Juz 27
Surat An-Najm |53:22|
تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيزَىٰ
tilka iżang qismatun dhiizaa
Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil.
That, then, is an unjust division.
(Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil) pembagian yang lalim; berasal dari lafal Dhaazahu Yadhiizuhu, artinya berlaku aniaya dan melampaui batas.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 22 |
penjelasan ada di ayat 19
Surat An-Najm |53:23|
إِنْ هِيَ إِلَّا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ ۚ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنْفُسُ ۖ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَىٰ
in hiya illaaa asmaaa`un sammaitumuuhaaa antum wa aabaaa`ukum maaa anzalallohu bihaa min sulthoon, iy yattabi'uuna illazh-zhonna wa maa tahwal-anfus, wa laqod jaaa`ahum mir robbihimul-hudaa
Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu mengada-adakannya, Allah tidak menurunkan suatu keterangan apa pun untuk (menyembah)nya. Mereka hanya mengikuti dugaan, dan apa yang diingini oleh keinginannya. Padahal sungguh, telah datang petunjuk dari Tuhan mereka.
They are not but [mere] names you have named them - you and your forefathers - for which Allah has sent down no authority. They follow not except assumption and what [their] souls desire, and there has already come to them from their Lord guidance.
(Itu tidak lain) apa-apa yang telah disebutkan itu (hanyalah nama-nama yang kalian adakan) kalian menamakannya (yakni oleh kalian dan bapak-bapak kalian)
sebagai berhala-berhala yang kalian menyembahnya (Allah tidak menurunkan tentangnya) tentang menyembah kepada berhala-berhala itu (suatu keterangan pun) yakni bukti dan hujjah
(tiada lain) (mereka hanya mengikuti) di dalam menyembah berhala-berhala itu (sangkaan saja dan apa yang diinginkan oleh hawa nafsu mereka) mengikuti apa yang dihiaskan oleh setan,
ke dalam hati mereka, yaitu bahwasanya berhala-berhala itu dapat memberikan syafaat kepada diri mereka di sisi Allah swt. (dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Rabb mereka)
melalui lisan Nabi saw. yang membawa bukti yang pasti, akan tetapi mereka tidak mau meninggalkan apa yang biasa mereka lakukan itu, yaitu menyembah berhala.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 23 |
penjelasan ada di ayat 19
Surat An-Najm |53:24|
أَمْ لِلْإِنْسَانِ مَا تَمَنَّىٰ
am lil-insaani maa tamannaa
Atau apakah manusia akan mendapat segala yang dicita-citakannya?
Or is there for man whatever he wishes?
(Atau apakah manusia akan mendapat) bagi masing-masing dari mereka (segala yang dicita-citakannya) yang beranggapan, bahwa berhala-berhala itu dapat memberikan syafaat kepada mereka Padahal kenyataannya tidaklah demikian.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 24 |
penjelasan ada di ayat 19
Surat An-Najm |53:25|
فَلِلَّهِ الْآخِرَةُ وَالْأُولَىٰ
fa lillaahil-aakhirotu wal-uulaa
(Tidak), maka milik Allahlah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia.
Rather, to Allah belongs the Hereafter and the first [life].
(Maka hanya bagi Allah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia) tiada sesuatu pun yang terjadi pada keduanya melainkan sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 25 |
penjelasan ada di ayat 19
Surat An-Najm |53:26|
وَكَمْ مِنْ مَلَكٍ فِي السَّمَاوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلَّا مِنْ بَعْدِ أَنْ يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَرْضَىٰ
wa kam mim malakin fis-samaawaati laa tughnii syafaa'atuhum syai`an illaa mim ba'di ay ya`żanallohu limay yasyaaa`u wa yardhoo
Dan betapa banyak malaikat di langit, syafaat (pertolongan) mereka sedikit pun tidak berguna kecuali apabila Allah telah mengizinkan (dan hanya) bagi siapa yang Dia kehendaki dan Dia ridai.
And how many angels there are in the heavens whose intercession will not avail at all except [only] after Allah has permitted [it] to whom He wills and approves.
(Dan berapa banyaknya malaikat) banyak di antara para Malaikat (di langit) yang sangat dimuliakan oleh Allah di sisi-Nya (syafaat mereka sedikit pun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan)
kepada mereka untuk memberikan syafaat (bagi orang yang dikehendaki)-Nya di antara hamba-hamba-Nya (dan diridai) ia diridai oleh-Nya, karena ada firman lainnya yang menyatakan,
"..dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai Allah." (Q.S. Al Anbiya, 28) Sudah kita maklumi bahwa syafaat para malaikat itu baru ada setelah terlebih dahulu mendapat izin dari Allah,
sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat lainnya, yaitu firman-Nya, "Siapakah yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya" (Q.S. Al-Baqarah, 255)
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 26 |
penjelasan ada di ayat 19
Surat An-Najm |53:27|
إِنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ لَيُسَمُّونَ الْمَلَائِكَةَ تَسْمِيَةَ الْأُنْثَىٰ
innallażiina laa yu`minuuna bil-aakhiroti layusammuunal-malaaa`ikata tasmiyatal-unṡaa
Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, sungguh mereka menamakan para malaikat dengan nama perempuan.
Indeed, those who do not believe in the Hereafter name the angels female names,
Sesungguhnya orang-orang yang tiada beriman kepada kehidupan akhirat, mereka benar-benar menamakan malaikat itu dengan nama perempuan) karena mereka telah mengatakan, bahwa para malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 27 |
Tafsir ayat 27-30
Allah Swt. berfirman, mengingkari orang-orang musyrik karena mereka menamakan para malaikat dengan nama perempuan dan menganggap para malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah, padahal Mahatinggi Allah Swt. dari hal tersebut. Hal yang semakna disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَجَعَلُوا الْمَلائِكَةَ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَنِ إِنَاثًا أَشَهِدُوا خَلْقَهُمْ سَتُكْتَبُ شَهَادَتُهُمْ وَيُسْأَلُونَ}
Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaikat-malaikat itu?
Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggungjawaban. (Az-Zukhruf: 19) Karena itulah maka dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَمَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْم}
Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuan pun. (An-Najm: 28) Yakni mereka tidak mempunyai suatu pengetahuan pun untuk membenarkan apa yang mereka katakan (bahwa para malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah), bahkan ucapan itu dusta, buat-buatan, palsu, dan kekufuran yang sengit.
إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ وَإِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا
Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan, sedangkan sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran. (An-Najm: 28)
Yaitu tidak memberi manfaat sedikit pun dan tidak pula berdiri pada pihak yang benar. Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ"
Jangan sekali-kali kamu mempunyai buruk prasangka, karena sesungguhnya buruk prasangka itu merupakan pembicaraan yang paling dusta. Adapun firman Allah Swt.:
{فَأَعْرِضْ عَنْ مَنْ تَوَلَّى عَنْ ذِكْرِنَا}
Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami. (An-Najm: 29) Maksudnya, berpalinglah dari orang yang berpaling dari kebenaran, dan tinggalkanlah dia. Firman Allah Swt.:
{وَلَمْ يُرِدْ إِلا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا}
dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi. (An-Najm: 29) Yakni sesungguhnya hal yang terpenting baginya dan batas jangkauan pengetahuannya hanyalah masalah duniawi saja. Dan hal tersebut merupakan tujuan yang tiada kebaikan padanya. Untuk itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:
{ذَلِكَ مَبْلَغُهُمْ مِنَ الْعِلْمِ}
Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka. (An-Najm: 30) Yaitu mencari keuntungan duniawi dan memburunya yang merupakan akhir dari tujuannya. Imam Ahmad telah meriwayatkan melalui Ummul Mu’minin Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"الدُّنْيَا دَارُ مَنْ لَا دَارَ لَهُ، وَمَالُ مَنْ لَا مَالَ لَهُ، وَلَهَا يَجْمَعُ مَنْ لَا عَقْلَ لَهُ"
Dunia ini adalah negeri orang yang tidak mempunyai negeri, dan harta bagi orang yang tidak mempunyai harta, dan hanya orang yang tidak berakallah yang menghimpun harta untuk kehidupan duniawi. Di dalam doa yang masur telah disebutkan:
"اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا"
Ya Allah, janganlah Engkau jadikan perhatian kami yang paling utama hanya tertuju kepada duniawi, janganlah pula sebagai batas yang terjauh dari pengetahuan kami. Firman Allah Swt.:
{إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اهْتَدَى}
Sesungguhnya Rabbmu, Dialah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (An-Najm: 30)
Yakni Dialah Yang menciptakan semua makhluk dan alam semesta ini dan Yang mengetahui semua kemaslahatan hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya
dan Yang menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya. Semuanya itu berkat kekuasaan-Nya, pengetahuan-Nya, dan kebijaksanaan-Nya; Dia adalah Tuhan Yang Mahaadil yang tidak pernah zalim selama-lamanya
dalam syariat-Nya dan juga dalam takdir yang ditetapkan-Nya.
Surat An-Najm |53:28|
وَمَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ ۖ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ ۖ وَإِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا
wa maa lahum bihii min 'ilm, iy yattabi'uuna illazh-zhonna wa innazh-zhonna laa yughnii minal-ḥaqqi syai`aa
Dan mereka tidak mempunyai ilmu tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti dugaan, dan sesungguhnya dugaan itu tidak berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran.
And they have thereof no knowledge. They follow not except assumption, and indeed, assumption avails not against the truth at all.
(Dan mereka tidak mendasari perkataan mereka itu) ucapan mereka itu tidak didasari (dengan sesuatu pengetahuan pun tentangnya. Tiada lain) mereka hanya mengikuti)
dalam hal tersebut (prasangka) yang mereka khayalkan (sedangkan sesungguhnya prasangka itu tiada berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran) maksudnya,
tiada sedikit pun pengetahuan yang bermanfaat dalam prasangka itu di dalam menelaah hal-hal yang dituntut adanya pengetahuan.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 28 |
penjelasan ada di ayat 27
Surat An-Najm |53:29|
فَأَعْرِضْ عَنْ مَنْ تَوَلَّىٰ عَنْ ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلَّا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
fa a'ridh 'am man tawallaa 'an żikrinaa wa lam yurid illal-ḥayaatad-dun-yaa
Maka tinggalkanlah (Muhammad) orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan dia hanya mengingini kehidupan dunia.
So turn away from whoever turns his back on Our message and desires not except the worldly life.
(Maka berpalinglah dari orang yang berpaling dari peringatan Kami) orang yang berpaling dari Alquran (dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi) ayat ini diturunkan sebelum ada perintah berjihad dari Allah.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 29 |
penjelasan ada di ayat 27
Surat An-Najm |53:30|
ذَٰلِكَ مَبْلَغُهُمْ مِنَ الْعِلْمِ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اهْتَدَىٰ
żaalika mablaghuhum minal-'ilm, inna robbaka huwa a'lamu biman dholla 'an sabiilihii wa huwa a'lamu bimanihtadaa
Itulah kadar ilmu mereka. Sungguh, Tuhanmu, Dia lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pula yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.
That is their sum of knowledge. Indeed, your Lord is most knowing of who strays from His way, and He is most knowing of who is guided.
(Yang demikian itu) yakni mencari keduniaan (adalah sejauh-jauh pengetahuan mereka) artinya, tujuan pengetahuan mereka ialah memilih keduniawian daripada akhirat.
(Sesungguhnya Rabbmu, Dia-lah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk)
atau Dia mengetahui siapa yang mendapat petunjuk dan siapa yang tersesat, kelak Dia akan memberikan balasan-Nya kepada masing-masing.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 30 |
penjelasan ada di ayat 27
(NULL)
Surat An-Najm |53:31|
وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى
wa lillaahi maa fis-samaawaati wa maa fil-ardh, liyajziyallażiina asaaa`uu bimaa 'amiluu wa yajziyallażiina aḥsanuu bil-ḥusnaa
Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. (Dengan demikian) Dia akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan dan Dia akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga).
And to Allah belongs whatever is in the heavens and whatever is in the earth - that He may recompense those who do evil with [the penalty of] what they have done and recompense those who do good with the best [reward] -
(Dia hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi) Dia-lah yang memiliki kesemuanya itu; antara lain ialah orang yang tersesat dan orang yang mendapat petunjuk;
Dia menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia memberikan petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya (supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat
terhadap apa yang mereka kerjakan) berupa kemusyrikan dan perbuatan-perbuatan dosa lainnya (dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik)
maksudnya, mereka yang mengerjakan ketauhidan dan amal-amal ketaatan lainnya (dengan pahala yang lebih baik) yakni surga. Kemudian Allah menjelaskan siapakah yang disebut orang-orang yang telah berbuat baik itu melalui firman selanjutnya,
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 31 |
Tafsir ayat 31-32
Allah Swt. menceritakan bahwa Dialah Yang mempunyai langit dan bumi dan Dia Mahakaya daripada selain-Nya, dan Yang Menghakimi makhlukNya dengan adil, dan Yang menciptakan makhluk-Nya dengan benar.
{لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى}
supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga). (An-Najm: 31)
Yakni Dia akan memberi balasan kepada tiap-tiap orang sesuai dengan amal perbuatannya. Jika amalnya baik, maka balasannya baik; dan jika amalnya buruk, maka balasannya buruk.
Selanjutnya pengertian 'Orang-orang yang berbuat baik' ditafsirkan oleh ayat berikutnya, bahwa mereka adalah orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji. Dengan kata lain,
dapat disebutkan bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak mau melakukan perbuatan-perbuatan yang diharamkan dan meninggalkan dosa-dosa besar. Jika ada dari mereka yang melakukan sebagian dosa-dosa kecil,
maka sesungguhnya Allah akan memberikan ampunan bagi mereka dan menutupi kesalahan mereka, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلا كَرِيمًا}
Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). (An-Nisa: 31) Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الإثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلا اللَّمَمَ}
(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. (An-Najm: 32) Istisna atau pengecualian dalam ayat ini bersifat munqati (terpisah dari pengertian yang sebelumnya) karena lamam artinya dosa-dosa kecil dan kekeliruan yang dapat dimaafkan.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، حَدَّثَنَا مَعْمَر عَنِ ابْنِ طَاوُسٍ، عَنِ أَبِيهِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: مَا رَأَيْتُ شَيْئًا أَشْبَهَ باللمَم مِمَّا قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قال: "إن اللَّهَ تَعَالَى كَتَبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ حَظَّهُ مِنَ الزِّنَا، أَدْرَكَ ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ، فَزِنَا الْعَيْنِ النَّظَرُ، وَزِنَا اللِّسَانِ النُّطْقُ، وَالنَّفْسُ تَمنَّى وتَشْتَهِي، وَالْفَرْجُ يُصدِّق ذَلِكَ أَوْ يُكَذِّبه".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar ibnu Artah, dari Ibnu Tawus, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa menurutnya tiada sesuatu pun
yang lebih mirip untuk dikatakan lamam selain dari apa yang dijelaskan oleh Abu Hurairah r.a. dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya Allah Swt. telah mencatatkan pada pundak Ibnu Adam bagian dari perbuatan zinanya,
yang pasti dilakukannya. (Yaitu) zina mata adalah memandang, zina lisan adalah berucap, dan zina jiwa ialah berharap dan berselera, sedangkan yang membenarkan dan yang mendustakannya adalah farji (kemaluan)nya.
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini melalui Abdur Razzaq dengan sanad yang sama. Ibnu Jarir mengatakan, telah hienceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Saur,
telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Al-A'masy, dari AbudDuha, bahwa Ibnu Mas'ud pernah mengatakan, "Zina kedua mata ialah memandang (yang diharamkan), dan zina kedua bibir ialah mencium (yang diharamkan),
zina kedua tangan ialah memukul, dan zina kedua kaki ialah berjalan (menuju kepada hal yang diharamkan), sedangkan yang membenarkannya adalah kemaluannya atau mendustakannya. Jika ia bertindak dengan kemaulannya,
maka ia dinamakan pezina; dan jika tidak, maka dinamakan pelaku lamam (dosa kecil)." Hal yang sama dikatakan oleh Masruq dan Asy-Sya'bi. Abdur Rahman ibnu Nafi’ yang dikenal dengan sebutan Abu Lubabah At-Taifi telah mengatakan
bahwa ia pernah bertanya kepada Abu Hurairah tentang makna firman-Nya: kecuali kesalahan-kesalahan kecil. (An-Najm: 32) Maka Abu Hurairah menjawab, "Itu adalah seperti ciuman, kerdipan mata, memandang, dan kontak tubuh;
dan apabila kedua khitan telah bertemu yang mewajibkan mandi besar, maka itulah perbuatan zina yang sebenarnya."Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
kecuali kesalahan-kesalahan kecil. (An-Najm: 32) Yakni kecuali dosa-dosa yang telah lalu; hal yang sama telah dikatakan oleh Zaid ibnu Aslam. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnul Musanna,
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Mansur, dari Mujahid yang mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kecuali kesalahan-kesalahan kecil. (An-Najm: 32)
Yaitu orang yang mengerjakan suatu dosa, lalu meninggalkannya. Seperti pengertian yang terdapat di dalam ucapan seorang penyair:
إنْ تَغْفِر اللهُمّ تَغْفِرْ جَمّا ... وَأيّ عَبْد لَكَ مَا أَلَمَّا?! ...
Jika Engkau memberi ampunan, ya Allah, leburlah semua dosa, dan siapakah hambanya yang tidak pernah berbuat dosa kepada Engkau? Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid,
telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Mansur, dari Mujahid sehubungan dengan firman Allah Swt.: kecuali kesalahan-kesalahan kecil. (An-Najm: 32) Yakni seseorang melakukan suatu dosa, kemudian bertobat meninggalkannya.
Mujahid mengatakan bahwa dahulu orang-orang Jahiliah melakukan tawafnya di Baitullah seraya mengucapkan syair berikut:
إِنْ تَغْفِرِ اللَّهُمَّ تغفر جما ... وأي عبد لك ما ألما?! ...
Jika Engkau memberi ampunan, ya Allah, Engkau pengampun semua dosa, dan siapakah orangnya yang tidak pernah berbuat dosa terhadap Engkau? Ibnu Jarir dan lain-lainnya telah meriwayatkan kisah ini secara marfu'.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Sulaiman ibnu Abdul Jabbar, telah menceritakan kepada kami Abu Asim, telah menceritakan kepada kami Zakaria ibnu Ishaq. dari Amr ibnu Dinar, dari Ata,
dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: (Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. (An-Najm: 32) Yaitu seorang lelaki yang melakukan perbuatan keji,
lalu bertobat. Ibnu Abbas mengatakan bahwa Rasulullah Saw. menyitir ucapan penyair: Jika Engkau memberi ampunan, ya Allah, Engkau memberi ampunan yang sangat banyak, dan siapakah orangnya yang tidak pernah berdosa
terhadap Engkau? Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi; dari Ahmad ibnu Usman alias Abu Usman Al-Basri, dari Abu Asim An-Nabil. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini sahih hasan garib,
kami tidak mengenalnya melainkan hanya melalui hadis Zakaria ibnu Ishaq. Hal yang senada dikatakan oleh Al-Bazzar, bahwa kami belum mengetahui hadis ini diriwayatkan secara muttasil melainkan hanya melalui jalur ini.
Ibnu Abu Hatim dan Al-Bagawi mengetengahkannya melalui hadis Abu Asim An-Nabil. Dan sesungguhnya Imam Bagawi mengetengahkannya di dalam tafsir surat At-Tanzil hanya mengenai predikat marfu-nya masih diragukan kesahihannya.
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Bazi’ telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Zurai', telah menceritakan kepada kami Yunus, dari Al-Hasan, dari Abu Hurairah r.a.
yang menurutnya (Ibnu Jarir) Abu Hurairah me-rafa '-kan hadis ini (sampai kepada Nabi Saw.) sehubungan dengan makna firman-Nya: (Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji
yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. (An-Najm: 32) Yaitu dosa zina, kemudian bertobat dan tidak mengulanginya; dosa mencuri, kemudian bertobat dan tidak mengulanginya; dan dosa minum khamr, kemudian bertobat
dan tidak mengulanginya. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa itulah yang dimaksud dengan pengertian Ilmam (lamam). Telah menceritakan pula kepada kami Ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Addi, dari Auf,
dari Al-Hasan sehubungan dengan makna firman-Nya: (Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. (An-Najm: 32) Yakni kesalahan berupa perbuatan zina
atau mencuri atau minum khamr, kemudian tidak mengulangi lagi perbuatan dosanya. Telah menceritakan pula kepadaku Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, dari Abu Raja, dari Al-Hasan sehubungan
dengan makna firman-Nya: (Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. (An-Najm: 32) Dahulu para sahabat Rasulullah Saw. mengatakan bahwa
makna yang dimaksud ialah seorang lelaki yang terpeleset melakukan dosa zina dan dosa minum khamr, lalu ia menjauhinya dan bertobat darinya. Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Ata, dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna
firman-Nya: kecuali kesalahan-kesalahan kecil. (An-Najm: 32) Yakni di suatu saat dia melakukannya. Ata bertanya, "Apakah perbuatan zina?" Ibnu Abbas menjawab, "Ya zina, kemudian dia bertobat."
Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Ibnu Uyaynah, dari Amr, dari Ata, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan lamam ialah perbuatan dosa
yang dilakukan sekali. As-Saddi mengatakan bahwa Abu Saleh pernah mengatakan bahwa ia pernah ditanya mengenai makna lamam. Maka ia menjawab bahwa perumpamaannya adalah seorang lelaki yang melakukan suatu perbuatan dosa,
lalu bertobat. Kemudian ia menceritakan hal itu kepada Ibnu Abbas, maka Ibnu Abbas mengatakan, "Sesungguhnya engkau (dalam jawabanmu itu) dibantu oleh malaikat yang mulia," demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Al-Bagawi.
Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari jalur Al-Musanna ibnus Sabah yang daif, dari Amr ibnu Syu'aib, bahwa Abdullah ibnu Amr pernah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan lamam ialah dosa yang di bawah syirik.
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Jabir Al-Ju'fi, dari Ata, dari Ibnuz Zubair sehubungan dengan makna firman-Nya: kecuali kesalahan-kesalahan kecil. (An-Najm: 32) Yakni dosa yang di antara dua had, yaitu had zina dan azab akhirat.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Syu'bah, dari Al-Hakam, dari Ibnu Abbas. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: kecuali kesalahan-kesalahan kecil. (An-Najm: 32)
Yakni segala dosa yang mempunyai dua sanksi had, yaitu had di dunia dan had di akhirat, semuanya dapat dihapuskan dengan salat. Itulah yang dimaksud dengan lamam atau kesalahan-kesalahan kecil, yaitu dosa yang di bawah dosa
yang mengakibatkan pelakunya wajib masuk neraka. Adapun hukum had dunia, maka yang dimaksud adalah semua hukuman yang ditetapkan oleh Allah pelaksanaannya di dunia. Adapun had di akhirat, maksudnya
segala sesuatu yang mengakibatkan pelakunya dimasukkan oleh Allah ke dalam neraka yang hukumannya ditangguhkan sampai di akhirat nanti. Hal yang semisal telah dikatakan oleh Ikrimah Qatadah, dan Ad-Dahhak. Firman Allah Swt.:
{إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ}
Sesungguhnya Tuhanmu Mahaluas ampunan-Nya. (An-Najm: 32) Artinya, rahmat Allah memuat segala sesuatu dan ampunan-Nya memuat semua dosa-dosa bagi orang yang bertobat darinya. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ}
Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az-Zumar: 53) Adapun firman Allah Swt.:
{هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الأرْض}
Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah. (An-Najm: 32) Yaitu Dia Maha Melihat kalian lagi Maha Mengetahui keadaan, sepak terjang dan ucapan kalian yang akan keluar
dan dikerjakan oleh kalian sejak Dia menciptakan bapak moyang kalian dari tanah (yaitu Adam), lalu Dia mengeluarkan semua keturunannya dari sulbinya seperti semut-semut kecil. Kemudian membagi mereka menjadi dua golongan,
ada golongan yang dimasukkan ke dalam surga dan. golongan lainnya dimasukkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Demikian pula pengertian firman berikutnya:
{وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ}
dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu. (An-Najm: 32) Malaikat yang telah ditugaskan oleh Tuhannya telah menetapkan terhadapnya rezeki, ajal, dan amal perbuatannya, dan apakah dia termasuk orang yang celaka
ataukah orang yang berbahagia, semuanya dicatat oleh malaikat itu terhadapnya. Mak-hul mengatakan, "Pada mulanya kita berupa janin dalam perut ibu kita, ada pula di antara kita yang gugur,
sedangkan ki(a ini termasuk di antara orang-orang yang dihidupkan. Lalu kita menjadi bayi yang menyusu, maka di antara kita ada yang mati, sedangkan kita termasuk yang dipanjangkan usia. Kemudian kita menjadi anak-anak,
maka di antara kita ada yang mati, sedangkan kita termasuk yang di beri usia panjang. Kemudian kita tumbuh menjadi pemuda, ada pula di antara kita yang mati, sedangkan kita termasuk yang masih hidup. Kemudian kita menjadi manusia
yang berusia lanjut, maka celakalah Anda, lalu apa lagi yang kita tunggu sesudah semuanya itu?" Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan hal yang sama dari Mak-hul. Firman Allah Swt.:
{فَلا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ}
maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. (An-Najm: 32) Yakni memuji diri sendiri dan merasa besar diri serta membanggakan amal sendiri.
{هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى}
Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. (An-Najm: 32) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يُزَكُّونَ أَنْفُسَهُمْ بَلِ اللَّهُ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَلا يُظْلَمُونَ فَتِيلا}
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang menganggap dirinya bersih? Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak dianiaya sedikit pun. (An-Nisa: 49) Imam Muslim mengatakan di dalam kitab sahihnya, bahwa:
حَدَّثَنَا عَمْرو النَّاقِدُ، حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنْ يزيد بْنِ أَبِي حَبِيبٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ عَطَاءٍ قَالَ: سَمَّيْتُ ابْنَتِي بَرّةَ، فَقَالَتْ لِي زَيْنَبُ بِنْتُ أَبِي سَلَمَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ هَذَا الِاسْمِ، وَسُمِّيتُ بَرَّة، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ، إِنَّ اللَّهَ أَعْلَمُ بِأَهْلِ الْبِرِّ مِنْكُمْ". فَقَالُوا: بِمَ نُسَمِّيهَا؟ قَالَ: "سَمُّوهَا زَيْنَبَ"
telah menceritakan kepada kami Amr An-Naqid, telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnul Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Lais, dari Yazid, dari Abu Habib, dari Muhammad ibnu Amr ibnu Ata yang mengatakan bahwa
ia memberi nama anak perempuannya Barrah. Maka Zainab binti Abu Salamah berkata bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. telah melarang nama ini, dan dirinya pada mulanya diberi nama Barrah. Maka Rasulullah Saw. bersabda:
Janganlah kamu menganggap dirimu suci, sesungguhnya Allah lebih mengetahui daripada kalian tentang orang yang suci. Mereka bertanya, "Lalu nama apakah yang harus kami berikan kepadanya?" Rasulullah Saw. menjawab: 'Namailah dia Zainab!
Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad disebutkan pula bahwa:
حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ، حَدَّثَنَا خَالِدٍ الحَذَّاء، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بكْرَة، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: مَدَحَ رَجُلٌ رَجُلًا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَيْلَكَ! قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ -مِرَارًا-إِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ مَادِحًا صَاحِبَهُ لَا مَحَالَةَ فَلْيَقُلْ: أَحْسَبُ فُلَانًا -وَاللَّهُ حَسِيبُهُ، وَلَا أُزَكِّي عَلَى اللَّهِ أَحَدًا-أَحْسَبُهُ كَذَا وَكَذَا، إِنْ كَانَ يَعْلَمُ ذَلِكَ"
telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Wuhaib, telah menceritakan kepada kami Khalid Al-Hazza, dari Abdur Rahman ibnu Abu Bakrah, dari ayahnya yang mengatakan bahwa
pernah ada seseorang memuji seorang lelaki di hadapan Nabi Saw. Maka Rasulullah Saw. bersabda: Celakalah engkau, engkau telah mematahkan leher temanmu —berkali-kali—. Apabila seseorang di antara kalian terpaksa memuji temannya,
hendaklah ia mengatakan, "Kulihat si Fulan —hanya Allah-lah yang mengetahui sebenarnya, aku tidak membersihkan seseorang pun terhadap Allah— kulihat dia adalah seorang yang anu dan anu, "jika memang dia mengetahuinya.
Kemudian Imam Muslim meriwayatkannya melalui Gundar, dari Syu'bah, dari Khalid Al-Hazza dengan sanad yang sama. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, dan Imam Ibnu Majah melalui
berbagai jalur dari Khalid Al-Hazza dengan sanad yang sama.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ هَمَّامِ بْنِ الْحَارِثِ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى عُثْمَانَ فَأَثْنَى عَلَيْهِ فِي وَجْهِهِ، قَالَ: فَجَعَلَ الْمِقْدَادُ بْنُ الْأَسْوَدِ يَحْثُو فِي وَجْهِهِ التُّرَابَ وَيَقُولُ: أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا لَقِينَا الْمَدَّاحِينَ أَنْ نَحْثُوَ فِي وُجُوهِهِمُ التُّرَابَ.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki' dan Abdur Rahman. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Mansur, dari Ibrahim, dari Hammam ibnul Haris yang mengatakan bahwa
pernah seorang lelaki datang kepada Khalifah Usman, lalu memujinya di hadapannya. Maka Al-Miqdad ibnul Aswad (yang ada di majelis itu) menaburkan pasir ke wajah lelaki itu seraya berkata: Rasulullah Saw.
telah memerintahkan kepada kami apabila kami jumpai orang-orang yang memuji, hendaknya kami taburkan debu di wajah mereka. Imam Muslim dan Imam Abu Daud telah meriwayatkannya melalui hadis As-Sauri,
dari Mansur dengan sanad yang sama.
Surat An-Najm |53:32|
الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ ۚ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ ۚ هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ ۖ فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَىٰ
allażiina yajtanibuuna kabaaa`irol-iṡmi wal-fawaaḥisya illal-lamama inna robbaka waasi'ul-maghfiroh, huwa a'lamu bikum iż ansya`akum minal-ardhi wa iż antum ajinnatun fii buthuuni ummahaatikum, fa laa tuzakkuuu anfusakum, huwa a'lamu bimanittaqoo
(Yaitu) mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji, kecuali kesalahan-kesalahan kecil. Sungguh, Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya. Dia mengetahui tentang kamu, sejak Dia menjadikan kamu dari tanah lalu ketika kamu masih janin dalam perut ibumu. Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa.
Those who avoid the major sins and immoralities, only [committing] slight ones. Indeed, your Lord is vast in forgiveness. He was most knowing of you when He produced you from the earth and when you were fetuses in the wombs of your mothers. So do not claim yourselves to be pure; He is most knowing of who fears Him.
("Yaitu orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji selain dari kesalahan-kesalahan kecil) yang dimaksud dari lafal Al Lamam adalah dosa-dosa kecil seperti,
melihat wanita lain, menciumnya dan menyentuhnya. Istitsna atau pengecualian di sini bersifat Munqathi' artinya dosa-dosa kecil itu diampuni oleh sebab menjauhi dosa-dosa besar.
(Sesungguhnya Rabbmu Maha Luas ampunan-Nya) disebabkan hal tersebut, sebab Dia Penerima Tobat. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang telah mengatakan, sholat kami,
shaum kami dan haji kami (Dia lebih mengetahui) (tentang kalian ketika Dia menjadikan kalian dari tanah) ketika Dia menciptakan bapak moyang kalian yaitu Adam dari tanah
(dan ketika kalian masih berupa janin lafal Ajinnatin adalah bentuk jamak dari lafal Janiin (dalam perut ibu kalian; maka janganlah kalian mengatakan diri kalian suci)
janganlah kalian memuji-muji diri kalian sendiri dengan cara ujub atau takabur, akan tetapi bila kalian melakukannya dengan cara mengakui nikmat Allah, maka hal ini dianggap baik
(Dia-lah Yang paling mengetahui) Yang mengetahui (tentang orang yang bertakwa").
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 32 |
penjelasan ada di ayat 31
Surat An-Najm |53:33|
أَفَرَأَيْتَ الَّذِي تَوَلَّىٰ
a fa ro`aitallażii tawallaa
Maka tidakkah engkau melihat orang yang berpaling (dari Al-Qur´an)?,
Have you seen the one who turned away
(Maka apakah kamu melihat orang yang berpaling) dari keimanan, orang tersebut murtad dari Islam, yaitu ketika ia dicela karena masuk Islam. Lalu ia menjawab,
"Sesungguhnya aku takut akan azab atau siksaan Allah". Lalu orang yang mencelanya itu mau menanggung siksaan Allah yang akan diterimanya, bila ia kembali kepada kemusyrikan,
dan orang yang menanggung itu bersedia untuk memberikan hartanya kepada dia, sejumlah sekian. Akhirnya dia mau kembali kepada kemusyrikannya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 33 |
Tafsir ayat 33-41
Allah Swt. berfirman, mencela orang-orang yang berpaling dari ketaatan terhadap-Nya. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain:
{فَلا صَدَّقَ وَلا صَلَّى. وَلَكِنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى}
Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan Al-Qur'an) dan tidak mau mengerjakan .salat, tetapi ia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran). (Al-Qiyamah: 31-32) Dan disebutkan dalam firman selanjutnya dari surat ini:
{وَأَعْطَى قَلِيلا وَأَكْدَى}
serta memberi sedikit dan tidak mau memberi lagi? (An-Najm: 34) Yakni taat sebentar, kemudian berhenti, menurut Ibnu Abbas. Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah dan Qatadah serta lain-lainnya
yang bukan hanya seorang. Ikrimah dan Sa'id mengatakan bahwa perumpamaannya sama dengan suatu kaum yang menggali sebuah sumur, dan di tengah-tengah pekerjaannya mereka menjumpai batu besar yang menghambat mereka
dari menyempurnakan pekerjaannya. Lalu mereka berkata, "Kami telah lelah," kemudian mereka tinggalkan pekerjaannya. Firman Allah Swt.:
{أَعِنْدَهُ عِلْمُ الْغَيْبِ فَهُوَ يَرَى}
Apakah dia mempunyai pengetahuan tentang yang gaib sehingga dia mengetahui? (An-Najm: 35) Yakni apakah orang yang menggenggamkan tangannya dan tidak mau berinfak serta memutuskan kebajikannya mengetahui tentang yang gaib,
bahwa kelak apa yang ada di tangannya bakal habis, yang karenanya dia menggenggamkan tangannya tidak mau berbuat kebajikan, maka apakah dia melihat akibat itu dengan mata kepalanya sendiri? Yakni pada kenyataannya
tidaklah demikian. Sesungguhnya dia menggenggamkan tangannya dari sedekah berbuat kebajikan dan memberikan santunan (derma) serta silaturahmi hanyalah semata-mata karena kekikiran dirinya.
Untuk itulah maka disebutkan di dalam hadis bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda memerintahkan kepada Bilal r.a. yang menjadi bendaharanya:
"أَنْفِقْ بِلَالًا وَلَا تَخْشَ مِنْ ذِي الْعَرْشِ إِقْلَالًا"
Belanjakanlah, hai Bilal, janganlah kamu takut kehabisan demi karena Tuhan Yang mempunyai 'Arasy. Dan disebutkan dalam firman Allah Swt.:
{وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ}
Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya. (Saba':39) 'Adapun firman Allah Swt.:
{أَمْ لَمْ يُنَبَّأْ بِمَا فِي صُحُفِ مُوسَى. وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّى}
Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa? Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji? (An-Najm: 36-37) Sa’id ibnu Jubair dan As-Sauri mengatakan bahwa
makna yang dimaksud ialah Nabi Ibrahim adalah orang yang selalu menyampaikan semua apa yang diperintahkan kepadanya. Ibnu Abbas mengatakan bahwa Nabi Ibrahim a.s. selalu menunaikan apa yang diperintahkan Allah kepadanya
untuk disampaikan. Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa Nabi Ibrahim adalah orang yang selalu menunaikan apa yang diperintahkan kepadanya. Qatadah mengatakan, Nabi Ibrahim adalah orang yang selalu menunaikan ketaatannya
kepada Allah dan menyampaikan risalah-Nya kepada makhluk-Nya. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir dan pengertiannya mencakup semua yang telah disebutkan di atas. Pengertian ini diperkuat pula dengan firman Allah Swt.
yang mengatakan:
{وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا}
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia.” (Al-Baqarah: 124)
Maka Ibrahim mengerjakan semua perintah itu dan meninggalkan semua larangan serta menyampaikan risalah dengan lengkap dan sempurna. Oleh karenanya maka dia berhak menjadi pemimpin bagi seluruh manusia yang patut dijadikan
panutan dalam semua keadaan, perbuatan, dan ucapannya. Allah Swt. telah berfirman pula:
{ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ}
Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif " dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (An-Nahl: 123)
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَوْفٍ الحِمْصي، حَدَّثَنَا آدَمُ بْنُ أَبِي إِيَاسٍ الْعَسْقَلَانِيُّ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، حَدَّثَنَا جَعْفَرِ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنِ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ: تَلَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذِهِ الْآيَةَ: {وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّى} قَالَ: "أَتَدْرِي مَا وَفَّى؟ " قُلْتُ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "وَفَّى عَمَلَ يَوْمِهِ بِأَرْبَعِ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Auf Al-Himsi, telah menceritakan kepada kami Adam ibnu Abu Iyas Al-Asqalani, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah,
telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnuz Zubair, dari Al-Qasim, dari Abu Umamah yangjnenceritakan bahwa Rasulullah Saw. membaca ayat ini, yaitu firman-Nya: Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji?
(An-Najm: 37) Lalu Rasulullah Saw. bertanya. ”Tahukah kamu apakah yang dimaksud dengan menyempurnakan janji?" Aku (Abu Umamah r.a.) menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah Saw. bersabda:
Menunaikan pekerjaan sehari-harinya dengan mengerjakan salat empat rakaat di permulaan siang hari. Ibnu Jarir meriwayatkan hadis ini melalui Ja'far ibnuz Zubair, sedangkan Ja'far orangnya daif.
وَقَالَ التِّرْمِذِيُّ فِي جَامِعِهِ: حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ السّمْناني، حَدَّثَنَا أَبُو مُسْهِر، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ بَحِيرُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدان، عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَير، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ وَأَبِي ذَرٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ، أَنَّهُ قَالَ: "ابْنَ آدَمَ ارْكَعْ لِي أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ، أَكفِكَ آخِرَهُ"
Imam Turmuzi mengatakan di dalam kitab Jami'-nya, telah menceritakan kepada kami Ja'far As-Samnani, telah menceritakan kepada kami Abu Misar, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Iyasy, dari Yahya ibnu Sa'd,
dari Khalid ibnu Ma'dan, dari Jubair ibnu Nafir, dari Abu Darda dan Abu Zar, dari Rasulullah Saw., dari Allah Swt. yang telah berfirman: Hai anak Adam, salatlah karena Aku sebanyak empat rakaat pada permulaan siang hari (mu),
niscaya Aku memberikan kecukupan kepadamu di akhir siang hari (mu).
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا الرَّبِيعِ بْنِ سُلَيْمَانَ، حَدَّثَنَا أَسَدُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَة، حَدَّثَنَا زَبَّان بْنُ قَائِدٍ، عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "أَلَا أُخْبِرُكُمْ لِمَ سَمَّى اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلَهُ الَّذِي وَفَّى؟ إِنَّهُ كَانَ يقول كلما أصبح وأمسى: {فَسُبْحَانَ اللَّهِ حِينَ تُمْسُونَ وَحِينَ تُصْبِحُون}
Ibnu Abu Hatim rahimahullah mengatakan, telah menceritakan pula kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ar-Rabi' ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Asad ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah,
telah menceritakan kepada kami Zaban ibnu Fayid, dari Sahl ibnu Mu'az ibnu Anas, dari ayahnya, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Maukah aku ceritakan kepada kalian mengapa Allah menamakan Ibrahim dengan sebutan 'kekasih-Nya'
yang selalu menyempurnakan janji? Sesungguhnya dia setiap pagi hari dan petang hari selalu mengucapkan, "Maka bertasbihlah kepada Allah ketika kamu berada di petang hari dan waktu subuh " (Ar-Rum: 17)
Ibnu Jarir meriwayatkan hadis ini melalui Abu Kuraib, dari Rasyidin ibnu Sa*d, dari Zaban dengan sanad yang sama. Kemudian Allah Swt. menjelaskan apa yang telah Dia wahyukan kepada Ibrahim dan Musa yang termaktub
di dalam lembaran-lembaran masing-masingnya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{أَلا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى}
(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. (An-Najm: 38) Yakni tiap-tiap diri yang berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri karena melakukan kekufuran atau suatu dosa,
maka sesungguhnya yang menanggung dosanya adalah dirinya sendiri, tiada seorang pun yang dapat menggantikannya sebagai penanggungnya. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَإِنْ تَدْعُ مُثْقَلَةٌ إِلَى حِمْلِهَا لَا يُحْمَلْ مِنْهُ شَيْءٌ وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى}
Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu, tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikit pun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. (Fathir: 18) Adapun firman Allah Swt.:
{وَأَنْ لَيْسَ لِلإنْسَانِ إِلا مَا سَعَى}
dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (An-Najm: 39) Yaitu sebagaimana tidak dibebankan kepadanya dosa orang lain, maka demikian pula dia tidak memperoleh pahala kecuali
dari apa yang diupayakan oleh dirinya sendiri. Berdasarkan ayat ini Imam Syafii dan para pengikutnya menyimpulkan bahwa bacaan Al-Qur'an yang dihadiahkan kepada mayat tidak dapat sampai karena bukan termasuk amal perbuatannya
dan tidak pula dari hasil upayanya. Karena itulah maka Rasulullah Saw. tidak menganjurkan umatnya untuk melakukan hal ini, tidak memerintahkan mereka untuk mengerjakannya, tidak pula memberi mereka petunjuk kepadanya,
baik melalui nas hadis maupun makna yang tersirat darinya. Hal ini tidak pernah pula dinukil dari seseorang dari para sahabat yang melakukannya. Seandainya hal ini (bacaan Al-Qur’an untuk mayat) merupakan hal yang baik,
tentulah kita pun menggalakkannya dan berlomba melakukannya. Pembahasan mengenai amal taqarrub itu hanya terbatas pada apa-apa yang digariskan oleh nas-nas syariat, dan tidak boleh menetapkannya dengan berbagai macam
hukum analogi dan pendapat mana pun. Akan tetapi, berkenaan dengan doa dan sedekah (yang pahalanya dihadiahkan buat mayat), maka hal ini telah disepakati oleh para ulama, bahwa pahalanya dapat sampai kepada mayat,
dan juga ada nas dari syariat yang menyatakannya. Adapun mengenai hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam kitab sahihnya, dari Abu Hurairah r.a.. yang menyebutkan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: مِنْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ، أَوْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ مِنْ بَعْدِهِ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ"
Apabila manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu anak saleh yang mendoakannya, atau sedekah jariyah sesudah kepergiannya atau ilmu yang bermanfaat.
Ketiga macam amal ini pada hakikatnya dari hasil jerih payah yang bersangkutan dan merupakan buah dari kerjanya, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis:
"إِنَّ أَطْيَبَ مَا أَكَلَ الرَّجُلُ مِنْ كَسْبِهِ، وَإِنَّ وَلَدَهُ مِنْ كَسْبِهِ"
Sesungguhnya sesuatu yang paling baik yang dimakan oleh seseorang adalah dari hasil upayanya dan sesungguhnya anaknya merupakan hasil dari upayanya. Sedekah jariyah, seperti wakaf dan lain sebagainya yang sejenis, juga merupakan hasil upaya amal dan wakafnya. Allah Swt. telah berfirman:
{إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُم}
Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. (Yasin: 12)
Ilmu yang dia sebarkan di kalangan manusia, lalu diikuti oleh mereka sepeninggalnya, hal ini pun termasuk dari jerih payah dan amalnya. Di dalam kitab sahih disebutkan:
"مَنْ دَعَا إِلَى هَدْيٍ كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنِ اتَّبَعَهُ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا".
Barang siapa yang menyeru kepada jalan petunjuk, maka baginya pahala yang semisal dengan pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi-pahala mereka barang sedikit pun. Firman Allah Swt.:
{وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى}
Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). (An-Najm: 40) Yakni kelak di hari kiamat, semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُون}
Dan katakanlah, "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata,
lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”(At-Taubah: 105) Yaitu kelak Dia akan memberitahukan kepada kalian amal perbuatan kalian dan membalaskannya terhadap kalian dengan pembalasan yang sempurna.
Jika baik, maka balasannya baik; dan jika buruk, balasannya buruk. Demikian pula yang disebutkan dalam surat ini melalui firman-Nya:
{ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الأوْفَى}
Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna. (An-Najm: 41) Maksudnya, balasan yang penuh.
Surat An-Najm |53:34|
وَأَعْطَىٰ قَلِيلًا وَأَكْدَىٰ
wa a'thoo qoliilaw wa akdaa
dan dia memberikan sedikit (dari apa yang dijanjikan) lalu menahan sisanya.
And gave a little and [then] refrained?
(Serta memberi sedikit) dari harta yang telah disebutkan tadi (dan tidak mau memberi lagi) yaitu dia tidak mau memberikan sisanya. Lafal Akdaa diambil dari asal kata Al Kidyah,
arti asalnya adalah tanah yang keras seperti tanah yang berbatu, sehingga penggali sumur bila sampai kepada lapisan yang berbatu itu tidak dapat melanjutkan penggaliannya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 34 |
penjelasan ada di ayat 33
Surat An-Najm |53:35|
أَعِنْدَهُ عِلْمُ الْغَيْبِ فَهُوَ يَرَىٰ
a 'indahuu 'ilmul-ghoibi fa huwa yaroo
Apakah dia mempunyai ilmu tentang yang gaib sehingga dia dapat melihat(nya)?
Does he have knowledge of the unseen, so he sees?
(Apakah dia mempunyai pengetahuan tentang yang gaib sehingga dia mengetahui) sebagiannya, yaitu bahwa seseorang dapat menanggung azab akhirat yang diterima oleh orang lain
Jawabannya tentu saja tidak. Orang yang dimaksud dalam ayat ini adalah Walid ibnu Mughirah atau lainnya. Jumlah kalimat A'indahuu merupakan Maf'ul kedua dari lafal Ra-ayta, yang maknanya Akhbirnii, yakni ceritakanlah kepada-Ku.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 35 |
penjelasan ada di ayat 33
Surat An-Najm |53:36|
أَمْ لَمْ يُنَبَّأْ بِمَا فِي صُحُفِ مُوسَىٰ
am lam yunabba` bimaa fii shuḥufi muusaa
Ataukah belum diberitakan (kepadanya) apa yang ada dalam lembaran-lembaran (Kitab suci yang diturunkan kepada) Musa?
Or has he not been informed of what was in the scriptures of Moses
(Ataukah) yakni sebenarnya (belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa) yaitu lembaran-lembaran kitab Taurat atau lembaran-lembaran kitab suci sebelumnya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 36 |
penjelasan ada di ayat 33
Surat An-Najm |53:37|
وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّىٰ
wa ibroohiimallażii waffaaa
Dan (lembaran-lembaran) Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji?,
And [of] Abraham, who fulfilled [his obligations] -
(Dan) lembaran-lembaran (Ibrahim yang selalu memenuhi janji) maksudnya Nabi Ibrahim itu selalu menepati apa yang diperintahkan kepadanya,,
sebagaimana yang disebutkan dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya, "Dan (ingatlah) ketika Ibrahim diuji Rabbnya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan),
lalu Ibrahim menunaikannya dengan lengkap." (Q.S. Al Baqarah, 124) Kemudian pengertian yang terkandung di dalam lafal Maa pada ayat sebelumnya, dijelaskan oleh firman berikutnya,
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 37 |
penjelasan ada di ayat 33
Surat An-Najm |53:38|
أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ
allaa taziru waazirotuw wizro ukhroo
(yaitu) bahwa seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain,
That no bearer of burdens will bear the burden of another
("Yaitu bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain) dan seterusnya. Lafal An adalah bentuk Mukhaffafah dari Anna; artinya bahwa setiap diri itu tidak dapat menanggung dosa orang lain.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 38 |
penjelasan ada di ayat 33
Surat An-Najm |53:39|
وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ
wa al laisa lil-insaani illaa maa sa'aa
dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya,
And that there is not for man except that [good] for which he strives
(Dan bahwasanya) bahwasanya perkara yang sesungguhnya itu ialah (seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya)
yaitu memperoleh kebaikan dari usahanya yang baik, maka dia tidak akan memperoleh kebaikan sedikit pun dari apa yang diusahakan oleh orang lain.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 39 |
penjelasan ada di ayat 33
Surat An-Najm |53:40|
وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَىٰ
wa anna sa'yahuu saufa yuroo
dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya),
And that his effort is going to be seen -
(Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan) kepadanya di akhirat.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 40 |
penjelasan ada di ayat 33
Surat An-Najm |53:41|
ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الْأَوْفَىٰ
ṡumma yujzaahul-jazaaa`al-aufaa
kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna,
Then he will be recompensed for it with the fullest recompense
(Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna") pembalasan yang paling lengkap. Diambil dari asal kata, Jazaituhu Sa'yahu atau Bisa'yihi, artinya,
"Aku memberikan balasan terhadap usahanya, atau aku memberikannya balasan atas usahanya." Dengan kata lain lafal Jazaa ini boleh dibilang sebagai Fi'il Muta'addi atau Fi'il Lazim.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 41 |
penjelasan ada di ayat 33
Surat An-Najm |53:42|
وَأَنَّ إِلَىٰ رَبِّكَ الْمُنْتَهَىٰ
wa anna ilaa robbikal-muntahaa
dan sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahannya (segala sesuatu),
And that to your Lord is the finality
(Dan bahwasanya) jika dibaca Anna berarti di'athafkan kepada kalimat sebelumnya, jika dibaca Inna berarti merupakan jumlah Isti-naf atau kalimat baru.
Hal ini berlaku pula terhadap lafal yang sama yang jatuh sesudahnya, dengan demikian maka pengertian yang terkandung pada kalimat sesudah Anna pertama bukan termasuk ke dalam pengertian
yang terkandung di dalam lembaran-lembaran Ibrahim (kepada Rabbmulah kesudahan) tempat kembali sesudah mati, lalu Dia memberikan balasan yang setimpal kepada mereka masing-masing.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 42 |
Tafsir ayat 42-55
Firman Allah Swt.:
{وَأَنَّ إِلَى رَبِّكَ الْمُنْتَهَى}
dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu). (An-Najm: 42) Yakni dikembalikan di hari kiamat nanti. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami
Suwaid ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu Khalid, dari Abdur Rahman ibnu Sabit, dari Amr ibnu Maimun Al-Audi yang menceritakan bahwa Mu'az ibnu Jabal berdiri di antara kami, lalu berkata, "Hai Bani Aud,
sesungguhnya aku adalah utusan Rasulullah Saw. kepada kalian, kalian harus mengetahui bahwa kita semua akan dikembalikan kepada Allah; adakalanya ke surga atau ke neraka."
وَذَكَرَ الْبَغَوِيُّ مِنْ رِوَايَةِ أَبِي جَعْفَرٍ الرَّازِيُّ، عَنِ الرَّبِيعِ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ أَبِي الْعَالِيَةِ، عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِهِ: {وَأَنَّ إِلَى رَبِّكَ الْمُنْتَهَى} ، قَالَ: لَا فكرةَ فِي الرَّبِّ
Al-Bagawi telah meriwayatkan melalui Abu Ja'far Ar-Razi, dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah, dari Ubay ibnu Ka'b, dari Nabi Saw. sehubungan dengan firman Allah Swt.: dan bahwasanya kepada Tuhanmulah
kesudahan (segala sesuatu). (An-Najm: 42) Maka Nabi Saw. bersabda: Tidak boleh memikirkan tentang Tuhan. Al-Bagawi mengatakan bahwa ini merupakan kesamaan dari apa yang diriwayatkan dari Abu Hurairah secara marfu
'yang hadisnya menyebutkan:
"تفكَّروا فِي الْخَلْقِ وَلَا تُفَكِّرُوا فِي الْخَالِقِ، فَإِنَّهُ لَا تُحِيطُ بِهِ الفِكْرة".
Pikirkanlah tentang makhluk dan janganlah kalian memikirkan tentang Khaliq (Pencipta), karena sesunguhnya Dia tidak dapat diliput oleh pemikiran. Demikianlah menurut apa yang dikemukakan oleh Al-Bagawi, tetapi tidak dikenal bunyi teks seperti ini, dan yang terdapat di dalam kitab sahih bunyinya hanyalah seperti berikut:
"يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ: مَنْ خَلَقَ كَذَا؟ مَنْ خَلَقَ كَذَا؟ حَتَّى يَقُولَ: مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ؟ فَإِذَا بَلَغَ أَحَدُكُمْ ذَلِكَ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ وَلْيَنْتَه"
Setan datang kepada seseorang di antara kalian, lalu mengatakan (membisikkan kepadanya), "Siapakah yang menciptakan ini dan siapakah yang menciptakan ini?” Hingga akhirnya setan mengatakan, "Siapakah yang menciptakan Tuhanmu?”
Apabila sampai kepada seseorang di antara kalian hal tersebut, hendaklah ia memohon perlindungan kepada Allah dan menghentikannya. Di dalam hadis lain yang terdapat di dalam kitab-kitab sunan disebutkan seperti berikut:
"تَفَكَّرُوا فِي مَخْلُوقَاتِ اللَّهِ، وَلَا تُفَكِّرُوا فِي ذَاتِ اللَّهِ، فَإِنَّ اللَّهَ خَلَقَ مَلَكًا مَا بَيْنَ شَحْمَةِ أُذُنِهِ إِلَى عَاتِقِهِ مَسِيرة ثَلَاثِمِائَةِ سَنَةٍ"
Pikirkanlah tentang makhluk Allah dan janganlah kamu memikirkan tentang Zat Allah, karena sesungguhnya Allah Swt. telah menciptakan seorang malaikat yang besar antara bagian bawah telinganya sampai pundaknya sama dengan jarak perjalanan tiga ratus tahun.Atau hal yang semakna dengan sabda Nabi Saw. Firman Allah Swt.:
وَأَنَّهُ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَى
dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis. (An-Najm: 43) Yakni Dia menciptakan hamba-hamba-Nya dapat tertawa dan menangis, juga menciptakan penyebab keduanya; keduanya merupakan sikap yang bertentangan.
{وَأَنَّهُ هُوَ أَمَاتَ وَأَحْيَا}
dan bahwasanya Dialah yang mematikan dan menghidupkan. (An-Najm: 44) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاة}
Yang menjadikan mati dan hidup. (Al-Mulk: 2) Adapun firman Allah Swt.:
{وَأَنَّهُ خَلَقَ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالأنْثَى. مِنْ نُطْفَةٍ إِذَا تُمْنَى}
dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, dari air mani, apabila dipancarkan. (An-Najm: 45-46) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{أَيَحْسَبُ الإنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى. أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِنْ مَنِيٍّ يُمْنَى. ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّى. فَجَعَلَ مِنْهُ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالأنْثَى. أَلَيْسَ ذَلِكَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى}
Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)? Bukankah dia dahulu setetes air mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi 'alaqah, lalu Allah menciptakannya
dan menyempurnakannya, lalu Allah menjadikan darinya sepasang laki-laki dan perempuan. Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati? (Al-Qiyamah: 36-40) Adapun firman Allah Swt.:
{وَأَنَّ عَلَيْهِ النَّشْأَةَ الأخْرَى}
Dan bahwasanya Dialah yang menetapkan kejadian yang lain (kebangkitan sesudah mati). (An-Najm: 47) Yakni sebagaimana Dia menciptakan makhluk pada yang pertama kali, maka Dia mampu pula mengembalikannya menjadi hidup kembali sesudah matinya dalam ciptaan yang baru di hari kiamat nanti.
{وَأَنَّهُ هُوَ أَغْنَى وَأَقْنَى}
dan bahwasanya Dia yang memberikan kekayaan dan memberikan kecukupan. (An-Najm: 48) Dia memilikkan kepada hamba-hamba-Nya harta benda, dan menjadikannya sebagai modal mereka yang ada di tangan mereka
tanpa memerlukan mereka memperjualbelikannya; dan ini merupakan kelengkapan dari nikmat Allah Swt. yang diberikan kepada mereka. Banyak kalangan ulama tafsir yang mengartikan makna ayat ini, antara lain Abu Saleh, Ibnu Jarir,
dan selain keduanya. Diriwayatkan dari Mujahid bahwa makna agna ialah memberikan harta, sedangkan aqna ialah memberikan pelayan. Hal yang sama dikatakan oleh Qatadah. Ibnu Abbas dan juga Mujahid mengatakan bahwa
agna artinya memberi, sedangkan aqna artinya memuaskan. Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah Mahakaya diriNya dan menjadikan semua makhluk berhajat kepada-Nya. Demikianlah menurut pendapat Al-Hadrami ibnu Lahiq.
Menurut pendapat yang lain, Allah memperkaya siapa yang dikehendaki-Nya dari kalangan makhlukNya dan menjadikan miskin siapa yang dikehendaki-Nya dari mereka. Demikianlah menurut Ibnu Zaid yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir,
tetapi kedua pendapat terakhir jauh dari kebenaran bila di tinjau dari segi pengertian lafaznya. Firman Allah Swt.:
{وَأَنَّهُ هُوَ رَبُّ الشِّعْرَى}
dan bahwasanya Dialah Tuhan (yang memiliki) bintang syi'ra. (An-Najm: 49) Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, Ibnu Zaid, dan lain-lainnya mengatakan bahwa bintang yang dimaksud adalah bintang yang cahayanya cemerlang,
yang juga dikenal dengan nama Mirzamul Jauza (Venus) yang oleh segolongan orang Arab Badui disembah-sembah (di masa Jahiliahnya).
{وَأَنَّهُ أَهْلَكَ عَادًا الأولَى}
dan bahwasanya Dia telah membinasakan kaum 'Ad yang pertama. (An-Najm: 50) Mereka adalah kaum Nabi Hud, yang juga dikenal dengan nama 'Ad ibnu Iram ibnu Sam ibnu Nuh, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ. إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ. الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلادِ}
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum Ad?, (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu,
di negeri-negeri lain. (Al-Fajr: 6-8) Mereka termasuk manusia yang keras lagi kuat dan paling menentang kepada Allah dan rasul-Nya, maka Allah membinasakan mereka.
{بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ. سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا}
dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus. (Al-Haqqah: 6-7) Yakni berturut-turut tanpa henti-hentinya selama tujuh malam delapan hari. Firman Allah Swt.:
{وَثَمُودَ فَمَا أَبْقَى}
dan kaum Samud. Maka tidak seorang pun yang ditinggalkan-Nya (hidup). (An-Najm: 51) Allah binasakan mereka semua, tanpa ada seorang pun dari mereka yang tersisa.
{وَقَوْمَ نُوحٍ مِنْ قَبْل}
Dan kaum Nuh sebelum itu. (An-Najm: 52) Yaitu sebelum kaum Samud.
{إِنَّهُمْ كَانُوا هُمْ أَظْلَمَ وَأَطْغَى}
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang paling zalim dan paling durhaka. (An-Najm: 52) Yakni sangat pendurhaka, lebih keras daripada orang-orang yang sesudah mereka.
{وَالْمُؤْتَفِكَةَ أَهْوَى}
dan negeri-negeri kaum Lut yang telah dihancurkan Allah. (An-Najm: 53) Yakni kota-kota yang dihuni oleh kaum Lut. Allah membalikkan kota-kota itu di atas mereka dan menjadikan bagian bawahnya berada di atas mereka,
dan Allah menghujani mereka bertubi-tubi dengan batu-batu dari tanah yang terbakar. Karena itulah maka dalam firman berikutnya disebutkan:
{فَغَشَّاهَا مَا غَشَّى}
lalu Allah menimpakan atas negeri itu azab besar yang menimpanya. (An-Najm: 54) Maksudnya, batu-batuan yang ditimpakan kepada mereka.
{وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا فَسَاءَ مَطَرُ الْمُنْذَرِين}
Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu), maka amat jeleklah hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu. (Asy-Syu'ara: 173) Qatadah mengatakan bahwa penduduk kota-kota negeri kaum Lut seluruhnya
berjumlah empat juta orang, lalu lembah tempat mereka berada menyemburkan api dan mengalirkan minyak mentah dan aspal (ter) yang membakar mereka seperti halnya pemanggangan roti membakar roti.
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan hal yang sama dari ayahnya, dari Muhammad ibnu Wahb ibnu Atiyyah, dari Al-Walid ibnu Muslim, dari Khulaid, dari Qatadah dengan lafaz yang sama. Tetapi riwayat ini garib sekali. Firman Allah.Swt.:
{فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكَ تَتَمَارَى}
Maka terhadap nikmat Tuhanmu yang manakah kamu ragu-ragu? (An-Najm: 55) Yaitu nikmat Allah yang manakah yang kamu ragukan, hai manusia? Demikianlah menurut Qatadah. Ibnu Juraij mengatakan bahwa firman-Nya:
Maka terhadap nikmat Tuhanmu yang manakah kamu ragu-ragu? (An-Najm: 55) ditujukan kepada Nabi Muhammad Saw. Akan tetapi, pendapat yang pertamalah yang utama, dan menjadi pilihan Ibnu Jarir.
Surat An-Najm |53:43|
وَأَنَّهُ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَىٰ
wa annahuu huwa adh-ḥaka wa abkaa
dan sesungguhnya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis,
And that it is He who makes [one] laugh and weep
(Dan bahwasanya Dia-lah yang membuat orang tertawa) yang menjadikan gembira siapa yang dikehendaki-Nya (dan menangis) yang menjadikan sedih siapa yang dikehendaki-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 43 |
penjelasan ada di ayat 42
Surat An-Najm |53:44|
وَأَنَّهُ هُوَ أَمَاتَ وَأَحْيَا
wa annahuu huwa amaata wa aḥyaa
dan sesungguhnya Dialah yang mematikan dan menghidupkan,
And that it is He who causes death and gives life
(Dan bahwasanya Dia-lah yang mematikan dan yang menghidupkan) kembali pada hari berbangkit nanti.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 44 |
penjelasan ada di ayat 42
Surat An-Najm |53:45|
وَأَنَّهُ خَلَقَ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالْأُنْثَىٰ
wa annahuu kholaqoz-zaujainiż-żakaro wal-unṡaa
dan sesungguhnya Dialah yang menciptakan pasangan laki-laki dan perempuan,
And that He creates the two mates - the male and female -
(Dan bahwasanya Dia-lah yang menciptakan berpasang-pasangan) kedua jenis yang berpasangan (laki-laki dan perempuan).
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 45 |
penjelasan ada di ayat 42
Surat An-Najm |53:46|
مِنْ نُطْفَةٍ إِذَا تُمْنَىٰ
min nuthfatin iżaa tumnaa
dari mani, apabila dipancarkan,
From a sperm-drop when it is emitted
(Dari nuthfah) yakni air mani (apabila dipancarkan) bila ditumpahkan ke dalam rahim.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 46 |
penjelasan ada di ayat 42
Surat An-Najm |53:47|
وَأَنَّ عَلَيْهِ النَّشْأَةَ الْأُخْرَىٰ
wa anna 'alaihin-nasy`atal-ukhroo
dan sesungguhnya Dialah yang menetapkan penciptaan yang lain (kebangkitan setelah mati),
And that [incumbent] upon Him is the next creation
(Dan bahwasanya Dia-lah yang menetapkan kejadian) huruf Hamzah lafal An Nasy`ah boleh dibaca panjang dan boleh dibaca pendek (yang lain) kejadian yang lain untuk dibangkitkan menjadi hidup kembali, sesudah penciptaan yang pertama.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 47 |
penjelasan ada di ayat 42
Surat An-Najm |53:48|
وَأَنَّهُ هُوَ أَغْنَىٰ وَأَقْنَىٰ
wa annahuu huwa aghnaa wa aqnaa
dan sesungguhnya Dialah yang memberikan kekayaan dan kecukupan.
And that it is He who enriches and suffices
(Dan bahwasanya Dia yang memberi kekayaan) kepada manusia berupa harta benda (dan yang memberikan kecukupan) Dia memberikan harta untuk mencukupi kebutuhan orang itu.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 48 |
penjelasan ada di ayat 42
Surat An-Najm |53:49|
وَأَنَّهُ هُوَ رَبُّ الشِّعْرَىٰ
wa annahuu huwa robbusy-syi'roo
dan sesungguhnya Dialah Tuhan (yang memiliki) bintang Syi`ra
And that it is He who is the Lord of Sirius
(Dan bahwasanya Dia-lah Rabb bintang syi'ra) nama bintang yang berada di belakang bintang Jauza; bintang itu pada zaman jahiliah disembah-sembah.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 49 |
penjelasan ada di ayat 42
Surat An-Najm |53:50|
وَأَنَّهُ أَهْلَكَ عَادًا الْأُولَىٰ
wa annahuuu ahlaka 'aadanil-uulaa
dan sesungguhnya Dialah yang telah membinasakan kaum ´Aad dahulu kala,
And that He destroyed the first [people of] 'Aad
(Dan bahwasanya Dia telah membinasakan kaum 'Ad yang pertama) menurut suatu qiraat harakat Tanwinnya diidgamkan kepada huruf Lam, bila huruf Lamnya didamahkan,
tanpa memakai Hamzah. Ad adalah nama suatu kaum yang dikenal dengan nama kaum 'Ad, sedangkan kaum yang lainnya adalah kaum Nabi Saleh.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 50 |
penjelasan ada di ayat 42
Surat An-Najm |53:51|
وَثَمُودَ فَمَا أَبْقَىٰ
wa ṡamuuda fa maaa abqoo
dan kaum Samud, tidak seorang pun yang ditinggalkan-Nya (hidup),
And Thamud - and He did not spare [them] -
(Dan kaum Tsamud) jika dibaca Sharf, dengan memakai Tanwin berarti nama kakek moyang, bila dibaca dengan tidak memakai Tanwin berarti nama suatu kabilah, berarti di'athafkan kepada lafal Ad.
(Maka tidak seorang pun yang ditinggalkan) hidup; maksudnya tiada seorang pun di antara mereka yang dibiarkan hidup oleh-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 51 |
penjelasan ada di ayat 42
Surat An-Najm |53:52|
وَقَوْمَ نُوحٍ مِنْ قَبْلُ ۖ إِنَّهُمْ كَانُوا هُمْ أَظْلَمَ وَأَطْغَىٰ
wa qouma nuuḥim ming qobl, innahum kaanuu hum azhlama wa athghoo
dan (juga) kaum Nuh sebelum itu. Sungguh, mereka adalah orang-orang yang paling zalim dan paling durhaka.
And the people of Noah before. Indeed, it was they who were [even] more unjust and oppressing.
(Dan Kaum Nuh sebelum itu) sebelum kaum Ad dan kaum Tsamud; kami binasakan mereka semuanya. (Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang paling lalim dan paling durhaka)
yakni kaum Nabi Nuh itu jauh lebih lalim dan lebih durhaka daripada kaum 'Ad dan kaum Tsamud, karena Nabi Nuh tinggal bersama mereka dalam waktu yang lama sekali sebagaimana yang diungkapkan oleh Allah dalam firman-Nya,
"maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun." (Q.S. Al 'Ankabut, 14) Di samping mereka tidak mau beriman kepada Nabi Nuh, mereka juga menyakiti bahkan memukulinya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 52 |
penjelasan ada di ayat 42
Surat An-Najm |53:53|
وَالْمُؤْتَفِكَةَ أَهْوَىٰ
wal-mu`tafikata ahwaa
Dan prahara angin telah meruntuhkan (negeri kaum Lut),
And the overturned towns He hurled down
(Dan penduduk Mu`tafikah) yaitu negeri-negeri tempat tinggal kaum Nabi Luth (yang telah dihancurkan) yaitu dijatuhkan dari atas langit sesudah diangkat dalam keadaan terbalik, lalu dijatuhkan ke bumi oleh malaikat Jibril atas perintah Allah swt.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 53 |
penjelasan ada di ayat 42
Surat An-Najm |53:54|
فَغَشَّاهَا مَا غَشَّىٰ
fa ghosysyaahaa maa ghosysyaa
lalu menimbuni negeri itu (sebagai azab) dengan (puing-puing) yang menimpanya.
And covered them by that which He covered.
(Lalu Allah menimpakan atas negeri-negeri itu) batu-batu sesudah dibalikkan (azab besar yang menimpanya) di dalam ungkapan ayat azab yang dimaksud sengaja tidak disebutkan secara jelas,
sebagai gambaran tentang kengeriannya yang tak terperikan, hingga tidak dapat diungkapkan oleh kata-kata. Azab ini dijelaskan pula dalam surah Hud, melalui firman-Nya,
"Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar." (Q.S. Hud, 82)
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 54 |
penjelasan ada di ayat 42
Surat An-Najm |53:55|
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكَ تَتَمَارَىٰ
fa bi`ayyi aalaaa`i robbika tatamaaroo
Maka terhadap nikmat Tuhanmu yang manakah yang masih kamu ragukan?
Then which of the favors of your Lord do you doubt?
(Maka terhadap nikmat Rabbmu yang manakah) yakni nikmat-nikmat-Nya yang menunjukkan kepada keesaan dan kekuasaan-Nya (kamu ragu-ragu) kamu meragukannya, hai manusia. Atau, kamu mendustakannya hai manusia
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 55 |
penjelasan ada di ayat 42
Surat An-Najm |53:56|
هَٰذَا نَذِيرٌ مِنَ النُّذُرِ الْأُولَىٰ
haażaa nażiirum minan-nużuril-uulaa
Ini (Muhammad) salah seorang pemberi peringatan di antara para pemberi peringatan yang telah terdahulu.
This [Prophet] is a warner like the former warners.
(Ini) Muhammad ini (adalah seorang pemberi peringatan di antara pemberi-pemberi peringatan yang terdahulu) artinya, sama dengan mereka. Maksudnya,
dia adalah seorang rasul yang sama dengan rasul-rasul lain sebelumnya; ia diutus kepada kalian, sebagaimana para rasul terdahulu diutus kepada kaumnya masing-masing.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 56 |
Tafsir ayat 56-62
Firman Allah Swt.:
{هَذَا نَذِيرٌ}
Orang ini adalah seorang pemberi peringatan. (An-Najm: 56) Yakni Nabi Muhammad Saw.
{مِنَ النُّذُرِ الأولَى}
di antara pemberi-pemberi peringatan yang telah terdahulu. (An-Najm: 56) Yaitu salah seorang dari mereka, dia diutus sebagaimana mereka diutus, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُل}
Katakanlah, "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul. (Al-Ahqaf: 9) Adapun firman Allah Swt.:
{أَزِفَتِ الآزِفَة}
Telah dekat terjadinya hari kiamat. (An-Najm: 57) Yakni hampir tiba masanya hari kiamat terjadi.
{لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ اللَّهِ كَاشِفَةٌ}
Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain Allah. (An-Najm: 58) Artinya, kalau demikian tiada yang dapat menolaknya selain hanya Allah, dan tiada yang dapat mengetahui saatnya kecuali hanya Dia.
An-Nazir artinya pemberi peringatan yang telah menyaksikan keburukan yang dikhawatirkan akan menimpa manusia yang diberi peringatan olehnya. Seperti yang disebutkan di dalam firman Allah Swt. dalam ayat yang lain yaitu:
إِنْ هُوَ إِلَّا نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذابٍ شَدِيدٍ
Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras. (Saba: 46) Di dalam hadis disebutkan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:
«أَنَا النَّذِيرُ الْعُرْيَانُ»
Aku adalah pemberi peringatan yang tak sempat berpakaian. Dikatakan demikian karena dia tergesa-gesa melihat kerasnya azab yang telah disaksikannya sehingga tidak sempat mengenakan sesuatu dari pakaiannya,
dan langsung memberikan peringatan kepada kaumnya sebelum datangnya siksaan itu. Akhirnya dia datang kepada mereka dalam keadaan telanjang saking terburu-burunya. Pengertian ini senada dengan apa yang disebutkan
di dalam firman-Nya: Telah dekat terjadinya hari kiamat. (An-Najm: 57) Telah dekat hari yang sudah dekat itu, yakni hari kiamat. Ayat ini juga semakna dengan apa yang disebutkan dalam permulaan surat sesudah surat ini,
yaitu melalui firman-Nya:
اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ
Telah dekat (datangnya) saat itu (kiamat). (Al-Qamar: 1)
قال الْإِمَامُ أَحْمَدُ : حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ، حَدَّثَنِي أبو حاتم لَا أَعْلَمُ إِلَّا عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ، فَإِنَّمَا مَثَلُ مُحَقَّرَاتِ الذنوب كمثل قوم نزلوا ببطن وَادٍ، فَجَاءَ ذَا بِعُودٍ وَجَاءَ ذَا بِعُودٍ حتى أنضجوا خبرتهم، وَإِنَّ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ مَتَى يُؤْخَذْ بِهَا صَاحِبُهَا تُهْلِكْهُ»
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Anas ibnu Iyad, telah menceritakan kepadaku Abu Hatim, yang menurut Imam Ahmad pasti dari Sahl ibnu Sa'd yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Hati-hatilah kalian terhadap dosa-dosa kecil, karena sesungguhnya perumpamaan dosa-dosa kecil itu sama dengan suatu kaum yang beristirahat di suatu lembah, maka datanglah seseorang dengan membawa sebatang kayu
dan seseorang lagi dengan membawa sebatang kayu, hingga akhirnya mereka dapat memasak roti mereka. Dan sesungguhnya dosa-dosa kecil itu bila pelakunya dihukum karenanya, pastilah dapat membinasakannya.
Abu Hazim mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda. Abu Nadrah mengatakan bahwa dia tidak mengetahui hadis ini diriwayatkan melainkan dari Sahl ibnu Sa'd. Disebutkan seperti berikut:
«مَثَلِي وَمَثَلُ السَّاعَةِ كَهَاتَيْنِ»
Perumpamaan antara aku dan hari kiamat adalah seperti kedua jari ini. Beliau Saw. bersabda demikian seraya memisahkan di antara kedua jarinya, yaitu jari tengah dan jari telunjuknya. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda pula:
«مَثَلِي وَمَثَلُ السَّاعَةِ كَمَثَلِ فَرَسَيْ رِهَانٍ»
Perumpamaan antara aku dan hari kiamat sama dengan (jarak) di antara dua kuda (yang sama-sama kencang) dalam perlombaan balapan. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda lagi:
«مَثَلِي وَمَثَلُ السَّاعَةِ كَمَثَلِ رَجُلٍ بَعَثَهُ قَوْمُهُ طَلِيعَةً، فَلَمَّا خَشِيَ أَنْ يُسْبَقَ أَلَاحَ بِثَوْبِهِ أُتِيتُمْ أُتِيتُمْ»
Perumpamaanku dan hari kiamat sama dengan seorang lelaki yang dikirim oleh kaumnya untuk mengintai di hadapan mereka. Ketika lelaki itu merasa takut akan kedahuluan, maka ia mengibarkan bajunya yang berarti bahwa kalian diserang, kalian diserang (musuh) Lalu beliau Saw. bersabda,
«أَنَا ذَلِكَ»
"Akulah lelaki itu.” Masih banyak lagi syahid dan bukti yang menguatkannya dari berbagai jalur yang terdapat di dalam himpunan hadis-hadis sahih dan hasan.
Kemudian Allah Swt. berfirman, mengingkari orang-orang musyrik karena mereka mendengar Al-Qur'an, tetapi berpaling darinya dan menyepelekannya:
{تَعْجَبُونَ}
kamu merasa heran. (An-Najm: 59) bila pemberitaan ini benar.
{وَتَضْحَكُونَ}
dan kamu menertawakan. (An-Najm: 60) karena memperolok-olokkan Al-Qur'an dan mengejeknya.
{وَلا تَبْكُونَ}
dan tidak menangis? (An-Najm: 60) Sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang meyakini kebenaran Al-Qur'an, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَيَخِرُّونَ لِلأذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا}
Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk. (Al-Isra: 109) Adapun firman Allah Swt.:
{وَأَنْتُمْ سَامِدُونَ}
Sedangkan kamu melengahkan (nya). (An-Najm: 61) Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari ayahnya, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah menyanyi; ini menurut dialek orang-orang Yaman.
Dikatakan ismid lana artinya menyanyilah untuk kami. Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah. Tetapi menurut riwayat lain yang juga dari Ibnu Abbas, disebutkan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sedangkan kamu melengahkan (nya).
(An-Najm: 61) Yakni berpaling darinya; hal yang sama dikatakan oleh Mujahid dan Ikrimah. Menurut Al-Hasan, makna yang dimaksud ialah melengahkannya, ini berdasarkan suatu riwayat yang bersumber dari Amirul Mu’minin Ali ibnu Abu Talib.
Menurut riwayat yang lainnya lagi, dari Ibnu Abbas, makna yang dimaksud ialah menyombongkan diri; hal yang sama dikatakan oleh As-Saddi. Kemudian Allah Swt. berfirman, memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya
untuk bersujud kepada-Nya dan beribadah kepada-Nya serta mengikuti Rasul-Nya dan mengesakan Tuhan dengan penuh keikhlasan.
{فَاسْجُدُوا لِلَّهِ وَاعْبُدُوا}
Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia). (An-Najm: 62) Yakni tunduklah kepada-Nya, ikhlaslah kepada-Nya, dan Esakanlah Dia. Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ma'mar,
telah menceritakan kepada kami Abdul Waris, telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Nabi Saw. melakukan sujud (tilawah) karena membaca surat An-Najm
dan ikut bersujudlah bersamanya kaum muslim, orang-orang musyrik, jin, dan manusia. Hadis diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara tunggal tanpa Imam Muslim. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Khalid,
telah menceritakan kepada kami Rabah, dari Ma'mar, dari Ibnu Tawus, dari Ikrimah ibnu Khalid, dari Ja'far ibnul Mutallib ibnu Abu Wada'ah, dari ayahnya yang menceritakan bahwa di Mekah Rasulullah Saw. membaca surat An-Najm,
maka beliau bersujud, dan bersujud pulalah orang-orang yang ada di dekatnya. Tetapi Al-Mutallib mengangkat kepalanya dan tidak mau bersujud, saat itu ia masih belum masuk Islam. Setelah itu, maka Al-Mutallib (setelah masuk Islam)
tidak sekali-kali mendengar seseorang membaca ayat sajdah surat An-Najm, melainkan ia ikut sujud bersama-sama dengan pembacanya. Imam Nasai telah meriwayatkan hadis ini di dalam Kitabus Salat, dari Abdul Malik ibnu Abdul Hamid,
dari Ahmad ibnu Hambal dengan sanad yang sama.
Surat An-Najm |53:57|
أَزِفَتِ الْآزِفَةُ
azifatil-aazifah
Yang dekat (hari Kiamat) telah makin mendekat.
The Approaching Day has approached.
(Telah dekat terjadinya hari kiamat) kiamat telah dekat masanya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 57 |
penjelasan ada di ayat 56
Surat An-Najm |53:58|
لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ اللَّهِ كَاشِفَةٌ
laisa lahaa min duunillaahi kaasyifah
Tidak ada yang akan dapat mengungkapkan (terjadinya hari itu) selain Allah.
Of it, [from those] besides Allah, there is no remover.
(Tiada baginya selain dari Allah) tiada seorang pun selain Allah (yang dapat menyatakan terjadinya) tiada yang mengetahui kapan terjadi dan tiada seorang pun yang dapat menyatakan kejadiannya selain Allah.
Ayat ini mempunyai arti yang senada dengan ayat lainnya yaitu, firman-Nya, "tidak ada seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia." (Q.S. Al A'raf, 187).
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 58 |
penjelasan ada di ayat 56
Surat An-Najm |53:59|
أَفَمِنْ هَٰذَا الْحَدِيثِ تَعْجَبُونَ
a fa min haażal-ḥadiiṡi ta'jabuun
Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini?,
Then at this statement do you wonder?
(Maka apakah terhadap pemberitaan ini) Alquran ini (kalian merasa heran) makna yang dimaksud ialah mendustakannya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 59 |
penjelasan ada di ayat 56
Surat An-Najm |53:60|
وَتَضْحَكُونَ وَلَا تَبْكُونَ
wa tadh-ḥakuuna wa laa tabkuun
dan kamu tertawakan dan tidak menangis,
And you laugh and do not weep
(Dan kalian menertawakan) karena memperolok-olokkannya (dan tidak menangis) sewaktu kalian mendengarkan ancaman dan peringatannya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 60 |
penjelasan ada di ayat 56
Surat An-Najm |53:61|
وَأَنْتُمْ سَامِدُونَ
wa antum saamiduun
sedang kamu lengah (darinya).
While you are proudly sporting?
(Sedangkan kalian melengahkannya) lengah dan lalai mengenai apa yang diwajibkan kepada kalian untuk mengerjakannya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 61 |
penjelasan ada di ayat 56
Surat An-Najm |53:62|
فَاسْجُدُوا لِلَّهِ وَاعْبُدُوا ۩
fasjuduu lillaahi wa'buduu
Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia).
So prostrate to Allah and worship [Him].
(Maka bersujudlah kalian kepada Allah) Yang telah menciptakan kalian (dan sembahlah) Dia, dan janganlah kalian menyembah dan bersujud kepada berhala-berhala.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Najm | 53 : 62 |
penjelasan ada di ayat 56
Surat Al-Qamar |54:1|
اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ
iqtarobatis-saa'atu wansyaqqol-qomar
Saat (hari Kiamat) semakin dekat, bulan pun terbelah.
The Hour has come near, and the moon has split [in two].
(Telah dekat datangnya saat itu) dimaksud hari kiamat (dan telah terbelah bulan) menjadi dua bagian; yang satu di atas bukit Abu Qubais dan yang lainnya
tampak di atas bukit Qaiqa'an; hal itu merupakan mukjizat bagi Nabi saw. yaitu sewaktu orang-orang Quraisy memintanya, lalu Nabi saw. bersabda, "Saksikanlah oleh kalian." Demikianlah
menurut keterangan hadis yang diketengahkan oleh Asy Syaikhain.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 1 |
Tafsir ayat 1-5
Allah Swt. menceritakan tentang dekatnya hari kiamat dan habisnya usia dunia serta keruntuhannya, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
أَتَى أَمْرُ اللَّهِ
Telah pasti datangnya ketetapan Allah. (An-Nahl: l) Dan firman Allah Swt.:
{اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُعْرِضُونَ}
Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedangkan mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (darinya). (Al-Anbiya: 1) Banyak hadis yang menerangkan hal ini.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَعَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ قَالَا حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطَبَ أَصْحَابَهُ ذَاتَ يَوْمٍ، وَقَدْ كَادَتِ الشَّمْسُ أَنْ تَغْرُبَ فَلَمْ يَبْقَ مِنْهَا إِلَّا شِفٌّ يَسِيرٌ، فَقَالَ: "وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا بَقِيَ مِنَ الدُّنْيَا فِيمَا مَضَى مِنْهَا إِلَّا كَمَا بَقِيَ مِنْ يَوْمِكُمْ هَذَا فِيمَا مَضَى مِنْهُ، وَمَا نَرَى مِنَ الشَّمْسِ إِلَّا يَسِيرًا"
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Mus'anna dan Amr ibnul Ala. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Khalaf ibnu Musa, telah menceritakan kepadaku ayahku,
dari Qatadah, dari Anas, bahwa Rasulullah Saw. di suatu hari berkhotbah kepada para sahabatnya di saat mentari hampir saja tenggelam, dan tiada yang masih kelihatan darinya kecuali hanya sebagian kecil saja.
Maka beliau bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, tiada yang tersisa dari usia dunia ini terhadap masa-masa yang telah dilaluinya, melainkan seperti tersisanya waktu dari hari kalian sekarang
terhadap waktu-waktu yang telah dilaluinya, dan tiada yang dapat kita lihat dari mentari ini kecuali hanya sebagian kecilnya. Menurut hemat kami, hadis ini bersumber dari Khalaf ibnu Musa ibnu Khalaf yang tuna netra, dari ayahnya.
Ibnu Hibban telah menyebutkannya di antara perawi-perawi yang berpredikat siqah, dan mengatakan bahwa barangkali dia keliru (ada hadis lain yang menguatkan dan menafsirkan pengertiannya).
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ دُكَيْن، حَدَّثَنَا شَرِيكٌ، حَدَّثَنَا سَلَمَةُ بْنُ كُهَيْل، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالشَّمْسُ عَلَى قُعَيْقِعان بَعْدَ الْعَصْرِ، فَقَالَ: "مَا أَعْمَارُكُمْ فِي أَعْمَارِ مَنْ مَضَى إِلَّا كَمَا بقي من النهار فيما مضى"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl ibnu Dakin, telah menceritakan kepada kami Syarik, telah menceritakan kepada kami Salamah ibnu Kahil, dari Mujahid, dari Ibnu Umar yang mengatakan,
"Ketika kami sedang duduk-duduk di sisi Nabi Saw. di saat mentari berada di atas Qu'aiqa'an selepas waktu asar, maka bersabdalah beliau Saw.: 'Tiadalah usia kalian bila dibandingkan dengan usia orang-orang yang sebelum kalian
melainkan seperti waktu yang tersisa dari siang hari ini dibandingkan dengan waktu-waktu yang telah dilaluinya (sejak pagi hari)'."
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُطَرِّف، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "بُعِثتُ وَالسَّاعَةُ (1) هَكَذَا". وَأَشَارَ بِإِصْبَعَيْهِ: السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Mitraf, dari Abu Hazim, dari Sahl ibnu Sa'd yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
Aku diutus sedangkan (antara) aku dan hari kiamat seperti ini. seraya mengisyaratkan dengan kedua jarinya, yaitu jari telunjuk dan jari tengahnya. Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini melalui Abu Hazim alias
Salamah ibnu Dinar.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيد، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ أَبِي خَالِدٍ، عَنْ وَهْبٍ السَّوَائي قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَذِهِ مِنْ هَذِهِ إِنْ كَادَتْ لَتَسْبِقُهَا" وَجَمَعَ الْأَعْمَشُ بَيْنَ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Khalid, dari Wahb As-Siwa'i yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
Aku diutus sedangkan jarak antara aku dan hari kiamat sama dengan jarak antara jari ini dan jari ini, yang hampir saja mendahuluiku. Yakni sangat dekat. Al-A'masy (perawi) mengatakan hadis ini seraya menggabungkan antara jari telunjuk
dan jari tengahnya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ، حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ، قَالَ: قَدِمَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ عَلَى الْوَلِيدِ بْنِ عَبْدِ الْمَلِكِ فَسَأَلَهُ: مَاذَا سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ بِهِ السَّاعَةَ؟ فَقَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "أَنْتُمْ وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Al-Auza'i, telah menceritakan kepadaku Ismail ibnu Ubaidillah yang mengatakan bahwa Anas ibnu Malik datang kepada
Al-Walid ibnu Abdul Malik, lalu bertanya kepadanya tentang apa yang pernah ia dengar dari Rasulullah Saw. tentang hari kiamat. Maka Al-Walid ibnu Abdul Malik menjawab, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
Kalian dan hari kiamat sama dengan (jarak) kedua (jari) ini. Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara tunggal, dan hadis ini mempunyai syahid (bukti) yang membenarkannya di dalam kitab sahih tentang nama-nama Nabi Muhammad Saw.,
bahwa beliau Saw. adalah Al-Hasyir, artinya seorang manusia yang digiring di bawah kedua telapak kakinya (kelak di hari kiamat).
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا بَهْزُ بْنُ أَسَدٍ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ الْمُغِيرَةِ، حَدَّثَنَا حُمَيْدُ بْنُ هِلَالٍ، عَنْ خَالِدِ بْنٍ عُمَيْرٍ قَالَ: خَطَبَ عُتْبَةُ بْنُ غَزْوَان -قَالَ بَهْزٌ: وَقَالَ قَبْلَ هَذِهِ الْمَرَّةِ-خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: "أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ الدُّنْيَا قَدْ آذَنَتْ بصَرْمٍ وَوَلَّتْ حَذَّاءَ، وَلَمْ يَبْقَ مِنْهَا إِلَّا صُبَابة كَصُبَابَةِ الْإِنَاءِ يَتَصَابُّهَا صَاحِبُهَا، وَإِنَّكُمْ مُنْتَقِلُونَ مِنْهَا إِلَى دَارٍ لَا زَوَالَ لَهَا، فَانْتَقِلُوا بِخَيْرِ مَا بِحَضْرَتِكُمْ، فَإِنَّهُ قَدْ ذُكِرَ لَنَا أَنَّ الْحَجَرَ يُلقَى مِنْ شَفِيرِ جَهَنَّمَ فَيَهْوِي فِيهَا سَبْعِينَ عَامًا مَا يُدْرِكُ لَهَا قَعْرًا، وَاللَّهِ لَتَمْلَؤُنَّهُ، أَفَعَجِبْتُمْ! وَاللَّهِ لَقَدْ ذُكِرَ لَنَا أَنَّ مَا بَيْنَ مِصْرَاعَي الْجَنَّةِ مَسِيرَةُ أَرْبَعِينَ عَامًا، وَلَيَأْتِيَنَّ عَلَيْهِ يَوْمٌ وَهُوَ كَظِيظُ الزِّحَامِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bahz ibnu Asad, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Humaid ibnu Hilal, dari Khalid ibnu Umairyang mengatakan
bahwa Atabah ibnu Gazwan berkhotbah. Bahz mengatakan bahwa Atabah mengatakan bahwa sebelumnya Rasulullah Saw. berkhotbah kepada kami, beliau memulainya dengan membaca hamdalah dan pujian kepada Allah Swt., lalu bersabda,
"Amma Ba'du, sesungguhnya dunia ini sudah dekat akan berakhirnya dan habis usianya serta tiada yang tersisa melainkan hanya tinggal seperti satu tegukan lagi yang diteguk oleh pemiliknya dari wadahnya, dan sesungguhnya kalian
bakal pindah darinya ke negeri yang tidak akan fana selamanya. Maka berpindahlah kalian kepadanya, kami hanya berharap semoga kalian dalam keadaan baik-baik. Karena sesungguhnya telah diceritakan kepada kami bahwa
batu yang dilemparkan dari tepi Jahanam, lalu batu itu terjatuh ke dalamnya selama tujuh puluh tahun, masih juga belum sampai ke dasarnya. Demi Allah, kalian benar-benar akan memenuhinya, tentu kalian merasa heran mengapa.
Dan demi Allah, telah diriwayatkan kepada kami bahwa jarak di antara kedua sisi pintu surga itu sama dengan jarak perjalanan empat puluh tahun. Dan sesungguhnya akan datang kepadanya suatu hari
yang di hari itu pintu surga penuh sesak (dengan orang-orang yang memasukinya)," hingga akhir hadis. Imam Muslim meriwayatkan hadis ini secara munfarid. Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub,
telah menceritakan kepadaku Ibnu Aliyyah, telah menceritakan kepada kami Ata ibnus Sa'ib, dari Abu Abdur Rahman As-Sulami yang mengatakan, "Kami turun istirahat di dekat Mada-in sejauh satu farsakh darinya. Maka datanglah hari Jumat,
lalu ayahku dan juga aku menghadiri salat Jumat, sedangkan berkhotbah adalah Huzaifah. Ia mengatakan dalam khotbahnya, 'Ingatlah, sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman: Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan.
(Al-Qamar: 1) Ingatlah, sesungguhnya hari kiamat itu telah dekat. Dan ingatlah, sesungguhnya telah terbelah bulan. Ingatlah, sesungguhnya dunia ini akan berakhir. Dan ingatlah bahwa sesungguhnya hari ini adalah hari tersembunyi
dan besok adalah hari perlombaan.' Maka aku bertanya kepada ayahku, "Apakah benar besok manusia berlomba-lomba?" Ayahku menjawab, 'Hai anakku; betapa bodohnya kamu, sesungguhnya yang dimaksud dengan perlombaan adalah
perlombaan dengan amal perbuatan masing-masing.' Kemudian datanglah Jumat berikutnya, dan kami pun menghadirinya. Lalu Huzaifah kembali berkhotbah, yang antara lain mengatakan, 'Ingatlah, sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman:
Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. (Al-Qamar: 1) Ingatlah, sesungguhnya dunia ini telah dekat masa akhirnya. Ingatlah, sesungguhnya hari ini adalah hari tersembunyi dan besok hari berlomba. Ingatlah,
sesungguhnya tujuan itu adalah neraka dan orang yang selamat adalah orang yang lebih dahulu ke surga'." Firman Allah Swt.:
{وَانْشَقَّ الْقَمَرُ}
dan telah terbelah bulan. (Al-Qamar: 1) Hal ini terjadi di masa Rasulullah Saw., seperti yang disebutkan di dalam hadis-hadis mutawatir dengan sanad-sanad yang sahih. Di dalam kitab sahih telah disebutkan dari Ibnu Mas'ud r.a.
yang mengatakan, "Ada lima perkara yang telah berlalu (terjadi), yaitu (kemenangan) Romawi (atas Persia), Ad-Dukhan (awan putih), Al-Lizam, Al-Batsyah, dan Al-Qamar (terbelahnya rembulan)."
Dan sudah menjadi kesepakatan para ulama bahwa terbelahnya rembulan telah terjadi di masa Nabi Saw., dan peristiwa tersebut merupakan salah satu dari mukjizat yang cemerlang. Riwayat Anas ibnu Malik.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa penduduk Mekah (kaum musyrik)
pernah meminta kepada Nabi Saw. untuk memperlihatkan suatu tanda (mukjizat), maka terbelahlah rembulan di Mekah sebanyak dua kali, dan Allah Swt. berfirman: Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. (Al-Oamar: 1)
Imam Muslim meriwayatkan hadis ini dari Muhammad ibnu Rafi’, dari Abdur Razzaq. Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Abdul Wahhab, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnul Mufaddal,
telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Arubah, dari Qatadah, dari Anas ibnu Malik, bahwa penduduk Mekah pernah meminta kepada Rasulullah Saw. untuk memperlihatkan kepada mereka suatu mukjizat
yang membenarkan kenabiannya, maka Nabi Saw. memperlihatkan kepada mereka rembulan terbelah menjadi dua bagian sehingga mereka melihat kekosongan di antara keduanya. Imam Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkannya pula
melalui hadis Yunus ibnu Muhammad Al-Mu'addib, dari Syaiban, dari Qatadah. Imam Muslim telah meriwayatkannya pula melalui hadis Abu Daud At-Tayalisi dan Yahya Al-Qattan serta selain keduanya, dari Syu'bah,
dari Qatadah dengan sanad yang sama. Riwayat Jabir ibnu Mut'im r.a. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Kasir, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Kasir,
dari Husain ibnu Abdur Rahman ibnu Muhammad ibnu Jubair ibnu Mut'im, dari ayahnya yang mengatakan bahwa di masa Rasulullah Saw. rembulan pernah terbelah menjadi dua bagian; satu bagian di atas suatu bukit,
dan bagian yang lain berada di atas bukit yang lain. Lalu mereka (orang-orang musyrik) mengatakan, "Muhammad telah menyihir kami." Sebagian dari mereka menjawab, "Jika apa yang dilakukan Muhammad itu adalah sihir,
tidak mungkin ia dapat menyihir kita semuanya." Imam Ahmad meriwayatkannya dari jalur ini secara tunggal; dan Imam Baihaqi meng-isnad-kannyadi dalam kitab Dala-il-nya melalui jalur Muhammad ibnu Kasir,
dari saudaranya Sulaiman ibnu Kasir, dari Husain ibnu Abdur Rahman. Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui hadis Muhammad ibnu Fudail dan lain-lainnya, dari Husain dengan sanad yang sama.
Imam Baihaqi telah meriwayatkannya pula melalui jalur Ibrahim ibnuTahman dan Hasyim, keduanya dari Husain, dari Jubair ibnu Muhammad ibnu Jubair ibnu Mut'im, dari ayahnya, dari kakeknya, lalu disebutkan hal yang semisal.
Riwayat Abdullah ibnu Abbas r.a. Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Kasir, telah menceritakan kepada kami Bakr, dari Ja'far, dari Irak ibnu Malik, dari Ubaidillah ibnu Abdullah ibnu Atabah,
dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa rembulan terbelah di masa Nabi Saw. Imam Bukhari serta Imam Muslim telah meriwayatkan pula hadis ini melalui Bakr ibnu Mudar, dari Ja'far ibnu Rabi'ah, dari Irak dengan sanad dan lafaz yang semisal.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Mus'anna, telah menceritakan kepada kami Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Abu Hindun, dari Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas sehubungan
dengan makna firman-Nya: Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrik) melihat suatu tanda (Mukjizat), mereka berpaling dan berkata, "(Ini adalah) sihir yang terus-menerus.
”(Al-Qamar: 1-2) Bahwa hal itu telah berlalu, kejadiannya sebelum masa Hijrah, rembulan terbelah hingga mereka melihat kedua belahannya. Al-Aufi telah meriwayatkan hal yang semisal dari Ibnu Abbas.
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Amr Al-Bazzar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yahya Al-Qat'i, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Syakar,
telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij, dari Amr ibnu Dinar, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa pernah terjadi gerhana rembulan di masa Rasulullah Saw., maka mereka mengatakan bahwa rembulan telah disihir,
lalu turunlah firman-Nya: Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. (Al-Qamar: 1) Sampai dengan firman-Nya: yang terus-menerus. (Al-Qamar: 2) Riwayat Abdullah ibnu Umar. Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Al-Hafiz dan Abu Bakar alias Ahmad ibnul Hasan Al-Qadi. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Abbas Al-Asam, telah menceritakan kepada kami
Al-Abbas ibnu Muhammad Ad-Dauri, telah menceritakan kepada kami Wahb ibnu Jarir, dari Syu'bah, dari Al-A'masy, dari Mujahid, dari Abdullah ibnu Umar sehubungan dengan makna firman-Nya: Telah dekat (datangnya) saat itu
dan telah terbelah bulan. (Al-Qamar: 1) Bahwa hal ini terjadi di masa Rasulullah Saw., rembulan terbelah menjadi dua; yang sebelah seakan-akan berada di depan bukit, dan yang sebelahnya lagi seakan-akan berada di belakang bukit.
Maka Nabi Saw. bersabda: Ya Allah, saksikanlah. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Turmuzi melalui berbagai jalur dari Syu'bah, dari Al-A'masy, dari Mujahid dengan sanad yang sama. Imam Muslim mengatakan
seperti riwayat Mujahid, dari Abu Ma'mar, dari Ibnu Mas'ud, dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Riwayat Ibnu Mas'ud. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ibnu AbuNajih,
dari Mujahid, dari Abu Ma'mar, dari Ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa rembulan pernah terbelah menjadi dua di masa Rasulullah Saw. hingga mereka menyaksikannya. Maka Rasulullah Saw. bersabda: Saksikanlah oleh kalian!
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah dengan sanad yang sama. Keduanya telah mengetengahkan pula melalui hadis Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Abu Ma'mar alias
Abdullah ibnu Sakhbarah, dari Ibnu Mas'ud dengan sanad yang sama. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ais ibnu Usman ibnu Ais Ar-Ramli, telah menceritakan kepada kami pamanku Yahya ibnu Ais, dari Al-A'masy,
dari Ibrahim, dari seorang lelaki, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa dahulu kami bersama dengan Rasulullah Saw. di Mina, lalu rembulan terbelah, yang salah satunya berada di balik bukit. Maka Rasulullah Saw. bersabda:
Saksikanlah, saksikanlah! Imam Bukhari mengatakan bahwa Abud Duha telah meriwayatkan dari Masruq, dari Abdullah di Mekah; Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Uwwanah, dari Al-Mugirah,
dari Abud Duha, dari Masruq, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa rembulan pernah terbelah di masa Rasulullah Saw., maka orang-orang Quraisy berkata, "Ini adalah perbuatan sihir Ibnu Abu Kabsyah (yakni Nabi Saw.)."
Maka orang-orang mengatakan, "Sekarang tunggulah apa yang akan disampaikan oleh kaum musafir itu, karena sesungguhnya Muhammad tidak akan dapat menyihir semua orang." Ketika kaum musafir itu datang kepada mereka,
ternyata mereka menyaksikan hal yang sama. Imam Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Al-Hafiz, telah menceritakan kepada kami Abul Abbas alias Muhammad ibnu Ya'qub, telah menceritakan kepada kami
Al-Abbas ibnu Muhammad Ad-Dauri, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Hisyam, telah menceritakan kepada kami Mugirah, dari Abud Duha, dari Masruq, dari Abdullah yang mengatakan
bahwa rembulan terbelah di Mekah hingga menjadi dua belahan. Lalu orang-orang kafir Quraisy penduduk Mekah berkata, "Ini adalah perbuatan sihir yang dilancarkan terhadap kalian oleh Ibnu Abu Kabsyah.
Sekarang tunggulah para musafir itu; jika ternyata mereka menyaksikan hal yang sama dengan kalian, berarti dia (Nabi Saw.) benar. Dan jika mereka tidak menyaksikan seperti apa yang kalian saksikan,
berarti itu adalah sihir yang dilancarkan olehnya terhadap kalian." Kemudian ketika kaum musafir itu tiba dari berbagai arah, mereka ditanya, dan ternyata mereka pun telah melihat hal yang sama.
Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Al-Mugirah dengan sanad yang sama, tetapi ditambahkan bahwa lalu Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. (Al-Qamar: 1)
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Muhammad ibnu Sirin; ia pernah mendapat berita bahwa
Ibnu Mas'ud r.a. telah mengatakan bahwa sesungguhnya rembulan pernah terbelah. Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Imarah, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Hammad,
telah menceritakan kepada kami Asbat, dari Sammak, dari Ibrahim, dari Al-Aswad, dari Abdullah yang telah menceritakan bahwa sesungguhnya ia menyaksikan bukit pada saat rembulan terbelah dari celah belahannya.
Imam Ahmad meriwayatkannya dari Mu'ammal, dari Israil, dari Sammak, dari Ibrahim, dari Al-Aswad, dari Abdullah yang mengatakan bahwa rembulan pernah terbelah di masa Rasulullah Saw. hingga ia melihat bukit di antara belahan rembulan itu.
Lais telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa rembulan pernah terbelah menjadi dua bagian di masa Rasulullah Saw. Maka Nabi Saw. bersabda kepada Abu Bakar: Saksikanlah, hai Abu Bakar! Maka orang-orang musyrik berkata,
"Rembulan telah disihir sehingga terbelah." Firman Allah Swt.:
{وَإِنْ يَرَوْا آيَةً}
Dan jika mereka (orang-orang musyrik) melihat suatu tanda. (Al-Qamar: 2) Yakni dalil, keterangan, dan bukti.
{يُعْرِضُوا}
mereka berpaling. (Al-Qamar: 2) Yaitu tidak mau tunduk kepadanya, bahkan berpaling darinya dan membuangnya jauh-jauh ke belakang mereka.
{وَيَقُولُوا سِحْرٌ مُسْتَمِرٌّ}
dan berkata.”(Ini adalah) sihir yang terus-menerus." (Al-Qamar: 2) Mereka mengatakan, "Bukti-bukti yang kita lihat ini adalah sihir yang dia lancarkan terhadap kami." Makna mustamir artinya yang segera akan lenyap.
Demikianlah menurut Mujahid dan Qatadah serta selain keduanya. Makna yang dimaksud ialah batil lagi akan menyurut, tidak kekal.
{وَكَذَّبُوا وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ}
Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka. (Al-Qamar: 3) Mereka mendustakan kebenaran bila kebenaran itu datang kepada mereka, dan mereka hanya mengikuti pendapat dan hawa nafsu mereka sendiri sebagai akibat dari kebodohan dan piciknya akal mereka. Firman Allah Swt.:
{وَكُلُّ أَمْرٍ مُسْتَقِرٌّ}
sedangkan tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya. (Al-Qamar: 3) Qatadah mengatakan, makna yang dimaksud ialah bahwa kebaikan itu hanya dilakukan oleh ahli kebaikan, dan keburukan itu hanya dilakukan oleh ahli keburukan.
Ibnu Juraij mengatakan bahwa tiap-tiap urusan itu telah ditetapkan atas ahlinya masing-masing. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: sedangkan tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya. (Al-Qamar: 3)
Yakni kelak di hari kiamat. As-Saddi mengatakan bahwa makna yang dimaksud dengan mustaqar ialah pasti terjadi. Firman Allah Swt.:
{وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنَ الأنْبَاءِ}
Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka beberapa kisah. (Al-Qamar: 4) Yaitu berita-berita dan kisah-kisah tentang umat-umat yang mendustakan rasul-rasul-Nya dan pembalasan, siksa dan azab yang menimpa mereka, yang semuanya itu telah terdapat di dalam Al-Qur'an yang dibacakan kepada mereka.
{مَا فِيهِ مُزْدَجَرٌ}
yang di dalamnya terdapat cegahan (dari kekafiran). (Al-Qamar: 4) Maksudnya, pelajaran yang mencegah mereka dari kemusyrikan dan terus-menerus mendustakan rasul-rasul-Nya. Firman Allah Swt.:
{حِكْمَةٌ بَالِغَةٌ}
itulah suatu hikmah yang sempurna. (Al-Qamar: 5) Yakni untuk menyatakan mengapa Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia beri petunjuk, dan mengapa Dia menyesatkan orang yang Dia sesatkan.
{فَمَا تُغْنِ النُّذُرُ}
maka peringatan-peringatan itu tiada berguna (bagi mereka). (Al-Qamar: 5) Artinya, tiada gunanya lagi peringatan-peringatan itu bagi orang yang telah ditakdirkan celaka oleh Allah dan hatinya telah dikunci mati,
lalu siapakah lagi yang dapat memberinya petunjuk selain dari Allah? Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{قُلْ فَلِلَّهِ الْحُجَّةُ الْبَالِغَةُ فَلَوْ شَاءَ لَهَدَاكُمْ أَجْمَعِينَ}
Katakanlah, "Allah mempunyai hujah yang jelas lagi kuat; maka jika Dia menghendaki, pasti Dia memberi petunjuk kepada kamu semuanya.”(Al-An'am: 149) Juga seperti firman Allah Swt.:
{وَمَا تُغْنِي الآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ}
Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman. (Yunus: 101)
Surat Al-Qamar |54:2|
وَإِنْ يَرَوْا آيَةً يُعْرِضُوا وَيَقُولُوا سِحْرٌ مُسْتَمِرٌّ
wa iy yarou aayatay yu'ridhuu wa yaquuluu siḥrum mustamirr
Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata, "(Ini adalah) sihir yang terus-menerus."
And if they see a miracle, they turn away and say, "Passing magic."
(Dan jika mereka melihat) yaitu orang-orang kafir Quraisy (sesuatu tanda) suatu mukjizat yang timbul dari Nabi saw. (mereka berpaling dan berkata,)
"Ini adalah (sihir yang kuat) sihir yang paling kuat", berasal dari kata Al Mirrah; artinya kuat atau terus menerus.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 2 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Qamar |54:3|
وَكَذَّبُوا وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ ۚ وَكُلُّ أَمْرٍ مُسْتَقِرٌّ
wa każżabuu wattaba'uuu ahwaaa`ahum wa kullu amrim mustaqirr
Dan mereka mendustakan (Muhammad) dan mengikuti keinginannya, padahal setiap urusan telah ada ketetapannya.
And they denied and followed their inclinations. But for every matter is a [time of] settlement.
(Dan mereka mendustakan) Nabi saw. (dan mengikuti hawa nafsu mereka) dalam perkara yang batil (sedangkan tiap-tiap urusan) atau perkara yang baik dan perkara yang buruk
(telah ada ketetapannya) bagi pemiliknya masing-masing, yaitu adakalanya masuk ke surga atau ke neraka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 3 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Qamar |54:4|
وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنَ الْأَنْبَاءِ مَا فِيهِ مُزْدَجَرٌ
wa laqod jaaa`ahum minal-ambaaa`i maa fiihi muzdajar
Dan sungguh, telah datang kepada mereka beberapa kisah yang di dalamnya terdapat ancaman (terhadap kekafiran),
And there has already come to them of information that in which there is deterrence -
(Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka beberapa kisah) berita-berita tentang dibinasakan-Nya umat-umat yang telah mendustakan rasul-rasul mereka
(yang di dalamnya terdapat cegahan) bagi mereka untuk melakukan hal yang serupa. Lafal Muzdajar adalah Mashdar atau Isim yang menunjukkan arti tempat,
sedangkan huruf Dal-nya merupakan pergantian dari Ta Wazan Ifta'ala. Bila dikatakan Izdajartuhu atau Zajartuhu maka artinya, aku mencegahnya dengan keras. Huruf Maa adalah Maushulah atau Maa Maushufah.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 4 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Qamar |54:5|
حِكْمَةٌ بَالِغَةٌ ۖ فَمَا تُغْنِ النُّذُرُ
ḥikmatum baalighotun fa maa tughnin-nużur
(itulah) suatu Hikmah yang sempurna, tetapi peringatan-peringatan itu tidak berguna (bagi mereka),
Extensive wisdom - but warning does not avail [them].
(Itulah suatu hikmah) merupakan Khabar dari Mubtada yang tidak disebutkan, atau menjadi Badal dari lafal Maa, atau dari lafal Muzdajir (yang sempurna)
maksudnya, hikmah yang lengkap (tetapi tiada berguna) tidak ada gunanya bagi mereka (peringatan-peringatan itu) lafal An Nudzur adalah bentuk jamak dari lafal Nadziirun yang bermakna Mundzirun,
yakni hal-hal yang dijadikan peringatan buat mereka. Lafal Maa boleh dikatakan sebagai huruf Nafi atau Istifham Inkari; jika dianggap sebagai Istifham Inkari berarti kedudukannya sebagai Maf'ul Muqaddam.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 5 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Qamar |54:6|
فَتَوَلَّ عَنْهُمْ ۘ يَوْمَ يَدْعُ الدَّاعِ إِلَىٰ شَيْءٍ نُكُرٍ
fa tawalla 'an-hum, yauma yad'ud-daa'i ilaa syai`in nukur
maka berpalinglah engkau (Muhammad) dari mereka pada hari (ketika) penyeru (malaikat) mengajak (mereka) kepada sesuatu yang tidak menyenangkan (hari Pembalasan),
So leave them, [O Muhammad]. The Day the Caller calls to something forbidding,
(Maka berpalinglah kamu dari mereka) menjadi pelengkap atau kesimpulan dari pembahasan sebelumnya (pada hari ketika penyeru memanggil) yaitu malaikat Israfil.
Yang menashabkan lafal Yauma adalah lafal Yakhrujuuna yang disebutkan dalam ayat berikutnya, artinya, sesudah mereka keluar dari kuburnya masing-masing yaitu,
ketika sang penyeru memanggil mereka (kepada sesuatu yang tidak menyenangkan) dapat dibaca Nukur atau Nukr, artinya, hal yang paling tidak disukai oleh jiwa manusia yaitu, hari penghisaban amal perbuatan.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 6 |
Tafsir ayat 6-8
Allah Swt. memerintahkan kepada Nabi-Nya agar berpaling dari orang-orang yang apabila melihat suatu bukti, mereka berpaling dan mengatakan bahwa bukti kerasulannya itu adalah sihir yang terus-menerus. Yakni berpalinglah kamu dari mereka dan tunggulah saat kebinasaan mereka.
{يَوْمَ يَدْعُو الدَّاعِي إِلَى شَيْءٍ نُكُرٍ}
(Ingatlah) hari (ketika) seorang penyeru (malaikat) menyeru kepada sesuatu yang tidak menyenangkan. (Al-Qamar: 6) Sesuatu yang tidak menyenangkan, yaitu hari mereka diberhentikan di tempat penghisaban dan semua cobaan yang ada padanya, bahkan keguncangan dan kengerian yang ada padanya.
{خشَّعًا أَبْصَارُهُمْ}
sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka. (Al-Qamar: 7) Yakni pandangan mereka tertunduk hina.
{يَخْرُجُونَ مِنَ الأجْدَاثِ كَأَنَّهُمْ جَرَادٌ مُنْتَشِرٌ}
mereka keluar dari kuburan seakan-akan mereka belalang yang beterbangan. (Al-Qamar: 7) Yang dimaksud dengan al-ajdas ialah kuburan. Yakni seakan-akan keadaan mereka yang menyebar dan berjalan dengan cepat
menuju ke tempat pemberhentian hisab karena memenuhi seruan yang menyeru kepada mereka adalah seperti belalang yang menyebar beterbangan di udara. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:
{مُهْطِعِينَ إِلَى الدَّاعِي}
mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu. (Al-Qamar: 8) Yaitu dengan cepat, tanpa ada yang menentang dan tidak pula terlambat.
{يَقُولُ الْكَافِرُونَ هَذَا يَوْمٌ عَسِرٌ}
Orang-orang kafir berkata, "Ini adalah hari yang berat.” (Al-Qamar: 8) Maksudnya, hari yang sangat mengerikan, menegangkan, lagi sangat berat.
{فَذَلِكَ يَوْمَئِذٍ يَوْمٌ عَسِيرٌ. عَلَى الْكَافِرِينَ غَيْرُ يَسِيرٍ}
maka itulah hari yang serba sulit, bagi orang-orang kafir tidak mudah. (Al-Muddatstsir: 9-10)
Surat Al-Qamar |54:7|
خُشَّعًا أَبْصَارُهُمْ يَخْرُجُونَ مِنَ الْأَجْدَاثِ كَأَنَّهُمْ جَرَادٌ مُنْتَشِرٌ
khusysya'an abshooruhum yakhrujuuna minal-ajdaaṡi ka`annahum jaroodum muntasyir
pandangan mereka tertunduk, ketika mereka keluar dari kuburan, seakan-akan mereka belalang yang beterbangan,
Their eyes humbled, they will emerge from the graves as if they were locusts spreading,
(Sambil menundukkan) keadaan mereka pada saat itu hina Menurut suatu qiraat dibaca Khaasyi'an (pandangan-pandangan mereka)
lafal Khusysya'an menjadi Hal atau kata keterangan keadaan dari Fa'il (mereka keluar) yakni manusia semuanya (dari kuburan) dari tempat-tempat mereka dikuburkan (seakan-akan mereka belalang yang beterbangan)
mereka tidak mengetahui hendak ke manakah tujuan mereka, karena tercekam oleh rasa takut dan bimbang yang amat sangat.
Jumlah kalimat Ka annahum dan seterusnya menjadi Hal dari Fa'il yang terkandung di dalam lafal Yakhrujuna, demikian pula firman selanjutnya, yaitu,
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 7 |
penjelasan ada di ayat 6
Surat Al-Qamar |54:8|
مُهْطِعِينَ إِلَى الدَّاعِ ۖ يَقُولُ الْكَافِرُونَ هَٰذَا يَوْمٌ عَسِرٌ
muhthi'iina ilad-daa', yaquulul-kaafiruuna haażaa yaumun 'asir
dengan patuh mereka segera datang kepada penyeru itu. Orang-orang kafir berkata, "Ini adalah hari yang sulit."
Racing ahead toward the Caller. The disbelievers will say, "This is a difficult Day."
(Mereka datang dengan cepat) seraya menjulurkan leher-leher mereka (kepada penyeru itu. Orang-orang kafir berkata) orang-orang kafir di antara mereka mengatakan,
("Ini adalah hari yang berat") atau sulit bagi orang-orang kafir, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam surah Al Muddatstsir melalui firman-Nya, "Hari yang sulit bagi orang-orang kafir." (Q.S. Al-Muddatstsir 9-10)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 8 |
penjelasan ada di ayat 6
Surat Al-Qamar |54:9|
كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ فَكَذَّبُوا عَبْدَنَا وَقَالُوا مَجْنُونٌ وَازْدُجِرَ
każżabat qoblahum qoumu nuuḥin fa każżabuu 'abdanaa wa qooluu majnuunuw wazdujir
Sebelum mereka, kaum Nuh juga telah mendustakan (Rasul), maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan, "Dia orang gila!" Lalu diusirnya dengan ancaman.
The people of Noah denied before them, and they denied Our servant and said, "A madman," and he was repelled.
(Sebelum mereka telah mendustakan -pula -) yakni sebelum orang-orang Quraisy (kaum Nuh) dita`nits kannya lafal Kadzdzabat karena memandang segi makna yang terkandung dalam lafal Qaumun
(maka mereka mendustakan hamba Kami) yakni Nabi Nuh (dan mereka mengatakan, "Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman") pernah diperingatkan oleh mereka dengan caci-maki dan lain sebagainya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 9 |
Tafsir ayat 9-17
Firman Allah Swt.:
{كَذَّبَتْ}
telah mendustakan. (Al-Qamar: 9) sebelum kaummu, hai Muhammad.
{قَوْمُ نُوحٍ فَكَذَّبُوا عَبْدَنَا}
kaum Nuh, maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh). (Al-Qamar: 9) Yakni mereka dengan terang-terangan mendustakan Nuh dan menuduhnya sebagai orang yang gila.
{وَقَالُوا مَجْنُونٌ وَازْدُجِرَ}
dan mengatakan, "Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman.” (Al-Qamar: 9) Mujahid mengatakan bahwa makna uzdujir ialah hilang akal sehatnya karena gila. Menurut pendapat yang lain, mereka menghardiknya, mencegahnya,
serta mengancamnya, bahwa sekiranya engkau hai Nuh tidak menghentikan seruanmu itu, niscaya engkau benar-benar akan termasuk orang-orang yang dirajam oleh kami. Demikianlah menurut Ibnu Zaid, dan pendapatnya ini cukup beralasan
dan cukup baik.
{فَدَعَا رَبَّهُ أَنِّي مَغْلُوبٌ فَانْتَصِرْ}
Maka dia mengadu kepada Tuhannya, 'Bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan. Oleh sebab itu, tolonglah (aku)." (Al-Qamar: 10) Yakni sesungguhnya aku adalah orang yang lemah, tidak mampu menghadapi dan melawan mereka, maka tolonglah oleh-Mu agama-Mu ini. Maka Allah Swt. berfirman:
{فَفَتَحْنَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ بِمَاءٍ مُنْهَمِرٍ}
Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. (Al-Qamar: 11) As-Saddi mengatakan bahwa makna munhamir ialah air yang banyak sekali.
{وَفَجَّرْنَا الأرْضَ عُيُونًا}
Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air. (Al-Qamar: 12) Artinya, Kami memancarkan air dari seluruh muka bumi; hingga tempat-tempat pembakaran roti pun Kami pancarkan air darinya, padahal sumber api dari situ. Maka dengan kekuasaan Kami, Kami pancarkan mata.air-mata air darinya pula.
{فَالْتَقَى الْمَاءُ}
maka bertemulah air-air itu. (Al-Qamar: 12) Yakni air dari langit dan air dari bumi itu bertemu.
{عَلَى أَمْرٍ قَدْ قُدِرَ}
untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan. (Al-Qamar: 12) Yaitu suatu urusan yang telah ditetapkan oleh takdir.Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman Allah Swt.:
Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. (Al-Qamar: 11) Yakni yang banyak sekali, yang sebelum itu langit tidak pernah menurunkan airnya dan tidak pula sesudahnya melainkan hanya dari awan.
Semua pintu langit dibuka dengan menurunkan air tanpa melalui awan yang ada di hari itu. Maka bertemulah kedua air tersebut untuk suatu urusan yang telah ditetapkan. Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa Ibnul Kawa pernah bertanya
kepada Ali tentang al-majrah, yakni gugusan bintang-bintang di langit. Maka Ali menjawab bahwa itu adalah talang-talang langit yang darinya semua pintu langit dibuka untuk menurunkan air yang tercurah.
{وَحَمَلْنَاهُ عَلَى ذَاتِ أَلْوَاحٍ وَدُسُرٍ}
Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku. (Al-Qamar: 13) Ibnu Abbas, Sa'id ibnu Jubair, Al-Qurazi, Qatadah, dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa makna dusur adalah paku-paku.
Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir, bahwa bentuk tunggalnya ialah disar dan juga dasir, sama seperti lafaz habikun dan hibakun bentuk jamaknya ialah hubukin. Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan dusur ialah
lambung-lambung kapal. Ikrimah dan Al-Hasan mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah bagian depan (haluan) kapal yang membelah ombak. Ad-Dahhak mengatakan bahwa makna yang dimaksud
ialah kedua sisinya dan bagian pokoknya. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah bagian depan kapal. Firman Allah Swt.:
{تَجْرِي بِأَعْيُنِنَا}
Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami. (Al-Qamar: 14) Yakni dengan perintah Kami dan penglihatan Kami, serta berada dalam pemeliharaan dan penjagaan Kami.
{جَزَاءً لِمَنْ كَانَ كُفِرَ}
sebagai balasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh). (Al-Qamar: 14) Yaitu sebagai balasan bagi mereka karena mereka telah kafir kepada Allah, dan sebagai pertolongan kepada Nuh a.s. yang didustai mereka. Firman Allah Swt.:
{وَلَقَدْ تَرَكْنَاهَا آيَةً}
Dan sesungguhnya telah Kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran. (Al-Qamar: 15) Qatadah mengatakan bahwa Allah Swt. membiarkan utuh perahu Nabi Nuh a.s. hingga dapat dijumpai oleh generasi pertama dari umat ini.
Tetapi makna lahiriahnya menunjukkan pengertian jenis perahu, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
{وَآيَةٌ لَهُمْ أَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ. وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِنْ مِثْلِهِ مَا يَرْكَبُونَ}
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan, dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera. (Yasin: 41-42) Dan firman Allah Swt.:
{إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ. لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ تَذْكِرَةً وَتَعِيَهَا أُذُنٌ وَاعِيَةٌ}
Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang kamu) ke dalam bahtera, agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 11-12) Karena itulah dalam surat ini disebutkan:
{فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ}
maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (Al-Qamar: 15) Yakni adakah orang yang mau mengambilnya sebagai pelajaran dan peringatan baginya. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hajjaj, telah menceritakan
kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Al-Aswad, dari Ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah membacakan kepadanya firman Allah Swt.: maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (Al-Qamar: 15)
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari, disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Yahya, telah menceritakan kepada kami Waki', dari Israil, dari Abu Ishaq, dari Al-Aswad ibnu Yazid, dari Abdullah yang mengatakan
bahwa ia pernah membacakan kepada Rasulullah Saw. firman berikut: maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (Al-Qamar: 15) Dan Nabi Saw. membacanya dengan bacaan berikut: maka adakah orang yang mengambil pelajaran?
(Al-Qamar: 15) Imam Bukhari telah meriwayatkan pula melalui hadis Syu'bah, dari Abu Ishaq, dari Al-Aswad, dari Abdullah yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: maka adakah orang yang mengambil pelajaran?
(Al-Qamar: 15) Telah menceritakan pula kepada kami Abu Na'im, telah menceritakan kepada kami Zuhair, dari Abu Ishaq, bahwa ia pernah mendengar seorang lelaki bertanya kepada Al-Aswad, "Apakah Muzzakkir ataukah muddakkir?
Maka Al-Aswad menjawab bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Mas'ud membacanya dengan bacaan berikut: maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (Al-Qamar: 15) Lalu Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa ia pernah mendengar
Rasulullah Saw. membacanya dengan bacaan berikut (yakni memakai huruf dal): maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (Al-Qamar: 15) Imam Muslim telah mengetengahkan hadis ini —juga ahlus sunan kecuali Ibnu Majah—
melalui hadis Abu Ishaq. Firman Allah Swt.:
{فَكَيْفَ كَانَ عَذَابِي وَنُذُرِ}
Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. (Al-Qamar: 16) Yakni betapa hebatnya azab-Ku terhadap orang-orang yang ingkar kepada-Ku dan mendustakan rasul-rasul-Ku, dan tidak mau mengambil pelajaran
dari apa yang disampaikan oleh juru peringatan-Ku. Dan bagaimana Aku membela para juru peringatan-Ku dan menimpakan pembalasan terhadap orang-orang yang mendustakan mereka.
{وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ}
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran. (Al-Qamar: 17) Kami jadikan Al-Qur'an itu mudah bacaan (lafaz)nya dan Kami mudahkan pula pengertiannya bagi orang yang menginginkannya
agar dia memberikan peringatan kepada manusia. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{كِتَابٌ أَنزلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الألْبَابِ}
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. (Shad: 29) Dan firman Allah Swt.:
{فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ وَتُنْذِرَ بِهِ قَوْمًا لُدًّا}
Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al-Qur’an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum
yang membangkang. (Maryam: 97) Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran. (Al-Qamar: 17) Yaitu mudah untuk dibaca.
As-Saddi mengatakan, maknanya yaitu Kami mudahkan bacaannya bagi semua lisan (bahasa). Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa seandainya Allah tidak memudahkan Al-Qur'an bagi lisan manusia,
niscaya tiada seorang makhluk pun yang mampu berbicara dengan Kalamullah. Dan menurut hemat saya (penulis), di antara dalil yang membuktikan dimudahkan-Nya Al-Qur'an bagi manusia untuk membacanya ialah sabda Nabi Saw.
yang mengatakan:
"إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ أُنْزِلَ عَلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ"
Sesungguhnya Al-Qur’an ini diturunkan dengan tujuh dialek. Kami telah mengetengahkan hadis ini lengkap dengan semua jalur periwayatan dan teks-teksnya, sehingga di sini tidak perlu diulangi lagi. Firman Allah Swt.:
{فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ}
maka adakah orang yang mengambil pelajaran. (Al-Qamar: 17) Yakni adakah orang yang mengambil pelajaran dan peringatan dari Al-Qur'an ini yang telah dimudahkan untuk dihafal dan dipahami maknanya? Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi
mengatakan bahwa adakah orang yang mendapat peringatan darinya hingga meninggalkan semua kemaksiatan? Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Rafi',
telah menceritakan kepada kami Damrah, dari Ibnu Syauzab, dari Matar Al-Warraq sehubungan dengan makna firman-Nya: maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (Al-Qamar: 17) Yaitu adakah orang yang menimba ilmu darinya
dan menjadikan Al-Qur'an sebagai penolong yang membimbingnya? Hal yang sama telah dikemukakan oleh Imam Bukhari secara ta'liq, tetapi dengan ungkapan yang pasti (tegas) dari Matar Al-Warraq.
Ibnu Jarir telah meriwayatkan pula hal yang sama, dan ia telah meriwayatkan hal yang semisal dari Qatadah.