Juz 25

Surat Az-Zukhruf |43:40|

أَفَأَنْتَ تُسْمِعُ الصُّمَّ أَوْ تَهْدِي الْعُمْيَ وَمَنْ كَانَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

a fa anta tusmi'ush-shumma au tahdil-'umya wa mang kaana fii dholaalim mubiin

Maka apakah engkau (Muhammad) dapat menjadikan orang yang tuli bisa mendengar, atau (dapatkah) engkau memberi petunjuk kepada orang yang buta (hatinya), dan kepada orang yang tetap dalam kesesatan yang nyata?

Then will you make the deaf hear, [O Muhammad], or guide the blind or he who is in clear error?

Tafsir
Jalalain

(Maka apakah kamu dapat menjadikan orang yang pekak dapat mendengar, atau dapatkah kamu memberi petunjuk kepada orang yang buta hatinya

dan kepada orang yang tetap dalam kesesatan yang nyata) jelas sesatnya, maksudnya mereka tidak beriman.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 40 |

penjelasan ada di ayat 36

Surat Az-Zukhruf |43:41|

فَإِمَّا نَذْهَبَنَّ بِكَ فَإِنَّا مِنْهُمْ مُنْتَقِمُونَ

fa immaa naż-habanna bika fa innaa min-hum muntaqimuun

Maka sungguh, sekiranya Kami mewafatkanmu (sebelum engkau mencapai kemenangan), maka sesungguhnya Kami akan tetap memberikan azab kepada mereka (di akhirat),

And whether [or not] We take you away [in death], indeed, We will take retribution upon them.

Tafsir
Jalalain

(Sungguh, jika) lafal Imma asalnya adalah gabungan antara Syarthiyyah dan Ma Zaidah (Kami mewafatkan kamu) sebelum Kami mengazab mereka (maka sesungguhnya Kami akan menyiksa mereka) di akhirat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 41 |

penjelasan ada di ayat 36

Surat Az-Zukhruf |43:42|

أَوْ نُرِيَنَّكَ الَّذِي وَعَدْنَاهُمْ فَإِنَّا عَلَيْهِمْ مُقْتَدِرُونَ

au nuriyannakallażii wa'adnaahum fa innaa 'alaihim muqtadiruun

atau Kami perlihatkan kepadamu (azab) yang telah Kami ancamkan kepada mereka. Maka sungguh, Kami berkuasa atas mereka.

Or whether [or not] We show you that which We have promised them, indeed, We are Perfect in Ability.

Tafsir
Jalalain

(Atau kami memperlihatkan kepadamu) sewaktu kamu masih hidup (apa yang telah Kami ancamkan kepada mereka) yakni azab yang Kami ancamkan itu (maka sesungguhnya Kami atas mereka)

maksudnya, untuk mengazab mereka (berkuasa) sangat berkuasa atau sangat mampu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 42 |

penjelasan ada di ayat 36

Surat Az-Zukhruf |43:43|

فَاسْتَمْسِكْ بِالَّذِي أُوحِيَ إِلَيْكَ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

fastamsik billażiii uuḥiya ilaiik, innaka 'alaa shiroothim mustaqiim

Maka berpegang teguhlah engkau kepada (agama) yang telah diwahyukan kepadamu. Sungguh, engkau berada di jalan yang lurus.

So adhere to that which is revealed to you. Indeed, you are on a straight path.

Tafsir
Jalalain

(Maka berpegang teguhlah kamu kepada apa yang telah diwahyukan kepadamu) yakni Alquran. (Sesungguhnya kamu berada di atas jalan) atau tuntunan (yang lurus.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 43 |

penjelasan ada di ayat 36

Surat Az-Zukhruf |43:44|

وَإِنَّهُ لَذِكْرٌ لَكَ وَلِقَوْمِكَ ۖ وَسَوْفَ تُسْأَلُونَ

wa innahuu lażikrul laka wa liqoumik, wa saufa tus`aluun

Dan sungguh, Al-Qur´an itu benar-benar suatu peringatan bagimu dan bagi kaummu, dan kelak kamu akan diminta pertanggungjawaban.

And indeed, it is a remembrance for you and your people, and you [all] are going to be questioned.

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya Alquran itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar) benar-benar merupakan kemuliaan yang besar (bagimu dan bagi kaummu)

karena diturunkan dengan memakai bahasa mereka (dan kelak kalian akan diminta pertanggungan jawab) tentang pengamalannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 44 |

penjelasan ada di ayat 36

Surat Az-Zukhruf |43:45|

وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنَا أَجَعَلْنَا مِنْ دُونِ الرَّحْمَٰنِ آلِهَةً يُعْبَدُونَ

was`al man arsalnaa ming qoblika mir rusulinaaa a ja'alnaa min duunir-roḥmaani aalihatay yu'baduun

Dan tanyakanlah (Muhammad) kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum engkau, "Apakah Kami menentukan tuhan-tuhan selain (Allah) Yang Maha Pengasih untuk disembah?"

And ask those We sent before you of Our messengers; have We made besides the Most Merciful deities to be worshipped?

Tafsir
Jalalain

(Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu, "Adakah Kami menentukan selain Allah Yang Maha Pengasih) (sebagai tuhan-tuhan untuk disembah),

menurut suatu pendapat bahwa hal ini memang berdasarkan kenyataan, yaitu seumpamanya Allah mengumpulkan rasul-rasul itu pada malam sewaktu nabi diisra-kan.

Menurut pendapat yang lain bahwa yang dimaksud adalah umat-umat dari kalangan ahli kitab. Kedua pendapat tadi tidak usah diselidiki kebenarannya,

karena makna yang dimaksud dari perintah menanyakan ini ialah untuk menetapkan terhadap orang-orang musyrik Quraisy, bahwasanya tiada seorang utusan pun dari Allah

dan tiada pula suatu kitab pun yang diturunkan-Nya yang memerintahkan untuk menyembah kepada selain Allah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 45 |

penjelasan ada di ayat 36

Surat Az-Zukhruf |43:46|

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَىٰ بِآيَاتِنَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَقَالَ إِنِّي رَسُولُ رَبِّ الْعَالَمِينَ

wa laqod arsalnaa muusaa bi`aayaatinaaa ilaa fir'auna wa mala`ihii fa qoola innii rosuulu robbil-'aalamiin

Dan sungguh, Kami telah mengutus Musa dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami kepada Fir´aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Maka dia (Musa) berkata, "Sesungguhnya aku adalah utusan dari Tuhan seluruh alam."

And certainly did We send Moses with Our signs to Pharaoh and his establishment, and he said, "Indeed, I am the messenger of the Lord of the worlds."

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami kepada Firaun dan pemuka-pemuka kaumnya) yaitu bangsa Kobtik, (maka Musa berkata, "Sesungguhnya aku adalah utusan dari Rabb seru sekalian alam.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 46 |

Tafsir ayat 46-50

Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal hamba dan rasul-Nya Musa a.s, bahwa Allah Swt. telah mengutusnya kepada Fir'aun dan pembesar-pembesar kaumnya yang terdiri dari para amir, para patih,

para panglima prajuritnya, juga semua rakyat yang terdiri dari bangsa Egipt dan bangsa Bani Israil. Musa diperintahkan untuk menyeru mereka menyembah Allah semata tiada sekutu bagi-Nya, dan melarang mereka

menyembah selain-Nya. Dan Allah Swt. memberinya berbagai mukjizat yang luar biasa, seperti tangannya yang menjadi putih menyilaukan, tongkatnya, dan banjir, juga belalang, kutu, katak, dan darah.

Selain itu juga mukjizat yang menjadikan mereka mengalami kekurangan pangan dan buah-buahan serta banyak jiwa yang mati. Sekalipun ada semua mukjizat tersebut, mereka menyombongkan dirinya dan tidak mau mengikutinya

serta tidak mau tunduk kepadanya. Bahkan mereka mendustakannya, mengejeknya, dan menertawakan rasul yang mendatangkan mukjizat-mukjizat itu kepada mereka.


{وَمَا نُرِيهِمْ مِنْ آيَةٍ إِلا هِيَ أَكْبَرُ مِنْ أُخْتِهَا}


Dan tidaklah Kami memperlihatkan kepada mereka sesuatu mukjizat kecuali mukjizat itu lebih besar daripada mukjizat-mukjizat yang sebelumnya. (Az-Zukhruf: 48)

Sekalipun demikian, mereka tetap tidak mau sadar dari kesesatan dan kebodohannya. Dan setiap kali datang kepada mereka salah satu dari mukjizat-mukjizat tersebut,

mereka merendahkan diri meminta kepada Musa seraya memohon belas kasihannya, melalui ucapan mereka yang disitir oleh firman-Nya:


{يَا أَيُّهَا السَّاحِرُ}


Hai ahli sihir. (Az-Zukhruf: 49) Yang dimaksud dengan ahli sihir ialah orang yang 'alim (pandai). Demikianlah menurut Ibnu Jarir, karena ulama di masa mereka adalah para ahli sihir. Di masa itu sihir bukan merupakan suatu hal

yang tercela di kalangan mereka. Dan ungkapan ini bukan mereka maksudkan untuk merendahkan Musa a.s.karena keadaannya adalah keadaan darurat, mereka sangat memerlukan pertolongan Musa,

sehingga tidak tepat bila ungkapan ini diartikan merendahkan kedudukan Musa a.s. Bahkan ungkapan ini merupakan suatu kehormatan dan kemuliaan bagi Musa dari mereka, menurut keyakinan mereka.

Setiap kali mereka tertimpa azab dari mukjizat itu, mereka berjanji kepada Musa a.s. bahwa jika Musa dapat melenyapkan azab itu dari mereka, maka mereka bersedia untuk beriman kepadanya dan melepaskan kaum Bani Israil

pergi bersamanya. Tetapi setiap kali janji itu terpenuhi, mereka selalu memungkiri apa yang telah mereka janjikan kepadanya. Hal ini sebagaimana yang disebutkan di dalam firman berikut:


{فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الطُّوفَانَ وَالْجَرَادَ وَالْقُمَّلَ وَالضَّفَادِعَ وَالدَّمَ آيَاتٍ مُفَصَّلاتٍ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا مُجْرِمِينَ. وَلَمَّا وَقَعَ عَلَيْهِمُ الرِّجْزُ قَالُوا يَا مُوسَى ادْعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِنْدَكَ لَئِنْ كَشَفْتَ عَنَّا الرِّجْزَ لَنُؤْمِنَنَّ لَكَ وَلَنُرْسِلَنَّ مَعَكَ بَنِي إِسْرَائِيلَ. فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُمُ الرِّجْزَ إِلَى أَجَلٍ هُمْ بَالِغُوهُ إِذَا هُمْ يَنْكُثُونَ}


Maka Kami kirimkan kepada mereka topan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. Dan ketika mereka ditimpa azab

(yang telah diterangkan itu), mereka pun berkata, "Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya

jika kamu dapat menghilangkan azab itu dari kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu.” Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu

yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya. (Al-A'raf: 133-135)

Surat Az-Zukhruf |43:47|

فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِآيَاتِنَا إِذَا هُمْ مِنْهَا يَضْحَكُونَ

fa lammaa jaaa`ahum bi`aayaatinaaa iżaa hum min-haa yadh-ḥakuun

Maka ketika dia (Musa) datang kepada mereka membawa mukjizat-mukjizat Kami, seketika itu mereka menertawakannya.

But when he brought them Our signs, at once they laughed at them.

Tafsir
Jalalain

(Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjirat-mukjizat Kami) yang menunjukkan kebenaran risalah-Nya (dengan serta merta mereka menertawakannya.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 47 |

penjelasan ada di ayat 36

Surat Az-Zukhruf |43:48|

وَمَا نُرِيهِمْ مِنْ آيَةٍ إِلَّا هِيَ أَكْبَرُ مِنْ أُخْتِهَا ۖ وَأَخَذْنَاهُمْ بِالْعَذَابِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

wa maa nuriihim min aayatin illaa hiya akbaru min ukhtihaa, wa akhożnaahum bil-'ażaabi la'allahum yarji'uun

Dan tidaklah Kami perlihatkan suatu mukjizat kepada mereka kecuali (mukjizat itu) lebih besar dari mukjizat-mukjizat (yang sebelumnya). Dan Kami timpakan kepada mereka azab agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

And We showed them not a sign except that it was greater than its sister, and We seized them with affliction that perhaps they might return [to faith].

Tafsir
Jalalain

(Dan tidaklah Kami perlihatkan kepada mereka sesuatu tanda) yang menunjukkan azab Kami seperti banjir, topan, yaitu berupa air bah yang melanda rumah-rumah mereka yang ketinggiannya

mencapai leher orang yang sedang duduk, hal ini berlangsung selama. tujuh hari, dan juga belalang-belalang yang memusnahkan tanaman-tanaman mereka

(melainkan tanda atau azab itu lebih besar daripada azab-azab lainnya) yang sebelumnya. (Dan Kami timpakan kepada mereka azab supaya mereka kembali) sadar dari kekafirannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 48 |

penjelasan ada di ayat 36

Surat Az-Zukhruf |43:49|

وَقَالُوا يَا أَيُّهَ السَّاحِرُ ادْعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِنْدَكَ إِنَّنَا لَمُهْتَدُونَ

wa qooluu yaaa ayyuhas-saaḥirud'u lanaa robbaka bimaa 'ahida 'indak, innanaa lamuhtaduun

Dan mereka berkata, "Wahai pesihir! Berdoalah kepada Tuhanmu untuk (melepaskan) kami sesuai dengan apa yang telah dijanjikan-Nya kepadamu, sesungguhnya kami (jika doamu dikabulkan) akan menjadi orang yang mendapat petunjuk."

And they said [to Moses], "O magician, invoke for us your Lord by what He has promised you. Indeed, we will be guided."

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka berkata) kepada Musa tatkala mereka melihat adanya azab itu, ("Hai ahli sihir!) maksudnya, hai orang yang alim lagi sempurna ilmunya!

Dikatakan demikian karena menurut mereka ilmu sihir itu adalah ilmu yang paling diagungkan di kalaagan mereka (Berdoalah kepada Rabbmu untuk kami, sesuai dengan apa yang telah dijanjikan-Nya kepadamu)

yakni Dia akan melepaskan kami dari azab ini jika kami beriman (sesungguhnya kami benar-benar akan menjadi orang-orang yang mendapat petunjuk") atau mau beriman.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 49 |

penjelasan ada di ayat 36

Surat Az-Zukhruf |43:50|

فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُمُ الْعَذَابَ إِذَا هُمْ يَنْكُثُونَ

fa lammaa kasyafnaa 'an-humul-'ażaaba iżaa hum yangkuṡuun

Maka ketika Kami hilangkan azab itu dari mereka, seketika itu (juga) mereka ingkar janji.

But when We removed from them the affliction, at once they broke their word.

Tafsir
Jalalain

(Maka tatkala Kami hilangkan) berkat doa Musa (azab itu dari mereka, dengan serta merta mereka memungkiri) janjinya, bahkan mereka masih tetap melaju di dalam kekafirannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 50 |

penjelasan ada di ayat 36

Surat Az-Zukhruf |43:51|

وَنَادَىٰ فِرْعَوْنُ فِي قَوْمِهِ قَالَ يَا قَوْمِ أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ وَهَٰذِهِ الْأَنْهَارُ تَجْرِي مِنْ تَحْتِي ۖ أَفَلَا تُبْصِرُونَ

wa naadaa fir'aunu fii qoumihii qoola yaa qoumi a laisa lii mulku mishro wa haażihil-an-haaru tajrii min taḥtii, a fa laa tubshiruun

Dan Fir´aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata, "Wahai kaumku! Bukankah kerajaan Mesir itu milikku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku, apakah kamu tidak melihat?

And Pharaoh called out among his people; he said, "O my people, does not the kingdom of Egypt belong to me, and these rivers flowing beneath me; then do you not see?

Tafsir
Jalalain

(Dan Firaun berseru) dengan nada penuh kesombongan (kepada kaumnya seraya berkata, "Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan sungai-sungai ini)

yaitu sungai Nil dan anak-anaknya (mengalir di bawahku) di bawah keraton-keratonku, adalah kepunyaanku juga (maka apakah kalian tidak melihat) keagungan dan kebesaranku

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 51 |

Tafsir ayat 51-56

Allah Swt. berfirman, menceritakan keadaan Fir'aun dan pembangkangan, keingkaran, kekafiran, dan kesewenang-wenangannya; bahwa dia mengumpulkan kaumnya, lalu berseru kepada mereka seraya memperagakan dan membangga-banggakan dirinya sebagai raja negeri Mesir yang tunduk di bawah pengaturannya:


{أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ وَهَذِهِ الأنْهَارُ تَجْرِي مِنْ تَحْتِي}


Bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku. (Az-Zukhruf: 51) Qatadah mengatakan bahwa mereka memang mempunyai taman-taman dan sungai-sungai.


{أَفَلا تُبْصِرُونَ}


maka apakah kamu tidak melihat (nya)? (Az-Zukhruf: 51) Yakni tidakkah kalian melihat kebesaran dan kerajaan yang kumiliki? sedang­kan Musa dan para pengikutnya adalah orang-orang yang fakir lagi lemah. Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{فَحَشَرَ فَنَادَى. فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الأعْلَى. فَأَخَذَهُ اللَّهُ نَكَالَ الآخِرَةِ وَالأولَى}


Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya), lalu berseru memanggil kaumnya, (seraya) berkata, "Akulah Tuhanmu yang paling tinggi.”Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia. (An-Nazi'at: 23-25) Firman Allah Swt. yang menyitir kata-kata Fir'aun:


{أَمْ أَنَا خَيْرٌ مِنْ هَذَا الَّذِي هُوَ مَهِينٌ}


Bukankah aku lebih baik daripada orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya) ? (Az-Zukhruf: 52) As-Saddi mengatakan bahwa Fir'aun mengatakan, "Tidak, aku lebih baik daripada orang ini

yang tidak dapat menjelaskan perkataannya." Hal yang sama dikatakan oleh sebagian ulama Nahwu Basrah, bahwa am di sini mengandung makna bal. Dan pendapat ini dikuatkan dengan adanya apa yang diriwayatkan oleh Imam Farra dari sebagian ahli qira'at, bahwa dia membacanya:


"أَمَا أَنَا خَيْرٌ مِنْ هَذَا الَّذِي هُوَ مَهِينٌ"


Ibnu Jarir menjawab bahwa seandainya qiraat ini benar, tentulah maknanya pun benar dan jelas, tetapi qiraat ini bertentangan dengan qiraat semua ulama yang ada di kota-kota besar Islam, karena sesungguhnya mereka membacanya seperti berikut:


{أَمْ أَنَا خَيْرٌ مِنْ هَذَا الَّذِي هُوَ مَهِينٌ}


Bukankah aku lebih baik daripada orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya). (Az-Zukhruf: 52) dengan memakai istifham, yaitu am. Menurut hemat kami, berdasarkan hipotesis mana pun kesimpulannya

menunjukkan bahwa sesungguhnya yang dimaksud oleh Fir'aun tiada lain suatu pernyataan bahwa dirinya lebih baik dari Musa a.s. padahal kenyataannya Fir'aun dusta secara terang-terangan. Semoga laknat Allah terus menimpanya

sampai hari kiamat. Dan yang dimaksud dengan lafaz mahin, menurut Sufyan ialah rendah. Menurut Qatadah dan As-Saddi artinya lemah. Menurut Ibnu Jarir artinya tidak memiliki kerajaan, tidak memiliki pengaruh, dan tidak pula memiliki harta.


{وَلا يَكَادُ يُبِينُ}


dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya). (Az-Zukhruf: 52) Yakni hampir tidak dapat berbicara dengan fasih, karena lisannya pelat. As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

dan hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya). (Az-Zukhruf: 52) Maksudnya, hampir saja tidak dipahami perkataanya. Qatadah, As-Saddi, dan Ibnu Jarir mengatakan bahwa lisan Musa pelat.

Sufyan mengatakan bahwa pada lisan Musa terdapat luka bekas bara api saat ia memakan bara api semasa kecilnya. Dan apa yang dikatakan oleh Fir'aun la 'natullah ini dusta dan buat-buatannya (rekayasanya) sendiri.

Sesungguhnya yang mendorongnya berkata demikian hanyalah kekufuran dan keingkarannya, hal inilah yang menyebabkan dia memandang Musa a.s. dengan pandangan mata kekafiran dan kerendahan.

Padahal sesungguhnya penampilan Musa a.s. sangat anggun dan mulia lagi berwibawa sehingga memukau pandangan orang-orang yang berakal sehat. Ucapannya terhadap Musa a.s. sebagai seorang yang hina adalah dusta,

justru dia sendirilah yang hina lagi rendah, baik dari segi penampilan, akhlak, maupun agamanya. Dan Musalah orang yang mulia, seorang pemimpin, benar, berbakti, lagi mendapat petunjuk. Dan ucapannya yang disitir oleh firman-Nya:

dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)? (Az-Zukhruf: 52) merupakan buat-buatan dan rekayasa Fir'aun pula yang ia tuduhkan kepada Musa a.s. Karena sekalipun lisan Musa benar mengalami sesuatu akibat

dari bara api yang dikunyahnya, maka sesungguhnya dia telah memohon kepada Allah Swt. agar Dia melepaskan kesulitan lidahnya, supaya mereka dapat memahami perkataannya, Dan Allah Swt. mengabul­kan permintaannya itu, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:


{قَالَ قَدْ أُوتِيتَ سُؤْلَكَ يَا مُوسَى}


Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa. (Thaha: 36) Seandainya masih ada sesuatu yang membekas pada lisannya yang tidak dimintakan olehnya agar dilenyapkan, seperti apa yang dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri,

maka sesungguhnya dia telah memohon kepada Allah agar dirinya dibebaskan dari akibat kepelatan lisannya dalam tugas menyampaikan dan memberi pengertian. Karena hal-hal yang timbul dari cacat kejadian yang merupakan hal

yang di luar kekuasaan seorang hamba, maka ia tidak dicela dan tidak pula dicaci karenanya. Sedangkan Fir'aun sendiri sebagai seorang yang mempunyai pengertian dan akal, dia menyadari kenyataan ini.

Dan sesungguhnya tujuannya ialah hendak mengelabui rakyatnya karena mereka terdiri dari orang-orang yang tidak mengerti. Demikian pula ucapan Fir'aun yang disitir oleh firman-Nya:


{فَلَوْلا أُلْقِيَ عَلَيْهِ أَسَاوِرَةٌ مِنْ ذَهَبٍ}


Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang dari emas. (Az-Zukhruf: 53) Yang dimaksud dengan aswirah ialah perhiasan emas yang dikenakan di tangan alias gelang, demikianlah menurut Ibnu Abbas dan Qatadah serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.


{أَوْ جَاءَ مَعَهُ الْمَلائِكَةُ مُقْتَرِنِينَ}


atau malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya. (Az-Zukhruf: 53) Yakni para malaikat itu meluputinya, melayaninya, serta menjadi saksi akan kebenarannya. Fir'aun hanya memandang penampilan lahiriah saja

dan tidak memahami rahasia maknawi yang seandainya dia mengerti jauh lebih jelas dan terang ketimbang pandangannya yang hanya sebatas lahiriah saja itu. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:


{فَاسْتَخَفَّ قَوْمَهُ فَأَطَاعُوهُ}


Maka Fir’aun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu), lalu mereka patuh kepadanya. (Az-Zukhruf: 54) Akal dan pemikiran kaumnya dangkal. Pada saat Fir'aun menyeru mereka kepada kesesatan, mereka langsung menaatinya dan menyambut seruannya.


{إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ}


Karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik. (Az-Zukhruf: 54) Firman Allah Swt.:


{فَلَمَّا آسَفُونَا انْتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَأَغْرَقْنَاهُمْ أَجْمَعِينَ}


Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka, lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut). (Az-Zukhruf: 55) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a.

sehubungan dengan makna firman-Nya, "Asafuna, " mereka membuat Kami murka. Ad-Dahak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang di maksud ialah mereka membuat Kami marah.

Hal yang sama dikatakan pula oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, Qatadah, As-Saddi, dan lain-lainnya dari kalangan mufassirin.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو عُبَيْدِ اللَّهِ ابْنِ أَخِي ابْنِ وَهْبٍ، حَدَّثَنَا عَمِّي، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ مُسْلِمٍ التُّجِيبِيِّ عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِذَا رَأَيْتَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُعْطِي الْعَبْدَ مَا شَاءَ، وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيهِ، فَإِنَّمَا ذَلِكَ اسْتِدْرَاجٌ مِنْهُ لَهُ" ثُمَّ تَلَا {فَلَمَّا آسَفُونَا انْتَقَمْنَا مِنْهُمْ}


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah anak keponakanku, telah menceritakan kepada kami pamanku, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah,

dari Uqbah ibnu Muslim At-Tajibi, dari Uqbah ibnu Amir r.a, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila kamu melihat seorang hamba mendapatkan sesuatu yang dikehendakinya dari Allah Swt., sedangkan si hamba

yang bersangkutan tetap tenggelam dalam kemaksiatannya, maka sesungguhnya hal itu semata-mata hanyalah istidraj dari Allah terhadapnya. Kemudian Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Maka tatkala mereka membuat Kami murka,

Kami menghukum mereka lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut). (Az-Zukhruf: 55) Telah menceritakan pula kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abdul Hamid Al-Hammani,

telah menceritakan kepada kami Qais ibnur Rabi', dari Qais ibnu Muslim, dari Tariq ibnu Syihab yang mengatakan bahwa ketika ia sedang berada di rumah Abdullah ibnu Mas'ud r.a, lalu diceritakan kepadanya tentang kematian

yang mendadak. Maka Ibnu Mas'ud berkata, "Itu merupakan keringanan bagi orang mukmin, dan merupakan kekecewaan bagi orang kafir." Lalu Abdullah ibnu Mas'ud r.a. membacakan firman-Nya: Maka tatkala mereka membuat Kami murka,

Kami menghukum mereka, lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut). (Az-Zukhruf: 55) Umar ibnu Abdul Aziz r.a. telah mengatakan bahwa ia menemukan makna azab bersamaan dengan keadaan lalai.

Yang ia maksudkan adalah firman Allah Swt.: Maka tatkala mereka membuat Kami murka, kami menghukum mereka, lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut). (Az-Zukhruf: 55) Adapun firman Allah Swt.


{فَجَعَلْنَاهُمْ سَلَفًا وَمَثَلا لِلآخِرِينَ}


dan Kami jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang kemudian. (Az-Zukhruf: 56) Abu Mijlaz mengatakan, makna yang dimaksud ialah sebagai pelajaran dan contoh bagi orang yang melakukan hal yang sama

seperti apa yang dilakukan oleh mereka. Abu Mijlaz dan Mujahid mengatakan bahwa matsalan artinya pelajaran bagi orang-orang yang sesudah mereka (agar tidak mengerjakan seperti apa yang telah dilakukan oleh mereka).

Surat Az-Zukhruf |43:52|

أَمْ أَنَا خَيْرٌ مِنْ هَٰذَا الَّذِي هُوَ مَهِينٌ وَلَا يَكَادُ يُبِينُ

am ana khoirum min haażallażii huwa mahiinuw wa laa yakaadu yubiin

Bukankah aku lebih baik dari orang (Musa) yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)?

Or am I [not] better than this one who is insignificant and hardly makes himself clear?

Tafsir
Jalalain

(Bukankah) kalian telah melihat sesudah kesemuanya itu (aku lebih baik dari orang ini) dari Nabi Musa (yang dia adalah orang hina) lemah lagi hina

(dan yang hampir tidak dapat berbicara dengan jelas) tidak dapat menjelaskan perkataannya, karena sewaktu kecil ia pernah memakan bara api, hingga lisannya pelan atau tidak fasih.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 52 |

penjelasan ada di ayat 51

Surat Az-Zukhruf |43:53|

فَلَوْلَا أُلْقِيَ عَلَيْهِ أَسْوِرَةٌ مِنْ ذَهَبٍ أَوْ جَاءَ مَعَهُ الْمَلَائِكَةُ مُقْتَرِنِينَ

falau laaa ulqiya 'alaihi aswirotum min żahabin au jaaa`a ma'ahul-malaaa`ikatu muqtariniin

Maka mengapa dia (Musa) tidak dipakaikan gelang dari emas, atau malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya?"

Then why have there not been placed upon him bracelets of gold or come with him the angels in conjunction?"

Tafsir
Jalalain

(Mengapa tidak) kenapa tidak dipakaikan kepadanya jika memang ia orang yang benar di dalam pengakuannya (gelang dari emas) lafal Asawirah adalah bentuk jamak dari lafal Aswiratun

yang wazannya sama dengan lafal Aghribatun, dan lafal Aswiratun ini merupakan bentuk jamak pula dari lafal Siwarun. Maksud Firaun, mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang dari emas

sebagaimana kebiasaan orang-orang yang diberi kekuasaan olehnya, yaitu orang tersebut diberi pakaian kebesaran yang terbuat dari emas dan pula dipakaikan kepadanya gelang emas sebagai tanda kedudukannya

(atau malaikat datang bersama-sama dia mengiringkannya") datang berturut-turut kepadanya seraya menyatakan kebenaran kerasulannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 53 |

penjelasan ada di ayat 51

Surat Az-Zukhruf |43:54|

فَاسْتَخَفَّ قَوْمَهُ فَأَطَاعُوهُ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ

fastakhoffa qoumahuu fa athoo'uuh, innahum kaanuu qouman faasiqiin

Maka (Fir´aun) dengan perkataan itu telah mempengaruhi kaumnya, sehingga mereka patuh kepadanya. Sungguh, mereka adalah kaum yang fasik.

So he bluffed his people, and they obeyed him. Indeed, they were [themselves] a people defiantly disobedient [of Allah].

Tafsir
Jalalain

(Maka Firaun mempengaruhi) berupaya menanamkan pengaruhnya kepada (kaumnya, lalu mereka patuh kepadanya) mematuhi apa yang dikehendaki oleh Firaun, yaitu mendustakan Musa (karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 54 |

penjelasan ada di ayat 51

Surat Az-Zukhruf |43:55|

فَلَمَّا آسَفُونَا انْتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَأَغْرَقْنَاهُمْ أَجْمَعِينَ

fa lammaaa aasafuunantaqomnaa min-hum fa aghroqnaahum ajma'iin

Maka ketika mereka membuat Kami murka, Kami hukum mereka, lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut),

And when they angered Us, We took retribution from them and drowned them all.

Tafsir
Jalalain

(Maka tatkala mereka membuat Kami murka) (Kami menghukum mereka lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya di laut.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 55 |

penjelasan ada di ayat 51

Surat Az-Zukhruf |43:56|

فَجَعَلْنَاهُمْ سَلَفًا وَمَثَلًا لِلْآخِرِينَ

fa ja'alnaahum salafaw wa maṡalal lil-aakhiriin

maka Kami jadikan mereka sebagai (kaum) terdahulu, dan pelajaran bagi orang-orang yang kemudian.

And We made them a precedent and an example for the later peoples.

Tafsir
Jalalain

(Dan Kami jadikan mereka sebagai pelajaran) lafal Salafan merupakan bentuk jamak dari lafal salifun, wazannya sama dengan lafal Khadimun atau pelayan,

yang jamaknya adalah Khadamun; yakni orang-orang terdahulu yang dijadikan sebagai pelajaran (dan contoh bagi orang-orang yang kemudian) sesudah mereka,

di mana orang-orang yang sesudah mereka itu dapat mengambil contoh dari keadaan mereka, karena itu mereka tidak berani melakukan hal-hal serupa.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 56 |

penjelasan ada di ayat 51

Surat Az-Zukhruf |43:57|

وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلًا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ

wa lammaa dhuribabnu maryama maṡalan iżaa qoumuka min-hu yashidduun

Dan ketika putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaummu (suku Quraisy) bersorak karenanya.

And when the son of Mary was presented as an example, immediately your people laughed aloud.

Tafsir
Jalalain

(Dan tatkala dijadikan) dibuat (putra Maryam sebagai perumpamaan) yaitu ketika Allah swt. menurunkan firman-Nya, "Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah

adalah makanan neraka Jahanam.." (Q.S. Al Anbiya, 98). Seketika itu juga orang-orang musyrik mengatakan, "Kami rela bila ternyata tuhan-tuhan sesembahan kami bersama dengan Isa,

karena ia pun menjadi sesembahan selain Allah pula (tiba-tiba kaummu) yakni mereka yang musyrik (terhadap perumpamaan itu) terhadap misal tersebut (menertawakannya) karena gembira mendengar perumpamaan itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 57 |

Tafsir ayat 57-65

Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang kebandelan orang-orang Quraisy dalam kekafirannya dan kesengajaan mereka bersikap ingkar dan mendebat Nabi Saw.


{وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ}


Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaummu (Quarisy) bersorak karenanya. (Az-Zukhruf: 57) Bukan hanya seorang telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. Mujahid, Ikrimah, As-Saddi, dan Ad-Dahhak,

bahwa mereka tertawa, yakni merasa heran dengan perumpamaan tersebut. Qatadah mengatakan bahwa mereka merasa tekejut dengan perumpamaan itu, lalu tertawa. Ibrahim An-Nakha'i mengatakan bahwa

mereka berpaling darinya. Latar belakang turunnya ayat ini seperti yang diketengahkan oleh Muhammad ibnu Ishaq di dalam kitab As-Sirah disebutkan bahwa menurut berita yang sampai kepadanya, pada suatu hari Rasulullah Saw.

duduk bersama Al-Walid ibnul Mugirah di dalam Masjidil Haram. Lalu datanglah An-Nadr ibnul Haris yang langsung bergabung dengan mereka di majelis itu, dan di dalam majelis tersebut terdapat banyak lelaki dari kaum Quraisy.

Maka Rasulullah Saw. membuka pembicaraan, tetapi pembicaraannya di tentang oleh An-Nadr ibnul Haris. Maka Rasulullah Saw. membalasnya hingga mengalahkannya, lalu beliau Saw. membacakan kepada An-Nadr ibnul Haris dan juga kepada mereka firman Allah Swt.:


{إِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ أَنْتُمْ لَهَا وَارِدُونَ}


Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah umpan Jahanam, kamu pasti masuk ke dalamnya. (Al-Anbiya: 98), dan beberapa ayat berikutnya. Kemudian Rasulullah Saw. bangkit, dan saat itu datanglah

Abdullah ibnuz Zaba'ri At-Tamimi, lalu ikut bergabung ke dalam mejelis tersebut. Maka Al-Walid ibnul Mugirah berkata kepadanya, "Demi Allah, An-Nadr ibnul Haris tidak mau berdiri untuk anak Abdul Muttalib (maksudnya Nabi Saw.)

dan tidak mau pula duduk (dengannya). Sesungguhnya Muhammad menduga bahwa kita dan apa yang kita sembah selain Allah ini akan menjadi umpan neraka Jahanam." Abdullah ibnuz Zaba'ri berkata, "Ingatlah, demi Allah;

seandainya aku menjumpainya, niscaya aku debat dia. Tanyakanlah kepada Muhammad, 'Apakah semua yang disembah selain Allah dimasukkan ke dalam Jahanam bersama para pengabdinya?' Kita menyembah para malaikat,

orang-orang Yahudi menyembah Uzair, dan orang-orang Nasrani menyembah Al-Masih Isa ibnu Maryam." Maka merasa heranlah Al-Walid bersama orang-orang yang ada di dalam majelis itu terhadap ucapan Abdullah ibnuz Zaba'ri,

dan mereka berpandangan bahwa Abdullah ibnuz Zaba'ri telah mendebat dan mengalahkan alasan Muhammad. Lalu hal tersebut diceritakan kepada Rasulullah Saw, maka beliau Saw. bersabda:


"كُلُّ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُعْبَدَ مِنْ دُونِ اللَّهِ، فَهُوَ مَعَ مَنْ عَبَدَهُ، فَإِنَّهُمْ إِنَّمَا يَعْبُدُونَ الشَّيْطَانَ وَمَنْ أَمَرَهُمْ بِعِبَادَتِهِ"


Barang siapa yang senang dirinya disembah selain Allah, maka dia bersama dengan orang-orang yang menyembahnya. Dan sesungguhnya yang mereka sembah itu hanyalah setan dan orang-orang yang memerintahkan kepada mereka untuk menyembahnya.Lalu turunlah firman Allah Swt.:


{إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَ}


Sesungguhnya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka. (Al-Anbiya: 101) Yaitu Isa dan Uzair serta orang-orang yang disembah lainnya bersama keduanya

dari kalangan para rahib dan para pendeta yang telah menjalani masa hidupnya dalam ketaatan kepada Allah Swt. Lalu oleh orang-orang yang sesudah mereka dari kalangan orang-orang yang sesat,

mereka dijadikan sebagai tuhan-tuhan selain Allah. Telah disebutkan pula di dalam Al-Qur'an yang mengisahkan bahwa mereka menyembah para malaikat yang mereka anggap sebagai anak-anak perempuan Allah, yaitu melalui firman-Nya:


{وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ}


Dan mereka bekata, "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak”, Mahasuci Allah Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan. (Al-Anbiya: 26)


{وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ}


Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya. (Az-Zukhruf: 57) Yakni mereka menyoraki ucapanmu itu. kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya perihal Isa a.s.:


{إِنْ هُوَ إِلا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ. وَلَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ مَلائِكَةً فِي الأرْضِ يَخْلُفُونَ. وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ}


Ia tiada lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil. Dan kalau kami kehendaki. benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu

di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun. Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. (Az-Zukhruf 59-61) Yakni mukjizat-mukjizat yang telah diberikan kepadanya,

seperti menghidupkan orang-orang yang mati dan menyembuhkan segala macam penyakit; hal itu sudah cukup sebagai bukti yang menunjukkan akan pengetahuan tentang hari kiamat. Dalam firman berikutnya disebutkan:


{فَلا تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُونِ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ}


Karena itu, janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus. (Az-Zukhruf: 61) Ibnu Jarir menyebutkan melalui riwayat Al-Aufi, dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya:

Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya. (Az-Zukhruf: 57) Yakni kaum Quraisy. Dan tatkala disebutkan kepada mereka firman-Nya: Sesungguhnya

kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah umpan Jahanam, kamu pasti masuk ke dalamnya. (Al-Anbiya: 98), hingga beberapa ayat sesudahnya. Maka orang-orang Quraisy bertanya kepada Nabi Saw,

"Siapakah Ibnu Maryam itu?" Rasulullah Saw. menjawab: Dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Mereka berkata, "Demi Allah, tiada yang dikehendaki oleh orang ini melainkan agar kita menjadikannya sebagai tuhan,

sebagaimana orang-orang Nasrani menjadikan Isa putra Maryam sebagai tuhan yang disembah mereka." Maka Allah Swt. berfirman: Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja,

sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. (Az-Zukhruf: 58) Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasym ibnul Qasim, telah menceritakan kepada kami Syaiban, dari Asim ibnu Abun Nujud,

dari Abu Razin, dari Abu Yahya maula Ibnu Aqil Al-Ansari yang mengatakan bahwa Ibnu Abbas r.a. pernah mengatakan, "Sesungguhnya aku mengetahui suatu ayat dari Al-Qur'an (makna yang dimaksud olehnya)

tiada seorang pun yang menanyakannya kepadaku. Dan aku tidak mengetahui apakah orang lain telah mengetahuinya hingga mereka tidak menanyakannya, ataukah memang mereka tidak mengetahuinya yang karenanya

mereka tidak menanyakannya?" Kemudian Ibnu Abbas r.a. melanjutkan pembicaraannya dengan kami, dan ketika ia bangkit meninggalkan kami, maka kami saling mencela di antara sesama kami,

mengapa kami tidak menanyakan tentang ayat itu. Lalu aku (Abu Yahya) berkata, "Akulah yang akan menanyakannya besok." Dan pada keesokan harinya aku bertanya, "Hai Ibnu Abbas, kemarin engkau mengatakan bahwa

ada suatu ayat Al-Qur'an yang tiada seorang pun menanyakannya kepadamu, sedangkan engkau tidak mengetahui apakah orang lain telah mengetahui (makna)nya ataukah mereka tidak mengetahuinya."

Aku melanjutkan pertanyaanku, "Maka ceritakanlah kepadaku tentang ayat tersebut dan ayat yang telah engkau baca sebelumnya." Ibnu Abbas r.a. bersedia, lalu ia mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada orang-orang Quraisy:


"يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ، إِنَّهُ لَيْسَ أَحَدٌ يُعْبَدُ مِنْ دُونِ اللَّهِ فِيهِ خَيْرٌ"


Hai orang-orang Quraisy, sesungguhnya tiada seorang pun yang disembah selain Allah terdapat kebaikan pada dirinya. Dan orang-orang Quraisy telah mengetahui bahwa orang-orang Nasrani menyembah Isa putra Maryam

dan pendapat mereka terhadap Muhammad Saw. Maka mereka mengatakan, "Hai Muhammad, bukankah engkau mengira bahwa Isa putra Maryam adalah seorang nabi dan hamba Allah yang saleh? Maka jika engkau benar,

dia adalah tuhan mereka seperti apa yang dikatakan oleh mereka." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya. (Az-Zukhruf: 57)

Aku bertanya, "Apakah arti yasiduna?" Ibnu Abbas menjawab, "Mereka tertawa karenanya." Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. (Az-Zukhruf: 61) Ibnu Abbas mengatakan bahwa

makna yang dimaksud ialah munculnya Isa putra Maryam a.s. sebelum hari kiamat. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ya'qub Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Adam,

telah menceritakan kepada kami Syaiban, dari Asim ibnu Abun Nujud, dari Abu Ahmad maula Al-Ansar, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah pernah bersabda: Hai orang-orang Quraisy, sesungguhnya

tiada seorang pun yang di sembah selain Allah pada dirinya terkandung kebaikan. Maka mereka mengatakan kepadanya, "Bukankah engkau meyakini bahwa Isa putra Maryam adalah seorang nabi dan hamba Allah

yang saleh yang juga disembah selain dari Allah? Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya. (Az-Zukhruf: 57)

Mujahid sehubungan dengan ayat ini mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, orang-orang Quraisy mengatakan, "Sesungguhnya Muhammad menginginkan agar dirinya disembah oleh kita sebagaimana Isa disembah oleh kaumnya." Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah. Firman Allah Swt.:


{وَقَالُوا أَآلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ}


Dan mereka berkata, "Manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan kami atau dia?” (Az-Zukhruf: 58) Qatadah mengatakan bahwa orang-orang Quraisy mengatakan, "Tuhan-tuhan kami lebih baik daripada dia." Qatadah mengatakan bahwa Ibnu Mas'ud r.a. membaca ayat ini dengan bacaan berikut:


"وَقَالُوا أَآلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هَذَا"


Dan mereka berkata, "Manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan kami atau ini?” Yang mereka maksudkan adalah Muhammad Saw. Firman selanjutnya:


{مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلا جَدَلا}


Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu, melainkan dengan maksud membantah saja. (Az-Zukhruf: 58) Yakni dengan tujuan membantah, padahal mereka mengetahui bahwa

Isa tidak termasuk ke dalam pengertian ayat, karena ungkapannya memakai kata yang ditujukan kepada yang tidak berakal alias benda mati, yaitu firman Allah Swt.


{إِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ}


Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah umpan Jahanam. (Al-Anbiya: 98) Kemudian khitab ini ditujukan kepada orang-orang Quraisy, dan mereka tiada lain hanyalah penyembah berhala-berhala

dan tandingan-tandingan yang mereka ada-adakan. Mereka sama sekali bukan penyembah Al-Masih, dan itu tidak mungkin termasuk ke dalam pengertian ini. Karena itulah maka ucapan mereka tiada lain hanya semata-mata sebagai bantahan dari mereka, bukan berarti mereka meyakini kebenarannya.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ، رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى: حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ، حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ دِينَارٍ، عَنْ أَبِي غَالِبٍ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوا عَلَيْهِ، إِلَّا أُورِثُوا الْجَدَلَ"، ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ: {مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلا جَدَلا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ}


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Namir, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Dinar, dari Abu Galib, dari Abu Umamah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

Tidak sekali-kali suatu kaum sesat sesudah mendapat petunjuk yang telah ada di kalangan mereka, melainkan akan diwariskan kepada mereka suka berbantah. Kemudian Rasulullah Saw. membaca firman-Nya:

Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu, melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. (Az-Zukhruf: 58) Imam Turmuzi, Imam Ibnu Majah,

dan Ibnu Jarir telah meriwayatkan hadis ini melalui Hajjaj ibnu Dinar dengan sanad yang sama. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih, kami tidak mengenalnya melainkan melalui riwayat Hajjaj ibnu Dinar.

Demikianlah menurut apa yang dikatakannya. Hadis yang semisal diriwayatkan pula melalui jalur lain dari Abu Umamah r.a. dengan sedikit tambahan. Untuk itu Ibnu Abu Hatim mengatakan:


حَدَّثَنَا حُمَيْدُ بْنُ عَيَّاشٍ الرَّمْلِيُّ، حَدَّثَنَا مؤمَّل، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، أَخْبَرَنَا ابْنُ مَخْزُومٍ، عَنِ الْقَاسِمِ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الشَّامِيِّ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ -قَالَ حَمَّادٌ: لَا أَدْرِي رَفَعَهُ أَمْ لَا؟ -قَالَ: مَا ضَلَّتْ أُمَّةٌ بَعْدَ نَبِيِّهَا إِلَّا كَانَ أَوَّلَ ضَلَالِهَا التَّكْذِيبُ بِالْقَدَرِ، وَمَا ضَلَّتْ أُمَّةٌ بَعْدَ نَبِيِّهَا إِلَّا أُعْطُوا الْجَدَلَ، ثُمَّ قَرَأَ: {مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلا جَدَلا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ}


telah menceritakan kepada kami Humaid ibnu Iyasy Ar-Ramli, telah menceritakan kepada kami Muammal, telah menceritakan kepada kami Hammad, telah menceritakan kepada kami Ibnu Makhzum,

dari Al-Qasim ibnu Abdur Rahman As-Sami, dari Abu Umamah r.a. —Hammad mengatakan bahwa ia tidak mengetahui apakah Abu Umamah me-rafa'-kan hadis ini atau tidak—disebutkan: Tidak sekali-kali suatu umat sesat

sepeninggal nabinya, melainkan mula-mula kesesatan yang dilakukannya ialah mendustakan takdir. Dan tidak sekali-kali suatu umat sesat sepeninggal nabinya, melainkan mereka akan diberi berbantah-bantahan

(suka membantah kebenaran). Kemudian Nabi Saw. membaca firman-Nya: Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu, melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. (Az-Zukhruf: 58)


قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ أَيْضًا: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ عَبَّادِ بْنِ عَبَّادٍ، عَنْ جَعْفَرٍ، عَنِ الْقَاسِمِ ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ عَلَى النَّاسِ وَهُمْ يَتَنَازَعُونَ فِي الْقُرْآنِ، فَغَضِبَ غَضَبًا شَدِيدًا حَتَّى كَأَنَّمَا صُبَّ عَلَى وَجْهِهِ الْخَلُّ، ثُمَّ قَالَ: "لَا تَضْرِبُوا كِتَابَ اللَّهِ بَعْضَهُ بِبَعْضٍ، فَإِنَّهُ مَا ضَلَّ قَوْمٌ قَطُّ إِلَّا أُوتُوا الْجَدَلَ"، ثُمَّ تَلَا {مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلا جَدَلا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ}


Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahman, dari Ubadah ibnu Abbad, dari Ja'far, dari Al-Qasim, dari Abu Umamah r.a.

yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. keluar menemui orang-orang yang saat itu sedang berbantah-bantahan mengenai Al-Qur'an. Maka beliau Saw. marah dengan kemarahan yang sangat sehingga seakan-akan

seperti dituangkan cuka pada wajah beliau Saw, lalu beliau Saw. bersabda: Janganlah kalian mengadukan sebagian Kitabullah dengan sebagian yang lain. Karena sesungguhnya tidak sekali-kali suatu kaum sesat,

melainkan diberikan kepada mereka suka membantah. Kemudian beliau Saw. membaca firman-Nya: Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu, melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. (Az-Zukhruf: 58) Adapun firman Allah Swt.:


{إِنْ هُوَ إِلا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ}


Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepada nya nikmat. (Az-Zukhruf: 59) Yakni tiada lain Isa adalah seorang hamba Allah Swt. yang telah diberi karunia kenabian dan kerasulan dari-Nya.


{وَجَعَلْنَاهُ مَثَلا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ}


dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil. (Az-Zukhruf: 59) Yaitu sebagai bukti, alasan, dan keterangan yang menunjukkan kekuasaan Kami terhadap apa yang Kami kehendaki. Firman Allah Swt.:


{وَلَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ} أَيْ: بَدَلَكُمْ {مَلائِكَةً فِي الأرْضِ يَخْلُفُونَ}


Dan kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun. (Az-Zukhruf: 60) As-Saddi mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah menjadi pengganti kalian di muka bumi.

Ibnu Abbas r.a. mengatakan —juga Qatadah— bahwa makna yang dimaksud ialah sebagian dari mereka mengganti sebagian yang lain, sebagaimana sebagian dari kalian mengganti sebagian yang lain. Pendapat ini pada garis besarnya

sama dengan pendapat yang pertama. Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah menjadi pengganti dari kalian dalam meramaikan bumi. Firman Allah Swt.:


{وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ}


Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. (Az-Zukhruf: 61) Pada tafsir yang dikemukakan oleh Ibnu Ishaq sebelum ini telah disebutkan sebagian darinya,

bahwa yang dimaksud ialah mukjizat yang diberikan oleh Allah Swt. kepada Isa, yaitu dapat menghidupkan orang mati, dapat menyembuhkan orang yang buta dan orang yang berpenyakit supak serta penyakit-penyakit lainnya.

Tetapi pendapat ini masih perlu diteliti lagi. Tafsir yang terjauh ialah apa yang dikatakan oleh Qatadah dari Al-Hasan Al-Basri dan Sa'id ibnu Jubair, bahwa damir yang ada pada lafaz innahu kembali merujuk kepada Al-Qur'an,

bahkan yang benar damir itu kembali kepada Isa a.s. karena konteks kalimat sedang membicarakan tentang dia. Kemudian yang dimaksud dengan maknanya ialah bahwa turunnya Isa adalah kelak sebelum hari kiamat, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:


{وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ}


Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. (An-Nisa: 159) Yakni sebelum Isa mati dengan sebenarnya.


{وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا}


Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka. (An-Nisa: 159) Pengertian ini diperkuat dengan adanya bacaan lain yang menyebutkan:


{وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ}


Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. (Az-Zukhruf: 61) Yaitu sebagai tanda dan dalil yang menunjukkan akan terjadinya hari kiamat. Mujahid telah mengatakan

sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. (Az-Zukhruf: 61) Artinya, pertanda akan terjadinya hari kiamat itu ialah munculnya Isa dekat sebelum kiamat.

Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Abu Malik, Ikrimah, Al-Hasan, Qatadah, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya. Telah disebutkan pula dalam sebuah hadis yang berpredikat mutawatir yang menyebutkan

bahwa Rasulullah Saw. pernah memberitakan turunnya Isa a.s. sebelum hari kiamat sebagai seorang pemimpin yang adil lagi hakim yang adil. Firman Allah Swt.:


{فَلا تَمْتَرُنَّ بِهَا}


Karena itu, janganlah kamu ragu-ragu tentang hari kiamat itu. (Az-Zukhruf: 61) Janganlah kalian meragukan hari kiamat, sesungguhnya hari kiamat itu pasti akan terjadi dan tidak terelakkan lagi.


{وَاتَّبَعُونِ}


dan ikutilah aku. (Az-Zukhruf: 61) dalam semua apa yang kusampaikan kepada kalian.


{هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ. وَلا يَصُدَّنَّكُمُ الشَّيْطَانُ}


Inilah jalan yang lurus. Dan janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh setan. (Az-Zukhruf: 61-62) dari mengikuti jalan yang hak.


{إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ. وَلَمَّا جَاءَ عِيسَى بِالْبَيِّنَاتِ قَالَ قَدْ جِئْتُكُمْ بِالْحِكْمَةِ}


Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu. Dan tatkala Isa datang membawa keterangan, dia berkata, "Sesungguhnya aku. datang dengan membawa hikmah.” (Az-Zukhruf: 62-63) Yakni kenabian.


{وَلأبَيِّنَ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي تَخْتَلِفُونَ فِيهِ}


dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya. (Az-Zukhruf: 63) Ibnu Jarir mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah urusan agama, bukan urusan duniawi. Apa yang dikatakan

oleh Ibnu Jarir ini baik lagi cocok. Kemudian Ibnu Jarir menjawab terhadap pendapat orang yang menduga bahwa lafaz ba’du sini bermakna kullun, lalu mengemukakan ucapan Labid seorang penya'ir sebagai dasar pegangan pendapatnya, yaitu:


تَرّاك أمْكنَة إذَا لَمْ أرْضَها أَوْ يَعْتَلق بَعْضَ النُّفُوسِ حمَامُها


Aku musnahkan Seberapa tempat bila aku tidak menyukainya, atau kematian akan menimpa jiwa ini. Mereka menakwilkan lafaz ba’di sini dengan pengertian 'semua jiwa'.

Ibnu Jarir membantah bahwa sesungguhnya yang dimaksud oleh penyair hanyalah jiwanya sendiri saja, lalu diungkapkan dengan kata ba’di. Pendapat Ibnu Jarir ini dapat diterima. Firman Allah Swt.:


{فَاتَّقُوا اللَّهَ}


maka bertakwalah kepada Allah. (Az-Zukhruf: 63) Yakni dalam semua hal yang kuperintahkan kepada kalian untuk mengerjakannya.


وَأَطِيعُونِ}


dan taatlah (kepada) ku. (Az-Zukhruf: 63) Yaitu dalam semua yang kusampaikan kepada kalian.


{إِنَّ اللَّهَ هُوَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ}


Sesungguhnya Allah, Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu. Maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus. (Az-Zukhruf: 64) Maksudnya aku dan kalian adalah hamba-hamba Allah lagi berhajat kepada-Nya, sama-sama diperintahkan untuk menyembah kepada-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya.


{هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ}


ini adalah jalan yang lurus. (Az-Zukhruf: 64) Apa yang kusampaikan kepada kalian ini adalah jalan yang lurus, yaitu menyembah Allah semata. Firman Allah Swt.:


{فَاخْتَلَفَ الأحْزَابُ مِنْ بَيْنِهِمْ}


Maka berselisihlah golongan-golongan (yang terdapat) di antara mereka. (Az-Zukhruf: 65) Yakni beberapa golongan dari mereka berselisih pendapat sehingga jadilah mereka bercerai-berai tentangnya. Sebagian di antara mereka

mengakui bahwa Isa adalah hamba dan rasul Allah, golongan inilah yang benar. Dan sebagian yang lain mengatakan bahwa dia adalah anak Allah; sebagian lainnya mengatakan bahwa dia itulah Allah, Mahasuci Allah lagi Mahatinggi

dari ucapan mereka dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:


{فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْ عَذَابِ يَوْمٍ أَلِيمٍ}


lalu kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang zalim, yakni siksaan hari yang pedih (kiamat). (Az-Zukhruf: 65)

Surat Az-Zukhruf |43:58|

وَقَالُوا أَآلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ ۚ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًا ۚ بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ

wa qooluuu a aalihatunaa khoirun am huw, maa dhorobuuhu laka illaa jadalaa, bal hum qoumun khoshimuun

Dan mereka berkata, "Manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?" Mereka tidak memberikan (perumpamaan itu) kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.

And they said, "Are your gods better, or is he?" They did not present the comparison except for [mere] argument. But, [in fact], they are a people prone to dispute.

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka berkata, 'Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia') yakni nabi Isa, maka karenanya kami rela tuhan-tuhan kami bersama dia

(Mereka tidak memberikan perumpamaan itu) atau misal tersebut (kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja) atau menyanggah kamu dengan cara yang batil,

karena mereka telah mengetahui, bahwa berhala-berhala yang tidak berakal itu tidak akan dapat menyamai Nabi Isa a.s. (sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar") sangat gemar bertengkar.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 58 |

penjelasan ada di ayat 57

Surat Az-Zukhruf |43:59|

إِنْ هُوَ إِلَّا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلًا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ

in huwa illaa 'abdun an'amnaa 'alaihi wa ja'alnaahu maṡalal libaniii isrooo`iil

Dia (Isa) tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan nikmat (kenabian) kepadanya, dan Kami jadikan dia sebagai contoh bagi Bani Israil.

Jesus was not but a servant upon whom We bestowed favor, and We made him an example for the Children of Israel.

Tafsir
Jalalain

(Bukankah) tidak lain (dia) yakni Nabi Isa itu (hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat) kenabian (dan Kami jadikan dia) yaitu kelahirannya dengan tanpa ayah

(sebagai perumpamaan untuk Bani Israel) maksudnya, sebagai bukti yang menunjukkan akan kekuasaan Allah swt. yang mampu menciptakan apa yang dikehendaki-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 59 |

penjelasan ada di ayat 57

Surat Az-Zukhruf |43:60|

وَلَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ مَلَائِكَةً فِي الْأَرْضِ يَخْلُفُونَ

walau nasyaaa`u laja'alnaa mingkum malaaa`ikatan fil-ardhi yakhlufuun

Dan sekiranya Kami menghendaki, niscaya ada di antara kamu yang Kami jadikan malaikat-malaikat (yang turun-temurun) sebagai pengganti kamu di bumi.

And if We willed, We could have made [instead] of you angels succeeding [one another] on the earth.

Tafsir
Jalalain

(Dan kalau Kami kehendaki benar-benar Kami jadikan sebagai ganti kalian) untuk mengganti kalian (di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun) misalnya, kalian Kami binasakan terlebih dahulu, lalu Kami jadikan malaikat sebagai ganti kalian.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 60 |

penjelasan ada di ayat 57

Surat Az-Zukhruf |43:61|

وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ فَلَا تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُونِ ۚ هَٰذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ

wa innahuu la'ilmul lis-saa'ati fa laa tamtarunna bihaa wattabi'uun, haażaa shiroothum mustaqiim

Dan sungguh, dia (Isa) benar-benar menjadi pertanda akan datangnya hari Kiamat. Karena itu, janganlah kamu ragu-ragu tentang (Kiamat) itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.

And indeed, Jesus will be [a sign for] knowledge of the Hour, so be not in doubt of it, and follow Me. This is a straight path.

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya dia) Nabi Isa itu (benar-benar merupakan pengetahuan tentang hari kiamat) artinya, dengan diturunkannya dia maka diketahuilah dekatnya hari kiamat.

(Karena itu janganlah kalian ragu-ragu tentang kiamat itu) atau janganlah kalian meragukannya. Lafal Tamtarunna asalnya Tamtarunanna, kemudian dibuang daripadanya Nun alamat rafa' karena dijazmkan,

\dan dibuang pula daripadanya Wawu Dhamir jamak tetapi bukan karena Illat bertemunya dua huruf yang disukunkan, sehingga jadilah Tamtarunna. (Dan) katakanlah kepada mereka,

("Ikutilah aku) yakni ajaran tauhid ini. (Inilah) apa yang kuperintahkan kalian menjalankannya (jalan) atau tuntunan (yang lurus.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 61 |

penjelasan ada di ayat 57

Surat Az-Zukhruf |43:62|

وَلَا يَصُدَّنَّكُمُ الشَّيْطَانُ ۖ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

wa laa yashuddannakumusy-syaithoon, innahuu lakum 'aduwwum mubiin

Dan janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh setan, sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.

And never let Satan avert you. Indeed, he is to you a clear enemy.

Tafsir
Jalalain

(Dan janganlah kalian sekali-kali dipalingkan) dapat dipalingkan dari agama Allah (oleh setan; sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kalian") nyata permusuhannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 62 |

penjelasan ada di ayat 57

Surat Az-Zukhruf |43:63|

وَلَمَّا جَاءَ عِيسَىٰ بِالْبَيِّنَاتِ قَالَ قَدْ جِئْتُكُمْ بِالْحِكْمَةِ وَلِأُبَيِّنَ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي تَخْتَلِفُونَ فِيهِ ۖ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ

wa lammaa jaaa`a 'iisaa bil-bayyinaati qoola qod ji`tukum bil-ḥikmati wa li`ubayyina lakum ba'dhollażii takhtalifuuna fiih, fattaqulloha wa athii'uun

Dan ketika Isa datang membawa keterangan, dia berkata, "Sungguh, aku datang kepadamu dengan membawa Hikmah, dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu perselisihkan, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.

And when Jesus brought clear proofs, he said, "I have come to you with wisdom and to make clear to you some of that over which you differ, so fear Allah and obey me.

Tafsir
Jalalain

(Dan tatkala Isa datang dengan membawa keterangan-keterangan) mukjizat-mukjizat dan syariat-syariat (dia berkata, "Sesungguhnya aku datang kepada kalian dengan membawa hikmah)

kenabian dan syariat Injil (dan untuk menjelaskan kepada kalian sebagian dari apa yang kalian berselisih tentangnya) yakni tentang hukum-hukum Taurat,

yaitu menyangkut masalah agama dan masalah-masalah lainnya, Nabi Isa menjelaskan kepada mereka perkara agama yang sebenarnya (maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 63 |

penjelasan ada di ayat 57

Surat Az-Zukhruf |43:64|

إِنَّ اللَّهَ هُوَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ ۚ هَٰذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ

innalloha huwa robbii wa robbukum fa'buduuh, haażaa shiroothum mustaqiim

Sungguh, Allah, Dia Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Ini adalah jalan yang lurus."

Indeed, Allah is my Lord and your Lord, so worship Him. This is a straight path."

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Allah Dialah Rabbku dan Rabb kalian, maka sembahlah Dia, ini adalah jalan) tuntunan (yang lurus.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 64 |

penjelasan ada di ayat 57

Surat Az-Zukhruf |43:65|

فَاخْتَلَفَ الْأَحْزَابُ مِنْ بَيْنِهِمْ ۖ فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْ عَذَابِ يَوْمٍ أَلِيمٍ

fakhtalafal-aḥzaabu mim bainihim, fa wailul lillażiina zholamuu min 'ażaabi yaumin aliim

Tetapi golongan-golongan (yang ada) saling berselisih di antara mereka, maka celakalah orang-orang yang zalim karena azab pada hari yang pedih (Kiamat).

But the denominations from among them differed [and separated], so woe to those who have wronged from the punishment of a painful Day.

Tafsir
Jalalain

(Maka berselisihlah golongan-golongan di antara mereka) tentang perkara Nabi Isa ini, apakah dia anak Allah atau Allah, atau tuhan yang ketiga (maka kecelakaan yang besarlah)

lafal Al Wail menunjukkan kalimat azab (bagi orang-orang yang lalim) bagi orang-orang kafir, karena perkataan yang mereka ucapkan mengenai Nabi Isa (yaitu siksaan hari yang pedih) atau azab yang menyakitkan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 65 |

penjelasan ada di ayat 57

Surat Az-Zukhruf |43:66|

هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا السَّاعَةَ أَنْ تَأْتِيَهُمْ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

hal yanzhuruuna illas-saa'ata an ta`tiyahum baghtataw wa hum laa yasy'uruun

Apakah mereka hanya menunggu saja kedatangan hari kiamat yang datang kepada mereka secara mendadak, sedang mereka tidak menyadarinya?

Are they waiting except for the Hour to come upon them suddenly while they perceive not?

Tafsir
Jalalain

(Mereka tidak menunggu) orang-orang kafir Mekah tidak menunggu-nunggu (kecuali kedatangan hari kiamat kepada mereka) lafal An Ta-tiyahum menjadi Badal dari lafal As Sa'ah

(dengan tiba-tiba) atau sekonyong-konyong (sedangkan mereka tidak menyadarinya) tidak menyadari kedatangannya sebelum itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 66 |

Tafsir ayat 66-73

Allah Swt berfirman, bahwa tiadalah yang dinanti-nanti oleh orang-orang musyrik yang mendustakan para rasul itu.


{إِلا السَّاعَةَ أَنْ تَأْتِيَهُمْ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ}


melainkan kedatangan hari kiamat kepada mereka dengan tiba-tiba, sedangkan mereka tidak menyadarinya. (Az-Zukhruf: 66) karena sesungguhnya hari kiamat itu pasti terjadi, sedangkan mereka dalam keadaan lalai darinya

dan tidak bersiap-siap menyambutnya. Apabila hari kiamat itu tiba, sesungguhnya kedatangannya itu tidak disadari oleh mereka. Dan pada saat itulah mereka menyesal dengan penyesalan yang sangat, tanpa ada manfaatnya bagi mereka dan tidak dapat merubah keadaan. Firman Allah Swt.:


{الأخِلاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلا الْمُتَّقِينَ}


Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. (Az-Zukhruf: 67) Yakni semua sahabat dan teman yang didasari bukan karena Allah,

kelak di hari kiamat berbalik menjadi permusuhan. Kecuali apa yang berdasarkan karena Allah Swt, maka sesungguhnya hal itu akan tetap kekal berkat kekekalan Allah Swt. Dan hal ini seperti yang dikatakan oleh Nabi Ibrahim a.s. kepada kaumnya, yang disitir oleh firman-Nya:


{إِنَّمَا اتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا مَوَدَّةَ بَيْنِكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ وَيَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ}


Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini, kemudian di hari kiamat sebagian kamu mengingkari sebagian (yang lain)

dan sebagian kamu melaknati sebagian (yang lain): dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sekali-kali tidak ada bagimu para penolong pun. (Al-'Ankabut: 25) Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Israil,

dari Abu Ishaq, dari Al-Haris, dari Ali r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. (Az-Zukhruf: 67)

Yang dimaksud adalah dua orang mukmin yang berteman karib, dan dua orang kafir yang saling berteman karib. Salah seorang dari kedua orang mukmin yang berteman itu diwafatkan, dan ia diberi kabar gembira akan masuk surga,

lalu teringatlah ia kepada temannya itu. Maka ia berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya si Fulan adalah teman dekatku. Dia selalu memerintahkan kepadaku agar taat kepada Engkau dan taat kepada rasul­Mu,

serta selalu memerintahkan kepadaku melakukan kebaikan dan melarangku melakukan perbuatan jahat, dan dia bercerita kepadaku bahwa aku akan bersua dengan Engkau. Ya Allah, janganlah Engkau sesatkan dia sesudahku

hingga Engkau perlihatkan kepadanya seperti apa yang Engkau perlihatkan kepadaku sekarang, dan Engkau ridai dia sebagaimana Engkau ridai diriku." Maka dikatakan kepadanya, "Pergilah, sekiranya kamu mengetahui

apa yang disediakan untuknya di sisi-Ku, tentulah engkau banyak tertawa dan sedikit menangis." Kemudian temannya itu diwafatkan, lalu keduanya bersua di alam arwah, maka dikatakan kepada keduanya,

"Hendaklah salah seorang dari kamu berdua saling memuji kepada temannya." Maka masing-masing dari keduanya berkata kepada temannya, "Engkau adalah sebaik-baik saudara, engkau adalah sebaik-baik teman,

dan engkau adalah sebaik-baik kekasih." Apabila salah seorang dari dua orang kafir yang berteman meninggal dunia, lalu ia diberi ancaman akan masuk neraka, teringatlah ia kepada temannya. Ia berkata, "Ya Allah,

sesungguhnya teman dekatku si Fulan selalu menganjurkan kepadaku untuk berbuat durhaka terhadap Engkau dan mendurhakai rasul-Mu, memerintahkan kepadaku untuk melakukan kejahatan dan melarangku mengerjakan kebaikan,

dan ia bercerita kepadaku bahwa aku tidak akan bersua dengan Engkau. Ya Allah, janganlah Engkau beri dia petunjuk sesudahku hingga Engkau perlihatkan kepadanya hal yang semisal dengan apa

yang Engkau perlihatkan kepadaku (neraka), dan Engkau murkai dia sebagaimana Engkau murkai aku." Maka temannya yang kafir itu diwafatkan. Kemudian berkumpullah keduanya, lalu dikatakan, "Hendaklah masing-masing dari kamu

mencaci yang lainnya.”Maka masing-masing dari keduanya mengatakan kepada temannya, "Engkau adalah seburuk-buruk saudara, engkau adalah seburuk-buruk teman, engkau adalah seburuk-buruk kekasih."

Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Ibnu Abbas r.a. Mujahid, dan Qatadah mengatakah bahwa setiap persahabatan akan menjadi permusuhan di hari kiamat kecuali orang-orang yang bertakwa.


وَرَوَى الْحَافِظُ ابْنُ عَسَاكِرَ -فِي تَرْجَمَةِ هِشَامِ بْنِ أَحْمَدَ-عَنْ هِشَامِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ كَثِيرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْخَضِرِ بِالرِّقَّةِ، عَنْ مُعَافًى: حَدَّثَنَا حَكِيمُ بْنُ نَافِعٍ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَوْ أَنَّ رَجُلَيْنِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ، أَحَدُهُمَا بِالْمُشْرِقِ وَالْآخَرُ بِالْمَغْرِبِ، لَجَمَعَ اللَّهُ بَيْنَهُمَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُولُ: هَذَا الَّذِي أَحْبَبْتَهُ فِيَّ"


Al-Hafiz Ibnu Asakir di dalam biografi Hisyam ibnu Ahmad telah meriwayatkan dari Hisyam ibnu Abdullah ibnu Kasir, bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far Muhammad ibnul Khadir di Ruqqah, dari Mu'afa,

bahwa telah menceritakan kepada kami Hakim ibnu Nafi, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Seandainya dua orang saling mencintai karena Allah —

seorangnya berada dibelahan timur, sedangkan yang lainnya berada di belahan barat— niscaya Allah akan menghimpunkan di antara keduanya kelak di hari kiamat, lalu Allah berfirman, "Inilah orang yang engkau cintai demi karena Aku.” Firman Allah Swt.:


{يَا عِبَادِ لَا خَوْفٌ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ وَلا أَنْتُمْ تَحْزَنُونَ}


Hai hamba-hamba-Ku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tiada pula kamu bersedih hati. (Az-Zukhruf: 68) Kemudian ditafsirkan siapa mereka itu melalui firman berikutnya:


{الَّذِينَ آمَنُوا بِآيَاتِنَا وَكَانُوا مُسْلِمِينَ}


(Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan adalah mereka dahulu orang-orang yang berserah diri. (Az-Zukhruf: 69) Yakni hati mereka beriman, demikian pula batin mereka; serta semua anggota tubuh

dan lahiriah mereka taat kepada syariat Allah Swt. Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman telah meriwayatkan dari ayahnya, bahwa apabila hari kiamat terjadi, sesungguhnya manusia itu ketika mereka dibangkitkan tiada seorang pun dari mereka

melainkan merasa terkejut, lalu terdengarlah oleh mereka suara yang menyerukan: Hai hamba-hamba-Ku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak pula kamu bersedih hati. (Az-Zukhruf: 68)

Maka semua orang mengharapkannya, kemudian diikuti dengan seruan lainnya yang mengatakan: (Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan adalah mereka dahulu orang-orang yang berserah diri. (Az-Zukhruf: 69) Maka manusia berputus asa untuk mendapatkannya kecuali orang-orang mukmin.


{ادْخُلُوا الْجَنَّةَ}


Masuklah kamu ke dalam surga. (Az-Zukhruf: 70) Yakni dikatakan kepada mereka, "Masuklah kamu ke dalam surga!"


{أَنْتُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ} أَيْ: نُظَرَاؤُكُمْ {تُحْبَرُونَ}


Kamu dan istri-istri kamu digembirakan. (Az-Zukhruf: 70) Yang dimaksud dengan azwajukum ialah orang-orang yang setara dengan kalian. Tuhbarun artinya disenangkan dan dibahagiakan; hal ini telah dijelaskan tafsirnya di dalam surat Ar-Rum.


{يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِصِحَافٍ مِنْ ذَهَبٍ}


Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas. (Az-Zukhruf: 71) Yaitu piring-piring besar yang berisikan makanan.


{وَأَكْوَابٍ}


dan piala-piala. (Az-Zukhruf: 71) Yakni gelas-gelas yang tiada corong —tiada pula pegangannya— yang juga terbuat dari emas.


{وَفِيهَا مَا تَشْهِي الأنْفُسُ}


dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati. (Az-Zukhruf: 71) Sebagian ulama membacanya dengan bacaan berikut,


"تشتهيه الْأَنْفُسُ"


dengan tambahan damir sesudah lafaz tasytahi.


{وَتَلَذُّ الأعْيُنُ}


dan sedap (dipandang) mata. (Az-Zukhruf: 71) Maksudnya, lezat rasanya dan harum baunya serta indah dipandang.


قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ: أَخْبَرَنَا مَعْمَر، أَخْبَرَنِي إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ، عَنْ عِكْرِمَةَ -مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ-أَخْبَرَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً وَأَسْفَلَهُمْ دَرَجَةً لَرَجُلٌ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ بَعْدَهُ أَحَدٌ، يُفْسَحُ لَهُ فِي بَصَرِهِ مَسِيرَةَ مِائَةِ عَامٍ فِي قُصُورٍ مِنْ ذَهَبٍ، وَخِيَامٍ مِنْ لُؤْلُؤٍ، لَيْسَ فِيهَا مَوْضِعُ شِبْرٍ إِلَّا مَعْمُورٌ يُغَدَّى عَلَيْهِ وَيُرَاحُ بِسَبْعِينَ أَلْفَ صَحْفَةٍ مِنْ ذَهَبٍ، لَيْسَ فِيهَا صَحْفَةٌ إِلَّا فِيهَا لَوْنٌ لَيْسَ فِي الْأُخْرَى، مِثْلُهُ شَهْوَتُهُ فِي آخِرِهَا كَشَهْوَتِهِ فِي أَوَّلِهَا، لَوْ نَزَلَ بِهِ جَمِيعُ أَهْلِ الْأَرْضِ لَوَسِعَ عَلَيْهِمْ مِمَّا أُعْطِيَ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِمَّا أُوتِيَ شَيْئًا"


Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, telah menceritakan kepadaku Ismail ibnu Abu Sa'id yang mengatakan bahwa sesungguhnya Ikrimah maula Ibnu Abbas r.a. pernah menceritakan bahwa

Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya ahli surga yang paling bawah kedudukannya dan pa­ling rendah tingkatannya benar-benar adalah seorang lelaki yang tiada seorangpun masuk surga lagi sesudahnya.

Diberikan kepadanya tempat tinggal seluas pandangan matanya dalam jarak perjalanan seratus tahun berikut gedung-gedung dari emas dan kemah-kemah dari mutiara; tiada suatu jengkal tempat pun darinya,

melainkan diberi bangunan. Pagi dan petang disajikan kepadanya tujuh puluh ribu piring-piring emas; tiada suatu makanan pun yang ada di suatu piring, melainkan tidak terdapat makanan yang semisal pada piring yang lainnya.

Selera makannya di permulaan sama saja dengan selera makan di penghujungnya. Seandainya sebuah piring dari surga itu diturunkan kepada seluruh penduduk bumi, tentulah makanan itu dapat memberikan keluasan lebih

dari apa yang ada pada mereka, tanpa mengurangi apa yang telah diberikan kepada ahli surga itu barang sedikit pun.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ الْجُنَيْدِ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ سَوَادٍ السَّرْحِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ، عَنِ ابْنِ لَهِيعَةَ، عَنْ عُقَيْلِ بْنِ خَالِدٍ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ أَبَا أُمَامَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، حَدَّثَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَهُمْ -وَذَكَرَ الْجَنَّةَ-فَقَالَ: "وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَيَأْخُذَنَّ أَحَدُكُمُ اللُّقْمَةَ فَيَجْعَلُهَا فِي فِيهِ، ثُمَّ يَخْطُرُ عَلَى بَالِهِ طَعَامٌ آخَرُ، فَيَتَحَوَّلُ الطَّعَامُ الَّذِي فِي فِيهِ عَلَى الَّذِي اشْتَهَى" ثُمَّ قَرَأَ: {وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الأنْفُسُ وَتَلَذُّ الأعْيُنُ وَأَنْتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ}


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain ibnul Junaid, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Sawad As-Sarhi, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Wahb, dari Ibnu Lahi'ah,

dari Uqail ibnu Khalid, dari Al-Hasan, dari Abu Hurairah r.a. yang menceritakan bahwa Abu Umamah r.a. telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. menceritakan kepada para sahabat tentang surga, yang antara lain beliau Saw.

bersabda: Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya seseorang dari kamu kala mengambil sesuap makanan, lalu ia memasukkannya ke mulutnya, dan tiba-tiba terdetik

di dalam hatinya suatu makanan lain. Maka dengan serta merta berubahlah makanan yang ada dalam mulutnya itu menjadi makanan lain yang diinginkannya itu. Kemudian Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: dan di dalam surga itu

terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya. (Az-Zuhruf: 71)


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنٌ -هُوَ ابْنُ مُوسَى-حَدَّثَنَا سُكَيْن بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ، حَدَّثَنَا الْأَشْعَثُ الضَّرِيرُ، عَنْ شَهْرِ بْنِ حَوْشَب، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً إِنَّ لَهُ لَسَبْعَ دَرَجَاتٍ، وَهُوَ عَلَى السَّادِسَةِ وَفَوْقَهُ السَّابِعَةُ، وَإِنَّ لَهُ ثلثمائة خادم، ويغدى عليه ويراح كل يوم بثلثمائة صَحْفَةٍ -وَلَا أَعْلَمُهُ إِلَّا قَالَ: مِنْ ذَهَبٍ-فِي كُلِّ صَحْفَةٍ لَوْنٌ لَيْسَ فِي الْأُخْرَى، وَإِنَّهُ لَيَلَذُّ أَوَّلَهُ كَمَا يَلَذُّ آخِرَهُ، وَمِنَ الْأَشْرِبَةِ ثَلَاثَمِائَةِ إِنَاءٍ، فِي كُلِّ إِنَاءٍ لَوْنٌ لَيْسَ فِي الْآخَرِ، وَإِنَّهُ لَيَلَذُّ أَوَّلَهُ كَمَا يَلَذُّ آخِرَهُ، وَإِنَّهُ يَقُولُ: يَا رَبِّ، لَوْ أَذِنْتَ لِي لَأَطْعَمْتُ أَهْلَ الْجَنَّةِ وَسَقَيْتُهُمْ، لَمْ يَنْقُصْ مِمَّا عِنْدِي شَيْءٌ، وَإِنَّ لَهُ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ لَاثْنَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً، سِوَى أَزْوَاجِهِ مِنَ الدُّنْيَا، وَإِنَّ الْوَاحِدَةَ مِنْهُنَّ لَيَأْخُذُ مَقْعَدُهَا قَدْرَ مَيْلٍ مِنَ الْأَرْضِ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan alias Ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Sukain ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Abul Asy'as yang tuna netra, dari Syahr ibnu Hausyab,

dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya ahli surga yang paling rendah kedudukannya adalah orang yang diberikan kepadanya kedudukan yang berada di tengah-tengah

antara tingkatan yang keenam dan yang ketujuh. Dan sesungguhnya dia diberi tiga ratus orang pelayan dan disajikan kepadanya setiap pagi dan petang sebanyak tiga ratus piring makanan setiap harinya —perawi mengatakan,

dia merasa yakin bahwa piring itu adalah terbuat dari emas—pada tiap-tiap piring terdapat sejenis makanan yang tidak ada pada piring yang lain. Dan sesungguhnya dia benar-benar merasa tetap berselera di penghujungnya

sebagaimana seleranya di permulaannya. Dan (diberikan pula kepadanya) berbagai macam minuman sebanyak tiga ratus piala, pada setiap piala terdapat sejenis minuman yang tidak didapati pada piala yang lainnya.

Dan sesungguhnya dia benar-benar tetap berselera di penghujungnya sebagaimana seleranya di permulaan meminumnya. Dan sesungguhnya dia benar-benar mengatakan, "Ya Tuhanku, sekiranya Engkau mengizinkan kepadaku,

tentulah aku akan menjamu makan dan minum semua penduduk surga tanpa merasa kekurangan sedikit pun dari apa yang ada padaku.” Dan sesungguhnya dia mempunyai tujuh puluh dua orang istri dari bidadari selain dari istri-istrinya

dari kalangan penduduk bumi. Dan sesungguhnya seseorang istri dari mereka benar-benar menempati tempat duduknya dalam jarak satu mil bumi (dari istri yang lainnya). Firman Allah Swt.:


{وَأَنْتُمْ فِيهَا}


dan kamu di dalamnya. (Az-Zukhruf: 71) Maksudnya, di dalam surga itu.


{خَالِدُونَ}


hidup kekal. (Az-Zukhruf: 71) Yaitu tidak akan keluar darinya dan tidak mau pindah darinya. Kemudian dikatakan kepada mereka dengan nada yang puas dan rida:


{وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}


Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan. (Az-Zukhruf: 72) Yakni berkat amal-amal saleh kalian itulah kalian mendapat limpahan rahmat dari-Nya. Karena sesungguhnya

tiada seorang pun yang masuk surga karena amal perbuatannya, tetapi berkat rahmat Allah dan karunia-Nya. Dan sesungguhnya derajat di dalam surga itu diperoleh berdasarkan amal-amal saleh yang telah dikerjakan.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ شَاذَانَ الْمُقْرِئُ، حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ يَعْقُوبَ -يَعْنِي الصَّفَّارَ-حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كُلُّ أَهْلِ النَّارِ يَرَى مَنْزِلَهُ مِنَ الْجَنَّةِ حَسْرَةً، فَيَقُولُ: {لَوْ أَنَّ اللَّهَ هَدَانِي لَكُنْتُ مِنَ الْمُتَّقِينَ} [الزُّمَرِ: 57] وَكُلُّ أَهْلِ الْجَنَّةِ يَرَى مَنْزِلَهُ مِنَ النَّارِ فَيَقُولُ: {وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ} [الْأَعْرَافِ: 43] ، لِيَكُونَ لَهُ شُكْرًا".


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada Kami Al-Fadl ibnu Syazan Al-Muqri, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Ya'qub Ash-Shaffar, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Iyasy, dari Al-A'masy,

dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Semua ahli neraka melihat kedudukannya yang ada di surga dengan penuh penyesalan yang-dideritanya, maka ia mengatakan,

"Aduhai, sekiranya Allah memberiku petunjuk, tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa.” Dan semua ahli surga melihat kedudukannya di neraka, maka ia mengatakan, “Tiadalah kami mendapat petunjuk sekiranya Allah

tidak memberi petunjuk kepada kami," maka hal itu merupakan ungkapan syukurnya. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda pula:


"ما من أَحَدٍ إِلَّا وَلَهُ مَنْزِلٌ فِي الْجَنَّةِ وَمَنْزِلٌ فِي النَّارِ، فَالْكَافِرُ يَرِثُ المؤمنَ منزلَه مِنَ النَّارِ، وَالْمُؤْمِنُ يَرِثُ الكافرَ مَنْزِلَهُ مِنَ الْجَنَّةِ" وَذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى: {وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}


Tiada seorang pun melainkan baginya ada kedudukan di surga dan kedudukan di neraka. Orang kafir mengambil alih kedudukan orang mukmin yang ada di neraka. Dan orang mukmin mengambil alih kedudukan orang kafir

yang ada di surga. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan. (Az-Zukhruf: 72) Adapun firman Allah Swt.:


{لَكُمْ فِيهَا فَاكِهَةٌ كَثِيرَةٌ مِنْهَا تَأْكُلُونَ}


Di dalam surga itu ada buah-buahan yang banyak untukmu. (Az-Zukhruf: 73) Yaitu dari berbagai macam buah-buahan.


{مِنْهَا تَأْكُلُونَ}


yang sebagiannya kamu makan. (Az-Zukhruf: 73) Maksudnya, apa pun yang kamu pilih dan kamu kehendaki, kamu dapat memakannya. Setelah disebutkan perihal makanan dan minuman di surga, maka disebutkan pula

sesudahnya buah-buahan yang dimakan oleh penduduk surga, sebagai kesempurnaan dari nikmat dan anugerah yang diberikan Allah Swt. kepada mereka. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Surat Az-Zukhruf |43:67|

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

al-akhillaaa`u yauma`iżim ba'dhuhum liba'dhin 'aduwwun illal-muttaqiin

Teman-teman karib pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa.

Close friends, that Day, will be enemies to each other, except for the righteous

Tafsir
Jalalain

(Teman-teman akrab) dalam hal maksiat sewaktu di dunia (pada hari itu) pada hari kiamat itu lafal Yaumaidzin berta'alluq kepada firman selanjutnya

(sebagian dari mereka menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa) terkecuali orang-orang yang saling kasih mengasihi di dalam ketaatan kepada Allah swt.,

mereka itulah yang sebenarnya berteman, kemudian dikatakan kepada mereka yang bertakwa itu,

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 67 |

penjelasan ada di ayat 66

Surat Az-Zukhruf |43:68|

يَا عِبَادِ لَا خَوْفٌ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ وَلَا أَنْتُمْ تَحْزَنُونَ

yaa 'ibaadi laa khoufun 'alaikumul-yauma wa laaa antum taḥzanuun

"Wahai hamba-hamba-Ku! Tidak ada ketakutan bagimu pada hari itu, dan tidak pula kamu bersedih hati.

[To whom Allah will say], "O My servants, no fear will there be concerning you this Day, nor will you grieve,

Tafsir
Jalalain

("Hai hamba-hamba-Ku, tiada kekuatiran terhadap kalian pada hari ini dan tidak pula kalian bersedih hati.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 68 |

penjelasan ada di ayat 66

Surat Az-Zukhruf |43:69|

الَّذِينَ آمَنُوا بِآيَاتِنَا وَكَانُوا مُسْلِمِينَ

allażiina aamanuu bi`aayaatinaa wa kaanuu muslimiin

(Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan mereka berserah diri.

[You] who believed in Our verses and were Muslims.

Tafsir
Jalalain

(Yaitu orang-orang yang beriman) lafal ayat ini menjadi Na'at atau sifat bagi lafal 'Ibaadi' pada ayat di atas (kepada ayat-ayat Kami) yakni Alquran (dan adalah mereka dahulu orang-orang yang berserah diri.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 69 |

penjelasan ada di ayat 66

Surat Az-Zukhruf |43:70|

ادْخُلُوا الْجَنَّةَ أَنْتُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ تُحْبَرُونَ

udkhulul-jannata antum wa azwaajukum tuḥbaruun

Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan pasanganmu akan digembirakan."

Enter Paradise, you and your kinds, delighted."

Tafsir
Jalalain

(Masuklah kalian ke dalam surga, kalian) lafal Antum berkedudukan menjadi Mubtada (dan pasangan-pasangan kalian) yakni istri-istri kalian (digembirakan) dibahagiakan dan dimuliakan, lafal Tuhbaruuna menjadi Khabar dari Mubtada.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 70 |

penjelasan ada di ayat 66

Surat Az-Zukhruf |43:71|

يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِصِحَافٍ مِنْ ذَهَبٍ وَأَكْوَابٍ ۖ وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الْأَنْفُسُ وَتَلَذُّ الْأَعْيُنُ ۖ وَأَنْتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

yuthoofu 'alaihim bishiḥaafim min żahabiw wa akwaab, wa fiihaa maa tasytahiihil-anfusu wa talażżul-a'yun, wa antum fiihaa khooliduun

Kepada mereka diedarkan piring-piring dan gelas-gelas dari emas, dan di dalam surga itu terdapat apa yang diingini oleh hati dan segala yang sedap (dipandang) mata. Dan kamu kekal di dalamnya.

Circulated among them will be plates and vessels of gold. And therein is whatever the souls desire and [what] delights the eyes, and you will abide therein eternally.

Tafsir
Jalalain

(Diedarkan kepada mereka piring-piring) yang besar-besar (dari emas, gelas-gelas) tempat untuk minum yang tidak ada pengikatnya hingga si peminum dapat meminum dari sebelah mana saja;

lafal Akwaabun adalah bentuk jamak dari lafal Kuubun (dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati) untuk dinikmati kelezatannya (dan sedap dipandang mata) artinya, sangat menyejukkan bila dipandang (dan kalian kekal di dalamnya.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 71 |

penjelasan ada di ayat 66

Surat Az-Zukhruf |43:72|

وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

wa tilkal-jannatullatiii uuriṡtumuuhaa bimaa kuntum ta'maluun

Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu karena perbuatan yang telah kamu kerjakan.

And that is Paradise which you are made to inherit for what you used to do.

Tafsir
Jalalain

(Dan itulah surga yang diwariskan kepada kalian disebabkan amal-amal yang dahulu kalian kerjakan.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 72 |

penjelasan ada di ayat 66

Surat Az-Zukhruf |43:73|

لَكُمْ فِيهَا فَاكِهَةٌ كَثِيرَةٌ مِنْهَا تَأْكُلُونَ

lakum fiihaa faakihatung kaṡiirotum min-haa ta`kuluun

Di dalam surga itu terdapat banyak buah-buahan untukmu yang sebagiannya kamu makan.

For you therein is much fruit from which you will eat.

Tafsir
Jalalain

(Di dalam surga itu ada buah-buahan yang banyak untuk kalian yang sebagiannya) sebagian daripadanya (kalian makan) dan setiap apa yang telah dimakan secara langsung mendapat penggantinya yang baru.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 73 |

penjelasan ada di ayat 66

Surat Az-Zukhruf |43:74|

إِنَّ الْمُجْرِمِينَ فِي عَذَابِ جَهَنَّمَ خَالِدُونَ

innal-mujrimiina fii 'ażaabi jahannama khooliduun

Sungguh, orang-orang yang berdosa itu kekal di dalam azab neraka Jahanam.

Indeed, the criminals will be in the punishment of Hell, abiding eternally.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya orang-orang yang berdosa kekal di dalam azab neraka Jahanam.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 74 |

Tafsir ayat 74-80

Setelah Allah Swt. menyebutkan perihal orang-orang yang berbahagia (ahli surga), maka disebutkanlah oleh-Nya keadaan orang-orang yang celaka (ahli neraka). Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{إِنَّ الْمُجْرِمِينَ فِي عَذَابِ جَهَنَّمَ خَالِدُونَ. لَا يُفَتَّرُ عَنْهُمْ}


Sesungguhnya orang-orang yang berdosa kekal di dalam azab neraka Jahanam. Tidak diringankan azab itu dari mereka. (Az-Zukhruf: 74-75) barang sesaat pun.


{وَهُمْ فِيهِ مُبْلِسُونَ}


dan mereka di dalamnya berputus asa. (Az-Zukhruf: 75) Yakni tidak punya harapan lagi untuk mendapat suatu kebaikan pun.


{وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا هُمُ الظَّالِمِينَ}


Dan tidaklah Kami menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Az-Zukhruf: 76) Karena amal-amal perbuatan mereka yang buruk sesudah tegaknya hujah atas diri mereka

dan setelah rasul-rasul di utus kepada mereka, lalu meraka mendustakan para rasul dan durhaka. Karena itulah maka mereka diberi balasan dengan siksa neraka sebagai balasan yang setimpal. Dan sesungguhnya tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba-Nya.


{وَنَادَوْا يَامَالِكُ}


Mereka berseru, "Hai Malik.” (Az-Zukhruf: 77) Malik adalah malaikat penjaga neraka.


قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مِنْهال، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ عَطَاءٍ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ يَعْلَى، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ عَلَى الْمِنْبَرِ: {وَنَادَوْا يَامَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ}


Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Minhal, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Umar ibnu Ata, dari Safwan ibnu Ya'la, dari ayahnya yang berpredikat sahabat,

bahwa ia mendengar Rasulullah Saw. membaca ayat berikut di atas mimbar, yaitu firman-Nya: Mereka berseru, "Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja.” (Az-Zukhruf: 77)

Yakni mencabut nyawa kami agar kami terbebas dari azab yang kami alami ini. Keadaan mereka disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{لَا يُقْضَى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذَابِهَا}


Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. (Fathir: 36) Dan firman Allah Swt.:


{وَيَتَجَنَّبُهَا الأشْقَى. الَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَى. ثُمَّ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلا يَحْيَى}


orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya. (Yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka). Kemudian dia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. (Al-A'la: 11-13) Ketika mereka meminta agar diri mereka dimatikan saja, maka Malaikat Malik menjawab:


{قَالَ إِنَّكُمْ مَاكِثُونَ}


Dia menjawab, "Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).” (Az-Zukhruf: 77) Ibnu Abbas mengatakan bahwa mereka tinggal selama seribu tahun, kemudian Malik menjawab, "Sesungguhnya kamu akan tetap tinggal (di neraka ini)."

Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa kalian tidak akan keluar dari neraka dan tiada jalan bagimu selamat darinya.

Selanjutnya disebutkan penyebab kecelakaan mereka, yaitu mereka selalu menentang perkara hak dan mengingkarinya. Untuk itu disebutkan dalam firman berikutnya:


{لَقَدْ جِئْنَاكُمْ بِالْحَقِّ}


Sesungguhnya Kami benar-benar telah membawa kebenaran kepadamu. (Az-Zukhruf: 78) Yakni Kami telah menjelaskan, menerangkan, dan menafsirkan kebenaran itu kepada kalian.


{وَلَكِنَّ أَكْثَرَكُمْ لِلْحَقِّ كَارِهُونَ}


tetapi kebanyakan di antara kamu benci kepada kebenaran itu. (Az-Zukhruf: 78) Maksudnya, tetapi watak dan pembawaan kalian tidak mau menerima kebenaran dan tidak mau taat kepadanya, melainkan hanya tunduk pada kebatilan,

menjunjung tinggi nilai-nilai kebatilan, mengahalang-halangi perkara yang hak dan menolaknya, serta membenci para penganutnya. Maka celalah diri kalian sendiri dan sesalilah nasib kalian di saat tiada gunanya lagi penyesalan. Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan:


{أَمْ أَبْرَمُوا أَمْرًا فَإِنَّا مُبْرِمُونَ}


Bahkan mereka telah menetapkan satu tipu daya (jahat), maka sesungguhnya Kami akan membalas tipu daya mereka. (Az-Zukhruf: 79) 'Mujahid mengatakan bahwa mereka bermaksud melancarkan tipu daya jahat,

tetapi Kami membalikkannya kepada mereka. Pendapat yang dikatakan oleh Mujahid ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:


{وَمَكَرُوا مَكْرًا وَمَكَرْنَا مَكْرًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ}


Dan mereka merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedangkan mereka tidak menyadariya. (An-Naml: 50) Demikian itu karena orang-orang musyrik dalam upayanya menolak kebenaran

dengan kebatilan, mereka menggunakan tipu daya makar yang mereka rencanakan. Maka Allah membalas makar mereka dan menimpakan akibat dari makar itu kepada diri mereka sendiri. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{أَمْ يَحْسَبُونَ أَنَّا لَا نَسْمَعُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ}


Apakah mereka mengira bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? (Az-Zukhruf: 80) Yaitu rahasia yang tersimpan dalam dada mereka dan sikap lahiriah mereka yang terang-terangan.


{بَلَى وَرُسُلُنَا لَدَيْهِمْ يَكْتُبُونَ}


Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat di sisi mereka. (Az-Zukhruf: 80) yakni Kami mengetahui apa yang sedang mereka lakukan, dan para malaikat pun terus mencatat amal perbuatan mereka, baik yang besar maupun yang kecil.

Surat Az-Zukhruf |43:75|

لَا يُفَتَّرُ عَنْهُمْ وَهُمْ فِيهِ مُبْلِسُونَ

laa yufattaru 'an-hum wa hum fiihi mublisuun

Tidak diringankan (azab) itu dari mereka, dan mereka berputus asa di dalamnya.

It will not be allowed to subside for them, and they, therein, are in despair.

Tafsir
Jalalain

(Tidak dihenti-hentikan) maksudnya, tidak diringankan (azab itu dari mereka sedangkan mereka di dalamnya berputus asa) yakni dalam keadaan diam berputus asa.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 75 |

penjelasan ada di ayat 74

Surat Az-Zukhruf |43:76|

وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَٰكِنْ كَانُوا هُمُ الظَّالِمِينَ

wa maa zholamnaahum wa laaking kaanuu humuzh-zhoolimiin

Dan tidaklah Kami menzalimi mereka, tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri.

And We did not wrong them, but it was they who were the wrongdoers.

Tafsir
Jalalain

(Dan tidaklah Kami menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 76 |

penjelasan ada di ayat 74

Surat Az-Zukhruf |43:77|

وَنَادَوْا يَا مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ ۖ قَالَ إِنَّكُمْ مَاكِثُونَ

wa naadau yaa maaliku liyaqdhi 'alainaa robbuk, qoola innakum maakiṡuun

Dan mereka berseru, "Wahai (Malaikat) Malik! Biarlah Tuhanmu mematikan kami saja." Dia menjawab, "Sungguh, kamu akan tetap tinggal (di neraka ini)."

And they will call, "O Malik, let your Lord put an end to us!" He will say, "Indeed, you will remain."

Tafsir
Jalalain

(Mereka berseru, "Hai Malik!) dia adalah malaikat penjaga neraka (Biarlah Rabbmu membunuh kami saja") maksudnya, mematikan kami. (Dia menjawab)

seruan mereka setelah seribu tahun kemudian, ("Kalian akan tetap tinggal") di dalam azab yang abadi untuk selama-lamanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 77 |

penjelasan ada di ayat 74

Surat Az-Zukhruf |43:78|

لَقَدْ جِئْنَاكُمْ بِالْحَقِّ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَكُمْ لِلْحَقِّ كَارِهُونَ

laqod ji`naakum bil-ḥaqqi wa laakinna akṡarokum lil-ḥaqqi kaarihuun

Sungguh, Kami telah datang membawa kebenaran kepada kamu, tetapi kebanyakan di antara kamu benci pada kebenaran itu.

We had certainly brought you the truth, but most of you, to the truth, were averse.

Tafsir
Jalalain

Allah swt. berfirman: (Sesungguhnya Kami benar-benar telah membawa kepada kalian) hai penduduk Mekah (kebenaran) melalui lisan rasul (tetapi kebanyakan di antara kalian benci pada kebenaran itu.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 78 |

penjelasan ada di ayat 74

Surat Az-Zukhruf |43:79|

أَمْ أَبْرَمُوا أَمْرًا فَإِنَّا مُبْرِمُونَ

am abromuuu amron fa innaa mubrimuun

Ataukah mereka telah merencanakan suatu tipu daya (jahat), maka sesungguhnya Kami telah berencana (mengatasi tipu daya mereka).

Or have they devised [some] affair? But indeed, We are devising [a plan].

Tafsir
Jalalain

(Bahkan mereka telah menetapkan) yaitu orang-orang kafir Mekah telah memutuskan (suatu tipu daya) kejahatan untuk mencelakakan Nabi Muhammad

(maka sesungguhnya Kami menetapkan pula) keputusan Kami untuk membuat tipu muslihat guna membinasakan mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 79 |

penjelasan ada di ayat 74

Surat Az-Zukhruf |43:80|

أَمْ يَحْسَبُونَ أَنَّا لَا نَسْمَعُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ ۚ بَلَىٰ وَرُسُلُنَا لَدَيْهِمْ يَكْتُبُونَ

am yaḥsabuuna annaa laa nasma'u sirrohum wa najwaahum, balaa wa rusulunaa ladaihim yaktubuun

Ataukah mereka mengira bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan Kami (malaikat) selalu mencatat di sisi mereka.

Or do they think that We hear not their secrets and their private conversations? Yes, [We do], and Our messengers are with them recording.

Tafsir
Jalalain

(Apakah mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka) yakni apa-apa yang mereka rahasiakan dari orang lain dan apa-apa yang mereka perlihatkan

dengan terang-terangan di antara sesama mereka sendiri. (Sebenarnya) Kami mendengar hal tersebut (dan utusan-utusan Kami)

yakni malaikat-malaikat pencatat amal perbuatan (di sisi mereka) di sisi orang-orang kafir (selalu mencatat) hal tersebut.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 80 |

penjelasan ada di ayat 74

Surat Az-Zukhruf |43:81|

قُلْ إِنْ كَانَ لِلرَّحْمَٰنِ وَلَدٌ فَأَنَا أَوَّلُ الْعَابِدِينَ

qul ing kaana lir-roḥmaani waladun fa ana awwalul-'aabidiin

Katakanlah (Muhammad), "Jika benar Tuhan Yang Maha Pengasih mempunyai anak, maka akulah orang yang mula-mula memuliakan (anak itu).

Say, [O Muhammad], "If the Most Merciful had a son, then I would be the first of [his] worshippers."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah! Jika benar Tuhan Yang Maha Pengasih mempunyai anak) seumpamanya (maka akulah orang yang mula-mula menyembahnya) menyembah anak Tuhan itu,

akan tetapi telah ditetapkan, bahwa tiada anak bagi-Nya, sehingga tiada pula penyembahan itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 81 |

Tafsir ayat 81-89

Firman Allah Swt.:


{قُلْ} يَا مُحَمَّدُ: {إِنْ كَانَ لِلرَّحْمَنِ وَلَدٌ فَأَنَا أَوَّلُ الْعَابِدِينَ}


Katakanlah, (hai Muhammad), jika benar Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak, maka akulah (Muhammad) orang yang mula-mula memuliakan anak itu. (Az-Zukhruf: 81) Yakni seandainya hal ini dihipotesiskan,

tentulah aku akan menyembahnya karena hal tersebut, sebab aku adalah salah seorang dari hamba-Nya yang selalu taat kepada semua yang diperintahkan-Nya kepadaku. Dalam diriku sama sekali tidak ada rasa takabur,

tidak ada pula rasa menolak untuk menyembahnya. Hal ini diumpamakan seandainya hal tersebut benar ada, tetapi hal tersebut mustahil bagi hak Allah Swt. Dan kalau yang namanya 'seandainya' bukan berarti merupakan suatu keharusan

terjadinya subjek yang dimaksud, bukan pula merupakan suatu hal yang mungkin terjadi. Sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{لَوْ أَرَادَ اللَّهُ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا لاصْطَفَى مِمَّا يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ سُبْحَانَهُ هُوَ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ}


Kalau sekiranya Allah hendak mengambil anak, tentu Dia akan memilih apa yang dikehendaki-Nya di antara ciptaan-ciptaan yang telah diciptakan-Nya. Mahasuci Allah. Dialah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (Az-Zumar: 4)

Sebagian ulama tafsir mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: maka akulah mula-mula orang yang memuliakan (anak itu). (Az-Zukhruf: 81) Yakni orang yang pertama paling menolak. Di antara mereka

yang mengatakan pendapat ini adalah Sufyan As-Sauri. Dan Imam Bukhari telah meriwayatkan hal tersebut. Untuk itu ia mengatakan bahwa Sufyan As-Sauri telah mengatakan, "Menurut suatu pendapat,

makna ayat ialah akulah orang yang mula-mula mengingkarinya, diambil dari kata 'abida ya'badu. Ibnu Jarir telah menuturkan pendapat ini berikut syawahid yang menguatkannya. Antara lain ialah apa yang telah diriwayatkannya

dari Yunus ibnu Abdul A'la, dari Ibnu Wahb, telah mnceritakan kepadaku Ibnu Abu Zi-b, dari Abu Qasit, dari Ba'jah ibnu Badr Al-Juhani, bahwa pernah ada seorang wanita dari kalangan Al-Juhani bercampur dengan suaminya

yang juga dari kalangan mereka. Ternyata wanita itu melahirkan anak dalam masa enam bulan. Maka suaminya menceritakan hal itu kepada Usman ibnu Affan r.a. Kemudian Usman memerintahkan agar wanita itu di hukum rajam.

Tetapi sebelum hukuman rajam dilaksanakan, sahabat Ali ibnu AbuTalib r.a. masuk menemui Klalifah Usman r.a, lalu mengatakan kepadanya bahwa sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman di dalam Kitab-Nya:

Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. (Al-Ahqaf: 15) Dan Allah Swt. telah berfirman: dan menyapihnya dalam dua tahun. (Luqman: 14) Ba'jah ibnu Badr Al-Juhani mengatakan, "Demi Allah,

tidaklah Khalifah Usman r.a. menolak untuk mengirimkan utusan agar wanita itu dipulangkan ke rumahnya." Yunus mengatakan, Ibnu Wahb telah mengatakan bahwa 'abida artinya menolak. Dan seorang penyair telah mengatakan dalam salah satu bait syairnya:


مَتَى مَا يَشَأ ذُو الوُدِّ يصْرِمْ خَليله ... ويَعْبَدُ عَلَيه لَا مِحَالَة ظَالمًا


Manakala seorang kekasih berkeinginan untuk memutuskan kekasihnya dan menolak berhubungan lagi dengannya, berarti dia adalah orang yang berbuat aniaya. Tetapi pendapat ini masih diragukan, karena maknanya tidak selaras

dengan syarat, sehingga pengertian lengkapnya adalah seperti berikut, bahwa jika hal itu benar, maka akulah orang yang menolaknya. Dan hal ini jelas tidak dapat diterima, harap direnungkan! Kecuali jika dikatakan bahwa

huruf in di sini bukan in syartiyyah, melainkan in nafiyah. Seperti yang dikatakan oleh Ali ibnu Abu Talhah dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, tiadalah Tuhan Yang Maha Pemurah beranak.

(Az-Zukhruf: 81) Yaitu bahwa tiadalah Tuhan Yang Maha Pemurah itu beranak, dan aku adalah orang yang mula-mula menyaksikannya. Qatadah mengatakan bahwa ungkapan ini biasa dipakai oleh orang-orang arab,

yaitu: Jika Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak, maka akulah orang yang mula-mula memuliakannya. (Az-Zukhruf: 81) Yakni hal itu tidak mungkin terjadi, dan tidak layak bagi-Nya beranak. Abu Sakhr mengatakan

sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, jika benar Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak, maka akulah orang yang mula-mula menyembahnya). (Az-Zukhruf: 81) Yaitu akulah orang yang mula-mula menyembah Allah

dengan keyakinan bahwa Dia tidak beranak, dan akulah orang yang mula-mula mengesakan-Nya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

maka akulah orang yang mula-mula menyembahnya). (Az-Zukhruf: 81) Yakni orang yang mula-mula menyembah-Nya, mengesakan-Nya, serta mendustakan kalian. Imam Bukhari mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

maka akulah orang yang mula-mula menyembahnya. (Az-Zukhruf: 81) Yakni orang yang mula-mula menolaknya, lafaz 'abidin mempunyai dua makna. Yang pertama bermakna menyembah, sedangkan yang kedua bermakna menolak.

Makna yang pertamalah yang lebih dekat kepada kebenaran, yakni yang menganggapnya sebagai syarat dan jawab, tetapi pengertian ini tidak mungkin terjadi. As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

Katakanlah, jika benar Tuhan Yang Maha Pemurah mempuyai anak, maka akulah orang yang mula-mula memuliakan (anak itu). (Az-Zukhruf: 81) Seandainya Allah beranak, tentulah aku menjadi orang yang mula-mula meyakini bahwa

Dia mempunyai anak, tetapi kenyataanya Dia tidak beranak. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Dan Ibnu Jarir menjawab pendapat orang yang menduga bahwa huruf in di sini bermakna nafi. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:


{سُبْحَانَ رَبِّ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ}


Mahasuci Tuhan yang empunya langit dan bumi, Tuhan Yang empunya 'Arasy dari apa yang mereka sifatkan. (Az-Zukhruf: 82) Yakni Mahasuci, Mahatinggi, lagi Mahabersih Allah Pencipta segala sesuatu dari sifat beranak.

Karena sesungguhnya Dia Maha Esa, bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tiada tandingan dan tiada saingan bagi-Nya, maka tiada anak bagi-Nya. Firman Allah Swt.:


{فَذَرْهُمْ يَخُوضُوا}


Maka biarlah mereka tenggelam. (Az-Zukhruf: 83) Yaitu dalam kebodohan dan kesesatan mereka.


{وَيَلْعَبُوا}


dan bermain-main. (Az-Zukhruf: 83) dalam dunia mereka.


{حَتَّى يُلاقُوا يَوْمَهُمُ الَّذِي يُوعَدُونَ}


sampai mereka menemui hari yang dijanjikan kepada mereka. (Az-Zukhruf: 83) Yaitu hari kiamat, kelak mereka akan mengetahui ke manakah tempat kembali mereka dan nasib yang akan mereka alami pada hari itu. Firman Allah Swt.:.


{وَهُوَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ إِلَهٌ وَفِي الأرْضِ إِلَهٌ}


Dan Dialah Tuhan (yang disembah) di langit dan Tuhan (Yang disembah) di bumi. (Az-Zukhruf: 84) Dia adalah Tuhan yang disembah oleh makhluk di langit, dan Tuhan yang disembah oleh makhluk yang di bumi, semuanya tunduk dan merendahkan diri di hadapan-Nya.


{وَهُوَ الْحَكِيمُ الْعَلِيمُ}


dan Dialah Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. (Az-Zukhruf: 84) Ayat ini semakna dengan firman Allah Swt.:


{وَهُوَ اللَّهُ فِي السَّمَوَاتِ وَفِي الأرْضِ يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُونَ}


Dan Dialah Allah (Yang disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan. (Al-An'am: 3) Yakni Dialah Tuhan yang disembah di langit dan di bumi.


{وَتَبَارَكَ الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا}


Dan Mahasuci Tuhan Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan apa saja yang ada di antara keduanya. (Az-Zukhruf: 85) Dialah Yang menciptakan, yang memiliki dan Yang mengatur keduanya tanpa ada yang menyaingi

dan menentangnya. Maka Mahasuci lagi Mahatinggi Allah dari beranak. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa sudah merupakan suatu ketetapan bagi-Nya bersih dari semua cela dan sifat kekurangan,

karena Dia adalah Tuhan Yang Mahatinggi, Mahabesar, Yang memiliki segala sesuatu, Yang di tangan kekuasaan-Nyalah kendali semua urusan dipegang, terlaksana atau tidaknya.


{وَعِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ}


dan di sisi-Nyalah pengetahuan tentang hari kiamat. (Az-Zukhruf: 85) Yakni tiada yang mengetahui waktunya kecuali hanya Dia.


{وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ}


dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (Az-Zukhruf: 85) Maka Dia akan memberikan pembalasan kepada setiap orang sesuai., dengan amal perbuatannya. Jika amalnya baik, maka balasannya baik; dan jika amalnya buruk, maka balasannya buruk pula. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:


{وَلا يَمْلِكُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ} أَيْ: مِنَ الْأَصْنَامِ وَالْأَوْثَانِ {الشَّفَاعَةَ}


Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafaat. (Az-Zukhruf: 86) Artinya, berhala-berhala dan sekutu-sekutu itu tidak mampu memberikan syafaat kepada mereka yang menyembahnya,


{إِلا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ}


tetapi (orang yang dapat memberi syafaat ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini (nya). (Az-Zukhruf: 86) Istisna atau pengecualian dalam ayat ini bersifat munqati' yang artinya

'tetapi orang yang meyakini perkara yang hak dengan penuh kesadaran dan pengetahuan, maka syafaat yang diberikannya itu dapat memberi manfaat dengan seizin dari Allah Swt.'. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:


{وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ}


Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab, 'Allah.' Maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?” (Az-Zukhruf: 87)

Yakni seandainya kamu tanyakan kepada mereka yang mempersekutukan Allah, yang menyembah selain-Nya di samping Dia.


{مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ}


Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab, 'Allah.' (Az-Zukhruf: 87) Mereka mengakui bahwa Dialah Allah Yang menciptakan segala sesuatu keseluruhannya, hanya Dia semata tiada sekutu bagi-Nya dalam hal ini.

Tetapi sekalipun dengan pengakuan ini, mereka masih tetap menyembah selain-Nya di samping Dia, yaitu menyembah makhluk yang tidak memiliki sesuatu pun dan tidak mampu berbuat sesuatu pun. Dengan demikian,

berarti mereka dengan perbuatannya itu adalah orang-orang yang sangat bodoh, pandir dan sangat lemah akalnya. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:


{فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ}


maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)? (Az-Zukhruf: 87) Adapun firman Allah Swt.:


{وَقِيلِهِ يَا رَبِّ إِنَّ هَؤُلاءِ قَوْمٌ لَا يُؤْمِنُونَ}


dan (Allah mengetahui) ucapan Muhammad, "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak beriman.” (Az-Zukhruf: 88) Yakni Nabi Muhammad Saw. mengadu kepada Tuhannya tentang perbuatan kaumnya

yang mendustakannya. Untuk itu dia mengatakan: Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak beriman. (Az-Zukhruf: 88) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman'-Nya:


{وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا}


Berkatalah Rasul, "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an ini suatu yang tidak diacuhkan.” (Al-Furqan: 30) Apa yang telah kami kemukakan merupakan pendapat Ibnu Mas'ud r.a. Mujahid, serta Qatadah,

dan berdasarkan pendapat inilah Ibnu Jarir menafsirkannya. Imam Bukhari mengatakan bahwa Abdullah (yakni Ibnu Mas'ud r.a.) membaca ayat ini dengan bacaan:


"وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ"


waqalar rasulu, ya Rabbi (dan rasul berkata, "Ya Tuhanku"). Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan (Allah mengetahui) ucapan Muhammad, "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka itu adalah

kaum yang tidak beriman.” Bahwa Allah mendengar ucapan Muhammad Saw. itu. Qatadah mengatakan bahwa dia adalah nabi kalian yang mengadu kepada Tuhannya tentang kaumnya yang tidak mau beriman.

Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkan sehubungan dengan firman-Nya: dan (Allah mengetahui) ucapan Muhammad, "Ya Tuhanku (Az-Zukhruf: 88) Bahwa ada dua qiraat mengenainya; salah satunya membacanya dengan bacaan nasab,

yakni waqilahu. Bacaan ini mempunyai dua alasan yang salah satunya ialah di- ataf-kan kepada firman Allah Swt.: bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka. (Az-Zukhruf: 80)

Alasan kedua ialah diperkirakan adanya fi'il (kata kerja) yang ada sebelumnya. Bentuk lengkapnya ialah Waqala qilahu (dan Muhammad mengucapkan pengaduannya). Bacaan yang kedua ialah membacanya dengan kasrah,

yakni qilihi, yang menurut suatu pendapat karena di-ataf-kan kepada firman-Nya: dan di sisi-Nyalah pengetahuan tentang hari kiamat. (Az-Zukhruf: 85) Bentuk lengkapnya ialah 'dan pengetahuan tentang ucapannya.' Firman Allah Swt.:


{فَاصْفَحْ عَنْهُمْ}


Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari mereka. (Az-Zukhruf: 89) Maksudnya, dari orang-orang musyrik itu.


{وَقُلْ سَلامٌ}


dan katakanlah, "Salam (selamat tinggal)." (Az-Zukhruf: 89) Yakni janganlah engkau menjawab perkataan mereka yang ditujukan kepadamu, berupa ucapan yang buruk. Tetapi bujuklah mereka dan maafkanlah mereka melalui sikap dan ucapan.


{فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ}


Kelak mereka akan mengetahui (nasib mereka yang buruk). (Az-Zukhruf: 89) Ini merupakan ancaman dari Allah Swt. ditujukan kepada orang-orang musyrik itu. Karena itu, maka mereka ditimpa oleh azab-Nya yang tidak dapat ditolak lagi.

Dan Allah meninggikan agama dan kalimah-Nya, juga memerintahkan sesudah itu (kepada Nabi-Nya) untuk berjihad dan berperang melawan mereka, hingga akhirnya manusia berbondong-bondong masuk ke dalam agama Allah, dan Islam tersebar dibelahan timur dan belahan barat. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Surat Az-Zukhruf |43:82|

سُبْحَانَ رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ

sub-ḥaana robbis-samaawaati wal-ardhi robbil-'arsyi 'ammaa yashifuun

Maha Suci Tuhan Pemilik langit dan Bumi, Tuhan Pemilik `Arsy, dari apa yang mereka sifatkan itu."

Exalted is the Lord of the heavens and the earth, Lord of the Throne, above what they describe.

Tafsir
Jalalain

(Maha Suci Rabb Yang empunya langit dan bumi, Rabb Yang empunya Arasy) yakni Al-Kursi (dari apa yang mereka sifatkan) dari apa yang telah mereka katakan itu, berupa kedustaan terhadap-Nya, yaitu menisbatkan kepada-Nya mempunyai anak.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 82 |

penjelasan ada di ayat 81

Surat Az-Zukhruf |43:83|

فَذَرْهُمْ يَخُوضُوا وَيَلْعَبُوا حَتَّىٰ يُلَاقُوا يَوْمَهُمُ الَّذِي يُوعَدُونَ

fa żar-hum yakhuudhuu wa yal'abuu ḥattaa yulaaquu yaumahumullażii yuu'aduun

Maka biarkanlah mereka tenggelam (dalam kesesatan) dan bermain-main sampai mereka menemui hari yang dijanjikan kepada mereka.

So leave them to converse vainly and amuse themselves until they meet their Day which they are promised.

Tafsir
Jalalain

(Maka biarlah mereka tenggelam) dalam kesesatannya atau dalam kebatilannya (dan bermain-main) di dalam dunia mereka (sampai mereka menemui hari yang dijanjikan kepada mereka) yaitu azab yang dijanjikan kepada mereka pada hari kiamat nanti.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 83 |

penjelasan ada di ayat 81

Surat Az-Zukhruf |43:84|

وَهُوَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ إِلَٰهٌ وَفِي الْأَرْضِ إِلَٰهٌ ۚ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْعَلِيمُ

wa huwallażii fis-samaaa`i ilaahuw wa fil-ardhi ilaah, wa huwal-ḥakiimul-'aliim

Dan Dialah Tuhan (yang disembah) di langit dan Tuhan (yang disembah) di Bumi, dan Dialah Yang Maha Bijaksana, Maha Mengetahui.

And it is Allah who is [the only] deity in the heaven, and on the earth [the only] deity. And He is the Wise, the Knowing.

Tafsir
Jalalain

(Dan Dialah Tuhan yang disembah di langit) lafal Fis Samaa-i Ilaahun kedua huruf Hamzahnya dapat dibaca Tahqiq dan Tas-hil, yakni Tuhan yang disembah di langit

(dan Tuhan yang disembah di bumi) kedua Zharaf yang ada dalam ayat ini berta'alluq kepada lafal sesudahnya (dan Dialah Yang Maha Bijaksana) di dalam mengatur makhluk-Nya (lagi Maha Mengetahui) kemaslahatan-kemaslahatan mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 84 |

penjelasan ada di ayat 81

Surat Az-Zukhruf |43:85|

وَتَبَارَكَ الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَعِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

wa tabaarokallażii lahuu mulkus-samaawaati wal-ardhi wa maa bainahumaa, wa 'indahuu 'ilmus-saa'ah, wa ilaihi turja'uun

Dan Maha Suci (Allah) yang memiliki kerajaan langit dan Bumi, dan apa yang ada di antara keduanya, dan di sisi-Nyalah ilmu tentang hari Kiamat, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.

And blessed is He to whom belongs the dominion of the heavens and the earth and whatever is between them and with whom is knowledge of the Hour and to whom you will be returned.

Tafsir
Jalalain

(Dan Maha Besar) Maha Agung (Tuhan Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan apa yang ada di antara keduanya; dan di sisi-Nyalah pengetahuan tentang hari kiamat)

yakni kapan ia akan terjadi (dan hanya kepada-Nyalah kalian dikembalikan) lafal Turja'uuna dapat pula dibaca Yurja`uuna; berdasarkan qiraat kedua maka artinya: Dan hanya kepada-Nyalah mereka dikembalikan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 85 |

penjelasan ada di ayat 81

Surat Az-Zukhruf |43:86|

وَلَا يَمْلِكُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ الشَّفَاعَةَ إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

wa laa yamlikullażiina yad'uuna min duunihisy-syafaa'ata illaa man syahida bil-ḥaqqi wa hum ya'lamuun

Dan orang-orang yang menyeru kepada selain Allah tidak mendapat syafaat (pertolongan di akhirat), kecuali orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini.

And those they invoke besides Him do not possess [power of] intercession; but only those who testify to the truth [can benefit], and they know.

Tafsir
Jalalain

(Dan tidaklah memiliki apa-apa yang mereka seru) yang mereka sembah, dimaksud adalah orang-orang kafir pelakunya (selain Dia) selain Allah (suatu syafaat pun)

bagi seseorang (tetapi yang dapat memberi syafaat ialah orang yang mengakui yang hak) yakni orang yang telah mengatakan, "Laa Ilaaha Illallaah"/tiada Tuhan selain Allah (dan mereka mengetahui)

apa yang mereka akui dengan kalbunya, yaitu yang telah diucapkan oleh lisannya. Yang dimaksud antara lain ialah Nabi Isa, Nabi Uzair dan malaikat-malaikat, sesungguhnya mereka dapat memberi syafaat kepada orang-orang yang beriman.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 86 |

penjelasan ada di ayat 81

Surat Az-Zukhruf |43:87|

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۖ فَأَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ

wa la`in sa`altahum man kholaqohum layaquulunnallohu fa annaa yu`fakuun

Dan jika engkau bertanya kepada mereka, siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab, Allah, jadi bagaimana mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah),

And if you asked them who created them, they would surely say, "Allah." So how are they deluded?

Tafsir
Jalalain

(Dan sungguh jika) huruf Lam di sini bermakna Qasam (kamu bertanya kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan mereka" Niscaya mereka menjawab, "Allah")

lafal Layaquulunna dibuang daripadanya Nun alamat Rafa' dan Wawu Dhamir jamak, karena asalnya adalah Layaquuluunanna (maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan) sehingga mereka tidak mau menyembah Allah

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 87 |

penjelasan ada di ayat 81

Surat Az-Zukhruf |43:88|

وَقِيلِهِ يَا رَبِّ إِنَّ هَٰؤُلَاءِ قَوْمٌ لَا يُؤْمِنُونَ

wa qiilihii yaa robbi inna haaa`ulaaa`i qoumul laa yu`minuun

dan (Allah mengetahui) ucapannya (Muhammad), "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak beriman."

And [Allah acknowledges] his saying, "O my Lord, indeed these are a people who do not believe."

Tafsir
Jalalain

(Dan ucapannya) ucapan Nabi Muhammad; dinashabkannya lafal Qiilihi karena menjadi Mashdar yang dinashabkan oleh Fi'ilnya yang Muqaddar atau diperkirakan keberadaannya;

yakni, dan berkatalah dia, ("Ya Rabbku! Sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak beriman.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 88 |

penjelasan ada di ayat 81

Surat Az-Zukhruf |43:89|

فَاصْفَحْ عَنْهُمْ وَقُلْ سَلَامٌ ۚ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ

fashfaḥ 'an-hum wa qul salaam, fa saufa ya'lamuun

Maka berpalinglah dari mereka dan katakanlah, "Salam (selamat tinggal)." Kelak mereka akan mengetahui (nasib mereka yang buruk).

So turn aside from them and say, "Peace." But they are going to know.

Tafsir
Jalalain

Lalu Allah swt. berfirman: (Maka berpalinglah) artinya palingkanlah dirimu (dari mereka dan katakanlah, "Salam") selamat tinggal bagi kalian. Ayat ini diturunkan sebelum diperintah untuk memerangi mereka

(Kelak mereka akan mengetahui) ayat ini mengandung ancaman buat mereka; dan dapat dibaca Ya'lamuuna atau Ta'lamuuna, kalau dibaca Ta'lamuuna artinya, kelak kalian akan mengetahui.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Az-Zukhruf | 43 : 89 |

penjelasan ada di ayat 81