Juz 27

Surat Ar-Rahman |55:5|

الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ

asy-syamsu wal-qomaru biḥusbaan

Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan,

The sun and the moon [move] by precise calculation,

Tafsir
Jalalain

(Matahari dan bulan menurut perhitungan) maksudnya, keduanya beredar menurut perhitungan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 5 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Ar-Rahman |55:6|

وَالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدَانِ

wan-najmu wasy-syajaru yasjudaan

dan tetumbuhan dan pepohonan, keduanya tunduk (kepada-Nya).

And the stars and trees prostrate.

Tafsir
Jalalain

(Dan tumbuh-tumbuhan) jenis tumbuh-tumbuhan yang tidak mempunyai batang (dan pohon-pohonan) jenis tumbuh-tumbuhan yang memiliki batang

(kedua-duanya tunduk kepada-Nya) keduanya tunduk kepada apa yang dikehendaki-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 6 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Ar-Rahman |55:7|

وَالسَّمَاءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ

was-samaaa`a rofa'ahaa wa wadho'al-miizaan

Dan langit telah ditinggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan,

And the heaven He raised and imposed the balance

Tafsir
Jalalain

(Dan Dia telah meninggikan langit dan meletakkan neraca) yaitu menetapkan keadilan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 7 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Ar-Rahman |55:8|

أَلَّا تَطْغَوْا فِي الْمِيزَانِ

allaa tathghou fil-miizaan

agar kamu jangan merusak keseimbangan itu.

That you not transgress within the balance.

Tafsir
Jalalain

(Supaya kalian jangan melampaui batas) agar kalian jangan berbuat curang (dalam timbangan itu) maksudnya dalam menimbang sesuatu dengan mempergunakan timbangan itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 8 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Ar-Rahman |55:9|

وَأَقِيمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَلَا تُخْسِرُوا الْمِيزَانَ

wa aqiimul-wazna bil-qisthi wa laa tukhsirul-miizaan

Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu.

And establish weight in justice and do not make deficient the balance.

Tafsir
Jalalain

(Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil) artinya tidak curang (dan janganlah kalian mengurangi timbangan itu) maksudnya mengurangi barang yang ditimbang itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 9 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Ar-Rahman |55:10|

وَالْأَرْضَ وَضَعَهَا لِلْأَنَامِ

wal-ardho wadho'ahaa lil-anaam

Dan bumi telah dibentangkan-Nya untuk makhluk(-Nya),

And the earth He laid [out] for the creatures.

Tafsir
Jalalain

(Dan bumi telah diletakkan-Nya) telah dimantapkan-Nya (untuk semua makhluk) untuk manusia, jin, dan lain-lainnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 10 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Ar-Rahman |55:11|

فِيهَا فَاكِهَةٌ وَالنَّخْلُ ذَاتُ الْأَكْمَامِ

fiihaa faakihatuw wan-nakhlu żaatul-akmaam

di dalamnya ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang,

Therein is fruit and palm trees having sheaths [of dates]

Tafsir
Jalalain

(Di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma) yang ditanam dan dipelihara (yang mempunyai kelopak mayang) memiliki kelopak-kelopak di bagian atasnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 11 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Ar-Rahman |55:12|

وَالْحَبُّ ذُو الْعَصْفِ وَالرَّيْحَانُ

wal-ḥabbu żul-'ashfi war-roiḥaan

dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya.

And grain having husks and scented plants.

Tafsir
Jalalain

(Dan biji-bijian) seperti gandum dan jawawut (yang berbulir) yang ada merangnya (dan daun-daunan yang harum baunya) wangi baunya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 12 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Ar-Rahman |55:13|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny?

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat) atau karunia-karunia (Rabb kamu berdua) hai manusia dan jin (yang kamu dustakan) ayat ini disebutkan di dalam surah ini sebanyak tiga puluh satu kali.

Istifham atau kata tanya yang terdapat dalam ayat ini mengandung makna taqrir atau menetapkan, demikian itu karena ada sebuah hadis

yang diriwayatkan oleh Imam Hakim melalui Jabir r.a. yang telah menceritakan, bahwa Rasulullah saw. membacakan kepada kami surah Ar Rahman hingga selesai.

Kemudian beliau bersabda, "Mengapa kalian ini diam saja" Sungguh jin lebih baik jawabannya daripada kalian. Karena sesungguhnya tiada sekali-kali aku bacakan kepada mereka ayat ini,

"Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan" (Q.S. Ar Rahman, 13) melainkan mereka menjawabnya, "Wahai Rabb kami, tiada satu pun nikmat-Mu yang kami dustakan, bagi-Mu segala puji."

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 13 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Ar-Rahman |55:14|

خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ

kholaqol-insaana min sholshooling kal-fakhkhoor

Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar,

He created man from clay like [that of] pottery.

Tafsir
Jalalain

(Dia menciptakan manusia) yakni Nabi Adam (dari tanah kering) tanah kering yang apabila diketuk akan mengeluarkan suara berdenting (seperti tembikar) seperti tanah liat yang dibakar.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 14 |

Tafsir ayat 14-25

Allah Swt. menyebutkan penciptaan manusia, bahwa Dia telah menciptakannya dari tanah kering seperti tembikar, dan Dia telah menciptakan jin dari nyala api, yakni bagian yang paling ujung dari nyala api.

Demikianlah menurut Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas; dan hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah, Mujahid, Al-Hasan, dan Ibnu Zaid. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: dari nyala api. (Ar-Rahman: 15)

Maksudnya, dari nyala api yang terbaik, yakni ujungnya yang biru. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dari nyala api. (Ar-Rahman: 15) Yaitu dari inti api; hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah, Mujahid, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "خُلِقَتِ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ، وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ، وَخَلَقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

Para malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah digambarkan-Nya kepada kalian (yakni tanah liat).

Imam Muslim meriwayatkan hadis ini dari Muhammad ibnu Rafi' dan Abdu ibnu Humaid, keduanya dari Abdur Razzaq dengan sanad yang sama. Firman Allah Swt.:


{فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ}


Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 16) Tafsirnya sama dengan yang sebelumnya.


{رَبُّ الْمَشْرِقَيْنِ وَرَبُّ الْمَغْرِبَيْنِ}


Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya. (Ar-Rahman: 17) Yakni kedua tempat terbitnya matahari di musim panas dan musim dingin,

kedua tempat terbenamnya matahari di musim panas dan musim dingin. Dan dalam ayat yang lain disebutkan oleh firman-Nya:


{فَلا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ}


Maka Aku bersumpah dengan Tuhan Yang Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari. (Al-Ma'arij: 40) Demikian itu karena berbeda-bedanya tempat terbit mentari dan perpindahannya di setiap hari, di saat-saat kemunculannya kepada manusia. Dan dalam ayat yang lain disebutkan:


{رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلا}


(Dialah) Tuhan masyriq dan magrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung. (Al-Muzzammil: 9) Inilah makna yang dimaksud, yaitu berbagai derajat arah masyriq

dan berbagai derajat arah magrib. Dan mengingat adanya perbedaan yang terjadi pada masyriq dan magrib ini mengandung kemaslahatan bagi makhluk, baik jin maupun manusianya, maka dalam firman selanjutnya disebutkan:


{فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ}


Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 18) Adapun firman Allah Swt.:


{مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ}


Dia membiarkan dua lautan mengalir yang kemudian keduanya bertemu. (Ar-Rahman: 19) Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa makna waltaqiyani ialah membiarkan keduanya mengalir. Menurut Ibnu Zaid, Allah Swt.

telah mencegah keduanya membaur dengan menjadikan pemisah yang menghalangi kedua air (asin dan tawar) membaur menjadi satu. Dan yang dimaksud dengan dua lautan ialah air asin dan air tawar.

Air tawar adalah air yang terdapat di sungai-sungai yang ada di antara manusia. Pembahasan mengenainya telah kami sebutkan di dalam tafsir surat Al-Furqan, yaitu pada firman Allah Swt.:


{وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَحِجْرًا مَحْجُورًا}


Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar, dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi. (Al-Furqan: 53)

Ibnu Jarir dalam hal ini memilih pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan bahrain ialah lautan yang ada di langit dan lautan yang ada di bumi. Pendapat ini diriwayatkan dari Mujahid, Sa'id ibnu Jubair,

Atiyyah, dan Ibnu Abza. Ibnu Jarir mengatakan pula bahwa dikatakan demikian karena mutiara itu terjadi berkat pertemuan antara laut yang ada di langit dan laut yang ada di bumi. Jika memang demikian, sudah barang tentu pengertian ini tidak di dukung oleh teks ayat yang menyebutkan:


{بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَا يَبْغِيَانِ}


antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. (Ar-Rahman: 20) Yakni Allah telah menjadikan di antara keduanya dinding pembatas yang menghalangi keduanya dapat membaur, agar yang ini tidak mencemari yang itu,

dan sebaliknya yang itu tidak mencemari yang ini sehingga dapat melenyapkan spesifikasi masing-masing yang diciptakan oleh Allah Swt. justru untuk tujuan tersebut. Dan jika dikatakan seperti itu, berarti tidak ada lagi dinding penghalang yang mencegah air langit dan air bumi untuk terpisah. Firman Allah Swt.:


{يَخْرُجُ مِنْهُمَا اللُّؤْلُؤُ وَالْمَرْجَانُ}


Dari keduanya keluar mutiara dan marjan. (Ar-Rahman: 22) Yaitu kelompok masing-masing dari keduanya. Maka apabila hal tersebut dapat dijumpai pada salah satunya, itu sudah cukup. Seperti pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya:


{يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالإنْسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ}


Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri. (Al-An'am: 130) Sedangkan rasul-rasul itu hanyalah pada kalangan manusia secara khusus, bukan dari kalangan jin;

dan ungkapan seperti ini dianggap sah secara mutlak. Lu-lu- sudah dikenal, yaitu mutiara. Sedangkan marjan, menurut suatu pendapat adalah mutiara yang kecil-kecil, menurut Mujahid, Qatadah, Abu Razin, dan Ad-Dahhak.

Dan menurut riwayat yang bersumber dari Ali, marjan adalah mutiara yang besar-besar lagi yang terbaik. Hal yang semisal telah diriwayatkan dari sebagian ulama saleh oleh Ibnu Jarir. Ibnu Abu Hatim meriwayatkan pendapat ini

dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dan As-Saddi telah meriwayatkannya dari seseorang yang menceritakan kepadanya dari Ibnu Abbas. Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Ali, Mujahid, dan Murrah Al-Hamdani.

Menurut pendapat yang lain, marjan adalah sejenis permata yang berwarna merah. As-Saddi telah meriwayatkan dari Abu Malik, dari Masruq, dari Abdullah yang mengatakan bahwa marjan adalah permata yang berwarna merah.

As-Saddi mengatakan bahwa marjan itu adalah permata dengan bahasa Persia. Adapun mengenai firman-Nya:


{وَمِنْ كُلٍّ تَأْكُلُونَ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُونَ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا}


Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang kamu dapat memakainya. (Fathir: 12) Yakni protein hewani dari kedua air tersebut, yaitu air asin dan air tawar.

Sedangkan perhiasan itu hanyalah didapat dari air asin saja, tidak didapat pada air tawar. Ibnu Abbas mengatakan bahwa tidak sekali-kali setetes air yang jatuh dari langit ke dalam laut, lalu mengenai kerang dan masuk ke dalamnya

melainkan terjadilah mutiara karenanya. Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah, tetapi ditambahkan bahwa 'jika tidak terjatuh di dalam kerang, maka air dari langit itu akan menumbuhkan anbarah'. Telah diriwayatkan pula

hal yang semisal melalui berbagai jalur dari Ibnu Abbas. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mahdi, telah menceritakan kepada kami Sufyan,

dari Al-A'masy, dari Abdullah ibnu Abdullah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa apabila langit menurunkan hujannya dan kerang-kerang yang ada di laut membukakan katupnya,

maka tidak sekali-kali ada setetes air hujan yang masuk ke dalamnya melainkan akan menjadi mutiara. Sanad asar ini sahih. Mengingat mutiara dan marjan dapat dijadikan sebagai perhiasan dan merupakan nikmat bagi penduduk bumi, dan itu merupakan karunia dari Allah Swt. untuk mereka, maka disebutkanlah dalam firman berikutnya:


{فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ}


Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 23) Adapun firman Allah Swt.:


{وَلَهُ الْجَوَارِ الْمُنْشَآتُ}


Dan kepunyaan-Nyalah bahtera-bahtera yang tinggi layarnya. (Ar-Rahman: 24) Yakni kapal-kapal yang berlayar.


فِي الْبَحْرِ


di lautan lepas. (Ar-Rahman: 24) Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan munsya-at ialah kapal yang mempunyai layar yang tinggi (yakni berbadan besar dan lebar), sedangkan kapal yang tidak demikian keadaannya

bukan dinamakan munsya-at. Qatadah mengatakan bahwa munsya-at artinya yang diciptakan, sedangkan selainnya mengatakan perahu tradisional.


{كَالْأَعْلَامِ}


laksana gunung-gunung. (Ar-Rahman: 24) Yaitu seperti gunung-gunung pemandangannya karena besar dan tingginya, dan karena apa yang dimuatnya berupa barang-barang dagangan dan barang-barang kebutuhan yang diekspor

dan diimpor dari suatu kawasan ke kawasan yang lain untuk keperluan manusia. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:


{فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ}


Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 25) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami

Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Al-Aizar ibnu Suwaid, dari Umrah ibnu Suwaid yang mengatakan bahwa ia pernah bersama Ali ibnu Abu Talib r.a. di tepi Sungai Furat, tiba-tiba datanglah sebuah perahu

yang tinggi layarnya, lalu Ali duduk di atas permadani yang dihamparkan untuknya. Kemudian ia mengatakan bahwa Allah Swt. telah berfirman: Dan kepunyaan-Nyalah bahtera-bahtera yang tinggi layarnya di lautan laksana gunung-gunung.

(Ar-Rahman: 24) Tuhan Yang telah menciptakannyalah yang membuatnya dapat berlayar di lautan ciptaan-Nya. Aku tidak membunuh Usman dan tidak pula bersekongkol untuk membunuhnya.

Surat Ar-Rahman |55:15|

وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ

wa kholaqol-jaaanna mim maarijim min naar

dan Dia menciptakan jin dari nyala api tanpa asap.

And He created the jinn from a smokeless flame of fire.

Tafsir
Jalalain

(Dan Dia menciptakan jin) yakni bapak moyang jin, yaitu iblis (dari nyala api) yaitu nyala api yang tidak berasap

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 15 |

penjelasan ada di ayat 14

Surat Ar-Rahman |55:16|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny?

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 16 |

penjelasan ada di ayat 14

Surat Ar-Rahman |55:17|

رَبُّ الْمَشْرِقَيْنِ وَرَبُّ الْمَغْرِبَيْنِ

robbul-masyriqoini wa robbul-maghribaiin

Tuhan (yang memelihara) dua timur dan Tuhan (yang memelihara) dua barat.

[He is] Lord of the two sunrises and Lord of the two sunsets.

Tafsir
Jalalain

(Rabb yang memelihara kedua tempat terbit matahari) yaitu tempat terbitnya di waktu musim dingin dan tempat terbitnya di waktu musim panas

(dan Rabb yang memelihara kedua tempat terbenamnya) penafsirannya seperti pada yang pertama tadi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 17 |

penjelasan ada di ayat 14

Surat Ar-Rahman |55:18|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny?

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 18 |

penjelasan ada di ayat 14

Surat Ar-Rahman |55:19|

مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ

marojal-baḥroini yaltaqiyaan

Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya bertemu,

He released the two seas, meeting [side by side];

Tafsir
Jalalain

(Dia membiarkan) atau melepaskan (dua laut) yang airnya tawar dan yang asin (saling bertemu) menurut pandangan mata.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 19 |

penjelasan ada di ayat 14

Surat Ar-Rahman |55:20|

بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَا يَبْغِيَانِ

bainahumaa barzakhul laa yabghiyaan

di antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.

Between them is a barrier [so] neither of them transgresses.

Tafsir
Jalalain

(Antara keduanya ada batas) ada penghalang yang membatasi keduanya dari kekuasaan Allah swt. (yang tidak dilampaui oleh masing-masing) yang satu melampaui yang lainnya sehingga bercampur.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 20 |

penjelasan ada di ayat 14

Surat Ar-Rahman |55:21|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny?

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 21 |

penjelasan ada di ayat 14

Surat Ar-Rahman |55:22|

يَخْرُجُ مِنْهُمَا اللُّؤْلُؤُ وَالْمَرْجَانُ

yakhruju min-humal-lu`lu`u wal-marjaan

Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.

From both of them emerge pearl and coral.

Tafsir
Jalalain

(Keluarlah) dapat dibaca Yakhruju. dan Yukhraju (daripada keduanya) dari pertemuan di antara keduanya, yakni dari bagian yang airnya asin (mutiara dan marjan)

marjan artinya batu yang berwarna merah atau yang dimaksud adalah mutiara yang kecil.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 22 |

penjelasan ada di ayat 14

Surat Ar-Rahman |55:23|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny?

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 23 |

penjelasan ada di ayat 14

Surat Ar-Rahman |55:24|

وَلَهُ الْجَوَارِ الْمُنْشَآتُ فِي الْبَحْرِ كَالْأَعْلَامِ

wa lahul-jawaaril-munsya`aatu fil-baḥri kal-a'laam

Milik-Nyalah kapal-kapal yang berlayar di lautan bagaikan gunung-gunung.

And to Him belong the ships [with sails] elevated in the sea like mountains.

Tafsir
Jalalain

(Dan kepunyaan-Nyalah bahtera-bahtera) perahu-perahu (yang dibangun) yang dibuat (di lautan laksana gunung-gunung) lautan besar yang tingginya bagaikan gunung-gunung.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 24 |

penjelasan ada di ayat 14

Surat Ar-Rahman |55:25|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny?

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 25 |

penjelasan ada di ayat 14

Surat Ar-Rahman |55:26|

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ

kullu man 'alaihaa faan

Semua yang ada di bumi itu akan binasa,

Everyone upon the earth will perish,

Tafsir
Jalalain

(Semua yang ada di bumi itu) yakni semua makhluk hidup yang ada padanya (akan binasa) akan mati; di sini diungkapkan semua makhluk hidup dengan memakai kata Man, karena memprioritaskan makhluk yang berakal.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 26 |

Tafsir ayat 26-30

Allah Swt. menceritakan bahwa semua penduduk bumi ini kelak akan pergi meninggalkannya dan semuanya akan mati, begitu pula semua penduduk langit, terkecuali siapa yang dikehendaki oleh Allah.

Dan tiada yang kekal selain dari Zat Allah Yang Mahamulia, karena sesungguhnya Tuhan Yang Mahatinggi lagi Mahasuci tidak mati, bahkan hidup kekal dan selamanya tidak mati. Qatadah mengatakan bahwa dalam hal ini Allah Swt.

menceritakan tentang apa yang telah diciptakan-Nya, kemudian Dia memberitahukan bahwa semuanya itu akan binasa dan mati. Di dalam doa yang ma-sur disebutkan seperti berikut:


يَا حَيُّ، يَا قَيُّومُ، يَا بديع السموات وَالْأَرْضِ، يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، بِرَحْمَتِكَ نَسْتَغِيثُ، أَصْلِحْ لَنَا شَأْنَنَا كُلَّهُ، وَلَا تَكِلْنَا إِلَى أَنْفُسِنَا طَرْفَةَ عَيْنٍ، وَلَا إِلَى أَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ


Wahai (Tuhan) Yang Hidup Kekal Yang terus-menerus mengurus makhluk-Nya, wahai (Tuhan) Pencipta langit dan bumi, wahai (Tuhan) yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan, tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Engkau,

dengan memohon rahmat-Mu kami meminta pertolongan, perbaikilah bagi kami semua urusan kami, dan janganlah Engkau serahkan diri kami kepada hawa nafsu kami barang sekejap mata pun, dan jangan pula kepada seseorang dari makhluk-Mu. Asy-Sya'bi mengatakan bahwa apabila Anda membaca firman-Nya:


{كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ}


Semua yang ada di bumi itu akan binasa. (Ar-Rahman: 26) Maka janganlah Anda diam sebelum membaca firman-Nya:


{وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالإكْرَامِ}


Dan tetap kekal Zat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (Ar-Rahman: 27) Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلا وَجْهَهُ}


Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. (Al-Qashash: 88) Melalui ayat ini Allah Swt. menerangkan sifat Zat-Nya Yang Mahamulia, bahwa Dia adalah Tuhan Yang mempunyai keagungan dan kemuliaan. Dengan kata lain,

dapat disebutkan bahwa Dia adalah Tuhan yang harus diagungkan dan tidak boleh durhaka terhadap-Nya, dan Tuhan yang harus ditaati tidak boleh ditentang. Semakna pula dengan ayat lainnya yang menyebutkan:


{وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ}


Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharapkan keridaan-Nya. (Al-Kahfi: 28) Semakna pula dengan firman-Nya yang menceritakan tentang orang-orang yang selalu berbuat kebajikan:


{إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ}


Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah mengharapkan keridaan Allah. (Al-Insan: 9) Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna zuljalali wal ikram ialah Tuhan Yang mempunyai kebesaran dan keagungan.

Setelah Allah Swt. menyebutkan bahwa semua penduduk bumi mati, dan bahwa mereka akan dikembalikan ke negeri akhirat, lalu Allah Yang memiliki kebesaran dan keagungan memutuskan mereka dengan hukum­Nya yang adil, maka berfirmanlah Dia dalam ayat berikutnya:


{فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ}


Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 28) Adapun firman Allah Swt.:


{يَسْأَلُهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ}


Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan. (Ar-Rahman: 29) Ayat ini menceritakan tentang ketidakperluan Allah dari selain-Nya dan bahwa semua makhluk berhajat kepada-Nya

dalam semua waktu, dan bahwa mereka selalu meminta kepada-Nya dengan ungkapan lisan dan perbuatan mereka. Dan bahwa setiap waktu Dia selalu dalam kesibukan. Al-A'masy telah meriwayatkan dari Mujahid,

dari Ubaid ibnu Umair sehubungan dengan makna firman-Nya: Setiap waktu Dia dalam kesibukan. (Ar-Rahman: 29) Bahwa di antara kesibukan-Nya ialah memperkenankan orang yang berdoa atau memberi orang yang meminta

atau membebaskan kesulitan orang yang dalam kesulitan atau menyembuhkan orang yang sakit. Ibnu Abu Najih telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa Allah Swt. setiap waktu memperkenankan orang yang berdoa, melenyapkan kesulitan,

memperkenankan orang yang dalam keadaan terpaksa (darurat), dan mengampuni dosa. Qatadah mengatakan bahwa tiada seorang pun dari penduduk langit dan bumi yang tidak berhajat kepada-Nya; Dialah Yang menghidupkan

dan Dialah Yang mematikan, Dia menumbuhkan yang kecil dan membebaskan tawanan, Dia adalah tujuan terakhir dari semua keperluan orang-orang yang saleh dan tempat mereka meminta pertolongan dan mengadu.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abul Yaman Al-Himsi, telah menceritakan kepada kami Jarir ibnu Us'man, dari Suwaid ibnu Jabalah Al-Fazzari yang mengatakan

bahwa sesungguhnya Tuhan kalian setiap waktu berada dalam kesibukan, Dia memerdekakan budak, Dia memberi yang berharap dan menimpakan hukuman.


قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو الغُزّي، حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ يُوسُفَ الْفِرْيَابِيُّ، حَدَّثَنِي عَمْرُو بْنُ بَكْرٍ السَّكْسكي، حَدَّثَنَا الْحَارِثُ بْنُ عَبْدَةَ بْنِ رَبَاحٍ الْغَسَّانِيُّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ مُنِيبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُنِيبٍ الْأَزْدِيِّ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: تَلَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذِهِ الْآيَةَ: {كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ} ، فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا ذَاكَ الشَّأْنُ؟ قَالَ: "أَنْ يَغْفِرَ ذَنْبًا، وَيُفَرِّجَ كَرْبًا، وَيَرْفَعَ قَوْمًا، وَيَضَعَ آخَرِينَ"


Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Muhammad ibnu Amr Al-Gazi, telah menceritakan kepadaku Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Yusuf Al-Faryabi, telah menceritakan kepadaku Amr ibnu Bakr As-Suksuki,

telah menceritakan kepada kami Al-Haris ibnu Abdah ibnu Rabah Al-Gassani, dari ayahnya, dari Munib ibnu Abdullah ibnu Munib Al-Azdi, dari ayahnya yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. membaca ayat ini, yaitu firman-Nya:

Setiap waktu Dia dalam kesibukan. (Ar-Rahman: 29) Maka kami bertanya, "Wahai Rasulullah, kesibukan apakah itu?" Rasulullah Saw. menjawab: Mengampuni dosa, melenyapkan musibah, meninggikan derajat suatu kaum, dan merendahkan kaum yang lainnya.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، وَسُلَيْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ الْوَاسِطِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا الْوَزِيرُ بْنُ صَبِيح الثَّقَفِيُّ أَبُو رَوْحٍ الدِّمَشْقِيُّ -وَالسِّيَاقُ لِهِشَامٍ-قَالَ: سَمِعْتُ يُونُسَ بْنَ مَيْسَرَةَ بْنِ حَلْبَس، يُحَدِّثُ عَنْ أُمِّ الدَّرْدَاءِ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ} قَالَ: "مِنْ شَأْنِهِ أَنْ يَغْفِرَ ذَنْبًا، وَيُفَرِّجَ كَرْبًا، وَيَرْفَعَ قَوْمًا، وَيَضَعَ آخَرِينَ"


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammardan Sulaiman ibnu Ahmad Al-Wasiti. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Wazir ibnu Sabih As'-Saqafi alias Abu Rauh Ad-Dimasyqi,

sedangkan konteks hadis ini menurut Hisyam, ia mengatakan bahwa ia pernah mendengar Yunus ibnu Maisarah ibnu Hulais menceritakan hadis berikut dari Ummu Darda, dari Abu Darda, dari Nabi Saw. yang telah bersabda bahwa Allah Swt.

telah berfirman: Setiap waktu Dia dalam kesibukan. (Ar-Rahman: 29) Lalu beliau Saw. bersabda: Termasuk kesibukan-Nya ialah mengampuni dosa, melenyapkan kesusahan, dan meninggikan derajat suatu kaum

serta merendahkan derajat kaum yang lainnya. Ibnu Asakir telah meriwayatkan hadis ini melalui berbagai jalur dari Hisyam ibnu Ammar dengan sanad yang sama, kemudian ia mengetengahkannya melalui hadis Abul Walid ibnu Syuja',

dari Al-Wazir ibnu Sabih. Ia mengatakan, telah disebutkan di dalam hadis mu'allaq oleh Al-Walid ibnu Muslim, dari Mutarrif, dari Asy-Sya'bi. dari Ummu Darda, dari Abu Darda, dari Nabi Saw., lalu disebutkan hal yang semisal.

Dan ia mengatakan bahwa sanad yang sahih adalah yang pertama. Menurut hemat kami, hadis ini telah diriwayatkan pula secara mauquf seperti yang dikomentari oleh Imam Bukhari dengan teks yang tegas. Imam Bukhari menjadikannya sebagai ucapan Abu Darda; hanya Allah­lah yang Maha Mengetahui.


قَالَ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحَارِثِ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْبَيْلَمَانِيِّ، عَنْ أَبِيهِ عَنِ ابْنِ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ} ، قَالَ: "يَغْفِرُ ذَنْبًا، وَيَكْشِفُ كَرْبًا"


Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Haris telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdur Rahman ibnul Bailamani,

dari ayahnya, dari Ibnu Umar, dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya, "Setiap waktu Dia dalam kesibukan" (Ar-Rahman: 29). Maka beliau Saw. bersabda: Mengampuni dosa dan melenyapkan kesusahan.

Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan pula kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Musa, dari Abu Hamzah As-Samali, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, bahwa Allah Swt.

telah menciptakan Lauh Mahfuz yang tercipta dari permata yang putih, kedua belah sampulnya dari yaqut merah dan qalamnya dari cahaya, dan kitabnya dari cahaya, sedangkan lebarnya sama dengan jarak antara bumi dan langit.

Dia melihat kepadanya setiap hari sebanyak tiga ratus enam puluh kali pandangan, dan pada setiap kali pandangan Dia menciptakan makhluk, menghidupkan dan mematikan, dan memenangkan serta menghinakan, dan Dia berbuat menurut apa yang dikehendaki-Nya.

Surat Ar-Rahman |55:27|

وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

wa yabqoo waj-hu robbika żul-jalaali wal-ikroom

Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.

And there will remain the Face of your Lord, Owner of Majesty and Honor.

Tafsir
Jalalain

(Dan tetap kekal Zat Rabbmu) yakni Zat-Nya (Yang mempunyai kebesaran) atau keagungan (dan kemuliaan) Yang Maha Dermawan kepada orang-orang mukmin dengan melimpahkan nikmat-nikmat-Nya kepada mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 27 |

penjelasan ada di ayat 26

Surat Ar-Rahman |55:28|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny?

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 28 |

penjelasan ada di ayat 26

Surat Ar-Rahman |55:29|

يَسْأَلُهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ

yas`aluhuu man fis-samaawaati wal-ardh, kulla yaumin huwa fii sya`n

Apa yang di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.

Whoever is within the heavens and earth asks Him; every day He is bringing about a matter.

Tafsir
Jalalain

(Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya) baik melalui ucapan mereka atau pun perbuatan mereka, yaitu meminta apa-apa yang mereka perlukan

berupa kekuatan untuk menjalankan ibadah, rezeki, ampunan dan lain sebagainya. (Setiap hari) setiap waktu (Dia dalam suatu perkara) yaitu perkara yang hendak dilahirkan-Nya

sesuai dengan apa yang telah ditentukan-Nya sejak zaman Azali antara lain, menghidupkan, mematikan, memuliakan, menghinakan, memberikan kecukupan, memiskinkan, mengabulkan doa dan memenuhi yang meminta.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 29 |

penjelasan ada di ayat 26

Surat Ar-Rahman |55:30|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny?

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 30 |

penjelasan ada di ayat 26

Surat Ar-Rahman |55:31|

سَنَفْرُغُ لَكُمْ أَيُّهَ الثَّقَلَانِ

sanafrughu lakum ayyuhaṡ-ṡaqolaan

Kami akan memberi perhatian sepenuhnya kepadamu wahai (golongan) manusia dan jin!

We will attend to you, O prominent beings.

Tafsir
Jalalain

(Kami akan menyelesaikan kamu sekalian) artinya, Kami hendak menghisab kalian semuanya (hai manusia dan jin) hai jenis manusia dan jenis jin.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 31 |

Tafsir ayat 31-36

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu, hai manusia dan jin. (Ar-Rahman: 31) Ini merupakan ancaman dari Allah Swt.

kepada hamba-hamba-Nya. Sebenarnya Allah tidak sibuk, Dia selalu berada dalam kesantaian. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ad-Dahhak, bahwa ini mengandung ancaman. Qatadah mengatakan bahwa

telah dekat masa kesudahan Allah dari makhluk-Nya. Ibnu Juraij mengatakan sehubungan dengan makna firmanya-Nya: Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu. (Ar-Rahman: 31) Artinya,

Kami akan melakukan peradilan terhadap kalian. Imam Bukhari mengatakan bahwa Kami akan menghisab kalian, tiada sesuatu pun yang menyibukkan-Nya dari sesuatu yang lain. Ungkapan ini telah dikenal di kalangan orang Arab.

Dikatakan, "Sungguh aku akan memperhatikan sepenuhnya kepada urusanmu," padahal ia tidak mempunyai kesibukan. Dikatakan pula, "Sungguh aku akan menyerangmu di saat kamu lengah." Firman Allah Swt.:


{أَيُّهَا الثَّقَلانِ}


hai manusia dan jin. (Ar-Rahman: 31) Yang dimaksud dengan saqalani ialah jin dan manusia, seperti pengertian yang disebutkan dalam hadis sahih (yang menceritakan jeritan orang yang mengalami siksa kubur):


"يَسْمَعُهَا كُلُّ شَيْءٍ إِلَّا الثَّقَلَيْنِ"


terdengar oleh segala sesuatu kecuali oleh saqlain. Menurut riwayat yang lain disebutkan,


"إِلَّا الْجِنَّ وَالْإِنْسَ"


"Kecuali al-insu wal jinnu (manusia dan jin)." Dan di dalam riwayat yang lainnya lagi disebutkan,


الثَّقَلَانِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ"


"Kecuali saqalani, yaitu manusia dan jin."


{فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ}


Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 32) Kemudian Allah Swt. berfirman:


{يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالإنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ فَانْفُذُوا لَا تَنْفُذُونَ إِلا بِسُلْطَانٍ}


Hai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan. (Ar-Rahman: 33)

Yakni kalian tidak akan dapat melarikan diri dari perintah Allah dan takdir­Nya, bahkan Dia meliputi kalian dan kalian tidak akan mampu melepaskan diri dari hukum-Nya, tidak pula membatalkan hukum-Nya terhadap kalian,

ke mana pun kalian pergi selalu diliput. Dan ini menceritakan keadaan di Yaumul Mahsyar (hari manusia dihimpunkan); sedangkan semua malaikat mengawasi semua makhluk sebanyak tujuh saf dari semua penjuru, maka tiada seorang pun yang dapat meloloskan diri,


{إِلا بِسُلْطَانٍ}


kecuali dengan kekuasaan. (Ar-Rahman: 33) Yaitu dengan perintah dari Allah.


{يَقُولُ الإنْسَانُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ الْمَفَرُّ. كَلا لَا وَزَرَ. إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمُسْتَقَرُّ}


Pada hari itu manusia berkata, "Ke manakah tempat lari?”Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali. (Al-Qiyamah: 10-12) Disebutkan pula dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَالَّذِينَ كَسَبُوا السَّيِّئَاتِ جَزَاءُ سَيِّئَةٍ بِمِثْلِهَا وَتَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ مَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ عَاصِمٍ كَأَنَّمَا أُغْشِيَتْ وُجُوهُهُمْ قِطَعًا مِنَ اللَّيْلِ مُظْلِمًا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ}


Dan orang-orang yang mengajarkan kejahatan (mendapat) balasan yang setimpal dan mereka ditutupi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari (azab) Allah, seakan-akan muka mereka

ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gulita. Mereka itulah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Yunus: 27) Karena itulah maka dalam ayat selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya:


{يُرْسَلُ عَلَيْكُمَا شُوَاظٌ مِنْ نَارٍ وَنُحَاسٌ فَلا تَنْتَصِرَانِ}


Kepada kamu berdua (jin dan manusia) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga, sehingga kamu tidak dapat menyelamatkan diri (darinya). (Ar-Rahman: 35) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud

dengan syuwaz ialah nyala api. Sa’id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan syuwaz ialah asap. Menurut Mujahid, nyala api yang berwarna biru. Abu Saleh mengatakan bahwa syuwaz artinya

nyala api yang paling ujung dan sebelum asap. Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: nyala api. (Ar-Rahman: 35) Yakni gumpalan api bagaikan air bah. Firman Allah Swt.:


{وَنُحَاسٌ}


dan cairan tembaga. (Ar-Rahman: 35) Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan cairan tembaga. (Ar-Rahman: 35) Yaitu asap api. Hal yang semisal telah diriwayatkan

dari Abu Saleh, Sa'id ibnu Jubair, dan Abu Sinan. Ibnu Jarir mengatakan bahwa orang-orang Arab menyebut dukhan (asap) dengan sebutan nuhas atau nihas, tetapi ulama ahli qiraat telah sepakat membacanya dengan dammah, yakni nuhas yang artinya asap. Seperti pengertian yang terdapat di dalam bait syair Nabigah Ja'dah:


يُضِيءُ كَضَوءِ سِرَاجِ السَّلِيـ ... ـطِ لَمْ يَجْعَل اللهُ فِيهِ نُحَاسا


bercahaya seperti cahaya lentera minyak, yang Allah tidak menjadikan asap padanya. Yang dimaksud dengan nuhas dalam bait syair ini ialah asap. Demikianlah menurut Ibnu Jarir. Imam Tabrani telah meriwayatkan melalui jalur Juwaibir,

dari Ad-Dahhak, bahwa Nabi' ibnul Azraq pernah bertanya kepada Ibnu Abbas tentang makna syuwaz, maka ia menjawab bahwa syuwaz adalah nyala api yang tidak ada asapnya. Lalu Nafi' menanyakan kepada Ibnu Abbas

tentang syahid (bukti) yang menguatkan pendapatnya dari segi bahasa. Maka Ibnu Abbas membacakan kepadanya bait syair Umayyah ibnu Abus Silt yang isinya mencela Hassan:


أَلَا مَنْ مُبلغٌ حَسًّان عَنِّي ... مُغَلْغلةً تَدِبُّ إِلَى عُكَاظِ ... أَلَيْسَ أبُوكَ فِينَا كَانَ قَينًا ... لَدَى القينَات فَسْلا فِي الحَفَاظ ... يَمَانِيًّا يَظَلُّ يَشدُ كِيرًا ... وَيَنْفُخُ دَائِبًا لَهَبَ الشُّواظ ...


Ingatlah, adakah orang yang mau menyampaikan kepada Hasan pesan dariku dengan perjalanan yang cepat menuju ke pasar 'Ukaz. Bahwa bukankah dahulu ayahmu adalah salah seorang di antara budak-budak kami,

yang kelihatan hina bersama budak-budak dari Yaman, dan itu sudah dikenal semua orang. Kerjanya hanya membuat bara api untuk setrika (hewan) dan selalu meniup nyala apinya. Nafi' berkata, "Engkau benar, lalu apakah artinya nuhas?"

Ibnu Abbas menjawab, "Asap yang tidak ada nyala apinya." Nafi' bertanya, "Apakah orang-orang Arab mengenal istilah itu?" Ibnu Abbas menjawab, "Ya, tidakkah engkau mendengar ucapan Nabigah dari Bani Zibyan yang telah mengatakan dalam salah satu bait syairnya:


يُضِيءُ كَضَوء سَراج السَّليط ... لَمْ يَجْعَل اللهُ فِيهِ نُحَاسا


menyala seperti nyala lentera minyak, yang Allah telah menjadikannya tidak berasap. Mujahid mengatakan bahwa an-nuhas adalah tembaga yang dilebur, lalu dituangkan ke atas kepala mereka. Hal yang sama dikatakan oleh Qatadah.

Ad-Dahhak mengatakan bahwa nuhas artinya cairan tembaga. Makna yang dimaksud dari semua pendapat ialah seandainya kalian pergi melarikan diri di hari kiamat, niscaya para malaikat dan malaikat Zabaniyah (juru siksa)

akan mengembalikan kalian ke padang mahsyar, yaitu dengan mengirimkan nyala api dan cairan tembaga yang dilebur terhadap kalian hingga pada akhirnya kalian pasti kembali. Karena itulah dalam firman berikutnya disebutkan:


{فَلا تَنْتَصِرَانِ. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ}


maka kamu tidak dapat menyelamatkan diri (darinya). Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 35­-36)

Surat Ar-Rahman |55:32|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny?

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 32 |

penjelasan ada di ayat 31

Surat Ar-Rahman |55:33|

يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانْفُذُوا ۚ لَا تَنْفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ

yaa ma'syarol-jinni wal-insi inistatho'tum an tanfużuu min aqthooris-samaawaati wal-ardhi fanfużuu, laa tanfużuuna illaa bisulthoon

Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah).

O company of jinn and mankind, if you are able to pass beyond the regions of the heavens and the earth, then pass. You will not pass except by authority [from Allah].

Tafsir
Jalalain

(Hai semua jin dan manusia, jika kalian sanggup menembus) melintasi (penjuru) atau kawasan-kawasan (langit dan bumi, maka lintasilah)

perintah di sini mengandung makna yang menunjukkan ketidakmampuan mereka untuk melakukan hal tersebut (kalian tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan) dan kalian tidak akan mempunyai kekuatan untuk itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 33 |

penjelasan ada di ayat 31

Surat Ar-Rahman |55:34|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny?

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 34 |

penjelasan ada di ayat 31

Surat Ar-Rahman |55:35|

يُرْسَلُ عَلَيْكُمَا شُوَاظٌ مِنْ نَارٍ وَنُحَاسٌ فَلَا تَنْتَصِرَانِ

yursalu 'alaikumaa syuwaazhum min naariw wa nuḥaasun fa laa tantashiroon

Kepada kamu (jin dan manusia), akan dikirim nyala api dan cairan tembaga (panas) sehingga kamu tidak dapat menyelamatkan diri (darinya).

There will be sent upon you a flame of fire and smoke, and you will not defend yourselves.

Tafsir
Jalalain

(Kepada kamu berdua akan dilepaskan nyala api) yakni nyala api yang tidak berasap atau nyala api yang berasap (dan asap) yaitu asap murni yang tidak ada nyala apinya

(maka kamu berdua tidak akan dapat menyelamatkan diri) daripadanya, bahkan kalian kelak akan digiring ke padang Mahsyar.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 35 |

penjelasan ada di ayat 31

Surat Ar-Rahman |55:36|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny?

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 36 |

penjelasan ada di ayat 31

Surat Ar-Rahman |55:37|

فَإِذَا انْشَقَّتِ السَّمَاءُ فَكَانَتْ وَرْدَةً كَالدِّهَانِ

fa iżansyaqqotis-samaaa`u fa kaanat wardatang kad-dihaan

Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilauan) minyak.

And when the heaven is split open and becomes rose-colored like oil -

Tafsir
Jalalain

(Maka apabila langit telah terbelah) artinya, terbuka pintu-pintunya karena turunnya malaikat-malaikat (dan menjadi merah mawar) memerah seperti warna bunga mawar

(seakan-akan kilapan minyak) bagaikan minyak yang berwarna merah berbeda keadaannya dengan yang biasa. Di dalam ungkapan ayat ini

terkandung jawabannya, yakni apabila saat itu datang, betapa dahsyatnya kengerian dan ketakutan melihatnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 37 |

Tafsir ayat 37-45

Firman Allah Swt.:


{فَإِذَا انْشَقَّتِ السَّمَاءُ}


Maka apabila langit telah terbelah. (Ar-Rahman: 37) Yakni kelak di hari kiamat, seperti yang ditunjukkan oleh ayat-ayat sebelumnya dan yang sesudahnya dalam surat ini, juga ayat-ayat lainnya yang semakna, misalnya firman-Nya:


{وَانْشَقَّتِ السَّمَاءُ فَهِيَ يَوْمَئِذٍ وَاهِيَةٌ}


dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah. (Al-Haqqah: 16)


{وَيَوْمَ تَشَقَّقُ السَّمَاءُ بِالْغَمَامِ وَنزلَ الْمَلائِكَةُ تَنزيلا}


Dan (ingatlah) hari (ketika) langit pecah belah mengeluarkan kabut putih dan diturunkanlah malaikat bergelombang-gelombang. (Al-Furqan: 25) Dan firman Allah Swt.:


{إِذَا السَّمَاءُ انْشَقَّتْ. وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ}


Apabila langit terbelah dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh. (Al-Insyiqaq: 1-2) Adapun firman Allah Swt.:


{فَكَانَتْ وَرْدَةً كَالدِّهَانِ}


dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak. (Ar-Rahman: 37) Yaitu lebur sebagaimana leburnya emas dan perak dalam penuangannya, dan berwarna-warni sebagaimana warna-warni obat celup; maka adakalanya berwarna merah,

adakalanya kuning, adakalanya hijau, dan adakalanya biru. Demikian itu terjadi karena kerasnya azab dan dahsyatnya kejadian hari kiamat yang sangat besar.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي الصَّهْبَاءِ، حَدَّثَنَا نَافِعٌ أَبُو غَالِبٍ الْبَاهِلِيُّ، حَدَّثَنَا أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: "يُبْعَثُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاءُ تَطِش عَلَيْهِمْ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul Malik, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Abus Sahba, telah menceritakan kepada kami Naff alias Abu Galib Al-Bahili,

telah menceritakan kepada kami Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Manusia kelak dibangkitkan pada hari kiamat, sedangkan langit berjatuhan menimpa mereka bagaikan hujan gerimis.

Al-Jauhari mengatakan bahwa at-tasysyu artinya hujan gerimis. Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak. (Ar-Rahman: 37)

Yakni seperti kulit yang berwarna merah. Abu Kadinah telah meriwayatkan dari Qabus, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak. (Ar-Rahman:37)

Yaitu seperti warna kulit kuda yang merah. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah warnanya berubah. Abu Saleh mengatakan bahwa pada mulanya seperti kuda yang berwarna merah,

sesudah itu kelihatan mengilap seperti kilapan minyak. Imam Al-Bagawi dan lain-lainnya menceritakan bahwa bunga mawar jika musim semi berwarna kuning dan musim dingin berwarna merah, jika dinginnya terlalu ekstrim berubah warnanya.

Al-Hasan Al-Basri mengatakan, bahwa bunga mawar itu beragam warnanya. As-Saddi mengatakan, bahwa bunga mawar itu warnanya ada yang seperti merah beghal, ada pula seperti minyak yang mendidih. Mujahid mengatakan bahwa

ad-dihan artinya seperti warna minyak yang mengilap. Ata Al-Khurrasani mengatakan seperti warna minyak mawar yang merah kekuning-kuningan. Qatadah mengatakan bahwa warna langit sekarang adalah biru, dan pada hari itu

warnanya berubah menjadi kemerah-merahan, yaitu di hari langit menjadi beraneka ragam warnanya. Abul Jauza mengatakan warnanya sebening warna minyak. Ibnu Juraij mengatakan bahwa langit di hari itu seperti minyak yang mencair, karena terkena panasnya neraka Jahanam. Firman Allah Swt.:


{فَيَوْمَئِذٍ لَا يُسْأَلُ عَنْ ذَنْبِهِ إِنْسٌ وَلا جَانٌّ}


Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya. (Ar-Rahman: 39) Ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:


{هَذَا يَوْمُ لَا يَنْطِقُونَ. وَلا يُؤْذَنُ لَهُمْ فَيَعْتَذِرُونَ}


Inilah hari, saat mereka tidak dapat berbicara (pada hari itu), dan tidak diizinkan kepada mereka mengemukakan alasan agar mereka dimaafkan. (Al-Mursalat: 35-36) Apa yang disebutkan dalam ayat ini menceritakan suatu keadaan,

dan dalam keadaan yang lainnya semua makhluk akan ditanyai tentang amal perbuatan mereka. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:


{فَوَرَبِّكَ لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ. عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ}


Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. (Al-Hijr: 92-93) Karena itulah maka Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya. (Ar-Rahman: 39) Bahwa sebenarnya telah dilakukan pertanyaan, kemudian mulut-mulut kaum dikunci dan berbicaralah kedua tangan dan kedua kaki mereka menceritakan

apa yang telah mereka kerjakan. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Allah Swt. tidak menanyai mereka, "Apakah kamu telah melakukan anu dan anu?" Karena Dia lebih mengetahui hal itu

daripada mereka sendiri, melainkan Allah bertanya kepada mereka, "Mengapa kalian melakukan anu dan anu?" Ini merupakan pendapat yang kedua. Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan ayat ini, bahwa para malaikat

tidak menanyakan tentang orang-orang yang berdosa, melainkan para malaikat mengetahui mereka dengan sendirinya melalui tanda-tanda yang ada pada mereka. Ini merupakan pendapat yang ketiga. Seakan-akan pengertian pendapat ini

menyebutkan bahwa sesudah orang-orang yang berdosa itu diperintahkan agar dimasukkan ke dalam neraka, maka saat itu mereka tidak ditanyai tentang dosa-dosa mereka, bahkan mereka langsung digiring ke dalamnya, kemudian dicampakkan ke dalamnya, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:


{يُعْرَفُ الْمُجْرِمُونَ بِسِيمَاهُمْ}


Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandanya. (Ar-Rahman: 41) Yakni melalui tanda-tanda yang ada pada diri mereka. Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa para malaikat mengenal mereka melalui rupa mereka yang hitam

dan mata mereka yang biru. Ini kebalikan dari apa yang ada pada diri orang-orang mukmin; mereka dikenal melalui tanda-tanda yang ada pada diri mereka, yaitu mencorong (kemilauan) dan bercahaya akibat dari bekas wudu mereka. Firman Allah Swt.:


{فَيُؤْخَذُ بِالنَّوَاصِي وَالأقْدَامِ}


lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka. (Ar-Rahman: 41) Para malaikat zabaniyah (juru siksa) memegang ubun-ubun dan kedua kaki mereka, lalu mencampakkan mereka ke dalam neraka. Al-A'masy telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas,

bahwa ubun-ubun seseorang dari mereka dipegang bersama kedua kakinya hingga patah sebagaimana kayu bakar dipatahkan di dalam pembakaran roti. Ad-Dahhak mengatakan, ubun-ubun dan kedua kakinya disatukan dengan rantai

dari arah belakang punggungnya. As-Saddi mengatakan bahwa ubun-ubun orang kafir dan kedua telapak kakinya dijadikan menjadi satu dan punggungnya dililitkan.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا أَبُو تَوْبَةَ الرَّبِيعُ بْنُ نَافِعٍ، حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةَ بْنِ سَلَّامٍ، عَنْ أَخِيهِ زَيْدِ بْنِ سَلَّامٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَلَّامٍ -يَعْنِي جَدَّهُ-أَخْبَرَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنِي رَجُلٌ مِنْ كِنْدَةَ قَالَ: أَتَيْتُ عَائِشَةَ فَدَخَلْتُ عَلَيْهَا، وَبَيْنِي وَبَيْنَهَا حِجَابٌ، فَقُلْتُ: حَدَّثَكِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ يَأْتِي عَلَيْهِ سَاعَةٌ لَا يَمْلِكُ لِأَحَدٍ فِيهَا شَفَاعَةً؟ قَالَتْ: نَعَمْ، لَقَدْ سَأَلْتُهُ عَنْ هَذَا وَأَنَا وَهُوَ فِي شِعَار وَاحِدٍ، قَالَ: "نَعَمْ حِينَ يُوضَعُ الصِّرَاطُ، وَلَا أَمَلِكُ لِأَحَدٍ فِيهَا شَفَاعَةً، حَتَّى أَعْلَمَ أَيْنَ يُسْلَكُ بِي؟ وَيَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ، حَتَّى أَنْظُرَ مَاذَا يُفْعَلُ بِي -أَوْ قَالَ: يُوحَى-وَعِنْدَ الْجِسْرِ حِينَ يَسْتَحِدُّ وَيَسْتَحِرُّ" فَقَالَتْ: وَمَا يَسْتَحِدُّ وَمَا يَسْتَحِرُّ؟ قَالَ: "يَسْتَحِدُّ حَتَّى يَكُونَ مثل شفرة السيف، ويستحر حتى يكون مِثْلَ الْجَمْرَةِ، فَأَمَّا الْمُؤْمِنُ فَيُجِيزُهُ لَا يَضُرُّهُ، وَأَمَّا الْمُنَافِقُ فَيَتَعَلَّقُ حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَوْسَطَهُ خَرَّ مِنْ قَدِمِهِ فَيَهْوِي بِيَدِهِ إِلَى قَدَمَيْهِ، فَتَضْرِبُهُ الزَّبَانِيَةُ بِخُطَّافٍ فِي نَاصِيَتِهِ وَقَدَمِهِ، فَتَقْذِفُهُ فِي جَهَنَّمَ، فَيَهْوِي فِيهَا مِقْدَارَ خَمْسِينَ عَامًا". قُلْتُ: مَا ثِقَلُ الرَّجُلِ؟ قَالَتْ: ثِقَلُ عَشْرِ خَلِفَاتٍ سِمَانٍ، فَيَوْمَئِذٍ يُعْرَفُ الْمُجْرِمُونَ بِسِيمَاهُمْ فَيُؤْخَذُ بِالنَّوَاصِي وَالْأَقْدَامِ.


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Taubah Ar-Rabi" ibnu Nafi', telah menceritakan kepada karni Mu'awiyah ibnu Salam, dari saudaranya Zaid ibnu Salam,

bahwa ia pernah mendengar Abu Salam (yakni kakeknya) mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman, telah menceritakan kepadaku seseorang dari Kindah yang mengatakan bahwa ia pernah datang kepada Siti Aisyah,

lalu diizinkan masuk menemuinya, sedangkan antara dia dan Aisyah terdapat hijab. Lalu ia bertanya, "Apakah Rasulullah Saw. pernah menceritakan kepadamu bahwa akan datang suatu saat yang di saat itu tiada seorang pun

yang memiliki syafaat?" Siti Aisyah r.a. menjawab, "Benar, aku telah menanyakan tentang masalah itu kepada beliau, sedangkan aku dan beliau berada di dalam satu selimut. Lalu beliau Saw. menjawab bahwa hal itu benar,

yaitu ketika sirat telah dipasang, aku tidak memiliki suatu syafaat pun bagi seseorang saat itu sebelum aku mengetahui ke manakah sirat membawaku. Dan pada hari itu ada wajah-wajah yang kelihatan putih bersinar

dan ada pula wajah-wajah yang tampak hitam legam, hingga aku mengetahui apakah yang akan dilakukan terhadapku —atau apa yang akan diwahyukan kepadaku— dan jembatan itu semakin tajam dan semakin panas. Aku bertanya,

"Apakah yang dimaksud dengan pengertian makin tajam dan makin panas?" Nabi Saw. menjawab, "Makin bertambah tajam hingga seperti tajamnya mata pedang, dan makin panas hingga seperti panasnya bara api.

Orang mukmin akan dapat melaluinya tanpa membahayakan dirinya. Adapun orang munafik, maka ia dapat bergantung kepadanya; dan apabila sampai di pertengahannya, maka terjungkallah ia dan kedua tangannya bergantungan

sama dengan kedua kakinya." Siti Aisyah melanjutkan kisahnya, bahwa tidakkah kamu pernah melihat seseorang yang berjalan tanpa terompah, lalu kakinya tertusuk duri hingga hampir menembus kedua telapak kakinya.

Maka seperti itulah keadaan orang munafik, tangan dan kepalanya terjatuh ke tempat kedua telapak kakinya, lalu malaikat zabaniyah (juru siksa) memukulinya dengan pengait-pengait pada ubun-ubun dan telapak kakinya.

Kemudian malaikat zabaniyah mencampakkannya ke dalam neraka Jahanam dan ia terjatuh ke dalamnya selama kurang lebih lima puluh tahun. Aku (Aisyah) bertanya, "Bagaimakah dengan berat seorang lelaki?" Nabi Saw. menjawab,

"Sama beratnya dengan sepuluh ekor unta yang gemuk-gemuk, dan pada hari itu orang-orang yang berdosa dapat dikenal melalui tanda-tanda yang ada pada diri mereka, lalu ditangkaplah ubun-ubun dan kedua telapak kaki mereka

(dan dilemparkan ke dalam Jahanam)." Hadis ini garib sekali dan di dalamnya terdapat banyak lafaz yang tidak dapat dikatakan berpredikat marfu', sedangkan dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang tidak disebutkan namanya. Hadis semisal ini tidak dapat dijadikan sebagai hujah; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:


{هَذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِي يُكَذِّبُ بِهَا الْمُجْرِمُونَ}


Inilah neraka Jahanam yang didustakan oleh orang-orang yang berdosa. (Ar-Rahman: 43) Maksudnya, inilah neraka yang dahulu kalian dustakan keberadaannya, kini berada di hadapan kalian yang kalian saksikan sendiri

dengan mata kalian sendiri. Dikatakan hal ini kepada mereka sebagai kecaman, cemoohan, dan penghinaan terhadap mereka. Firman Allah Swt.:


{يَطُوفُونَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ حَمِيمٍ آنٍ}


Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air yang mendidih yang memuncak panasnya. (Ar-Rahman: 44) Yakni adakalanya mereka disiksa di dalam neraka Jahanam, dan adakalanya mereka diberi minum hamim,

yaitu minuman yang panasnya sama dengan tembaga yang dilebur hingga semua usus dan isi perut mereka hancur karenanya. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{إِذِ الأغْلالُ فِي أَعْنَاقِهِمْ وَالسَّلاسِلُ يُسْحَبُونَ. فِي الْحَمِيمِ ثُمَّ فِي النَّارِ يُسْجَرُونَ}


ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalamapi. (Al-Mu’min: 71-72) Firman Allah Swt. yang menyebutkan an artinya sangat panas

hingga tidak tertahankan lagi karenanya. Ibnu Abbas r.a. telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air yang mendidih yang memuncak panasnya. (Ar-Rahman: 44)

Titik didihnya telah mencapai puncaknya hingga panasnya tak terperikan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Sa'id ibnu Jubair. Ad-Dahhak, Al-Hasan, As-Sauri, dan As-Saddi. Qatadah mengatakan bahwa telah mendidih

sejak Allah menciptakan bumi dan langit. Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan bahwa seorang hamba ditangkap, lalu diputar pada ubun-ubunnya di dalam air yang telah memuncak panasnya itu, hingga semua dagingnya lebur

dan yang tertinggal adalah tulang-tulangnya serta kedua matanya yang ada di kepala. Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya: ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api. (Al-Mu’min: 72)

Al-hamim sama artinya dengan al-har, yakni air yang sangat panas. Di riwayatkan dari Al-Qurazi dalam riwayat yang lain bahwa hamimin an artinya air yang sangat panas yang disediakan saat itu juga; hal yang sama dikatakan

oleh Ibnu Zaid. Pengertian ini tidaklah bertentangan dengan apa yang diriwayatkan dari Al-Qurazi di atas, yang mengatakan air yang sangat panas, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{تُسْقَى مِنْ عَيْنٍ آنِيَةٍ}


diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas. (Al-Ghasyiyah: 5) Yakni yang disuguhkan dalam keadaan sangat panas lagi tak terperikan panasnya. Sama juga dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{غَيْرَ نَاظِرِينَ إِنَاهُ}


dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya). (Al-Ahzab: 53) Yaitu kemasakan dan kematangannya. Firman Allah Swt.:


{حَمِيمٍ آنٍ}


air mendidih yang memuncak panasnya. (Ar-Rahman: 44) Maksudnya, air yang titik didihnya telah mencapai puncak yang tertinggi dan sangat panas. Mengingat hukuman yang ditimpakan kepada orang-orang yang durhaka lagi berdosa

dan pemberian nikmat kepada orang-orang yang bertakwa merupakan karunia, rahmat, keadilan, dan kasih sayang-Nya kepada makhluk-Nya dan adalah peringatan Allah terhadap mereka tentang azab dan pembalasan-Nya

untuk mencegah mereka dari kemusyrikan dan kedurhakaannya dan lain sebagainya, maka dalam ayat berikut Allah Swt. berfirman menyebutkan perihal karunia-Nya itu kepada makhluk-Nya:


{فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ}


Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 45)

Surat Ar-Rahman |55:38|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny? -

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 38 |

penjelasan ada di ayat 37

Surat Ar-Rahman |55:39|

فَيَوْمَئِذٍ لَا يُسْأَلُ عَنْ ذَنْبِهِ إِنْسٌ وَلَا جَانٌّ

fa yauma`iżil laa yus`alu 'an żambihiii insuw wa laa jaaann

Maka pada hari itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya.

Then on that Day none will be asked about his sin among men or jinn.

Tafsir
Jalalain

(Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya) tetapi mereka akan ditanya mengenai dosanya di lain waktu,

karena ini merupakan suatu janji sebagaimana yang diungkapkan di dalam firman lainnya, yaitu, "Maka demi Rabbmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua." (Q.S. Al Hijr, 92)

Lafal Al Jaan di sini sebagaimana yang akan dijelaskan nanti adalah bermakna jin, dan lafal Al Insu artinya manusia.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 39 |

penjelasan ada di ayat 37

Surat Ar-Rahman |55:40|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny?

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 40 |

penjelasan ada di ayat 37

Surat Ar-Rahman |55:41|

يُعْرَفُ الْمُجْرِمُونَ بِسِيمَاهُمْ فَيُؤْخَذُ بِالنَّوَاصِي وَالْأَقْدَامِ

yu'roful-mujrimuuna bisiimaahum fa yu`khożu bin-nawaashii wal-aqdaam

Orang-orang yang berdosa itu diketahui dengan tanda-tandanya, lalu direnggut ubun-ubun dan kakinya.

The criminals will be known by their marks, and they will be seized by the forelocks and the feet.

Tafsir
Jalalain

(Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandanya) yakni, mukanya berwarna hitam dan matanya berwarna biru (lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 41 |

penjelasan ada di ayat 37

Surat Ar-Rahman |55:42|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny?

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan) Keadaan orang-orang yang berdosa pada saat itu, kedua telapak kaki mereka disatukan dengan ubun-ubunnya

dari arah belakang, yaitu dilipat lalu mereka dilemparkan ke dalam neraka dan dikatakan kepada mereka,

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 42 |

penjelasan ada di ayat 37

Surat Ar-Rahman |55:43|

هَٰذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِي يُكَذِّبُ بِهَا الْمُجْرِمُونَ

haażihii jahannamullatii yukażżibu bihal-mujrimuun

Inilah Neraka Jahanam yang didustakan oleh orang-orang yang berdosa.

This is Hell, which the criminals deny.

Tafsir
Jalalain

("Inilah neraka Jahanam yang didustakan oleh orang-orang yang berdosa").

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 43 |

penjelasan ada di ayat 37

Surat Ar-Rahman |55:44|

يَطُوفُونَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ حَمِيمٍ آنٍ

yathuufuuna bainahaa wa baina ḥamiimin aan

Mereka berkeliling di sana dan di antara air yang mendidih.

They will go around between it and scalding water, heated [to the utmost degree].

Tafsir
Jalalain

(Mereka berkeliling) yakni berjalan dengan cepat (di antaranya dan di antara air yang mendidih yaitu air panas (yang memuncak panasnya)

panasnya tak terperikan, lalu mereka diberi minum air panas tersebut apabila mereka meminta tolong karena panasnya api neraka; lafal Anin termasuk Isim Manqush, sama halnya dengan lafal Qaadhin.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 44 |

penjelasan ada di ayat 37

Surat Ar-Rahman |55:45|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny?

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 45 |

penjelasan ada di ayat 37

Surat Ar-Rahman |55:46|

وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ

wa liman khoofa maqooma robbihii jannataan

Dan bagi siapa yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.

But for he who has feared the position of his Lord are two gardens -

Tafsir
Jalalain

(Dan bagi orang yang takut) bagi masing-masing dari mereka atau bagi mereka semuanya (akan saat menghadap Rabbnya) yaitu takut manakala ia berdiri di hadapan Rabbnya untuk menjalani hisab.

Oleh karena itu, maka ia tidak mau berbuat durhaka kepada-Nya (ada dua taman).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 46 |

Tafsir ayat 46-53

Ibnu Syauzab dan Ata Al-Khurrasani telah mengatakan sehubungan dengan ayat ini, yaitu firman-Nya: Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahman: 46) Bahwa ayat ini diturunkan berkenaan

dengan sahabat Abu Bakar r.a. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Musaffa, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah, dari Abu Bakar ibnu Abu Maryam,

dari Atiyyah ibnu Qais sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahman: 46) Bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang yang mengatakan,

"Bakarlah diriku, agar Allah tidak dapat menemukan diriku!" Kemudian orang itu tobat selama sehari semalam (menyesali perbuatannya), sesudah mengucapkan kata-kata tersebut. Maka Allah menerima tobatnya dan memasukkannya

ke dalam surga. Tetapi menurut pendapat yang sahih, makna ayat ini bersifat umum, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Abbas dan lain-lainnya. Firman Allah Swt.:


وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ


Dan bagi orang yang takut saat akan menghadap Tuhannya. (Ar-Rahman: 46) Yakni menghadap di hadapan Allah Swt. kelak di hari kiamat.


{وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى}


dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. (An-Nazi'at: 40) Dia tidak memperturutkan hawa nafsunya dan tidak pula memilih kehidupan dunia, dan dia mengetahui bahwa kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. Karena itu,

dia menunaikan semua yang difardukan Allah dan menjauhi hal-hal yang diharamkan baginya, maka baginya kelak di hari kiamat di sisi Tuhannya ada dua surga. Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Bukhari rahimahullah,


حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي الْأَسْوَدِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ الصَّمَدِ العَمّي، حَدَّثَنَا أَبُو عِمْران الجَوْني، عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قَيْسٍ، عَنْ أَبِيهِ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "جَنَّتَانِ مِنْ فِضَّةٍ، آنِيَتُهُمَا وَمَا فِيهِمَا، وَجَنَّتَانِ مِنْ ذَهَبٍ آنِيَتُهُمَا وَمَا فِيهِمَا، وَمَا بَيْنَ الْقَوْمِ وَبَيْنَ أَنْ يَنْظُرُوا إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا رداءُ الْكِبْرِيَاءِ عَلَى وَجْهِهِ فِي جَنَّةِ عَدْنٍ"


telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abul Aswad, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Abdus Samad Al-Ama (yang tuna netra), telah menceritakan kepada kami Abu Imran Al-Juni, dari Abu Bakar ibnu Abdullah ibnu Qais,

dari ayahnya, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Dua surga yang semua wadah-wadahan dan segala sesuatunya dari perak, dan dua surga yang semua wadah-wadahan dan segala sesuatunya dari emas.

Dan tiada sesuatu yang menghalang-halangi antara kaum itu (penghuni surga) dan melihat kepada Tuhan mereka Yang Mahaperkasa lagi Mahaagung selain dari selendang Keagungan-Nyayang menghijab Zat-Nya di surga 'Adn.

Jamaah lainnya telah mengetengahkan hadis ini melalui Abdul Aziz kecuali Imam Abu Daud dengan sanad yang sama. Hammad ibnu Samalah telah meriwayatkan dari Sabit, dari Abu Bakar ibnu Abu Musa, dari ayahnya;

Hammad mengatakan bahwa dia merasa yakin bahwa ayah Abu Musalah yang me-rafa '-kan hadis ini sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahman: 46)

Juga makna firman-Nya: Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi. (Ar-Rahman: 62) Yakni dua surga dari emas bagi kaum Muqarrabin, dan dua surga dari perak bagi Ashabul Yamin. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan

kepada kami Zakaria ibnu Yahya ibnu Aban Al-Muqri, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, dari Muhammad ibnu Harmalah, dari Ata ibnu Yasar,

telah menceritakan kepadaku Abu Darda, bahwa pada suatu hari Rasulullah Saw. membaca ayat ini, yaitu firman-Nya: Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahman: 46)

Maka aku bertanya, "Sekalipun dia telah zina dan mencuri?" Kemudian Nabi Saw. membaca firman-Nya: Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahman: 46) Aku kembali bertanya,

"Sekalipun dia telah berzina dan mencuri?" Nabi Saw. membacakan firman-Nya: Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahman: 46) Dan aku kembali bertanya, "Wahai Rasulullah, sekalipun dia telah berzina dan mencuri?" Nabi Saw. akhirnya bersabda:


"وَإِنْ رَغِمَ أَنْفُ أَبِي الدَّرْدَاءِ"


Sekalipun hidung Abu Darda terpotong (yakni 'ya'). Imam Nasai meriwayatkan hadis ini melalui Muhammad ibnu Abu Harmalah dengan sanad yang sama. Imam Nasai telah meriwayatkannya pula dari Mu-ammal ibnu Hisyam,

dari Ismail, dari Al-Jariri, dari Musa, dari Muhammad ibnu Sa'd ibnu Abu Waqqas, dari Abu Darda dengan lafaz yang sama. Tetapi ada pula yang meriwayatkannya secara mauquf hanya sampai pada Abu Darda. Dan telah diriwayatkan

dari Abu Darda bahwa dia pernah mengatakan, "Sesungguhnya orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya, tidak mau berzina dan tidak mau pula mencuri." Ayat ini bermakna umum mencakup manusia dan jin,

dan ayat ini merupakan dalil yang paling konkret yang menunjukkan bahwa jin dapat masuk surga jika mereka beriman dan bertakwa. Karena itulah Allah Swt. menyebutkan karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepada kedua makhluk ini dengan memberinya balasan tersebut, maka berfirmanlah Allah Swt.:


{وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ}


Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. Maka nikmat Tuhan kamu.yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 46-47) Kemudian Allah Swt. menggambarkan sifat kedua surga itu melalui firman berikutnya:


{ذَوَاتَا أَفْنَانٍ}


kedua surga itu mempunyai aneka pepohonan dan buah-buahan. (Ar-Rahman: 48) Yakni dahan-dahan yang hijau lagi indah memuat banyak buah-buahan yang masak lagi segar dan siap dikonsumsi.


{فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ}


Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 49) Hal yang sama telah dikatakan oleh Ata Al-Khurrasani dan sejumlah ulama, bahwa yang dimaksud dengan afnan ialah dahan-dahan pohon,

yang satu sama lainnya bersentuhan. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu Qutaibah, telah menceritakan

kepada kami Abdullah ibnun Nu'man, bahwa ia pernah mendengar Ikrimah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kedua surga itu mempunyai aneka pepohonan dan buah-buahan. (Ar-Rahman: 48)

Bahwa makna yang dimaksud ialah naungan ranting-ranting dan dahan-dahan yang berada di atas tembok kebun, tidakkah engkau pernah mendengar ucapan seorang penyair yang mengatakan,


مَا هاجَ شَوقَكَ مِنْ هَديل حَمَامَةٍ ... تَدْعُو عَلَى فَنَن الغُصُون حَمَاما ... تَدْعُو أَبَا فَرْخَين صَادَفَ طَاوِيًا ... ذَا مِخْلَبَيْنِ مِنَ الصُّقُورِ قَطاما


"Kerinduanmu kepada Hudail tidak dapat tergugah dengan adanya suara merpati betina yang berada di atas ranting dahan yang menyeru merpati jantan, yang merupakan bapak dari anak-anaknya, karena ia melihat burung elang

yang sedang kelaparan akan mengancam keselamatannya." Telah diriwayatkan oleh Al-Bagawi, dari Mujahid, Ikrimah, Ad-Dahhak, dan Al-Kalbi, bahwa yang dimaksud dengan afnan ialah dahan-dahan yang lurus.

Telah menceritakan pula kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abdus Salam ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Ata ibnus Sa-ib, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:

kedua surga itu mempunyai aneka pepohonan dan buah-buahan. (Ar-Rahman: 48) Yakni mempunyai berbagai macam warna-warni. Al-Bagawi mengatakan pula bahwa telah diriwayatkan hal yang semisal dari Sa'id ibnu Jubair, Al-Hasan,

As-Saddi. Khasif, An-Nadr ibnu Arabi, dan Ibnu Sinan. Makna yang dimaksud dari pendapat ini ialah bahwa di dalam kedua surga itu terdapat beraneka macam kelezatan. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir. Ata mengatakan bahwa

makna yang dimaksud ialah tiap-tiap dahan yang menghimpun berbagai macam jenis buah-buahan. Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kedua surga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan.

(Ar-Rahman: 48) Maksudnya, mempunyai naungan yang luas. Semua pendapat di atas benar dan tidak bertentangan; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

kedua surga itu mempunyai aneka pepohonan dan buah-buahan. (Ar-Rahman: 48) Yakni berkat keluasannya, keutamaan, dan keistimewaan yang dimilikinya yang melebihi yang lainnya.


قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ يَحْيَى بْنِ عَبَّادِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَسْمَاءَ قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -وَذَكَرَ سِدْرَةَ الْمُنْتَهَى-فَقَالَ: "يَسِيرُ فِي ظِلِّ الفَنَن مِنْهَا الرَّاكِبُ مِائَةَ سَنَةٍ-أَوْ قَالَ: يَسْتَظِلُّ فِي ظِلِّ الفَنَن مِنْهَا مِائَةُ رَاكِبٍ-فِيهَا فِرَاشُ الذَّهَبِ، كَأَنَّ ثَمَرَهَا القِلال"


Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Yahya ibnu Abbad ibnu Abdullah ibnuz Zubair, dari ayahnya, dari Asma binti Abu Bakar yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. menceritakan tentang Sidratil Muntaha.

Antara lain beliau Saw. bersabda: Seorang pengendara berjalan di bawah naungan salah satu dari dahannya memerlukan waktu seratus tahun. Atau beliau Saw. bersabda, "Naungan salah satu dari dahannya dapat dijadikan

tempat berteduh bagi seratus orang pengendara, padanya terdapat kupu-kupu emas dan buah-buahannya sebesar gentong-gentong. Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini melalui Yunus ibnu Bakar dengan sanad yang sama.

Hammad ibnu Salamah telah meriwayatkan dari Sabit, dari Abu Bakar ibnu Abu Musa, dari ayahnya; Hammad mengatakan bahwa ia merasa ayah Abu Musalah yang me-rafa'-kan hadis ini sehubungan dengan makna firman-Nya:

Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahman: 46) Dan firman Allah Swt.: Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi. (Ar-Rahman: 62) Yakni dua surga dari emas untuk kaum Muqarrabin, dan dua surga dari perak untuk Ashabul Yamin. Firman Allah Swt.:


{فِيهِمَا عَيْنَانِ تَجْرِيَانِ}


Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengalir. (Ar-Rahman: 50) Yaitu yang mengalir untuk mengairi pohon-pohon dan dahan-dahan tersebut hingga dapat membuahkan berbagai macam buah-buahan yang beraneka ragam.


{فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ}


Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 51) Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa salah satu dari kedua mata air itu disebut tasnim dan yang lainnya disebut salsabila. Atiyyah mengatakan bahwa

salah satunya adalah sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sedangkan yang lain adalah sungai khamr yang lezat rasanya bagi orang-orang yang meminumnya. Karena itulah disebutkan sesudahnya oleh firman-Nya:


{فِيهِمَا مِنْ كُلِّ فَاكِهَةٍ زَوْجَانِ}


Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasangan. (Ar-Rahman: 52) Yakni dari segala macam buah-buahan yang telah mereka ketahui dan yang terbaik dari apa yang pernah mereka ketahui,

serta kenikmatan lainnya yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik dalam hati seorang manusia pun.


{فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ}


Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 53) Ibrahim ibnul Hakam ibnu Aban telah meriwayatkan dari ayahnya, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa tiada suatu buah pun di dunia ini -

baik yang berasa manis maupun yang berasa pahit- melainkan buah itu terdapat pula di dalam surga hingga buah hanzal (bertawali) yang sangat pahit rasanya. Ibnu Abbas telah mengatakan pula bahwa tiada sesuatu pun

yang ada di dalam surga dari apa yang ada di akhirat, melainkan hanya nama-namanya saja. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa di antara keduanya terdapat perbedaan yang sangat besar dan perbandingan yang amat jauh dalam hal keutamaannya.

Surat Ar-Rahman |55:47|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny? -

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 47 |

penjelasan ada di ayat 46

Surat Ar-Rahman |55:48|

ذَوَاتَا أَفْنَانٍ

żawaataaa afnaan

Kedua surga itu mempunyai aneka pepohonan dan buah-buahan.

Having [spreading] branches.

Tafsir
Jalalain

(Kedua taman itu mempunyai) lafal Dzawaata adalah bentuk Tatsniyah dari lafal Dzawaat sesuai dengan bentuk asalnya; dan Lam fi'ilnya pada asalnya adalah huruf Ya

(pohon-pohon yang rindang) banyak tangkainya; merupakan bentuk jamak dari lafal Fananun yang wazannya sama dengan lafal Thalalun.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 48 |

penjelasan ada di ayat 46

Surat Ar-Rahman |55:49|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny?

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 49 |

penjelasan ada di ayat 46

Surat Ar-Rahman |55:50|

فِيهِمَا عَيْنَانِ تَجْرِيَانِ

fiihimaa 'ainaani tajriyaan

Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang memancar.

In both of them are two springs, flowing.

Tafsir
Jalalain

(Di dalam kedua taman surga itu ada dua buah mata air yang mengalir).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 50 |

penjelasan ada di ayat 46

Surat Ar-Rahman |55:51|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny?

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 51 |

penjelasan ada di ayat 46

Surat Ar-Rahman |55:52|

فِيهِمَا مِنْ كُلِّ فَاكِهَةٍ زَوْجَانِ

fiihimaa ming kulli faakihatin zaujaan

Di dalam kedua surga itu terdapat aneka buah-buahan yang berpasang-pasangan.

In both of them are of every fruit, two kinds.

Tafsir
Jalalain

(Di dalam kedua taman surga itu terdapat segala macam buah-buahan) di dunia atau semua yang dianggap sebagai buah-buahan (yang berpasang-pasangan)

yakni dua jenis-dua jenis, ada yang basah dan ada yang kering. Buah Hanzhal yang di dunia terasa amat pahit, tetapi di surga akan terasa manis.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 52 |

penjelasan ada di ayat 46

Surat Ar-Rahman |55:53|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny?

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 53 |

penjelasan ada di ayat 46

Surat Ar-Rahman |55:54|

مُتَّكِئِينَ عَلَىٰ فُرُشٍ بَطَائِنُهَا مِنْ إِسْتَبْرَقٍ ۚ وَجَنَى الْجَنَّتَيْنِ دَانٍ

muttaki`iina 'alaa furusyim bathooo`inuhaa min istabroq, wa janal-jannataini daan

Mereka bersandar di atas permadani yang bagian dalamnya dari sutra tebal. Dan buah-buahan di kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat.

[They are] reclining on beds whose linings are of silk brocade, and the fruit of the two gardens is hanging low.

Tafsir
Jalalain

(Mereka bersandarkan) menjadi Hal atau kata keterangan keadaan dari 'Amilnya yang tidak disebutkan, yakni mereka bersenang-senang seraya bersandarkan

(di atas permadani yang bagian dalamnya terbuat dari sutera) yaitu sutera yang tebal lagi kasar, sedangkan bagian luarnya yang diduduki terbuat dari sutera yang halus sekali.

(Dan buah-buahan kedua surga itu) semua buah-buahannya (dapat dipetik dari dekat) artinya, dekat sekali letaknya sehingga mudah dipetik, baik oleh orang yang sedang berdiri maupun yang duduk dan yang sedang berbaring.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 54 |

Tafsir ayat 54-61

Firman Allah Swt.:


{مُتَّكِئِينَ}


Mereka bertelekan. (Ar-Rahman: 54) Yakni penghuni surga. Yang dimaksud dengan ittika' ialah duduk bersandar, pendapat yang lain menyebutkan duduk bersila.


{عَلَى فُرُشٍ بَطَائِنُهَا مِنْ إِسْتَبْرَقٍ}


di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutra. (Ar-Rahman: 54) Istabraq adalah kain sutra yang tebal, menurut Ikrimah, Ad-Dahhak, dan Qatadah. Abu Imran Al-Juni mengatakan bahwa istabraq adalah kain sutra

yang dihias dengan benang emas, di sini ditonjolkan kemuliaan bagian luarnya dengan menyebutkan kemuliaan bagian dalamnya. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa bagian dalamnya saja sudah sedemikian mewah dan indahnya,

terlebih lagi bagian luarnya. Abu Ishaq telah meriwayatkan dari Hubairah ibnu Maryam, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa yang disebutkan adalah bagian dalamnya, maka terlebih lagi jika kalian melihat bagian luarnya.

Malik ibnu Dinar mengatakan bahwa bagian dalamnya terbuat dari kain sutra yang tebal, sedangkan bagian luarnya adalah dari cahaya. Sufyan As-Sauri atau Syarik mengatakan bahwa bagian dalamnya dari kain sutra yang tebal,

sedangkan bagian luarnya dari cahaya yang dibekukan. Al-Qasim ibnu Muhammad telah mengatakan bahwa bagian dalamnya dari sutra yang tebal, sedangkan bagian luarnya dari rahmat. Ibnu Syauzab telah meriwayatkan

dari Abu Abdullah Asy-Syami, bahwa Allah Swt. menyebutkan bagian dalam permadani itu saja, tidak menyebutkan sifat bagian luarnya, karena bagian luarnya tertutup oleh penutup dan tidak ada yang mengetahuinya selain dari Allah Swt. Semua pendapat di atas diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim.


{وَجَنَى الْجَنَّتَيْنِ دَانٍ}


Dan buah-buahan kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat. (Ar-Rahman: 54) Yakni buah-buahannya dekat kepada mereka (ahli surga), kapan pun dan dalam keadaan bagaimanapun bila mereka menghendakinya dapat memetiknya dengan mudah. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ}


Buah-buahannya dekat. (Al-Haqqah: 23) Dan firman Allah Swt.:


{وَدَانِيَةً عَلَيْهِمْ ظِلالُهَا وَذُلِّلَتْ قُطُوفُهَا تَذْلِيلا}


Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buah­nya dimudahkan memetiknyasemudah-mudahnya. (Al-Insan: 14) Yaitu tidak menolak dari orang yang mau memetiknya, bahkan dengan sendirinya buah itu turun sendiri kepadanya dengan tangkainya.


{فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ}


Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 55) Setelah menyebutkan tentang hamparan permadani ahli surga yang sangat besar itu, lalu disebutkan dalam firman selanjutnya:


{فِيهِنَّ}


Di dalam surga itu. (Ar-Rahman: 56) Yakni di atas hamparan permadani itu.


{قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ}


ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya. (Ar-Rahman: 56) Yaitu selalu menundukkan pandangannya kepada selain suami mereka dan tidak ada sesuatu pun yang mereka lihat di dalam surga itu yang lebih menawan

bagi mereka selain dari suami-suami mereka. Demikianlah menurut Ibnu Abbas, Qatadah, Ata Al-Khurrasani, dan Ibnu Zaid. Menurut suatu riwayat, seseorang dari bidadari-bidadari itu berkata kepada suaminya, "Demi Allah,

aku belum pernah melihat sesuatu pun yang lebih indah dan lebih tampan selain dari engkau, dan tiada sesuatu pun di dalam surga ini yang lebih kucintai selain dari engkau. Maka segala puji bagi Allah yang telah menjadikan dirimu untukku dan menjadikan diriku untukmu."


{لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلا جَانٌّ}


tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. (Ar-Rahman: 56) Bahkan mereka tetap dalam keadaan perawan dan berusia muda

setara dengan suami mereka. Tiada seorang pun yang menyentuh mereka sebelum suami mereka, baik dari kalangan manusia maupun jin. Ayat ini merupakan suatu dalil yang menunjukkan bahwa jin yang mukmin masuk surga.

Artah ibnul Munzir mengatakan bahwa Damrah ibnu Habib pernah ditanya, "Apakah jin yang mukmin masuk surga?" Maka ia menjawab.”Ya, dan bahkan mereka kawin; bagi jin laki-laki ada istrinya dari jin perempuan,

sebagaimana manusia laki-laki kawin dengan manusia perempuan." Damrah ibnu Habib melanjutkan, bahwa demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka

(penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 56-57)

Kemudian Allah Swt. menggambarkan ciri khas bidadari-bidadari itu kepada calon suami-suami mereka, melalui firman-Nya:


{كَأَنَّهُنَّ الْيَاقُوتُ وَالْمَرْجَانُ}


Seakan-akan bidadari itu permata yaqut dan marjan. (Ar-Rahman: 58) Mujahid, Al-Hasan, dan Ibnu Zaid serta selain mereka mengatakan bahwa yang dimaksud ialah sejernih yaqut dan seputih marjan, dan yang dimaksud dengan marjan di sini adalah mutiara.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ، حَدَّثَنَا عُبِيدة بْنُ حُمَيْد، عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مَيْمُونٍ الْأَوْدِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ الْمَرْأَةَ مِنْ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ ليُرى بَيَاضُ سَاقِهَا مِنْ وَرَاءِ سَبْعِينَ حُلَّةً مِنَ الْحَرِيرِ، حَتَّى يُرَى مُخُّهَا، وَذَلِكَ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ: {كَأَنَّهُنَّ الْيَاقُوتُ وَالْمَرْجَانُ} ، فَأَمَّا الْيَاقُوتُ فَإِنَّهُ حَجَرٌ لَوْ أَدْخَلْتَ فِيهِ سِلْكًا ثُمَّ اسْتَصْفَيْتَهُ لَرَأَيْتَهُ مِنْ وَرَائِهِ".


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Hatim, telah menceritakan kepada kami Ubaid ibnu Humaid, dari Ata ibnus Sa'ib, dari Amr ibnu Maimun Al-Audi, dari Abdullah ibnu Mas'ud, dari Nabi Saw.

yang telah bersabda: Sesungguhnya seorang wanita dari kalangan istri ahli surga benar-benar betisnya yang putih dapat terlihat dari balik tujuh puluh la­pis pakaian sutra (yang dikenakannya), hingga tulang sumsumnya dapat terlihat.

Yang demikian itu disebutkan di dalam firman-Nya: Seakan-akan bidadari itu permata yaqut dan marjan. (Ar-Rahman: 58) Yaqut adalah batu permata yang seandainya engkau masukkan ke dalamnya seutas benang dan engkau bersihkan

batu permata itu, niscaya engkau dapat melihat benang itu. Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi melalui hadis Ubaidah ibnu Humaid dan Abul Ahwas, dari Ata ibnus Sa-ib dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi

telah meriwayatkannya pula secara mauquf, kemudian ia mengatakan bahwa riwayat yang mauquf inilah yang paling sahih.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، أَخْبَرَنَا يُونُسُ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِين، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لِلرَّجُلِ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ زَوْجَتَانِ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، عَلَى كُلِّ وَاحِدَةٍ سَبْعُونَ حُلَّةً، يُرى مُخُّ سَاقِهَا مِنْ وَرَاءِ الثِّيَابِ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Anas, dari Muhammad ibnu Sirin, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw.

yang telah bersabda: Bagi seorang lelaki ahli surga ada dua orang istri dari kalangan bidadari yang bermata jeli, yang masing-masing darinya mengenakan tujuh puluh perhiasan (pakaian); tulang sumsum betisnya kelihatan

dari balik pakaian-pakaian (yang dikenakannya). Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara tunggal melalui jalur ini.


وَقَدْ رَوَاهُ مُسْلِمٌ مِنْ حَدِيثِ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عُلَيَّة، عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ قَالَ: إِمَّا تَفَاخَرُوا وَإِمَّا تَذَكَّرُوا، الرِّجَالُ أَكْثَرُ فِي الْجَنَّةِ أَمِ النِّسَاءُ؟ فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: أو لم يَقُلْ أَبُو الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ أَوَّلَ زُمْرَةٍ تَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، وَالَّتِي تَلِيهَا عَلَى أضْوَأ كَوْكَبٍ دُرّي فِي السَّمَاءِ، لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ اثْنَتَانِ، يُرَى مُخُّ سُوقِهِمَا مِنْ وَرَاءِ اللَّحْمِ، وَمَا فِي الْجَنَّةِ أَعْزَبُ"


Imam Muslim telah meriwayatkan melalui hadis Ismail ibnu Aliyyah, dari Ayyub, dari Muhammad Ibnu Sirin yang mengatakan bahwa barangkali mereka (para tabi'in) merasa berbangga diri atau saling mengingatkan,

timbul pertanyaan dari mereka, "Kaum lelakikah yang paling banyak menghuni surga ataukah kaum wanita?" Maka Abu Hurairah r.a. menjawab, bahwa bukankah Abul Qasim (yakni Nabi Muhammad Saw.) pernah bersabda:

Sesungguhnya rombongan yang pertama masuk surga rupa mereka seperti rembulan di malam purnama, dan rombongan yang berikutnya seperti bintang yang bercahaya cemerlang di langit. Bagi masing-masing dari mereka

ada dua orang istri, yang tulang sumsum betisnya dapat terlihat dari balik dagingnya, dan tidak ada seorang pun yang melajang di dalam surga. Hadis ini diketengahkan di dalam kitab Sahihain melalui Hammam ibnu Munabbih dan Abu Zar'ah, dari Abu Hurairah r.a.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ طَلْحَةَ، عَنْ حُمَيْدٍ عَنْ أَنَسٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لَغَدْوَةٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ رَوْحَةٌ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا، وَلَقَابُ قَوْسِ أَحَدِكُمْ -أَوْ مَوْضِعُ قَيْدِهِ -يَعْنِي: سَوْطَهُ-مِنَ الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا، وَلَوِ اطَّلَعَتِ امْرَأَةٌ مِنْ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ إِلَى الْأَرْضِ لَمَلَأَتْ مَا بَيْنَهُمَا رِيحًا، وَلَطَابَ مَا بَيْنَهُمَا، ولنَصِيفها عَلَى رَأْسِهَا خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abun Nadr, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnuTalhah, dari Humaid, dari Anas, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya berpagi hari

atau berpetang hari di jalan Allah adalah lebih baik (pahalanya) daripada dunia dan seisinya. Dan sesungguhnya tempat sebesar busur panah seseorang di antara kalian atau tempat cemetinya di dalam surga

adalah lebih baik daripada dunia dan seisinya. Dan sekiranya seorang wanita dari kalangan penghuni surga muncul di bumi ini, niscaya aromanya benar-benar akan memenuhi kawasan di antara keduanya (surga dan bumi),

dan niscaya akan menjadi harumlah semua yang ada di antara keduanya. Dan sesungguhnya kain kerudung yang dikenakan di kepalanya jauh lebih baik daripada dunia dan seisinya.

Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini melalui Abu Ishaq, dari Humaid, dari Anas dengan lafaz yang semisal. Firman Allah Swt.:


{هَلْ جَزَاءُ الإحْسَانِ إِلا الإحْسَانُ}


Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). (Ar-Rahman: 60) Yakni tiadalah balasan orang yang berbuat kebaikan di dunia, melainkan akan memperoleh kebaikan pula di akhiratnya. Seperti juga yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ}


Bagi orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. (Yunus: 26)


قَالَ الْبَغَوِيُّ: أَخْبَرَنَا أَبُو سَعِيدٍ الشَّريحِي، حَدَّثَنَا أبو إسحاق الثعلبي، أخبرني ابن فَنجُوَيه، حدثنا ابْنُ شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ بَهْرَام، حَدَّثَنَا الْحَجَّاجُ بْنُ يُوسُفَ المُكْتَب، حَدَّثَنَا بِشْر بْنُ الْحُسَيْنِ، عَنِ الزُّبَيْرِ بْنِ عَدِيّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {هَلْ جَزَاءُ الإحْسَانِ إِلا الإحْسَانُ} ، قَالَ: "هَلْ تَدْرُونَ مَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ " قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "يَقُولُ هَلْ جَزَاءُ مَا أَنْعَمْتُ عَلَيْهِ بِالتَّوْحِيدِ إِلَّا الْجَنَّةُ"


Al-Bagawi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Asy-Syuraihi, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq As'-Sa'labi, telah menceritakan kepadaku Ibnu Fanjawih, telah menceritakan kepada kami Ibnu Syaibah,

telah menceritakan kepada kami lshaq ibnu Ibrahim ibnu Bahram, telah menceritakan kepada kami Al-Hajjaj ibnu Yusuf Al-Maktab, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnul Husain, dari Az-Zubair ibnu Addi, dari Anas ibnir Malik

yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). (Ar-Rahman: 60) Lalu Rasulullah Saw. bersabda, "Tahukah kalian, apakah yang dikatakan oleh Tuhan kalian?"

Mereka (para sahabat) menjawab, "Allah dan Rasul­Nya lebih mengetahui." Maka beliau Saw. bersabda: Allah Swt. berfirman, "Tiadalah balasan bagi orang yang telah Kuberikan nikmat tauhid kepadanya selain dari surga.”

Mengingat hal yang telah disebutkan di atas merupakan nikmat-nikmat yang besar yang tidak sebanding dengan amal apa pun, bahkan itu merupakan kemurahan dan karunia dari-Nya belaka. Maka dalam firman berikutnya disebutkan:


{فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ}


Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 61) Dan hadis yang berkaitan dengan firman-Nya:


{وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ}


Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahman: 46) ialah apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Imam Bagawi melalui hadis Abun Nadr ibnu Hasyim ibnul Qasim,

dari Abu Aqil As'-Saqafi, dari Abu Farwah alias Yazid ibnu Sinan Ar-Rahawi, dari Bakr ibnu Fairuz, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"مَنْ خَافَ أَدْلَجَ، وَمَنْ أَدْلَجَ بَلَغَ الْمَنْزِلَ، أَلَا إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ غَالِيَةٌ، أَلَا إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ الْجَنَّةُ".


Barang siapa yang takut (kepada Tuhannya), maka ia bangun di penghujung malamnya. Dan barang siapa yang (salat) di penghujung malamnya, maka ia akan sampai kepada kedudukan (yang terpuji). Ingatlah,

bahwa dagangan Allah itu mahal. Ingatlah, dagangan Allah itu adalah surga. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib, ia tidak mengenalnya kecuali melalui hadis Abun Nadr.

Al-Bagawi telah meriwayatkan melalui hadis Ali ibnu Hujr, dari Ismail ibnu Ja'far, dari Muhammad ibnu Abu Harmalah maula Huwaitib ibnu Abdul Uzza, dari Ata ibnu Yasar, dari Abu Darda, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw.

mengutarakan suatu kisah di atas mimbarnya dan membaca firman-Nya: Dan bagi orang yang takut saat akan menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahman: 46) Maka aku (Abu Darda) bertanya, "Sekalipun dia telah berzina dan mencuri,

wahai Rasulullah?" Rasulullah Saw. menjawab hanya dengan membaca firman-Nya: Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahman: 46) Aku bertanya lagi untuk kedua kalinya,

"Wahai Rasulullah, apakah begitu sekalipun dia telah berzina dan mencuri?" Rasulullah Saw. kembali membacakan firman-Nya: Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (Ar-Rahman: 46)

Maka aku bertanya untuk ketiga kalinya, "Wahai Rasulullah, apakah begitu sekalipun dia telah berzina dan mencuri?" Rasulullah Saw. baru menjawab': Sekalipun hidung Abu Darda terputus.