Juz 23

Surat As-Saffat |37:139|

وَإِنَّ يُونُسَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ

wa inna yuunusa laminal-mursaliin

Dan sungguh, Yunus benar-benar termasuk salah seorang rasul,

And indeed, Jonah was among the messengers.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 139 |

Tafsir ayat 139-148

Dalam surat Al-Anbiya telah disebutkan bahwa kisah Nabi Yunus a.s. Dan di dalam Kitab Sahihan disebutkan, bahwa Rasulullah Saw. Telah bersabda:


"مَا يَنْبَغِي لِعَبْدٍ أَنْ يَقُولَ: أَنَا خَيْرٌ مِنْ يُونُسَ بْنِ متَّى ونَسَبَه إِلَى أُمِّهِ"


Tidaklah layak bagi seseorang bila mengatakan bahwa aku ini lebih baik daripada Yunus ibnu Mata. Nisbatnya itu kepada ibunya dan menurut pendapat lain dinisbatkan kepada ayahnya. Firman Allah Swt.:


{إِذْ أَبَقَ إِلَى الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ}


(ingatlah) ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan. (Ash-Shaffat: 140) Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa al-masyhun artinya yang sarat dan penuh dengan muatan.


{فَسَاهَمَ فَكَانَ مِنَ الْمُدْحَضِينَ}


kemudian ia ikut berundi, lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. (Ash-Shaffat: 141) Yakni terkalahkan dalam undian tersebut. Demikian itu karena perahu yang ditumpanginya keberatan muatan hingga hampir tenggelam

dan ombak laut masuk ke dalam perahu itu dari semua sisinya. Kemudian mereka mengadakan undian, dengan ketentuan bahwa barang siapa yang namanya keluar dari undian tersebut, maka ia harus dilemparkan ke laut agar beban perahu

tidak terlalu berat. Ternyata undian tersebut jatuh kepada Nabi Yunus a.s. sekalipun diulang tiga kali, karena mereka tidak suka bila beliau dilemparkan ke laut. Akhirnya Nabi Yunus terpaksa melepaskan bajunya untuk menceburkan

dirinya ke laut. Sekalipun mereka mencegahnya. Kemudian Allah Swt.memerintahkan kepada ikan besar (ikan paus) dari laut hijau untuk membelah laut dan pergi ke tempat Nabi Yunus berada, lalu menelannya, tetapi tidak boleh melukai

dagingnya, dan tidak boleh pula mematahkan tulangnya. Ikan besar itu telah berada di tempat saat Nabi Yunus menceburkan dirinya ke laut, lalu ia langsung menelannya dan membawanya pergi mengelilingi semua laut.

Ketika Nabi Yunus telah berada di dalam perut ikan, ia mengira bahwa dirinya telah mati. Lalu ia gerakkan kepala dan kedua kakinya serta semua anggota tubuhnya, ternyata dirinya masih hidup. Kemudian ia berdiri dan salat di dalam perut ikan;

dan di antara doa yang diucapkan­nya ialah ''Ya Tuhanku, aku jadikan untuk menyembahmu sebuah masjid di suatu tempat yang tidak dapat dicapai oleh seorang manusia pun." Para ulama berselisih pendapat tentang lamanya masa Nabi Yunus

berada di dalam perut ikan besar itu. Suatu pendapat mengatakan tiga hari, ini menurut Qatadah. Ada yang menyebutkan tujuh hari, ini menurut Ja'far As-Sadiq r.a. Dan menurut pendapat lainnya empat puluh hari, ini menurut Abu Malik.

Mujahid telah meriwayatkan dari Asy-Sya'bi, bahwa Nabi Yunus ditelan oleh ikan besar di waktu pagi hari, dan dikeluarkan darinya pada petang hari. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui tentang lamanya dia berada di dalam perut ikan. Di dalam syair Umayyah ibnu Abus Silt disebutkan:


وَأنْتَ بفَضلٍ منْكَ نَجَّيتَ يُونُسًا ... وَقَدْ بَاتَ فِي أضْعَاف حُوتٍ ليَالِيا


Engkau telah menyelamatkan Yunus berkat karunia dari-Mu, padahal dia telah tinggal di dalam perut ikan itu setelah beberapa malam. Firman Allah Swt.:


{فَلَوْلا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ}


Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. (Ash-Shaffat:. 143-144) Menurut suatu pendapat sehubungan dengan makna ayat ini,

bahwa sekiranya dia tidak pernah mengerjakan amal saleh di masa sukanya. Demikianlah menurut takwil yang dikemukakan oleh Ad-Dahhak ibnu Qais Abul Aliyah, Wahb ibhu Munabbih, Qatadah, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang

dan dipilih oleh Ibnu Jarir. Dan memang ada hadis yang menerangkan hal tersebut yang akan kami kemukakan, insya Allah, dapat dijadikan sebagai dalil jika memang predikatnya sahih. Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas disebutkan:


" تَعَرف إِلَى اللَّهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ"


Kenalilah Allah di masa suka. niscaya Dia mengenalmu di masa duka(mu) Ibnu Abbas r.a., Said ibnu Jubair,Ad-Dahhak, Ata ibnus Sa'ib As-Saddi, Al-Hasan, dan Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah. (Ash-Shaffat: 143) Yakni orang-orang vang salat: sebagian dari mereka menyebutkan bahwa memang Yunus sebelum itu termasuk orang yang rajin

mengerjakan salat. Dan sebagian lainnya mengatakan bahwa dia memang termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah sejak masih berada di dalam perut ibunya. Pendapat yang lain mengatakan: Maka kalau sekiranya

dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah. (Ash-Shaffat: 143) Bahwa yang dimaksud adalah apa yang dijelaskan oleh firman-Nya dalam ayat lainnya, yaitu: maka ia menyeru dalam tempat yang sangat gelap,

"Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan

orang-orang yang beriman. (Al-Anbiya: 87-88) Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair dan lain-lainnya


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو عُبَيْدِ اللَّهِ ابْنِ أَخِي ابْنِ وَهْبٍ، حَدَّثَنَا عَمِّي حَدَّثَنَا أَبُو صَخْرٍ: أَنَّ يَزِيدَ الرَّقَاشِيَّ حَدّثه: أَنَّهُ سَمِعَ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ -وَلَا أَعْلَمُ إِلَّا أَنَّ أَنْسًا يَرْفَعُ الْحَدِيثُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم-"أَنَّ يُونُسَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ بَدَا لَهُ أَنْ يَدْعُوَ بِهَذِهِ الْكَلَمَّاتِ، وَهُوَ فِي بَطْنِ الْحُوتِ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ، إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ. فَأَقْبَلَتِ الدَّعْوَةُ تَحُفُّ بِالْعَرْشِ، قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ: يَا رَبِّ، هَذَا صَوْتٌ ضَعِيفٌ مَعْرُوفٌ مِنْ بِلَادٍ بَعِيدَةٍ غَرِيبَةٍ؟ فَقَالَ: أَمَا تَعْرِفُونَ ذَلِكَ؟ قَالُوا: يَا رَبِّ، وَمَنْ هُوَ؟ قَالَ: عَبْدِي يُونُسُ. قَالُوا: عَبْدُكَ يُونُسُ الَّذِي لَمْ يَزَلْ يُرْفَعُ لَهُ عَمَلٌ مُتَقَبَّلٌ، وَدَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ؟ قَالُوا: يا رب، أو لا تَرْحَمُ مَا كَانَ يَصْنَعُ فِي الرَّخَاءِ فتنجِّيه فِي الْبَلَاءِ؟ قَالَ: بَلَى. فَأَمَرَ الْحُوتَ فَطَرَحَهُ بالعرَاء".


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ubaidillah (saudara lelaki Ibnu Wahb), telah menceritakan kepada kami pamanku, telah menceritakan kepada kami Abu Sakhr, bahwa Yazid Ar-Raqqasyi pernah menceritakan

kepadanya bahwa ia pernah mendengar Anas ibnu Malik r.a. —yang menurutnya Anas pasti me-rafa '-kan hadis ini sampai kepada Rasulullah Saw.— menceritakan hadis berikut: Bahwa Nabi Yunus ketika merasa yakin bahwa dirinya harus

mengucapkan doa-doa berikut saat berada di dalam perut ikan besar, yaitu: "Ya Allah, tidak ada Tuhan melainkan Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang aniaya.” Maka doanya itu menghadap dan merintih

di bawah 'Arasy. Para malaikat berkata, "Ya Tuhan kami ini adalah suara yang lemah, tetapi dikenal datang dari tempat yang jauh lagi terasing.” Allah Swt. berfirman, "Tidakkah kalian mengenalnya?” Para malaikat berkata, "Ya Tuhan kami,

suara siapakah ini?” Allah Swt. berfirman, "Ini suara hamba-Ku Yunus.” Mereka berkata, "Hamba-Mu Yunus, yang sampai sekarang masih terus-menerus diangkat baginya amal yang diterima dan doa yang diperkenankan.

” Para malaikat berkata lagi, "Ya Tuhan kami, tidakkah Engkau mengasihaninya atas apa yang telah dikerjakannya di masa sukanya, maka Engkau selamatkan dia dari cobaan ini.” Allah berfirman, "Baiklah.” Lalu Allah memerintahkan

kepada ikan besar itu (untuk mengeluarkannya), maka ikan besar itu mencampakkannya di padang sahara. Ibnu Jarir meriwayatkan hadis ini dari Yunus, dari Ibnu Wahb dengan sanad yang sama.

Ibnu Abu Hatim menambahkan bahwa Abu Sakhr alias Humaid ibnu Ziad mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ibnu Qasit, dan aku menceritakan hadis ini, bahwa ia mendengar Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Yunus dimuntahkan

oleh ikan besar itu ke padang sahara. Dan Allah menumbuhkan buah labu di padang itu. Ketika kami bertanya kepada Abu Hurairah tentang buah tersebut, maka Abu Hurairah menjawab bahwa yang dimaksud adalah buah pohon labu.

Abu Hurairah melanjutkan kisahnya, bahwa Allah menyediakan baginya kambing betina liar yang makan dari serangga tanah, lalu kambing liar itu memberinya air minum dari air susunya setiap pagi dan petang hingga Nabi Yunus dapat berdiri

dan segar kembali. Sehubungan dengan kisah ini Umayyah ibnu Abus Silt mengatakan dalam salah satu bait syairnya:


فَأَنْبَتَ يَقْطينًا عَلَيه برَحْمَةٍ ... مِن اللَّهِ لَولا اللهُ أُلْفِيَ ضَاحيا


Maka tumbuhlah buah labu berkat rahmat Allah untuknya. Kalau sekiranya tidak ada pertolongan Allah, tentulah Yunus mati. Kisah lainnya telah disebutkan pula di dalam hadis Abu Hurairah r.a. yang disandarkan dan di-marfu'-kan (sampai kepada Nabi Saw.), yaitu dalam tafsir surah Al-Anbiya. Firman Allah Swt.:


{فَنَبَذْنَاهُ بِالْعَرَاءِ}


Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus. (Ash-Shaffat: 145) Ibnu Abbas r.a. dan lain-lainnya menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan al'ara ialah tanah tandus yang tidak ada tetumbuhan dan tidak ada pula bangunannya.

Menurut suatu pendapat, tanah tersebut terletak di pinggir Sungai Tigris. Dan menurut pendapat lain adalah suatu tanah yang terletak di negeri Yaman; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.


{وَهُوَ سَقِيمٌ}


sedangkan ia dalam keadaan sakit. (Ash-Shaffat: 145) Yaitu lemah sekali tubuhnya. Ibnu Mas'ud r.a. mengatakan bahwa tubuh Nabi Yunus saat itu tak ubahnya seperti itik yang masih belum tumbuh bulunya (yaitu baru menetas).

As-Saddi mengatakan bahwa keadaan Nabi Yunus saat itu mirip dengan bayi yang baru lahir. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas r.a. dan Ibnu Zaid.


{وَأَنْبَتْنَا عَلَيْهِ شَجَرَةً مِنْ يَقْطِينٍ}


Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu. (Ash-Shaffat: 146) Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Wahb ibnu Munabbih, Hilal ibnu Yusaf, Abdullah ibnu Tawus, As-Saddi, Qatadah, Ad-Dahhak,

Ata Al-Khurrasani, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa pohon tersebut adalah pohon labu. Hasyim telah meriwayatkan dari Al-Qasim ibnu Abu Ayyub, dari Sa'id ibnu Jubair, bahwa setiap pohon

yang tidak memiliki batang dinamakan yaqtin (labu). Menurut riwayat lain yang bersumber darinya, setiap pohon yang dikonsumsi dalam sekali tanam dinamakan yaqtin. Sebagian di antara mereka menyebutkan beberapa keistimewaan

dari buah labu ini antara lain cepat pertumbuhannya, rindang pohonnya, besar, dan lembut buahnya. Buah labu tidak pernah dihinggapi oleh lalat, buahnya terasa enak dan dapat dimakan baik dalam keadaan mentah maupun dimasak,

berikut kulitnya. Telah disebutkan pula dalam hadis bahwa Rasulullah Saw. Menyukai buah labu dan mencari-carinya di pinggir-pinggir piring (bila sedang makan). Firman Allah Swt.:


{وَأَرْسَلْنَاهُ إِلَى مِائَةِ أَلْفٍ أَوْ يَزِيدُونَ}


Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. (Ash-Shaffat: 147) Syahr ibnu Hausyab telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa sesungguhnya diutusnya Nabi Yunus a.s. itu hanyalah sesudah ia dimuntah­kan oleh ikan besar

yang menelannya. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Haris, telah menceritakan kepada kami Abu Hilal, dari Syahr ibnu Hausyab.

Ibnu AbuNajih telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa Yunus diutus kepada mereka sebelum ditelan oleh ikan besar. Menurut hemat kami, tidaklah mustahil bila orang-orang yang dahulu Yunus a.s. diutus kepada mereka pada mulanya,

memerintahkan kepadanya untuk kembali kepada mereka setelah dikeluarkan oleh ikan besar, lalu mereka semua membenarkannya dan beriman kepada­nya. Al-Bagawi mengatakan dalam riwayat yang diutarakannya,

bahwa Yunus diutus kepada umat lainnya sesudah dikeluarkan dari perut ikan besar; jumlah mereka seratus ribu orang atau lebih. Firman Allah Swt.:


{أَوْ يَزِيدُونَ}


atau lebih. (Ash-Shaffat: 147) Ibnu Abbas dalam suatu riwayat yang bersumber darinya menyebutkan, bahkan lebih dari seratus ribu orang, jumlah mereka adalah seratus tiga puluh ribu orang. Riwayat lain yang bersumber darinya

menyebutkan seratus tiga puluh ribu orang lebih beberapa ribu. Menurut riwayat lainnya lagi yang bersumberkan darinya adalah seratus empat puluh ribu lebih beberapa ribu orang; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Sa'id ibnu Jubair menyebutkan lebih dari tujuh puluh ribu orang, yakni seratus tujuh puluh ribu orang. Makhul mengatakan bahwa jumlah mereka seratus sepuluh ribu orang, menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.


قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحِيمِ البَرْقي، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ أَبِي سَلَمَةَ قَالَ: سَمِعْتُ زُهَيرًا عَمَّنْ سَمِعَ أَبَا الْعَالِيَةِ قَالَ: حَدَّثَنِي أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ: أَنَّهُ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَوْلِهِ: {وَأَرْسَلْنَاهُ إِلَى مِائَةِ أَلْفٍ أَوْ يَزِيدُونَ} ، قَالَ: "يَزِيدُونَ عِشْرِينَ أَلْفًا"


Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdur Rahim Al-Barqi, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Abu Salamah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Zuhair menceritakan dari seseorang

yang mendengarnya dari Abul Aliyah; ia mengatakan bahwa telah menceritakan kepadanya Ubay ibnu Ka'b r.a. bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang makna firman-Nya: Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang

atau lebih. (Ash-Shaffat: 147) Maka beliau Saw. bersabda, bahwa mereka lebih dari dua puluh ribu (dari seratus ribu itu). Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini melalui Ali ibnu Hujr, dari Al-Walid ibnu Muslim, dari Zuhair, dari seorang lelaki,

dari Abdul Aliyah, dari Ubay ibnu Ka'b dengan lafaz yang sama. Lalu Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib. Ibnu Abu Hatim meriwayat­kan hadis ini melalui hadis Zuhair dengan sanad yang sama. Ibnu Jarir mengatakan bahwa

sebagian ahli bahasa Arab dan kalangan penduduk Basrah mengatakan sehubungan dengan ungkapan ini bahwa yang dimaksud ialah sampai seratus ribu orang, atau jumlah me'reka lebih dari itu menurut kalian. Karena itu, Ibnu Jarir menempuh cara yang sama saat menafsirkan firman-Nya:


{ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً}


Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu. bahkan lebih keras lagi. (Al-Baqarah: 74)


{إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللَّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً}


tiba-tiba sebagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan rasa takutnya lebih dahsyat dari itu. (An-Nisa:77) Dan firman Allah Swt.:


{فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى}


maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). (An-Najm: 9) Makna yang dimaksud ialah tidak kurang dari itu, bahkan lebih. Firman Allah Swt.:


{فَآمَنُوا}


Lalu mereka beriman. (Ash-Shaffat: 148) Lalu berimanlah seluruh kaum Nabi Yunus a.s.


{فَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ}


karena itu, Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu. (Ash-Shaffat: 148) Yakni sampai dengan waktu ajal mereka, seperti pengertian yang terdapat pada ayat lain melalui firman-Nya:


{فَلَوْلا كَانَتْ قَرْيَةٌ آمَنَتْ فَنَفَعَهَا إِيمَانُهَا إِلا قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ}


Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu. (Yunus: 98)

Surat As-Saffat |37:140|

إِذْ أَبَقَ إِلَى الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ

iż abaqo ilal-fulkil-masy-ḥuun

(ingatlah) ketika dia lari, ke kapal yang penuh muatan,

[Mention] when he ran away to the laden ship.

Tafsir
Jalalain

(Ingatlah ketika ia lari) maksudnya, minggat (ke kapal yang penuh muatan) hal ini terjadi sewaktu ia bersitegang dengan kaumnya, karena ternyata azab yang diancamkan olehnya kepada kaumnya

tidak turun-turun juga, akhirnya ia melarikan diri naik kapal. Dan kapal yang dinaikinya itu berhenti di tengah laut yang besar ombaknya.

Juru mudi kapal mengatakan, bahwa di dalam kapal ini terdapat seorang hamba yang melarikan diri dari tuannya, hal ini akan tampak jelas melalui undian.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 140 |

penjelasan ada di ayat 139

Surat As-Saffat |37:141|

فَسَاهَمَ فَكَانَ مِنَ الْمُدْحَضِينَ

fa saahama fa kaana minal-mud-ḥadhiin

kemudian dia ikut diundi ternyata dia termasuk orang-orang yang kalah (dalam undian).

And he drew lots and was among the losers.

Tafsir
Jalalain

(Kemudian ia ikut berundi) para penumpang kapal itu semuanya diundi (lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian itu) akibatnya ia dilemparkan ke laut.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 141 |

penjelasan ada di ayat 139

Surat As-Saffat |37:142|

فَالْتَقَمَهُ الْحُوتُ وَهُوَ مُلِيمٌ

faltaqomahul-ḥuutu wa huwa muliim

Maka dia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela.

Then the fish swallowed him, while he was blameworthy.

Tafsir
Jalalain

(Maka ia ditelan oleh ikan besar) ditelan bulat-bulat (dalam keadaan tercela) karena ia melakukan perbuatan yang tercela, yaitu pergi dengan memakai jalan laut kemudian naik kapal meninggalkan kaumnya, tanpa izin terlebih dahulu dari Rabbnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 142 |

penjelasan ada di ayat 139

Surat As-Saffat |37:143|

فَلَوْلَا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ

falau laaa annahuu kaana minal-musabbiḥiin

Maka sekiranya dia tidak termasuk orang yang banyak berzikir (bertasbih) kepada Allah,

And had he not been of those who exalt Allah,

Tafsir
Jalalain

(Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang bertasbih) yakni selalu ingat kepada Allah, melalui zikirnya di dalam perut ikan seraya mengatakan,

"Laa Ilaaha Illaa Anta Subhaanaka Innii Kuntu Minazh Zhaalimiina", artinya, "Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang aniaya."

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 143 |

penjelasan ada di ayat 139

Surat As-Saffat |37:144|

لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ

lalabiṡa fii bathnihiii ilaa yaumi yub'aṡuun

niscaya dia akan tetap tinggal di perut (ikan itu) sampai hari Berbangkit.

He would have remained inside its belly until the Day they are resurrected.

Tafsir
Jalalain

(Niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit) artinya, niscaya perut ikan besar itu akan menjadi kuburnya hingga hari kiamat nanti.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 144 |

penjelasan ada di ayat 139

Surat As-Saffat |37:145|

فَنَبَذْنَاهُ بِالْعَرَاءِ وَهُوَ سَقِيمٌ

fa nabażnaahu bil-'arooo`i wa huwa saqiim

Kemudian Kami lemparkan dia ke daratan yang tandus, sedang dia dalam keadaan sakit.

But We threw him onto the open shore while he was ill.

Tafsir
Jalalain

(Kemudian Kami lemparkan dia) Kami campakkan dia dari dalam perut ikan besar itu (ke daerah yang tandus) di permukaan bumi yang tandus, yakni ke tepi pantai pada hari itu juga,

setelah tiga hari, tujuh hari, dua puluh hari atau setelah empat puluh hari sejak ia ditelan ikan besar itu (sedangkan ia dalam keadaan sakit) yakni kurus kering dan sakit bagaikan anak ayam yang terserang penyakit kok.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 145 |

penjelasan ada di ayat 139

Surat As-Saffat |37:146|

وَأَنْبَتْنَا عَلَيْهِ شَجَرَةً مِنْ يَقْطِينٍ

wa ambatnaa 'alaihi syajarotam miy yaqthiin

Kemudian untuk dia Kami tumbuhkan sebatang pohon dari jenis labu.

And We caused to grow over him a gourd vine.

Tafsir
Jalalain

(Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu) pohon itu dapat menaunginya dengan batangnya, berbeda keadaannya dengan pohon labu yang biasanya.

Hal ini merupakan suatu mukjizat baginya, setiap pagi dan petang datang kepadanya kambing hutan, ia meminum air susu dari teteknya hingga ia kuat kembali.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 146 |

penjelasan ada di ayat 139

Surat As-Saffat |37:147|

وَأَرْسَلْنَاهُ إِلَىٰ مِائَةِ أَلْفٍ أَوْ يَزِيدُونَ

wa arsalnaahu ilaa mi`ati alfin au yaziiduun

Dan Kami utus dia kepada seratus ribu (orang) atau lebih,

And We sent him to [his people of] a hundred thousand or more.

Tafsir
Jalalain

(Dan Kami utus dia) sesudah itu, sebagaimana status sebelumnya, kepada kaum Bunainawiy yang tinggal di daerah Maushul (kepada seratus ribu orang atau) bahkan (lebih dari itu) yakni lebih dua puluh atau tiga puluh atau tujuh puluh ribu orang.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 147 |

penjelasan ada di ayat 139

Surat As-Saffat |37:148|

فَآمَنُوا فَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَىٰ حِينٍ

fa aamanuu fa matta'naahum ilaa ḥiin

sehingga mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu tertentu.

And they believed, so We gave them enjoyment [of life] for a time.

Tafsir
Jalalain

(Lalu mereka beriman) sewaktu mereka menyaksikan azab yang telah dijanjikan kepada mereka (karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka)

artinya, kami biarkan mereka menikmati harta yang ada pada mereka (hingga waktu yang tertentu) hingga ajal mereka datang.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 148 |

penjelasan ada di ayat 139

Surat As-Saffat |37:149|

فَاسْتَفْتِهِمْ أَلِرَبِّكَ الْبَنَاتُ وَلَهُمُ الْبَنُونَ

fastaftihim a lirobbikal-banaatu wa lahumul-banuun

Maka tanyakanlah (Muhammad) kepada mereka (orang-orang kafir Mekah), "Apakah anak-anak perempuan itu untuk Tuhanmu sedangkan untuk mereka anak-anak laki-laki?"

So inquire of them, [O Muhammad], "Does your Lord have daughters while they have sons?

Tafsir
Jalalain

(Tanyakanlah kepada mereka) kepada orang-orang kafir Mekah; ungkapan ini dimaksud sebagai ejekan terhadap mereka, ("Apakah untuk Rabb kamu anak-anak perempuan)

sesuai dengan dugaan mereka bahwa para malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah (dan untuk mereka anak laki-laki) mereka memilih yang lebih kuat dan yang lebih baik.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 149 |

Tafsir ayat 149-160

Allah Swt. berfirman, mengingkari sikap orang-orang musyrik karena mereka telah menjadikan bagi Allah anak-anak perempuan; Mahasuci Allah dari apa yang mereka tuduhkan. Sedangkan bagi mereka apa yang disukai oleh mereka, yakni anak laki-laki. Dengan kata lain, menginginkan yang terbaik untuk diri mereka.


{وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالأنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ}


Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. (An-Nahl: 58) Yakni dia tidak senang dengan kelahiran anak perempuan itu,

dan yang dipilih buat dirinya hanyalah anak laki-laki. Allah Swt. berfirman, bahwa mengapa mereka menisbatkan kepada Allah Swt. bagian yang tidak mereka ingini buat diri mereka sendiri. Karena itulah disebutkan oleh firman Allah Swt.:


{فَاسْتَفْتِهِمْ}


Tanyakanlah kepada mereka. (Ash-Shaffat: 149) Perintah ini mengandung nada ingkar terhadap perbuatan mereka.


{أَلِرَبِّكَ الْبَنَاتُ وَلَهُمُ الْبَنُونَ}


Apakah untuk Tuhanmu anak-anak perempuan dan untuk mereka anak laki-laki. (Ash-Shaffat: 149) Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{أَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ الأنْثَى. تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيزَى}


Apakah patut untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. (An-Najm: 21-22) Adapun firman Allah Swt.:


{أَمْ خَلَقْنَا الْمَلائِكَةَ إِنَاثًا وَهُمْ شَاهِدُونَ}


atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan dan mereka menyaksikan (nya)? (Ash-Shaffat: 150) Yakni mengapa mereka memutuskan bahwa malaikat-malaikat itu perempuan, padahal mereka tidak menyaksikan penciptaannya. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh ayat lain melalui firman-Nya:


{وَجَعَلُوا الْمَلائِكَةَ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَنِ إِنَاثًا أَشَهِدُوا خَلْقَهُمْ سَتُكْتَبُ شَهَادَتُهُمْ وَيُسْأَلُونَ}


Dan mereka menganggap malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaikat-malaikat itu? Kelak akan dituliskan

persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggungjawaban. (Az-Zukhruf 19) Yaitu mereka akan ditanyai mengenai hal tersebut kelak di hari kiamat. Firman Allah Swt.:


{أَلا إِنَّهُمْ مِنْ إِفْكِهِمْ لَيَقُولُونَ. وَلَدَ اللَّهُ}


Ketahuilah bahwa sesunggunhya mereka dengan kebohongannya benar-benar mengatakan, "Allah beranak.” (Ash-Shaffat: 151-152) Allah mempunyai anak, kata mereka.


{وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ}


Dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta. (Ash-Shaffat: 152) Allah Swt. menyebutkan tiga pendapat mereka terhadap para malaikat yang merupakan sikap mereka yang sangat kafir lagi bohong. Pertama,

mereka menganggap para malaikat adalah anak-anak Allah, Mahasuci Allah dari apa yang dikatakan mereka. Kedua, mereka menganggap para malaikat adalah jenis perempuan: Ketiga, mereka menyembah para malaikat itu selain Allah Swt.

Mahasuci Allah dari segala perbuatan mereka; masing- masing dari ketiga perlakuan tersebut cukup untuk menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka menjadi penghuni abadinya. Selanjutnya Allah berfirman, mengingkarinya perbuatan mereka:


{أَصْطَفَى الْبَنَاتِ عَلَى الْبَنِينَ}


Apakah Tuhan memilih (mengutamakan) anak-anak perempuan daripada anak laki-laki (Ash-Shaffat: 153) Yakni apakah yang mendorong Dia untuk memilih anak-anak perempuan, bukan anak laki-laki. Seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:


{أَفَأَصْفَاكُمْ رَبُّكُمْ بِالْبَنِينَ وَاتَّخَذَ مِنَ الْمَلائِكَةِ إِنَاثًا إِنَّكُمْ لَتَقُولُونَ قَوْلا عَظِيمًا}


Maka apakah patut Tuhan memilihkan bagimu anak-anak laki-laki, sedangkan Dia sendiri mengambil anak-anak perempuan di antara para malaikat? Sesungguhnya kamu benar-benar mengucapkan kata-kata yang besar (dosanya). (Al-Isra: 40) Karena itulah disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:


{مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ}


Apakah yang terjadi padamu? Bagaimanakah (caranya) kamu menetapkan? (Ash-Shaffat: 154) Maksudnya, kalian ini memang tidak mempunyai akal yang dapat dijadikan sebagai kontrol berfikir sebelum kalian berucap.


{أَفَلا تَذَكَّرُونَ. أَمْ لَكُمْ سُلْطَانٌ مُبِينٌ}


Maka apakah kamu tidak memikirkan? Atau apakah kamu mempunyai bukti yang nyata? (Ash-Shaffat: 155-156) Yakni alasan yang menguatkan apa yang kamu katakan itu.


{فَأْتُوا بِكِتَابِكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}


Maka bawalah kitabmu jika kamu memang orang-orang yang benar. (Ash-Shaffat: 157) Yaitu kemukakanlah bukti yang menguatkan hal tersebut dengan bersandar pada suatu kitab yang diturunkan dari langit, dari Allah Swt.

yang menyebutkan bahwa Dia mengambil seperti apa yang kamu katakan itu. Sesungguhnya apa yang kamu katakan itu tidak dapat diterima oleh akal yang sehat, bahkan secara mutlak rasio menolaknya sama sekali. Firman Allah Swt.:


{وَجَعَلُوا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجِنَّةِ نَسَبًا}


Dan mereka adakan (hubungan) nasab antara Allah dan antara jin. (Ash-Shaffat: 158) Mujahid mengatakan bahwa orang-orang musyrik menganggap malaikat-malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah Swt. Maka Abu Bakar r.a.

bertanya kepada mereka, "Lalu siapakah ibunya?" Mereka (orang-orang musyrik) menjawab, "Anak-anak perempuan jin yang terkemuka." Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Qatadah dan Ibnu Zaid. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{وَلَقَدْ عَلِمَتِ الْجِنَّةُ إِنَّهُمْ لَمُحْضَرُونَ}


Dan sesungguhnya jin mengetahui bahwa mereka benar-benar akan diseret (ke neraka). (Ash-Shaffat: 158) Yakni orang-orang yang menisbatkan hal tersebut kepada jin, kelak mereka benar-benar akan diseret ke dalam azab

di hari penghisaban karena kebohongan mereka dalam hal tersebut yang telah dibuat-buat oleh mereka sendiri dan ucapan mereka yang batil tanpa pengetahuan. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a.

sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan mereka adakan (hubungan) nasab antara Allah dan antara jin. (Ash-Shaffat: 158) Musuh-musuh Allah menduga bahwa Dia dan iblis adalah dua bersaudara,

Mahasuci lagi Mahatinggi Allah dari hal tersebut dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Firman Allah Swt.:


{سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ}


Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan. (Ash-Shaffat: 159) Yaitu Mahasuci lagi Mahatinggi Allah dari mempunyai anak dan dari apa yang digambarkan oleh orang-orang zalim lagi pengingkar itu dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. Firman Allah Swt.:


{إِلا عِبَادَ اللَّهِ الْمُخْلَصِينَ}


Kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa). (Ash-Shaffat: 160) Istisna atau pengecualian di sini bersifat munqati, dan ia berasal dari kalam yang musbat, terkecuali damir yang terdapat di dalam firman-Nya:


{عَمَّا يَصِفُونَ}


Dari apa yang mereka sifatkan (Ash-Shaffat: 159) kembali kepada semua manusia. Kemudian Allah mengecualikan dari mereka hamba-hamba Allah yang dibersihkan dari dosa-dosanya; mereka adalah orang-orang yang mengikuti kebenaran

yang diturunkan kepada semua nabi yang diangkat menjadi rasul. Ibnu Jarir menganggap istis'na ini dari firman Allah Swt.: bahwa mereka benar-benar akan diseret (ke neraka). (Ash-Shaffat: 158) Selanjutnya dikecualikanlah dari mereka:

Kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa). (Ash-Shaffat: 160) Akan tetapi, pendapat yang dikatakan oleh Ibnu Jarir ini masih diragukan kebenarannya; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Surat As-Saffat |37:150|

أَمْ خَلَقْنَا الْمَلَائِكَةَ إِنَاثًا وَهُمْ شَاهِدُونَ

am kholaqnal-malaaa`ikata inaaṡaw wa hum syaahiduun

Atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan sedangkan mereka menyaksikan(nya)?

Or did We create the angels as females while they were witnesses?"

Tafsir
Jalalain

(Atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan dan mereka menyaksikannya") yakni mereka menyaksikan penciptaan Kami itu, yang karenanya mereka mengatakan demikian

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 150 |

penjelasan ada di ayat 149

Surat As-Saffat |37:151|

أَلَا إِنَّهُمْ مِنْ إِفْكِهِمْ لَيَقُولُونَ

alaaa innahum min ifkihim layaquuluun

Ingatlah, sesungguhnya di antara kebohongannya mereka benar-benar mengatakan,

Unquestionably, it is out of their [invented] falsehood that they say,

Tafsir
Jalalain

(Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka dengan kebohongannya) dengan kedustaan mereka itu (benar-benar mengatakan,)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 151 |

penjelasan ada di ayat 149

Surat As-Saffat |37:152|

وَلَدَ اللَّهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ

waladallohu wa innahum lakaażibuun

"Allah mempunyai anak." Dan sungguh, mereka benar-benar pendusta,

" Allah has begotten," and indeed, they are liars.

Tafsir
Jalalain

("Allah beranak") melalui perkataan mereka yang menyatakan bahwa malaikat-malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah. (Dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta) dalam hal ini.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 152 |

penjelasan ada di ayat 149

Surat As-Saffat |37:153|

أَصْطَفَى الْبَنَاتِ عَلَى الْبَنِينَ

ashthofal-banaati 'alal-baniin

apakah Dia (Allah) memilih anak-anak perempuan daripada anak-anak laki-laki?

Has He chosen daughters over sons?

Tafsir
Jalalain

(Apakah Tuhan memilih) lafal Ashthafaa Hamzahnya adalah Hamzah Istifham yang berharakat Fatah, oleh karenanya Hamzah Washal tidak dibutuhkan lagi,

sebab itu dibuang. Yakni apakah Allah mengutamakan (anak-anak perempuan daripada anak laki-laki)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 153 |

penjelasan ada di ayat 149

Surat As-Saffat |37:154|

مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ

maa lakum, kaifa taḥkumuun

Mengapa kamu ini? Bagaimana (caranya) kamu menetapkan?

What is [wrong] with you? How do you make judgement?

Tafsir
Jalalain

(Apakah yang terjadi pada kalian Bagaimanakah caranya kalian menetapkan) kesimpulan yang rusak ini.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 154 |

penjelasan ada di ayat 149

Surat As-Saffat |37:155|

أَفَلَا تَذَكَّرُونَ

a fa laa tażakkaruun

Maka mengapa kamu tidak memikirkan?

Then will you not be reminded?

Tafsir
Jalalain

(Maka apakah kalian tidak memikirkan) bahwasanya Allah swt. itu Maha Tinggi lagi Maha Suci dari mempunyai anak

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 155 |

penjelasan ada di ayat 149

Surat As-Saffat |37:156|

أَمْ لَكُمْ سُلْطَانٌ مُبِينٌ

am lakum sulthoonum mubiin

Ataukah kamu mempunyai bukti yang jelas?,

Or do you have a clear authority?

Tafsir
Jalalain

(Atau apakah kalian mempunyai bukti yang nyata) artinya hujah yang jelas menyatakan bahwa Allah mempunyai anak.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 156 |

penjelasan ada di ayat 149

Surat As-Saffat |37:157|

فَأْتُوا بِكِتَابِكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

fa`tuu bikitaabikum ing kuntum shoodiqiin

(kalau begitu) maka bawalah Kitabmu jika kamu orang yang benar.

Then produce your scripture, if you should be truthful.

Tafsir
Jalalain

(Maka bawalah kitab kalian) kitab Taurat kalian, kemudian perlihatkanlah kepadaku mengenai hal itu di dalamnya (jika kalian memang orang-orang yang benar) di dalam perkataan dan dugaan kalian itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 157 |

penjelasan ada di ayat 149

Surat As-Saffat |37:158|

وَجَعَلُوا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجِنَّةِ نَسَبًا ۚ وَلَقَدْ عَلِمَتِ الْجِنَّةُ إِنَّهُمْ لَمُحْضَرُونَ

wa ja'aluu bainahuu wa bainal-jinnati nasabaa, wa laqod 'alimatil-jinnatu innahum lamuḥdhoruun

Dan mereka mengadakan (hubungan) nasab (keluarga) antara Dia (Allah)dan jin. Dan sungguh, jin telah mengetahui bahwa mereka pasti akan diseret (ke neraka).

And they have claimed between Him and the jinn a lineage, but the jinn have already known that they [who made such claims] will be brought to [punishment].

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka adakan) orang-orang musyrik itu (antara Dia) yakni Allah swt. (dan antara jin) yakni malaikat dinamakan Al-Jinnah karena mereka tidak dapat dilihat oleh mata (hubungan nasab)

melalui perkataan mereka yang menyatakan bahwasanya malaikat-malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah. (Dan sesungguhnya jin mengetahui bahwa mereka)

yakni orang-orang yang mengatakan demikian (benar-benar akan diseret) ke dalam neraka dan mereka akan diazab di dalamnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 158 |

penjelasan ada di ayat 149

Surat As-Saffat |37:159|

سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ

sub-ḥanallohi 'ammaa yashifuun

Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan,

Exalted is Allah above what they describe,

Tafsir
Jalalain

(Maha Suci Allah) kalimat ini memahasucikan Dia (dari apa yang mereka sifatkan) yaitu bahwasanya Allah mempunyai anak.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 159 |

penjelasan ada di ayat 149

Surat As-Saffat |37:160|

إِلَّا عِبَادَ اللَّهِ الْمُخْلَصِينَ

illaa 'ibaadallohil-mukhlashiin

kecuali hamba-hamba Allah yang disucikan (dari dosa).

Except the chosen servants of Allah [who do not share in that sin].

Tafsir
Jalalain

(Kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan dari dosa) yakni kecuali orang-orang yang beriman. Istitsna di sini adalah bersifat Munqathi'.

Maksudnya bahwa mereka yang beriman itu memahasucikan Allah swt. dari apa yang telah disifatkan oleh mereka kepada-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 160 |

penjelasan ada di ayat 149

Surat As-Saffat |37:161|

فَإِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ

fa innakum wa maa ta'buduun

Maka sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah itu,

So indeed, you [disbelievers] and whatever you worship,

Tafsir
Jalalain

(Maka sesungguhnya kalian dan apa-apa yang kalian sembah itu) yakni berhala-berhala sesembahan-sesembahan kalian itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 161 |

Tafsir ayat 161-170

Allah Swt. berfirman, ditujukan kepada orang-orang musyrik:


{فَإِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ بِفَاتِنِينَ. إِلا مَنْ هُوَ صَالِ الْجَحِيمِ}


Maka sesungguhnya kamu dan apa-apa yang kamu sembah itu, sekali-kali tidak dapat menyesatkan (seseorang) terhadap Allah, kecuali orang-orang yang akan masuk neraka yang menyala (Ash-Shaffat: 161 -163)

Yakni sesungguhnya yang menuruti pendapat kalian dan kesesatan serta penyembahan batil yang dilakukan oleh kalian hanyalah orang yang lebih sesat daripada kalian, yaitu mereka yang diciptakan untuk menjadi penghuni neraka.


{لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ}


mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk me­mahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga

(tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Al-A'raf: 179)

Inilah predikat manusia yang mengikuti agama kemusyrikan, kesesatan, dan kekufuran. Seperti yang disebutkan dalam firman-Nya:


{إِنَّكُمْ لَفِي قَوْلٍ مُخْتَلِفٍ يُؤْفَكُ عَنْهُ مَنْ أُفِكَ}


sesungguhnya kamu benar-benar dalam keadaan berbeda-beda pendapat, dipalingkan darinya (Rasul dan Al-Qur'an) orang yang dipalingkan. (Az-Zariyat: 8-9) Yakni sesungguhnya orang yang sesat karenanya hanyalah orang

yang ditakdirkan sesat dan batil. Selanjutnya Allah Swt. membersihkan para malaikat dari apa yang dinisbatkan kepada mereka berupa kekufuran dan kedustaan yang menyatakan bahwa para malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah:


{وَمَا مِنَّا إِلا لَهُ مَقَامٌ مَعْلُومٌ}


Tiada seorang pun di antara kami (malaikat) melainkan mempunyai kedudukan tertentu (Ash-Shaffat: 164) Yaitu kedudukan yang khusus di langit dan tugas-tugas ibadah yang mereka tidak dapat keluar jalur darinya.

Ibnu Asakir di dalam biografi Muhammad ibnu Khalid berikut sanadnya sampai kepada Abdur Rahman ibnul Ala ibnu Sa'd, dari ayahnya, yang merupakan salah seorang yang berbaiat kepada Rasulullah Saw. pada hari jatuhnya kota Mekah,

menyebutkan bahwa Rasulullah Saw. di suatu hari bersabda kepada orang-orang yang ada di dalam majelisnya:


"أطَّت السَّمَاءُ وحُقّ لَهَا أَنْ تَئِطّ، لَيْسَ فِيهَا مَوْضِعَ قَدَم إِلَّا عَلَيْهِ مَلَكٌ رَاكِعٌ أَوْ سَاجِدٌ". ثُمَّ قَرَأَ: {وَإِنَّا لَنَحْنُ الصَّافُّونَ وَإِنَّا لَنَحْنُ الْمُسَبِّحُونَ}


Langit berdetak, dan sudah sepantasnya baginya berdetak, karena tidak suatu tempat pun untuk meletakkan kaki darinya melainkan padanya ada malaikat yang sedang rukuk atau sedang sujud. Kemudian Nabi Saw. membaca firman-Nya:

Tiada seorang pun di antara kami (para malaikat) melainkan mempunyai kedudukan yang tertentu, dan sesungguhnya kami benar-benar bersaf-saf (dalam menunaikan perintah Allah). Dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih

(kepada Allah) (Ash-Shaffat: 164-166) Ad-Dahhak telah mengatakan dalam tafsirnya sehubungan dengan makna ayat berikut, yaitu: Tiada seorang pun di antara kami (para malaikat) melainkan mempunyai kedudukan yang tertentu.

(Ash-Shaffat: 164) Ia mengatakan bahwa Masruq meriwayatkan dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"مَا مِنَ السَّمَاءِ الدُّنْيَا مَوْضِعٌ إِلَّا عَلَيْهِ مَلَكٌ سَاجِدٌ أَوْ قَائِمٌ". فَذَلِكَ قَوْلُهُ: {وَمَا مِنَّا إِلا لَهُ مَقَامٌ مَعْلُومٌ}


Tiada suatu tempat pun di langit terdekat ini melainkan terdapat padanya malaikat yang sedang sujud atau sedang berdiri. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya, "Tiada seorang pun di antara kami (para malaikat)

melainkan mempunyai kedudukan yang tertentu.” (Ash-Shaffat: 164) Al-A'masy telah meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari Masruq, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya di dalam langit itu benar-benar

terdapat suatu langit yang di dalamnya tiada suatu jengkal tempat pun melainkan terdapat kening malaikat atau kedua telapak kakinya. Kemudian Abdullah ibnu Abbas r.a. Membaca firman-Nya: Tiada seorang pun di antara kami (para malaikat)

melainkan mempunyai kedudukan yang tertentu. (Ash-Shaffat: 164) Hal yang sama telah dikatakan oleh Sa’id ibnu Jubair. Qatadah mengatakan, bahwa dahulu kaum pria dan kaum wanita salat bersama-sama, sebelum turun firman-Nya:

Tiada seorang pun di antara kami melainkan mempunyai kedudukan yang tertentu. (Ash-Shaffat: 164) Setelah itu kaum pria maju (berada di depan) dan kaum wanita di belakang.


{وَإِنَّا لَنَحْنُ الصَّافُّونَ}


dan sesungguhnya kami benar-benar bersaf-saf. (Ash-Shaffat: 165) Yakni berdiri bersaf-saf dalam menunaikan perintah Allah, seperti pengertian yang telah dijelaskan di dalam firman-Nya:


{وَالصَّافَّاتِ صَفًّا}


Demi (rombongan) yang bersaf-saf dengan sebenar-benarnya. (Ash-Shaffat: 1) Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Al-Walid ibnu Abdullah ibnu Abu Mugis yang mengatakan bahwa pada mulanya mereka tidak bersaf dalam mengerjakan salat,

hingga turunlah firman-Nya: dan sesungguhnya kami benar-benar bersaf-saf (dalam menunaikan perintah Allah). (Ash-Shaffat: 165) lalu mereka pun membentuk saf-saf. Abu Nadrah mengatakan bahwa dahulu Khalifah Umar r.a.

apabila iqamah telah dikumandangkan, maka ia terlebih dahulu menghadapkan wajahnya kepada para makmum. Kemudian mereka berkata." Luruskanlah saf-saf kalian dan sejajarkanlah berdiri kalian, Allah menghendaki untuk kalian sikap

yang dilakukan oleh para malaikat." Kemudian Khalifah Umar membaca firman-Nya: dan sesungguhnya kami benar-benar bersaf-saf (dalam menunaikan perintah Allah). (Ash-Shaffat: 165) Mundurlah engkau, hai Fulan. Dan majulah kamu,

hai Fulan!" Kemudian Umar maju ke muka, lalu bertakbir. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir. Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui Muzaifah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"فُضِّلنا عَلَى النَّاسِ بِثَلَاثٍ: جُعلت صُفُوفُنَا كَصُفُوفِ الْمَلَائِكَةِ، وَجُعِلَتْ لَنَا الْأَرْضُ مَسْجِدًا، وَتُرْبَتُهَا طَهُورًا" الْحَدِيثَ


Kami diberi keutamaan di atas umat (lainnya) dengan tiga perkara; saf-saf kami dijadikan seperti saf-saf para malaikat; dan bumi ini dijadikan bagi kami masjid (tempat bersujud); dan tanahnya suci lagi menyucikan. Adapun firman Allah Swt.:


{وَإِنَّا لَنَحْنُ الْمُسَبِّحُونَ}


Dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih (kepada Allah). (Ash-Shaffat: 166) Yakni kami membentuk saf dan bertasbih seraya memuji dan menyucikan-­Nya dari semua kekurangan, kami semua adalah hamba-hamba-Nya.

berhajat kepada-Nya dan merendahkan diri dihadapan-Nya. Ibnu Abbas r.a. dan Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Tiada seorang pun di antara kami melainkan kedudukan yang tertentu. (Ash-Shaffat: 164)

Yaitu para malaikat. dan sesungguhnya kami benar-benar bersaf-saf (dalam menunaikan perintah Allah). (Ash-Shaffat: 165) Maksudnya, kami para malaikat. Dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih (kepada Allah) (Ash-Shaffat: 166)

Yakni para malaikat bertasbih kepada Allah Swt. Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih (kepada Allah) (Ash-Shaffat: 166) Yakni selalu tetap berada di tempat salatnya

mengerjakan ibadah kepada Allah. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt dalam firman-Nya:


{وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ. لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ. يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يَشْفَعُونَ إِلا لِمَنِ ارْتَضَى وَهُمْ مِنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ. وَمَنْ يَقُلْ مِنْهُمْ إِنِّي إِلَهٌ مِنْ دُونِهِ فَذَلِكَ نَجْزِيهِ جَهَنَّمَ كَذَلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ}


Dan mereka berkata, "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak, "Mahasuci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan

dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai Allah,

dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya. Dan barang siapa di antara mereka mengatakan, "Sesungguhnya aku adalah tuhan selain dari Allah, " maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahanam, demikian Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang zalim. (Al-Anbiya: 26-29) Adapun firman Allah Swt.:


{وَإِنْ كَانُوا لَيَقُولُونَ. لَوْ أَنَّ عِنْدَنَا ذِكْرًا مِنَ الأوَّلِينَ. لَكُنَّا عِبَادَ اللَّهِ الْمُخْلَصِينَ}


Sesungguhnya mereka benar-benar akan berkata "Kalau sekiranya di sisi kami ada sebuah dari (kitab-kitab yang diturunkan) kepada orang-orang dahulu, benar-benar kami akan jadi hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa)."

(Ash-Shaffat: 167-169) Yakni dahulu mengharapkan sebelum kedatangan Nabi Muhammad, sekiranya di kalangan mereka ada orang yang mengingatkan mereka kepada perintah Allah, dan mendapatkan apa yang telah didapat

oleh umat-umat terdahulu, yaitu diberi Kitab dari sisi Allah. Seperti pengertian yang disebutkan di dalam firman-Nya:


{وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ لَئِنْ جَاءَهُمْ نَذِيرٌ لَيَكُونُنَّ أَهْدَى مِنْ إِحْدَى الأمَمِ فَلَمَّا جَاءَهُمْ نَذِيرٌ مَا زَادَهُمْ إِلا نُفُورًا}


Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah; sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain).

Tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan, maka kedatangannya itu tidak menambah kepada mereka, kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran). (Fatir: 42) Dan firman Allah Swt.:


{أَنْ تَقُولُوا إِنَّمَا أُنزلَ الْكِتَابُ عَلَى طَائِفَتَيْنِ مِنْ قَبْلِنَا وَإِنْ كُنَّا عَنْ دِرَاسَتِهِمْ لَغَافِلِينَ. أَوْ تَقُولُوا لَوْ أَنَّا أُنزلَ عَلَيْنَا الْكِتَابُ لَكُنَّا أَهْدَى مِنْهُمْ فَقَدْ جَاءَكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَذَّبَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَصَدَفَ عَنْهَا سَنَجْزِي الَّذِينَ يَصْدِفُونَ عَنْ آيَاتِنَا سُوءَ الْعَذَابِ بِمَا كَانُوا يَصْدِفُونَ}


(Kami turunkan Al-Qur'an itu) agar kamu (tidak) mengatakan, "Bahwa kitab itu hanya diturunkan kepada dua golongan saja sebelum kami, dan sesungguhnya kami tidak memperhatikan apa yang mereka baca.” Atau agar kamu (tidak)

mengatakan, "Sesungguhnya jikalau kitab itu diturunkan kepada kami, tentulah kami lebih mendapat petunjuk daripada mereka.” Sesungguhnya telah datang kepada kamu keterangan yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk, dan rahmat.

Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan berpaling darinya? Kelak Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang berpaling dari ayat-ayat Kami. dengan siksaan yang buruk,

disebabkan mereka selalu berpaling (Al-An'am: 156-157) Karena itulah disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:


{فَكَفَرُوا بِهِ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ}


Tetapi mereka mengingkarinya (Al-Qur'an); maka kelak mereka akan mengetahui (akibat keingkarannya itu). (Ash-Shaffat: 170) Ini merupakan ancaman yang serius dan peringatan yang keras terhadap kekafiran mereka kepada Tuhannya dan kedustaan mereka kepada rasul­Nya.

Surat As-Saffat |37:162|

مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ بِفَاتِنِينَ

maaa antum 'alaihi bifaatiniin

tidak akan dapat menyesatkan (seseorang) terhadap Allah,

You cannot tempt [anyone] away from Him

Tafsir
Jalalain

(Sekali-kali kalian dengannya tidak akan dapat) dengan melalui sesembahan kalian itu; lafal 'Alaihi berta'alluq kepada firman selanjutnya, yaitu (menyesatkan) seorang pun.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 162 |

penjelasan ada di ayat 161

Surat As-Saffat |37:163|

إِلَّا مَنْ هُوَ صَالِ الْجَحِيمِ

illaa man huwa shoolil-jaḥiim

kecuali orang-orang yang akan masuk ke Neraka Jahim.

Except he who is to [enter and] burn in the Hellfire.

Tafsir
Jalalain

(Kecuali orang-orang yang akan masuk neraka yang menyala-nyala) menurut ilmu Allah swt.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 163 |

penjelasan ada di ayat 161

Surat As-Saffat |37:164|

وَمَا مِنَّا إِلَّا لَهُ مَقَامٌ مَعْلُومٌ

wa maa minnaaa illaa lahuu maqoomum ma'luum

Dan tidak satu pun di antara kami (malaikat) melainkan masing-masing mempunyai kedudukan tertentu,

[The angels say], "There is not among us any except that he has a known position.

Tafsir
Jalalain

Malaikat Jibril berkata kepada Nabi saw., ("Tiada seorang pun di antara kami) para malaikat (melainkan mempunyai kedudukan yang tertentu) di langit, di tempat itu ia beribadah kepada Allah dan tidak melampaui tempat atau kedudukan yang lain.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 164 |

penjelasan ada di ayat 161

Surat As-Saffat |37:165|

وَإِنَّا لَنَحْنُ الصَّافُّونَ

wa innaa lanaḥnush-shoooffuun

dan sesungguhnya kami selalu teratur dalam barisan (dalam melaksanakan perintah Allah).

And indeed, we are those who line up [for prayer].

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya kami benar-benar bersaf-saf) artinya meluruskan telapak kaki kami dalam sholat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 165 |

penjelasan ada di ayat 161

Surat As-Saffat |37:166|

وَإِنَّا لَنَحْنُ الْمُسَبِّحُونَ

wa innaa lanaḥnul-musabbiḥuun

Dan sungguh, kami benar-benar terus bertasbih (kepada Allah).

And indeed, we are those who exalt Allah."

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih.") menyucikan Allah dari hal-hal yang tidak layak bagi-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 166 |

penjelasan ada di ayat 161

Surat As-Saffat |37:167|

وَإِنْ كَانُوا لَيَقُولُونَ

wa ing kaanuu layaquuluun

Dan sesungguhnya mereka (orang kafir Mekah) benar-benar pernah berkata,

And indeed, the disbelievers used to say,

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya) lafal In di sini adalah bentuk Takhfif dari lafal Inna (mereka) yakni orang-orang kafir Mekah (akan berkata,)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 167 |

penjelasan ada di ayat 161

Surat As-Saffat |37:168|

لَوْ أَنَّ عِنْدَنَا ذِكْرًا مِنَ الْأَوَّلِينَ

lau anna 'indanaa żikrom minal-awwaliin

"Sekiranya di sisi kami ada sebuah Kitab dari (Kitab-Kitab yang diturunkan) kepada orang-orang dahulu,

"If we had a message from [those of] the former peoples,

Tafsir
Jalalain

("Kalau sekiranya di sisi kami ada sebuah peringatan) maksudnya, sebuah kitab (dari orang-orang yang dahulu) yakni dari kitab-kitab yang diturunkan kepada orang-orang yang dahulu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 168 |

penjelasan ada di ayat 161

Surat As-Saffat |37:169|

لَكُنَّا عِبَادَ اللَّهِ الْمُخْلَصِينَ

lakunnaa 'ibaadallohil-mukhlashiin

tentu kami akan menjadi hamba Allah yang disucikan (dari dosa)."

We would have been the chosen servants of Allah."

Tafsir
Jalalain

(Benar-benar kami akan jadi hamba Allah yang mukhlis") maksudnya beribadah kepada-Nya semata.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 169 |

penjelasan ada di ayat 161

Surat As-Saffat |37:170|

فَكَفَرُوا بِهِ ۖ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ

fa kafaruu bih, fa saufa ya'lamuun

Tetapi ternyata mereka mengingkarinya (Al-Qur´an), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat keingkarannya itu).

But they disbelieved in it, so they are going to know.

Tafsir
Jalalain

Allah berfirman, ("Tetapi mereka mengingkarinya) mengingkari Kitab yang diturunkan kepada mereka, yaitu Alquran kitab yang lebih mulia daripada kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya

(kelak mereka akan mengetahui) akibat dari kekafiran dan keingkaran mereka itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 170 |

penjelasan ada di ayat 161

Surat As-Saffat |37:171|

وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا الْمُرْسَلِينَ

wa laqod sabaqot kalimatunaa li'ibaadinal-mursaliin

Dan sungguh, janji Kami telah tetap bagi hamba-hamba Kami yang menjadi rasul,

And Our word has already preceded for Our servants, the messengers,

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami) pertolongan Kami (kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul) yaitu sebagaimana yang telah diungkapkan oleh firman-Nya yang lain, "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang." (Q.S. Al-Mujadilah, 21).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 171 |

Tafsir ayat 171-179

Firman Allah Swt.:


{وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا الْمُرْسَلِينَ}


Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul. (Ash-Shaffat: 171) Yakni telah ditetapkan di dalam Kitab yang pertama (Lauh Mahfuz), bahwa kesudahan yang baik itu bagi para rasul

dan orang-orang yang mengikutinya di dunia dan di akhirat. Seperti yang disebutkan oleh ayat lain melalui firman-Nya:


{كَتَبَ اللَّهُ لأغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ}


Allah telah menetapkan, "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang.” Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa. (Al-Mujadilah: 21) Dan firman Allah Swt.:


{إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الأشْهَادُ}


Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat) (Al-Mu-min: 51) Karena itulah disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:


{وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا الْمُرْسَلِينَ إِنَّهُمْ لَهُمُ الْمَنْصُورُونَ}


Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul, (yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan. (Ash-Shaffat: 171-172) Maksudnya, di dunia dan di akhirat.

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa mereka mendapat pertolongan dari Allah atas kaumnya yang men­dustakan dan menentang mereka, dan bagaimana Allah membinasakan orang-orang kafir dan menyelamatkan hamba-hamba-Nya yang beriman.


{وَإِنَّ جُنْدَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ}


Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menane (Ash-Shaffat: 173) Yaitu kesudahan yang baik hanyalah bagi mereka. Firman Allah Swt.:


{فَتَوَلَّ عَنْهُمْ حَتَّى حِينٍ}


Maka berpalinglah kamu (Muhammad) dari mereka sampai suatu ketika. (Ash-Shaffat: 174) Artinya, bersabarlah kamu dalam menghadapi gangguan mereka yang menyakitkan terhadap dirimu, tunggulah sampai batas waktu yang ditetapkan;

karena sesungguhnya Kami akan menjadikan bagimu kesudahan yang baik, pertolongan dari Kami dan kemenangan. Karena itulah ada sebagian dari mereka yang mengatakan bahwa Allah menangguhkan janji-Nya itu sampai hari Perang Badar, sedangkan peperangan lain yang sesudahnya termasuk ke dalam pengertiannya. Firman Allah Swt.:


{وَأَبْصِرْهُمْ فَسَوْفَ يُبْصِرُونَ}


Dan terangkanlah kepada mereka (akibat kekafiran mereka), maka kelak mereka akan mengetahui (nya). (Ash-Shaffat: 175) Yakni tunggulah dan perhatikanlah apa yang akan menimpa mereka dari siksaan dan pembalasan disebabkan menentang dan mendustakanmu. Karena itu, disebutkan dalam firman selanjutnya:


{فَسَوْفَ يُبْصِرُونَ}


maka kelak mereka akan mengetahui (nya). (Ash-Shaffat: 175) Ungkapan ini mengandung ancaman dan peringatan terhadap mereka. Firman Allah Swt.:


{أَفَبِعَذَابِنَا يَسْتَعْجِلُونَ}


Maka apakah mereka meminta supaya siksa Kami disegerakan? (Ash-Shaffat: 176) Yakni sikap mereka yang mendustakan dan mengingkari itu seakan-akan mereka minta disegerakan agar siksaan segera diturunkan kepada mereka.

Karena sesungguhnya Allah Swt. pasti murka terhadap perbuatan mereka itu dan akan menyegerakan siksaan atas mereka. Selain itu karena kekafiran dan keingkaran mereka yang sangat, mereka meminta agar azab dan siksaan segera diturunkan atas diri mereka. Firman Allah Swt.:


{فَإِذَا نزلَ بِسَاحَتِهِمْ فَسَاءَ صَبَاحُ الْمُنْذَرِينَ}


Maka apabila siksaan itu turun di halaman mereka, maka amat buruklah pagi hari yang dialami oleh orang-orang yang diperingatkan itu. (Ash-Shaffat: 177) Apabila azab diturunkan di tempat mereka, maka seburuk-buruk hari adalah

hari turunnya kebinasaan dan kehancuran atas diri mereka. As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka apabila siksaan itu turun di halaman mereka, maka amat buruklah pagi hari yang dialami oleh orang-orang

yang diperingatkan itu. (Ash-Shaffat: 177) Yakni betapa buruklah pagi hari yang dialami oleh mereka. Karena itulah disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui hadis Ismail ibnu Aliyyah, dari Abdul Aziz ibnu Suhaib, dari Anas r.a.

yang menceritakan bahwa pada pagi hari Rasulullah Saw. (bersama pasukannya) berada di tanah Khaibar, ketika orang-orang Khaibar keluar (dari benteng mereka) dengan membawa cangkul dan alat pertanian mereka

(menuju kebun-kebun mereka) melihat pasukan (kaum muslim) itu, maka mereka kembali masuk ke dalam bentengnya seraya berseru (kepada teman-temannya), "Muhammad, demi Tuhan, datang dengan pasukannya!" Maka Nabi Saw! bersabda:


"اللَّهُ أَكْبَرُ، خَرِبَتْ خَيْبَرُ إِنَّا إِذَا نَزَلْنَا بِسَاحَةِ قَوْمٍ فَسَاءَ صَبَاحُ الْمُنْذَرِينَ"


Allah Mahabesar, hancurlah Khaibar. Sesungguhnya kami apabila menyerang halaman suatu kaum, maka amat buruklah pagi hari yang dialami oleh orang-orang yang diperingatkan itu. Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini melalui hadis Malik ibnu Humaid, dari Anas.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا رَوح، حَدَّثَنَا سَعِيدٌ بْنِ أَبِي عَرُوَبة، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ بن مَالِكٍ، عَنْ أَبِي طَلْحَةَ قَالَ: لَمَّا صَبَّحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْبَرَ، وقد أخذوا مساحيهم وغَدَوا إلى حروثهم وَأَرْضِيهِمْ، فَلَمَّا رَأَوُا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَّوْا مُدْبِرِينَ، فَقَالَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، إِنَّا إِذَا نَزَلْنَا بِسَاحَةِ قَوْمٍ فَسَاءَ صَبَاحُ الْمُنْذَرِينَ"


Imam Ahmad berkata: Rauh menceritakan kepada kami, Sa’id bin Abu Arubah menceritakan kepada kami, dari Qatadah, dari Anas bin Malik, dari Abu Talhah r.a. Disebutkan bahwa pada pagi hari Rasulullah Saw. sampai di Khaibar,

sedangkan penduduknya telah mengambil peralatan pertanian mereka dan berniat akan berangkat pagi itu menuju lahan dan kebun mereka. Tetapi manakala mereka melihat Nabi Saw. (bersama pasukannya), kembalilah mereka

ke belakang (masuk ke dalam benteng mereka). Maka Rasulullah Saw. bersabda: Allahu Akbar, Allahu Akbar! Sesungguhnya kami apabila turun di halaman suatu kaum maka amat buruklah pagi hari yang dialami oleh orang-orang

yang diperingatkan itu. Mereka tidak mengetengahkannya melalui jalur ini, tetapi predikatnya sahih dengan syarat syaikhain. Firman Allah Swt.:


{فَتَوَلَّ عَنْهُمْ حَتَّى حِينٍ. وَأَبْصِرْهُمْ فَسَوْفَ يُبْصِرُونَ}


Dan berpalinglah kamu dari mereka hingga suatu ketika. Dan lihatlah, karena mereka juga akan melihat. (Ash-Shaffat: 178-179) Ayat ini berkedudukan mengukuhkan perintah yang telah disebutkan di atas; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Surat As-Saffat |37:172|

إِنَّهُمْ لَهُمُ الْمَنْصُورُونَ

innahum lahumul-manshuuruun

(yaitu) mereka itu pasti akan mendapat pertolongan.

[That] indeed, they would be those given victory

Tafsir
Jalalain

Atau janji tersebut sebagaimana yang diungkapkan-Nya pada ayat berikut ini, yaitu, (yaitu, 'Sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan.')

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 172 |

penjelasan ada di ayat 171

Surat As-Saffat |37:173|

وَإِنَّ جُنْدَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ

wa inna jundanaa lahumul-ghoolibuun

Dan sesungguhnya bala tentara Kami itulah yang pasti menang.

And [that] indeed, Our soldiers will be those who overcome.

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya tentara Kami) yakni orang-orang mukmin (itulah yang pasti menang) atas orang-orang kafir melalui hujah, dan mendapat kemenangan atas mereka di dunia ini.

Dan jika sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak mendapat kemenangan atas orang-orang kafir di dunia ini, maka mereka pasti mendapat kemenangan di akhirat nanti.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 173 |

penjelasan ada di ayat 171

Surat As-Saffat |37:174|

فَتَوَلَّ عَنْهُمْ حَتَّىٰ حِينٍ

fa tawalla 'an-hum ḥattaa ḥiin

Maka berpalinglah engkau (Muhammad) dari mereka sampai waktu tertentu,

So, [O Muhammad], leave them for a time.

Tafsir
Jalalain

(Maka berpalinglah kamu dari mereka) yaitu dari orang-orang kafir Mekah (sampai suatu ketika") sampai Dia memerintahkannya untuk memerangi mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 174 |

penjelasan ada di ayat 171

Surat As-Saffat |37:175|

وَأَبْصِرْهُمْ فَسَوْفَ يُبْصِرُونَ

wa abshir-hum, fa saufa yubshiruun

dan perlihatkanlah kepada mereka, maka kelak mereka akan melihat (azab itu).

And see [what will befall] them, for they are going to see.

Tafsir
Jalalain

(Dan terangkanlah kepada mereka) apabila azab turun kepada mereka (maka kelak mereka akan mengetahui) akibat dari kekafiran mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 175 |

penjelasan ada di ayat 171

Surat As-Saffat |37:176|

أَفَبِعَذَابِنَا يَسْتَعْجِلُونَ

a fa bi'ażaabinaa yasta'jiluun

Maka apakah mereka meminta agar azab Kami disegerakan?

Then for Our punishment are they impatient?

Tafsir
Jalalain

Maka mereka mengatakan dengan nada yang mengejek, "Kapankah turunnya azab itu" Lalu Allah berfirman mengancam mereka yang mengatakan demikian: (Maka apakah mereka meminta supaya siksa Kami disegerakan.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 176 |

penjelasan ada di ayat 171

Surat As-Saffat |37:177|

فَإِذَا نَزَلَ بِسَاحَتِهِمْ فَسَاءَ صَبَاحُ الْمُنْذَرِينَ

fa iżaa nazala bisaaḥatihim fa saaa`a shobaaḥul-munżariin

Maka apabila (siksaan) itu turun di halaman mereka, maka sangat buruklah pagi hari bagi orang-orang yang diperingatkan itu.

But when it descends in their territory, then evil is the morning of those who were warned.

Tafsir
Jalalain

(Maka apabila siksaan itu turun di halaman mereka) maksudnya, di tengah-tengah mereka. Sehubungan dengan makna lafal As-Saahah ini Imam Al-Farra mengatakan,

bahwa orang-orang Arab bila menyebutkan suatu kaum cukup hanya dengan menyebutkan halaman tempat mereka tinggal (maka amat buruklah) yakni seburuk-buruk pagi hari adalah

(pagi hari yang dialami oleh orang-orang yang diperingatkan itu) di dalam ungkapan ayat ini terdapat Isim Zahir yang menduduki tempatnya Isim Mudhmar.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 177 |

penjelasan ada di ayat 171

Surat As-Saffat |37:178|

وَتَوَلَّ عَنْهُمْ حَتَّىٰ حِينٍ

wa tawalla 'an-hum ḥattaa ḥiin

Dan berpalinglah engkau dari mereka sampai waktu tertentu.

And leave them for a time.

Tafsir
Jalalain

(Dan berpalinglah kamu dari mereka hingga suatu ketika.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 178 |

penjelasan ada di ayat 171

Surat As-Saffat |37:179|

وَأَبْصِرْ فَسَوْفَ يُبْصِرُونَ

wa abshir, fa saufa yubshiruun

Dan perlihatkanlah, maka kelak mereka akan melihat (azab itu).

And see, for they are going to see.

Tafsir
Jalalain

(Dan lihatlah, karena mereka juga akan melihat) ayat ini diulangi penyebutannya dengan maksud untuk mengukuhkan ancaman yang ditujukan kepada mereka, dan sekaligus sebagai penenang hati bagi Nabi saw.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 179 |

penjelasan ada di ayat 171

Surat As-Saffat |37:180|

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ

sub-ḥaana robbika robbil-'izzati 'ammaa yashifuun

Maha Suci Tuhanmu, Tuhan Yang Maha Perkasa dari sifat yang mereka katakan.

Exalted is your Lord, the Lord of might, above what they describe.

Tafsir
Jalalain

(Maha Suci Rabbmu Yang mempunyai keperkasaan) yakni kemenangan (dari apa yang mereka katakan) yaitu, bahwa Dia memiliki anak.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 180 |

Tafsir ayat 180-182

Allah Swt menyucikan Zat-Nya Yang Mahamulia dan membersihkan diri-Nya dari apa yang dikatakan oleh orang-orang zalim itu yang mendustakan dan memusuhi-Nya; Mahasuci lagi Mahatinggi Allah dan ucapan mereka dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. Disebutkan oleh firman-Nya:


{سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ}


Mahasuci Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan (Ash-Shaffat 180) Yakni yang mempunyai keperkasaan yang tidak terbatas.


{عَمَّا يَصِفُونَ}


dari apa yang mereka katakan. (Ash-Shaffat: 180) Yaitu dari apa yang diucapkan oleh orang-orang yang melampaui batas lagi membuat-buat kebohongan itu


{وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ}


Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. (Ash-Shaffat: 181) Artinya, semoga Allah melimpahkan kesejahteraan kepada mareka di dunia dan akhirat karena kebenaran dari apa yang dikatakan oleh mereka tentang Tuhannya.


{وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}


Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. (Ash-Shaffat: 182) Yakni milik-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat dalam semua keadaan. Mengingat makna tasbih itu mengandung membersihkan dan menyucikan Allah

dari segala kekurangan melalui pengertian kebalikan­nya, sekaligus mengharuskan tetapnya kesempurnaan —sebagaimana pujian pun menunjukkan tetapnya sifat-sifat kesempurnaan melalui pengertian kebalikannya dan sekaligus

mengharuskan adanya kesucian dari segala bentuk kekurangan— untuk itulah maka keduanya dibarengkan dalam ungkapan ayat di atas, sebagaimana diungkapkan secara berbarengan pula dalam ayat-ayat lainnya yang cukup banyak. Maka disebutkan oleh firman-Nya.


{سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ. وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}


Mahasuci Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. (Ash-Shaffat 180-182) Sa'id ibnu Abu Arubah telah meriwayatkan dari Qatabah, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:


"إذا سلمتم عليَّ فسلموا عَلَى الْمُرْسَلِينَ، فَإِنَّمَا أَنَا رَسُولٌ مِنَ الْمُرْسَلِينَ".


Apabila kamu mengucapkan salam kepadaku, maka ucapkan­lah pula salam kepada para rasul, karena sesungguhnya aku ini hanyalah salah seorang dari para rasul itu. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim

melalui hadis Sa'id, dari Qatadah juga. Ibnu Abu Hatim telah menyandarkannya melalui hadis Sa’id yang juga bersumber dan Qatadah. Ibnu Abu Hatim rahimahullah telah menyadarkannya, untuk itu ia mengatakan:


حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ الْجُنَيْدِ، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ الْأَعْيَنُ، وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحِيمِ صَاعِقَةٌ قَالَا حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا شَيْبَانُ، عَنْ قَتَادَةَ قَالَ: حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ، عَنْ أَبِي طَلْحَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِذَا سَلَّمْتُمْ عَلَيَّ فَسَلَّمُوا عَلَى الْمُرْسَلِينَ"


telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain ibnul Junaid, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Al-A'yan dan Muhammad ibnu Abdur Rahim Sa'iqah; keduanya mengatakan telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad,

telah menceritakan kepada kami Syaiban, dari Qatadah yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Anas ibnu Malik, dari Abu Talhah r.a., yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila kamu mengucapkan salam kepadaku, maka bersalam pulalah kamu kepada para rasul.


قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ، حَدَّثَنَا نُوحٌ، حَدَّثَنَا أَبُو هَارُونَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم أنه كَانَ إِذَا سَلَّمَ قَالَ: {سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ. وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} ثُمَّ يُسَلِّمُ.


Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu Bakar, telah menceritakan kepada kami Nuh, telah menceritakan kepada kami Abu Harun, dari Abu Sa'id r.a., dari Rasulullah Saw.,

bahwa apabila beliau Saw. hendak bersalam mengucapkan doa berikut: Mahasuci Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. Kemudian baru beliau bersalam. Sanad hadis ini daif.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا عَمَّارُ بْنُ خَالِدٍ الْوَاسِطِيُّ، حَدَّثَنَا شَبَابَةُ، عَنْ يُونُسَ بْنِ أَبِي إِسْحَاقَ ، عَنِ الشَّعْبِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مِنْ سَرَّهُ أَنْ يَكْتَالَ بِالْمِكْيَالِ الْأَوْفَى مِنَ الْأَجْرِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَلْيَقُلْ آخِرَ مَجْلِسِهِ حِينَ يُرِيدُ أَنْ يَقُومَ: {سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ. وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ammar ibnu Khalid Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Syababah, dari Yunus ibnu Abu Ishaq, dari Asy-Sya'bi yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"Barang siapa yang ingin mendapat timbangan yang sempurna bagi pahalanya kelak di hari kiamat, hendaklah ia mengucap­kan di akhir majelisnya saat hendak bangkit, "Mahasuci Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan

dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan seru semesta alam.” Telah diriwayatkan pula melalui jalur lain secara muttasil hanya sampai pada Ali r.a.

Abu Muhammad Al-Bagawi di dalam kitab tafsirnya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Ahmad ibnu Ibrahim Asy-Syuraihi, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq As-Sa'labi, telah menceritakan kepadaku

Ibnu Fanjawaih, telah menceritakan kepada'kami Ahmad ibnu Ja'far ibnu Hamdan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Sahlawaih, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Waki',

dari Sabit ibnu Abu Safiyyah, dari Al-Asbag ibnuNabatah, dari Ali r.a. yang mengatakan bahwa barang siapa yang ingin mendapat timbangan yang sempurna bagi pahalanya kelak di hari kiamat, hendaklah akhir ucapannya di majelisnya ialah:

Mahasuci Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam.


وَرَوَى الطَّبَرَانِيُّ مِنْ طَرِيقِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ صَخْرِ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "مَنْ قَالَ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ: {سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ. وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، فَقَدِ اكْتَالَ بِالْجَرِيبِ الْأَوْفَى مِنَ الْأَجْرِ"


Imam Tabrani telah meriwayatkan melalui jalur Abdullah ibnu Sakhr ibnu Anas, dari Abdullah ibnu Zaid ibnu Arqam, dari ayahnya, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Barang siapa setiap usai salat (fardu) mengucapkan doa berikut,

"Mahasuci Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam," sebanyak tiga kali, maka sesungguhnya

ia akan mendapat timbangan pahala yang sempurna dengan timbangan yang besar. Telah disebutkan pula oleh banyak hadis doa kifarat majelis yaitu:


سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ.


Mahasuci Engkau, ya Allah, dengan memuji kepada-Mu, tidak ada Tuhan melainkan Engkau, aku memohon ampun dan bertobat kepada-Mu. Kami telah membahasnya dalam bagian kitab yang tersendiri secara rinci, maka doa tersebut akan ditulis pula dalam kitab tafsir ini Insya Allah.

Surat As-Saffat |37:181|

وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ

wa salaamun 'alal-mursaliin

Dan selamat sejahtera bagi para rasul.

And peace upon the messengers.

Tafsir
Jalalain

(Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul) yang menyampaikan ajaran tauhid dan syariat-syariat dari Allah swt.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 181 |

penjelasan ada di ayat 180

Surat As-Saffat |37:182|

وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

wal-ḥamdu lillaahi robbil-'aalamiin

Dan segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam.

And praise to Allah, Lord of the worlds.

Tafsir
Jalalain

(Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam) Yang menolong mereka dan yang membinasakan orang-orang yang kafir.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | As-Saffat | 37 : 182 |

penjelasan ada di ayat 180

Surat Sad |38:1|

ص ۚ وَالْقُرْآنِ ذِي الذِّكْرِ

shoood, wal-qur`aani żiż-żikr

Shad, demi Al-Qur´an yang mengandung peringatan.

Sad. By the Qur'an containing reminder...

Tafsir
Jalalain

(Shaad) hanya Allahlah yang mengetahui artinya (demi Alquran yang mempunyai keagungan) yakni penjelasan atau kemuliaan. Jawab dari qasamnya tidak disebutkan,

yaitu, bahwa perkaranya tidak seperti apa yang dikatakan oleh orang-orang kafir Mekah, tuhan itu bermacam-macam.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Sad | 38 : 1 |

Tafsir ayat 1-3

Penjelasan mengenai huruf-huruf hijaiah ini telah disebutkan di dalam permulaan tafsir surat Al-Baqarah dengan keterangan yang sudah cukup hingga tidak perlu diulangi lagi di sini. Firman Allah Swt.:


{وَالْقُرْآنِ ذِي الذِّكْرِ}


demi Al-Qur'an yang mempunyai keagungan. (Shad: l) Yakni Al-Qur'an yang mengandung peringatan bagi hamba-hamba-Nya dan manfaat bagi kehidupan mereka di dunia dan di hari kemudian nanti.

Ad-Dahhak telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Ziz zikr" bahwa makna yang dimaksud sama dengan apa yang disebutkan oleh ayat lain melalui firman-Nya:


{لَقَدْ أَنزلْنَا إِلَيْكُمْ كِتَابًا فِيهِ ذِكْرُكُمْ}


Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. (Al-Anbiya: 10) Yaitu peringatan bagi kalian. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah dan dipilih oleh Ibnu Jarir.

Ibnu Abbas r.a., Sa'id ibnu Jubair, Ismail ibnu Abu Khalid, Ibnu Uyaynah, Abu Husain, Abu Saleh, dan As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Ziz zikr" bahwa makna yang dimaksud ialah yang mempunyai keagungan,

kemuliaan, dan kehormatan. Tidak ada pertentangan di antara kedua pendapat tersebut, karena memang sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah Kitab yang mulia yang di dalamnya terkandung peringatan, alasan, dan pelajaran.

Para ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan jawab dari qasam-nya; sebagian di antara mereka mengatakan bahwa jawab qasam-nya adalah firman Allah Swt.:


{إِنْ كُلٌّ إِلا كَذَّبَ الرُّسُلَ فَحَقَّ عِقَابِ}


Semua mereka itu tidak lain hanyalah mendustakan rasul-rasul, maka pastilah (bagi mereka) azab-Ku. (Shad: 14) Menurut pendapat lain, jawab qasam-nya adalah firman Allah Swt.:


{إِنَّ ذَلِكَ لَحَقٌّ تَخَاصُمُ أَهْلِ النَّارِ}


Sesungguhnya yang demikian itu pasti terjadi, (yaitu) pertengkaran penghuni neraka. (Shad: 64) Kedua pendapat ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dan pendapat yang kedua ini jauh dari kebenaran, dan dinilai da’if oIeh Ibnu jarir. Qatadah mengatakan bahwa jawab qasam-nya ialah:


{بَلِ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي عِزَّةٍ وَشِقَاقٍ}


Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit. (Shad: 2) Ibnu Jarir memillih pendapat ini. Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkan dari sebagian ahli bahasa yang telah mengatakan sehubungan

dengan jawab qasam ini, bahwa jawab-nya adalah Shad yang artinya benar lagi hak. Menurut pendapat yang lainnya lagi, jawab-nya adalah apa yang terkandung di dalam surat ini secara keseluruhan; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:


{بَلِ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي عِزَّةٍ وَشِقَاقٍ}


Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit. (Shad: 2) Yakni sesungguhnya Al-Our'an ini benar-benar merupakan peringatan bagi orang yang mau menerima peringatan dan menjadi pelajaran

bagi orang yang mau menjadikannya sebagai pelajaran; dan sesungguhnya yang tidak mau mengambil manfaat dari Al-Qur'an itu hanyalah orang-orang kafir, karena sesungguhnya mereka selalu berada di dalam kesombongan,

yakni sombong tidak mau menerimanya; dan lagi mereka berada dalam permusuhan yang sengit, yakni sangat menentang, mengingkari dan memusuhinya. Kemudian Allah Swt. mempertakuti mereka dengan apa yang telah Dia lakukan

terhadap umat-umat terdahulu sebelum mereka yang mendustakan rasul-rasul-Nya. Allah telah membinasakan mereka disebabkan mereka menentang para rasul dan mendustakan kitab-kitab yang diturunkan dari langit. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ قَرْنٍ}


Betapa banyaknya umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan (Shad: 3) Maksudnya, umat-umat yang mendustakan rasul-rasulnya.


{فَنَادَوْا}


lalu mereka meminta tolong (Shad: 3) Yaitu pada saat azab datang menimpa mereka, mereka meminta tolong dan menyeru kepada Allah Swt. Tetapi hal itu tidak memberi faedah apa pun bagi mereka, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{فَلَمَّا أَحَسُّوا بَأْسَنَا إِذَا هُمْ مِنْهَا يَرْكُضُونَ}


Maka tatkala mereka merasakan azab Kami, tiba-tiba mereka lari tergesa-gesa darinya. (Al-Anbiya: 12) Yakni melarikan diri dari azab itu.


{لَا تَرْكُضُوا وَارْجِعُوا إِلَى مَا أُتْرِفْتُمْ فِيهِ وَمَسَاكِنِكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْأَلُونَ}


Janganlah kamu lari tergesa-gesa; kembalilah kamu kepada nikmat yang telah kamu rasakan dan kepada tempat-tempat kediamanmu (yang baik), supaya kamu ditanya (Al-Anbiya: 13) Abu Daud At-Tayalisi mengatakan,

telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Abu Ishaq, dari At-Tamimi yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Abbas r.a. tentang makna firman-Nya: lalu mereka meminta tolong, padahal (waktu itu)

bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. (Shad: 3) Yakni bukan saatnya berseru meminta tolong, bukan pula saatnya melarikan diri dari azab. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., bahwa makna yang dimaksud ialah

bukan saatnya meminta tolong. Syabib ibnu Bisyr telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa mereka berseru meminta tolong di saat tiada gunanya lagi meminta tolong, lalu ia mengutip ucapan penyair,

"Laila ingat di saat tiada lagi gunanya mengingat." Muhammad ibnu Ka'b telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Lalu mereka meminta tolong, padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. (Shad: 3)

Mereka menyerukan kalimah tauhid saat dunia berpaling dari mereka dan bertekad untuk bertobat saat dunia berpaling dari mereka. Qatadah mengatakan bahwa ketika mereka menyaksikan datangnya azab, tergeraklah mereka untuk bertobat,

tetapi bukan pada saatnya untuk berseru meminta pertolongan. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Lalu mereka meminta tolong, padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. (Shad: 3)

Yaitu bukan saatnya, untuk melarikan diri, bukan pula saatnya tobat diperkenankan. Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Abu Malik, Ad-Dahhak, Zaid ibnu Aslam, Al-Hasan, dan Qatadah.

Telah diriwayatkan pula dari Malik, dari Zaid ibnu Aslam tentang makna firman-Nya: padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk melarikan diri. (§ad:3) Yakni meminta pertolongan di saat bukan waktunya meminta tolong. Lafaz lata ini

terdiri dari la nafi, lalu ditambahkan huruf ta, sebagaimana huruf ta, ditambahkan pada lafaz summa. Mereka mengatakan summata, dan ditambahkan pula pada rubba sehinggga menjadi rubbata: huruf ta ini bukan dari asalnya,

dan boleh dilakukan waqaf terhadapnya. Di antara mereka ada yang meriwayatkan dari Mushaf Al-Imam (yakni Mushaf Usmani) menurut apa yang diketengahkan oleh Ibnu Jarir, bahwa huruf ta ini bersatu dengan hina, sehingga tulisannya menjadi seperti berikut:


وَلَا تَحِينَ مَنَاصٍ


padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk melepaskan diri (Shad: 3) Tetapi pendapat yang terkenal adalah yang pertama. Kemudian jumhur "ulama membaca nasab pada lafaz hina, yang arti panjangnya adalah "padahal saat itu

bukanlah saat untuk melepaskan diri". Di antara mereka ada yang membolehkan nasab berdasarkan dalil syair yang mengatakan:


تَذَكَّر حُب لَيْلَى لاتَ حِينَا ... وأَضْحَى الشَّيْبُ قَدْ قَطَع القَرينا


Engkau teringat akan cinta Laila, padahal bukan saatnya untuk bercinta, dan uban (usia tua) telah menjadi pemutus hubungan. Di antara mereka ada yang membolehkannya dibaca jar berdasarkan dalil syair yang mengatakan:


طَلَبُوا صُلْحَنَا ولاتَ أوانٍ ... فأجَبْنَا أن ليس حينُ بقاءِ


Mereka meminta perdamaian dengan kami, padahal sudah bukan masanya lagi perdamaian. Maka kami jawab, bahwa tiada waktu lagi untuk melestarikan perdamaian. Sebagian ulama mengatakan,

"Padahal sudah bukan saatnya bagi penyesalan" (nasi telah menjadi bubur); dengan men-jar-kan lafaz As­ sa'ah. Ahli bahasa mengatakan An-Naus artinya terlambat, dan Al-bus maju. Disebutkan oleh firman-Nya:


{وَلاتَ حِينَ مَنَاصٍ}


padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. (Shad: 3) Yakni waktu itu bukanlah lagi saatnya melarikan diri dari azab.

Surat Sad |38:2|

بَلِ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي عِزَّةٍ وَشِقَاقٍ

balillażiina kafaruu fii 'izzatiw wa syiqooq

Tetapi orang-orang yang kafir (berada) dalam kesombongan dan permusuhan.

But those who disbelieve are in pride and dissension.

Tafsir
Jalalain

(Sebenarnya orang-orang kafir itu) yakni penduduk Mekah yang kafir (berada dalam kesombongan) hamiyyah dan takabbur tidak mau beriman (dan permusuhan yang sengit) selalu menentang dan memusuhi Nabi saw.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Sad | 38 : 2 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Sad |38:3|

كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ قَرْنٍ فَنَادَوْا وَلَاتَ حِينَ مَنَاصٍ

kam ahlaknaa ming qoblihim ming qornin fa naadaw wa laata ḥiina manaash

Betapa banyak umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, lalu mereka meminta tolong padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri.

How many a generation have We destroyed before them, and they [then] called out; but it was not a time for escape.

Tafsir
Jalalain

Berapa banyak) sudah berapa banyak (umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan) yaitu dari kalangan umat-umat yang terdahulu, (lalu mereka meminta tolong)

sewaktu azab menimpa mereka (padahal waktu itu bukanlah saat untuk lari melepaskan diri) artinya, untuk melarikan diri dari azab, karena segalanya sudah terlambat.

Huruf Ta pada lafal Laata merupakan huruf Zaidah, dan jumlah kalimat ayat ini berkedudukan menjadi Hal atau kata keterangan keadaan dari Fa'ilnya lafal Naadau. Maksudnya,

mereka meminta tolong padahal sudah tidak ada lagi jalan untuk melarikan diri, dan pula tidak ada lagi jalan untuk selamat dari azab. Akan tetapi penduduk Mekah yang kafir tidaklah mengambil pelajaran dari mereka yang telah dibinasakan itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Sad | 38 : 3 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Sad |38:4|

وَعَجِبُوا أَنْ جَاءَهُمْ مُنْذِرٌ مِنْهُمْ ۖ وَقَالَ الْكَافِرُونَ هَٰذَا سَاحِرٌ كَذَّابٌ

wa 'ajibuuu an jaaa`ahum munżirum min-hum wa qoolal-kaafiruuna haażaa saaḥirung każżaab

Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka, dan orang-orang kafir berkata, "Orang ini adalah pesihir yang banyak berdusta."

And they wonder that there has come to them a warner from among themselves. And the disbelievers say, "This is a magician and a liar.

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan dari kalangan mereka sendiri) yakni seorang Rasul dari kalangan mereka yang memberi peringatan

dan mempertakuti mereka dengan azab neraka sesudah dibangkitkan nanti. Orang yang dimaksud adalah Nabi saw. (dan orang-orang kafir berkata,)

di dalam ungkapan ini Isim Zhahir menduduki tempat Isim Mudhmar ("Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Sad | 38 : 4 |

Tafsir ayat 4-11

Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal orang-orang musyrik yang merasa heran dengan diutusnya Nabi Muhammad Saw. sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{أَكَانَ لِلنَّاسِ عَجَبًا أَنْ أَوْحَيْنَا إِلَى رَجُلٍ مِنْهُمْ أَنْ أَنْذِرِ النَّاسَ وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا أَنَّ لَهُمْ قَدَمَ صِدْقٍ عِنْدَ رَبِّهِمْ قَالَ الْكَافِرُونَ إِنَّ هَذَا لَسَاحِرٌ مُبِينٌ}


Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka, "Berilah peringatan kepada menusia dan gembirakanlah orang-orang beriman,

bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka.” Orang-orang kafir berkata, "Sesungguhnya orang ini (Muhammad) benar-benar adalah tukang sihir yang nyata.” (Yunus: 2) Adapun firman Allah Swt.:


{وَعَجِبُوا أَنْ جَاءَهُمْ مُنْذِرٌ مِنْهُمْ}


Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka (Shad: 4) Yakni manusia sama dengan mereka. Dan orang-orang kafir berkata:


{وَقَالَ الْكَافِرُونَ هَذَا سَاحِرٌ كَذَّابٌ أَجَعَلَ الآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا}


Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta. Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu suja? (Shad: 4-5) Maksudnya, apakah dia mengira bahwa Tuhan yang wajib disembah itu hanya satu saja,

yang tidak ada Tuhan selain Dia? Hal ini diungkapkan oleh orang-orang musyrik sebagai ungkapan rasa ingkar mereka terhadap keesaan Tuhan, semoga Allah melaknat mereka. Mereka merasa heran bila kemusyrikan yang selama ini

harus mereka tinggalkan karenanya, padahal mereka telah menerimanya dari nenek moyang mereka —yaitu menyembah berhala-berhala—yang telah menjadi kecintaan mereka. Ketika Rasulullah Saw. menyeru mereka untuk melenyapkan

kecintaan menyembah berhala dari hati mereka, lalu menggantinya dengan mengesakan Allah Swt., maka mereka merasa heran dan merasa berdosa besar dengan hal tersebut. Karenanya mereka mengatakan:


{أَجَعَلَ الآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ وَانْطَلَقَ الْمَلأ مِنْهُمْ}


Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka. (Shad: 5-6)

Yang dimaksud dengan al-mala ialah pemuka, pemimpin, dan pembesar mereka. Mereka pergi seraya mengatakan:


{ [أَنِ] امْشُوا}


Pergilah kamu (Shad: 6) Yakni tetaplah pada agama kalian


{وَاصْبِرُوا عَلَى آلِهَتِكُمْ}


dan bertahanlah (menyembah) tuhan-tuhanmu (Shad: 6) Artinya, janganlah kamu menuruti ajaran tauhid yang diserukan oleh Muhammad kepada kamu. Firman Allah Swt.:


{إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ يُرَادُ}


sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki (Shad: 6) Ibnu Jarir mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah sesungguhnya ajaran tauhid yang diserukan oleh Muhammad kepada kita benar-benar dijadikannya

sebagai sarana untuk meraih kedudukan yang tinggi di atas kalian, juga agar kalian semua menjadi pengikutnya, dan kita tidak akan mau menerima seruannya itu. Latar Belakang Turunnya Ayat yang Mulia Ini

As-Saddi menceritakan bahwa sesungguhnya sejumlah orang Quraisy mengadakan suatu pertemuan, yang antara lain dihadiri oleh Abu Jahal ibnu Hisyam, Al-As ibnu Wa'il, Al-Aswad ibnu Muttalib, dan Al-Aswad ibnu Abdu Yagus

bersama sejumlah pemuka kabilah Quraisy. Sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain.”Marilah kita berangkat menuju tempat Abu Talib, kita harus berbicara kepadanya tentang keponakannya itu,

mudah-mudahan kita terbebas dari gangguannya dan dia tidak lagi mencaci maki sembahan-sembahan kita, maka kita akan membiarkan dia dan Tuhan yang disembahnya. Karena sesungguhnya kita khawatir bila syekh (Abu Talib) ini mati,

lalu dia (Nabi Saw.) harus kita tangkap, maka orang-orang Arab akan mencela kita semua. Mereka akan mengatakan bahwa kita membiarkannya. Dan manakala Abu Talib mati meninggalkannya, baru kita berani menangkapnya.

Maka mereka mengutus seorang lelaki dari kalangan mereka yang dikenal dengan nama Al-Muttalib, lalu Al-Muttalib meminta izin masuk kepada Abu Talib untuk mereka, seraya mengatakan, "Mereka adalah para tetua kaummu

dan para hartawannya ingin bertemu denganmu." Abu Talib menjawab, "Persilakanlah mereka masuk." Setelah menemui Abu Talib, mereka berkata, "Hai Abu Talib, engkau adalah pemimpin dan penghulu kami, bebaskanlah kami

dari ulah keponakanmu itu, perintahkanlah kepadanya agar dia menahan diri dan tidak lagi mencaci maki sembahan-sembahan kami, maka kami akan membiarkan dia bebas bersama Tuhan yang disembahnya."

Abu Talib memanggil Nabi Saw. Ketika Rasulullah Saw. telah masuk menemuinya, maka Abu Talib berkata, "Hai Keponakanku, mereka adalah tetua kaummu dan orang-orang terhormatnya, mereka telah meminta agar kamu menahan diri

dan menghentikan caci makimu terhadap sembahan-sembahan mereka, maka mereka akan membiarkanmu dan sembahanmu." Rasulullah Saw menjawab, "Hai Paman, apakah tidak boleh aku menyeru mereka

kepada sesuatu yang lebih baik bagi mereka?" Abu Talib bertanya, "Apakah yang engkau serukan kepada mereka (untuk mengikutinya)?" Rasulullah Saw. menjawab, "Aku ajak mereka untuk mengucapkan suatu kalimah,

yang dengan kalimah itu semua orang Arab akan tunduk kepada mereka dan mereka dapat menguasai orang-orang Ajam (non-Arab)." Abu Jahal laknatullah yang ada di antara kaum berkata, Demi ayahmu,

katakanlah apakah kalimah itu, sungguh kami akan memberikannya kepadamu dan sepuluh kali lipatnya." Rasulullah Saw. bersabda:


تَقُولُونَ: "لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ"


Kalian ucapkan, "Tidak ada Tuhan melainkan Allah.” Mereka menolak dan mereka berkata, "Mintalah kepada kami selainnya!" Rasulullah Saw. bersabda:


"لَوْ جِئْتُمُونِي بِالشَّمْسِ حَتَّى تَضَعُوهَا فِي يَدِي مَا سَأَلْتُكُمْ غَيْرَهَا"


Sekiranya kalian dapat mendatangkan matahari kepadaku, lalu kalian letakkan di tanganku, aku tidak akan meminta kepada kalian selain darinya (kalimah tauhid itu)

Maka mereka pergi darinya dalam keadaan marah seraya berkata, "Demi Tuhan, kami benar-benar akan mencaci maki kamu dan Tuhanmu yang telah memerintahkanmu menyampaikan hal ini."


{وَانْطَلَقَ الْمَلأ مِنْهُمْ أَنِ امْشُوا وَاصْبِرُوا عَلَى آلِهَتِكُمْ إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ يُرَادُ}


Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata), "Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki" (Shad: 6)

Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir telah meriwayatkan hadis ini, dan Ibnu Jarir dalam riwayatnya menambahkan, bahwa setelah para pemimpin Quraisy keluar, Rasulullah Saw. menyeru pamannya untuk mengucapkan kalimah,

"Tidak ada Tuhan melainkan Allah Swt." Tetapi Abu Talib menolak, bahkan berkata, "Tidak, bahkan tetap pada agama para tetua." Lalu turunlah firman-Nya:


{إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ}


Sesungguhnya kamu tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau sukai (Al-Qasas: 56) Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib dan Ibnu Waki'. Keduanya mengatakan, telah menceritakan

kepada kami Abu Usamah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, telah menceritakan kepada kami Abbad, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa ketika Abu Talib sakit keras, serombongan orang-orang Quraisy

datang menjenguknya, di antaranya terdapat Abu Jahal. Mereka berkata, "Sesungguhnya keponakanmu telah mencaci maki sembahan-sembahan kami dan melakukan serta mengatakan anu dan anu. Maka sebaiknya engkau panggil dia,

lalu kita suruh dia agar menghentikan perbuatannya itu." Abu Talib menyuruh seseorang untuk memanggilnya, dan ia (Nabi Saw) datang dan masuk ke dalam rumah. Saat itu terdapat jarak yang cukup untuk duduk seseorang antara mereka

dan Abu Talib. Melihat kedatangan Nabi Saw, Abu Jahal merasa khawatir jika Nabi Saw. duduk di dekat Abu Talib. Maka Abu Talib akan lebih kasihan kepada keponakannya dan akan memihaknya. Abu Jahal cepat-cepat melompat

dan menempati tempat itu, sehingga Rasulullah Saw. tidak menemukan tempat duduk yang terdekat dengan pamannya. Maka beliau terpaksa duduk di dekat pintu. Abu Talib berkata kepadanya, "Hai Anak Saudaraku, mengapa kaummu ini

mengadukan perihalmu, dan mereka menuduh bahwa kamu telah mencaci maki sembahan-sembahan mereka dan kamu katakan anu dan anu?" Maka berhamburanlah dari mereka kata-kata yapg menyudutkan Rasulullah Saw.

Akhirnya Rasulullah Saw. angkat bicara dan berkata, "Hai paman, sesungguhnya aku menginginkan mereka kepada suatu kalimah yang harus mereka katakan, maka semua orang Arab akan tunduk patuh kepadanya dan orang-orang Ajam

akan membayar Jizyah (upeti) kepada mereka berkat kalimah itu." Mereka terkejut dengan jawaban yang dikemukakan oleh Rasulullah Saw dan suatu kalimah yapg dikehendakinya itu. Maka mereka mengatakan, "Hanya satu kalimah saja,

baiklah. Demi ayahmu, sepuluh pun kami sanggup." Mereka berkata, "Kalimah apakah itu?" Dan Abu Talib pun bertanya, "Benar, hai keponakanku, kalimah apakah itu?" Rasulullah Saw. menjawab: Tidak ada Tuhan melainkan Allah.

Maka mereka berdiri dengan terkejut seraya menepiskan baju mereka, lalu berkata, sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya: Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal

yang sangat mengherankan. (Shad: 8) Ibnu Jarir mengatakan bahwa demikianlah kisah turunnya ayat ini sampai dengan firman-Nya: dan sebenarnya mereka belum merasakan azab-Ku (Shad: 8) Menurut lafaz yang dikemukakan

oleh Abu Kuraib. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Nasai melalui hadis Muhammad ibnu Abdullah ibnu Namir; keduanya dari Abu Usamah, dari Al-A'masy, dari Abbad tanpa dinisbatkan kepadanya

dengan lafaz yang semisal. Imam Turmuzi, Imam Nasai, Ibnu Abu Hatim, dan Ibnu Jarir telah meriwayatkan pula hadis ini, semuanya mengetengahkannya di dalam kitab tafsir masing-masing melalui Sufyan As-Sauri, dari Al-A'masy,

dari Yahya ibnu Imarah Al-Kufi, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a., lalu disebutkan hal yang semisal. Imam Turmuzi mengatakan hadis ini hasan. Firman Allah Swt. yang menyitir ucapan mereka, yaitu:


{مَا سَمِعْنَا بِهَذَا فِي الْمِلَّةِ الآخِرَةِ}


Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir. (Shad: 7) Yakni kami belum pernah mendengar ajaran tauhid yang diserukan oleh Muhammad ini dalam agama yang terakhir. Menurut Mujahid, Qatadah, dan Abu Zaid,

yang mereka maksudkan adalah agama orang-orang Quraisy. Selain mereka mengatakan bahwa agama yang dimaksud adalah agama Nasrani, menurut Muhammad ibnu Ka'b dan As-Saddi. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a.,

bahwa makna yang dimaksud ialah, "Kami belum pernah mendengar ini dalam agama yang terakhir, yakni agama Nasrani." Dan mereka mengatakan bahwa sekiranya Al-Qur'an ini benar, tentulah orang-orang Nasrani menceritakannya kepada kami.


{إِنْ هَذَا إِلا اخْتِلاقٌ}


Ini tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan. (Shad: 7) Mujahid dan Qatadah mengatakan bahwa ikhtilaq ialah dusta. Ibnu Abbas mengatakan bahwa ikhtilaq ialah dugaan. Firman Allah:


{أَؤُنزلَ عَلَيْهِ الذِّكْرُ مِنْ بَيْنِنَا}


mengapa Al-Qur'an itu diturunkan kepadanya di antara kita? (Shad: 8) Mereka menganggap mustahil bila Al-Qur'an hanya diturunkan kepada Muhammad saw. secara khusus di antara mereka semuanya. Di dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:


{لَوْلا نزلَ هَذَا الْقُرْآنُ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الْقَرْيَتَيْنِ عَظِيمٍ}


Mengapa Al-Qur'an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Thaif) ini (Az-Zukhruf: 3,) Dan firman Allah Swt.:


{أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَةَ رَبِّكَ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ}


Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam hidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat (Az-Zukhruf: 32)

Karena itulah ketika mereka mengatakan jawaban tersebut yang menunjukkan kebodohan mereka sendiri dan betapa dangkalnya akal mereka, sebab mereka menganggap mustahil Al-Qur'an diturunkan kepada rasul yang ada di antara mereka. Maka Allah Swt. berfirman.


{بَلْ لَمَّا يَذُوقُوا عَذَابِ}


sebenarnya mereka belum merasakan azab-Ku. (Shad: 8) Yakni sesungguhnya mereka mengatakan demikian hanyalah karena sampai saat mereka mengucapkan kata-katanya itu masih belum merasakan azab dan pembalasan Allah.

Maka kelak mereka akan mengetahui akibat dari apa yang mereka katakan dan apa yang; mereka dustakan itu, yaitu pada hari ketika itu mereka diseret ke neraka Jahanam dengan sebenar-benarnya. Selanjutnya Allah Swt. berfirman,

menjelaskan bahwa Dialah Yang mengatur kerajaan-Nya lagi Maha Berbuat terhadap apa yang dikehendaki-Nya. Yang memberi siapa yang dikehendaki-Nya apa yang dikehendaki­Nya, Yang memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya,

Yang menghinakan siapa Yang dikehendaki-Nya, Yang memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya,-dan Yang menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dia menurunkan Malaikat Jibril membawa perintah-Nya

kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, dan Dia pulalah yang mengunci mati kalbu siapa yang dikehendaki-Nya. Karena itu, tiada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk selain Allah.

Dan sesungguhnya semua hamba itu tidak memiliki sesuatu pun dari urusan ini, mereka tidak berhak untuk mengatur kerajaan ini, dan mereka tidak memiliki barang secuil pun dari apa yang ada padanya. Karena itulah maka Allah Swt. berfirman mengingkari kata-kata mereka itu:


{أَمْ عِنْدَهُمْ خَزَائِنُ رَحْمَةِ رَبِّكَ الْعَزِيزِ الْوَهَّابِ}


Atau apakah mereka itu mempunyai perbendaharaan rahmat Tuhanmu Yang Mahaperkasa lagi Maha Pemberi (Shad: 9) Yakni Mahaperkasa yang Zat-Nya tidak dapat dijangkau lagi Maha Pemberi Yang memberi kepada siapa yang dikehendaki-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Ayat ini mirip maknanya dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:


{أَمْ لَهُمْ نَصِيبٌ مِنَ الْمُلْكِ فَإِذًا لَا يُؤْتُونَ النَّاسَ نَقِيرًا أَمْ يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَى مَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ فَقَدْ آتَيْنَا آلَ إِبْرَاهِيمَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَآتَيْنَاهُمْ مُلْكًا عَظِيمًا فَمِنْهُمْ مَنْ آمَنَ بِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ صَدَّ عَنْهُ وَكَفَى بِجَهَنَّمَ سَعِيرًا}


Ataukah ada bagi mereka bagian dari kerajaan (kekuasaan)? Kendatipun ada, mereka tidak akan memberikan sedikit pun (kebajikan) kepada manusia, ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia

yang Allah telah berikan kepada manusia itu? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar. Maka di antara mereka

(orang-orang yang dengki itu) ada orang-orang yang beriman kepadanya, dan di antara mereka ada orang-orang yang menghalangi (manusia) dari beriman kepadanya. Dan cukuplah (bagi mereka) Jahanam yang menyala-nyala apinya. (An-Nisa: 53-55) Firman Allah Swt.:


{قُلْ لَوْ أَنْتُمْ تَمْلِكُونَ خَزَائِنَ رَحْمَةِ رَبِّي إِذًا لأمْسَكْتُمْ خَشْيَةَ الإنْفَاقِ وَكَانَ الإنْسَانُ قَتُورًا}


Katakanlah, "Kalau seandainya kamu mengusai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya.” Dan adalah manusia itu sangat kikir. (Al-Isra: 100)

Demikian itu diungkapkan sesudah menceritakan perihal orang-orang yang kafir, bahwa mereka mengingkari diutusnya rasul manusia Saw. Hal yang sama disebutkan dalam kisah-Nya tentang kaum Saleh a.s. ketika mereka mengatakan:


{أَؤُلْقِيَ الذِّكْرُ عَلَيْهِ مِنْ بَيْنِنَا بَلْ هُوَ كَذَّابٌ أَشِرٌ سَيَعْلَمُونَ غَدًا مَنِ الْكَذَّابُ الأشِرُ}


Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya di antara kita? Sebenarnya dia adalah seorang yang amat pendusta lagi sombong. Kelak mereka akan mengetahui siapakah yang sebenarnya amat pendusta lagi sombong. (Al-Qamar: 25-26) Adapun firman Allah Swt.:


{أَمْ لَهُمْ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَلْيَرْتَقُوا فِي الأسْبَابِ}


Atau apakah bagi mereka kerajaan langit dan bumi dan yang ada di antara keduanya? (Jika ada) maka hendaklah mereka menaiki tangga-tangga (ke langit). (Shad: 10) Yakni jika mereka mempunyai hal tersebut, hendaklah mereka menaiki

tangga menuju ke langit. Ibnu Abbas r.a., Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Qatadah, dan lain-lainnya mengatakan makna yang dimaksud ialah jalan-jalan menuju ke langit. Ad-Dahhak mengatakan bahwa hendaklah mereka menaiki langit sampai lapis yang ketujuh. Dalam firman selanjutnya disebutkan:


{جُنْدٌ مَا هُنَالِكَ مَهْزُومٌ مِنَ الأحْزَابِ}


Suatu tentara yang besar yang berada di sana dari golongan-golongan yang bersekutu, pasti akan dikalahkan. (Shad: 11) Yakni bala tentara yang mendustakan itu yang sekarang berada dalam kejayaan, kelak akan dikalahkan dan dihancurkan

sebagaimana telah dihancurkan orang-orang yang sebelum mereka dari kalangan golongan-golongan yang bersekutu lagi mendustakan. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{أَمْ يَقُولُونَ نَحْنُ جَمِيعٌ مُنْتَصِرٌ سَيُهْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ}


Atau apakah mereka mengatakan, "Kami adalah satu golongan yang bersatu yang pasti menang.” Golongan itu pasti akan di­kalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. (Al-Qamar: 44-45) Hal tersebut terjadi dalam Perang Badar, lalu dalam firman selanjutnya disebutkan.


{بَلِ السَّاعَةُ مَوْعِدُهُمْ وَالسَّاعَةُ أَدْهَى وَأَمَرُّ}


Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka, dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit. (Al-Qamar: 46)

Surat Sad |38:5|

أَجَعَلَ الْآلِهَةَ إِلَٰهًا وَاحِدًا ۖ إِنَّ هَٰذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ

a ja'alal-aalihata ilaahaw waaḥidan inna haażaa lasyai`un 'ujaab

Apakah dia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang satu saja? Sungguh, ini benar-benar sesuatu yang sangat mengherankan.

Has he made the gods [only] one God? Indeed, this is a curious thing."

Tafsir
Jalalain

(Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang satu saja") demikian itu karena Nabi saw. pernah bersabda kepada mereka, "Katakanlah, 'Laa Ilaaha Illallaah', artinya tiada Tuhan selain Allah.

Mereka menjawab, 'Mana mungkin makhluk yang sedemikian banyak itu, semuanya dapat ditangani oleh Tuhan Yang Satu itu.' (Sesungguhnya itu benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan") sangat aneh.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Sad | 38 : 5 |

penjelasan ada di ayat 4

Surat Sad |38:6|

وَانْطَلَقَ الْمَلَأُ مِنْهُمْ أَنِ امْشُوا وَاصْبِرُوا عَلَىٰ آلِهَتِكُمْ ۖ إِنَّ هَٰذَا لَشَيْءٌ يُرَادُ

wantholaqol-mala`u min-hum animsyuu washbiruu 'alaaa aalihatikum inna haażaa lasyai`uy yurood

Lalu pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata), "Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki.

And the eminent among them went forth, [saying], "Continue, and be patient over [the defense of] your gods. Indeed, this is a thing intended.

Tafsir
Jalalain

(Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka) dari majelis tempat mereka berkumpul, yaitu tempat Abu Thalib; di tempat itulah mereka mendengar dari Nabi saw. yang mengatakan,

"Katakanlah oleh kalian, 'Laa Ilaaha Illallaah', artinya tiada Tuhan selain Allah (seraya mengatakan, 'Pergilah kalian') maksudnya, sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain 'pergilah kalian'

(dan tetaplah menyembah tuhan-tuhan kalian) artinya bertahanlah kalian di dalam menyembah tuhan-tuhan kalian itu (sesungguhnya ini) ajaran tauhid yang disampaikan Nabi itu (benar-benar suatu hal yang dikehendaki") olehnya supaya kita melakukannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Sad | 38 : 6 |

penjelasan ada di ayat 4