Juz 26

Surat Al-Ahqaf |46:1|

حم

ḥaa miiim

Ha Mim.

Ha, Meem.

Tafsir
Jalalain

(Ha Mim) hanya Allah sajalah yang mengetahui arti dan maksudnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 1 |

Tafsir ayat 1-6

Allah Swt. menceritakan bahwa Dia telah menurunkan Al-Qur'an kepada hamba dan rasul-Nya Nabi Muhammad Saw. dan menggambarkan bahwa diri-Nya adalah Tuhan yang memiliki keperkasaan yang tiada taranya lagi memiliki kebijaksanaan dalam semua perkataan dan perbuatan-Nya' Kemudian disebutkan oleh firman-Nya:


{مَا خَلَقْنَا السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلا بِالْحَقِّ}


Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar. (Al-Ahqaf: 3) Yakni bukan main-main, bukan pula secara batil.


{وَأَجَلٌ مُسَمًّى}


dan dalam waktu yang ditentukan. (Al-Ahqaf: 3) Yaitu sampai dengan masa tertentu yang telah ditetapkan, tiada tambahan dan tiada pengurangan. Firman Allah Swt.:


{وَالَّذِينَ كَفَرُوا عَمَّا أُنْذِرُوا مُعْرِضُونَ}


Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka. (Al-Ahqaf. 3) Yakni melalaikan hal yang sangat penting buat mereka; Allah telah menurunkan Kitab-Nya kepada mereka dan mengutus

kepada mereka seorang rasul, tetapi mereka berpaling dari semuanya itu. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa mereka kelak akan mengetahui akibat dan perbuatannya. Kemudian Allah Swt. berfirman:


{قُلْ}


Katakanlah. (Al-Ahqaf: 4) kepada orang-orang musyrik yang menyembah Allah dengan yang lain­Nya.


{أَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَرُونِي مَاذَا خَلَقُوا مِنَ الأرْضِ}


Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu sembah selain Allah; perlihatkanlah kepadaku apakah yang telah mereka ciptakan dari bumi ini. (Al-Ahqaf: 4) Maksudnya, tunjukkanlah kepadaku tempat di bumi ini yang mereka (sembahan-sembahanmu) ciptakan secara tersendiri.


{أَمْ لَهُمْ شِرْكٌ فِي السَّمَوَاتِ}


atau adakah mereka berserikat (dengan Allah) dalam (penciptaan) langit? (Al-Ahqaf: 4) Yakni tiada andil bagi mereka, baik di langit maupun di bumi barang sedikit pun. Sesungguhnya kerajaan ini dan pengaturan kesemuanya

hanyalah berada di tangan kekuasaan Allah Swt., lalu mengapa kalian menyembah Dia bersama yang lain-Nya yang kalian persekutukan dengan-Nya? Siapakah yang memberi petunjuk kalian melakukan hal itu?

Dan siapakah yang menyeru kalian melakukannya? Apakah dia telah memerintahkan kepada kalian untuk melakukannya? Ataukah hal tersebut adalah sesuatu yang kalian buat-buat dari diri kalian sendiri? Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:


{اِئْتُونِي بِكِتَابٍ مِنْ قَبْلِ هَذَا}


Bawalah kepadaku Kitab yang sebelum (Al-Qur'an) ini. (Al-Ahqaf: 4) Artinya, datangkanlah sebuah kitab dari kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada nabi-nabi, yang di dalamnya terkandung perintah bagi kalian untuk menyembah berhala-berhala ini.


{أَوْ أَثَارَةٍ مِنْ عِلْمٍ}


atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu). (Al-Ahqaf: 4) Yakni bukti yang terang yang menunjukkan jalan yang kamu tempuh itu.


{إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}


Jika kamu orang-orang yang benar. (Al-Ahqaf: 4) yakni tidak ada bukti bagi kamu baik yang bersifat dalil naqli maupun dalil 'aqli yang menunjukkan hal tersebut, karena itu ulama lain membacanya "أَوْ أثَرَة مِنْ عِلْمٍ" artinya atau ilmu

yang benar yang kamu dapatkan dari seseorang sebelum kamu. Sebagaimana yang dikatakan Mujahid berkenaan dengan firman-Nya: atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu). (Al-Ahqaf: 4)

Atau seseorang yang menemukan suatu pengetahuan. Al-Aufi mengatakan dari Ibnu Abbas r.a. artinya: Atau bukti yang membenarkannya. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya, dari Sufyan,

dari Safwan ibnu Salim, dari Abu Salamah ibnu Abdur Rahman dari Ibnu Abbas r.a. Sufyan mengatakan, "Saya tidak mengetahui selain dari Nabi Saw. atau pengetahuan dan peninggalan (orang-orang dahulu), yakni berupa prasasti.

Abu Bakar ibnu Iyasy mengatakan, atau sisa peninggalan dari pengetahuan. Al-Hasan Al-Basri mengatakan, atau sesuatu penemuan yang dikeluarkan, lalu dijadikan sebagai pegangan. Ibnu Abbas r.a.. Mujahid, dan Abu Bakar ibnu Iyasy

telah mengatakan pula sehubungan dengan makna firman-Nya: atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu). (Al-Ahqaf: 4) Yakni berupa prasasti. Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah Swt.:

atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu). (Al-Ahqaf: 4) Yaitu ilmu yang khusus; dan semua pendapat yang telah disebutkan di atas pengertiannya berdekatan, dan merujuk kepada apa yang telah kami katakan, yakni pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir rahimahullah. Firman Allah Swt.:


{وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ}


Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? (Al-Ahqaf: 5)

Maksudnya, tidak ada yang lebih sesat daripada orang yang menyeru selain Allah, yaitu orang yang menyembah berhala-berhala dan meminta kepadanya apa yang tidak dapat ia penuhi sampai hari kiamat, sedangkan berhala-berhala itu

lalai dari apa yang dikatakan olehnya, tidak dapat mendengar, tidak dapat melihat, dan tidak dapat membalas karena berhala-berhala itu adalah benda mati alias terbuat dari batu. Firman Allah Swt.:


{وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ}


Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat), niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. (Al-Ahqaf: 6) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ آلِهَةً لِيَكُونُوا لَهُمْ عِزًّا كَلا سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا}


Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka, sekali-kali tidak Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya)

terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 81-82) Yakni berhala-berhala yang mereka puja-puja itu akan mengkhianati mereka di saat-saat mereka sangat memerlukan

pertolongannya. Al-Khalil alias Nabi Ibrahim a.s. telah mengatakan, seperti yang disitir oleh firman Allah Swt:

{إِنَّمَا اتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا مَوَدَّةَ بَيْنِكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ وَيَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ}


Sesungguhnya berhala-behala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini, kemudian di hari kiamat sebagian kamu mengingkari sebagian (yang lain)

dan sebagian kamu melaknati sebagian (yang lain); dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sekali-kali tak ada para penolong bagimu. (Al-'Ankabut:25)

Surat Al-Ahqaf |46:2|

تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ

tanziilul-kitaabi minallohil-'aziizil-ḥakiim

Kitab ini diturunkan dari Allah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.

The revelation of the Book is from Allah, the Exalted in Might, the Wise.

Tafsir
Jalalain

(Diturunkan Alkitab ini) yaitu Alquran; lafal ayat ini menjadi Mubtada (dari Allah) menjadi Khabar dari Mubtada (Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Bijaksana) di dalam perbuatan-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 2 |

penjelasan ada di ayat 1

(NULL)

Surat Al-Ahqaf |46:3|

مَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى ۚ وَالَّذِينَ كَفَرُوا عَمَّا أُنْذِرُوا مُعْرِضُونَ

maa kholaqnas-samaawaati wal-ardho wa maa bainahumaaa illaa bil-ḥaqqi wa ajalim musamman, wallażiina kafaruu 'ammaaa unżiruu mu'ridhuun

Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Namun orang-orang yang kafir berpaling dari peringatan yang diberikan kepada mereka.

We did not create the heavens and earth and what is between them except in truth and [for] a specified term. But those who disbelieve, from that of which they are warned, are turning away.

Tafsir
Jalalain

(Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan) dengan tujuan (yang benar) guna menunjukkan kekuasaan dan keesaan Kami

(dan dalam waktu yang ditentukan) bagi kemusnahannya, yaitu hingga hari kiamat. (Dan orang-orang yang kafir; terhadap apa yang diperingatkan kepada mereka) berupa dipertakuti dengan siksa (mereka berpaling)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 3 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Ahqaf |46:4|

قُلْ أَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَرُونِي مَاذَا خَلَقُوا مِنَ الْأَرْضِ أَمْ لَهُمْ شِرْكٌ فِي السَّمَاوَاتِ ۖ ائْتُونِي بِكِتَابٍ مِنْ قَبْلِ هَٰذَا أَوْ أَثَارَةٍ مِنْ عِلْمٍ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

qul a ro`aitum maa tad'uuna min duunillaahi aruunii maażaa kholaquu minal-ardhi am lahum syirkun fis-samaawaati`tuunii bikitaabim ming qobli haażaaa au aṡaarotim min 'ilmin ing kuntum shoodiqiin

Katakanlah (Muhammad), "Terangkanlah (kepadaku) tentang apa yang kamu sembah selain Allah, perlihatkan kepadaku apa yang telah mereka ciptakan dari bumi, atau adakah peran serta mereka dalam (penciptaan) langit? Bawalah kepadaku kitab yang sebelum (Al-Qur´an) ini atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu), jika kamu orang yang benar."

Say, [O Muhammad], "Have you considered that which you invoke besides Allah? Show me what they have created of the earth; or did they have partnership in [creation of] the heavens? Bring me a scripture [revealed] before this or a [remaining] trace of knowledge, if you should be truthful."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku) ceritakanlah oleh kalian kepadaku (tentang apa yang kalian seru) kalian sembah (selain Allah) yakni berhala-berhala; menjadi Maf'ul Awwal

(perlihatkanlah kepadaku) ceritakanlah oleh kalian kepadaku (apakah yang telah mereka ciptakan) menjadi Maf'ul kedua (dari bumi ini) lafal ayat ini berkedudukan menjadi Maf'ul Tsani

(atau adakah mereka berserikat) artinya, mempunyai andil (dalam) penciptaan (langit) bersama dengan Allah; lafal Am di sini bermakna Hamzah atau kata tanya yang menunjukkan makna ingkar.

(Bawalah kepada-Ku Kitab yang sebelum ini) sebelum Alquran ini (atau peninggalan) yakni sisa-sisa (dari pengetahuan) yang ditemukan dari orang-orang terdahulu,

yang hal tersebut membenarkan pengakuan kalian bahwa menyembah berhala itu dapat mendekatkan diri kalian kepada Allah (jika kalian adalah orang-orang yang benar") di dalam pengakuan kalian.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 4 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Ahqaf |46:5|

وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ

wa man adhollu mim may yad'uu min duunillaahi mal laa yastajiibu lahuuu ilaa yaumil-qiyaamati wa hum 'an du'aaa`ihim ghoofiluun

Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang-orang yang menyembah selain Allah, (sembahan) yang tidak dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari Kiamat, dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka?

And who is more astray than he who invokes besides Allah those who will not respond to him until the Day of Resurrection, and they, of their invocation, are unaware.

Tafsir
Jalalain

(Dan siapakah) Istifham atau kata tanya ini menunjukkan makna negatif, yakni tidak ada seorang pun (yang lebih sesat daripada orang yang menyeru) yang menyembah (selain Allah)

(yang tidak dapat memperkenankan doanya sampai hari kiamat) yang dimaksud adalah berhala-berhala yang menjadi sesembahan mereka, sedikit pun dan untuk selamanya

tidak akan dapat memperkenankan apa yang diminta oleh para penyembahnya (dan mereka terhadap seruan para penyembahnya)

yakni penyembahan yang dilakukan oleh para penyembahnya (lalai) karena berhala-berhala itu adalah benda mati dan tidak berakal.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 5 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Ahqaf |46:6|

وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ

wa iżaa ḥusyiron-naasu kaanuu lahum a'daaa`aw wa kaanuu bi'ibaadatihim kaafiriin

Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari Kiamat), sesembahan itu menjadi musuh mereka, dan mengingkari pemujaan-pemujaan yang mereka lakukan kepadanya.

And when the people are gathered [that Day], they [who were invoked] will be enemies to them, and they will be deniers of their worship.

Tafsir
Jalalain

(Dan apabila manusia dikumpulkan pada hari kiamat niscaya sesembahan-sesembahan itu) berhala-berhala itu (terhadap mereka) yang menyembahnya

(menjadi musuh mereka dan sesembahan-sesembahan itu terhadap penyembahan) para penyembahnya (ingkar) menyangkalnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 6 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Ahqaf |46:7|

وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ هَٰذَا سِحْرٌ مُبِينٌ

wa iżaa tutlaa 'alaihim aayaatunaa bayyinaating qoolallażiina kafaruu lil-ḥaqqi lammaa jaaa`ahum haażaa siḥrum mubiin

Dan apabila mereka dibacakan ayat-ayat Kami yang jelas, orang-orang yang kafir berkata, ketika kebenaran itu datang kepada mereka, "Ini adalah sihir yang nyata."

And when Our verses are recited to them as clear evidences, those who disbelieve say of the truth when it has come to them, "This is obvious magic."

Tafsir
Jalalain

(Dan apabila dibacakan kepada mereka) kepada penduduk Mekah (ayat-ayat Kami) yakni Alquran (yang menjelaskan) atau yang jelas keadaannya

(berkatalah orang-orang yang ingkar) di antara mereka (kepada kebenaran) kepada Alquran (ketika kebenaran itu datang kepada mereka, "Ini adalah sihir yang nyata") jelas sihirnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 7 |

Tafsir ayat 7-9

Allah Swt. menceritakan perihal orang-orang musyrik dalam kekafiran dan keingkaran mereka, bahwa apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah yang menerangkan -yakni yang jelas, terang, dan gamblang-mereka mengatakan:


{هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ}


Ini adalah sihir yang nyata. (Al-Ahqaf: 7) Yakni sihir yang jelas, padahal mereka dusta dan mengada-ada, dan mereka sesat lagi kafir.


{أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ}


Bahkan mereka mengatakan, "Dia (Muhammad) telah mengada-adakannya (Al-Qur'an).” (Al-Ahqaf: 8) Yang mereka maksudkan dengan dia adalah Muhammad Saw., bahwa Al-Qur'an itu adalah buatan Muhammad. Maka Allah Swt. berfirman:


{قُلْ إِنِ افْتَرَيْتُهُ فَلا تَمْلِكُونَ لِي مِنَ اللَّهِ شَيْئًا}


Katakanlah, "Jika aku mengada-adakannya, maka kamu tiada mempunyai kuasa sedikit pun mempertahankan aku dari (azab) Allah itu. (Al-Ahqaf: 8) Yakni seandainya aku berdusta terhadap-Nya dan mengaku-aku bahwa

Dia telah mengutusku, padahal kenyataannya tidaklah demikian, tentulah Dia menghukumku dengan hukuman yang amat keras. Dan tiada seorang penduduk bumi pun, tidak pula kalian atau selain kalian yang dapat melindungiku

dari azab-Nya. Semakna dengan apa yang telah disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:


{قُلْ إِنِّي لَنْ يُجِيرَنِي مِنَ اللَّهِ أَحَدٌ وَلَنْ أَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَدًا إِلا بَلاغًا مِنَ اللَّهِ وَرِسَالاتِهِ}


Katakanlah, “Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorang pun yang dapat melindungiku dari (azab) Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya.” Akan tetapi, (aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya. (Al-Jin: 22-23) Dan firman Allah Swt.:


{وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الأقَاوِيلِ. لأخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِينِ. ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِينَ. فَمَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ عَنْهُ حَاجِزِينَ}


Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya.

Maka sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu. (Al-Haqqah: 44-47) Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya dalam surat ini:


{قُلْ إِنِ افْتَرَيْتُهُ فَلا تَمْلِكُونَ لِي مِنَ اللَّهِ شَيْئًا هُوَ أَعْلَمُ بِمَا تُفِيضُونَ فِيهِ كَفَى بِهِ شَهِيدًا بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ}


Katakanlah, "Jika aku mengada-adakannya, maka kamu tiada mempunyai kuasa sedikit pun mempertahankan aku dari (azab) Allah itu. Dia lebih mengetahui apa-apa yang kamu percakapkan tentang Al-Qur’an itu.

Cukuplah Dia menjadi saksi antaraku dan antaramu. (Al-Ahqaf: 8) Ini merupakan ancaman yang ditujukan kepada mereka dan peringatan yang amat keras lagi menakutkan. Firman Allah Swt.:


{وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ}


Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Al-Ahqaf:8) Makna ayat ini mengandung anjuran bagi mereka untuk segera bertobat dan kembali ke jalan-Nya. Yakni sekalipun dengan sikap kalian yang demikian itu,

jika kalian kembali kejalan-Nya dan bertobat kepada-Nya niscaya Dia menerima tobat kalian dan memaafkan, mengampuni kalian serta merahmati kalian. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَقَالُوا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ اكْتَتَبَهَا فَهِيَ تُمْلَى عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلا. قُلْ أَنزلَهُ الَّذِي يَعْلَمُ السِّرَّ فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ إِنَّهُ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا}


Dan mereka berkata, "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu diminta supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang.” Katakanlah "Al-Qur'an itu diturunkan oleh (Allah)

Yang Mengetahui rahasia di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Furqan: 5-6) Adapun firman Allah Swt.:


{قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ}


Katakanlah, "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul.” (Al-Ahqaf: 9) Yakni aku ini bukanlah rasul yang pertama yang diutus di bumi ini bahkan telah datang rasul-rasul sebelumku, dan bukanlah perkara yang kusampaikan ini

merupakan perkara yang asing hingga berhak mendapat protes dari kalian dan kalian anggap mustahil aku diutus kepada kalian Karena sesungguhnya Allah Swt. telah mengutus rasul-rasul sebelumku kepada umat-umat yang sebelumku.

Ibnu Abbas r.a., Mujahid dan Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya­: Katakanlah, "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul.” (Al-Ahqaf: 9) Artinya,

aku ini bukanlah rasul Allah yang pertama; baik Ibnu Jarir maupun Ibnu Abu Hatim tidak mengetengahkan pendapat selain pendapat ini. Firman Allah Swt.:


{وَمَا أَدْرِي مَا يُفْعَلُ بِي وَلا بِكُمْ}


dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. (Al-Ahqaf: 9) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan ayat ini, bahwa ayat ini diturunkan sebelum firman-Nya:


{لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ}


supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang. (Al-Fath: 2) Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah, Al-Hasan, dan Qatadah, bahwa ayat surat Al-Ahqaf ini di-mansukh oleh firman-Nya:


{لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ}


supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang. (Al-Fath: 2) Mereka mengatakan bahwa ketika ayat surat Al-Fath diturunkan, seseorang dari kalangan kaum muslim berkata,

"Wahai Rasulullah, ini merupakan penjelasan dari Allah Swt. tentang apa yang akan Dia lakukan terhadapmu, lalu apakah yang akan Dia lakukan terhadap kami?" Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya:


{لِيُدْخِلَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ}


Supaya Dia memasukkan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. (Al-Fath: 5) Demikianlah menurut riwayat ini, tetapi yang telah ditetapkan di dalam kitab sahih

menyebutkan bahwa orang-orang mukmin mengatakan, "Selamat untukmu, wahai Rasulullah, lalu apakah yang untuk kami?" Maka Allah Swt. menurunkan surat Al-Fath ini (ayat 5). Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna

firman-Nya: dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. (A!-Ahqaf: 9) Yakni aku tidak mengetahui apakah yang diperintahkan kepadaku dan apakah yang dilarang kepadaku sesudah ini?

Abu Bakar Al-Huzali telah meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri sehubungan dengan makna firman-Nya: dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. (Al-Ahqaf: 9) Adapun di akhirat,

maka mendapat pemaafan dari Allah, dan telah diketahui bahwa hal itu berarti dimasukkan ke dalam surga. Tetapi Nabi Saw. mengatakan bahwa ia tidak mengetahui apakah yang akan dilakukan terhadap dirinya dan tidak (pula)

terhadap diri mereka di dunia ini. Apakah beliau Saw. akan diusir sebagaimana para nabi sebelumnya diusir dari negerinya? Ataukah beliau akan di bunuh sebagaimana para nabi terdahulu banyak yang dibunuh? Nabi Saw. bersabda,

"Aku tidak mengetahui apakah kalian akan dibenamkan ke dalam bumi ataukah dilempari batu-batuan dari langit?" Pendapat inilah yang dijadikan pegangan oleh Ibnu Jarir, dan bahwa tiada takwiI lain selain ini. Dan memang

tidak diragukan lagi pendapat inilah yang sesuai dengan takwil ayat, karena sesungguhnya mengenai nasib di akhirat sudah dapat dipastikan tempat kembali beliau Saw. adalah surga, begitu pula orang-orang yang mengikutinya.

Adapaun apa yang dilakukan terhadap dirinya (Nabi Saw.) di dunia ini, maka beliau tidak mengetahui apakah akibat dari urusannya dan urusan orang-orang musyrik Quraisy, bagaimanakah kesudahannya nanti,

apakah mereka akan beriman ataukah mereka tetap pada kekafirannya yang akibatnya mereka akan diazab dan dimusnahkan. Adapun mengenai hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, yaitu bahwa:


حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ، حَدَّثَنَا أَبِي، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ خَارِجَةَ بْنِ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ، عَنْ أُمِّ الْعَلَاءِ -وَهِيَ امْرَأَةٌ مِنْ نِسَائِهِمْ-أَخْبَرَتْهُ -وَكَانَتْ بَايَعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-قَالَتْ: طَارَ لَهُمْ فِي السُّكْنَى حِينَ اقْتَرَعَتِ الْأَنْصَارُ عَلَى سُكْنَى الْمُهَاجِرِينَ عثمانُ بْنُ مَظْعُونٍ. فَاشْتَكَى عُثْمَانُ عِنْدَنَا فَمرَّضناه، حَتَّى إِذَا تُوُفِّيَ أدْرَجناه فِي أَثْوَابِهِ، فَدَخَلَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ فَقُلْتُ: رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَيْكَ أَبَا السَّائِبِ، شَهَادَتِي عَلَيْكَ، لَقَدْ أَكْرَمَكَ اللَّهِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَمَا يُدْرِيكَ أَنَّ اللَّهَ أَكْرَمَهُ؟ " فَقُلْتُ: لَا أَدْرِي بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي! فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَّا هُوَ فَقَدْ جَاءَهُ الْيَقِينُ مِنْ رَبِّهِ، وَإِنِّي لَأَرْجُو لَهُ الْخَيْرَ، وَاللَّهِ مَا أَدْرِي وَأَنَا رَسُولُ اللَّهِ مَا يُفْعَلُ بِي! " قَالَتْ: فَقُلْتُ: وَاللَّهِ لَا أُزَكِّي أَحَدًا بَعْدَهُ أَبَدًا. وَأَحْزَنَنِي ذَلِكَ، فَنِمْتُ فَرَأَيْتُ لِعُثْمَانَ عَيْنًا تَجْرِي، فَجِئْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرْتُهُ بِذَلِكَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "ذَاكَ عَمَلُهُ".


telah menceritakan kepada kami Ya'qub, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Ibnu Syihab, dari Kharijah ibnu Zaid ibnu Sabit, dari Ummul Ala salah seorang istri sahabat yang telah menceritakan hadis berikut;

dia adalah salah seorang wanita yang ikut berbaiat kepada Rasulullah Saw. Ia menceritakan bahwa ketika dilakukan undian di kalangan orang-orang Ansar untuk memberikan perumahan kepada kaum Muhajirin,

maka Usman ibnu Marun segera bergabung bersama mereka. Kemudian dia sakit di rumah kami, maka kami merawatnya. Dan ketika dia meninggal dunia, kami kafani dengan kain bajunya. Lalu Rasulullah Saw.

masuk ke dalam rumah kami, bertepatan dengan ucapap kami, "Semoga rahmat Allah terlimpahkan kepadamu, hai Abus Sa'ib (nama panggilan Usman ibnu Maz'un r.a.), aku bersaksi untukmu, bahwa sesungguhnya Allah Swt.

telah memuliakanmu." Maka Rasulullah Saw. bertanya, "Apakah yang memberitahukanmu bahwa Allah telah memuliakannya?" Aku menjawab, "Saya tidak tahu, demi ayahku dan ibuku yang menjadi tebusanmu." Maka Rasulullah Saw.

bersabda: Adapun dia, maka sesungguhnya telah datang kepadanya perkara yang meyakinkan dari Tuhannya, dan sesungguhnya aku mengharapkan kebaikan baginya. Demi Allah, aku sendiri sebagai utusan Allah

tidak mengetahui apa yang bakal dilakukan terhadap diriku. Maka aku berkata, "Demi Allah, aku tidak akan menyucikan seorang pun sesudahnya buat selama-lamanya," dan peristiwa itu membuatku bersedih hati,

lalu aku tidur dan dalam mimpiku aku melihat Usman r a mempunyai mata air yang mengalir. Lalu aku menghadap kepada Rasulullah Saw. dan kuceritakan mimpiku itu kepadanya. Maka Rasulullah Saw. bersabda:

Itu adalah berkat amal perbuatannya. Imam Bukhari mengetengahkan hadis ini secara tunggal tanpa Imam Muslim. Dan menurut lafaz yang lain dari Imam Bukhari disebutkan:


"مَا أَدْرِي وَأَنَا رَسُولُ اللَّهِ مَا يُفْعَلُ بِهِ"


Aku tidak mengetahui, padahal aku adalah utusan Allah apakah yang bakal dilakukan terhadap diriku. Hadis ini lebih meyakinkan bila dikatakan bahwa memang inilah yang terkenal, sebagai buktinya ialah adanya ucapan Ummul Ala

yang mengatakan, Peristiwa itu membuatku sangat bersedih hati. Dan dengan adanya hadis ini dan yang semisal dengannya, menunjukkan bahwa tidak boleh dipastikan terhadap seseorang yang tertentu yang masuk surga

kecuali dengan adanya nas dari Pentasyri' yang menentukannya, seperti sepuluh orang sahabat yang telah mendapat berita gembira masuk surga tanpa hisab, dan juga seperti Ibnu Salam, Al-Umaisa, Bilal,

Suraqah Abdullah ibnu Amr ibnu Haram (orang tua Jabir) dan para ahli qurra yang berjumlah tujuh puluh orang yang gugur di sumur Ma'unah dan Zaid ibnu Harisah, Ja'far, dan Abdullah ibnu Rawwahah serta para sahabat lainnya; semoga Allah melimpahkan rida-Nya kepada mereka Firman Allah Swt.:


{إِنْ أَتَّبِعُ إِلا مَا يُوحَى إِلَيَّ}


Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku. (Al-Ahqaf: 9) Yakni sesungguhnya aku hanya mengikuti apa yang diturunkan oleh Allah kepadaku, berupa wahyu.


{وَمَا أَنَا إِلا نَذِيرٌ مُبِينٌ}


dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan. (Al-Ahqaf: 9)

Surat Al-Ahqaf |46:8|

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ إِنِ افْتَرَيْتُهُ فَلَا تَمْلِكُونَ لِي مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَا تُفِيضُونَ فِيهِ ۖ كَفَىٰ بِهِ شَهِيدًا بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ ۖ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

am yaquuluunaftarooh, qul iniftaroituhuu fa laa tamlikuuna lii minallohi syai`aa, huwa a'lamu bimaa tufiidhuuna fiih, kafaa bihii syahiidam bainii wa bainakum, wa huwal-ghofuurur-roḥiim

Bahkan mereka berkata, "Dia (Muhammad) telah mengada-adakannya (Al-Qur´an)." Katakanlah, "Jika aku mengada-adakannya, maka kamu tidak kuasa sedikit pun menghindarkan aku dari (azab) Allah. Dia lebih tahu apa yang kamu percakapkan tentang Al-Qur´an itu. Cukuplah Dia menjadi saksi antara aku dengan kamu. Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang."

Or do they say, "He has invented it?" Say, "If I have invented it, you will not possess for me [the power of protection] from Allah at all. He is most knowing of that in which you are involved. Sufficient is He as Witness between me and you, and He is the Forgiving the Merciful."

Tafsir
Jalalain

(Bahkan) lafal Am di sini mempunyai makna sama dengan lafal Bal dan Hamzah yang menunjukkan makna ingkar (mereka mengatakan, "Dia telah mengada-adakannya") maksudnya, Alquran itu.

(Katakanlah, "Jika aku mengada-adakannya) umpamanya (maka kalian tiada mempunyai kuasa mempertahankan aku dari Allah) dari azab-Nya (barang sedikit pun)

artinya, kalian tidak akan mampu menolak azab-Nya daripada diriku, jika Dia mengazab aku (Dia lebih mengetahui apa-apa yang kalian percakapkan tentangnya) tentang Alquran itu.

(Cukuplah Dia) Yang Maha Tinggi (menjadi saksi antaraku dan antara kalian dan Dialah Yang Maha Pengampun) kepada orang yang bertobat (lagi Maha Penyayang")

kepada orang yang bertobat kepada-Nya; karena itu Dia tidak menyegerakan azab-Nya kepada mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 8 |

penjelasan ada di ayat 7

Surat Al-Ahqaf |46:9|

قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ وَمَا أَدْرِي مَا يُفْعَلُ بِي وَلَا بِكُمْ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ وَمَا أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ مُبِينٌ

qul maa kuntu bid'am minar-rusuli wa maaa adrii maa yuf'alu bii wa laa bikum, in attabi'u illaa maa yuuḥaaa ilayya wa maaa ana illaa nażiirum mubiin

Katakanlah (Muhammad), "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul, dan aku tidak tahu apa yang akan diperbuat terhadapku dan terhadapmu. Aku hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku, dan aku hanyalah pemberi peringatan yang menjelaskan."

Say, "I am not something original among the messengers, nor do I know what will be done with me or with you. I only follow that which is revealed to me, and I am not but a clear warner."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah, "Aku bukanlah rasul yang pertama) atau untuk, pertama kalinya (di antara rasul-rasul) maksudnya aku bukanlah rasul yang pertama, karena telah, banyak rasul yang diutus sebelumku,

maka mengapa kalian mendustakan aku (dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak pula terhadap kalian) di dunia ini; apakah aku akan diusir dari negeriku,

atau apakah aku akan dibunuh sebagaimana nasib yang telah dialami oleh nabi-nabi sebelumku, atau adakalanya kalian melempariku dengan batu, atau barangkali kalian akan tertimpa azab

sebagaimana apa yang dialami oleh kaum yang mendustakan sebelum kalian. (Tiada lain) tidak lain (aku hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku) yaitu Alquran,

dan aku sama sekali belum pernah membuat-buat dari diriku sendiri (dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan") yang jelas peringatannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 9 |

penjelasan ada di ayat 7

Surat Al-Ahqaf |46:10|

قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كَانَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَكَفَرْتُمْ بِهِ وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَىٰ مِثْلِهِ فَآمَنَ وَاسْتَكْبَرْتُمْ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

qul aro`aitum ing kaana min 'indillaahi wa kafartum bihii wa syahida syaahidum mim baniii isrooo`iila 'alaa miṡlihii fa aamana wastakbartum, innalloha laa yahdil-qoumazh-zhoolimiin

Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku, bagaimana pendapatmu jika sebenarnya (Al-Qur´an) ini datang dari Allah, dan kamu mengingkarinya, padahal ada seorang saksi dari Bani Israil yang mengakui (kebenaran) yang serupa dengan (yang disebut dalam) Al-Qur´an lalu dia beriman, kamu menyombongkan diri. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."

Say, "Have you considered: if the Qur'an was from Allah, and you disbelieved in it while a witness from the Children of Israel has testified to something similar and believed while you were arrogant...?" Indeed, Allah does not guide the wrongdoing people.

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku) ceritakanlah kepadaku, bagaimana pendapat kalian (jika ia) yakni jika Alquran itu (datang dari sisi Allah padahal kalian mengingkarinya)

lafal Wakafartum Bihi merupakan jumlah Haliyah (dan seorang saksi dari Bani Israel mengakui kebenaran) yaitu Abdullah bin Salam (yang serupa dengan yang tersebut dalam Alquran)

bahwasanya Alquran itu datang dari sisi Allah (lalu dia beriman) yakni saksi tersebut beriman kepada Alquran (sedangkan kalian menyombongkan diri) tidak mau beriman kepada Alquran.

Sedangkan Jawab Syaratnya ialah 'Bukankah kalau demikian kalian adalah orang-orang yang lalim', hal ini disimpulkan dari pengertian ayat selanjutnya, ('Sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 10 |

Tafsir ayat 10-14

Allah Swt. berfirman:


{قُلْ}


Katakanlah. (Al-Ahqaf: 10) hai Muhammad, kepada orang-orang musyrik yang mengingkari Al-Qur’an.


{أَرَأَيْتُمْ إِنْ كَانَ} هَذَا الْقُرْآنُ {مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَكَفَرْتُمْ بِهِ}


Terangkanlah kepadaku, bagaimanakah pendapatmu jika Al-Qur’an ini datang dari sisi Allah, padahal kamu mengingkari­nya. (Al-Ahqaf: 10) Yakin menurut dugaan kalian apakah yang akan dilakukan Allah terhadap diri kalian

jika memang Al-Kitab yang aku datangkan kepada kalian ini benar-benar telah diturunkan oleh-Nya kepadaku agar aku menyampaikannya kepada kalian, padahal kalian mengingkari dan mendustakannya.


{وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى مِثْلِهِ}


dan seorang saksi dari Bani Israil mengakui (kebenaran) yang serupa dengan (yang disebut dalam) Al-Qur’an. (Al-Ahqaf: 10) Yaitu aitu kitab-kitab yang diturunkan kepada para nabi sebelumku telah membenarkan dan mengakui

keabsahan dari Al-Qur'an Kitab-kitab terdahulu itu telah memberitakan tentangnya, sebagaimana yang diberitakan oleh Al-Qur'an ini. Firman Allah Swt.:


{فَآمَنَ}


lalu dia beriman. (Al-Ahqaf: 10) Maksudnya, orang dari kalangan Bani Israil yang menyaksikan kebenaran Al-Qur'an ini karena dia mengetahui hakikat dan Al-Qur’an.


{وَاسْتَكْبَرْتُمْ}


sedangkan kamu menyombongkan diri. (Al-Ahqaf: 10) Yakni kamu dan para pengikutmu bersikap angkuh terhadapnya. Masruq mengatakan bahwa lalu berimanlah orang yang menjadi saksi ini kepada nabi dan kitab-Nya, sedangkan kalian kafir kepada nabi kalian dan juga kepada kitab kalian.


{إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ}


Sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (Al-Ahqaf: 10) Kata asy-syahid ini adalah isim jinsi yang pengertiannya bersifat menyeluruh mencakup Abdullah ibnu Salam dan lain-lainnya yang beriman.

Ayat ini adalah Makkiyyah, diturunkan sebelum masuk Islamnya Abdullah ibnu Salam r.a. Dan pengertiannya sama dengan firman Allah Swt.:


{وَإِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ قَالُوا آمَنَّا بِهِ إِنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّنَا إِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلِهِ مُسْلِمِينَ}


Dan apabila dibacakan (Al-Qur'an itu) kepada mereka, mereka berkata "Kami beriman kepadanya; sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan kami, sesungguhnya kami sebelumnya adalah orang-orang yang membenarkan (nya)." (Al-Qashash: 53) Dan firman Allah Swt.:


{إِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلأذْقَانِ سُجَّدًا وَيَقُولُونَ سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنْ كَانَ وَعْدُ رَبِّنَا لَمَفْعُولا}


Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila dibacakan Al-Qur’an kepada mereka mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud dan mereka berkata, "Mahasuci Tuhan kami; sesungguhnya

janji tuhan kami pasti dipenuhi.” (Al-Isra: 107-108) Masruq dan Asy-Sya'bi mengatakan bahwa orang yang dimaksud bukanlah Abdullah ibnu Salam karena ayat ini Makkiyah, sedangkan masuk Islamnya Abdullah ibnu Salam r.a.

adalah di Madinah. Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkan atsar ini dari keduanya, dan Ibnu Jarir memilih pendapat ini. Malik telah meriwayatkan dari Abun Nadr, dari Amir ibnu Sa'd dari ayahnya yang mengatakan,

"Aku belum pernah mendengar Rasulullah Saw. berkata kepada seseorang yang berjalan di muka bumi bahwa sesungguhnya dia termasuk ahli surga kecuali kepada Abdullah ibnu Salam r.a.

Sa'd mengatakan bahwa berkenaan dengan Abdullah ibnu Salam diturunkan ayat berikut, yaitu firman-Nya: dan seorang saksi dari Bani Israil mengakui (kebenaran) yang serupa dengan (yang disebut dalam) Al-Qur’an. (Al-Ahqaf: 10)

Imam Bukhari dan Imam Muslim serta Imam Nasai telah meriwayatkannya melalui, hadis Malik dengan sanad yang sama. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas r.a., Mujahid, Ad-Dahhak,

Qatadah Ikrimah Yusuf ibnu Abdullah ibnu Salam, Hilak ibnu Yusaf, As-Saddi As-Sauri' Malik ibnu Anas, dan Ibnu Zaid; mereka semuanya mengatakan bahwa sesungguhnya yang dimaksud dalam ayat adalah Abdullah ibnu Salam Firman Allah Swt.:


{وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا لَوْ كَانَ خَيْرًا مَا سَبَقُونَا إِلَيْهِ}


Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman, "Kalau sekiranya dia (Al-Qur'an) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada mendahului kami (beriman) kepadanya.” (Al-Ahqaf: 11)

Yakni mereka mengatakan tentang orang-orang yang beriman kepada Al-Qur'an bahwa sekiranya Al-Qur'an itu baik, tentulah mereka tidak akan mendahului kami dalam beriman kepadanya. Yang mereka maksudkan adalah Bilal, Ammar,

Suhaib, dan Khabbab serta orang-orang mukmin lainnya yang serupa dengan mereka dari kalangan orang-orang mukmin yang lemah dan masih menjadi budak. Tidaklah mereka berpendapat demikian,

melainkan mereka mempunyai keyakinan bahwa diri mereka mempunyai kedudukan di mata Allah dan diperhatikan oleh-Nya. Mereka berpandangan keliru dalam hal ini dan jelas parah kekeliruannya, karena disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:


{وَكَذَلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِيَقُولُوا أَهَؤُلاءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا}


Dan demikianlah telah Kami uji sebagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebagian lain (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata, "Orang-orang semacam inikah di antara kita

yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?" (Al-An'am: 53) Yakni mereka merasa heran mengapa orang-orang seperti itu mendapat petunjuk, sedangkan diri mereka tidak. Karena itulah disebutkan oleh firman berikutnya:


{لَوْ كَانَ خَيْرًا مَا سَبَقُونَا إِلَيْهِ}


Kalau sekiranya dia (Al-Qur'an) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada mendahului kami (beriman) kepadanya. (Al-Ahqaf: 11) Adapun golongan ahli sunnah wal jamaah mengatakan tentang semua perbuatan dan ucapan

yang tidak terbukti bersumber dari para sahabat berarti hal itu adalah bid'ah. Karena sesungguhnya seandainya hal itu baik, tentulah mereka mendahului kita beriman kepadanya, karena sesungguhnya

tiada suatu perkara kebaikan pun yang mereka biarkan melainkan mereka (para sahabat) bersegera mengerjakannya Firman Allah Swt.:


{وَإِذْ لَمْ يَهْتَدُوا بِهِ} أَيْ: بِالْقُرْآنِ {فَسَيَقُولُونَ هَذَا إِفْكٌ} أَيْ: كَذِبٌ {قَدِيمٌ}


Dan Karena mereka tidak mendapat petunjuk dengannya, maka mereka akan berkata, 'Ini adalah dusta yang lama." (Al-Ahqaf. 11) Yakni apa yang terkandung di dalam Al-Qur'an itu adalah dusta yang lama. Dengan kata lain,

dapat disebutkan bahwa Al-Quran itu dikutip dan orang-orang dahulu. Mereka mendiskreditkan Al-Qur'an dan orang-orang yang beriman kepadanya. Hal inilah yang dinamakan sifat takabur yang disebutkan oleh Rasulullah Saw. melalui sabdanya yang mengatakan:


"بَطَرُ الْحَقِّ، وغَمْط النَّاسِ"


Menentang perkara yang hak (benar) dan meremehkan orang. kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:


{وَمِنْ قَبْلِهِ كِتَابُ مُوسَى}


Dan sebelum Al-Qur’an itu telah ada kitab Musa. (Al-Ahqaf: 12) Yakni kitab Taurat.


{إِمَامًا وَرَحْمَةً وَهَذَا كِتَابٌ} يَعْنِي: الْقُرْآنَ {مُصَدِّقٌ}


sebagai petunjuk dan rahmat. Dan ini (Al-Qur'an) adalah kitab yang membenarkannya. (Al-Ahqaf: 12) Maksudnya, membenarkan kitab-kitab yang telah mendahuluinya.


{لِسَانًا عَرَبِيًّا}


dalam bahasa Arab. (Al-Ahqaf: 12) Yakni bahasa yang fasih, terang, dan jelas.


{لِيُنْذِرَ الَّذِينَ ظَلَمُوا وَبُشْرَى لِلْمُحْسِنِينَ}


untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang zalim dan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al-Ahqaf: 12) Al-Qur'an itu mengandung peringatan buat orang-orang kafir dan berita gembira buat orang-orang mukmin. Firman Allah Swt.:


{إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا}


Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan " Tuhan kami ialah Allah," kemudian mereka tetap istiqamah. (Al-Anqaf: 13) Tafsir ayat ini telah dikemukakan dalam tafsir surat Ha Mim Sajdah. Firman Allah Swt.:


{فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ}


maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka. (Al-Ahqaf: 13) dalam menghadapi masa depan mereka.


{وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ}


dan mereka tiada (pula) berduka cita. (Al-Ahqaf: 13) terhadap masa lalu mereka.


{أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}


Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. (Al-Ahqaf: 14) Yakm amal-amal perbuatan yang dahulu telah mereka kerjakan yang menyebabkan mereka memperoleh rahmat Allah yang terlimpahkan kepada mereka. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Surat Al-Ahqaf |46:11|

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا لَوْ كَانَ خَيْرًا مَا سَبَقُونَا إِلَيْهِ ۚ وَإِذْ لَمْ يَهْتَدُوا بِهِ فَسَيَقُولُونَ هَٰذَا إِفْكٌ قَدِيمٌ

wa qoolallażiina kafaruu lillażiina aamanuu lau kaana khoirom maa sabaquunaaa ilaiih, wa iż lam yahtaduu bihii fa sayaquuluuna haażaaa ifkung qodiim

Dan orang-orang yang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman, "Sekiranya Al-Qur´an itu sesuatu yang baik, tentu mereka tidak pantas mendahului kami (beriman) kepadanya." Tetapi karena mereka tidak mendapat petunjuk dengannya, maka mereka akan berkata, "Ini adalah dusta yang lama."

And those who disbelieve say of those who believe, "If it had [truly] been good, they would not have preceded us to it." And when they are not guided by it, they will say, "This is an ancient falsehood."

Tafsir
Jalalain

(Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman) sehubungan dengan perihal orang-orang yang beriman, ("Kalau sekiranya beriman) kepada Alquran itu (adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada mendahului kami beriman kepadanya. Dan karena mereka tidak mendapat petunjuk) yaitu orang-orang yang mengatakan demikian (dengannya) tidak mendapat petunjuk dari Alquran (maka mereka akan berkata, 'Ini) Alquran ini (adalah dusta) maksudnya, kebohongan (yang lama.'")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 11 |

penjelasan ada di ayat 10

Surat Al-Ahqaf |46:12|

وَمِنْ قَبْلِهِ كِتَابُ مُوسَىٰ إِمَامًا وَرَحْمَةً ۚ وَهَٰذَا كِتَابٌ مُصَدِّقٌ لِسَانًا عَرَبِيًّا لِيُنْذِرَ الَّذِينَ ظَلَمُوا وَبُشْرَىٰ لِلْمُحْسِنِينَ

wa ming qoblihii kitaabu muusaaa imaamaw wa roḥmah, wa haażaa kitaabum mushoddiqul lisaanan 'arobiyyal liyunżirollażiina zholamuu wa busyroo lil-muḥsiniin

Dan sebelum (Al-Qur´an) itu telah ada Kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat. Dan (Al-Qur´an) ini adalah Kitab yang membenarkannya dalam bahasa Arab untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang zalim dan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.

And before it was the scripture of Moses to lead and as a mercy. And this is a confirming Book in an Arabic tongue to warn those who have wronged and as good tidings to the doers of good.

Tafsir
Jalalain

(Dan sebelumnya) sebelum Alquran (telah ada kitab Musa) kitab Taurat (sebagai petunjuk dan rahmat) bagi orang-orang yang beriman kepadanya; lafal Imaaman dan Rahmatan

keduanya merupakan Hal. (Dan ini) yaitu Alquran (adalah Kitab yang membenarkan) kitab-kitab sebelumnya (dalam bahasa Arab) menjadi Hal dari Dhamir yang terkandung di dalam lafal Mushaddiquun

(untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang lalim) yakni orang-orang musyrik Mekah (dan) dia adalah (memberi kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik) yakni orang-orang yang beriman.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 12 |

penjelasan ada di ayat 10

Surat Al-Ahqaf |46:13|

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

innallażiina qooluu robbunallohu ṡummastaqoomuu fa laa khoufun 'alaihim wa laa hum yaḥzanuun

Sesungguhnya orang-orang yang berkata, "Tuhan kami adalah Allah," kemudian mereka tetap istiqamah, tidak ada rasa khawatir pada mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih hati.

Indeed, those who have said, "Our Lord is Allah," and then remained on a right course - there will be no fear concerning them, nor will they grieve.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Rabb kami ialah Allah," kemudian mereka beristiqamah) atau menetapi ketaatan (maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada pula berduka cita.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 13 |

penjelasan ada di ayat 10

Surat Al-Ahqaf |46:14|

أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

ulaaa`ika ash-ḥaabul-jannati khoolidiina fiihaa, jazaaa`am bimaa kaanuu ya'maluun

Mereka itulah para penghuni surga, kekal di dalamnya, sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.

Those are the companions of Paradise, abiding eternally therein as reward for what they used to do.

Tafsir
Jalalain

(Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya) lafal Khaalidiina Fiihaa menjadi Hal atau kata keterangan keadaan (sebagai balasan)

menjadi Mashdar yang dinashabkan oleh Fi'ilnya yang diperkirakan keberadaannya, yaitu lafal Yujzauna; artinya: mereka diberi pahala sebagai balasan (atas apa yang telah mereka kerjakan.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 14 |

penjelasan ada di ayat 10

Surat Al-Ahqaf |46:15|

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۖ وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا ۚ حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي ۖ إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

wa washshoinal-insaana biwaalidaihi iḥsaanaa, ḥamalat-hu ummuhuu kurhaw wa wadho'at-hu kurhaa, wa ḥamluhuu wa fishooluhuu ṡalaaṡuuna syahroo, ḥattaaa iżaa balagho asyuddahuu wa balagho arba'iina sanatang qoola robbi auzi'niii an asykuro ni'matakallatiii an'amta 'alayya wa 'alaa waalidayya wa an a'mala shooliḥan tardhoohu wa ashliḥ lii fii żurriyyatii, innii tubtu ilaika wa innii minal-muslimiin

Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, dia berdoa, "Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridai, dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sungguh, aku bertobat kepada Engkau, dan sungguh, aku termasuk orang muslim."

And We have enjoined upon man, to his parents, good treatment. His mother carried him with hardship and gave birth to him with hardship, and his gestation and weaning [period] is thirty months. [He grows] until, when he reaches maturity and reaches [the age of] forty years, he says, "My Lord, enable me to be grateful for Your favor which You have bestowed upon me and upon my parents and to work righteousness of which You will approve and make righteous for me my offspring. Indeed, I have repented to You, and indeed, I am of the Muslims."

Tafsir
Jalalain

(Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya) menurut suatu qiraat lafal Ihsaan dibaca Husnan; maksudnya:

Kami perintahkan manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Lafal Ihsaanan adalah Mashdar yang dinashabkan oleh Fi'ilnya yang diperkirakan keberadaannya;

demikian pula penjabarannya bila dibaca Husnan (ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah pula) artinya penuh dengan susah payah.

(Mengandungnya sampai menyapihnya) dari penyusuannya (adalah tiga puluh bulan) yakni dalam masa enam bulan sebagai batas yang paling minim bagi mengandung, sedangkan sisanya dua puluh empat bulan,

yaitu lama masa penyusuan yang maksimal. Menurut suatu pendapat disebutkan bahwa jika sang ibu mengandungnya selama enam bulan atau sembilan bulan, maka sisanya adalah masa penyusuan

(sehingga) menunjukkan makna Ghayah bagi jumlah yang diperkirakan keberadaannya, yakni dia hidup sehingga (apabila dia telah dewasa) yang dimaksud dengan pengertian dewasa ialah kekuatan fisik dan akal

serta inteligensinya telah sempurna yaitu sekitar usia tiga puluh tiga tahun atau tiga puluh tahun (dan umurnya sampai empat puluh tahun) yakni genap mencapai empat puluh tahun,

dalam usia ini seseorang telah mencapai batas maksimal kedewasaannya (ia berdoa, "Ya Rabbku!) dan seterusnya. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq,

yaitu sewaktu usianya mencapai empat puluh tahun sesudah dua tahun Nabi saw. diangkat menjadi rasul. Lalu ia beriman kepada Nabi saw. lalu beriman pula kedua orang tuanya,

lalu menyusul anaknya yang bernama Abdurrahman, lalu cucunya yang bernama Atiq (Tunjukilah aku) maksudnya berilah ilham (untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan)

nikmat tersebut (kepadaku dan kepada ibu bapakku) yaitu nikmat tauhid (dan supaya aku dapat berbuat amal saleh yang Engkau ridai) maka Abu Bakar segera memerdekakan sembilan orang hamba sahaya yang beriman;

mereka disiksa karena memeluk agama Allah (berilah kebaikan kepadaku dengan memberi kebaikan kepada cucuku) maka semua anak cucunya adalah orang-orang yang beriman.

(Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 15 |

Tafsir ayat 15-16

Setelah dalam ayat-ayat terdahulu disebutkan tentang tauhid ikhlas dalam beribadah hanya karena Allah, dan istiqamah, lalu disebutkan perintah Allah yang memerintahkan manusia untuk berbakti kepada kedua orang tuanya.

Hal seperti ini sering disebutkan secara bergandengan di dalam Al-Qur'an, seperti yang terdapat di dalam firman-Nya:


{وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا}


Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. (Al-Isra: 23)


{أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ}


Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Luqman: 14) Dan masih banyak ayat-ayat lainnya yang senada. Firman Allah Swt.:


{وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا}


Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya. (Al-Ahqaf: 15) Yakni Kami perintahkan kepada manusia untuk berbakti kepada kedua orang tuanya dan mengasihi keduanya.

Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syu'bah telah menceritakan kepadaku Sammak ibnu Harb yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Mus'ab ibnu Sa'd menceritakan berita ini dari Sa’d r.a

yang telah mengatakan bahwa Ummu Sa'd berkata kepada Sa’d, "Bukankah Allah telah memerintahkan manusia untuk menaati kedua orang tuanya? Maka sekarang aku tidak mau makan dan,

minum lagi sebelum kamu kafir kepada Allah." Ternyata Ummu Sa’d tidak mau makan dan minum sehingga keluarganya terpaksa membuka mulutnya dengan memakai tongkat (lalu memasukkan makanan dan minuman ke dalamnya).

Lalu turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya: Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya. (Al-Ahqaf: 15), hingga akhir ayat.

Imam Muslim dan para penulis kitab sunan -kecuali Ibnu Majah- telah meriwayatkan hadis ini melalui Syu'bah dengan sanad yang semisal dan lafaz yang lebih panjang.


{حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا}


ibunya mengandungnya dengan susah payah. (Al-Ahqaf: 15) Yaitu mengalami kesengsaraan karena mengandungnya dan kesusahan serta kepayahan yang biasa dialami oleh wanita yang sedang hamil.


{وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا}


dan melahirkannya dengan susah payah (pula). (Al-Ahqaf: 15) Yakni dengan penderitaan pula saat melahirkan bayinya lagi sangat susah dan masyaqqat.


{وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلاثُونَ شَهْرًا}


Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. (Al-Ahqaf: 15) Sahabat Ali r.a. menyimpulkan dalil dari ayat ini dan ayat yang ada di dalam surat Luqman. yaitu firman-Nya:


{وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ}


Dan menyapihnya dalam dua tahun. (Luqman: 14) Dan Firman Allah Swt.:


{وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ}


Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. (Al-Baqarah: 233) Bahwa masa mengandung yang paling pendek ialah enam bulan.

Ini merupakan kesimpulan yang kuat lagi benar dan disetujui oleh Usman r.a. dan sejumlah sahabat lainnya. Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar telah meriwayatkan dari Yazid ibnu Abdullah ibnu Qasit dari Ma'mar ibnu Abdullah Al-Juhani

yang menceritakan bahwa seorang lelaki dari kalangan kami pernah mengawini seorang wanita dari Bani Juhainah. Dan ternyata wanita itu melahirkan bayi dalam usia kandungan genap enam bulan. Lalu suaminya menghadap

kepada Usman r.a. dan menceritakan hal tersebut kepadanya. Maka Usman memanggil wanita tersebut. Setelah wanita itu berdiri hendak memakai pakaiannya, saudara perempuan wanita itu menangis. Lalu wanita itu berkata,

"Apakah yang menyebabkan engkau menangis? Demi Allah, tiada seorang lelaki pun yang mencampuriku dari kalangan makhluk Allah selain dia (suaminya), maka Allah-lah Yang akan memutuskan menurut apa yang dikehendaki-Nya

terhadap diriku." Ketika wanita itu telah dihadapkan kepada Khalifah Usman r.a., maka Usman r.a. memerintahkan agar wanita itu dihukum rajam. Dan manakala berita tersebut sampai kepada sahabat Ali r.a.,

maka dengan segera Ali mendatangi Usman, lalu berkata kepadanya, "Apakah yang telah dilakukan oleh wanita ini?" Usman menjawab, "Dia melahirkan bayi dalam enam bulan penuh, dan apakah hal itu bisa terjadi?" Maka Ali r.a.

bertanya kepada Usman, "Tidakkah engkau telah membaca Al-Qur'an?" Usman menjawab, "Benar." Ali r.a. mengatakan bahwa tidakkah engkau pernah membaca firman-Nya: Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan.

(Al-Ahqaf: 15) Dan firman Allah Swt.: selama dua tahun penuh. (Al-Baqarah: 233) Maka kami tidak menjumpai sisanya selain dari enam bulan Usman r a berkata, "Demi Allah, aku tidak mengetahui hal ini, sekarang kemarikanlah

ke hadapanku wanita itu." Ketika mereka menyusulnya, ternyata jenazah wanita itu telah dimakamkan. Abdullah ibnu Qasit mengatakan bahwa Ma'mar berkata "Demi Allah, tiadalah seorang anak itu melainkan lebih mirip

dengan rupa orang tuanya. Ketika ayahnya melihat bayinya, lalu si ayah berkata, ini benar anakku, demi Allah, aku tidak meragukannya lagi'." Ma'mar mengatakan bahwa lalu ayah si bayi itu terkena cobaan muka yang bernanah

di wajahnya sehabis peristiwa tersebut, yang mana luka itu terus-menerus menggerogoti wajahnya hingga ia mati. Ibnu Abu Hatim meriwayatkan atsar ini yang telah kami kemukakan dari jalur lain dalam tafsir firman-Nya:

maka akulah (Muhammad) orang yang mula-mula memuliakan (anak itu). (Az-Zukhruf: 81); Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku telah menceritakan kepada kami Farwah ibnu Abul Migra

telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Misar, dari Daud ibnu Abu Hindun dan Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa apabila seorang wanita melahirkan bayi setelah sembilan bulan,

maka cukuplah baginya menyusui bayinya selama dua puluh satu bulan. Apabila dia melahirkan bayinya setelah tujuh bulan, maka cukup baginya dua puluh tiga bulan menyusui anaknya. Dan apabila ia melahirkan bayinya

setelah enam bulan maka masa menyusui bayinya adalah genap dua tahun, karena Allah Swt. telah berfirman: Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. (Al-Ahqaf: 15)


{حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ}


sehingga apabila dia telah dewasa. (Al-Ahqaf: 15) Yakni telah kuat dan menjadi dewasa.


{وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً}


dan umurnya sampai empat puluh tahun. (Al-Ahqaf. 15) Yaitu akalnya sudah matang dan pemahaman serta pengendalian dirinya sudah sempurna. Menurut suatu pendapat, biasanya seseorang tidak berubah lagi dari kebiasaan

yang dilakukannya bila mencapai usia empat puluh tahun. Abu Bakar ibnu Iyasy mengatakan dan Al-A'masy, dan Al-Qasim ibnu Abdur Rahman, bahwa ia pernah bertanya kepada Masruq,

"Bilakah seseorang dihukum karena dosa-dosanya?" Masruq menjawab, "Bila usiamu mencapai empat puluh tahun, maka hati-hatilah kamu dalam berbuat."


وَقَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى الْمَوْصِلِيُّ: حَدَّثَنَا عُبَيد اللَّهِ الْقَوَارِيرِيُّ، حَدَّثَنَا عَزْرَة بْنُ قَيْسٍ الْأَزْدِيُّ -وَكَانَ قَدْ بَلَغَ مِائَةَ سَنَةٍ-حَدَّثَنَا أَبُو الْحَسَنِ السَّلُولِيُّ عَنْهُ وَزَادَنِي قَالَ: قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ عُثْمَانَ، عَنْ عُثْمَانَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "الْعَبْدُ الْمُسْلِمُ إِذَا بَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً خَفَّفَ اللَّهُ حِسَابَهُ، وَإِذَا بَلَغَ سِتِّينَ سَنَةً رَزَقَهُ اللَّهُ الْإِنَابَةَ إِلَيْهِ، وَإِذَا بَلَغَ سَبْعِينَ سَنَةً أَحَبَّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ، وَإِذَا بَلَغَ ثَمَانِينَ سَنَةً ثَبَّتَ اللَّهُ حَسَنَاتِهِ وَمَحَا سَيِّئَاتِهِ، وَإِذَا بَلَغَ تِسْعِينَ سَنَةً غَفَرَ اللَّهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ، وشفَّعه اللَّهُ فِي أَهْلِ بَيْتِهِ، وَكُتِبَ فِي السَّمَاءِ: أَسِيرَ اللَّهِ فِي أَرْضِهِ"


Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Al-Qawariri, telah menceritakan kepada kami Urwah ibnu Qais Al-Azdi yang usianya mencapai seratus tahun,

telah menceritakan kepada kami Abul Hasan Al-Kufi alias Umar ibnu Aus, bahwa Muhammad ibnu Amr ibnu Usman telah meriwayatkan dan Usman r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Seorang hamba yang muslim

apabila usianya mencapai empat puluh tahun, Allah meringankan hisabnya; dan apabila usianya mencapai enam puluh tahun, Allah memberinya rezeki Inabah (kembali ke jalan-Nya). Dan apabila usianya mencapai tujuh puluh tahun,

penduduk langit menyukainya. Dan apabila usianya mencapai delapan puluh tahun, Allah Swt. menetapkan kebaikan-kebaikannya dan menghapuskan keburukan-keburukannya. Dan apabila usianya mencapai sembilan puluh tahun,

Allah mengampuni semua dosanya yang terdahulu dan yang akan datang, dan mengizinkannya untuk memberi syafaat buat ahli baitnya dan dicatatkan (baginya) di langit, bahwa dia adalah tawanan Allah di bumi-Nya.

Hadis ini telah diriwayatkan pula melalui jalur lain, yaitu di dalam kitab Musnad Imam Ahmad. Al-Hajjaj ibnu Abdullah Al-Hakami, salah seorang amir dari kalangan Bani Umayyah di Dimasyq telah mengatakan,

"Aku telah meninggalkan kemaksiatan dan dosa-dosa selama empat puluh tahun karena malu kepada manusia, kemudian aku meninggalkannya (sesudah itu) karena malu kepada Allah." Alangkah indahnya apa yang dikatakan oleh seorang penyair dalam bait syairnya:


صَبَا مَا صَبَا حَتى عَلا الشَّيبُ رأسَهُ ... فلمَّا عَلاهُ قَالَ لِلْبَاطِلِ: ابطُل


Diturutinya semua yang disukainya sehingga uban telah menghiasi kepalanya. Dan manakala uban telah memenuhi kepalanya, ia berkata kepada kebatilan, "Menjauhlah dariku!" Firman Allah Swt.:


{قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي}


Ya Tuhanku, tunjukilah aku. (Al-Ahqaf: 15) Maksudnya, berilah aku ilham, atau bimbinglah aku.


{أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ}


untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai. (Al-Ahqaf: 15) Yakni di masa mendatang.


وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي}


berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. (Al-Ahqaf: 15) Yaitu keturunanku.


{إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ}


Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku temasuk orang-orang yang berserah diri. (Al-Ahqaf: 15) Ini adalah panduan bagi yang sudah berusiah empat puluh tahun untuk memperbaharui tobat

dan berserah diri kepada Allah. Telah diriwayatkan oleh Abu daud di dalam kitab sunan-nya, dari Ibnu Mas'ud ra. Bahwa Rasulullah SAW mengajari doa tasyahhud, yaitu:


"اللَّهُمَّ، أَلِّفْ بَيْنِ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سبُل السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجَعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعْمَتِكَ، مُثْنِينَ بِهَا قَابِلِيهَا، وَأَتْمِمْهَا عَلَيْنَا"


selamatkanlah kami dari kegelapan menuju kepada cahaya, dan jauhkanlah kami dari perbuatan-perbuatan fahisyah, baik yang terang-terangan maupun yang tersembunyi. Dan berkahilah bagi kami pendengaran kami,

penglihatan kami hati kami, istri-istri kami dan keturunan kami. Dan terimalah tobat kami, sesungguhnya Engkau Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. Dan jadikanlah kami sebagai orang-orang yang mensyukuri nikmat-Mu,

selalu memuji dan menerima nikmat itu, dan sempurnakanlah bagi kami nikmat itu. Firman Allah Swt.:


{أُولَئِكَ الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجاوَزُ عَنْ سَيِّئَاتِهِمْ}


Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka. (Al-Ahqaf: 16) Yakni mereka yang menyandang predikat yang telah kami sebutkan

yaitu orang-orang yang bertobat dan kembali kepada Allah lagi menanggulangi apa yang telah mereka lewatkan dengan bertobat dan memohon ampun merekalah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal baiknya dan Kami maafkan

kesalahan-kesalahan mereka, dan Kami ampuni dosa-dosa mereka serta Kami terima amal mereka walaupun sedikit.


{فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ}


bersama penghuni-penghuni surga. (Al-Ahqaf: 16) Yakni mereka termasuk penghuni-penghuni surga. Demikianlah status mereka d. s.si Allah sebagaimana yang telah dijanjikan oleh-Nya kepada orang-orang yang bertobat dan kembali ke jalan-Nya, oleh karena itu Allah berfirman:


{وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ}


Sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka. (Al-Ahqaf: 16)


قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا المُعْتَمِر بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنِ الْحَكَمِ بْنِ أَبَانَ، عَنْ الغطْرِيف، عَنْ جَابِرِ بْنِ زَيْدٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَنِ الرُّوحِ الْأَمِينِ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، قَالَ: "يُؤْتَى بِحَسَنَاتِ الْعَبْدِ وَسَيِّئَاتِهِ ، فَيَقْتَصُّ بَعْضُهَا بِبَعْضٍ، فَإِنْ بَقِيَتْ حَسَنَةٌ وَسَّعَ اللَّهُ لَهُ فِي الْجَنَّةِ" قَالَ: فدخلتُ عَلَى يَزْدَادَ فَحُدّث بِمِثْلِ هَذَا الْحَدِيثِ قَالَ: قُلْتُ: فَإِنْ ذَهَبَتِ الْحَسَنَةُ؟ قَالَ: {أُولَئِكَ الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجاوَزُ عَنْ سَيِّئَاتِهِمْ فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ}.


Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub ibnu Ibrahim telah menceritakan kepada kami Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman, dari Al-Hakam ibnu Aban, dari Al-Gatrif, dari Jabir ibnu Yard, dan Ibnu Abbas r.a.,

dari Rasulullah Saw., dari Ar-Ruhul Amin a.s. yang telah mengatakan: Seorang hamba akan didatangkan kebaikan dan keburukannya, lalu dilakukanlah penghapusan sebagiannya dengan sebagian yang lain.

Jika masih tersisa suatu kebaikan, Allah memberikan keluasan kepadanya di dalam surga. Ibnu Jarir mengatakan, bahwa lalu ia datang kepada Ali Yazdad dan ternyata dia pun meriwayatkan hadis yang semisal. Aku bertanya,

"Bagaimana jika kebaikannya habis?" Ali menjawab dengan membacakan firman-Nya: Mereka itulah orang-orang yang kami terima dari mereka amal baik yang telah mereka kerjakan dan kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka,

bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka. (Al-Ahqaf: 16) Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dari ayahnya, dari Muhammad ibnu Abdul Ala As-San'ani,

dari Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman berikut sanadnya yang semisal, tetapi ditambahkan 'dan Ar-Ruhul Amin (Malaikat Jibril a.s.)'. Disebutkan bahwa Allah Swt mendatangkan kepada seorang hamba amal-amal baiknya

dan amal-amal buruknya, lalu Allah Swt. mengingatkannya. Hadis ini garib, tetapi sanadnya baik dan tidak mengandung cela. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami

Sulaiman ibnu Ma'bad telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Asim Al-Kala'i, telah menceritakan kepada kami Abu Uwwanah, dari Abu Bisyr Ja'far ibnu Abu Wahsyiyyah dan Abu Wahsyiyyah, dari Yusuf ibnu Sa'd,

dari Muhammad ibnu Hatib bahwa ketika Al. beroleh kemenangan atas kota Al-Basrah, Muhammad ibnu Hatib tinggal di rumahku. Dan pada suatu hari ia mengatakan kepadaku, bahwa sesungguhnya ia menyaksikan Khalifah Ali r a

yang sedang bersama dengan Ammar, Sa'sa'ah, Asytar, dan Muhammad ibnu Abu Bakar r.a. Lalu mereka menceritakan perihal Khalifah Usman r a dan pada akhirnya pembicaraan mereka mendiskreditkannya. Saat itu Ali r a.

sedang berada di atas dipannya, sedangkan tangannya memegang tongkat. Lalu seseorang dari mereka berkata, "Sesungguhnya seseorang di antara kalian ada seorang yang akan memutuskan hal ini di antara kalian.

Maka mereka menanyakannya kepada Ali r.a. Lalu Ali menjawab bahwa Usman r.a. termasuk salah seorang yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya: Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik

yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka. (Al-Ahqaf: 16) Kemudian Ali r.a. berkata, "Demi Allah,

Usman dan teman-temannya " Hal ini diulanginya sebanyak tiga kali. Yusuf ibnu Sa'd berkata, bahwa lalu ia bertanya kepada Muhammad ibnu Hatib, "Apakah engkau mendengar ini langsung dari Ali r.a?" Muhammad ibnu Hatib menjawab, "Demi Allah, aku benar-benar mendengarnya dari Ali r.a. secara langsung."

Surat Al-Ahqaf |46:16|

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجَاوَزُ عَنْ سَيِّئَاتِهِمْ فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ ۖ وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ

ulaaa`ikallażiina nataqobbalu 'an-hum aḥsana maa 'amiluu wa natajaawazu 'an sayyi`aatihim fiii ash-ḥaabil-jannah, wa'dash-shidqillażii kaanuu yuu'aduun

Mereka itulah orang-orang yang Kami terima amal baiknya yang telah mereka kerjakan, dan (orang-orang) yang Kami maafkan kesalahan-kesalahannya, (mereka akan menjadi) penghuni-penghuni surga. Itu janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.

Those are the ones from whom We will accept the best of what they did and overlook their misdeeds, [their being] among the companions of Paradise. [That is] the promise of truth which they had been promised.

Tafsir
Jalalain

(Mereka itulah) maksudnya yang mengatakan ucapan ini, yaitu Abu Bakar dan lain-lainnya (orang-orang yang Kami terima dari mereka amal baik)

lafal Ahsana di sini bermakna Hasana (yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga) lafal Fii Ash-haabil Jannah berkedudukan menjadi Hal

atau kata keterangan keadaan maksudnya, mereka digolongkan ke dalam para penghuni surga (sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka)

yaitu sebagaimana yang telah diungkapkan dalam ayat yang lain, yakni firman-Nya, "Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga." (Q.S. At-Taubah, 72).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 16 |

penjelasan ada di ayat 15

Surat Al-Ahqaf |46:17|

وَالَّذِي قَالَ لِوَالِدَيْهِ أُفٍّ لَكُمَا أَتَعِدَانِنِي أَنْ أُخْرَجَ وَقَدْ خَلَتِ الْقُرُونُ مِنْ قَبْلِي وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ اللَّهَ وَيْلَكَ آمِنْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَيَقُولُ مَا هَٰذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ

wallażii qoola liwaalidaihi uffil lakumaaa ata'idaaniniii an ukhroja wa qod kholatil-quruunu ming qoblii, wa humaa yastaghiiṡaanillaaha wailaka aamin inna wa'dallohi ḥaqq, fa yaquulu maa haażaaa illaaa asaathiirul-awwaliin

Dan orang yang berkata kepada kedua orang tuanya, "Ah." Apakah kamu berdua memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan (dari kubur), padahal beberapa umat sebelumku telah berlalu? Lalu kedua orang tuanya itu memohon pertolongan kepada Allah (seraya berkata), "Celaka kamu, berimanlah! Sungguh, janji Allah itu benar." Lalu dia (anak itu) berkata, "Ini hanyalah dongeng orang-orang dahulu."

But one who says to his parents, "Uff to you; do you promise me that I will be brought forth [from the earth] when generations before me have already passed on [into oblivion]?" while they call to Allah for help [and to their son], "Woe to you! Believe! Indeed, the promise of Allah is truth." But he says, "This is not but legends of the former people" -

Tafsir
Jalalain

(Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya) menurut suatu qiraat dibaca Idgham dimaksud adalah jenisnya ("Cis) dapat dibaca Uffin atau Uffan,

merupakan Mashdar yang artinya, busuk dan buruk (bagi kamu keduanya) yakni aku marah kepada kamu berdua (apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku)

menurut qiraat lain dibaca Ata'idannii, dengan diidgamkan (bahwa aku akan dibangkitkan) dari kubur (padahal sungguh telah berlalu beberapa umat) yakni generasi-generasi (sebelumku")

dan ternyata mereka tidak dikeluarkan dari kuburnya (lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah) meminta pertolongan supaya anaknya sadar dan bertobat, seraya mengatakan,

bahwa apabila kamu tidak mau bertobat, ("Celakalah kamu) binasalah kamu (berimanlah) kepada adanya hari berbangkit. (Sesungguhnya janji Allah adalah benar." Lalu dia berkata: "Ini tidak lain)

maksudnya ucapan yang menyatakan adanya hari berbangkit ini (hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka") artinya, kedustaan-kedustaan mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 17 |

Tafsir ayat 17-20

Setelah menyebutkan perihal orang-orang yang mendoakan kedua orang tuanya lagi berbakti kepada keduanya serta keberuntungan dan keselamatan yang diperoleh mereka di hari kemudian, lalu Allah Swt.

menyebutkan keadaan orang-orang yang celaka, yaitu orang-orang yang menyakiti kedua orang tuanya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{وَالَّذِي قَالَ لِوَالِدَيْهِ أُفٍّ لَكُمَا}


Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya, "Cis bagi kamu keduanya.” (Al-Ahqaf: 17) Ini umum pengertiannya mencakup semua orang yang mengatakan demikian kepada kedua orang tuanya.

Mengenai pendapat yang mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abdur Rahman ibnu Abu Bakar r.a., maka pendapatnya lemah. Karena Abdur Rahman ibnu Abu Bakar r.a. baru masuk Islam setelah ayat ini

diturunkan dan berbuat baik dalam Islamnya sehingga ia termasuk orang yang terpilih di masanya. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan salah seorang putra Abu Bakar r.a.

Akan tetapi, kesahihan hadis ini masih perlu diteliti kembali; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Mujahid bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abdullah ibnu Abu Bakar r.a.

menurut apa yang dikatakan oleh Ibnu Juraij. Ulama lainnya mengatakan bahwa dia adalah Abdur Rahman ibnu Abu Bakar. Pendapat ini dikemukakan pula oleh As-Saddi. Tetapi sesungguhnya makna ayat ini bersifat umum

mencakup semua orang yang menyakiti kedua orang ibu bapaknya; dan mendustakan perkara yang hak, lalu mengatakan kepada kedua orang tuanya, "Sialan kamu berdua." Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami

Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Ala telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Zaidah, dari Ismail ibnu Abu Khalid, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnul Madini yang mengatakan bahwa

sesungguhnya ia berada di dalam masjid saat Marwan berkhotbah. Marwan antara lain mengatakan, "Sesungguhnya Allah Swt telah memperlihatkan kepada Amirul Mu’minin perihal Yazid sebagai orang yang baik. Dan jika ia (Mu'awiyah)

mengangkatnya menjadi kalifah, maka sesungguhnya Abu Bakar pun pernah mengangkat Umar sebagai khalifah penggantinya." Maka Abdur Rahman ibnu Abu Bakar r.a. berkata, "Apakah itu cara Heraklius (kerajaan)?

Sesungguhnya Abu Bakar r.a. tidak menyerahkan kekhalifahan itu pada seseorang dari kalangan anak-anaknya dan tidak pula kepada seorang ahli baitnya. Lain halnya dengan Mu'awiyah, dia tidak sekali-kali menyerahkan kekhalifahan

kepada anaknya (Yazid) melainkan karena kasihan dan memuliakan anaknya." Marwan menjawab, "Bukankah engkau adalah orang yang telah mengatakan kepada kedua ibu bapakmu, 'Cis bagi kamu keduanya'?" Abdur Rahman r.a.

menjawab, "Bukankah engkau pun adalah anak seorang yang terlaknat karena orang tuamu pernah melaknat Rasulullah Saw.?" Abdullah ibnul Madini melanjutkan kisahnya, bahwa perdebatan itu terdengar oleh Siti Aisyah r.a.,

maka ia mengatakan, "Hai Marwan, bukankah kamu pernah mengatakan anu dan anu terhadap Abdur Rahman ra Tuduhanmu itu tidak benar, ayat tersebut tidak diturunkan berkenaan dengan dia (Abdur Rahman ibnu Abu Bakar),

melainkan diturunkan berkenaan dengan si Fulan bin Fulan." Kemudian Marwan dipilih sebagai khalifah (pengganti Yazid), lalu ia turun dari mimbar dan langsung menuju ke pintu rumah Siti Aisyah r.a.,

kemudian berbicara dengan Siti Aisyah r.a. dan sesudahnya ia pergi. Imam Bukhari telah meriwayatkan atsar ini melalui sanad dan lafaz yang lain. Untuk itu ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ismail,

telah menceritakan kepada kami Abu Uwwanah, dan Abu Bisyr dari Yusuf ibnu Mahik yang menceritakan bahwa Marwan di saat menjadi amir atas kawasan Hijaz dari pihak Mu'awiyah ibnu Abu Sufyan ra pernah berkhotbah,

lalu mempromosikan Yazid ibnu Mu'awiyah, dengan maksud agar Yazid dibaiat menjadi khalifah sesudah ayahnya (setelah Mu'awiyah). Maka Abdur Rahman ibnu Abu Bakar r.a. mengucapkan sesuatu dan mengatakan,

"Tangkaplah dia!' Tetapi Marwan masuk ke dalam rumah Siti Aisyah r.a., berlindung di dalamnya sehingga mereka tidak mampu menangkapnya. Lalu Marwan berkata bahwa sesungguhnya orang ini (yakni Abdur Rahman ibnu Abu Bakar)

adalah yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya: Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya, "Cis bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan,

padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku?" (Al-Ahqaf: 17) Maka Siti Aisyah r.a. menjawab dari balik tabir, "Allah Swt. tidak pernah menurunkan sesuatu dari Al-Qur'an sehubungan dengan keluarga kami,

selain dari wahyu yang diturunkan Allah mengenai pembersihan namaku." Jalur lain. Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Umayyah ibnu Khalid,

telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Muhammad ibnu Ziad yang mengatakan bahwa ketika Mu'awiyah membaiat putranya, Marwan berkata, "Ini adalah sunnah Abu Bakar dan Umar." Maka Abdur Rahman ibnu Abu Bakar r.a.

menjawab, "Ini adalah kebiasaan Heraklius dan Kaisar." Marwan berkata, "Orang ini (maksudnya Abdur Rahman ibnu Abu Bakar) lah yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya: Dan orang yang berkata

kepada dua orang ibu bapaknya, 'Cis bagi kamu keduanya' (Al-Ahqaf: 17), hingga akhir ayat." Ketika hal ini terdengar oleh Siti Aisyah r.a., maka ia menjawab, "Marwan dusta, demi Allah,

orang yang dimaksud bukanlah dia (Abdur Rahman), seandainya aku berkemauan untuk menyebut nama orang yang dimaksudkan dalam ayat tersebut, tentulah aku dapat menyebutkan namanya. Akan tetapi,

yang jelas Rasulullah Saw. telah melaknat ayahnya Marwan dan Marwan yang masih berada di dalam sulbinya. Maka Marwan adalah orang yang tercela karena laknat Allah." Firman Allah Swt.:


{أَتَعِدَانِنِي أَنْ أُخْرَجَ}


apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dikeluarkan. (Al-Ahqaf: 17) Yakni akan dibangkitkan dari kubur.


{وَقَدْ خَلَتِ الْقُرُونُ مِنْ قَبْلِي}


padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? (Al-Ahqaf: 17) Artinya, telah banyak manusia yang telah mati dan ternyata tiada seorang pun dari mereka yang kembali.


{وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ اللَّهَ}


Lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah. (Al-Ahqaf: 17) Yaitu memohon pertolongan kepada Allah agar anaknya diberi petunjuk, lalu berkata kepada anaknya:


{وَيْلَكَ آمِنْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَيَقُولُ مَا هَذَا إِلا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ}


"Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar.” Lalu dia berkata, "Ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang-orang dahulu.” (Al-Ahqaf: 17) Adapun firman Allah Swt.:


{أُولَئِكَ الَّذِينَ حَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ إِنَّهُمْ كَانُوا خَاسِرِينَ}


Mereka itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (azab) atas mereka bersama-sama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi. (Al-Ahqaf: 18)

Yakni termasuk ke dalam golongan orang-orang yang serupa dengan mereka dari kalangan orang-orang kafir yang merugikan dirinya sendiri dan keluarga mereka kelak di hari kiamat. Firman Allah Swt., "Ula-ika" sesudah firman-Nya,

uWal lazi qala," merupakan dalil yang menunjukkan seperti apa yang telah kami kemukakan di atas, yaitu bahwa ini merupakan isim jinis yang pengertiannya mencakup semua orang yang demikian keadaannya.

Menurut Al-Hasan dan Qatadah, yang dimaksud adalah orang kafir, pendurhaka lagi menyakiti kedua orang tuanya, dan mendustakan adanya hari berbangkit. Al-Hafiz ibnu Asakir mengatakan sehubungan dengan biografi Sahl ibnu Daud

melalui jalur Hammam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Khalid Az-Zabarqan Al-Ulaimi, dari Salim ibnu Habib, dari Abu Umamah Al-Bahili r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda:


"أَرْبَعَةٌ لَعَنَهُمُ اللَّهُ مِنْ فَوْقِ عَرْشِهِ، وأَمَّنتْ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ: مُضِلُّ الْمَسَاكِينِ -قَالَ خَالِدٌ: الَّذِي يَهْوِي بِيَدِهِ إِلَى الْمِسْكِينِ فَيَقُولُ: هَلُمَّ أُعْطِيكَ، فَإِذَا جَاءَهُ قَالَ: لَيْسَ مَعِي شَيْءٌ-وَالَّذِي يَقُولُ لِلْمَكْفُوفِ: اتَّقِ الدَّابَّةَ، وَلَيْسَ بَيْنَ يَدَيْهِ شَيْءٌ. وَالرَّجُلُ يَسْأَلُ عَنْ دَارِ الْقَوْمِ فَيَدُلُّونَهُ عَلَى غَيْرِهَا، وَالَّذِي يَضْرِبُ الْوَالِدَيْنِ حَتَّى يَسْتَغِيثَا"


Ada empat macam orang yang dilaknat oleh Allah dari atas Arasy-Nya dan diamini oleh para malaikat, yaitu orang yang menyesatkan orang-orang miskin. Khalid mengatakan bahwa yang dimaksud adalah

orang yang melambaikan tangannya kepada orang miskin seraya berkata, "Kemarilah kamu, aku akan memberimu." Dan ketika orang miskin itu datang kepadanya, ia mengatakan,

"Aku tidak mempunyai sesuatu yang akan kuberikan kepadamu." Orang yang kedua ialah seseorang yang mengatakan kepada seorang tukang, "Bekerjalah," padahal ia tidak memiliki sesuatu pun (untuk membayarnya).

Dan orang-orang yang ditanyai oleh seorang lelaki tentang rumah suatu kaum, lalu mereka menunjukkan kepadanya rumah yang lain. Dan seseorang yang memukuli kedua orang tuanya hingga keduanya meminta tolong. Hadis ini garib sekali. Firman Allah Swt.:


{وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوا}


Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan. (Al-Ahqaf: 19) Yakni masing-masing dari mereka mendapat azab sesuai dengan amal perbuatannya.


{وَلِيُوَفِّيَهُمْ أَعْمَالَهُمْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ}


dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka, sedangkan mereka tidak dirugikan. (Al-Ahqaf:19) Mereka tidak dianiaya barang seberat zarrah pun atau yang lebih kecil dari padanya.

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa derajat atau tingkatan di neraka mengarah ke bawah, sedangkan derajat di surga mengarah ke atas. Firman Allah Swt.:


{وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا}


Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan), "Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya.”

(Al-Ahqaf: 20) Dikatakan hal tersebut kepada mereka sebagai kecaman dan cemoohan. Dan sesungguhnya Amirul Mu’minin Umar ibnul Khattab r.a. menjauhkan dirinya dari kebanyakan makanan dan minuman yang enak-enak

dan tidak mau menyantapnya. Dan ia mengatakan bahwa sesungguhnya ia merasa takut bila dirinya seperti orang-orang yang dicela dan dikecam oleh Allah Swt. melalui firman-Nya: Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik

dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya. (Al-Ahqaf: 20) Abu Mijlaz mengatakan, bahwa sesungguhnya benar-benar banyak kaum yang kehilangan kebaikan-kebaikan yang mereka miliki

semasa di dunia, lalu dikatakan kepada mereka: Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja). (Al-Ahqaf: 20) Firman Allah Swt.:


{فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَفْسُقُونَ}


maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik. (Al-Ahqaf: 20)

Maka mereka dibalasi dengan pembalasan yang sejenis dengan amal perbuatan mereka. Maka sebagaimana mereka menyenangkan diri mereka sendiri dan bersikap sombong terhadap perkara yang hak tidak mau mengikutinya,

dan mereka gemar mengerjakan perbuatan-perbuatan yang fasik dan durhaka, maka Allah Swt. membalas mereka dengan azab yang menghinakan. Yaitu kehinaan, kerendahan, azab yang sangat menyakitkan lagi sangat pedih,

dan penyesalan yang terus-menerus serta tempat tinggal di dasar neraka yang mengerikan. Semoga Allah melindungi kita dari semua siksaan itu.

Surat Al-Ahqaf |46:18|

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ حَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ إِنَّهُمْ كَانُوا خَاسِرِينَ

ulaaa`ikallażiina ḥaqqo 'alaihimul-qoulu fiii umaming qod kholat ming qoblihim minal-jinni wal-ins, innahum kaanuu khoosiriin

Mereka itu orang-orang yang telah pasti terkena ketetapan (azab) bersama umat-umat dahulu sebelum mereka, dari (golongan) jin dan manusia. Mereka adalah orang-orang yang rugi.

Those are the ones upon whom the word has come into effect, [who will be] among nations which had passed on before them of jinn and men. Indeed, they [all] were losers.

Tafsir
Jalalain

(Mereka itulah orang-orang yang telah pasti) telah ditentukan (ketetapan atas mereka) yakni ketetapan azab (bersama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 18 |

penjelasan ada di ayat 17

Surat Al-Ahqaf |46:19|

وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوا ۖ وَلِيُوَفِّيَهُمْ أَعْمَالَهُمْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

wa likullin darojaatum mimmaa 'amiluu, wa liyuwaffiyahum a'maalahum wa hum laa yuzhlamuun

Dan setiap orang memperoleh tingkatan sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan, dan agar Allah mencukupkan balasan perbuatan mereka, dan mereka tidak dirugikan.

And for all there are degrees [of reward and punishment] for what they have done, and [it is] so that He may fully compensate them for their deeds, and they will not be wronged.

Tafsir
Jalalain

(Dan bagi masing-masing mereka) bagi masing-masing dari orang mukmin dan orang kafir (derajat), derajat orang-orang yang beriman memperoleh kedudukan yang tinggi di dalam surga,

sedangkan derajat orang-orang kafir memperoleh kedudukan di dasar neraka (menurut apa yang telah mereka kerjakan) berdasar pada amal ketaatan bagi orang-orang mukmin dan kemaksiatan bagi orang-orang kafir

(dan agar Dia mencukupkan bagi mereka) yakni Allah mencukupkan bagi mereka; menurut suatu qiraat dibaca Walinuwaffiyahum (pekerjaan-pekerjaan mereka) maksudnya balasannya

(sedangkan mereka tiada dirugikan) barang sedikit pun, misalkan untuk orang-orang mukmin dikurangi dan untuk orang-orang kafir ditambahi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 19 |

penjelasan ada di ayat 17

Surat Al-Ahqaf |46:20|

وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَفْسُقُونَ

wa yauma yu'rodhullażiina kafaruu 'alan-naar, aż-habtum thoyyibaatikum fii ḥayaatikumud-dun-yaa wastamta'tum bihaa, fal-yauma tujzauna 'ażaabal-huuni bimaa kuntum tastakbiruuna fil-ardhi bighoiril-ḥaqqi wa bimaa kuntum tafsuquun

Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (seraya dikatakan kepada mereka), "Kamu telah menghabiskan (rezeki) yang baik untuk kehidupan duniamu, dan kamu telah bersenang-senang (menikmati)nya, maka pada hari ini kamu dibalas dengan azab yang menghinakan, karena kamu sombong di bumi tanpa mengindahkan kebenaran, dan karena kamu berbuat durhaka (tidak taat kepada Allah)."

And the Day those who disbelieved are exposed to the Fire [it will be said], "You exhausted your pleasures during your worldly life and enjoyed them, so this Day you will be awarded the punishment of [extreme] humiliation because you were arrogant upon the earth without right and because you were defiantly disobedient."

Tafsir
Jalalain

(Dan ingatlah hari ketika orang-orang kafir dihadapkan ke neraka) neraka diperlihatkan-Nya kepada mereka, kemudian dikatakan kepada mereka, ("Kalian telah menghabiskan)

dapat dibaca Adzhabtum, A-adzhabtum atau Adzhabtum (rezeki kalian yang baik) dengan cara menghambur-hamburkannya demi kelezatan kalian

(dalam kehidupan dunia kalian saja dan kalian telah bersenang-senang) bersuka-ria (dengannya, maka pada hari ini kalian dibalasi dengan azab yang menghinakan)

atau azab yang mengerikan (karena kalian telah menyombongkan diri yaitu bersikap takabur (di muka bumi tanpa hak dan karena kalian telah fasik") atau berbuat kefasikan padanya, maka karena itu kalian diazab.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 20 |

penjelasan ada di ayat 17

Surat Al-Ahqaf |46:21|

وَاذْكُرْ أَخَا عَادٍ إِذْ أَنْذَرَ قَوْمَهُ بِالْأَحْقَافِ وَقَدْ خَلَتِ النُّذُرُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ

ważkur akhoo 'aad, iż anżaro qoumahuu bil-aḥqoofi wa qod kholatin-nużuru mim baini yadaihi wa min kholfihiii allaa ta'buduuu illalloh, inniii akhoofu 'alaikum 'ażaaba yaumin 'azhiim

Dan ingatlah (Hud) saudara kaum ´Aad, yaitu ketika dia mengingatkan kaumnya tentang bukit-bukit pasir, dan sesungguhnya telah berlalu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan setelahnya (dengan berkata), "Janganlah kamu menyembah selain Allah, aku sungguh khawatir nanti kamu ditimpa azab pada hari yang besar."

And mention, [O Muhammad], the brother of 'Aad, when he warned his people in the [region of] al-Ahqaf - and warners had already passed on before him and after him - [saying], "Do not worship except Allah. Indeed, I fear for you the punishment of a terrible day."

Tafsir
Jalalain

(Dan ingatlah saudara kaum Ad) yakni Nabi Hud a.s. (yaitu ketika) mulai lafal Idz dan seterusnya menjadi Badal Isytimal (dia memberi peringatan kepada kaumnya)

maksudnya, mempertakuti mereka (di Al-Ahqaf) nama sebuah lembah tempat tinggal mereka yang terletak di negeri Yaman (dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan)

beberapa orang rasul (sebelumnya dan sesudahnya) sebelum Nabi Hud datang dan sesudahnya, kepada kaumnya masing-masing seraya mengatakan, ("Janganlah kalian menyembah selain Allah)

jumlah Waqad Khalat merupakan jumlah Mu'taridhah, atau kalimat sisipan (sesungguhnya aku khawatir kalian) jika kalian menyembah kepada selain Allah (akan ditimpa azab hari yang besar.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 21 |

Tafsir ayat 21-25

Allah Swt. berfirman, menghibur Nabi-Nya yang sedang menghadapi pendustaan dari sebagian kaumnya yang mendustakannya.


{وَاذْكُرْ أَخَا عَادٍ}


Dan ingatlah (Hud) saudara kaum ‘Ad. (Al-Ahqaf: 21) Dia adalah Nabi Hud a.s. yang diutus oleh Allah kepada kaum ‘Ad yang pertama; mereka bertempat tinggal di bukit-bukit pasir, menurut Ibnu Zaid.

Menurut Ikrimah, Al-Ahqaf artinya bukit-bukit dan gua-gua. Ali ibnu Abu Talib r.a. telah mengatakan bahwa Ahqaf adalah nama sebuah lembah yang terletak di Hadramaut, dikenal dengan sebutan Barhut;

dilemparkan ke dalamnya ruh orang-orang kafir. Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa 'Ad adalah suatu kaum di negeri Yaman, penduduk daerah pesisir di suatu daerah

yang dikenal dengan sebutan Asy-Syahr. Ibnu Majah mengatakan di dalam Bab "Apabila Seseorang Berdoa Hendaklah Memulai untuk Dirinya Sendiri" bahwa:


حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ الْخَلَّالُ، حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ، حَدَّثَنَا سُفْيَانَ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَرْحَمُنَا اللَّهُ، وَأَخَا عَادٍ"


telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Ali Al-Khallal, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbab, telah menceritakan kepada kami Sufyan,

telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Ishaq, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Semoga Allah merahmati kita dan saudara kaum 'Ad (Nabi Hud a.s.). Adapun firman Allah Swt.:


{وَقَدْ خَلَتِ النُّذُرُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ}


dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya. (Al-Ahqaf: 21) Yakni Allah telah mengutus kepada orang-orang yang tinggal di sekeliling (di sekitar) negeri mereka,

yakni di kota-kota rasul-rasul yang membawa peringatan kepada mereka. Semakna dengan pengertian yang disebutkan oleh firman-Nya:


{فَجَعَلْنَاهَا نَكَالا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهَا وَمَا خَلْفَهَا}


Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang di masa itu dan bagi mereka yang akan datang kemudian. (Al-Baqarah: 66) Dan firman Allah Swt.:


{فَإِنْ أَعْرَضُوا فَقُلْ أَنْذَرْتُكُمْ صَاعِقَةً مِثْلَ صَاعِقَةِ عَادٍ وَثَمُودَ إِذْ جَاءَتْهُمُ الرُّسُلُ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ أَلا تَعْبُدُوا إِلا اللَّهَ قَالُوا لَوْ شَاءَ رَبُّنَا لأنزلَ مَلائِكَةً فَإِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ}


Jika mereka berpaling, maka katakanlah, "Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum 'Ad dan kaum Samud.” Ketika rasul-rasul datang kepada mereka

dari depan dan dari belakang mereka (dengan menyerukan), "Janganlah kamu menyembah selain Allah.” (Fushshilat: 13-14) Adapun firman Allah Swt.:


إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ


sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab hari yang besar. (Al-Ahqaf: 21) Nabi Hud a.s. mengatakan hal itu kepada mereka, tetapi kaumnya menjawab seperti yang disitir oleh firman-Nya:


{أَجِئْتَنَا لِتَأْفِكَنَا عَنْ آلِهَتِنَا}


Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari (menyembah) tuhan-tuhan kami? (Al-Ahqaf: 22) yakni untuk menghalang-halangi kami dari menyembah tuhan-tuhan kami?


فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ


Maka datangkanlah kepada kami azab yang telah kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar. (Al-Ahqaf: 22) Mereka meminta agar azab Allah disegerakan kepada mereka. Hal ini mereka katakan

dengan nada menantang dan tidak percaya dengan peringatan dan ancaman tersebut. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:


{يَسْتَعْجِلُ بِهَا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِهَا}


Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan. (Asy-Syura: 18) Firman Allah Swt.:


{قَالَ إِنَّمَا الْعِلْمُ عِنْدَ اللَّهِ}


Ia berkata, "Sesungguhnya pengetahuan (tentang itu) hanya pada sisi Allah.” (Al-Ahqaf: 23) Yakni hanya Allah-lah yang mengetahui perihal kalian. Jika kalian memang berhak untuk disegerakan azab-Nya kepada kalian,

tentulah Dia akan melakukannya terhadap kalian. Adapun mengenai diriku, maka tugasku hanyalah menyampaikan kepada kalian apa yang diutuskan kepadaku.


{وَلَكِنِّي أَرَاكُمْ قَوْمًا تَجْهَلُونَ}


tetapi aku lihat kamu adalah kaum yang bodoh. (Al-Ahqaf: 23) Yaitu tidak berakal dan tidak memahami. Firman Allah Swt.:


{فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ}


Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka. (Al-Ahqaf: 24) Yakni ketika mereka melihat azab itu datang kepada mereka, mereka mengira bahwa itu adalah awan yang menurunkan hujan

kepada mereka, maka bergembiralah mereka dengan kedatangannya. Sebelum itu mereka memang sangat memerlukan hujan karena sudah lama tidak turun hujan kepada mereka. Firman Allah Swt.:


{بَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ}


(Bukan), bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih. (Al-Ahqaf: 24) Itu adalah azab yang kalian inginkan melalui perkataan kalian, "Datangkanlah azab itu kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar."


{تُدَمِّرُ كُلِّ شَيْءٍ}


yang menghancurkan segala sesuatu. (Al-Ahqaf: 25) Yakni azab tersebut akan menghancurkan segala sesuatu yang ada di negeri mereka yang berhak untuk dihancurkan.


{بِأَمْرِ رَبِّهَا}


dengan perintah Tuhannya. (Al-Ahqaf: 25) yang dengan seizin Allah Swt. untuk menghancurkan negeri mereka, semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:


{مَا تَذَرُ مِنْ شَيْءٍ أَتَتْ عَلَيْهِ إِلا جَعَلَتْهُ كَالرَّمِيمِ}


angin itu tidak membiarkan satu pun yang dilandanya, melainkan dijadikannya seperti serbuk. (Adz-Dzariyat: 42) Yaitu seperti sesuatu yang lapuk. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:


{فَأَصْبَحُوا لَا يُرَى إِلا مَسَاكِنُهُمْ}


maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. (Al-Ahqaf: 25) karena semuanya telah binasa, tanpa ada seorang pun dari mereka yang hidup.


{كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ}


Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa. (Al-Ahqaf: 25) Yakni demikianlah hukuman Kami terhadap orang yang mendustakan rasul-rasul Kami dan menentang perintah Kami. Dalam sebuah hadis disebutkan

kisah mereka, hadisnya garib sekali dan termasuk salah satu hadis yang berpredikat garib lagi tersendiri. Imam Ahmad mengatakan telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbab, telah menceritakan kepadaku

Abul Munzir alias Salam ibnu Sulaiman An-Nahwi yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Asim ibnu Abun Nujud, dari Abu Wa'il, dari Al-Haris Al-Bakri yang menceritakan bahwa ia pergi untuk mengadu

kepada Rasulullah Saw. tentang Al-Ala ibnul Hadrami. Dalam perjalanannya ia bersua dengan seorang nenek-nenek dan kalangan Bani Tamim, yaitu Rabzah. Nenek-nenek itu tidak mampu lagi meneruskan perjalanannya.

Maka ia berkata kepadaku (Al-Haris Al-Bakri), "Hai hamba Allah, sesungguhnya aku mempunyai suatu keperluan dengan Rasulullah Saw, maka sudikah engkau menyampaikan­nya kepada beliau Saw.?" Maka aku menaikkannya ke unta

kendaraanku dan kuantarkan ia ke Madinah, yang saat itu Masjid Nabawi kelihatan penuh dengan banyak orang. Tiba-tiba kelihatan sebuah panji berwarna hitam berkibar lalu kelihatan sahabat Bilal r.a. menyandang pedangnya

berada di hadapan Rasulullah Saw. Lalu aku bertanya, "Ada apa dengan orang-orang banyak ini?" Mereka menjawab, "Rasulullah Saw. akan mengirimkan Amr ibnul As r.a. bersama pasukan kaum muslim ke suatu tujuan."


Al-Haris melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia masuk ke dalam rumah atau kemah Rasulullah Saw. Sebelumnya ia meminta izin untuk bersua dengan beliau, kemudian diberi izin. Lalu masuklah ia dan mengucapkan salam.

Maka Rasulullah Saw. bertanya, "Apakah antara kamu dan Bani Tamim terdapat sesuatu (permusuhan)?" Aku (Al-Haris) menjawab, "Ya, dan kami beroleh kemenangan atas mereka. Dan di tengah jalan saya bersua

dengan seorang nenek-nenek dari Bani Tamim yang tidak mampu meneruskan perjalanannya, lalu ia meminta kepadaku untuk membawanya ke hadapan engkau, sekarang dia berada di depan pintu." Lalu nenek-nenek itu diizinkan

untuk masuk, maka masuklah nenek-nenek itu. Lalu aku berkata, "Wahai Rasulullah, sudilah kiranya engkau membuatkan pembatas antara kami dan Bani Tamim. Jika engkau berkehendak, maka buatkanlah padang sahara

sebagai pembatasnya." Maka dengan serta merta nenek-nenek itu emosi dan bangkit seraya berkata, "Wahai Rasulullah, apakah yang diinginkan oleh orang yang memintamu dengan mendesak ini?"

Al-Haris melanjutkan kisahnya, maka aku menjawab, "Sesungguhnya nasibku sekarang adalah yang seperti dikatakan oleh pepatah masa dahulu, 'serigala berbulu domba.' Sesungguhnya aku membawa nenek-nenek ini

tanpa menyadari bahwa dia adalah musuhku, kukira dia temanku, aku berlindung kepada Allah dan rasul-Nya bila nasibku menjadi seperti utusan kaum ‘Ad." Rasulullah Saw. bertanya kepadaku, "Bagaimanakah kisah utusan kaum 'Ad itu?"

Padahal beliau Saw. lebih mengetahui kisah tersebut daripada dia, tetapi beliau mendesaknya agar menceritakan kisah itu. Maka ia menjawab, bahwa sesungguhnya kaum ‘Ad mengalami musim paceklik yang berkepanjangan,

lalu mereka mengirimkan seorang utusan yang dikenal dengan nama Qil. Qil dalam perjalanannya bersua dengan Mu'awiyah ibnu Bakar, lalu Qil tinggal padanya selama satu bulan. Mu'awiyah memberinya minuman Khamr

dan menghiburnya dengan dua orang penyanyi yang dikenal dengan julukan Jarradatain. Setelah berlalu masa satu bulan, Qil berangkat menuju Bukit Mahrah, lalu berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa

aku datang bukan kepada orang sakit yang memerlukan pengobatan dariku, tidak pula kepada tawanan yang perlu aku tebus. Ya Allah, berilah kaum 'Ad hujan selama Engkau akan memberi mereka hujan."

Maka berlalulah iringan awan hitam, lalu ada suara yang berseru dari dalam awan tersebut, "Pilihlah!" Maka Qil mengisyaratkan tangannya ke arah suatu kumpulan awan yang berwarna hitam pekat. Kemudian diseru dari arah awan,

"Terimalah awan ini dalam rupa debu dan angin yang sangat kuat, yang tiada menyisakan seorang manusia pun dari kaum 'Ad dapat hidup." Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa menurut berita yang sampai kepadaku

tiadalah kadar angin yang dikirimkan kepada mereka melainkan sebesar lubang cincinku, dan mereka semuanya binasa. Abu Wa'il mengatakan bahwa lalu Nabi Saw. membenarkan kisah tersebut. Dan tersebutlah apabila mereka

mengirimkan delegasi yang terdiri dari seorang wanita dan seorang laki-laki, mereka mengatakan, "Janganlah kamu seperti delegasi (utusan) kaum 'Ad." Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Imam ibnu Majah,

sebagaimana yang telah disebutkan di dalam tafsir surat Al-A'raf. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Harun ibnu Ma'ruf, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepada kami Amr,

bahwa Abun Nadr pernah menceritakan hadis berikut dari Sulaiman ibnu Yasar, dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa ia belum pernah melihat Rasulullah Saw. bilamana tertawa kelihatan langit-langitnya,

sesungguhnya tertawa beliau hanyalah tersenyum. Siti Aisyah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah Saw. apabila melihat mendung atau angin yang besar, maka terlihat ada perubahan pada roman muka beliau.

Lalu Siti Aisyah bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang-orang merasa gembira bila mereka melihat awan karena adanya harapan akan turun hujan. Tetapi aku amati apabila engkau melihatnya, ada perasaan kurang senang di wajahmu." Maka Rasulullah Saw. menjawab:


"يَا عَائِشَةُ، مَا يُؤَمِّنُنِي أَنْ يَكُونَ فِيهِ عَذَابٌ، قَدْ عُذِّبَ قَوْمٌ بِالرِّيحِ، وَقَدْ رَأَى قَوْمٌ الْعَذَابَ فَقَالُوا: هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا"


Hai Aisyah, saya merasa khawatir bila di dalam awan itu terdapat azab, karena ada suatu kaum yang telah diazab melalui angin yang besar (awan), kaum itu melihat kedatangan azab tersebut, lalu mereka mengatakan,

'Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.” Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini melalui Ibnu Wahb.,Jalur lain. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman,

dari Sufyan, dari Al-Miqdam ibnu Syuraih, dan ayahnya, dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. apabila melihat awan muncul di cakrawala langit dan arah mana pun, beliau meninggalkan pekerjaannya. Dan jika beliau berada di dalam salatnya, mengucapkan doa berikut:


"اللَّهُمَّ، إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيهِ"


Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari keburukan yang terkandung di dalam awan ini. Dan jika ternyata awan itu hilang, maka beliau memuji kepada Allah Swt. Jika hujan turun, maka beliau membaca doa:


"اللَّهُمَّ، صَيِّبًا نَافِعًا"


Ya Allah, (jadikanlah hujan ini) hujan yang bermanfaat. Jalur lain. Imam Muslim di dalam kitab sahihnya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar At-Tahir, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb

yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ibnu Juraij menceritakan hadis berikut kepadanya dan Ata ibnu Abu Rabah, dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bila ada angin bertiup sangat kuat, beliau mengucapkan doa berikut:


"اللَّهُمَّ، إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا، وَخَيْرَ مَا فِيهَا، وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا، وَشَرِّ مَا فِيهَا، وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ"


Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebaikannya dan kebaikan yang ada padanya serta kebaikan dari apa yang Engkau kirimkan melaluinya. Dan aku berlindung kepada Engkau dari keburukannya dan keburukan

yang ada padanya serta keburukan dari apa yang Engkau kirimkan melaluinya. Siti Aisyah r.a. melanjutkan kisahnya, bahwa apabila langit mendung, roman muka beliau berubah dan melangkah keluar dan masuk serta mondar-mandir.

Dan apabila turun hujan, barulah beliau merasa tenang. Hal itu diketahui oleh Siti Aisyah r.a., lalu ia menanyakan kepada beliau tentang sikapnya itu. Maka beliau Saw. menjawab:


"لَعَلَّهُ يَا عَائِشَةُ كَمَا قَالَ قَوْمُ عَادٍ: {فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا}


Hai Aisyah, barangkali hal itu seperti apa yang dikatakan oleh kaum 'Ad, "Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka, 'Inilah awan yang akan menurunkan hujan

kepada kami' (Al-Ahqaf: 24) Kami telah menyebutkan kisah binasanya kaum 'Ad dalam tafsir surat Hud secara lengkap sehingga tidak perlu diulangi lagi.


وَقَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا عَبْدَانُ بْنُ أَحْمَدَ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ زَكَرِيَّا الْكُوفِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو مَالِكٍ، عَنْ مُسْلِمٍ الْمُلَائِيِّ، عَنْ مُجَاهِدٍ وَسَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم: "مَا فُتِحَ عَلَى عَادٍ مِنَ الرِّيحِ إِلَّا مِثْلُ مَوْضِعِ الْخَاتَمِ، ثُمَّ أُرْسِلَتْ عَلَيْهِمْ [فَحَمَلَتْهُمُ] الْبَدْوَ إِلَى الْحَضَرِ فَلَمَّا رَآهَا أَهْلُ الْحَضَرِ قَالُوا: هَذَا عَارَضٌ مُمْطِرُنَا مُسْتَقْبَلُ أَوْدِيَتِنَا. وَكَانَ أَهْلُ الْبَوَادِي فِيهَا، فَأُلْقِي أَهْلُ الْبَادِيَةِ عَلَى أَهْلِ الْحَاضِرَةِ حَتَّى هَلَكُوا. قَالَ: عَتَتْ عَلَى خُزَّانِهَا حَتَّى خَرَجَتْ مِنْ خِلَالِ الْأَبْوَابِ"


Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdan Ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Zakaria Al-Kufi, telah menceritakan kepada kami Abu Malik ibnu Muslim Al-Mala'i,

dari Mujahid dan Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Allah tidak membukakan angin terhadap kaum ‘Ad kecuali hanya semisal dengan lubang tempat cincin.

Kemudian angin itu dikirimkan menuju daerah pedalaman mereka, lalu ke daerah perkotaan mereka. Dan ketika penduduk perkotaan melihat datangnya angin itu (yang berupa awan hitam), mereka mengatakan,

"Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami sedang menuju ke lembah-lembah kami." Sedangkan penduduk pedalaman telah berada di dalam angin itu (terbawa terbang), lalu mereka ditimpakan kepada penduduk perkotaan

hingga semuanya binasa. Angin itu memporak-porandakan kantung-kantung tempat mereka berada sehingga keluarlah angin itu dari celah-celah pintu-pintu tempat mereka. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Surat Al-Ahqaf |46:22|

قَالُوا أَجِئْتَنَا لِتَأْفِكَنَا عَنْ آلِهَتِنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ

qooluuu a ji`tanaa lita`fikanaa 'an aalihatinaa, fa`tinaa bimaa ta'idunaaa ing kunta minash-shoodiqiin

Mereka menjawab, "Apakah engkau datang kepada kami untuk memalingkan kami dari (menyembah) tuhan-tuhan kami? Maka datangkanlah kepada kami azab yang telah engkau ancamkan kepada kami, jika engkau termasuk orang yang benar."

They said, "Have you come to delude us away from our gods? Then bring us what you promise us, if you should be of the truthful."

Tafsir
Jalalain

(Mereka menjawab, "Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari menyembah tuhan-tuhan kami) maksudnya kamu datang untuk memalingkan kami daripada menyembahnya.

(Maka datangkanlah kepada kami azab yang telah kamu ancamkan kepada kami) bahwa jika kami menyembahnya pasti kami tertimpa azab (jika kamu termasuk orang-orang yang benar") bahwasanya azab itu benar-benar menimpa kami.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 22 |

penjelasan ada di ayat 21

Surat Al-Ahqaf |46:23|

قَالَ إِنَّمَا الْعِلْمُ عِنْدَ اللَّهِ وَأُبَلِّغُكُمْ مَا أُرْسِلْتُ بِهِ وَلَٰكِنِّي أَرَاكُمْ قَوْمًا تَجْهَلُونَ

qoola innamal-'ilmu 'indallohi wa uballighukum maaa ursiltu bihii wa laakinniii arookum qouman taj-haluun

Dia (Hud) berkata, "Sesungguhnya ilmu (tentang itu) hanya pada Allah, dan aku (hanya) menyampaikan kepadamu apa yang diwahyukan kepadaku, tetapi aku melihat kamu adalah kaum yang berlaku bodoh."

He said, "Knowledge [of its time] is only with Allah, and I convey to you that with which I was sent; but I see you [to be] a people behaving ignorantly."

Tafsir
Jalalain

(Ia berkata) Nabi Hud berkata, ("Sesungguhnya pengetahuan tentang itu hanya pada sisi Allah) artinya hanya Dialah yang mengetahui kapan azab itu menimpa kalia

n (dan aku hanya menyampaikan kepada kalian apa yang aku diutus dengan membawanya) untuk disampaikan kepada kalian (tetapi aku lihat kalian adalah kaum yang bodoh") karena kalian meminta supaya azab didatangkan dengan segera.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 23 |

penjelasan ada di ayat 21

Surat Al-Ahqaf |46:24|

فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا هَٰذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا ۚ بَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ ۖ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ

fa lammaa ro`auhu 'aaridhom mustaqbila audiyatihim qooluu haażaa 'aaridhum mumthirunaa, bal huwa masta'jaltum bih, riiḥun fiihaa 'ażaabun aliim

Maka ketika mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, mereka berkata, "Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita." (Bukan!) Tetapi itulah azab yang kamu minta agar disegerakan datangnya, (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih,

And when they saw it as a cloud approaching their valleys, they said, "This is a cloud bringing us rain!" Rather, it is that for which you were impatient: a wind, within it a painful punishment,

Tafsir
Jalalain

(Maka tatkala mereka melihat azab itu) (berupa awan) atau mendung yang muncul di cakrawala langit (menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka,

"Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami) maksudnya, awan yang membawa hujan buat kami, Allah swt. berfirman, ('Bahkan itulah azab yang kalian minta supaya datang dengan segera)

maksudnya, azab itu yang kalian minta agar disegerakan datangnya (yaitu berupa angin) lafal Riihun menjadi Badal dari lafal Maa (yang mengandung azab yang pedih) yang menyakitkan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 24 |

penjelasan ada di ayat 21

Surat Al-Ahqaf |46:25|

تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا فَأَصْبَحُوا لَا يُرَىٰ إِلَّا مَسَاكِنُهُمْ ۚ كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ

tudammiru kulla syai`im bi`amri robbihaa fa`ashbaḥuu laa yurooo illaa masaakinuhum, każaalika najzil-qoumal-mujrimiin

yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, sehingga mereka (kaum ´Aad) menjadi tidak tampak lagi (di bumi) kecuali hanya (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa.

Destroying everything by command of its Lord. And they became so that nothing was seen [of them] except their dwellings. Thus do We recompense the criminal people.

Tafsir
Jalalain

(Yang menghancurkan) yang membinasakan (segala sesuatu) yang dilewatinya (dengan perintah Rabbnya) dengan seizin-Nya; maksudnya angin itu dapat membinasakan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya

untuk dibinasakan. Akhirnya binasalah kaum laki-laki dan wanita serta anak-anak mereka berikut dengan harta bendanya; semuanya terbawa terbang oleh angin yang besar itu antara langit dan bumi

dalam keadaan tercabik-cabik. Kini yang tertinggal dalam keadaan selamat adalah Nabi Hud beserta orang-orang yang beriman kepadanya

(maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali bekas-bekas tempat tinggal mereka.' Demikianlah) sebagaimana Kami memberikan balasan kepada kaum Hud (Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa") selain mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 25 |

penjelasan ada di ayat 21

Surat Al-Ahqaf |46:26|

وَلَقَدْ مَكَّنَّاهُمْ فِيمَا إِنْ مَكَّنَّاكُمْ فِيهِ وَجَعَلْنَا لَهُمْ سَمْعًا وَأَبْصَارًا وَأَفْئِدَةً فَمَا أَغْنَىٰ عَنْهُمْ سَمْعُهُمْ وَلَا أَبْصَارُهُمْ وَلَا أَفْئِدَتُهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِذْ كَانُوا يَجْحَدُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ

wa laqod makkannaahum fiimaaa im makkannaakum fiihi wa ja'alnaa lahum sam'aw wa abshoorow wa af`idatan fa maaa aghnaa 'an-hum sam'uhum wa laaa abshooruhum wa laaa af`idatuhum min syai`in iż kaanuu yaj-ḥaduuna bi`aayaatillaahi wa ḥaaqo bihim maa kaanuu bihii yastahzi`uun

Dan sungguh, Kami telah meneguhkan kedudukan mereka (dengan kemakmuran dan kekuatan) yang belum pernah Kami berikan kepada kamu dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan, dan hati, tetapi pendengaran, penglihatan, dan hati mereka itu tidak berguna sedikit pun bagi mereka, karena mereka (selalu) mengingkari ayat-ayat Allah, dan (ancaman) azab yang dahulu mereka olok-olokkan telah mengepung mereka.

And We had certainly established them in such as We have not established you, and We made for them hearing and vision and hearts. But their hearing and vision and hearts availed them not from anything [of the punishment] when they were [continually] rejecting the signs of Allah; and they were enveloped by what they used to ridicule.

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal) (yang belum pernah) lafal In di sini dapat dikatakan sebagai In Nafiyah atau In Zaidah

(Kami meneguhkan kedudukan kalian) hai penduduk Mekah (dalam hal itu) dalam hal kekuatan dan banyaknya harta benda (dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran) l

afal Sam'an bermakna Asmaa'an bermakna jamak (dan penglihatan serta hati) atau kalbu (tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit jua pun bagi mereka) maksudnya,

hal-hal tersebut sama sekali tidak dapat memberikan manfaat sedikit pun buat diri mereka; lafal Min di sini adalah Zaidah (karena) lafal Idz adalah yang dima'mulkan oleh lafal Aghnaa

kemudian diberlakukan sebagai makna Ta'lil (mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah) yaitu hujah-hujah-Nya yang nyata (dan turunlah) yaitu menimpalah

(kepada mereka apa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya) yaitu azab yang dahulu mereka suka memperolok-olokkannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 26 |

Tafsir ayat 26-28

Allah Swt. berfirman, bahwa Kami telah meneguhkan umat-umat terdahulu dalam kehidupan di dunia dalam hal harta benda dan anak-anak, dan Kami telah memberikan kepada mereka

sebagian dari hal itu dalam jumlah yang belum pernah Kami berikan kepadamu hal yang semisal dengannya dan tidak pula mendekatinya.


{وَجَعَلْنَا لَهُمْ سَمْعًا وَأَبْصَارًا وَأَفْئِدَةً فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ سَمْعُهُمْ وَلا أَبْصَارُهُمْ وَلا أَفْئِدَتُهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِذْ كَانُوا يَجْحَدُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ}


dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan, dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan, dan hati mereka itu tidak berguna bagi mereka sedikit jua pun, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah

dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokannya. (Al-Ahqaf: 26) Yakni mereka telah diliputi oleh azab dan pembalasan yang dahulunya mereka dustakan dan mereka anggap mustahil kejadiannya.

Dengan kata lain, maksud ayat ini ialah memperingatkan kepada orang-orang yang diajak bicara olehnya untuk bersikap hati-hati dan waspada, jangan meniru mereka, karena berakibat akan tertimpa azab

dan pembalasan seperti apa yang telah Allah timpakan kepada mereka, yaitu azab di dunia dan akhirat. Firman Allah Swt.:


{وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا مَا حَوْلَكُمْ مِنَ الْقُرَى}


Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan negeri-negeri di sekitarmu. (Al-Ahqaf: 27) Yakni penduduk kota Mekah. Allah telah membinasakan umat-umat yang telah mendustakan rasul-rasul Allah yang berada di sekitar Mekah,

seperti kaum Ad. Kaum Ad tinggal di Al-Ahqaf di Hadramaut, yaitu negeri Yaman. Dan kaum Samud yang tempat tinggal mereka terletak antara Mekah dan negeri Syam. Demikian pula penduduk Saba yang terletak di negeri Yaman.

Juga penduduk kota Madyan yang tempat tinggal mereka berada di tengah jalan yang biasa dilalui oleh penduduk Mekah menuju ke Gazzah (Palestina). Juga kaum Lut yang tempat tinggal mereka telah diubah menjadi danau, mereka (penduduk Mekah) biasa melewatinya pula. Firman Allah Swt.:


{وَصَرَّفْنَا الآيَاتِ}


dan Kami telah mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami berulang-ulang. (Al-Ahqaf: 27) Yakni Kami telah menerangkan dan menjelaskannya kepada mereka.


{لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ فَلَوْلا نَصَرَهُمُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ قُرْبَانًا آلِهَة}


supaya mereka kembali (bertobat). Maka mengapa yang mereka sembah selain Allah sebagai tuhan untuk mendekatkan diri (kepada Allah) tidak dapat menolong mereka. (Al-Ahqaf: 27-28)

Yaitu mengapa sembahan-sembahan mereka itu tidak dapat menolong mereka di saat mereka memerlukan pertolongannya?”


{بَلْ ضَلُّوا عَنْهُمْ}


Bahkan tuhan-tuhan itu telah lenyap dari mereka? (Al-Ahqaf: 28) Maksudnya, pergi dari mereka di saat mereka memerlukan pertolongannya.


{وَذَلِكَ إِفْكُهُمْ وَمَا كَانُوا يَفْتَرُونَ}


Itulah akibat kebohongan mereka dan apa yang dahulu mereka ada-adakan. (Al-Ahqaf: 28) Yakni apa yang mereka ada-adakan dari diri mereka sendiri, yaitu menyembah tuhan-tuhan selain Allah.

Sesungguhnya mereka telah merugi dan teramat kecewa karena menyembah banyak tuhan dan berpegang kepada sembahan-sembahan itu. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Surat Al-Ahqaf |46:27|

وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا مَا حَوْلَكُمْ مِنَ الْقُرَىٰ وَصَرَّفْنَا الْآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

wa laqod ahlaknaa maa ḥaulakum minal-quroo wa shorrofnal-aayaati la'allahum yarji'uun

Dan sungguh, telah Kami binasakan negeri-negeri di sekitarmu, dan juga telah Kami jelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kebesaran Kami), agar mereka kembali (bertobat).

And We have already destroyed what surrounds you of [those] cities, and We have diversified the signs [or verses] that perhaps they might return [from disbelief].

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan negeri-negeri di sekitar kalian) yakni penduduk-penduduknya, seperti kaum Tsamud, kaum Ad dan kaum Luth

(dan Kami telah mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami berulang-ulang) maksudnya Kami telah mengulang-ulang hujah-hujah Kami yang nyata (supaya mereka kembali.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 27 |

penjelasan ada di ayat 26

Surat Al-Ahqaf |46:28|

فَلَوْلَا نَصَرَهُمُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ قُرْبَانًا آلِهَةً ۖ بَلْ ضَلُّوا عَنْهُمْ ۚ وَذَٰلِكَ إِفْكُهُمْ وَمَا كَانُوا يَفْتَرُونَ

falau laa nashorohumullażiinattakhożuu min duunillaahi qurbaanan aalihah, bal dholluu 'an-hum, wa żaalika ifkuhum wa maa kaanuu yaftaruun

Maka mengapa (berhala-berhala dan tuhan-tuhan) yang mereka sembah selain Allah untuk mendekatkan diri (kepada-Nya) tidak dapat menolong mereka? Bahkan tuhan-tuhan itu telah lenyap dari mereka, dan itulah akibat kebohongan mereka dan apa yang dahulu mereka ada-adakan.

Then why did those they took besides Allah as deities by which to approach [Him] not aid them? But they had strayed from them. And that was their falsehood and what they were inventing.

Tafsir
Jalalain

(Maka mengapa tidak) atau kenapa tidak (menolong mereka) dengan cara menolak azab dari diri mereka (sesembahan-sesembahan selain Allah yang mereka jadikan)

selain dari Allah (sebagai taqarrub) untuk mendekatkan diri mereka kepada Allah (dan sebagai tuhan-tuhan) di samping Allah, yaitu berupa berhala-berhala. Maf'ul pertama dari lafal Ittakhadza adalah Dhami

r yang tidak disebutkan yang kembali kepada Isim Maushul, yaitu lafal Hum, sedangkan Maf'ul keduanya adalah lafal Qurbaanan, dan lafal Aalihatan sebagai Badal dari lafal Qurbaanan.

(Bahkan tuhan-tuhan itu telah lenyap) yakni pergi (dari mereka) sewaktu azab itu datang menimpa mereka. (Itulah) yakni pengambilan mereka terhadap berhala-berhala

sebagai tuhan-tuhan untuk mendekatkan diri kepada Allah (akibat kebohongan mereka) kedustaan mereka (dan apa yang dahulu mereka ada-adakan) yang dahulu mereka buat-buat.

Maa adalah Mashdariyah atau Maushulah, sedangkan Dhamir yang kembali kepadanya tidak disebutkan yaitu lafal Fiihi; lengkapnya: Wa Maa Kaanuu Fiihi Yaftaruuna.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 28 |

penjelasan ada di ayat 26

Surat Al-Ahqaf |46:29|

وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا ۖ فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَىٰ قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ

wa iż shorofnaaa ilaika nafarom minal-jinni yastami'uunal-qur`aan, fa lammaa ḥadhoruuhu qooluuu anshituu, fa lammaa qudhiya wallau ilaa qoumihim munżiriin

Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan kepadamu (Muhammad) serombongan jin yang mendengarkan (bacaan) Al-Qur´an, maka ketika mereka menghadiri (pembacaan)nya mereka berkata, "Diamlah kamu! (untuk mendengarkannya)." Maka ketika telah selesai, mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.

And [mention, O Muhammad], when We directed to you a few of the jinn, listening to the Qur'an. And when they attended it, they said, "Listen quietly." And when it was concluded, they went back to their people as warners.

Tafsir
Jalalain

(Dan) ingatlah (ketika Kami hadapkan) Kami cenderungkan (kepadamu serombongan jin) yaitu jin Nashibin dari negeri Yaman atau Jin Nainawi, jumlah mereka ada tujuh atau sembilan jin. Nabi saw.

ketika itu berada di lembah Nakhl sedang melakukan sholat Subuh berjemaah dengan para sahabatnya. Demikianlah menurut hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim

(yang mendengarkan Alquran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaannya, lalu mereka berkata) sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, ("Diamlah kalian")

untuk mendengarkan bacaannya. (Ketika pembacaan telah selesai) ketika nabi selesai membaca Alquran (mereka kembali) pulang kembali (kepada kaumnya untuk memberi peringatan)

artinya, mereka kembali setelah mendengarkan Alquran kepada kaumnya sebagai pemberi peringatan akan datangnya azab jika mereka tidak beriman kepada Nabi. Mereka sebelum itu pemeluk agama Yahudi,

lalu setelah mendengarkan bacaan Alquran mereka masuk Islam.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 29 |

Tafsir ayat 29-32

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Amr, bahwa ia pernah mendengar Iknmah menceritakan hadis berikut dari Az-Zubair sehubungan dengan firman Allah Swt.:

Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Qur’an. (Al-Ahqaf: 29) Az-Zubair mengatakan bahwa kejadian ini di Nakhlah saat Rasulullah Saw. sedang membaca Al-Qur'an dalam salat Isyanya.

hampir saja jin-jin itu desak-mendesak mengerumuninya. (Al-Jin: 19) Sufyan mengatakan bahwa sebagian dari jin-jin itu berdesakan dengan sebagian yang lainnya. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid.

Nanti akan disebutkan melalui riwayat Ibnu Jarir, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a., bahwa mereka terdiri dari tujuh jin dari jin penduduk Nasibin,Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Attan,

telah menceritakan kepada kami Abu Uwwanah, dan telah menceritakan kepada kami Imam Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi di dalam kitabnya yang berjudul Dalailun Nubuwwah, bahwa telah menceritakan kepada kami

Abul Hasan Ali ibnu Ahmad ibnu Abdan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ubaid As-Saffar, telah menceritakan kepada kami Ismail Al-Qadi, telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami

Abu Uwwanah, dari Abu Bisyr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. tidak pernah membacakan Al-Qur'an kepada jin dan tidak pula beliau melihat mereka. Rasulullah Saw.

berangkat bersama segolongan sahabatnya menuju pasar Ukaz. Dan saat itu antara setan dan berita dari langit telah dihalang-halangi, karena langit telah dijaga oleh bintang-bintang yang menyala¬ nyala yang melempari setan

yang hendak mencuri-curi dengar dari berita langit, maka setan-setan pun kembali kepada kaumnya. Maka kaumnya bertanya, "Mengapa kalian?" Setan-setan itu menjawab, "Telah dihalang-halangi antara kami dan berita dari langit,

dan dikirimkan bintang yang menyala-nyala mengejar kami." Kaumnya berkata, "Tiada yang menjadi penyebab kalian dihalang-halangi dari berita langit, melainkan telah terjadi sesuatu peristiwa. Maka berangkatlah kalian ke belahan timur

dan barat bumi, lalu carilah penyebab yang menghalang-halangi kalian dari berita langit itu!" Maka berangkatlah mereka menjelajahi belahan timur dan barat bumi untuk mencari orang yang menjadi penyebab

yang menghalang-halangi mereka dari berita langit. Serombongan jin berangkat menuju ke arah Tihamah yang saat itu Rasulullah Saw. sedang berada di Nakhlah dalam perjalanannya menuju pasar 'Ukaz. Rasulullah Saw.

sedang melakukan salat Subuh mengimami para sahabatnya. Ketika jin-jin itu mendengar bacaan Al-Qur'an, maka mereka mendengarkannya, lalu mengatakan, "Demi Allah, inilah yang menjadi penyebab kalian

dihalang-halangi dari berita langit." Dan ketika rombongan jin itu kembali kepada kaumnya, mereka berkata kepada kaumnya: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur'an yang menakjubkan (yang) memberi petunjuk

kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan Tuhan kami (Al-Jin: 1-2) Dan Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Katakanlah (hai Muhammad),

"Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya sekumpulan jin telah mendengarkan (Al-Qur'an) " (Al-Jin: 1) Dan sesungguhnya yang diwahyukan kepada Nabi Saw. hanyalah menceritakan tentang ucapan jin kepada kaumnya.

Imam Bukhari telah meriwayatkan hadis ini dari Musaddad dengan lafaz yang semisal. Imam Muslim meriwayatkannya melalui Syaiban ibnu Farukh, dari Abu Uwwanah dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi dan Imam Nasai

telah meriwayatkannya di dalam kitab tafsir melalui hadis Abu Uwwanah.Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Sa'id ibnu Jubair,

dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa dahulu jin dapat mendengarkan wahyu (mencuri-curi dengar dari berita langit), maka mereka mendengarkan satu kalimat, lalu mereka membubuhinya dengan sepuluh kalimat.

Maka apa yang mereka dengar itu adalah benar dan apa yang mereka tambahkan itu adalah batil. Dan pada masa itu bintang-bintang masih belum dilemparkan kepada mereka. Tetapi ketika Rasulullah Saw. diutus,

maka tidak sekali-kali seseorang dari mereka menempati tempat kedudukannya (di pengintaian), melainkan dilempar dengan panah yang berapi (bintang yang menyala-nyala) yang membakar semua yang dikenainya.

Lalu mereka melapor kepada pemimpin mereka, yaitu Iblis. Maka Iblis berkata, "Ini tidak lain hanyalah karena ada sesuatu perkara yang terjadi." Lalu iblis menyebarkan bala tentaranya, dan tiba-tiba bala tentara iblis bersua

dengan Nabi Saw. yang sedang salat di antara kedua Bukit Nakhlah. Lalu mereka mendatanginya, dan sepulang dari itu mereka menceritakan hal itu kepada iblis, lalu iblis berkata, "Itulah yang dimaksud dengan kejadian di bumi." Imam Turmuzi dan Imam Nasai di dalam kitab tafsir masing-masing, bagian dari kitab sunnah masing-masing, telah meriwayatkan hadis ini melalui Israil dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ayyub, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas r.a.Hal yang sama telah dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri, bahwa sesungguhnya

Nabi Saw. tidak merasakan keberadaan mereka (jin-jin yang mendengarkan bacaannya) sebelum Allah Swt. menurunkan wahyu kepadanya yang menceritakan perihal mereka. Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan

dari Yazid ibnu Ruman dan Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi kisah keberangkatan Nabi Saw ke Taif, seruan Nabi Saw. kepada mereka untuk menyembah Allah dan penolakan mereka terhadap seruannya. Lalu disebutkan kisah ini

dengan panjang lebar, antara lain disebutkan sebuah doa yang baik yang dipanjatkan oleh Nabi Saw., yaitu: Ya Allah, sesungguhnya aku mengadu kepada Engkau lemahnya kekuatanku dan minimnya upayaku serta kecilnya diriku

di mata orang lain (musyrik Mekah). Wahai Yang Maha Pemurah di antara para pemurah, Engkaulah Tuhannya orang-orang yang lemah, Engkaulah Tuhanku, lalu kepada siapakah Engkau serahkan diriku? Apakah kepada musuh

yang jauh yang kelak akan menghinaku ataukah kepada teman yang dekat yang Engkau serahkan urusanku kepadanya? Jika Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli tetapi pemaafan-Mu lebih luas bagiku.

Aku berlindung kepada cahaya Zat-Mu yang menerangi semua kegelapan dan dapat memperbaiki urusan dunia dan akhirat, Janganlah Engkau turunkan murka-Mu kepadaku atau Engkau timpakan kepadaku murka-Mu,

dan hanya kepada Engkaulah memohon rida hingga Engkau rida, tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan-Mu. Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi melanjutkan kisahnya, bahwa setelah Rasulullah Saw.

meninggalkan Taif, beliau menginap di Nakhlah, lalu membaca sebagian dari Al-Qur'an di malam itu, dan jin dari penduduk Nasibin mendengarkan bacaannya ini memang benar, tetapi perkataan Muhammad ibnu Ka'b dalam kisahnya ini

yang menyebutkan bahwa sesungguhnya pendengaran bacaan Al-Qur'an yang dilakukan oleh jin adalah malam itu, masih perlu dipertimbangkan kebenarannya. Karena sesungguhnya pendengaran yang dilakukan oleh jin

adalah pada permulaan wahyu sebagaimana yang disimpulkan dari hadis Ibnu Abbas r.a. yang telah disebutkan di atas, sedangkan keberangkatan Nabi Saw. ke Taif adalah sesudah pamannya meninggal dunia,

yaitu satu atau dua tahun sebelum hijrah, seperti yang telah ditetapkan oleh Ibnu Ishaq dan lain-lainnya. Hanya Allah-Iah Yang Maha Mengetahui. Abu Bakar ibnu Abu Syaibah mengatakan, telah menceritakan kepada kami

Abu Ahmad Az-Zubairi, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Asim, dari Zur, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwajin-jin itu turun menemui Nabi Saw. yang saat itu sedang membaca Al-Qur'an di Lembah Nakhlah.

Ketika mereka mendengar bacaannya, mereka mendengarkan dengan penuh perhatian dan mengatakan kepada teman-temannya, "Diamlah!" Jumlah mereka adalah sembilan jin, yang salah satu dari mereka berupa

zauba'ah (angin puyuh). Maka Allah menurunkan firman-Nya: Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Qur’an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya), lalu mereka berkata,

'Diamlah kamu (untuk mendengarkannya).” Ketika pembacaan telah selesai, mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. (Al-Ahqaf: 29) sampai dengan firman-Nya: Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (Al-Ahqaf: 32)

Riwayat ini beserta riwayat yang pertama yang diceritakan oleh Ibnu Abbas r.a. menunjukkan pengertian bahwa Rasulullah Saw. tidak merasakan kehadiran jin-jin itu dalam pertemuan kali itu. Sesungguhnya mereka (jin-jin itu)

hanya mendengarkan bacaannya saja, lalu mereka kembali kepada kaumnya. Dan sesudah itu mereka mengirimkan delegasi mereka kepada Nabi Saw. serombongan demi serombongan dan delegasi demi delegasi,

sebagaimana yang akan diceritakan oleh sebagian dari riwayat dan atsar yang akan kami kemukakan kemudian. Adapun mengenai hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim secara berbarengan dari Abu Qudamah

alias Ubaidillah ibnu Sa'id As-Sarkhasi, dari Abu Umamah Hammad ibnu Usamah, dari Mis'ar ibnu Kidam, dari Ma'an ibnu Abdur Rahman yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar ayahnya menceritakan kepadanya bahwa

ia pernah bertanya kepada Masruq, "Siapakah yang memberitahukan kepada Nabi Saw. kehadiran jin di malam mereka mendengarkan bacaan Al-Qur'an (Nabi Saw.)?" Masruq menjawab, "Aku telah mendengar ayahmu

(yakni Ibnu Mas'ud r.a.) mengatakan bahwa yang mem¬beritahukan kepada beliau Saw. tentang kehadiran mereka (serombongan jin itu) adalah sebuah pohon (kurma)." Barangkali hal ini pada kejadian yang pertama,

tetapi pada mulanya beliau Saw. tidak merasakan kehadiran mereka hingga pohonlah yang memberitahukan kepada beliau tentang kehadiran mereka. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Dan barangkali hal ini terjadi

pada sebagian pertemuan yang terakhir, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Imam Baihaqi mengatakan bahwa apa yang telah diceritakan oleh Ibnu Abbas r.a., tiada lain permulaan jin mendengar bacaan Rasulullah Saw.

dan mereka baru mengetahui keadaannya. Pada kali itu beliau tidak membacakan Al-Qur'an kepada mereka dan tidak melihat mereka. Sesudah itu datanglah undangan jin kepadanya, maka barulah beliau membacakan kepada mereka

Al-Qur'an dan menyeru mereka kepada Allah Swt. sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat Abdullah ibnu Mas'ud r.a. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami

Daud, dari Asy-Sya'bi dan Ibnu Abu Zaidah, telah menceritakan kepada kami Daud, dari Asy-Sya'bi, dari 'Alqamah yang mengatakan bahwa aku bertanya kepada Abdullah ibnu Mas'ud r.a., "Apakah Rasulullah Saw.

membawa seseorang dari kalian di malam jin?" Ibnu Mas'ud r.a. menjawab, "Tiada seorang pun dari kami yang menemaninya, tetapi kami merasa kehilangan beliau di suatu malam di Mekah, maka kami mengatakan, 'Beliau diculik.'

Aku merasa curiga, dan kami tidak dapat memikirkan apa yang harus kami perbuat." Ibnu Mas'ud melanjutkan kisahnya, bahwa malam itu kami jalani dengan perasaan tidak menentu. Dan ketika malam menjelang Subuh

atau di waktu sahur, tiba-tiba kami melihat beliau Saw. dalam kegelapan datang dari arah Hira. Lalu kami berseru, "Wahai Rasulullah!" Kemudian kami menceritakan kepadanya perihal kecemasan kami terhadap beliau selama beliau tidak bersama kami. Maka beliau Saw. menjawab:


"إِنَّهُ أَتَانِي دَاعِي الْجِنِّ، فَأَتَيْتُهُمْ فَقَرَأْتُ عَلَيْهِمْ"


Sesungguhnya telah datang kepadaku utusan dari jin, maka aku temui mereka dan kubacakan (Al-Qur'an) kepada mereka. Kemudian Nabi Saw. pergi dan memperlihatkan kepada kami bekas perapian mereka dan jejak-jejak mereka.

Asy-Sya'bi mengatakan bahwa para sahabat menanyakan kepada Rasulullah Saw. mengenai makanan yang dikonsumsi jin. Amir mengatakan bahwa mereka menanyakannya kepada Nabi Saw. di Mekah, dan para jin itu berasal dari jin yang ada di Jazirah Arabia. Maka Nabi Saw. menjawab:


"كُلُّ عَظْمٍ ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ يَقَعُ فِي أَيْدِيكُمْ أَوْفَرَ مَا كَانَ عَلَيْهِ لَحْمًا، وَكُلُّ بَعْرَةٍ أَوْ رَوْثَةٍ عَلَفٌ لِدَوَابِّكُمْ -قَالَ-فَلَا تَسْتَنْجُوا بِهِمَا، فَإِنَّهُمَا زَادُ إِخْوَانِكُمْ مِنَ الْجِنِّ"


Setiap tulang (hewan) yang disebutkan nama Allah (saat menyembelihnya) yang dibuang dari tangan kalian dalam keadaan masih ada dagingnya, dan setiap kotoran atau tahi ternak kalian. Lalu dalam sabda selanjutnya disebutkan:

Maka janganlah kamu bersuci memakai keduanya (tulang dan kotoran hewan yang telah kering), karena sesungguhnya keduanya itu adalah makanan saudara-saudara kalian dari makhluk jin.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam kitab sahihnya, dari Ali ibnu Hajar, dari Ismail ibnu Aliyyah dengan sanad yang semisal. Imam Muslim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami

Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Daud alias ibnu Abu Hindun, dari Amir yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Mas'ud r.a.,

"Apakah ada seseorang dari kalian (para sahabat) yang menemani Rasulullah Saw. di malam jin?" Ibnu Mas'ud r.a. menjawab, "Tidak ada seorang pun dari kami yang menemaninya."

Ibnu Mas'ud r.a. melanjutkan bahwa pada mulanya kami bersama Nabi Saw. di suatu malam. Tiba-tiba kami merasa kehilangan beliau, maka kami mencarinya di lembah-lembah dan lereng-lereng sekitar kami berada,

hingga ada yang mengatakan bahwa beliau dibawa terbang dan ada pula yang mengatakan diculik. Malam itu kami jalani dengan penuh kecemasan, dan pada pagi harinya tiba-tiba muncullah beliau dari arah Hira.

Maka kami berkata, "Wahai Rasulullah, kami merasa kehilangan engkau, dan kami telah mencari engkau kemana-mana, tetapi kami tidak menjumpai engkau. Akhirnya kami jalani malam ini dengan penuh kegelisahan yang pernah dialami oleh suatu kaum." Beliau Saw. bersabda:


"أَتَانِي دَاعِي الْجِنِّ، فَذَهَبْتُ مَعَهُمْ، فَقَرَأْتُ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنَ"


Telah datang kepadaku undangan dari jin, maka aku berangkat bersama mereka dan aku bacakan kepada mereka Al-Qur’an. Maka Rasulullah Saw. membawa serta kami dan memperlihatkan kepada kami jejak mereka

dan bekas perapian mereka. Para sahabat bertanya kepada beliau saw. tentang makanan yang dikonsumsi oleh jin, maka beliau Saw. menjawab:


"كُلُّ عَظْمٍ ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ يَقَعُ فِي أَيْدِيكُمْ أَوْفَرَ مَا يَكُونُ لَحْمًا، وَكُلُّ بَعْرَةٍ أَوْ رَوْثَةٍ عَلَفٌ لِدَوَابِّكُمْ". قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "فَلَا تَسْتَنْجُوا بِهِمَا، فَإِنَّهُمَا طَعَامُ إِخْوَانِكُمْ"


Semua tulang hewan yang disebutkan nama Allah (saat menyembelihnya) yang berada di tangan kalian dalam keadaan masih ada dagingnya, dan semua kotoran atau tahi hewan ternak kalian. Kemudian Rasulullah Saw.

bersabda: Maka janganlah kalian beristinja (bersuci) dengan memakai keduanya, karena sesungguhnya keduanya adalah makanan saudara kalian. Jalur lain diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud r.a.

Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ahmad ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepadaku pamanku, telah menceritakan kepadaku Yunus, dari Az-Zuhri, dari Ubaidillah yang mengatakan

bahwa sesungguhnya Abdullah ibnu Mas'ud r.a. pernah mengatakan bahwa ia telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:


"بِتُّ اللَّيْلَةَ أَقْرَأُ عَلَى الْجِنِّ رُبْعًا بِالْحَجُونِ"


Tadi malam aku semalamam membacakan Al-Qur'an kepada jin sambil berdiri di Al-Hujun. Jalur lain, menyebutkan bahwa Abdullah ibnu Mas'ud ra di malam yang lain ikut bersama Rasulullah Saw. di malam pertemuannya dengan jin.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ahmad ibnu Abdur Rahman ibnu Wahb, telah menceritakan kepada kami pamanku Abdullah ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab,


dari Abu Usman ibnu Syabbah Al-Khuza'i, salah seorang ulama penduduk Syam yang telah menceritakan bahwa sesungguhnya Abdullah ibnu Mas'ud r.a. pernah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada para sahabatnya ketika masih di Mekah:


"مَنْ أَحَبَّ مِنْكُمْ أَنْ يَحْضُرَ أَمْرَ الْجِنِّ اللَّيْلَةَ فَلْيَفْعَلْ".


Barang siapa di antara kalian yang ingin menghadiri urusan dengan jin malam ini, ia dapat ikut. Maka tiada seorang pun dari mereka yang datang selain diriku (Ibnu Mas ud).

Ibnu Mas'ud melanjutkan kisahnya, "Lalu kami berangkat Ketika kami sampai di dataran yang palingtinggi di Mekah, maka Rasulullah Saw. membuat garis dengan kakinya dan memerintahkan kepadaku untuk duduk di garis itu.

Kemudian Nabi Saw. menjauh dariku dan mulai membaca Al-Qur'an Maka beliau dikerumuni oleh makhluk yang banyak sekali jumlahnya sehingga menghalang-halangi pandanganku untuk dapat melihat beliau Saw.

dan aku pun tidak dapat mendengar lagi suaranya. Kemudian mereka bubar bagaikan kumpulan awan yang bergerak pergi sehingga hanya segolongan dari mereka (jin) yang masih ada bersama beliau.

Tetapi Rasulullah Saw. terkejut dengan tibanya waktu fajar, lalu beliau pergi buang air di tempat yang lapang, setelah itu beliau mendatangiku dan bertanya kepadaku, 'Kemanakah rombongan jin itu?'

Aku menjawab 'Itulah mereka, wahai Rasulullah,' lalu Rasulullah Saw. memberi mereka tulang dan kotoran hewan yang telah kering sebagai bekal mereka Kemudian beliau melarang seseorang bersuci dengan memakai kotoran hewan

yang telah kering atau tulang." Ibnu Jarir meriwayatkan pula hadis ini dari Muhammad ibnu Abdullah ibnu Abdul Hakam, dari Abu Zar'ah dan Wahb ibnu Rasyid, dari Yunus ibnu Yazid Al-Aili dengan sanad yang sama.

Imam Baihaqi telah meriwayatkan hadis ini di dalam kitab Dala'il-nya melalui hadis Abdullah ibnu Saleh juru tulis Al-Lais, dari Yunus dengan sanad yang sama. Ishaq ibnu Rahawaih telah meriwayatkan hal yang sama dengan hadis di atas,

dari Jarir, dari Qabus ibnu Zabyan, dan ayahnya, dari Ibnu Mas'ud r.a., lalu disebutkan hal yang semisal dengan hadis di atas Al-Hafiz AbuNa'im telah meriwayatkannya melalui jalur Musa ibnu Ubaidah, dari Sa'id ibnul Haris,

dari Abul Ma'la, dari Ibnu Mas'ud r.a., lalu disebutkan hal yang semisal dengan hadis di atas. Jalur lain. Abu Na’im mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Malik, telah menceritakan kepada kami

Abdullah ibnu Ahmad ibnu Hambal, telah menceritakan kepadaku ayahku yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Affan dan Iknmah, keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Mu'tamir,

bahwa ayahnya menceritakan kepadanya bahwa telah menceritakan kepadaku Abu Tamimah, dari Amr, barangkali dia mengatakan Al-Bakkali Amr menceritakan kepadanya dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan,

"Rasulullah Saw. pernah membawaku serta pergi, hingga sampailah kami di suatu tempat, lalu beliau membuat sebuah garis di tanah sebagai pembatas untukku seraya bersabda:


"كُنْ بَيْنَ ظَهْرِ هَذِهِ لَا تَخْرُجُ مِنْهَا؛ فَإِنَّكَ إِنْ خَرَجْتَ مِنْهَا هَلَكْتَ"


'Tetaplah engkau berada di luar garis ini, janganlah engkau keluar darinya; karena sesungguhnya jika engkau keluar darinya, niscaya engkau akan binasa (mati)'. Lalu disebutkan hadis dengan panjang lebar yang di dalamnya

terdapat hal yang sangat aneh. Jalur lain. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abdul Ala, telah menceritakan kepada kami Ibnu Saur, dari Ma’mar, dari Yahya ibnu Abu Kasir,

dari Abdullah ibnu Amr ibnu Gailan As-Saqafi bahwa ia pernah bertanya kepada Abdullah ibnu Mas'ud r.a., "Aku mendengar berita bahwa engkau bersama Rasulullah Saw. di malam delegasi jin." Ibnu Mas'ud menjawab,

"Benar." Abdullah ibnu Amr ibnu Gailan bertanya, "Bagaimanakah ceritanya?" Maka Abdullah ibnu Mas'ud menceritakan hadis ini dan menyebutkan bahwa Nabi Saw. membuat pembatas untuknya berupa sebuah garis seraya bersabda:


"لَا تَبْرَحْ مِنْهَا"


Jangan kamu tinggalkan tempat ini! Lalu ibnu Mas'ud r.a. menyebutkan bahwa ia melihat sekumpulan debu yang berwarna hitam, lalu menutupi diri Rasulullah Saw. dan kumpulan debu itu disingkirkannya sebanyak tiga kali.

Ketika waktu sudah dekat fajar, Nabi Saw. mendatanginya dan bertanya, "Apakah engkau tidur?" Aku menjawab, "Tidak, demi Allah, sesungguhnya aku berkali-kali berniat akan meminta tolong kepada orang lain,

hingga aku mendengar engkau memukul mereka dengan tongkatmu seraya berkata, "Duduklah kalian!" Maka Rasulullah Saw. bersabda:


"لَوْ خَرَجْتَ لَمْ آمَنْ أَنْ يَخْطَفَكَ بَعْضُهُمْ".


Seandainya kamu keluar dari garis ini, aku tidak dapat menjamin keselamatanmu bila ada sebagian dari mereka yang menyambarmu. Kemudian Rasulullah Saw. bertanya, "Apakah engkau melihat sesuatu?" Aku menjawab, "Ya,

aku melihat banyak kaum lelaki yang hitam mengenakan pakaian yang putih-putih." Rasulullah Saw. bersabda:


"أُولَئِكَ جِنُّ نَصِيبِينَ سَأَلُونِي الْمَتَاعَ -وَالْمَتَاعُ: الزَّادُ-فَمَتَّعْتُهُمْ بِكُلِّ عَظْمٍ حَائِلٍ، أَوْ بَعْرَةٍ أَوْ رَوْثَةٍ"


Mereka adalah jin dari Nasibin, mereka meminta kepadaku perbekalan, maka aku beri mereka bekal dengan tulang yang menghalang-halangi (jalan) atau kotoran (kambing) atau kotoran (unta).

Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah itu dapat mencukupi kebutuhan mereka?" Rasulullah Saw. menjawab:


"إِنَّهُمْ لَا يَجِدُونَ عَظْمًا إِلَّا وَجَدُوا عَلَيْهِ لَحْمَهُ يَوْمَ أُكِلَ، وَلَا رَوْثًا إِلَّا وَجَدُوا فِيهَا حَبَّهَا يَوْمَ أُكِلَتْ، فَلَا يَسْتَنْقِيَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ إِذَا خَرَجَ مِنَ الْخَلَاءِ بِعَظْمٍ وَلَا بَعْرَةٍ وَلَا رَوْثَةٍ"


Sesungguhnya mereka tidaklah menemukan tulang, melainkan mereka menemukan daging padanya saat memakannya; dan tidaklah pula kotoran hewan, melainkan mereka menemukan padanya biji-bijian sebagaimana

yang dimakan oleh hewan itu. Maka jangan sekali-kali kalian bersuci saat selesai dari membuang air dengan tulang atau dengan kotoran (kambing yang sudah kering), atau dengan tahi (unta yang sudah kering).

Jalur lain. Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman As-Sulami dan Abu Nasr ibnu Qatadah, bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Muhammad alias Yahya ibnu Mansur Al-Qadi,

telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah alias Muhammad ibnu Ibrahim Al-Busyanji, telah menceritakan kepada kami Rauh ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ali ibnu Rabah, dari ayahnya Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. membawaku pergi, lalu bersabda:


"إِنَّ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ -خَمْسَةَ عَشَرَ بَنِي إِخْوَةٍ وَبَنِي عَمٍّ-يَأْتُونَنِي اللَّيْلَةَ، فَأَقْرَأُ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنَ"


Sesungguhnya segolongan jin berjumlah lima belas jin, mereka adalah anak-anak saudara dan anak-anak sepaman (di kalangan mereka) telah datang kepadaku tadi malam (meminta) agar aku mengajarkan Al-Qur'an kepada mereka.

Maka aku berangkat bersama beliau Saw. ke suatu tempat yang dituju, lalu beliau membuat sebuah garis untukku dan menyuruhku duduk di dalam garis itu serta bersabda:


"لَا تَخْرُجْ مِنْ هَذَا".


Janganlah kamu keluar dari garis ini. Aku semalaman di dalam garis itu hingga Rasulullah Saw. datang menemuiku bersamaan dengan datangnya waktu sahur, sedangkan di tangan beliau terdapat tulang yang masih terbungkus daging dan kotoran ternak yang telah kering, serta arang. Lalu beliau Saw. bersabda:


"إِذَا ذَهَبْتَ إِلَى الْخَلَاءِ فَلَا تَسْتَنْجِ بِشَيْءٍ مِنْ هَؤُلَاءِ"


Apabila kamu pergi ke tempat buang air, janganlah kamu bersuci dengan memakai sesuatu pun dari benda-benda tadi. Dan pada pagi harinya aku berkata, "Aku benar-benar akan memeriksa tempat Rasulullah Saw. tadi malam,

lalu aku pergi ke tempat itu dan kulihat padanya bekas tempat mendekamnya enam puluh ekor unta. Jalur lain. Imam Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Al-Hafiz, telah menceritakan kepada kami

Abul Abbas Al-Asam, telah menceritakan kepada kami Al-Abbas ibnu Muhammad Ad-Dauri, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Umar, dari Asy-Syamir ibnur Rayyan, dari Abul Jauza, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a.

yang telah menceritakan bahwa ia pergi bersama Rasulullah Saw. di malam pertemuannya dengan jin. Hingga ketika sampai di Al-Hujun, beliau membuat garis untukku sebagai pembatas. Kemudian beliau Saw.

maju menemui mereka (para jin), maka mereka pun berdesak-desakan mengerumuni Nabi Saw. Lalu pemimpin mereka yang dikenal dengan nama Wazdan berkata, "Aku akan membubarkan mereka darimu." Nabi Saw. bersabda, "Sesungguhnya aku tiada seorang pun yang dapat melindungiku dari Allah." Jalur lain.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي فَزَارَةَ الْعَبْسِيِّ، حَدَّثَنَا أَبُو زَيْدٍ -مَوْلَى عَمْرِو بْنِ حُرَيْثٍ-عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: لَمَّا كَانَ لَيْلَةُ الْجِنِّ قَالَ لِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَعَكَ مَاءٌ؟ " قُلْتُ: لَيْسَ مَعِيَ مَاءٌ، وَلَكِنَّ مَعِيَ إِدَاوَةً فِيهَا نَبِيذٌ. فَقَالَ النَّبِيُّ: "تَمْرَةٌ طَيِّبَةٌ وَمَاءٌ طَهُورٌ" فَتَوَضَّأَ.


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu Fazzarah Al-Absi, telah menceritakan kepada kami Abu Zaid maula Amr ibnu Hurayyis,

dari Ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa di malam pertemuan dengan jin, Nabi Saw. bersabda kepadanya: "Apakah kamu membawa air?" Aku menjawab, "Aku tidak punya air, tetapi aku membawa wadah

yang berisikan minuman perasan anggur.” Maka Nabi Saw. bersabda, "Itu adalah buah yang baik dan air yang suci.” Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam Turmuzi serta Imam Ibnu Majah melalui Ibnu Zaid dengan sanad yang sama. Jalur lain.


قَالَ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ إِسْحَاقَ، أَخْبَرَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ، عَنْ قَيْسِ بْنِ الْحَجَّاجِ، عَنْ حَنَشٍ الصَّنْعَانِيِّ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ؛ أَنَّهُ كَانَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةَ الْجِنِّ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ: "يَا عَبْدَ اللَّهِ، أَمَعَكَ مَاءٌ؟ " قَالَ: مَعِيَ نَبِيذٌ فِي إِدَاوَةٍ، فَقَالَ اصْبُبْ عَلَيَّ". فَتَوَضَّأَ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا عَبْدَ اللَّهِ شَرَابٌ وَطَهُورٌ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lalai'ah, dari Qais ibnul Hajjaj, dari Hanasy As-San'ani, dari Ibnu Abbas, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a.

yang mengatakan bahwa ia bersama Rasulullah Saw. di malam pertemuannya dengan jin. Lalu Rasulullah Saw. bertanya, "Hai Abdullah, apakah engkau membawa air?" Abdullah ibnu Mas'ud r.a. menjawab,

"Aku hanya membawa minuman perasan anggur di dalam wadahku." Nabi Saw. bersabda, "tuangkanlah kepadaku," lalu beliau berwudu dengannya. Setelah itu Nabi Saw. bersabda: Hai Abdullah, ini adalah minuman dan penyuci.

Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid(sendirian) melalui jalur ini; Imam Daruqutni telah meriwayatkan hadis ini melalui jalur lain dari Ibnu Mas'ud r.a. dengan lafaz yang sama. Jalur lain.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنِي أَبِي عَنْ مِينَاءَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةَ وَفْدِ الْجِنِّ، فَلَمَّا انْصَرَفَ تَنَفَّسَ، فَقُلْتُ: مَا شَأْنُكَ؟ قَالَ: "نُعِيَتْ إِلَيَّ نَفْسِي يَا ابْنَ مَسْعُودٍ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepadaku ayahku dari Maina, dari Abdullah r.a. yang mengatakan bahwa ia bersama Rasulullah Saw. di malam pertemuannya

dengan delegasi jin. Setelah pulang, Rasulullah Saw. bernapas lega. Maka aku bertanya, "Mengapa engkau?" Beliau menjawab, "Telah diucapkan belasungkawa atas diriku, hai Ibnu Mas'ud."

Demikianlah yang kulihat di dalam kitab Al-Musnad secara ringkas. Tetapi Al-Hafiz Abu Na'im telah meriwayatkannya di dalam kitab Dala'ilun Nubuwwah; untuk itu ia mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami

Sulaiman ibnu Ahmad ibnu Ayyub, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Malik, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ahmad ibnu Hambal,

telah menceritakan kepada kami ayahku, keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, dari ayahnya, dari Maina, dari Ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa aku bersama Rasulullah Saw.

di malam delegasi jin, lalu beliau bernapas, maka aku bertanya, "Mengapa engkau, ya Rasulullah?" Beliau saw. menjawab: Telah diucapkan belasungkawa terhadap diriku, hai Ibnu Mas'ud. Ibnu Mas'ud berkata,

"Angkatlah seorang khalifah pengganti." Nabi Saw. bertanya, "Siapa yang pantas?' Ibnu Mas'ud menjawab, "Abu Bakar." Nabi Saw. diam, kemudian meneruskan perjalanan sesaat, lalu menarik napas lagi, dan aku bertanya,

"Demi ayah dan ibuku yang menjadi tebusanmu, mengapa engkau, ya Rasulullah?' Beliau menjawab, "Telah diucapkan belasungkawa terhadap diriku, hai Ibnu Mas'ud." Aku berkata, "Kalau begitu, angkatlah seorang khalifah pengganti."

Nabi Saw. bertanya,' "Siapa?" Aku menjawab, "Umar." Nabi Saw. diam dan melanjutkan perjalanannya sesaat, lalu menarik napas lagi, maka aku bertanya "Mengapa engkau?" Nabi Saw. menjawab, "Telah diucapkan belasungkawa

terhadap diriku." Aku berkata, "Kalau begitu, angkatlah khalifah pengganti." Nabi Saw. bertanya, "Siapa?" Aku menjawab, "Ali ibnu Abu Talib." Nabi Saw. bersabda:


"أَمَّا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَئِنْ أَطَاعُوهُ ليدخلن الجنة أجمعين أكتعين


Ingatlah, demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam kekuasaan¬Nya; sesungguhnya jika kalian menaatinya, niscaya kalian semua benar-benar akan masuk surga. Hadis ini garib sekali dan sudah selayaknya bila tidak dikenal;

dan bila diumpamakan bahwa hadis ini sahih, maka pengertian lahiriahnya menunjukkan bahwa peristiwa ini terjadi sesudah kedatangan mereka di Madinah kepada Rasulullah Saw., seperti yang akan kami jelaskan kemudian.

Karena sesungguhnya di masa itulah akhir dari urusan ini, yaitu setelah Mekah ditaklukkan dan manusia serta jin masuk ke dalam agama Allah dengan berbondong-bondong, dan turunlah firman-Nya:


{إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ. وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا. فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا}


Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia

adalah Maha Penerima tobat. (An-Nasr: 1-3) Surat inilah yang memberitahukan akan dekatnya masa kewafatan beliau, seperti yang disebutkan oleh Ibnu Abbas r.a. dalam pendapatnya, lalu disetujui oleh khalifah Umar r.a.

Sehubungan dengan peristiwa ini ada sebuah hadis yang menerangkannya, yang akan kami sebutkan dalam tafsir surat yang bersangkutan. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Abu Na'im telah meriwayatkan pula hadis ini

dari At-Tabrani, dari Muhammad ibnu Abdullah Al-Hadrami, dari Ali ibnul Husain ibnu Abu Burdah, dari Yahya ibnu Sa'id Al-Aslami, dari Harb ibnu Sabih, dari Sa'id ibnu Salamah, dari Abu Murrah As-San'ani, dari Abu Abdullah Al-Jadali,

dari Ibnu Mas'ud r.a. Di dalam riwayat ini disebutkan kisah tentang pengangkatan khalifah; sanad hadis ini garib dan teksnya aneh. Jalur lain. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa' id,

telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah,dari Ali ibnu Zaid, dari Abu Rafi', dari Ibnu Mas'ud, bahwa Rasulullah Saw. membuat lingkaran garis disekitarnya, dan tersebutlah bahwa seseorang dari jin itu besarnya

sama dengan bayangan sebuah pohon kurma. Lalu Nabi Saw. bersabda kepadanya: Janganlah kamu tinggalkan tempat ini dan ajarilah mereka (jin-jin) itu Kitabullah. Ketika Nabi Saw. melihat sekumpulan ternak,

yang menurut Ibnu Mas'ud seakan-akan itu adalah mereka (jin), dan Nabi Saw. bersabda, "Apakah kamu membawa air?" Aku menjawab, "Tidak." Nabi Saw. bertanya, "Apakah kamu membawa perasan anggur?" Aku menjawab, "Ya."

lalu beliau berwudu dengannya. Jalur lain yang mursal. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah At-Tabrani, telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Umar Al-Adni, telah menceritakan kepada kami

Al-Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu. (Al-Ahqaf: 29) Ikrimah mengatakan bahwa mereka berjumlah dua belas ribu jin,

yang datang dari Al-Mausul. Maka Nabi Saw. bersabda kepada Ibnu Mas'ud r.a., "Tunggulah aku hingga aku datang kepadamu," lalu beliau Saw. membuat lingkaran garis dan bersabda, "Janganlah kamu tinggalkan tempat ini hingga aku

kembali kepadamu." Ketika Ibnu Mas'ud r.a. merasa takut dengan mereka, hampir saja ia beranjak dari tempat itu kalau tidak ingat akan pesan Nabi Saw. Akhirnya ia menahan diri dan tidak meninggalkan tempat yang bergaris itu.

Dan seusainya Nabi Saw. bersabda kepadanya: Seandainya engkau pergi, niscaya kita tidak akan bersua lagi sampai hari kiamat. Jalur lain yang juga berpredikat mursal. Sa'id ibnu Abu Arubah telah meriwayatkan

dari Qatadah sehubungan dengan firman Allah Swt.: Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Qur'an. (Al-Ahqaf: 29) Telah diceritakan kepada kami bahwa mereka (jin) itu

diberangkatkan untuk menemui Nabi Saw. dari Nainawi. Dan Nabi Saw. bersabda (kepada para sahabatnya): Sesungguhnya aku diperintahkan untuk membacakan Al-Qur’an kepada jin, maka siapakah di antara kalian

yang mau ikut denganku? Mereka menundukkan kepalanya, lalu Nabi Saw. menawari mereka dan mereka hanya menundukkan kepalanya,

kemudian ketiga kalinya Nabi Saw. menawari mereka tetapi mereka menundukkan kepalanya. Maka seorang lelaki berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang itu (Ibnu Mas'ud) mau menemanimu," Maka Ibnu Mas'ud r.a.

saudara Huzail mengikutinya. Nabi Saw. sampai di sebuah lereng yang dikenal dengan nama Lereng Al-Hujun, lalu membuat garis lingkaran sekitar Ibnu Mas'ud r.a. agar Ibnu Mas'ud tetap berada di dalamnya. Ibnu Mas'ud r.a.

mengatakan bahwa lalu ia merasa takut dan melihat bayangan seperti burung elang berjalan (dalam jumlah yang banyak), dan ia mendengar suara kegaduhan yang keras, hingga ia merasa khawatir dengan keselamatan Nabi Saw.,

kemudian Nabi Saw. terdengar membaca Al-Qur'an. Ketika Rasulullah Saw. kembali kepadanya, ia bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah suara ribut-ribut yang kudengar tadi?" Rasulullah Saw. menjawab:

Mereka bersengketa sehubungan dengan kasus pembunuhan, maka diputuskan di antara mereka dengan benar (adil). Hadis ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim.

Semua jalur yang telah disebutkan di atas menunjukkan bahwa Rasulullah Saw. pergi menemui jin dengan sengaja, lalu membacakan (mengajarkan) Al-Qur'an kepada mereka, dan menyeru mereka untuk menyembah Allah Swt.

Dan Allah mensyariatkan bagi mereka melalui lisan Nabi Saw. semua ketentuan hukum yang diperlukan oleh mereka pada masa itu. Dapat pula ditakwilkan bahwa pada permulaan kejadiannya mereka mendengar bacaan Al-Qur'an

yang dilakukan oleh Nabi Saw., sedangkan beliau sendiri tidak menyadari kehadiran mereka, seperti yang disebutkan di dalam riwayat Ibnu Abbas r.a. Kemudian sesudah itu mereka mengirimkan delegasinya kepada Rasulullah Saw.,

seperti yang disebutkan di dalam riwayat Ibnu Mas'ud r.a. Adapun sahabat Ibnu Mas'ud r.a. tidaklah bersama Rasulullah Saw. saat beliau berbicara dengan jin dan menyeru mereka untuk menyembah Allah, melainkan ia berada jauh

dari Nabi Saw. Dan tiada seorang pun yang menemani Rasulullah Saw. selain dia sendiri, sekalipun demikian ia tidak menyaksikan saat pembicaraan Rasulullah Saw. dengan mereka . Demikianlah menurut analisis yang dikemukakan

oleh Imam Baihaqi. Dapat pula ditakwilkan bahwa pada permulaannya beliau berangkat menemui mereka tanpa ditemani oleh seorang pun, baik Ibnu Mas'ud maupun yang lainnya, seperti yang tertangkap dari makna lahiriah hadis

yang disebutkan dalam riwayat pertama melalui Imam Ahmad dan ada pada Imam Muslim. Kemudian sesudah itu beliau Saw. keluar bersama Ibnu Mas'ud di malam yang lain, seperti yang disebutkan dalam riwayat Ibnu Abu Hatim

pada tafsir firman-Nya: Katakanlah (hai Muhammad), "Telah diwahyukan kepadaku " (Al-Jin: 1) Melalui hadis Ibnu Juraij, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Ibnu Juraij mengatakan, Abdul Aziz ibnu Umar telah mengatakan

bahwa adapun jin yang menemui Nabi Saw. di Nakhlah, maka mereka dari Nainewi, dan jin yang menemui beliau di Mekah (Al-Hujun) berasal dari Nasibin. Lalu ditakwilkan oleh Imam Baihaqi bahwa Abdul Aziz ibnu Umar mengatakan,

"Maka kami jalani malam ini dengan perasaan yang tidak menentu yang pernah dialami oleh suatu kaum (karena merasa kehilangan Nabi Saw.)." Berlainan dengan apa yang disebutkan oleh Ibnu Mas'ud r.a. dan yang lainnya

yang mengetahui keluarnya Nabi Saw. untuk menemui jin; tetapi takwil ini jauh dari kenyataan, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami

Abu Amr ibnu Abdullah Al-Adib, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Al-Ismaili, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Sufyan, telah menceritakan kepadaku Suwaid ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami

Amr ibnu Yahya, dari kakeknya (yakni Sa'id ibnu Amr) yang telah mengatakan bahwa Abu Hurairah r.a. pernah mengikuti Rasulullah Saw. seraya membawa wadah untuk air wudunya dan keperluannya. Dan pada suatu hari

Abu Hurairah r.a. menyusul Nabi Saw., lalu bertanya, "Siapa Anda?" Abu Hurairah menjawab, "Saya Abu Hurairah." Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Berikanlah kepadaku beberapa buah batu untuk dipakai istinja (bersuci),

tetapi jangan kamu berikan kepadaku tulang dan jangan pula kotoran unta yang telah kering." Abu Hurairah mengatakan bahwa lalu ia mencari batu-batuan, kemudian dimasukkan ke dalam kainnya dan ia letakkan batu-batuan itu

di dekat Nabi Saw. Setelah Nabi Saw. selesai dari bersucinya dan bangkit, maka aku (Abu Hurairah) mengikutinya, lalu aku bertanya, "Wahai Rasulullah, mengapa dengan tulang dan kotoran hewan yang sudah kering (tidak boleh dipakai untuk beristinja)?" Rasulullah Saw. bersabda:


أَتَانِي وَفْدُ جِنِّ نَصِيبِينَ، فَسَأَلُونِي الزَّادَ، فَدَعَوْتُ اللَّهَ لَهُمْ أَلَّا يَمُرُّوا بِعَظْمٍ وَلَا بِرَوْثَةٍ إِلَّا وَجَدُوهُ طَعَامًا"


Telah datang kepadaku utusan jin dari Nasibin. mereka meminta bekal kepadaku, maka aku berdoa kepada Allah Swt. Untuk mereka, bahwa semoga tidak sekali-kali mereka menjumpai kotoran hewan dan tidak pula tulang hewan

melainkan mereka menjumpai makanan padanya. Imam Bukhari mengetengahkan hadis ini di dalam kitab sahihnya dari Musa ibnu Ismail, dari Amr ibnu Yahya berikut sanadnya mirip dengan hadis di atas. Hal ini menunjukkan

di samping hadis yang di atas, bahwa mereka (jin) mengirimkan delegasi sesudah itu kepada Nabi Saw. Dan nanti akan kami kemukakan hal-hal yang menunjukkan tentang adanya delegasi jin yang berkali-kali menemui beliau Saw.

Telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. selain riwayatnya yang telah disebutkan di atas melalui berbagai jalur yang baik. Untuk itu Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami

Abdul Hamid Al-Hammani, telah menceritakan kepada kami An-Nadr ibnu Arabi, dari Ikrimah, dari ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan kepadamu serombongan jin. (Al-Ahqaf: 29),

hingga akhir ayat. Ibnu Abbas mengatakan bahwa jumlah mereka ada tujuh jin dari penduduk Nasibin, lalu Rasulullah Saw. mengangkat mereka menjadi utusannya kepada kaum masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa Ibnu Abbas r.a.

telah meriwayatkan dua kisah yang berlainan kejadiannya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami

seorang lelaki yang senama dengannya, dari Ibnu Juraij, dari Mujahid sehubungan dengan firman-Nya: Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan kepadamu serombongan jin. (Al-Ahqaf: 29), hingga akhir ayat. Mujahid mengatakan

bahwa mereka terdiri dari tujuh jin; tiga jin di antara mereka dari Harran, dan empat jin dari mereka dari Nasibin. Nama mereka adalah Hissi, Hasa, Mansa, Sasir, Nasir, Al-Ardubian, dan Al-Ahtam.

Abu Hamzah As-Samali menyebutkan bahwa rombongan jin ini dikenal dengan sebutan Bani Syisban, mereka adalah jin yang paling banyak bilangannya dan paling terhormat nasabnya; bala tentara iblis sebagian besarnya terdiri

dari kalangan mereka. Sufyan Asu-Sauri telah meriwayatkan dari Asim, dariZar, dari Ibnu Mas'ud r.a., bahwa mereka terdiri dari sembilan jin, yang salah satunya adalah (berupa) Zauba 'ah (angin puyuh) yang mendatangi Nabi Saw.

dari pohon kurma. Dalam riwayat terdahulu telah disebutkan bahwa mereka berjumlah lima belas jin. Menurut riwayat yang lainnya, jumlah mereka enam puluh jin yang berkendaraan unta. Dalam riwayat terdahulu telah disebutkan

bahwa nama pemimpin mereka adalah Wardan. Menurut pendapat yang lainnya lagi mereka terdiri dari tiga ratus jin. Dan dalam riwayat yang lalu dari Ikrimah dikatakan bahwa jumlah mereka adalah dua belas ribu jin.

Barangkali perbedaan riwayat ini menunjukkan adanya kejadian yang berulang-ulang dalam pengiriman delegasi mereka kepada Rasulullah Saw. Hal yang menunjukkan adanya pengulangan tersebut adalah apa yang dikatakan

oleh Imam Bukhari di dalam kitab sahihnya, bahwa telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepadaku Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Umar ibnu Muhammad yang mengatakan bahwa

Salim pernah bercerita kepadanya dari Abdullah ibnu Umar r.a. yang mengatakan, "Tidak sekali-kali aku mendengar Umar r.a. (ayahnya) mengatakan sesuatu yang menurut dugaanku berpendapat lain kecuali keadaan hal itu sesuai

dengan apa yang dikatakannya." Ketika Umar r.a. sedang duduk, tiba-tiba lewatlah seorang lelaki yang tampan, lalu Umar berkata, "Kalau tidak salah, lelaki ini dahulu di masa Jahiliah memeluk Islam atau dia adalah

tukang tenung (peramal) mereka. Panggillah lelaki itu untuk menghadap kepadaku!" Maka lelaki itu dipanggil ke hadapannya dan mengatakan perihal dirinya di masa silam, lalu berkata, "Aku belum pernah merasa bahagia

seperti sekarang sebagai seorang muslim." Umar berkata, "Aku akan menahanmu kecuali jika engkau bercerita kepadaku tentang masa lalumu." Lelaki itu bercerita, "Aku dahulu di masa Jahiliah menjadi tukang tenung mereka."

Umar bertanya, "Apakah hal yang sangat menakjub-kanmu yang didatangkan oleh jin yang menjadi temanmu?" Lelaki itu menjawab, "Ketika aku sedang berada di pasar di suatu hari, tiba-tiba jin datang kepadaku dengan roman muka

yang ketakutan, lalu berkata: 'Tidakkah engkau melihat kejahatan dan keputusasaan jin setelah dijungkirkan ia lari terbirit-birit memacu unta kendaraannya'?” Umar berkata, "Dia benar." (Lelaki itu melanjutkan),

"Ketika aku sedang tidur di dekat berhala-berhala mereka, tiba-tiba datanglah seorang lelaki membawa anak sapi, lalu ia menyembelihnya (sebagai kurban berhala-berhala mereka), dan terdengarlah suarajeritan dari anak sapi itu,

jeritan sangat keras yang belum pernah kudengar sebelumnya. Jeritan itu mengatakan, 'Hai Julaih, suatu perkara yang hebat telah terjadi, yaitu seorang lelaki yang fasih mengucapkan kalimat tidak ada Tuhan yang berhak disembah

melainkan Allah'." Maka kaum yang ada bangkit, dan aku sendiri berkata, "Aku tidak akan pergi sebelum mengetahui dengan jelas hal yang melatarbelakangi kejadian ini." Kemudian terdengar lagi seruan yang mengatakan, "Hai Julaih,

suatu urusan besar terjadi." Seorang lelaki fasih mengatakan , "Tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah." Maka tidak lama kemudian dikatakan bahwa telah ada seorang nabi. Demikianlah menurut teks hadis

yang diketengahkan oleh Imam Bukhari. Imam Baihaqi meriwayatkan hadis ini melalui Ibnu Wahb dengan lafaz yang semisal. Kemudian Imam Baihaqi mengatakan bahwa riwayat ini mengandung takwil bahwa Umar sendirilah

yang mendengar suara jeritan dari anak lembu itu yang disembelih. Hal yang sama disebutkan pula dengan jelas di dalam suatu riwayat yang bersumber dari Umar r.a. Tetapi kebanyakan riwayat menyebutkan bahwa si tukang tenunglah

yang menceritakan hal tersebut mengenai kisah mimpinya dan apa yang didengarnya; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Analisis yang dikemukakan oleh Imam Baihaqi ini cukup beralasan, dan lelaki tersebut adalah

Sawad ibnu Qarib. Saya telah menyebutkan perihalnya di dalam Sirah Umar r.a. Bagi yang menginginkan keterangan yang lebih lengkap dipersilahkan untuk merujuk ke kitab tersebut. Imam Baihaqi mengatakan bahwa

hadis yang menceritakan tentang Sawad ibnu Qarib mirip dengan lelaki tukang tenung ini yang tidak disebutkan namanya dalam hadis sahih, telah menceritakan kepada kami Abul Qasim Al-Hasan ibnu Muhammad ibnu Habib

yang menafsirkan sumber pendengarannya, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Muhammad ibnu Abdullah As-Saffar Al-Asbahani yang membacakan hadis ini kepadanya, telah menceritakan kepada kami

Abu Ja'far Ahmad ibnu Musa Al-Hammar Al-Kufi di Kufah, telah menceritakan kepada kami Ziad ibnu Yazid ibnu Badawaih, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Al-Qasri, telah menceritakan kepada kami

Muhammad ibnu Nuwwas Al-Kufi, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Iyasy, dari Abu Ishaq, dari Al-Barra r.a. yang menceritakan bahwa ketika Umar ibnul Khattab r.a. sedang berkhotbah kepada kaum muslim

di atas mimbar Rasulullah Saw., tiba-tiba ia berkata, "Hai manusia, apakah di antara kalian terdapat Sawad ibnu Qarib?" Tiada seorang pun yang menjawabnya di tahun itu, dan dalam peristiwa yang sama di tahun berikutnya

kembali Umar r.a. berkata, "Hai manusia, apakah di antara kalian terdapat Sawad ibnu Qarib?" Al-Barra bertanya, "Hai Amirul Mu’minin, siapakah Sawad ibnu Qarib itu?" Umar r.a. menjawab, "Sesungguhnya Sawad ibnu Qarib

mempunyai kisah yang menakjubkan menyangkut permulaan dia masuk Islam." Ketika kami sedang dalam keadaan demikian, tiba-tiba muncullah Sawad ibnu Qarib, lalu Umar berkata kepadanya, "Hai Sawad, ceritakanlah kepada kami

kisah permulaanmu masuk Islam." Sawad r.a. menceritakan bahwa sesungguhnya ketika ia tinggal di India, dia mempunyai teman jin. Sawad melanjutkan kisahnya, "Ketika aku sedang tidur di suatu malam, tiba-tiba teman jinku

datang kepadaku dalam mimpiku, lalu berkata kepadaku, 'Bangunlah dan pahami serta pikirkanlah. Jika engkau berakal, sesungguhnya telah diutus seorang rasul dari keturunan Lu'ay ibnu Galib'. Lalu jin itu mengucapkan syair berikut,

'Aku merasa heran dengan jin dan gerakannya dalam mempersiapkan unta kendaraannya, lalu memacunya menuju ke Mekah mencari petunjuk. Tiadalah jin yang baik itu sama dengan jin yang jahat. Maka bangkitlah kamu

menuju ke manusia yang terpilih dari kalangan Bani Hasyim, dan perhatikanlah apa yang diajarkannya.' Kemudian jin itu menyadarkanku dan membuatku terkejut, lalu berkata, 'Hai Sawad ibnu Qarib, sesungguhnya Allah

telah mengutus seorang nabi, maka bangkitlah kamu menemuinya, niscaya engkau mendapat petunjuk dan bimbingan". Pada malam kedua dia datang lagi dan membangunkan diriku seraya mengucapkan, 'Aku heran dengan jin

dan pencariannya, dia mempersiapkan kendaraannya dan memacunya menuju ke Mekah mencari petunjuk, tiadalah kedua telapak kakinya sama dengan ekornya. Maka bangkitlah kamu menemui orang pilihan dari Bani Hasyim,

tiadalah jin yang beriman itu sama dengan jin yang kafir.' Dengan berulang-ulangnya kejadian itu terhadap diriku, maka timbullah dalam hatiku rasa cinta kepada Islam dan ingin tahu akan Rasulullah Saw.

menurut apa yang dikehendaki oleh Allah Swt. Maka aku berangkat dengan mengendarai unta kendaraanku yang telah kupersiapkan untuk itu. Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, sampailah aku kepada Rasulullah Saw.

yang saat itu beliau di Mekah, sedangkan orang-orang yang mengelilinginya masih belum begitu banyak. Ketika Nabi Saw. melihatku, maka beliau bersabda, 'Selamat datang denganmu, hai Sawad ibnu Qarib,

kami telah mengetahui apa yang telah disampaikan olehnya.' Aku berkata, 'Wahai Rasulullah, saya telah menggubah syair. Maka dengarkanlah syair saya ini.' Rasulullah Saw. bersabda, 'Bacakanlah, hai Sawad!' Maka aku membacakan syairku: Jin temanku telah datang di malam hari sewaktu tidur, dan apa yang kualami dalam tidurku itu bukanlah dusta. Tiga malam berturut-turut dia datang dengan mengucapkan, 'Telah datang kepadamu seorang Rasul

dari Bani Lu'ay ibnu Galib. ' Maka kusingsingkan kainku dan kukendarai unta kendaraanku menempuh padang pasir, dan aku bersaksi bahwa Allah tiada Tuhan selain Dia (yang berhak disembah), dan bahwa engkau adalah

orang yang tepercaya terhadap semua yang gaib. Dan bahwa engkau adalah rasul yang paling dekat hubungannya dengan Allah, hai putra orang-orang yang mulia lagi baik. Maka perintahkanlah kepadaku sesuai

dengan apa yang disampaikan kepadamu, wahai sebaik-baik rasul, sekalipun memerintahkan kami untuk memasuki sarang serigala. Semoga engkau menjadi syafaatku kelak di hari yang tiada pemberi syafaat kepada

Sawad ibnu Qarib selain engkau. Setelah mendengar syair itu Rasulullah Saw. tertawa sehingga kelihatan gigi serinya, dan berkata kepadaku, 'Engkau beruntung, hai Sawad'."Lalu Umar r.a. bertanya kepadanya,

"Apakah teman jinmu itu masih juga datang kepadamu?" Sawad menjawab, "Sejak aku membaca Al-Qur'an, dia tidak pernah lagi datang kepadaku, dan sebaik-baik pengganti adalah Kitabullah." Kemudian Imam Baihaqi

menyandarkan hadis ini melalui dua jalur yang lain. Termasuk dalil yang menunjukkan bahwa ada delegasi jin yang datang kepada Rasulullah Saw. sesudah beliau hijrah ke Madinah adalah hadis yang diriwayatkan

oleh Al-Hafiz Abu Na'im di dalam kitab Dalailun Nubuwwah-nya. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami sulaiman ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdah Al-Masisi, telah menceritakan

kepada kami Abu Taubah Ar-Rabi' ibnu Nafi', telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu Salam, dari Zaid ibnu Aslam; ia pernah mendengar Abu Salam mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku seseorang

yang telah menceritakan hadis berikut dan Amr ibnu Gailan As-Saqafi yang mengatakan bahwa ia datang kepada Ibnu Mas'ud r.a., lalu bertanya kepadanya, "Aku mendapat berita bahwa engkau ikut bersama Rasulullah Saw.

di malam pertemuannya dengan jin?" Ibnu Mas'ud menjawab, "Benar." Aku berkata, "Ceritakanlah kepadaku bagaimanakah kejadiannya." Ibnu Mas'ud menceritakan, "Sesungguhnya masing-masing orang membawa seorang ahlusuffah

untuk memberinya makan malam, tetapi aku ditinggalkan, tiada seorang pun dari mereka (penduduk Madinah) yang membawaku makan malam. Lalu Rasulullah Saw. lewat di hadapanku dan bertanya (karena gelapnya malam hari),

'siapakah orang uu?' Aku menjawab, 'Aku Ibnu Mas'ud.' Rasulullah Saw. bertanya, 'Apakah tiada seorang pun yang membawamu makan malam ' Aku' menjawab, 'Tidak ada.' Rasulullah Saw. bersabda, 'Marilah kita pergi,

barangkah aku dapat menjumpai sesuatu makanan untukmu.' Maka kami pergi hingga sampailah Rasulullah Saw. di rumah Ummu Salamah r.a., lalu beliau membiarkan aku berdiri di pintu, sedangkan beliau masuk menemui keluarganya.

Kemudian keluarlah seorang budak perempuan dan berkata, 'Hai Ibnu Mas'ud, sesungguhnya Rasulullah Saw. tidak mendapatkan makanan buat makan malammu, beliau memerintahkan kepadamu untuk kembali ke tempat kamu tidur.''

Lalu aku kembali ke masjid, dan aku kumpulkan batu kerikil dan kubungkus dengan bajuku untuk dijadikan bantal, tetapi tidak lama kemudian budak perempuan itu datang kepadaku dan berkata, 'Kamu dipanggil oleh Rasulullah.'

Maka aku mengikutinya dengan harapan dapat memperoleh makan malam. Ketika aku telah sampai di depan pintu rumah Rasulullah Saw. keluar menyambutku, sedangkan di tangan beliau terdapat setan dan buah kurma.

Lalu beliau menyerahkannya kepadaku dan bersabda, 'Kamu ikut denganku ke mana aku pergi.' Aku mengucapkan 'Masya Allah; dan beliau mengulangi sabdanya sebanyak tiga kali. Setiap kali beliau bersabda, aku ucapkan, 'Masya Allah:

Rasulullah Saw. pergi dan aku mengikutinya hingga sampailah kami di Baqi'ul Garqad, lalu beliau membuat garis dengan tongkatnya dan bersabda: Duduklah kamu di dalam garis ini, jangan kamu tinggalkan tempat ini

sebelum aku kembali kepadamu. Setelah itu Nabi Saw. pergi dengan jalan kaki, sedangkan aku terus memperhatikannya hingga beliau memasuki kebun kurma dan aku tidak dapat lagi melihatnya. Kemudian

setelah aku tidak dapat melihatnya, maka dari arah beliau terlihat ada debu hitam yang membumbung, sehingga aku merasa takut dengan keselamatan Rasulullah Saw. Aku berkata kepada diriku,

'Apakah aku harus menyusul Rasulullah Saw., karena sesungguhnya aku menduga bahwa orang-orang Hawazin telah membuat tipu daya (perangkap) terhadap Rasulullah Saw. untuk membunuhnya. Apakah aku harus berlari kembali

meminta pertolongan kepada orang-orang yang ada di perkampungan Madinah? Tetapi aku teringat akan pesan Rasulullah Saw. yang memerintahkan kepadaku agar aku tidak boleh meninggalkan tempatku ini'."

Ibnu Mas'ud melanjutkan, "Lalu aku mendengar Rasulullah Saw. menghardik mereka dengan tongkatnya seraya bersabda, 'Duduklah kalian'' Maka barulah mereka tenang dan duduk, hingga manakala fajar subuh mulai tampak,

kelihatan ada debu lagi, ternyata mereka telah pulang, lalu Rasulullah Saw. kembali kepadanya dan bertanya, 'Apakah engkau tidur sepeninggalku?' Aku menjawab, 'Tidak, sesungguhnya pada mulanya saya merasa terkejut

sehingga aku berpikiran akan pergi ke perkampungan untuk meminta tolong kepada orang-orang, tetapi niat itu kuurungkan saat aku mendengar engkau menghardik mereka dengan tongkatmu. Pada mulanya saya mengira bahwa

orang-orang Hawazin membuat perangkap terhadap Rasulullah Saw. dengan tujuan akan membunuhnya.' Maka Rasulullah Saw. bersabda: Seandainya engkau keluar dari lingkaran garis ini, aku tidak dapat menjamin keselamatanmu

bila sebagian dari mereka menculikmu. Dan apakah engkau melihat sesuatu dan mereka. Aku menjawab, 'Saya melihat banyak lelaki hitam berpakaian putih-putih.' Maka Rasulullah Saw. bersabda: Mereka adalah delegasi jin

dari Nasibin yang datang kepadaku, lalu meminta makanan dan perbekalan kepadaku, maka aku bekali mereka dengan tulang yang tertutup daging atau tahi unta (yang kering) atau tahi kambing (yang kering).

Aku bertanya, 'Apakah hal itu dapat memberikan kecukupan kepada mereka?' Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya tidaklah mereka menemukan tulang, melainkan menjumpai daging padanya seperti pada hari pertama dimakan.

Dan tidaklah pula kotoran hewan, melainkan mereka menjumpai biji-bijian padanya seperti pada hari biji-bijian itu dimakan. Maka janganlah seseorang di antara kalian hersuci dengan memakai tulang, jangan pula

dengan kotoran hewan (yang telah kering). Sanad hadis ini garib sekali, tetapi di dalam sanad hadis ini terdapat seorang perawi yang tidak dikenal lagi tidak disebutkan namanya; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Al-Hafiz Abu Na'im telah meriwayatkannya melalui hadis Baqiyyah ibnul Walid. lelah menceritakan kepadaku Narrtir ibnu Zaid Al-Qanbur, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Quhafah ibnu Rabi'ah,

telah menceritakan kepadaku Az-Zubair ibnul Awwam r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. menjadi imam kami dalam salat Subuh di masjid Madinah. Setelah selesai, beliau Saw. bertanya, "Siapakah di antara kalian

yang ikut denganku menemui delegasi jin malam ini?" Semua kaum yang hadir diam. Nabi Saw. mengulangi perkataannya sebanyak tiga kali. Akhirnya beliau Saw. berlalu di hadapanku dan memegang tanganku.

Maka aku berjalan bersamanya hingga sampailah kami di daerah pegunungan Madinah, lalu kami menempuh jalan yang lapang. Tiba-tiba bersualah kami dengan banyak kaum lelaki yang tinggi-tinggi seakan-akan

tinggi mereka seperti tombak, sedangkan kain yang mereka pakai dililitkan ke belakang melalui kedua kaki mereka. Ketika aku melihat mereka, tubuhku bergetar karena takut. Kemudian disebutkan hal yang semisal dengan hadis

Ibnu Mas'ud yang telah disebutkan di atas. Dan hadis ini garib, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Hadis lainnya yang berkaitan dengan delegasi jin ialah apa yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Na’im, telah menceritakan kepada kami

Abu Muhammad ibnu Hibban, telah menceritakan kepada kami Abut Tayyib Ahmad ibnu Rauh, telah menceritakan kepada kami Ya'qub Ad-Dauraqi, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Bukair At-Tamimi, telah menceritakan

kepada kami Husain ibnu Umar, telah menceritakan kepadaku Ubaidul Maktab, dari Ibrahim yang mengatakan bahwa serombongan sahabat (murid) Abdullah berangkat menunaikan ibadah haji. Ketika mereka berada di tengah perjalanan,

tiba-tiba mereka menjumpai seekor ular putih tergeletak di tengah jalan, tercium darinya bau wangi minyak kesturi. Lalu aku berkata kepada teman-temanku.”Teruskanlah perjalananmu, aku akan tetap berada di sini untuk melihat

nasib ular putih ini." Tidak lama kemudian ular putih itu mati. Maka kuambil kain putih dan kubungkus ular putih itu dengan kain tersebut, lalu aku menepikannya dari jalan dan kukubur. Setelah itu aku menyusul teman-temanku

di tempat mereka beristirahat. Ibrahim melanjutkan kisahnya, "Demi Allah, ketika kami sedang duduk, tiba-tiba datanglah empat orang wanita dari arah barat, lalu seseorang dari mereka berkata, 'Siapakah di antara kalian

yang telah menguburkan Umar?' Maka kami balik bertanya, 'Siapakah yang engkau maksud dengan Umar?' Wanita itu bertanya, 'Siapakah di antara kamu yang mengubur ular tadi?' Maka kujawab, 'Saya.' Wanita itu berkata,

'Ketahuilah, demi Allah, sesungguhnya engkau telah menguburkan jin yang ahli puasa, ahli ibadah (salat), dan selalu memerintahkan sesuai dengan apa yang diturunkan oleh Allah Swt. Sesungguhnya dia telah beriman

kepada nabi kalian dan telah mendengar sifat-sifatnya dari langit empat ratus tahun sebelum beliau diutus'." Kami semua mendengar hal itu memuji kepada Allah, kemudian kami lanjutkan perjalanan kami dan kami bersua

dengan Umar ibnul Khattab r.a. di Madinah, lalu kami ceritakan kepadanya perihal ular itu. Maka ia mengatakan bahwa wanita itu benar, karena sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya dia

telah beriman kepadaku empat ratus tahun sebelum aku diutus. Hadis ini sangat garib; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Abu Na'im mengatakan bahwa As-Sauri telah meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari Asy-Sya'bi,

dari seorang lelaki dari Saqif hal yang semisal dengan hadis di atas. Dan Abdullah ibnu Ahmad serta Az-Zahrani telah meriwayatkan dari Safwan ibnul Mu'attal, dialah yang turun dan yang mengubur ular tersebut di antara para sahabat.

Mereka mengatakan bahwa ular itu adalah salah satu jin di antara sembilan jin yang pernah datang kepada Rasulullah Saw. mendengarkan bacaan Al-Qur'annya. Abu Na'im telah meriwayatkan melalui hadis Al-Lais ibnu Sa'd,

dari Abdul Aziz ibnu Abu Salamah Al-Majisyun, dari pamannya, dari Mu'az ibnu Abdullah ibnu Ma'mar yang telah menceritakan bahwa ketika ia berada di hadapan Usman ibnu Affan r.a., datanglah seorang lelaki menemuinya,

lalu mengatakan, "Hai AmiruI Mu’minin, sesungguhnya ketika aku berada di padang sahara." Lalu ia menyebutkan bahwa ia melihat dua ekor ular berkelahi, kemudian salah seekornya membunuh yang lainnya. Ia melanjutkan bahwa

lalu ia pergi melihat ke tempat perkelahian kedua ular itu. Ternyata ia menjumpai banyak ular yang terbunuh. Dan dari salah seekornya tercium bau minyak kesturi, lalu ia menciumnya seekor demi seekor sehingga menjumpai ular kuning

yang merupakan sumber dari bau kesturi itu. Ularnya agak kecil, lalu ular itu dibungkusnya dengan kain serbannya dan ia kubur. Lelaki itu melanjutkan kisahnya, bahwa ketika ia melanjutkan perjalanannya dengan jalan kaki,

tiba-tiba ia mendengar suara yang menyerukan, "Hai Abdullah, sesungguhnya engkau telah bertindak benar, ular-ular tadi adalah jin dari Bani Syu'aiban dan Bani Qais. Mereka berperang, dan di antara yang terbunuh

adalah seperti yang kamu lihat sendiri. Salah seekor darinya yang kamu kubur adalah yang mati syahid, dia adalah salah satu jin yang pernah mendengar wahyu dari Rasulullah Saw."

Maka Usman berkata kepada lelaki itu, "Jika kamu benar dalam kisahmu itu, maka sesungguhnya engkau telah menyaksikan peristiwa yang ajaib. Dan jika engkau dusta, maka kemudaratan dustamu menimpa dirimu."

Firman Allah Swt.:


{وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا}


Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan kepadamu serombongan jin yang mendengarkan Al-Qur'an; maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya), lalu mereka berkata, "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya).” (Al-Ahqaf: 29)

Yakni dengarkanlah bacaan ini dengan penuh perhatian, ini menggambarkan etika dan sopan santun mereka kepada apa yang didengarnya.


قَالَ الْحَافِظُ الْبَيْهَقِيُّ: حَدَّثَنَا الْإِمَامُ أَبُو الطَّيِّبِ سَهْلُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ سُلَيْمَانَ، أَخْبَرَنَا أَبُو الْحَسَنِ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الدَّقَّاقُ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ البُوشَنْجي، حَدَّثَنَا هِشام بْنُ عَمَّارٍ الدِّمَشْقِيُّ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ، عَنْ زُهَيْرِ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ المُنْكَدِر، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُورَةَ "الرَّحْمَنِ" حَتَّى خَتَمَهَا، ثُمَّ قَالَ: "مَا لِي أَرَاكُمْ سُكُوتًا، لَلْجِنّ كَانُوا أَحْسَنَ مِنْكُمْ رَدًّا، مَا قَرَأْتُ عَلَيْهِمْ هَذِهِ الْآيَةَ مِنْ مَرَّةٍ: {فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ} إِلَّا قَالُوا: وَلَا بِشَيْءٍ مِنْ آلَائِكَ -أَوْ نِعَمِكَ-رَبَّنَا نُكَذِّبُ، فَلَكَ الْحَمْدُ".


Al-Hafiz Imam Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Imam Abut Tayyib Sahl ibnu Muhammad ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Abul Hasan Muhammad ibnu Abdullah Ad-Daqqaq,

telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ibrahim Al-Busyanji, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, dari Zuhair ibnu Muhammad Al-Munkadir,

dari Jabir ibnu Abdullah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. membaca surat Ar-Rahman hingga selesai, kemudian beliau bersabda: Mengapa aku lihat kalian diam, sungguh jin lebih baik daripada kalian

dalam hal jawabannya, karena tidak sekali-kali aku bacakan kepada mereka ayat ini, yaitu firman-Nya, "Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?” Melainkan mereka menjawab, "Tiada sesuatu pun

dari tanda kebesaran atau nikmat-Mu yang kami dustakan, wahai Tuhan kami, segala puji bagi Engkau. Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini di dalam kitab tafsirnya dari Abu Muslim alias Abdur Rahman ibnu Waqid,

dari Al-Walid ibnu Muslim dengan sanad yang sama. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. keluar menemui sahabatnya, lalu membacakan kepada mereka surat Ar-Rahman. Kemudian disebutkan hal yang semisal dengan hadis di atas.

Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib, kami tidak mengenalnya melainkan melalui hadis Al-Walid dari Zuhair. Hal yang sama telah dikatakan oleh Imam Baihaqi melalui hadis Marwan ibnu Muhammad At-Tatari. dari Zuhair ibnu Muhammad dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal. Firman Allah Swt.:


{فَلَمَّا قُضِيَ}


Ketika pembacaan telah selesai. (Al-Ahqaf: 29) Yakni telah rampung dan selesai, semakna dengan pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:


{فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ}


Apabila telah ditunaikan (diselesaikan) salat itu. (Al-Jumu’ah: 10)


{فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ}


Maka Dia menyelesaikannya menjadi tujuh langit dalam dua masa. (Fushshilat: 12) Firman Allah Swt:


{فَإِذَا قَضَيْتُمْ مَنَاسِكَكُمْ}


Dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu. (Al-Baqarah: 200) Adapun firman Allah Swt.:


{وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ}


mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. (Al-Ahqaf: 29) Yakni mereka kembali kepada kaumnya dan memberikan peringatan kepada mereka sesuai dengan apa yang mereka dengar dari bacaan Rasulullah Saw. Pengertian ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:


{لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ}


agar mereka memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (At-Taubah: 122)

Tersimpulkan dari makna surat Al-Ahqaf ayat 29 ini bahwa di kalangan makhluk jin hanya terdapat pemberi peringatan, tetapi tidak ada rasul dari kalangan mereka. Dan memang tidak diragukan bahwa Allah Swt.

tidak pernah mengirimkan seorang rasul pun kepada jin dan kalangan mereka sendiri, karena ada firman Allah Swt. yang mengatakan:


{وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلا رِجَالا نُوحِي إِلَيْهِمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى}

Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan seorang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. (Yusuf: 109)


{وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلا إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الأسْوَاقِ}


Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. (Al-Furqan: 20)Dan firman Allah Swt. tentang Al-Khalil Nabi Ibrahim a.s.:


{وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِ النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ}


dan Kami jadikan kenabian dan Al-Kitab pada keturunannya (Al-Ankabut: 27) Setiap nabi yang diutus oleh Allah Swt. sesudah Ibrahim a.s. adalah dari keturunannya. Adapun mengenai firman Allah Swt. yang disebutkan di dalam surat Al-An'am, yaitu:


{يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالإنْسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ}


Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri? (Al-An'am: 130) Makna yang dimaksud ialah keseluruhan dari kedua makhluk itu, yang pengertiannya ditujukan kepada salah satu dari kedua jenis tersebut, yaitu manusia. Seperti yang terdapat di dalam firman-Nya:


{يَخْرُجُ مِنْهُمَا اللُّؤْلُؤُ وَالْمَرْجَانُ}


Dari keduanya keluar mutiara dan marjan. (Ar-Rahman: 22) Yakni salah satunya. Kemudian Allah Swt. menerangkan adanya peringatan jin terhadap kaumnya melalui firman-Nya:


قَالُوا يَا قَوْمَنَا إِنَّا سَمِعْنَا كِتَابًا أُنزلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى


Mereka berkata, "Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al-Qur'an) yang telah diturunkan sesudah Musa." (Al-Ahqaf: 30) Mereka tidak menyebutkan Isa karena Isa a.s. diturunkan kepad

anya kitab Injil yang isinya hanya mengandung nasihat-nasihat, hal-hal keutamaan, tetapi sedikit mengandung perkara halal dan haram. Pada hakikatnya merupakan syariat yang menyempurnakan kitab Taurat,

dan hal ini berarti yang dipegang adalah kitab Taurat. Karena itulah jin mengatakan, "Yang diturunkan sesudah Musa."Hal yang sama telah dikatakan oleh Waraqah ibnu Naufal ketika Nabi Saw. menceritakan kepadanya

kisah turunnya Jibril a.s. pada yang pertama kali, lalu Waraqah ibnu Naufal berkata, "Beruntunglah, dia adalah An-Namus (malaikat) yang pernah datang kepada Musa. Aduhai, sekiranya diriku dapat hidup sampai di masa itu dan dalam keadaan kuat."


{مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ}


yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya. (Al-Ahqaf: 30) Yaitu kitab-kitab yang telah diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya. Firman Allah Swt. menyitir kata-kata jin:


{يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ}


lagi memimpin kepada kebenaran. (Al-Ahqaf: 30) Yakni dalam hal akidah dan pemberitaan.


{وَإِلَى طَرِيقٍ مُسْتَقِيمٍ}


dan kepada jalan yang lurus. (Al-Ahqaf: 30) dalam beramal. Karena sesungguhnya Al-Qur'an itu mengandung dua perkara, yaitu berita dan perintah. Beritanya benar dan perintahnya adil, seperti disebutkan dalam firman-Nya:


{وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلا}


Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Qur'an) sebagai kalimat yang benar dan adil. (Al-An'am: 115) dan Allah Swt. telah berfirman:


{هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ}


Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur'an) dan agama yang benar. (At-Taubah: 33) Petunjuk adalah ilmu yang bermanfaat dan agama yang benar artinya amal yang saleh.

Demikianlah kata jin yang disitir firman-Nya: lagi memimpin kepada kebenaran. (Al-Ahqaf: 30) dalam hal akidah (keyakinan). dan kepada jalan yang lurus. (Al-Ahqaf: 30) dalam hal amal perbuatan.


{يَا قَوْمَنَا أَجِيبُوا دَاعِيَ اللَّهِ}


Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah. (Al-Ahqaf: 31) Makna ayat ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Saw. diutus kepada dua makhluk, jin dan manusia, mengingat Nabi Saw.

menyeru mereka untuk menyembah Allah dan membacakan kepada mereka Al-Qur'an yang di dalamnya terkandung perintah dan taklif buat kedua jenis makhluk ini; juga mengandung janji dan ancaman, yaitu surat Ar-Rahman.

Untuk itulah maka disebutkan: terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya. (Al-Ahqaf: 31) Adapun firman Allah Swt.:


{يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ}


niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu. (Al-Ahqaf: 31) Menurut suatu pendapat, kata min dalam ayat ini merupakan zaidah (tambahan), tetapi pendapat ini masih diragukan karena penambahannya dalam kalam

yang isbat (positif) jarang terjadi. Menurut pendapat yang lain, sesungguhnya huruf min di sini merupakan huruf asal, yaitu bermakna tab'id (sebagian).


{وَيُجِرْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ}


dan melepaskan kamu dari azab yang pedih. (Al-Ahqaf: 31) Maksudnya, melindungi kalian dari azab-Nya yang pedih. Sebagian ulama menyimpulkan dalil dari ayat ini, bahwa jin yang mukmin itu tidak dapat masuk surga.

Dan bahwa balasan bagi yang saleh dari kalangan mereka ialah diselamatkan dari azab neraka pada hari kiamat. Karena itulah mereka mengatakan sehubungan dengan ungkapan ini, bahwa ini adalah ungkapan diplomasi dan mubalagah.

Seandainya bagi mereka ada balasan pahala karena keimanan mereka, lebih dari apa yang telah disebutkan, pastilah mereka pun akan menyebutkannya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku,

bahwa ia pernah menerima hadis dari Jarir, dari Lais, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa jin yang mukmin tidak dapat masuk surga, karena mereka adalah keturunan iblis,

dan keturunan iblis itu tidak dapat masuk surga. Tetapi sebenarnya jin yang mukmin sama dengan manusia yang mukmin, yakni mereka dimasukkan ke dalam surga. Seperti yang dianut oleh Mazhab segolongan ulama Salaf,

yang sebagian dari mereka memperkuat pendapatnya dengan dalil firman Allah Swt. yang mengatakan:


{لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلا جَانٌّ}


tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. (Ar-Rahman: 56 dan 74) Akan tetapi, penyimpulan dalil ini masih perlu dipertimbangkan kebenarannya. Dan dalil yang lebih baik daripada itu adalah firman Allah Swt. yang menyebutkan:


{وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ}


dan bagi orang yang takut saat menghadap Tuhannya ada dua surga. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 46-47) Allah Swt. telah menganugerahkan kepada dua jenis makhluk-Nya pahala

surga bagi mereka yang berbuat baik dari kalangan keduanya. Dan jin telah menjawab ayat ini dengan ungkapan rasa syukur yang lebih kuat daripada manusia. Mereka mengatakan, "Tiada sesuatu pun dari tanda-tanda kebesaran

dan nikmat-Mu yang kami dustakan, wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala puji." Dan Allah Swt. tidak sekali-kali menjanjikan pahala bagi mereka yang kemudian tidak mereka terima. Sesungguhnya apabila Allah membalas jin yang kafir

dengan neraka sebagai keadilan dari-Nya, maka terlebih lagi bila Dia membalas jin yang mukmin dengan surga sebagai karunia dari-Nya. Dan dalil lainnya yang menunjukkan kepada pengertian di atas adalah keumuman makna yang terkandung di dalam firman-Nya:


{إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نزلا}


Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal (Al-Kahfi: 107) Dan ayat-ayat lainnya yang semakna cukup banyak. Kami telah membahas masalah ini secara rinci

dalam karya tulis yang lain. Surga yang dijanjikan ini yang terus-menerus penuh dengan karunia dari-Nya hingga Dia menciptakan baginya makhluk yang baru, mengapa tidak layak bila dihuni oleh orang yang beriman kepada-Nya

dan beramal saleh karena-Nya. Dan apa yang disebutkan oleh mereka dalam tafsir ayat ini yang menyebutkan balasan keimanan —yaitu dihapuskan dosa-dosanya dan diselamatkan dari azab yang pedih— memastikan yang bersangkutan

dimasukkan ke dalam surga. Karena sesungguhnya di akhirat itu tidak lain hanyalah ada surga atau neraka. Barang siapa yang diselamatkan dari neraka, pasti dimasukkan ke dalam surga.

Dan belum pernah sampai kepada kami suatu nas pun, baik yang sarih (jelas) maupun yang tegas dari Pentasyri', yang menyatakan bahwa jin yang beriman tidak dapat masuk surga, sekalipun mereka diselamatkan dari azab neraka.

Seandainya pendapat tersebut benar, tentulah kami pun akan mengatakannya; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Dan ini Nabi Nuh a.s. berkata kepada kaumnya, sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya:


{يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرْكُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى}


Niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. (Nuh: 4) Tidak diperselisihkan lagi bahwa orang-orang yang beriman dari kalangan kaumnya

dimasukkan ke dalam surga, maka demikian pula halnya dengan mereka (jin). Tetapi sehubungan dengan jin, banyak pendapat yang garib menceritakannya. Disebutkan dari Unu;r ibnu Abdul Aziz r.a. bahwa mereka (jin)

tidak dapat memasuki kehidupan yang mewah di dalam surga. Sesungguhnya mereka hanya menempati taman dan daerah sekitarnya. Dan di antara ulama ada yang mengira bahwa mereka (jin) berada di dalam surga

dapat dilihat oleh Bani Adam, tetapi kebalikannya mereka tidak dapat melihat Bani Adam, sebagai kebalikan dari keadaan mereka ketika di dunia. Dan sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa di dalam surgajin tidak makan

dan tidak pula minum, melainkan diilhamkan kepada mereka bacaan tasbih, tahmid, dan taqdis sebagai ganti dari makanan dan minuman; sama halnya dengan para malaikat, karena sesungguhnya mereka sejenis dengannya.

Semua pendapat tersebut masih diragukan kebenarannya dan tidak mempunya! sandaran dalil apa pun. Kemudian Allah Swt. berfirman dalam ayat selanjutnya, menceritakan perihal jin:


{وَمَنْ لَا يُجِبْ دَاعِيَ اللَّهِ فَلَيْسَ بِمُعْجِزٍ فِي الأرْضِ}


Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah, maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi. (Al-Ahqaf: 32) Bahkan kekuasaan Allah mencakup dan meliputi mereka.


{وَلَيْسَ لَهُ مِنْ دُونِهِ أَولِيَاءُ}


dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. (Al-Ahqaf: 32) Yakni tiada seorang pun yang dapat menyelamatkan mereka dari azab


{أُولَئِكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ}


Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (Al-Ahqaf: 32) Ini mengandung ancaman dan peringatan; jin menyeru kepada kaumnya untuk menyembah Allah dengan cara targib dan tarhib (anjuran dan peringatan),

karena itulah seruannya itu berhasil terhadap sebagian besar dan mereka, dan mereka datang kepada Rasulullah Saw. delegasi demi delegasi, seperti yang telah disebutkan di atas. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Surat Al-Ahqaf |46:30|

قَالُوا يَا قَوْمَنَا إِنَّا سَمِعْنَا كِتَابًا أُنْزِلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَىٰ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ وَإِلَىٰ طَرِيقٍ مُسْتَقِيمٍ

qooluu yaa qoumanaaa innaa sami'naa kitaaban unzila mim ba'di muusaa mushoddiqol limaa baina yadaihi yahdiii ilal-ḥaqqi wa ilaa thoriiqim mustaqiim

Mereka berkata, "Wahai kaum kami! Sungguh, kami telah mendengarkan Kitab (Al-Qur´an) yang diturunkan setelah Musa, membenarkan (kitab-kitab) yang datang sebelumnya, membimbing kepada kebenaran, dan kepada jalan yang lurus.

They said, "O our people, indeed we have heard a [recited] Book revealed after Moses confirming what was before it which guides to the truth and to a straight path.

Tafsir
Jalalain

(Mereka berkata, "Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan Kitab) yakni Alquran (yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya)

seperti kitab Taurat (lagi memimpin kepada kebenaran) kepada agama Islam (dan kepada jalan yang lurus) yaitu tuntunan agama Islam.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 30 |

penjelasan ada di ayat 29

Surat Al-Ahqaf |46:31|

يَا قَوْمَنَا أَجِيبُوا دَاعِيَ اللَّهِ وَآمِنُوا بِهِ يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُجِرْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ

yaa qoumanaaa ajiibuu daa'iyallohi wa aaminuu bihii yaghfir lakum min żunuubikum wa yujirkum min 'ażaabin aliim

Wahai kaum kami! Terimalah (seruan) orang (Muhammad) yang menyeru kepada Allah. Dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Dia akan mengampuni dosa-dosamu, dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.

O our people, respond to the Messenger of Allah and believe in him; Allah will forgive for you your sins and protect you from a painful punishment.

Tafsir
Jalalain

(Hai kaum kami! Terimalah seruan orang yang menyeru kepada Allah) yakni seruan iman yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. (dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Dia akan mengampuni)

Allah pasti akan mengampuni (dosa-dosa kalian) sebagian dari dosa-dosa kalian, diartikan demikian karena di antara dosa-dosa itu terdapat jenis dosa yang tidak dapat diampuni melainkan setelah mendapat kerelaan

dari orang yang dianiaya oleh orang yang bersangkutan (dan melindungi kalian dari azab yang pedih) atau azab yang menyakitkan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 31 |

penjelasan ada di ayat 29

Surat Al-Ahqaf |46:32|

وَمَنْ لَا يُجِبْ دَاعِيَ اللَّهِ فَلَيْسَ بِمُعْجِزٍ فِي الْأَرْضِ وَلَيْسَ لَهُ مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءُ ۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

wa mal laa yujib daa'iyallohi fa laisa bimu'jizin fil-ardhi wa laisa lahuu min duunihiii auliyaaa`, ulaaa`ika fii dholaalim mubiin

Dan barang siapa tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah (Muhammad) maka dia tidak akan dapat melepaskan diri dari siksaan Allah di bumi, padahal tidak ada pelindung baginya selain Allah. Mereka berada dalam kesesatan yang nyata."

But he who does not respond to the Caller of Allah will not cause failure [to Him] upon earth, and he will not have besides Him any protectors. Those are in manifest error."

Tafsir
Jalalain

(Dan orang yang tidak menerima seruan orang yang menyeru kepada Allah maka dia tidak akan dapat melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi)

artinya ia tidak akan dapat melemahkan Allah dengan cara lari dari-Nya sehingga ia selamat dari azab-Nya (dan tidak ada baginya) yakni bagi orang yang tidak menerima seruan itu

(selain Allah) (pelindung-pelindung) yang dapat menolak azab Allah daripada dirinya. (dalam kesesatan yang nyata") jelas sesatnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 32 |

penjelasan ada di ayat 29

Surat Al-Ahqaf |46:33|

أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَمْ يَعْيَ بِخَلْقِهِنَّ بِقَادِرٍ عَلَىٰ أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَىٰ ۚ بَلَىٰ إِنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

a wa lam yarou annallohallażii kholaqos-samaawaati wal-ardho wa lam ya'ya bikholqihinna biqoodirin 'alaaa ay yuḥyiyal-mautaa, balaaa innahuu 'alaa kulli syai`ing qodiir

Dan tidakkah mereka memerhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi, dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, adalah Maha Kuasa (pula) menghidupkan yang mati? Begitulah, sungguh, Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Do they not see that Allah, who created the heavens and earth and did not fail in their creation, is able to give life to the dead? Yes. Indeed, He is over all things competent.

Tafsir
Jalalain

(Dan apakah mereka tidak memperhatikan) atau apakah orang-orang yang ingkar kepada hari berbangkit itu tidak mengetahui

(bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya) artinya, Dia mampu menciptakan kesemuanya dengan mudah (kuasa)

lafal Biqaadirin menjadi Khabar dari Anna, kemudian ditambahkan huruf Ba, karena pengertian ayat ini sejajar kekuatannya dengan kalimat Alaisallaahu Biqaadirin, artinya; Bukankah Allah kuasa

(menghidupkan orang-orang mati Ya) Dia Maha Kuasa untuk menghidupkan orang-orang mati (sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 33 |

Tafsir ayat 33-35

Allah Swt. berfirman, bahwa tidakkah mereka yang ingkar kepada adanya hari berbangkitdi hari kiamat lagi menganggap mustahil tubuh-tubuh ini akan dihidupkan kembali di hari kemudian melihat.


{أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ وَلَمْ يَعْيَ بِخَلْقِهِنَّ}


bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya. (Al-Ahqaf: 33) Yakni tidak susah payah dalam menciptakannya, bahkan hanya tinggal mengatakan terhadapnya,

"Jadilah kamu!" Maka jadilah ia tanpa dapat dicegah atau ditolak, melainkan tunduk patuh memenuhi perintah-Nya dengan rasa takut. Bukankah Tuhan yang demikian dapat menghidupkan orang-orang yang telah mati? Semakna dengan apa yang telah disebutkan oleh firman Allah Swt. dalam ayat lain:


{لَخَلْقُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ}


Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Al-Mu’min: 57) Karena itulah dalam ayat berikutnya disebutkan oleh firman-Nya:


{بَلَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ}


Ya (bahkan) sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-Ahqaf: 33) Kemudian Allah Swt. berfirman, mengancam dan memperingatkan orang-orang yang kafir kepada-Nya:


{وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَلَيْسَ هَذَا بِالْحَقِّ}


Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan kepada neraka, (dikatakan kepada mereka), "Bukankah (azab) ini benar?” (Al-Ahqaf: 34) Dikatakan hal ini kepada mereka dengan nada kecaman, "Bukankah azab ini benar, apakah ini sihir ataukah kalian tidak melihat?'


{قَالُوا بَلَى وَرَبِّنَا}


Mereka menjawab, "Ya benar, demi Tuhan kami.” (Al-Ahqaf: 34) Yakni tiada jalan lain bagi mereka kecuali mengakui kebenarannya.


{قَالَ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ}


Allah berfirman, "Maka rasakanlah azab ini disebabkan kamu selalu ingkar.” (Al-Ahqaf: 34) Kemudian Allah Swt. berfirman seraya memerintahkan kepada rasul­Nya untuk bersabar dalam menghadapi kedustaan sebagian dari kaumnya yang mendustakannya:


{فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ}


Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar. (Al-Ahqaf: 35) Yaitu bersabar dan berteguh hati dalam menghadapi kaum masing-masing yang mendustakan mereka.

Para ulama berbeda pendapat sehubungan dengan jumlah ulul 'azmi ini dengan perbedaan yang cukup banyak. Tetapi menurut pendapat yang paling terkenal, mereka adalah Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan penutup semua para nabi

(yaitu Nabi Muhammad Saw.). Allah Swt. telah me­wahkan nama-nama mereka di antara nabi-nabi lainnya dalam dua ayat yang terdapat di dalam surat Al-Ahzab dan surat Asy-Syura.

Dapat pula ditakwilkan bahwa yang dimaksud dengan ulul 'azmi adalah semua rasul. Berdasarkan pengertian ini, berarti kata min yang terdapat dalam ayat ini adalah untuk menerangkan jenis. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحَجَّاجِ الْحَضْرَمِيُّ، حَدَّثَنَا السَّرِيُّ بْنُ حَيَّان، حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ عَبَّادٍ، حَدَّثَنَا مَجَالِدُ بْنِ سَعِيدٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ مَسْرُوقٍ قَالَ: قَالَتْ لِي عَائِشَةُ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا]: ظَلَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَائِمًا ثُمَّ طَوَاهُ، ثُمَّ ظَلَّ صَائِمًا ثُمَّ طَوَاهُ، ثُمَّ ظَلَّ صَائِمًا، [ثُمَّ] قَالَ: "يَا عَائِشَةُ، إِنَّ الدُّنْيَا لَا تَنْبَغِي لِمُحَمَّدٍ وَلَا لِآلِ مُحَمَّدٍ. يَا عَائِشَةُ، إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَرْضَ مِنْ أُولِي الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ إِلَّا بِالصَّبْرِ عَلَى مَكْرُوهِهَا وَالصَّبْرِ عَنْ مَحْبُوبِهَا، ثُمَّ لَمْ يَرْضَ مِنِّي إِلَّا أَنْ يُكَلِّفَنِي مَا كَلَّفَهُمْ، فَقَالَ: {فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ} وَإِنِّي -وَاللَّهِ-لَأَصْبِرَنَّ كَمَا صَبَرُوا جَهدي، وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ"


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Hajjaj Al-Hadrami, telah menceritakan kepada kami As-Sirri ibnu Hayyan, telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu Abbad, telah menceritakan

kepada kami Mujalid ibnu Sa'id, dari Asy-Sya'bi, dari Masruq yang mengatakan bahwa Aisyah r.a. pernah menceritakan kepadanya hadis berikut: Bahwa Rasulullah Saw. melakukan puasanya terus-menerus, lalu berbuka.

Kemudian berpuasa lagi terus-menerus, lalu berbuka. Kemudian berpuasa lagi terus-menerus, lalu bersabda: Hai Aisyah, sesungguhnya dunia itu tidak layak bagi Muhammad dan juga bagi keluarga Muhammad. Hai Aisyah,

sesungguhnya Allah tidak rela terhadap ulul 'azmi dari para rasul kecuali menghendaki dari mereka sabar dalam menghadapi hal-hal yang tidak disukai dan teguh hati dalam menghadapi kesenangan dunia.

Kemudian Dia tidak rela dariku kecuali Dia membebankan kepadaku apa yang telah Dia bebankan kepada mereka. Untuk itu Allah Swt. berfirman, "Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati

dari rasul-rasul telah bersabar.” (Al-Ahqaf: 35). Dan sesungguhnya aku, demi Allah, benar-benar bersabar sebagaimana para rasul ulul 'azmi bersabar dengan sekuat kemampuanku, dan tiada kekuatan (dalam mengerjakan ketaatan) kecuali hanya dengan (pertolongan) Allah. Firman Allah Swt.:


{وَلا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ}


dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. (Al-Ahqaf: 35) Yakni janganlah kamu meminta agar azab ditimpakan kepada mereka dengan segera. Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَذَرْنِي وَالْمُكَذِّبِينَ أُولِي النَّعْمَةِ وَمَهِّلْهُمْ قَلِيلا}


Dan biarkanlah Aku (saja) bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kemewahan dan beri tangguhlah mereka barang sebentar. (Al-Muzzammil: 11)


{فَمَهِّلِ الْكَافِرِينَ أَمْهِلْهُمْ رُوَيْدًا}


Karena itu, beri tangguhlah orang-orang kafir itu, yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar. (At-Tariq: 17) Adapun firman Allah Swt.:


{كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ}


Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Al-Ahqaf: 35) Semakna dengan firman-Nya:


{كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا}


Pada hari mereka melihat hari berbangku itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari. (An-Nazi'at: 46)


{وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ كَأَنْ لَمْ يَلْبَثُوا إِلا سَاعَةً مِنَ النَّهَارِ يَتَعَارَفُونَ بَيْنَهُمْ قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِلِقَاءِ اللَّهِ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ}


Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) melainkan hanya sesaat saja di siang hari (di waktu itu) mereka saling berkenalan. (Yunus: 45) Adapun firman Allah Swt.:


{بَلاغٌ}


(Inilah) suatu pelajaran yang cukup. (Al-Ahqaf: 35) Ibnu Jarir mengatakan bahwa ayat ini mengandung dua takwil, salah satunya ialah mengandung makna bahwa masa tinggal itu adalah masa yang cukup. Makna yang lain ialah bahwa Al-Qur'an ini adalah pelajaran yang cukup. Firman Allah Swt.:


{فَهَلْ يُهْلَكُ إِلا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ}


maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik. (Al-Ahqaf:35) Artinya, tiada yang dibinasakan oleh Allah kecuali hanyalah orang yang binasa. Ini merupakan keadilan dari-Nya, yaitu bahwa Dia tidak mengazab kecuali hanya orang-orang yang berhak mendapat azab. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Surat Al-Ahqaf |46:34|

وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَلَيْسَ هَٰذَا بِالْحَقِّ ۖ قَالُوا بَلَىٰ وَرَبِّنَا ۚ قَالَ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ

wa yauma yu'rodhullażiina kafaruu 'alan-naar, a laisa haażaa bil-ḥaqq, qooluu balaa wa robbinaa, qoola fa żuuqul-'ażaaba bimaa kuntum takfuruun

Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang yang kafir dihadapkan kepada neraka, (mereka akan ditanya), "Bukankah (azab) ini benar?" Mereka menjawab, "Ya benar, demi Tuhan kami." Allah berfirman, "Maka rasakanlah azab ini, karena dahulu kamu mengingkarinya."

And the Day those who disbelieved are exposed to the Fire [it will be said], "Is this not the truth?" They will say, "Yes, by our Lord." He will say, "Then taste the punishment because you used to disbelieve."

Tafsir
Jalalain

(Dan ingatlah hari ketika orang-orang kafir dihadapkan kepada neraka) ketika mereka diazab di dalamnya, lalu dikatakan kepada mereka, ("Bukankah ini)

yakni azab ini (benar" Mereka menjawab, "Ya benar demi Rabb kami." Allah berfirman, "Maka rasakanlah azab ini disebabkan kalian selalu ingkar.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 34 |

penjelasan ada di ayat 33

Surat Al-Ahqaf |46:35|

فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ ۚ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ ۚ بَلَاغٌ ۚ فَهَلْ يُهْلَكُ إِلَّا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ

fashbir kamaa shobaro ulul-'azmi minar-rusuli wa laa tasta'jil lahum, ka`annahum yauma yarouna maa yuu'aduuna lam yalbaṡuuu illaa saa'atam min nahaar, balaagh, fa hal yuhlaku illal-qoumul-faasiquun

Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana kesabaran rasul-rasul yang memiliki keteguhan hati, dan janganlah engkau meminta agar azab disegerakan untuk mereka. Pada hari mereka melihat azab yang dijanjikan, mereka merasa seolah-olah tinggal (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari. Tugasmu hanya menyampaikan. Maka tidak ada yang dibinasakan, kecuali kaum yang fasik (tidak taat kepada Allah).

So be patient, [O Muhammad], as were those of determination among the messengers and do not be impatient for them. It will be - on the Day they see that which they are promised - as though they had not remained [in the world] except an hour of a day. [This is] notification. And will [any] be destroyed except the defiantly disobedient people?

Tafsir
Jalalain

(Maka bersabarlah kamu) di dalam menghadapi perlakuan kaummu yang menyakitkan itu (sebagaimana orang-orang yang mempunyai keteguhan hati)

yaitu orang-orang yang teguh dan sabar di dalam menghadapi cobaan dan tantangan (dari rasul-rasul) sebelummu, karena itu kamu akan termasuk orang yang mempunyai keteguhan hati.

Lafal Min di sini menunjukkan makna Bayan, sehingga pengertiannya menunjukkan, bahwa semua rasul-rasul itu mempunyai keteguhan hati. Tetapi menurut pendapat yang lain itu menunjukkan makna Lit Tab'idh,

karena Nabi Adam bukanlah termasuk di antara mereka yang memiliki keteguhan hati, sebagaimana yang diungkapkan oleh ayat lain yaitu firman-Nya: "..dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat." (Q.S. Thaha, 115)

demikian pula Nabi Yunus tidak termasuk di antara mereka yang Ulil 'Azmi, sebagaimana yang diungkapkan oleh firman-Nya, "..dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam (perut) ikan (Yunus)." (Q.S. Al-Qalam, 48)

(dan janganlah kamu meminta disegerakan azab bagi mereka) bagi kaummu yaitu disegerakan turunnya azab bagi mereka. Menurut pendapat lain,

bahwa hal ini timbul sebagai reaksi dari sikap mereka terhadapnya, maka Nabi suka jika azab diturunkan kepada mereka, tetapi selanjutnya Nabi diperintahkan supaya bersabar dan jangan meminta

supaya disegerakan azab bagi mereka. Karena sesungguhnya azab itu pasti akan menimpa mereka. (Pada hari mereka melihat apa yang diancamkan kepada mereka, mereka merasa seolah-olah)

yang dimaksud adalah azab di akhirat mengingat lamanya masa di akhirat mereka merasa seolah-olah (tidak tinggal) di dunia menurut dugaan mereka (melainkan sesaat pada siang hari) Alquran ini adalah

(suatu peringatan) peringatan dari Allah buat kalian (maka tidaklah) tiadalah (dibinasakan) sewaktu azab sudah di ambang pintu (melainkan orang-orang yang fasik) yaitu orang-orang yang kafir.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ahqaf | 46 : 35 |

penjelasan ada di ayat 33

Surat Muhammad |47:1|

الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ أَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ

allażiina kafaruu wa shodduu 'an sabiilillaahi adholla a'maalahum

Orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, Allah menghapus segala amal mereka.

Those who disbelieve and avert [people] from the way of Allah - He will waste their deeds.

Tafsir
Jalalain

(Orang-orang yang kafir) dari kalangan penduduk Mekah (dan menghalang-halangi) orang-orang lainnya (dari jalan Allah) dari jalan keimanan (Allah melebur)

menghapus (amal-amal mereka) seperti memberi makan dan menghubungkan silaturahim; mereka tidak akan melihat pahala amalnya di akhirat nanti dan mereka hanya mendapat balasan di dunia saja dari kemurahan-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Muhammad | 47 : 1 |

Tafsir ayat 1-3

Firman Allah Swt.:


{الَّذِينَ كَفَرُوا}


Orang-orang yang kafir. (Muhammad: 1) kepada ayat-ayat Allah Swt.


{وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ أَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ}


dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, Allah menghapus perbuatan-perbuatan mereka. (Muhammad: 1) Yaitu membatalkan dan meleyapkan amal-amal tersebut, tidak memberinya pahala dan tidak pula imbalan. Semakna dengan firman-Nya:


{وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا}


Dan Kami hadapi amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan. (Al-Furqan: 23) Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan:


{وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ}


Dan orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan amal-amal yang saleh. (Muhammad: 2) Yakni hati mereka beriman dan jugajiwa mereka, tunduk patuh kepada syariat-syariat Allah semua anggota tubuh mereka; mereka beriman lahir dan batinnya.


{وَآمَنُوا بِمَا نزلَ عَلَى مُحَمَّدٍ}


dan beriman (pula) kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad. (Muhammad: 2) Hal ini merupakan 'ataf khas kepada 'am yang menunjukkan pengertian bahwa beriman kepada Al-Qur'an merupakan rukun iman lain sesudah beriman kepada Nabi Muhammad. Firman Allah Swt.:


{وَهُوَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ}


dan itulah yang hak dari Tuhan mereka. (Muhammad: 2) Kalimat sisipan yang baik. Karena itu, dalam firman selanjutnya disebutkan:


{كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَأَصْلَحَ بَالَهُمْ}


Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka. (Muhammad: 2) Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa yang dimaksud dengan balahum ialah urusan mereka, menurut Mujahid perihal mereka,

dan menurut Qatadah dan Ibnu Zaid keadaan mereka. Masing-masing pendapat tersebut berdekatan pengertiannya. Di dalam sebuah hadis mengenai jawaban terhadap orang yang bersin (yang mengucapkan Alhamdulillah) disebutkan:


"يَهْدِيكُمُ اللَّهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ"


Semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki keadaanmu. Kemudian Allah Swt. berfirman:


{ذَلِكَ بِأَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا اتَّبَعُوا الْبَاطِلَ}


Yang demikian adalah karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang batil. (Muhammad: 3) Sesungguhnya Kami hapuskan amal-amal mereka yang kafir dan Kami maafkan keburukan-keburukan orang-orang yang bertakwa

serta Kami perbaiki keadaan mereka karena orang-orang kafir itu selalu mengikuti kebatilan. Yakni mereka lebih memilih kebatilan daripada kebenaran.


{وَأَنَّ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّبَعُوا الْحَقَّ مِنْ رَبِّهِمْ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ لِلنَّاسِ أَمْثَالَهُمْ}


dan sesungguhnya orang-orang yang beriman mengikuti yang hak dari Tuhannya. Demikianlah Allah membuat untuk manusia perbandingan-perbandingan bagi mereka. (Muhammad: 3)

Allah menjelaskan kepada mereka akibat dari amal perbuatan mereka dan tempat kembali mereka di hari kemudian, hanya Allah sajalah Yang Maha Mengetahui.

Surat Muhammad |47:2|

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَآمَنُوا بِمَا نُزِّلَ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ وَهُوَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ ۙ كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَأَصْلَحَ بَالَهُمْ

wallażiina aamanuu wa 'amilush-shooliḥaati wa aamanuu bimaa nuzzila 'alaa muḥammadiw wa huwal-ḥaqqu mir robbihim, kaffaro 'an-hum sayyi`aatihim wa ashlaḥa baalahum

Dan orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan kebajikan serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad, dan itulah kebenaran dari Tuhan mereka, Allah menghapus kesalahan-kesalahan mereka, dan memperbaiki keadaan mereka.

And those who believe and do righteous deeds and believe in what has been sent down upon Muhammad - and it is the truth from their Lord - He will remove from them their misdeeds and amend their condition.

Tafsir
Jalalain

(Dan orang-orang yang beriman) yaitu para sahabat Anshar dan lainnya (dan mengerjakan amal-amal yang saleh serta beriman pula kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad)

yakni Alquran (dan itulah yang hak dari Rabb mereka, Allah menghapuskan daripada mereka) artinya, Dia mengampuni (kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka) karena itu mereka tidak lagi mendurhakai-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Muhammad | 47 : 2 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Muhammad |47:3|

ذَٰلِكَ بِأَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا اتَّبَعُوا الْبَاطِلَ وَأَنَّ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّبَعُوا الْحَقَّ مِنْ رَبِّهِمْ ۚ كَذَٰلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ لِلنَّاسِ أَمْثَالَهُمْ

żaalika bi`annallażiina kafaruttaba'ul-baathila wa annallażiina aamanuttaba'ul-ḥaqqo mir robbihim, każaalika yadhribullohu lin-naasi amṡaalahum

Yang demikian itu, karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang batil (sesat), dan sesungguhnya orang-orang yang beriman mengikuti kebenaran dari Tuhan mereka. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia.

That is because those who disbelieve follow falsehood, and those who believe follow the truth from their Lord. Thus does Allah present to the people their comparisons.

Tafsir
Jalalain

(Yang demikian) maksudnya penghapusan amal dan pengampunan kesalahan-kesalahan itu (adalah karena) disebabkan (orang-orang kafir mengikuti yang batil)

yakni ajakan setan (dan sesungguhnya orang-orang yang beriman mengikuti yang hak) yakni Alquran (dari Rabb mereka. Demikianlah) sebagaimana penjelasan tersebut

(Allah membuat untuk manusia perbandingan-perbandingan bagi mereka) untuk menjelaskan keadaan mereka, yaitu orang kafir amalnya akan dihapus, sedangkan orang mukmin kesalahan-kesalahannya akan diampuni.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Muhammad | 47 : 3 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Muhammad |47:4|

فَإِذَا لَقِيتُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا فَضَرْبَ الرِّقَابِ حَتَّىٰ إِذَا أَثْخَنْتُمُوهُمْ فَشُدُّوا الْوَثَاقَ فَإِمَّا مَنًّا بَعْدُ وَإِمَّا فِدَاءً حَتَّىٰ تَضَعَ الْحَرْبُ أَوْزَارَهَا ۚ ذَٰلِكَ وَلَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَ بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍ ۗ وَالَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَلَنْ يُضِلَّ أَعْمَالَهُمْ

fa iżaa laqiitumullażiina kafaruu fa dhorbar-riqoob, ḥattaaa iżaaa aṡkhontumuuhum fa syuddul-waṡaaqo fa immaa mannam ba'du wa immaa fidaaa`an ḥattaa tadho'al-ḥarbu auzaarohaa, żaalika walau yasyaaa`ullohu lantashoro min-hum wa laakil liyabluwa ba'dhokum biba'dh, wallażiina qutiluu fii sabiilillaahi fa lay yudhilla a'maalahum

Maka apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir (di medan perang), maka pukullah batang leher mereka. Selanjutnya apabila kamu telah mengalahkan mereka, tawanlah mereka, dan setelah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan, sampai perang selesai. Demikianlah, dan sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia membinasakan mereka, tetapi Dia hendak menguji kamu satu sama lain. Dan orang-orang yang gugur di jalan Allah, Allah tidak menyia-nyiakan amal mereka.

So when you meet those who disbelieve [in battle], strike [their] necks until, when you have inflicted slaughter upon them, then secure their bonds, and either [confer] favor afterwards or ransom [them] until the war lays down its burdens. That [is the command]. And if Allah had willed, He could have taken vengeance upon them [Himself], but [He ordered armed struggle] to test some of you by means of others. And those who are killed in the cause of Allah - never will He waste their deeds.

Tafsir
Jalalain

(Apabila kalian bertemu dengan orang-orang kafir di medan perang maka pancunglah batang leher mereka) lafal Dharbur Riqaab adalah bentuk Mashdar

yang menggantikan kedudukan Fi'ilnya, karena asalnya adalah, Fadhribuu Riqaabahum artinya, maka pancunglah batang leher mereka. Maksudnya, bunuhlah mereka.

Di sini diungkapkan dengan kalimat Dharbur Riqaab yang artinya memancung leher, karena pukulan yang mematikan itu kebanyakan dilakukan dengan cara memukul atau memancung batang leher.

(Sehingga apabila kalian telah mengalahkan mereka) artinya kalian telah banyak membunuh mereka (maka kencangkanlah) tangkaplah dan tawanlah mereka lalu ikatlah mereka

(ikatan mereka) dengan tali pengikat tawanan perang (dan sesudah itu kalian boleh membebaskan mereka) lafal Mannan adalah bentuk Mashdar yang menggantikan kedudukan Fi'ilnya; maksudnya,

kalian memberikan anugerah kepada mereka, yaitu dengan cara melepaskan mereka tanpa imbalan apa-apa (atau menerima tebusan) artinya, kalian meminta tebusan berupa harta atau tukaran dengan kaum muslimin

yang ditawan oleh mereka (sampai perang meletakkan) maksudnya, orang-orang yang terlibat di dalam peperangan itu meletakkan (senjatanya) artinya, menghentikan adu senjata dan adu lain-lainnya,

misalnya orang-orang kafir menyerah kalah atau mereka menandatangani perjanjian gencatan senjata; hal inilah akhir dari suatu peperangan dan saling tawan-menawan.

(Demikianlah) menjadi Khabar dari Mubtada yang diperkirakan keberadaannya, yaitu perkara tentang menghadapi orang-orang kafir adalah sebagaimana yang telah disebutkan tadi

(apabila Allah menghendaki niscaya Allah dapat menang atas mereka) tanpa melalui peperangan lagi (tetapi) Dia memerintahkan kalian supaya berperang (untuk menguji sebagian kalian dengan sebagian yang lain)

di antara mereka dalam peperangan itu, sebagian orang yang gugur di antara kalian ada yang dimasukkan ke dalam surga, dan sebagian lagi dimasukkan ke dalam neraka.

(Dan orang-orang yang gugur) menurut suatu qiraat dibaca Qaataluu dan seterusnya, ayat ini diturunkan pada waktu perang Uhud, karena banyak di antara pasukan kaum muslimin yang gugur

dan mengalami luka-luka (di jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan) maksudnya, tidak akan menghapuskan (amal mereka.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Muhammad | 47 : 4 |

Tafsir ayat 4-9

Allah Swt. memberikan petunjuk kepada orang-orang mukmin tentang apa yang harus mereka pegang dalam peperangan mereka menghadapi orang-orang musyrik.


{فَإِذا لَقِيتُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا فَضَرْبَ الرِّقَابِ}


Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang), maka pancunglah batang leher mereka. (Muhammad: 4) Yakni apabila kamu berhadapan dengan mereka di medan perang, maka tunailah mereka dengan pedang, yakni babatlah leher mereka dengan pedang.


{حَتَّى إِذَا أَثْخَنْتُمُوهُمْ فَشُدُّوا}


Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka. (Muhammad: 4) Maksudnya, kamu lumpuhkan mereka dan kamu bunuh sebagian dari mereka.


{فَشُدُّوا}


maka tawanlah mereka. (Muhammad: 4) Yaitu jadikanlah mereka orang-orang yang kamu tawan sebagai tawanan perang. Kemudian sesudah,perang usai, kamu boleh memilih untuk menentukan nasib mereka. Jika kamu suka,

kamu boleh membebaskan mereka dengan cuma-cuma atau dengan tebusan yang kamu terima dari mereka sesuai dengan apa yang kamu persyaratkan terhadap mereka. Makna lahiriah ayat menunjukkan bahwa ayat ini diturunkan

sesudah Perang Badar. Karena sesungguhnya Allah Swt. menegur sikap kaum mukmin yang lebih suka memperbanyak tawanan dengan tujuan agar mendapat tebusan yang banyak dari mereka dan mempersedikit hukuman mati. Sehubungan dengan peristiwa tersebut Allah Swt. telah berfirman:


{مَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَنْ يَكُونَ لَهُ أَسْرَى حَتَّى يُثْخِنَ فِي الأرْضِ تُرِيدُونَ عَرَضَ الدُّنْيَا وَاللَّهُ يُرِيدُ الآخِرَةَ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ لَوْلا كِتَابٌ مِنَ اللَّهِ سَبَقَ لَمَسَّكُمْ فِيمَا أَخَذْتُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ}


Tidak patut bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta duniawiyah, sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu).

Dan Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang telah berlalu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena tebusan yang kamu terima. (Al-Anfal: 67-68)

Tetapi ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa ayat yang mempersilakan Nabi Saw. boleh memilih antara menerima tebusan dari tawanan atau membebaskan mereka dengan cuma-cuma, telah di-mansukh oleh firman Allah Swt. yang menyebutkan:


فَإِذَا انْسَلَخَ الأشْهُرُ الْحُرُمُ فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ


Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrik itu di mana saja kamu jumpai mereka. (At-Taubah: 5). hingga akhir ayat. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas r.a.,

Qatadah, Ad-Dahhak, As-Saddi, dan Ibnu Juraij, juga ulama lainnya mengatakan bahwa ayat ini tidak di-mansukh. Kemudian sebagian dari mereka mengatakan bahwa sesungguhnya imam hanya dibolehkan memilih

antara membebaskan tawanan dan menerima tebusannya, tidak diperbolehkan baginya menghukum mati tawanan. Sebagian yang lain dari mereka mengatakan bahwa bahkan diperbolehkan bagi imam membunuh tawanannya

karena ada hadis yang menceritakan bahwa Nabi Saw. membunuh An-Nadr ibnul Haris dan Uqbah ibnu Abu Mu'it tawanan Perang Badar. Dan Sumamah ibnu Asal berkata kepada Rasulullah Saw. saat beliau mengatakan kepadanya,

"Apakah yang kamu punyai, hai Sumamah?" Maka Sumamah menjawab, "Jika engkau menghukum mati, berarti engkau membunuh orang yang masih ada ikatan keluarganya denganmu. Dan jika engkau membebaskan,

berarti engkau akan membebaskan orang yang akan berterima kasih kepadamu. Jika engkau menginginkan harta (tebusan), mintalah sesukamu, maka aku akan memberinya." Imam Syafii rahimahullah telah mengatakan bahwa

imam boleh memilih antara menghukum mati, atau membebaskannya dengan cuma-cuma atau dengan tebusan atau dengan memperbudaknya. Masalah ini diterangkan di dalam kitab-kitab ftqih yang telah kami kemukakan keterangan mengenainya di dalam kitab kami Al-Ahkam. Firman Allah Swt.:


{حَتَّى تَضَعَ الْحَرْبُ أَوْزَارَهَا}


sampai perang berhenti. (Muhammad: 4) Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah sampai Isa putra Maryam a.s. diturunkan, seakan-akan takwil ini disimpulkan dari sabda Rasulullah Saw. yang mengatakan:


"لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ حَتَّى يُقَاتِلَ آخِرُهُمُ الدَّجَّالَ"


Masih akan tetap ada segolongan dari umatku yang memperjuangkan perkara yang hak hingga orang yang terakhir dari mereka memerangi Dajjal.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا الْحَكَمُ بْنُ نَافِعٍ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ سُلَيْمَانَ، عَنِ الْوَلِيدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الجُرَشي، عَنْ جُبَير بْنِ نُفيَر؛ أَنَّ سَلَمَةَ بْنَ نُفيَل أَخْبَرَهُمْ: أَنَّهُ أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنِّي سَيَّبْتُ الْخَيْلَ، وَأَلْقَيْتُ السِّلَاحَ، وَوَضَعَتِ الْحَرْبُ أَوْزَارَهَا، وَقُلْتُ: "لَا قِتَالَ" فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الْآنَ جَاءَ الْقِتَالُ، لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى النَّاسِ يُزيغ اللَّهُ قُلُوبَ أَقْوَامٍ فَيُقَاتِلُونَهُمْ: وَيَرْزُقُهُمُ اللَّهُ مِنْهُمْ، حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ. أَلَا إِنَّ عُقْرَ دَارِ الْمُؤْمِنِينَ الشَّامُ، والخيلُ مَعْقُودٌ فِي نَوَاصِيهَا الْخَيْرُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Nafi', telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Iyasy, dari Ibrahim ibnu Sulaiman, dari Al-Walid ibnu Abdur Rahman Al-Jarasyi, dari Jubair ibnu Nafir

yang mengatakan bahwa sesungguhnya Salamah ibnu Nufail pernah menceritakan kepada mereka bahwa ia datang menghadap kepada Rasulullah Saw., lalu berkata, "Sesungguhnya aku telah melepaskan kudaku

dan kuletakkan senjataku serta perang telah berhenti." Dan aku mengatakan kepada beliau Saw., "Sekarang tidak ada perang lagi." Maka Nabi Saw. bersabda: Sekarang peperangan akan datang,

masih akan tetap ada segolongan dari umatku yang berjuang melawan orang lain; Allah menyesatkan hati banyak kaum, maka mereka memeranginya, dan Allah memberinya rezeki dari mereka, hingga datanglah perintah Allah (hari kiamat),

sedangkan segolongan dari umatku itu tetap dalam keadaan berjuang. Ingatlah, sesungguhnya kekuasaan negeri kaum mukmin berada di negeri Syam. Dan kuda itu (yakni peralatan perang) pada ubun-ubunnya terikat kebaikan

sampai hari kiamat. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Nasai melalui dua jalur, dari Jubair ibnu Nafir, dari Salamah ibnu Nafil As-Sukuni dengan sanad yang sama.


قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ الْبَغَوِيُّ: حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ رُشَيْد، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ مُهَاجِرٍ، عَنِ الْوَلِيدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الجُرَشي، عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَير، عَنِ النَّوَّاسِ بْنِ سَمْعَانَ قَالَ: لَمَّا فُتِحَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتْح فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، سُيِّبَتِ الْخَيْلُ، وَوُضِعَتِ السِّلَاحُ، وَوَضَعَتِ الْحَرْبُ أَوْزَارَهَا، قَالُوا: لَا قِتَالَ، قَالَ: "كَذَبُوا، الْآنَ، جَاءَ الْقِتَالُ، لَا يَزَالُ اللَّهُ يُرَفِّع قُلُوبَ قَوْمٍ يُقَاتِلُونَهُمْ، فَيَرْزَقُهُمْ مِنْهُمْ، حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ، وعُقْر دَارِ الْمُسْلِمِينَ بِالشَّامِ".


Abul Qasim Al-Bagawi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Rasyid, telah menceritakan kepada kami Al-Walid, dari Jubair ibnu Muhammad ibnu Muhajir, dari Al-Walid ibnu Abdur Rahman Al-Jarasyi,

dari Jubair ibnu Nafir, dari An-Nuwwas ibnu Sam'an r.a. yang mengatakan bahwa ketika Rasulullah Saw. beroleh suatu kemenangan, para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, kuda-kuda perang telah dilepaskan,

dan semua senjata telah diletakkan serta peperangan telah berhenti." Mereka mengatakan pula, "Tidak ada peperangan lagi." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Mereka dusta, sekarang peperangan akan datang lagi;

Allah masih terus-menerus menyesatkan hati kaum, maka mereka memeranginya, dan Allah memberi rezeki kepada mereka darinya, hingga datanglah perintah Allah (hari kiamat), sedangkan mereka

tetap dalam keadaan demikian (berjuang), dan kekuasaan negeri kaum muslim berada di Syam. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli, dari Daud ibnu Rasyid dengan sanad yang sama.

Menurut riwayat yang terkenal, hadis ini diriwayatkan melalui Salamah ibnu Nufail seperti yang telah disebutkan di atas. Dan hadis ini memperkuat pendapat yang mengatakan tidak ada pe-nasikh-an.

Seakan-akan ketentuan hukum ini disyariatkan dalam kondisi perang, hingga perang tiada lagi. Qatadah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: sampai perang berhenti. (Muhammad: 4) Yakni hingga tiada kemusyrikan lagi. Ayat ini semakna dengan firman-Nya:


وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ


Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. (Al-Anfal: 39) Tetapi sebagian ulama mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah hingga para penyerang -yakni

orang-orang musyrik itu- meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa mereka, yaitu bertobat kepada Allah Swt. dan memeluk agama-Nya. Menurut pendapat yang lainnya lagi, makna yang dimaksud ialah orang-orang yang terlibat

dalam perang itu meletakkan senjatanya dan mengerahkan segala kemampuannya untuk mengerjakan ketaatan kepada Allah Swt. Firman Allah Swt.:


{ذَلِكَ وَلَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لانْتَصَرَ مِنْهُمْ}


Demikianlah, apabila Allah menghendaki, niscaya Allah akan membinasakan mereka. (Muhammad: 4) Yakni hal itu seandainya Allah menghendaki, bisa saja Dia membalas orang-orang kafir dengan hukuman dan pembalasan dari sisi-Nya.


{وَلَكِنْ لِيَبْلُوَ بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍ}


tetapi Allah hendak menguji sebagian kamu dengan sebagian yang lain. (Muhammad: 4) Akan tetapi, Allah memerintahkan kepada kalian untuk berjihad dan memerangi musuh, untuk menguji dan agar Kami menyatakan baik

buruknya hal ikhwal kalian. Seperti yang disebutkan di dalam surat Ali Imran dan At-Taubah perihal hikmah disyariatkan-Nya jihad, juga diterangkan dalam firman Allah Swt.:


{أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ}


Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar. (Ali Imran: 142) Allah Swt. telah berfirman di dalam surat At-Taubah:


{قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ وَيُذْهِبْ غَيْظَ قُلُوبِهِمْ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ}


Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman,

dan menghilangkan panas hati orang-orang mukmin. Dan Allah menerima tobat orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (At-Taubah: 14-15)

Mengingat peperangan itu memakan korban yang banyak, dan banyak dari kaum mukmin yang gugur di dalamnya, maka Allah Swt. berfirman:


{وَالَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَلَنْ يُضِلَّ أَعْمَالَهُمْ}


Dan orang-orang yang gugur pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka. (Muhammad: 4) Yakni tidak akan menghapusnya, bahkan memperbanyak dan mengembangkannya serta melipatgandakannya.

Di antara mereka ada yang pahala amalnya terus mengalir kepadanya selama dalam alam kuburnya, sebagaimana yang telah diterangkan di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya yang menyebutkan bahwa:


حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ يَحْيَى الدِّمَشْقِيُّ، حَدَّثَنَا ابْنُ ثَوْبَانَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ مَكْحُولٍ، عَنْ كَثِيرِ بْنِ مُرّة، عَنْ قَيْسٍ الْجُذَامِيِّ -رَجُلٍ كَانَتْ لَهُ صُحْبَةٌ-قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "يُعْطَى الشَّهِيدُ سِتُّ خِصَالٍ عِنْدَ أَوَّلِ قَطْرَةٍ مِنْ دَمِهِ: يُكَفر عَنْهُ كُلُّ خَطِيئَةٍ، وَيَرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَيُزَوَّجُ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، وَيُؤَمَّنُ مِنَ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَيُحَلَّى حُلَّة الْإِيمَانِ"


telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Yahya Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Ibnu Sauban, dari ayahnya, dari Mak-hul, dari Kasir ibnu Murrah, dari Qais Al-Juzami -seorang lelaki yang berpredikat sahabat-

yang telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Orang yang mati syahid dianugerahi enam perkara, yaitu pada permulaan tetes darahnya diampuni semua dosanya, dan dapat melihat kedudukannya kelak

di dalam surga dan akan dikawinkan dengan bidadari yang bermata jeli, dan diselamatkan dari kegemparan yang dahsyat (hari kiamat) serta diselamatkan dari azab kubur dan dihiasi dengan keimanan yang menyelimuti dirinya. Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid. Hadis lain.


قَالَ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا الْحَكَمُ بْنُ نَافِعٍ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، عن بَحِير ابن سَعِيدٍ، عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدان، عَنِ الْمِقْدَامِ بْنِ معد يكرب الْكِنْدِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللَّهِ سِتَّ خِصَالٍ: أَنْ يُغْفَرَ لَهُ فِي أَوَّلِ دَفْعَة مِنْ دَمِهِ، وَيَرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَيُحَلَّى حُلَّة الْإِيمَانِ، وَيُزَوَّجَ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، وَيُجَارَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، ويَأمَن مِنَ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ، وَيُوضَعَ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ، الْيَاقُوتَةُ مِنْهُ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا، وَيُزَوَّجَ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، ويُشَفَّع فِي سَبْعِينَ إِنْسَانًا مِنْ أَقَارِبِهِ"


Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Nafi', telah menceritakan kepadaku Ismail ibnu Iyasy, dari Yahya ibnu Sa'id, dari Khalid ibnu Ma'dan, dari Al-Miqdam ibnu Ma'di Kariba Al-Kindi r.a.

yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya bagi orang yang mati syahid ada enam perkara di sisi Allah, yaitu mendapat ampunan pada permulaan tetesan darahnya, dan dapat melihat kedudukannya di surga,

dan dianugerahi keimanan yang menyelimuti dirinya, dan dikawinkan dengan bidadari yang bermata jeli, dan diselamatkan dari azab kubur, dan diselamatkan dari kegemparan hari kiamat, dan dikenakan pada kepalanya

mahkota keagungan yang dihiasi dengan intan dan yaqut, sebutir permata yaqut yang ada di mahkotanya lebih baik daripada dunia dan seisinya, dan dikawinkan dengan dua orang wanita (penghuni bumi yang masuk surga)

dan tujuh puluh bidadari yang bermata jeli, serta dapat memberi syafaat kepada tujuh puluh orang dari kalangan kerabatnya. Imam Turmuzi telah meriwayatkan hadis ini, dan Ibnu Majah menilainya sahih.

Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui sahabat Abdullah ibnu Amr, juga dari Abu Qatadah r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"يُغفر لِلشَّهِيدِ كُلُّ شَيْءٍ إِلَّا الدَّيْن"


Diampuni bagi seorang yang mati syahid segala sesuatunya kecuali masalah utang. Imam Muslim telah meriwayatkan pula melalui hadis sejumlah sahabat hal yang semisal. Abu Darda r.a. mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:


"يُشَفَّعُ الشَّهِيدُ فِي سَبْعِينَ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ"


Orang yang mati syahid dapat memberi syafaat kepada tujuh puluh orang dari kalangan ahli baitnya (keluarganya). Dan Imam Abu Daud telah meriwayatkan hal yang semisal. Hadis-hadis yang menerangkan tentang keutamaan orang yang mati syahid banyak sekali. Firman Allah Swt:


{سَيَهْدِيهِمْ}


Allah akan memberi pimpinan kepada mereka. (Muhammad: 5) Yakni akan membimbing mereka ke surga. Semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:


{إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ يَهْدِيهِمْ رَبُّهُمْ بِإِيمَانِهِمْ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الأنْهَارُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ}


Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan. (Yunus: 9) Adapun firman Allah Swt.:


{وَيُصْلِحُ بَالَهُمْ}


dan memperbaiki keadaan mereka. (Muhammad: 5) Yaitu akan memperbaiki urusan dan keadaan mereka.


{وَيُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ عَرَّفَهَا لَهُمْ}


dan memasukkan mereka ke dalam surga yang telah diperkenalkan-Nya kepada mereka. (Muhammad: 6) Allah telah memperkenalkannya kepada mereka dan membimbing mereka kepadanya. Mujahid mengatakan bahwa

penghuni surga mengetahui rumah dan tempat tinggalnya masing-masing, mengingat Allah telah membagi-bagikannya kepada mereka. Mereka tidak akan keliru atau salah masuk, seakan-akan mereka adalah penghuninya sejak mereka

diciptakan, tidak seorang pun yang menunjukkan mereka kepadanya. Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Malik, dari zaid ibnu Aslam. Muhammad ibnu Ka'b mengatakan, "Apabila mereka masuk surga,

mereka mengetahui rumah-rumah mereka sebagaimana kalian mengetahui rumah-rumah kalian (sewaktu di dunia) bila pulang dari salat Jumat."Muqatil ibnu Hayyan mengatakan bahwa malaikat yang telah ditugaskan mencatat amal

perbuatannya sewaktu di dunia berjalan di hadapannya di dalam surga, sedangkan Anak Adam yang bersangkutan mengikutinya hingga sampailah ke tempat tinggal yang telah disediakan untuknya.

Kemudian malaikat itu memperkenalkan kepadanya segala sesuatu yang diberikan oleh Allah untuknya di dalam surga. Apabila telah sampai ke tempat tinggalnya, maka masuklah ia ke dalamnya dan menemui istri-istrinya,

lalu malaikat itu pergi meninggalkannya. Demikianlah menurut apa yang telah disebutkan oleh Ibnu Abu Hatim. Hal yang sama telah disebutkan di dalam hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari melalui hadis Qatadah,

dari Abul Mutawakkil An-Naji, dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"إِذَا خَلَصَ الْمُؤْمِنُونَ مِنَ النَّارِ حُبِسُوا بِقَنْطَرَةٍ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ، يَتَقَاصُّونَ مَظَالِمُ كَانَتْ بَيْنَهُمْ فِي الدُّنْيَا، حَتَّى إِذَا هُذّبوا وَنُقُّوا أُذِنَ لَهُمْ فِي دُخُولِ الْجَنَّةِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّ أَحَدَهُمْ بِمَنْزِلِهِ فِي الْجَنَّةِ أَهْدَى مِنْهُ بِمَنْزِلِهِ الَّذِي كَانَ فِي الدُّنْيَا"


Apabila orang-orang mukmin telah dikeluarkan dari neraka, mereka ditahan di sebuah jembatan yang terletak di antara surga dan neraka dalam rangka saling melakukan hukum qisas (pembalasan) yang ada di antara mereka

sewaktu di dunia; hingga manakala mereka telah dibersihkan dan disucikan, barulah diizinkan bagi mereka masuk surga. Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya seseorang dari mereka

lebih mengetahui tempat tinggalnya di surga ketimbang tempat tinggalnya di dunia dahulu. Kemudian Allah Swt. berfirman:


{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ}


Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Muhammad: 7) Semakna dengan firman-Nya:


{وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ}


Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. (Al-Hajj: 40) Karena sesungguhnya imbalan itu disesuaikan dengan jenis perbuatan dan amalnya. Untuk itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:


{وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ}


dan meneguhkan kedudukanmu. (Muhammad: 7) Seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadis yang mengatakan:


"مَنْ بَلَّغ ذَا سُلْطَانٍ حَاجَةَ مَنْ لَا يَسْتَطِيعُ إِبْلَاغَهَا، ثَبَّتَ اللَّهُ قَدَمَهُ عَلَى الصِّرَاطِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ".


Barang siapa yang menyampaikan kepada sultan (penguasa) keperluan orang yang tidak mampu menyampaikannya, maka Allah akan meneguhkan kedua telapak kakinya di atas sirat kelak pada hari kiamat. Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan:


{وَالَّذِينَ كَفَرُوا فَتَعْسًا لَهُمْ}


Dan orang-orang yang kafir, maka kecelakaanlah bagi mereka. (Muhammad: 8) Kebalikan dari nasib yang dialami oleh kaum mukmin yang diteguhkan kedudukan mereka karena telah menolong agama Allah dan membantu rasul-Nya. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:


"تَعِس عَبْدُ الدِّينَارِ، تَعِسَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ، تَعِسَ عَبْدُ القَطِيفة -[وَفِي رِوَايَةٍ: تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيصَةِ] -تَعِسَ وَانْتَكَسَ، وَإِذَا شِيكَ فَلَا انْتَقَشَ"


Celakalah pengabdi dinar, celakalah pengabdi dirham, celakalah pengabdi kebendaan, sungguh celaka dan binasalah dia; dan apabila diberi sakit, semoga Allah tidak menyembuhkannya. Firman Allah Swt.:


{وَأَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ}


dan Allah menghapus amal-amal mereka. (Muhammad: 8) Yakni melenyapkannya dan membatalkannya. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:


{ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنزلَ اللَّهُ}


Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al-Qur'an). (Muhammad: 9) Maksudnya, tidak menghendakinya dan tidak pula menyukainya.


{فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ}


lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka. (Muhammad: 9)

Surat Muhammad |47:5|

سَيَهْدِيهِمْ وَيُصْلِحُ بَالَهُمْ

sayahdiihim wa yushliḥu baalahum

Allah akan memberi petunjuk kepada mereka dan memperbaiki keadaan mereka,

He will guide them and amend their condition

Tafsir
Jalalain

(Allah akan memberi petunjuk kepada mereka) di dunia dan di akhirat kepada yang bermanfaat buat diri mereka (dan memperbaiki keadaan mereka)

di dunia dan di akhirat. Perbaikan di dunia adalah bagi mereka yang tidak gugur, yang termasuk ke dalam pengertian ungkapan Qutiluu dengan cara Taghlib, artinya lebih memprioritaskan mereka yang gugur di jalan Allah swt.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Muhammad | 47 : 5 |

penjelasan ada di ayat 4

Surat Muhammad |47:6|

وَيُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ عَرَّفَهَا لَهُمْ

wa yudkhiluhumul-jannata 'arrofahaa lahum

dan memasukkan mereka ke dalam surga yang telah diperkenalkan-Nya kepada mereka.

And admit them to Paradise, which He has made known to them.

Tafsir
Jalalain

(Dan memasukkan mereka ke dalam surga yang telah diperkenalkan) telah dijelaskan (kepada mereka) sehingga mereka mengetahui tempat-tempat tinggal mereka dalam surga

itu dan mereka telah mengenal istri-istri mereka dan telah mengenal pelayan-pelayan yang akan melayani mereka tanpa membutuhkan petunjuk lagi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Muhammad | 47 : 6 |

penjelasan ada di ayat 4

Surat Muhammad |47:7|

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

yaaa ayyuhallażiina aamanuuu in tanshurulloha yanshurkum wa yuṡabbit aqdaamakum

Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.

O you who have believed, if you support Allah, He will support you and plant firmly your feet.

Tafsir
Jalalain

(Hai orang-orang yang beriman! Jika kalian menolong Allah) yakni agama-Nya dan Rasul-Nya (niscaya Dia menolong kalian) atas musuh-musuh kalian (dan meneguhkan telapak kaki kalian) di dalam medan perang.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Muhammad | 47 : 7 |

penjelasan ada di ayat 4

Surat Muhammad |47:8|

وَالَّذِينَ كَفَرُوا فَتَعْسًا لَهُمْ وَأَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ

wallażiina kafaruu fa ta'sal lahum wa adholla a'maalahum

Dan orang-orang yang kafir, maka celakalah mereka, dan Allah menghapus segala amalnya.

But those who disbelieve - for them is misery, and He will waste their deeds.

Tafsir
Jalalain

(Dan orang-orang yang kafir) dari kalangan penduduk Mekah; lafal ayat ini berkedudukan menjadi Mubtada, sedangkan Khabarnya, niscaya mereka celaka.

Pengertian ini disimpulkan dari firman selanjutnya yaitu (maka kecelakaanlah bagi mereka) yakni kebinasaan dan kekecewaanlah yang akan mereka terima dari Allah

(dan Allah menyesatkan amal perbuatan mereka) lafal ayat ini diathafkan pada Ta'isuu yang keberadaannya diperkirakan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Muhammad | 47 : 8 |

penjelasan ada di ayat 4

Surat Muhammad |47:9|

ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ

żaalika bi`annahum karihuu maaa anzalallohu fa aḥbatho a'maalahum

Yang demikian itu karena mereka membenci apa (Al-Qur´an) yang diturunkan Allah, maka Allah menghapus segala amal mereka.

That is because they disliked what Allah revealed, so He rendered worthless their deeds.

Tafsir
Jalalain

(Yang demikian itu) kecelakaan dan penyesatan itu (adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah) yakni Alquran yang diturunkan-Nya,

di dalamnya terkandung masalah-masalah taklif atau kewajiban-kewajiban (lalu Allah menghapuskan pahala amal-amal mereka.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Muhammad | 47 : 9 |

penjelasan ada di ayat 4

Surat Muhammad |47:10|

أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۚ دَمَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ ۖ وَلِلْكَافِرِينَ أَمْثَالُهَا

a fa lam yasiiruu fil-ardhi fa yanzhuruu kaifa kaana 'aaqibatullażiina ming qoblihim, dammarollaahu 'alaihim wa lil-kaafiriina amṡaaluhaa

Maka apakah mereka tidak pernah mengadakan perjalanan di bumi, sehingga dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Allah telah membinasakan mereka, dan bagi orang-orang kafir akan menerima (nasib) yang serupa itu.

Have they not traveled through the land and seen how was the end of those before them? Allah destroyed [everything] over them, and for the disbelievers is something comparable.

Tafsir
Jalalain

(Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka;

Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka) atas diri mereka, dan anak-anak serta harta benda mereka (dan orang-orang kafir akan menerima hal yang seperti itu)

yaitu mereka akan menerima akibat-akibat yang sama dengan apa yang telah diterima oleh orang-orang kafir sebelum mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Muhammad | 47 : 10 |

Tafsir ayat 10-13

Firman Allah Swt.:


{أَفَلَمْ يَسِيرُوا}


Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan. (Muhammad: 10) Yakni mereka yang mempersekutukan Allah dan mendustakan rasul­Nya.


{فِي الأرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ دَمَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ}


di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka. (Muhammad: 10)

Yakni Allah mengazab mereka karena kedustaan dan kekafiran mereka, sedangkan orang-orang mukmin diselamatkan Allah dari kalangan mereka yang diazab. Dan dalam firman berikutnya disebutkan:


{وَلِلْكَافِرِينَ أَمْثَالُهَا}


dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu. (Muhammad: 10) Kemudian Allah Swt. berfirman:


{ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ مَوْلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَأَنَّ الْكَافِرِينَ لَا مَوْلَى لَهُمْ}


Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah Pelindung orang-orang yang beriman dan karena sesungguhnya orang-orang kafir itu tiada mempunyai pelindung. (Muhammad: 11)

Abu Sufyan alias Sakhr ibnu Harb -pemimpin kaum musyrik- mengatakan dalam Perang Uhud ketika ia bertanya tentang Nabi Saw. dan Abu Bakar, tetapi tidak dijawab. Maka ia berkata, "Ingatlah, mereka telah mati.

" Lalu ucapannya itu dijawab oleh Umar ibnul Khattab r.a., "Engkau dusta, hai musuh Allah, bahkan Allah Swt. telah memelihara apa yang membuatmu susah, dan sesungguhnya orang-orang yang engkau bilang tadi masih hidup.

" Maka Abu Sufyan berkata, "Hari ini merupakan balasan dari Perang Badar, peperangan itu silih berganti. Ingatlah, sesungguhnya kalian akan menjumpai orang yang mati dicincang. Aku tidak memerintahkannya, tidak pula melarangnya.

" Lalu Abu Sufyan pergi seraya mendendangkan syair yang isinya, "Tinggilah Hubal, tinggilah Hubal!" (Hubal nama berhala yang disembah mereka). Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Mengapa kalian tidak menjawabnya? " Mereka bertanya, "Apa yang harus kami katakan?" Rasulullah Saw. bersabda:


اللَّهُ أَعْلَى وَأَجَلُّ


Allah lebih tinggi dan lebih agung. Abu Sufyan berkata lagi, "Kami mempunyai Uzza, dan tiada Uzza bagi kalian." (maksudnya kejayaan yang namanya kebetulan sama dengan berhala sembahan mereka). Rasulullah Saw.

bersabda (kepada para sahabatnya), "Mengapa kalian tidak menjawabnya?" Mereka bertanya, "Apakah yang harus kami katakan, wahai Rasulullah?" Rasulullah Saw. bersabda:


اللَّهُ مَوْلَانَا وَلَا مَوْلَى لَكُمْ


Allah adalah Pelindung kami, dan tiada pelindung bagi kalian. Kemudian Allah Swt. berfirman:


{إِنَّ اللَّهَ يُدْخِلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ}


Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. (Muhammad: 12) Yakni pada hari kiamat nanti.


{وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الأنْعَامُ}


Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. (Muhammad: 12) Yaitu dalam kehidupan dunia mereka senang, dan mereka hidup hanya untuk makan

sebagaimana binatang makan, yakni tujuan mereka hanyalah makan dan bersenang-senang dalam dunia ini. Karena itulah disebutkan dalam hadis sahih melalui sabda Rasulullah Saw. yang mengatakan:


"الْمُؤْمِنُ يَأْكُلُ فِي مِعيّ وَاحِدٍ، وَالْكَافِرُ يَأْكُلُ فِي سَبْعَةِ أَمْعَاءٍ"


Orang yang mukmin makan dengan satu perut, sedangkan orang kafir makan dengan tujuh perut. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:


{وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ}


Dan neraka adalah tempat tinggal mereka. (Muhammad: 12) Yakni di hari mereka mendapat pembalasan. Firman Allah Swt.:


{وَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ هِيَ أَشَدُّ قُوَّةً مِنْ قَرْيَتِكَ الَّتِي أَخْرَجَتْكَ}


Dan betapa banyaknya negeri-negeri yang (penduduknya) lebih kuat daripada (penduduk) negerimu (Muhammad) yang telah mengusirmu itu. (Muhammad: 13) Yakni penduduk Mekah.


{أَهْلَكْنَاهُمْ فَلا نَاصِرَ لَهُمْ}


Kami telah membinasakan mereka; maka tidak ada seorang penolongpun bagi mereka. (Muhammad: 13) Ini merupakan peringatan yang keras dan ancaman yang kuat ditujukan kepada penduduk Mekah karena mereka

telah mendustakan rasul-Nya, padahal dia adalah penghulu para rasul dan penutup para nabi. Apabila Allah telah membinasakan umat-umat yang dahulu telah mendustakan rasul-rasul yang sebelumnya,

padahal mereka jauh lebih kuat daripada orang-orang musyrik Mekah. Maka apakah yang akan dilakukan oleh Allah Swt. terhadap mereka di dunia dan akhirat, yakni bagaimanakah prasangka mereka terhadap kenyataan ini?

Dan jika Allah membebaskan sejumlah besar dari mereka dari hukuman di dunia berkat keberadaan Rasulullah Saw. Nabi pembawa rahmat, maka sesungguhnya azab akan dipenuhi terhadap orang-orang kafir itu di hari mereka dikembalikan kepada-Nya.


{يُضَاعَفُ لَهُمُ الْعَذَابُ مَا كَانُوا يَسْتَطِيعُونَ السَّمْعَ وَمَا كَانُوا يُبْصِرُونَ}


Siksaan itu dilipatgandakan kepada mereka. Mereka selalu tidak dapat mendengar (kebenaran) dan mereka selalu tidak dapat melihat (nya). (Hud: 20) Adapun firman Allah Swt.:


{مِنْ قَرْيَتِكَ الَّتِي أَخْرَجَتْكَ}


dari (penduduk) negerimu (Muhammad) yang telah mengusirmu itu. (Muhammad: 13) Yakni orang-orang yang telah mengusirmu dari kalangan mereka.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: ذَكَرَ أَبِي، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْأَعْلَى، عَنِ الْمُعْتَمِرُ بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ حَنَش ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا خَرَجَ مِنْ مَكَّةَ إِلَى الْغَارِ أُرَاهُ قَالَ: الْتَفَتَ إِلَى مَكَّةَ -وَقَالَ: "أَنْتِ أَحَبُّ بِلَادِ اللَّهِ إِلَى اللَّهِ، وَأَنْتِ أَحَبُّ بِلَادِ اللَّهِ إِلَيَّ، وَلَوْ أَنَّ الْمُشْرِكِينَ لَمْ يُخْرِجُونِي لَمْ أَخْرُجْ مِنْكِ"


Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa ayahnya telah meriwayatkan dari Muhammad ibnu Abdul Ala, dari Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman, dari ayahnya, dari Hanasy, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a., bahwa Nabi Saw.

ketika keluar dari Mekah menuju ke gua tempat persembunyiannya. Ketika sampai di gua itu beliau menoleh ke arah Mekah, lalu berkata: Sesungguhnya engkau adalah negeri Allah yang paling disukai oleh-Nya,

dan engkau adalah negeri Allah yang paling aku sukai; seandainya orang-orang musyrik itu (penduduknya) tidak mengusirku, aku tidak akan keluar meninggalkanmu.

Musuh yang paling dimurkai ialah orang yang memusuhi Allah di tanah suci-Nya, atau memerangi orang yang tidak bersalah. Maka Allah menurunkan firman-Nya:


{وَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ هِيَ أَشَدُّ قُوَّةً مِنْ قَرْيَتِكَ الَّتِي أَخْرَجَتْكَ أَهْلَكْنَاهُمْ فَلا نَاصِرَ لَهُمْ}


Dan betapa banyaknya negeri-negeri yang (penduduknya) lebih kuat daripada (penduduk) negerimu (Muhammad) yang telah mengusirmu itu. Kami telah membinasakan mereka; maka tidak ada seorang penolong pun bagi mereka. (Muhammad: 13)

Surat Muhammad |47:11|

ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ مَوْلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَأَنَّ الْكَافِرِينَ لَا مَوْلَىٰ لَهُمْ

żaalika bi`annalloha maulallażiina aamanuu wa annal-kaafiriina laa maulaa lahum

Yang demikian itu karena Allah Pelindung bagi orang-orang yang beriman, sedang orang-orang kafir tidak ada pelindung bagi mereka.

That is because Allah is the protector of those who have believed and because the disbelievers have no protector.

Tafsir
Jalalain

(Yang demikian itu) dimenangkannya orang-orang mukmin dan dikalahkannya orang-orang kafir (karena sesungguhnya Allah adalah pelindung) pelindung dan penolong

(orang-orang yang beriman dan karena sesungguhnya orang-orang kafir itu tiada mempunyai pelindung.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Muhammad | 47 : 11 |

penjelasan ada di ayat 10

Surat Muhammad |47:12|

إِنَّ اللَّهَ يُدْخِلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ

innalloha yudkhilullażiina aamanuu wa 'amilush-shooliḥaati jannaatin tajrii min taḥtihal-an-haar, wallażiina kafaruu yatamatta'uuna wa ya`kuluuna kamaa ta`kulul-an'aamu wan-naaru maṡwal lahum

Sungguh, Allah akan memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang yang kafir menikmati kesenangan (dunia), dan mereka makan seperti hewan makan, dan (kelak) nerakalah tempat tinggal bagi mereka.

Indeed, Allah will admit those who have believed and done righteous deeds to gardens beneath which rivers flow, but those who disbelieve enjoy themselves and eat as grazing livestock eat, and the Fire will be a residence for them.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.

Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang) di dunia (dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang) tiada lagi yang menjadi kepentingan mereka selain dari perut dan nafsu syahwatnya

dan mereka sama sekali tidak menoleh sedikit pun kepada masalah akhirat. (Dan neraka adalah tempat tinggal mereka) atau, tempat menetap dan tempat kembali mereka untuk selama-lamanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Muhammad | 47 : 12 |

penjelasan ada di ayat 10

Surat Muhammad |47:13|

وَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ هِيَ أَشَدُّ قُوَّةً مِنْ قَرْيَتِكَ الَّتِي أَخْرَجَتْكَ أَهْلَكْنَاهُمْ فَلَا نَاصِرَ لَهُمْ

wa ka`ayyim ming qoryatin hiya asyaddu quwwatam ming qoryatikallatiii akhrojatk, ahlaknaahum fa laa naashiro lahum

Dan betapa banyak negeri yang (penduduknya) lebih kuat dari (penduduk) negerimu (Muhammad) yang telah mengusirmu itu. Kami telah membinasakan mereka, maka tidak ada seorang pun yang menolong mereka.

And how many a city was stronger than your city [Makkah] which drove you out? We destroyed them; and there was no helper for them.

Tafsir
Jalalain

(Dan berapa banyaknya) sudah berapa banyak (negeri-negeri) yakni penduduknya (yang lebih kuat dari penduduk negerimu) lebih kuat daripada penduduk negeri Mekah

(yang telah mengusirmu itu) Dhamir di sini lebih memperhatikan lafal Qaryah (Kami telah membinasakan mereka) di sini lebih diperhatikan makna yang terkandung pada lafal Qaryah yang pertama

(maka tidak ada seorang penolong pun bagi mereka) dari kebinasaan yang Kami lakukan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Muhammad | 47 : 13 |

penjelasan ada di ayat 10

Surat Muhammad |47:14|

أَفَمَنْ كَانَ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّهِ كَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ

a fa mang kaana 'alaa bayyinatim mir robbihii kaman zuyyina lahuu suuu`u 'amalihii wattaba'uuu ahwaaa`ahum

Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Tuhannya sama dengan orang yang dijadikan terasa indah baginya perbuatan buruknya dan mengikuti keinginannya?

So is he who is on clear evidence from his Lord like him to whom the evil of his work has been made attractive and they follow their [own] desires?

Tafsir
Jalalain

(Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan) yakni hujah dan argumentasi (yang datang dari Rabbnya) mereka adalah orang-orang mukmin

(sama dengan orang yang dihiasi oleh keburukan amal perbuatannya) karena itu lalu ia memandangnya sebagai perbuatan yang baik, mereka adalah orang-orang kafir Mekah

(dan mengikuti hawa nafsunya) dalam menyembah berhala-berhala, maksudnya tentu saja tidak ada persamaan di antara keduanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Muhammad | 47 : 14 |

Tafsir ayat 14-15

Firman Allah Swt.:


{أَفَمَنْ كَانَ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّهِ}


Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Tuhannya. (Muhammad: 14) Yakni berada dalam keyakinan dan pengetahuan tentang perintah Allah dan agama-Nya melalui apa yang diturunkan oleh Allah Swt.

di dalam Kitab-Nya, berupa hidayah dan ilmu serta fitrah yang lurus yang telah dijadikan oleh Allah Swt. di dalam dirinya.


{كَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ}


sama dengan orang yang (setan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya. (Muhammad: 14) Sebagai jawabannya dapat dikatakan bahwa jelas tidak sama, semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنزلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى}


Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? (Ar-Ra'd: 19) Dan firman Allah Swt.:


{لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ}


Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung. (Al-Hasyr: 20) Kemudian Allah Swt. berfirman:


{مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ}


(Apakah) perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa. (Muhammad: 15) Menurut Ikrimah, makna yang dimaksud ialah sifat-sifat surga.


{فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آسِنٍ}


yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya. (Muhammad: 15) Menurut Ibnu Abbas, Al-Hasan, dan Qatadah, makna yang dimaksud ialah airnya tidak berubah rasa dan baunya.

Qatadah, Ad-Dahhak, dan Ata Al-Khurrasani mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah tidak bau. Orang-orang Arab mengatakan terhadap air yang berubah baunya dengan sebutan asin. Di dalam hadis yang marfu'

yang diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim, gairu asin artinya yang jernih dan tidak keruh. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Waki', dari Al-A'masy,

dari Abdullah ibnu Murrah, dari Masruq yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas'ud r.a. telah mengatakan bahwa sungai-sungai di surga itu berhulu dari gunung minyak kesturi.


{وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ}


dan sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya. (Muhammad: 15) Bahkan warnanya sangat keruh dan rasanya sangat manis lagi berlemak Di dalam sebuah hadis marfu' disebutkan:


"لَمْ يَخْرُجْ مِنْ ضُرُوع الْمَاشِيَةِ".


Tidak dikeluarkan dari tetek hewan ternak. Firman Allah Swt.:


{وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ}


dan sungai-sungai dari khamr yang lezat rasanya bagi peminumnya. (Muhammad: 15) Yakni bau dan rasanya tidak buruk seperti yang ada pada khamr di dunia melainkan warna, bau, rasa, dan pengaruhnya sangat baik. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{لَا فِيهَا غَوْلٌ وَلا هُمْ عَنْهَا يُنزفُونَ}


Tidak ada dalam khamr itu alkohol dan mereka tiada mabuk karena (meminum)nya. (Ash-Shaffat: 47)


{لَا يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلا يُنزفُونَ}


mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk (Al-Waqi'ah: 19) Dan firman Allah Swt.:


{بَيْضَاءَ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ}


(Warnanya) putih bersih, sedap rasanya bagi orang-orang vanz minum. (Ash-Shaffat: 46) Di dalam hadis Marfu’ disebutkan:


"لَمْ تَعْصُرْهَا الرِّجَالُ بِأَقْدَامِهَا".


Tidak diperas dengan kaki-kaki kaum lelaki.


{وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى}


dan sungai-sungai dari madu yang disaring. (Muhammad: 15) Yaitu sangat jernih, indah warnanya, rasanya, dan baunya. Di dalam hadis yang marfu' disebutkan:


"لَمْ يَخْرُجْ مِنْ بُطُونِ النَّحْلِ"


yang bukan dikeluarkan dari perut lebah.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَخْبَرَنَا الجُريري، عَنْ حَكِيمِ بْنِ مُعَاوِيَةَ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "فِي الْجَنَّةِ بَحْرُ اللَّبَنِ، وَبَحْرُ الْمَاءِ، وَبَحْرُ الْعَسَلِ، وَبَحْرُ الْخَمْرِ، ثُمَّ تَشَقَّقُ الْأَنْهَارُ مِنْهَا بَعْدُ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Al-Jariri, dari Hakim ibnu Mu'awiyah, dari ayahnya yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw.

bersabda: Di dalam surga terdapat sungai susu, sungai air, sungai madu, dan sungai khamr, kemudian semua sungai terbelah darinya sesudah itu.

Imam Turmuzi telah meriwayatkannya di dalam Sifatul Jannah, dari Muhammad ibnu Yasar, dari Yazid ibnu Harun, dari Sa'id ibnu Abu Iyas Al-Jariri, dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan.


قَالَ أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدَوَيْهِ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَاصِمٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ النُّعْمَانِ، حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا الْحَارِثُ بْنُ عُبَيْدٍ أَبُو قُدَامَةَ الْإِيَادِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو عِمْرَانَ الْجَوْنِيُّ، عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قَيْسٍ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "هَذِهِ الْأَنْهَارُ تَشخُبُ مِنْ جَنَّةِ عَدْنٍ فِي جَوْبَة، ثُمَّ تَصَدَّعُ بَعْدُ أَنْهَارًا"


Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Asim, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad ibnunNu'man, telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu Ibrahim,

telah menceritakan kepada kami Al-Haris ibnu Ubaid Abu Qudamah Al-Ayadi, telah menceritakan kepada kami Abu Imran Al-Juni, dari Abu Bakar ibnu Abdullah ibnu Qais, dari ayahnya yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.

pernah bersabda: Sungai-sungai ini mengalir dari surga 'Adn dari mata air yang ada di dalamnya, kemudian terbelah menjadi banyak sungai sesudahnya. Di dalam hadis sahih disebutkan:


"إِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ، فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ، وَمِنْهُ تُفَجَّر أَنْهَارُ الْجَنَّةِ، وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ"


Apabila kalian meminta kepada Allah, mintalah surga Firdaus kepada-Nya, karena sesungguhnya Firdaus adalah surga yang paling tengah dan paling tinggi; darinya mengalir semua sungai di surga, dan di atasnya terdapat Arasy Tuhan Yang Maha Pemurah.


قَالَ الْحَافِظُ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا مُصْعَبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ حَمْزَةَ الزُّبَيْرِيُّ، وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ الصفر السُّكَّرِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ الْحِزَامِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ الْمُغِيرَةِ، حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ دَلْهَمِ بْنِ الْأَسْوَدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ حَاجِبِ بْنِ عَامِرِ بْنِ الْمُنْتَفِقِ الْعُقَيْلِيِّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَمِّهِ لَقِيطِ بْنِ عَامِرٍ، قَالَ دَلْهَمٌ: وَحَدَّثَنِيهِ أَيْضًا أَبُو الْأَسْوَدِ، عَنْ عَاصِمِ بْنِ لَقِيطٍ أَنَّ لقيط بْنَ عَامِرٍ خَرَجَ وَافِدًا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قلت: يا رسول اللَّهِ، فَعَلَامَ نَطَّلِعُ مِنَ الْجَنَّةِ؟ قَالَ: "عَلَى أَنْهَارِ عَسَلٍ مُصَفًّى، وَأَنْهَارٍ مِنْ خَمْرٍ مَا بِهَا صُدَاعٌ وَلَا نَدَامَةٌ، وَأَنْهَارٍ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ، وَمَاءٍ غَيْرِ آسِنٍ، وَفَاكِهَةٍ، لَعَمْرُ إِلَهِكَ مَا تَعْلَمُونَ وَخَيْرٍ مِنْ مِثْلِهِ، وأزواج مطهرة" قلت: يا رسول الله، أو لنا فِيهَا أَزْوَاجٌ مُصْلِحَاتٌ؟ قَالَ: "الصَّالِحَاتُ لِلصَّالِحِينَ تَلَذُّونَهُنَّ مِثْلَ لَذَّاتِكُمْ فِي الدُّنْيَا وَيَلَذُّونَكُمْ، غَيْرَ أَلَّا تَوَالُدَ"


Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mus'ab ibnu Ibrahim ibnu Hamzah Az-Zubairi dan Abdullah ibnus Safar As-Sukari. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami

Ibrahim ibnul Munzir Al-Hizami, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnul Mugirah, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Iyasy, dari Dalham ibnul Aswad; dan Dalham menerima hadis ini pula dari Abul Aswad,

dari Asim ibnu Laqit yang mengatakan bahwa sesungguhnya Laqit ibnu Amir berangkat sebagai delegasi kaumnya kepada Rasulullah Saw. Aku (Laqit ibnu Amir) bertanya, "Wahai Rasulullah, pemandangan apakah yang akan kita lihat

di dalam surga itu?" Rasulullah Saw. menjawab: Sungai-sungai dari madu yang disaring, sungai-sungai dari khamr yang tidak memabukkan dan tidak pula membuat kecanduan, dan sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya,

dan sungai-sungai dari air yang tiada berubah bau dan rasanya, dan berbagai macam buah-buahan, demi usia Tuhanmu, seperti yang pernah kalian ketahui, tetapi jauh lebih baik daripadanya, dan juga istri-istri yang disucikan.

Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah bagi kita ada istri-istri yang saleh di dalam surga?' Rasulullah Saw. menjawab: Istri-istri yang saleh untuk orang-orang yang saleh, kalian merasakan kenikmatan mereka sebagaimana

kenikmatan kalian di dunia dan mereka pun merasakan kenikmatan dari kalian, hanya saja tiada beranak. Abu Bakar ibnu Abdullah ibnu Muhammad ibnu Abud Dunia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Ubaid,

dari Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepadaku Al-Jariri, dari Mu'awiyah ibnu Qurrah, dari ayahnya, dari Anas ibnu Malik r.a. yang mengatakan, "Barangkali kalian mengira bahwa sungai-sungai surga itu mengalir di parit-parit

sebagaimana di bumi. Demi Allah, sesungguhnya sungai-sungai di surga itu benar-benar mengalir bebas di permukaan tanah; kedua sisinya adalah kubah-kubah dari mutiara dan tanahnya adalah minyak kesturi yang harum sekali."

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abu Bakar ibnu Murdawaih melalui hadis Mahdi ibnu Hakim, dari Yazid ibnu Harun dengan sanad yang sama secara marfu'. Firman Allah Swt.:


{وَلَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ}


dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan. (Muhammad: 15) Semakna dengan firman-Nya:


{يَدْعُونَ فِيهَا بِكُلِّ فَاكِهَةٍ آمِنِينَ}


Di dalamnya mereka meminta segala macam buah-buahan dengan aman (dari segala kekhawatiran). (Ad-Dukhan: 55)


{فِيهِمَا مِنْ كُلِّ فَاكِهَةٍ زَوْجَانِ}


Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasangan. (Ar-Rahman: 52) Adapun firman Allah Swt.:


{وَمَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ}


dan ampunan dari Tuhan mereka. (Muhammad: 15) selain dari semua kenikmatan surgawi itu. Firman Allah Swt.:


{كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ}


sama dengan orang yang kekal dalam neraka. (Muhammad: 15) Apakah mereka yang telah disebutkan kedudukan mereka di dalam surga sama dengan orang-orang yang kekal di dalam neraka? Tentu saja tidak sama, orang yang berada di tingkat yang tinggi tidaklah sama dengan orang yang berada di dasar neraka.


{وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا}


dan diberi minum dengan air yang mendidih. (Muhammad: 15) Yakni air yang sangat panas yang panasnya tak terperikan.


{فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ}


sehingga memotong-motong ususnya? (Muhammad: 15) Yaitu menghancurleburkan semua isi perut dan usus yang bersangkutan. Semoga Allah melindungi kita dari

Surat Muhammad |47:15|

مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ ۖ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى ۖ وَلَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ ۖ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ

maṡalul-jannatillatii wu'idal-muttaquun, fiihaaa an-haarum mim maaa`in ghoiri aasin, wa an-haarum mil labanil lam yataghoyyar tho'muh, wa an-haarum min khomril lażżatil lisy-syaaribiin, wa an-haarum min 'asalim mushoffaa, wa lahum fiihaa ming kulliṡ-ṡamarooti wa maghfirotum mir robbihim, kaman huwa khoolidun fin-naari wa suquu maaa`an ḥamiiman fa qoththo'a am'aaa`ahum

Perumpamaan taman surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa, di sana ada sungai-sungai yang airnya tidak payau, dan sungai-sungai air susu yang tidak berubah rasanya, dan sungai-sungai khamar (anggur yang tidak memabukkan) yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai madu yang murni. Di dalamnya mereka memperoleh segala macam buah-buahan, dan ampunan dari Tuhan mereka. Samakah mereka dengan orang yang kekal dalam neraka, dan diberi minuman dengan air yang mendidih, sehingga ususnya terpotong-potong?

Is the description of Paradise, which the righteous are promised, wherein are rivers of water unaltered, rivers of milk the taste of which never changes, rivers of wine delicious to those who drink, and rivers of purified honey, in which they will have from all [kinds of] fruits and forgiveness from their Lord, like [that of] those who abide eternally in the Fire and are given to drink scalding water that will sever their intestines?

Tafsir
Jalalain

(Perumpamaan) gambaran tentang (surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa) dan yang menjadi milik bersama bagi orang-orang yang memasukinya.

Lafal ayat ini menjadi Mubtada, sedangkan Khabarnya ialah (yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya) dapat dibaca Aasinin atau Asinin,

jika dibaca Aasinin wazannya sama dengan lafal Dhaaribin, jika dibaca Asinin Wazannya sama dengan lafal Hadzirun. Artinya, airnya tidak berubah atau tidak berbeda dengan air dunia

yang dapat berubah karena ada sesuatu yang mencampurinya (sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya) berbeda dengan air susu di dunia, karena air susu di dunia keluar dari susu

(sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya) sangat lezat rasanya (bagi peminumnya) berbeda halnya dengan khamar di dunia, khamar dunia rasanya tidak enak bila diminum

(dan sungai-sungai dari madu yang disaring) berbeda dengan madu di dunia, karena madu di dunia keluar dari perut tawon kemudian bercampur dengan lilin dan lain sebagainya

(dan mereka memperoleh di dalamnya) berbagai macam jenis (dari aneka ragam buah-buahan, dan ampunan dari Rabb mereka) Rabb mereka rela terhadap mereka di samping kebaikan-Nya

yang terus melimpah bagi mereka tanpa henti-hentinya, yaitu berupa kenikmatan-kenikmatan yang telah disebutkan tadi. Berbeda halnya dengan perihal seorang tuan atau pemilik hamba sahaya di dunia,

karena sesungguhnya sekalipun majikan dari hamba sahaya itu berbuat baik kepadanya hal itu dibarengi dengan amarahnya, yakni terkadang sang majikan memarahinya

(sama dengan orang yang kekal dalam neraka) lafal ayat ini menjadi Khabar dari Mubtada yang diperkirakan keberadaannya yakni, apakah orang yang berada dalam kenikmatan tersebut

sama dengan orang yang kekal di dalam neraka (dan diberi minuman dengan air yang mendidih) yakni air yang sangat panas (sehingga memotong-motong ususnya)

artinya, minuman itu menghancurkan dan mencabik-cabik isi perutnya. Lafal Am'aa adalah bentuk jamak dari lafal Mi'a, sedangkan huruf Alifnya adalah ganti dari huruf Ya, karena sebagian dari mereka ada yang mengatakan Mi'yaani.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Muhammad | 47 : 15 |

penjelasan ada di ayat 14