Juz 25

Surat Asy-Syura |42:43|

وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَٰلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

wa laman shobaro wa ghofaro inna żaalika lamin 'azmil-umuur

Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia.

And whoever is patient and forgives - indeed, that is of the matters [requiring] determination.

Tafsir
Jalalain

(Tetapi orang yang bersabar) dan ia tidak membela dirinya atau tidak menuntut balas (dan memaafkan) memaafkan kelaliman orang lain terhadap dirinya

(sesungguhnya yang demikian itu) yaitu sabar dan pemaaf (termasuk hal-hal yang diutamakan) yang dianjurkan oleh syariat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 43 |

penjelasan ada di ayat 40

Surat Asy-Syura |42:44|

وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ وَلِيٍّ مِنْ بَعْدِهِ ۗ وَتَرَى الظَّالِمِينَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ يَقُولُونَ هَلْ إِلَىٰ مَرَدٍّ مِنْ سَبِيلٍ

wa may yudhlilillaahu fa maa lahuu miw waliyyim mim ba'dih, wa tarozh-zhoolimiina lammaa ro`awul-'ażaaba yaquuluuna hal ilaa maroddim min sabiil

Dan barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka tidak ada baginya pelindung setelah itu. Kamu akan melihat orang-orang zalim ketika mereka melihat azab berkata, "Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia)?"

And he whom Allah sends astray - for him there is no protector beyond Him. And you will see the wrongdoers, when they see the punishment, saying, "Is there for return [to the former world] any way?"

Tafsir
Jalalain

(Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak ada baginya seorang pemimpin pun sesudah itu) artinya tiada seorang pun yang dapat memberikan petunjuk kepadanya

sesudah ia disesatkan oleh Allah (Dan kamu akan melihat orang-orang yang lalim ketika mereka melihat azab berkata, "Adakah kiranya jalan untuk kembali) ke dunia bagi kami."

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 44 |

Tafsir ayat 44-46

Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang sifat-Nya Yang Mahamulia, bahwa apa yang Dia kehendaki pasti ada, tiada seorang pun yang dapat menghalangi kehendak-Nya; apa yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak ada,

dan tiada seorang pun yang dapat mengadakannya. Dan bahwa barang siapa yang telah diberi petunjuk oleh-Nya, maka tiada seorang pun yang dapat menyesatkannya. Barang siapa yang telah disesatkan oleh-Nya,

maka tiada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:


{وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا}


dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. (Al-Kahfi: 17)

Kemudian Allah Swt. menceritakan keadaan orang-orang yang zalim, yaitu mereka yang mempersekutukan Allah.

{لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ}


ketika mereka melihat azab. (Asy-Syura: 44) Yakni di hari kiamat. Maka mereka berangan-angan untuk dapat kembali ke dunia.


{يَقُولُونَ هَلْ إِلَى مَرَدٍّ مِنْ سَبِيلٍ}


mereka berkata, "Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia)?” (Asy-Syura: 44) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:


{وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ بَلْ بَدَا لَهُمْ مَا كَانُوا يُخْفُونَ مِنْ قَبْلُ وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ}


Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman.”

(tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan). Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia,

tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka. (Al-An'am: 27-28) Adapun firman Allah Swt.:


{وَتَرَاهُمْ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا}


Dan kamu akan melihat mereka dihadapkan ke neraka dalam keadaan tunduk karena (merasa) hina. (Asy-Syura: 45) Hal itu terjadi karena perbuatan yang telah mereka kerjakan dahulu semasa di dunia, yaitu perbuatan-perbuatan durhaka terhadap Allah Swt.


{خَاشِعِينَ مِنَ الذُّلِّ}


mereka melihat dengan pandangan yang lesu. (Asy-Syura: 45) Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah pandangan yang hina, yakni mereka melihat neraka dengan pandangan yang sekilas karena takut kepadanya.

Tetapi apa yang selalu mereka takuti pasti terjadi menimpa mereka. Hal itulah yang sangat ditakuti oleh diri mereka; semoga Allah melindungi kita dari siksa neraka.


{وَقَالَ الَّذِينَ آمَنُوا}


Dan orang-orang yang beriman berkata. (Asy-Syura: 45) Yakni mereka berkata di hari kiamat.


{إِنَّ الْخَاسِرِينَ}


Sesungguhnya orang-orang yang merugi. (Asy-Syura: 45) Maksudnya, mengalami kerugian yang paling besar.


{الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ}


ialah orang-orang yang kehilangan diri mereka sendiri dan (kehilangan) keluarga mereka pada hari kiamat. (Asy-Syura: 45) Mereka dibawa ke neraka dan lenyaplah kesenangan mereka di alam keabadian,

dan mereka mengalami kerugian yang amat besar. Mereka dipisahkan dari kekasih-kekasih mereka, teman-teman mereka, dan keluarga serta kaum kerabat mereka, sehingga mereka benar-benar merasa kehilangan keluarga dan teman-teman mereka.


{أَلا إِنَّ الظَّالِمِينَ فِي عَذَابٍ مُقِيمٍ}


Ingatlah, sesungguhnya orang-orang yang zalim itu berada dalam azab yang kekal. (Asy-Syura: 45) Yakni azab yang abadi dan selama-lamanya, tiada jalan keluar bagi mereka dari neraka dan tiada jalan bagi mereka untuk menghindari siksa neraka. Firman Allah Swt.:


{وَمَا كَانَ لَهُمْ مِنْ أَوْلِيَاءَ يَنْصُرُونَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ}


Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pelindung-pelindung yang dapat menolong mereka selain Allah. (Asy-Syura: 46) Yaitu yang dapat menyelamatkan mereka dari azab dan siksaan yang sedang mereka alami.


{وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ سَبِيلٍ}


Dan siapa yang disesatkan Allah, maka tidaklah ada baginya sesuatu jalan pun (untuk mendapat petunjuk). (Asy-Syura: 46) Maksudnya, tiada jalan selamat baginya.

Surat Asy-Syura |42:45|

وَتَرَاهُمْ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا خَاشِعِينَ مِنَ الذُّلِّ يَنْظُرُونَ مِنْ طَرْفٍ خَفِيٍّ ۗ وَقَالَ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ أَلَا إِنَّ الظَّالِمِينَ فِي عَذَابٍ مُقِيمٍ

wa taroohum yu'rodhuuna 'alaihaa khoosyi'iina minaż-żulli yanzhuruuna min thorfin khofiyy, wa qoolallażiina aamanuuu innal-khoosiriinallażiina khosiruuu anfusahum wa ahliihim yaumal-qiyaamah, alaaa innazh-zhoolimiina fii 'ażaabim muqiim

Dan kamu akan melihat mereka dihadapkan ke neraka dalam keadaan tertunduk karena (merasa) hina, mereka melihat dengan pandangan yang lesu. Dan orang-orang yang beriman berkata, "Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari Kiamat." Ingatlah, sesungguhnya orang-orang zalim itu berada dalam azab yang kekal.

And you will see them being exposed to the Fire, humbled from humiliation, looking from [behind] a covert glance. And those who had believed will say, "Indeed, the [true] losers are the ones who lost themselves and their families on the Day of Resurrection. Unquestionably, the wrongdoers are in an enduring punishment."

Tafsir
Jalalain

(Dan kamu akan melihat mereka dihadapkan kepadanya) yakni ke neraka (dalam keadaan tunduk) takut dan merasa rendah diri (karena merasa hina, mereka melihat)

ke neraka (dengan pandangan yang lesu) atau dengan pandangan yang malas. Huruf Min di sini bermakna Ibtidaiyah atau bermakna sama dengan huruf Ba.

(Dan orang-orang yang beriman berkata, "Sesungguhnya orang-orang yang merugi ialah orang-orang yang kehilangan diri mereka sendiri dan kehilangan keluarga mereka pada hari kiamat")

karena mereka kekal menjadi penghuni neraka dan tidak memperoleh bidadari-bidadari yang telah disediakan buat mereka seandainya mereka beriman.

Isim Maushul atau lafal Al Ladziina Khasiruu Anfusahum merupakan Khabar dari lafal Inna. (Ingatlah, sesungguhnya orang-orang yang zalim itu) yakni orang-orang yang kafir itu (berada dalam azab yang kekal) azab yang abadi; ini adalah firman Allah swt.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 45 |

penjelasan ada di ayat 44

Surat Asy-Syura |42:46|

وَمَا كَانَ لَهُمْ مِنْ أَوْلِيَاءَ يَنْصُرُونَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ سَبِيلٍ

wa maa kaana lahum min auliyaaa`a yanshuruunahum min duunillaah, wa may yudhlilillaahu fa maa lahuu min sabiil

Dan mereka tidak akan mempunyai pelindung yang dapat menolong mereka selain Allah. Barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah tidak akan ada jalan keluar baginya (untuk mendapat petunjuk).

And there will not be for them any allies to aid them other than Allah. And whoever Allah sends astray - for him there is no way.

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pelindung-pelindung yang dapat menolong mereka selain Allah) yang dapat menolak azab-Nya dari diri mereka

(Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidaklah ada baginya sesuatu jalan pun) yaitu jalan yang benar baginya di dunia dan jalan yang dapat mengantarkannya ke surga, di akhirat kelak.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 46 |

penjelasan ada di ayat 44

Surat Asy-Syura |42:47|

اسْتَجِيبُوا لِرَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا مَرَدَّ لَهُ مِنَ اللَّهِ ۚ مَا لَكُمْ مِنْ مَلْجَإٍ يَوْمَئِذٍ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَكِيرٍ

istajiibuu lirobbikum ming qobli ay ya`tiya yaumul laa marodda lahuu minalloh, maa lakum mim malja`iy yauma`iżiw wa maa lakum min nakiir

Patuhilah seruan Tuhanmu sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak (atas perintah dari Allah). Pada hari itu kamu tidak memperoleh tempat berlindung dan tidak (pula) dapat mengingkari (dosa-dosamu).

Respond to your Lord before a Day comes from Allah of which there is no repelling. No refuge will you have that day, nor for you will there be any denial.

Tafsir
Jalalain

(Patuhilah seruan Rabb kalian) perkenankanlah seruan-Nya, yaitu dengan mentauhidkan-Nya dan menyembah-Nya (sebelum datang suatu hari) yakni hari kiamat

(dari Allah yang tidak dapat ditolak kedatangannya) apabila hari itu datang tidak dapat ditolak. (Kalian tidak memperoleh tempat berlindung) yang kalian dapat berlindung di dalamnya (pada hari itu dan tidak pula dapat mengingkari) dosa-dosa kalian.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 47 |

Tafsir ayat 47-48

Setelah Allah menyebutkan apa yang akan terjadi di hari kiamat, yaitu berupa hal-hal yang mengerikan dan peristiwa-peristiwa yang besar lagi dahsyat, lalu Dia memperingatkan manusia akan tibanya hari kiamat itu

dan memerintahkan kepada mereka untuk membuat bekal guna menyambutnya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{اسْتَجِيبُوا لِرَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا مَرَدَّ لَهُ مِنَ اللَّهِ}


Patuhilah seruan Tuhanmu sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak kedatangannya. (Asy-Syura: 47) Yakni apabila Allah memerintahkan terjadinya hari kiamat, maka ia terjadi dalam sekejap tanpa ada yang dapat menolak atau mencegah kejadiannya. Firman Allah Swt.:


{مَا لَكُمْ مِنْ مَلْجَإٍ يَوْمَئِذٍ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَكِيرٍ}


Kamu tidak memperoleh tempat berlindung pada hari itu dan tidak (pula) dapat mengingkari (dosa-dosamu). (Asy-Syura: 47) Yakni tiada suatu benteng pun yang dapat melindungi kamu dari kejadian hari itu,

dan tiada suatu tempat pun yang menutupi kalian dari kejadiannya. Kamu tidak dapat menghilangkan jejak dirimu hingga lenyap dari penglihatan Allah Swt, bahkan Dia Maha Meliputi kalian melalui ilmu dan pandangan-Nya

serta kekuasaan-Nya. Maka tiada tempat untuk berlindung bagimu dari azab-Nya kecuali hanya kepada-Nya.


{يَقُولُ الإنْسَانُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ الْمَفَرُّ. كَلا لَا وَزَرَ إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمُسْتَقَرُّ}


pada hari itu manusia berkata, "Ke mana tempat lari?” Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali. (Al-Qiyamah: 10-12) Adapun firman Allah swt.:


{فَإِنْ أَعْرَضُوا}


Jika mereka berpaling. (Asy-Syura: 48) Artinya, jika orang-orang musyrik itu berpaling dari seruanmu.


{فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا}


maka Kami tidak mengutusmu sebagai pengawas bagi mereka. (Asy-Syura: 48) Yakni kamu bukanlah orang yang ditugaskan untuk menguasai mereka. Dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:


{لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ}


Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang mendapat petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. (Al-Baqarah: 272) Dan firman Allah Swt.:


{فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ وَعَلَيْنَا الْحِسَابُ}


karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedangkan Kamilah yang menghisab amalan mereka. (Ar-Ra'd: 40) Adapun firman Allah Swt.:


{إِنْ عَلَيْكَ إِلا الْبَلاغُ}


Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). (Asy-Syura: 48) Yakni sesungguhnya . Kami menugaskanmu hanyalah untuk menyampaikan risalah Kami kepada mereka. Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan:


{وَإِنَّا إِذَا أَذَقْنَا الإنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً فَرِحَ بِهَا}


Sesungguhnya apabila Kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari Kami, dia bergembira ria karena rahmat itu. (Asy-Syura: 48) Apabila manusia itu mendapat kemakmuran dan nikmat, maka dia bergembira ria karenanya.


{وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ}


Dan jika mereka ditimpa kesusahan. (Asy-Syura: 48) Yakni berupa musim kering, paceklik, musibah, dan kesengsaraan.


{فَإِنَّ الإنْسَانَ كَفُورٌ}


(niscaya mereka ingkar) karena sesungguhnya manusia itu amat ingkar (kepada nikmat) (Asy-Syura: 48) Yaitu ingkar kepada nikmat dan kesenangan yang telah didapatkan sebelumnya, dan ia tidak mengenal

kecuali hanya saat yang dijalaninya. Maka jika ia beroleh nikmat, sikapnya menjadi angkuh dan sombong; dan jika tertimpa cobaan dan kemiskinan, maka ia berputus asa dari rahmat-Nya. sebagaimana yang disebutkan dalam hadis Rasulullah Saw. yang khitab-nya ditujukan kepada kaum wanita:


يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ، تَصَدَّقْنَ فَإِنِّي رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ" فَقَالَتِ امْرَأَةٌ: ولِمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "لِأَنَّكُنَّ تُكثرن الشِّكَايَةَ، وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ تَرَكْتَ يَوْمًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ"


Hai kaum wanita, bersedekahlah, karena sesungguhnya aku melihat kalian merupakan kebanyakan penduduk neraka. Maka ada seorang wanita bertanya, "Mengapa demikian, wahai Rasulullah?" Lalu Rasulullah Saw. menjawab:

Karena kamu banyak mengeluh dan ingkar kepada kebaikan suamimu. Seandainya engkau berbuat baik kepada sesorang dari mereka selama setahun, kemudian kamu tidak melakukannya sehari saja, niscaya ia mengatakan,

"Aku belum pernah melihatmu melakukan suatu kebaikan pun.” Demikianlah keadaan kebanyakan kaum wanita, terkecuali orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan mendapat bimbingan dari-Nya ke jalan yang benar,

sedangkan dia termasuk orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Seorang mukmin —sebagaimana yang diungkapkan oleh sabda Rasulullah Saw.— memiliki sikap seperti berikut:


"إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَلَيْسَ ذَلِكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ"


Jika mendapat kesenangan, bersyukur; dan bersyukur itu lebih baik baginya. Dan jika tertimpa musibah, bersabar; dan bersabar itu lebih baik baginya. Dan ciri khas ini tidak didapati pada seorang pun kecuali hanya pada diri orang mukmin.

Surat Asy-Syura |42:48|

فَإِنْ أَعْرَضُوا فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا ۖ إِنْ عَلَيْكَ إِلَّا الْبَلَاغُ ۗ وَإِنَّا إِذَا أَذَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً فَرِحَ بِهَا ۖ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ فَإِنَّ الْإِنْسَانَ كَفُورٌ

fa in a'rodhuu fa maaa arsalnaaka 'alaihim ḥafiizhoo, in 'alaika illal-balaagh, wa innaaa iżaaa ażaqnal-insaana minnaa roḥmatan fariḥa bihaa, wa in tushib-hum sayyi`atum bimaa qoddamat aidiihim fa innal-insaana kafuur

Jika mereka berpaling, maka (ingatlah) Kami tidak mengutus engkau sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). Dan sungguh, apabila Kami merasakan kepada manusia suatu rahmat dari Kami, dia menyambutnya dengan gembira, tetapi jika mereka ditimpa kesusahan karena perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar), sungguh, manusia itu sangat ingkar (kepada nikmat).

But if they turn away - then We have not sent you, [O Muhammad], over them as a guardian; upon you is only [the duty of] notification. And indeed, when We let man taste mercy from us, he rejoices in it; but if evil afflicts him for what his hands have put forth, then indeed, man is ungrateful.

Tafsir
Jalalain

(Jika mereka berpaling) tidak mau mematuhi seruan-Nya itu (maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pemelihara bagi mereka) sebagai orang yang memelihara amal perbuatan mereka,

umpamanya kamu menjadi orang yang memperturutkan apa yang dikehendaki oleh mereka. (Tidak lain) tiada lain (kewajibanmu hanyalah menyampaikan risalah) hal ini sebelum ada perintah untuk berjihad.

(Sesungguhnya apabila Kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari Kami) berupa nikmat seperti kekayaan atau kecukupan dan kesehatan

(dia bergembira ria karena rahmat itu. Dan jika mereka ditimpa) Dhamir yang kembali kepada lafal Al-Insaan memandang kepada segi maknanya atau jenisnya (kesusahan)

malapetaka atau musibah (disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri) disebabkan yang mereka lakukan; dalam ayat ini diungkapkan kata

'tangan mereka sendiri' karena kebanyakan pekerjaan manusia itu dilakukan oleh tangannya (karena sesungguhnya manusia itu amat ingkar) kepada nikmat yang telah diberikan kepadanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 48 |

penjelasan ada di ayat 47

Surat Asy-Syura |42:49|

لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۚ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ

lillahi mulkus-samaawaati wal-ardh, yakhluqu maa yasyaaa`, yahabu limay yasyaaa`u inaaṡaw wa yahabu limay yasyaaa`uż-żukuur

Milik Allahlah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki,

To Allah belongs the dominion of the heavens and the earth; He creates what he wills. He gives to whom He wills female [children], and He gives to whom He wills males.

Tafsir
Jalalain

(Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan kepada siapa yang Dia kehendaki) yakni berupa anak-anak

(yaitu anak-anak perempuan dan Dia memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 49 |

Tafsir ayat 49-50

Allah Swt. menceritakan bahwa Dialah Yang menciptakan langit dan bumi, Yang memiliki keduanya dan Yang mengatur keduanya. Dan bahwa apa yang dikehendaki-Nya pasti ada, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak ada.

Dan bahwa Dia memberi kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan mencegah dari siapa yang dikehendaki-Nya. Tiada seorang pun yang dapat mencegah apa yang diberikan-Nya, dan tiada seorang pun dapat memberi apa yang dicegah-Nya Dan, bahwa Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya.


{يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا}


Dia memberikan- anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki. (Asy-Syura: 49) Yakni memberinya rezeki anak-anak perempuan saja. Al-Baghawi mengatakan bahwa di antara mereka yang diberi seperti ini adalah Nabi Lut a.s.


{وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ}


dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki. (Asy-Syura: 49) Artinya, Allah hanya memberinya rezeki anak-anak lelaki. Al-Baghawi mengatakan contohnya adalah Nabi Ibrahim a.s, karena dia tidak mempunyai anak perempuan.


{أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا}


atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya). (Asy-Syura: 50) Dia memberikan anak lelaki dan anak perempuan kepada siapa yang dikehendaki-Nya,

hingga anak-anaknya ada yang lelaki dan ada yang perempuan. Al-Baghawi mengatakan contohnya adalah Nabi Muhammad Saw.


{وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيمًا}


dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. (Asy-Syura: 50) Yakni tidak mempunyai anak sama sekali. Al-Baghawi mengatakan contoh­nya adalah Nabi Yahya dan Nabi Isa. a.s. Maka manusia itu ada empat macam,

di antara mereka ada yang diberi anak-anak perempuan, ada yang hanya diberi anak-anak lelaki, ada yang diberi anak dari kedua jenis (ada laki-laki dan ada yang perempuan), dan yang terakhir ialah

orang yang tidak diberi anak sama sekali, baik anak lelaki maupun anak perempuan, karena dia dijadikan dalam keadaan mandul tidak dapat beranak.


{إِنَّهُ عَلِيمٌ}


Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui. (Asy-Syura: 50) siapa yang berhak mendapat pemberian anak dari kedua jenis itu.


{قَدِيرٌ}


lagi Mahakuasa. (Asy-Syura: 50) Terhadap siapa yang Dia kehendaki dengan adanya perbedaan di kalangan manusia dalam hal tersebut. Pengertian ini mirip dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya yang menceritakan perihal Nabi Isa a.s, yaitu:


{وَلِنَجْعَلَهُ آيَةً لِلنَّاسِ}


dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia. (Maryam: 21) Yang menunjukkan akan kekuasaan Allah Swt. Yang Mahasuci. Karena Dia telah menciptakan makhluk terdiri dari empat macam. Adam a.s.

Dia ciptakan dari tanah liat, bukan dari laki-laki, bukan pula dari perempuan (yakni tanpa ayah dan ibu). Hawa Dia ciptakan dari laki-laki, yaitu (dari tulang rusuk Nabi Adam a!s.) tanpa perempuan (tanpa ibu).

Manusia lainnya Dia ciptakan dari laki-laki dan perempuan (yakni melalui ibu dan bapak) selain Isa. Adapun Nabi Isa a.s. diciptakan hanya dari ibu, tanpa ayah. Dengan terciptanya Isa a.s, berarti sempurnalah

hal yang menunjukkan kepada kekuasaan Allah Swt. Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia. (Maryam: 21)

Dan apa yang disebutkan dalam ayat ini berkaitan dengan masalah pokok, sedangkan topik yang disebutkan dalam surat Asy-Syura ini berkaitan dengan anak. Masing-masing dari kedua belah pihak (orang tua dan anak) terdiri dari empat macam, Mahasuci Allah Yang Maha Mengetahui lagi Mahakuasa.

Surat Asy-Syura |42:50|

أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا ۖ وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيمًا ۚ إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ

au yuzawwijuhum żukroonaw wa inaaṡaa, wa yaj'alu may yasyaaa`u 'aqiimaa, innahuu 'aliimung qodiir

atau Dia menganugerahkan jenis laki-laki dan perempuan, dan menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui, Maha Kuasa.

Or He makes them [both] males and females, and He renders whom He wills barren. Indeed, He is Knowing and Competent.

Tafsir
Jalalain

(Atau Dia menganugerahkan kedua jenis) atau Dia menjadikan buat mereka (laki-laki dan perempuan, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki)

sehingga tidak mempunyai anak dan tidak dapat membuahi. (Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui) apa yang diciptakan-Nya (lagi Maha Kuasa) atas semua apa yang dikehendaki-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 50 |

penjelasan ada di ayat 49

Surat Asy-Syura |42:51|

وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ

wa maa kaana libasyarin ay yukallimahullohu illaa waḥyan au miw warooo`i ḥijaabin au yursila rosuulan fa yuuḥiya bi`iżnihii maa yasyaaa`, innahuu 'aliyyun ḥakiim

Dan tidaklah patut bagi seorang manusia bahwa Allah akan berbicara kepadanya kecuali dengan perantaraan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengutus utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha Tinggi, Maha Bijaksana.

And it is not for any human being that Allah should speak to him except by revelation or from behind a partition or that He sends a messenger to reveal, by His permission, what He wills. Indeed, He is Most High and Wise.

Tafsir
Jalalain

(Dan tidak mungkin bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali) dengan perantaraan (wahyu) yang Dia wahyukan kepadanya di dalam tidurnya atau melalui ilham

(atau) melainkan (di belakang tabir) seumpamanya Allah memperdengarkan kalam-Nya kepadanya, tetapi dia tidak dapat melihat-Nya, sebagaimana yang telah terjadi pada Nabi Musa a.s.

(atau) kecuali (dengan mengutus seorang utusan) yakni malaikat, seperti Jibril (lalu diwahyukan kepadanya) maksudnya, utusan itu menyampaikan wahyu-Nya kepada rasul yang dituju (dengan seizin-Nya)

dengan seizin Allah (apa yang Dia kehendaki) apa yang Allah kehendaki. (Sesungguhnya Dia Maha Tinggi) dari sifat-sifat yang dimiliki oleh semua makhluk (lagi Maha Bijaksana) di dalam perbuatan-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 51 |

Tafsir ayat 51-53

Ayat-ayat ini menerangkan tentang tingkatan-tingkatan wahyu bila dikaitkan dengan Zat Allah Swt. Yaitu adakalanya Dia melemparkan sesuatu ke dalam diri Nabi Saw. yang tidak diragukan oleh Nabi Saw.

bahwa hal itu berasal dari Allah Swt. Sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Sahih Ibnu Hibban dari Rasulullah Saw, bahwa beliau Saw. pernah bersabda:


"إِنَّ رُوح القُدُس نَفَثَ فِي رُوعي: إِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقَهَا وَأَجَلَهَا، فَاتَّقَوُا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ"


Sesungguhnya ruhul quds (Jibril) telah membisikkan ke dalam diriku bahwa sesungguhnya seseorang itu tidak akan mati sebelum rezeki dan ajalnya disempurnakannya. Karena itu, bertakwalah kamu kepada Allah dan berbaik-baiklah dalam meminta. Firman Allah Swt.:


{أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ}


atau di belakang tabir. (Asy-Syura: 51) Sebagaimana saat Allah Swt. berkata-kata kepada Musa a.s, lalu Musa meminta kepada Allah Swt. agar dapat melihat Zat Allah sesudah pembicaraan itu, tetapi pandangan Musa

terhalang tabir dan tidak dapat melihat-Nya. Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada sahabat Jabir ibnu Abdullah r.a.:


"مَا كَلَّمَ اللَّهُ أَحَدًا إِلَّا مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ، وَإِنَّهُ كَلَّمَ أَبَاكَ كِفَاحًا"


Tidak sekali-kali Allah berkata kepada seseorang melainkan dari balik tabir, tetapi sesungguhnya Dia berbicara kepada ayahmu secara terang-terangan. Demikianlah bunyi teks hadis ini, dan perlu diketahui bahwa

ayah sahabat Jabir telah gugur di medan Perang Uhud, dan apa yang diceritakan dalam hadis ini terjadinya di alam barzakh, sedangkan ayat ini hanya menceritakan keadaan di dunia. Firman Allah Swt.:


{أَوْ يُرْسِلَ رَسُولا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ}


atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat), lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. (Asy-Syura: 51) Sebagaimana Dia telah menurunkan Malaikat Jibril a.s. dan malaikat lainnya kepada para nabi.


{إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ}


Sesungguhnya Dia Mahatinggi lagi Mahabijaksana. (Asy-Syura: 51) Allah Mahatinggi, Maha Mengetahui, Mahaperiksa, lagi Maha Bijaksana. Firman Allah Swt.:


{وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا}


Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. (Asy-Syura: 52) Yang dimaksud ialah wahyu Al-Qur'an.


{مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلا الإيمَانُ}


Sebelumnya tidaklah kamu mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula megetahui apakah iman itu. (Asy-Syura: 52) Yakni secara rinci, sebagaimana yang telah disyaratkan (diperintahkan) untukmu di dalam Al-Qur'an.


{وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ} أَيِ: الْقُرْآنَ {نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا}


tetapi Kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami (Asy-Syura: 52) Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى أُولَئِكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ}


Katakanlah, "Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedangkan Al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka. (Fushshilat: 44), hingga akhir ayat. Adapun firman Allah Swt.:


{وَإِنَّكَ} يَا مُحَمَّدُ {لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}


Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (Asy-Syura: 52) Yaitu jalan yang hak lagi lurus. Kemudian ditafsirkan oleh firman berikutnya, yaitu:


{صِرَاطِ اللَّهِ }


(yaitu) jalan Allah. (Asy-Syura: 53) Yakni syariat yang telah diperintahkan oleh Allah Swt. untuk dilaksanakan.


{الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ}


yang kepunyaan-Nya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. (Asy-Syura: 53) Dialah Tuhan keduanya. Yang memiliki keduanya, Yang mengatur keduanya, lagi Dialah Hakim yang tiada hambatan bagi keputusan hukum­Nya.


{أَلا إِلَى اللَّهِ تَصِيرُ الأمُورُ}


Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan. (Asy-Syura: 53) Yakni semua urusan kelak akan dikembalikan kepada-Nya, lalu Dia akan merincinya dan menghukuminya.

Mahasuci lagi Mahatinggi Allah dari "apa yang dikatakan oleh orang-orang yang zalim dan orang-orang yang ingkar dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.

Surat Asy-Syura |42:52|

وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا ۚ مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَٰكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا ۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

wa każaalika auḥainaaa ilaika ruuḥam min amrinaa, maa kunta tadrii mal-kitaabu wa lal-iimaanu wa laakin ja'alnaahu nuuron nahdii bihii man nasyaaa`u min 'ibaadinaa, wa innaka latahdiii ilaa shiroothim mustaqiim

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al-Qur´an) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al-Qur´an) dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Al-Qur´an itu cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus,

And thus We have revealed to you an inspiration of Our command. You did not know what is the Book or [what is] faith, but We have made it a light by which We guide whom We will of Our servants. And indeed, [O Muhammad], you guide to a straight path -

Tafsir
Jalalain

(Dan demikianlah) maksudnya, sebagaimana Kami wahyukan kepada rasul-rasul selain kamu (Kami wahyukan kepadamu) hai Muhammad (wahyu)

\yakni Alquran, yang karenanya kalbu manusia dapat hidup (dengan perintah Kami) yang Kami wahyukan kepadamu. (Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui) sebelum Kami mewahyukan kepadamu

(apakah Alkitab) yakni Alquran itu (dan tidak pula mengetahui apakah iman itu) yakni syariat-syariat dan tanda-tanda-Nya Nafi dalam ayat ini amalnya di-ta'alluqkan kepada Fi'il dan lafal-lafal sesudah Fi'il

menempati kedudukan dua Maf'ulnya (tetapi Kami menjadikan Alquran itu) wahyu atau Alquran itu (cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.

Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk) maksudnya kamu menyeru dengan wahyu yang diturunkan kepadamu (kepada jalan) tuntunan (yang lurus) yakni agama Islam.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 52 |

penjelasan ada di ayat 51

Surat Asy-Syura |42:53|

صِرَاطِ اللَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ أَلَا إِلَى اللَّهِ تَصِيرُ الْأُمُورُ

shiroothillaahillażii lahuu maa fis-samaawaati wa maa fil-ardh, alaaa ilallohi tashiirul-umuur

(yaitu) jalan Allah yang milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. lngatlah, segala urusan kembali kepada Allah.

The path of Allah, to whom belongs whatever is in the heavens and whatever is on the earth. Unquestionably, to Allah do [all] matters evolve.

Tafsir
Jalalain

(Yaitu jalan Allah yang kepunyaan-Nya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi) sebagai milik-Nya, makhluk-Nya dan hamba-hamba-Nya. (Ingatlah, bahwa kepada Allahlah kembali semua urusan) semua urusan dikembalikan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 53 |

penjelasan ada di ayat 51

Surat Az-Zukhruf |43:1|

حم

ḥaa miiim

Ha Mim.

Ha, Meem.

Tafsir
Jalalain

(Ha Mim) hanya Allah sajalah yang mengetahui arti dan maksudnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 1 |

Tafsir ayat 1-8

Firman Allah Swt.:


{حم. وَالْكِتَابِ الْمُبِينِ}


Ha Mim. Demi Kitab yang menerangkan. (Az-Zukhruf: 1-2) Yakni Kitab yang menerangkan, jelas, lagi gamblang makna-maknanya dan Iafaz-lafaznya karena ia diturunkan dengan bahasa Arab yang merupakan bahasa yang paling fasih

bagi manusia untuk dipakai dalam pembicaraan di antara sesamanya. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:


{إِنَّا جَعَلْنَاهُ} أَيْ: أَنْزَلْنَاهُ {قُرْآنًا عَرَبِيًّا}


Sesungguhnya Kami menjadikan Al-Qur’an dalam bahasa Arab. (Az-Zukhruf: 3) Sesungguhnya Kami menurunkan A!-Qur'an dengan bahasa Arab yang fasih lagi jelas.


{لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ}


Supaya kamu memahaminya. (Az-Zukhruf: 3) Yakni agar kamu dapat memahami dan merenungkannya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ}


dengan bahasa Arab yang jelas. (Asy-Syu'ara: 195) Adapun firman Allah Swt.:


{وَإِنَّهُ فِي أُمِّ الْكِتَابِ لَدَيْنَا لَعَلِيٌّ حَكِيمٌ}


Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu dalam induk Al-Kitab (Lauh Mahfuz) di sisi Kami adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah. (Az-Zukhruf: 4) Artinya, Al-Qur'an itu jelas kemuliaannya

di kalangan mala-ul a'la (para malaikat) agar penduduk bumi memuliakan, membesarkan, dan menaatinya. Firman Allah Swt, "Innahu" yakni sesungguhnya Al-Qur'an itu. Fi UmmilKitabi, yakni di Lauh Mahfuz,

menurut pendapat Ibnu Abbas r.a. dan Mujahid. Ladaina yakni di sisi Kami, menurut Qatadah dan lain-lainnya. La'aliyyun, yakni mempunyai kedudukan yang besar, kemuliaan, dan keutamaan, menurut Qatadah.

Hakimun, yakni muhkam (dikukuhkan) bebas dari kekeliruan dan penyimpangan. Semuanya ini menonjolkan kemuliaan dan keutamaan Al-Qur'an, sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ. فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ. لَا يَمَسُّهُ إِلا الْمُطَهَّرُونَ. تَنزيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ}


Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuz), tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta alam. (Al-Waqi'ah: 77-80) Dan firman Allah Swt.:


{كَلا إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ. فَمَنْ شَاءَ ذَكَرَهُ. فِي صُحُفٍ مُكَرَّمَةٍ. مَرْفُوعَةٍ مُطَهَّرَةٍ. بِأَيْدِي سَفَرَةٍ. كِرَامٍ بَرَرَةٍ}


Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan. Maka barang siapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya, di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan lagi disucikan,

di tangan para penulis (malaikat), yang mulia lagi berbakti. ('Abasa: 11-16) Berdasarkan kedua ayat ini para ulama menyimpulkan dalil, bahwa orang yang berhadas tidak boleh menyentuh mus-haf, seperti yang disebutkan

di dalam sebuah hadis —jika sahih— yang menyebutkan bahwa dikatakan demikian karena para malaikat menghormati semua su­huf (kitab-kitab suci) yang antara lain ialah Al-Qur'an di alam atas, maka penduduk bumi lebih utama lagi

untuk menghormatinya. Mengingat Al-Qur'an diturunkan kepada mereka dan khitab-nya ditujukan kepada mereka, maka mereka lebih berhak untuk menerimanya dengan penuh kehormatan dan kemuliaan serta tunduk patuh

kepada ajarannya dengan menerima dan menaatinya, karena firman Allah Swt. yang mengatakan:


{وَإِنَّهُ فِي أُمِّ الْكِتَابِ لَدَيْنَا لَعَلِيٌّ حَكِيمٌ}


Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu dalam induk Al-Kitab (Lauh Mahfuz) di sisi Kami adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah. (Az-Zukhruf: 4) Adapun firman Allah Swt.:


{أَفَنَضْرِبُ عَنْكُمُ الذِّكْرَ صَفْحًا أَنْ كُنْتُمْ قَوْمًا مُسْرِفِينَ}


Maka apakah Kami akan berhenti menurunkan Al-Qur'an kepadamu, karena kamu adalah kaum yang melampaui batas? (Az-zukhruf: 5) Ulam tafsir berselisih pendapat mengenai makna ayat ini. Menurut suatu pendapat,

makna ayat ini ialah 'apakah kamu mengira bahwa Kami memaaf kalian, karenanya Kami tidak mengazab kalian, sedangkan kalian tidak mengerjakan apa yang diperintahkan kepada kalian?'. Demikianlah menurut Ibnu Abbas r.a.

Abu Saleh, Mujahid, As-Saddi, dan dipilih oleh Ibnu Jarir. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka apakah Kami akan berhenti menurunkan Al-Qur'an kepadamu? (Az-Zukhruf: 5) Bahwa demi Allah,

seandainya Al-Qur’an ini diangkat (dihapus) ketika ditolak oleh permulaan ayat ini, niscaya mereka akan binasa. Tetapi berkat rahmat Allah Swt, Dia meneruskan risalah-Nya dan mengulang-ulang penurunannya kepada mereka

serta menyeru mereka selama dua puluh tahun atau lebih dari itu menurut apa yang dikehendaki-Nya. Pendapat yang dikemukakan oleh Qatadah mengandung makna yang lembut sekali. Yang dapat disimpulkan sebagai berikut,

bahwa merupakan suatu kelembutan dan rahmat Allah Swt. kepada makhluk-Nya. Dia tidak pernah berhenti menyeru mereka kepada kebaikan dan kepada ajaran Al-Qur’anul Karim, sekalipun mereka bersifat melampaui batas

lagi berpaling darinya. Bahkan Allah tetap memerintahkan dengan melalui Al-Qur'an kepada orang yang ditakdirkan mendapat hidayah agar Al-Qur'an dijadikan sebagai petunjuk, dan agar hujah (alasan) dapat ditegakkan

terhadap orang yang ditakdirkan celaka. Kemudian Allah Swt. menghibur hati Nabi-Nya yang sedang menghadapi orang-orang yang mendustakannya dari kalangan kaumnya, seraya memerintahkan kepadanya

agar tetap bersabar dalam menghadapi mereka. Hal ini diungkapkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:


{وَكَمْ أَرْسَلْنَا مِنْ نَبِيٍّ فِي الأوَّلِينَ}


Berapa banyaknya nabi yang telah Kami utus kepada umat-umat yang terdahulu. (Az-Zukhruf: 6) Yakni banyak golongan dari kalangan orang-orang terdahulu.


{وَمَا يَأْتِيهِمْ مِنْ نَبِيٍّ إِلا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ}


Dan tiada seorang nabi pun datang kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya. (Az-Zukhruf: 7) Yaitu mereka mendustakan dan memperolok-olokkannya. Firman Allah Swt.:


{فَأَهْلَكْنَا أَشَدَّ مِنْهُمْ بَطْشًا}


Maka telah Kami binasakan orang-orang yang lebih besar kekuatannya daripada mereka. (Az-Zukhruf: 8) Yakni maka Kami binasakan orang-orang yang mendustakan para rasul itu, padahal mereka mempunyai kekuatan yang lebih besar

daripada orang-orang yang mendustakanmu, hai Muhammad. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَانُوا أَكْثَرَ مِنْهُمْ وَأَشَدَّ قُوَّةً}


Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang yang sebelum mereka? Orang-orang itu adalah lebih kuat daripada mereka. (Al-Mu’min: 82) Ayat-ayat yang semakna banyak didapat di dalam Al-Qur'an. Firman Allah Swt.:


{وَمَضَى مَثَلُ الأوَّلِينَ}


dan telah terdahulu perumpamaan umat-umat masa dahulu. (Az-Zukhruf: 8) Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah ketentuan mereka. Menurut Qatadah ialah siksaan yang dialami mereka. Dan menurut selain keduanya

yaitu pelajaran yang telah terjadi pada diri mereka. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa Kami telah menjadikan mereka sebagai pelajaran bagi orang-orang yang sesudah mereka dari kalangan mereka

yang mendustakan rasul-rasul Allah, bahwa mereka akan tertimpa azab yang sama seperti apa yang telah menimpa para pendahulunya. Semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{فَجَعَلْنَاهُمْ سَلَفًا وَمَثَلا لِلآخِرِينَ}


dan Kami jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang kemudian. (Az-Zukhruf: 56)


{سُنَّتَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ فِي عِبَادِهِ}


Itulah sunnah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. (Al-Mu’min: 85) Dan firman Allah Swt.:


{وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلا}


kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi Sunnatullah itu. (Al Ahzab 62, Al-Fath: 23)

Surat Az-Zukhruf |43:2|

وَالْكِتَابِ الْمُبِينِ

wal-kitaabil-mubiin

Demi Kitab (Al-Qur´an) yang jelas,

By the clear Book,

Tafsir
Jalalain

(Demi Alkitab) demi Alquran (yang menerangkan) yang menonjolkan jalan petunjuk beserta dengan sarana yang diperlukannya yaitu berupa syariat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 2 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Az-Zukhruf |43:3|

إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

innaa ja'alnaahu qur`aanan 'arobiyyal la'allakum ta'qiluun

Kami menjadikan Al-Qur´an dalam bahasa Arab agar kamu mengerti.

Indeed, We have made it an Arabic Qur'an that you might understand.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Kami menjadikan Alquran) maksudnya, Kami adakan Alkitab ini (bacaan yang berbahasa Arab) atau memakai bahasa Arab (supaya kalian) hai penduduk Mekah (memahaminya) memahami makna-maknanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 3 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Az-Zukhruf |43:4|

وَإِنَّهُ فِي أُمِّ الْكِتَابِ لَدَيْنَا لَعَلِيٌّ حَكِيمٌ

wa innahuu fiii ummil-kitaabi ladainaa la'aliyyun ḥakiim

Dan sesungguhnya Al-Qur´an itu dalam Ummul Kitab (Lauh Mahfuz) di sisi Kami, benar-benar (bernilai) tinggi dan penuh Hikmah.

And indeed it is, in the Mother of the Book with Us, exalted and full of wisdom.

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya Alquran itu) telah ditetapkan (dalam induk Alkitab) asal Kitab, yaitu Lohmahfuz (di sisi Kami) lafal ayat ini menjadi Badal dari lafal 'Indana

(adalah benar-benar tinggi) yang jauh lebih tinggi daripada Kitab-kitab sebelumnya (dan amat banyak mengandung hikmah) artinya sangat padat dengan hikmah-hikmah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 4 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Az-Zukhruf |43:5|

أَفَنَضْرِبُ عَنْكُمُ الذِّكْرَ صَفْحًا أَنْ كُنْتُمْ قَوْمًا مُسْرِفِينَ

a fa nadhribu 'angkumuż-żikro shof-ḥan ang kuntum qoumam musrifiin

Maka apakah Kami akan berhenti menurunkan ayat-ayat (sebagai peringatan) Al-Qur´an kepadamu, karena kamu kaum yang melampaui batas?

Then should We turn the message away, disregarding you, because you are a transgressing people?

Tafsir
Jalalain

(Maka apakah Kami akan berhenti) akan menahan (menurunkan Adz-Dzikr kepada kalian) yakni Alquran (dengan sebenar-benarnya) maksudnya Kami benar-benar menahan Alquran

dan tidak menurunkannya kepada kalian, karena itu kalian tidak lagi terkena amar makruf dan nahi mungkar, demikian itu hanya (karena kalian adalah kaum yang melampaui batas) kaum yang musyrik tentu tidak.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 5 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Az-Zukhruf |43:6|

وَكَمْ أَرْسَلْنَا مِنْ نَبِيٍّ فِي الْأَوَّلِينَ

wa kam arsalnaa min nabiyyin fil-awwaliin

Dan betapa banyak nabi-nabi yang telah Kami utus kepada umat-umat yang terdahulu.

And how many a prophet We sent among the former peoples,

Tafsir
Jalalain

(Berapa banyak nabi-nabi yang telah Kami utus kepada umat-umat yang terdahulu.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 6 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Az-Zukhruf |43:7|

وَمَا يَأْتِيهِمْ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ

wa maa ya`tiihim min nabiyyin illaa kaanuu bihii yastahzi`uun

Dan setiap kali seorang nabi datang kepada mereka, mereka selalu mengolok-olokkannya.

But there would not come to them a prophet except that they used to ridicule him.

Tafsir
Jalalain

(Dan tiada) (yang datang kepada mereka) atau tiba kepada mereka (seorang nabi pun melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya) sebagaimana kaummu memperolok-olokkan kamu, ayat ini merupakan penghibur bagi Nabi saw.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 7 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Az-Zukhruf |43:8|

فَأَهْلَكْنَا أَشَدَّ مِنْهُمْ بَطْشًا وَمَضَىٰ مَثَلُ الْأَوَّلِينَ

fa ahlaknaaa asyadda min-hum bathsyaw wa madhoo maṡalul-awwaliin

Karena itu, Kami binasakan orang-orang yang lebih besar kekuatannya di antara mereka dan telah berlalu contoh umat-umat terdahulu.

And We destroyed greater than them in [striking] power, and the example of the former peoples has preceded.

Tafsir
Jalalain

(Maka telah Kami binasakan orang-orang yang lebih hebat daripada mereka) daripada kaummu (kekuatannya) maksudnya daya dan kekuatan mereka lebih kuat daripada kaummu

(dan telah terdahulu) telah disebutkan di dalam ayat-ayat yang lain (perumpamaan umat-umat yang terdahulu) yaitu mengenai dibinasakannya mereka, maka akibat yang akan dialami oleh kaummu sama saja.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 8 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Az-Zukhruf |43:9|

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ

wa la`in sa`altahum man kholaqos-samaawaati wal-ardho layaquulunna kholaqohunnal-'aziizul-'aliim

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Pastilah mereka akan menjawab, "Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui,"

And if you should ask them, "Who has created the heavens and the earth?" they would surely say, "They were created by the Exalted in Might, the Knowing."

Tafsir
Jalalain

(Dan sungguh jika) huruf Lam di sini bermakna Qasam (kamu tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi" Niscaya mereka akan menjawab,)

dari lafal Layaquulunna terbuang Nun alamat Rafa'nya, karena jika masih ada, maka akan terjadilah huruf Nun yang berturut-turut, dan hal ini dinilai jelek oleh orang-orang Arab.

Sebagaimana dibuang pula daripadanya Wawu Dhamir jamak, tetapi 'Illatnya bukan karena bertemunya dua huruf yang disukunkan ("Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui")

jawaban terakhir mereka adalah, "Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Mengetahuilah yang menciptakan kesemuanya itu." Selanjutnya Allah swt. menambahkan:

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 9 |

Tafsir ayat 9-14

Allah Swt. berfirman, "Jika engkau tanyakan kepada orang-orang musyrik kepada Allah, yang menyembah selain-Nya di samping Dia, hai Muhammad,


{مَنْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ}


'Siapakah yang menciptakan langit dan bumi? 'Niscaya mereka akan menjawab, 'Semuanya diciptakan oleh Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui' (Az-Zukhruf: 9) yakni sungguh mereka akan mengakui bahwa yang menciptakan

semuanya itu adalah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Tetapi sekalipun begitu mereka menyembah selain-Nya di samping Dia, yaitu berupa berhala-berhala dan tandingan-tandingan yang mereka ada-adakan. Kemudian Allah Swt. berfirman:


{الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ مَهْدًا}


Yang menjadikan bumi untuk kamu sebagai tempat menetap. (Az-Zukhruf: 10) Yakni terhampar dengan kuat dan mantap sehingga kamu dapat berjalan di atasnya, berdiri dan tidur, serta dapat melakukan perjalanan di atasnya.

Padahal bumi itu diciptakan di atas arus air, tetapi Dia mengukuhkannya dengan gunung-gunung agar tidak berguncang, baik ke sana maupun ke arah sini (ini menurut teori di masa tafsir ini ditulis, Pent).


{وَجَعَلَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلا}


dan Dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk kamu. (Az-Zukhruf: 10) Yaitu jalan-jalan yang melintasi di antara gunung-gunung dan lembah-lembah.


{لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ}


supaya kamu mendapat petunjuk. (Az-Zukhruf: 10) dalam perjalananmu dari suatu negeri ke negeri lain, dan dari suatu kawasan ke kawasan yang lain, dan dari suatu daerah ke daerah yang lain.


{وَالَّذِي نزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ}


Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar. (Az-Zukhruf: 11) yang diperlukan buat tanam-tanamanmu, pohon-pohon berbuahmu, dan untuk minummu dan minum ternakmu. Firman Allah Swt.:


{فَأَنْشَرْنَا بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا}


lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati. (Az-Zukhruf: 11) Yakni bumi yang mati. Maka ketika hujan diturunkan padanya, menjadi suburlah tanahnya dan menumbuhkan berbagai macam tetumbuhan yang subur.

Kemudian Allah Swt. melalui penghidupan tanah yang mati ini mengingatkan akan penghidupan jasad yang telah mati kelak di hari kiamat saat semuanya dikembalikan kepada-Nya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{كَذَلِكَ تُخْرَجُونَ}


seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur). (Az-Zukhruf: 11) Kemudian Allah Swt. berfirman:


{وَالَّذِي خَلَقَ الأزْوَاجَ كُلَّهَا}


Dan Yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan. (Az-Zukhruf: 12) dari apa yang ditumbuhkan dari bumi berupa berbagai macam tanaman, tumbuh-tumbuhan, pohon-pohon yang berbuah,

dan beraneka ragam bunga dan lain sebagainya, juga berupa berbagai macam hewan yang beraneka ragam jenis dan macamnya.


{وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْفُلْكِ} أَيِ: السُّفُنِ {وَالأنْعَامِ مَا تَرْكَبُونَ}


dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi. (Az-Zukhruf: 12) Yakni Allah telah menjinakkan, menundukkan, serta memudahkannya agar kamu dapat memakan dagingnya

dan meminum air susunya serta dapat kamu tunggangi punggungnya. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:


{لِتَسْتَوُوا عَلَى ظُهُورِهِ}


Supaya kamu duduk di atas punggungnya. (Az-Zukhruf: 13) Yaitu agar kamu dapat duduk dengan nyaman di atas punggungnya, yakni punggung hewan-hewan yang dijadikan tunggangan olehmu.


{ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ}


kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu. (Az-Zukhruf: 13) yang telah menundukkannya untuk kalian.


{إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ}


apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan.”Mahasuci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak menguasainya.” (Az-Zukhruf: 13)

Yakni tidak dapat mengendalikannya, seandainya Allah tidak menunduk­kan ini untuk kita, niscaya kita tidak akan mampu menguasainya. Ibnu Abbas r.a, Qatadah, As-Saddi, dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa muqrinin artinya tidak kuat menguasainya.


{وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ}


dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. (Az-Zukhruf: 14) Yaitu akan dikembalikan kepada-Nya sesudah kita mati dan hanya kepada-Nyalah perjalanan kita yang terbesar; bahwa ungkapan ini termasuk

ke dalam Bab "Mengingatkan Perjalanan Akhirat dengan Perjalanan Dunia", sebagaimana diserupakan bekal akhirat dengan bekal di dunia di dalam firman Allah Swt.:


{وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى}


Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal itu adalah takwa. (Al-Baqarah: 197) Dan pakaian akhirat dengan pakaian di dunia di dalam firman-Nya:


{وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ}


dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. (Al-A'raf: 26) Hadis Amirul Mu’minin Ali ibnu Abu Talib r.a.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ، حَدَّثَنَا شَرِيكُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ رَبِيعَةَ قَالَ: رَأَيْتُ عَلِيًّا، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أُتِيَ بِدَابَّةٍ، فَلَمَّا وَضَعَ رِجْلَهُ فِي الرِّكاب قَالَ: بِاسْمِ اللَّهِ. فَلَمَّا اسْتَوَى عَلَيْهَا قَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ، {سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ. وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ} ثُمَّ حَمِدَ اللَّهَ ثَلَاثًا، وَكَبَّرَ ثَلَاثًا، ثُمَّ قَالَ: سُبْحَانَكَ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، قَدْ ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي. ثُمَّ ضَحِكَ فَقُلْتُ لَهُ: مِنْ أَيْ شَيْءٍ ضَحِكْتَ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ؟ فَقَالَ: رأيتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَنَعَ كَمَا صَنَعْتُ ، ثُمَّ ضَحِكَ. فَقُلْتُ: مِمَّ ضَحِكْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ فَقَالَ: "يَعْجَبُ الرَّبُّ مِنْ عَبْدِهِ إِذَا قَالَ: رَبِّ اغْفِرْ لِي. وَيَقُولُ: عَلِمَ عَبْدِي أَنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ غَيْرِي".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Syarik ibnu Abdullah, dari Abu Ishaq, dari Ali ibnu Rabi'ah yang mengatakan bahwa ia pernah melihat Ali r.a.

sedang menaiki unta kendaraan yang telah dipersiapkan untuknya. Ketika kakinya telah menginjak-injakkan kakinya, ia mengucapkan Basmalah. Dan setelah duduk tegak di atas punggung kendaraannya, ia mengucapkan doa berikut,

"Segala puji bagi Allah." Mahasuci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. (Az-Zukhruf: 13-14)

Kemudian Ali r.a. mengucapkan hamdalah tiga kali dan takbir tiga kali. Lalu mengucapkan, "Mahasuci Engkau, tidak ada Tuhan yang wajib di sembah selain Engkau, sesungguhnya aku menganiaya diriku sendiri, maka ampunilah daku."

Sesudah itu ia tertawa, maka ditanyakan kepadanya, "Mengapa engkau tertawa, hai Amirul Mu’minin?" Ali r.a. menjawab, bahwa ia pernah melihat Rasulullah Saw. melakukan seperti apa yang dilakukannya, setelah itu beliau tertawa.

Lalu ia bertanya, "Mengapa engkau tertawa, wahai Rasulullah?" Maka beliau Saw. menjawab: Allah Swt. merasa kagum kepada hamba-Nya saat ia mengucapkan, "Ya Tuhanku, ampunilah daku.” lalu Dia berfirman,

"Hamba-Ku telah mengetahui bahwa tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Aku." Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Nasai melalui hadis Abul Ahwas.

Imam Nasai menambahkan Mansur, dari Abu Ishaq As-Subai'i, dari Ali ibnu Rabi'ah Al-Asadi Al-Walibi dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Abdur Rahman ibnu Mahdi telah meriwayatkan

dari Syu'bah, bahwa ia pernah bertanya kepada Abu Ishaq As-Subai'i, "Dari siapakah engkau mendengar hadis ini?" Abu Ishaq menjawab, "Dari Yunus ibnu Khabbab." Lalu ia menjumpai Yunus ibnu Khabbab dan menanyakan kepadanya,

"Dari siapakah engkau mendengar hadis ini?" Yunus menjawab, "Dari seorang lelaki yang telah mendengarnya dari Ali ibnu Rabi'ah." Sebagian dari mereka meriwayatkannya dari Yunus ibnu Khabbab, dari Syaqiq ibnu Uqbah Al-Asadi, dari Ali ibnu Rabi'ah Al-Walibi dengan sanad yang sama. Hadis Abdullah ibnu Abbas.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْدَفَهُ عَلَى دَابَّتِهِ، فَلَمَّا اسْتَوَى عَلَيْهَا كَبَّرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثًا، وَحَمِدَ ثَلَاثًا، وَهَلَّلَ اللَّهَ وَاحِدَةً. ثُمَّ اسْتَلْقَى عَلَيْهِ فَضَحِكَ، ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْهِ فَقَالَ: "مَا مِنِ امْرِئٍ مُسْلِمٍ يَرْكَبُ دَابَّةً فَيَصْنَعُ كَمَا صَنَعْتُ، إِلَّا أَقْبَلَ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، عَلَيْهِ، فَضَحِكَ إِلَيْهِ كَمَا ضَحِكْتُ إِلَيْكَ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abdullah, dari Ali ibnu Abu Talhah, dari Abdullah ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya

Rasulullah Saw. pernah membonceng dia di atas unta kendaraannya. Ketika Rasulullah Saw. telah duduk di atas kendaraannya, maka beliau bertakbir sebanyak tiga kali, membaca hamdalah tiga kali dan tahlil sekali.

Setelah itu beliau menyandarkan punggungnya dan tertawa serta menoleh ke arahnya (Ibnu Abbas) seraya bersabda: Tidak sekali-kali seorang muslim mengendarai kendaraannya, lalu melakukan seperti apa yang telah kulakukan,

melainkan Allah Swt. memandang ke arahnya dengan tertawa (penuh rida) sebagaimana aku tertawa kepadamu. Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad munfarid. Hadis Abdullah ibnu Umar r.a.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو كَامِلٍ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْبَارِقِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، رَضِيَ اللَّهُ عنهما؛ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَكِبَ رَاحِلَتَهُ كَبَّرَ ثَلَاثًا، ثُمَّ قَالَ: {سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ. وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ} . ثُمَّ يَقُولُ: "اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِي سَفَرِي هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى. اللَّهُمَّ، هَوِّنْ عَلَيْنَا السَّفَرَ وَاطْوِ لَنَا الْبَعِيدَ. اللَّهُمَّ، أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ، وَالْخَلِيفَةُ فِي الْأَهْلِ. اللَّهُمَّ، اصْحَبْنَا فِي سَفَرِنَا، وَاخْلُفْنَا فِي أَهْلِنَا". وَكَانَ إِذَا رَجَعَ إِلَى أَهْلِهِ قَالَ: "آيِبُونَ تَائِبُونَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ، عَابِدُونَ، لِرَبِّنَا حَامِدُونَ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kamil, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Abuz-Zubair, dari Ali ibnu Abdullah Al-Bariqi, dari Abdullah ibnu Umar r.a. mengatakan,

bahwa Nabi Saw. apabila mengendarai unta kendaraannya bertakbir tiga kali, kemudian membaca: Mahasuci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya,

dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. (Az-Zukhruf: 13-14) Kemudian membaca doa berikut: Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dari perjalananku ini kebaktian dan ketakwaan,

dan (aku memohon kepada-Mu) amal perbuatan yang Engkau ridai. Ya Allah, mudahkanlah perjalanan ini dan perpendeklah jarak tempuhnya yang jauh. Ya Allah, Engkau adalah Teman dalam perjalanan ini

dan Yang memelihara keluarga (ku). Ya Allah, temanilah kami dalam perjalanan kami ini dan jagalah bagi kami keluarga kami. Dan Nabi Saw; apabila kembali kepada keluarganya (dari suatu perjalanan) mengucapkan doa berikut:

Kami semua pulang dalam keadaan bertobat, insya allah, lagi dalam keadaan beribadah,hanya kepada Tuhan kami sajalah kami memuji. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim, Imam Abu Daud, dan Imam Nasai melalui

hadis Ibnu Juraij dan Imam Turmuzi meriwayat­kannya melalui hadis Hammad ibnu Salamah, keduanya (Ibnu Juraij dan Hammad ibnu Salamah) dari Abuz zubair dengan sanad yang sama. Hadis lain.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إبراهيم، عن عَمْرِو بْنِ الْحَكَمِ بْنِ ثَوْبَانَ ، عَنْ أَبِي لَاسٍ الْخُزَاعِيِّ قَالَ: حَمَلَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى إِبِلٍ مِنْ إِبِلِ الصَّدَقَةِ إِلَى الْحَجِّ. فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا نَرَى أَنْ تَحَمِلَنَا هَذِهِ! فَقَالَ: "مَا مِنْ بَعِيرٍ إِلَّا فِي ذُرْوَتِهِ شَيْطَانٌ، فَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهَا إِذَا رَكِبْتُمُوهَا كَمَا آمُرُكُمْ ، ثُمَّ امْتَهِنُوهَا لِأَنْفُسِكُمْ، فَإِنَّمَا يَحْمِلُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq, dari Muhammad ibnu Ibrahim, dari Amr ibnul Hakam ibnu Sauban,

dari Abu Las Al-Khuza'i yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. menaikkan kami di atas unta zakat menuju ke perjalanan haji. Maka kami berkata, "Wahai Rasulullah, sebelumnya kami tidak mengira bahwa

engkau memberikan kendaraan ini kepada kami." Rasulullah Saw. bersabda: Tiada seekor unta kendaraan pun melainkan di atas punuknya terdapat setan, maka sebutlah nama Allah padanya bila kamu menaikinya

sebagaimana yang telah diperintahkan-Nya kepadamu, kemudian biasakanlah unta itu untukmu, karena sesungguhnya yang mengangkutmu hanyalah Allah Swt. Abu Las adalah Muhammad ibnul Aswad ibnu Khalaf. Hadis lain yang semakna diriwayatkan oleh Imam Ahmad.


حَدَّثَنَا عَتَّاب، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ (ح) وَعَلِيُّ بْنُ إِسْحَاقَ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ -يَعْنِي ابْنَ الْمُبَارَكِ-أَخْبَرَنَا أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ، أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَمْزَةَ؛ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَاهُ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يَقُولُ: "عَلَى ظَهْرِ كُلِّ بَعِيرٍ شَيْطَانٌ، فَإِنْ رَكِبْتُمُوهَا فَسَمُّوا اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، ثُمَّ لَا تُقَصِّرُوا عَنْ حَاجَاتِكُمْ".


Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Attab, telah menceritakan kepada kami Abdullah; dan Ali ibnu Ishaq mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdullah (yakni Ibnul Mubarak),

telah menceritakan kepada kami Usamah ibnu Zaid, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Hamzah; ia pernah mendengar ayahnya mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:

Di atas punggung setiap unta kendaraan terdapat setan. Maka apabila kamu mengendarainya, sebutlah nama Allah Swt., kemudian janganlah kamu surut dari keperluanmu.

Surat Az-Zukhruf |43:10|

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ مَهْدًا وَجَعَلَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلًا لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

allażii ja'ala lakumul-ardho mahdaw wa ja'ala lakum fiihaa subulal la'allakum tahtaduun

yang menjadikan bumi sebagai tempat menetap bagimu dan Dia menjadikan jalan-jalan di atas bumi untukmu agar kamu mendapat petunjuk.

[The one] who has made for you the earth a bed and made for you upon it roads that you might be guided

Tafsir
Jalalain

(Yang menjadikan bumi untuk kalian sebagai tempat menetap) sebagai hamparan yang mirip dengan ayunan bayi (dan Dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk kalian)

dilalui (supaya kalian mendapat petunjuk) untuk mencapai tujuan-tujuan di dalam perjalanan kalian.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 10 |

penjelasan ada di ayat 9

Surat Az-Zukhruf |43:11|

وَالَّذِي نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ فَأَنْشَرْنَا بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا ۚ كَذَٰلِكَ تُخْرَجُونَ

wallażii nazzala minas-samaaa`i maaa`am biqodar, fa ansyarnaa bihii baldatam maitaa, każaalika tukhrojuun

Dan yang menurunkan air dari langit menurut ukuran (yang diperlukan), lalu dengan air itu Kami hidupkan negeri yang mati (tandus). Seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur).

And who sends down rain from the sky in measured amounts, and We revive thereby a dead land - thus will you be brought forth -

Tafsir
Jalalain

(Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar) yang diperlukan oleh kalian, dan Dia tidak menurunkannya dalam bentuk hujan yang sangat besar yang disertai dengan angin topan

(lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah) sebagaimana cara menghidupkan itulah (kalian akan dikeluarkan) dari dalam kubur kalian lalu kalian menjadi hidup kembali.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 11 |

penjelasan ada di ayat 9

Surat Az-Zukhruf |43:12|

وَالَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْفُلْكِ وَالْأَنْعَامِ مَا تَرْكَبُونَ

wallażii kholaqol-azwaaja kullahaa wa ja'ala lakum minal-fulki wal-an'aami maa tarkabuun

Dan yang menciptakan semua berpasang-pasangan dan menjadikan kapal untukmu dan hewan ternak yang kamu tunggangi,

And who created the species, all of them, and has made for you of ships and animals those which you mount.

Tafsir
Jalalain

(Dan Yang menciptakan makhluk yang berpasang-pasangan) berbagai jenis makhluk berpasang-pasangan (semuanya, dan menjadikan untuk kalian kapal)

atau perahu-perahu (dan binatang ternak) misalnya unta (yang kalian tunggangi) di dalam lafal ayat ini dibuang daripadanya Dhamir

yang kembali kepada lafal Ma demi untuk meringkas, Dhamir tersebut adalah lafal Fihi maksudnya, yang dapat kalian kendarai.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 12 |

penjelasan ada di ayat 9

Surat Az-Zukhruf |43:13|

لِتَسْتَوُوا عَلَىٰ ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَٰذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ

litastawuu 'alaa zhuhuurihii ṡumma tażkuruu ni'mata robbikum iżastawaitum 'alaihi wa taquuluu sub-ḥaanallażii sakhkhoro lanaa haażaa wa maa kunnaa lahuu muqriniin

agar kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya, dan agar kamu mengucapkan, "Maha Suci (Allah) yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya,

That you may settle yourselves upon their backs and then remember the favor of your Lord when you have settled upon them and say. "Exalted is He who has subjected this to us, and we could not have [otherwise] subdued it.

Tafsir
Jalalain

(Supaya kalian dapat duduk) tetap (di atas punggungnya) Dhamir yang ada pada ayat ini dimudzakkarkan, dan lafal Zhahr dikemukakan dalam bentuk jamak sehingga menjadi Zhuhur;

hal ini karena memandang makna yang terkandung di dalam lafal Ma (kemudian kalian ingat nikmat Rabb kalian apabila kalian telah duduk di atasnya dan supaya kalian mengatakan,

"Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya) tidak dapat menguasainya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 13 |

penjelasan ada di ayat 9

Surat Az-Zukhruf |43:14|

وَإِنَّا إِلَىٰ رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ

wa innaaa ilaa robbinaa lamungqolibuun

dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami."

And indeed we, to our Lord, will [surely] return."

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami") kami akan dikembalikan kepada-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 14 |

penjelasan ada di ayat 9

Surat Az-Zukhruf |43:15|

وَجَعَلُوا لَهُ مِنْ عِبَادِهِ جُزْءًا ۚ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَكَفُورٌ مُبِينٌ

wa ja'aluu lahuu min 'ibaadihii juz`aa, innal-insaana lakafuurum mubiin

Dan mereka menjadikan sebagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bagian dari-Nya. Sungguh, manusia itu pengingkar (nikmat Tuhan) yang nyata.

But they have attributed to Him from His servants a portion. Indeed, man is clearly ungrateful.

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka menjadikan sebagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bagian daripada-Nya) karena mereka telah mengatakan, bahwa malaikat-malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah.

Dikatakan Juz'an atau bagian, karena anak itu adalah bagian dari orang tuanya; padahal hakikatnya malaikat-malaikat itu adalah hamba-hamba Allah swt. (Sesungguhnya manusia)

yang telah mengatakan perkataan tadi (benar-benar pengingkar yang nyata) yang jelas dan nyata kekafirannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 15 |

Tafsir ayat 15-20

Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal orang-orang musyrik yang telah mengada-adakan kedustaan dan kebohongan terhadap-Nya karena mereka telah menjadikan sebagian dari binatang ternak untuk berhala-berhala mereka

dan sebagian lainnya dikorbankan untuk Allah Swt. Sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-An'am melalui firman-Nya:


{وَجَعَلُوا لِلَّهِ مِمَّا ذَرَأَ مِنَ الْحَرْثِ وَالأنْعَامِ نَصِيبًا فَقَالُوا هَذَا لِلَّهِ بِزَعْمِهِمْ وَهَذَا لِشُرَكَائِنَا فَمَا كَانَ لِشُرَكَائِهِمْ فَلا يَصِلُ إِلَى اللَّهِ وَمَا كَانَ لِلَّهِ فَهُوَ يَصِلُ إِلَى شُرَكَائِهِمْ سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ}


Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan ternak yang telah diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan prasangka mereka, "Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami.”

Maka sajian-sajian yang diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah; dan sajian-sajian yang diperuntukkan bagi Allah; maka sajian itu sampai kepada berhala-berhala mereka.

Amat buruklah ketetapan mereka itu. (Al-An'am: 136) Demikian pula mereka memperuntukkan bagi Allah di antara kedua bagian perempuan dan laki-laki bagian yang paling terendah dan paling buruk dari keduanya, yaitu anak-anak perempuan. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:


{أَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ الأنْثَى. تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيزَى}


Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah pembagian yang tidak adil. (An-Najm:21-22) Dan firman Allah Swt. dalam surat ini:


{وَجَعَلُوا لَهُ مِنْ عِبَادِهِ جُزْءًا إِنَّ الإنْسَانَ لَكَفُورٌ مُبِينٌ}


Dan mereka menjadikan sebagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bagian dari-Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata (terhadap rahmat Allah). (Az-Zukhruf: 15) Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan:


{أَمِ اتَّخَذَ مِمَّا يَخْلُقُ بَنَاتٍ وَأَصْفَاكُمْ بِالْبَنِينَ}


Patutkah Dia mengambil anak perempuan dari yang diciptakan-Nya dan Dia mengkhususkan buat kamu anak laki-laki. (Az-Zukhruf: 16) Di dalam makna ayat ini terkandung pengertian ingkar terhadap perbuatan mereka

dengan pengingkaran yang sangat keras. Kemudian disebutkan kelanjutannya dalam firman berikutnya, yaitu:


{وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِمَا ضَرَبَ لِلرَّحْمَنِ مَثَلا ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ}


Padahal apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan apa yang dijadikan sebagai misal bagi Allah Yang Maha Pemurah; jadilah mukanya hitam pekat, sedangkan dia amat menahan sedih. (Az-Zukhruf: 17)

Artinya, apabila seseorang dari mereka (orang-orang musyrik) diberi kabar gembira tentang kelahiran anak perempuan yang mereka peruntukkan buat Allah Swt, maka ia merasa tidak suka dengan hal tersebut sehingga mukanya

seakan-akan ditutupi awan hitam karena berita buruk yang diterimanya, dan ia bersembunyi dari kaumnya karena malu mendapat hal tersebut. Maka Allah Swt. berfirman, "Bagaimana kamu sendiri menolak hal itu,

lalu kamu nisbatkan hal itu (anak perempuan) kepada Allah Swt.? Disebutkan dalam firman berikutnya:


{أَوَمَنْ يُنَشَّأُ فِي الْحِلْيَةِ وَهُوَ فِي الْخِصَامِ غَيْرُ مُبِينٍ}


Dan apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan, sedangkan dia tidak dapat memberi alasan yang terang dalam pertengkaran? (Az-Zuhruf: 18)

Yakni perempuan itu mempunyai kekurangan yang untuk menutupi kekurangannya itu diberilah ia perhiasan sejak masih kecil. Dan apabila bertengkar, maka ucapannya tidak dianggap, bahkan ia lemah dan tidak mampu berbuat.

Maka apakah orang yang demikian keadaanya pantas dinisbatkan kepada Allah Swt. Perempuan itu mempunyai kekurangan secara lahir dan batinnya, begitu pula dalam penampilan dan karakternya.

Maka untuk menambal kekurangan lahiriah dan penampilannya diberilah ia perhiasan dan lain sebagainya yang diperlukan untuk menambal kekurangannya. Hal yang semakna diucapkan oleh seorang penyair Arab:


وَمَا الحَلْي إِلَّا زينَةٌ مِنْ نقيصةٍ ... يتمّمُ مِنْ حُسْن إِذَا الحُسْن قَصَّرا ... وأمَّا إذَا كَانَ الجمالُ موفَّرا ... كحُسْنك، لَمْ يَحْتَجْ إِلَى أَنْ يزَوَّرا ...


Tiadalah perhiasan itu melainkan hanyalah untuk menghiasi kekurangan dan menyempurnakan keindahan penampilan bila keindahannya berkurang. Adapun jika keindahan itu telah terpenuhi seperti penampilan yang ada pada dirimu,

maka tidak diperlukan lagi adanya kamuflase penampilan. Adapun yang berkaitan dengan kekurangan karakternya ialah sesungguh­nya perempuan itu lemah dan tidak mampu membela diri di saat diperlukan ia harus membela diri,

tidak termasuk ke dalam perhitungan dan tidak mempunyai peran, seperti yang dikatakan oleh sebagian orang Arab (tentunya di masa Jahiliah) pada saat ia diberi kabar gembira tentang kelahiran anak perempuannya,

"Anak perempuan itu bukanlah anak yang baik, pertolongannya adalah menangis, dan baktinya adalah mencuri." Firman Allah Swt.:


{وَجَعَلُوا الْمَلائِكَةَ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَنِ إِنَاثًا}


Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai jenis perempuan. (Az-Zukhruf: 19) Mereka (orang-orang musyrik Jahiliah) berkeyakinan bahwa para malaikat itu jenis perempuan. Maka Allah mengingkari ucapan mereka itu melalui firman-Nya:


{أَشَهِدُوا خَلْقَهُمْ}


Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaikat-malaikat itu? (Az-Zukhruf: 19) Yakni apakah mereka menyaksikan para malaikat saat diciptakan oleh Allah Swt. sebagai makhluk dari jenis perempuan?


{سَتُكْتَبُ شَهَادَتُهُمْ وَيُسْأَلُونَ}


Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggungjawaban. (Az-Zukhruf: 19) tentang hal tersebut kelak di hari kiamat. Di dalam kalimat ini terkandung ancaman yang keras dan janji yang pasti akan terjadi.


{وَقَالُوا لَوْ شَاءَ الرَّحْمَنُ مَا عَبَدْنَاهُمْ}


Dan mereka berkata, "Jikalau Allah Yang Maha Pemurah menghendaki, tentulah kami tidak menyembah mereka (malaikat).” (Az-Zukhruf: 20) Yaitu seandainya Allah berkehendak, tentulah Dia menghalang-halangi antara kami

dan penyembahan kami terhadap berhala-berhala ini yang dibentuk dalam rupa para malaikat yang merupakan anak-anak perempuan Allah. Karena sesungguhnya Dia mengetahui hal tersebut, dan hal ini berarti Dia menyetujui kami

melakukan hal tersebut. Dengan demikian, mereka (orang-orang musyrik) itu melakukan berbagai macam kekeliruan, yang dapat disimpulkan seperti berikut: Pertama, mereka telah menganggap Allah beranak,

padahal Mahasuci lagi Mahatinggi Allah Swt. dari hal tersebut dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. kedua, anggapan mereka yang menyatakan bahwa Allah memilih anak-anak perempuan daripada anak laki-laki,

maka mereka menganggap para malaikat yang merupakan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai jenis perempuan. ketiga, selain itu mereka menyembah para malaikat itu tanpa dalil, tanpa keterangan,

serta tanpa izin dari Allah Swt. Bahkan hanya semata-mata berdasarkan pendapat sendiri dan keinginan hawa nafsu serta mengikuti jejak nenek moyang pendahulu mereka yang tersesat di lembah kejahiliahan.

keempat, alasan mereka yang mengatakan bahwa penyembahan mereka kepada berhala-berhala itu merupakan suatu hal yang disahkan oleh takdir, padahal kenyataannya mereka tidak beralasan,

bahkan tejerumus ke dalam kebodohan yang parah. Karena sesungguhnya Allah Swt. mengingkari perbuatan tersebut dengan pengingkaran yang keras, sebab sejak Allah Swt. mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab­Nya,

selalu memerintahkan kepada manusia untuk menyembah Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan Dia melarang penyembahan kepada selain-Nya. Allah Swt. telah berfirman:


{وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ فَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ}


Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Tagut itu.” Maka di antara umat itu ada orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya

orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan. (An-Nahl: 36)


{وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنَا أَجَعَلْنَا مِنْ دُونِ الرَّحْمَنِ آلِهَةً يُعْبَدُونَ}


Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu, "Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?” (Az-Zukhruf: 45) Dan firman Allah Swt. dalam ayat ini sesudah menyebutkan alasan mereka (orang-orang musyrik):


{مَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ}


Mereka tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun tentang itu. (Az-Zukhruf: 20) yang membenarkan pendapat mereka dan apa yang dijadikan alasan oleh mereka.


{إِنْ هُمْ إِلا يَخْرُصُونَ}


mereka tidak lain hanyalah menduga-duga belaka. (Az-Zukhruf: 20) Yakni berdusta dan membuat-buat kedustaan. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka tidak-mempunyai pengetahuan sedikit pun

tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga belaka. (Az-Zukhruf: 20) Maksudnya, mereka tidak mengetahui kekuasaan Allah Swt. atas hal tersebut.

Surat Az-Zukhruf |43:16|

أَمِ اتَّخَذَ مِمَّا يَخْلُقُ بَنَاتٍ وَأَصْفَاكُمْ بِالْبَنِينَ

amittakhoża mimmaa yakhluqu banaatiw wa ashfaakum bil-baniin

Pantaskah Dia mengambil anak perempuan dari yang diciptakan-Nya dan memberikan anak laki-laki kepadamu?

Or has He taken, out of what He has created, daughters and chosen you for [having] sons?

Tafsir
Jalalain

(Patutkah) lafal Am di sini bermakna Istifham Inkari, sedangkan lafal Al Qaulu diperkirakan keberadaannya sesudah itu, yakni Ataquluna: Apakah kalian patut mengatakan

(Dia mengambil anak perempuan dari yang diciptakan-Nya) untuk diri-Nya sendiri (dan Dia mengkhususkan buat kalian) memilihkan buat kalian (anak laki-laki)

yang hal ini disimpulkan daripada perkataan kalian yang tadi itu; jumlah kalimat ini merupakan kalimat yang diinkari oleh Istifham tadi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 16 |

penjelasan ada di ayat 15

Surat Az-Zukhruf |43:17|

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِمَا ضَرَبَ لِلرَّحْمَٰنِ مَثَلًا ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ

wa iżaa busysyiro aḥaduhum bimaa dhoroba lir-roḥmaani maṡalan zholla waj-huhuu muswaddaw wa huwa kazhiim

Dan apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan apa (kelahiran anak perempuan) yang dijadikan sebagai perumpamaan bagi (Allah) Yang Maha Pengasih, jadilah wajahnya hitam pekat karena menahan sedih (dan marah).

And when one of them is given good tidings of that which he attributes to the Most Merciful in comparison, his face becomes dark, and he suppresses grief.

Tafsir
Jalalain

(Padahal apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan apa yang dijadikan sebagai misal bagi Allah Yang Maha Pengasih) maksudnya, dijadikan baginya hal serupa

dengan apa yang ia nisbatkan kepada Allah, yaitu diberi anak-anak perempuan. Atau dengan kata lain, apabila ia diberi berita gembira tentang kelahiran anak perempuannya (jadilah) maka menjadi berubahlah (mukanya hitam)

artinya, roman mukanya tampak berubah menjadi kelabu (sedangkan dia amat menahan sedih) penuh dengan kedukaan, maka mengapa mereka berani menisbatkan anak-anak perempuan kepada Allah swt.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 17 |

penjelasan ada di ayat 15

Surat Az-Zukhruf |43:18|

أَوَمَنْ يُنَشَّأُ فِي الْحِلْيَةِ وَهُوَ فِي الْخِصَامِ غَيْرُ مُبِينٍ

a wa may yunasysya`u fil-ḥilyati wa huwa fil-khishoomi ghoiru mubiin

Atau orang yang dibesarkan dalam (keadaan) berperhiasan, sedang dia tidak dapat memberi keterangan dalam pertengkaran.

So is one brought up in ornaments while being during conflict unevident [attributed to Allah]?

Tafsir
Jalalain

(Dan apakah patut) Hamzah atau kata tanya di sini mengandung pengertian ingkar, sedangkan Wawu 'Athafnya menunjukkan 'Athaf jumlah kepada jumlah yang lain. Maksudnya,

apakah patut mereka menjadikan bagi Allah (orang yang dibesarkan dalam perhiasan) maksudnya selalu berhias diri (sedangkan dia tidak dapat memberi alasan yang terang dalam pertengkaran)

tidak pernah menang di dalam adu argumentasi karena kelemahan akalnya sebagai perempuan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 18 |

penjelasan ada di ayat 15

Surat Az-Zukhruf |43:19|

وَجَعَلُوا الْمَلَائِكَةَ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَٰنِ إِنَاثًا ۚ أَشَهِدُوا خَلْقَهُمْ ۚ سَتُكْتَبُ شَهَادَتُهُمْ وَيُسْأَلُونَ

wa ja'alul-malaaa`ikatallażiina hum 'ibaadur-roḥmaani inaaṡaa, a syahiduu kholqohum, satuktabu syahaadatuhum wa yus`aluun

Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat hamba-hamba (Allah) Yang Maha Pengasih itu sebagai jenis perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan (malaikat-malaikat itu)? Kelak akan dituliskan kesaksian mereka dan akan dimintakan pertanggungjawaban.

And they have made the angels, who are servants of the Most Merciful, females. Did they witness their creation? Their testimony will be recorded, and they will be questioned.

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan)

apakah mereka hadir menyaksikan (penciptaan malaikat-malaikat itu Kelak akan dituliskan persaksian mereka) yang menyatakan bahwa malaikat-malaikat itu adalah orang-orang perempuan

(dan mereka akan dimintai pertanggungjawaban) di akhirat kelak tentang perkataan itu, karenanya mereka akan menerima siksaan yang pedih.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 19 |

penjelasan ada di ayat 15

Surat Az-Zukhruf |43:20|

وَقَالُوا لَوْ شَاءَ الرَّحْمَٰنُ مَا عَبَدْنَاهُمْ ۗ مَا لَهُمْ بِذَٰلِكَ مِنْ عِلْمٍ ۖ إِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ

wa qooluu lau syaaa`ar-roḥmaanu maa 'abadnaahum, maa lahum biżaalika min 'ilmin in hum illaa yakhrushuun

Dan mereka berkata, "Sekiranya (Allah) Yang Maha Pengasih menghendaki, tentulah kami tidak menyembah mereka (malaikat)." Mereka tidak mempunyai ilmu sedikit pun tentang itu. Tidak lain mereka hanyalah menduga-duga belaka.

And they said, "If the Most Merciful had willed, we would not have worshipped them." They have of that no knowledge. They are not but falsifying.

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka berkata, "Jika Allah Yang Maha Pengasih menghendaki tentulah kami tidak menyembah mereka") tidak menyembah malaikat; maka ibadah atau penyembahan kami kepada mereka

berdasarkan kehendak dari-Nya, Dia rela kami melakukan hal itu. Lalu Allah berfirman, "(Tiadalah bagi mereka tentang hal itu) yakni dugaan mereka yang mengatakan bahwa Allah rela mereka menyembah malaikat

(suatu pengetahuan pun, tidak lain) tiada lain (mereka hanya menduga-duga belaka) hanya berdusta belaka tentang itu, karenanya mereka harus menerima siksaan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 20 |

penjelasan ada di ayat 15

Surat Az-Zukhruf |43:21|

أَمْ آتَيْنَاهُمْ كِتَابًا مِنْ قَبْلِهِ فَهُمْ بِهِ مُسْتَمْسِكُونَ

am aatainaahum kitaabam ming qoblihii fa hum bihii mustamsikuun

Atau apakah pernah Kami berikan sebuah Kitab kepada mereka sebelumnya, lalu mereka berpegang (pada Kitab itu)?

Or have We given them a book before the Qur'an to which they are adhering?

Tafsir
Jalalain

(Atau adakah Kami memberikan sebuah Kitab kepada mereka sebelumnya) sebelum Alquran yang di dalamnya terdapat anjuran untuk menyembah selain Allah (lalu mereka berpegang dengan kitab itu) hal tersebut tentu saja tidak akan terjadi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 21 |

Tafsir ayat 21-25

Allah Swt. mengingkari perbuatan orang-orang musyrik yang menyembah selain Allah tanpa keterangan, tanpa dalil, tanpa alasan.


{أَمْ آتَيْنَاهُمْ كِتَابًا مِنْ قَبْلِهِ}


Atau adakah Kami memberikan sebuah kitab kepada mereka sebelumnya. (Az-Zukhruf: 21) Yaitu sebelum mereka mempersekutukan Allah.


{فَهُمْ بِهِ مُسْتَمْسِكُونَ}


lalu mereka berpegang dengan kitab itu? (Az-Zukhruf: 21) Yakni untuk menjadi dasar dari perbuatan yang mereka lakukan itu. sebagai jawabannya ialah tentu saja duduk perkaranya tidaklah seperti itu. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{أَمْ أَنزلْنَا عَلَيْهِمْ سُلْطَانًا فَهُوَ يَتَكَلَّمُ بِمَا كَانُوا بِهِ يُشْرِكُونَ}


Atau pernahkah Kami menurunkan kepada mereka keterangan, lalu keterangan itu menunjukkan (kebenaran) apa yang mereka selalu mempersekutukan dengan Tuhan? (Ar-Rum: 35) Maksudnya, duduk perkaranya tidaklah demikian. Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan:


{بَلْ قَالُوا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُهْتَدُونَ}


Bahkan mereka berkata, "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka.” (Az-Zukhruf: 22)

Sebenarnya mereka dalam kemusyrikannya itu tidak mempunyai dasar selain dari mengikuti jejak bapak-bapak dan nenek moyang pendahulu mereka. Bahwa mereka berada pada suatu agama yang dianuti oleh mereka. Lafaz ummah dalam ayat ini —juga dalam ayat berikut— berarti agama, yaitu firman-Nya:


{إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً}


Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu. (Al Anbiya: 92, Al-Mu’minun: 52) Adapun firman Allah Swt.:


{وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ} أَيْ: وَرَائِهِمْ {مُهْتَدُونَ}


dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka. (Az-Zukhruf: 22) Ini merupakan pengakuan dari mereka tanpa dalil (bukti). Kemudian Allah Swt. menjelaskan melalui ayat yang lainnya,

bahwa ucapan mereka yang demikian itu telah didahului oleh orang-orang yang serupa dan setara dengan mereka dari kalangan umat-umat terdahulu yang mendustakan rasul-rasul Allah. Hati mereka semua sama, maka perkataan mereka pun sama.


{كَذَلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ أَتَوَاصَوْا بِهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ طَاغُونَ}


Demikianlah tidak seorang rasul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan orang-orang itu mengatakan, "Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila.” Apakah mereka saling berpesan tentang apa

yang dikatakan itu. Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas. (Adz-Dzariyat: 52-53) Hal yang sama disebutkan pula dalam surat ini melalui firman-Nya:


{وَكَذَلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ}

Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata, “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami

menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka.” (Az-Zukhruf: 23) Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:


{قُلْ}


Berkatalah. (Az-Zukhruf: 24) Rasul itu kepada orang-orang musyrik yang ada di masanya.


{أَوَلَوْ جِئْتُكُمْ بِأَهْدَى مِمَّا وَجَدْتُمْ عَلَيْهِ آبَاءَكُمْ قَالُوا إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ}


Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?” Mereka menjawab,

"Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya.” (Az-Zukhruf: 24) Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa seandainya mereka mengetahui dengan yakin kebenaran dari apa yang disampaikan

oleh rasul itu kepada mereka, niscaya mereka tetap tidak mau mengikutinya, karena sejak semula niat mereka sudah jelek dan sifat mereka yang takabur terhadap perkara yang hak dan para penganutnya. Firman Allah Swt.:


{فَانْتَقَمْنَا مِنْهُمْ}


Maka Kami binasakan mereka. (Az-Zukhruf: 25) Yakni umat-umat yang mendustakan itu dengan berbagai macam azab. Sebagaimana kisah-kisahya dijelaskan oleh Allah Swt.


{فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ}


maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu. (Az-Zukhruf: 25) Yaitu bagaimana mereka dilenyapkan dan dibinasakan, dan bagaimana Allah menyelamatkan orang-orang yang beriman.

Surat Az-Zukhruf |43:22|

بَلْ قَالُوا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَىٰ أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَىٰ آثَارِهِمْ مُهْتَدُونَ

bal qooluuu innaa wajadnaaa aabaaa`anaa 'alaaa ummatiw wa innaa 'alaaa aaṡaarihim muhtaduun

Bahkan mereka berkata, "Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu agama, dan kami mendapat petunjuk untuk mengikuti jejak mereka."

Rather, they say, "Indeed, we found our fathers upon a religion, and we are in their footsteps [rightly] guided."

Tafsir
Jalalain

(Bahkan mereka berkata, 'Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama) yang diyakininya (dan sesungguhnya kami)

berjalan atau mengikuti (jejak-jejak mereka sebagai petunjuk kami')" dan bapak-bapak kami itu menyembah selain Allah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 22 |

penjelasan ada di ayat 21

Surat Az-Zukhruf |43:23|

وَكَذَٰلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَىٰ أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَىٰ آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ

wa każaalika maaa arsalnaa ming qoblika fii qoryatim min nażiirin illaa qoola mutrofuuhaaa innaa wajadnaaa aabaaa`anaa 'alaaa ummatiw wa innaa 'alaaa aaṡaarihim muqtaduun

Dan demikian juga ketika Kami mengutus seorang pemberi peringatan sebelum engkau (Muhammad) dalam suatu negeri, orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) selalu berkata, "Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu (agama) dan sesungguhnya kami sekadar pengikut jejak-jejak mereka."

And similarly, We did not send before you any warner into a city except that its affluent said, "Indeed, we found our fathers upon a religion, and we are, in their footsteps, following."

Tafsir
Jalalain

(Dan demikianlah Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata)

yakni mereka yang bergelimang di dalam kemewahan hidup pasti mengatakan sebagaimana apa yang telah dikatakan oleh kaummu, ("Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama)

suatu tuntunan (dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka") mengikuti jejak-jejak mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 23 |

penjelasan ada di ayat 21

Surat Az-Zukhruf |43:24|

قَالَ أَوَلَوْ جِئْتُكُمْ بِأَهْدَىٰ مِمَّا وَجَدْتُمْ عَلَيْهِ آبَاءَكُمْ ۖ قَالُوا إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ

qoola a walau ji`tukum bi`ahdaa mimmaa wajattum 'alaihi aabaaa`akum, qooluuu innaa bimaaa ursiltum bihii kaafiruun

(Rasul itu) berkata, "Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih baik daripada apa yang kamu peroleh dari (agama) yang dianut nenek moyangmu?" Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami mengingkari (agama) yang kamu diperintahkan untuk menyampaikannya."

[Each warner] said, "Even if I brought you better guidance than that [religion] upon which you found your fathers?" They said, "Indeed we, in that with which you were sent, are disbelievers."

Tafsir
Jalalain

(Rasul itu berkata) kepada mereka, ("Apakah) kalian akan mengikutinya juga (sekalipun aku membawa untuk kalian agama yang lebih nyata memberi petunjuk daripada apa yang kalian dapati

bapak-bapak kalian menganutnya" Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami terhadap agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya) yaitu yang disampaikan oleh kamu dan oleh rasul-rasul yang sebelum kamu

(adalah orang-orang yang ingkar") maka Allah berfirman seraya mengancam mereka melalui firman selanjutnya:

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 24 |

penjelasan ada di ayat 21

Surat Az-Zukhruf |43:25|

فَانْتَقَمْنَا مِنْهُمْ ۖ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

fantaqomnaa min-hum fanzhur kaifa kaana 'aaqibatul-mukażżibiin

Lalu Kami binasakan mereka, maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (kebenaran).

So we took retribution from them; then see how was the end of the deniers.

Tafsir
Jalalain

(Maka Kami binasakan mereka) orang-orang yang mendustakan rasul-rasul sebelum kamu itu (maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 25 |

penjelasan ada di ayat 21

Surat Az-Zukhruf |43:26|

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ

wa iż qoola ibroohiimu li`abiihi wa qoumihiii innanii barooo`um mimmaa ta'buduun

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya dan kaumnya, "Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu sembah,

And [mention, O Muhammad], when Abraham said to his father and his people, "Indeed, I am disassociated from that which you worship

Tafsir
Jalalain

(Dan) ingatlah (ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab) atau berlepas diri (terhadap apa yang kalian sembah.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 26 |

Tafsir ayat 26-35

Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal hamba, rasul, kekasih-Nya, dan imam (pemimpin) kaum hunafa serta yang menjadi orang tua dari para nabi yang diutus sesudahnya, yang orang-orang Quraisy pun nasab mereka

berasal darinya. Disebutkan bahwa dia (Nabi Ibrahim) telah berlepas diri dari sikap ayahnya dan kaumnya yang menyembah berhala. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ. إِلا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ. وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ}


Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku. Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu

kalimat yang kekal pada keturunannya. (Az-Zukhruf: 26-27) Kalimat yang dimaksud adalah menyembah Allah semata tiada sekutu bagi-Nya, dan meninggalkan sembahan-sembahan lain-Nya, yaitu tidak ada Tuhan yang wajib disembah

melainkan Allah. Nabi Ibrahim a.s. menjadikan kalimat ini dilestarikan dan ditetapkan di kalangan keturunannya, serta dijadikan sebagai panutan bagi orang yang mendapat petunjuk dari kalangan keturunan Ibrahim a.s.


{لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ}


supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu. (Az-Zukhruf: 28) Yakni kembali kepada kalimat tauhid itu. Ikrimah, Mujahid, Ad-Dahhak, Qatadah, dan As-Saddi serta lain-lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya. (Az-Zukhruf: 28) Yaitu kalimat 'Tidak ada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah', di kalangan keturunannya tetap ada orang yang mengucapkannya.

Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. Ibnu Zaid mengatakan bahwa yang dimaksud adalah kalimat Islam, yaitu kembali kepada apa yang dikatakan oleh jama'ah. Firman Allah Swt.:


{بَلْ مَتَّعْتُ هَؤُلاءِ} يَعْنِي: الْمُشْرِكِينَ {وَآبَاءَهُمْ}


Tetapi Aku memberikan kenikmatan hidup kepada mereka dan bapak-bapak mereka. (Az-Zukhruf: 29) Yang dimaksud dengan mereka adalah orang-orang musyrik, yakni hal itu berakibat mereka tenggelam ke dalam kesesatannya dalam waktu yang cukup lama.


{حَتَّى جَاءَهُمُ الْحَقُّ وَرَسُولٌ مُبِينٌ}


sehingga datanglah kepada mereka kebenaran (Al-Qur'an) dan seorang rasul yang memberi penjelasan. (Az-Zukhruf: 29) yakni yang jelas risalah dan peringatannya.


{وَلَمَّا جَاءَهُمُ الْحَقُّ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ وَإِنَّا بِهِ كَافِرُونَ}


Dan tatkala kebenaran (Al-Qur'an) itu datang kepada mereka, mereka berkata, "Ini adalah sihir, dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingkarinya.” (Az-Zukhruf: 30)

Mereka sombong, mengingkarinya dan menolak perkara yang hak itu dengan segala upaya karena kafir, dengki, dan kelewat batas.


{وَقَالُوا}


Dan mereka berkata. (Az-Zukhruf: 31) dengan nada mengkritik Allah Swt. yang telah menurunkannya.


{لَوْلا نزلَ هَذَا الْقُرْآنُ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الْقَرْيَتَيْنِ عَظِيمٍ}


Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Taif) ini? (Az-Zukhruf: 31) Alangkah baiknya jika Al-Qur'an ini diturunkan kepada seorang lelaki yang dipandang besar lagi terkemuka

menurut pandangan mereka dari salah satu dua kota ini. Mereka bermaksud kota Mekah dan kota Taif. Demikianlah menurut Ibnu Abbas r.a, Ikrimah, Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, Qatadah, As-Saddi, dan Ibnu Zaid.

Dan bukan hanya seorang dari kalangan mereka telah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan lelaki itu adalah Al-Walid ibnul Mugirah dan Urwah ibnu Mas'ud As-Saqafi. Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam, Ad-Dahhak,

dan As-Saddi, bahwa yang mereka maksudkan adalah Al-Walid ibnul Mugirah dan Mas'ud ibnu Amr As-Saqafi. Diriwayatkan dari Mujahid, bahwa yang mereka maksudkan adalah Umair ibnu Amr ibnu Mas'ud As-Saqafi.

Dan menurut riwayat lain yang juga bersumber dari Mujahid, yang mereka maksudkan adalah Atabah ibnu Rabi'ah. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa yang dimaksud adalah dua orang lelaki yang sewenang-wenang

dari kalangan Quraisy. Diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas r.a. bahwa yang mereka maksudkan adalah Al-Walid ibnul Mugirah dan Habib ibnu Amr ibnu Umair As-Saqafi. Diriwayatkan dari Mujahid bahwa yang mereka maksudkan

adalah Atabah ibnu Rabi'ah dari Mekah, dan Ibnu Abdu Yalil dari Taif. As-Saddi mengatakan, yang mereka maksudkan adalah Al-Walid ibnul Mugirah dan Kinanah ibnu Amr ibnu Umair As-Saqafi.

Pada garis besarnya yang mereka maksudkan adalah seorang lelaki besar dari salah satu di antara kedua kota tersebut, siapa pun dia. Maka Allah Swt. berfirman, menjawab kritikan ini:


{أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَةَ رَبِّكَ}


Apakah mereka membagi-bagi rahmat Tuhanmu? (Az-Zukhruf: 32) Yakni urusan ini bukanlah mereka yang menentukannya, melainkan hanyalah Allah Swt. Allah lebih mengetahui di manakah Dia meletakkan risalah-Nya.

Karena sesungguhnya tidak sekali-kali Dia menurunkan Al-Qur’an ini melainkan kepada makhluk yang paling suci hati dan jiwanya, serta paling mulia dan paling suci rumah dan keturunannya.

Kemudian Allah Swt. menjelaskan bahwa Dia telah membeda-bedakan di antara makhluk-Nya dalam membagikan pemberian-Nya kepada mereka berupa harta, rezeki, akal, dan pengertian serta pemberian lainnya yang menjadi kekuatan lahir dan batin bagi mereka. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ}


Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia. (Az-Zukhruf: 32). hingga akhir ayat. Adapun firman Allah Swt.:


{لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا}


agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain sebagai pekerja. (Az-Zukhruf: 32) Menurut suatu pendapat, makna ayat ialah agar sebagian dari mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain

untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan, karena yang lemah memerlukan yang kuat dan begitu pula sebaliknya. Demikianlah menurut pendapat Qatadah dan lain-lainnya. Qatadah dan Ad-Dahhak mengatakan bahwa

makna yang dimaksud ialah agar sebagian dari mereka dapat menguasai sebagian yang lain; pendapat ini semakna dengan pendapat di atas. Kemudian Allah Swt. berfirman:


{وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ}


Dan rahmat Tuhanmu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan. (Az-Zukhruf: 32) Artinya, rahmat Allah kepada makhluk-Nya lebih baik bagi mereka daripada harta benda dan kesenangan duniawi yang ada di tangan mereka. Firman Allah Swt.:


{وَلَوْلا أَنْ يَكُونَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً}


Dan sekiranya bukan karena hendak menghindari manusia menjadi umat yang satu. (Az-Zukhruf: 33) Yakni seandainya tiada keyakinan di kalangan kebanyakan manusia yang tidak mengerti bahwa pemberian Kami akan harta benda

merupakan bukti yang menunjukkan kecintaan Kami kepada orang yang Kami beri harta itu, yang karenanya lalu mereka bersatu dalam kekafiran demi harta itu. Demikianlah menurut pendapat ibnu Abbas, Al-Hasan, Qatadah, dan As-Saddi serta lain-lainnya.


{لَجَعَلْنَا لِمَنْ يَكْفُرُ بِالرَّحْمَنِ لِبُيُوتِهِمْ سُقُفًا مِنْ فَضَّةٍ وَمَعَارِجَ}


tentulah Kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah loteng-loteng perak bagi rumah mereka dan (juga) tangga-tangga (perak). (Az-Zukhruf: 33)

Yaitu tangga yang terbuat dari perak. Demikianlah menurut pendapat Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, As-Saddi, dan Ibnu Zaid serta lain-lainnya.


{عَلَيْهَا يَظْهَرُونَ}


yang mereka menaikinya. (Az-Zukhruf: 33)


{وَلِبُيُوتِهِمْ أَبْوَابًا}


Dan (Kami buatkan pula) pintu-pintu (perak) bagi rumah-rumah mereka. (Az-Zukhruf: 34) Yakni daun-daun pintu dari perak untuk rumah mereka.


{وَسُرُرًا عَلَيْهَا يَتَّكِئُونَ}


dan (begitu pula) dipan- dipan yang mereka bertelekan di atasnya. (Az-Zukhruf: 34) Semuanya itu terbuat dari perak.


{وَزُخْرُفًا}


Dan (Kami buatkan pula) perhiasan-perhiasan. (Az-Zukhruf: 35) Yakni dari emas, menurut Ibnu Abbas, Qatadah, As-Saddi, dan Ibnu Zaid. Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan:


{وَإِنْ كُلُّ ذَلِكَ لَمَّا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا}


Dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan dunia. (Az-Zukhruf: 35) Sesungguhnya semuanya itu hanyalah keduniawian yang fana dan pasti lenyap serta tiada harganya di sisi Allah Swt.

Yakni Allah menyegerakan bagi mereka sebagai imbalan dari amal perbuatan mereka di dunia berupa balasan makanan dan minuman, agar kelak di saat mereka telah berada di negeri akhirat mereka tidak lagi memiliki suatu kebaikan pun

yang akan dibalaskan kepada mereka, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis sahih. Dalam hadis lain disebutkan:


"لَوْ أَنَّ الدُّنْيَا تَزِنُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ، مَا سَقَى مِنْهَا كَافِرًا شَرْبَةَ مَاءٍ"


Seandainya dunia ini mempunyai bobot di sisi Allah yang seimbang dengan sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberi minum barang seteguk air pun kepada seorang kafir. Al-Baghawi menyandarkan hadis ini melalui riwayat

Zakaria ibnu Manzur, dari Abu Hazim, dari Sahl ibnu Sa'd r.a, dari Nabi Saw, lalu disebutkan hal yang semisal. Imam Tabrani meriwayatkannya melalui jalur Zam'ah ibnu Saleh dari Abu Hazim, dari Sahl ibnu Sa'd, dari Nabi Saw.:


"لَوْ عَدَلَتِ الدُّنْيَا جَنَاحَ بَعُوضَةٍ، مَا أَعْطَى كَافِرًا مِنْهَا شَيْئًا"


Seandainya dunia ini seimbang di sisi Allah dengan berat sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberi sesuatu pun kepada orang kafir. Kemudian Allah Swt. dalam firman berikutnya menyebutkan:


{وَالآخِرَةُ عِنْدَ رَبِّكَ لِلْمُتَّقِينَ}


dan kehidupan akhirat itu di sisi Tuhanmu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (Az-Zukhruf: 35) Yakni kehidupan akhirat itu khusus bagi mereka, tiada seorang pun dari kalangan selain mereka yang dapat menikmatinya

bersama mereka. Karena itulah ketika pada suatu hari Umar r.a. berkata kepada Rasulullah Saw. di saat beliau Saw. meng-I’la istri-istrinya, dan Umar menjumpainya, maka Umar melihat beliau sedang bersandar

dengan beralaskan sebuah tikar yang digelarkan di pasir sehingga tikar itu membekas pada lambungnya. Maka berlinanglah air mata Umar menyaksikan pemandangan itu, lalu berkata, "Wahai Rasulullah,

Kisra dan Kaisar dengan kemewahan hidup yang dialaminya, sedangkan engkau makhluk pilihan Allah keadaannya seperti ini." Saat itu Rasulullah sedang bersandar, lalu bangkit dan duduk, kemudian bersabda,


"أوَ في شَكٍّ أَنْتَ يَا ابْنَ الْخَطَّابِ؟ " ثُمَّ قَالَ: "أُولَئِكَ قَوْمٌ عُجِّلَتْ لَهُمْ طَيِّبَاتُهُمْ فِي حَيَاتِهِمُ الدُّنْيَا" وَفِي رِوَايَةٍ: "أَمَا تَرْضَى أَنْ تَكُونَ لَهُمُ الدُّنْيَا وَلَنَا الْآخِرَةُ؟ "


"Apakah engkau sedang dalam keraguan, hai Ibnul Khattab?" Kemudian Rasulullah Saw. melanjutkan sabdanya: Mereka adalah suatu kaum yang kebaikan mereka disegerakan untuk mereka dalam kehidupan dunia mereka.

Dalam riwayat yang lain disebutkan pula bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Tidakkah engkau rela bila bagi mereka dunia, sedangkan bagi kita akhirat? Dan di dalam kitab Sahihain serta kitab-kitab hadis lainnya disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"لَا تَشْرَبُوا فِي آنِيَةِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ، وَلَا تَأْكُلُوا فِي صِحَافِهَا، فَإِنَّهَا لَهُمْ فِي الدُّنْيَا وَلَنَا فِي الْآخِرَةِ"


Janganlah kalian minum dengan memakai wadah emas dan perak, dan jangan pula kalian makan dengan memakai piring emas dan perak. Karena sesungguhnya hal itu bagi mereka (orang-orang kafir) di dunia ini,

dan bagi kita kelak di akhirat. Sesungguhnya Allah Swt. memberikan hal itu kepada mereka di dunia ini hanyalah semata-mata karena rendahnya dunia dan ketiadaartiannya di sisi Allah Swt.

Di dalam riwayat Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah disebutkan melalui jalur Hazim, dari Sahl ibnu Sa'd yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَزِنُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ، مَا سَقَى مِنْهَا كَافِرًا شَرْبَةَ مَاءٍ أَبَدًا"


Seandainya dunia ini sebanding di sisi Allah dengan sayap nyamuk, niscaya Allah selamanya tidak akan memberi minum barang seteguk air pun kepada orang kafir. Imam Turmuzi mengatakan, predikat hadis ini hasan sahih.

Surat Az-Zukhruf |43:27|

إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ

illallażii fathoronii fa innahuu sayahdiin

kecuali (kamu menyembah) Allah yang menciptakanku, karena sungguh, Dia akan memberi petunjuk kepadaku."

Except for He who created me; and indeed, He will guide me."

Tafsir
Jalalain

(Tetapi aku menyembah Tuhan Yang menjadikanku) menyembah Allah yang telah menciptakan aku (karena sesungguhnya Dia akan memberi taufik kepadaku") artinya Dia pasti membimbingku kepada agama-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 27 |

penjelasan ada di ayat 26

Surat Az-Zukhruf |43:28|

وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

wa ja'alahaa kalimatam baaqiyatan fii 'aqibihii la'allahum yarji'uun

Dan (Ibrahim) menjadikan (kalimat tauhid) itu kalimat yang kekal pada keturunannya agar mereka kembali (kepada kalimat tauhid itu) .

And he made it a word remaining among his descendants that they might return [to it].

Tafsir
Jalalain

(Dan Ibrahim menjadikannya) kalimat tauhid, yang tersimpul dari perkataannya, sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya, "Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Rabbku,

dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku..." (Q.S. Ash shaffat, 99). (sebagai kalimat yang kekal pada keturunannya) pada anak cucunya,

maka tetap akan ada orang-orang yang mengesakan Allah di antara keturunannya itu (supaya mereka) penduduk Mekah (kembali) meninggalkan apa yang biasa mereka lakukan, yaitu menyembah berhala,

kemudian memeluk agama bapak moyang mereka, yakni Nabi Ibrahim.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 28 |

penjelasan ada di ayat 26

Surat Az-Zukhruf |43:29|

بَلْ مَتَّعْتُ هَٰؤُلَاءِ وَآبَاءَهُمْ حَتَّىٰ جَاءَهُمُ الْحَقُّ وَرَسُولٌ مُبِينٌ

bal matta'tu haaa`ulaaa`i wa aabaaa`ahum ḥattaa jaaa`ahumul-ḥaqqu wa rosuulum mubiin

Bahkan Aku telah memberikan kenikmatan hidup kepada mereka dan nenek moyang mereka sampai kebenaran (Al-Qur´an) datang kepada mereka bersama seorang rasul yang memberi penjelasan.

However, I gave enjoyment to these [people of Makkah] and their fathers until there came to them the truth and a clear Messenger.

Tafsir
Jalalain

(Tetapi Aku telah memberikan kenikmatan hidup kepada mereka) kepada orang-orang musyrik itu (dan bapak-bapak mereka) dan Aku tidak menyegerakan hukuman-Ku

kepada mereka (sehingga datanglah kebenaran kepada mereka) Alquran yang membawa kebenaran (dan seorang rasul yang memberi penjelasan) yang menampakkan kepada mereka hukum-hukum syariat, yaitu Nabi Muhammad saw.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 29 |

penjelasan ada di ayat 26

Surat Az-Zukhruf |43:30|

وَلَمَّا جَاءَهُمُ الْحَقُّ قَالُوا هَٰذَا سِحْرٌ وَإِنَّا بِهِ كَافِرُونَ

wa lammaa jaaa`ahumul-ḥaqqu qooluu haażaa siḥruw wa innaa bihii kaafiruun

Tetapi ketika kebenaran (Al-Qur´an) itu datang kepada mereka, mereka berkata, "Ini adalah sihir, dan sesungguhnya kami mengingkarinya."

But when the truth came to them, they said, "This is magic, and indeed we are, concerning it, disbelievers."

Tafsir
Jalalain

(Dan tatkala kebenaran itu datang kepada mereka) yakni Alquran (mereka berkata, "Ini adalah sihir dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingkarinya.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 30 |

penjelasan ada di ayat 26

Surat Az-Zukhruf |43:31|

وَقَالُوا لَوْلَا نُزِّلَ هَٰذَا الْقُرْآنُ عَلَىٰ رَجُلٍ مِنَ الْقَرْيَتَيْنِ عَظِيمٍ

wa qooluu lau laa nuzzila haażal-qur`aanu 'alaa rojulim minal-qoryataini 'azhiim

Dan mereka (juga) berkata, "Mengapa Al-Qur´an ini tidak diturunkan kepada orang besar (kaya dan berpengaruh) dari salah satu (di antara) dua negeri ini (Mekah dan Taif)?"

And they said, "Why was this Qur'an not sent down upon a great man from [one of] the two cities?"

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka berkata, "Mengapa tidak) kenapa tidak (diturunkan Alquran ini kepada seorang besar dari) kalangan penduduk (da negeri) yakni Mekah dan Madinah,

maksudnya dari salah satu antara keduanya (yang besar ini") yang dimaksud oleh mereka adalah Al Walid Ibnu Mughirah di Mekah, atau Urwah ibnu Mas'ud Ats Tsaqafi di Thaif.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 31 |

penjelasan ada di ayat 26

Surat Az-Zukhruf |43:32|

أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَتَ رَبِّكَ ۚ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۚ وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا ۗ وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

a hum yaqsimuuna roḥmata robbik, naḥnu qosamnaa bainahum ma'iisyatahum fil-ḥayaatid-dun-yaa wa rofa'naa ba'dhohum fauqo ba'dhin darojaatil liyattakhiża ba'dhuhum ba'dhon sukhriyyaa, wa roḥmatu robbika khoirum mimmaa yajma'uun

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.

Do they distribute the mercy of your Lord? It is We who have apportioned among them their livelihood in the life of this world and have raised some of them above others in degrees [of rank] that they may make use of one another for service. But the mercy of your Lord is better than whatever they accumulate.

Tafsir
Jalalain

(Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabbmu) yang dimaksud dengan rahmat adalah kenabian (Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia)

maka Kami jadikan sebagian dari mereka kaya dan sebagian lainnya miskin (dan Kami telah meninggikan sebagian mereka) dengan diberi kekayaan

(atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan) golongan orang-orang yang berkecukupan (sebagian yang lain) atas golongan orang-orang yang miskin

(sebagai pekerja) maksudnya, pekerja berupah; huruf Ya di sini menunjukkan makna Nasab, dan menurut suatu qiraat lafal Sukhriyyan dibaca Sikhriyyan yaitu dengan dikasrahkan huruf Sin-nya

(Dan rahmat Rabbmu) yakni surga Rabbmu (lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan) di dunia.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 32 |

penjelasan ada di ayat 26

Surat Az-Zukhruf |43:33|

وَلَوْلَا أَنْ يَكُونَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً لَجَعَلْنَا لِمَنْ يَكْفُرُ بِالرَّحْمَٰنِ لِبُيُوتِهِمْ سُقُفًا مِنْ فِضَّةٍ وَمَعَارِجَ عَلَيْهَا يَظْهَرُونَ

walau laaa ay yakuunan-naasu ummataw waaḥidatal laja'alnaa limay yakfuru bir-roḥmaani libuyuutihim suqufam min fidhdhotiw wa ma'aarija 'alaihaa yazh-haruun

Dan sekiranya bukan karena menghindarkan manusia menjadi umat yang satu (dalam kekafiran), pastilah sudah Kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada (Allah) Yang Maha Pengasih, loteng-loteng rumah mereka dari perak, demikian pula tangga-tangga yang mereka naiki,

And if it were not that the people would become one community [of disbelievers], We would have made for those who disbelieve in the Most Merciful - for their houses - ceilings and stairways of silver upon which to mount

Tafsir
Jalalain

(Dan sekiranya bukan karena hendak menghindari manusia menjadi umat yang satu) dalam kekafiran (tentulah Kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhan Yang Maha Pengasih bagi rumah-rumah mereka)

lafal Libuyutihim menjadi Badal dari lafal Liman (loteng-loteng) dapat dibaca Saqfan atau Suqfan keduanya adalah bentuk jamak (dari perak dan juga tangga-tangga)

dari perak pula (yang mereka menaikinya) yang dapat mereka naiki untuk mencapai atap rumah-rumah mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 33 |

penjelasan ada di ayat 26

Surat Az-Zukhruf |43:34|

وَلِبُيُوتِهِمْ أَبْوَابًا وَسُرُرًا عَلَيْهَا يَتَّكِئُونَ

wa libuyuutihim abwaabaw wa sururon 'alaihaa yattaki`uun

dan (Kami buatkan pula) pintu-pintu (perak) bagi rumah-rumah mereka, dan (begitu pula) dipan-dipan tempat mereka bersandar,

And for their houses - doors and couches [of silver] upon which to recline

Tafsir
Jalalain

(Dan Kami buatkan pula -pintu-pintu bagi rumah-rumah mereka) yang juga terbuat dari perak (dan) begitu pula Kami buatkan untuk mereka (dipan-dipan)

yang terbuat dari perak; lafal Sururan adalah bentuk jamak dari lafal Sarirun artinya, ranjang atau dipan (yang mereka bertelekan atasnya.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 34 |

penjelasan ada di ayat 26

Surat Az-Zukhruf |43:35|

وَزُخْرُفًا ۚ وَإِنْ كُلُّ ذَٰلِكَ لَمَّا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۚ وَالْآخِرَةُ عِنْدَ رَبِّكَ لِلْمُتَّقِينَ

wa zukhrufaa, wa ing kullu żaalika lammaa mataa'ul-ḥayaatid-dun-yaa, wal-aakhirotu 'inda robbika lil-muttaqiin

dan (Kami buatkan pula) perhiasan-perhiasan dari emas. Dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan dunia, sedangkan kehidupan akhirat di sisi Tuhanmu disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.

And gold ornament. But all that is not but the enjoyment of worldly life. And the Hereafter with your Lord is for the righteous.

Tafsir
Jalalain

(Dan Kami buatkan pula perhiasan-perhiasan) dari emas untuk mereka. Makna ayat, seandainya tidak karena khawatir orang mukmin akan menjadi kafir, bila Kami anugerahkan kepadanya

hal-hal tersebut sebagaimana yang telah Kami berikan kepada orang kafir, tentulah Kami akan memberikan kepada orang mukmin hal-hal itu. Karena keduniaan itu tidak ada artinya di sisi Kami,

dan kelak di akhirat tidak berharga sama sekali bila dibandingkan dengan nikmat surga. (Dan sesungguhnya) lafal In di sini adalah bentuk Takhfif dari Inna yang Tsaqilah; artinya sesungguhnya

(semuanya itu tiada lain) jika dibaca Lama dengan cara Takhfif, maka huruf Ma adalah Zaidah, jika dibaca Lamma dengan memakai Tasydid pada huruf Mim maknanya sama dengan lafal Illa,

dan lafal In bermakna Nafi. Menurut bacaan pertama arti ayat ini ialah, "Dan sesungguhnya semuanya itu hanyalah. " Menurut bacaan kedua artinya menjadi,

"Dan tiadalah semuanya itu melainkan (kesenangan kehidupan dunia) yang dapat dipakai untuk bersenang-senang kemudian lenyap sesudah itu (dan kehidupan di akhirat itu) yakni di surga (di sisi Rabbmu bagi orang-orang yang bertakwa.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 35 |

penjelasan ada di ayat 26

Surat Az-Zukhruf |43:36|

وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَٰنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ

wa may ya'syu 'an żikrir-roḥmaani nuqoyyidh lahuu syaithoonan fa huwa lahuu qoriin

Dan barang siapa berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha Pengasih (Al-Qur´an), Kami biarkan setan (menyesatkannya) dan menjadi teman karibnya.

And whoever is blinded from remembrance of the Most Merciful - We appoint for him a devil, and he is to him a companion.

Tafsir
Jalalain

(Barang siapa yang berpaling) yaitu memalingkan diri (dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pengasih) dari Alquran (Kami adakan) Kami jadikan

(baginya setan, maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya) yakni tidak pernah berpisah darinya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 36 |

Tafsir ayat 36-45

Firman Allah Swt.:


{وَمَنْ يَعْشُ}


Barang siapa yang berpaling. (Az-Zukhruf: 36) Yakni melalaikan dan berpaling serta pura-pura tidak tahu.


{عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ}


dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah. (Az-Zukhruf: 36) Kata al-asya, bila dikaitkan dengan mata artinya lemah pandangannya alias rabun, sedangkan makna yang dimaksud dalam ayat ini ialah lemah pandangan mata hati.


{نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ}


Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan), maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (Az-Zukhruf: 36) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:


{وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا}


Dan barang siapa yang menentang rasul sesudah jelas kebenaran baginya. (An-Nisa: 115), hingga akhir ayat. Dan semakna dengan firman-Nya:


{فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ}


Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran) Allah memalingkan hati mereka. (Ash-Shaff: 5)


{وَقَيَّضْنَا لَهُمْ قُرَنَاءَ فَزَيَّنُوا لَهُمْ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَحَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ إِنَّهُمْ كَانُوا خَاسِرِينَ}


Dan Kami tetapkan bagi mereka teman-teman yang menjadikan mereka memandang bagus apa yang ada di hadapan dan di belakang mereka. (Fushshilat: 25), hingga akhir ayat. Karena itulah disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:


{وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ. حَتَّى إِذَا جَاءَنَا}


Dan sesungguhnya setan-setan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk. Sehingga apabila orang-orang yang berpaling itu datang kepada Kami

(di hari kiamat). (Az-Zukhruf: 37-38) Yakni orang ini yang berpaling dari kebenaran, Kami adakan baginya setan-setan yang menyesatkan dirinya dan menunjukkan kepadanya jalan ke neraka Jahim. Dan apabila dia datang menghadap

kepada Allah Swt. kelak di hari kiamat, maka bencilah ia kepada setan-setan yang tadinya menemaninya.


{قَالَ يَا لَيْتَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ بُعْدَ الْمَشْرِقَيْنِ فَبِئْسَ الْقَرِينُ}


dia bekata, 'Aduhai, semoga (jarak) antaraku dan kamu seperti jarak masyriq dan magrib (timur dan barat), maka setan-setan itu adalah sejahat-jahat teman (yang menyertai manusia). (Az-Zukhruf: 38)

Sebagian ulama tafsir membacanya seperti berikut: "حَتَّى إِذَا جَاءَانَا", dengan memakai damir gaib tatsniyah untuk dua orang, yang artinya 'sehingga apabila keduanya datang kepada Kami (di hari kiamat)'.

Makna yang dimaksud ialah setan dan manusia yang ditemaninya. Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Sa'id Al-Jariri yang mengatakan bahwa telah sampai kepada kami (suatu atsar)

yang menyebutkan bahwa apabila orang kafir dibangkitkan dari kuburnya di hari kiamat nanti, maka tangannya digancetkan dengan setan (yang selalu menjadi temannya di dunia), maka setan itu tidak pernah berpisah lagi darinya

hingga keduanya dijerumuskan oleh Allah Swt. ke dalam neraka. Yang demikian itu terjadi saat orang kafir itu mengatakan penyesalannya, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya: dia bekata,

"Aduhai, semoga (jarak) antaraku dan kamu seperti jarak antara masyriq dan magrib (timur dan barat), maka setan-setan itu adalah sejahat-jahat teman (yang menyertai manusia). (Az-Zukhruf: 3 8)

Yang dimaksud dengan masyriqain ialah antara timur dan barat, dan disebutkan dengan istilah demikian hanyalah secara taglib (prioritas) sebagaimana disebutkan qamarani, 'Umarani, dan abawani

(dua bulan, dua Umar, dan dua bapak, makna yang dimaksud ialah matahari dan bulan, Abu Bakar dan Umar, ibu dan bapak). Demikianlah menurut pendapat Ibnu Jarir dan lain-lainnya. Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan:


{وَلَنْ يَنْفَعَكُمُ الْيَوْمَ إِذْ ظَلَمْتُمْ أَنَّكُمْ فِي الْعَذَابِ مُشْتَرِكُونَ}


(Harapanmu itu) sekali-kali tidak akan memberi manfaat kepadamu di hari itu karena kamu telah menganiaya (dirimu sendiri). Sesungguhnya kamu bersekutu dalam azab itu. (Az-Zukhruf: 39)

Yakni tiada gunanya lagi penyesalan kalian, kalian semua telah berada di dalam neraka dan kalian semua bersekutu dalam menerima azab yang sangat pedih. Firman Allah Swt.:


{أَفَأَنْتَ تُسْمِعُ الصُّمَّ أَوْ تَهْدِي الْعُمْيَ وَمَنْ كَانَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ}


Maka apakah kamu dapat menjadikan orang yang pekak dapat mendengar atau (dapatkah) kamu memberi petunjuk kepada orang yang buta (hatinya) dan kepada orang yang tetap dalam kesesatan yang nyata? (Az-Zukhruf: 40)

Maksudnya, hal ini bukan terletak di tanganmu. Sesungguhnya tugasmu hanyalah menyampaikan, bukan tugasmu memberi petunjuk kepada mereka, tetapi Allah-lah Yang memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya

dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya. Allah adalah Hakim Yang Mahaadil dalam hal tersebut. Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya:


{فَإِمَّا نَذْهَبَنَّ بِكَ فَإِنَّا مِنْهُمْ مُنْتَقِمُونَ}


Sungguh, jika Kami mewafatkan kamu (sebelum mencapai kemenagan), maka sesungguhnya Kami akan menyiksa mereka (di akhirat). (Az-Zukhruf: 41) Yaitu Kami harus mengazab mereka dan membalas perbuatan mereka, sekali pun engkau telah pergi.


{أَوْ نُرِيَنَّكَ الَّذِي وَعَدْنَاهُمْ فَإِنَّا عَلَيْهِمْ مُقْتَدِرُونَ}


Atau Kami memperlihatkan kepadamu (azab) yang telah kami (Allah) ancamkan kepada mereka. Maka sesungguhnya Kami berkuasa atas mereka. (Az-Zukhruf: 42) Yakni Kami berkuasa untuk melakukan yang itu dan yang ini.

Dan Allah Swt. tidak mewafatkan Nabi-Nya sebelum Dia menyenangkan hatinya dari musuh-musuhnya. Allah telah menjadikannya berkuasa atas nyawa mereka dan menjadikannya memiliki semua yang dimilki oleh perbendaharaan mereka.

Demikianlah kesimpulan dari pendapat As-Saddi dan dipilih oleh Ibnu Jarir. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Abu Saur, dari Ma'mar yang mengatakan bahwa

Qatadah membaca firman-Nya: Sungguh, jika Kami mewafatkan kamu (sebelum kamu mencapai kemenangan), maka sesungguhnya Kami akan menyiksa mereka (di akhirat). (Az-Zukhruf: 41) Lalu ia mengatakan bahwa Nabi Saw..

telah tiada, dan yang tertinggal adalah hukuman Allah. Tidak sekali-kali Allah Swt. memperlihatkan kepada Nabi-Nya sesuatu yang tidak disukainya terjadi pada umatnya sebelum beliau wafat. Dan tidak sekali-kali ada seorang nabi pun

melainkan ia telah melihat azab Allah yang menimpa umatnya, kecuali Nabi kalian. Qatadah melanjutkan, telah diriwayatkan kepada kami bahwa Rasulullah Saw. telah diperlihatkan kepadanya sebagian dari musibah yang menimpa umatnya

yang terjadi kemudian melalui mimpinya. Maka sejak itu beliau belum pernah kelihatan tertawa ceria hingga Allah Swt. mewafatkannya. Telah disebutkan pula hal yang semisal melalui riwayat Sa'id ibnu Abu Arubah

yang juga dari Qatadah. Kemudian ibnu Jarir meriwayatkan dari Al-Hasan hal yang semisal. Dan di dalam sebuah hadis disebutkan:


"النُّجُومُ أَمَنَةٌ لِلسَّمَاءِ، فَإِذَا ذَهَبَتِ النُّجُومُ أَتَى السَّمَاءَ مَا تُوعَدُ، وَأَنَا أمَنَة لِأَصْحَابِي، فَإِذَا ذَهَبْتُ أَتَى أَصْحَابِي مَا يُوعَدُونَ"


Bintang-bintang itu adalah amanat (penjaga) bagi langit; dan apabila bintang-bintang itu telah lenyap, maka datanglah kepada langit apa yang di ancamkan baginya. Dan aku adalah amanat bagi para sahabatku;

apabila aku telah tiada, maka datanglah kepada sahabat-sahabatku apa yang diancamkan kepada mereka. Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan:


{فَاسْتَمْسِكْ بِالَّذِي أُوحِيَ إِلَيْكَ إِنَّكَ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}


Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah di wahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus. (Az-Zukhruf: 43) Yakni peganglah Al-Qur'an yang diturunkan ke dalam hatimu ini,

karena sesungguhnya ia adalah hak dan apa yang ditunjukkan olehnya adalah perkara yang hak yang menuntun ke jalan Allah yang lurus, yang menyampaikan kepada surga yang penuh dengan kenikmatan dan kebaikan yang kekal lagi tetap. Dalam firman berikutnya disebutkan:


{وَإِنَّهُ لَذِكْرٌ لَكَ وَلِقَوْمِكَ}


Dan sesungguhnya- Al-Qur'an itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu. (Az-Zukhruf: 44) Suatu pendapat mengatakan sehubungan dengan maknanya, bahwa Al-Qur'an itu benar-benar merupakan

kemuliaan bagimu dan bagi kaummu. Demikianlah menurut Ibnu Abbas r.a. Mujahid, Qatadah, As-Saddi, dan Ibnu Zaid, lalu dipilih oleh Ibnu Jarir dan tiada seorang pun yang meriwayatkannya selain dia.

Imam Al Baghawi dalam bab ini telah mengetengahkan sebuah hadis melalui Az-Zuhri, dari Muhammad ibnu Jubair ibnu Mut'im, dari Mu'awiyah r.a. yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:


"إِنَّ هَذَا الْأَمْرَ فِي قُرَيْشٍ لَا يُنَازِعُهُمْ فِيهِ أَحَدٌ إِلَّا أكَبَّه اللَّهُ عَلَى وَجْهِهِ مَا أَقَامُوا الدِّينَ".


Sesungguhnya urusan ini berada di tangan orang-orang Quraisy, tiada seorang pun yang menyaingi mereka dalam urusan ini melainkan Allah Swt. menjungkalkannya dengan muka di bawah, selama mereka menegakkan agama.

Imam Bukhari telah meriwayatkan pula hadis ini. Kesimpulannya ialah bahwa hal ini merupakan kemuliaan bagi mereka mengingat ia diturunkan dengan bahasa mereka, maka mereka adalah orang-orang yang paling memahaminya.

Untuk itu, sudah seharusnya mereka menjadi orang-orang yang paling menegakkannya dan paling depan dalam mengamalkan ajaran yang terkandung di dalamnya. Dan memang demikianlah yang telah dilakukan

oleh orang-orang terpilih dari kalangan mereka, yaitu dari kalangan kaum Muhajir pertama yang ikhlas dan orang-orang yang serupa dengan mereka serta orang-orang yang mengikuti jejak mereka.

Menurut pendapat yang lain, makna firman-Nya: Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu. (Az-Zukhruf: 44) Yakni benar-benar merupakan peringatan bagimu

dan bagi kaummu. Penyebutan mereka secara khusus dengan peringatan ini bukan berarti menafikan orang-orang yang selain mereka. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{لَقَدْ أَنزلْنَا إِلَيْكُمْ كِتَابًا فِيهِ ذِكْرُكُمْ أَفَلا تَعْقِلُونَ}


Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya? (Al-Anbiya: 10) Semakna pula dengan firman-Nya:


{وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ}


Da« berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara:214) Firman Allah Swt.:


{وَسَوْفَ تُسْأَلُونَ}


dan kelak kamu akan diminta pertanggungjawaban. (Az-Zukhruf: 44) menyangkut Al-Qur'an ini, apakah kamu mengamalkannya dan bagaimanakah sambutan kalian kepadanya. Firman Allah Swt.:


{وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنَا أَجَعَلْنَا مِنْ دُونِ الرَّحْمَنِ آلِهَةً يُعْبَدُونَ}


Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu, "Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?” (Az-Zukhruf: 45)

Semua rasul menyeru manusia kepada apa yang juga diserukan olehmu, yaitu menyembah Allah semata tiada sekutu bagi-Nya, dan melarang menyembah berhala dan sekutu-sekutu yang oleh mereka

dijadikan sebagai tandingan-tandingan-Nya. Ayat ini semakna dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:


{وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ}


Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Tagut.” (An-Nahl: 36) Mujahid telah mengatakan dalam qiraat Abdullah ibnu Mas'ud r.a. sehubungan dengan makna ayat ini, yaitu:


"وَاسْأَلِ الَّذِينَ أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمْ قَبْلَكَ رُسُلَنَا"


"Tanyakanlah kepada orang-orang yang telah Kami utus kepada mereka sebelummu, yaitu rasul-rasul Kami." Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Qatadah, Ad-Dahhak, As-Saddi, dari Ibnu Mas'ud r.a. Dan hal ini seakan-akan tafsir,

bukan tilawah (padahal Ibnu Mas'ud terkenal dengan tilawahnya); hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam telah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, yaitu:

Tanyakanlah kepada mereka (para utusan) di malam Isra, karena sesungguhnya para nabi dikumpulkan untuk menyambut Nabi Saw. Ibnu Jarir memilih pendapat yang pertama; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Surat Az-Zukhruf |43:37|

وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ

wa innahum layashudduunahum 'anis-sabiili wa yaḥsabuuna annahum muhtaduun

Dan sungguh, mereka (setan-setan itu) benar-benar menghalang-halangi mereka dari jalan yang benar, sedang mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.

And indeed, the devils avert them from the way [of guidance] while they think that they are [rightly] guided

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya mereka) setan-setan itu (benar-benar menghalangi mereka) menghalangi orang-orang yang berpaling itu (dari jalan yang benar) atau jalan petunjuk

(dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk) disebutkannya Dhamir dengan memakai kata jamak karena memandang segi makna yang dikandung lafal Man.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 37 |

penjelasan ada di ayat 36

Surat Az-Zukhruf |43:38|

حَتَّىٰ إِذَا جَاءَنَا قَالَ يَا لَيْتَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ بُعْدَ الْمَشْرِقَيْنِ فَبِئْسَ الْقَرِينُ

ḥattaaa iżaa jaaa`anaa qoola yaa laita bainii wa bainaka bu'dal-masyriqoini fa bi`sal-qoriin

Sehingga apabila orang-orang yang berpaling itu datang kepada Kami (pada hari Kiamat) dia berkata, "Wahai! Sekiranya (jarak) antara aku dan kamu seperti jarak antara timur dan barat! Memang (setan itu) teman yang paling jahat (bagi manusia)."

Until, when he comes to Us [at Judgement], he says [to his companion], "Oh, I wish there was between me and you the distance between the east and west - how wretched a companion."

Tafsir
Jalalain

(Sehingga apabila orang yang berpaling itu datang kepada Kami) bersama dengan temannya atau setannya di hari kiamat kelak (dia berkata,)

orang yang berpaling itu kepada temannya atau setannya ("Aduhai) huruf Ya di sini menunjukkan makna Tanbih (seandainya jarak antara aku dan kamu seperti jarak antara masyriq dan Magrib)

yakni sejauh jarak antara timur dan barat (maka sejelek-jelek teman) bagiku adalah kamu." Lalu Allah berfirman:

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 38 |

penjelasan ada di ayat 36

Surat Az-Zukhruf |43:39|

وَلَنْ يَنْفَعَكُمُ الْيَوْمَ إِذْ ظَلَمْتُمْ أَنَّكُمْ فِي الْعَذَابِ مُشْتَرِكُونَ

wa lay yanfa'akumul-yauma izh zholamtum annakum fil-'ażaabi musytarikuun

Dan (harapanmu itu) sekali-kali tidak akan memberi manfaat kepadamu pada hari itu karena kamu telah menzalimi (dirimu sendiri). Sesungguhnya kamu pantas bersama-sama dalam azab itu.

And never will it benefit you that Day, when you have wronged, that you are [all] sharing in the punishment.

Tafsir
Jalalain

(Sekali-kali tidak akan memberi manfaat kepada kalian) angan-angan dan penyesalan kalian itu, hai orang-orang yang berpaling (di hari ini karena kalian telah berbuat aniaya)

maksudnya telah jelaslah kelaliman kalian dengan sebab menyekutukan Allah sewaktu di dunia. Lafal Idz merupakan Badal dari lafal Al Yaumu. (Bahwasanya kalian)

bersama dengan teman-teman kalian (bersekutu dalam azab ini) adanya illat dalam ayat ini diperkirakan keberadaannya, tidak disebutkan karena kurang penting.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 39 |

penjelasan ada di ayat 36