Juz 29
Surat Al-Haqqah |69:19|
فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَيَقُولُ هَاؤُمُ اقْرَءُوا كِتَابِيَهْ
fa ammaa man uutiya kitaabahuu biyamiinihii fa yaquulu haaa`umuqro`uu kitaabiyah
Adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kanannya, maka dia berkata, "Ambillah, bacalah kitabku (ini)."
So as for he who is given his record in his right hand, he will say, "Here, read my record!
(Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata) kepada golongannya untuk mengetahui apa yang dia rahasiakan:
("Ambillah) terimalah (bacalah kitabku ini.") Di dalam ungkapan ini terdapat perselisihan pendapat, manakah di antara lafal haa-umu dan iqra`uu yang menjadi amil dari lafal kitabiyah ini
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 19 |
Tafsir ayat 19-24
Allah Swt. menceritakan perihal kebahagiaan yang diperoleh oleh orang-orang yang menerima kitab catatan amalnya dari sebelah kanannya di hari kiamat dan kegembiraan mereka
dengan hal tersebut. Bahwa karena gembiranya ia mengatakan kepada tiap-tiap orang yang dijumpainya, sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya:
{هَاؤُمُ اقْرَءُوا كِتَابِيَهْ}
"Ambillah, bacalah kitabku (ini).”(Al-Haqqah: 19) Yakni kemarilah dan bacalah kitabku ini. Ia mengatakan demikian karena mengetahui bahwa apa yang terdapat di dalamnya hanyalah kebaikan belaka,
sebab dia termasuk orang-orang yang keburukannya telah diganti oleh Allah dengan kebaikan.Abdur Rahman ibnu Zaid mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah Swt: Ambillah, bacalah kitabku (ini). (Al-Haqqah: 19)
Maksudnya, inilah kitabku, bacalah ia. Lafaz umu adalah ziyadah; demikianlah menurutnya, tetapi yang jelas lafaz haumu' ini bermakna hakum, yakni ambillah.Ibnu Abu Hatim mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Matar Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Asim Al-Ahwal, dari Abu Usman yang telah mengatakan bahwa
orang mukmin diberikan kitab catatan amalnya dari sebelah kanannya dengan ditutupi oleh Allah. Lalu ia membaca keburukan-keburukannya; dan manakala ia lewati suatu amal keburukan, berubahlah roman wajahnya.
Hingga manakala sampai pada amal-amal kebaikannya dan ia membacanya, maka roman wajahnya kembali berseri. Lalu ia mengulangi bacaan kitab catatan amalnya,
tiba-tiba ia melihat catatan keburukannya telah diganti dengan kebaikan. Maka saat itulah ia mengatakan, "Ambillah, bacalah kitabku ini."Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan pula kepada kami ayahku,
telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul Walid ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Rauh ibnu Ubadah, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ubaidah,
telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Abdullah alias Hanzalah yang dimandikan oleh malaikat. Ia mengatakan, sesungguhnya Allah menghentikan hamba-Nya di hari kiamat,
lalu menampakkan kepadanya keburukan-keburukannya yang tertulis di bagian luar catatan amal perbuatannya, lalu Allah berfirman kepadanya, "Engkau tentu mengetahui ini." Si hamba yang bersangkutan menjawab,
"Ya, wahai Tuhanku." Lalu Allah Swt. berfirman kepadanya, "Sesungguhnya Aku tidak akan mempermalukanmu dengannya, dan sesungguhnya sekarang Aku telah mengampunimu."
Maka pada saat itulah si hamba yang bersangkutan mengatakan: "Ambillah, bacalah kitabku (ini)." Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku. (Al-Haqqah: 19-20)
karena yakin dirinya telah selamat dari hal yang mempermalukan dirinya di hari kiamat. Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan sebuah hadis sahih yang diriwayatkan melalui
Ibnu Umar ketika ditanya tentang pembicaraan rahasia. Lalu ia menjawab bahwa dirinya pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
"يُدْنِي اللهُ العبدَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فيُقَرِّره بِذُنُوبِهِ كُلِّهَا، حَتَّى إِذَا رَأَى أَنَّهُ قَدْ هَلَكَ قَالَ اللَّهُ: إِنِّي سَتَرْتُهَا عَلَيْكَ فِي الدُّنْيَا، وَأَنَا أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ. ثُمَّ يُعطَى كتابَ حَسَنَاتِهِ بِيَمِينِهِ، وَأَمَّا الْكَافِرُ وَالْمُنَافِقُ فَيَقُولُ الْأَشْهَادِ: {هَؤُلاءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى رَبِّهِمْ أَلا لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ}
Allah Swt. mendekatkan hamba-Nya di hari kiamat, lalu membuatnya mengakui semua dosanya, hingga manakala hamba yang bersangkutan merasa bahwa dirinya akan binasa.
Allah Swt. berfirman, "Sesungguhnya Aku telah menutupinya terhadapmu ketika di dunia, dan pada hari ini Aku memaafkannya bagimu.” Kemudian diberikan buku catatan amal kebaikannya dari sebelah kanannya.
Adapun orang kafir dan orang munafik, maka para saksi mengatakan, "Mereka adalah orang-orang yang berdusta terhadap Tuhannya. Ingatlah, laknat Allah menimpa orang-orang yang zalim."Firman Allah Swt.:
{إِنِّي ظَنَنْتُ أَنِّي مُلاقٍ حِسَابِيَهْ}
Sesungguhnya aku yakin bahwa Sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku. (Al-Haqqah: 20) Yakni sesungguhnya
aku ketika di dunia meyakini bahwa hari ini pasti akan terjadi, semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلاقُوا رَبِّهِمْ
(yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya. (Al-Baqarah: 46) Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya:
{فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ}
Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridai. (Al-Haqqah;21) Lafaz radiyah bermakna mardiyyah, yakni diridai.
{فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ}
dalam surga yang tinggi. (Al-Haqqah: 22) Artinya, yang gedungnya tinggi-tinggi, bidadarinya cantik-cantik, tempat-tempat tinggal yang penuh dengan kenikmatan dan kebahagiaan yang abadi.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا أَبُو عُتْبَةَ الْحَسَنُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ مُسْلِمٍ السَّكُوني، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ يُوسُفَ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ أَبِي سَلَّامٍ الْأَسْوَدِ قَالَ: سمعتُ أَبَا أُمَامَةَ قَالَ: سَأَلَ رجلٌ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: هَلْ يَتَزَاوَرُ أَهْلُ الْجَنَّةِ؟ قَالَ: "نَعَمْ، إِنَّهُ لَيَهْبِطُ أَهْلُ الدَّرَجَةِ الْعُلْيَا إِلَى أَهْلِ الدَّرَجَةِ السُّفْلَى، فَيُحَيُّونَهُمْ وَيُسَلِّمُونَ عَلَيْهِمْ، وَلَا يَسْتَطِيعُ أَهْلُ الدَّرَجَةِ السُّفْلَى يَصْعَدُونَ إِلَى الْأَعْلَيْنَ، تَقْصُرُ بِهِمْ أَعْمَالُهُمْ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Atabah alias AL-Hasan ibnu Ali ibnu Muslim As-Sukuni, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ayyasy,
dari Sa'id ibnu Yusuf. dari Yahya ibnu Abu Kasir, dari Abu Salam Al-Aswad yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Umamah menceritakan hadis berikut, bahwa pernah ada seorang lelaki bertanya kepada
Rasulullah Saw. tentang keadaan ahli surga, apakah mereka saling berkunjung di antara sesamanya? Maka Rasulullah Saw. menjawab: Benar, Sesungguhnya para penghuni derajat yang tertinggi benar-benar turun
ke tempat para penghuni derajat yang di bawahnya, lalu mengucapkan salam penghormatan kepada mereka dan mereka menjawab salam penghormatannya. Para penghuni derajat yang di bawah tidak mampu naik
ke tempat para penghuni derajat yang tertinggi disebabkan kurangnya amal perbuatan mereka. Di dalam kitab sahih telah disebutkan sebuah hadis yang mengatakan:
"إِنَّ الْجَنَّةَ مِائَةُ دَرَجَةٍ، مَا بَيْنَ كُلِّ دَرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ"
Sesungguhnya surga itu terdiri dari seratus tingkatan, dan jarak di antara satu tingkatan ke tingkatan yang lainnya sama dengan jarak antara langit dan bumi. Adapun firman Allah Swt.:
{قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ}
Buah-buahannya dekat. (Al-Haqqah: 23) Menurut Al-Barra ibnu Azib, dekat artinya mudah dipetik oleh seseorang dari mereka,
sekalipun ia berada di atas tempat tidurnya dalam keadaan berbaring. Hal yang sama telah dikatakan bukan hanya oleh seorang.
قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: [حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدُّبُرِيُّ] عَنْ عَبْدِ الرَّزَّاقِ، عَنْ سفيان الثوري، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ زِيَادِ بْنِ أنْعُمٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ سَلْمَانَ الْفَارِسِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا يَدْخُلُ أَحَدٌ الْجَنَّةَ إِلَّا بِجَوَازٍ: (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) هَذَا كِتَابٌ مِنَ اللَّهِ لِفُلَانِ بْنِ فُلَانٍ، أَدْخِلُوهُ جَنَّةً عَالِيَةً، قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ"
Imam Tabrani telah meriwayatkan dari Ad-Duburi, dari Sufyan As-Sauri, dari Abdur Rahman ibnu Ziad ibnu An'am, dari Ata ibnu Yasar. dari Salman Al-Farisi yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Tiada seorang pun yang masuk surga kecuali dengan membawa jawaz (paspor), yaitu Bismillahir Rahmanir Rahim (Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang) ini adalah surat izin dari Allah
buat si Fulan bin Fulan. Masukkanlah dia ke dalam surga yang tinggi, yang buah-buahannya dekat! Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ad-Diya dalam Bab "Sifatul Jannah"
melalui jalur Sa'dan ibnu Sa'id, dari Sulaiman At-Taimi, dari Abu Usman An-Nahdi, dari Salman, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda:
يُعْطَى الْمُؤْمِنُ جَوَازا عَلَى الصِّرَاطِ: (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) ، هَذَا كِتَابٌ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ لِفُلَانٍ، أَدْخِلُوهُ جَنَّةً عَالِيَةً، قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ"
Orang mukmin diberi izin lewat di Sirat, yaitu: "Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Ini adalah izin masuk dari Allah Yang
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana buat si Fulan." Masukkanlah dia ke dalam surga yang tinggi yang buah-buahannya dekat. Firman Allah Swt.:
{كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الأيَّامِ الْخَالِيَةِ}
(kepada mereka dikatakan), "Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu." (Al-Haqqah: 24)
Yakni dikatakan kepada mereka hal tersebut sebagai anugerah buat mereka dan kebaikan serta kebajikan dari Tuhan mereka.
Karena sesungguhnya telah disebutkan di dalam sebuah hadis sahih dari Rasulullah Saw. yang menyebutkan bahwa beliau Saw. telah bersabda:
"اعْمَلُوا وَسَدِّدوا وقَاربُوا وَاعْلَمُوا أَنَّ أَحَدًا مِنْكُمْ لَنْ يدخلَه عملُه الجنةَ". قَالُوا: وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "وَلَا أَنَا، إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدني اللَّهُ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ"
"Beramallah, luruslah dan dekatkanlah diri kalian (kepada Allah), dan ketahuilah bahwa seseorang dari kalian tidak akan dapat dimasukkan ke dalam surga oleh amal perbuatannya."
Mereka bertanya, "Termasuk juga engkau, ya Rasulullah." Rasulullah Saw. menjawab, "Dan tidak pula aku, kecuali bila Allah melimpahkan kepadaku rahmat dan karunia dari-Nya."
Surat Al-Haqqah |69:20|
إِنِّي ظَنَنْتُ أَنِّي مُلَاقٍ حِسَابِيَهْ
innii zhonantu annii mulaaqin ḥisaabiyah
Sesungguhnya aku yakin, bahwa (suatu saat) aku akan menerima perhitungan terhadap diriku.
Indeed, I was certain that I would be meeting my account."
("Sesungguhnya aku yakin) aku telah merasa yakin (bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku.")
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 20 |
penjelasan ada di ayat 19
Surat Al-Haqqah |69:21|
فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ
fa huwa fii 'iisyatir roodhiyah
Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridai,
So he will be in a pleasant life -
(Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridai) lafal raadhiyah berarti mardhiyah, artinya diridai.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 21 |
penjelasan ada di ayat 19
Surat Al-Haqqah |69:22|
فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ
fii jannatin 'aaliyah
dalam surga yang tinggi,
In an elevated garden,
(Dalam surga yang tinggi.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 22 |
penjelasan ada di ayat 19
Surat Al-Haqqah |69:23|
قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ
quthuufuhaa daaniyah
buah-buahannya dekat,
Its [fruit] to be picked hanging near.
(Buah-buahannya) buah-buahan yang dipetiknya (dekat) sangat dekat yaitu dapat dicapai oleh orang yang berdiri, orang yang duduk, dan malah orang yang berbaring.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 23 |
penjelasan ada di ayat 19
Surat Al-Haqqah |69:24|
كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ
kuluu wasyrobuu haniii`am bimaaa aslaftum fil-ayyaamil-khooliyah
(kepada mereka dikatakan), "Makan dan minumlah dengan nikmat karena amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu."
[They will be told], "Eat and drink in satisfaction for what you put forth in the days past."
Maka dikatakan kepada mereka: ("Makan dan minumlah dengan nyaman) lafal hanii'an berkedudukan sebagai hal, dengan sedap (disebabkan amal yang telah kalian kerjakan pada hari-hari yang telah lalu") sewaktu kalian di dunia.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 24 |
penjelasan ada di ayat 19
Surat Al-Haqqah |69:25|
وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ
wa ammaa man uutiya kitaabahuu bisyimaalihii fa yaquulu yaa laitanii lam uuta kitaabiyah
Dan adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kirinya, maka dia berkata, "Alangkah baiknya jika kitabku (ini) tidak diberikan kepadaku.
But as for he who is given his record in his left hand, he will say, "Oh, I wish I had not been given my record
(Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata, "Aduhai) wahai; lafal ya di sini menunjukkan makna tanbih (alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 25 |
Tafsir ayat 25-37
ini merupakan berita tentang keadaan yang dialami oleh orang-orang yang celaka apabila seseorang dari mereka menerima kitab catatan amalnya dari
sebelah kirinya di tempat hisab hari kiamat. Maka pada hari itu dia menyesali amal yang telah dilakukannya di dunia dengan penyesalan yang tiada taranya.
{فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ وَلَمْ أَدْرِ مَا حِسَابِيَهْ يَا لَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ}
maka dia berkata, "Wahai, alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini). Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai, kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu." (Al-Haqqah: 25-27)
Ad-Dahhak mengatakan yakni kematian yang tiada kehidupan lagi sesudahnya. Hal yang sama dikatakan oleh Muhammad ibnu Ka'b, Ar-Rabi', dan As-Saddi.
Qatadah mengatakan bahwa orang kafir saat itu menginginkan kematian, padahal ketika di dunia tiada sesuatu pun yang lebih dibencinya selain kematian.
{مَا أَغْنَى عَنِّي مَالِيَهْ هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ}
Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaanku dariku. (Al-Haqqah: 28-29) Yakni harta dan kedudukanku tidak dapat membelaku dari azab Allah dan pembalasan-Nya,
bahkan segala sesuatunya ditanggung oleh diriku, tiadayang menolongku dan tidak ada orang yang melindungiku. Maka di saat itulah Allah Swt. berfirman:
{خُذُوهُ فَغُلُّوهُ ثُمَّ الْجَحِيمَ صَلُّوهُ}
Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. (Al-Haqqah: 30-31) Allah Swt. memerintahkan kepada Malaikat Zabaniyah (juru siksa)
untuk memegangnya dengan kasar dari tempat perhimpunan, lalu lehernya dibelenggu, kemudian diseret ke neraka Jahanam, lalu dimasukkan ke dalamnya, dan api neraka Jahanam menelannya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Khalid, dari Amr ibnu Qais, dari Al-Minhal ibnu Amr yang mengatakan bahwa tatkala
Allah Swt. berfirman, "Peganglah dia !" Maka berebutan untuk menanganinya sebanyak tujuh puluh ribu malaikat, masing-masing dari mereka melakukan hal yang sama, maka ia menjumpai tujuh puluh ribu malaikat itu di dalam neraka.
Ibnu Abud Dunia mengatakan di dalam kitab Al-Ahw'ah bahwa orang kafir didatangi oleh empat ratus ribu malaikat, dan tiada sesuatu pun melainkan memukulinya, lalu si orang kafir itu berkata Aku tidak punya salah denganmu."
Maka yang memukulinya berkata, "Sesungguhnya Tuhan murka terhadapmu, maka segala sesuatu murka pula terhadapmu." Al-Fudail ibnu Iyad mengatakan bahwa tatkala Allah Swt. berfirman,
"Peganglah dia dan belenggulah dia," maka berebutan untuk melaksanakannya sebanyak tujuh puluh ribu malaikat, untuk memperebutkan siapa yang paling dahulu dari mereka yang memasang belenggu di leher si kafir itu.
{ثُمَّ الْجَحِيمَ صَلُّوهُ}
Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. (Al-Haqqah: 31) Maksudnya, lemparkanlah dia ke dalamnya.Firman Allah Swt:
{ثُمَّ فِي سِلْسِلَةٍ ذَرْعُهَا سَبْعُونَ ذِرَاعًا فَاسْلُكُوهُ}
Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta. (Al-Haqqah: 32) Ka'bul Ahbar mengatakan bahwa setiap mata rantai darinya sama dengan semua besi yang ada di dunia. Al-Aufi telah meriwayatkan dari
Ibnu Abbas dan Ibnu Juraij, bahwa hasta ini berdasarkan hasta malaikat. Ibnu Juraij mengatakan bahwa Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kemudian belitlah dia. (Al-Haqqah: 32)
Yakni rantai itu dimasukkan dari liang duburnya, kemudian dikeluarkan dari mulutnya. Kemudian mereka disate dalam rantai itu sebagaimana belalang dimasukkan ke dalam tusuk sate saat hendak dipanggang.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa rantai itu dimasukkan dari liang anusnya, kemudian dikeluarkan dari kedua lubang hidungnya agar ia tidak dapat berjalan pada kedua kakinya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ إِسْحَاقَ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهُ، أَخْبَرَنَا سَعِيدُ بْنُ يَزِيدَ، عَنْ أَبِي السَّمْحِ، عَنْ عِيسَى بْنِ هِلَالٍ الصَّدَفي، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَوْ أَنَّ رَصَاصة مِثْلَ هَذِهِ -وَأَشَارَ إِلَى [مِثْلِ] جُمْجُمة-أُرْسِلَتْ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ، وَهِيَ مَسِيرَةُ خَمْسِمِائَةِ سَنَةٍ، لَبَلَغَتِ الْأَرْضَ قَبْلَ اللَّيْلِ، وَلَوْ أَنَّهَا أُرْسِلَتْ مِنْ رَأْسِ السِّلْسِلَةِ، لَسَارَتْ أَرْبَعِينَ خَرِيفًا الليلَ والنهارَ، قَبْلَ أَنْ تَبْلُغَ قَعْرَهَا أَوْ أَصْلَهَا".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Yazid, dari Abus Samah, dari Isa ibnu Hilal As-Sadafi,
dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. Pernah bersabda: Seandainya sebuah batu sebesar ini —seraya menunjuk ke arah sebuah tengkorak kepala kambing— dilemparkan dari langit ke bumi
yang jaraknya sama dengan perjalanan lima ratus tahun, niscaya batu itu telah sampai ke bumi sebelum malam tiba. Tetapi seandainya batu ini dilemparkan dari ujung rantai tersebut,
niscaya ia masih terus terjatuh selama empat puluh musim gugur (tahun), malam dan siang harinya (tanpa berhenti) sebelum mencapai pada bagian bawahnya atau pangkalnya.
Imam Turmuzi mengetengahkannya dari Suwaid ibnu Sa'id, dari Abdullah ibnul Mubarak dengan sanad yang sama. Dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini sahih. Firman Allah Swt.:
{إِنَّهُ كَانَ لَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ الْعَظِيمِ وَلا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ}
Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Mahabesar. Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin. (Al-Haqqah: 33-34)
Yakni dia tidak pernah menunaikan hak Allah yang menjadi kewajibannya, seperti amal ketaatan dan menyembah kepada-Nya, tidak mau memberi manfaat kepada makhluk-Nya serta tidak mau menunaikan hak mereka
yang ada pada hartanya. Karena sesungguhnya menjadi kewajiban bagi hamba-hamba Allah untuk mengesakan-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun,
juga sudah menjadi kewajiban bagi sebagian dari mereka atas sebagian yang lainnya menunaikan kebajikan dan bantu-membantu dalam hal kebajikan dan ketakwaan.
Karena itulah maka Allah memerintahkan manusia untuk mendirikan salat dan menunaikan zakat. Dan ketika Nabi Saw. mengembuskan nafas terakhirnya, beliau sempat bersabda:
"الصَّلَاةَ، وما ملكت أيمانكم"
Peliharalah salat, dan budak-budak yang dimiliki oleh kalian.Firman Allah Swt.:
{فَلَيْسَ لَهُ الْيَوْمَ هَاهُنَا حَمِيمٌ وَلا طَعَامٌ إِلا مِنْ غِسْلِينٍ لَا يَأْكُلُهُ إِلا الْخَاطِئُونَ}
Maka pada hari ini tiada seorang teman pun baginya di sini. Dan tiada (pula) makanan sedikit pun (baginya) kecuali dari darah dan nanah. Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa. (AL-Haqqah: 35-37)
Pada hari ini tiada seorang pun yang dapat menyelamatkannya dari azab Allah. Hamim artinya teman dekat. Tiada teman dekat. tiada pemberi syafaat yang didengar, dan tiada makanan baginya di sini kecuali gislin.
Menurut Qatadah, gislin adalah makanan yang paling buruk bagi penduduk neraka. Ar-Rabi' dan Ad-Dahhak mengatakan bahwa gislin adalah nama sebuah pohon di dalam neraka Jahanam.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Mansur ibnu Abu Muzahim, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Mu'addib, dari Khasif, dari Mujahid,
dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ia tidak mengetahui apa itu gislin, tetapi ia mempunyai dugaan kuat bahwa gislin adalah nama lain dari pohon zaqqum.Syabib ibnu Bisyr telah meriwayatkan dari Ikrimah,dari Ibnu Abbas
yang telah mengatakan bahwa gislin adalah darah dan nanah yang mengalir dari tubuh mereka sendiri. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa gislin adalah keringat atau nanah ahli neraka.
Surat Al-Haqqah |69:26|
وَلَمْ أَدْرِ مَا حِسَابِيَهْ
wa lam adri maa ḥisaabiyah
Sehingga aku tidak mengetahui bagaimana perhitunganku,
And had not known what is my account.
(Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 26 |
penjelasan ada di ayat 25
Surat Al-Haqqah |69:27|
يَا لَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ
yaa laitahaa kaanatil-qoodhiyah
wahai, kiranya (kematian) itulah yang menyudahi segala sesuatu.
I wish my death had been the decisive one.
(Wahai kiranya kematian itulah) kematian di dunia (yang menyelesaikan segala sesuatu.) Yang memutuskan hidupku dan tidak akan dibangkitkan lagi.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 27 |
penjelasan ada di ayat 25
Surat Al-Haqqah |69:28|
مَا أَغْنَىٰ عَنِّي مَالِيَهْ ۜ
maaa aghnaa 'annii maaliyah
Hartaku sama sekali tidak berguna bagiku.
My wealth has not availed me.
(Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 28 |
penjelasan ada di ayat 25
Surat Al-Haqqah |69:29|
هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ
halaka 'annii sulthooniyah
Kekuasaanku telah hilang dariku."
Gone from me is my authority."
(Telah hilang kekuasaanku dariku") kekuatanku dan argumentasi atau hujahku. Huruf Ha yang terdapat dalam lafal kitabiyah, hisabiyah, maliyah, dan sulthaniyah,
semuanya adalah ha saktah yang tetap dibaca baik dalam keadaan Waqaf maupun dalam keadaan Washal. Demikian itu karena mengikut mushhaf imam/induk dan karena mengikut dalil naqli.
Akan tetapi sekali pun demikian, ada pula sebagian ulama yang tidak membacakannya bila diwashalkan.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 29 |
penjelasan ada di ayat 25
Surat Al-Haqqah |69:30|
خُذُوهُ فَغُلُّوهُ
khużuuhu fa ghulluuh
(Allah berfirman), "Tangkaplah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya."
[Allah will say], "Seize him and shackle him.
("Peganglah dia) khithab atau perintah dalam ayat ini ditujukan kepada para malaikat penjaga neraka Jahanam (lalu belenggulah dia.") Ikatlah kedua tangannya menjadi satu dengan kepalanya ke dalam belenggu.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 30 |
penjelasan ada di ayat 25
Surat Al-Haqqah |69:31|
ثُمَّ الْجَحِيمَ صَلُّوهُ
ṡummal-jaḥiima sholluuh
Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala.
Then into Hellfire drive him.
("Kemudian ke dalam neraka Jahanam) neraka yang apinya menyala-nyala (masukkanlah dia") jebloskanlah dia ke dalamnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 31 |
penjelasan ada di ayat 25
Surat Al-Haqqah |69:32|
ثُمَّ فِي سِلْسِلَةٍ ذَرْعُهَا سَبْعُونَ ذِرَاعًا فَاسْلُكُوهُ
ṡumma fii silsilatin żar'uhaa sab'uuna żiroo'an faslukuuh
Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.
Then into a chain whose length is seventy cubits insert him."
("Kemudian dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta) menurut ukuran hasta malaikat (belitlah dia") lilitlah dia dengan rantai itu sesudah ia dimasukkan ke dalam neraka.
Huruf fa di sini tidak dapat mencegah hubungan antara fi'il dan zharaf yang mendahuluinya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 32 |
penjelasan ada di ayat 25
Surat Al-Haqqah |69:33|
إِنَّهُ كَانَ لَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ الْعَظِيمِ
innahuu kaana laa yu`minu billaahil-'azhiim
Sesungguhnya dialah orang yang tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar.
Indeed, he did not used to believe in Allah, the Most Great,
("Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar.")
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 33 |
penjelasan ada di ayat 25
Surat Al-Haqqah |69:34|
وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ
wa laa yaḥudhdhu 'alaa tho'aamil-miskiin
Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin.
Nor did he encourage the feeding of the poor.
("Dan juga dia tidak mendorong untuk memberi makan orang miskin.")
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 34 |
penjelasan ada di ayat 25
Surat Al-Haqqah |69:35|
فَلَيْسَ لَهُ الْيَوْمَ هَاهُنَا حَمِيمٌ
fa laisa lahul-yauma haahunaa ḥamiim
Maka pada hari ini di sini tidak ada seorang teman pun baginya.
So there is not for him here this Day any devoted friend
(Maka tiada seorang teman pun baginya pada hari ini di sini) maksudnya, pada hari ini tiada kaum kerabat yang bermanfaat bagi dirinya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 35 |
penjelasan ada di ayat 25
Surat Al-Haqqah |69:36|
وَلَا طَعَامٌ إِلَّا مِنْ غِسْلِينٍ
wa laa tho'aamun illaa min ghisliin
Dan tidak ada makanan (baginya) kecuali dari darah dan nanah.
Nor any food except from the discharge of wounds;
(Dan tiada pula makanan sedikit pun baginya kecuali dari darah dan nanah) yaitu nanah dan darah ahli neraka, atau shadiid, yaitu nama sejenis pohon yang ada di dalam neraka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 36 |
penjelasan ada di ayat 25
Surat Al-Haqqah |69:37|
لَا يَأْكُلُهُ إِلَّا الْخَاطِئُونَ
laa ya`kuluhuuu illal-khoothi`uun
Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa.
None will eat it except the sinners.
(Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa) orang-orang yang kafir.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 37 |
penjelasan ada di ayat 25
Surat Al-Haqqah |69:38|
فَلَا أُقْسِمُ بِمَا تُبْصِرُونَ
fa laaa uqsimu bimaa tubshiruun
Maka Aku bersumpah demi apa yang kamu lihat,
So I swear by what you see
(Maka) huruf laa di sini adalah huruf zaidah (Aku bersumpah dengan apa yang kalian lihat) makhluk-makhluk yang kalian lihat.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 38 |
Tafsir ayat 38-43
Allah Swt. bersumpah kepada makhluk-Nya dengan menyebut segala sesuatu yang disaksikan oleh mereka, yaitu tanda-tanda kekuasaan-Nya yang terdapat pada semua makhluk-Nya,
yang menunjukkan kesempurnaan-Nya dalam asma-asma dan sifat-sifat-Nya. Dia juga bersumpah kepada mereka dengan menyebut semua perkara gaib yang tidak dapat dilihat oleh mereka, bahwa sesungguhnya
AL-Qur'an ini adalah kalam-Nya dan wahyu-Nya yang diturunkan-Nya kepada hamba dan rasul-Nya yang telah Dia pilih untuk menyampaikan risalah dan menunaikan amanat-Nya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{فَلا أُقْسِمُ بِمَا تُبْصِرُونَ وَمَا لَا تُبْصِرُونَ إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ}
Maka Aku, bersumpah dengan apa yang kamu lihat. Dan dengan apa yang tidak kamu lihat. Sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia. (Al-Haqqah: 38-40)
yakni Nabi Muhammad Saw., lalu di-mudaf-kan kepadanya dengan mengandung makna tablig (menyampaikan), karena sesungguhnya tugas rasul itu ialah menyampaikan apa yang dititipkan kepadanya.
Untuk itulah maka di-mudaf-kan pula makna ini kepada malaikat yang dipercaya untuk menyampaikannya, sebagaimana yang terdapat di dalam surat At-Takwir, yaitu:
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ ذِي قُوَّةٍ عِنْدَ ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ مُطاعٍ ثَمَّ أَمِينٍ
Sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi disisi Allah yang mempunyai 'Arasy yang ditaati
di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya. (At-Takwir: 19-21) Yang ini adalah malaikat yang menyampaikannya dari Allah kepada Nabi Saw. yaitu Jibril a.s. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:
وَما صاحِبُكُمْ بِمَجْنُونٍ
Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang yang gila. (At-Takwir: 22)Yaitu temanmu Muhammad Saw.
وَلَقَدْ رَآهُ بِالْأُفُقِ الْمُبِينِ
Dan sesungguhnya Muhammad itu meIihat Jibril di ufuk yang terang. (At-Takwir: 23) Yakni Nabi Muhammad Saw. melihat rupa asli Malaikat Jibril a.s.
وَما هُوَ عَلَى الْغَيْبِ بِضَنِينٍ
Dan dia (Muhammad) bukanlah seorang yang bakhil untuk menerangkan yang gaib. (At-Takwir: 24) Maksudnya, dia bukanlah orang yang menerka-nerka yang gaib.
وَما هُوَ بِقَوْلِ شَيْطانٍ رَجِيمٍ
Dan Al-Qur'an itu bukanlah perkataan setan yang terkutuk. (At-Takwir: 25) Maka demikian pula yang disebutkan dalam surat ini melalui firman-Nya:
{وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَاعِرٍ قَلِيلا مَا تُؤْمِنُونَ وَلا بِقَوْلِ كَاهِنٍ قَلِيلا مَا تَذَكَّرُونَ}
Dan Al-Qur’an itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya. Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran darinya. (Al-Haqqah: 41-42)
Terkadang Allah meng-idafah-kan kepada malaikat yang diutus-Nya, terkadang meng-idafah-kannya (mengaitkan Al-Qur'an) kepada manusia yang diutus-Nya, karena masing-masing dari keduanya bertugas menyampaikan
wahyu dan kalam-Nya yang dipercayakan kepadanya. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:
{تَنزيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. (Al-Haqqah: 43) Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Safwan,
telah menceritakan kepada kami Syuraih ibnu Ubaid yang mengatakan bahwa Umar ibnul Khattab pernah mengatakan bahwa sebelum masuk Islam, ia pernah keluar untuk menghadang Rasulullah Saw.
Ternyata ia menjumpai beliau telah mendahuluinya berada di masjid. Lalu ia berdiri di belakang beliau, maka beliau membaca surat Al-Haqqah, dan ia merasa kagum dengan susunan kata-kata Al-Qur'an.
Ia berkata dalam hatinya, "Dia, demi Allah, adalah seorang penyair seperti yang dikatakan oleh orang-orang Quraisy." Maka beliau membaca firman-Nya: Sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah benar-benar wahyu
(Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia, dan Al-Qur’an itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya. (Al-Haqqah: 40-41); Kemudian aku (Umar) berkata,
"Dia adalah seorang tukang tenung." Maka Nabi Saw. membaca firman selanjutnya: Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran darinya.
Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya.
Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. Maka sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami) dari pemotongan urat nadi itu. (Al-Haqqah: 42-47), hingga akhir surat.
Selanjutnya Umar mengatakan bahwa lalu sejak saat itu Islam mulai meresap dan menimbulkan kesan yang mendalam di dalam hatiku. Ini merupakan salah satu dari penyebab yang dijadikan oleh Allah untuk memberikan hidayah
kepada Umar ibnul Khattab. Sebagaimana yang telah kami kemukakan dalam karya tulis yang terpisah mengenai Sirah perjalanan hidupnya, yang di dalamnya dijelaskan bagaimana keadaannya ketika mula-mula masuk Islam.
Surat Al-Haqqah |69:39|
وَمَا لَا تُبْصِرُونَ
wa maa laa tubshiruun
dan demi apa yang tidak kamu lihat.
And what you do not see
(Dan dengan apa yang tidak kalian lihat) di antara makhluk-makhluk itu.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 39 |
penjelasan ada di ayat 38
Surat Al-Haqqah |69:40|
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ
innahuu laqoulu rosuuling kariim
Sesungguhnya ia (Al-Qur´an itu) benar-benar wahyu (yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia,
[That] indeed, the Qur'an is the word of a noble Messenger.
(Sesungguhnya dia) yakni Alquran itu (adalah benar-benar perkataan utusan yang mulia) yang disampaikan oleh malaikat Jibril dari Allah swt.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 40 |
penjelasan ada di ayat 38
Surat Al-Haqqah |69:41|
وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَاعِرٍ ۚ قَلِيلًا مَا تُؤْمِنُونَ
wa maa huwa biqouli syaa'ir, qoliilam maa tu`minuun
dan ia (Al-Qur´an) bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.
And it is not the word of a poet; little do you believe.
(Dan Alquran itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kalian beriman kepadanya.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 41 |
penjelasan ada di ayat 38
Surat Al-Haqqah |69:42|
وَلَا بِقَوْلِ كَاهِنٍ ۚ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ
wa laa biqouli kaahin, qoliilam maa tażakkaruun
Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran darinya.
Nor the word of a soothsayer; little do you remember.
(Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kalian mengambil pelajaran darinya) lafal tu'minuuna pada ayat di atas dan lafal tadzakkaruuna,
kedua-duanya dapat pula dibaca yu'minuuna dan yadzakkaruuna. Huruf maa-nya merupakan huruf zaidah yang berfungsi mengukuhkan makna. Makna ayat,
bahwasanya mereka itu hanya beriman kepada hal-hal yang sedikit sekali, dan mereka pun hanya ingat sedikit tentang hal-hal yang didatangkan oleh Nabi saw.
yaitu berupa kebaikan, silaturahmi, dan memelihara kehormatan. Maka hal-hal tersebut tiada memberi manfaat kepada mereka barang sedikit pun.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 42 |
penjelasan ada di ayat 38
Surat Al-Haqqah |69:43|
تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
tanziilum mir robbil-'aalamiin
la (Al-Qur´an) adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan seluruh alam.
[It is] a revelation from the Lord of the worlds.
Bahkan Alquran itu (diturunkan dari Rabb semesta alam.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 43 |
penjelasan ada di ayat 38
Surat Al-Haqqah |69:44|
وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الْأَقَاوِيلِ
walau taqowwala 'alainaa ba'dhol-aqoowiil
Dan sekiranya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami,
And if Muhammad had made up about Us some [false] sayings,
(Seandainya dia mengada-adakan) yakni Nabi Muhammad (sebagian perkataan atas nama Kami) seumpamanya dia mengatakan dari Kami, padahal Kami tidak pernah mengatakannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 44 |
Tafsir ayat 44-52
Firman Allah Swt.:
{وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا}
Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami. (Al-Haqqah: 44) Yakni seandainya Muhammad mengada-adakan atas nama
Kami sebagaimana yang dituduhkan oleh orang-orang musyrik Mekah, yaitu menambahkan sesuatu dari dirinya ke dalam risalah itu atau mengurangi sesuatu darinya atau mengatakan sesuatu dari dirinya,
lalu dinisbatkan kepada Kami, padahal tidaklah demikian keadaannya, niscaya Kami akan menyegerakan siksaan atas dirinya. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:
{لأخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِينِ}
Niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. (Al-Haqqah: 45) Menurut suatu pendapat, makna ayat ialah niscaya Kami hukum dia dengan tangan kanan Kami.
Dikatakan demikian karena pukulan yang dilakukan olehnya jauh lebih keras. Menurut pendapat yang lainnya lagi mengatakan, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya.
{ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِينَ}
Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. (Al-Haqqah: 46) Ibnu Abbas mengatakan bahwa al-wafin artinya urat tali jantungnya. Hal yang semisal dikatakan oleh Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Al-Hakam,
Qatadah, Ad-Dahhak, Muslim Al-Batin, dan Abu Sakhr alias Humaid ibnu Ziad. Menurut Muhammad ibnu Ka'b, makna yang dimaksud ialah jantung dan semua uratnya serta semua bagian yang berada di dekatnya.Firman Allah Swt.:
{فَمَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ عَنْهُ حَاجِزِينَ}
Maka sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami) daripemotongan urat nadi itu. (Al-Haqqah: 47) Yakni tiada seorang pun dari kalian yang dapat menghalang-halangi antara Kami dan dia,
jika Kami menghendaki sesuatu dari itu terhadapnya. Makna yang dimaksud ialah bahkan dia adalah seorang yang benar, berbakti, lagi mendapat petunjuk. Karena Allah Swt. mengakui kebenaran
dari apa yang disampaikan dia dari-Nya dan mengukuhkannya dengan mukjizat-mukjizat yang cemerlang dan dalil-dalil yang pasti lagi mematahkan hujah lawan. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:
{وَإِنَّهُ لَتَذْكِرَةٌ لِلْمُتَّقِينَ}
Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-Haqqah: 48) Yakni Al-Qur'an itu merupakan pelajaran
bagi mereka yang bertakwa, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدىً وَشِفاءٌ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى
Katakanlah, "Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka
ada sumbatan, sedangkan Al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka. (Fushshilat: 44) Adapun firman Allah Swt:
{وَإِنَّا لَنَعْلَمُ أَنَّ مِنْكُمْ مُكَذِّبِينَ}
Dan sesungguhnya Kami benar-benar mengetahui bahwa di antara kamu ada orang yang mendustakan(nya). (Al-Haqqah: 49) Yaitu sekalipun Al-Qur'an
demikian jelas dan terangnya, tetapi masih ada di antara kalian orang-orang yang mendustakannya. Dalam firman berikutnya disebutkan:
{وَإِنَّهُ لَحَسْرَةٌ عَلَى الْكَافِرِينَ}
Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir (di akhirat). (Al-Haqqah: 50) Ibnu Jarir mengatakan bahwa sesungguhnya perbuatan mendustakan itu benar-benar akan menjadi
penyesalan bagi orang-orang kafir kelak di hari kiamat. Ibnu Jarir telah meriwayatkan hal yang semisal dari Qatadah. Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan melalui jalur As-Saddi, dari Abu Malik
sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir (di akhirat). (Al-Haqqah: 50) Yakni sesungguhnya Nabi Saw.
menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir di hari kemudian. Damir ini dapat pula dikaitkan dengan Al-Qur'an, artinya Sesungguhnya Al-Qur'an dan beriman kepadanya benar-benar
akan menjadi penyesalan bagi orang-orang yang kafir dan mengingkarinya', semakna dengan pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
كَذلِكَ سَلَكْناهُ فِي قُلُوبِ الْمُجْرِمِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِهِ
Demikianlah Kami masukkan Al-Qur'an ke dalam hati orang-orang yang durhaka, mereka tidak beriman kepadanya, hingga mereka melihat azab yang pedih. (Asy-Syu'ara: 200-201) Dan firman-Nya:
وَحِيلَ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ مَا يَشْتَهُونَ
Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka ingini. (Saba': 54) Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
{وَإِنَّهُ لَحَقُّ الْيَقِينِ}
Dan Sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar kebenaran yang diyakini. (Al-Haqqah: 51) Yaitu berita yang benar lagi hak, yang tiada keraguan dan tiada kebimbangan padanya, Kemudian surat ini ditutup oleh firman-Nya:
{فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ}
Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar. (Al-Haqqah: 52) Yakni Yang telah menurunkan Al-Qur'an yang agung ini.
Surat Al-Haqqah |69:45|
لَأَخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِينِ
la`akhożnaa min-hu bil-yamiin
pasti Kami pegang dia pada tangan kanannya.
We would have seized him by the right hand;
(Niscaya benar-benar Kami pegang) niscaya Kami tangkap (dia) sebagai hukuman baginya (dengan kekuatan) dan kekuasaan-Ku.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 45 |
penjelasan ada di ayat 44
Surat Al-Haqqah |69:46|
ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِينَ
ṡumma laqotho'naa min-hul-watiin
Kemudian Kami potong pembuluh jantungnya.
Then We would have cut from him the aorta.
(Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya) yang apabila urat itu terputus maka orang itu akan mati.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 46 |
penjelasan ada di ayat 44
Surat Al-Haqqah |69:47|
فَمَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ عَنْهُ حَاجِزِينَ
fa maa mingkum min aḥadin 'an-hu ḥaajiziin
Maka tidak seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami untuk menghukumnya).
And there is no one of you who could prevent [Us] from him.
(Maka sekali-kali tidak ada seorang pun dari kalian) lafal min ahadin adalah isimnya maa, sedangkan huruf min adalah huruf zaidah yang mengandung makna mengukuhkan kenafiannya.
Dan lafal minkum adalah hal dari lafal ahadin (yang dapat menghalang-halangi Kami daripadanya) tiada seorang pun yang dapat mencegah-Ku daripadanya. Lafal haajiziina adalah khabar dari maa,
dan ia dijamakkan karena lafal ahadan di dalam konteks nafi yang maknanya mengandung pengertian jamak. Dan dhamir yang terdapat di dalam lafal `anhu merujuk kepada Nabi saw.;
yakni tiada seorang pun yang dapat mencegah Kami dari hukumannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 47 |
penjelasan ada di ayat 44
Surat Al-Haqqah |69:48|
وَإِنَّهُ لَتَذْكِرَةٌ لِلْمُتَّقِينَ
wa innahuu latażkirotul lil-muttaqiin
Dan sungguh, Al-Qur´an itu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
And indeed, the Qur'an is a reminder for the righteous.
(Dan sesungguhnya dia itu) Alquran itu (benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 48 |
penjelasan ada di ayat 44
Surat Al-Haqqah |69:49|
وَإِنَّا لَنَعْلَمُ أَنَّ مِنْكُمْ مُكَذِّبِينَ
wa innaa lana'lamu anna mingkum mukażżibiin
Dan sungguh, Kami mengetahui bahwa di antara kamu ada orang yang mendustakan.
And indeed, We know that among you are deniers.
(Dan sesungguhnya Kami benar-benar mengetahui, bahwa di antara kalian) hai manusia (ada orang-orang yang mendustakan) Alquran dan ada pula yang mempercayainya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 49 |
penjelasan ada di ayat 44
Surat Al-Haqqah |69:50|
وَإِنَّهُ لَحَسْرَةٌ عَلَى الْكَافِرِينَ
wa innahuu laḥasrotun 'alal-kaafiriin
Dan sungguh, Al-Qur´an itu akan menimbulkan penyesalan bagi orang-orang kafir (di akhirat).
And indeed, it will be [a cause of] regret upon the disbelievers.
(Dan sesungguhnya dia itu) Alquran itu (menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir) di saat mereka melihat pahala yang diterima
oleh orang-orang yang beriman kepadanya, dan hukuman yang diterima oleh orang-orang yang mendustakannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 50 |
penjelasan ada di ayat 44
Surat Al-Haqqah |69:51|
وَإِنَّهُ لَحَقُّ الْيَقِينِ
wa innahuu laḥaqqul-yaqiin
Dan sungguh, Al-Qur´an itu kebenaran yang meyakinkan.
And indeed, it is the truth of certainty.
(Dan sesungguhnya dia itu) Alquran itu (benar-benar perkara hak yang diyakini) atau keyakinan yang hak.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 51 |
penjelasan ada di ayat 44
Surat Al-Haqqah |69:52|
فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ
fa sabbiḥ bismi robbikal-'azhiim
Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Agung.
So exalt the name of your Lord, the Most Great.
(Maka bertasbihlah) sucikanlah Dia (dengan menyebut nama) huruf ba di sini adalah huruf zaidah (Rabbmu Yang Maha Besar) Maha Suci Dia.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Haqqah | 69 : 52 |
penjelasan ada di ayat 44
Surat Al-Maarij |70:1|
سَأَلَ سَائِلٌ بِعَذَابٍ وَاقِعٍ
sa`ala saaa`ilum bi'ażaabiw waaqi'
Seseorang bertanya tentang azab yang pasti terjadi,
A supplicant asked for a punishment bound to happen
(Seseorang telah meminta) yakni berdoa meminta (kedatangan azab yang akan menimpa.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 1 |
Tafsir ayat 1-7
Firman Allah Swt.:
{سَأَلَ سَائِلٌ بِعَذَابٍ وَاقِعٍ}
Seorang peminta telah meminta kedatangan azab yang bakal terjadi. (Al-Ma'arij: 1) Di dalam ayat ini terkandung lafaz yang tidak disebutkan karena terbukti dengan adanya huruf ba yang menunjuk ke arahnya. Jadi, seakan-akan
lafaz itu keberadaannya diperkirakan. Bentuk lengkapnya ialah seseorang meminta agar disegerakan datangnya azab yang bakal terjadi, semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذابِ وَلَنْ يُخْلِفَ اللَّهُ وَعْدَهُ
Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. (Al-Hajj: 47) Yakni azab-Nya pasti terjadi.Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Khalid
telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari 'Al-A'masy, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Seseorang peminta telah
meminta kedatangan azab yang bakal terjadi. (Al-Ma'arij: 1) Bahwa orang tersebut adalah An-Nadr ibnul Haris ibnu Kaldah. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Seseorang peminta
telah meminta kedatangan azab yang bakal terjadi. (Al-Ma'arij: 1) Bahwa demikianlah permintaan orang-orang kafir akan azab Allah, padahal azab Allah itu bakal terjadi menimpa mereka. Ibnu Abu Najih telah meriwayatkan dari Mujahid
sehubungan dengan makna firman-Nya: Seseorang peminta telah meminta. (Al-Ma'arij: 1) Seseorang berdoa, meminta agar azab yang bakal terjadi di akhirat itu diturunkan. Mujahid mengatakan bahwa hal ini seperti yang disebutkan
di dalam firman-Nya:
اللَّهُمَّ إِنْ كانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنا حِجارَةً مِنَ السَّماءِ أَوِ ائْتِنا بِعَذابٍ أَلِيمٍ
Ya Allah, jika betul (Al-Qur'an) ini dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih. (Al-Anfal: 32)Ibnu Zaid dan lain-Lainnya mengatakan
di dalam firman-Nya: Seseorang peminta telah meminta kedatangan azab yang bakal terjadi. (Al-Ma'arij: 1) Yaitu sebuah lembah yang terdapat di dalam neraka Jahanam,
kelak di hari kiamat mengalir azab darinya.Tetapi pendapat ini lemah dan jauh dari makna yang dimaksud, dan pendapat yang sahih adalah yang pertama tadi karena sesuai dengan konteksnya. Firman Allah Swt.:
{وَاقِعٍ لِلْكَافِرينَ}
yang bakal terjadi untuk orang-orang kafir. (Al-Ma'arij: 1-2) Yakni disiapkan dan disediakan untuk orang-orang kafir. Ibnu Abbas mengatakan bahwa azab yang waqi' ialah azab yang pasti datang.
{لَيْسَ لَهُ دَافِعٌ}
Yang tidak seorangpun dapat menolaknya. (Al-Ma'arij: 2) Artinya, tiada yang dapat menolaknya bila Allah menghendakinya. Karena itu, disebutkan dalam firman berikutnya:
{مِنَ اللَّهِ ذِي الْمَعَارِجِ}
(Yang datang) dari Allah, Yang mempunyai tempat-tempat naik. (Al-Ma'arij: 3) As-Sauri telah meriwayatkan dari Al-A'masy, dari seorang lelaki, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
yang mempunyai tempat-tempat naik. (Al-Ma'arij-. 3) Yaitu tempat-tempat naik. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa zil-ma'arij artinya Yang memiliki ketinggian dan keutamaan-keutamaan.
Mujahid mengatakan bahwa zil-ma'arij artinya tempat-tempat naik ke langit. Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Yang mempunyai keutamaan-keutamaan dan nikmat-nikmat. Firman Allah Swt.:
{تَعْرُجُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ}
Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan. (Al-Ma'arij:4) Abdur Razzaq meriwayatkan dari Ma'mar, dari Qatadah, bahwa ta'ruju artinya naik. Adapun ruh, menurut Abu Saleh mereka adalah makhluk Allah
yang mirip dengan manusia, tetapi mereka bukan manusia. Menurut kami, dapat pula ditakwilkan bahwa makna yang dimaksud adalah Malaikat Jibril. Dengan demikian, berarti ungkapan ini termasuk ke dalam bab " 'Ataf Khas kepada 'Am."
Dapat pula ditakwilkan dengan pengertian isim jenis dari arwah Bani Adam, karena sesungguhnya arwah Bani Adam itu apabila dicabut dari jasadnya, ia naik ke langit, sebagaimana yang ditunjukkan oleh hadis Al-Barra, dan hadis yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad, Imam Abu Daud, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah melalui Al-Minhal, dari Zazan, dari Al-Barra secara marfu'. Hadisnya cukup panjang menerangkan tentang pencabutan roh yang baik. Antara Lain disebutkan di dalamnya:
"فَلَا يَزَالُ يُصْعَدُ بِهَا مِنْ سَمَاءٍ إِلَى سَمَاءٍ حَتَّى يَنْتَهِيَ بِهَا إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ"
Maka terus-menerus malaikat membawanya naik dari suatu langit ke langit lain, hingga sampailah ia di langit yang padanya ada Allah. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui tentang kesahihan hadis ini. Sebagian perawinya
masih diperbincangkan kesahihannya, tetapi hadis ini terkenal dan mempunyai syahid (bukti) yang menguatkannya dalam hadis Abu Hurairah terdahulu yang diketengahkan melalui riwayat Imam Ahmad, Imam Turmuzi, dan Imam Ibnu Majah
melalui jalur ibnu Abud Dunia, dari Muhammad ibnu Amr ibnu Ata, dari Sa'id ibnu Yasar, dari Abu Hurairah. Sanad hadis ini dengan syarat Jamaah, kami telah mengetengahkan teksnya dalam tafsir firman Allah Swt.:
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَياةِ الدُّنْيا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشاءُ
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki. (Ibrahim: 27) Adapun firman Allah Swt.:
{فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ}
dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. (Al-Ma'arij: 4) Ada empat pendapat sehubungan dengan makna ayat ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah perjalanan antara '
Arasy yang besar sampai dasar yang paling bawah, yaitu dasar dari bumi lapis ketujuh; perjalanan ini memerlukan waktu lima puluh ribu tahun. Ini menggambarkan tentang ketinggian 'Arasy bila diukur dari titik sumbu
yang berada di bagian tengah bumi lapis ketujuh. Demikain pula luasnya 'Arasy dari satu sisi ke sisi yang lainnya sama dengan perjalanan lima puluh ribu tahun. Dan bahwa 'Arasy itu dari yaqut merah, sebagaimana yang disebutkan oleh
Ibnu Abu Syaibah di dalam kitab Sifatul 'Arasy. Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan ayat ini mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim,
telah menceritakan kepada kami Hakkam, dari Amr ibnu Ma'mar ibnu Ma'ruf, dari Laits, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. (Al-Ma'arij: 4)
Maksudnya, batas terakhirnya dari bagian bumi yang paling bawah sampai kepada bagian yang tertinggi dari langit yang ketujuh adalah jarak perjalanan lima puluh ribu tahun.
{فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ}
dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. (Al-Ma'arij: 4) Yakni saat perintah itu diturunkan dari langit ke bumi, dan dari bumi naik ke langit dalam sehari, hal tersebut menempuh perjalanan yang kadarnya sama dengan
lima puluh ribu tahun, karena jarak antara langit dan bumi kadarnya lima puluh ribu tahun perjalanan. Ibnu Jarir telah meriwayatkan hal ini dari Ibnu Humaid, dari Hakkam ibnu Salim, dari Amr ibnu Ma'ruf, dari Lais, dari Mujahid
yang dinilai sebagai perkataan Mujahid, dan tidak disebutkan dari Ibnu Abbas. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Muhammad At-Tanafisi,
telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Mansur, telah menceritakan kepada kami Nuh AL-Ma'ruf, dari Abdul Wahhab ibnu Mujahid, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketebalan setiap lapis bumi
sama dengan perjalanan lima ratus tahun perjalanan, dan jarak antara satu lapis bumi ke lapis bumi lainnya sama dengan perjalanan lima ratus tahun, maka jumlah keseluruhannya adalah tujuh ribu tahun. Ketebalan tiap-tiap langit
sama dengan lima ratus tahun perjalanan, dan jarak antara satu langit ke langit yang lainnya sama dengan lima ratus tahun, berarti keseluruhannya sama dengan empat belas ribu tahun perjalanan. Dan jarak antara langit yang ketujuh
sampai ke 'Arasy sama dengan perjalanan tiga puluh enam ribu tahun. Maka yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. (Al-Ma'arij: 4) Pendapat yang kedua mengatakan
bahwa makna yang dimaksud ialah lamanya usia dunia ini sejak diciptakan oleh Allah hingga hari kiamat nanti. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami
Ibrahim ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Za'idah, dari Ibnu Juraij, dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. (Al-Ma'arij: 4) Bahwa dunia ini usianya
adalah lima puluh ribu tahun. Dan masa lima puluh ribu tahun itu dinamakan oleh Allah Swt. dengan sebutan satu hari. Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari. (Al-Ma'arij: 4) Menurutnya hari dunia.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Ibnu Abu Najih, dari Mujahid, dari Al-Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah sehubungan dengan firman-Nya: dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun. (Al-Ma'arij: 4)
Bahwa dunia ini sejak dari permulaan hingga akhirnya berusia lima puluh ribu tahun; tiada seorang pun yang mengetahui berapa lama usia dunia telah berlalu dan tinggal berapa lama usia dunia kecuali hanya Allah Swt.Pendapat
yang ketiga mengatakan bahwa hari tersebut merupakan hari yang memisahkan antara dunia dan akhirat, tetapi pendapat ini garib sekali.Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu
Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan, telah menceritakan kepada kami Bahlul ibnul Muwarraq, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ubaidah, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Ka'b sehubungan dengan firman-Nya:
dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun. (Al-Ma'arij: 4) Bahwa hari tersebut adalah hari yang memisahkan antara dunia dan akhirat.Pendapat yang keempat mengatakan bahwa makna yang dimaksud adalah hari kiamat. ibnu
Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mahdi, dari Israil, dari Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
firman-Nya: dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun. (Al-Ma'arij: 4) Yaitu hari kiamat. Sanadnya sahih. As-Sauri telah meriwayatkan dari Sammak ibnu Harb, dari Ikrimah sehubungan dengan firman-Nya: dalam sehari yang
kadarnya limapuluh ribu tahun. (Al-Ma'arij: 4) Maksudnya, hari kiamat. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ad-Dahhak dan Ibnu Zaid. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun. (Al-Ma'arij: 4) Yakni hari kiamat. Allah Swt.
telah menjadikannya selama itu bagi orang-orang kafir, yaitu lima puluh ribu tahun. Hal yang semakna telah disebutkan pula oleh hadis-hadis yang menerangkannya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، حَدَّثَنَا دَرّاج، عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ} مَا أَطْوَلَ هَذَا الْيَوْمَ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّهُ لِيُخَفَّفُ عَلَى الْمُؤْمِنِ حَتَّى يَكُونَ أَخَفَّ عَلَيْهِ مِنْ صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ يصليها في الدنيا"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Darij, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id yang mengatakan bahwa
pernah dikatakan kepada Rasulullah Saw.: dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun. (Al-Ma'arij: 4) Bahwa alangkah panjangnya hari tersebut. Maka Rasulullah Saw. bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam
genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya hari itu benar-benar diringankan bagi orang mukmin, sehingga jaraknya lebih cepat daripada suatu salat fardu yang pernah dikerjakannya di dunia. Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Yunus,
dari Ibnu Wahb, dari Amr ibnul Haris, dari Darij dengan sanad yang sama. Hanya saja Darij dan gurunya (yaitu Abul Haisam) kedua-keduanya berpredikat dhaif, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَبِي عَمْرٍو الغُداني قَالَ: كُنْتُ عِنْدَ أَبِي هُرَيرة فَمَرَّ رَجُلٌ مِنْ بَنِي عَامِرِ بْنِ صَعْصَعَةَ، فَقِيلَ لَهُ: هَذَا أَكْثَرُ عَامِرِيٍّ مَالًا. فَقَالَ أبو هريرة: رُدُّوهُ فَقَالَ: نُبِّئْتُ أَنَّكَ ذُو مَالٍ كَثِيرٍ؟ فَقَالَ الْعَامِرِيُّ: إِيْ وَاللَّهِ، إِنَّ لِي لَمِائَةً حُمْرًا ومائة أُدْمًا، حَتَّى عَدَّ مِنْ أَلْوَانِ الْإِبِلِ، وَأَفْنَانِ الرقيق، ورباط الخيل فقال أبو هريرة: إِيَّاكَ وَأَخْفَافَ الْإِبِلِ وأظلافَ النَّعَمِ -يُرَدّد ذَلِكَ عَلَيْهِ، حَتَّى جَعَلَ لونُ الْعَامِرِيُّ يَتَغَيَّرُ-فَقَالَ: مَا ذَاكَ يَا أَبَا هُرَيرة؟ قَالَ: سمعتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم يقول: "مَنْ كَانَتْ لَهُ إبلٌ لَا يُعْطِي حَقَّهَا فِي نَجْدَتِهَا ورِسْلها -قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ: مَا نجدتُها ورِسْلُها؟ قَالَ: "فِي عُسرها وَيُسْرِهَا-" فَإِنَّهَا تَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَغَذِّ مَا كَانَتْ وَأَكْثَرِهِ وَأَسْمَنِهِ وَآشَرِهِ، حَتَّى يُبْطَحَ لَهَا بِقَاعٍ قَرقَر، فَتَطَؤُهُ بِأَخْفَافِهَا، فَإِذَا جَاوَزَتْهُ أُخْرَاهَا أُعِيدَتْ عَلَيْهِ أُولَاهَا، فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ، حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ النَّاسِ فَيَرَى سَبِيلَهُ، وَإِذَا كَانَتْ لَهُ بَقَرٌ لَا يُعْطِي حَقَّهَا فِي نَجْدَتِهَا وَرِسْلِهَا، فَإِنَّهَا تَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَغَذِّ مَا كَانَتْ وَأَكْثَرِهِ وَأَسْمَنِهِ وَآشَرِهِ ثم يُبْطَحَ لَهَا بِقَاعٍ قَرقَر فَتَطَؤُهُ كُلُّ ذَاتِ ظِلْفٍ بِظِلْفِهَا، وَتَنْطَحُهُ كُلُّ ذَاتِ قَرْنٍ بِقَرْنِهَا، إِذَا جَاوَزَتْهُ أُخْرَاهَا أُعِيدَتْ عَلَيْهِ أُولَاهَا، فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ النَّاسِ فَيَرَى سَبِيلَهُ. وَإِذَا كَانَتْ لَهُ غَنَمٌ لَا يُعْطِي حَقَّهَا فِي نَجْدَتِهَا وَرِسْلِهَا، فَإِنَّهَا تَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَغَذِّ مَا كَانَتْ وَأَسْمَنِهِ وَآشَرِهِ، حَتَّى يُبْطَحَ لَهَا بِقَاعٍ قَرقَر، فَتَطَؤُهُ كُلُّ ذَاتِ ظِلْفٍ بِظِلْفِهَا وَتَنْطَحُهُ كُلُّ ذَاتِ قَرْنٍ بِقَرْنِهَا، لَيْسَ فِيهَا عَقصاء وَلَا عَضْبَاءُ، إِذَا جَاوَزَتْهُ أُخْرَاهَا أُعِيدَتْ عَلَيْهِ أُولَاهَا، فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ، حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ النَّاسِ، فَيَرَى سَبِيلَهُ". قَالَ الْعَامِرِيُّ: وَمَا حَقُّ الْإِبِلِ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ؟ قَالَ: أَنْ تُعْطِيَ الْكَرِيمَةَ، وَتَمْنَحَ الغَزيرَة، وَتُفْقِرَ الظَّهْرَ، وتَسقيَ اللَّبَنَ وتُطرقَ الْفَحْلَ.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Qatadah, dari Abu Umar Al-Adani yang menceritakan bahwa ketika ia berada bersama Abu Hurairah r.a.,
tiba-tiba lewatlah seorang lelaki dari kalangan Bani Amir ibnu Sa'sa'ah. Maka dikatakan kepada Abu Hurairah, "Ini adalah seorang Amiri yang paling banyak hartanya." Maka Abu Hurairah berkata, "Panggillah dia agar menghadap kepadaku!"
Lalu Abu Hurairah berkata kepadanya, "Menurut berita yang sampai kepadaku, engkau ini adalah seorang yang banyak memiliki harta." Lelaki dari Bani Amir menjawab, "Benar, demi Allah, sesungguhnya aku memiliki seratus ekor unta
berbulu merah, dan seratus ekor unta lainnya yang berbulu kelabu," hingga ia menyebutkan berbagai warna unta lainnya, dan sejumlah banyak budak yang beraneka ragam serta ternak kuda yang banyak. Maka Abu Hurairah berkata,
"Hati-hatilah kamu terhadap tapak kaki unta dan tapak kaki ternak lainnya." Abu Hurairah mengulang-ulang perkataannya ini sehingga roman muka lelaki Bani Amir itu berubah. Maka lelaki itu bertanya, "Hai Abu Hurairah, mengapa demikian?"
Abu Hurairah menjawab, bahwa ia telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda, "Barang siapa yang mempunyai ternak unta, lalu ia tidak menunaikan hak yang ada pada ternak untanya itu ketika masa kering
dan suburnya." Kami bertanya, "Wahai Rasulullah Saw., apakah yang dimaksud dengan masa kering dan masa suburnya?" Rasulullah Saw. menjawab: Dalam keadaan mudah dan sulitnya. Karena sesungguhnya
ternak unta itu akan datang di hari kiamat dalam keadaan paling subur lagi paling banyak, dan paling gemuk lagi paling galak, hingga bilangan mereka memenuhi lembah yang luas. Lalu ternak unta itu menginjak-injak dia dengan
tapak kakinya. Apabila gelombang yang terakhir telah melewatinya, maka dimulai lagi dengan gelombang yang pertamanya dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun, hingga peradilan di antara manusia telah diselesaikan,
lalu diperlihatkan kepadanya jalan yang akan ditempuhnya. Dan apabila ia mempunyai ternak sapi yang tidak ia tunaikan haknya di masa mudah dan masa sulitnya, maka ternak sapinya itu akan datang di hari kiamat dalam keadaan
paling subur lagi banyak jumlahnya, dan paling gemuk lagi paling galak, hingga jumlahnya memenuhi lembah yang luas. Lalu ternak sapi itu menginjak-injaknya dengan kaki mereka dan bagi sapi yang bertanduk menandukinya
dengan tanduknya, tiada seekor pun darinya yang tanduknya melengkung ke belakang dan tiada pula yang patah tanduknya. Apabila gelombang yang terakhir telah melewatinya, maka dikembalikan lagi kepadanya gelombang
pertama dalam suatu hari yang kadarnya limapuluh ribu tahun, hingga peradilan di antara manusia telah diselesaikan, lalu diperlihatkan kepadanya jalan yang akan ditempuhnya. Dan apabila dia mempunyai ternak kambing
yang tidak ia tunaikan haknya, maka kelak di hari kiamat ternak kambingnya itu datang dalam keadaan paling subur, paling gemuk dan paling galak, hingga jumlahnya memenuhi lembah yang luas. Lalu masing-masing kambing
menginjak-injaknya dengan kaki mereka dan bagi kambing yang bertanduk menandukinya dengan tanduknya, tiada seekor pun darinya yang bertanduk melengkung ke belakang dan tiada pula yang patah tanduknya. Apabila
gelombang yang terakhir telah melaluinya, maka dikembalikan lagi kepadanya gelombang yang pertama dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. Hingga peradilan di antara manusia diselesaikan, lalu diperlihatkan
kepadanya jalan yang akan ditempuhnya. Maka Al-'Amiri bertanya, "Wahai Abu Hurairah, apakah hak ternak unta itu?" Abu Hurairah menjawab, "Hendaknya engkau memberikan unta yang baik,
dan menyedekahkan unta yang deras air susunya, dan yang punggungnya tidak dikendarai, dan hendaknya engkau memberi minum ternak unta serta mengawinkan pejantannya."
Imam Abu Daud meriwayatkan hadis ini melalui Syu'bah dan Imam Nasai melalui Sa'id ibnu Abu Arubah, keduanya dari Qatadah dengan sanad yang sama.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو كَامِلٍ، عَنْ سُهَيل بْنِ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا مِنْ صَاحِبٍ كَنْزٍ لَا يُؤَدِّي حَقَّهُ إِلَّا جُعِلَ صَفَائِحَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ، فَتُكْوَى بِهَا بجهته وَجَنْبُهُ وَظَهْرُهُ، حَتَّى يَحْكُمَ اللَّهُ بَيْنَ عِبَادِهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تُعِدُّونَ، ثُمَّ يُرَى سَبِيلُهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kamil, telah menceritakan kepada kami Hammad, dari Sahl ibnu Abu Saleh, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Tidaklah seseorang memiliki harta simpanan yang tidak ia tunaikan hak (zakat)nya, melainkan hartanya itu akan dijadikan lempengan-lempengan yang dipanggang di neraka Jahanam, lalu disetrikakan
pada kening, lambung, dan punggungnya, hingga Allah menyelesaikan keputusan (peradilan)-Nya di antara hamba-hamba-Nya dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun menurut perhitungan kalian. Kemudian ia
melihat jalan yang akan ditempuhnya, adakalanya ke surga dan adakalanya ke neraka. Hadis selanjutnya menyebutkan perihal ternak kambing dan ternak unta, seperti hadis yang di atas. Dan dalam riwayat ini disebutkan:
"الْخَيْلُ الثلاثة؛ لرجل أجر، ولرجل ستر، وعلى رَجُلٍ وِزْرٌ" إِلَى آخِرِهِ
Kuda itu mempunyai tiga akibat, adakalanya bagi seseorang membawa pahala, adakalanya bagi seseorang menjadi penutup, dan adakalanya bagi seseorang mengakibatkan dosa. hingga akhir hadis. Imam Muslimmeriwayatkan
secara munfarid tanpa Imam Bukhari di dalam kitab sahihnya dengan lengkap melalui hadis Suhail, dari ayahnya, dari Abu Hurairah. Dan untuk perincian jalur-jalur dan
lafaz-lafaz hadis ini terdapat di dalam kitab zakat dari ilmu fiqih. Tujuan utama pengemukaan hadis ini dalam tafsir ini ialah karena di dalam hadis terdapat kalimat yang mengatakan:
«حَتَّى يَحْكُمَ اللَّهُ بَيْنَ عِبَادِهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ»
Hingga Allah menyelesaikan keputusan (peradilan)-Nya di antara hamba-hamba-Nya dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Ya'qub, dari Ibnu Aliyyah dan Abdul Wahhab, dari Ayyub,
dari Ibnu Abu Mulaikah yang mengatakan bahwa pernah-seseorang bertanya kepada Ibnu Abbas tentang makna firman Allah Swt.: dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. (Al-Ma'arij: 4)Maka Ibnu Abbas menjawab,
"Tiada suatu hari yang kadarnya sama dengan lima puluh ribu tahun." Lelaki itu merasa direndahkan, lalu ia berkata, "'Sesungguhnya aku bertanya kepadamu tiada lain agar engkau menceritakan hadis yang menerangkannya." Maka Ibnu
Abbas menjawab, "Keduanya (hari dunia dan hari akhirat) adalah kedua jenis hari yang disebutkan oleh Allah Swt. Allah lebih mengetahui tentang keduanya, dan aku tidak suka bila mengatakan tentang Kitabullah dengan hal yang tidak kuketahui."
Firman Allah Swt.:
{فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيلا}
Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik. (Al-Ma'arij: 5) Yakni sabarlah engkau, hai Muhammad, dalam menghadapi kaummu yang mendustakanmu dan permintaan mereka
yang mendesak agar diturunkan azab yang engkau ancamkan terhadap mereka, sebagai ungkapan rasa tidak percaya mereka dengan adanya azab itu. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
يَسْتَعْجِلُ بِهَا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِها وَالَّذِينَ آمَنُوا مُشْفِقُونَ مِنْها وَيَعْلَمُونَ أَنَّهَا الْحَقُّ
Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa kiamat itu adalah benar (akan terjadi). (Asy-Syura: 18) Karena itulah dalam firman berikutnya dari surat ini disebutkan:
{إِنَّهُمْ يَرَوْنَهُ بَعِيدًا}
Sesungguhnya mereka memandang siksaan itu jauh (mustahil). (Al-Ma'arij 6)Yaitu kejadian azab itu mustahil, orang-orang kafir menganggap bahwa hari kiamat itu mustahil terjadinya.
{وَنَرَاهُ قَرِيبًا}
Sedangkan Kami memandangnya dekat (pasti terjadi). (Al-Ma'arij: 7) Orang-orang yang beriman meyakini bahwa hari kiamat itu sudah dekat, sekalipun mereka tidak mengetahui kapan kejadiannya, karena hanya Allah sajalah
yang mengetahuinya Akan tetapi, sesuatu yang pasti terjadi dapat diungkapkan dengan kata sudah dekat, mengingat kejadiannya merupakan suatu kepastian yang tidak dapat dielakkan lagi.
Surat Al-Maarij |70:2|
لِلْكَافِرِينَ لَيْسَ لَهُ دَافِعٌ
lil-kaafiriina laisa lahuu daafi'
bagi orang-orang kafir, yang tidak seorang pun dapat menolaknya,
To the disbelievers; of it there is no preventer.
(Untuk orang-orang kafir, yang tidak seorang pun dapat menolaknya) dia adalah Nadhr bin Haris, ia mengatakan di dalam permintaannya,
sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya, "Ya Allah, jika betul (Alquran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau..." (Q.S. Al-Anfal 32)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 2 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Maarij |70:3|
مِنَ اللَّهِ ذِي الْمَعَارِجِ
minallohi żil-ma'aarij
(azab) dari Allah, yang memiliki tempat-tempat naik.
[It is] from Allah, owner of the ways of ascent.
(Yang datang dari Allah) lafal minallaah ini berkaitan erat dengan lafal Waaqi' yang ada di akhir ayat pertama (yang mempunyai tempat-tempat naik) tempat-tempat naik bagi para malaikat, yaitu langit.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 3 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Maarij |70:4|
تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
ta'rujul-malaaa`ikatu war-ruuḥu ilaihi fii yauming kaana miqdaaruhuu khomsiina alfa sanah
Para malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan, dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun.
The angels and the Spirit will ascend to Him during a Day the extent of which is fifty thousand years.
(Naiklah) dapat dibaca ta`ruju dan ya`ruju (malaikat-malaikat dan Jibril) Malaikat Jibril (kepada-Nya) kepada tempat turun bagi perintah-Nya di langit (dalam sehari)
lafal fii yaumin bertaalluq kepada lafal yang tidak disebutkan, azab menimpa orang-orang kafir pada hari kiamat (yang kadarnya lima puluh ribu tahun)
'
ini menurut apa yang dirasakan oleh orang kafir, karena penderitaan dan kesengsaraan yang mereka temui di hari itu. Adapun orang yang beriman merasakan hal itu amat pendek,
bahkan lebih pendek daripada satu kali sholat fardu yang dilakukan sewaktu di dunia. Demikianlah menurut keterangan yang disebutkan di dalam hadis.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 4 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Maarij |70:5|
فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيلًا
fashbir shobron jamiilaa
Maka bersabarlah engkau (Muhammad) dengan kesabaran yang baik.
So be patient with gracious patience.
(Maka bersabarlah kamu) ayat ini diturunkan sebelum ada perintah berperang (dengan sabar yang baik) sabar yang tidak disertai dengan gelisah.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 5 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Maarij |70:6|
إِنَّهُمْ يَرَوْنَهُ بَعِيدًا
innahum yarounahuu ba'iidaa
Mereka memandang (azab) itu jauh (mustahil).
Indeed, they see it [as] distant,
(Sesungguhnya mereka memandangnya) memandang azab itu (jauh) artinya mustahil akan terjadi.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 6 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Maarij |70:7|
وَنَرَاهُ قَرِيبًا
wa naroohu qoriibaa
Sedangkan Kami memandangnya dekat (pasti terjadi).
But We see it [as] near.
(Sedangkan Kami memandangnya dekat) pasti terjadi.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 7 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Maarij |70:8|
يَوْمَ تَكُونُ السَّمَاءُ كَالْمُهْلِ
yauma takuunus-samaaa`u kal-muhl
(Ingatlah) pada hari ketika langit menjadi bagaikan cairan tembaga,
On the Day the sky will be like murky oil,
(Pada hari ketika langit) lafal ayat ini bertaalluq kepada lafal yang tidak disebutkan, yaitu azab itu terjadi pada hari ketika langit (menjadi seperti luluhan perak) seperti leburan perak.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 8 |
Tafsir ayat 8-18
Allah Swt. berfirman bahwa azab itu pasti akan menimpa orang-orang kafir.
{يَوْمَ تَكُونُ السَّمَاءُ كَالْمُهْلِ}
Pada hari ketika langit menjadi seperti luluhan perak (Al-Ma'arij: 8) Ibnu Abbas, Mujahid, Ata, Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah, dan As-Saddi serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa langit menjadi seperti minyak yang mendidih.
{وَتَكُونُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ}
Dan gunung-gunung menjadi seperti bulu (yang beterbangan). (Al-Ma'arij: 9) Yakni seperti bulu yang beterbangan karena tertiup angin kencang.
Demikianlah menurut Mujahid, Qatadah, dan As-Saddi. Ayat ini semakna dengan firman Allah Swt. yang menyebutkan:
وَتَكُونُ الْجِبالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوشِ
dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan. (Al-Qari'ah: 5) Adapun firman Allah Swt.:
{وَلا يَسْأَلُ حَمِيمٌ حَمِيمًا يُبَصَّرُونَهُمْ}
Dan tidak ada seorang teman akrab pun menanyakan temannya, sedangkan mereka saling melihat. (Al-Ma'arij: 10-11) Maksudnya, tiada seorang pun yang menanyai kerabatnya tentang keadaannya, padahal dia melihatnya dalam
keadaan yang paling buruk karena dia sendiri disibukkan dengan keadaan dirinya yang tak kalah buruknya. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, pada mulanya
sebagian dari mereka mengenal sebagian yang lainnya, lalu mereka berkenalan di antara sesama mereka, sesudah itu masing-masing menyelamatkan dirinya sendiri. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya:
لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ
Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. ('Abasa: 37) Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman Allah Swt.:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْماً لَا يَجْزِي والِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلا مَوْلُودٌ هُوَ جازٍ عَنْ والِدِهِ شَيْئاً إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar. (Luqman: 33)
وَإِنْ تَدْعُ مُثْقَلَةٌ إِلى حِمْلِها لَا يُحْمَلْ مِنْهُ شَيْءٌ وَلَوْ كانَ ذا قُرْبى
Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu, tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikit pun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. (Fathir: 18) Semakna pula dengan firman-Nya:
فَإِذا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلا أَنْسابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلا يَتَساءَلُونَ
Apabila sangkakala ditiup, maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya. (Al-Mu’minun: 101) Dan sama dengan firman-Nya:
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ وَصاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ
pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya, Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. ('Abasa: 34-37) Adapun firman Allah Swt.:
{يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِي مِنْ عَذَابِ يَوْمِئِذٍ بِبَنِيهِ وَصَاحِبَتِهِ وَأَخِيهِ وَفَصِيلَتِهِ الَّتِي تُؤْوِيهِ وَمَنْ فِي الأرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ يُنْجِيهِ كَلا}
Orang kafir ingin kalau sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab hari itu dengan anak-anaknya, istri, dan saudaranya. Dan kaum familinya yang melindunginya (di dunia). Dan orang-orang di atas bumi seluruhnya,
kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya. Sekali-kali tidak dapat. (Al-Ma'arij: 11-15) Yakni tidak dapat diterima darinya tebusan apa pun, sekalipun dia datang dengan membawa semua penduduk bumi dan
semua harta benda yang paling disayanginya, walaupun jumlahnya mencapai sepenuh bumi dalam bentuk emas, atau anaknya yang sewaktu di dunia merupakan belahan hatinya. Pada hari kiamat saat ia melihat peristiwa-peristiwa
yang sangat menakutkan, timbullah keinginan dirinya untuk menebus dirinya dari azab Allah yang pasti menimpa dirinya itu. Akan tetapi, apa pun tidak dapat diterima darinya. Mujahid dan As-Saddi telah mengatakan
sehubungan dengan makna firman Allah Swt: dan kaum familinya. (Al-Ma'arij: 13) Yaitu kabilah dan sanak familinya. Ikrimah mengatakan, puak kabilahnya yang dia merupakan seseorang dari mereka.
Asyhab telah meriwayatkan dari Malik sehubungan dengan makna firman-Nya: dan kaum familinya. (Al-Ma'arij: 13) Bahwa yang dimaksud adalah ibunya. Firman Allah Swt.:
{إِنَّهَا لَظَى}
Sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergejolak. (Al-Ma'arij: 15) Ini menggambarkan sifat neraka dan panasnya yang tak terperikan.
{نزاعَةً لِلشَّوَى}
Yang mengelupaskan kulit kepala. (Al-Ma'arij: 16) Ibnu Abbas dan Mujahid mengatakan bahwa syawa artinya kulit kepala.Menurut riwayat Al-Aufi, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini: Yang mengelupaskan kulit kepala. (Al-Ma'arij: 16)
Artinya, kulit kepala dan kepalanya. Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah daging yang menutupi batok kepala. Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah semua otot dan urat-uratnya.
Abu Saleh mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Yang mengelupaskan kulit kepala. (Al-Ma'arij: 16) Yakni jari jemari kedua tangan dan kedua kakinya. Ia mengatakan pula sehubungan dengan makna ayat ini,
bahwa yang dimaksud ialah daging kedua betis.Al-Hasan Al-Basri dan Sabit Al-Bannani telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Yang mengelupaskan kulit kepala. (Al-Ma'arij: 16) Yaitu bagian-bagian wajahnya
yang terhormat.Al-Hasan telah mengatakan pula bahwa api neraka itu membakar segala sesuatu yang ada pada tubuh orang kafir, dan yang tersisa adalah hatinya, lalu hatinya menjerit. Qatadah mengatakan sehubungan dengan
makna firman-Nya: Yang mengelupaskan kulit kepala. (Al-Ma'arij: 16) Maksudnya, mengelupaskan kulit kepalanya dan bagian wajahnya yang terhormat serta tubuhnya dan semua jari jemarinya.
Ad-Dahhak mengatakan bahwa daging dan kulit terkelupas semuanya dari tulangnya masing-masing hingga tiada yang tersisa pada tulangnya sesuatu pun dari dagingnya.
Ibnu Zaid mengatakan bahwa asy-syawa artinya tulang-tulang anggota tubuhnya. Nazza 'atari menurutnya berarti menghancurkan tulang-tulangnya, kemudian kulit dan tubuh mereka diganti dengan yang baru lagi.Firman Allah Swt.:
{تَدْعُوا مَنْ أَدْبَرَ وَتَوَلَّى وَجَمَعَ فَأَوْعَى}
Yang memanggil orang yang membelakang dan yang berpaling (dari agama), serta mengumpulkan (harta benda), lalu menyimpannya. (Al-Ma'arij: 17.-18) Yaitu neraka memanggil anak-anaknya yang diciptakan oleh Allah untuk
menjadi isinya, dan telah ditakdirkan bagi mereka bahwa selama di dunia mereka beramal untuk neraka, maka kelak di hari kiamat neraka memanggil mereka untuk memasukinya dengan lisan yang fasih lagi jelas.
Kemudian neraka memunguti mereka di antara ahli mahsyar, sebagaimana burung memunguti biji-bijian. Demikian itu karena mereka sebagaimana yang disebutkan oleh
firman Allah Swt. termasuk orang yang membelakang dan yang berpaling. Yakni hatinya mendustakan dan anggota tubuhnya tidak mau beramal.
{وَجَمَعَ فَأَوْعَى}
serta mengumpulkan (harta benda), lalu menyimpannya. (Al-Ma'arij: 18) Yakni mengumpulkan harta sebagian darinya dengan sebagian yang lain, lalu ia menyimpannya
dan tidak mau menunaikan hak Allah yang ada pada hartanya, baik nafkah maupun zakat yang diwajibkan atasnya. Di dalam sebuah hadis disebutkan:
"وَلَا تُوعي فَيُوعي اللَّهُ عَلَيْكِ"
Janganlah kamu menyimpan harta, maka kelak Allah akan menghisabkannya terhadap dirimu. Disebutkan bahwa Abdullah ibnu Akim tidak pernah mengikat tali pundinya atau tali karung makanannya, dan ia mengatakan bahwa ia telah
mendengar Allah Swt. berfirman: serta mengumpulkan (harta benda), lalu menyimpannya. (Al-Ma'arij: 18) Al-Hasan Al-Basri telah mengatakan, "Hai anak Adam,engkau telah mendengar ancaman Allah,tetapi engkau tetap menghimpun harta benda"
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: serta mengumpulkan (harta benda), lalu menyimpannya. (Al-Ma'arij: 18) Bahwa orang tersebut gemar menghimpun harta lagi getol mengerjakan dosa-dosa yang keji.
Surat Al-Maarij |70:9|
وَتَكُونُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ
wa takuunul-jibaalu kal-'ihn
dan gunung-gunung bagaikan bulu (yang beterbangan),
And the mountains will be like wool,
(Dan gunung-gunung menjadi seperti bulu) maksudnya bagaikan bulu domba ringannya, terbawa terbang oleh angin.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 9 |
penjelasan ada di ayat 8
Surat Al-Maarij |70:10|
وَلَا يَسْأَلُ حَمِيمٌ حَمِيمًا
wa laa yas`alu ḥamiimun ḥamiimaa
dan tidak ada seorang teman karib pun menanyakan temannya,
And no friend will ask [anything of] a friend,
(Dan tidak ada seorang teman akrab pun menanyakan temannya) tiada karib kerabat yang menanyakan kerabatnya, karena pada hari itu masing-masing orang disibukkan oleh keadaannya sendiri.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 10 |
penjelasan ada di ayat 8
Surat Al-Maarij |70:11|
يُبَصَّرُونَهُمْ ۚ يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِي مِنْ عَذَابِ يَوْمِئِذٍ بِبَنِيهِ
yubashshoruunahum, yawaddul-mujrimu lau yaftadii min 'ażaabi yaumi`iżim bibaniih
sedang mereka saling melihat. Pada hari itu, orang yang berdosa ingin sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab dengan anak-anaknya,
They will be shown each other. The criminal will wish that he could be ransomed from the punishment of that Day by his children
(Sedangkan mereka saling melihat) sebagian teman-teman akrab itu saling melihat kepada sebagian yang lain, dan mereka saling mengenal antara yang satu dengan yang lainnya
akan tetapi mereka tiada berkata barang sepatah pun. Jumlah ayat ini merupakan kalimat baru atau jumlah isti'naf. (Orang kafir ingin) ia berharap (kalau sekiranya) lafal lau di sini bermakna an,
yakni bahwasanya (dia dapat menebus dirinya dari azab hari itu) dapat dibaca yaumi'idzin dan yauma'idzin (dengan anak-anaknya.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 11 |
penjelasan ada di ayat 8
Surat Al-Maarij |70:12|
وَصَاحِبَتِهِ وَأَخِيهِ
wa shooḥibatihii wa akhiih
dan istrinya dan saudaranya,
And his wife and his brother
(Dan istrinya) atau teman hidupnya (dan saudaranya.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 12 |
penjelasan ada di ayat 8
Surat Al-Maarij |70:13|
وَفَصِيلَتِهِ الَّتِي تُؤْوِيهِ
wa fashiilatihillatii tu`wiih
dan keluarga yang melindunginya (di dunia),
And his nearest kindred who shelter him
(Dan kaum familinya) atau famili-familinya, mereka dinamakan fashiilah karena orang yang bersangkutan terpisah hubungannya dengan mereka (yang melindunginya) yang pernah mengasuhnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 13 |
penjelasan ada di ayat 8
Surat Al-Maarij |70:14|
وَمَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ يُنْجِيهِ
wa man fil-ardhi jamii'an ṡumma yunjiih
dan orang-orang di bumi seluruhnya, kemudian mengharapkan (tebusan) itu dapat menyelamatkannya.
And whoever is on earth entirely [so] then it could save him.
(Dan orang-orang di atas bumi seluruhnya, kemudian mengharapkan tebusan itu dapat menyelamatkannya) dapat membebaskannya dari azab itu. Lafal ayat ini diathafkan kepada lafal yaftadii.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 14 |
penjelasan ada di ayat 8
Surat Al-Maarij |70:15|
كَلَّا ۖ إِنَّهَا لَظَىٰ
kallaa, innahaa lazhoo
Sama sekali tidak! Sungguh, neraka itu api yang bergejolak,
No! Indeed, it is the Flame [of Hell],
(Sekali-kali tidak dapat) lafal ini merupakan sanggahan terhadap apa yang dia harapkan itu (sesungguhnya neraka ini) neraka yang mereka saksikan itu
(adalah api yang bergejolak) lafal lazhaa adalah nama lain dari neraka Jahanam, dinamakan demikian karena apinya bergejolak membakar orang-orang kafir.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 15 |
penjelasan ada di ayat 8
Surat Al-Maarij |70:16|
نَزَّاعَةً لِلشَّوَىٰ
nazzaa'atal lisy-syawaa
yang mengelupaskan kulit kepala.
A remover of exteriors.
(Yang mengelupaskan kulit kepala) asy-syawaa bentuk jamak dari lafal syawaatun, artinya kulit kepala.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 16 |
penjelasan ada di ayat 8