: 45-46) karena panasnya yang sangat dan karena sangat kotornya. Firman Allah Swt.:
{خُذُوهُ}
Peganglah dia. (Ad-Dukhan: 47) Yakni orang kafir itu. Disebutkan dalam suatu riwayat bahwa apabila Allah berfirman kepada Malaikat Zabaniyah (juru siksa), "Peganglah dia!" Maka berebutan melaksanakannya sebanyak tujuh puluh ribu malaikat. Firman Allah Swt.:
{فَاعْتِلُوهُ}
Kemudian seretlah dia. (Ad-Dukhan: 47) Yaitu giringlah dia, seretlah dia, dan doronglah dia. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Peganglah dia, kemudian seretlah dia. (Ad-Dukhan: 47) Artinya, tangkaplah dia dan doronglah dia.
{إِلَى سَوَاءِ الْجَحِيمِ}
ke tengah-tengah neraka. (Ad-Dukhan: 47) Yakni ke bagian tengah neraka.
{ثُمَّ صُبُّوا فَوْقَ رَأْسِهِ مِنْ عَذَابِ الْحَمِيمِ}
Kemudian tuangkanlah di atas kepalanya siksaan (dari) air yang amat panas. (Ad-Dukhan: 48) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{يُصَبُّ مِنْ فَوْقِ رُءُوسِهِمُ الْحَمِيمُ. يُصْهَرُ بِهِ مَا فِي بُطُونِهِمْ وَالْجُلُودُ}
Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka, dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit mereka. (Al-Hajj: 19-20) Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan
bahwa malaikat memukulinya dengan gada besi, hingga pecahlah kepalanya dan otaknya berhamburan, lalu dituangkan di atas kepalanya air yang mendidih. Kemudian air panas itu turun ke tubuhnya memasuki perutnya
dan menghancurkan semua isi perutnya hingga menjulur sampai ke mata kakinya terkelupas. Semoga Allah melindungi kita dari azab neraka ini. Firman Allah Swt.:
{ذُقْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْكَرِيمُ}
Rasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi mulia. (Ad-Dukhan: 49) Yakni katakanlah kepadanya kalimat ini dengan nada mengecam dan mencemoohkan. Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a,
bahwa makna yang dimaksud ialah 'engkau bukanlah orang yang perkasa, bukan pula orang yang mulia'. Al-Umawi telah mengatakan di dalam kitab Magazi-nya, telah menceritakan kepada kami Asbat ibnu Muhammad,
telah menceitakan kepada kami Abu Bakar Al-Huzali, dari Ikrimah yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. bersua dengan Abu Jahal la natullah. Maka Rasulullah Saw. bersabda kepadanya, "Sesungguhnya Allah Swt.
telah memerintahkan kepadaku untuk mengatakan kepadamu, 'Maka peringatilah orang yang dekat denganmu, dan peringatilah orang yang lebih dekat kepadamu, dan peringatilah orang yang terdekat denganmu." Maka Abu Jahal
menarik bajunya dari tangan Nabi Saw, lalu berkata, "Engkau tidak akan mampu berbuat sesuatu terhadap diriku dan tidak pula temanmu itu. Sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa aku adalah
orang yang terkuat di Bat-ha (Lembah Mekah) ini, akulah orang yang perkasa lagi mulia." Ikrimah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Abu jahal dibunuh oleh Allah Swt. dalam Perang Badar, dihinakan, dan dicela-Nya melalui kalimah-Nya.
Dan Allah menurunkan firman-Nya: rasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi mulia. (Ad-Dukhan: 49) Adapun firman Allah Swt.:
{إِنَّ هَذَا مَا كُنْتُمْ بِهِ تَمْتَرُونَ}
Sesungguhnya ini adalah azab yang dahulu kamu meragu-ragukannya. (Ad-Dukhan: 50) Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{يَوْمَ يُدَعُّونَ إِلَى نَارِ جَهَنَّمَ دَعًّا. هَذِهِ النَّارُ الَّتِي كُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُونَ أَفَسِحْرٌ هَذَا أَمْ أَنْتُمْ لا تُبْصِرُونَ}
Pada hari mereka didorong ke neraka Jahanam dengan sekuat-kuatnya. (Dikatakan kepada mereka), "Inilah neraka yang dahulu kamu selalu mendustakannya." Maka apakah ini sihir? Ataukah kamu tidak melihat? (Ath-Thur: 13-15) Karena itulah maka disebutkan dalam surat ini:
{إِنَّ هَذَا مَا كُنْتُمْ بِهِ تَمْتَرُونَ}
Sesungguhnya ini adalah azab yang dahulu kamu selalu meragu-ragukannya. (Ad-Dukhan: 50)
Surat Ad-Dukhan |44:44|
طَعَامُ الْأَثِيمِ
tho'aamul-aṡiim
makanan bagi orang yang banyak dosa.
Is food for the sinful.
(Makanan orang yang banyak dosa) seperti Abu Jahal dan teman-temannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 44 |
penjelasan ada di ayat 43
Surat Ad-Dukhan |44:45|
كَالْمُهْلِ يَغْلِي فِي الْبُطُونِ
kal-muhli yaghlii fil-buthuun
Seperti cairan tembaga yang mendidih di dalam perut,
Like murky oil, it boils within bellies
(Ia bagaikan kotoran minyak) yakni hitam pekat bagaikan kotoran minyak; lafal ayat ini menjadi Khabar kedua (yang mendidih di dalam perut)
jika dibaca Taghli berarti menjadi Khabar ketiga, jika dibaca Yaghli berarti menjadi Hal atau kata keterangan keadaan bagi lafal Al-Muhli.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 45 |
penjelasan ada di ayat 43
Surat Ad-Dukhan |44:46|
كَغَلْيِ الْحَمِيمِ
kagholyil-ḥamiim
seperti mendidihnya air yang sangat panas.
Like the boiling of scalding water.
(Seperti mendidihnya air yang amat panas) panasnya bagaikan air yang sangat panas.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 46 |
penjelasan ada di ayat 43
Surat Ad-Dukhan |44:47|
خُذُوهُ فَاعْتِلُوهُ إِلَىٰ سَوَاءِ الْجَحِيمِ
khużuuhu fa'tiluuhu ilaa sawaaa`il-jaḥiim
"Peganglah dia, kemudian seretlah dia sampai ke tengah-tengah neraka,
[It will be commanded], "Seize him and drag him into the midst of the Hellfire,
(Peganglah dia) dikatakan kepada malaikat Zabaniyah, "Peganglah orang yang berdosa (kemudian seretlah dia) dapat dibaca Fa'tiluuhu atau Fa'tuluuhu artinya, seretlah dia dengan keras dan kasar (ke tengah-tengah jahim) ke tengah-tengah neraka.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 47 |
penjelasan ada di ayat 43
Surat Ad-Dukhan |44:48|
ثُمَّ صُبُّوا فَوْقَ رَأْسِهِ مِنْ عَذَابِ الْحَمِيمِ
ṡumma shubbuu fauqo ro`sihii min 'ażaabil-ḥamiim
kemudian tuangkanlah di atas kepalanya azab (dari) air yang sangat panas."
Then pour over his head from the torment of scalding water."
(Kemudian tuangkanlah di atas kepalanya siksaan dari air yang amat panas) sehingga azab tiada henti-hentinya menimpa mereka dan tidak pernah berpisah darinya.
Pengertian ayat ini lebih keras daripada apa yang diungkapkan dalam ayat lain, yaitu, "Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka..." (Q.S. Al-Hajj, 19).
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 48 |
penjelasan ada di ayat 43
Surat Ad-Dukhan |44:49|
ذُقْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْكَرِيمُ
żuq, innaka antal-'aziizul-kariim
"Rasakanlah, sesungguhnya kamu benar-benar orang yang perkasa lagi mulia."
[It will be said], "Taste! Indeed, you are the honored, the noble!
Kemudian dikatakan kepadanya, "(Rasakanlah) azab ini (sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi mulia") menurut dugaan dan perkataanmu yang telah menyatakan,
bahwa tiada seorang pun di antara penghuni kedua bukit itu, yakni kota Mekah, orang yang lebih perkasa dan lebih mulia daripada dirinya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 49 |
penjelasan ada di ayat 43
Surat Ad-Dukhan |44:50|
إِنَّ هَٰذَا مَا كُنْتُمْ بِهِ تَمْتَرُونَ
inna haażaa maa kuntum bihii tamtaruun
Sungguh, inilah azab yang dahulu kamu ragukan.
Indeed, this is what you used to dispute."
Dan dikatakan kepada mereka, "(Sesungguhnya ini) azab yang kalian rasakan ini (yang dahulu selalu kalian meragukannya") yaitu meragukan keberadaannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 50 |
penjelasan ada di ayat 43