Juz 7

Surat Al-Anam |6:13|

وَلَهُ مَا سَكَنَ فِي اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ ۚ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

wa lahuu maa sakana fil-laili wan-nahaar, wa huwas-samii'ul-'aliim

Dan milik-Nyalah segala apa yang ada pada malam dan siang hari. Dan Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

And to Him belongs that which reposes by night and by day, and He is the Hearing, the Knowing.

Tafsir
Jalalain

(Dan kepunyaan Allahlah) Maha Luhur Allah (segala yang ada) yang berada (di malam hari dan di siang hari) artinya Dialah Tuhan segala sesuatu, Penciptanya dan Pemiliknya

(Dan Dia Maha Mendengar) terhadap apa yang dikatakan (lagi Maha Mengetahui) atas apa yang diperbuat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 13 |

Penjelasan ada di ayat 12

Surat Al-Anam |6:14|

قُلْ أَغَيْرَ اللَّهِ أَتَّخِذُ وَلِيًّا فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ يُطْعِمُ وَلَا يُطْعَمُ ۗ قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَسْلَمَ ۖ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

qul aghoirollaahi attakhiżu waliyyan faathiris-samaawaati wal-ardhi wa huwa yuth'imu wa laa yuth'am, qul inniii umirtu an akuuna awwala man aslama wa laa takuunanna minal-musyrikiin

Katakanlah (Muhammad), "Apakah aku akan menjadikan pelindung selain Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak diberi makan?" Katakanlah, "Sesungguhnya aku diperintahkan agar aku menjadi orang yang pertama berserah diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang-orang musyrik."

Say, "Is it other than Allah I should take as a protector, Creator of the heavens and the earth, while it is He who feeds and is not fed?" Say, [O Muhammad], "Indeed, I have been commanded to be the first [among you] who submit [to Allah] and [was commanded], 'Do not ever be of the polytheists.' "

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah) kepada mereka ("Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah) yang aku sembah (yang menjadikan langit dan bumi) Allah yang menciptakan keduanya

(padahal Dia memberi makan) memberi rezeki (dan tidak diberi makan") tidak memerlukan rezeki (Katakanlah, "Sesungguhnya aku diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama sekali menyerahkan diri)

kepada Allah dari kalangan umat ini (dan) dikatakan kepadaku (jangan sekali-kali kamu termasuk golongan orang-orang yang musyrik") kepada-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 14 |

Penjelasan ada di ayat 12

Surat Al-Anam |6:15|

قُلْ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ

qul inniii akhoofu in 'ashoitu robbii 'ażaaba yaumin 'azhiim

Katakanlah (Muhammad), "Aku benar-benar takut akan azab hari yang besar (hari Kiamat), jika aku mendurhakai Tuhanku."

Say, "Indeed I fear, if I should disobey my Lord, the punishment of a tremendous Day."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah, "Sesungguhnya aku takut jika aku mendurhakai Tuhanku) dengan menyembah selain-Nya (azab hari yang besar.") yaitu hari kiamat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 15 |

Penjelasan ada di ayat 12

Surat Al-Anam |6:16|

مَنْ يُصْرَفْ عَنْهُ يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمَهُ ۚ وَذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْمُبِينُ

may yushrof 'an-hu yauma`iżin fa qod roḥimah, wa żaalikal-fauzul-mubiin

Barang siapa dijauhkan dari azab atas dirinya pada hari itu, maka sungguh, Allah telah memberikan rahmat kepadanya. Dan itulah kemenangan yang nyata.

He from whom it is averted that Day - [Allah] has granted him mercy. And that is the clear attainment.

Tafsir
Jalalain

(Siapa yang dijauhkan siksaan) dalam bentuk pasif, maf'ulnya azab/siksaan; dan dalam bentuk aktif, fa'ilnya Allah, sedangkan dhamirnya dibuang

(daripadanya pada hari itu, maka sungguh Allah telah memberikan rahmat kepadanya) Maha Tinggi Allah, artinya Ia menghendaki kebaikan untuknya. (Dan itu keberuntungan yang nyata) keselamatan yang nyata.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 16 |

Penjelasan ada di ayat 12

Surat Al-Anam |6:17|

وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ ۖ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

wa iy yamsaskallohu bidhurrin fa laa kaasyifa lahuuu illaa huw, wa iy yamsaska bikhoirin fa huwa 'alaa kulli syai`ing qodiir

Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, tidak ada yang dapat menghilangkannya selain Dia. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

And if Allah should touch you with adversity, there is no remover of it except Him. And if He touches you with good - then He is over all things competent.

Tafsir
Jalalain

(Jika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu) musibah, seperti sakit dan kemiskinan (maka tidak ada yang menghilangkannya) tidak ada yang bisa mengangkatnya

(daripadanya selain Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu) seperti kesehatan dan kecukupan (maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap segala sesuatu)

berada pada kekuasaan-Nyalah segala sesuatu itu; tidak ada seorang pun yang dapat menolaknya dari dirimu selain daripada-Nya sendiri.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 17 |

Tafsir ayat 17-21

Allah Swt. memberitahukan bahwa diri-Nya adalah Yang memiliki kemudaratan dan kemanfaatan. Dan bahwa Dialah yang mengatur makhluk-Nya menurut apa yang Dia kehendaki, tiada yang menanyakan tentang keputusan-Nya, dan tiada yang dapat menolak ketetapan-Nya.


{وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلا كَاشِفَ لَهُ إِلا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ}


Jika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu. (Al-An'am: 17) Ayat ini semakna dengan firman-Nya yang lain:


{مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ}


Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah, maka tidak seorang pun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu.

(Fatir: 2), hingga akhir ayat.Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. sering berdoa dengan menyebutkan kalimat berikut:


"اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِما أَعْطَيْت، وَلَا معطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الجَدّ مِنْكَ الجَدّ"


Ya Allah, tidak ada yang dapat mencegah apa yang Engkau berikan, dan tidak ada yang dapat memberikan apa yang engkau cegah, dan tiadalah memberikan manfaat terhadap Engkau kedudukan orang yang mempunyai kedudukan. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ}


Dan Dialah Yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. (Al-An'am: 18)Yakni Dialah Tuhan yang menyerah kepada-Nya semua diri, tunduk kepada-Nya semua orang yang perkasa, tunduk kepadanya semua wajah,

segala sesuatu berada di bawah kekuasaan-Nya, tunduk kepada-Nya semua makhluk, dan tunduk patuhlah segala sesuatu kepada keagungan, kebesaran, ketinggian, dan kekuasaan-Nya; serta kecillah segala sesuatu di hadapan-Nya, semuanya berada di bawah kekuasaan dan hukum-Nya.


{وَهُوَ الْحَكِيمُ}


Dan Dialah Yang Mahabijaksana. (Al-An'am: 18)Yakni dalam semua perbuatan-Nya.


{الْخَبِيرُ}


lagi Maha Mengetahui. (Al-An'am: 18)Segala sesuatu yang pada tempat dan kedudukannya masing-masing. Karena itu, Dia tidak memberi kecuali kepada orang yang berhak; dan tidak mencegah kecuali terhadap orang yang berhak untuk dicegah. Kemudian Allah Swt. berfirman:


{قُلْ أَيُّ شَيْءٍ أَكْبَرُ شَهَادَةً}


Katakanlah, "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?” (Al-An'am: 19)Yakni siapakah di antara semuanya yang paling kuat persaksiannya?


{قُلِ اللَّهُ شَهِيدٌ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ}


Katakanlah, "Allah.” Dia menjadi saksi antara aku dan kalian. (Al-An'am: 19)Yakni Dialah Yang mengetahui apa yang aku sampaikan kepada kalian dan apa yang kalian katakan kepadaku.


{وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَذَا الْقُرْآنُ لأنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ}


Dan Al-Qur'an ini diwahyukan kepadaku supaya dengan dia aku memberi peringatan kepada kalian dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur'an (kepadanya). (Al-An'am: 19)Yakni Al-Qur'an merupakan peringatan bagi orang yang Al-Qur'an sampai kepadanya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:


{وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ مِنَ الأحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهُ}


Dan barang siapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al-Qur'an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya. (Hud: 17)Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami

Abu Sa’id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Waki', Abu Usamah, dan Abu Khalid, dari Musa ibnu Ubaidah, dari Muhammad ibnu Ka'b sehubungan dengan firman-Nya: dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur'an (kepadanya).

(Al-An'am: 19) Bahwa barang siapa yang sampai kepadanya Al-Qur'an, maka seakan-akan dia melihat Nabi Saw. Menurut Abu Khalid ditambahkan "dan berbicara dengan Nabi Saw.".Ibnu Jarir telah meriwayatkannya melalui jalur Abu Ma'syar,

dari Muhammad ibnu Ka'b yang mengatakan bahwa barang siapa yang sampai kepadanya Al-Qur'an, maka sungguh Nabi Muhammad Saw. telah menyampaikannya kepada dia.


قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ، عَنْ مَعْمَر، عَنْ قَتَادَةَ فِي قَوْلِهِ: {لأنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ} إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: "بَلِّغُوا عَنِ اللَّهِ، فَمَنْ بَلَغَتْهُ آيَةٌ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَقَدْ بَلَغه أَمْرُ اللَّهِ".


Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan firman Allah Swt.: Supaya dengan dia aku memberi peringatan kepada kalian dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur'an (kepadanya). (Al-An'am: 19)

Bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. telah bersabda: Sampaikanlah (Al-Qur'an) dari Allah. Maka barang siapa yang telah sampai kepadanya suatu ayat dari Kitabullah (Al-Qur'an), berarti telah sampai kepadanya perintah Allah.

Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan, suatu keharusan bagi orang yang mengikuti Rasulullah Saw. melakukan dakwah seperti dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah Saw., dan memberi peringatan dengan peringatan yang telah disampaikannya. Firman Allah Swt.:


{أَئِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ}


Apakah sesungguhnya kalian mengakui. (Al-An'am: 19) Hai orang-orang musyrik.


{أَنَّ مَعَ اللَّهِ آلِهَةً أُخْرَى قُلْ لَا أَشْهَدُ}


bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping Allah? Katakanlah, "Aku tidak mengakui.” (Al-An'am: 19)Ayat ini semakna dengan ayat lain, yaitu firman-Nya:


{فَإِنْ شَهِدُوا فَلا تَشْهَدْ مَعَهُمْ}


Jika mereka mempersaksikan, maka janganlah kamu ikut (pula) menjadi saksi bersama mereka. (Al-An'am: 150)Firman Allah Swt.:


{قُلْ إِنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنَّنِي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ}


Katakanlah "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan (dengan Allah)." (Al-An'am: 19)Kemudian Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal Ahli Kitab,

"Mereka mengenal nabi yang Aku datangkan kepada mereka ini, sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka sendiri melalui kabar dan berita yang ada pada mereka dari para rasul dan para nabi yang terdahulu.

Karena sesungguhnya semua rasul telah menyampaikan berita gembira akan kedatangan Nabi Muhammad Saw. ysng disertai dengan penyebutan sifat-sifatnya, ciri-ciri khasnya, negeri tempat tinggalnya, tempat hijrahnya, dan sifat-sifat umatnya." Karena itu, pada ayat berikutnya disebutkan:


{الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ}


Orang-orang yang merugikan dirinya. (Al-An'am: 20)Yakni mengalami kerugian yang sangat fatal.


{فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ}


Mereka itu tidak beriman. (Al-An'am: 20) kepada perkara yang jelas dan gamblang ini, yaitu berita gembira yang telah disampaikan oleh para nabi dan yang telah diisyaratkan sejak zaman dahulu hingga saat pemunculannya. Kemudian dalam firman selanjutnya:


{وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ}


Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat­-Nya? (Al-An'am: 21)Yakni tidak ada yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat kedustaan

terhadap Allah, lalu ia mengakui bahwa dirinya diutus oleh Allah, padahal Allah tidak mengutusnya. Kemudian tidak ada orang yang lebih aniaya daripada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah, hujah-hujah-Nya, bukti-bukti-Nya, dan dalil-dalil-Nya.


{إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ}


Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan. (Al-An'am: 21)Yakni orang ini, orang itu, orang yang membuat-buat kedustaan, dan orang yang berdusta, semuanya tidak beruntung.

Surat Al-Anam |6:18|

وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ ۚ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ

wa huwal-qoohiru fauqo 'ibaadih, wa huwal-ḥakiimul-khobiir

Dan Dialah yang berkuasa atas hamba-hamba-Nya. Dan Dia Maha Bijaksana, Maha Mengetahui.

And He is the subjugator over His servants. And He is the Wise, the Acquainted [with all].

Tafsir
Jalalain

(Dan Dialah yang berkuasa) Maha Kuasa tidak ada sesuatu pun yang dapat melemahkan-Nya, Dia Maha Tinggi (atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana)

atas makhluk-Nya (lagi Maha Mengetahui) Semua yang tersimpan dalam batin mereka sebagaimana halnya yang tampak pada mereka. Ayat berikut diturunkan berkenaan dengan pertanyaan yang mereka ajukan kepada Nabi saw.

, "Datangkanlah kepada kami orang yang menyaksikan dirimu sebagai Nabi karena sesungguhnya orang-orang Ahli Kitab pun ingkar terhadap dirimu."

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 18 |

Penjelasan ada di ayat 17

Surat Al-Anam |6:19|

قُلْ أَيُّ شَيْءٍ أَكْبَرُ شَهَادَةً ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ شَهِيدٌ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ ۚ وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَٰذَا الْقُرْآنُ لِأُنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ ۚ أَئِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ أَنَّ مَعَ اللَّهِ آلِهَةً أُخْرَىٰ ۚ قُلْ لَا أَشْهَدُ ۚ قُلْ إِنَّمَا هُوَ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ وَإِنَّنِي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ

qul ayyu syai`in akbaru syahaadah, qulillaah, syahiidum bainii wa bainakum, wa uuḥiya ilayya haażal-qur`aanu li`unżirokum bihii wa mam balagh, a innakum latasy-haduuna anna ma'allohi aalihatan ukhroo, qul laaa asy-had, qul innamaa huwa ilaahuw waaḥiduw wa innanii bariii`um mimmaa tusyrikuun

Katakanlah (Muhammad), "Siapakah yang lebih kuat kesaksiannya?" Katakanlah, "Allah, Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Al-Qur´an ini diwahyukan kepadaku agar dengan itu aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang yang sampai (Al-Qur´an kepadanya). Dapatkah kamu benar-benar bersaksi bahwa ada tuhan-tuhan lain bersama Allah?" Katakanlah, "Aku tidak dapat bersaksi." Katakanlah, "Sesungguhnya hanya Dialah Tuhan Yang Maha Esa dan aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)."

Say, "What thing is greatest in testimony?" Say, "Allah is witness between me and you. And this Qur'an was revealed to me that I may warn you thereby and whomever it reaches. Do you [truly] testify that with Allah there are other deities?" Say, "I will not testify [with you]." Say, "Indeed, He is but one God, and indeed, I am free of what you associate [with Him]."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah) kepada mereka ("Siapakah yang lebih kuat persaksiannya") menjadi tamyiz yang dialihkan dari mubtada (Katakanlah, "Allah.") jika kamu tidak mengatakannya,

maka tidak ada jawaban lain bagimu selain itu. (Dia menjadi saksi antara aku dan kamu) yang menyaksikan kebenaranku. (Dan Alquran ini diwahyukan kepadaku supaya aku memberi peringatan kepadamu)

aku membuat kamu takut hai penduduk Mekah (dengannya dan kepada orang-orang yang sampai kepadanya Alquran) diathafkan kepada dhamir yang terdapat dalam Lafal undzirakum;

artinya manusia dan jin yang sampai kepadanya Alquran. ("Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping Allah") kata tanya mengandung arti ingkar.

(Katakanlah) kepada mereka ("Aku tidak mengakui") hal tersebut. (Katakanlah, "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.") terhadap Allah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 19 |

Penjelasan ada di ayat 17

Surat Al-Anam |6:20|

الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمُ ۘ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ

allażiina aatainaahumul-kitaaba ya'rifuunahuu kamaa ya'rifuuna abnaaa`ahum, allażiina khosiruuu anfusahum fa hum laa yu`minuun

Orang-orang yang telah Kami berikan Kitab kepadanya, mereka mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman (kepada Allah).

Those to whom We have given the Scripture recognize it as they recognize their [own] sons. Those who will lose themselves [in the Hereafter] do not believe.

Tafsir
Jalalain

(Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepadanya mereka mengenalnya) artinya mengenal Muhammad dengan sifat-sifat atau ciri-cirinya yang terdapat di dalam Kitab mereka

(seperti mereka mengenal anak-anak sendiri. Orang-orang yang merugikan dirinya) di antara meereka (mereka itu tidak beriman) kepada Muhammad.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 20 |

Penjelasan ada di ayat 17

Surat Al-Anam |6:21|

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ ۗ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ

wa man azhlamu mim maniftaroo 'alallohi każiban au każżaba bi`aayaatih, innahuu laa yufliḥuzh-zhoolimuun

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan suatu kebohongan terhadap Allah atau yang mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak beruntung.

And who is more unjust than one who invents about Allah a lie or denies His verses? Indeed, the wrongdoers will not succeed.

Tafsir
Jalalain

(Dan siapakah) artinya tidak ada seorang pun (yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan kepada Allah) yaitu menyekutukan-Nya dengan selain-Nya (atau mendustakan ayat-ayat-Nya) Alquran.

(Sesungguhnya) artinya keadaan yang sebenarnya (orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan) oleh sebab kedustaannya itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 21 |

Penjelasan ada di ayat 17

Surat Al-Anam |6:22|

وَيَوْمَ نَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ نَقُولُ لِلَّذِينَ أَشْرَكُوا أَيْنَ شُرَكَاؤُكُمُ الَّذِينَ كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ

wa yauma naḥsyuruhum jamii'an ṡumma naquulu lillażiina asyrokuuu aina syurokaaa`ukumullażiina kuntum taz'umuun

Dan (ingatlah), pada hari ketika Kami mengumpulkan mereka semua, kemudian Kami berfirman kepada orang-orang yang mempersekutukan Allah, "Di manakah sembahan-sembahanmu yang dahulu kamu sangka (sekutu-sekutu Kami)?"

And [mention, O Muhammad], the Day We will gather them all together; then We will say to those who associated others with Allah, "Where are your 'partners' that you used to claim [with Him]?"

Tafsir
Jalalain

(Dan) ingatlah (hari yang di waktu itu Kami menghimpun mereka semuanya, kemudian Kami berkata kepada orang-orang musyrik) sebagai celaan

("Di manakah sesembahan-sesembahan yang kamu katakan dahulu") yang kalian jadikan sebagai sekutu-sekutu Allah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 22 |

Tafsir ayat 22-26

Allah Swt. berfirman menceritakan keadaan orang-orang musyrik:


{وَيَوْمَ نَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا}


Dan (ingatlah), di hari yang di waktu itu Kami menghimpun mereka semuanya. (Al-An'am: 22)Yakni pada hari kiamat nanti, lalu Allah menanyai mereka tentang berhala-berhala dan tandingan-tandingan yang mereka sembah-sembah itu selain Allah, seraya berfirman:


{أَيْنَ شُرَكَاؤُكُمُ الَّذِينَ كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ}


Di manakah sembahan-sembahan kalian yang dahulu kalian katakan (sekutu-sekutu Kami)? (Al-An'am: 22)Ayat ini sama dengan ayat lain yang terdapat dalam surat Al Qasas:


{وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ أَيْنَ شُرَكَائِيَ الَّذِينَ كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ}


Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah menyeru mereka, seraya berkata, "Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu kalian katakan?” (Al-Qashash: 62) Firman Allah Swt.:


{ثُمَّ لَمْ تَكُنْ فِتْنَتُهُمْ}


Kemudian tiadalah fitnah mereka. (Al-An'am: 23) Yakni alasan mereka.


{إِلا أَنْ قَالُوا وَاللَّهِ رَبِّنَا مَا كُنَّا مُشْرِكِينَ}


Kecuali mengatakan, "Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah.” (Al-An'am: 23)Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Kemudian tiadalah fitnah mereka. (Al-An'am: 23)

Yakni hujjah mereka. Dan menurut Ata Al-Khurrasani, dari Ibnu Abbas disebutkan alasan mereka. Hal yang sama dikatakan oleh Qatadah. Menurut Ibnu Juraij, dari Ibnu Abbas, disebutkan jawaban mereka. Hal yang sama telah dikatakan pula

oleh Ad-Dahhak. Ata Al-Khurrasani mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Kecuali mengatakan, "Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah.” (Al-An'am: 23)Ibnu Jarir mengatakan, pendapat yang benar ialah

yang mengatakan bahwa tiadalah jawaban mereka ketika Kami menguji mereka, yakni alasan yang mereka kemukakan tentang kemusyrikan yang pernah mereka lakukan itu. Kemudian tiadalah fitnah mereka. (Al-An'am: 23) Yakni cobaan mereka

ketika mereka diuji. Kecuali mengatakan, "Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah.” (Al-An'am: 23)Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami

Abu Yahya Ar-Razi’ dari Amr ibnu Abu Qais, dari Mutarrif, dari Al-Minhal, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa ia pernah kedatangan seorang lelaki yang langsung bertanya kepadanya mengenai makna firman-Nya:

Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah. (Al-An'am: 23)Ibnu Abbas menjawab, adapun mengenai firman-Nya: Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah. (Al-An'am: 23) Maka sesungguhnya mereka

ketika melihat bahwa tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang salat, maka mereka mengatakan, Marilah kita ingkari." Ketika mereka hendak mengingkarinya, maka Allah mengunci mulut mereka sehingga tidak dapat berbicara,

dan tangan serta kaki merekalah yang bersaksi; mereka tidak dapat menyembunyikan suatu peristiwa pun dari Allah. Maka apakah di dalam kalbumu sekarang masih terdapat sesuatu? Sesungguhnya tiada sesuatu pun dari Al-Qur'an

melainkan diturunkan suatu keterangan mengenainya, tetapi kalian tidak mengerti takwilnya.Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ayat ini berkenaan dengan orang-orang munafik. Tetapi pendapat ini masih perlu

dipertimbangkan, mengingat ayat ini Makkiyyah, sedangkan orang-orang munafik baru ada dalam periode Madaniyyah, dan ayat yang diturunkan berkenaan dengan orang-orang munafik adalah dalam surat Al-Mujadilah, yaitu firman-Nya:


يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ جَمِيعًا فَيَحْلِفُونَ لَهُ


(Ingatlah) hari (ketika) mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu mereka bersumpah kepada-Nya (bahwa mereka bukan orang musyrik). (Al-Mujadilah: 18), hingga akhir ayat.Di dalam surat ini disebutkan pula hal yang berkenaan dengan mereka melalui firman-Nya:


{انْظُرْ كَيْفَ كَذَبُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ}


Lihatlah bagaimana mereka telah berdusta terhadap diri mereka sendiri dan hilanglah dari mereka sembahan-sembahan yang dahulu mereka ada-adakan. (Al-An'am: 24)Ayat ini semakna dengan apa yang terdapat di dalam firman-Nya:


ثُمَّ قِيلَ لَهُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ تُشْرِكُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالُوا ضَلُّوا عَنَّا


Kemudian dikatakan kepada mereka, "Manakah berhala-berhala yang selalu kalian persekutukan, (yang kalian sembah) selain Allah?" Mereka menjawab, "Mereka telah hilang lenyap dari kami.” (Al-Mu’min: 73-74), hingga akhir ayat. Firman Allah Swt.:


{وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ وَجَعَلْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا}


Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan (bacaan)mu, padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (kami letakkan) sumbatan di telinganya.

Dan jika pun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. (Al-An'am: 25)Yakni mereka berdatangan untuk mendengarkan bacaanmu, tetapi hal itu tidak ada manfaatnya barang sedikit pun

bagi mereka, karena Allah Swt. telah meletakkan tutupan di atas hati mereka hingga mereka tidak dapat memahami Al-Qur'an. Dan Allah meletakkan sumbatan pada telinga mereka sehingga mereka tidak dapat mendengarkan hal yang bermanfaat bagi diri mereka, seperti yang diungkapkan oleh Allah Swt. dalam ayat lainnya:


وَمَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا كَمَثَلِ الَّذِي يَنْعِقُ بِمَا لَا يَسْمَعُ إِلا دُعَاءً وَنِدَاءً


Dan perumpamaan (orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak men­dengar selain panggilan dan seruan. (Al-Baqarah: 171), hingga akhir ayat.Firman Allah Swt.:


{وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا}


Dan jika pun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. (Al-An'am: 25)Yakni walaupun mereka telah melihat ayat-ayat, dalil-dalil, hujjah-hujjah yang jelas, dan bukti-bukti yang nyata,

mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Mereka sama sekali tidak mempunyai pemahaman dan tidak mempunyai kesadaran. Perihalnya sama seperti yang diungkapkan oleh firman-Nya:


وَلَوْ عَلِمَ اللَّهُ فِيهِمْ خَيْرًا لأسْمَعَهُمْ


Kalau kiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. (Al-Anfal: 23)Firman Allah Swt.:


{حَتَّى إِذَا جَاءُوكَ يُجَادِلُونَكَ}


Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu. (Al-An'am: 25)Yakni menentangmu dan membantah kebenaranmu dengan kebatilan.


{يَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ}


Orang-orang kafir itu berkata, "Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu.” (Al-An'am: 25)Yakni tiada lain yang kamu bawa ini hanyalah diambil dari kitab-kitab orang-orang yang terdahulu dan dinukil dari mereka. Firman Allah Swt.:


{وَهُمْ يَنْهَوْنَ عَنْهُ وَيَنْأَوْنَ عَنْهُ}


mereka sendiri menjauhkan diri darinya. (Al-An'am: 26)Sehubungan dengan makna lafaz yanhauna 'anhu, ada dua pendapat: Pendapat pertama mengatakan, makna yang dimaksud ialah mereka melarang orang lain mengikuti kebenaran,

membenarkan Rasul, dan taat kepada Al-Qur'an. Dan makna yan auna anhu yakni menjauhkan mereka dari Al-Qur'an. Dengan demikian, berarti mereka menggabung­kan dua perbuatan yang kedua-duanya buruk, yakni mereka tidak mau

mengambil manfaat dan tidak menyeru seorang pun untuk mengambil manfaat.Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubung­an dengan makna firman-Nya: Mereka melarang (orang lain) mendengarkan Al-Qur'an.

(Al-An'am: 26) Yakni mereka menjauhkan manusia dari Nabi Muhammad Saw. agar mereka tidak beriman kepadanya.Muhammad ibnul Hanafiyyah mengatakan, dahulu orang-orang kafir Quraisy tidak pernah mendatangi Nabi Saw.

dan melarang orang lain untuk mendatanginya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah, Mujahid, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Pendapat inilah yang lebih jelas (lebih kuat) dan yang dipilih oleh Ibnu Jarir.

Pendapat kedua diriwayatkan oleh Sufyan As-Sauri, dari Habib Ibnu Abu Sabit, dari orang yang pernah mendengarnya dari Ibnu Abbas yang mengatakan sehubunean dengan firman-Nya: Mereka melarang (orang lain) mendengarkan Al-Qur'an.

(Al-An'am: 26) Bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Talib, ia melarang orang-orang mengganggu Nabi Saw. Hal yang sama telah dikatakan oleh Al-Qasim ibnu Mukhaimirah, Habib ibnu Abu Sabit, Ata ibnu Dinar, dan lain-lainnya,

bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Talib.Sa'id ibnu Abu Hilal mengatakan, ayat ini diturunkan berkenaan dengan semua paman Nabi Saw. yang berjumlah sepuluh orang. Mereka adalah orang-orang yang paling keras

dalam membela Nabi Saw. secara terang-terangan, juga orang-orang yang paling keras dalam memusuhi Nabi Saw. secara diam-diam. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan

sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka melarang (orang lain) darinya. (Al-An'am: 26) Yaitu mereka melarang orang-orang membunuhnya (Nabi Muhammad Saw.).


{وَيَنْأَوْنَ عَنْهُ}


dan mereka sendiri menjauhkan diri darinya. (Al-An'am: 26) Yakni menjauhkan diri darinya.


{وَإِنْ يُهْلِكُونَ إِلا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ}


dan mereka hanyalah membinasakan diri mereka sendiri, sedangkan mereka tidak menyadari. (Al-An'am: 26)Artinya, tiadalah yang mereka binasakan dengan perbuatan itu melainkan diri mereka sendiri; dan tiadalah akibatnya kecuali menimpa mereka, sedangkan mereka tidak menyadari.

Surat Al-Anam |6:23|

ثُمَّ لَمْ تَكُنْ فِتْنَتُهُمْ إِلَّا أَنْ قَالُوا وَاللَّهِ رَبِّنَا مَا كُنَّا مُشْرِكِينَ

ṡumma lam takun fitnatuhum illaaa ang qooluu wallohi robbinaa maa kunnaa musyrikiin

Kemudian tidaklah ada jawaban bohong mereka, kecuali mengatakan, "Demi Allah, ya Tuhan kami, tidaklah kami mempersekutukan Allah."

Then there will be no [excuse upon] examination except they will say, "By Allah, our Lord, we were not those who associated."

Tafsir
Jalalain

(Kemudian tiadalah) Takun dapat dibaca yakun (fitnah mereka) dapat dibaca fitnatuhum dan fitnatahum; artinya alasan mereka (kecuali mengatakan) selain ucapan mereka ("Demi Allah, Tuhan kami)

dibaca dengan jar sebagai sifat, dan dibaca nashab sebagai seruan (kami bukanlah orang-orang yang musyrik terhadap Allah").

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 23 |

Penjelasan ada di ayat 22

Surat Al-Anam |6:24|

انْظُرْ كَيْفَ كَذَبُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ ۚ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ

unzhur kaifa każabuu 'alaaa anfusihim wa dholla 'an-hum maa kaanuu yaftaruun

Lihatlah, bagaimana mereka berbohong terhadap diri mereka sendiri. Dan sesembahan yang mereka ada-adakan dahulu akan hilang dari mereka.

See how they will lie about themselves. And lost from them will be what they used to invent.

Tafsir
Jalalain

Allah berfirman (Lihatlah) olehmu Muhammad (bagaimana mereka telah berdusta terhadap diri mereka sendiri) mereka menganggap bukan sebagai orang-orang musyrik (dan hilanglah) lenyaplah

(dari mereka apa-apa yang selama ini mereka buat-buat) sebagai sesembahan mereka selain Allah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 24 |

Penjelasan ada di ayat 22

Surat Al-Anam |6:25|

وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ ۖ وَجَعَلْنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا ۚ وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا ۚ حَتَّىٰ إِذَا جَاءُوكَ يُجَادِلُونَكَ يَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَٰذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ

wa min-hum may yastami'u ilaiik, wa ja'alnaa 'alaa quluubihim akinnatan ay yafqohuuhu wa fiii aażaanihim waqroo, wa iy yarou kulla aayatil laa yu`minuu bihaa, ḥattaaa iżaa jaaa`uuka yujaadiluunaka yaquulullażiina kafaruuu in haażaaa illaaa asaathiirul-awwaliin

Dan di antara mereka ada yang mendengarkan bacaanmu (Muhammad), dan Kami telah menjadikan hati mereka tertutup (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan telinganya tersumbat. Dan kalaupun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata, "Ini (Al-Qur´an) tidak lain hanyalah dongengan orang-orang terdahulu."

And among them are those who listen to you, but We have placed over their hearts coverings, lest they understand it, and in their ears deafness. And if they should see every sign, they will not believe in it. Even when they come to you arguing with you, those who disbelieve say, "This is not but legends of the former peoples."

Tafsir
Jalalain

(Dan di antara mereka ada orang-orang yang mau mendengarkanmu) apabila kamu membaca Alquran (padahal Kami telah menjadikan tutupan di atas hati mereka)

penutup-penutup (agar mereka tidak memahaminya) supaya mereka tidak dapat memahami Alquran (dan di telinga mereka Kami letakkan sumbatan) sehingga mereka tuli tidak dapat mendengarnya,

dengan pengertian pendengaran yang masuk di hati (Dan sekali pun mereka melihat segala tanda kebenaran, mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu,

orang-orang kafir itu berkata, "Tiadalah) tidak lain (ini) Alquran ini (kecuali dongengan) cerita-cerita bohong (orang orang dahulu.") sama seperti lelucon-lelucon dan legenda-legenda; asaathiir adalah bentuk jamak dari usthuurah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 25 |

Penjelasan ada di ayat 22

Surat Al-Anam |6:26|

وَهُمْ يَنْهَوْنَ عَنْهُ وَيَنْأَوْنَ عَنْهُ ۖ وَإِنْ يُهْلِكُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ

wa hum yan-hauna 'an-hu wa yan`auna 'an-h, wa iy yuhlikuuna illaaa anfusahum wa maa yasy'uruun

Dan mereka melarang (orang lain) mendengarkan (Al-Qur´an) dan mereka sendiri menjauhkan diri daripadanya, dan mereka hanyalah membinasakan diri mereka sendiri, sedang mereka tidak menyadari.

And they prevent [others] from him and are [themselves] remote from him. And they do not destroy except themselves, but they perceive [it] not.

Tafsir
Jalalain

(Mereka melarang) orang-orang lain (darinya) dari mengikut kepada Nabi Muhammad saw. (dan mereka sendiri menjauh) makin menjauh (darinya) mereka semakin tidak beriman kepadanya.

Menurut suatu riwayat ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Thalib; ia melarang orang-orang mengganggu Nabi saw. akan tetapi ia sendiri tidak mau beriman kepadanya (dan tidaklah) tiada lain

(mereka itu membinasakan) oleh sebab menjauh dari Nabi saw. (kecuali diri mereka sendiri) karena bahaya mereka sendirilah yang menanggungnya (sedangkan mereka tidak menyadari) akibat perbuatannya itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 26 |

Penjelasan ada di ayat 22

Surat Al-Anam |6:27|

وَلَوْ تَرَىٰ إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلَا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

walau tarooo iż wuqifuu 'alan-naari fa qooluu yaa laitanaa nuroddu wa laa nukażżiba bi`aayaati robbinaa wa nakuuna minal-mu`miniin

Dan seandainya engkau (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, mereka berkata, "Seandainya kami dikembalikan (ke dunia) tentu kami tidak akan mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman."

If you could but see when they are made to stand before the Fire and will say, "Oh, would that we could be returned [to life on earth] and not deny the signs of our Lord and be among the believers."

Tafsir
Jalalain

(Dan jika kamu melihat) hai Muhammad (ketika mereka dihadapkan) dikemukakan (ke neraka lalu mereka berkata, "Hai kiranya) ungkapan penyesalan (kami dikembalikan) ke dunia

(dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami serta menjadi orang-orang yang beriman.") kalau dibaca rafa' kedua fi'ilnya menjadi jumlah istinaf atau kalimat permulaan,

jika dibaca nashab keduanya menjadi jawab dari tamanniy, demikian pula bila dibaca rafa' fi'ilnya yang pertama serta dibaca nashab fi'ilnya yang kedua. Sedang jawab dari lau/seandainya ialah: tentu kamu melihat suatu peristiwa yang besar.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 27 |

Tafsir ayat 27-30

Allah Swt. menceritakan keadaan orang-orang kafir apabila mereka dihadapkan di neraka pada hari kiamat nanti. Mereka menyaksikan semua belenggu dan rantai yang ada di dalamnya

serta melihat semua hal yang mengerikan dan menakutkan itu dengan mata kepala mereka sendiri. Maka pada saat itulah mereka berkata, seperti yang disitir oleh firman-Nya:


{يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ}


Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman. (Al-An'am: 27)Mereka berharap untuk dikembalikan lagi ke alam dunia,

agar dapat mengerjakan amal saleh dan tidak akan mendustakan ayat-ayat Tuhan mereka lagi, serta akan menjadi orang-orang yang beriman.Allah Swt. berfirman:


{بَلْ بَدَا لَهُمْ مَا كَانُوا يُخْفُونَ مِنْ قَبْلُ}


Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya. (Al-An'am: 28)Sebenarnya saat itu baru tampak jelas bagi mereka semua yang dahulu mereka sembunyikan di dalam diri mereka,

yaitu berupa kekufuran, pendustaan, dan pengingkaran terhadap perkara yang hak, sekalipun ketika di dunia atau di akhirat mereka mengingkarinya; seperti yang baru disebutkan oleh firman-Nya sebelum ini, yaitu:


{ثُمَّ لَمْ تَكُنْ فِتْنَتُهُمْ إِلا أَنْ قَالُوا وَاللَّهِ رَبِّنَا مَا كُنَّا مُشْرِكِينَ انْظُرْ كَيْفَ كَذَبُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ}


Kemudian tiadalah fitnah mereka kecuali mengatakan, "Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah.” Lihatlah, bagaimana mereka telah berdusta terhadap diri mereka sendiri. (Al-An'am: 23-24)Dapat pula diinterpretasikan

bahwa saat itu baru tampak jelas semua yang dahulu mereka ketahui dalam hati mereka sendiri, yaitu kebenaran dari apa yang disampaikan kepada mereka oleh para rasul di dunia, sekalipun dahulu mereka menampakkan kepada

para pengikutnya menentang hal itu. Perihalnya sama dengan firman Allah Swt. ketika menceritakan perihal Nabi Musa a.s. yang berkata kepada Fir'aun:


{لَقَدْ عَلِمْتَ مَا أَنزلَ هَؤُلاءِ إِلا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ بَصَائِرَ}


Sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata. (Al-Isra: 102), hingga akhir ayat.Semakna pula dengan firman Allah Swt. yang menceritakan perihal Fir'aun dan kaumnya:


{وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا}


Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenaran)wya. (An-Naml: 14)Dapat pula ditakwilkan bahwa makna yang dimaksud dengan 'mereka' ialah orang-orang munafik,

yaitu mereka yang menampakkan iman tetapi menyembunyikan kekufuran. Dengan demikian, berarti makna ayat ini merupakan pemberitaan tentang apa yang bakal terjadi di hari kiamat menyangkut perkataan orang-orang kafir.

Pengertian ini sama sekali tidak bertentangan dengan keadaan surat ini sebagai surat Makkiyyah, sekalipun dikatakan bahwa sesungguhnya munafik itu hanya baru muncul dalam periode Madaniyyah yang dilakukan oleh

sebagian penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang ada di sekitarnya. Tetapi Allah telah menyebutkan pula terjadinya nifaq (munafik) dalam surat Makkiyyah, yaitu surat Al-' Ankabut. Allah Swt. telah berfirman:


{وَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْمُنَافِقِينَ}


Dan sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang beriman dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang munafik. (Al-'Ankabut: 11)Dengan demikian, berarti makna ayat ini (Al-An'am: 27)

merupakan berita tentang apa yang dikatakan oleh orang-orang munafik di akhirat nanti, yaitu di saat mereka menyaksikan azab. Maka saat itu tampak jelas rahasia yang dahulu mereka

sembunyikan di dalam hati mereka,yaitu berupa kekufuran, kemunafikan, dan pertentangan.Adapun mengenai makna idrab (tetapi) yang ada dalam firman-Nya:


{بَلْ بَدَا لَهُمْ مَا كَانُوا يُخْفُونَ مِنْ قَبْلُ}


Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya. (Al-An'am: 28)Sesungguhnya mereka tidak sekali-kali meminta untuk dikembalikan ke dunia karena ingin dan suka kepada iman,

melainkan semata-mata karena takut kepada azab yang mereka saksikan yang merupakan pem­balasan dari apa yang dahulu mereka perbuat, yaitu kekafiran mereka. Untuk itulah mereka minta kembali

ke dunia agar bebas dari kengerian pemandangan neraka yang mereka saksikan itu. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ}


Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka. (Al-An'am: 28)Yakni dalam permintaan mereka

yang menginginkan agar dikembalikan ke dunia supaya mereka dapat beriman. Permintaan itu bukan didasari karena suka dan cinta kepada keimanan.Kemudian Allah berfirman menceritakan perihal mereka, bahwa sekiranya mereka

dikembalikan ke dalam kehidupan di dunia, niscaya mereka akan kembali mengulangi perbuatan yang mereka dilarang melakukannya, yaitu kekufuran dan menentang perkara yang hak.


{وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ}


Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka. (Al-An'am: 28)Yaitu dalam penyesalan mereka yang disebutkan oleh firman-Nya:


{يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ}


Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman. (Al-An'am: 27)Firman Allah Swt.:


{وَقَالُوا إِنْ هِيَ إِلا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ}


Dan tentu mereka akan mengatakan (pula), "Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja, dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan.” (Al-An'am: 29)Dengan kata lain, niscaya mereka akan kembali melakukan hal-hal yang mereka dilarang mengerjakannya; dan niscaya mereka akan mengatakan:


{إِنْ هِيَ إِلا حَيَاتُنَا}


Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja. (Al-An'am: 29)Artinya, kehidupan itu hanyalah di dunia saja, kemudian tidak ada hari berbangkit sesudahnya. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:


{وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ}


dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan. (Al-An'am: 29)Kemudian Allah Swt. berfirman:


{وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى رَبِّهِمْ}


Dan seandainya kamu melihat ketika mereka dihadapkan kepada Tuhannya. (Al-An'am: 30)Maksudnya dihentikan di hadapan Tuhannya.


{أَلَيْسَ هَذَا بِالْحَقِّ}


Berfirman Allah, "Bukankah (kebangkitan) ini benar?” (Al-An'am: 30)Yakni bukankah hari berbangkit ini benar, bukan dusta seperti apa yang kalian duga sebelumnya?


{قَالُوا بَلَى وَرَبِّنَا قَالَ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ}


Mereka menjawab, "Sungguh benar, demi Tuhan kami.” Allah Ber­firman, "Karena itu, rasakanlah azab ini disebabkan kalian mengingkari (nya)." (Al-An'am: 30)Karena dulu kalian tidak mempercayainya, maka pada hari ini rasakanlah azab itu. Lalu dikatakan kepada mereka:


{أَفَسِحْرٌ هَذَا أَمْ أَنْتُمْ لَا تُبْصِرُونَ}


Maka apakah sihir itu? Ataukah kalian tidak melihat? (At-Tur: 15)

Surat Al-Anam |6:28|

بَلْ بَدَا لَهُمْ مَا كَانُوا يُخْفُونَ مِنْ قَبْلُ ۖ وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ

bal badaa lahum maa kaanuu yukhfuuna ming qobl, walau rudduu la'aaduu limaa nuhuu 'an-hu wa innahum lakaażibuun

Tetapi (sebenarnya) bagi mereka telah nyata kejahatan yang mereka sembunyikan dahulu. Seandainya mereka dikembalikan ke dunia, tentu mereka akan mengulang kembali apa yang telah dilarang mengerjakannya. Mereka itu sungguh pendusta.

But what they concealed before has [now] appeared to them. And even if they were returned, they would return to that which they were forbidden; and indeed, they are liars.

Tafsir
Jalalain

Allah berfirman (Tetapi) sebagai sanggahan terhadap kemauan mereka untuk beriman; pengertian ini dipahami dari makna tamanniy tadi (telah nyata) telah jelas (bagi mereka apa yang dahulu mereka menyembunyikannya)

apa yang tersimpan dalam hati mereka yang dahulu mereka mengatakan, bahwa demi Allah, Tuhan kami, kami bukanlah orang-orang musyrik terhadap Allah.

Hal itu terungkapkan berkat kesaksian anggota-anggota tubuh mereka, sehingga mereka mengharapkan (Sekiranya mereka dikembalikan) ke dunia secara perkiraan

(tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya) yaitu perbuatan syirik (dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka) dalam janji mereka yang menyatakan sedia untuk beriman.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 28 |

Penjelasan ada di ayat 27

Surat Al-Anam |6:29|

وَقَالُوا إِنْ هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ

wa qooluuu in hiya illaa ḥayaatunad-dun-yaa wa maa naḥnu bimab'uuṡiin

Dan tentu mereka akan mengatakan (pula), "Hidup hanyalah di dunia ini, dan kita tidak akan dibangkitkan."

And they say, "There is none but our worldly life, and we will not be resurrected."

Tafsir
Jalalain

(Dan tentu mereka akan mengatakan) orang-orang yang ingkar terhadap hari berbangkit ("Tiada lain) tidak lain (ia) dimaksud kehidupan (kecuali hanya kehidupan dunia saja, dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 29 |

Penjelasan ada di ayat 27

Surat Al-Anam |6:30|

وَلَوْ تَرَىٰ إِذْ وُقِفُوا عَلَىٰ رَبِّهِمْ ۚ قَالَ أَلَيْسَ هَٰذَا بِالْحَقِّ ۚ قَالُوا بَلَىٰ وَرَبِّنَا ۚ قَالَ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ

walau tarooo iż wuqifuu 'alaa robbihim, qoola a laisa haażaa bil-ḥaqq, qooluu balaa wa robbinaa, qoola fa żuuqul-'ażaaba bimaa kuntum takfuruun

Dan seandainya engkau (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan kepada Tuhannya (tentulah engkau melihat peristiwa yang mengharukan). Dia berfirman, "Bukankah (kebangkitan) ini benar?" Mereka menjawab, "Sungguh benar, demi Tuhan kami." Dia berfirman, "Rasakanlah azab ini, karena dahulu kamu mengingkarinya."

If you could but see when they will be made to stand before their Lord. He will say, "Is this not the truth?" They will say, "Yes, by our Lord." He will [then] say, "So taste the punishment because you used to disbelieve."

Tafsir
Jalalain

(Dan seandainya kamu melihat ketika mereka dihadapkan) mereka diajukan (kepada Tuhan mereka) tentulah kamu akan melihat peristiwa yang besar.

(Allah berfirman) kepada mereka melalui lisan malaikat-malaikat-Nya sebagai cemoohan. ("Bukankah hal ini) yakni kebangkitan dan hari pembalasan ini (benar" Mereka menjawab, "Sungguh benar, demi Tuhan kami")

sungguh hal itu adalah benar belaka (Berfirman Allah, "Karena itu rasakanlah azab ini, disebabkan kamu mengingkari")nya sewaktu hidup di dunia.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 30 |

Penjelasan ada di ayat 27

Surat Al-Anam |6:31|

قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِلِقَاءِ اللَّهِ ۖ حَتَّىٰ إِذَا جَاءَتْهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً قَالُوا يَا حَسْرَتَنَا عَلَىٰ مَا فَرَّطْنَا فِيهَا وَهُمْ يَحْمِلُونَ أَوْزَارَهُمْ عَلَىٰ ظُهُورِهِمْ ۚ أَلَا سَاءَ مَا يَزِرُونَ

qod khosirollażiina każżabuu biliqooo`illaah, ḥattaaa iżaa jaaa`at-humus-saa'atu baghtatang qooluu yaa ḥasrotanaa 'alaa maa farrothnaa fiihaa wa hum yaḥmiluuna auzaarohum 'alaa zhuhuurihim, alaa saaa`a maa yaziruun

Sungguh rugi orang-orang yang mendustakan pertemuan dengan Allah, sehingga apabila Kiamat datang kepada mereka secara tiba-tiba, mereka berkata, "Alangkah besarnya penyesalan kami terhadap kelalaian kami tentang Kiamat itu," sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Alangkah buruknya apa yang mereka pikul itu.

Those will have lost who deny the meeting with Allah, until when the Hour [of resurrection] comes upon them unexpectedly, they will say, "Oh, [how great is] our regret over what we neglected concerning it," while they bear their burdens on their backs. Unquestionably, evil is that which they bear.

Tafsir
Jalalain

(Sungguh telah rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah) mendustakan adanya hari kebangkitan (sehingga) sebagai tanda keterlaluan mereka dalam mendustakan

(apabila kiamat datang kepada mereka) yaitu hari kiamat (dengan tiba-tiba) secara mendadak (mereka berkata, "Alangkah besarnya penyesalan kami) sebagai ungkapan rasa derita yang sangat keras;

dan pemakaian huruf nida atau panggilan di sini hanyalah majaz atau kiasan yang artinya sekarang saatnya telah tiba maka datanglah (terhadap kelalaian kami) kealpaan kami (tentang kiamat itu.")

sewaktu di dunia (sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya) dosa-dosa itu mendatangi mereka dalam bentuk yang paling buruk dan paling berbau kemudian dosa-dosa itu menaiki mereka.

(Ingatlah, amatlah buruk) sangat jeleklah (apa yang mereka pikul itu) beban yang mereka pikul itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 31 |

Tafsir ayat 31-32

Allah Swt. berfirman, menceritakan kerugian yang dialami oleh orang-orang yang mendustakan adanya hari bersua dengan-Nya, kekecewaan mereka apabila datang kepada mereka hari kiamat secara tiba-tiba,

dan penyesalan mereka atas kelalaian mereka terhadap amal saien serta perbuatan-perbuatan jahat yang pernah mereka lakukan. Hal ini digambarkan oleh firman-Nya:


{حَتَّى إِذَا جَاءَتْهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً قَالُوا يَا حَسْرَتَنَا عَلَى مَا فَرَّطْنَا فِيهَا}


sehingga apabila kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata, "Alangkah besarnya penyesalan kami terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu!" (Al-An'am: 31)Damir yang terdapat pada lafaz fiha dapat dirujukkan

kepada kehidupan dunia, dapat dirujukkan kepada amal-amal saleh, dapat pula dirujukkan kepada hari akhirat, yakni perkara yang menyangkut hari akhirat (termasuk hari kiamat). Firman Allah Swt.:


{وَهُمْ يَحْمِلُونَ أَوْزَارَهُمْ عَلَى ظُهُورِهِمْ أَلا سَاءَ مَا يَزِرُونَ}


sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, amatlah buruk apa yang mereka pikul itu. (Al-An'am: 31)Yaziruna artinya apa yang mereka pikul. Menurut Qatadah adalah 'apa yang mereka kerjakan'.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Khalid Al-Ahmar, dari Amr ibnu Qais, dari Abu Marzuq yang mengatakan bahwa orang kafir atau orang durhaka

ketika keluar dari kuburnya disambut oleh seseorang yang rupanya sangat buruk dan baunya sangat busuk. Lalu ditanya, ''Siapakah kamu?" Ia menjawab, * Apakah kamu tidak mengenalku?" Si kafir menjawab, "Tidak, demi Allah,

hanya Allah telah memburukkan mukamu dan membusukkan baumu." Lalu yang ditanya menjawab, "Aku adalah amal perbuatanmu, seperti inilah keadaanmu sewaktu di dunia, yaitu buruk dan busuk. Sekarang kemarilah kamu,

aku akan menaikimu sebagai pembalasan selama engkau menaikiku sewaktu di dunia." Yang demikian itu disebutkan dalam firman Allah Swt.: sambil mereka memikul dosa-dosa itu di atas punggungnya. (Al-An'am: 31), hingga akhir ayat.

Asbat telah meriwayatkan dari As-Saddi yang mengatakan bahwa tiada seorang zalim pun yang dimasukkan ke dalam kuburnya melainkan didatangi oleh seorang lelaki yang buruk wajahnya, hitam lagi busuk baunya dan memakai pakaian

yang sangat kotor; lelaki itu masuk ke dalam kubur bersamanya. Apabila si zalim itu melihatnya, ia bertanya, "Mengapa wajahmu sangat buruk?" Dijawab, ''Demikian pula amal perbuatanmu dahulu, buruk seperti aku." Ia bertanya,

"Mengapa baumu sangat busuk?" Dijawab, "Demikian pula amal perbuatanmu dahulu, busuk seperti aku." Ia bertanya, "Mengapa pakaianmu kotor?" Dijawab, "Sesungguhnya amal perbuatanmu dahulu kotor." Ia bertanya,

"Siapakah kamu sebenarnya?" Dijawab, "Amal perbuatanmu." Lalu ia bersamanya di dalam kuburnya. Apabila ia dibangkitkan pada hari kiamat, maka amalnya itu berkata kepadanya, "Sesungguhnya dahulu ketika di dunia akulah

yang menggendongmu dengan semua kelezatan dan nafsu syahwat, sekarang gantian engkaulah yang menggendongku." Maka amalnya itu menaiki punggungnya, lalu orang tersebut digiring oleh amalnya hingga masuk ke dalam neraka.

Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: sambil mereka memikul dosa-aosa di atas punggungnya. Ingatlah amatlah buruk apa yang mereka pikul itu. (Al-An' am: 31)Firman Allah Swt.:


{وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا لَعِبٌ وَلَهْوٌ}


Dan tiadalah kehidupan dunia ini selain dari main-main dan senda gurau. (Al-An'am: 32)Artinya, sesungguhnya kehidupan dunia memang kebanyakannya demikian.


{وَلَلدَّارُ الآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلا تَعْقِلُونَ}


Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidaklah kalian memahaminya? (Al-An'am: 32)

Surat Al-Anam |6:32|

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

wa mal-ḥayaatud-dun-yaaa illaa la'ibuw wa lahw, wa lad-daarul-aakhirotu khoirul lillażiina yattaquun, a fa laa ta'qiluun

Dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?

And the worldly life is not but amusement and diversion; but the home of the Hereafter is best for those who fear Allah, so will you not reason?

Tafsir
Jalalain

(Dan tiadalah kehidupan dunia ini) artinya kesibukannya (selain dari main-main dan senda-gurau) adapun mengenai amal taat dan hal-hal yang menjadi sarananya maka hal itu termasuk perkara-perkara akhirat.

(Dan sungguh kampung akhirat itu) di dalam suatu qiraat yang dimaksud dengan kampung akhirat itu ialah surga (lebih baik bagi orang-orang yang takwa) yang takut berbuat kemusyrikan.

(Maka tidakkah kamu memahaminya) dengan memakai ya dan ta; hal itu kemudian mendorong kamu untuk beriman.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 32 |

Penjelasan ada di ayat 31

Surat Al-Anam |6:33|

قَدْ نَعْلَمُ إِنَّهُ لَيَحْزُنُكَ الَّذِي يَقُولُونَ ۖ فَإِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَٰكِنَّ الظَّالِمِينَ بِآيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ

qod na'lamu innahuu layaḥzunukallażii yaquuluuna fa innahum laa yukażżibuunaka wa laakinnazh-zhoolimiina bi`aayaatillaahi yaj-ḥaduun

Sungguh, Kami mengetahui bahwa apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu (Muhammad), (janganlah bersedih hati) karena sebenarnya mereka bukan mendustakan engkau, tetapi orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.

We know that you, [O Muhammad], are saddened by what they say. And indeed, they do not call you untruthful, but it is the verses of Allah that the wrongdoers reject.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya) untuk penegasan (Kami mengetahui bahwasanya) perihal itu (apa yang mereka katakan itu membuat kamu bersedih hati) berupa kedustaan yang ditujukan kepadamu

(karena mereka sebenarnya tidak mendustakan kamu) secara sembunyi-sembunyi oleh sebab pengetahuan mereka tentang dirimu yang dapat dipercaya itu. Dan di dalam suatu qiraat dibaca dengan takhfif atau ringan;

artinya mereka tidak menuduhmu berbuat dusta (akan tetapi orang-orang yang zalim itu) azh-zhaalimiina diletakkan pada tempatnya dhamir (terhadap ayat-ayat Allah) Alquran (mereka ingkar) mereka mendustakannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 33 |

Tafsir ayat 33-36

Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, tetapi orang-orang yang zalim itu

mengingkari ayat-ayat Allah. Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami

kepada mereka. Tak ada seorang pun yang dapat mengubah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebagian dari berita rasul-rasul itu. Dan jika perpalingan mereka (darimu) terasa amat berat bagimu,

maka jika kamu dapat membuat lubang di bumi atau tangga ke langit, lalu kamu dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka (maka buatlah). Kalau Allah menghendaki, tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk. Sebab itu,

janganlah kamu sekali-kali termasuk orang-orang yang jahil. Hanya orang-orang yang mendengar sajalah yang memenuhi (seruan Allah), dan orang-orang yang mati (hatinya) akan dibangkitkan oleh Allah,

kemudian kepada-Nyalah mereka dikembalikan.Allah Swt. berfirman menghibur nabi-Nya dalam menghadapi pendusta­an kaumnya terhadap dirinya dan pertentangan mereka terhadapnya:


{قَدْ نَعْلَمُ إِنَّهُ لَيَحْزُنُكَ الَّذِي يَقُولُونَ}


Sesungguhnya Kami mengetahui bahwa apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu. (Al-An'am: 33)Maksudnya,pengetahuan Kami benar-benar telah meliputi pendustaan mereka terhadapmu dan kesedihan serta kekecewaanmu terhadap sikap mereka. Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain:


{فَلا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ}


maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. (Fathir: 8)Sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya yang lain:


{لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ أَلا يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ}


Boleh jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan dirimu, karena mereka tidak beriman. (Asy-Syu'ara: 3)Sama pula dengan firman-Nya:


{فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَى آثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا}


Maka barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur'an). (Al-Kahfi: 6)Adapun firman Allah Swt.:


{فَإِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَكِنَّ الظَّالِمِينَ بِآيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ}


karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. (Al-An'am: 33)Artinya mereka sama sekali tidak menuduhmu sebagai seorang pendusta dalam hal tersebut,

tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah (Al-An'am: 33) Yakni 'tetapi mereka mengingkari perkara yang hak dan menolaknya dengan dada mereka', seperti yang diriwayatkan oleh Sufyan As-Sauri, dari Abu Ishaq,

dari Najiyah ibnu Ka'b, dari Ali yang menceritakan bahwa Abu Jahal pernah berkata kepada Nabi Saw., "Sesungguhnya kami tidak menuduh dirimu pendusta, tetapi kamu hanya mendustakan apa yang kamu sampaikan itu." Maka Allah Swt.

menurunkan firman-Nya: Karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. (Al-An'am: 33)Imam Hakim meriwayatkannya melalui jalur Israil, dari Abu Ishaq;

kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa hadis ini sahih dengan syarat Syaikhain (Imam Bukhari dan Imam Muslim), tetapi keduanya tidak mengetengahkannya.Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami

Muhammad ibnul Wazir Al-Wasiti di Mekah, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnul Mubasysyir Al-Wasiti, dari Salam ibnu Miskin, dari Abu Yazid Al-Madani, bahwa Nabi Saw. bersua dengan Abu Jahal, lalu berjabat tangan dengannya.

Kemudian ada seorang lelaki berkata kepada Abu Jahal, "Kalau tidak salah aku pernah melihatmu berjabat tangan dengan orang yang sabi ini (maksudnya Nabi Muhammad Saw.)." Abu Jahal menjawab, "Demi Allah, sesungguhnya aku

benar-benar mengetahui bahwa dia adalah seorang nabi, tetapi bilakah bagi kami kalangan Bani' Abdu Manaf mau mengikutinya?" Lalu Abu Yazid membacakan firman-Nya: karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu,

tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. (Al-An'am: 33)Menurut takwil Abu Saleh dan Qatadah disebutkan, "Mereka mengetahui bahwa engkau adalah Rasulullah, tetapi mereka mengingkari(nya)."

Muhammad ibnu Ishaq menuturkan dari Az-Zuhri kisah Abu Jahal ketika datang mendengar bacaan Al-Qur'an Nabi Saw. di malam hari, dan datang pula mendengarkannya Abu Sufyan ibnu Harb dan Al-Akhnas ibnu Syuraiq, tetapi ketiga orang

tersebut masing-masing tidak mengetahui keberadaan yang lainnya. Lalu mereka mendengarkannya sampai subuh. Dan ketika hari telah subuh, mereka bubar, lalu dalam perjalanan pulangnya mereka bersua di tengah jalan.

Maka masing-masing dari mereka berkata kepada yang lainnya, "Apakah yang kamu dapatkan?" Lalu masing-masing orang mengemukakan apa yang telah didapat (dipahami)nya.Kemudian mereka saling berjanji bahwa mereka

tidak akan mendengarkannya lagi, karena khawatir perbuatan mereka diketahui oleh para pemuda Quraisy, yang dampaknya nanti para pemuda Quraisy menjadi tertarik kepada Nabi Saw. dengan kedatangan mereka.

Pada malam keduanya masing-masing dari mereka datang lagi dengan dugaan bahwa kedua temannya pasti tidak akan datang mengingat perjanjian yang telah mereka sepakati bersama. Tetapi pada pagi harinya mereka bersua di tengah jalan

dalam perjalanan pulangnya, maka mereka saling mencela. Akhirnya mereka mengadakan perjanjian lagi bahwa mereka tidak akan mendengarkannya lagi.Pada malam ketiganya ternyata mereka datang lagi dan pagi harinya mereka

bersua kembali, lalu berjanji tidak akan melakukan hal yang serupa, kemudian pulang ke rumahnya masing-masing. Pada pagi hari­nya Al-Akhnas ibnu Syuraiq mengambil tongkatnya, lalu pergi ke rumah Abu Sufyan.

Setelah sampai di rumah Abu Sufyan, ia bertanya, "Hai Abu Hanzalah, ceritakanlah kepadaku kesan yang kamu simpulkan setelah mendengar bacaan Muhammad itu." Abu Sufyan menjawab, "Hai Abu Sa'labah, demi Allah,

sesungguhnya aku telah mendengar banyak hal yang kuketahui dan kuketahui pula makna yang dimaksud darinya, tetapi aku telah mendengar pula banyak hal yang tidak kumengerti maknanya dan apa yang dimaksud olehnya.

" Al-Akhnas berkata mengiakan, "Aku pun berani sumpah seperti kamu, bahwa aku mempunyai pemahaman yang sama denganmu."Lalu Al-Akhnas keluar dari rumah Abu Sufyan dan langsung menuju ke rumah Abu Jahal.

Ia langsung masuk ke dalam rumah Abu Jahal dan berkata, "Hai Abul Hakam, bagaimanakah pendapatmu tentang apa yang telah kamu dengar dari (bacaan) Muhammad?" Abu Jahal menjawab, "Sama seperti yang kamu dengar."

Abu Jahal melanjutkan perkataannya, "Kami bersaing dengan Bani Abdu Manaf dalam hal kedudukan yang terhormat; mereka memberi makan, maka kami pun memberi makan; mereka membantu mengadakan angkutan,

maka kami pun berbuat hal yang sama: dan mereka memberi, maka kami pun memberi pula, hingga manakala kami berlutut di atas kendaraan dalam keadaan lemah dan tersandera, mereka mengatakan bahwa dari kalangan kami

ada seorang nabi yang selalu didatangi oleh wahyu dari langit. Maka bilamana kami menjumpai ini, demi Allah, kami tidak akan beriman kepadanya selama-lamanya dan tidak akan percaya kepadanya." Maka Al-Akhnas bangkit meninggalkannya.

Ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui Asbat, dari As-saddi sehu­bungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati),

karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. (Al-An'am: 33)Ketika Perang Badar, Al-Akhnas ibnu Syuraiq berkata kepada Bani Zahrah, "Hai Bani Zahrah,

sesungguhnya Muhammad adalah anak lelaki saudara perempuan kalian. Maka kalian adalah orang yang lebih berhak untuk melindungi anak saudara perempuan kalian. Karena sesungguhnya jika dia memang seorang nabi,

janganlah kalian memeranginya hari ini; dan jika dia dusta, maka kalian adalah orang yang paling berhak untuk menghentikan anak saudara perempuan kalian. Berhentilah kalian, sebelum aku bersua lebih dahulu

dengan Abul Hakam (Abu Jahal). Jika Muhammad menang, kalian tetap kembali dengan selamat; dan jika Muhammad dikalahkan, maka sesungguhnya kaum kalian belum pernah berbuat sesuatu pun kepada kalian."

Sejak saat itu ia diberi nama Al-Akhnas, sebelum itu namanya adalah Ubay. Lalu Al-Akhnas menjumpai Abu Jahal, kemudian mem­bawanya menyendiri hanya berduaan dengannya. Al-Akhnas bertanya, "Hai Abul Hakam,

ceritakanlah kepadaku tentang Muhammad, apakah dia benar ataukah dusta? Karena sesungguhnya di tempat ini sekarang tidak ada seorang Quraisy pun selain aku dan kamu yang dapat men­dengar pembicaraan kita."

Abu Jahal menjawab, "Celakalah kamu, demi Allah, sesungguhnya Muhammad memang orang yang benar, Muhammad sama sekali tidak pernah dusta. Tetapi apabila Abi Qusai memborong semua jabatan,

yaitu liwa, siqayah, hijabah, dan kenabian, maka apa lagi yang tersisa buat kaum Quraisy lainnya?"Yang demikian itulah maksud dari firman-Nya:


{فَإِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَكِنَّ الظَّالِمِينَ بِآيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ}


Karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. (Al-An'am:33)Ayat-ayat Allah adalah Nabi Muhammad Saw. Firman Allah Swt.:


وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا


Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. (Al-An'am: 34)

Hal ini merupakan hiburan bagi hati Nabi Muhammad Saw., sekaligus sebagai ungkapan dukungan terhadapnya dalam menghadapi orang-orang yang mendustakannya dari kalangan kaumnya, juga merupakan perintah kepadanya

agar bersikap sabar sebagaimana sikap sabar orang-orang yang berhati teguh dari kalangan para rasul terdahulu. Dalam ayat ini pun terkandung janji Allah kepada nabi-Nya, bahwa Dia akan menolongnya sebagaimana Dia telah menolong

para rasul terdahulu, kemudian beroleh kemenangan. Pada akhirnya akibat yang terpuji diperoleh para rasul sesudah mengalami pendustaan dan gangguan dari kaumnya masing-masing.

Setelah itu datanglah kepada mereka pertolongan-dan kemenangan di dunia dan di akhirat. Seperti yang disebutkan oleh firman selanjutnya:


{وَلا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ}


Tak ada seorang pun yang dapat mengubah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. (Al-An'am: 34)Yakni janji-janji kemenangan yang telah ditetapkan-Nya di dunia dan akhirat bagi hamba-hamba-Nya yang mukmin. Perihalnya sama dengan firman-Nya yang lain:


{وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا الْمُرْسَلِينَ * إِنَّهُمْ لَهُمُ الْمَنْصُورُونَ وَإِنَّ جُنْدَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ}


Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul, (yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapatpetolongan. Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang. (Ash-Shaffat: 171-173)


{كَتَبَ اللَّهُ لأغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ}


Allah telah menetapkan, "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang.” Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa. (Al-Mujadilah: 21)Mengenai firman Allah Swt.:


{وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ الْمُرْسَلِينَ}


sesungguhnya telah datang kepadamu sebagian dari berita rasul-rasul itu. (Al-An'am: 34)Artinya berita tentang mereka, bagaimana mereka mendapat pertolongan dan dukungan dalam menghadapi orang-orang yang mendustakan mereka

dari kalangan kaumnya. Maka demikian pula halnya dengan kamu (Muhammad) akan mengalami hal yang sama dengan para rasul yang mendahuluimu.Kemudian Allah Swt. berfirman:


{وَإِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكَ إِعْرَاضُهُمْ}


Dan jika perpalingan mereka (darimu) terasa amat berat bagimu. (Al-An'am: 35)Yaitu apabila terasa berat olehmu sikap berpaling mereka darimu.


{فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَبْتَغِيَ نَفَقًا فِي الأرْضِ أَوْ سُلَّمًا فِي السَّمَاءِ}


maka jika kamu dapat membuat lubang di bumi atau tangga ke langit. (Al-An'am: 35)Ali ibnu Abu Talhah mengatakan dari Ibnu Abbas, bahwa nafaq artinya terowongan. Yakni kamu (Muhammad) masuk ke dalam terowongan itu,

lalu datang membawa ayat kepada mereka; atau kamu buat tangga sampai ke langit, lalu kamu naik ke langit dan mendatangkan kepada mereka suatu ayat (bukti) yang lebih baik daripada yang engkau sampaikan

kepada mereka sekarang,maka lakukanlah. Hal yang semisal dikatakan pula oleh Qatadah, As-Saddi, dan lain-lainnya. Firman Allah Swt.:


{وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى الْهُدَى فَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ}


Kalau Allah menghendaki, tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk. Sebab itu, janganlah kalian sekali-kali termasuk orang-orang yang jahil. (Al-An'am: 35)Ayat ini sama maknanya dengan ayat lain, yaitu firman-Nya:


وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لآمَنَ مَنْ فِي الأرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا


Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. (Yunus: 99), hingga akhir ayat.Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya:

Kalau Allah menghendaki, tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk (Al-An'am: 35) Sesungguhnya Rasulullah Saw. sangat menginginkan semua orang ber­iman dan mengikuti jalan petunjuknya.

Maka Allah memberitahukan kepadanya bahwa tidak ada seorang pun yang beriman kecuali orang yang telah ditakdirkan oleh Allah mendapat kebahagiaan sejak zaman azalinya.Firman Allah Swt.:


{إِنَّمَا يَسْتَجِيبُ الَّذِينَ يَسْمَعُونَ}


Hanya orang-orang yang mendengar sajalah yang mematuhi (seruan Allah). (Al-An'am 36)Yakni sesungguhnya orang yang menyambut seruanmu, hai Muhammad, hanyalah orang yang mau mendengar, mencerna, dan memahaminya. Perihalnya sama dengan yang disebutkan oleh ayat lain:


{لِيُنْذِرَ مَنْ كَانَ حَيًّا وَيَحِقَّ الْقَوْلُ عَلَى الْكَافِرِينَ}


supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir. (Yasin: 70)Firman Allah Swt.:


{وَالْمَوْتَى يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ}


dan orang-orang yang mati (hatinya) akan dibangkitkan oleh Allah, (Al-An'am: 36)Yang dimaksud dengan 'orang-orang yang mati' ialah orang-orang kafir. Dikatakan demikian karena hati mereka mati,

maka Allah menyerupakan mereka dengan orang-orang yang mati sungguhan (yakni bangkai).Karena itulah disebutkan:


{وَالْمَوْتَى يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ ثُمَّ إِلَيْهِ يُرْجَعُونَ}


dan orang-orang yang mati akan dibangkitkan oleh Allah, kemudian kepada-Nyalah mereka dikembalikan. (Al-An'am: 36)Di dalam ungkapan ini terkandung makna cemoohan dan penghinaan terhadap mereka.

Surat Al-Anam |6:34|

وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَىٰ مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّىٰ أَتَاهُمْ نَصْرُنَا ۚ وَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ۚ وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ الْمُرْسَلِينَ

wa laqod kużżibat rusulum ming qoblika fa shobaruu 'alaa maa kużżibuu wa uużuu ḥattaaa ataahum nashrunaa, wa laa mubaddila likalimaatillaah, wa laqod jaaa`aka min naba`il-mursaliin

Dan sesungguhnya rasul-rasul sebelum engkau pun telah didustakan, tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Dan tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat (ketetapan) Allah. Dan sungguh, telah datang kepadamu sebagian dari berita rasul-rasul itu.

And certainly were messengers denied before you, but they were patient over [the effects of] denial, and they were harmed until Our victory came to them. And none can alter the words of Allah. And there has certainly come to you some information about the [previous] messengers.

Tafsir
Jalalain

(Dan sungguh telah didustakan pula rasul-rasul sebelumnya) dalam ayat ini terkandung makna yang menghibur diri Nabi saw.

(akan tetapi mereka sabar dalam menghadapi pendustaan dan penganiayaan yang dilakukan terhadap mereka sampai datang pertolongan Kami kepada mereka) untuk membinasakan kaumnya;

maka bersabarlah kamu sehingga datang pertolongan-Ku yang akan membinasakan kaummu. (Tak ada seorang pun yang dapat merubah kalimat-kalimat Allah) janji-janji-Nya

(Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebagian dari berita rasul-rasul itu) yang dapat menenangkan hatimu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 34 |

Penjelasan ada di ayat 33

Surat Al-Anam |6:35|

وَإِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكَ إِعْرَاضُهُمْ فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَبْتَغِيَ نَفَقًا فِي الْأَرْضِ أَوْ سُلَّمًا فِي السَّمَاءِ فَتَأْتِيَهُمْ بِآيَةٍ ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى الْهُدَىٰ ۚ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ

wa ing kaana kaburo 'alaika i'roodhuhum fa inistatho'ta an tabtaghiya nafaqon fil-ardhi au sullaman fis-samaaa`i fa ta`tiyahum bi`aayah, walau syaaa`allohu lajama'ahum 'alal-hudaa fa laa takuunanna minal-jaahiliin

Dan jika keberpalingan mereka terasa berat bagimu (Muhammad), maka sekiranya engkau dapat membuat lubang di bumi atau tangga ke langit lalu engkau dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka, (maka buatlah). Dan sekiranya Allah menghendaki, tentu Dia jadikan mereka semua mengikuti petunjuk, sebab itu janganlah sekali-kali engkau termasuk orang-orang yang bodoh.

And if their evasion is difficult for you, then if you are able to seek a tunnel into the earth or a stairway into the sky to bring them a sign, [then do so]. But if Allah had willed, He would have united them upon guidance. So never be of the ignorant.

Tafsir
Jalalain

(Dan jika makin bertambah besar) makin menjadi (berpalingnya mereka darimu) dari agama Islam padahal kamu masih berharap agar mereka beriman (maka jika kamu dapat membuat lubang) membuat terowongan

(di bumi atau tangga) alat untuk naik (ke langit lalu kamu dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka) sesuai dengan apa yang mereka minta, maka lakukanlah.

Artinya sesungguhnya kamu tidak akan kuat untuk melakukan hal itu oleh karena itu bersabarlah hingga datang kepada mereka keputusan Allah. (Dan kalau Allah menghendaki) memberikan hidayah kepada mereka

(tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk) akan tetapi Ia tidak menghendaki demikian oleh karenanya mereka tidak mau beriman (janganlah kamu sekali-kali termasuk orang-orang jahil) mengenai hal itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 35 |

Penjelasan ada di ayat 33

Surat Al-Anam |6:36|

إِنَّمَا يَسْتَجِيبُ الَّذِينَ يَسْمَعُونَ ۘ وَالْمَوْتَىٰ يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ ثُمَّ إِلَيْهِ يُرْجَعُونَ

innamaa yastajiibullażiina yasma'uun, wal-mautaa yab'aṡuhumullohu ṡumma ilaihi yurja'uun

Hanya orang-orang yang mendengar sajalah yang mematuhi (seruan Allah), dan orang-orang yang mati, kelak akan dibangkitkan oleh Allah, kemudian kepada-Nya mereka dikembalikan.

Only those who hear will respond. But the dead - Allah will resurrect them; then to Him they will be returned.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya yang mendengar) ajakanmu kepada keimanan (hanyalah orang-orang yang mematuhi ajakanmu) dengan pendengaran yang penuh pengertian dan penuh pertimbangan (dan orang-orang yang mati hatinya)

yakni orang-orang kafir; Allah menyerupakan mereka dengan orang-orang yang mati oleh karena mereka semua sama-sama tidak bisa mendengar (akan dibangkitkan oleh Allah) di akhirat

(kemudian kepada-Nyalah mereka dikembalikan) mereka akan dikembalikan kepada-Nya kemudian Allah membalas amal perbuatan mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 36 |

Penjelasan ada di ayat 33

Surat Al-Anam |6:37|

وَقَالُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِنْ رَبِّهِ ۚ قُلْ إِنَّ اللَّهَ قَادِرٌ عَلَىٰ أَنْ يُنَزِّلَ آيَةً وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

wa qooluu lau laa nuzzila 'alaihi aayatum mir robbih, qul innalloha qoodirun 'alaaa ay yunazzila aayataw wa laakinna akṡarohum laa ya'lamuun

Dan mereka (orang-orang musyrik) berkata, "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu mukjizat dari Tuhannya?" Katakanlah, "Sesungguhnya Allah berkuasa menurunkan suatu mukjizat, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui."

And they say, "Why has a sign not been sent down to him from his Lord?" Say, "Indeed, Allah is Able to send down a sign, but most of them do not know."

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka berkata) yaitu orang-orang musyrik Mekah ("Mengapa tidak) kenapa tidak (diturunkan kepadanya, Muhammad, suatu mukjizat dari Tuhannya") seperti mukjizat onta, tongkat dan hidangan.

(Katakanlah) kepada mereka ("Sesungguhnya Allah kuasa menurunkan) dengan dibaca tasydid dan takhfif (suatu mukjizat) seperti apa yang mereka minta (tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui")

karena sesungguhnya dengan turunnya mukjizat itu berarti suatu musibah besar yang pasti menimpa mereka jika mereka masih tetap mengingkarinya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 37 |

Tafsir ayat 37-39

Allah Swt. berfirman menceritakan perihal orang-orang musyrik, bahwa mereka pernah bertanya, "Mengapa tidak diturunkan kepadanya suatu mukjizat dari Tuhannya?" Mukjizat ini diungkapkan dengan istilah ayat yang artinya peristiwa

yang bertentangan dengan hukum alam yang biasa mereka dapati, termasuk di antaranya ialah seperti apa yang mereka katakan dalam firman-Nya:


{لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى تَفْجُرَ لَنَا مِنَ الأرْضِ يَنْبُوعًا}


Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu meman­carkan mata air dari bumi untuk kami. (Al-Isra: 90), hingga bebe­rapa ayat berikutnya.Firman Allah Swt.:


{قُلْ إِنَّ اللَّهَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنزلَ آيَةً وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ}


Katakanlah, "Sesungguhnya Allah kuasa menurunkan suatu mukjizat, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”(Al-An'am:37)Yakni Allah Swt. mampu untuk melakukan hal itu. Tetapi karena suatu hikmah (kebijaksanaan) dari-Nya,

maka sengaja Dia menangguhkan hal itu. Karena sesungguhnya jikalau Allah menurunkan mukjizat seperti yang mereka minta, kemudian ternyata mereka tidak beriman,

niscaya Allah akan menyegerakan siksaan-Nya terhadap mereka, seperti yang telah Allah lakukan terhadap umat-umat terdahulu. Allah Swt. telah berfirman:


{وَمَا مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالآيَاتِ إِلا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الأوَّلُونَ وَآتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا بِهَا وَمَا نُرْسِلُ بِالآيَاتِ إِلا تَخْوِيفًا}


Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. Dan telah Kami berikan kepada

Samud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti. (Al-Isra: 59)


{إِنْ نَشَأْ نُنزلْ عَلَيْهِمْ مِنَ السَّمَاءِ آيَةً فَظَلَّتْ أَعْنَاقُهُمْ لَهَا خَاضِعِينَ}


Jika Kami kehendaki, niscaya Kami menurunkan kepada mereka mukjizat dari langit, maka senantiasa kuduk-kuduk mereka tunduk kepadanya. (Asy-Syu'ara: 4)Adapun firman Allah Swt.:


{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ وَلا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ}


Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kalian. (Al-An'am: 38)Menurut Mujahid, makna umamun ialah berbagai macam jenis

yang nama-namanya telah dikenal. Menurut Qatadah, burung-burung adalah umat, manusia adalah umat, begitu pula jin.As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Melainkan umat-umat (juga) seperti kalian. (Al-An'am: 38) Yakni makhluk juga, sama seperti kalian.Firman Allah Swt.:


{مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ}


Tiadalah Kami lupakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab. (Al-An'am: 38)Maksudnya, semuanya ada berdasarkan pengetahuan dari Allah, tiada sesuatu pun dari semuanya yang dilupakan oleh Allah rezeki dan pengaturannya,

baik ia sebagai hewan darat ataupun hewan laut.Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah dalam ayat lain:


{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ}


Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata

(Lauh Mahfuz). (Hud: 6)Yakni tertulis nama-namanya, bilangannya, serta tempat-tempatnya, dan semua gerakan serta diamnya terliputi semuanya dalam tulisan itu. Allah Swt. telah berfirman pula:


{وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ}


Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepada kalian, dan Dia Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Ankabut: 60)


قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ بْنُ وَاقِدٍ الْقَيْسِيُّ أَبُو عَبَّادٍ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى بْنِ كَيْسَانَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ المُنْكَدِر، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَلّ الْجَرَادُ فِي سَنَةٍ مِنْ سِني عُمَرَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، الَّتِي وَلِيَ فِيهَا، فَسَأَلَ عَنْهُ فَلَمْ يُخْبَرْ بِشَيْءٍ، فَاغْتَمَّ لِذَلِكَ. فَأَرْسَلَ رَاكِبًا إِلَى كَذَا، وَآخَرَ إِلَى الشَّامِ، وَآخَرَ إِلَى الْعِرَاقِ يَسْأَلُ: هَلْ رُؤِيَ مِنَ الْجَرَادِ شَيْءٌ أَمْ لَا؟ فَأَتَاهُ الرَّاكِبُ الَّذِي مِنْ قِبَلِ الْيَمَنِ بِقَبْضَةٍ جَرَادٍ فَأَلْقَاهَا بَيْنَ يَدَيْهِ، فَلَمَّا رَآهَا كَبَّرَ ثَلَاثًا، ثُمَّ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يقول: "خَلَق اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، أَلْفَ أُمَّة، مِنْهَا سِتُّمِائَةٍ فِي الْبَحْرِ، وَأَرْبَعُمِائَةٍ فِي البرِّ. وَأَوَّلُ شَيْءٍ يَهْلِكُ مِنْ هَذِهِ الْأُمَمِ الْجَرَادُ، فَإِذَا هَلَكَتْ تَتَابَعَتْ مِثْلَ النِّظَامِ إِذَا قُطِعَ سِلْكُهُ


Al-Hafizh Abu Ya'la mengatakan,- telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Ubaid ibnu Waqid Al-Qaisi Abu Abbad, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Isa ibnu Kaisan,

telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir ibnu Abdullah yang men­ceritakan bahwa belalang jarang didapat dalam masa satu tahun dari tahun-tahun masa pemerintahan Khalifah Umar r.a.

Kemudian Umar bertanya-tanya mengenai hal itu, tetapi sia-sia, tidak mendapat suatu berita pun. Dia sedih karena hal tersebut, lalu ia mengirimkan seorang penunggang kuda (penyelidik) dengan tujuan tempat anu,

seorang lagi ke negeri Syam, dan seorang lagi menuju negeri Irak. Masing-masing ditugaskan untuk memeriksa keberadaan belalang di tempat-tempat tersebut. Kemudian datang kepadanya penunggang kuda dari negeri Yaman

dengan membawa segenggam belalang, lalu semuanya ditaruh di hadapannya. Ketika ia (Umar) melihatnya, maka ia mengucapkan takbir tiga kali, kemudian berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Allah Swt.

telah menciptakan seribu umat (jenis makhluk), enam ratus umat di antaranya berada di laut dan yang empat ratusnya berada di daratan. Mula-mula umat yang binasa dari seluruhnya ialah belalang.

Apabila belalang telah musnah, maka merembet ke yang lainnya seperti halnya untaian kalung apabila talinya terputus.Firman Allah Swt.:


{ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ}


kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. (Al-An'am: 38)Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Na'im, telah menceritakan kepada kami Sufyan,

dari ayahnya, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. (Al-An'am: 38) Bahwa penghimpunannya ialah bila telah mati. Hal yang sama telah diriwayatkan

oleh Ibnu Jarir melalui jalur Israil, dari Sa'id, dari Masruq, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas; disebutkan bahwa matinya hewan-hewan merupakan saat penghimpunannya. Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas.

Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah diriwayatkan dari Mujahid dan Ad-Dahhak hal yang semisal.Pendapat yang kedua mengatakan, penghimpunannya ialah saat hari berbangkit, yaitu di hari kiamat nanti, berdasarkan firman Allah Swt.:


{وَإِذَا الْوُحُوشُ حُشِرَتْ}


Dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan. (At-Takwir: 5)


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حدثنا شعبة، عَنْ سُلَيْمَانَ، عَنْ مُنْذِر الثَّوْرِيِّ، عَنْ أَشْيَاخٍ لَهُمْ، عَنْ أَبِي ذرٍّ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى شَاتَيْنِ تَنْتَطِحَانِ، فَقَالَ: "يَا أَبَا ذَرٍّ، هَلْ تَدْرِ فِيمَ تَنْتَطِحَانِ؟ " قَالَ: لَا. قَالَ "لَكِنَّ اللَّهَ يَدْرِي، وَسَيَقْضِي بَيْنَهُمَا"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Sulaiman, dari Munzir As-Sauri, dari guru-guru mereka, dari Abu Zar, bahwa Rasulullah Saw.

melihat dua ekor domba yang sedang adu tanduk (bertarung), lalu Rasulullah Saw. bersabda: Hai Abu Zar, tahukah kamu mengapa keduanya saling menanduk?” Abu Zar menjawab, "Tidak " Nabi Saw. bersabda, "Tetapi Allah mengetahui, dan Dia kelak akan melakukan peradilan di antara keduanya."


وَرَوَاهُ عَبْدُ الرَّزَّاقِ، عَنْ مَعْمَر، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَمَّنْ ذَكَرَهُ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: بَيْنَا أَنَا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذِ انْتَطَحَتْ عَنزان، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَتُدْرُونَ فِيمَ انْتَطَحَتَا؟ " قَالُوا: لَا نَدْرِي. قَالَ: "لَكِنَّ اللَّهَ يَدْرِي، وَسَيَقْضِي بَيْنَهُمَا".


Abdur Razzaq meriwayatkannya dari Ma'mar, dari Al-A'masy, dari orang yang disebutkannya, dari Abu Zar yang menceritakan bahwa ketika para sahabat sedang berada di hadapan Rasulullah Saw., tiba-tiba ada dua kambing jantan

saling menanduk (berlaga). Maka Rasulullah Saw. bersabda: ‘Tahukah kalian mengapa keduanya tanduk-menanduk?” Mereka (para sahabat) menjawab, "Kami tidak tahu.” Rasulullah Saw. bersabda, "Tetapi Allah mengetahui,

dan kelak Dia akan mengada­kan peradilan di antara keduanya.”Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir. Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya pula melalui jalur Munzir As-Sauri, dari Abu Zar, lalu ia menyebutkannya, tetapi ditambahkan

bahwa Abu Zar berkata, "Dan sesungguhnya Rasulullah Saw. meninggalkan kami, sedangkan tidak sekali-kali ada seekor burung mengepakkan sayapnya di langit melainkan beliau Saw. menceritakan kepada kami pengetahuan mengenainya."


قَالَ عَبْدُ اللَّهِ ابْنُ الْإِمَامِ أَحْمَدَ فِي مُسْنَدِ أَبِيهِ: حَدَّثَنِي عَبَّاسُ بْنُ مُحَمَّدٍ وَأَبُو يَحْيَى الْبَزَّارُ قَالَا حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ نُصير، حَدَّثَنَا شُعْبَة، عَنِ العَوَّام بْنِ مَراجم -مِنْ بَنِي قَيْسِ بْنِ ثَعْلَبَةَ -عَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدي، عَنْ عُثْمَانَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ الجَمَّاء لَتَقْتَصُّ مِنَ الْقُرَنَاءِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ"


Abdullah ibnu Imam Ahmad telah mengatakan di dalam kitab musnad ayahnya, bahwa telah menceritakan kepadaku Abbas ibnu Muhammad dan Abu Yahya Al-Bazzar; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami

Hajjaj ibnu Nasir, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Al-Awwam ibnu Muzahim, dari Bani Qais ibnu Sa'labah, dari Abu Usman An-Nahdi, dari Usman r.a., bahwa Rasulullah Saw. telah ber­sabda: Sesungguhnya hewan

yang tidak bertanduk benar-benar akan menuntut hukum qisas terhadap hewan yang bertanduk (yang telah menanduknya) kelak di hari kiamat.Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Ja'far ibnu Barqan,

dari Yazid ibnul Asam, dari Abu Hurairah sehubungan dengan firman-Nya: melainkan umat-umat (juga) seperti kalian. Tiadalah Kami lupakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. (Al-An'am: 38)

Bahwa semua makhluk kelak di hari kiamat dihimpunkan, termasuk semua binatang ternak, binatang-binatang lainnya, burung-burung, dan semua makhluk. Kemudian keadilan Allah pada hari itu menaungi semuanya

sehingga hewan yang tidak bertanduk mengqisas hewan bertanduk yang pernah menanduknya. Setelah itu Allah berfirman, "Jadilah kamu sekalian tanah." Karena itulah orang kafir (pada hari itu) mengatakan,

seperti yang disitir oleh firman-Nya: Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah. (An-Naba: 40)Hal ini telah diriwayatkan secara marfu’ di dalam hadis yang menceritakan sur (sangkakala). Firman Allah Swt.:


{وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا صُمٌّ وَبُكْمٌ فِي الظُّلُمَاتِ}


Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak, bisu, dan berada dalam gelap gulita. (Al-An'am: 39)Yakni perumpamaan mereka dalam kejahilannya dan keminiman ilmu­nya serta ketiadaan pengertiannya

sama dengan orang yang tuli tidak dapat mendengar, bisu tidak dapat bicara, dan selain itu berada dalam kegelapan tanpa dapat melihat. Maka orang yang seperti itu mustahil mendapat petunjuk ke jalan yang benar atau dapat keluar

dari apa yang mengungkungnya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya, menggambarkan keadaan mereka, yaitu:


{مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لَا يُبْصِرُونَ * صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ}


Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli,

bisu, dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar). (Al-Baqarah: 17-18)Sama pula dengan apa yang digambarkan oleh Allah Swt. dalam firman lainnya:


{أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُجِّيٍّ يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ سَحَابٌ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَا أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُورًا فَمَا لَهُ مِنْ نُورٍ}


Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-menindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya,

(dan) barang siapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tiadalah dia mempunyai cahaya sedikit pun. (An-Nur: 40)Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{مَنْ يَشَأِ اللَّهُ يُضْلِلْهُ وَمَنْ يَشَأْ يَجْعَلْهُ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}


Dan barang siapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus. (Al-An'am: 39) Yakni Dialah yang mengatur makhluk-Nya menurut apa yang dikehendakinya

Surat Al-Anam |6:38|

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلَّا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ ۚ مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ۚ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ

wa maa min daaabbatin fil-ardhi wa laa thooo`iriy yathiiru bijanaaḥaihi illaaa umamun amṡaalukum, maa farrothnaa fil-kitaabi min syai`in ṡumma ilaa robbihim yuḥsyaruun

Dan tidak ada seekor binatang pun yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat (juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada Tuhan mereka dikumpulkan.

And there is no creature on [or within] the earth or bird that flies with its wings except [that they are] communities like you. We have not neglected in the Register a thing. Then unto their Lord they will be gathered.

Tafsir
Jalalain

(Dan tiadalah) min sebagai tambahan (binatang-binatang) yang berjalan (di muka bumi dan burung-burung yang terbang) di udara (dengan kedua sayapnya melainkan umat-umat juga seperti kamu)

dalam pengaturan penciptaannya, rezeki dan sepak terjangnya. (Tiadalah Kami alpakan) Kami tinggalkan (di dalam Alkitab) yakni Lohmahfuz (tentang) sebagai tambahan (sesuatu pun)

artinya Kami tidak menulisnya (kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan) kemudian Tuhan memutuskan hukum-Nya di antara mereka.

Ia mengkisas si kuat yang menganiaya di lemah setelah Ia berfirman kepada mereka semua, "Jadilah kamu semua sebagai tanah!"

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 38 |

Penjelasan ada di ayat 37

Surat Al-Anam |6:39|

وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا صُمٌّ وَبُكْمٌ فِي الظُّلُمَاتِ ۗ مَنْ يَشَإِ اللَّهُ يُضْلِلْهُ وَمَنْ يَشَأْ يَجْعَلْهُ عَلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

wallażiina każżabuu bi`aayaatinaa shummuw wa bukmun fizh-zhulumaat, may yasya`illaahu yudhlil-hu wa may yasya` yaj'al-hu 'alaa shiroothim mustaqiim

Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah tuli, bisu, dan berada dalam gelap gulita. Barang siapa dikehendaki Allah (dalam kesesatan), niscaya disesatkan-Nya. Dan barang siapa dikehendaki Allah (untuk diberi petunjuk), niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus.

But those who deny Our verses are deaf and dumb within darknesses. Whomever Allah wills - He leaves astray; and whomever He wills - He puts him on a straight path.

Tafsir
Jalalain

(Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami) Alquran (adalah pekak) tidak dapat mendengarkannya dengan pendengaran yang meresap ke dalam hati lalu menerimanya (bisu),v tidak dapat mengucapkan perkara yang hak (lagi berada dalam gelap-gulita) yakni kekafiran. (Siapa yang dikehendaki Allah) ia tersesat (niscaya disesatkan-Nya. Dan siapa yang dikehendaki-Nya) mendapat petunjuk

(niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan) titian (yang lurus) yakni agama Islam.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 39 |

Penjelasan ada di ayat 37

Surat Al-Anam |6:40|

قُلْ أَرَأَيْتَكُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُ اللَّهِ أَوْ أَتَتْكُمُ السَّاعَةُ أَغَيْرَ اللَّهِ تَدْعُونَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

qul a ro`aitakum in ataakum 'ażaabullohi au atatkumus-saa'atu a ghoirollaahi tad'uun, ing kuntum shoodiqiin

Katakanlah (Muhammad), "Terangkanlah kepadaku jika siksaan Allah sampai kepadamu, atau hari Kiamat sampai kepadamu, apakah kamu akan menyeru (tuhan) selain Allah, jika kamu orang yang benar!"

Say, "Have you considered: if there came to you the punishment of Allah or there came to you the Hour - is it other than Allah you would invoke, if you should be truthful?"

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah) hai Muhammad kepada penduduk Mekah ("Terangkanlah kepadaku) beritakanlah kepadaku (jika datang siksaan Allah kepadamu) di dunia ini (atau datang kepadamu hari kiamat)

yaitu kiamat yang mencakup semuanya secara tiba-tiba (apakah kamu menyeru tuhan selain Allah) tidak (jika kamu orang-orang yang benar.") bahwa berhala-berhala itu dapat memberi manfaat kepadamu, maka serulah mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 40 |

Tafsir ayat 40-45

Allah Swt. menceritakan bahwa Dialah Yang Maha Melaksanakan apa yang Dia kehendaki terhadap makhluk-Nya menurut apa yang Dia sukai. Tiada akibat bagi hukum-Nya, dan tidak ada seorang pun yang mampu memalingkan hukum-Nya

terhadap makhluk-Nya, bahkan Dialah semata yang tiada sekutu bagi-Nya. Apabila diminta, maka Dia memper­kenankan terhadap orang yang dikehendaki-Nya. Karena itulah disebut­kan oleh firman-Nya:


{قُلْ أَرَأَيْتَكُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُ اللَّهِ أَوْ أَتَتْكُمُ السَّاعَةُ}


Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku jika datang sfcaan Allah kepada kalian, atau datang kepada kalian hari kiamat.” (Al-An'am: 40)Yakni datang kepada kalian ini atau yang itu.


{أَغَيْرَ اللَّهِ تَدْعُونَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}


apakah kalian menyeru (tuhan) selain Allah, jika kalian orang-orang yang benar. (Al-An'am: 40)Artinya janganlah kalian menyeru kepada, selain Allah, karena kalian mengetahui bahwa tidak ada seorang pun yang mampu menghilangkan hal itu selain Dia sendiri. Karena itulah dalam akhir ayat disebutkan:


{إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}


jika kalian orang-orang yang benar. (Al-An'am: 40) Yaitu dalam pengambilan kalian selain Allah sebagai tuhan-tuhan kalian.


{بَلْ إِيَّاهُ تَدْعُونَ فَيَكْشِفُ مَا تَدْعُونَ إِلَيْهِ إِنْ شَاءَ وَتَنْسَوْنَ مَا تُشْرِكُونَ}


(Tidak), tetapi hanya Dialah yang kalian seru, maka Dia meng­hilangkan bahaya yang karenanya kalian berdoa kepada-Nya, jika Dia menghendaki, dan kalian tinggalkan sembahan-sembahan yang kalian sekutukan (dengan Allah).

(Al-An'am: 41)Maksudnya, dalam keadaan darurat kalian tidak menyeru siapa pun selain Allah, dan lenyaplah dari pikiran kalian berhala-berhala dan sembahan-sembahan kalian. Ayat ini semakna dengan firman Allah Swt.:


{وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلا إِيَّاهُ}


Dan apabila kalian ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kalian seru, kecuali Dia. (Al-Isra: 67), hingga akhir ayat.Adapun firman Allah Swt.:


{وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاءِ}


Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan. (Al-An'am: 42)Yakni kemiskinan dan kesempitan dalam hidup.


{وَالضَّرَّاءِ}


dan kemelaratan. (Al-An'am: 42)Yaitu penyakit dan hal-hal yang menyakitkan.


{لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ}


supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk me­rendahkan diri. (Al-An'am: 42)Maknanya adalah meminta kepada Allah, merendahkan diri kepada- Nya dengan penuh rasa khusyuk. Allah Swt. berfirman:


{فَلَوْلا إِذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا}


Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka. (Al-An'am: 43)Artinya, mengapa manakala Kami uji mereka dengan hal tersebut, mereka tidak memohon kepada Kami dengan tunduk merendahkan diri dan mendekatkan diri kepada Kami?


{وَلَكِنْ قَسَتْ قُلُوبُهُمْ}


bahkan hati mereka telah menjadi keras. (Al-An'am: 43) Yakni hatinya keras membangkang dan tidak dapat khusyuk.


{وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}


dan setan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan. (Al-An'am: 43)Yaitu kemusyrikan, keingkaran, dan perbuatan-perbuatan maksiat.


{فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ}


Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka. (Al-An'am: 44)Maksudnya mereka berpaling dari peringatan itu dan melupakannya serta menjadikannya terbuang di belakang punggung mereka.


{فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ}


Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka. (Al-An'am: 44)Yakni Kami bukakan bagi mereka semua pintu rezeki dari segala jenis yang mereka pilih. Hal itu merupakan istidraj dari Allah buat mereka dan sebagai pemenuhan

terhadap apa yang mereka inginkan, kami berlindung kepada Allah dari tipu muslihat-Nya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا}


sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka. (Al-An'am: 44)Yakni berupa harta benda yang berlimpah, anak yang banyak, dan rezeki melimpah ruah.


{أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً}


Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong. (Al-An'am: 44) Yaitu di saat mereka sedang lalai.


{فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ}


maka ketika itu mereka terdiam putus asa. (Al-An'am: 44)Artinya putus harapan dari semua kebaikan. Al-Walibi telah meriwayat­kan dari Ibnu Abbas, bahwa al-mublis artinya orang yang putus asa. Al-Hasan Al-Basri mengatakan,

"Barang siapa yang diberi keluasan oleh Allah. lalu ia tidak memandang bahwa hal itu merupakan ujian baginya, maka dia adalah orang yang tidak mempunyai pandangan. Dan barang siapa yang disempitkan oleh Allah,

lalu ia tidak memandang bahwa dirinya sedang diperhatikan oleh Allah, maka dia adalah orang yang tidak mempunyai pandangan." Kemudian Al-Hasan Al-Basri membacakan firman-Nya: Maka tatkala mereka melupakan peringatan

yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong,

maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (Al-An'am: 44)Al-Hasan Al-Basri mengatakan, "Kaum itu telah teperdaya. Demi Tuhan Ka'bah, mereka diberi, kemudian disiksa.' Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.

Qatadah mengatakan bahwa siksaan yang menimpa suatu kaum secara tiba-tiba merupakan urusan Allah. Dan tidak sekali-kali Allah menyiksa suatu kaum melainkan di saat mereka tidak menyadarinya dan dalam keadaan lalai

serta sedang tenggelam di dalam kesenangan­nya. Karena itu, janganlah kalian teperdaya oleh ujian Allah, karena sesungguhnya tidaklah teperdaya oleh ujian Allah kecuali hanya kaum yang fasik (durhaka). Demikianlah

menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.Malik telah meriwayatkan dari Az-Zuhri sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka. (Al-An'am: 44) Bahwa makna yang dimaksud ialah kemakmuran dan kesenangan duniawi.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ غَيْلان، حَدَّثَنَا رِشْدِين -يَعْنِي ابْنَ سَعْدٍ أَبَا الْحَجَّاجِ الْمَهْرِيَّ -عَنْ حَرْمَلَة بْنِ عِمْرَانَ التُّجِيبي، عَنْ عُقْبة بْنِ مُسْلِمٍ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِذَا رَأَيْتَ اللَّهَ يُعْطِي العبدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعاصيه مَا يُحِبُّ، فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاج". ثُمَّ تَلَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ {فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ}


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Gailan, telah menceritakan kepada kami Rasyidin (yakni Ibnu Sa'd alias Abul Hajjaj Al-Muhri), dari Harmalah ibnu Imran At-Tajibi, dari Uqbah ibnu Muslim,

dari Uqbah ibnu Amir, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Apabila kamu lihat Allah memberikan kesenangan duniawi kepa­da seorang hamba yang gemar berbuat maksiat terhadap-Nya sesuka hatinya, maka sesungguhnya hal itu

adalah istidraj (membinasakannya secara perlahan-lahan). Kemudian Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu

kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.(Al-An'am: 44)

Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis Harmalah dan Ibnu Luhai'ah, dari Uqbah ibnu Muslim, dari Uqbah ibnu Amir dengan lafaz yang sama.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا عِرَاك بْنُ خَالِدِ بْنِ يَزِيدَ، حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ أَبِي عَبْلة، عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ: "إِنَّ اللَّهَ [تَبَارَكَ وَتَعَالَى] إذا أراد الله بِقَوْمٍ بَقَاءً -أَوْ: نَمَاءً -رَزَقَهُمُ الْقَصْدَ وَالْعَفَافَ، وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ اقْتِطَاعًا فَتَحَ لَهُمْ -أَوْ فَتْحَ عَلَيْهِمْ -بَابَ خِيَانَةٍ"


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Irak ibnu Khalid ibnu Yazid, telah menceritakan kepadaku ayahku,

dari Ibrahim ibnu Abu Ablah, dari Ubadah ibnus Samit, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila Allah menghendaki kelestarian atau kemakmuran suatu kaum, maka Dia memberi mereka rezeki berupa sifat ekonomis

dan memelihara kehormatan. Dan apabila Dia menghendaki perpecahan suatu kaum, maka Dia membukakan bagi mereka atau dibukakan untuk mereka pintu khianat.


{حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ}


sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa (Al-An'am: 44) Seperti apa yang disebutkan oleh firman selanjutnya:


{فَقُطِعَ دَابِرُ الْقَوْمِ الَّذِينَ ظَلَمُوا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}


Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. (Al-An'am: 45)Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dan lain-lainnya.

Surat Al-Anam |6:41|

بَلْ إِيَّاهُ تَدْعُونَ فَيَكْشِفُ مَا تَدْعُونَ إِلَيْهِ إِنْ شَاءَ وَتَنْسَوْنَ مَا تُشْرِكُونَ

bal iyyaahu tad'uuna fa yaksyifu maa tad'uuna ilaihi in syaaa`a wa tansauna maa tusyrikuun

(Tidak), hanya kepada-Nya kamu minta tolong. Jika Dia menghendaki, Dia hilangkan apa (bahaya) yang kamu mohonkan kepada-Nya, dan kamu tinggalkan apa yang kamu persekutukan (dengan Allah).

No, it is Him [alone] you would invoke, and He would remove that for which you invoked Him if He willed, and you would forget what you associate [with Him].

Tafsir
Jalalain

(Bahkan hanya kepada-Nyalah) tidak ada lain (kamu berseru) memohon pertolongan-Nya di masa kalian tertimpa kesulitan (maka Dia menghilangkan bahaya yang karenanya kamu berdoa kepada-Nya)

Ia akan menyingkirkan mara bahaya dari dirimu dan juga lain-lainnya (jika Dia menghendaki) niscaya Ia melenyapkannya (dan kamu melupakan) kamu meninggalkan (apa-apa yang kamu sekutukan) dengan Allah

yaitu berupa sesembahan-sesembahan lain-Nya, maka dari itu janganlah kamu berseru kepadanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 41 |

Penjelasan ada di ayat 40

Surat Al-Anam |6:42|

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَىٰ أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ

wa laqod arsalnaaa ilaaa umamim ming qoblika fa akhożnaahum bil-ba`saaa`i wadh-dhorrooo`i la'allahum yatadhorro'uun

Dan sungguh, Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat sebelum engkau, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kemelaratan dan kesengsaraan, agar mereka memohon (kepada Allah) dengan kerendahan hati.

And We have already sent [messengers] to nations before you, [O Muhammad]; then We seized them with poverty and hardship that perhaps they might humble themselves [to Us].

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya Kami telah mengutus kepada umat-umat) min sebagai tambahan yang tidak mempunyai arti (sebelum kamu) rasul-rasul, akan tetapi mereka mendustakannya

(kemudian Kami siksa mereka dengan kesengsaraan) kemelaratan yang sangat (dan penderitaan) penyakit (supaya mereka tunduk merendahkan diri) merasa rendah diri lalu mereka mau beriman.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 42 |

Penjelasan ada di ayat 40

Surat Al-Anam |6:43|

فَلَوْلَا إِذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا وَلَٰكِنْ قَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

falau laaa iż jaaa`ahum ba`sunaa tadhorro'uu wa laaking qosat quluubuhum wa zayyana lahumusy-syaithoonu maa kaanuu ya'maluun

Tetapi mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan kerendahan hati ketika siksaan Kami datang menimpa mereka? Bahkan hati mereka telah menjadi keras dan setan pun menjadikan terasa indah bagi mereka apa yang selalu mereka kerjakan.

Then why, when Our punishment came to them, did they not humble themselves? But their hearts became hardened, and Satan made attractive to them that which they were doing.

Tafsir
Jalalain

(Maka mengapa tidak) kenapa tidak (tatkala datang siksaan Kami kepada mereka) azab Kami (memohon kepada Allah dengan menundukkan diri) artinya mereka tidak mau melakukan hal itu,

padahal yang mengharuskan mereka berbuat demikian sudah ada (bahkan hati mereka telah menjadi keras) oleh karenanya tidak mau tunduk kepada keimanan

(dan setan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan) yaitu perbuatan-perbuatan maksiat sehingga mereka terus menetapinya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 43 |

Penjelasan ada di ayat 40

Surat Al-Anam |6:44|

فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّىٰ إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ

fa lammaa nasuu maa żukkiruu bihii fataḥnaa 'alaihim abwaaba kulli syaii`, ḥattaaa iżaa fariḥuu bimaaa uutuuu akhożnaahum baghtatan fa iżaa hum mublisuun

Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa.

So when they forgot that by which they had been reminded, We opened to them the doors of every [good] thing until, when they rejoiced in that which they were given, We seized them suddenly, and they were [then] in despair.

Tafsir
Jalalain

(Maka tatkala mereka melupakan) mereka mengabaikan (peringatan yang telah diberikan kepada mereka) nasihat dan ancaman yang telah diberikan kepada mereka (melaluinya)

yaitu dalam bentuk kesengsaraan dan penderitaan, mereka tetap tidak mau mengambil pelajaran dan nasihat darinya (Kami bukakan) dengan dibaca takhfif dan tasydid (kepada mereka semua pintu-pintu)

yakni kesenangan-kesenangan sebagai istidraj untuk mereka (sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka) gembira yang diwarnai rasa sombong

(Kami siksa mereka) dengan azab (dengan tiba-tiba) secara sekonyong-konyong (maka ketika itu mereka terdiam berputus-asa) mereka merasa berputus asa dari segala kebaikan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 44 |

Penjelasan ada di ayat 40

Surat Al-Anam |6:45|

فَقُطِعَ دَابِرُ الْقَوْمِ الَّذِينَ ظَلَمُوا ۚ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

fa quthi'a daabirul-qoumillażiina zholamuu, wal-ḥamdu lillaahi robbil-'aalamiin

Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.

So the people that committed wrong were eliminated. And praise to Allah, Lord of the worlds.

Tafsir
Jalalain

(Maka orang-orang yang lalim itu dimusnahkan) sampai ke akar-akarnya sehingga habis tanpa bekas (Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam) yang menolong rasul-rasul dan membinasakan orang-orang kafir.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 45 |

Penjelasan ada di ayat 40

Surat Al-Anam |6:46|

قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَخَذَ اللَّهُ سَمْعَكُمْ وَأَبْصَارَكُمْ وَخَتَمَ عَلَىٰ قُلُوبِكُمْ مَنْ إِلَٰهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِهِ ۗ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ ثُمَّ هُمْ يَصْدِفُونَ

qul a ro`aitum in akhożallohu sam'akum wa abshoorokum wa khotama 'alaa quluubikum man ilaahun ghoirullohi ya`tiikum bih, unzhur kaifa nushorriful-aayaati ṡumma hum yashdifuun

Katakanlah (Muhammad), "Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu?" Perhatikanlah, bagaimana Kami menjelaskan berulang-ulang (kepada mereka) tanda-tanda kekuasaan (Kami), tetapi mereka tetap berpaling.

Say, "Have you considered: if Allah should take away your hearing and your sight and set a seal upon your hearts, which deity other than Allah could bring them [back] to you?" Look how we diversify the verses; then they [still] turn away.

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah) kepada penduduk Mekah ("Terangkanlah kepadaku) beritakanlah kepadaku (jika Allah mencabut pendengaranmu) membuatmu menjadi tuli (dan penglihatanmu) membutakanmu (serta mengunci) menutup (hatimu)

sehingga kamu tidak dapat mengenal sesuatu (Siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu") apa-apa yang telah Dia cabut darimu sesuai dengan dugaanmu

(Perhatikanlah bagaimana Kami memperlihatkan) menjelaskan (tanda-tanda kebesaran Kami) bukti-bukti yang menunjukkan kepada keesaan Kami (kemudian mereka masih tetap berpaling) tetap berpaling dari-Nya dan tidak mau beriman.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 46 |

Tafsir ayat 46-49

Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya, bahwa katakanlah kepada mereka yang mendustakan dan ingkar kepada kekuasaan Allah Swt.:


{أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَخَذَ اللَّهُ سَمْعَكُمْ وَأَبْصَارَكُمْ}


Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan kalian. (Al-An'am: 46)Yakni Dia mencabutnya dari kalian sebagaimana Dia telah mem­berikannya kepada kalian, seperti yang disebutkan dalam firman lain:


قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ


Dialah Yang menciptakan kalian dan menjadikan bagi kalian pendengaran dan penglihatan. (Al-Mulk: 23), hingga akhir ayat.Dapat diinterpretasikan pula bahwa ungkapan ini mengandung makna larangan menggunakan pendengaran dan penglihatan menurut apa yang diperintahkan oleh syariat, karena pada firman selanjutnya disebutkan:


{وَخَتَمَ عَلَى قُلُوبِكُمْ}


serta menutup hati kalian. (Al-An'am: 46) Perihalnya sama dengan yang disebutkan oleh firman-Nya:


{أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ}


atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan? (Yunus: 31)


وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ}


dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghalang-halangi antara manusia dan hatinya. (Al-Anfal: 24)Mengenai firman Allah Swt.:


{مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِهِ}


siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepada kalian? (Al-An'am: 46)Artinya, apakah ada seseorang selain Allah yang dapat mengembalikan hal itu kepada kalian, jika Allah mencabutnya dari kalian?

Jelas tidak ada seorang pun yang mampu melakukannya selain Allah Swt. Karena itulah pada firman selanjutnya disebutkan:


{انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ}


Perhatikanlah, bagaimana Kami berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami). (Al-An'am: 46)Yakni Kami terangkan, Kami jelaskan, dan Kami tafsirkan tanda-tanda tersebut yang semuanya menunjukkan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan semua yang mereka sembah selain Allah adalah batil dan sesat.


{ثُمَّ هُمْ يَصْدِفُونَ}


kemudian mereka tetap berpaling (juga). (Al-An'am: 46)Yaitu sekalipun dengan adanya keterangan yang jelas itu, mereka tetap berpaling dari kebenaran dan menghalang-halangi manusia untuk mengikutinya.Al-Aufi telah meriwayatkan

dari Ibnu Abbas, bahwa makna yasdifiina ialah menyimpang. Menurut Mujahid dan Qatadah adalah berpaling, sedangkan menurut As-Saddi menghambat (menghalang-halangi).Firman Allah Swt.:


{قُلْ أَرَأَيْتَكُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُ اللَّهِ بَغْتَةً}


Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku, jika datang siksaan Allah kepada kalian dengan sekonyong-konyong.” (Al-An'am: 47)Yakni kalian tidak merasakannya sehingga kedatangannya mengejutkan kalian.


{أَوْ جَهْرَةً}


atau terang-terangan. (Al-An'am: 47) Maksudnya, dengan jelas dan kelihatan.


{هَلْ يُهْلَكُ إِلا الْقَوْمُ الظَّالِمُونَ}


maka adakah yang dibinasakan (Allah), selain dari orang-orang yang zalim? (Al-An'am: 47)Yakni sesungguhnya pembinasaan itu hanyalah meliputi orang-orang yang berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri, karena kemusyrikan mereka.

Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang selalu menyembah-Nya semata serta tidak mempersekutukan-Nya. Maka tiada ketakutan yang mencekam mereka, tidak pula mereka bersedih hati; perihalnya sama dengan yang disebutkan oleh firman-Nya:


الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ


Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik). (Al-An'am: 82), hingga akhir ayat.Adapun firman Allah Swt.:


{وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ}


Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. (Al-An'am: 48)Artinya, menyampaikan berita gembira kebaikan kepada hamba-hamba Allah yang beriman,

dan memberi peringatan kepada orang-orang yang kafir kepada Allah dengan pembalasan Allah dan siksaan-siksaan-Nya. Dalam ayat selanjutnya disebutkan:


{فَمَنْ آمَنَ وَأَصْلَحَ}


Barang siapa yang beriman dan mengadakan perbaikan. (Al-An'am: 48)Yakni barang siapa yang hatinya beriman kepada apa yang disampaikan oleh para rasul dan memperbaiki amal perbuatannya dengan mengikuti petunjuk mereka.


{فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ}


maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka. (Al-An'am: 48) Yaitu bila dikaitkan dengan masa depan mereka.


{وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ}


dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Al-An'am: 48)Yakni bila dikaitkan dengan masa lalu mereka dan apa yang mereka tinggalkan di belakang mereka menyangkut perkara duniawi dan aneka ragamnya.

Allah-lah yang menjadi pelindung mereka dari apa yang telah mereka tinggalkan dan Allah-lah yang memelihara mereka dari masa lalunya.Kemudian Allah Swt. berfirman:


{وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا يَمَسُّهُمُ الْعَذَابُ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ}


Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, mereka akan ditimpa siksa disebabkan mereka selalu berbuat fasik. (Al-An'am: 49)Maksudnya, mereka akan mendapat azab karena kekafiran mereka terhadap apa yang telah disampaikan

oleh para rasul, dan karena mereka menyimpang jauh dari perintah-perintah Allah, tidak mau taat kepada-Nya, selalu mengerjakan hal-hal yang dilarang dan yang diharamkan-Nya serta selalu melanggar batasan-batasan yang diharamkan-Nya.

Surat Al-Anam |6:47|

قُلْ أَرَأَيْتَكُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُ اللَّهِ بَغْتَةً أَوْ جَهْرَةً هَلْ يُهْلَكُ إِلَّا الْقَوْمُ الظَّالِمُونَ

qul a ro`aitakum in ataakum 'ażaabullohi baghtatan au jahrotan hal yuhlaku illal-qoumuzh-zhoolimuun

Katakanlah (Muhammad), "Terangkanlah kepadaku jika siksaan Allah sampai kepadamu secara tiba-tiba atau terang-terangan, maka adakah yang dibinasakan (Allah) selain orang-orang yang zalim?"

Say, "Have you considered: if the punishment of Allah should come to you unexpectedly or manifestly, will any be destroyed but the wrongdoing people?"

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah,) kepada mereka ("Terangkanlah kepadaku, jika datang siksaan Allah kepadamu dengan sekonyong-konyong atau terang-terangan) siang hari maupun malam hari

(maka adakah yang dibinasakan Allah selain dari orang-orang yang lalim") yakni orang-orang kafir. Atau dengan kata lain: tidak ada yang dibinasakan-Nya kecuali hanya mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 47 |

Penjelasan ada di ayat 46

Surat Al-Anam |6:48|

وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ ۖ فَمَنْ آمَنَ وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

wa maa nursilul-mursaliina illaa mubasysyiriina wa munżiriin, fa man aamana wa ashlaḥa fa laa khoufun 'alaihim wa laa hum yaḥzanuun

Para rasul yang Kami utus itu adalah untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barang siapa beriman dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.

And We send not the messengers except as bringers of good tidings and warners. So whoever believes and reforms - there will be no fear concerning them, nor will they grieve.

Tafsir
Jalalain

(Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira) tentang surga terhadap orang yang beriman (dan memberi peringatan) kepada orang yang kafir dengan adanya siksaan neraka.

(Siapa yang beriman) kepada rasul-rasul itu (dan mengadakan perbaikan) terhadap amal perbuatannya (maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati) di akhirat kelak.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 48 |

Penjelasan ada di ayat 46

Surat Al-Anam |6:49|

وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا يَمَسُّهُمُ الْعَذَابُ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ

wallażiina każżabuu bi`aayaatinaa yamassuhumul-'ażaabu bimaa kaanuu yafsuquun

Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, akan ditimpa azab karena mereka selalu berbuat fasik (berbuat dosa).

But those who deny Our verses - the punishment will touch them for their defiant disobedience.

Tafsir
Jalalain

(Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami mereka ditimpa siksaan disebabkan mereka selalu berbuat fasik) yaitu keluar dari garis-garis ketaatan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 49 |

Penjelasan ada di ayat 46

Surat Al-Anam |6:50|

قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ ۚ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ

qul laaa aquulu lakum 'indii khozaaa`inullohi wa laaa a'lamul-ghoiba wa laaa aquulu lakum innii malak, in attabi'u illaa maa yuuḥaaa ilayy, qul hal yastawil-a'maa wal-bashiir, a fa laa tatafakkaruun

Katakanlah (Muhammad), "Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan aku tidak mengetahui yang gaib dan aku tidak (pula) mengatakan kepadamu bahwa aku malaikat. Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku." Katakanlah, "Apakah sama antara orang yang buta dengan orang yang melihat? Apakah kamu tidak memikirkan(nya)?"

Say, [O Muhammad], "I do not tell you that I have the depositories [containing the provision] of Allah or that I know the unseen, nor do I tell you that I am an angel. I only follow what is revealed to me." Say, "Is the blind equivalent to the seeing? Then will you not give thought?"

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah) kepada mereka ("Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku) yang di antaranya ialah rezeki yang diberikan kepadanya (dan tidak) pula bahwa aku (mengetahui yang gaib)

hal-hal yang gaib dariku dan tidak diwahyukan kepadaku (dan tidak pula aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat) di antara malaikat-malaikat lainnya.

(Tidaklah) tiada lain (aku hanya mengikut apa yang diwahyukan kepadaku." Katakanlah, "Apakah sama orang yang buta) orang kafir (dengan orang yang melihat") orang yang beriman; tentu saja tidak.

(Maka apakah kamu tidak memikirkan) tentang hal itu, kemudian kamu beriman.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 50 |

Tafsir ayat 50-54

Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya:


{قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ}


Katakanlah, "Aku tidak mengatakan kepada kalian, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku." (Al-An'am: 50)Dengan kata lain, aku tidak memilikinya dan tidak pula mengaturnya.


{وَلا أَعْلَمُ الْغَيْبَ}


dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib. (Al-An'am: 50)Yakni aku pun tidak mengatakan kepada kalian bahwa sesungguhnya aku mengetahui perkara yang gaib, karena sesungguhnya hal yang gaib itu hanya diketahui oleh Allah Swt. saja; dan aku tidak dapat mengetahuinya kecuali sebatas apa yang telah diperlihatkan oleh Allah kepadaku.


{وَلا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ}


dan tidak (pula) aku mengatakan kepada kalian bahwa aku adalah malaikat. (Al-An'am: 50)Artinya, aku tidak mendakwakan diri bahwa diriku adalah malaikat, melainkan hanyalah seorang manusia yang diberi wahyu oleh Allah Swt. Allah Swt.

telah memuliakan diriku dengan wahyu itu dan mengaruniaiku dengannya sebagai nikmat dari-Nya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{إِنْ أَتَّبِعُ إِلا مَا يُوحَى إِلَيَّ}


Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. (Al-An'am: 50)Yakni aku tidak pernah menyimpang darinya barang sejengkal pun, tidak pula kurang dari itu.


{قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الأعْمَى وَالْبَصِيرُ}


Katakanlah, "Apakah sama orang yang buta dan orang yang melihat?” (Al-An'am: 50)Maksudnya, apakah orang yang mengikuti kebenaran dan mendapat petunjuk kepada perkara yang benar sama dengan orang yang sesat darinya dan tidak mau mengikutinya?


{أَفَلا تَتَفَكَّرُونَ}


Maka apakah kalian tidak memikirkannya)*? (Al-An'am: 50)Ayat ini semakna dengan ayat lain yang menyebutkan melalui firman-Nya:


{أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنزلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ}


Adakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran. (Ar-Ra'd: 19) Mengenai firman Allah Swt.:


{وَأَنْذِرْ بِهِ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْ يُحْشَرُوا إِلَى رَبِّهِمْ لَيْسَ لَهُمْ مِنْ دُونِهِ وَلِيٌّ وَلا شَفِيعٌ}


Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya (pada hari kiamat), sedangkan bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi syafaat pun. (Al-An'am: 51) Artinya, berilah peringatan dengan Al-Qur'an ini, hai Muhammad!


{الَّذِينَ هُمْ مِنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ}


orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka. (Al-Mu’minun: 57)Yaitu orang-orang yang takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.Firman Allah Swt.:


{الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْ يُحْشَرُوا إِلَى رَبِّهِمْ}


Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya. (Al-An'am: 51)Yakni pada hari kiamat nanti.


{لَيْسَ لَهُمْ}


sedangkan bagi mereka tidak ada. (Al-An'am: 51) Maksudnya, pada hari itu (hari kiamat).


{مِنْ دُونِهِ وَلِيٌّ وَلا شَفِيعٌ}


seorang pelindung dan pemberi syafaat pun. (Al-An'am: 51)Yakni tidak ada kaum kerabat bagi mereka dan tidak ada orang yang dapat memberikan pertolongan kepada mereka dari azab Allah, bilamana Allah berkehendak menimpakannya kepada mereka.


{لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ}


agar mereka bertakwa. (Al-An'am: 51)Artinya, peringatkanlah akan kejadian hari kiamat ini, karena tidak ada hakim pada hari tersebut kecuali hanya Allah Swt. semata.


{لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ}


agar mereka bertakwa. (Al-An'am: 51)Karena itu, lalu mereka mau mengerjakan amal perbuatan di dunia ini, yang menyebabkan Allah menyelamatkan mereka pada hari kiamat nanti dari azab-Nya, dan Allah melipatgandakan pahala-Nya kepada mereka dengan lipat ganda yang banyak. Firman Allah Swt.:


{وَلا تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ}


Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedangkan mereka menghendaki keridaan-Nya. (Al-An'am: 52)Dengan kata lain, janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyandang

predikat tersebut dari sisimu, melainkan jadikanlah mereka sebagai teman-teman dudukmu dan teman-teman dekatmu. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh ayat lain:


{وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا}


Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan

kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (Al-Kahfi: 28)Adapun firman Allah Swt.:


{يَدْعُونَ رَبَّهُمْ}


orang-orang yang menyeru Tuhannya. (Al-An'am: 52)Yakni menyembah-Nya dan memohon kepada-Nya.


{بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ}


di pagi hari dan petang hari. (Al-An'am: 52)Menurut Sa'id ibnul Musayyab, Mujahid, dan Qatadah, makna yang dimaksud ialah salat fardu. Makna doa dalam ayat ini adalah seperti yang dianjurkan oleh firman-Nya:


{وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ}


Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku (serulah Aku), niscaya akan Kuperkenankan bagi kalian.” (Al-Mu’min: 60)Maksudnya, Aku menerima doa kalian. Firman Allah Swt.:


{يُرِيدُونَ وَجْهَهُ}


sedangkan mereka menghendaki keridaan-Nya. (Al-An'am: 52)Yakni dengan amalnya itu mereka menghendaki rida Allah, mereka kerjakan semua ibadah dan amal ketaatan dengan hati yang ikhlas karena Allah.Firman Allah Swt.:


{مَا عَلَيْكَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ وَمَا مِنْ حِسَابِكَ عَلَيْهِمْ مِنْ شَيْءٍ}


Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatan mereka, dan mereka pun tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatanmu. (Al-An'am: 52)Seperti yang dikatakan oleh Nabi Nuh a.s.

dalam menjawab ucapan orang-orang yang mengatakan, "Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?"


{وَمَا عِلْمِي بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ * إِنْ حِسَابُهُمْ إِلا عَلَى رَبِّي لَوْ تَشْعُرُونَ}


Bagaimana aku mengetahui apa yang telah mereka kerjakan? Perhitungan (amal perbuatan) mereka tidak lain hanyalah kepada Tuhanku, kalau kalian menyadari. (Asy-Syu'ara: 112-113)Dengan kata lain, sesungguhnya perhitungan

amal perbuatan mereka hanyalah kepada Allah Swt., dan aku tidak memikul tanggung jawab hisab mereka barang sedikit pun, sebagaimana mereka pun tidak bertanggung jawab sedikit pun terhadap perhitungan amal perbuatanku. Firman Allah Swt.:


{فَتَطْرُدَهُمْ فَتَكُونَ مِنَ الظَّالِمِينَ}


Yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim. (Al-An'am: 52)Yakni jika kamu melakukan hal tersebut, akibatnya adalah seperti itu.Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan

kepada kami Asbat (yaitu Ibnu Muhammad), telah menceritakan kepadaku Asy'as, dari Kardus, dari Ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa ada segolongan pemuka Quraisy lewat di hadapan Rasulullah Saw. Pada saat itu di sisi beliau

terdapat Khabbab, Suhaib, Bilal, dan Ammar. Lalu mereka (para pemuka Quraisy) berkata, "Hai Muhammad, apakah kamu rela menjadi teman orang-orang itu (yakni yang ada di sisi Nabi Saw.)?" Maka turunlah ayat ini:

Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya. (Al-An'am: 51) sampai dengan firman-Nya: Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur

(kepada-Nya)? (Al-An'am: 53)Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui jalur Asy'as, dari Kardus, dari Ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa segolongan pemuka Quraisy lewat di hadapan Nabi Saw. yang ketika itu sedang ditemani oleh Suhaib,

Bilal, Ammar, Khabbab, dan lain-lainnya dari kalangan orang-orang muslim yang daif. Lalu para pemuka Quraisy itu berkata, "Hai Muhammad, apakah engkau rela orang-orang itu sebagai kaummu? Apakah mereka adalah orang-orang

yang dianugerahi oleh Allah di antara kami? Apakah pantas kami akan mengikuti jejak orang-orang itu? Usirlah mereka! Barangkali jika engkau mengusir mereka, kami akan mengikutimu." Maka turunlah firman-Nya: Dan janganlah kamu

mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedangkan mereka menghendaki keridaan-Nya. (Al-An'am: 52) Sampai dengan firman-Nya: Dan demikianlah telah Kami uji sebagian mereka

(orang-orang yang kaya) dengan sebagian yang lain (orang-orang miskin). (Al-An'am: 53), hingga akhir ayat.Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Sa'id Al-Qattan,

telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Muhammad Al-Anqazi, telah menceritakan kepada kami Asbat ibnu Nasr, dari As-Saddi, dari Abu Sa'id Al-Azdi —qari' Al-Azdi—, dari Abul Kunud, dari Khabbab sehubungan dengan firman-Nya:

Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari. (Al-An'am: 52) Bahwa Al-Aqra' ibnu Habis At-Tamimi dan Uyaynah ibnu Hasan Al-Fazzari datang, lalu mereka menjumpai Rasulullah Saw.

yang pada saat itu sedang ditemani oleh Suhaib, Bilal, Ammar, dan Khabbab. Ketika itu Rasulullah Saw. sedang duduk di antara segolongan kaum mukmin yang duafa. Ketika mereka melihat orang-orang itu berada di sekitar Nabi Saw.,

mereka menghina orang-orang duafa itu di hadapan teman-teman mereka. Lalu mereka datang kepada Nabi Saw., dan kaum duafa membiarkan Nabi Saw. menemui mereka. Lalu mereka berkata, "Sesungguhnya kami menginginkan

agar engkau membuat suatu majelis khusus buat kami, mengingat semua orang Arab telah mengenal keutamaan kami. Karena delegasi-delegasi dari banyak kalangan orang-orang Arab sering datang kepadamu, maka kami akan merasa malu

bila mereka melihat kami ada bersama para budak ini. Untuk itu apabila kami datang kepadamu, tolong usirlah mereka dari kami; dan jika kami telah selesai dengan urusan kami, silakan engkau duduk kembali bersama mereka jika engkau suka.

" Nabi Saw. menjawab, "Baiklah." Mereka berkata, "Kalau demikian, tentukanlah olehmu hari-harinya buat kami secara tertulis." MakaNabi Saw. memanggil sahabat Ali dan meminta sebuah lembaran, kemudian beliau Saw.

memerintah­kan Ali untuk mencatat hal tersebut, sedangkan ketika itu kaum duafa berada di suatu sudut yang agak jauh dari mereka. Dan pada saat itu juga turunlah Malaikat Jibril seraya membawa firman-Nya: Dan janganlah kamu mengusir

orang-orang yang menyeru Tuhannya (Al-An'am: 52), hingga akhir ayat. Maka Rasulullah Saw. melemparkan lembaran itu dari tangannya, kemudian beliau memanggil kami, maka kami pun datang kepadanya.Ibnu Jarir telah meriwayatkannya

melalui hadis Asbat dengan lafaz yang sama. Tetapi hadis ini garib, karena sesungguhnya ayat ini Makkiyyah, sedangkan Al-Aqra' ibnu Habis dan Uyaynah baru masuk Islam hanya setelah hijrah selang beberapa tahun kemudian.

Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Al-Miqdam ibnu Syuraih, dari ayahnya yang menceritakan bahwa Sa'd pernah mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan enam orang sahabat Nabi Saw., antara lain Ibnu Mas'ud.

Sa'd melanjutkan kisahnya, "Kami selalu menemani Rasulullah Saw. dan dekat dengannya untuk mendengar sabda-sabda beliau Saw. Maka orang-orang Quraisy berkata, 'Engkau selalu mendekati mereka dan menjauh dari kami'.

" Maka turunlah ayat ini: Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan di petang hari. (Al-An'am: 52)Imam Hakim meriwayatkannya dalam kitab Mustadrak melalui jalur Sufyan. Imam Hakim mengatakan

bahwa hadis ini sesuai dengan syarat Syaikhain. Ibnu Hibban di dalam kitab Sahih-nya telah mengetengahkan hadis ini melalui jalur Al-Miqdam ibnu Syuraih dengan lafaz yang sama.Firman Allah Swt.:


{وَكَذَلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ}


Dan demikianlah Kami uji sebagian mereka dengan sebagian yang lain. (Al-An'am: 53)Yakni Kami coba dan Kami uji sebagian dari mereka dengan sebagian yang lain.


{لِيَقُولُوا أَهَؤُلاءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا}


supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata, "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?” (Al-An'am: 53)Demikian itu terjadi karena Rasulullah Saw. pada masa permulaan risalahnya

banyak diikuti oleh kaum duafa sebagai mayoritas dari pengikut-pengikut beliau, baik dari kalangan kaum laki-lakinya, kaum wanitanya, budak-budak lelaki, maupun budak-budak perempuan; tidak ada yang mengikuti beliau Saw.

dari kalangan orang-orang yang terpandang kecuali hanya sedikit. Perihal Rasulullah Saw. saat itu sama dengan apa yang dikatakan oleh kaum Nabi Nuh kepada nabinya, seperti yang disitir oleh firman-Nya:


{وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلا الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِ}


Dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja. (Hud: 27), hingga akhir ayat.Sama pula dengan apa yang ditanyakan oleh Heraklius —Raja Romawi

—kepada Abu Sufyan. Heraklius bertanya, "Apakah orang-orang yang mengikutinya (Nabi Saw.) adalah dari kalangan orang-orang yang terhormat, ataukah dari kalangan orang-orang yang lemah?" Abu Sufyan menjawab, "Tidak,

bahkan dari kalangan orang-orang yang lemah." Heraklius berkata, "Mereka adalah pengikut para rasul".Pada garis besarnya kaum kafir Quraisy menghina orang-orang dari kalangan kaum duafa yang beriman kepada Nabi Saw.

Mereka tak segan-segan menyiksa siapa saja dari kalangan kaum duafa itu yang berada di bawah wewenangnya.Orang-orang musyrik Quraisy tersebut sering mengatakan, "Orang-orang seperti inikah di antara kita yang diberi anugerah

oleh Allah?" Dengan kata lain, "Tidaklah layak bagi Allah memberi petunjuk kebaikan kepada orang-orang seperti ini, sekiranya apa yang mereka ikuti itu baik, lalu kami dibiarkan." Perihalnya semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain, yaitu:


{لَوْ كَانَ خَيْرًا مَا سَبَقُونَا إِلَيْهِ}


Kalau sekiranya dia (Al-Qur'an) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tidak mendahului kami (beriman) kepadanya. (Al-Ahqaf: 11)Sama pula dengan firman-Nya:


{وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا أَيُّ الْفَرِيقَيْنِ خَيْرٌ مَقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا}


Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang terang (maksudnya), niscaya orang-orang yang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman, "Manakah di antara kedua golongan (kafir dan mukmin)

yang lebih baik tempat tinggalnya dan lebih indah tempat pertemuannya)?" (Maryam: 73)Allah Swt. menjawab perkataan tersebut dalam firman selanjutnya:


{وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْنٍ هُمْ أَحْسَنُ أَثَاثًا وَرِئْيًا}


Berapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, sedangkan mereka adalah lebih bagus alat rumah tangganya dan lebih sedap dipandang mata. (Maryam: 74)Sedangkan dalam surat ini Allah Swt. menjawab mereka ketika mereka mengatakan:


{أَهَؤُلاءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِينَ}


Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka? (Allah berfirman menjawab mereka), "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?v (Al-An'am: 53)

Dengan kata lain, bukankah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur kepada-Nya dengan ucapan, perbuatan, dan segenap hati mereka. Karena itulah Allah memberi mereka taufik dan petunjuk ke jalan keselamatan

dan mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju kepada cahaya dengan seizin-Nya, dan Allah memberi mereka petunjuk ke jalan yang lurus. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain, yaitu:


{وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ}


Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik (Al-'Ankabut: 69) Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan:


"إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ، وَلَا إِلَى أَلْوَانِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ"


Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada bentuk kalian, dan tidak (pula) kepada warna kulit kalian, tetapi Allah memandang kepada kalbu dan amal perbuatan kalian.Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim,

telah menceritakan kepada kami Al-Husain, dari Hajjaj, dari Ibnu Juraij, dari Ikrimah sehubungan dengan firman-Nya: Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada

Tuhannya. (Al-An'am: 51), hingga akhir ayat. Bahwa Atabah ibnu Rabi'ah, Syaibah ibnu Rabi'ah, Mut'im ibnu Addi, Al-Haris ibnu Naufal, Qurazah ibnu Abdu Amr ibnu Naufal bersama sejumlah orang dari Bani Abdu Manaf,

dari kalangan orang-orang kafir mereka; semuanya datang kepada Abu Talib, lalu mereka berkata, "Hai Abu Talib, mengapa anak saudaramu —yaitu Muhammad— tidak mengusir semua maula kita dan teman-teman sepakta kita,

karena sesungguhnya mereka semua hanyalah bekas budak-budak dan pelayan-pelayan kita. Apabila dia mau mengusir mereka, maka hal itu sangat kami hargai, dan kami hormati dia di kalangan kami; lebih mendekati untuk diikuti oleh kami,

dan kami akan percaya kepadanya karena itu." Maka Abu Talib datang kepada Nabi Saw. dan membicarakan hal tersebut kepadanya. Umar ibnul Khattab r.a. berkata memberikan sarannya, "Jangan dahulu engkau melakukan hal itu

sebelum engkau teliti benar apa yang mereka kehendaki dan apa yang mereka maksudkan dari ucapan mereka itu." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang

yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya. (Al-An'am: 51) Sampai dengan firman-Nya: Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya). (Al-An'am: 53)Yang dimaksudkan oleh pemuka-pemuka

Bani Abdu Manaf itu adalah Bilal, Ammar ibnu Yasir, Salim maula Abu Huzaifah, Sabih maula Usaid; dan yang dimaksud dengan teman sepakta mereka adalah Ibnu Mas'ud, Al-Miqdad ibnu Amr, Mas'ud, Ibnul Qari,

Waqid ibnu Abdullah Al-Hanzali, Amr ibnu Abdu Amr, Zusy Syimalain, Marsad ibnu Abu Marsad, dan Abu Marsad Al-Ganawi teman sepakta Hamzah ibnu Abdul Muttalib serta teman-teman sepakta lainnya.


Ayat berikut diturunkan berkenaan dengan para pemimpin kafir dari kalangan Quraisy dan para mawali serta para hulafa (teman-teman sepakta), yaitu firman-Nya:


{وَكَذَلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِيَقُولُوا أَهَؤُلاءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا}


Dan demikianlah telah Kami uji sebagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebagian mereka (orang-orang miskin); supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata, "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah

oleh Allah kepada mereka?” (Al-An'am: 53), hingga akhir ayat.Ketika ayat ini diturunkan, Umar bangkit dan datang kepada Nabi Saw., lalu ia meminta maaf kepada Nabi Saw. atas ucapan yang telah dikeluarkannya. Kemudian Allah Swt. menurunkan firman-Nya:


{وَإِذَا جَاءَكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِنَا }


Apabila datang orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami (Al-An'am: 54), hingga akhir ayat.Adapun firman Allah Swt.:


{وَإِذَا جَاءَكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِنَا فَقُلْ سَلامٌ عَلَيْكُمْ}


Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah, "SaTamun 'alaikum.” (Al-An'am: 54)Artinya, hormatilah mereka dengan menjawab salam mereka,

dan sampaikan berita gembira kepada mereka bahwa rahmat Allah yang luas mencakup mereka semua. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ}


Tuhan kalian telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. (Al-An'am: 54)Yakni Dia telah mewajibkan rahmat atas diri-Nya Yang Mahamulia sebagai karunia dari-Nya, kebaikan, dan anugerah-Nya buat mereka.


{مَنْ عَمِلَ مِنْكُمْ سُوءًا بِجَهَالَةٍ}


Yaitu bahwa barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kalian lantaran kejahilan. (Al-An'am: 54)Sebagian ulama Salaf mengatakan, semua orang yang durhaka kepada Allah adalah orang yang jahil.Mu'tamir ibnu Sulaiman

telah meriwayatkan dari Al-Hakam ibnu Aban ibnu Ikrimah sehubungan dengan firman-Nya: Barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kalian lantaran kejahilan. (Al-An'am: 54) Bahwa dunia seluruhnya merupakan kejahilan. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.


{ثُمَّ تَابَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَصْلَحَ}


kemudian ia bertobat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan. (Al-An'am: 54)Yakni kembali kepada jalan yang benar dari kebiasaan maksiatnya dan kapok serta bertekad tidak akan mengulanginya lagi, serta memperbaiki amal perbuatannya di masa mendatang.


{فَأَنَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ}


maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-An'am: 54)


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ حَدَّثَنَا مَعْمَر، عَنْ همَّام بْنِ مُنَبِّهٍ قَالَ: هَذَا مَا حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَمَّا قَضَى اللَّهُ الخَلْقَ، كَتَبَ فِي كِتَابِهِ فَهُوَ عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِ: إِنَّ رَحْمَتِي غَلَبَتْ غَضَبِي"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Hammam ibnu Munabbih yang mengatakan bahwa berikut ini adalah apa yang telah diceritakan

oleh Abu Hurairah kepada kami, yaitu bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Setelah Allah melakukan peradilan terhadap makhluk-(Nya), maka Dia menetapkan pada kitab-Nya yang ada di sisi-Nya di atas 'Arasy,

bahwa sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku.Hadis ini diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim di dalam kitab Sahihain. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah.

Musa ibnu Uqbah meriwayatkannya dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah.Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Lais dan lain-lainnya, dari Muhammad ibnu Ajian, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang sama.


وَقَدْ رَوَى ابْنُ مَرْدُوَيه، مِنْ طَرِيقِ الْحَكَمِ بْنِ أَبَانٍ، عَنْ عِكْرِمة، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "إِذَا فَرَغَ اللَّهُ مِنَ الْقَضَاءِ بَيْنَ الْخَلْقِ، أَخْرَجَ كِتَابًا مِنْ تَحْتِ الْعَرْشِ: إِنَّ رَحْمَتِي سَبَقَتْ غَضَبِي، وَأَنَا أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ، فَيَقْبِضُ قَبْضَةً أَوْ قَبْضَتَيْنِ فَيُخْرِجُ مِنَ النار خلقًا لم يعملوا خيرًا، مَكْتُوبٌ بَيْنَ أَعْيُنِهِمْ. عُتَقَاء اللَّهِ".


Ibnu Murdawaih telah meriwayatkan melalui jalur Al-Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Apabila Allah telah menyelesaikan peradilan-Nya di antara makhluk semuanya,

maka Dia mengeluarkan suatu kitab dari bawah 'Arasy (yang tercantum padanya), "Sesungguhnya rahmat­Ku mendahului murka-Ku, dan Aku adalah Yang Maha Pelimpah Rahmat.” Lalu Allah menggenggam sekali atau dua kali genggaman

dan mengeluarkan dari neraka sejumlah banyak makhluk yang tidak pernah melakukan suatu kebaikan pun, di antara kedua mata mereka (yakni pada kening mereka) tertuliskan, "Orang-orang yang dimerdekakan oleh Allah (dari neraka)."

Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Asim ibnu Sulaiman, dari Abu Usman An-Nahdi, dari Salman sehubungan dengan firman-Nya: Tuhan kalian telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. (Al-An'am: 54)

Bahwa sesungguhnya di dalam kitab Taurat Kami menjumpai dua jenis kasih sayang, yaitu: Allah Swt. menciptakan langit dan bumi, menciptakan seratus rahmat, atau Dia menjadikan seratus rahmat sebelum menciptakan makhluk.

Kemudian Dia menciptakan makhluk dan meletakkan sebuah rahmat di antara mereka, sedangkan yang sembilan puluh sembilan rahmat Dia pegang di sisi-Nya. Salman melanjutkan kisahnya, "Dengan satu rahmat itulah para makhluk

berkasih sayang, saling mengasihi, saling memberi, dan saling menolong. Dengan satu rahmat itulah unta betina mengasihi anaknya, sapi betina mengasihi anaknya, kambing betina mengasihi anaknya, dan ikan-ikan di laut saling beriringan.

Maka apabila datang hari kiamat, Allah mengumpulkan rahmat itu dengan rahmat yang ada di sisi-Nya, dan rahmat-Nya jauh lebih utama dan lebih luas.Hal ini telah diriwayatkan pula secara marfu melalui jalur lain. Dalam pembahasan berikutnya akan disebutkan hadis-hadis yang berkaitan dengan masalah ini, yaitu pada tafsir firman-Nya:


{وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ}


dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. (Al-A'raf: 156)Di antara hadis-hadis yang berkaitan dengan ayat ini ialah sabda Nabi Saw. kepada sahabat Mu'az ibnu Jabal:


"أَتَدْرِي مَا حَقُّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ؟ أَنْ يَعْبُدُوهُ لَايُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا"، ثُمَّ قَالَ: "أَتَدْرِي مَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ إِذَا هُمْ فَعَلُوا ذَلِكَ؟ أَلَّا يُعَذِّبَهُمْ"


"Tahukah kamu, apakah hak Allah yang dibebankan atas hamba-hamba-Nya? Yaitu hendaknya mereka menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” Kemudian Rasulullah Saw. bersabda pula: Tahukah kamu,

apakah hak hamba-hamba Allah atas Allah apabila mereka melakukan hal tersebut? Yaitu hendaknya Dia tidak mengazab mereka.Imam Ahmad telah meriwayatkannya melalui jalur Kumail ibnu Ziyad, dari Abu Hurairah r.a.

Surat Al-Anam |6:51|

وَأَنْذِرْ بِهِ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْ يُحْشَرُوا إِلَىٰ رَبِّهِمْ ۙ لَيْسَ لَهُمْ مِنْ دُونِهِ وَلِيٌّ وَلَا شَفِيعٌ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

wa anżir bihillażiina yakhoofuuna ay yuḥsyaruuu ilaa robbihim laisa lahum min duunihii waliyyuw wa laa syafii'ul la'allahum yattaquun

Peringatkanlah dengannya (Al-Qur´an) itu orang yang takut akan dikumpulkan menghadap Tuhannya (pada hari Kiamat), tidak ada bagi mereka pelindung dan pemberi syafaat (pertolongan) selain Allah, agar mereka bertakwa.

And warn by the Qur'an those who fear that they will be gathered before their Lord - for them besides Him will be no protector and no intercessor - that they might become righteous.

Tafsir
Jalalain

(Dan berilah peringatan) takut-takutilah (dengannya) dengan Alquran (orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya pada hari kiamat sedang tidak ada bagi mereka selain-Nya) yakni selain Allah

(seorang pelindung) yang dapat menolong mereka (dan pemberi syafaat pun) yang dapat memberikan syafaat kepada mereka. Jumlah kalimat yang diawali dengan huruf nafi menjadi hal dari dhamir

yang terdapat di dalam lafal yuhsyaruu; maksudnya tempat yang ditakuti. Dan yang dimaksud dengan mereka adalah orang-orang yang maksiat (agar mereka bertakwa) kepada Allah dengan memberhentikan diri mereka

dari kebiasaan yang biasa mereka lakukan kemudian mau berbuat ketaatan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 51 |

Penjelasan ada di ayat 50

Surat Al-Anam |6:52|

وَلَا تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ مَا عَلَيْكَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ وَمَا مِنْ حِسَابِكَ عَلَيْهِمْ مِنْ شَيْءٍ فَتَطْرُدَهُمْ فَتَكُونَ مِنَ الظَّالِمِينَ

wa laa tathrudillażiina yad'uuna robbahum bil-ghodaati wal-'asyiyyi yuriiduuna waj-hah, maa 'alaika min ḥisaabihim min syai`iw wa maa min ḥisaabika 'alaihim min syai`in fa tathrudahum fa takuuna minazh-zhoolimiin

Janganlah engkau mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, mereka mengharapkan keridaan-Nya. Engkau tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatan mereka dan mereka tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan engkau (berhak) mengusir mereka, sehingga engkau termasuk orang-orang yang zalim.

And do not send away those who call upon their Lord morning and afternoon, seeking His countenance. Not upon you is anything of their account and not upon them is anything of your account. So were you to send them away, you would [then] be of the wrongdoers.

Tafsir
Jalalain

(Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari sedangkan mereka menghendaki) dengan ibadahnya itu (keridaan-Nya) Yang Maha Tinggi

bukannya untuk tujuan meraih sesuatu dari keduniaan. Mereka adalah kaum muslimin yang miskin sedangkan kaum musyrikin sangat tidak menyukai mereka lalu orang-orang musyrik meminta kepada Nabi saw.

agar beliau mengusir mereka dari sisinya supaya orang-orang musyrik itu dapat duduk bersama-sama dengan beliau. Kemudian Nabi saw. bermaksud untuk memenuhi permintaan orang-orang musyrik itu

agar mereka mau masuk Islam. (Kamu tidak memikul tanggung jawab terhadap perbuatan mereka) huruf min adalah tambahan (sedikit pun) jika hati mereka tidak rela

(dan mereka pun tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatanmu yang menyebabkan kamu berhak mengusir mereka) sebagai jawab dari nafi (sehingga kamu termasuk orang-orang yang lalim) jika kamu melakukan hal itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 52 |

Penjelasan ada di ayat 50

Surat Al-Anam |6:53|

وَكَذَٰلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِيَقُولُوا أَهَٰؤُلَاءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا ۗ أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِينَ

wa każaalika fatannaa ba'dhohum biba'dhil liyaquuluuu a haaa`ulaaa`i mannallohu 'alaihim mim baininaa, a laisallohu bi`a'lama bisy-syaakiriin

Demikianlah, Kami telah menguji sebagian mereka (orang yang kaya) dengan sebagian yang lain (orang yang miskin), agar mereka (orang yang kaya itu) berkata, "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah?" (Allah berfirman), "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang mereka yang bersyukur (kepada-Nya)?"

And thus We have tried some of them through others that the disbelievers might say, "Is it these whom Allah has favored among us?" Is not Allah most knowing of those who are grateful?

Tafsir
Jalalain

(Dan demikianlah telah Kami uji) Kami telah coba (sebagian mereka dengan sebagian lainnya) yakni orang yang mulia dengan orang yang rendah, orang kaya dengan orang miskin,

untuk Kami lombakan siapakah yang berhak paling dahulu kepada keimanan (supaya mereka berkata) orang-orang yang mulia dan orang-orang yang kaya yaitu mereka yang ingkar

("Orang-orang semacam inikah) yakni orang-orang miskin (di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka") hidayah.

Artinya jika apa yang sedang dilakukan oleh orang-orang miskin dan orang-orang rendahan itu dinamakan hidayah, niscaya orang-orang mulia dan orang-orang kaya itu tidak akan mampu mendahuluinya.v Allah berfirman, ("Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur") kepada-Nya lalu Dia memberikan hidayah kepada mereka. Memang betul.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 53 |

Penjelasan ada di ayat 50

Surat Al-Anam |6:54|

وَإِذَا جَاءَكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِنَا فَقُلْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ ۖ كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَىٰ نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ ۖ أَنَّهُ مَنْ عَمِلَ مِنْكُمْ سُوءًا بِجَهَالَةٍ ثُمَّ تَابَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَصْلَحَ فَأَنَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

wa iżaa jaaa`akallażiina yu`minuuna bi`aayaatinaa fa qul salaamun 'alaikum kataba robbukum 'alaa nafsihir-roḥmata annahuu man 'amila mingkum suuu`am bijahaalatin ṡumma taaba mim ba'dihii wa ashlaḥa fa annahuu ghofuurur roḥiim

Dan apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami datang kepadamu, maka katakanlah, "Salamun ‘alaikum (selamat sejahtera untuk kamu)." Tuhanmu telah menetapkan sifat kasih sayang pada diri-Nya, (yaitu) barang siapa berbuat kejahatan di antara kamu karena kebodohan, kemudian dia bertobat setelah itu dan memperbaiki diri, maka Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.

And when those come to you who believe in Our verses, say, "Peace be upon you. Your Lord has decreed upon Himself mercy: that any of you who does wrong out of ignorance and then repents after that and corrects himself - indeed, He is Forgiving and Merciful."

Tafsir
Jalalain

(Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah) kepada mereka ("Mudah-mudahan Allah melimpahkan kesejahteraan atas kamu telah menetapkan)

telah memastikan (Tuhanmu atas diri-Nya kasih sayang, yaitu bahwasanya) yakni perihalnya; di dalam suatu qiraat dibaca dengan fathah yaitu annahu sebagai badal atau kata ganti dari Lafal ar-rahmah

(siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan) terhadap perbuatan itu sewaktu ia melakukannya (kemudian ia bertobat) kembali ke jalan yang benar (setelah itu) setelah mengerjakannya

(dan mengadakan perbaikan) terhadap amal perbuatannya (maka sesungguhnya Ia) yakni Allah swt. (Maha Pengampun) kepadanya (lagi Maha Penyayang.") kepada dirinya.

Menurut qiraat lainnya dibaca dengan fatah; artinya maka Dialah yang memberi ampunan dan kasih sayang.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 54 |

Penjelasan ada di ayat 50

Surat Al-Anam |6:55|

وَكَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ

wa każaalika nufashshilul-aayaati wa litastabiina sabiilul-mujrimiin

Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al-Qur´an, (agar terlihat jelas jalan orang-orang yang saleh) dan agar terlihat jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa.

And thus do We detail the verses, and [thus] the way of the criminals will become evident.

Tafsir
Jalalain

(Dan demikianlah) sebagaimana yang telah Kami jelaskan sebelumnya (Kami terangkan) Kami jelaskan (ayat-ayat) Alquran untuk menampakkan yang hak kemudian diamalkan (supaya jelas)

supaya menjadi terang (jalan) kelakuan (orang-orang yang berdosa) kemudian engkau menjauhinya. Dalam suatu qiraat dibaca litubayyina; menurut qiraat lainnya dibaca litastabiina.

Bila lafal sabiil dibaca nashab maka pembicaraannya ditujukan kepada Nabi saw.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 55 |

Tafsir ayat 55-59

Allah Swt. berfirman, "Sebagaimana Kami telah jelaskan hal-hal yang telah lalu keterangannya, yaitu hujah-hujah dan daliJ-dalil sebagai jalan petunjuk dan bimbingan, dan telah dicela sikap membantah dan ingkar."


{وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ}


Demikian pula Kami terangkan ayat-ayat Al-Qur’an. (Al-An'am: 55)Yakni ayat-ayat diperlukan oleh orang-orang yang diajak bicara keterangannya secara jelas.


{وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ}


dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa. (Al-An'am: 55)Yaitu supaya jelas jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang berdosa yang menentang para rasul.Menurut qiraah yang lain, ayat ini dibaca sabila,

sehingga artinya menjadi demikian:dan supaya kamu jelas terhadap jalan orang-orang yang berdosa.Artinya, agar kamu jelas, hai Muhammad; atau hai orang yang diajak bicara terhadap jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang berdosa. Firman Allah Swt.:


{قُلْ إِنِّي عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي}


Katakanlah, "Sesungguhnya aku berada di atas hujah yang nyata dari Tuhanku.” (Al-An'am: 57)Maksudnya, aku berada di atas pengetahuan dari syariat Allah yang telah diwahyukan oleh-Nya kepadaku.


{وَكَذَّبْتُمْ بِهِ}


sedangkan kalian mendustakannya. (Al-An'am: 57)Yakni kalian mendustakan perkara hak yang disampaikan kepadaku dari Allah.


{مَا عِنْدِي مَا تَسْتَعْجِلُونَ بِهِ}


Tidak ada padaku apa yang kalian minta supaya disegerakan. (Al-An'am: 57)Yaitu siksaan atau azab.


{إِنِ الْحُكْمُ إِلا لِلَّهِ}


Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. (Al-An'am: 57)Artinya, sesungguhnya rujukan mengenai hal tersebut hanyalah kepada Allah. Dengan kata lain, jika dia menghendaki untuk menyegerakannya kepada kalian,

niscaya Dia akan menyegerakan azab yang kalian minta itu. Dan jika Dia menghendaki penangguhannya terhadap kalian, niscaya Dia menangguhkannya karena dalam penangguhan itu terkandung hikmah yang besar yang hanya Dia saja yang mengetahuinya. Karena itulah pada firman selanjutnya disebutkan:


{إِنِ الْحُكْمُ إِلا لِلَّهِ يَقُصُّ الْحَقَّ وَهُوَ خَيْرُ الْفَاصِلِينَ}


Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik (Al-An'am: 57)Yakni Dia adalah sebaik-baik Pemberi keputusan peradilan dan sebaik-baik Pemberi penyelesaian dalam memutuskan perkara di antara hamba-hamba-Nya. Firman Allah Swt.:


{قُلْ لَوْ أَنَّ عِنْدِي مَا تَسْتَعْجِلُونَ بِهِ لَقُضِيَ الأمْرُ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ}


Katakanlah, "Kalau sekiranya ada padaku apa (azab) yang Kalian minta supaya disegerakan kedatangannya, tentu telah diselesaikan Allah urusan yang ada di antara aku dan kalian. (Al-An'am: 58)

Yaitu seandainya keputusan mengenai azab itu berada di tanganku, niscaya aku benar-benar akan menimpakannya kepada kalian sesuai dengan kadar yang berhak kalian terima darinya.


{وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِالظَّالِمِينَ}


Dan Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang zalim.” (Al-An'am: 58)Bila ditanyakan, bagaimanakah menggabungkan pengertian antara ayat ini dengan sebuah hadis yang disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui jalur Ibnu Wahb,

dari Yunus, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Siti Aisyah, bahwa Siti Aisyah pernah berkata kepada Rasulullah Saw., "Wahai Rasulullah, apakah engkau pernah mengalami suatu hari yang terasa lebih keras olehmu daripada Perang Uhud?” Rasulullah Saw. menjawab:


"لَقَدْ لقيتُ مِنْ قَوْمِكِ، وَكَانَ أَشَدُّ مَا لَقِيتُ مِنْهُ يَوْمَ الْعَقَبَةِ؛ إِذْ عَرَضْتُ نَفْسِي على ابن عبد يا ليل ابْنِ عَبْدِ كُلال، فَلَمْ يُجِبْنِي إِلَى مَا أردتُ، فَانْطَلَقْتُ وَأَنَا مَهْمُومٌ عَلَى وَجْهِي، فَلَمْ أَسْتَفِقْ إِلَّا بِقَرْنِ الثَّعَالِبِ، فَرَفَعْتُ رَأْسِي، فَإِذَا أَنَا بِسَحَابَةٍ قَدْ أظَلَّتْني، فَنَظَرْتُ فَإِذَا فِيهَا جِبْرِيلُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَنَادَانِي، فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ قَدْ سَمِعَ قَوْلَ قَوْمِكَ لَكَ، وَمَا رَدُّوا عَلَيْكَ، وَقَدْ بَعَثَ إِلَيْكَ مَلَك الْجِبَالِ لِتَأْمُرَهُ بِمَا شِئْتَ فِيهِمْ". قَالَ: "فَنَادَانِي مَلَك الْجِبَالِ وَسَلَّمَ عَلَيَّ، ثُمَّ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، إِنَّ اللَّهَ قَدْ سَمِعَ قَوْلَ قَوْمِكَ لَكَ، وَقَدْ بَعَثَنِي رَبُّكَ إِلَيْكَ، لِتَأْمُرَنِي بِأَمْرِكَ، فَمَا شِئْتَ؟ إِنْ شِئْتَ أَطْبَقْتُ عَلَيْهِمُ الْأَخْشَبَيْنِ"، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ، لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا"،


Sesungguhnya aku pernah mengalaminya dari kaummu, dan hari yang paling keras yang pernah kualami adalah hari Aqabah. Yaitu ketika aku menampilkan diriku menyeru Ibnu Abdu Yalil ibnu Abdu Kalal untuk masuk Islam,

tetapi dia tidak mau menerima apa yang kutawarkan kepadanya. Maka aku pergi dengan hati yang penuh kesusahan dan kedukaan, aku tidak sadar dari kesusahanku kecuali setelah tiba di Qarnus Sa'alib. Lalu aku angkat kepalaku,

tiba-tiba aku melihat segumpal awan yang menaungiku. Ketika kuperhatikan, ternyata di dalamnya terdapat Malaikat Jibril as. Jibril menyeruku dan berkata, "Sesungguhnya Allah telah mendengar jawaban kaummu kepadamu,

mereka tidak mau memenuhi seruanmu, dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepadamu malaikat penjaga gunung-gunung untuk engkau perintahkan sesukamu terhadap mereka.” Malaikat penjaga gunung menyeruku

dan memberi salam kepadaku, kemudian berkata, "Hai Muhammad, sesungguhnya Allah telah mendengar jawaban kaummu kepadamu, dan sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan kepadaku menemuimu untuk engkau perintah

menurut apa yang engkau kehendaki. Jika engkau suka, maka aku timpakan kepada mereka kedua Bukit Akhsyab ini.” Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Tidak, tetapi aku berharap semoga Allah mengeluarkan dari tulang sulbi mereka

orang-orang yang menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun."Demikianlah menurut lafaz Imam Muslim, Nabi Saw. ditawari agar mereka diazab dan dibinasakan sampai ke akar-akarnya, tetapi Nabi Saw.

bersikap lunak kepada mereka dan memohon agar mereka ditangguhkan, dengan harapan semoga saja Allah mengeluarkan dari mereka keturunan yang mau menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.

Pertanyaan yang dimaksud ialah bagaimanakah menggabungkan pengertian hadis ini dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. Dalam ayat ini:


{قُلْ لَوْ أَنَّ عِنْدِي مَا تَسْتَعْجِلُونَ بِهِ لَقُضِيَ الأمْرُ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِالظَّالِمِينَ}


Katakanlah, "Kalau sekiranya ada padaku apa (azab) yang kalian minta supaya disegerakan kedatangannya, tentu telah diselesaikan Allah urusan yang ada antara aku dan kalian. Dan Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang zalim.

" (Al-An'am: 58)Sebagai jawabannya —hanya Allah yang lebih mengetahui— dapat dikatakan bahwa ayat ini menunjukkan pengertian 'seandainya persoalan azab yang mereka minta itu berada di tangan Nabi Saw., niscaya Nabi Saw.

akan menimpakannya kepada mereka pada saat mereka memintanya'. Adapun mengenai hadis ini, maka di dalamnya tidak mengandung makna bahwa mereka meminta agar dijatuhkan azab atas diri mereka. Tetapi yang menawarkannya

datang dari pihak malaikat penjaga gunung-gunung, yaitu 'apabila Nabi Saw. menginginkan agar kedua Bukit Akhsyab ditimpakan kepada mereka, niscaya akan dilakukan oleh malaikat penjaga gunung'. Gunung Akhsyab ialah dua buah bukit

yang meliputi kota Mekah dari arah selatan dan utaranya. Karena itulah Nabi Saw. memohon agar hal itu ditangguhkan dan memohon agar mereka dibelaskasihani.Firman Allah Swt.:


{وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ}


dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. (Al-An'am: 59)


قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِيهِ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَفَاتِحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا اللَّهُ: {إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ}


Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Sa'd, dari Ibnu Syihab, dari Salim ibnu Abdullah, dari ayahnya, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

Kunci-kunci perkara yang gaib itu ada lima, tidak ada yang mengetahuinya kecuali hanya Allah. Yaitu yang disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat;

dan Dialah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui

di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Luqman: 34)Di dalam hadis Umar disebutkan bahwa ketika Malaikat Jibril menampakkan dirinya kepada Nabi Saw. dalam rupa seorang lelaki Badui,

lalu bertanya kepada Nabi Saw. mengenai iman dan Islam serta ihsan, maka Nabi Saw. menjawabnya. Di antara jawaban Nabi Saw. kepadanya ialah:


"خَمْسٌ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ "، ثُمَّ قَرَأَ: {إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ}


Ada lima perkara tidak ada seorang pun yang mengetahuinya kecuali hanya Allah. Kemudian Nabi Saw. membacakan firman-Nya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat. (Luqman: 34), hingga akhir ayat. Mengenai firman Allah Swt.:


{وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ}


dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan. (Al-An'am: 59)Artinya, pengetahuan Allah Yang Mahamulia meliputi semua alam wujud ini, baik yang ada di daratan maupun yang ada di lautan, tidak ada sesuatu pun darinya

yang samar bagi Allah, dan tidak ada yang samar bagi Allah sebesar zarrah pun di bumi ini, tidak pula yang ada di langit. Alangkah indahnya apa yang dikatakan oleh As-Sarsari dalam bait syairnya yang menyebutkan:


فَلا يَخْفَى عَلَيْهِ الذَّر إمَّا ... تَرَاءىَ لِلنَّوَاظِرِ أَوْ تَوَارى ...


Tidak ada yang samar bagi Allah sebesar zarrah pun, baik yang kelihatan oleh mata ataupun yang tidak kelihatan.Firman Allah Swt.:


{وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلا يَعْلَمُهَا}


dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia menge­tahuinya (pula). (Al-An'am: 59)Yakni Dia mengetahui semua gerak kehidupan seluruh benda, terlebih lagi hewan yang hidup,

dan lebih lagi makhluk yang terkena taklif, baik dari kalangan jenis jin maupun manusia. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah dalam ayat lain:


{يَعْلَمُ خَائِنَةَ الأعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ}


Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. (Al-Mu’min: 19)Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnur Rabi',

telah menceritakan kepada kami Abul Ahwas, dari Sa'id ibnu Masruq, telah menceritakan kepada kami Hassan An-Namiri, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: dan tiada sehelai daun pun yang gugur

melainkan Dia mengetahuinya (pula). (Al-An'am: 59) Bahwa tidak ada sebuah pohon pun —baik di daratan maupun di lautan— melainkan ada malaikat yang diperintahkan untuk menjaganya. Malaikat itu mencatat daun-daun yang gugur dari pohon itu. Firman Allah Swt.:


{وَلا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأرْضِ وَلا رَطْبٍ وَلا يَابِسٍ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ}


dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (lauh mahfuz). (Al-An'am: 59)Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami

Abdullah ibnu Muhammad ibnu Abdur Rahman ibnul Miswar Az-Zuhri, telah menceritakan kepada kami Malik ibnu Sa'ir, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Yazid ibnu Abu Ziyad, dari Abdullah ibnul Haris yang mengatakan

bahwa tidak ada suatu pohon pun di bumi, tidak pula sebuah biji pun yang ditanam melainkan padanya terdapat malaikat yang ditugaskan oleh Allah untuk melaporkan kepada-Nya apa yang terjadi pada pohon itu,

yaitu mengenai masa lembabnya apabila mengalami kelembaban dan masa keringnya apabila mengalami kekeringan.Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Abul Katthab Ziyad ibnu Abdullah Al-Hassani,

dari Malik ibnu Sa'ir dengan lafaz yang sama.Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan dari Abu Huzaifah bahwa Sufyan telah menceritakan kepada kami, dari Amrah ibnu Qais, dari seorang lelaki, dari Sa'id ibnu Jubair,

dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Allah telah menciptakan Nun —yaitu tinta— dan lembaran-lembaran, lalu dicatatkan padanya perkara dunia hingga habis, yaitu mengenai penciptaan makhluk atau rezeki halal atau rezeki haram,

atau amal baik atau amal buruk. Lalu Ibnu Abbas membacakan firman-Nya; dan tidak ada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula). (Al-An'am: 59), hingga akhir ayat.Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan

dari Yahya ibnun Nadr, dari ayahnya, bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr ibnul As yang mengatakan bahwa sesungguhnya di bawah bumi lapis ketiga dan di atas lapis keempat terdapat makhluk jin.

Sekiranya makhluk jin itu menampakkan dirinya pada kalian, niscaya kalian tidak akan mendapat secercah cahaya pun karena terhalang oleh mereka. Pada tiap-tiap sudut (sisi) bumi terdapat sebuah lak Allah Swt.,

dan pada setiap lak terdapat malaikat. Setiap hari Allah Swt. mengutus seorang malaikat dari sisi-Nya kepada malaikat penjaga lak itu untuk menyampaikan perintah-Nya, bahwa peliharalah apa yang ada padamu.

Surat Al-Anam |6:56|

قُلْ إِنِّي نُهِيتُ أَنْ أَعْبُدَ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ ۚ قُلْ لَا أَتَّبِعُ أَهْوَاءَكُمْ ۙ قَدْ ضَلَلْتُ إِذًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُهْتَدِينَ

qul innii nuhiitu an a'budallażiina tad'uuna min duunillaah, qul laaa attabi'u ahwaaa`akum qod dholaltu iżaw wa maaa ana minal-muhtadiin

Katakanlah (Muhammad), "Aku dilarang menyembah tuhan-tuhan yang kamu sembah selain Allah." Katakanlah, "Aku tidak akan mengikuti keinginanmu. Jika berbuat demikian, sungguh tersesatlah aku dan aku tidak termasuk orang yang mendapat petunjuk."

Say, "Indeed, I have been forbidden to worship those you invoke besides Allah." Say, "I will not follow your desires, for I would then have gone astray, and I would not be of the [rightly] guided."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah, "Sesungguhnya aku dilarang menyembah tuhan-tuhan yang kamu seru) kamu sembah (selain Allah." Katakanlah, "Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu) dalam menyembah tuhan-tuhanmu itu

(sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian) jika aku ikut menyembah tuhan-tuhan itu (dan tidak pula aku termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 56 |

Penjelasan ada di ayat 55

Surat Al-Anam |6:57|

قُلْ إِنِّي عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَكَذَّبْتُمْ بِهِ ۚ مَا عِنْدِي مَا تَسْتَعْجِلُونَ بِهِ ۚ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۖ يَقُصُّ الْحَقَّ ۖ وَهُوَ خَيْرُ الْفَاصِلِينَ

qul innii 'alaa bayyinatim mir robbii wa każżabtum bih, maa 'indii maa tasta'jiluuna bih, inil-ḥukmu illaa lillaah, yaqushshul-ḥaqqo wa huwa khoirul-faashiliin

Katakanlah (Muhammad), "Aku (berada) di atas keterangan yang nyata (Al-Qur´an) dari Tuhanku sedang kamu mendustakannya. Bukanlah kewenanganku (untuk menurunkan azab) yang kamu tuntut untuk disegerakan kedatangannya. Menetapkan (hukum itu) hanyalah hak Allah. Dia menerangkan kebenaran dan Dia pemberi keputusan yang terbaik."

Say, "Indeed, I am on clear evidence from my Lord, and you have denied it. I do not have that for which you are impatient. The decision is only for Allah. He relates the truth, and He is the best of deciders."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah, "Sesungguhnya aku berada di atas hujah) penjelasan yang nyata (dari Tuhanku dan) ternyata (kamu mendustakannya) mendustakan Tuhanku karena kamu telah menyekutukan-Nya.

(Tidak ada padaku apa yang kamu minta supaya disegerakan kedatangannya) yaitu berupa azab. (Tidak lain) tiada lain (menetapkan hukum itu) dalam masalah tersebut dan masalah-masalah lainnya

(hanyalah hak Allah. Dia memutuskan) menentukan (yang sebenarnya dan Dia pemberi keputusan yang paling baik.") pemberi ketentuan hukum yang paling baik.

Menurut suatu qiraat dibaca yaqushshu/menerangkan bukannya yaqdhii/memutuskan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 57 |

Penjelasan ada di ayat 55

Surat Al-Anam |6:58|

قُلْ لَوْ أَنَّ عِنْدِي مَا تَسْتَعْجِلُونَ بِهِ لَقُضِيَ الْأَمْرُ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ ۗ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِالظَّالِمِينَ

qul lau anna 'indii maa tasta'jiluuna bihii laqudhiyal-amru bainii wa bainakum, wallohu a'lamu bizh-zhoolimiin

Katakanlah (Muhammad), "Seandainya ada padaku apa (azab) yang kamu minta agar disegerakan kedatangannya, tentu selesailah segala perkara antara aku dan kamu." Dan Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang zalim.

Say, "If I had that for which you are impatient, the matter would have been decided between me and you, but Allah is most knowing of the wrongdoers."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah) kepada mereka ("Kalau sekiranya ada padaku apa/azab yang kamu minta supaya disegerakan kedatangannya, tentu telah diselesaikan Allah urusan yang ada antara aku dan kamu)

yaitu dengan cara aku menyegerakan azab itu kepadamu, kemudian aku istirahat. Akan tetapi azab itu hanya ada di tangan kekuasaan Allah (Dan Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang lalim.") di kala Ia mau menghukum mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 58 |

Penjelasan ada di ayat 55

Surat Al-Anam |6:59|

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

wa 'indahuu mafaatiḥul-ghoibi laa ya'lamuhaaa illaa huw, wa ya'lamu maa fil-barri wal-baḥr, wa maa tasquthu miw waroqotin illaa ya'lamuhaa wa laa ḥabbatin fii zhulumaatil-ardhi wa laa rothbiw wa laa yaabisin illaa fii kitaabim mubiin

Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya, tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

And with Him are the keys of the unseen; none knows them except Him. And He knows what is on the land and in the sea. Not a leaf falls but that He knows it. And no grain is there within the darknesses of the earth and no moist or dry [thing] but that it is [written] in a clear record.

Tafsir
Jalalain

(Dan pada sisi Allahlah) Yang Maha Luhur (kunci-kunci semua yang gaib) simpanan-simpanan ilmu gaib atau jalan-jalan yang mengantarkan kepada pengetahuan tentangnya (tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri)

ilmu tentang kegaiban itu ada lima macam; mengenai penjelasannya telah dikemukakan dalam surah Luqman ayat 34,

yaitu firman-Nya, "Sesungguhnya Allah hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat... sampai akhir ayat." Demikianlah menurut riwayat Imam Bukhari (dan Dia mengetahui apa) yang terjadi (di daratan),

permukaan bumi (dan di lautan) perkampungan-perkampungan yang ada di atas sungai-sungai (dan tiada sehelai daun pun yang gugur) huruf min adalah zaidah/ tambahan

(melainkan Dia mengetahuinya pula, dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering) diathafkan kepada Lafal waraqatin (melainkan tertulis dalam kitab yang nyata) yakni Lohmahfuz.

Al-Istitsna/pengecualian berkedudukan sebagai badal isytimal dari istitsna yang sebelumnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 59 |

Penjelasan ada di ayat 55

Surat Al-Anam |6:60|

وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ لِيُقْضَىٰ أَجَلٌ مُسَمًّى ۖ ثُمَّ إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

wa huwallażii yatawaffaakum bil-laili wa ya'lamu maa jaroḥtum bin-nahaari ṡumma yab'aṡukum fiihi liyuqdhooo ajalum musammaa, ṡumma ilaihi marji'ukum ṡumma yunabbi`ukum bimaa kuntum ta'maluun

Dan Dialah yang menidurkan kamu pada malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari. Kemudian, Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umurmu yang telah ditetapkan. Kemudian kepada-Nya tempat kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

And it is He who takes your souls by night and knows what you have committed by day. Then He revives you therein that a specified term may be fulfilled. Then to Him will be your return; then He will inform you about what you used to do.

Tafsir
Jalalain

(Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari) Ia mencabut arwah kamu di kala tidur (dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan) yang kamu lakukan (pada siang hari kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari)

maksudnya dibangunkan kembali pada siang harinya dengan cara mengembalikan arwahmu (untuk disempurnakan ajalmu yang telah ditentukan) yakni batas kehidupan (kemudian kepada Allahlah kamu kembali) melalui kebangkitan

(lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan) kemudian Ia membalas kamu berdasarkan hal itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 60 |

Tafsir ayat 60-62

Allah Swt. berfirman, bahwa Dia mewafatkan hamba-hamba-Nya dalam tidur mereka di malam hari. Pengertian wafat ini merupakan wafat kecil (tidur), seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain, yaitu:


إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ


(Ingatlah) ketika Allah berfirman, 'Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku.” (Ali Imran: 55)


{اللَّهُ يَتَوَفَّى الأنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الأخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى}


Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu

yang ditentukan. (Az-Zumar: 42)Allah menyebutkan dalam ayat ini dua jenis kewafatan, yaitu wafat besar dan wafat kecil. Hal yang sama disebutkan pula oleh Allah dalam ayat ini (Al-An'am: 60) —yaitu wafat kecil dan wafat besar— melalui firman-Nya:


{وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ}


Dan Dialah yang menidurkan kalian di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kalian kerjakan pada siang hari. (Al-An'am:60)Yakni Allah mengetahui mata pencaharian yang kalian kerjakan di siang hari. Kalimat ini merupakan jumlah mu'taridah

(kalimat sisipan) yang menunjukkan pengertian bahwa pengetahuan Allah meliputi semua makhluk-Nya pada malam hari dan siang hari mereka, yakni di waktu mereka diam dan di waktu mereka bergerak, semuanya terliputi oleh pengetahuan Allah. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{سَوَاءٌ مِنْكُمْ مَنْ أَسَرَّ الْقَوْلَ وَمَنْ جَهَرَ بِهِ وَمَنْ هُوَ مُسْتَخْفٍ بِاللَّيْلِ وَسَارِبٌ بِالنَّهَارِ}


Sama saja (bagi Tuhan), siapa di antara kalian yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari. (Ar-Ra'd: 10) Sama pula dengan makna yang terkandung di dalam firman lainnya:


{وَمِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ}


Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untuk kalian malam dan siang, supaya kalian beristirahat pada malam itu. (Al-Qashash: 73)Yakni melakukan istirahat di malam hari.


{وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ}


dan supaya kalian mencari sebagian dari karunia-Nya. (Al-Qashash: 73)Yaitu pada siang harinya, seperti yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya yang lain:


{وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ لِبَاسًا * وَجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًا}


Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian, dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan. (An-Naba: 10-11)Dalam surat ini pun Allah Swt. menyebutkan melalui firman-Nya:


{وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ}


Dan Dialah yang menidurkan kalian di malam hari, dan Dia mengetahui apa yang kalian kerjakan pada siang hari. (Al-An'am: 60)Maksudnya, semua pekerjaan yang kalian lakukan di siang hari.


{ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ}


kemudian Dia membangunkan kalian pada siang hari. (Al-An'am: 60)Damir yang ada pada lafaz fihi kembali kepada siang hari, menurut apa yang dikatakan oleh Mujahid, Qatadah, dan As-Saddi.

Sedangkan menurut Ibnu Juraij, dari Abdullah ibnu Kasir, damir kembali kepada tidur, yakni dalam tidurnya. Tetapi makna yang pertama lebih kuat.


وَقَدْ رَوَى ابْنُ مَرْدُوَيه بِسَنَدِهِ عَنِ الضَّحَّاكِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَعَ كُلِّ إِنْسَانٍ مَلَكٌ إِذَا نَامَ أَخَذَ نَفْسَهُ، ويُرَد إِلَيْهِ. فَإِنْ أَذِنَ اللَّهُ فِي قَبْضِ رُوحِهِ قَبَضَهُ، وَإِلَّا رُدَّ إِلَيْهِ"، فَذَلِكَ قَوْلُهُ: {وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ}


Ibnu Murdawaih telah meriwayatkan berikut sanadnya dari Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Pada tiap orang terdapat seorang malaikat, apabila orang itu tidur, maka malaikatnya mengambil rohnya

dan mengembalikannya lagi kepadanya. Dan jika Allah memerintahkan agar nyawanya dicabut, maka malaikat itu mencabut nyawanya; dan jika tidak ada perintah, maka malaikat itu mengembalikannya kepada orang itu.

Yang demikian itulah yang dimaksud oleh firman-Nya: Dan Dialah yang menidurkan kalian di malam hari. (Al-An'am: 60)Adapun firman Allah Swt.:


{لِيُقْضَى أَجَلٌ مُسَمًّى}


Untuk disempurnakan umur (kalian) yang telah ditentukan. (Al-An'am: 60)Artinya, sampai kepada ajal atau batas umur yang telah ditetapkan untuk masing-masing orang.


{ثُمَّ إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ}


kemudian kepada Allah-lah kalian kembali. (Al-An'am: 60) Yakni kelak di hari kiamat.


{ثُمَّ يُنَبِّئُكُمْ}


lalu Dia memberitahukan kepada kalian. (Al-An'am: 60) Maksudnya, menceritakan dan membeberkan kepada kalian.


{بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}


apa yang dahulu kalian kerjakan. (Al-An'am: 60)Yakni Dia akan mengadakan pembalasan kepada kalian atas hal tersebut. Dengan kata lain, apabila amal perbuatan kalian baik, maka balasannya baik; dan apabila amal perbuatan kalian buruk, maka balasannya buruk pula.Firman Allah Swt.:


{وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ}


Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya. (Al-An'am: 61)Artinya, Dialah yang menguasai segala sesuatu; dan segala sesuatu tunduk kepada keagungan, kebesaran, dan kekuasaan-Nya.


{وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً}


dan diutus-Nya kepada kalian malaikat-malaikat penjaga. (Al-An'am: 61)Yaitu di antara para malaikat ada yang ditugaskan oleh Allah untuk menjaga tubuh manusia, seperti halnya yang disebutkan oleh Allah dalam ayat lain:


{لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ}


Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. (Ar-Ra'd: 11)Maksudnya, malaikat penjaga yang mencatat semua amal perbuatannya; sama halnya dengan yang disebutkan oleh firman-Nya:


وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ *


Padahal sesungguhnya bagi kalian ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaan kalian). (Al-Infitar: 10)


{عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ * مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ}


yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya, melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (Qaf: 17-18)


إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ


(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya. (Qaf: 17)Mengenai firman Allah Swt:


{حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ}


sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kalian. (Al-An'am: 61)Artinya, telah tiba masa ajalnya, dan maut sudah di ambang pintu.


{تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا}


ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami. (Al-An'am: 61)Yakni oleh malaikat yang ditugaskan untuk melakukan hal tersebut (pencabutan nyawa). Ibnu Abbas dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang telah mengatakan

bahwa malaikat maut ('Izrail) mempunyai pembantu-pembantu yang terdiri atas para malaikat lainnya; mereka mencabut roh dari jasad, lalu roh dicabut oleh malaikat maut apabila telah sampai di tenggorokan orang yang bersangkutan. Hal ini akan dijelaskan dalam tafsir firman-Nya:


يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ


Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh. (Ibrahim: 27)Hadis-hadis yang berkaitan dengan masalah ini membuktikan kesahihan dari asar yang bersumberkan dari Ibnu Abbas dan lain-lainnya ini. Firman Allah SWT:


{وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ}


dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya. (Al-An'am: 61)Yakni dalam menjaga roh orang yang diwafatkan, bahkan mereka memeliharanya dan menempatkannya menurut apa yang dikehendaki oleh Allah Swt.

Jika orang yang bersangkutan termasuk orang-orang yang bertakwa, maka mereka ditempatkan di tempat yang tinggi; jika orang yang bersangkutan termasuk orang-orang yang durhaka, maka ditempatkan di sijjin. Kami berlindung kepada Allah dari hal tersebut.Firman Allah Swt.:


{ثُمَّ رُدُّوا إِلَى اللَّهِ مَوْلاهُمُ الْحَقِّ}


Kemudian mereka (hamba-hamba Allah) dikembalikan kepada Allah Penguasa mereka yang sebenarnya. (Al-An'am: 62)Ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kemudian mereka dikembalikan. (Al-An'am: 62) Yang dimaksud dengan mereka di sini menurutnya adalah para malaikat.


{إِلَى اللَّهِ مَوْلاهُمُ الْحَقِّ}


kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. (Al-An'am: 62)Sehubungan dengan hal ini kami ketengahkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad.


حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ عَطَاءٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ يَسَار، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "إِنَّ الْمَيِّتَ تَحْضُرُهُ الْمَلَائِكَةُ، فَإِذَا كَانَ الرَّجُلُ الصَّالِحُ قَالُوا: اخْرُجِي أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ كَانَتْ فِي الْجَسَدِ الطَّيِّبِ، اخْرُجِي حَمِيدَةً، وَأَبْشِرِي بِرَوْحٍ وَرَيْحَانٍ، وَرَبٍّ غَيْرِ غَضْبَانَ، فَلَا يَزَالُ يُقَالُ لَهَا ذَلِكَ حَتَّى تَخْرُجَ، ثُمَّ يُعْرَج بِهَا إِلَى السَّماء فَيُسْتَفْتَحُ لَهَا، فَيُقَالُ: مَنْ هَذَا؟ فَيُقَالُ: فَلَانٌ، فَيُقَالُ: مَرْحَبًا بِالنَّفْسِ الطَّيِّبَةِ كَانَتْ فِي الْجَسَدِ الطَّيِّبِ، ادْخُلِي حَمِيدَةً وأبْشري بِرَوْحٍ وَرَيْحَانٍ وَرَبٍّ غَيْرِ غَضْبَانَ. فَلَا يَزَالُ يُقَالُ لَهَا ذَلِكَ حَتَّى يَنْتَهِيَ بِهَا إِلَى السَّمَاءِ الَّتِي فِيهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ. وَإِذَا كَانَ الرَّجُلُ السُّوءُ، قَالُوا: اخْرُجِي أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْخَبِيثَةُ، كَانَتْ فِي الْجَسَدِ الْخَبِيثِ، اخْرُجِي ذَمِيمَةً وَأَبْشِرِي بِحَمِيمٍ وَغَسَّاقٍ، وَآخَرَ مِنْ شَكْلِهِ أَزْوَاجٍ، فَلَا يَزَالُ يُقَالُ لَهَا ذَلِكَ حَتَّى تَخْرُجَ، ثُمَّ يُعْرَجُ بِهَا إِلَى السَّمَاءِ، فَيُسْتَفْتَحُ لَهَا، فَيُقَالُ: مَنْ هَذَا؟ فَيُقَالُ: فَلَانٌ، فَيُقَالُ: لَا مَرْحَبًا بِالنَّفْسِ الْخَبِيثَةِ كَانَتْ فِي الْجَسَدِ الْخَبِيثِ، ارْجِعِي ذَمِيمَةً، فَإِنَّهُ لَا يُفْتَحُ لَكِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ. فَتُرْسَلُ مِنَ السَّمَاءِ ثُمَّ تَصِيرُ إِلَى الْقَبْرِ، فَيَجْلِسُ الرَّجُلُ الصَّالِحُ فَيُقَالُ لَهُ مِثْلَ مَا قِيلَ فِي الْحَدِيثِ الْأَوَّلِ، وَيَجْلِسُ الرَّجُلُ السُّوءُ فَيُقَالُ لَهُ مِثْلَ مَا قِيلَ فِي الْحَدِيثِ الْأَوَّلِ


Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Zib, dari Muhammad ibnu Amr ibnu Ata, dari Sa'id ibnu Yasar, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw.

yang telah bersabda: Sesungguhnya mayat itu dihadiri oleh para malaikat; apabila mayat itu adalah seorang lelaki saleh, maka mereka mengatakan, "Keluarlah engkau, wahai jiwa yang baik dan berasal dari tubuh yang baik,

keluarlah engkau dengan terpuji, dan bergembiralah dengan angin yang sejuk dan wewangian yang semerbak serta Tuhan yang tidak murka.” Maka terus-menerus dikatakan demikian kepadanya hingga keluar (dari tubuhnya).

Kemudian ia dibawa naik ke langit, lalu dimohonkan supaya dibuka untuknya. Maka ditanyakan, "Siapakah ini?" Lalu dijawab, "Si Fulan (yang baik)." Maka dikatakan, "Selamat datang dengan jiwa yang baik dan berasal dari tubuh yang baik,

masuklah kamu dengan terpuji dan bergembiralah dengan angin yang sejuk dan wewangian yang semerbak serta Tuhan yang tidak murka.” Maka terus-menerus dikatakan demikian kepadanya hingga ia sampai ke langit yang padanya

ada Allah Swt. Dan apabila lelaki yang bersangkutan adalah orang yang buruk (jahat), maka mereka mengatakan, "Keluarlah engkau, hai jiwa yang kotor dan berasal dari tubuh yang kotor, keluarlah engkau dengan tercela,

dan bergembiralah dengan air yang mendidih dan nanah serta aneka ragam lainnya yang serupa.” Maka hal tersebut terus-menerus dikatakan kepadanya hingga ia keluar. Kemudian ia dibawa naik ke langit,

lalu dimintakan agar dibuka untuknya, maka dikatakan, "Siapakah orang ini?” Dijawab, "Si Fulan (yang jahat)." Maka dikatakan, "Tiada selamat datang bagi jiwa yang kotor dan berasal dari tubuh yang kotor.

Kembalilah kamu dengan tercela, karena sesungguhnya semua pintu langit tidak akan dibuka untukmu.” Lalu ia diturunkan dari langit hingga sampai di kuburan. Sedangkan lelaki yang saleh tadi duduk, lalu dikatakan kepadanya hal yang semisal

dengan apa yang disebutkan pada pembicaraan pertama. Dan orang yang jahat duduk pula, lalu dikatakan kepadanya hal yang semisal dengan pembicaraan yang kedua tadi.Hadis ini berpredikat garib. Makna firman-Nya:


{ثُمَّ رُدُّوا إِلَى اللَّهِ}


Kemudian mereka dikembalikan. (Al-An'am: 62)Dapat diinterpretasikan dengan pengertian bahwa kelak semua makhluk dikembalikan kepada Allah pada hari kiamat, lalu Allah memutuskan perkara mereka dengan keputusan yang adil dari-Nya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{قُلْ إِنَّ الأوَّلِينَ وَالآخِرِينَ * لَمَجْمُوعُونَ إِلَى مِيقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُومٍ}


Katakanlah, "Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal.” (Al-Waqi'ah: 49-50)


{وَحَشَرْنَاهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَدًا} إِلَى قَوْلِهِ: {وَلا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا}


dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka. (Al-Kahfi: 47) Sampai dengan firman-Nya: Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun. (Al-Kahfi: 49) Karena itulah dalam surat ini disebutkan:


{مَوْلاهُمُ الْحَقِّ أَلا لَهُ الْحُكْمُ وَهُوَ أَسْرَعُ الْحَاسِبِينَ}


Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum (pada hari itu) kepunyaan-Nya. Dan Dialah Pembuat per­hitungan yang paling cepat. (Al-An'am: 62)

Surat Al-Anam |6:61|

وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ ۖ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ

wa huwal-qoohiru fauqo 'ibaadihii wa yursilu 'alaikum ḥafazhoh, ḥattaaa iżaa jaaa`a aḥadakumul-mautu tawaffat-hu rusulunaa wa hum laa yufarrithuun

Dan Dialah penguasa mutlak atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila kematian datang kepada salah seorang di antara kamu, malaikat-malaikat Kami mencabut nyawanya, dan mereka tidak melalaikan tugasnya.

And He is the subjugator over His servants, and He sends over you guardian-angels until, when death comes to one of you, Our messengers take him, and they do not fail [in their duties].

Tafsir
Jalalain

(Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi) kekuasaan yang maha tinggi (di atas semua hamba-Nya dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga) yaitu para malaikat yang mencatat semua amal perbuatanmu

(sehingga apabila datang kepada salah seorang di antara kamu kematian, ia diwafatkan) di dalam qiraat lainnya dibaca tawaffahu (oleh utusan-utusan Kami) yakni para malaikat yang ditugaskan untuk mencabut arwah-arwah

(dan mereka itu tidak melalaikan kewajibannya) tidak pernah berlaku sembrono terhadap apa yang telah diperintahkan kepada mereka untuk dilakukannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 61 |

Penjelasan ada di ayat 60

Surat Al-Anam |6:62|

ثُمَّ رُدُّوا إِلَى اللَّهِ مَوْلَاهُمُ الْحَقِّ ۚ أَلَا لَهُ الْحُكْمُ وَهُوَ أَسْرَعُ الْحَاسِبِينَ

ṡumma rudduuu ilallohi maulaahumul-ḥaqq, alaa lahul-ḥukmu wa huwa asro'ul-ḥaasibiin

Kemudian mereka (hamba-hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah bahwa segala hukum (pada hari itu) ada pada-Nya. Dan Dia­lah pembuat perhitungan yang paling cepat.

Then they His servants are returned to Allah, their true Lord. Unquestionably, His is the judgement, and He is the swiftest of accountants.

Tafsir
Jalalain

(Kemudian mereka dikembalikan) semua makhluk itu (kepada Allah Penguasa mereka) Yang Memiliki mereka (yang sebenarnya) yang bersifat Maha Adil untuk membalas amal perbuatan mereka.

(Ketahuilah bahwa segala hukum pada hari itu kepunyaan-Nya) keputusan yang dilaksanakan atas diri mereka (dan Dialah Pembuat perhitungan yang paling cepat."

Dia menghisab semua makhluk dalam jangka waktu setengah hari menurut ukuran hari dunia sebagaimana yang telah dijelaskan oleh sebuah hadis mengenai hal ini.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 62 |

Penjelasan ada di ayat 60