Juz 29
Surat Al-Qalam |68:21|
فَتَنَادَوْا مُصْبِحِينَ
fa tanaadau mushbiḥiin
lalu pada pagi hari mereka saling memanggil.
And they called one another at morning,
(Lalu mereka panggil-memanggil di pagi hari.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 21 |
penjelasan ada di ayat 17
Surat Al-Qalam |68:22|
أَنِ اغْدُوا عَلَىٰ حَرْثِكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَارِمِينَ
anighduu 'alaa ḥarṡikum ing kuntum shoorimiin
"Pergilah pagi-pagi ke kebunmu jika kamu hendak memetik hasil."
[Saying], "Go early to your crop if you would cut the fruit."
("Pergilah di waktu pagi ini ke kebun kalian) ke ladang kalian; lafal ini menafsirkan pengertian yang terkandung di dalam lafal tanadauw; atau huruf an dianggap sebagai an mashdariyah
(jika kalian hendak memetik buahnya") ingin memetik hasilnya; jawab syaratnya ditunjukkan oleh pengertian kalimat sebelumnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 22 |
penjelasan ada di ayat 17
Surat Al-Qalam |68:23|
فَانْطَلَقُوا وَهُمْ يَتَخَافَتُونَ
fantholaquu wa hum yatakhoofatuun
Maka mereka pun berangkat sambil berbisik-bisik.
So they set out, while lowering their voices,
(Maka pergilah mereka saling berbisik-bisikan) yakni dengan secara diam-diam.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 23 |
penjelasan ada di ayat 17
Surat Al-Qalam |68:24|
أَنْ لَا يَدْخُلَنَّهَا الْيَوْمَ عَلَيْكُمْ مِسْكِينٌ
al laa yadkhulannahal-yauma 'alaikum miskiin
"Pada hari ini jangan sampai ada orang miskin masuk ke dalam kebunmu."
[Saying], "There will surely not enter it today upon you [any] poor person."
("Pada hari ini janganlah ada seorang miskin pun masuk ke dalam kebun kalian.") Ayat ini merupakan penafsiran dari makna yang terkandung pada ayat sebelumnya; atau huruf an dianggap sebagai huruf mashdariyah.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 24 |
penjelasan ada di ayat 17
Surat Al-Qalam |68:25|
وَغَدَوْا عَلَىٰ حَرْدٍ قَادِرِينَ
wa ghodau 'alaa ḥarding qoodiriin
Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin) padahal mereka mampu (menolongnya).
And they went early in determination, [assuming themselves] able.
(Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi) orang-orang miskin (seraya merasa mampu) yakni mampu untuk menghalangi orang-orang miskin, menurut dugaan mereka sendiri.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 25 |
penjelasan ada di ayat 17
Surat Al-Qalam |68:26|
فَلَمَّا رَأَوْهَا قَالُوا إِنَّا لَضَالُّونَ
fa lammaa ro`auhaa qooluuu innaa ladhooolluun
Maka ketika mereka melihat kebun itu, mereka berkata, "Sungguh, kita ini benar-benar orang-orang yang sesat,
But when they saw it, they said, "Indeed, we are lost;
(Tatkala mereka melihat kebun itu) dalam keadaan hangus terbakar (mereka berkata, "Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat.")
Bukankah ini kebun kita. Kemudian setelah mereka mengetahui, bahwa itu adalah benar-benar kebun mereka, lalu mereka mengatakan:
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 26 |
penjelasan ada di ayat 17
Surat Al-Qalam |68:27|
بَلْ نَحْنُ مَحْرُومُونَ
bal naḥnu maḥruumuun
bahkan kita tidak memperoleh apa pun."
Rather, we have been deprived."
(Bahkan kita dihalangi) dari memperoleh buahnya disebabkan kita telah menghalang-halangi orang-orang miskin dari memperoleh bagiannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 27 |
penjelasan ada di ayat 17
Surat Al-Qalam |68:28|
قَالَ أَوْسَطُهُمْ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ لَوْلَا تُسَبِّحُونَ
qoola ausathuhum a lam aqul lakum lau laa tusabbiḥuun
Berkatalah seorang yang paling bijak di antara mereka, "Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, mengapa kamu tidak bertasbih (kepada Tuhanmu)."
The most moderate of them said, "Did I not say to you, 'Why do you not exalt [Allah]?' "
(Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka) yaitu orang yang terbaik di antara mereka ("Bukankah aku mengatakan kepada kalian, mengapa tidak)
kenapa tidak (kalian bertasbih") kepada Allah seraya bertobat kepada-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 28 |
penjelasan ada di ayat 17
Surat Al-Qalam |68:29|
قَالُوا سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ
qooluu sub-ḥaana robbinaaa innaa kunnaa zhoolimiin
Mereka mengucapkan, "Maha Suci Tuhan kami, sungguh, kami adalah orang-orang yang zalim."
They said, "Exalted is our Lord! Indeed, we were wrongdoers."
(Mereka mengucapkan, "Maha Suci Rabb kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.") Karena kami telah menghalang-halangi orang-orang miskin dari haknya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 29 |
penjelasan ada di ayat 17
Surat Al-Qalam |68:30|
فَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ يَتَلَاوَمُونَ
fa aqbala ba'dhuhum 'alaa ba'dhiy yatalaawamuun
Lalu mereka saling berhadapan dan saling menyalahkan.
Then they approached one another, blaming each other.
(Lalu sebagian mereka menghadapi sebagian yang lain seraya cela-mencela.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 30 |
penjelasan ada di ayat 17
Surat Al-Qalam |68:31|
قَالُوا يَا وَيْلَنَا إِنَّا كُنَّا طَاغِينَ
qooluu yaa wailanaaa innaa kunnaa thooghiin
Mereka berkata, "Celaka kita! Sesungguhnya kita orang-orang yang melampaui batas.
They said, "O woe to us; indeed we were transgressors.
(Mereka berkata, "Aduhai) huruf ya di sini bermakna tanbih (celakalah kita) binasalah kita (sesungguhnya kita ini benar-benar orang-orang yang melampaui batas.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 31 |
penjelasan ada di ayat 17
Surat Al-Qalam |68:32|
عَسَىٰ رَبُّنَا أَنْ يُبْدِلَنَا خَيْرًا مِنْهَا إِنَّا إِلَىٰ رَبِّنَا رَاغِبُونَ
'asaa robbunaaa ay yubdilanaa khoirom min-haaa innaaa ilaa robbinaa rooghibuun
Mudah-mudahan Tuhan memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada yang ini, sungguh, kita mengharapkan ampunan dari Tuhan kita."
Perhaps our Lord will substitute for us [one] better than it. Indeed, we are toward our Lord desirous."
(Mudah-mudahan Rabb kita memberikan ganti kepada kita) dapat dibaca yubdilanaa dan yubaddilanaa (yang lebih baik daripada itu; sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Rabb kita.")
Supaya Dia menerima tobat kita dan mendatangkan kepada kita kebun yang lebih baik dari kebun kita yang dahulu. Menurut suatu riwayat disebutkan, bahwa setelah itu mereka diberi kebun yang lebih baik dari yang semula.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 32 |
penjelasan ada di ayat 17
Surat Al-Qalam |68:33|
كَذَٰلِكَ الْعَذَابُ ۖ وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَكْبَرُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
każaalikal-'ażaab, wa la'ażaabul-aakhiroti akbar, lau kaanuu ya'lamuun
Seperti itulah azab (di dunia). Dan sungguh, azab akhirat lebih besar sekiranya mereka mengetahui.
Such is the punishment [of this world]. And the punishment of the Hereafter is greater, if they only knew.
(Seperti itulah) sebagaimana azab Kami kepada mereka (azab) di dunia, bagi orang yang menentang perintah Kami dari kalangan orang-orang kafir Mekah dan lain-lainnya.
(Dan sesungguhnya azab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui) jika mereka mengetahuinya, niscaya mereka tidak akan menentang perintah Kami. Ayat ini diturunkan sewaktu orang-orang kafir Mekah mengatakan,
bahwa jika Dia membangkitkan kami, niscaya kami akan diberi pahala yang lebih baik daripada kalian.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 33 |
penjelasan ada di ayat 17
Surat Al-Qalam |68:34|
إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ
inna lil-muttaqiina 'inda robbihim jannaatin na'iim
Sungguh, bagi orang-orang yang bertakwa (disediakan) surga yang penuh kenikmatan di sisi Tuhannya.
Indeed, for the righteous with their Lord are the Gardens of Pleasure.
(Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa surga-surga yang penuh kenikmatan di sisi Rabbnya.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 34 |
Tafsir ayat 34-41
Setelah menyebutkan perihal orang-orang yang memiliki kebun-kebun di dunia dan pembalasan azab yang menimpa mereka akibat kedurhakaan mereka kepada Allah Swt.dan menentang perintah-Nya,
berikutnya Allah menyebutkan perihal orang yang bertakwa kepada-Nya dan taat kepada perintah-Nya, bahwa mereka di negeri akhirat akan mendapat taman-taman surga
yang penuh dengan kenikmatan dan tidak akan musnah, tidak akan ada habis-habisnya serta tiada putus-putusnya kenikmatan yang ada di dalamnya. Kemudian Allah Swt. berfirman:
{أَفَنَجْعَلُ الْمُسْلِمِينَ كَالْمُجْرِمِينَ}
Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir). (Al-Qalam: 35) Yakni apakah pantas jika Kami menyamakan antara orang-orang muslim
dan orang-orang kafir dalam hal pembalasan? Tentu saja tidak, demi Tuhan yang memiliki bumi dan langit. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:
{مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ}
Mengapa kamu (berbuat demikian), bagaimanakah kamu mengambil keputusan? (Al-Qalam: 36) Maksudnya, mengapa kamu bisa mempunyai kesimpulan seperti itu? Kemudian Allah Swt. berfirman:
{أَمْ لَكُمْ كِتَابٌ فِيهِ تَدْرُسُونَ إِنَّ لَكُمْ فِيهِ لَمَا تَخَيَّرُونَ}
Atau adakah kamu mempunyai sebuah kitab (yang diturunkan Allah) yang kamu pelajari? Sesungguhnya kamu dapat memilih apa saja yang ada di dalamnya. (Al-Qalam: 37-38)
Allah Swt. berfirman bahwa apakah di tangan kalian terdapat sebuah kitab yang diturunkan dari langit, yang dipelajari, dihafalkan dan beredar di tangan kalian secara turun-temurun
dari pendahulu sampai ke generasi berikutnya hingga sampai pada kalian, yang isinya memperkuat dan mengukuhkan apa yang kamu sangkakan itu?
{إِنَّ لَكُمْ فِيهِ لَمَا تَخَيَّرُونَ أَمْ لَكُمْ أَيْمَانٌ عَلَيْنَا بَالِغَةٌ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ إِنَّ لَكُمْ لَمَا تَحْكُمُونَ}
Sesungguhnya kamu dapat memilih apa saja yang ada di dalamnya. Atau apakah kamu memperoleh janji-janji yang diperkuat dengan sumpah dari Kami, yang tetap berlaku sampai hari kiamat;
sesungguhnya kamu benar-benar dapat mengambil keputusan (sekehendak hatimu)? (Al-Qalam: 38-39) Yaitu apakah kamu mempunyai janji dan ikraryangdikukuhkan dari sisi Kami?
{إِنَّ لَكُمْ لَمَا تَحْكُمُونَ}
sesungguhnya kamu benar-benar dapat mengambil keputusan (sekehendakmu)? (Al-Qalam: 39) Yakni sesungguhnya kamu dapat memperoleh apa yang kamu ingini dan apa yang kamu sukai.
{سَلْهُمْ أَيُّهُمْ بِذَلِكَ زَعِيمٌ}
Tanyakanlah kepada mereka, "Siapakah di antara mereka yang bertanggungjawab terhadap keputusan yang diambil itu?" (Al-Qalam: 40) Artinya, katakanlah kepada mereka bahwa
siapakah yang akan menjamin dan bertanggung jawab terhadap keputusan itu? Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa siapakah di antara mereka yang bertanggung jawab terhadap keputusan itu?
{أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ}
Atau apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu? (Al-Qalam: 41)Yaitu berhala-berhala dan tandingan-tandingan (yang mereka ada-adakan).
{فَلْيَأْتُوا بِشُرَكَائِهِمْ إِنْ كَانُوا صَادِقِينَ}
Maka hendaklah mereka mendatangkan sekutu-sekutunya jika mereka adalah orang-orang yang benar. (Al-Qalam: 41)
Surat Al-Qalam |68:35|
أَفَنَجْعَلُ الْمُسْلِمِينَ كَالْمُجْرِمِينَ
a fa naj'alul-muslimiina kal-mujrimiin
Apakah patut Kami memperlakukan orang-orang Islam itu seperti orang-orang yang berdosa (orang kafir)?
Then will We treat the Muslims like the criminals?
(Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa) maksudnya mendapatkan pahala yang sama dengan orang-orang kafir.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 35 |
penjelasan ada di ayat 34
Surat Al-Qalam |68:36|
مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ
maa lakum, kaifa taḥkumuun
Mengapa kamu (berbuat demikian)? Bagaimana kamu mengambil keputusan?
What is [the matter] with you? How do you judge?
(Mengapa kalian berbuat demikian; bagaimanakah kalian mengambil keputusan) dengan keputusan yang rusak ini
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 36 |
penjelasan ada di ayat 34
Surat Al-Qalam |68:37|
أَمْ لَكُمْ كِتَابٌ فِيهِ تَدْرُسُونَ
am lakum kitaabun fiihi tadrusuun
Atau apakah kamu mempunyai kitab (yang diturunkan Allah) yang kamu pelajari?
Or do you have a scripture in which you learn
(Atau adakah) artinya, benarkah (kalian mempunyai kitab) yang diturunkan dari Allah (yang kalian mempelajarinya) yang kalian membacanya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 37 |
penjelasan ada di ayat 34
Surat Al-Qalam |68:38|
إِنَّ لَكُمْ فِيهِ لَمَا تَخَيَّرُونَ
inna lakum fiihi lamaa takhoyyaruun
Sesungguhnya kamu dapat memilih apa saja yang ada di dalamnya.
That indeed for you is whatever you choose?
(Bahwa di dalamnya kalian benar-benar boleh memilih apa yang kalian sukai) kalian boleh memilih sesuka hati.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 38 |
penjelasan ada di ayat 34
Surat Al-Qalam |68:39|
أَمْ لَكُمْ أَيْمَانٌ عَلَيْنَا بَالِغَةٌ إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ ۙ إِنَّ لَكُمْ لَمَا تَحْكُمُونَ
am lakum aimaanun 'alainaa baalighotun ilaa yaumil-qiyaamati inna lakum lamaa taḥkumuun
Atau apakah kamu memperoleh (janji-janji yang diperkuat dengan) sumpah dari Kami, yang tetap berlaku sampai hari Kiamat, bahwa kamu dapat mengambil keputusan (sekehendakmu)?
Or do you have oaths [binding] upon Us, extending until the Day of Resurrection, that indeed for you is whatever you judge?
(Atau apakah kalian memperoleh janji-janji) perjanjian-perjanjian (yang diperkuat dengan sumpah dari Kami) yang telah diperkuat oleh Kami (yang tetap berlaku sampai hari kiamat)
lafal ilaa yaumil qiyaamah ini bertaalluq kepadanya makna yang terkandung di dalam lafal 'alainaa, dan di dalam kalam ini terkandung makna qasam atau sumpah, yakni Kami telah bersumpah
untuk mewajibkannya bagi kalian (sesungguhnya kalian benar-benar dapat mengambil keputusan) sekehendak kalian tentangnya
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 39 |
penjelasan ada di ayat 34
Surat Al-Qalam |68:40|
سَلْهُمْ أَيُّهُمْ بِذَٰلِكَ زَعِيمٌ
sal-hum ayyuhum biżaalika za'iim
Tanyakanlah kepada mereka, "Siapakah di antara mereka yang bertanggung jawab terhadap (keputusan yang diambil itu)?"
Ask them which of them, for that [claim], is responsible.
(Tanyakanlah kepada mereka, "Siapakah di antara mereka terhadap hal tersebut) hukum atau keputusan yang mereka ambil buat diri mereka sendiri,
yaitu bahwasanya mereka kelak di akhirat akan diberi pahala yang lebih utama dari orang-orang mukmin (yang bertanggung jawab") yang menanggungnya bagi mereka
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 40 |
penjelasan ada di ayat 34
Surat Al-Qalam |68:41|
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ فَلْيَأْتُوا بِشُرَكَائِهِمْ إِنْ كَانُوا صَادِقِينَ
am lahum syurokaaa`, falya`tuu bisyurokaaa`ihim ing kaanuu shoodiqiin
Atau apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu? Kalau begitu hendaklah mereka mendatangkan sekutu-sekutunya jika mereka orang-orang yang benar.
Or do they have partners? Then let them bring their partners, if they should be truthful.
(Atau apakah mereka mempunyai) di sisi mereka (sekutu-sekutu) yang sepakat dengan mereka tentang ucapan itu, yaitu mereka akan menjamin bagi mereka dalam hal ini.
Maka apabila memang demikian keadaannya (maka hendaklah mereka mendatangkan sekutu-sekutu mereka) yang akan memberikan jaminan tentang hal itu bagi mereka (jika mereka adalah orang-orang yang benar.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 41 |
penjelasan ada di ayat 34
Surat Al-Qalam |68:42|
يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ وَيُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ فَلَا يَسْتَطِيعُونَ
yauma yuksyafu 'an saaqiw wa yud'auna ilas-sujuudi fa laa yastathii'uun
(Ingatlah) pada hari ketika betis disingkapkan dan mereka diseru untuk bersujud, maka mereka tidak mampu,
The Day the shin will be uncovered and they are invited to prostration but the disbelievers will not be able,
Ingatlah (pada hari betis disingkapkan) ungkapan ini menggambarkan tentang dahsyatnya keadaan pada hari kiamat, yaitu sewaktu hisab dan pembalasan dilaksanakan.
Dikatakan "kasyafatil harbu 'an saaqin", artinya perang itu berkobar dengan sengitnya (dan mereka dipanggil untuk bersujud) sebagai ujian buat keimanan mereka (maka mereka tidak kuasa)
karena punggung mereka lekat bertumpuk menjadi satu, sehingga mereka tidak dapat bersujud.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 42 |
Tafsir ayat 42-47
Setelah menyebutkan perihal apa yang diperoleh orang-orang yang bertakwa di sisi Tuhan mereka, yaitu surga-surga yang penuh dengan kenikmatan, lalu Allah Swt. menyebutkan saat kejadian itu. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ وَيُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ فَلا يَسْتَطِيعُونَ}
Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud; maka mereka tidak kuasa. (Al-Qalam: 42) Yakni di hari kiamat nanti berikut segala sesuatu yang terjadi di dalamnya
berupa huru-hara, keguncangan, malapetaka, ujian, dan peristiwa-peristiwa yang besar lagi dahsyat. Imam Bukhari sehubungan dengan hal ini mengatakan:
حَدَّثَنَا آدَمُ، حَدَّثَنَا اللَّيْثِ، عَنْ خَالِدِ بْنِ يَزِيدَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِلَالٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَار، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "يَكشِفُ رَبّنا عَنْ سَاقِهِ، فَيَسْجُدُ لَهُ كُلُّ مُؤْمِنٍ وَمُؤْمِنَةٍ، وَيَبْقَى مَنْ كَانَ يَسْجُدُ فِي الدُّنْيَا رِيَاءً وَسُمْعَةً، فَيَذْهَبُ لِيَسْجُدَ فَيَعُودُ ظَهْرُهُ طَبَقًا وَاحِدًا"
Telah menceritakan kepada kami Adam, telah menceritakan kepada kami Al-Lais, dari Khalid ibnu Yazid, dari Sa'id ibnu Abu Hilal, dari Zaid ibnu Aslam, dari Ata ibnu Yasar, dari Abu Sa'id Al-Khudri yang mengatakan bahwa ia
pernah mendengar Nabi Saw. bersabda: Kelak (di hari kiamat) Tuhan menyingkapkan betis (sebagian kekuasaan)Nya, maka bersujudlah kepada-Nya semua orang mukmin laki-laki dan perempuan,
dan tertinggallah orang yang dahulunya ketika di dunia sujud karena ria dan pamer, maka ia berupaya untuk melakukan sujud, tetapi punggungnya kembali berbalik menjadi tegak (tidak dapat sujud).
Hadis ini diketengahkan di dalam kitab Sahihain dan kitab-kitab hadis lainnya melalui berbagai jalur dan dengan lafaz yang beraneka ragam. Hadisnya cukup panjang lagi terkenal. Abdullah ibnul Mubarak mengatakan dari
Usamah ibnu Zaid, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Pada hari betis disingkapkan. (Al-Qalam: 42) Bahwa hari itu adalah hari kiamat, yaitu hari kesusahan dan hari yang keras.
Demikianlah menurut Ibnu Jarir dalam riwayatnya, dan ia mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Mahran, dari Sufyan, dari Al-Mugirah, dari Ibrahim,
dari Ibnu Mas'ud atau dari Ibnu Abbas —Ibnu Jarir ragu— sehubungan dengan makna firman-Nya: Pada hari betis disingkapkan. (Al-Qalam: 42) karena terjadinya peristiwa yang sangat besar (dahsyat),semakna dengan
ucapan seorang penyair, "Perang itu kian memuncak hingga menyingkapkan betis orang-orang yang terlibat di dalamnya." Ibnu Abu Najih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya:
Pada hari betis disingkapkan. (Al-Qalam: 42) Yaitu karena terjadinya peristiwa yang sangat menyusahkan. Ibnu Abbas mengatakan bahwa peristiwa merupakan saat yang paling menyusahkan di hari kiamat.
Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: Pada hari betis disingkapkan. (Al-Qalam: 42) Yakni karena peristiwa yang sangat menyusahkan di hari itu.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Pada hari betiss disingkapkan. (Al-Qalam: 42) Ini merupakan ungkapan kinayah yang menggambarkan terjadinya
peristiwa yang sangat mengerikan lagi sangat menakutkan di hari kiamat. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Pada hari betis disingkapkan. (Al-Qalam: 42)
Maksudnya, di hari ditampakkan semua urusan dan semua amal perbuatan dipamerkan. Makna kasyf adalah memasuki negeri akhirat dan dibukakannya semua peristiwa yang terjadi di hari itu.
Hal yang semisal telah dikatakan oleh Ad-Dahhak dan lain-lainnya, dari Ibnu Abbas, yang semuanya dikemukakan oleh Ibnu Jarir.Kemudian Ibnu Jarir mengatakan:
حَدَّثَنِي أَبُو زَيْدٍ عُمَرُ بْنُ شَبَّة، حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ عُمَرَ الْمَخْزُومِيُّ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ، حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ رَوْحُ بْنِ جَنَاحٍ، عَنْ مَوْلًى لِعُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ، عَنْ أَبِي بُرْدَةَ بْنِ أَبِي مُوسَى، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال: {يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ} قَالَ: "عَنْ نُورٍ عَظِيمٍ، يَخِرُّونَ لَهُ سُجَّدًا".
telah menceritakan kepadaku Abu Zaid alias Umar ibnu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Harun ibnu Umar Al-Makhzumi, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami
Abu Sa' id alias Rauh ibnu Janah, dari seorang mania milik Umar ibnu Abdul Aziz, dari Abu Burdah ibnu Abu Musa, dari ayahnya, dari Nabi Swt. yang telah bersabda: Pada hari betis disingkapkan, yakni cahaya Yang Mahabesar
yang semua makhluk terjungkal bersujud kepada-Nya. Abu Ya'la telah meriwayatkannya dari Al-Qasim ibnu Yahya, dari Al-Walid ibnu Muslim dengan sanad yang sama;
tetapi di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang misteri (tidak diketahui namanya). Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:
{خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ}
(dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi mereka diliputi kehinaan. (Al-Qalam: 43) Yakni di negeri akhirat nanti disebabkan dosa-dosa mereka dan kesombongan mereka ketika di dunia,
maka mereka dihukum dengan kebalikan dari apa yang pernah mereka perbuat. Ketika mereka diseru untuk bersujud di dunia, mereka menolaknya, padahal keadaan mereka sedang sehat dan sejahtera.
Maka demikianlah mereka diazab dengan tidak mempunyai kemampuan untuk bersujud di hari kemudian, yaitu bilamana Tuhan Yang Mahamulia lagi Mahaagung menampakkan diri-Nya,
dan orang-orang mukmin semuanya bersujud kepada-Nya; maka tiada seorang pun dari orang-orang kafir dan orang-orang munafik yang mampu melakukan sujud kepada-Nya, bahkan punggung mereka kembali berdiri tegak.
Tiap kali seseorang dari mereka mencoba untuk sujud, punggungnya mental kembali ke arah kebalikan sujud, seperti keadaan mereka ketika di dunia; maka berbeda dengan keadaan kaum mukmin. Kemudian Allah Swt. berfirman:
{فَذَرْنِي وَمَنْ يُكَذِّبُ بِهَذَا الْحَدِيثِ}
Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al-Qur'an). (Al-Qalam: 44) Ini mengandung ancaman keras, yakni biarkanlah Aku dan dia,
Aku lebih mengetahui bagaimana memperlakukannya, Aku akan memberi segala apa yang diinginkannya dan Kubiarkan dia dalam kesesatannya;
Aku beri tangguh dia, kemudian Aku hukum dia dengan hukuman dari Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:
{سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ}
Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui. (Al-Qalam: 44) Yakni sedangkan mereka tidak merasakan hal itu,
bahkan mereka mengira bahwa hal itu sebagai penghormatan dari Allah untuk mereka; padahal kenyataannya kebalikannya, yaitu penghinaan. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain, yaitu:
أَيَحْسَبُونَ أَنَّما نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مالٍ وَبَنِينَ نُسارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْراتِ بَلْ لَا يَشْعُرُونَ
Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, ' sebenarnya mereka tidak sadar. (Al-Mu’minun: 55-56) Dan firman Allah Swt:
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنا عَلَيْهِمْ أَبْوابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذا فَرِحُوا بِما أُوتُوا أَخَذْناهُمْ بَغْتَةً فَإِذا هُمْ مُبْلِسُونَ
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan
kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (Al-An'am: 44) Karena itulah maka disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:
{وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ}
dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh. (Al-Qalam: 45) Artinya, Aku tangguhkan mereka dan Aku akhirkan azab mereka serta
Aku berikan kepada mereka apa yang mereka inginkan, yang demikian itu termasuk tipu daya-Ku terhadap mereka. Maka disebutkan dalam firman-Nya:
{إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ}
Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh. (Al-Qalam: 45) Yaitu amat besar terhadap orang yang menentang perintah-Ku, mendustakan rasul-rasul-Ku,
dan berani berbuat durhaka terhadap-Ku. Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى لَيُمْلِي لِلظَّالِمِ حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ»
Sesungguhnya Allah Swt. benar-benar memberi tangguh kepada orang yang zalim; hingga manakala Dia mengazabnya, maka ia tidak dapat luput dari siksa-Nya. Kemudian Nabi Saw. membaca firman-Nya:
وَكَذلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذا أَخَذَ الْقُرى وَهِيَ ظالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ
Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. (Hud: 102)Adapun firman Allah Swt.:
{أَمْ تَسْأَلُهُمْ أَجْرًا فَهُمْ مِنْ مَغْرَمٍ مُثْقَلُونَ أَمْ عِنْدَهُمُ الْغَيْبُ فَهُمْ يَكْتُبُونَ}
Ataukah kamu meminta upah kepada mereka, lalu mereka diberati dengan utang? Ataukah ada pada mereka ilmu tentang yang gaib, lalu mereka menulis (padanya apa yang mereka tetapkan)? (Al-Qalam: 46-47)
Tafsir ayat ini telah disebutkan di dalam tafsir surat Ath-Thur. Kesimpulannya ialah sesungguhnya engkau, ya Muhammad, menyeru mereka menyembah Allah tanpa upah yang kamu terima dari mereka;
bahkan engkau hanya mengharapkan pahala hal itu di sisi Allah, tetapi merekalah yang mendustakan apa yang engkau sampaikan kepada mereka disebabkan kebodohan, kekufuran, dan keingkaran mereka.
Surat Al-Qalam |68:43|
خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ ۖ وَقَدْ كَانُوا يُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ وَهُمْ سَالِمُونَ
khoosyi'atan abshooruhum tar-haquhum żillah, wa qod kaanuu yud'auna ilas-sujuudi wa hum saalimuun
pandangan mereka tertunduk ke bawah, diliputi kehinaan. Dan sungguh, dahulu (di dunia) mereka telah diseru untuk bersujud waktu mereka sehat (tetapi mereka tidak melakukan).
Their eyes humbled, humiliation will cover them. And they used to be invited to prostration while they were sound.
(Seraya tunduk ke bawah) lafal khaasyi`atan ini merupakan hal dari dhamir yang terkandung pada lafal yad`uuna, artinya, dalam keadaan terhina (pandangan mereka)
maksudnya, mereka tidak dapat mengangkat pandangan matanya (lagi mereka diliputi) mereka diselimuti (kehinaan. Dan sesungguhnya mereka dahulu diseru) sewaktu di dunia
(untuk bersujud sedang mereka dalam keadaan sejahtera) akan tetapi mereka tidak mau melakukannya, yakni tidak mau sholat.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 43 |
penjelasan ada di ayat 42
Surat Al-Qalam |68:44|
فَذَرْنِي وَمَنْ يُكَذِّبُ بِهَٰذَا الْحَدِيثِ ۖ سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ
fa żarnii wa may yukażżibu bihaażal-ḥadiiṡ, sanastadrijuhum min ḥaiṡu laa ya'lamuun
Maka serahkanlah kepada-Ku (urusannya) dan orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al-Qur´an). Kelak akan Kami hukum mereka berangsur-angsur dari arah yang tidak mereka ketahui,
So leave Me, [O Muhammad], with [the matter of] whoever denies the Qur'an. We will progressively lead them [to punishment] from where they do not know.
(Maka serahkanlah kepada-Ku) berikanlah kepada Aku (orang-orang yang mendustakan perkataan ini) yang mendustakan Alquran. (Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur)
Kami akan mengambil mereka secara berangsur-angsur (dari arah yang tidak mereka ketahui.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 44 |
penjelasan ada di ayat 42
Surat Al-Qalam |68:45|
وَأُمْلِي لَهُمْ ۚ إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ
wa umlii lahum, inna kaidii matiin
dan Aku memberi tenggang waktu kepada mereka. Sungguh, rencana-Ku sangat teguh.
And I will give them time. Indeed, My plan is firm.
(Dan Aku memberi tangguh kepada mereka) Aku menangguhkan mereka. (Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh) amat kuat dan tak dapat ditinggalkan.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 45 |
penjelasan ada di ayat 42
Surat Al-Qalam |68:46|
أَمْ تَسْأَلُهُمْ أَجْرًا فَهُمْ مِنْ مَغْرَمٍ مُثْقَلُونَ
am tas`aluhum ajron fa hum mim maghromim muṡqoluun
Ataukah engkau (Muhammad) meminta imbalan kepada mereka, sehingga mereka dibebani dengan utang?
Or do you ask of them a payment, so they are by debt burdened down?
(Ataukah) yakni apakah (kamu meminta kepada mereka) atas penyampaian risalahmu (upah dengan utang, lalu mereka karena utang itu)
\karena apa yang harus mereka bayarkan kepadamu (merasa keberatan) karena itu lalu mereka tidak mau beriman kepada Alquran.
[...]
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 46 |
penjelasan ada di ayat 42
Surat Al-Qalam |68:47|
أَمْ عِنْدَهُمُ الْغَيْبُ فَهُمْ يَكْتُبُونَ
am 'indahumul-ghoibu fa hum yaktubuun
Ataukah mereka mengetahui yang gaib, lalu mereka menuliskannya?
Or have they [knowledge of] the unseen, so they write [it] down?
(Ataukah ada pada mereka ilmu tentang yang gaib) yaitu mengenai apa yang tertulis di Lohmahfuz (lalu mereka menulis) daripadanya apa yang mereka katakan itu.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 47 |
penjelasan ada di ayat 42
Surat Al-Qalam |68:48|
فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلَا تَكُنْ كَصَاحِبِ الْحُوتِ إِذْ نَادَىٰ وَهُوَ مَكْظُومٌ
fashbir liḥukmi robbika wa laa takung kashooḥibil-ḥuut, iż naadaa wa huwa makzhuum
Maka bersabarlah engkau (Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah engkau seperti (Yunus) orang yang berada dalam (perut) ikan ketika dia berdoa dengan hati sedih.
Then be patient for the decision of your Lord, [O Muhammad], and be not like the companion of the fish when he called out while he was distressed.
(Maka bersabarlah kamu terhadap ketetapan Rabbmu) terhadap mereka, sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya (dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam perut ikan paus)
dalam hal ketergesa-gesaannya dan ketidaksabarannya, yaitu sebagaimana Nabi Yunus a.s. (ketika ia berdoa) kepada Rabbnya (sedangkan ia dalam keadaan marah)
terhadap kaumnya, hatinya penuh dengan kemarahan sewaktu ia berada di dalam perut ikan besar itu.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 48 |
Tafsir ayat 48-52
Allah Swt. berfirman:
{فَاصْبِرْ}
Maka bersabarlah. (Al-Qalam: 48)Hai Muhammad, dalam menghadapi gangguan kaummu terhadap dirimu dan sikap mereka yang mendustakanmu. Karena sesungguhnya
Allah akan menetapkan kemenangan bagimu atas mereka dan menjadikan bagimu dan orang-orang yang mengikutimu kesudahan yang baik di dunia dan akhirat.
{وَلا تَكُنْ كَصَاحِبِ الْحُوتِ}
dan janganlah kamu seperti (Yunus) orang yang berada dalam (perut) ikan. (Al-Qalam: 48) Yakni Zun Nun alias Yunus ibnu Mata (Matius) a.s. ketika pergi meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah.
Kemudian hal yang dilakukannya ialah menaiki kapal, dan ikan besar menelannya, lalu membawanya di kedalaman lautan yang gelap gulita, dan ia dapat mendengar tasbih laut berikut semua makhluk yang ada di dalamnya
kepada Tuhan Yang Mahatinggi lagi Mahakuasa, yang semua apa yang ditakdirkan-Nya tidak dapat ditolak. Maka pada saat itulah Yunus mulai berseru di dalam kegelapannya, sebagaimana yang disebutkan melalui firman-Nya:
أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim (aniaya). (Al-Anbiya: 87) Maka dalam firman berikutnya disebutkan:
فَاسْتَجَبْنا لَهُ وَنَجَّيْناهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ
Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikanlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. (Al-Anbiya: 88) Dan firman Allah Swt.:
فَلَوْلا أَنَّهُ كانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah,
niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. (Ash-Shaffat: 143-144) Dalam surat ini disebutkan pula oleh firman-Nya:
{إِذْ نَادَى وَهُوَ مَكْظُومٌ}
ketika ia berdoa, sedangkan ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya). (Al-Qalam: 48) Ibnu Abbas, Mujahid, dan As-Saddi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan makzum ialah dalam keadaan duka cita.
Menurut Ata Al-Khurrasani dan Abu Malik, artinya dalam keadaan kesusahan. Dalam hadis yang terdahulu telah disebutkan bahwa ketika Yunus mengucapkan: tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau.
Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim. (Al-Anbiya: 87) Maka kalimat yang dibacanya keluar dan menangis di sekeliling' Arasy, lalu para malaikat berkata, "Ya Tuhan,
ini adalah suara yang lemah, tetapi dikenal datang dari negeri yang terasing." Maka Allah Swt. berfirman, "Tidakkah kalian ketahui siapa dia?" Mereka menjawab, "Tidak." Allah Swt. berfirman, "Ini adalah suara Yunus."
Mereka berkata, "Ya Tuhanku, hamba Engkau yang terus-menerus dinaikkan baginya amal saleh dan doa yang diperkenankan." Allah menjawab, "Benar." Mereka memohon, "Tidakkah Engkau mengasihaninya
berdasarkan apa yang dia telah amalkan di masa senangnya, maka kami memohon agar Engkau menyelamatkannya dari musibahnya itu."
Lalu Allah memerintahkan kepada ikan itu untuk mengeluarkannya, maka ikan itu mencampakkannya ke daratan. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
{فَاجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَجَعَلَهُ مِنَ الصَّالِحِينَ}
Lalu Tuhannya memilihnya dan menjadikannya termasuk orang-orang yang saleh. (Al-Qalam: 50)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي وَائِلٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ أَنْ يَقُولَ: أَنَا خَيْرٌ مِنْ يُونُسَ بْنِ مَتَّى".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-A'masy,
dari Abu Wa'il, dari Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tidak layak bagi seseorang mengatakan bahwa aku lebih baik daripada Yunus ibnu Mata.
Imam Bukhari meriwayatkannya melalui hadis Sufyan As Sauri, dan di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui hadis Abu Hurairah. Firman Allah Swt.:
{وَإِنْ يَكَادُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَيُزْلِقُونَكَ بِأَبْصَارِهِمْ}
Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka. (Al-Qalam: 51) Ibnu Abbas dan Mujahid serta selain keduanya
mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: benar-benar hampir menggelincirkan kamu. (Al-Qalam: 51) Yakni mereka benar-benar hampir menembus dirimu.
بِأَبْصَارِهِمْ
dengan pandangan mereka. (Al-Qalam: 51) Yaitu mereka hampir saja menimpakan penyakit 'ain terhadapmu melalui mata mereka. Dengan kata lain, mereka dengki terhadapmu disebabkan kebencian mereka terhadapmu.
Seandainya tidak ada pemeliharaan dari Allah terhadap dirimu dari kebencian mereka, tentulah penyakit ain yang ditimpakan oleh mereka akan mengenai dan menembus dirimu.Di dalam makna ayat ini terkandung dalil yang
menunjukkan bahwa penyakit 'ain itu ada dan pengaruhnya ada, tetapi dengan seizin Allah Swt. Banyak hadis yang menerangkan masalah ini diriwayatkan melalui berbagai jalur yang cukup banyak.
قَالَ أَبُو دَاوُدَ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ العَتَكي، حَدَّثَنَا شَرِيكٌ (ح) ، وَحَدَّثَنَا الْعَبَّاسُ العَنْبَريّ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَنْبَأَنَا شَرِيكٌ، عَنْ الْعَبَّاسِ بْنِ ذَرِيح، عَنِ الشَّعْبِيِّ -قَالَ الْعَبَّاسُ: عَنْ أَنَسٍ-قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا رُقْيَةَ إِلَّا مِنْ عَيْنٍ أَوْ حُمة أَوْ دَمٍ لَا يُرْقَأُ".
Imam Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Daud Al-Ataki, telah menceritakan kepada kami Syuraih dan telah menceritakan kepada kami Al-Abbas Al-Anbari, telah menceritakan kepada kami
Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Al-Abbas ibnu Zarih, dari Asy-Sya'bi, yang menurut Al-Abbas Al-Anbari, dari Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
Tiada ruqyah kecuali karena penyakit 'ain, atau demam atau pendarahan yang tidak pernah kering.Tetapi lafaz al- 'abbas tidak menyebutkan adanya 'ain, dan apa yang disebutkan di atas berdasarkan lafaz sulaiman.
قَالَ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ ابْنُ مَاجَهْ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَير، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ الرَّازِيِّ، عَنْ حُصَين، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ بُرَيدة بْنِ الْحُصَيْبِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا رُقْيَةَ إِلَّا مِنْ عَيْنٍ أَوْ حُمة"
Abu Abdullah ibnu Majah mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu "Namir, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Sulaiman, dari Abu Ja'far Ar-Razi, dari Husain, dari Asy-Sya'bi
dari Buraidah ibnul Hasib yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada pengobatan dengan ruqyah kecuali karena penyakit 'ain atau demam. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah
Imam Muslim telah mengetengahkan hadis ini di dalam kitab sahihnya, dari Sa'id ibnu Mansur, dari Hasyim, dari Husain ibnu Abdur Rahman ibnu Amir Asy-Sya'bi, dari Buraidah secara mauquf, yang di dalamnya terdapat kisah.
Menurut Imam Turmuzi, Syu'bah telah meriwayatkan hadis ini dari Al-Husain, dari Asy-Sya'bi, dari Buraidah. Imam Bukhari telah meriwayatkan hadis ini melalui Muhammad ibnu Fudail,
dan Abu Daud melalui Malik ibnu Magui, sedangkan Imam Turmuzi dari Sufyan ibnu Uyaynah; ketiga-tiganya dari Husain, dari Amir Asy-Sya'bi, dari Imran ibnu Husain secara mauquf, yaitu:
«لَا رُقْيَةَ إِلَّا مِنْ عَيْنٍ أَوْ حُمَّةٍ»
Tiada pengobatan dengan ruqyah kecuali karena penyakit 'ain atau penyakit demam.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى الْمَوْصِلِيُّ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَرْعَرَةَ بْنِ البِرِند السَّامِيُّ، حَدَّثَنَا دَيْلَمُ بْنُ غَزوان، حَدَّثَنَا وهْب بْنُ أَبِي دُبَيٍّ، عَنْ أَبِي حَرْبٍ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ الْعَيْنَ لَتُولِعُ الرجلَ بِإِذْنِ اللَّهِ، فَيَتَصَاعَدُ حَالِقًا، ثُمَّ يَتَرَدَّى مِنْهُ"
Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Ur'urah ibnul Yazid As-Sami, telah menceritakan kepada kami Dailam ibnu Gazwan,
telah menceritakan kepada kami Wahb ibnu AbuZar, dari Ibnu Harb, dari AbuZar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya 'ain itu benar-benar dapat meringankan
tubuh seseorang dengan seizin Allah, maka ia naik meninggi, kemudian terjatuh darinya (ketinggian). Sanad hadis ini garib, mereka tidak ada yang mengetengahkannya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ، حَدَّثَنَا حَرْبٌ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ، حَدَّثَنِي حَيَّة بْنُ حَابِسٍ التَّمِيمِيُّ: أَنَّ أَبَاهُ أَخْبَرَهُ: أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "لَا شَيْءَ فِي الْهَامِّ، وَالْعَيْنُ حَقٌّ، وَأَصْدَقُ الطيَرَة الفَألُ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdus Samad, telah menceritakan kepada kami Harb, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Kasir, telah menceritakan kepadaku
Hayyah ibnu Habis At-Tamimi, bahwa ayahnya pernah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Tidak mengapa berobat karena terkena racun, dan 'ain itu adalah hak (benar ada),
dan tiyarah yang paling benar adalah rasa optimis. Imam Turmuzi telah meriwayatkannya dari Amr ibnu Ali, dari Abu Gassan alias Yahya ibnu Kasir, dari Ali ibnul Mubarak, dari Yahya ibnu Abu Kasir dengan sanad yang sama.
Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib. Imam Turmuzi mengatakan pula bahwa Sinan telah meriwayatkannya dari Yahya ibnu Abu Kasir, dari Hayyah ibnu Habis, dari ayahnya, dari Abu Hurairah,
dari Nabi Saw. Menurut hemat kami, Imam Ahmad telah meriwayatkannya pula dari Husain ibnu Musa dan Husain ibnu Muhammad,
dari Syaiban ibnu Abu Hayyah yang menceritakannya dari ayahnya, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"لَا بَأْسَ فِي الْهَامِّ، وَالْعَيْنُ حَقٌّ، وَأَصْدَقُ الطِّيرَةِ الْفَأْلُ "
Tiada mengapa berobat karena terkena racun, dan penyakit 'ain itu benar, dan tiyarah yang paling benar ialah rasa optimis.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْوَلِيدِ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ دُوَيد، حَدَّثَنِي إِسْمَاعِيلُ بْنُ ثَوْبَانَ، عَنْ جَابِرِ بْنِ زَيْدٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "العين حَقٌّ، الْعَيْنُ حَقٌّ، تَسْتَنْزِلُ الْحَالِقَ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Walid, dari Sufyan, dari Duraid, telah menceritakan kepadaku Ismail ibnuSauban, dari Jabir ibnu Yazid, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. telah bersabda: 'Ain itu adalah hak (benar), 'ain itu adalah hak, ia dapat menurunkan orang yang mengapung (di udara). (Hadis berpredikat garib).Imam Muslim mengatakan di dalam kitab sahihnya, bahwa:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الدَّارِمِيُّ، أَخْبَرَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا وُهَيب، عَنِ ابْنِ طَاوُسٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "الْعَيْنُ حَقٌّ، وَلَوْ كَانَ شَيْءٌ سَابَقَ القَدَرَ سَبَقَت الْعَيْنُ، وَإِذَا اغْتُسلتم فَاغْسِلُوا".
telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abdur Rahman Ad-Darimi, telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Wahib,
dari Ibnu Tawus, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Ain adalah hak (benar), seandainya ada sesuatu yang dapat mendahului takdir,
maka tentulah ia adalah 'ain; dan apabila kalian diminta untuk mandi (sebagai pengobatannya), maka mandilah. Imam Muslim meriwayatkan hadis ini secara tunggal, tanpa Imam Bukhari.
قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ، عَنْ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنِ المِنْهال بْنِ عَمْرٍو، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَير، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَوِّذ الْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ، يَقُولُ: "أُعِيذُكُمَا بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ، مَنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وهَامَّة، وَمَنْ كُلِّ عَيْنٍ لامَّة"، وَيَقُولُ هَكَذَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يُعَوِّذ إِسْحَاقَ وَإِسْمَاعِيلَ، عَلَيْهِمَا السَّلَامُ".
Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Sufyan As-Sauri, dari Mansur, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa dahulu Rasulullah Saw. sering membaca ta'awwuz untuk
Al-Hasan dan Al-Husain seraya mengucapkan: Aku memohon perlindungan untukmu berdua (kepada Allah) dengan kalimat-kalimat-Nya yang sempurna dari gangguan semua setan dan binatang yang berbisa serta
dari setiap pandangan mata ('ain) yang tercela. Nabi Saw. bersabda pula: Demikian pula yang dilakukan oleh Ibrahim dahulu bila berta'awwuz (menjampi) untuk Ishaq dan Ismail a.s.
Imam Bukhari dan para pemilik kitab Sunan mengetengahkan hadis ini melalui Al-Minhal dengan sanad yang sama.
قَالَ ابْنُ مَاجَهْ: حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ ابْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيف قَالَ: مَرَّ عَامِرُ بْنُ رَبِيعَةَ بِسَهْلِ بْنِ حُنَيف، وَهُوَ يَغْتَسِلُ، فَقَالَ: لَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ وَلَا جلدَ مُخَبَّأَةٍ. فَمَا لَبِثَ أَنْ لُبِطَ بِهِ، فَأُتِيَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقِيلَ لَهُ: أَدْرِكْ سَهْلًا صَرِيعًا. قَالَ: "مَنْ تَتَّهِمُونَ بِهِ؟ ". قَالُوا: عَامِرَ بْنَ رَبِيعَةَ. قَالَ: "عَلَامَ يَقْتُلُ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ؟ إِذَا رَأَى أَحَدَكُمْ مِنْ أَخِيهِ مَا يُعجبه فَلْيَدعُ لَهُ بِالْبَرَكَةِ". ثُم دَعَا بِمَاءٍ فَأَمَرَ عَامِرًا أَنْ يَتَوَضَّأَ فَيَغْسِلُ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفِقَيْنِ، وَرُكْبَتَيْهِ، ودَاخِلة إِزَارِهِ، وَأَمَرَهُ أَنْ يَصُبَّ عَلَيْهِ.
Ibnu Majah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hisyarn ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Az-Zuhri, dari Abu Umamah alias As'ad ibnu Hanif yang mengatakan bahwa Amir ibnu Rabi'ah
menjumpai Sahl ibnu Hanif sedang mandi. Maka Amir ibnu Rabi'ah berkata, "Aku belum pernah menyaksikan pemandangan seperti hari ini, kulit tubuhnya kelihatan sangat bagus, tiada selembar pakaian pun yang menutupinya."
Maka tidak lama kemudian Sahl jatuh pingsan, lalu ia dibawa menghadap kepada Rasulullah Saw. dan dikatakan kepada beliau bahwa ia menjumpai Sahl dalam keadaan tidak sadarkan diri. Rasulullah Saw. bertanya,
"Siapakah orang yang kalian curigai sebagai sumbernya?" Mereka menjawab, "Amir ibnu Rabi'ah." Lalu Rasulullah Saw. bersabda: Teganya seseorang dari kalian membunuh (menyakiti) saudaranya.
Apabila seseorang dari kalian melihai hal yang ia kagumi dari saudaranya, hendaklah ia mendoakan keberkatan baginya. Kemudian Rasulullah Saw. meminta air dan memerintahkan kepada Amir untuk berwudu.
Maka Amir membasuh mukanya dan kedua tangannya sampai kedua sikunya, dan membasuh kedua kakinya sampai kedua lututnya dan bagian dalam kain sarungnya, lalu Nabi Saw. memerintahkan agar sisa air disiramkan
pada sekujur tubuhnya. Sufyan menceritakan bahwa Ma'mar telah meriwayatkan dari Az-Zuhri, bahwa lalu Rasulullah Saw. memerintahkan agar air yang tersisa di wadah itu disiramkan kepada Amir dari arah belakangnya.
Imam Nasai telah meriwayatkan hadis ini melalui Sufyan ibnu Uyaynah dan Malik ibnu Anas, keduanya dari Az-Zuhri dengan sanad yang sama. disebutkan pula melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah, dari Ma'mar, dari Az-Zuhri
dari Abu Umamah r.a., bahwa sisa air yang ada di wadah itu dituangkan ke tubuh Amir dari arah belakangnya. Disebutkan pula hal yang sama dalam hadis Ibnu Abu Zi-b, dari Az-Zuhri, dari Abu Umamah alias As'ad
ibnu Sahl ibnu Hanif, dari ayahnya dengan sanad yang sama. Juga di dalam hadis Malik, dari Muhammad ibnu Abu Umamah ibnu Sahl, dari ayahnya dengan sanad yang sama.
قَالَ ابْنُ مَاجَهْ: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ سُلَيْمَانَ، حَدَّثَنَا عَبَّادٌ، عَنْ الْجُرَيْرِيُّ، عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَعَوَّذُ مِنْ أَعْيُنِ الْجَانِّ وَأَعْيُنِ الْإِنْسِ. فَلَمَّا نَزَلَ الْمُعَوِّذَتَانِ أَخَذَ بهما وترك ما سوى ذلك
Ibnu Majah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Abbad, dari Al-Jariri, dari Abu Nadrah
dari Abu Sa'id Al-Khudri yang mengatakan: Dahulu Rasulullah Saw. sering membaca ta'awwuz (memohon perlindungan kepada Allah) dari gangguan pandangan mata jin dan manusia.
Dan ketika diturunkan surat Mu'awwizatain (Al-Falaq dan An-Nas), maka beliau meninggalkan semua bacaan ta'awwuz selain kedua surat itu.Imam Turmuzi dan Imam Nasai
telah meriwayatkan hadis ini melalui Sa'id ibnu Abu Iyas, dari Abu Mas'ud Al-Jariri dengan sanad yang sama, dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ عَبْدِ الْوَارِثِ، حَدَّثَنِي أَبِي، حَدَّثَنِي عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ صُهيب، حَدَّثَنِي أَبُو نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ: أَنَّ جِبْرِيلَ أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: اشْتَكَيْتَ يَا مُحَمَّدُ؟ قَالَ: "نَعَمْ". قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ، مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيكَ، من شر كل نفس وعين يَشْفِيكَ، بِاسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ
Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdus Samad ibnu Abdul Waris, telah menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan kepadaku Abdul Aziz ibnu Suhaib, telah menceritakan kepadaku Abu Nadrah,
dari Abu Sa'id, bahwa Malaikat Jibril datang kepada Nabi Saw., lalu bertanya, "Hai Muhammad, apakah engkau sakit?" Nabi Saw. menjawab, "Ya." Jibril menjampinya dengan doa berikut: Dengan nama Allah
aku meruqyahmu (mengobatimu) dari semua penyakit yang mengganggumu, dari kejahatan setiap diri, dan dari pandangan mata yang dengki kepadamu, semoga Allah menyembuhkamu. Dengan nama Allah aku meruqyahmu
.Imam Ahmad telah meriwayatkannya pula dari Affan, dari Abdul Waris dengan lafaz yang semisal. Imam Muslim dan para pemilik kitab sunan kecuali Abu Daud meriwayatkannya melalui hadis Abdul Waris dengan sanad yang sama.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ، حَدَّثَنَا دَاوُدُ، عَنْ أَبِي نَضرة، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ -أَوْ: جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اشْتَكَى، فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ: بِاسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ، مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيكَ، مِنْ كل حاسد وعين والله يُشفيك
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Wahib, telah menceritakan kepada kami Daud, dari Abu Nadrah, dari Abu Sa'id atau Jabir ibnu Abdullah,
bahwa Rasulullah Saw. sakit, lalu didatangi oleh Malaikat Jibril. Maka Jibril menjampinya dengan doa berikut: Dengan menyebut nama Allah aku meruqyahmu dari segala penyakit yang mengganggumu
dan dari setiap orang yang dengki serta dari pandangan mata (yang jahat), semoga Allah menyembuhkamu. Imam Ahmad telah meriwayatkannya pula dari
Muhammad ibnu Abdur Rahman At-Tafawi, dari Daud, dari Abu Nadrah, dari Abdul Aziz, dari Anas dengan lafaz yang semakna. Keduanya berpredikat sahih.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَنْبَأَنَا مَعْمَر، عَنْ هَمَّام بْنِ مُنَبِّه قَالَ: هَذَا مَا حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيرة عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Hammam ibnu Munabbih yang mengatakan bahwa berikut ini adalah apa yang diceritakan kepada kami oleh
Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya 'ain itu adalah hak (benar). Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya melalui hadis Abdur Razzaq.
قَالَ ابْنُ مَاجَهْ: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عُلَيَّة، عَنِ الجُرَيري، عَنْ مُضَارب بْنِ حَزن، عَنْ أَبِي هُرَيرة قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الْعَيْنُ حَقٌّ"
Ibnu Majah mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Aliyyah, dari Al-Jariri, dari Mudarib ibnu Hazn,
dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya (penyakit) 'ain itu adalah hak (benar).Imam Ibnu Majah meriwayatkannya secara tunggal,
dan Imam Ahmad meriwayatkannya dari Ismail ibnu Aliyyah, dari Sa'id Al-Jariri dengan sanad yang sama.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ، حَدَّثَنَا ثَوْرٌ -يَعْنِي ابْنَ يزيد-عن مكحول، عن أبي هُرَيرة قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "الْعَيْنُ حَقٌّ، ويحضُرها الشيطانُ، وَحَسَدُ ابْنِ آدَمَ"
Imam Ahmad berkata, telah menceritakan kepada kami ibnu Namir telah menceritakan kepada kami Saur (yakni Ibnu Zaid), dari Mak-hul,
dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Ain adalah benar dan ia dibarengi oleh setan dan kedengkian anak adam.
قَالَ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنَا أَبُو مَعْشَرٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ قيس: سُئل أبو هُرَيرة: هَلْ سَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ يَقُولُ: الطِّيرَةُ فِي ثَلَاثٍ: فِي الْمَسْكَنِ وَالْفَرَسِ وَالْمَرْأَةِ؟ قَالَ: قُلْتُ: إِذًا أَقُولُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا لَمْ يَقُلْ! وَلَكِنِّي سَمِعْتُ رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: "أَصْدَقُ الطِّيرَةِ الفألُ، وَالْعَيْنُ حَقٌّ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Khalaf ibnul Walid, telah menceritakan kepada kami Abu Ma'syar, dari Muhammad ibnu Qais, bahwa Abu Hurairah pernah ditanya,
"Apakah engkau pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda bahwa tiyarah (kesialan) terdapat pada tiga perkara, yaitu tempat tinggal (rumah), kuda (kendaraan), dan istri?" Maka Abu Hurairah menjawab bahwa
jika aku katakan ya, berarti aku mengatakan terhadap Rasulullah Saw. Apa yang tidak dikatakannya. Tetapi aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Tiyarah yang paling benar ialah rasa optimis, dan 'ain itu adalah benar.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ، عَنِ عُروةَ بْنِ عَامِرٍ، عَنْ عُبَيد بْنِ رَفَاعَةَ الزُرقي قَالَ: قَالَتْ أَسْمَاءُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ بَنِي جَعْفَرٍ تُصِيبُهُمُ الْعَيْنُ، أَفَأَسْتَرْقِي لَهُمْ؟ قَالَ: "نَعَمْ، فَلَوْ كَانَ شَيْءٌ يَسْبِقُ القدرَ لَسَبَقَتْهُ الْعَيْنُ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Amr ibnu Dinar, dari Urwah ibnu Amir, dari Ubaid ibnu Rifa'ah Az-Zurqi yang menceritakan bahwa Asma pernah bertanya, "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya Bani Ja'far terkena penyakit 'ain, maka bolehkah aku meminta pengobatan secara ruqyah buat mereka?" Rasulullah Saw. menjawab: Ya, seandainya ada sesuatu yang dapat mendahului takdir,
niscaya 'ain dapat mendahuluinya.Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Ibnu Majah melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi telah meriwayatkannya pula juga Imam Nasai melalui
hadis Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Ayyub, dari Amr ibnu Dinar, dari Urwah ibnu Amir, dari Ubaid ibnu Rifa'ah, dari Asma binti Umais dengan sanad yang sama, dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
قَالَ ابْنُ مَاجَهْ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ أَبِي الخَصِيب، حَدَّثَنَا وَكِيع، عَنْ سُفْيَانَ، ومِسْعَر، عَنْ مَعْبَدِ بْنِ خَالِدٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَدَّاد، عَنْ عَائِشَةَ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَهَا أَنْ تَسْتَرِقِيَ مِنَ الْعَيْنِ
Ibnu Majah mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abul Khasib, telah menceritakan kepada kami Waki', dari Sufyan dan Mis'ar, dari Ma'bad ibnu Khalid, dari Abdullah ibnu Syaddad, dari Aisyah r.a
bahwa Rasulullah Saw. pernah menyuruhnya mencari ruqyah karena penyakit 'ain. mam Bukhari meriwayatkannya melalui Muhammad ibnu Kasir, dari Sufyan, dari Ma'bad ibnu Khalid dengan sanad yang sama.
Imam Muslim mengetengahkannya melalui hadis Sufyan dan Mis'ar, keduanya dari Ma'bad dengan sanad yang sama.
ثُمَّ قَالَ ابْنُ مَاجَهْ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا أَبُو هِشَامٍ الْمَخْزُومِيُّ، حَدَّثَنَا وُهَيب، عَنْ أَبِي وَاقِدٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اسْتَعِيذُوا بِاللَّهِ فَإِنَّ النَّفْسَ حَقٌّ".
Kemudian Ibnu Majah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abu Hisyam Al-Makhzumi, telah menceritakan kepada kami Wahib, dari Abu Waqid
dari Abu Salamah ibnu Abdur Rahman, dari Aisyah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Mohonlah perlindungan kepada Allah karena sesungguhnya penyakit jiwa itu benar.Imam Ibnu Majah
meriwayatkan hadis ini secara tunggal.Abu Daud berkata: bahwa telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Al-A'masy, dari Ibrahim,
dari Musa dan Husain ibnu Muhammad ibnu Sinan, bahwa Ibnu Hasanah pernah menceritakan kepadanya dari ayahnya, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«لَا بأس في الهام الْهَامِّ، وَالْعَيْنُ حَقٌّ وَأَصْدَقُ الطِّيرَةِ الْفَأْلُ»
Tiada mengapa (berobat karena) binatang beracun, dan 'ain itu adalah benar, dan tiyarah yang paling benar adalah rasa optimis.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حُسَين بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا أَبُو أُوَيْسٍ حَدَّثَنَا الزُّهْرِيِّ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهل بْنِ حُنَيف: أَنَّ أَبَاهُ حَدَّثَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ وَسَارُوا مَعَهُ نَحْوَ مَكَّةَ، حَتَّى إِذَا كَانُوا بِشِعْبِ الخَرَار -مِنَ الْجُحْفَةِ-اغْتَسَلَ سهلُ بْنُ حُنَيف -وَكَانَ رَجُلًا أَبْيَضَ حَسن الْجِسْمِ وَالْجِلْدِ-فَنَظَرَ إِلَيْهِ عَامِرُ بْنُ رَبِيعَةَ، أَخُو بَنِي عَدِيِّ بْنِ كَعْبٍ، وَهُوَ يَغْتَسِلُ، فَقَالَ: مَا رَأَيْتُ كَالْيَوْمِ وَلَا جِلْدَ مُخَبَّأة. فلُبِطَ سَهْلٌ، فَأَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقِيلَ لَهُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَلْ لَكَ فِي سَهْلٍ. وَاللَّهِ مَا يَرْفَعُ رَأْسَهُ وَلَا يُفيق. قَالَ: "هَلْ تَتَّهِمُونَ فِيهِ مِنْ أَحَدٍ؟ ". قَالُوا: نَظَرَ إِلَيْهِ عَامِرُ بْنُ رَبِيعَةَ. فَدَعَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامِرًا، فَتَغَيَّظَ عَلَيْهِ، وَقَالَ: "عَلَامَ يَقْتُلُ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ، هَلَّا إِذَا رَأَيْتَ مَا يُعْجِبُكَ بَركت؟ ". ثُمَّ قَالَ لَهُ: "اغْتَسِلْ لَهُ" -فَغَسَلَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ وَمَرْفِقَيْهِ وَرُكْبَتَيْهِ وَأَطْرَافَ رِجْلَيْهِ ودَاخلَة إِزَارِهِ فِي قَدح-ثُمَّ صُب ذَلِكَ الْمَاءَ عَلَيْهِ. يَصُبَه رَجُلٌ عَلَى رَأْسِهِ وَظَهْرِهِ مِنْ خَلْفِهِ، ثُمَّ يُكْفَأُ. الْقَدَحُ وَرَاءَهُ. فَفَعَلَ ذَلِكَ، فَرَاحَ سَهْلٌ مَعَ النَّاسِ، لَيْسَ بِهِ بَأْسٌ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Abu Uwais, telah menceritakan kepada kami Az-Zuhri, dari Abu Umamah ibnu Sahl ibnu Hanif,
ayahnya pernah menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah Saw. keluar melakukan perjalanan bersama para sahabatnya menuju Mekah. Ketika sampai di Lereng Al-Khazzar di Juhfah, Sahl ibnu Hanif mandi.
Dia adalah seorang lelaki yang berkulit putih dan memiliki tubuh dan warna kulit yang bagus. Maka Amir ibnu Rabi'ah saudara Bani Addi ibnu Ka'b memergokinya ketika ia mandi, lalu Amir berkata,
"Aku belum pernah melihat pemandangan seperti hari ini, tiada selembar kain pun yang menutupi kulitnya yang bagus itu." Maka saat itu juga Sahl jatuh pingsan, lalu dibawa ke hadapan Rasulullah Saw.
dan dikatakan kepada beliau, "Wahai Rasulullah, maukah engkau mengobati Sahl. Dia, demi Allah, tidak sadarkan dirinya dan masih dalam keadaan pingsan." Rasulullah Saw. bertanya,
"Apakah kalian mencurigai seseorang yang menjadi penyebabnya?" Mereka menjawab, "'Ini karena Amir memandangnya saat ia lagi mandi." Maka Rasulullah Saw. memanggil Amir dan memarahinya seraya bersabda:
Teganya seseorang dari kalian mengganggu saudaranya. Mengapa engkau tidak mendoakan keberkatan baginya jika engkau lihat darinya hal yang manakjubkan dirimu?. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda,
memerintahkan kepada Amir, "Mandilah kamu untuknya." Maka Amir membasuh mukanya, kedua tangannya, kedua sikunya, kedua lututnya dan ujung-ujung jari kedua kakinya serta bagian dalam kainnya dari setimba air,
kemudian sisanya disiramkan oleh seseorang ke kepalanya dan punggungnya dari arah belakangnya, yaitu dengan menumpahkan sisa air timba itu. Setelah hal tersebut dilakukan,
maka Sahl sadar kembali dan bergabung bersama orang-orang tanpa mengalami sedikit gangguan pun dan sehat wal afiat seperti sediakala.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ فِي مُسْنَدِ عَامِرٍ: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عِيسَى، عَنْ أمَيّة بْنِ هِنْدِ بْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيْف، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَامِرٍ قَالَ: انْطَلَقَ عَامِرُ بْنُ رَبِيعَةَ وَسَهْلُ بْنُ حَنِيفٍ يُرِيدَانِ الْغُسْلَ، قَالَ: فَانْطَلَقَا يَلْتَمِسَانِ الخمرَ -قَالَ: فَوَضْعَ عَامِرٌ جُبَّة كَانَتْ عَلَيْهِ مِنْ صُوفٍ، فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ فَأَصَبْتُهُ بِعَيْنِي فَنَزَلَ الْمَاءَ يَغْتَسِلُ. قَالَ: فَسَمِعْتُ لَهُ فِي الْمَاءِ فَرْقَعَةً، فَأَتَيْتُهُ فَنَادَيْتُهُ ثَلَاثًا فَلَمْ يُجِبْنِي. فَأَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرْتُهُ. قَالَ: فَجَاءَ يَمْشِي فَخَاضَ الْمَاءَ كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى بَيَاضِ سَاقَيْهِ، قَالَ: فَضَرَبَ صَدْرَهُ بِيَدِهِ ثُمَّ قَالَ: "اللَّهُمَّ اصْرِفْ عَنْهُ حَرَّهَا وَبَرْدَهَا وَوَصَبَهَا". قَالَ: فَقَامَ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مِنْ أَخِيهِ، أَوْ مِنْ نَفْسِهِ أَوْ مِنْ مَالِهِ، مَا يُعْجِبُهُ، فَليُبَرِّك، فَإِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ"
Imam Ahmad mengatakan di dalam kitab musnadnya, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Isa, dari Umayyah ibnu Hindun,
dari Sahl ibnu Hanif, dari Ubaidillah ibnu Amir yang mengatakan bahwa Amir ibnu Rabi'ah dan Sahl ibnu Hanif pergi dengan tujuan akan mandi. Lalu keduanya berangkat mencari kain penutup,
dan Sahl menanggalkan kain jubahnya yang terbuat dari bulu domba. Maka aku memandangnya, dan ternyata pandangan mataku mengenainya, lalu Sahl turun ke air untuk mandi.
Kemudian kudengar suara air seakan-akan dia terjatuh ke dalamnya, maka kudekati tempat mandinya dan kupanggil-panggil dia sebanyak tiga kali, tetapi dia tidak menjawab. Setelah itu aku datang kepada Nabi Saw.
dan menceritakan hal tersebut kepada beliau Saw. Maka Rasulullah Saw. datang dengan jalan kaki dan memasuki air untuk menolongnya, dan aku sempat melihat kedua betisnya yang putih. Lalu Rasulullah Saw.
memukul dada Sahl seraya berdoa: Ya Allah, lenyapkanlah darinya pengaruh panas, dingin, dan penyakit 'ain yang menimpanya. Maka dengan serta merta Sahl bangkit berdiri dalam keadaan sehat, lalu Rasulullah Saw. bersabda:
Apabila seseorang dari kamu melihat pada diri saudaranya atau pada harta bendanya hal-hal yang mengagumkannya, hendaklah ia mendoakan keberkatan baginya, karena sesungguhnya 'ain (pandangan) itu hak (benar).
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ فِي مُسْنَدِهِ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مَعْمَر، حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ، حَدَّثَنَا طَالِبُ بْنُ حَبِيبِ بْنِ عَمْرِو بْنِ سَهْلٍ الْأَنْصَارِيُّ -وَيُقَالُ لَهُ: ابْنُ الضَجِيع، ضَجِيعِ حَمْزَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ-حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَكْثَرُ مَنْ يَمُوتُ مِنْ أُمَّتِي بَعْدَ كِتَابِ اللَّهِ وَقَضَائِهِ وَقَدْرِهِ بِالْأَنْفُسِ"
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan di dalam kitab musnadnya bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ma'mar, telah menceritakan kepada kami Abu Daud, telah menceritakan kepada kami
Talib ibnu Habib ibnu Amr ibnu Sahl Al-Ansari yang dikenal dengan sebutan Ibnud Daji', yaitu Daji' (teman sejawat dengan) Hamzah r.a., telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Jabir ibnu Abdullah,
dari ayahnya yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Kebanyakan orang yang mati dari kalangan umatku sesudah karena ketentuan Allah, ketetapan, dan takdir-Nya ialah karena 'ain.Al-Bazzar mengatakan
bahwa lafaz al-anfus dalam hadis ini bermakna "ain (pandangan mata yang jahat). Selanjutnya Al-Bazzar mengatakan bahwa ia tidak mengetahui hadis ini diriwayatkan dari Nabi Saw. kecuali melalui sanad ini.
Menurut hemat kami, bahkan telah diriwayatkan pula hadis ini melalui jalur lain dari Jabir. Al-Hafiz Abu Abdur Rahman alias Muhammad ibnul Munzir Al-Harawi yang dikenal dengan Basyukr telah mengatakan di dalam Kitabul
'Ajaib yang di dalamnya terkandung banyak pembahasan yang besar faedahnya lagi menyendiri tiada pada kitab lainnya, bahwa:
حَدَّثَنَا الرَّهَاوِيُّ، حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ أَبِي عَلِيٍّ الْهَاشِمِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ المُنكَدر، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "الْعَيْنُ حَقٌّ، لتُورِد الرَّجُلَ الْقَبْرَ، وَالْجَمَلَ القِدر، وَإِنَّ أَكْثَرَ هَلَاكِ أمتي في العين"
telah menceritakan kepada kami Ar-Rahawi, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abu Ali Al-Hasyimi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Munkadir,
dari Jabir ibnu Abdullah, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: 'Ain itu hak (benar), sesungguhnya ia dapat menghantarkan seseorang ke kuburnya dan juga unta kepada takdirnya. Dan sesungguhnya kebanyakan binasanya umatku karena 'ain.
Kemudian Abu Abdur Rahman alias Muhammad ibnul Munzir Al-Harawi meriwayatkannya dari Syu'aib ibnu Ayyub, dari Mu'awiyah ibnu Hisyam, dari Sufyan, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
telah bersabda:
"قَدْ تُدخل الرجلَ العينُ فِي الْقَبْرِ، وَتُدْخِلُ الْجَمَلَ الْقِدْرَ"
Adakalanya 'ain itu dapat memasukkan seseorang ke dalam kuburnya dan juga memasukkan unta ke dalam takdir (yang telah ditetapkan bagi)nya.Musnad hadis ini semua perawinya berpredikat. tsiqat, tetapi para ahli hadis tiada yang mengetengahkannya.
"قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا رِشْدِينُ بْنُ سَعْدٍ، عَنِ الْحَسَنِ بْنِ ثَوْبَانَ، عَنْ هِشَامِ بْنِ أَبِي رُقية، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا عَدْوَى وَلَا طيرةَ، وَلَا هَامة وَلَا حَسَد، وَالْعَيْنُ حَقٌّ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Rasyidin ibnu Sa'd, dari Al-Hasan ibnu Sauban, dari Hisyam ibnu Abu Ruqyah, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Tiada penyakit, tiada tiyarah, tiada bisa, dan tiada kedengkian (yang membahayakan), tetapi 'ain itu adalah hak (benar).
رَوَى الْحَافِظُ ابْنُ عَسَاكِرَ مِنْ طَرِيقِ خَيْثمة بْنِ سُلَيْمَانَ الْحَافِظِ: حَدَّثَنَا عُبَيْدُ بْنُ مُحَمَّدٍ الكَشَوري، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ رَبِّهِ الْبَصْرِيُّ، عَنْ أَبِي رَجَاءٍ، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنِ الْحَارِثِ، عَنْ عَلِيٍّ؛ أَنَّ جِبْرِيلَ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَافَقَهُ مُغْتَمًّا، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، مَا هَذَا الْغَمُّ الَّذِي أَرَاهُ فِي وَجْهِكَ؟ قَالَ: "الْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ أَصَابَتْهُمَا عَيْنٌ". قَالَ: صَدَق بِالْعَيْنِ، فَإِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ، أَفَلَا عَوَّذْتَهُمَا بِهَؤُلَاءِ الْكَلِمَاتِ؟ قَالَ: "وَمَا هُنَّ يَا جِبْرِيلُ؟ ". قَالَ: قُلِ: اللَّهُمَّ ذَا السُّلْطَانِ الْعَظِيمِ، ذَا الْمَنِّ الْقَدِيمِ، ذَا الْوَجْهِ الْكَرِيمِ، وَلِيَّ الْكَلِمَاتِ التَّامَّاتِ، وَالدَّعَوَاتِ الْمُسْتَجَابَاتِ، عَافِ الْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ مِنْ أَنْفُسِ الْجِنِّ، وَأَعْيُنِ الْإِنْسِ. فَقَالَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَا يَلْعَبَانِ بَيْنَ يَدَيْهِ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "عَوِّذوا أَنْفُسَكُمْ وَنِسَاءَكُمْ وَأَوْلَادَكُمْ بِهَذَا التَّعْوِيذِ، فَإِنَّهُ لَمْ يَتَعَوَّذِ الْمُتَعَوِّذُونَ بِمِثْلِهِ".
Al-Hafiz ibnu Asakir telah meriwayatkan melalui jalur Khaisamah ibnu Sulaiman Al-Hafiz, bahwa telah menceritakan kepada kami Ubaid ibnu Muhammad Al-Kisywari, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abdullah ibnu Abdu Rabbihi
(anak hamba Tuhannya) Al-Basri, dari Abu Raja, dari Syu'bah, dari Abu Ishaq, dari Al-Haris, dari Ali r.a. bahwa Malaikat Jibril datang kepada Nabi Saw. yang ia jumpai sedang dalam keadaan berduka cita. Lalu Malaikat Jibril bertanya,
"Hai Muhammad, apakah yang engkau risaukan sehingga aku melihat kesedihan itu pada roman mukamu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Al-Hasan dan Al-Husain terkena penyakit 'ain." Jibril menjawab, "Percayalah dengan penyakit 'ain itu."
Jibril melanjutkan, "Karena sesungguhnya penyakit 'ain itu benar berpengaruh. Maukah engkau bila aku menjampinya dengan doa berikut?" Nabi Saw. bertanya, "Hai Jibril, bagaimanakah doanya?" Jibril berkata: Katakanlah, "Ya Allah,
Yang memiliki Kekuasaan yang besar, anugerah yang kekal, Yang memiliki Zat Yang Mahamulia, Pemilik kalimat-kalimat yang sempurna dan doa-doa yang mustajab, sembuhkanlah Al-Hasan dan Al-Husain dari tiupan jin
dan pandangan jahat manusia.” Maka Nabi Saw. membaca doa-doa tersebut, lalu dengan serta merta Al-Hasan dan Al-Husain bangkit dan bermain-main di hadapan Nabi Saw. Setelah itu Nabi Saw. bersabda:
Bacakanlah doa penangkal ini kepada diri kalian, wanita-wanita kalian, dan anak-anak kalian. Karena sesungguhnya doa penangkal ini tiada tandingannya. Al-Khatib Al-Bagdadi mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan
secara tunggal (menyendiri) oleh Abu Raja alias Muhammad ibnu Ubaidillah Al-Hanati, dari ahli bait yang disembunyikan namanya oleh Ibnu Asakir dalam biografi Tarrad ibnul Husain, bagian dari kitab Tarikh-nya. Firman Allah Swt.:
{وَيَقُولُونَ إِنَّهُ لَمَجْنُونٌ}
dan mereka berkata, "Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila." (Al-Qalam: 51) Mereka memandang remeh dan hina kepada Nabi Muhammad Saw. dan menyakitinya dengan lisan (ucapan) mereka,
yaitu dengan mengatakan bahwa Muhammad benar-benar orang gila karena dia telah mendatangkan Al-Qur'an. Maka Allah Swt. membantah ucapan mereka melalui firman berikutnya:
{وَمَا هُوَ إِلا ذِكْرٌ لِلْعَالَمِينَ}
Dan Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat. (Al-Qalam: 52) Demikianlah akhir dari tafsir surat Al-Qalam, segala puji dan karunia adalah milik Allah semata.
Surat Al-Qalam |68:49|
لَوْلَا أَنْ تَدَارَكَهُ نِعْمَةٌ مِنْ رَبِّهِ لَنُبِذَ بِالْعَرَاءِ وَهُوَ مَذْمُومٌ
lau laaa an tadaarokahuu ni'matum mir robbihii lanubiża bil-'arooo`i wa huwa mażmuum
Sekiranya dia tidak segera mendapat nikmat dari Tuhannya, pastilah dia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela.
If not that a favor from his Lord overtook him, he would have been thrown onto the naked shore while he was censured.
(Kalau sekiranya ia tidak segera mendapat) tidak segera disusul oleh (nikmat) yakni rahmat (dari Rabbnya, benar-benar ia dicampakkan) dari perut ikan besar itu (ke tanah yang tandus)
tanah yang tidak ada tumbuh-tumbuhannya (dalam keadaan tercela) akan tetapi Allah mengasihaninya sehingga ia dicampakkan tidak dalam keadaan tercela.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 49 |
penjelasan ada di ayat 48
Surat Al-Qalam |68:50|
فَاجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَجَعَلَهُ مِنَ الصَّالِحِينَ
fajtabaahu robbuhuu fa ja'alahuu minash-shooliḥiin
Lalu Tuhannya memilihnya dan menjadikannya termasuk orang yang saleh.
And his Lord chose him and made him of the righteous.
(Lalu Rabbnya memilihnya) memberinya kenabian (dan menjadikannya termasuk orang-orang yang saleh) yakni sebagian dari para nabi.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 50 |
penjelasan ada di ayat 48
Surat Al-Qalam |68:51|
وَإِنْ يَكَادُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَيُزْلِقُونَكَ بِأَبْصَارِهِمْ لَمَّا سَمِعُوا الذِّكْرَ وَيَقُولُونَ إِنَّهُ لَمَجْنُونٌ
wa iy yakaadullażiina kafaruu layuzliquunaka bi`abshoorihim lammaa sami'uż-żikro wa yaquuluuna innahuu lamajnuun
Dan sungguh, orang-orang kafir itu hampir-hampir menggelincirkanmu dengan pandangan mata mereka, ketika mereka mendengar Al-Qur´an dan mereka berkata, "Dia (Muhammmad) itu benar-benar orang gila."
And indeed, those who disbelieve would almost make you slip with their eyes when they hear the message, and they say, "Indeed, he is mad."
(Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu) dapat dibaca layuzliquunaka dan layazliquunaka (dengan pandangan mereka)
mereka memandangmu dengan pandangan yang sangat tajam, sehingga pandangannya hampir-hampir membuatmu pingsan dan menjatuhkanmu dari tempat atau kedudukanmu
(tatkala mereka mendengar peringatan) yakni Alquran (dan mereka berkata) karena dengki, ("Sesungguhnya ia benar-benar orang gila.") Mereka dengki karena Alquran yang diturunkan kepadanya itu.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 51 |
penjelasan ada di ayat 48
Surat Al-Qalam |68:52|
وَمَا هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِلْعَالَمِينَ
wa maa huwa illaa żikrul lil-'aalamiin
Padahal Al-Qur´an itu tidak lain adalah peringatan bagi seluruh alam.
But it is not except a reminder to the worlds.
(Dan tidak lain dia) yakni Alquran itu (hanyalah peringatan) pelajaran (bagi seluruh umat) yaitu jin dan manusia, dan tiada menimbulkan kegilaan disebabkannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 52 |
penjelasan ada di ayat 48
Surat Al-Haqqah |69:1|
الْحَاقَّةُ
al-ḥaaaqqoh
Hari Kiamat,
The Inevitable Reality -
(Hari yang benar) yaitu hari kiamat, dikatakan demikian karena pada hari itu dibenarkan hal-hal yang diingkari, seperti mengenai adanya hari kebangkitan, hari hisab dan hari pembalasan.
Atau dinamakan demikian karena pada hari itu ditampakkan kepada mereka hal-hal tersebut.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 1 |
Tafsir ayat 1-12
Al-Haqqah adalah salah satu dari nama lain hari kiamat, karena di dalam hari kiamat direalisasikan janji dan ancaman Allah Swt. Karena itulah maka Allah membesarkan perihalnya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحَاقَّةُ}
Dan tahukah kamu apakah hari kiamat itu? (Al-Haqqah: 3) Kemudian Allah Swt. menceritakan kebinasaan yang Dia timpakan atas umat-umat yang mendustakan adanya hari kiamat. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{فَأَمَّا ثَمُودُ فَأُهْلِكُوا بِالطَّاغِيَةِ}
Adapun kaum Samud, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa. (Al-Haqqah: 5) Yaitu pekikan yang mendiamkan mereka dan gempa yang sangat dahsyat yang mematikan mereka.
Hal yang sama dikatakan oleh Qatadah, bahwa At-Tagiyah artinya pekikan yang mengguntur. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Tagiyah ialah dosa-dosa;
hal yang senada dikatakan oleh Ar-Rabi' ibnu Anas dan Ibnu Zaid, bahwa makna yang dimaksud ialah perbuatan-perbuatan yang melampaui batas, dan Ibnu Zaid membaca firman-Nya:
كَذَّبَتْ ثَمُودُ بِطَغْواها
(Kaum) Samud telah mendustakan (rasulnya) karena mereka melampaui batas. (Asy-Syams: 11) As-Saddi mengatakan bahwa kaum Samud dibinasakan karena perbuatan yang melampaui batas, yakni ulah orang yang menyembelih unta Nabi Saleh.
{وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ}
Adapun kaum 'Ad, maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin. (Al-Haqqah: 6) Yakni angin yang sangat dingin (yang membekukan segalanya). Qatadah, As-Saddi, dan Ar-Rabi' ibnu Anas serta
As Sauri telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: lagi sangat kencang. (Al-Haqqah: 6) Maksudnya, sangat kuat tiupannya. Qatadah mengatakan bahwa angin itu melanda mereka hingga
melubangi hati mereka.Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang sangat dingin lagi amat kencang. (Al-Haqqah: 6) Yaitu angin yang sangat dingin lagi mengamuk menghantam mereka tanpa belas kasihan.
Ali dan lain-lainnya mengatakan bahwa angin itu menghantam gudang-gudang tempat penyimpanan makanan mereka, maka berhamburanlah isinya tanpa terhitung.
{سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ}
yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka. (Al-Haqqah: 7) Yakni yang diperintahkan oleh Allah untuk menguasai mereka.
{سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا}
selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus. (Al-Haqqah:7). Maksudnya, genap selama itu secara terus-menerus tiada henti-hentinya. Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, As-Sauri, dan lain-lainnya mengatakan
bahwa husuman artinya terus-menerus tiada henti-hentinya.Diriwayatkan pula dari Ikrimah serta Ar-Rabi' ibnu Khaisam, yang menimpakan kesialan-kesialan atas mereka, semakna dengan firman-Nya:
فِي أَيَّامٍ نَحِساتٍ
dalam beberapa hari yang sial (Fushshilat: 16) Ar-Rabi' mengatakan bahwa angin itu mula-mula datang pada hari Jumat, selainnya mengatakan hari Rabu. Menurut pendapat yang lainnya lagi,
hari itu dikenal di kalangan orang-orang dengan sebutan hari A'jaz, seakan-akan mereka yang menamakan demikian mengambil kesimpulan dari apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ}
maka kamu lihat kaum 'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). (Al-Haqqah: 7) Menurut pendapat yang lain, dinamakan demikian karena
angin itu terjadi di pertengahan musim dingin. Pendapat yang lainnya lagi menyebutnya hari 'Ajuz, karena seorang nenek-nenek dari kaum 'Ad memasuki bunker perlindungannya,tetapi angin masuk ke dalamnya dan
membunuhnya di hari yang kedelapan. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Al-Bagawi.Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:yang telah kosong (lapuk). (Al-Haqqah: 7)
Yakni telah rusak dan tiada isinya lagi. Selain Ibnu Abbas mengatakan lapuk.Angin itu menimpa seseorang dari mereka, lalu menerbangkannya dan menjatuhkannya dengan kepala di bawah hingga
kepalanya pecah dan mati, dan yang tertinggal hanyalah tubuhnya saja yang kaku bagaikan tunggul pohon kurma yang sudah tiada tangkai dan dedaunannya lagi.
Di dalam hadis yang disebutkan di dalam kitab Sahihain dari Rasulullah Saw., bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"نُصِرْتُ بالصَّبا، وأهلكَت عادٌ بالدَّبور"
Aku diberi pertolongan dengan melalui angin saba, dan kaum "Ad dibinasakan oleh angin dabur.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ الضِّريس الْعَبْدِيُّ، حَدَّثَنَا ابْنُ فُضَيل، عَنْ مُسْلِمٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا فَتَحَ اللَّهُ عَلَى عَادٍ مِنَ الرِّيحِ الَّتِي أُهْلِكُوا فِيهَا إِلَّا مِثْلَ مَوْضِعِ الْخَاتَمِ، فَمرّت بِأَهْلِ الْبَادِيَةِ فَحَمْلَتْهُمْ وَمَوَاشِيَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ، فَجَعَلَتْهُمْ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ. فَلَمَّا رَأَى ذَلِكَ أَهْلُ الْحَاضِرَةِ الرِّيحَ (3) وَمَا فِيهَا قَالُوا: هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا. فَأَلْقَتْ أَهْلَ الْبَادِيَةِ وَمَوَاشِيَهُمْ عَلَى أَهْلِ الْحَاضِرَةِ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yahya ibnud Daris Al-Abdi, telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudail, dari Muslim, dari Mujahid,
dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiadalah angin yang dibukakan oleh Allah terhadap kaum 'Ad yang membawa kebinasaan kepada mereka melainkan hanya sebesar lubang sebuah cincin.
Lalu angin itu melanda penduduk daerah pedalaman mereka dan menerbangkannya berikut dengan ternak dan harta benda mereka. Angin itu membawa mereka ke angkasa di antara langit dan bumi.
Ketika hal itu terlihat oleh penduduk perkotaan dari kalangan kaum 'Ad, yaitu angin dan apa yang di bawanya, berkatalah mereka, "Ini adalah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita." Lalu angin itu menjatuhkan
penduduk daerah pedalaman berikut ternak mereka ke atas penduduk perkotaan. As-Sauri telah meriwayatkan dari Lais, dari Mujahid, bahwa angin yang melanda kaum 'Ad itu mempunyai dua buah sayap dan ekor.
{فَهَلْ تَرَى لَهُمْ مِنْ بَاقِيَةٍ}
Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka. (Al-Haqqah: 8) Maksudnya, apakah kamu melihat seseorang yang tersisa dari kalangan mereka, atau seseorang yang berketurunan dari kalangan mereka?
Tidak, bahkan mereka binasa semuanya sampai ke akar-akarnya, dan Allah tidak menjadikan generasi penerus bagi mereka. Kemudian Allah Swt. berfirman dalam ayat berikutnya:
{وَجَاءَ فِرْعَوْنُ وَمَنْ قَبْلَهُ}
Dan telah datang Fir’aun dan orang-orang yang sebelumnya. (Al-Haqqah: 9) Menurut suatu qiraat dibaca qiblihi dengan huruf qaf yang di-kasrah-kan, artinya dari sisi Fir'aun,
yakni mereka yang berada di masanya dari kalangan pengikut-pengikutnya, yaitu orang-orang kafir dari bangsa Egypt. Sedangkan ulama lainnya membacanya qablahu,
yang artinya orang-orang yang sebelumnya dari kalangan umat-umat yang berperi laku seperti dia.Firman Allah Swt:
{وَالْمُؤْتَفِكَاتُ}
dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkirbalikkan. (Al-Haqqah: 9) Mereka adalah umat-umat yang mendustakan rasul-rasulnya.
{بِالْخَاطِئَةِ}
karena kesalahan yang besar. (Al-Haqqah: 9)Yaitu mendustakan apa yang diturunkan oleh Allah Swt.Menurut Ar-Rabi' ibnu Anas, arti khati-ah ialah perbuatan maksiat
Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah kesalahan yang besar. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:
{فَعَصَوْا رَسُولَ رَبِّهِمْ}
Maka (masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka. (Al-Haqqah: 10) Lafaz rasul merupakan isim jenis, artinya masing-masing dari mereka telah
mendustakan utusan Allah yang dikirim kepada mereka. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
كُلٌّ كَذَّبَ الرُّسُلَ فَحَقَّ وَعِيدِ
semuanya telah mendustakan rasul-rasul, maka sudah semestinyalah mereka mendapat hukuman yang sudah diancamkan. (Qaf: 14)
Barang siapa yang mendustakan seorang rasul, berarti dia mendustakan semua rasul. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوحٍ الْمُرْسَلِينَ
Kaum Nuh telah mendustakan para rasul. (Asy-Syu'ara: 105)
كَذَّبَتْ عادٌ الْمُرْسَلِينَ
Kaum Ad telah mendustakan para rasul. (Asy-Syu'ara: 123) Dan firman Allah Swt.:
كَذَّبَتْ ثَمُودُ الْمُرْسَلِينَ
Kaum Samud telah mendustakan rasul-rasul. (Asy-Syu'ara: 141) Karena sesungguhnya yang datang kepada tiap umat hanyalah seorang rasul. Untuk itulah maka disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:
{فَعَصَوْا رَسُولَ رَبِّهِمْ فَأَخَذَهُمْ أَخْذَةً رَابِيَةً}
Maka (masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka, lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras. (Al-Haqqah; 10)Yakni siksaan yang besar, keras, lagi menyakitkan.
Mujahid mengatakan bahwa rabiyah artinya keras. As-Saddi mengatakan siksaan yang membinasakan.Kemudian Allah Swt. berfirman:
{إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ}
Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik. (Al-Haqqah: 11)Yaitu melampaui batasan dengan seizin Allah dan air naik ke alam wujud. Ibnu Abbas dan lain-lainnya mengatakan bahwa tagal ma-u artinya air bertambah melimpah.
Demikian itu terjadi karena doa Nabi Nuh a.s. terhadap kaumnya, tatkala mereka mendustakan dia dan menentangnya, lalu mereka menyembah selain Allah. Maka Allah memperkenankan doanya dan seluruh penduduk bumi
digenangi oleh banjir besar terkecuali orang-orang yang bersama Nabi Nuh a.s. di dalam bahteranya.Semua manusia sekarang berasal dari keturunan Nabi Nuh a.s. Ibnu Jarir mengatakan telah menceritakan kepada kami
Ibnu Humaid telah menceritakan kepada kami Mahran, dari Abu Sinan alias Sa'id ibnu Sinan, dari bukan hanya seorang yang menerimanya dari Ali ibnu Abu Talib yang mengatakan bahwa tiada setetes air pun yang diturunkan
melainkan melalui takaran yang ada di tangan malaikat. Tatkala hari Nabi Nuh, diizinkan bagi air yang ada di bawah penyimpanannya. Maka air meluap melebihi batasan penyimpanannya, lalu keluar.
Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik. (Al-Haqqah: 11) Yakni melebihi batasannya dengan seizin Allah.
{إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ}
Kami bawa (nenek moyang) kamu ke dalam bahtera. (Al-Haqqah: 11)Tiada sesuatupun dari angin yang bertiup melainkan melalui takaran yang ada di tangan malaikat, terkecuali di hari kaum 'Ad;
maka sesungguhnya di hari itu diizinkan bagi angin yang ada di bawah batas penyimpanannya untuk melebihi batasannya, akhirnya angin keluar dengan dahsyatnya. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya:
{بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ}
dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang. (Al-Haqqah: 6) Maksudnya, keluar melebihi batas penyimpanannya.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya sebagai peringatan buat manusia akan anugerah-Nya kepada mereka:
{إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ}
Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang) kamu ke dalam bahtera. (Al-Haqqah: 11)Yaitu perahu atau kapal yang berlayar di atas air.
{لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ تَذْكِرَةً}
agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagikamu. (Al-Haqqah: 12) Damir yang ada dalam ayat ini merujuk kepada jenis kapal karena tersimpulkan dari konteks kalimatnya. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa
Kami biarkan bagi kalian dari jenisnya yang dapat kalian naiki di atas lautan, hingga kalian dapat mengarunginya. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْفُلْكِ وَالْأَنْعامِ مَا تَرْكَبُونَ لِتَسْتَوُوا عَلى ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ
dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu kendarai, supaya kamu duduk di atas punggungnya,
kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya. (Az-Zukhruf: 12-13) Dan firman Allah Swt.:
وَآيَةٌ لَهُمْ أَنَّا حَمَلْنا ذُرِّيَّتَهُمْ فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ وَخَلَقْنا لَهُمْ مِنْ مِثْلِهِ مَا يَرْكَبُونَ
Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan, dan Kami ciptakan untuk mereka
yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu. (Yasin: 41 -42) Qatadah mengatakan bahwa bahtera Nabi Nuh a.s. dipelihara oleh Allah hingga masih sempat dijumpai oleh generasi pertama dari umat ini.
Akan tetapi, pendapat yang pertama lebih jelas. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:
{وَتَعِيَهَا أُذُنٌ وَاعِيَةٌ}
dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 12) Yakni memahami dan mengingat nikmat ini telinga yang mau mendengar. Ibnu Abbas mengatakan bahwa agar selalu diingat dan didengar.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 12) Maksudnya, menggunakan akalnya sebagai karunia dari Allah, untuk itu ia dapat mengambil manfaat dari apa
yang ia dengar dari Kitabullah. Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 12) Yaitu didengar oleh telinga dan diperhatikan.
Yakni oleh orang yang memiliki pendengaran yang sehat dan akal yang cemerlang. Ini bersifat umum mencakup semua orang yang mempunyai pemahaman dan kesadaran yang mendalam.
Ibnu Abu Hatim mengatakan telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Al-Abbas ibnul Walid ibnu Sabih Ad-Dimasyqi,
telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Hausyab; ia pernah mendengar Mak-hul mengatakan bahwa ketika diturunkan kepada Rasulullah Saw.
firman Allah Swt.: dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 12) Maka Rasulullah Saw. bersabda:
«سَأَلْتُ رَبِّي أَنْ يَجْعَلَهَا أُذُنَ عَلِيٍّ»
Aku telah memohon kepada Tuhanku, semoga menjadikan telinga Ali seperti telinga itu. Mak-hul mengatakan, "Ali sering mengatakan bahwa sejak itu tiada sesuatu pun yang ia dengar dari Rasulullah Saw. lupa dari ingatannya.
" Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Ali ibnu Sahl, dari Al-Walid ibnu Muslim, dari Ali ibnu Hausyab, dari Mak-hul dengan sanad yang sama. Hadis ini berpredikat mursal.Ibnu Abu Hatim mengatakan pula
telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Muhammad ibnu Amir, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Adam, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnuz Zubair alias Abu Muhammad
(yakni orang tua Abu Ahmad Az-Zubairi), telah menceritakan kepadaku Saleh ibnul Haisam; ia pernah mendengar Buraidah Al-Aslami mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada Ali:
«إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أُدْنِيَكَ وَلَا أُقْصِيَكَ وَأَنْ أُعْلِمَكَ وَأَنْ تَعِيَ وَحَقٌّ لَكَ أَنْ تَعِيَ»
Jika aku diperintahkan untuk mendekatkan dirimu kepadaku dan tidak menjauhkamu dariku, dan mengajarimu dan kamu harus memperhatikannya,
maka sudah seharusnya bagimu untuk selalu mengingatnya.Lalu turunlah firman Allah Swt:
{وَتَعِيَهَا أُذُنٌ وَاعِيَةٌ}
dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 12) Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Khalaf, dari Bisyr ibnu Adam dengan sanad yang sama.
Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya pula melalui jalur lain, dari Daud Al-A'ma, dari Buraidah dengan sanad yang sama, tetapi predikatnya tidak sahih pula.
Surat Al-Haqqah |69:2|
مَا الْحَاقَّةُ
mal-ḥaaaqqoh
apakah hari Kiamat itu?
What is the Inevitable Reality?
(Apakah hari yang benar itu) ungkapan ini mengandung makna yang menggambarkan tentang keagungan hari kiamat; dan berkedudukan sebagai mubtada yang sekaligus sebagai khabar dari lafal al-haaqqah yang pertama.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 2 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Haqqah |69:3|
وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحَاقَّةُ
wa maaa adrooka mal-ḥaaaqqoh
Dan tahukah kamu apakah hari Kiamat itu?
And what can make you know what is the Inevitable Reality?
(Dan tahukah kamu) sudah tahukah kamu (apakah hari yang benar itu) ungkapan ini menambah keagungan hari kiamat. Maa yang pertama menjadi mubtada sedangkan maa
yang kedua menjadi khabarnya. Dan maa yang kedua berikut khabarnya berkedudukan sebagai maf'ul kedua dari lafal adraa.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 3 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Haqqah |69:4|
كَذَّبَتْ ثَمُودُ وَعَادٌ بِالْقَارِعَةِ
każżabaṡ ṡamuudu wa 'aadum bil-qoori'ah
Kaum Samud, dan ´Aad telah mendustakan hari Kiamat.
Thamud and 'Aad denied the Striking Calamity.
(Kaum Tsamud dan kaum 'Ad telah mendustakan hari yang menggentarkan) yakni hari kiamat, hari kiamat dinamakan demikian karena kedahsyatan dan kengerian yang terjadi pada hari itu sangat menggentarkan hati.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 4 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Haqqah |69:5|
فَأَمَّا ثَمُودُ فَأُهْلِكُوا بِالطَّاغِيَةِ
fa ammaa ṡamuudu fa uhlikuu bith-thooghiyah
Maka adapun kaum Samud, mereka telah dibinasakan dengan suara yang sangat keras,
So as for Thamud, they were destroyed by the overpowering [blast].
(Adapun kaum Tsamud, maka mereka telah dibinasakan dengan teriakan yang dahsyat) teriakan yang kerasnya melampaui batas.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 5 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Haqqah |69:6|
وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ
wa ammaa 'aadun fa uhlikuu biriiḥin shorshorin 'aatiyah
sedangkan kaum `Ad, mereka telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin,
And as for 'Aad, they were destroyed by a screaming, violent wind
(Adapun kaum Ad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat keras) sangat keras suaranya (lagi amat kuat) kuat lagi keras; angin tersebut ditimpakan atas kaum Ad,
sekalipun mereka kuat lagi keras tetapi menghadapi angin ini mereka tidak berarti apa-apa.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 6 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Haqqah |69:7|
سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَىٰ كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ
sakhkhorohaa 'alaihim sab'a layaaliw wa ṡamaaniyata ayyaamin ḥusuuman fa tarol-qouma fiihaa shor'aa ka`annahum a'jaazu nakhlin khoowiyah
Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus-menerus, maka kamu melihat kaum `Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk).
Which Allah imposed upon them for seven nights and eight days in succession, so you would see the people therein fallen as if they were hollow trunks of palm trees.
(Yang Allah tundukkan angin itu) artinya Allah mengirimkannya dengan kekuasaan-Nya (kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari) dimulai pada pagi hari Rabu, tanggal dua puluh dua bulan Syawal;
angin itu terjadi di pertengahan musim dingin (terus-menerus) atau secara berturut-turut. Keadaan angin itu diserupakan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh tukang setrika,
yaitu sewaktu ia mengulang-ulang setrikaannya pada penyakit yang diobatinya. Yakni, ia mengulang-ulanginya dari satu waktu ke waktu yang lainnya hingga penyakitnya lenyap sama sekali
(maka kamu lihat kaum 'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan) mereka tercampakkan ke dalam keadaan binasa (seakan-akan mereka batang) pokok (pohon kurma yang lapuk) yang jatuh karena keropos atau lapuk.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 7 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Haqqah |69:8|
فَهَلْ تَرَىٰ لَهُمْ مِنْ بَاقِيَةٍ
fa hal taroo lahum mim baaqiyah
Maka adakah kamu melihat seorang pun yang masih tersisa di antara mereka?
Then do you see of them any remains?
(Maka apakah kamu melihat bekas-bekas mereka) lafal baaqiyah adalah sifat dari lafal nafsin yang diperkirakan keberadaannya; yaitu apakah kamu melihat seseorang pun
yang tinggal di antara mereka Atau lafal baaqiyah ini huruf ta-nya untuk menunjukkan makna mubalaghah, yakni bekas-bekasnya Tentu saja tidak.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 8 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Haqqah |69:9|
وَجَاءَ فِرْعَوْنُ وَمَنْ قَبْلَهُ وَالْمُؤْتَفِكَاتُ بِالْخَاطِئَةِ
wa jaaa`a fir'aunu wa mang qoblahuu wal-mu`tafikaatu bil-khoothi`ah
Kemudian datang Fir`aun dan orang-orang yang sebelumnya dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkirbalikkan karena kesalahan yang besar.
And there came Pharaoh and those before him and the overturned cities with sin.
(Dan telah datang Firaun dan orang-orang yang mengikutinya) beserta para pengikutnya. Menurut suatu qiraat, lafal qabilahu dibaca qablahu sehingga artinya,
orang-orang kafir yang sebelumnya (dan negeri-negeri yang dijungkirbalikkan) penduduknya dijungkirbalikkan berikut negeri-negeri tempat tinggal mereka; yang dimaksud adalah negeri-negeri
tempat tinggal kaum Nabi Luth (karena kesalahan yang besar) karena mereka mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa besar.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 9 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Haqqah |69:10|
فَعَصَوْا رَسُولَ رَبِّهِمْ فَأَخَذَهُمْ أَخْذَةً رَابِيَةً
fa 'ashou rosuula robbihim fa akhożahum akhżatar roobiyah
Maka mereka mendurhakai utusan Tuhannya, Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras.
And they disobeyed the messenger of their Lord, so He seized them with a seizure exceeding [in severity].
(Maka masing-masing mereka mendurhakai rasul Rabb mereka) mendurhakai Nabi Luth dan nabi-nabi lainnya (lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras) siksaan yang lebih keras daripada siksaan-siksaan lainnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 10 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Haqqah |69:11|
إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ
innaa lammaa thoghol-maaa`u ḥamalnaakum fil-jaariyah
Sesungguhnya ketika air naik (sampai ke gunung), Kami membawa (nenek moyang) kamu ke dalam kapal,
Indeed, when the water overflowed, We carried your ancestors in the sailing ship
(Sesungguhnya Kami tatkala air naik) naik ke atas, sehingga segala sesuatu termasuk gunung-gunung dan lain-lainnya semuanya tenggelam yaitu, pada masa banjir besar
(Kami bawa kalian) bapak moyang kalian, karena kalian pada zaman itu masih berada di dalam tulang sulbi mereka (ke dalam bahtera) atau perahu yang dibuat oleh Nabi Nuh. Akhirnya,
selamatlah Nabi Nuh beserta orang-orang yang beriman bersamanya yang berada di dalam bahtera itu, sedangkan yang lainnya semua mati tenggelam.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 11 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Haqqah |69:12|
لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ تَذْكِرَةً وَتَعِيَهَا أُذُنٌ وَاعِيَةٌ
linaj'alahaa lakum tażkirotaw wa ta'iyahaaa użunuw waa'iyah
agar Kami jadikan (peristiwa itu) sebagai peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar.
That We might make it for you a reminder and [that] a conscious ear would be conscious of it.
(Agar Kami jadikan peristiwa itu) atau perbuatan ini, yaitu diselamatkan-Nya orang-orang yang beriman dan ditenggelamkan-Nya orang-orang yang kafir (peringatan bagi kalian)
pelajaran (dan agar diperhatikan) supaya hal itu tetap diingat (oleh telinga yang mau mendengar) mau menerima apa yang didengarnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 12 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Haqqah |69:13|
فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ نَفْخَةٌ وَاحِدَةٌ
fa iżaa nufikho fish-shuuri nafkhotuw waaḥidah
Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup,
Then when the Horn is blown with one blast
(Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup) yaitu, untuk tiupan yang kedua kalinya, sebagai pemula untuk dijalankannya peradilan di antara semua makhluk.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 13 |
Tafsir ayat 13-18
Allah Swt. menceritakan perihal huru-hara yang terjadi di hari kiamat, yang hal ini terjadi pada tiupan pertama yang mengagetkan. Kemudian diiringi dengan tiupan kematian,
saat itulah semua makhluk yang ada di langit dan di bumi mati semuanya kecuali orang yang dikehendaki olah Allah. Kemudian dilakukanlah tiupan kebangkitan untuk menghadap kepada Tuhan semesta alam,
maka bangkit dan hidup kembalilah semua makhluk. Dan itu terjadi pada tiupan yang disebutkan dalam ayat di atas yang diungkapkan dengan lafaz yang dikukuhkan,
yaitu bahwa tiupan ku sekali; karena perintah Allah tidak dapat ditentang, tidak dapat dicegah, dan tidak perlu adanya ulangan atau pengukuhan Menurut Ar-Rabi',
terjadinya peristiwa tersebut adalah pada tiupan yang terakhir. Tetapi pendapat yang jelas adalah seperti apa yang kami sebutkan pada permulaan. Karena itulah disebutkan dalam ayat ini:
{وَحُمِلَتِ الأرْضُ وَالْجِبَالُ فَدُكَّتَا دَكَّةً وَاحِدَةً}
dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. (Al-Haqqah: 14) Yakni bumi digelarkan sebagaimana digelarkan kulit yang dijajakan di pasar 'Ukaz, lalu bumi ini diganti dengan bumi lainnya.
{فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ}
Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat. (Al-Haqqah: 15) Maksudnya, mulai terjadi hari kiamat.
{وَانْشَقَّتِ السَّمَاءُ فَهِيَ يَوْمَئِذٍ وَاهِيَةٌ}
dan terbelahlah langit, karena langit pada hari itu menjadi lemah. (Al-Haqqah: 16) Sammak telah meriwayatkan dari seorang syekh, dari Bani Asad, dari Ali yang mengatakan bahwa
langit terbelah mulai dari bagian atasnya; demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.Ibnu Juraij mengatakan bahwa ayat ini semakna dengan firman-Nya:
وَفُتِحَتِ السَّماءُ فَكانَتْ أَبْواباً
dan dibukalah langit, maka terdapatlah beberapa pintu. (An-Naba': 19) Ibnu Abbas mengatakan bahwa langit berlubang dan 'Arasy tepat berada di atasnya.
{وَالْمَلَكُ عَلَى أَرْجَائِهَا}
Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. (Al-Haqqah: 17) Al-Malak adalah isim jenis, yakni para malaikat berada di semua penjuru langit.' Menurut Ibnu Abbas, mereka berada di bagian langit yang tidak lemah,
yakni di semua pinggirannya. Hal yang sama dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair dan Al-Auza'i. Ad-Dahhak mengatakan bahwa Arja-iha artinya pinggiran-pinggirannnya.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, makna yang dimaksud ialah beradadi pintu-pintunya. Ar-Rabi' ibnu Anas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. (Al-Haqqah: 17) Yakni berada di atas bagian langit yang terbelah untuk melihat penduduk bumi.Firman Allah Swt.:
{وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ}
Dan pada hari itu ada delapan malaikat menjunjung 'Arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. (Al-Haqqah: 17) Yaitu di hari kiamat 'Arasy dipikul oleh delapan malaikat. ;Arasy atau singgasana ini dapat diartikan
'Arasy yang terbesar, atau 'Arasy yang diletakkan di bumi pada hari kiamat nanti untuk memutuskan peradilan; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.Di dalam hadis Abdullah ibnu Umairah, dari Al-Ahnaf ibnu Qais,
dari Al-Abbas ibnu Abdul Muttalib sehubungan dengan mereka yang memikul 'Arasy, disebutkan bahwa mereka terdiri dari delapan ekor kijang jantan.Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Abu Sa'id alias Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbab, telah menceritakan kepadaku Abus Samah Al-Basri, telah menceritakan kepada kami Abu Qil alias Huyay ibnu Hani';
ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr mengatakan bahwa para malaikat pemikul 'Arasy ada delapan, jarak antara kedua sudut mata seseorang dari mereka sama dengan jarak perjalanan seratus tahun (saking besarnya).
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي قَالَ: كَتَبَ إِلَيَّ أَحْمَدُ بْنُ حَفْصِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ النَّيْسَابُورِيُّ: حَدَّثَنِي أَبِي، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَانَ، عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أذنَ لِي أَنْ أُحَدِّثَكُمْ عَنْ مَلَكٍ مِنْ حَمَلة الْعَرْشِ: بُعْدُ مَا بَيْنَ شَحْمَةِ أُذُنِهِ وَعُنُقِهِ بِخَفْقِ الطَّيْرِ سَبْعُمِائَةِ عَامٍ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku yang mengatakan bahwa Ahmad ibnu Hafs ibnu Abdullah An-Naisaburi menulis surat kepadanya yang mengatakan bahwa telah menceritakan
kepadaku ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibrahim Ibnu Tuhman, dari Musa ibnu Uqbah, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Telah diizinkan bagiku
untuk menceritakan kepada kamu tentang malaikat-malaikat pemikul 'Arasy, bahwa jarak antara daun telinganya sampai ke lehernya sama dengan jarak yang ditempuh burung terbang selama tujuh ratus tahun.
Sanad hadis ini jayyid, semua perawinya siqat. Imam Abu Daud telah meriwayatkannya di dalam Kitabus Sunnah, bagian dari kitab sunannya:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَفْصِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَانَ، عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "أُذِنَ لِي أَنْ أُحَدِّثَ عَنْ مَلَكٍ مِنْ مَلَائِكَةِ اللَّهِ مِنْ حَمَلَةِ الْعَرْشِ: أَنَّ مَا بَيْنَ شَحْمَةِ أُذُنِهِ إِلَى عَاتِقِهِ مَسِيرَةُ سَبْعِمِائَةِ عَامٍ"
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Hafs ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Tuhman, dari Musa ibnu Uqbah, dari Muhammad ibnul Munkadir
dari Jabir ibnu Abdullah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Telah diizinkan bagiku untuk menceritakan tentang seorang malaikat dari para malaikat pemikul 'Arasy Allah Swt., bahwa jarak antara daun telinganya
sampai kepundaknya sama dengan jarak perjalanan tujuh ratus tahun,Ini menurut lafaz Imam Abu Daud.Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan
kepada kami Yahya ibnul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Asy'as, dari Ja'far, dari Sa'id ibnu Jubair sehubungan dengan makna firman-Nya: Danpada hari itu ada delapan malaikat menjunjung 'Arasy
Tuhanmu di atas (kepala) mereka. (Al-Haqqah: 17) Bahwa makna yang dimaksud ialah delapan baris malaikat. Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah diriwayatkan hal yang semisal dari Asy-Sya'bi, Ikrimah,
Ad-Dahhak, dan Ibnu Juraij. Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh As-Saddi, dari Abu Malik, dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah delapan baris malaikat. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh
Al-Aufi dari Ibnu Abbas. Ad-Dahhak mengatakan dari Ibnu Abbas, bahwa mereka adalah Malaikat Karubiyyun, terdiri dari delapan bagian;
setiap bagian (golongan) dari mereka sama banyaknya dengan bilangan manusia, jin, setan, dan para malaikat lainnya. Firman Allah Swt.:
يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لَا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ
Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah). (Al-Haqqah: 18) Yakni kalian akan dihadapkan
kepada Tuhan Yang mengetahui rahasia dan pembicaraan rahasia, Yang tiada sesuatu pun dari keadaanmu tersembunyi bagi-Nya. Bahkan Dia mengetahui
semua yang nyata dan semua yang tersembunyi dan semua rahasia serta yang terkandung di dalam hati. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
{لَا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ}
tiada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah). (Al-Haqqah: 18) Ibnu Abud Dunia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah,
dari Ja'far ibnu Barqan, dari Sabit Al-Hajjaj yang mengatakan bahwa Umar ibnul Khattab pernah mengatakan, "'Hisablah dirimu sendiri sebelum kamu dihisab, timbanglah perbuatanmu sendiri sebelum amal perbuatanmu ditimbang.
Karena sesungguhnya cara ini lebih meringankan hisabmu di kemudian hari, bila kamu menghisab dan menimbang amalmu sendiri di hari sekarang untuk menghadapi hari hisab yang besar."
{يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لَا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ}
Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah). (Al-Haqqah: 18)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَلِيِّ بْنِ رَفَاعَةَ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يُعْرَضُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَلَاثَ عَرَضَاتٍ، فَأَمَّا عَرْضَتَانِ فجدالٌ ومعاذيرُ، وَأَمَّا الثَّالِثَةُ فَعِنْدَ ذَلِكَ تَطِيرُ الصُّحُفُ فِي الْأَيْدِي، فَآخِذٌ بِيَمِينِهِ وَآخِذٌ بِشِمَالِهِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki' telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Rifa'ah, dari Al-Hasan, dari Abu Musa yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Kelak manusia dihadapkan kepada Tuhan mereka pada hari kiamat sebanyak tiga kali; pada penampilan yang pertama dan yang kedua terjadi perdebatan dan alasan-alasan. Sedangkan pada penampilan yang ketiga
saat itu beterbanganlah semua buku catatan amal perbuatan di terima di tangan masing-masing; maka ada yang menerimanya dari sebelah kanannya, dan ada pula yang menerimanya dari sebelah kirinya.
Ibnu Majah meriwayatkannya dari Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Waki'. Imam Turmuzi meriwayatkannya dari Abu Kuraib, dari Waki', dari Ali ibnu Ali, dari Al-Hasan, dari Abu Hurairah dengan lafaz yang sama.
Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Mujahid ibnu Musa, dari Yazid, dari Sulaim ibnu Hayyan, dari Marwan Al-Asgar, dari Abu Wa-il, dari Abdullah yang mengatakan bahwa manusia ditampilkan ke hadapan Tuhan mereka
sebanyak tiga kali di hari kiamat; pada penampilan yang pertama dan yang kedua terjadi ungkapan alasan-alasan dan perdebatan, sedangkan pada penampilan yang ketiga
kitab-kitab catatan amal perbuatan beterbangan diterima di tangan masing-masing dari mereka; ada yang menerimanya dari sebelah kanannya,
ada pula yang menerimanya dari sebelah kirinya .Sa'id ibnu Abu Arubah telah meriwayatkannya dari Qatadah secara mursal dengan lafaz yang semisal.
Surat Al-Haqqah |69:14|
وَحُمِلَتِ الْأَرْضُ وَالْجِبَالُ فَدُكَّتَا دَكَّةً وَاحِدَةً
wa ḥumilatil-ardhu wal-jibaalu fa dukkataa dakkataw waaḥidah
dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali benturan.
And the earth and the mountains are lifted and leveled with one blow -
(Dan diangkatlah) diangkatlah ke atas (bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya) diadukan (sekali bentur.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 14 |
penjelasan ada di ayat 13
Surat Al-Haqqah |69:15|
فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ
fa yauma`iżiw waqo'atil-waaqi'ah
Maka pada hari itu terjadilah hari Kiamat,
Then on that Day, the Resurrection will occur,
(Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat) yakni hari terakhir.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 15 |
penjelasan ada di ayat 13
Surat Al-Haqqah |69:16|
وَانْشَقَّتِ السَّمَاءُ فَهِيَ يَوْمَئِذٍ وَاهِيَةٌ
wansyaqqotis-samaaa`u fa hiya yauma`iżiw waahiyah
dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi rapuh.
And the heaven will split [open], for that Day it is infirm.
(Dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah) melemah.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 16 |
penjelasan ada di ayat 13
Surat Al-Haqqah |69:17|
وَالْمَلَكُ عَلَىٰ أَرْجَائِهَا ۚ وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ
wal-malaku 'alaaa arjaaa`ihaa, wa yaḥmilu 'arsya robbika fauqohum yauma`iżin ṡamaaniyah
Dan para malaikat berada di berbagai penjuru langit. Pada hari itu delapan malaikat menjunjung `Arsy (singgasana) Tuhanmu di atas (kepala) mereka.
And the angels are at its edges. And there will bear the Throne of your Lord above them, that Day, eight [of them].
(Dan malaikat-malaikat) lafal al-malaku adalah bentuk jamak dari lafal malaa'ikah, artinya malaikat-malaikat (berada di penjuru-penjuru langit) berada di seantero langit.
(Dan diangkatlah Arasy Rabbmu di atas mereka) oleh malaikat-malaikat tersebut (pada hari itu yang jumlahnya ada delapan malaikat) ada delapan malaikat atau delapan barisan malaikat.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 17 |
penjelasan ada di ayat 13
Surat Al-Haqqah |69:18|
يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لَا تَخْفَىٰ مِنْكُمْ خَافِيَةٌ
yauma`iżin tu'rodhuuna laa takhfaa mingkum khoofiyah
Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tidak ada sesuatu pun dari kamu yang tersembunyi (bagi Allah).
That Day, you will be exhibited [for judgement]; not hidden among you is anything concealed.
(Pada hari itu kalian dihadapkan) untuk menjalani hisab (tiada yang tersembunyi) dapat dibaca laa takhfaa dan laa yakhfaa (dari keadaan kalian barang sedikit pun) yaitu dari hal-hal yang kalian rahasiakan.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 18 |
penjelasan ada di ayat 13