Juz 23
Surat As-Saffat |37:89|
فَقَالَ إِنِّي سَقِيمٌ
fa qoola innii saqiim
kemudian dia (Ibrahim) berkata, "Sesungguhnya aku sakit."
And said, "Indeed, I am [about to be] ill."
(Kemudian ia berkata, "Sesungguhnya aku sakit") maksudnya, aku akan mengalami sakit.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 89 |
penjelasan ada di ayat 88
Surat As-Saffat |37:90|
فَتَوَلَّوْا عَنْهُ مُدْبِرِينَ
fa tawallau 'an-hu mudbiriin
Lalu mereka berpaling dari dia dan pergi meninggalkannya.
So they turned away from him, departing.
(Lalu mereka berpaling daripadanya) menuju ke tempat perayaan mereka (dengan membelakangi)
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 90 |
penjelasan ada di ayat 88
Surat As-Saffat |37:91|
فَرَاغَ إِلَىٰ آلِهَتِهِمْ فَقَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ
fa roogho ilaaa aalihatihim fa qoola alaa ta`kuluun
Kemudian dia (Ibrahim) pergi dengan diam-diam kepada berhala-berhala mereka, lalu dia berkata," Mengapa kamu tidak makan?
Then he turned to their gods and said, "Do you not eat?
(Kemudian ia pergi dengan diam-diam) atau Nabi Ibrahim berangkat dengan diam-diam menuju (kepada berhala-berhala mereka) yang pada saat itu di hadapannya terdapat banyak hidangan makanan
(lalu ia berkata) dengan nada yang sinis ditujukan kepada berhala-berhala mereka itu, ("Apakah kalian tidak makan") tetapi berhala-berhala itu diam saja.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 91 |
penjelasan ada di ayat 88
Surat As-Saffat |37:92|
مَا لَكُمْ لَا تَنْطِقُونَ
maa lakum laa tanthiquun
Mengapa kamu tidak menjawab?"
What is [wrong] with you that you do not speak?"
Maka Ibrahim berkata, ("Kenapa kalian tidak menjawab") ternyata berhala-berhala itu tidak juga menjawab.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 92 |
penjelasan ada di ayat 88
Surat As-Saffat |37:93|
فَرَاغَ عَلَيْهِمْ ضَرْبًا بِالْيَمِينِ
fa roogho 'alaihim dhorbam bil-yamiin
Lalu dihadapinya (berhala-berhala) itu sambil memukulnya dengan tangan kanannya.
And he turned upon them a blow with [his] right hand.
(Lalu dihadapinya berhala-berhala itu sambil memukulnya dengan tangan kanannya) artinya, dengan sekuat-kuatnya hingga berhala-berhala itu pecah berantakan. Berita penghancuran
berhala-berhala itu sampai kepada kaumnya melalui orang-orang yang melihat Nabi Ibrahim sedang menghancurkannya.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 93 |
penjelasan ada di ayat 88
Surat As-Saffat |37:94|
فَأَقْبَلُوا إِلَيْهِ يَزِفُّونَ
fa aqbaluuu ilaihi yaziffuun
Kemudian mereka (kaumnya) datang bergegas kepadanya.
Then the people came toward him, hastening.
(Kemudian kaumnya datang kepadanya dengan bergegas) mereka berjalan dengan terburu-buru, lalu mereka berkata kepada Nabi Ibrahim, "Kami menyembahnya sedangkan kamu memecahkannya."
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 94 |
penjelasan ada di ayat 88
Surat As-Saffat |37:95|
قَالَ أَتَعْبُدُونَ مَا تَنْحِتُونَ
qoola a ta'buduuna maa tan-ḥituun
Dia (Ibrahim) berkata, "Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat itu?,
He said, "Do you worship that which you [yourselves] carve,
(Ibrahim berkata) kepada mereka dengan nada sinis, ("Apakah kalian menyembah patung-patung yang kalian pahat itu) dari batu dan dari bahan-bahan lainnya sebagai berhala-berhala yang kalian sembah.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 95 |
penjelasan ada di ayat 88
Surat As-Saffat |37:96|
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ
wallohu kholaqokum wa maa ta'maluun
padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu."
While Allah created you and that which you do?"
(Padahal Allahlah yang telah menciptakan kalian dan apa yang kalian perbuat itu") yakni tentang apa yang kalian pahat dan hasil pahatan kalian itu, karenanya sembahlah Dia dan esakanlah Dia.
Huruf Maa di sini menurut suatu pendapat adalah Maa Mashdariyah, menurut pendapat lainnya adalah Maa Maushulah, dan menurut pendapat lainnya lagi adalah Maa Maushufah.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 96 |
penjelasan ada di ayat 88
Surat As-Saffat |37:97|
قَالُوا ابْنُوا لَهُ بُنْيَانًا فَأَلْقُوهُ فِي الْجَحِيمِ
qoolubnuu lahuu bun-yaanan fa alquuhu fil-jaḥiim
Mereka berkata, "Buatlah bangunan (perapian) untuknya (membakar Ibrahim), lalu lemparkan dia ke dalam api yang menyala-nyala itu."
They said, "Construct for him a furnace and throw him into the burning fire."
(Mereka berkata) di antara sesama mereka ("Dirikanlah suatu bangunan untuknya) lalu kumpulkanlah kayu-kayu bakar di bawahnya, dan nyalakanlah api padanya,
maka apabila ia telah menyala (lemparkanlah dia ke dalam api yang menyala-nyala itu") yakni ke dalam api yang telah membesar nyalanya itu.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 97 |
penjelasan ada di ayat 88
Surat As-Saffat |37:98|
فَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الْأَسْفَلِينَ
fa arooduu bihii kaidan fa ja'alnaahumul-asfaliin
Maka mereka bermaksud memperdayainya dengan (membakar)nya, (namun Allah menyelamatkannya), lalu Kami jadikan mereka orang-orang yang hina.
And they intended for him a plan, but We made them the most debased.
(Mereka hendak melakukan tipu muslihat kepadanya) dengan melemparkannya ke dalam api yang menyala-nyala untuk membinasakannya (maka Kami jadikan mereka orang-orang yang hina)
orang-orang yang dikalahkan; karena ternyata Nabi Ibrahim keluar dari dalam api itu dalam keadaan selamat tidak apa-apa.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 98 |
penjelasan ada di ayat 88
Surat As-Saffat |37:99|
وَقَالَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَىٰ رَبِّي سَيَهْدِينِ
wa qoola innii żaahibun ilaa robbii sayahdiin
Dan dia (Ibrahim) berkata, "Sesungguhnya aku harus pergi (menghadap) kepada Tuhanku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.
And [then] he said, "Indeed, I will go to [where I am ordered by] my Lord; He will guide me.
(Dan Ibrahim berkata, "Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Rabbku) artinya berhijrah demi karena-Nya meninggalkan negeri orang-orang kafir
(dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku) ke tempat yang aku diperintahkan-Nya berangkat ke sana, yaitu negeri Syam. Tatkala ia sampai di tanah suci yaitu Baitulmakdis, berkatalah ia dalam doanya,
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 99 |
Tafsir ayat 99-113
Allah Swt. menceritakan tentang kekasih-Nya Nabi Ibrahim a.s. bahwa sesungguhnya setelah Allah menolongnya dari kejahatan kaumnya dan ia merasa putus asa dari keimanan kaumnya, padahal mereka telah menyaksikan mukjizat-mukjizat yang besar. Maka Ibrahim a.s. hijrah dari kalangan mereka seraya berkata:
{إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَى رَبِّي سَيَهْدِينِ رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ}
"Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” (Ash-Shaffat: 99-100)
Yakni anak-anak yang taat sebagai ganti dari kaumnya dan kaum kerabatnya yang telah ditinggalkannya. Allah Swt. berfirman:
{فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلامٍ حَلِيمٍ}
Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. (Ash-Shaffat: 101) Anak ini adalah Nabi Ismail a.s., karena sesungguhnya dia adalah anak pertamanya yang sebelum kelahirannya, dia telah mendapat berita gembira
mengenainya. Dia lebih tua daripada Nabi Ishaq, menurut kesepakatan kaum muslim dan kaum Ahli Kitab, bahkan di dalam nas kitab-kitab mereka disebutkan bahwa ketika Ibrahim a.s. mempunyai anak Ismail,
ia berusia delapan puluh enam tahun. Dan ketika beliau mempunyai anak Ishaq, usia beliau sembilan puluh sembilan tahun. Menurut mereka (Ahli Kitab), Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah Swt. untuk menyembelih anak tunggalnya itu,
dan dalam salinan kitab yang lain disebutkan anak pertamanya. Akan tetapi, mereka mengubahnya dan membuat-buat kedustaan dalam keterangan ini, lalu mengganti dengan Ishaq. Padahal hal tersebut bertentangan
dengan nas kitab asli mereka. Sesungguhnya mereka menyusupkan penggantian dengan memasukkan Ishaq sebagai ganti Ismail karena bapak moyang mereka adalah Ishaq, sedangkan Ismail adalah bapak moyang bangsa Arab.
Orang-orang Ahli Kitab dengki dan iri hati kepada bangsa Arab, karena itu mereka menambah-nambahinya dan menyelewengkan arti anak tunggal dengan pengertian 'anak yang ada di sisimu,' karena Ismail telah dibawa pergi oleh Ibrahim
bersama ibunya ke Mekah. Takwil seperti ini merupakan takwil yang menyimpang dan batil, karena sesungguhnya pengertian anak tunggal itu adalah anak yang semata wayang bagi Ibrahim (saat itu). Lagi pula anak pertama
merupakan anak yang paling disayang lebih dari anak yang lahir sesudahnya, maka perintah untuk menyembelihnya merupakan ujian dan cobaan yang sangat berat. Sejumlah ahlul 'ilmi mengatakan bahwa anak yang disembelih itu
adalah Ishaq, menurut apa yang telah diriwayatkan dari segolongan ulama Salaf; sehingga ada yang menukilnya dari sebagian sahabat. Tetapi hal tersebut bukan bersumber dari Kitabullah, bukan pula dari sunnah.
Dan saya dapat memastikan bahwa hal tersebut tidaklah diterima, melainkan dari ulama Ahli Kitab, lalu diterima oleh orang muslim tanpa alasan yang kuat. Yang jelas Kitabullah ini merupakan saksi yang menunjukkan kepada kita bahwa
putra yang disembelih itu adalah Isma'il. Karena sesungguhnya Al-Qur'an telah menyebutkan berita gembira bagi Ibrahim akan kelahiran seorangputra yang penyabar dan menyebutkan pula bahwa putranya itulah Az-Zabih (yang disembelih).
Setelah itu disebutkan oleh firman-Nya:
{وَبَشَّرْنَاهُ بِإِسْحَاقَ نَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ}
Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh. (Ash-Shaffat: 112) Malaikat ketika menyampaikan berita gembira akan kelahiran Ishaq kepada Ibrahim mengatakan:
{إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلامٍ عَلِيمٍ}
Sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang) anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang alim (Al-Hijr:53) Dan firman Allah Swt.:
{فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَاقَ وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوبَ}
maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan sesudah Ishaq (lahir pula) Ya'qub. (Hud: 71) Yakni dilahirkan bagi Ishaq di masa keduanya (Ibrahim dan istrinya) seorang putra yang diberi nama Ya'qub.
Dengan demikian, Nabi Ibrahim beroleh keturunan dan cucu. Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan bahwa tidaklah mungkin Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih Ishaq semasa kecilnya, karena Allah Swt.
telah menjanjikan kepada keduanya bahwa kelak Ishaq akan melahirkan keturunannya. Maka mana mungkin sesudah semuanya itu Ishaq diperintahkan agar di sembelih saat ia masih kecil. Dan lagi Ismail di sini mendapat julukan sebagai
orang yang amat sabar, maka predikat inilah yang lebih pantas untuk kedudukan ini (sebagai anak yang rela disembelih). Firman Allah Swt.:
{فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ}
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim. (Ash-Shaffat: 102) Yakni telah tumbuh menjadi dewasa dan dapat pergi dan berjalan bersama ayahnya. Disebutkan bahwa Nabi Ibrahim a.s.
setiap waktu pergi menengok anaknya dan ibunya di negeri Faran, lalu melihat keadaan keduanya. Disebutkan pula bahwa untuk sampai ke sana Nabi Ibrahim mengendarai buraq yang cepat larinya; hanya Allah-lah Yang Maha mengetahui.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Ata Al-Khurrasani, dan Zaid ibnu Aslam serta lain-lainnya sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka tatkala anak itu sampai (pada usia sanggup)
berusaha bersama-sama Ibrahim, (Ash-Shaffat: 102) Maksudnya, telah tumbuh dewasa dan dapat bepergian serta mampu bekerja dan berusaha sebagaimana yang dilakukan ayahnya.
{فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى}
Maka tatkala anak itu sampai (pada usia sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, "Hai Anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu! " (Ash-Shaffat: 102)
Ubaid ibnu Umair mengatakan bahwa mimpi para nabi itu adalah wahyu, kemudian ia membaca firman-Nya: Ibrahim berkata, "Hai Anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!"
(Ash-Shaffat: 102)
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ الْجُنَيْدِ، حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الملك الكرندي، حدثنا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ إِسْرَائِيلَ بْنِ يُونُسَ، عَنْ سِمَاك، عَنْ عِكْرِمَةَ ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "رُؤْيَا الْأَنْبِيَاءِ فِي الْمَنَامِ وَحْي"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain ibnul Junaid, telah menceritakan kepada kami Abu Abdul Malik Al-Karnadi, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Israil ibnu Yunus,
dari Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Mimpi para nabi itu merupakan wahyu. Hadis ini tidak terdapat di dalam kitab-kitab Sittah dengan jalur ini.
Dan sesungguhnya Ibrahim memberitahukan mimpinya itu kepada putranya agar putranya tidak terkejut dengan perintah itu, sekaligus untuk menguji kesabaran dan keteguhan serta keyakinannya sejak usia dini terhadap ketaatan
kepada Allah Swt. dan baktinya kepada orang tuanya.
{قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ}
Ia menjawab, "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.” (Ash-Shaffat: 102) Maksudnya, langsungkanlah apa yang diperintahkan oleh Allah kepadamu untuk menyembelih diriku.
{سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ}
insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (Ash-Shaffat: 102) Yakni aku akan bersabar dan rela menerimanya demi pahala Allah Swt. Dan memang benarlah, Ismail a.s. selalu menepati apa yang dijanjikannya. Karena itu, dalam ayat lain disebutkan melalui firman-Nya:
{وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولا نَبِيًّا وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا}
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh ahlinya untuk salat
dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridai di sisi Tuhannya. (Maryam: 54-55) Adapun firman Allah Swt.:
{فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ}
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). (Ash-Shaffat: 103) Setelah keduanya mengucapkan persaksian dan menyebut nama Allah
untuk melakukan penyembelihan itu, yakni persaksian (tasyahhud) untuk mati. Menurut pendapat yang lain, aslama artinya berserah diri dan patuh. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail mengerjakan perintah Allah Swt.
sebagai rasa taat keduanya kepada Allah, dan bagi Ismail sekaligus berbakti kepada ayahnya. Demikianlah menurut pendapat Mujahid, Ikrimah, Qatadah, As-Saddi, Ibnu Ishaq, dan lain-lainnya. Makna tallahu lil jabin ialah merebahkannya
dengan wajah yang tengkurap dengan tujuan penyembelihan akan dilakukan dari tengkuknya dan agar Ibrahim tidak melihat wajahnya saat menyembelihnya, karena cara ini lebih meringankan bebannya.
Ibnu Abbas r.a., Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, dan Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya). (Ash-Shaffat: 103) Yakni menengkurapkan wajahnya.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syuraih dan Yunus. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Abu Asim Al-Ganawi, dari Abut Tufail, dari Ibnu Abbas r.a.
yang mengatakan bahwa ketika Ibrahim a.s. diperintahkan untuk mengerjakan manasik, setan menghadangnya di tempat sa'i, lalu setan menyusulnya, maka Ibrahim menyusulnya. Kemudian Jibril a.s. membawa Ibrahim ke jumrah 'aqabah,
dan setan kembali menghadangnya; maka Ibrahim melemparnya dengan tujuh buah batu kerikil hingga setan itu pergi. Kemudian setan menghadangnya lagi di jumrah wusta, maka Ibrahim melemparnya dengan tujuh buah batu kerikil.
Kemudian Ibrahim merebahkan Ismail pada keningnya, saat itu Ismail mengenakan kain gamis putih, lalu Ismail berkata kepada ayahnya, "Hai Ayah, sesungguhnya aku tidak mempunyai pakaian untuk kain kafanku selain dari yang kukenakan ini,
maka lepaskanlah kain ini agar engkau dapat mengafaniku dengannya." Maka Ibrahim bermaksud menanggalkan baju gamis putranya itu. Tetapi tiba-tiba ada suara yang menyerunya dari arah belakang: Hai Ibrahim,
sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. (Ash-Shaffat: 104-105); Maka Ibrahim menoleh ke belakang, tiba-tiba ia melihat seekor kambing gibasy putih yang bertanduk lagi gemuk. Ibnu Abbas mengatakan bahwa sesungguhnya
sampai sekarang kami masih terus mencari kambing gibasy jenis itu. Hisyam menyebutkan hadis ini dengan panjang lebar di dalam Kitabul Manasik. Kemudian Imam Ahmad meriwayatkannya pula dengan panjang lebar dari Yunus,
dari Hammad ibnu Salamah, dari Ata ibnus Sa'ib, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas. Hanya dalam riwayat ini disebutkan Ishaq. Menurut riwayat yang bersumber dari Ibnu Abbas r.a. tentang nama anak yang disembelih,
ada dua riwayat. Tetapi riwayat yang terkuat adalah yang menyebutnya Ismail, karena alasan yang akan kami sebutkan, insya Allah. Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Al-Hasan ibnu Dinar, dari Qatadah, dari Ja'far ibnu Iyas,
dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (Ash-Shaffat: 107) Bahwa dikeluarkan untuknya seekor kambing gibasy dari surga yang telah digembalakan
sebelum itu selama empat puluh musim gugur (tahun). Maka Ibrahim melepaskan putranya dan mengejar kambing gibasy itu. Kambing gibasy itu membawa Ibrahim ke jumrah ula, lalu Ibrahim melemparnya dengan tujuh buah batu kerikil.
Dan kambing itu luput darinya, lalu lari ke jumrah wusta dan Ibrahim mengeluarkannya dari jumrah itu dengan melemparinya dengan tujuh buah batu kerikil. Kambing itu lari dan ditemuinya ada di jumrah kubra, maka ia melemparinya
dengan tujuh buah batu kerikil. Pada saat itulah kambing itu keluar dari jumrah, dan Ibrahim menangkapnya, lalu membawanya ke tempat penyembelihan di Mina dan menyembelihnya. Ibnu Abbas melanjutkan, "Demi Tuhan yang jiwa
Ibnu Abbas berada di tangan kekuasaan-Nya, sesungguhnya sembelihan itu merupakan kurban yang pertama dalam Islam, dan sesungguhnya kepala kambing itu benar-benar digantungkan dengan kedua tanduknya di talang Ka'bah
hingga kering." Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim yang mengatakan bahwa Abu Hurairah r.a. berkumpul bersama Ka'b, lalu Abu Hurairah
menceritakan hadis dari Nabi Saw., sedangkan Ka'b menceritakan tentang kisah-kisah dari kitab-kitab terdahulu. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةً مُسْتَجَابَةً، وَإِنِّي قَدْ خَبَأتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ"
Sesungguhnya masing-masing Nabi mempunyai doa yang mustajab, dan sesungguhnya aku menyimpan doaku sebagai syafaat buat umatku kelak di hari kiamat. Maka Ka'b bertanya kepadanya, "Apakah engkau mendengar ini
dari Rasulullah Saw.?" Abu Hurairah menjawab, "Ya." Ka'b berkata, "Semoga ayah dan ibuku menjadi tebusanmu, atau semoga ayah dan ibuku menjadi tebusannya, maukah kuceritakan kepadamu tentang perihal Ibrahim a.s.?" Ka'b
melanjutkan perkataannya, bahwa sesungguhnya ketika Ibrahim bermimpi menyembelih putranya Ishaq, setan berkata.”Sesungguhnya jika tidak kugoda mereka saat ini, berarti aku tidak dapat menggoda mereka selamanya."
Ibrahim a.s. berangkat bersama anaknya dengan tujuan akan menyembelihnya, maka setan pergi dan masuk menemui Sarah, lalu berkata, "Ke manakah Ibrahim pergi bersama anakmu?" Sarah menjawab, "Ia pergi membawanya
untuk suatu keperluan." Setan berkata, "Sesungguhnya Ibrahim pergi bukan untuk suatu keperluan, melainkan ia pergi untuk menyembelih anaknya." Sarah bertanya, "Mengapa dia menyembelih anaknya?" Setan berkata,
"Ibrahim mengira bahwa Tuhannya telah memerintahkan kepadanya hal tersebut." Sarah menjawab, "Sesungguhnya lebih baik baginya bila menaati Tuhannya." Lalu setan pergi menyusul keduanya. Setan berkata kepada anak Ibrahim,
"Ke manakah ayahmu membawamu pergi?" Ia menjawab," Untuk suatu keperluan." Setan berkata, "Sesungguhnya dia pergi bukan untuk suatu keperluan, tetapi ia pergi untuk tujuan akan menyembelihmu." Ia bertanya,
"Mengapa ayahku akan menyembelihku?" Setan menjawab, "Sesungguhnya dia mengira bahwa Tuhannya telah memerintahkan hal itu kepadanya." Ia berkata, "Demi Allah, sekiranya Allah yang memerintahkannya,
benar-benar dia akan mengerjakannya." Setan putus asa untuk dapat menggodanya, maka ia meninggalkannya dan pergi kepada Ibrahim a.s., lalu bertanya, "Ke manakah kamu akan pergi dengan anakmu ini ?" Ibrahim menjawab,
"Untuk suatu keperluan." Setan berkata, "Sesungguhnya engkau membawanya pergi bukan untuk suatu keperluan, melainkan engkau membawanya pergi dengan tujuan akan menyembelihnya." Ibrahim bertanya, "Mengapa aku
harus menyembelihnya ?" Setan berkata, "Engkau mengira bahwa Tuhanmu lah yang memerintahkan hal itu kepadamu." Ibrahim berkata, "Demi Allah, jika Allah Swt. memerintahkan hal itu kepadaku, maka aku benar-benar akan melakukannya.
" Setan putus asa untuk menghalang-halanginya, lalu ia pergi meninggalkannya. Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Yunus, dari Ibnu Wahb, dari Yunus ibnu Yazid, dari Ibnu Syihab yang mengatakan bahwa sesungguhnya
Amr ibnu Abu Sufyan ibnu Usaid ibnu Jariyah As- Saqafi pernah menceritakan kepadanya bahwa Ka'b pernah berkata kepada Abu Hurairah; lalu disebutkan hal yang semisal dengan panjang lebar. Dan di penghujung kisahnya disebutkan
bahwa lalu Allah menurunkan wahyu kepada Ishaq, bahwa sesungguhnya Aku memberimu suatu doa yang Kuperkenankan bagimu. Maka Ishaq berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya aku berdoa kepada-Mu, semoga Engkau memperkenankannya.
Semoga siapa pun di antara hamba-Mu yang bersua dengan-Mu, baik dari kalangan orang terdahulu maupun dari kalangan orang yang terkemudian, dalam keadaan tidak mempersekutukan-Mu dengan sesuatu pun,
semoga Engkau memasukkannya ke dalam surga."
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْوَزِيرِ الدِّمَشْقِيُّ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ، حَدَّثَنَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ خَيَّرَنِي بَيْنَ أَنْ يَغْفِرَ لِنِصْفِ أُمَّتِي، وَبَيْنَ أَنْ أَخْتَبِئَ شَفَاعَتِي، فَاخْتَبَأْتُ شَفَاعَتِيَ، وَرَجَوْتُ أَنْ تُكَفِّرَ الجَمْ لِأُمَّتِي، وَلَوْلَا الَّذِي سَبَقَنِي إِلَيْهِ الْعَبْدُ الصَّالِحُ لَتَعَجَّلْتُ فِيهَا دَعْوَتِي، إِنِ اللَّهَ لَمَا فَرَّجَ عَنْ إِسْحَاقَ كرْبَ الذَّبْحِ قِيلَ لَهُ: يَا إِسْحَاقُ، سَلْ تُعْطَهُ. فَقَالَ: أَمَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَأَتَعَجَّلَنَّهَا قَبْلَ نَزَغَاتِ الشَّيْطَانِ، اللَّهُمَّ مَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِكَ شَيْئًا فَاغْفِرْ لَهُ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Wazir Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya, dari Ata ibnu Yasar, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Sesungguhnya Allah Swt. telah menyuruhku untuk memilih, apakah separo dari umatku
mendapat ampunan ataukah doa permohonan syafaatku diterima. Maka aku memilih syafaatku diterima dengan harapan semoga sejumlah besar dari umatku diampuni dosa-dosanya. Seandainya tidak ada hamba saleh yang mendahuluiku,
tentulah aku menyegerakan doaku itu. Sesungguhnya ketika Allah Swt. membebaskan Ishaq dari musibah penyembelihan, dikatakan kepadanya, "Hai Ishaq, mintalah, niscaya kamu diberi." Ishaq berkata, "Demi Tuhan yang jiwaku berada
di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sungguh aku akan menyegerakan doaku ini sebelum setan menggodaku. Ya Allah, barang siapa yang mati dalam keadaan tidak mempersekutukan-Mu dengan sesuatu pun, berilah dia ampunan
dan masukkanlah ke dalam surga." Hadis ini garib lagi munkar; Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam daif hadisnya, dan saya merasa khawatir bila di dalam hadis ini terdapat tambahan yang disisipkan, yaitu ucapan, "Sesungguhnya
setelah Allah Swt. membebaskan Ishaq dari musibah penyembelihan," hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Jika hal ini terpelihara, maka yang lebih mirip kepada kebenaran dia tiada lain adalah Ismail. Dan sesungguhnya mereka (Ahli Kitab)
telah mengubahnya dengan Ishaq karena dengki dan iri terhadap bangsa Arab, seperti alasan yang telah dikemukakan di atas. Lagi pula mengingat manasik dan penyembelihan kurban itu tempatnya tiada lain di Mina,
yaitu bagian dari kawasan tanah Mekah, adalah tempat Ismail berada, bukan Ishaq. Karena sesungguhnya Ishaq berada di tanah Kan'an, bagian dari negeri Syam. Firman Allah Swt.:
{وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ. قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا}
Dan Kami panggillah dia, "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu!" (Ash-Shaffat: 104-105) Yakni sesungguhnya engkau telah mengerjakan apa yang telah dilihat dalam mimpimu itu hanya dengan membaringkan putramu
untuk disembelih. As-Saddi dan lain-lainnya menyebutkan bahwa Nabi Ibrahim a.s. sempat menggorokkan pisaunya, tetapi tidak dapat memotong sesuatu pun, bahkan dihalang-halangi antara pisau dan leher Nabi Ismail
oleh lempengan tembaga. Lalu saat itu juga Ibrahim a.s. diseru: sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. (Ash-Shaffat: 105) Firman Allah Swt.:
{إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ}
sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (Ash-Shaffat: 105) Yakni demikianlah Kami palingkan hal-hal yang tidak disukai dan hal-hal yang menyengsarakan dari orang-orang yang taat
kepada Kami, dan Kami jadikan bagi mereka dalam urusannya jalan keluar dan kemudahan. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain, yaitu:
{وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا}
Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah,
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (At-Talaq: 2-3)
Ayat yang menceritakan kisah penyembelihan ini dijadikan dalil oleh sejumlah ulama Usul untuk menyatakan keabsahan nasakh sebelum melakukan pekerjaan yang diperintahkan, lain halnya dengan pendapat segolongan ulama
dari kalangan Mu'tazilah. Tetapi penunjukkan makna dalam ayat ini sudah jelas, karena pada mulanya Allah memerintahkan kepada Ibrahim agar menyembelih anaknya, kemudian Allah menasakh (merevisi)nya dan mengalihkannya
menjadi tebusan (yakni kurban). Dan sesungguhnya tujuan utama dari perintah ini pada mulanya hanyalah untuk menguji keteguhan dan kesabaran Nabi Ibrahim a.s. dalam melaksanakan perintah Allah Swt.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاءُ الْمُبِينُ}
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (Ash-Shaffat: 106) Maksudnya, ujian yang jelas dan gamblang, yaitu perintah untuk menyembelih anaknya. Lalu Ibrahim a.s. bergegas mengerjakannya dengan penuh rasa
berserah diri kepada Allah dan tunduk patuh kepada perintah-Nya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّى}
dan Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji. (An-Najm: 37) Adapun firman Allah Swt.:
{وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ}
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (Ash-Shaffat: 107) Sufyan As- Sauri telah meriwayatkan dari Jabir Al-Ju'fi, dari Abut Tufail dari Ali r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Kami tebus anak itu
dengan seekor sembelihan yang besar. (Ash-Shaffat: 107) Yakni dengan kambing gibasy yang berbulu putih, gemuk, lagi bertanduk yang telah diikat di pohon samurah. Abut Tufail mengatakan bahwa mereka (berdua) menemukannya
dalam keadaan telah terikat di pohon samurah yang ada di Bukit Sabir. As-Sauri telah meriwayatkan pula dari Abdullah ibnu Usman ibnu Khasyam, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa kambing gibasy itu
telah digembalakan di surga selama empat puluh tahun. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Ya'qub As-Saffar, telah menceritakan kepada kami Daud Al-Attar,
dari Ibnu Khasyam' dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa batu besar yang ada di Mina di lereng Bukit Sabir adalah batu tempat Nabi Ibrahim menyembelih tebusan anaknya Ishaq. Kambing gibasy yang gemuk
lagi bertanduk turun dari Bukit Sabir menuju ke tempat Nabi Ibrahim seraya mengembik, lalu Nabi Ibrahim menyembelihnya. Kambing itu juga yang dipakai kurban oleh anak Adam, lalu diterima, dan kambing itu disimpan hingga dijadikan
tebusan untuk Ishaq. Telah diriwayatkan pula dari Sa'id ibnu Jubair yang mengatakan bahwa kambing gibasy itu hidup bebas di dalam surga hingga dikeluarkan dari Bukit Sabir, dan pada leher kambing itu terdapat bulu yang berwarna merah.
Disebutkan dari Al-Hasan Al-Basri, bahwa nama kambing gibasy yang dijadikan kurban oleh Nabi Ibrahim a.s. adalah Jarir. Ibnu Juraij mengatakan bahwa menurut Ubaid ibnu Umair, Nabi Ibrahim menyembelihnya di maqam Ibrahim.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، حَدَّثَنَا مَنْصُورٌ، عَنْ خَالِهِ مُسافع ، عَنْ صَفِيَّةَ بِنْتِ شَيْبَةَ قَالَتْ: أَخْبَرَتْنِي امْرَأَةٌ مِنْ بَنِي سُلَيْمٍ -وَلدت عَامَّةَ أَهْلِ دَارِنَا-أَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى عُثْمَانَ بْنِ طَلْحَةَ -وَقَالَ مَرَّةً: إِنَّهَا سَأَلَتْ عُثْمَانَ: لِمَ دَعَاكَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَ: قَالَ: "إِنِّي كنتُ رَأَيْتُ قَرْنَيِ الْكَبْشِ، حِينَ دَخَلْتُ الْبَيْتَ، فَنَسِيتُ أَنْ آمُرَكَ أَنْ تُخَمِّرَهُمَا، فَخَمَّرْهما، فَإِنَّهُ لَا يَنْبَغِي أَنْ يَكُونَ فِي الْبَيْتِ شَيْءٌ يَشْغَلُ الْمُصَلِّيَ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepadaku Mansur, dari pamannya (yaitu Musafi' dan Safiyyah binti Syaibah) yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepadanya seorang wanita
dari Bani Salim yang telah melahirkan sebagian besar penduduk perkampungan kami, bahwa Rasulullah Saw. mengirimkan utusan kepada Usman ibnu Abu Talhah r.a. (pemegang kunci Ka'bah). Wanita itu pernah bertanya kepada Usman,
"Mengapa Nabi Saw. memanggilmu ?" Maka Usman menjawab, bahwa Rasulullah Saw. bersabda kepadanya: Sesungguhnya aku melihat sepasang tanduk saat memasuki Ka'bah, dan aku lupa untuk memerintahkan kepadamu
agar menutupinya dengan kain. Karena itu, tutupilah sepasang tanduk itu dengan kain, sebab tidak patut bila di dalam Ka'bah terdapat sesuatu yang mengganggu kekhusyukan orang yang salat (di dalamnya). Sufyan mengatakan bahwa
kedua tanduk itu masih tetap tergantung di dalam Ka'bah hingga Ka'bah mengalami kebakaran dan keduanya ikut terbakar. Hal ini merupakan bukti tersendiri yang menunjukkan bahwa anak yang disembelih itu adalah Nabi Ismail a.s.
Karena sesungguhnya orang-orang Quraisy menerimanya secara turun-temurun dari para pendahulu mereka generasi demi generasi, sampai Allah mengutus RasulNya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Berikut ini sebuah pasal yang mengemukakan asar-asar yang ditemukan dari ulama Salaf tentang siapakah sebenarnya anak yang disembelih itu. Berikut ini dikemukakan pendapat orang-orang yang mengatakan bahwa anak yang disembelih itu
adalah Ishaq a.s. Hamzah Az-Zayyat telah meriwayatkan dari Abu Maisarah rahimahullah yang mengatakan, bahwa Nabi Yusuf a.s. pernah mengatakan kepada raja dalam alasannya, "Apakah engkau menginginkan makan bersama denganku,
sedangkan aku adalah Yusuf ibnu Ya'qub nabiyyullah ibnu Ishaq sembelihan Allah ibnu Ibrahim kekasih Allah." As-Sauri telah meriwayatkan dari Abu Sinan, dari Ibnu Abul Huzail bahwa Yusuf mengatakan hal yang sama kepada raja.
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam, dari Abdullah ibnu Ubaid ibnu Umair, dari ayahnya yang mengatakan, bahwa Musa a.s. pernah mengatakan dalam doanya, "Ya Tuhanku, mereka selalu mengatakan
demi Tuhannya Nabi Ibrahim, Ishaq, dan Yaqub. Mengapa mereka selalu mengatakan hal tersebut?" Allah Swt. menjawab "Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang tidak membandingkan sesuatu dengan-Ku, melainkan dia pasti memilih-Ku.
Dan sesungguhnya Ishaq telah rela demi Aku untuk disembelih, selain itu dia adalah seorang yang lebih dermawan. Dan sesungguhnya Ya'qub itu manakala Kutambahkan kepadanya cobaan, maka makin bertambah pulalah baik prasangkanya
kepada-Ku." Syu'bah telah meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari Abul Ahwas yang telah menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki membanggakan dirinya dihadapan Ibnu Mas'ud r.a. Lelaki itu berkata, "Aku adalah Fulan bin Fulan
bin para tetua yang terhormat." Maka Abdullah ibnu Mas'ud r.a. berkata bahwa orang yang patut mengatakan demikian adalah Yusuf ibnu Ya'qub ibnu Ishaq Zabihullah (sembelihan Allah) ibnu Ibrahim kekasih Allah.
Riwayat ini sahih bersumber dari Ibnu Ma'sud r.a. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a., bahwa dia adalah Ishaq. Juga telah diriwayatkan dari Al-Abbas dan Ali ibnu Abu Talib hal yang semisal.
Telah diriwayatkan pula oleh Ibnu Ishaq dan Abdullah ibnu Abu Bakar, dari Az-Zuhri, dari Abu Sufyan, dan Al-Ala ibnu Jariyah dari Abu Hurairah r.a. dan Ka'bul Ahbar yang telah mengatakan bahwa anak yang disembelih itu adalah Ishaq.
Pendapat-pendapat yang telah disebutkan di atas —hanya Allah Yang Maha Mengetahui— semuanya bersumber dari Ka'bul Ahbar. Ketika masuk Islam di masa pemerintahan Khalifah Umar, ia bercerita kepada Umar r.a.
tentang apa yang terkandung di dalam kitab-kitab terdahulunya. Dan barangkali Umar r.a. sendiri mau mendengarkannya sehingga orang-orang pun mau mendengarkan apa yang ada pada Ka'bul Ahbar, bahkan menukil darinya
segala sesuatu yang ada padanya, baik yang telah dipalsukan maupun yang masih asli. Akan tetapi, bagi umat ini —hanya Allah Yang Maha Mengetahui— tidak memerlukan suatu huruf pun dari apa yang ada pada Ka'bul Ahbar itu.
Al-Bagawi telah meriwayatkan suatu pendapat yang mengatakan bahwa anak yang disembelih itu adalah Ishaq, yang menurutnya bersumber dari Umar, Ali, Ibnu Mas'ud, dan Al-Abbas r.a., sedangkan dari kalangan tabi'in bersumber
dari Ka'bul Ahbar, Sa'id ibnu Jubair. Qatadah, Masruq, Ikrimah, Ata. Muqatil. Az-Zuhri, dan As-Saddi. Al-Bagawi mengatakan bahwa hal ini dikatakan oleh salah satu di antara dua riwayat yang bersumber dari Ibnu Abbas r.a
. Dan telah disebutkan mengenai masalah ini dalam sebuah hadis yang seandainya hadis tersebut terbukti kesahihannya, tentulah kita mau mengatakannya dengan penuh kepercayaan, tetapi sayangnya sanad hadis tersebut tidak sahih.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Habbab, dari Al-Hasan ibnu Dinar, dari Ali ibnu Zaid ibnu Jad'an, dari Al-Hasan, dari Al-Ahnaf ibnu Qais,
dari Al-Abbas ibnu Abdul Muttalib r.a., dari Nabi Saw. dalam suatu hadis yang di dalamnya disebutkan bahwa anak yang disembelih itu adalah Ishaq. Akan tetapi, di dalam sanad hadis di atas terdapat dua perawi yang daif,
yaitu Al-Hasan ibnu Dinar Al-Basri berpredikat matruk, dan Ali ibnu Zaid ibnu Jad'an hadisnya munkar (tidak dapat diterima). Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkannya dari ayahnya, dari Muslim ibnu Ibrahim, dari Hammad ibnu Salamah,
dari Ali ibnu Zaid ibnu Jad'an dengan sanad yang sama secara marfu'. Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa Mubarak ibnu Fudalah telah meriwayatkannya dari Al-Hasan, dari Al-Ahnaf, dari Al-Abbas r.a. Dan sanad riwayat ini l
ebih sahih ketimbang yang sebelumnya, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Mengenai asar-asar yang menyebutkan bahwa anak yang disembelih itu adalah Ismail a.s., predikatnya sahih dan dapat dijadikan sebagai pegangan.
Di atas telah disebutkan suatu riwayat dari Ibnu Abbas a.s. yang mengatakan bahwa dia adalah Ishaq a.s. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui, Sa'id ibnu Jubair, Amir Asy-Sya'bi, Yusuf ibnu Mahran, Mujahid, dan Ata serta lain-lainnya
yang bukan hanya seorang telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa anak yang disembelih itu adalah Ismail a.s. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb,
.telah menceritakan kepadaku Amr ibnu Qais, dari Ata ibnu Abu Rabah, dari Ibnu Abbas, bahwa anak yang dikurbankan itu adalah Ismail a.s. Dan orang-orang Yahudi mengira bahwa dia adalah Ishaq, orang-orang Yahudi itu telah dusta.
Israil telah meriwayatkan dari Saur, dari Mujahid, dari Ibnu Umar r.a.yang telah mengatakan bahwa anak yang disembelih adalah Ismail a.s. Ibnu AbuNajih telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa dia adalah Ismail a.s. Hal yang sama
telah dikatakan oleh Yusuf ibnu Mahran. Asy-Sya'bi mengatakan bahwa anak yang disembelih itu adalah Ismail a.s. Dan ia pernah melihat sepasang tanduk gibasy itu di dalam Ka'bah. Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan
dari Al-Hasan ibnu Dinar dan Amr ibnu Ubaid, dari Al-Hasan Al-Basri; ia tidak pernah meragukan masalah ini bahwa anak yang diperintahkan oleh Allah agar Ibrahim menyembelihnya di antara salah seorang dari kedua anaknya adalah Ismail a.s.
Ibnu Ishaq mengatakan, ia pernah mendengar Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan bahwa anak yang Ibrahim diperintahkan oleh Allah Swt. untuk menyembelihnya di antara kedua putranya adalah Ismail. Dan sesungguhnya kami
benar-benar menjumpai keterangan hal ini di dalam Kitabullah. Demikian itu ialah bahwa setelah Allah Swt. selesai mengutarakan kisah anak yang disembelih di antara kedua anak Ibrahim, lalu ia berfirman: Dan Kami beri dia kabar gembira
dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh. (Ash-Shaffat: 112) Dan firman Allah Swt.: maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan sesudah Ishaq (lahir pula)
Ya'qub. (Hud: 71) Yakni dia akan mempunyai anak, dan anaknya itu akan mempunyai anak. Jadi tidak mungkin Allah memerintahkan kepada Ibrahim agar menyembelih Ishaq, sedangkan Ishaq telah dijanjikan akan mempunyai keturunan
sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah Swt, Dengan demikian, tiada lain putra yang Ibrahim diperintahkan untuk menyembelihnya hanyalah Ismail. Ibnu Ishaq mengatakan bahwa ia mendengar Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi
sering mengatakan hal ini. Ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Buraidah ibnu Sufyan Al-Aslami, dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, bahwa ia pernah menceritakan hal ini kepada Umar ibnu Abdul Aziz yang saat itu menjabat sebagai khalifah
karena saat itu Muhammad ibnu Ka'b ada bersamanya di negeri Syam Lalu Umar ibnu Abdul Aziz berkata, "Sesungguhnya berita ini merupakan suatu berita yang belum pernah saya perhatikan, dan sesungguhnya aku hanya berpendapat
seperti apa yang engkau katakan.” Selanjutnya Umar ibnu Abdul Aziz memanggil seorang lelaki Yahudi yang ada di negeri Syam yang telah masuk Islam dan berbuat baik dalam Islamnya. Dahulu lelaki itu termasuk salah seorang
dari ulama mereka (Yahudi); Lalu Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz bertanya kepadanya, "Manakah di antara kedua putra Ibrahim yang diperintahkan agar disembelih?" Saat itu Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi berada di samping
Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz. Lelaki itu menjawab, "Demi Allah, hai Amirul Mu-minin, sesungguhnya orang-orang Yahudi benar-benar mengetahui hal tersebut, tetapi mereka dengki terhadap kalian bangsa Arab bila bapak moyang kalian
yang disebutkan dalam perintah Allah dan keutamaan yang dimilikinya saat menghadapi perintah Allah berkat kesabarannya. Mereka berbalik mengingkari hal tersebut dan menduganya bahwa yang disembelih itu adalah Ishaq,
karena Ishaq adalah bapak moyang mereka. Hanya Allah Yang lebih mengetahui mana yang sebenarnya, yang jelas Ishaq adalah seorang yang taat kepada Allah Swt." Abdullah putra Imam Ahmad ibnu Hambal rahimahullah
mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada ayahnya tentang anak yang disembelih itu, Ismail ataukah Ishaq. Maka Imam Ahmad menjawab bahwa putra yang disembelih itu adalah Ismail. Ia menyebutkan hal ini di dalam Kitabuz Zuhud-nya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, ia pernah mendengar ayahnya mengatakan bahwa anak yang disembelih itu yang benar adalah Ismail a.s. Telah diriwayatkan dari Ali, Ibnu Umar, Abu Hurairah, Abut Tufail, Sa'id ibnul Musayyab, Sa'id ibnu Jubair,
Al-Hasan, Mujahid, Asy-Sya'bi, Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, dan Abu Ja'far alias Muhammad ibnu Ali serta Abu Saleh, bahwa mereka telah mengatakan anak yang disembelih itu adalah Ismail. Al-Bagawi di dalam kitab tafsirnya mengatakan
bahwa pendapat yang sama dikatakan oleh Abdullah ibnu Umar, Sa'id ibnul Musayyab, As-Saddi, Al-Hasan Al-Basri, Mujahid, Ar-Rabi' ibnu Anas, Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, dan Al-Kalbi, juga menurut suatu riwayat yang bersumber
dari Ibnu Abbas, dan pendapat yang sama diriwayatkan pula dari Abu Amr ibnul Ala. Sehubungan dengan hal ini Ibnu Jarir telah meriwayatkan sebuah hadis yang garib. Dia mengatakan, telah menceritakan kepadaku
Muhammad ibnu Ammar Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ubaid ibnu Abu Karimah, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Abdur Rahim Al-Khaltabi, dari Abdullah ibnu Muhammad Al-Atabi
(salah seorang putra Atabah ibnu Abu Sufyan), dari ayahnya, bahwa telah menceritakan kepadanya Abdullah ibnu Sa'id, dari As-Sanabiji yang mengatakan, bahwa ketika kami berada di tempat Mu'awiyah ibnu Abu Sufyan,
orang-orang yang hadir membicarakan tentang anak yang disembelih, apakah dia Ismail ataukah Ishaq. Lalu Mu'awiyah ibnu Abu Sufyan berkata, "Kalian bertanya kepada orang yang tepat." Mu'awiyah melanjutkan bahwa pada suatu hari
ketika kami para sahabat berada di tempat Rasulullah Saw., maka beliau kedatangan seorang lelaki yang berkata kepadanya, "Wahai Rasulullah, berikanlah kepadaku sebagian dari apa yang telah diberikan oleh Allah kepadamu
sebagai harta fai', wahai putra kedua orang yang disembelih." Rasulullah Saw. tersenyum mendengar hal itu. Lalu ada yang bertanya (kepada Mu'awiyah), "Wahai Amirul Mu-minin, siapakah kedua orang yang disembelih itu?" Maka Mu'awiyah
menjawab, bahwa ketika Abdul Muttalib diperintahkan untuk menggali (ulang) sumur zam-zam, ia bernazar kepada Allah, bahwa jika segala sesuatunya dilancarkan oleh Allah dalam urusannya itu, dia akan menyembelih salah seorang putranya.
Mu'awiyah melanjutkan kisahnya, bahwa ternyata setelah dilakukan undian (di antara anak-anaknya) pilihan jatuh kepada Abdullah (ayahanda Nabi Saw.). Tetapi paman-pamannya yang dari pihak ibu melarangnya, dan mereka mengatakan,
"Tebuslah anakmu ini dengan seratus ekor unta." Akhirnya Abdul Muttalib menebusnya dengan seratus ekor unta. Dan orang kedua yang disembelih adalah Ismail a.s. Hadis ini garib sekali, dan Al-Umawi telah meriwayatkan hadis ini
di dalam kitab Magazi-nya, telah menceritakan kepada kami sebagian dari teman-teman kami, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ubaid ibnu Abu Karimah, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Abdur Rahman Al-Qurasyi,
telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Muhammad Al-Atabi (salah seorang anak Atabah ibnu Abu Sufyan), telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami As-Sanabiji, bahwa
ia pernah menghadiri Majelis Mu'awiyah r.a. Lalu kaum yang hadir membicarakan tentang Ismail ataukah Ishaq anak yang disembelih itu, kemudian disebutkan hal yang semisal. Demikianlah yang saya tulis dari kitab salinan yang kacau.
Dan sesungguhnya Ibnu Jarir melakukan suatu kekeliruan dengan memilih pendapat yang mengatakan Zabih adalah Ishaq terhadap firman Allah Swt.: Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.
(Ash-Shaffat: 101). Ia menakwilkan bahwa kabar gembira ini adalah yang menyangkut kelahiran Ishaq, padahal yang sebenarnya adalah firman Allah Swt.: dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran)
seorang anak yang alim (Ishaq). (Az-Zariyat: 28) Dan ia menjawab tentang berita gembira akan kelahiran Ya'qub dari Ishaq, bahwa hal itu terjadi setelah dia sampai pada usia sanggup berusaha (bekerja). Dan merupakan suatu hal
yang tidak mustahil bila Ishaq mempunyai anak lain selain Ya'qub. Ibnu Jarir mengatakan, 'Adapun mengenai sepasang tanduk yang digantungkan di Ka'bah, bisa saja keduanya (Ibrahim dan Ishaq) memindahkannya dari negeri Kan'an (ke Mekah).
'" Ibnu Jarir mengatakan pula bahwa di antara ulama ada yang berpendapat bahwa anak yang disembelih itu adalah Ishaq, dan penyembelihannya dilakukan di Kan'an. ' Apa yang dijadikan pegangan oleh Ibnu Jarir di dalam kitab tafsirnya
ini bukan merupakan suatu pendapat yang benar, bukan pula merupakan hal yang pasti. Bahkan jauh sekali dari kebenaran, mengingat apa yang telah disimpulkan oleh Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi yang mengatakan bahwa
anak yang disembelih itu adalah Ismail, merupakan pendapat yang lebih kuat dan lebih sahih serta lebih terbukti kebenarannya; hanya Allah jualah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:
{وَبَشَّرْنَاهُ بِإِسْحَاقَ نَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ}
Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang saleh. (Ash-Shaffat: 112) Setelah menyebutkan berita gembira tentang kelahiran anak yang disembelih (yaitu Ishaq),
lalu disebutkan mengiringinya berita gembira akan kelahiran saudaranya, yaitu Ishaq. Hal yang sama telah disebutkan di dalam surat Hud dan surat Al-Hijr. Firman Allah Swt., "Nabiyyan.” berkedudukan menjadi kata keterangan
keadaan yang penjelasannya tidak disebutkan. Bentuk lengkapnya ialah, kelak dia akan menjadi seorang nabi yang saleh. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah.
dari Daud. dari Ikrimah yang mengatakan bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan bahwa anak yang disembelih itu adalah Ishaq. Ibnu jarir mengatakan bahwa firman-Nya: Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran)
Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh. (Ash-Shaffat: 112) Ini merupakan berita gembira tentang kenabiannya. Ibnu Jarir mengatakan bahwa ayat ini semakna dengan firman-Nya:
{وَوَهَبْنَا لَهُ مِنْ رَحْمَتِنَا أَخَاهُ هَارُونَ نَبِيًّا}
Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami, yaitu saudaranya Harun menjadi seorang nabi. (Maryam: 53) Harun lebih tua daripada Musa, tetapi Musa menginginkan agar Harun pun diangkat pula menjadi nabi,
maka kenabian diberikan kepadanya. Telah menceritakan pula kepada kami Ibnu Abdul Ala, telah menceritakan kepada kami Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Daud menceritakan dari Ikrimah,
dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna ayat ini, yaitu firman-Nya: Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh (Ash-Shaffat: 112) Sesungguhnya ia
mendapat berita gembira menjadi nabi hanya pada saat ia merelakan dirinya untuk dijadikan kurban demi karena Allah Swt. Dan berita gembira kenabiannya tidak diberikan saat ia dilahirkan. Ibnu Abu Hatim mengatakan pula bahwa
telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami AbuNa'im, telah menceritakan kepada kami Sufyan As-Sauri, dari Daud, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh (Ash-Shaffat: 112) Bahwa ia mendapat berita gembira ini sejak saat ia dilahirkan dan setelah menjadi nabi.
Sa'id ibnu Abu Arubah telah meriwayatkan dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh (Ash-Shaffat: 112) Hal ini
disampaikan kepadanya setelah ia dengan rela dan tulus ikhlas menyerahkan dirinya untuk dijadikan sembelihan. Firman Allah Swt.:
{وَبَارَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلَى إِسْحَاقَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِمَا مُحْسِنٌ وَظَالِمٌ لِنَفْسِهِ مُبِينٌ}
Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan di antara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata. (Ash-Shaffat: 113) Ayat ini semakna dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:
{قِيلَ يَا نُوحُ اهْبِطْ بِسَلامٍ مِنَّا وَبَرَكَاتٍ عَلَيْكَ وَعَلَى أُمَمٍ مِمَّنْ مَعَكَ وَأُمَمٌ سَنُمَتِّعُهُمْ ثُمَّ يَمَسُّهُمْ مِنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ}
Difirmankan, "Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mukmin) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami.” (Hud: 48)
Surat As-Saffat |37:100|
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
robbi hab lii minash-shooliḥiin
Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh."
My Lord, grant me [a child] from among the righteous."
('Ya Rabbku! Anugerahkanlah kepadaku) seorang anak (yang termasuk orang-orang yang saleh.')
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 100 |
penjelasan ada di ayat 99
Surat As-Saffat |37:101|
فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ
fa basysyarnaahu bighulaamin ḥaliim
Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar (Ismail).
So We gave him good tidings of a forbearing boy.
(Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar) yakni yang banyak memiliki kesabaran.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 101 |
penjelasan ada di ayat 99
Surat As-Saffat |37:102|
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
fa lammaa balagho ma'ahus-sa'ya qoola yaa bunayya inniii aroo fil-manaami anniii ażbaḥuka fanzhur maażaa taroo, qoola yaaa abatif'al maa tu`maru satajiduniii in syaaa`allohu minash-shoobiriin
Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar."
And when he reached with him [the age of] exertion, he said, "O my son, indeed I have seen in a dream that I [must] sacrifice you, so see what you think." He said, "O my father, do as you are commanded. You will find me, if Allah wills, of the steadfast."
(Maka tatkala anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim) yaitu telah mencapai usia sehingga dapat membantunya bekerja;
menurut suatu pendapat bahwa umur anak itu telah mencapai tujuh tahun. Menurut pendapat yang lain bahwa pada saat itu anak Nabi Ibrahim berusia tiga belas tahun
(Ibrahim berkata, "Hai anakku! Sesungguhnya aku melihat) maksudnya, telah melihat (dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu!) mimpi para nabi adalah mimpi yang benar,
dan semua pekerjaan mereka berdasarkan perintah dari Allah swt. (maka pikirkanlah apa pendapatmu!") tentang impianku itu; Nabi Ibrahim bermusyawarah dengannya supaya ia menurut, mau disembelih,
dan taat kepada perintah-Nya. (Ia menjawab, "Hai bapakku) huruf Ta pada lafal Abati ini merupakan pergantian dari Ya Idhafah (kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu) untuk melakukannya
(Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar") menghadapi hal tersebut.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 102 |
penjelasan ada di ayat 99
Surat As-Saffat |37:103|
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ
fa lammaaa aslamaa wa tallahuu lil-jabiin
Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipisnya, (untuk melaksanakan perintah Allah).
And when they had both submitted and he put him down upon his forehead,
(Tatkala keduanya telah berserah diri) artinya, tunduk dan patuh kepada perintah Allah swt. (dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya)
Nabi Ismail dibaringkan pada salah satu pelipisnya; setiap manusia memiliki dua pelipis dan di antara keduanya terdapat jidat. Kejadian ini di Mina; kemudian Nabi Ibrahim
menggorokkan pisau besarnya ke leher Nabi Ismail, akan tetapi berkat kekuasaan Allah pisau itu tidak mempan sedikit pun.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 103 |
penjelasan ada di ayat 99
Surat As-Saffat |37:104|
وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ
wa naadainaahu ay yaaa ibroohiim
Lalu Kami panggil dia, "Wahai Ibrahim!
We called to him, "O Abraham,
(Dan Kami panggil dia, "Hai Ibrahim!)
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 104 |
penjelasan ada di ayat 99
Surat As-Saffat |37:105|
قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا ۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
qod shoddaqtar-ru`yaa, innaa każaalika najzil-muḥsiniin
Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu." Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
You have fulfilled the vision." Indeed, We thus reward the doers of good.
(Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpimu itu") melalui apa yang telah kamu kerjakan, yaitu melaksanakan penyembelihan yang diperintahkan itu atau dengan kata lain,
cukuplah bagimu hal itu. Jumlah kalimat Naadainaahu merupakan jawab dari lafal Lammaa, hanya ditambahi Wau (sesungguhnya demikianlah) maksudnya, sebagaimana Kami memberikan pahala kepadamu
(Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik) terhadap diri mereka sendiri dengan melaksanakan apa yang diperintahkan kepada mereka, yaitu Kami akan melepaskan mereka dari kesulitan.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 105 |
penjelasan ada di ayat 99
Surat As-Saffat |37:106|
إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ
inna haażaa lahuwal-balaaa`ul mubiin
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
Indeed, this was the clear trial.
(Sesungguhnya ini) penyembelihan yang diperintahkan ini (benar-benar suatu ujian yang nyata) atau cobaan yang jelas.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 106 |
penjelasan ada di ayat 99
Surat As-Saffat |37:107|
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
wa fadainaahu biżib-ḥin 'azhiim
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
And We ransomed him with a great sacrifice,
(Dan Kami tebus anak itu) maksudnya, anak yang diperintahkan untuk disembelih (Nabi Ismail). Menurut suatu pendapat bahwa anak yang disembelih itu adalah Nabi Ishak
(dengan seekor sembelihan) yakni dengan domba (yang besar) dari surga, yaitu domba yang sama dengan domba yang dijadikan kurban oleh Habil. Domba itu dibawa oleh malaikat Jibril, lalu Nabi Ibrahim menyembelihnya seraya membaca takbir.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 107 |
penjelasan ada di ayat 99
Surat As-Saffat |37:108|
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ
wa taroknaa 'alaihi fil-aakhiriin
Dan Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,
And We left for him [favorable mention] among later generations:
(Kami abadikan) Kami lestarikan (untuk Ibrahim itu di kalangan orang-orang yang datang kemudian) pujian yang baik.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 108 |
penjelasan ada di ayat 99
Surat As-Saffat |37:109|
سَلَامٌ عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ
salaamun 'alaaa ibroohiim
"Selamat sejahtera bagi Ibrahim."
"Peace upon Abraham."
("Kesejahteraan) dari Kami (dilimpahkan atas Ibrahim.")
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 109 |
penjelasan ada di ayat 99
Surat As-Saffat |37:110|
كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
każaalika najzil-muḥsiniin
Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Indeed, We thus reward the doers of good.
(Demikianlah) sebagaimana Kami memberikan imbalan pahala kepada Ibrahim (kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik) terhadap diri mereka sendiri.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 110 |
penjelasan ada di ayat 99
Surat As-Saffat |37:111|
إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ
innahuu min 'ibaadinal-mu`miniin
Sungguh, dia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.
Indeed, he was of Our believing servants.
(Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.)
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 111 |
penjelasan ada di ayat 99
Surat As-Saffat |37:112|
وَبَشَّرْنَاهُ بِإِسْحَاقَ نَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ
wa basysyarnaahu bi`is-ḥaaqo nabiyyam minash-shooliḥiin
Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishak seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh.
And We gave him good tidings of Isaac, a prophet from among the righteous.
(Dan Kami beri dia kabar gembira dengan kelahiran Ishak) dengan adanya ayat ini dapat disimpulkan, bahwa anak yang disembelih itu bukanlah Nabi Ishak
tetapi anak Nabi Ibrahim yang lainnya, yaitu Nabi Ismail (seorang nabi) menjadi Hal dari lafal yang diperkirakan keberadaannya, artinya kelak ia akan menjadi seorang nabi (yang termasuk orang-orang yang saleh.)
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 112 |
penjelasan ada di ayat 99
Surat As-Saffat |37:113|
وَبَارَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلَىٰ إِسْحَاقَ ۚ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِمَا مُحْسِنٌ وَظَالِمٌ لِنَفْسِهِ مُبِينٌ
wa baaroknaa 'alaihi wa 'alaaa is-ḥaaq, wa min żurriyyatihimaa muḥsinuw wa zhoolimul linafsihii mubiin
Dan Kami limpahkan keberkahan kepadanya dan kepada Ishak. Dan di antara keturunan keduanya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang terang-terangan berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.
And We blessed him and Isaac. But among their descendants is the doer of good and the clearly unjust to himself.
(Kami limpahkan keberkatan atasnya) dengan diperbanyak anak cucunya (dan atas Ishak) anak Nabi Ibrahim, yaitu Kami menjadikan kebanyakan para nabi dari keturunannya.
(Dan di antara anak cucunya ada yang berbuat baik) maksudnya, yang beriman (dan ada pula yang lalim terhadap dirinya sendiri) yang kafir (dengan nyata) nyata kekafirannya.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 113 |
penjelasan ada di ayat 99
Surat As-Saffat |37:114|
وَلَقَدْ مَنَنَّا عَلَىٰ مُوسَىٰ وَهَارُونَ
wa laqod manannaa 'alaa muusaa wa haaruun
Dan sungguh, Kami telah melimpahkan nikmat kepada Musa dan Harun.
And We did certainly confer favor upon Moses and Aaron.
(Dan sesungguhnya Kami telah melimpahkan nikmat atas Musa dan Harun) yakni nikmat kenabian.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 114 |
Tafsir ayat 114-122
Allah Swt. menyebutkan nikmat yang telah diberikan-Nya kepada Musa "dan Harun, yaitu kenabian dan keselamatan —bersama dengan orang-orang yang beriman kepada keduanya—dari kekejaman Fir'aun dan kaumnya,
yang sebelumnya Fir'aun dan kaumnya menindas mereka dengan kejam, anak-anak lelaki mereka dibunuh, sedangkan anak-anak perempuan mereka dibiarkan hidup, dan mereka (Bani Israil) dipaksa untuk melakukan kerja-kerja berat lagi hina.
Setelah itu Allah menolong mereka atas Fir'aun dan kaumnya, dan membuat mereka senang, yaitu menjadikan mereka menang atas Fir'aun dan kaumnya. Pada akhirnya mereka dapat merebut tanah dan harta benda Fir'aun dan kaumnya,
serta dapat merebut semua yang telah dikumpulkan oleh Fir'aun dan kaumnya selama hidupnya. Setelah itu Allah Swt. menurunkan kepada Musa Kitab yang besar lagi jelas, gamblang, dan terang. Kitab yang dimaksud adalah Taurat,
seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى وَهَارُونَ الْفُرْقَانَ وَضِيَاءً}
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa dan Harun Kitab Taurat dan penerangan. (Al-Anbiya: 48) Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَآتَيْنَاهُمَا الْكِتَابَ الْمُسْتَبِينَ وَهَدَيْنَاهُمَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ}
Dan Kami berikan kepada keduanya kitab yang sangat jelas. Dan Kami tunjuki keduanya ke jalan yang lurus. (Ash-Shaffat: 117-118) Yakni dalam semua ucapan dan perbuatan.
{وَتَرَكْنَا عَلَيْهِمَا فِي الآخِرِينَ}
Dan Kami abadikan untuk keduanya (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. (Ash-Shaffat: 119) Artinya, Kami lestarikan bagi keduanya —sesudah keduanya tiada— sebutan yang baik dan pujian yang baik. Kemudian dijelaskan oleh firman berikutnya:
{سَلامٌ عَلَى مُوسَى وَهَارُونَ إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ إِنَّهُمَا مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ}
(yaitu)- "Kesejahteraan dilimpahkan atas Musa dan Harun. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya keduanya termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. (Ash-Shaffat: 120-122)
Surat As-Saffat |37:115|
وَنَجَّيْنَاهُمَا وَقَوْمَهُمَا مِنَ الْكَرْبِ الْعَظِيمِ
wa najjainaahumaa wa qoumahumaa minal-karbil-'azhiim
Dan Kami selamatkan keduanya dan kaumnya dari bencana yang besar,
And We saved them and their people from the great affliction,
(Dan Kami selamatkan keduanya dan kaumnya) yaitu kaum Bani Israel (dari bencana yang besar) dari perbudakan Firaun atas mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 115 |
penjelasan ada di ayat 114
Surat As-Saffat |37:116|
وَنَصَرْنَاهُمْ فَكَانُوا هُمُ الْغَالِبِينَ
wa nashornaahum fa kaanuu humul-ghoolibiin
dan Kami tolong mereka, sehingga jadilah mereka orang-orang yang menang.
And We supported them so it was they who overcame.
(Dan Kami tolong mereka) dari cengkeraman bangsa Koptik (maka jadilah mereka orang-orang yang menang.)
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 116 |
penjelasan ada di ayat 114
Surat As-Saffat |37:117|
وَآتَيْنَاهُمَا الْكِتَابَ الْمُسْتَبِينَ
wa aatainaahumal-kitaabal-mustabiin
Dan Kami berikan kepada keduanya Kitab yang sangat jelas,
And We gave them the explicit Scripture,
(Dan Kami berikan kepada keduanya kitab yang sangat jelas) yang di dalamnya terkandung hukum-hukum dan batasan-batasan serta hal-hal lainnya,
yang kesemuanya itu diterangkan dengan jelas dan gamblang di dalamnya; Kitab yang dimaksud adalah Kitab Taurat.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 117 |
penjelasan ada di ayat 114
Surat As-Saffat |37:118|
وَهَدَيْنَاهُمَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
wa hadainaahumash-shiroothol-mustaqiim
dan Kami tunjukkan keduanya jalan yang lurus.
And We guided them on the straight path.
(Dan kami tunjuki keduanya ke jalan) yakni kepada tuntunan (yang lurus.)
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 118 |
penjelasan ada di ayat 114
Surat As-Saffat |37:119|
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِمَا فِي الْآخِرِينَ
wa taroknaa 'alaihimaa fil-aakhiriin
Dan Kami abadikan untuk keduanya (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,
And We left for them [favorable mention] among later generations:
(Dan Kami abadikan) Kami lestarikan (untuk keduanya di kalangan orang-orang yang datang kemudian) pujian yang baik.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 119 |
penjelasan ada di ayat 114
Surat As-Saffat |37:120|
سَلَامٌ عَلَىٰ مُوسَىٰ وَهَارُونَ
salaamun 'alaa muusaa wa haaruun
"Selamat sejahtera bagi Musa dan Harun."
"Peace upon Moses and Aaron."
(Yaitu "Kesejahteraan) dari Kami (dilimpahkan atas Musa dan Harun".')
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 120 |
penjelasan ada di ayat 114
Surat As-Saffat |37:121|
إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
innaa każaalika najzil-muḥsiniin
Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Indeed, We thus reward the doers of good.
(Sesungguhnya demikianlah) maksudnya, sebagaimana Kami memberikan balasan pahala kepada keduanya (Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.)
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 121 |
penjelasan ada di ayat 114
Surat As-Saffat |37:122|
إِنَّهُمَا مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ
innahumaa min 'ibaadinal-mu`miniin
Sungguh, keduanya termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.
Indeed, they were of Our believing servants.
(Sesungguhnya keduanya termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.)
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 122 |
penjelasan ada di ayat 114
Surat As-Saffat |37:123|
وَإِنَّ إِلْيَاسَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ
wa inna ilyaasa laminal-mursaliin
Dan sungguh, Ilyas benar-benar termasuk salah seorang rasul.
And indeed, Elias was from among the messengers,
(Dan sesungguhnya Ilyas) dapat dibaca Ilyaas atau Alyaas (benar-benar termasuk salah seorang rasul-rasul) menurut suatu pendapat bahwa Nabi Ilyas itu adalah anak saudara lelaki Nabi Harun dan Nabi Musa.
Menurut pendapat yang lain bukan; ia diutus oleh Allah kepada kaum yang tinggal di kota Ba'albak dan sekitarnya.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 123 |
Tafsir ayat 123-132
Qatadah dan Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa menurut suatu pendapat, Ilyas adalah Idris. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Na'im,
telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Ubaidah ibnu Rabi'ah, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa Ilyas adalah Idris. Hal yang sama dikatakan pula oleh Ad-Dahhak. Wahb ibnu Munabbih mengatakan
bahwa dia adalah Ilyas ibnu Nissi ibnu Fanhas ibnul Aizar ibnu Harun ibnu Imran. Allah mengutusnya kepada kaum Bani Israil sesudah Hizqil a.s. (Hezkiel), saat itu kaumnya menyembah berhala yang disebut Ba'l. Lalu Ilyas menyeru mereka
untuk menyembah Allah, dan mencegah mereka dari menyembah kepada selain Allah. Pada mulanya raja mereka telah beriman, kemudian murtad dan terus berkelanjutan dalam kesesatannya bersama kaumnya, sehingga tiada seorang pun
dari mereka yang beriman. Maka Nabi Ilyas berdoa kepada Allah untuk memberikan pelajaran terhadap kaumnya, maka Allah menahan hujan dari mereka selama tiga tahun. Akhirnya mereka meminta kepada Nabi Ilyas agar melenyapkan
hal tersebut dari mereka; dan mereka menjanjikan kepadanya bahwa jika berhasil, maka mereka akan beriman kepadanya, yaitu jika mereka kembali memperoleh hujan. Lalu Nabi Ilyas berdoa kepada Allah memohon hujan,
maka turunlah hujan kepada mereka sebagaimana biasanya. Akan tetapi, mereka tetap dalam kesesatannya dan bergelimang dalam kekafirannya seperti semula. Kemudian Nabi Ilyas memohon kepada Allah agar Dia mencabut nyawanya
kembali kepada-Nya, dan saat itu telah dibesarkan oleh Ilyasa" ibnu Akhtub a.s. Maka Allah memerintahkan kepada Ilyas agar pergi ke suatu tempat; bilamana ada sesuatu yang datang kepadanya, janganlah ia takut,
dan hendaknya ia menaikinya tanpa ragu-ragu. Maka datanglah kepadanya di tempat tersebut seekor kuda dari api, lalu ia menaikinya, dan Allah Swt. memberi Ilyas pakaian dari cahaya dan memberinya sayap. Sejak itu Ilyas terbang
bersama para malaikat, menjadi manusia penghuni langit, adakalanya juga berada di bumi. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Wahb ibnu Munabbih dari Ahli Kitab; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui kebenarannya
Firman Allah Swt.:
{إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَلا تَتَّقُونَ}
(Ingatlah) ketika ia berkata kepada kautnya,-Mengapa kamu tidak bertakwa?" (Ash-Shaffat: 124) Artinya, mengapa kalian tidak takut kepada Allah Swt. karena kalian menyembah selain-Nya?.
{أَتَدْعُونَ بَعْلا وَتَذَرُونَ أَحْسَنَ الْخَالِقِينَ}
Patutkah kamu menyembah Ba'l dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta? (As- Saffat:125) Ibnu Abas r a Mujahid, Ikrimah, Qatadah, dan As-Saddi mengatakan Ba’l adalah berhala. Qatadah dan Ikrimah berkata itu menurut dialek Yaman,
dalam riwayat lain Qatadah berkata itu menurut dialek suku Sunu’ah. Ibnu Ishaq mengabarkan dari sebagian ahli ilmu bahwa Ba’l adalah berhala wanita. Abdurrahman bin Zaid bin Aslam mengatakan dari Bapaknya,
Ba’l adalah nama patung yang disembang orang Madinah, dinamakan dengan Ba’labak terletak di sebelah barat Dimasyq. Firman Allah Swt.:
{أَتَدْعُونَ بَعْلا}
Patutkah kamu menyembah Ba'l. (Ash-Shaffat: 125) Yakni mengapa kamu menyembah berhala?
{وَتَذَرُونَ أَحْسَنَ الْخَالِقِينَ اللَّهَ رَبَّكُمْ وَرَبَّ آبَائِكُمُ الأوَّلِينَ}
dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta, Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu. Dialah yang pantas disembah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya:
{فَكَذَّبُوهُ فَإِنَّهُمْ لَمُحْضَرُونَ}
Maka mereka mendustakannya, karena itu mereka akan diseret (ke neraka). (Ash-Shaffat: 127) Yaitu untuk mendapat azab di hari perhitungan amal perbuatan nanti.
{إِلا عِبَادَ اللَّهِ الْمُخْلَصِينَ}
kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa) (Ash-Shaffat: 128) Yakni di antara mereka yang mengesakan Allah, istisna atau pengecualian di sini bersifat munqati' dari musbat. Firman Allah Swt.:
{وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الآخِرِينَ}
Dan Kami abadikan untuk Ilyas di kalangan orang-orang yang datang kemudian. (Ash-Shaffat: 129) Maksudnya, pujian yang baik dan sebutan yang harum.
{سَلامٌ عَلَى إِلْ يَاسِينَ}
(yaitu),Kesejahteraan dilimpahkan atas Ilyas.” (Ash-Shaffat: 130) Ungkapan ini menurut dialek Bani Asad, misalnya Ismail dikatakan Ismain; sebagian Bani Tamim mendendangkan suatu bait syair berkenaan dengan biawak yang berhasil mereka buru:
يَقُولُ رَبّ السُّوقِ لَمَّا جِينَا ... هَذَا وربِّ الْبَيْتِ إسْرَائينا
Mereka mengatakan ketika kami datang, "Ini, demi Tuhan Baitullah, adalah orang-orang Bani Israil" Dikatakan Mikal, Mikail, dan Mikain, sebagaimana dikatakan Ibrahim dan Abraham, dan Israil dikatakan Israin, Tursaina dikatakan Tur Sinina.
Semuanya itu diperbolehkan dan menunjukkan makna yang sama Sebagian ulama membacanya Salamun -Ala Idrasin, yang artinya 'kesejahteraan dilimpahkan kepada Idris." Ini menurut qiraat sahabat Ibnu Masud r.a.
Yang lainnya ada yang membacanya Ali Yasin, dengan pengertian keluarga Muhammad Saw. Firman Allah Swt.:
{إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ. إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ}
Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. (Ash-Shaffat: 131-132) Tafsir mengenainya telah di sebutkan di atas; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Surat As-Saffat |37:124|
إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَلَا تَتَّقُونَ
iż qoola liqoumihiii alaa tattaquun
(Ingatlah) ketika dia berkata kepada kaumnya, "Mengapa kamu tidak bertakwa?
When he said to his people, "Will you not fear Allah?
(Ingatlah ketika) lafal Idz di sini dinashabkan oleh lafal Udzkur yang diperkirakan keberadaannya (ia berkata kepada kaumnya, "Mengapa kalian tidak bertakwa) kepada Allah
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 124 |
penjelasan ada di ayat 123
Surat As-Saffat |37:125|
أَتَدْعُونَ بَعْلًا وَتَذَرُونَ أَحْسَنَ الْخَالِقِينَ
a tad'uuna ba'law wa tażaruuna aḥsanal-khooliqiin
Patutkah kamu menyembah Ba'al dan kamu tinggalkan (Allah) sebaik-baik Pencipta,
Do you call upon Ba'l and leave the best of creators -
(Patutkah kalian menyembah Ba'l) Ba'l adalah nama berhala yang terbuat dari emas, dan dengan nama berhala itu pula negeri mereka diberi nama, lalu dimudhafkan kepada lafal Bik,
sehingga jadilah Ba'alabak. Maksud ayat ini ialah mengapa kalian menyembahnya (dan kalian tinggalkan) artinya kalian tidak menyembah (sebaik-baik pencipta) yakni Allah; maksudnya mengapa kalian tidak menyembah Allah
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 125 |
penjelasan ada di ayat 123
Surat As-Saffat |37:126|
اللَّهَ رَبَّكُمْ وَرَبَّ آبَائِكُمُ الْأَوَّلِينَ
alloha robbakum wa robba aabaaa`ikumul-awwaliin
(yaitu) Allah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yang terdahulu?"
Allah, your Lord and the Lord of your first forefathers?"
(Yaitu Allah Rabb kalian dan Rabb bapak-bapak kalian yang terdahulu") kalau dibaca Allaahu Rabbukum Warabbu Aabaa-ikum, berarti sebelumnya diperkirakan adanya lafal Huwa.
Kalau dibaca Allaaha Rabbakum warabba Aabaa-ikum berarti menjadi Badal dari lafal Ahsanal Khaaliqiina.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 126 |
penjelasan ada di ayat 123
Surat As-Saffat |37:127|
فَكَذَّبُوهُ فَإِنَّهُمْ لَمُحْضَرُونَ
fa każżabuuhu fa innahum lamuḥdhoruun
Tetapi mereka mendustakannya (Ilyas), maka sungguh, mereka akan diseret (ke neraka),
And they denied him, so indeed, they will be brought [for punishment],
(Maka mereka mendustakannya, karena itu mereka akan diseret) ke dalam neraka.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 127 |
penjelasan ada di ayat 123
Surat As-Saffat |37:128|
إِلَّا عِبَادَ اللَّهِ الْمُخْلَصِينَ
illaa 'ibaadallohil-mukhlashiin
kecuali hamba-hamba Allah yang disucikan (dari dosa).
Except the chosen servants of Allah.
(Kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan dari dosa) yaitu hamba-hamba Allah yang beriman, mereka diselamatkan dari neraka.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 128 |
penjelasan ada di ayat 123
Surat As-Saffat |37:129|
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ
wa taroknaa 'alaihi fil-aakhiriin
Dan Kami abadikan untuk Ilyas (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,
And We left for him [favorable mention] among later generations:
(Dan Kami abadikan untuk Ilyas di kalangan orang-orang yang datang kemudian) pujian yang baik.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 129 |
penjelasan ada di ayat 123
Surat As-Saffat |37:130|
سَلَامٌ عَلَىٰ إِلْ يَاسِينَ
salaamun 'alaaa ilyaasiin
"Selamat sejahtera bagi Ilyas."
"Peace upon Elias."
(Yaitu "Kesejahteraan) dari Kami (dilimpahkan atas Ilyasin) yang dimaksud adalah Nabi Ilyas yang tadi, ia dinamakan demikian secara Taghlib, perihalnya sama dengan ucapan orang-orang Arab
jika menamakan Muhallab dan kaumnya, mereka menamakannya Al-Muhallabuun. Dan menurut qiraat yang membacakannya menjadi Aali Yasiina dengan dipanjangkan harakat Hamzahnya,
berarti keluarga Nabi Ilyas, dan makna yang dimaksud adalah Nabi Ilyas pula.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 130 |
penjelasan ada di ayat 123
Surat As-Saffat |37:131|
إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
innaa każaalika najzil-muḥsiniin
Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Indeed, We thus reward the doers of good.
(Sesungguhnya demikianlah) sebagaimana Kami memberikan balasan pahala kepadanya (Kami memberikan balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.)
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 131 |
penjelasan ada di ayat 123
Surat As-Saffat |37:132|
إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ
innahuu min 'ibaadinal-mu`miniin
Sungguh, dia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.
Indeed, he was of Our believing servants.
(Sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.)
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 132 |
penjelasan ada di ayat 123
Surat As-Saffat |37:133|
وَإِنَّ لُوطًا لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ
wa inna luuthol laminal-mursaliin
Dan sungguh, Lut benar-benar termasuk salah seorang rasul.
And indeed, Lot was among the messengers.
(Dan sesungguhnya Luth benar-benar adalah seorang rasul.)
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 133 |
Tafsir ayat 133-138
Allah Swt. Menceritakan tentang hamba dan Rasul-Nya, yaitu Lut a.s. Allah telah mengutusnya kepada kaumnya, tetapi kaumnya mendustakannya. Maka Allah menyelamatkan dia dan keluarganya dari kalangan mereka kecuali istrinya,
karena sesungguhnya istrinya dibinasakan bersama dengan orang yang binasa dari kaumnya. Allah Swt. membinasakan mereka dengan berbagai macam siksaan, dan menjadikan tempat tinggal mereka sebagai laut yang airnya busuk
lagi buruk pemandangannya, begitu pula airnya dan baunya. Dan menjadikan tempat tinggal mereka sebagai tempat yang biasa dilalui oleh para musafir siang dan malam hari. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{وَإِنَّكُمْ لَتَمُرُّونَ عَلَيْهِمْ مُصْبِحِينَ وَبِاللَّيْلِ أَفَلا تَعْقِلُونَ}
Dan sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekah) benar-benar akan melalui (bekas-bekas) mereka di waktu pagi dan di waktu malam. Maka apakah kamu tidak memikirkan? (Ash-Shaffat: 137-138)
Yakni mengapa kamu tidak mengambil pelajaran dari mereka, bagaimanakah Allah membinasakan mereka, dan kamu telah mengetahui bahwa bagi orang-orang kafir akan mendapat siksaan yang semisal.
Surat As-Saffat |37:134|
إِذْ نَجَّيْنَاهُ وَأَهْلَهُ أَجْمَعِينَ
iż najjainaahu wa ahlahuuu ajma'iin
(Ingatlah) ketika Kami telah menyelamatkan dia dan pengikutnya semua,
[So mention] when We saved him and his family, all,
(Ingatlah ketika Kami selamatkan dia dan keluarganya pengikut-pengikutnya semua.)
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 134 |
penjelasan ada di ayat 133
Surat As-Saffat |37:135|
إِلَّا عَجُوزًا فِي الْغَابِرِينَ
illaa 'ajuuzan fil-ghoobiriin
kecuali seorang perempuan tua (istrinya) bersama-sama orang yang tinggal (di kota).
Except his wife among those who remained [with the evildoers].
(Kecuali seorang perempuan tua istrinya yang berada bersama-sama orang yang ditinggal) orang-orang yang ditinggal tertimpa azab.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 135 |
penjelasan ada di ayat 133
Surat As-Saffat |37:136|
ثُمَّ دَمَّرْنَا الْآخَرِينَ
ṡumma dammarnal-aakhoriin
Kemudian Kami binasakan orang-orang yang lain.
Then We destroyed the others.
(Kemudian Kami binasakan) Kami hancurkan (orang-orang yang lain) yaitu orang-orang yang kafir dari kaumnya.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 136 |
penjelasan ada di ayat 133
Surat As-Saffat |37:137|
وَإِنَّكُمْ لَتَمُرُّونَ عَلَيْهِمْ مُصْبِحِينَ
wa innakum latamurruuna 'alaihim mushbiḥiin
Dan sesungguhnya kamu (penduduk Mekah) benar-benar akan melalui (bekas-bekas) mereka pada waktu pagi,
And indeed, you pass by them in the morning
(Dan sesungguhnya kalian hai penduduk Mekah benar-benar akan melalui mereka) melalui bekas-bekas dan tempat-tempat tinggal mereka bila kalian mengadakan perjalanan (di waktu pagi) maksudnya di waktu siang hari.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 137 |
penjelasan ada di ayat 133
Surat As-Saffat |37:138|
وَبِاللَّيْلِ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
wa bil-laiil, a fa laa ta'qiluun
dan pada waktu malam. Maka mengapa kamu tidak mengerti?
And at night. Then will you not use reason?
(Dan di waktu malam hari. Maka apakah kalian tidak memikirkan) hai penduduk Mekah, mengenai apa yang telah menimpa mereka berupa azab, oleh karena kalian lalu mengambil pelajaran darinya.
Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 138 |
penjelasan ada di ayat 133