Juz 27
Surat Al-Qamar |54:10|
فَدَعَا رَبَّهُ أَنِّي مَغْلُوبٌ فَانْتَصِرْ
fa da'aa robbahuuu annii maghluubun fantashir
Maka dia (Nuh) mengadu kepada Tuhannya, "Sesungguhnya aku telah dikalahkan, maka tolonglah (aku)."
So he invoked his Lord, "Indeed, I am overpowered, so help."
(Maka dia mengadu kepada Rabbnya, "Bahwasanya aku ini) dibaca Annii artinya, bahwa aku ini (adalah orang yang dikalahkan, oleh karena itu menangkanlah aku")
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 10 |
penjelasan ada di ayat 9
Surat Al-Qamar |54:11|
فَفَتَحْنَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ بِمَاءٍ مُنْهَمِرٍ
fa fataḥnaaa abwaabas-samaaa`i bimaaa`im mun-hamir
Lalu Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah,
Then We opened the gates of the heaven with rain pouring down
(Maka Kami bukakan) dapat dibaca Fafatahnaa atau Fafattahnaa (pintu-pintu langit dengan menurunkan air yang tercurah) air yang ditumpahkan dari langit dengan sangat derasnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 11 |
penjelasan ada di ayat 9
Surat Al-Qamar |54:12|
وَفَجَّرْنَا الْأَرْضَ عُيُونًا فَالْتَقَى الْمَاءُ عَلَىٰ أَمْرٍ قَدْ قُدِرَ
wa fajjarnal-ardho 'uyuunan faltaqol-maaa`u 'alaaa amring qod qudir
dan Kami jadikan bumi menyemburkan mata air-mata air maka bertemulah (air-air) itu sehingga (meluap menimbulkan) keadaan (bencana) yang telah ditetapkan.
And caused the earth to burst with springs, and the waters met for a matter already predestined.
(Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air) yang menyumber dengan derasnya (maka bertemulah air-air itu) yaitu air yang ditumpahkan dari langit dan air
yang disemburkan dari bumi (untuk suatu urusan) berkedudukan menjadi Hal (yang sungguh telah ditetapkan) yang telah dipastikan di zaman Azali, yaitu bahwa mereka dibinasakan dengan ditenggelamkan.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 12 |
penjelasan ada di ayat 9
Surat Al-Qamar |54:13|
وَحَمَلْنَاهُ عَلَىٰ ذَاتِ أَلْوَاحٍ وَدُسُرٍ
wa ḥamalnaahu 'alaa żaati alwaaḥiw wa dusur
Dan Kami angkut dia (Nuh) ke atas (kapal) yang terbuat dari papan dan pasak,
And We carried him on a [construction of] planks and nails,
(Dan Kami angkut dia) yakni Nabi Nuh (ke atas) bahtera (yang terbuat dari papan dan paku) lafal Dusur artinya benda-benda yang dipakai untuk menyambung kayu-kayu,
baik berupa paku atau benda-benda lainnya, bentuk tunggalnya adalah Disaarun yang wazannya sama dengan lafal Kitaabun
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 13 |
penjelasan ada di ayat 9
Surat Al-Qamar |54:14|
تَجْرِي بِأَعْيُنِنَا جَزَاءً لِمَنْ كَانَ كُفِرَ
tajrii bi`a'yuninaa, jazaaa`al limang kaana kufir
yang berlayar dengan pemeliharaan (pengawasan). Kami sebagai balasan bagi orang yang telah diingkari (kaumnya).
Sailing under Our observation as reward for he who had been denied.
(Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami) atau dalam pengawasan Kami (sebagai balasan) dinashabkan oleh Fi'il yang diperkirakan keberadaannya,
yakni mereka ditenggelamkan sebagai pertanda kemenangan (bagi orang yang diingkari) yaitu bagi Nabi Nuh a.s. Dan menurut suatu qiraat lafal Kufira dibaca Kafar, artinya,
mereka ditenggelamkan sebagai hukuman bagi mereka yang kafir.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 14 |
penjelasan ada di ayat 9
Surat Al-Qamar |54:15|
وَلَقَدْ تَرَكْنَاهَا آيَةً فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
wa laqot taroknaahaaa aayatan fa hal mim muddakir
Dan sungguh, kapal itu telah Kami jadikan sebagai tanda (pelajaran). Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?
And We left it as a sign, so is there any who will remember?
(Dan sesungguhnya telah Kami tinggalkan) telah Kami biarkan perbuatan Kami itu (sebagai tanda) bagi orang yang mau mengambilnya sebagai pelajaran buat dirinya.
Makna yang dimaksud ialah, berita mengenai banjir besar ini telah tersiar dan tetap lestari ketenarannya (maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran) untuk menasihati dirinya.
Asal lafal Muddakir adalah Mudztakir, lalu huruf Ta diganti menjadi Dal, demikian pula huruf Dzal diganti menjadi Dal, lalu keduanya diidgamkan menjadi satu sehingga jadilah Muddakir.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 15 |
penjelasan ada di ayat 9
Surat Al-Qamar |54:16|
فَكَيْفَ كَانَ عَذَابِي وَنُذُرِ
fa kaifa kaana 'ażaabii wa nużur
Maka betapa dahsyatnya azab-Ku dan peringatan-Ku!
And how [severe] were My punishment and warning.
(Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku) peringatan-Ku, Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna Taqrir.
Lafal Kaifa adalah Khabar dari lafal Kaana, menunjukkan makna pertanyaan tentang keadaan. Pengertiannya ialah menganggap orang-orang yang diajak berbicara telah mengakui terjadinya.
azab Allah swt. yang telah menimpa orang-orang yang mendustakan Nabi Nuh.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 16 |
penjelasan ada di ayat 9
Surat Al-Qamar |54:17|
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
wa laqod yassarnal-qur`aana liż-żikri fa hal mim muddakir
Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur´an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?
And We have certainly made the Qur'an easy for remembrance, so is there any who will remember?
(Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran) Kami telah memudahkannya untuk dihafal dan Kami telah mempersiapkannya untuk mudah diingat
(maka adakah orang yang mengambil pelajaran) yang mau mengambilnya sebagai pelajaran dan menghafalnya. Istifham di sini mengandung makna perintah yakni, hafalkanlah Alquran itu
oleh kalian dan ambillah sebagai nasihat buat diri kalian. Sebab tidak ada orang yang lebih hafal tentang Alquran selain daripada orang yang mengambilnya sebagai nasihat buat dirinya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 17 |
penjelasan ada di ayat 9
Surat Al-Qamar |54:18|
كَذَّبَتْ عَادٌ فَكَيْفَ كَانَ عَذَابِي وَنُذُرِ
każżabat 'aadun fa kaifa kaana 'ażaabii wa nużur
Kaum ´Aad pun telah mendustakan. Maka betapa dahsyatnya azab-Ku dan peringatan-Ku!
'Aad denied; and how [severe] were My punishment and warning.
(Kaum Ad pun telah mendustakan) nabi mereka yaitu Nabi Hud, karena itu mereka diazab. (Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku)
peringatan-Ku kepada mereka, bahwa mereka akan Kami azab sebelum azab itu turun menimpa mereka. Kemudian dijelaskan oleh firman berikutnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 18 |
Tafsir ayat 18-22
Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal kaum 'Ad, yaitu kaumnya Nabi Hud; mereka telah mendustakan rasul-Nya pula, sama seperti yang dilakukan oleh kaum Nuh, dan bahwa Allah Swt. menimpakan kepada mereka.
{عَلَيْهِمْ رِيحًا صَرْصَرًا}
angin yang sangat kencang. (Al-Qamar: 19) Yakni angin yang kencang lagi sangat dingin.
{فِي يَوْمِ نَحْسٍ}
pada hari nahas. (Al-Qamar: 19) Yaitu di hari kesialan yang membinasakan mereka, menurut Qatadah dan Ad-Dahhak serta As-Saddi.
{مُسْتَمِرٍّ}
yang terus-menerus. (Al-Qamar: 19) ditimpakan atas mereka yang menjadikan mereka binasa dan hancur, karena hari itu merupakan hari azab dunia bagi mereka yang langsung berhubungan dengan azab ukhrawinya. Firman Allah Swt.:
{تَنزعُ النَّاسَ كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ مُنْقَعِرٍ}
yang menggelimpangkan manusia seakan-akan mereka pokok kurma yang tumbang. (Al-Qamar: 20) Demikian itu karena angin melanda seseorang dari mereka, lalu menerbangkan dia hingga tidak terlihat lagi, kemudian dijatuhkannya
dengan kepala di bawah, hingga hancurlah kepalanya dan yang tersisa hanyalah tubuhnya saja tanpa kepala. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:
{كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ مُنْقَعِرٍ. فَكَيْفَ كَانَ عَذَابِي وَنُذُرِ. وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ}
seakan-akan mereka pokok kurma yang tumbang. Maka betapakah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (Al-Qamar: 20-22)
Surat Al-Qamar |54:19|
إِنَّا أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا صَرْصَرًا فِي يَوْمِ نَحْسٍ مُسْتَمِرٍّ
innaaa arsalnaa 'alaihim riiḥan shorshoron fii yaumi naḥsim mustamirr
Sesungguhnya Kami telah mengembuskan angin yang sangat kencang kepada mereka pada hari nahas yang terus-menerus,
Indeed, We sent upon them a screaming wind on a day of continuous misfortune,
(Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang) sangat keras suaranya dan kuat sekali
(pada hari nahas) atau pada hari yang sial (yang terus-menerus) yakin kesialannya terus-menerus. Atau sangat kuat sialnya, hal itu terjadi pada hari Rabu di penghujung bulan.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 19 |
penjelasan ada di ayat 18
Surat Al-Qamar |54:20|
تَنْزِعُ النَّاسَ كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ مُنْقَعِرٍ
tanzi'un-naasa ka`annahum a'jaazu nakhlim mungqo'ir
yang membuat manusia bergelimpangan, mereka bagaikan pohon-pohon kurma yang tumbang dengan akar-akarnya.
Extracting the people as if they were trunks of palm trees uprooted.
(Yang mencabut manusia) yang menghempaskan mereka dari tempat perlindungannya di bawah tanah, kemudian angin itu menjatuhkannya ke kepala mereka
sehingga matilah mereka semua dan terpisahlah kepala dari tubuh mereka (seakan-akan mereka) yakni keadaan mereka pada waktu itu sebagaimana yang telah disebutkan tadi
(pokok-pokok) atau batang-batang (kurma yang tumbang) maksudnya, keadaan mereka ketika itu bagaikan pokok-pokok kurma yang tumbang ke bumi.
Mereka diserupakan dengan pokok kurma karena keadaan tubuh mereka yang tinggi-tinggi. Lafal Munqa'ir disebutkan ayat ini dalam bentuk Mudzakkar,
sedangkan di dalam surah Al Haaqqah kata sifatnya disebutkan dalam bentuk Ta`nits yaitu, di dalam firman-Nya, "batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk)." (Q.S. Al-Haaqqah, 7)
Demikian itu karena demi memelihara kesamaan bunyi pada akhir ayat pada kedua tempat tersebut.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 20 |
penjelasan ada di ayat 18
Surat Al-Qamar |54:21|
فَكَيْفَ كَانَ عَذَابِي وَنُذُرِ
fa kaifa kaana 'ażaabii wa nużur
Maka betapa dahsyatnya azab-Ku dan peringatan-Ku!
And how [severe] were My punishment and warning.
(Maka betapa dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 21 |
penjelasan ada di ayat 18
Surat Al-Qamar |54:22|
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
wa laqod yassarnal-qur`aana liż-żikri fa hal mim muddakir
Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur´an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?
And We have certainly made the Qur'an easy for remembrance, so is there any who will remember?
(Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 22 |
penjelasan ada di ayat 18
Surat Al-Qamar |54:23|
كَذَّبَتْ ثَمُودُ بِالنُّذُرِ
każżabaṡ ṡamuudu bin-nużur
Kaum Samud pun telah mendustakan peringatan itu.
Thamud denied the warning
(Kaum Tsamud pun telah mendustakan ancaman-ancaman itu) lafal An Nudzur adalah bentuk jamak dari lafal Nadziirun yang bermakna Mundzirun,
yaitu perkara-perkara yang dijadikan peringatan oleh nabi mereka (Nabi Saleh) jika mereka tidak mau beriman dan tidak mau mengikutinya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 23 |
Tafsir ayat 23-32
Bagian ini menceritakan tentang kaum Samud, bahwa mereka mendustakan rasul-Nya, yaitu Nabi Saleh.
{فَقَالُوا أَبَشَرًا مِنَّا وَاحِدًا نَتَّبِعُهُ إِنَّا إِذًا لَفِي ضَلالٍ وَسُعُرٍ}
Maka mereka berkata, "Bagaimana kita akan mengikuti saja seorang manusia (biasa) di antara kita? Sesungguhnya kalau kita begitu benar-benar berada dalam keadaan sesat dan gila.” (Al-Qamar: 24)
Mereka mengatakan bahwa kita benar-benar akan kecewa dan merugi jika kita serahkan kepemimpinan kita kepada seseorang dari kita dalam hal ini. Kemudian mereka merasa heran terhadap wahyu yang hanya diturunkan
kepada Saleh saja, sedangkan mereka tidak. Selanjutnya mereka menuduhnya sebagai seorang pendusta, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{بَلْ هُوَ كَذَّابٌ أَشِرٌ}
Sebenarnya dia adalah seorang yang amat pendusta lagi sombong. (Al-Qamar: 25) Yakni orang yang telah melampaui batas dalam kedustaannya. Maka Allah Swt. menjawab mereka melalui firman-Nya:
{سَيَعْلَمُونَ غَدًا مَنِ الْكَذَّابُ الأشِرُ}
Kelak mereka akan mengetahui siapakah yang sebenarnya amat pendusta lagi sombong. (Al-Qamar: 26) Ini mengandung ancaman yang keras dan pasti ditujukan kepada mereka. Kemudian Allah Swt. berfirman:
{إِنَّا مُرْسِلُو النَّاقَةِ فِتْنَةً لَهُمْ}
Sesungguhnya Kami akan mengirimkan unta betina sebagai cobaan bagi mereka. (Al-Qamar: 27) Yaitu sebagai ujian bagi mereka. Allah Swt. telah mengeluarkan bagi mereka seekor unta betina yang besar berikut anak-anaknya
dari sebuah batu yang amat besar, sesuai dengan apa yang diminta oleh mereka, agar hal itu dijadikan sebagai tanda yang membenarkan kerasulan Nabi Saleh a.s. dalam menyampaikan risalah-Nya kepada mereka. Kemudian Allah Swt. berfirman,
memerintahkan kepada hamba-Nya Saleh:
{فَارْتَقِبْهُمْ وَاصْطَبِرْ}
maka tunggulah (tindakan) mereka dan bersabarlah. (Al-Qamar: 27) Artinya, tunggulah apa yang akan dilakukan oleh mereka dan akibat dari apa yang dilakukan oleh mereka, karena sesungguhnya pada akhirnya kesudahan yang baik hanyalah bagimu dan juga pertolongan Allah bagimu di dunia dan akhirat.
{وَنَبِّئْهُمْ أَنَّ الْمَاءَ قِسْمَةٌ بَيْنَهُمْ}
Dan beritahukanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya air itu terbagi antara mereka. (Al-Qamar: 28) Yakni sehari untuk minum mereka dan di hari yang lainnya untuk unta betina itu. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{قَالَ هَذِهِ نَاقَةٌ لَهَا شِرْبٌ وَلَكُمْ شِرْبُ يَوْمٍ مَعْلُومٍ}
Saleh menjawab, 'Ini seekor unta betina, ia mempunyai giliran untuk mendapatkan air, dan kamu mempunyai giliran pula untuk mendapatkan air di hari yang tertentu.” (Asy-Syu’ara: 155) Adapun firman Allah Swt.:
{كُلُّ شِرْبٍ مُحْتَضَرٌ}
tiap-tiap giliran minum dihadiri (oleh yang punya giliran). (Al-Qamar: 28) Menurut Qatadah, makna yang dimaksud ialah apabila unta itu pergi barulah mereka mendatangi sumber air itu; dan apabila unta itu datang (tiba gilirannya), maka mereka dapat memerah air susunya. Dalam firman selanjutnya disebutkan:
{فَنَادَوْا صَاحِبَهُمْ فَتَعَاطَى فَعَقَرَ}
Maka mereka memanggil kawannya, lalu kawannya menangkap (unta itu) dan membunuhnya. (Al-Qamar: 29) Ulama tafsir mengatakan bahwa dia adalah si penyembelih unta betina itu, namanya Qaddar ibnu Salif,
dan dia adalah orang yang paling jahat di antara mereka. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{إِذِ انْبَعَثَ أَشْقَاهَا}
ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka. (Asy-Syams: 12) Adapun firman Allah Swt.:
{فَتَعَاطَى}
lalu kawannya itu menangkap (unta itu). (Al-Qamar: 29) Yakni melumpuhkannya.
{فَعَقَرَ. فَكَيْفَ كَانَ عَذَابِي وَنُذُرِ}
dan menyembelihnya. Alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. (Al-Qamar: 29-30) Maka Kami menghukum mereka, dan betapa dahsyatnya azab-Ku atas mereka sebagai pembalasan atas kekufuran mereka kepada-Ku dan kedustaan mereka kepada rasul-Ku.
{إِنَّا أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ صَيْحَةً وَاحِدَةً فَكَانُوا كَهَشِيمِ الْمُحْتَظِرِ}
Sesungguhnya Kami, menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti rumput-rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang. (Al-Qamar: 31)
Mereka dibinasakan sampai keakar-akarnya, tiada seorang pun dari mereka yang tersisa; mereka mati dan kaku seperti rerumputan dan daun-daunan yang kering. Demikianlah menurut ahli tafsir yang bukan hanya seorang.
Al-muhtazar menurut As-Saddi artinya padang rumput bila telah mengering dan terbakar, lalu terembus oleh angin. Ibnu Zaid mengatakan bahwa dahulu orang-orang Arab membuat kandang-kandang untuk ternak unta dan kambing mereka,
serta memberinya makan dari semak-semak berduri yang telah kering. Itulah yang dimaksud oleh firman-Nya: seperti rumput-rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang ternak. (Al-Qamar: 31)
Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa makna ayat ialah debu yang berjatuhan dari tembok; tetapi pendapat ini garib, dan yang paling dekat kepada kebenaran adalah pendapat yang pertama; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Surat Al-Qamar |54:24|
فَقَالُوا أَبَشَرًا مِنَّا وَاحِدًا نَتَّبِعُهُ إِنَّا إِذًا لَفِي ضَلَالٍ وَسُعُرٍ
fa qooluuu abasyarom minnaa waaḥidan nattabi'uhuuu innaaa iżal lafii dholaaliw wa su'ur
Maka mereka berkata, "Bagaimana kita akan mengikuti seorang manusia (biasa) di antara kita? Sungguh, kalau begitu kita benar-benar telah sesat dan gila.
And said, "Is it one human being among us that we should follow? Indeed, we would then be in error and madness.
(Maka mereka berkata, "Apakah kepada manusia) lafal Basyaran dinashabkan karena Isytighal (yakni seseorang di antara kami)
kedua lafal ini menjadi sifat bagi lafal Basyaran (kami harus mengikutinya) merupakan penafsir dari Fi'il yang menashabkan lafal Basyaran.
Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna Nafi atau negatif. Maksudnya, bagaimana kami harus mengikutinya sedangkan kami adalah golongan mayoritas
dan dia adalah seseorang di antara kami, lagi dia bukanlah seorang raja. Maksud mereka ialah bahwa mereka tidak mau mengikutinya. (Sesungguhnya kami kalau demikian)
jika kami mengikutinya (benar-benar berada dalam kesesatan) atau menyimpang dari kebenaran (dan gila) atau tidak berakal waras.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 24 |
penjelasan ada di ayat 23
Surat Al-Qamar |54:25|
أَأُلْقِيَ الذِّكْرُ عَلَيْهِ مِنْ بَيْنِنَا بَلْ هُوَ كَذَّابٌ أَشِرٌ
a ulqiyaż-żikru 'alaihi mim baininaa bal huwa każżaabun asyir
Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya di antara kita? Pastilah dia (Salih) seorang yang sangat pendusta (dan) sombong."
Has the message been sent down upon him from among us? Rather, he is an insolent liar."
(Apakah diturunkan) boleh dibaca Tahqiq dan boleh pula dibaca Tas-hil (wahyu itu) peringatan itu (kepadanya di antara kita) maksudnya,
tidak pantas wahyu diturunkan kepadanya. (Sebenarnya dia adalah seorang yang amat pendusta) di dalam pengakuannya itu yang menyatakan bahwa hal tersebut telah diwahyukan kepadanya
(lagi sombong") congkak dan takabur. Lalu Allah berfirman,
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 25 |
penjelasan ada di ayat 23
Surat Al-Qamar |54:26|
سَيَعْلَمُونَ غَدًا مَنِ الْكَذَّابُ الْأَشِرُ
saya'lamuuna ghodam manil-każżaabul-asyir
Kelak mereka akan mengetahui siapa yang sebenarnya sangat pendusta (dan) sombong itu.
They will know tomorrow who is the insolent liar.
("Kelak mereka akan mengetahui) di akhirat nanti (siapakah yang sebenarnya amat pendusta lagi sombong") dia ataukah mereka Kelak Allah pasti akan mengazab mereka yang telah mendustakan nabinya yakni, Nabi Saleh.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 26 |
penjelasan ada di ayat 23
Surat Al-Qamar |54:27|
إِنَّا مُرْسِلُو النَّاقَةِ فِتْنَةً لَهُمْ فَارْتَقِبْهُمْ وَاصْطَبِرْ
innaa mursilun-naaqoti fitnatal lahum fartaqib-hum washthobir
Sesungguhnya Kami akan mengirimkan unta betina sebagai cobaan bagi mereka, maka tunggulah mereka dan bersabarlah (Salih).
Indeed, We are sending the she-camel as trial for them, so watch them and be patient.
(Sesungguhnya Kami akan mengirimkan unta betina) yaitu mengeluarkan unta dari batu besar yang terdapat di lembah tempat mereka sebagaimana yang mereka minta (sebagai cobaan)
ujian (bagi mereka) Kami lakukan hal itu guna mencoba mereka (maka tunggulah mereka) hai Saleh apa yang akan mereka kerjakan dan apa yang akan ditimpakan kepada mereka
(dan bersabarlah) atas perlakuan mereka yang menyakitkan itu terhadap dirimu. Lafal Ishthabir pada asalnya adalah Ishtabir, kemudian huruf Ta diganti menjadi huruf Tha sehingga jadilah Ishthabir, maknanya bersabarlah kamu.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 27 |
penjelasan ada di ayat 23
Surat Al-Qamar |54:28|
وَنَبِّئْهُمْ أَنَّ الْمَاءَ قِسْمَةٌ بَيْنَهُمْ ۖ كُلُّ شِرْبٍ مُحْتَضَرٌ
wa nabbi`hum annal-maaa`a qismatum bainahum, kullu syirbim muḥtadhor
Dan beritahukanlah kepada mereka bahwa air itu dibagi di antara mereka (dengan unta betina itu), setiap orang berhak mendapat giliran minum.
And inform them that the water is shared between them, each [day of] drink attended [by turn].
(Dan beritakanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya air itu terbagi) dibagi-bagi (antara mereka) dengan unta betina itu;
yakni sehari buat mereka dan hari yang lainnya buat unta betina, demikianlah seterusnya (tiap-tiap minum) bagian air (dihadiri) oleh yang punya giliran, yakni kaum Nabi Saleh dan unta betina.
Akhirnya lama kelamaan mereka merasa bosan dengan adanya pembagian ini, lalu mereka bersepakat untuk membunuh unta betina itu.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 28 |
penjelasan ada di ayat 23
Surat Al-Qamar |54:29|
فَنَادَوْا صَاحِبَهُمْ فَتَعَاطَىٰ فَعَقَرَ
fa naadau shooḥibahum fa ta'aathoo fa 'aqor
Maka mereka memanggil kawannya, lalu dia menangkap (unta itu) dan memotongnya.
But they called their companion, and he dared and hamstrung [her].
(Maka mereka memanggil kawannya) yaitu seorang yang gagah perkasa untuk membunuh unta betina itu (lalu kawannya itu menangkap)
unta itu seraya menghunus pedangnya (dan menyembelihnya) menyembelih unta betina itu dengan pedangnya dan membunuhnya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 29 |
penjelasan ada di ayat 23
Surat Al-Qamar |54:30|
فَكَيْفَ كَانَ عَذَابِي وَنُذُرِ
fa kaifa kaana 'ażaabii wa nużur
Maka betapa dahsyatnya azab-Ku dan peringatan-Ku!
And how [severe] were My punishment and warning.
(Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku) yakni peringatan-Ku terhadap mereka sebelum azab diturunkan kepada mereka. Lalu Allah menjelaskan hal ini melalui firman selanjutnya,
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 30 |
penjelasan ada di ayat 23
Surat Al-Qamar |54:31|
إِنَّا أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ صَيْحَةً وَاحِدَةً فَكَانُوا كَهَشِيمِ الْمُحْتَظِرِ
innaaa arsalnaa 'alaihim shoiḥataw waaḥidatan fa kaanuu kahasyiimil-muḥtazhir
Kami kirimkan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti batang-batang kering yang lapuk.
Indeed, We sent upon them one blast from the sky, and they became like the dry twig fragments of an [animal] pen.
("Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti kayu-kayu kering yang dijadikan sebagai kandang kambing")
Al Muhtazhar artinya pohon dan duri-duri yang kering kemudian dijadikan sebagai kandang kambing untuk menjaga kambing-kambing dari sergapan binatang buas seperti serigala dan binatang pemangsa lainnya.
Dan kayu-kayu atau duri-duri kering yang terjatuh dari kandang tersebut lalu diinjak-injak oleh kambing dinamakan Al Hasyiim.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 31 |
penjelasan ada di ayat 23
Surat Al-Qamar |54:32|
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
wa laqod yassarnal-qur`aana liż-żikri fa hal mim muddakir
Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur´an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?
And We have certainly made the Qur'an easy for remembrance, so is there any who will remember?
(Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 32 |
penjelasan ada di ayat 23
Surat Al-Qamar |54:33|
كَذَّبَتْ قَوْمُ لُوطٍ بِالنُّذُرِ
każżabat qoumu luuthim bin-nużur
Kaum Lut pun telah mendustakan peringatan itu.
The people of Lot denied the warning.
(Kaum Luth pun telah mendustakan ancaman-ancaman itu) mendustakan hal-hal yang diancamkan kepada mereka melalui lisan Nabi Luth.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 33 |
Tafsir ayat 33-40
Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang kaum Lut, bahwa mereka telah mendustakan rasuI-Nya yang dikirim kepada mereka, menentangnya dan mengerjakan hal yang dibenci, yaitu mendatangi sesama jenis.
Itu merupakan suatu perbuatan keji yang belum pernah dilakukan oleh seorang penduduk alam pun selain mereka. Karena itulah maka Allah membinasakan mereka sehancur-hancurnya, belum pernah Allah Swt.
menghancurkan suatu umat dengan kehancuran seperti yang Dia timpakan kepada mereka. Sesungguhnya Allah Swt. memerintahkan kepada Malaikat Jibril a.s. untuk mengangkat kota tempat tinggal mereka tinggi-tinggi ke langit,
lalu dibalikkan dan dijatuhkan ke bawah, selanjutnya dihujani dengan batu-batu dari tanah yang dibakar. Karena itulah maka disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:
{إِنَّا أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ حَاصِبًا إِلا آلَ لُوطٍ نَجَّيْنَاهُمْ بِسَحَرٍ}
Sesungguhnya Kami telah mengembuskan kepada mereka angin yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka), kecuali keluarga Lut. Mereka Kami selamatkan di waktu sebelum fajar menyingsing. (Al-Qamar: 34)
Yakni mereka keluar dari kota tersebut di penghujung malam hari, karenanya mereka selamat dari apa yang menimpa kaumnya. Tiada seorang lelaki pun dari kalangan kaum Lut yang beriman kepadanya,
hingga istrinya sendiri ikut tertimpa azab yang menimpa kaumnya. Nabi Lut keluar bersama anak-anak perempuannya dari kalangan mereka dengan selamat tanpa kekurangan suatu apa pun. Untuk itulah maka disebutkan
dalam firman berikutnya:
{كَذَلِكَ نَجْزِي مَنْ شَكَرَ. وَلَقَدْ أَنْذَرَهُمْ بَطْشَتَنَا}
Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. Dan sesungguhnya dia (Lut) telah memperingatkan mereka akan azab-azab Kami. (Al-Qamar: 35-36) Yakni sesungguhnya sebelum azab menimpa mereka,
mereka telah diberi peringatan akan pembalasan dan azab Allah jika mereka tetap dalam perbuatan kejinya. Akan tetapi, mereka tidak mempedulikan peringatan itu dan tidak mau mendengarnya, bahkan mereka meragukan dan mendustakan
ancaman dan peringatan itu.
{وَلَقَدْ رَاوَدُوهُ عَنْ ضَيْفِهِ}
Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka). (Al-Qamar: 37) Demikian itu terjadi di malam kedatangan Malaikat Jibril, Mikail, dan Israfil kepada Lut a.s. dalam rupa laki-laki yang tampan
sebagai ujian buat kaum Lut. Maka Nabi Lut menerima mereka sebagai tamu-tamunya dan mempersilakannya masuk ke rumahnya. Akan tetapi, istri Lut yang sudah tua lagi berwatak buruk mengirim berita kepada kaumnya
tentang tamu-tamu yang menginap di rumahnya, bahwa mereka tampan-tampan. Akhirnya kaum Lut dari segala penjuru bergegas datang ke rumah Lut dan menyerbu rumahnya. Maka Nabi Lut mengunci pintu rumahnya sehingga terjadilah
dorong-mendorong pintu. Akhirnya mereka berupaya untuk mendobrak pintu rumah Lut; hal ini terjadi pada petang harinya, sedangkan Lut a.s. menolak pintu dan menghalang-halangi mereka agar jangan sampai melihat tamu-tamunya,
dan Lut berkata kepada mereka sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya:
{هَؤُلاءِ بَنَاتِي}
Inilah putri-putri (negeri)ku. (Al-Hijr: 71) Maksudnya, kaum wanita mereka.
{إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ}
(kawinlah dengan mereka), jika kamu hendak berbuat (secara yang halal). (Al-Hijr: 71) Dalam ayat lainnya disebutkan pula:
{قَالُوا لَقَدْ عَلِمْتَ مَا لَنَا فِي بَنَاتِكَ مِنْ حَقٍّ}
Mereka menjawab, "Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap putri-putrimu. (Hud: 79) Yakni kami tidak berselera terhadap mereka dan tidak mempunyai keinginan mengawini mereka.
{وَإِنَّكَ لَتَعْلَمُ مَا نُرِيدُ}
dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki. (Hud: 79) Ketika keadaan sangat genting dan mereka tidak dapat ditahan lagi melainkan pasti masuk dan dapat mendobrak pintu itu,
maka keluarlah Malaikat Jibril dan memukul mata mereka dengan ujung sayapnya, hingga mata mereka semuanya buta. Menurut suatu pendapat, maka mereka semuanya masuk melesak ke dalam wajah mereka.
Dan menurut pendapat lain, mata mereka hilang sama sekali, lalu mereka pulang ke rumah masing-masing seraya meraba-raba tembok-tembok rumah-rumah mereka seraya mengancam Lut a.s. di pagi harinya nanti. Firman Allah Swt.:
{وَلَقَدْ صَبَّحَهُمْ بُكْرَةً عَذَابٌ مُسْتَقِرٌّ}
Dan sesungguhnya pada esok harinya mereka ditimpa azab yang kekal. (Al-Qamar: 38) Yakni tiada jalan selamat bagi mereka dari azab itu dan tiada tempat untuk melarikan diri bagi mereka dari azab tersebut.
{فَذُوقُوا عَذَابِي وَنُذُرِ. وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ}
Maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (Al-Qamar: 39-40)
Surat Al-Qamar |54:34|
إِنَّا أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ حَاصِبًا إِلَّا آلَ لُوطٍ ۖ نَجَّيْنَاهُمْ بِسَحَرٍ
innaaa arsalnaa 'alaihim ḥaashiban illaaa aala luuth, najjainaahum bisaḥar
Sesungguhnya Kami kirimkan kepada mereka badai yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka), kecuali keluarga Lut. Kami selamatkan mereka sebelum fajar menyingsing,
Indeed, We sent upon them a storm of stones, except the family of Lot - We saved them before dawn
(Sesungguhnya Kami telah mengembuskan kepada mereka angin yang membawa terbang batu-batu) yakni angin yang melempari mereka dengan batu-batu yang diterbangkannya.
Al Hashbaa adalah batu-batu kecil yang besarnya lebih kecil dari genggaman tangan; akhirnya binasalah mereka karenanya (kecuali keluarga Luth) mereka adalah Nabi Luth dan kedua orang putrinya.
(Mereka Kami selamatkan di waktu sebelum fajar menyingsing) berasal dari lafal As-haar artinya, waktu menjelang subuh dari hari yang tidak ditentukan.
Dan seandainya hari yang dimaksud adalah hari yang ditentukan, niscaya ungkapannya tidak memakai harakat Tanwin karena termasuk Isim yang Ma'rifat dan dima'dul dari lafal As Sahar. Karena,
bila dimaksud sebagai hari yang ditentukan pasti memakai Alif dan Lam. Apakah batu kerikil itu dihembuskan kepada keluarga Nabi Luth atau tidak Sehubungan dengan hal ini ada dua pendapat.
Menurut pendapat pertama yakni dihembuskan juga, berarti Istisna di sini bersifat Muttashil. Menurut pendapat kedua yakni, tidak dihembuskan berarti Istitsnanya bersifat Munqathi'.
Akan tetapi pada akhirnya keluarga Nabi Luth diselamatkan dari azab itu.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 34 |
penjelasan ada di ayat 33
Surat Al-Qamar |54:35|
نِعْمَةً مِنْ عِنْدِنَا ۚ كَذَٰلِكَ نَجْزِي مَنْ شَكَرَ
ni'matam min 'indinaa, każaalika najzii man syakar
sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.
As favor from us. Thus do We reward he who is grateful.
(sebagai nikmat) menjadi mashdar, artinya sebagai pemberian nikmat. (dari sisi Kami. Demikianlah) sebagaimana pembalasan tersebut
(Kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur) terhadap nikmat-nikmat Kami; dia adalah orang mukmin atau orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta menaati keduanya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 35 |
penjelasan ada di ayat 33
Surat Al-Qamar |54:36|
وَلَقَدْ أَنْذَرَهُمْ بَطْشَتَنَا فَتَمَارَوْا بِالنُّذُرِ
wa laqod anżarohum bathsyatanaa fa tamaarou bin-nużur
Dan sungguh, dia (Lut) telah memperingatkan mereka akan hukuman Kami, tetapi mereka mendustakan peringatan-Ku.
And he had already warned them of Our assault, but they disputed the warning.
(Dan sesungguhnya dia telah memperingatkan kepada mereka) yaitu Nabi Luth telah memberi peringatan kepada mereka (akan azab Kami)
akan pembalasan Kami kepada mereka melalui azab-Nya (maka mereka mendustakan) mereka membantah dan mendustakan (ancaman-ancaman itu) ancaman-ancaman Nabi Luth.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 36 |
penjelasan ada di ayat 33
Surat Al-Qamar |54:37|
وَلَقَدْ رَاوَدُوهُ عَنْ ضَيْفِهِ فَطَمَسْنَا أَعْيُنَهُمْ فَذُوقُوا عَذَابِي وَنُذُرِ
wa laqod roowaduuhu 'an dhoifihii fa thomasnaaa a'yunahum fa żuuquu 'ażaabii wa nużur
Dan sungguh, mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), lalu Kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan peringatan-Ku!
And they had demanded from him his guests, but We obliterated their eyes, [saying], "Taste My punishment and warning."
(Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya agar menyerahkan tamunya) mereka membujuknya supaya dia membiarkan mereka dengan orang-orang yang datang kepadanya sebagai tamu.
Mereka bermaksud akan berbuat homosex dengan para tamunya itu, padahal para tamunya itu adalah malaikat-malaikat yang menjelma menjadi manusia (lalu Kami butakan mata mereka)
Kami jadikan buta mata mereka dan Kami jadikan mata mereka tertutup rapat atau rata, sama rata dengan bagian muka yang lainnya. Yaitu, setelah malaikat Jibril menampar mereka dengan sayapnya
(maka rasakanlah) maksudnya, Kami berkata kepada mereka, "Rasakanlah oleh kalian (azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku) ini". Yakni, ancaman dan peringatan-Ku ini;
makna yang dimaksud adalah buah dan akibat daripada ancaman-Ku.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 37 |
penjelasan ada di ayat 33
Surat Al-Qamar |54:38|
وَلَقَدْ صَبَّحَهُمْ بُكْرَةً عَذَابٌ مُسْتَقِرٌّ
wa laqod shobbaḥahum bukrotan 'ażaabum mustaqirr
Dan sungguh, pada esok harinya mereka benar-benar ditimpa azab yang tetap.
And there came upon them by morning an abiding punishment.
(Dan sesungguhnya pada esok harinya mereka ditimpa) yaitu, di waktu subuh dari hari yang tidak ditentukan itu (azab yang kekal) azab yang terus-menerus hingga sampai kepada saatnya azab akhirat.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 38 |
penjelasan ada di ayat 33
Surat Al-Qamar |54:39|
فَذُوقُوا عَذَابِي وَنُذُرِ
fa żuuquu 'ażaabii wa nużur
Maka rasakanlah azab-Ku dan peringatan-Ku!
So taste My punishment and warning.
(Maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 39 |
penjelasan ada di ayat 33
Surat Al-Qamar |54:40|
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
wa laqod yassarnal-qur`aana liż-żikri fa hal mim muddakir
Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur´an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?
And We have certainly made the Qur'an easy for remembrance, so is there any who will remember?
(Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka sudah adakah orang yang mengambil pelajaran).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 40 |
penjelasan ada di ayat 33
Surat Al-Qamar |54:41|
وَلَقَدْ جَاءَ آلَ فِرْعَوْنَ النُّذُرُ
wa laqod jaaa`a aala fir'aunan-nużur
Dan sungguh, peringatan telah datang kepada keluarga Fir´aun.
And there certainly came to the people of Pharaoh warning.
(Dan sesungguhnya telah datang kepada kaum Firaun) kepada Firaun dan kaumnya (ancaman-ancaman itu) ancaman-Ku melalui lisan Nabi Musa dan Nabi Harun, tetapi mereka masih tetap tidak mau beriman. Bahkan,
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 41 |
Tafsir ayat 41-46
Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal Fir'aun dan kaumnya, bahwa sesungguhnya telah datang kepada mereka utusan Allah (yaitu Musa a.s.) dan saudara laki-lakinya (yaitu Harun) dengan membawa berita
gembira jika mereka mau beriman, dan peringatan jika mereka kafir. Allah menguatkan keduanya dengan mukjizat-mukjizat yang besar dan berbagai macam bukti yang membenarkan kerasulan keduanya.
Tetapi mereka semuanya mendustakannya, maka Allah menghukum mereka dengan hukuman dari Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa. Allah Swt. membinasakan mereka sehingga tiada seorang pun dari mereka yang tersisa
dan tiada pula jejak-jejak mereka. Kemudian Allah Swt. berfirman:
{أَكُفَّارُكُمْ}
Apakah orang-orang kafirmu. (Al-Qamar: 43) hai orang-orang musyrik dari kalangan orang-orang kafir Quraisy,
{خَيْرٌ مِنْ أُولَئِكُمْ}
lebih baik daripada mereka itu. (Al-Qamar: 43) Yakni daripada orang-orang yang telah disebutkan di atas di antara orang-orang yang telah dibinasakan karena mereka telah mendustakan rasul-rasul dan kafir kepada kitab-kitab Allah. Apakah kalian lebih baik daripada mereka itu?
{أَمْ لَكُمْ بَرَاءَةٌ فِي الزُّبُرِ}
atau apakah kamu telah mempunyai jaminan kebebasan (dari azab) dalam kitab-kitab yang dahulu? (Al-Qamar: 43) Maksudnya, apakah kamu mempunyai jaminan kebebasan dari Allah yang menyatakan bahwa
kamu tidak mendapat balasan dan tidak pula azab? Kemudian Allah Swt. menceritakan perihal mereka melalui firman selanjutnya:
{أَمْ يَقُولُونَ نَحْنُ جَمِيعٌ مُنْتَصِرٌ}
Atau apakah mereka mengatakan, "Kami adalah satu golongan yang bersatu yang pasti menang.” (Al-Qamar: 44) Mereka mempunyai keyakinan bahwa sebagian dari mereka dapat membantu sebagian yang lainnya,
dan bahwa persatuan mereka dapat menangkal orang lain yang hendak berbuat jahat terhadap mereka. Maka Allah Swt. berfirman:
{سَيُهْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ}
Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. (Al-Qamar: 45) Yakni persatuan mereka akan bercerai-berai dan mereka dapat dikalahkan.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ، حَدَّثَنَا خَالِدٌ، عَنْ خَالِدٍ -وَقَالَ أَيْضًا: حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ، حَدَّثَنَا عَفَّانُ بْنُ مُسْلِمٍ، عَنْ وُهيب، عَنْ خَالِدٍ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ؛ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ -وَهُوَ فِي قُبَّةٍ لَهُ يَوْمَ بَدْرٍ-: "أَنْشُدُكَ عَهْدَكَ وَوَعْدَكَ، اللَّهُمَّ إِنْ شِئْتَ لَمْ تُعبد بَعْدَ الْيَوْمِ أَبَدًا". فَأَخَذَ أَبُو بَكْرٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، بِيَدِهِ وَقَالَ: حَسْبُكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ! أَلْحَحْتَ عَلَى رَبِّكَ. فَخَرَجَ وَهُوَ يَثِبُ فِي الدِّرْعِ وَهُوَ يَقُولُ: {سَيُهْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ. بَلِ السَّاعَةُ مَوْعِدُهُمْ وَالسَّاعَةُ أَدْهَى وَأَمَرُّ}
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah menceritakan kepada kami Khalid, dari Khalid; dari Imam Bukhari mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Affan, dari Wuhaib,
dari Khalid, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi Saw. pernah berdoa di dalam kemah kecilnya pada hari Perang Badar: Aku memohon kepada Engkau jaminan dan janji-Mu, ya Allah, jika Engkau kehendaki,
niscaya Engkau tidak akan disembah lagi di muka bumi sesudah hari ini untuk selama-lamanya. Maka sahabat Abu Bakar r.a. memegang tangan Rasulullah Saw. seraya berkata, "Wahai Rasulullah, cukuplah,
engkau telah memohon dengan mendesak kepada Tuhanmu." Lalu Rasulullah Saw. segera keluar dari kemah seraya melompat dan mengenakan baju besinya (tamengnya), lalu membaca firman Allah Swt.:
Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit. (Al-Qamar:.45-46)
Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Imam Bukhari dan Imam Nasai dalam berbagai tempat melalui hadis Khalid ibnu Mahran Al-Hazza dengan sanad yang sama. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku,
telah menceritakan kepada kami Abur Rabi' Az-Zahrani, telah menceritakan kepada kami Hammad, dari Ayyub, dari Ikrimah yang mengatakan bahwa ketika diturunkan firman-Nya: Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka
akan mundur ke belakang. (Al-Qamar: 45) Maka Umar bertanya, "Golongan manakah yang akan dikalahkan, dan golongan manakah yang akan beroleh kemenangan?" Umar mengatakan bahwa ketika Perang Badar meletus,
ia melihat Rasulullah Saw. melompat dengan menyandang tamengnya seraya berkata: Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. (Al-Qamar: 45) Maka sejak saat itu ia mengetahui takwil ayat tersebut.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Yusuf, bahwa Ibnu Juraij pernah menceritakan kepada mereka, bahwa ia mendapat berita
dari Yusuf ibnu Mahik yang telah menceritakan bahwa ketika ia berada di hadapan Aisyah r.a. Ummul Mu’minin, maka Aisyah r.a. berkata bahwa ayat berikut diturunkan di Mekah kepada Muhammad Saw.
yang saat itu ia masih anak-anak sedang bermain-main, yaitu firman-Nya: Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. (Al-Qamar: 45) Demikianlah bunyi riwayat ini yang diriwayatkan Bukhari dalam bab ini
dengan singkat, tetapi di dalam bab, "Keutamaan Al-Qur'an" ia meriwayatkannya dengan panjang lebar; sedangkan Imam Muslim tidak mengetengahkannya.
Surat Al-Qamar |54:42|
كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا كُلِّهَا فَأَخَذْنَاهُمْ أَخْذَ عَزِيزٍ مُقْتَدِرٍ
każżabuu bi`aayaatinaa kullihaa fa`akhożnaahum akhża 'aziizim muqtadir
Mereka mendustakan mukjizat-mukjizat Kami semuanya, maka Kami azab mereka dengan azab dari Yang Maha Perkasa, Maha Kuasa.
They denied Our signs, all of them, so We seized them with a seizure of one Exalted in Might and Perfect in Ability.
(mereka mendustakan ayat-ayat Kami kesemuanya) yakni sembilan ayat yang diberikan kepada Nabi Musa (lalu Kami azab mereka) yakni, Kami turunkan azab kepada mereka
(sebagai azab dari Yang Maha Perkasa) Yang Maha Kuat (lagi Maha Kuasa) tiada sesuatu pun yang dapat melemahkan dan menghalang-halangi-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 42 |
penjelasan ada di ayat 41
Surat Al-Qamar |54:43|
أَكُفَّارُكُمْ خَيْرٌ مِنْ أُولَٰئِكُمْ أَمْ لَكُمْ بَرَاءَةٌ فِي الزُّبُرِ
a kuffaarukum khoirum min ulaaa`ikum am lakum barooo`atun fiz-zubur
Apakah orang-orang kafir di lingkunganmu (kaum musyrikin) lebih baik dari mereka, ataukah kamu telah mempunyai jaminan kebebasan (dari azab) dalam kitab-kitab terdahulu?
Are your disbelievers better than those [former ones], or have you immunity in the scripture?
(Apakah orang-orang kafir kalian) hai orang-orang Quraisy (lebih baik daripada mereka itu) yang telah disebutkan yaitu, mulai dari kaum Nabi Nuh hingga sampai kepada Firaun dan kaumnya
yang tidak mendapatkan ampunan (atau apakah kalian telah mempunyai) hai orang-orang kafir Quraisy (jaminan kebebasan) dari azab (dalam kitab-kitab) yang terdahulu.
Istifham yang terdapat pada dua tempat ini mengandung makna Nafi artinya, kenyataannya tidaklah demikian.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 43 |
penjelasan ada di ayat 41
Surat Al-Qamar |54:44|
أَمْ يَقُولُونَ نَحْنُ جَمِيعٌ مُنْتَصِرٌ
am yaquuluuna naḥnu jamii'um muntashir
Atau mereka mengatakan, "Kami ini golongan yang bersatu yang pasti menang."
Or do they say, "We are an assembly supporting [each other]"?
(Atau apakah mereka mengatakan) yakni orang-orang kafir Quraisy, ("Kami adalah suatu golongan yang bersatu) orang-orang yang bersatu dalam satu golongan
(yang pasti menang") atas Muhammad. Sewaktu Abu Jahal mengatakan dalam perang Badar, bahwa sesungguhnya kami adalah golongan yang bersatu yang pasti menang. Maka turunlah firman-Nya,
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 44 |
penjelasan ada di ayat 41
Surat Al-Qamar |54:45|
سَيُهْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ
sayuhzamul-jam'u wa yuwalluunad-dubur
Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.
[Their] assembly will be defeated, and they will turn their backs [in retreat].
("Golongan Itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang") akhirnya mereka dikalahkan oleh Nabi Muhammad saw.
dalam perang Badar, dan Nabi Muhammad saw. mendapat kemenangan yang gemilang atas mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 45 |
penjelasan ada di ayat 41
Surat Al-Qamar |54:46|
بَلِ السَّاعَةُ مَوْعِدُهُمْ وَالسَّاعَةُ أَدْهَىٰ وَأَمَرُّ
balis-saa'atu mau'iduhum was-saa'atu ad-haa wa amarr
Bahkan hari Kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan hari Kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit.
But the Hour is their appointment [for due punishment], and the Hour is more disastrous and more bitter.
(Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka) yaitu azab akan ditimpakan kepada mereka (dan kiamat itu) azab hari kiamat itu (lebih dahsyat)
lebih besar bencananya (lagi lebih pahit) jauh lebih pahit daripada azab di dunia.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 46 |
penjelasan ada di ayat 41
Surat Al-Qamar |54:47|
إِنَّ الْمُجْرِمِينَ فِي ضَلَالٍ وَسُعُرٍ
innal-mujrimiina fii dholaaliw wa su'ur
Sungguh, orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan (di dunia) dan akan berada dalam neraka (di akhirat).
Indeed, the criminals are in error and madness.
(Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan) dalam kebinasaan, mereka akan terbunuh di dunia (dan dalam neraka) neraka yang besar nyalanya.
Maksudnya, kelak di akhirat mereka akan dimasukkan ke dalam neraka yang apinya menyala-nyala.
[...]
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 47 |
Tafsir ayat 47-55
Allah Swt. menceritakan tentang perihal orang-orang yang berdosa, bahwa mereka berada dalam kesesatan dari kebenaran dan tenggelam di dalam keragu-raguan dan kebimbangan serta kekacauan dalam pikirannya.
Hal ini dialami pula oleh tiap-tiap orang yang mempunyai sifat yang sama dari kalangan orang-orang kafir, ahli bid'ah, dan semua golongan yang sesat. Kemudian Allah Swt. berfirman:
{يَوْمَ يُسْحَبُونَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ}
(Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka pada wajahnya. (Al-Qamar: 48) Yakni sebagaimana mereka berada dalam kegelapan, keragu-raguan, dan kebimbangan, maka mereka mendapat balasan neraka;
dan sebagaimana mereka sesat, maka mereka diseret masuk ke dalam neraka dengan muka di bawah. Mereka tidak mengetahui ke manakah mereka dibawa, dan dikatakan kepada mereka dengan nada kecaman dan cemoohan:
{ذُوقُوا مَسَّ سَقَرَ}
Rasakanlah sentuhan api neraka! (Al-Qamar: 48) Firman Allah Swt.:
{إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ}
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (Al-Qamar: 49) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا}
dan Dia menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. (Al-Furqan: 2) Dan firman Allah Swt.:
{سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأعْلَى. الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى. وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى}
Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi, yang menciptakan dan yang menyempurnakan (penciptaan-Nya) dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk. (Al-A'la: 1-3) Yakni Dia telah menentukan ukuran masing-masing
makhluk-Nya dan memberi petunjuk kepada semua makhluk-Nya. Karena itulah maka para imam dari kalangan Ahlus Sunnah menyimpulkan dalil dari ayat ini yang membuktikan akan kebenaran dari takdir Allah yang terdahulu
terhadap makhluk-Nya. Yaitu pengetahuan Allah Swt. akan segala sesuatu sebelum kejadiannya dan ketetapan takdir-Nya terhadap mereka sebelum mereka diciptakan oleh-Nya. Dan dengan ayat ini serta ayat-ayat lainnya yang semakna,
juga hadis-hadis yang sahih, kalangan Ahlus Sunnah membantah pendapat golongan Qadariyah, yaitu suatu golongan yang muncul di penghujung masa para sahabat. Kami telah membicarakan hal ini dengan rinci berikut semua hadis
yang berkaitan dengannya di dalam Syarah Kitabul Iman, bagian dari Syarah Imam Bukhari. Berikut ini kami akan mengetengahkan sebagian hadis-hadis yang berkaitan dengan ayat yang mulia ini. Imam Ahmad mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Sufyan As-Sauri, dari Ziad ibnu Ismail As-Sahmi, dari Muhammad ibnu Abbad ibnu Ja'far, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa orang-orang musyrik Quraisy datang
kepada Nabi Saw. dengan tujuan berdebat dengannya dalam masalah takdir, maka turunlah ayat: (Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka pada wajahnya. (Dikatakan kepada mereka), "Rasakanlah sentuhan api neraka.”
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (Al-Qamar: 48-49) Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Turmuzi serta Ibnu Majah melalui hadis Waki' dari Sufyan As-Sauri dengan sanad yang sama.
Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Ad-Dahhak ibnu Makhlad, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnul Haris, dari Amr ibnu Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya
yang mengatakan bahwa ayat-ayat berikut tiada lain diturunkan berkaitan dengan ahli qadar, yaitu firman Allah Swt.: Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan (di dunia) dan dalam neraka. (Ingatlah)
pada hari mereka diseret ke neraka pada wajahnya. (Dikatakan kepada mereka), "Rasakanlah sentuhan api neraka.” Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (Al-Qamar: 47-49) Ibnu Abu Hatim mengatakan,
telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Sahl ibnu Saleh Al-Intaki, telah menceritakan kepadaku Qurrah ibnu Habib, dari Kinanah, telah menceritakan kepadaku Jarir ibnu Hazim,
dari Sa'id ibnu Amr ibnu Ja'dah, dari Ibnu Zurarah, dari ayahnya, dari Nabi Saw., bahwa beliau membaca firman-Nya: (Dikatakan kepada mereka), "Rasakanlah sentuhan api neraka.” Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu
menurut ukurannya. (Al-Qamar: 48-49) Lalu Nabi Saw. bersabda:
"نَزَلَتْ فِي أُنَاسٍ مِنْ أُمَّتِي يَكُونُونَ فِي آخِرِ الزَّمَانِ يُكَذِّبُونَ بِقَدَرِ اللَّهِ"
Ayat ini diturunkan berkenaan dengan sebagian dari umatku yang kelak ada di akhir zaman, mereka mendustakan takdir Allah. Telah menceritakan pula kepada kami Al-Hasan ibnu Arafah, telah menceritakan kepada kami
Marwan ibnu Syuja' Al-Jazari, dari Abdul Malik ibnu Juraij, dari Ata ibnu Abu Rabah yang mengatakan bahwa ia datang kepada Ibnu Abbas yang saat itu sedang menimba air dari sumur zamzam, sedangkan bagian bawah kainnya kebasahan.
Lalu aku berkata kepadanya, bahwa sebagian orang ada yang membicarakan masalah takdir. Maka Ibnu Abbas berkata, "Benarkah mereka telah membicarakannya?" Aku menjawab, "Ya." Maka dia berkata, "Demi Allah,
tiadalah ayat berikut diturunkan melainkan berkenaan dengan mereka," yaitu firman-Nya: Rasakanlah sentuhan api neraka'. Sesunguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (Al-Qamar: 48-49)
Mereka adalah seburuk-buruk umat ini, maka janganlah kamu jenguk orang-orang sakit mereka, jangan pula kamu menyalatkan orang-orang mati mereka. Dan jika kamu menjumpai seseorang dari mereka, coloklah matanya
dengan kedua jarimu. Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini melalui jalur lain yang sebagiannya ada yang berpredikat marfu'. Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Al-Auzai',
dari sebagian saudara-saudaranya, dari Muhammad ibnu Ubaidul Makki, dari Abdullah ibnu Abbas yang mengatakan bahwa pernah dikatakan kepadanya perihal seorang lelaki yang baru tiba di kalangan mereka, lelaki itu mendustakan takdir.
Maka Ibnu Abbas berkata, "Tunjukkanlah (tuntunlah) aku kepadanya —yang saat itu Ibnu Abbas telah buta—." Mereka bertanya, "Hai Abul Abbas, apakah yang hendak engkau lakukan terhadapnya?" Ibnu Abbas menjawab,
"Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, sesungguhnya jika aku dapat menangkapnya, aku benar-benar akan menggigit hidungnya hingga putus. Dan sesungguhnya jika yang kutangkap itu adalah lehernya,
aku benar-benar akan meremukkan kepalanya, karena sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
"كَأَنِّي بِنِسَاءِ بَنِي فِهْر يَطُفْنَ بِالْخَزْرَجِ، تَصْطَفِقُ أَلَيَاتُهُنَّ مُشْرِكَاتٍ، هَذَا أَوَّلُ شِرْكِ هَذِهِ الْأُمَّةِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَيَنْتَهِيَنَّ بِهِمْ سُوءُ رَأْيِهِمْ حَتَّى يُخْرِجُوا اللَّهَ مِنْ أَنْ يَكُونَ قَدّر خَيْرًا، كَمَا أَخْرَجُوهُ مِنْ أَنْ يَكُونَ قَدَّرَ شَرًّا"
'Seakan-akan (diperlihatkan) kepadaku kaum wanita Bani Fihr berkeliling di kalangan Bani Khazraj, sedangkan pantat mereka digoyang-goyangkan dalam keadaan musyrik. Itulah permulaan syirik yang terjadi di kalangan umat ini.
Dan demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, sungguh benar-benar akan membinasakan diri mereka sendiri buruknya pendapat mereka, hingga mereka berani mengatakan bahwa Allah tidak menakdirkan kebaikan
sebagaimana mereka pun tidak percaya bahwa Allah menakdirkan keburukan'.”Kemudian Imam Ahmad meriwayatkannya dari Abul Mugirah, dari Al-Auza’i, dari Al-Ala ibnul Hajjaj, dari Muhammad ibnu Ubaid, lalu disebutkan hal yang semisal,
tetapi mereka tidak ada yang mengetengahkannya. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Sa'id, dari Abu Ayyub, telah menceritakan kepadaku Abu Sakhr,
dari Nafi' yang mengatakan bahwa Ibnu Umar mempunyai sahabat dari kalangan penduduk negeri Syam yang biasa saling berbalas surat dengannya. Kemudian Ibnu Umar berkirim surat kepadanya yang menyebutkan,
"Sesungguhnya telah sampai kepadaku suatu berita yang mengatakan bahwa engkau telah memperbincangkan sesuatu mengenai takdir, maka sejak sekarang engkau tidak usah lagi berkirim surat kepadaku (putuslah hubunganku denganmu),
karena sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
"سَيَكُونُ فِي أُمَّتِي أَقْوَامٌ يُكَذِّبُونَ بِالْقَدَرِ"
'Kelak di kalangan umatku akan ada beberapa kaum yang mendustakan takdir'.” Abu Daud telah meriwayatkan hadis ini dari Imam Ahmad Ibnu Hambal dengan sanad yang sama.
قَالَ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ، حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ مَوْلَى غُفْرَة، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لِكُلِّ أُمَّةٍ مَجُوسٌ، وَمَجُوسُ أُمَّتِي الَّذِينَ يَقُولُونَ: لَا قَدَرَ. إِنْ مَرِضُوا فَلَا تَعُودُوهُمْ، وَإِنْ مَاتُوا فَلَا تَشْهَدُوهُمْ"
Imam Ahmad telah mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Anas ibnu Iyad, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Abdullah maula Gafrah, dari Abdullah ibnu Umar, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
Bagi tiap-tiap umat ada Majusinya, dan Majusinya umatku ialah orang-orang yang mengatakan tidak ada takdir. Jika mereka sakit, jangan kalian jenguk; dan jika mereka mati, jangan kalian saksikan (menghadiri) jenazah mereka.
Tiada seorang pun dari Sittah yang mengetengahkan hadis ini dari jalur tersebut.
قَالَ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا رِشْدِين، عَنْ أَبِي صَخْرٍ حُمَيد بْنِ زِيَادٍ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يقول: "سَيَكُونُ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ مَسْخٌ، أَلَا وَذَاكَ فِي الْمُكَذِّبِينَ بِالْقَدَرِ وَالزِّنْدِيقِيَّةِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Rasyidin, dari Abu Sakhr Humaid ibnu Ziad, dari Nafi', dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw.
bersabda: Kelak di kalangan umat ini terdapat kutukan. Ingatlah, hal itu terjadi di kalangan orang-orang yang mendustakan takdir dan kaum Zindiq. Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah telah meriwayatkan hadis ini melalui
Abu Sakhr alias Humaid ibnu Ziad dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi menilai hadis ini hasan sahih garib.
وَقَالَ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ الطَّبَّاعِ، أَخْبَرَنِي مَالِكٌ، عَنْ زِيَادِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُسْلِمٍ، عَنْ طَاوُسٍ الْيَمَانِيِّ قَالَ: سَمِعْتُ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم: "كل شيء بقدرن حَتَّى الْعَجْزُ وَالْكَيْسُ".
Imam Ahmad mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnut Tabba', telah menceritakan kepadaku Malik, dari Ziad ibnu Sa'd, dari Amr ibnu Muslim, dari Tawus Al-Yamani yang mengatakan bahwa
ia pernah mendengar Ibnu Umar mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Segala sesuatu terjadi berdasarkan takdir hingga kelemahan dan kepandaian.
Imam Muslim meriwayatkan hadis ini secara munfarid melalui Malik. Di dalam hadis sahih telah disebutkan sebagai berikut:
"اسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجِزْ، فَإِنْ أَصَابَكَ أَمْرٌ فَقُلْ: قَدَّرُ اللَّهُ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، وَلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ لَكَانَ كَذَا، فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ"
Mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu lemah. Jika kamu tertimpa suatu perkara, maka katakanlah, "Allah telah menakdirkan (nya), apa yang Dia kehendaki pasti terjadi.” Dan janganlah kamu mengatakan bahwa
seandainya aku melakukan anu, niscaya hal ini tidak terjadi. Karena sesungguhnya law (mengandai-andai) membuka pintu masuk bagi perbuatan setan. Di dalam hadis yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas disebutkan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda kepadanya:
"وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ، لَمْ يَكْتُبْهُ اللَّهُ لَكَ، لَمْ يَنْفَعُوكَ، وَلَوِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ، لَمْ يَكْتُبْهُ اللَّهُ عَلَيْكَ، لَمْ يضروك. جفّت الأقلام وطويت الصحف"
Ketahuilah bahwa sekiranya umat ini bersatu untuk memberikan manfaat kepadamu dengan sesuatu yang tidak ditakdirkan oleh Allah bagimu, niscaya mereka tidak akan dapat memberikannya kepadamu.
Dan seandainya mereka bersatu untuk menimpakan mudarat kepadamu dengan sesuatu yang tidak ditakdirkan oleh Allah atas dirimu, niscaya mereka tidak dapat menimpakan mudarat itu kepadamu.
Telah kering semua pena dan semua lembaran telah ditutup. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Siwar, telah menceritakan kepada kami Al-Lais, dari Mu'awiyah, dari Ayyub. ibnu Ziad,
telah menceritakan kepadaku Ubadah ibnul Walid ibnu Ubadah, telah menceritakan kepadaku ayahku, bahwa ia menjenguk Ubadah yang sedang sakit yang menurut pendapatnya tidak ada harapan lagi untuk dapat sembuh.
Lalu ia berkata, "Wahai Ayahku, berwasiatlah kepadaku dan bersungguh-sungguhlah bagiku." Maka Ubadah mengatakan, "Dudukkanlah aku." Setelah mereka mendudukkannya, ia berkata, "Hai Anakku,
sesungguhnya engkau masih belum merasakan manisnya iman dan masih belum sampai kepada hakikat ilmu mengenai Allah sebelum engkau beriman kepada takdir, takdir yang baik dan takdir yang buruk." Aku bertanya, "Hai Ayahku,
bagaimanakah caranya agar aku dapat mengetahui takdir yang baik dan takdir yang buruk?" Ia menjawab, "Perlu engkau ketahui bahwa apa yang luput darimu sudah menjadi takdir tidak akan mengenai dirimu,
dan apa yang mengenai dirimu sudah menjadi takdir tidak akan luput darimu. Hai Anakku, sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
"إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمُ. ثُمَّ قَالَ لَهُ: اكْتُبْ. فَجَرَى فِي تِلْكَ السَّاعَةِ بِمَا هُوَ كَائِنٌ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ"
Sesungguhnya yang pertama diciptakan oleh Allah ialah Al-Qalam, kemudian Allah berfirman kepadanya, 'Tulislah!' Maka di saat itu juga Al-Qalam bergerak menulis tentang semua makhluk yang akan terjadi sampai hari kiamat.
Hai Anakku, jika engkau mati dalam keadaan tidak beriman terhadapnya, niscaya masuk nerakalah kamu." Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini dari Yahya ibnu Musa Al-Balkhi, dari Abu Daud At-Tayalisi, dari Abdul Wahid ibnu Sulaim,
dari Ata ibnu Abu Rabah, dari Al-Walid ibnu Ubadah, dari ayahnya dengan sanad yang sama. Lalu Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih garib. Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Mansur, dari Rib'i ibnu Khirasy,
dari seorang lelaki, dari Ali ibnu Abu Talib yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"لا يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُؤْمِنَ بِأَرْبَعٍ: يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ، بَعَثَنِي بِالْحَقِّ، وَيُؤْمِنُ بِالْمَوْتِ، وَيُؤْمِنُ بِالْبَعْثِ بَعْدَ الْمَوْتِ، وَيُؤْمِنُ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ"
Tidaklah seseorang di antara kalian beriman sebelum beriman kepada empat perkara, yaitu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku adalah utusannya yang Dia utus dengan membawa kebenaran;
beriman kepada adanya hari berbangkit sesudah mati; dan beriman dengan takdir yang baik dan takdir yang buruk. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi melalui hadis An-Nadr ibnu Syumail, dari Syu'bah,
dari Mansur dengan sanad yang sama. Hal yang sama telah diriwayatkan. Dan Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini melalui Abu Daud At-Tayalisi dari Syu'bah, dari Mansur, dari Rib'i, dan Ah, lalu Turmuzi mengatakan bahwa riwayat ini
menurutku lebih sahih . Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Ibnu Majah melalui hadis Syarik, dari Mansur, dari Rib'i, dari Ali dengan sanad yang sama Di dalam kitab Sahih Muslim telah disebutkan melalui riwayat
Abdullah ibnu Wahb dan lain-lainnya, dari Abu Hani' Al-Khaulani dari Abu Abdur Rahman Al-Habli, dari Abdullah ibnu Amryang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ"
Sesungguhnya Allah telah menulis semua takdir makhluk sebelum Dia menciptakan langit dan bumi dalam jarak lima puluh ribu tahun. Ibnu Wahb menambahkan firman Allah Swt. dalam hadisnya:
{وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ}
dan adalah 'Arasy-Nya di atas air. (Hud: 7) Imam Turmuzi telah meriwayatkan pula hadis ini, dan ia mengatakan bahwa predikat hadis ini kalau tidak hasan, sahih, atau garib. Firman Allah Swt.:
{وَمَا أَمْرُنَا إِلا وَاحِدَةٌ كَلَمْحٍ بِالْبَصَرِ}
Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata (Al-Qamar: 50) .Ini merupakan berita tentang kepastian berlangsungnya kehendak Allah terhadap makhluk-Nya. Sebagaimana yang telah diberitakan, bahwa takdirNya berlangsung pula terhadap mereka. Untuk itu Allah Swt berfirman:
{وَمَا أَمْرُنَا إِلا وَاحِدَةٌ}
Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan. (Al-Qamar: 50) Yakni sesungguhnya Kami hanya memerlukan perintah satu kata saja, tanpa memerlukan kata ulang. Maka apa yang Kami perintahkan untuk ada itu pasti ada dan terjadi
seketika itu juga seperti sekejap mata, tanpa ada tenggang waktu barang sedikit pun. Alangkah indahnya apa yang dikatakan oleh salah seorang penyair dalam bait syair berikut:
إذَا مَا أرَادَ اللَّهُ أمْرًا فَإِنَّما ... يقُولُ لهُ: كُنْ، قَوَلةً فَيَكُونُ ...
Apabila Allah menghendaki suatu urusan, maka sesungguhnya Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah kamu!" dengan sekali ucap, maka jadilah ia. Firman Allah Swt.:
{وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا أَشْيَاعَكُمْ}
Dan sesungguhnya telah Kami binasakan orang yang serupa dengan kamu. (Al-Qamar: 51) Yaitu orang-orang yang semisal dengan kamu dari kalangan umat-umat terdahulu yang mendustakan para rasul.
{فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ}
Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (Al-Qamar: 51) Yakni adakah orang yang mengambil pelajaran dari kehinaan yang telah ditimpakan oleh Allah Swt. terhadap mereka dan azab yang telah ditakdirkan oleh Allah terhadap mereka. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَحِيلَ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ مَا يَشْتَهُونَ كَمَا فُعِلَ بِأَشْيَاعِهِمْ مِنْ قَبْلُ}
Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka ingini sebagaimana yang dilakukan terhadap orang-orang yang serupa dengan mereka pada masa dahulu. (Saba: 54) Adapun firman Allah Swt.:
{وَكُلُّ شَيْءٍ فَعَلُوهُ فِي الزُّبُرِ}
Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan. (Al-Qatnar: 52) Artinya, telah tercatat atas mereka di dalam kitab-kitab yang ada di tangan para malaikat.
{وَكُلُّ صَغِيرٍ وَكَبِيرٍ}
Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar. (Al-Qamar ' 53) dari amal perbuatan mereka.
{مُسْتَطَرٌ}
adalah tertulis. (Al-Qamar: 53) Yakni telah terhimpunkan di dalam kitab catatan amal mereka dan telah digariskan dalam lembaran-lembaran mereka, tanpa ada yang terlewatkan; baik yang besar maupun yang kecil, semuanya telah ada di dalamnya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مُسْلِمِ بْنِ بَانَكَ: سَمِعْتُ عَامِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ، حَدَّثَنِي عَوْفُ بْنُ الْحَارِثِ -وَهُوَ ابْنُ أَخِي عَائِشَةَ لِأُمِّهَا-عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ: "يَا عَائِشَةُ، إِيَّاكِ ومُحَقِّرات الذُّنُوبِ، فَإِنَّ لَهَا مِنَ اللَّهِ طَالِبًا".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Amir, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Muslim ibnu Banik; ia telah mendengar Amir ibnu Abdullah ibnuz Zubair mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku
Auf ibnul Haris anak lelaki saudara lelaki ibunya Siti Aisyah, dari Aisyah r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Hai Aisyah, janganlah kamu melakukan dosa-dosa kecil, karena sesungguhnya pelakunya tetap akan dituntut oleh Allah.
Imam Nasai dan Ibnu Majah meriwayatkan hadis ini melalui jalur Sa'id ibnu Muslim ibnu Banik Al-Madani yang dinilai siqah oleh Ahmad, Ibnu Mu-in, dan Abu Hatim serta lain-lainnya. Al-Hafiz Ibnu Asakir telah meriwayatkan hadis ini
dalam biografi Sa'id ibnu Muslim melalui jalur lain. Kemudian Sa'id mengatakan bahwa lalu ia menceritakan hadis ini kepada Amir ibnu Hisyam, maka Amir berkata kepadanya, "Celakalah engkau, hai Sa'id ibnu Muslim.
Sesungguhnya telah menceritakan kepadaku Sulaiman ibnul Mugirah, bahwa ia pernah melakukan suatu perbuatan dosa, lalu ia menganggap remeh dosanya itu, maka pada malam harinya ia bermimpi didatangi -oleh seseorang
yang mengatakan kepadanya, 'Hai Sulaiman,
لَا تَحْقِرنَّ مِنَ الذنوبِ صَغِيرا ... إِنَّ الصَّغير غَدًا يَعُودُ كَبِيرَا ... إِنَّ الصَّغِيرَ وَلَوْ تَقَادَمَ عَهْدُهُ ... عِنْدَ الْإِلَهِ مُسَطَّرٌ تَسْطِيرَا ... فَازْجُرْ هَوَاكَ عَنِ الْبَطَالَةِ لَا تَكُنْ ... صَعْبَ الْقِيَادِ وَشَمِّرَنْ تَشْمِيرَا ... إِنَّ المُحِبَّ إِذَا أَحَبَّ إلههُ ... طَارَ الْفُؤَادُ وأُلْهِم التَّفْكِيرَا ... فَاسْأَلْ هِدَايَتَكَ الْإِلَهَ بِنِيَّة ... فَكَفَى بِرَبّكَ هَادِيًا وَنَصِيرَا
Jangan sekali-kali kamu meremehkan dosa-dosa kecil, sesungguhnya dosa kecil itu di kemudian hari akan menjadi besar. Dan sesungguhnya dosa kecil itu sekalipun telah berlalu masanya, di sisi Tuhan tetap tercatat dengan lengkap.
Maka kekanglah hawa nafsumu, jangan segan-segan melakukannya, janganlah kamu menjadi orang yang sulit mengendalikan diri, dan bersiagalah dengan penuh kewaspadaan. Sesungguhnya orang yang hatinya dipenuhi rasa cinta
kepada Tuhannya, maka hatinya akan bersih dan diberi ilham untuk dapat berpikir. Maka mintalah kepada Tuhan agar dirimu mendapat petunjuk, dengan permintaan yang ikhlas, maka cukuplah bagimu Tuhanmu menjadi Pemberi Petunjuk
dan Penolong (mu). Firman Allah Swt.:
{إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَهَرٍ}
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai. (Al-Qamar: 54) Berbeda dengan keadaan yang dialami oleh orang-orang yang celaka karena kesesatan dan kegilaan mereka,
akhirnya mereka diseret dengan muka di bawah ke dalam neraka disertai dengan cemoohan kecaman dan makian. Firman Allah Swt.:
{فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ}
di tempat yang disenangi. (Al-Qamar: 55) Yaitu di rumah kemuliaan Allah dengan memperoleh rida, karunia, dan anugerah-Nya serta kebaj ikan-Nya yang amat berlimpah.
{عِنْدَ مَلِيكٍ مُقْتَدِرٍ}
di sisi Tuhan Yang Berkuasa. (Al-Qamar: 55) Yakni di sisi Tuhan Yang Mahabesar Yang Menciptakan segala sesuatu dan Yang Menentukan ukuran-ukurannya. Dia Mahakuasa atas semua yang dikehendaki-Nya dari apa yang diinginkan dan yang diperlukan oleh makhluk-Nya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ، عَنِ عَمْرِو بْنِ أَوْسٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو -يَبلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-قال: "المقسطون عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ، عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ، وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ: الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وُلُّوا".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Amr ibnu Dinar, dari Amr ibnu Aus, dari Abdullah ibnu Amr yang menyampaikannya dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Orang-orang yang berlaku adil
berada di sisi Allah di atas mimbar-mimbar dari cahaya di sisi Kanan Tuhan Yang Maha Pemurah. Dan di hadapan-Nya merupakan sebelah kanan orang-orang yang adil dalam hukum mereka, keluarga mereka,
dan apa yang dikuasakan kepada mereka. Imam Muslim telah mengetengahkan hadis ini secara tunggal, juga Imam Nasai melalui Sufyan ibnu Uyaynah berikut dengan sanadnya dengan lafaz yang semisal.
Surat Al-Qamar |54:48|
يَوْمَ يُسْحَبُونَ فِي النَّارِ عَلَىٰ وُجُوهِهِمْ ذُوقُوا مَسَّ سَقَرَ
yauma yus-ḥabuuna fin-naari 'alaa wujuuhihim, żuuquu massa saqor
Pada hari mereka diseret ke neraka pada wajahnya. (Dikatakan kepada mereka), "Rasakanlah sentuhan api neraka."
The Day they are dragged into the Fire on their faces [it will be said], "Taste the touch of Saqar."
(Pada hari mereka diseret ke neraka atas muka mereka) di akhirat kelak, lalu dikatakan kepada mereka ("Rasakanlah sentuhan api neraka") rasakanlah panasnya api neraka Jahanam ini oleh kalian.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 48 |
penjelasan ada di ayat 47
Surat Al-Qamar |54:49|
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
innaa kulla syai`in kholaqnaahu biqodar
Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
Indeed, all things We created with predestination.
(Sesungguhnya segala sesuatu itu Kami) dinashabkan oleh Fi'il yang terdapat pada firman selanjutnya yang berfungsi menafsirkannya (ciptakan menurut ukuran) masing-masing.
Menurut suatu qiraat lafal Kulla dibaca KuIlu dan dianggap sebagai Mubtada, sedangkan Khabarnya adalah lafal Khalaqnaahu.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 49 |
penjelasan ada di ayat 47
Surat Al-Qamar |54:50|
وَمَا أَمْرُنَا إِلَّا وَاحِدَةٌ كَلَمْحٍ بِالْبَصَرِ
wa maaa amrunaaa illaa waaḥidatung kalam-ḥim bil-bashor
Dan perintah Kami hanyalah (dengan) satu perkataan seperti kejapan mata.
And Our command is but one, like a glance of the eye.
(Dan tiada lain perintah Kami) terhadap sesuatu yang Kami kehendaki ada (hanyalah) sekali (satu firman seperti kejapan mata) dalam hal kecepatannya, yaitu melalui firman-Nya
'Kun' yakni adalah kamu, maka sesuatu yang dikehendaki itu langsung ada dengan seketika; pengertian ini diungkapkan pula oleh firman lainnya, yaitu, "Sesungguhnya keadaan-Nya
apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, 'Jadilah', maka terjadilah ia." (Q.S. Yaasin, 82)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 50 |
penjelasan ada di ayat 47
Surat Al-Qamar |54:51|
وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا أَشْيَاعَكُمْ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
wa laqod ahlaknaaa asy-yaa'akum fa hal mim muddakir
Dan sungguh, telah Kami binasakan orang yang serupa dengan kamu (kekafirannya). Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?
And We have already destroyed your kinds, so is there any who will remember?
(Dan sesungguhnya telah Kami binasakan orang yang serupa dengan kalian) dalam kekafirannya dari umat-umat terdahulu. (Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran)
Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna perintah yakni, ingatlah kalian dan ambillah hal ini sebagai pelajaran buat kalian!
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 51 |
penjelasan ada di ayat 47
Surat Al-Qamar |54:52|
وَكُلُّ شَيْءٍ فَعَلُوهُ فِي الزُّبُرِ
wa kullu syai`in fa'aluuhu fiz-zubur
Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan.
And everything they did is in written records.
(Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat) apa yang telah dikerjakan oleh semua hamba-hamba Allah telah tercatat (di dalam buku-buku) catatan amal perbuatan.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 52 |
penjelasan ada di ayat 47
Surat Al-Qamar |54:53|
وَكُلُّ صَغِيرٍ وَكَبِيرٍ مُسْتَطَرٌ
wa kullu shoghiiriw wa kabiirim mustathor
Dan segala (sesuatu) yang kecil maupun yang besar (semuanya) tertulis.
And every small and great [thing] is inscribed.
(Dan segala urusan yang kecil maupun besar) berupa dosa atau amal perbuatan (adalah tertulis) tercatat di Lohmahfuz.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 53 |
penjelasan ada di ayat 47
Surat Al-Qamar |54:54|
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَهَرٍ
innal-muttaqiina fii jannaatiw wa nahar
Sungguh, orang-orang yang bertakwa berada di taman-taman dan sungai-sungai,
Indeed, the righteous will be among gardens and rivers,
(Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam surga-surga) taman-taman (dan sungai-sungai makna yang dimaksud adalah jenisnya.
Menurut suatu qiraat lafal Nahar dibaca Nuhur dalam bentuk jamak, yang wazannya sama dengan lafal Asadun bila dijamakkan menjadi Usudun. Makna yang dimaksud ialah,
bahwa mereka meminum dari sungai-sungai surga itu air, susu, madu dan khamar.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 54 |
penjelasan ada di ayat 47
Surat Al-Qamar |54:55|
فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ مَلِيكٍ مُقْتَدِرٍ
fii maq'adi shidqin 'inda maliikim muqtadir
di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa.
In a seat of honor near a Sovereign, Perfect in Ability.
(Di tempat yang benar) di majelis yang benar, karena tidak ada perkataan yang tidak berguna dan tidak pula ada perkataan yang berdosa di dalamnya;
pengertian Maq'ad di sini adalah ditinjau dari segi jenisnya. Menurut qiraat yang lain lafal Maq'ad dibaca dalam bentuk jamak yaitu Maqaa'id.
Makna yang dimaksud ialah bahwa ahli surga itu berada di dalam majelis-majelis surga dalam keadaan bebas dari perkataan yang tidak ada gunanya dan bebas pula dari hal-hal yang berdosa,
keadaan mereka berbeda dengan keadaan majelis-majelis di dunia. Karena sesungguhnya majelis-majelis di dunia itu jarang sekali bebas dari hal-hal tersebut.
Lafal ayat ini berkedudukan sebagai Khabar yang kedua, dan lafal Shidqin menjadi Badal dari lafal Shaadiqin, yakni Badal Ba'dh atau lainnya (di sisi Yang Maha Raja)
merupakan perumpamaan yang mengandung makna Mubalaghah, yakni Maha Raja Yang Maha Perkasa lagi Maha Luas (lagi Maha Berkuasa) tiada sesuatu pun yang melemahkan-Nya, Dia adalah Allah swt.
Lafal 'Inda menunjukkan isyarat yang mengandung makna derajat dan kedudukan mereka yang dekat di sisi-Nya, sebagai anugerah dari Allah swt. kepada para penghuni surga.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qamar | 54 : 55 |
penjelasan ada di ayat 47
Surat Ar-Rahman |55:1|
الرَّحْمَٰنُ
ar-roḥmaan
(Allah) Yang Maha Pengasih,
The Most Merciful
(Yang Maha Pengasih) yakni Allah SWT.
Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 1 |
Tafsir ayat 1-13
Allah Swt. menceritakan tentang karunia dan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya, bahwa Dia telah menurunkan kepada hamba-hamba-Nya Al-Qur'an, dan memudahkan penghafalan dan pemahamannya bagi orang yang dirahmati-Nya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{الرَّحْمَنُ. عَلَّمَ الْقُرْآنَ. خَلَقَ الإنْسَانَ. عَلَّمَهُ الْبَيَانَ}
(Tuhan) Yang Maha Pemurah. Yang telah mengajarkan Al-Qur’an. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara. (Ar-Rahman: 1-3) Menurut Al-Hasan, yang dimaksud dengan al-bayan ialah berbicara.
Ad-Dahhak dan Qatadah serta selain keduanya mengatakan kebaikan dan keburukan. Tetapi pendapat Al-Hasan dalam hal ini lebih baik dan lebih kuat karena konteks ayat membicarakan pengajaran Al-Qur'an,
yang intinya ialah menunaikan bacaannya. Dan sesungguhnya hal tersebut dapat terealisasi (terwujudkan) bila Allah menjadikan makhluk-Nya pandai berbicara, dan dimudahkan-Nya untuk mengeluarkan bunyi huruf dari makhraj-nya
masing-masing, yaitu dari halaq dan lisan serta kedua bibir dengan berbagai macam makhraj dan perbedaannya. Firman Allah Swt.:
{الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ}
Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. (Ar-Rahman: 5) Yakni keduanya berjalan beriringan menurut perhitungan yang tepat dan tidak menyimpang serta tidak berbenturan, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ}
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (Yasin: 40) Dan firman Allah Swt.:
{فَالِقُ الإصْبَاحِ وَجَعَلَ اللَّيْلَ سَكَنًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ}
Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Al-An'am: 96)
Diriwayatkan dari Ikrimah yang mengatakan bahwa seandainya Allah menjadikan cahaya semua penglihatan manusia, jin, hewan, dan burung-burung pada mata seorang hamba, kemudian dibukakan baginya suatu tirai
di antara tujuh puluh tirai yang menghalang-halangi matahari, niscaya ia masih tidak mampu untuk melihat kepadanya. Cahaya matahari itu merupakan suatu bagian dari tujuh puluh bagian cahaya Kursi, dan cahaya Kursi itu
merupakan suatu bagian dari tujuh puluh cahaya 'Arasy, dan cahaya 'Arasy itu merupakan suatu bagian dari cahaya tirai yang menutupi (Allah Swt.). Maka perhatikanlah, berapa banyaknya Allah memberikan cahaya kepada hamba-Nya
di matanya di saat ia melihat kepada Zat Allah Swt. Yang Mahamulia dengan terang-terangan (di surga nanti). Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Firman Allah Swt.:
{وَالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدَانِ}
Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya. (Ar-Rahman: 6) Ibnu Jarir mengatakan bahwa ulama tafsir berbeda pendapat tentang makna an-najm dalam ayat ini, setelah mereka sepakat bahwa
yang dinamakan syajar atau pohon-pohonan ialah tumbuh-tumbuhan yang tegak di atas pokok (batang)nya. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa an-najm dalam ayat ini i
alah sesuatu yang tergelarkan di atas permukaan bumi, yakni berupa tetumbuhan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair, As-Saddi, dan Sufyan As-Sauri. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir rahimahullah.
Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan an-najm ialah bintang-bintang yang ada di langit. Hal yang sama telah dikatakan oleh Al-Hasan dan Qatadah, dan pendapat inilah yang lebih jelas;
hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui, mengingat Allah Swt. telah berfirman dalam ayat yang lain, yaitu:
{أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ وَكَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ} الْآيَةَ
Apakah kamu tidak mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata, dan sebagian besar dari manusia. (Al-Hajj: 18) hingga akhir ayat. Adapun firman Allah Swt.:
{وَالسَّمَاءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ}
Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). (Ar-Rahman: 7) Makna yang dimaksud ialah keadilan, sebagaimana yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنزلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ}
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. (Al-Hadid: 25) Hal yang sama dikatakan pula dalam firman berikutnya:
{أَلا تَطْغَوْا فِي الْمِيزَانِ}
Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. (Ar-Rahman: 8) Yakni Dia menciptakan langit dan bumi dengan hak dan adil agar segala sesuatu berjalan dengan hak dan adil. Dalam firman berikutnya lagi disebutkan:
{وَأَقِيمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَلا تُخْسِرُوا الْمِيزَانَ}
Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu. (Ar-Rahman: 9) Artinya, janganlah kamu mengurangi timbangan dan sukatan, tetapi timbanglah dengan benar dan adil. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَزِنُوا بِالْقِسْطَاسِ الْمُسْتَقِيمِ}
dan timbanglah dengan neraca yang benar. (Al-Isra: 35) Adapun firman Allah Swt.:
{وَالأرْضَ وَضَعَهَا لِلأنَامِ}
Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk-(Nya). (Ar-Rahman: 10) Yaitu sebagaimana Dia telah meninggikan langit, Dia telah meratakan bumi ini dan menjadikannya layak untuk dihuni serta memberinya pancangan
dengan gunung-gunung yang tinggi-tinggi agar bumi stabil dan tidak mengguncangkan makhluk yang ada di atasnya yang beraneka ragam jenis, macam, warna, dan bahasa mereka yang tersebar di seluruh kawasannya.
Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-anam ialah makhluk.
{فِيهَا فَاكِهَةٌ}
di bumi itu ada buah-buahan. (Ar-Rahman: 11) Yakni yang berbagai macam warna, rasa, dan baunya.
{وَالنَّخْلُ ذَاتُ الأكْمَامِ}
dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang. (Ar-Rahman: 11) Lafaz an-nakhl disebutkan secara tersendiri karena manfaat yang ada padanya, yakni buahnya baik dalam keadaan basah maupun kering.
Dan yang dimaksud dengan al-akmam menurut Ibnu Juraij, dari Ibnu Abbas, artinya kelopak mayang. Hal yang sama telah dikatakan oleh banyak ulama tafsir; itulah yang dimaksud dengan akmam. yaitu kelopak mayang yang terbelah
mengeluarkan ketan dan buah kurma, yang pada mulanya bernama busr, kemudian rutab, selanjutnya menjadi masak dan sempurna kemasakannya. Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan dari Amr ibnu Ali As-Sairafi, telah menceritakan
kepada kami Abu Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnul Haris At-Ta-ifi, dari Asy-Sya'bi yang mengatakan bahwa Kaisar Romawi berkirim surat kepada Khalifah Umar ibnul Khattab, yang isinya sebagai berikut:
Melalui surat ini kuberitahukan kepada tuan bahwa utusanku telah tiba darimu, mereka mengira bahwa di kalangan kalian terdapat sebuah pohon yang kelihatannya tidak mengandung suatu kebaikan pun. Pada mulanya mengeluarkan
kelopak mayangnya yang seperti daun telinga keledai, lalu mayang itu terbuka mengeluarkan benih buah-buahnya yang kelihatan seperti mutiara. Lalu menjadi hijau seperti permata zamrud yang hijau, setelah itu tampak memerah
sehingga seperti batu yaqut yang merah. Lalu masaklah ia, dan buahnya sangat lezat rasanya; bila buah itu kering, maka dapat dijadikan sebagai makanan pokok bagi orang yang mukim dan dapat dijadikan bekal bagi musafir.
Jika utusan-utusanku itu berkata sejujurnya kepadaku, maka aku berpendapat bahwa pohon itu tiada lain kecuali salah satu dari pohon surga. Maka Umar ibnul Khattab membalas suratnya yang isinya sebagai berikut;
Dari hamba Allah Umar ibnul Khattab Amirul Mu’minin, ditujukan kepada Kaisar Romawi. Sesungguhnya para utusanmu itu berkata sebenarnya kepadamu, pohon ini memang ada di kalangan kami, yaitu pohon yang sama seperti pohon
yang ditumbuhkan oleh Allah untuk Maryam ketika dia melahirkan putranya Isa. Maka bertakwalah engkau kepada Allah dan janganlah engkau menjadikan Isa sebagai Tuhan selain Allah, karena sesungguhnya,
{مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ. الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُنْ مِنَ الْمُمْتَرِينَ}
perumpamaan (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah ia. (Apa yang telah Kami ceritakan itu),
itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. (Ali Imran: 59-60) Menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan al-akmam ialah sabutnya yang berada di leher pohon kurma,
ini menurut Al-Hasan dan Qatadah.
{وَالْحَبُّ ذُو الْعَصْفِ وَالرَّيْحَانُ}
Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya. (Ar-Rahman: 12) Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan firman-Nya: Dan biji-bijian yang berkulit. (Ar-Rahman: 12)
ialah biji-bijian yang ada daunnya. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa al-'asf artinya daun tanaman yang hijau, yang telah dipotong bagian atasnya; itulah yang dinamakan asf bila ia telah mengering.
Hal yang sama dikatakan oleh Qatadah. Ad-Dahhak, dan Abu Malik, bahwa yang dimaksud dengan 'asf 'ialah dedaunannya yang telah kering. Ibnu Abbas, Mujahid, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa
yang dimaksud dengan raihan ialah dedaunannya. Lain halnya dengan Al-Hasan, ia mengatakan bahwa yang dimaksud dengan raihan ialah bau-bauan yang harum seperti yang kalian kenakan. Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan
dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan raihan ialah tanaman yang hijau. Makna yang dimaksud —hanya Allah Yang Maha Mengetahui— ialah bahwa yang dimaksud dengan biji-bijian ialah seperti gandum, jewawut,
dan lain sebagainya yang mempunyai bulir dan daun-daunan yang melilit pada batangnya. Menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan al-‘asf ialah dedaunan yang muda, seperti sayuran; dan yang dimaksud dengan raihan ialah
dedaunan yang telah tua dan membungkus biji-bijian yang menjadi buahnya, seperti pengertian yang terdapat di dalam perkataan Zaid ibnu Amr ibnu Nufail dalam kasidahnya yang terkenal, yaitu:
وَقُولا لَهُ: مَنْ يُنْبِتُ الحَبَّ فِي الثَّرى ... فَيُصْبِحَ مِنْهُ البقلُ يَهْتَزُّ رابيا? ... وَيُخْرجَ منْه حَبَّه في رُؤوسه? ... فَفي ذَاكَ آياتٌ لِمَنْ كَانَ وَاعِيَا
Katakanlah olehmu berdua kepadanya, "Siapakah yang menumbuhkan biji-bijian di tanah, lalu tumbuh menjadi hijau dan merekah menjadi besar. Dan keluarlah darinya biji-bijian di bagian atasnya?” Di dalam hal tersebut terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang menyadarinya. Firman Allah Swt.:
{فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ}
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 13) Yakni nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan, hai dua jenis makhluk, jin dan manusia yang kalian dustakan? Demikianlah menurut pendapat Mujahid
dan ulama lainnya, yang hal ini ditunjukkan oleh pengertian yang terkandung pada konteks sesudahnya. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa nikmat-nikmat Tuhanmu tampak jelas pada kalian dan kalian diliputi olehnya
hingga kalian tidak dapat mengingkarinya atau tidak mengakuinya. Dan kami hanya dapat mengatakan seperti apa yang dikatakan oleh jin yang beriman kepada-Nya, "Ya Allah, tiada sesuatu pun dari nikmat-nikmat-Mu yang kami ingkari,
maka bagi-Mulah segala puji." Disebutkan bahwa Ibnu Abbas selalu menjawabnya dengan ucapan berikut, "Tidak, lalu yang manakah, wahai Tuhanku?" Dengan kata lain. dapat disebutkan bahwa kami tidak mendustakan sesuatu pun darinya.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Abul Aswad, dari Urwah, dari Asma binti Abu Bakar yang telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah ia dengar dalam salatnya membaca satu rukun Al-Qur'an sebelum diperintahkan untuk menyerukan dakwahnya secara terang-terangan, sedangkan orang-orang musyrik mendengarkannya, yaitu firman Allah Swt.:
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 13)
Surat Ar-Rahman |55:2|
عَلَّمَ الْقُرْآنَ
'allamal-qur`aan
Yang telah mengajarkan Al-Qur´an.
Taught the Qur'an,
(Telah mengajarkan) kepada siapa yang dikehendaki-Nya (Alquran).
Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 2 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Ar-Rahman |55:3|
خَلَقَ الْإِنْسَانَ
kholaqol-insaan
Dia menciptakan manusia,
Created man,
(Dia menciptakan manusia) jenis manusia.
Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 3 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Ar-Rahman |55:4|
عَلَّمَهُ الْبَيَانَ
'allamahul-bayaan
mengajarnya pandai berbicara.
[And] taught him eloquence.
(Mengajarinya pandai berbicara) atau dapat berbicara.
Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 4 |
penjelasan ada di ayat 1