Juz 27
Surat Al-Waqiah |56:77|
إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ
innahuu laqur`aanung kariim
dan (ini) sesungguhnya Al-Qur´an yang sangat mulia,
Indeed, it is a noble Qur'an
(Sesungguhnya ini) yakni yang dibacakan kepada kalian (adalah Alquran yang sangat mulia).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 77 |
penjelasan ada di ayat 75
Surat Al-Waqiah |56:78|
فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ
fii kitaabim maknuun
dalam Kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuz),
In a Register well-protected;
(Pada Kitab) yang tertulis dalam Kitab (yang terpelihara) yang dijaga, maksudnya Mushhaf Alquran.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 78 |
penjelasan ada di ayat 75
Surat Al-Waqiah |56:79|
لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ
laa yamassuhuuu illal-muthohharuun
tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan.
None touch it except the purified.
(Tidak menyentuhnya) adalah kalimat berita, tetapi mengandung makna perintah, yakni jangan menyentuhnya (kecuali orang-orang yang telah bersuci) yakni orang-orang yang telah menyucikan dirinya dari hadas-hadas.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 79 |
penjelasan ada di ayat 75
Surat Al-Waqiah |56:80|
تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
tanziilum mir robbil-'aalamiin
Diturunkan dari Tuhan seluruh alam.
[It is] a revelation from the Lord of the worlds.
(Diturunkan) ia diturunkan (dari Rabb semesta alam).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 80 |
penjelasan ada di ayat 75
Surat Al-Waqiah |56:81|
أَفَبِهَٰذَا الْحَدِيثِ أَنْتُمْ مُدْهِنُونَ
a fa bihaażal-ḥadiiṡi antum mud-hinuun
Apakah kamu menganggap remeh berita ini (Al-Qur´an)?
Then is it to this statement that you are indifferent
(Maka apakah terhadap firman ini) Alquran ini(kalian menganggapnya remeh) meremehkan dan mendustakannya
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 81 |
penjelasan ada di ayat 75
Surat Al-Waqiah |56:82|
وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ
wa taj'aluuna rizqokum annakum tukażżibuun
Dan kamu menjadikan rezeki yang kamu terima (dari Allah) justru untuk mendustakan(-Nya).
And make [the thanks for] your provision that you deny [the Provider]?
(Kalian menjadikan rezeki yang diberikan kepada kalian) yaitu berupa air hujan; kalian membalasnya (dengan mendustakan) rezeki yang diberikan Allah kepada kalian berupa air
hujan itu karena kalian telah mengatakan, "Kami di beri hujan oleh bintang anu".
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 82 |
penjelasan ada di ayat 75
Surat Al-Waqiah |56:83|
فَلَوْلَا إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ
falau laaa iżaa balaghotil-ḥulquum
Maka kalau begitu mengapa (tidak mencegah) ketika (nyawa) telah sampai di kerongkongan,
Then why, when the soul at death reaches the throat
(Maka mengapa tidak) kenapa tidak (sewaktu nyawa sampai) pada saat menjelang kematian (di tenggorokan) yakni pada saat nyawa sampai pada kerongkongan.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 83 |
Tafsir ayat 83-87
Firman Allah Swt.:
{فَلَوْلا إِذَا بَلَغَتِ}
Maka mengapa ketika sampai. (Al-W'aqi'ah: 83) Yakni nyawa atau roh.
{الْحُلْقُومَ}
di kerongkongan. (Al-Waqi'ah: 83) Maksudnya, tenggorokan. Hal ini terjadi di saat seseorang mengalami ihtidar (sekarat)nya, semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{كَلا إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ. وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ. وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ. وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ. إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ}
Sekali-kali jangan. Apabila napas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan, dan dikatakan (kepadanya), "Siapakah yang dapat menyembuhkan?” Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia),
dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu digiring. (Al-Qiyamah: 26-30) Karena itulah dalam surat ini disebutkan:
{وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ}
padahal ketika itu kamu melihat. (Al-Waqi'ah: 84) Yakni kepada orang yang sedang ihtidar dan sakaratulmaut yang dialaminya.
{وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ}
dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. (Al-Waqi'ah: 85) Yaitu melalui malaikat-malaikat Kami.
{وَلَكِنْ لَا تُبْصِرُونَ}
Tetapi kamu tidak melihat. (Al-Waqi'ah: 85) Artinya, tetapi kalian tidak melihat mereka, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ. ثُمَّ رُدُّوا إِلَى اللَّهِ مَوْلاهُمُ الْحَقِّ أَلا لَهُ الْحُكْمُ وَهُوَ أَسْرَعُ الْحَاسِبِينَ}
Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami,
dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya. Kemudian mereka (hamba Allah) dikembalikan kepada Allah. Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum (pada hari itu) kepunyaan-Nya.
Dan Dialah Pembuat perhitungan yang paling cepat. (Al-An'am: 61-62) Adapun firman Allah Swt.:
{فَلَوْلا إِنْ كُنْتُمْ غَيْرَ مَدِينِينَ تَرْجِعُونَهَا}
maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)? Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya). (Al-Waqi'ah: 86-87) Maknanya ialah bahwa mengapa kamu tidak mengembalikan roh yang sekarang telah sampai
di kerongkonganmu ke tempatnya semula dalam tubuhmu, jika kamu merasa tidak berada dalam kekuasaan Allah? Menurut Ibnu Abbas r.a. makna madinin ialah dihisab. Telah diriwayatkan pula hal yang semisal dari Mujahid, Ikrimah,
Al-Hasan, Qatadah, Ad-Dahhak, As-Saddi, dan Abu Hirzah. Sa'id ibnu Jubair dan Al-Hasan Al-Basri telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka mengapajika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)? (Al-Waqi'ah: 86)
Yakni tidak percaya bahwa kamu akan dibalasi dan dibangkitkan serta dihisab, maka kembalikanlah rohmu itu ke tempatnya. Diriwayatkan pula dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: tidak dikuasai (oleh Allah). (Al-Waqi'ah: 86)
Yaitu tidak meyakini. Maimun ibnu Mahran mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah tidak diazab dan tidak dikalahkan.
Surat Al-Waqiah |56:84|
وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ
wa antum ḥiina`iżin tanzhuruun
dan kamu ketika itu melihat,
And you are at that time looking on -
(Padahal kalian) hai orang-orang yang menghadiri saat kematian (ketika itu melihat) kapada orang yang sedang mengalami kematiannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 84 |
penjelasan ada di ayat 83
Surat Al-Waqiah |56:85|
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلَٰكِنْ لَا تُبْصِرُونَ
wa naḥnu aqrobu ilaihi mingkum wa laakil laa tubshiruun
dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu, tetapi kamu tidak melihat,
And Our angels are nearer to him than you, but you do not see -
(Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kalian) yakni melalui pengetahuan-Ku. (Tetapi kalian tidak melihat) kalian tidak mengetahui hal tersebut, lafal Tubshiruuna ini diambil dari lafal Bashiirah yang artinya melihat.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 85 |
penjelasan ada di ayat 83
Surat Al-Waqiah |56:86|
فَلَوْلَا إِنْ كُنْتُمْ غَيْرَ مَدِينِينَ
falau laaa ing kuntum ghoiro madiiniin
maka mengapa jika kamu memang tidak dikuasai (oleh Allah),
Then why do you not, if you are not to be recompensed,
(Maka mengapa tidak) kenapa tidak (jika kalian merasa tidak akan dibalas) merasa tidak akan dibangkitkan nanti, sesuai dengan dugaan kalian.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 86 |
penjelasan ada di ayat 83
Surat Al-Waqiah |56:87|
تَرْجِعُونَهَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
tarji'uunahaaa ing kuntum shoodiqiin
kamu tidak mengembalikannya (nyawa itu) jika kamu orang yang benar?
Bring it back, if you should be truthful?
(Kalian mengembalikan nyawa itu) maksudnya, mengembalikannya ke dalam tubuh kalian sendiri sesudah nyawa itu mencapai kerongkongan
(jika kalian adalah orang-orang yang benar) di dalam pengakuan kalian itu. Lafal Falaulaa yang kedua mengukuhkan makna lafal Laulaa pertama.
Sedangkan lafal Idzaa yang terkandung di dalam lafal Hiinaidzin menjadi Zharaf bagi lafal Tarji'uuna yang bergantung kepadanya kedua Syarat tersebut.
Makna ayat, mengapa kalian tidak mengembalikan nyawa kalian sendiri ke dalam tubuh kalian, jika kalian tidak mempercayai adanya hari berbangkit dan kalian benar-benar meniadakannya
Yakni hendaknya kalian meniadakan pula kematian itu sebagai pengganti dari ketidakpercayaan kalian kepada adanya hari berbangkit.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 87 |
penjelasan ada di ayat 83
Surat Al-Waqiah |56:88|
فَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِينَ
fa ammaaa ing kaana minal-muqorrobiin
Jika dia (orang yang mati) itu termasuk yang didekatkan (kepada Allah),
And if the deceased was of those brought near to Allah,
(Adapun jika dia) orang yang mati itu (termasuk orang-orang yang didekatkan-kepada Allah-).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 88 |
Tafsir ayat 88-96
Ketika keadaan ini merupakan kepastian yang dialami oleh manusia saat menghadapi kematiannya. Adakalanya dia termasuk orang yang didekatkan kepada Allah, atau bukan termasuk golongan kanan,
dan adakalanya termasuk orang yang mendustakan kebenaran lagi sesat dari jalan petunjuk dan tidak mengerti tentang perintah Allah. Untuk itu maka disebutkan oleh firman-Nya:
{فَأَمَّا إِنْ كَانَ}
Adapun jika dia. (Al-Waqi'ah: 88) Yakni orang yang sedang menghadapi kematiannya.
{مِنَ الْمُقَرَّبِينَ}
termasuk orang yang didekatkan (kepada Allah). (Al-Waqi'ah: 88) Mereka adalah orang-orang yang menunaikan amal-amal yang wajib dan yang sunat serta meninggalkan hal-hal yang diharamkan dan yang dimakruhkan, serta sebagian hal yang diperbolehkan.
{فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّةُ نَعِيمٍ}
maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta surga kenikmatan. (Al-Waqi'ah: 89) Mereka akan mendapatkan ketenteraman dan kesenangan serta para malaikat menyampaikan berita gembira ini kepada mereka di saat mereka
menghadapi kematiannya, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam hadis Al-Barra yang menyebutkan bahwa sesungguhnya para malaikat rahmat mengatakan, "Hai roh yang baik yang ada di dalam tubuh yang baik yang kamu huni,
keluarlah kamu menuju kepada ketenteraman, kesenangan, dan menemui Tuhan yang tidak murka."Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: maka dia memperoleh ketenteraman.
(Al-Waqi'ah: 89) Yaitu ketenteraman dan kesenangan, yakni ketenangan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, bahwa makna rauh ialah ketenteraman. Abu Hirzah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah beristirahat dari dunia.
Sa'id ibnu Jubair dan As-Saddi mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah terbebas. Telah diriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan firman-Nya: maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki. (Al-Waqi'ah: 89)
Yakni surga dan kesenangan. Qatadah mengatakan bahwa rauh artinya rahmat. Ibnu Abbas, Mujahid, dan Sa'id ibnu Jubair mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Raihan" artinya rezeki.
Pendapat-pendapat yang telah disebutkan di atas satu sama lainnya berdekatan lagi benar. Karena sesungguhnya orang yang mati dalam keadaan didekatkan kepada Allah akan memperoleh kesemuanya itu, yaitu rahmat, ketenteraman,
kebebasan, istirahat, kesenangan, kegembiraan, dan rezeki yang baik.
{وَجَنَّةُ نَعِيمٍ}
serta surga kenikmatan. (Al-Waqi'ah: 89) Abul Aliyah mengatakan bahwa tidaklah roh seseorang yang didekatkan kepada Allah terpisah dari jasadnya sebelum didatangkan kepadanya suatu tangkai (dahan) dari pepohonan surga yang harum,
sesudah itu barulah rohnya dicabut di dalamnya. Muhammad ibnu Ka'b mengatakan bahwa tidaklah seorang manusia meninggal dunia sebelum diperlihatkan kepadanya apakah dia termasuk ahli surga ataukah ahli neraka?
Dan dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan hadis-hadis yang mengisahkan tentang masa menjelang kematian, yaitu dalam tafsir firman-Nya:
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu. (Ibrahim: 27) Sebaiknya kita sebutkan salah satu di antaranya yang paling utama, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Tamim Ad-Dari, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
"يَقُولُ اللَّهُ لِمَلَكِ الْمَوْتِ: انْطَلِقْ إِلَى فُلَانٍ فَأْتِنِي بِهِ، فَإِنَّهُ قَدْ جَرَّبْتُهُ بِالسَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ فَوَجَدْتُهُ حَيْثُ أُحِبُّ، ائْتِنِي بِهِ فَلَأُرِيحَنَّهُ. قَالَ: فَيَنْطَلِقُ إِلَيْهِ مَلَكُ الْمَوْتِ وَمَعَهُ خَمْسُمِائَةٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ، مَعَهُمْ أَكْفَانٌ وحَنُوط مِنَ الْجَنَّةِ، وَمَعَهُمْ ضَبَائر الرَّيْحَانِ، أَصِلُ الرَّيْحَانَةِ وَاحِدٌ وَفِي رَأْسِهَا عِشْرُونَ لَوْنًا، لِكُلِّ لَوْنٍ مِنْهَا رِيحٌ سِوَى رِيحِ صَاحِبِهِ، وَمَعَهُمُ الْحَرِيرُ الْأَبْيَضُ فِيهِ الْمِسْكُ".
bahwa Allah Swt. berfirman kepada malaikat maut: "Berangkatlah kamu kepada si Fulan dan datangkanlah dia kepada-Ku, karena sesungguhnya Aku telah mengujinya dengan keadaan suka dan duka,
ternyata Kujumpai dia dalam keadaan yang Aku sukai. Datangkanlah dia, maka Aku akan membuatnya senang.” Kemudian malaikat maut berangkat menuju kepadanya dengan ditemani oleh lima ratus malaikat,
mereka membawa kafan-kafan dan kapur barus dari surga, juga membawa beberapa kayu wangi (cendana) yang setiap ikatan mengandung dua puluh macam jenis dan masing-masing jenis mempunyai bau wangi yang berbeda dengan lainnya,
dan mereka membawa pula kain sutra putih yang mengandung minyak kesturi. Hingga akhir hadis yang cukup panjang sebagaimana yang telah disebutkan dalam tafsir surat Ibrahim.
Banyak hadis yang diketengahkan sehubungan dengan ayat ini, seperti berikut: Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Harun,
dari Badil ibnu Maisarah, dari Abdullah ibnu Syaqiq, dari Aisyah, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. membaca firman-Nya dengan me-rafa'-kan huruf ra: maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki. (Al-Waqi'ah: 89)
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abu Daud, Turmuzi dan Nasai melalui hadis Harun alias Ibnu Musa yang tuna netra dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi memberikan komentarnya bahwa kami tidak mengenal hadis ini kecuali
melalui hadis Harun. Dan qira-ah ini adalah qira-ah Ya'qub semata. Sedangkan ulama qira-at lainnya berbeda dengannya, mereka membacanya: Farauhun waraihanun.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنٌ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَة، حَدَّثَنَا أَبُو الْأَسْوَدِ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ نَوْفَلٍ: أَنَّهُ سَمِعَ دُرَّةَ بِنْتَ مُعَاذٍ تُحَدِّثُ عَنْ أُمِّ هَانِئٍ: أَنَّهَا سَأَلَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنَتَزَاوَرُ إِذَا مُتْنَا وَيَرَى بَعْضُنَا بَعْضًا؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "تَكُونُ النَسمُ طَيْرًا يَعْلُقُ بِالشَّجَرِ، حَتَّى إِذَا كَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ دَخَلَتْ كُلُّ نَفْسٍ فِي جَسَدِهَا"
Imam Ahmad mengatakan pula,, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Abul Aswad Muhammad ibnu Abdur Rahman ibnu Naufal,
bahwa ia pernah mendengar Durrah binti Mu'az menceritakan hadis berikut dari Ummu Hani' yang bertanya kepada Rasulullah, "Apakah kami saling berkunjung bila telah mati dan sebagian dari kami melihat sebagian yang lainnya?"
Maka Rasulullah Saw. menjawab: Kelak diri seseorang itu berupa burung yang hinggap di pepohonan (surga), dan manakala hari kiamat telah terjadi, maka tiap-tiap jiwa (roh) masuk ke dalam tubuhnya masing-masing.
Hadis ini mengandung berita gembira bagi tiap orang mukmin. Makna yang dimaksud dengan 'hinggap' ialah 'makan', yakni makan dari pohon-pohon yang dihinggapinya. Kesahihan hal ini dibuktikan pula dengan hadis lain
yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Imam Muhammad ibnu Idris Asy-Syafii, dari Imam Malik ibnu Anas, dari Az-Zuhri, dari Abdur Rahman ibnu Ka'b ibnu Malik, dari ayahnya, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda:
"إِنَّمَا نَسَمة الْمُؤْمِنِ طَائِرٌ يَعْلُقُ فِي شَجِرِ الْجَنَّةِ حَتَّى يُرْجِعَهُ اللَّهُ إِلَى جَسَدِهِ يَوْمَ يَبْعَثُهُ"
Sesungguhnya jiwa orang mukmin itu berupa burung yang bergantung di pepohonan surga hingga Allah mengembalikannya ke jasadnya pada hari Dia membangkitkannya.
Sanad hadis ini hebat dan matannya dapat dipertanggungjawabkan. Di dalam hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"إِنَّ أَرْوَاحَ الشُّهَدَاءِ فِي حَوَاصِلِ طَيْرٍ خُضْرٍ تَسْرَحُ فِي الْجَنَّةِ (4) حَيْثُ شَاءَتْ، ثُمَّ تَأْوِي إِلَى قَنَادِيلَ مُعَلَّقَةٍ بِالْعَرْشِ"
Sesungguhnya arwah para syuhada itu berada di dalam perut burung hijau yang terbang bebas di taman-taman surga sekehendak hatinya, kemudian hinggap di lentera-lentera yang bergantungan di Arasy.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا هَمَّامٌ، حَدَّثَنَا عَطَاءُ بْنُ السَّائِبِ قَالَ: كَانَ أَوَّلُ يَوْمٍ عَرَفْتُ فِيهِ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ أَبِي لَيْلَى: رَأَيْتُ شَيْخًا أَبْيَضَ الرَّأْسِ وَاللِّحْيَةِ عَلَى حِمَارٍ، وَهُوَ يَتْبَعُ جِنَازَةً، فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: حَدَّثَنِي فُلَانُ بْنُ فُلَانٍ، سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ، وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ". قَالَ: فَأَكَبَّ الْقَوْمُ يَبْكُونَ فَقَالَ: "مَا يُبكيكم؟ " فَقَالُوا: إِنَّا نَكْرَهُ الْمَوْتَ. قَالَ: "لَيْسَ ذَاكَ، وَلَكِنَّهُ إِذَا حُضِر {فَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِينَ. فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّةُ نَعِيمٍ} ، فَإِذَا بُشِّر بِذَلِكَ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَاللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، لِلِقَائِهِ أَحَبُّ {وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِينَ الضَّالِّينَ. فَنزلٌ مِنْ حَمِيمٍ [وَتَصْلِيَةُ جَحِيمٍ] } فَإِذَا بُشِّر بِذَلِكَ كَرِهَ لِقَاءَ الله، والله للقاءه أَكْرَهُ.
Imam Ahmad mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammam, telah menceritakan kepada kami Ata ibnus Sa'ib yang mengatakan bahwa pada hari pertama mula-mula
ia mengenal Abdur Rahman ibnu Abu Laila, ia melihatnya sebagai seorang syekh yang telah beruban rambut dan jenggotnya, sedang mengendarai keledai mengiringi jenazah. Lalu ia mendengarnya mengatakan bahwa
Fulan bin Fulan yang telah mendengar dari Rasulullah Saw. telah menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang mencintai (hari) perjumpaannya dengan Allah,
maka Allah suka berjumpa dengannya; dan barang siapa yang benci akan perjumpaannya dengan Allah, maka Allah benci pula berjumpa dengannya. Maka kaum yang ada menangis, lalu Rasulullah Saw. bertanya,
"Mengapa kalian menangis?" Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami benci mati." Rasulullah Saw. bersabda, bahwa bukan itu yang dimaksud, tetapi apabila menjelang ajalnya. adapun jika dia (orang yang mati)
termasuk orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta surga kenikmatan. (Al-Waqi'ah: 88-89) Apabila ia mendapat berita gembira tersebut,
maka timbullah rasa cintanya untuk bersua dengan Allah, sedangkan Allah Swt. lebih suka darinya untuk bersua dengannya. Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang mendustakan lagi sesat,
maka dia mendapat hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam neraka. (Al-Waqi'ah: 92-94) Apabila dia telah mendapat berita tersebut, maka dia benci untuk bersua dengan Allah, dan Allah lebih benci untuk bersua dengannya.
Hal yang semakna telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Di dalam kitab sahih disebutkan dari Aisyah r.a. hadis yang menguatkan maknanya. Firman Allah Swt.:
{وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ}
Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan. (Al-Waqi'ah: 90) Yakni apabila orang yang sedang menjelang kematiannya itu termasuk golongan kanan,
{فَسَلامٌ لَكَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ}
maka keselamatan bagimu karena kamu dari golongan kanan. (Al-Waqi'ah:91) Yaitu para malaikat menyampaikan berita gembira ini kepada mereka. Berkata malaikat kepada salah seorang dari mereka,
"Salaimun laka" artinya kamu dalam keadaan baik-baik saja dan selamat, kamu termasuk golongan kanan. Qatadah dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah para malaikat mengucapkan kepadanya,
"Selamatlah kamu dari azab Allah," dan para malaikat mengucapkan salam penghormatan kepadanya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ikrimah, bahwa para malaikat mengucapkan salam kepadanya dan memberitahukan kepadanya
bahwa dia termasuk golongan kanan. Pendapat ini merupakan pendapat yang baik, dan pengertiannya sama dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنزلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ. نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ. نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ}
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah, " kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan),
"Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat;
di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Fushshilat: 30-32)
Imam Bukhari telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: maka keselamatan bagimu. (Al-Waqi'ah: 91) Yakni kamu diselamatkan karena kamu termasuk golongan kanan,
kemudian dalam bahasa Arabnya dipersingkat ungkapannya yaitu dengan membuang huruf an, tetapi maknanya masih tetap. Sebagaimana kamu katakan, "Kamu benar akan melakukan perjalanan sebentar lagi,
" bilamana sebelumnya ia mengatakan, "Sesungguhnya aku akan bepergian sebentar lagi." Dan adakalanya ungkapan, "Salamun laka" ini mengandung doa, sebagaimana ucapanmu, uSuqyan laka minar rijali,"
semoga kamu mendapat pengairan karena kamu termasuk laki-laki; ini jika lafaz salamun dibaca rafa', maka termasuk doa. Demikianlah apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari sebagian ulama bahasa yang kemudian
dipilih oleh Ibnu Jarir; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:
{وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِينَ الضَّالِّينَ. فَنزلٌ مِنْ حَمِيمٍ وَتَصْلِيَةُ جَحِيمٍ}
Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang mendustakan lagi sesat, maka dia mendapat hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam neraka. (Al-Waqi'ah: 92-94)
Maksudnya, jika orang yang sedang menjelang kematiannya itu termasuk orang yang mendustakan kebenaran lagi sesat dari jalan petunjuk.
{فَنزلٌ}
maka dia mendapat hidangan. (Al-Waqi'ah: 93) Yakni sajian.
{مِنْ حَمِيمٍ}
air yang mendidih. (Al-Waqi'aht93) Artinya, air yang mendidih yang dapat menghancurkan semua isi perut dan kulitnya.
{وَتَصْلِيَةُ جَحِيمٍ}
dan dibakar di dalam neraka. (Al-Waqi'ah: 94) Ini mengukuhkan keberadaannya di dalam neraka yang mengepungnya dari segala penjuru. Kemudian Allah Swt. berfirman:
{إِنَّ هَذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِينِ}
Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar. (Al-Waqi'ah: 95) Yaitu berita ini benar-benar hal yang pasti terjadi, tiada keraguan dan tiada kebimbangan padanya, dan tiada jalan lari bagi seorang pun darinya.
{فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ}
Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar. (Al-Waqi'ah: 96)
قَالَ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنَا مُوسَى بْنِ أَيُّوبَ الْغَافِقِيِّ، حَدَّثَنِي عمِّي إِيَاسُ بْنُ عَامِرٍ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ الْجُهَنِيِّ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ} قَالَ: "اجْعَلُوهَا فِي رُكُوعِكُمْ" وَلَمَّا نَزَلَتْ: {سَبِّحْ اسْمَ رَبِّكَ الأعْلَى} [الْأَعْلَى:1] ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اجْعَلُوهَا فِي سُجُودِكُمْ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ayyub Al-Gafiqi, telah menceritakan kepadaku Iyas ibnu Amir, dari Uqbah ibnu Amir Al-Juhani yang mengatakan
bahwa ketika diturunkan kepada Rasulullah Saw. ayat ini, yaitu firman-Nya: Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar. (Al-Waqi'ah: 96) Maka beliau Saw. bersabda: Jadikanlah bacaan tasbih ini dalam rukuk kalian.
Dan ketika turun kepada beliau Saw. firman-Nya: Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Maka beliau Saw. bersabda: Jadikanlah bacaan ini dalam sujud kalian.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Majah melalui hadis Abdullah ibnul Mubarak, dari Musa ibnu Ayyub dengan sanad yang sama.
قَالَ رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ: حَدَّثَنَا حَجَّاجُ الصَّوافُ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ قَالَ: سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ، غُرِسَتْ لَهُ نَخْلَةٌ فِي الْجَنَّةِ".
Rauh ibnu Ubadah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hajjaj As-Sawwaf dari Abuz Zubair, dari Jabir yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Barang siapa yang mengucapkan,
"Mahasuci Allah Yang Mahabesar dan dengan memuji kepada-Nya, " maka ditanamkan baginya sebuah pohon kurma di dalam surga. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi melalui hadis Rauh,
dan Imam Nasai meriwayatkannya pula melalui hadis Hammad ibnu Salamah, dari hadis Abuz Zubair, dari Jabir, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib,
kami tidak mengenalnya melainkan melalui hadis Abuz Zubair.
قَالَ الْبُخَارِيُّ فِي آخِرِ كِتَابِهِ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ إِشْكَابَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ، حَدَّثَنَا عُمارة بْنِ الْقَعْقَاعِ، عَنْ أَبِي زُرْعَة، عَنْ أَبِي هُريرة قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ، ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ: سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ".
Imam Bukhari di dalam akhir kitabnya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Isykab, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fudail, telah menceritakan kepada kami Imarah ibnul Qa'qa', dari Abu Zar'ah,
dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Ada dua kalimah yang ringan di mulut, berat dalam timbangan amal perbuatan, lagi disukai oleh Tuhan Yang Maha Pemurah, yaitu:
"Mahasuci Allah dan dengan memuji kepada-Nya, Mahasuci Allah Yang Maha Besar." Jamaah yang lainnya (selain Imam Bukhari) selain Abu Daud, telah meriwayatkan hadis ini melalui Muhammad ibnu Fudail dengan sanad yang semisal.
Surat Al-Waqiah |56:89|
فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّتُ نَعِيمٍ
fa rouḥuw wa roiḥaanuw wa jannatu na'iim
maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta surga (yang penuh) kenikmatan.
Then [for him is] rest and bounty and a garden of pleasure.
(Maka dia memperoleh ketenteraman) dia mendapatkan ketenangan (dan rezeki) yang baik (serta surga yang penuh dengan kenikmatan)
apakah jawab ini bagi lafal Amma ataukah bagi In, ataukah menjadi Jawab bagi kedua-duanya, sehubungan dengan masalah ini ada beberapa pendapat.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 89 |
penjelasan ada di ayat 88
Surat Al-Waqiah |56:90|
وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ
wa ammaaa ing kaana min ash-ḥaabil-yamiin
Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan,
And if he was of the companions of the right,
(Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 90 |
penjelasan ada di ayat 88
Surat Al-Waqiah |56:91|
فَسَلَامٌ لَكَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ
fa salaamul laka min ash-ḥaabil-yamiin
maka, "Salam bagimu (wahai) dari golongan kanan!" (sambut malaikat).
Then [the angels will say], "Peace for you; [you are] from the companions of the right."
(Maka keselamatan bagi kamu) yakni baginya keselamatan dari siksaan (karena kamu termasuk golongan kanan) karena dia termasuk di antara mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 91 |
penjelasan ada di ayat 88
Surat Al-Waqiah |56:92|
وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِينَ الضَّالِّينَ
wa ammaaa ing kaana minal-mukażżibiinadh-dhooolliin
Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang mendustakan dan sesat,
But if he was of the deniers [who were] astray,
(Dan adapun jika dia termasuk golongan orang-orang yang mendustakan lagi sesat).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 92 |
penjelasan ada di ayat 88
Surat Al-Waqiah |56:93|
فَنُزُلٌ مِنْ حَمِيمٍ
fa nuzulum min ḥamiim
maka dia disambut siraman air yang mendidih,
Then [for him is] accommodation of scalding water
(Maka dia mendapat hidangan air yang sangat panas).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 93 |
penjelasan ada di ayat 88
Surat Al-Waqiah |56:94|
وَتَصْلِيَةُ جَحِيمٍ
wa tashliyatu jaḥiim
dan dibakar di dalam neraka.
And burning in Hellfire
(Dan dibakar di dalam neraka Jahim).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 94 |
penjelasan ada di ayat 88
Surat Al-Waqiah |56:95|
إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِينِ
inna haażaa lahuwa ḥaqqul-yaqiin
Sungguh, inilah keyakinan yang benar.
Indeed, this is the true certainty,
(Sesungguhnya yang disebutkan ini adalah suatu keyakinan yang benar) lafal Haqqul Yaqiin termasuk ungkapan dengan memakai cara mengidhafahkan Maushuf kepada sifatnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 95 |
penjelasan ada di ayat 88
Surat Al-Waqiah |56:96|
فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ
fa sabbiḥ bismi robbikal-'azhiim
Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Besar.
So exalt the name of your Lord, the Most Great.
(Maka bertasbihlah kamu dengan menyebut nama Rabbmu Yang Maha Besar) penafsirannya sebagaimana yang telah lalu.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 96 |
penjelasan ada di ayat 88
Surat Al-Hadid |57:1|
سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
sabbaḥa lillaahi maa fis-samaawaati wal-ardh, wa huwal-'aziizul-ḥakiim
Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
Whatever is in the heavens and earth exalts Allah, and He is the Exalted in Might, the Wise.
(Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah) memahasucikan-Nya dari semua yang tidak layak bagi-Nya.
Huruf Lam adalah Zaidah, dan dipakai lafal Ma bukannya Man karena memandang dari segi mayoritasnya. (Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Bijaksana) di dalam perbuatan-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Hadid | 57 : 1 |
Tafsir ayat 1-3
Allah Swt. menceritakan bahwa bertasbih kepada-Nya semua makhluk yang ada di langit dan di bumi, yakni semua makhluk hidup dan tetumbuhan. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالأرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا}
Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (Al-Isra: 44) Adapun firman Allah Swt.:
{وَهُوَ الْعَزِيزُ}
Dan Dialah Yang Mahaperkasa. (Al-Hadid: 1) yang tunduk patuh kepada-Nya segala sesuatu.
{الْحَكِيمُ}
lagi Mahabijaksana. (Al-Hadid: 1) terhadap makhluk-Nya lagi Mahabijaksana dalam perintah dan syariatNya.
{لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ يُحْيِي وَيُمِيتُ}
Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan. (Al-Hadid: 2) Yakni Dialah yang memiliki lagi yang mengatur makhluk-Nya, maka Dia menghidupkan dan mematikan, juga memberikan apa yang dikehendaki-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
{وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ}
dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-Hadid: 2) Yaitu apa yang dikehendaki-Nya pasti ada, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya pasti tiada. Firman Allah Swt.:
{هُوَ الأوَّلُ وَالآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ}
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir dan YangBatin. (Al-Hadid: 3) Ayat inilah yang diisyaratkan oleh hadis Irbad ibnu Sariyah, bahwa ayat ini lebih utama daripada seribu ayat. Abu Daud mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Abbas ibnu Abdul Azim, telah menceritakan kepada kami An-Nadr ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Ikrimah ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Abu Zamil yang mengatakan,
"Aku pernah berkata kepada Ibnu Abbas, 'Coba terka apakah yang sedang kusimpan di dalam hatiku.' Ibnu Abbas balik bertanya, 'Coba terangkan, apakah itu?' Aku menjawab, 'Demi Allah, aku tidak akan mengutarakannya.'
Ibnu Abbas berkata, 'Apakah suatu dosa?" Lalu Ibnu Abbas berkata, 'Tiada seorang pun yang selamat dari dosa.' Ia mengatakan ini sambil tertawa." Ibnu Abbas melanjutkan, bahwa hingga Allah Swt. menurunkan firman-Nya:
Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu.
Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu. (Yunus: 94), hingga akhir ayat. Dan Ibnu Abbas berkata lagi kepadaku, "Jika kamu merasakan sesuatu dalam dirimu, maka bacalah firman-Nya:
'Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir dan YangBatin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu' (Al-Hadid: 3)."Ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan makna ayat ini, pendapat mereka kurang lebih ada belasan.
حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنَا ابْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ سُهيل بْنِ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَدْعُو عِنْدَ النَّوْمِ: "اللَّهُمَّ، رب السموات السَّبْعِ، وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ، مُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْفُرْقَانِ، فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ شَيْءٍ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ، أَنْتَ الْأَوَّلُ لَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الْآخِرُ لَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الظَّاهِرُ لَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الْبَاطِنُ لَيْسَ دُونَكَ شَيْءٌ. اقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ، وَأَغْنِنَا مِنَ الْفَقْرِ"
telah menceritakan kepada kami Khalaf ibnul Walid, telah menceritakan kepada kami Ibnu Iyasy, dari Suhail ibnu Abu Saleh, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. sering membaca doa ini di saat menjelang tidurnya, yaitu:
Ya Allah, Tuhan Yang Menguasai tujuh langit dan Tuhan yang menguasai 'Arasy yang besar. Ya Tuhan kami, Tuhan segala sesuatu, Yang menurunkan Taurat, Injil, danAl-Qur’an, Yang membelah biji dan benih,
tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Aku berlindung kepada Engkau dari kejahatan segala sesuatu, Engkaulah yang memegang ubun-ubunnya. Engkau adalah Yang Awal, maka tiada sesuatu pun sebelum Engkau.
Dan Engkau adalah Yang Akhir, maka tiada sesuatu pun sesudah Engkau. Dan Engkau Yang Zahir, maka tiada sesuatu pun di atas Engkau. Dan Engkau Yang Batin, maka tiada sesuatu pun di balik Engkau.
Tunaikanlah dari kami utang-utang kami, dan berilah kami kecukupan dari kefakiran.
وَرَوَاهُ مُسْلِمٌ فِي صَحِيحِهِ: حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ سُهَيل قَالَ: كَانَ أَبُو صَالِحٍ يَأْمُرُنَا إِذَا أَرَادَ أَحَدُنَا أَنْ يَنَامَ: أَنْ يَضْطَجِعَ عَلَى شِقِّهِ الْأَيْمَنِ، ثُمَّ يَقُولُ: اللَّهُمَّ، ربّ السموات وَرَبَّ الْأَرْضِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ، فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى، وَمُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْفُرْقَانِ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ ذِي شَرٍّ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ، اللَّهُمَّ، أَنْتَ الْأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُونَكَ شَيْءٌ، اقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ، وَأَغْنِنَا مِنَ الْفَقْرِ.
Imam Muslim meriwayatkannya di dalam kitab sahihnya, bahwa telah menceritakan kepadaku Zuhair ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Suhail yang mengatakan bahwa dahulu Abu Saleh menganjurkan kepada kami bahwa
apabila seseorang dari kami hendak tidur, hendaklah ia berbaring pada lambung kanannya, kemudian mengucapkan doa berikut: Ya Allah, Tuhan yang menguasai langit, Tuhan yang menguasai bumi, Tuhan yang menguasai Arasy yang besar.
Ya Tuhan kami dan Tuhan yang menguasai segala sesuatu, Yang membelah biji dan benih, Yang menurunkan Taurat, Injil, dan Al-Qur’an, aku berlindung kepada Engkau dari kejahatan setiap makhluk yang jahat yang ubun-ubunnya
berada di genggaman-Mu. Ya Allah, Engkau adalah Yang Awal, maka tiada sesuatu pun sebelum Engkau; dan Engkau Yang Akhir, maka tiada sesuatu pun sesudah Engkau; dan Engkau YangZahir, maka tiada sesuatu pun di atas Engkau;
dan Engkau Yang Batin, maka tiada sesuatu pun di balik Engkau. Maka tunaikanlah dari kami utang-utang kami dan berilah kami kecukupan dari kefakiran. Tersebutlah bahwa Abu Saleh meriwayatkan hadis ini dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw.
Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli telah meriwayatkan di dalam kitab musnadnya, dari Aisyah Ummul Mu’minin hal yang semisal dengan hadis ini. Untuk itu dia mengatakan:
حَدَّثَنَا عُقْبَةُ، حَدَّثَنَا يُونُسُ، حَدَّثَنَا السَّرِيُّ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ مَسْرُوقٍ، عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُ بِفِرَاشِهِ فَيُفْرَشُ لَهُ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ، فَإِذَا أَوَى إِلَيْهِ تَوَسَّدَ كَفَّهُ الْيُمْنَى، ثُمَّ هَمَسَ-مَا يُدْرَى مَا يَقُولُ-فَإِذَا كَانَ فِي آخِرِ اللَّيْلِ رفع صوته فقال: "اللهم، رب السموات السَّبْعِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، إِلَهَ كُلِّ شَيْءٍ، وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ، وَمُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْفُرْقَانِ، فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ شَيْءٍ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ اللَّهُمَّ، أَنْتَ الْأَوَّلُ الَّذِي لَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْآخِرُ الَّذِي لَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُونَكَ شَيْءٌ، اقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ، وَأَغْنِنَا مِنَ الْفَقْرِ"
telah menceritakan kepada kami Uqbah, telah menceritakan kepada kami Yunus, telah menceritakan kepada kami As-Sirri ibnu Ismail, dari Asy-Sya'bi, dari Masruq, dari Aisyah yang mengatakan bahwa sudah menjadi kebiasaan Rasulullah Saw.
memerintahkan kepadanya untuk menggelarkan kasurnya, maka digelarkanlah kasurnya dengan menghadap ke arah kiblat. Dan apabila beliau Saw. merebahkan diri di atasnya, maka beliau jadikan telapak tangan kanannya sebagai bantal,
lalu bergumam yang tidak kuketahui apa yang dibacanya. Dan apabila malam hari menjelang akhirnya, maka beliau Saw. mengeraskan suaranya seraya membaca doa berikut: Ya Allah, Tuhan Yang menguasai tujuh langit,
Tuhan Yang menguasai Arasy yang besar, Tuhan segala sesuatu dan Yang menurunkan Taurat, Injil, dan Al-Qur’an, Yang membelah biji dan benih, aku berlindung kepada Engkau dari kejahatan segala sesuatu yang Engkau pegang ubun-ubunnya.
Ya Allah, Engkau adalah Yang Awal yang tiada sesuatu pun sebelum Engkau, dan Engkau adalah Yang Akhir yang tiada sesuatu pun sesudah Engkau; dan Engkau Yang Zahir, maka tiada sesuatu pun di atas Engkau; dan Engkau Yang Batin,
maka tiada sesuatu pun di balik Engkau. Tunaikanlah dari kami utang-utang kami, dan berilah kami kecukupan dari kefakiran. As-Sirri ibnu Ismail ini adalah anak lelaki pamannya Asy-Sya'bi, dia orangnya daif hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Abu Isa alias Imam Turmuzi dalam tafsir ayat ini mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdu ibnu Humaid dan lainnya yang bukan hanya seorang, tetapi semuanya meriwayatkan hal yang sama. Mereka mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Syaiban ibnu Abdur Rahman, dari Qatadah yang telah mengatakan bahwa Al-Hasan telah menceritakan dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa
ketika Nabi Saw. sedang duduk bersama para sahabatnya, tiba-tiba mendung menutupi mereka, maka Nabi Saw. bersabda, "Tahukah kalian, apakah awan ini?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Nabi Saw. menjawab,
"Awan inilah yang menyirami bumi, awan ini digiring menuju ke tempat suatu kaum yang tidak mensyukuri Allah dan tidak pernah berdoa kepada Allah." Kemudian Nabi Saw. bertanya, "Tahukah kalian apakah yang ada di atas kalian?"
Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Nabi Saw. bersabda, "Sesungguhnya di atas kalian adalah langit yang tinggi yang merupakan atap yang terpelihara dan gelombang yang tertutup." Kemudian Nabi Saw. bertanya,
"Tahukah kalian, berapakah jarak antara kalian dan langit itu?" Mereka berkata, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Nabi Saw. bersabda, "Jarak antara kalian dan langit adalah lima ratus tahun." Kemudian Nabi Saw. bertanya,
"Tahukah kalian apakah yang ada di atasnya?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Nabi Saw. bersabda, "Sesungguhnya di atas itu ada langit lagi yang jarak di antara keduanya adalah perjalanan lima ratus tahun,"
hingga Nabi Saw. menyebutkannya sampai tujuh langit, dan bahwa jarak antara tiap-tiap dua langit sama dengan jarak antara langit dan bumi. Nabi Saw. bertanya, "Tahukah kalian apakah yang ada di atas semuanya itu?" Mereka menjawab,
"Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Nabi Saw. bersabda, "Sesungguhnya di atas semuanya itu terdapat 'Arasy yang jarak antara 'Arasy dan langit (yang ketujuh) sama dengan jarak antara satu langit ke langit yang lainnya. Nabi Saw.
bersabda, "Tahukah kalian, apakah yang ada di bawah kalian?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Nabi Saw. menjawab, "Sesungguhnya yang di bawah kalian adalah bumi." Nabi Saw. bertanya,
"Tahukah kalian apa yang ada di bawah bumi?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Nabi Saw. bersabda, "Sesungguhnya di bawah bumi ini terdapat bumi lainnya yang jarak di antara keduanya sama
dengan perjalanan lima ratus tahun," hingga Nabi Saw. menyebutnya sampai tujuh lapis bumi, dan bahwa jarak dari satu bumi ke bumi yang lainnya sama dengan perjalanan lima ratus tahun." Kemudian Rasulullah Saw.
bersabda, "Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, seandainya kalian mengulurkan tambang ke bumi yang paling bawah, tentulah tambang itu akan turun sampai kepada Allah." Lalu Nabi Saw. membaca firman Allah Swt.:
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir dan YangBatin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Hadid: 3) Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib bila ditinjau dari segi jalurnya. Diriwayatkan pula dari Ayyub,
Yunus ibnu Ubaid, dan Ali ibnu Zaid, mereka mengatakan bahwa Al-Hasan belum pernah mendengar dari Abu Hurairah. Sebagian ahlul 'ilmi menakwilkan makna hadis ini. Mereka mengatakan bahwa sesungguhnya yang dimaksud
dengan 'turun sampai kepada Allah' ialah ilmu-Nya, kekuasaan-Nya, dan pengaruh-Nya. Karena sesungguhnya ilmu, kekuasaan, dan pengaruh Allah Swt. itu berada di mana-mana dan di semua tempat, sedangkan Dia di atas 'Arasy,
sebagaimana yang disebutkan di dalam Kitab-Nya. Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini melalui Syuraih, dari Al-Hakam ibnu Abdul Malik, dari Qatadah, dari Al-Hasan dan Abu Hurairah, dari Nabi Saw., lalu disebutkan hal yang semisal.
Dalam riwayat ini disebutkan pula bahwa jarak dari satu bumi ke bumi lainnya adalah perjalanan tujuh ratus tahun. Disebutkan juga bahwa seandainya seseorang dari kalian menjulurkan tambang ke bumi lapis yang ketujuh,
niscaya sampailah tambang itu kepada Allah. Kemudian Nabi Saw. membaca firman-Nya: Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Hadid: 3)
Ibnu Abu Hatim dan Al-Bazzar meriwayatkan hadis ini melalui Abu Ja'far Ar-Razi, dari Qatadah, dari Al-Hasan, dari Abu Hurairah, lalu disebutkan hadis yang semisal. Tetapi Ibnu Abu Hatim tidak menyebutkan bagian terakhirnya,
yaitu bahwa seandainya kamu menjulurkan tambang. Akan tetapi, yang disebutkannya ialah hingga menghitung tujuh lapis bumi yang jarak antara satu lapis bumi ke lapis bumi lainnya sama dengan perjalanan lima ratus tahun.
Kemudian Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, YangZahir dan YangBatin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Hadid: 3) Dan Al-Bazzar mengatakan bahwa tiada yang meriwayatkan hadis ini
dari Nabi Saw. selain Abu Hurairah. Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Bisyr, dari Yazid, dari Sa'id, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin. (Al-Hadid: 3)
Telah diceritakan kepada kami bahwa ketika Nabi Saw. sedang duduk di antara para sahabatnya, tiba-tiba berlalulah di atas mereka sekumpulan awan. Maka Nabi Saw. bertanya, "Tahukah kalian, awan apakah ini?"
Kemudian dilanjutkan seperti konteks yang ada pada hadis Imam Turmuzi, hanya berdasarkan riwayat ini predikat hadis adalah mursal, dan barangkali jalur inilah yang terkenal; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Telah diriwayatkan pula hal ini melalui hadis Abu Zar Al-Gifari r.a. yang dikemukakan oleh Al-Bazzar di dalam kitab musnadnya, dan Imam Baihaqi di dalam Kitabul Asma Was Sifat, tetapi sanadnya masih perlu diteliti dan di dalam matannya
terdapat hal yang garib dan munkar; dan hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Ibnu Jarir sehubungan dengan firman-Nya: dan seperti itu pula bumi. (Ath-Thalaq: 12) telah mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Abdul A'la,
telah menceritakan kepada kami Ibnu Saur, dari Ma'mar, dari Qatadah yang mengatakan bahwa empat malaikat bersua di antara langit dan bumi. Sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, "Dari manakah kamu datang?"
Seseorang dari mereka menjawab, "Tuhanku telah mengutusku dari langit yang ketujuh dan Dia kutinggalkan di sana." Kemudian yang lainnya berkata, "Tuhanku telah mengutusku dari bumi yang ketujuh, dan Dia kutinggalkan di sana."
Yang lainnya berkata, "Tuhanku telah mengutusku dari arah timur dan Dia kutinggalkan di sana." Dan yang lainnya lagi berkata, "Tuhanku telah mengutusku dari arah barat dan Dia kutinggalkan di sana." Hadis ini garib sekali,
dan adakalanya hadis yang pertama tadi mauquf hanya. sampai pada Qatadah, sebagaimana pula hadis ini, yaitu dari perkataan Qatadah sendiri; dan hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Surat Al-Hadid |57:2|
لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ يُحْيِي وَيُمِيتُ ۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
lahuu mulkus-samaawaati wal-ardh, yuḥyii wa yumiit, wa huwa 'alaa kulli syai`ing qodiir
Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
His is the dominion of the heavens and earth. He gives life and causes death, and He is over all things competent.
(Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan) melalui penciptaan (dan mematikan) sesudah itu (dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Hadid | 57 : 2 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Hadid |57:3|
هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
huwal-awwalu wal-aakhiru wazh-zhoohiru wal-baathin, wa huwa bikulli syai`in 'aliim
Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir, dan Yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
He is the First and the Last, the Ascendant and the Intimate, and He is, of all things, Knowing.
(Dialah Yang Awal) sebelum segala sesuatu ada, keawalan Dia tidak ada permulaannya (dan Yang Akhir) sesudah segala sesuatu berakhir, keakhiran-Nya tanpa batas
(dan Yang Maha Zahir) melalui bukti-bukti yang menunjukkan kezahiran Nya (dan Yang Batin) yakni tidak dapat dilihat dan ditemukan oleh panca indra (dan Dia Maha Mengetahui atas segala sesuatu).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Hadid | 57 : 3 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Hadid |57:4|
هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ ۚ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا ۖ وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
huwallażii kholaqos-samaawaati wal-ardho fii sittati ayyaamin ṡummastawaa 'alal-'arsy, ya'lamu maa yaliju fil-ardhi wa maa yakhruju min-haa wa maa yanzilu minas-samaaa`i wa maa ya'ruju fiihaa, wa huwa ma'akum aina maa kuntum, wallohu bimaa ta'maluuna bashiir
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari dalamnya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
It is He who created the heavens and earth in six days and then established Himself above the Throne. He knows what penetrates into the earth and what emerges from it and what descends from the heaven and what ascends therein; and He is with you wherever you are. And Allah, of what you do, is Seeing.
(Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari) yakni sebagaimana hari-hari di dunia; dimulai dari hari Ahad dan berakhir pada hari Jumat.
(Kemudian Dia bersemayam/berkuasa di atas Arasy) di atas Al Kursiy sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya (Dia mengetahui apa yang masuk)
semua yang masuk (ke dalam bumi) seperti air hujan dan orang-orang yang mati (dan apa yang keluar daripadanya) seperti tumbuh-tumbuhan dan mineral (
dan apa yang turun dari langit) seperti rahmat/hujan dan azab (dan apa yang naik kepada-Nya) seperti amal-amal saleh dan amal-amal yang buruk. (Dan Dia bersama kalian)
melalui ilmu-Nya (di mana saja kalian berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kalian kerjakan).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Hadid | 57 : 4 |
Tafsir ayat 4-6
Allah menceritakan penciptaan langit dan bumi yang dilakukan-Nya selama enam hari (masa); kemudian Allah memberitahukan tentang bersemayam-Nya di atas 'Arasy sesudah Dia menciptakan semuanya.
Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan penjelasan mengenai makna ayat ini dan ayat-ayat lainnya yang semisal sehingga tidak perlu diulang lagi. Firman Allah Swt.:
{يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الأرْضِ}
Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi. (Al-Hadid: 4) Yakni mengetahui jumlah biji dan benih yang dimasukkan ke dalam bumi.
{وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا}
dan apa yang keluar darinya. (Al-Hadid: 4) Yaitu berupa tanam-tanaman, tumbuh-tumbuhan, dan buah-buahan yang dihasilkan darinya. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلا يَعْلَمُهَا وَلا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأرْضِ وَلا رَطْبٍ وَلا يَابِسٍ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ}
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula),
dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). (Al-An'am: 59) Adapun firman Allah Swt.:
{وَمَا يَنزلُ مِنَ السَّمَاءِ}
dan apa yang turun dari langit. (Al-Hadid: 4) Yakni berupa hujan, salju, embun, takdir, dan hukum-hukum serta para malaikat yang mulia-mulia. Dalam pembahasan terdahulu —yaitu tafsir surat Al-Baqarah— telah disebutkan bahwa
tiada setetes hujan pun yang diturunkan dari langit melainkan bersama malaikat yang menjatuhkannya di tempat yang diperintahkan oleh Allah Swt. sesuai dengan kehendakNya. Firman Allah Swt.:
{وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا}
dan apa yang naik kepadanya. (Al-Hadid: 4) Maksudnya, malaikat-malaikat dan amal-amal perbuatan yang dibawanya. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadis sahih yang mengatakan:
"يُرْفَعُ إِلَيْهِ عَمَلُ اللَّيْلِ قَبْلَ النَّهَارِ، وَعَمَلُ النَّهَارِ قَبْلَ اللَّيْلِ"
Dinaikkan (dilaporkan) kepada-Nya amal perbuatan malam hari sebelum siang hari, dan amal siang hari sebelum malam hari. Firman Allah Swt.:
{وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ}
Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Al-Hadid: 4) Yakni Dia Maha Mengawasi kalian lagi Maha Menyaksikan semua amal kalian di mana pun kalian berada,
baik di daratan ataupun di lautan, baik di malam ataupun siang hari, baik di dalam rumah maupun di tengah hutan. Semuanya itu bagi ilmu Allah sama saja dan berada di bawah penglihatan dan pendengaran-Nya.
Maka Dia mendengar pembicaraan kalian dan melihat tempat kalian dan mengetahui rahasia dan apa yang dibisikkan oleh kalian, seperti yang diterangkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{أَلا إِنَّهُمْ يَثْنُونَ صُدُورَهُمْ لِيَسْتَخْفُوا مِنْهُ أَلا حِينَ يَسْتَغْشُونَ ثِيَابَهُمْ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ}
Ingatlah, sesungguhnya (orang munafik itu) memalingkan dada mereka untuk menyembunyikan diri darinya (Muhammad). Ingatlah, di waktu mereka menyelimuti dirinya dengan kain.
Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka lahirkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati. (Hud: 5) Dan firman Allah Swt. lainnya yang menyebutkan:
{سَوَاءٌ مِنْكُمْ مَنْ أَسَرَّ الْقَوْلَ وَمَنْ جَهَرَ بِهِ وَمَنْ هُوَ مُسْتَخْفٍ بِاللَّيْلِ وَسَارِبٌ بِالنَّهَارِ}
Sama saja (bagi Tuhan), siapa di antaramu yang merahasiakan ucapannya dan siapa yang berterus terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari. (Ar-Ra'd: 10)
Maka tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, dan tidak ada Penguasa (Rabb) selain Dia. Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda kepada Malaikat Jibril saat Jibril menanyakan kepadanya tentang ihsan:
"أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ".
Hendaklah engkau sembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya; dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.
وَرَوَى الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْإِسْمَاعِيلِيُّ مِنْ حَدِيثِ نَصْرِ بْنِ خُزَيْمَةَ بْنِ جُنَادَةَ بْنِ مَحْفُوظِ بْنِ عَلْقَمَةَ، حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ نَصْرِ بْنِ عَلْقَمَةَ، عَنْ أَخِيهِ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَائِذٍ قَالَ: قَالَ عُمَرَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: زَوِّدْنِي كَلِمَةً أَعِيشُ بِهَا فَقَالَ: "اسْتَحِ اللَّهَ كَمَا تَسْتَحِي رَجُلًا مِنْ صَالِح عَشِيرَتِكَ لَا يُفَارِقُكَ"
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Isma'ili telah meriwayatkan melalui hadis Nasr ibnu Khuzaimah ibnu Junadah ibnu Mahfuz ibnu Alqamah, bahwa telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Nasr ibnu Alqamah,
dari saudaranya (yaitu Abdur Rahman ibnu Amir) yang mengatakan bahwa Umar pernah bercerita bahwa seorang lelaki datang kepada Nabi Saw., lalu berkata,
"Bekalilah aku dengan hikmah yang akan kuamalkan sepanjang hayat dikandung badan." Maka Nabi Saw. bersabda: Malulah kamu kepada Allah sebagaimana malumu kepada seorang yang saleh dari kalangan kaum kerabatmu
yang selamanya tidak berpisah darimu. Hadis ini garib. Abu Na'im telah meriwayatkan pula melalui hadis Abdullah ibnu Alawaih Al-Amiri secara marfu':
"ثَلَاثٌ مَنْ فَعَلَهُنَّ فَقَدْ طَعِمَ الْإِيمَانَ: مَنْ عَبَدَ اللَّهَ وَحْدَهُ، وَأَعْطَى زَكَاةَ مَالِهِ طَيِّبَةً بِهَا نَفْسُهُ فِي كُلِّ عَامٍ، وَلَمْ يُعْطِ الهَرَمة وَلَا الدَرنة، وَلَا الشَّرط اللَّئِيمَةَ وَلَا الْمَرِيضَةَ وَلَكِنْ مِنْ أَوْسَطِ أَمْوَالِكُمْ. وَزَكَّى نَفْسَه" وَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا تَزْكِيَةُ الْمَرْءِ نَفْسَهُ؟ فَقَالَ: "يَعْلَمُ أَنَّ اللَّهَ مَعَهُ حَيْثُ كَانَ"
Ada tiga hal yang bila dikerjakan pelakunya berarti telah merasakan manisnya iman, yaitu jika ia selalu beribadah kepada Allah dalam kesendiriannya, dan menyerahkan zakat hartanya dengan hati yang tulus ikhlas setiap tahunnya,
dan tidak membayarnya dengan ternak yang sudah tua, ternak yang buruk, ternak yang cacat parah, dan tidak pula ternak yang sakit, tetapi dari standar harta yang dimilikinya dan menyucikan dirinya. Lalu ada seorang lelaki bertanya,
"Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan pengertian seseorang menyucikan dirinya?" Rasulullah Saw. menjawab: Bila dia selalu merasakan bahwa Allah selalu bersamanya di mana pun ia berada.
قَالَ نُعَيْم بْنُ حَمّاد، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ كَثِيرِ بْنِ دِينَارِ الْحِمْصِيُّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ مُهَاجِرٍ، عَنْ عُرْوَةَ بْنُ رُوَيم، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ غَنم، عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ أَفْضَلَ الْإِيمَانِ أَنْ تَعْلَمَ أَنَّ اللَّهَ مَعَكَ حَيْثُمَا كنت"
Na'im ibnu Hammad rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Sa'Md ibnu Kasir ibnu Dinar Al-Himsi, dari Muhammad ibnu Muhajir, dari Urwah ibnu Ruwayyim, dari Abdur Rahman ibnu Ganam,
dari Ubadah ibnus Samit yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya iman yang paling utama ialah bila engkau mengetahui bahwa Allah selalu bersamamu di mana pun engkau berada.
Hadis ini garib. Dan tersebutlah bahwa Imam Ahmad rahimahullah mengucapkan kedua bait syair berikut:
إِذَا مَا خَلَوْتَ الدَّهْرَ يَوْمًا فَلا تَقُلْ ... خَلَوْتُ وَلَكِنْ قُلْ: عَلَيَّ رَقِيبُ ... وَلا تَحْسَبَنَّ اللهَ يَغْفَلُ سَاعَةً ... وَلا أَنَّ مَا يَخْفَى عَلَيْهِ يَغِيبُ ...
Jika di suatu hari engkau merasa sendirian, maka janganlah kamu anggap dirimu sendirian, tetapi resapilah oleh dirimu bahwa kamu berada dalam pengawasan Tuhan Yang Maha Mengawasi.
Dan jangan sekali-kali kamu mengira Allah lalai dalam suatu saat, dan jangan pula beranggapan bahwa apa yang engkau sembunyikan itu tidak kelihatan (oleh-Nya). Firman Allah Swt.:
{لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الأمُورُ}
Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi. Dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan. (Al-Hadid: 5) Yakni Dialah Yang memiliki dunia dan akhirat, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَإِنَّ لَنَا لَلآخِرَةَ وَالأولَى}
dan sesungguhnya kepunyaan Kamilah akhirat dan dunia. (Al-Lail: 13) Dan Dialah Yang Terpuji atas semuanya itu, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lainnya:
{وَهُوَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ لَهُ الْحَمْدُ فِي الأولَى وَالآخِرَةِ}
Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat. (Al-Qashash: 70) Dan firman Allah Swt.:
{الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَلَهُ الْحَمْدُ فِي الآخِرَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ}
Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang di langit dan apa yang di bumi dan bagi-Nya (pu la) segala puji di akhirat. Dan Dialah Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. (Saba': 1)
Maka semua yang ada di langit dan di bumi adalah milik-Nya, dan para penghuninya adalah hamba-hamba-Nya yang tunduk patuh di hadapanNya. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ إِلا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا لَقَدْ أَحْصَاهُمْ وَعَدَّهُمْ عَدًّا وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا}
Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti.
Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri. (Maryam: 93-95) Karena itulah maka disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:
{وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الأمُورُ}
Dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan. (Al-Hadid: 5) Yakni hanya kepada-Nyalah semuanya dikembalikan pada hari kiamat nanti, lalu Dia menghukumi makhluk-Nya menurut apa yang dikehendaki-Nya.
Dia Mahaadil dan tidak akan lalim, tidak pula melampaui batas barang seberat zarrah pun. Bahkan jika seseorang dari mereka melakukan suatu kebaikan, Dia melipat gandakan pahalanya sampai sepuluh kali lipatnya.
{وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا}
dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. (An-Nisa: 40) Semakna pula dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ}
Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan. (Al-Anbiya: 47) Adapun firman Allah Swt.:
{يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ}
Dialah yang memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. (Al-Hadid: 6) Yaitu Dialah Yang mengatur makhluk, membolak-balikkan malam dan siang hari,
dan menentukan kadar waktu masing-masing dengan kebijaksanaan-Nya menurut apa yang dikehendaki-Nya. Adakalanya malam hari berwaktu panjang dan siang hari menjadi pendek, dan adakalanya sebaliknya,
adakalanya pula Dia membiarkan keduanya pertengahan. Dialah yang menjadikan musim, adakalanya musim dingin, lalu musim semi, musim panas, dan musim gugur.
Semaunya itu berdasarkan kebijaksaan dan ukuran-Nya menurut apa yang dikehendaki-Nya terhadap makhluk-Nya.
{وَهُوَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ}
Dan Dia mengetahui segala isi hati. (Al-Hadid: 6) Artinya, Dia mengetahui semua rahasia, betapapun kecil dan tersembunyinya.
Surat Al-Hadid |57:5|
لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ
lahuu mulkus-samaawaati wal-ardh, wa ilallohi turja'ul-umuur
Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi. Dan hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan.
His is the dominion of the heavens and earth. And to Allah are returned [all] matters.
(Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi. Dan kepada Allah-lah dikembalikan segala sesuatu) yakni semua yang ada ini.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Hadid | 57 : 5 |
penjelasan ada di ayat 4
Surat Al-Hadid |57:6|
يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ ۚ وَهُوَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ
yuulijul-laila fin-nahaari wa yuulijun-nahaaro fil-laiil, wa huwa 'aliimum biżaatish-shuduur
Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati.
He causes the night to enter the day and causes the day to enter the night, and he is Knowing of that within the breasts.
(Dialah Yang memasukkan malam) yang memasukkannya (ke dalam siang) sehingga bertambah panjanglah waktu siang dan berkuranglah waktu malam (dan memasukkan siang ke dalam malam)
sehingga waktu malam bertambah panjang sedangkan waktu siang semakin berkurang. (Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati) maksudnya,
Dia Maha Mengetahui akan rahasia-rahasia dan keyakinan-keyakinan yang terkandung di dalam kalbu.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Hadid | 57 : 6 |
penjelasan ada di ayat 4
Surat Al-Hadid |57:7|
آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ ۖ فَالَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ
aaminuu billaahi wa rosuulihii wa anfiquu mimmaa ja'alakum mustakhlafiina fiih, fallażiina aamanuu mingkum wa anfaquu lahum ajrung kabiir
Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari harta yang Dia telah menjadikan kamu sebagai penguasanya (amanah). Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menginfakkan (hartanya di jalan Allah) memperoleh pahala yang besar.
Believe in Allah and His Messenger and spend out of that in which He has made you successors. For those who have believed among you and spent, there will be a great reward.
(Berimanlah kalian) artinya, tetaplah kalian beriman (kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah) di jalan Allah (sebagian dari harta kalian yang Allah telah menjadikan kalian menguasainya)
yakni dari harta orang-orang yang sebelum kalian dan kelak Dia akan menguasakannya kepada orang-orang yang sesudah kalian. Ayat ini diturunkan sewaktu perang 'Ursah atau dikenal dengan nama perang Tabuk.
(Maka orang-orang yang beriman di antara kalian dan menafkahkan hartanya) ayat ini mengisyaratkan kepada apa yang telah dilakukan oleh sahabat Usman r.a. (mereka akan memperoleh pahala yang besar).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Hadid | 57 : 7 |
Tafsir ayat 7-11
Allah Swt. memerintahkan kepada manusia agar beriman kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya dengan iman yang sempurna, terus-menerus, lagi teguh dan kokoh. Dan Allah menganjurkan kepada kalian untuk membelanjakan hartamu
yang telah dijadikan oleh Allah kepadamu sebagai pengganti-Nya dalam mengelolanya. Yakni harta itu yang ada pada kalian merupakan pinjaman dari Allah, karena sesungguhnya pada asal mulanya berada di tangan orang-orang sebelum kalian,
lalu beralih ke tangan kalian. Maka Allah Swt. memberi petunjuk kepada kalian agar menggunakan harta yang dititipkan kepadamu untuk dibelanjakan pada jalan ketaatan kepada-Nya.
Jika mereka mau mengerjakan hal ini, maka manfaatnya bagi mereka; dan jika tidak, maka perhitungan mereka berada pada-Nya dan Dia kelak akan menghukum mereka karena meninggalkan kewajiban-kewajiban mereka pada hartanya.
Firman Allah Swt.:
{مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ}
yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. (Al-Hadid: 7) Di dalam ayat ini terkandung isyarat yang menunjukkan bahwa kelak harta itu pada akhirnya akan ditinggalkan juga olehmu.
Dan beruntunglah jika ahli warismu menggunakannya untuk jalan ketaatan kepada Allah. Dengan demikian, berarti ahli warismu lebih beruntung daripada kamu dengan apa yang telah diberikan oleh Allah kepadanya.
Tetapi bila ahli warismu menggunakan harta yang diwarisnya darimu untuk tujuan durhaka kepada Allah, berarti kamu telah membantunya untuk berbuat dosa dan kedurhakaan.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، سَمِعْتُ قَتَادَةَ يُحَدِّثُ، عَنْ مُطَرَّف-يَعْنِي بْنَ عَبْدِ الله بن الشخير-عن أبيه قَالَ: انْتَهَيْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم وَهُوَ يَقُولُ: " {أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ} [التَّكَاثُرِ:1] ، يَقُولُ ابْنُ آدَمَ: مَالِي مَالِي! وَهَلْ لَكَ مِنْ مَالِكَ إِلَّا مَا أَكَلْتَ فَأَفْنَيْتَ، أَوْ لَبِسْتَ فَأَبْلَيْتَ، أَوْ تَصَدَّقْتَ فَأَمْضَيْتَ؟ ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, bahwa ia pernah mendengar Qatadah menceritakan dari Mutarrif ibnu Abdullah ibnusy Syikhkhir,
dari ayahnya yang telah menceritakan bahwa ketika ia sampai kepada Rasulullah Saw., ia dengar Rasulullah Saw. sedang bersabda: Bermegah-megahan telah melalaikan kamu; anak Adam berkata, "Hartaku, hartaku!"
Padahal tidak ada bagimu dari hartamu kecuali apa yang kamu makan, lalu lenyap; atau yang kamu pakai, lalu rusak; atau yang kamu sedekahkan, maka kamu teruskan.
Imam Muslim meriwayatkannya melalui Syu'bah dengan sanad yang sama, dan dalam riwayatnya ditambahkan:
"وَمَا سِوَى ذَلِكَ فَذَاهِبٌ وَتَارِكُهُ لِلنَّاسِ"
Dan adapun yang selain itu, maka lenyap dan ditinggalkannya untuk orang lain. Firman Allah Swt.:
{فَالَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ}
Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar. (Al-Hadid: 7) Ini mengandung anjuran untuk beriman dan membelanjakan harta untuk jalan ketaatan. Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَمَا لَكُمْ لَا تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ لِتُؤْمِنُوا بِرَبِّكُمْ}
Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah, padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. (Al-Hadid: 8) 'Yakni faktor apakah yang menghalang-halangi kamu untuk beriman,
padahal Rasul ada di antara kamu yang menyeru kamu ke arah itu, dan menjelaskan kepada kamu alasan-alasan dan bukti-bukti yang membenarkan apa yang dia sampaikan kepadamu.
Telah diriwayatkan pula kepada kami sebuah hadis yang diriwayatkan melalui berbagai jalur dalam permulaan Syarah Kitabul Iman dari kitab Sahih Bukhari, bahwa pada suatu hari Rasulullah Saw. telah bersabda kepada para sahabatnya:
"أيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَعْجَبُ إِلَيْكُمْ إِيمَانًا؟ " قَالُوا: الْمَلَائِكَةُ. قَالَ: "وَمَا لَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ وَهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ؟ " قَالُوا: فَالْأَنْبِيَاءُ. قَالَ: "وَمَا لَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ وَالْوَحْيُ يَنْزِلُ عَلَيْهِمْ؟ ". قَالُوا: فَنَحْنُ؟ قَالَ: "وَمَا لَكَمَ لَا تُؤْمِنُونَ وَأَنَا بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ؟ وَلَكِنْ أَعْجَبُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا قَوْمٌ يجيؤون بَعْدِكُمْ يَجِدُونَ صُحُفًا يُؤْمِنُونَ بِمَا فِيهَا"
"Orang mukmin manakah yang imannya paling kalian kagumi?” Mereka menjawab, "Para malaikat.” Nabi Saw. bersabda, "Dan mengapa mereka tidak beriman, sedangkan mereka berada di sisi Tuhan mereka.
” Mereka berkata, "Kalau begitu, para nabi.” Nabi Saw. menjawab, "Mengapa mereka tidak beriman, sedangkan wahyu diturunkan kepada mereka?” Mereka berkata, "Kalau begitu, kami.” Nabi Saw. bersabda,
"Mengapa kamu tidak beriman, sedangkan aku berada di antara kalian? Tetapi orang mukmin yang paling menakjubkan keimanannya ialah suatu kaum yang datang sesudah kalian; mereka hanya menjumpai lembaran-lembaran (mushaf),
lalu mereka beriman dengan semua yang terkandung di dalamnya.” Kami telah menyebutkan sebagian dari masalah ini di dalam permulaan tafsir surat Al-Baqarah, yaitu pada firman-Nya:
{الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ}
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib. (Al-Baqarah: 3) Adapun firman Allah Swt.:
{وَقَدْ أَخَذَ مِيثَاقَكُمْ}
Dan sesungguhnya Dia telah mengambil perjanjianmu. (Al-Hadid: 8) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَمِيثَاقَهُ الَّذِي وَاثَقَكُمْ بِهِ إِذْ قُلْتُمْ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا}
Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan, "Kami dengar dan kami taati.” (Al-Maidah: 7) Yakni baiat (janji setia) mereka kepada Rasulullah Saw.
Tetapi Ibnu Jarir mempunyai dugaan bahwa makna yang dimaksud dengan perjanjian ini adalah yang diambil dari mereka saat mereka masih berada di dalam sulbi Adam; dan ini menurut pendapat Mujahid, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah Swt.:
{هُوَ الَّذِي يُنزلُ عَلَى عَبْدِهِ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ}
Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al-Qur'an). (Al-Hadid: 9) Yaitu alasan-alasan yang jelas, dalil-dalil yang cemerlang, dan bukti-bukti yang akurat.
{لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ}
supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. (Al-Hadid: 9) Yakni dari kegelapan kebodohan, kekufuran, dan pendapat-pendapat yang bertentangan kepada cahaya petunjuk, keyakinan, dan keimanan.
{وَإِنَّ اللَّهَ بِكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ}
Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu. (Al-Hadid: 9) Maka Dia menurunkan kitab-kitab dan mengutus rasul-rasul untuk memberi petunjuk kepada manusia dan melenyapkan semua penyakit
dan semua keraguan. Dan setelah memerintahkan mereka untuk beriman serta membelanjakan harta di jalan Allah, kemudian Allah kembali menganjurkan mereka kepada keimanan dan menjelaskan bahwa semua yang menghambat mereka
untuk beriman telah dilenyapkan, sebagaimana dianjurkan pula untuk berinfak. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَمَا لَكُمْ أَلا تُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ}
Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allah-lah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi? (Al-Hadid: 10) Yaitu berinfaklah dan janganlah kamu takut jatuh miskin dan kekurangan
karena sesungguhnya Tuhan yang kamu berinfak di jalan-Nya adalah Yang memiliki langit dan bumi dan di tangan kekuasaan-Nyalah keduanya dikendalikan, dan di sisi-Nyalah semua perbendaharaan keduanya.
Dialah Yang memiliki 'Arasy dengan semua yang dikandungnya, dan Dia pulalah yang berfirman:
{وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ}
Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya. (Saba':39) Dan firman Allah Swt.:
{مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ}
Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. (An-Nahl: 96) Maka barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya dia wajib berinfak dan tidak merasa takut akan kekurangan
demi melaksanakan perintah Tuhan Yang mempunyai 'Arasy, dan ia merasa yakin bahwa Allah Swt. pasti akan memberikan gantinya. Firman Allah Swt.:
{لَا يَسْتَوِي مِنْكُمْ مَنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ}
Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). (Al-Hadid: 10) Yakni tidaklah sama orang tersebut dan orang yang tidak berbuat seperti dia,
karena dalam masa sebelum penaklukan Mekah keadaannya sangatlah berat. Pada masa itu tidaklah beriman kecuali hanya orang-orang yang berpredikatsiddiqin. Lain halnya sesudah masa penaklukan Mekah,
karena Islam telah menang dan pengaruhnya sangat besar lagi luas serta manusia mulai masuk ke dalam agama Allah secara berbondong-bondong. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:
{أُولَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ الَّذِينَ أَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى}
Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik (Al-Hadid: 10)
Jumhur ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan al-fath ialah penaklukan kota Mekah dan jatuh ke tangan kaum muslim. Tetapi menurut riwayat yang bersumber dari Asy-Sya'bi dan lain-lainnya,
makna yang dimaksud ialah Perjanjian Hudaibiyah. Dan barangkali pendapat yang demikian berdalilkan dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, yaitu:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ، حَدَّثَنَا زُهَير، حَدَّثَنَا حُمَيد الطَّوِيلُ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: كَانَ بَيْنَ خَالِدِ بْنِ الْوَلِيدِ وَبَيْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ كَلَامٌ، فَقَالَ خَالِدٌ لِعَبْدِ الرَّحْمَنِ: تَسْتَطِيلُونَ عَلَيْنَا بِأَيَّامٍ سَبَقْتُمُونَا بِهَا؟ فَبَلَغَنَا أَنَّ ذَلِكَ ذُكر لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: " دَعُوا لِي أَصْحَابِي فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ أَنْفَقْتُمْ مِثْلَ أُحُدٍ-أَوْ مِثْلَ الْجِبَالِ-ذَهَبًا، مَا بَلَغْتُمْ أَعْمَالَهُمْ"
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul Malik, telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami Humaid At-Tawil, dari Anas yang mengatakan bahwa pernah terjadi perdebatan antara Khalid ibnul Walid
dan Abdur Rahman ibnu Auf. Khalid berkata kepada Abdur Rahman, "Kamu mempunyai pengaruh atas kami berkat hari-hari yang kamu lebih mendahuluinya daripada kami." Kemudian hal tersebut diceritakan kepada Nabi Saw. Maka beliau Saw.
bersabda: Biarkanlah aku dan sahabat-sahabatku, demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, seandainya kamu berinfak sebanyak seperti Bukit Uhud atau seperti gunung berupa emas,
maka kamu tetap masih belum dapat mencapai amal perbuatan mereka (para sahabatku yang terdahulu masuk Islamnya). Dan telah dimaklumi bahwa masuk Islamnya Khalid yang menjadi lawan bicara hadis ini adalah
di masa antara Perjanjian Hudaibiyah dan penaklukan kota Mekah. Pertengkaran yang terjadi di antara keduanya ialah di tempat Bani Juzaimah, yang Rasulullah Saw. mengutus Khalid ibnul Walid bersama sejumlah pasukan kaum muslim
kepada mereka sesudah jatuhnya Mekah ke tangan kaum muslim. Dan ketika mereka kedatangan Khalid bersama pasukannya, mereka mengatakan, "Sabana, saba-na (kami masuk agama baru, kami masuk agama baru)."
Mereka tidak pandai mengucapkan, "Kami masuk Islam, kami masuk Islam," padahal yang mereka maksudkan adalah Islam. Maka Khalid memerintahkan kepada pasukannya untuk memerangi mereka,
dan menghukum mati sebagian dari mereka yang tertawan. Sikap Khalid yang demikian itu ditentang oleh Abdur Rahman ibnu Auf dan Abdullah ibnu Umar serta sahabat lainnya; maka bertengkarlah antara Khalid dan Abdur Rahman
dalam masalah tersebut. Tetapi menurut apa yang terdapat di dalam kitab sahih disebutkan dari Rasulullah Saw., bahwa beliau Saw. pernah bersabda:
" لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ أَنْفَقَ أَحَدُكُمْ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا، مَا بَلَغَ مُدّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصيفه"
Janganlah kamu mencaci sahabat-sahabatku, maka demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, seandainya seseorang dari kamu menginfakkan emas sebanyak Bukit Uhud,
niscaya hal itu masih belum dapat menyamai satu mud (kati) mereka dan tidak pula separonya. Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan melalui hadis Ibnu Wahb, bahwa telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Sa'd,
dari Zaid ibnu Aslam, dari Ata ibnu Yasar, dari Abu Sa'id Al-Khudri yang menceritakan bahwa kami keluar (dari Madinah) bersama Rasulullah Saw. di tahun Hudaibiyah, hingga manakala kami sampai di Asfan, Rasulullah Saw. bersabda:
"يُوشِكُ أَنْ يَأْتِيَ قَوْمٌ تُحَقِّرُونَ أَعْمَالَكُمْ مَعَ أَعْمَالِهِمْ" فَقُلْنَا: مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَقُرَيْشٌ؟ قَالَ: لَا وَلَكِنْ أَهْلُ الْيَمَنِ، هُمْ أَرَقُّ أَفْئِدَةً وَأَلْيَنُ قُلُوبًا". فَقُلْنَا: أَهُمْ خَيْرٌ مِنَّا يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "لَوْ كَانَ لِأَحَدِهِمْ جَبَلٌ مِنْ ذَهَبٍ فَأَنْفَقَهُ، مَا أَدْرَكَ مُدّ أَحَدِكُمْ وَلَا نَصيفه، أَلَا إِنَّ هَذَا فَضْلُ مَا بَيْنَنَا وَبَيْنَ النَّاسِ، {لَا يَسْتَوِي مِنْكُمْ مَنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُولَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ الَّذِينَ أَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ}
Sudah dekat masanya kedatangan suatu kaum yang kamu pandang kecil amalmu bila dibandingkan dengan amal mereka. Maka kami bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah mereka itu? Apakah dari kalangan Quraisy?" Rasulullah Saw. menjawab:
Bukan, tetapi mereka adalah penduduk Yaman, mereka mempunyai perasaan dan hati yang lebih lembut (daripada kamu). Kami bertanya, "Apakah mereka lebih baik daripada kami, wahai Rasulullah?" Rasulullah Saw. menjawab:
Seandainya seseorang dari mereka mempunyai gunung emas, lalu mereka infakkan semuanya, maka hal itu masih belum mencapai satu mud seseorang dari kamu dan tidak pula separonya;
hanya itulah keutamaan yang membedakan antara kita dan orang-orang lain. Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah).
Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik.
Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Hadid: 10) Konteks hadis ini berpredikat garib, karena yang disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui riwayat Jamaah dari Ata ibnu Yasar,
dari Abu Sa'id konteks ini berkaitan dengan kisah orang-orang Khawarij (yang akan muncul sesudah itu). Bunyinya:
"تَحْقِرُونَ صَلَاتَكُمْ مَعَ صَلَاتِهِمْ، وَصِيَامَكُمْ مَعَ صِيَامِهِمْ، يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمْيَةِ" الْحَدِيثَ.
"Kamu menganggap kecil salatmu bila dibandingkan dengan salat mereka dan juga puasa kamu bila dibandingkan dengan puasa mereka; mereka keluar dari agama sebagaimana anak panah yang menembus sasarannya," hingga akhir hadis. Tetapi Ibnu Jarir telah meriwayatkan hadis ini melalui jalur lain, untuk itu ia menceritakan bahwa:
حَدَّثَنِي بْنُ الْبَرْقِيِّ، حَدَّثَنَا بْنُ أَبِي مَرْيَمَ، أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، أَخْبَرَنِي زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ التَّمَّارِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "يُوشِكُ أَنْ يَأْتِيَ قَوْمٌ تُحَقِّرُونَ أَعْمَالَكُمْ مَعَ أَعْمَالِهِمْ". قُلْنَا: مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قُرَيْشٌ؟ قَالَ: "لَا وَلَكِنْ أَهْلُ الْيَمَنِ، لِأَنَّهُمْ أَرَقُّ أَفْئِدَةً، وَأَلْيَنُ قُلُوبًا". وَأَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى الْيَمَنِ، فَقَالَ: "هُمْ أَهْلُ الْيَمَنِ، أَلَا إِنَّ الْإِيمَانَ يَمَانٍ، وَالْحِكْمَةَ يَمَانِيَةٌ". فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هُمْ خَيْرٌ مِنَّا؟ قَالَ: "وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ كَانَ لِأَحَدِهِمْ جَبَلٌ مِنْ ذَهَبٍ يُنْفِقُهُ مَا أَدَّى مُدّ أَحَدِكُمْ وَلَا نَصِيفَهُ". ثُمَّ جَمَعَ أَصَابِعَهُ وَمَدَّ خِنْصَرَهُ، وَقَالَ: "أَلَا إِنَّ هَذَا فضلُ مَا بَيْنَنَا وَبَيْنَ النَّاسِ، {لَا يَسْتَوِي مِنْكُمْ مَنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُولَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ الَّذِينَ أَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ}
telah menceritakan kepadaku Ibnul Burqi, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepadaku Zaid ibnu Aslam, dari Abu Sa'id At-Tammar,
dari Abu Sa'id Al-Khudri, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Hampir tiba masanya kedatangan suatu kaum yang kamu anggap kecil amalmu bila dibandingkan dengan amal mereka. Kami bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah mereka itu,
apakah mereka adalah orang-orang Quraisy?" Rasulullah Saw. menjawab: Bukan, tetapi mereka adalah penduduk Yaman, karena mereka memiliki perasaan yang lebih lembut dan hati lebih lunak (daripada kamu). Beliau Saw.
mengatakan ini seraya menunjuk ke arah negeri Yaman, lalu beliau bersabda: Mereka adalah penduduk Yaman, ingatlah, sesungguhnya iman itu dari Yaman dan hikmah itu dari Yaman (pula). Maka kami bertanya,
"Apakah mereka lebih baik daripada kami?" Rasulullah Saw. menjawab: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, seandainya seseorang dari mereka mempunyai gunung emas yang mereka infakkan,
niscaya hal itu masih belum dapat mencapai satu mud seseorang dari kamu dan tidak pula separonya. Kemudian beliau Saw. menggenggamkan semua jari jemarinya dan memanjangkan jari manisnya seraya bersabda, "Ingatlah,
sesungguhnya seperti inilah keutamaan antara kita dan orang-orang lain." Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya
daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Hadid: 10)
Konteks riwayat ini tidak menyebutkan Hudaibiyah; dan jika penyebutan itu memang dikenal seperti yang telah tertera di atas, maka takwilnya ialah bahwa wahyu ini diturunkan sebelum penaklukan Mekah sebagai berita
tentang apa yang akan terjadi sesudahnya. Perihalnya sama dengan firman Allah Swt. dalam surat Al-Muzammil yang Makkiyyah dan termasuk permulaan wahyu yang diturunkan, yaitu firman-Nya:
{وَآخَرُونَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ} الْآيَةَ
dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah. (Al-Muzammil: 20), hingga akhir ayat. Hal ini merupakan berita gembira tentang apa yang akan terjadi di masa mendatang; hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:
{وَكُلا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى}
Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. (Al-Hadid: 10) Yakni orang-orang yang berinfak sebelum penaklukan Mekah dan yang sesudahnya, semuanya mendapat pahala dari amalnya masing-masing,
sekalipun di antara mereka terdapat perbedaan dalam keutamaan pahala yang diterimanya. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{لَا يَسْتَوِي الْقَاعِدُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ غَيْرُ أُولِي الضَّرَرِ وَالْمُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ عَلَى الْقَاعِدِينَ دَرَجَةً وَكُلا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى وَفَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ عَلَى الْقَاعِدِينَ أَجْرًا عَظِيمًا}
Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya.
Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga)
dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar. (An-Nisa: 95) Demikian pula hadis yang disebutkan di dalam kitab sahih mengatakan:
"الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ"
Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah, tetapi masing-masing mempunyai kebaikannya (tersendiri).
Sesungguhnya dikatakan demikian hanyalah agar pihak yang lain tidak diremehkan dengan terpujinya pihak yang pertama, yang berakibat timbulnya dugaan bahwa pihak yang tidak terpuji adalah orang yang tercela.
Untuk itu maka dilanjutkan dengan memuji pihak yang lain, tetapi dengan menonjolkan keutamaan yang ada pada pihak yang pertama. Karena itulah maka disebutkan dalam firman selanjutnya:
{وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ}
Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Hadid: 10) Yakni berkat pengetahuan-Nya, maka Dia membedakan antara pahala orang yang menginfakkan hartanya sebelum masa penaklukan Mekah dan berperang di jalan-Nya,
dan orang yang melakukan hal tersebut sesudah masa penaklukan Mekah. Hal tersebut tiada lain karena Allah mengetahui niat golongan yang pertama dan keikhlasan mereka yang sempurna, serta infak mereka di masa susah, sulit, lagi sempit.
Di dalam sebuah hadis disebutkan:
"سَبَقَ دِرْهَمٌ مِائَةَ أَلْفٍ"
(Sedekah) satu dirham mendahului (sedekah) seratus ribu (dirham). Tidak diragukan lagi di kalangan ahlul iman, bahwa Abu Bakar As-Siddiqlah yang meraih bagian yang terbesar dan kedudukan yang sangat penting dari ayat ini.
Karena sesungguhnya dialah penghulu orang yang beramal demikian di antara umat-umat nabi-nabi lainnya. Dia telah membelanjakan seluruh hartanya karena mengharapkan rida Allah Swt.
dan tiada seorang pun yang memiliki nikmat ini rela mengorbankannya demi agama selain dia.
قَدْ قَالَ أَبُو مُحَمَّدٍ الْحُسَيْنُ بْنُ مَسْعُودٍ الْبَغَوِيُّ عِنْدَ تَفْسِيرِ هَذِهِ الْآيَةِ أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الشُّرَيْحِيُّ أَخْبَرَنَا أَبُو إِسْحَاقَ أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ الثَّعْلَبِيُّ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ حَامِدِ بْنِ مُحَمَّدٍ، أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ أَيُّوبَ، أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُونُسَ، حَدَّثَنَا الْعَلَاءُ بْنُ عَمْرٍو الشَّيْبَانِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ الْفَزَارِيُّ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ آدَمَ بْنِ عَلِيٍّ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: كُنْتُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعِنْدَهُ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ، وَعَلَيْهِ عَبَاءَةٌ قَدْ خَلَّها فِي صَدْرِهِ بِخِلَالٍ، فَنَزَلَ جِبْرِيلُ فَقَالَ: مَالِي أَرَى أَبَا بَكْرٍ عَلَيْهِ عَبَاءَةٌ قَدْ خَلَّها فِي صَدْرِهِ بِخلال؟ فَقَالَ: "أَنْفَقَ مَالَهُ عليَّ قَبْلَ الْفَتْحِ" قَالَ: فَإِنَّ اللَّهَ يَقُولُ: اقْرَأْ عَلَيْهِ السَّلَامَ، وَقُلْ لَهُ: أَرَاضٍ أنت عني في فقرك هذا أم ساخط؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ: "يَا أَبَا بَكْرٍ، إِنَّ اللَّهَ يَقْرَأُ عَلَيْكَ السَّلَامَ، وَيَقُولُ لَكَ: أَرَاضٍ أنت عَني في فقرك هذا أم ساخط؟ " فَقَالَ: أَبُو بَكْرٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَسْخَطُ عَلَى رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ؟ إِنِّي عَنْ رَبِّي رَاضٍ
Abu Muhammad alias Al-Husain ibnu Mas'ud Al-Bagawi telah mengatakan sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ibrahim Asy-Syuraihi,
telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq alias Ahmad ibnu Muhammad ibnu Ibrahim As-Sa'labi, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Hamid ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ishaq ibnu Ayyub,
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yunus, telah menceritakan kepada kami Al-Ala ibnu Amr Asy-Syaibani, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq Al-Fazzari, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Sa'id,
dari Adam ibnu Ali, dari Ibnu Umar yang menceritakan bahwa ketika kami sedang berada di hadapan Nabi Saw. dan Abu Bakar As-Siddiq yang pada saat itu sahabat Abu Bakar memakai baju 'aba'ah yang ada tambalan pada bagian dadanya,
maka turunlah Jibril dan berkata, "Mengapa kulihat Abu Bakar mengenakan baju 'aba'ah yang ada tambalan pada bagian dadanya?" Nabi Saw. menjawab, "Dia telah menginfakkan semua hartanya sebelum masa penaklukan." Jibril berkata,
"Sesungguhnya Allah berfirman, 'Sampaikanlah salam kepadanya dan tanyakanlah kepadanya apakah dia rela terhadap-Ku dalam kemiskinannya ataukah marah'?" Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Hai Abu Bakar,
sesungguhnya Allah telah mengucapkan salam kepadamu dan berfirman kepadamu, 'Apakah kamu rela dalam kemiskinanmu karena membela agama-Nya ataukah marah'?" Abu Bakar menjawab, "Apakah Tuhanku marah kepadaku?"
Sesungguhnya aku rela kepada Tuhanku dengan semuanya ini." Sanad hadis yang dikemukakan melalui jalur ini daif; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:
{مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا}
Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik. (Al-Hadid: 11) Menurut Umar ibnul Khattab, makna yang dimaksud ialah membelanjakan harta untuk keperluan jalan Allah.
Menurut pendapat yang lain, untuk keperluan anak-anak. Menurut pendapat yang benar, makna ayat ini umum mencakup semuanya. Maka tiap-tiap orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah
dengan niat yang ikhlas dan tekad yang benar telah termasuk ke dalam makna umum ayat ini. Untuk itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
{مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ}
Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan memperlipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya. (Al-Hadid: 11) Seperti yang disebutkan dalam ayat lainnya:
{أَضْعَافًا كَثِيرَةً }
dengan lipat ganda yang banyak. (Al-Baqarah: 245) Adapun firman Allah Swt.:
وَلَهُ أَجْرٌ كَرِيمٌ
dan dia akan memperoleh pahala yang banyak. (Al-Hadid: 11) Yakni pahala yang baik dan rezeki yang memukaukan, yaitu surga kelak di hari kiamat. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Arafah,
telah menceritakan kepada kami Khalaf ibnu Khalifah, dari Humaid Al-A'raj, dari Abdullah ibnul Haris, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman Allah Swt.:
Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya. (Al-Hadid: 11) Abud Dahdah Al-Ansari berkata, "Wahai Rasulullah,
apakah Allah menghendaki pinjaman dari kita?" Rasulullah Saw. menjawab, "Benar, hai Abud Dahdah." Abu Dahdah berkata, "Wahai Rasulullah, kemarikanlah tanganmu." Maka Abud Dahdah menjabat tangan Rasulullah Saw., lalu berkata,
"Sesungguhnya aku pinjamkan kepada Tuhanku kebun kurmaku." Dia mempunyai kebun kurma berisikan enam ratus tangkal kurma, dan Ummu Dahdah bertempat tinggal di dalam kebun itu bersama anak-anaknya.
Lalu Abud Dahdah datang dan memanggil istrinya, "Hai Ummu Dahdah." Istrinya menjawab, "Labbaik." Abud Dahdah berkata, "Keluarlah kamu, sesungguhnya kebun ini telah kupinjamkan kepada Tuhanku."
Menurut riwayat yang lain, saat itu juga Ummu Dahdah berkata kepada Abud Dahdah, "Beruntunglah bisnismu, hai Abud Dahdah," lalu Ummu Dahdah memindahkan semua barang dan anak-anaknya dari kebun itu, sedangkan Rasulullah Saw.
bersabda:
"كَمْ مِنْ عَذْق رَدَاح فِي الْجَنَّةِ لِأَبِي الدَّحْدَاحِ"
Betapa banyaknya pohon kurma yang berbuah subur di dalam surga milik Abu Dahdah. Menurut lafaz yang lain disebutkan:
"رُبَّ نَخْلَةٍ مُدَلَّاةٍ عُرُوقُهَا دُرٌّ وياقوت لأبي الدحداح في الجنة"
Betapa banyak pohon kurma yang berjuntai buahnya berupa intan dan yaqut milik Abud Dahdah di dalam surga.
Surat Al-Hadid |57:8|
وَمَا لَكُمْ لَا تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۙ وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ لِتُؤْمِنُوا بِرَبِّكُمْ وَقَدْ أَخَذَ مِيثَاقَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
wa maa lakum laa tu`minuuna billaah, war-rosuulu yad'uukum litu`minuu birobbikum wa qod akhoża miiṡaaqokum ing kuntum mu`miniin
Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah, padahal Rasul mengajak kamu beriman kepada Tuhanmu? Dan Dia telah mengambil janji (setia)mu, jika kamu orang-orang mukmin.
And why do you not believe in Allah while the Messenger invites you to believe in your Lord and He has taken your covenant, if you should [truly] be believers?
(Dan mengapa kalian tidak beriman) khitab pada ayat ini ditujukan kepada orang-orang kafir, yakni tidak ada halangan bagi kalian untuk beriman
(kepada Allah padahal Rasul menyeru kalian supaya kalian beriman kepada Rabb kalian. Dan sesungguhnya Dia telah mengambil) ia dapat dibaca Ukhidza dan Akhadza, kalau dibaca Akhadza maka lafal sesudahnya
dibaca Nashab (perjanjian kalian) terhadap-Nya; yakni Allah telah mengambil janji itu di alam arwah, yaitu ketika Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka,
Allah adalah Rabb mereka, sebagaimana yang diungkapkan di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya, "Bukankah Aku ini Rabb kalian" Mereka menjawab, "Betul (Engkau Rabb kami),
kami menjadi saksi". (Q.S. Al A'raf,172) (Jika kalian adalah orang-orang yang beriman) maksudnya, jika kalian hendak beriman kepada-Nya maka bersegeralah iman kepada-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Hadid | 57 : 8 |
penjelasan ada di ayat 7
Surat Al-Hadid |57:9|
هُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ عَلَىٰ عَبْدِهِ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۚ وَإِنَّ اللَّهَ بِكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ
huwallażii yunazzilu 'alaa 'abdihiii aayaatim bayyinaatil liyukhrijakum minazh-zhulumaati ilan-nuur, wa innalloha bikum laro`uufur roḥiim
Dialah yang menurunkan ayat-ayat yang terang (Al-Qur´an) kepada hamba-Nya (Muhammad) untuk mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sungguh, terhadap kamu Allah Maha Penyantun, Maha Penyayang.
It is He who sends down upon His Servant [Muhammad] verses of clear evidence that He may bring you out from darknesses into the light. And indeed, Allah is to you Kind and Merciful.
(Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang) ayat-ayat Alquran yang jelas (supaya Dia mengeluarkan kalian dari kegelapan)
dari kekafiran (kepada cahaya) kepada keimanan. (Dan sesungguhnya Allah benar-benar terhadap kalian) karena Dia telah mengeluarkan kalian dari kekafiran kepada iman (Maha Penyantun lagi Maha Penyayang).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Hadid | 57 : 9 |
penjelasan ada di ayat 7
Surat Al-Hadid |57:10|
وَمَا لَكُمْ أَلَّا تُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ لَا يَسْتَوِي مِنْكُمْ مَنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ ۚ أُولَٰئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ الَّذِينَ أَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا ۚ وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَىٰ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
wa maa lakum allaa tunfiquu fii sabiilillaahi wa lillaahi miirooṡus-samaawaati wal-ardh, laa yastawii mingkum man anfaqo ming qoblil-fat-ḥi wa qootal, ulaaa`ika a'zhomu darojatam minallażiina anfaquu mim ba'du wa qootaluu, wa kullaw wa'adallohul-ḥusnaa, wallohu bimaa ta'maluuna khobiir
Dan mengapa kamu tidak menginfakkan hartamu di jalan Allah, padahal milik Allah semua pusaka langit dan bumi? Tidak sama orang yang menginfakkan (hartanya di jalan Allah) di antara kamu dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menginfakkan (hartanya) dan berperang setelah itu. Dan Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
And why do you not spend in the cause of Allah while to Allah belongs the heritage of the heavens and the earth? Not equal among you are those who spent before the conquest [of Makkah] and fought [and those who did so after it]. Those are greater in degree than they who spent afterwards and fought. But to all Allah has promised the best [reward]. And Allah, with what you do, is Acquainted.
(Dan mengapa kalian) sesudah beriman (tidak) lafal Allaa pada asalnya terdiri dari An dan Laa kemudian keduanya diidgamkan menjadi satu sehingga jadilah Allaa
(menafkahkan sebagian harta kalian di jalan Allah, padahal Allah-lah yang mempusakai mempunyai langit dan bumi) berikut semua yang ada pada keduanya; maka sampailah kepada-Nya
harta kalian tanpa membawa sedikit pun pahala infak kalian, berbeda halnya seandainya kalian menafkahkannya di jalan Allah, maka kalian akan mendapatkan pahala di sisi-Nya.
(Tidak sama di antara kalian orang yang menafkahkan hartanya sebelum penaklukan) kota Mekah (dan ikut berperang sebelumnya -. Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang
yang menafkahkan hartanya dan berperang sesudah itu. Kepada masing-masing) dari dua golongan itu. Menurut suatu qiraat ia dibaca Kullun karena dianggap sebagai Mubtada (
Allah telah menjanjikan balasan yang lebih baik) yaitu surga (Dan Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan) maka kelak Dia akan membalasnya untuk kalian.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Hadid | 57 : 10 |
penjelasan ada di ayat 7
Surat Al-Hadid |57:11|
مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ وَلَهُ أَجْرٌ كَرِيمٌ
man żallażii yuqridhulloha qordhon ḥasanan fa yudhoo'ifahuu lahuu wa lahuuu ajrung kariim
Barang siapa meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan mengembalikannya berlipat ganda untuknya, dan baginya pahala yang mulia.
Who is it that would loan Allah a goodly loan so He will multiply it for him and he will have a noble reward?
(Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah) dengan cara menafkahkan hartanya di jalan Allah (pinjaman yang baik) seumpamanya hartanya itu dinafkahkan demi karena Allah
(maka Allah akan melipatgandakan balasan pinjaman itu) menurut suatu qiraat dibaca Fayudha' 'ifahu (untuknya) mulai dari sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat,
sebagaimana keterangan yang telah disebutkan di dalam surah Al Baqarah (dan baginya) di samping pahala yang dilipatgandakan itu (pahala yang banyak)
juga disertai mendapat keridaan dari Allah dan disambut dengan baik.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Hadid | 57 : 11 |
penjelasan ada di ayat 7
Surat Al-Hadid |57:12|
يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَىٰ نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ بُشْرَاكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
yauma tarol-mu`miniina wal-mu`minaati yas'aa nuuruhum baina aidiihim wa bi`aimaanihim busyrookumul-yauma jannaatun tajrii min taḥtihal-an-haaru khoolidiina fiihaa, żaalika huwal-fauzul-'azhiim
Pada hari engkau akan melihat orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, betapa cahaya mereka bersinar di depan dan di samping kanan mereka, (dikatakan kepada mereka), "Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Demikian itulah kemenangan yang agung."
On the Day you see the believing men and believing women, their light proceeding before them and on their right, [it will be said], "Your good tidings today are [of] gardens beneath which rivers flow, wherein you will abide eternally." That is what is the great attainment.
Ingatlah (pada hari ketika kamu melihat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedangkan cahaya mereka bersinar di hadapan mereka)
artinya bersinar menerangi bagian depan mereka (dan) cahaya itu pun (bersinar di sebelah kanan mereka) kemudian dikatakan kepada mereka, (
"Pada hari ini ada berita gembira untuk kalian, yaitu surga-surga) masuklah kalian ke dalam surga-surga itu (yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, yang kalian kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar").
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Hadid | 57 : 12 |
Tafsir ayat 12-15
Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang orang-orang mukmin yang ahli dalam bersedekah, bahwa di hari kiamat kelak nur (cahaya) mereka menyinari bagian depan mereka di tempat pemberhentian
hari kiamat sesuai dengan amal perbuatan masing-masing. Sebagaimana yang dikatakan oleh Abdullah ibnu Mas'ud r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya:
{يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ}
sedangkan cahaya mereka bersinar di hadapan mereka. (Al-Hadid: 12) Bahwa hal itu sesuai dengan amal perbuatan mereka masing-masing. Mereka berjalan di atas sirat, di antara mereka ada yang nur-nya seperti gunung,
ada yang nur-nya seperti pohon kurma, dan ada yang nur-nya seperti seorang lelaki yang berdiri, dan orang yang paling rendah nur-nya dari mereka adalah yang sebesar ibu jarinya, yang kadangkala menyala dan kadangkala padam.
Ini diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir. Qatadah mengatakan, telah menceritakan kepada kami bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:
"مِنَ الْمُؤْمِنِينَ مَنْ يُضِيءُ نُوره مِنَ الْمَدِينَةِ إِلَى عَدن أَبْيَنَ وَصَنْعَاءَ فَدُونَ ذَلِكَ، حَتَّى إِنَّ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ مَنْ يُضِيءُ نُورُهُ مَوْضِعَ قَدَمَيْهِ"
Di antara orang-orang mukmin ada yang cahayanya menerangi antara Madinah dan 'Adn serta San'ah dengan sinar yang sangat terang, dan yang kurang dari itu hingga sesungguhnya di antara orang-orang mukmin
ada yang cahayanya hanya dapat menerangi tempat kedua telapak kakinya saja. Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Husain, dari Mujahid, dari Junadah ibnu Abu Umayyah yang mengatakan bahwa sesungguhnya kalian
kelak di hadapan Allah tertulis nama, tanda, pakaian, munajat, dan majelis kalian secara lengkap. Apabila hari kiamat tiba, maka dikatakan, "Hai Fulan, inilah cahayamu. Hai Fulan, tidak ada cahaya bagimu,"
lalu ia membaca firman-Nya: sedangkan cahaya mereka bersinar di hadapan mereka. (Al-Hadid: 12) Ad-Dahhak mengatakan bahwa tiada seorang pun melainkan diberi cahaya kelak di hari kiamat. Dan apabila mereka sampai di pinggir sirat,
maka padamlah cahaya orang-orang munafik. Ketika orang-orang mukmin menyaksikan hal itu, mereka merasa takut cahayanya padam seperti yang terjadi pada orang-orang munafik. Maka berkatalah mereka,
"Ya Tuhan kamu, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami." Al-Hasan mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: sedangkan cahaya mereka bersinar di hadapan mereka. (Al-Hadid: 12) Yakni di sirat yang dilalui mereka.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا أَبُو عُبَيْدِ اللَّهِ ابْنُ أَخِي ابْنِ وَهْبٍ، أَخْبَرَنَا عَمِّي عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ مَسْعُودٍ: أَنَّهُ سَمِعَ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ جُبَيْر يُحَدِّثُ: أَنَّهُ سَمِع أَبَا الدَّرْدَاءِ وَأَبَا ذَرٍّ يُخْبِرَانِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "أَنَا أَوَّلُ مَنْ يُؤْذَنُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِالسُّجُودِ، وَأَوَّلُ مَنْ يُؤْذَنُ لَهُ بِرَفْعِ رَأْسِهِ، فَأَنْظُرُ مِنْ بَيْنِ يَدِي وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِينِي وَعَنْ شِمَالِي، فَأَعْرِفُ أُمَّتِي مِنْ بَيْنِ الْأُمَمِ". فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، كَيْفَ تَعْرِفُ أُمَّتَكَ مِنْ بَيْنِ الْأُمَمِ، مَا بَيْنَ نُوحٍ إِلَى أُمَّتِكَ؟ قَالَ: "أَعْرِفُهُمْ، مُحَجَّلون مِنْ أَثَرِ الْوُضُوءِ، وَلَا يَكُونُ لِأَحَدٍ مِنَ الْأُمَمِ غَيْرِهِمْ، وَأَعْرِفُهُمْ يُؤْتَون كُتُبَهُمْ بِأَيْمَانِهِمْ، وَأَعْرِفُهُمْ بِسِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ، وَأَعْرِفُهُمْ بِنُورِهِمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَذُرِّيَّتِهِمْ
Ibnu Abu Hatim rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ubaidillah anak saudaraku anak Wahb, telah menceritakan kepada kami pamanku, dari Yazid ibnu Abu Habib, dari Sa'id ibnu Mas'ud,
bahwa ia pernah mendengar Abdur Rahman ibnu Jubair mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Darda dan Abu Zar menceritakan hadis berikut dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
Aku adalah orang yang pertama diizinkan oleh Allah untuk bersujud dan mengangkat kepalanya (dari sujud) pada hari kiamat, lalu aku melihat ke hadapanku, ke belakangku, ke sebelah kananku, dan ke sebelah kiriku;
maka aku mengenal umatku di antara umat-umat lainnya. Lalu ada seorang lelaki bertanya kepadanya, "Hai Nabi Allah, bagaimanakah engkau dapat mengenal umatmu di antara umat-umat lainnya
yang ada sejak Nabi Nuh sampai dengan umatmu?" Maka beliau Saw. bersabda: Aku mengenal mereka karena anggota tubuh mereka bersinar bekas wudu (mereka), dan hal itu tidak dimiliki oleh seorang pun dari kalangan umat selain mereka.
Dan aku mengenal mereka karena kitab catatan amal mereka diberikan dari sebelah kanan mereka, dan aku mengenal mereka melalui tanda-tanda mereka yang ada pada wajah mereka,
dan aku mengenal mereka melalui cahaya mereka yang menyinari bagian depan mereka. Firman Allah Swt.:
{وَبِأَيْمَانِهِمْ}
dan di sebelah kanan mereka. (Al-Hadid: 12) Ad-Dahhak mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah pada sebelah kanan mereka terdapat kitab-kitab catatan amal mereka, semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ}
dan barang siapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya. (Al-Isra: 71) Adapun firman Allah Swt.:
{بُشْرَاكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ}
(dikatakan kepada mereka), "Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (Al-Hadid: 12)
Yakni dikatakan kepada mereka, "Ada berita gembira bagi kamu hari ini." Maksudnya, bagimu berita gembira karena mendapat surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.
{خَالِدِينَ فِيهَا}
yang kamu kekal di dalamnya. (Al-Hadid: 12) Yaitu kamu tinggal di dalamnya selama-lamanya.
{ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ}
Itulah keberuntungan yang banyak. (Al-Hadid: 12) Firman Allah Swt.:
{يَوْمَ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ لِلَّذِينَ آمَنُوا انْظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِنْ نُورِكُمْ}
Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman, "Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahayamu.” (Al-Hadid: 13)
Ini merupakan berita dari Allah Swt. yang menceritakan apa yang bakal terjadi di hari kiamat nanti di tempat pemberhentian, banyak terjadi hal-hal yang mengerikan lagi sangat mengejutkan,
keguncangan yang sangat dahsyat dan peristiwa-peristiwa lainnya yang sangat menakutkan. Dan sesungguhnya tiada yang selamat di hari itu kecuali hanya orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
serta mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi larangan-Nya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdah ibnu Sulaiman,
telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Safwan ibnu Amr, telah menceritakan kepadaku Sulaim ibnu Amir yang mengatakan bahwa kami keluar menujuke tempat jenazah di pintu gerbang kota Dimasyq,
di antara kami terdapat Abu Umamah Al-Bahili. Setelah jenazah disalatkan, lalu mereka bergegas mengebumikannya, dan Abu Umamah berkata, "Hai manusia, sesungguhnya kamu di pagi hari dan petang hari berada di suatu tempat
yang di dalamnya kamu berbagi amal kebaikan dan keburukan. Dan sudah dekat masanya bagi kalian akan pergi meninggalkannya menuju ke suatu tempat lain, yaitu alam kubur ini —seraya berisyarat ke arah kubur—yaitu rumah kesendirian,
rumah kegelapan, dan rumah ulat serta rumah kesempitan terkecuali apa yang diluaskan oleh Allah. Kemudian kamu akan berpindah lagi darinya menuju ke tempat-tempat hari kiamat.
Dan sesungguhnya kalian pada sebagian tempat-tempat itu, semua manusia diselimuti oleh suatu urusan dari Allah, maka ada manusia yang berwajah putih bersinar dan ada pula manusia yang berwajah hitam pekat.
Kemudian kamu berpindah lagi darinya menuju ke tempat lain, dan semua manusia diselimuti oleh kegelapan yang sangat pekat; kemudian cahaya dibagikan.
Maka orang mukmin mendapat cahayanya, sedangkan orang kafir dan orang munafik tidak diberi sama sekali dari cahaya itu." Perumpamaan ini telah digambarkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya;
(dan) barang siapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tiadalah dia mempunyai cahaya sedikit pun. (An-Nur: 40) Maka orang kafir dan orang munafik tidak dapat penerangan dari cahaya orang mukmin,
sebagaimana orang tuna netra tidak dapat penerangan dari penglihatan orang yang melihat. Dan saat itu orang-orang munafik laki-laki dan perempuan mengatakan kepada orang-orang yang beriman:
Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahayamu. Dikatakan (kepada mereka), "Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)." (Al-Hadid: 13) Ini adalah tipuan dari Allah
yang Dia gunakan untuk memperdaya orang-orang munafik, karena Allah Swt. telah berfirman: mereka (orang-orang munafik) itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. (An-Nisa: 142)
Maka orang-orang munafik itu kembali ke tempat pembagian cahaya, tetapi mereka tidak menjumpai sesuatu pun. Lalu mereka kembali kepada orang-orang mukmin, tetapi di antara mereka telah ada dinding penghalang yang mempunyai pintu.
Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa. (Al-Hadid: 13) Sulaim ibnu Amir mengatakan bahwa orang munafik itu masih terus-menerus merasa besar diri hingga cahaya dibagikan dan Allah membedakan
antara orang munafik dan orang mukmin. Kemudian Sulaim ibnu Amir mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Usman, telah menceritakan kepada kami Ibnu Haiwah,
telah menceritakan kepada kami Artah ibnul Munzir, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnul Hajjaj, dari Abu Umamah yang mengatakan bahwa Allah menjadikan hari kiamat gelap gulita,
maka tiada seorang pun —baik orang mukmin maupun orang kafir— yang dapat melihat telapak tangannya sendiri, hingga Allah mengirimkan cahaya kepada orang-orang mukmin sesuai dengan amal perbuatannya.
Lalu orang-orang munafik mengikuti mereka seraya berkata: Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahayamu. (Al-Hadid: 13) Al-Aufi dan Ad-Dahhak serta selain keduanya telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas,
bahwa ketika manusia berada di dalam kegelapan hari kiamat, maka Allah mengirimkan cahaya. Ketika orang-orang mukmin melihat adanya cahaya, mereka bergerak menuju ke arah cahaya itu.
Dan cahaya itu adalah petunjuk dari Allah yang menuntun ke arah surga. Dan ketika orang-orang munafik melihat orang-orang mukmin berangkat, maka mereka mengikutinya, lalu Allah menjadikan orang-orang munafik dalam kegelapan,
kemudian mereka berkata saat itu; Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahayamu. (Al-Hadid: 13) karena sesungguhnya kami selalu bersama kalian sewaktu di dunia. Maka orang-orang mukmin berkata:
Kembalilah kamu ke belakang. (Al-Hadid: 13) ke tempat kamu datang yang dalam kegelapan dan carilah cahaya di sana.
قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلَّوَيْهِ الْقَطَّانُ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عِيسَى الْعَطَّارُ، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ بِشْرٍ أَبُو حُذَيْفَةَ، حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ، عَنِ ابْنِ أَبِي مُلَيْكة، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ يَدْعُو النَّاسَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَسْمَائِهِمْ سِتْرًا مِنْهُ عَلَى عِبَادِهِ، وَأَمَّا عِنْدَ الصِّرَاطِ فَإِنَّ اللَّهَ يُعْطِي كُلَّ مُؤْمِنٍ نُورًا، وَكُلَّ مُنَافِقٍ نُورًا، فَإِذَا اسْتَوَوْا عَلَى الصِّرَاطِ سَلَبَ اللَّهُ نُورَ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ فَقَالَ الْمُنَافِقُونَ: {انْظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِنْ نُورِكُمْ} وَقَالَ الْمُؤْمِنُونَ: {رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا} [التَّحْرِيمِ: 8] . فَلَا يَذْكُرُ عِنْدَ ذَلِكَ أَحَدٌ أَحَدًا"
Abul Qasim Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Arafah ibnu Alawaih Al-Attar, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Isa Al-Attar, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Bisyr ibnu Huzaifah,
telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya Allah Swt.
memanggil manusia kelakdi hari kiamat dengan menyebut nama-nama mereka sebagai penutupan dari-Nya di mata hamba-hamba-Nya. Tetapi di hadapan sirat maka sesungguhnya Allah memberi cahaya kepada tiap-tiap orang mukmin
dan juga tiap-tiap orang munafik pun diberi cahaya. Dan apabila mereka semuanya berada di atas sirat, maka Allah mencabut cahaya orang-orang munafik laki-laki dan perempuan.
Maka orang-orang munafik berkata, "Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahayamu.” Orang-orang mukmin berkata, "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami,
" maka pada saat itu tiada seorang pun yang ingat kepada orang lain. Firman Allah Swt.:
{فَضُرِبَ بَيْنَهُمْ بِسُورٍ لَهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِنْ قِبَلِهِ الْعَذَابُ}
Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa. (Al-Hadid: 13) Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa dinding itu terletak di antara surga dan neraka.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa dinding itulah yang dimaksud di dalam firman-Nya:
{وَبَيْنَهُمَا حِجَابٌ}
Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas. (Al-A'raf: 46) Hal yang sama telah diriwayatkan dari Mujahid dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang, pendapat ini sahih.
{بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ}
Di sebelah dalamnya ada rahmat. (Al-Hadid: 13) Yakni berupa surga dan semua kenikmatan yang ada di dalamnya.
{وَظَاهِرُهُ مِنْ قِبَلِهِ الْعَذَابُ}
dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa. (Al-Hadid: 13) Yaitu neraka. Demikianlah menurut yang dikatakan oleh Qatadah dan Ibnu Zaid serta selain keduanya. Ibnu Jarir mengatakan bahwa menurut pendapat yang lain,
dinding tersebut adalah dinding Baitul Maqdis yang berada di Lembah Jahanam. Kemudian ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnul Barqi, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Abu Salamah, dari Sa'id ibnu Atiyyah ibnu Qais,
dari Abul Awam juru azan Baitul Maqdis yang telah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr mengatakan bahwa sesungguhnya dinding yang disebut oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya:
Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa. (Al-Hadid: 13) adalah dinding masjid yang ada di sebelah timur;
bagian dalamnya adalah masjid, sedangkan bagian luarnya dan sebelahnya lagi adalah Lembah Jahanam. Kemudian telah diriwayatkan hal yang semisal dari Ubadah ibnus Samit, Ka'bul Ahbar? Ali ibnul Husain, dan Zainul Abidin.
Tetapi pendapat ini dapat diinterpretasikan bahwa mereka mengatakan demikian dengan tujuan untuk memberikan pendekatan pemahaman melalui peragaan tempat yang sudah ada agar lebih dekat dalam pemahaman bagi lawan bicara.
Dan sama sekali bukan makna hakikinya yang dimaksud, bahwa apa yang dikatakan itu adalah makna yang dimaksud oleh Al-Qur'an, yaitu dinding dan masjid yang ditunjuk itu, dan apa yang dikenal dengan sebutan Lembah Jahanam.
Karena sesungguhnya surga itu berada di langit yang tertinggi, sedangkan neraka berada di dasar yang paling bawah. Dan mengenai apa yang dikatakan oleh Ka'bul Ahbar yang menyebutkan bahwa pintu yang disebutkan di dalam Al-Qur'an
adalah pintu rahmat yang merupakan nama salah satu dari pintu Masjidil Aqsa, ini bersumber dari hadis israiliyatnya dan termasuk salah satu dari dongengan-dongengannya.
Sesungguhnya makna yang dimaksud dengan dinding itu yang dipasang pada hari kiamat untuk menghalang-halangi antara orang-orang mukmin dan orang-orang kafir.
Dan apabila orang-orang mukmin sampai pada dinding itu, maka mereka memasukinya dari pintunya; dan apabila orang-orang mukmin semuanya telah masuk,
maka pintu itu dikunci dan yang tertinggal di baliknya hanyalah orang-orang munafik; mereka berada dalam kebingungan, kegelapan, dan azab.
Sebagaimana amal perbuatan mereka ketika di dunia, mereka dalam kekafiran, kebodohan, keraguan, dan kebimbangan.
{يُنَادُونَهُمْ أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ}
Orang-orang munafik itu memanggil (orang-orang mukmin) seraya berkata, "Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?” (Al-Hadid: 14) Yakni orang-orang munafik menyeru orang-orang mukmin seraya mengatakan,
"Bukankah kami dahulu ketika di dunia ada bersama kamu dan ikut salat jumuah bersama kamu dan salat berjamaah bersama kamu, dan kami ikut wuquf di Arafah bersama kamu dan ikut dalam peperangan serta menunaikan kewajiban lainnya
bersama-sama dengan kamu?"
{قَالُوا بَلَى}
Mereka menjawab, "Benar.”(Al-Hadid: 14) Yaitu maka orang-orang mukmin menjawab kepada orang-orang munafik seraya mengatakan, "Memang benar kamu selalu bersama kami,
{وَلَكِنَّكُمْ فَتَنْتُمْ أَنْفُسَكُمْ وَتَرَبَّصْتُمْ وَارْتَبْتُمْ وَغَرَّتْكُمُ الأمَانِيُّ}
tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong" (Al-Hadid: 14)
Sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa kamu mencelakakan dirimu sendiri dengan kesenangan, perbuatan-perbuatan durhaka, dan nafsu syahwat.
{وَتَرَبَّصْتُمْ}
dan kamu menunggu (kehancuran kami). (Al-Hadid: 14) Yakni kamu menunda-nunda tobat dari waktu ke waktu yang lain. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan kamu menunggu (kehancuran kami). (Al-Hadid: 14)
Yakni kehancuran kebenaran dan para pemeluknya. dan kamu ragu-ragu. (Al-Hadid: 14) dengan adanya hari berbangkit sesudah kematian. serta ditipu oleh angan-angan kosong. (Al-Hadid: 14) Maksudnya,
kamu mengatakan bahwa kami akan mendapat ampunan. Menurut pendapat lain, kamu teperdaya oleh duniawi. sehingga datanglah ketetapan Allah. (Al-Hadid: 14).
Yakni kamu masih tetap dalam keadaan seperti itu hingga maut datang menjemput kamu. dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (setan) yang amat penipu. (Al-Hadid: 14) Maksudnya, tertipu oleh setan.
Qatadah mengatakan bahwa mereka tertipu oleh setan dan demi Allah mereka masih tetap dalam keadaan tertipu hingga Allah mencampakkan mereka ke dalam neraka.
Makna ucapan dari orang-orang mukmin yang ditujukan kepada orang-orang munafik, bahwa kamu memang dahulu bersama dengan kami, yakni badan kamu bersama kami, tetapi tanpa niat dan tanpa kalbu;
karena sesungguhnya kamu hanyalah dalam kebimbangan dan keraguan, dan kamu hanya pamer kepada manusia dan tidak mengingat Allah kecuali hanya sedikit.
Mujahid mengatakan bahwa dahulu orang-orang munafik hidup bersama-sama orang-orang mukmin, saling menikah dengan mereka, menipu mereka, serta bergaul dengan mereka.
Orang-orang munafik pun di saat matinya dihimpunkan pula bersama orang-orang mukmin, semuanya diberi cahaya kelak di hari kiamat. Hanya saja cahaya orang munafik padam bila telah mencapai tembok penghalang,
dan pada saat itulah mereka dipisahkan dari orang-orang mukmin. Dan ucapan kaum mukmin ini tidaklah bertentangan dengan ucapan mereka yang diceritakan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya Yang Mahabenar:
{كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ إِلا أَصْحَابَ الْيَمِينِ فِي جَنَّاتٍ يَتَسَاءَلُونَ عَنِ الْمُجْرِمِينَ مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ حَتَّى أَتَانَا الْيَقِينُ}
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali golongan kanan, berada di dalam surga, mereka tanya-menanya tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa,
"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?" Mereka menjawab, "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan salat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang batil,
bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada kami kematian?” (Al-Muddatstsir: 38-47)
Sesungguhnya kalimat ini dikatakan oleh kaum mukmin dengan nada kecaman dan mencemoohkan orang-orang munafik. Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan:
{فَمَا تَنْفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِينَ}
Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat dari orang-orang yang memberikan syafaat. (Al-Muddatstsir: 48) Semakna dengan apa yang disebutkan dalam surat ini melalui firman-Nya:
{فَالْيَوْمَ لَا يُؤْخَذُ مِنْكُمْ فِدْيَةٌ وَلا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا}
Maka pada hari ini tidak diterima tebusan dari kamu dan tidak pula dari orang-orang kafir. (Al-Hadid: 15) Yakni seandainya seseorang dari kamu datang pada hari itu dengan membawa emas sepenuh bumi sebanyak dua kali lipat untuk menebus dirinya dari azab Allah, niscaya tebusan itu tidak akan diterima. Firman Allah Swt.:
{مَأْوَاكُمُ النَّارُ}
Tempat kamu ialah neraka. (Al-Hadid: 15) Maksudnya, tempat kembali kamu dan kepulanganmu adalah neraka. Firman Allah Swt.:
{هِيَ مَوْلاكُمْ}
Neraka itu tempat berlindungmu. (Al-Hadid: 15) Yaitu neraka adalah tempat yang paling layak bagi kalian karena kalian kafir dan meragukan kebenaran.
وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Dan neraka adalah sejahat-jahat tempat kembali. (Al-Hadid: 15)
Surat Al-Hadid |57:13|
يَوْمَ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ لِلَّذِينَ آمَنُوا انْظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِنْ نُورِكُمْ قِيلَ ارْجِعُوا وَرَاءَكُمْ فَالْتَمِسُوا نُورًا فَضُرِبَ بَيْنَهُمْ بِسُورٍ لَهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِنْ قِبَلِهِ الْعَذَابُ
yauma yaquulul-munaafiquuna wal-munaafiqootu lillażiina aamanunzhuruunaa naqtabis min nuurikum, qiilarji'uu warooo`akum faltamisuu nuuroo, fa dhuriba bainahum bisuuril lahuu baab, baathinuhuu fiihir-roḥmatu wa zhoohiruhuu ming qibalihil-'ażaab
Pada hari orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman, "Tunggulah kami! Kami ingin mengambil cahayamu." (Kepada mereka) dikatakan, "Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)." Lalu di antara mereka dipasang dinding (pemisah) yang berpintu. Di sebelah dalam ada rahmat dan di luarnya hanya ada azab.
On the [same] Day the hypocrite men and hypocrite women will say to those who believed, "Wait for us that we may acquire some of your light." It will be said, "Go back behind you and seek light." And a wall will be placed between them with a door, its interior containing mercy, but on the outside of it is torment.
(Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman, "Perhatikanlah kami) lihatlah kami. Menurut suatu qiraat dibaca Anzhiruunaa, tunggulah kami
(supaya kami dapat mengambil) maksudnya supaya kami kebagian cahaya dan sinar (sebagian dari cahaya kalian." Dikatakan)
kepada mereka dengan nada yang memperolok-olokkan mereka, ("Kembalilah kalian ke belakang dan carilah sendiri cahaya untuk kalian") mereka mundur. (Lalu diadakan di antara mereka)
dan antara orang-orang yang beriman (dinding) menurut suatu pendapat dinding itu dinamakan Al A'raaf (yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat)
ada bagian yang menghadap orang-orang yang beriman (dan di sebelah luarnya) ada bagian yang menghadap orang-orang munafik (dari situ ada azab).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Hadid | 57 : 13 |
penjelasan ada di ayat 12
Surat Al-Hadid |57:14|
يُنَادُونَهُمْ أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ وَلَٰكِنَّكُمْ فَتَنْتُمْ أَنْفُسَكُمْ وَتَرَبَّصْتُمْ وَارْتَبْتُمْ وَغَرَّتْكُمُ الْأَمَانِيُّ حَتَّىٰ جَاءَ أَمْرُ اللَّهِ وَغَرَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ
yunaaduunahum a lam nakum ma'akum, qooluu balaa wa laakinnakum fatantum anfusakum wa tarobbashtum wartabtum wa ghorrotkumul-amaaniyyu ḥattaa jaaa`a amrullohi wa ghorrokum billaahil-ghoruur
Orang-orang munafik memanggil orang-orang mukmin, "Bukankah kami dahulu bersama kamu?" Mereka menjawab "Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri, dan kamu hanya menunggu, meragukan (janji Allah) dan ditipu oleh angan-angan kosong sampai datang ketetapan Allah, dan penipu (setan) datang memperdaya kamu tentang Allah.
The hypocrites will call to the believers, "Were we not with you?" They will say, "Yes, but you afflicted yourselves and awaited [misfortune for us] and doubted, and wishful thinking deluded you until there came the command of Allah. And the Deceiver deceived you concerning Allah.
(Orang-orang munafik itu memanggil mereka orang-orang mukmin, "Bukankah kami dahulu bersama-sama kalian") dalam ketaatan kepada Allah.
(mereka menjawab, "Benar, tetapi kalian mencelakakan diri kalian sendiri) disebabkan kemunafikan kalian (dan kalian selalu mengincar) kehancuran orang-orang mukmin
(dan kalian ragu-ragu) masih ragu terhadap agama Islam (serta kalian ditipu oleh angan-angan kosong) yakni ketamakan (sehingga datanglah ketetapan Allah) yaitu kematian
(dan kalian telah ditipu terhadap Allah oleh yang amat penipu) yakni oleh setan.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Hadid | 57 : 14 |
penjelasan ada di ayat 12
Surat Al-Hadid |57:15|
فَالْيَوْمَ لَا يُؤْخَذُ مِنْكُمْ فِدْيَةٌ وَلَا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ مَأْوَاكُمُ النَّارُ ۖ هِيَ مَوْلَاكُمْ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
fal-yauma laa yu`khożu mingkum fidyatuw wa laa minallażiina kafaruu, ma`waakumun-naar, hiya maulaakum, wa bi`sal-mashiir
Maka pada hari ini tidak akan diterima tebusan dari kamu maupun dari orang-orang kafir. Tempat kamu di neraka. Itulah tempat berlindungmu, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali."
So today no ransom will be taken from you or from those who disbelieved. Your refuge is the Fire. It is most worthy of you, and wretched is the destination.
(Maka pada hari ini tidak diterima) dapat dibaca Yu`khadzu dan Tu`khadzu (tebusan dari kalian dan tidak pula dari orang-orang kafir. Tempat kalian ialah neraka. Neraka itulah tempat yang layak buat kalian)
tempat yang utama bagi kalian. (Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali") tempat kembali yang paling buruk adalah neraka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Hadid | 57 : 15 |
penjelasan ada di ayat 12
Surat Al-Hadid |57:16|
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
a lam ya`ni lillażiina aamanuuu an takhsya'a quluubuhum liżikrillaahi wa maa nazala minal-ḥaqqi wa laa yakuunuu kallażiina uutul-kitaaba ming qoblu fa thoola 'alaihimul-amadu fa qosat quluubuhum, wa kaṡiirum min-hum faasiquun
Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka) dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima Kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik.
Has the time not come for those who have believed that their hearts should become humbly submissive at the remembrance of Allah and what has come down of the truth? And let them not be like those who were given the Scripture before, and a long period passed over them, so their hearts hardened; and many of them are defiantly disobedient.
(Belumkah datang) maksudnya apakah belum tiba saatnya (bagi orang-orang yang beriman) ayat ini diturunkan berkenaan dengan kelakuan para sahabat, yaitu sewaktu mereka banyak bergurau
(untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan mengingat apa yang telah diturunkan kepada mereka) dapat dibaca Nazzala dan Nazala (berupa kebenaran)
yakni Alquran (dan janganlah mereka) di'athafkan kepada lafal Takhsya'a (seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Alkitab kepadanya)
mereka adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani (kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka) yaitu zaman antara mereka dan nabi-nabi mereka telah berlalu sangat lama
(lalu hati mereka menjadi keras) tidak lunak lagi untuk mengingat Allah. (Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang fasik).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Hadid | 57 : 16 |
Tafsir ayat 16-17
Allah Swt. berfirman bahwa bukankah telah datang waktunya bagi orang-orang mukmin untuk tunduk hati mereka mengingat Allah? Yakni hati mereka lunak di saat mengingat Allah dan mendengar nasihat serta mendengar bacaan Al-Qur'an,
lalu hati mereka memahaminya, tunduk patuh dan mendengarkannya. Abdullah ibnul Mubarak mengatakan, telah menceritakan kepada kami Saleh Al-Murri, dari Qatadah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah
merasa kesal terhadap keterlambatan hati orang-orang mukmin untuk tunduk hati mereka mengingat Allah, maka Allah Swt. menegur mereka setelah tiga belas tahun diturunkan-Nya Al-Qur'an. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ}
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah. (Al-Hadid: 16), hingga akhir ayat. Ibnu Abu Hatim meriwayatkan pendapat ini dari Al-Hasan ibnu Muhammad ibnus Sabah,
dari Husain Al-Marwazi, dari Ibnul Mubarak dengan sanad yang sama. Kemudian Ibnu Abu Hatim dan Imam Muslim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb,
telah menceritakan kepadaku Amr ibnul Haris, dari Sa'id ibnu Hilal Al-Laisi, dari Aun ibnu Abdullah, dari ayahnya, dari Ibnu Mas'ud r.a. yang telah mengatakan, bahwa tiada tenggang masa antara keislaman kami dan teguran Allah kepada kami
selain dari empat tahun, yaitu melalui firman-Nya: Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah. (Al-Hadid: 16), hingga akhir ayat.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam akhir kitabnya. Imam Nasai mengetengahkannya dalam kitab tafsirnya sehubungan dengan tafsir ayat ini dari Harun ibnu Sa'id Al-Aili, dari Ibnu Wahb dengan sanad yang sama.
Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Musa ibnu Ya'qub Az-Zam'i, dari Abu Hazim, dari Amir ibnu Abdullah ibnuz Zubair, dari ayahnya dengan lafaz yang semisal, dan ia menjadikannya ke dalam kelompok musnad Ibnuz Zubair.
Tetapi Al-Bazzar meriwayatkannya melalui jalur Musa ibnu Ya'qub, dari Abu Hazim, dari Amir, dari Ibnuz Zubair, dari Ibnu-Mas'ud, lalu disebutkan hal yang semisal.
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Al-Mas'udi, dari Al-Qasim yang mengatakan bahwa di suatu hari sahabat-sahabat Rasulullah Saw. merasa bosan (jenuh), lalu mereka berkata, "Wahai Rasulullah, berceritalah kepada kami."
Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik. (Yusuf: 3) Kemudian mereka merasa jenuh lagi, lalu berkata, "Wahai Rasulullah, berceritalah kepada kami."
Maka Allah menurunkan firman-Nya: Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik. (Az-Zumar: 23) Kemudian mereka merasa jenuh lagi, lalu berkata, "Wahai Rasulullah, berceritalah kepada kami." Maka Allah Swt.
menurunkan firman-Nya: Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah. (Al-Hadid: 16) Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya:
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah. (Al-Hadid: 16) Telah diceritakan kepada kami bahwa Syaddad ibnu Aus telah meriwayatkan dari Rasulullah Saw. sabda beliau Saw.
yang mengatakan:
"إِنَّ أَوَّلَ مَا يُرْفَعُ مِنَ النَّاسِ الْخُشُوعُ"
Sesungguhnya hal yang mula-mula diangkat dari manusia adalah khusyuk. Adapun firman Allah Swt.:
{وَلا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الأمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ}
dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras. (Al-Hadid: 16)
Allah Swt. melarang orang-orang mukmin menyerupai orang-orang yang telah diberikan kepada mereka Al-Kitab sebelum masa kaum mukmin, dari kalangan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Setelah masa berlalu cukup panjang atas mereka,
lalu mereka mengganti Kitabullah yang ada di tangan mereka dan menukarnya dengan harga yang sedikit, dan mencampakkannya ke belakang punggung mereka. Dan sebagai gantinya mereka menerima berbagai pendapat
yang beraneka ragam dan yang dibuat-buat, serta membebek kepada pendapat orang banyak dalam agama Allah, dan mereka menjadikan pendeta-pendeta dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah.
Maka pada saat itulah hati mereka menjadi keras dan tidak mau menerima pelajaran serta tidak mau lunak dengan janji maupun ancaman.
{وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (Al-Hadid: 16) Yakni dalam sepak terjang mereka, hati mereka telah rusak, dan amal perbuatan mereka batil semuanya. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَنَسُوا حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ}
(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya,
dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya. (Al-Maidah: 13) Yaitu hati mereka telah rusak dan keras membatu,
maka sudah menjadi watak mereka suka mengubah perkataan Allah dari tempat-tempatnya, dan meninggalkan amal-amal yang justru mereka diperintahkan untuk mengerjakannya,
dan mereka lebih senang melanggar hal-hal yang mereka dilarang melakukannya. Karena itulah maka Allah melarang orang-orang mukmin menyerupai apa pun dari urusan mereka, baik yang pokok maupun yang cabang.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Syihab ibnu Khirasy, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Dinar,
dari Mansur ibnul Mu'tamir, dari Ar-Rabi' ibnu Abu Amilah Al-Fazzari yang mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Mas'ud suatu hadis (kisah) yang belum pernah aku mendengar suatu kisah yang lebih kukagumi
daripadanya kecuali sesuatu dari Kitabullah atau sesuatu yang dikatakan oleh Nabi Saw. Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa sesungguhnya kaum Bani Israil di masa silam telah berlalu masa yang panjang atas mereka,
dan menjadi keraslah hati mereka. Lalu mereka membuat suatu kitab dari diri mereka sendiri sesuai dengan apa yang digandrungi oleh hati mereka dan dianggap halal oleh lisan mereka serta enak diucapkan oleh lisan mereka,
karena kitab yang hak merupakan penghalang utama yang menghambat antara mereka dan apa yang disukai oleh hawa nafsu mereka. Mereka berkata, "Marilah kita ajak orang-orang Bani Israil kepada kitab kita ini.
Maka barang siapa yang mau mengikuti kita, maka ia kita biarkan. Dan barang siapa yang tidak mau mengikuti kita, maka ia kita perangi." Mereka lakukan hal itu, dan tersebutlah bahwa di kalangan mereka terdapat seorang lelaki ahli fiqih.
Ketika ia melihat apa yang dilakukan oleh mereka, maka ia menghimpun apa yang telah dia ketahui dari Kitabullah, lalu menulisnya pada lembaran yang tipis, kemudian dia lipat dan dia masukkan ke dalam sebuah tanduk,
lalu tanduk itu ia kalungkan pada lehernya. Ketika pembunuhan akibat hal tersebut banyak terjadi, sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, "Hai kamu sekalian, sesungguhnya kalian telah banyak membunuh orang-orang Bani Israil.
Sebaiknya kamu seru si Fulan dan tawarkanlah kepadanya kitab kalian ini. Karena sesungguhnya jika dia mau mengikuti kalian, maka orang-orang lain dengan sendirinya akan mengikuti kalian. Dan jika dia menolak, bunuh saja dia."
Kemudian mereka memanggil si Fulan ahli fiqih itu, lalu mereka berkata kepadanya, "Apakah engkau beriman kepada kitab kami ini?" Si Fulan balik bertanya, "Apakah kandungan isinya, coba bacakan kepadaku,"
lalu mereka membacakan isi kitab mereka sampai tamat. Setelah itu mereka kembali bertanya, "Apakah kamu beriman kepada kitab ini?" Si Fulan menjawab, "Ya, aku beriman dengan apa yang terkandung dalam kitab ini,"
seraya menunjuk ke arah kalung tanduk yang dikenakannya. Mereka tidak memahaminya, akhirnya mereka membiarkannya. Setelah si Fulan itu meninggal dunia, mereka menggeledahnya dan ternyata mereka menjumpainya
memakai kalung tanduk itu dan di dalam kalungtanduk itu mereka menjumpai apa yang dikenal sebagai kandungan dari Kitabullah yang asli. Lalu sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lainnya, "Hai kamu semua,
sesungguhnya kami belum pernah mendengar hal seperti ini." Maka terjadilah fitnah dan kaum Bani Israil berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan,
dan sebaik-baik aliran yang diikuti oleh sebagian mereka adalah aliran si Fulan pemilik kitab yang disimpan dalam kalung tanduknya.
Ibnu Mas'ud berkata, "Sesungguhnya sudah dekat pula masanya bagi kamu semua atau sebagian dari kamu yang masih hidup akan menyaksikan berbagai perkara yang kamu ingkari, tetapi kamu tidak mampu mengubahnya.
Maka sudah dianggap cukup bagi seseorang dari kamu saat itu membencinya sebagai tanggung jawabnya kepada Allah Swt. Abu Ja'far At-Tabari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid,
telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Mugirah, dari Abu Ma'syar, dari Ibrahim yang menceritakan bahwa Itris ibnu Urqub datang kepada Ibnu Mas'ud, lalu bertanya, "Hai Abu Abdullah,
sudah pasti binasalah orang yang tidak memerintahkan kepada kebajikan dan tidak mencegah hal yang mungkar." Ibnu Mas'ud menjawab, "Binasalah orang yang hatinya tidak mengenal perkara yang baik dan tidak mengingkari
perkara yang mungkar." Ibnu Mas'ud melanjutkan bahwa sesungguhnya kaum Bani Israil ketika telah berlalu atas mereka masa yang panjang, menjadi keraslah hati mereka, lalu mereka membuat sebuah kitab dari diri mereka sendiri
sesuai dengan keinginan hawa nafsu mereka. Kemudian mereka berkata, "Marilah kita tawarkan kitab ini kepada Bani Israil. Maka barang siapa dari mereka yang beriman, akan kita biarkan; dan barang siapa yang tidak mau beriman,
maka akan kita bunuh dia." Ibnu Mas'ud melanjutkan bahwa lalu seseorang dari Bani Israil menyimpan kitab yang asli di dalam sebuah tanduk dan menjadikan tanduk itu sebagai liontin kalungnya. Dan ketika dikatakan kepadanya,
"Apakah kamu beriman kepada kitab (palsu) ini?" Dia menjawab, "Aku beriman kepadanya," seraya berisyarat kepada kalung tanduk yang ada di dadanya, "Dan mengapa aku tidak beriman kepada Kitab ini?"
Maka sebaik-baik aliran mereka di masa itu adalah aliran pemilik kalung tanduk itu. Firman Allah Swt.:
{اعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يُحْيِي الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ}
Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya. (Al-Hadid: 17)
Di dalam ayat ini terkandung makna yang menunjukkan bahwa Allah Swt. dapat melunakkan hati yang Jadinya keras dan dapat memberi petunjuk kepada orang-orang yang bingung dari kesesatannya,
dan dapat melenyapkan semua musibah dari orang-orang yang terkena olehnya. Sebagaimana Dia dapat menghidupkan bumi sesudah matinya, yang kering dan tandus, dengan hujan yang deras.
Maka demikian pula Dia dapat memberi petunjuk kepada hati-hati yang keras melalui bukti-bukti dan dalil-dalil Al-Qur'an; serta memasukkan ke dalamnya cahaya, padahal sebelumnya tertutup rapat tidak dapat ditembus.
Maka Mahasuci Tuhan yang memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya sesudah kesesatannya; dan Yang menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya, padahal sebelumnya telah beriman.
Dialah Tuhan Yang Maha Berbuat terhadap apa yang dikehendaki-Nya, Dia Mahabijaksana lagi Mahaadil dalam semua perbuatan-Nya, lagi Mahalembut, Maha Mengetahui, Mahabesar, dan Mahatinggi.
Surat Al-Hadid |57:17|
اعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يُحْيِي الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
i'lamuuu annalloha yuḥyil-ardho ba'da mautihaa, qod bayyannaa lakumul-aayaati la'allakum ta'qiluun
Ketahuilah bahwa Allah yang menghidupkan bumi setelah matinya (kering). Sungguh, telah Kami jelaskan kepadamu tanda-tanda (kebesaran Kami) agar kamu mengerti.
Know that Allah gives life to the earth after its lifelessness. We have made clear to you the signs; perhaps you will understand.
(Ketahuilah oleh kalian) khithab ayat ini ditujukan kepada orang-orang mukmin yang telah disebutkan di atas tadi (bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya)
dengan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan padanya, demikianlah Allah menjadikan hati kalian untuk taat dan khusuk kembali dalam mengingat Allah.
(Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepada kalian tanda-tanda) yang menunjukkan akan kekuasaan Kami terhadap hal ini dan hal-hal lainnya (supaya kalian memikirkannya).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Hadid | 57 : 17 |
penjelasan ada di ayat 16
Surat Al-Hadid |57:18|
إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ
innal-mushshoddiqiina wal-mushshoddiqooti wa aqrodhulloha qordhon ḥasanay yudhoo'afu lahum wa lahum ajrung kariim
Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka, dan mereka akan mendapat pahala yang mulia.
Indeed, the men who practice charity and the women who practice charity and [they who] have loaned Allah a goodly loan - it will be multiplied for them, and they will have a noble reward.
(Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan, baik laki-laki) mushshaddiqiina berasal dari mashdar tashadduq, kemudian huruf ta diidghamkan kepada huruf shad sehingga jadilah mushshaddiqiina,
bentuk asalnya adalah mutashaddiqiina (maupun perempuan) yang percaya kepada Allah dan Rasul-Nya. Menurut qiraat lain kedua lafal tersebut dibaca tanpa tasydid,
sehingga bacaannya menjadi innal mushaddiqiina wal mushaddiqaati, karena dianggap berasal dari tashdiq, sehingga artinya menjadi:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan (dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik) dhamir yang ada pada lafal `aqradhuu kembali pada laki-laki dan perempuan,
karena memprioritaskan kaum laki-laki. Fi'il atau kata kerja di sini diathafkan kepada isim, yaitu kepada shilah alif dan lam,
karena sesungguhnya lafal al-mushshaddiqiina wal mushshaddiqaati yang dimasuki alif dan lam sama kedudukannya dengan fi'il yang berada sesudah shilah.
Disebutkannya lafal al-qardhu berikut sifatnya sesudah pengertian tashadduq, hal ini memberikan pengertian adanya ikatan di antara lafal-lafal tersebut.
Atau dengan kata lain, bahwa orang-orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya itu adalah orang-orang yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik
(maka Allah akan melipatgandakan) menurut suatu qiraat dibaca yudha`'af dengan memakai tasydid pada huruf 'ainnya, artinya balasan pinjaman mereka itu akan dilipatgandakan pahalanya
(kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Hadid | 57 : 18 |
Tafsir ayat 18-19
Allah Swt. menyebutkan pahala yang akan Dia berikan kepada orang-orang yang bersedekah —baik laki-laki maupun perempuan— dengan mendermakan sebagian dari harta mereka kepada orang-orang yang membutuhkan pertolongannya, kaum fakir dan miskin.
{وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا}
dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik. (Al-Hadid: 18) Yakni mereka menyerahkannya dengan niat yang ikhlas karena mengharapkan rida Allah,
dan tidak menginginkan balasan dari orang-orang yang diberi olehnya dan tidak pula ungkapan terima kasih. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:
{يُضَاعَفُ لَهُمُ}
niscaya akan dilipatgandakan (pembayarannya). (Al-Hadid: 18) Yaitu Allah menerima dari mereka setiap kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya, dan diberi tambahan pula hingga sampai tujuh ratus kali lipatnya, bahkan lebih dari itu lagi.
{وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ}
dan bagi mereka pahala yang banyak. (Al-Hadid: 18) Yakni pahala yang berlimpah lagi baik, dan tempat kembali yang baik serta tempat tinggal yang mulia. Firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ أُولَئِكَ هُمُ الصِّدِّيقُونَ}
Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang siddiqin. (Al-Hadid: 19) Kalimat ayat ini merupakan kelengkapan dari kalimat yang sebelumnya,
dan ini merupakan sifat dari orang-orang yang beriman kepada Allah bahwa mereka adalah orang-orang yang siddiq (membenarkan).
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang siddiqin. (Al-Hadid: 19)
Bahwa ayat ini terpisah dari ayat yang sebelumnya.dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. Bagi mereka pahala dan cahaya mereka. (Al-Hadid: 19)
Abud Duha mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: mereka itu orang-orang siddiqin. (Al-Hadid: 19) Kemudian firman berikutnya adalah kalimat baru, yaitu: dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. (Al-Hadid: 19)
Hal yang sama telah dikatakan oleh Masruq, Ad-Dahhak, Muqatil ibnu Hayyan, dan lain-lainnya. Al-A'masy telah meriwayatkan dari Abud Duha, dari Masruq, dari Abdullah ibnu Mas'ud sehubungan dengan makna firman-Nya:
mereka itu orang-orang siddiqin dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. (Al-Hadid: 19) Bahwa mereka terdiri atas tiga golongan, yaitu orang-orang yang gemar bersedekah, Orang-orang yang siddiq, dan para syuhada.
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:
{وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ}
Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, para siddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. (An-Nisa: 69)
Maka dibedakan antara orang-orang yang siddiq dan orang-orang yang mati syahid. Hal ini menunjukkan bahwa keduanya merupakan dua golongan, dan tidak diragukan lagi bahwa siddiq lebih tinggi kedudukannya daripada syahid,
sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Malik ibnu Anas rahimahullah di dalam kitab Muwatta '-nya, dari Safwan ibnu Salim, dari Ata ibnu Yasar, dari Abu Sa'id Al-Khudri,
bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"إِنَّ أَهْلَ الْجَنَّةِ لَيَتَرَاءَوْنَ أَهْلَ الْغُرَفِ مِنْ فَوْقِهِمْ، كَمَا تَتَرَاءَوْنَ الْكَوْكَبَ الدُّرِّيَّ الْغَابِرَ فِي الْأُفُقِ مِنَ الْمَشْرِقِ أَوِ الْمَغْرِبِ، لِتَفَاضُلِ مَا بَيْنَهُمْ". قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، تِلْكَ مَنَازِلُ الْأَنْبِيَاءِ لَا يَبْلُغُهَا غَيْرُهُمْ؟ قَالَ: "بَلَى وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، رِجَالٌ آمَنُوا بِاللَّهِ وَصَدَّقُوا الْمُرْسَلِينَ".
Sesungguhnya ahli surga benar-benar memandangi para penghuni guraf (gedung) jyawg ada di atas mereka sebagaimana kamu memandangi bintang yang gemerlapan di ufuk timur atau ufuk barat,
karena adanya perbedaan keutamaan di antara mereka (ahli surga). Abu Sa'id Al-Khudri berkata, "Wahai Rasulullah, itu pasti kedudukan para nabi yang tidak dapat dicapai selain oleh mereka." Rasululah Saw. menjawab: Benar,
dan demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, dan juga orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan rasul-Nya.
Imam Bukhari dan Imam Muslim sepakat dalam pengetengahan hadis ini, yaitu melalui Malik dengan sanad yang sama. Ulama tafsir lainnya mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: mereka itu orang-orang siddiqin dan orang-orang
yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. (Al-Hadid: 19) Bahwa makna yang dimaksud ialah berita dari Allah Swt. yang menyatakan orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya,
bahwa mereka adalah orang-orang yang siddiq dan ada pula yang menjadi syahid. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Mujahid. Kemudian Ibnu Jarir mengatakan:
حدثني صالح ابن حَرْبٍ أَبُو مَعْمَر، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ يَحْيَى، حَدَّثَنَا ابْنِ عَجْلان عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "مُؤْمِنُو أُمَّتِي شُهَدَاءُ". قَالَ: ثُمَّ تَلَا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذِهِ الْآيَةَ {وَالَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ أُولَئِكَ هُمُ الصِّدِّيقُونَ وَالشُّهَدَاءُ عِنْدَ رَبِّهِمْ}
telah menceritakan kepadaku Saleh ibnu Harb Abu Ma'mar, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ajian, dari Zaid ibnu Aslam,
dari Al-Barra ibnu Azib yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Orang-orang yang beriman dari kalangan umatku adalah orang-orang yang menjadi saksi.
Al-Barra ibnu Azib mengatakan bahwa kemudian Nabi Saw. membaca ayat lain, yaitu firman-Nya: Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,
mereka itu orang-orang siddiqin dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. (Al-Hadid: 19) Hadis ini berpredikat garib. Abu Ishaq telah meriwayatkan dari Amr ibnu Maimun sehubungan dengan makna firman-Nya:
Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang siddiqin dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. Bagi mereka pahala dan cahaya mereka. (Al-Hadid: 19)
Bahwa mereka datang bersama-sama di hari kiamat, sebagaimana berdempetannya dua buah jari. Firman Allah Swt.:
{وَالشُّهَدَاءُ عِنْدَ رَبِّهِمْ}
dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. (Al-Hadid: 19) Yakni di dalam surga-surga yang penuh dengan kenikmatan. Seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahihain:
"إِنَّ أَرْوَاحَ الشُّهَدَاءِ فِي حَوَاصِلِ طَيْرٍ خُضْر تَسْرَحُ فِي الْجَنَّةِ حَيْثُ شَاءَتْ، ثُمَّ تَأْوِي إِلَى تِلْكَ الْقَنَادِيلِ، فَاطَّلَعَ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ اطِّلَاعَةً فَقَالَ: مَاذَا تُرِيدُونَ؟ فَقَالُوا: نُحِبُّ أَنْ تَرُدَّنَا إِلَى الدَّارِ الدُّنْيَا فَنُقَاتِلَ فِيكَ فَنَقْتُلَ كَمَا قُتِلنا أَوَّلَ مَرَّةٍ. فَقَالَ إِنِّي قَضَيْتُ أَنَّهُمْ إِلَيْهَا لَا يَرْجِعُونَ"
Sesungguhnya arwah para syuhada berada di dalam perut burung hijau yang terbang bebas di dalam surga sekehendak hatinya, kemudian hinggap pada lentera-lentera itu. Maka Tuhanmu menjenguk mereka, lalu berfirman,
'Apakah yang kamu kehendaki?” Mereka menjawab, "Kami menginginkan agar Engkau mengembalikan kami ke dunia, maka kami akan berperang lagi di jalan-Mu sampai gugur sebagaimana keadaan kami yang pertama kali.” Allah berfirman,
"Sesungguhnya Aku telah memutuskan bahwa mereka tidak dapat kembali lagi ke dunia.” Firman Allah Swt.:
{لَهُمْ أَجْرُهُمْ وَنُورُهُمْ}
Bagi mereka pahala dan cahaya mereka. (Al-Hadid: 19) Yaitu bagi mereka di sisi Allah ada pahala yang berlimpah dan cahaya yang besar yang menerangi bagian depan mereka,
dan mereka dalam hal ini berbeda-beda tingkatannya sesuai dengan amal perbuatan yang telah mereka lakukan ketika di dunia.
قَالَ الْإِمَامُ أحمد: حدثنا يحيى ابن إسحاق، حدثنا بن لَهِيعَة، عَنْ عَطَاءِ بْنِ دِينَارٍ، عَنْ أَبِي يَزِيدَ الْخَوْلَانِيِّ قَالَ: سَمِعْتُ فَضَالَةَ بْنَ عُبَيد يَقُولُ: سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ يَقُولُ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "الشُّهَدَاءُ أَرْبَعَةٌ: رَجُلٌ مُؤْمِنٌ جَيِّدُ الْإِيمَانِ، لَقِيَ الْعَدُوَّ فَصَدَقَ اللَّهَ فَقُتِلَ، فَذَلِكَ الَّذِي يَنْظُرُ النَّاسُ إِلَيْهِ هَكَذَا-وَرَفَعَ رَأْسَهُ حَتَّى سَقَطَتْ قَلَنْسُوة رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوَ قَلَنْسُوَةُ عُمَرَ-وَالثَّانِي مُؤْمِنٌ لَقِيَ الْعَدُوَّ فَكَأَنَّمَا يَضْرِبُ ظَهْرَهُ بِشَوْكِ الطَّلْحِ، جَاءَهُ سَهْمٌ غَرْب فَقَتَلَهُ، فَذَاكَ فِي الدَّرَجَةِ الثَّانِيَةِ، وَالثَّالِثُ رَجُلٌ مُؤْمِنٌ خَلَطَ عَمَلًا صَالِحًا وَآخَرَ سَيِّئًا لَقِيَ الْعَدُوَّ فَصَدَقَ اللَّهَ حَتَّى قُتِلَ، فَذَاكَ فِي الدَّرَجَةِ الثَّالِثَةِ، وَالرَّابِعُ رَجُلٌ مُؤْمِنٌ أَسْرَفَ عَلَى نَفْسِهِ إِسْرَافًا كَثِيرًا، لَقِيَ الْعَدُوَّ فَصَدَقَ اللَّهَ حَتَّى قُتِلَ، فَذَاكَ فِي الدَّرَجَةِ الرَّابِعَةِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Ata ibnu Dinar, dari Abu Yazid Al-Khaulani yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Fudalah ibnu Ubaid
mengatakan bahwa ia pernah mendengar Umar ibnul Khattab mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Syuhada itu ada empat macam, yaitu seorang lelaki yang beriman dengan iman yang baik,
lalu bersua dengan musuh dan ia membenarkan (janjinya) kepada Allah, hingga gugurlah ia, maka dialah kelak yang akan menjadi pusat perhatian pandangan ahli surga seperti ini. Lalu Umar mengangkat kepalanya,
memperagakan apa yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. saat mengucapkannya, dan Umar menjatuhkan pecinya sebagaimana yang dialami oleh beliau Saw.: Kedua ialah seorang mukmin yang bersua dengan musuh,
lalu seakan-akan punggungnya terpukul oleh duri pohon talh, panah musuh nyasar mengenainya hingga gugurlah dia, maka dia berada di peringkat kedua. Ketiga ialah orang mukmin yang mencampuradukkan amal saleh dengan amal lainnya
yang buruk, ia bersua dengan musuh dan menghadapinya dengan penuh keikhlasan kepada Allah hingga gugurlah dia, maka dia berada di peringkat yang ketiga. Keempat ialah orang mukmin yang berlebihan terhadap dirinya
dengan keberlebihan yang banyak, lalu ia bersua dengan musuh dan menghadapinya dengan ikhlas karena Allah hingga gugurlah dia, maka dia berada di peringkat yang keempat.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ali ibnul Madini, dari Abu Daud At-Tayalisi, dari Ibnul Mubarak, dari Ibnu Lahi'ah. Ali ibnul Madini mengatakan bahwa ini merupakan sanad seorang ulama Mesir yang saleh.
Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui hadis Ibnu Lahi'ah, dan ia mengatakan bahwa hadis ini garib. Firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ}
Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka. (Al-Hadid: 19)
Setelah menyebutkan perihal orang-orang yang berbahagia dan tempat kembali mereka, lalu mengiringinya dengan menyebutkan nasib dan keadaan orang-orang yang celaka.
Surat Al-Hadid |57:19|
وَالَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ أُولَٰئِكَ هُمُ الصِّدِّيقُونَ ۖ وَالشُّهَدَاءُ عِنْدَ رَبِّهِمْ لَهُمْ أَجْرُهُمْ وَنُورُهُمْ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
wallażiina aamanuu billaahi wa rusulihiii ulaaa`ika humush-shiddiiquuna wasy-syuhadaaa`u 'inda robbihim, lahum ajruhum wa nuuruhum, wallażiina kafaruu wa każżabuu bi`aayaatinaaa ulaaa`ika ash-ḥaabul-jaḥiim
Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, mereka itu orang-orang yang tulus hati (pecinta kebenaran) dan saksi-saksi di sisi Tuhan mereka. Mereka berhak mendapat pahala dan cahaya. Tetapi orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni-penghuni neraka.
And those who have believed in Allah and His messengers - those are [in the ranks of] the supporters of truth and the martyrs, with their Lord. For them is their reward and their light. But those who have disbelieved and denied Our verses - those are the companions of Hellfire.
(Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu adalah orang-orang shiddiqin) orang-orang yang sangat beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
(dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Rabb mereka) atas kedustaan umat-umat yang terdahulu terhadap nabi-nabi mereka.
(Bagi mereka pahala dan cahaya mereka. Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami) yang menunjukkan kepada keesaan Kami (mereka itulah penghuni-penghuni Jahim) yakni neraka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Hadid | 57 : 19 |
penjelasan ada di ayat 18
Surat Al-Hadid |57:20|
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
i'lamuuu annamal-ḥayaatud-dun-yaa la'ibuw wa lahwuw wa ziinatuw wa tafaakhurum bainakum wa takaaṡurun fil-amwaali wal-aulaad, kamaṡali ghoiṡin a'jabal-kuffaaro nabaatuhuu ṡumma yahiiju fa taroohu mushfarron ṡumma yakuunu huthoomaa, wa fil-aakhiroti 'ażaabun syadiiduw wa maghfirotum minallohi wa ridhwaan, wa mal-ḥayaatud-dun-yaaa illaa mataa'ul-ghuruur
Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu.
Know that the life of this world is but amusement and diversion and adornment and boasting to one another and competition in increase of wealth and children - like the example of a rain whose [resulting] plant growth pleases the tillers; then it dries and you see it turned yellow; then it becomes [scattered] debris. And in the Hereafter is severe punishment and forgiveness from Allah and approval. And what is the worldly life except the enjoyment of delusion.
(Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan) sebagai perhiasan
(dan bermegah-megahan antara kalian serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak) artinya, menyibukkan diri di dalamnya.
Adapun mengenai ketaatan dan hal-hal yang membantu menuju kepadanya termasuk perkara-perkara akhirat (seperti) kehidupan dunia yang menyilaukan kalian dan kepunahannya sesudah itu bagaikan
(hujan) bagaikan air hujan (yang membuat orang-orang yang bertani merasa kagum) merasa takjub (akan tanam-tanamannya) yang tumbuh disebabkan turunnya hujan itu
(kemudian tanaman itu menjadi kering) lapuk dan kering (dan kamu lihat warnanya yang kuning itu kemudian menjadi hancur) menjadi keropos dan berjatuhan ditiup angin. (Dan di akhirat ada azab yang keras)
\
bagi orang-orang yang lebih memilih keduniaan (dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya) bagi orang-orang yang lebih memilih akhirat daripada dunia. (Dan kehidupan dunia ini tidak lain)
maksudnya bersenang-senang dalam dunia ini tiada lain (hanyalah kesenangan yang menipu).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Hadid | 57 : 20 |
Tafsir ayat 20-21
Allah Swt. berfirman, menceritakan hinanya kehidupan dunia dan kerendahannya. Untuk itu maka Dia berfirman:
{أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الأمْوَالِ وَالأوْلادِ}
sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak. (Al-Hadid: 20)
Yakni sesungguhnya kesimpulan dari kehidupan dunia bagi para pemiliknya adalah hal-hal tersebut, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ}
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Ali Imran: 14) Kemudian Allah Swt. menggambarkan tentang perumpamaan kehidupan dunia,
bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu adalah kemewahan yang fana dan nikmat yang pasti lenyap. Untuk itu Dia berfirman:
{كَمَثَلِ غَيْثٍ}
seperti hujan. (Al-Hadid: 20) Yaitu hujan yang turun sesudah manusia berputus asa dari kedatangannya, seperti yang diungkapkan oleh firman-Nya:
وَهُوَ الَّذِي يُنزلُ الْغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا
Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa. (Asy-Syura: 28) Adapun firman Allah Swt.:
{أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ}
yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani. (Al-Hadid: 20) Artinya, tanam-tanaman yang ditumbuhkan berkat hujan itu mengagumkan para petaninya. Maka sebagaimana para petani merasa kagum dengan hal tersebut,
begitu pula halnya orang-orang kafir mengagumi kehidupan dunia; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang paling menyenanginya dan tiada yang terlintas dalam benak mereka selain darinya.
{ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا}
kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancur. (Al-Hadid: 20) Yakni tanam-tanaman itu kering dan kelihatan kuning, padahal sebelumnya tampak hijau dan segar,
kemudian semuanya menjadi hancur berantakan alias kering kerontang. Demikian pula kehidupan dunia, pada mulanya kelihatan muda, lalu tumbuh dewasa dan menua, akhirnya pikun dan peot.
Demikian pula manusia pada permulaan usianya dan usia mudanya, ia kelihatan segar, padat, berisi, serta penampilannya hebat. Kemudian secara berangsur-angsur mulai menua dan semua wataknya berubah dan merasa kehilangan
sebagian dari kekuatannya. Lalu jadilah ia manusia yang lanjut usia dan lemah kekuatannya, sedikit geraknya dan tidak mampu mengerjakan sedikit pekerjaan pun, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ}
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban.
Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Mahakuasa. (Ar-Rum: 54) Mengingat perumpamaan ini menunjukkan akan lenyapnya dunia dan kehancurannya serta kehabisan usianya sebagai suatu kepastian,
dan bahwa negeri akhirat itu ada dan pasti, maka diperingatkanlah untuk berhati-hati dalam menghadapinya, sekaligus mengandung anjuran untuk berbuat kebaikan yang akan membawa pahala kebaikan di negeri akhirat nanti.
Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَفِي الآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ}
Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Al-Hadid: 20)
Artinya, tiada di negeri akhirat yang akan datang dalam waktu yang dekat kecuali ini atau itu, yakni adakalanya azab yang keras dan adakalanya ampunan dari Allah dan rida-Nya. Firman Allah Swt.:
{وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ}
Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Al-Hadid: 20) Yakni kesenangan yang fana lagi memperdayakan orang yang cenderung kepadanya,
karena hanya dialah yang teperdaya olehnya dan merasa kagum dengannya, hingga ia mempunyai keyakinan bahwa tiada negeri lain selain dunia ini dan di balik ini tidak ada hari berbangkit.
Padahal kehidupan dunia ini amatlah hina/rendah bila dibandingkan dengan kehidupan akhirat.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا عَلَيُّ ابْنُ حَرْبٍ الْمَوْصِلِيُّ، حَدَّثَنَا الْمُحَارِبِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَوْضِعُ سَوْطٍ فِي الجنة خير من الدنيا وما فيها. اقرؤوا: {وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ}
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Harb Al-Mausuli, telah menceritakan kepada kami Al-Muharibi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah r.a.
yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tempat cambuk di dalam surga lebih baik daripada dunia dan seisinya, bacalah oleh kalian akan firman-Nya, "Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”
Hadis ini telah disebutkan di dalam kitab sahih, tanpa tambahan ayat; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ ووَكِيع، كِلَاهُمَا عَنِ الْأَعْمَشُ، عَنْ شَقِيقٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَلْجنة أَقْرَبُ إِلَى أَحَدِكُمْ مِنْ شِرَاك نَعْلِهِ، وَالنَّارُ مِثْلُ ذَلِكَ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Namir dan Waki', keduanya dari Al-A'masy, dari Syaqiq, dari Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
Sesungguhnya surga itu lebih dekat kepada seseorang dari kamu daripada tali terompahnya, dan neraka pun sama seperti itu. Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini secara tunggal di dalam kitab Raqa-iq melalui hadis As-Sauri,
dari Al-A'masy dengan sanad yang sama. Di dalam hadis ini terkandung makna yang menunjukkan dekatnya kebaikan dan keburukan dengan manusia. Oleh karena itulah maka Allah menganjurkan kepada manusia untuk bersegera
mengerjakan kebaikan yaitu berupa amal-amal ketaatan, dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan. Karena dengan mengerjakan amal-amal ketaatan terhapuslah dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan orang yang bersangkutan,
sekaligus menghasilkan baginya pahala dan derajat. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالأرْضِ}
Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi. (Al-Hadid:21) Makna yang dimaksud ialah jenis langit dan bumi. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ}
Dan bergegaslah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Ali-Imran: 133) Dan dalam surat ini disebutkan:
{أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ}
yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Hadid: 21)
Yakni apa yang telah disediakan oleh Allah bagi mereka merupakan karunia dan kebaikan dari-Nya kepada mereka. Sebagaimana yang telah kami kemukakan dalam hadis sahih yang menyebutkan:
أَنَّ فُقَرَاءَ الْمُهَاجِرِينَ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثور بِالدَّرَجَاتِ الْعُلَى وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ. قَالَ: "وَمَا ذَاكَ؟ ". قَالُوا: يُصلُّون كَمَا نُصَلِّي، وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ، وَيَتَصَدَّقُونَ وَلَا نَتَصَدَّقُ، ويُعتقون وَلَا نُعْتِق. قَالَ: "أَفَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ سَبَقْتُمْ مَنْ بَعْدَكُمْ، وَلَا يَكُونُ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِنْكُمْ إِلَّا مَنْ صَنَعَ مِثْلَ مَا صَنَعْتُمْ: تُسَبِّحُونَ وَتُكَبِّرُونَ وَتَحْمَدُونَ دُبُر كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ". قَالَ: فَرَجَعُوا فَقَالُوا: سَمِعَ إِخْوَانُنَا أَهْلُ الْأَمْوَالِ مَا فَعَلْنَا، فَفَعَلُوا مِثْلَهُ! فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يؤتيه من يشاء"
bahwa orang-orang fakir dari kalangan muhajirin berkata, "Wahai Rasulullah, orang-orang yang hartawan telah memborong semua pahala dan derajat yang tinggi serta kenikmatan yang abadi." Rasulullah Saw.
bertanya, "Mengapa demikian?" Mereka menjawab, "Mereka salat seperti kami salat, dan mereka puasa seperti kami puasa. Mereka berzakat, sedangkan kami tidak dapat berzakat. Mereka memerdekakan budak,
sedangkan kami tidak dapat memerdekakan budak." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Maukah kalian kutunjukkan kepada sesuatu hal yang apabila kalian mengerjakannya dapat mendahului orang-orang yang sesudah kalian,
dan tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada kalian kecuali orang yang melakukan hal yang sama dengan kalian. Yaitu hendaknya kalian bertasbih, bertakbir, dan bertahmid setiap selesai dari salat kalian sebanyak tiga puluh tiga kali.
Tetapi tidak berapa lama mereka kembali lagi kepada Rasulullah Saw. dan berkata, "Saudara-saudara kami yang hartawan telah mendengar apa yang kami kerjakan, lalu mereka mengerjakan hal yang semisal dengan kami." Maka Rasulullah Saw.
bersabda: Itu merupakan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Surat Al-Hadid |57:21|
سَابِقُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
saabiquuu ilaa maghfirotim mir robbikum wa jannatin 'ardhuhaa ka'ardhis-samaaa`i wal-ardhi u'iddat lillażiina aamanuu billaahi wa rusulih, żaalika fadhlullohi yu`tiihi may yasyaaa`, wallohu żul-fadhlil-'azhiim
Berlomba-lombalah kamu untuk mendapatkan ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.
Race toward forgiveness from your Lord and a Garden whose width is like the width of the heavens and earth, prepared for those who believed in Allah and His messengers. That is the bounty of Allah which He gives to whom He wills, and Allah is the possessor of great bounty.
(Berlomba-lombalah kalian kepada ampunan dari Rabb kalian dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi) seandainya jarak di antara keduanya dapat diukur; lafal al-'ardh artinya luas
(yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Hadid | 57 : 21 |
penjelasan ada di ayat 20
Surat Al-Hadid |57:22|
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
maaa ashooba mim mushiibatin fil-ardhi wa laa fiii anfusikum illaa fii kitaabim ming qobli an nabro`ahaa, inna żaalika 'alallohi yasiir
Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah
No disaster strikes upon the earth or among yourselves except that it is in a register before We bring it into being - indeed that, for Allah, is easy -
(Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi) seperti kekeringan (dan tidak pula pada diri kalian sendiri) seperti sakit dan kematian anak (melainkan telah tertulis dalam Kitab)
di Lohmahfuz (sebelum Kami menciptakannya) sebelum Kami menciptakan semuanya. Demikian pula mengenai hal yang menyangkut nikmat dikatakan seperti itu.
(Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Hadid | 57 : 22 |
Tafsir ayat 22-24
Allah Swt. menceritakan tentang takdir yang telah ditetapkan-Nya atas makhluk-Nya sebelum Dia menciptakan semuanya. Untuk itu Dia berfirman:
{مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الأرْضِ وَلا فِي أَنْفُسِكُمْ}
Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri. (Al-Hadid: 22) Maksudnya, di jagat raya ini dan juga pada diri kalian.
{إِلا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا}
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya. (Al-Hadid: 22) Yakni sebelum Kami ciptakan manusia dan makhluk lainnya. Sebagian ulama tafsir mengatakan bahwa
damir yang terdapat pada lafaz nabra-aha merujuk kepada nufus (yakni anfusikum). Menurut pendapat yang lain, kembali kepada musibah. Tetapi pendapat yang terbaik ialah yang mengatakan kembali kepada makhluk dan manusia,
karena konteks pembicaraan berkaitan dengannya. Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Jarir, telah menceritakan kepadaku Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, dari Mansur ibnu Abdur Rahman yang mengatakan,
"Ketika aku sedang duduk bersama Al-Hasan, tiba-tiba datanglah seorang lelaki yang menanyakan kepadanya tentang makna firman-Nya: 'Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya' (Al-Hadid: 22) Maka kusampaikan kepadanya pertanyaan lelaki itu, lalu Al-Hasan menjawab, 'Subhanallah, siapakah yang meragukan hal ini;
semua musibah yang terjadi di antara langit dan bumi, maka telah berada di dalam kitab Allah (Lauh Mahfuz) sebelum Dia menciptakan manusia." Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud dengan 'musibah' di sini ialah musim paceklik
atau kekeringan.
{وَلا فِي أَنْفُسِكُمْ}
dan (tidak pula) pada dirimu sendiri. (Al-Hadid 22) Yakni berupa rasa sakit dan penyakit. Qatadah mengatakan bahwa telah diceritakan kepada kami bahwa tiada seorang pun yang terkena luka karena batang dan tidak pula musibah
yang menimpa telapak kaki (tertusuk duri) dan tidak pula terkilirnya urat, melainkan karena perbuatan dosa (yang bersangkutan), dan apa yang dimaafkan oleh Allah darinya adalah lebih banyak.
Ayat yang mulia ini juga merupakan dalil yang paling akurat yang membantah golongan Qadariyah yang menafikan adanya pengetahuan Allah yang terdahulu. Semoga Allah mengutuk mereka.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنَا حَيْوَةُ وَابْنُ لَهِيعة قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو هَانِئٍ الْخَوْلَانِيُّ: أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ الحُبُلي يَقُولُ: سَمِعْتُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمرو بْنِ الْعَاصِ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "قدَّر الله المقادير قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Haiwah dan Ibnu Lahi'ah. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Hani' Al-Khaulani,
bahwa ia pernah mendengar Abu Abdur Rahman Al-Habli mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr ibnul As mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
Allah telah menetapkan ukuran-ukuran (semua makhluk-Nya) sebelum menciptakan langit dan bumi dalam jarak lima puluh ribu tahun. Imam Muslim meriwayatkannya di dalam kitab sahihnya melalui hadis Abdullah ibnu Wahb
dan Haiwah ibnu Syuraih dan Nafi' ibnu Yazid, ketiganya dari Abu Hani' dengan sanad yang sama. Dan Ibnu Wahb menambahkan:
"وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ"
sedangkan 'Arasy-Nya berada di atas air. Imam Turmuzi telah meriwayatkan pula hadis ini, dan ia mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Firman Allah Swt.:
{إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ}
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Al-Hadid: 22) Artinya, pengetahuan Allah Swt. mengenai segala sesuatu sebelum kejadiannya dan pencatatan semuanya itu oleh-Nya sesuai dengan kejadiannya
di alam kenyataan adalah mudah sekali bagi Allah. Karena sesungguhnya Dia mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi serta apa yang tidak akan terjadi, dan bagaimana akibatnya bila hal itu terjadi. Firman Allah Swt.:
{لِكَيْ لَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ}
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. (Al-Hadid: 23)
Yaitu Kami beri tahukan kepada kalian tentang ilmu Kami dan ketetapan Kami atas segala sesuatu sebelum kejadiannya, dan ukuran-ukuran yang Kami buatkan untuk semua makhluk sebelum keberadaannya,
supaya kalian mengetahui bahwa musibah yang menimpa diri kalian bukanlah hal yang diluputkan dari kalian, dan musibah yang luput dari kalian bukanlah untuk ditimpakan kepada kalian.
Makajanganlah kamu menyesali apa yang luput dari kamu; karena sesungguhnya seandainya hal itu ditakdirkan, niscaya akan terjadi.
{وَلا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ}
dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. (Al-Hadid: 23) Yakni dengan apa yang didatangkan kepadamu. Makna atakum ialah diberikan-Nya kepadamu; kedua makna saling berkaitan.
Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa janganlah kamu berbangga diri terhadap manusia dengan nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepadamu. Karena sesungguhnya pemberian itu bukanlah dari usaha kamu,
bukan pula dari hasil jerih payahmu. Sesungguhnya hal itu terjadi hanyalah semata-mata karena takdir Allah dan pemberian rezeki-Nya kepadamu. Makajanganlah nikmat-nikmat Allah menjadikan kamu lupa daratan hingga menjadi
orang yang jahat lagi angkuh, lalu kamu membangga-banggakannya terhadap orang lain. Untuk itu, maka disebutkan dalam firman berikutnya:
{وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ}
Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Al-Hadid: 23) Maksudnya, bersikap angkuh dan sombong serta merasa besar diri terhadap orang lain.
Ikrimah mengatakan bahwa tiada seorang pun melainkan mengalami gembira dan sedih, maka bersyukurlah kamu di saat memperoleh kegembiraan dan bersabarlah dalam menanggung kedukaan (kesedihan). Firman Allah Swt.:
{الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ}
(yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. (Al-Hadid: 24) Yakni gemar mengerjakan hal yang mungkar dan menganjurkan kepada orang lain untuk melakukannya.
{وَمَنْ يَتَوَلَّ}
Dan barang siapa yang berpaling. (Al-Hadid: 24) Yaitu berpaling dari perintah Allah dan jalan ketaatan kepada-Nya.
{فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ}
maka sesungguhnya Allah Dialah Yang Mahakaya lagi Maha Terpuji. (Al-Hadid: 24) Semakna dengan apa yang dikatakan oleh Musa a.s. yang disitir oleh firman-Nya:
{إِنْ تَكْفُرُوا أَنْتُمْ وَمَنْ فِي الأرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ}
Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji. (Ibrahim: 8)
Surat Al-Hadid |57:23|
لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
likai laa ta`sau 'alaa maa faatakum wa laa tafroḥuu bimaaa aataakum, wallohu laa yuḥibbu kulla mukhtaalin fakhuur
Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri,
In order that you not despair over what has eluded you and not exult [in pride] over what He has given you. And Allah does not like everyone self-deluded and boastful -
(Supaya janganlah) lafal kay di sini menashabkan fi'il yang jatuh sesudahnya, maknanya sama dengan lafal an. Allah swt. menjelaskan yang demikian itu supaya janganlah (kalian berduka cita)
bersedih hati (terhadap apa yang luput dari kalian, dan supaya kalian jangan terlalu gembira) artinya gembira yang dibarengi dengan rasa takabur,
berbeda halnya dengan gembira yang dibarengi dengan rasa syukur atas nikmat (terhadap apa yang diberikan-Nya kepada kalian) jika lafal aataakum dibaca panjang berarti maknanya
sama dengan lafal a`thaakum, artinya apa yang diberikan-Nya kepada kalian. Jika dibaca pendek, yaitu ataakum artinya, apa yang didatangkan-Nya kepada kalian.
(Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong) dengan apa yang telah diberikan oleh Allah kepadanya (lagi membanggakan diri) membangga-banggakannya terhadap orang lain.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Hadid | 57 : 23 |
penjelasan ada di ayat 22
Surat Al-Hadid |57:24|
الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ ۗ وَمَنْ يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
allażiina yabkholuuna wa ya`muruunan-naasa bil-bukhl, wa may yatawalla fa innalloha huwal-ghoniyyul-ḥamiid
yaitu orang-orang yang kikir dan menyuruh orang lain berbuat kikir. Barang siapa berpaling (dari perintah-perintah Allah), maka sesungguhnya Allah, Dia Maha Kaya, Maha Terpuji.
[Those] who are stingy and enjoin upon people stinginess. And whoever turns away - then indeed, Allah is the Free of need, the Praiseworthy.
(Orang-orang yang kikir) tidak mau menunaikan apa yang telah diwajibkan atas mereka (dan menyuruh manusia berbuat kikir) supaya jangan menunaikan kewajiban itu,
maka bagi mereka ancaman yang keras dari Allah. (Dan barang siapa yang berpaling) dari menunaikan apa yang telah diwajibkan atasnya (maka sesungguhnya Allah Dialah)
lafal huwa adalah dhamir fashl, sedangkan menurut suatu qiraat tanpa memakainya (Yang Maha Kaya) artinya tidak membutuhkan orang lain (lagi Maha Terpuji) terhadap kekasih-kekasih-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Hadid | 57 : 24 |
penjelasan ada di ayat 22
Surat Al-Hadid |57:25|
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ ۖ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ ۚ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
laqod arsalnaa rusulanaa bil-bayyinaati wa anzalnaa ma'ahumul-kitaaba wal-miizaana liyaquuman-naasu bil-qisth, wa anzalnal-ḥadiida fiihi ba`sun syadiiduw wa manaafi'u lin-naasi wa liya'lamallohu may yanshuruhuu wa rusulahuu bil-ghoiib, innalloha qowiyyun 'aziiz
Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan Kami turunkan bersama mereka Kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil. Dan Kami menciptakan besi yang mempunyai kekuatan hebat dan banyak manfaat bagi manusia, dan agar Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya walaupun (Allah) tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha Perkasa.
We have already sent Our messengers with clear evidences and sent down with them the Scripture and the balance that the people may maintain [their affairs] in justice. And We sent down iron, wherein is great military might and benefits for the people, and so that Allah may make evident those who support Him and His messengers unseen. Indeed, Allah is Powerful and Exalted in Might.
(Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami) yaitu malaikat-malaikat-Nya kepada nabi-nabi (dengan membawa bukti-bukti yang nyata)
hujah-hujah yang jelas dan akurat (dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab) lafal Alkitab ini sekalipun bentuknya mufrad tetapi makna yang dimaksud adalah jamak,
yakni al-kutub (dan neraca) yakni keadilan (supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi) maksudnya Kami keluarkan besi dari tempat-tempat penambangannya
(yang padanya terdapat kekuatan yang hebat) yakni dapat dipakai sebagai alat untuk berperang (dan berbagai manfaat bagi manusia, dan supaya Allah mengetahui)
supaya Allah menampilkan; lafal waliya'lamallaahu diathafkan pada lafal liyaquman-naaasu (siapa yang menolong-Nya) maksudnya siapakah yang menolong agama-Nya
dengan memakai alat-alat perang yang terbuat dari besi dan lain-lainnya itu (dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya)
lafal bil-ghaibi menjadi hal atau kata keterangan keadaan dari dhamir ha yang terdapat pada lafal yanshuruhu. Yakni sekalipun Allah tidak terlihat oleh mereka di dunia ini.
Ibnu Abbas r.a. memberikan penakwilannya, mereka menolong agama-Nya padahal mereka tidak melihat-Nya.
(Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa) artinya Dia tidak memerlukan pertolongan siapa pun, akan tetapi perbuatan itu manfaatnya akan dirasakan sendiri oleh orang yang mengerjakannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Hadid | 57 : 25 |
Firman Allah Swt.:
{لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ}
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata. (Al-Hadid: 25) Yakni mukjizat-mukjizat, alasan-alasan yang memukau, dan dalil-dalil yang pasti.
{وَأَنزلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ}
dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab. (Al-Hadid: 25) Yaitu penukilan yang benar.
{وَالْمِيزَانَ}
dan neraca. (Al-Hadid: 25) Maksudnya, keadilan. Mujahid dan Qatadah serta selain keduanya mengatakan bahwa keadilan itu ialah perkara hak yang diakui oleh rasio yang sehat lagi lurus dan bertentangan dengan pendapat-pendapat yang sakit lagi tidak benar. Seperti pengertian yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{أَفَمَنْ كَانَ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّهِ وَيَتْلُوهُ شَاهِدٌ مِنْهُ}
Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang ada mempunyai bukti yang nyata (Al-Qur'an) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (Muhammad) dari Allah. (Hud: 17)
{فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا}
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. (Ar-Rum: 30) Dan firman Allah Swt.:
{وَالسَّمَاءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ}
Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). (Ar-Rahman: 7) Karena itulah maka dalam surat ini disebutkan:
{لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ}
supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. (Al-Hadid: 25) Yakni kebenaran dan keadilan, yaitu mengikuti para rasul sesuai dengan berita yang disampaikan oleh mereka dan menaati mereka dalam semua perintah yang mereka tegaskan.
Karena sesungguhnya apa yang disampaikan oleh para rasul itu adalah kebenaran yang mutlak yang tiada kebenaran lagi di baliknya, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلا}
Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Qur'an) sebagai kalimat yang benar dan adil. (Al-An'am: 115) Yaitu benar dalam semua beritanya dan adil dalam semua perintah dan larangannya.
Karena itulah orang-orang mukmin mengatakan manakala mereka telah menempati kedudukannya di dalam surga, yaitu dalam gedung-gedung yang tinggi-tinggi dan dipan-dipan yang bersusun-susun.
Sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya:
{الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ}
Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan Kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran. (Al-A'raf: 43) Adapun firman Allah Swt.:
{وَأَنزلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ}
Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat. (Al-Hadid: 25) Maksudnya, Kami jadikan besi itu sebagai sarana untuk menekan orang yang membangkang terhadap perkara yang hak dan mengingkarinya
padahal hujah-hujah telah ditegakkan di hadapannya. Karena itulah maka Rasulullah Saw. bermukim di Mekah sesudah kenabian selama tiga belas tahun, yang selama itu diwahyukan kepada beliau semua surat Makkiyyah,
yang isinya mengandung bantahan terhadap orang-orang musyrik, dan penjelasan, serta keterangan mengenai ketauhidan dan dalil-dalil lainnya. Dan manakala hujah (alasan) telah ditegakkan terhadap orang-orang yang menentang syariat Allah,
maka Allah Swt. memerintahkan kepada NabiNya dan kaum muslim untuk berhijrah, dan memerintahkan pula kepada mereka untuk memerangi kaum musyrik dengan memakai senjata dan menghukum mati serta memenggal kepala orang
yang menentang Al-Qur'an, mendustakannya dan mengingkari kebenarannya.
وَقَدْ رَوَى الْإِمَامُ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُدَ، مِنْ حَدِيثِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ ثَابِتِ بْنِ ثَوْبَانَ، عَنْ حَسَّانَ بْنِ عَطِيَّةَ، عَنْ أَبِي الْمُنِيبِ الْجُرَشِيِّ الشَّامِيِّ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "بُعِثتُ بِالسَّيْفِ بَيْنَ يَدَي السَّاعَةِ حَتَّى يُعبَد اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وجُعِل رِزْقِي تَحْتَ ظِلّ رُمْحي، وَجَعَلَ الذِّلَّةُ والصِّغار عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِي، وَمَنْ تَشبَّه بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ"
Imam Ahmad telah meriwayatkan —juga Abu Daud— melalui hadis Abdur Rahman ibnu Sabit ibnu Sauban, dari Hasan ibnu Atiyyah, dari Abul Munib Al-Jarasyi Asy-Syami, dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Aku diutus dengan membawa pedang sebelum hari kiamat, hingga hanya Allah semata sajalah yang disembah tiada sekutu bagi-Nya. Dan Allah menjadikan rezekiku berada di bawah bayangan tombakku,
dan menjadikan kehinaan dan kerendahan bagi orang yang menentang perintahku; dan barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari mereka. Untuk itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
{فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ}
yang padanya terdapat kekuatan yang hebat. (Al-Hadid: 25) Yakni dapat dijadikan senjata seperti pedang, tombak, anak panah, dan tameng serta senjata lainnya.
{وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ}
dan berbagai manfaat bagi manusia. (Al-Hadid: 25) Yaitu dalam kehidupan mereka, karena besi itu dapat dijadikan sebagai sarana untuk pekerjaan mereka seperti cangkul, kapak, gergaji, pahat, alat untuk membajak tanah,
dan peralatan lainnya yang digunakan untuk keperluan pertanian, pertukangan serta alat-alat lainnya yang diperlukan oleh manusia. Alba ibnu Ahmad telah meriwayatkan dari Ikrimah,
dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ada tiga hal yang diturunkan bersama-sama dengan Adam, yaitu landasan palu, penjepit (tang), dan palu. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim. Firman Allah Swt.:
{وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ}
dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya, walaupun (Allah) tidak dilihatnya. (Al-Hadid: 25) Yakni dari niatnya saat memanggul senjata untuk membela agama Allah dan menolong Rasul-Nya.
{إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ}
Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa. (Al-Hadid: 25) Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa, menolong orang yang ditolong-Nya, sedangkan Dia tidak memerlukan bantuan siapa pun, dan sesungguhnya Dia mensyariatkan (memerintahkan) untuk berjihad hanyalah semata-mata untuk menguji sebagian dari kamu dengan sebagian yang lain.
Surat Al-Hadid |57:26|
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا وَإِبْرَاهِيمَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِمَا النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ ۖ فَمِنْهُمْ مُهْتَدٍ ۖ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
wa laqod arsalnaa nuuḥaw wa ibroohiima wa ja'alnaa fii żurriyyatihiman-nubuwwata wal-kitaaba fa min-hum muhtad, wa kaṡiirum min-hum faasiquun
Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami berikan kenabian dan Kitab (wahyu) kepada keturunan keduanya, di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak di antara mereka yang fasik.
And We have already sent Noah and Abraham and placed in their descendants prophethood and scripture; and among them is he who is guided, but many of them are defiantly disobedient.
(Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami jadikan pada keturunan keduanya kenabian dan Alkitab) yaitu kitab yang empat; Taurat, Injil, Zabur dan Al-Furqan.
Kitab-kitab tersebut diturunkan kepada anak cucu Nabi Ibrahim (maka di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang fasik).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Hadid | 57 : 26 |
Tafsir ayat 26-27
Allah Swt. menceritakan bahwa sejak Dia mengutus Nuh a.s. tidaklah Dia mengutus seorang rasul dan tidak pula seorang nabi sesudahnya melainkan dari keturunannya. Demikian pula Ibrahim a.s. kekasih Tuhan Yang Maha Pemurah,
tiada suatu kitab pun yang diturunkan dari langit dan tiada pula seorang rasul diutus serta tiada pula diwahyukan kepada seseorang manusia sesudahnya melainkan dia berasal dari keturunannya.
Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِمَا النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ}
dan Kami jadikan kenabian dan Al-Kitab pada keturunannya. (Al' Ankabut: 27) hingga akhir nabi dari kalangan kaum Bani Israil, yaitu Isa putra Maryam, yang menyampaikan berita gembira akan kelahiran Nabi Muhammad Saw. sesudahnya. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
{ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلَى آثَارِهِمْ بِرُسُلِنَا وَقَفَّيْنَا بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَآتَيْنَاهُ الإنْجِيلَ}
Kemudian Kami iringkan di belakang mereka rasul-rasul Kami dan Kami iringkan (pula) Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil. (Al-Hadid: 27) Injil adalah kitab yang diwahyukan oleh Allah Swt. kepada Isa a.s.
{وَجَعَلْنَا فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ}
dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya. (Al-Hadid: 27) Mereka dikenal dengan sebutan kaum Hawariyyin.
{رَأْفَةً وَرَحْمَةً}
rasa santun. (Al-Hadid: 27) Yakni kelembutan hati, alias rasa takut kepada Allah Swt.
{وَرَحْمَةً}
dan kasih sayang. (Al-Hadid: 27) kepada sesama makhluk. Dan firman Allah Swt.:
{وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا}
Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah. (Al-Hadid: 27) Maksudnya, umat Nasrani mengada-adakan peraturan rahbaniyyah ini.
{مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ}
padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka. (Al-Hadid: 27) Yaitu padahal Kami tidak memerintahkan hal itu, sesungguhnya hanya mereka sendirilah yang mewajibkannya atas diri mereka. Firman Allah Swt.:
{إِلا ابْتِغَاءَ رِضْوَانِ اللَّهِ}
untuk mencari keridaan Allah. (Al-Hadid: 27) Ada dua pendapat sehubungan dengan makna ayat ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa mereka bermaksud dengan hal itu untuk mendapat rida Allah;
ini menurut apa yang dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair dan Qatadah. Pendapat yang lainnya mengatakan bahwa padahal Kami tidak mewajibkan hal itu kepada mereka, sesungguhnya yang Kami wajibkan kepada mereka hanyalah mencari rida Allah.
Firman Allah Swt.:
{فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا}
lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. (Al-Hadid: 27) Yakni mereka tidak memelihara apa yang mereka wajibkan atas diri mereka dengan pemeliharaan yang semestinya.
Ini mengandung celaan terhadap mereka dipandang dari dua segi. Pertama, karena mereka telah mengada-adakan sesuatu peraturan di dalam agama Allah, padahal Allah tidak memerintahkannya.
Kedua, karena mereka tidak mengerjakan apa yang mereka wajibkan atas diri mereka sendiri, yang mereka anggap sebagai amal taqarrub yang dapat mendekatkan diri mereka kepada Allah Swt.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ أَبِي حَمْزَةَ أَبُو يَعْقُوبَ الرَّازِيُّ، حَدَّثَنَا السِّنْدِيُّ بْنُ عَبْدَوَيْهِ حَدَّثَنَا بُكَيْر بْنُ مَعْرُوفٍ، عَنْ مُقاتِل بْنِ حَيَّان، عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، عَنْ أَبِيهِ، عن جده بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا ابْنَ مَسْعُودٍ". قُلْتُ: لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: "هَلْ عَلِمْتَ أَنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ افْتَرَقُوا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً؟ لَمْ يَنْجُ مِنْهَا إِلَّا ثَلَاثُ فِرَقٍ، قَامَتْ بَيْنَ الْمُلُوكِ وَالْجَبَابِرَةِ بَعْدَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَدَعَتْ إِلَى دِينِ اللَّهِ وَدِينِ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ، فَقَاتَلَتِ الْجَبَابِرَةَ فقُتلت فَصَبَرَتْ وَنَجَتْ، ثُمَّ قَامَتْ طَائِفَةٌ أُخْرَى لَمْ يَكُنْ لَهَا قُوَّةٌ بِالْقِتَالِ، فَقَامَتْ بَيْنَ الْمُلُوكِ وَالْجَبَابِرَةِ فَدَعَوْا إِلَى دِينِ اللَّهِ وَدِينِ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ، فَقُتِّلَتْ وَقُطِّعَتْ بِالْمَنَاشِيرِ وَحُرِّقَتْ بِالنِّيرَانِ، فَصَبَرَتْ وَنَجَتْ. ثُمَّ قَامَتْ طَائِفَةٌ أُخْرَى لَمْ يَكُنْ لَهَا قُوَّةٌ بِالْقِتَالِ وَلَمْ تُطِقِ الْقِيَامَ بِالْقِسْطِ، فَلَحِقَتْ بِالْجِبَالِ فَتَعَبَّدَتْ وَتَرَهَّبَتْ، وَهُمُ الَّذِينَ ذَكَرَهُمُ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ: {وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ}
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Abu Hamzah alias Abu Ya'qub Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami As-Sirri ibnu Abdi Rabbihi, telah menceritakan kepada kami Bukair ibnu Ma'ruf,
dari Muqatil ibnu Hayyan, dari Al-Qasim ibnu Abdur Rahman ibnu Abdullah ibnu Mas'ud, dari ayahnya, dari kakeknya (yaitu Ibnu Mas'ud) yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepadanya, "Hai Ibnu Mas'ud!"
Aku menjawab, "Labbaika, ya Rasulullah.” Rasulullah Saw. bersabda: Tahukah kamu bahwa orang-orang Bani Israil telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan? Tiada suatu golongan pun yang selamat kecuali tiga golongan,
yang hidup di antara para raja dan orang-orang yang melampaui batas sesudah Isa putra Maryam a.s. Mereka menyeru kepada agama Allah dan agama Isa putra Maryam, lalu mereka memerangi orang-orang yang melampaui batas,
tetapi akhirnya mereka terbunuh dan tetap bersabar dan akhirnya mereka selamat. Kemudian bangkit lagi golongan lainnya yang tidak mempunyai kekuatan untuk berperang,
mereka bangkit di antara para raja dan orang-orang yang lalim dan menyeru mereka kepada agama Allah dan agama Isa putra Maryam. Tetapi akhirnya mereka sendirilah yang dibunuh dan dipotong dengan memakai gergaji serta dibakar,
mereka sabar dan akhirnya mereka selamat. Kemudian bangkit lagi golongan lainnya yang juga tidak mempunyai kekuatan untuk berperang. Dan mereka tidak mampu untuk menegakkan keadilan,
akhirnya mereka mengasingkan diri ke gunung-gunung (daerah pedalaman), lalu mereka menyembah Allah dan mengadakan rahbaniyah. Mereka adalah orang-orang yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya,
"Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka.” (Al-Hadid: 27) Ibnu Jarir meriwayatkan hadis ini dengan lafaz yang lain melalui jalur lain. Untuk itu ia mengatakan:
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي طَالِبٍ، حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ الْمُحَبَّرِ، حَدَّثَنَا الصَّعِق بْنُ حَزْن، حَدَّثَنَا عُقَيْلٌ الْجَعْدِيُّ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ الْهَمْدَانِيِّ، عَنْ سُوَيْد بْنِ غَفَلَةَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اخْتَلَفَ مَنْ كَانَ قَبْلنَا عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، نَجَا مِنْهُمْ ثَلَاثٌ وَهَلَكَ سَائِرُهُمْ ... " وَذَكَرَ نَحْوَ مَا تَقَدَّمَ
telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Talib, telah menceritakan kepada kami Daud ibnul Muhabbar, telah menceritakan kepada kami As-Sa'q ibnu Jarir, telah menceritakan kepada kami Uqail Al-Ja'di, dari Abu Ishaq Al-Hamdani,
dari Suwaid ibnu Gaflah, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Orang-orang sebelum kita telah bercerai-berai menjadi tujuh puluh tiga golongan, hanya ada tiga golongan dari mereka yang selamat,
sedangkan yang lainnya binasa. Lalu disebutkan hal yang semisal dengan hadis di atas, yang antara lain disebutkan di dalamnya firman Allah Swt.:
{فَآتَيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا مِنْهُمْ أَجْرَهُمْ} هُمُ الَّذِينَ آمَنُوا بِي وَصَدَّقُونِي {وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ} وَهُمُ الَّذِينَ كَذَّبُونِي وَخَالَفُونِي"
Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya. (Al-Hadid: 27) Mereka adalah orang-orang dari kalangan mereka yang beriman kepadaku dan membenarkanku.
dan banyak di antara mereka orang-orang fasik. (Al-Hadid: 27) Mereka adalah orang-orang dari kalangan mereka yang mendustakan aku dan menentangku. Dengan adanya tambahan ini perlu diteliti ulang mengenai keadaan Daud ibnul Muhabbar,
karena sesungguhnya dia adalah salah seorang pemalsu hadis. Akan tetapi, Abu Ya'la telah mengisnadkannya dari Syaiban ibnu Farukh, dari As-Sa'q ibnu Hazn dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal sehingga
kedudukan hadis ini kuat bila ditinjau dari jalur ini. Ibnu Jarir dan Abu Abdur Rahman An-Nasai yang lafaz hadis berikut menurut apa yang ada padanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Hurayyis,
telah menceritakan kepada kami Al-Fadl ibnu Musa, dari Sufyan ibnu Sa'id, dari Ata ibnus Sa-ib, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa dahulu para raja sesudah masa Isa a.s. telah mengubah Taurat dan Injil,
sedangkan di kalangan mereka masih ada sejumlah orang-orang yang beriman dan membaca kitab Taurat dan kitab Injil yang asli. Lalu dikatakan kepada raja-raja mereka, "Kami belum pernah menemukan sesuatu yang lebih memberatkan kami
selain dari cacian yang dilancarkan oleh mereka (yang beriman), karena sesungguhnya mereka selalu membaca: 'Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir'
(Al-Maidah: 44) Yakni ayat-ayat yang semakna dengannya. Selain itu mereka pun mencaci maki sebagian dari amal perbuatan kita dalam bacaan mereka. Maka panggillah mereka dan suruhlah mereka membaca sebagaimana kita membaca,
dan suruhlah mereka beriman sebagaimana kita beriman." Lalu raja mereka memanggil orang-orang yang beriman itu dan menawarkan kepada mereka dua alternatif dibunuh atau membaca kitab seperti bacaan yang dilakukan olehnya
(yang telah diubah). Mereka menjawab, "Apakah yang kamu maksud dengan semua ini, biarkanlah kami." Segolongan dari mereka (yang beriman) mengatakan, "Bangunkanlah untuk kami bangunan yang tinggi,
kemudian naikkanlah kami ke atasnya, tetapi berikanlah sesuatu kepada kami agar kami dapat mengangkat makanan dan minuman kami, setelah itu kami tidak akan lagi datang kepada kamu." Golongan lainnya mengatakan,
"Biarkanlah kami mengembara di muka bumi, kami akan makan dan minum sebagaimana hewan-hewan liar minum dan makan. Maka jika kamu dapat menangkap kami di negerimu, silakan bunuh kami." Golongan lainnya mengatakan,
"Bangunkanlah untuk kami biara-biara di padang pasir, maka kami akan menggali sumur sendiri dan kami akan bercocok tanam sayur-mayur, lalu kami tidak akan lagi datang kepada kamu dan tidak pula lewat kepadamu."
Dan tiada suatu kabilah pun melainkan mempunyai hubungan yang erat dengan mereka, dan hal tersebut diberlakukan terhadap mereka. Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah,
padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka, tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. (Al-Hadid: 27)
Dan orang-orang yang selain mereka mengatakan, "Kami beribadah sebagaimana si Fulan beribadah, dan kami mengembara sebagaimana si Fulan mengembara, dan kami membangun biara sebagaimana si Fulan membangun biara.
" Mereka dalam kemusyrikannya tidak mempunyai pengetahuan apa pun tentang keimanan orang-orang yang dijadikan panutan oleh mereka. Ketika Allah Swt. mengutus Nabi Saw.,
tiada yang tersisa dari kalangan mereka yang beriman itu kecuali hanya sejumlah kecil saja. Lalu turunlah seseorang dari mereka dari biaranya dan datanglah seorang pengembara dari mereka,
dan keluarlah seseorang dari mereka dari gerejanya, lalu mereka beriman kepada Nabi Saw. dan membenarkannya. Maka Allah Swt. berfirman: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya,
niscaya Allah memberikan rahmatNya kepadamu dua bagian. (Al-Hadid: 28) Dua pahala, yang satu karena keimanan mereka kepada Isa putra Maryam dan jerih payah mereka dalam memelihara kitab Taurat dan Injil.
Sedangkan yang kedua karena berkat keimanan mereka kepada Nabi Saw. dan kepercayaan mereka kepadanya. Firman Allah Swt: dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan. (Al-Hadid: 28)
Yakni Al-Qur'an dan disebabkan mereka mengikuti Nabi Saw. supaya Ahli Kitab mengetahui. (Al-Hadid: 29) Yaitu orang-orang yang menyerupai kamu. bahwa mereka tiada mendapat sedikit pun akan karunia Allah
(j ika mereka tidak beriman kepada Muhammad), dan bahwasanya karunia itu adalah di tangan kekuasaan Allah. Dia berikan karunia itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Hadid: 29)
Tetapi konteks riwayat ini mengandung hal-hal yang garib, dan nanti akan diterangkan tafsir kedua ayat ini di tempat yang lain, insya Allah. Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Isa,
telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Sa'id ibnu Abdur Rahman ibnu Abul Amya. Sahl ibnu Abu Umamah pernah menceritakan kepadanya bahwa dia dan ayahnya pernah mengunjungi
Anas ibnu Malik di Madinah di masa pemerintahan Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz, yang saat itu Anas menjabat sebagai Amir Madinah. Anas saat itu sedang mengerjakan suatu salat yang ringan yang seakan-akan salatnya itu
seperti salat orang yang sedang musafir atau mendekati itu. Setelah Anas bersalam, Abu Umamah berkata, "Semoga Allah merahmatimu. Bagaimanakah menurutmu, apakah salat ini adalah salat fardu ataukah salat sunat?" Anas menjawab,
bahwa sesungguhnya salat yang baru saja ia kerjakan adalah salat fardu, dan sesungguhnya salat tersebut pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw. Ia tidak akan keliru kecuali bila ia lupa sesuatu yang ia terima dari Rasulullah Saw.,
bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"لَا تُشَدِّدُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَيُشَدَّدَ عَلَيْكُمْ، فَإِنَّ قَوْمًا شَدَّدُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ فَشُدِّدَ عَلَيْهِمْ، فَتِلْكَ بَقَايَاهُمْ فِي الصَّوَامِعِ وَالدِّيَارَاتِ، رَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ"
Janganlah kamu memperberat dirimu sendiri, maka akibatnya kamu akan diperberat. Karena sesungguhnya pernah ada suatu kaum yang memperberat terhadap dirinya sendiri, maka akibatnya mereka diperberat.
Dan itulah sisa-sisa mereka berada di biara-biara dan gereja-gereja; mereka telah mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka.
Kemudian pada keesokan harinya mereka berkata, "Marilah kita berkendara (berangkat) untuk melihat dan mengambil pelajaran." Anas ibnu Malik menjawab, "Baiklah." Lalu mereka semua pergi dengan berkendaraan.
Ternyata mereka menjumpai perkampungan yang tak berpenghuni, semua penghuninya telah binasa dan punah, temboknya telah runtuh menimpa atap rumah-rumah mereka. Lalu mereka berkata, "Tahukah kamu perkampungan ini?"
Anas ibnu Malik menjawab, "Sepanjang pengetahuanku perkampungan ini dan para penghuninya telah dibinasakan oleh perbuatan keji dan dengki. Sesungguhnya dengki itu memadamkan cahaya kebaikan,
dan kekejianlah yang membenarkan atau mendustakannya; mata bisa saja berzina, telapak tangan, kaki, jasad dan lisan bisa saja berzina, dan yang membenarkan atau mendustakannya adalah kemaluan yang bersangkutan."
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يعمُر، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ، أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنْ زَيْدٍ العَمِّي، عَنْ أَبِي إِيَاسٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لِكُلِّ نَبِيٍّ رَهْبَانِيَّةٌ، وَرَهْبَانِيَّةُ هَذِهِ الْأُمَّةِ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Zaid yang tuna netra, dari Abu Iyas, dari Iyas ibnu Malik, bahwa Nabi Saw.
pernah Bagi tiap-tiap nabi ada rahbaniyyahnya sendiri dan rahbaniyyah umat ini adalah berjihad di jalan Allah Swt.
وَرَوَاهُ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ أَسْمَاءَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ بِهِ وَلَفْظُهُ: "لِكُلِّ أُمَّةٍ رَهْبَانِيَّةٌ، وَرَهْبَانِيَّةُ هَذِهِ الْأُمَّةِ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ"
Al-Hafiz Abu Ya'la telah meriwayatkan hadis ini dari Abdullah ibnu Muhammad ibnu Asma, dari Abdullah ibnul Mubarak, yang lafaznya berbunyi seperti berikut: Bagi tiap-tiap umat ada rahbaniyyahnya sendiri, dan rahbaniyyah umat ini adalah berjihad di jalan Allah.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ -هُوَ ابْنُ مُحَمَّدٍ-حَدَّثَنَا ابْنُ عَيَّاشٍ -يَعْنِي إِسْمَاعِيلَ-عَنِ الْحَجَّاجِ بْنِ مَرْوَانَ الْكَلَاعِيِّ، وَعُقَيْلِ بْنِ مُدْرِكٍ السُّلَمِيِّ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَجُلًا جَاءَهُ فَقَالَ: أَوْصِنِي فَقَالَ: سَأَلْتَ عَمَّا سَأَلْتُ عَنْهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ قَبْلِكَ، أُوصِيكَ بِتَقْوَى اللَّهِ، فَإِنَّهُ رَأَسُ كُلِّ شَيْءٍ، وَعَلَيْكَ بِالْجِهَادِ فَإِنَّهُ رَهْبَانِيَّةُ الْإِسْلَامِ، وَعَلَيْكَ بِذِكْرِ اللَّهِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْآنِ، فَإِنَّهُ رُوحُكَ فِي السَّمَاءِ وَذِكْرُكَ فِي الْأَرْضِ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Iyasy (yakni ibnu Ismail), dari Al-Hajjaj ibnu Harun Al-Kala'i dan Uqail ibnu Mudrik As-Sulami, dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a.,
bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepadanya, lalu berkata, "Berwasiatlah kepadaku." Abu Sa'id Al-Khudri r.a. menjawab, "Engkau telah bertanya mengenai hal yang pernah kutanyakan kepada Rasulullah Saw. sebelummu,
(maka beliau menjawab), 'Aku berwasiat kepadamu agar bertakwa kepada Allah, karena sesungguhnya takwa itu adalah penghulu segala sesuatu. Berjihadlah kamu, karena sesungguhnya jihad itu adalah rahbaniyyah Islam.
Dan berzikirlah kamu kepada Allah dan bacalah Al-Qur'an, karena sesungguhnya hal tersebut adalah rohmu di langit dan sebutanmu di bumi'."Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid(tunggal), hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Surat Al-Hadid |57:27|
ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلَىٰ آثَارِهِمْ بِرُسُلِنَا وَقَفَّيْنَا بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَآتَيْنَاهُ الْإِنْجِيلَ وَجَعَلْنَا فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ رَأْفَةً وَرَحْمَةً وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ إِلَّا ابْتِغَاءَ رِضْوَانِ اللَّهِ فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا ۖ فَآتَيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا مِنْهُمْ أَجْرَهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
ṡumma qoffainaa 'alaaa aaṡaarihim birusulinaa wa qoffainaa bi'iisabni maryama wa aatainaahul-injiila wa ja'alnaa fii quluubillażiinattaba'uuhu ro`fataw wa roḥmah, wa rohbaaniyyatanibtada'uuhaa maa katabnaahaa 'alaihim illabtighooo`a ridhwaanillaahi fa maa ro'auhaa ḥaqqo ri'aayatihaa, fa aatainallażiina aamanuu min-hum ajrohum, wa kaṡiirum min-hum faasiquun
Kemudian Kami susulkan rasul-rasul Kami mengikuti jejak mereka dan Kami susulkan (pula) Isa putra Maryam, dan Kami berikan Injil kepadanya dan Kami jadikan rasa santun dan kasih sayang dalam hati orang-orang yang mengikutinya. Mereka mengada-adakan rahbaniyyah padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka (yang Kami wajibkan hanyalah) mencari keridaan Allah, tetapi tidak mereka pelihara dengan semestinya. Maka kepada orang-orang yang beriman di antara mereka Kami berikan pahalanya, dan banyak di antara mereka yang fasik.
Then We sent following their footsteps Our messengers and followed [them] with Jesus, the son of Mary, and gave him the Gospel. And We placed in the hearts of those who followed him compassion and mercy and monasticism, which they innovated; We did not prescribe it for them except [that they did so] seeking the approval of Allah. But they did not observe it with due observance. So We gave the ones who believed among them their reward, but many of them are defiantly disobedient.
(Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan rasul-rasul Kami dan Kami iringi pula dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya
rasa santun dan kasih sayang. Dan kerahbaniyahan) yakni tidak mau kawin dan hidup membaktikan diri di dalam gereja-gereja (yang mereka ada-adakan) oleh diri mereka sendiri
(padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka) Kami tidak memerintahkan hal itu kepada mereka (tetapi) melainkan mereka mengerjakannya (untuk mencari keridaan) demi mencari kerelaan
(Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya) karena kebanyakan di antara mereka meninggalkannya dan kafir kepada agama Nabi Isa, lalu mereka memasuki agama raja mereka.
Akan tetapi masih banyak pula di antara mereka yang berpegang teguh kepada ajaran Nabi Isa, lalu mereka beriman kepada Nabi Muhammad.
(Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman) kepada Nabi Isa (di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Hadid | 57 : 27 |
penjelasan ada di ayat 26
Surat Al-Hadid |57:28|
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
yaaa ayyuhallażiina aamanuttaqulloha wa aaminuu birosuulihii yu`tikum kiflaini mir roḥmatihii wa yaj'al lakum nuuron tamsyuuna bihii wa yaghfir lakum, wallohu ghofuurur roḥiim
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya (Muhammad), niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan cahaya untukmu yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan serta Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang,
O you who have believed, fear Allah and believe in His Messenger; He will [then] give you a double portion of His mercy and make for you a light by which you will walk and forgive you; and Allah is Forgiving and Merciful.
(Hai orang-orang yang beriman) kepada Nabi Isa (bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya) kepada Nabi Muhammad saw. dan Nabi Isa
(niscaya Allah memberikan kepada kalian dua bagian) dua kali bagian (dari rahmat-Nya) karena kalian telah beriman kepada dua nabi (dan menjadikan untuk kalian cahaya yang dengan cahaya itu kalian dapat berjalan)
di atas shirath/jembatan (dan Dia mengampuni kalian. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Hadid | 57 : 28 |
Tafsir ayat 28-29
Dalam keterangan terdahulu —yaitu pada riwayat Imam Nasai dari Ibnu Abbas— disebutkan bahwa Ibnu Abbas menakwilkan ayat ini dengan pengertian orang-orang yang beriman dari kalangan Ahli Kitab,
dan bahwa mereka akan mendapat pahala dua kali, seperti yang disebutkan di dalam surat Al-Qashash; dan seperti yang disebutkan di dalam hadis Asy-Sya'bi, dari Abu Burdah, dari Abu Musa Al-Asy'ari yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda:
" ثَلَاثَةٌ يُؤْتَوْنَ أَجْرَهُمْ مَرَّتَيْنِ: رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ آمَنَ بِنَبِيِّهِ وَآمَنَ بِي فَلَهُ أَجْرَانِ، وَعَبْدٌ مَمْلُوكٌ أَدَّى حَقَّ اللَّهِ وَحَقَّ مَوَاليه فَلَهُ أَجْرَانِ، وَرَجُلٌ أَدَّبَ أَمَتَهُ فَأَحْسَنَ تَأْدِيبَهَا ثُمَّ أَعْتَقَهَا وَتَزَوَّجَهَا فَلَهُ أَجْرَانِ".
tiga macam orang yang mereka diberi pahala dua kali, yaitu seseorang dari Ahli Kitab yang beriman kepada nabinya, lalu beriman pula kepadaku, maka baginya dua pahala. Dan seorang hamba sahaya yang menunaikan hak Allah
dan hak majikannya, maka baginya dua pahala. Dan seorang lelaki yang mendidik budak perempuannya dengan pendidikan yang baik, kemudian ia memerdekakannya dan mengawininya, maka baginya dua pahala.
Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkan pula hadis ini di dalam kitab sahih masing-masing. Sependapat dengan Ibnu Abbas dalam takwil ayat ini adalah Atabah ibnu Abu Hakim dan lain-lainnya,
dan pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa ketika Ahli Kitab merasa berbangga diri karena mereka diberi pahala dua kali, maka Allah Swt.
menurunkan ayat berikut kepada Nabi-Nya berkenaan dengan hak umat ini, yaitu: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan kepadamu pahala dua bagian.
(Al-Hadid: 28) Yakni dua kali lipat. sebagai rahmat dari-Nya. (Al-Hadid: 28) dan Allah memberi lagi tambahan kepada mereka. dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan. (Al-Hadid: 28)
Yaitu petunjuk yang dengannya orang yang bersangkutan dapat melihat, terhindar dari kebutaan dan kebodohan, dan Allah memberikan kepadanya ampunan. Allah Swt. melebihkan mereka (umat Nabi Saw.)
dengan mendapat cahaya dan ampunan. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Sa'id ibnu Jubair. Dan ayat ini semakna dengan firman-Nya yang menyebutkan:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ}
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan furqan (kemampuan membedakan antara yang hak dan batil) kepadamu dan menghapus segala kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mw.
Dan Allah memiliki karunia yang besar. (Al-Anfal: 29) Sa'id ibnu Abdul Aziz mengatakan bahwa Umar ibnul Khattab r.a. pernah bertanya kepada salah seorang pendeta Yahudi tentang keutamaan amal kebaikan
yang dilipatkan bagi mereka (kaum Yahudi). Maka ia menjawab, "Tiga ratus lima puluh kali lipat kebaikan." Sa'id ibnu Abdul Aziz melanjutkan, bahwa lalu Umar memuji kepada Allah karena dia telah memberikan kepada umat ini pahala dua bagian.
Kemudian Sa'id menyebutkan firman Allah Swt.: niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian. (Al-Hadid: 28) Lalu Sa'id mengatakan bahwa pahala dua bagian itu dapat diperoleh pula dalam salat Jumat.
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir. Di antara dalil yang menguatkan pendapat ini ialah apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَثَلُكُمْ وَمَثَلُ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى كَمَثَلِ رَجُلٍ اسْتَعْمَلَ عُمَّالًا فَقَالَ: مَنْ يَعْمَلُ لِي مِنْ صَلَاةِ الصُّبْحِ إِلَى نِصْفِ النَّهَارِ عَلَى قِيرَاطٍ قِيرَاطٍ؟ أَلَا فَعَمِلَتِ الْيَهُودُ. ثُمَّ قَالَ: مَنْ يَعْمَلُ لِي مِنْ نِصْفِ النَّهَارِ إِلَى صَلَاةِ الْعَصْرِ عَلَى قِيرَاطٍ قِيرَاطٍ؟ أَلَا فَعَمِلَتِ النَّصَارَى. ثُمَّ قَالَ مَنْ يَعْمَلُ لِي مِنْ صَلَاةِ الْعَصْرِ إِلَى غُرُوبِ الشَّمْسِ عَلَى قِيرَاطَيْنِ قِيرَاطَيْنِ؟ أَلَا فَأَنْتُمُ الَّذِي عَمِلْتُمْ. فَغَضِبَتِ النَّصَارَى وَالْيَهُودُ، وَقَالُوا: نَحْنُ أَكْثَرُ عَمَلًا وَأَقَلُّ عَطَاءً. قَالَ: هَلْ ظَلَمْتُكُمْ مَنْ أَجْرِكُمْ شَيْئًا؟ قَالُوا: لَا. قَالَ: فَإِنَّمَا هُوَ فَضْلِي أُوتِيهِ مَنْ أَشَاءُ"
telah menceritakan kepada kami Ismail, telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Nafi', dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Perumpamaan kamu dan orang-orang Yahudi
serta orang-orang Nasrani sama dengan seorang lelaki yang mempekerjakan banyak buruh. Lalu ia berkata, "Siapakah yang mau bekerja untukku mulai dari salat Subuh sampai pertengahan siang hari dengan imbalan satu qirat per orangnya?”
Ingatlah yang mula-mula bekerja adalah orang-orang Yahudi. Kemudian lelaki itu berkata, "Siapakah yang mau bekerja untukku mulai dari salat Lohor sampai salat Asar dengan imbalan upah satu qirat per orangnya?” Ingatlah,
berikutnya yang bekerja adalah orang-orang Nasrani. Kemudian lelaki itu berkata lagi, "Siapakah yang mau bekerja untukku mulai dari salat Asar sampai mentari tenggelam dengan upah dua qirat per orangnya?” Ingatlah,
maka kalianlah yang bekerja. Maka orang-orang Nasrani dan orang-orang Yahudi marah, mereka mengatakan, "Kami bekerja lebih berat, tetapi upah kami sedikit.” Lelaki itu bertanya,
"Apakah aku berbuat aniaya terhadap kalian tentang sesuatu dari upah kalian?” Mereka menjawab, "Tidak.” Lelaki itu berkata, "Sesungguhnya upah dua qirat itu adalah semata-mata karunia dariku,
yang aku berikan kepada siapa pun yang aku kehendaki." Imam Ahmad mengatakan bahwa hadis ini telah diceritakan pula kepada kami oleh Mu-ammal, dari Sufyan, dari Abdullah ibnu Dinar,
dari Ibnu Umar dengan lafaz yang semisal dengan hadis Nafi', dari Ibnu Umar. Imam Bukhari mengetengahkan hadis ini secara munfarid, maka dia meriwayatkannya dari Sulaiman ibnu Harb, dari Hammad, dari Nafi' dengan sanad yang sama;
juga dari Qutaibah, dari Al-Lais, dari Nafi' dengan lafaz yang semisal.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ، حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، عَنْ بَريد عَنْ أَبِي بُرْدَةَ، عَنْ أَبِي مُوسَى، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَثَلُ الْمُسْلِمِينَ وَالْيَهُودِ وَالنَّصَارَى كَمَثَلِ رَجُلٍ اسْتَأْجَرَ قَوْمًا يَعْمَلُونَ لَهُ عَمَلًا يَوْمًا إِلَى اللَّيْلِ عَلَى أَجْرٍ مَعْلُومٍ، فَعَمِلُوا إِلَى نِصْفِ النَّهَارِ فَقَالُوا: لَا حَاجَةَ لَنَا فِي أَجْرِكَ الَّذِي شَرَطْتَ لَنَا، وَمَا عَمِلْنَا بَاطِلٌ. فَقَالَ لَهُمْ: لَا تَفْعَلُوا، أَكْمِلُوا بَقِيَّةَ عَمَلِكُمْ وَخُذُوا أَجْرَكُمْ كَامِلًا فَأَبَوْا وتَرَكُوا، وَاسْتَأْجَرَ آخَرِينَ بِعْدَهُمْ فَقَالَ: أَكْمِلُوا بَقِيَّةَ يَوْمِكُمْ وَلَكُمُ الَّذِي شَرَطْتُ لَهُمْ مِنَ الْأَجْرِ، فَعَمِلُوا حَتَّى إِذَا كَانَ حِينَ صَلَّوُا الْعَصْرَ قَالُوا: مَا عَمِلْنَا بَاطِلٌ، وَلَكَ الْأَجْرُ الَّذِي جَعَلْتَ لَنَا فِيهِ. فَقَالَ أَكْمِلُوا بَقِيَّةَ عَمَلِكُمْ؛ فَإِنَّ مَا بَقِيَ مِنَ النَّهَارِ شَيْءٌ يَسِيرٌ. فَأَبَوْا، فَاسْتَأْجَرَ قَوْمًا أَنْ يَعْمَلُوا لَهُ بَقِيَّةَ يَوْمِهِمْ، فَعَمِلُوا بَقِيَّةَ يَوْمِهِمْ حَتَّى غَابَتِ الشَّمْسُ، فَاسْتَكْمَلُوا أَجْرَ الْفَرِيقَيْنِ كِلَيْهِمَا، فَذَلِكَ مَثَلُهُمْ وَمَثَلُ مَا قَبِلُوا مِنْ هَذَا النُّورِ"
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnul Ala, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, dari Yazid, dari Abu Burdah, dari Abu Musa, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Perumpamaan orang-orang muslim,
orang-orang Yahudi, dan orang-orang Nasrani sama dengan seorang lelaki yang mempekerjakan suatu kaum; mereka ditugaskan untuk melakukan suatu pekerjaan untuknya sehari penuh sampai malam hari
dengan upah yang telah diketahui (disepakati). Maka bekerjalah mereka sampai dengan tengah hari, lalu mereka berkata, "Kami tidak membutuhkan lagi upah yang engkau janjikan kepada kami,
dan apa yang telah kami kerjakan anggap saja batal.” Lelaki itu berkata kepada mereka, "Jangan kamu hentikan, tetapi rampungkanlah sisa pekerjaan kalian, lalu ambillah upah kalian dengan penuh,
" tetapi mereka menolak dan meninggalkan pekerjaannya. Lelaki itu mempekerjakan kaum lainnya sesudah mereka, dan ia mengatakan, "Sempurnakanlah pekerjaan ini secara penuh, dan kalian akan mendapat upah yang telah aku janjikan
kepada mereka.” Maka mereka pun mulai bekerja; tetapi ketika mereka usai dari salat Asar, mereka mengatakan, "Apa yang telah kami kerjakan anggap saja -batal, dan silakan ambil saja upah yang telah engkau janjikan kepada kami.”
Lelaki itu berkata, "Sempurnakanlah sisa pekerjaan kalian, karena sesungguhnya waktu yang tersisa hanya tinggal sedikit lagi, " tetapi mereka tetap menolak. Maka lelaki itu mempekerjakan kaum lainnya dengan syarat bahwa hendaknya
mereka bekerja untuknya selama sisa waktu yang masih ada. Dan ternyata mereka bekerja selama sisa waktu yang ada hingga matahari tenggelam, akhirnya mereka memborong upah kedua kaum yang sebelumnya.
Maka demikianlah perumpamaan mereka dan perumpamaan apa yang mereka terima dari cahaya (hidayah) ini. Imam Bukhari mengetengahkan hadis ini secara munfarid. Untuk itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
{لِئَلا يَعْلَمَ أَهْلُ الْكِتَابِ أَلا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ}
Supaya Ahli Kitab mengetahui bahwa mereka tiada mendapat sedikit pun akan karunia Allah. (Al-Hadid: 29) Yakni agar mereka mengetahui dengan nyata bahwa mereka tidak mampu menolak apa yang diberikan oleh Allah, tidak pula mampu memberi apa yang dicegah oleh Allah.
{وَأَنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ}
dan bahwasanya karunia itu adalah di tangan Allah. Dia berikan karunia itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Hadid: 29) Ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
لِئَلَّا يَعْلَمَ أَهْلُ الْكِتَابِ
Supaya Ahli Kitab mengetahui. (Al-Hadid: 29) yakni agar orang-orang Ahli Kitab itu mengetahui. Telah disebutkan pula dari Iljnu Mas'ud r.a. bahwa dia membaca ayat ini dengan bacaan likai ya'lama, yakni tanpa memakai la,
artinya agar mengetahui. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ata ibnu Abdullah dan Sa'id ibnu Jubair. Ibnu Jarir mengemukakan alasannya, bahwa demikian itu karena orang-orang Arab biasa menjadikan la sebagai silah (kata penghubung)
pada setiap kalimat yang di permulaan atau di akhirnya kemasukan kalimat ingkar atau sanggahan yang tidak disebutkan dengan jelas. Perihalnya sama dengan pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
{مَا مَنَعَكَ أَلا تَسْجُدَ}
Apakah yang menghalangmu untuk bersujud (kepada Adam). (Al-A'raf: 12) Dan firman Allah Swt.:
{وَمَا يُشْعِرُكُمْ أَنَّهَا إِذَا جَاءَتْ لَا يُؤْمِنُونَ}
Dan apakah yang memberitahukan kepadamu bahwa apabila mukjizat datang mereka tidak akan beriman. (Al-An'am: 109) Yaitu kepada Allah. Dan firman Allah Swt. lainnya, yaitu:
{وَحَرَامٌ عَلَى قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا أَنَّهُمْ لَا يَرْجِعُونَ}
Sungguh tidak mungkin atas (penduduk) suatu negeri yang telah Kami binasakan, bahwa mereka tidak akan kembali (kepada Kami). (Al-Anbiya: 95)
Surat Al-Hadid |57:29|
لِئَلَّا يَعْلَمَ أَهْلُ الْكِتَابِ أَلَّا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ ۙ وَأَنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
li`allaa ya'lama ahlul-kitaabi allaa yaqdiruuna 'alaa syai`im min fadhlillaahi wa annal-fadhla biyadillaahi yu`tiihi may yasyaaa`, wallohu żul-fadhlil-'azhiim
agar Ahli Kitab mengetahui bahwa sedikit pun mereka tidak akan mendapat karunia Allah (jika mereka tidak beriman kepada Muhammad), dan bahwa karunia itu ada di tangan Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.
[This is] so that the People of the Scripture may know that they are not able [to obtain] anything from the bounty of Allah and that [all] bounty is in the hand of Allah; He gives it to whom He wills. And Allah is the possessor of great bounty.
(Supaya diketahui) maksudnya Allah menerangkan hal tersebut kepada kalian, supaya diketahui (oleh ahli kitab) Taurat yang tidak beriman kepada Nabi Muhammad (bahwa)
an di sini adalah bentuk takhfif dari anna yang ditasydidkan, artinya bahwasanya mereka (mereka tiada mendapat sedikit pun akan karunia Allah) berbeda dengan apa yang mereka duga,
yaitu bahwasanya mereka adalah kekasih-kekasih Allah dan orang-orang yang mendapat keridaan-Nya (dan bahwasanya karunia itu berada di tangan kekuasaan Allah. Dia berikan karunia itu)
yakni Dia memberikannya (kepada siapa yang dikehendaki-Nya) maka Dia memberikan karunia-Nya kepada orang-orang yang beriman di antara mereka, berupa pahala yang mereka terima sebanyak dua kali lipat,
sebagaimana keterangan yang telah lalu. Yaitu karena beriman kepada dua nabi. (Dan Allah mempunyai karunia yang besar).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Hadid | 57 : 29 |
penjelasan ada di ayat 28