Juz 20
Surat Al-Qasas |28:67|
فَأَمَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَعَسَىٰ أَنْ يَكُونَ مِنَ الْمُفْلِحِينَ
fa ammaa man taaba wa aamana wa 'amila shooliḥan fa 'asaaa ay yakuuna minal-mufliḥiin
Maka adapun orang yang bertobat dan beriman, serta mengerjakan kebajikan, maka mudah-mudahan dia termasuk orang yang beruntung.
But as for one who had repented, believed, and done righteousness, it is promised by Allah that he will be among the successful.
(Adapun orang yang bertobat) dari kemusyrikan (dan beriman) percaya kepada keesaan Allah (serta mengerjakan amal yang saleh) yakni melaksanakan perbuatan-perbuatan yang difardukan
(semoga dia termasuk orang-orang yang beruntung) yang selamat berkat adanya janji Allah.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 67 |
Penjelasan ada di ayat 62
Surat Al-Qasas |28:68|
وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ ۗ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ ۚ سُبْحَانَ اللَّهِ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ
wa robbuka yakhluqu maa yasyaaa`u wa yakhtaar, maa kaana lahumul-khiyaroh, sub-ḥaanallohi wa ta'aalaa 'ammaa yusyrikuun
Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka (manusia) tidak ada pilihan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.
And your Lord creates what He wills and chooses; not for them was the choice. Exalted is Allah and high above what they associate with Him.
(Dan Rabbmu menciptakan apa saja yang dikehendaki-Nya dan memilih) apa yang dikehendaki-Nya. (Sekali-kali tidak ada bagi mereka) yakni bagi orang-orang musyrik (pilihan)
maksudnya mereka tidak mempunyai pilihan apa-apa. (Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan) dari kemusyrikan mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 68 |
Tafsiir ayat 68-70
Allah Swt. memberitahukan bahwa hanya Dia sematalah yang mampu mencipta dan memilih, dan bahwa tiada seorang pun yang menentangNya dalam hal tersebut, serta tiada yang meminta pertanggungjawaban terhadap-Nya. Firman Allah Swt.:
{وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ}
Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. (Al-Qashash: 68) Yakni Dia memilih apa yang dikehendaki-Nya. Maka apa yang dikehendaki-Nya pasti ada, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya pasti tiada.
Semua perkara yang baik dan yang buruk berada di tangan kekuasaan-Nya dan bersumber dari-Nya. Firman Allah Swt.:
{مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ}
Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. (Al-Qashash: 68) Menurut pendapat yang paling sahih di antara dua pendapat, huruf ma dalam ayat ini bermakna nafi, sama pengertiannya dengan huruf ma yang terdapat di dalam firman-Nya:
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ}
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. (Al-Ahzab: 36)
Akan tetapi, Ibnu Jarir memilih pendapat yang mengatakan bahwa huruf ma dalam ayat ini adalah ma mausul yang bermakna al-lazi, sehingga maknanya adalah seperti berikut: Dan Dia memilih apa yang mengandung kebaikan bagi mereka.
Dengan alasan inilah sebagian dari golongan Mu'tazilah mengatakan wajib menjaga hal yang lebih baik. Pendapat yang benar adalah yang mengatakan bahwa huruf ma ini adalah ma nafiyah, sebagaimana yang telah dinukil oleh Ibnu Abu Hatim
melalui Ibnu Abbas dan lain-lainnya, karena sesungguhnya kedudukan ayat ini sedang menjelaskan tentang monopoli Allah Swt. dalam menciptakan makhluk, menentukan ukurannya dan memilihnya, dan bahwa tiada tandingan bagi-Nya
dalam hal tersebut. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{سُبْحَانَ اللَّهِ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ}
Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia). (Al-Qashash: 68) Maksudnya, yang dipersekutukan oleh mereka dengan Allah adalah berhala-berhala dan tandingan-tandingan yang tidak dapat menciptakan dan tidak pula dapat memilih sesuatu apa pun. Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَرَبُّكَ يَعْلَمُ مَا تُكِنُّ صُدُورُهُمْ وَمَا يُعْلِنُونَ}
Dan Tuhanmu mengetahui apa yang disembunyikan (dalam) dada mereka dan apa yang mereka nyatakan. (Al-Qashash: 69) Yakni mengetahui apa yang tersembunyi di dalam hati sanubari dan semua rahasia yang berada di dalamnya,
sebagaimana Dia mengetahui segala sesuatu yang dinyatakan oleh semua makhluk-Nya. Allah Swt. telah berfirman dalam ayat lain:
{سَوَاءٌ مِنْكُمْ مَنْ أَسَرَّ الْقَوْلَ وَمَنْ جَهَرَ بِهِ وَمَنْ هُوَ مُسْتَخْفٍ بِاللَّيْلِ وَسَارِبٌ بِالنَّهَارِ}
Sama saja (bagi Tuhan), siapa di antaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari. (Ar-Ra'd: 10) Firman Allah Swt.:
{وَهُوَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ}
Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. (Al-Qashash: 70) Artinya, hanya Dia sematalah yang menjadi Tuhan yang berhak disembah, tiada yang harus disembah selain Dia, sebagaimana tiada Tuhan yang menciptakan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya dan yang memilihnya selain Dia.
{لَهُ الْحَمْدُ فِي الأولَى وَالآخِرَةِ}
Bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat. (Al-Qashash: 70) Yakni Dialah yang terpuji dalam semua yang dilakukan-Nya, berkat keadilan dan hikmah (kebijaksanaan)-Nya.
{وَلَهُ الْحُكْمُ}
dan bagi-Nyalah segala penentuan. (Al-Qashash: 70) Maksudnya, tiada akibat bagi perbuatan-Nya karena keperkasaan, kemenangan, hikmah, dan rahmat-Nya.
{وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ}
dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (Al-Qashash: 70) Yaitu kalian semua akan dikembalikan kepada-Nya kelak di hari kiamat, lalu Dia memberikan balasan kepada setiap orang sesuai dengan amal baik dan buruknya, tiada sesuatu pun dari amal perbuatan mereka yang tersembunyi bagi-Nya.
Surat Al-Qasas |28:69|
وَرَبُّكَ يَعْلَمُ مَا تُكِنُّ صُدُورُهُمْ وَمَا يُعْلِنُونَ
wa robbuka ya'lamu maa tukinnu shuduuruhum wa maa yu'linuun
Dan Tuhanmu mengetahui apa yang disembunyikan dalam dada mereka dan apa yang mereka nyatakan.
And your Lord knows what their breasts conceal and what they declare.
(Dan Rabbmu mengetahui apa yang disembunyikan dalam dada mereka) yakni yang dirahasiakan di dalam hati mereka berupa kekafiran dan dosa-dosa lainnya (dan apa yang mereka nyatakan) dengan lisan mereka dari hal-hal tersebut.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 69 |
Penjelasan ada di ayat 68
Surat Al-Qasas |28:70|
وَهُوَ اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ لَهُ الْحَمْدُ فِي الْأُولَىٰ وَالْآخِرَةِ ۖ وَلَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
wa huwallohu laaa ilaaha illaa huw, lahul-ḥamdu fil-uulaa wal-aakhiroti wa lahul-ḥukmu wa ilaihi turja'uun
Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, segala puji bagi-Nya di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nya segala penentuan dan kepada-Nya kamu dikembalikan.
And He is Allah; there is no deity except Him. To Him is [due all] praise in the first [life] and the Hereafter. And His is the [final] decision, and to Him you will be returned.
(Dan Dia-lah Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, bagi-Nya-lah segala puji di dunia) (dan di akhirat) yaitu di surga (dan bagi-Nya-lah segala penentuan)
yakni, keputusan yang terlaksana dalam segala sesuatu (dan hanya kepada-Nya-lah kalian dikembalikan) melalui hari berbangkit.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 70 |
Penjelasan ada di ayat 68
Surat Al-Qasas |28:71|
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ اللَّيْلَ سَرْمَدًا إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ إِلَٰهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِضِيَاءٍ ۖ أَفَلَا تَسْمَعُونَ
qul a ro`aitum in ja'alallohu 'alaikumul-laila sarmadan ilaa yaumil-qiyaamati man ilaahun ghoirullohi ya`tiikum bidhiyaaa`, a fa laa tasma'uun
Katakanlah (Muhammad), "Bagaimana pendapatmu, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus-menerus sampai hari Kiamat. Siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Apakah kamu tidak mendengar?"
Say, "Have you considered: if Allah should make for you the night continuous until the Day of Resurrection, what deity other than Allah could bring you light? Then will you not hear?"
(Katakanlah) kepada penduduk Mekah ("Terangkanlah kepadaku) ceritakanlah kepadaku (jika Allah menjadikan untuk kalian malam itu terus menerus) selama-lamanya
(sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah) menurut dugaan kalian (yang akan mendatangkan sinar terang kepada kalian) siang hari kalian mencari penghidupan di dalamnya.
(Maka apakah kalian tidak mendengar") hal tersebut dengan pendengaran yang dibarengi dengan pemahaman, karenanya kalian tidak akan melakukan kemusyrikan lagi.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 71 |
Tafsir ayat 71-73
Allah Swt. menyebutkan karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya melalui apa yang Dia tundukkan bagi mereka, yaitu siang dan malam hari yang tiada kelayakan hidup bagi mereka tanpa keduanya.
Dan Allah menjelaskan seandainya Dia menjadikan bagi mereka seluruh waktunya malam hari sampai hari kiamat, tentulah hal tersebut akan membahayakan dan membosankan mereka, serta membuat mereka merasa jenuh terhadap malam hari.
Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
{مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِضِيَاءٍ}
siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? (Al-Qashash: 71) yang dengan sinar itu kalian dapat melihat dan tidak merasa takut.
{أَفَلا تَسْمَعُونَ}
Maka apakah kamu tidak mendengar? (Al-Qashash: 71) Kemudian Allah Swt. menyebutkan bahwa seandainya Dia menjadikan siang hari selama-lamanya sampai hari kiamat, tentulah hal tersebut akan membahayakan mereka,
dan tubuh mereka akan kelelahan serta merasa bosan karena banyak bergerak dan menjalani kesibukan. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِلَيْلٍ تَسْكُنُونَ فِيهِ}
siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? (Al-Qashash: 72) Yakni kalian beristirahat dari aktivitas dan kesibukan kalian di malam hari itu.
{أَفَلا تُبْصِرُونَ. وَمِنْ رَحْمَتِهِ} أَيْ: بِكُمْ {جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ}
"Maka apakah kalian tidak memperhatikan?" Dan karena rahmat-Nya (kepada kalian) Dia jadikan untukmu malam dan siang. (Al-Qashash: 72-73) Artinya, Dia menciptakan siang dan malam hari.
{لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ}
supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian dari karunia-Nya. (Al-Qashash: 73) Yakni pada siang hari dengan melakukan perjalanan, berpergian, dan melakukan aktivitas serta kesibukan. Ungkapan ini menurut istilah ilmu balagah dinamakan Al laf dan nasyr. Firman Allah Swt.:
{وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ}
dan agar kamu bersyukur kepada-Nya. (Al-Qashash: 73) Yaitu bersyukur kepada Allah dengan melakukan berbagai macam ibadah di malam dan siang hari; dan barang siapa yang meninggalkan sesuatu dari ibadah itu di malam harinya,
maka ia dapat mengqadanya di siang hari; atau jika ia meninggalkannya di siang hari, maka dapat mengqadanya di malam hari. Sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا}
Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. (Al-Furqan: 62) Ayat-ayat yang menerangkan hal ini cukup banyak.
Surat Al-Qasas |28:72|
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ النَّهَارَ سَرْمَدًا إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ إِلَٰهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِلَيْلٍ تَسْكُنُونَ فِيهِ ۖ أَفَلَا تُبْصِرُونَ
qul a ro`aitum in ja'alallohu 'alaikumun-nahaaro sarmadan ilaa yaumil-qiyaamati man ilaahun ghoirullohi ya`tiikum bilailin taskunuuna fiih, a fa laa tubshiruun
Katakanlah (Muhammad), "Bagaimana pendapatmu, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus-menerus sampai hari Kiamat. Siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu sebagai waktu istirahatmu? Apakah kamu tidak memperhatikan?"
Say, "Have you considered: if Allah should make for you the day continuous until the Day of Resurrection, what deity other than Allah could bring you a night in which you may rest? Then will you not see?"
(Katakanlah) kepada mereka, ("Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untuk kalian siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah) menurut dugaan kalian
(yang akan mendatangkan malam kepada kalian yang kalian berdiam diri) yakni beristirahat (padanya) dari kelelahan dan kecapekan. (Maka apakah kalian tidak memperhatikan")
kesalahan yang kalian lakukan sekarang, yaitu berupa perbuatan musyrik; oleh karena itu kemudian kalian meninggalkannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 72 |
Penjelasan ada di ayat 71
Surat Al-Qasas |28:73|
وَمِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
wa mir roḥmatihii ja'ala lakumul-laila wan-nahaaro litaskunuu fiihi wa litabtaghuu min fadhlihii wa la'allakum tasykuruun
Dan adalah karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, agar kamu beristirahat pada malam hari dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.
And out of His mercy He made for you the night and the day that you may rest therein and [by day] seek from His bounty and [that] perhaps you will be grateful.
(Dan karena rahmat-Nya) rahmat Allah swt. (Dia jadikan untuk kalian malam dan siang, supaya kalian beristirahat padanya) yakni pada malam harinya
(dan supaya kalian mencari sebagian dari karunia-Nya) pada siang harinya, untuk mencari penghidupan (dan agar kalian bersyukur) dengan adanya nikmat Allah pada kedua waktu itu, yaitu malam hari dan siang hari.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 73 |
Penjelasan ada di ayat 71
Surat Al-Qasas |28:74|
وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ أَيْنَ شُرَكَائِيَ الَّذِينَ كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ
wa yauma yunaadiihim fa yaquulu aina syurokaaa`iyallażiina kuntum taz'umuun
Dan (ingatlah) pada hari ketika Dia (Allah) menyeru mereka, dan berfirman, "Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu kamu sangka?"
And [warn of] the Day He will call them and say, "Where are my 'partners' which you used to claim?"
(Dan) ingatlah (hari di waktu Allah menyeru mereka, seraya berkata, "Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu kalian katakan") ayat ini disebutkan kembali sebagai pendahuluan dari kisah selanjutnya, yang diungkapkan oleh ayat berikut ini, yaitu,
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 74 |
Tafsir ayat 74-75
Apa yang diterangkan dalam kelompok ayat ini merupakan seruan pula yang mengandung makna cemoohan dan kecaman bagi orang yang menyembah tuhan lain di samping Allah. Allah Swt. menyeru mereka di hadapan semua saksi seraya berfirman:
{أَيْنَ شُرَكَائِيَ الَّذِينَ كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ}
Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu kalian katakan? (Al-Qashash: 74) Yakni semasa kalian hidup di dunia.
{وَنزعْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا}
Dan Kami datangkan dari tiap-tiap umat seorang saksi. (Al-Qashash: 75) Menurut Mujahid, yang dimaksud dengan saksi dalam ayat ini adalah rasul.
{فَقُلْنَا هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ}
lalu Kami berkata, "Tunjukkanlah bukti kebenaran kalian!" (Al-Qashash: 75) Yaitu bukti yang membenarkan apa yang kalian katakan, bahwa Allah mempunyai sekutu-sekutu.
{فَعَلِمُوا أَنَّ الْحَقَّ لِلَّهِ}
maka tahulah mereka bahwasanya yang hak itu kepunyaan Allah. (Al-Qashash: 75) Maksudnya, tiada Tuhan selain Dia. Mereka tidak dapat berbicara dan tidak dapat pula mengemukakan jawabannya.
{وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ}
dan lenyaplah dari mereka apa yang dahulunya mereka ada-adakan, (Al-Qashash: 75) Yakni lenyaplah semua sekutu itu dan tidak dapat memberikan suatu manfaat pun kepada mereka.
Surat Al-Qasas |28:75|
وَنَزَعْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا فَقُلْنَا هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ فَعَلِمُوا أَنَّ الْحَقَّ لِلَّهِ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ
wa naza'naa ming kulli ummatin syahiidan fa qulnaa haatuu burhaanakum fa 'alimuuu annal-ḥaqqo lillaahi wa dholla 'an-hum maa kaanuu yaftaruun
Dan Kami datangkan dari setiap umat seorang saksi, lalu Kami katakan, "Kemukakanlah bukti kebenaranmu," maka tahulah mereka bahwa yang hak (kebenaran) itu milik Allah dan lenyaplah dari mereka apa yang dahulu mereka ada-adakan.
And We will extract from every nation a witness and say, "Produce your proof," and they will know that the truth belongs to Allah, and lost from them is that which they used to invent.
(Dan kami datangkan) Kami hadirkan (dari tiap-tiap umat seorang saksi) seorang nabi yang menyaksikan apa yang telah mereka katakan (lalu Kami berkata) kepada mereka,
("Tunjukkanlah bukti kebenaran kalian") yang menunjukkan kebenaran dari kemusyrikan yang kalian lakukan itu (maka tahulah mereka bahwasanya yang hak) menyandang sifat Tuhan
(kepunyaan Allah) tiada seorang pun yang berserikat dengan-Nya dalam hal ini (dan lenyaplah) yakni hilanglah (dari mereka apa yang dahulunya mereka ada-adakan) di dunia,
yaitu dakwaan bahwa di samping Allah ada tuhan yang lain; Maha Tinggi Allah dari hal itu.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 75 |
Penjelasan ada di ayat 74
Surat Al-Qasas |28:76|
إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَىٰ فَبَغَىٰ عَلَيْهِمْ ۖ وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ
inna qooruuna kaana ming qoumi muusaa fa baghoo 'alaihim wa aatainaahu minal-kunuuzi maaa inna mafaatiḥahuu latanuuu`u bil-'ushbati ulil-quwwati iż qoola lahuu qoumuhuu laa tafroḥ innalloha laa yuḥibbul-fariḥiin
Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku zalim terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, "Janganlah engkau terlalu bangga. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri."
Indeed, Qarun was from the people of Moses, but he tyrannized them. And We gave him of treasures whose keys would burden a band of strong men; thereupon his people said to him, "Do not exult. Indeed, Allah does not like the exultant.
(Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa) dia adalah saudara sepupu Nabi Musa sendiri, yaitu anak saudara lelaki ayah Nabi Musa yang kawin dengan saudara perempuan ibu Nabi Musa,
dan Karun beriman kepada Nabi Musa (maka ia berlaku aniaya terhadap mereka) yaitu bersifat takabur; sombong dan merasa paling banyak hartanya
(dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul) terasa berat apabila dipikul (oleh sejumlah) segolongan
(orang-orang yang mempunyai) yang memiliki (kekuatan) maksudnya, kunci-kunci itu sangat berat dirasakan oleh mereka. Huruf Ba yang ada pada lafal Bil 'ushbah berfungsi untuk Ta'diyah.
Menurut suatu pendapat dikatakan, bahwa jumlah mereka ada tujuh puluh orang; dan menurut pendapat yang lain dikatakan bahwa jumlah mereka ada empat puluh orang,
sedangkan menurut yang lainnya lagi berjumlah sepuluh orang, dan menurut yang lainnya lagi selain dari itu. Ingatlah (ketika kaumnya berkata kepadanya)
yaitu orang-orang yang beriman dari kalangan kaum Bani Israel berkata kepada Karun ("Janganlah kamu bangga) dan sombong karena memiliki banyak harta,
'
(sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri") dengan harta yang dimilikinya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 76 |
Tafsir ayat 76-77
Al-A'masy telah meriwayatkan dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa. (Al-Qashash: 76) Qarun adalah anak paman Musa,
yakni saudara sepupunya. Hal yang sama dikatakan oleh Ibrahim An-Nakha'i, Abdullah ibnul Haris ibnu Naufal, Sammak ibnu Harb, Qatadah, Malik ibnu Dinar, Ibnu Juraij, dan lain-lainnya, bahwa Qarun adalah saudara sepupu Musa a.s.
Ibnu Juraij mengatakan bahwa dia adalah Qarun ibnu Yas-hub ibnu Qahis, sedangkan Musa adalah Ibnu Imran ibnu Qahis. Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar menduga bahwa Qarun adalah pamannya Musa ibnu Imran a.s.
Ibnu Juraij mengatakan bahwa menurut kebanyakan ahlul 'ilmi, Qarun adalah saudara sepupu Musa a.s. Qatadah ibnu Di'amah mengatakan, "Kami mengatakan bahwa dia adalah anak paman Musa a.s. Qarun dijuluki Al-Munawwir
karena suaranya yang bagus saat membaca kitab Taurat, tetapi dia adalah musuh Allah lagi munafik, sebagaimana sikap munafiknya Samiri. Keserakahan dirinyalah yang menjerumuskannya ke dalam kebinasaan
karena hartanya yang terlalu banyak." Menurut Syahr ibnu Hausyab, Qarun menjulurkan kainnya sepanjang satu jengkal karena kesombongan dan keangkuhan terhadap kaumnya sendiri. Firman Allah Swt.:
{وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ}
dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat. (Al-Qashash: 76) Maksudnya, terasa berat oleh mereka memikulnya karena banyaknya kunci
(yang menunjukkan banyaknya harta). Al-A'masy telah meriwayatkan dari Khaisamah, bahwa kunci-kunci perbendaharaan harta Qarun terbuat dari kulit, setiap kunci besarnya sama dengan jari telunjuk. Setiap kunci untuk satu gudang
tersendiri secara terpisah. Apabila Qarun berkendaraan, maka semua kunci perbendaharaannya diangkut dengan enam puluh ekor begal yang kuat; menurut pendapat yang lain diangkut dengan sarana lain, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah Swt.:
{إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لا تَفْرَحْ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ}
(Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, "Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” (Al-Qashash: 76) Yakni kaumnya memberinya nasihat
dengan hal-hal yang lebih bermanfaat bagi kaumnya. Mereka mengatakan kepadanya dengan ungkapan memberi nasihat dan petunjuk, "Janganlah kamu terlalu bangga dengan apa yang telah kamu peroleh." Dengan kata lain,
janganlah kamu membangga-banggakan hartamu.
{إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ}
"sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” (Al-Qashash: 76) Ibnu Abbas mengatakan, makna yang dimaksud ialah membangga-banggakan diri. Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud ialah
bersikap jahat dan sewenang-wenang, sebagaimana sikap orang-orang yang tidak bersyukur kepada Allah atas apa yang telah Dia berikan kepadanya. Firman Allah Swt.:
{وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا}
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi. (Al-Qashash: 77) Maksudnya, gunakanlah harta yang berlimpah dan nikmat
yang bergelimang sebagai karunia Allah kepadamu ini untuk bekal ketaatan kepada Tuhanmu dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan mengerjakan berbagai amal pendekatan diri kepada-Nya, yang dengannya kamu akan memperoleh pahala
di dunia dan akhirat.
{وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا}
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi. (Al-Qashash: 77) Yakni yang dihalalkan oleh Allah berupa makanan, minuman, pakaian, rumah dan perkawinan. Karena sesungguhnya engkau mempunyai kewajiban
terhadap Tuhanmu, dan engkau mempunyai kewajiban terhadap dirimu sendiri, dan engkau mempunyai kewajiban terhadap keluargamu, dan engkau mempunyai kewajiban terhadap orang-orang yang bertamu kepadamu,
maka tunaikanlah kewajiban itu kepada haknya masing-masing.
{وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ}
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. (Al-Qashash: 77) Artinya, berbuat baiklah kepada sesama makhluk Allah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.
{وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ}
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. (Al-Qashash: 77) Yaitu janganlah cita-cita yang sedang kamu jalani itu untuk membuat kerusakan di muka bumi dan berbuat jahat terhadap makhluk Allah.
{إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ}
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Al-Qashash: 77)
Surat Al-Qasas |28:77|
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
wabtaghi fiimaaa aataakallohud-daarol-aakhirota wa laa tansa nashiibaka minad-dun-yaa wa aḥsing kamaaa aḥsanallohu ilaika wa laa tabghil-fasaada fil-ardh, innalloha laa yuḥibbul-mufsidiin
Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.
But seek, through that which Allah has given you, the home of the Hereafter; and [yet], do not forget your share of the world. And do good as Allah has done good to you. And desire not corruption in the land. Indeed, Allah does not like corrupters."
(Dan carilah) upayakanlah (pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepada kalian) berupa harta benda (kebahagiaan negeri akhirat) seumpamanya kamu menafkahkannya di jalan ketaatan kepada Allah
(dan janganlah kamu melupakan) jangan kamu lupa (bagianmu dari kenikmatan duniawi) yakni hendaknya kamu beramal dengannya untuk mencapai pahala di akhirat (dan berbuat baiklah)
kepada orang-orang dengan bersedekah kepada mereka (sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat) mengadakan (kerusakan di muka bumi)
dengan mengerjakan perbuatan-perbuatan maksiat. (Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan) maksudnya Allah pasti akan menghukum mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 77 |
Penjelasan ada di ayat 76
Surat Al-Qasas |28:78|
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِنْدِي ۚ أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا ۚ وَلَا يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ
qoola innamaaa uutiituhuu 'alaa 'ilmin 'indii, a wa lam ya'lam annalloha qod ahlaka ming qoblihii minal-quruuni man huwa asyaddu min-hu quwwataw wa akṡaru jam'aa, wa laa yus`alu 'an żunuubihimul-mujrimuun
Dia (Qarun) berkata, "Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku." Tidakkah dia tahu, bahwa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan orang-orang yang berdosa itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka.
He said, "I was only given it because of knowledge I have." Did he not know that Allah had destroyed before him of generations those who were greater than him in power and greater in accumulation [of wealth]? But the criminals, about their sins, will not be asked.
(Karun berkata, "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu) harta yang ada padanya itu (karena ilmu yang ada padaku") sebagai imbalan dari pengetahuan yang aku miliki;
dia seorang yang paling ulung di kalangan Bani Israel mengenai kitab Taurat, sesudah Musa dan Harun. Allah berfirman, (Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya)
yakni, bangsa-bangsa sebelumnya (yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta) maksudnya, Karun mengetahui kisah mereka, kemudian mereka dibinasakan oleh Allah.
(Dan tidaklah perlu ditanyakan kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka) karena Allah mengetahui hal tersebut, maka mereka dimasukkan ke neraka tanpa dihisab lagi.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 78 |
Allah Swt. menceritakan tentang jawaban Qarun kepada kaumnya ketika mereka menasihati dan memberinya petunjuk jalan kebaikan.
{قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي}
Qarun berkata, "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.” (Al-Qashash: 78) Yakni aku tidak memerlukan nasihatmu, karena sesungguhnya Allah memberiku kekayaan ini sebab Dia mengetahui bahwa
aku berhak mendapatkannya dan sebab kecintaan-Nya kepadaku. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa sesungguhnya Allah memberiku semuanya ini hanyalah karena pengetahuan Allah
yang mengetahui bahwa diriku berhak memperolehnya. Pengertiannya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{فَإِذَا مَسَّ الإنْسَانَ ضُرٌّ دَعَانَا ثُمَّ إِذَا خَوَّلْنَاهُ نِعْمَةً مِنَّا قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ}
Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata, "Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku." (Az-Zumar: 49)
Yakni atas sepengetahuan dari Allah yang ada padaku. Dan sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ رَحْمَةً مِنَّا مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ هَذَا لِي}
Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata, "Ini adalah hakku.” (Fussilat: 50) Artinya, ini adalah sesuatu yang berhak aku terima. Tetapi telah diriwayatkan
dari sebagian ahli tafsir, bahwa makna yang dimaksud dari firman-Nya: Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku. (Al-Qashash: 78) Qarun mempunyai profesi sebagai seorang ahli kimia. Pendapat ini lemah.
Sesungguhnya ilmu kimia itu sendiri merupakan ilmu reaksi, bukan ilmu yang menyangkut mengubah sesuatu menjadi benda lain, karena sesungguhnya yang dapat melakukan hal itu hanyalah Allah semata Allah Swt. telah berfirman:
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ}
Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun. Walaupun mereka bersatu
untuk menciptakannya. (Al-Hajj: 73) Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: ومَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذَهَبَ يَخْلُقُ كَخَلْقِي، فَلْيَخْلُقُوا ذَرَّةً، فَلْيَخْلُقُوا شُعَيْرَةً"
Allah Swt. telah berfirman, "Dan siapakah yang lebih aniaya selain dari orang yang menciptakan ciptaan seperti ciptaan-Ku, maka silakanlah mereka menciptakan biji jagung dan silakan mereka menciptakan biji gandum.”
Hadis ini berkaitan dengan ancaman yang ditujukan terhadap orang-orang yang membuat sesuatu yang mirip dengan ciptaan Allah hanya dalam bentuk lahiriah atau gambarnya saja. Maka terlebih lagi ancaman yang ditujukan terhadap
orang yang mengakui bahwa dirinya mampu mengubah suatu benda menjadi benda yang lain; hal ini jelas batil dan mustahil. Sesungguhnya batas kemampuan mereka hanyalah meniru bentuk lahiriahnya saja atau imitasinya,
tetapi hakikatnya palsu dan tidak benar serta merupakan kamuflase belaka. Belum pernah terbuktikan ada suatu kebenaran yang dilakukan oleh seseorang melalui cara yang biasa dilakukan oleh para pendusta lagi fasik dan bodoh itu
suatu kenyataan yang dapat mengubah suatu benda ke benda yang lain. Adapun mengenai peristiwa yang bertentangan dengan hukum alam yang dilakukan oleh para wali (kekasih Allah), misalnya mengubah sesuatu benda menjadi emas
atau perak, atau hal lainnya. Maka hal seperti ini tiada seorang muslim pun yang mengingkari kebenarannya, karena proses kejadiannya berdasarkan kehendak Allah dan dengan seizin-Nya, serta pada hakikatnya Allah-lah
yang melakukannya. Dan hal seperti ini sama sekali bukan termasuk ke dalam ilmu sulap atau ilmu kimia atau ilmu sihir. Sebagaimana yang telah diriwayatkan dari Haiwah ibnu Syuraih Al-Masri, seorang waliyyullah. Pada suatu hari ia kedatangan
seorang pengemis yang meminta-minta kepadanya, sedangkan dia tidak memiliki sesuatu pun yang akan diberikannya kepada si peminta-minta itu. Maka ia memungut batu kerikil dari tanah dan mengocoknya dengan telapak tangannya,
lalu ia lemparkan ke tangan si pengemis itu, tiba-tiba batu kerikil tersebut telah berubah menjadi emas. Hadis-hadis dan asar-asar yang menceritakan hal tersebut banyak sekali dan memerlukan cerita yang sangat panjang.
Menurut sebagian ulama, Qarun adalah seseorang yang mengetahui Ismul A'zam, lalu ia berdoa kepada Allah dengan menyebut Ismul A'zam tersebut. Akhirnya ia menjadi orang yang banyak hartanya.
Tetapi pendapat yang benar adalah pendapat yang pertama. Karena itulah Allah Swt. menyanggah pengakuannya yang mengatakan bahwa Allah memperhatikan dirinya, karena itu Allah memberinya banyak harta.
{أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا}
Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta? (Al-Qashash: 78) Yakni dahulu ada orang yang lebih banyak
memiliki harta darinya, tetapi bukan karena Kami mencintainya. Sesungguhnya sekalipun demikian, Allah Swt. telah menghancurkan mereka disebabkan mereka kafir dan tidak bersyukur kepada Allah Swt. Karena itulah disebutkan
dalam firman selanjutnya:
{وَلا يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ}
Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. (Al-Qashash: 78) Yaitu karena banyaknya dosa mereka. Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
karena ilmu yang ada padaku. (Al-Qashash: 78) Maksudnya, karena kebaikan yang ada padaku. Menurut As-Saddi, karena aku berhak mendapatkannya. Sehubungan dengan tafsir ayat ini Imam Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam
mengemukakannya dengan takwil yang baik, ia mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Qarun berkata, "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.” (Al-Qashash: 78) Bahwa seandainya
bukan karena rida Allah kepada diriku dan pengetahuannya tentang keutamaanku, tentulah Dia tidak akan memberiku semua harta ini. Lalu Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam membacakan firman-Nya: Dan apakah ia tidak mengetahui,
bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? (Al-Qashash: 78), hingga akhir ayat. Memang demikianlah yang biasa dikatakan
oleh orang yang dangkal pengetahuannya. Bila ia mendapat keluasan rezeki dari Allah, ia akan mengatakan bahwa seandainya dirinya tidak berhak mendapat hal itu, tentulah ia tidak akan diberi.
Surat Al-Qasas |28:79|
فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ ۖ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
fa khoroja 'alaa qoumihii fii ziinatih, qoolallażiina yuriiduunal-ḥayaatad-dun-yaa yaa laita lanaa miṡla maaa uutiya qooruunu innahuu lażuu hazhzhin 'azhiim
Maka keluarlah dia (Qarun) kepada kaumnya dengan kemegahannya. Orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia berkata, "Mudah-mudahan kita mempunyai harta kekayaan seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun, sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar."
So he came out before his people in his adornment. Those who desired the worldly life said, "Oh, would that we had like what was given to Qarun. Indeed, he is one of great fortune."
(Maka keluarlah) Karun (kepada kaumnya dalam kemegahannya) berikut para pengikutnya yang banyak jumlahnya; mereka semuanya menaiki kendaraan seraya memakai pakaian emas dan sutra.
Kuda-kuda serta keledai-keledai yang mereka naiki pun dihiasnya. (Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia, "Aduhai!) huruf Ya di sini menunjukkan makna Tanbih
(Kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun) dalam masalah keduniawian (sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan) yakni bagian (yang besar.") yang sangat banyak keberuntungannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 79 |
Tafsir ayat 79-80
Allah Swt. menceritakan bahwa Qarun pada suatu hari keluar memamerkan dirinya kepada kaumnya dengan segala kemewahan dan perhiasan yang dimilikinya, termasuk iringan kendaraannya, juga pakaiannya yang gemerlapan
serta para pelayan dan para pembantu terdekatnya. Tatkala orang-orang yang menghendaki kehidupan duniawi dan silau dengan perhiasan dan kemewahannya melihat apa yang ditampilkan oleh Qarun,
maka hati mereka berharap seandainya saja mereka memperoleh seperti apa yang dimiliki oleh Qarun. Hal ini disitir oleh firman-Nya:
{يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ}
Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun, sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar. (Al-Qashash: 79)
Yakni mempunyai keberuntungan dunia yang berlimpah. Ketika orang-orang yang bermanfaat ilmunya mendengar ucapan ahli dunia itu, maka mereka menjawabnya:
{وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا}
Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh. (Al-Qashash: 80) Maksudnya, balasan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin lagi saleh
di negeri akhirat lebih baik daripada apa yang kamu lihat sekarang. Sebagaimana yang disebutkan di dalam sebuah hadis sahih yang mengatakan:
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ، وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلَا خطر عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ، وَاقْرَؤُوا إِنْ شِئْتُمْ: {فَلا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}
Allah Swt. berfirman, "Aku telah menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang saleh apa (pahala) yang belum pernah dilihat oleh mata, dan belum pernah didengar (kisahnya) oleh telinga serta belum pernah terdelik (keindahannya)
di dalam hati seorang manusia pun.” Selanjutnya Nabi Saw. bersabda, "Bacalah oleh kalian firman Allah Swt. berikut jika kalian suka," yaitu: Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka,
yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (As-Sajdah: 17) Adapun firman Allah Swt.:
وَلا يُلَقَّاهَا إِلا الصَّابِرُونَ}
dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar. (Al-Qashash: 80) As-Saddi mengatakan bahwa tiada seorang pun yang memperoleh surga kecuali hanyalah orang-orang yang sabar; seakan-akan kalimat ini
merupakan kelanjutan dari apa yang dikatakan oleh orang-orang yang dianugerahi ilmu. Ibnu Jarir mengatakan bahwa kalimat seperti itu tidaklah dikatakan kecuali hanyalah oleh orang-orang yang sabar,
yaitu orang-orang yang tidak menginginkan duniawi dan hanya berharap kepada pahala Allah di negeri akhirat. Takwil ini berarti bahwa seakan-akan kalimat ini terpisah dari ucapan orang-orang yang dianugerahi ilmu, dan menjadikannya
sebagai Kalamullah serta pemberitaan dari-Nya tentang hal tersebut.
Surat Al-Qasas |28:80|
وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ
wa qoolallażiina uutul-'ilma wailakum ṡawaabullohi khoirul liman aamana wa 'amila shooliḥaa, wa laa yulaqqoohaaa illash-shoobiruun
Tetapi orang-orang yang dianugerahi ilmu berkata, "Celakalah kamu! Ketahuilah, pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, dan (pahala yang besar) itu hanya diperoleh oleh orang-orang yang sabar."
But those who had been given knowledge said, "Woe to you! The reward of Allah is better for he who believes and does righteousness. And none are granted it except the patient."
(Berkatalah) kepada mereka (orang-orang yang dianugerahi ilmu) tentang apa yang telah dijanjikan oleh Allah kelak di akhirat, ("Kecelakaan yang besarlah bagi kalian)
lafal Wailakum ini adalah kalimat hardikan (pahala Allah) di akhirat berupa surga (adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh)
daripada apa yang diberikan oleh Allah kepada Karun di dunia (dan tidak diperoleh pahala itu) yakni surga (kecuali oleh orang-orang yang sabar") di dalam menjalankan ketaatan dan menjauhi maksiat.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 80 |
Penjelasan ada di ayat 79
Surat Al-Qasas |28:81|
فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ
fa khosafnaa bihii wa bidaarihil-ardh, fa maa kaana lahuu min fi`atiy yanshuruunahuu min duunillaahi wa maa kaana minal-muntashiriin
Maka Kami benamkan dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam Bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri.
And We caused the earth to swallow him and his home. And there was for him no company to aid him other than Allah, nor was he of those who [could] defend themselves.
(Maka Kami benamkan dia) Karun (beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada lagi baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah)
seumpamanya penolong itu dapat mencegah kebinasaan dari diri Karun. (Dan tiadalah ia termasuk orang-orang yang dapat membela dirinya) dari azab Allah.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 81 |
Tafsir ayat 81-82
Setelah menceritakan keangkuhan Qarun dengan perhiasan yang dikenakannya dan bangga dirinya terhadap kaumnya serta sikapnya yang kelewat batas terhadap mereka, maka Allah menyebutkan bahwa sesudah itu
Dia membenamkan Qarun berikut rumahnya ke dalam bumi. Hal ini diterangkan di dalam hadis sahih yang ada pada Imam Bukhari melalui riwayat Az-Zuhri, dari Salim; ayahnya pernah menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda:
"بَيْنَا رَجُلٌ يَجُرُّ إِزَارَهُ إِذْ خُسِفَ بِهِ، فَهُوَ يَتَجَلْجَلُ فِي الْأَرْضِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ"
Tatkala seorang lelaki sedang menyeret kainnya (dengan penuh kesombongan), tiba-tiba ia dibenamkan (ke dalam bumi), maka dia terus amblas ke dalam bumi sampai hari kiamat.
Kemudian Imam Bukhari meriwayatkannya pula melalui hadis Jarir ibnu Zaid, dari Salim, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. dengan teks yang semisal.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا النَّضْرُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ أَبُو الْمُغِيرَةِ الْقَاصُّ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ عَطِيَّةَ ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "بَيْنَا رَجُلٌ فيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، خَرَجَ فِي بُرْدَيْن أَخْضَرَيْنِ يَخْتَالُ فِيهِمَا، أَمَرَ اللَّهُ الْأَرْضَ فَأَخَذَتْهُ، فَإِنَّهُ لَيَتَجَلْجَلُ فِيهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami An-Nadr ibnu Ismail Abul Mugirah Al-Qas, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Atiyyah, dari Abu Sa'id yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Ketika seorang lelaki dari kalangan orang yang terdahulu sebelum kalian keluar dengan memakai dua lapis kain burdah berwarna hijau dengan langkah yang angkuh, maka Allah memerintahkan kepada bumi (untuk membenamkannya).
Lalu bumi menelannya dan ia terus terbenam ke dalam bumi sampai hari kiamat. Hadis diriwayatkan secara tunggal oleh Imam Ahmad dengan predikat yang hasan.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى الْمَوْصِلِيُّ: حَدَّثَنَا أَبُو خَيْثَمَةَ، حَدَّثَنَا أَبُو مُعَلَّى بْنُ مَنْصُورٍ ، أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ مُسْلِمٍ، سَمِعْتُ زِيَادًا النُّمَيْرِيَّ يُحَدِّثُ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "بَيْنَا رَجُلٌ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ خَرَجَ فِي بُرْدَيْنِ فَاخْتَالَ فِيهِمَا، فَأَمَرَ اللَّهُ الْأَرْضَ فَأَخَذَتْهُ، فَهُوَ يَتَجَلْجَلُ فِيهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ"
Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Khaisamah, telah menceritakan kepada kami Ya'la ibnu Mansur, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Muslim, bahwa ia pernah mendengar
Ziad An-Numairi menceritakan hadis berikut dari sahabat Anas ibnu Malik r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Ketika seorang lelaki dari kalangan umat sebelum kalian keluar dengan memakai kain burdah dua lapis
dan melangkah dengan penuh keangkuhan, maka Allah memerintahkan kepada bumi (untuk membenamkannya), lalu bumi menelannya dan ia terbenam ke dalam bumi sampai hari kiamat. Al-Hafiz Muhammad ibnul Munzir menyebutkan
di dalam kitabnya yang berjudul Al-Aja'ibul Garibah berikut sanadnya dari Naufal ibnu Masahiq yang menceritakan bahwa ia pernah melihat seorang pemuda di dalam masjid Najran. Maka ia memandang pemuda itu dengan pandangan
yang kagum karena tubuh pemuda itu tinggi, perawakannya tegap lagi tampan. Pemuda itu menanyainya, "Mengapa engkau selalu memandangku." Naufal ibnu Masahiq menjawab, "Aku kagum dengan ketampanan dan penampilanmu
yang menarik." Lalu pemuda itu berkata, "Sesungguhnya Allah benar-benar kagum kepadaku." Naufal ibnu Masahiq mengatakan bahwa ia melihat pemuda itu kian kecil sehingga tingginya tinggal sejengkal. Maka salah seorang kerabatnya
menangkapnya dan memasukkannya ke dalam saku bajunya, lalu membawanya pergi. Disebutkan dalam suatu kisah bahwa penyebab kebinasaan Qarun adalah karena doa Nabi Musa a.s. Akan tetapi, latar belakangnya masih diperselisihkan.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan As-Saddi, bahwa Qarun mengupah seorang wanita tuna susila dengan imbalan harta yang banyak agar wanita itu membuat suatu kedustaan terhadap Musa a.s di hadapan para pemuka kaum Bani Israil,
saat Nabi Musa a.s. sedang berdiri di kalangan mereka membacakan Kitabullah kepada mereka. Lalu wanita tuna susila itu berkata, "Hai Musa, sesungguhnya kamu pernah berbuat anu dan anu (mesum) dengan diriku."
Setelah wanita itu mengucapkan pernyataan tersebut di hadapan para pemuka Bani Israil, tubuh Musa a.s. bergetar karena takut, lalu ia mendatangi wanita itu sesudah salat dua rakaat, dan bertanya kepadanya,
"Aku meminta kepadamu dengan nama Allah yang telah membelah laut dan menyelamatkan kalian dari Fir'aun serta yang telah melakukan banyak mukjizat, sudilah kiranya engkau menjelaskan kepadaku tentang penyebab
yang mendorongmu berani mengucapkan hal tersebut terhadap diriku." Wanita itu menjawab, "Karena engkau telah meminta kepadaku dengan mendesak, maka aku jelaskan bahwa sesungguhnya Qarunlah yang telah memberi aku upah
agar aku mengatakan hal tersebut kepadamu, dan sekarang aku memohon ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya." Saat itu juga Musa menyungkur bersujud kepada Allah Swt. dan memohon kepada-Nya sehubungan dengan fitnah
yang dilancarkan oleh Qarun. Maka Allah menurunkan wahyu-Nya yang menyatakan, "Aku telah memerintahkan kepada bumi agar ia tunduk kepada perintahmu." Lalu Musa memerintahkan kepada bumi untuk menelan Qarun berikut rumah
dan harta bendanya, maka semuanya amblas ke dalam bumi. Menurut pendapat yang lain, sesungguhnya ketika Qarun keluar memamerkan dirinya di mata kaumnya dengan segala perhiasan yang dipakainya seraya
menunggang begal merahnya, sedangkan semua pelayannya memakai pakaian yang sama dengannya, yaitu pakaian yang mewah di masa itu. Lalu ia dan iringannya itu melalui majelis Nabi Musa a.s. yang saat itu sedang memberikan
peringatan kepada kaum Bani Israil akan kekuasaan-kekuasaan Allah. Tatkala orang-orang Bani Israil melihat Qarun, maka wajah mereka berpaling ke arahnya dan pandangan mereka tertuju kepada Qarun dan kemewahannya.
Maka Musa memanggil Qarun dan bertanya kepadanya, "Apakah yang mendorongmu berbuat demikian?" Qarun menjawab, "Hai Musa, ingatlah jika engkau diberi keutamaan di atasku berkat kenabian, maka sesungguhnya aku pun
mempunyai kelebihan atas dirimu berkat harta yang kumiliki. Dan sesungguhnya jika kamu suka, marilah kita keluar dan marilah engkau berdoa untuk kebinasaanku dan aku pun berdoa (pula) untuk kebinasaanmu."
Maka Musa dan Qarun berangkat keluar dari kalangan kaumnya, lalu Musa a.s berkata, "Apakah engkau dahulu yang berdoa ataukah aku?" Qarun menjawab, "Tidak, akulah yang lebih dahulu berdoa." Maka Qarun berdoa
tetapi tidak diperkenankan.Musa berkata, "Sekarang giliranku." Qarun menjawab, "Ya." Lalu Musa berdoa, "Ya Allah, perintahkanlah kepada bumi agar taat kepada perintahku hari ini." Selanjutnya Musa berkata, "Hai bumi,
benamkanlah mereka (Qarun dan para pelayannya)." Maka bumi membenamkannya sampai sebatas telapak kaki mereka. Musa berkata lagi, "Benamkanlah mereka," maka bumi membenamkannya sampai sebatas lutut mereka.
Musa berkata, "Benamkanlah mereka," maka bumi membenamkannya sampai batas pundak mereka. Kemudian Musa berkata, "Bawakanlah perbendaharaan harta mereka," maka bumi membawakan semua harta benda mereka
sehingga mereka dapat melihatnya. Lalu Musa a.s. berisyarat dengan tangannya dan berkata, "Pergilah kamu semua, hai Bani Levi," maka bumi menelan mereka semuanya. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa bumi menelan mereka
sampai hari kiamat. Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa bumi membenamkan mereka setiap harinya sedalam tinggi tubuh mereka, maka mereka terus-menerus tenggelam ke dalam bumi sampai hari kiamat.
Sehubungan dengan kisah ini banyak riwayat yang bersumber dari kisah israiliyat yang aneh-aneh, tetapi kami tidak menganggapnya. Firman Allah Swt.:
{فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ}
Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah, dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). (Al-Qashash: 81) Artinya, harta benda yang mereka kumpulkan itu
—juga pelayan-pelayannya serta para pembantunya— tidak dapat memberi pertolongan kepadanya, tidak dapat pula membelanya dari siksa dan azab Allah serta pembalasan-Nya. Qarun pun tidak dapat membela dirinya sendiri,
serta tidak ada seorang pun yang dapat menolongnya. Firman Allah Swt.:
{وَأَصْبَحَ الَّذِينَ تَمَنَّوْا مَكَانَهُ بِالأمْسِ}
Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu. (Al-Qashash: 82) Yakni orang-orang yang menginginkan hal seperti yang diperoleh Qarun yang bergelimang dengan perhiasannya saat mereka melihatnya.
{يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ}
Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar. (Al-Qashash: 79) Tetapi setelah Qarun dibenamkan, mereka mengatakan:
{وَيْكَأَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ}
Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya. (Al-Qashash: 82) Maksudnya, harta benda itu bukanlah merupakan pertanda bahwa Allah rida kepada pemiliknya.
Karena sesungguhnya Allah memberi dan mencegah, menyempitkan dan melapangkan, dan merendahkan serta meninggikan. Apa yang ditetapkan-Nya hanyalah mengandung hikmah yang sempurna dan hujah yang kuat, sebagaimana
yang telah disebutkan di dalam sebuah hadis marfu' yang diriwayatkan melalui Ibnu Mas'ud:
"إِنَّ اللَّهَ قَسَمَ بَيْنَكُمْ أَخْلَاقَكُمْ، كَمَا قَسَمَ أَرْزَاقَكُمْ وَإِنَّ اللَّهَ يُعْطِي الْمَالَ مَنْ يُحِبُّ، وَمَنْ لَا يُحِبُّ، وَلَا يُعْطِي الْإِيمَانَ إِلَّا مَنْ يُحِبُّ"
Sesungguhnya Allah membagi akhlak di antara kalian sebagaimana Dia membagi rezeki buat kalian. Dan sesungguhnya Allah memberi harta kepada orang yang Dia cintai, juga orang yang tidak dicintainya; tetapi Dia tidak memberi iman kecuali hanya kepada orang yang Dia sukai saja. Firman Allah Swt.:
{لَوْلا أَنْ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا}
kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita, benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). (Al-Qashash: 82) Yakni seandainya tidak ada belas kasihan Allah dan kebaikan-Nya kepada kita tentulah Dia membenamkan kita ke dalam bumi sebagaimana Qarun dibenamkan, sebab kami pernah mengharapkan hal yang semisal dengan Qarun.
{وَيْكَأَنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ}
Aduhai, benarlah tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah). (Al-Qashash: 82) Mereka bermaksud bahwa Qarun adalah orang kafir, dan orang kafir itu tidak akan beruntung di hadapan Allah, baik di dunia maupun di akhirat.
Ulama Nahwu berselisih pendapat sehubungan dengan makna lafaz {وَيْكَأَنَّ} dalam ayat ini. Sebagian di antara mereka mengatakan bahwa maknanya ialah 'celakalah, ketahuilah olehmu bahwa'; tetapi bentuknya di- takhfif.
Pendapat yang lain mengatakan waika, dan harakat fathah yang ada pada an menunjukkan ada lafaz i'lam yang tidak disebutkan. Pendapat ini dinilai lemah oleh Ibnu Jarir. Tetapi pada lahiriahnya pendapat ini kuat dan tidak mengandung
kemusykilan, melainkan hanya dari segi penulisannya saja di dalam mus-haf, yaitu berbentuk muttasil. Sedangkan masalah penulisan merupakan masalah idiom dan rujukannya adalah bersumber kepada bahasa Arab.
Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud ialah sama dengan alam tara (tidakkah kamu perhatikan), demikianlah menurut Qatadah. Menurut pendapat yang lainnya lagi, makna yang dimaksud ialah wai dan ka-anna secara terpisah;
wai bermakna ta'ajjub atau tanbih, sedangkan ka-anna bermakna azunnu atau ahtasibu. Ibnu Jarir mengatakan bahwa pendapat yang terkuat dalam masalah ini adalah pendapat yang dikemukakan oleh Qatadah, yaitu bermakna alam tara
(tidakkah engkau perhatikan).
Surat Al-Qasas |28:82|
وَأَصْبَحَ الَّذِينَ تَمَنَّوْا مَكَانَهُ بِالْأَمْسِ يَقُولُونَ وَيْكَأَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ ۖ لَوْلَا أَنْ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا ۖ وَيْكَأَنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
wa ashbaḥallażiina tamannau makaanahuu bil-amsi yaquuluuna waika`annalloha yabsuthur-rizqo limay yasyaaa`u min 'ibaadihii wa yaqdir, lau laaa am mannallohu 'alainaa lakhosafa binaa, waika`annahuu laa yufliḥul-kaafiruun
Dan orang-orang yang kemarin mengangan-angankan kedudukannya (Qarun) itu berkata, "Aduhai, benarlah kiranya Allah yang melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya). Sekiranya Allah tidak melimpahkan karunia-Nya pada kita, tentu Dia telah membenamkan kita pula. Aduhai, benarlah kiranya tidak akan beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)."
And those who had wished for his position the previous day began to say, "Oh, how Allah extends provision to whom He wills of His servants and restricts it! If not that Allah had conferred favor on us, He would have caused it to swallow us. Oh, how the disbelievers do not succeed!"
(Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu) dalam waktu yang singkat (mereka berkata, "Aduhai! Benarlah Allah melapangkan)
yakni meluaskan (rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan membatasinya) menyempitkannya bagi orang-orang yang dikehendaki-Nya.
Lafal Way adalah Isim Fi'il yang artinya aku sangat kagum, dan huruf Kaf mempunyai makna huruf Lam. Maksudnya, aku sangat takjub karena sesungguhnya Allah melapangkan dan seterusnya
'
(kalau Allah tidak melimpahkan harunia-Nya atas kita, benar-benar Dia telah membenamkan kita pula) dapat dibaca Lakhasafa dan Lakhusifa (Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari.") nikmat Allah seperti Karun tadi.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 82 |
Penjelasan ada di ayat 81
Surat Al-Qasas |28:83|
تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۚ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
tilkad-daarul-aakhirotu naj'aluhaa lillażiina laa yuriiduuna 'uluwwan fil-ardhi wa laa fasaadaa, wal-'aaqibatu lil-muttaqiin
Negeri akhirat itu Kami jadikan bagi orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu bagi orang-orang yang bertakwa.
That home of the Hereafter We assign to those who do not desire exaltedness upon the earth or corruption. And the [best] outcome is for the righteous.
(Negeri akhirat itu,) yakni surga (Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri di muka bumi) dengan melakukan kelaliman
(dan tidak pula berbuat kerusakan) dengan melakukan perbuatan-perbuatan maksiat. (Dan kesudahan yang baik itu) yakni yang terpuji (adalah bagi orang orang yang bertakwa)
maksudnya bagi orang-orang yang takut kepada azab Allah, yaitu dengan melakukan perbuatan-perbuatan ketaatan kepada-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 83 |
Tafsir ayat 83-84
Allah Swt. menyebutkan bahwa negeri akhirat berikut kenikmatannya yang kekal, tidak berubah dan tidak lenyap, hanyalah diperuntukan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman lagi rendah diri, yaitu mereka yang tidak bersikap angkuh
di muka bumi terhadap makhluk Allah yang lain, tidak besar diri, tidak berlaku sewenang-wenang terhadap mereka, dan tidak menimbulkan kerusakan di kalangan mereka. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ikrimah,
bahwa makna al-uluwwu ialah menyombongkan diri. Menurut Sa'id ibnu Jubair, al-uluwwu artinya sewenang-wenang. Sufyan ibnu Sa'id As-Sauri telah meriwayatkan dari Mansur, dari Muslim Al-Batin, bahwa makna yang dimaksud ialah
menyombongkan diri tanpa alasan yang dibenarkan dan membuat kerusakan serta mengambil harta tanpa alasan yang dibenarkan (dari tangan orang lain). Ibnu Juraij mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri di (muka) bumi. (Al-Qashash: 83) Yaitu bersikap angkuh dan bertindak sewenang-wenang. dan tidak (pula) berbuat kerusakan. (Al-Qashash: 83) Yang dimaksud dengan kerusakan ialah
mengerjakan perbuatan-perbuatan maksiat. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Asy'as As-Samman, dari Abu Salam Al-A'raj, dari Ali yang mengatakan, bahwa
sesungguhnya seorang lelaki yang merasa tali sandalnya lebih baik daripada tali sandal temannya (dengan sikap menyombongkan diri), ia termasuk ke dalam apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Negeri akhirat itu Kami jadikan
untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dari berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-Qashash: 83) Akan tetapi, pengertian ini ditakwilkan
dengan maksud bahwa jika orang yang bersangkutan bersikap angkuh dan sombong terhadap temannya itu, sebab sikap ini adalah sikap yang tercela, sebagaimana yang dijelaskan di dalam kitab sahih melalui sabda Nabi Saw.
yang mengatakan:
إِنَّهُ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنْ تواضَعُوا، حَتَّى لَا يفخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ، وَلَا يَبْغِي أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ
Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku bahwasanya berendah dirilah kamu, sehingga tiada seorang pun yang berbangga diri terhadap orang lain, dan tiada pula seseorang yang bersikap melampaui batas terhadap orang lain.
Tetapi jika orang yang bersangkutan menyatakan hal tersebut hanyalah semata-mata untuk menghias diri, maka hukumnya tidak mengapa, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis lain yang menceritakan bahwa pernah
ada seorang lelaki berkata kepada Rasulullah Saw., "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku suka bila kain selendangku baik dan terompahku baik, apakah cara berpakaian seperti itu termasuk sikap sombong?" Rasulullah Saw. menjawab:
"لَا إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ"
Tidak, sesungguhnya Allah itu indah, Dia menyukai keindahan. Firman Allah Swt.:
{مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ}
Barang siapa yang datang dengan (membawa) kebaikan. (Al-Qashash: 84) Yakni kelak di hari kiamat.
{فَلَهُ خَيْرٌ مِنْهَا}
maka baginya (pahala) yang lebih baik daripadanya. (Al-Qashash: 84) Yaitu pahala Allah lebih baik daripada amal baik hamba-Nya, karena Allah melipatgandakan pahala-Nya dengan lipatan yang banyak sekali sebagai kemurahan dan karunia dari-Nya. Dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلا يُجْزَى الَّذِينَ عَمِلُوا السَّيِّئَاتِ إِلا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}
dan barang siapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan. (Al-Qashash: 84) Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَكُبَّتْ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ هَلْ تُجْزَوْنَ إِلا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}
Dan barang siapa yang membawa kejahatan, maka disungkur-kanlah muka mereka ke dalam neraka. Tiadalah kamu dibalasi, melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu kerjakan. (An-Naml: 90) Ini merupakan kemurahan, karunia, serta keadilan dari Allah Swt.
Surat Al-Qasas |28:84|
مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ خَيْرٌ مِنْهَا ۖ وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى الَّذِينَ عَمِلُوا السَّيِّئَاتِ إِلَّا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
man jaaa`a bil-ḥasanati fa lahuu khoirum min-haa, wa man jaaa`a bis-sayyi`ati fa laa yujzallażiina 'amilus-sayyi`aati illaa maa kaanuu ya'maluun
Barang siapa datang dengan (membawa) kebaikan, maka dia akan mendapat (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu, dan barang siapa datang dengan (membawa) kejahatan, maka orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu hanya diberi balasan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.
Whoever comes [on the Day of Judgement] with a good deed will have better than it; and whoever comes with an evil deed - then those who did evil deeds will not be recompensed except [as much as] what they used to do.
(Barang siapa yang datang dengan membawa kebaikan, maka baginya pahala yang lebih baik daripada kebaikannya itu) sebagai imbalan daripada kebaikan yang dibawanya,
yaitu sebanyak sepuluh kali lipat dari pahala kebaikannya (dan barang siapa yang datang dengan membawa kejahatan, maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu melainkan)
pembalasan yang seimbang (dengan apa yang dahulu mereka kerjakan) yakni dengan kejahatannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 84 |
Penjelasan ada di ayat 83
Surat Al-Qasas |28:85|
إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَىٰ مَعَادٍ ۚ قُلْ رَبِّي أَعْلَمُ مَنْ جَاءَ بِالْهُدَىٰ وَمَنْ هُوَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
innallażii farodho 'alaikal-qur`aana larooodduka ilaa ma'aad, qul robbiii a'lamu man jaaa`a bil-hudaa wa man huwa fii dholaalim mubiin
Sesungguhnya (Allah) yang mewajibkan engkau (Muhammad) untuk (melaksanakan hukum-hukum) Al-Qur´an, benar-benar akan mengembalikanmu ke tempat kembali. Katakanlah (Muhammad)," Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang berada dalam kesesatan yang nyata."
Indeed, [O Muhammad], He who imposed upon you the Qur'an will take you back to a place of return. Say, "My Lord is most knowing of who brings guidance and who is in clear error."
(Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu Alquran) yakni yang menurunkannya (benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali) ke Mekah, dan bahwa Nabi saw.
telah rindu sekali kepada kota Mekah (katakanlah, "Rabbku mengetahui) tentang (orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata").
Ayat ini diturunkan sebagai jawaban atas perkataan orang-orang kafir Mekah terhadap Nabi saw.; mereka menuduhnya bahwa ia sesat. Makna ayat ini, dia yakni Nabi saw.
datang dengan membawa petunjuk sedangkan mereka adalah orang-orang yang berada dalam kesesatan. Dan lafal A'lam bermakna Alimun yakni mengetahui.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 85 |
Tafsir ayat 85-88
Allah Swt. berfirman seraya memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk menyampaikan risalah dan membacakan Al-Qur'an kepada manusia, yang di dalamnya terkandung berita yang menyatakan bahwa Allah akan mengembalikannya
ke tempat kembali, yaitu hari kiamat; lalu akan menanyainya tentang tugas-tugas kenabian yang telah diembankan kepadanya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ}
Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al-Qur’an, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. (Al-Qashash: 85) Yakni Tuhan yang mewajibkanmu menyampaikan Al-Qur'an kepada manusia.
{لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ}
benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. (Al-Qashash: 85) Yaitu pada hari kiamat nanti, lalu Dia akan menanyaimu tentang hal tersebut. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{فَلَنَسْأَلَنَّ الَّذِينَ أُرْسِلَ إِلَيْهِمْ وَلَنَسْأَلَنَّ الْمُرْسَلِينَ}
Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami). (Al-A'raf: 6)
{يَوْمَ يَجْمَعُ اللَّهُ الرُّسُلَ فَيَقُولُ مَاذَا أُجِبْتُمْ}
(Ingatlah), hari di waktu Allah mengumpulkan para rasul, lalu Allah bertanya (kepada mereka), "Apa jawaban kaummu terhadap (seruan)mu?” (Al-Maidah: 109) Dan firman Allah Swt.:
{وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَدَاءِ}
dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi. (Az-Zumar: 69) As-Saddi telah meriwayatkan dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu
(melakukan hukum-hukum) Al-Qur’an, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. (Al-Qashash: 85) Yakni benar-benar akan mengembalikan kamu ke surga, kemudian Dia akan menanyaimu tentang Al-Qur'an.
As-Saddi mengatakan bahwa hal yang sama telah dikatakan oleh Abu Sa'id. Al-Hakam ibnu Aban telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: benar-benar akan mengembalikan kamu
ke tempat kembali. (Al-Qashash: 85) Maksudnya, ke hari kiamat; hal yang sama diriwayatkan oleh Malik, dari Az-Zuhri. As-Sauri telah meriwayatkan dari Al-A'masy, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. (Al-Qashash: 85) Yakni kepada kematian. Hal yang sama telah disebutkan melalui berbagai jalur yang bersumber dari Ibnu Abbas r.a., tetapi pada sebagiannya disebutkan bahwa
Dia benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat asalmu di dalam surga. Menurut Mujahid, makna yang dimaksud ialah bahwa Dia benar-benar akan menghidupkan kamu pada hari kiamat nanti. Hal yang sama telah diriwayatkan
dari Ikrimah, Ata, Sa'id ibnu Jubair, Abu Quza'ah, Abu Malik, dan Abu Saleh. Al-Hasan Al-Basri mengatakan, "Memang benar, demi Allah, sesungguhnya dia (Nabi Muhammad Saw.) benar-benar mempunyai tempat kembali,
lalu Allah membangkitkannya pada hari kiamat dan memasukkannya ke dalam surga." Telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas hal yang selain dari itu. Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Bukhari di dalam kitab tafsir bagian dari kitab sahihnya,
bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Muqatil, telah menceritakan kepada kami Ya'la, telah menceritakan kepada kami Sufyan Al-Usfuri, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. (Al-Qashash: 85) Yaitu ke Mekah. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Nasai di dalam kitab tafsir dari kitab sunannya, juga oleh Ibnu Jarir melalui hadis
Ya'la ibnu Ubaid At-Tanafisi dengan sanad yang sama. Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. (Al-Qashash: 85)
Yakni benar-benar akan mengembalikanmu ke Mekah, sebagaimana Dia telah mengeluarkanmu darinya. Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: benar-benar akan mengembalikan kamu
ke tempat kembali. (Al-Qashash: 85) Artinya, benar-benar akan mengembalikan kamu ke Mekah tempat kelahiranmu. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Yahya ibnul Jazzar, Sa'id ibnu Jubair, Atiyyah,
dan Ad-Dahhak hal yang semisal dengan pendapat di atas. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar yang mengatakan bahwa Sufyan pernah berkata,
"Kami telah mendengar hadis berikut dari Muqatil sejak tujuh tahun yang silam, dari Ad-Dahhak yang telah menceritakan bahwa ketika Nabi Saw. keluar dari Mekah dan sampai di Juhfah, beliau merasa rindu ke Mekah,
maka Allah menurunkan kepadanya ayat berikut, yaitu firman-Nya: 'Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melakukan hukum-hukum) Al-Qur’an, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali.' (Al-Qashash: 85).” Yakni Mekah.
Ini merupakan perkataan Ad-Dahhak, yang menunjukkan bahwa ayat ini Madaniyyah, sekalipun secara keseluruhan surat ini adalah Makkiyyah, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. (Al-Qashash: 85) bahwa ini merupakan salah satu dari apa yang disembunyikan oleh Ibnu Abbas,
yakni tentang makna yang sebenarnya. Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan berikut sanadnya dari Na'im Al-Qari', bahwa ia pernah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali.
(Al-Qashash: 85) Yaitu ke Baitul Maqdis. Pendapat ini —hanya Allah Yang Maha Mengetahui— merujuk ke pendapat orang yang menafsirkannya dengan pengertian hari kiamat. Karena Baitul Maqdis adalah tanah mahsyar
dan tempat dibangkitkannya semua makhluk, hanya Allah-lah yang memberi taufik kepada pendapat yang benar. Kesimpulan dari semua pendapat menunjukkan bahwa Ibnu Abbas adakalanya menafsirkannya dengan pengertian kembalinya
Nabi Saw. ke Mekah, yaitu hari jatuhnya kota Mekah, yang menurut interpretasi Ibnu Abbas merupakan pertanda dekatnya akhir usia Nabi Saw., sebagaimana penafsiran yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas sehubungan
dengan makna firman-Nya:
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. (An-Nasr: 1), hingga akhir surat. Bahwa makna ayat menunjukkan dekatnya masa kewafatan Nabi Saw. sebagai belasungkawa yang ditujukan kepadanya.
Hal ini dikemukakan oleh Ibnu Abbas di hadapan Khalifah Umar ibnul Khattab yang menyetujui pendapatnya itu, dan Umar mengatakan, "Aku tidak mengetahui selain dari apa yang kamu ketahui." Karena itulah adakalanya Ibnu Abbas
menafsirkan firman-Nya: benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. (Al-Qashash: 85) dengan pengertian kematian, adakalanya pula dengan pengertian hari kiamat yang kejadiannya adalah sesudah kematian.
Adakalanya pula, menafsirkannya dengan pengertian surga yang merupakan pahala dan tempat kembalinya sebagai imbalan dari tugas menunaikan risalah dan menyampaikannya kepada dua makhluk,
yaitu jin dan manusia. Juga karena beliau adalah makhluk Allah yang paling sempurna dan paling fasih secara mutlak. Firman Allah Swt.:
{قُلْ رَبِّي أَعْلَمُ مَنْ جَاءَ بِالْهُدَى وَمَنْ هُوَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ}
Katakanlah, "Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata.” (Al-Qashash: 85) Yakni katakanlah kepada orang yang menentang dan mendustakanmu, hai Muhammad,
dari kalangan kaummu yang musyrik dan orang-orang yang mengikuti kekafiran mereka, bahwasanya Tuhanku lebih mengetahui siapakah yang berhak mendapat petunjuk antara kalian dan aku. Dan kelak kalian akan mengetahui siapakah
yang akan mendapat kesudahan yang baik, dan siapakah yang akan mendapat akibat yang terpuji dan pertolongan di dunia dan akhirat. Kemudian Allah Swt. mengingatkan kepada Nabi-Nya akan nikmat-nikmat-Nya yang besar
yang telah Dia anugerahkan kepadanya, juga kepada hamba-hamha-Nya yang dia diutus kepada mereka. Hal ini diungkapkan Allah melaui firman-Nya:
{وَمَا كُنْتَ تَرْجُو أَنْ يُلْقَى إِلَيْكَ الْكِتَابُ}
Dan kamu tidak pernah mengharap agar Al-Qur’an diturunkan kepadamu. (Al-Qashash: 86) Maksudnya, apakah kamu mempunyai dugaan bahwa wahyu akan diturunkan kepadamu sebelum wahyu diturunkan kepadamu.
{إِلا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ}
tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu. (Al-Qashash: 86) Yaitu sesungguhnya wahyu itu diturunkan kepadamu semata-mata dari Allah, dan dari rahmat-Nya kepadamu, juga kepada hamba-hamba-Nya dengan melaluimu. Apabila Dia telah menganugerahkan nikmat yang besar ini kepadamu,
{فَلا تَكُونَنَّ ظَهِيرًا لِلْكَافِرِينَ}
sebab itu jangan sekali-kali kamu menjadi penolong bagi orang-orang kafir. (Al-Qashash: 86) tetapi menjauhlah dari mereka, dan tentanglah mereka.
{وَلا يَصُدُّنَّكَ عَنْ آيَاتِ اللَّهِ بَعْدَ إِذْ أُنزلَتْ إِلَيْكَ}
Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari (menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu. (Al-Qashash: 87) Artinya, janganlah kamu terpengaruh oleh sikap orang-orang yang menentang
dan menghambat jalanmu; janganlah kamu membelok dari jalanmu, dan janganlah engkau hiraukan mereka, karena sesungguhnya Allah pasti akan meninggikan kalimahmu, akan mendukung agamamu, serta akan memenangkan agamamu
di atas semua agama yang lain. Karena itulah disebutkan oleh firman selanjutnya:
{وَادْعُ إِلَى رَبِّكَ}
dan serulah (mereka) kepada (jalan) Tuhanmu. (Al-Qashash: 87) Yakni menyembah Tuhanmu semata, tiada sekutu bagi-Nya.
{وَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ}
dan jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (Al-Qashash: 87) Adapun firman Allah Swt.:
{وَلا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ}
Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apa pun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. (Al-Qashash: 88) Penyembahan tidak layak dilakukan kecuali hanya kepada-Nya, dan tidak pantas menyandang sifat Tuhan kecuali hanya Dia dengan segala kebesaran-Nya. Firman Allah Swt.:
{كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلا وَجْهَهُ}
Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. (Al-Qashash: 88) Ini merupakan kalimat berita yang menyatakan bahwa Allah adalah Zat Yang Kekal, Abadi, Hidup, Yang Maha Mengatur segalanya; semua makhluk mati, sedangkan Dia tidak mati. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ * وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالإكْرَامِ}
Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Zat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (Ar-Rahman: 26-27) Kata wajah dalam ayat ini dimaksudkan Zat, begitu pula yang terdapat di dalam surat Al-Qashash ini, yaitu firman-Nya:
{كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلا وَجْهَهُ}
Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Zat Allah. (Al-Qashash: 88) Yakni kecuali hanya Allah. Di dalam kitab sahih disebutkan melalui jalur Abu Salamah, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"أَصْدَقُ كَلِمَةٍ قَالَهَا شَاعِرٌ [كَلِمَةُ] لَبِيَدٍ: أَلَا كلُّ شَيْء مَا خَلا اللهَ بَاطِلُ
Kalimat yang paling benar yang dikatakan oleh penyair adalah kata-kata Labid, yaitu: "Ingatlah, segala sesuatu selain Allah pasti binasa.” Mujahid dan As-Sauri mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. (Al-Qashash: 88) Yaitu terkecuali sesuatu yang dimaksudkan demi Dia; Imam Bukhari meriwayatkan pendapat ini di dalam kitab sahihnya seakan-akan dia menyetujuinya.
Menurut Ibnu Jarir, orang yang berpendapat demikian berpegang kepada perkataan seorang penyair yang mengatakan:
أسْتَغْفِرُ اللهَ ذنبًا لَسْتُ مُحْصِيَهُ ... رَبّ العبَاد، إلَيه الوَجْهُ والعَمَلُ ...
Aku memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa yang aku tidak dapat menghitungnya; Dia adalah Tuhan semua hamba, hanya kepada-Nyalah dihadapkan (ditujukan) wajah (niat) dan amal perbuatan.Pendapat ini tidak bertentangan
dengan pendapat pertama,, karena pendapat ini menyatakan bahwa semua amal perbuatan itu sia-sia, terkecuali amal perbuatan yang dikerjakan demi Zat Allah semata, yaitu amal-amal saleh yang sesuai dengan kaidah syariat.
Sedangkan kesimpulan pendapat pertama menyatakan bahwa eksistensi segala sesuatu pasti binasa kecuali hanya Zat Allah Swt. Yang Mahasuci, karena sesungguhnya Dia Yang Pertama dan Dia pula Yang Akhir, dengan pengertian
'pertamanya Dia tidak ada awalnya, dan terakhirnya Dia tidak ada akhirnya.' Dia ada sebelum segala sesuatu ada, dan Dia tetap ada sesudah segala sesuatu tiada. Abu Bakar Abdullah ibnu Muhammad ibnu Abud Dunia mengatakan
di dalam kitab Tafakkur wai I'tibar, bahwa telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Abu Bakar, telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Sulaim Al-Bahili,
telah menceritakan kepada kami Abul Walid yang mengatakan bahwa Ibnu Umar r.a. apabila hendak membersihkan hatinya, ia mendatangi tempat yang telah ditinggalkan oleh para penghuninya, lalu berdiri di depan pintunya dan berseru
dengan suara yang sedih.”Kemanakah para penghunimu?" Kemudian merenungkan dirinya dan membaca firman-Nya: Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Zat Allah. (Al-Qashash: 88) Adapun firman Allah Swt.:
{لَهُ الْحُكْمُ}
Bagi-Nyalah segala penentuan. (Al-Qashash: 88) Artinya, Dialah Raja dan Yang Memerintah, tiada yang mempertanyakan terhadap ketentuan yang telah diputuskan-Nya.
{وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ}
dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (Al-Qashash: 88) Yakni kelak di hari kemudian, lalu Dia akan membalas semua amal perbuatan kalian. Jika amal kalian baik, maka balasannya baik; dan jika amal perbuatan kalian buruk, maka balasannya buruk pula.
Surat Al-Qasas |28:86|
وَمَا كُنْتَ تَرْجُو أَنْ يُلْقَىٰ إِلَيْكَ الْكِتَابُ إِلَّا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ ظَهِيرًا لِلْكَافِرِينَ
wa maa kunta tarjuuu ay yulqooo ilaikal-kitaabu illaa roḥmatam mir robbika fa laa takuunanna zhohiirol lil-kaafiriin
Dan engkau (Muhammad) tidak pernah mengharap agar Kitab (Al-Qur´an) itu diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) sebagai rahmat dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali engkau menjadi penolong bagi orang-orang kafir,
And you were not expecting that the Book would be conveyed to you, but [it is] a mercy from your Lord. So do not be an assistant to the disbelievers.
(Dan kamu tidak pernah mengharap agar diturunkan kepadamu Alkitab) yakni Alquran (tetapi) ia diturunkan kepadamu (karena suatu rahmat yang besar dari Rabbmu,
sebab itu janganlah sekali-kali kamu menjadi penolong) pembantu (bagi orang-orang kafir) dalam agama mereka di mana mereka mengajak kamu untuk memasukinya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 86 |
Penjelasan ada di ayat 85
Surat Al-Qasas |28:87|
وَلَا يَصُدُّنَّكَ عَنْ آيَاتِ اللَّهِ بَعْدَ إِذْ أُنْزِلَتْ إِلَيْكَ ۖ وَادْعُ إِلَىٰ رَبِّكَ ۖ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
wa laa yashuddunnaka 'an aayaatillaahi ba'da iż unzilat ilaika wad'u ilaa robbika wa laa takuunanna minal-musyrikiin
dan jangan sampai mereka menghalang-halangi engkau (Muhammad) untuk (menyampaikan) ayat-ayat Allah, setelah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan serulah (manusia) agar (beriman) kepada Tuhanmu, dan janganlah engkau termasuk orang-orang musyrik.
And never let them avert you from the verses of Allah after they have been revealed to you. And invite [people] to your Lord. And never be of those who associate others with Allah.
(Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu) asal kata Yashuddunnaka adalah Yashuddunaka, kemudian huruf Nun alamat Rafa'nya dibuang karena lafal dijazamkan,
demikian pula huruf Wawu Fa'il tetapi bukan karena bertemu dengan huruf mati lainnya (dari menyampaikan ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu)
maksudnya, janganlah kamu memandang mereka dalam hal tersebut (dan serulah) manusia (kepada jalan Rabbmu) dengan menganjurkan mereka untuk mengesakan-Nya dan menyembah-Nya
(dan janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang musyrik) yaitu, dengan membantu mereka. 'Amil Jazm tidak berpengaruh terhadap Fi'il yaitu lafal Wa La Takunanna, karena Fi'il ini bersifat Mabni, sebagai akibat kemasukan Nun Taukid.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 87 |
Penjelasan ada di ayat 85
Surat Al-Qasas |28:88|
وَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ ۘ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ ۚ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
wa laa tad'u ma'allohi ilaahan aakhor, laaa ilaaha illaa huw, kullu syai`in haalikun illaa waj-hah, lahul-ḥukmu wa ilaihi turja'uun
Dan jangan (pula) engkau sembah Tuhan yang lain selain Allah. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Segala keputusan menjadi wewenang-Nya, dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan.
And do not invoke with Allah another deity. There is no deity except Him. Everything will be destroyed except His Face. His is the judgement, and to Him you will be returned.
(Janganlah kamu seru) janganlah kamu sembah (di samping Allah, tuhan apa pun yang lain. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Dia) kecuali Allah.
(Bagi-Nya-lah segala penentuan) yakni, keputusan yang terlaksana (dan hanya kepada-Nya-lah kalian dikembalikan) setelah kalian dibangkitkan dari kubur masing-masing.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qasas | 28 : 88 |
Penjelasan ada di ayat 85
Surat Al-Ankabut |29:1|
الم
alif laaam miiim
Alif Lam Mim.
Alif, Lam, Meem
(Alif Lam Mim) hanya Allah yang lebih mengetahui maksudnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 1 |
Tafsir ayat 1-4
Mengenai pembahasan huruf-huruf hija'iyah yang terdapat pada permulaan surat-surat Al-Qur'an telah dibicarakan dalam permulaan tafsir surat Al-Baqarah. Firman Allah Swt.:
{أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ}
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, "Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji lagi? (Al-'Ankabut: 2) Istifham atau kata tanya menunjukkan makna sanggahan.
Makna yang dimaksud ialah bahwa Allah Swt. pasti akan menguji hamba-hamba-Nya yang beriman sesuai dengan kadar iman masing-masing, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis sahih yang mengatakan:
"أَشَدُّ النَّاسِ بَلَاءً الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الصَّالِحُونَ، ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ صَلَابَةٌ زِيدَ فِي الْبَلَاءِ"
Manusia yang paling berat cobaannya ialah para nabi, kemudian orang-orang saleh, lalu orang yang terkemuka. Seseorang akan diuji sesuai dengan kadar agamanya; jika agamanya kuat, maka ujiannya diperberat pula. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ}
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar. (Ali Imran: 142)
Hal yang sama disebutkan di dalam surat At-Taubah, dan di dalam surat Al-Baqarah disebutkan oleh firman-Nya:
{أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ}
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan
(dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, "Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Al-Baqarah: 214)
Karena itulah dalam surat Al-'Ankabut ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ}
Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Al-'Ankabut: 3)
Yaitu orang-orang yang benar dalam pengakuan imannya, juga orang-orang yang dusta dalam pengakuan imannya. Allah Swt. mengetahui apa yang telah terjadi di masa lalu, mengetahui apa yang akan terjadi,
mengetahui pula apa yang tidak akan terjadi dan apakah akibatnya seandainya hal itu terjadi. Hai ini merupakan sesuatu yang telah disepakati di kalangan semua imam ahli sunnah wal jamaah.
Hal yang sama dikatakan oleh Ibnu Abbas dan lain-lainnya sehubungan dengan hal yang semisal dengan makna firman-Nya:
{إِلا لِنَعْلَمَ}
melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata). (Al-Baqarah: 143) Maksudnya, melainkan agar Kami melihat. Dikatakan demikian karena penglihatan berkaitan dengan hal yang ada (terjadi), sedangkan pengertian mengetahui
mempunyai pengertian yang lebih luas daripada melihat, sebab mencakup hal yang ada dan juga hal yang tidak ada. Firman Allah Swt.:
{أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ أَنْ يَسْبِقُونَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ}
Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari (azab) Kami? Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu. (Al-'Ankabut: 4) Yakni jangan sekali-kali orang-orang yang belum beriman
mengira bahwa mereka luput dari cobaan dan ujian ini, karena sesungguhnya di belakang mereka terdapat siksaan dan pembalasan yang jauh lebih berat dan lebih pedih daripada apa yang mereka alami di dunia.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari (azab) Kami. (Al-'Ankabut: 4) Maksudnya, selamat dari siksa Kami.
{سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ}
Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu. (Al-'Ankabut: 4) Yakni amatlah buruk dugaan mereka itu.
Surat Al-Ankabut |29:2|
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
a ḥasiban-naasu ay yutrokuuu ay yaquuluuu aamannaa wa hum laa yuftanuun
Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman" dan mereka tidak diuji?
Do the people think that they will be left to say, "We believe" and they will not be tried?
(Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan) mengenai ucapan mereka yang mengatakan, ("Kami telah beriman", sedangkan mereka tidak diuji lagi)
diuji lebih dulu dengan hal-hal yang akan menampakkan hakikat keimanan mereka. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang masuk Islam, kemudian mereka disiksa oleh orang-orang musyrik.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 2 |
Penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Ankabut |29:3|
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
wa laqod fatannallażiina ming qoblihim fa laya'lamannallohullażiina shodaquu walaya'lamannal-kaażibiin
Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.
But We have certainly tried those before them, and Allah will surely make evident those who are truthful, and He will surely make evident the liars.
(Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka. Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar)
di dalam keimanan mereka dengan pengetahuan yang menyaksikan (dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta) di dalam keimanannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 3 |
Penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Ankabut |29:4|
أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ أَنْ يَسْبِقُونَا ۚ سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ
am ḥasiballażiina ya'maluunas-sayyi`aati ay yasbiquunaa, saaa`a maa yaḥkumuun
Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari (azab) Kami? Sangatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu!
Or do those who do evil deeds think they can outrun Us? Evil is what they judge.
(Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira) berupa perbuatan musyrik dan perbuatan maksiat (bahwa mereka akan luput dari Kami)
maksudnya mereka dapat selamat sehingga Kami tidak membalas mereka (Amat buruklah) alangkah jeleknya (apa) yang (mereka putuskan) itu; seburuk-buruk keputusan adalah keputusan mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 4 |
Penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Ankabut |29:5|
مَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ اللَّهِ فَإِنَّ أَجَلَ اللَّهِ لَآتٍ ۚ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
mang kaana yarjuu liqooo`allohi fa inna ajalallohi la`aat, wa huwas-samii'ul-'aliim
Barang siapa mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah pasti datang. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
Whoever should hope for the meeting with Allah - indeed, the term decreed by Allah is coming. And He is the Hearing, the Knowing.
Barang siapa yang mengharap) merasa takut (bertemu dengan Allah, maka sesungguhnya waktu Allah itu) yang dijanjikan-Nya (pasti datang)
maka hendaknya dia bersiap sedia untuk itu. (Dan Dialah Yang Maha Mendengar) perkataan hamba-hamba-Nya (lagi Maha Mengetahui) perbuatan-perbuatan mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 5 |
Tafsir ayat 5-7
Firman Allah Swt.:
{مَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ اللَّهِ}
Barang siapa yang mengharap pertemuan dengan Allah. (Al-'Ankabut: 5) Yakni di hari kemudian dan ia mengerjakan amal-amal saleh serta mengharapkan pahala yang berlimpah di sisi Allah, maka sesungguhnya Allah pasti akan merealisasikan
harapannya dan menunaikan pahala amalnya dengan sempurna dan berlimpah. Hal tersebut pasti terjadi, karena Allah Maha Mendengar semua doa dan Maha Melihat semua makhluk-Nya. Untuk itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
{مَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ اللَّهِ فَإِنَّ أَجَلَ اللَّهِ لآتٍ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ}
Barang siapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu pasti datang. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-'Ankabat: 5) Adapun firman Allah Swt.:
{وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ}
Dan barang siapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. (Al-'Ankabut: 6) Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ}
Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri. (Fussilat: 46) Yaitu barang siapa yang mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya manfaat dari amalnya itu untuk dirinya sendiri;
karena sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan) amal perbuatan hamba-hamba-Nya, sekalipun mereka semuanya bertakwa sebagaimana bertakwanya diri seseorang dari mereka. Hal tersebut tidak menambahkan sesuatu apa pun
ke dalam kerajaan-Nya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ}
Dan barang siapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (Al-'Ankabut: 6)
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, sesungguhnya seorang lelaki benar-benar dinilai sebagai orang yang berjihad, tetapi dia tidak pernah memukul dengan pedang barang sehari pun (yakni tidak pernah menggunakan senjata).
Kemudian Allah Swt. memberitahukan bahwa sekalipun Dia Mahakaya tidak memerlukan sesuatu pun dari semua makhluk-Nya dan sekalipun Dia telah berbuat baik kepada mereka, Dia pun membalas orang-orang yang beriman
dan beramal saleh dengan pahala yang terbaik. Yaitu Dia menghapuskan dari mereka amal keburukan yang pernah mereka lakukan dan memberikan kepada mereka pahala amal baik mereka dengan balasan yang lebih baik.
Dia menerima sedikit amal baik mereka dan memberinya pahala setiap amal baik dengan sepuluh kali lipatnya hingga sampai tujuh ratus kali lipat. Dan Dia membalas setiap amal buruk dengan balasan yang serupa dengan amal buruknya,
atau Dia memaaf dan menghapuskannya, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:
{إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا}
Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang, walaupun sebesar zarrah; dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. (An-Nisa: 40) . Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَحْسَنَ الَّذِي كَانُوا يَعْمَلُونَ}
Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. (Al-'Ankabut: 7)
Surat Al-Ankabut |29:6|
وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
wa man jaahada fa innamaa yujaahidu linafsih, innalloha laghoniyyun 'anil-'aalamiin
Dan barang siapa berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu untuk dirinya sendiri. Sungguh, Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.
And whoever strives only strives for [the benefit of] himself. Indeed, Allah is free from need of the worlds.
(Dan barang siapa yang berjihad) maksudnya jihad fisik atau jihad nafsi (maka sesungghnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri) karena manfaat atau pahala dari jihadnya itu
kembali kepada dirinya sendiri, bukan kepada Allah. (Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya dari semesta alam) yaitu dari manusia, jin dan Malaikat,
dalam arti kata Dia tidak memerlukan sesuatu pun dari mereka, juga Dia tidak membutuhkan ibadah mereka kepada-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 6 |
Penjelasan ada di ayat 5
Surat Al-Ankabut |29:7|
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَحْسَنَ الَّذِي كَانُوا يَعْمَلُونَ
wallażiina aamanuu wa 'amilush-shooliḥaati lanukaffironna 'an-hum sayyi`aatihim wa lanajziyannahum aḥsanallażii kaanuu ya'maluun
Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, pasti akan Kami hapus kesalahan-kesalahannya dan mereka pasti akan Kami beri balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.
And those who believe and do righteous deeds - We will surely remove from them their misdeeds and will surely reward them according to the best of what they used to do.
(Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka) melalui amal-amal saleh yang mereka lakukan
(dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik) di-nashab-kannya lafal Ahsana karena huruf Jar-nya dibuang, makna yang dimaksud daripadanya ialah pahala yang baik
(dari apa yang mereka kerjakan) yakni, dari amal-amal saleh mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 7 |
Penjelasan ada di ayat 5
Surat Al-Ankabut |29:8|
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا ۖ وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۚ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
wa washshoinal-insaana biwaalidaihi ḥusnaa, wa in jaahadaaka litusyrika bii maa laisa laka bihii 'ilmun fa laa tuthi'humaa, ilayya marji'ukum fa unabbi`ukum bimaa kuntum ta'maluun
Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
And We have enjoined upon man goodness to parents. But if they endeavor to make you associate with Me that of which you have no knowledge, do not obey them. To Me is your return, and I will inform you about what you used to do.
(Dan Kami perintahkan manusia berbuat kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya) artinya perintah untuk berbuat baik, antara lain berbakti kepada kedua ibu-bapak.
(Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tentang hal itu kamu) yakni terhadap perbuatan musyrik itu (tidak mempunyai pengetahuan)
untuk menyetujui dan menentangnya, dan hal itu tidak dapat dimengerti olehmu (maka janganlah kamu mengikuti keduanya) dalam kemusyrikannya.
(Hanya kepada-Ku-lah kembali kalian lalu Aku kabarkan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan) maka Aku akan membalasnya kepada kalian.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 8 |
Tafsir ayat 8-9
Allah Swt. memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya masing-masing, yang hal ini disebutkan-Nya sesudah menganjurkan (memerintahkan) mereka untuk berpegang teguh kepada ajaran tauhid.
Karena sesungguhnya kedua ibu bapak adalah penyebab keberadaan seseorang. Seseorang diharuskan berbuat baik kepada kedua orang ibu bapaknya, sedangkan orang tua laki-laki diharuskan memberi nafkah kepada anaknya dan orang tua
perempuan memelihara anaknya dengan kasih sayang. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا، وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّي ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا}
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Al-Isra: 23-24)
Perintah untuk memperlakukan kedua orang tua dengan perlakuan kasih sayang dan bersikap baik kepada keduanya serta penuh hormat adalah sebagai imbalan dari kebaikan keduanya, seperti yang telah disebutkan di atas.
Firman Allah Swt.:
{وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا}
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. (Al-'Ankabut: 8) Yakni jika kedua orang tuamu menginginkan
dengan sangat agar kamu mengikuti agama keduanya (selain Islam) bila keduanya musyrik, maka hati-hatilah kamu. Janganlah kamu mengikuti keduanya, karena sesungguhnya kembali kalian kelak di hari kiamat adalah kepada-Ku.
Lalu Aku akan membalas kebaikanmu kepada keduanya, juga pahala kesabaranmu dalam memegang teguh agamamu, serta Aku akan menghimpunkanmu bersama orang-orang yang saleh, bukan dengan kedua orang tuamu,
sekalipun kamu adalah orang yang terdekat kepada keduanya sewaktu di dunia. Karena sesungguhnya seseorang itu akan dihimpunkan kelak di hari kiamat bersama orang-orang yang dicintainya dengan cinta agama.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُدْخِلَنَّهُمْ فِي الصَّالِحِينَ}
Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh benar-benar akan Kami masukkan mereka ke dalam (golongan) orang-orang yang saleh. (Al-'Ankabut: 9) Imam Turmuzi mengatakan sehubungan dengan tafsir ayat ini,
bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah,
dari Sammak ibnu Harb yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Mus'ab ibnu Sa'd menceritakan hadis berikut dari ayahnya (yaitu Sa'd) yang mengatakan, telah diturunkan empat buah ayat berkenaan dengan peristiwa
yang dialaminya, lalu ia menceritakan kisahnya. Antara lain ia menceritakan bahwa ibunya (yaitu Ummu Sa'd) pernah berkata kepadanya, "Bukankah Allah telah memerintahkan kepadamu untuk berbakti kepada ibumu? Demi Allah,
aku tidak akan makan dan juga tidak akan minum hingga aku mati atau kamu mau kafir." Sa'd melanjutkan kisahnya, bahwa keluarganya bila hendak memberi makan ibunya terpaksa harus membukakan mulutnya dengan paksa.
Maka Allah menurunkan firman-Nya: Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
maka janganlah kamu mengikuti keduanya. (Al-'Ankabut: 8), hingga akhir ayat. Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Muslim, Imam Ahmad, Imam Abu Daud, dan Imam Nasai; Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
Surat Al-Ankabut |29:9|
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُدْخِلَنَّهُمْ فِي الصَّالِحِينَ
wallażiina aamanuu wa 'amilush-shooliḥaati lanudkhilannahum fish-shooliḥiin
Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka pasti akan Kami masukkan ke dalam (golongan) orang yang saleh.
And those who believe and do righteous deeds - We will surely admit them among the righteous [into Paradise].
(orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, benar-benar Kami masukkan mereka ke dalam golongan orang-orang yang saleh)
maksudnya para nabi dan kekasih-kekasih Allah, umpamanya Kami akan menghimpun mereka bersama-sama dengan para nabi dan para wali.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 9 |
Penjelasan ada di ayat 8
Surat Al-Ankabut |29:10|
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ فَإِذَا أُوذِيَ فِي اللَّهِ جَعَلَ فِتْنَةَ النَّاسِ كَعَذَابِ اللَّهِ وَلَئِنْ جَاءَ نَصْرٌ مِنْ رَبِّكَ لَيَقُولُنَّ إِنَّا كُنَّا مَعَكُمْ ۚ أَوَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِمَا فِي صُدُورِ الْعَالَمِينَ
wa minan-naasi may yaquulu aamannaa billaahi fa iżaaa uużiya fillaahi ja'ala fitnatan-naasi ka'ażaabillaah, wa la`in jaaa`a nashrum mir robbika layaquulunna innaa kunnaa ma'akum, a wa laisallohu bi`a'lama bimaa fii shuduuril-'aalamiin
Dan di antara manusia ada sebagian yang berkata, "Kami beriman kepada Allah," tetapi apabila dia disakiti (karena dia beriman) kepada Allah, dia menganggap cobaan manusia itu sebagai siksaan Allah. Dan jika datang pertolongan dari Tuhanmu, niscaya mereka akan berkata, "Sesungguhnya kami bersama kamu." Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada di dalam dada semua manusia?
And of the people are some who say, "We believe in Allah," but when one [of them] is harmed for [the cause of] Allah, they consider the trial of the people as [if it were] the punishment of Allah. But if victory comes from your Lord, they say, "Indeed, We were with you." Is not Allah most knowing of what is within the breasts of all creatures?
(Di antara manusia ada orang yang berkata, "Kami beriman kepada Allah", maka apabila ia disakiti, -karena beriman- kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu)
yakni perlakuan mereka yang menyakitkan kepada dirinya (sebagai azab Allah) yaitu ketakutannya terhadap siksaan mereka disamakan seperti takut kepada azab Allah.
Sehingga akhirnya dia mau menuruti kemauan mereka, lalu ia menjadi orang yang munafik. (Dan sungguh jika) huruf Lam pada lafal la in menunjukkan makna sumpah (datang pertolongan)
kepada orang-orang Mukmin (dari Rabbmu) lalu orang-orang Mukmin memperoleh banyak ganimah (mereka pasti akan berkata) Lafal Layaqulunna dibuang daripadanya Nun alamat Rafa', karena jika dibiarkan,
maka akan berturut-turutlah huruf Nun, sehingga jadilah Layaqulunna yang pada asalnya adalah Layaqulunanna, dan dibuang daripadanya Wawu Dhamir jamak bukan karena sebab bertemunya dua huruf yang disukunkan.
("Sesungguhnya kami adalah beserta kalian") dalam hal iman, karena itu maka ajaklah kami bersama-sama mendapat bagian ganimah itu. Maka Allah swt. berfirman (Bukankah Allah lebih mengetahui)
yakni mengetahui (apa yang ada dalam dada semua manusia) yakni apa yang ada di dalam hati mereka, apakah keimanan ataukah kemunafikan Memang benar Allah lebih mengetahui.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 10 |
Tafsir ayat 10-11
Allah Swt. menceritakan tentang sifat-sifat kaum yang mendustakan (Allah dan Rasul-Nya), yaitu mereka yang lisannya mengakui beriman, padahal iman tidak berakar dalam dada mereka. Bahwa apabila cobaan dan ujian di dunia
menimpa mereka, maka mereka berkeyakinan bahwa hal tersebut merupakan azab Allah kepada mereka, karenanya mereka murtad dari Islam. Untuk itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ فَإِذَا أُوذِيَ فِي اللَّهِ جَعَلَ فِتْنَةَ النَّاسِ كَعَذَابِ اللَّهِ}
Dan di antara manusia ada orang yang berkata, "Kami beriman kepada Allah, " maka apabila ia disakiti (karena beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah. (Al-'Ankabut: 10)
Ibnu Abbas mengatakan, yang dimaksud dengan fitnah manusia ialah bila orang yang bersangkutan murtad dari agamanya karena disakiti sebab keimanannya kepada Allah. Hal yang sama dikatakan oleh ulama Salaf lainnya.
Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ}
Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. (Al-Hajj: 11) sampai dengan firman-Nya:
ذَلِكَ هُوَ الضَّلَالُ الْبَعِيدُ
Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (Al-Hajj: 12) Kemudian disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَئِنْ جَاءَ نَصْرٌ مِنْ رَبِّكَ لَيَقُولُنَّ إِنَّا كُنَّا مَعَكُمْ}
Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata, "Sesungguhnya kami adalah besertamu.” (Al-'Ankabut: 10) Yaitu jika datang pertolongan dalam waktu yang dekat dari Tuhanmu dan kemenangan serta ganimah
yang banyak, hai Muhammad, tentulah mereka mengatakan kepadamu, "Sesungguhnya kami adalah besertamu," yakni saudara-saudara seagamamu. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:
{الَّذِينَ يَتَرَبَّصُونَ بِكُمْ فَإِنْ كَانَ لَكُمْ فَتْحٌ مِنَ اللَّهِ قَالُوا أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ وَإِنْ كَانَ لِلْكَافِرِينَ نَصِيبٌ قَالُوا أَلَمْ نَسْتَحْوِذْ عَلَيْكُمْ وَنَمْنَعْكُمْ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ}
(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah, mereka berkata, "Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?”
Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan), mereka berkata, "Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin. (An-Nisa: 141) Maka Allah menjawab mereka melalui firman-Nya:
{فَعَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَ بِالْفَتْحِ أَوْ أَمْرٍ مِنْ عِنْدِهِ فَيُصْبِحُوا عَلَى مَا أَسَرُّوا فِي أَنْفُسِهِمْ نَادِمِينَ}
Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka. (Al-Maidah: 52)
Allah Swt. menceritakan perihal mereka melalui surat Al-'Ankabut ini, yaitu melalui firman-Nya: Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata, "Sesungguhnya kamu adalah besertamu.” (Al-'Ankabut: 10)
Adapun firman Allah Swt.:
{أَوَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِمَا فِي صُدُورِ الْعَالَمِينَ}
Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia. (Al-'Ankabut: 10) Maksudnya, bukankah Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka dan semua yang disembunyikan di dalam perasaan mereka, sekalipun mereka menampakkan kepada kalian sikap setuju? Firman Allah Swt.:
{وَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْمُنَافِقِينَ}
Dan sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang beriman; dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang munafik. (Al-'Ankabut: 11) Yakni sungguh Allah akan menguji manusia dengan suka dan duka,
kesengsaraan dan kebahagiaan agar dapat dibedakan siapa yang taat kepada Allah dalam keadaan suka dan duka, dan siapa yang ketaatannya hanyalah berdasarkan keuntungan yang diperolehnya. Hal yang sama dikatakan dalam ayat lain
melalui firman-Nya:
{وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ}
Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ikhwalmu. (Muhammad: 31) Dan Allah berfirman sesudah Perang Uhud yang mengandung cobaan dan ujian yang berat bagi kaum muslim:
{مَا كَانَ اللَّهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتَّى يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ}
Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dan yang baik (mukmin). (Ali-Imran: 179), hingga akhir ayat.
Surat Al-Ankabut |29:11|
وَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْمُنَافِقِينَ
wa laya'lamannallohullażiina aamanuu wa laya'lamannal-munaafiqiin
Dan Allah pasti mengetahui orang-orang yang beriman dan Dia pasti mengetahui orang-orang yang munafik.
And Allah will surely make evident those who believe, and He will surely make evident the hypocrites.
(Dan sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang beriman) maksudnya mengenai hati mereka (dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang munafik)
maka kelak Dia akan membalas masing-masing golongan itu. Lam yang terdapat pada kedua Fi'il ayat ini menunjukkan makna Qasam.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 11 |
Penjelasan ada di ayat 10
Surat Al-Ankabut |29:12|
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا اتَّبِعُوا سَبِيلَنَا وَلْنَحْمِلْ خَطَايَاكُمْ وَمَا هُمْ بِحَامِلِينَ مِنْ خَطَايَاهُمْ مِنْ شَيْءٍ ۖ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
wa qoolallażiina kafaruu lillażiina aamanuttabi'uu sabiilanaa walnaḥmil khothooyaakum, wa maa hum biḥaamiliina min khothooyaahum min syaii`, innahum lakaażibuun
Dan orang-orang yang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman, "Ikutilah jalan kami, dan kami akan memikul dosa-dosamu," padahal mereka sedikit pun tidak (sanggup) memikul dosa-dosa mereka sendiri. Sesungguhnya mereka benar-benar pendusta.
And those who disbelieve say to those who believe, "Follow our way, and we will carry your sins." But they will not carry anything of their sins. Indeed, they are liars.
(Dan berkatalah orang-orang kafir kepada orang-orang yang beriman, "Ikutilah jalan kami) maksudnya cara mereka dalam beragama (dan nanti kami akan memikul dosa-dosa kalian")
karena kalian menuruti kami jika memang kalian berdosa. Lafal Amar sekali pun sebagai kalimat Insya' akan tetapi menunjukkan makna Khabar atau kalimat berita. Maka Allah berfirman
(dan mereka sendiri sedikit pun tidak sanggup memikul dosa-dosa mereka. Sesungguhnya mereka adalah benar-benar pendusta) dalam perkataannya itu.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 12 |
Tafsir ayat 12-13
Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal orang-orang kafir Quraisy, bahwa mereka mengatakan kepada Orang-orang yang beriman dari kalangan mereka lagi mengikuti jalan hidayah, "Berbaliklah (murtadlah) kalian dari agama kalian, lalu kembali kepada agama kami dan mengikuti jalan kami."
{وَلْنَحْمِلْ خَطَايَاكُمْ}
dan nanti kami akan memikul dosa-dosamu. (Al-'Ankabut: 12) Maksudnya, jika kalian mempunyai dosa-dosa dalam kemurtadan kalian, maka kamilah yang akan menanggungnya. Perihalnya sama dengan perkataan seseorang,
"Lakukanlah ini, dosamu akulah yang menanggungnya." Allah Swt. menjawab ucapan mereka seraya mendustakannya:
{وَمَا هُمْ بِحَامِلِينَ مِنْ خَطَايَاهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ}
dan mereka (sendiri) sedikit pun tidak (sanggup) memikul dosa-dosa mereka. Sesungguhnya mereka adalah benar-benar orang pendusta. (Al-'Ankabut: 12) Yakni dusta dalam ucapan mereka yang menyatakan bahwa
mereka sanggup memikul beban dosa-dosa orang-orang yang mereka suruh untuk murtad dari agamanya. Karena sesungguhnya tiada seorang pun yang menanggung dosa orang lain. Sehubungan dengan hal ini Allah Swt.
telah berfirman dalam ayat lain:
{وَإِنْ تَدْعُ مُثْقَلَةٌ إِلَى حِمْلِهَا لَا يُحْمَلْ مِنْهُ شَيْءٌ وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى}
Dan jika seorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu, tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikit pun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. (Fatir: 18)
{وَلا يَسْأَلُ حَمِيمٌ حَمِيمًا. يُبَصَّرُونَهُمْ}
Dan tidak ada seorang teman akrab pun menanyakan temannya, sedang mereka saling melihat. (Al-Ma'arij: 10-11) Adapun firman Allah Swt.:
{وَلَيَحْمِلُنَّ أَثْقَالَهُمْ وَأَثْقَالا مَعَ أَثْقَالِهِمْ}
Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri. (Al-'Ankabut: 13) Ini menceritakan keadaan para penyeru kekafiran dan kesesatan,
bahwa kelak di hari kiamat mereka memikul beban dosa-dosa mereka sendiri, juga beban-beban dosa lain disebabkan mereka telah menyesatkan orang lain, tanpa mengurangi dosa mereka yang telah disesatkannya barang sedikit pun,
sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ أَلا سَاءَ مَا يَزِرُونَ}
(ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebagian dosa-dosa orang-orang yang telah mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikit pun (bahwa mereka disesatkan). (An-Nahl: 25), hingga akhir ayat. Di dalam kitab sahih disebutkan sebuah hadis yang mengatakan:
"مَنْ دَعَا إِلَى هَدْيٍ كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنِ اتَّبَعَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنِ اتَّبَعَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا"
Barang siapa yang menyeru kepada jalan petunjuk, maka baginya pahala yang semisal dengan pahala-orang-orang yang mengikutinya sampai hari kiamat tanpa mengurangi pahala mereka barang sedikit pun.
Dan barang siapa yang menyeru kepada kesesatan, maka baginya dosa yang semisal dengan dosa-dosa orang-orang yang mengikutinya sampai hari kiamat tanpa mengurangi dosa-dosa mereka barang sedikit pun.
Hadis lainnya yang juga di dalam kitab sahih menyebutkan:
"مَا قُتِلَتْ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلَّا كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الْأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا؛ لِأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنّ الْقَتْلَ"
Tidaklah suatu jiwa terbunuh secara aniaya melainkan atas anak Adam yang pertama terpikulkan sebagian dari darahnya (dosanya), karena dialah orang yang mula-mula melakukan pembunuhan. Firman Allah Swt.:
{وَلَيُسْأَلُنَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَمَّا كَانُوا يَفْتَرُونَ}
dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan. (Al-'Ankabut: 13) Yakni apa yang selalu mereka buat-buat berupa kedustaan. Sehubungan dengan tafsir ayat ini Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis:
حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا صَدَقَةُ، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ حَفْصِ بْنِ أَبِي الْعَالِيَةِ، حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ حَبِيبٍ الْمُحَارِبِيُّ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَلَّغَ مَا أُرْسِلَ بِهِ، ثُمَّ قَالَ: "إِيَّاكُمْ وَالظُّلْمَ، فَإِنَّ اللَّهَ يَعْزِمُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَقُولُ: وَعِزَّتِي لَا يَجُوزُنِي الْيَوْمَ ظُلْمٌ! ثُمَّ يُنَادِي مُنَادٍ فَيَقُولُ: أَيْنَ فُلَانُ ابْنُ فُلَانٍ؟ فَيَأْتِي يَتْبَعُهُ مِنَ الْحَسَنَاتِ أَمْثَالُ الْجِبَالِ، فَيُشْخِصُ النَّاسُ إِلَيْهَا أَبْصَارَهُمْ حَتَّى يَقُومَ بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ ثُمَّ يَأْمُرُ الْمُنَادِي فَيُنَادِي مَنْ كَانَتْ لَهُ تِبَاعة -أَوْ: ظُلامة -عِنْدَ فُلَانِ ابْنِ فُلَانٍ، فَهَلُمَّ. فَيُقْبِلُونَ حَتَّى يَجْتَمِعُوا قِيَامًا بَيْنَ يَدَيِ الرَّحْمَنِ، فَيَقُولُ الرَّحْمَنُ: اقْضُوا عَنْ عَبْدِي. فَيَقُولُونَ: كَيْفَ نَقْضِي عَنْهُ؟ فَيَقُولُ لَهُمْ: خُذُوا لَهُمْ مِنْ حَسَنَاتِهِ. فَلَا يَزَالُونَ يَأْخُذُونَ مِنْهَا حَتَّى لَا يَبْقَى لَهُ حَسَنَةٌ، وَقَدْ بَقِيَ مِنْ أَصْحَابِ الظُّلَامَاتِ، فَيَقُولُ: اقْضُوا عَنْ عَبْدِي. فَيَقُولُونَ: لَمْ يَبْقَ لَهُ حَسَنَةٌ. فَيَقُولُ: خُذُوا مِنْ سَيِّئَاتِهِمْ فَاحْمِلُوهَا عَلَيْهِ". ثُمَّ نَزَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهَذِهِ الْآيَةِ الْكَرِيمَةِ: {وَلَيَحْمِلُنَّ أَثْقَالَهُمْ وَأَثْقَالا مَعَ أَثْقَالِهِمْ وَلَيُسْأَلُنَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَمَّا كَانُوا يَفْتَرُونَ}
bahwa telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Sadaqah, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Hafs ibnu Abul Aliyah, telah menceritakan kepadakami
Sulaiman ibnu Habib Al-Muharibi, dari Abu Umamah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. menyampaikan apa yang telah diwahyukan kepadanya, kemudian beliau bersabda: Janganlah kalian berbuat zalim, karena sesungguhnya
Allah Swt. kelak di hari kiamat akan berfirman dengan tegas, "Demi keagungan dan kebesaran-Ku, pada hari ini tiada suatu perbuatan zalim pun yang Kulewatkan.” Kemudian berserulah penyeru dan mengatakan, "Di manakah Fulan bin Fulan?”
Maka datanglah orang yang dimaksud seraya diikuti oleh amal-amal kebaikannya yang sebesar gunung. Maka mata semua orang tertuju kepadanya, hingga ia berdiri di hadapan Tuhan Yang Maha Pemurah. Kemudian Allah memerintahkan
kepada penyeru untuk menyerukan, "Barang siapa yang mempunyai sangkut paut dengan si Fulan atau pernah dizalimi olehnya, hendaklah ia kemari!" Maka mereka berdatangan sehingga berkumpul dalam keadaan berdiri
di hadapan Tuhan Yang Maha Pemurah. Maka Tuhan Yang Maha Pemurah berfirman (kepada para malaikat), "Bayarkanlah utang hamba-Ku!" Mereka bertanya, "Bagaimanakah cara membayarkannya?” Tuhan Yang Maha Pemurah berfirman,
"Ambillah sebagian dari amal baiknya buat mereka.” Maka para malaikat terus-menerus mengambil kebaikannya, hingga tiada yang tersisa suatu kebaikan pun padanya, sedangkan orang-orang yang pernah dizaliminya
masih belum terlunaskan. Allah berfirman, "Bayarkanlah utang-utang hamba-Ku.” Para malaikat berkata, "Tiada suatu kebaikan pun yang tersisa padanya.” Allah berfirman, "Ambillah sebagian dari keburukan mereka,
lalu bebankanlah kepadanya.” Kemudian Nabi Saw. membacakan ayat berikut, yaitu firman-Nya: Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri,
dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan. (Al-'Ankabut: 13) Hadis ini mempunyai syahid yang menguatkannya terdapat di dalam kitab sahih melalui jalur lain yang menyebutkan:
«إن الرجل ليأتي يوم القيامة بحسنات أمثال الجبال وقد ظلم هذا، وأخذ من مال هذا، وأخذ من عرض هذا، فيأخذ هذا من حسناته، وهذا من حسناته، فإذا لم تبق له حسنة، أخذ من سيئاتهم فطرح عليه»
Sesungguhnya seorang lelaki benar-benar didatangkan pada hari kiamat dengan membawa amal-amal baik yang besar-besar seperti gunung, sedangkan ia pernah berbuat zalim kepada si anu dan pernah mengambil harta si anu
serta pernah mengambil kehormatan si anu; maka orang yang pertama mengambil kebaikannya, dan orang yang kedua mengambil kehormatannya pula. Dan apabila tiada lagi amal baik yang tersisa padanya, maka diambillah sebagian
dari dosa-dosa mereka (yang pernah dianiaya olehnya), lalu dibebankan kepadanya.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبِي الْحِوَارِيِّ، حَدَّثَنَا أَبُو بِشْرٍ الْحَذَّاءُ، عَنْ أَبِي حَمْزَةَ الثُّمَالِيِّ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا مُعَاذُ، إِنَّ الْمُؤْمِنَ يُسْأَلُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَنْ جَمِيعِ سَعْيِهِ، حَتَّى عَنْ كُحْل عَيْنَيْهِ، وَعَنْ فُتَاتِ الطِّينَةِ بِأُصْبُعَيْهِ ، فَلَا ألْفَيَنَّكَ تَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَحَدٌ أَسْعَدُ بِمَا آتَاكَ اللَّهُ مِنْكَ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abul Hawari, telah menceritakan kepada kami Abu Bisyr Al-Hazza, dari Abu Hamzah As-Samali, dari Mu'az ibnu Jabal r.a. yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda kepadanya: Hai Mu'az, sesungguhnya orang mukmin kelak akan ditanya pada hari kiamat tentang semua perbuatannya, sehingga ditanya tentang celak matanya, dan serpihan tanah liat yang dipegang-pegang
oleh kedua jarinya. Maka semoga aku tidak menjumpaimu datang pada hari kiamat, sedangkan ada orang lain yang lebih berbahagia darimu dalam hal pahala yang telah diberikan oleh Allah kepadamu.
Surat Al-Ankabut |29:13|
وَلَيَحْمِلُنَّ أَثْقَالَهُمْ وَأَثْقَالًا مَعَ أَثْقَالِهِمْ ۖ وَلَيُسْأَلُنَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَمَّا كَانُوا يَفْتَرُونَ
wa layaḥmilunna aṡqoolahum wa aṡqoolam ma'a aṡqoolihim wa layus`alunna yaumal-qiyaamati 'ammaa kaanuu yaftaruun
Dan mereka benar-benar akan memikul dosa-dosa mereka sendiri, dan dosa-dosa yang lain bersama dosa mereka, dan pada hari Kiamat mereka pasti akan ditanya tentang kebohongan yang selalu mereka ada-adakan.
But they will surely carry their [own] burdens and [other] burdens along with their burdens, and they will surely be questioned on the Day of Resurrection about what they used to invent.
(Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban mereka) dosa-dosa mereka (dan beban-beban dosa yang lain di samping beban-beban dasa mereka sendiri)
disebabkan perkataan mereka kepada orang-orang yang beriman, sebagaimana yang diungkapkan oleh firman-Nya tadi, yaitu, "Ikutilah jalan kami",
dan juga disebabkan penyesatan yang mereka lakukan kepada orang-orang yang mengikuti mereka (dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa-apa yang selalu mereka ada-adakan)
yakni kedustaan mereka terhadap Allah. Pertanyaan ini menunjukkan nada celaan, dan huruf Lam yang terdapat pada kedua Fi'il tadi menunjukkan makna Qasam,
sedangkan Fa'il masing-masing yaitu berupa Wau Dhamir Jamak dibuang, dan demikian pula huruf Nun alamat Rafa'nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 13 |
Penjelasan ada di ayat 12
Surat Al-Ankabut |29:14|
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ
wa laqod arsalnaa nuuḥan ilaa qoumihii fa labiṡa fiihim alfa sanatin illaa khomsiina 'aamaa, fa akhożahumuth-thuufaanu wa hum zhoolimuun
Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian mereka dilanda banjir besar, sedangkan mereka adalah orang-orang yang zalim.
And We certainly sent Noah to his people, and he remained among them a thousand years minus fifty years, and the flood seized them while they were wrongdoers.
(Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya) sewaktu Nabi Nuh diangkat menjadi Rasul ia berumur empat puluh tahun atau lebih dari itu
(maka ia tinggal di antara mereka selama sembilan ratus lima puluh tahun) seraya menyeru mereka untuk mentauhidkan Allah, tetapi mereka yakni kaumnya, tetap mendustakannya.
(Maka mereka ditimpa banjir besar) yaitu, air bah yang sangat tinggi sehingga tenggelamlah mereka semuanya (dan mereka adalah orang-orang yang zalim) maksudnya adalah orang-orang yang menyekutukan Allah.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 14 |
Tafsir ayat 14-15
Ini merupakan hiburan dari Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw. Allah menceritakan kepadanya tentang Nuh a.s., bahwa Nuh tinggal di kalangan kaumnya dalam masa yang sangat lama seraya menyeru mereka
untuk menyembah Allah Swt. Seruan itu dilakukannya siang malam, dan secara rahasia dan terang-terangan. Tetapi sekalipun demikian, tiada menambah mereka melainkan makin menjauh dari perkara hak dan berpaling darinya
serta mendustakan Nuh, dan tiada yang beriman bersama Nuh melainkan hanya sedikit orang saja. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ}
maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim. (Al-'Ankabut: 14) Yakni sesudah masa yang sangat lama itu penyampaian Nuh
dan peringatannya masih belum berhasil terhadap mereka. Maka kamu Muhammad, janganlah menyesali sikap orang-orang yang kafir terhadapmu dari kalangan kaummu, jangan pula kamu bersedih hati atas sikap mereka,
karena sesungguhnya Allah-lah yang akan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia pulalah yang akan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya. Di tangan kekuasaan-Nyalah semua urusan,
dan hanya kepada-Nyalah kembali semua urusan.
{إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ. وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ}
Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan. (Yunus: 96-97), hingga akhir ayat.
Dan ketahuilah bahwa Allah pasti akan memunculkanmu, menolongmu, menguatkanmu, menghinakan musuh-musuhmu serta mengalahkan mereka, dan menjadikan mereka berada di dasar neraka yang paling bawah.
Hammad ibnu Salamah telah meriwayatkan dari Ali ibnu Zaid, dari Yusuf ibnu Mahik, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Nuh diutus oleh Allah sejak usia empat puluh tahun, dan tinggal di kalangan kaumnya
selama sembilan ratus lima puluh tahun, serta hidup sesudah masa banjir besar selama enam puluh tahun, hingga manusia bertambah populasi (jumlah)nya dan menyebar. Qatadah mengatakan bahwa menurut suatu pendapat,
sesungguhnya jumlah seluruh usia Nuh adalah sembilan ratus lima puluh tahun. Ia tinggal di kalangan kaumnya sebelum menyeru mereka ke jalan Allah selama tiga ratus tahun, dan menyeru mereka selama tiga ratus tahun,
serta tinggal sesudah masa banjir besar selama tiga ratus lima puluh tahun. Tetapi pendapat ini garib. Makna lahiriah ayat menunjukkan bahwa Nuh tinggal di kalangan kaumnya seraya menyeru mereka untuk menyembah Allah
selama sembilan ratus lima puluh tahun. Aun ibnu Abu Syaddad telah mengatakan bahwa Allah mengutus Nabi Nuh kepada kaumnya saat ia berusia tiga ratus lima puluh tahun, lalu Nuh a.s. menyeru mereka selama sembilan ratus lima puluh tahun.
Kemudian ia hidup sesudah itu selama tiga ratus lima puluh tahun. Pendapat ini pun berpredikat garib, diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir serta dikatakan oleh suatu pendapat yang bersumber dari Ibnu Abbas,
hanya Allah Yang Maha Mengetahui. As-Sauri telah meriwayatkan dari Salamah ibnu Kahil, dari Mujahid yang mengatakan bahwa Ibnu Umar pernah bertanya kepadaku, "Berapa lamakah Nuh tinggal bersama kaumnya?"
Mujahid mengatakan, bahwa lalu ia menjawab, "Sembilan ratus lima puluh tahun." Lalu Ibnu Umar mengatakan, "Sesungguhnya manusia itu masih terus mengalami pengurangan dalam usia mereka, kebaligan mereka, dan bentuk tubuh mereka,
sampai masamu sekarang ini." Firman Allah Swt.:
{فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَصْحَابَ السَّفِينَةِ}
Maka Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu. (Al-'Ankabut: 15) Yakni orang-orang yang beriman kepada Nuh a.s. Penjelasan mengenai hal ini telah disebutkan secara rinci dalam surat Hud, juga tafsir ayat ini telah dijelaskan sehingga tidak perlu lagi untuk diulangi. Firman Allah Swt.:
{وَجَعَلْنَاهَا آيَةً لِلْعَالَمِينَ}
dan Kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia. (Al-'Ankabut: 15) Maksudnya, Kami jadikan bahtera itu utuh, yang adakalanya hanya tinggal bentuknya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Qatadah,
bahwa bahtera Nabi Nuh a.s. masih ada peninggalannya sampai permulaan masa Islam terdapat di Bukit Al-Judi. Atau yang masih ada itu adalah jenisnya, hal itu dijadikan sebagai peringatan buat manusia yang mengingatkan mereka
akan nikmat-nikmat Allah kepada makhluk-Nya, saat Allah menyelamatkan mereka dari banjir besar. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَآيَةٌ لَهُمْ أَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ. وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِنْ مِثْلِهِ مَا يَرْكَبُونَ}
Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan, dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu. (Yasin: 41-42) sampai dengan firman Allah Swt.:
وَمَتَاعًا إِلَى حِينٍ
dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai kepada suatu ketika. (Yasin: 44) Dan firman Allah Swt.:
{إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ. لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ تَذْكِرَةً وَتَعِيَهَا أُذُنٌ وَاعِيَةٌ}
Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang) kamu ke dalam bahtera, agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 11-12) Dan dalam surat Al-'Ankabut ini disebutkan oleh firman-Nya:
{فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَصْحَابَ السَّفِينَةِ وَجَعَلْنَاهَا آيَةً لِلْعَالَمِينَ}
Maka kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu dan Kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia. (Al-'Ankabut: 15) Ini merupakan ungkapan tadrij, dari suatu benda ke jenisnya. Pengertiannya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ}
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan. (Al-Mulk: 5) Yakni Kami jadikan jenisnya sebagai pelempar, karena sesungguhnya
yang dijadikan pelempar setan-setan itu bukanlah binatang-binatang yang menjadi penghias langit. Dan firman Allah Swt. lainnya yang menyebutkan:
{وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ. ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ}
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). (Al-Mu-minun: 12-13)
Ayat-ayat yang mempunyai pengertian yang sama cukup banyak. Ibnu Jarir mengatakan, seandainya dikatakan bahwa damir yang terdapat di dalam firman-Nya:
{وَجَعَلْنَاهَا}
dan Kami jadikan bintang-bintang itu. (Al-Mulk: 5) merujuk kepada 'uqubah (siksaan) bukan bintang-bintang, tentulah bermakna tidak seperti yang dimaksudkan di atas. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Surat Al-Ankabut |29:15|
فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَصْحَابَ السَّفِينَةِ وَجَعَلْنَاهَا آيَةً لِلْعَالَمِينَ
fa anjainaahu wa ash-haabas-safiinati wa ja'alnaahaaa aayatal lil-'aalamiin
Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang berada di kapal itu, dan Kami jadikan (peristiwa) itu sebagai pelajaran bagi semua manusia.
But We saved him and the companions of the ship, and We made it a sign for the worlds.
(Maka Kami selamatkan dia) Nabi Nuh (dan penumpang-penumpang bahtera itu) yang bersama Nabi Nuh di dalam bahtera (dan Kami jadikan peristiwa itu tanda) pelajaran (bagi semua umat manusia)
yang datang sesudah mereka, jika mereka berbuat durhaka kepada Rasul-rasul mereka. Setelah peristiwa banjir besar itu Nabi Nuh hidup selama enam puluh tahun atau lebih, sehingga jumlah manusia menjadi banyak.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 15 |
Penjelasan ada di ayat 14
Surat Al-Ankabut |29:16|
وَإِبْرَاهِيمَ إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاتَّقُوهُ ۖ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
wa ibroohiima iż qoola liqoumihi'budulloha wattaquuh, żaalikum khoirul lakum ing kuntum ta'lamuun
Dan (ingatlah) Ibrahim, ketika dia berkata kepada kaumnya, "Sembahlah Allah dan bertakwalah kepada-Nya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
And [We sent] Abraham, when he said to his people, "Worship Allah and fear Him. That is best for you, if you should know.
(Dan) ingatlah (Ibrahim ketika ia berkata kepada kaumnya, "Sembahlah Allah dan bertakwalah kalian kepada-Nya!) takutlah kalian akan azab dan hukuman-Nya.
(Demikian itu lebih baik bagi kalian) daripada apa yang sekarang kalian kerjakan yaitu menyembah berhala (jika kalian mengetahui) mana yang baik dan mana yang tidak baik.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 16 |
Tafsir ayat 16-18
Allah Swt. menceritakan perihal hamba dan rasul-Nya serta kekasihnya (yaitu Nabi Ibrahim, imam para hunafa), bahwa dia menyeru kaumnya untuk menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya; dan mengikhlaskan diri hanya kepada-Nya
dalam bertakwa; mencari rezeki dari-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya; serta mengesakan-Nya dalam bersyukur, karena sesungguhnya hanya kepada-Nyalah dipanjatkan rasa syukur atas sernua nikmat, tiada yang berhak menerimanya selain Dia.
Untuk itu Ibrahim a.s. berkata kepada kaumnya, sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya:
{اعْبُدُوا اللَّهَ وَاتَّقُوهُ}
Sembahlah Allah olehmu dan bertakwalah kepada-Nya. (Al-'Ankabut: 16) Artinya, ikhlaskanlah diri kalian hanya kepada-Nya dalam beribadah dan takut.
{ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ}
Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (Al-'Ankabut: 16) Yakni apabila kalian melakukan hal tersebut, niscaya kalian akan beroleh kebaikan di dunia dan akhirat, dan akan terhindarlah kalian dari kejahatan
di dunia dan akhirat. Selanjutnya Allah Swt. memberitahukan bahwa berhala-berhala yang mereka sembah itu tidak dapat menimpakan mudarat dan tidak pula memberikan manfaat. Berhala-berhala itu tiada lain hanyalah
buat-buatan kalian belaka, lalu kalian memberinya nama-nama sebagai tuhan-tuhan buatan. Sesungguhnya berhala-berhala itu hanyalah makhluk, sama halnya dengan kalian. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Al-Aufi,
dari Ibnu Abbas, dan hal yang sama dikatakan oleh As-Saddi dan Mujahid. Al-Walibi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa lafaz takhluquna dibaca tasna una, yang artinya 'kalianlah yang memahatnya, lalu menjadikannya
sebagai patung-patung (berhala-berhala).' Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid dalam suatu riwayatnya, juga oleh Ikrimah, Al-Hasan, Qatadah, dan lain-lainnya, lalu dipilih oleh Ibnu Jarir rahimahullah, yakni berhala-berhala itu
tidak memiliki rezeki bagi kalian.
{فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ}
maka mintalah rezeki itu di sisi Allah. (Al-'Ankabut: 17) Ungkapan ini merupakan ungkapan Hasr yang paling kuat. Pengertian Hasr-nya sama dengan apa yang terdapat di dalam firman-Nya:
{إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ}
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. (Al-Fatihah: 5) Dan firman Allah Swt:
{رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ}
Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga. (At-Tahrim: 11) Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: maka mintalah rezeki itu di sisi Allah. (Al-'Ankabut: 17) Yaitu mintalah rezeki itu kepada Allah, bukan pada selain-Nya, karena sesungguhnya selain Allah tidak memiliki sesuatu apa pun.
{وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ}
dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. (Al-'Ankabut: 17) Artinya, makanlah sebagian dari rezeki-Nya, sembahlah Dia semata serta bersyukurlah kepada-Nya atas semua nikmat yang telah Dia limpahkan kepada kalian.
{إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ}
Hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (Al-'Ankabut: 17) Yakni kelak di hari kiamat, lalu Dia akan membalas setiap orang dengan balasan yang sesuai dengan amal perbuatannya. Firman Allah Swt.:
{وَإِنْ تُكَذِّبُوا فَقَدْ كَذَّبَ أُمَمٌ مِنْ قَبْلِكُمْ}
Dan jika kamu (orang kafir) mendustakan, maka umat yang sebelum kamu juga telah mendustakan. (Al-'Ankabut: 18) Yakni telah sampai kepadamu berita azab dan pembalasan yang menimpa mereka karena melanggar perintah rasul-rasul.
{وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلا الْبَلاغُ الْمُبِينُ}
Dan kewajiban rasul-rasul itu, tidak lain hanyalah menyampaikan (agama Allah) dengan sejelas-jelasnya. (Al-'Ankabut: 18) Yakni tiada lain tugas rasul hanya menyampaikan kepadamu apa yang diperintahkan oleh Allah
untuk menyampaikannya yaitu risalah. Dan Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya serta menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Oleh karena itu berbuatlah dengan rajin untuk kemanfaatan dirimu agar kamu menjadi orang-orang
yang berbahagia. Qatadah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Dan jika kamu (orang kafir) mendustakan, maka umat yang sebelum kamu juga telah mendustakan. (Al-'Ankabut: 18) Menurut Qatadah, ayat ini mengandung makna
yang menghibur hati Nabi Saw. yang berarti bahwa kalimat ini terpisah dari kalimat pertama, dan kedudukannya sebagai kalimat sisipan sampai dengan firman-Nya: Maka tidak adalah jawaban kaumnya. (Al-'Ankabut: 24)
Hal yang sama telah dinaskan oleh Ibnu Jarir. Tetapi makna lahiriah konteks ayat menunjukkan bahwa seluruhnya merupakan perkataan Nabi Ibrahim a.s. yang sedang mengemukakan alasannya untuk membuktikan adanya hari akhirat,
karena sesudahnya terdapat firman-Nya:
{فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ}
Maka tidak adalah jawaban kaum Ibrahim. (Al-'Ankabut: 24)
Surat Al-Ankabut |29:17|
إِنَّمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا وَتَخْلُقُونَ إِفْكًا ۚ إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ ۖ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
innamaa ta'buduuna min duunillaahi auṡaanaw wa takhluquuna ifkaa, innallażiina ta'buduuna min duunillaahi laa yamlikuuna lakum rizqon fabtaghuu 'indallohir-rizqo wa'buduuhu wasykuruu lah, ilaihi turja'uun
Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah hanyalah berhala-berhala, dan kamu membuat kebohongan. Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu, maka mintalah rezeki dari Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya kamu akan dikembalikan.
You only worship, besides Allah, idols, and you produce a falsehood. Indeed, those you worship besides Allah do not possess for you [the power of] provision. So seek from Allah provision and worship Him and be grateful to Him. To Him you will be returned." [...]
(Sesungguhnya apa yang kalian sembah selain Allah itu) (adalah berhala-berhala, dan kalian membuat dusta) kalian mengatakan kebohongan, bahwa berhala-berhala itu adalah sekutu-sekutu Allah.
(Sesungguhnya yang kalian .sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepada kalian) maksudnya mereka tidak akan mampu memberi rezeki kepada kalian (maka mintalah rezeki di sisi Allah)
yakni mintalah rezeki itu kepada-Nya (dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya-lah kalian akan dikembalikan).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 17 |
Penjelasan ada di ayat 16
Surat Al-Ankabut |29:18|
وَإِنْ تُكَذِّبُوا فَقَدْ كَذَّبَ أُمَمٌ مِنْ قَبْلِكُمْ ۖ وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ
wa in tukażżibuu fa qod każżaba umamum ming qoblikum, wa maa 'alar-rosuuli illal-balaaghul-mubiin
Dan jika kamu (orang kafir) mendustakan, maka sungguh, umat sebelum kamu juga telah mendustakan (para rasul). Dan kewajiban rasul itu hanyalah menyampaikan (agama Allah) dengan jelas."
And if you [people] deny [the message] - already nations before you have denied. And there is not upon the Messenger except [the duty of] clear notification.
(Dan jika kalian mendustakan) aku, hai penduduk Mekah (maka umat sebelum kalian juga telah mendustakan) umat-umat sebelumku.
(Dan kewajiban Rasul itu tidak lain hanyalah menyampaikan agama Allah dengan seterang-terangnya") dengan penyampaian yang sejelas-jelasnya.
Pada kedua kisah ini terkandung makna yang dapat menghibur hati Nabi saw. dan Allah berfirman kepada kaumnya,
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 18 |
Penjelasan ada di ayat 16
Surat Al-Ankabut |29:19|
أَوَلَمْ يَرَوْا كَيْفَ يُبْدِئُ اللَّهُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
a wa lam yarou kaifa yubdi`ullohul-kholqo ṡumma yu'iiduh, inna żaalika 'alallohi yasiir
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah memulai penciptaan (makhluk), kemudian Dia mengulanginya (kembali). Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.
Have they not considered how Allah begins creation and then repeats it? Indeed that, for Allah, is easy.
(Dan apakah mereka tidak memperhatikan) dapat dibaca Yarau dan Tarau, artinya memikirkan (bagaimana Allah menciptakan manusia dari permulaannya)
lafal Yubdi-u menurut suatu qiraat dibaca Yabda-u berasal dari Bada-a, makna yang dimaksud bagaimana Allah menciptakan mereka dari permulaan (kemudian) Dia (mengulanginya kembali)
maksudnya mengulangi penciptaan-Nya kembali sebagaimana permulaan Dia menciptakan mereka. (Sesungguhnya yang demikian itu) yaitu hal yang telah disebutkan mengenai penciptaan pertama dan penciptaan kedua
(adalah mudah bagi Allah) dan kenapa mereka mengingkari adanya penciptaan yang kedua itu; yang dimaksud adalah hari berbangkit.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 19 |
Tafsir ayat 19-23
Allah Swt. berfirman, menceritakan kisah Nabi Ibrahim a.s., bahwa Ibrahim memberi petunjuk kepada kaumnya untuk membuktikan adanya hari berbangkit yang mereka ingkari melalui apa yang mereka saksikan di dalam diri mereka sendiri.
Yaitu bahwa Allah menciptakan mereka yang pada sebelumnya mereka bukanlah sebagai sesuatu yang disebut-sebut (yakni tiada). Kemudian mereka ada dan menjadi manusia yang dapat mendengar dan melihat.
Maka Tuhan yang memulai penciptaan itu mampu mengembalikannya menjadi hidup kembali, dan sesungguhnya mengembalikan itu mudah dan ringan bagi-Nya. Kemudian Ibrahim a.s. memberi mereka petunjuk akan hal tersebut melalui
segala sesuatu yang mereka saksikan di cakrawala, berupa berbagai macam tanda-tanda kekuasaan Allah yang telah menciptakannya. Yaitu langit dan bintang-bintang yang ada padanya, baik yang bersinar maupun yang tetap
dan yang beredar. Juga bumi serta lembah-lembah, gunung-gunung yang ada padanya, dan tanah datar yang terbuka dan hutan-hutan, serta pepohonan dan buah-buahan, sungai-sungai dan lautan; semuanya itu menunjukkan statusnya
sebagai makhluk, juga menunjukkan adanya yang menciptakannya, yang mengadakan, serta memilih segalanya. Dialah yang bila ingin menciptakan hanya mengatakan terhadap sesuatu, "Jadilah," maka terjadilah ia.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya, menyitir kata-kata Nabi Ibrahim a.s.:
{أَوَلَمْ يَرَوْا كَيْفَ يُبْدِئُ اللَّهُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ}
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Al-'Ankabut: 19) Sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:
{وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ}
Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikannya (menghidupkannya) kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. (Ar-Rum: 27) Adapun firman Allah Swt.:
{قُلْ سِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ بَدَأَ الْخَلْقَ ثُمَّ اللَّهُ يُنْشِئُ النَّشْأَةَ الآخِرَةَ}
Katakanlah, "Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. (Al-'Ankabut: 20) Yakni kelak di hari kiamat.
{إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ}
Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-'Ankabut: 20) Kedudukan ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ}
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. (Fussilat: 53) Dan firman Allah Swt.:
{أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ * أَمْ خَلَقُوا السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ بَل لَا يُوقِنُونَ}
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). (At-Tur: 35-36) Adapun firman Allah Swt.:
{يُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَيَرْحَمُ مَنْ يَشَاءُ}
Allah mengazab siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi rahmat kepada siapa yang dikehendaki-Nya. (Al-'Ankabut: 21) Artinya, Dialah Yang menentukan lagi Yang Mengatur, Dia berbuat apa yang dikehendaki-Nya dan memutuskan
apa yang dikehendaki-Nya, tiada yang menanyakan apa yang telah diputuskan-Nya, dan tiada yang meminta pertanggungjawaban terhadap apa yang diperbuat-Nya, bahkan merekalah yang akan dimintai pertanggungjawabannya.
Hanya milik-Nyalah semua makhluk dan semua urusan, apa yang dilakukannya hanyalah keadilan belaka, karena Dia adalah Raja Yang tidak pernah berbuat aniaya barang seberat zarrah pun, sebagaimana yang disebutkan
di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh para pemilik kitab sunan, yaitu:
"إِنَّ اللَّهَ لَوْ عَذَّبَ أَهْلَ سَمَاوَاتِهِ وَأَهْلَ أَرْضِهِ، لَعَذَّبَهُمْ وَهُوَ غَيْرُ ظَالِمٍ لَهُمْ"
Sesungguhnya Allah itu seandainya Dia mengazab semua penduduk langit-Nya dan semua penduduk bumi-Nya, Dia benar-benar akan mengazab mereka, sedangkan Dia tidak berbuat aniaya terhadap mereka. Karena itulah disebutkan oleh firman Allah Swt.:
{يُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَيَرْحَمُ مَنْ يَشَاءُ وَإِلَيْهِ تُقْلَبُونَ}
Allah mengazab siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi rahmat kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan hanya kepada-Nyalah kalian akan dikembalikan. (Al-'Ankabut: 21) Yakni dikembalikan kelak pada hari kiamat. Firman Allah Swt.:
{وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ فِي الأرْضِ وَلا فِي السَّمَاءِ}
Dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di bumi dan tidak (pula) di langit. (Al-'Ankabut: 22) Maksudnya, tiada seorang pun dari kalangan penduduk langit dan bumi yang bisa menyelamatkan diri dari azab-Nya,
bahkan Dia Mahaperkasa di atas semua hamba-Nya. Segala sesuatu takut kepada-Nya dan berhajat kepada-Nya, sedangkan Dia Mahakaya dari selain-Nya.
{وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ. وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَلِقَائِهِ}
dan sekali-kali tiadalah bagimu pelindung dan penolong selain Allah. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan-Nya. (Al-'Ankabut: 22-23) Yaitu ingkar dan kafir kepada hari akhirat.
{أُولَئِكَ يَئِسُوا مِنْ رَحْمَتِي}
mereka putus asa dari rahmat-Ku. (Al-'Ankabut: 23) Artinya, tiada bagian bagi mereka dari rahmat-Ku.
{وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ}
dan mereka itu mendapat azab yang pedih. (Al-'Ankabut: 23) Yakni menyakitkan lagi keras di dunia dan akhirat.
Surat Al-Ankabut |29:20|
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ بَدَأَ الْخَلْقَ ۚ ثُمَّ اللَّهُ يُنْشِئُ النَّشْأَةَ الْآخِرَةَ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
qul siiruu fil-ardhi fanzhuruu kaifa bada`al-kholqo ṡummallohu yunsyi`un-nasy`atal-aakhiroh, innalloha 'alaa kulli syai`ing qodiir
Katakanlah, "Berjalanlah di bumi, maka perhatikanlah bagaimana (Allah) memulai penciptaan (makhluk), kemudian Allah menjadikan kejadian yang akhir. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Say, [O Muhammad], "Travel through the land and observe how He began creation. Then Allah will produce the final creation. Indeed Allah, over all things, is competent."
(Katakanlah, "Berjalanlah kalian di muka bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah memulai penciptaan-Nya) yakni menciptakan orang-orang yang sebelum kalian, kemudian Dia mematikan mereka
(lalu Allah menjadikannya sekali lagi) dapat dibaca An Nasy-atal akhirata dan An Nasy-atal ukhra. (Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu) antara lain ialah memulai dan mengulanginya
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 20 |
Penjelasan ada di ayat 19
Surat Al-Ankabut |29:21|
يُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَيَرْحَمُ مَنْ يَشَاءُ ۖ وَإِلَيْهِ تُقْلَبُونَ
yu'ażżibu may yasyaaa`u wa yar-ḥamu may yasyaaa`, wa ilaihi tuqlabuun
Dia (Allah) mengazab siapa yang Dia kehendaki dan memberi rahmat kepada siapa yang Dia kehendaki, dan hanya kepada-Nya kamu akan dikembalikan.
He punishes whom He wills and has mercy upon whom He wills, and to Him you will be returned.
(Allah mengazab siapa yang dikehendaki-Nya) menerima azab-Nya (dan memberi rahmat kepada siapa yang dikehendaki-Nya) untuk menerima rahmat-Nya
(dan hanya kepada-Nya-lah kalian akan dikembalikan) yakni, hanya kepada-Nya-lah kalian kembali.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 21 |
Penjelasan ada di ayat 19
Surat Al-Ankabut |29:22|
وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ ۖ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ
wa maaa antum bimu'jiziina fil-ardhi wa laa fis-samaaa`i wa maa lakum min duunillaahi miw waliyyiw wa laa nashiir
Dan kamu sama sekali tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) baik di bumi maupun di langit, dan tidak ada pelindung dan penolong bagimu selain Allah.
And you will not cause failure [to Allah] upon the earth or in the heaven. And you have not other than Allah any protector or any helper.
(Dan kalian sekali-kali tidak dapat melepaskan diri) dari jangkauan kekuasaan Rabb kalian (di bumi dan tidak pula di langit) jika kalian berada padanya;
makna yang dimaksud ialah bahwa kalian tidak akan dapat terlepas daripada-Nya di mana pun kalian berada (dan sekali-kali tiadalah bagi kalian seorang pelindung pun selain dari Allah)
yang dapat mencegah azab-Nya atas kalian (dan tidak pula seorang penolong) yang dapat menolong kalian dari azab-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 22 |
Penjelasan ada di ayat 19
Surat Al-Ankabut |29:23|
وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَلِقَائِهِ أُولَٰئِكَ يَئِسُوا مِنْ رَحْمَتِي وَأُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
wallażiina kafaruu bi`aayaatillaahi wa liqooo`ihiii ulaaa`ika ya`isuu mir roḥmatii wa ulaaa`ika lahum 'ażaabun aliim
Dan orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan-Nya, mereka berputus asa dari rahmat-Ku, dan mereka itu akan mendapat azab yang pedih.
And the ones who disbelieve in the signs of Allah and the meeting with Him - those have despaired of My mercy, and they will have a painful punishment.
(Orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan Dia) tidak percaya pada Alquran dan adanya hari berbangkit (mereka putus asa dari rahmat-Ku) surga-Ku (dan mereka itu mendapat azab yang pedih) yakni azab yang menyakitkan.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 23 |
Penjelasan ada di ayat 19
Surat Al-Ankabut |29:24|
فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلَّا أَنْ قَالُوا اقْتُلُوهُ أَوْ حَرِّقُوهُ فَأَنْجَاهُ اللَّهُ مِنَ النَّارِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
fa maa kaana jawaaba qoumihiii illaaa ang qooluqtuluuhu au ḥarriquuhu fa anjaahullohu minan-naar, inna fii żaalika la`aayaatil liqoumiy yu`minuun
Maka tidak ada jawaban kaumnya (Ibrahim), selain mengatakan, "Bunuhlah atau bakarlah dia," lalu Allah menyelamatkannya dari api. Sungguh, pada yang demikian itu pasti terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang beriman.
And the answer of Abraham's people was not but that they said, "Kill him or burn him," but Allah saved him from the fire. Indeed in that are signs for a people who believe.
Allah berfirman sehubungan dengan kisah Nabi Ibrahim a.s.: (Maka tiadalah jawaban kaumnya selain mengatakan, "Bunuhlah atau bakarlah dia," lalu Allah menyelamatkannya dari api)
mereka melemparkannya ke dalam api, sedangkan Allah menjadikan api itu dingin dan keselamatan bagi Ibrahim. (Sesungguhnya pada yang demikian itu)
yakni diselamatkannya Nabi Ibrahim dari api (benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah) yaitu tidak berpengaruhnya api terhadap diri Nabi Ibrahim, padahal api itu sangat besar nyalanya,
kemudian dalam waktu yang sangat singkat Allah menjadikan bekas api itu sebuah taman (bagi orang-orang yang beriman)
yakni bagi orang-orang yang percaya kepada keesaan Allah dan kekuasaan-Nya, karena hanya mereka saja yang dapat mengambil manfaat dari kisah ini.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 24 |
Tafsir ayat 24-25
Allah Swt. menceritakan perihal kaum Nabi Ibrahim dalam kekafiran, keingkaran, dan keangkuhan mereka, serta penolakan mereka terhadap perkara hak dengan kebatilan. Bahwa tiadalah sesudah perkataan Nabi Ibrahim yang mengandung petunjuk dan penjelasan itu,
{إِلا أَنْ قَالُوا اقْتُلُوهُ أَوْ حَرِّقُوهُ}
melainkan mengatakan, "Bunuhlah atau bakarlah dia!" (Al-'Ankabut: 24) Demikian itu karena bukti telah mengalahkan mereka dan alasan Nabi Ibrahim benar-benar mematahkan alasan mereka, maka mereka gunakan kekuasaan dan kekuatan kerajaan mereka sebagai jawabannya:
{قَالُوا ابْنُوا لَهُ بُنْيَانًا فَأَلْقُوهُ فِي الْجَحِيمِ. فَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الأسْفَلِينَ}
Mereka berkata, "Dirikanlah suatu bangunan untuk (membakar) Ibrahim, lalu lemparkanlah dia ke dalam api yang menyala-nyala itu.” Mereka hendak melakukan tipu daya kepadanya, maka Kami jadikan mereka orang-orang yang hina.
(As-Saffat: 97-98) Demikian itu karena mereka menghimpun semua kayu bakar dalam waktu yang cukup lama sehingga terkumpul kayu bakar yang sangat banyak, lalu mereka pagari kumpulan kayu bakar tersebut.
Setelah itu dibakar sehingga nyala apinya menjulang tinggi ke langit, belum pernah ada api sebesar itu. Kemudian mereka menangkap Nabi Ibrahim dan mengusungnya, lalu menaruhnya di atas pelontar batu besar.
Nabi Ibrahim dilontarkan masuk ke dalam api yang besar itu, lalu Allah menjadikan api itu dingin dan keselamatan baginya. Nabi Ibrahim akhirnya keluar dari api itu setelah tinggal beberapa hari di dalamnya dalam keadaan selamat.
Hal yang seperti itu dijadikan oleh Allah sebagai suri teladan dan contoh, yang menunjukkan pengorbanan diri demi Tuhan Yang Maha Pemurah dan merelakan dirinya dimakan api. Dia (Ibrahim) dengan sukarela mengorbankan putranya
untuk dikorbankan, dan harta bendanya untuk tamu-tamu yang berkunjung kepadanya. Karena itulah maka semua agama sepakat untuk menyukainya. Firman Allah Swt.:
{فَأَنْجَاهُ اللَّهُ مِنَ النَّارِ}
lalu Allah menyelamatkannya dari api. (Al-'Ankabut: 24) Yakni menyelamatkan Ibrahim dari panasnya api itu dengan menjadikannya berasa dingin dan keselamatan baginya.
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ. وَقَالَ إِنَّمَا اتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا مَوَدَّةَ بَيْنِكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا}
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang beriman. Dan berkata Ibrahim, "Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah
adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini.” (Al-'Ankabut: 24-25) Ibrahim a.s. berkata kepada kaumnya dengan nada mengecam dan mencela mereka karena perbuatan mereka yang buruk,
yaitu menyembah berhala-berhala. Bahwa sesungguhnya kalian melakukan penyembahan terhadap berhala-berhala itu hanyalah untuk mengikat sebagian dari kalian dengan sebagian yang lain dalam ikatan persahabatan
dan kasih sayang di dunia ini. Pengertian ini berdasarkan pendapat ulama yang membaca nasab lafaz mawaddah, bahwa lafaz mawaddatan berkedudukan sebagai maf'ul lah. Sedangkan menurut bacaan rafa', maka maknanya adalah
seperti berikut; Bahwa sesungguhnya kalian melakukan penyembahan terhadap berhala-berhala itu hanyalah untuk memperoleh kasih sayang di antara sesama kalian di dunia ini.
{ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ}
kemudian di hari kiamat. (Al-'Ankabut: 25) Keadaan tersebut berbalik, persahabatan dan kasih sayang menjadi permusuhan dan kebencian. Kemudian:
{يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ}
sebagian kamu mengingkari sebagian (yang lain). (Al-'Ankabut; 25) Yakni saling mengingkari apa yang pernah dilakukan di antara kalian.
{وَيَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا}
dan sebagian kamu melaknati sebagian (yang lain). (Al-'Ankabut: 25) Yaitu para pengikut melaknati para pemimpinnya. Begitu pula sebaliknya, orang-orang yang diikuti melaknati para pengikutnya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{كُلَّمَا دَخَلَتْ أُمَّةٌ لَعَنَتْ أُخْتَهَا}
Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka) mengutuk kawannya (yang menyesatkannya). (Al-A'raf: 38) Dan firman Allah Swt.:
{الأخِلاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلا الْمُتَّقِينَ}
Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. (Az-Zukhruf: 67) Dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ وَيَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ}
kemudian di hari kiamat sebagian kamu mengingkari sebagian (yang lain) dan sebagian kamu melaknati sebagian (yang lain); dan tempat kembalimu ialah neraka. (Al-'Ankabut: 25), hingga akhir ayat. Artinya, tempat kembali
dan berpulangnya kalian sesudah menjalani peristiwa hari kiamat ialah ke neraka, dan kalian tidak mempunyai seorang penolong pun yang menolong kalian, dan tiada seorang pun yang dapat menyelamatkan kalian dari azab Allah.
Demikianlah nasib yang akan dialami oleh orang-orang kafir. Adapun keadaan orang-orang mukmin berbeda dan kebalikan dari apa yang dialami oleh orang-orang kafir.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ الأحْمَسي حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ الثَّقَفِيُّ [حَدَّثَنَا] الرَّبِيعُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عَمْرِو بْنِ سَعِيدِ بْنِ جَعْدَةَ بْنِ هُبَيْرة الْمَخْزُومِيُّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ عَنْ أُمِّ هَانِئٍ -أُخْتِ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ -قَالَتْ: قَالَ لِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أخبرِك أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَجْمَعُ الْأَوَّلِينَ وَالْآخَرِينَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ، فَمَنْ يَدْرِي أَيْنَ الطَّرَفَانِ "، فَقَالَتِ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. "ثُمَّ يُنَادِي مُنَادٍ مِنْ تَحْتِ الْعَرْشِ: يَا أَهْلَ التَّوْحِيدِ، فَيَشْرَئِبُّونَ" قال أبو عاصم: يرفعون رؤوسهم. "ثُمَّ يُنَادِي: يَا أَهْلَ التَّوْحِيدِ، ثُمَّ يُنَادِي الثَّالِثَةَ: يَا أَهْلَ التَّوْحِيدِ، إِنَّ اللَّهَ قَدْ عَفَا عَنْكُمْ" قَالَ: "فَيَقُولُ النَّاسُ قَدْ تَعَلَّقَ بَعْضُهُمْ بِبَعْضٍ فِي ظُلامات الدُّنْيَا -يَعْنِي: الْمَظَالِمَ -ثُمَّ يُنَادِي: يَا أَهْلَ التَّوْحِيدِ، لِيَعْفُ بَعْضُكُمْ عَنْ بَعْضٍ، وَعَلَى اللَّهِ الثَّوَابُ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail Al-Ahmasi, telah menceritakan kepada kami Abu Asim As-Saqafi, telah menceritakan kepada kami Ar-Rabi' ibnu Ismail ibnu Amr ibnu Said
ibnu Ja'dah ibnu Hubairah Al-Makhzumi, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Ummu Hani' (saudara perempuan sahabat Ali ibnu Abu Talib) yang telah menceritakan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda kepadanya:
Aku akan menceritakan kepadamu bahwa Allah Swt. kelak di hari kiamat akan mengumpulkan semua manusia dari yang pertama hingga yang terakhir di suatu tanah lapang yang luas. Maka siapakah yang mengetahui di mana
kedua golongan itu berada? Ummu Hani' menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Kemudian berserulah penyeru dari bawah 'Arasy, "Hai ahli tauhid, " maka mereka bermunculan —menurut Abu Asim mereka mengangkat kepalanya
masing-masing—. Kemudian berseru lagi, "Hai ahli tauhid!" Kemudian berseru lagi, "Hai ahli tauhid, sesungguhnya Allah telah memaafkan kalian.” Maka manusia semua bangkit, sedangkan sebagian dari mereka memegang sebagian yang lain
karena masalah kezaliman semasa di dunianya. Kemudian berseru lagi, "Hai ahli tauhid, hendaklah sebagian dari kalian memaaf sebagian yang lain, dan Allah-lah yang akan menanggung pahalanya.
Surat Al-Ankabut |29:25|
وَقَالَ إِنَّمَا اتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا مَوَدَّةَ بَيْنِكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ وَيَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ
wa qoola innamattakhożtum min duunillaahi auṡaanam mawaddata bainikum fil-ḥayaatid-dun-yaa, ṡumma yaumal-qiyaamati yakfuru ba'dhukum biba'dhiw wa yal'anu ba'dhukum ba'dhow wa ma`waakumun-naaru wa maa lakum min naashiriin
Dan dia (Ibrahim) berkata, "Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah, hanya untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan di dunia, kemudian pada hari Kiamat sebagian kamu akan saling mengingkari dan saling mengutuk, dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sama sekali tidak ada penolong bagimu."
And [Abraham] said, "You have only taken, other than Allah, idols as [a bond of] affection among you in worldly life. Then on the Day of Resurrection you will deny one another and curse one another, and your refuge will be the Fire, and you will not have any helpers."
(Dan berkatalah dia) Nabi Ibrahim ("Sesungguhnya berhala-berhala yang kalian sembah selain Allah) huruf ma adalah mashdariyyah (adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kalian)
lafal ayat ini adalah khabar dari inna. Tetapi menurut qiraat yang lain dibaca nashab sehingga menjadi mawaddatan sebagai maf`ul lah, sedangkan huruf maa tadi dianggap sebagai maa kaffah,
yakni yang mencegah beramalnya inna. Maksudnya, kalian menjadikan penyembahan kepada berhala-berhala itu sebagai sarana untuk memelihara kasih sayang di antara kalian
(dalam kehidupan dunia ini, kemudian di hari kiamat sebagian kalian mengingkari sebagian yang lain) yakni para pemimpin penyembah berhala itu cuci tangan dari apa yang dilakukan oleh para pengikutnya
(dan sebagian kalian mengutuk sebagian yang lain) yakni para pengikut mengutuk para pemimpin mereka (dan tempat kembali kalian) semuanya
(ialah neraka, dan sekali-kali tak ada bagi kalian para penolong pun.") yang dapat mencegah kalian dari masuk neraka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 25 |
Penjelasan ada di ayat 24
Surat Al-Ankabut |29:26|
فَآمَنَ لَهُ لُوطٌ ۘ وَقَالَ إِنِّي مُهَاجِرٌ إِلَىٰ رَبِّي ۖ إِنَّهُ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
fa aamana lahuu luuth, wa qoola innii muhaajirun ilaa robbii, innahuu huwal-'aziizul-ḥakiim
Maka Lut membenarkan (kenabian Ibrahim). Dan dia (Ibrahim) berkata, "Sesungguhnya aku harus berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku, sungguh, Dialah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana."
And Lot believed him. [Abraham] said, "Indeed, I will emigrate to [the service of] my Lord. Indeed, He is the Exalted in Might, the Wise."
(Maka berimanlah kepadanya) percayalah kepada Nabi Ibrahim (Luth) ia adalah anak saudara lelaki Nabi Ibrahim bernama Haran. (Dan berkatalah dia) Nabi Ibrahim:
("Sesungguhnya aku akan berpindah") dari kaumku (kepada Rabbku) yaitu akan berpindah ke tempat yang diperintahkan oleh Rabbku, kemudian Nabi Ibrahim meninggalkan kaumnya
dari pedalaman negeri Irak menuju ke negeri Syam. (Sesungguhnya Dialah Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Bijaksana) dalam perbuatan-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 26 |
Tafsir ayat 26-27
Allah Swt. menceritakan tentang Ibrahim, bahwa Lut beriman kepadanya. Menurut suatu pendapat, Lut adalah anak saudara lelaki Nabi Ibrahim. Mereka mengatakan bahwa Lut ibnu Haran ibnu Azar, yakni tiada seorang pun
dari kalangan kaumnya yang beriman kepadanya selain Lut dan Sarah (istri Nabi Ibrahim sendiri). Akan tetapi, timbul suatu pertanyaan tentang bagaimanakah menggabungkan pengertian ayat ini dengan hadis yang disebutkan
di dalam kitab sahih yang menceritakan, bahwa ketika Ibrahim a.s. bersua dengan raja yang angkara murka (sewenang-wenang) itu dan si raja menanyakan tentang Sarah kepada Ibrahim,"Apa hubungan kamu dengan wanita ini?"
Nabi Ibrahim menjawab, "Dia adalah saudara perempuanku." Kemudian Ibrahim menemui istrinya dan mengatakan kepadanya, "Sesungguhnya aku telah mengatakan kepada si raja lalim itu bahwa engkau adalah saudara perempuanku,
janganlah kamu mendustakan diriku (di hadapannya nanti) karena sesungguhnya di muka bumi ini tiada seorang pun yang beriman selain dari aku dan kamu, karenanya engkau adalah saudara perempuan seagamaku."
Seakan-akan makna yang dimaksud —hanya Allah Yang lebih mengetahui— bahwa tiada sepasang suami istri di muka bumi pada masa itu yang beragama Islam selain Nabi Ibrahim dan istrinya, karena sesungguhnya Lut a.s.
telah beriman kepadanya, dia berasal dari kaumnya. Lut ikut berhijrah bersama Nabi Ibrahim ke negeri Syam, kemudian ia diangkat menjadi rasul untuk penduduk Sodom dan daerah-daerah sekitarnya; hal itu terjadi di masa Nabi Ibrahim a.s.
Kemudian perihal mereka telah disebutkan dalam pembahasan yang telah lalu, dan akan disebutkan lagi pada pembahasan berikutnya. Firman Allah Swt.:
{وَقَالَ إِنِّي مُهَاجِرٌ إِلَى رَبِّي}
Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku). (Al-'Ankabut: 26) Damir yang terdapat di dalam firman-Nya, "Qala, " dapat ditakwilkan merujuk kepada Lut, karena lafaz Lut merupakan lafaz
yang terdekat dengannya. Dapat pula ditakwilkan merujuk kepada Ibrahim, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Abbas dan Ad-Dahhak. Pengertian kedua ini berdasarkan apa yang tersimpan di dalam firman-Nya:
Maka Lut membenarkan (kenabian)nya. (Al-'Ankabut: 26) Yakni dari kalangan kaumnya. Kemudian Allah Swt. menceritakan bahwa Ibrahim memilih untuk pindah dari kalangan kaumnya demi membela agamanya dan meneguhkannya.
Karena itulah disebutkan oleh firman selanjutnya:
{إِنَّهُ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ}
sesungguhnya Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Al-'Ankabut: 26) Yaitu kemuliaan hanyalah milik Allah, rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman kepada-Nya. Allah Mahabijaksana dalam semua perkataan, perbuatan,
dan semua ketetapan-Nya. Qatadah mengatakan bahwa Ibrahim dan Lut berpindah dari Kausa (daerah pedalaman Kufah) menuju ke negeri Syam. Qatadah mengatakan pula bahwa pernah diceritakan kepada kami bahwa Nabi Saw.
telah bersabda:
"إِنَّهَا سَتَكُونُ هِجْرَةٌ بَعْدَ هِجْرَةٍ، يَنْحَازُ أَهْلُ الْأَرْضِ إِلَى مُهَاجَر إِبْرَاهِيمَ، وَيَبْقَى فِي الْأَرْضِ شرار أهلها، حتى تلفظهم أرضهم وتقذرُهم رُوحُ اللَّهِ، وَتَحْشُرهُمُ النَّارُ مَعَ الْقِرَدَةِ وَالْخَنَازِيرِ، تَبِيتُ مَعَهُمْ إِذَا بَاتُوا، وتَقِيل مَعَهُمْ إِذَا قَالُوا، وَتَأْكُلُ مَا سَقَطَ مِنْهُمْ"
Sesungguhnya kelak akan ada hijrah sesudah hijrah; penduduk bumi (yang beriman) beralih ke tempat-tempat bekas Nabi Ibrahim, sedangkan yang ada di tempat lain dari bumi hanyalah orang-orang yang jahat saja,
sehingga bumi tempat mereka memuntahkan mereka dan Allah Swt. merasa jijik terhadap mereka, serta api menggiring mereka bersama-sama kera dan babi. Api itu ikut menginap bersama mereka di tempat mereka menginap
jika mereka menginap, dan ikut istirahat di siang hari jika mereka istirahat di siang hari, dan api itu membakar apa saja yang terjatuh dari mereka. Imam Ahmad telah meriwayatkan hadis ini berikut sanadnya secara panjang lebar,
melalui hadis Abdullah ibnu Amr ibnul As. Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah, dari Syahr ibnu Hausyab yang mengatakan bahwa ketika tiba
masa pembaiatan Yazid ibnu Mu'awiyah, ia datang ke negeri Syam, dan ia mendapat berita tentang majelis tempat Nauf Al-Bakkali biasa mengajar. Maka ia mendatangi tempat itu. Tiba-tiba datanglah seorang lelaki,
dan orang-orang menguakkan jalan untuknya, lelaki itu memakai baju khamisah. Ternyata dia adalah Abdullah ibnu Amr ibnul As. Ketika Nauf Al-Bakkali melihatnya, maka ia menghentikan pembicaraannya, dan Abdullah ibnu Amr berkata
bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
"إِنَّهَا سَتَكُونُ هِجْرَةٌ بَعْدَ هِجْرَةٍ، فَيَنْحَازُ النَّاسُ إِلَى مُهَاجرَ إِبْرَاهِيمَ، لَا يَبْقَى فِي الْأَرْضِ إِلَّا شَرَارُ أَهْلِهَا، فَتَلْفِظُهُمْ أَرَضُوهُمْ، تقْذَرهم نفسُ الرَّحْمَنِ، تَحْشُرُهُمُ النَّارُ مَعَ الْقِرَدَةِ وَالْخَنَازِيرِ فَتَبِيتُ مَعَهُمْ إِذَا بَاتُوا، وتَقِيل مَعَهُمْ إِذَا قَالُوا، وَتَأْكُلُ مِنْهُمْ مَنْ تَخَلَّف"
Sesungguhnya kelak akan ada hijrah sesudah hijrah, maka orang-orang (mukmin) beralih ke tempat hijrahnya Nabi Ibrahim; tiada yang tertinggal di bumi selain dari para penduduknya yang jahat-jahat,
maka bumi memuntahkan mereka dan Tuhan Yang Maha Pemurah merasa jijik terhadap mereka. Mereka digiring oleh api bersama-sama kera dan babi; api itu ikut menginap bersama mereka bila mereka menginap,
dan ikut beristirahat di siang hari bersama mereka bila mereka istirahat di siang hari; api itu melahap siapa pim yang tertinggal dari kalangan mereka. Abdullah ibnu Amr ibnul As mengatakan pula bahwa ia pernah mendengar
Rasulullah Saw. bersabda:
"سَيَخْرُجُ أُنَاسٌ مِنْ أُمَّتِي من قبل المشرق، يقرؤون الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيهم، كُلَّمَا خَرَجَ مِنْهُمْ قَرْنٌ قُطع، كُلَّمَا خَرَجَ مِنْهُمْ قَرْنٌ قُطِعَ" حَتَّى عَدّها زِيَادَةً عَلَى عِشْرِينَ مَرَّةً "كُلَّمَا خَرَجَ مِنْهُمْ قَرْنٌ قُطِعَ، حَتَّى يَخْرُجَ الدَّجَّالُ فِي بَقِيَّتِهِمْ"
Kelak akan muncul segolongan orang dari kalangan umatku dari arah terbitnya matahari (timur) yang pandai membaca Al-Qur’an, tetapi Al-Qur’an tidak meresap ke dalam dada mereka. Setiap kali muncul suatu generasi
dari mereka pasti dimusnahkan, setiap kali muncul suatu generasi dari kalangan mereka pasti dibinasakan -kalimat ini dihitung oleh Abdullah ibnu Amr lebih dari dua puluh kali- setiap kali muncul suatu generasi dari kalangan mereka
pasti dibinasakan, sehingga muncullah Dajjal dari kalangan sisa-sisa mereka. Imam Ahmad telah meriwayatkannya dari Abu Daud dan Abdus Samad yang keduanya dari Hisyam Ad-Dustuwa'i, dari Qatadah dengan sanad yang sama.
Abu Daud telah meriwayatkannya pula di dalam kitab sunannya. Di dalam Kitabul Jihad (pembahasan tentang Jihad), Bab "Berita tentang Terhuninya Negeri Syam," bahwa telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Umar,
telah menceritakan kepada kami Mu'az ibnu Hisyam, dari Qatadah, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
"سَتَكُونُ هِجْرَةٌ بَعْدَ هِجْرَةٍ، فَخِيَارُ أَهْلِ الْأَرْضِ أَلْزَمُهُمْ مُهاجَر إِبْرَاهِيمَ، وَيَبْقَى فِي الْأَرْضِ شِرَارُ أَهْلِهَا تَلْفِظُهُمْ أَرْضُهُمْ وتَقْذرهم نَفْسُ الرَّحْمَنِ، وَتَحْشُرُهُمُ النَّارُ مَعَ الْقِرَدَةِ وَالْخَنَازِيرِ"
Kelak akan terjadi perpindahan sesudah hijrah, penduduk bumi (yang beriman) beralih ke tempat-tempat bekas hijrahnya Nabi Ibrahim, dan yang tertinggal di belahan bumi lainnya hanyalah para penduduknya yang jahat-jahat,
mereka dimuntahkan oleh bumi dan Tuhan Yang Maha Pemurah jijik terhadap mereka, mereka digiring oleh api bersama-sama kera dan babi.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا يَزِيدُ، أَخْبَرَنَا أَبُو جَنَاب يَحْيَى بْنُ أَبِي حيَّة، عَنْ شَهْرُ بْنُ حَوْشَبٍ قَالَ: سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَر يَقُولُ لَقَدْ رأيتُنا وَمَا صَاحِبُ الدِّينَارِ وَالدِّرْهَمِ بِأَحَقِّ مِنْ أَخِيهِ الْمُسْلِمِ، ثُمَّ لَقَدْ رَأَيْتُنَا بآخِرَة الْآنَ، وَالدِّينَارُ وَالدِّرْهَمُ أَحَبُّ إِلَى أَحَدِنَا مِنْ أَخِيهِ الْمُسْلِمِ، وَلَقَدْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "لَئِنْ أَنْتُمُ اتَّبَعْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ، وَتَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ، وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، لَيُلْزِمَنَّكُمُ اللَّهُ مذلَّة فِي أَعْنَاقِكُمْ، ثُمَّ لَا تُنْزَعُ مِنْكُمْ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى مَا كُنْتُمْ عَلَيْهِ، وَتَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ". وَسَمِعَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "لَتَكُونَنَّ هِجْرَةٌ بَعْدَ هِجْرَةٍ إِلَى مُهاجر أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ حَتَّى لَا يَبْقَى فِي الْأَرَضِينَ إِلَّا شِرَارُ أَهْلِهَا وَتَلْفِظُهُمْ أَرَضُوهُمْ، وتقذرهم روح الرحمن، وتحشرهم النار مع القردة وَالْخَنَازِيرِ، تَقِيلُ حَيْثُ يَقِيلُونَ ، وَتَبِيتُ حَيْثُ يَبِيتُونَ، وَمَا سَقَطَ مِنْهُمْ فَلَهَا". وَلَقَدْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "يَخْرُجُ من أمتي قوم يسيئون الأعمال، يقرؤون الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ -قَالَ يَزِيدُ: لَا أَعْلَمُهُ إِلَّا قَالَ -يَحْقِرُ أَحَدُكُمْ عِلْمَهُ مَعَ عِلْمِهِمْ، يَقْتُلُونَ أَهْلَ الْإِسْلَامِ، فَإِذَا خَرَجُوا فَاقْتُلُوهُمْ، ثُمَّ إِذَا خَرَجُوا فَاقْتُلُوهُمْ، ثُمَّ إِذَا خَرَجُوا فَاقْتُلُوهُمْ، فَطُوبَى لِمَنْ قَتَلَهُمْ، وَطُوبَى لِمَنْ قَتَلُوهُ. كُلَّمَا طَلَعَ مِنْهُمْ قَرْنٌ قَطعَه اللَّهُ". فَرَدَّدَ ذَلِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِشْرِينَ مَرَّةً، أَوْ أَكْثَرَ، وَأَنَا أَسْمَعُ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Abu Janab Yahya ibnu Abu Hayyah, dari Syahr ibnu Hausyab yang mengatakan, ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr mengatakan
bahwa dahulu di masanya tiada seorang pun yang memiliki dinar dan dirham (harta) lebih berhak daripada saudara muslimnya (hidup mereka penuh dengan kebersamaan). Kemudian sesudah itu (yakni di masa Syahr ibnu Hausyab)
keadaannya berbeda, dinar dan dirham lebih disukai oleh seseorang daripada saudara semuslimnya (yakni hidup mereka individualistis). Dan ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya jika kalian mengikuti ekor sapi
dan melakukan transaksi secara 'ainah, serta meninggalkan jihad di jalan Allah, maka benar-benar Allah akan menimpakan ke hinaan ke atas pundak kalian yang tidak dapat dilenyapkan dari kalian sebelum kalian kembali ke jalan semula
dan bertobat kepada Allah Swt. Dan ia mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya kelak akan ada hijrah sesudah hijrah, yaitu ke tempat-tempat hijrahnya bapak moyang kalian Nabi Ibrahim,
sehingga tiada yang tertinggal di belahan bumi lainnya selain dari para penghuninya yang jahat-jahat. Bumi memuntahkan mereka dan Tuhan Yang Maha Pemurah jijik terhadap mereka. Mereka digiring oleh api bersama-sama kera dan babi.
Api itu ikut istirahat siang hari di tempat mereka istirahat siang hari, dan ikut menginap bersama mereka di tempat mereka menginap; apa saja dari mereka yang terjatuh dilahap oleh api itu. Sesungguhnya ia pernah pula ia mendengar
Rasulullah Saw. bersabda: Kelak akan muncul suatu kaum dari kalangan umatku yang amal perbuatan mereka buruk; mereka pandai membaca Al-Qur'an, tetapi Al-Qur’an tidak melampaui tenggorokan mereka
(yakni tidak meresap ke dalam dada mereka). Yazid (salah seorang perawi hadis ini) mengatakan bahwa sepanjang pengetahuannya Abu Janab mengatakan hal berikut: Seseorang dari kalian merasa amat kecil ilmunya dibandingkan
dengan ilmu mereka, tetapi mereka gemar memerangi ahli Islam. Maka apabila mereka muncul, perangilah mereka. Kemudian bila mereka muncul lagi, perangilah mereka. Kemudian bila mereka muncul juga, perangilah mereka.
Maka amatlah beruntung bagi orang yang berhasil membunuh mereka, beruntunglah orang yang dapat membunuh mereka. Setiap kali muncul suatu generasi dari mereka, Allah membinasakannya.
Rasulullah Saw. mengulang-ulang sabdanya yang terakhir ini sebanyak dua puluh kali atau lebih, sedangkan ia mendengarnya.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَيْهَقِيُّ: أَخْبَرَنَا أَبُو الحُسَيْن بْنُ الْفَضْلٍ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ سُفْيَانَ، حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ إِسْحَاقُ بْنُ يَزِيدَ وَهِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ الدِّمَشْقِيَّانِ قَالَا حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَمْزَةَ، حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ، عَنْ نَافِعٍ -وَقَالَ أَبُو النَّضْرِ، عَمَّنْ حدَّثه، عَنْ نَافِعٍ -عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: "سَيُهَاجِرُ أَهْلُ الْأَرْضِ هِجْرَةً بَعْدَ هِجْرَةٍ، إِلَى مهاجَر إِبْرَاهِيمَ، حَتَّى لَا يَبْقَى إِلَّا شَرَارُ أَهْلِهَا، تَلْفِظُهُمُ الْأَرَضُونَ (8) وَتَقْذَرُهُمْ رُوحُ الرَّحْمَنِ، وتحشرهم النار مع القردة والخنازير، تبيت معهم حَيْثُ بَاتُوا، وَتَقِيلُ مَعَهُمْ حَيْثُ قَالُوا، لَهَا مَا سَقَطَ مِنْهُمْ".
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Hasan ibnul Fadl, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Sufyan, telah menceritakan kepada kami
Abun Nadr Ishaq ibnu Ibrahim ibnu Yazid dan Hisyam ibnu Ammar yang kedua-duanya dari Dimasyq, bahwa telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Hamzah, telah menceritakan kepada kami Al-Auza'i, dari Nafi'. Dan Abun Nadr
telah meriwayatkan dari orang yang pernah mendengar hadis berikut dari Abdullah ibnu Umar, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Kelak penduduk bumi (yang beriman) akan berpindah ke tempat-tempat hijrahnya Nabi Ibrahim
sehingga tiada yang tertinggal di belahan bumi yang lain kecuali hanya para penduduknya yang jahat-jahat. Bumi memuntahkan mereka dan Tuhan Yang Maha Pemurah jijik terhadap mereka. Mereka digiring oleh api
bersama-sama kera dan babi. Api itu ikut menginap bersama mereka di tempat mereka menginap, dan ikut istirahat di siang hari di tempat mereka istirahat siang hari, api itu membakar apa saja yang terjatuh dari mereka.
Hadis Nafi' ini berpredikat garib; jelasnya Al-Auza'i telah meriwayatkannya dari salah seorang gurunya yang berpredikat lemah. Hanya Allah Yang lebih mengetahui. Tetapi riwayatnya yang melalui hadis Abdullah ibnu Amr ibnul As lebih mudah
untuk dihafalkan. Firman Allah SWT:
{وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ}
Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim Ishak dan Ya’qub. (Al-Ankabut: 27) Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{فَلَمَّا اعْتَزَلَهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَكُلا جَعَلْنَا نَبِيًّا}
Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak dan Ya'qub. Dan masing-masingnya Kami angkat menjadi nabi. (Maryam: 49)
Yakni setelah Nabi Ibrahim meninggalkan kaumnya, maka Allah menyenangkan hatinya dengan memberinya seorang anak yang saleh lagi menjadi seorang nabi, dan seorang cucu yang saleh dan juga seorang nabi semasa ia (Ibrahim)
masih hidup. Hal yang sama disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ نَافِلَةً}
Dan Kami telah memberikan kepadanya (Ibrahim) Ishaq dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah (dari Kami). (Al-Anbiya: 72) Yaitu sebagai karunia tambahan buat Ibrahim, sebagaimana pula yang disebutkan oleh firman-Nya:
{فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَاقَ وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوبَ}
Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari Ishaq (akan lahir putranya) Ya’qub. (Hud: 71) Yakni akan dilahirkan seorang cucu sesudahnya, untuk menggembirakan hati keduanya (Ibrahim dan Ishaq)
semasa keduanya masih hidup. Keberadaan Nabi Ya'qub sebagai anak Nabi Ishaq dinaskan oleh Al-Qur'an dan dikuatkan oleh sunnah nabawi. Allah Swt. telah berfirman:
{أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ}
Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) kematian, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, "Apakah yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu,
Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa.” (Al-Baqarah: 133), hingga akhir ayat. Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui salah satu hadisnya yang mengatakan:
"إِنَّ الْكَرِيمَ ابنَ الْكَرِيمِ ابنِ الْكَرِيمِ ابْنِ الْكَرِيمِ يوسفُ بنَ يعقوبَ بْنِ إسحاقَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ"
Sesungguhnya orang yang mulia bin orang yang mulia bin orang yang mulia bin orang yang mulia adalah Yusuf ibnu Ya'qub ibnu Ishaq ibnu Ibrahim 'alaihis salam. Adapun mengenai apa yang diriwayatkan oleh Al-Aufi,
dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim Ishaq dan Ya’qub. (Al-'Ankabut: 27) bahwa keduanya adalah putra Nabi Ibrahim. Padahal makna yang sebenarnya menyatakan bahwa
cucu itu sama kedudukannya dengan anak; sesungguhnya pengertian ini hampir samar bagi orang yang tingkatannya di bawah Ibnu Abbas. Firman Allah Swt.:
{وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِ النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ}
dan Kami jadikan kenabian dan Al-Kitab pada keturunannya. (Al-'Ankabut: 27) Ini merupakan karunia yang paling besar, karena selain Allah menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Nya, dan menjadikannya sebagai panutan bagi umat manusia,
juga memberikan kepada keturunannya kenabian dan Al-Kitab. Maka tiada seorang nabi pun sesudah Nabi Ibrahim melainkan berasal dari keturunannya. Semua nabi kaum Bani Israil berasal dari keturunan Ya'qub ibnu Ishaq ibnu Ibrahim,
sehingga nabi yang terakhir dari kalangan mereka adalah Isa ibnu Maryam. Kemudian bangkitlah dari kalangan para nabi semuanya seorang nabi dari Arab keturunan kabilah Quraisy dari keluarga Bani Hasyim. Dia datang sebagai pembawa
berita gembira dan penutup para rasul secara mutlak, juga penghulu seluruh anak Adam, baik di dunia maupun di akhirat. Allah telah memilihnya dari kalangan intinya orang-orang Arab 'Uraba, berasal dari keturunan
Nabi Ismail ibnu Ibrahim a.s. Tiada seorang pun yang menjadi nabi dari kalangan keturunan Nabi Ismail selain beliau, Nabi Muhammad Saw. Firman Allah Swt.:
{وَآتَيْنَاهُ أَجْرَهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ}
dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. (Al-'Ankabut: 27) Yakni Allah menghimpunkan baginya dua hal antara kebahagiaan di dunia
dan kebahagiaan di akhirat secara berkesinambungan. Dia di dunia beroleh rezeki yang luas, kesejahteraan dan rumah yang luas, sumber air yang deras, istri yang cantik lagi saleh, pujian yang baik dan buah bibir yang baik,
semua orang menyukai dan menyenanginya, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, dan lain-lainnya. Selain dari itu Nabi Ibrahim adalah orang yang selalu mengerjakan ketaatan kepada Allah dari berbagai seginya,
sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّى}
dan (lembaran-lembaran) Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji. (An-Najm: 37) Yaitu dia mengerjakan semua yang diperintahkan Allah kepadanya dan melakukan ketaatan kepada Allah dengan sempurna. Karena itulah disebutkan
oleh firman-Nya: dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia; dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. (Al-'Ankabut: 27) Sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:
{إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ. شَاكِرًا لأنْعُمِهِ اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ. وَآتَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ}
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. dan sekali-kali bukanlah Dia Termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah.
Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. dan Sesungguhnya Dia di akhirat benar-benar Termasuk orang-orang yang saleh. (An-Nahl 120-122)
Surat Al-Ankabut |29:27|
وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِ النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ وَآتَيْنَاهُ أَجْرَهُ فِي الدُّنْيَا ۖ وَإِنَّهُ فِي الْآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ
wa wahabnaa lahuuu is-ḥaaqo wa ya'quuba wa ja'alnaa fii żurriyyatihin-nubuwwata wal-kitaaba wa aatainaahu ajrohuu fid-dun-yaa, wa innahuu fil-aakhiroti laminash-shooliḥiin
Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim, Ishak dan Yaqub, dan Kami jadikan kenabian dan Kitab kepada keturunannya, dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia, dan sesungguhnya dia di akhirat, termasuk orang yang saleh.
And We gave to Him Isaac and Jacob and placed in his descendants prophethood and scripture. And We gave him his reward in this world, and indeed, he is in the Hereafter among the righteous.
(Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim) setelah berputra Ismail (Ishak dan Yakub) Yakub lahir sesudah Ishak (dan Kami jadikan pada keturunannya kenabian)
semua nabi sesudah Nabi Ibrahim terdiri dari keturunannya (dan Alkitab) sekalipun lafal Alkitab bentuknya mufrad atau tunggal, tetapi makna yang dimaksud adalah jamak yaitu kitab Taurat, Injil, Zabur dan Alquran
(dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia) yaitu dia menjadi buah tutur yang baik di kalangan para pemeluk setiap agama
(dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh) yakni orang-orang yang mempunyai kedudukan yang tinggi di akhirat.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 27 |
Penjelasan ada di ayat 26
Surat Al-Ankabut |29:28|
وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنَ الْعَالَمِينَ
wa luuthon iż qoola liqoumihiii innakum lata`tuunal-faaḥisyata maa sabaqokum bihaa min aḥadim minal-'aalamiin
Dan (ingatlah) ketika Lut berkata kepada kaumnya, "Kamu benar-benar melakukan perbuatan yang sangat keji (homoseksual) yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun dari umat-umat sebelum kamu.
And [mention] Lot, when he said to his people, "Indeed, you commit such immorality as no one has preceded you with from among the worlds.
(Dan) ingatlah (ketika Luth berkata kepada kaumnya, "Sesungguhnya kalian) inna dapat dibaca tahqiq dan tashil (benar-benar mengerjakan perbuatan yang amat keji)
yakni mendatangi dubur laki-laki/homosex (yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun dari umat-umat sebelum kalian.") baik oleh manusia maupun jin.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ankabut | 29 : 28 |
Tafsir ayat 28-30
Allah Swt. menceritakan tentang Nabi Lut a.s., bahwa Lut mengingkari perbuatan kaumnya yang jahat; mereka biasa mengerjakan perbuatan-perbuatan yang buruk, antara lain mendatangi lelaki (homo seks),
perbuatan tersebut belum pernah ada seorang pun dari anak Adam yang melakukannya sebelum mereka. Selain dari itu mereka kafir kepada Allah, mendustakan dan menentang rasul-Nya, juga gemar menyamun.
Yakni mereka menghadang orang-orang yang melewati jalan kampung mereka, lalu membunuhnya dan merampas hartanya.
{وَتَأْتُونَ فِي نَادِيكُمُ الْمُنْكَرَ}
dan kalian mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuan kalian. (Al-'Ankabut: 29) Yaitu mengerjakan perbuatan-perbuatan yang mengeluarkan kata-kata yang tidak layak di tempat-tempat pertemuan mereka,
sedangkan sebagian dari mereka tiada yang mengingkari sebagian yang lain terhadap perbuatan yang mungkar itu. Menurut Mujahid, perbuatan tersebut ialah sebagian dari mereka menyetubuhi sebagian yang lain di depan mata
sekumpulan dari mereka. Menurut Aisyah r.a. dan Al-Qasim, perbuatan mungkar tersebut ialah mereka berkumpul di tempat pertemuan mereka sambil saling kentut dan tertawa-tawa.
Pendapat yang lainnya menyebutkan bahwa mereka mengadu domba dan sabung ayam, semua perbuatan itu merekalah yang mula-mula melakukannya, bahkan perbuatan mereka jauh lebih jahat daripada hanya sekadar itu.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ أُسَامَةَ، أَخْبَرَنِي حَاتِمُ بْنُ أَبِي صَغِيرَةَ، حَدَّثَنَا سِمَاك بْنُ حَرْبٍ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ -مَوْلَى أُمِّ هَانِئٍ -عَنْ أُمِّ هَانِئٍ قَالَتْ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَنْ قَوْلِهِ عَزَّ وَجَلَّ: {وَتَأْتُونَ فِي نَادِيكُمُ الْمُنْكَرَ} ، قَالَ: "يَحْذِفُونَ أَهْلَ الطَّرِيقِ، وَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ، وَذَلِكَ الْمُنْكَرُ الَّذِي كَانُوا يَأْتُونَهُ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Usamah, telah menceritakan kepadaku Hatim ibnu AbuSagir, telah menceritakan kepada kami Sammak ibnu Harb, dari Abu Saleh maula Ummu Hani',
dari Ummu Hani' yang mengatakan bahwa dia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang makna firman-Nya: dan kalian mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuan kalian. (Al-'Ankabut: 29) Maka Nabi Saw.
bersabda: Mereka (kaum Lut) biasa melempari dengan batu kerikil orang-orang yang melewati jalan mereka dan mengejeknya, itulah perbuatan mungkar yang biasa mereka kerjakan. Imam Turmuzi, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abu Hatim
telah meriwayatkannya melalui hadis Abu Usamah Hammad ibnu Usamah, dari Abu Yunus Al-Qusyairi, dari Hatim ibnu Abu Sagir dengan sanad yang sama. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan,
kami tidak mengenalnya selain melalui hadis Hatim ibnu Abu Sagir dari Sammak. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Arafah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Kasir, dari Amr ibnu Qais,
dari Al-Hakam, dari Mujahid, sehubungan dengan makna firman-Nya: dan kalian mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuan kalian. (Al-'Ankabut: 29) Yakni permainan anak kecil, bermain burung merpati, kelereng,
dan meminta-minta di majelis serta melepaskan kancing-kancing kemah (yakni mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak pantas bagi mereka). Firman Allah Swt.:
{فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلا أَنْ قَالُوا ائْتِنَا بِعَذَابِ اللَّهِ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ}
Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan.”Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” (Al-'Ankabut: 29) Ini menggambarkan tentang kekafiran mereka dan sikap olok-olok mereka
kepada nabinya, juga keingkaran mereka terhadap nabinya. Karena itulah maka Nabi Lut (nabi mereka) meminta tolong kepada Allah melalui doanya:
{رَبِّ انْصُرْنِي عَلَى الْقَوْمِ الْمُفْسِدِينَ}
Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu. (Al-'Ankabut: 30)