Juz 21

Surat Al-Ankabut |29:45|

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

utlu maaa uuḥiya ilaika minal-kitaabi wa aqimish-sholaah, innash-sholaata tan-haa 'anil-faḥsyaaa`i wal-mungkar, walażikrullohi akbar, wallohu ya'lamu maa tashna'uun

Bacalah Kitab (Al-Qur´an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (sholat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Recite, [O Muhammad], what has been revealed to you of the Book and establish prayer. Indeed, prayer prohibits immorality and wrongdoing, and the remembrance of Allah is greater. And Allah knows that which you do.

Tafsir
Jalalain

(Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Alkitab) kitab Alquran (dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar)

menurut syariat seharusnya sholat menjadi benteng bagi seseorang dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar, selagi ia benar-benar mengerjakannya.

(Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar keutamaannya) daripada ibadah-ibadah dan amal-amal ketaatan lainnya. (Dan Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan) maka Dia membalasnya kepada kalian.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 45 |

Kemudian Allah Swt. memerintahkan kepada Rasul-Nya dan orang-orang mukmin untuk membaca Al-Qur'an dan menyampaikannya kepada manusia.


{وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ}


dan dirikanlah salat, sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya daripada ibadah-ibadah yang lain). (Al-'Ankabut: 45)

Salat itu mengandung dua hikmah, yaitu dapat menjadi pencegah diri dari perbuatan keji dan perbuatan munkar. Maksudnya dapat menjadi pengekang diri dari kebiasaan melakukan kedua perbuatan tersebut

dan mendorong pelakunya dapat menghindarinya. Di dalam sebuah hadis melalui riwayat Imran dan Ibnu Abbas secara marfu' telah disebutkan:


"مَنْ لَمْ تَنْهَهُ صَلَاتُهُ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ، لَمْ تَزِدْهُ مِنَ اللَّهِ إِلَّا بُعْدًا"


Barang siapa yang salatnya masih belum dapat mencegah dirinya dari mengerjakan perbuatan keji dan munkar, maka tiada lain ia makin bertambah jauh dari Allah. Banyak asar yang menerangkan masalah ini, antara lain dikatakan oleh Ibnu Abu Hatim:


حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ هَارُونَ الْمُخَرِّمِيُّ الْفَلَّاسُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ نَافِعٍ أَبُو زِيَادٍ، حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ أَبِي عُثْمَانَ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ، عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ: سُئِل النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَوْلِ اللَّهِ: {إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ} قَالَ: "مَنْ لَمْ تَنْهَهُ صَلَاتُهُ عَنِ الفحشاء والمنكر، فلا صلاة له"


telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Harun Al-Makhrami Al-Fallas, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Nafi' Abu Ziyad, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Abu Usman, telah menceritakan kepada kami

Al-Hasan ibnu Imran ibnu Husain yang menceritakan bahwa Nabi Saw. pernah ditanya (seseorang) tentang makna firman-Nya: Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. (Al-'Ankabut: 45)

Maka beliau Saw. menjawab melalui sabdanya: Barang siapa yang tidak dapat dicegah oleh salatnya dari mengerjakan perbuatan keji dan munkar, maka tiada (pahala) salat baginya.


حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي طَلْحَةَ الْيَرْبُوعِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنْ لَيْثٍ، عَنْ طَاوُسٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "مَنْ لَمْ تَنْهَهُ صَلَاتُهُ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ، لَمْ يَزْدَدْ بِهَا مِنَ اللَّهِ إِلَّا بُعْدًا".


Telah menceritakan pula kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu AbuTalhah Al-Yarbu'i, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Lais, dari Tawus, dari Ibnu Abbas yang mengatakan

bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang salatnya tidak dapat mencegah dirinya dari melakukan perbuatan keji dan munkar, maka salatnya itu tidak lain makin menambah jauh dirinya dari Allah.

Imam Tabrani meriwayatkannya melalui hadis Abu Mu'awiyah. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Abdullah,

dari Al-Ala ibnul Musayyab dari orang yang menceritakan hadis ini dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. (Al-'Ankabut: 45)

Ibnu Abbas mengatakan, barang siapa yang salatnya tidak mendorongnya mengerjakan amar makruf dan nahi munkar, maka tiada lain salatnya itu makin menambahnya jauh dari Allah. Hadis ini berpredikat mauquf (hanya sampai pada Ibnu Abbas).


قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: وَحَدَّثَنَا الْقَاسِمُ، حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ هَاشِمِ بْنِ الْبَرِيدِ، عَنْ جُوَيْبِرٍ، عَنِ الضَّحَاكِ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يُطِعِ الصَّلَاةَ، وَطَاعَةُ الصَّلَاةِ أَنْ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ".


Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan pula kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Hasyim ibnul Barid, dari Juwaibir, dari Ad-Dahhak, dari Ibnu Mas'ud, dari Nabi Saw.

yang telah bersabda: Tiada salat bagi orang yang tidak menaati salatnya. Pengertian menaati salat ialah hendaknya salatnya itu dapat mencegahnya dari melakukan perbuatan keji dan munkar. Ibnu Jarir mengatakan

bahwa Sufyan telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka berkata, "Hai Syu'aib, apakah salatmu yang menyuruhmu. (Hud: 87) Sufyan mengatakan, "Memang benar demi Allah, salatnyalah yang mendorongnya berbuat amar makruf dan nahi munkar."


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الأشَجّ، حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ، عَنْ جُوَيْبِرٍ، عَنِ الضَّحَّاكِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -وَقَالَ أَبُو خَالِدٍ مَرَّة: عَنْ عَبْدِ اللَّهِ -: "لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يُطِعِ الصَّلَاةَ، وَطَاعَةُ الصَّلَاةِ تَنْهَاهُ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ"


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Khalid, dari Juwaibir, dari Ad-Dahhak, dari Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda

—Abu Khalid di lain waktu meriwayatkannya dari Abdullah—: Tiada salat bagi orang yang tidak menaati salatnya, dan taat kepada salat artinya salat mencegahnya dari melakukan perbuatan keji dan munkar. Predikat hadis ini

menurut pendapat yang paling sahih adalah mauquf sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-A'masy, dari Malik ibnul Haris, dari Abdur Rahman ibnu Yazid yang mengatakan bahwa pernah dikatakan kepada Abdullah,

"Sesungguhnya si Fulan mengerjakan salatnya dalam waktu yang cukup lama." Maka Abdullah menjawab, "Sesungguhnya salat itu tidak memberi manfaat kecuali kepada orang yang menaatinya."


قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: قَالَ عَلِيٌّ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ مُسْلِمٍ، عَنِ الْحَسَنِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ صَلَّى صَلَاةً لَمْ تَنْهَهُ عَنِ الفحشاء والمنكر، لم يزدد بها من الله إِلَّا بُعْدا"


Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Muslim, dari Al-Hasan yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang mengerjakan suatu salat,

sedangkan salat itu tidak mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar, maka tiadalah salat itu baginya melainkan makin menambah jauh dia dari Allah.Menurut pendapat yang paling sahih, semua hadis di atas berpredikat mauquf

dari Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Al-Hasan, Qatadah, Al-A'masy, dan lain-lainnya; hanya Allah-lah yang lebih mengetahui.


قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ -يَعْنِي ابْنَ عَبْدِ الْحَمِيدِ -عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ قَالَ: أُرَاهُ عَنْ جَابِرٍ -شَكَّ الْأَعْمَشُ -قَالَ: قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ فُلَانًا يُصَلِّي فَإِذَا أصبح سرق، قال: "سينهاه ما يقول"


Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Jarir ibnu Abdul Hamid, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, menurut Al-A'masy disebutkan dengan nada yang ragu,

bahwa Abu Saleh meriwayatkannya dari Jabir yang mengatakan bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepada Nabi Saw., lalu berkata, "Sesungguhnya si Fulan selalu mengerjakan salat di malam hari, tetapi bila siang hari ia suka mencuri."

Maka Nabi Saw. bersabda: Kelak dia akan dicegah oleh (salatnya) yang kamu katakan itu. Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Musa Al-Jarasyi, telah menceritakan kepada kami Ziad ibnu Abdullah, dari Al-Amasy, dari Abu Saleh,

dari Jabir, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal tanpa ada keraguan. Al-Baihaqi mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan pula oleh perawi lainnya yang bukan hanya seorang melalui Al-A'masy, tetapi mereka masih memperselisihkan

perihal sanadnya. Disebutkan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh bukan hanya seorang, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah atau yang lainnya. Qais meriwayatkan pula dari Al-A'masy, dari Abu Sufyan, dari Jabir; dan Jarir telah meriwayatkan dari Abdullah, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Jabir.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ قَالَ: أَنْبَأَنَا أَبُو صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنَّ فُلَانًا يُصَلِّي بِاللَّيْلِ فَإِذَا أَصْبَحَ سَرَقَ؟ فَقَالَ: "إِنَّهُ سَيَنْهَاهُ مَا يَقُولُ "


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Al-A'masy yang mengatakan bahwa menurut keyakinannya Abu Saleh menerima hadis ini dari Abu Hurairah yang pernah mengatakan

bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi Saw., lalu berkata, "Sesungguhnya si Fulan selalu mengerjakan salat di malam harinya, tetapi bila pagi hari ia mencuri." Maka Nabi Saw. menjawab: Sesungguhnya dia kelak akan dicegah

oleh (salatnya) yang kamu katakan itu. Pekerjaan salat itu mengandung zikrullah yang merupakan rukun yang terbesar, karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ}


Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar, (Al-'Ankabut: 45) Yakni lebih besar pahalanya daripada yang pertama (yakni ibadah-ibadah yang lainnya).


{وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ}


Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-'Ankabut: 45) Allah mengetahui semua perbuatan dan apa yang diucapkan kalian. Abul Aliyah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya salat itu

mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. (Al-'Ankabut: 45) Sesungguhnya di dalam salat itu terkandung tiga pekerti, setiap salat yang tidak mengandung salah satu dari ketiga pekerti tersebut bukan salat namanya;

yaitu ikhlas, khusyuk, dan zikrullah (mengingat Allah). Ikhlas akan mendorongnya untuk mengerjakan perkara yang baik, khusyuk akan mencegahnya dari mengerjakan perbuatan munkar, dan zikrullah yakni membaca Al-Qur'an

menggerakkannya untuk amar makruf dan nahi munkar. Ibnu Aun Al-Ansari mengatakan, "Jika engkau sedang salat, berarti engkau sedang mengerjakan hal yang baik, dan salat mencegahmu dari perbuatan keji dan munkar.

Sedangkan zikrullah yang sedang kamu kerjakan dalam salatmu pahalanya lebih besar." Hammad ibnu Sulaiman mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)

keji dan munkar. (Al-'Ankabut: 45) selagi engkau masih berada di dalam salat. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar.

(Al-'Ankabut: 45) Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna ayat ialah sesungguhnya ingatan Allah kepada hamba-hamba-Nya lebih besar apabila mereka mengingat­Nya daripada ingatan mereka kepada-Nya.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh perawi lainnya yang bukan hanya seorang dari Ibnu Abbas, dan hal yang sama dikatakan oleh Mujahid dan lain-lainnya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Hatim,

telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Khalid Al-Ahmar, dari Daud ibnu Abu Hindun, dari seorang lelaki, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:

Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar. (Al-'Ankabut: 45) Zikrullah di saat kamu hendak makan dan hendak tidur. Lelaki itu berkata, "Sesungguhnya seorang temanku di rumah mengatakan hal yang lain

dengan apa yang kamu katakan itu." Ibnu Abbas bertanya, "Apakah yang telah dikatakannya?" Aku menceritakan, "Temanku telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku

niscaya Aku ingat (pula) kepadamu. (Al-Baqarah: 152) bahwa ingatan Allah kepada kita jauh lebih besar daripada ingatan kita kepada-Nya. Ibnu Abbas menjawab, "Temanmu itu benar." Ibnu Abu Hatim mengatakan pula,

telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami An-Nufaili, telah menceritakan kepada kami Ismail, dari Khalid, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya

mengingat Allah (salat) adalah lebih besar. (Al-'Ankabut: 45) Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna ayat mengandung dua takwil, yaitu ingat kepada Allah di saat menghadapi apa-apa yang diharamkan-Nya. Ibnu Abbas

mengatakan lagi bahwa ingatan Allah kepada kalian jauh lebih besar dari ingatan kalian kepada-Nya. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan

kepada kami Ata ibnus Sa'ib, dari Abdullah ibnu Rabi'ah yang mengatakan bahwa Ibnu Abbas pernah berkata kepadanya, "Tahukah kamu makna firman-Nya: 'Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar' (Al-'Ankabut: 45)?

Abdullah ibnu Rabi'ah menjawab, "Ya, saya tahu." Ibnu Abbas berkata, "Sebutkanlah." Maka Abdullah ibnu Rabi'ah menjawab, "Tasbih, tahmid, dan takbir dalam salat, serta membaca Al-Qur'an dan lain sebagainya." Ibnu Abbas berkata,

"Sesungguhnya menurut hemat saya ada suatu pendapat yang lebih menakjubkan daripada pendapatmu itu. Sesungguhnya makna yang dimaksud ialah ingatan Allah kepada kalian di saat kalian mengingatnya adalah lebih besar

daripada ingatan kalian kepada-Nya. Hal yang sama telah diriwayatkan melalui berbagai jalur dari Ibnu Abbas. Telah diriwayatkan pula hal yang semisal bersumber dari Ibnu Mas'ud, Abu Darda, Salman Al-Farisi, dan lain-lainnya, dan pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir.

Surat Al-Ankabut |29:46|

وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ ۖ وَقُولُوا آمَنَّا بِالَّذِي أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَأُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَٰهُنَا وَإِلَٰهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

wa laa tujaadiluuu ahlal-kitaabi illaa billatii hiya aḥsanu illallażiina zholamuu min-hum wa quuluuu aamannaa billażiii unzila ilainaa wa unzila ilaikum wa ilaahunaa wa ilaahukum waaḥiduw wa naḥnu lahuu muslimuun

Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang baik, kecuali dengan orang-orang yang zalim di antara mereka, dan katakanlah, "Kami telah beriman kepada (Kitab-Kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu, Tuhan kami dan Tuhan kamu satu, dan hanya kepada-Nya kami berserah diri."

And do not argue with the People of the Scripture except in a way that is best, except for those who commit injustice among them, and say, "We believe in that which has been revealed to us and revealed to you. And our God and your God is one; and we are Muslims [in submission] to Him."

Tafsir
Jalalain

(Dan janganlah kalian berdebat dengan ahli kitab, melainkan dengan cara) dengan perdebatan yang (paling baik) seperti menyeru mereka kepada Allah dengan mengemukakan ayat-ayat-Nya

dan mengingatkan mereka pada bukti-bukti-Nya (kecuali dengan orang-orang yang lalim di antara mereka) misalnya mereka memerangi kalian dan membangkang tidak mau membayar jizyah,

maka debatlah mereka dengan pedang hingga mereka masuk Islam atau tetap pada agamanya dengan membayar jizyah (dan katakanlah) kepada orang-orang ahli kitab yang berikrar untuk membayar jizyah,

yaitu bilamana mereka menceritakan kepada kalian tentang sesuatu hal yang terdapat di dalam kitab-kitab mereka: ("Kami telah beriman kepada kitab yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada kalian)

janganlah kalian mempercayai mereka dan jangan pula kalian mendustakannya dalam hal ini. (Tuhan kami dan Tuhan kalian adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri.") Yakni, hanya kepada-Nya kami taat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 46 |

Qatadah dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan, bahwa ayat ini di-mansukh oleh ayatus saif {ayat pedang), maka tiada lagi perdebatan dengan mereka. Sesungguhnya jalan keluarnya hanyalah masuk Islam,

atau membayar jizyah atau pedang (perang). Ulama yang lain mengatakan, ayat ini tetap muhkam bagi orang yang hendak menyadarkan mereka agar mau masuk Islam, maka seseorang dituntut agar menggunakan cara yang lebih baik agar beroleh keberhasilan, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:


{ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ}


Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. (An-Nahl: 125), hingga akhir ayat Dan firman Allah Swt. ketika mengutus Musa dan Harun kepada Fir'aun:


{فَقُولا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى}


Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut. (Taha: 44) Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir, dia meriwayatkannya dari Ibnu Zaid. Firman Allah Swt.:


{إِلا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ}


kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka. (Al-'Ankabut: 46) Yaitu orang-orang yang menyimpang dari jalan kebenaran. Mereka buta, tidak dapat melihat bukti yang jelas dan ingkar serta sombong.

Maka bilamana sudah sampai pada tingkatan tersebut, cara berdebat tidak dapat dipakai lagi, melainkan melalui jalan keras, dan mereka harus diperangi agar jera dan menjadi sadar. Allah Swt. telah berfirman:


{لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنزلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنزلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ}


Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.

dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya

Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa. (Al-Hadid: 25) Jabir telah mengatakah bahwa kita diperintahkan oleh Allah agar memukul orang yang menentang Kitabullah dengan pedang.

Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka. (Al-'Ankabut: 46) Yakni Ahlul Harb dan orang-orang dari kalangan Ahli Kitab yang tidak mau membayar jizyah. Firman Allah Swt.:


{وَقُولُوا آمَنَّا بِالَّذِي أُنزلَ إِلَيْنَا وَأُنزلَ إِلَيْكُمْ}


dan katakanlah, "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu.” (Al-'Ankabut: 46) Maksudnya jika mereka memberitakan tentang hal yang tidak kita ketahui kebenarannya

dan tidak pula kedustaannya. Dalam keadaan seperti ini kita tidak boleh tergesa-gesa mendustakannya, karena barangkali apa yang diberitakan oleh mereka itu benar. Tidak boleh pula kita membenarkannya karena barangkali hal itu batil.

Akan tetapi kita diperintahkan untuk beriman kepadanya secara global, dengan syarat hendaknya berita tersebut berasal dari wahyu yang diturunkan, bukan yang telah diganti oleh mereka atau bukan pula yang berdasarkan takwil mereka.


قَالَ الْبُخَارِيُّ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَر، أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ الْمُبَارَكِ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ أَهْلُ الكتاب يقرؤون التَّوْرَاةَ بِالْعِبْرَانِيَّةِ، وَيُفَسِّرُونَهَا بِالْعَرَبِيَّةِ لِأَهْلِ الْإِسْلَامِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لا تُصَدِّقُوا أَهْلَ الْكِتَابِ وَلَا تُكَذِّبُوهُمْ، وَقُولُوا: آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ، وَإِلَهُنَا وَإِلَهُكُمْ وَاحِدٌ، وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ"


Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Umar, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Mubarak, dari Yahya ibnu Abu Kasir, dari Abu Salamah,

dari Abu Hurairah r.a. yang menceritakan bahwa dahulu orang-orang Ahli Kitab sering membaca kitab Taurat dengan bahasa Ibrani, lalu menafsirkannya dengan bahasa Arab kepada orang-orang Islam. Maka Rasulullah Saw. bersabda:

Janganlah kalian membenarkan Ahli Kitab dan jangan pula mendustakannya, dan katakanlah oleh kalian, "Kami beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepada kalian;

Tuhan kami dan Tuhan kalian adalah Esa, dan hanya kepada-Nyalah kami berserah diri. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara munfarid (tunggal).


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَر، أَخْبَرَنَا يُونُسُ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، أَخْبَرَنِي ابْنُ أَبِي نَمْلَةَ أَنَّ أَبَا نَمْلَةَ الْأَنْصَارِيَّ أَخْبَرَهُ، أَنَّهُ بَيْنَمَا هُوَ جَالِسٌ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، جَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الْيَهُودِ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، هَلْ تَتَكَلَّمُ هَذِهِ الْجِنَازَةُ؟ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اللَّهُ أَعْلَمُ". قَالَ الْيَهُودِيُّ: أَنَا أَشْهَدُ أَنَّهَا تَتَكَلَّمُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِذَا حَدَّثَكُمْ أَهْلُ الْكِتَابِ فَلَا تُصَدِّقُوهُمْ وَلَا تُكَذِّبُوهُمْ، وَقُولُوا: آمَنَّا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَكُتُبِهِ، فَإِنْ كَانَ حَقًّا لَمْ تُكَذِّبُوهُمْ، وَإِنْ كَانَ بَاطِلًا لَمْ تُصَدِّقُوهُمْ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Us'man ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Yunus, dari Az-Zuhri, telah menceritakan kepadaku Ibnu Abu Namilah Al-Ansari yang menceritakan bahwa ketika dia sedang duduk

bersama Rasulullah Saw., tiba-tiba datanglah seorang lelaki dari kalangan pemeluk agama Yahudi. Maka lelaki Yahudi itu bertanya, "Hai Muhammad, apakah jenazah ini berbicara?" Rasulullah Saw. menjawab, "Hanya Allah yang mengetahui."

Orang Yahudi itu berkata, "Aku bersaksi bahwa jenazah ini berbicara." Maka Rasulullah Saw. bersabda (kepada sahabatnya): Apabila Ahli Kitab berbicara kepadamu, janganlah kamu membenarkannya, jangan pula mendustakannya,

tetapi katakanlah, "Kami beriman kepada Allah dan kitab-kitab-Nya serta rasul-rasul-Nya. Karena jika hal itu benar, berarti kalian tidak mendustakannya; dan jika hal itu batil, berarti kalian tidak membenarkannya. Menurut hemat kami (penulis),

Abu Namilah (perawi hadis di atas) adalah Imarah. Pendapat yang lain menyebut Ammar, dan menurut pendapat yang lainnya lagi Amr ibnu Mu'az ibnu Zararah Al-Ansari r.a. Kemudian perlu diketahui bahwa kebanyakan

dari apa yang mereka ceritakan adalah dusta dan buat-buatan, karena sesungguhnya telah terjadi perubahan, penggantian, dan penyimpangan terhadapnya, juga takwil, sehingga sedikit sekali yang masih asli. Kemudian kebanyakan

dari yang asli pun sedikit mengandung faedah bagi kita, sekalipun benar sesuai dengan aslinya. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abu Asim, telah menceritakan

kepada kami Sufyan, dari Sulaiman ibnu Amir, dari Imarah ibnu Umair, dari Hurayyis ibnu Zahir, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang telah mengatakan, "Janganlah kalian menanyakan sesuatu kepada Ahli Kitab, karena sesungguhnya mereka

tidak akan dapat memberi petunjuk kepada kalian, sebab mereka telah sesat. Hal itu berakibat kalian mendustakan perkara yang hak atau membenarkan perkara yang batil. Karena sesungguhnya tiada seorang pun dari kalangan Ahli Kitab,

melainkan di dalam hatinya terdapat dorongan yang menyerunya untuk berpegang teguh kepada agamanya, sebagaimana dorongan (mencintai) harta."Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ismail,

telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Sa'd, telah menceritakan kepada kami Ibnu Syihab, dari Abdullah ibnu Abdullah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan, "Mengapa kalian menanyakan sesuatu kepada Ahli Kitab? Padahal kitab kalian

yang diturunkan kepada Rasulullah Saw. adalah kitab yang terbaru, kalian membacanya masih dalam keadaan hangat dan belum lama. Kitab kalian telah memberitahukan bahwa orang-orang Ahli Kitab itu telah mengubah, mengganti,

dan menulis kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu mereka mengatakan bahwa kitab itu dari sisi Allah. Mereka lakukan demikian untuk menggantinya dengan imbalan keduniawian yang tiada artinya? Bukankah ilmu yang telah disampaikan

kepada kalian melarang kalian bertanya kepada mereka (Ahli Kitab)? Demi Allah, kami belum pernah melihat seseorang dari mereka bertanya kepada kalian tentang apa yang diturunkan kepada kalian (Al-Qur'an)." Imam Bukhari mengatakan

—juga Abul Yaman—, telah menceritakan kepada kami Syu'aib, dari Az-Zuhri; telah menceritakan kepadaku Humaid ibnu Abdur Rahman, bahwa ia pernah mendengar Muawiyah berbicara kepada segolongan orang Quraisy di Madinah,

lalu ia ditanya mengenai Ka'bul Ahbar. Maka Muawiyah menjawab, "Sekalipun Ka'bul Ahbar termasuk orang yang paling benar di antara mereka yang menceritakan berita dari Ahli Kitab, sekalipun kita percaya kepadanya,

tetapi kita benar-benar masih menuduhnya dusta." Maksud perkataan Muawiyah ialah bahwa Ka'bul Ahbar tetap terjerumus ke dalam kedustaan tanpa sengaja karena ia menceritakan tentang lembaran-lembaran kitab

yang ia berbaik prasangka terhadap kitab itu, padahal di dalamnya terdapat banyak hal yang maudu' (buatan) dan kedustaan. Dikatakan demikian karena tiada dari kalangan mereka orang-orang yang hafal secara meyakinkan

tentang kitab mereka, tidak sebagaimana di kalangan umat ini (umat Nabi Saw.). Sekalipun demikian, di kalangan umat ini yang masih baru tetap saja banyak hadis buatan yang jumlahnya hanya diketahui oleh Allah Swt.

dan orang-orang yang telah dikaruniai oleh-Nya tentang hadis-hadis itu; masing-masing diberi­Nya ilmu menurut kemampuannya.

Surat Al-Ankabut |29:47|

وَكَذَٰلِكَ أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ ۚ فَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يُؤْمِنُونَ بِهِ ۖ وَمِنْ هَٰؤُلَاءِ مَنْ يُؤْمِنُ بِهِ ۚ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الْكَافِرُونَ

wa każaalika anzalnaaa ilaikal-kitaab, fallażiina aatainaahumul-kitaaba yu`minuuna bih, wa min haaa`ulaaa`i may yu`minu bih, wa maa yaj-ḥadu bi`aayaatinaaa illal-kaafiruun

Dan demikianlah Kami turunkan Kitab (Al-Qur´an) kepadamu. Adapun orang-orang yang telah Kami berikan Kitab (Taurat dan Injil) mereka beriman kepadanya (Al-Qur´an), dan di antara mereka (orang-orang kafir Mekah) ada yang beriman kepadanya. Dan hanya orang-orang kafir yang mengingkari ayat-ayat Kami.

And thus We have sent down to you the Qur'an. And those to whom We [previously] gave the Scripture believe in it. And among these [people of Makkah] are those who believe in it. And none reject Our verses except the disbelievers.

Tafsir
Jalalain

(Dan demikian pulalah Kami turunkan kepadamu Alkitab) Alquran sebagaimana telah diturunkan kepada mereka kitab Taurat dan kitab-kitab lainnya.

(Maka orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka Alkitab) yakni kitab Taurat, seperti Abdullah bin Salam dan lain-lainnya (mereka beriman kepadanya) kepada Alquran

(dan di antara mereka) penduduk Mekah (ada yang beriman kepadanya. Dan tiadalah yang mengingkari ayat-ayat Kami) sesudah ayat-ayat itu jelas (selain orang-orang kafir)

maksudnya adalah orang-orang Yahudi, telah jelas di mata mereka bahwa Alquran itu adalah hak, dan orang yang mendatangkannya pun adalah benar, akan tetapi mereka tetap mengingkarinya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 47 |

Tafsir ayat 47-49

Ibnu Jarir mengatakan bahwa Allah Swt. berfirman, "Sebagaimana Kami turunkan kitab-kitab kepada rasul-rasul sebelum kamu, hai Muhammad, begitu pula Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an)" Pendapat yang dikatakan oleh Ibnu Jarir ini baik dan munasabah serta kaitannya pun cukup baik. Firman Allah Swt.:


{فَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يُؤْمِنُونَ بِهِ}


maka orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka Al-Kitab (Taurat) mereka beriman kepadanya (Al-Qur'an). (Al-'Ankabut: 47) Yakni orang-orang yang mengambilnya, lalu membacanya dengan bacaan yang sebenarnya.

Mereka terdiri dari para cendekiawan dan ulama Ahli Kitab, seperti Abdullah ibnu Salam dan Salman Al-Farisi serta lain-lainnya yang semisal. Firman Allah Swt.:


{وَمِنْ هَؤُلاءِ مَنْ يُؤْمِنُ بِهِ}


dan di antara mereka (orang-orang kafir Mekah) ada yang beriman kepadanya. (Al-'Ankabut: 47) Yaitu orang-orang Quraisy dan orang-orang Arab lainnya.


{وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلا الْكَافِرُونَ}


Dan tidak adalah yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang kafir. (Al-'Ankabut: 47) Maksudnya, tidak ada yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mengingkari haknya selain dari orang yang menutupi perkara

yang hak dengan perkara yang batil, dan menutupi sinar mentari dengan berbagai penutup yang menghalanginya. Kemudian Allah Swt. menyebutkan dalam firman berikutnya:


{وَمَا كُنْتَ تَتْلُو مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ}


Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al-Qur'an) sesuatu kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu. (Al-'Ankabut: 48) Sesungguhnya kamu telah tinggal di kalangan kaummu, hai Muhammad,

sebelum kamu kedatangan Al-Qur'an ini selama usiamu, sedangkan kamu tidak dapat membaca tulisan dan tidak pula dapat menulis. Bahkan semua orang dari kalangan kaummu dan lain-lainnya mengetahui bahwa kamu adalah

seorang lelaki ummi yang tidak dapat membaca dan menulis. Hal yang sama telah disebutkan sifatnya di dalam kitab-kitab terdahulu, sebagaimana yang diceritakan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:


{الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الأمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالإنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ} الْآيَةَ


(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka

dari mengerjakan yang munkar. (Al-A'raf: 157), hingga akhir ayat. Memang demikianlah keadaan Rasulullah Saw., selamanya beliau tidak dapat membaca dan menulis barang sedikit pun, bahkan beliau hanya mempunyai juru tulis-juru tulis

yang mencatatkan untuknya wahyu yang diturunkan, juga surat-surat yang ditujukan ke berbagai kawasan negeri. Adapun mengenai pendapat salah seorang dari kalangan ulama fiqih mutaakhkhirin —seperti Al-Qadi Abul Walid Al-Baji

dan para pengikutnya— menduga bahwa Rasulullah Saw. pernah menulis di hari perjanjian Hudaibiyyah kalimat berikut, "Ini adalah ketetapan yang diputuskan oleh Muhammad ibnu Abdullah," sesungguhnya hal yang mendorong timbulnya

pendapat tersebut adalah sebuah hadis yang diriwayatkan di dalam kitab Sahih Bukhari. Disebutkan bahwa lalu Nabi Saw. mengambil surat perjanjian Hudaibiyyah itu dan menulisnya. Hadis ini mengandung takwil memerintahkan untuk menulis,

lalu dituliskan untuknya kata-kata seperti itu, sebagaimana yang disebutkan di dalam riwayat lain. Karena itulah orang yang sependapat dengan Al-Baji mendapat reaksi keras dari kalangan ulama ahli fiqih, baik yang ada di belahan timur

maupun barat. Mereka berlepas diri dari orang-orang yang mengatakan pendapat tersebut, juga mereka mengecamnya melalui untaian kata-kata yang selalu mereka ucapkan dalam perayaan-perayaan mereka. Sesungguhnya

yang dimaksud oleh Al-Baji menurut yang tersirat dari pendapatnya menyatakan bahwa Nabi Saw. menulis kalimat itu sebagai suatu mukjizat, bukan berarti bahwa beliau dapat menulis. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam hadis yang menceritakan tentang Dajjal, yaitu:


"مَكْتُوبٌ بَيْنَ عَيْنَيْهِ كَافِرٌ" وَفِي رِوَايَةٍ: "ك ف ر، يَقْرَؤُهَا كُلُّ مُؤْمِنٍ"


Tercatat di antara kedua matanya lafaz kafir —yang menurut riwayat lain disebutkan kaf fa ra— lafaz tersebut terbaca oleh setiap orang mukmin. Sedangkan mengenai hadis yang diriwayatkan oleh sebagian perawi

yang menyebutkan bahwa Nabi Saw. sebelum meninggal dunia mengetahui baca tulis. Maka riwayat ini daif tidak ada asalnya. Firman Allah Swt.:


{وَمَا كُنْتَ تَتْلُو مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ}


Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al-Qur'an) sesuatu kitab pun. (Al-'Ankabut: 48) Lafaz min kitabin untuk mengukuhkan nafi.


{وَلا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ}


dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu. (Al-'Ankabut: 48) Lafaz biyaminika ini pun mengukuhkan nafi dan dinilai berdasarkan kebanyakannya (yakni memakai tangan kanan), sebagaimana pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:


{وَلا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ}


dan (tiadalah) burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya. (Al-An'am: 38) Firman Allah Swt.:


{إِذًا لارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ}


andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu). (Al-’Ankabut: 48) Seandainya kamu pandai baca dan tulis, tentulah sebagian orang dari kalangan orang-orang yang bodoh

akan mengatakan bahwa sesungguhnya kamu (Muhammad) mengetahui Al-Qur'an ini hanyalah dari kitab-kitab sebelumnya yang bersumber dari para nabi sebelum kamu, sekalipun para nabi terdahulu

dalam kitabnya masing-masing menyebutkan bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah seorang yang ummi, tidak pandai baca tulis.


{وَقَالُوا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ اكْتَتَبَهَا فَهِيَ تُمْلَى عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلا}


Dan mereka berkata, "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan-dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang.” (Al-Furqan: 5) Kemudian dijawab oleh Allah Swt. melalui firman.berikutnya:


{قُلْ أَنزلَهُ الَّذِي يَعْلَمُ السِّرَّ فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ}


Katakanlah, "Al-Qur'an itu diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi.” (Al-Furqan: 6), hingga akhir ayat. Dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ}


Sebenarnya Al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. (Al-'Ankabut: 49) Al-Qur'an ini adalah ayat-ayat yang jelas yang menunjukkan kepada perkara yang hak, di dalamnya terkandung perintah,

larangan, dan kebaikan, dihafal oleh semua ulama. Allah telah memberikan kemudahan kepada mereka untuk membacanya, menghafalnya, dan menafsirkannya, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ}


Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (Al-Qamar: 17, 22, 32, 40) Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"مَا مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا وَقَدْ أُعْطِيَ مَا آمَنَ عَلَى مِثْلِهِ الْبَشَرُ وَإِنَّمَا كَانَ الَّذِي أُوتِيتُهُ وَحْيًا أَوْحَاهُ اللَّهُ إليَّ، فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ تَابِعًا"


Tiada seorang nabi pun melainkan dianugerahi sesuatu yang serupa dengan apa yang diimani (dipercayai) oleh manusia (di masanya), dan sesungguhnya yang diberikan kepadaku hanyalah wahyu yang diturunkan Allah kepadaku,

maka aku berharap semoga aku adalah yang paling banyak pengikutnya di antara mereka (para nabi). Di dalam hadis Iyad ibnu Hammad yang terdapat di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan bahwa:


"يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: إِنِّي مُبْتَلِيكَ وَمُبْتَلٍ بِكَ، وَمُنْزِلٌ عَلَيْكَ كِتَابًا لَا يَغْسِلُهُ الْمَاءُ، تَقْرَؤُهُ نَائِمًا وَيَقْظَانَ"


Allah Swt. telah berfirman: Sesungguhnya Aku akan mengujimu dan menjadikanmu sebagai ujian serta akan menurunkan kepadamu sebuah kitab yang tidak akan tercuci (terhapuskan) oleh air; kamu dapat mem­bacanya dalam keadaan tidur

dan terjaga. seandainya air dipakai untuk mencuci tempat yang dituliskan padanya Al-Qur'an, tentulah tempat itu tidak diperlukan lagi; dan karena disebutkan di dalam sebuah hadis yang mengatakan:


"لَوْ كَانَ الْقُرْآنُ فِي إِهَابٍ، مَا أَحْرَقَتْهُ النَّارُ"


Seandainya Al-Qur’an itu ditulis pada lembaran kulit, maka api tidak dapat membakarnya (Al-Qur'an). Karena Al-Qur'an itu telah dihafal di dalam dada para penghafalnya, sering dibaca oleh lisan dan menarik hati serta mengandung mukjizat,

baik dari segi lafaz maupun maknanya. Untuk itulah maka disebutkan di dalam kitab-kitab terdahulu sehubungan dengan sifat umat Nabi Muhammad Saw. ini, bahwa kitab-kitab mereka berada di dalam dada mereka. Ibnu Jarir memilih

pendapat yang mengatakan bahwa makna firman-Nya: Sebenarnya Al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. (Al-'Ankabut: 49) Sebenarnya pengetahuan yang menyatakan bahwa kamu

tidak pernah membaca sebelumnya (Al-Qur'an) sesuatu kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu ayat-ayat yang jelas, itu semuanya telah dihafal di dalam dada orang-orang yang telah dianugerahi ilmu

dari kalangan Ahli Kitab. Pendapat ini dinukil oleh Ibnu Jarir dari Qatadah dan Ibnu Juraij, sedangkan riwayat di atas hanya dinukil dari Al-Hasan Al-Basri. Menurut hemat kami, riwayat tersebutlah yang diketengahkan oleh Al-Aufi

dari Ibnu Abbas, lalu dikatakan oleh Ad-Dahhak, yang merupakan pendapat yang terkuat. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:


{وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلا الظَّالِمُونَ}


Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim. (Al-'Ankabut: 49) Tiada yang mengingkarinya, atau yang mengurangi haknya, atau yang menolaknya selain orang-orang yang aniaya.

Yakni orang-orang yang melampaui batas lagi angkuh; mereka yang mengetahui kebenaran, tetapi berpaling darinya, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:


{إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ. وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ}


Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. (Yunus: 96-97)

Surat Al-Ankabut |29:48|

وَمَا كُنْتَ تَتْلُو مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ ۖ إِذًا لَارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ

wa maa kunta tatluu ming qoblihii ming kitaabiw wa laa takhuththuhuu biyamiinika iżal lartaabal-mubthiluun

Dan engkau (Muhammad) tidak pernah membaca sesuatu Kitab sebelum (Al-Qur´an) dan engkau tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu, sekiranya (engkau pernah membaca dan menulis), niscaya ragu orang-orang yang mengingkarinya.

And you did not recite before it any scripture, nor did you inscribe one with your right hand. Otherwise the falsifiers would have had [cause for] doubt.

Tafsir
Jalalain

(Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya) yaitu sebelum diturunkannya Alquran kepadamu (sesuatu kitab pun dan kamu tidak pernah menulis suatu kitab dengan tangan kananmu;

andaikata kamu pernah membaca dan menulis) maksudnya, seandainya kamu orang yang pandai membaca dan menulis (benar-benar ragulah) pasti akan merasa ragu (orang-orang yang mengingkarimu)

yakni orang-orang Yahudi terhadap dirimu, lalu mereka pasti akan mengatakan bahwa nabi yang disebutkan dalam kitab Taurat adalah nabi yang ummi, tidak dapat membaca dan tidak pula dapat menulis.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 48 |

Penjelasan ada di ayat 47

Surat Al-Ankabut |29:49|

بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ ۚ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ

bal huwa aayaatum bayyinaatun fii shuduurillażiina uutul-'ilm, wa maa yaj-ḥadu bi`aayaatinaaa illazh-zhoolimuun

Sebenarnya, (Al-Qur´an) itu adalah ayat-ayat yang jelas di dalam dada orang-orang yang berilmu. Hanya orang-orang yang zalim yang mengingkari ayat-ayat Kami.

Rather, the Qur'an is distinct verses [preserved] within the breasts of those who have been given knowledge. And none reject Our verses except the wrongdoers.

Tafsir
Jalalain

(Sebenarnya Alquran itu) Alquran yang kamu datang dengan membawanya (adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu) orang-orang mukmin yang menghafalnya.

(Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang lalim) yakni orang-orang Yahudi; mereka mengingkarinya, padahal Alquran telah jelas bagi mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 49 |

Penjelasan ada di ayat 47

Surat Al-Ankabut |29:50|

وَقَالُوا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ آيَاتٌ مِنْ رَبِّهِ ۖ قُلْ إِنَّمَا الْآيَاتُ عِنْدَ اللَّهِ وَإِنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُبِينٌ

wa qooluu lau laaa unzila 'alaihi aayaatum mir robbih, qul innamal-aayaatu 'indalloh, wa innamaaa ana nażiirum mubiin

Dan mereka (orang-orang kafir Mekah) berkata, "Mengapa tidak diturunkan mukjizat-mukjizat dari Tuhannya?" Katakanlah (Muhammad), "Mukjizat-mukjizat itu terserah kepada Allah. Aku hanya seorang pemberi peringatan yang jelas."

But they say, "Why are not signs sent down to him from his Lord?" Say, "The signs are only with Allah, and I am only a clear warner."

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka berkata) yaitu orang-orang kafir Mekah ("Mengapa tidak) kenapa tidak (diturunkan kepadanya) kepada Nabi Muhammad (mukjizat-mukjizat dari Rabbnya")

Dan menurut suatu qiraat aayaatun dibaca aayatun dalam bentuk tunggal, maksudnya mukjizat yang seperti unta Nabi Saleh, tongkat Nabi Musa dan hidangan Nabi Isa.

(Katakanlah) kepada mereka: ("Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu terserah kepada Allah) Dialah yang menurunkannya dalam bentuk apa yang dikehendaki-Nya.

(Dan sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan yang nyata.") Yakni sebagai orang yang menjelaskan peringatanku kepada orang-orang yang berbuat maksiat, bahwa mereka akan dimasukkan ke dalam neraka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 50 |

Tafsir ayat 50-52

Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal orang-orang musyrik yang membangkang dan permintaan mereka yang menuntut adanya mukjizat-mukjizat untuk membuktikan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, sebagaimana yang telah diberikan kepada Nabi Saleh dengan untanya. Maka Allah Swt. berfirman:


{قُلْ} يَا مُحَمَّدُ: {إِنَّمَا الآيَاتُ عِنْدَ اللَّهِ}


Katakanlah (hai Muhammad), "Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu terserah kepada Allah.” (Al-'Ankabut: 50) Yakni sesungguhnya urusan itu terserah kepada Allah, karena sesungguh­nya menurut pengetahuan Allah seandainya

kalian mendapat hidayah dengan adanya mukjizat-mukjizat itu tentulah Dia akan memperkenankan permintaan kalian itu, sebab untuk mengabulkan permintaan kalian itu amatlah mudah dan gampang sekali bagi-Nya.

Tetapi Dia mengetahui bahwa kalian tidak akan beriman, dan sesungguhnya kalian memintanya hanya mencari-cari alasan untuk menolak dan ingin menguji. Karena itu, Allah tidak mengabulkan permintaan kalian, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَمَا مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالآيَاتِ إِلا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الأوَّلُونَ وَآتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا بِهَا}


Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu.

Dan telah Kami berikan kepada Samud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. (Al-Isra: 59) Firman Allah Swt.:


{وَإِنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُبِينٌ}


"Sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan yang nyata." (Al-'Ankabut: 50) Yakni sesungguhnya aku diutus kepada kalian hanya sebagai pemberi peringatan kepada kalian dengan jelas, maka sudah merupakan keharusan bagiku menyampaikan risalah dari Allah kepada kalian.


{مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا}


Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk. (Al-Kahfi: 17) Dan firman Allah Swt.:


{لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ}


Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. (Al-Baqarah: 272) Kemudian Allah Swt. menyebutkan tentang kebodohan mereka

yang parah dan rendahnya taraf berpikir mereka, sebab mereka meminta agar didatangkan mukjizat-mukjizat yang menunjukkan kebenaran Muhammad' Saw. Padahal Muhammad Saw. telah mendatangkan kepada mereka Al-Qur’anul Karim

yang tidak datang kepadanya kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya; Al-Qur'an adalah mukjizat yang paling besar di antara semua mukjizat. Karena semua ahli bahasa dan ahli sastrawan tidak mampu menyainginya,

bahkan untuk menyaingi sepuluh surat yang semisal dengan surat-surat Al-Qur'an pun mereka tidak mampu. Bahkan untuk menyaingi satu surat dari Al-Qur'an pun mereka tidak mampu pula. Untuk itulah maka Allah Swt. menegaskan melalui firman-Nya:


{أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنزلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَى عَلَيْهِمْ}


Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwa Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an), sedangkan dia dibacakan kepada mereka? (Al-'Ankabut: 51) Maksudnya, apakah tidak cukup bahwa Kami telah menurunkan kepadamu

Al-Qur'an yang mulia, di dalamnya terdapat berita orang-orang sebelum mereka dan berita apa yang akan terjadi sesudah mereka serta hukum yang memutuskan di antara mereka; sedangkan engkau adalah seorang lelaki yang ummi,

tidak bisa baca dan tulis, dan engkau belum pernah bergaul dengan seorang pun dari kalangan Ahli Kitab. Padahal engkau dapat mendatangkan berita-berita yang terdapat di dalam kitab-kitab terdahulu dengan pemberitaan yang jelas

dan benar, sedangkan mereka sendiri berselisih tentangnya. Engkau juga dapat mendatangkan perkara yang hak, jelas, dan gamblang, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:


{أَوَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ آيَةً أَنْ يَعْلَمَهُ عُلَمَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَ}


Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya? (Asy-Syu'ara: 197)


{وَقَالُوا لَوْلا يَأْتِينَا بِآيَةٍ مِنْ رَبِّهِ أَوَلَمْ تَأْتِهِمْ بَيِّنَةُ مَا فِي الصُّحُفِ الأولَى}


Dan mereka berkata, "Mengapa ia tidak membawa bukti kepada kami dari Tuhannya?" Dan apakah belum datang kepada mereka bukti yang nyata dari apa yang tersebut di dalam kitab-kitab yang dahulu? (Taha: 133)


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ، حَدَّثَنَا لَيْثٌ، حَدَّثَنِي سَعِيدُ بن أبي سعيد، عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم: "ما من الْأَنْبِيَاءِ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا قَدْ أُعْطِيَ مِنَ الْآيَاتِ مَا مِثْلُهُ آمَنَ عَلَيْهِ الْبَشَرُ، وَإِنَّمَا كَانَ الَّذِي أُوتِيتُهُ وَحْيًا أَوْحَاهُ اللَّهُ إِلَيَّ، فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ تَابِعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hajjaj, telah menceritakan kepada kami Lais, telah menceritakan kepadaku Sa'id ibnu Abu Sa'id, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.

pernah bersabda: Tiada seorang nabi pun dari kalangan para nabi melainkan dianugerahi mukjizat yang mirip dengan apa yang dipercayai oleh manusia (di masanya). Dan sesungguhnya mukjizat yang diberikan kepadaku adalah berupa wahyu

yang diturunkan Allah kepadaku, maka aku berharap semoga akulah yang paling banyak pengikutnya di antara mereka kelak pada hari kiamat. Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini melalui jalur Al-Lais. Firman Allah Swt.:


{إِنَّ فِي ذَلِكَ لَرَحْمَةً وَذِكْرَى لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ}


Sesungguhnya dalam (Al-Qur'an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. (Al-'Ankabut: 51) Sesungguhnya di dalam Al-Qur'an ini terkandung rahmat, yaitu penjelasan terhadap perkara

yang hak dan melenyapkan kebatilan, mengandung pelajaran bagi orang-orang mukmin melalui kisah-kisah yang menceritakan tentang turunnya pembalasan dan azab Allah atas orang-orang yang mendustakan dan para pendurhaka. Kemudian Allah Swt. berfirman:


{كَفَى بِاللَّهِ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ شَهِيدًا}


Katakanlah, "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan antaramu." (Al-'Ankabut: 52) Dia lebih mengetahui tentang kedustaan yang kalian perbincangkan dan mengetahui pula apa yang aku ucapkan kepada kalian saat aku menyampaikan

dari-Nya kepada kalian, bahwa diriku adalah utusan-Nya. Seandainya aku berkata dusta, tentulah Dia akan mengazabku, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الأقَاوِيلِ. لأخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِينِ. ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِينَ. فَمَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ عَنْهُ حَاجِزِينَ}


Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya.

Maka sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami) dari pemotongan urat nadi itu. (Al-Haqqah: 44-47) Tiada lain diriku ini adalah orang yang benar dalam semua yang aku beritakan kepada kalian, karena itulah Dia mengukuhkanku dengan berbagai mukjizat yang jelas dan dalil-dalil yang pasti.


{يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ}


Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi. (Al-'Ankabut: 52) Maksudnya, tiada sesuatu pun yang samar bagi-Nya".


{وَالَّذِينَ آمَنُوا بِالْبَاطِلِ وَكَفَرُوا بِاللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ}


Dan orang-orang yang percaya kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi. (Al-'Ankabut: 52) Yakni kelak di hari kiamat Allah akan membalas amal perbuatan mereka selama di dunia

dan memberikan imbalan atas kedustaan mereka terhadap perkara yang hak dan keikutsertaan mereka dalam kebatilan. Mereka mendustakan para rasul, padahal semua dalil dan bukti menunjukkan kebenaran para rasul,

tetapi justru mereka percaya kepada tagut dan berhala-berhala tanpa dalil. Maka kelak Allah akan membalas perbuatan mereka itu, sesungguhnya Dia Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.

Surat Al-Ankabut |29:51|

أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَرَحْمَةً وَذِكْرَىٰ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

a wa lam yakfihim annaaa anzalnaa 'alaikal-kitaaba yutlaa 'alaihim, inna fii żaalika laroḥmataw wa żikroo liqoumiy yu`minuun

Apakah tidak cukup bagi mereka bahwa Kami telah menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur´an) yang dibacakan kepada mereka? Sungguh, dalam (Al-Qur´an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.

And is it not sufficient for them that We revealed to you the Book which is recited to them? Indeed in that is a mercy and reminder for a people who believe.

Tafsir
Jalalain

(Dan apakah tidak cukup bagi mereka) apa yang mereka minta itu (bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Alkitab) Alquran (sedangkan dia dibacakan kepada mereka)

Alquran adalah mukjizat yang terus-menerus dan tiada habis-habisnya, berbeda dengan mukjizat-mukjizat lainnya yang telah disebutkan tadi. (Sesungguhnya dalam hal ini) yakni Alquran

(terdapat rahmat dan pelajaran) nasihat (bagi orang-orang yang beriman).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 51 |

Penjelasan ada di ayat 50

Surat Al-Ankabut |29:52|

قُلْ كَفَىٰ بِاللَّهِ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ شَهِيدًا ۖ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۗ وَالَّذِينَ آمَنُوا بِالْبَاطِلِ وَكَفَرُوا بِاللَّهِ أُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

qul kafaa billaahi bainii wa bainakum syahiidaa, ya'lamu maa fis-samaawaati wal-ardh, wallażiina aamanuu bil-baathili wa kafaruu billaahi ulaaa`ika humul-khoosiruun

Katakanlah (Muhammad), "Cukuplah Allah menjadi saksi antara aku dan kamu. Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi. Dan orang yang percaya kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang rugi."

Say, "Sufficient is Allah between me and you as Witness. He knows what is in the heavens and earth. And they who have believed in falsehood and disbelieved in Allah - it is those who are the losers."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah, "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan antara kalian) yang menyaksikan kebenaranku (Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi)

antara lain Dia mengetahui tentang keadaanku dan keadaan kalian. (Dan orang-orang yang percaya kepada yang batil) yaitu yang menyembah kepada selain Allah (dan ingkar kepada Allah)

sebagaimana yang kalian lakukan (mereka itulah orang-orang yang merugi.") dalam transaksi mereka, karena mereka telah membeli kekafiran dengan keimanan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 52 |

Penjelasan ada di ayat 50

Surat Al-Ankabut |29:53|

وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ ۚ وَلَوْلَا أَجَلٌ مُسَمًّى لَجَاءَهُمُ الْعَذَابُ وَلَيَأْتِيَنَّهُمْ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

wa yasta'jiluunaka bil-'ażaab, walau laaa ajalum musammal lajaaa`ahumul-'ażaab, wa laya`tiyannahum baghtataw wa hum laa yasy'uruun

Dan mereka meminta kepadamu agar segera diturunkan azab. Kalau bukan karena waktunya yang telah ditetapkan, niscaya datang azab kepada mereka, dan (azab itu) pasti akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba, sedang mereka tidak menyadarinya.

And they urge you to hasten the punishment. And if not for [the decree of] a specified term, punishment would have reached them. But it will surely come to them suddenly while they perceive not.

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka meminta kepadamu supaya segera diturunkan azab. Kalau tidak karena waktu yang telah ditetapkan) bagi turunnya azab itu (benar-benar telah datang azab kepada mereka)

dengan segera (dan azab itu benar-benar akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba sedangkan mereka tidak menyadarinya) tentang waktu datangnya azab itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 53 |

Tafsir ayat 53-55

Allah Swt. menceritakan perihal kebodohan orang-orang musyrik karena mereka meminta agar azab Allah disegerakan menimpa mereka sebagai pembalasan dari perbuatan mereka, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:


{وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ}


Dan (ingatlah) ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata, "Ya Allah, jika betul (Al-Qur'an) ini dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” (Al-Anfal: 32) Dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَلَوْلا أَجَلٌ مُسَمًّى لَجَاءَهُمُ الْعَذَابُ}


Dan mereka meminta kepadamu supaya segera diturunkan azab. Kalau tidaklah karena waktu yang telah ditetapkan, benar-benar telah datang azab kepada mereka. (Al-’Ankabut: 53) Yakni seandainya tiada ketetapan dari Allah

yang telah memutuskan bahwa Dia menangguhkan azab-Nya sampai hari kiamat nanti, tentulah akan menimpa mereka azab dari-Nya dalam waktu yang dekat dan cepat seperti apa yang mereka minta. Kemudian Allah Swt. menyebutkan dalam firman selanjutnya:


{وَلَيَأْتِيَنَّهُمْ بَغْتَةً}


dan azab itu benar-benar akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba. (Al-’Ankabut: 53) Yaitu dengan sekonyong-konyong.


{وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ. يَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ}


sedangkan mereka tidak menyadarinya. Mereka meminta kepadamu supaya segera diturunkan azab. Dan sesungguhnya Jahannam benar-benar meliputi orang-orang yang kafir. (Al-'Ankabut: 53-54)

Mereka meminta supaya azab disegerakan turunnya, padahal azab itu pasti akan menimpa mereka. Syu'bah meriwayatkan dari Sammak, dari Ikrimah sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya Jahannam

benar-benar meliputi orang-orang yang kafir. (Al-'Ankabut: 54) Yang dimaksud dengan Jahannam adalah laut. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami

Umar ibnu Ismail ibnu Mujalid, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Mujahid, dari Asy-Sya'bi, bahwa ia pernah mendengar Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya Jahannam

benar-benar meliputi orang-orang yang kafir. (Al-'Ankabut: 54) Bahwa Jahannam itu adalah laut yang hijau, bertaburan jatuh ke dalamnya semua bintang, dan digulung di dalamnya mentari dan rembulan, kemudian dinyalakan api sehingga jadilah ia neraka Jahannam.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ، حَدَّثَنَا عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أُمَيَّةَ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حُيَي، حَدَّثَنَا صَفْوَانُ بْنُ يَعْلَى، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "الْبَحْرُ هُوَ جَهَنَّمُ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Asim, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Umayyah, telah menceritakan kepadaku Huyayyin, telah menceritakan kepadaku Safwan ibnu Ya'la, dari ayahnya,

bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Laut itu adalah Jahannam. Mereka berkata kepada Ya'la, "Tidakkah kamu lihat bahwa Allah Swt. telah berfirman: neraka, yang gejolaknya mengepung mereka' (Al-Kahfi: 29), hingga akhir ayat."

Maka Ya'la menjawab, "Demi Tuhan yang jiwa Ya'la berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, aku tidak akan memasukinya selamanya sebelum aku dihadapkan kepada Allah, dan tidak akan menyentuh diriku setetes pun darinya

sebelum aku dihadapkan kepada Allah Swt. Penafsiran ini berpredikat garib, begitu pula predikat hadisnya, hanya Allah Yang Maha Mengetahui. Dalam firman berikutnya disebutkan:


{يَوْمَ يَغْشَاهُمُ الْعَذَابُ مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ}


pada hari mereka ditutup oleh azab dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. (Al-'Ankabut: 55) Sama dengan firman Allah Swt. yang mengatakan:


{لَهُمْ مِنْ جَهَنَّمَ مِهَادٌ وَمِنْ فَوْقِهِمْ غَوَاشٍ}


Mereka mempunyai tikar-tikar dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka). (Al-A'raf: 41)


{لَهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ ظُلَلٌ مِنَ النَّارِ وَمِنْ تَحْتِهِمْ ظُلَلٌ}


Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di atas mereka dan di bawah mereka pun lapisan-lapisan (dari api). (Az-Zumar: 16)


{لَوْ يَعْلَمُ الَّذِينَ كَفَرُوا حِينَ لَا يَكُفُّونَ عَنْ وُجُوهِهِمُ النَّارَ وَلا عَنْ ظُهُورِهِمْ}


Andaikata orang-orang kafir itu mengetahui waktu (di mana) mereka itu tidak mampu mengelakkan api neraka dari muka mereka dan (tidak pula) dari punggung mereka. (Al-Anbiya: 39), hingga akhir ayat.

Kesimpulannya, api neraka menutupi mereka dari segala penjuru. Ungkapan ini menggambarkan tentang hebatnya siksaan yang mereka alami. Firman Allah Swt.:


{وَيَقُولُ ذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}


dan Allah berkata (kepada mereka), "Rasailah (pembalasan dari) apa yang telah kamu kerjakan.” (Al-'Ankabut: 55) Ini merupakan ancaman, kecaman, dan cemoohan, yang juga merupakan siksaan dalam bentuk lain. Sebagaimana pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:


{يَوْمَ يُسْحَبُونَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ ذُوقُوا مَسَّ سَقَرَ. إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ}


(Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka dengan muka di bawah; (Dikatakan kepada mereka), "Rasakanlah sentuhan api neraka.” Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (Al-Qamar: 48-49)


{يَوْمَ يُدَعُّونَ إِلَى نَارِ جَهَنَّمَ دَعًّا. هَذِهِ النَّارُ الَّتِي كُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُونَ. أَفَسِحْرٌ هَذَا أَمْ أَنْتُمْ لَا تُبْصِرُونَ. اصْلَوْهَا فَاصْبِرُوا أَوْ لَا تَصْبِرُوا سَوَاءٌ عَلَيْكُمْ إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}


pada hari mereka didorong ke neraka Jahannam dengan sekuat-kuatnya. (Dikatakan kepada mereka), "Inilah neraka yang dahulu kamu selalu mendustakannya.” Maka apakah ini sihir? Ataukah kamu tidak melihat? Masuklah kamu

ke dalamnya (rasakanlah panas apinya), maka baik kamu bersabar atau tidak, sama saja bagimu, kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan. (At-Tur: 13-16)

Surat Al-Ankabut |29:54|

يَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ

yasta'jiluunaka bil-'ażaab, wa inna jahannama lamuḥiithotum bil-kaafiriin

Mereka meminta kepadamu agar segera diturunkan azab. Dan sesungguhnya Neraka Jahanam itu pasti meliputi orang-orang kafir,

They urge you to hasten the punishment. And indeed, Hell will be encompassing of the disbelievers

Tafsir
Jalalain

(Mereka meminta kepadamu supaya segera diturunkan azab) di dunia. (Dan sesungguhnya Jahanam benar-benar meliputi orang-orang kafir).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 54 |

Penjelasan ada di ayat 53

Surat Al-Ankabut |29:55|

يَوْمَ يَغْشَاهُمُ الْعَذَابُ مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ وَيَقُولُ ذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

yauma yaghsyaahumul-'ażaabu min fauqihim wa min taḥti arjulihim wa yaquulu żuuquu maa kuntum ta'maluun

pada hari (ketika) azab menutup mereka dari atas dan dari bawah kaki mereka dan (Allah) berkata (kepada mereka), "Rasakanlah (balasan dari) apa yang telah kamu kerjakan!"

On the Day the punishment will cover them from above them and from below their feet and it is said, "Taste [the result of] what you used to do."

Tafsir
Jalalain

(Pada hari mereka ditutup oleh azab dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka dan Allah berkata) dapat dibaca naquulu, artinya Kami berkata, yaquulu artinya berkatalah malaikat yang diserahi tugas mengazab:

("Rasakanlah apa yang telah kalian kerjakan.") Yakni pembalasan dari apa yang telah kalian kerjakan, kalian tidak akan dapat meloloskan diri daripadanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 55 |

Penjelasan ada di ayat 53

Surat Al-Ankabut |29:56|

يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ أَرْضِي وَاسِعَةٌ فَإِيَّايَ فَاعْبُدُونِ

yaa 'ibaadiyallażiina aamanuuu inna ardhii waasi'atun fa iyyaaya fa'buduun

Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Sungguh, bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku (saja).

O My servants who have believed, indeed My earth is spacious, so worship only Me.

Tafsir
Jalalain

(Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku saja) di mana saja kalian dapat melakukannya dengan mudah,

umpamanya kalian berhijrah dari suatu tempat yang kalian mendapat kesukaran untuk melakukannya, ke tempat yang kalian akan mendapat kemudahan untuk melakukannya.

Ayat ini diturunkan berkenaan dengan kaum Muslimin Mekah yang lemah, karena mereka mendapat tekanan dari orang-orang kafir Mekah yang tidak menghendaki Islam berkembang di negerinya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 56 |

Tafsir ayat 56-60

Melalui ayat-ayat ini Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya agar berhijrah dari suatu negeri yang mereka tidak dapat menegakkan agama padanya, yaitu menuju ke negeri lain; karena bumi Allah luas,

di mana mereka dapat menegakkan agama dengan mengesakan-Nya dan menyembah-Nya, sebagaimana yang diperintahkan-Nya. Karena itulah Allah Swt. berfirman:


{يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ أَرْضِي وَاسِعَةٌ فَإِيَّايَ فَاعْبُدُونِ}


Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku saja. (Al-'Ankabut: 56)


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ عَبْدِ رَبِّهِ، حَدَّثَنَا بَقِيَّةُ بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنِي جُبَيْر بْنُ عَمْرٍو الْقُرَشِيُّ، حَدَّثَنِي أَبُو سَعْدٍ الْأَنْصَارِيُّ، عَنْ أَبِي يَحْيَى مَوْلَى الزُّبَيْرِ بْنِ الْعَوَّامِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الْبِلَادُ بِلَادُ اللَّهِ، وَالْعِبَادُ عِبَادُ اللَّهِ، فَحَيْثُمَا أصبتَ خَيْرًا فَأَقِمْ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Abdu Rabbih, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah ibnul Walid, telah menceritakan kepadaku Jubair ibnu Amr Al-Qurasyi, telah menceritakan kepadaku

Abu Sa'd Al-Ansari, dari Abu Bahr maula (pelayan) Az-Zubair ibnul Awwam, dari Az-Zubair ibnul Awwam yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Negeri (bumi) ini adalah negeri Allah dan semua hamba adalah hamba Allah,

maka di mana pun kamu beroleh kebaikan, maka bermukimlah padanya. Karena itulah ketika orang-orang yang lemah dari kalangan kaum muslim di Mekah selalu tertindas dengan keberadaan mereka di Mekah, maka mereka keluar

darinya berhijrah ke negeri Habsyah untuk menyelamatkan agama mereka. Ternyata mereka menjumpai negeri Habsyah adalah negeri yang baik bagi mereka, karena rajanya yang bernama As-Hamah An-Najjasyi rahimahullah

menerima mereka dengan baik dan penuh hormat. As-Hamah memberi tempat tinggal kepada mereka dan mendukung mereka melalui, pertolongannya, dan menjadikan mereka orang-orang yang dilindungi di negerinya.

Kemudian Rasulullah Saw. berhijrah ke Madinah bersama semua sahabatnya yang ada, yaitu ke kota yang dahulunya dikenal dengan nama Yasrib. Setelah itu Allah Swt. berfirman:


{كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ}


Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (Al-'Ankabut: 57) Yakni di mana pun kalian berada, maut pasti akan mendapati kalian. Maka jadilah kalian orang-orang yang selalu berada

dalam ketaatan kepada Allah di mana pun kalian berada, sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah kepada kalian. Karena sesungguhnya hal ini lebih baik bagi kalian, sebab maut pasti akan menjemput kalian tanpa bisa dielakkan.

Kemudian hanya kepada Allah-lah kalian dikembalikan; barang siapa yang selalu taat kepada-Nya, maka Dia akan membalasnya dengan balasan yang sebaik-baiknya dan memberikan pahalanya dengan penuh. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُبَوِّئَنَّهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ غُرَفًا تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ}


Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, sesungguhnya Kami akan tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. (Al-’Ankabut: 58)

Kami benar-benar akan menempatkan mereka di tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, di bawahnya mengalir sungai-sungai yang beraneka ragam rasanya, ada sungai air, ada sungai khamr, sungai madu dan sungai susu; mereka dapat membelokkan alirannya menurut yang mereka kehendaki.


{خَالِدِينَ فِيهَا}


mereka kekal di dalamnya. (Al-'Ankabut: 58) Mereka tinggal di dalamnya selama-lamanya tanpa menginginkan pindah darinya.


{نِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ}


Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal. (Al-'Ankabut: 58) Alangkah menyenangkan gedung-gedung surga itu sebagai pembalasan bagi amal-amal orang-orang yang beriman.


{الَّذِينَ صَبَرُوا}


yaitu orang-orang yang bersabar. (Al-'Ankabut: 59) Yakni bersabar dalam mempertahankan agamanya, berhijrah kepada Allah serta memisahkan diri dari musuh-musuh Allah, rela berpisah dengan keluarga dan kaum kerabat

demi karena Allah dan mengharapkan pahala yang ada di sisi-Nya serta percaya kepada apa yang dijanjikan oleh-Nya.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنِي أَبِي، حَدَّثَنَا صَفْوَانُ المؤذِنَ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ، حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةَ بْنِ سَلَّامٍ، عَنْ أَخِيهِ زَيْدِ بْنِ سَلَّامٍ، عَنْ جَدِّهِ أَبِي سَلَّامٍ الْأَسْوَدِ، حَدَّثَنِي أَبُو معَاتق الْأَشْعَرِيُّ، أَنَّ أَبَا مَالِكٍ الْأَشْعَرِيَّ حَدَّثَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَهُ: أَنَّ فِي الْجَنَّةِ غُرَفا يُرى ظَاهِرُهَا مِنْ بَاطِنِهَا، وَبَاطِنُهَا مِنْ ظَاهِرِهَا، أعدَّها اللَّهُ لِمَنْ أَطْعَمَ الطَّعَامَ، وَأَطَابَ الْكَلَامَ، وَأَبَاحَ الصِّيَامَ، وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَالنَّاسُ نِيَامٌ


Ibnu Abu Hatim rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Safwan Al-Mu'azzin, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami

Muawiyah ibnu Salam, dari ayahnya, dari Zaid ibnu Salam, dari kakeknya Abu Salam Al-Aswad, telah menceritakan kepadaku Abu Muawiyah Al-Asy'ari, bahwa Abu Malik Al-Asy'ari pernah bercerita kepadanya; Rasulullah Saw.

pernah bercerita kepadanya bahwa sesungguhnya di dalam surga terdapat gedung-gedung yang bagian luarnya dapat terlihat dari bagian dalamnya, dan bagian dalamnya dapat terlihat dari bagian luarnya. Gedung-gedung itu

disediakan oleh Allah Swt. bagi orang yang suka memberi makan kaum fakir miskin, mengerjakan salat dan puasa serta berdiri di malam hari mengerjakan salat sunat, sedangkan manusia saat itu sedang lelap dalam tidurnya. Firman Allah SWT:


{وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ}


dan bertawakal kepada Tuhannya. (Al-’Ankabut: 59) dalam semua keadaan, yakni dalam urusan agama dan urusan duniawi. Selanjutnya Allah Swt. memberitahukan kepada mereka bahwa rezeki itu tidak khusus hanya diberikan kepada

suatu negeri, bahkan rezeki Allah Swt. menyeluruh buat semua makhluk-Nya di mana pun mereka berada. Rezeki kaum Muhajirin di tempat hijrah mereka jauh lebih banyak, lebih luas, dan lebih baik ketimbang di Mekah tempat mereka berasal.

Karena sesungguhnya tidak lama kemudian mereka menjadi para penguasa negeri di berbagai kawasan dan kota-kota besar. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا}


Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. (Al-'Ankabut: 60) Maksudnya, tidak mampu mengumpulkannya, tidak mampu menghasilkannya, serta tidak mampu menyimpan sesuatu pun dari rezeki itu untuk besok.


{اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ}


Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu. (Al-'Ankabut: 60) Allah-lah yang menetapkan rezekinya, sekalipun ia lemah dan Allah memudahkan baginya jalan rezekinya. Untuk itu Allah mengirimkan bagi setiap makhluk

sejumlah rezeki yang diperlukannya, hingga bibit-bibit yang ditanam di dalam tanah, juga burung-burung yang ada di udara serta ikan-ikan yang ada di laut. Allah Swt. telah berfirman:


{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ}


Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Manfuz). (Hud: 6)


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْهَرَوِيُّ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ -يَعْنِي ابْنَ هَارُونَ -حَدَّثَنَا الْجَرَّاحُ بْنُ مِنْهَال الْجَزَرِيُّ -هُوَ أَبُو الْعَطُوفِ -عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ رَجُلٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: خَرَجْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى دَخَلَ بَعْضَ حِيطَانِ الْمَدِينَةِ، فَجَعَلَ يَلْتَقِطُ مِنَ التَّمْرِ ويأكل، فقال لي: "يا بن عُمَرَ، مَا لَكَ لَا تَأْكُلُ؟ " قَالَ: قُلْتُ: لَا أَشْتَهِيهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: "لَكِنِّي أشتهيه، وَهَذِهِ صُبْحُ رَابِعَةٍ مُنْذُ لَمْ أَذُقْ طَعَامًا وَلَمْ أَجِدْهُ، وَلَوْ شِئْتُ لَدَعَوْتُ رَبِّي فَأَعْطَانِي مِثْلَ مُلْكِ قَيْصَرَ وَكِسْرَى فَكَيْفَ بِكَ يَا بن عُمَرَ إِذَا بَقِيتَ فِي قَوْمٍ يُخَبِّئُونَ رِزْقَ سَنَتِهِمْ بِضَعْفِ الْيَقِينِ؟ ". قَالَ: فَوَاللَّهِ مَا بَرِحْنَا وَلَا رِمْنا حَتَّى نَزَلَتْ: {وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ} فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَأْمُرْنِي بِكَنْزِ الدُّنْيَا، وَلَا بِاتِّبَاعِ الشَّهَوَاتِ، فَمَنْ كَنَزَ دُنْيَاهُ يُرِيدُ بِهَا حَيَاةً بَاقِيَةً فَإِنَّ الْحَيَاةَ بِيَدِ اللَّهِ، أَلَا وَإِنِّي لَا أَكْنِزُ دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا، وَلَا أُخَبِّئُ رِزْقًا لِغَدٍ"


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdur Rahman Al-Harawi, telah menceritakan kepada kami Yazid (yakni Ibnu Harun), telah menceritakan kepada kami Al-Jarrah ibnu Minhal Al-Jazari alias Abul Atuf,

dari Az-Zuhri, dari seorang lelaki, dari Ibnu Umar yang menceritakan bahwa ia keluar bersama Rasulullah Saw. hingga masuk ke salah satu kebun kurma Madinah. Nabi Saw. memunguti kurma yang terjatuh dan memakannya,

lalu bersabda kepadaku, "Hai Ibnu Umar, mengapa kamu tidak makan?" Aku menjawab, "Saya tidak berselera, wahai Rasulullah." Nabi Saw. bersabda, "Tetapi aku menginginkannya, dan hari ini adalah hari keempat sejak aku tidak pernah

menjumpai makanan barang sesuap pun. Seandainya aku suka benar-benar aku akan mendoa kepada Tuhanku, dan Dia pasti akan memberiku kekayaan yang semisal dengan apa yang dimiliki oleh Kisra dan Kaisar. Bagaimanakah denganmu,

hai Ibnu Umar, bila kamu tinggal di antara kaum yang menyimpan rezeki mereka untuk satu tahun, sedangkan keyakinan mereka lemah?" Ibnu Umar melanjutkan kisahnya, "Demi Allah, belum lagi kami meninggalkan tempat itu,

turunlah firman-Nya: 'Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri, Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.' (Al-'Ankabut: 60)"

Maka Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah Swt. tidak memerintahkan aku untuk menimbun kekayaan dan tidak pula mengikuti hawa nafsu. Maka barang siapa yang menimbun kekayaannya dengan tujuan agar hidup kekal,

sesungguhnya kehidupan itu berada di tangan kekuasaan Allah. Ingatlah, sesungguhnya aku tidak menimbun dinar, tidak pula dirham, serta tidak pula menyimpan rezeki untuk hari esok. Tetapi predikat hadis ini gharib karena

Abul Atuf Al-Jazari orangnya daif. Mereka (para ahli ilmu hewan) mengatakan bahwa apabila burung gagak telah menetaskan telurnya, maka kedua induknya (jantan dan betina) terbang meninggalkan anak-anaknya. Dan apabila keduanya

melihat mereka masih dalam keadaan seperti itu, keduanya terbang lagi selama berhari-hari hingga anak-anak mereka bulunya mulai tampak menghitam. Sedangkan anak-anak mereka yang masih kecil-kecil itu selalu membuka mulut mereka

mencari-cari kedua induknya. Maka Allah Swt. memerintahkan kepada serangga seperti nyamuk untuk menutupi tubuh mereka, dan anak-anak burung gagak itu memakan nyamuk-nyamuk tersebut sebagai makanannya selama mereka

ditinggalkan oleh kedua induknya hingga bulu mereka mulai tampak menghitam. Sedangkan kedua induk mereka selalu memantau mereka setiap waktunya; bila keduanya melihat mereka masih berbulu putih, keduanya meninggalkan mereka.

Dan bila keduanya melihat anak-anaknya mulai berwarna hitam bulu-bulunya, maka barulah keduanya mengasuh anak-anaknya dan memberinya makanan. Karena itulah ada seorang penyair yang mengatakan dalam bait syairnya:


يَا رَازِقَ النعَّاب في عُشه ... وجَابر العَظْم الكَسِير الْمَهِيضِ ...


Wahai (Tuhan) Yang memberi rezeki kepada anak-anak burung gagak di sarangnya, (wahai Tuhan) Yang Menyembuhkan tulang yang patah. Imam Safii dalam sejumlah hadisnya yang menyangkut perintah telah mengatakan, antara lain sabda Nabi Saw. yang mengatakan:


"سَافِرُوا تَصِحُّوا وَتُرْزَقُوا"


Bepergianlah kalian, niscaya kalian sehat dan mendapat rezeki.


قَالَ الْبَيْهَقِيُّ أَخْبَرَنَا إِمْلَاءً أَبُو الْحَسَنِ عَلِيُّ بْنُ عَبْدَانَ، أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عُبَيْدٍ، أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ غَالِبٍ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ سِنان، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ رَدّاد -شَيْخٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ -حَدَّثَنَا عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "سَافِرُوا تَصِحُّوا وَتَغْنَمُوا".


Imam Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Imla Abul Hasan alias Ali ibnu Ahmad ibnu Idan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Galib,

telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdur Rahman ibnu Yazdad (seorang syekh penduduk Madinah), telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Dinar,

dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Bepergianlah, niscaya kalian sehat dan beroleh keberuntungan. Imam Baihaqi mengatakan, ia telah meriwayatkannya pula melalui Ibnu Abbas.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، عَنْ دَرّاج، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ حُجَيرة، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "سَافِرُوا تَرْبَحُوا، وَصُومُوا تَصِحُّوا، وَاغْزُوا تَغْنَمُوا"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qubaisah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Darij, dari Abdur Rahman ibnu Hujairah, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.

pernah bersabda: Bepergianlah, niscaya kalian beroleh keuntungan; berpuasalah, niscaya kalian sehat; dan berperanglah, niscaya kalian beroleh ganimah.Hal yang semisal dengan hadis Ibnu Umar telah diriwayatkan pula melalui Ibnu Abbas secara marfu, dan dari Mu'az ibnu Jabal secara mauquf. Menurut riwayat lain disebutkan:


"سَافِرُوا مَعَ ذَوِي الْجُدُودِ وَالْمَيْسَرَةِ"


Bepergianlah kalian bersama orang-orang yang mempunyai keahlian dan kemudahan. Imam Ahmad mengatakan bahwa hal yang semisal telah kami riwayatkan melalui Ibnu Abbas. Firman Allah Swt:


{وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ}


Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-'Ankabut: 60) Yakni Maha Mendengar semua ucapan hamba-hamba-Nya, lagi Maha Mengetahui semua gerakan dan diamnya mereka.

Surat Al-Ankabut |29:57|

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۖ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

kullu nafsin żaaa`iqotul-mauut, ṡumma ilainaa turja'uun

Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan.

Every soul will taste death. Then to Us will you be returned.

Tafsir
Jalalain

(Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kalian dikembalikan) sesudah kalian dibangkitkan, lafal turja'uuna dapat pula dibaca yurja'uuna.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 57 |

Penjelasan ada di ayat 56

Surat Al-Ankabut |29:58|

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُبَوِّئَنَّهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ غُرَفًا تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ نِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ

wallażiina aamanuu wa 'amilush-shooliḥaati lanubawwi`annahum minal-jannati ghurofan tajrii min taḥtihal-an-haaru khoolidiina fiihaa, ni'ma ajrul-'aamiliin

Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, sungguh, mereka akan Kami tempatkan pada tempat-tempat yang tinggi (di dalam surga), yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik balasan bagi orang yang berbuat kebajikan,

And those who have believed and done righteous deeds - We will surely assign to them of Paradise [elevated] chambers beneath which rivers flow, wherein they abide eternally. Excellent is the reward of the [righteous] workers

Tafsir
Jalalain

(Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka) akan diberi tempat tinggal. Menurut qiraat yang lain lafal lanubawwiannahum

dibaca lanutsawwiannahum dengan memakai huruf tsa sebagai ganti huruf ba, karena berasal dari kata ats-tsawa yang artinya tempat bermukim,

yang menjadi maf`ulnya adalah lafal ghurafan dengan membuang huruf fi (pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal)

mereka ditakdirkan hidup kekal (di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal) imbalan yang terbaik.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 58 |

Penjelasan ada di ayat 56

Surat Al-Ankabut |29:59|

الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

allażiina shobaruu wa 'alaa robbihim yatawakkaluun

(yaitu) orang-orang yang bersabar dan bertawakal kepada Tuhannya.

Who have been patient and upon their Lord rely.

Tafsir
Jalalain

Mereka adalah (orang-orang yang bersabar) mengalami perlakuan yang menyakitkan dari pihak kaum musyrikin dan bersabar di dalam hijrah meninggalkan tanah kelahiran mereka demi membela agama

(dan mereka bertawakal hanya kepada Rabbnya) karenanya Dia memberi rezeki kepada mereka dari jalan yang tidak mereka duga.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 59 |

Penjelasan ada di ayat 56

Surat Al-Ankabut |29:60|

وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ ۚ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

wa ka`ayyim min daaabbatil laa taḥmilu rizqohallohu yarzuquhaa wa iyyaakum wa huwas-samii'ul-'aliim

Dan berapa banyak makhluk bergerak yang bernyawa yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu. Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

And how many a creature carries not its [own] provision. Allah provides for it and for you. And He is the Hearing, the Knowing.

Tafsir
Jalalain

(Dan berapa banyak) alangkah banyaknya (binatang yang tidak dapat membawa rezekinya sendiri) karena lemah. (Allahlah yang memberi rezeki kepadanya dan kepada kalian)

hai orang-orang Muhajirin, sekalipun kalian tidak membawa bekal dan pula tidak membawa nafkah (dan Dia Maha Mendengar) perkataan-perkataan kalian (lagi Maha Mengetahui) apa yang terpendam di dalam hati kalian.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 60 |

Penjelasan ada di ayat 56

Surat Al-Ankabut |29:61|

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۖ فَأَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ

wa la`in sa`altahum man kholaqos-samaawaati wal-ardho wa sakhkhorosy-syamsa wal-qomaro layaquulunnalloh, fa annaa yu`fakuun

Dan jika engkau bertanya kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Pasti mereka akan menjawab, "Allah." Maka mengapa mereka bisa dipalingkan (dari kebenaran).

If you asked them, "Who created the heavens and earth and subjected the sun and the moon?" they would surely say, "Allah." Then how are they deluded?

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya jika) huruf lam menunjukkan makna qasam (kamu tanyakan kepada mereka) yakni kepada orang-orang kafir:

("Siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan" Tentu mereka akan menjawab, "Allah," maka betapakah mereka dapat dipalingkan dari jalan yang benar)

Maksudnya dipalingkan dari mentauhidkan Allah, padahal sebelumnya mereka telah mengakui hal tersebut.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 61 |

Tafsir ayat 61-63

Allah Swt. berfirman, menegaskan bahwa Dia adalah Tuhan yang tiada Tuhan selain Dia. Dikatakan demikian karena orang-orang musyrik menyembah selain-Nya di samping Dia, padahal mereka mengakui bahwa Allah sendirilah

yang menciptakan langit, bumi, mentari, dan rembulan; dan Dia pulalah yang menundukkan siang dan malam hari; Dia adalah Yang memberi rezeki kepada hamba-hamba-Nya dan Yang menentukan ajal mereka yang berbeda-beda,

juga yang memberikan rezeki mereka yang berbeda-beda. Maka terjadilah perbedaan di antara mereka dalam hal rezeki, ada yang kaya dan ada yang miskin. Dia Maha Mengetahui apa yang lebih maslahat bagi masing-masing dari mereka;

dan siapakah yang berhak menjadi orang kaya dan siapa pulakah yang berhak menjadi orang miskin. Allah menyebutkan pula bahwa hanya Dia sendirilah yang menciptakan segala sesuatu dan hanya Dia sematalah yang mengatur semuanya.

Apabila demikian keadaannya, maka tiada yang berhak disembah selain Dia, dan bertawakal itu hanyalah kepada-Nya. Sebagaimana Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dalam kerajaan-Nya, maka hendaklah Dia pun diesakan pula

dalam penyembahan. Sering kali Allah Swt. menetapkan kedudukan Uluhiyah-Nya dengan pengakuan keesaan dalam Rububiyah-Nya. Dahulu orang-orang musyrik mengakui hal tersebut sebagaimana yang tersitirkan dari perkataan mereka

dalam talbiyahnya, "Kupenuhi seruan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu kecuali sekutu yang Engkau miliki, sedangkan dia tidak memiliki."

Surat Al-Ankabut |29:62|

اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

allohu yabsuthur-rizqo limay yasyaaa`u min 'ibaadihii wa yaqdiru lah, innalloha bikulli syai`in 'aliim

Allah melapangkan rezeki bagi orang yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang membatasi baginya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Allah extends provision for whom He wills of His servants and restricts for him. Indeed Allah is, of all things, Knowing.

Tafsir
Jalalain

(Allah melapangkan rezeki) meluaskannya (bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya) sebagai ujian dari-Nya (dan Dia pula yang membatasinya)

yakni, menyempitkan rezeki (baginya) sesudah rezeki itu dilapangkan bagi siapa yang dikehendaki-Nya sebagai cobaan dari-Nya. (Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu) antara lain melapangkan dan menyempitkan rezeki.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 62 |

Penjelasan ada di ayat 61

Surat Al-Ankabut |29:63|

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۚ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ

wa la`in sa`altahum man nazzala minas-samaaa`i maaa`an fa aḥyaa bihil-ardho mim ba'di mautihaa layaquulunnallohu qulil-ḥamdu lillaah, bal akṡaruhum laa ya'qiluun

Dan jika kamu bertanya kepada mereka, "Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu dengan (air) itu dihidupkannya bumi yang sudah mati?" Pasti mereka akan menjawab, "Allah." Katakanlah, "Segala puji bagi Allah," tetapi kebanyakan mereka tidak mengerti. [...]

And if you asked them, "Who sends down rain from the sky and gives life thereby to the earth after its lifelessness?" they would surely say " Allah." Say, "Praise to Allah "; but most of them do not reason.

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya jika) huruf lam pada lafal la-in adalah bermakna qasam (kamu menanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menurunkan air dari langit, lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya

" Tentu mereka akan menjawab, "Allah.") Maka kenapa mereka menyekutukan-Nya. (Katakanlah) kepada mereka: ("Segala puji bagi Allah) atas tetapnya hujah terhadap kalian

(tetapi kebanyakan mereka tidak memahaminya.") artinya tidak memahami kontradiksi mereka dalam hal ini.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 63 |

Penjelasan ada di ayat 61

Surat Al-Ankabut |29:64|

وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

wa maa haażihil-ḥayaatud-dun-yaaa illaa lahwuw wa la'ib, wa innad-daarol-aakhirota lahiyal-ḥayawaan, lau kaanuu ya'lamuun

Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.

And this worldly life is not but diversion and amusement. And indeed, the home of the Hereafter - that is the [eternal] life, if only they knew.

Tafsir
Jalalain

(Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main) sedangkan amal-amal takarrub termasuk perkara akhirat karena buahnya akan dipetik di akhirat nanti.

(Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan) lafal al-hayawan artinya kehidupan (kalau mereka mengetahui) hal tersebut, niscaya mereka tidak akan memilih perkara duniawi dan meninggalkan perkara akhirat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 64 |

Tafsir ayat 64-66

Allah Swt. berfirman, menceritakan hinanya duniawi dan kefanaannya serta kesudahannya yang akan lenyap, dan bahwa dunia itu tidak kekal, dan bahwa kehidupan dunia itu tiada lain hanyalah senda gurau dan main-main.


{وَإِنَّ الدَّارَ الآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ}


Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan. (Al-'Ankabut: 64) Yaitu kehidupan yang abadi lagi sebenarnya yang tiada kefanaan serta tiada penghabisannya, bahkan kehidupan akhirat terus berlangsung untuk selama-lamanya. Firman Allah Swt.:


{لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ}


kalau mereka mengetahui. (Al-'Ankabut: 64) Seandainya mereka mengetahui, tentulah mereka lebih memilih pahala yang kekal daripada imbalan yang fana. Dalam ayat berikutnya Allah Swt. memberitahukan bahwa bila mereka

dalam keadaan terjepit, maka mereka berdoa kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, mengapa hal ini tidak mereka lakukan selamanya?


{فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ}


Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. (Al-'Ankabut: 65) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:


{وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلا إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ}


Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia me­nyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. (Al-Isra: 67), hingga akhir ayat. Dan dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ}


maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah). (Al-Ankabut: 65) Muhammad ibnu Ishaq telah menuturkan dari Ikrimah ibnu Abu Jahal yang telah menceritakan bahwa

ketika Rasulullah Saw. beroleh kemenangan atas kota Mekah, Ikrimah melarikan diri dari Mekah. Dan ketika ia menempuh jalan laut menaiki perahu untuk pergi ke negeri Habsyah, di tengah perjalanan perahunya oleng

karena ombak yang besar. Maka para penumpangnya berseru, "Hai kaum, murnikanlah doa kalian hanya kepada Tuhan kalian (Allah), karena sesungguhnya tiada yang dapat menyelamatkan kita dari bencana ini selain Dia." Ikrimah berkata,

"Demi Allah, bilamana tiada yang dapat menyelamatkan dari bencana di laut selain Dia, maka sesungguhnya tiada pula yang dapat menyelamatkan dari bencana di daratan kecuali hanya Dia. Ya Allah, aku berjanji kepada­Mu seandainya

aku selamat dari bencana ini, sungguh aku akan pergi dan benar-benar aku akan meletakkan tanganku pada tangan Muhammad (masuk Islam), dan aku pasti menjumpainya seorang yang pengasih lagi penyayang," dan memang apa yang diharapkannya itu benar-benar ia jumpai pada diri Rasulullah Saw. Firman Allah Swt.:


{لِيَكْفُرُوا بِمَا آتَيْنَاهُمْ وَلِيَتَمَتَّعُوا}


agar mereka mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka dan agar mereka (hidup) bersenang-senang (dalam kekafiran). (Al-’Ankabut: 66) Huruf lam yang ada pada lafaz liyakfuru ini menurut pendapat ke­banyakan

ulama bahasa Arab dan tafsir serta juga ulama usul menyebutnya dengan istilah lamul 'aqibah (sehingga artinya menjadi yang berakibat mereka mengingkari nikmat Allah dan hidup bersenang-senang dalam kekafirannya').

Karena mereka tidak bermaksud demikian pada mulanya, dan tidak diragukan lagi makna ini memang benar bila dipandang dari sudut mereka. Tetapi bila dipandang dari sudut takdir Allah atas diri mereka dan kepastian-Nya

yang telah menentukan mereka demikian, maka tidak diragukan lagi lam di sini bermakna ta'lil. Penjelasan mengenai hal ini telah kami sebutkan sebelumnya dalam firman Allah Swt.:


{لِيَكُونَ لَهُمْ عَدُوًّا وَحَزَنًا}


yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. (Al-Qassas: 8)

Surat Al-Ankabut |29:65|

فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ

fa iżaa rokibuu fil-fulki da'awulloha mukhlishiina lahud-diin, fa lammaa najjaahum ilal-barri iżaa hum yusyrikuun

Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan penuh rasa pengabdian (ikhlas) kepada-Nya, tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, malah mereka (kembali) menyekutukan (Allah),

And when they board a ship, they supplicate Allah, sincere to Him in religion. But when He delivers them to the land, at once they associate others with Him

Tafsir
Jalalain

(Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.) Yakni mereka tidak menyeru selain-Nya, karena mereka dalam keadaan kritis dan bahaya,

tiada seorang pun yang dapat melenyapkannya melainkan hanya Dia (maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka kembali mempersekutukan) Allah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 65 |

Penjelasan ada di ayat 64

Surat Al-Ankabut |29:66|

لِيَكْفُرُوا بِمَا آتَيْنَاهُمْ وَلِيَتَمَتَّعُوا ۖ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ

liyakfuruu bimaaa aatainaahum wa liyatamatta'uu, fa saufa ya'lamuun

biarlah mereka mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka dan silakan mereka (hidup) bersenang-senang (dalam kekafiran). Maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatannya).

So that they will deny what We have granted them, and they will enjoy themselves. But they are going to know.

Tafsir
Jalalain

(Agar mereka mengingkari apa yang telah Kami berikan kepada mereka) berupa nikmat-nikmat (dan agar mereka hidup bersenang-senang)

dengan berkumpulnya mereka untuk menyembah berhala-berhala. Menurut qiraat yang lain dibaca walyatamatta'uu dalam bentuk kata perintah, yang dimaksud adalah makna tahdid/ancaman,

yakni bersenang-senanglah mereka. (Kelak mereka akan mengetahui) akibat perbuatannya itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 66 |

Penjelasan ada di ayat 64

Surat Al-Ankabut |29:67|

أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا حَرَمًا آمِنًا وَيُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنْ حَوْلِهِمْ ۚ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَةِ اللَّهِ يَكْفُرُونَ

a wa lam yarou annaa ja'alnaa ḥaroman aaminaw wa yutakhoththofun-naasu min ḥaulihim, a fa bil-baathili yu`minuuna wa bini'matillaahi yakfuruun

Tidakkah mereka memperhatikan, bahwa Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, padahal manusia di sekitarnya saling merampok. Mengapa (setelah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang batil dan ingkar kepada nikmat Allah?

Have they not seen that We made [Makkah] a safe sanctuary, while people are being taken away all around them? Then in falsehood do they believe, and in the favor of Allah they disbelieve?

Tafsir
Jalalain

(Dan apakah mereka tidak memperhatikan) tidak mengetahui (bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan) negeri mereka yakni Mekah (tanah suci yang aman, sedangkan manusia sekitarnya rampok-merampok)

saling bunuh-membunuh dan saling rampok-merampok di antara sesama mereka, berbeda halnya dengan penduduk Mekah. (Maka mengapa kepada yang batil) kepada berhala

(mereka percaya dan ingkar kepada nikmat Allah) Karena kemusyrikan mereka itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 67 |

Tafsir ayat 67-69

Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang kebaikan yang telah dianugerahkan-Nya kepada orang-orang Quraisy pada tanah suci-Nya, yang telah Dia jadikan untuk semua manusia, baik yang bermukim di situ maupun di padang pasir.

Barang siapa yang memasukinya, maka amanlah dia, karena itu mereka berada dalam keamanan yang besar. Sedangkan orang-orang Arab di sekitar mereka saling merampok satu sama lainnya dan saling membunuh, sebagaimana yang disebutkan oleh firman Allah Swt.:


لإيلافِ قُرَيْشٍ


Karena kebiasaan orang-orang Quraisy. (Al-Quraisy: 1), hingga akhir surat. Adapun firman Allah Swt.:


{أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَةِ اللَّهِ يَكْفُرُونَ}


Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang batil dan ingkar kepada nikmat Allah? (Al-'Ankabut: 67) Yakni apakah rasa syukur mereka atas nikmat-nikmat yang besar itu dilakukan oleh mereka dengan mempersekutukan Allah dan menyembah berhala-berhala serta sekutu-sekutu selain-Nya?


{بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ}


mereka menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? (Ibrahim: 28) Mereka kafir kepada Nabi Allah dan hamba serta Rasul-Nya (yakni Nabi Muhammad Saw.), padahal yang patut mereka

lakukan ialah memurnikan penyembahan hanya kepada Allah dan tidak mem-persekutukan-Nya dengan sesuatu pun dan membenarkan Rasul-Nya, mengagungkannya, dan menghormatinya. Tetapi sebaliknya mereka mendustakannya,

memeranginya, dan mengusirnya dari kalangan mereka. Karena itulah maka Allah mencabut nikmat-nikmat yang telah Dia berikan kepada mereka; dan sebagian dari mereka ada yang terbunuh dalam Perang Badar. Setelah itu kekuasaan

berada di tangan Allah, Rasul-Nya, dan kaum mukmin; Allah menaklukkan kota Mekah di tangan Rasul-Nya, dan mengalahkan kaum musyrik serta menjadikan mereka orang-orang yang terhina. Sesudah itu Allah Swt. menyebutkan dalam firman berikutnya:


{وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُ}


Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya. (Al-’Ankabut: 68) Artinya, tiada seorang pun yang lebih keras

mengalami siksaan Allah selain orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, dengan mengatakan bahwa sesungguhnya Allah telah memberikan wahyu kepadanya, padahal ia tidak menerima wahyu apa pun.

Juga orang yang mengatakan bahwa dia dapat membuat hal yang semisal dengan apa yang diturunkan Allah. Begitu pula tiada seorang pun yang lebih keras menerima siksaan Allah selain orang yang mendustakan perkara yang hak tatkala

yang hak itu datang kepadanya. Orang yang pertama dinamakan orang yang membuat-buat kebohongan terhadap Allah, dan orang yang kedua adalah orang yang mendustakan perkara yang hak. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ}


Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir? (Al-'Ankabut: 68) Adapun firman Allah Swt.:


{وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا}


Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan)' Kami. (Al-'Ankabut: 69) Mereka adalah Rasulullah Saw., para sahabatnya, dan para pengikutnya sampai hari kiamat.


{لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا}


benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. (Al-'Ankabut: 69) Yakni Kami benar-benar akan memperlihatkan kepada mereka jalan-jalan Kami di dunia dan akhirat.Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan

kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abul Hawari, telah menceritakan kepada kami Abbas Al-Hamdani Abu Ahmad (seorang ulama dari kalangan penduduk' Akka) sehubungan dengan makna firman-Nya:

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Al-'Ankabut: 69)

Yaitu orang-orang yang mengamalkan ilmunya, kelak Allah akan memberi mereka petunjuk terhadap apa yang tidak mereka ketahui sebelumnya. Ahmad ibnu Abul Hawari mengatakan bahwa ia menceritakan hal tersebut kepada

Abu Sulaiman Ad-Darani, dan ternyata Abu Sulaiman merasa kagum dengan takwil ini. Lalu ia berkata, "Tidak layak bagi seseorang yang mendapat inspirasi suatu kebaikan, lalu ia langsung mengamalkannya sebelum ia mendengar

hal yang mengukuhkannya dari asar. Apabila ia telah mendengar hal yang mengukuhkannya dalam asar, barulah ia boleh mengamalkannya, dan hendaklah ia memuji kepada Allah sehingga ucapannya selaras dengan apa yang terkandung di dalam kalbunya." Firman Allah Swt.:


{وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ}


Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Al-’Ankabut: 69) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Ja'far Qadi Ar-Ray,

telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far Ar-Razi, dari Al-Mugirah, dari Asy-Sya'bi yang mengatakan bahwa Isa putra Maryam pernah berkata, "Sesungguhnya kebaikan yang hakiki ialah bila kamu berbuat baik terhadap

orang yang berbuat jahat terhadap dirimu, dan bukanlah kebaikan yang hakiki itu bila kamu berbuat baik kepada orang yang telah berbuat baik kepadamu." Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Surat Al-Ankabut |29:68|

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُ ۚ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ

wa man azhlamu mim maniftaroo 'alallohi każiban au każżaba bil-ḥaqqi lammaa jaaa`ah, a laisa fii jahannama maṡwal lil-kaafiriin

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan kepada Allah atau orang yang mendustakan yang hak ketika (yang hak) itu datang kepadanya? Bukankah dalam Neraka Jahanam ada tempat bagi orang-orang kafir?

And who is more unjust than one who invents a lie about Allah or denies the truth when it has come to him? Is there not in Hell a [sufficient] residence for the disbelievers?

Tafsir
Jalalain

(Dan siapakah) tiada seorang pun (yang lebih lalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah) dengan cara menyekutukan-Nya (atau mendustakan yang hak)

maksudnya, Nabi saw. atau Alquran (tatkala yang hak itu datang kepadanya Bukankah dalam neraka Jahanam itu ada tempat) tempat tinggal (bagi orang-orang yang kafir) maksudnya,

di dalam neraka itu ada tempat tinggal bagi orang-orang kafir, dan orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah itu adalah satu di antara mereka yang kafir.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 68 |

penjelasan ada di ayat 67

Surat Al-Ankabut |29:69|

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

wallażiina jaahaduu fiinaa lanahdiyannahum subulanaa, wa innalloha lama'al-muḥsiniin

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.

And those who strive for Us - We will surely guide them to Our ways. And indeed, Allah is with the doers of good.

Tafsir
Jalalain

(Dan orang-orang yang berjihad untuk Kami) demi untuk mencari keridaan Kami (benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami) jalan yang menuju kepada Kami.

(Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik) yakni orang-orang mukmin dengan memberikan pertolongan dan bantuan-Nya kepada mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 69 |

penjelasan ada di ayat 67

Surat Ar-Rum |30:1|

الم

alif laaam miiim

Alif Lam Mim.

Alif, Lam, Meem.

Tafsir
Jalalain

(Alif lam mim) hanya Allah yang mengetahui maksudnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rum | 30 : 1 |

Tafsir ayat 1-7

Ayat-ayat ini diturunkan ketika Sabur (Raja Persia) berhasil mengalahkan tentara Romawi dan berhasil merebut negeri-negeri Syam serta bagian lainnya yang termasuk ke dalam wilayah kerajaan Romawi dari tanah Jazirah Arabia,

juga sebagian besar wilayah kerajaan Romawi, sehingga Kaisar Romawi Heraklius terpaksa mundur dan mengungsi ke kota Konstantinopel. Ia dikepung oleh Raja Sabur dan bala tentaranya di kota Konstantinopel dalam waktu yang cukup lama,

tetapi pada akhirnya kawasan kerajaan Romawi berhasil direbut kembali oleh Heraklius dari tangan orang-orang Persia, sebagaimana yang akan dijelaskan berikutnya.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ عَمْرٍو، حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِي عَمْرَةَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْر، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: {الم. غُلِبَتِ الرُّومُ. فِي أَدْنَى الأرْضِ} قَالَ: غُلبت وغَلَبت. قَالَ: كَانَ الْمُشْرِكُونَ يُحِبُّونَ أَنْ تَظْهَرَ فَارِسُ عَلَى الرُّومِ؛ لِأَنَّهُمْ أَصْحَابُ أَوْثَانٍ، وَكَانَ الْمُسْلِمُونَ يُحِبُّونَ أَنْ تَظْهَرَ الرُّومُ عَلَى فَارِسَ؛ لِأَنَّهُمْ أَهْلُ كِتَابٍ، فذُكر ذَلِكَ لِأَبِي بَكْرٍ،، فَذَكَرَهُ أَبُو بَكْرٍ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَا إِنَّهُمْ سَيَغْلِبُونَ" فَذَكَرَهُ أَبُو بَكْرٍ لَهُمْ، فَقَالُوا: اجْعَلْ بَيْنَنَا وَبَيْنَكَ أَجَلًا فَإِنْ ظَهَرْنَا كَانَ لَنَا كَذَا وَكَذَا، وَإِنْ ظَهَرْتُمْ كَانَ لَكُمْ كَذَا وَكَذَا. فَجَعَلَ أَجَلًا خَمْسَ سِنِينَ، فَلَمْ يَظْهَرُوا، فَذَكَرَ ذَلِكَ أَبُو بَكْرٍ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ:"أَلَا جَعَلَتْهَا إِلَى دُون" أَرَاهُ قَالَ: "الْعَشْرِ". "قَالَ سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ: الْبِضْعُ مَا دُونَ الْعَشْرِ. ثُمَّ ظَهَرَتِ الرُّومُ بَعْدُ، قَالَ: فَذَلِكَ قَوْلُهُ: {الم. غُلِبَتِ الرُّومُ. فِي أَدْنَى الأرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ. فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الأمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ}


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muawiyah ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq, dari Sufyan As-Sauri, dari Habib ibnu Abu Umrah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a.

yang telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat. (Ar-Rum: 1-3) Yakni dikalahkan dan dikalahkan. Ibnu Abbas menceritakan bahwa dahulu

orang-orang musyrik merasa suka bila orang-orang Persia beroleh kemenangan atas orang-orang Romawi, karena orang-orang Persia adalah penyembah berhala sama dengan mereka. Sedangkan kaum muslim merasa suka

bila orang-orang Romawi beroleh kemenangan atas orang-orang Persia, karena orang-orang Romawi adalah Ahli Kitab sama dengan mereka. Kemudian Abu Bakar menceritakan hal tersebut kepada Rasulullah Saw. Maka beliau Saw.

bersabda: Ingatlah, sesungguhnya mereka (orang-orang Romawi) akan beroleh kemenangan. Lalu Abu Bakar menceritakan hal tersebut kepada orang-orang Musyrik. Maka mereka berkata, "Marilah kita menentukan batas waktunya

antara kami dan kamu. Jika tebakan kami tepat, maka kami mendapat anu dan anu; dan jika tebakanmu tepat, kamu beroleh anu dan anu." Maka masa yang ditentukan oleh Abu Bakar adalah lima tahun, dan ternyata pasukan Romawi

tidak mengalami kemenangan. Lalu Abu Bakar menceritakan hal itu kepada Rasulullah Saw. Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Mengapa tidak engkau jadikan masa itu di bawah sepuluh tahun (di atas lima tahun)?" Sa'id ibnu Jubair

mengatakan bahwa masa itu di bawah sepuluh tahun, kemudian barulah orang-orang Romawi beroleh kemenangan. Sa'id ibnu Jubair mengatakan, bahwa itulah yang dimaksud oleh firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi

di negeri yang terdekat, dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. (Ar-Rum: 1-3) sampai dengan firman-Nya: Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (Ar-Rum: 5) Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi

dan Imam Nasai yang keduanya dari Al-Husain ibnul Hurayyis, dari Muawiyah ibnu Amr, dari Abu Ishaq Al-Fazzari, dari Sufyan As-Sauri dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib, sesungguhnya kami

mengenal hadis ini hanya melalui riwayat Sufyan, dari Habib. Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Ishaq As-San'ani, dari Muawiyah ibnu Amr dengan sanad yang sama. Ibnu Jarir meriwayatkannya, bahwa telah menceritakan

kepada kami Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sa'id atau Sa'id As'-Sa'labi yang dikenal dengan sebutan Abu Sa'id, dari kalangan ulama Tartus, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq Al-Fazzari,

lalu ia menyebutkan hadis yang semisal. Dan dalam riwayat mereka disebutkan bahwa Sufyan As-Sauri mengatakan, telah sampai kepadanya berita yang menyatakan bahwa orang-orang Romawi mengalami kemenangan

sesudah pecahnya Perang Badar. Hadis lain, Sulaiman ibnu Marhan Al-A'masy telah meriwayatkan dari Muslim, dari Masruq yang telah menceritakan bahwa Abdullah pernah berkata,

"Ada lima perkara yang telah berlalu, yaitu asap, azab, pem­balasan, rembulan, dan Romawi." Diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.


قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا ابْنُ وَكِيع، حَدَّثَنَا الْمُحَارِبِيُّ، عَنْ دَاوُدَ بْنِ أَبِي هِنْدٍ، عَنْ عَامِرٍ -هُوَ الشَّعْبِيُّ -عَنْ عَبْدِ اللَّهِ -هُوَ ابْنُ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ -قَالَ: كَانَ فَارِسُ ظَاهِرًا عَلَى الرُّومِ، وَكَانَ الْمُشْرِكُونَ يُحِبُّونَ أَنْ تَظْهَرَ فَارِسُ عَلَى الروم. وك ان الْمُسْلِمُونَ يُحِبُّونَ أَنْ تَظْهَرَ الرُّومُ عَلَى فَارِسَ؛ لِأَنَّهُمْ أَهْلُ كِتَابٍ وَهُمْ أَقْرَبُ إِلَى دِينِهِمْ، فَلَمَّا نَزَلَتْ: {الم. غُلِبَتِ الرُّومُ. فِي أَدْنَى الأرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ. فِي بِضْعِ سِنِينَ} قَالُوا: يَا أَبَا بَكْرٍ، إِنَّ صَاحِبَكَ يَقُولُ: إِنَّ الرُّومَ تَظْهَرُ عَلَى فَارِسَ فِي بِضْعِ سِنِينَ؟! قَالَ: صَدَقَ. قَالُوا: هَلْ لَكَ إِلَى أَنْ نُقَامِرَكَ، فَبَايَعُوهُ عَلَى أَرْبَعِ قَلَائِصَ إِلَى سَبْعِ سِنِينَ، فَمَضَتِ السَّبْعُ وَلَمْ يَكُنْ شَيْءٌ، فَفَرِحَ الْمُشْرِكُونَ بِذَلِكَ وَشَقَّ عَلَى الْمُسْلِمِينَ، فذُكِر ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "مَا بِضْعُ سِنِينَ عِنْدَكُمْ"؟ قَالُوا: دُونَ الْعَشْرِ. قَالَ: "اذْهَبْ فَزَايِدْهُمْ وَازْدَدْ سَنَتَيْنِ فِي الْأَجَلِ". قَالَ: فَمَا مَضَتِ السَّنَتَانِ حَتَّى جَاءَتِ الرُّكْبَانُ بِظُهُورِ الرُّومِ عَلَى فَارِسَ، فَفَرِحَ الْمُؤْمِنُونَ بِذَلِكَ، وَأَنْزَلَ اللَّهُ: {الم. غُلِبَتِ الرُّومُ} إِلَى قَوْلِهِ: { [وَعْدَ اللَّهِ] لَا يُخْلِفُ اللَّهُ وَعْدَهُ}


Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Waki', telah menceritakan kepada kami Al-Muharibi, dari Daud ibnu Abu Hindun, dari Amir Asy-Sya'bi, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang telah mengatakan bahwa

dahulu bangsa Persia beroleh kemenangan atas bangsa Romawi, dan orang-orang musyrik merasa senang bila bangsa Persia menang atas bangsa Romawi. Sedangkan kaum muslim merasa senang bila bangsa Romawi beroleh kemenangan

atas bangsa Persia, karena bangsa Romawi adalah Ahli Kitab yang kaum muslim lebih dekat kepada mereka dalam hal agama daripada bangsa Persia yang Wasani. Ketika ayat berikut diturunkan, yaitu firman-Nya: Alif Lam Mim.

Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun lagi. (Ar-Rum: 1-4) Mereka (kaum musyrik) mengatakan, "Hai Abu Bakar, sesungguhnya temanmu

telah mengatakan bahwa bangsa Romawi akan beroleh kemenangan atas bangsa Persia dalam masa beberapa tahun mendatang." Abu Bakar menjawab, "Benar." Mereka berkata, "Maukah kamu bertaruh dengan kami?"

Maka mereka sepakat dengan Abu Bakar menjadikan taruhannya empat ekor unta dengan jarak masa tujuh tahun. Ternyata setelah berlalu masa tujuh tahun tidak terjadi sesuatu apa pun, maka orang-orang musyrik pun bergembira

dengan hal tersebut, sehingga kaum muslim merasa berat atas kekalahannya. Kemudian hal tersebut diceritakan kepada Nabi Saw. Maka Nabi Saw. bersabda: "Apakah pengertian beberapa tahun di kalangan kalian?” Mereka menjawab,

"Di bawah sepuluh tahun.” Nabi Saw. bersabda, "Pergilah dan tantanglah mereka untuk bertaruh lagi dan tambahlah masanya dua tahun lagi.” Abdullah ibnu Mas'ud melanjutkan kisahnya, bahwa belum lagi masa dua tahun habis,

datanglah kafilah yang membawa berita tentang kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia. Maka kaum mukmin bergembira dengan berita tersebut, dan Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan

bangsa Romawi. (Ar-Rum: 1-2) sampai dengan firman-Nya: (sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. (Ar-Rum: 6) Hadis lain.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عُمَرَ الوَكِيعي، حَدَّثَنَا مُؤَمَّل، عَنْ إِسْرَائِيلَ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنِ الْبَرَاءِ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: {الم. غُلِبَتِ الرُّومُ. فِي أَدْنَى الأرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ} ، قَالَ الْمُشْرِكُونَ لِأَبِي بَكْرٍ: أَلَا تَرَى إِلَى مَا يَقُولُ صَاحِبُكَ؟ يَزْعُمُ أَنَّ الرُّومَ تَغْلِبُ فَارِسَ. قَالَ: صَدَقَ صَاحِبِي. قَالُوا: هَلْ لَكَ أَنْ نُخَاطِرَكَ؟ فَجَعَلَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُمْ أَجَلًا فَحَلَّ الْأَجَلُ قَبْلَ أَنْ تَغْلِبَ الرومُ فارسَ، فَبَلَغَ ذَلِكَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَاءَهُ ذَلِكَ وَكَرِهَهُ، وَقَالَ لِأَبِي بَكْرٍ: "مَا دَعَاكَ إِلَى هَذَا؟ " قَالَ: تَصْدِيقًا لِلَّهِ وَلِرَسُولِهِ. فَقَالَ: "تَعَرَّض لَهُمْ وَأَعْظِمِ الخَطَر وَاجْعَلْهُ إِلَى بِضْعِ سِنِينَ". فَأَتَاهُمْ أَبُو بَكْرٍ فَقَالَ لَهُمْ: هَلْ لَكُمْ فِي الْعَوْدِ، فإن العود أحمد؟ قالوا: نَعَمْ. [قَالَ] فَلَمْ تَمْضِ تِلْكَ السُّنُونَ حَتَّى غَلَبَتِ الرُّومُ فارسَ، وَرَبَطُوا خُيُولَهُمْ بِالْمَدَائِنِ، وَبَنَوُا الرُّومِيَّةَ، فَجَاءَ بِهِ أَبُو بَكْرٍ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: هَذَا السُّحْتُ، قَالَ: " تَصَدَّقْ بِهِ"


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Umar Al-Waki'i, telah menceritakan kepada kami Mu-min, dari Israil, dari Abu Ishaq,

dari Al-Barra yang telah menceritakan bahwa ketika diturunkan firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. (Ar-Rum: 1-3)

Orang-orang musyrik berkata kepada Abu Bakar, "Tidakkah kamu lihat apa yang telah dikatakan oleh temanmu (Nabi Saw.), dia menduga bahwa bangsa Romawi akan mengalahkan bangsa Persia." Abu Bakar menjawab,

"Benar apa yang dikatakan oleh temanku itu." Mereka berkata, "Maukah kamu bertaruh dengan kami?" Maka Abu Bakar menerima tantangan mereka dan menetapkan batas waktu yang dijadikan pegangan antara Abu Bakar dan mereka.

Setelah batas waktu itu berlalu, ternyata bangsa Romawi masih belum beroleh kemenangan atas bangsa Persia. Ketika berita itu sampai kepada Nabi Saw., maka beliau merasa sukacita dan tidak senang mendengarnya, lalu beliau Saw.

bersabda kepada Abu Bakar, "Apakah yang mendorongmu berani berbuat demikian?" Abu Bakar menjawab, "Sebagai bukti membenarkan Allah dan Rasul-Nya." Rasulullah Saw. bersabda kepada Abu Bakar, "Tantanglah mereka lagi,

besarkanlah taruhannya, dan jadikanlah batas waktunya sampai beberapa tahun (lagi)." Orang-orang musyrik kembali datang menemui Abu Bakar, maka Abu Bakar berkata, "Maukah kalian kutantang lagi, karena mengulangi hal ini lebih baik?"

Mereka menjawab, "Baiklah." Ternyata belum lagi habis beberapa tahun yang dimaksud, bangsa Romawi menang atas bangsa Persia sehingga orang-orang Romawi menambatkan kuda-kuda mereka di kota-kota besar (negeri Syam),

dan mereka membangun kota Ar-Rumiyah. Lalu datanglah Abu Bakar kepada Nabi Saw. Maka Nabi Saw. bersabda, "Itu adalah harta haram, maka sedekahkan harta tersebut (yang dihasilkan dari taruhan itu)." Hadis lain.


قَالَ أَبُو عِيسَى التِّرْمِذِيُّ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ، أَخْبَرَنِي ابْنُ أَبِي الزِّنَاد، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ نيَار بْنِ مُكرَم الْأَسْلَمِيِّ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ، {الم. غُلِبَتِ الرُّومُ. فِي أَدْنَى الأرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ فِي بِضْعِ سِنِينَ} ، فَكَانَتْ فَارِسُ يَوْمَ نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ قَاهِرِينَ لِلرُّومِ، وَكَانَ الْمُسْلِمُونَ يُحِبُّونَ ظُهُورَ الرُّومِ عَلَيْهِمْ؛ لِأَنَّهُمْ وَإِيَّاهُمْ أَهْلُ كِتَابٍ، وَفِي ذَلِكَ قَوْلُ اللَّهِ: {وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ} ، وَكَانَتْ قُرَيْشٌ تُحِبُّ ظُهُورَ فَارِسَ؛ لِأَنَّهُمْ وَإِيَّاهُمْ لَيْسُوا بِأَهْلِ كِتَابٍ وَلَا إِيمَانٍ بِبَعْثٍ، فَلَمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ هَذِهِ الْآيَةَ خَرَجَ أَبُو بَكْرٍ يَصِيحُ فِي نَوَاحِي مَكَّةَ: {الم. غُلِبَتِ الرُّومُ. فِي أَدْنَى الأرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ فِي بِضْعِ سِنِينَ} ، قَالَ نَاسٌ مِنْ قُرَيْشٍ لِأَبِي بَكْرٍ: فَذَاكَ بَيْنَنَا وَبَيْنَكَ . زَعَمَ صَاحِبُكَ أَنَّ الرُّومَ سَتَغْلِبُ فَارِسَ فِي بِضْعِ سِنِينَ، أَفَلَا نُرَاهِنُكَ عَلَى ذَلِكَ؟ قَالَ: بَلَى -وَذَلِكَ قَبْلَ تَحْرِيمِ الرِّهَانِ -فَارْتَهَنَ أَبُو بَكْرٍ وَالْمُشْرِكُونَ، وتواضَعُوا الرِّهَانَ، وَقَالُوا لِأَبِي بَكْرٍ: كَمْ تَجْعَلُ الْبِضْعَ: ثَلَاثَ سِنِينَ إِلَى تِسْعِ سِنِينَ، فَسمِّ بَيْنَنَا وَبَيْنَكَ وَسَطًا نَنْتَهِي إِلَيْهِ. قَالَ: فَسَمَّوْا بَيْنَهُمْ سِتَّ سِنِينَ. قَالَ: فَمَضَتْ سِتُّ السِّنِينَ قَبْلَ أَنْ يَظْهَرُوا، فَأَخَذَ الْمُشْرِكُونَ رَهْنَ أَبِي بَكْرٍ، فَلَمَّا دَخَلَتِ السَّنَةُ السَّابِعَةُ ظَهَرَتِ الرُّومُ عَلَى فَارِسَ، فَعَابَ الْمُسْلِمُونَ عَلَى أَبِي بَكْرٍ تَسْمِيَةَ سِتِّ سِنِينَ، قَالَ: لِأَنَّ اللَّهَ قَالَ: {فِي بِضْعِ سِنِينَ} . قَالَ: فَأَسْلَمَ عِنْدَ ذَلِكَ نَاسٌ كَثِيرٌ


Abu Isa At-Turmuzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abu Uwais, telah menceritakan kepadaku Ibnu Abuz Zanad, dari Urwah ibnu Zubair,

dari Niyar ibnu Makram Al-Aslami yang telah menceritakan bahwa ketika diturunkan firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang

dalam beberapa tahun lagi. (Ar-Rum: 1-4) Saat ayat ini diturunkan bangsa Persia beroleh kemenangan atas bangsa Romawi dan mengalahkan mereka. Dan kaum muslim senang bila bangsa Romawi beroleh kemenangan atas bangsa Persia,

karena bangsa Romawi dan mereka sama-sama Ahli Kitabnya (yakni agama yang mempunyai kitab suci). Sehubungan dengan peristiwa tersebut diturunkan firman-Nya: Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah

orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Ar-Rum: 4-5) Sedangkan orang-orang musyrik Quraisy suka bila bangsa Persia

beroleh kemenangan, karena mereka semua bukan Ahli Kitab, juga sama-sama tidak beriman terhadap hari berbangkit. Setelah ayat-ayat tersebut diturunkan, Abu Bakar keluar ke sekeliling penjuru kota Mekah seraya membacakan firman-Nya

dengan suara keras, yaitu: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun (lagi). (Ar-Rum: 1-4) Maka segolongan orang-orang musyrik Quraisy

berkata kepada Abu Bakar, "Peristiwa tersebut menyangkut antara kami dan kalian, teman kalian mengira bahwa bangsa Romawi akan menang atas bangsa Persia dalam beberapa tahun mendatang, maukah kamu bertaruh dengan kami

untuk hal ini?" Abu Bakar menjawab, "Ya, saya setuju." Demikian itu terjadi sebelum diharamkannya taruhan. Maka Abu Bakar bertaruh dengan orang-orang musyrik dan mereka saling menetapkan jumlah taruhan itu.

Orang-orang Quraisy berkata kepada Abu Bakar, "Kita sepakat menamakan beberapa tahun dimulai dari tiga tahun sampai sembilan tahun. Bagaimana kalau kita tetapkan batas pertengahan di antara kamu dan kami

untuk kita jadikan pegangan?" Akhirnya mereka sepakat menetapkan batas pengertian beberapa tahun itu dengan pengertian pertengahan menjadi enam tahun. Setelah berlalu masa enam tahun, ternyata bangsa Romawi

masih belum beroleh kemenangan. Akhirnya orang-orang musyrik menarik taruhan Abu Bakar, dan setelah masuk tahun yang ketujuh barulah bangsa Romawi beroleh kemenangan atas bangsa Persia. Kaum muslim mencela sikap Abu Bakar

yang setuju dengan batas masa enam tahun, padahal Allah Swt. telah berfirman dalam Kitab-Nya, "Beberapa tahun." Dengan terjadinya peristiwa tersebut banyak orang yang masuk Islam. Demikianlah menurut teks yang diketengahkan

oleh Imam Turmuzi. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih, kami tidak mengenalnya melainkan melalui riwayat Abdur Rahman ibnu Abuz Zanad. Hal yang semisal telah diriwayatkan secara mursal bersumber

dari sejumlah tabi'in, seperti Ikrimah, Asy-Sya'bi, Mujahid, Qatadah, As-Saddi, dan Az-Zuhri serta lain-lainnya. Di antara teks yang paling garib sehubungan dengan kisah ini adalah apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Sunaid ibnu Daud

di dalam kitab tafsirnya. Ia mengatakan: telah menceritakan kepadaku Hajjaj, dari Abu Bakar ibnu Abdullah, dari Ikrimah yang menceritakan bahwa di negeri Persia terdapat seorang wanita yang semua putranya adalah pendekar-pendekar

dalam perang. Maka Kisra (Raja Persia) mengundangnya dan mengatakan kepadanya, "Sesungguhnya aku berniat akan mengirimkan sejumlah pasukan untuk melawan bangsa Romawi, dan aku ingin agar yang memimpin pasukan itu

adalah seorang lelaki dari anak-anakmu. Maka kemukakanlah pendapatmu kepadaku, siapakah yang pantas aku gunakan untuk tugas ini?" Wanita itu menjawab, "Inilah si Fulan, dia lebih licik daripada musang dan lebih awas daripada

burung elang. Ini si Farkhan, dia lebih tajam daripada ujung tombak. Dan ini si Syahriraz, dia lebih hati-hati daripada semuanya. Silahkan pilih, mana di antara mereka yang engkau sukai." Raja Persia berkata, "Sesungguhnya aku akan memakai

orang yang paling hati-hati dari mereka." Maka Raja Persia mengangkat Syahriraz sebagai panglima pasukannya. Syahriraz berangkat membawa pasukan Persia menuju ke negeri Romawi, dan ternyata dia berhasil memenangkan peperangan,

banyak tentara Romawi yang gugur dalam perang itu; Syahriraz merusak kota-kota besar negeri Romawi dan menebangi pohon-pohon zaitunnya. Abu Bakar ibnu Abdullah (perawi) menceritakan kisah ini kepada Ata Al-Khurrasani,

maka Ata berkata, "Sudahkah kamu melihat negeri Syam?" Aku (Abu Bakar ibnu Abdullah) menjawab, "Belum." Ata berkata, "Ingatlah, bila kamu berkunjung ke negeri Syam, tentulah kamu akan menyaksikan kota-kota besar

yang telah dihancurkan dan pohon-pohon zaitun yang telah ditebangi." Sesudah itu aku pergi berkunjung ke negeri Syam, dan ternyata aku menyaksikan bekas-bekas tersebut. Ata Al-Khurrasani mengatakan, telah menceritakan kepadaku

Yahya ibnu Ya'mur, bahwa Kaisar Romawi mengirimkan seorang panglima perang bernama Qatmah untuk memimpin pasukan Romawi, sedangkan Kisra mengirimkan Syahriraz untuk memimpin pasukan Persia. Kedua pasukan bertemu

dalam medan perang di antara azri'at dan Basra, kawasan negeri Syam yang paling dekat dengan kalian (orang Arab). Akhirnya pasukan Romawi dikalahkan oleh pasukan Persia. Mendengar berita tersebut orang-orang musyrik Quraisy

merasa senang, sedangkan kaum muslim tidak suka dengan berita itu. Orang-orang musyrik menjumpai sahabat Nabi Saw. dan mengata­kan, "Sesungguhnya kalian Ahli Kitab dan orang Nasrani pun Ahli Kitab, sedangkan kami

adalah orang-orang ummi. Dan saudara-saudara kami bangsa Persia (yakni dalam hal akidah) beroleh kemenangan atas saudara-saudara kalian Ahli Kitab. Dan sesungguhnya jika kalian memerangi kami, pastilah kami pun

akan beroleh kemenangan atas kalian." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Alif Lam Mim, Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat. (Ar-Rum: 1-3) sampai dengan firman-Nya: Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya.

(Ar-Rum: 5) Maka keluarlah Abu Bakar menemui orang-orang kafir dan mengatakan kepada mereka, "Apakah kalian merasa gembira dengan kemenangan saudara-saudara kalian atas saudara-saudara kami, janganlah kalian bergembira dahulu,

kelak Allah pasti akan membuat hati kalian tidak senang. Demi Allah, sesungguhnya Dia akan memenangkan bangsa Romawi atas bangsa Persia; hal ini telah diberitakan kepada kami oleh Nabi kami." Maka bangkitlah Ubay Ibnu Khalaf,

lalu berkata, "Hai Abu Fudail (nama julukan lain Abu Bakar), kamu dusta." Abu Bakar berkata kepadanya, "Engkau lebih dusta, hai musuh Allah." Ubay berkata, "Aku berani bertaruh denganmu sepuluh ekor unta dariku

dan sepuluh ekor unta darimu. Jika bangsa Romawi menang atas bangsa Persia, maka aku kalah. Dan jika bangsa Persia tetap menang, maka engkaulah yang kalah. Kita tunggu sampai tiga tahun mendatang." Kemudian Abu Bakar datang

menghadap Nabi Saw. dan menceritakan hal tersebut kepadanya. Maka Nabi Saw. bersabda, "Bukan demikian yang kumaksudkan, sesungguhnya pengertian beberapa tahun itu adalah antara tiga sampai sembilan tahun.

Sekarang tambahlah taruhannya dan perpanjanglah masanya." Abu Bakar keluar, lalu menjumpai Ubay. Ubay langsung berkata kepadanya, "Barangkali kamu menyesal." Abu Bakar menjawab, "Tidak, sekarang aku akan menambah taruhanku

kepadamu dan memperpanjang masanya. Aku setuju bertaruh dengan seratus ekor unta sampai dengan masa sembilan tahun." Ubay menjawab, "Saya setuju." Dan ternyata belum lagi masa sembilan tahun habis, bangsa Romawi beroleh

kemenangan atas bangsa Persia, akhirnya kaum muslim berhasil memenangkan taruhan itu. Ikrimah melanjutkan kisahnya, bahwa setelah bangsa Persia beroleh kemenangan atas bangsa Romawi, Farkhan (saudara Syahriraz)

duduk sambil minum-minum, lalu berkata kepada teman-teman bawahannya, "Sesungguhnya aku bermimpi seakan-akan diriku sedang duduk di atas singgasana Kisra (Raja Persia)." Ternyata pembicaraannya itu disadap, lalu sampai ke Kisra.

Maka Kisra menulis surat perintah kepada Syahriraz yang isinya mengatakan, "Jika engkau telah membaca suratku ini, kirimkanlah kepadaku kepala Farkhan." Syahriraz menjawab surat Kisra dengan mengatakan, "Wahai tuan raja,

sesungguhnya engkau tidak akan dapat menjumpai orang yang seperti Farkhan. Dia ahli dalam bersiasat perang dan sangat disegani oleh lawan, jangan engkau lakukan hal tersebut." Maka Kisra menjawab suratnya, "Sesungguhnya

di kalangan pasukan Persia banyak dijumpai orang yang mampu menggantikan kedudukannya. Sekarang serahkanlah kepala Farkhan kepadaku." Syahriraz kembali menjawab surat Kisra dan masih belum memenuhi perintahnya.

Maka Kisra berkirim surat kepada pasukan Persia yang isinya mengatakan, "Sesungguhnya aku telah memecat Syahriraz sebagai panglima kalian, dan sebagai penggantinya aku angkat Farkhan." Kemudian Kisra menulis surat rahasia

kepada penyampai suratnya seraya mengatakan kepadanya, "Jika Farkhan telah menjabat sebagai panglima perang dan saudaranya (yaitu Syahriraz) tunduk kepadanya, maka berikanlah surat rahasia ini kepadanya." Setelah Syahriraz

membaca surat Kisra, ia mengatakan, "Aku tunduk dan patuh kepada perintah Kisra," lalu ia turun dari jabatannya dan kedudukannya diganti oleh Farkhan. Maka surat rahasia itu disampaikan kepada Farkhan. Setelah ia membaca surat itu,

berkatalah ia, "Hadapkan­lah kepadaku Syahriraz." Ketika Syahriraz telah dihadapkan kepadanya, Farkhan bersiap-siap hendak memenggal kepalanya, tetapi Syahriraz berkata, "Jangan terburu-buru, sebelum aku menulis surat wasiatku.

" Farkhan menjawab, "Baiklah." Maka Syahriraz mengambil arsip dan memberikan kepada Farkhan beberapa lembar surat seraya berkata, "Semua surat ini membuktikan sanggahanku terhadap Kisra sehubungan dengan hukuman mati

atas dirimu, dan sekarang engkau hendak membunuhku hanya dengan sebuah surat saja." Maka Farkhan menyerahkan kembali tampuk kepemimpinan kepada saudaranya Syahriraz. Lalu Syahriraz berkirim surat kepada Kaisar Romawi

yang isinya mengatakan, "Sesungguhnya aku mempunyai keperluan penting denganmu yang tidak dapat disampaikan melalui juru kirim surat dan tidak dapat ditulis di dalam lembaran-lembaran kertas, melainkan harus kusampaikan

secara langsung kepadamu. Temuilah aku dengan mem­bawa lima puluh orang pasukan Romawi, aku pun akan menemuimu hanya dengan membawa lima puluh orang pasukan Persia." Tetapi Kaisar Romawi datang dengan membawa

lima ratus ribu orang pasukan dan memasang mata-matanya dijalan yang akan dilaluinya. Dia merasa khawatir bila berita ini hanya semata-mata tipu muslihat dari pihak musuh yang hendak menjebaknya. Kemudian datanglah mata-matanya

melaporkan bahwa Syahriraz datang hanya dengan membawa lima puluh orang personil pasukannya. Kemudian raja (panglima pasukan) Romawi menyambut kedatangan panglima pasukan Persia dan keduanya mengadakan pertemuan

di dalam sebuah tenda sutra yang khusus dibuat untuk pertemuan ini. Masing-masing pihak hanya membawa sebuah belati, lalu masing-masing pihak memanggil juru terjemahnya. Maka Syahriraz membuka pembicaraan,

"Sesungguhnya orang-orang yang merusak kota-kota besarmu adalah aku dan saudaraku dengan tipu muslihat kami dan berkat keberanian kami. Dan sesungguhnya sekarang Kisra (Raja Persia) merasa dengki terhadap kami.

Dia ingin agar aku membunuh saudaraku, tetapi aku menolaknya. Setelah itu Kisra memerintahkan kepada saudaraku untuk membunuhku. Sekarang kami berdua telah dipecat dari jabatan kami, dan berniat akan memeranginya

bersama-sama denganmu." Panglima pasukan Romawi berkata, "Kamu berdua benar." Kemudian salah satu pihak berisyarat kepada pihak lain yang mengandung arti bahwa rahasia itu harus dipegang oleh dua orang. Bila lebih dari itu,

maka rahasia tersebut akan terbongkar. Pihak yang lain memahami isyarat tersebut, lalu keduanya membunuh juru terjemahnya masing-masing dengan pisau belati. Setelah kejadian itu Allah membinasakan Kisra

(yakni membuatnya kalah dalam peperangan), dan beritanya sampai kepada Rasulullah Saw. pada hari Perjanjian Hudaibiyah. Maka bergembiralah hati beliau bersama kaum muslim yang ada bersamanya saat itu.

Hadis ini berpredikat garib, begitu pula teksnya. Berikutnya kita akan membahas tentang ayat-ayat yang mulia ini. Firman Allah Swt.:


{الم. غُلِبَتِ الرُّومُ}


Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi. (Ar-Rum: 1-2) Dalam pembahasan terdahulu telah dijelaskan huruf-huruf hijaiyah yang mengawali kebanyakan surat-surat Al-Qur'an di dalam tafsir surat Al-Baqarah.

Bangsa Romawi berasal dari keturunan Al-Isa ibnu Ishaq ibnu Ibrahim a.s., mereka adalah anak-anak paman Bani Israil, dan dikenal dengan nama "orang-orang yang berkulit kuning (putih)." Mereka pada mulanya berpegang

kepada agama orang-orang Yunani. Bangsa Yunani berasal dari keturunan Yafis ibnu Nuh, anak-anak paman nenek moyang bangsa Turki. Mereka menyembah bintang-bintang yang beredar yang jumlahnya ada tujuh buah,

dikenal pula dengan sebutan “al-mutahayyirah." Salat mereka menghadap ke arah utara; merekalah orang-orang yang membangun kota Dimasyq dan membangun kuil-kuilnya, yang di dalamnya terdapat mihrab-mihrab yang menghadap

ke arah utara. Orang-orang Romawi pada mulanya memeluk agama mereka sampai dengan masa diutus-Nya Al-Masih, yakni tiga ratus tahun kemudian. Raja dari kalangan mereka yang berhasil menguasai seluruh kawasan negeri Syam

bersama Jazirah Arabia disebut dengan julukan kaisar. Raja pertama yang memeluk agama Nasrani dari kalangan raja-raja Romawi adalah Konstantin ibnu Qastus. Ibunya bernama Maryam Al-Hailaniyah Al-Gandaqiyah dari tanah Haran.

Pada mulanya dialah yang lebih dahulu masuk agama Nasrani, lalu mengajak anaknya untuk memeluk agama Nasrani. Semula Kaisar Romawi adalah seorang ahli filsafat, akhirnya ia mengikuti ajakan ibunya. Menurut suatu pendapat,

ia mau masuk Nasrani hanya semata-mata karena alasan diplomatis, dan akhirnya orang-orang Nasrani tunduk patuh kepadanya serta sepakat mendukungnya. Di masa pemerintahannya mereka berdebat dengan Abdullah ibnu Arius,

lalu mereka berselisih pendapat dengan perselisihan yang banyak. Pendapat mereka bermacam-macam, dan berpecah belahlah mereka menjadi banyak golongan dan aliran. Hanya ada sebagian dari mereka yang terdiri dari 318 orang uskup

bersatu dan sepakat di antara sesama mereka. Selanjutnya mereka membuat-buat akidah untuk diserahkan kepada Kaisar Konstantin. Hal ini mereka sebut dengan istilah "Amanat yang besar," padahal sesungguhnya hal tersebut tiada lain

merupakan pengkhianatan yang rendah. Mereka membuat undang-undang buat Konstantin berupa hukum-hukum yang menyangkut masalah halal dan haram serta hal-hal lainnya yang diperlukan oleh golongan mereka.

Akhirnya mereka mengubah agama Al-Masih Isa a.s. dan melakukan penambahan serta pengurangan padanya. Mereka salat menghadap ke arah timur dan mengganti hari Sabtu dengan hari Ahad. Mereka menyembah salib,

menghalalkan babi, dan membuat-buat hari perayaan yang mereka ada-adakan —seperti hari raya salib, hari raya kudus, dan lain sebagainya—yang merupakan buat-buatan mereka sendiri. Kemudian mereka mengangkat buat Konstantin

seorang paulus yang merupakan pemimpin agama mereka, lalu patrik, lalu kardinal, lalu uskup dan pendeta. Mereka membuat-buat ruhbaniyah (kerahiban). Sedangkan kaisar sendiri membangun untuk mereka gereja-gereja

dan tempat-tempat peribadatan, lalu membangun sebuah kota yang namanya dinisbatkan kepada namanya sendiri, yaitu Konstantinopel. Menurut suatu pendapat, di masa pemerintahannya dia membangun sepuluh ribu gereja

dan membangun Baitul Lahm dengan memiliki tiga mihrab, sedangkan ibunya membangun Al-Qumamah. Mereka yang telah disebutkan di atas menamakan dirinya dengan sebutan Mulkiyah, yakni orang-orang yang sealiran dengan agama raja.

Setelah itu muncul sekte baru yang disebut dengan Ya'qubiyah, yaitu pengikut Ya'qub seorang uskup, kemudian muncul pula sekte Nustur pengikut Nustur. Mereka menjadi beberapa sekte dan golongan yang banyak jumlahnya, sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah Saw.:


"إِنَّهُمُ افْتَرَقُوا عَلَى اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً"


Sesungguhnya mereka berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Kesimpulannya ialah mereka tetap berpegang pada agama Nasrani. Setiap kali Kaisar meninggal dunia, kedudukannya diganti oleh penggantinya hingga kaisar

yang terakhir bernama Heraklius. Dia adalah seorang cendekiawan, raja yang berwibawa, paling luas wawasannya, serta paling jitu pendapatnya. Di bawah kepemimpinannya kekaisaran Romawi mencapai masa keemasannya

sehingga sebanding dengan kerajaan Persia. .Kisra (Raja Persia) menguasai banyak negeri yang luas, seperti Irak, Khurrasan, Ray, dan negeri-negeri lainnya yang bukan bangsa Arab penduduknya. Nama Raja Persia saat itu

adalah Sabur yang dijuluki dengan nama Zul Aktaf. Kerajaan Persia jauh lebih besar daripada kerajaan Romawi; tampuk kepemimpinan orang-orang 'Ajam dan bangsa Persia berada di tangan kekuasaannya, mereka adalah penyembah api.

Dalam riwayat yang bersumber dari Ikrimah telah disebutkan bahwa Kisra mengirimkan para pembantunya dan pasukannya untuk memerangi Kaisar Romawi. Tetapi menurut pendapat yang terkenal, Kisra sendirilah yang memerangi

Kaisar Romawi dan negerinya sehingga berhasil mengalahkan kaisar dan memukul mundur pasukannya, dan kaisar terpaksa berlindung di dalam benteng ibu kota negerinya, yaitu Konstantinopel. Kisra mengepung kota Konstantinopel

dalam waktu yang cukup lama sehingga membosankannya. Orang-orang Nasrani sangat mengagungkan kota Konstantinopel, sedangkan Kisra tidak mampu menaklukkan kota tersebut karena bentengnya yang sangat kuat

dan letaknya sangat strategis. Demikian itu karena bagian muka benteng Konstantinopel menghadap ke daratan, sedangkan bagian belakangnya menghadap ke laut. Semua perbekalan dan bahan makanan datang ke Konstantinopel

dari arah laut. Setelah pengepungan itu berlangsung cukup lama, Kisra me­rencanakan tipu muslihat yang telah ia pikirkan dengan masak-masak sebelumnya. Untuk itu ia meminta kepada Kisra agar pergi dari negerinya dengan imbalan

sejumlah harta yang disetujui oleh Kisra dengan syarat bahwa pihak kaisar diperbolehkan mengajukan persyaratan menurut apa yang disukainya. Permintaan kaisar disetujui oleh Kisra, lalu Kisra meminta harta yang banyak sekali jumlahnya

kepada kaisar sehingga tiada seorang raja pun di dunia ini yang mampu memenuhinya. Harta tersebut berupa emas, perhiasan, pakaian, pelayan-pelayan wanita dan pria, serta berbagai macam permintaan lainnya. Semuanya itu

disetujui oleh kaisar, dan kaisar memberikan jaminan dengan pura-pura bahwa semua yang diminta oleh Kisra itu dimilikinya. Sedangkan kenyataannya ketika Kisra mengajukan apa yang dia minta itu, dalam benak kaisar terbayangkan

bahwa seandainya dia dan Kisra mengumpulkan semua harta kekayaannya, tentulah tidak akan mencapai sepersepuluh dari apa yang diminta oleh Kisra. Kaisar meminta kepada Kisra untuk memberinya kesempatan keluar dari benteng

menuju negeri Syam dan kawasan-kawasan kerajaan Romawi lainnya dengan alasan akan menghimpun dana tersebut dari harta simpanannya yang terdapat di daerah-daerah tersebut. Kisra memberinya izin untuk keluar dari benteng.

Ketika kaisar telah siap untuk keluar dari benteng Konstantinopel, terlebih dahulu ia mengumpulkan semua orang yang seagama dengannya, lalu berkata, "Sesungguhnya aku akan keluar untuk melakukan apa yang telah kurencanakan

sebelumnya dengan membawa sejumlah pasukan yang telah terlatih. Jika aku dapat kembali kepada kalian sebelum masa satu tahun, berarti aku masih tetap menjadi raja kalian. Tetapi jika aku tidak kembali kepada kalian sesudahnya,

maka kalian boleh memilih: Jika kalian suka, boleh tetap menjadikanku sebagai raja kalian; dan jika kalian lebih suka memilih selainku, aku persilakan." Maka mereka menjawab bahwa mereka tetap berbaiat kepada Konstantin sebagai raja mereka

seumur hidup, sekalipun ia pergi meninggalkan mereka selama sepuluh tahun. Ketika Kaisar Konstantin keluar dari bentengnya, ia diiringi oleh sejumlah pasukannya. Sedangkan Kisra saat itu berkemah di Konstantinopel bersama pasukannya

menunggu kedatangan kaisar kembali ke Konstantinopel. Setelah mendapat kesempatan itu kaisar segera membawa pasukannya bergerak cepat menuju negeri Persia. Sesampainya di negeri Persia, ia dan pasukannya membuat kerusakan

padanya dan membunuhi para penduduknya yang laki-laki dan bala tentara Persia yang tertinggal. Dia terus melakukan pembunuhan sepanjang jalan yang dilaluinya hingga sampailah di ibu kota kerajaan Persia. Lalu ia membunuh

semua orang yang ada padanya, merampas semua penghasilan serta harta bendanya, dan menahan kaum wanitanya, bahkan juga permaisuri Kisra. Kemudian kaisar mencukur gundul anak Kisra dan menaikkannya di atas keledai,

lalu mengirimkannya bersama sejumlah tawanan lainnya dalam keadaan sangat hina dan direndahkan ke Kisra dengan membawa pesan darinya, "Inilah yang kamu minta, silakan ambil." Ketika berita tersebut sampai kepada Kisra,

tiada yang dapat menggambarkan kesedihannya selain hanya Allah Swt., dan amarahnya makin bertambah meluap terhadap ibu kota kerajaan Romawi. Lalu ia melancarkan serangannya dengan semua kekuatan dan kemampuan

yang dimilikinya, tetapi usahanya itu kandas dan sia-sia. Setelah tidak mampu menjatuhkan benteng Konstantinopel, maka ia berangkat bersama pasukannya untuk mencegat kaisar dan pasukannya di celah Jaihun yang merupakan

satu-satunya jalan bagi kaisar untuk mencapai Konstantinopel. Kaisar mengetahui siasat itu, maka ia membuat tipu muslihat yang sangat hebat, belum pernah siasat itu dilakukan oleh seorang panglima perang pun.

Untuk itu ia menempatkan pasukannya dan semua perbekalan yang berhasil mereka peroleh dari rampasan perang di mulut celah Jaihun. Kemudian ia memerintahkan kepada sebagian pasukannya untuk membawa makanan hewan kendaraan,

kotoran serta isi perut hewan ternak. Kemudian ia membawa pasukannya itu melalui jalan atas yang mendaki hingga sampai di tempat yang dekat dengan celah Jaihun kurang lebih jarak perjalanan satu hari. Sesampainya di atas,

ia memerintahkan kepada pasukannya untuk melemparkan semua beban yang mereka bawa ke dalam sungai (yang melalui celah Jaihun). Ketika kotoran dan makanan ternak itu terbawa hanyut oleh arus Sungai Sam sampai di tempat Kisra,

maka Kisra menduga bahwa pasukan yang dibawa kaisar melalui jalan atas. Maka dengan segera ia memerintah­kan seluruh pasukannya bergerak mengejar mereka sehingga celah Jaihun kosong, tidak dijaga oleh pasukan Persia.

Kaisar kembali kepada induk pasukannya, lalu memerintahkan mereka untuk bergerak dan memasuki celah Jaihun dengan langkah yang cepat. Akhirnya selamatlah kaisar dari kejaran Kisra dan pasukannya, lalu sampai di benteng

Konstantinopel dengan selamat. Kemudian hari itu dijadikan oleh orang-orang Nasrani sebagai hari raya. Sedangkan Kisra dan pasukannya kebingungan, mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Negeri-negeri kaisar

tidak dapat mereka taklukkan, sementara negeri mereka sendiri telah dihancur-berantakkan oleh pasukan Romawi; semua kekayaan mereka telah diboyong ke kerajaan Romawi dan anak-anak mereka serta kaum wanita mereka

telah dijadikan tawanan. Demikianlah kisah kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia, dan peristiwa ini terjadi setelah berlalu masa sembilan tahun sejak kemenangan bangsa Persia atas bangsa Romawi.

Perang besar antara pasukan Romawi dan pasukan Persia —di mana pasukan Romawi mengalami kekalahan— terjadi di antara Azri'at dan Basra. Demikianlah menurut apa yang disebutkan oleh Ibnu Abbas dan Ikrimah serta selain keduanya.

Tempat tersebut merupakan pinggiran negeri Syam yang berdekatan letaknya dengan negeri Hijaz. Mujahid mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi di Jazirah, yaitu bagian kerajaan Romawi yang letaknya paling berdekatan

dengan perbatasan negeri Persia. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia terjadi setelah sembilan tahun dari kekalahannya. Hal ini diungkapkan oleh Al-Qur'an dengan kata-kata

"beberapa tahun," yang menurut bahasa Arab pengertiannya menunjukkan antara tiga sampai sembilan. Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Ibnu Jarir serta selain keduanya melalui riwayat

Abdullah ibnu Abdur Rahman Al-Jumahi, dari Az-Zuhri, dari Ubaidillah ibnu Abdullah Muhammad ibnu Abbas disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda kepada Abu Bakar sehubungan dengan makna firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi. (Ar-Rum: 1-2), hingga beberapa ayat berikutnya.


يأَلَا احْتَطْتَ يَا أَبَا بَكْرٍ، فَإِنَّ الْبِضْعَ مَا بَيْنَ ثَلَاثٍ إِلَى تِسْعٍ؟ "


"Hai Abu Bakar, mengapa engkau tidak hati-hati dalam mengambil keputusan? Sesungguhnya pengertian beberapa tahun itu antara tiga sampai sembilan tahun." Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib

bila ditinjau dari segi jalurnya. Ibnu Jarir telah meriwayatkan hal yang semisal melalui Abdullah ibnu Amr, kemudian ia mengatakan hal yang semisal dengan apa yang dikatakan oleh Imam Turmuzi. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:


{لِلَّهِ الأمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ}


Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). (Ar-Rum: 4) Maksudnya, sebelum dan sesudah peristiwa kemenangan itu; hal ini diungkapkan dengan mabnidam karena diputuskan dari idafah-nya.


{وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ بِنَصْرِ اللَّهِ}


Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. (Ar-Rum: 4-5) Yakni ditolong-Nya orang-orang Romawi pasukan kaisar raja negeri Syam atas pasukan Persia

pendukung Kisra yang Majusi. Kemenangan pasukan Romawi atas pasukan Persia bertepatan dengan terjadinya Perang Badar, menurut pendapat sebagian besar ulama, seperti Ibnu Abbas, As-Sauri, As-Saddi, dan lain-lainnya.

Disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Turmuzi, Ibnu Jarir, Abu Hatim, dan Al-Bazzar melalui hadis Al-A'masy, dari Atiyyah, dari Abu Sa'id yang telah menceritakan bahwa ketika Perang Badar terjadi, bertepatan dengan itu

bangsa Romawi beroleh kemenangan atas bangsa Persia. Maka kaum mukmin gembira mendengar berita tersebut, dan Allah menurunkan firman-Nya: Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman,

karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Ar-Rum: 4-5) Ulama lainnya mengatakan bahwa kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia justru terjadi

di tahun ditandatanganinya Perjanjian Hudaibiyah. Demikianlah menurut pendapat Ikrimah, Az-Zuhri, dan Qatadah serta yang lainnya yang bukan hanya seorang. Sebagian dari mereka yang berpendapat demikian mengemukakan alasannya

untuk mendukung pendapatnya ini, bahwa kaisar telah bernazar bahwa bila Allah memberikan kemenangan kepadanya atas Kisra, dia benar-benar akan berjalan kaki dari Himsa ke Yerussalem —yaitu berziarah ke Baitul Maqdis—

sebagai ungkapan rasa syukurnya kepada Allah Swt. dan nazarnya itu benar-benar ia kerjakan.Setelah berada di Baitul Maqdis dan belum lagi ia meninggalkannya, datanglah surat Rasulullah Saw. yang beliau kirimkan melalui

Dihyah ibnu Khalifah. Dihyah menyerahkan surat itu kepada gubernur Basrah, lalu gubernur Basrah menyerahkannya kepada kaisar.Setelah kaisar membaca surat Rasulullah Saw., ia meminta agar dapat berbicara dengan orang-orang Arab Hijaz

yang sedang ada di negeri Syam. Saat itu Abu Sufyan alias Sakhr ibnu Harb Al-Umawi sedang berada di Gazzah bersama sejumlah orang Quraisy dalam misi dagangnya. Maka mereka dipanggil menghadap kaisar dan duduk di hadapannya.

Lalu kaisar bertanya, "Siapakah di antara kalian yang paling dekat hubungan nasabnya dengan lelaki ini (maksudnya Nabi Saw.) yang mengakui dirinya sebagai seorang nabi?" Abu Sufyan menjawab, "Saya."Kaisar berkata kepada

pembantu-pembantunya, "Persilakanlah mereka untuk duduk di belakang orang ini, karena sesungguhnya aku akan menanyainya tentang lelaki itu. Jika dia dusta, tentu mereka akan memprotesnya." Abu Sufyan berkata (dalam hatinya),

"Demi Allah, seandainya mereka tidak menekanku agar jangan berdusta, tentulah aku akan berdusta."Kemudian Heraklius Kaisar Romawi menanyai Abu Sufyan tentang nasab lelaki itu dan sifatnya. Pertanyaannya antara lain,

"Apakah dia pernah ingkar janji?" Abu Sufyan menjawab, "Tidak pernah. Kami sekarang berada dalam ikatan perjanjian dengannya, dan kami tidak mengetahui apakah yang akan dia lakukan terhadap perjanjian tersebut."

Yang dimaksud Abu Sufyan adalah Perjanjian Hudaibiyah yang telah ditandatangani oleh Rasulullah Saw. dan orang-orang kafir Quraisy untuk gencatan senjata selama sepuluh tahun. Berdasarkan kisah ini mereka menyimpulkan bahwa

kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia terjadi di tahun Perjanjian Hudaibiyah, sebab kaisar baru memenuhi nazarnya setelah Perjanjian Hudaibiyah. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Akan tetapi, bagi orang-orang

yang berpendapat seperti pendapat pertama dapat mengemukakan alasannya, bahwa saat usai perang tentu saja negeri kaisar dalam keadaan rusak dan berantakan sehingga ia belum sempat memenuhi nazarnya sebelum memperbaiki

apa yang telah rusak dari negerinya, ia sibuk memeriksa semua kawasan negerinya dan membangunnya kembali seperti semula. Setelah berlalu masa empat tahun seusai kemenangannya itu, barulah ia memenuhi nazarnya.

Hanya Allah jualah Yang Maha Mengetahui. Masalah ini tidaklah sulit. Yang jelas ketika bangsa Persia beroleh kemenangan atas bangsa Romawi orang-orang mukmin merasa sedih dengan berita tersebut. Dan ketika bangsa Romawi

beroleh kemenangan atas bangsa Persia, orang-orang mukmin gembira dengan berita tersebut. Karena bangsa Romawi secara garis besarnya adalah Ahli kitab, dan mereka lebih dekat dengan orang-orang mukmin dibandingkan dengan orang-orang yang beragama Majusi, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:


{لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَوَدَّةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَى ذَلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيسِينَ وَرُهْبَانًا وَأَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ. وَإِذَا سَمِعُوا مَا أُنزلَ إِلَى الرَّسُولِ تَرَى أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُوا مِنَ الْحَقِّ يَقُولُونَ رَبَّنَا آمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ}


Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguh­nya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya

dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata, "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.” (Al-Maidah: 82) sampai dengan firman-Nya: Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang

yang menjadi saksi (atas kebenaran Al-Qur'an dan kenabian Muhammad Saw.). (Al-Maidah: 83) Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ}


Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Ar-Rum: 4-5)

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Safwan, telah menceritakan kepada kami Al-Walid, telah menceritakan kepadaku Usaid Al-Kilabi yang menceritakan bahwa

ia pernah mendengar Al-Ala ibnuz Zubair Al-Kilabi menceritakan dari ayahnya yang mengatakan bahwa ia menyaksikan kemenangan bangsa Persia atas bangsa Romawi, kemudian menyaksikan pula kemenangan bangsa Romawi

atas bangsa Persia. Lalu ia menyaksikan pula kemenangan kaum muslim atas bangsa Persia dan bangsa Romawi; semuanya itu terjadi dalam kurun waktu yang lamanya lima belas tahun. Firman Allah Swt.:


{وَهُوَ الْعَزِيزُ}


Dialah Yang Mahaperkasa. (Ar-Rum: 5) dalam pertolongan dan pembalasan-Nya terhadap musuh-musuh-Nya.


{الرَّحِيمُ}


lagi Maha Penyayang. (Ar-Rum: 5) terhadap hamba-hamba-Nya yang beriman. Firman Allah Swt.:


{وَعْدَ اللَّهِ لَا يُخْلِفُ اللَّهُ وَعْدَهُ}


(sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. (Ar-Rum: 6) Yakni apa yang Kami beritakan kepadamu, Muhammad, bahwa aku akan menolong bangsa Romawi atas bangsa Persia merupakan janji dari-Ku

yang sebenar-benarnya dan berita yang benar yang tidak akan diingkari kejadian dan peristiwanya. Karena sudah merupakan sunnatullah bila Allah menolong golongan yang lebih dekat kepada kebenaran di antara kedua golongan yang berperang itu, kemudian menjadikan kesudahan yang baik bagi golongan tersebut.


{وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ}


tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Ar-Rum: 6) tentang hukum Allah (keputusan-Nya), bahwa semua yang dilakukan oleh-Nya adalah sesuai dengan norma-norma keadilan. Firman Allah Swt.:


{يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ}


Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedangkan mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai. (Ar-Rum: 7) Artinya, kebanyakan manusia tidak memiliki ilmu melainkan hanya yang menyangkut masalah dunia,

mata pencahariannya, dan semua urusannya. Mereka benar-benar cerdik dan pandai dalam meraih dan menciptakan berbagai macam pekerjaannya. Sedangkan terhadap perkara-perkara agama dan hal-hal yang bermanfaat bagi mereka

di negeri akhirat nanti, mereka lalai. Seakan-akan seseorang dari mereka kosong pengetahuannya tentang ilmu akhirat, hatinya tidak tergerak terhadapnya, dan pikirannya kosong darinya. Al-Hasan Al-Basri mengatakan, "Demi Allah,

kecintaan seseorang dari mereka kepada dunianya benar-benar mencapai batas yang tak terperikan, sehingga ketika dia sedang membolak-balikkan mata uang dirham di atas kukunya, ia dapat menceritakan kepadamu

tentang berat kandungan logamnya, padahal dia masih belum dapat melakukan salat dengan baik." Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia,

sedangkan mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai. (Ar-Rum: 7) Yakni orang-orang kafir itu hanya mengetahui cara meramaikan dunia, sedang mengenai urusan agama mereka bodoh sama sekali.

Surat Ar-Rum |30:2|

غُلِبَتِ الرُّومُ

ghulibatir-ruum

Bangsa Romawi telah dikalahkan,

The Byzantines have been defeated

Tafsir
Jalalain

(Telah dikalahkan bangsa Romawi) mereka adalah ahli kitab yang dikalahkan oleh kerajaan Persia yang bukan ahli kitab, bahkan orang-orang Persia itu penyembah berhala.

Dengan adanya berita ini bergembiralah orang-orang kafir Mekah, kemudian mereka mengatakan kepada kaum Muslimin, "Kami pasti akan mengalahkan kalian, sebagaimana kerajaan Persia telah mengalahkan kerajaan Romawi."

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rum | 30 : 2 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Ar-Rum |30:3|

فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ

fiii adnal-ardhi wa hum mim ba'di gholabihim sayaghlibuun

di negeri yang terdekat dan mereka setelah kekalahannya itu akan menang,

In the nearest land. But they, after their defeat, will overcome.

Tafsir
Jalalain

(Di negeri yang terdekat) yakni di kawasan Romawi yang paling dekat dengan wilayah kerajaan Persia, yaitu di jazirah Arabia; kedua pasukan yang besar itu bertemu di tempat tersebut,

pihak yang mulai menyerang adalah pihak Persia, lalu bangsa Romawi berbalik menyerang (dan mereka) yakni bangsa Romawi (sesudah dikalahkan itu) di sini mashdar dimudhafkan pada isim maf'ul,

maksudnya sesudah orang-orang Persia mengalahkan mereka, akhirnya mereka (akan menang) atas orang-orang Persia.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rum | 30 : 3 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Ar-Rum |30:4|

فِي بِضْعِ سِنِينَ ۗ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ ۚ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ

fii bidh'i siniin, lillaahil-amru ming qoblu wa mim ba'd, wa yauma`iżiy yafroḥul-mu`minuun

dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allahlah urusan sebelum dan setelah (mereka menang). Dan pada hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman,

Within three to nine years. To Allah belongs the command before and after. And that day the believers will rejoice

Tafsir
Jalalain

(Dalam beberapa tahun lagi) pengertian lafal bidh'u siniina adalah mulai dari tiga tahun sampai dengan sembilan atau sepuluh tahun. Kedua pasukan itu bertemu kembali pada tahun yang ketujuh

sesudah pertempuran yang pertama tadi. Akhirnya dalam pertempuran ini pasukan Romawi berhasil mengalahkan pasukan kerajaan Persia. (Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudahnya)

yakni sebelum bangsa Romawi menang dan sesudahnya. Maksudnya, pada permulaannya pasukan Persia dapat mengalahkan pasukan Romawi, kemudian pasukan Romawi menang atas mereka dengan kehendak Allah.

(Dan di hari itu) yakni di hari kemenangan bangsa Romawi (bergembiralah orang-orang yang beriman).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rum | 30 : 4 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Ar-Rum |30:5|

بِنَصْرِ اللَّهِ ۚ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ ۖ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ

binashrillaah, yanshuru may yasyaaa`, wa huwal-'aziizur-roḥiim

karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha Perkasa, Maha Penyayang.

In the victory of Allah. He gives victory to whom He wills, and He is the Exalted in Might, the Merciful.

Tafsir
Jalalain

(Karena pertolongan Allah) kepada mereka atas pasukan Persia; orang-orang Mukmin merasa gembira mendengar berita ini, dan mereka mengetahui berita ini melalui malaikat Jibril

yang turun memberitahukannya ketika mereka sedang dalam perang Badar. Kegembiraan mereka menjadi bertambah setelah mereka mendapat kemenangan atas orang-orang musyrik di dalam perang Badar

(Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa) Maha Menang (lagi Maha Penyayang) kepada orang-orang Mukmin.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rum | 30 : 5 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Ar-Rum |30:6|

وَعْدَ اللَّهِ ۖ لَا يُخْلِفُ اللَّهُ وَعْدَهُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

wa'dalloh, laa yukhlifullohu wa'dahuu wa laakinna akṡaron-naasi laa ya'lamuun

(Itulah) janji Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

[It is] the promise of Allah. Allah does not fail in His promise, but most of the people do not know.

Tafsir
Jalalain

(Sebagai janji yang sebenar-benarnya dari Allah) lafal ayat ini merupakan mashdar sebagai badal atau pengganti dari lafal berikut fi'ilnya; asalnya adalah wa'adahumullaahun-nashra;

artinya Allah menjanjikan pertolongan kepada mereka (Allah tidak akan menyalahi janji-Nya) yakni pertolongan itu (tetapi kebanyakan manusia) orang-orang kafir Mekah (tidak mengetahui) janji-Nya yang akan menolong orang-orang beriman.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rum | 30 : 6 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Ar-Rum |30:7|

يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

ya'lamuuna zhoohirom minal-ḥayaatid-dun-yaa wa hum 'anil-aakhiroti hum ghoofiluun

Mereka mengetahui yang lahir (tampak) dari kehidupan dunia, sedangkan terhadap (kehidupan) akhirat mereka lalai.

They know what is apparent of the worldly life, but they, of the Hereafter, are unaware.

Tafsir
Jalalain

(Mereka hanya mengetahui yang lahir saja dari kehidupan dunia) maksudnya urusan penghidupan dunia seperti berdagang, bercocok tanam, membangun rumah,

bertanam dan kesibukan-kesibukan duniawi lainnya. (Sedangkan mereka terhadap kehidupan akhirat adalah lalai) diulanginya lafal hum mengandung makna taukid atau untuk mengukuhkan makna kelalaian mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rum | 30 : 7 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Ar-Rum |30:8|

أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ ۗ مَا خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى ۗ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ لَكَافِرُونَ

a wa lam yatafakkaruu fiii anfusihim, maa kholaqollaahus-samaawaati wal-ardho wa maa bainahumaaa illaa bil-ḥaqqi wa ajalim musammaa, wa inna kaṡiirom minan-naasi biliqooo`i robbihim lakaafiruun

Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya banyak di antara manusia benar-benar mengingkari pertemuan dengan Tuhannya.

Do they not contemplate within themselves? Allah has not created the heavens and the earth and what is between them except in truth and for a specified term. And indeed, many of the people, in [the matter of] the meeting with their Lord, are disbelievers.

Tafsir
Jalalain

(Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang diri mereka sendiri) supaya mereka sadar dari kelalaiannya. (Allah tidak menjadikan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya

melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan) artinya akan lenyap setelah waktunya habis, sesudah itu tibalah saatnya hari berbangkit.

(Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia) yaitu orang-orang kafir Mekah (benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Rabbnya) yakni mereka tidak percaya kepada adanya hari berbangkit sesudah mati.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rum | 30 : 8 |

Tafsir ayat 8-10

Allah Swt. berfirman, mengingatkan manusia agar merenungkan kejadian makhluk-makhluk-Nya, yang semuanya itu menunjukkan akan keberadaan Allah dan kekuasaan-Nya yang menyendiri dalam menciptakan semuanya itu.

Dan bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Dia, dan tidak ada Rabb kecuali hanya Dia. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ}


Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? (Ar-Rum: 8) Yaitu menggunakan akal mereka untuk memikirkan, merenungkan, serta memperhatikan segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah,

mulai dari alam atas hingga alam bawah serta semua makhluk yang ada di antara keduanya yang beraneka ragam jenis dan macamnya. Pada akhirnya mereka akan mengetahui bahwa semuanya itu diciptakan oleh Allah bukan sia-sia,

bukan pula main-main. Bahkan semuanya itu diciptakan dengan tujuan yang benar dan mempunyai batas waktu yang tertentu, yaitu hari kiamat. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ لَكَافِرُونَ}


Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan (hari) pertemuan dengan Tuhannya. (Ar-Rum: 8) Selanjutnya Allah mengingatkan manusia akan kebenaran rasul-rasul-Nya dalam menyampaikan

apa yang mereka terima dari sisi-Nya melalui pembuktian mukjizat-mukjizat dan dalil-dalil yang jelas yang menunjukkan kebinasaan orang-orang yang kafir kepada para rasul dari kalangan umat-umat terdahulu, dan keselamatan orang-orang yang membenarkan mereka. Untuk itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:


{أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الأرْضِ}


Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi. (Ar-Rum: 9) lalu menggunakan pemahaman dan akal serta penalaran mereka, juga menggunakan pendengaran mereka untuk mendengar kisah-kisah umat-umat terdahulu.


{فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَانُوا أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً}


dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang yang sebelum mereka? Orang-orang itu adalah lebih kuat daripada mereka (sendiri). (Ar-Rum: 9) Yakni umat-umat terdahulu dan generasi-generasi yang silam lebih kuat

daripada kalian, hai orang-orang yang diutus kepada mereka Nabi Muhammad; bahkan umat-umat terdahulu itu jauh lebih banyak harta dan anak-anaknya daripada kalian. Tiadalah yang diberikan kepada kalian berjumlah sepersepuluh

dari apa yang diberikan kepada mereka. Mereka hidup di dunia dalam kondisi yang jauh lebih mapan daripada kalian; tingkat kehidupan kalian jauh di bawah mereka. Mereka sempat membangun dunia dengan bangunan-bangunan

yang tinggi-tinggi dan meramaikan dunia lebih banyak daripada kalian, bahkan mereka mengolah dan menggarap tanah jauh lebih banyak daripada apa yang kalian garap.Hanya saja ketika datang kepada mereka rasul-rasul mereka

yang datang membawa bukti-bukti dari Allah, mereka berbangga diri dengan apa yang telah mereka capai dari kehidupan dunia. Maka Allah mengazab mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Akhirnya tiada seorang pun

yang dapat melindungi mereka dari azab Allah. Harta benda dan anak-anak mereka sama sekali tidak dapat menyelamatkan mereka dari pembalasan Allah, tidak pula dapat membela mereka barang sedikit pun dari azab Allah.

Allah sama sekali tidak bertujuan menganiaya mereka dengan menimpakan azab dan pembalasan­Nya atas mereka itu.


{وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ}


akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri. (Ar-Rum: 9) Maksudnya, tiada lain yang menimpa diri mereka hanyalah akibat dari perbuatan mereka sendiri, karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah

dan memperolok-olokkannya. Azab yang menimpa mereka itu tiada lain sebagai akibat dari dosa-dosa mereka sendiri yang mendustakan rasul-rasul Allah dan ayat-ayat-Nya. Karena itulah dalam friman selanjutnya disebutkan:


{ثُمَّ كَانَ عَاقِبَةَ الَّذِينَ أَسَاءُوا السُّوءَى أَنْ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَكَانُوا بِهَا يَسْتَهْزِئُونَ}


Kemudian akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah (azab) yang lebih buruk, karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok-olokkannya. (Ar-Rum: 10) Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَنَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ}


Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al-Qur'an) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat. (Al-An'am: 110)


{فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ}


maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka. (As-Saff: 5) Dan firman Allah Swt.:


{فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ}


maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. (Al-Maidah: 49) Berdasarkan pengertian ini berarti lafaz as-su-a di-nasab-kan sebagai maf'ul dari lafaz asa-u. Menurut pendapat yang lain, makna firman-Nya:


{ثُمَّ كَانَ عَاقِبَةَ الَّذِينَ أَسَاءُوا السُّوءَى}


Kemudian akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah (azab) yang lebih buruk. (Ar-Rum: 10) Yakni azab yang buruk merupakan akibat dari perbuatan mereka disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Allah

dan mereka selalu memperolok-oloknya. Berdasarkan pengertian ini berarti lafaz as-su-a dinasabkan karena menjadi khabar kana. Ini merupakan analisis Ibnu Jarir yang ia nukil dari Ibnu Abbas dan Qatadah. Ibnu Abu Hatim

meriwayatkannya dari keduanya, juga dari Ad-Dahhak ibnu Muzahim. Dan memang pengertian inilah yang tersirat dari makna lahiriahnya, karena pada firman selanjutnya disebutkan:


{وَكَانُوا بِهَا يَسْتَهْزِئُونَ}


dan mereka selalu memperolok-oloknya. (Ar-Rum: 10)

Surat Ar-Rum |30:9|

أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۚ كَانُوا أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَأَثَارُوا الْأَرْضَ وَعَمَرُوهَا أَكْثَرَ مِمَّا عَمَرُوهَا وَجَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ ۖ فَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَٰكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

a wa lam yasiiruu fil-ardhi fa yanzhuruu kaifa kaana 'aaqibatullażiina ming qoblihim, kaanuuu asyadda min-hum quwwataw wa aṡaarul-ardho wa 'amaruuhaaa akṡaro mimmaa 'amaruuhaa wa jaaa`at-hum rusuluhum bil-bayyinaat, fa maa kaanallohu liyazhlimahum wa laaking kaanuuu anfusahum yazhlimuun

Dan tidakkah mereka bepergian di bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul)? Orang-orang itu lebih kuat dari mereka (sendiri) dan mereka telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya melebihi apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang jelas. Maka Allah sama sekali tidak berlaku zalim kepada mereka, tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri mereka sendiri.

Have they not traveled through the earth and observed how was the end of those before them? They were greater than them in power, and they plowed the earth and built it up more than they have built it up, and their messengers came to them with clear evidences. And Allah would not ever have wronged them, but they were wronging themselves.

Tafsir
Jalalain

(Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat orang-orang yang sebelum mereka) maksudnya umat-umat sebelum mereka,

mereka dibinasakan karena mendustakan rasul-rasulnya. (Orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka sendiri) seperti kaum Ad dan kaum Tsamud (dan telah mengolah bumi)

mereka telah mencangkul dan membajaknya untuk lahan pertanian dan perkebunan (serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan)

artinya lebih banyak dari apa yang telah dimakmurkan oleh orang-orang kafir Mekah (dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata) hujah-hujah yang jelas.

(Maka Allah sekali-kali tidak berlaku lalim kepada mereka) dengan membinasakan mereka tanpa dosa (akan tetapi merekalah yang berlaku lalim kepada diri sendiri) karena mereka mendustakan rasul-rasul mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rum | 30 : 9 |

penjelasan ada di ayat 8

Surat Ar-Rum |30:10|

ثُمَّ كَانَ عَاقِبَةَ الَّذِينَ أَسَاءُوا السُّوأَىٰ أَنْ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَكَانُوا بِهَا يَسْتَهْزِئُونَ

ṡumma kaana 'aaqibatallażiina asaaa`us-suuu`aaa ang każżabuu bi`aayaatillaahi wa kaanuu bihaa yastahzi`uun

Kemudian, azab yang lebih buruk adalah kesudahan bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan. Karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok-olokkannya.

Then the end of those who did evil was the worst [consequence] because they denied the signs of Allah and used to ridicule them.

Tafsir
Jalalain

(Kemudian akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah azab yang lebih buruk) lafal as-suu-a adalah bentuk muannats dari lafal al-aswa' artinya yang paling buruk,

berkedudukan sebagai khabar dari lafal kaana bila lafal 'aqibah dibaca rafa', tapi bila dibaca nashab berarti menjadi isim kaana. Makna yang dimaksud berupa azab neraka Jahanam dan mereka dijelek-jelekkan di dalamnya

(disebabkan) (mereka mendustakan ayat-ayat Allah) yakni Alquran (dan mereka selalu memperolok-oloknya) .

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rum | 30 : 10 |

penjelasan ada di ayat 8

Surat Ar-Rum |30:11|

اللَّهُ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

allohu yabda`ul-kholqo ṡumma yu'iiduhuu ṡumma ilaihi turja'uun

Allah yang memulai penciptaan (makhluk), kemudian mengulanginya kembali, kemudian kepada-Nya kamu dikembalikan.

Allah begins creation; then He will repeat it; then to Him you will be returned.

Tafsir
Jalalain

(Allah menciptakan dari permulaan) Dia menciptakan manusia dari permulaan (kemudian mengembalikannya kembali) Dia menghidupkan mereka kembali sesudah mereka mati

(kemudian kepada-Nyalah kalian dikembalikan) lafal ini dapat dibaca turja'uuna dan yurja'uuna.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rum | 30 : 11 |

Tafsir ayat 11-16

Firman Allah Swt.:


{اللَّهُ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ}


Allah menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali. (Ar-Rum: 11) Yaitu sebagaimana Dia mampu menciptakannya pada yang pertama kali, maka Dia mampu pula mengembalikannya menjadi hidup seperti semula.


{ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ}


kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (Ar-Rum: 11) Maksudnya, kelak pada hari kiamat, maka Dia memberikan balasan kepada setiap orang sesuai dengan amal perbuatannya. Dalam firman selanjutnya disebutkan:


{وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يُبْلِسُ الْمُجْرِمُونَ}


Dan pada hari terjadinya kiamat, orang-orang yang berdosa terdiam berputus asa. (Ar-Rum: 12) Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yublisu ialah berputus asa, sedangkan menurut Mujahid artinya dipermalukan, dan menurut riwayat yang lain bersedih hati.


{وَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ مِنْ شُرَكَائِهِمْ شُفَعَاءُ}


Dan sekali-kali tidak ada pemberi syafaat bagi mereka dari berhala-berhala mereka. (Ar-Rum: 13) Yakni tiada suatu pun dari berhala-berhala mereka yang dahulu mereka puja dan sembah selain Allah dapat memberi pertolongan

kepada mereka, bahkan berhala-berhala itu mengingkari penyembahan mereka dan berkhianat terhadap mereka di saat mereka membutuhkan pertolongannya. Dalam firman selanjutnya disebutkan:


{وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ يَتَفَرَّقُونَ}


Dan pada hari terjadinya kiamat, di hari itu mereka (manusia) bergolong-golongan. (Ar-Rum: 14) Qatadah mengatakan, "Demi Allah, itu adalah perpisahan yang tiada pertemuan lagi sesudahnya." Yakni apabila golongan yang ini

diangkat masuk ke dalam surga yang tinggi dan golongan yang itu direndahkan di dalam neraka yang terbawah, maka itulah akhir pertemuan di antara kedua golongan tersebut. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَهُمْ فِي رَوْضَةٍ يُحْبَرُونَ}


Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka mereka di dalam taman (surga) bergembira. (Ar-Rum: 15) Menurut Mujahid dan Qatadah, makna yuhbarun ialah bersenang-senang. Menurut Yahya ibnu Abu Kasir

artinya mendengarkan nyanyian. Padahal makna asal dari al-hibrah lebih umum daripada semuanya itu, sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Ajjaj dalam salah satu bait syair gubahannya:


الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أعْطَى الحَبَرْ ... مَوَالِيَ الْحَقّ إِنَّ المَوْلى شَكَر


Maka segala puji bagi Allah yang telah memberikan kegembiraan kepada para pendukung perkara yang hak, sesungguhnya Tuhan berterima kasih.

Surat Ar-Rum |30:12|

وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يُبْلِسُ الْمُجْرِمُونَ

wa yauma taquumus-saa'atu yublisul-mujrimuun

Dan pada hari (ketika) terjadi Kiamat, orang-orang yang berdosa (kaum musyrik) terdiam berputus asa.

And the Day the Hour appears the criminals will be in despair.

Tafsir
Jalalain

(Dan pada hari terjadinya kiamat, orang-orang yang zalim terdiam berputus asa) orang-orang musyrik diam karena mereka sudah tidak mempunyai alasan lagi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rum | 30 : 12 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Ar-Rum |30:13|

وَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ مِنْ شُرَكَائِهِمْ شُفَعَاءُ وَكَانُوا بِشُرَكَائِهِمْ كَافِرِينَ

wa lam yakul lahum min syurokaaa`ihim syufa'aaa`u wa kaanuu bisyurokaaa`ihim kaafiriin

Dan tidak mungkin ada pemberi syafaat (pertolongan) bagi mereka dari berhala-berhala mereka, sedangkan mereka mengingkari berhala-berhala mereka itu.

And there will not be for them among their [alleged] partners any intercessors, and they will [then] be disbelievers in their partners.

Tafsir
Jalalain

(Dan sekali-kali tidak ada) (bagi mereka dari sekutu-sekutu mereka) yang mereka sekutukan dengan Allah, yaitu berhala-berhala yang mereka harapkan untuk dapat memberi syafaat kepada mereka

(yang memberi syafaat dan adalah mereka) yakni mereka bakal (mengingkari sekutu-sekutu mereka itu) berlepas diri daripada berhala-berhala mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rum | 30 : 13 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Ar-Rum |30:14|

وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ يَتَفَرَّقُونَ

wa yauma taquumus-saa'atu yauma`iżiy yatafarroquun

Dan pada hari (ketika) terjadi Kiamat, pada hari itu manusia terpecah-pecah (dalam kelompok).

And the Day the Hour appears - that Day they will become separated.

Tafsir
Jalalain

(Dan pada hari terjadinya kiamat, di hari itu) lafal yaumaidzin berfungsi sebagai taukid atau mengukuhkan makna yauma (mereka bergolong-golongan) yakni golongan orang-orang Mukmin dan golongan orang-orang kafir.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rum | 30 : 14 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Ar-Rum |30:15|

فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَهُمْ فِي رَوْضَةٍ يُحْبَرُونَ

fa ammallażiina aamanuu wa 'amilush-shooliḥaati fa hum fii roudhotiy yuḥbaruun

Maka adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, maka mereka di dalam taman (surga) bergembira.

And as for those who had believed and done righteous deeds, they will be in a garden [of Paradise], delighted.

Tafsir
Jalalain

(Adapun orang-orang yang beriman mengerjakan amal saleh, maka mereka di dalam taman) surga (bergembira) merasa bahagia.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rum | 30 : 15 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Ar-Rum |30:16|

وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَلِقَاءِ الْآخِرَةِ فَأُولَٰئِكَ فِي الْعَذَابِ مُحْضَرُونَ

wa ammallażiina kafaruu wa każżabuu bi`aayaatinaa wa liqooo`il-aakhiroti fa ulaaa`ika fil-'ażaabi muḥdhoruun

Dan adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami serta (mendustakan) pertemuan hari Akhirat, maka mereka tetap berada di dalam azab (Neraka).

But as for those who disbelieved and denied Our verses and the meeting of the Hereafter, those will be brought into the punishment [to remain].

Tafsir
Jalalain

(Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami) yaitu Alquran (serta mendustakan menemui hari akhirat) yaitu hari berbangkit dan lain-lainnya (maka mereka tetap berada di dalam siksaan).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rum | 30 : 16 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Ar-Rum |30:17|

فَسُبْحَانَ اللَّهِ حِينَ تُمْسُونَ وَحِينَ تُصْبِحُونَ

fa sub-ḥaanallohi ḥiina tumsuuna wa ḥiina tushbiḥuun

Maka bertasbihlah kepada Allah pada petang hari dan pada pagi hari (waktu subuh),

So exalted is Allah when you reach the evening and when you reach the morning.

Tafsir
Jalalain

(Maka bertasbihlah kepada Allah) maksudnya sholatlah kalian (di waktu kalian berada di petang hari) di kala kalian memasuki petang hari; di dalam waktu ini terdapat dua sholat,

yaitu sholat Magrib dan sholat Isyak (dan di waktu kalian berada di waktu subuh) sewaktu kalian memasuki pagi hari di dalam waktu ini terdapat sholat subuh.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rum | 30 : 17 |

Tafsir ayat 17-19

Ini merupakan tasbih Allah. Dia bertasbih menyucikan diri-Nya, sekaligus membimbing hamba-hamba-Nya agar bertasbih dan memuji-Nya di waktu-waktu tersebut yang saling silih berganti. Silih bergantinya waktu-waktu itu

menunjukkan akan kesempurnaan kekuasaan-Nya dan kebesaran pengaruh-Nya, yaitu di waktu petang hari saat malam mulai datang dengan kegelapannya, dan di waktu pagi hari saat siang hari mulai datang

dengan membawa sinar terangnya. Setelah itu Allah menyinggung masalah tahmid yang erat kaitannya dengan tasbih, untuk itu Allah Swt. berfirman:


{وَلَهُ الْحَمْدُ فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ}


Dan bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi. (Ar-Rum: 18) Artinya, Dialah yang patut dipuji karena Dialah yang menciptakan langit dan bumi ini. Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya:


{وَعَشِيًّا وَحِينَ تُظْهِرُونَ}


dan di waktu kamu berada di petang hari dan di waktu kamu berada di waktu lohor. (Ar-Rum: 18) Al-'isya artinya gelap yang pekat, dan iz-har artinya terangnya cahaya. Mahasuci Allah yang telah menciptakan malam dan siang hari,

Yang menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk istirahat, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَالنَّهَارِ إِذَا جَلاهَا. وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَاهَا}


dan siang apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya. (Asy-Syams: 3-4)


{وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى. وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى}


Demi malam apabila menutupi (cahaya siang) dan siang apabila terang benderang. (Al-Lail: 1-2) Dan firman Allah Swt.:


{وَالضُّحَى. وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى}


Demi waktu matahari sepenggalah naik, dan demi malam apabila telah sunyi. (Ad-Duha: 1-2) Ayat-ayat yang menerangkan hal ini cukup banyak.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنٌ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهيعة، حَدَّثَنَا زَبَّان بْنِ فَائِدٍ، عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ الجُهَني، عَنْ أَبِيهِ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ قَالَ: "أَلَا أُخْبِرُكُمْ لِمَ سَمَّى اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلَهُ الَّذِي وَفَّى؟ لِأَنَّهُ كَانَ يَقُولُ كُلَّمَا أَصْبَحَ وَأَمْسَى: سُبْحَانَ اللَّهِ حِينَ تَمَسُّونَ وحين تصبحون، وله الحمد في السموات وَالْأَرْضِ وَعَشِيًّا وَحِينَ تُظْهِرُونَ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Ziad ibnu Fayid, dari Sahl ibnu Mu'az ibnu Anas Al-Juhani, dari ayahnya,

dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Maukah aku ceritakan kepada kalian, mengapa Allah menamakan Ibrahim dengan sebutan kekasih-Nya yang selalu menyempurnakan janji? (Dia disebut demikian) karena setiap pagi

dan petang ia selalu mengucapkan, "Bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan waktu kamu berada di waktu subuh, dan bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi dan di waktu kamu berada pada petang hari dan di waktu kamu berada di waktu lohor.”


قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا مُطَّلِبُ بْنُ شُعَيب الْأَزْدِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنِي اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ بَشِيرٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْبَيْلَمَانِيِّ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ: {فَسُبْحَانَ اللَّهِ حِينَ تُمْسُونَ وَحِينَ تُصْبِحُونَ. وَلَهُ الْحَمْدُ فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَعَشِيًّا وَحِينَ تُظْهِرُونَ} الْآيَةَ بِكَمَالِهَا، أَدْرَكَ مَا فَاتَهُ فِي يَوْمِهِ،ومَنْ قَالَهَا حِينَ يُمْسِي أَدْرَكَ مَا فَاتَهُ فِي لَيْلَتِهِ".


Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mutallib ibnu Syu'aib Al-Azdi, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Saleh Al-Lais ibnu Sa'd, dari Sa'id ibnu Basyir, dari Muhammad ibnu Abdur Rahman ibnul Bailamani,

dari ayahnya, dari Abdullah ibnu Abbas, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda, "Barang siapa di saat pagi hari mengucapkan doa berikut: 'Bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan waktu kamu

berada di waktu subuh, dan bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi dan di waktu kamu berada pada petang hari dan di waktu kamu berada di waktu lohor' (Ar-Rum: 17-18) Maka dia dapat menutupi amal yang ia lewatkan di hari itu.

Dan barang siapa yang membacanya di petang hari, maka ia dapat menutupi apa yang ia lewatkan di malam harinya." Sanad hadis ini jayyid (baik), dan diriwayatkan juga oleh Imam Abu Daud di dalam kitab sunannya. Firman Allah Swt.:


{يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ}


Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluar­kan yang mati dari yang hidup. (Ar-Rum: 19) Hal ini menceritakan kejadian kita, bahwa peristiwa tersebut terjadi berkat kekuasaan Allah yang berkuasa menciptakan segala sesuatu

yang berlawanan. Dan ayat-ayat yang berturut-turut lagi mulia ini semuanya termasuk ke dalam kelompok ini. Sesungguhnya Allah menyebutkan di dalamnya bahwa Dia telah menciptakan segala sesuatu dan lawan-lawannya,

untuk menunjukkan kekuasaan-Nya Yang Mahasempurna. Antara lain ialah Dia mengeluarkan tetumbuhan dan bebijian, dan mengeluarkan bebijian dari tetumbuhan. Telur Dia keluarkan dari ayam, dan ayam dikeluarkan dari telur.

Manusia berasal dari nutfah (air mani), dan air mani berasal dari manusia. Orang mukmin berasal dari orang kafir, dan orang kafir berasal dari orang mukmin. Firman Allah Swt.:


{وَيُحْيِي الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا}


dan menghidupkan bumi sesudah matinya. (Ar-Rum: 19) Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَآيَةٌ لَهُمُ الْأَرْضُ الْمَيْتَةُ أَحْيَيْنَاهَا وَأَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُونَ. وَجَعَلْنَا فِيهَا جَنَّاتٍ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ وَفَجَّرْنَا فِيهَا مِنَ الْعُيُونِ}


Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka darinya mereka makan. (Yasin: 33) sampai dengan firman-Nya: dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air. (Yasin: 34) Dan firman Allah Swt.:


{وَتَرَى الأرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنزلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ. ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّهُ يُحْيِي الْمَوْتَى وَأَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ}


Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menambahkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Al-Hajj: 5)

sampai dengan firman-Nya: dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur. (Al-Hajj: 7) Dan firman Allah Swt.:


{وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ حَتَّى إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالا سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَيِّتٍ فَأَنزلْنَا بِهِ الْمَاءَ فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ كَذَلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتَى لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ}


Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung. (Al-A'raf: 57) sampai dengan firman-Nya: mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. (Al-A'raf: 57) Karena itulah maka dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{وَكَذَلِكَ تُخْرَجُونَ}


Dan seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur). (Ar-Rum: 19)

Surat Ar-Rum |30:18|

وَلَهُ الْحَمْدُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَعَشِيًّا وَحِينَ تُظْهِرُونَ

wa lahul-ḥamdu fis-samaawaati wal-ardhi wa 'asyiyyaw wa ḥiina tuzh-hiruun

dan segala puji bagi-Nya baik di langit, di bumi, pada malam hari maupun pada waktu zuhur (tengah hari).

And to Him is [due all] praise throughout the heavens and the earth. And [exalted is He] at night and when you are at noon.

Tafsir
Jalalain

(Dan bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi) kalimat ayat ini merupakan jumlah i'tiradh, maksudnya Dia dipuji oleh penduduk langit dan bumi

(dan di waktu kalian berada pada petang hari) diathafkan kepada lafal hiina yang ada pada ayat sebelumnya; di dalam waktu ini terdapat sholat Isyak (dan sewaktu kalian berada di waktu Zuhur)

yakni di waktu kalian memasuki tengah hari, yang pada waktu itu terdapat sholat Zuhur.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rum | 30 : 18 |

penjelasan ada di ayat 17

Surat Ar-Rum |30:19|

يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَيُحْيِي الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ وَكَذَٰلِكَ تُخْرَجُونَ

yukhrijul-ḥayya minal-mayyiti wa yukhrijul-mayyita minal-ḥayyi wa yuḥyil-ardho ba'da mautihaa, wa każaalika tukhrojuun

Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan menghidupkan bumi setelah mati (kering). Dan seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur).

He brings the living out of the dead and brings the dead out of the living and brings to life the earth after its lifelessness. And thus will you be brought out.

Tafsir
Jalalain

(Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati) sebagaimana manusia, Dia menciptakan manusia dari air mani dan sebagaimana burung yang Dia ciptakan dari telur (dan mengeluarkan yang mati)

yaitu air mani dan telur (dari yang hidup dan menghidupkan bumi) dengan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan (sesudah matinya) sesudah kering. (Dan seperti itulah) dengan cara itulah (kalian akan dikeluarkan) dari kubur.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rum | 30 : 19 |

penjelasan ada di ayat 17

Surat Ar-Rum |30:20|

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ إِذَا أَنْتُمْ بَشَرٌ تَنْتَشِرُونَ

wa min aayaatihiii an kholaqokum min turoobin ṡumma iżaaa antum basyarun tantasyiruun

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.

And of His signs is that He created you from dust; then, suddenly you were human beings dispersing [throughout the earth].

Tafsir
Jalalain

(Dan di antara tanda-tanda-Nya) yang menunjukkan akan kekuasaan-Nya (ialah Dia menciptakan kalian dari tanah) asal kalian yaitu Nabi Adam

(kemudian tiba-tiba kalian menjadi manusia) yang terdiri dari darah dan daging (yang berkembang biak) di muka bumi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rum | 30 : 20 |

Tafsir ayat 20-21

Allah Swt. berfirman:


{وَمِنْ آيَاتِهِ}


Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya. (Ar-Rum: 20) Yakni tanda-tanda yang menunjukkan kebesaran dan kekuasaan-Nya yang Mahasempurna ialah bahwa Dia telah menciptakan bapak moyang kalian (Adam) dari tanah liat.


{ثُمَّ إِذَا أَنْتُمْ بَشَرٌ تَنْتَشِرُونَ}


kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak. (Ar-Rum: 20) Asal mula kalian dari tanah liat, kemudian dari air yang hina, lalu menjadi 'alaqah, kemudian menjadi segumpal daging, lalu menjadi tulang-tulang

yang berbentuk manusia, setelah itu Allah memakaikan daging kepadanya dan meniupkan roh ke dalamnya, maka tiba-tiba ia menjadi manusia yang mempunyai pendengaran dan penglihatan. Kemudian ia keluar dari perut ibunya

dalam keadaan kecil lagi lemah. Selanjutnya setiap kali bertambah usianya, maka bertambah kekuatannya, dan bertambah kuat pula gerakannya. Pada akhirnya ia menjadi manusia yang sempurna dan mampu membangun kota-kota

dan benteng-benteng serta mengadakan perjalanan ke berbagai kawasan, menempuh jalan laut menaiki perahu dan keliling dunia. Dia mampu berusaha dan mengumpulkan harta. Dia mempunyai akal, berwawasan,

serta mempunyai daya nalar, berpengetahuan, dan berilmu dalam menganalisis perkara-perkara duniawi dan ukhrawi, masing-masing dianugerahi oleh Allah sesuai dengan kemampuannya. Mahasuci Allah Yang telah membuat mereka

berkemampuan, menjadikan mereka dapat menyesuaikan diri dan mempunyai kepandaian dalam menjalani roda kehidupan dan aneka ragam mata pencaharian. Allah telah membeda-bedakan di antara mereka dalam hal ilmu, pemikiran,

bentuk, dan rupa. Ada yang tampan, ada yang buruk, juga ada yang kaya, ada yang miskin, serta ada yang bahagia, ada pula yang sengsara. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ إِذَا أَنْتُمْ بَشَرٌ تَنْتَشِرُونَ}


Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia men­ciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak. (Ar-Rum: 20)


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ وغُنْدَر، قَالَا حَدَّثَنَا عَوْف، عَنْ قَسَامَةَ بْنِ زُهَيْرٍ، عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ آدَمَ مِنْ قَبْضَةٍ قَبَضَهَا مِنْ جَمِيعِ الْأَرْضِ، فَجَاءَ بَنُو آدَمَ عَلَى قَدْرِ الْأَرْضِ، جَاءَ مِنْهُمُ الْأَبْيَضُ وَالْأَحْمَرُ وَالْأَسْوَدُ وَبَيْنَ ذَلِكَ، وَالْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ، وَالسَّهْلُ وَالْحَزَنُ، وَبَيْنَ ذَلِكَ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id dan Gundar. Mereka berdua mengatakan, telah menceritakan kepada kami Auf, dari Qasamah ibnu Zuhair, dari Abu Musa yang telah menceritakan

bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari segenggam tanah yang Dia ambil dari semua penjuru bumi, maka jadilah anak-anak Adam sesuai dengan kadar dari tanah itu;

di antara mereka ada yang berkulit putih, ada yang berkulit merah, dan ada yang berkulit hitam serta ada yang campuran di antara warna-warna tersebut; ada pula yang buruk, yang baik, yang mudah, dan yang susah

serta yang campuran di antara perangai-perangai tersebut. Imam Abu Daud dan Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Auf Al-A'rabi dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Firman Allah Swt.:


{وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا}


Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia men­ciptakan untukmu istri-istrimu dari jenismu sendiri. (Ar-Rum: 21) Dia menciptakan bagi kalian kaum wanita dari jenis kalian sendiri yang kelak mereka menjadi istri-istri kalian.


{لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا}


supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. (Ar-Rum: 21) Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا}


Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan darinya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepada­nya. (Al-A'raf: 189) Yang dimaksud adalah ibu Hawa. Allah menciptakannya dari Adam, yaitu dari tulang rusuknya

yang terpendek dari sebelah kirinya. Seandainya Allah menjadikan semua Bani Adam terdiri dari laki-laki, dan menjadikan pasangan mereka dari jenis lain yang bukan dari jenis manusia, misalnya jin atau hewan, maka pastilah tidak akan

terjadi kerukunan dan kecenderungan di antara mereka dan tidak akan terjadi pula perkawinan. Bahkan sebaliknya yang terjadi adalah saling bertentangan dan saling berpaling, seandainya mereka berpasangan

bukan dari makhluk sesama manusia. Termasuk di antara rahmat Allah yang sempurna kepada anak-anak Adam ialah Dia menjadikan pasangan (istri) mereka dari jenis mereka sendiri, dan menjadikan rasa kasih dan sayang

di antara pasangan-pasangan itu. Karena adakalanya seorang lelaki itu tetap memegang wanita karena cinta kepadanya atau karena sayang kepadanya, karena mempunyai anak darinya, atau sebaliknya kerena si wanita

memerlukan perlindungan dari si lelaki atau memerlukan nafkah darinya, atau keduanya saling menyukai, dan alasan lainnya.


{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ}


Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (Ar-Rum: 21)

Surat Ar-Rum |30:21|

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

wa min aayaatihiii an kholaqo lakum min anfusikum azwaajal litaskunuuu ilaihaa wa ja'ala bainakum mawaddataw wa roḥmah, inna fii żaalika la`aayaatil liqoumiy yatafakkaruun

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.

And of His signs is that He created for you from yourselves mates that you may find tranquillity in them; and He placed between you affection and mercy. Indeed in that are signs for a people who give thought.

Tafsir
Jalalain

(Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri) Siti Hawa tercipta dari tulang rusuk Nabi Adam sedangkan manusia yang lainnya

tercipta dari air mani laki-laki dan perempuan (supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya) supaya kalian merasa betah dengannya (dan dijadikan-Nya di antara kamu sekalian)

semuanya (rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu) hal yang telah disebutkan itu (benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir) yakni yang memikirkan tentang ciptaan Allah swt.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rum | 30 : 21 |

penjelasan ada di ayat 20

Surat Ar-Rum |30:22|

وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِلْعَالِمِينَ

wa min aayaatihii kholqus-samaawaati wal-ardhi wakhtilaafu alsinatikum wa alwaanikum, inna fii żaalika la`aayaatil lil-'aalimiin

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu, dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.

And of His signs is the creation of the heavens and the earth and the diversity of your languages and your colors. Indeed in that are signs for those of knowledge.

Tafsir
Jalalain

(Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasa kalian) maksudnya dengan bahasa yang berlainan, ada yang berbahasa Arab

dan ada yang berbahasa Ajam serta berbagai bahasa lainnya (dan berlain-lainan pula warna kulit kalian) di antara kalian ada yang berkulit putih, ada yang hitam dan lain sebagainya,

padahal kalian berasal dari seorang lelaki dan seorang perempuan, yaitu Nabi Adam dan Siti Hawa. (Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda)

yang menunjukkan kekuasaan Allah swt. (bagi orang-orang yang mengetahui) yaitu bagi orang-orang yang berakal dan berilmu. Dapat dibaca lil'aalamiina dan lil'aalimiina.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rum | 30 : 22 |

Tafsir ayat 22-23

Firman Allah Swt.:


وَمِنْ آيَاتِهِ


Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya. (Ar-Rum: 22) yang menunjukkan akan kekuasaan-Nya Yang Mahabesar, ialah Dia:


{خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ}


menciptakan langit dan bumi. (Ar-Rum: 22) Dia menciptakan langit yang tinggi, luas, tembus pandang, tampak berkilauan bintang-bintangnya, baik yang beredar maupun yang tetap. Dan Dia menciptakan bumi yang datar lagi padat berikut

gunung-gunungnya, lembah-lembahnya, lautannya, padang pasirnya, hewan-hewannya, dan pepohonannya. Firman Allah Swt.:


{وَاخْتِلافُ أَلْسِنَتِكُمْ}


dan berlain-lainan bahasamu. (Ar-Rum: 22) Yakni berbeda-beda bahasa, ada yang berbahasa Arab, ada yang berbahasa Tartar, ada yang berbahasa Kurdi, ada yang berbahasa Indian, ada yang berbahasa Afrika,

ada yang berbahasa Etiopia, ada yang berbahasa Inggris. Mereka —selain yang pertama— adalah orang-orang yang berbahasa 'ajam (non-Arab). Mereka terdiri dari berbagai bangsa, antara lain Sicilia, Armen, Kurdi, Tartar,

dan lain sebagainya. Jumlah bahasa Bani Adam banyak sekali, begitu pula perbedaan warna kulitnya, masing-masing mempunyai ciri khas tersendiri. Semua penduduk bumi sejak Allah menciptakan Adam sampai hari kiamat,

masing-masing mempunyai sepasang mata, sepasang alis, hidung, kelopak mata, mulut, pipi, dan seseorang dari mereka tidak serupa dengan yang lain. Tetapi masing-masing pasti mempunyai sesuatu ciri yang membedakan yang seorang

dari yang lainnya, baik itu dalam hal rupa, bentuk, ataupun bahasa. Perbedaan itu ada yang jelas dan ada yang samar, yang hanya diketahui setelah dilihat dengan teliti. Setiap wajah mereka mempunyai ciri khas dan rupa yang berbeda

dengan yang lain. Tiada segolongan orang pun yang mempunyai ciri khas yang sama dalam hal ketampanan rupa atau keburukannya, melainkan pasti ada perbedaan di antara masing-masing orang.


{إنَّ فِي ذَلِك لَآيَاتٍ للعَالَمين وَمِنْ آيَاتِهِ مَنَامُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَاؤُكُمْ مِنْ فَضْلِهِ}


Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian

dari karunia-Nya. (Ar-Rum: 22-23) Yakni di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Allah menjadikan tidur di malam dan siang hari yang dengan tidur itu tubuh dapat beristirahat; kelelahan serta kepenatan dapat lenyap karenanya.

Dan Dia menjadikan waktu kalian terbangun di siang hari sebagai sarana untuk berusaha dan bepergian untuk mencari sebagian dari karunia-Nya, dan ini merupakan lawan dari kata "tidur".


{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ}


Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan. (Ar-Rum: 23) Maksudnya, merenungkannya.


قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ عِمْرَانَ السَّدُوسِيُّ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ الْحُصَيْنِ الْعُقَيْلِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُلاثة، حَدَّثَنِي ثَوْرُ بْنُ يَزِيدَ، عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدان، سَمِعْتُ عَبْدَ الْمَلِكِ بْنَ مَرْوَانَ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: أَصَابَنِي أَرَقٌ مِنَ اللَّيْلِ، فَشَكَوْتُ ذَلِكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "قُلْ: اللَّهُمَّ غَارَتِ النُّجُومُ، وَهَدَأَتِ الْعُيُونُ، وَأَنْتَ حَيٌّ قَيُّومٌ، يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ، [أَنِمْ عَيْنِي وَ] أَهْدِئْ لَيْلِي" فَقُلْتُهَا فَذَهَبَ عَنِّي


Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Saur ibnu Yazid, dari Khalid ibnu Ma'dan; ia telah mendengar Abdul Malik ibnu Marwan menceritakan dari ayahnya, dari Zaid ibnu Sabit r.a. yang berkata bahwa pada suatu malam

ia mengalami kegelisahan tidak dapat tidur, lalu ia mengadukan hal itu kepada Rasulullah Saw. Maka beliau Saw. bersabda: Ucapkanlah, "Ya Allah, semua bintang telah tenggelam dan semua mata telah tertidur,

sedangkan Engkau Mahahidup lagi Maha Mengatur semua makhluk-Nya. Wahai Yang Mahahidup lagi Maha Mengatur semua makhluk-Nya, tidurkanlah mataku dan tenangkanlah diriku di malam ini.” Maka aku mengucapkannya dan mataku langsung tertidur.

Surat Ar-Rum |30:23|

وَمِنْ آيَاتِهِ مَنَامُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَاؤُكُمْ مِنْ فَضْلِهِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ

wa min aayaatihii manaamukum bil-laili wan-nahaari wabtighooo`ukum min fadhlih, inna fii żaalika la`aayaatil liqoumiy yasma'uun

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah tidurmu pada waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.

And of His signs is your sleep by night and day and your seeking of His bounty. Indeed in that are signs for a people who listen.

Tafsir
Jalalain

(Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidur kalian di waktu malam dan siang hari) dengan kehendak-Nya sebagai waktu istirahat buat kalian (dan usaha kalian)

di siang hari (mencari sebagian dari karunia-Nya) mencari rezeki dan penghidupan berkat kehendak-Nya. (Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan)

dengan pendengaran yang dibarengi pemikiran dan mengambil pelajaran.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rum | 30 : 23 |

penjelasan ada di ayat 22

Surat Ar-Rum |30:24|

وَمِنْ آيَاتِهِ يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَيُحْيِي بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

wa min aayaatihii yuriikumul-barqo khoufaw wa thoma'aw wa yunazzilu minas-samaaa`i maaa`an fa yuḥyii bihil-ardho ba'da mautihaa, inna fii żaalika la`aayaatil liqoumiy ya'qiluun

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya, Dia memperlihatkan kilat kepadamu untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dengan air itu dihidupkannya bumi setelah mati (kering). Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mengerti.

And of His signs is [that] He shows you the lightning [causing] fear and aspiration, and He sends down rain from the sky by which He brings to life the earth after its lifelessness. Indeed in that are signs for a people who use reason.

Tafsir
Jalalain

(Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepada kalian) Dia mempersaksikan kepada kalian (kilat untuk menimbulkan ketakutan)

bagi orang yang melakukan perjalanan karena takut disambar petir (dan harapan) bagi orang yang bermukim akan turunnya hujan (dan Dia menurunkan air hujan dari langit,

lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya) Dia mengembangkannya dengan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan padanya. (Sesungguhnya pada yang demikian itu)

hal yang telah disebutkan tadi (benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya) yaitu bagi mereka yang berpikir.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rum | 30 : 24 |

Tafsir ayat 24-25

Firman Allah Swt.:


{وَمِنْ آيَاتِهِ}


Dan di antara tanda-tanda-Nya. (Ar-Rum: 24) yang menunjukkan kebesaran-Nya ialah Dia:


{يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا}


memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan. (Ar-Rum: 24) Yakni adakalanya kalian merasa takut kepada apa yang akan terjadi sesudahnya yang berupa hujan lebat disertai dengan angin badai

yang menghancurkan segalanya, adakalanya pula kalian berharap setelah melihat kilatannya akan turunnya hujan yang kalian perlukan. Karena itulah disebutkan oleh firman selanjutnya:


{وَيُنزلُ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَيُحْيِي بِهِ الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا}


dan Dia menurunkan air hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. (Ar-Rum: 24) Maksudnya, sebelum itu bumi tandus, tidak ada tetumbuhannya. Setelah air hujan turun menyiraminya:


{اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ}


hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Al-Hajj: 5) Pada yang demikian itu terdapat pelajaran dan petunjuk yang jelas, yang menggambarkan tentang hari berbangkit dan hari kiamat. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ}


Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya. (Ar-Rum: 24) Adapun firman Allah Swt.:


{وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ تَقُومَ السَّمَاءُ وَالأرْضُ بِأَمْرِهِ}


Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan perintah-Nya. (Ar-Rum: 25) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَيُمْسِكُ السَّمَاءَ أَنْ تَقَعَ عَلَى الأرْضِ إِلا بِإِذْنِهِ}


Dan Dia menahan (benda-benda) langit yang jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya. (Al-Hajj: 65) Dan firman Allah Swt.:


{إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ أَنْ تَزُولا}


Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap. (Fatir: 41) Tersebutlah bahwa Umar ibnul Khattab r.a. apabila menyatakan sumpahnya dengan sungguh-sungguh, maka ia mengucapkan,

"Demi Tuhan Yang telah menjadikan langit dan bumi berdiri dengan perintah-Nya," yakni langit dan bumi berdiri tegak dan kokoh dengan perintah dan keperkasaan-Nya yang menundukkannya. Kemudian bila hari kiamat,

bumi dan langit ini akan diganti dengan bumi dan langit yang lain. Lalu orang-orang yang telah mati dikeluarkan dari kuburnya masing-masing dalam keadaan hidup dengan perintah Allah dan setelah mereka dipanggil oleh-Nya. Karena itulah maka disebutkan dalam firman selanjutnya:


{ثُمَّ إِذَا دَعَاكُمْ دَعْوَةً مِنَ الأرْضِ إِذَا أَنْتُمْ تَخْرُجُونَ}


Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur). (Ar-Rum: 25) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{يَوْمَ يَدْعُوكُمْ فَتَسْتَجِيبُونَ بِحَمْدِهِ وَتَظُنُّونَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا قَلِيلا}


yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya, dan kamu mengira bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja. (Al-Isra: 52)


{فَإِنَّمَا هِيَ زَجْرَةٌ وَاحِدَةٌ فَإِذَا هُمْ بِالسَّاهِرَةِ}


Maka sesungguhnya kebangkitan itu hanya dengan satu teriakan saja; maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi. (An-Nazi'at: 13-14) Dan firman Allah Swt.:


{إِنْ كَانَتْ إِلا صَيْحَةً وَاحِدَةً فَإِذَا هُمْ جَمِيعٌ لَدَيْنَا مُحْضَرُونَ}


Tidak adalah teriakan itu selain sekali teriakan saja, maka tiba-tiba mereka semua dikumpulkan kepada Kami. (Yasin: 53)

Surat Ar-Rum |30:25|

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ تَقُومَ السَّمَاءُ وَالْأَرْضُ بِأَمْرِهِ ۚ ثُمَّ إِذَا دَعَاكُمْ دَعْوَةً مِنَ الْأَرْضِ إِذَا أَنْتُمْ تَخْرُجُونَ

wa min aayaatihiii an taquumas-samaaa`u wal-ardhu bi`amrih, ṡumma iżaa da'aakum da'watam minal-ardhi iżaaa antum takhrujuun

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan kehendak-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu kamu keluar (dari kubur).

And of His signs is that the heaven and earth remain by His command. Then when He calls you with a [single] call from the earth, immediately you will come forth.

Tafsir
Jalalain

(Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan perintah-Nya) dengan kehendak-Nya tanpa tiang penyangga. (Kemudian apabila Dia memanggil kalian sekali panggil dari bumi)

melalui tiupan sangkakala malaikat Israfil untuk membangunkan orang-orang yang telah mati dari kuburnya (seketika itu juga kalian keluar) dari kubur, kalian keluar dari dalam kubur melalui sekali seruan itu, merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah swt.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rum | 30 : 25 |

penjelasan ada di ayat 24