Juz 25

Surat Ad-Dukhan |44:51|

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي مَقَامٍ أَمِينٍ

innal-muttaqiina fii maqoomin amiin

Sungguh, orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman,

Indeed, the righteous will be in a secure place;

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam tempat) atau kedudukan (yang aman) dari semua hal-hal yang menakutkan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 51 |

Tafsir ayat 51-59

Setelah menyebutkan keadaan yang dialami oleh orang-orang yang celaka, lalu Allah Swt. meyebutkan keadaan yang di alami oleh orang-orang yang berbahagia. Karena itulah maka Al-Qur'an dijuluki dengan gelar Ma'sani. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{إِنَّ الْمُتَّقِينَ}


Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa. (Ad-Dukhan: 51) Yakni ketika di dunianya.


{فِي مَقَامٍ أَمِينٍ}


berada dalam tempat yang aman. (Ad-Dukhan: 51) Yaitu, di akhirat. Tempat yang dimaksud adalah di dalam surga, mereka aman di dalamya dari kematian dan terusir, juga dari sedih, kaget, lelah, dan cape, aman dari setan dan tipuannya,serta aman dari segala musibah dan malapetaka.


{فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ}


(yaitu) di dalam taman-taman dan mata air-mata air. (Ad-Dukhan:52) Ini merupakan kebalikan dari apa yang dialami oleh orang-orang musyrik di dalam neraka yang mendapatkan zaqqum dan minuman air yang panas mendidih. Firman Allah Swt:


{يَلْبَسُونَ مِنْ سُنْدُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ}


mereka memakai sutra yang halus dan sutra yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan. (Ad-Dukhan: 53) Sundus artinya kain sutra yang tipis untuk dipakai sebagai baju gamis dan baju luar lainnya. Istibraq artinya kain sutra

tebal lagi mengkilap yang dipakai sebagai hiasan dan aksesoris. mereka mengenakan kain sutra dan duduk di atas dipan-dipan dengan berhadap-hadapan. Firman Allah Swt.:


{كَذَلِكَ وَزَوَّجْنَاهُمْ بِحُورٍ عِينٍ}


demikianlah. Dan Kami berikan kepada mereka bidadari. (Ad-Dukhan: 54) Yakni di samping pemberian tersebut, juga Kami berikan kepada mereka istri-istri yang cantik-cantik dari bidadari-bidadari yang bermata jeli, yang


{لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلا جَانٌّ}


tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. (Ar-Rahman: 56)


{كَأَنَّهُنَّ الْيَاقُوتُ وَالْمَرْجَانُ}


Seakan-akan bidadari itu permata yaqut dan marjan. (Ar-Rahman: 58)


{هَلْ جَزَاءُ الإحْسَانِ إِلا الإحْسَانُ}


Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). (Ar-Rahman: 60)


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا نُوحُ بْنُ حَبِيبٍ، حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ مُزَاحِمٍ الْعَطَّارُ، حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ رَجُلٍ عَنْ أَنَسٍ -رَفَعَهُ نُوحٌ-قَالَ: لَوْ أَنَّ حَوْرَاءَ بَزَقَت فِي بَحْرٍ لُجِّي، لعَذُبَ ذَلِكَ الْمَاءُ لِعُذُوبَةِ رِيقِهَا


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Nuh ibnu Habib, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu muzahim Al-Attar, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Sa'd,

dari seorang lelaki, dari Anas r.a. yang me-rafa'-kannya, "Seandainya seorang bidadari meludah di lautan yang luas, niscaya air laut itu menjadi tawar karena keharuman air ludahnya." Firman Allah Swt.:


{يَدْعُونَ فِيهَا بِكُلِّ فَاكِهَةٍ آمِنِينَ}


Di dalamnya mereka meminta segala macam buah-buahan dengan aman (dari segala kekhawatiran). (Ad-Dukhan: 55) yakni apa pun yang mereka minta dari berbagai macam buah-buahan, pasti didatangkan bagi mereka,

sedangkan mereka merasa aman, tidak khawatir kehabisan ataupun dilarang. Bahkan manakala mereka meminta, pasti didatangkan kepada mereka. Firman Allah Swt.:


{لَا يَذُوقُونَ فِيهَا الْمَوْتَ إِلا الْمَوْتَةَ الأولَى}


mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia. (Ad-Dukhan: 56) Ini merupakan istisna yang menguatkan nafi, karena sesungguhnya ungkapan ini adalah istisna munqati', yang artinya ialah mereka

tidak akan merasakan mati lagi di dalam surga untuk selama-lamanya. Seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahihain, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"يُؤْتَى بِالْمَوْتِ فِي صُورَةِ كَبْشٌ أَمْلَحُ، فَيُوقَفُ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ ثُمَّ يُذْبَحُ، ثُمَّ يُقَالُ: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ خُلُودٌ فَلَا مَوْتَ، وَيَا أَهْلَ النَّارِ خُلُودٌ فَلَا مَوْتَ"


maut didatangkan dalam rupa kambing gibasy yang bertanduk, lalu dihentikan di antara surga dan neraka, kemudian disembelih, dan dikatakan, "Hai ahli surga, kekallah, tiada kematian lagi. Hai ahli neraka, kekallah tiada kematian lagi.” Dalam tafsir surat Maryam a.s, hadis ini telah dikemukakan.


قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ أَبِي مُسْلِمٍ الْأَغَرِّ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ وَأَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يُقَالُ لِأَهْلِ الْجَنَّةِ: إِنْ لَكُمْ أَنْ تَصِحُّوا فَلَا تَسْقَمُوا أَبَدًا، وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَعِيشُوا فَلَا تَمُوتُوا أَبَدًا، وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَنْعَمُوا فَلَا تَبْأسوا أَبَدًا، وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَشِبُّوا فَلَا تَهْرَمُوا أَبَدًا".


Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan As-Sauri, dari Abu Ishaq, dari Abu Muslim Al-Agar, dari Abu Sa'id dan Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

Dikatakan kepada ahli surga, "Sesungguhnya kalian akan tetap sehat dan tidak akan sakit selama-lamanya, dan sesungguhnya kalian akan tetap hidup dan tidak akan mati selama-lamanya. Dan kalian akan hidup dengan nikmat,

dan tidak akan sengsara selama-lamanya. Dan kalian akan tetap muda dan tidak akan tua lagi selama-lamanya.” Imam Muslim meriwayatkan hadis ini dari Ishaq ibnu Rahawaih dan Abd ibnu Humaid, keduanya dari Abdur Razzaq

dengan sanad yang sama. Abu Ishaq dan ulama Iraq menyebut Abu Muslim Al-Agar, sedangkan ulama Madinah menyebutnya Abu Abdullah Al-Agar.


قَالَ أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي دَاوُدَ السِّجِسْتَانِيُّ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَفْصٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ طَهْمَان، عَنِ الْحَجَّاجِ -هُوَ ابْنُ حَجَّاجٍ -عَنْ عُبَادَةَ ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنِ اتَّقَى اللَّهَ دَخَلَ الْجَنَّةَ، يَنْعَمُ فِيهَا وَلَا يَبْأَسُ، وَيَحْيَا فِيهَا فَلَا يَمُوتُ، لَا تَبْلَى ثِيَابُهُ، وَلَا يَفْنَى شَبَابُهُ"


Abu Bakar ibnu Abu Daud As-Sijistani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Hafs, dari ayahnya, dari Ibrahim ibnu Tuhman, dari Al-Hajjaj (yakni Ibnu Hajjaj), dari Ubadah, dari Ubaidillah ibnu Amr,

dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya masuk surga. Dia hidup nikmat di dalamnya dan tidak akan sengsara,

dan ia hidup kekal di dalamnya tidak akan mati, dan pakaiannya tidak akan rusak serta kemudaannya tidakakan luntur (hilang).


قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يَحْيَى، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مُحَمَّدٍ النَّاقِدُ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ الرَّقِّيُّ، حَدَّثَنَا مُصْعَبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا عِمْرَانُ بْنُ الرَّبِيعِ الْكُوفِيُّ، عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ الْأَنْصَارِيِّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ المُنْكَدِر، عَنْ جَابِرٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سُئل نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيَنَامُ أَهْلُ الْجَنَّةِ؟ فَقَالَ: "النَّوْمُ أَخُو الْمَوْتِ، وَأَهْلُ الْجَنَّةِ لَا يَنَامُونَ"


Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Muhammad An-Naqid, telah menceritakan kepada kami salim ibnu Abdullah Ar-Ruqqi,

telah menceritakan kepada kami Mus'ab ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Imran ibnur Rabi' Al-Kufi, dari Yahya ibnu Sa'id Al-Ansari, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir r.a. yang mengatakan bahwa Nabi Saw.

pernah ditanya, "Apakah ahli surga tidur?" Nabi Saw. menjawab: Tidur itu adalah saudaranya mati, maka ahli surga itu tidak tidur. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abu Bakar ibnu Murdawaih di dalam kitab tafsirnya:


حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْقَاسِمِ بْنِ صَدَقَةَ الْمِصْرِيُّ، حَدَّثَنَا الْمِقْدَامُ بْنُ دَاوُدَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُغِيرَةِ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمنكَدِر، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "النَّوْمُ أَخُو الْمَوْتِ، وَأَهْلُ الْجَنَّةِ لَا يَنَامُونَ"


bahwa telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnul Qasim ibnu Sadaqah Al-Masri, telah menceritakan kepada kami Al-Miqdam ibnu Daud, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Mugirah, telah menceritakan kepada kami

Sufyan As-Sauri, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir ibnu Abdullah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tidur itu saudaranya mati, maka ahli surga tidak tidur. Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan di dalam kitab musnadnya:


حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ يَعْقُوبَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ الفِريابي، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَلْ يَنَامُ أَهْلُ الْجَنَّةِ؟ قَالَ: "لَا النَّوْمُ أَخُو الْمَوْتِ"


telah menceritakan kepada kami Al-Fadl ibnu Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yusuf Al-Faryabi, dari Sufyan, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir r.a. yang mengatakan bahwa pernah ditanyakan,

"Wahai Rasulullah, apakah ahli surga itu tidur?" Rasulullah Saw. menjawab: Tidak, tidur itu adalah saudaranya mati. Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa kami tidak mengetahui ada seseorang yang meng-isnad-kan hadis ini

dari Ibnul Munkadir, dari Jabir r.a. selain As-Sauri, dan tiada pula yang dari As-Sauri selain Al-Faryabi. Demikianlah menurutnya, dan mengenai perselisihan dalam hal ini telah disebutkan sebelumnya; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:


{وَوَقَاهُمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ}


Dan Allah memelihara mereka dari azab neraka. (Ad-Dukhan: 56) Yakni selain mendapatkan nikmat yang besar lagi kekal ini, mereka dipelihara dari azab yang pedih, yaitu azab neraka Jahim dan Allah menyelamatkan mereka

serta menjauhkan mereka dari azab itu. Dengan demikian, berarti mereka memperoleh yang diinginkan dan diselamatkan dari yang ditakutkan. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:


{فَضْلا مِنْ رَبِّكَ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ}


sebagai karunia dari Tuhanmu. Yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar. (Ad-Dukhan: 57) Yakni sesungguhnya hal itu mereka peroleh hanyalah berkat karunia dan kebaikan Allah kepada mereka, seperti yang disebutkan di dalam hadis sahih dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda:


"اعْمَلُوا وَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا، وَاعْلَمُوا أَنَّ أَحَدًا لَنْ يُدخله عَمَلُهُ الْجَنَّةَ" قَالُوا: وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يتغمَّدني اللَّهُ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ"


Beramallah, luruskanlah dan dekatkanlah kalian, dan ketahuilah bahwa seseorang tidak akan dapat dimasukkan ke dalam surga oleh amalnya! Para sahabat bertanya, "Dan tidak pula engkau, wahai Rasulullah?" Rasulullah Saw.

menjawab: Dan tidak pula aku, terkecuali jika Allah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepadaku. Firman Allah Swt.:


{فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ}


Sesungguhnya Kami mudahkan Al-Qur’an itu dengan bahasamu supaya mereka mendapat pelajaran. (Ad-Dukhan: 58) Yakni sesungguhnya Kami menjadikan Al-Qur'an yang Kami turunkan ini mudah, jelas, terang,

dan gamblang dengan memakai bahasamu yang merupakan bahasa yang paling fasih, paling jelas, paling indah, dan paling tinggi.


{لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ}


supaya mereka mendapat pelajaran. (Ad-Dukhan: 58) Yaitu agar mereka memahaminya dan mengamalkannya. Kemudian setelah Al-Qur'an demikian jelas dan terangnya, ternyata masih ada sebagian manusia yang kafir

dan menentang serta ingkar. Maka Allah Swt. menghibur hati Rasul-Nya seraya menjanjikan kepadanya akan diberi pertolongan oleh-Nya, dan mengancam orang-orang yang mendustakannya bahwa mereka akan kalah dan binasa. Untuk itu Allah Swt. berfirman dalam ayat berikutnya:


{فَارْتَقِبْ}


Maka tunggulah. (Ad-Dukhan: 59) Maksudnya, nantikanlah.


{إِنَّهُمْ مُرْتَقِبُونَ}


sesungguhnya mereka itu menunggu (pula). (Ad-Dukhan: 59) Yakni kelak mereka akan mengetahui siapakah yang akan mendapat pertolongan, kemenangan, dan kalimah yang tinggi di dunia dan akhirat. Sesungguhnya semuanya itu

hanyalah bagimu, hai Muhammad, dan bagi saudara-saudaramu dari kalangan para nabi dan para rasul serta orang-orang yang mengikutimu dari kalangan kaum mukmin. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{كَتَبَ اللَّهُ لأغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ}


Allah telah menetapkan, "Aku dan rasul-rasul-Kupasti menang.” (Al-Mujadilah: 21). hingga akhir ayat. Dan firman Allah Swt.:


{إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الأشْهَادُ يَوْمَ لَا يَنْفَعُ الظَّالِمِينَ مَعْذِرَتُهُمْ وَلَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ}


Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat), (yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang zalim permintaan maafnya dan bagi merekalah laknat dan bagi merekalah tempat tinggal yang buruk. (Al-Mu’min: 51-52)

Surat Ad-Dukhan |44:52|

فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ

fii jannaatiw wa 'uyuun

(yaitu) di dalam taman-taman dan mata air-mata air,

Within gardens and springs,

Tafsir
Jalalain

(Yaitu di dalam taman-taman) kebun-kebun (dan mata air-mata air.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 52 |

penjelasan ada di ayat 51

Surat Ad-Dukhan |44:53|

يَلْبَسُونَ مِنْ سُنْدُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ مُتَقَابِلِينَ

yalbasuuna min sundusiw wa istabroqim mutaqoobiliin

mereka memakai sutra yang halus dan sutera yang tebal, (duduk) berhadapan,

Wearing [garments of] fine silk and brocade, facing each other.

Tafsir
Jalalain

(Mereka memakai sutera yang halus dan sutera yang tebal) (seraya berhadap-hadapan) lafal Mutaqaabiliina adalah Hal atau kata keterangan keadaan,

yakni, sebagian dari mereka tidak dapat melihat tengkuk sebagian yang lain, karena dipan-dipan tempat mereka duduk berbentuk bundar.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 53 |

penjelasan ada di ayat 51

Surat Ad-Dukhan |44:54|

كَذَٰلِكَ وَزَوَّجْنَاهُمْ بِحُورٍ عِينٍ

każaalik, wa zawwajnaahum biḥuurin 'iin

demikianlah, kemudian Kami berikan kepada mereka pasangan bidadari yang bermata indah.

Thus. And We will marry them to fair women with large, [beautiful] eyes.

Tafsir
Jalalain

(Demikianlah) sebelum lafal ini diperkirakan adanya lafal Al-Amru, yakni perkaranya demikianlah. (Dan Kami kawinkan mereka) dijodohkan atau mereka dibuat senang

(dengan bidadari-bidadari) dengan wanita yang putih kulitnya dan jeli matanya serta sangat cantik rupanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 54 |

penjelasan ada di ayat 51

Surat Ad-Dukhan |44:55|

يَدْعُونَ فِيهَا بِكُلِّ فَاكِهَةٍ آمِنِينَ

yad'uuna fiihaa bikulli faakihatin aaminiin

Di dalamnya mereka dapat meminta segala macam buah-buahan dengan aman dan tenteram,

They will call therein for every [kind of] fruit - safe and secure.

Tafsir
Jalalain

(Mereka meminta) meminta kepada para pelayan surga (di dalamnya) di dalam surga, supaya para pelayan itu mendatangkan buat mereka (segala macam buah-buahan)

surga (dengan aman) dari kehabisan dan dari kemudaratannya, serta aman dari segala kekhawatiran. Lafal Aaminiina berkedudukan menjadi Hal atau kata keterangan keadaan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 55 |

penjelasan ada di ayat 51

Surat Ad-Dukhan |44:56|

لَا يَذُوقُونَ فِيهَا الْمَوْتَ إِلَّا الْمَوْتَةَ الْأُولَىٰ ۖ وَوَقَاهُمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ

laa yażuuquuna fiihal-mauta illal-mautatal-uulaa, wa waqoohum 'ażaabal-jaḥiim

mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya, selain kematian pertama (di dunia). Allah melindungi mereka dari azab neraka,

They will not taste death therein except the first death, and He will have protected them from the punishment of Hellfire

Tafsir
Jalalain

(Mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati yang pertama) yaitu kematian sewaktu di dunia. Sebagian ahli tafsir ada yang mengatakan bahwa lafal Illaa di sini bermakna Ba'da, yakni sesudah. (Dan Allah memelihara mereka dari azab neraka.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 56 |

penjelasan ada di ayat 51

Surat Ad-Dukhan |44:57|

فَضْلًا مِنْ رَبِّكَ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

fadhlam mir robbik, żaalika huwal-fauzul-'azhiim

itu merupakan karunia dari Tuhanmu. Demikian itulah kemenangan yang agung.

As bounty from your Lord. That is what is the great attainment.

Tafsir
Jalalain

(Sebagai karunia) lafal Fadhlan adalah Mashdar yang bermakna Tafadhdhulan, yakni pemberian karunia; dinashabkan oleh lafal Tafadhdhala yang diperkirakan keberadaannya sebelumnya (dari Rabbmu Yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 57 |

penjelasan ada di ayat 51

Surat Ad-Dukhan |44:58|

فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

fa innamaa yassarnaahu bilisaanika la'allahum yatażakkaruun

Sungguh, Kami mudahkan Al-Qur´an itu dengan bahasamu agar mereka mendapat pelajaran.

And indeed, We have eased the Qur'an in your tongue that they might be reminded.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Kami mudahkan ia) Kami mudahkan Alquran itu (dengan bahasamu) dengan bahasa Arab supaya orang-orang Arab dapat memahaminya darimu

(supaya mereka mendapat pelajaran) supaya mereka dapat mengambilnya sebagai nasihat, karena itu lalu mereka beriman kepadamu; tetapi ternyata mereka tidak juga mau beriman.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 58 |

penjelasan ada di ayat 51

Surat Ad-Dukhan |44:59|

فَارْتَقِبْ إِنَّهُمْ مُرْتَقِبُونَ

fartaqib innahum murtaqibuun

Maka tunggulah, sungguh, mereka itu (juga sedang) menunggu.

So watch, [O Muhammad]; indeed, they are watching [for your end].

Tafsir
Jalalain

(Maka tunggulah) nantikanlah kebinasaan mereka (sesungguhnya mereka itu menunggu pula) kebinasaanmu. Ayat ini diturunkan sebelum ada perintah untuk berjihad melawan mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ad-Dukhan | 44 : 59 |

penjelasan ada di ayat 51

Surat Al-Jasiyah |45:1|

حم

ḥaa miiim

Ha Mim.

Ha, Meem.

Tafsir
Jalalain

(Ha Mim) hanya Allah sajalah yang mengetahui arti dan maksudnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 1 |

Tafsir ayat 1-5

Allah Swt. memberi petunjuk kepada mahluk-Nya memikirkan tanda-tanda kekuasaan-Nya, nikmat-nikmat-Nya, dan kekusaan-Nya yang besar yang dengan kekuasaan-Nya dia menciptakan langit dan bumi serta semua makhluk

yang ada pada keduanya yang beraneka ragam macam dan jenisnya. Yaitu para malaikat, jin, manusia, binatang-binatang melata, burung-burung, hewan-hewan pemangsa, hewan-hewan liar, berbagai jenis serangga,

dan berbagai macam makhluk di dalam laut. Juga silih bergantinya siang dan malam hari yang terus bergantian tanpa hentinya; yang satu datang dengan membawa kegelapannya, dan yang lainnya datang dengan membawa sinarnya.

Demikian pula apa yang diturunkan oleh Allah Swt. dari langit melalui awan berupa hujan ketika diperlukan, yang hal ini dinamakan rezeki mengingat dengan adanya hujan rezeki dapat dihasilkan.


{فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا}


lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya. (Al-Jatsiyah: 5) Yakni pada sebelumnya bumi kering dan tandus, tiada tumbuh-tumbuhan padanya. Firman Allah Swt.:


{وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ}


dan pada perkisaran angin. (Al-Jatsiyah: 5.) Yaitu angin dari selatan, utara, angin dabur dan saba, angin laut dan darat, angin malam hari dan siang hari; yang antara lain ada yang membawa air hujan,

dan ada yang menyemaikan benih, dan ada yang menjadi penyegar bagi arwah (jiwa), ada pula yang mandul tidak produktif, pada mulanya Allah menyebutkan dalam firman-Nya:


{لآيَاتٍ لِلْمُؤْمِنِينَ}


benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman. (Al-Jatsiyah: 2) Selanjutnya Allah menyebutkan, "Terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini," kemudian disebutkan pula,

"Terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal" Hal ini merupakan ungkapan yang bertingkat-tingkat dari suatu keadaan yang mulia meningkat kepada keadaan lain yang lebih mulia dan lebih tinggi

daripada sebelumnya, makna ayat ini mirip dengan apa yang disebutkan di dalam surat Al-Baqarah melalui firman-Nya:


{إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنزلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ}


Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air,

lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat)

tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (Al-Baqarah: 164) Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan makna ayat ini telah mengetengahkan atsar yang cukup panjang lagi gharib dari Wahb ibnu Munabbih,

yaitu menyangkut penciptaan manusia, bahwa manusia itu diciptakan dari empat unsur yang dicampur menjadi satu. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Surat Al-Jasiyah |45:2|

تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ

tanziilul-kitaabi minallohil-'aziizil-ḥakiim

Kitab (ini) diturunkan dari Allah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.

The revelation of the Book is from Allah, the Exalted in Might, the Wise.

Tafsir
Jalalain

(Diturunkannya Kitab ini) yakni Alquran; lafal ayat ini berkedudukan menjadi Mubtada (dari Allah) menjadi Khabar dari Mubtada (Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Bijaksana) di dalam perbuatan-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 2 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Jasiyah |45:3|

إِنَّ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِلْمُؤْمِنِينَ

inna fis-samaawaati wal-ardhi la`aayaatil lil-mu`miniin

Sungguh, pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang mukmin.

Indeed, within the heavens and earth are signs for the believers.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya pada langit dan bumi) pada penciptaan keduanya (benar-benar terdapat tanda-tanda) yang menunjukkan kepada kekuasaan dan keesaan Allah swt. (bagi orang-orang yang beriman.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 3 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Jasiyah |45:4|

وَفِي خَلْقِكُمْ وَمَا يَبُثُّ مِنْ دَابَّةٍ آيَاتٌ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

wa fii kholqikum wa maa yabuṡṡu min daaabbatin aayaatul liqoumiy yuuqinuun

Dan pada penciptaan dirimu dan pada makhluk bergerak yang bernyawa yang bertebaran (di bumi) terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) untuk kaum yang meyakini,

And in the creation of yourselves and what He disperses of moving creatures are signs for people who are certain [in faith].

Tafsir
Jalalain

(Dan pada penciptaan kalian) penciptaan masing-masing di antara kalian, yaitu mulai dari air mani, lalu berupa darah kental, kemudian segumpal daging, lalu menjadi manusia (dan)

penciptaan (apa yang bertebaran) di muka bumi (berupa makhluk-makhluk yang melata) arti kata Ad-Daabbah adalah makhluk hidup yang melata di permukaan bumi,

yaitu berupa manusia dan lain-lainnya (terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah dan keesaan-Nya bagi kaum yang meyakini) adanya hari berbangkit.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 4 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Jasiyah |45:5|

وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ رِزْقٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ آيَاتٌ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

wakhtilaafil-laili wan-nahaari wa maaa anzalallohu minas-samaaa`i mir rizqin fa aḥyaa bihil-ardho ba'da mautihaa wa tashriifir-riyaaḥi aayaatul liqoumiy ya'qiluun

dan pada pergantian malam dan siang, dan hujan yang diturunkan Allah dari langit, lalu dengan (air hujan) itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mengerti.

And [in] the alternation of night and day and [in] what Allah sends down from the sky of provision and gives life thereby to the earth after its lifelessness and [in His] directing of the winds are signs for a people who reason.

Tafsir
Jalalain

(Dan) pada (pergantian malam dan siang) yaitu datang dan perginya kedua waktu itu (dan rezeki yang diturunkan Allah dari langit) berupa hujan, dikatakan rezeki karena hujan itu merupakan penyebab rezeki

(lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya, dan pada pertukaran angin) atau pergantiannya, terkadang bertiup ke arah selatan, terkadang bertiup ke arah utara,

terkadang datang membawa udara dingin, dan terkadang datang membawa udara panas (terdapat tanda-tanda pula bagi kaum yang berakal) yaitu tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan dan keesaan Allah, karenanya mereka beriman.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 5 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Jasiyah |45:6|

تِلْكَ آيَاتُ اللَّهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ ۖ فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَ اللَّهِ وَآيَاتِهِ يُؤْمِنُونَ

tilka aayaatullohi natluuhaa 'alaika bil-ḥaqq, fa bi`ayyi ḥadiiṡim ba'dallohi wa aayaatihii yu`minuun

Itulah ayat-ayat Allah yang Kami bacakan kepadamu dengan sebenarnya, maka dengan perkataan mana lagi mereka akan beriman setelah Allah dan ayat-ayat-Nya.

These are the verses of Allah which We recite to you in truth. Then in what statement after Allah and His verses will they believe?

Tafsir
Jalalain

(Itulah) yakni tanda-tanda yang telah disebutkan itu (ayat-ayat Allah) maksudnya, hujah-hujah-Nya yang menunjukkan kepada keesaan-Nya (yang Kami membacakannya)

yang Kami ceritakan (kepadamu dengan sebenarnya) lafal Bil haqqi ber-ta'aluq kepada lafal Natluuhaa (maka dengan perkataan mana lagi sesudah Allah) sesudah firman-Nya,

yang dimaksud adalah Alquran (dan keterangan-keterangan-Nya) atau hujah-hujah-Nya (mereka beriman) orang-orang kafir Mekah itu mereka tidak beriman. Menurut suatu qiraat lafal Yu'minuuna dibaca Tu'minuuna.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 6 |

Tafsir ayat 6-11

Firman Allah Swt.:


تِلْكَ آيَاتُ اللَّهِ


itulah ayat-ayat Allah. (Al-Jatsiyah: 6) Yakni Al-Qur'an yang di dalamnya mengandung bukti-bukti dan keterangan-keterangan yang jelas.


{نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ}


yang kami membacakannya kepadamu dengan sebenarnya. (Al-Jatsiyah: 6) Yaitu mengandung perkara yang hak dari Tuhan Yang Maha Hak. Apabila mereka tidak beriman kepadanya dan tidak mau tunduk patuh kepadanya,

maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman selain kepada Al-Qur’an itu? Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan:


{وَيْلٌ لِكُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ}


Kecelakaan yang besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa. (Al-Jatsiyah: 7) Yakni dusta dalam perkataannya, penyumpah lagi suka menghina, dan pendosa dalam perbuatannya, sedangkan hatinya kafir kepada ayat-ayat Allah. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:


{يَسْمَعُ آيَاتِ اللَّهِ تُتْلَى عَلَيْهِ} أَيْ: تُقْرَأُ عَلَيْهِ {ثُمَّ يُصِرُّ}


dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya, kemudian dia tetap. (Al-Jatsiyah: 8) dalam kekafirannya, keingkaran, dan kesombongannya.


{كَأَنْ لَمْ يَسْمَعْهَا} أَيْ: كَأَنَّهُ مَا سَمِعَهَا {فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ}


seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih. (Al-Jatsiyah: 8) Maksudnya, dia pura-pura tidak mendengarnya. Maka beritakanlah kepada orang yang bersikap demikian bahwa di sisi Allah kelak di hari kiamat dia akan mendapat azab yang pedih lagi sangat menyakitkan.


{وَإِذَا عَلِمَ مِنْ آيَاتِنَا شَيْئًا اتَّخَذَهَا هُزُوًا}


Dan apabila dia mngetahui barang sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok. (Al-Jatsiyah: 9) Yakni apabila dia hafal sesuatu dari Al-Qur'an, ia mengingkarinya dan menjadikannya bahan olok-olokan dan ejekannya.


{أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ}


Merekalah yang memperoleh azab yang menghinakan. (Al-Jatsiyah: 9) sebagai balasan dari penghinaannya terhadap Al-Qur'an, karena dia telah menjadikan Al-Qur'an sebagai olok-olokannya. Imam Muslim di dalam kitab sahihnya

telah menceritakan sebuah hadis dari Ibnu Umar r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah melarang bepergian dengan membawa Al-Qur'an ke negeri musuh, karena dikhawatirkan Al-Qur'an itu direbut oleh musuh.

Kemudian dalam firman berikutnya dijelaskan azab yang akan diterimanya kelak di hari ia dikembalikan pada hari kiamat:


{مِنْ وَرَائِهِمْ جَهَنَّمُ}


Di hadapan mereka neraka jahanam. (Al-Jatsiyah: 10) Yakni orang yang memiliki sifat-sifat tersebut, masing-masing dari mereka akan dimasukkan ke dalam neraka Jahanam sebagai tempat tinggalnya kelak di hari kiamat.


{وَلا يُغْنِي عَنْهُمْ مَا كَسَبُوا شَيْئًا}


dan tidak akan berguna bagi mereka sedikit pun apa yang telah mereka kerjakan. (Al-Jatsiyah: 10) Harta dan anak-anak mereka tidak dapat memberi manfaat sedikit pun kepada mereka.


{وَلا مَا اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ}


dan tidak pula berguna apa yang mereka jadikan sebagai sembahan-sembahan (mereka) dari selain Allah. (Al-Jatsiyah: 10) Artinya, di hari itu tidak dapat memberikan manfaat sedikit pun kepada mereka tuhan-tuhan yang telah mereka sembah selain dari Allah Swt.


{وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ}


Dan bagi mereka azab yang besar. (Al-Jatsiyah: 10) Dalam firman berikutnya disebutkan:


{هَذَا هُدًى}


Ini adalah petunjuk. (Al-Jatsiyah: 11) Yakni Al-Qur'an ini adalah petunjuk.


{وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ لَهُمْ عَذَابٌ مِنْ رِجْزٍ أَلِيمٌ}


Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Tuhannya bagi mereka azab, yaitu siksaan yang sangat pedih. (Al-Jatsiyah: 11) Maksudnya, azab yang pedih lagi menyakitkan; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui..

Surat Al-Jasiyah |45:7|

وَيْلٌ لِكُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ

wailul likulli affaakin aṡiim

Celakalah bagi setiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa,

Woe to every sinful liar

Tafsir
Jalalain

(Kecelakaan yang besarlah) lafal Al-Wail menunjukkan kalimat azab (bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta) atau pendusta (lagi banyak berdosa) banyak dosanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 7 |

penjelasan ada di ayat 6

Surat Al-Jasiyah |45:8|

يَسْمَعُ آيَاتِ اللَّهِ تُتْلَىٰ عَلَيْهِ ثُمَّ يُصِرُّ مُسْتَكْبِرًا كَأَنْ لَمْ يَسْمَعْهَا ۖ فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ

yasma'u aayaatillaahi tutlaa 'alaihi ṡumma yushirru mustakbirong ka`al lam yasma'haa, fa basysyir-hu bi'ażaabin aliim

(yaitu) orang yang mendengar ayat-ayat Allah ketika dibacakan kepadanya, namun dia tetap menyombongkan diri seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka peringatkanlah dia dengan azab yang pedih.

Who hears the verses of Allah recited to him, then persists arrogantly as if he had not heard them. So give him tidings of a painful punishment.

Tafsir
Jalalain

(Dia mendengar ayat-ayat Allah) yakni Alquran (dibacakan kepadanya kemudian dia tetap) atas kekafirannya (menyombongkan diri) takabur tidak mau beriman

(seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih) azab yang menyakitkan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 8 |

penjelasan ada di ayat 6

Surat Al-Jasiyah |45:9|

وَإِذَا عَلِمَ مِنْ آيَاتِنَا شَيْئًا اتَّخَذَهَا هُزُوًا ۚ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ

wa iżaa 'alima min aayaatinaa syai`anittakhożahaa huzuwaa, ulaaa`ika lahum 'ażaabum muhiin

Dan apabila dia mengetahui sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka (ayat-ayat itu) dijadikan olok-olok. Merekalah yang akan menerima azab yang menghinakan.

And when he knows anything of Our verses, he takes them in ridicule. Those will have a humiliating punishment.

Tafsir
Jalalain

(Dan apabila dia mengetahui tentang ayat-ayat Kami) yakni Alquran (barang sedikit, maka ayat-ayat itu dijadikannya olok-olok) yakni menjadi bahan ejekan mereka.

(Merekalah) orang-orang yang banyak mendustakan ayat-ayat Kami itu (yang memperoleh azab yang menghinakan) artinya, siksaan yang mengandung kehinaan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 9 |

penjelasan ada di ayat 6

Surat Al-Jasiyah |45:10|

مِنْ وَرَائِهِمْ جَهَنَّمُ ۖ وَلَا يُغْنِي عَنْهُمْ مَا كَسَبُوا شَيْئًا وَلَا مَا اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

miw warooo`ihim jahannam, wa laa yughnii 'an-hum maa kasabuu syai`aw wa laa mattakhożuu min duunillaahi auliyaaa`, wa lahum 'ażaabun 'azhiim

Di hadapan mereka Neraka Jahanam, dan tidak akan berguna bagi mereka sedikit pun apa yang telah mereka kerjakan, dan tidak pula (bermanfaat) apa yang mereka jadikan sebagai pelindung-pelindung (mereka) selain Allah. Dan mereka akan mendapat azab yang besar.

Before them is Hell, and what they had earned will not avail them at all nor what they had taken besides Allah as allies. And they will have a great punishment.

Tafsir
Jalalain

(Di hadapan mereka) di sini diartikan di hadapan mereka sekalipun lafalnya mengatakan Min Waraa-ihim yakni di belakang mereka, hal ini mengingat mereka masih hidup di dunia

(neraka Jahanam dan tidak akan berguna bagi mereka apa yang telah mereka upayakan) berupa harta benda dan hasil-hasil kerja mereka

(barang sedikit pun, dan tidak pula berguna apa yang mereka jadikan selain dari Allah) yang dimaksud adalah berhala-berhala (sebagai sesembahan-sesembahan. Dan bagi mereka azab yang besar.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 10 |

penjelasan ada di ayat 6

Surat Al-Jasiyah |45:11|

هَٰذَا هُدًى ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ لَهُمْ عَذَابٌ مِنْ رِجْزٍ أَلِيمٌ

haażaa hudaa, wallażiina kafaruu bi`aayaati robbihim lahum 'ażaabum mir rijzin aliim

Ini (Al-Qur´an) adalah petunjuk. Dan orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Tuhannya, mereka akan mendapat azab berupa siksaan yang sangat pedih.

This [Qur'an] is guidance. And those who have disbelieved in the verses of their Lord will have a painful punishment of foul nature.

Tafsir
Jalalain

(Ini) Alquran ini (adalah petunjuk) dari kesesatan. (Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Rabbnya bagi mereka azab) yakni bagian (yaitu siksa) atau azab (yang sangat pedih) sangat menyakitkan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 11 |

penjelasan ada di ayat 6

Surat Al-Jasiyah |45:12|

اللَّهُ الَّذِي سَخَّرَ لَكُمُ الْبَحْرَ لِتَجْرِيَ الْفُلْكُ فِيهِ بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

allohullażii sakhkhoro lakumul-baḥro litajriyal-fulku fiihi bi`amrihii wa litabtaghuu min fadhlihii wa la'allakum tasykuruun

Allah-lah yang menundukkan laut untukmu agar kapal-kapal dapat berlayar di atasnya dengan perintah-Nya, dan agar kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur.

It is Allah who subjected to you the sea so that ships may sail upon it by His command and that you may seek of His bounty; and perhaps you will be grateful.

Tafsir
Jalalain

(Allahlah yang menundukkan lautan untuk kalian supaya bahtera-bahtera dapat berlayar) yaitu perahu-perahu (padanya dengan perintah-Nya) dengan seizin-Nya

(dan supaya kalian dapat mencari) melalui berdagang (sebagian karunia-Nya dan mudah-mudahan kalian bersyukur.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 12 |

Tafsir ayat 12-15

Allah Swt. menyebutkan tentang nikmat-nikmat-Nya yang telah Dia berikan kepada hamba-hamba-Nya melalui apa yang telah Dia tundukkan bagi mereka, yaitu laut.


{لِتَجْرِيَ الْفُلْكُ}


supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya. (Al-Jatsiyah: 12) Sesungguhnya yang menjadikan demikian adalah Allah; Dialah yang memerintahkan kepada laut untuk membawa kapal-kapal dapat berlayar padanya.


{وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ}


dan supaya kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya. (Al-Jatsiyah: 12) Yakni melalui berdagang dan mata pencaharian lainnyar


{وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ}


dan mudah-mudahan kamu bersyukur. (Al-Jatsiyah: 12) Yaitu karena memperoleh berbagai macam keperluan yang didatangkan dari berbagai negeri yang jauh kepada kalian. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:


{وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ}


Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. (Al-Jatsiyah: 13) Yakni berupa bintang-bintang, gunung-gunung, lautan, sungai-sungai, dan semua dapat kalian manfaatkan. Semuanya itu adalah karunia Allah, kebaikan dan anugerah-Nya. karena itulah disebutkan dalam firman-Nya:


{جَمِيعًا مِنْهُ}


semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. (Al-Jatsiyah: 13) Yaitu dari sisi-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya dalam hal tersebut. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ}


Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya). Dan bila kamu ditimpa oleh kemudaratan, maka hanya kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan. (An-Nahl: 5 3)

Ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui jalur Al-Aufi, dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari-Nya.

(Al-Jatsiyah: 13) Yakni segala sesuatu adalah dari karunia Allah Swt. Istilah ini merupakan salah satu dari asma-asma Allah, yaitu Jam'i'an Minhu, tiada seorang pun yang menyaingi-Nya dalam hal ini, dan hal ini memang telah diyakini.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritkan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Khalaf Al-Asqalani, telah menceritakan kepada kami Al-Faryabi, dari Sufyan, dari Al-A'masy, dari Al-Minhal ibnu Amr,

dari Abu Arakah yang menceritakan bahwa pernah seorang lelaki bertanya kepada Abdullah ibnu Umar r.a, "Dari apakah Allah menciptakan makhluk?" Ibnu Umar menjawab, "Dari cahaya, api, kegelapan, dan tanah."

Ibnu Umar mengatakan, "Datanglah kamu kepada Ibnu Abbas r.a. dan tanyakanlah kepadanya hal ini." Lalu lelaki itu mendatanginya dan menanyakan kepadanya hal yang semisal, maka Ibnu Abbas menjawab, "Kembalilah

kepada Ibnu Umar, dan tanyakanlah kepadanya mengapa Allah menciptakan semuanya itu?" maka lelaki itu kembali kepada Ibnu Umar dan menanyakannya kepadanya. Lalu Ibnu Umar membaca firman-Nya: Dan Dia menundukkan untukmu

apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. (Al-Jatsiyah: 13) Atsar ini gharib dan mengandung hal ini yang diingkari.


{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ}


Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (Al-Jatsiyah: 13) Firman Allah Swt.:


{قُلْ لِلَّذِينَ آمَنُوا يَغْفِرُوا لِلَّذِينَ لَا يَرْجُونَ أَيَّامَ اللَّهِ}


Katakanlah kepada orang-orang yang beriman, hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut akan hari-hari Allah. (Al-Jatsiyah: 14) Yakni hendaklah mereka memaafkan orang-orang tersebut dan bersabar

dalam menghadapi gangguan dari mereka. Hal ini di tetapkan di masa permulaan Islam. Kaum muslim diperintahkan untuk bersikap sabar dalam menghadapi gangguan dari kaum musyrik dan kaum Ahli Kitab, agar sikap ini dijadikan

sebagai pemikat hati buat mereka. Tetapi setelah mereka tetap ingkar, maka Allah memerintahkan kepada kaum mukmin untuk berjuang dan berjihad melawan mereka. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. dan Qatadah.

Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: orang-orang yang tiada takut akan hari-hari Allah. (Al-Jatsiyah: 14) Yaitu orang-orang yang tidak memperoleh nikmat-nikmat Allah Swt. Firman Allah Swt.:


{لِيَجْزِيَ قَوْمًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}


karena Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Al-Jatsiyah: 14) Apabila kaum mukmin memaafkan mereka di dunia, maka sesungguhnya Allah Swt. akan membalas amal perbuatan mereka yang buruk itu di negeri akhirat nanti. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ}


Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh, maka itu adalah untuk dirinya sendiri. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan. (Al-Jatsiyah: 15)

Yakni kalian dikembalikan kelak di hari kiamat kepada Allah Swt, lalu semua amal perbuatan kalian dipaparkan di hadapan-Nya. Maka Dia akan membalas semua amal perbuatan kalian, yang baik maupun yang buruk nya. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui.

Surat Al-Jasiyah |45:13|

وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

wa sakhkhoro lakum maa fis-samaawaati wa maa fil-ardhi jamii'am min-h, inna fii żaalika la`aayaatil liqoumiy yatafakkaruun

Dan Dia menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir.

And He has subjected to you whatever is in the heavens and whatever is on the earth - all from Him. Indeed in that are signs for a people who give thought.

Tafsir
Jalalain

(Dan Dia menundukkan untuk kalian apa yang ada di langit) berupa matahari bulan bintang-bintang, air hujan dan lain-lainnya (dan apa yang ada di bumi) berupa binatang-binatang, pohon-pohonan,

tumbuh-tumbuhan, sungai-sungai dan lain-lainnya. Maksudnya, Dia menciptakan kesemuanya itu untuk dimanfaatkan oleh kalian (semuanya) lafal Jamii'an ini berkedudukan menjadi Taukid,

atau mengukuhkan makna lafal sebelumnya (dari-Nya) lafal Minhu ini menjadi Hal atau kata keterangan keadaan, maksudnya semuanya itu ditundukkan oleh-Nya.

(Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan dan keesaan Allah bagi kaum yang berpikir) mengenainya, karena itu lalu mereka beriman.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 13 |

penjelasan ada di ayat 12

Surat Al-Jasiyah |45:14|

قُلْ لِلَّذِينَ آمَنُوا يَغْفِرُوا لِلَّذِينَ لَا يَرْجُونَ أَيَّامَ اللَّهِ لِيَجْزِيَ قَوْمًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

qul lillażiina aamanuu yaghfiruu lillażiina laa yarjuuna ayyaamallohi liyajziya qoumam bimaa kaanuu yaksibuun

Katakanlah (Muhammad) kepada orang-orang yang beriman, hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tidak takut akan hari-hari Allah, karena Dia akan membalas suatu kaum sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.

Say, [O Muhammad], to those who have believed that they [should] forgive those who expect not the days of Allah so that He may recompense a people for what they used to earn.

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada mengharapkan) mereka yang tidak takut (akan hari-hari Allah)

yaitu hari-hari di waktu Allah menimpakan azab kepada mereka. Maksudnya, maafkanlah orang-orang kafir atas perlakuan mereka terhadap diri kalian yang menyakitkan itu.

Ayat ini diturunkan sebelum ada perintah untuk berjihad melawan mereka (karena Dia akan membalas) Allah akan membalas; menurut suatu qiraat dibaca Linajziya, artinya: karena Kami akan membalas

(sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan) atas pemaafannya terhadap orang-orang kafir yang telah menyakiti mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 14 |

penjelasan ada di ayat 12

Surat Al-Jasiyah |45:15|

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا ۖ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ

man 'amila shooliḥan fa linafsih, wa man asaaa`a fa 'alaihaa ṡumma ilaa robbikum turja'uun

Barang siapa mengerjakan kebajikan, maka itu untuk dirinya sendiri, dan barang siapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmu kamu dikembalikan.

Whoever does a good deed - it is for himself; and whoever does evil - it is against the self. Then to your Lord you will be returned.

Tafsir
Jalalain

(Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka itu adalah untuk dirinya sendiri) (dan barang siapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri)

(kemudian kepada Rabb kalianlah kalian dikembalikan) kalian akan dikembalikan kemudian orang yang berbuat baik dan orang yang berbuat jahat akan menerima balasannya masing-masing.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 15 |

penjelasan ada di ayat 12

Surat Al-Jasiyah |45:16|

وَلَقَدْ آتَيْنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ

wa laqod aatainaa baniii isrooo`iilal-kitaaba wal-ḥukma wan-nubuwwata wa rozaqnaahum minath-thoyyibaati wa fadhdholnaahum 'alal-'aalamiin

Dan sungguh, kepada Bani Israil telah Kami berikan Kitab (Taurat), kekuasaan, dan kenabian, Kami anugerahkan kepada mereka rezeki yang baik, dan Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa (pada masa itu).

And We did certainly give the Children of Israel the Scripture and judgement and prophethood, and We provided them with good things and preferred them over the worlds.

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Bani Israel Alkitab) yakni Taurat (dan hukum) yakni kitab Taurat sebagai sumber hukum untuk memutuskan perkara di antara orang-orang Bani Israel

(dan kenabian) kepada Musa dan Harun, di antara mereka (dan Kami berikan kepada mereka rezeki-rezeki yang baik) atau rezeki-rezeki yang halal, yaitu manna dan salwa

(dan Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa) atas orang-orang pandai di zamannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 16 |

Tafsir ayat 16-20

Allah Swt. menyebutkan tentang nikmat-nikmat yang telah Dia berikan kepada kaum Bani Israil, yaitu Dia telah menurunkan Al-Kitab kepada mereka, mengirimkan utusan-utusan-Nya kepada mereka, dan menjadikan kerajaan di kalangan mereka. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{وَلَقَدْ آتَيْنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ}


Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Bani Israil Al-Kitab (Taurat), kekuasaan dan kenabian, dan Kami berikan kepada mereka rezeki-rezeki yang baik. (Al-Jatsiyah: 16) berupa makanan dan minuman yang baik.


{وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ}


dan Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa (pada masanya). (Al-Jatsiyah: 16) Yakni di zaman mereka.


{وَآتَيْنَاهُمْ بَيِّنَاتٍ مِنَ الأمْرِ}


Dan Kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata tentang urusan (agama). (Al-Jatsiyah: 17) Yaitu alasan-alasan, keterangan-keterangan, dan bukti-bukti yang nyata, sehingga tegaklah alasan-alasan Allah

terhadap mereka. Kemudian mereka berselisih pendapat tentang urusan agama itu sesudah tegaknya hujah (alasan), dan sesungguhnya hal tersebut timbul hanyalah karena sikap dengki sebagian dari mereka terhadap sebagian yang lain.


{إِنَّ رَبَّكَ} يَا مُحَمَّدُ {يَقْضِي بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ}


Sesungguhnya tuhanmu akan memutuskan antara mereka pada hari kiamat terhadap apa yang mereka selalu berselisih padanya. (Al-Jatsiyah: 17) Allah akan memutuskan di antara mereka dengan hukum-Nya yang adil.

Di dalam ungkapan ini terkandung peringatan bagi umat ini, agar jangan menempuh jalan mereka dan jangan mengikuti metode mereka. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:


{ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الأمْرِ فَاتَّبِعْهَا}


Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu. (Al-Jatsiyah: 18) Yakni ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu, tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Dia, dan berpalinglah dari orang-orang musyrik. Lalu disebutkan dalam firman berikutnya:


{وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّهُمْ لَنْ يُغْنُوا عَنْكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَإِنَّ الظَّالِمِينَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ}


dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sedikit pun dari (siksaan) Allah. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu

sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. (Al-Jatsiyah: 18-19) Artinya, tiada bermanfaat bagi mereka pertolongan sebagian mereka kepada sebagian yang lain; karena sesungguhnya tiada yang mereka peroleh selain dari kerugian, kehancuran, dan kebinasaan.


{وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُتَّقِينَ}


dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa. (Al-Jatsiyah: 19) Dialah Yang mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju ke cahaya, dan orang-orang kafir yang menjadi penolong mereka adalah tagut (sembahan-sembahan mereka), yang mengeluarkan mereka dari cahaya ke dalam kegelapan. Kemudian Allah Swt. berfirman:


{هَذَا بَصَائِرُ لِلنَّاسِ} يَعْنِي: الْقُرْآنَ {وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ}


Al-Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. (Al-Jatsiyah: 20)

Surat Al-Jasiyah |45:17|

وَآتَيْنَاهُمْ بَيِّنَاتٍ مِنَ الْأَمْرِ ۖ فَمَا اخْتَلَفُوا إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ رَبَّكَ يَقْضِي بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ

wa aatainaahum bayyinaatim minal-amr, fa makhtalafuuu illaa mim ba'di maa jaaa`ahumul-'ilmu baghyam bainahum, inna robbaka yaqdhii bainahum yaumal-qiyaamati fiimaa kaanuu fiihi yakhtalifuun

Dan Kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang jelas tentang urusan (agama), maka mereka tidak berselisih kecuali setelah datang ilmu kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Sungguh, Tuhanmu akan memberi putusan kepada mereka pada hari Kiamat terhadap apa yang selalu mereka perselisihkan.

And We gave them clear proofs of the matter [of religion]. And they did not differ except after knowledge had come to them - out of jealous animosity between themselves. Indeed, your Lord will judge between them on the Day of Resurrection concerning that over which they used to differ.

Tafsir
Jalalain

(Dan Kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata tentang urusan) agama, menyangkut masalah halal dan haram, serta berita tentang akan diutusnya Nabi Muhammad saw.

(maka mereka tidak berselisih) tentang diutusnya Nabi Muhammad (melainkan sesudah datang kepada mereka pengetahuan karena permusuhan di antara mereka)

karena permusuhan yang ada di antara mereka sebab mereka dengki kepada Nabi Muhammad. (Sesungguhnya Rabbmu akan memutuskan antara mereka pada hari kiamat terhadap apa yang mereka selalu berselisih padanya.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 17 |

penjelasan ada di ayat 16

Surat Al-Jasiyah |45:18|

ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٍ مِنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

ṡumma ja'alnaaka 'alaa syarii'atim minal-amri fattabi'haa wa laa tattabi' ahwaaa`allażiina laa ya'lamuun

Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syariat (peraturan) dari agama itu, maka ikutilah (syariat itu) dan janganlah engkau ikuti keinginan orang-orang yang tidak mengetahui.

Then We put you, [O Muhammad], on an ordained way concerning the matter [of religion]; so follow it and do not follow the inclinations of those who do not know.

Tafsir
Jalalain

(Kemudian Kami jadikan kamu) hai Muhammad (berada di atas suatu syariat) yakni peraturan (dari urusan itu) dari urusan agama

(maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui) untuk menyembah kepada selain Allah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 18 |

penjelasan ada di ayat 16

Surat Al-Jasiyah |45:19|

إِنَّهُمْ لَنْ يُغْنُوا عَنْكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ۚ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۖ وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُتَّقِينَ

innahum lay yughnuu 'angka minallohi syai`aa, wa innazh-zhoolimiina ba'dhuhum auliyaaa`u ba'dh, wallohu waliyyul-muttaqiin

Sungguh, mereka tidak akan dapat menghindarkan engkau sedikit pun dari (azab) Allah. Dan sungguh, orang-orang yang zalim itu sebagian menjadi pelindung atas sebagian yang lain, sedang Allah pelindung bagi orang-orang yang bertakwa.

Indeed, they will never avail you against Allah at all. And indeed, the wrongdoers are allies of one another; but Allah is the protector of the righteous.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat memberikan manfaat) mereka tidak akan dapat menolak (atas kamu dari siksaan Allah) yakni azab-Nya

(barang sedikit pun. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu) orang-orang kafir itu (sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain dan Allah adalah Pelindung orang-orang yang bertakwa.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 19 |

penjelasan ada di ayat 16

Surat Al-Jasiyah |45:20|

هَٰذَا بَصَائِرُ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

haażaa bashoo`iru lin-naasi wa hudaw wa roḥmatul liqoumiy yuuqinuun

(Al-Qur´an) ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.

This [Qur'an] is enlightenment for mankind and guidance and mercy for a people who are certain [in faith].

Tafsir
Jalalain

(Inilah) Alquran ini (adalah pedoman bagi manusia) artinya, sebagai pedoman yang dijadikan sumber bagi mereka dalam masalah hukum-hukum dan hudud (petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini) adanya hari berbangkit.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 20 |

penjelasan ada di ayat 16

Surat Al-Jasiyah |45:21|

أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ نَجْعَلَهُمْ كَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَوَاءً مَحْيَاهُمْ وَمَمَاتُهُمْ ۚ سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ

am ḥasiballażiinajtaroḥus-sayyi`aati an naj'alahum kallażiina aamanuu wa 'amilush-shooliḥaati sawaaa`am maḥyaahum wa mamaatuhum, saaa`a maa yaḥkumuun

Apakah orang-orang yang melakukan kejahatan itu mengira bahwa Kami akan memperlakukan mereka seperti orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, yaitu sama dalam kehidupan dan kematian mereka? Alangkah buruknya penilaian mereka itu.

Or do those who commit evils think We will make them like those who have believed and done righteous deeds - [make them] equal in their life and their death? Evil is that which they judge.

Tafsir
Jalalain

(Apakah) lafal Am di sini maknanya sama dengan Hamzah yang menunjukkan makna ingkar (berprasangka orang-orang yang mengerjakan) orang-orang yang melakukan (kejahatan)

kekafiran dan kemaksiatan (bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, yaitu sama) lafal Sawaa-an ini menjadi Khabar

(antara kehidupan dan kematian mereka) menjadi Mubtada dan Ma'thuf, sedangkan Jumlah kalimat ini menjadi Badal dari huruf Kaf yang ada pada lafal Kalladziina, dan kedua Dhamirnya kembali kepada orang-orang kafir.

Makna ayat, apakah mereka berprasangka bahwasanya Kami menjadikan mereka di akhirat sama dengan orang-orang mukmin, yaitu mereka hidup dalam kesejahteraan

yang sama dengan kehidupan mereka sewaktu di dunia. Karena mereka telah mengatakan kepada orang-orang mukmin: "Sungguh jika kami dibangkitkan hidup kembali,

niscaya kami akan diberi kebaikan seperti apa yang diberikan kepada kalian." Lalu Allah berfirman menyangkal dugaan mereka sesuai dengan pengertian ingkar yang terkandung di dalam permulaan ayat.

(Amat buruklah apa yang mereka sangka itu) maksudnya, perkara yang sebenarnya tidaklah demikian, karena sesungguhnya mereka di akhirat berada di dalam azab,

berbeda dengan keadaan kehidupan mereka sewaktu di dunia. Sedangkan orang-orang mukmin di akhirat, mereka mendapatkan pahala yang berlimpah disebabkan amal perbuatan mereka sewaktu di dunia,

yaitu berupa amal sholat, amal zakat, amal puasa dan amal-amal lainnya. Huruf Maa pada ayat ini adalah Mashdariyah, yakni, seburuk-buruknya keputusan adalah keputusan mereka itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 21 |

Tafsir ayat 21-23

Allah Swt. berfirman, bahwa tidak sama antara orang-orang mukmin dan orang-orang kafir itu. Seperti yang diungkapkan oleh firman-Nya:


{لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ}


Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orangyang beruntung. (Al-Hasyr: 20) Adapun firman Allah Swt.:


{أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئَاتِ} أَيْ: عَمِلُوهَا وَكَسَبُوهَا {أَنْ نَجْعَلَهُمْ كَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَوَاءً مَحْيَاهُمْ وَمَمَاتُهُمْ}


Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? (Al-Jatsiyah: 21) Yakni Kami samakan di antara sesama mereka dalam kehidupan di dunia dan akhirat?


{سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ}


Amat buruklah apa yang mereka sangka itu. (Al-Jatsiyah: 21) Betapa buruknya dugaan mereka terhadap Kami, padahal mustahil Kami menyamakan di antara orang-orang yang bertakwa dengan orang-orang yang pendurhaka

dalam kehidupan di negeri akhirat nanti dan juga dalam kehidupan di dunia ini. Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mu'ammal ibnu Ihab, telah menceritakan kepada kami Bukair ibnu Usman At-Tanukhi,

telah menceritakan kepada kami Al-Wadin ibnu Ata, dari Yazid ibnu Marsad Al-Baji, dari Abu Zar r.a. yang mengatakan bahwa Allah membangun agama-Nya di atas empat pilar. Maka barang siapa yang berpaling darinya

dan tidak mengamalkannya, ia akan menghadap kepada Allah dalam keadaan sebagai orang yang fasik (durhaka). Ketika ditanyakan, "Apa saja yang keempat pilar itu, hai Abu Zar?" Abu Zar r.a. menjawab,

"Hendaklah seseorang menerima apa yang dihalalkan oleh Allah karena Allah, dan menolak apa yang diharamkan oleh Allah karena Allah, dan menerima perintah Allah karena Allah, dan menjauhi larangan Allah karena Allah;

tiada yang dipercayai olehnya terhadap keempat perkara itu selain dari Allah Swt. Abul Qasim yakni Nabi Saw. telah bersabda,


كَمَا أَنَّهُ لَا يُجْتَنَى مِنَ الشَّوْكِ الْعِنَبُ، كَذَلِكَ لَا يَنَالُ الْفُجَّارُ مَنَازِلَ الْأَبْرَارِ"


'Sebagaimana tidak dapat dipetik dari pohon yang berduri buah anggur, demikian pula halnya orang-orang durhaka, mereka tidak akan memperoleh kedudukan orang-orang yang bertakwa'." Hadis ini gharib bila ditinjau dari segi jalurnya.

Muhammad ibnu lshaq menyebutkan di dalam kitab Sirah-nya bahwa mereka telah menemukan sebuah prasasti yang ada di Mekah, tepatnya di pondasi Ka'bah. Disebutkan padanya, "Kamu berbuat keburukan dan kamu harapkan kebaikan,

perihalnya sama dengan orang yang memetik buah anggur dari pohon yang berduri," yakni mustahil mendapatkannya karena pohon yang berduri tidak dapat membuahkan anggur. Imam Tabrani telah meriwayatkan melalui hadis Syu'bah,

dari Amr ibnu Murrah, dari Abud Duha, dari Masruq, bahwa Tamim Ad-Dari salat di suatu malam hingga pagi hari seraya mengulang-ngulang bacaan ayat berikut yaitu firman-Nya: Apakah orang-orangyang membuat kejahatan itu

menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh. (Al-Jatsiyah: 21) Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya: Amat buruklah apa yang mereka sangka itu. (Al-Jatsiyah: 21) Adapun firman Allah Swt.:


{وَخَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ بِالْحَقِّ}


Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar. (Al-Jatsiyah: 22) Yakni dengan adil.


{وَلِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ}


dan agar dibatasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan. (Al-Jatsiyah: 22) Kemudian Allah Swt. berfirman.


{أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ}


Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. (Al-Jatsiyah: 23) Yakni sesungguhnya dia hanya diperintahkan oleh hawa nafsunya. Maka apa saja yang dipandang baik oleh hawa nafsunya,

dia kerjakan; dan apa saja yang dipandang buruk oleh hawa nafsunya, dia tinggalkan. Ayat ini dapat juga dijadikan sebagai dalil untuk membantah golongan Mu'tazilah yang menjadikan nilai buruk dan baik berdasarkan kriteria rasio mereka.

Menurut apa yang diriwayatkan dari Malik sehubungan dengan tafsir ayat ini, orang tersebut tidak sekali-kali menyukai sesuatu melainkan dia mengabdinya. Firman Allah Swt.:


{وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ}


dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya. (Al-Jatsiyah: 23) Makna ayat ini mengandung dua takwil. Pertama ialah Allah menyesatkan orang tersebut karena Allah mengetahui bahwa dia berhak untuk memperoleh kesesatan.

Kedua ialah Allah menjadikannya sesat sesudah sampai kepadanya pengetahuan dan sesudah hujah ditegakkan terhadapnya. Pendapat yang kedua mengharuskan adanya pendapat yang pertama, tetapi tidak kebalikannya.


{وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً}


dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan pada penglihatannya? (Al-Jatsiyah: 23) karenanya dia tidak dapat mendengar apa yang bermanfaat bagi dirinya dan tidak memahami

sesuatu yang dapat dijadikannya sebagai petunjuk, dan tidak dapat melihat bukti yang jelas yang dapat dijadikan sebagai penerang hatinya. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:


{فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ}


Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (Al-Jatsiyah: 23) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{مَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلا هَادِيَ لَهُ وَيَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ}


Barang siapa yang Allah sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk. Dan Allah membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan. (Al-A'raf: 186)

Surat Al-Jasiyah |45:22|

وَخَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ وَلِتُجْزَىٰ كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

wa kholaqollaahus-samaawaati wal-ardho bil-ḥaqqi wa litujzaa kullu nafsim bimaa kasabat wa hum laa yuzhlamuun

Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar, dan agar setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan.

And Allah created the heavens and earth in truth and so that every soul may be recompensed for what it has earned, and they will not be wronged.

Tafsir
Jalalain

(Dan Allah menciptakan langit dan) menciptakan (bumi dengan tujuan yang benar) lafal Bil haqqi ber-ta'alluq kepada lafal Khalaqa; penciptaan langit dan bumi itu dimaksud untuk menunjukkan kekuasaan dan keesaan-Nya

(dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya) yaitu kemaksiatan dan ketaatan yang dilakukannya, maka tidaklah sama balasan yang diterima orang kafir dan orang mukmin (dan mereka tidak akan dirugikan.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 22 |

penjelasan ada di ayat 21

Surat Al-Jasiyah |45:23|

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ

a fa ro`aita manittakhoża ilaahahuu hawaahu wa adhollahullohu 'alaa 'ilmiw wa khotama 'alaa sam'ihii wa qolbihii wa ja'ala 'alaa bashorihii ghisyaawah, fa may yahdiihi mim ba'dillaah, a fa laa tażakkaruun

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?

Have you seen he who has taken as his god his [own] desire, and Allah has sent him astray due to knowledge and has set a seal upon his hearing and his heart and put over his vision a veil? So who will guide him after Allah? Then will you not be reminded?

Tafsir
Jalalain

(Apakah kamu pernah melihat) maksudnya ceritakanlah kepadaku (orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya) maksudnya,

yang disukai oleh hawa nafsunya, yaitu batu demi batu ia ganti dengan yang lebih baik sebagai sesembahannya (dan Allah membiarkan-Nya sesat berdasarkan ilmu-Nya)

berdasarkan pengetahuan Allah swt. Dengan kata lain Dia telah mengetahui, bahwa orang itu termasuk orang yang disesatkan sebelum ia diciptakan (dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya)

maka, karena itu ia tidak dapat mendengar petunjuk dan tidak mau memikirkannya (dan meletakkan tutupan atas penglihatannya) mengambil kegelapan hingga ia tidak dapat melihat petunjuk.

Pada ayat ini diperkirakan adanya Maf'ul kedua bagi lafal Ra-ayta, yaitu lafal ayat tadi, yang artinya; apakah ia mendapat petunjuk (Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah)

membiarkannya sesat Maksudnya, tentu saja ia tidak dapat petunjuk. (Maka mengapa kalian tidak mengambil pelajaran) atau mengapa kalian tidak mau mengambilnya sebagai pelajaran buat kalian.

Lafal Tadzakkaruuna asalnya salah satu dari huruf Ta-nya diidgamkan kepada huruf Dzal.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 23 |

penjelasan ada di ayat 21

Surat Al-Jasiyah |45:24|

وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ ۚ وَمَا لَهُمْ بِذَٰلِكَ مِنْ عِلْمٍ ۖ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ

wa qooluu maa hiya illaa ḥayaatunad-dun-yaa namuutu wa naḥyaa wa maa yuhlikunaaa illad-dahr, wa maa lahum biżaalika min 'ilm, in hum illaa yazhunnuun

Dan mereka berkata, "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa." Tetapi mereka tidak mempunyai ilmu tentang itu, mereka hanyalah menduga-duga saja.

And they say, "There is not but our worldly life; we die and live, and nothing destroys us except time." And they have of that no knowledge; they are only assuming.

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka berkata) yaitu orang-orang yang ingkar akan adanya hari berbangkit, ("Kehidupan ini) kehidupan yang sebenarnya (tiada lain hanyalah kehidupan kita)

yang kita alami (di dunia saja, kita mati dan kita hidup) sebagian dari kita mati kemudian sebagian yang lain hidup karena mereka dilahirkan (dan tiada yang membinasakan kita selain masa")

atau berlalunya masa. Lalu Allah berfirman menyangkal perkataan mereka melalui firman-Nya: (dan mereka tidak mempunyai mengenai hal itu) mengenai perkataan mereka yang demikian tadi

(pengetahuan sedikit pun, tiada lain) tidak lain (mereka hanyalah menduga-duga saja.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 24 |

Tafsir ayat 24-26

Allah Swt. menceritakan tentang perkataan aliran Dahriyyah dari kalangan orang-orang kafir dan orang-orang yang sependapat dengan mereka dari kalangan orang-orang musyrik Arab yang ingkar kepada hari kemudian.


{وَقَالُوا مَا هِيَ إِلا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا}


Dan mereka berkata, "kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup.” (Al-Jatsiyah: 24) Yakni tiada kehidupan kecuali kehidupan di dunia ini; suatu kaum mati, sedangkan yang lainnya hidup;

dan tiada hari kemudian serta tiada pula yang namanya hari kiamat. Hal ini dikatakan oleh orang-orang musyrik Arab yang ingkar kepada hari berbangkit, dan dikatakan pula oleh sebagian para filosuf ateis;

mereka mengingkari adanya permulaan kejadian dan hari kembali. Dan dikatakan pula oleh para filosuf aliran Dahriyyah yang ingkar kepada adanya pencipta, yang meyakini bahwa setiap tiga puluh enam ribu tahun

segala sesuatu akan kembali seperti semula. Dan mereka menduga bahwa hal ini telah terjadi berulang-ulang tanpa batas. Mereka membesarkan akal dan mendustakan dalil manqul, karena itulah mereka mengatakan seperti yang disitir oleh firman-Nya:


{وَمَا يُهْلِكُنَا إِلا الدَّهْرُ}


dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa. (Al-Jatsiyah: 24) Adapun firman Allah Swt.:


{وَمَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلا يَظُنُّونَ}


dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja. (Al-Jatsiyah: 24) Mereka mengatakan demikian hanya semata-mata berdasarkan dugaan dan ilusi mereka sendiri.

Adapun mengenai sebuah hadis yang diketengahkan oleh pemilik kedua kitab sahih (Imam Bukhari dan Imam Muslim) serta Abu Daud dan Imam Nasai melalui Sufyan ibnu Uyaynah, dari Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: يُؤْذِينِي ابْنُ آدَمَ؛ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ، بِيَدِي الْأَمْرُ، أُقَلِّبُ لَيْلَهُ وَنَهَارَهُ"


Allah Swt. telah berfirman, "Anak Adam menyakiti-Ku, dia mencaci masa, padahal Akulah (yang menciptakan) masa; di tangan kekuasaan-Ku urusan itu, Akulah Yang menggilirkan malam dan siang harinya.” Yang menurut riwayat lain disebutkan pula:


"لَا تَسُبُّوا الدَّهْرَ، فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الدَّهْرُ"


Janganlah kamu mencaci masa, karena sesungguhnya Allah-lah (yang menciptakan) masa itu. Ibnu Jarir telah mengetengahkan hadis ini dengan konteks yang sangat gharib (aneh). Dia mengatakan:


حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْب، حَدَّثَنَا سُفْيَانَ بْنِ عُيَيْنَةَ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "كَانَ أَهْلُ الْجَاهِلِيَّةِ يَقُولُونَ: إِنَّمَا يُهْلِكُنَا اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ، وَهُوَ الَّذِي يُهْلِكُنَا، يُمِيتُنَا وَيُحْيِينَا، فَقَالَ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ: {وَقَالُوا مَا هِيَ إِلا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلا الدَّهْرُ} قَالَ: "وَيَسُبُّونَ الدَّهْرَ، فَقَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: يُؤْذِينِي ابْنُ آدَمَ، يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ، بِيَدِي الْأَمْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ"


telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi Saw. yang bersabda:

bahwa dahulu orang-orang Jahiliah mengatakan, "Sesungguhnya yang membinasakan kami adalah malam dan siang hari, masalah yang membinasakan, mematikan, dan menghidupkan kami." Maka Allah Swt.

menurunkan firman-Nya: Dan mereka berkata, "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” (Al-Jatsiyah: 24)

Mereka mencaci maki masa (zaman), maka Allah Swt. berfirman, "Anak Adam menyakiti-Ku; dia mencaci masa, padahal Akulah (yang menciptakan) masa. Di tangan kekuasaan-Kulah urusan itu,

Akulah yang menggilirkan malam dan siang hari." Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dari Ahmad ibnu Mansur, dari Syuraih An-Nu'man, dari Ibnu Uyaynah.

Selanjutnya Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Yunus, dari Ibnu Wahb, dari Az-Zuhri, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: يَسُبُّ ابْنُ آدَمَ الدَّهْرَ، وَأَنَا الدَّهْرُ، بِيَدِي اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ".


Allah Swt. berfirman.”Anak Adam mencaci masa, padahal Akulah (yang menciptakan) masa, di (tangan kekuasaan)-Kulah (perputaran) malam dan siang hari.” Pemilik kitab Sahihain dan Imam Nasai telah mengetengahkan hadis ini

melalui Yunus ibnu Yazid dengan sanad yang sama. Muhammad ibnu lshaq telah meriwayatkan dari Al-A'la ibnu Abdur Rahman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a, bahwa rasulullah Saw. pernah bersabda:


"يَقُولُ اللَّهُ: اسْتَقْرَضْتُ عَبْدِي فَلَمْ يُعْطِنِي، وسَبّنِي عَبْدِي، يَقُولُ: وَادَهْرَاهُ. وَأَنَا الدَّهْرُ"


Allah Swt. berfirman, "Aku meminjam kepada hamba-Ku, tetapi dia tidak memberi-Ku; dan hamba-Ku mencaci-Ku seraya mengatakan, "Celakalah masa ini" Padahal Akulah (yang menciptakan) masa.


Imam Syafii dan Abu Ubaidah serta selain keduanya dari kalangan para imam mengatakan sehubungan dengan makna sabda Rasulullah Saw. yang mengatakan:


"لَا تَسُبُّوا الدَّهْرَ؛ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الدَّهْرُ"


Janganlah kamu mencaci masa, karena sesungguhnya Allah-lah (yang menciptakan) masa itu. Bahwa dahulu orang-orang Arab di masa Jahiliahnya apabila tertimpa paceklik atau malapetaka atau musibah, mereka selalu mengatakan,

"Celakalah masa ini." Mereka menyandarkan kejadian tersebut kepada masa dan mencaci makinya. Padahal sesungguhnya yang melakukan hal tersebut hanyalah Allah Swt. Seakan-akan secara tidak langsung mereka

mencaci maki Allah Swt. Seakan-akan secara tidak langsung mereka mencaci maki Allah Swt. karena sesungguhnya Dialah yang melakukannya secara hakiki. Oleh karena itulah maka Nabi Saw. melarang masa dicaci berdasarkan

pertimbangan ini. Sebab pada hakikatnya Allah-lah (yang menciptakan) masa itu yang mereka caci maki dan mereka sandarkan kepadanya kejadian-kejadian tersebut. Ini merupakan pendapat yang terbaik dari apa yang dikemukakan

sehubungan dengan tafsir pengertian ini, dan pendapat inilah yang paling mirip dengan makna yang dimaksud, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Ibnu Hazm dan orang-orang yang mengikuti metodenya dari kalangan

aliran Zahiriyah telah keliru karena mereka menganggap Ad-Dahr adalah salah satu dari Asma’ul Husna, karena berdasarkan hadis ini. Firman Allah Swt.:


{وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ}


Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang jelas. (Al-Jatsiyah: 25) Yaitu apabila dibuktikan terhadap mereka dan dijelaskan kepada mereka bahwa Allah Mahakuasa untuk menghidupkan kembali tubuh-tubuh yang telah mati sesudah mereka tiada dan bertebaran di mana-mana.


{مَا كَانَ حُجَّتَهُمْ إِلا أَنْ قَالُوا ائْتُوا بِآبَائِنَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}


tidak ada bantahan mereka selain mengatakan, "Datangkanlah nenek moyang kami jika kamu adalah orang-orang yang benar.” (Al-Jatsiyah: 25) Yakni hidupkanlah mereka kembali jika apa yang kamu katakan itu benar. Maka dijawab oleh firman-Nya:


{قُلِ اللَّهُ يُحْيِيكُمْ}


Katakanlah, "Allah-lah yang menghidupkan kemudian mematikanmu." (Al-Jatsiyah: 26) sebagaimana yang kamu saksikan sendiri, Dia telah mengeluarkan kamu dari tiada menjadi ada di alam wujud ini.


{كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ}


Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kamu dikembalikan kepada-Nya. (Al-Baqarah: 28)


Yakni Tuhan Yang mampu menciptakan dari semula mampu pula untuk mengembalikan penciptaan itu dikesempatan yang lain dalam penciptaan yang baru, dan penciptaan yang kedua kalinya itu jauh lebih mudah bagi-Nya, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ}


Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan) nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. (Ar-Rum: 27) Adapun firman Allah Swt.:


{ثُمَّ يَجْمَعُكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ}


setelah itu mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya. (Al-Jatsiyah: 26) Artinya sesungguhnya Dia hanya menghimpunkan kalian kelak di hari kiamat dan tidak akan menghidupkan kalian di dunia ini. Maka tidaklah pantas bila kalian mengatakan:


{ائْتُوا بِآبَائِنَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}


Datangkanlah nenek moyang kami jika kamu adalah orang-orang yang benar. (Al-Jatsiyah: 25) Allah Swt. telah berfirman:


{يَوْمَ يَجْمَعُكُمْ لِيَوْمِ الْجَمْعِ}


(Ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan (untuk dihisab). (At-Taghabun: 9)


{لأيِّ يَوْمٍ أُجِّلَتْ. لِيَوْمِ الْفَصْلِ}


(Niscaya dikatakan kepada mereka), "Sampai hari apakah ditangguhkan (mengazab orang-orang kafir itu)?” Sampai hari keputusan. (Al-Mursalat: 12-13) Dan firman Allah Swt.:


{وَمَا نُؤَخِّرُهُ إِلا لأجَلٍ مَعْدُودٍ}


Dan Kami tiadalah mengundurkannya, melainkan sampai -waktu yang tertentu. (Hud: 104) Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{ثُمَّ يَجْمَعُكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ}


setelah itu mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya. (Al-Jatsiyah: 26) Yakni tidak diragukan lagi kejadiannya.


{وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ}


tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Al-Jatsiyah: 26) Karena itulah maka mereka mengingkari adanya hari kemudian dan menganggap mustahil tubuh-tubuh ini akan dihidupkan kembali. Allah Swt. telah berfirman:


{إِنَّهُمْ يَرَوْنَهُ بَعِيدًا وَنَرَاهُ قَرِيبًا}


Sesungguhnya mereka memandang siksaan itu (hari kiamat) jauh (mustahil). Sedangkan Kami memandangnya dekat (pasti terjadi). (Al-Ma'arij:6-7)

Mereka menganggap mustahil hal itu terjadi, sedangkan orang-orang mukmin menganggap bahwa hal itu mudah (bagi Allah) dan (hari kiamat itu) sudah dekat masanya.

Surat Al-Jasiyah |45:25|

وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ مَا كَانَ حُجَّتَهُمْ إِلَّا أَنْ قَالُوا ائْتُوا بِآبَائِنَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

wa iżaa tutlaa 'alaihim aayaatunaa bayyinaatim maa kaana ḥujjatahum illaaa ang qoolu`tuu bi`aabaaa`inaaa ing kuntum shoodiqiin

Dan apabila kepada mereka dibacakan ayat-ayat Kami yang jelas, tidak ada bantahan mereka selain mengatakan, "Hidupkanlah kembali nenek moyang kami, jika kamu orang yang benar."

And when Our verses are recited to them as clear evidences, their argument is only that they say, "Bring [back] our forefathers, if you should be truthful."

Tafsir
Jalalain

(Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami) dari Alquran yang menunjukkan akan kekuasaan Kami yang mampu membangkitkan makhluk menjadi hidup kembali (yang jelas)

yang keadaannya jelas sekali (tidak ada bantahan mereka selain dari mengatakan, "Datangkanlah nenek moyang kami) dalam keadaan hidup

(jika kalian adalah orang-orang yang benar") bahwasanya kami benar-benar akan dibangkitkan menjadi hidup kembali sesudah kami mati.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 25 |

penjelasan ada di ayat 24

Surat Al-Jasiyah |45:26|

قُلِ اللَّهُ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يَجْمَعُكُمْ إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

qulillaahu yuḥyiikum ṡumma yumiitukum ṡumma yajma'ukum ilaa yaumil-qiyaamati laa roiba fiihi wa laakinna akṡaron-naasi laa ya'lamuun

Katakanlah, "Allah yang menghidupkan kemudian mematikan kamu, setelah itu mengumpulkan kamu pada hari Kiamat yang tidak diragukan lagi, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."

Say, "Allah causes you to live, then causes you to die; then He will assemble you for the Day of Resurrection, about which there is no doubt, but most of the people do not know."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah, "Allahlah yang menghidupkan kalian) sewaktu kalian masih dalam bentuk air mani (kemudian mematikan kalian, setelah itu mengumpulkan kalian) dalam keadaan hidup

(pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya) tidak diragukan lagi kedatangannya (akan tetapi kebanyakan manusia) yang dimaksud adalah mereka yang telah mengatakan apa yang telah disebutkan tadi (tidak mengetahui.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 26 |

penjelasan ada di ayat 24

Surat Al-Jasiyah |45:27|

وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ يَخْسَرُ الْمُبْطِلُونَ

wa lillaahi mulkus-samaawaati wal-ardh, wa yauma taquumus-saa'atu yauma`iżiy yakhsarul-mubthiluun

Dan milik Allah kerajaan langit dan bumi. Dan pada hari terjadinya Kiamat, akan rugilah pada hari itu orang-orang yang mengerjakan kebatilan (dosa).

And to Allah belongs the dominion of the heavens and the earth. And the Day the Hour appears - that Day the falsifiers will lose.

Tafsir
Jalalain

(Dan hanya kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi. Dan pada hari terjadinya kiamat) kemudian dijelaskan maksud sebenarnya oleh firman berikutnya, yaitu:

(akan rugilah pada hari itu orang-orang yang mengerjakan kebatilan) yakni orang-orang kafir. Maksudnya, kerugian mereka akan tampak jelas karena mereka dimasukkan ke dalam neraka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 27 |

Tafsir ayat 27-29

Allah Swt. menceritakan bahwa Dialah Yang memiliki bumi dan langit dan Yang menguasai keduanya di dunia dan akhirat. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ}


Dan pada hari terjadinya kebangkitan. (Al-Jatsiyah: 27) Yakni hari kiamat.


{يَخْسَرُ الْمُبْطِلُونَ}


akan rugilah pada hari itu orang-orang yang mengerjakan kebatilan. (Al-Jatsiyah: 27) Mereka adalah orang-orang yang kafir kepada Allah, dan ingkar kepada Al-Kitab yang diturunkan kepada rasul-rasuI-Nya,

yang mengandung ayat-ayat yang menerangkan dan bukti-bukti yang jelas. Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa Sufyan As-Sauri datang ke Madinah, lalu ia mendengar Al-Mu'afiri berbicara yang mengundang tertawa banyak orang.

Maka Sufyan As-Sauri berkata kepadanya, "Hai orang tua, tidakkah engkau mengetahui bahwa Allah Swt. mempunyai suatu hari yang di hari itu akan rugilah orang-orang yang mengerjakan kebatilan?" Akan tetapi, Al-Mu'afiri tetap

mengerjakan hal itu hingga meninggal dunia. Demikianlah menurut apa yang diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim. Kemudian Allah Swt. befirman:


{وَتَرَى كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً}


Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. (Al-Jatsiyah: 26) Mereka terduduk di atas lututnya karena sangat takut dan ngeri. Menurut suatu pendapat, sesungguhnya hal ini terjadi manakala neraka Jahanam didatangkan,

lalu Jahanam mengeluarkan suara gelegarnya yang hebat, maka tiada seorang pun melainkan terduduk berlutut, sehingga Nabi Ibrahim kekasih Allah Swt. sendiri mengatakan, "Ya Allah, selamatkanlah diriku, selamatkanlah diriku,

selamatkanlah diriku; aku tidak meminta kepada Engkau pada hari ini kecuali keselamatan diriku." Sehingga Isa putra Maryam a.s. sendiri mengatakan, "Aku tidak meminta kepada Engkau hari ini kecuali selamatkanlah diriku.

Dan aku tidak meminta kepada Engkau selamatkanlah Maryam yang telah melahirkan diriku." Mujahid dan Ka'bul Ahbar serta Al-Hasan Al-Basri mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: tiap-tiap umat berlutut. (Al-Jatsiyah: 28)

Yakni terduduk di atas lututnya. Ikrimah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan jatsiyah ialah terpisah-pisah di tempatnya sendiri-sendiri, bukan berlutut. Tetapi pendapat pertamalah yang lebih diutamakan.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَزِيدَ الْمُقْرِئُ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ عَمْرٍو، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بَابَاهُ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ [صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ] قَالَ: "كَأَنِّي أَرَاكُمْ جَاثِينَ بِالْكَوَمِ دُونَ جَهَنَّمَ"


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Yazid Al-Muqri, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Amr, dari Abdullah ibnu Babah, bahwa Rasulullah Saw.

pernah bersabda: Seakan-akan aku melihat kalian (dalam mimpiku) dalam keadaan terpisah di atas sebuah bukit jauh dari neraka Jahanam. Ismail ibnu Abu Rafi' Al-Madani telah meriwayatkan dari Muhammad ibnu Ka'b,

dari Abu Hurairah r.a. secara marfu' dalam hadis mengenai sangkakala, bahwa lalu manusia terpisah-pisah, dan-umat-umat berlutut. Hal inilah yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَتَرَى كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَى إِلَى كِتَابِهَا}


Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat belutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. (Al-Jatsiyah: 28) Pendapat ini menghimpunkan di antara kedua pendapat yang telah disebutkan di atas,

dan hal ini tidaklah bertentangan dengan pendapat yang sebelumnya; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:


{كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَى إِلَى كِتَابِهَا}


Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. (Al-Jatsiyah: 28) Yang dimaksud dengan kitab ialah buku catatan amal perbuatan, semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَوُضِعَ الْكِتَابُ وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَدَاءِ}


dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi. (Az-Zumar: 69) Karena itulah maka disebutkan dalam surat ini pada firman berikutnya:


{الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}


Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan. (Al-Jatsiyah: 28) Yakni kalian akan mendapat balasan amal perbuatan kalian, yang baiknya dan yang buruknya. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{يُنَبَّأُ الإنْسَانُ يَوْمَئِذٍ بِمَا قَدَّمَ وَأَخَّرَ. بَلِ الإنْسَانُ عَلَى نَفْسِهِ بَصِيرَةٌ. وَلَوْ أَلْقَى مَعَاذِيرَهُ}


Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya. Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri, meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya. (Al-Qiyamah: 13-15) Karena itulah disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:


{هَذَا كِتَابُنَا يَنْطِقُ عَلَيْكُمْ بِالْحَقِّ}


(Allah berfirman), "Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar.” (Al-Jatsiyah: 29) Yaitu mencatat semua amal perbuatan kalian tanpa ditambahi dan tanpa dikurangi. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلا كَبِيرَةً إِلا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا وَلا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا}


Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, "Aduhai, celaka kami. Kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil

dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun.” (Al-Kahfi: 49) Firman Allah Swt.:


{إِنَّا كُنَّا نَسْتَنْسِخُ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}


Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan. (Al-Jatsiyah: 29) Yakni sesungguhnya kami telah memerintahkan kepada para malaikat pencatat amal perbuatan untuk mencatat semua amal perbuatan kalian.

Ibnu Abbas dan lain-lainnya mengatakan bahwa para malaikat mencatat amal perbuatan hamba-hamba Allah, kemudian para malaikat itu membawa naik ke langit catatan-catatan tersebut. Maka mereka bertemu dengan para malaikat lainnya

yang berada di Diwanul A'mal, lalu mereka mencocokkan dengan apa yang telah di tampakkan bagi para malaikat Diwanul A'mal dari lauh Mahfuz di setiap malam Lailatul Qadar, yang mana hal tersebut termasuk

di antara yang telah di tetapkan oleh Allah Swt. di zaman azali terhadap hamba-hamba-Nya sebelum Dia menciptakan mereka. Maka tidak ada penambahan dan pengurangan padanya barang satu huruf pun.

Kemudian Ibnu Abbas r.a. membaca firman-Nya: Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan. (Al-Jatsiyah: 29)

Surat Al-Jasiyah |45:28|

وَتَرَىٰ كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً ۚ كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَىٰ إِلَىٰ كِتَابِهَا الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

wa taroo kulla ummatin jaaṡiyah, kullu ummatin tud'aaa ilaa kitaabihaa, al-yauma tujzauna maa kuntum ta'maluun

Dan (pada hari itu) engkau akan melihat setiap umat berlutut. Setiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan atas apa yang telah kamu kerjakan.

And you will see every nation kneeling [from fear]. Every nation will be called to its record [and told], "Today you will be recompensed for what you used to do.

Tafsir
Jalalain

(Dan pada hari itu kamu lihat tiap-tiap umat) tiap-tiap pemeluk suatu agama (berlutut) mereka berdiri pada lututnya, atau mereka membentuk kumpulan.

(Tiap-tiap umat dipanggil untuk melihat kitabnya) untuk melihat catatan amalnya, lalu dikatakan kepada mereka, ("Pada hari ini kalian diberi balasan terhadap apa yang telah kalian kerjakan") sebagai pembalasannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 28 |

penjelasan ada di ayat 27

Surat Al-Jasiyah |45:29|

هَٰذَا كِتَابُنَا يَنْطِقُ عَلَيْكُمْ بِالْحَقِّ ۚ إِنَّا كُنَّا نَسْتَنْسِخُ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

haażaa kitaabunaa yanthiqu 'alaikum bil-ḥaqq, innaa kunnaa nastansikhu maa kuntum ta'maluun

(Allah berfirman), "Inilah Kitab (catatan) Kami yang menuturkan kepadamu dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan."

This, Our record, speaks about you in truth. Indeed, We were having transcribed whatever you used to do."

Tafsir
Jalalain

(Inilah kitab catatan Kami) yakni kitab catatan malaikat pencatat amal perbuatan manusia (yang menuturkan terhadap kalian dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat) menulis dan mengarsipkan (apa yang telah kalian kerjakan.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 29 |

penjelasan ada di ayat 27

Surat Al-Jasiyah |45:30|

فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَيُدْخِلُهُمْ رَبُّهُمْ فِي رَحْمَتِهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْمُبِينُ

fa ammallażiina aamanuu wa 'amilush-shooliḥaati fa yudkhiluhum robbuhum fii roḥmatih, żaalika huwal-fauzul-mubiin

Maka adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, maka Tuhan memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). Demikian itulah kemenangan yang nyata.

So as for those who believed and did righteous deeds, their Lord will admit them into His mercy. That is what is the clear attainment.

Tafsir
Jalalain

(Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh maka Rabb mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya) yakni surga-Nya. (Itulah keberuntungan yang nyata) nyata lagi jelas keuntungannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 30 |

Tafsir ayat 30-37

Allah Swt. menceritakan tentang hukum-Nya terhadap makhluk-Nya kelak di hari kiamat. Untuk itu Dia berfirman:


{فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ}


Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh (Al-Jatsiyah: 30) Yakni beriman hatinya dan semua anggota tubuhnya mengerjakan amal-amal yang saleh, yaitu amal perbuatan yang ikhlas karena Allah dan sesuai dengan tuntunan syariat.


{فَيُدْخِلُهُمْ رَبُّهُمْ فِي رَحْمَتِهِ}


maka Tuhan mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya. (Al-Jatsiyah: 30) Maksudnya, ke dalam surga. Seperti yang telah di sebutkan di dalam hadis sahih, bahwa Allah Swt. berfirman kepada surga:


"أَنْتِ رَحْمَتِي، أَرْحَمُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ"


Engkau adalah rahmat-Ku, Aku merahmati siapa yang Kukehendaki melalui engkau."


{ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْمُبِينُ}


Itulah keberuntungan yang nyata. (Al-Jatsiyah: 30) Yakni yang jelas dan gamblang. Kemudian di sebutkan dalam firman berikutnya:


{وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا أَفَلَمْ تَكُنْ آيَاتِي تُتْلَى عَلَيْكُمْ فَاسْتَكْبَرْتُمْ}


Dan adapun orang-orang yang kafir (kepada mereka dikatakan), "Maka apakah belum ada ayat-ayat-Ku yang dibacakan kepadamu, lalu kamu menyombongkan diri? (Al-Jatsiyah: 31)

Yakni dikatakan hal tersebut kepada mereka sebagai kecaman dan cemoohan. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa bukankah telah dibacakan kepada kalian ayat-ayat Allah Swt,

tetapi kalian bersikap sombong dan tidak mau mengikutinya, kalian berpaling dari mendengar­kannya, dan kalian adalah orang-orang yang berdosa dalam semua perbuatan kalian di samping itu hati kalian dipenuhi dengan kedustaan?


{وَإِذَا قِيلَ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ لَا رَيْبَ فِيهَا}


Dan apabila dikatakan (kepadamu), "Sesungguhnya janji Allah itu adalah benar dan hari berbangkit itu tidak ada keraguan padanya.” (Al-Jatsiyah: 32) Yaitu apabila orang-orang mukmin mengatakan hal tersebut kepada kalian.


{قُلْتُمْ مَا نَدْرِي مَا السَّاعَةُ}


niscaya kalian menjawab, "Kami tidak tahu apakah hari kiamat itu.”(Al-Jatsiyah: 32) Maksudnya, kami tidak mengerti apakah hari kiamat itu.


{إِنْ نَظُنُّ إِلا ظَنًّا}


kami sekali-kali tidak lain hanyalah menduga-duga saja. (Al-Jatsiyah: 32) Yakni kami tidak mengira akan kejadiannya selain hanya menduga-duga saja. Dengan kata lain, kejadian hari kiamat itu menurut pandangan kami hanyalah suatu hal yang bersumber dari dugaan saja. Karena itulah dalam firman berikutnya disebutkan:


{وَمَا نَحْنُ بِمُسْتَيْقِنِينَ}


dan kami sekali-kali tidak meyakini (nya). (Al-Jatsiyah: 32) Yaitu tidak dapat memastikan kejadiannya. Dalam firman berikutnya disebutkan pula:


{وَبَدَا لَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا عَمِلُوا}


Dan nyatalah bagi mereka keburukan-keburukan dari apa yang mereka kerjakan. (Al-Jatsiyah: 33) Yakni tampak jelas bagi mereka hukuman dari perbuatan-perbuatan mereka yang jelek itu.


{وَحَاقَ بِهِمْ}


dan mereka diliputi. (Al-Jasiyalrr 33) Maksudnya, dikelilingi.


{مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ}


oleh (azab) yang mereka selalu memperolok-olokkannya. (Al-Jatsiyah: 33) Yaitu azab dan pembalasan yang dahulunya mereka perolok-olokkan.


{وَقِيلَ الْيَوْمَ نَنْسَاكُمْ}


Dan dikatakan (kepada mereka), "Pada hari ini Kami melupakan kamu.”(Al-Jatsiyah: 34) Yakni kami akan memperlakukan kamu sebagaimana perlakuan orang yang melupakan kamu di dalam neraka Jahanam.


{كَمَا نَسِيتُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا}


sebagaimana kamu telah melupakan pertemuan (dengan) harimu ini. (Al-Jatsiyah: 34) Yakni kalian tidak mau beramal untuk menyambut kedatangannya, disebabkan kalian tidak mempercayai keberadaannya.


{وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ}


dan tempat kembalimu ialah neraka dan kamu sekali-kali tidak memperoleh penolong. (Al-Jatsiyah: 34) Di dalam hadis sahih disebutkan bahwa Allah Swt. berfirman kepada sebagian hamba-hamba-Nya pada hari kiamat:


"أَلَمْ أُزَوِّجْكَ؟ أَلَمْ أُكْرِمْكَ؟ أَلَمْ أُسَخِّرْ لَكَ الْخَيْلَ وَالْإِبِلَ، وَأَذَرْكَ تَرْأَسُ وتَرْبَع؟ فَيَقُولُ: بَلَى، يَا رَبِّ. فَيَقُولُ: أَفَظَنَنْتَ أَنَّكَ مُلاقيّ؟ فَيَقُولُ: لَا. فَيَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: فَالْيَوْمَ أَنْسَاكَ كَمَا نَسِيتَنِي"


"Bukankah Aku telah mengawinkanmu dan bukankah Aku telah memuliakanmu? Bukankah Aku telah menundukkan kuda dan unta untukmu, dan Aku biarkan kamu memimpin dan bertempat tinggal?” Maka si hamba itu bekata,

"Memang benar, ya Tuhanku.” Allah berfirman, "Apakah kamu meyakini bahwa kamu akan bersua dengan-Ku?” Si hamba menjawab, "Tidak.'.' Maka Allah Swt. berfirman, "Maka pada hari ini Aku melupakanmu sebagaimana kamu melupakan Aku.” Allah Swt. berfirman:


{ذَلِكُمْ بِأَنَّكُمُ اتَّخَذْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ هُزُوًا}


Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan. (Al-Jatsiyah: 35) Yakni sesungguhnya Kami memberikan balasan ini kepadamu hanyalah karena kamu telah menjadikan hujah-hujah Allah terhadap kalian sebagai bahan olok-olokanmu. Kamu memperolok-olokkannya dan menghinanya,


{وَغَرَّتْكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا}


dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia. (Al-Jatsiyah: 35) Kegemerlapan duniawi telah menipu kalian, dan kalian merasa tenang dan bahagia dengannya. Karena itulah kalian menjadi orang-orangyang merugi. Karena itulah disebutkan oleh firman berikutnya:


{فَالْيَوْمَ لَا يُخْرَجُونَ مِنْهَا} أَيْ: مِنَ النَّارِ {وَلا هُمْ يُسْتَعْتَبُونَ}


Maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertobat. (Al-Jatsiyah: 35) Yakni mereka tidak diberi kesempatan untuk bertobat, melainkan langsung diazab tanpa diperiksa

terlebih dahulu dan tanpa ditanyai, sebagaimana sebagian dari orang-orang mukmin dimasukkan ke dalam surga tanpa azab dan tanpa dihisab. Setelah meyebutkan hukum-Nya terhadap orang-orang mukmin dan orang-orang kafir, lalu Allah Swt. berfirman:


{فَلِلَّهِ الْحَمْدُ رَبِّ السمواتِ وَرَبِّ الأرْضِ}


Maka bagi Allah-lah segala puji, Tuhan langit dan Tuhan bumi. (Al-Jatsiyah: 36) Yaitu yang memiliki keduanya dan semua yang ada pada keduanya. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:


{رَبِّ الْعَالَمِينَ}


Tuhan semesta alam. (Al-Jatsiyah: 36) Adapun firman Allah Swt.:


{وَلَهُ الْكِبْرِيَاءُ فِي السمواتِ وَالأرْضِ}


Dan bagi-Nyalah keagungan di langit dan bumi. (Al-Jatsiyah: 37) Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kibriya ialah kekuasaan. Yakni Dialah Yang Mahabesar, Yang Mahaagung, Yang segala sesuatu tunduk dan berhajat kepada-Nya. Di dalam hadis sahih disebutkan:


"يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى الْعَظَمَةُ إِزَارِي وَالْكِبْرِيَاءُ رِدَائِي، فَمَنْ نَازَعَنِي وَاحِدًا مِنْهُمَا أَسْكَنْتُهُ نَارِي".


Allah Swt. berfirman, "Kebesaran adalah (bagaikan) kain-Ku, Keagungan adalah (bagaikan) selendang-Ku. Maka barang siapa yang menyaingi-Ku dalam salah satu dari keduanya, niscaya Kutempatkan dia di dalam neraka-Ku.”

Imam Muslim meriwayatkan hadis ini melalui Al-A'masy, dari Abi Ishaq, dari Al-Agar alias Abu Muslim, dari Abu Hurairah dan Abu Sa'id r.a, dari Rasulullah Saw. dengan lafaz yang semisal. Firman Allah Swt.:


{وَهُوَ الْعَزِيزُ} أَيِ: الَّذِي لَا يُغَالَبُ وَلَا يُمَانَعُ {الْحَكِيمُ}


Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Al-Jatsiyah: 37) Yakni Mahaperkasa, tiada seorang pun yang dapat mengalahkan dan tiada pula yang dapat mencegah-Nya. Dan Dia Mahabijaksana dalam semua ucapan,

perbuatan, syariat, dan takdir-Nya. Mahatinggi dan Mahasuci Allah; tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia.

Surat Al-Jasiyah |45:31|

وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا أَفَلَمْ تَكُنْ آيَاتِي تُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ فَاسْتَكْبَرْتُمْ وَكُنْتُمْ قَوْمًا مُجْرِمِينَ

wa ammallażiina kafaruu, a fa lam takun aayaatii tutlaa 'alaikum fastakbartum wa kuntum qoumam mujrimiin

Dan adapun (kepada) orang-orang yang kafir (difirmankan), "Bukankah ayat-ayat-Ku telah dibacakan kepadamu, tetapi kamu menyombongkan diri dan kamu menjadi orang-orang yang berbuat dosa?"

But as for those who disbelieved, [it will be said], "Were not Our verses recited to you, but you were arrogant and became a people of criminals?

Tafsir
Jalalain

(Dan adapun orang-orang yang kafir) dikatakan kepada mereka: ("Maka apakah belum ada ayat-ayat-Ku) yakni Alquran (yang dibacakan kepada kalian lalu kalian menyombongkan diri)

bersifat takabur terhadapnya (dan kalian jadi kaum yang berbuat dosa") jadi orang-orang yang kafir.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 31 |

penjelasan ada di ayat 30

Surat Al-Jasiyah |45:32|

وَإِذَا قِيلَ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ لَا رَيْبَ فِيهَا قُلْتُمْ مَا نَدْرِي مَا السَّاعَةُ إِنْ نَظُنُّ إِلَّا ظَنًّا وَمَا نَحْنُ بِمُسْتَيْقِنِينَ

wa iżaa qiila inna wa'dallohi ḥaqquw was-saa'atu laa roiba fiihaa qultum maa nadrii mas-saa'atu in nazhunnu illaa zhonnaw wa maa naḥnu bimustaiqiniin

Dan apabila dikatakan (kepadamu), "Sungguh, janji Allah itu benar, dan hari Kiamat itu tidak diragukan adanya," kamu menjawab, "Kami tidak tahu apakah hari Kiamat itu, kami hanyalah menduga-duga saja, dan kami tidak yakin."

And when it was said, 'Indeed, the promise of Allah is truth and the Hour [is coming] - no doubt about it,' you said, 'We know not what is the Hour. We assume only assumption, and we are not convinced.' "

Tafsir
Jalalain

(Dan apabila dikatakan) kepada kalian hai orang-orang kafir, ("Sesungguhnya janji Allah itu) mengenai hari berbangkit (adalah benar dan hari kiamat itu)

dapat dibaca Was Saa'atu atau Was Saa'ata (tidak ada keraguan) tidak ada keragu-raguan (padanya," niscaya kalian menjawab, "Kami tidak tahu apakah hari kiamat itu, tidak lain)

tiada lain (kami hanya menduga-duga saja) menurut Iman Mubarrad, bahwa asal dari lafal In Nazhunnu Illaa Zhannan adalah In Nahnu Illaa Nazhunnu Zhannan,

yang artinya: kami sekali-kali tidak lain hanyalah menduga-duga saja (dan Kami sekali-kali tidak meyakini") bahwa hari kiamat itu benar-benar akan datang.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 32 |

penjelasan ada di ayat 30

Surat Al-Jasiyah |45:33|

وَبَدَا لَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا عَمِلُوا وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ

wa badaa lahum sayyi`aatu maa 'amiluu wa ḥaaqo bihim maa kaanuu bihii yastahzi`uun

Dan nyatalah bagi mereka keburukan-keburukan yang mereka kerjakan, dan berlakulah (azab) terhadap mereka dahulu mereka perolok-olokkan.

And the evil consequences of what they did will appear to them, and they will be enveloped by what they used to ridicule.

Tafsir
Jalalain

(Dan nyatalah) jelaslah (bagi mereka) di akhirat nanti (keburukan-keburukan dari apa yang mereka kerjakan) sewaktu di dunia, yang dimaksud adalah pembalasannya (dan menimpalah)

turunlah (kepada mereka apa yang mereka selalu memperolok-olokkannya) yaitu, azab yang dahulu mereka selalu memperolok-olokkannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 33 |

penjelasan ada di ayat 30

Surat Al-Jasiyah |45:34|

وَقِيلَ الْيَوْمَ نَنْسَاكُمْ كَمَا نَسِيتُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَٰذَا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ

wa qiilal-yauma nansaakum kamaa nasiitum liqooo`a yaumikum haażaa wa ma`waakumun-naaru wa maa lakum min naashiriin

Dan kepada mereka dikatakan, "Pada hari ini Kami melupakan kamu sebagaimana kamu telah melupakan pertemuan (dengan) harimu ini, dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sekali-kali tidak akan ada penolong bagimu.

And it will be said, "Today We will forget you as you forgot the meeting of this Day of yours, and your refuge is the Fire, and for you there are no helpers.

Tafsir
Jalalain

(Dan dikatakan kepada mereka, "Pada hari ini Kami melupakan kalian) Kami membiarkan kalian berada di dalam neraka (sebagaimana kalian telah melupakan pertemuan dengan hari kalian ini)

yaitu kalian tidak mau beramal sebagai bekal untuk menghadapinya (dan tempat tinggal kalian ialah neraka dan kalian sekali-kali tidak memperoleh penolong") yang dapat mencegah diri kalian dari azab neraka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 34 |

penjelasan ada di ayat 30

Surat Al-Jasiyah |45:35|

ذَٰلِكُمْ بِأَنَّكُمُ اتَّخَذْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ هُزُوًا وَغَرَّتْكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا ۚ فَالْيَوْمَ لَا يُخْرَجُونَ مِنْهَا وَلَا هُمْ يُسْتَعْتَبُونَ

żaalikum bi`annakumuttakhożtum aayaatillaahi huzuwaw wa ghorrotkumul-ḥayaatud-dun-yaa, fal-yauma laa yukhrojuuna min-haa wa laa hum yusta'tabuun

Yang demikian itu karena sesungguhnya kamu telah menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan, dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia". Maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertobat.

That is because you took the verses of Allah in ridicule, and worldly life deluded you." So that Day they will not be removed from it, nor will they be asked to appease [Allah].

Tafsir
Jalalain

(Yang demikian itu, karena sesungguhnya kalian menjadikan ayat-ayat Allah) Alquran (sebagai olok-olokan dan kalian telah ditipu oleh kehidupan dunia) sehingga kalian berani mengatakan

bahwa tidak ada hari berbangkit dan tidak ada hari hisab (maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan) dapat dibaca Yukhrajuuna dan Yakhrujuuna, kalau dibaca Yakhrujuuna artinya mereka tidak dapat keluar

(daripadanya) dari neraka (dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertobat) tidak dituntut untuk membuat amal keridaan terhadap Rabbnya,

yaitu berupa tobat dan ketaatan kepada-Nya, karena pada hari itu hal-hal tersebut sudah tidak bermanfaat lagi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 35 |

penjelasan ada di ayat 30

Surat Al-Jasiyah |45:36|

فَلِلَّهِ الْحَمْدُ رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَرَبِّ الْأَرْضِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

fa lillaahil-ḥamdu robbis-samaawaati wa robbil-ardhi robbil-'aalamiin

Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan (pemilik) langit dan bumi, Tuhan seluruh alam.

Then, to Allah belongs [all] praise - Lord of the heavens and Lord of the earth, Lord of the worlds.

Tafsir
Jalalain

(Maka bagi Allahlah segala puji) sanjungan yang baik atas ketepatan ancaman-Nya terhadap orang-orang yang mendustakan-Nya (Rabb langit dan bumi, Rabb semesta alam)

Pencipta hal-hal yang telah disebutkan tadi. Pengertian kata Al-'Aalam adalah semua yang selain Allah, diungkapkan dalam bentuk jamak mengingat jenisnya yang bermacam-macam dan lafal Rabb adalah Badal.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 36 |

penjelasan ada di ayat 30

Surat Al-Jasiyah |45:37|

وَلَهُ الْكِبْرِيَاءُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

wa lahul-kibriyaaa`u fis-samaawaati wal-ardh, wa huwal-'aziizul-ḥakiim

Dan hanya bagi-Nya segala keagungan di langit dan di bumi, dan Dialah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.

And to Him belongs [all] grandeur within the heavens and the earth, and He is the Exalted in Might, the Wise.

Tafsir
Jalalain

(Dan bagi-Nyalah keagungan) kebesaran (di langit dan bumi) lafal Fis Samaawaati Wal Ardhi ini berkedudukan menjadi Hal atau kata keterangan keadaan; yakni keagungan yang ada pada keduanya.

(Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana) sebagaimana yang telah dijelaskan pada penafsiran-penafsiran sebelumnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Jasiyah | 45 : 37 |

penjelasan ada di ayat 30