Juz 27

Surat Ar-Rahman |55:55|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny?

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 55 |

penjelasan ada di ayat 54

Surat Ar-Rahman |55:56|

فِيهِنَّ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ

fiihinna qooshirootuth-thorfi lam yathmiṡ-hunna insung qoblahum wa laa jaaann

Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang membatasi pandangan, yang tidak pernah disentuh oleh manusia maupun jin sebelumnya.

In them are women limiting [their] glances, untouched before them by man or jinni -

Tafsir
Jalalain

(Di dalam surga itu) maksudnya, dalam kedua surga itu dan pada gedung-gedung dan istana-istana yang ada di dalamnya (ada bidadari-bidadari yang selalu menundukkan pandangan matanya)

artinya, pandangan mereka terbatas hanya kepada suami-suami mereka saja yang terdiri dari manusia dan jin (tidak pernah disentuh) mereka belum pernah digauli; mereka terdiri dari bidadari-bidadari

atau wanita-wanita dunia yang masuk surga (oleh manusia sebelum mereka -penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka dan tidak pula oleh jin).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 56 |

penjelasan ada di ayat 54

Surat Ar-Rahman |55:57|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny? -

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 57 |

penjelasan ada di ayat 54

Surat Ar-Rahman |55:58|

كَأَنَّهُنَّ الْيَاقُوتُ وَالْمَرْجَانُ

ka`annahunnal-yaaquutu wal-marjaan

Seakan-akan mereka itu permata yakut dan marjan.

As if they were rubies and coral.

Tafsir
Jalalain

(Seakan-akan bidadari-bidadari itu permata yaqut) dalam hal beningnya (dan marjan) maksudnya, putihnya bagaikan permata.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 58 |

penjelasan ada di ayat 54

Surat Ar-Rahman |55:59|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny?

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 59 |

penjelasan ada di ayat 54

Surat Ar-Rahman |55:60|

هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ

hal jazaaa`ul-iḥsaani illal-iḥsaan

Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula).

Is the reward for good [anything] but good?

Tafsir
Jalalain

(Tidak ada) tiada (balasan kebaikan) atau ketaatan (kecuali kebaikan pula) atau kenikmatan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 60 |

penjelasan ada di ayat 54

Surat Ar-Rahman |55:61|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny?

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 61 |

penjelasan ada di ayat 54

Surat Ar-Rahman |55:62|

وَمِنْ دُونِهِمَا جَنَّتَانِ

wa min duunihimaa jannataan

Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi.

And below them both [in excellence] are two [other] gardens -

Tafsir
Jalalain

(Dan selain dari kedua surga itu) yakni kedua surga yang telah disebutkan tadi (ada dua surga lagi) yaitu bagi orang yang takut akan saat menghadap kepada Rabbnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 62 |

Tafsir ayat 62-78

Kedua surga ini selain dari kedua surga yang telah disebutkan sebelumnya, tetapi kelas, keutamaan, dan kedudukannya masih berada di bawah kedua surga yang sebelumnya, berdasarkan nas Al-Qur'an, yaitu firman Allah Swt.:


{وَمِنْ دُونِهِمَا جَنَّتَانِ}


Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi. (Ar-Rahman: 62) Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan dalam suatu hadis bahwa ada dua surga yang semua wadah dan segala sesuatunya dari emas. dan dua surga

yang semua wadah dan segala sesuatunya dari perak. Kedua surga yang pertama bagi kaum Muqarrabin, sedangkan kedua surga lainnya bagi Ashabul Yamin. Abu Musa mengatakan bahwa dua surga dari emas bagi kaum Muqarrabin

dan dua surga dari perak bagi Ashabul Yamin. Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi. (Ar-Rahman: 62) Yakni dua surga yang tingkatannya berada di bawah

kedua surga yang sebelumnya. Ibnu Zaid mengatakan bahwa kedua surga yang terakhir berada di bawah kedua surga yang pertama dalam hal keutamaannya. Dalil yang menunjukkan kemuliaan kedua surga yang pertama di atas

kedua surga yang lainnya dapat ditinjau dari berbagai alasan, yang salah satunya ialah bahwa Allah Swt. menyebutkan gambaran tentang kedua surga yang pertama sebelum kedua surga yang terakhir ini, dan pendahuluan ini mengandung pengertian lebih dipentingkan. Kemudian disebutkan oleh firman-Nya:


{وَمِنْ دُونِهِمَا جَنَّتَانِ}


Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi. (Ar-Rahman: 62) Ini jelas menunjukkan kemuliaan dan ketinggian yang diprioritaskan melebihi yang berikutnya. Pada kedua surga yang pertama disebutkan oleh firman-Nya:


{ذَوَاتَا أَفْنَانٍ}


kedua surga itu mempunyai aneka pepohonan dan buah-buahan. (Ar-Rahman: 48) Sedangkan dalam kedua surga yang ini disebutkan oleh firman-Nya:


{مُدْهَامَّتَان}


kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya. (Ar-Rahman: 64) Yakni kelihatan hitam karena kuatnya pengairan. Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya.

(Ar-Rahman: 64) Yaitu tampak kehitam-hitaman karena hijaunya yang terlalu tua berkat kuatnya pengairan. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudail,

telah menceritakan kepada kami Ata ibnus Sa-ib, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya. (Ar-Rahman: 64) Yakni tampak hijau.

Telah diriwayatkan pula hal yang semisal dari Abu Ayub Al-Ansari, Abdullah ibnuz Zubair, Abdullah ibnu Abu Aufa, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, dan Mujahid menurut salah satu riwayat darinya; juga Atiyyah Al-Aufi, Al-Hasan Al-Basri,

Yahya ibnu Rafi', dan Sufyan As-Sauri. Muhammad ibnu Ka'b mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya. (Ar-Rahman: 64) Maksudnya, kedua surga itu dipenuhi dengan hijau-hijauan.

Qatadah mengatakan bahwa kedua surga itu kelihatan hijau berkat pengairannya lagi lembut-lembut. Dan ini tidak diragukan lagi menunjukkan suburnya dahan-dahannya yang rindang: sebagian darinya seakan-akan menyatu dengan sebagian yang lain. Dalam kedua surga yang pertama disebutkan:


{فِيهِمَا عَيْنَانِ تَجْرِيَانِ}


Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengalir. (Ar-Rahman: 50) Dan dalam kedua surga yang kedua disebutkan oleh firman-Nya:


فِيهِمَا عَيْنَانِ نَضَّاخَتَانِ


Di dalam kedua surga itu ada dua mata air yang memancar. (Ar-Rahman: 66) Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna naddakhatan ialah yang memancar, dan pengertian mengalir lebih kuat daripada memancar.

Ad-Dahhak mengatakan bahwa makna naddakhatan ialah yang penuh airnya dan tidak pernah berkurang. Dan dalam kedua surga yang pertama disebutkan oleh firman-Nya:


{فِيهِمَا مِنْ كُلِّ فَاكِهَةٍ زَوْجَانِ}


Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasang-pasangan. (Ar-Rahman: 52) Sedangkan dalam kedua surga yang kedua disebutkan oleh firman-Nya:


{فِيهِمَا فَاكِهَةٌ وَنَخْلٌ وَرُمَّانٌ}


Di dalam keduanya ada (macam-macam) buah-buahan dan kurma serta delima. (Ar-Rahman: 68) Dan tidak diragukan lagi bahwa pada yang pertama terdapat pengertian yang lebih luas dan lebih banyak mengandung jenis dan macamnya

buah-buahan daripada lafaz buah-buahan yang disebutkan pada surga yang kedua. Karena itu, pada yang kedua diungkapkan dengan bentuk nakirah dalam konteks isbat yang pengertiannya tidak luas. Karena itulah maka lafaz:


{وَنَخْلٌ وَرُمَّانٌ}


dan kurma serta delima. (Ar-Rahman: 68) bukanlah termasuk ke dalam Bab "Ataf Khas pada Umum," menurut apa yang ditetapkan oleh Imam Bukhari dan lain-lainnya. Dan bahwa sesungguhnya kurma dan delima disebutkan secara tersendiri mengingat kemuliaan yang dimiliki oleh keduanya melebihi buah lainnya.


قَالَ عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ عَبْدِ الْحَمِيدِ، حَدَّثَنَا حُصَيْنُ بْنُ عُمَرَ، حَدَّثَنَا مُخَارِقٌ، عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ: جَاءَ أُنَاسٌ مِنَ الْيَهُودِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا: يَا مُحَمَّدُ، أَفِي الْجَنَّةِ فَاكِهَةٌ؟ قَالَ: "نَعَمْ، فِيهَا فَاكِهَةٌ وَنَخْلٌ وَرُمَّانٌ". قَالُوا: أَفَيَأْكَلُونَ كَمَا يَأْكُلُونَ فِي الدُّنْيَا؟ قَالَ: "نَعَمْ وَأَضْعَافٌ". قَالُوا: فَيَقْضُونَ الْحَوَائِجَ؟ قَالَ: "لَا وَلَكِنَّهُمْ يَعْرَقُونَ وَيَرْشَحُونَ، فَيُذْهِبُ اللَّهُ مَا فِي بطونهم من أذى"


Abdu ibnu Humaid mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abdul Hamid, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Umar, telah menceritakan kepada kami Mukhariq, dariTariq ibnu Sahl, dari Syihab,

dari Umar ibnul Khattab yang menceritakan bahwa pernah beberapa orang Yahudi datang kepada Rasulullah Saw., lalu mereka bertanya, "Hai Muhammad, apakah di dalam surga terdapat buah-buahan?" Rasulullah Saw. menjawab: Ya.

di dalam surga terdapat buah-buahan, dan buah kurma serta buah delima. Mereka bertanya, "Apakah mereka (penghuni surga) makan sebagaimana penduduk dunia makan?" Rasulullah Saw. menjawab: Ya. dan berkali-kali lipat banyaknya.

Mereka bertanya, "Kalau begitu, mereka menunaikan hajatnya pula (buang air besar dan air kecil)?" Rasulullah Saw. menjawab: Tidak, tetapi mereka hanya berkeringat dan beringus, maka Allah melenyapkan gangguan yang ada

pada perut mereka. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl ibnu Dakin. telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Hammad, dari Sa'id ibnu Jubair,

dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa kurma surga dedaunannya adalah pakaian ahli surga dan darinya perhiasan mereka dibuat; dedaunannya adalah emas yang merah, dan batangnya adalah zamrud hijau,

sedangkan buahnya lebih manis daripada madu dan lebih lembut daripada mentega serta tidak berbiji.


وَحَدَّثَنَا أَبِي: حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ -هُوَ ابْنُ سَلَمَةَ-عَنْ أَبِي هَارُونَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "نَظَرْتُ إِلَى الْجَنَّةِ فَإِذَا الرُّمَّانَةُ مِنْ رُمَّانِهَا كَمِثْلِ الْبَعِيرِ المُقْتَب"


Telah menceritakan pula kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Abu Harun, dari Abu Sa'id Al-Khudri,

bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku melihat surga dan ternyata buah delimanya besar-besar seperti unta. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:


{فِيهِنَّ خَيْرَاتٌ حِسَانٌ}


Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik. (Ar-Rahman: 70) Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah banyak bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik di dalam surga, menurut Qatadah.

Menurut pendapat yang lain, khairat adalah bentuk jamak dari khairah artinya wanita yang saleh, baik akhlaknya serta cantik rupanya, menurut jumhur ulama. Telah diriwayatkan pula secara marfu' dari Ummu Salamah sebuah hadis lain

yang akan kami kemukakan di dalam tafsir surat Al-Waqi'ah nanti, yang antara lain menyebutkan bahwa bidadari-bidadari itu bernyanyi seraya mengatakan, "Kami adalah wanita-wanita yang baik-baik lagi cantik-cantik,

kami diciptakan untuk suami-suami yang mulia." Karena itulah maka ada sebagian ulama yang membacanya dengan bacaan memakai tasydid pada lafaz ya-nya, hingga menjadi khayyiratun, bukan khairatun.

Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 70-71) Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya:


{حُورٌ مَقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ}


(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam rumah. (Ar-Rahman: 72) Sedangkan dalam kedua surga yang pertama disebutkan oleh firman-Nya:


{فِيهِنَّ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ}


Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya. (Ar-Rahman: 56) Dan tidak diragukan lagi bahwa wanita yang menundukkan pandangannya dengan penuh ketaatan dan kesadaran lebih utama

daripada wanita yang menundukkan pandangannya dengan paksa, walaupun semuanya bercadar.Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Abdullah Al-Audi, telah menceritakan kepada kami Waki',

dari Sufyan, dari Jabir, dari Al-Qasim ibnu Abu Buzzah, dari Abu Ubaid, dari Masruq, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa sesungguhnya bagi setiap orang muslim, seorang bidadari dan bagi seorang bidadari

ada kemahnya tersendiri, dan bagi tiap kemah ada empat buah pintunya yang setiap harinya ada hadiah yang masuk melaluinya, kiriman, dan penghormatan untuk yang menghuninya. Padahal sebelum itu tidak diperlukan lagi

adanya hiburan, tidak memerlukan lagi keinginan, dan tidak memerlukan lagi wewangian serta dupa. Kecantikan bidadari itu sama dengan mutiara yang tersimpan. Sehubungan dengan firman-Nya:


{فِي الْخِيَامِ}


dalam rumah. (Ar-Rahman: 72)


حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ الصَّمَدِ، حَدَّثَنَا أَبُو عِمْرَانَ الْجَوْنِيُّ، عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قَيْسٍ، عَنْ أَبِيهِ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم قال: "إِنَّ فِي الْجَنَّةِ خَيْمَةً مِنْ لُؤْلُؤَةٍ مُجَوَّفَةٍ، عَرْضُهَا سِتُّونَ مِيلًا فِي كُلِّ زَاوِيَةٍ مِنْهَا أهلٌ مَا يَرون الْآخَرِينَ، يَطُوفُ عَلَيْهِمُ الْمُؤْمِنُونَ".


Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musanna. telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Abdussamad, telah menceritakan kepada kami Abu Imran Al-Juni,

dari Abu Bakar ibnu Abdullah ibnu Qais, dari ayahnya, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya di dalam surga terdapat kemah (rumah) yang terbuat dari mutiara yang dilubangi, besarnya sama dengan jarak enam puluh mil,

pada tiap-tiap sudut kemah itu ada penghuninya (penghuninya .yakni para bidadari) yang satu sama lainnya tidak saling melihat, dan orang-orang mukmin berkeliling menggilir mereka.

Imam Bukhari telah meriwayatkannya pula melalui hadis Abu Imran dengan sanad yang sama, dan disebutkan bahwa luas kemah itu adalah tiga puluh mil.


وَأَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ مِنْ حَدِيثِ أَبِي عِمْرَانَ، بِهِ. وَلَفْظُهُ: "إِنَّ لِلْمُؤْمِنِ فِي الْجَنَّةِ لَخَيْمَةً مِنْ لُؤْلُؤَةٍ وَاحِدَةٍ مُجَوَّفَةٍ، طُولُهَا ستون ميلا لِلْمُؤْمِنِ فِيهَا أَهْلٌ يَطُوفُ عَلَيْهِمُ الْمُؤْمِنُ، فَلَا يَرَى بَعْضُهُمْ بَعْضًا"


Imam Muslim mengetengahkan hadis ini melalui hadis Abu Imran dengan sanad yang sama yang teksnya berbunyi seperti berikut: Sesungguhnya bagi seorang mukmin ada sebuah kemah di dalam surga terbuat dari sebuah mutiara

yang dilubangi, panjangnya enam puluh mil, di dalamnya ia mempunyai banyak istri yang ia gillir, mereka dan sebagian dari mereka tidak dapat melihat sebagian yang lainnya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami

Al-Hasan ibnu Abur Rabi', telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah, telah menceritakan kepadaku Khulaid Al-Asri, dari Abu Darda yang mengatakan bahwa kemah (di dalam surga)

itu terbuat dari sebuah mutiara, yang padanya terdapat tujuh buah pintu terbuat dari intan.Telah menceritakan pula kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Abu Fatimah, telah menceritakan kepada kami Jarir,

dari Hisyam, dari Muhammad ibnul Musanna, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman Allah Swt.: (Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit di dalam kemah-kemah. (Ar-Rahman: 72) Yakni kemah dari mutiara,

di dalam surga terdapat kemah dari sebuah mutiara, dan satu buah mutiara besarnya sama dengan empat farsakh persegi, padanya terdapat empat ribu buah pintu terbuat dari emas.


قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ: أَخْبَرَنَا عَمْرٌو أَنَّ دَرَّاجا أَبَا السَّمح حَدَّثَهُ، عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: "أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً الَّذِي لَهُ ثَمَانُونَ أَلْفَ خَادِمٍ، وَاثْنَتَانِ وَسَبْعُونَ زَوْجَةً، وَتُنْصَبُ لَهُ قُبَّةٌ مِنْ لُؤْلُؤٍ وَزَبَرْجَدٍ وَيَاقُوتٍ، كَمَا بَيْنَ الْجَابِيَةِ وَصَنْعَاءَ".


Abdullah ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr, bahwa Darij alias Abus Samah pernah menceritakan kepadanya dari Abul Hais'am, dari Abu Sa'id, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:

Rumah yang paling sederhana bagi penduduk surga adalah rumah yang mempunyai delapan puluh ribu pelayan, tujuh puluh dua orang istri, dan dibuatkan baginya sebuah kubah (kemah) dari mutiara, zabarjad,

dan yaqut yang besarnya sama dengan jarak antara Al-Jabiyah dan San 'a. Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini melalui Amr ibnul Haris dengan sanad yang sama. Firman Allah Swt.:


{لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلا جَانٌّ}


Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. (Ar-Rahman: 74) Tafsir ayat ini telah disebutkan sebelumnya karena mempunyai makna yang sama,

hanya saja pada gambaran yang pertama ditambahkan oleh firman-Nya mengenai sifat bidadari-bidadari itu, bahwa mereka:


{كَأَنَّهُنَّ الْيَاقُوتُ وَالْمَرْجَانُ. فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ}


Seakan-akan bidadari itu permata yaqut dan marjan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 58­-59) Adapun firman Allah Swt.:


{مُتَّكِئِينَ عَلَى رَفْرَفٍ خُضْرٍ وَعَبْقَرِيٍّ حِسَانٍ}


Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah. (Ar-Rahman: 76) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan rafraf' ialah seprei-seprei.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Al-Hasan, Qatadah, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya, yaitu seprei (cover). Al-Ala ibnu Zaid mengatakan bahwa rafraf ialah kain seprei atau cover untuk melapisi dipan

dalam bentuk yang menjuntai. Asim Al-Juhdari telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau. (Ar-Rahman: 76) Yakni bantal-bantal.

Pendapat ini dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri dalam suatu riwayat yang bersumber darinya. Abu Daud At-Tayalisi telah meriwayatkan dari Syu'bah, dari Abu Bisyr, dari Sa'id ibnu Jubair sehubungan dengan makna firman-Nya:

Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau (Ar-Rahman: 76) Bahwa yang dimaksud dengan rafraf ialah taman-taman surga. Firman Allah Swt.:


{وَعَبْقَرِيٍّ حِسَانٍ}


dan permadani-permadani yang indah. (Ar-Rahman: 76) Ibnu Abbas, Qatadah, Ad-Dahhak, dan As-Saddi mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah permadani-permadani. Menurut Sa'id ibnu Jubair, artinya permadani yang sangat baik.

Dan menurut Mujahid Al-Abqari artinya sutra. Al-Hasan Al-Basri pernah ditanya tentang makna firman-Nya: dan permadani-permadani yang indah. (Ar-Rahman: 76) Maka ia menjawab, "Itu adalah hamparan ahli surga, celakalah kalian,

carilah ia." Dan menurut riwayat lain yang bersumber dari Al-Hasan yaitu sarana. Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa permadani itu ada yang berwarna merah, kuning, dan hijau. Al-Ala ibnu Zaid pernah ditanya tentang makna 'abqari,

maka ia menjawab bahwa al- abqari adalah permadani yang berada di atas hamparan. Abu Hirzah alias Ya'qub ibnu Mujahid mengatakan bahwa al-'abqari adalah suatu jenis dari pakaian ahli surga, tiada seorang pun yang mengenalnya.

Abul Aliyah mengatakan bahwa 'abqari ialah hamparan yang tipis. Al-Qaisi mengatakan bahwa abqari adalah tiap-tiap pakaian yang dihiasi dengan bordiran, menurut orang Arab. Abu Ubaidah mengatakan, nama 'abqari dinisbatkan

kepada nama tempat yang membuat bordiran kain. Imam Khalil ibnu Ahmad mengatakan bahwa segala sesuatu yang sangat berharga, baik berupa benda maupun manusia yang genius, dinamakan orang Arab dengan sebutan abqari. Sebagai dalilnya ialah antara lain sabda Nabi Saw. tentang Umar r.a.:


"فَلَمْ أَرَ عَبْقَرِيًّا يَفْرِي فَرِيَّهُ"


Aku belum pernah melihat seorang genius yang begitu cemerlang (selain dari Umar). Pada garis besarnya semua pendapat di atas menunjukkan bahwa gambaran tentang kedua surga yang pertama lebih tinggi dan lebih mulia

daripada yang dimiliki oleh kedua surga berikutnya. Karena sesungguhnya sehubungan dengan kedua surga yang pertama, Allah Swt. telah berfirman:


{مُتَّكِئِينَ عَلَى فُرُشٍ بَطَائِنُهَا مِنْ إِسْتَبْرَقٍ}


Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutra. (Ar-Rahman: 54) Allah Swt. hanya menyebutkan sifat bagian dalamnya saja, tidak menyebutkan sifat bagian luarnya, karena sudah dianggap cukup

hanya dengan menyebutkan kemewahan bagian dalamnya, yang sudah barang tentu bagian luarnya tidak terperikan keindahan dan kemewahannya. Dan sifat ini diakhiri dengan firman-Nya yang menyebutkan:


{هَلْ جَزَاءُ الإحْسَانِ إِلا الإحْسَانُ}


Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). (Ar-Rahman: 60) Para penghuninya disebutkan sebagai orang-orang yang ihsan; dan ini merupakan predikat yang tertinggi, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis Jibril,

tatkala dia bertanya kepada Nabi Saw. tentang Islam, lalu iman, kemudian ihsan. Demikianlah segi-segi keutamaan yang dimiliki oleh kedua surga yang pertama atas kedua surga berikutnya. Dan kita memohon kepada Allah Swt.

semoga Dia menjadikan kita termasuk penghuni-penghuni kedua surga yang pertama. Kemudian Allah Swt. berfirman:


{تَبَارَكَ اسْمُ رَبِّكَ ذِي الْجَلالِ وَالإكْرَامِ}


Mahaagung nama Tuhanmu Yang Mempunyai kebesaran dan karunia. (Ar-Rahman: 78) Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa Dia berhak untuk diagungkan dan karenanya tidak boleh durhaka terhadap-Nya.

Dia Mahamulia dan karena itu Dia berhak untuk disembah. Dia berhak untuk disyukuri semua nikmat-Nya, maka tidak boleh diingkari, dan Dia berhak untuk selalu diingat dan tidak boleh dilupakan.

Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Yang Mempunyai kebesaran dan karunia. (Ar-Rahman: 78) Yakni Yang mempunyai keagungan dan kebesaran.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ دَاوُدَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ ثَابِتِ بْنِ ثَوْبَانَ، عَنْ عُمَيْرِ بْنِ هَانِئٍ، عَنْ أَبِي الْعَذْرَاءِ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أجِدّوا اللَّهَ يَغْفِرْ لَكُمْ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Daud, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Sabit ibnu Sauban, dari Umair ibnu Hani', dari Abul Azra, dari Abu Darda yang mengatakan

bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Agungkanlah Allah, niscaya kalian akan diberi ampunan. Dalam hadis lain disebutkan:


"إِنَّ مِنْ إِجْلَالِ اللَّهِ إِكْرَامَ ذِي الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ، وَذِي السُّلْطَانِ، وَحَامِلِ الْقُرْآنِ غَيْرِ الْغَالِي فِيهِ وَلَا الْجَافِي عَنْهُ"


Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah ialah memuliakan orang muslim yang beruban (berusia lanjut), penguasa, dan orang yang hafal Al-Qur’an, tetapi tidak mempunyai (pemahaman) yang berlebihan padanya dan tidak pula (berpemahaman) yang menjauh darinya.


قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا أَبُو يُوسُفَ الْجِيزِيُّ، حَدَّثَنَا مُؤَمَّلُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، حَدَّثَنَا حُمَيْدٌ الطَّوِيلُ، عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم قَالَ: "أَلِظُّوا بِيَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ"


Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Yusuf Al-Harbi, telah menceritakan kepada kami Mu'ammal ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Hammad, telah menceritakan kepada kami Humaid At-Tawil,

dari Anas, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Kobarkanlah (dirimu dengan banyak membaca) Ya Zal Jalali Wal Ikram (Ya Tuhan Yang mempunyai keagungan dan karunia). Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi,

dari Mahmud ibnu Gailan, dari Mu-ammal ibnu Ismail, dari Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama. Kemudian Abu Ya'la mengatakan bahwa dalam sanad ini Mu-ammal melakukan kekeliruan, sanad ini garib dan tidak dikenal.

Sesungguhnya hadis ini hanya diriwayatkan dari Hammad ibnu Salamah, dari Humaid, dari Al-Hasan dan Nabi Saw.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ إِسْحَاقَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ، عَنْ يَحْيَى بْنِ حَسَّانَ الْمَقْدِسِيِّ، عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يقول: "أَلِظُّوا بِذِي الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Mubarak, dari Yahya ibnu Hassan Al-Maqdisi, dari Rabi'ah ibnu Amir yang mengatakan bahwa

ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Kobarkanlah (dirimu) dengan (membaca) YaZal Jalali Wal Ikram (Ya Tuhan Yang mempunyai kebesaran dan karunia). Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadis Abdullah ibnul Mubarak

dengan sanad yang sama. Al-Jauhari mengatakan bahwa makna Aliza Fulanun bi Fulanin artinya si Fulan selalu menetapi si Fulan. Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa makna hadis ini ialah bacalah selalu kalimati ini. Al-ilzaz artinya mendesak.

Menurut hemat kami, kedua pengertian tersebut berdekatan dengan yang lainnya, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Kesimpulannya ialah anjuran untuk terus-menerus membaca kalimah ini dan menetapinya serta memohon

dengan mendesak dengan menyebutkan asma Allah ini. Di dalam kitab Sahih Muslim dan kitab keempat sunan telah disebutkan melalui hadis Abdullah ibnul Haris, dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. apabila telah bersalam dari salatnya tidak segera duduk melainkan sesudah membaca doa berikut:


"اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ، تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ"


Ya Allah, Engkau Maha Sejahtera dan dari Engkaulah semua kesejahteraan, Mahasuci Engkau, wahai Tuhan Yang mempunyai kebesaran dan karunia. Segala puji bagi Allah dan semua karunia dari-Nya, demikianlah akhir tafsir surat Ar-Rahman.

Surat Ar-Rahman |55:63|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny? -

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 63 |

penjelasan ada di ayat 62

Surat Ar-Rahman |55:64|

مُدْهَامَّتَانِ

mud-haaammataan

Kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya.

Dark green [in color].

Tafsir
Jalalain

(Kedua surga itu hijau tua warnanya) kelihatan hijau pekat karena sangat hijaunya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 64 |

penjelasan ada di ayat 62

Surat Ar-Rahman |55:65|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny?

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 65 |

penjelasan ada di ayat 62

Surat Ar-Rahman |55:66|

فِيهِمَا عَيْنَانِ نَضَّاخَتَانِ

fiihimaa 'ainaani nadhdhookhotaan

Di dalam keduanya (surga itu) ada dua buah mata air yang memancar.

In both of them are two springs, spouting.

Tafsir
Jalalain

(Di dalam kedua surga itu ada dua mata air yang memancar) bagaikan air mancur.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 66 |

penjelasan ada di ayat 62

Surat Ar-Rahman |55:67|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny?

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 67 |

penjelasan ada di ayat 62

Surat Ar-Rahman |55:68|

فِيهِمَا فَاكِهَةٌ وَنَخْلٌ وَرُمَّانٌ

fiihimaa faakihatuw wa nakhluw wa rummaan

Di dalam kedua surga itu ada buah-buahan, kurma, dan delima.

In both of them are fruit and palm trees and pomegranates.

Tafsir
Jalalain

(Di dalam keduanya ada buah-buahan dan kurma serta delima) buah kurma dan delima itu menurut suatu pendapat adalah sebagaimana aslinya, tetapi menurut pendapat yang lain tidak seperti bentuk aslinya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 68 |

penjelasan ada di ayat 62

Surat Ar-Rahman |55:69|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny?

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 69 |

penjelasan ada di ayat 62

Surat Ar-Rahman |55:70|

فِيهِنَّ خَيْرَاتٌ حِسَانٌ

fiihinna khoirootun ḥisaan

Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik dan jelita.

In them are good and beautiful women -

Tafsir
Jalalain

(Di dalam surga-surga itu) di kedua surga dan apa-apa yang ada di dalamnya itu (ada bidadari-bidadari yang baik-baik) akhlaknya (lagi cantik-cantik) rupanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 70 |

penjelasan ada di ayat 62

Surat Ar-Rahman |55:71|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny? -

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 71 |

penjelasan ada di ayat 62

Surat Ar-Rahman |55:72|

حُورٌ مَقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ

ḥuurum maqshuurootun fil-khiyaam

Bidadari-bidadari yang dipelihara di dalam kemah-kemah.

Fair ones reserved in pavilions -

Tafsir
Jalalain

(Bidadari-bidadari itu-sangat jelita) mata mereka sangat jelita (mereka dipingit) tertutup (di dalam kemah-kemah) yang terbuat dari permata yang dilubangi,

keadaan mereka diserupakan dengan gadis-gadis yang dipingit di dalam kemahnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 72 |

penjelasan ada di ayat 62

Surat Ar-Rahman |55:73|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny? -

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 73 |

penjelasan ada di ayat 62

Surat Ar-Rahman |55:74|

لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ

lam yathmiṡ-hunna insung qoblahum wa laa jaaann

Mereka sebelumnya tidak pernah disentuh oleh manusia maupun oleh jin.

Untouched before them by man or jinni -

Tafsir
Jalalain

(Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka) sebelum oleh suami-suami mereka (dan tidak pula oleh jin).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 74 |

penjelasan ada di ayat 62

Surat Ar-Rahman |55:75|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny? -

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 75 |

penjelasan ada di ayat 62

Surat Ar-Rahman |55:76|

مُتَّكِئِينَ عَلَىٰ رَفْرَفٍ خُضْرٍ وَعَبْقَرِيٍّ حِسَانٍ

muttaki`iina 'alaa rofrofin khudhriw wa 'abqoriyyin ḥisaan

Mereka bersandar pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah.

Reclining on green cushions and beautiful fine carpets.

Tafsir
Jalalain

(Mereka bersandarkan) suami-suami mereka bertelekan; I'rab lafal ayat ini sama dengan sebelumnya (pada bantal-bantal yang hijau)

merupakan bentuk jamak dari lafal Rafrafatun, artinya permadani atau bantal (dan bergelarkan pada permadani-permadani yang indah) merupakan bentuk jamak dari lafal 'Abqariyyah, artinya permadani.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 76 |

penjelasan ada di ayat 62

Surat Ar-Rahman |55:77|

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

fa bi`ayyi aalaaa`i robbikumaa tukażżibaan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

So which of the favors of your Lord would you deny?

Tafsir
Jalalain

(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 77 |

penjelasan ada di ayat 62

Surat Ar-Rahman |55:78|

تَبَارَكَ اسْمُ رَبِّكَ ذِي الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

tabaarokasmu robbika żil-jalaali wal-ikroom

Maha Suci nama Tuhanmu Pemilik Keagungan dan Kemuliaan.

Blessed is the name of your Lord, Owner of Majesty and Honor.

Tafsir
Jalalain

(Maha Agung nama Rabbmu Yang mempunyai kebesaran dan Karunia) penafsirannya sebagaimana sebelumnya, dan lafal Ismi pada ayat ini merupakan Isim Zaaid atau Isim yang ditambahkan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ar-Rahman | 55 : 78 |

penjelasan ada di ayat 62

Surat Al-Waqiah |56:1|

إِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ

iżaa waqo'atil-waaqi'ah

Apabila terjadi hari Kiamat,

When the Occurrence occurs,

Tafsir
Jalalain

(Apabila hari kiamat terjadi) bilamana hari terakhir tiba.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 1 |

Tafsir ayat 1-12

Al-Waqi'ah adalah salah satu nama dari nama-nama hari kiamat. Dinamakan demikian karena kepastian kejadiannya, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ}


Maka pada hari itu terjadilah kiamat. (Al-Haqqah: 15) Adapun firman Allah Swt.:


{لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ}


terjadinya kiamat itu tidak dapat didustakan (disangkal). (Al-Waqi'ah: 2) Yakni tiada yang dapat memalingkan atau menolaknya bila Allah Swt. telah menghendaki kejadiannya, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{اسْتَجِيبُوا لِرَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا مَرَدَّ لَهُ مِنَ اللَّهِ}


Patuhilah seruan Tuhanmu sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak kedatangannya. (Asy-Syura: 47)


{سَأَلَ سَائِلٌ بِعَذَابٍ وَاقِعٍ. لِلْكَافِرينَ لَيْسَ لَهُ دَافِعٌ}


Seseorang peminta telah meminta kedatangan azab yang bakal terjadi. Untuk orang-orang kafir, yang tidak seorang pun dapat' menolaknya. (Al-Ma'arij: 1-2) Dan firman Allah Swt.:


{وَيَوْمَ يَقُولُ كُنْ فَيَكُونُ قَوْلُهُ الْحَقُّ وَلَهُ الْمُلْكُ يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ}


Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan, "Jadilah, " lalu terjadilah, dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang gaib dan yang tampak.

Dan Dialah Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. (Al-An'am: 73) Makna kazibah menurut apa yang dikatakan oleh Muhammad ibnu Ka'b ialah pasti terjadi. Menurut Qatadah, terjadinya hari kiamat itu tidak dapat diubah

atau diundurkan atau dicabut. Ibnu Jarir mengatakan bahwa lafaz kazibah adalah bentuk masdar (akar kata) sama dengan lafaz 'afiyah dan 'aqibah. Firman Allah Swt.:


{خَافِضَةٌ رَافِعَةٌ}


(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain). (Al-Waqi'ah: 3) Yaitu merendahkan banyak kaum hingga sampai ke tempat yang paling dasar di dalam neraka, sekalipun ketika di dunia mereka

adalah orang-orang yang mulia, dan meninggikan kaum yang lainnya hingga sampai ke tempat yang tertinggi di dalam surga yang penuh dengan kenikmatan, sekalipun ketika di dunia mereka adalah orang-orang yang rendah.

Demikianlah menurut pendapat Al-Hasan, Qatadah, dan lain-lainnya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Yazid ibnu Abdur Rahman ibnu Mus'ab Al-Ma"ani,

telah menceritakan kepada kami Humaid ibnu Abdur Rahman Ar-Rawasi, dari ayahnya, dari Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan)

dan meninggikan (golongan yang lain). (Al-Waqi'ah: 3) Yakni menghinakan banyak kaum dan meninggikan kaum yang lainnya. Ubaidillah Al-Utaiki telah meriwayatkan dari Usman ibnu Suraqah anak lelaki bibinya Umar ibnul Khattab

sehubungan dengan makna firman-Nya: (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain). (Al-Waqi'ah: 3) Hari kiamat itu adalah hari musuh-musuh Allah direndahkan dengan dimasukkan ke dalam neraka

dan kekasih-kekasih Allah ditinggikan dengan dimasukkan ke dalam surga. Muhammad ibnu Ka'b mengatakan bahwa di hari kiamat banyak laki-laki yang sewaktu di dunia berkedudukan tinggi direndahkan dan banyak pula kaum laki-laki lainnya

yang sewaktu di dunia rendah ditinggikan. As-Saddi mengatakan bahwa hari kiamat adalah hari orang-orang yang angkuh direndahkan dan orang-orang yang rendah diri ditinggikan. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan

dengan makna firman-Nya: (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain). (Al-Waqi'ah: 3) Yaitu membuat orang yang dekat dan orang yang jauh sama-sama mendengar­nya.

Ikrimah mengatakan, bahwa hari kiamat itu juru serunya dapat memperdengarkan seruannya kepada orang yang dekat dengan suara yang pelan, dan dapat memperdengarkan kepada orang yang jauh dengan suara yang keras. Hal yang semisal dikatakan oleh Ad-Dahhak dan Qatadah. Firman Allah Swt.:


{إِذَا رُجَّتِ الأرْضُ رَجًّا}


apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya. (Al-Waqi'ah: 4) Yakni berguncang dengan guncangan yang dahsyat yang menimbulkan gempa dahsyat melanda seluruh kawasan bumi. Karena itulah maka Ibnu Abbas, Mujahid,

Qatadah, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya. (Al-Waqi'ah:4), Maksudnya, diguncangkan dengan gempa yang sangat dahsyat.

Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan bahwa gempa itu mengguncangkan semua yang ada pada bumi sebagaimana ayakan mengguncangkan barang yang diayaknya. Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{إِذَا زُلْزِلَتِ الأرْضُ زِلْزَالَهَا}


Apabila bumi diguncangkan dengan guncangannya (yang dahsyat). (Az-Zalzalah: 1) Dan firman Allah Swt.:


{يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ}


Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu, sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar. (Al-Hajj: 1) Adapun firman Allah Swt.:


{وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا}


dan gunung-gunung dihancurluluhkan sehancur-hancurnya. (Al-Waqi'ah: 5) Yaitu dihancurkan dengan sehancur-hancurnya, menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Qatadah, dan lain-lainnya. Ibnu Zaid mengatakan bahwa pada hari itu gunung-gunung —seperti yang digambarkan oleh ayat lain melalui firman-Nya— menjadi:


{كَثِيبًا مَهِيلا}


tumpukan-tumpukan pasir yang beterbangan. (Al-Muzzammil: 14) Firman Allah Swt.:


{فَكَانَتْ هَبَاءً مُنْبَثًّا}


maka jadilah dia debu yang beterbangan. (Al-Waqi'ah: 6) Abu Ishaq telah meriwayatkan dari Al-Haris, dari Ali r.a., bahwa semua gunung di hari itu menjadi debu yang beterbangan, kemudian lenyap tanpa bekas.

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: maka jadilah dia debu yang beterbangan. (Al-Waqi'ah: 6) Yakni seperti arang yang beterbangan dari nyala api yang bergejolak,

pada mulanya berupa percikan api dan setelah terjatuh hancur lenyap. Ikrimah mengatakan bahwa al-mumbas artinya debu yang diterbangkan oleh angin (debu organik). Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

debu yang beterbangan. (Al-Waqi'ah: 6) Artinya seperti pohon kering yang diterbangkan oleh angin. Ayat ini sama pengertiannya dengan ayat-ayat lainnya yang semakna yang menunjukkan lenyapnya gunung-gunung dari tempatnya

masing-masing di hari kiamat nanti. Yaitu dengan diledakkan dan dijebol dari tempatnya masing-masing, kemudian dijadikan seperti bulu yang dihambur-hamburkan. Firman Allah Swt.:


{وَكُنْتُمْ أَزْوَاجًا ثَلاثَةً}


dan kamu menjadi tiga golongan. (Al-Waqi'ah: 7) Yakni kelak di hari kiamat manusia terbagi menjadi tiga golongan, suatu golongan berada di sebelah kanan 'Arasy. Mereka adalah orang-orang yang dahulu keluar dari lambung kanan Adam,

dan buku catatan amal mereka diberikan kepada mereka dari arah kanan mereka, lalu mereka digiring ke sebelah kanan. Menurut As-Saddi, golongan ini seluruhnya adalah ahli surga. Sedangkan golongan lainnya berada di sebelah kiri Arasy,

mereka adalah orang-orang yang dahulunya keluar dari lambung kiri Adam; buku catatan amal mereka diberikan kepada mereka dari arah kirinya, lalu mereka digiring ke arah kiri. Mereka adalah seluruh penduduk neraka,

semoga Allah melindungi kita dari perbuatan mereka. Segolongan lainnya adalah orang-orang yang paling dahulu berada di hadapan Allah Swt. Mereka merupakan golongan yang lebih khusus, lebih beruntung dan lebih dekat kepada-Nya

daripada Ashabul yamin, mereka adalah para pemimpin Ashabul yamin. Di kalangan mereka terdapat para rasul, para nabi, para siddiqin, dan para syuhada; jumlah mereka sedikit bila dibandingkan dengan jumlah Ashabul yamin. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ. وَأَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ. وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ}


Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dahulu (masuk surga). (Al-Waqi'ah: 8-10)

Pembagian mereka dalam tiga klasifikasi disebutkan pula di akhir surat ini, yaitu di saat mereka dihadirkan di hari kiamat. Hal yang semisal disebutkan juga di dalam firman-Nya:


{ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ} الْآيَةَ


Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka

ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. (Fathir: 32), hingga akhir ayat. Pengertian ini berdasarkan-salah satu di antara dua pendapat sehubungan dengan golongan orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri,

seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Jabir Al-Ju'fi, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan kamu menjadi tiga golongan. (Al-Waqi'ah: 7)

Bahwa makna yang dimaksud adalah seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya

diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan. (Fathir: 32) Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa tiga golongan ini adalah

orang-orang yang disebutkan di dalam akhir surat ini dan surat Fathir. Yazid Ar-Raqqasyi mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Abbas tentang makna firman-Nya: dan kamu menjadi tiga golongan. (Al-Waqi'ah: 7)

Ibnu Abbas menjawab bahwa azwajan ialah golongan. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan kamu menjadi tiga golongan. (Al-Waqi'ah: 7) Yakni tiga golongan, katanya.

Menurut Maimun ibnu Mahran, tiga gelombang. Ubaidillah Al-Ataki telah meriwayatkan dari Usman ibnu Suraqah (anak lelaki bibinya Umar ibnul Khattab) tentang makna firman-Nya: dan kamu menjadi tiga golongan. (Al-Waqi'ah: 7) Bahwa yang dua golongan masuk surga, sedangkan yang satu golongan masuk neraka.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ أَبِي ثَوْرٍ، عَنْ سِمَاك، عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {وَإِذَا النُّفُوسُ زُوِّجَتْ} [التَّكْوِيرِ: 7] قَالَ: الضُّرَبَاءُ، كُلُّ رَجُلٍ مِنْ قَوْمٍ كَانُوا يَعْمَلُونَ عَمَلَهُ، وَذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ يَقُولُ: {وَكُنْتُمْ أَزْوَاجًا ثَلاثَةً. فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ. وَأَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ. وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ} قَالَ: هُمُ الضُّرَبَاءُ


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnus Sabah, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Abu Saur, dari Sammak, dari An-Nu'man ibnu Basyir

yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: dan apabila roh-roh dipertemukan (dengan tubuh). (At-Takwir: 7) Lalu beliau Saw. bersabda bahwa mereka adalah orang-orang yang bersekutu;

tiap-tiap orang dari setiap kaum (golongan) mengerjakan amal perbuatan yang semisal dengan golongannya. Demikian itu karena di dalam firman Allah Swt. telah disebutkan: dan kamu menjadi tiga golongan. Yaitu golongan kanan.

Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. Dan orang-orang yang dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga). (Al-Waqi'ah: 7-10) Bahwa mereka adalah para duraba (sekutu).


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الله الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا الْبَرَاءُ الْغَنَوِيُّ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ: {وَأَصْحَابُ الْيَمِينِ}، {وَأَصْحَابُ الشِّمَالِ} فَقَبَضَ بِيَدِهِ قَبْضَتَيْنِ فَقَالَ: "هَذِهِ لِلْجَنَّةِ وَلَا أُبَالِي، وَهَذِهِ لِلنَّارِ وَلَا أُبَالِي"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Al-Barra Al-Ganawi, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan, dari Mu'az ibnu Jabal,

bahwa Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. (Al-Waqi'ah: 8-9) Lalu beliau Saw.

melakukan genggaman sebanyak dua kali seraya bersabda: Golongan ini untuk surga dan aku tidak peduli, dan golongan ini untuk neraka dan aku tidak peduli.


قَالَ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا حَسَنٌ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَة، حَدَّثَنَا خَالِدِ بْنِ أَبِي عِمْرَانَ، عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ عَائِشَةَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم، أنه قَالَ: "أَتَدْرُونَ مَنِ السَّابِقُونَ إِلَى ظِلِّ يَوْمِ الْقِيَامَةِ؟ " قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "الَّذِينَ إِذَا أُعْطُوا الْحَقَّ قَبِلُوهُ، وَإِذَا سُئِلُوهُ بَذَلُوهُ، وَحَكَمُوا لِلنَّاسِ كَحُكْمِهِمْ لِأَنْفُسِهِمْ"


Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Abu Imran, dari Al-Qasim ibnu Muhammad ibnu Aisyah,

dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Tahukah kalian, siapakah orang-orang yang paling terdahulu menuju naungan Allah di hari kiamat? Para sahabat menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah Saw. bersabda:

Yaitu orang-orang yang apabila diberi hak, menerimanya; dan apabila diminta hak, memberinya; dan mereka memutuskan hukum bagi orang lain sebagaimana hukum yang mereka berlakukan terhadap diri mereka sendiri.

Muhammad ibnu Ka'b dan Abu Hirzah alias Ya'qub ibnu Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga). (Al-Waqi'ah: 10)

Bahwa mereka adalah para nabi. As-Saddi mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang menghuni surga yang tertinggi. Ibnu Abu Najih telah meriwayatkan dari Mujahid, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:

Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu(masuk surga). (A)-Waqi'ah: 10) Bahwa Yusya' ibnu Nun adalah orang yang paling dahulu beriman kepada Musa dan orang yang beriman dari keluarga Yasin

lebih dahulu beriman kepada Isa, serta Ali ibnu Abu Talib adalah orang yang paling dahulu beriman kepada Muhammad Rasulullah Saw. Ibnu Abu Hatim meriwayat­kannya dari Muhammad ibnu Harun Al-Fallas,

dari Abdullah ibnu Ismail Al-Madaini Al-Bazzar, dari Sufyan ibnud Dahhak Al-Madaini, dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Ibnu Abu Nujaih dengan sanad yang sama. Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan dari Muhammad ibnu Abu Hammad,

bahwa telah menceritakan kepada kami Mahran, dari Kharijah, dari Qurrah, dari Ibnu Sirin sehubungan dengan makna firman-Nya: Orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga). (Al-Waqi'ah: 10)

Yang dimaksud adalah orang-orang yang pernah salah menghadap ke arah dua kiblat. Ibnu Jarir telah meriwayatkannya melalui hadis Kharijah. Al-Hasan dan Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

Orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga). (Al-Waqi'ah: 10) Yakni dari tiap-tiap umat. Al-Auza'i telah meriwayatkan dari Us'man ibnu Abu Saudah, bahwa ia membaca firman-Nya:

Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dahulu (masuk surga). Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). (Al-Waqi'ah: 10-11) Kemudian ia mengatakan bahwa mereka adalah

orang-orang yang paling dahulu berangkat ke masjid dan orang-orang yang paling dahulu keluar untuk berjihad di jalan Allah. Semua pendapat di atas sahih, karena sesungguhnya yang dimaksud dengan sabiqin ialah

orang-orang yang paling bersegera dalam mengerjakan kebaikan sebagaimana yang diperintahkan kepada mereka, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالأرْضُ}


Dan bersegeralah kamu menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi. (Ali Imran: 133) Dan firman Allah Swt.:


{سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالأرْضِ}


Berlomba-lombalah kamu untuk meraih ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi. (Al-Hadid: 21) Barang siapa yang paling dahulu berbuat kebajikan di dunia ini, maka di akhirat ia termasuk orang-orang

yang paling dahulu mendapatkan kemuliaan, yaitu surga, karena sesungguhnya balasan itu sesuai dengan jenis amal perbuatannya; dan sebagaimana engkau berbuat, maka engkau mendapat balasannya. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:


{أُولَئِكَ الْمُقَرَّبُونَ. فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ}


Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). Berada dalam surga kenikmatan. (Al-Waqi'ah: 11-12) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Zakaria Al-Fazzari,

telah menceritakan kepada kami Kharijah ibnu Mus'ab, dari Zaid ibnu Aslam, dari Ata ibnu Yasar, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa para malaikat berkata, "Ya Tuhanku, Engkau telah menjadikan bagi Bani Adam dunia,

mereka makan dan minum serta kawin, maka jadikanlah bagi kami negeri akhirat." Allah Swt. berfirman, "Aku tidak akan melakukannya," sebanyak tiga kali. Para malaikat mengulangi perkataannya sebanyak tiga kali,

akhirnya Allah Swt. berfirman, "Aku tidak akan menjadikan orang yang telah Kuciptakan dengan tangan-Ku sendiri seperti orang yang Kukatakan kepadanya, 'Jadilah kamu,' maka jadilah ia." Kemudian Abdullah ibnu Amr membaca firman-Nya:

Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dahulu (masuk surga). Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). Berada dalam surga kenikmatan. (Al-Waqi'ah: 10-­12) Imam Usman ibnu Sa'id Ad-Darimi telah

meriwayatkan asar ini di dalam kitabnya yang berjudul Sanggahan terhadap Golongan Jahmiyyah yang teksnya berbunyi seperti berikut, bahwa Allah Swt. berfirman, "Aku tidak akan menjadikan orang yang saleh dari keturunan orang

yang Kuciptakan dengan tangan-Ku sendiri seperti orang yang Kuciptakan hanya dengan Kukatakan kepadanya, 'Jadilah kamu,' maka jadilah dia."

Surat Al-Waqiah |56:2|

لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ

laisa liwaq'atihaa kaażibah

terjadinya tidak dapat didustakan (disangkal).

There is, at its occurrence, no denial.

Tafsir
Jalalain

(Tidak ada seorang pun dapat berdusta tentang kejadiannya) maksudnya, tiada seorang pun yang tidak mempercayai kejadiannya sebagaimana ia tidak mempercayainya sewaktu di dunia.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 2 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Waqiah |56:3|

خَافِضَةٌ رَافِعَةٌ

khoofidhotur roofi'ah

(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain).

It will bring down [some] and raise up [others].

Tafsir
Jalalain

(Ia merendahkan dan meninggikan) artinya, kejadian hari kiamat itu menampakkan siapa di antara mereka yang terhina karena dimasukkan ke dalam neraka,

dan siapa di antara mereka yang ditinggikan derajatnya karena dimasukkan ke dalam surga.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 3 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Waqiah |56:4|

إِذَا رُجَّتِ الْأَرْضُ رَجًّا

iżaa rujjatil-ardhu rojjaa

Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya,

When the earth is shaken with convulsion

Tafsir
Jalalain

(Apabila bumi diguncangkan dengan sedahsyat-dahsyatnya) yakni bilamana bumi mengalami gempa yang amat dahsyat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 4 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Waqiah |56:5|

وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا

wa bussatil-jibaalu bassaa

dan gunung-gunung dihancurluluhkan sehancur-hancurnya,

And the mountains are broken down, crumbling

Tafsir
Jalalain

(Dan gunung-gunung dihancurluluhkan sehancur-hancurnya) atau apabila gunung-gunung dihancurleburkan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 5 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Waqiah |56:6|

فَكَانَتْ هَبَاءً مُنْبَثًّا

fa kaanat habaaa`am mumbaṡṡaa

maka jadilah ia debu yang beterbangan,

And become dust dispersing.

Tafsir
Jalalain

(Maka jadilah dua debu) yaitu berupa debu (yang beterbangan) yang menyebar ke mana-mana. Lafal Idzaa kedua menjadi Badal dari lafal Idza pertama.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 6 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Waqiah |56:7|

وَكُنْتُمْ أَزْوَاجًا ثَلَاثَةً

wa kuntum azwaajan ṡalaaṡah

dan kamu menjadi tiga golongan,

And you become [of] three kinds:

Tafsir
Jalalain

(Dan kalian menjadi) pada hari kiamat itu (bergolong-golongan) terdiri dari golongan-golongan (yang terbagi tiga).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 7 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Waqiah |56:8|

فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ

fa ash-ḥaabul-maimanati maaa ash-ḥaabul-maimanah

yaitu golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu,

Then the companions of the right - what are the companions of the right?

Tafsir
Jalalain

(Yaitu golongan kanan) mereka adalah orang-orang yang kitab catatan amal perbuatan mereka diberikan kepadanya dari sebelah kanan. Kalimat ayat ini menjadi Mubtada sedangkan Khabarnya ialah,

(Alangkah mulianya golongan kanan itu) kalimat ayat ini mengandung makna yang mengagungkan dan memuliakan kedudukan mereka, karena mereka dimasukkan ke dalam surga.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 8 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Waqiah |56:9|

وَأَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ

wa ash-ḥaabul-masy`amati maaa ash-ḥaabul-masy`amah

dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu,

And the companions of the left - what are the companions of the left?

Tafsir
Jalalain

(Dan golongan kiri) yakni mereka yang kitab catatan amalnya diberikan kepadanya dari sebelah kiri. (Alangkah sengsaranya golongan kiri itu)

ungkapan ini mengandung makna yang menghinakan kedudukan mereka, karena mereka dimasukkan ke dalam neraka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 9 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Waqiah |56:10|

وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ

was-saabiquunas-saabiquun

dan orang-orang yang paling dahulu (beriman), merekalah yang paling dahulu (masuk surga),

And the forerunners, the forerunners -

Tafsir
Jalalain

(Dan orang-orang yang paling dahulu) dalam kebaikan, mereka adalah para nabi; ayat ini berkedudukan menjadi Mubtada (yaitu orang-orang yang paling dahulu)

lafal ayat ini mengukuhkan makna ayat pertama, dimaksud sebagai ungkapan tentang keagungan kedudukan mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 10 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Waqiah |56:11|

أُولَٰئِكَ الْمُقَرَّبُونَ

ulaaa`ikal-muqorrobuun

mereka itulah orang yang dekat (kepada Allah),

Those are the ones brought near [to Allah]

Tafsir
Jalalain

(Mereka itulah orang yang didekatkan).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 11 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Waqiah |56:12|

فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ

fii jannaatin-na'iim

berada dalam surga kenikmatan,

In the Gardens of Pleasure,

Tafsir
Jalalain

(Berada di dalam surga-surga yang penuh dengan kenikmatan).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 12 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Waqiah |56:13|

ثُلَّةٌ مِنَ الْأَوَّلِينَ

ṡullatum minal-awwaliin

segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,

A [large] company of the former peoples

Tafsir
Jalalain

(Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu) menjadi Mubtada, artinya golongan mayoritas dari umat-umat terdahulu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 13 |

Tafsir ayat 13-26

Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal orang-orang yang paling dahulu yang didekatkan kepada Allah, bahwa mereka:


{مِنَ الأوَّلِينَ. وَقَلِيلٌ مِنَ الآخِرِينَ}


Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. (Al-Waqi'ah: 13-14)" Ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan makna yang dimaksud oleh firman-Nya,

' "Al-awwalin" dan "Al-akhirin." Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan yang pertama ialah umat-umat terdahulu, sedangkan yang terakhir adalah umat ini (umat Nabi Saw.). Ini dikatakan oleh Mujahid dan Al-Hasan Al-Basri

menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, dan pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir dengan alasan ada sabda Rasulullah Saw. yang mengatakan:


"نَحْنُ الْآخِرُونَ السَّابِقُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ"


Kita adalah umat yang terakhir, tetapi yang paling dahulu kelak di hari kiamat. Tetapi tidak ada seorang pun yang meriwayatkannya selain dia dan tiada seorang pun yang menisbatkannya kepada seseorang (selain dia).

Dan di antara alasan lain bagi pendapat ini ialah adanya hadis yang diriwayatkan oleh Abu Muhammad ibnu Abu Hatim, dia mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami

Muhammad ibnu Isa Ibnu Tabba", telah menceritakan kepada kami Syarik ibnu Muhammad ibnu Abdur Rahman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya:

Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. (Al-Waqi'ah: 13-14) Maka hal ini terasa berat bagi sahabat-sahabat Nabi Saw., lalu turunlah firman-Nya: (yaitu)

segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian. (Al-Waqi'ah: 39-40) Lalu Nabi Saw. bersabda:


إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ تَكُونُوا رُبْعَ أَهْلِ الْجَنَّةِ، ثُلُثَ أَهْلِ الْجَنَّةِ، بَلْ أَنْتُمْ نِصْفُ أَهْلِ الْجَنَّةِ -أَوْ: شَطْرُ أَهْلِ الْجَنَّةِ-وَتُقَاسِمُونَهُمُ النِّصْفَ الثَّانِي


Sesungguhnya aku berharap semoga kalian adalah seperempat penghuni surga, sepertiga penduduk surga, bahkan kalian adalah setengah atau separo penduduk surga, sedangkan yang separo lainnya diperebutkan oleh mereka.

Imam Ahmad meriwayatkannya melalui Aswad ibnu Amir, dari Syarik, dari Muhammad ibnu Bayya' Al-Mala, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, lalu disebutkan hal yang semisal dengan hadis di atas. Imam Ahmad telah meriwayatkannya pula

melalui hadis Jabir dengan lafaz yang semisal. Al-Hafiz Ibnu Asakir telah meriwayatkannya melalui Hisyam ibnu Imarah, telah menceritakan kepada kami Abdu Rabbihi ibnu Saleh, dari Urwah ibnu Ruwayyim, dari Jabir ibnu Abdullah,

dari Nabi Saw. Disebutkan bahwa ketika diturunkan surat Al-Waqi'ah yang di dalamnya disebutkan, "Segolongan besar dari orang-orang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian," maka Umar berkata,

"Wahai Rasulullah, itu berarti segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari kalangan kita." Maka Rasulullah Saw. diam dari wahyu terhenti selama satu tahun, kemudian turunlah firman-Nya: (yaitu)

segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan yang besar dari orang-orang yang kemudian. (Al-Waqi'ah: 39-40); Maka Rasulullah Saw. bersabda:


"يَا عُمَرُ، تَعَالَ فَاسْمَعْ مَا قَدْ أَنْزَلَ اللَّهُ: {ثُلَّةٌ مِنَ الأوَّلِينَ. وَثُلَّةٌ مِنَ الآخِرِينَ} ، أَلَا وَإِنَّ مِنْ آدَمَ إليَّ ثُلَّةً، وَأُمَّتِي ثُلَّةٌ، وَلَنْ نَسْتَكْمِلَ ثُلَّتَنَا حَتَّى نَسْتَعِينَ بِالسُّودَانِ مِنْ رُعَاةِ الْإِبِلِ، مِمَّنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ".


Hai Umar, kemarilah, dengarkanlah apa yang telah diturunkan oleh Allah, "(Yaitu) segolongan yang besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan yang besar pula dari orang-orang yang kemudian" (Al-Waqi'ah: 39-40).

Ingatlah, sesungguhnya dari Adam sampai masaku adalah satu golongan, dan umatku adalah golongan lainnya. Dan bilangan kita masih belum mencapai dua pertiga (dari yang dijanjikan) hingga kita meminta bantuan

dengan orang-orang yang berkulit hitam para penggembala unta dari kalangan orang-orang yang telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya..Demikianlah menurut apa

yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dalam biografi Urwah ibnu Ruwayyim sanad dan matannya, tetapi dalam sanadnya masih ada hal yang harus diteliti ulang. Hanya saja telah disebutkan melalui berbagai jalur hadis Nabi Saw. yang mengatakan:


"إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ تَكُونُوا رُبْعَ أَهْلِ الْجَنَّةِ"


Sesungguhnya aku berharap semoga kalian adalah seperempat ahli surga. hingga akhir hadis, dan hadis ini merupakan hadis tunggal dalam Bab "Sifatul Jannah." Dan pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir dalam hal ini perlu diteliti ulang—

bahkan dinilai lemah—karena umat ini adalah umat yang terbaik didukung oleh nas Al-Qur'an, sehingga jauh dari kemungkinan bila dikatakan bahwa golongan muqarribin ada pada selainnya dalam jumlah yang lebih banyak

daripada apa yang ada pada umat ini, terkecuali bila mereka semua digabungkan menjadi satu untuk mengimbangi umat ini. Makna lahiriahnya menunjukkan bahwa muqarribin (orang-orang yang didekatkan kepada Allah) dari kalangan mereka

jauh lebih banyak daripada apa yang ada di kalangan umat-umat yang lain. Dalam masalah ini pendapat yang kedualah yang lebih kuat, yaitu yang mengartikan firman-Nya: segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu. (Al-Waqi'ah: 13)

Yaitu dari kalangan permulaan umat ini. dan segolongan yang kecil dari orang-orang yang kemudian. (Al-Waqi'ah: 14) Yakni dari kalangan generasi selanjutnya dari umat ini. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami

Al-Hasan ibnu Muhammad ibnus Sabbah, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Bakar Al-Muzani, bahwa ia pernah mendengar Al-Hasan membaca Al-Qur'an sampai pada ayat berikut,

yaitu firman-Nya: Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga). Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). (Al-Waqi'ah: 10-11) Lalu Al-Hasan mengatakan bahwa

adapun orang-orang yang paling dahulu beriman, maka sesungguhnya mereka telah pergi. Tetapi kita memohon kepada Allah semoga Dia menjadikan kita termasuk golongan kanan (Ashabul yamin). Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan,

telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abul Walid, telah menceritakan kepada kami As-Sirri ibnu Yahya yang mengatakan bahwa Al-Hasan membaca firman-Nya: Dan orang-orang yang paling dahulu beriman,

merekalah yang paling dulu (masuk surga). Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). Berada dalam surga kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu. (Al-Waqi'ah: 10-13) Lalu ia mengatakan bahwa

yang dimaksud ialah segolongan dari umat ini yang telah pergi. Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnul Mugirah Al-Minqari. telah menceritakan kepada kami

Abu Hilal, dari Muhammad ibnu Sirin, bahwa ia telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. (Al-Waqi'ah: 13-14)

Bahwa dahulu mereka mengatakan atau berharap semoga semuanya itu dari kalangan umat ini. Demikianlah pendapat yang dikatakan oleh Al-Hasan dan Ibnu Sirin, yaitu bahwa semuanya dari kalangan umat ini.

Dan tidak diragukan lagi bahwa permulaan dari tiap-tiap umat lebih baik daripada yang terakhirnya. Dengan demikian, berarti dapat diartikan bahwa makna ayat ini bersifat umum mencakup semua umat,

yang masing-masing umat menurut persentasinya tersendiri. Karena itulah disebutkan di dalam sebuah hadis yang terdapat di dalam kitab-kitab sahih dan lain-lainnya melalui berbagai jalur, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:


"خَيْرُ الْقُرُونِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ"


Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian orang-orang yang sesudah mereka, kemudian orang-orang yang sesudah mereka. hingga akhir hadis. Dan yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, yaitu bahwa telah menceritakan

kepada kami Abdur Rahman, telah mencerita­kan kepada kami Ziad alias Abu Umar, dari Al-Hasan,dari Ammar ibnu Yasir yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:


"مَثَلُ أُمَّتِي مَثَلُ الْمَطَرِ، لَا يُدْرَى أَوَّلُهُ خَيْرٌ أَمْ آخِرُهُ"


Perumpamaan umatku adalah sama dengan hujan, tidak diketahui apakah yang baik itu permulaan ataukah akhirnya. Hadis ini setelah diputuskan bahwa sanadnya sahih mengandung makna bahwa agama ini memerlukan permulaan umat

yang berfungsi untuk menyampaikannya kepada generasi sesudahnya, begitu pula ia memerlukan orang-orang yang menegakkannya di masa-masa selanjutnya. Yaitu guna meneguhkan manusia agar tetap pada sunnah

dan periwayatannya serta mempertahankan keberadaannya, hanya keutamaan ada pada generasi pendahulu. Demikian pula tanaman, memerlukan hujan di masa permulaannya sebagaimana ia pun memerlukan hujan

di masa-masa mendatang. Akan tetapi, jasa yang terbesar adalah bagi hujan yang pertama dan kebutuhan tanaman akan yang pertama lebih kuat. Karena sesungguhnya seandainya tidak ada hujan yang pertama,

tentulah bumi tidak dapat menumbuhkan tetumbuhannya dan akarnya pun tidak dapat hidup padanya. Karena itulah maka Nabi Saw. pernah bersabda:


"لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ، لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ، وَلَا مَنْ خَالَفَهُمْ، إِلَى قِيَامِ السَّاعَةِ".


Ada segolongan dari umatku yang terus-menerus berjuang membela kebenaran, tidak membahayakan mereka orang-orang yang menghina mereka dan tidak pula orang-orang yang menentang mereka, sampai hari kiamat terjadi. Menurut lafaz yang lain disebutkan:


"حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ"


hingga tibalah saatnya perintah Allah (hari kiamat), sedangkan mereka dalam keadaan demikian (memperjuangkan perkara yang liak). Maksud pengutaraan kesemuanya ini adalah untuk menunjukkan bahwa umat ini adalah umat

yang paling mulia di antara semua umat, dan orang-orang yang didekatkan kepada Allah dari kalangannya jauh lebih banyak jumlahnya daripada yang lainnya, serta lebih tinggi kedudukannya daripada umat-umat lainnya.

Demikian itu berkat kemuliaan agamanya dan kebesaran nabinya. Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan secara mutawatir dari Rasulullah Saw. telah disebutkan bahwa beliau Saw. pernah memberitakan bahwa di kalangan umat ini

terdapat tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab. Dan menurut lafaz yang lain, tiap-tiap seribu orang dari mereka membawa tujuh puluh ribu orang. Menurut lafaz yang lainnya lagi, tiap-tiap orang dari mereka membawa tujuh puluh ribu orang.


قَالَ الْحَافِظُ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ مَرْثَدٍ الطَّبَرَانِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ -هُوَ ابْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عَيَّاشٍ-حَدَّثَنِي أَبِي، حَدَّثَنِي ضَمْضَم -يَعْنِي ابْنَ زُرْعَة-عَنْ شُرَيْحٍ -هُوَ ابْنُ عُبَيْدٍ-عَنْ أَبِي مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَيُبْعَثَنَّ مِنْكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِثْلَ اللَّيْلِ الْأَسْوَدِ زُمْرَةٌ جَمِيعُهَا يُحِيطُونَ الْأَرْضَ، تَقُولُ الْمَلَائِكَةُ لَمَا جَاءَ مَعَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْثَرُ مِمَّا جَاءَ مَعَ الْأَنْبِيَاءِ، عَلَيْهِمُ السَّلَامُ"


Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Yazid At-Tabrani, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail ibnu Iyasy, telah menceritakan kepadaku ayahku

telah menceritakan kepadaku Damdam ibnu Zur'ah, dari Syuraih ibnu Ubaid, dari Abu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Ingatlah, demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya,

sesungguhnya benar-benar akan dibangkitkan dari kalian kelak di hari kiamat sejumlah orang yang banyaknya seperti malam yang pekat karena semuanya menutupi bumi ini. Para malaikat merasa kagum melihat umat

yang datang bersama Muhammad Saw. dalam jumlah yang lebih besar daripada apa yang dibawa oleh para nabi lainnya." Sehubungan dengan tafsir firman Allah Swt.:


{ثُلَّةٌ مِنَ الأوَّلِينَ. وَقَلِيلٌ مِنَ الآخِرِينَ}


Segolongan besar dari orang- orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. (Al-Waqi'ah: 13-14) amatlah baik bila diketengahkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi di dalam kitabnya yang berjudul Dala'ilun Nubuwwah:


أَخْبَرَنَا أَبُو نَصْرٍ بْنُ قَتَادَةَ، أَخْبَرَنَا أَبُو عَمْرٍو بن مطر، حدثنا جعفر -[هو] بن مُحَمَّدِ بْنِ الْمُسْتَفَاضِ الْفِرْيَابِيُّ -حَدَّثَنِي أَبُو وَهْبٍ الوليد بن عبد الْمَلِكِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ مُسَرِّح الحرَّاني، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ عَطَاءٍ الْقُرَشِيُّ الْحَرَّانِيُّ، عَنْ مَسْلَمَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْجُهَنِيِّ، عَنْ عَمِّهِ أَبِي مَشْجَعة بْنِ رِبْعِي، عَنْ ابْنِ زَمْل الْجُهَنِيِّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم إذا صَلَّى الصُّبْحَ قَالَ، وَهُوَ ثَانٍ رِجْلَهُ: "سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ. أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ، إِنَّ اللَّهَ كَانَ تَوَّابًا" سَبْعِينَ مَرَّةً، ثُمَّ يَقُولُ: "سَبْعِينَ بِسَبْعِمِائَةٍ، لَا خَيْرَ لِمَنْ كَانَتْ ذُنُوبُهُ فِي يَوْمٍ وَاحِدٍ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِمِائَةٍ". ثُمَّ يَقُولُ ذَلِكَ مَرَّتَيْنِ، ثُمَّ يَسْتَقْبِلُ النَّاسَ بِوَجْهِهِ، وَكَانَ يُعْجِبُهُ الرُّؤْيَا، ثُمَّ يَقُولُ: "هَلْ رَأَى أَحَدٌ مِنْكُمْ شَيْئًا؟ " قَالَ ابْنُ زَمْلٍ: فَقُلْتُ: أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَقَالَ: "خَيْرٌ تَلْقَاهُ، وَشَرٌّ تُوَقَّاهُ، وَخَيْرٌ لَنَا، وَشَرٌّ عَلَى أَعْدَائِنَا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. اقْصُصْ رُؤْيَاكَ". فَقُلْتُ: رَأَيْتُ جَمِيعَ الناس على طريق رحب سهل لا حب، وَالنَّاسُ عَلَى الْجَادَّةِ مُنْطَلِقِينَ، فَبَيْنَمَا هُمْ كَذَلِكَ، إِذْ أَشَفَى ذَلِكَ الطَّرِيقُ عَلَى مَرْجٍ لَمْ تَرَ عَيْنِي مِثْلَهُ، يَرِفُّ رَفِيفًا يَقْطُرُ مَاؤُهُ، فِيهِ مِنْ أَنْوَاعِ الْكَلَأِ قَالَ: وَكَأَنِّي بِالرَّعْلَةِ الْأَوْلَى حِينَ أَشَفَوْا عَلَى الْمَرْجِ كَبَّرُوا، ثُمَّ أَكَبُّوا رَوَاحِلَهُمْ فِي الطَّرِيقِ، فَلَمْ يَظْلِمُوهُ يَمِينًا وَلَا شِمَالًا. قَالَ: فَكَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِمْ مُنْطَلِقِينَ. ثُمَّ جَاءَتِ الرَّعْلَةُ الثَّانِيَةُ وَهُمْ أَكْثَرُ مِنْهُمْ أَضْعَافًا، فَلَمَّا أَشَفَوْا عَلَى الْمَرْجِ كَبَّرُوا، ثُمَّ أَكَبُّوا رَوَاحِلَهُمْ فِي الطَّرِيقِ، فَمِنْهُمُ الْمُرْتِعُ، وَمِنْهُمُ الْآخِذُ الضِّغْثَ. وَمَضَوْا عَلَى ذَلِكَ. قَالَ: ثُمَّ قَدِمَ عِظَمُ النَّاسِ، فَلَمَّا أَشَفَوْا عَلَى الْمَرْجِ كَبَّرُوا وَقَالُوا: (هَذَا خَيْرُ الْمَنْزِلِ) . كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَمِيلُونَ يَمِينًا وَشِمَالًا فَلَمَّا رَأَيْتُ ذَلِكَ، لَزِمْتُ الطَّرِيقَ حَتَّى آتِيَ أَقْصَى الْمَرْجِ، فَإِذَا أَنَا بِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ عَلَى مِنْبَرٍ فِيهِ سَبْعُ دَرَجَاتٍ وَأَنْتَ فِي أَعْلَاهَا دَرَجَةً، وَإِذَا عَنْ يَمِينِكَ رَجُلٌ آدَمُ شَثْلٌ أَقْنَى، إِذَا هُوَ تَكَلَّمَ يَسْمُو فَيَفْرَعُ الرِّجَالَ طُولًا وَإِذَا عَنْ يَسَارِكَ رَجُلٌ رَبْعَةٌ بَاذٌّ كَثِيرُ خِيلَانِ الْوَجْهِ، كَأَنَّمَا حُمِّمَ شَعْرُهُ بِالْمَاءِ، إِذَا هُوَ تَكَلَّمَ أَصْغَيْتُمْ إِكْرَامًا لَهُ. وَإِذَا أَمَامَ ذَلِكَ رَجُلٌ شَيْخٌ أَشْبَهُ النَّاسِ بِكَ خَلْقًا وَوَجْهًا، كُلُّكُمْ تَؤُمُّونَهُ تُرِيدُونَهُ، وَإِذَا أَمَامَ ذَلِكَ نَاقَةٌ عَجْفَاءُ شَارِفٌ، وَإِذَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَأَنَّكَ تَبْعَثُهَا. قَالَ: فَامْتَقَعَ لَوْنُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَاعَةً ثُمَّ سُرِّيَ عَنْهُ، وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَّا مَا رَأَيْتَ مِنَ الطَّرِيقِ السهل الرحب اللا حب، فَذَاكَ مَا حُمِلْتُمْ عَلَيْهِ مِنَ الْهُدَى وَأَنْتُمْ عَلَيْهِ. وَأَمَّا الْمَرْجُ الَّذِي رَأَيْتَ، فَالدُّنْيَا مَضَيْتُ أَنَا وَأَصْحَابِي لَمْ نَتَعَلَّقْ مِنْهَا بِشَيْءٍ، وَلَمْ تَتَعَلَّقْ مِنَّا، وَلَمْ نُرِدْهَا وَلَمْ تُرِدْنَا. ثُمَّ جَاءَتِ الرَّعْلَةُ الثَّانِيَةُ مِنْ بَعْدِنَا وَهُمْ أَكْثَرُ مِنَّا أَضْعَافًا، فَمِنْهُمُ الْمُرْتِعُ، وَمِنْهُمُ الْآخِذُ الضِّغْثَ، وَنَجَوْا عَلَى ذَلِكَ. ثُمَّ جَاءَ عِظَمُ النَّاسِ، فَمَالُوا فِي الْمَرْجِ يَمِينًا وَشِمَالًا فَإِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ. وَأَمَّا أَنْتَ، فَمَضَيْتَ عَلَى طَرِيقَةٍ صَالِحَةٍ، فَلَنْ تَزَالَ عَلَيْهَا حَتَّى تَلْقَانِي. وَأَمَّا الْمِنْبَرُ الَّذِي رَأَيْتَ فِيهِ سَبْعَ دَرَجَاتٍ وَأَنَا فِي أَعْلَاهَا دَرَجَةً، فَالدُّنْيَا سَبْعَةُ آلَافِ سَنَةٍ، أَنَا فِي آخِرِهَا أَلْفًا. وَأَمَّا الرَّجُلُ الَّذِي رَأَيْتَ عَلَى يَمِينِي الْآدَمُ الشَّثْلُ، فَذَلِكَ مُوسَى، عَلَيْهِ السَّلَامُ، إِذَا تَكَلَّمَ، يَعْلُو الرِّجَالِ بِفَضْلِ كَلَامِ اللَّهِ إِيَّاهُ. وَالَّذِي رَأَيْتَ عَنْ يَسَارِي الْبَازُّ الرِّبْعَةُ الْكَثِيرُ خِيلَانِ الْوَجْهِ، كَأَنَّمَا حُمِّمَ شَعْرُهُ بِالْمَاءِ، فَذَلِكَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ، نُكْرِمُهُ لِإِكْرَامِ اللَّهِ إِيَّاهُ. وَأَمَّا الشَّيْخُ الَّذِي رَأَيْتَ أَشْبَهَ النَّاسِ بِي خَلْقًا وَوَجْهًا فَذَاكَ أَبُونَا إِبْرَاهِيمُ، كُلُّنَا نَؤُمُّهُ وَنَقْتَدِي بِهِ. وَأَمَّا النَّاقَةُ الَّتِي رَأَيْتَ وَرَأَيْتَنِي أَبْعَثُهَا، فَهِيَ السَّاعَةُ، عَلَيْنَا تَقُومُ، لَا نَبِيَّ بَعْدِي، وَلَا أُمَّةَ بَعْدَ أُمَّتِي". قَالَ: فَمَا سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ رُؤْيَا بَعْدَ هَذَا إِلَّا أَنْ يَجِيءَ الرَّجُلُ، فَيُحَدِّثُهُ بِهَا مُتَبَرِّعًا


telah menceritakan kepada kami Abu Nasr ibnu Qatadah, telah menceritakan kepada kami Abu Amr ibnu Matar, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Muhammad ibnul Mustafad Al-Faryabi, telah menceritakan kepadaku Abu Wahab

alias Al-Walid ibnu Abdul Malik ibnu Abdullah ibnu Masrah Al-Harrani, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Ata Al-Qurasyi Al-Harrani, dari Muslim ibnu Abdullah Al-Juhani, dari pamannya (yaitu Abu Misyja'ah ibnu Rib'i),

dari Abu Zamil Al-Juhani r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. apabila usai dari salat Subuhnya, beliau mengucapkan doa berikut seraya melipatkan kedua kakinya: Mahasuci Allah dan dengan memuji kepada-Nya

aku memohon ampun kepada Allah, sesungguhnya Allah adalah Maha Penerima tobat. sebanyak tujuh puluh kali. Setelah selesai, beliau Saw. bersabda: Tujuh puluh kali dengan imbalan (pahala) tujuh ratus kali.

Tiada baiknya bagi orang yang dosa-dosanya dalam satu hari lebih banyak daripada tujuh ratus kali. Beliau Saw. mengucapkan sabdanya ini sebanyak dua kali, lalu menghadapkan mukanya kepada orang-orang (para makmum).

Dan RasulullalrSaw. adalah seorang yang suka mendengar kisah mimpi yang baik, untuk itu beliau selalu bertanya, "Apakah ada seseorang di antara kalian yang melihat sesuatu dalam mimpinya (tadi malam)?" Abu Zamil menjawab,

"Aku telah bermimpi tadi malam, wahai Rasulullah Saw." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Mudah-mudahan kebaikanlah yang kamu jumpai dan terhindar dari keburukan yang tidak kamu inginkan. Dan semoga menjadi kebaikan bagi kita

dan menjadi keburukan bagi musuh-musuh kita; segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Sekarang ceritakanlah mimpimu itu. Maka aku menjawab, "Aku bermimpi melihat semua manusia berada pada suatu jalan yang sangat luas, datar,

lagi jelas, dan mereka berada di tengah jalan dalam keadaan bergerak maju. Ketika mereka sedang dalam keadaan demikian, tiba-tiba jalan itu sampai kepada suatu lahan penggembalaan yang belum pernah kulihat

tempat penggembalaan seperti itu; tetumbuhannya tumbuh dengan segarnya memukau pandangan mata. dan air hujan yang turun padanya menumbuhkan berbagai macam tetumbuhan yang hijau segar. Gelombang pertama dari manusia itu

ketika sampai di lahan penggembalaan itu bertakbir, kemudian memacu kendaraan mereka meneruskan perjalanannya tanpa menoleh ke arah kanan maupun ke arah kiri. Dan aku melihat seakan-akan rombongan itu berjalan dengan cepatnya

meneruskan perjalanannya. Kemudian datanglah gelombang manusia yang kedua, jumlah mereka berkali-kali lipat jumlah gelombang yang pertama. Ketika sampai di lahan itu mereka bertakbir, kemudian melanjutkan perjalanannya

dengan memacu kendaraan mereka. Di antara mereka ada yang melepaskan hewan kendaraan mereka di lahan itu, ada pula yang hanya mengambil bekal secukupnya, lalu meneruskan perjalanannya. Kemudian datanglah gelombang manusia

yang paling besar. Ketika sampai di lahan penggembalaan itu mereka bertakbir (karena kagum), dan mereka mengatakan, 'Ini adalah sebaik-baik tempat tinggal." Seakan-akan aku melihat mereka bergerak ke arah kanan dan ke arah kiri (jalan).

Aku melihat semua kejadian itu, sedangkan aku tetap berada pada jalan tersebut dan meneruskan perjalananku hingga sampai di penghujung lahan itu. Tiba-tiba aku bersua dengan engkau, wahai Rasulullah, sedang berada di atas mimbar

yang tangga naik menuju ke atasnya terdiri dari tujuh susun tangga naik dan engkau berada di tangga yang paling atas. Dan tiba-tiba kulihat di sebelah kanan engkau terdapat seorang lelaki yang berkulit hitam manis, bertubuh gempal,

lagi berperawakan tinggi; apabila berbicara, maka suaranya dapat didengar oleh semua orang. Tiba-tiba di sebelah kiri engkau terdapat seorang lelaki berperawakan sedang dengan wajah yang kelihatan agak murung,

sedangkan rambutnya seakan-akan baru dibasuh dengan air; apabila dia berbicara, maka engkau diam karena menghormatinya. Dan tiba-tiba di hadapan lelaki itu terdapat seorang lelaki berusia lanjut yang rupanya sangat mirip

dengan engkau, baik perawakan maupun wajahnya, dan kamu semua bermakmum kepadanya dan menginginkannya. Tiba-tiba di hadapan orang tua itu terdapat seekor unta betina yang kurus lagi sudah tua sekali. Dan tiba-tiba engkau,

ya Rasulullah, seakan-akan engkau menggiring unta itu." Maka berubahlah wajah Rasulullah Saw. Sesaat setelah itu biasa kembali, lalu beliau Saw. bersabda, "Adapun mengenai jalan yang kamu lihat rata, luas, lagi jelas,

maka itu merupakan gambaran tentang hidayah yang aku bawa kepada kalian dan kalian berada padanya. Sedangkan lahan penggembalaan yang kamu lihat itu merupakan gambaran tentang dunia dan kehidupannya yang memperdaya,

aku dan para sahabatku menempuh kehidupan ini tanpa bergantung kepada sesuatu pun darinya, dan dunia pun tidak bergantung kepada kami, kami tidak menginginkannya sebagaimana dunia pun tidak menginginkan kami.

Kemudian datanglah rombongan kedua sesudah kami, mereka berjumlah lebih banyak daripada kami dengan lipatan yang banyak; di antara mereka ada yang menggembalakan hewan kendaraannya, ada pula yang hanya mengambil bekal

secukupnya, kemudian mereka dengan begitu tetap selamat. Kemudian datanglah manusia yang sangat besar jumlahnya, lalu mereka menyerbu lahan penggembalaan itu, ada yang ke arah kanan dan ada pula yang ke arah kiri (jalan).

Inna lillahi wa inna ilaihi rdji'un (sesungguhnya kita adalah milik Allah dan sesungguhnya kita hanya kepada-Nya dikembalikan). Mengenai dirimu itu, berarti engkau berada pada jalan yang baik, dan kamu tetap dalam keadaan seperti itu

hingga bersua denganku. Sedangkan takwil mimbar yang kamu lihat mempunyai tujuh buah tangga naik dan aku berada di tangga yang paling atas, artinya dunia ini berusia tujuh ribu tahun dan aku berada di seribu tahun yang terakhir.

Mengenai lelaki yang kamu lihat berada di sebelah kananku yang berkulit hitam manis berperawakan gempal, dia adalah Musa a.s. Apabila berbicara, maka suaranya mengalahkan semua kaum lelaki berkat ia pernah diajak bicara

langsung oleh Allah. Dan orang yang kamu lihat berada di sebelah kiriku yang berperawakan sedang, berwajah murung, seakan-akan rambut kepalanya dibasahi dengan air, dia adalah Isa putra Maryam, kami menghormatinya karena Allah

menghormatinya. Adapun mengenai unta betina yang kamu lihat dan kamu saksikan dalam mimpimu itu aku membangunkannya, maka itu adalah hari kiamat. Hari kiamat akan dialami oleh kita; tiada nabi sesudahku dan tiada umat

sesudah umatku." Abu Zamil r.a. melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu Rasulullah Saw. tidak lagi menanyakan (kepada sahabatnya) tentang mimpi, terkecuali bila yang bersangkutan sendiri yang menceritakan kepada beliau tentang mimpi yang dialaminya dengan suka rela. Firman Allah Swt.:


{عَلَى سُرُرٍ مَوْضُونَةٍ}


Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata. (Al-Waqi'ah: 15) Ibnu Abbas mengatakan bahwa dipan tersebut dihiasi dengan emas, yakni dilapisi dengannya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah,

Sa'id ibnu Jubair, Zaid ibnu Aslam, Qatadah, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya. As-Saddi mengatakan bahwa dipan itu dihiasi dengan emas dan mutiara. Ikrimah mengatakan, dipan itu terbuat dari permata dan yaqut. Ibnu Jarir

mengatakan bahwa pengertian yang sama disebutkan pula terhadap tali pengikat pelana yang ada di bawah perut unta. Lafaz ini ber-wazan fa'il, tetapi maknanya maf'ul, mengingat pengertiannya

menunjukkan sesuatu yang dipintal, maka demikian pula dipan-dipan di surga dihiasi dengan emas dan permata. Firman Allah Swt.;


{مُتَّكِئِينَ عَلَيْهَا مُتَقَابِلِينَ}


seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan. (Al-Waqi'ah: 16) Yaitu wajah sebagian dari mereka berhadapan dengan wajah sebagian yang lain, tiada seorang pun yang berada di belakang yang lainnya.


{يَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ}


Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda. (Al-Waqi'ah: 17) Yakni mereka tetap kekal dalam rupa yang sama, tidak menua, tidak beruban, tidak pula berubah.


{بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ}


dengan membawa gelas, cerek, dan piala berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir. (Al-Waqi'ah: 18) Yang dimaksud dengan akwab ialah gelas yang tidak ada pegangannya dan tidak ada moncongnya.

Dan yang dimaksud dengan abdriq ialah yang menghimpun kedua spesifikasi tersebut, yakni cerek. Semuanya diisi dengan khamr dari sungai khamr yang ada di dalam surga, bukan dari botol minuman, bahkan langsung dari sumbernya yang terus-menerus mengalir. Firman Allah Swt.:


{لَا يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلا يُنزفُونَ}


mereka tidak pening karena meminumnya dan tidak pula mabuk. (Al-Waqi'ah: 19) Yakni kepala mereka tidak pusing dan akal mereka tidak tertutup, bahkan tetap normal disertai dengan pengaruh yang menyenangkan dan merasakan kelezatan

minumannya. Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang mengatakan sehubungan dengan khamr dunia, bahwa peminumnya mengalami empat hal karena pengaruhnya, yaitu mabuk, pening, muntah, dan buang air kecil.

Dan Allah Swt. menyebutkan tentang sifat khamr di surga, bahwa khamr di surga terbebas dari semua pengaruh tersebut. Mujahid, Ikrimah. Said ibnu Jubair, Atiyyah, Qatadah, dan As-Saddi mengatakan sehubungan dengan firman-Nya.

mereka tidak pening karena meminumnya. (Al-Waqi'ah: 19) Artinya mereka di dalam surga tidak merasa pening karena meminumnya. Mereka mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: dan tidak pula mabuk. (Al-Waqi'ah: 19) Yakni tidak menghilangkan akal sehat mereka. Firman Allah Swt.:


{وَفَاكِهَةٍ مِمَّا يَتَخَيَّرُونَ. وَلَحْمِ طَيْرٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ}


dan buah-buahan dari apa yang mereka inginkan dan daging burung dari apa yang mereka inginkan. (Al-Waqi'ah: 20-21) Para pelayan surga itu mengelilingi mereka dengan membawa segala macam buah-buahan yang dipilih oleh mereka.

Ayat ini merupakan dalil yang menunjukkan boleh memakan buah-buahan dengan memilihnya terlebih dahulu sebelum menyantapnya. Hal ini diperkuat dengan hadis Ikrasy ibnuZu-aib yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli rahimahullah di dalam kitab musnadnya, bahwa:


حَدَّثَنَا الْعَبَّاسُ بْنُ الْوَلِيدِ النَّرْسِي، حَدَّثَنَا الْعَلَاءُ بْنُ الْفَضْلِ بْنِ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِي سَوِيَّةَ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عِكْراش، عَنْ أَبِيهِ عِكْراش بْنِ ذُؤَيْبٍ، قَالَ: بَعَثَنِي بَنُو مُرَّةَ فِي صَدَقَاتِ أَمْوَالِهِمْ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَدِمْتُ الْمَدِينَةَ فَإِذَا هُوَ جَالِسٌ بَيْنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ، وَقَدِمْتُ عَلَيْهِ بِإِبِلٍ كأنها عروق الأرطى، قال: "من الرجل؟ " قُلْتُ: عِكْراش بْنُ ذُؤَيْبٍ. قَالَ: "ارْفَعْ فِي النَّسَبِ"، فَانْتَسَبْتُ لَهُ إِلَى "مُرَّةَ بْنِ عُبَيْدٍ"، وَهَذِهِ صَدَقَةُ "مُرَّةَ بْنِ عُبَيْدٍ". فَتَبَسَّمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَ: هَذِهِ إِبِلُ قَوْمِي، هَذِهِ صَدَقَاتُ قَوْمِي. ثُمَّ أَمَرَ بِهَا أَنَّ تُوسَمَ بِمِيسَمِ إِبِلِ الصَّدَقَةِ وَتُضَمَّ إِلَيْهَا. ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِي فَانْطَلَقْنَا إِلَى مَنْزِلِ أُمِّ سَلَمَةَ، فَقَالَ: "هَلْ مِنْ طَعَامٍ؟ " فَأُتِينَا بحفنة كَثِيرَةِ الثَّرِيدِ وَالْوَذَرِ، فَجَعَلَ يَأْكُلُ مِنْهَا، فَأَقْبَلْتُ أُخَبِّطُ بِيَدِي فِي جَوَانِبِهَا، فَقَبَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ الْيُسْرَى عَلَى يَدِي الْيُمْنَى، فَقَالَ: "يَا عِكْراش، كُلْ مِنْ مَوْضِعٍ وَاحِدٍ، فَإِنَّهُ طَعَامٌ وَاحِدٌ". ثُمَّ أُتِينَا بِطَبَقٍ فِيهِ تَمْرٌ، أَوْ رُطَبٌ -شَكَّ عُبَيْدُ اللَّهِ رُطَبًا كَانَ أَوْ تَمْرًا-فَجَعَلْتُ آكُلُ مِنْ بَيْنِ يَدِي، وَجَالَتْ يَدُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الطَّبَقِ، وَقَالَ: "يَا عِكْراش، كُلْ مِنْ حَيْثُ شِئْتَ فَإِنَّهُ غَيْرُ لَوْنٍ وَاحِدٍ". ثُمَّ أُتِينَا بِمَاءٍ، فَغَسَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ وَمَسَحَ بِبَلَلِ كَفَّيْهِ وَجْهَهُ وَذِرَاعَيْهِ وَرَأْسَهُ ثَلَاثًا، ثُمَّ قَالَ: "يَا عِكْراش، هَذَا الْوُضُوءُ مِمَّا غَيَّرَتِ النَّارُ".


telah menceritakan kepada kami Al-Abbas ibnul Walid At-Tursi, telah menceritakan kepada kami Al-Ala ibnul Fadl ibnu Abdul Malik ibnu Abu Saumah, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Ikrasy,

dari ayahnya (yaitu Ikrasy Ibnu Zu-aib) yang menceritakan bahwa Murrah mengutusnya untuk membawa harta zakat mereka kepada Rasulullah Saw. Ketika tiba di Madinah, ia menjumpai Rasulullah Saw.

sedang duduk di antara orang-orang Muhajirin dan orang-orang Ansar. Ia datang kepadanya dengan membawa unta-unta zakat yang jumlahnya cukup banyak. Beliau Saw. bertanya, "Siapakah lelaki ini?" Aku (Ikrasy) menjawab,

"Ikrasy ibnu Zu-aib." Beliau Saw. bersabda, "Apakah nasab tidak diberlakukan lagi (dalam penyebutan nama)?" Maka aku kaitkan nasabku demi Rasulullah Saw. kepada Murrah, lalu kukatakan kepadanya,

"Ini adalah harta zakat dari Murrah ibnu Ubaid." Maka Rasulullah Saw. tersenyum dan bersabda: Ini adalah ternak (dari) kaumku, dan ini adalah ternak zakat (dari) kaumku. Kemudian Rasulullah Saw. memerintahkan agar unta zakat itu

diberi tanda dengan cap zakat, lalu digabungkan bersama-sama unta zakat lainnya. Setelah itu beliau memegang tanganku dan mengajakku pergi ke rumah Ummu Salamah, dan beliau bertanya, "Apakah ada makanan?"

Maka kami disuguhi semangkuk makanan berupa. sarid (roti dicampur dengan kuah gulai) dan wazar (daging yang diiris kecil-kecil). Rasulullah Saw. makan dari mangkuk itu, sedangkan aku makan dengan menjulurkan tangan­ku

ke semua bagian dari mangkuk itu. Lalu Rasulullah Saw. memegang tangan kananku dengan tangan kirinya dan bersabda, "Hai Ikrasy, makan­lah dari satu tempat, karena sesungguhnya makanan ini semuanya sama!"

Seusai makan kami disuguhi sebaki buah-buahan yang berisikan buah kurma yang sudah disale atau kurma yang masih segar—Ubaidillah ragu yang mana di antara keduanya—, lalu aku makan dari satu tempat saja. Tetapi Rasulullah Saw.

menjulurkan tangannya ke seluruh baki itu dan bersabda: Hai Ikrasy, makanlah dari bagian mana yang kamu sukai, karena sesungguhnya buah ini tidak satu macam. Sesudah itu didatangkan kepada kami air, dan Rasulullah Saw.

membasuh tangannya, lalu mengusapkan kedua telapak tangannya yang masih basah itu kepada wajah dan kedua tangan serta kepalanya sebanyak tiga kali. kemudian bersabda: Hai Ikrasy, ini adalah wudu

karena telah memakan makanan (daging) yang telah dimasak. Demikian pula hal yang diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Ibnu Majah secara panjang lebar, dari Muhammad ibnu Basysyar, dari Abul Huzail alias Al-Ala ibnul Fadl

dengan sanad yang sama. Lalu Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib, kami tidak mengenalnya melainkan hanya melalui hadis Abul Huzail. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bahz ibnu Asad dan Affan;

Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Syaiban, ketiga-tiganya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Sabit yang mengatakan bahwa

sahabat Anas r.a. pernah bercerita bahwa Rasulullah Saw. adalah seorang yang senang kepada ru-ya, adakalanya seseorang mengalami ru-ya (mimpi yang baik), lalu ia menanyakan takwilnya kepada Nabi Saw.

karena ia tidak mengetahuinya. Dan apabila Nabi Saw. memuji mimpi yang dialaminya itu dengan pujian yang baik, maka orang yang bersangkutan amat senang dengan mimpinya itu. Pada suatu hari datanglah seorang wanita,

kemudian berkata, "Wahai Rasulullah, aku telah melihat dalam mimpiku seakan-akan aku didatangi dan dikeluarkan dari Madinah, lalu dimasukkan ke dalam surga. Kemudian aku mendengar suara gemuruh yang membuat surga

bergetar karenanya. Ketika kulihat, ternyata penyebabnya adalah si Fulan bin Fulan dan si Anu bin Anu." Wanita itu menyebutkan sebanyak dua belas orang sahabat Nabi Saw. yang telah diutus oleh Nabi Saw.

dalam suatu pasukan khusus sebelum itu. Kedua belas orang itu dimasukkan ke dalam surga, semuanya memakai pakaian yang berdebu dan pada bagian lehernya penuh dengan darah. Lalu dikatakan (kepada para malaikat),

"Bawalah mereka ke Sungai Al-Baidakh atau Al-Baizakh." Selanjutnya mereka dibenamkan ke dalam sungai itu, dan mereka dikeluarkan darinya, sedangkan rupa mereka bagaikan rembulan di malam purnama.

Dan disuguhkan kepada mereka sebuah piring besar terbuat dari emas yang berisikan buah kurma, lalu mereka memakannya sepuas mereka. Maka tidak sekali-kali mereka membalikkan bagian dari piring besar itu, melainkan mereka

memakan buah-buahan sepuas mereka, dan wanita itu ikut makan bersama-sama mereka. Kemudian datanglah pembawa berita dari pasukan khusus itu (kepada Nabi Saw.) dan menceritakan apa yang dialami oleh pasukan itu

yang kisahnya persis dengan kisah dalam mimpi itu. Disebutkan bahwa telah gugur dari pasukan itu si Anu dan si Fulan hingga semuanya berjumlah dua belas orang. Maka Rasulullah Saw. memanggil wanita itu dan bersabda kepadanya,

"Ceritakanlah (kembali) mimpimu itu!" Wanita itu menceritakan mimpinya, bahwa lalu didatangkanlah si Fulan dan si Fulan (ke dalam surga) yang jumlah orangnya sama persis dengan apa yang diberitakan oleh si pembawa berita

dari pasukan tersebut. Hadis ini berdasarkan lafaz yang ada pada Abu Ya'la. Al-Hafiz Ad-Diya mengatakan bahwa sanad hadis ini dengan syarat Imam Muslim.


قَالَ الْحَافِظُ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْمَدِينِيِّ، حَدَّثَنَا رَيْحَانُ بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ عَبَّادُ بْنُ مَنْصُورٍ، عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ أَبِي قِلابة، عَنْ أَبِي أَسْمَاءَ، عَنْ ثَوْبَانَ، قَالَ: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "إن الرَّجُلَ إِذَا نَزَعَ ثَمَرَةً فِي الْجَنَّةِ، عَادَتْ مَكَانَهَا أُخْرَى"


Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mu'az ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Madini, telah menceritakan kepada kami Raihan ibnu Sa'id, dari Abbad ibnu Mansur,

dari Ayyub, dari Abu Qilabah, dari Abu Asma, dari Sauban yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya seseorang itu apabila memetik suatu buah dari surga, maka dari tempat yang dipetiknya itu muncul lagi buah lainnya. Firman Allah Swt.:


{وَلَحْمِ طَيْرٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ}


dan daging burung dari apa yang mereka inginkan. (Al-Waqi'ah: 21)


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سَيَّارُ بْنُ حَاتِمٍ، حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ سُلَيْمَانَ الضَّبُعِيُّ، حَدَّثَنَا ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ طَيْرَ الْجَنَّةِ كَأَمْثَالِ الْبُخْتِ، يَرْعَى فِي شَجَرِ الْجَنَّةِ". فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ هَذِهِ لَطَيْرٌ نَاعِمَةٌ فَقَالَ: "أَكَلَتُهَا أَنْعَمُ مِنْهَا -قَالَهَا ثَلَاثًا-وَإِنِّي لَأَرْجُو أَنْ تَكُونَ مِمَّنْ يَأْكُلُ مِنْهَا"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sayyar ibnu Hatim, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Sulaiman Ad-Dab'i, telah menceritakan kepada kami Sabit, dari Anas yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw.

telah bersabda: Sesungguhnya burung surga itu besarnya seperti unta, burung-burung itu terbang dengan bebasnya di pohon-pohon surga. Maka Abu Bakar r.a. berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya burung surga itu

benar-benar burung yang hidupnya senang." Rasulullah Saw. bersabda: Aku akan memakannya dan merasa lebih senang darinya —sebanyak tiga kali—. Dan sesungguhnya aku berharap semoga engkau termasuk salah seorang

yang memakannya. Imam Ahmad meriwayatkannya secara tunggal melalui jalur ini. Al-Hafiz Abu Abdullah Al-Maqdisi di dalam kitabnya yang berjudul Sifatul Jannah telah meriwayatkan melalui hadis Ismail ibnu Ali Al-Hatmi

dari Ahmad ibnu Ali Huwaiti, dari Abdul Jabbar ibnu Asim. dari Abdullah ibnu Ziad, dari Zur'ah, dari Nafi' dari ibnu Umar yang menceritakan bahwa:


ذُكِرَتْ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طُوبَى، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا أَبَا بَكْرٍ، هَلْ بَلَغَكَ مَا طُوبَى؟ " قَالَ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "طُوبَى شَجَرَةٌ فِي الْجَنَّةِ، مَا يَعْلَمُ طُولَهَا إِلَّا اللَّهُ، يَسِيرُ الرَّاكِبُ تَحْتَ غُصْنٍ مِنْ أَغْصَانِهَا سَبْعِينَ خَرِيفًا، وَرَقُهَا الْحُلَلُ، يَقَعُ عَلَيْهَا الطَّيْرُ كَأَمْثَالِ الْبُخْتِ". فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ هُنَاكَ لَطَيْرًا نَاعِمًا؟ قَالَ: "أَنْعَمُ مِنْهُ مَنْ يَأْكُلُهُ، وَأَنْتَ مِنْهُمْ إِنْ شَاءَ اللَّهُ"


pernah disebutkan di hadapan Nabi Saw. tentang Tuba, maka beliau Saw. bersabda, "Hai Abu Bakar, apakah engkau pernah mendengar apakah Tuba itu?" Abu Bakar menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Maka Rasulullah Saw.

bersabda: Tuba adalah sebuah pohon di dalam surga yang tingginya tiada yang mengetahuinya selain Allah, seorang pengendara berjalan di bawah naungan salah satu dari dahannya memerlukan waktu tujuh puluh musim gugur (tahun),

dedaunannya bagaikan perhiasan, dan burung-burung (surga) yang (besarnya) seperti unta hinggap di atasnya. Abu Bakar berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya di dalam surga itu benar-benar terdapat burung yang hidupnya senang."

Rasulullah Saw. bersabda: Tetapi yang hidup lebih senang darinya adalah orang yang makan, dagingnya, dan Insya Allah engkau termasuk salah seorang dari mereka. Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

dan daging burung dari apa yang mereka inginkan. (Al-Waqi"ah: 21) Telah diceritakan kepada kami bahwa Abu Bakar pernah berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku berpendapat bahwa burung surga itu hidup senang sebagaimana para penghuninya yang hidup senang." Rasulullah Saw. menjawab:


"مَنْ يَأْكُلُهَا -وَاللَّهِ يَا أَبَا بَكْرٍ -أَنْعَمُ مِنْهَا، وَإِنَّهَا لَأَمْثَالُ الْبُخْتِ، وَإِنِّي لَأَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ تَأْكُلَ مِنْهَا يَا أَبَا بَكْرٍ"


Demi Allah, hai Abu Bakar, orang yang memakan dagingnya lebih senang darinya, dan sesungguhnya burung-burung surga itu besarnya seperti unta. Dan sesungguhnya aku benar-benar berharap kepada Allah, semoga engkau dapat memakan dagingnya, hai Abu Bakar.


قَالَ أَبُو بَكْرٍ بْنُ أَبِي الدُّنْيَا: حَدَّثَنِي مُجَاهِدُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا مَعْنُ بْنُ عِيسَى، حَدَّثَنِي ابْنُ أَخِي ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم سئل عن الْكَوْثَرِ فَقَالَ: "نَهْرٌ أَعْطَانِيهِ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، فِي الْجَنَّةِ، أَشَدَّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ، وَأَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ، فِيهِ طُيُورٌ أَعْنَاقُهَا يَعْنِي كَأَعْنَاقِ الْجُزُرِ". فَقَالَ عُمَرُ: إِنَّهَا لَنَاعِمَةٌ. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "آكِلُهَا أَنْعَمُ مِنْهَا".


Abu Bakar ibnu Abud Dunia mengatakan, telah menceritakan kepadaku Mujahid ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ma'an ibnu Isa, telah menceritakan kepadaku anak saudara lelakiku Ibnu Syihab, dari ayahnya,

dari Anas ibnu Malik, bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya tentang Al-Kausar. Maka beliau Saw. menjawab: Kausar ialah sebuah sungai di dalam surga yang diberikan kepadaku oleh Tuhanku, airnya lebih putih daripada susu

dan rasanya lebih manis daripada madu, padanya terdapat burung-burung (surga) yang lehernya seperti leher untajazur (yakni besarnya seperti unta jazur). Maka Umar berkata, "Sudah barang tentu burung-burung itu hidup

dengan senang." Rasulullah Saw. bersabda: Aku akan memakan (daging)nya dan merasa lebih senang darinya. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi, dari Abdu ibnu Humaid, dari Al-Qa'nabi,

dari Muhammad ibnu Abdullah ibnu Muslim ibnu Syihab, dari ayahnya. Imam Turmuzi kemudian mengatakan bahwa predikat hadis ini hasan dari Anas.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ الطَّنَافِسي، حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ الْوَلِيدِ الوَصَّافي، عَنْ عَطِيَّةَ العَوْفِيّ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "إِنَّ فِي الْجَنَّةِ لَطَيْرًا فِيهِ سَبْعُونَ أَلْفَ رِيشَةٍ، فَيَقَعُ عَلَى صَحْفَةِ الرَّجُلِ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَنْتَفِضُ، فَيُخْرِجُ مَنْ كُلِّ رِيشَةٍ -يَعْنِي: لَوْنًا-أَبْيَضَ مِنَ اللَّبَنِ، وَأَلْيَنَ مِنَ الزُّبْدِ، وَأَعْذَبَ مِنَ الشَّهْدِ، لَيْسَ مِنْهَا لَوْنٌ يُشْبِهُ صَاحِبَهُ ثُمَّ يَطِيرُ"


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Ubaidillah ibnul Walid Al-Wassafi,

dari Atiyyah Al-Aufi, dari Abu Sa'id Al-Khudri yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Sesungguhnya di dalam surga itu benar-benar terdapat burung yang mempunyai tujuh puluh ribu bulu, lalu burung itu

hinggap pada piring salah seorang dari penghuni surga, dan burung itu mengibaskan sayap (bulu)nya. Maka keluarlah darinya—yakni dari tiap bulunya— suatu warna yang lebih putih daripada air susu, lebih lunak daripada buih,

dan lebih jernih daripada madu, dan tiap warna berbeda dengan warna lain yang dikeluarkannya." Tetapi hadis ini garib sekali. Al-Wassafi dan gurunya keduanya berpredikat daif. Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan,

telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Saleh juru tulis Al-Lais, telah menceritakan kepadaku Al-Lais. telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Yazid, dari Sa'id ibnu Abu Hilal ibnu Abu Hazm,

dari Ata. dari Ka'b yang mengatakan bahwa sesungguhnya burung surga itu besarnya seperti unta, yang menjadi makanannya adalah buah-buahan surga, dan minumnya dari sungai-sungai surga. Kemudian burung-burung itu berbaris

kepada seorang penghuni surga. Dan apabila penghuni surga itu menginginkan sesuatu dari burung itu, maka burung tersebut hinggap di hadapannya dan ia memakan bagian luar dan bagian dalam (yang diingininya),

sesudah itu burung itu terbang kembali dalam keadaan tidak kurang dari sesuatu pun (yakni tubuhnya utuh kembali). Sanad hadis ini sahih sampai ke pada Ka'b.


قَالَ الْحَسَنُ بْنُ عَرَفَةَ: حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ خَلِيفَةَ، عَنْ حُمَيْدٍ الْأَعْرَجِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، قَالَ: قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّكَ لَتَنْظُرُ إِلَى الطَّيْرِ فِي الْجَنَّةِ فَتَشْتَهِيهِ فَيَخِرُّ بَيْنَ يَدَيْكَ مَشْوِيًّا"


Al-Hasan ibnu Arafah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Khalaf ibnu Khalifah, dari Humaid Al-A'raj, dari Abdullah ibnul Haris, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepadanya:

Sesungguhnya engkau benar-benar memandang kepada burung (yang sedang terbang) di surga yang kamu ingini dagingnya, maka dengan serta merta burung itu terjatuh di hadapanmu dalam keadaan telah terpanggang (sudah masak). Firman Allah Swt.:


{وَحُورٌ عِينٌ. كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ}


Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan dengan baik. (Al-Waqi'ah: 22-23) Sebagian dari mereka membacanya dengan bacaan rafa’ yang artinya bagi mereka ada bidadari-bidadari

yang bermata jeli di dalam surga. Sedangkan yang membaca jar mengandung dua makna; salah satunya i'rab-nya dianggap mengikut kepada lafaz (kalimat) yang sebelumnya, yakni lafaz lahmi tairin, yang bentuk lengkapnya adalah seperti berikut:


{يَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ. بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ. لَا يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلا يُنزفُونَ. وَفَاكِهَةٍ مِمَّا يَتَخَيَّرُونَ. وَلَحْمِ طَيْرٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ. وَحُورٌ عِينٌ}


Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda, dengan membawa gelas, cerek, dan piala berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening karena meminumnya dan tidak pula mabuk, dan buah-buahan

dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan, dan bidadari-bidadari yang bermata jeli. (Al-Waqi'ah: 17-22) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:


{وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ}


dan usaplah kepalamu dan (basuhlah) kedua kakimu. (Al-Maidah: 6) Lafaz arjulakum di-'ataf-kan kepada wujlihakum. Semakna pula dengan apa yang telah disebutkan dalam firman-Nya:


{عَالِيَهُمْ ثِيَابُ سُنْدُسٍ خُضْرٌ وَإِسْتَبْرَقٌ}


Mereka memakai pakaian sutra halus yang hijau dan sutra tebal. (Al-Insan:21) Makna yang kedua menunjukkan bahwa di antara anak-anak muda yang mengelilingi mereka terdapat pula bidadari-bidadari yang bermata jeli,

tetapi hal ini terjadi di dalam gedungnya masing-masing, bukan di kalangan sebagian mereka dengan sebagian yang lainnya, bahkan di dalam kemah masing-masing mereka dikelilingi oleh para pelayan surga dan bidadari-bidadari yang bermata jeli; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:


{كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ}


laksana mutiara yang tersimpan. (Al-Waqi'ah: 23) Yakni penampilan mereka seakan-akan seperti mutiara dalam hal keputihan dan kejernihannya, sebagaimana yang telah disebutkan dalam tafsir surat Ash-Shaffat.


{كَأَنَّهُنَّ بَيْضٌ مَكْنُونٌ}


seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik. (Ash-Shaffat: 49) Dan dalam tafsir surat Ar-Rahman telah disebutkan pula gambaran tentang bidadari surga ini. Karena itulah maka dalam firman selanjutnya dari surat ini disebutkan:


{جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}


Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan. (Al-Waqi'ah: 24) Yaitu semua sajian yang Kami suguhkan kepada mereka merupakan balasan dari amal baik yang telah mereka kerjakan (selama di dunia). Kemudian Allah Swt. berfirman:


{لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلا تَأْثِيمًا. إِلا قِيلا سَلامًا سَلامًا}


Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa, tetapi mereka mendengar ucapan salam. (Al-Waqi'ah: 25-26) Yakni di dalam surga mereka tidak pernah mendengar perkataan

yang tiada gunanya atau perkataan yang sia-sia atau perkataan yang mengandung makna yang kotor atau rendah, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{لَا تَسْمَعُ فِيهَا لاغِيَةً}


di dalamnya tidak kamu dengar perkataan yang tidak berguna. (Al-Ghasyiyah: 11) Maksudnya, kalimat yang sia-sia tiada gunanya.


{وَلا تَأْثِيمًا}


dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa. (Al-Waqi'ah: 25) Yakni kata-kata yang mengandung keburukan.


{إِلا قِيلا سَلامًا سَلامًا}


tetapi mereka mendengar ucapan salam. (Al-Waqi'ah: 26) Yaitu hanya kata salam dari sebagian mereka kepada sebagian yang lain. seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{تَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلامٌ}


salam penghormatan mereka ialah 'Salam'. (Ibrahim: 23) dan pembicaraan mereka pun bersih dari sia-sia dan yang mengandung keburukan.

Surat Al-Waqiah |56:14|

وَقَلِيلٌ مِنَ الْآخِرِينَ

wa qoliilum minal-aakhiriin

dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian,

And a few of the later peoples,

Tafsir
Jalalain

(Dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian) yakni dari kalangan umat Nabi Muhammad saw. Mereka terdiri dari bagian besar umat-umat terdahulu dan umat Nabi Muhammad adalah orang-orang yang paling dahulu masuk surga.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 14 |

penjelasan ada di ayat 13

Surat Al-Waqiah |56:15|

عَلَىٰ سُرُرٍ مَوْضُونَةٍ

'alaa sururim maudhuunah

mereka berada di atas dipan-dipan yang bertahtakan emas dan permata,

On thrones woven [with ornament],

Tafsir
Jalalain

(Mereka berada di atas dipan-dipan yang bertahtakan emas dan permata) yaitu singgasana-singgasana yang terbuat dari emas dan permata.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 15 |

penjelasan ada di ayat 13

Surat Al-Waqiah |56:16|

مُتَّكِئِينَ عَلَيْهَا مُتَقَابِلِينَ

muttaki`iina 'alaihaa mutaqoobiliin

mereka bersandar di atasnya berhadap-hadapan.

Reclining on them, facing each other.

Tafsir
Jalalain

(Seraya bersandarkan di atasnya berhadap-hadapan) kedua lafal ayat ini berkedudukan menjadi Hal atau kata keterangan keadaan bagi Dhamir yang terkandung di dalam Khabar.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 16 |

penjelasan ada di ayat 13

Surat Al-Waqiah |56:17|

يَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ

yathuufu 'alaihim wildaanum mukholladuun

Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda,

There will circulate among them young boys made eternal

Tafsir
Jalalain

(Mereka dikelilingi) oleh para pelayan (yang terdiri dari anak-anak muda yang tetap muda) maksudnya, mereka tetap muda untuk selama-lamanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 17 |

penjelasan ada di ayat 13

Surat Al-Waqiah |56:18|

بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ

bi`akwaabiw wa abaariiqo wa ka`sim mim ma'iin

dengan membawa gelas, cerek, dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir,

With vessels, pitchers and a cup [of wine] from a flowing spring -

Tafsir
Jalalain

(Dengan membawa gelas-gelas) atau tempat-tempat minum yang tidak ada ikatan atau pegangannya (dan cerek) yakni tempat untuk menuangkan minuman

yang mempunyai pegangan dan ada pipa penuangannya (dan guci) yaitu, tempat untuk meminum khamar (yang isinya diambil dari air yang mengalir)

yaitu dari khamar yang mengalir dari sumbernya yang tidak pernah kering untuk selama-lamanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 18 |

penjelasan ada di ayat 13

Surat Al-Waqiah |56:19|

لَا يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلَا يُنْزِفُونَ

laa yushodda'uuna 'an-haa wa laa yunzifuun

mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk,

No headache will they have therefrom, nor will they be intoxicated -

Tafsir
Jalalain

(Mereka tidak pernah merasa pening karenanya dan tidak pula mabuk) dapat dibaca Yanzafuuna atau Yanzifuuna, berasal dari lafal Nazafasy Syaaribu, dan Anzafasy Syaaribu.

Artinya mereka tidak merasa pening dan tidak pula merasa mabuk karena meminumnya, berbeda dengan khamar di dunia.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 19 |

penjelasan ada di ayat 13

Surat Al-Waqiah |56:20|

وَفَاكِهَةٍ مِمَّا يَتَخَيَّرُونَ

wa faakihatim mimmaa yatakhoyyaruun

dan buah-buahan apa pun yang mereka pilih,

And fruit of what they select

Tafsir
Jalalain

(Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 20 |

penjelasan ada di ayat 13

Surat Al-Waqiah |56:21|

وَلَحْمِ طَيْرٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ

wa laḥmi thoirim mimmaa yasytahuun

dan daging burung apa pun yang mereka inginkan,

And the meat of fowl, from whatever they desire.

Tafsir
Jalalain

(Dan daging burung dari apa yang mereka inginkan) untuk mereka nikmati sepuas-puasnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 21 |

penjelasan ada di ayat 13

Surat Al-Waqiah |56:22|

وَحُورٌ عِينٌ

wa ḥuurun 'iin

dan ada bidadari-bidadari yang bermata indah,

And [for them are] fair women with large, [beautiful] eyes,

Tafsir
Jalalain

(Dan bidadari-bidadari) yakni wanita-wanita yang memiliki mata hitam pekat pada bagian yang hitamnya dan putih bersih pada bagian yang putihnya (yang bermata jeli)

artinya, matanya lebar tetapi cantik. Harakat huruf 'Ainnya dikasrahkan sebagai pengganti dari harakat fatahnya demi untuk menyesuaikan diri dengan huruf Ya sesudahnya. Bentuk tunggalnya adalah

'Ainaa wazannya sama dengan Hamraa. Tetapi menurut suatu qiraat dibaca Huurin 'Inin yakni dibaca Jarr.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 22 |

penjelasan ada di ayat 13

Surat Al-Waqiah |56:23|

كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ

ka`amṡaalil-lu`lu`il-maknuun

laksana mutiara yang tersimpan baik.

The likenesses of pearls well-protected,

Tafsir
Jalalain

(Laksana mutiara yang tersimpan) yang disimpan dan terpelihara.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 23 |

penjelasan ada di ayat 13

Surat Al-Waqiah |56:24|

جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

jazaaa`am bimaa kaanuu ya'maluun

Sebagai balasan atas apa yang mereka kerjakan.

As reward for what they used to do.

Tafsir
Jalalain

(Sebagai balasan) menjadi Maf'ul Lah, atau Mashdar, sedangkan 'Amilnya diperkirakan keberadaannya, yaitu, Kami jadikan hal-hal yang telah disebutkan itu buat mereka sebagai pembalasan.

Atau, Kami memberikan balasan kepada mereka (bagi apa yang telah mereka kerjakan).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 24 |

penjelasan ada di ayat 13

Surat Al-Waqiah |56:25|

لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلَا تَأْثِيمًا

laa yasma'uuna fiihaa laghwaw wa laa ta`ṡiimaa

Di sana mereka tidak mendengar percakapan yang sia-sia maupun yang menimbulkan dosa,

They will not hear therein ill speech or commission of sin -

Tafsir
Jalalain

(Mereka tidak mendengar di dalamnya) di dalam surga itu (perkataan yang tidak ada gunanya) yakni perkataan jorok (dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa) maksudnya perkataan yang berdosa.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 25 |

penjelasan ada di ayat 13

Surat Al-Waqiah |56:26|

إِلَّا قِيلًا سَلَامًا سَلَامًا

illaa qiilan salaaman salaamaa

tetapi mereka mendengar ucapan salam.

Only a saying: "Peace, peace."

Tafsir
Jalalain

(Akan tetapi) (dikatakan) kepada mereka ucapan (Salam, Salam) lafal ayat ini menjadi Badal dari lafal Qiilan; mereka benar-benar mendengarnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Waqiah | 56 : 26 |

penjelasan ada di ayat 13