Juz 7
Surat Al-Anam |6:63|
قُلْ مَنْ يُنَجِّيكُمْ مِنْ ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ تَدْعُونَهُ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً لَئِنْ أَنْجَانَا مِنْ هَٰذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ
qul may yunajjiikum min zhulumaatil-barri wal-baḥri tad'uunahuu tadhorru'aw wa khufyah, la`in anjaanaa min haażihii lanakuunanna minasy-syaakiriin
Katakanlah (Muhammad), "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, ketika kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah hati dan dengan suara yang lembut?" (Dengan mengatakan), "Sekiranya Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur."
Say, "Who rescues you from the darknesses of the land and sea [when] you call upon Him imploring [aloud] and privately, 'If He should save us from this [crisis], we will surely be among the thankful.' "
(Katakanlah,) hai Muhammad kepada penduduk Mekah ("Siapakah yang dapat menyelamatkanmu dari kegelapan-kegelapan di darat dan di laut) dari bencana-bencananya dalam perjalananmu,
yaitu tatkala (kamu berdoa kepada-Nya dengan berendah diri) dengan secara terang-terangan (dengan suara yang lembut) dengan secara sembunyi-sembunyi kamu mengatakan,
(Sesungguhnya jika) lam menunjukkan qasam/sumpah (Dia menyelamatkan kami) dalam qiraat lainnya dibaca anjaytanaa, yakni Allah (dari ini) maksudnya dari kegelapan dan bencana-bencana ini
(tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur.") menjadi orang-orang yang beriman.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 63 |
Tafsir ayat 63-65
Allah Swt. berfirman mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya akan anugerah yang telah diberikan-Nya kepada sebagian dari mereka yang dalam keadaan kritis dari bencana di daratan dan di lautan,
yakni mereka yang dalam keadaan bingung karena tertimpa bencana kesusahan di darat dan di laut yang mengamuk ombaknya karena ditiup badai. Dalam keadaan seperti itu mereka mengesakan Allah dalam doanya
—bukan kepada yang lain-Nya— serta tidak mempersekutukan-Nya. Pengertian ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman Allah dalam ayat-ayat yang lain:
وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلا إِيَّاهُ
Dan apabila kalian ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kalian seru, kecuali Dia. (Al-Isra: 67), hingga akhir ayat.
{هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ حَتَّى إِذَا كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَا جَاءَتْهَا رِيحٌ عَاصِفٌ وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ لَئِنْ أَنْجَيْتَنَا مِنْ هَذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ}
Dialah Tuhan yang menjadikan kalian dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kalian berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik,
dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan
ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata), "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur.” (Yunus: 22)
{أَمَّنْ يَهْدِيكُمْ فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَنْ يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ تَعَالَى اللَّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ}
Atau siapakah yang memimpin kalian dalam kegelapan di daratan dan lautan dan siapa (pula)kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya?
Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Mahatinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya). (An-Naml: 63)Dan dalam surat ini Allah Swt. berfirman:
{قُلْ مَنْ يُنَجِّيكُمْ مِنْ ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ تَدْعُونَهُ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً}
katakanlah, "Siapakah yang dapat menyelamatkan kalian dari bencana di darat dan di laut, yang kalian berdoa kepada-Nya dengan berendah diri dengan suara yang lembut.”(Al-An'am: 63)Yang dimaksud dengan tadarru dalam ayat ini
ialah dengan suara keras, sedangkan khufyah artinya dengan suara perlahan, yakni kalian berdoa kepada-Nya dengan suara keras dan suara perlahan.
{لَئِنْ أَنْجَانَا مِنْ هَذِهِ}
(dengan mengatakan), "Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari ini, (Al-An'am: 63)dari kesempitan atau bencana ini.
{لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ}
tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur.” (Al-An'am: 63)Yakni sesudah selamat darinya. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
{قُلِ اللَّهُ يُنَجِّيكُمْ مِنْهَا وَمِنْ كُلِّ كَرْبٍ ثُمَّ أَنْتُمْ}
Katakanlah "Allah menyelamatkan kalian dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian kalian. (Al-An'am: 64)Maksudnya sesudah itu, yakni sesudah diselamatkan.
{تُشْرِكُونَ}
kembali mempersekutukan-Nya.” (Al-An'am: 64)Yakni kalian menyeru-Nya bersama tuhan-tuhan lain pada saat kalian dalam keadaan makmur. Firman Allah Swt.:
{قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ}
Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian, (Al-An'am: 65)Ketika Allah Swt. berfirman: kemudian kalian kembali mempersekutukan-Nya. (Al-An'am: 64) Maka Allah Swt.
mengiringinya dengan firman selanjutnya yang mengatakan: Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian.” (Al-An'am: 65) Yakni sesudah Dia menyelamatkan kalian.
Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam surat Al-Isra, yaitu;
{رَبُّكُمُ الَّذِي يُزْجِي لَكُمُ الْفُلْكَ فِي الْبَحْرِ لِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا * وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلا إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الإنْسَانُ كَفُورًا * أَفَأَمِنْتُمْ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمْ جَانِبَ الْبَرِّ أَوْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا ثُمَّ لَا تَجِدُوا لَكُمْ وَكِيلا * أَمْ أَمِنْتُمْ أَنْ يُعِيدَكُمْ فِيهِ تَارَةً أُخْرَى فَيُرْسِلَ عَلَيْكُمْ قَاصِفًا مِنَ الرِّيحِ فَيُغْرِقَكُمْ بِمَا كَفَرْتُمْ ثُمَّ لَا تَجِدُوا لَكُمْ عَلَيْنَا بِهِ تَبِيعًا}
Tuhan kalian adalah yang melayarkan kapal-kapal di lautan untuk kalian, agar kalian mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang terhadap kalian. Dan apabila kalian ditimpa bahaya di lautan,
niscaya hilanglah siapa yang kalian seru, kecuali Dia; maka tatkala Dia menyelamatkan kalian ke daratan, kalian berpaling. Dan manusia itu selalu tidak berterima kasih. Maka apakah kalian merasa aman (dari hukuman Tuhan)
yang menjungkirbalikkan sebagian daratan bersama kalian atau Dia meniupkan (angin keras yang membawa) batu-batu kecil? Dan kalian tidak akan mendapat seorang pelindung pun bagi kalian. Atau apakah kalian merasa aman
dari dikembalikan-Nya kalian ke laut sekali lagi, lalu Dia meniupkan atas kalian angin topan (badai) dan ditenggelamkan-Nya kalian disebabkan kekafiran kalian. Dan kalian tidak akan mendapat seorang penolong pun dalam hal ini terhadap
(siksaan) Kami. (Al-Isra: 66-69)Ibnu Abu Hatim mengatakan, di dalam suatu riwayat dari Muslim ibnu Ibrahim telah disebutkan bahwa Harun Al-A'war telah menceritakan kepada kami, dari Ja'far ibnu Sulaiman, dari Al-Hasan sehubungan
dengan firman-Nya: Katakanlah "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian.” (Al-An'am: 65) Bahwa hal ini ditujukan kepada orang-orang musyrik.
Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan firman-Nya: Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian.” (Al-An'am: 65) Ayat ini ditujukan
kepada umat Nabi Muhammad Saw., tetapi Allah memaafkan mereka. Dalam pembahasan berikut kami ketengahkan beberapa hadis dan asar yang menerangkan masalah ini, hanya kepada Allah-lah kami memohon pertolongan,
hanya kepada Dialah kami bertawakal, dan hanya kepada Dialah kami berpegang teguh.Imam Bukhari rahimahullah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab
kepada kalian, dari atas kalian dan dari bawah kaki kalian atau Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebagian yang lain.” Perhatikanlah,
betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami (nya). (Al-An'am: 65) Yalbisakum, mencampurkan kalian; berasal dari kata iltibas yang artinya campur aduk. Lafaz yalbasu artinya
mereka bercampur. Syiya’an, golongan-golongan.
حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: {قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ} قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَعُوذُ بِوَجْهِكَ". {أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ} قَالَ: "أَعُوُذُ بِوَجْهِكَ". {أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ} قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "هَذِهِ أَهْوَنُ -أَوْ قَالَ: هَذَا أَيْسَرُ".
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abun Nu'man, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, dari Amr ibnu Dinar, dari Jabir ibnu Abdullah yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan: Katakanlah,
"Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian. (Al-An'am: 65) Maka Rasulullah Saw. mengucapkan, "Aku berlindung kepada Zat-Mu. atau dari bawah kaki kalian." (Al-An'am: 65) Rasulullah Saw. mengucapkan,
"Aku berlindung kepada Zat-Mu. atau Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebagian yang lain. (Al-An'am: 65) Rasulullah Saw. berkata,
"Ini adalah yang paling ringan —atau— paling mudah."Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Imam Bukhari di dalam kitab Tauhid, dari Qutaibah, dari Hammad dengan lafaz yang sama. Imam Nasai telah meriwayatkannya pula
di dalam kitab Tafsir melalui Qutaibah dan Muhammad ibnun Nadr ibnu Musawir serta Yahya ibnu Habib ibnu Addi, keempat-empatnya dari Hammad ibnu Zaid dengan lafaz yang sama.Al-Humaidi di dalam kitab Musnad-nya telah
meriwayatkannya dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Amr ibnu Dinar, bahwa ia pernah mendengar Jabir menceritakan hadis ini dari Nabi Saw. Ibnu Hibban di dalam kitab Sahih-nya telah meriwayatkannya dari Abu Ya'la Al-Mausuli,
dari Abu Khaisamah, dari Sufyan ibnu Uyaynah dengan lafaz yang sama.Abu Bakar ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui hadis Adam ibnu Abu Iyas dan Yahya ibnu Abdul Hamid serta Asim ibnu Ali, dari Sufyan ibnu Uyaynah
dengan lafaz yang sama. Said Ibnu Manshur meriwayatkannya dari Hammad ibnu Zaid dan Sufyan ibnu Uyaynah, keduanya dari Amr ibnu Dinar dengan lafaz yang sama.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدُوَيه فِي تَفْسِيرِهِ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ، حَدَّثَنَا مقدام ابن دَاوُدَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، حَدَّثَنَا بن لَهِيعَةَ، عَنْ خَالِدِ بْنِ يَزِيدَ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: {قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ} قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ ذَلِكَ" {أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ} قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ ذَلِكَ" {أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا} قَالَ: "هَذَا أَيْسَرُ"، وَلَوِ اسْتَعَاذَهُ لَأَعَاذَهُ
Jalur lain, Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih di dalam kitab Tafsir-nya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Miqdam ibnu Daud, telah menceritakan kepada kami
Abdullah ibnu Yusuf, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Luhai'ah, dari Khalid ibnu Yazid, dari Abuz Zubair, dari Jabir yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan: Katakanlah, uDialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab
kepada kalian, dari atas kalian. (Al-An'am: 65) Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Aku berlindung kepada Allah dari hal tersebut." atau dari bawah kaki kalian.” (Al-An'am: 65) Maka Rasulullah Saw. berkata pula, "Aku berlindung kepada Allah
dari hal tersebut." atau Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang bertentangan). (Al-An'am: 65) Maka Nabi Saw. bersabda, "Ini lebih mudah." Dengan kata lain, seandainya seseorang meminta perlindungan kepada Allah
dari hal ini, niscaya Dia akan melindunginya.Banyak hadis yang berkaitan dengan ayat ini, salah satunya ialah yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad ibnu Hambal di dalam kitab Musnad-nya;
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ -هُوَ ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ -عَنْ رَاشِدٍ -هُوَ ابْنُ سَعْدٍ الْمُقْرَئِيُّ -عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ هَذِهِ الْآيَةِ: {قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ} فَقَالَ: "أَمَا إِنَّهَا كَائِنَةٌ، وَلَمْ يَأْتِ تَأْوِيلُهَا بَعْدُ".
disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar (yakni Ibnu Abu Maryam), dari Rasyid (yaitu Ibnu Sa'd Al-Miqra’i), dari Sa'd ibnu Abu Waqqas yang menceritakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai makna ayat ini, yaitu firman-Nya: Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian." (Al-An'am: 65) Maka Rasulullah Saw.
bersabda: Ingatlah, sesungguhnya hal tersebut pasti terjadi, tetapi masih belum tiba saat takwilnya (kejadiannya).Imam Turmuzi mengetengahkannya dari Al-Hasan ibnu Arfah,
dari Isma'il ibnu Ayyasy, dari Abu Bakar ibnu Abu Maryam dengan sanad yang sama. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini berpredikat garib.
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَعْلَى -هُوَ ابْنُ عُبَيْدٍ -حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ حَكِيمٍ، عَنْ عَامِرِ ابن سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: أَقْبَلْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، حَتَّى مَرَرْنَا عَلَى مَسْجِدِ بَنِي مُعَاوِيَةَ، فَدَخَلَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ، فَصَلَّيْنَا مَعَهُ، فَنَاجَى رَبَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، طَوِيلًا قَالَ سَأَلْتُ رَبِّي ثَلَاثًا "سَأَلْتُهُ أَلَّا يُهْلِكَ أُمَّتِي بِالْغَرَقِ، فَأَعْطَانِيهَا وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يُهْلِكَ أُمَّتِي بِالسَّنَةِ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ، فَمَنَعَنِيهَا".
Hadis lain. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'la (yaitu Ibnu Ubaid), telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Hakim, dari Amir ibnu Sa'd ibnu Abu Waqqas, dari ayahnya yang menceritakan,
"Kami berangkat bersama Rasulullah Saw. hingga sampailah kami di masjid Bani Mu'awiyah. Lalu Nabi Saw. masuk dan salat dua rakaat, kami pun ikut salat bersamanya. Nabi Saw. bermunajat kepada Tuhannya cukup lama,
kemudian beliau bersabda: 'Aku memohon kepada Tuhanku tiga perkara, yaitu aku memohon agar umatku tidak dibinasakan oleh tenggelam (banjir), maka Dia mengabulkan permintaanku. Dan aku memohon kepada-Nya
agar umatku tidak dibinasakan oleh paceklik, maka Dia mengabulkan permintaanku. Dan aku memohon kepada-Nya agar Dia tidak menjadikan keganasan mereka ada di antara sesama mereka, tetapi Dia tidak mengabulkan permintaanku'.”
Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim sendiri. Imam Muslim meriwayatkannya di dalam Kitabul Fitan, dari Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Muhammad ibnu Abdullah ibnu Numair, keduanya dari Abdullah ibnu Numair;
dan dari Muhammad ibnu Yahya ibnu Amr, dari Marwan ibnu Mu'awiyah, keduanya dari Usman ibnu Hakim dengan sanad yang sama.Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa Imam Ahmad telah mengatakan bahwa
ia telah membaca dari Abdur Rahman ibnu Mahdi, dari Malik, dari Abdullah ibnu Abdullah ibnu Jabir ibnu Atik, dari Jabir ibnu Atik yang mengatakan, "Pernah datang kepada kami Abdullah ibnu Umar di kampung Bani Mu'awiyah,
yaitu suatu kampung di antara kampung-kampung orang-orang Ansar; lalu Ibnu Umar berkata, Tahukah kamu, di manakah Rasulullah Saw. pernah salat di masjid kalian ini?' Jabir ibnu Atik menjawab, 'Ya,' seraya mengisyaratkan
ke arah suatu bagian dari masjid itu. Ibnu Umar bertanya lagi, 'Tahukah kalian, tiga perkara apakah yang didoakan oleh Nabi Saw. di tempat itu?' Aku (Jabir) menjawab, 'Ya.' Ibnu Umar berkata, 'Kalau demikian, ceritakanlah
ketiga hal itu kepadaku.' Aku menjawab, 'Rasulullah Saw. berdoa agar mereka tidak dapat dikalahkan oleh musuh dari selain mereka sendiri, dan agar mereka jangan dibinasakan oleh paceklik, maka Allah memberikan keduanya itu
kepada Nabi Saw. Kemudian Nabi Saw. berdoa semoga jangan dijadikan keganasan mereka ada di antara sesama mereka, tetapi Allah tidak memperkenankannya.' Ibnu Umar menjawab, 'Kamu benar, dan masih terus-menerus
akan terjadi fitnah sampai hari kiamat'."Tetapi hadis ini tidak terdapat di dalam suatu kitab hadis pun dari kitab Sittah, hanya sanadnya jayyid dan kuat.
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ حَكِيمِ بْنِ حَكِيمٍ بْنِ عَبَّادٍ عَنْ حُنَيف عَنْ عَلِيِّ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَخْبَرَنِي حُذَيْفَةُ بْنُ الْيَمَانِ قَالَ: خَرَجْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى حَرَّةِ بَنِي مُعَاوِيَةَ، قَالَ: فَصَلَّى ثَمَانِيَ رَكَعَاتٍ، فَأَطَالَ فِيهِنَّ، ثُمَّ الْتَفَتَ إِلَيَّ فَقَالَ: حَبَسْتُكَ؟ قَلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: إِنِّي سَأَلْتُ اللَّهَ ثَلَاثًا، فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً. سَأَلْتُهُ أَلَّا يُسَلِّطَ عَلَى أُمَّتِي عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ، فَأَعْطَانِي وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يُهْلِكَهُمْ بِغَرَقٍ، فَأَعْطَانِي. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ، فَمَنَعَنِي".
Hadis yang lain, Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Hakim ibnu Hakim ibnu Abbad, dari Khasif, dari Ubadah ibnu Hanif, dari Ali ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepadaku Huzaifah ibnul Yaman,
bahwa ia berangkat bersama dengan Rasulullah Saw. menuju perkampungan Bani Mu'awiyah. Lalu beliau Saw. Melakukan salat sebanyak delapan rakaat yang dilakukannya dalam waktu yang cukup lama. Setelah itu beliau berpaling ke arahku,
lalu bersabda, "Aku telah menahanmu, hai Huzaifah." Aku menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui (mengapa kami tertahan)." Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya aku telah memohon tiga perkara kepada Allah
maka Dia memberiku dua perkara dan mencegahku satu perkara lainnya. Aku memohon kepada-Nya agar umatku jangan dikuasai oleh musuh dari selain kalangan mereka sendiri, maka Dia mengabulkan permintaanku.
Dan aku meminta kepada-Nya agar janganlah mereka dibinasakan oleh tenggelam (banjir), maka Dia mengabulkan permintaanku. Dan aku memohon kepada-Nya agar janganlah keganasan mereka
dijadikan di antara sesama mereka,tetapi Dia menolak permintaanku ini.Ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui hadis Muhammad ibnu Ishaq.
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عُبَيْدَةُ بْنُ حُمَيْدٍ، حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ الْأَعْمَشُ، عَنْ رَجَاءٍ الْأَنْصَارِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَدَّادٍ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَطْلُبُهُ فَقِيلَ لِي: خَرَجَ قَبْلُ. قَالَ: فَجَعَلْتُ لَا أَمُرُّ بِأَحَدٍ إِلَّا قَالَ: مَرَّ قَبْلُ. حَتَّى مَرَرْتُ فَوَجَدْتُهُ قَائِمًا يُصَلِّي. قَالَ: فَجِئْتُ حَتَّى قُمْتُ خَلْفَهُ، قَالَ: فَأَطَالَ الصَّلَاةَ، فَلَمَّا قَضَى صلاته قلت: يا رسول الله، لقد صليت صَلَاةً طَوِيلَةً؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنِّي صَلَّيْتُ صَلَاةَ رَغْبَةٍ وَرَهْبَةٍ، سَأَلْتُ اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، ثَلَاثًا فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ، وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً. سَأَلْتُهُ أَلَّا يُهْلِكَ أُمَّتِي غَرَقًا، فَأَعْطَانِي وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يُظْهِر عَلَيْهِمْ عَدُوًّا لَيْسَ مِنْهُمْ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ، فَرَدَّهَا عَلَيَّ".
Hadis yang lain, Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ubaidah ibnu Humaid, telah menceritakan kepadaku Sulaiman ibnul A'masy, dari Raja Al-Ansari, dari Abdullah ibnu Syaddad, dari Mu'az ibnu Jabal r.a.
yang menceritakan, "Aku datang untuk menemui Rasulullah Saw. Maka dikatakan kepadaku bahwa beliau baru saja keluar. Tidak sekali-kali aku bersua dengan seseorang (dalam rangka menyusul beliau), melainkan dikatakan kepadaku
bahwa beliau Saw. baru lewat. Hingga aku bersua dengannya dan kujumpai beliau sedang berdiri dalam salatnya. Maka aku datang dan berdiri di belakangnya (bermakmum), dan ternyata Nabi Saw. lama dalam melakukan salatnya.
Setelah Nabi Saw. menyelesaikan salatnya, aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, engkau telah mengerjakan salat yang cukup lama.' Maka Rasulullah Saw. menjawab: 'Sesungguhnya aku telah mengerjakan salat dengan penuh rasa harap
dan takut (kepada-Nya). Sesungguhnya aku meminta kepada Allah Swt. tiga perkara, maka Dia memberiku dua perkara dan mencegahku dari yang satunya lagi. Aku memohon kepada-Nya agar umatku jangan dibinasakan oleh banjir,
dan Dia memberiku. Dan aku memohon kepada-Nya agar mereka tidak dikuasai oleh musuh selain dari kalangan mereka, maka Dia memberiku. Dan aku memohon kepada-Nya agar janganlah keganasan mereka
dijadikan di antara sesama mereka, tetapi Dia menolak permintaanku yang ini'.”Ibnu Majah meriwayatkannya di dalam Bab "Fitan", dari Muhammad ibnu Abdullah ibnu Numair dan Ali ibnu Muhammad, keduanya dari Abu Mu'awiyah,
dari Al-A'masy dengan lafaz yang sama. Ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui hadis Abu Uwwanah, dari Abdullah ibnu Umair, dari Abdur Rahman ibnu Abu Laila, dari Mu'az ibnu Jabal, dari Nabi Saw.
dengan lafaz yang semisal atau mendekatinya.
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ مَعْرُوفٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْب، أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ، عَنْ بُكَيْر بْنِ الْأَشَجِّ، أَنَّ الضَّحَّاكَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ الْقُرَشِيَّ حَدَّثَهُ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ صَلَّى سُبْحَة الضُّحَى ثَمَانِيَ رَكَعَاتٍ. فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ: "إِنِّي صَلَّيْتُ صَلَاةَ رَغْبَةٍ وَرَهْبَةٍ، سَأَلْتُ رَبِّي ثَلَاثًا فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً: سَأَلْتُهُ أَلَّا يَبْتَلِيَ أُمَّتِي بِالسِّنِينَ، فَفَعَلَ. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يُظْهِرَ عَلَيْهِمْ عَدُوَّهُمْ، فَفَعَلَ. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَلْبِسَهُم شِيَعًا، فَأَبَى عَلَيَّ".
Hadis yang lain, Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Harun ibnu Ma'ruf, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Amr ibnul Haris, dari Bukair ibnul Asyaj,
bahwa Ad-Dahhak ibnu Abdullah Al-Qurasyi pernah menceritakan kepadanya dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa ia pernah melihat Rasulullah Saw. dalam suatu perjalanan melakukan salat duha sebanyak delapan rakaat.
Setelah selesai dari salatnya Nabi Saw. bersabda: Sesungguhnya aku telah mengerjakan salat ragbah dan rahbab (dengan penuh rasa harap dan takut kepada-Nya), dan aku memohon kepada Tuhanku tiga perkara,
maka Dia memberiku dua perkara dan mencegahku dari satu perkara lainnya. Aku memohon kepada-Nya agar umatku jangan diuji dengan paceklik, maka Dia memperkenankannya. Dan aku memohon kepada-Nya agar mereka
jangan dikuasai oleh musuh mereka, maka Dia memperkenankannya. Dan aku memohon kepada-Nya agar mereka jangan berpecah-belah menjadi berbagai golongan yang bersengketa, maka Dia tidak memperkenankannya bagiku.
Imam Nasai telah meriwayatkannya di dalam Bab "Salat", dari Muhammad ibnu Salamah, dari Ibnu Wahb dengan sanad yang semisal.
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، أَخْبَرَنَا شُعَيْبُ بْنُ أَبِي حَمْزَةَ، قَالَ: قَالَ الزُّهْرِيُّ: حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ نَوْفَلٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ خَبَّابٍ، عَنْ أَبِيهِ خَبَّابِ بْنِ الْأَرَتِّ -مَوْلَى بَنِي زُهْرَةَ، وَكَانَ قَدْ شَهِدَ بَدْرًا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -أَنَّهُ قَالَ: رَاقَبْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي لَيْلَةٍ صَلَّاهَا كُلَّهَا، حَتَّى كَانَ مَعَ الْفَجْرِ فَسَلَّمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ صِلَاتِهِ، قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَقَدْ صَلَّيْتَ اللَّيْلَةَ صَلَاةً مَا رَأَيْتُكَ صَلَّيْتَ مِثْلَهَا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَجَلْ، إِنَّهَا صَلَاةُ رَغَب ورَهَب. سَأَلْتُ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، فِيهَا ثَلَاثَ خِصَالٍ، فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً: سَأَلْتُ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أَلَّا يُهْلِكَنَا بِمَا أَهْلَكَ بِهِ الْأُمَمَ قَبْلَنَا، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أَلَّا يُظْهِرَ عَلَيْنَا عَدُوًّا مِنْ غَيْرِنَا، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أَلَّا يَلْبِسَنَا شِيَعًا، فَمَنَعَنِيهَا".
Hadis yang lain, Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Syu'aib ibnu Abu Hamzah yang mengatakan bahwa Az-Zuhri pernah berkata, telah menceritakan kepadaku
Abdullah ibnu Abdullah ibnul Haris ibnu Naufal, dari Abdullah ibnu Khabbab, dari ayahnya — yaitu Khabbab ibnul Art maula Bani Zuhrah— yang pernah ikut dalam perang Badar bersama Rasulullah Saw. Khabbab ibnul Art mengatakan
bahwa dia menjumpai Rasulullah Saw. di suatu malam, pada malam itu Rasulullah Saw. menghabiskan waktunya dengan salat hingga dekat waktu subuh. Setelah Rasulullah Saw. selesai dari salatnya, maka ia menemuinya dan bertanya,
"Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau telah mengerjakan suatu salat pada malam ini yang belum pernah aku melihatmu melakukan hal yang semisal sebelumnya." Maka Rasulullah Saw. menjawab melalui sabdanya: Memang benar,
sesungguhnya salat yang baru kulakukan itu adalah salat yang penuh dengan harap dan rasa takut kepada Allah. Aku telah memohon tiga perkara kepada Tuhanku dalam salat tersebut. Maka Dia hanya memberiku dua perkara,
sedangkan yang satunya lagi tidak diberikan kepadaku. Aku memohon kepada-Nya agar janganlah Dia membinasakan kita dengan azab yang pernah ditimpakan kepada umat-umat sebelum kita, maka Dia memperkenankannya bagiku.
Dan aku memohon kepada-Nya agar janganlah kita dikalahkan oleh musuh dari luar golongan kita, maka Dia memperkenankannya bagiku. Dan aku memohon kepada-Nya agar janganlah Dia mencampurkan kami dalam golongan-golongan
yang saling bertentangan, maka Dia tidak memperkenankannya bagiku.Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadis Syu'aib ibnu Abu Hamzah dengan lafaz yang sama, dan Imam Nasai telah meriwayatkannya melalui jalur yang lainnya lagi,
demikian pula Ibnu Hibban di dalam kitab Sahihnya berikut kedua sanadnya dari Saleh ibnu Kaisan. Imam Turmuzi meriwayatkannya di dalam Bab "Fitan" melalui hadis An-Nu'man ibnu Rasyid, keduanya dari Az-Zuhri dengan lafaz yang sama.
Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ أَبُو جَعْفَرِ بْنُ جَرِيرٍ فِي تَفْسِيرِهِ: حَدَّثَنِي زِيَادُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ الْمُزَنِيُّ، حَدَّثَنَا مَرْوَانُ بْنُ مُعَاوِيَةَ الْفَزَارِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو مَالِكٍ، حَدَّثَنِي نَافِعُ بْنُ خَالِدٍ الْخُزَاعِيُّ، عَنْ أَبِيهِ؛ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى صَلَاةً خَفِيفَةً تَامَّةَ الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ، فَقَالَ: "قَدْ كَانَتْ صَلَاةَ رَغْبَة ورَهْبَة، سَأَلْتُ اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، فِيهَا ثَلَاثًا، أَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً. سَأَلْتُ اللَّهَ أَلَّا يُصِيبَكُمْ بِعَذَابٍ أَصَابَ بِهِ مَنْ قَبْلَكُمْ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُ اللَّهَ أَلَّا يُسَلِّطَ عَلَيْكُمْ عَدُوًّا يَسْتَبِيحُ بَيْضَتَكُمْ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ فَمَنَعَنِيهَا".
Hadis yang lain. Abu Ja'far ibnu Jarir di dalam kitab Tafsir-nya mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ziyad ibnu Abdullah Al-Muzanni, telah menceritakan kepada kami Marwan ibnu Mu'awiyah Al-Fazzari, telah menceritakan kepada kami
Abu Malik, telah menceritakan kepadaku Nafi' ibnu Khalid Al-Khuza'i dari ayahnya, bahwa Nabi Saw. pernah melakukan suatu salat yang ringan dengan rukuk dan sujud yang sempurna. Kemudian beliau Saw. bersabda:
Sesungguhnya salat tadi adalah salat yang penuh dengan rasa harap dan takut kepada-Nya. Aku memohon tiga perkara kepada Allah Swt. dalam salat itu. Dia memberiku dua perkara dan mencegahku dari satu perkara.
Aku memohon kepada Allah agar kalian jangan ditimpa oleh azab seperti azab yang telah menimpa orang-orang sebelum kalian, maka Dia memperkenankannya bagiku Dan aku memohon kepada Allah agar janganlah kalian dikuasai oleh musuh
yang menghalalkan kehormatan kalian, maka Dia memperkenankannya bagiku. Dan aku memohon kepada Allah agar janganlah kalian dijadikan berbagai golongan yang saling bertentangan, sebagian dari kalian merasakan keganasan
sebagian yang lain, maka Dia tidak memperkenankannya bagiku.Abu Malik mengatakan bahwa lalu ia bertanya kepada Nafi' ibnu Khalid Al-Khuza'i, "Apakah ayahmu benar-benar mendengarnya langsung dari mulut (lisan) Rasulullah Saw.?"
Ia menjawab, "Ya, aku mendengar ayahku menceritakan hadis ini, bahwa dia mendengarnya langsung dari lisan Rasulullah Saw."
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَ: قَالَ مَعْمَر، أَخْبَرَنِي أَيُّوبُ، عَنْ أَبِي قِلَابَةَ، عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ الصَّنْعَانِيِّ، عَنْ أَبِي أَسْمَاءَ الرَّحْبي، عَنْ شَدَّادِ بْنِ أوْس؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ اللَّهَ زَوَى لِيَ الْأَرْضَ حَتَّى رَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا، وَإِنَّ مُلْك أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مَا زُوي لِي مِنْهَا، وَإِنِّي أُعْطِيتُ الْكَنْزَيْنِ الْأَبْيَضَ وَالْأَحْمَرَ، وَإِنِّي سَأَلْتُ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أَلَّا يُهْلِكَ أُمَّتِي بسنَة بِعَامَّةٍ وَأَلَّا يُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا فَيُهْلِكَهُمْ بِعَامَّةٍ، وَأَلَّا يلبسهم شيعا، وألا يذيق بعضهم بأس بعض. فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، إِنِّي إِذَا قَضَيْتُ قَضَاءً فَإِنَّهُ لَا يُرَدُّ. وَإِنِّي قَدْ أَعْطَيْتُكَ لِأُمَّتِكَ ألا أهلكتهم بِسَنَةٍ بِعَامَّةٍ، وَأَلَّا أُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِمَّنْ سِوَاهُمْ فَيُهْلِكَهُمْ بِعَامَّةٍ، حَتَّى يَكُونَ بَعْضُهُمْ يُهْلِكُ بَعْضًا، وَبَعْضُهُمْ يَقْتُلُ بَعْضًا، وَبَعْضُهُمْ يَسْبِي بَعْضًا". قَالَ: وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "وَإِنِّي لَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي إِلَّا الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ، فَإِذَا وُضِعَ السَّيْفُ فِي أُمَّتِي، لَمْ يُرْفَعْ عَنْهُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ"
Hadis yang lain. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, bahwa Ma'mar mengatakan, "Telah menceritakan kepadaku Ayyub, dari Abu Qilabah, dari Al-Asy'as As-San'ani, dari Abu Asma Ar-Rahbi,
dari Syaddad ibnu Aus, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah melipatkan bumi untukku sehingga aku dapat melihat belahan timur dan belahan baratnya, dan sesungguhnya kerajaan umatku kelak
akan mencapai sejauh apa yang dilipatkan darinya untukku. Dan sesungguhnya aku dianugerahi dua buah perbendaharaan, yaitu yang putih dan yang merah. Dan sesungguhnya aku memohon kepada Tuhanku agar janganlah umatku
dibinasakan oleh paceklik yang umum, janganlah mereka dikuasai oleh musuh sehingga mereka semua dibinasakan secara menyeluruh, janganlah mereka berpecah-belah menjadi berbagai golongan yang bertentangan, dan jangan (pula)
sebagian dari mereka merasakan keganasan sebagian yang lain. Maka Allah Swt. berfirman, "Hai Muhammad, sesungguhnya Aku apabila telah memutuskan suatu keputusan, maka keputusan-Ku itu tidak dapat dicabut lagi.
Dan sesungguhnya Aku memberimu untuk umatmu bahwa sama sekali Aku tidak akan membinasakan mereka dengan paceklik yang menyeluruh, dan Aku tidak akan membiarkan mereka dikuasai oleh musuh dari selain kalangan mereka sendiri
yang akibatnya mereka akan dibinasakan oleh musuhnya secara menyeluruh, sehingga sebagian dari mereka membinasakan sebagian yang lain, dan sebagian dari mereka membunuh sebagian yang lain, dan sebagian dari mereka menahan
sebagian yang lain.” Syaddad ibnu Aus melanjutkan kisahnya, "Lalu Nabi Saw. bersabda: Sesungguhnya aku tidak merasa khawatir terhadap umatku kecuali adanya imam-imam yang menyesatkan, karena apabila pedang (jihad)
telah ditetapkan di antara umatku, maka ia tidak akan dihapuskan dari mereka sampai hari kiamat.Hadis ini tidak terdapat di dalam suatu kitab Sittah pun, tetapi sanadnya jayyid dan kuat. Ibnu Murdawaih telah meriwayatkannya
melalui hadis Hammad ibnu Zaid, Abbad ibnu Mansur, dan Qatadah; ketiga-tiganya dari Ayyub, dari Abu Qilabah, dari Abu Asma, dari Sauban, dari Rasulullah Saw. dengan lafaz yang semisal.
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدُوَيه: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ الْهَاشِمِيُّ وَمَيْمُونُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ الْحَسَنِ الْحَنَفِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الْجَبَّارِ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ، عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْجَعِيِّ، عَنْ نَافِعِ بْنِ خَالِدٍ الْخُزَاعِيِّ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ -وَكَانَ أَبُوهُ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانَ مِنْ أَصْحَابِ الشَّجَرَةِ -: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى وَالنَّاسُ حَوْلَهُ، صَلَّى صَلَاةً خَفِيفَةً تَامَّةَ الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ. قَالَ: فَجَلَسَ يَوْمًا فَأَطَالَ الْجُلُوسَ حَتَّى أَوْمَأَ بَعْضُنَا إِلَى بَعْضٍ: أَنِ اسْكُتُوا، إِنَّهُ يَنْزِلُ عَلَيْهِ. فَلَمَّا فَرَغَ قَالَ لَهُ بَعْضُ الْقَوْمِ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَقَدْ أَطَلْتَ الْجُلُوسَ حَتَّى أَوْمَأَ بَعْضُنَا إِلَى بَعْضٍ: إِنَّهُ يَنْزِلُ عَلَيْكَ. قَالَ: "لَا وَلَكِنَّهَا كَانَتْ صَلَاةَ رَغْبة وَرَهْبَةٍ، سَأَلْتُ اللَّهَ فِيهَا ثَلَاثًا فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ، وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً. سَأَلْتُ اللَّهَ أَلَّا يُعَذِّبَكُمْ بِعَذَابٍ عَذَّبَ بِهِ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَأَعْطَانِيهَا. أَلَّا يُسَلِّطَ عَلَى أُمَّتِي عَدُوًّا يَسْتَبِيحُهَا، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَلْبسَكم شِيعًا وَأَلَّا يُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ، فَمَنَعَنِيهَا"
Hadis yang lain diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Bakar Ibnu Murdawaih, disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Isma'il ibnu Ibrahim Al-Hasyimi dan Maimun ibnu Ishaq ibnul Hasan Al-Hanafi. Keduanya mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul Jabbar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fudail, dari Abu Malik Al-Asyja'i, dari Nafi' ibnu Khalid Al-Khuza'i, dari ayahnya yang berpredikat sebagai salah seorang sahabat
Rasulullah Saw. dan termasuk salah seorang sahabat yang ikut dalam baiat di bawah pohon. Ia menceritakan bahwa Rasulullah Saw. apabila melakukan salat, sedangkan orang-orang berada di sekitarnya, maka beliau lakukan salatnya
secara ringan dengan rukuk dan sujud yang sempurna. Maka pada suatu hari Rasulullah Saw. duduk (dalam salatnya) dalam waktu yang cukup lama sehingga sebagian dari para sahabat berisyarat kepada sebagian yang lain bahwa sebaiknya
kita diam, karena sesungguhnya sedang turun suatu wahyu kepada Nabi Saw. Setelah Nabi Saw. menyelesaikannya, maka seseorang dari kaum yang hadir berkata, Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau lama sekali dalam dudukmu,
sehingga sebagian dari kami berisyarat kepada sebagian yang lain bahwa sesungguhnya sedang turun suatu wahyu kepadamu." Rasulullah Saw. menjawab: Tidak, tetapi salat yang baru kulakukan itu adalah salat ragbah dan rahbah,
aku telah memohon kepada Allah dalam salatku itu tiga perkara, maka Dia memberiku dua perkara dan tidak memberiku yang satunya lagi. Aku telah meminta kepada Allah agar Dia jangan mengazab kalian dengan suatu azab
yang pernah Dia timpakan kepada orang-orang sebelum kalian, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada Allah agar janganlah Dia menguasakan umatku kepada musuh yang berbuat seenak hatinya kepada mereka,
maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada-Nya janganlah Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan yang saling bertentangan, dan janganlah Dia merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebagian yang lain,
tetapi Dia tidak memberikannya kepadaku.Perawi (Abu Malik Al-Asyja'i) berkata kepada Nafi' ibnu Khalid, "Apakah ayahmu memang mendengarnya dari Rasulullah Saw.?"
Nafi' menjawab, "Ya, aku mendengar ayahku mengatakan bahwa dia mendengarnya dari Rasulullah Saw. sebanyak bilangan jari-jemariku yang sepuluh ini."
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يُونُسُ -هُوَ ابْنُ مُحَمَّدٍ الْمُؤَدِّبُ -حَدَّثَنَا لَيْثٌ -هُوَ ابْنُ سَعْدٍ عَنْ أَبِي وَهْبٍ الْخَوْلَانِيِّ، عَنْ رَجُلٍ قَدْ سَمَّاهُ، عَنْ أَبِي بَصْرَة الْغِفَارِيِّ صَاحِبُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إن رسول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: "سَأَلْتُ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أَرْبَعًا فَأَعْطَانِي ثَلَاثًا، وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً. سَأَلْتُ اللَّهَ أَلَّا يَجْمَعَ أُمَّتِي عَلَى ضَلَالَةٍ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُ اللَّهَ أَلَّا يُظْهِرَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُ اللَّهَ أَلَّا يُهْلِكَهُمْ بِالسِّنِينَ كَمَا أَهْلَكَ الْأُمَمَ قَبْلَهُمْ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُ اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، أَلَّا يلبسهم شيعا وألا يذيق بعضهم بأس بعض، فَمَنَعَنِيهَا"
Hadis yang lain, Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Yunus (yaitu Ibnu Muhammad Al-Muaddib), telah menceritakan kepada kami Lais (yaitu Ibnu Sa'd), dari Abu Wahb Al-Khaulani, dari seorang lelaki
yang ia sebutkan namanya, dari Abu Basrah Al-Gifari, seorang sahabat Rasulullah Saw. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku pernah memohon kepada Tuhanku empat perkara, maka Dia memberiku tiga perkara
dan mencegahku dari satu perkara lainnya. Aku memohon kepada Allah hendaknya Dia jangan menghimpunkan umatku dalam suatu kesesatan, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada Allah agar janganlah Dia
menguasakan mereka kepada musuh selain dari kalangan mereka sendiri, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada Allah hendaknya Dia jangan membinasakan mereka dengan paceklik sebagaimana
Dia telah membinasakan umat-umat sebelum mereka, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada Allah Swt. hendaknya Dia jangan menjadikan mereka berpecah-belah menjadi berbagai golongan,
dan janganlah Dia menimpakan keganasan sebagian dari mereka kepada sebagian yang lain, tetapi Dia tidak memberikannya kepadaku.Hadis ini tidak diketengahkan oleh seorang pun dari kalangan pemilik kitab sunnah yang enam.
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا مِنْجَابُ بْنُ الْحَارِثِ، حَدَّثَنَا أَبُو حُذَيْفَةَ الثَّعْلَبِيُّ، عَنْ زِيَادِ بْنِ عِلاقة، عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَة السَّوَائي، عَنْ عَلِيٍّ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "سَأَلْتُ رَبِّي ثَلَاثَ خِصَالٍ فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ، وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً، فَقُلْتُ: يَا رَبِّ، لَا تُهْلِكْ أُمَّتِي جُوعًا فَقَالَ: هَذِهِ لَكَ. قُلْتُ: يَا رَبِّ، لَا تُسَلِّطْ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ -يَعْنِي أَهْلَ الشِّرْكِ -فَيَجْتَاحَهُمْ. قَالَ ذَلِكَ لَكَ قُلْتُ: يَا رَبِّ، لَا تَجْعَلْ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ". قَالَ: "فَمَنَعَنِي هَذِهِ"
Hadis yang lain, Imam Tabrani mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Usman ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Minjab ibnul Haris, telah menceritakan kepada kami Abu Huzaifah As-Sa'labi,
dari Ziyad ibnu Ilaqah, dari Jabir ibnu Samurah As-Sawaf, dari Ali, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku pernah memohon kepada Tuhanku tiga perkara, maka Dia memberiku dua di antaranya dan mencegahku dari yang satunya lagi.
Aku berdoa, "Wahai Tuhanku, janganlah Engkau binasakan umatku dengan kelaparan.” Maka Dia menjawab, "Ini Kuberikan kepadamu.” Aku berdoa, "Wahai Tuhanku, janganlah Engkau kuasakan mereka kepada musuh
selain dari mereka sendiri —yakni orang-orang musyrik—yang akibatnya mereka akan dibinasakan sampai ke akar-akarnya.”Dia menjawab, "Kuberikan hal itu kepadamu " Aku berdoa, "Wahai Tuhanku, janganlah Engkau jadikan keganasan mereka ada
di antara sesama mereka.” Tetapi Dia tidak memberikan yang ini kepadaku.
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدُوَيه: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ أَحْمَدَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَاصِمٍ، حَدَّثَنَا أَبُو الدَّرْدَاءِ الْمَرْوَزِيُّ، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ كَيْسَانَ، حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ عِكْرِمة، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "دَعَوْتُ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، أَنْ يَرْفَعَ عَنْ أُمَّتِي أَرْبَعًا، فَرَفَعَ اللَّهُ عَنْهُمُ اثْنَتَيْنِ، وَأَبَى عَلَيَّ أَنْ يَرْفَعَ عَنْهُمُ اثْنَتَيْنِ. دَعَوْتُ رَبِّي أَنْ يَرْفَعَ الرَّجْمَ مِنَ السَّمَاءِ، وَالْغَرَقَ مِنَ الْأَرْضِ، وألا يلبسهم شيعا، وألا يذيق بعضهم بأس بَعْضٍ، فَرَفَعَ اللَّهُ عَنْهُمُ الرَّجْمَ مِنَ السَّمَاءِ، وَالْغَرَقَ مِنَ الْأَرْضِ، وَأَبَى اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَ اثْنَتَيْنِ: الْقَتْلَ، والهَرج".
Hadis yang lain, Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad ibnu Ibrahim,dari Ahmad ibnu Muhammad ibnu Asim, telah menceritakan kepada kami Abud Darda Al-Marwazi,
telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Abdullah ibnu Kaisan, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku pernah berdoa memohon kepada Tuhanku
agar Dia menghapuskan dari umatku empat perkara, maka Allah menghapuskan dari mereka dua perkara dan menolak permintaanku yang duanya lagi, Dia tidak mau menghapuskan dari mereka kedua hal itu. Aku berdoa kepada Tuhanku,
semoga Dia menghapuskan azab hujan batu dari langit, kebanjiran dari bumi, janganlah Dia menjadikan mereka (umatku) berpecah-belah menjadi banyak golongan, dan janganlah Dia menimpakan keganasan sebagian dari mereka kepada
sebagian yang lain. Maka Allah menghapuskan dari mereka azab hujan batu dari langit dan kebanjiran dari bumi. Tetapi menolak tidak mau menghapuskan dua perkara lainnya, yaitu pembunuhan dan fitnah
طَرِيقٌ أُخْرَى عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَيْضًا: قَالَ ابْنُ مَرْدُوَيه: حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ زَيْدٍ حَدَّثَنِي الْوَلِيدُ بْنُ أَبَانٍ، حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ مُنِيرٍ، حَدَّثَنَا أَبُو بَدْرٍ شُجَاعُ بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ قَيْسٍ، عَنْ رَجُلٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: {قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ} قَالَ: فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَوَضَّأَ، ثُمَّ قَالَ: "اللَّهُمَّ لَا تُرْسِلْ عَلَى أُمَّتِي عَذَابًا مِنْ فَوْقِهِمْ، وَلَا مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ، وَلَا تَلْبِسْهُمْ شِيَعًا، وَلَا تُذِقْ بَعْضَهُمْ بَأْسَ بَعْضٍ" قَالَ: فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، إِنَّ الله قد أجار أمتك أن يرسل عَلَيْهِمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِهِمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ
Jalur yang lain dari Ibnu Abbas pula. Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad ibnu Yazid, telah menceritakan kepadaku Al-Walid ibnu Aban, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Munir,
telah menceritakan kepada kami Abu Badar (yaitu Syuja' ibnul Walid), telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Qais, dari seorang lelaki, dari Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa ketika firman-Nya ini diturunkan: Katakanlah
"Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian atau Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan
sebagian yang lain.” (Al-An'am: 65) Ibnu Abbas mengatakan, "Lalu Nabi Saw. bangkit dan berwudu, kemudian berdoa: Ya Allah, janganlah Engkau timpakan kepada umatku suatu azab dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka,
janganlah Engkau mencampurkan mereka dalam golongan-golongan (yang bertentangan), dan janganlah Engkau merasakan kepada sebagian mereka keganasan sebagian yang lain." Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya,
"Lalu datanglah Malaikat Jibril kepada Nabi Saw., lalu berkata, 'Hai Muhammad, sesungguhnya Allah telah melindungi umatmu, Dia tidak akan mengirimkan kepada mereka azab dari atas mereka atau dari bawah kaki mereka.’
حَدِيثٌ آخَرُ: قَالَ ابْنُ مَرْدُوَيه: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْبَزَّارُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ مُوسَى، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مُحَمَّدٍ العَنْقَزِي، حَدَّثَنَا أَسْبَاطٌ، عَنِ السُّدِّي، عَنْ أَبِي المِنْهَال، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "سَأَلْتُ رَبِّي لِأُمَّتِي أَرْبَعَ خِصَالٍ، فَأَعْطَانِي ثَلَاثًا وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً. سَأَلْتُهُ أَلَّا تَكْفُرَ أُمَّتِي وَاحِدَةً، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يُعَذِّبَهُمْ بِمَا عَذَّبَ بِهِ الْأُمَمَ قَبْلَهُمْ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يُظْهِرَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ، فَأَعْطَانِيهَا. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ، فَمَنَعَنِيهَا".
Hadis yang lain, Ibnu Murdawaih mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Abdullah Al-Bazzar, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ahmad ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami
Ahmad ibnu Muhammad ibnu Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Muhammad Al-Anqazi, telah menceritakan kepada kami Asbat, dari As-Saddi, dari Abul Minhal, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
Aku pernah meminta kepada Tuhanku untuk umatku empat perkara, maka Dia memberiku tiga perkara darinya dan mencegahku dari yang satunya. Aku memohon kepada-Nya, semoga umatku tidak dilenyapkan oleh sekali azab,
maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada-Nya semoga Dia tidak mengazab mereka dengan azab yang pernah Dia timpakan kepada umat-umat sebelum mereka, maka Dia memberikannya kepadaku.
Dan aku memohon kepada-Nya hendaknya Dia tidak menguasakan mereka kepada musuh yang selain dari kalangan mereka, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada-Nya hendaknya Dia tidak menjadikan keganasan
mereka berada di antara sesama mereka, tetapi Dia tidak memberikannya kepadaku.Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya dari Abu Sa'id ibnu Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan, dari Amr ibnu Muhammad Al-Anqazi dengan sanad
yang sama dan lafaz yang semisal.
طَرِيقٌ أُخْرَى: وَقَالَ ابْنُ مَرْدُوَيه: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى، حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيب، حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الحُباب، حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ زَيْدٍ اللَّيْثِيُّ الْمَدَنِيُّ، حَدَّثَنِي الْوَلِيدُ بْنُ رَبَاحٍ مَوْلَى آلِ أَبِي ذُبَاب، سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "سَأَلْتُ رَبِّي ثَلَاثًا، فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً. سَأَلْتُهُ أَلَّا يُسَلِّطَ عَلَى أُمَّتِي عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ فَأَعْطَانِي. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يُهْلِكَهُمْ بِالسِّنِينَ، فَأَعْطَانِي. وَسَأَلْتُهُ أَلَّا يَلْبِسَهُمْ شِيَعًا وَأَلَّا يُذِيقَ بَعْضَهُمْ بَأْسَ بَعْضٍ، فَمَنَعَنِي".
Jalur yang lain, Ibnu Murdawaih mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib,
telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbab, telah menceritakan kepada kami Kasir ibnu Zaid Al-Laisi Al-Madani, telah menceritakan kepadaku Al-Walid ibnu Rabah maula keluarga Abu Ziab yang telah mendengar dari Abu Hurairah
yang pernah mengatakan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Aku pernah memohon kepada Tuhanku tiga perkara, maka Dia memberiku dua perkara dan mencegahku dari yang satunya lagi. Aku memohon kepada-Nya,
hendaknya Dia jangan menguasakan musuh atas umatku yang bukan dari kalangan mereka, maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada-Nya, hendaknya Dia tidak membinasakan umatku dengan paceklik,
maka Dia memberikannya kepadaku. Dan aku memohon kepada-Nya, hendaknya Dia jangan menjadikan mereka berpecah-belah menjadi berbagai golongan, dan janganlah Dia merasakan kepada sebagian mereka
keganasan sebagian yang lain, tetapi Dia tidak memberikannya kepadaku.Kemudian Ibnu Murdawaih meriwayatkannya berikut sanadnya dari Sa'd ibnu Sa'id, dari Abul Maqbari, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw.
dengan lafaz yang semisal.Al-Bazzar meriwayatkannya melalui jalur Amr ibnu Abu Salamah, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal.Asar yang lain, Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan
dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah, dari Ubay ibnu Ka'b yang mengatakan bahwa pada umat ini telah terjadi empat perkara; dua telah terjadi dan masih ada dua perkara lagi yang belum terjadi, yaitu yang disebutkan di dalam firman-Nya:
Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian dari atas kalian. (Al-An'am: 65) Yakni berupa rajam atau hujan batu (dari langit). atau dari bawah kaki kalian.” (Al-An'am: 65) Maksudnya, ditelan oleh bumi.
atau Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebagian yang lain. (Al-An'am: 65) Menurut Sufyan As-Sauri, makna yang dimaksud ialah hujan batu
dan ditelan oleh bumi.Abu Ja'far Ar-Razi telah meriwayatkan dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah, dari Ubay ibnu Ka'b sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian
dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian atau Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebagian yang lain.” (Al-An'am: 65) Bahwa hal tersebut
adalah empat perkara, dua di antaranya terjadi setelah selang dua puluh lima tahun sesudah Rasulullah Saw. wafat. Mereka berpecah-belah menjadi berbagai golongan, sebagian dari mereka merasakan keganasan sebagian yang lain.
Sedangkan yang dua perkara lagi pasti akan terjadi, yaitu hujan batu dan ditelan oleh bumi.Ahmad meriwayatkannya dari Waki', dari Abu Ja'far; dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula. Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Al-Munzir ibnu Syazan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abul Asyhab, dari Al-Hasan sehubungan dengan makna firm
Surat Al-Anam |6:64|
قُلِ اللَّهُ يُنَجِّيكُمْ مِنْهَا وَمِنْ كُلِّ كَرْبٍ ثُمَّ أَنْتُمْ تُشْرِكُونَ
qulillaahu yunajjiikum min-haa wa ming kulli karbin ṡumma antum tusyrikuun
Katakanlah (Muhammad), "Allah yang menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, namun kemudian kamu (kembali) menyekutukan-Nya."
Say, "It is Allah who saves you from it and from every distress; then you [still] associate others with Him."
(Katakanlah,) kepada mereka ("Allah menyelamatkan kamu) dibaca dengan takhfif yaitu yunjiikum dan dibaca dengan tasydid yaitu yunajjiikum
(daripada bencana itu dan dari segala macam kesusahan) kesulitan yang selain bencana itu (kemudian kamu kembali menyekutukan")-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 64 |
Penjelasan ada di ayat 63
Surat Al-Anam |6:65|
قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَىٰ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ ۗ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ
qul huwal-qoodiru 'alaaa ay yab'aṡa 'alaikum 'ażaabam min fauqikum au min taḥti arjulikum au yalbisakum syiya'aw wa yużiiqo ba'dhokum ba`sa ba'dh, unzhur kaifa nushorriful-aayaati la'allahum yafqohuun
Katakanlah (Muhammad), "Dialah yang berkuasa mengirimkan azab kepadamu, dari atas atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain." Perhatikanlah, bagaimana Kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kekuasaan Kami) agar mereka memahami(nya).
Say, "He is the [one] Able to send upon you affliction from above you or from beneath your feet or to confuse you [so you become] sects and make you taste the violence of one another." Look how We diversify the signs that they might understand.
(Katakanlah, "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu dari atas kamu) dari langit yakni berupa batu-batu dan suara keras yang mengguntur (atau dari bawah kakimu) dengan diamblaskan/ditelan bumi
(atau Dia mencampurkan kamu) mencampur-adukkan kamu (menjadi golongan-golongan) kelompok-kelompok yang berbeda keinginannya (dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain.")
dengan cara saling membunuh. Rasulullah saw. telah bersabda tatkala ayat ini turun, "Ini lebih ringan dan lebih mudah." Akan tetapi tatkala ayat sebelumnya turun Nabi saw. bersabda, "Aku berlindung kepada Zat-Mu,"
hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Dan Imam Muslim meriwayatkan tentang sabda Nabi saw., "Aku memohon kepada Tuhanku agar Ia tidak menjadikan keganasan umatku disebabkan ulah sebagian di antara mereka
tetapi Ia melarangku mendoakan hal ini." Dan sehubungan dengan hadis pertama, Imam Muslim mengatakan bahwa kejadiannya pasti akan ada hanya saja kenyataannya masih belum terungkapkan.
(Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan) menerangkan kepada mereka (tentang ayat-ayat) yang menunjukkan kepada kekuasaan Kami (barangkali saja mereka mau memahaminya) mereka mau mengetahuinya
bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah perkara batil.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 65 |
Penjelasan ada di ayat 63
Surat Al-Anam |6:66|
وَكَذَّبَ بِهِ قَوْمُكَ وَهُوَ الْحَقُّ ۚ قُلْ لَسْتُ عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ
wa każżaba bihii qoumuka wa huwal-ḥaqq, qul lastu 'alaikum biwakiil
Dan kaummu mendustakannya (azab) padahal (azab) itu benar adanya. Katakanlah (Muhammad), "Aku ini bukanlah penanggung jawab kamu."
But your people have denied it while it is the truth. Say, "I am not over you a manager."
(Dan telah berdusta kepadanya) terhadap Alquran (kaummu padahal Alquran itu adalah hak) yakni benar (Katakanlah,) kepada mereka ("Aku ini bukanlah orang yang diserahi mengurus urusan kamu.")
kemudian aku membalas kamu; sesungguhnya aku ini hanyalah seorang pemberi peringatan sedangkan mengenai urusanmu hal itu terserah kepada Allah. Ayat ini diturunkan sebelum ada ayat perintah untuk berperang.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 66 |
Tafsir ayat 66-69
Mengenai firman Allah Swt.:
{وَكَذَّبَ بِهِ}
Dan kaummu mendustakannya. (Al-An'am: 66)Artinya mendustakan Al-Qur'an yang engkau sampaikan kepada mereka, mereka pun mendustakan hidayah dan penjelasan. Yang dimaksud dengan kaum adalah orang-orang Quraisy.
{وَهُوَ الْحَقُّ}
Padahal Al-Qur'an itu benar adanya. (Al-An'am: 66) Yakni tiada yang lebih benar daripada Al-Qur'an.
{قُلْ لَسْتُ عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ}
Katakanlah, Aku ini bukanlah orang yang diserahi mengurus kalian." (Al-An'am: 66)Maksudnya, aku ini bukanlah orang yang diharuskan memelihara kalian, bukan pula orang yang ditugasi menolong kalian. Perihalnya sama dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya:
{وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ}
Dan katakanlah "Kebenaran itu datang dari Tuhanmu. Maka barang siapa yang ingin (beriman), hendaklah ia beriman; dan barang siapa yang ingin (kafir), biarlah ia kafir.” (Al-Kahfi: 29)Dengan kata lain, sesungguhnya tugasku hanyalah
menyampaikan, dan tugas kalian hanyalah mendengarkan dan patuh (taat). Maka barang siapa yang mengikuti aku, niscaya ia berbahagia di dunia dan akhirat. Dan barang siapa yang menentang aku, maka sesungguhnya dia celaka di dunia
dan akhiratnya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{لِكُلِّ نَبَإٍ مُسْتَقَرٌّ}
Untuk tiap-tiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu) terjadinya. (Al-An'am: 67)Ibnu Abbas dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan, makna yang dimaksud ialah untuk tiap-tiap berita ada kenyataannya,
atau untuk tiap-tiap berita ada waktu kejadiannya, sekalipun selang beberapa lama kemudian, seperti yang disebutkan di dalam ayat yang lain:
{وَلَتَعْلَمُنَّ نَبَأَهُ بَعْدَ حِينٍ}
Dan sesungguhnya kalian akan mengetahui (kebenaran) berita Al-Qur'an setelah beberapa waktu lagi. (Sad: 88)
{لِكُلِّ أَجَلٍ كِتَابٌ}
Bagi tiap-tiap masa ada kitab (yang tertentu). (Ar-Ra'd: 38)Hal ini mengandung ancaman dan peringatan yang pasti. Karena itu, dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَسَوْفَ تَعْلَمُونَ}
dan kelak kalian akan mengetahui. (Al-An'am: 67)Firman Allah Swt.:
{وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا}
Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami. (Al-An'am: 68)Yakni mendustakan dan memperolok-olokkannya.
{فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ}
maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. (Al-An'am: 68)Yakni sehingga pembicaraan mereka beralih kepada hal yang lain yang bukan kedustaan mereka.
{وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ}
Dan jika setan menjadikan kamu lupa. (Al-An'am: 68)Makna yang dimaksud ialah tiap-tiap orang dari kalangan umat ini dilarang duduk dengan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah,
yaitu mereka yang mengubah ayat-ayat Allah dan menakwiIkannya bukan dengan takwil yang semestinya. Jika seseorang duduk bersama mereka karena lupa:
{فَلا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى}
maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat. (Al-An'am: 68)Maksudnya, sesudah kamu ingat akan larangan ini. Karena itu, di dalam sebuah hadis disebutkan:
"رُفِعَ عَنْ أُمَّتِي الْخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ"
Dimaafkan dari umatku (perbuatan) keliru, lupa, dan hal yang dipaksakan kepada mereka.As-Saddi telah meriwayatkan dari Abu Malik dan Sa'id ibnu Jubair sehubungan dengan firman-Nya: Dan jika setan menjadikan kamu lupa.
(Al-An'am: 68) Artinya, apabila kamu lupa, lalu kamu ingat. maka janganlah kamu duduk (Al-An'am: 68) Yakni bersama mereka. Hal yang sama telah dikatakan oleh Muqatil ibnu Hayyan. Ayat inilah yang diisyaratkan oleh firman Allah Swt.
yang mengatakan:
{وَقَدْ نزلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ}
Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kalian di dalam Al-Qur’an bahwa apabila kalian mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kalian duduk beserta mereka,
sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kalian berbuat demikian), tentulah kalian serupa dengan mereka. (An-Nisa: 140), hingga akhir ayat.Dengan kata lain,
jika kalian tetap duduk bersama mereka dan kalian setuju akan pembicaraan tersebut, berarti kalian sama dengan mereka dalam perbuatannya. Firman Allah Swt.:
{وَمَا عَلَى الَّذِينَ يَتَّقُونَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ}
Dan tidak ada pertanggungjawaban sedikit pun atas orang-orang yang bertakwa terhadap dosa mereka. (Al-An'am: 69)Yakni apabila kalian menjauhi mereka dan tidak duduk dengan mereka dalam hal tersebut, berarti kalian terlepas
dari golongan mereka dan bebas dari dosa mereka.Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Musa, dari Israil, dari As-Saddi, dari Abu Malik,
dari Sa'id ibnu Jubair sehubungan dengan firman-Nya: Dan tidak ada pertanggungjawaban sedikit pun atas orang-orang yang bertakwa terhadap dosa mereka. (Al-An'am: 69) Yakni tidak ada dosa perbuatan memperolok-olokkan
ayat-ayat Allah yang dilakukan mereka, apabila kamu meninggalkan mereka dan berpaling dari mereka. Tetapi menurut ulama yang lain, makna ayat ialah sekalipun orang-orang yang bertakwa duduk bersama mereka yang memperolok-olokkan
ayat-ayat Allah, maka orang-orang yang bertakwa itu tetap tidak ada pertanggungjawaban sedikit pun terhadap dosa mereka. Ulama yang berpendapat demikian menduga bahwa ayat ini di-mansukh oleh ayat surat An-Nisa
yang Madaniyyah, yaitu:
{إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ}
Karena sesungguhnya (kalau kalian berbuat demikian), tentulah kalian serupa dengan mereka. (An-Nisa: 140)Demikianlah menurut Mujahid, As-Saddi, Ibnu Juraij, dan lain-lainnya. Berdasarkan takwil mereka yang demikian, maka makna firman-Nya:
{وَلَكِنْ ذِكْرَى لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ}
Akan tetapi (kewajiban mereka ialah) mengingatkan agar mereka bertakwa. (Al-An'am: 69)Artinya adalah, tetapi Kami perintahkan kepada kalian agar berpaling dari mereka saat itu, sebagai peringatan buat mereka yang melakukan hal tersebut, agar mereka menjaga dirinya dari hal tersebut dan tidak berani mengulanginya lagi.
Surat Al-Anam |6:67|
لِكُلِّ نَبَإٍ مُسْتَقَرٌّ ۚ وَسَوْفَ تَعْلَمُونَ
likulli naba`im mustaqorruw wa saufa ta'lamuun
Setiap berita (yang dibawa oleh rasul) ada (waktu) terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui.
For every happening is a finality; and you are going to know.
(Untuk tiap-tiap berita) kabar (ada ketetapannya) yakni waktu kejadiannya dan waktu ketetapannya yang antara lain ialah pengazaban kamu (dan kelak kamu akan mengetahui) sebagai ancaman yang ditujukan kepada mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 67 |
Penjelasan ada di ayat 66
Surat Al-Anam |6:68|
وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّىٰ يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ ۚ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَىٰ مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
wa iżaa ro`aitallażiina yakhuudhuuna fiii aayaatinaa fa a'ridh 'an-hum ḥattaa yakhuudhuu fii ḥadiiṡin ghoirih, wa immaa yunsiyannakasy-syaithoonu fa laa taq'ud ba'daż-żikroo ma'al-qoumizh-zhoolimiin
Apabila engkau (Muhammad) melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka hingga mereka beralih ke pembicaraan lain. Dan jika setan benar-benar menjadikan engkau lupa (akan larangan ini), setelah ingat kembali janganlah engkau duduk bersama orang-orang yang zalim.
And when you see those who engage in [offensive] discourse concerning Our verses, then turn away from them until they enter into another conversation. And if Satan should cause you to forget, then do not remain after the reminder with the wrongdoing people.
(Dan apabila melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami) yakni Alquran dengan cemoohan (maka tinggalkanlah mereka) janganlah kamu bergaul dengan mereka
(sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika) Lafal immaa berasal dari in syarthiah yang diidghamkan ke dalam maa zaidah (menjadikan kamu lupa) dengan dibaca yunsiyannaka atau yunassiyannaka
(godaan setan) kemudian engkau duduk bersama mereka (maka janganlah kamu duduk sesudah teringat) artinya sesudah engkau teringat akan larangan itu (bersama orang-orang yang lalim itu)
ungkapan ini mengandung peletakan isim zahir pada posisi isim mudhmar. Dan orang-orang muslim mengatakan, "Jika kami berdiri sewaktu mereka mulai memperolok-olokkan ayat-ayat Allah,
maka kami tidak bisa lagi duduk di mesjid dan melakukan tawaf di dalamnya," lalu turunlah ayat berikut ini:
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 68 |
Penjelasan ada di ayat 66
Surat Al-Anam |6:69|
وَمَا عَلَى الَّذِينَ يَتَّقُونَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ وَلَٰكِنْ ذِكْرَىٰ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
wa maa 'alallażiina yattaquuna min ḥisaabihim min syai`iw wa laakin żikroo la'allahum yattaquun
Orang-orang yang bertakwa tidak ada tanggung jawab sedikit pun atas (dosa-dosa) mereka, tetapi (berkewajiban) mengingatkan agar mereka (juga) bertakwa.
And those who fear Allah are not held accountable for the disbelievers at all, but [only for] a reminder - that perhaps they will fear Him.
(Dan tidak ada atas orang-orang yang bertakwa) kepada Allah (pertanggungjawaban terhadap dosa mereka) orang-orang yang memperolok-olokkan ayat-ayat Allah (barang) sebagai huruf zaidah
(sedikit pun) jika orang-orang yang bertakwa itu duduk-duduk dengan mereka (akan tetapi) kewajiban orang-orang yang bertakwa adalah (mengingatkan) memberikan peringatan kepada mereka dan juga nasihat
(agar mereka bertakwa) tidak lagi memperolok-olokkan ayat-ayat Allah.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 69 |
Penjelasan ada di ayat 66
Surat Al-Anam |6:70|
وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا ۚ وَذَكِّرْ بِهِ أَنْ تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيٌّ وَلَا شَفِيعٌ وَإِنْ تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لَا يُؤْخَذْ مِنْهَا ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ أُبْسِلُوا بِمَا كَسَبُوا ۖ لَهُمْ شَرَابٌ مِنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ
wa żarillażiinattakhożuu diinahum la'ibaw wa lahwaw wa ghorrot-humul-ḥayaatud-dun-yaa wa żakkir bihiii an tubsala nafsum bimaa kasabat laisa lahaa min duunillaahi waliyyuw wa laa syafii', wa in ta'dil kulla 'adlil laa yu`khoż min-haa, ulaaa`ikallażiina ubsiluu bimaa kasabuu lahum syaroobum min ḥamiimiw wa 'ażaabun aliimum bimaa kaanuu yakfuruun
Tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan senda gurau, dan mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Qur´an agar setiap orang tidak terjerumus (ke dalam neraka), karena perbuatannya sendiri. Tidak ada baginya pelindung dan pemberi syafaat (pertolongan) selain Allah. Dan jika dia hendak menebus dengan segala macam tebusan apa pun, niscaya tidak akan diterima. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan (ke dalam neraka), disebabkan perbuatan mereka sendiri. Mereka mendapat minuman dari air yang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.
And leave those who take their religion as amusement and diversion and whom the worldly life has deluded. But remind with the Qur'an, lest a soul be given up to destruction for what it earned; it will have other than Allah no protector and no intercessor. And if it should offer every compensation, it would not be taken from it. Those are the ones who are given to destruction for what they have earned. For them will be a drink of scalding water and a painful punishment because they used to disbelieve.
(Dan tinggalkanlah) biarkanlah (orang-orang yang menjadikan agama mereka) yang sudah menjadi kewajiban bagi mereka untuk mengamalkannya (sebagai main-main dan senda gurau) oleh sebab mereka mengejek agama
(dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia) maka janganlah engkau menghalang-halangi mereka; ayat ini diturunkan sebelum adanya perintah untuk berperang (Peringatkanlah) berilah nasihat umat manusia itu
(dengannya) Alquran (agar) janganlah (setiap diri terjerumus ke dalam neraka) atau ke dalam kebinasaan (karena perbuatannya sendiri) karena amal perbuatannya sendiri (Baginya tidak akan ada selain dari Allah)
(sebagai penolong) yang dapat menyelamatkannya (dan tidak pula pemberi syafaat) yang dapat mencegah dirinya dari siksaan neraka. (Dan jika ia menebus dengan segala tebusan) dengan segala macam tebusan
(niscaya tidak akan diterima) maksudnya diri mereka tidak dapat ditebus. (Mereka itulah orang-orang yang terjerumus ke dalam neraka disebabkan perbuatan mereka sendiri.
Bagi mereka disediakan minuman dari air yang sedang mendidih) yakni air yang sangat panas sekali (dan azab yang pedih) yang sangat menyakitkan (disebabkan kekafiran mereka dahulu) oleh sebab kekafiran mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 70 |
Firman Allah Swt.:
{وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا}
Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. (Al-An'am: 70)Maksudnya, tinggalkanlah mereka, berpalinglah dari mereka,
dan tangguhkanlah mereka sebentar, karena sesungguhnya mereka akan dikembalikan ke azab yang besar karena perbuatannya. Dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَذَكِّرْ بِهِ}
Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Qur’an itu. (Al-An'am: 70)Yakni berilah peringatan kepada manusia dengan Al-Qur'an ini, dan pertakutilah mereka agar mereka ingat akan pembalasan Allah dan azabNya yang pedih kelak di hari kiamat. Firman Allah Swt:
{أَنْ تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا كَسَبَتْ}
agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka karena perbuatannya sendiri. (Al-An'am: 70)Artinya, agar tidak dijerumuskan. Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Al-Hasan, dan As-Saddi,
bahwa makna tubsala ialah diserahkan. Menurut Al-Walibi, dari Ibnu Abbas, makna yang dimaksud ialah dipermalukan. Menurut Qatadah ialah ditahan, menurut Murrah dan Ibnu Zaid dihukum (disiksa), dan menurut Al-Kalbi dibalas.
Semua pendapat di atas mempunyai makna yang berdekatan, yang pada kesimpulannya ialah orang yang bersangkutan akan diserahkan kepada kebinasaan, ditahan dari kebaikan, dan disandera, tidak dapat meraih apa yang didambakannya,
seperti yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:
{كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ * إِلا أَصْحَابَ الْيَمِينِ}
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali golongan kanan. (Al-Muddassir: 38-39)Adapun firman Allah Swt.:
{لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيٌّ وَلا شَفِيعٌ}
Tidak akan ada baginya pelindung, tidak (pula) pemberi syafaat. (Al-An'am: 70)Maksudnya, tidak ada kaum kerabat dan tidak ada seorang pun yang dapat memberikan syafaat (pertolongan) pada hari pembalasan itu. Perihalnya sama dengan makna firman-Nya yang lain, yaitu:
{مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلا خُلَّةٌ وَلا شَفَاعَةٌ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ}
sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan yang akrab, dan tidak ada lagi syafaat. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim. (Al-Baqarah: 254)Maksud firman Allah Swt.:
{وَإِنْ تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لَا يُؤْخَذْ مِنْهَا}
Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusan tidak akan diterima darinya. (Al-An'am: 70)Yakni sekalipun dia menyerahkan semua tebusan, niscaya tidak akan diterima darinya. Ayat ini semakna dengan firman-Nya:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِمْ مِلْءُ الأرْضِ ذَهَبًا
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi. (Ali Imran: 91), hingga akhir ayat.Demikian pula dalam surat ini:
{أُولَئِكَ الَّذِينَ أُبْسِلُوا بِمَا كَسَبُوا لَهُمْ شَرَابٌ مِنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ}
Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka disebabkan perbuatan mereka sendiri. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka sendiri. (Al-An'am: 70)
Surat Al-Anam |6:71|
قُلْ أَنَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُنَا وَلَا يَضُرُّنَا وَنُرَدُّ عَلَىٰ أَعْقَابِنَا بَعْدَ إِذْ هَدَانَا اللَّهُ كَالَّذِي اسْتَهْوَتْهُ الشَّيَاطِينُ فِي الْأَرْضِ حَيْرَانَ لَهُ أَصْحَابٌ يَدْعُونَهُ إِلَى الْهُدَى ائْتِنَا ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَىٰ ۖ وَأُمِرْنَا لِنُسْلِمَ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
qul a nad'uu min duunillaahi maa laa yanfa'unaa wa laa yadhurrunaa wa nuroddu 'alaaa a'qoobinaa ba'da iż hadaanallohu kallażistahwat-husy-syayaathiinu fil-ardhi ḥairoona lahuuu ash-ḥaabuy yad'uunahuuu ilal-huda`tinaa, qul inna hudallohi huwal-hudaa, wa umirnaa linuslima lirobbil-'aalamiin aaa...]
Katakanlah (Muhammad), "Apakah kita akan memohon kepada sesuatu selain Allah, yang tidak dapat memberi manfaat dan tidak (pula) mendatangkan mudarat kepada kita, dan (apakah) kita akan dikembalikan ke belakang, setelah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di bumi, dalam keadaan kebingungan." Kawan-kawannya mengajaknya ke jalan yang lurus (dengan mengatakan), "Ikutilah kami." Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya), dan kita diperintahkan agar berserah diri kepada Tuhan seluruh alam,
Say, "Shall we invoke instead of Allah that which neither benefits us nor harms us and be turned back on our heels after Allah has guided us? [We would then be] like one whom the devils enticed [to wander] upon the earth confused, [while] he has companions inviting him to guidance, [calling], 'Come to us.' " Say, "Indeed, the guidance of Allah is the [only] guidance; and we have been commanded to submit to the Lord of the worlds.
(Katakanlah, "Apakah kita akan menyeru) apakah kita akan menyembah (selain daripada Allah sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita) karena menyembahnya
(dan tidak pula mendatangkan kemudaratan kepada kita) oleh sebab tidak menyembahnya; yang dimaksud adalah berhala-berhala (dan apakah kita akan dikembalikan ke belakang) dikembalikan kepada kemusyrikan
(sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita) kepada agama Islam (seperti orang yang digoda) yang disesatkan (oleh setan dipesawangan yang menakutkan dalam keadaan bingung)
bingung tidak tahu jalan yang akan ditempuhnya; Lafal ini menjadi hal bagi dhamir ha (dia mempunyai kawan-kawan) teman-teman (yang memanggilnya ke jalan yang lurus)
artinya mereka bermaksud memberikan petunjuk jalan yang benar kepadanya kemudian berkata kepadanya: (Marilah ikuti kami.") akan tetapi ia tidak mengikuti ajakan mereka sehingga binasalah ia dalam kesesatan.
Istifham/kata tanya di sini bermakna ingkar dan kalimat yang ada tasybihnya adalah menjadi hal bagi dhamir yang terdapat di dalam Lafal nuraddu (Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk Allah) yakni agama Islam
(ialah sebenar-benar petunjuk) dan yang selain petunjuk-Nya adalah kesesatan belaka (dan kita disuruh agar menyerahkan diri) diperintahkan agar kita berserah diri (kepada Tuhan semesta alam).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 71 |
Tafsir ayat 71-73
As-Saddi mengatakan bahwa orang-orang musyrik berkata kepada orang-orang muslim, "Ikutilah kami, dan tinggalkanlah agama Muhammad itu." Maka Allah menurunkan firman-Nya: Katakanlah, "Apakah kita akan menyeru selain Allah,
sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita, tidak (pula) mendatangkan kemudaratan kepada kita dan (apakah) kita akan dikembalikan ke belakang. (Al-An'am: 71) Yakni kembali kepada kekafiran. sesudah Allah memberi
petunjuk kepada kita. (Al-An'am: 71) Yang akibatnya perumpamaan kita sama dengan orang yang disesatkan oleh setan di tanah yang mengerikan. Dikatakan bahwa perumpamaan kalian —jika kalian kembali kepada kekafiran
sesudah kalian beriman— sama halnya dengan seorang lelaki yang berangkat bersama suatu kaum dalam suatu perjalanan, dan ternyata ia tersesat, lalu setan datang menyesatkannya di tempat ia tersesat sehingga ia kebingungan,
padahal teman-temannya berada di jalan yang sebenarnya. Lalu teman-temannya menyerunya agar ia bergabung dengan mereka seraya berkata, "Kemarilah, ikutilah kami!" Tetapi ia tidak mau bergabung dengan mereka.
Demikianlah perumpamaan orang yang mengikuti orang-orang kafir sesudah ia mengetahui keadaan Nabi Muhammad Saw. Sedangkan dalam perumpamaan ini orang yang memanggilnya ke jalan yang benar adalah Nabi Muhammad Saw.,
dan Islam diserupakan sebagai jalannya. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang disesatkan oleh setan di pesawangan yang menakutkan. (Al-An'am: 71) Artinya,
disesatkan oleh setan dari jalan yang ditempuhnya, yakni setan membujuknya dari jalan yang ditempuhnya. Pengertian istahwa ini sama dengan lafaz tahwi yang terdapat di dalam firman-Nya: cenderung kepada mereka. (Ibrahim: 37)
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, "Apakah kita akan menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita, tidak (pula)
mendatangkan kemudaratan kepada kita. (Al-An'am: 71), hingga akhir ayat. Ungkapan ini merupakan tamsil yang dibuat oleh Allah, ditujukan kepada tuhan-tuhan (sesembahan-sesembahan) dan orang-orang yang menyeru kepadanya, serta orang-orang yang menyeru kepada petunjuk Allah Swt. Disamakan dengan seorang lelaki yang sesat jalan dalam keadaan kebingungan, tiba-tiba ia mendengar suara yang berseru, "Hai Fulan ibnu Anu, kemarilah, ikutilah jalan ini!" Sedangkan dia mempunyai teman-teman yang juga menyerunya dengan panggilan, "Hai Fulan ibnu Anu, ikutilah jalan kami ini!" Jika dia mengikuti penyeru pertama, maka penyeru pertama itu akan membawanya kepada kebinasaan; dan jika ia mengikuti penyeru yang mengajaknya ke jalan petunjuk, niscaya dia akan memperoleh petunjuk. Seruan seperti ini —yang sering terdengar di padang pasir— disebut gailan (hantu). Hal ini diungkapkan sebagai perumpamaan orang yang menyembah tuhan-tuhan tersebut selain Allah. Karena sesungguhnya dia menduga bahwa dirinya berada dalam suatu pegangan hingga masa kematiannya, maka saat itulah ia akan menghadapi penyesalan dan kebinasaannya. Firman Allah Swt.: seperti orang yang disesatkan oleh setan di pesawangan yang menakutkan. (Al-An'am: 71) Setan-setan tersebut
adalah gailan (hantu-hantu) yang memanggil-manggil namanya lengkap dengan nama ayah dan kakeknya, sehingga ia mengikuti suara itu. Karena itu, ia merasa bahwa dirinya mempunyai pegangan. Tetapi pada pagi harinya ternyata
dia dilemparkan ke dalam kebinasaan, dan barangkali hantu-hantu itu memakannya atau melemparnya di tanah yang jauh, di mana dia akan binasa karena kehausan. Hal ini merupakan perumpamaan bagi orang yang menyembah
tuhan-tuhan selain Allah Swt. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan firman-Nya: seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di pesawangan yang menakutkan,
dalam keadaan bingung. (Al-An'am: 71) Makna yang dimaksud ialah seorang lelaki dalam keadaan bingung, lalu dipanggil-panggil oleh teman-temannya untuk mengikuti jalan mereka. Hal ini merupakan perumpamaan bagi orang yang sesat
sesudah mendapat petunjuk.Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di pesawangan yang menakutkan; dalam keadaan bingung,
dia mempunyai kawan-kawan. (Al-An'am: 71) Bahwa dia adalah orang yang tidak mau memenuhi seruan yang mengajak kepada hidayah Allah, dia orang yang menaati setan dan gemar melakukan maksiat di muka bumi dan menyimpang
dari perkara yang hak serta tersesat jauh darinya. Dia mempunyai kawan-kawan yang menyerunya ke jalan hidayah, mereka menduga bahwa apa yang mereka perintahkan kepadanya merupakan petunjuk yang telah dikatakan oleh Allah Swt.
kepada kekasih-kekasih-Nya dari kalangan manusia. Allah Swt. berfirman: Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya). (Al-An'am: 71) Sedangkan kesesatan itu adalah yang diserukan jin (setan) kepadanya.
Demikianlah riwayat Ibnu Jarir. Selanjutnya Ibnu Jarir mengatakan, pengertian ini menunjukkan bahwa teman-temannya menyerukan kepada kesesatan, dan mereka menduga bahwa apa yang mereka serukan itu adalah jalan petunjuk.
Ibnu Jarir mengatakan, pengertian ini bertentangan dengan makna lahiriah ayat, karena sesungguhnya Allah Swt. menceritakan bahwa teman-temannya mengajaknya ke jalan petunjuk, maka mustahil bila hal ini dikatakan
sebagai jalan kesesatan. Allah Swt. dengan tegas menceritakan bahwa hal itu adalah jalan petunjuk.Pendapat Ibnu Jarir benar, mengingat konteks pembicaraan menunjukkan bahwa orang yang disesatkan oleh setan di pesawangan
yang menakutkan ini berada dalam kebingungan. Lafaz hairana yang ada dalam ayat dinasabkan karena menjadi hal atau kata keterangan keadaan. Dengan kata lain, dalam keadaan kebingungan, kesesatan, dan ketidaktahuannya
akan jalan yang harus ditempuhnya, dia mempunyai teman-teman yang berada di jalan yang sedang mereka tempuh. Lalu mereka menyerunya untuk bergabung dengan mereka dan berangkat bersama-sama mereka meniti jalan yang benar.
Akan tetapi, dia menolak ajakan mereka dan tidak mau menoleh kepada mereka. Seandainya Allah menghendakinya mendapat petunjuk, niscaya Allah memberinya petunjuk dan mengembalikannya ke jalan yang benar.
Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى}
Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk. (Al-An'am: 71)Perihalnya sama dengan makna yang ada dalam ayat lain, yaitu:
{وَمَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُضِلٍّ}
Dan barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorang pun yang dapat menyesatkannya. (Az-Zumar: 37)
{إِنْ تَحْرِصْ عَلَى هُدَاهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ يُضِلُّ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ}
Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka dapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, dan sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong. (An-Nahl: 37)Arti firman Allah Swt.:
{وَأُمِرْنَا لِنُسْلِمَ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ}
dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam. (Al-An'am: 71)ialah ikhlaslah dalam beribadah kepada-Nya, hanya untuk Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya.
{وَأَنْ أَقِيمُوا الصَّلاةَ وَاتَّقُوهُ}
dan agar mendirikan salat serta bertakwa kepada-Nya. (Al-An'am: 72)Yakni dan kami diperintahkan untuk mendirikan salat serta bertakwa kepada Allah dalam semua keadaan.
{وَهُوَ الَّذِي إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ}
Dan Dialah Tuhan yang kepada-Nya lah kalian akan dihimpunkan. (Al-An'am: 72)Maksudnya, pada hari kiamat nanti.
{وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ بِالْحَقِّ}
Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. (Al-An'am: 73)Yakni dengan adil. Dialah yang menciptakan keduanya, yang memiliki keduanya, dan yang mengatur keduanya serta semua makhluk yang ada pada keduanya. Firman Allah Swt.:
{وَيَوْمَ يَقُولُ كُنْ فَيَكُونُ}
di waktu Dia mengatakan.”Jadilah" lalu terjadilah (Al-An'am: 73)Yaitu hari kiamat yang dikatakan oleh Allah, "Jadilah kamu." Maka jadilah hari kiamat atas perintah-Nya dalam sekejap mata atau lebih cepat daripada itu.
Lafaz yauma dinasabkan karena di'atafkan kepada lafaz wattaquhu yang arti lengkapnya ialah takutlah kalian akan hari di mana Allah berfirman, "Jadilah kamu hari kiamat," maka jadilah hari kiamat. Atau dapat pula dikatakan bahwa
ia di'atafkan kepada firman-Nya:
{خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ}
menciptakan langit dan bumi. (Al-An'am: 73)Artinya, dan Dialah yang menciptakan hari di mana Dia berfirman, "Jadilah kamu," maka jadilah ia. Pada permulaan ayat disebutkan permulaan penciptaan dan pengembaliannya, hal ini sesuai.
Atau dapat pula dikatakan ada fi'il (kata kerja) yang tidak disebutkan; bentuk lengkapnya, "Ingatlah, di hari Dia mengatakan, Jadilah,' lalu terjadilah." Firman Allah Swt.:
{قَوْلُهُ الْحَقُّ وَلَهُ الْمُلْكُ}
Benarlah perkataan-Nya, dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan. (Al-An'am: 73)Kedudukan I’rab mahalli dari kedua kalimat ini adalah jar karena keduanya berkedudukan sebagai sifat dari Tuhan semesta alam. Firman Allah Swt.:
{يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ}
di waktu sangkakala ditiup. (Al-An'am: 73)Dapat ditakwilkan sebagai badai dari lafaz wayauma yaqulu kun fayakun. Dapat pula diinterpretasikan sebagai zaraf dan firman-Nya:
{وَلَهُ الْمُلْكُ يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ}
dan di tangan-Nyalah kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. (Al-An'am: 73)sama halnya dengan makna firman-Nya:
{لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ}
Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? Hanya kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (Al-Mu’min: 16)
{الْمُلْكُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ لِلرَّحْمَنِ وَكَانَ يَوْمًا عَلَى الْكَافِرِينَ عَسِيرًا}
Kerajaan yang hak pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah. Dan adalah (hari itu), satu hari yang penuh kesukaran bagi orang-orang kafir. (Al-Furqan: 26)Banyak pula ayat lainnya yang bermakna serupa.
Ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan makna firman-Nya: di waktu sangkakala ditiup. (Al-An'am: 73)Sebagian ulama tafsir mengatakan, yang dimaksud dengan sur dalam ayat ini ialah bentuk jamak dari surah (bentuk),
yakni pada hari ditiupkan roh padanya, lalu ia menjadi hidup. Ibnu Jarir mengatakan bahwa pendapat ini berpandangan menyamakannya dengan contoh lain, yaitu sur yang artinya tembok-tembok yang mengelilingi sebuah kota;
ia merupakan bentuk jamak dari lafaz surah.Tetapi pendapat yang benar ialah yang mengatakan bahwa makna sur dalam ayat ini ialah sangkakala yang ditiup oleh Malaikat Israfil a.s.Selanjutnya Ibnu Jarir menegaskan,
"Pendapat yang benar menurut kami ialah yang berlandaskan kepada sebuah hadis yang banyak diriwayatkan dari Rasulullah Saw." Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ إِسْرَافِيلَ قَدِ الْتَقَمَ الصُّورَ وَحَنَى جَبْهَتَهُ، يَنْتَظِرُ مَتَى يُؤمَر فَيَنْفُخُ".
Sesungguhnya Malaikat Israfil telah mengulum sangkakala dan mengernyitkan dahinya siap menunggu perintah untuk meniupnya.Hadis riwayat Imam Muslim di dalam kitab Sahih-nya.
وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ التَّيْمِيُّ، عَنْ أَسْلَمَ العِجْلي، عَنْ بِشْر بْنِ شَغَاف، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ أَعْرَابِيٌّ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا الصُّورُ؟ قَالَ: "قَرْنٌ ينفخ فِيهِ.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Isma'il, telah menceritakan kepada kami Sulaiman At-Taimi, dari Aslam Al-Ajali, dari Bisyr ibnu Syagaf, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa ada seorang Arab Badui
bertanya kepada Rasulullah Saw., "Wahai Rasulullah, apakah sur itu?" Rasulullah Saw. menjawab: Sangkakala yang siap untuk ditiup.Kami telah meriwayatkan hadis mengenai sur ini dengan panjang lebar melalui jalur Al-Hafiz Abul Qasim At Tabrani
di dalam kitabnya yang berjudul Al-Mutawwalat.
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْحَسَنِ الْمِصْرِيُّ الأيْلي، حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ النَّبِيلُ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ رَافِعٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ كَعْبٍ القُرَظي، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ فِي طَائِفَةٍ مِنْ أَصْحَابِهِ، فَقَالَ: "إِنَّ اللَّهَ لَمَّا فَرَغَ مِنْ خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ، خَلَقَ الصُّورَ فَأَعْطَاهُ إِسْرَافِيلَ، فَهُوَ وَاضِعُهُ عَلَى فِيهِ، شَاخِصًا بصرَه إِلَى الْعَرْشِ، يَنْتَظِرُ مَتَى يُؤْمَرُ". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا الصُّورُ؟ قَالَ "القَرْن". قُلْتُ: كَيْفَ هُوَ؟ قَالَ: "عَظِيمٌ، وَالَّذِي بَعَثَنِي بِالْحَقِّ، إِنَّ عَظْمَ دَارَةَ فِيهِ كَعَرْضِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ. يُنْفَخُ فِيهِ ثَلَاثُ نَفَخَاتٍ: النَّفْخَةُ الْأُولَى نَفْخَةُ الْفَزَعِ، وَالثَّانِيَةُ نَفْخَةُ الصَّعْقِ، وَالثَّالِثَةُ نَفْخَةُ الْقِيَامِ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ.
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnul Hasan Al-Muqri Al-Abli, telah menceritakan kepada kami Abu Asim An-Nabil, telah menceritakan kepada kami Isma'il ibnu Rafi', dari Muhammad ibnu Ziyad,
dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bercerita kepada kami ketika beliau berada di tengah-tengah sejumlah sahabatnya. Beliau Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah itu
setelah selesai dari menciptakan langit dan bumi, maka Dia menciptakan sur, lalu diberikan-Nya kepada Malaikat Israfil. Maka Malaikat Israfil meletakkan sur itu di mulutnya, sedangkan matanya ia tujukan ke arah 'Arasy menunggu perintah
(peniupannya). Abu Hurairah berkata, "Wahai Rasulullah, apakah sur itu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Sangkakala." Abu Hurairah bertanya, "Bagaimanakah bentuknya?" Nabi Saw. bersabda bahwa sangkakala itu besar sekali bentuknya.
Rasulullah Saw. bersabda, "Demi Tuhan yang telah mengutusku dengan benar, sesungguhnya besar lingkaran moncong sangkakala itu sama besarnya dengan luas langit dan bumi. Malaikat Israfil akan meniup sebanyak tiga kali.
Tiupan pertama mengakibatkan huru-hara yang dahsyat, tiupan kedua menyebabkan semua makhluk binasa, dan tiupan yang ketiga adalah tiupan dihidupkan-Nya kembali makhluk untuk menghadap kepada Tuhan semesta alam."
Allah Swt. memerintahkan Malaikat Israfil untuk melakukan tiupan pertama. Untuk itu Allah berfirman, "Tiuplah!" Maka ditiuplah tiupan yang menimbulkan huru-hara yang dahsyat, semua penduduk langit dan bumi mengalami huru-hara
yang dahsyat, kecuali orang-orang yang diselamatkan oleh kehendak Allah. Allah Swt. memerintahkan untuk meniup sangkakala, maka Malaikat Israfil melakukan tiupan yang panjang, lama, dan tidak pernah berhenti. Hal inilah
yang diungkapkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{وَمَا يَنْظُرُ هَؤُلاءِ إِلا صَيْحَةً وَاحِدَةً مَا لَهَا مِنْ فَوَاقٍ}
Tidaklah yang mereka tunggu melainkan hanya satu teriakan saja yang tidak ada baginya saat berselang. (Sad: 15)Maka pada hari itu semua gunung yang ada di muka bumi hancur lebur bagaikan debu yang beterbangan,
lalu menjadi seperti fatamorgana; bumi pun bergempa dengan sangat hebatnya, mengguncangkan seluruh penghuninya dengan guncangan yang hebat. Nasib mereka seperti perahu yang diombang-ambingkan oleh ombak besar, atau seperti lampu
gantung yang ditiup oleh angin besar sehingga bergoyang ke sana kemari.
{يَوْمَ تَرْجُفُ الرَّاجِفَةُ تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ قُلُوبٌ يَوْمَئِذٍ وَاجِفَةٌ}
Pada hari ketika tiupan pertama mengguncangkan alam, tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua, hati manusia pada waktu itu sangat takut. (An-Nazi'at: 6-8)Maka semua manusia bergelimpangan di muka bumi, semua wanita
yang mengandung melahirkan anak-anaknya, semua anak menjadi beruban (karena susahnya hari itu), dan semua setan lari menghindari huru-hara yang dahsyat itu ke tempat-tempat yang sangat jauh, tetapi para malaikat mengejarnya
dan memukul wajahnya sehingga kembali ke tempat asal. Semua manusia hiruk-pikuk melarikan diri, tetapi tiada yang dapat melindungi mereka dari azab Allah pada hari itu; sebagian dari mereka memanggil-manggil (meminta tolong)
sebagian yang lain, hal inilah yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya:
{يَوْمَ التَّنَادِ}
siksaan hari panggil-memanggil. (Al-Mu’min: 32)Ketika mereka dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba bumi retak dari satu kawasan ke kawasan yang lain. Maka mereka menyaksikan suatu peristiwa yang sangat besar lagi mengerikan
yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya. Karena hal itu, mereka tertimpa rasa takut yang sangat mengerikan, hanya Allah sajalah yang mengetahui ketakutan dan kengerian mereka.Kemudian mereka memandang ke langit,
tiba-tiba langit tampak seperti perak yang lebur mendidih, lalu terbelah dan semua bintangnya bertaburan (bertabrakan), dan matahari serta bulannya pudar. Rasulullah Saw. bersabda:
"الْأَمْوَاتُ لَا يَعْلَمُونَ بِشَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ"
Orang-orang yang mati tidak mengetahui sesuatu pun dari peristiwa tersebut.Abu Hurairah r.a, mengajukan pertanyaan, "Wahai Rasulullah, siapakah yang dikecualikan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{فَفَزِعَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ إِلا مَنْ شَاءَ اللَّهُ}
Maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah (An-Naml: 87)Nabi Saw. bersabda,
"أُولَئِكَ الشُّهَدَاءُ، وَإِنَّمَا يَصِلُ الْفَزَعُ إِلَى الْأَحْيَاءِ، وَهُمْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ اللَّهِ يُرْزَقُونَ، وَقَاهُمُ اللَّهُ فَزَعَ ذَلِكَ الْيَوْمِ، وَآمَنَهُمْ مِنْهُ، وَهُوَ عَذَابُ اللَّهِ يَبْعَثُهُ عَلَى شِرَارِ خَلْقِهِ"
"Mereka adalah para syuhada." Dan sesungguhnya keguncangan itu hanyalah dialami oleh orang-orang yang masih hidup di masa itu.Para syuhada adalah orang-orang yang tetap hidup di sisi Tuhan mereka seraya diberi rezeki,
maka Allah memelihara mereka dari guncangan yang terjadi pada hari itu dan menyelamatkan mereka darinya. Karena sesungguhnya azab tersebut dikirimkan oleh Allah untuk makhluk-Nya yang jahat-jahat.
Hari itulah yang diungkapkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ * يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ}
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian, sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kalian melihat keguncangan itu, lalailah semua wanita
yang menyusui anaknya dari anak yang disusukannya, dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil; dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat kerasnya.
(Al-Haj: 1-2)Mereka mengalami azab itu menurut apa yang dikehendaki oleh Allah, hanya saja azab itu masanya cukup lama.Kemudian Allah memerintahkan Malaikat Israfil untuk melakukan tiupan yang membinasakan,
lalu Israfil melakukan tiupan yang membinasakan, maka binasalah semua penduduk langit dan bumi kecuali siapa yang dikehendaki oleh Allah. Maka dengan serta merta mereka semuanya mati, lalu malaikat maut datang menghadap
kepada Tuhan Yang Mahaperkasa, dan berkata, "Wahai Tuhanku, telah mati semua penduduk langit dan bumi kecuali siapa yang Engkau kehendaki."Allah Swt. —Yang Maha Mengetahui siapa yang masih hidup— berfirman, "Siapakah
yang masih hidup?" Malaikat maut menjawab, "Yang masih hidup adalah Engkau Yang Mahakekal dan tidak akan mati, para malaikat penyangga ' Arasy, Jibril, Mikail, dan saya." Maka Allah berfirman, "Hendaklah Jibril dan Mikail mati.
" Lalu Allah menyuruh 'Arasy berbicara, maka 'Arasy bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah Jibril dan Mikail harus dimatikan?" Allah Swt. berfirman, "Diamlah kamu, karena sesunguhnya Aku telah menetapkan mati atas semua makhluk
yang ada di bawah 'Arasy-Ku." Lalu Malaikat Jibril dan Malaikat Mikail mati.Kemudian malaikat maut datang menghadap Tuhan Yang Mahaperkasa, lalu berkata, "Wahai Tuhanku, Jibril dan Mikail telah mati." Allah berfirman,
Dia lebih mengetahui siapa yang masih hidup saat itu, "Siapakah yang masih hidup?" Malaikat maut menjawab, "Yang masih ada ialah Engkau Yang Hidup Kekal yang tidak akan mati, malaikat-malaikat penyangga Arasy, dan saya sendiri.
" Allah berfirman, "Hendaklah semua malaikat penyangga 'Arasy mati." Maka semuanya mati. Lalu Allah memerintahkan 'Arasy untuk mengambil sangkakala dari Malaikat Israfil.Malaikat maut datang menghadap, lalu berkata, "Wahai Tuhanku,
semua malaikat penyangga' Arasy-Mu telah mati." Allah Swt. berfirman, Dia Maha Mengetahui siapa yang masih hidup, "Siapakah yang masih hidup?" Malaikat maut menjawab, "Yang masih ada adalah Engkau yang Hidup Kekal
dan tidak akan mati, dan saya sendiri." Allah Swt. berfirman, "Engkau adalah salah satu dari makhluk-Ku, Aku ciptakan kamu menurut apa yang Aku maui, maka matilah kamu." Lalu malaikat maut itu mati. Tiada yang kekal kecuali hanya Allah
Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa, Dialah Allah Yang Maha Esa, bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tidak beranak dan tidak diperanakkan, Dia adalah Yang Mahaakhir sebagaimana Dia adalah Yang Mahaawal.Allah menggulung langit
dan bumi seperti menggulung lembaran-lembaran kertas, lalu membulatkan keduanya seperti telur dan menelannya sebanyak tiga kali. Setelah itu Allah berfirman, "Akulah Yang Mahaperkasa, Akulah Yang Mahaperkasa," sebanyak tiga kali.
Lalu Allah berseru dengan suara yang lantang:
{لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ}
Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? (Al-Mu’min: 16)Seruan itu diucapkan sebanyak tiga kali, tetapi tiada seorang pun yang menjawab. Kemudian Allah Swt. berfirman kepada diri-Nya:
{لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ}
Hanya Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (Al-Mu’min: 16)Allah Swt. berfirman pula:
{يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ الأرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ}
Pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit. (Ibrahim: 48)Maka Allah menghamparkan keduanya dan menjadikannya rata, lalu digelarkan sebagaimana kulit di pasar 'Ukaz digelarkan.
{لَا تَرَى فِيهَا عِوَجًا وَلا أَمْتًا}
tidak ada sedikit pun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi. (Thaha: 107)Kemudian Allah menghardik semua makhluk dengan sekali hardikan (teriakan). Maka dengan serta merta mereka berada di bumi yang telah diganti
tersebut sebagaimana keadaan mereka semula pada bumi yang pertama. Orang yang berada di dalam perutnya tetap berada di dalam perutnya, dan orang yang berada di permukaannya tetap berada di permukaannya.
Selanjutnya Allah menurunkan kepada mereka air dari bawah ' Arasy, dan Allah memerintahkan langit untuk menurunkan hujan, maka turunlah hujan selama empat puluh hari. sehingga air mencapai ketinggian dua belas hasta di atas mereka.
Kemudian Allah memerintahkan semua jasad untuk tumbuh, maka tumbuhlah semua jasad bagaikan kecambah —atau seperti tumbuhnya sayur-mayur— hingga jasad mereka kembali seperti sediakala dalam keadaan sempurna.
Allah Swt. berfirman, "Hiduplah malaikat-malaikat penyangga 'Arasy!" Maka semua malaikat penyangga 'Arasy hidup kembali. Allah memerintahkan Malaikat Israfil, lalu Malaikat Israfil mengambil sangkakala dan meletakkannya di mulutnya.
Allah berfirman, "Hiduplah Jibril dan Mikail!" Maka keduanya hidup kembali. Kemudian Allah memanggil semua roh, maka semuanya dihadapkan kepada-Nya; roh-roh orang-orang muslim memancarkan cahaya yang berkilauan, sedangkan arwah
orang-orang kafir gelap gulita. Lalu Allah menggenggam semua arwah dan memasukkannya ke dalam sangkakala.Kemudian Allah Swt. memerintahkan Malaikat Israfil untuk melakukan tiupan kebangkitan, maka Malaikat Israfil melakukan tiupan
untuk menghidupkan mereka kembali. Lalu keluarlah semua roh bagaikan lebah yang banyaknya memenuhi kawasan antara bumi dan langit. Allah Swt. berfirman, "Demi keperkasaan dan keagungan-Ku, hendaknya setiap roh benar-benar
kembali kepada jasadnya masing-masing." Maka semua roh masuk ke dalam bumi ke jasadnya masing-masing dan memasukinya melalui lubang hidungnya, lalu menjalar ke seluruh tubuh seperti menjalarnya racun pada tubuh
orang yang disengatnya. Kemudian bumi terbelah membuka, dan aku (Nabi Saw.) adalah orang yang mula-mula dibelahkan bumi. Kemudian kalian cepat-cepat keluar, bersegera menghadap Tuhan.
{مُهْطِعِينَ إِلَى الدَّاعِ يَقُولُ الْكَافِرُونَ هَذَا يَوْمٌ عَسِرٌ}
mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu. Orang-orang kafir berkata, "Ini adalah hari yang berat.” (Al-Qamar: 8)Pada saat itu kalian dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang bulat, dan tidak dikhitan.
Lalu kalian semua berdiri di suatu tempat yang lamanya adalah tujuh puluh tahun perjalanan. Saat itu kalian tidak diperhatikan, dan tidak dilakukan peradilan di antara kalian (yakni kalian didiamkan oleh Allah Swt.).
Maka kalian semua menangis hingga air mata kalian kering, yang keluar adalah darah kalian. Kalian berkeringat dengan derasnya hingga kalian tenggelam di dalam lautan keringat, atau ketinggian keringat mencapai batas janggut kalian.
Kalian mengatakan, "Siapakah yang memohonkan syafaat kepada Tuhan buat kami semua, hingga Dia mau memutuskan perkara di antara kami?"Lalu kalian berkata, "Tiadalah orang yang berhak mengajukan hal tersebut selain
dari bapak kalian semua, yaitu Adam. Allah menciptakan dia dengan tangan (kekuasaan)-Nya secara langsung, Dia meniupkan sebagian dari roh-Nya ke dalam tubuhnya, dan Dia telah mengajaknya berbicara secara langsung."
Maka mereka mendatangi Adam dan meminta hal tersebut (syafaat) kepadanya, tetapi Adam menolak dan mengatakan, "Aku bukanlah orang yang layak untuk mengajukan hal tersebut." Kemudian mereka mendatangi para nabi satu persatu,
tetapi setiap mereka datangi seorang nabi, dia menolak permintaan mereka.Rasulullah Saw. melanjutkan kisahnya, "Pada akhirnya mereka datang kepadaku, lalu aku berangkat menuju Al-Fahs, dan aku langsung menyungkur bersujud."
Abu Hurairah bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan Al-Fahs?" Rasulullah Saw. bersabda, "Halaman depan 'Arasy. Kemudian Allah mengutus malaikat kepadaku, dan malaikat itu memegang lenganku dan mengangkatku.
Maka Allah berfirman kepadaku, 'Hai Muhammad!' Dan aku menjawab, 'Ya, wahai Tuhanku.' Allah Swt. berfirman, 'Mengapa kamu ini?' Padahal Dia Maha Mengetahui. Aku berkata, 'Wahai Tuhanku, Engkau telah menjanjikan syafaat kepadaku,
maka berilah aku izin untuk memberi syafaat kepada makhluk-Mu, putuskanlah peradilan di antara mereka.'Allah Swt. berfirman, 'Aku terima syafaatmu, sekarang Aku datang kepada kalian untuk memutuskan peradilan di antara kalian'."
Rasulullah Saw. melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu beliau kembali dan berdiri (bergabung) dengan manusia. Ketika kami sedang berdiri, tiba-tiba kami mendengar suara yang sangat keras dari langit yang membuat kami semua takut.
Ternyata suara itu muncul dari malaikat penghuni langit pertama yang turun ke bumi dalam jumlah dua kali lipat dari jumlah manusia dan jin yang ada di bumi.Ketika mereka telah berada di dekat bumi, bumi menjadi terang benderang
oleh cahaya mereka, lalu mereka mengambil saf (barisan)nya. Maka kami bertanya, "Apakah Tuhan kita ada bersama kalian?" Mereka menjawab, "Tidak, tetapi Dia akan datang."Kemudian turunlah penduduk langit yang kedua dalam jumlah
dua kali lipat dari jumlah rombongan malaikat yang pertama dan dua kali lipat dari jumlah makhluk manusia dan jin yang ada di bumi. Ketika mereka telah dekat dengan bumi, maka bumi menjadi terang benderang karena cahaya mereka,
lalu mereka mengambil safnya. Kami bertanya kepada mereka, "Apakah Tuhan kita ada bersama kalian?" Mereka menjawab, "Tidak, tetapi Dia akan datang."Selanjutnya para malaikat penghuni langit berikutnya turun pula dalam jumlah
dua kali lipat dari jumlah yang telah ada, lalu turunlah Tuhan Yang Mahaperkasa dalam naungan awan dan malaikat. Saat itu yang memikul 'Arasy-Nya adalah delapan malaikat, sekarang empat malaikat,
telapak kaki mereka berada di bagian bumi yang paling bawah.Bumi dan langit hanya sampai sebatas pinggang mereka, sedangkan 'Arasy mereka pikul di atas pundak mereka; dari mereka keluar suara gemuruh
karena bacaan tasbih mereka, yaitu:
سُبْحَانَ ذِي الْعَرْشِ وَالْجَبَرُوتِ، سُبْحَانَ ذِي الْمُلْكِ وَالْمَلَكُوتِ، سُبْحَانَ الْحَيِّ الذِي لَا يَمُوتُ، سُبْحَانَ الذِي يُمِيتُ الْخَلَائِقَ وَلَا يَمُوتُ، سُبُّوح قُدُّوسٌ قُدُّوسٌ قُدُّوسٌ، سُبْحَانَ رَبِّنَا الْأَعْلَى، رَبِّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ، سُبْحَانَ رَبِّنَا الْأَعْلَى، الَّذِي يُمِيتُ الْخَلَائِقَ وَلَا يَمُوتُ
Mahasuci Tuhan yang memiliki Arasy dan keperkasaan. Mahasuci Tuhan yang mempunyai kerajaan dan alam malakut. Mahasuci Tuhan Yang Hidup Kekal dan tidak akan mati. Mahasuci Tuhan Yang mematikan semua makhluk,
sedangkan Dia tidak mati. Mahasuci dengan sesuci-sucinya, Mahasuci Tuhan kami Yang Mahatinggi, Tuhan semua malaikat dan roh. Mahasuci Tuhan kami Yang Mahatinggi, yang mematikan semua makhluk, sedangkan Dia tidak mati.
Maka Allah meletakkan kursi-Nya di salah satu bagian dari bumi yang dikehendaki-Nya, lalu berseru dengan suara-Nya seraya berfirman, "Hai semua makhluk jin dan manusia, sesungguhnya Aku telah mendengarkan kalian
sejak Aku menciptakan kalian sampai hari ini. Aku mendengar semua ucapan kalian dan melihat semua amal perbuatan kalian. Maka sekarang dengarkanlah Aku, sesungguhnya apa yang Aku utarakan hanyalah amal perbuatan kalian
dan catatan-catatan amal perbuatan kalian sendiri yang akan dibacakan kepada kalian. Barang siapa yang menjumpai kebaikan padanya, hendaklah ia memuji kepada Allah. Dan barang siapa yang menjumpai selain itu,
maka janganlah ia mencela kecuali kepada dirinya sendiri."Selanjutnya Allah memerintah kepada neraka Jahannam, maka keluarlah darinya sesuatu seperti leher yang kelihatan hitam legam (gelap) oleh semuanya. Kemudian Allah Swt.
membacakan firman-Nya:
{أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَنْ لَا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ * وَأَنِ اعْبُدُونِي هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ * وَلَقَدْ أَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلا كَثِيرًا أَفَلَمْ تَكُونُوا تَعْقِلُونَ * هَذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ}
Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kalian, hai Bani Adam, supaya kalian tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian, dan hendaklah kalian menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.
Sesungguhnya setan itu telah menyesatkan sebagian besar di antara kalian. Maka apakah kalian tidak memikirkan? Inilah Jahannam yang dahulu kalian diancam (dengannya). (Yasin: 60-63)Atau dikatakan, "Yang dahulu kalian dustakan,"
ragu dari pihak Abu Asim.
{وَامْتَازُوا الْيَوْمَ أَيُّهَا الْمُجْرِمُونَ}
Dan (dikatakan kepada mereka), "Berpisahlah kalian (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, hai orang-orang yang jahat.” (Yasin: 59)Maka Allah memisah-misahkan manusia (antara ahli surga dan ahli neraka), dan saat itu semua umat manusia berlutut. Allah Swt. berfirman:
{وَتَرَى كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَى إِلَى كِتَابِهَا الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}
Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kalian diberi balasan terhadap apa yang telah kalian kerjakan. (Al-Jasiyah: 28)Lalu Allah Swt. memutuskan
peradilan di antara makhluk-Nya. kecuali jin dan manusia. Allah memutuskan peradilan di antara semua hewan liar dan binatang ternak, hingga Dia memutuskan untuk kemenangan hewan yang tidak bertanduk terhadap hewan bertanduk
(yang dahulu pernah menanduknya). Apabila Allah Swt. telah selesai dari hal tersebut dan tidak ada lagi utang bagi seekor hewan atas hewan lainnya, maka Allah berfirman kepada semua binatang, "Jadilah kalian tanah!" Maka pada saat itu
orang kafir mengatakan, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{يَا لَيْتَنِي كُنْتُ تُرَابًا}
Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah. (An-Naba:40)Kemudian barulah Allah memutuskan peradilan di antara semua hamba. Peradilan yang mula-mula dilakukan-Nya ialah masalah yang berkaitan dengan darah.
Setiap orang yang terbunuh di jalan Allah datang, lalu Allah memerintahkan kepada setiap orang yang membunuh untuk membawa kepala orang yang dibunuhnya, sedangkan urat leher si terbunuh penuh berlumuran darah. Lalu ia berkata,
"Wahai Tuhanku, karena apakah orang ini membunuhku?" Allah Swt. —Yang Maha Mengetahui— bertanya, "Karena apakah kamu membunuh mereka?" Maka si pembunuh menjawab, "Saya membunuh mereka agar keagungan hanyalah bagi-Mu
(yakni membela agama Allah)." Allah Swt. berfirman, "Kamu benar." Maka Allah menjadikan wajahnya bercahaya seperti sinar matahari, selanjutnya para malaikat menuntunnya masuk ke dalam surga.Setelah itu datanglah setiap orang
yang membunuh bukan karena niat tersebut seraya membawa kepada orang yang dibunuhnya dalam keadaan berlumuran darah dari urat lehernya. Lalu ia berkata, "Wahai Tuhanku, mengapa orang ini membunuhku?" Allah Swt.,
Yang Maha Mengetahui, bertanya, "Mengapa kamu membunuh mereka?" Ia menjawab, "Saya membunuh mereka agar keagungan hanyalah bagi saya, wahai Tuhanku." Maka Allah berfirman, "Celakalah kamu!"Kemudian tiada seorang pun
yang pernah membunuh orang lain melainkan ia balas dibunuh karenanya, dan tidak ada suatu perbuatan zalim yang dilakukan seseorang melainkan ia mendapat hukumannya. Hal ini sepenuhnya berada di dalam kehendak Allah.
Dengan kata lain, jika Dia hendak mengazabnya, niscaya Dia mengazabnya; dan jika Dia hendak merahmatinya, niscaya Dia merahmatinya.Selanjutnya Allah Swt. memutuskan peradilan di antara makhluk-Nya yang perkara mereka masih belum
diputuskan, hingga tiada suatu perbuatan aniaya pun yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain melainkan Allah membalaskannya bagi si teraniaya terhadap si penganiaya. Pada saat itu seorang penjual susu
yang mencampuri susunya dengan air (ketika di dunia) benar-benar disuruh memurnikan susunya dari air.Apabila Allah Swt. telah selesai dari hal tersebut, maka terdengarlah suara seruan yang terdengar oleh semua makhluk, "Ingatlah,
hendaklah masing-masing kaum bergabung dengan tuhan-tuhan mereka dan segala sesuatu yang mereka sembah selain Allah!" Saat itu tidak ada seorang pun yang menyembah selain Allah kecuali ditampakkan baginya tuhan
yang disembahnya itu di hadapannya. Pada hari itu ada malaikat yang diserupakan bentuknya seperti Uzair, ada pula yang diserupakan dengan Isa putra Maryam. Maka orang-orang Yahudi mengikuti Uzair,
dan orang-orang Nasrani mengikuti Isa. Kemudian tuhan-tuhan sesembahan mereka menggiring mereka ke dalam neraka, dan Allah Swt. berfirman:
{لَوْ كَانَ هَؤُلاءِ آلِهَةً مَا وَرَدُوهَا وَكُلٌّ فِيهَا خَالِدُونَ}
Andaikata berhala-berhala itu Tuhan, tentulah mereka tidak masuk neraka. Dan semuanya akan kekal di dalamnya. (Al-Anbiya: 99)Apabila tidak ada yang tersisa kecuali hanya orang-orang mukmin yang di dalamnya
terdapat orang-orang munafik, maka Allah mendatangi mereka dalam bentuk menurut apa yang dikehendaki-Nya, lalu Dia berfirman, "Hai manusia, semua orang telah pergi, maka sekarang bergabunglah dengan tuhan-tuhan kalian
dan apa yang kalian sembah." Mereka berkata, "Demi Allah, kami tidak mempunyai Tuhan selain Allah, dan kami sama sekali tidak pernah menyembah selain-Nya."Maka Allah pergi meninggalkan mereka, dan Dialah yang mendatangi mereka.
Kemudian Allah tinggal selama yang dikehendaki-Nya untuk tinggal, setelah itu Dia datang lagi kepada mereka dan berfirman, "Hai manusia, semua orang telah pergi, maka bergabunglah kalian dengan tuhan-tuhan kalian
dan apa yang kalian sembah!" Mereka menjawab, "Demi Allah, kami tidak mempunyai Tuhan selain Allah, dan kami sama sekali tidak pernah menyembah selain-Nya."Maka Allah menampakkan sebagian dari betis-Nya dan sebagian
dari kebesaran-Nya sehingga mereka mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan mereka. Lalu mereka menyungkur di atas muka mereka seraya bersujud, sedangkan semua orang munafik menyungkur di atas tengkuknya (terbalik),
dan Allah menjadikan tulang iga mereka mencuat seperti tanduk sapi (menjangan). Kemudian Allah mengizinkan mereka untuk mengangkat mukanya.Allah memasang sirat di antara kedua tepi neraka Jahannam, tajamnya seperti pisau cukur
atau pedang yang tajam. Sirat- (jembatan) itu mempunyai banyak pengait, belalai, dan duri-duri seperti duri pohon sa'dan, dan di bagian bawahnya terdapat jembatan yang licin sekali. Maka mereka melaluinya, a
da yang cepat seperti kedipan mata, ada yang secepat kilat, ada yang seperti cepatnya angin, seperti cepatnya kuda balap, seperti cepatnya unta yang baik, atau seperti orang yang berjalan cepat. Di antara mereka ada yang selamat
sampai ke tepi yang lain, ada yang selamat tetapi dalam keadaan terluka, ada pula yang terperosok di bawah mukanya, masuk ke dalam neraka Jahannam,Manakala ahli surga telah sampai di depan pintu surga, maka semua ahli surga berkata,
"Siapakah orang yang mau memohon syafaat kepada Tuhan kita buat kita semua hingga kita dapat masuk surga?"Mereka menjawab, "Siapa lagi yang lebih berhak untuk itu selain dari kakek moyang kalian sendiri, yaitu Adam a.s.
Allah telah menciptakannya dengan tangan (kekuasaan)-Nya sendiri, dan meniupkan sebagian dari roh (ciptaan)-Nya ke dalam tubuhnya serta berbicara dengannya secara berhadapan."Kemudian mereka mendatangi Adam dan meminta hal
tersebut kepadanya, tetapi Adam ingat akan suatu dosa, lalu ia berkata, "Saya bukanlah orang yang berhak melakukan hal itu. Tetapi kalian harus meminta kepada Nuh, karena sesungguhnya dia adalah rasul Allah yang pertama."
Maka Nabi Nuh didatangi dan diminta agar melakukan hal tersebut, tetapi ia ingat akan suatu dosa, lalu ia berkata, "Saya bukanlah orang yang berhak untuk melakukan hal tersebut. Pergilah kalian kepada Ibrahim, karena sesungguhnya Allah
telah menjadikannya sebagai seorang kekasih."Maka Nabi Ibrahim didatangi dan diminta untuk melakukan hal itu. Tetapi ia mengingat akan suatu dosa, maka berkatalah ia, "Aku bukanlah orang yang pantas melakukan hal tersebut.
Pergilah kalian kepada Musa, karena sesungguhnya Allah telah mendekatkannya dalam munajatnya dan berbicara langsung kepadanya serta menurunkan kitab Taurat kepadanya."Nabi Musa didatangi dan diminta untuk melakukan hal tersebut.
Ia ingat akan suatu dosa, lalu berkata, "Saya bukanlah orang yang pantas melakukan hal tersebut. Pergilah kalian kepada roh ciptaan Allah dan kalimah (perintah)-Nya, yaitu Isa putra Maryam." Maka Isa didatangi
dan diminta untuk melakukan hal itu, tetapi Isa berkata, "Saya bukanlah orang yang kalian cari. Datanglah kalian kepada Muhammad."Rasulullah Saw. bersabda:
"فَيَأْتُونِي -وَلِي عِنْدَ رَبِّي ثَلَاثُ شَفَاعَاتٍ [وَعَدَنِهِنَّ] -فَأَنْطَلِقُ فَآتِي الْجَنَّةَ، فَآخُذُ بحلَقَة الْبَابِ، فَأَسْتَفْتِحُ فَيُفْتَحُ لِي، فَأُحَيَّى وَيُرَحَّبُ بِي. فَإِذَا دَخَلْتُ الْجَنَّةَ فَنَظَرْتُ إِلَى رَبِّي خَرَرْتُ سَاجِدًا، فَيَأْذَنُ اللَّهُ لِي مِنْ حَمْدِهِ وَتَمْجِيدِهِ بِشَيْءٍ مَا أَذِنَ بِهِ لِأَحَدٍ مِنْ خَلْقِهِ، ثُمَّ يَقُولُ: ارْفَعْ رَأْسَكَ يَا مُحَمَّدُ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعَ، وَسَلْ تُعْطَهْ. فَإِذَا رَفَعْتُ رَأْسِي يَقُولُ اللَّهُ -وَهُوَ أَعْلَمُ -: مَا شَأْنُكَ؟ فَأَقُولُ: يَا رَبِّ، وَعَدْتَنِي الشَّفَاعَةَ، فَشَفِّعْنِي فِي أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ، فَيَقُولُ اللَّهُ: قَدْ شَفَّعْتُكَ وَقَدْ أذنت لَهُمْ فِي دُخُولِ الْجَنَّةِ".
Lalu mereka datang kepadaku, sedangkan aku mempunyai tiga kali syafaat di sisi Tuhanku yang telah Dia janjikan kepadaku. Aku berangkat dan mendatangi surga, lalu aku memegang pegangan pintunya dan meminta izin untuk dibuka.
Maka pintu surga dibukakan untukku, dan aku disambut dengan penghormatan serta ucapan selamat datang. Setelah aku berada di dalam surga, aku melihat Tuhanku, lalu aku menyungkur bersujud, dan Allah mengizinkan kepadaku
untuk mengucapkan sesuatu dari pujian dan pengagungan yang belum pernah Dia izinkan kepada seorang pun dari makhluk-Nya. Kemudian Allah berfirman, "Hai Muhammad, angkatlah kepalamu, mintalah syafaat,
niscaya engkau diberi izin untuk memberi syafaat; dan mintalah, niscaya engkau diberi apa yang engkau minta.” Ketika aku mengangkat kepalaku, Allah Yang Maha Mengetahui bertanya, "Apa yang kamu inginkan?" Aku berkata,
"Wahai Tuhanku, Engkau telah menjanjikan kepadaku syafaat, maka berilah aku izin memberi syafaat kepada ahli surga agar mereka dapat masuk surga.” Allah berfirman, "Sesungguhnya
Aku telah memberikan syafaat kepadamu,dan Aku telah mengizinkan bagi mereka untuk boleh masuk surga.”Rasulullah Saw. acap kali bersabda:
"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، مَا أَنْتُمْ فِي الدُّنْيَا بِأَعْرَفَ بِأَزْوَاجِكُمْ وَمَسَاكِنِكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ بِأَزْوَاجِهِمْ وَمَسَاكِنِهِمْ، فَيَدْخُلُ كُلُّ رَجُلٍ مِنْهُمْ عَلَى اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً، سَبْعِينَ مِمَّا يُنْشِئُ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، وَثِنْتَيْنِ آدَمِيَّتَيْنِ مَنْ وَلَدِ آدَمَ، لَهُمَا فَضْلٌ عَلَى مَنْ أَنْشَأَ اللَّهُ، لِعِبَادَتِهِمَا اللَّهَ فِي الدُّنْيَا. فَيَدْخُلُ عَلَى الْأُولَى فِي غُرْفَةٍ مِنْ يَاقُوتَةٍ، عَلَى سَرِيرٍ مِنْ ذَهَبٍ مُكَلَّلٍ بِاللُّؤْلُؤِ، عَلَيْهَا سَبْعُونَ زَوْجًا مِنْ سُنْدُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ، ثُمَّ إِنَّهُ يَضَعُ يَدَهُ بَيْنَ كَتِفَيْهَا، ثُمَّ يَنْظُرُ إِلَى يَدِهِ مِنْ صَدْرِهَا، وَمِنْ وَرَاءِ ثِيَابِهَا وَجِلْدِهَا وَلَحْمِهَا، وَإِنَّهُ لَيَنْظُرُ إِلَى مُخّ سَاقِهَا كَمَا يَنْظُرُ أَحَدُكُمْ إِلَى السِّلْكِ فِي قَصَبَةِ الْيَاقُوتِ، كَبِدُهَا لَهُ مِرْآةٌ، وَكَبِدُهُ لَهَا مِرْآةٌ. فَبَيْنَا هُوَ عِنْدَهَا لَا يَمَلُّهَا وَلَا تَمَلُّهُ، مَا يَأْتِيهَا مِنْ مَرَّةٍ إِلَّا وَجَدَهَا عَذْرَاءَ، مَا يَفْترُ ذَكَرَهُ، وَمَا تَشْتَكِي قُبُلَهَا. فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ نُودِيَ: إِنَّا قَدْ عَرَفْنَا أَنَّكَ لَا تَمَلُّ وَلَا تُمَلُّ، إِلَّا أَنَّهُ لَا مَني وَلَا مَنِية إِلَّا أَنَّ لَكَ أَزْوَاجًا غَيْرَهَا. فَيَخْرُجُ فَيَأْتِيهِنَّ وَاحِدَةً وَاحِدَةً، كُلَّمَا أَتَى وَاحِدَةً [لَهُ] قَالَتْ: لَهُ وَاللَّهِ مَا أَرَى فِي الْجَنَّةِ شَيْئًا أَحْسَنَ مِنْكَ، وَلَا فِي الْجَنَّةِ شَيْءٌ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْكَ.
Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, tiadalah kalian di dunia lebih mengenal istri-istri dan tempat-tempat tinggal kalian daripada penduduk surga mengenal istri-istri mereka dan tempat-tempat tinggalnya.
Setiap orang lelaki dari kalangan penduduk surga menggauli tujuh puluh dua orang istri; tujuh puluh orang istri dari kalangan bidadari yang diciptakan oleh Allah Swt. (buatnya), sedangkan yang dua orang istri dari kalangan Bani Adam
yang jauh lebih utama daripada bidadari yang diciptakan oleh Allah berkat keutamaan ibadah mereka di dunia. Lalu ia menggauli salah seorang istrinya (yang dari kalangan Bani Adam) di dalam sebuah kamar yang terbuat dari batu
yaqut di atas sebuah ranjang dari emas yang dihiasi dengan intan. Pada ranjang (pelaminan) itu terdapat tujuh puluh pasang kain sutera tipis dan sutera tebal. Kemudian si lelaki itu meletakkan tangannya di antara kedua tulang belikat istrinya,
lalu ia dapat melihat tangannya dari bagian dada istrinya, yaitu dari balik pakaian, kulit, dan dagingnya. Dan sesungguhnya si lelaki itu benar-benar dapat melihat sumsum betisnya, sebagaimana seseorang di antara kalian melihat sebuah kabel
yang ada di dalam lubang batu yaqut. Hati si istri merupakan cermin bagi suaminya, dan hati si suami merupakan cermin bagi istrinya. Ketika si lelaki sedang bersama istrinya itu, maka si lelaki tidak pernah merasa bosan terhadap istrinya,
dan istrinya tidak pernah merasa bosan terhadap suaminya. Tidak sekali-kali si suami menggauli istrinya melainkan ia selalu menjumpainya dalam keadaan masih tetap perawan; zakarnya tidak pernah lemas, dan farji istrinya tidak pernah
merasa sakit. Ketika ia dalam keadaan demikian, tiba-tiba ada suara yang menyerukan, "Sesungguhnya Kami mengetahui bahwa engkau tidak pernah merasa bosan, dan dia tidak pernah merasa bosan pula, hanya saja tidak ada air mani,
tidak ada pula air mani wanita. Perlu diketahui bahwa kamu mempunyai banyak istri selainnya.” Lalu si lelaki keluar dan mendatangi (menggauli) mereka seorang demi seorang. Setiap kali ia menggauli seorang bidadari, maka bidadari
mengatakan kepadanya, "Demi Allah, saya tidak pernah melihat sesuatu yang lebih tampan daripada kamu, dan tidak ada seorang pun di dalam surga ini yang lebih aku cintai daripada kamu.”Apabila ahli neraka dimasukkan ke dalam neraka,
maka yang dimasukkan ke dalam neraka adalah sebagian dari makhluk Tuhanmu yang dibinasakan oleh amal perbuatan mereka sendiri. Di antara mereka ada orang yang dimakan oleh api neraka sebatas kedua telapak kakinya,
tidak lebih dari itu.Di antara mereka ada orang yang dimakan oleh api neraka hanya sampai batas kedua betisnya, ada yang dilahap api neraka sampai batas kedua lutut kakinya, ada yang dimakan oleh api neraka sampai batas pinggangnya,
ada pula yang terbakar api neraka seluruh tubuhnya kecuali wajahnya, karena Allah mengharamkan gambaran-Nya atas neraka.Rasulullah Saw. bersabda:
فَأَقُولُ يَا رَبِّ، مَنْ وَقَعَ فِي النَّارِ مِنْ أُمَّتِي. فَيَقُولُ: أَخْرِجُوا مَنْ عَرَفْتُمْ،
Maka aku memohon, "Wahai Tuhanku, izinkanlah aku memberikan syafaat kepada orang yang telah masuk neraka dari kalangan umatku.” Allah berfirman, "Keluarkanlah (dari neraka) semua orang yang telah kamu kenal.”
Kemudian mereka dikeluarkan dari neraka, sehingga tiada seorang pun dari mereka yang tertinggal.Sesudah itu Allah memberikan izin dalam hal syafaat. Maka tiada seorang nabi, tiada pula seorang syuhada, melainkan memberi syafaat.
Kemudian Allah Swt. berfirman, "Keluarkanlah (dari neraka) orang-orang yang kalian jumpai dalam hatinya iman seberat mata uang dinar!" Maka mereka dikeluarkan dari neraka hingga tiada seorang pun yang tersisa dari kalangan mereka.
Allah memberikan syafaat-Nya lagi seraya berfirman, "Keluarkanlah dari neraka orang-orang yang kalian jumpai dalam hatinya iman seberat dua pertiga mata uang dinar!" Kemudian Allah memerintahkan yang sepertiga dinar,
lalu yang seperempat dinar, lalu yang satu qirat, dan yang terakhir ialah orang-orang yang di dalam hatinya terdapat iman seberat biji sawi.Mereka semua dikeluarkan dari neraka, sehingga tidak ada seorang pun dari mereka yang tertinggal,
tidak ada seorang pun yang pernah berbuat suatu kebaikan karena Allah yang masih tertinggal di dalam neraka, dan tidak ada seorang pun yang berhak memberikan syafaat kecuali memberikan syafaatnya, sehingga iblis pun memajukan
dirinya melihat rahmat Allah yang sedang dibagi-bagikan, dengan harapan ingin mendapat syafaat.Sesudah itu Allah Swt. berfirman, "Masih ada yang tersisa, sedangkan Aku adalah Maha Pelimpah Rahmat." Lalu Allah memasukkan tangan
(kekuasaan)-Nya ke dalam neraka Jahannam, dan mengeluarkan sejumlah orang yang tak terhitung jumlahnya, hanya Dia Yang Mengetahuinya. Keadaan mereka seakan-akan seperti arang yang hitam legam, lalu mereka dilemparkan
ke dalam sungai yang dikenal dengan nama Nahrul Hayat (Sungai Kehidupan). Maka tumbuhlah mereka bagaikan biji-bijian yang tumbuh di bekas tanah yang terkena banjir; yang terkena sinar matahari menjadi hijau, sedangkan yang ternaungi
menjadi kuning. Mereka tumbuh bagaikan kecambah, jumlah mereka sangat banyak sehingga seperti semut-semut kecil. Pada leher mereka tertulis jahannamiyyun (penghuni neraka Jahannam)
yang dimerdekakan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah. Semua penghuni surga mengetahui mereka melalui tulisan tersebut, mereka adalah orang-orang yang sama sekali tidak pernah berbuat suatu kebaikan pun karena Allah.
Mereka tinggal di dalam surga selama waktu yang dikehendaki Allah, sedangkan tulisan tersebut masih tetap tertera pada leher mereka. Kemudian mereka berkata, "Wahai Tuhan kami, sudilah kiranya Engkau
menghapuskan tulisan ini dari kami." Maka Allah Swt. menghapuskan tulisan itu dari mereka.Imam Tabrani melanjutkan hadis ini hingga selesai, kemudian di penghujungnya ia mengatakan bahwa hadis ini berpredikat masyhur.
Padahal hadis ini garib sekali, tetapi sebagian darinya mempunyai syawahid (bukti) yang menguatkannya terdapat pada hadis-hadis yang terpisah-pisah. Pada sebagian teks hadis ini terdapat hal-hal yang diingkari.
Hadis diriwayatkan secara munfarid (menyendiri) oleh Isma'il ibnu Rafi', kadi penduduk Madinah.Sehubungan dengan predikat Isma'il ibnu Rafi' ini para ulama berbeda pendapat. Sebagian menilainya siqah, sebagian lain menilai-nya daif.
Predikat munkar hadis yang diriwayatkannya disebutkan secara nas (diputuskan) oleh bukan hanya seorang dari kalangan para imam, seperti Imam Ahmad, Abu Hatim Ar-Razi, dan Amr ibnu Ali Al-Fallas.Di antara ulama ada yang menilainya
matruk (tidak terpakai hadisnya). Ibnu Addi mengatakan bahwa semua hadis yang diriwayatkan melalui Isma'il ibnu Rafi' masih perlu dipertimbangkan, hanya saja hadis-hadisnya dikategorikan ke dalam hadis-hadis yang daif.
Menurut hemat kami sanad hadis ini masih diperselisihkan oleh banyak pendapat yang semuanya telah kami bahas secara terpisah di dalam sebuah kitab secara rinci. Adapun mengenai teksnya memang garib sekali, bahkan dikatakan
bahwa dia menghimpunnya dari berbagai hadis yang cukup banyak, lalu ia rangkaikan dalam satu rangkuman. Karena itulah maka hadis ini dinilai munkar.Kami pernah mendengar guru kami —yaitu Al-Hafiz Abul Hajjaj Al-Mazi—
mengatakan bahwa beliau pernah melihat karya tulis Al-Walid ibnu Muslim yang merangkum karya tulisnya itu seakan-akan seperti syawahid (bukti yang menguatkan) sebagian dari suku-suku hadis ini.
Surat Al-Anam |6:72|
وَأَنْ أَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَاتَّقُوهُ ۚ وَهُوَ الَّذِي إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
wa an aqiimush-sholaata wattaquuh, wa huwallażiii ilaihi tuḥsyaruun
dan agar melaksanakan sholat serta bertakwa kepada-Nya." Dan Dialah Tuhan yang kepada-Nya kamu semua akan dihimpun.
And to establish prayer and fear Him." And it is He to whom you will be gathered.
(dan agar) hendaknya (mendirikan sholat dan bertakwa kepada-Nya) Yang Maha Tinggi (dan Dialah Tuhan yang kepada-Nyalah kamu akan dihimpunkan) dikumpulkan kelak di hari kiamat guna menjalani perhitungan amalnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 72 |
Penjelasan ada di ayat 71
Surat Al-Anam |6:73|
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ ۖ وَيَوْمَ يَقُولُ كُنْ فَيَكُونُ ۚ قَوْلُهُ الْحَقُّ ۚ وَلَهُ الْمُلْكُ يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ ۚ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ ۚ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ
wa huwallażii kholaqos-samaawaati wal-ardho bil-ḥaqq, wa yauma yaquulu kun fa yakuun, qouluhul-ḥaqq, wa lahul-mulku yauma yunfakhu fish-shuur, 'aalimul-ghoibi wasy-syahaadati wa huwal-ḥakiimul-khobiir
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan hak (benar), ketika Dia berkata, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu. Firman-Nya adalah benar dan milik-Nyalah segala kekuasaan pada waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang gaib dan yang nyata. Dialah Yang Maha Bijaksana, Maha Mengetahui.
And it is He who created the heavens and earth in truth. And the day He says, "Be," and it is, His word is the truth. And His is the dominion [on] the Day the Horn is blown. [He is] Knower of the unseen and the witnessed; and He is the Wise, the Acquainted.
(Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar.) dengan secara hak (Dan) ingatlah (di waktu Dia mengatakan) kepada sesuatu ("Jadilah," lalu terjadilah) pada hari kiamat Allah mengatakan kepada makhluk semua,
"Bangkitlah kamu," lalu bangkitlah mereka (yakni perkataan-Nya yang benar) benar terjadi dan sudah pasti (dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup) pada masa malaikat Israfil meniup sangkakalanya
yang kedua pada waktu itu tidak ada kekuasaan selain dari kekuasaan-Nya. Pada waktu itu kekuasaan hanya milik-Nya. (Dia mengetahui yang gaib dan yang tampak) apa-apa yang gaib dan apa-apa yang nyata.
(Dan Dialah Yang Maha Bijaksana) dalam mengatur makhluk-Nya (lagi Maha Waspada) terhadap rahasia segala sesuatu sama halnya dengan lahiriahnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 73 |
Penjelasan ada di ayat 71
Surat Al-Anam |6:74|
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً ۖ إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
wa iż qoola ibroohiimu li`abiihi aazaro a tattakhiżu ashnaaman aalihah, inniii arooka wa qoumaka fii dholaalim mubiin
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya, Azar, "Pantaskah engkau menjadikan berhala-berhala itu sebagai tuhan? Sesungguhnya aku melihat engkau dan kaummu dalam kesesatan yang nyata."
And [mention, O Muhammad], when Abraham said to his father Azar, "Do you take idols as deities? Indeed, I see you and your people to be in manifest error."
(Dan) ingatlah (di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azar) julukan dan nama aslinya adalah Tarikh ("Pantaskah kamu menjadikan patung-patung sebagai tuhan-tuhan) yang kamu sembah.
Kata tanya di sini bermakna celaan. (Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu) karena menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan (dalam kesesatan) yakni tersesat dari jalan yang benar (yang nyata.") yang jelas.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 74 |
Tafsir ayat 74-79
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa sesungguhnya nama ayah Nabi Ibrahim bukan Azar, melainkan yang sebenarnya adalah Tarikh (Terakh). Demikianlah riwayat Imam Ibnu Abu Hatim.Ibnu Abu Hatim mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Amr ibnu Abu Asim An-Nabil, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Asim Syabib, telah menceritakan kepada kami Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan
dengan makna firman Allah Swt.: Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azar. (Al-An'am: 74)Yakni Azar si penyembah berhala. Ayah Nabi Ibrahim yang sebenarnya adalah Tarikh, dan nama ibunya adalah Syani;
istri Nabi Ibrahim ialah Sarah, dan ibunya Nabi Ismail yaitu Hajar, budak Nabi Ibrahim. Demikianlah menurut apa yang telah dikatakan oleh bukan hanya seorang dari ulama nasab, bahwa ayah Nabi Ibrahim bernama Tarikh
(sedangkan Azar adalah pamannya, pent).Mujahid dan As-Saddi mengatakan bahwa Azar adalah nama berhala. Berdasarkan pendapat ini dia dikenal dengan nama Azar, karena dialah yang menjadi pelayan dan yang mengurus berhala itu,
wallahu a'lam.Ibnu Jarir mengatakan, ulama lainnya berpendapat bahwa Azar menurut bahasa mereka artinya kata cacian dan keaiban, maknanya ialah menyimpang (sesat). Akan tetapi, pendapat ini tidak disandarkan kepada
seorang perawi pun oleh Ibnu Jarir, tidak pernah pula diriwayatkan oleh seorang pun.Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah disebutkan dari Mu'tamir ibnu Sulaiman bahwa ia pernah mendengar ayahnya membacakan firman: Dan (ingatlah)
di waktu Ibrahim berkata kepada Azar bapaknya. (Al-An'am: 74) Lalu ia mengatakan bahwa telah sampai kepadanya suatu riwayat yang mengatakan bahwa Azar artinya bengkok (menyimpang), dan kata-kata ini merupakan kata-kata
yang paling keras yang pernah diucapkan oleh Nabi Ibrahim a.s.Kemudian Ibnu Jarir mengatakan bahwa pendapat yang benar ialah yang mengatakan bahwa nama ayah Nabi Ibrahim adalah Azar. Lalu Ibnu Jarir mengemukakan pendapat
yang bertentangan dengan penilaiannya itu, yaitu pendapat ulama ahli nasab yang mengatakan bahwa nama ayah Nabi Ibrahim adalah Tarikh. Selanjutnya ia mengulasnya bahwa barangkali ayah Nabi Ibrahim mempunyai dua nama seperti
yang banyak dimiliki oleh orang lain, atau barangkali salah satunya merupakan nama julukan, sedangkan yang lain adalah nama aslinya. Pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Jarir ini cukup baik lagi kuat.Para ahli qiraah berbeda pendapat
sehubungan dengan takwil dari firman-Nya: Allah Swt.:
{وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ آزَرَ}
Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azar. (Al-An'am: 74)Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri dan Abu Yazid Al-Madini, bahwa keduanya membaca ayat ini dengan bacaan berikut:
{وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً}
Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azar, "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan?” (Al-An'am: 74)Yang artinya, "Hai Azar, pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala
sebagai tuhan-tuhan?"Jumhur ulama membaca fathah lafaz azara dengan anggapan sebagai 'alam 'ajam (nama asing) tidak menerima harakat tanwin. Kedudukan i'rab-nya adalah badal (kata ganti) dari lafaz abihi,
atau ataf bayan yang lebih dekat kepada kebenaran. Menurut pendapat orang yang menjadikannya sebagai na'at. lafaz azar ini tidak menerima tanwin pula karena wazan-nya sama dengan lafaz ahmar dan aswad.
Adapun menurut pendapat orang yang menduga bahwa lafaz azara dinasabkan karena menjadi ma'mul dari firman-Nya:
{أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا}
Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? (Al-An'am: 74)Yang berarti, "Hai ayahku, pantaskah kamu menjadikan Azar sebagai berhala-berhala yang disembah-sembah?" Maka pendapat ini jauh dari kebenaran
menurut penilaian lugah (bahasa), karena lafaz yang jatuh sesudah huruf istifham tidak dapat beramal terhadap lafaz sebelumnya, mengingat huruf istifham mempunyai kedudukan pada permulaan kalimat. Demikianlah
menurut ketetapan Ibnu Jarir dan lain-lainnya, dan pendapat inilah yang terkenal pada kaidah bahasa Arab.Kesimpulannya, Nabi Ibrahim menasihati ayahnya yang menyembah berhala dan melarangnya serta memperingatkannya
agar meninggalkan berhala-berhala itu, tetapi si ayah tidak mau menghentikan perbuatannya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً}
Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azar, "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan?" (Al-An'am: 74)Artinya, apakah kamu menjadikan berhala-berhala itu sebagai tuhan yang kamu sembah selain Allah?
{إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ}
Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu. (Al-An'am: 74) Yakni orang-orang yang mengikuti jejak langkahmu.
{فِي ضَلالٍ مُبِينٍ}
dalam kesesatan yang nyata. (Al-An'am: 74)Maksudnya sesat jalan, tidak mengetahui petunjuk jalan yang ditempuhnya, bahkan dalam keadaan kebingungan dan kebodohan. Dengan kata lain,
kalian berada dalam keadaan bodoh dan dalam kesesatan yang nyata bagi penilaian orang yang mempunyai akal sehat. Di dalam ayat lain disebutkan melalui firman-Nya:
{وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا * إِذْ قَالَ لأبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلا يُبْصِرُ وَلا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا * يَا أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا * يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيًّا * يَا أَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِنَ الرَّحْمَنِ فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا * قَالَ أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ لأرْجُمَنَّكَ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا * قَالَ سَلامٌ عَلَيْكَ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا * وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَأَدْعُو رَبِّي عَسَى أَلا أَكُونَ بِدُعَاءِ رَبِّي شَقِيًّا}
Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al-Kitab (Al-Qur'an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang nabi. Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya, "Wahai bapakku, mengapa kamu
menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolong kamu sedikit pun? Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu. Maka ikutilah aku,
niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah setan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa
kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi setan.” Berkata bapaknya, "Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, niscaya kamu akan kurajam,
dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama.” Berkata Ibrahim, "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. Dan aku akan menjauhkan diri
darimu dan dari apa yang kamu seru selain dari Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku " (Maryam: 41-48)Maka tersebutlah bahwa sejak itu Nabi Ibrahim a.s.
selalu berdoa kepada Tuhannya, memohonkan ampun buat bapaknya. Ketika bapaknya meninggal dunia dalam keadaan tetap musyrik, dan hal itu sudah jelas bagi Nabi Ibrahim,
maka Nabi Ibrahim mencabut kembali permohonan ampun buat ayahnya dan berlepas diri dari perbuatan ayahnya, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain:
{وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لأبِيهِ إِلا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لأوَّاهٌ حَلِيمٌ}
Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah,
maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (At-Taubah: 114)Di dalam kitab Sahih telah disebutkan bahwa pada hari kiamat nanti Nabi Ibrahim
melemparkan Azar ayahnya (ke dalam neraka). Maka Azar berkata kepadanya, "Wahai anakku, hari ini aku tidak mendurhakaimu." Ibrahim a.s. berkata, "Wahai Tuhanku, bukankah Engkau telah menjanjikan kepadaku
bahwa Engkau tidak akan membuatku sedih pada hari mereka dibangkitkan? Maka tiada suatu kehinaan pun yang lebih berat daripada mempunyai seorang ayah yang terusir (dari rahmat-Mu)." Maka dijawab, "Hai Ibrahim,
lihatlah ke arah belakangmu!" Maka tiba-tiba Ibrahim melihat suatu sembelihan yang berlumuran darah, kemudian sembelihan itu diambil pada bagian kaki-kakinya, lalu dilemparkan ke dalam neraka.Firman Allah Swt.:
{وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ}
Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan di bumi. (Al-An'am: 75)Artinya, Kami jelaskan kepadanya segi penyimpulan dalil yang menunjukkan kepada keesaan Allah Swt.
melalui pandangannya terhadap kerajaan dan makhluk-Nya, yakni Yang menciptakan keduanya. Dan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia, serta tidak ada Rabb selain Dia. Seperti yang dijelaskan dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
{قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ}
Katakanlah: Perhatikanlah apa yang terdapat di langit dan di bumi. (Yunus: 101)
{أَوَلَمْ يَنْظُرُوا فِي مَلَكُوتِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ}
Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi? (Al-A'raf: 185)
{أَفَلَمْ يَرَوْا إِلَى مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ إِنْ نَشَأْ نَخْسِفْ بِهِمُ الأرْضَ أَوْ نُسْقِطْ عَلَيْهِمْ كِسَفًا مِنَ السَّمَاءِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِكُلِّ عَبْدٍ مُنِيبٍ}
Maka apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapan dan di belakang mereka? Jika Kami menghendaki, niscaya Kami benamkan mereka di bumi, atau Kami jatuhkan kepada mereka gumpalan dari langit. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Tuhan) bagi setiap hamba yang kembali (kepada-Nya). (Saba': 9)Adapun mengenai apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan lain-lainnya, dari Mujahid, Ata, Sa'id ibnu Jubair,
dan As-Saddi serta lain-lainnya, menurut versi Mujahid disebutkan bahwa dibukakan bagi Nabi Ibrahim semua pintu langit, maka Nabi Ibrahim dapat melihat semua yang ada padanya sehingga penglihatannya sampai ke 'Arasy.
Dibukakan pula baginya semua pintu bumi yang tujuh lapis, sehingga ia dapat melihat semua yang ada di dalamnya.Menurut riwayat lainnya disebutkan bahwa lalu Nabi Ibrahim melihat banyak hamba Allah yang berbuat durhaka,
maka ia mendoakan untuk kebinasaan mereka. Allah berfirman kepadanya, "Sesungguhnya Aku lebih belas kasihan kepada hamba-hamba-Ku daripada kamu, barangkali mereka mau bertobat dan kembali kepada (jalan)-Ku."
Sehubungan dengan hal ini Ibnu Murdawaih telah meriwayatkan dua buah hadis marfu’ yang satu dari Mu'az, dan yang lainnya dari Ali, tetapi sanad keduanya tidak sahih.Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan melalui jalur Al Aufi, dari Ibnu Abbas,
sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan di bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin.
(Al-An'am: 75) Allah Swt. membukakan semua perkara bagi Nabi Ibrahim, baik yang rahasia maupun yang terang-terangan, sehingga tidak ada sesuatu pun yang samar baginya dari amal perbuatan makhluk. Ketika Nabi Ibrahim melaknat
orang-orang yang melakukan perbuatan dosa, maka Allah Swt. berfirman, "Sesungguhnya engkau tidak akan mampu melakukan hal ini." Lalu Allah Swt. mengembalikan segala sesuatu seperti keadaannya semula.Hal ini mengandung
interpretasi bahwa dibukakan semua hijab dari pandangan Nabi Ibrahim, sehingga ia dapat menyaksikan hal tersebut secara terang-terangan.Dapat pula diinterpretasikan bahwa yang dibukakan oleh Allah darinya adalah pandangan hatinya,
sehingga ia menyaksikan semuanya itu melalui pandangan hatinya. Kenyataan hal seperti ini dan pengetahuan serta ilmu mengenainya termasuk hikmah-hikmah yang cemerlang dan dalil-dalil yang pasti.
Perihalnya sama dengan apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Turmuzi di dalam kitab Sahih-nya dari Mu'az ibnu Jabal mengenai hadis mimpi, yaitu:
"أَتَانِي رَبِّي فِي أَحْسَنِ صُورَةٍ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، فِيمَ يَخْتَصِمُ الْمَلَأُ الْأَعْلَى؟ فَقُلْتُ: لَا أَدْرِي يَا رَبِّ، فَوَضَعَ كَفَّهُ بَيْنَ كَتِفِي، حَتَّى وَجَدْتُ بَرْدَ أَنَامِلِهِ بَيْنَ ثَدْيِي، فَتَجَلَّى لِي كُلُّ شَيْءٍ وَعَرَفْتُ ... " وَذَكَرَ الْحَدِيثَ
Tuhanku datang kepadaku dalam rupa yang paling indah, lalu berfirman, "Hai Muhammad, mengapa para malaikat di langit yang tertinggi bersengketa?” Aku menjawab, "Saya tidak tahu, wahai Tuhanku.” Lalu Allah meletakkan tangan
(kekuasaan)-Nya di antara kedua tulang belikatku sehingga aku merasakan kesejukan sentuhan jari jemari (kekuasaan)-Nya menembus sampai ke dua bagian dari dadaku. Maka tampaklah bagiku segala sesuatunya, dan aku dapat mengetahui
semuanya itu. (hingga akhir hadis).Firman Allah Swt.:
{وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ}
dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin. (Al-An'am: 75)Menurut suatu pendapat, huruf wawu-nya adalah zaidah. Dengan demikian berarti, "Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim
tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan di bumi agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin." Perihalnya sama dengan makna yang terdapat di dalam firman Allah Swt.:
{ وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ}
Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al-Qur’an, (supaya jelas jalan orang-orang yang saleh) dan supaya jelas (pula) jalan-jalan orang-orang yang berdosa. (Al-An'am: 55)Menurut pendapat yang lain,
huruf wawu ini sesuai dengan fungsinya, yakni Kami perlihatkan pula kepadanya hal tersebut agar dia menjadi orang yang mengetahui dan yakin. Firman Allah Swt.:
{فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ}
Ketika malam telah menjadi gelap. (Al-An'am: 76) Artinya, kegelapan telah meliputi dan menutupinya.
{رَأَى كَوْكَبًا}
dia melihat sebuah bintang. (Al-An'am: 76) Yakni bintang-bintang di langit.
{قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ}
lalu dia berkata, "Inilah Tuhanku.” Tetapi tatkala bintang itu tenggelam. (Al-An'am: 76)Yaitu terbenam dan tidak kelihatan lagi.Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar mengatakan bahwa al-uful artinya pergi. Ibnu Jarir mengatakan bahwa disebutkan
afalan najmu ya-fulu waya-filu artinya tenggelam, bentuk masdar-nya adalah ufulan dan ufulan, sama dengan apa yang disebutkan oleh Zur Rumah dalam salah satu bait syairnya, yaitu:
مَصَابِيحُ لَيْسَتْ بِاللَّوَاتِي تَقُودُها نُجُومٌ، وَلَا بِالْآفِلَاتِ الدَّوَالِكِ
Bagaikan pelita-pelita yang gemerlapan, tetapi bukan bintang-bintang yang beredar. Bagaikan bintang-bintang di langit, tetapi bukan seperti bintang-bintang yang lenyap tenggelam.Bila dikatakan, "Ke manakah kamu selama ini menghilang dari kami?" Artinya, "Ke mana saja kamu absen dari kami?"
{قَالَ لَا أُحِبُّ الآفِلِينَ}
dia berkata, "Saya tidak suka kepada yang tenggelam.” (Al-An'am: 76)Menurut Qatadah, Nabi Ibrahim mengetahui bahwa Tuhannya adalah kekal, tidak akan tenggelam ataupun lenyap.
{فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا}
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit. (Al-An'am: 77) Yakni muncul dan kelihatan.
قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لأكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي}
dia berkata, "Inilah Tuhanku.” Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata, "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.”
Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit,dia berkata, "Inilah Tuhanku." (Al-An'am: 77-78)Artinya, sesuatu yang bersinar terang dan terbit ini adalah Tuhanku.
{هَذَا أَكْبَرُ}
ini yang lebih besar. (Al-An'am: 78)Yakni lebih besar bentuknya daripada bintang-bintang dan rembulan, dan sinarnya jauh lebih terang.
{فَلَمَّا أَفَلَتْ}
maka tatkala matahari itu telah terbenam. (Al-An'am: 78) Maksudnya tenggelam di ufuk barat.
{قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ * إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ}
dia berkata, "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku (Al-An'am: 78-79)Yakni aku murnikan agamaku dan aku mengkhususkan dalam ibadahku hanya:
{لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ}
kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi. (Al-An'am: 79)Yaitu Yang menciptakan dan mengadakan keduanya tanpa contoh terlebih dahulu.
{حَنِيفًا}
dengan cenderung kepada agama yang benar. (Al-An'am: 79)Maksudnya, dalam keadaan menyimpang dari kemusyrikan untuk menuju kepada ketauhidan. Dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ}
dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (Al-An'am: 79)Ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan keadaan atau fase yang dialami oleh Nabi Ibrahim, apakah keadaan Nabi Ibrahim
saat itu dalam rangka renungannya ataukah dalam rangka perdebatannya. Ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui jalur Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas yang kesimpulannya menunjukkan bahwa saat itu kedudukan Nabi Ibrahim
sedang dalam renungannya. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir dengan berdalilkan firman Allah Swt. yang mengatakan:
لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي
Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk. (Al-An'am: 77), hingga akhir ayat.Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa Nabi Ibrahim a.s. mengalami keadaan demikian setelah dia keluar dari gua tempat persembunyiannya,
di tempat itu pula ibunya melahirkannya karena takut kepada ancaman Raja Namruz ibnu Kan'an. Raja Namruz mendapat berita (dari tukang ramalnya) bahwa kelak akan lahir seorang bayi yang akan mengakibatkan kehancuran
bagi kerajaannya. Maka Raja Namruz memerintahkan kepada segenap hulubalangnya untuk membunuh semua anak laki-laki yang lahir di tahun itu.Ketika ibu Nabi Ibrahim mengandungnya dan telah dekat masa kelahirannya,
maka ibu Nabi Ibrahim pergi ke gua yang terletak tidak jauh dari kota tempat tinggalnya. Ia melahirkan Nabi Ibrahim di gua tersebut dan meninggalkan Nabi Ibrahim yang masih bayi di tempat itu. Kemudian Muhammad ibnu Ishaq melanjutkan
riwayatnya hingga selesai, yang di dalamnya banyak diceritakan hal-hal yang aneh dan bertentangan dengan hukum alam. Hal yang sama telah diutarakan pula oleh selainnya dari kalangan ulama tafsir, baik yang Salaf maupun yang Khalaf.
Tetapi yang benar adalah, Nabi Ibrahim a.s. sehubungan dengan hal ini dalam kedudukan mendebat kaumnya seraya menjelaskan kepada mereka kebatilan dari apa yang selama ini mereka lakukan, yaitu menyembah berhala
dan bangunan-bangunan. Pada fase pertama Nabi Ibrahim mendebat ayahnya seraya menjelaskan kekeliruan mereka yang menyembah berhala-berhala di bumi ini yang dibentuk dalam rupa Malaikat Samawi. Mereka menyembah
berhala-berhala tersebut dengan anggapan bahwa berhala-berhala itu adalah perantara mereka untuk sampai kepada Pencipta Yang Mahabesar, yang menurut pandangan mereka tidak layak untuk disembah. Dan sesungguhnya mereka
memakai perantara kepada-Nya melalui penyembahan kepada malaikat-malaikat-Nya hanyalah agar mereka (sembahan-sembahan itu) memintakan rezeki kepada-Nya, kemenangan, dan hal-hal lainnya yang mereka perlukan.
Kemudian dalam kedudukan ini Nabi Ibrahim menjelaskan kekeliruan dan kesesatan mereka dalam menyembah bintang-bintang yang beredar yang semuanya ada tujuh, yaitu bulan, mercury, venus, matahari, mars, yupiter,dan saturnus.
Di antara kesemuanya itu yang memiliki cahaya yang paling kuat dan paling utama ialah matahari, lalu bulan dan venus.Pada tahap permulaan Nabi Ibrahim a.s. menjelaskan bahwa bintang venus ini tidak layak dianggap sebagai tuhan,
karena ia telah ditundukkan dan ditakdirkan untuk beredar pada garis edar tertentu tanpa dapat menyimpang darinya, baik ke sisi kanan ataupun ke sisi kirinya. Ia tidak mempunyai kekuasaan apa pun bagi dirinya, melainkan hanya
merupakan suatu benda yang diciptakan oleh Allah mempunyai cahaya, karena mengandung banyak hikmah yang besar dalam penciptaannya seperti itu. Bintang venus terbit dari arah timur, kemudian beredar menuju arah barat,
hingga tidak kelihatan lagi oleh mata. Kemudian pada malam berikutnya ia tampak lagi dengan menjalani keadaan yang sama, hal seperti ini tidak layak untuk dijadikan sembahan.Kemudian Nabi Ibrahim mengalihkan perhatiannya kepada bulan,
ternyata ia mendapatinya mempunyai karakter yang sama dengan bintang yang sebelumnya. Lalu ia mengalihkan, perhatiannya kepada matahari, ternyata ia pun menjumpai hal yang sama dengan yang sebelumnya.
Ketika tampak jelas baginya bahwa semua benda tersebut tidak layak dianggap sebagai tuhan, dan bahwa keadaannya hanyalah semata-mata cahaya yang terlihat oleh pandangan mata, serta ia dapat membuktikan hal tersebut melalui penyimpulan
yang pasti, maka berkatalah Ibrahim, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ}
Dia berkata, "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan.” (Al-An'am: 78)Artinya, aku berlepas diri dari penyembahan terhadap bintang-bintang itu dan berlepas diri dari menjadikan bintang-bintang itu
sebagai pelindung. Jika semuanya itu kalian anggap sebagai tuhan, maka jalankanlah tipu daya kalian semua terhadapku melalui bintang-bintang itu, dan janganlah kalian memberi tangguh kepadaku.
{إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ}
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (Al-An'am:79)
Dengan kata lain, sesungguhnya aku hanya menyembah Pencipta semua benda-benda itu, yang mengadakannya, yang menundukkannya, yang menjalankannya, dan yang mengaturnya. Di tangan kekuasaan-Nyalah kerajaan segala sesuatu,
Dialah Yang menciptakan segala sesuatu, Dialah Tuhan, Pemilik dan Penguasa kesemuanya, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلا لَهُ الْخَلْقُ وَالأمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ}
Sesungguhnya Tuhan kalian ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula)
matahari, bulan, dan bintang-bintang; (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam. (Al-A'raf: 54)Maka pantaskah bila dikatakan bahwa
dalam kedudukan ini Nabi Ibrahim sebagai orang yang mempertanyakan hal tersebut, padahal dia adalah seorang nabi yang disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{وَلَقَدْ آتَيْنَا إِبْرَاهِيمَ رُشْدَهُ مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا بِهِ عَالِمِينَ * إِذْ قَالَ لأبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا هَذِهِ التَّمَاثِيلُ الَّتِي أَنْتُمْ لَهَا عَاكِفُونَ}
Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan)wya. (Ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya,
"Patung-patung apakah ini yang kalian tekun beribadat kepadanya?” (Al-Anbiya: 51 -52), hingga beberapa ayat berikutnya.Allah Swt. telah berfirman pula mengenai diri Nabi Ibrahim:
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ * شَاكِرًا لأنْعُمِهِ اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ * وَآتَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ * ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ}
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah.
Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. Kemudian Kami wahyukan kepadamu
(Muhammad), "Ikutilah agama Ibrahim, seorang yang hanif.” Dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (An-Nahl: 120-123)
{قُلْ إِنَّنِي هَدَانِي رَبِّي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ دِينًا قِيَمًا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ}
Katakanlah, "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus; dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik " (Al-An'am: 161)Di dalam kitab Sahihain telah disebutkan melalui Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw., bahwa beliau pernah bersabda:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah.Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan dari Iyad ibnu Hammad, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"قَالَ اللَّهُ: إِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ"
Allah Swt. telah berfirman, "Sesungguhnya Aku ciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif (cenderung kepada agama yang benar)."Allah Swt. telah berfirman:
{فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ}
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Ar-Rum: 30)Mengenai firman Allah Swt.:
{وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى}
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhan kalian?” Mereka menjawab, "Betul
(Engkau Tuhan kami)." (Al-A'raf: 172)Menurut salah satu di antara dua pendapat yang ada, makna ayat ini sama dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya:
{فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا}
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. (Ar-Rum: 30)seperti yang akan dijelaskan pada bagiannya nanti.Apabila hal itu berlaku bagi semua makhluk, maka mustahillah bila Nabi Ibrahim —kekasih Allah
yang dijadikan-Nya sebagai panutan umat manusia, taat kepada Allah, cenderung kepada agama yang benar, dan bukan termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan— sehubungan dengan makna ayat ini dianggap sebagai orang
yang mempertanyakan hal tersebut. Bahkan dia orang yang lebih utama untuk memperoleh fitrah yang sehat dan pembawaan yang lurus sesudah Rasulullah Saw. tanpa diragukan lagi. Yang benar ialah dia dalam keadaan mendebat kaumnya
yang mempersekutukan Allah Swt., bukan dalam kedudukan sebagai orang yang mempertanyakan hal yang dikisahkan oleh Allah Swt. itu.
Surat Al-Anam |6:75|
وَكَذَٰلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ
wa każaalika nuriii ibroohiima malakuutas-samaawaati wal-ardhi wa liyakuuna minal-muuqiniin
Dan demikianlah Kami memperlihatkan kepada Ibrahim kekuasaan (Kami yang terdapat) di langit dan di bumi, dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin.
And thus did We show Abraham the realm of the heavens and the earth that he would be among the certain [in faith]
(Dan demikianlah) sebagaimana apa yang telah Kami perhatikan kepada Ibrahim, yaitu ia menganggap sesat ayahnya dan kaum ayahnya (Kami perlihatkan kepada Ibrahim kerajaan) kekuasaan (langit dan bumi)
agar ia dapat mengambil kesimpulan tentang keesaan-Ku (dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin) terhadap tanda-tanda keagungan Kami itu.
Jumlah wakadzaalika serta jumlah yang sesudahnya adalah jumlah I`tiradhiah yang diathafkan kepada Lafal qaala.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 75 |
Penjelasan ada di ayat 74
Surat Al-Anam |6:76|
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَىٰ كَوْكَبًا ۖ قَالَ هَٰذَا رَبِّي ۖ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ الْآفِلِينَ
fa lammaa janna 'alaihil-lailu ro`aa kaukabaa, qoola haażaa robbii, fa lammaaa afala qoola laaa uḥibbul-aafiliin
Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, "Inilah tuhanku." Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata, "Aku tidak suka kepada yang terbenam."
So when the night covered him [with darkness], he saw a star. He said, "This is my lord." But when it set, he said, "I like not those that disappear."
(Ketika menjadi gelap) menjadi kelam pekat (malam hari atasnya, dia melihat sebuah bintang) menurut suatu pendapat bahwa yang dimaksud adalah bintang Zahrah/Venus (lalu dia berkata) kepada kaumnya yang pada waktu itu
menjadi para penyembah bintang-bintang ("Inilah Tuhanku") menurut persangkaan kamu (Tetapi tatkala bintang itu tenggelam) surut (dia berkata, "Saya tidak suka kepada yang tenggelam.")
maksudnya aku tidak suka menjadikannya sebagai tuhan-tuhan sebab tuhan tidak patut mempunyai sifat yang berubah-ubah dan pindah-pindah tempat karena kedua sifat ini hanyalah pantas disandang oleh makhluk-makhluk
akan tetapi ternyata cara yang disampaikan oleh Nabi Ibrahim ini tidak mempan pada diri mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 76 |
Penjelasan ada di ayat 74
Surat Al-Anam |6:77|
فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَٰذَا رَبِّي ۖ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ
fa lammaa ro`al-qomaro baazighong qoola haażaa robbii, fa lammaaa afala qoola la`il lam yahdinii robbii la`akuunanna minal-qoumidh-dhooolliin
Lalu ketika dia melihat bulan terbit dia berkata, "Inilah tuhanku." Tetapi ketika bulan itu terbenam dia berkata, "Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat."
And when he saw the moon rising, he said, "This is my lord." But when it set, he said, "Unless my Lord guides me, I will surely be among the people gone astray."
(Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit) bulan mulai menampakkan sinarnya (dia berkata) kepada mereka ("Inilah tuhanku." Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata,
"Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku) memantapkan hidayah dalam diriku (pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.") perkataan ini merupakan sindiran Nabi Ibrahim terhadap kaumnya
bahwa mereka itu berada dalam kesesatan akan tetapi ternyata apa yang telah dilakukannya itu sedikit pun tidak bermanfaat bagi kaumnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 77 |
Penjelasan ada di ayat 74
Surat Al-Anam |6:78|
فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَٰذَا رَبِّي هَٰذَا أَكْبَرُ ۖ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ
fa lammaa ro`asy-syamsa baazighotang qoola haażaa robbii haażaaa akbar, fa lammaaa afalat qoola yaa qoumi innii bariii`um mimmaa tusyrikuun
Kemudian ketika dia melihat matahari terbit, dia berkata, "Inilah tuhanku, ini lebih besar." Tetapi ketika matahari terbenam, dia berkata, "Wahai kaumku! Sungguh, aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan."
And when he saw the sun rising, he said, "This is my lord; this is greater." But when it set, he said, "O my people, indeed I am free from what you associate with Allah.
(Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit dia berkata, "Inilah) dhamir dalam Lafal ra-aa dimudzakarkan mengingat khabarnya mudzakkar (Tuhanku ini yang lebih besar.") daripada bintang dan bulan
(maka tatkala matahari itu tenggelam) hujah yang ia sampaikan kepada kaumnya itu cukup kuat dan tidak dapat dibantah lagi oleh mereka
(dia berkata, "Hai kaumku! Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.") dari mempersekutukan Allah dengan berhala-berhala dan benda-benda hawadits/baru yang masih membutuhkan
kepada yang menciptakannya. Akhirnya kaumnya itu berkata kepadanya, "Lalu apakah yang engkau sembah" Nabi Ibrahim menjawab:
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 78 |
Penjelasan ada di ayat 74
Surat Al-Anam |6:79|
إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا ۖ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
innii wajjahtu waj-hiya lillażii fathoros-samaawaati wal-ardho ḥaniifaw wa maaa ana minal-musyrikiin
Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.
Indeed, I have turned my face toward He who created the heavens and the earth, inclining toward truth, and I am not of those who associate others with Allah."
("Sesungguhnya aku menghadapkan diriku) aku menghadapkan diri dengan beribadah (kepada Tuhan yang telah menciptakan) yang telah mewujudkan (langit dan bumi) yaitu Allah swt.
(dengan cenderung) meninggalkan semua agama untuk memeluk agama yang benar (dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan.") Allah.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 79 |
Penjelasan ada di ayat 74
Surat Al-Anam |6:80|
وَحَاجَّهُ قَوْمُهُ ۚ قَالَ أَتُحَاجُّونِّي فِي اللَّهِ وَقَدْ هَدَانِ ۚ وَلَا أَخَافُ مَا تُشْرِكُونَ بِهِ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ رَبِّي شَيْئًا ۗ وَسِعَ رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا ۗ أَفَلَا تَتَذَكَّرُونَ
wa ḥaaajjahuu qoumuh, qoola a tuḥaaajjuuunnii fillaahi wa qod hadaan, wa laaa akhoofu maa tusyrikuuna bihiii illaaa ay yasyaaa`a robbii syai`aa, wasi'a robbii kulla syai`in 'ilmaa, a fa laa tatażakkaruun
Dan kaumnya membantahnya. Dia (Ibrahim) berkata, "Apakah kamu hendak membantahku tentang Allah, padahal Dia benar-benar telah memberi petunjuk kepadaku? Aku tidak takut kepada (malapetaka dari) apa yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali Tuhanku menghendaki sesuatu. Ilmu Tuhanku meliputi segala sesuatu. Tidakkah kamu dapat mengambil pelajaran?
And his people argued with him. He said, "Do you argue with me concerning Allah while He has guided me? And I fear not what you associate with Him [and will not be harmed] unless my Lord should will something. My Lord encompasses all things in knowledge; then will you not remember?
(Dan dia dibantah oleh kaumnya) ia mendapat sanggahan dari kaumnya mengenai agama yang dipeluknya itu, lalu mereka mengancam dan menakut-nakutinya dengan berhala-berhala mereka,
bahwa jika ia tidak menyembah berhala-berhala mereka, ia pasti tertimpa musibah dan kejelekan. (Dia berkata, "Apakah kamu hendak membantahku) dengan dibaca tasydid huruf nunnya
dan dapat juga ditakhfifkan dengan cara membuang salah satu nunnya, yakni nun alamat rafa'nya, demikianlah menurut ulama nahwu. Akan tetapi menurut Imam Farra' yang dibuang adalah nun yang untuk wiqayah.
Maknanya ialah: Apakah kamu menyanggah aku (tentang) keesaan (Allah padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku.") Maha Tinggi Allah yang telah memberiku petunjuk kepada keesaan-Nya.
(Dan aku tidak takut kepada apa yang kamu persekutukan) dia (dengan Allah) yakni berhala-berhala tersebut; mereka tidak akan dapat menimpakan malapetaka terhadap diriku,
sebab mereka tidak mempunyai kekuatan apa-apa (kecuali) melainkan (di kala Tuhanku menghendaki sesuatu dari malapetaka itu) jika Dia hendak menimpakan malapetaka kepadaku,
maka hal itu pasti terjadi (Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu). (Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran) daripadanya kemudian kamu mau beriman.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 80 |
Tafsir ayat 80-83
Allah Swt. berfirman menceritakan perihal kekasih-Nya—yaitu Nabi Ibrahim— ketika ia dibantah oleh kaumnya sehubungan dengan pendapat yang dikemukakannya, yaitu mengesakan Allah. Nabi Ibrahim menjawab mereka dengan jawaban yang setimpal, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{قَالَ أَتُحَاجُّونِّي فِي اللَّهِ وَقَدْ هَدَانِ}
Apakah kalian hendak membantahku tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku? (Al-An'am: 80)Artinya, kalian membantahku sehubungan dengan Allah yang pada hakikatnya
tidak ada Tuhan yang wajib disembah kecuali Dia, padahal Dia telah membuka mata hatiku dan memberikan petunjuk jalan yang benar kepadaku. Karena itu, aku sudah membuktikan akan kebenaranNya.
Maka mana mungkin aku mau mengikuti perkataan kalian yang rusak dan menuruti pendapat kalian yang batil itu? Firman Allah Swt.:
{وَلا أَخَافُ مَا تُشْرِكُونَ بِهِ إِلا أَنْ يَشَاءَ رَبِّي شَيْئًا}
Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kalian persekutukan dengan Allah, kecuali di kala Tuhan menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. (Al-An'am: 80)Yakni di antara bukti yang menunjukkan kebatilan
ucapan dan pendapat kalian ialah bahwa sembahan-sembahan yang kalian puja-puja itu tidak dapat menimpakan suatu mudarat pun dan tidak mempunyai pengaruh apa pun. Karena itu, aku tidak takut terhadapnya dan sama sekali
tidak mempedulikannya. Jika memang berhala-berhala itu mempunyai tipu muslihat, maka lancarkanlah tipu muslihatnya kepadaku, janganlah kamu tangguh-tangguhkan lagi pelaksanaannya terhadapku, segerakanlah sekarang juga.
Firman Allah Swt.:
{إِلا أَنْ يَشَاءَ رَبِّي شَيْئًا}
kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. (Al-An'am: 80)Istisna munqati yakni tidak dapat menimpakan mudarat dan tidak dapat memberikan manfaat selain dari Allah Swt.
{وَسِعَ رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا}
Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. (Al-An'am: 80)Artinya, ilmu Allah meliputi segala sesuatu, tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya.
{أَفَلا تَتَذَكَّرُونَ}
Maka apakah kalian tidak dapat mengambil pelajaran? (Al-An'am: 80)Dari apa yang telah aku jelaskan kepada kalian. Apakah kalian tidak mengambil pelajaran bahwa sesungguhnya berhala-berhala itu batil, sehingga kalian kapok
menyembahnya? Hujah ini semisal dengan hujah yang telah dikemukakan oleh Nabi Hud terhadap kaumnya, seperti yang diterangkan kisahnya oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{قَالُوا يَا هُودُ مَا جِئْتَنَا بِبَيِّنَةٍ وَمَا نَحْنُ بِتَارِكِي آلِهَتِنَا عَنْ قَوْلِكَ وَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ * إِنْ نَقُولُ إِلا اعْتَرَاكَ بَعْضُ آلِهَتِنَا بِسُوءٍ قَالَ إِنِّي أُشْهِدُ اللَّهَ وَاشْهَدُوا أَنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ * مِنْ دُونِهِ فَكِيدُونِي جَمِيعًا ثُمَّ لَا تُنْظِرُونِ * إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ رَبِّي وَرَبِّكُمْ مَا مِنْ دَابَّةٍ إِلا هُوَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا }
Kaum 'Ad berkata, "Hai Hud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu.
Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu.” Hud menjawab, "Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah, dan saksikanlah oleh kalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri
dari apa yang kalian persekutukan, dari selain-Nya. Sebab itu, jalankanlah tipu daya kalian semuanya terhadapku, dan janganlah kalian memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian.
Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya (rohnya). (Hud: 53-56), hingga akhir ayat.Adapun firman Allah Swt.:
{وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ}
Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kalian persekutukan (dengan Allah). (Al-An'am: 81)Artinya, mana mungkin aku takut terhadap berhala-berhala yang kalian sembah selain dari Allah itu.
{وَلا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنزلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا}
padahal kalian tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujah kepada kalian untuk mempersekutukan-Nya. (Al-An'am: 81)Ibnu Abbas dan lain-lainnya
yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf mengatakan bahwa makna sultan adalah hujah. Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ}
Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? (Asy-Syura: 21)
{إِنْ هِيَ إِلا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنزلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ}
Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kalian dan bapak-bapak kalian mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun untuk (menyembah )nya. (An-Najm: 23)Mengenai firman Allah Swt.:
{فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالأمْنِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ}
Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka) jika kalian mengetahui. (Al-An'am: 81)Maksudnya, manakah di antara dua golongan itu yang paling benar,
yakni apakah orang yang menyembah Tuhan Yang di tangan kekuasaan-Nya terletak mudarat dan manfaat, ataukah orang yang menyembah sesuatu yang tidak dapat menimpakan mudarat,
tidak pula memberikan manfaat tanpa dalil? Dan manakah di antara keduanya yang lebih berhak mendapat keamanan dari azab Allah kelak di hari kiamat, tiada sekutu bagi Allah.Firman Allah Swt:
{الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ}
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan, dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk (Al-An'am: 82)
Yakni mereka adalah orang-orang yang memurnikan ibadah hanya kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan mereka tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Mereka adalah orang-orang yang mendapat keamanan
pada hari kiamat, dan merekalah orang-orang yang mendapat hidayah di dunia dan akhirat.Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Addi, dari Syu'bah,
dari Sulaiman, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah sehubungan dengan firman berikut, bahwa ketika ayat berikut diturunkan: dan mereka tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman. (Al-An'am: 82) Maka berkatalah
para sahabat Nabi Saw., "Siapakah di antara kita yang-tidak berbuat zalim terhadap dirinya sendiri?" Lalu turunlah firman Allah Swt.: Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. (Luqman: 13)
وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ عَلْقَمَة، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: {الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ} شَقَّ ذَلِكَ عَلَى النَّاسِ وَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَأَيُّنَا لَا يَظْلِمُ نَفْسَهُ؟ قَالَ: "إِنَّهُ لَيْسَ الَّذِي تَعْنُونَ! أَلَمْ تَسْمَعُوا مَا قَالَ الْعَبْدُ الصَّالِحُ: {يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ} إِنَّمَا هُوَ الشِّرْكُ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan:
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman. (Al-An'am: 82) Maka hal ini terasa berat oleh mereka (para sahabat). Lalu mereka berkata, "Wahai Rasulullah, siapakah di antara kita
yang tidak pernah berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri?" Nabi Saw. bersabda: Sesungguhnya hal itu bukan seperti apa yang kalian maksudkan. Tidakkah kalian mendengar apa yang telah dikatakan oleh seorang hamba yang saleh
(Luqman), "Hai anakku, janganlah kalian mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar" (Luqman: 13). Sesungguhnya yang dimaksud dengan zalim hanyalah syirik
(mempersekutukan Allah).
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ، حَدَّثَنَا وَكِيعٌ وَابْنُ إِدْرِيسَ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ عَلْقَمَةَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: {وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ} شَقَّ ذَلِكَ عَلَى أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالُوا: وَأَيُّنَا لَمْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَيْسَ كَمَا تَظُنُّونَ، إِنَّمَا قَالَ [لُقْمَانُ] لِابْنِهِ: {يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ}
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Waki' dan Ibnu Idris, dari Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah yang mengatakan bahwa ketika diturunkannya
firman-Nya: dan mereka tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman. (Al-An'am: 82) Hal tersebut terasa berat oleh sahabat-sahabat Rasulullah Saw. Mereka berkata, "Siapakah di antara kita yang tidak pernah berbuat aniaya
terhadap dirinya sendiri?" Maka Rasulullah Saw. menjawab melalui sabdanya: Tidak seperti yang kalian duga, melainkan seperti yang dikatakan kepada anaknya, yaitu: "Hai anakku, janganlah kalian mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (Luqman: 13)Telah menceritakan pula kepada kami Umar ibnu Taglab An-Namiri, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Sufyan,
dari Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, hal tersebut terasa berat oleh sahabat-sahabat Rasulullah Saw. Maka turunlah ayat lainnya, yaitu:
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. (Luqman: 13)Hadis riwayat Imam Bukhari. Menurut lafaz yang lain,
أينا لم يظلم نفسه؟ فقال النبي صلّى الله عليه وسلم «ليس بالذي تَعْنُونَ، أَلَمْ تَسْمَعُوا مَا قَالَ الْعَبْدُ الصَّالِحُ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ إِنَّمَا هُوَ الشِّرْكُ»
para sahabat berkata, "Siapakah di antara kita yang tidak pernah berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri?" Maka Nabi Saw. bersabda: Tidaklah seperti yang kalian maksudkan, tidakkah kalian pernah mendengar apa yang telah diucapkan
oleh seorang hamba yang saleh (Luqman), yaitu: "Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. Sesungguhnya yang dimaksudkannya hanyalah kemusyrikan.Menurut apa yang ada pada Ibnu Abu Hatim,
dari Abdullah, secara marfu' disebutkan: dan mereka tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman. (Al-An'am: 82) Yang dimaksud dengan zalim adalah syirik (mempersekutukan Allah Swt.).Ibnu Abu Hatim mengatakan
bahwa hal yang semisal dengan hadis di atas telah diriwayatkan melalui Abu Bakar As-Siddiq, Umar, Ubay ibnu Ka'b, Salman, Huzaifah, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Amr ibnu Syurahbil, Abu Abdur Rahman As-Sulami, Mujahid, Ikrimah, An-Nakha'i, Ad-Dahhak,
Qatadah,dan As-Saddi serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
قَالَ ابْنُ مَرْدُوَيه: حَدَّثَنَا الشَّافِعِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ شَدَّاد المِسْمَعِيّ، حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ عَلْقَمَةَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: {الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ} قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "قِيلَ لِي: أَنْتَ مِنْهُمْ"
Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Asy-Syafi'i, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Syaddad Al-Masma'i, telah menceritakan kepada kami Abu Asim, telah menceritakan kepada kami Sufyan As-Sauri,
dari Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah yang mengatakan bahwa ketika diturunkannya firman Allah Swt. ini: Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman. (Al-An'am: 82)
Maka Rasulullah Saw. bersabda: Diwahyukan kepadaku bahwa engkau (yakni Abdullah ibnu Mas'ud) termasuk salah seorang dari mereka.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ يُوسُفَ، حَدَّثَنَا أَبُو جَناب، عَنْ زَاذَانَ، عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَلَمَّا بَرَزْنَا مِنَ الْمَدِينَةِ، إِذَا رَاكِبٌ يُوضِعُ نَحْوَنَا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كَأَنَّ هَذَا الرَّاكِبَ إِيَّاكُمْ يُرِيدُ". فَانْتَهَى إِلَيْنَا الرَّجُلُ، فَسَلَّمَ فَرَدَدْنَا عَلَيْهِ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مِنْ أَيْنَ أَقْبَلْتَ؟ " قَالَ: مِنْ أَهْلِي وَوَلَدِي وَعَشِيرَتِي. قَالَ: "فَأَيْنَ تُرِيدُ؟ "، قَالَ: أريدُ رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: "فَقَدْ أَصَبْتَهُ". قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، عَلِّمْنِي مَا الْإِيمَانُ؟ قَالَ: "تَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصُومُ رَمَضَانَ، وَتَحُجُّ الْبَيْتَ". قَالَ: قَدْ أَقْرَرْتُ. قَالَ: ثُمَّ إن بعيره دخلت يده في جحر جُرْذَان، فَهَوَى بِعِيرُهُ وَهَوَى الرَّجُلُ، فَوَقَعَ عَلَى هَامَتِهِ فَمَاتَ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "عَلَيَّ بِالرَّجُلِ". فَوَثَبَ إِلَيْهِ عَمَّارُ بْنُ يَاسِرٍ وَحُذَيْفَةُ بْنُ الْيَمَانِ فَأَقْعَدَاهُ، فَقَالَا يَا رَسُولَ اللَّهِ، قُبِضَ الرَّجُلُ! قَالَ: فَأَعْرَضَ عَنْهُمَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثم قَالَ لَهُمَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَمَا رَأَيْتُمَا إِعْرَاضِي عَنِ الرَّجُلِ، فَإِنِّي رَأَيْتُ مَلَكَيْنِ يَدُسَّانِ فِي فِيهِ مِنْ ثِمَارِ الْجَنَّةِ، فَعَلِمْتُ أَنَّهُ مَاتَ جَائِعًا"، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "هَذَا مِنَ الَّذِينَ قَالَ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ: {الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ} ثُمَّ قَالَ: "دُونَكُمْ أَخَاكُمْ". قَالَ: فَاحْتَمَلْنَاهُ إِلَى الْمَاءِ فَغَسَّلْنَاهُ وَحَنَّطْنَاهُ وَكَفَّنَّاهُ، وَحَمَلْنَاهُ إِلَى الْقَبْرِ، فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى جَلَسَ عَلَى شَفِير الْقَبْرِ فَقَالَ: "الْحِدُوا وَلَا تَشُقُّوا، فَإِنَّ اللَّحْدَ لَنَا وَالشَّقُّ لِغَيْرِنَا"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Yusuf, telah menceritakan kepada kami Abu Janab, dari Zazan, dari Jarir ibnu Abdullah yang menceritakan, "Kami (para sahabat) berangkat bersama Rasulullah Saw.
Ketika kami keluar dari perbatasan kota Madinah, tiba-tiba ada seorang pengendara menuju ke arah kami, maka Rasulullah Saw. bersabda, 'Seakan-akan pengendara ini bermaksud menemui kalian.’ Lalu orang tersebut sampai kepada kami
dan mengucapkan salam penghormatan kepada kami, dan kami membalas salamnya. Nabi Saw. bertanya kepadanya, 'Dari manakah engkau?' Lelaki itu menjawab, 'Dari tempat keluarga, anak-anak, dan handai tolanku.' Nabi Saw. bertanya.
'Hendak ke mana?' Ia menjawab, 'Aku bermaksud menemui Rasulullah Saw’. Nabi Saw. menjawab, 'Sekarang ia ada di hadapanmu.' Ia bertanya, 'Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku apakah iman itu?' Rasulullah Saw. bersabda:
Hendaknya engkau bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, engkau dirikan salat, engkau tunaikan zakat, engkau puasa dalam bulan Ramadan, dan engkau berhaji ke Baitullah.
Lelaki itu menjawab, 'Aku berikrar (untuk mengamalkannya).' Kemudian unta kendaraan lelaki itu terperosok ke dalam liang tikus padang pasir, maka untanya terjatuh, dan ia pun terjatuh pula dengan posisi kepala di bawah,
hingga mengakibatkan ia mati. Rasulullah Saw. bersabda, 'Kemarikanlah lelaki itu!' Maka Ammar ibnu Yasir dan Huzaifah ibnul Yaman melompat ke arahnya memberikan pertolongan, lalu mendudukkannya. Keduanya berkata, 'Wahai Rasulullah,
lelaki ini telah meninggal dunia.' Rasulullah Saw. berpaling dari keduanya, lalu bersabda: Tidakkah kalian berdua melihat mengapa aku berpaling dari lelaki ini? Sesungguhnya aku melihat dua malaikat sedang menyuapkan buah surga
ke dalam mulutnya, maka aku mengetahui bahwa lelaki ini meninggal dunia karena kelaparan. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda pula; Lelaki ini termasuk orang-orang yang perihalnya disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya,
'Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik).’ (Al-An'am: 82) Lalu Rasulullah Saw. bersabda, 'Urusilah jenazah saudara kalian ini!' Lalu kami membawanya ke tempat air dan memandikannya,
memberinya wewangian, mengafaninya, dan kami usung ke kuburnya." Rasulullah Saw. datang, lalu duduk di pinggir kuburnya dan bersabda: Buatlah liang lahad, dan janganlah kalian membelahnya, karena sesungguhnya liang lahad
adalah bagi kita, sedangkan belahan hanya bagi selain kita.Kemudian Imam Ahmad meriwayatkannya dari Aswad ibnu Amir, dari Abdul Humaid ibnu Ja'far Al-Farra, dari Sabit, dari Zazan, dari Jarir ibnu Abdullah,
kemudian disebutkan hal yang semisal. Sehubungan dengan hadis ini Imam Ahmad pun memberikan komentarnya, "Orang ini termasuk di antara orang-orang yang sedikit beramal, tetapi berpahala banyak."
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى الْقَطَّانُ، حَدَّثَنَا مِهْران بن أبي عمر، حَدَّثَنَا عَلِيِّ بْنِ عَبْدِ الْأَعْلَى عَنْ أَبِيهِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْر، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَسِيرٍ سَارَهُ، إِذْ عَرَضَ لَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَالذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ، لَقَدْ خَرَجْتُ مِنْ بِلَادِي وَتِلَادِي وَمَالِي لِأَهْتَدِيَ بِهُدَاكَ، وَآخُذَ مِنْ قَوْلِكَ، وَمَا بَلَغْتُكَ حَتَّى مَا لِي طَعَامٌ إِلَّا مِنْ خَضِر الْأَرْضِ، فاعْرِضْ عَلَيّ. فَعَرَضَ عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَبِلَ فَازْدَحَمْنَا حَوْلَهُ، فَدَخَلَ خُفُّ بَكْره فِي بَيْتِ جُرْذَان، فَتَرَدَّى الْأَعْرَابِيُّ، فَانْكَسَرَتْ عُنُقُهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صَدَقَ وَالَّذِي بَعَثَنِي بِالْحَقِّ، لَقَدْ خَرَجَ مِنْ بِلَادِهِ وَتِلَادِهِ وَمَالِهِ لِيَهْتَدِيَ بِهُدَايَ وَيَأْخُذَ مِنْ قَوْلِي، وَمَا بَلَغَنِي حَتَّى مَا لَهُ طَعَامٌ إِلَّا مِنْ خَضِرِ الْأَرْضِ، أَسَمِعْتُمْ بِالَّذِي عَمِلَ قَلِيلًا وَأُجِرَ كَثِيرًا هَذَا مِنْهُمْ! أَسَمِعْتُمْ بِالَّذِينِ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ؟ فَإِنَّ هَذَا مِنْهُمْ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Musa Al-Qattan, telah menceritakan kepada kami Mahran ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah, dari ayahnya, dari Sa'id ibnu Jubair,
dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa kami bersama Rasulullah Saw. dalam suatu perjalanan, tiba-tiba di tengah jalan ada seorang lelaki Badui yang menghalang-halanginya, lalu lelaki Badui itu berkata, "Wahai Rasulullah,
demi Tuhan Yang telah mengutusmu dengan benar, sesungguhnya aku tinggalkan tempat kelahiranku dan semua harta bendaku dengan tujuan mengikuti petunjukmu dan mengambil ucapanmu. Dan tidak sekali-kali aku dapat sampai kepadamu
melainkan setelah semua perbekalanku habis dan makananku hanyalah dedaunan, maka aku mohon sudilah engkau menerimaku." Lalu Rasulullah Saw. menuju ke arahnya dan menerimanya. Kami (para sahabat) berdesak-desakan
di sekitar lelaki Badui itu, dan ternyata kaki depan unta kendaraannya terperosok ke dalam liang tikus padang pasir, sehingga lelaki itu terjatuh dan lehernya patah (meninggal dunia). Maka Rasulullah Saw. bersabda:
Demi Tuhan yang telah mengutusku dengan benar, dia benar berangkat (meninggalkan) negeri kelahirannya dan semua harta bendanya untuk mengikuti petunjukku dan mengambil dari ucapanku, serta tidak sekali-kali dia sampai kepadaku
melainkan setelah makanan perbekalannya habis, kecuali hanya makan dari dedaunan pepohonan. Tidakkah kalian dengar perihal orang yang sedikit beramal tetapi diberi pahala banyak? Dia termasuk salah seorang dari mereka.
Tidakkah kalian dengar perihal orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka' dengan kezaliman? Mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan, dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Sesungguhnya orang ini termasuk salah seorang dari mereka. Menurut lafaz lain disebutkan: Orang ini sedikit beramal tetapi diberi pahala banyak.
وَرَوَى ابْنُ مَرْدُوَيه مِنْ حديث محمد ابن مُعَلَّى -وَكَانَ نَزَلَ الرَّيَّ -حَدَّثَنَا زِيَادُ بْنُ خَيْثَمَةَ عَنْ أَبِي دَاوُدَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مِنْ أُعْطِيَ فَشَكَرَ وَمُنِعَ فَصَبَرَ وَظَلَمَ فَاسْتَغْفَرَ وَظُلِمَ فَغَفَرَ" وَسَكَتَ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا لَهُ؟ قَالَ ": {أُولَئِكَ لَهُمُ الأمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ}
Ibnu Murdawaih telah meriwayatkan melalui hadis Muhammad ibnu Ya'la Al-Kufi yang bertempat tinggal di Ar-Ray, telah menceritakan kepada kami Ziyad ibnu Khaisamah, dari Abu Daud, dari Abdullah ibnu Sakhbarah yang menceritakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang diberi, lalu bersyukur; dan (barang siapa yang) dicegah (tidak diberi), lalu bersabar; dan (barang siapa yang) berbuat aniaya, lalu meminta ampun; dan (barang siapa yang)
dianiaya, lalu memaafkan.... Rasulullah Saw. diam sejenak. Maka mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, mengapa dia (bagaimana kelanjutannya)?" Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya:
mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al-An'am: 82)Firman Allah Swt.:
{وَتِلْكَ حُجَّتُنَا آتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيمَ عَلَى قَوْمِهِ}
Dan itulah hujah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya (Al-An'am: 83)Artinya, Kami arahkan dan Kami ajarkan kepadanya cara mendebat mereka. Menurut Mujahid dan lain-lainnya, hal yang dimaksud ialah seperti yang tertera di dalam firman-Nya:
{وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنزلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالأمْنِ }
Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kalian persekutukan (dengan Allah), padahal kalian tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujah kepada kalian
untuk mempersekutukan-Nya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang berhak mendapat keamanan? (Al-An'am: 81), hingga akhir ayat.Dan Allah telah membenarkannya serta menceritakan baginya akan mendapat keamanan
dan hidayah melalui firman-Nya:
{الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ}
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan, dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al-An'am: 82) Setelah kesemuanya itu Allah Swt. berfirman:
{وَتِلْكَ حُجَّتُنَا آتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيمَ عَلَى قَوْمِهِ نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَنْ نَشَاءُ}
Dan itulah hujah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. (Al-An'am: 83)Lafaz darajatin man dapat dibaca dengan susunan idafah,
dapat pula dibaca tanpa susunan idafah, seperti halnya yang ada pada surat Yusuf; kedua bacaan tersebut mempunyai makna yang hampir sama (berdekatan).Firman Allah Swt.:
{إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ}
Sesungguhnya Tuhanmu Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. (Al-An'am: 83)Yakni Mahabijaksana dalam semua ucapan dan perbuatan-Nya, lagi Maha Mengetahui terhadap siapa yang akan diberi-Nya hidayah dan siapa yang akan
disesatkan-Nya, sekalipun telah terbukti baginya semua hujah dan bukti-bukti. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. Dalam ayat lain:
{إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ * وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ}
Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. (Yunus: 96-97) Karena itulah dalam surat ini disebutkan melalui firman-Nya:
{إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ}
Sesungguhnya Tuhanmu Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. (Al-An'am: 83) .
Surat Al-Anam |6:81|
وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلَا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا ۚ فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالْأَمْنِ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
wa kaifa akhoofu maaa asyroktum wa laa takhoofuuna annakum asyroktum billaahi maa lam yunazzil bihii 'alaikum sulthoonaa, fa ayyul-fariiqoini aḥaqqu bil-amn, ing kuntum ta'lamuun
Bagaimana aku takut kepada apa yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut dengan apa yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan kepadamu untuk menyekutukan-Nya. Manakah dari kedua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?"
And how should I fear what you associate while you do not fear that you have associated with Allah that for which He has not sent down to you any authority? So which of the two parties has more right to security, if you should know?
(Bagaimana aku takut dengan sesembahan-sesembahan yang kamu persekutukan) dengan Allah sedangkan mereka sama sekali tidak dapat mendatangkan malapetaka dan tidak pula kemanfaatan
(padahal kamu tidak takut) kepada Allah (bahwasanya kamu sendiri mempersekutukan Allah) dalam ibadah kamu (dengan sesembahan-sesembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan tentangnya) dalam hal menyembahnya
(atas kamu suatu hujah pun) untuk mempersekutukan-Nya; yakni suatu alasan dan bukti padahal Allah itu Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan) apakah kami ataukah kamu (jika kamu mengetahui) siapakah yang paling berhak untuk mendapatkan keamanan dari malapetaka itu
Yang dimaksud dengan kami adalah Nabi Ibrahim, maka dari itu mengikutlah kamu kepada Ibrahim. Allah berfirman:
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 81 |
Penjelasan ada di ayat 80
Surat Al-Anam |6:82|
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
allażiina aamanuu wa lam yalbisuuu iimaanahum bizhulmin ulaaa`ika lahumul-amnu wa hum muhtaduun
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.
They who believe and do not mix their belief with injustice - those will have security, and they are [rightly] guided.
(Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan) tidak mencampurkan (keimanan mereka dengan kelaliman) yakni kemusyrikan demikianlah menurut penafsiran yang tersebutkan di dalam hadis sahih Bukhari dan Muslim
(mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan) dari siksaan (dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 82 |
Penjelasan ada di ayat 80
Surat Al-Anam |6:83|
وَتِلْكَ حُجَّتُنَا آتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيمَ عَلَىٰ قَوْمِهِ ۚ نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَنْ نَشَاءُ ۗ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ
wa tilka ḥujjatunaaa aatainaahaaa ibroohiima 'alaa qoumih, narfa'u darojaatim man nasyaaa`, inna robbaka ḥakiimun 'aliim
Dan itulah keterangan Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan derajat siapa yang Kami kehendaki. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana, Maha Mengetahui.
And that was Our [conclusive] argument which We gave Abraham against his people. We raise by degrees whom We will. Indeed, your Lord is Wise and Knowing.
(Dan itulah) menjadi mubtada lalu dijelaskan (hujah Kami) yang dijadikan sebagai hujah oleh Nabi Ibrahim untuk membuktikan keesaan Allah; yakni tenggelamnya bintang-bintang itu.
Dan jumlah yang sesudahnya menjadi khabar dari tilka (yang Kami berikan kepada Ibrahim) yang Kami tunjukkan kepada Ibrahim sebagai hujah
(untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat) dengan dibaca idhafah dan juga dibaca tanwin, yakni dalam masalah ilmu dan hikmah.
(Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana) dalam mengatur ciptaan-Nya (lagi Maha Mengetahui) seluk-beluk makhluk-Nya
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 83 |
Penjelasan ada di ayat 80
Surat Al-Anam |6:84|
وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ ۚ كُلًّا هَدَيْنَا ۚ وَنُوحًا هَدَيْنَا مِنْ قَبْلُ ۖ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِ دَاوُودَ وَسُلَيْمَانَ وَأَيُّوبَ وَيُوسُفَ وَمُوسَىٰ وَهَارُونَ ۚ وَكَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
wa wahabnaa lahuuu is-ḥaaqo wa ya'quub, kullan hadainaa wa nuuḥan hadainaa ming qoblu wa min żurriyyatihii daawuuda wa sulaimaana wa ayyuuba wa yuusufa wa muusaa wa haaruun, wa każaalika najzil-muḥsiniin
Dan Kami telah menganugerahkan Ishaq dan Yaqub kepadanya. Kepada masing-masing telah Kami beri petunjuk, dan sebelum itu Kami telah memberi petunjuk kepada Nuh, dan kepada sebagian dari keturunannya (Ibrahim) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik,
And We gave to Abraham, Isaac and Jacob - all [of them] We guided. And Noah, We guided before; and among his descendants, David and Solomon and Job and Joseph and Moses and Aaron. Thus do We reward the doers of good.
(Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Yakub kepadanya) sebagai anaknya (kepada keduanya) kepada masing-masingnya (telah Kami beri petunjuk dan kepada Nuh sebelum itu telah Kami beri petunjuk) sebelum Ibrahim
(dan kepada sebagian dari keturunannya) yakni keturunan Nabi Nuh (yaitu Daud dan Sulaiman) Sulaiman anak Daud (Ayub dan Yusuf) anak lelaki Yakub (Musa dan Harun. Demikianlah)
seperti mereka yang telah Kami beri pahala (Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 84 |
Tafsir ayat 84-90
Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia mengaruniakan seorang anak kepada Nabi Ibrahim, yaitu Nabi Ishaq, padahal usia Nabi Ibrahim sangat lanjut dan telah putus harapan untuk mendapatkan seorang anak; begitu pula istrinya, yaitu Sarah.
Pada suatu hari datanglah sejumlah malaikat bertamu kepada Nabi Ibrahim dalam perjalanan mereka menuju tempat kaum Nabi Lut. Lalu mereka menyampaikan berita gembira akan kedatangan Ishaq kepada keduanya. Maka istri Nabi Ibrahim merasa
heran terhadap berita tersebut dan mengatakan seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{قَالَتْ يَا وَيْلَتَى أَأَلِدُ وَأَنَا عَجُوزٌ وَهَذَا بَعْلِي شَيْخًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عَجِيبٌ * قَالُوا أَتَعْجَبِينَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ رَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ إِنَّهُ حَمِيدٌ مَجِيدٌ}
"Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak, padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh.”
Para malaikat itu berkata,”tApakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya. dicurahkan atas kamu, hai ahlul bait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” (Hud: 72-73)
Para malaikat itu menyampaikan berita gembira pula perihal kenabian yang akan diperoleh anaknya selagi ia masih hidup, dan bahwa kelak anaknya akan mempunyai keturunan pula, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt melalui firman-Nya:
{وَبَشَّرْنَاهُ بِإِسْحَاقَ نَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ}
Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq, seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh (Ash-Shaffat: 112)Hal ini lebih sempurna dan merupakan nikmat yang paling besar. Dalam ayat lainnya disebutkan melalui firman-Nya:
{فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَاقَ وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوبَ}
maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira akan (kelahiran) Ishaq dan sesudah Ishaq (lahir pula) Ya'qub. (Hud: 71)Dengan kata lain, sesudah itu dilahirkan pula seorang anak dari anakmu selagi kamu berdua masih hidup,
sehingga hatimu menjadi senang karenanya, sebagaimana hati anakmu pun senang pula mendapatkannya. Karena sesungguhnya kegembiraan mendapat seorang cucu sangat kuat, mengingat hal itu sebagai pertanda
akan keberlangsungannya keturunan. Juga mengingat anak yang dilahirkan dari pasangan yang sudah lanjut usia diduga tidak akan dapat melahirkan keturuhan selanjutnya, sebab keadaannya sudah lemah. Lalu terjadilah suatu kegembiraan
dengan lahirnya seorang cucu, maka cucu itu dinamakan Ya'qub yang berakar dari kata keturunan atau cucu.Hal tersebut merupakan imbalan yang diberikan oleh Allah Swt. kepada Nabi Ibrahim a.s. berkat perjuangannya.
Ia rela hijrah meninggalkan kaumnya dan negeri tempat tinggalnya, pergi mengembara ke tempat yang jauh untuk beribadah kepada Allah Swt. Maka Allah mengganti kaum dan handai taulannya dengan mengaruniakan anak-anak yang saleh
kepadanya dari tulang sulbinya dan berpegang kepada agamanya, agar hati Nabi Ibrahim senang dengan keberadaan mereka. Hal ini disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{فَلَمَّا اعْتَزَلَهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَكُلا جَعَلْنَا نَبِيًّا}
Maka tatkala Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishaq dan Ya'qub. Dan masing-masing Kami angkat menjadi nabi. (Maryam: 49) Sedangkan dalam surat ini disebutkan melalui firman-Nya:
{وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ كُلا هَدَيْنَا}
Dan Kami telah menganugerahkan Ishaq dan Ya'qub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk (Al-An'am: 84)Mengenai firman Allah Swt.:
{وَنُوحًا هَدَيْنَا مِنْ قَبْلُ}
dan kepada Nuh. sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk. (Al-An'am: 84)Artinya, sebelum itu Kami telah memberikan petunjuk kepada Nuh, sebagaimana Kami telah memberikan petunjuk kepadanya (Ibrahim) dan Kami anugerahkan
kepadanya keturunan yang baik (saleh). Masing-masing dari keduanya (Nuh dan Ibrahim) mempunyai keistimewaan tersendiri yang sangat besar. Adapun Nabi Nuh a.s., maka ketika Allah Swt. menenggelamkan semua penghuni bumi
—kecuali orang-orang yang beriman kepada Nabi Nuh, yaitu mereka yang menemaninya dalam perahunya— maka Allah menjadikan keturunannya adalah orang-orang yang menjadi generasi penerus; umat manusia semuanya
merupakan keturunan Nabi Nuh a.s. Sedangkan Nabi Ibrahim a.s. adalah kekasih Allah. Maka tidak sekali-kali Allah mengutus seorang nabi sesudahnya melainkan berasal dari keturunannya,
seperti yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya:
{وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِ النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ} الْآيَةَ
dan Kami jadikan kenabian dan Al-Kitab pada keturunannya. (Al-Ankabut: 27), hingga akhir ayat.
{وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا وَإِبْرَاهِيمَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِمَا النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ}
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim, dan Kami jadikan kepada keturunan keduanya kenabian dan Al-Kitab. (Al-Hadid: 26)
{أُولَئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ مِنْ ذُرِّيَّةِ آدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِنْ ذُرِّيَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَائِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا}
Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami
beri petunjuk dan telah Kami pilih Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. (Maryam: 58)Adapun firman Allah Swt. berikut ini:
{وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِ}
dan dari keturunannya. (Al-An'am: 84)Artinya, dan Kami beri petunjuk kepada sebagian dari keturunannya.
{دَاوُدَ وَسُلَيْمَانَ}
yaitu Daud dan Sulaiman. (Al-An'am: 84), hingga akhir ayat.Damir yang ada pada lafaz zurriyyatihi kembali kepada Nuh, karena lafaz Nuh merupakan lafaz yang paling dekat di antara lafaz yang ada, lagi pula cukup jelas,
tidak ada kesulitan mencarinya. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Dan bila dikembalikan kepada lafaz Ibrahim —mengingat dialah yang disebutkan dalam konteks ayat ini— memang dinilai baik, tetapi sulit untuk mengaitkannya
dengan lafaz Lut, karena Nabi Lut bukan termasuk keturunan Nabi Ibrahim, melainkan anak saudaranya yang bernama Haran ibnu Azar. Kecuali jika ia dimasukkan ke dalam pengertian keturunan berdasarkan kriteria taglib (mayoritas),
seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah Swt.:
{أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ}
Adakah kalian hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, "Apakah yang kalian sembah sepeninggalanku?” Mereka menjawab, "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu,
Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (Al-Baqarah: 133)Nabi Ismail adalah pamannya, tetapi ia dimasukkan ke dalam pengertian ayah-ayahnya secara taglib.
Sama pula dengan pengertian yang terkandung di dalam firman Allah Swt. lainnya, yaitu:
{فَسَجَدَ الْمَلائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ * إِلا إِبْلِيسَ}
Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, kecuali iblis. (Al-Hijr: 30-31)Dalam ayat ini iblis dimasukkan ke dalam malaikat dalam hal mendapat perintah untuk bersujud, dan iblis dicela karena menentang perintah itu.
Dia menyerupai mereka, karena itu dia diperlakukan sama dengan mereka (para malaikat) dan dikategorikan sebagai golongan para malaikat secara taglib; karena sesungguhnya pada kenyataannya iblis termasuk makhluk jin
yang diciptakan dari api, sedangkan malaikat diciptakan dari nur.Penyebutan Isa a.s. ke dalam keturunan Nabi Ibrahim atau Nabi Nuh, menurut pendapat lainnya hal ini menunjukkan dimasukkannya keturunan anak perempuan
ke dalam golongan keturunan anak laki-laki, karena sesungguhnya nasab Isa a.s. berkaitan dengan Nabi Ibrahim a.s. hanyalah melalui ibunya, yaitu Maryam a.s sebab Isa a.s. tidak berayah.Ibnu Abu Hatim mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Sahl ibnu Yahya Al-Askari, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abis, dari Abdullah ibnu Ata Al-Makki, dari Abu Harb ibnu Abul Aswad
yang menceritakan bahwa Al-Hajjaj mengirimkan utusan kepada Yahya ibnu Ya'mur untuk menyampaikan pesan, "Telah sampai kepadaku suatu berita bahwa engkau menduga Al-Hasan dan Al-Husain termasuk keturunan Nabi Saw.
dan kamu jumpai dalilnya di dalam Kitabullah (Al-Qur'an). Padahal aku telah membaca Al-Qur'an dari awal sampai akhir, tetapi tidak menemukannya." Yahya ibnu Ya'mur menjawab, "Tidak pernahkah engkau membaca suatu ayat
di dalam surat Al-An'am yang mengatakan: dan dari keturunannya, yaitu Daud dan Sulaiman. (Al-An'am: 84) sampai kepada firman-Nya: Yahya dan Isa. (Al-An'am: 85)." Al-Hajjaj menjawab, "Ya." Yahya ibnu Ya'mur berkata,
"Bukankah Isa termasuk keturunan Nabi Ibrahim, padahal dia tidak berayah?" Al-Hajjaj menjawab, "Engkau benar."Karena itulah apabila seseorang berwasiat kepada keturunannya, atau mewakafkan kepada mereka,
atau memberi mereka suatu hibah, maka keturunan dari anak-anak perempuan termasuk ke dalam golongan keturunannya.Adapun jika seseorang memberi kepada anak laki-lakinya atau mewakafkan sesuatu kepada anak-anak lelakinya,
maka hal tersebut hanya khusus bagi mereka dan bagi keturunannya dari anak laki-lakinya. Mereka yang berpendapat demikian berdalilkan kepada ucapan seorang penyair Arab yang mengatakan:
بَنُونَا بَنُو أَبْنَائِنَا وَبَنَاتُنَا ... بَنُوهُنَّ أَبْنَاءُ الرِّجَالِ الْأَجَانِبِ
Anak-anak lelaki kami adalah keturunan kami; sedangkan anak-anak lelaki dari keturunan anak-anak perempuan kami, mereka adalah para putra dari lelaki lain.Pendapat lainnya lagi mengatakan bahwa anak-anak lelaki dari keturunan
anak-anak perempuan termasuk pula ke dalam pengertian keturunan dari anak laki-laki, karena berdasarkan kepada sebuah hadis yang disebutkan di dalam kitab Sahih Bukhari yang menyatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda kepada Al-Hasan ibnu Ali:
"إِنَّ ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ، وَلَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يُصْلِحَ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ عَظِيمَتَيْنِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ"
Sesungguhnya anakku ini adalah seorang sayyidf mudah-mudahan Allah mendamaikan dengan melaluinya dua golongan yang besar dari kalangan kaum muslim.Dalam hadis ini Rasulullah Saw. menyebutkan Al-Hasan sebagai anak lelakinya.
Hal ini menunjukkan bahwa Al-Hasan (yang merupakan anak dari putrinya) dianggap sebagai anak Rasulullah Saw. sendiri.Pendapat yang lainnya lagi membolehkannya (yakni boleh memasukkan keturunan dari anak perempuan
ke dalam golongan keturunan dari anak laki-laki).Firman Allah Swt.:
{وَمِنْ آبَائِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَإِخْوَانِهِمْ}
dan Kami lebihkan (pula) derajat sebagian dari bapak-bapak mereka, keturunan mereka, dan saudara-saudara mereka. (Al-An'am: 87)Disebutkan orang-orang tua mereka, anak-anak mereka, dan saudara-saudara mereka yang setara; dan bahwa hidayah serta pilihan mencakup mereka seluruhnya. Dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَاجْتَبَيْنَاهُمْ وَهَدَيْنَاهُمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}
Dan Kami telah memilih mereka, dan Kami menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (Al-An'am: 87)Kemudian disebutkan pula:
{ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ}
Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. (Al-An'am: 88)Dengan kata lain, hal tersebut terjadi semata-mata berkat taufik dari Allah dan hidayah-Nya kepada mereka.
{وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}
Seandainya mereka mempersekutukan Allah niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. (Al-An'am: 88)Hal ini sebagai peringatan keras, sanksi yang berat terhadap perbuatan mempersekutukan Allah, dan bahwa pelakunya melakukan dosa terbesar, seperti yang disebutkan Allah dalam firman lainnya:
{وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ}
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelum kamu, "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalanmu.” (Az-Zumar: 65),
hingga akhir ayat.Hal ini adalah syarat, sedangkan syarat itu bukan berarti pasti akan terjadi; perihalnya sama dengan makna yang terdapat di dalam firman-Nya:
{قُلْ إِنْ كَانَ لِلرَّحْمَنِ وَلَدٌ فَأَنَا أَوَّلُ الْعَابِدِينَ}
Katakanlah "Jika benar Tuhan yang Maha Pemurah mempunyai anak, maka akulah (Muhammad) orang yang mula-mula menyembah (memuliakan anak itu)." (Az-Zukhruf: 81)
{لَوْ أَرَدْنَا أَنْ نَتَّخِذَ لَهْوًا لاتَّخَذْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا إِنْ كُنَّا فَاعِلِينَ}
Sekiranya Kami hendak membuat suatu permainan, tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian, (tentulah Kami telah melakukannya). (Al-Anbiya: 17)
{لَوْ أَرَادَ اللَّهُ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا لاصْطَفَى مِمَّا يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ سُبْحَانَهُ هُوَ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ}
Kalau sekiranya Allah hendak mengambil anak, tentu Dia akan memilih apa yang dikehendaki-Nya di antara ciptaan-ciptaan yang telah diciptakan-Nya Mahasuci Allah Dialah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (Az-Zumar: 4) Adapun firman Allah Swt.:
{أُولَئِكَ الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ}
Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka kitab, hikmat, dan kenabian. (Al-An'am: 89)Artinya, merekalah orang-orang yang telah Kami berikan nikmat kepada mereka berupa hal-hal tersebut sebagai rahmat buat hamba-hamba Kami melalui mereka, dan sebagai kasih sayang Kami terhadap semua makhluk.
{فَإِنْ يَكْفُرْ بِهَا}
Jika ingkar terhadapnya. (Al-An'am: 89)Yakni terhadap kenabian. Dapat pula diinterpretasikan bahwa damir yang ada kembali kepada ketiga perkara tersebut, yaitu Al-Kitab, hikmat, dan kenabian.Firman Allah Swt.:
{هَؤلاءِ}
orang-orang itu. (Al-An'am: 89)Yaitu penduduk Mekah, menurut Ibnu Abbas, Sa'id ibnul Musayyab, Ad-Dahhak, Qatadah, dan As-Saddi serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
{فَقَدْ وَكَّلْنَا بِهَا قَوْمًا لَيْسُوا بِهَا بِكَافِرِينَ}
maka sesungguhnya Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang sekali-kali tidak akan mengingkarinya. (Al-An'am: 89)Dengan kata lain, jika semua nikmat ini diingkari oleh orang-orang dari kalangan Quraisy dan lain-lainnya,
baik yang Arab maupun yang 'Ajam, dan baik dari kalangan Ahli Kitab maupun dari kalangan agama lainnya, maka sesungguhnya Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang lain —yakni kaum Muhajirin dan kaum Ansar
serta pengikut mereka— sampai hari kiamat.
{لَيْسُوا بِهَا بِكَافِرِينَ}
yang sekali-kali mereka tidak akan mengingkarinya. (Al-An'am: 89)Maksudnya, mereka sama sekali tidak akan mengingkarinya dan tidak akan menolak barang satu huruf pun darinya, bahkan mereka beriman kepada semuanya,
baik yang muhkam maupun yang mutasyabih. Semoga Allah menjadikan kita ke dalam golongan mereka berkat karunia, kedermawanan, dan kebajikan-Nya.Kemudian Allah Swt. ber-khitab (berbicara) kepada hamba dan Rasul-Nya,
yaitu Nabi Muhammad Saw., melalui firman-Nya:
{أُولَئِكَ}
Mereka itulah (Al-An'am: 90)Yakni para nabi yang telah disebutkan di atas serta orang-orang yang disebutkan bersama mereka dari kalangan para orang tua dan keturunannya serta saudara-saudaranya yang setara dengan mereka.
{الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ}
Orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah (Al-An'am: 90)Artinya, hanya merekalah yang mendapat petunjuk, bukan selain mereka.
{فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهِ}
maka ikutilah petunjuk mereka. (Al-An'am: 90)Yakni anuti dan ikutilah mereka. Apabila hal ini merupakan perintah yang ditujukan kepada Rasul Saw., maka umatnya mengikut kepadanya dalam semua yang disyariatkan
dan yang diperintahkan olehnya kepada mereka.Sehubungan dengan ayat ini Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Hisyam, bahwa Juraij pernah bercerita
kepada mereka, bahwa telah menceritakan kepadaku Sulaiman Al-Ahwal, bahwa Mujahid pernah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Abbas, "Apakah di dalam surat Sad terdapat ayat yang menganjurkan
bersujud tilawah?" Ibnu Abbas mengiakannya, lalu membacakan firman Allah Swt.: Dan Kami anugerahkan Ishaq dan Ya’qub kepadanya. (Al-An'am: 84) sampai dengan: maka ikutilah petunjuk mereka. (Al-An'am: 90) Kemudian ia berkata,
"Nabi Saw. termasuk salah seorang dari mereka."Yazid ibnu Harun, Muhammad ibnu Ubaid, dan Suhail ibnu Yusuf menambahkan dari Al-Awwam, dari Mujahid, bahwa ia bertanya kepada
Ibnu Abbas mengenainya. Lalu Ibnu Abbas menjawab, "Nabi kalian termasuk salah seorang yang diperintahkan untuk mengikuti petunjuk mereka."Firman Allah Swt.:
{قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا}
Katakanlah, "Aku tidak meminta upah kepada kalian dalam menyampaikannya (Al-Qur'an)." (Al-An'am: 90)Artinya, dalam menyampaikan Al-Qur'an ini aku tidak meminta suatu upah pun kepada kalian. Dengan kata lain, aku tidak bermaksud sesuatupun dari kalian.
{إِنْ هُوَ إِلا ذِكْرَى لِلْعَالَمِينَ}
Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk segala umat. (Al-An'am: 90)Yakni mereka menjadi sadar dan mendapat petunjuk dari kegelapan menuju ke jalan hidayah, dan dari kesesatan menuju ke jalan petunjuk, dan dari kekafiran menuju kepada iman, berkat Al-Qur'an.
Surat Al-Anam |6:85|
وَزَكَرِيَّا وَيَحْيَىٰ وَعِيسَىٰ وَإِلْيَاسَ ۖ كُلٌّ مِنَ الصَّالِحِينَ
wa zakariyyaa wa yaḥyaa wa 'iisaa wa ilyaas, kullum minash-shooliḥiin
dan Zakaria, Yahya, Isa, dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang saleh,
And Zechariah and John and Jesus and Elias - and all were of the righteous.
(Dan Zakaria, Yahya) yakni anak lelakinya (Isa) anak lelaki Maryam; hal ini menunjukkan bahwa pengertian keturunan itu mencakup juga anak-anak lelaki dari anak perempuan (dan Ilyas) anak lelaki Nabi Harun saudara lelaki Nabi Musa.
(Semuanya) mereka itu (termasuk orang-orang yang saleh).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 85 |
Penjelasan ada di ayat 84
Surat Al-Anam |6:86|
وَإِسْمَاعِيلَ وَالْيَسَعَ وَيُونُسَ وَلُوطًا ۚ وَكُلًّا فَضَّلْنَا عَلَى الْعَالَمِينَ
wa ismaa'iila walyasa'a wa yuunusa wa luuthoo, wa kullan fadhdholnaa 'alal-'aalamiin
Dan Ismail, Ilyasa', Yunus, dan Lut. Masing-masing Kami lebihkan (derajatnya) di atas umat lain (pada masanya),
And Ishmael and Elisha and Jonah and Lot - and all [of them] We preferred over the worlds.
(Dan Ismail) anak lelaki Nabi Ibrahim (Alyasa) huruf lam adalah tambahan, yakni Yasa' (Yunus dan Luth) anak laki-laki Nabi Harun saudara lelaki Nabi Ibrahim (masing-masing) dari mereka itu
(Kami lebihkan derajatnya di atas umat manusia) dengan pangkat kenabian.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 86 |
Penjelasan ada di ayat 84
Surat Al-Anam |6:87|
وَمِنْ آبَائِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَإِخْوَانِهِمْ ۖ وَاجْتَبَيْنَاهُمْ وَهَدَيْنَاهُمْ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
wa min aabaaa`ihim wa żurriyyaatihim wa ikhwaanihim, wajtabainaahum wa hadainaahum ilaa shiroothim mustaqiim
(dan Kami lebihkan pula derajat) sebagian dari nenek moyang mereka, keturunan mereka, dan saudara-saudara mereka. Kami telah memilih mereka (menjadi nabi dan rasul) dan mereka Kami beri petunjuk ke jalan yang lurus.
And [some] among their fathers and their descendants and their brothers - and We chose them and We guided them to a straight path.
(Dan Kami lebihkan pula derajat sebagian dari bapak-bapak mereka, keturunan mereka dan saudara-saudara mereka) diathafkan pada Lafal kullan atau nuuhan; dan makna min di sini menunjukkan littab'idh,
sebab sebagian dari mereka ada yang tidak mempunyai anak, dan sebagian lainnya ada yang mempunyai anak hanya saja kafir. (Dan Kami memilih mereka) Kami menyeleksi mereka (dan Kami menunjuki mereka ke jalan yang lurus).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 87 |
Penjelasan ada di ayat 84
Surat Al-Anam |6:88|
ذَٰلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۚ وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
żaalika hudallohi yahdii bihii may yasyaaa`u min 'ibaadih, walau asyrokuu laḥabitho 'an-hum maa kaanuu ya'maluun
Itulah petunjuk Allah, dengan itu Dia memberi petunjuk kepada siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sekiranya mereka menyekutukan Allah, pasti lenyaplah amalan yang telah mereka kerjakan.
That is the guidance of Allah by which He guides whomever He wills of His servants. But if they had associated others with Allah, then worthless for them would be whatever they were doing.
(Itulah) agama yang mereka diberi petunjuk kepadanya (petunjuk Allah yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya.
Seandainya mereka menyekutukan Allah) sebagai perumpamaan saja (niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka lakukan.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 88 |
Penjelasan ada di ayat 84
Surat Al-Anam |6:89|
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ۚ فَإِنْ يَكْفُرْ بِهَا هَٰؤُلَاءِ فَقَدْ وَكَّلْنَا بِهَا قَوْمًا لَيْسُوا بِهَا بِكَافِرِينَ
ulaaa`ikallażiina aatainaahumul-kitaaba wal-ḥukma wan-nubuwwah, fa iy yakfur bihaa haaa`ulaaa`i fa qod wakkalnaa bihaa qoumal laisuu bihaa bikaafiriin
Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan Kitab, Hikmah, dan kenabian. Jika orang-orang (Quraisy) itu mengingkarinya, maka Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang tidak mengingkarinya.
Those are the ones to whom We gave the Scripture and authority and prophethood. But if the disbelievers deny it, then We have entrusted it to a people who are not therein disbelievers.
(Merekah itulah orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka kitab) yakni kitab-kitab (hukum) hikmah (dan kenabian. Jika berlaku ingkar terhadapnya) terhadap tiga hal itu (mereka itu)
yaitu penduduk Mekah (maka sesungguhnya Kami akan menyerahkannya) Kami akan memasrahkannya (kepada kaum yang sekali-kali tidak akan mengingkarinya) mereka adalah kaum Muhajirin dan kaum Ansar.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 89 |
Penjelasan ada di ayat 84
Surat Al-Anam |6:90|
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ ۖ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ ۗ قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا ۖ إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرَىٰ لِلْعَالَمِينَ
ulaaa`ikallażiina hadallohu fa bihudaahumuqtadih, qul laaa as`alukum 'alaihi ajroo, in huwa illaa żikroo lil-'aalamiin
Mereka itulah (para nabi) yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah (Muhammad), "Aku tidak meminta imbalan kepadamu dalam menyampaikan (Al-Qur´an)." Al-Qur´an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk (segala umat) seluruh alam.
Those are the ones whom Allah has guided, so from their guidance take an example. Say, "I ask of you for this message no payment. It is not but a reminder for the worlds."
(Mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk) yaitu mereka yang mendapat hidayah (Allah, maka petunjuk mereka) jalan mereka seperti mentauhidkan Allah dan bersabar (ikutilah) dengan ha saktah baik dibaca wakaf
maupun washal akan tetapi menurut suatu qiraat dibaca tanpa ha saktah jika dibaca washal/dibaca langsung (katakanlah) kepada penduduk Mekah ("Aku tidak meminta kepadamu dalam menyampaikannya)
dimaksud menyampaikan Alquran (suatu upah pun.") yang kamu berikan upah itu kepadaku (tidak lain ia itu) Alquran itu (hanyalah peringatan) nasihat (untuk segala umat) mencakup umat manusia dan umat jin.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 90 |
Penjelasan ada di ayat 84
Surat Al-Anam |6:91|
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَىٰ بَشَرٍ مِنْ شَيْءٍ ۗ قُلْ مَنْ أَنْزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَىٰ نُورًا وَهُدًى لِلنَّاسِ ۖ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا ۖ وَعُلِّمْتُمْ مَا لَمْ تَعْلَمُوا أَنْتُمْ وَلَا آبَاؤُكُمْ ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ
wa maa qodarulloha ḥaqqo qodrihiii iż qooluu maaa anzalallohu 'alaa basyarim min syaii`, qul man anzalal-kitaaballażii jaaa`a bihii muusaa nuurow wa hudal lin-naasi taj'aluunahuu qoroothiisa tubduunahaa wa tukhfuuna kaṡiiroo, wa 'ullimtum maa lam ta'lamuuu antum wa laaa aabaaa`ukum, qulillaahu ṡumma żar-hum fii khoudhihim yal'abuun
Mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya ketika mereka berkata, "Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia." Katakanlah (Muhammad), "Siapakah yang menurunkan Kitab (Taurat) yang dibawa Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan Kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu memperlihatkan (sebagiannya) dan banyak yang kamu sembunyikan, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang tidak diketahui, baik olehmu maupun oleh nenek moyangmu." Katakanlah, "Allah-lah (yang menurunkannya)," kemudian (setelah itu), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.
And they did not appraise Allah with true appraisal when they said, "Allah did not reveal to a human being anything." Say, "Who revealed the Scripture that Moses brought as light and guidance to the people? You [Jews] make it into pages, disclosing [some of] it and concealing much. And you were taught that which you knew not - neither you nor your fathers." Say, "Allah [revealed it]." Then leave them in their [empty] discourse, amusing themselves.
(Dan mereka tidak menghormati) orang-orang Yahudi itu (Allah dengan penghormatan yang semestinya) artinya mereka sama sekali tidak mengagungkan-Nya dengan pengagungan yang seharusnya,
atau mereka tidak mengetahui-Nya dengan pengetahuan yang semestinya (di kala mereka mengatakan) kepada Nabi saw., yaitu sewaktu mereka mendebat Nabi saw. dalam masalah Alquran
("Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia." Katakanlah,) kepada mereka ("Siapakah yang menurunkan kitab Taurat yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia,
kamu jadikan kitab itu) dengan memakai ya dan ta pada tiga tempat (lembaran-lembaran kertas) kamu menuliskannya pada lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai (kamu perlihatkan sebagiannya)
kamu tidak suka menampakkan kesemua isinya (dan kamu sembunyikan sebagian besarnya) sebagian besar dari apa yang terdapat di dalam kandungannya, seperti mengenai ciri-ciri Nabi Muhammad saw.
(padahal telah diajarkan kepadamu) hai orang-orang Yahudi di dalam Alquran (apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahuinya") karena tidak terdapat di dalam kitab Taurat,
maka hal itu membuat kamu ragu dan berselisih paham tentang Taurat antara sesamamu. (Katakanlah, "Allahlah") yang menurunkannya; jika mereka tidak mengatakannya,
maka tidak ada jawaban lain kecuali jawaban itu (kemudian biarkanlah mereka di dalam kesibukan mereka) dalam kebatilan mereka (bermain-main).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 91 |
Tafsir ayat 91-92
Allah Swt. berfirman, bahwa mereka sama sekali tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya karena mereka mendustakan rasul-rasul-Nya yang ditujukan kepada mereka.Ibnu Abbas, Mujahid, dan Abdullah ibnu Kasir
mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Quraisy. Kemudian dipilih oleh Ibnu Jarir. Pendapat lain mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan segolongan kaum Yahudi.
Menurut pendapat yang lainnya, ayat ini diturunkan berkenaan dengan Fanhas, salah seorang lelaki kaum Yahudi. Sedangkan menurut pendapat yang lainnya lagi, ayat ini diturunkan berkenaan dengan Malik Ibnus Saif.
{قَالُوا مَا أَنزلَ اللَّهُ عَلَى بَشَرٍ مِنْ شَيْءٍ}
mereka berkata, "Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia." (Al-An'am: 91)Pendapat pertama adalah pendapat paling sahih, mengingat ayat ini adalah ayat Makkiyyah, dan orang-orang Yahudi tidak mengingkari adanya
penurunan kitab-kitab dari langit. Tetapi orang-orang Quraisy dan orang-orang Arab dahulu mengingkari kerasulan Nabi Muhammad Saw. karena beliau seorang manusia, seperti yang disebutkan oleh firman Allah Swt. dalam firman-Nya:
{أَكَانَ لِلنَّاسِ عَجَبًا أَنْ أَوْحَيْنَا إِلَى رَجُلٍ مِنْهُمْ أَنْ أَنْذِرِ النَّاسَ }
Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka, "Berilah peringatan kepada manusia!" (Yunus: 2)
{وَمَا مَنَعَ النَّاسَ أَنْ يُؤْمِنُوا إِذْ جَاءَهُمُ الْهُدَى إِلا أَنْ قَالُوا أَبَعَثَ اللَّهُ بَشَرًا رَسُولا * قُلْ لَوْ كَانَ فِي الأرْضِ مَلائِكَةٌ يَمْشُونَ مُطْمَئِنِّينَ لَنزلْنَا عَلَيْهِمْ مِنَ السَّمَاءِ مَلَكًا رَسُولا}
Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk kepadanya, kecuali perkataan mereka, "Adakah Allah mengutus seorang manusia menjadi rasul?” Katakanlah, "Seandainya ada malaikat-malaikat
yang berjalan sebagai penghuni di bumi, niscaya Kami turunkan dari langit kepada mereka malaikat menjadi rasul.” (Al-Isra: 94-95)Sedangkan dalam surat ini disebutkan melalui firman-Nya:
{وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوا مَا أَنزلَ اللَّهُ عَلَى بَشَرٍ مِنْ شَيْءٍ}
Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya di kala mereka berkata, "Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia.” (Al-An'am: 91)Adapun firman Allah Swt.:
{قُلْ مَنْ أَنزلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَى نُورًا وَهُدًى لِلنَّاسِ}
Katakanlah, "Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia?” (Al-An'am: 91)Artinya: Hai Muhammad, katakanlah kepada mereka yang ingkar dengan adanya penurunan
suatu kitab dari sisi Allah. Ungkapan ini menyangkal kenegatifan mereka yang umum, yakni dengan menetapkan detail permasalahan yang sebenarnya secara positif, yaitu:
{مَنْ أَنزلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَى}
Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa? (Al-An'am: 91)Yakni kitab Taurat yang telah kalian ketahui, juga yang telah diketahui oleh semua orang, bahwa Allah telah menurunkan kitab Taurat kepada Musa ibnu Imran.
نُورًا وَهُدًى لِلنَّاسِ
sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia. (Al-An'am: 91)Yaitu sebagai cahaya untuk menanggulangi semua kesulitan dan sebagai petunjuk di dalam masalah syubhat yang gelap.Firman Allah Swt.:
{تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا}
kalian jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kalian perlihatkan (sebagiannya), dan kalian sembunyikan sebagian besarnya. (Al-An'am: 91)Maksudnya, kalian jadikan seluruhnya berupa kertas-kertas yang kalian
salinkan ke dalamnya dari Al-Kitab yang asli yang ada di tangan kalian, lalu kalian melakukan banyak perubahan padanya, kalian ganti, dan kalian takwilkan sendiri; kemudian kalian katakan bahwa ini dari sisi Allah, yakni dari Kitab
yang diturunkan-Nya, padahal kenyataannya bukan dari sisi Allah, melainkan dari kalian sendiri. Karena itu, diungkapkan oleh firman-Nya: Kalian jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kalian perlihatkan (sebagiannya) dan kalian
sembunyikan sebagian besarnya. (Al-An'am: 91)Firman Allah Swt.:
{وَعُلِّمْتُمْ مَا لَمْ تَعْلَمُوا أَنْتُمْ وَلا آبَاؤُكُمْ}
padahal telah diajarkan kepada kalian apa yang kalian dan bapak-bapak kalian tidak mengetahuinya. (Al-An'am: 91)Yakni perihal siapa yang menurunkan Al-Qur'an, yang melaluinya Allah mengajarkan dan menyampaikan kepada kalian
sebagian dari berita masa silam dan berita yang akan datang, padahal sebelum itu kalian —juga bapak-bapak kalian— tidak mengetahuinya.Qatadah mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang musyrik Arab. Mujahid mengatakan,
yang dimaksud adalah kaum muslim.Firman Allah Swt.:
{قُلِ اللَّهُ}
Katakanlah "Allah-lah (yang menurunkan-Nya)!" (Al-An'am: 91)Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah, "Katakanlah, 'Allah-lah yang menurunkannya'." Pendapat atau takwil Ibnu Abbas
ini adalah yang telah ditetapkan sehubungan dengan tafsir kalimat ini, bukan seperti apa yang dikatakan oleh sebagian ulama muta'akhkhirin yang mengatakan bahwa lafaz quliltahu artinya tiada lain jawabanmu kepada mereka adalah
kalimat ini, yakni 'kalimat Allah'. Berdasarkan pengertian ini, berarti takwil ayat ini mengandung kata perintah yang ditujukan kepada lawan bicara tunggal tanpa ada susunannya (kaitan kronologisnya).
Sedangkan mendatangkan kalimat yang menyendiri, menurut kaidah bahasa Arab, tidak dapat memberikan pemahaman yang memuaskan. Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ}
Kemudian biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya. (Al-An'am: 91)Artinya, biarkanlah mereka dalam kebodohan dan kesesatannya bermain-main, hingga datang kepada mereka kepastian yang meyakinkan dari Allah.
Maka mereka akan mengetahui siapakah yang akan mendapat akibat yang terpuji, apakah mereka ataukah hamba-hamba Allah yang bertakwa?Firman Allah Swt.:
{وَهَذَا كِتَابٌ}
Dan kitab ini. (Al-An'am: 92) Yakni Al-Qur'an.
{أَنزلْنَاهُ مُبَارَكٌ مُصَدِّقُ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَلِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى}
yang telah Kami turunkan yang diberkati, membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura. (Al-An'am: 92)Maksudnya adalah kota Mekah.
{وَمَنْ حَوْلَهَا}
dan orang-orang yang di luar lingkungannya. (Al-An'am: 92)dari kalangan kabilah-kabilah Arab Badui dan semua bangsa dari keturunan Anak Adam, baik yang Arab maupun yang 'Ajam, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat-ayat lain, yaitu:
{قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا}
Katakanlah "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian semua.” (Al-A'raf: 158)
{لأنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ}
supaya dengan Al-Qur'an ini aku memberi peringatan kepada kalian dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur'an (kepadanya). (Al-An'am: 19)
{وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ مِنَ الأحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهُ}
Dan barang siapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al-Qur'an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya. (Hud: 17)
{تَبَارَكَ الَّذِي نزلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا}
Mahasuci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (Al-Furqan: 1)
{وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالأمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ}
Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al-Kitab dan kepada orang-orang yang ummi, "Apakah kalian (mau) masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk. Dan jika mereka berpaling,
maka kewajiban kalian hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Ali Imran: 20)Di dalam sebuah hadis yang tertera di dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda:
"أعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنّ أَحَدٌ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ قَبْلِي" وَذَكَرَ مِنْهُنَّ: "وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ، وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً"
Aku dianugerahi lima perkara yang belum pernah diberikan kepada seorang nabi pun sebelumku. Lalu beliau Saw. antara lain menyebutkan: Dahulu nabi diutus hanya khusus kepada kaumnya, sedangkan aku diutus untuk seluruh umat manusia. Karena itu, dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ يُؤْمِنُونَ بِهِ}
Orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al-Qur'an). (Al-An'am: 92)Artinya, setiap orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, beriman pula kepada kitab Al-Qur'an yang diberkahi ini, yang Kami turunkan kepadamu, hai Muhammad.
{وَهُمْ عَلَى صَلاتِهِمْ يُحَافِظُونَ}
dan mereka selalu memelihara salatnya. (Al-An'am: 92)Yakni mereka mendirikan apa yang difardukan kepada mereka, yaitu menunaikan salat-salat fardu tepat pada waktunya masing-masing.
Surat Al-Anam |6:92|
وَهَٰذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ مُصَدِّقُ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَلِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَىٰ وَمَنْ حَوْلَهَا ۚ وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ يُؤْمِنُونَ بِهِ ۖ وَهُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ
wa haażaa kitaabun anzalnaahu mubaarokum mushoddiqullażii baina yadaihi wa litunżiro ummal-quroo wa man ḥaulahaa, wallażiina yu`minuuna bil-aakhiroti yu`minuuna bihii wa hum 'alaa sholaatihim yuḥaafizhuun
Dan ini (Al-Qur´an), Kitab yang telah Kami turunkan dengan penuh berkah, membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar engkau memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Orang-orang yang beriman kepada (kehidupan) akhirat tentu beriman kepadanya (Al-Qur´an), dan mereka selalu memelihara sholatnya.
And this is a Book which We have sent down, blessed and confirming what was before it, that you may warn the Mother of Cities and those around it. Those who believe in the Hereafter believe in it, and they are maintaining their prayers.
(Dan ini) Alquran ini (adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya) yaitu kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya (dan agar kamu memberi peringatan)
dengan memakai ta dan ya diathafkan kepada makna kalimat sebelumnya, yang artinya, Kami menurunkan Alquran untuk diambil keberkahannya, dipercayai dan agar kamu memberi peringatan dengannya
(kepada penduduk Umul Qura/Mekah dan orang-orang yang ada disekitarnya) yaitu penduduk kota Mekah dan umat lainnya (dan orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya,
dan mereka selalu memelihara sholatnya) karena takut akan siksaan akhirat.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 92 |
Penjelasan ada di ayat 91
Surat Al-Anam |6:93|
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ قَالَ أُوحِيَ إِلَيَّ وَلَمْ يُوحَ إِلَيْهِ شَيْءٌ وَمَنْ قَالَ سَأُنْزِلُ مِثْلَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ ۗ وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ ۖ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ
wa man azhlamu mim maniftaroo 'alallohi każiban au qoola uuḥiya ilayya wa lam yuuḥa ilaihi syai`uw wa mang qoola sa`unzilu miṡla maaa anzalalloh, walau tarooo iżizh-zhoolimuuna fii ghomarootil-mauti wal-malaaa`ikatu baasithuuu aidiihim, akhrijuuu anfusakum, al-yauma tujzauna 'ażaabal-huuni bimaa kuntum taquuluuna 'alallohi ghoirol-ḥaqqi wa kuntum 'an aayaatihii tastakbiruun
Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah atau yang berkata, "Telah diwahyukan kepadaku," padahal tidak diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang berkata, "Aku akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah." (Alangkah ngerinya) sekiranya engkau melihat pada waktu orang-orang zalim (berada) dalam kesakitan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata), "Keluarkanlah nyawamu." Pada hari ini kamu akan dibalas dengan azab yang sangat menghinakan, karena kamu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.
And who is more unjust than one who invents a lie about Allah or says, "It has been inspired to me," while nothing has been inspired to him, and one who says, "I will reveal [something] like what Allah revealed." And if you could but see when the wrongdoers are in the overwhelming pangs of death while the angels extend their hands, [saying], "Discharge your souls! Today you will be awarded the punishment of [extreme] humiliation for what you used to say against Allah other than the truth and [that] you were, toward His verses, being arrogant."
(Dan siapakah) maksudnya tidak ada seorang pun (yang lebih lalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah) dengan mengaku menjadi seorang nabi padahal tidak ada yang mengangkatnya menjadi nabi
(atau yang berkata, "Telah diwahyukan kepada saya," padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya) ayat ini diturunkan berkenaan dengan sikap Musailamah si pendusta itu (dan) lebih aniaya daripada (orang yang berkata,
"Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah") mereka adalah orang-orang yang memperolok-olokkan Alquran; mereka mengatakan, bahwa andaikata kami suka
niscaya kami pun dapat membuat kata-kata seperti Alquran (dan sekiranya engkau melihat) wahai Muhammad (tatkala orang-orang lalim) yang telah disebutkan tadi (berada dalam sekarat)
yaitu sedang menghadapi kematiannya (yakni maut sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya) kepada mereka seraya menyiksa lalu para malaikat itu berkata dengan kasar kepada mereka ("Keluarkanlah nyawamu,")
kepada kami untuk kami cabut. (Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan) sangat merendahkan (karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah perkataan yang tidak benar)
dengan mengaku menjadi nabi dan berpura-pura diberi wahyu padahal dusta (dan karena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya) kamu merasa tinggi diri tidak mau beriman kepada ayat-ayat-Nya
. Jawab dari huruf lau ialah: niscaya engkau akan melihat peristiwa yang mengerikan.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 93 |
Tafsir ayat 93-94
Mengenai firman Allah Swt.:
{وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا}
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah. (Al-An'am: 93)Artinya, tidak ada seorang pun yang lebih zalim (aniaya) daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah, lalu ia menjadikan
sekutu-sekutu bagi-Nya, atau anak, atau mengaku-ngaku bahwa dirinya telah diutus oleh Allah kepada manusia, padahal Allah tidak mengutusnya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{أَوْ قَالَ أُوحِيَ إِلَيَّ وَلَمْ يُوحَ إِلَيْهِ شَيْءٌ}
atau yang berkata, "Telah diwahyukan kepada saya, "padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya. (Al-An'am: 93)Ikrimah dan Qatadah mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Musailamah Al-Kazzab.
{وَمَنْ قَالَ سَأُنزلُ مِثْلَ مَا أَنزلَ اللَّهُ}
dan orang yang berkata, "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah " (Al-An'am: 93)Maksudnya orang yang mendakwakan dirinya mampu menandingi wahyu yang diturunkan dari sisi Allah melalui perkataan yang dibuat-buatnya, seperti yang dikisahkan dalam ayat yang lain:
{وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا قَالُوا قَدْ سَمِعْنَا لَوْ نَشَاءُ لَقُلْنَا مِثْلَ هَذَا}
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata, "Sesungguhnya kami telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini). Kalau kami menghendaki, niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini.” (Al-Anfal: 31), hingga akhir ayat.Firman Allah Swt.:
{وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ}
sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut. (Al-An'am: 93)Yakni sedang berada dalam sakaratul maut, kesakitannya dan penderitaannya.
{وَالْمَلائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ}
sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya. (Al-An'am: 93)Yaitu memukulinya, sama halnya dengan pengertian yang terdapat di dalam ayat lain:
{لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي }
Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku. (Al-Maidah: 28), hingga akhir ayat.
{وَيَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ وَأَلْسِنَتَهُمْ بِالسُّوءِ}
dan niscaya mereka melepaskan tangan dan lidah mereka kepada kalian dengan menyakiti (kalian). (Al-Mumtahanah: 2), hingga akhir ayat.Ad-Dahhak dan Abu Saleh mengatakan bahwa basitu aidiyahum artinya memukulkan tangan mereka, yakni menimpakan siksaan. Sama dengan pengertian yang terkandung di dalam ayat lain, yaitu:
{وَلَوْ تَرَى إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا الْمَلائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ}
Kalau kamu melihat ketika para malaikat itu mencabut nyawa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka. (Al-Anfal: 50)Karena itulah dalam surat ini disebutkan melalui firman-Nya:
وَالْمَلائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ}
sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya. (Al-An'am: 93)Yakni memukulinya sehingga rohnya keluar dari jasadnya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ}
(sambil berkata), "Keluarkanlah nyawa kalian.” (Al-An'am: 93)Orang kafir apabila mengalami sakaratul maut, para malaikat datang kepadanya membawa azab, pembalasan, rantai, belenggu, api, dan air mendidih serta murka dari Tuhan
Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Akan tetapi, rohnya bercerai-berai ke dalam seluruh tubuhnya dan membangkang, tidak mau keluar. Maka para malaikat memukulinya hingga rohnya keluar dari jasadnya, seraya berkata:
{أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ }
Keluarkanlah nyawa kalian! Di hari ini kalian dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kalian selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar. (Al-An'am: 93), hingga akhir ayat.Artinya, pada hari ini kalian
benar-benar akan dihinakan dengan sehina-hinanya, sebagai balasan dari kedustaan kalian terhadap Allah, sikap sombong kalian yang tidak mau mengikuti ayat-ayat-Nya, dan tidak mau taat kepada rasul-rasul-Nya.
Hadis-hadis yang mutawatir banyak yang menceritakan perihal sakaratul maut yang dialami oleh orang mukmin dan orang kafir. Hal ini akan diterangkan dalam tafsir firman Allah Swt.:
{يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ}
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. (Ibrahim: 27)Sehubungan dengan bab ini Ibnu Murdawaih menuturkan sebuah hadis yang sangat panjang melalui jalur yang garib, dari Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas secara marfu’. Firman Allah Swt.:
{وَلَقَدْ جِئْتُمُونَا فُرَادَى كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ}
Dan sesungguhnya kalian datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kalian Kami ciptakan pada mulanya. (Al-An'am: 94)Artinya, hal tersebut dikatakan kepada mereka pada hari mereka dikembalikan, seperti yang disebutkan dalam ayat yang lain, yaitu:
{وَعُرِضُوا عَلَى رَبِّكَ صَفًّا لَقَدْ جِئْتُمُونَا كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ}
Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. Sesungguhnya kalian datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kalian pada yang pertama kali. (Al-Kahfi: 48)Yakni sebagaimana Kami memulai penciptaan kalian,
maka Kami kembalikan kalian, sedangkan kalian dahulu mengingkarinya dan menganggapnya mustahil, maka sekarang inilah hari berbangkit.Firman Allah Swt.:
{وَتَرَكْتُمْ مَا خَوَّلْنَاكُمْ}
dan kalian tinggalkan di belakang kalian (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepada kalian. (Al-An'am: 94)Yaitu berupa semua kenikmatan dan harta benda yang kalian pelihara selama kalian hidup di dunia, semuanya itu kalian tinggalkan di belakang kalian.Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"يَقُولُ ابْنُ آدَمَ: مَالِي مَالِي، وَهَلْ لَكَ مِنْ مالك إِلَّا مَا أَكَلْتَ فَأَفْنَيْتَ، أَوْ لَبِسْتَ فَأَبْلَيْتَ، أَوْ تَصَدَّقْتَ فَأَمْضَيْتَ، وَمَا سِوَى ذَلِكَ فَذَاهِبٌ وَتَارِكُهُ لِلنَّاسِ".
Anak Adam berkata, "Hartaku-hartaku!" Padahal tiada yang engkau miliki dari hartamu kecuali apa yang engkau makan, lalu engkau habiskan; atau apa yang engkau pakai, lalu engkau lapukkan; atau apa yang engkau sedekahkan,
lalu engkau kekalkan, sedangkan selain dari itu semuanya pergi dan ditinggalkan untuk orang lain.Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa seorang anak Adam dihadapkan (kepada Allah) pada hari kiamat dalam keadaan tidak membawa apa-apa,
lalu Allah Swt. berfirman, "Ke manakah harta yang telah kamu himpun?" Ia menjawab, "Wahai Tuhanku, aku telah mengumpulkannya, tetapi aku meninggalkannya semua secara penuh." Allah berfirman kepadanya, "Hai anak Adam,
manakah amal yang kamu bawa untuk dirimu?" Maka ia melihat bahwa dirinya tidak melakukan suatu amal pun. Kemudian Al-Hasan Al-Basri membacakan firman-Nya: Dan sesungguhnya kalian datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana
kalian Kami ciptakan pada mulanya, dan kalian tinggalkan di belakang kalian (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan. (Al-An'am: 94), hingga akhir ayat.Demikianlah menurut riwayat Imam Ibnu Abu Hatim. Firman Allah Swt.:
{وَمَا نَرَى مَعَكُمْ شُفَعَاءَكُمُ الَّذِينَ زَعَمْتُمْ أَنَّهُمْ فِيكُمْ شُرَكَاءُ}
dan Kami tidak melihat besertamu pemberi syafaat yang kalian anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu Tuhan di antara kalian. (Al-An'am: 94)Ayat ini mengandung makna kecaman dan celaan terhadap mereka, karena ketika di dunia mereka
menjadikan sekutu-sekutu dan berhala-berhala serta patung-patung sebagai sembahan mereka, dengan dugaan bahwa semuanya itu dapat memberikan manfaat bagi kehidupan mereka dan dapat menyejahterakan kehidupan akhirat mereka,
jika menurut keyakinan mereka ada hari akhirat.Apabila hari kiamat tiba, maka terputuslah dari mereka semua hubungan di antara mereka, lenyaplah semua kesesatan, dan hilanglah apa yang dahulu mereka buat-buat dalam mempersekutukan-Nya,
lalu Tuhan menyerukan kepada mereka di hadapan semua makhluk:
{أَيْنَ شُرَكَاؤُكُمُ الَّذِينَ كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ}
Di manakah sembahan-sembahan kalian yang dahulu kalian katakan (sekutu-sekutu Kami)? (Al-An'am: 22)
{أَيْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ هَلْ يَنْصُرُونَكُمْ أَوْ يَنْتَصِرُونَ}
Di manakah berhala-berhala yang dahulu kalian selalu menyembah (nya) selain dari Allah? Dapatkah mereka menolong kalian atau menolong diri mereka sendiri? (Asy-Syu'ara: 92-93)Karena itu, dalam ayat ini disebutkan:
{وَمَا نَرَى مَعَكُمْ شُفَعَاءَكُمُ الَّذِينَ زَعَمْتُمْ أَنَّهُمْ فِيكُمْ شُرَكَاءُ}
dan Kami tiada melihat beserta kalian pemberi syafaat yang kalian anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu Tuhan di antara kalian. (Al-An'am: 94)Yakni yang kalian sembah, dan kalian duga bahwa mereka mempunyai bagian hak untuk kalian sembah. Kemudian Allah Swt. berfirman dalam firman selanjutnya:
{لَقَدْ تَقَطَّعَ بَيْنَكُمْ}
Sungguh telah terputuslah (pertalian) antara kalian. (Al-An'am: 94)Kalau dibaca rafa' artinya 'telah terputuslah perhimpunan kalian', dan kalau dibaca nasab artinya 'telah terputuslah semua jalinan antara kalian, yakni semua pertalian, hubungan, dan perantaraan'.
{وَضَلَّ عَنْكُمْ}
dan telah lenyap dari kalian. (Al-An'am: 94)Artinya, pergi dan lenyap dari kalian.
{مَا كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ}
apa yang dahulu kalian anggap (sebagai sekutu Allah). (Al-An'am: 94)Yakni harapan dari berhala dan sekutu-sekutu itu. Sama halnya dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya:
{إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الأسْبَابُ * وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ}
(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya dan mereka melihat siksa, dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti,
"Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesatan bagi mereka;
dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka. (Al-Baqarah: 166-167)Allah Swt. telah berfirman dalam ayat-ayat lain, yaitu:
{فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلا يَتَسَاءَلُونَ}
Apabila sangkakala ditiup, maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya. (Al-Mu’minun: 101)
{إِنَّمَا اتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا مَوَدَّةَ بَيْنِكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ وَيَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ}
Sesungguhnya berhala-berhala yang kalian sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kalian dalam kehidupan dunia ini, kemudian di hari kiamat sebagian kalian mengingkari sebagian (yang lain)
dan sebagian kalian melaknati sebagian (yang lain); dan tempat kembali kalian ialah neraka, dan sekali-kali tak ada bagi kalian para penolong pun. (Al-'Ankabut:25)
{وَقِيلَ ادْعُوا شُرَكَاءَكُمْ فَدَعَوْهُمْ فَلَمْ يَسْتَجِيبُوا لَهُمْ}
Dikatakan (kepada mereka), "Serulah oleh kalian sekutu-sekutu kalian," lalu mereka menyerunya, maka sekutu-sekutu itu tidak memperkenankan (seruan) mereka. (Al-Qashash: 64), hingga akhir ayat.
{وَيَوْمَ نَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ نَقُولُ لِلَّذِينَ أَشْرَكُوا} إِلَى قَوْلِهِ: {وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ}
Dan (ingatlah) hari yang di waktu itu Kami menghimpun mereka semuanya, kemudian Kami berkata kepada orang-orang musyrik. (Al-An'am: 22) sampai dengan firman-Nya; dan hilanglah dari mereka sembahan-sembahan yang dahulu mereka ada-adakan. (Al-An'am: 24)Ayat-ayat yang menerangkan hal ini cukup banyak.
Surat Al-Anam |6:94|
وَلَقَدْ جِئْتُمُونَا فُرَادَىٰ كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَتَرَكْتُمْ مَا خَوَّلْنَاكُمْ وَرَاءَ ظُهُورِكُمْ ۖ وَمَا نَرَىٰ مَعَكُمْ شُفَعَاءَكُمُ الَّذِينَ زَعَمْتُمْ أَنَّهُمْ فِيكُمْ شُرَكَاءُ ۚ لَقَدْ تَقَطَّعَ بَيْنَكُمْ وَضَلَّ عَنْكُمْ مَا كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ
wa laqod ji`tumuunaa furoodaa kamaa kholaqnaakum awwala marrotiw wa taroktum maa khowwalnaakum warooo`a zhuhuurikum, wa maa naroo ma'akum syufa'aaa`akumullażiina za'amtum annahum fiikum syurokaaa`, laqot taqoththo'a bainakum wa dholla 'angkum maa kuntum taz'umuun
Dan kamu benar-benar datang sendiri-sendiri kepada Kami sebagaimana Kami ciptakan kamu pada mulanya, dan apa yang telah Kami karuniakan kepadamu, kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia). Kami tidak melihat pemberi syafaat (pertolongan) besertamu yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu (bagi Allah). Sungguh, telah terputuslah (semua pertalian) antara kamu dan telah lenyap dari kamu apa yang dahulu kamu sangka (sebagai sekutu Allah).
[It will be said to them], "And you have certainly come to Us alone as We created you the first time, and you have left whatever We bestowed upon you behind you. And We do not see with you your 'intercessors' which you claimed that they were among you associates [of Allah]. It has [all] been severed between you, and lost from you is what you used to claim."
(Dan) dikatakan kepada mereka ketika dibangkitkan (sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri) dalam keadaan sendiri-sendiri, terpisah dari keluarga, harta benda dan anak
(sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya) dalam keadaan telanjang bulat dan masih belum disunatkan (dan kamu tinggalkan apa yang telah Kami berikan kepadamu)
apa-apa yang telah Kami anugerahkan kepadamu berupa harta benda (berada di belakangmu) di dunia tanpa ada pilihan lain bagimu. (Dan) dikatakan kepada mereka sebagai cemoohan
(Kami tidak melihat besertamu pemberi syafaat kamu) berhala-berhala kamu (yang kamu anggap bahwa mereka di antara kamu) artinya yang berhak kamu sembah (sebagai sekutu-sekutu) Allah.
(Sungguh telah terputuslah di antara kamu) pertalian kamu, artinya telah tercerai-berailah persatuanmu. Dan di dalam suatu qiraat dibaca nashab sebagai zharaf; yang artinya telah terputuslah pertalian antara kamu
(dan telah lenyap) maksudnya telah hilang (daripada kamu apa yang dahulu kamu anggap) sewaktu hidup di dunia bahwa kamu mendapatkan syafaatnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 94 |
Penjelasan ada di ayat 93
Surat Al-Anam |6:95|
إِنَّ اللَّهَ فَالِقُ الْحَبِّ وَالنَّوَىٰ ۖ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَمُخْرِجُ الْمَيِّتِ مِنَ الْحَيِّ ۚ ذَٰلِكُمُ اللَّهُ ۖ فَأَنَّىٰ تُؤْفَكُونَ
innalloha faaliqul-ḥabbi wan-nawaa, yukhrijul-ḥayya minal-mayyiti wa mukhrijul-mayyiti minal-ḥayy, żaalikumullohu fa annaa tu`fakuun
Sungguh, Allah yang menumbuhkan butir (padi-padian) dan biji (kurma). Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Itulah (kekuasaan) Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?
Indeed, Allah is the cleaver of grain and date seeds. He brings the living out of the dead and brings the dead out of the living. That is Allah; so how are you deluded?
(Sesungguhnya Allah menumbuhkan) menjadikan (butir) tunas tetumbuhan (dan biji) dari pohon kurma. (Dia mengeluarkan yang hidup dan yang mati) seperti manusia dan unggas yaitu berasal dari air mani dan telur
(dan mengeluarkan yang mati) yakni air mani dan telur (dari yang hidup, yang demikian itu) artinya yang menumbuhkan dan yang mengeluarkan (ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling)
mengapa kamu masih berpaling juga dari keimanan padahal bukti-buktinya telah ada.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 95 |
Tafsir ayat 95-97
Allah Swt. memberitahukan bahwa Dialah Yang membelah biji-bijian dan semua bibit tanaman, yakni Dia membelahnya di dalam tanah, lalu menumbuhkan dari biji-bijian berbagai macam tanaman, sedangkan dari bibit tanaman Dia keluarkan
berbagai macam pohon yang menghasilkan buah-buahan yang berbeda-beda warna, bentuk, dan rasanya. Karena itulah firman-Nya berikut ini:
{فَالِقُ الْحَبِّ وَالنَّوَى}
menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. (Al-An'am: 95)ditafsirkan oleh firman selanjutnya yang mengatakan:
{يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ}
Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati. (Al-An'am: 95)Artinya, Dia mengeluarkan tumbuh-tumbuhan yang hidup dari biji dan bibit tanaman yang merupakan benda mati. Perihalnya sama dengan yang disebutkan oleh firman-Nya:
: {وَآيَةٌ لَهُمُ الأرْضُ الْمَيْتَةُ أَحْيَيْنَاهَا وَأَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُونَ }
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka darinya mereka makan. (Yasin: 33)sampai dengan firman-Nya:
وَمِنْ أَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ
dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. (Yasin: 36)Adapun firman Allah Swt.:
{وَمُخْرِجُ الْمَيِّتِ مِنَ الْحَيِّ}
Dan Dia mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Al-An'am: 95)di-ataf-kan kepada firman-Nya:
{فَالِقُ الْحَبِّ وَالنَّوَى}
menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. (Al-An'am: 95)Kemudian ditafsirkan (dijelaskan), selanjutnya di-'ataf-kan kepadanya firman Allah Swt.:
{وَمُخْرِجُ الْمَيِّتِ مِنَ الْحَيِّ}
Dan Dia mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Al-An'am: 95)Mereka memberikan contoh mengenai makna ayat ini dengan berbagai ungkapan yang seluruhnya berdekatan lagi mengenai maknanya. Di antara mereka
ada yang mengatakan bahwa ayam dikeluarkan dari telur, dan sebaliknya. Di antaranya ada pula yang mengatakan bahwa anak yang saleh dilahirkan dari orang yang fajir (durhaka), dan sebaliknya. Masih banyak contoh lainnya
yang pengertiannya terkandung di dalam ayat ini.Firman Allah Swt.:
{ذَلِكُمُ اللَّهُ}
(Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah. (Al-An'am: 95)Maksudnya, yang mampu melakukan hal tersebut hanyalah Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya.
{فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ}
maka mengapa kalian masih berpaling? (Al-An'am: 95)Yakni mengapa kalian berpaling dari kebenaran dan menyimpang darinya menuju kepada kebatilan, lalu kalian menyembah Dia bersama yang lain.Firman Allah Swt.:
{فَالِقُ الإصْبَاحِ وَجَاعِلُ اللَّيْلِ سَكَنًا}
Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat. (Al-An'am: 96)Artinya, Dialah yang menciptakan cahaya dan kegelapan, seperti yang disebutkan di awal surat:
{وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ}
dan mengadakan gelap dan terang. (Al-An'am: 1)Yaitu Dia Yang Mahasuci menyingsingkan gelapnya malam hari pada pagi hari, sehingga alam menjadi terang, dan cakrawala tampak terang-benderang. Gelapnya malam hari hilang
berangsur-angsur dan pergi membawa kegelapannya, lalu datanglah siang hari dengan sinarnya yang terang. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya yang lain:
{يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا}
Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Al-A'raf: 54)Allah Swt. menjelaskan kekuasaan-Nya dalam menciptakan berbagai macam hal yang bertentangan lagi berbeda-beda, semuanya itu menunjukkan
kesempurnaan kebesaran yang dimiliki-Nya dan kebesaran kekuasaan-Nya. Untuk itu Allah Swt. menyebutkan: Dia menyingsingkan pagi. (Al-An'am: 96) Dan yang bertentangan dengan itu disebutkan oleh firman-Nya: dan menjadikan malam
untuk beristirahat. (Al-An'am: 96)Yakni sunyi lagi gelap agar segala sesuatu dapat beristirahat padanya, seperti yang disebutkan di dalam firman-firman yang lain:
{وَالضُّحَى وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى}
Demi waktu matahari sepenggalan naik, dan demi malam apabila telah sunyi. (Adh-Dhuha: 1-2)
{وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى * وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى}
Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang-benderang. (Al-Lail: 1-2)
{وَالنَّهَارِ إِذَا جَلاهَا * وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَاهَا}
dan siang apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya. (Asy-Syams: 3-4)Suhaib Ar-Rumi berkata kepada istrinya yang baru saja mencelanya karena banyak begadang di malam hari, "Sesungguhnya Allah menjadikan malam hari
untuk beristirahat, kecuali bagi Suhaib. Sesungguhnya Suhaib apabila ingat akan surga, maka rasa rindunya memanjang; dan apabila ingat akan neraka, maka terusirlah rasa kantuknya." Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Firman Allah Swt.:
{وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا}
dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. (Al-An'am: 96)Yakni keduanya beredar menurut perhitungan yang pasti rapi, tidak berubah dan tidak kacau, melainkan masing-masing dari keduanya mempunyai garis edar
yang ditempuh oleh masing-masing dalam musim panas dan musim dinginnya. Sebagai akibat dari hal tersebut, maka berbeda-bedalah panjang dan pendek malam dan siang hari. Perihalnya sama dengan yang disebutkan di dalam ayat lain,
yaitu firman-Nya:
{هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ }
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (garis-garis edar) bagi perjalanan bulan itu. (Yunus: 5), hingga akhir ayat.
{لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ}
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (Yasin: 40)
{وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ}
dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan bintang-bintang; (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. (Al-A'raf: 54)Adapun firman Allah Swt.:
{ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ}
Itulah ketentuan Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Al-An'am: 96)Artinya, semuanya beredar berdasarkan pengaturan dari Tuhan Yang Mahaperkasa, tanpa membangkang dan tanpa menentang,
lagi Maha Mengetahui segala sesuatu. Maka tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari pengetahuan-Nya barang sebesar zarrah pun, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. Dalam Al-Qur'an
—apabila Allah menyebutkan tentang penciptaan malam, siang, matahari, dan bulan— sering kali diakhiri dengan penyebutan sifat perkasa dan sifat mengetahui, seperti yang terdapat dalam ayat ini (Al-An'am: 96), juga ayat lain, yaitu:
{وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ * وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ}
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu. maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan, dan matahari berjalan di tempat peredarannya.
Demikianlah ketetapan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Yasin: 37-38)Demikian pula ketika Dia menyebutkan perihal penciptaan langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada pada keduanya,
yaitu pada permulaan surat Hamim Sajdah:
{وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ}
Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Fushshilat: 12) Sehubungan dengan firman Allah Swt. berikut ini:
{وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ النُّجُومَ لِتَهْتَدُوا بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ}
Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagi kalian, agar kalian menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. (Al-An'am: 97)Sebagian ulama Salaf mengatakan, "Barang siapa yang mempunyai keyakinan
terhadap bintang-bintang tersebut selain dari ketiga fungsi yang akan disebutkan, berarti dia keliru dan dusta terhadap Allah Swt. Yaitu Allah menjadikannya sebagai hiasan langit dan sebagai perajam untuk setan-setan serta sebagai petunjuk
dalam kegelapan di darat dan di laut."Firman Allah Swt.:
{قَدْ فَصَّلْنَا الآيَاتِ}
Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami). (Al-An'am: 97)Artinya, Kami jelaskan dan Kami terangkan tanda-tanda kebesaran Kami itu.
{لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ}
kepada orang-orang yang mengetahui (Al-An'am: 97)Yakni kepada orang-orang yang berakal dan mengetahui kebenaran serta menjauhi kebatilan.
Surat Al-Anam |6:96|
فَالِقُ الْإِصْبَاحِ وَجَعَلَ اللَّيْلَ سَكَنًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
faaliqul-ishbaaḥ, wa ja'alal-laila sakanaw wasy-syamsa wal-qomaro ḥusbaanaa, żaalika taqdiirul-'aziizil-'aliim
Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketetapan Allah Yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui.
[He is] the cleaver of daybreak and has made the night for rest and the sun and moon for calculation. That is the determination of the Exalted in Might, the Knowing.
(Dia menyingsingkan pagi) mashdar yang bermakna isim yakni subuh atau pagi hari; artinya Allahlah yang menyingsingkan sinar pagi, yaitu cahaya yang tampak di permulaan pagi hari mengusir kegelapan malam hari
(dan menjadikan malam untuk beristirahat) waktu semua makhluk beristirahat dari kepenatannya (dan menjadikan matahari dan bulan) dibaca nashab diathafkan kepada Lafal lail secara makna (untuk perhitungan)
untuk ukuran perhitungan waktu; atau dengan tanpa huruf ba atau hisaaban, maka menjadi hal bagi Lafal yang tersimpan. Artinya matahari dan bulan itu beredar menurut perhitungannya
sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat surah Ar-Rahman. (Itulah) yang telah tersebut itu (ketentuan Allah Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Mengetahui) seluk-beluk makhluk-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 96 |
Penjelasan ada di ayat 95
Surat Al-Anam |6:97|
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ النُّجُومَ لِتَهْتَدُوا بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۗ قَدْ فَصَّلْنَا الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
wa huwallażii ja'ala lakumun-nujuuma litahtaduu bihaa fii zhulumaatil-barri wal-baḥr, qod fashsholnal-aayaati liqoumiy ya'lamuun
Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Kami telah menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.
And it is He who placed for you the stars that you may be guided by them through the darknesses of the land and sea. We have detailed the signs for a people who know.
(Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu agar kamu menjadikannya sebagai petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut) sewaktu dalam perjalanan (sesungguhnya Kami telah menjelaskan)
Kami telah terangkan (tanda-tanda) yang menunjukkan akan kekuasaan Kami (kepada orang-orang yang mengetahui) yakni orang-orang yang mau menggunakan akalnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 97 |
Penjelasan ada di ayat 95
Surat Al-Anam |6:98|
وَهُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ فَمُسْتَقَرٌّ وَمُسْتَوْدَعٌ ۗ قَدْ فَصَّلْنَا الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَفْقَهُونَ
wa huwallażiii ansya`akum min nafsiw waaḥidatin fa mustaqorruw wa mustauda', qod fashsholnal-aayaati liqoumiy yafqohuun
Dan Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), maka (bagimu) ada tempat menetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda (kebesaran Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.
And it is He who produced you from one soul and [gave you] a place of dwelling and of storage. We have detailed the signs for a people who understand.
(Dan Dialah yang menciptakan kamu) maksudnya yang mengadakan kamu (dari seorang diri) yaitu Nabi Adam (maka ada tempat tetap) bagimu di dalam rahim (dan tempat simpanan) bagimu di dalam tulang rusuk.
Dalam suatu qiraat huruf qaf dibaca fatah; yang artinya tempat menetap kamu. (Sesungguhnya telah kami jelaskan tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengerti) tentang apa yang dikatakan kepada mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 98 |
Tafsir ayat 98-99
Firman Allah Swt.:
{وَهُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ}
Dan Dialah yang menciptakan kalian dari seorang diri. (Al-An'am: 98)Maksudnya dari Nabi Adam a.s, seperti halnya yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman yang lain, yaitu:
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً}
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dari seorang diri, dan darinya Allah menciptakan istrinya; dan dari keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. (An-Nisa: 1) Adapun firman Allah Swt.:
{فَمُسْتَقَرٌ وَمُسْتَوْدَعٌ}
maka (bagi kalian) ada tempat tetap dan tempat simpanan. (Al-An'am: 98)Para ulama tafsir berbeda pendapat mengenai makna ayat ini. Dari Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Abu Abdur Rahman As-Sulami, Qais ibnu Abu Hazim, Mujahid, Ata,
Ibrahim An-Nakha'i, Ad-Dahhak, Qatadah, As-Saddi, Ata Al-Khurrasani, dan lain-lainnya disebutkan bahwa makna mustaqarrun adalah tempat menetap di dalam rahim. Mereka atau sebagian besar dari mereka mengatakan bahwa
mustauda' yaitu tempat simpanan di dalam tulang sulbi.Tetapi dari Ibnu Mas'ud dan sejumlah ulama yang lain disebutkan hal yang sebaliknya. Demikian pula dari Ibnu Mas'ud serta sejumlah ulama, disebutkan bahwa tempat tetap adalah
di dunia, dan tempat simpanan adalah setelah mati.Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa tempat menetap itu adalah di dalam rahim, di permukaan bumi, dan sesudah meninggal dunia. Menurut Al-Hasan Al-Basri, mustaqar ialah bagi orang
yang telah meninggal dunia, karena amalnya telah ditetapkan dengan kematian itu.Disebutkan dari Ibnu Mas'ud, bahwa yang dimaksud dengan tempat simpanan atau mustauda ialah hari akhirat. Akan tetapi, pendapat pertamalah yang lebih kuat.
Firman Allah Swt.:
{قَدْ فَصَّلْنَا الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَفْقَهُونَ}
Sesungguhnya Kami telah jelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui. (Al-An'am: 98)Artinya, orang-orang yang mengerti dan memahami Kalamullah serta makna yang terkandung di dalamnya. Firman Allah Swt.:
{وَهُوَ الَّذِي أَنزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً}
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit. (Al-An'am: 99)Yakni dengan kepastian dalam keadaan diberkati sebagai rezeki buat hamba-hamba Allah, untuk menyuburkan, dan sebagai pertolongan buat semua makhluk dan rahmat dari Allah buat mereka semua.
{فَأَخْرَجْنَا بِهِ نَبَاتَ كُلِّ شَيْءٍ}
Lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan. (Al-An'am: 99)Ayat ini semakna dengan firman Allah Swt. yang lain, yaitu:
{وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ}
Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. (Al-Anbiya: 30).Adapun firman Allah Swt.:
{فَأَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِرًا}
Maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. (Al-An'am: 99)Artinya, tanaman dan pepohonan yang hijau; sesudah itu Kami ciptakan padanya biji-bijian dan buah-buahan. Karena itu, dalam firman selanjutnya disebutkan:
{نُخْرِجُ مِنْهُ حَبًّا مُتَرَاكِبًا}
Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak. (Al-An'am: 99)Yakni sebagian darinya bertumpang tindih dengan sebagian yang lain seperti pada bulir-bulirnya dan lain sebagainya.
{وَمِنَ النَّخْلِ مِنْ طَلْعِهَا قِنْوَانٌ}
dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai. (Al-An'am: 99)Qinwan adalah bentuk jamak dari qinwun, artinya tangkai ketandan (mayang) kurma.
{دَانِيَةٌ}
yang menjulai. (Al-An'am: 99)Maksudnya, dekat untuk dipetik dan mudah memetiknyaPerihalnya sama dengan apa yang dikatakan oleh Ali ibnu Abu Talhah Al-Walibi, dari Ibnu Abbas, sehubungan dengan makna firman-Nya:
tangkai-tangkai yang menjulai. (Al-An'am: 99) Yakni tangkai yang menjulai ke bawah bagi pohon kurma yang pendek, sehingga mayangnya yang dipenuhi dengan tangkai buah berada dekat tanah dan mudah dipetik.
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir. Sehubungan dengan ini orang-orang Hijaz mengatakan bahwa qinwanun artinya tangkai-tangkai mayang, begitu pula halnya yang dikatakan oleh orang-orang Bani Qais. Sehubungan dengan makna lafaz ini,
Imru-ul Qais (seorang penyair Jahiliyyah yang ternama) mengatakan:
فَأَثَّت أَعَالِيهِ وَآدَتْ أصولهُ ... ومَالَ بقنْوانٍ مِنَ البُسر أحْمَرَا ...
Pucuk pohonnya berdiri tegak, akarnya menghujam ke tanah, dan mayangnya yang dipenuhi dengan tangkai-tangkai menjulai ke bawah, penuh dengan buah kurma yang merah.Sedangkan orang-orang Bani Tamim mengatakan
bentuk jamaknya adalah qinyan dengan memakai ya. Ibnu Jarir mengatakan bahwa qinwan adalah bentuk jamak dari qinwun, sebagaimana lafaz sinwdn adalah bentuk jamak dari lafaz sinwun. Firman Allah Swt.:
{وَجَنَّاتٍ مِنْ أَعْنَابٍ}
dan kebun-kebun anggur. (Al-An'am: 99)Artinya, Kami keluarkan pula darinya kebun-kebun anggur; kedua jenis buah-buahan ini —yakni kurma dan anggur— menurut penduduk Hijaz termasuk buah-buahan yang paling digemari,
dan barangkali keduanya merupakan buah-buahan yang terbaik di dunia. Perihal kedua buah itu disebutkan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya dalam firman-Nya:
{وَمِنْ ثَمَرَاتِ النَّخِيلِ وَالأعْنَابِ تَتَّخِذُونَ مِنْهُ سَكَرًا وَرِزْقًا حَسَنًا}
Dan dari buah kurma dan anggur, kalian buat minuman yang memabukkan dan rezeki yang baik. (An-Nahl: 67)Hal ini disebutkan oleh Allah Swt. sebelum khamr diharamkan. Juga dalam firman Allah Swt. yang lainnya, yaitu:
{وَجَعَلْنَا فِيهَا جَنَّاتٍ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ}
Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur. (Yasin: 34)Adapun firman Allah Swt.:
{وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُشْتَبِهًا وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ}
dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. (Al-An'am: 99)Qatadah dan lain-lainnya mengatakan bahwa gairu mutasyabih artinya yang tidak serupa dedaunannya, tetapi bentuknya serupa;
sebagian darinya serupa dengan sebagian yang lain, tetapi berbeda dalam buah yang dihasilkannya, baik dari bentuk, rasa, maupun kandungannya. Firman Allah Swt.:
{انْظُرُوا إِلَى ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَيَنْعِهِ}
Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikanlah pula) kematangannya. (Al-An'am: 99)Yakni bila telah masak, menurut Al-Barra ibnu Azib, Ibnu Abbas, Ad-Dahhak, Ata Al-Khurrasani, As-Saddi, Qatadah,
dan lain-lainnya. Dengan kata lain, perhatikanlah kekuasaan Penciptanya yang telah menciptakannya dari tidak ada menjadi ada. Pada mulanya berupa tumbuh-tumbuhan, lalu menjadi pohon, dan menghasilkan buah;
ada yang menghasilkan anggur, ada yang menghasilkan kurma, dan lain sebagainya dari semua jenis tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan yang berbeda-beda warna dan bentuknya serta berbeda-beda rasa dan bau hasil buahnya. Perihalnya
sama dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{وَفِي الأرْضِ قِطَعٌ مُتَجَاوِرَاتٌ وَجَنَّاتٌ مِنْ أَعْنَابٍ وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ يُسْقَى بِمَاءٍ وَاحِدٍ وَنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلَى بَعْضٍ فِي الأكُلِ }
Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman, dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama,
Kami melebihkan sebagian tanaman-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. (Ar-Ra'd: 4), hingga akhir ayat.Karena itulah dalam ayat ini disebutkan:
{إِنَّ فِي ذَلِكُمْ}
Sesungguhnya pada yang demikian itu. (Al-An'am: 99) hai manusia.
لآيَاتٍ
ada tanda-tanda (kekuasaan Allah). (Al-An'am: 99)Yakni tanda-tanda yang menunjukkan kesempurnaan kekuasaan Pencipta semuanya itu, kebijaksanaan, dan rahmat-Nya.
{لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ}
bagi orang-orang yang beriman. (Al-An'am: 99)Maksudnya, orang-orang yang percaya kepada-Nya dan mengikuti rasul-rasul-Nya.
Surat Al-Anam |6:99|
وَهُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ نَبَاتَ كُلِّ شَيْءٍ فَأَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِرًا نُخْرِجُ مِنْهُ حَبًّا مُتَرَاكِبًا وَمِنَ النَّخْلِ مِنْ طَلْعِهَا قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ وَجَنَّاتٍ مِنْ أَعْنَابٍ وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُشْتَبِهًا وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ ۗ انْظُرُوا إِلَىٰ ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَيَنْعِهِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكُمْ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
wa huwallażiii anzala minas-samaaa`i maaa`aa, fa akhrojnaa bihii nabaata kulli syai`in fa akhrojnaa min-hu khodhiron nukhriju min-hu ḥabbam mutarookibaa, wa minan-nakhli min thol'ihaa qinwaanun daaniyatuw wa jannaatim min a'naabiw waz-zaituuna war-rummaana musytabihaw wa ghoiro mutasyaabih, unzhuruuu ilaa ṡamarihiii iżaaa aṡmaro wa yan'ih, inna fii żaalikum la`aayaatil liqoumiy yu`minuun
Dan Dialah yang menurunkan air dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak, dan dari mayang kurma, mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya pada waktu berbuah, dan menjadi masak. Sungguh, pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.
And it is He who sends down rain from the sky, and We produce thereby the growth of all things. We produce from it greenery from which We produce grains arranged in layers. And from the palm trees - of its emerging fruit are clusters hanging low. And [We produce] gardens of grapevines and olives and pomegranates, similar yet varied. Look at [each of] its fruit when it yields and [at] its ripening. Indeed in that are signs for a people who believe.
(Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan) dalam ayat ini terkandung iltifat dari orang yang ketiga menjadi pembicara (dengan air itu)
yakni dengan air hujan itu (segala macam tumbuh-tumbuhan) yang dapat tumbuh (maka Kami keluarkan darinya) dari tumbuh-tumbuhan itu sesuatu (tanaman yang hijau) yang menghijau
(Kami keluarkan darinya) dari tanaman yang menghijau itu (butir yang banyak) yang satu sama lainnya bersusun seperti bulir-bulir gandum dan sejenisnya (dan dari pohon kurma) menjadi khabar
dan dijadikan sebagai mubdal minhu (yaitu dari mayangnya) yaitu dari pucuk pohonnya; dan mubtadanya ialah (keluar tangkai-tangkainya) tunas-tunas buahnya (yang mengurai)
saling berdekatan antara yang satu dengan yang lainnya (dan) Kami tumbuhkan berkat air hujan itu (kebun-kebun) tanaman-tanaman (anggur, zaitun dan delima yang serupa) dedaunannya;
menjadi hal (dan yang tidak serupa) buahnya (perhatikanlah) hai orang-orang yang diajak bicara dengan perhatian yang disertai pemikiran dan pertimbangan (buahnya) dengan dibaca fathah huruf tsa dan huruf mimnya,
atau dibaca dhammah keduanya sebagai kata jamak dari tsamrah; perihalnya sama dengan kata syajaratun jamaknya syajarun, dan khasyabatun jamaknya khasyabun
(di waktu pohonnya berbuah) pada awal munculnya buah; bagaimana keadaannya (dan) kepada (kematangannya) artinya kemasakannya, yaitu apabila telah masak; bagaimana keadaannya.
(Sesungguhnya yang demikian itu ada tanda-tanda) yang menunjukkan kepada kekuasaan Allah swt. dalam menghidupkan kembali yang telah mati dan lain sebagainya (bagi orang-orang yang beriman)
mereka disebut secara khusus sebab hanya merekalah yang dapat memanfaatkan hal ini untuk keimanan mereka, berbeda dengan orang-orang kafir.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 99 |
Penjelasan ada di ayat 98
Surat Al-Anam |6:100|
وَجَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ الْجِنَّ وَخَلَقَهُمْ ۖ وَخَرَقُوا لَهُ بَنِينَ وَبَنَاتٍ بِغَيْرِ عِلْمٍ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يَصِفُونَ
wa ja'aluu lillaahi syurokaaa`al-jinna wa kholaqohum wa khoroquu lahuu baniina wa banaatim bighoiri 'ilm, sub-ḥaanahuu wa ta'aalaa 'ammaa yashifuun
Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin sekutu-sekutu Allah, padahal Dia yang menciptakannya (jin-jin itu), dan mereka berbohong (dengan mengatakan), "Allah mempunyai anak laki-laki dan anak perempuan," tanpa (dasar) pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka gambarkan.
But they have attributed to Allah partners - the jinn, while He has created them - and have fabricated for Him sons and daughters. Exalted is He and high above what they describe
(Dan mereka menjadikan di samping Allah) menjadi maf'ul tsani (sekutu-sekutu) menjadi maf'ul awal dan menjadi mubdal minhu (terdiri dari jin) yang mereka menaatinya dalam menyembah berhala-berhala
(dan) padahal (Allahlah yang telah menciptakan mereka) lalu mengapa mereka menjadikannya sebagai sekutu-sekutu-Nya (dan mereka membohong) dengan dibaca takhfif dan tasydid;
artinya mereka membuat-buat perkataan (bahwanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan, tanpa landasan ilmu pengetahuan) mereka telah mengatakan, bahwa Uzair adalah anak lelaki Allah,
dan malaikat-malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah. (Maha Suci Allah) yakni sebagai ungkapan menyucikan-Nya (dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan) mengenai diri-Nya, yaitu mempunyai anak.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 100 |
Ayat ini membantah orang-orang musyrik yang menyembah Allah dengan selain-Nya dan mempersekutukan-Nya dalam beribadah kepada-Nya, sebab mereka menyembah jin. Mereka menjadikan jin sebagai sekutu-sekutu Allah
dalam ibadah mereka; Mahatinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan, dan Mahatinggi Allah dari kekafiran mereka.Apabila ditanyakan, mengapa jin disembah, padahal sesungguhnya mereka hanyalah menyembah berhala-berhala?
Sebagai jawabannya dapat dikatakan bahwa mereka tidak sekali-kali menyembah berhala-berhala itu melainkan karena taat kepada jin, dan jin telah menganjurkan mereka untuk melakukan hal tersebut. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt.
dalam firman yang lain, yaitu:
{إِنْ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ إِلا إِنَاثًا وَإِنْ يَدْعُونَ إِلا شَيْطَانًا مَرِيدًا * لَعَنَهُ اللَّهُ وَقَالَ لأتَّخِذَنَّ مِنْ عِبَادِكَ نَصِيبًا مَفْرُوضًا * وَلأضِلَّنَّهُمْ وَلأمَنِّيَنَّهُمْ وَلآمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ آذَانَ الأنْعَامِ وَلآمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللَّهِ وَمَنْ يَتَّخِذِ الشَّيْطَانَ وَلِيًّا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُبِينًا * يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيهِمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلا غُرُورًا}
Yang mereka sembah selain Allah itu tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah setan yang durhaka, yang dilaknati Allah dan setan itu mengatakan,
"Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bagian yang telah ditentukan (untuk saya), dan saya benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka
dan akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan saya suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya.
Barang siapa yang menjadikan setan sebagai pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. Setan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu tidak
menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka. (An-Nisa: 117-120)
{أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي}
Patutkah kalian mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain dari-Ku. (Al-Kahfi: 50), hingga akhir ayat.Nabi Ibrahim pun pernah berkata kepada bapaknya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيًّا}
Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah setan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 44)Juga seperti yang disebutkan dalam firman-Nya yang lain, yaitu:
{أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَنْ لَا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ * وَأَنِ اعْبُدُونِي هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ}
"Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kalian, hai Bani Adam, supaya kalian tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian, "dan hendaklah kalian menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus. (Yasin: 60-61) Pada hari kiamat para malaikat mengatakan:
{سُبْحَانَكَ أَنْتَ وَلِيُّنَا مِنْ دُونِهِمْ بَلْ كَانُوا يَعْبُدُونَ الْجِنَّ أَكْثَرُهُمْ بِهِمْ مُؤْمِنُونَ}
Mahasuci Engkau, Engkaulah pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah jin, kebanyakan mereka beriman kepada jin itu. (Saba: 41)Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَجَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ الْجِنَّ وَخَلَقَهُمْ}
Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu. (Al-An'am: 100)Yakni padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, karena Dialah Tuhan Maha Pencipta semata,
tiada sekutu bagi-Nya, maka mengapa disembah selain Dia bersama-Nya? Perihalnya sama dengan perkataan Nabi Ibrahim, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{أَتَعْبُدُونَ مَا تَنْحِتُونَ * وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ}
Apakah kalian menyembah patung-patung yang kalian pahat itu? Padahal Allah-lah yang menciptakan kalian dan apa yang kalian perbuat itu. (Ash-Shaffat: 95-96)Makna ayat menunjukkan bahwa Allah Swt.
adalah Zat yang hanya Dia sendiri yang mampu menciptakan. Karena itu, hanya Dia semata yang wajib disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya.Firman Allah Swt.:
{وَخَرَقُوا لَهُ بَنِينَ وَبَنَاتٍ بِغَيْرِ عِلْمٍ}
dan mereka berbohong (dengan mengatakan), "Bahwasannya Allah mempunyai anak laki-laki dan anak perempuan," tanpa (dasar) ilmu pengetahuan. (Al-An'am: 100)Melalui ayat ini Allah memperingatkan akan kesesatan orang yang sesat
dalam menggambarkan Allah Swt. dengan sebutan bahwa Dia beranak, seperti yang dikatakan oleh orang-orang Yahudi terhadap Uzair, yang dikatakan oleh orang-orang Nasrani terhadap Isa putra Maryam, dan perkataan sebagian
orang-orang musyrik Arab bahwa para malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah.Mahasuci dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang sebesar-besarnya. (Al-Isra: 43)Makna firman-Nya, "Kharaqu"
mereka membuat-buat kedustaan dan kebohongan terhadap Allah, menurut pendapat ulama Salaf.Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya, "Kharaqu" membohong. Menurut Al-Aufi,
dari Ibnu Abbas, sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka berbohong (dengan mengatakan), "Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan," tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. (Al-An'am: 100) Disebutkan bahwa mereka
menjadikan bagi-Nya anak laki-laki dan perempuan.Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka berbohong (dengan mengatakan), "Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan." (Al-An'am: 100)
Bahwa makna kharaqu ialah membuat kebohongan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Al-Hasan. Menurut Ad-Dahhak, makna kharaqu artinya membuat-buat. Menurut As-Saddi artinya memastikan.Ibnu Jarir mengatakan, "Kalau demikian,
berarti makna ayat adalah: Mereka dalam ibadahnya mempersekutukan Allah dengan jin, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, tanpa ada yang menyekutui-Nya, tanpa penolong, dan tanpa pembantu dalam menciptakan mereka.
" dan mereka berbohong (dengan mengatakan), "Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan, " tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. (Al-An'am: 100)Perihal hakikat dari apa yang mereka katakan, bahkan hal itu disebabkan kebodohan
dan ketidaktahuan mereka tentang Allah dan kebesaran-Nya, karena sesungguhnya tidaklah layak bagi Tuhan bila beranak, beristri dan bersekutu dalam menciptakan semuanya. Karena itulah dalam akhir ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يَصِفُونَ}
Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan. (Al-An'am: 100)Artinya, Mahasuci, Mahabersih lagi Mahabesar Allah dari apa yang digambarkan oleh orang-orang bodoh lagi sesat itu yang telah mengatakan bahwa Allah beranak, mempunyai tandingan, teman, dan sekutu.
Surat Al-Anam |6:101|
بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ وَلَمْ تَكُنْ لَهُ صَاحِبَةٌ ۖ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
badii'us-samaawaati wal-ardh, annaa yakuunu lahuu waladuw wa lam takul lahuu shooḥibah, wa kholaqo kulla syaii`, wa huwa bikulli syai`in 'aliim
Dia (Allah) Pencipta langit dan bumi. Bagaimana (mungkin) Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu, dan Dia mengetahui segala sesuatu.
[He is] Originator of the heavens and the earth. How could He have a son when He does not have a companion and He created all things? And He is, of all things, Knowing.
(Dia Pencipta langit dan bumi) yang menciptakan keduanya tanpa ada contoh yang mendahuluinya. (Bagaimana) mengapa (Dia dikatakan mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri) yakni teman hidup.
(Dia menciptakan segala sesuatu) maksudnya Dialah yang menciptakan kesemuanya (dan Dia mengetahui segala sesuatu).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 101 |
{بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ}
Dia Pencipta langit dan bumi. (Al-An'am: 101)Yakni Yang mengadakan, Yang menciptakan, Yang membangun, dan Yang membuat keduanya tanpa contoh terlebih dahulu. Demikianlah menurut Mujahid dan As-Saddi. Dari pengertian inilah maka hal yang baru dinamakan bid'ah, karena tidak ada persamaannya sebelum itu.
{أَنَّى يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ}
Bagaimana Dia mempunyai anak. (Al-An'am: 101) Dengan kata lain, mana mungkin Dia beranak.
وَلَمْ تَكُنْ لَهُ صَاحِبَةٌ
padahal Dia tidak mempunyai istri. (Al-An'am: 101)Maksudnya, anak itu hanyalah dilahirkan dari dua sejoli yang berpasangan, sedangkan Allah Swt. tidak sama dengan sesuatu pun dari makhluk-Nya,
karena Dialah Yang menciptakan segala sesuatu, dan Dia tidak beristri, tidak pula beranak, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
{وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا }
Dan mereka berkata, "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” Sesungguhnya kalian telah mendatangkan suatu perkara yang sangat mungkar. (Maryam: 88-89)sampai dengan firman-Nya:
وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا
Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri. (Maryam: 95)
{وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ}
Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu. (Al-An'am: 101)Melalui ayat ini Allah menjelaskan bahwa Dialah yang menciptakan segala sesuatu dan Maha Mengetahui segala sesuatu. Maka mana mungkin Dia
mempunyai istri dari kalangan makhluk-Nya sebagai pendamping-Nya. Dia pun tidak ada bandingan-Nya, maka mana mungkin Dia beranak. Mahatinggi Allah dari hal tersebut dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.
Surat Al-Anam |6:102|
ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوهُ ۚ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ
żaalikumullohu robbukum, laaa ilaaha illaa huw, khooliqu kulli syai`in fa'buduuh, wa huwa 'alaa kulli syai`iw wakiil
Itulah Allah, Tuhan kamu, tidak ada tuhan selain Dia, Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia, Dialah pemelihara segala sesuatu.
That is Allah, your Lord; there is no deity except Him, the Creator of all things, so worship Him. And He is Disposer of all things.
(Demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia) esakanlah Dia (dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu) yang memelihara semuanya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 102 |
Tafsir ayat 102-103
Adapun firman Allah Swt.:
{ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ}
Yang demikian itu adalah Allah Tuhan kalian. (Al-An'am: 102)Maksudnya, yang menciptakan segala sesuatu, tidak beranak, dan tidak pula beristri.
{لَا إِلَهَ إِلا هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوهُ}
tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia. (Al-An'am: 102)Artinya, sembahlah Dia semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan akuilah ketauhidan-Nya (keesaaan-Nya),
bahwa tidak ada Tuhan selain Dia, Dia tidak beranak, tidak diperanakkan, tidak beristri, dan tidak ada yang menyamai dan menandingi-Nya.
{وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ}
dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu. (Al-An'am: 102)Yakni Dialah Yang memelihara. Yang Mengawasi dan Yang mengatur semua yang selain-Nya, Dia memberi mereka rezeki dan memelihara mereka sepanjang malam dan siang hari. Firman Allah Swt.:
{لَا تُدْرِكُهُ الأبْصَارُ}
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata. (Al-An'am: 103)Sehubungan dengan makna ayat ini, ada beberapa pendapat di kalangan para imam dari kalangan ulama Salaf.Menurut pendapat pertama, Allah tidak dapat dicapai
oleh penglihatan mata di dunia, sekalipun nanti di akhirat dapat dilihat. Demikianlah menurut apa yang disebutkan oleh banyak hadis mutawatir dari Rasulullah Saw. melalui berbagai jalur periwayatan yang telah ditetapkan di dalam
kitab-kitab Sahih, kitab-kitab Musnad, dan kitab-kitab Sunnah.Sehubungan dengan hal ini Masruq telah meriwayatkan dari Siti Aisyah yang mengatakan, "Barang siapa yang menduga bahwa Muhammad telah melihat Tuhannya, sesungguhnya
ia telah berdusta." Menurut riwayat lain 'melihat Allah', karena sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman: Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan. (Al-An'am: 103)
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim, melalui hadis Abu Bakar ibnu Ayyasy, dari Asim ibnu Abun Nujud, dari Abud Duha, dari Masruq. Hadis ini telah diriwayatkan pula oleh bukan hanya seorang, dari Masruq. Telah ditetapkan pula
di dalam kitab Sahih dan kitab-kitab lainnya, dari Siti Aisyah melalui berbagai jalur periwayatan. Tetapi Ibnu Abbas berpendapat berbeda; menurut riwayat yang bersumberkan darinya, penglihatan ini bersifat mutlak (yakni di dunia dan akhirat).
Menurut suatu riwayat yang bersumberkan darinya, Nabi Saw. pernah melihat Tuhannya dengan pandangan kalbunya sebanyak dua kali. Masalah ini disebutkan di dalam permulaan tafsir surat An-Najm, Insya Allah.
Ibnu Abu Hatim menuturkan bahwa Muhammad ibnu Muslim pernah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ibrahim Ad-Dauraqi, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Mu'in; ia mengatakan bahwa
ia pernah mendengar Isma'il ibnu Ulayyah mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata. (Al-An?am: 103) Hal ini di dunia. Ayah Ibnu Abu Hatim pernah mengatakan
dari Hisyam ibnu Ubaidillah yang telah mengatakan hal yang sama. Pendapat lain mengatakan bahwa makna firman-Nya: Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata. (Al-An?am: 103) Yakni semua penglihatan mata. Hal ini telah di-takhsis
oleh hadis yang menyatakan bahwa orang-orang mukmin kelak di akhirat dapat melihat Tuhannya.Pendapat lain —yaitu dari kalangan Mu'tazilah— mengatakan sesuai dengan pemahaman mereka terhadap makna ayat ini,
yaitu bahwa Allah tidak dapat dilihat, baik di dunia maupun di akhirat. Dengan demikian, mereka berpendapat berbeda dengan ahli sunnah wal jama'ah dalam masalah ini karena ketidakmengertian mereka kepada apa yang ditunjukkan oleh Kitabullah
dan sunnah Rasulullah. Adapun dalil dari Al-Qur’an ialah firman Allah Swt.:
{وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ. إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ}
Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri, kepada Tuhannyalah mereka melihat. (Al-Qiyamah: 22-23)Allah Swt. telah berfirman pula, menceritakan perihal orang-orang kafir:
{كَلا إِنَّهُمْ عَنْ رَبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَمَحْجُوبُونَ}
Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (melihat) Tuhan mereka. (Al-Muthaffifin: 15)Imam Syafii mengatakan bahwa hal ini menunjukkan bahwa orang-orang mukmin tidak terhalang untuk melihat
Tuhan mereka Yang Mahasuci lagi Mahatinggi. Adapun mengenai dalil dari sunnah, maka banyak hadis mutawatir diriwayatkan dari Abu Sa'id, Abu Hurairah, Anas, Juraij, Suhaib, Bilal, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang
dari kalangan sahabat, dari Nabi Saw.; semuanya menyebutkan bahwa orang-orang mukmin kelak di akhirat dapat melihat Allah di 'Arasat (halaman-halaman surga) dan di taman-taman surga. Semoga Allah menjadikan kita dari golongan
mereka berkat karunia dan kemuliaanNya, amin.Menurut pendapat lain sehubungan dengan makna firman-Nya: Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata. (Al-An'am: 103) Yakni oleh rasio (akal). Demikianlah menurut riwayat
Ibnu Abu Hatim, dari Ali ibnul Husain, dari Al-Fallas, dari Ibnu Mahdi, dari Abul Husain Yahya ibnul Husain qari' ahli Mekah, bahwa dia telah mengatakan hal tersebut. Tetapi pendapat ini garib sekali, dan berbeda dengan makna lahiriah ayat.
Seakan-akan dia berpandangan bahwa lafaz idrak di sini bermakna ru-yah.Ulama lain mengatakan bahwa tidak ada pertentangan antara ketetapan melihat dan pe-nafi'-an idrak dan yang lebih khusus daripada ru-yah (melihat),
karena sesungguhnya pengertian idrak (mencapai) tidak memastikan adanya pe-nafi-an hal yang lebih khusus dengan pe-nafi-an yang lebih umum.Kemudian mereka berselisih pendapat mengenai pengertian pencapaian yang ditiadakan
(yang di-nafi-kan), yakni bagaimana hakikatnya? Menurut suatu pendapat, yang di-nafi-kan adalah mengetahui hakikat-Nya, karena sesungguhnya tidak ada yang mengetahui-Nya selain Dia sendiri, sekalipun orang-orang mukmin
dapat melihat-Nya. Perihalnya sama dengan orang yang melihat rembulan, sesungguhnya dia tidak dapat mengetahui hakikat, keadaan, dan materinya. Maka Tuhan Yang Mahabesar lebih utama daripada hal tersebut,
dan hanya Dialah Yang memiliki perumpamaan Yang Mahatinggi.Ibnu Ulayyah mengatakan bahwa pengertian tersebut (yakni mustahil mengetahui hakikat Allah) hanya terjadi di dunia. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Pendapat lainnya lagi mengatakan bahwa makna pengetahuan atau idrak lebih khusus daripada ru-yah (penglihatan), makna idrak sama dengan meliputi. Mereka mengatakan bahwa tidak adanya peliputan bukan berarti memastikan
tidak adanya penglihatan, sebagaimana tidak adanya ilmu yang meliputi bukan berarti memastikan tidak adanya ilmu. Allah Swt. telah berfirman:
{وَلا يُحِيطُونَ بِهِ عِلْمًا}
sedangkan ilmu mereka tidak dapat meliputi-Nya. (Thaha: 110) Di dalam sebuah hadis sahih Muslim disebutkan:
"لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ على نفسك"
Saya tidak dapat meliputi pujian kepada-Mu, pujian-Mu hanyalah seperti apa yang Engkau pujikan terhadap diri-Mu.Hal ini tidaklah memastikan tidak adanya pujian kepada Dia. Maka demikian pula dalam masalah tersebut.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan. (Al-An'am: 103) Ibnu Abbas mengatakan bahwa
makna ayat ialah penglihatan seseorang tidak dapat meliputi Kerajaan (Allah).Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Hammad ibnu Talhah Al-Qannad,
telah menceritakan kepada kami Asbat, dari Sammak, dari Ikrimah, bahwa pernah ditanyakan kepadanya mengenai makna firman Allah Swt.: Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata. (Al-An'am: 103) Ikrimah berkata,
"Tidakkah engkau melihat langit?" Si penanya menjawab, "Ya, tentu saja melihat." Ikrimah berkata, "Apakah semuanya dapat terlihat?"Sa'id ibnu Arubah telah meriwayatkan dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya:
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan. (Al-An'am: 103) Bahwa Dia Mahabesar dari kemampuan penglihatan mata untuk dapat melihat-Nya.Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Sa'd ibnu Abdullah ibnu Abdul Hakam, telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Abu Urfujah, dari Atiyyah Al-Aufi sehubungan dengan makna firman-Nya: Wajah-wajah
(orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri, kepada Tuhannyalah mereka melihat. (Al-Qiyamah: 22-23) Atiyyah mengatakan bahwa mereka melihat Allah, tetapi pandangan mereka tidak dapat meliputi-Nya karena Kebesaran-Nya,
sedangkan pandangan Allah meliputi mereka semuanya. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan. (Al-An'am: 103)
Sehubungan dengan makna ayat ini, ada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dalam bab ini. Untuk itu Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa:
حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَةَ، حَدَّثَنَا مِنْجَاب بْنُ الْحَارِثِ السَّهْمِيُّ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ عِمَارَةَ، عَنْ أَبِي رَوْقٍ، عَنْ عَطِيَّةَ الْعَوْفِيِّ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ في قوله: {لا تُدْرِكُهُ الأبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الأبْصَارَ} قَالَ: "لَوْ أَنَّ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ وَالشَّيَاطِينَ وَالْمَلَائِكَةَ مُنْذُ خُلِقُوا إِلَى أَنْ فَنُوا صُفّوا صَفًّا واحدًا، مَا أَحَاطُوا بِاللَّهِ أَبَدًا".
telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Minjab ibnul Haris As-Sahmi, telah menceritakan kepada kami Bisyr Ammarah, dari Abu Rauq, dari Atiyyah Al-Aufi, dari Abu Sa'id Al-Khudri, dari Rasulullah Saw.
sehubungan dengan makna firman-Nya: Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan. (Al-An'am: 103) Nabi Saw. bersabda: Seandainya jin dan manusia, dan setan serta para
malaikat—sejak mereka diciptakan hingga semuanya mati— dibariskan menjadi satu saf, niscaya mereka masih belum dapat meliputi Allah selama-lamanya.Tetapi hadis ini garib dan tidak dikenal, melainkan hanya melalui jalur ini;
tidak ada seorang pun dari pemilik kitab Sittah yang meriwayatkannya.Ulama lainnya lagi mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini dengan mengetengahkan apa yang diriwayatkan oleh Imam Turmuzi di dalam kitab Jami-nya,
Ibnu Abu Asim di dalam kitab Sunnah-nya, Ibnu Abu Hatim di dalam kitab Tafsir-nya, Ibnu Murdawaih di dalam kitab Tafsir-nya, dan Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya melalui hadis Al-Hakam ibnu Aban yang mengatakan bahwa
ia pernah mendengar Ikrimah berkata, "Aku pernah mendengar Ibnu Abbas mengatakan, 'Muhammad pernah melihat Tuhannya Yang Mahasuci lagi Mahatinggi.' Maka aku berkata, 'Bukankah Allah telah berfirman: Dia tidak dapat dicapai
oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan. (Al-An'am: 103)?' Ibnu Abbas berkata kepadaku, 'Semoga engkau tidak beribu (yakni celakalah kamu). Yang demikian itu adalah nur-Nya yang juga merupakan
nur-Nya. Apabila Allah menampakkan nur-Nya, maka tidak ada sesuatu pun yang dapat melihat-Nya'." Menurut riwayat lain, tidak ada sesuatu pun yang dapat tegak karena-Nya. Imam Hakim mengatakan bahwa asar ini sahih
dengan syarat Syaikhain (Bukhari dan Muslim), tetapi keduanya tidak mengetengahkannya.Semakna dengan asar ini ada sebuah hadis yang ditetapkan di dalam kitab Sahihain melalui hadis Abu Musa Al-Asy'ari r.a. secara marfu’ yaitu:
"إِنَّ اللَّهَ لَا يَنَامُ، وَلَا يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَنَامَ يَخْفِضُ الْقِسْطَ وَيَرْفَعُهُ، يُرْفَعُ إِلَيْهِ عَمَلُ اللَّيْلِ قَبْلَ عَمَلِ النَّهَارِ، وَعَمَلُ النَّهَارِ قَبْلَ عَمَلِ اللَّيْلِ، حِجَابُهُ النُّورُ -أَوِ: النَّارُ -لَوْ كَشَفَهُ لَأَحْرَقَتْ سُبُحات وَجْهِهِ مَا انْتَهَى إِلَيْهِ بَصَرُهُ مِنْ خَلْقِهِ"
Sesungguhnya Allah tidak pernah tidur, dan tidak layak bagi-Nya tidur; Dia merendahkan timbangan (amal) dan meninggikannya. Dilaporkan kepada-Nya amal perbuatan siang hari sebelum malam tiba, dan amal malam hari
sebelum siang hari tiba. Hijab (penghalang)-Nya adalah nur (atau api), seandainya Dia membuka hijab~Nya, niscaya kesucian Zat-Nya akan membakar semua makhluk-Nya sepanjang penglihatan-Nya.Di dalam kitab-kitab terdahulu
disebutkan bahwa sesungguhnya Allah berfirman kepada Musa ketika Musa memohon agar dapat melihat-Nya, "Hai Musa, sesungguhnya tidak ada makhluk hidup pun yang melihatKu
melainkan pasti mati, dan tidak ada benda mati pun (yang Aku menampakkan diri-Ku kepadanya) melainkan pasti hancur lebur." Dan Allah Swt. telah berfirman:
{فَلَمَّا تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَى صَعِقًا فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ}
Tatkala Tuhannya tampak bagi gunung itu, kejadian itu membuat gunung itu hancur lebur dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata, "Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada Engkau,
dan aku orang yang pertama-tama beriman.” (Al-A'raf: 143)Yang di-nafi-kan (ditiadakan) oleh asar ini adalah idrak secara khusus, tetapi bukan berarti me-nafi-kan dapat melihat-Nya kelak di hari kiamat; kelak di hari kiamat
Allah menampakkan diri-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin menurut apa yang dikehendaki-Nya. Adapun mengenai keagungan dan kebesaran-Nya, sesuai dengan Zat-Nya Yang Mahatinggi lagi Mahasuci serta Mahabersih,
tidak dapat dicapai oleh pandangan mata. Karena itulah Ummul Mu’minin Siti Aisyah r.a. menetapkan adanya penglihatan (dapat melihat Allah) di akhirat dan me-nafi-kan (meniadakan)nya di dunia. Siti Aisyah mengatakan demikian
dengan berdalilkan firman-Nya yang mengatakan: Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan. (Al-An'am: 103)Hal yang di-nafi-kan oleh Siti Aisyah ialah pencapaian
yang dengan kata lain melihat kebesaran dan keagungan Allah sesuai dengan keadaan Zat-Nya, karena sesungguhnya hal tersebut tidak mungkin bagi manusia, tidak mungkin bagi para malaikat, tidak mungkin pula bagi makhluk lainnya.
{وَهُوَ يُدْرِكُ الأبْصَارَ}
sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan. (Al-An'am: 103)Artinya, Dia meliputi semuanya dan mengetahui seluk-beluknya, karena sesungguhnya semuanya itu adalah makhluk-Nya, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain:
{أَلا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ}
Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kalian lahirkan dan rahasiakan); dan Dia Mahahalus lagi Maha Mengetahui? (Al-Mulk: 14)Adakalanya pengertian absar diungkapkan menunjukkan makna orang-orang yang melihat,
seperti yang dikatakan oleh As-Saddi dalam takwil firman-Nya: Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan. (Al-An'am: 103) Yakni tiada sesuatu pun yang dapat melihat-Nya,
sedangkan Dia melihat semua makhluk.Abul Aliyah telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: dan Dialah Yang Mahahalus lagi Maha Mengetahui. (Al-An'am: 103) Yakni Mahahalus untuk mengeluarkannya lagi Maha Mengetahui tentang
tempatnya, Wallahu A lam. Takwil ini sama pengertiannya dengan nasihat Luqman terhadap anaknya, seperti yang disitir oleh firman Allah Swt. berikut:
{يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الأرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ}
(Luqman berkata), "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Maha Mengetahui.” (Luqman: 16)
Surat Al-Anam |6:103|
لَا تُدْرِكُهُ الْأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْأَبْصَارَ ۖ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
laa tudrikuhul-abshooru wa huwa yudrikul-abshoor, wa huwal-lathiiful-khobiir
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus, Maha Mengetahui.
Vision perceives Him not, but He perceives [all] vision; and He is the Subtle, the Acquainted.
(Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata) artinya engkau tidak akan dapat melihat-Nya sebab hal ini hanya khusus untuk kaum mukminin kelak di akhirat sebagaimana yang diungkapkan dalam firman-Nya
surah Al-Qiyamah ayat 22-23 yaitu, "Wajah-wajah orang-orang mukmin pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannya mereka melihat." Dijelaskan pula dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yaitu,
"Sesungguhnya kamu itu akan melihat Tuhanmu kelak di akhirat sebagaimana kamu melihat bulan pada malam purnama." Ada penafsiran lain yang mengatakan, bahwa yang dimaksud ialah bahwa pandangan mata itu
tidak akan dapat meliputi-Nya (sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan) yakni Dia dapat melihatnya sedangkan apa-apa yang terlihat itu tidak dapat melihat-Nya; dan tiada selain-Nya mempunyai sifat ini
(dan Dialah Yang Maha Lembut) terhadap kekasih-kekasih-Nya (lagi Maha Waspada) terhadap mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 103 |
Penjelasan ada di ayat 102
Surat Al-Anam |6:104|
قَدْ جَاءَكُمْ بَصَائِرُ مِنْ رَبِّكُمْ ۖ فَمَنْ أَبْصَرَ فَلِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ عَمِيَ فَعَلَيْهَا ۚ وَمَا أَنَا عَلَيْكُمْ بِحَفِيظٍ
qod jaaa`akum bashooo`iru mir robbikum, fa man abshoro fa linafsih, wa man 'amiya fa 'alaihaa, wa maaa ana 'alaikum biḥafiizh
Sungguh, bukti-bukti yang nyata telah datang dari Tuhanmu. Barang siapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri, dan barang siapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka dialah yang rugi. Dan aku (Muhammad) bukanlah penjaga(mu).
There has come to you enlightenment from your Lord. So whoever will see does so for [the benefit of] his soul, and whoever is blind [does harm] against it. And [say], "I am not a guardian over you."
Katakanlah olehmu hai Muhammad kepada mereka (Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti-bukti) hujah-hujah (dari Tuhanmu; maka siapa melihat) bukti-bukti kebenaran itu, lalu ia mau beriman kepadanya
(maka manfaatnya bagi dirinya sendiri) sebab pahalanya dia sendirilah yang merasakannya sebagai imbalan dari maunya dia melihat bukti-bukti itu (dan siapa buta) tidak mau melihat kebenaran itu sehingga ia menjadi sesat
(maka kemudaratannya kembali kepada dirinya) yakni malapetaka dari kesesatannya itu. (Dan aku, Muhammad, sekali-kali bukanlah pemeliharamu) yang selalu mengawasi amal perbuatanmu karena sesungguhnya
aku ini hanyalah seorang pemberi peringatan.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 104 |
Tafsir ayat 104-105
Yang dimaksud dengan istilah basair ialah bukti-bukti dan hujah-hujah yang terkandung di dalam Al-Qur'an dan semua yang disampaikan oleh Rasulullah Saw.
{فَمَنْ أَبْصَرَ فَلِنَفْسِهِ}
maka barang siapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri (Al-An'am: 104)Ayat tersebut semakna dengan ayat lain, yaitu:
{مَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا}
Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barang siapa yang sesat, maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. (Al-Isra: 15) Karena itulah dalam surat ini disebutkan:
{وَمَنْ عَمِيَ فَعَلَيْهَا}
dan barang siapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudaratannya kembali kepadanya. (Al-An'am: 104)Setelah disebutkan basair, yakni bukti-bukti dan hujah-hujah, lalu disebutkan:
{وَمَنْ عَمِيَ فَعَلَيْهَا}
dan barang siapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudaratannya kembali kepadanya. (Al-An'am: 104)Artinya, sesungguhnya akibat buruknya akan menimpa dirinya sendiri; sama halnya dengan yang disebutkan di dalam firman lain:
{فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الأبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ}
Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada. (Al-Hajj: 46)Adapun firman Allah Swt.:
{وَمَا أَنَا عَلَيْكُمْ بِحَفِيظٍ}
Dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara (kalian). (Al-An'am: 104)Yakni bukan sebagai pemelihara, bukan pula sebagai pengawas, melainkan semata-mata sebagai penyampai; dan Allah menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya.Firman Allah Swt.:
{وَكَذَلِكَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ}
Demikianlah Kami mengulang-ulangi ayat-ayat Kami. (Al-An'am: 105)Yaitu sebagaimana Kami rincikan bukti-bukti itu dalam surat ini yang menerangkan tentang keesaan, dan bahwa Allah itu tidak ada Tuhan selain Dia, maka demikian pula Kami
jelaskan semua ayat; Kami tafsirkan dan Kami terangkan pada tiap-tiap tempatnya, mengingat ketidaktahuan orang-orang yang bodoh. Juga agar orang-orang musyrik dan orang-orang kafir yang mendustakan Rasul mengatakan,
"Hai Muhammad, engkau telah belajar dari orang-orang Ahli Kitab sebelummu, dan engkau membaca serta mengetahuinya dari mereka." Demikianlah takwil ayat ini menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Sa'id Ibnu Jubair, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya.
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami ayahku,telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Amr ibnu Dinar, dari Amr ibnu Kaisan yang mengatakan
bahwa ia pernah mendengar Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna darasta ialah 'engkau membaca, membantah, dan berdebat'. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. ketika menceritakan kedustaan
dan keingkaran mereka (orang-orang musyrik), yaitu melalui firman-Nya:
{وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلا إِفْكٌ افْتَرَاهُ وَأَعَانَهُ عَلَيْهِ قَوْمٌ آخَرُونَ فَقَدْ جَاءُوا ظُلْمًا وَزُورًا. وَقَالُوا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ اكْتَتَبَهَا}
Dan orang-orang kafir berkata, "Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad, dan dia dibantu oleh kaum yang lain "; maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezaliman dan dusta yang besar.
Dan mereka berkata, "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan.” (Al-Furqan: 4-5), hingga akhir ayat.Allah Swt. telah berfirman pula, menceritakan tentang dugaan dan kedustaan mereka:
{إِنَّهُ فَكَّرَ وَقَدَّرَ. فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ. ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ. ثُمَّ نَظَرَ. ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ. ثُمَّ أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ. فَقَالَ إِنْ هَذَا إِلا سِحْرٌ يُؤْثَرُ. إِنْ هَذَا إِلا قَوْلُ الْبَشَرِ}
Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkan), maka celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan? Kemudian celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan? Kemudian dia memikirkan,
sesudah itu dia bermasam muka dan merengut; kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, lalu dia berkata, "(Al-Qur'an) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu), ini tidak lain hanyalah perkataan
manusia.” (Al-Muddassir: 18-25)Adapun firman Allah Swt.:
{وَلِنُبَيِّنَهُ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ}
dan supaya Kami menjelaskan Al-Qur’an itu kepada orang-orang yang mengetahui. (Al-An'am: 105)Artinya, agar Kami menerangkan Al-Qur'an itu kepada kaum yang mengetahui kebenaran, lalu mereka mengikutinya,
dan Kami terangkan Al-Qur'an itu kepada mereka agar mereka mengetahui mana yang batil, lalu mereka menjauhinya. Hanya kebijaksanaan Allah-lah yang menetapkan kesesatan mereka, karena Dia telah menyampaikan penjelasan
kepada mereka. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا}
Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. (Al-Baqarah: 26), hingga akhir ayat.Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat-ayat yang lain, yaitu:
{لِيَجْعَلَ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ فِتْنَةً لِلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَفِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ }
agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh setan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu benar-benar dalam permusuhan yang sangat. (Al-Hajj: 53)
{وَمَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلا مَلائِكَةً وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا وَلا يَرْتَابَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْمُؤْمِنُونَ وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْكَافِرُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلا كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلا هُوَ}
Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin,
dan supaya orang-orang yang beriman bertambah imannya, dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu, dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit, dan orang-oraiig kafir
(mengatakan), "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?” Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya
dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. (Al-Muddassir: 31)
{وَنُنزلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلا خَسَارًا}
Dan Kami turunkan Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (Al-Isra: 82)
{قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى أُولَئِكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ}
Katakanlah, "Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedangkan Al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah
(seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh.” (Fushshilat: 44)Masih banyak lagi ayat-ayat lain yang menunjukkan bahwa Allah Swt. menurunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk buat orang-orang yang bertakwa.
Dengan Al-Qur'an itu Dia menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya, dengan Al-Qur'an pula Dia memberi petunjuk kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَكَذَلِكَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ وَلِيَقُولُوا دَرَسْتَ وَلِنُبَيِّنَهُ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ}
Demikianlah Kami mengulang-ulangi ayat-ayat Kami supaya (orang-orang yang beriman mendapat petunjuk) dan supaya orang-orang yang musyrik mengatakan, "Kamu telah mempelajari ayat-ayat itu (dari Ahli Kitab), "dan supaya Kami
menjelaskan Al-Qur'an itu kepada orang-orang yang mengetahui. (Al-An'am: 105)Sebagian ulama ada yang membaca firman-Nya, "Darasta" dengan pengertian 'engkau baca dan engkau pelajari'; demikianlah menurut At-Tamimi,
dari Ibnu Abbas. Hal yang sama telah dikatakan pula oleh Mujahid, As-Saddi, Ad-Dahhak, dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.Abdur Razzaq telah mengatakan dari Ma'mar,
bahwa Al-Hasan Al-Basri telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan supaya orang-orang musyrik mengatakan, "Kamu telah mempelajari ayat-ayat itu (dari Ahli Kitab).”(Al-An'am: 105) Bahwa darasta dibaca darasat
sehingga artinya menjadi kuno dan telah berlalu atau sudah usang.Abdur Razzaq telah mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Uyaynah, dari Amr ibnu Dinar; ia pernah mendengar tbnuz Zubair mengatakan bahwa
sesungguhnya ada anak-anak yang membaca ayat ini dengan bacaan darasat, padahal sesungguhnya bacaan yang sebenarnya adalah darasat.Syu'bah mengatakan, Abu Ishaq Al-Hamdani telah menceritakan kepada kami
bahwa lafaz ini menurut qiraat Ibnu Mas'ud dibaca darasat.Sa'id ibnu Abu Arubah telah meriwayatkan dari Qatadah, bahwa ia membacanya darasta dengan makna 'engkau telah membaca dan mempelajarinya'.
Menurut Ma'mar, dari Qatadah, disebutkan darasta dengan makna 'engkau telah membacanya'. Menurut dialek bacaan Ibnu Mas'ud disebutkan darasa. Abu Ubaid Al-Qasim ibnu Salam mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hajjaj,
dari Harun yang mengatakan bahwa lafaz ini menurut dialek Ubay ibnu Ka'b dan Ibnu Mas'ud ialah darasa.Harun mengatakan bahwa mereka bermaksud bahwa Nabi Saw. telah membacanya.Tetapi pendapat ini garib, karena sesungguhnya
telah diriwayatkan dari Ubay ibnu Ka'b hal yang berbeda dengan hal tersebut. Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Lais,
telah menceritakan kepada kami Abu Salamah, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abu Buzzah Al-Makki, telah menceritakan kepada kami Wahb ibnu Zam'ah, dari ayahnya, dari Humaid Al-A"raj, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas,
dari Ubay ibnu Ka'b yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah membacakan kepadaku ayat ini dengan bacaan berikut: dan supaya orang-orang musyrik mengatakan, "Kamu telah mempelajari ayat-ayat itu (dari Ahli Kitab).”
(Al-An'am: 105)Diriwayatkan oleh Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya melalui hadis Wahb ibnu Zam'ah. Imam Hakim mengatakan bahwa bacaan yang dimaksud ialah darasta. Kemudian ia mengatakan bahwa hadis ini sahih,
tetapi keduanya (Imam Bukhari dan Imam Muslim yang dijadikan standar bagi predikat sahih suatu hadis) tidak mengetengahkannya.
Surat Al-Anam |6:105|
وَكَذَٰلِكَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ وَلِيَقُولُوا دَرَسْتَ وَلِنُبَيِّنَهُ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
wa każaalika nushorriful-aayaati wa liyaquuluu darosta wa linubayyinahuu liqoumiy ya'lamuun
Dan demikianlah Kami menjelaskan berulang-ulang ayat-ayat Kami agar orang-orang musyrik mengatakan, "Engkau telah mempelajari ayat-ayat itu (dari Ahli Kitab)," dan agar Kami menjelaskan Al-Qur´an itu kepada orang-orang yang mengetahui.
And thus do We diversify the verses so the disbelievers will say, "You have studied," and so We may make the Qur'an clear for a people who know.
(Demikianlah) sebagaimana yang telah Kami jelaskan di atas (Kami menjelaskan) Kami terangkan (ayat-ayat itu) agar mereka mau berpikir tentangnya (dan supaya mereka mengatakan)
yaitu orang-orang musyrik mengenai akibat dari perkara ini ("Kamu telah mempelajari.") engkau telah mempelajari tentang ahli kitab; dan menurut qiraat lainnya ditafsirkan
bahwa engkau telah mempelajari kitab-kitab orang-orang terdahulu kemudian engkau mendatangkan ayat-ayat ini berdasarkan sumber darinya (dan supaya Kami menjelaskan Alquran itu kepada orang-orang yang mengetahui).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 105 |
Penjelasan ada di ayat 104
Surat Al-Anam |6:106|
اتَّبِعْ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ
ittabi' maaa uuḥiya ilaika mir robbik, laaa ilaaha illaa huw, wa a'ridh 'anil-musyrikiin
Ikutilah apa yang telah diwahyukan Tuhanmu kepadamu (Muhammad), tidak ada tuhan selain Dia, dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.
Follow, [O Muhammad], what has been revealed to you from your Lord - there is no deity except Him - and turn away from those who associate others with Allah.
(Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu) yakni Alquran (tidak ada tuhan selain Dia dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 106 |
Tafsir ayat 106-107
Allah Swt. berfirman, memerintahkan kepada Rasul-Nya dan semua orang yang mengikuti jalannya:
{اتَّبِعْ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ}
Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu. (Al-An'am: 106)Yakni ikutilah, telusurilah jejaknya, dan amalkanlah, karena sesungguhnya apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu adalah benar belaka; tiada keraguan padanya, karena sesungguhnya Allah itu tidak ada Tuhan selain Dia.
{وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ}
dan berpalinglah dari orang-orang musyrik. (Al-An'am: 106)Maksudnya, biarkanlah mereka dan maafkanlah mereka, serta bersabarlah dalam menghadapi gangguan mereka hingga Allah membukakan jalan kepadamu,
memberimu pertolongan dan kemenangan atas mereka. Dan perlu engkau ketahui bahwa karena hikmah yang hanya diketahui oleh Allah saja, Dia menyesatkan mereka; karena sesungguhnya seandainya Dia menghendaki,
niscaya Dia dapat memberikan petunjuk kepada semua orang; dan seandainya Dia menghendaki, niscaya Dia dapat menghimpun mereka ke jalan hidayah.
{وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا أَشْرَكُوا}
Dan kalau Allah menghendaki, niscaya mereka tidak mempersekutukan-(Nya). (Al-An'am: 107)Bahkan milik-Nyalah semua kehendak dan hikmah sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya dan yang dipilih-Nya;
\Dia tidak ada yang mempertanyakan apa yang diperbuat-Nya, tetapi mereka pasti dimintai pertanggungjawabannya. Firman Allah Swt.:
{وَمَا جَعَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا}
Dan Kami tidak menjadikan kamu pemelihara bagi mereka. (Al-An'am: 107)Artinya, pemelihara yang menjaga ucapan dan perbuatan mereka.
{وَمَا أَنْتَ عَلَيْهِمْ بِوَكِيلٍ}
dan kamu sekali-kali bukanlah pemelihara bagi mereka. (Al-An'am: 107)Yakni sebagai orang yang diserahi tugas untuk memelihara rezeki dan urusan mereka, seperti yang disebutkan dalam firman-firman lainnya, yaitu:
{إِنْ عَلَيْكَ إِلا الْبَلاغُ}
Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). (Asy-Syura: 48)
{فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ * لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُسَيْطِرٍ}
Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (Al-Gasyiyah: 21-22)
{فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ وَعَلَيْنَا الْحِسَابُ}
karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedangkan Kamilah yang menghisab amalan mereka. (Ar-Ra'd: 40)
Surat Al-Anam |6:107|
وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا أَشْرَكُوا ۗ وَمَا جَعَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا ۖ وَمَا أَنْتَ عَلَيْهِمْ بِوَكِيلٍ
walau syaaa`allohu maaa asyrokuu, wa maa ja'alnaaka 'alaihim ḥafiizhoo, wa maaa anta 'alaihim biwakiil
Dan sekiranya Allah menghendaki, niscaya mereka tidak mempersekutukan(-Nya). Dan Kami tidak menjadikan engkau penjaga mereka, dan engkau bukan pula pemelihara mereka.
But if Allah had willed, they would not have associated. And We have not appointed you over them as a guardian, nor are you a manager over them.
(Dan jika Allah menghendaki niscaya mereka tidak mempersekutukan-Nya. Dan Kami tidak menjadikan kamu pemelihara bagi mereka) sebagai pengawas yang oleh sebabnya
engkau membalas mereka atas amal-amal yang mereka lakukan (dan kamu sekali-kali bukanlah pemelihara bagi mereka) yang oleh sebabnya engkau memaksa mereka untuk beriman.
Ayat ini diturunkan sebelum adanya perintah untuk berperang.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 107 |
Penjelasan ada di ayat 106
Surat Al-Anam |6:108|
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ كَذَٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
wa laa tasubbullażiina yad'uuna min duunillaahi fa yasubbulloha 'adwam bighoiri 'ilm, każaalika zayyannaa likulli ummatin 'amalahum ṡumma ilaa robbihim marji'uhum fa yunabbi`uhum bimaa kaanuu ya'maluun
Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.
And do not insult those they invoke other than Allah, lest they insult Allah in enmity without knowledge. Thus We have made pleasing to every community their deeds. Then to their Lord is their return, and He will inform them about what they used to do.
(Dan janganlah kamu memaki sesembahan-sesembahan yang mereka puja) yaitu berhala-berhala (selain Allah) yaitu berhala-berhala yang mereka sembah (karena mereka akan memaki Allah dengan melampaui batas)
penuh dengan perasaan permusuhan dan kelaliman (tanpa pengetahuan) karena mereka tidak mengerti tentang Allah (Demikianlah) sebagaimana yang telah Kami jadikan sebagai perhiasan pada diri mereka yaitu
amal perbuatan mereka (Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka) berupa pekerjaan yang baik dan pekerjaan yang buruk yang biasa mereka lakukan.
(Kemudian kepada Tuhanlah mereka kembali) di akhirat kelak (lalu Dia memberikan kepada mereka apa yang dahulu mereka lakukan) kemudian Dia memberikan balasannya kepada mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 108 |
Penjelasan ada di ayat 106
Allah Swt. berfirman, melarang Rasul-Nya dan orang-orang mukmin memaki sembahan-sembahan orang-orang musyrik, sekalipun dalam makian itu terkandung maslahat, hanya saja akan mengakibatkan mafsadat (kerusakan) yang lebih besar
daripada itu. Kerusakan yang dimaksud ialah balasan makian yang dilakukan oleh orang-orang musyrik terhadap Tuhan kaum mukmin, yaitu: Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia. (Al-Baqarah: 255)Seperti yang diriwayatkan
oleh Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan asbabun nuzul ayat ini. Disebutkan bahwa orang-orang musyrik berkata, "Hai Muhammad, berhentilah kamu dari mencaci tuhan-tuhan kami; atau kalau tidak berhenti,
kami akan balas mencaci maki Tuhanmu." Maka Allah melarang kaum mukmin mencaci berhala-berhala sembahan kaum musyrik.
{فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ}
karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. (Al-An'am: 108)Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Qatadah, bahwa dahulu orang-orang muslim sering mencaci maki berhala-berhala
orang-orang kafir, maka orang-orang kafir balas mencaci maki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Oleh sebab itu, turunlah ayat ini.Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan dari As-Saddi yang telah mengatakan
sehubungan dengan tafsir (asbabun nuzul) ayat ini,
لَمَّا حَضَرَ أَبَا طَالِبٍ الْمَوْتُ قَالَتْ قُرَيْشٌ: انْطَلِقُوا فَلْنَدْخُلْ عَلَى هَذَا الرَّجُلِ، فَلْنَأْمُرْهُ أَنْ يَنْهَى عَنَّا ابْنَ أَخِيهِ، فَإِنَّا نَسْتَحْيِي أَنْ نَقْتُلَهُ بَعْدَ مَوْتِهِ، فَتَقُولُ الْعَرَبُ: كَانَ يَمْنَعُهُمْ فَلَمَّا مَاتَ قَتَلُوهُ. فَانْطَلَقَ أَبُو سُفْيَانَ، وَأَبُو جَهْلٍ، وَالنَّضْرُ بْنُ الْحَارِثِ، وَأُمَيَّةُ، وَأُبَيٌّ ابْنَا خَلَفٍ، وَعُقْبَةُ بْنُ أَبِي مُعِيط، وَعَمْرُو بْنُ الْعَاصِ، وَالْأَسْوَدُ بْنُ البَخْتَري وَبَعَثُوا رَجُلًا مِنْهُمْ يُقَالُ لَهُ: "الْمُطَّلِبُ"، قَالُوا: اسْتَأْذِنْ لَنَا عَلَى أَبِي طَالِبٍ، فَأَتَى أَبَا طَالِبٍ فَقَالَ: هَؤُلَاءِ مَشْيَخَةُ قَوْمِكَ يُرِيدُونَ الدُّخُولَ عَلَيْكَ، فَأَذِنَ لَهُمْ عَلَيْهِ، فَدَخَلُوا عَلَيْهِ فَقَالُوا: يَا أَبَا طَالِبٍ، أَنْتَ كَبِيرُنَا وَسَيِّدُنَا، وَإِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ آذَانَا وَآذَى آلِهَتَنَا، فَنُحِبُّ أَنْ تَدْعُوَهُ فَتَنْهَاهُ عَنْ ذِكْرِ آلِهَتِنَا، ولندَعْه وَإِلَهَهُ. فَدَعَاهُ، فَجَاءَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ لَهُ أَبُو طَالِبٍ: هَؤُلَاءِ قَوْمُكَ وَبَنُو عَمِّكَ. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا تُرِيدُونَ؟ ". قَالُوا: نُرِيدُ أَنْ تَدَعَنَا وَآلِهَتَنَا، ولندَعْك وَإِلَهَكَ. قَالَ لَهُ أَبُو طَالِبٍ: قَدْ أَنْصَفَكَ قَوْمُكَ، فَاقْبَلْ مِنْهُمْ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَعْطَيْتُكُمْ هَذَا، هَلْ أَنْتُمْ مُعْطِيَّ كَلِمَةً إِنْ تَكَلَّمْتُمْ بِهَا مَلَكْتُمْ بِهَا الْعَرَبَ، وَدَانَتْ لَكُمْ بِهَا الْعَجَمُ، وَأَدَّتْ لَكُمُ الْخَرَاجَ؟ " قال أبو جهل: وأبيك لأعطينكها وَعَشَرَةَ أَمْثَالِهَا [قَالَ] فَمَا هِيَ؟ قَالَ: "قُولُوا لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ". فَأَبَوْا وَاشْمَأَزُّوا. قَالَ أَبُو طَالِبٍ: يَا ابْنَ أَخِي، قُلْ غَيْرَهَا، فَإِنَّ قَوْمَكَ قَدْ فَزِعُوا مِنْهَا. قَالَ: " يَا عَمِّ، مَا أَنَا بِالَّذِي أَقُولُ غَيْرَهَا، حَتَّى يَأْتُوا بِالشَّمْسِ فَيَضَعُوهَا فِي يَدِي، وَلَوْ أَتَوْا بِالشَّمْسِ فَوَضَعُوهَا فِي يَدِي مَا قُلْتُ غَيْرَهَا".
bahwa ketika Abu Talib di ambang kematiannya, orang-orang Quraisy berkata, "Mari kita berangkat ke rumah orang ini, lalu kita perintahkan dia agar mencegah keponakannya dari kita, karena sesungguhnya kita benar-benar merasa malu
bila membunuhnya sesudah dia meninggal dunia. Lalu orang-orang Arab akan memberikan komentarnya, bahwa dahulu Abu Talib melindunginya, tetapi setelah Abu Talib meninggal dunia mereka baru berani membunuhnya.
Maka berangkatlah Abu Sufyan, Abu Jahal, Nadr ibnul Haris, Umayyah serta Ubay (keduanya anak Khalaf), Uqbah ibnu Abu Mu'it, Amr ibnul As, dan Al-Aswad ibnul Bukhturi. Mereka terlebih dahulu mengutus seorang lelaki dari kalangan mereka
yang dikenal dengan nama Al-Muttalib. Mereka berpesan kepadanya, "Mintakanlah izin bagi kami kepada Abu Talib (agar kami diizinkan masuk menjenguknya)." Lalu utusan itu datang menemui Abu Talib dan berkata kepadanya,
"Mereka adalah para tetua kaummu, mereka ingin masuk menjengukmu" Abu Talib mengizinkan mereka menjenguk dirinya, lalu mereka masuk menemuinya dan berkata, "Hai Abu Talib engkau adalah pembesar dan pemimpin kami.
Sesungguhnya Muhammad telah menyakiti kami dan sembahan-sembahan kami, maka kami menginginkan agar sudilah engkau memanggilnya, lalu cegahlah dia, jangan mengata-ngatai sembahan-sembahan kami lagi, maka kami pun akan
membiarkannya bersama Tuhannya." Nabi Saw. dipanggil, maka Nabi Saw. datang, dan Abu Talib berkata kepadanya, "Mereka adalah kaummu, juga anak-anak pamanmu." Rasulullah Saw. bertanya, "Apa yang kalian kehendaki?"
Mereka menjawab, "Kami menginginkan agar engkau membiarkan kami dan sembahan-sembahan kami, maka kami pun akan membiarkan engkau dan Tuhanmu." Nabi Saw. berkata, "Bagaimana pendapat kalian jika aku menyetujui hal itu?
Apakah kalian mau memberiku suatu kalimat yang jika kalian ucapkan kalimat ini niscaya kalian akan merajai semua orang Arab dengannya dan tunduklah kepada kalian semua orang Ajam (selain Arab),
serta akan membayar upeti kepada kalian?" Abu Jahal bertanya, "Demi ayahmu, kami benar-benar akan memberimu sepuluh kali lipat dari apa yang engkau minta, tetapi apakah yang engkau maksudkan dengan kalimat itu?" Nabi Saw.
bersabda: Ucapkanlah, "Tidak ada Tuhan selain Allah" Tetapi mereka menolak dan merasa enggan untuk mengucapkannya. Abu Talib berkata, "Hai anak saudaraku, katakanlah yang lainnya, karena sesungguhnya kaummu merasa kaget
dengan ucapan itu." Rasulullah Saw. berkata: Wahai paman, aku sekali-kali tidak akan mengatakan yang lainnya hingga mereka mendatangkan matahari, lalu mereka letakkan di tanganku; dan seandainya mereka dapat mendatangkan matahari,
lalu meletakkannya di tanganku ini, aku tetap tidak akan mengatakan yang lainnya.Nabi Saw. mengatakan demikian dengan maksud memutuskan harapan mereka untuk dapat membujuk dirinya. Maka mereka marah dan mengatakan,
"Kamu benar-benar menghentikan cacianmu terhadap sembahan kami, atau kami akan balas mencacimu dan Tuhan yang memerintahmu?" Yang demikian itu adalah yang dimaksudkan di dalam firman-Nya: karena mereka nanti akan memaki Allah
dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. (Al-An'am: 108)Dari pengertian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa meninggalkan suatu maslahat demi mencegah terjadinya mafsadat (kerusakan)
yang jauh lebih parah daripada maslahat adalah hal yang diperintahkan. Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَلْعُونٌ مِنْ سَبِّ وَالِدَيْهِ". قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَكَيْفَ يَسُبُّ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ؟ قَالَ: "يَسُبُّ أَبَا الرَّجُلِ فَيَسُبُّ أَبَاهُ، وَيَسُبُّ أُمَّهُ فَيَسُبُّ أُمَّهُ".
Terlaknatlah seseorang yang memaki kedua orang tuanya. Mereka (para sahabat) bertanya, "Ya Rasulullah, bagaimanakah seseorang dapat mencaci kedua orang tuanya sendiri?" Rasulullah Saw. bersabda: Dia mencaci bapak seseorang,
lalu orang yang dicacinya itu balas mencaci bapaknya. Dan dia mencaci ibu seseorang, lalu orang yang dicacinya itu balas mencaci ibunya.Firman Allah Swt.:
{كَذَلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ}
Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. (Al-An'am: 108)Yakni sebagaimana Kami hiaskan kepada mereka cinta kepada berhala-berhalanya, membelanya, dan menolongnya, maka Kami hiaskan pula kepada
setiap umat dari kalangan umat terdahulu yang sesat menyukai amal perbuatan mereka. Hanya milik Allah-lah hujah yang kuat dan hikmah yang sempurna dalam menentukan apa yang dikehendaki dan apa yang dipilih-Nya.
{ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْ}
Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka. (Al-An'am: 108)Maksudnya, kepulangan dan pengembalian mereka.
{فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}
lalu Dia memberikan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan. (Al-An'am: 108)Yakni Dia akan membalas mereka sesuai dengan amal perbuatan mereka. Jika amal perbuatan mereka baik, maka balasannya baik; dan jika amal perbuatan mereka buruk, maka balasannya buruk pula.
Surat Al-Anam |6:109|
وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ لَئِنْ جَاءَتْهُمْ آيَةٌ لَيُؤْمِنُنَّ بِهَا ۚ قُلْ إِنَّمَا الْآيَاتُ عِنْدَ اللَّهِ ۖ وَمَا يُشْعِرُكُمْ أَنَّهَا إِذَا جَاءَتْ لَا يُؤْمِنُونَ
wa aqsamuu billaahi jahda aimaanihim la`in jaaa`at-hum aayatul layu`minunna bihaa, qul innamal-aayaatu 'indallohi wa maa yusy'irukum annahaaa iżaa jaaa`at laa yu`minuun
Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan, bahwa jika datang suatu mukjizat kepada mereka, pastilah mereka akan beriman kepada-Nya. Katakanlah, "Mukjizat-mukjizat itu hanya ada pada sisi Allah." Dan tahukah kamu, bahwa apabila mukjizat (ayat-ayat) datang, mereka tidak juga akan beriman.
And they swear by Allah their strongest oaths that if a sign came to them, they would surely believe in it. Say, "The signs are only with Allah." And what will make you perceive that even if a sign came, they would not believe.
(Mereka bersumpah) orang-orang kafir penduduk Mekah (dengan nama Allah dengan segala kesungguhan) dengan segala kesungguhan yang ada pada mereka dalam hal bersumpah
(bahwa sungguh jika datang kepada mereka sesuatu mukjizat) sesuai dengan apa yang mereka minta (pastilah mereka beriman kepada mukjizat tersebut. Katakanlah) kepada mereka
("Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu hanya berada di sisi Allah.") Dialah yang akan menurunkan sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya karena sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan
(dan apakah yang memberitahukan kepadamu) yang membuat kamu tentang keimanan mereka apabila mukjizat-mukjizat itu didatangkan; artinya kamu tidak akan mengetahui hal itu
(bahwa apabila mukjizat itu datang mereka tidak akan beriman) berkat pengetahuan-Ku yang telah waspada sebelumnya. Dan menurut suatu qiraat memakai ta
yakni tu`minuuna yang berarti khithab ayat ditujukan kepada orang-orang kafir. Menurut qiraat lainnya dibaca annahaa yang maknanya sinonim dengan Lafal la`alla atau menjadi ma'mul dari `amil sebelumnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 109 |
Tafsir ayat 109-110
Allah Swt. menceritakan perihal orang-orang musyrik. Mereka bersumpah dengan menyebut nama Allah dengan segala kesungguhan, yakni dengan sumpah yang kuat:
{لَئِنْ جَاءَتْهُمْ آيَةٌ}
bahwa sungguh jika datang kepada mereka sesuatu mukjizat. (Al-An'am: 109)Yang dimaksud dengan ayatun dalam ayat ini ialah mukjizat dan hal yang bertentangan dengan hukum alam.
{لَيُؤْمِنُنَّ بِهَا}
mereka benar-benar akan beriman kepadanya. (Al-An'am: 109) Yakni mereka benar-benar akan percaya kepadanya.
{قُلْ إِنَّمَا الآيَاتُ عِنْدَ اللَّهِ}
Katakanlah, "Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu hanya berada di sisi Allah" (Al-An'am: 109)Maksudnya: Katakanlah, hai Muhammad, kepada mereka yang meminta kepadamu agar diturunkan mukjizat-mukjizat kepadamu dengan permintaan
yang bernadakan kekufuran, keingkaran, dan tantangan, bukan meminta karena ingin mendapat hidayah dan petunjuk, bahwa sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu hanyalah bergantung kepada Allah. Jika Dia menghendakinya,
niscaya Dia akan memperlihatkannya kepada kalian; dan jika Dia menghendaki selainnya, Dia tidak akan menurunkannya dan membiarkan kalian.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا هَنَّاد حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ بُكَيْر، حَدَّثَنَا أَبُو مَعْشَر، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ كَعْبٍ القُرَظِي قَالَ: كَلَّمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُرَيْشًا، فَقَالُوا: يَا مُحَمَّدُ، تُخْبِرُنَا أَنَّ مُوسَى كَانَ مَعَهُ عَصًا يَضْرِبُ بِهَا الْحَجَرَ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا، وَتُخْبِرُنَا أَنَّ عِيسَى كَانَ يُحْيِي الْمَوْتَى، وَتُخْبِرُنَا أَنَّ ثَمُودَ كَانَتْ لَهُمْ نَاقَةٌ، فَأْتِنَا مِنَ الْآيَاتِ حَتَّى نُصَدِّقَكَ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أي شَيْءٍ تُحِبُّونَ أَنْ آتِيَكُمْ بِهِ؟ ". قَالُوا: تَجْعَلُ لَنَا الصَّفَا ذَهَبًا. فَقَالَ لَهُمْ: "فَإِنْ فَعَلْتُ تُصَدِّقُونِي؟ ". قَالُوا: نَعَمْ، وَاللَّهِ لَئِنْ فَعَلْتَ لَنَتَّبِعُكَ أَجْمَعِينَ. فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُو، فَجَاءَهُ جِبْرِيلُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَقَالَ لَهُ: لَكَ مَا شِئْتَ، إِنْ شِئْتَ أَصْبَحَ الصَّفَا ذَهَبًا، وَلَئِنْ أُرْسِلَ آيَةً فَلَمْ يُصَدِّقُوا عِنْدَ ذَلِكَ لَيُعَذِّبَنَّهُمْ، وَإِنْ شِئْتَ فَاتْرُكْهُمْ حَتَّى يَتُوبَ تَائِبُهُمْ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ [صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ] بَلْ يَتُوبُ تَائِبُهُمْ". فَأَنْزَلَ اللَّهُ: {وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ} إِلَى قَوْلِهِ [تَعَالَى] {يَجْهَلُونَ}
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hannad, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Bukair, telah menceritakan kepada kami Abu Ma'syar, dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi yang menceritakan bahwa orang-orang
Quraisy pernah berbicara kepada Rasulullah Saw. Mereka mengatakan, "Hai Muhammad, engkau telah ceritakan kepada kami bahwa Musa mempunyai tongkat yang dapat ia pukulkan ke batu, lalu memancarlah dari batu itu mata air sebanyak
dua belas mata air. Dan engkau telah ceritakan kepada kami bahwa Isa dapat menghidupkan orang-orang mati. Dan engkau telah bercerita kepada kami bahwa Samud mempunyai unta (maksudnya unta Nabi Saleh), maka datangkanlah
kepada kami sebagian dari mukjizat-mukjizat itu olehmu agar kami dapat percaya kepadamu." Rasulullah Saw. bersabda, "Hal apakah yang kalian inginkan agar aku datangkan kepada kalian?" Mereka menjawab, "Engkau jadikan buat kami
Bukit Safa ini menjadi emas." Nabi Saw. bersabda, "Jika aku dapat melakukannya, apakah kalian mau percaya (beriman) kepadaku?" Mereka menjawab, "Ya, demi Allah, jika engkau benar-benar dapat melakukannya, kami semua sungguh
akan beriman kepadamu." Maka Rasulullah Saw. berdiri, lalu berdoa. Dan Malaikat Jibril a.s. datang kepadanya, lalu berkata, "Pilihlah sesukamu, jika kamu menginginkan Bukit Safa menjadi emas, maka pada pagi harinya Bukit Safa akan menjadi
emas. Tetapi bila suatu mukjizat diturunkan, lalu mereka tidak mempercayainya, maka sungguh Allah akan mengazab mereka. Jika kamu menginginkan membiarkan mereka, maka biarkanlah permintaan mereka (jangan kamu kabulkan)
untuk memberikan kesempatan kepada orang-orang dari kalangan mereka yang mau bertobat." Maka Rasulullah Saw. menjawab, "Tidak, saya menginginkan agar orang-orang yang sadar dari kalangan mereka mau bertobat." Maka Allah Swt.
menurunkan firman-Nya: Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan (Al-An'am: 109) sampai dengan firman-Nya: tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Al-An'am: 111).
Hadis ini berpredikat mursal, tetapi mempunyai banyak syahid yang menguatkannya, diriwayatkan melalui berbagai jalur. Allah Swt. telah berfirman:
{وَمَا مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالآيَاتِ إِلا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الأوَّلُونَ }
Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. (Al-Isra: 59), hingga akhir ayat. Mengenai firman Allah Swt.:
{وَمَا يُشْعِرُكُمْ أَنَّهَا إِذَا جَاءَتْ لَا يُؤْمِنُونَ}
Dan apakah yang memberitahukan kepada kalian bahwa apabila mukjizat datang mereka tidak akan beriman. (Al-An'am: 109)Menurut suatu pendapat, orang-orang yang dimaksudkan oleh ayat ini adalah kaum musyrik. Demikianlah
menurut Mujahid. Seakan-akan dikatakan kepada mereka bahwa apakah yang memberitahukan kepada kalian akan kebenaran dari sumpah-sumpah yang kalian ucapkan itu.Berdasarkan pengertian ini. berarti firman-Nya:
bahwa apabila mukjizat datang, mereka tidak akan beriman. (Al-An'am: 109)dibaca innaha karena dianggap sebagai jumlah istinaf (kalimat permulaan) yang menegaskan tentang ketiadaan iman mereka di saat mukjizat-mukjizat yang mereka
minta didatangkan kepada mereka. Sebagian ulama lain membacanya: bahwa apabila mukjizat datang, kalian tidak akan beriman. (Al-An'am: 109) Yakni dengan bacaan tu-minuna yang artinya ditujukan kepada lawan bicara.
Menurut pendapat lain, mukhatab (lawan bicara) yang dimaksudkan oleh firman-Nya: Dan apakah yang memberitahukan kepada kalian. (Al-An'am: 109) Mereka adalah orang-orang mukmin. Allah Swt. berfirman, "Dan apakah
yang memberitahukan kepada kalian, hai orang-orang mukmin?" Berdasarkan qiraat ini, berarti firman-Nya, "Innaha? boleh dibaca kasrah seperti bacaan pertama, boleh pula dibaca annaha karena dianggap sebagai ma’mul
dari lafaz yusy'irukum. Dengan demikian, berarti huruf la yang ada dalam firman-Nya: bahwa apabila mukjizat datang, mereka tidak akan beriman. (Al-An'am: 109) berkedudukan menjadi silah, perihalnya sama dengan firman-Nya:
{مَا مَنَعَكَ أَلا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ}
Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu? (Al-A'raf: 12)Dan firman Allah Swt.:
{وَحَرَامٌ عَلَى قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا أَنَّهُمْ لَا يَرْجِعُونَ}
Sungguh tidak mungkin atas (penduduk) suatu negeri yang telah Kami binasakan, bahwa mereka tidak akan kembali (kepada Kami). (Al-Anbiya: 95)Artinya, apakah yang mencegahmu untuk bersujud kepada Adam ketika Aku perintahkan kamu
melakukannya? Dan sungguh tidak mungkin atas penduduk suatu negeri yang telah Kami binasakan, bahwa mereka tidak akan kembali kepada Kami.Berdasarkan pengertian ini, berarti makna ayat yang sedang dibahas ialah:
Dan apakah yang memberitahukan kepada kalian, hai orang-orang mukmin, perihal orang-orang yang kalian harapkan hal itu bagi mereka karena terdorong oleh keinginan kalian agar mereka beriman, bahwa apabila mukjizat-mukjizat itu datang,
mereka mau beriman?Sebagian ulama mengatakan bahwa lafaz annaha bermakna la alla yang artinya 'mudah-mudahan'. Ibnu Jarir mengatakan, mereka menyebutkan bahwa memang demikianlah maknanya menurut qiraat Ubay ibnu Ka'b.
Menurut Ibnu Jarir, telah disebutkan dari perkataan orang Arab secara sima'i ( idiom ) kalimat berikut: "Pergilah ke pasar, mudah-mudahan engkau membelikan sesuatu (makanan) buat kami." Lafaz innaka di sini bermakna la 'allaka,
yakni agar engkau membelikan buat kami sesuatu.Ibnu Jarir mengatakan, menurut suatu pendapat ada yang mengatakan bahwa perkataan Addi Ibnu Zaid Al-Ibadi dalam bait syair berikut termasuk ke dalam bab ini, yaitu:
أَعَاذِلُ مَا يُدْريك أَنَّ مَنيَّتي ... إِلَى سَاعَةٍ فِي الْيَوْمِ أَوْ فِي ضُحَى الغَد
Hai orang yang mencela, apakah yang memberitahukan kepadamu bahwa ajalku hanya sampai sesaat lagi dalam hari ini atau pada pagi hari keesokannya?Ibnu Jarir memilih pendapat ini dan mengemukakan beberapa syawahid atau bukti yang memperkuat pendapatnya dari syair-syair orang-orang Arab.Firman Allah Swt.:
{وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ}
Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al-Qur'an) pada permulaannya. (Al-An'am: 110)Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan ayat ini,
bahwa ketika orang-orang musyrik mengingkari Al-Qur'an yang diturunkan oleh Allah, maka hati mereka dijadikan tidak tetap atas sesuatu pun dan menolak setiap perintah.Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka. (Al-An'am: 110) Yakni Kami halang-halangi antara mereka dan iman. Dan seandainya datang kepada mereka semua bukti (mukjizat), niscaya mereka tidak akan beriman,
sebagaimana Kami halang-halangi mereka antara diri mereka dan iman seperti pada permulaannya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah dan Abdur Rahman Ibnu Zaid Ibnu Aslam.Ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan
dari Ibnu Abbas r.a., bahwa Allah Swt. menceritakan perihal apa yang akan dikatakan oleh hamba-hamba-Nya sebelum mereka mengatakannya, dan apa yang akan mereka lakukan sebelum mereka mengerjakannya.
Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{وَلا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ}
dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu-sebagai yang diberitakan oleh Yang Maha Mengetahui. (Fatir: 14)
أَنْ تَقُولَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَا عَلَى مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ اللَّهِ
supaya jangan ada orang yang mengatakan, "Amat besar penyesalan atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah. (Az-Zumar: 56)sampai dengan firman-Nya:
لَوْ أَنَّ لِي كَرَّةً فَأَكُونَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
Kalau sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), niscaya aku akan termasuk orang-orang yang berbuat baik.” (Az-Zumar: 58)Allah Swt. menceritakan, "Seandainya mereka dikembalikan ke dunia lagi, pastilah mereka tidak akan mengikuti jalan petunjuk (sama dengan keadaan mereka semula)," seperti yang disebutkan oleh firman yang lain, yaitu:
{وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ}
Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka. (Al-An'am: 28)Dan dalam surat ini disebutkan:
{وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ}
Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al-Qur'an) pada permulaannya. (Al-An'am: 110)Dengan kata lain, seandainya mereka dikembalikan ke dunia,
niscaya akan dihalang-halangi antara mereka dan jalan hidayah, sebagaimana Kami menghalang-halangi antara mereka dan iman sejak permulaannya ketika mereka masih hidup di dunia.Firman Allah Swt.:
{وَنَذَرُهُمْ}
dan Kami biarkan mereka. (Al-An'am: 110) Yakni Kami tinggalkan mereka.
{فِي طُغْيَانِهِمْ}
dalam kesesatannya. (Al-An'am: 110)Menurut Ibnu Abbas dan As-Saddi, makna tugyan dalam ayat ini ialah kekufuran. Sedangkan menurut Abul Aliyah, Ar-Rabi' ibnu Anas, dan Qatadah ialah kesesatan.
{يَعْمَهُونَ}
bergelimang. (Al-An'am: 110)Menurut Al-A'masy artinya bermain-main. Sedangkan menurut Ibnu Abbas. Mujahid. Abul Aliyah, Ar-Rabi, dan Abu Malik serta lain-lainnya adalah bergelimang, yakni mereka bergelimang dalam kekafirannya.
Surat Al-Anam |6:110|
وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَنَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ
wa nuqollibu af`idatahum wa abshoorohum kamaa lam yu`minuu bihiii awwala marrotiw wa nażaruhum fii thughyaanihim ya'mahuun
Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti pertama kali mereka tidak beriman kepadanya (Al-Qur´an), dan Kami biarkan mereka bingung dalam kesesatan.
And We will turn away their hearts and their eyes just as they refused to believe in it the first time. And We will leave them in their transgression, wandering blindly.
(Dan Kami memalingkan hati mereka) Kami menyimpangkan hati mereka dari perkara yang hak sehingga mereka sama sekali tidak mengerti mengenai kebenaran (dan penglihatan mereka) dari perkara yang hak tersebut
sehingga mereka tidak dapat melihatnya dan pula tidak mau beriman kepadanya (seperti mereka belum pernah beriman kepadanya) artinya kepada ayat-ayat yang telah diturunkan
(pada permulaannya dan Kami biarkan mereka) Kami tinggalkan mereka (di dalam lewat batas mereka) yaitu kesesatan mereka (menggelimangkan dirinya) sehingga bolak-balik dalam keadaan bingung.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anam | 6 : 110 |
Penjelasan ada di ayat 109