Juz 29
Surat Al-Maarij |70:17|
تَدْعُو مَنْ أَدْبَرَ وَتَوَلَّىٰ
tad'uu man adbaro wa tawallaa
Yang memanggil orang yang membelakangi dan yang berpaling (dari agama),
It invites he who turned his back [on truth] and went away [from obedience]
(Yang memanggil orang yang membelakang dan yang berpaling) dari iman; sebab neraka Jahanam itu mengatakan kepada mereka kemarilah, kemarilah.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 17 |
penjelasan ada di ayat 8
Surat Al-Maarij |70:18|
وَجَمَعَ فَأَوْعَىٰ
wa jama'a fa au'aa
dan orang yang mengumpulkan (harta benda) lalu menyimpannya.
And collected [wealth] and hoarded.
(Serta mengumpulkan) harta (lalu menyimpannya) menaruhnya di dalam peti simpanan dan tidak menunaikan hak Allah yang ada pada harta bendanya itu.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 18 |
penjelasan ada di ayat 8
Surat Al-Maarij |70:19|
إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا
innal-insaana khuliqo haluu'aa
Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh.
Indeed, mankind was created anxious:
(Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh-kesah) lafal haluu`an merupakan hal atau kata keterangan keadaan dari lafal yang tidak disebutkan, dan sekaligus sebagai penafsirnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 19 |
Tafsir ayat 19-35
Allah Swt. menceritakan perihal manusia dan watak-watak buruk yang telah menjadi pembawaannya.
{إِنَّ الإنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا}
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah. (Al-Ma'arij: 19) Yang hal ini ditafsirkan oleh firman selanjutnya:
{إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا}
Apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah. (Al-Ma'arij: 20) Yakni apabila tertimpa kesusahan, ia kaget dan berkeluh kesah serta hatinya seakan-akan copot karena ketakutan yang sangat, dan putus asa dari mendapat kebaikan sesudah musibah yang menimpanya.
{وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا}
dan apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir. (Al-Ma'arij: 21) Yaitu apabila ia mendapat nikmat dari Allah Swt., berbaliklah ia menjadi orang yang kikir terhadap orang lain, dan tidak mau menunaikan hak Allah yang ada padanya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ عُلَيّ بنُ رَباح: سَمِعْتُ أَبِي يُحَدِّثُ عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ مَرْوَانَ بن الحكم قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا هُرَيرة يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "شَرُّ مَا فِي رَجُلٍ شُحٌ هَالِعٌ، وَجُبْنٌ خَالِعٌ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ali ibnu Rabah, bahwa ia pernah mendengar ayahnya menceritakan hadis berikut dari Abdul Aziz ibnu
Marwan ibnul Hakam yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sifat terburuk yang ada pada diri seorang lelaki ialah kikir yang keterlaluan dan sifat pengecut yang parah.
Imam Abu Daud meriwayatkannya dari Abdullah ibnul Jarah, dari Abu Abdur Rahman Al-Muqri dengan sanad yang sama, dan ia tidak mempunyai hadis dari Abdul Aziz selain dari hadis ini. Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan:
{إِلا الْمُصَلِّينَ}
kecuali orang-orang yang mengerjakan salat. (Al-Ma'arij: 22) Yakni manusia itu ditinjau dari segi pembawaannya menyandang sifat-sifat yang tercela, terkecuali orang yang dipelihara oleh Allah
dan diberi-Nya taufik dan petunjuk kepada kebaikan dan memudahkan baginya jalan untuk meraihnya. Mereka adalah orang-orang yang mengerjakan salat.
{الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلاتِهِمْ دَائِمُونَ}
yang mereka itu tetap mengerjakan salatnya. (Al-Ma'arij: 23) Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah orang-orang yang memelihara salat dengan menunaikannya di waktunya masing-masing dan mengerjakan yang wajib-wajibnya.
Demikianlah menurut Ibnu Mas'ud, Masruq, dan Ibrahim An-Nakha'i. Menurut pendapat yang lain, yang dimaksud dengan tetap dalam ayat ini ialah orang yang mengerjakan salatnya dengan tenang dan khusyuk,
semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خاشِعُونَ
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya. (Al-Mu’minun: 1-2) Demikianlah menurut Uqbah ibnu Amir. Dan termasuk ke dalam pengertian ini kalimat al-ma-ud da-im,
artinya air yang tenang dan diam, tidak beriak dan tidak bergelombang serta tidak pula mengalir. Makna ini menunjukkan wajib tuma-ninah dalam salat, karena orang yang tidak tuma-ninah dalam rukuk dan sujudnya bukan
dinamakan orang yang tenang dalam salatnya, bukan pula sebagai orang yang menetapinya, bahkan dia mengerjakannya dengan cepat bagaikan burung gagak yang mematuk, maka ia tidak beroleh keberuntungan dalam salatnya. Menurut pendapat yang lain,
apabila mereka mengerjakan suatu amal kebaikan, maka mereka menetapinya dan mengukuhkannya, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis sahih diriwayatkan melalui Siti Aisyah r.a., dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda:
"أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلّ"
Amal yang paling disukai oleh Allah ialah yang paling tetap, sekalipun sedikit. Menurut lafaz yang lain disebutkan:
«مَا دَاوَمَ عَلَيْهِ صَاحِبُهُ»
yang paling tetap diamalkan oleh pelakunya Selanjutnya Aisyah r.a. mengatakan, Rasulullah Saw. adalah seorang yang apabila mengamalkan suatu amalan selalu menetapinya. Menurut lafaz yang lain disebutkan selalu mengukuhkannya.
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang mereka itu tetap mengerjakan salatnya. (Al-Ma'arij: 23), Telah diceritakan kepada kami bahwa Nabi Danial a.s. menyebutkan sifat umat Muhammad Saw.
Maka ia mengatakan bahwa mereka selalu mengerjakan salat yang seandainya kaum Nuh mengerjakannya, niscaya mereka tidak ditenggelamkan; dan seandainya kaum 'Ad mengerjakannya, niscaya mereka tidak tertimpa angin
yang membinasakan mereka; atau kaum Samud, niscaya mereka tidak akan tertimpa pekikan yang mengguntur. Maka kerjakanlah salat, karena sesungguhnya salat itu merupakan akhlak orang-orang mukmin yang baik. Firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ}
dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta). (Al-Ma'arij: 24-25)
Yakni orang-orang yang di dalam harta mereka terdapat bagian tertentu bagi orang-orang yang memerlukan pertolongan. Masalah ini telah diterangkan di dalam tafsir surat Az-Zariyat. Firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ يُصَدِّقُونَ بِيَوْمِ الدِّينِ}
Dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan. (Al-Ma'arij: 26) Yaitu meyakini adanya hari kiamat, hari penghisaban, dan pembalasan; maka mereka mengerjakan amalnya sebagaimana orang yang mengharapkan pahala dan takut akan siksaan. Karena itulah dalam firman berikutnya disebutkan:
{وَالَّذِينَ هُمْ مِنْ عَذَابِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ}
dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya. (Al-Ma'arij:27) Maksudnya, takut dan ngeri terhadap azab Allah Swt.:
{إِنَّ عَذَابَ رَبِّهِمْ غَيْرُ مَأْمُونٍ}
Karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya). (Al-Ma'arij: 28) Yakni tiada seorang pun yang merasa aman dari azab-Nya
dari kalangan orang yang mengetahui akan perintah Allah Swt. kecuali hanya bila mendapat jaminan keamanan dari Allah Swt. Firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ}
Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, (Al-Ma'arij: 29) Yaitu mengekangnya dari melakukan hal yang diharamkan baginya dan menjaganya dari meletakkannya bukan pada tempat yang diizinkan oleh Allah Swt. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:
{إِلا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ}
kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki. (Al-Ma'arij: 30) Maksudnya, budak-budak perempuan yang dimiliki oleh mereka.
{فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ}
maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak tercela. Barang siapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampauibatas. (Al-Ma'arij: 30-31) Tafsir ayat ini telah disebutkan di dalam permulaan surat Al-Mu’minun, yaitu pada firman-Nya:
{قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ}
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Al-Mu’minun: 1), hingga beberapa ayat berikutnya. sehingga tidak perlu diulangi lagi dalam surat ini. Firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ هُمْ لأمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ}
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (Al-Ma'arij: 32) Yakni apabila mereka dipercaya, mereka tidak khianat; dan apabila berjanji, tidak menyalahinya.
Demikianlah sifat orang-orang mukmin dan kebalikannya adalah sifat-sifat orang-orang munafik, sebagaimana yang disebutkan di dalam sebuah hadis sahih yang mengatakan:
«آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ»
Pertanda orang munqfik itu ada tiga, yaitu apabila berbicara, dusta; apabila berjanji, menyalahi; dan apabila dipercaya, khianat. Menurut riwayat yang lain disebutkan:
«إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَا خاصم فجر»
Apabila berbicara, dusta; dan apabila berjanji, melanggar; dan apabila bertengkar, melampaui batas. Firman Allah Swt:
{وَالَّذِينَ هُمْ بِشَهَادَاتِهِمْ قَائِمُونَ}
Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya. (Al-Ma'arij: 33) Yakni bersikap hati-hati dalam bersaksi, tidak menambahi dan tidak mengurangi, tidak pula menyembunyikan sesuatu.
وَمَنْ يَكْتُمْها فَإِنَّهُ آثِمٌ قَلْبُهُ
Dan barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya. (Al-Baqarah: 283) Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلاتِهِمْ يُحَافِظُونَ}
Dan orang-orang yang memelihara salatnya. (Al-Ma'arij: 34) Yakni waktu-waktunya, rukun-rukunnya, wajib-wajibnya, dan sunat-sunatnya. Pembicaraan dimulai dengan menyebutkan salat dan diakhiri dengan menyebutkannya pula,
hal ini menunjukkan perhatian yang besar terhadap masalah salat dan mengisyaratkan tentang kemuliaannya. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam permulaan surat Al-Mu’minun melalui firman-Nya:
{قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ}
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Al-Mu’minun: 1) Maka di penghujung pembahasannya disebutkan hal yang sama dengan di sini, yaitu firman-Nya:
أُولئِكَ هُمُ الْوارِثُونَ الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيها خالِدُونَ
Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni ) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. (Al-Mu’minun: 10-11) Dan dalam surat Al-Ma'arij ini disebutkan oleh firman-Nya:
{أُولَئِكَ فِي جَنَّاتٍ مُكْرَمُونَ}
Mereka itu (kekal) di surga lagi dimuliakan. (Al-Ma'arij: 35) Yakni dimuliakan dengan berbagai macam kenikmatan dan kesenangan surgawi.
Surat Al-Maarij |70:20|
إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا
iżaa massahusy-syarru jazuu'aa
Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah,
When evil touches him, impatient,
(Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah) atau sewaktu ia ditimpa keburukan berkeluh kesah.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 20 |
penjelasan ada di ayat 19
Surat Al-Maarij |70:21|
وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا
wa iżaa massahul-khoiru manuu'aa
dan apabila mendapat kebaikan (harta) dia jadi kikir,
And when good touches him, withholding [of it],
(Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir) sewaktu ia mendapat harta benda ia kikir, tidak mau menunaikan hak Allah yang ada pada hartanya itu.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 21 |
penjelasan ada di ayat 19
Surat Al-Maarij |70:22|
إِلَّا الْمُصَلِّينَ
illal-musholliin
kecuali orang-orang yang melaksanakan sholat,
Except the observers of prayer -
(Kecuali orang-orang yang mengerjakan sholat) yakni, orang-orang yang beriman.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 22 |
penjelasan ada di ayat 19
Surat Al-Maarij |70:23|
الَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ
allażiina hum 'alaa sholaatihim daaa`imuun
mereka yang tetap setia melaksanakan sholatnya,
Those who are constant in their prayer
(Yang mereka itu tetap mengerjakan sholatnya) terus-menerus mengerjakannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 23 |
penjelasan ada di ayat 19
Surat Al-Maarij |70:24|
وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ
wallażiina fiii amwaalihim ḥaqqum ma'luum
dan orang-orang yang dalam hartanya disiapkan bagian tertentu,
And those within whose wealth is a known right
(Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu) yakni zakat.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 24 |
penjelasan ada di ayat 19
Surat Al-Maarij |70:25|
لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ
lis-saaa`ili wal-maḥruum
bagi orang (miskin) yang meminta dan yang tidak meminta,
For the petitioner and the deprived -
(Bagi orang miskin yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa) yang tidak mau meminta-minta, demi memelihara kehormatannya sekalipun ia tidak punya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 25 |
penjelasan ada di ayat 19
Surat Al-Maarij |70:26|
وَالَّذِينَ يُصَدِّقُونَ بِيَوْمِ الدِّينِ
wallażiina yushoddiquuna biyaumid-diin
dan orang-orang yang mempercayai hari Pembalasan,
And those who believe in the Day of Recompense
(Dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan) yaitu, hari ketika semua orang mendapatkan balasan amal perbuatannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 26 |
penjelasan ada di ayat 19
Surat Al-Maarij |70:27|
وَالَّذِينَ هُمْ مِنْ عَذَابِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ
wallażiina hum min 'ażaabi robbihim musyfiquun
dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya,
And those who are fearful of the punishment of their Lord -
(Dan orang-orang yang takut terhadap azab Rabbnya) mereka takut akan azab-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 27 |
penjelasan ada di ayat 19
Surat Al-Maarij |70:28|
إِنَّ عَذَابَ رَبِّهِمْ غَيْرُ مَأْمُونٍ
inna 'ażaaba robbihim ghoiru ma`muun
sesungguhnya terhadap azab Tuhan mereka, tidak ada seseorang yang merasa aman (dari kedatangannya),
Indeed, the punishment of their Lord is not that from which one is safe -
(Karena sesungguhnya azab Rabb mereka tidak dapat orang merasa aman) dari kedatangannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 28 |
penjelasan ada di ayat 19
Surat Al-Maarij |70:29|
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ
wallażiina hum lifuruujihim ḥaafizhuun
dan orang-orang yang memelihara kemaluannya,
And those who guard their private parts
(Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 29 |
penjelasan ada di ayat 19
Surat Al-Maarij |70:30|
إِلَّا عَلَىٰ أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ
illaa 'alaaa azwaajihim au maa malakat aimaanuhum fa innahum ghoiru maluumiin
kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka tidak tercela.
Except from their wives or those their right hands possess, for indeed, they are not to be blamed -
(Kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki) yakni budak-budak perempuan (maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak tercela.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 30 |
penjelasan ada di ayat 19
Surat Al-Maarij |70:31|
فَمَنِ ابْتَغَىٰ وَرَاءَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْعَادُونَ
fa manibtaghoo warooo`a żaalika fa ulaaa`ika humul-'aaduun
Maka barang siapa mencari di luar itu (seperti zina, homoseks, dan lesbian), mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
But whoever seeks beyond that, then they are the transgressors -
(Barang siapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas) melanggar batas kehalalan menuju kepada keharaman.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 31 |
penjelasan ada di ayat 19
Surat Al-Maarij |70:32|
وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
wallażiina hum li`amaanaatihim wa 'ahdihim roo'uun
Dan orang-orang yang memelihara amanat dan janjinya,
And those who are to their trusts and promises attentive
(Dan orang-orang yang terhadap amanat-amanat mereka) menurut suatu qiraat lafal amaanaatihim dibaca dalam bentuk mufrad atau tunggal, sehingga bacaannya menjadi amaanatihim,
yakni perkara agama dan duniawi yang dipercayakan kepadanya untuk menunaikannya (dan janji mereka) yang telah diambil dari mereka dalam hal tersebut (mereka memeliharanya) benar-benar menjaganya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 32 |
penjelasan ada di ayat 19
Surat Al-Maarij |70:33|
وَالَّذِينَ هُمْ بِشَهَادَاتِهِمْ قَائِمُونَ
wallażiina hum bisyahaadaatihim qooo`imuun
dan orang-orang yang berpegang teguh pada kesaksiannya,
And those who are in their testimonies upright
(Dan orang-orang yang terhadap kesaksiannya) menurut suatu qiraat dibaca dalam bentuk jamak, sehingga bacaannya menjadi syahaadaatihim (mereka menunaikannya) mereka menegakkannya dan tidak menyembunyikannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 33 |
penjelasan ada di ayat 19
Surat Al-Maarij |70:34|
وَالَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ
wallażiina hum 'alaa sholaatihim yuḥaafizhuun
Dan orang-orang yang memelihara sholatnya,
And those who [carefully] maintain their prayer:
(Dan orang-orang yang memelihara sholatnya) yaitu dengan mengerjakan pada waktunya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 34 |
penjelasan ada di ayat 19
Surat Al-Maarij |70:35|
أُولَٰئِكَ فِي جَنَّاتٍ مُكْرَمُونَ
ulaaa`ika fii jannaatim mukromuun
mereka itu dimuliakan di dalam surga.
They will be in gardens, honored.
(Mereka itu dimasukkan ke dalam surga lagi dimuliakan.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 35 |
penjelasan ada di ayat 19
Surat Al-Maarij |70:36|
فَمَالِ الَّذِينَ كَفَرُوا قِبَلَكَ مُهْطِعِينَ
fa maalillażiina kafaruu qibalaka muhthi'iin
Maka mengapa orang-orang kafir itu datang bergegas ke hadapanmu (Muhammad),
So what is [the matter] with those who disbelieve, hastening [from] before you, [O Muhammad],
(Mengapakah orang-orang kami itu ke arahmu) menuju kepadamu (dengan bersegera) lafal muhthi`iina berkedudukan sebagai hal atau kata
keterangan keadaan, yakni mereka selalu menatapkan pandangannya ke arahmu secara terus-menerus.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 36 |
Tafsir ayat 36-44
Allah Swt. mengingkari sikap orang-orang kafir yang semasa dengan Nabi Saw., padahal mereka menyaksikan Nabi Saw. dan juga petunjuk yang diamanatkan oleh Allah kepadanya untuk menyampaikannya,
dan mukjizat-mukjizat yang jelas lagi cemerlang yang diberikan oleh Allah kepadanya untuk menguatkan kerasulannya. Kemudian dengan adanya semua itu mereka masih juga lari darinya dan bubar meninggalkannya,
ada yang ke arah kanan dan ada yang ke arah kiri dengan berkelompok-kelompok, semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
فَما لَهُمْ عَنِ التَّذْكِرَةِ مُعْرِضِينَ كَأَنَّهُمْ حُمُرٌ مُسْتَنْفِرَةٌ فَرَّتْ مِنْ قَسْوَرَةٍ
Maka mengapa mereka (orang-orang kafir) berpaling dari peringatan (Allah)? Seakan-akan mereka itu keledai liar yang lari terkejut, lari dari singa. (Al-Muddatstsir: 49-51) Ayat-ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam surat ini, karena Allah Swt. berfirman:
{فَمَالِ الَّذِينَ كَفَرُوا قِبَلَكَ مُهْطِعِينَ}
Mengapa orang-orang kafir itu bersegera bubar dari arahmu. (Al-Ma'arij: 36) Yakni mengapa orang-orang kafir itu bersegera meninggalkanmu, hai Muhammad. Sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri, bahwa muhti'in artinya pergi.
{عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ عِزِينَ}
Dari kanan dan dari kiri dengan berkelompok-kelompok. (Al-Ma'arij: 37) Bentuk tunggalnya ialah 'izah, yakni berkelompok-kelompok. Ini merupakan kata keterangan keadaan dari lafaz muhti'in, yakni saat mereka bubar darinya
berkelompok-kelompok karena tidak setuju dan menentangnya. Imam Ahmad telah mengatakan sehubungan dengan para penghamba nafsu, bahwa mereka selalu menyimpang dari Al-Qur'an, dan menentangnya serta sepakat untuk
menentangnya. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Mengapa orang-orang kafir itu bersegera bubar dari arahmu. (Al-Ma'arij: 36) Yakni mereka mengarahkan pandangannya ke arahmu.
Dari kanan dan dari kiri dengan berkelompok-kelompok, (Al-Ma'arij: 37) Bahwa 'iz'in artinya berkelompok-kelompok, ada yang dari arah kanan dan ada yang dari arah kiri, berpaling darinya seraya memperolok-olok dia.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abu Amir alias Qurrah, dari Al-Hasan sehubungan dengan makna firman-Nya: dari kanan dan dari kiri membubarkan dirinya (Al-Ma'arij: 37)
Yaitu bubar meninggalkan dia, ada yang ke arah kanan dan ada yang ke arah kiri seraya mengatakan, "Apa yang dikatakan lelaki ini?" dengan nada mencemoohkan.Qatadah mengatakan bahwa muhti'in artinya sengaja datang.
Dari kanan dan dari kiri dengan berkelompok-kelompok. (Al-Ma'arij: 37) Yakni membuat kelompok-kelompok di sekeliling Nabi Saw., tetapi bukan kerena menyukai Kitabullah dan bukan pula Nabi-Nya.As-Sauri, Syu'bah,
Absar ibnul Qasim, Aisy ibnu Yunus, Muhammad ibnu Fudail, Waki', Yahya Al-Qattan, dan Abu Mu'awiyah, semuanya telah meriwayatkan dari Al-A'masy, dari Al-Musayyab ibnu Rati', dari Tamim ibnu Tarfah, dari Jabir ibnu Samurah,
bahwa Rasulullah Saw. keluar menemui para sahabat, sedangkan para sahabat saat itu sedang duduk berkelompok-kelompok. Maka beliau bertanya, "Mengapa kalian kulihat berkelompok-kelompok?"
Imam Ahmad, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Nasai, dan Ibnu Jarir telah meriwayatkannya melalui hadis Al-A'masy dengan sanad yang sama.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا مُؤَمَّل، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ عَلَى أَصْحَابِهِ وَهُمْ حِلَق حِلق، فَقَالَ: "مَا لِي أَرَاكُمْ عِزِينَ؟ "
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Mu'ammal, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abdul Malik ibnu Umair, dari Abu Salamah,
dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah Saw. Keluar menemui para sahabatnya, sedangkan mereka dalam keadaan berkelompok-kelompok membentuk lingkaran-lingkaran, maka beliau Saw. bertanya, "
Mengapa kulihat kalian berkelompok-kelompok?" Sanad hadis ini jayyid (baik), tetapi kami tidak menemukan pada suatu kitab-pun dari kitab Sittah yang meriwayatkannya dari jalur ini. Firman Allah Swt.:
{أَيَطْمَعُ كُلُّ امْرِئٍ مِنْهُمْ أَنْ يُدْخَلَ جَنَّةَ نَعِيمٍ} كَلَّا
Adakah setiap orang dari orang-orang kafir itu ingin masuk ke dalam surga yang penuh kenikmatan? Sekali-kali tidak! (Al-Ma'arij: 38-39) Maksudnya, apakah mereka yang keadaannya seperti itu, yakni lari dari Rasul dan anti pati
terhadap perkara hak, dapat memasuki surga-surga yang penuh dengan kenikmatan? Sekali-kali tidak, bahkan tempat kembali mereka adalah neraka Jahanam. Selanjutnya Allah Swt. berfirman, menyatakan bahwa hari kiamat itu
pasti terjadi dan azab akan menimpa mereka yang mengingkari kejadiannya dan menganggapnya sebagai kejadian yang mustahil. Hal ini diungkapkan oleh Allah Swt. dengan membuktikan terhadap mereka bahwa Dialah Yang
Menciptakan mereka dari semula; maka mengembalikan penciptaan itu jauh lebih mudah bagi-Nya daripada memulainya, padahal mereka mengakui hal ini. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{إِنَّا خَلَقْنَاهُمْ مِمَّا يَعْلَمُونَ}
Sesungguhnya Kami ciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui (air mani). (Al-Ma'arij: 39) Yaitu dari air mani yang lemah, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
أَلَمْ نَخْلُقْكُمْ مِنْ ماءٍ مَهِينٍ
Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina. (Al-Mursalat: 20) Dan firman Allah Swt.:
فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسانُ مِمَّ خُلِقَ خُلِقَ مِنْ ماءٍ دافِقٍ يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرائِبِ إِنَّهُ عَلى رَجْعِهِ لَقادِرٌ يَوْمَ تُبْلَى السَّرائِرُ فَما لَهُ مِنْ قُوَّةٍ وَلا ناصِرٍ
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya
(hidup sesudah mati). Pada hari ditampakkan segala rahasia, maka sekali-kali tidak ada bagi manusia itu suatu kekuatan pun dan tidak (pula) seorang penolong. (At-Tariq: 5-10) Kemudian Allah Swt. berfirman:
{فَلا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ}
Maka Aku bersumpah dengan Tuhan Yang Maha Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan, dan bintang. (Al-Ma'arij: 40) Yakni Tuhan Yang telah menciptakan langit dan bumi, menciptakan arah timur dan arah barat,
serta menundukkan bintang-bintang yang terbit dari arah timur dan tenggelam di arah barat. Kesimpulan pembicaraan menunjukkan bahwa duduk perkaranya tidaklah seperti yang kamu duga, bahwa tidak ada hari kiamat, tidak ada hari hisab,
tidak ada hari berbangkit, dan tidak ada hari kemudian, bahkan semuanya itu pasti terjadi dan tidak dapat dielakkan lagi. Karena itulah maka dipakai huruf la dalam permulaan qasam (sumpah), untuk menunjukkan bahwa objek sumpah
yang terkandung dalam makna kalimat dinafikan. Yaitu menyanggah dugaan mereka yang tidak benar, yang menyatakan bahwa hari kiamat itu tidak ada. Padahal mereka telah menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri akankekuasaan Allah Swt.
Yang jauh lebih besar dari pada hari kiamat: Yaitu penciptaan langit, bumi, dan ditundukkan-Nya semua makhluk yang ada pada keduanya, baik yang hidup maupun yang tidak bernyawa dan berbagai jenis makhluk lainnya.
Karena itulah disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
لَخَلْقُ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ وَلكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Al-Mu’min: 57)
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَ السَّماواتِ وَالْأَرْضَ وَلَمْ يَعْيَ بِخَلْقِهِنَّ بِقادِرٍ عَلى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتى بَلى إِنَّهُ عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya,
kuasa menghidupkan orang-orang mati? Ya (bahkan) sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-Ahqaf: 33) Dan dalam ayat lainnya lagi disebutkan oleh firman-Nya:
أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّماواتِ وَالْأَرْضَ بِقادِرٍ عَلى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ بَلى وَهُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ إِنَّما أَمْرُهُ إِذا أَرادَ شَيْئاً أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Dan Tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan kembali jasad-jasad mereka yang sudah hancur itu? Benar. Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.
Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka terjadilah ia (Yasin:81-82) Dalam surat ini disebutkan pula oleh firman-Nya:
{فَلا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ إِنَّا لَقَادِرُونَ عَلَى أَنْ نُبَدِّلَ خَيْرًا مِنْهُمْ}
Maka Aku bersumpah dengan Tuhan Yang Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan, dan bintang; sesungguhnya Kami benar-benar Mahakuasa, untuk mengganti (mereka) dengan kaum yang lebih baik daripada mereka. (Al-Ma'arij: 40-41)
Yaitu kelak di hari kiamat Kami akan mengembalikan mereka hidup kembali dengan tubuh yang lebih baik daripada sekarang, karena sesungguhnya kekuasaan Allah Swt. mampu berbuat demikian,
{وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوقِينَ}
dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan. (Al-Ma'arij: 41)Artinya, tiada seorang pun yang dapat mengalahkan-Nya. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat Lain melalui firman-Nya:
أَيَحْسَبُ الْإِنْسانُ أَلَّنْ نَجْمَعَ عِظامَهُ بَلى قادِرِينَ عَلى أَنْ نُسَوِّيَ بَنانَهُ
Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna. (Al-Qiyamah: 3-4) Dan firman Allah Swt.:
نَحْنُ قَدَّرْنا بَيْنَكُمُ الْمَوْتَ وَما نَحْنُ بِمَسْبُوقِينَ عَلى أَنْ نُبَدِّلَ أَمْثالَكُمْ وَنُنْشِئَكُمْ فِي مَا لَا تَعْلَمُونَ
Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan, untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan menciptakan kamu kelak (di akhirat) dalam keadaan
yang tidak kamu ketahui. (Al-Waqi'ah: 60-61) Ibnu Jarir sehubungan dengan makna firman-Nya: Untuk mengganti (mereka) dengan kaum yang lebih balk daripada mereka. (Al-Ma'arij: 41)
Yakni umat yang taat kepada Kami dan tidak mendurhakai Kami, ia menjadikan ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْماً غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثالَكُمْ
dan jika kamu berpaling, niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini). (Muhammad: 38) Akan-tetapi,
makna yang pertama lebih jelas karena konteks pembicaraan berkaitan erat dengannya; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
{فَذَرْهُمْ}
Maka biarkanlah mereka. (Al-Ma'arij: 42)Yaitu biarkanlah mereka, hai Muhammad.
{يَخُوضُوا وَيَلْعَبُوا}
tenggelam (dalam kebatilan) dan bermain-main. (Al-Ma'arij: 42) Maksudnya, biarkanlah mereka dalam kedustaan, kekafiran, dan keingkarannya.
{حَتَّى يُلاقُوا يَوْمَهُمُ الَّذِي يُوعَدُونَ}
sampai mereka menjumpai hari yang diancamkan kepada mereka. (Al-Ma'arij: 42) Yakni kelak mereka akan mengetahui akibat dari perbuatannya dan akan merasakan buah dari sepak terjangnya.
{يَوْمَ يَخْرُجُونَ مِنَ الأجْدَاثِ سِرَاعًا كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوفِضُونَ}
(yaitu) pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia).(Al-Ma'arij:43) Yaitu mereka bangkit dari kuburnya masing-masing, apabila Tuhan
Yang Mahasuci lagi Mahatinggi memanggil mereka untuk menjalani hisab di mauqif (tempat pemberhentian). Mereka bangkit dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala sembahannya. Ibnu Abbas, Mujahid,
Ad-Dahhak mengatakan bahwa makna nusuh ialah 'alam alias berhala-berhala. Abul Aliyah dan Yahya ibnu Abu Kasir mengatakan, makna yang dimaksud ialah sebagaimana mereka pergi dengan segera ke tujuannya.
Jumhur ulama ada yang membacanya nasbin yang bermakna mansub, artinya berhala yang dipancangkan. Sedangkan Al-Hasan AL-Basri membacanya nusub yang artinya berhala sembahan mereka. Seakan-akan langkah mereka yang
cepat menuju ke mauqif sama dengan langkah mereka saat di dunia bila menuju ke tempat sembahan-sembahan mereka, mereka pergi bergegas untuk mencapainya, siapa yang paling dahulu dari mereka yang mengusapnya.
Pendapat ini diriwayatkan dari Mujahid, Yahya ibnu Abu Kasir, Muslim Al-Batin, Qatadah, Ad-Dahhak, Ar-Rabi' ibnu Anas, Abu Saleh, Asim ibnu Bahdalah, Ibnu Zaid, dan lain-lainnya.Firman Allah Swt.:
{خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ}
dalam keadaan mereka menekurkan pandangannya. (Al-Ma'arij: 44) Yakni menundukkan pandangan mata mereka.
{تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ}
(serta) diliputi kehinaan. (Al-Ma'arij: 44) Hal ini sebagai pembalasan atas kesombongan mereka sewaktu di dunia, karena mereka tidak mau taat kepada Allah Swt.
{ذَلِكَ الْيَوْمُ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ}
Itulah hari yang dahulunya diancamkan kepada mereka. (Al-Ma'arij: 44)
Surat Al-Maarij |70:37|
عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ عِزِينَ
'anil-yamiini wa 'anisy-syimaali 'iziin
dari kanan dan dari kiri dengan berkelompok-kelompok?
[To sit] on [your] right and [your] left in separate groups?
(Dari kanan dan dari kiri) dari sebelah kananmu dan sebelah kirimu (dengan berkelompok-kelompok) secara bergerombol dan membentuk lingkaran di sekitarmu.
Mereka berbuat demikian seraya mengatakan dengan nada mengejek, "Sungguh jika mereka, yakni orang-orang yang beriman, masuk ke dalam surga,
niscaya kami benar-benar akan masuk ke dalamnya sebelum mereka." Maka Allah berfirman:
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 37 |
penjelasan ada di ayat 36
Surat Al-Maarij |70:38|
أَيَطْمَعُ كُلُّ امْرِئٍ مِنْهُمْ أَنْ يُدْخَلَ جَنَّةَ نَعِيمٍ
a yathma'u kullumri`im min-hum ay yudkhola jannata na'iim
Apakah setiap orang dari orang-orang kafir itu ingin masuk surga yang penuh kenikmatan?,
Does every person among them aspire to enter a garden of pleasure?
("Adakah setiap orang dari orang-orang kafir itu ingin masuk ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan")
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 38 |
penjelasan ada di ayat 36
Surat Al-Maarij |70:39|
كَلَّا ۖ إِنَّا خَلَقْنَاهُمْ مِمَّا يَعْلَمُونَ
kallaa, innaa kholaqnaahum mimmaa ya'lamuun
tidak mungkin! Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui.
No! Indeed, We have created them from that which they know.
(Sekali-kali tidak!) kalimat ini merupakan sanggahan terhadap mereka yang ingin masuk surga, padahal mereka kafir. (Sesungguhnya Kami ciptakan mereka)
sama dengan selain mereka (dari apa yang mereka ketahui) yakni dari air mani; maka tidak cukup hanya dengan itu mereka mengharapkan surga, karena sesungguhnya
surga itu hanya dapat diharapkan bagi orang-orang yang bertakwa.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 39 |
penjelasan ada di ayat 36
Surat Al-Maarij |70:40|
فَلَا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ إِنَّا لَقَادِرُونَ
fa laaa uqsimu birobbil-masyaariqi wal-maghooribi innaa laqoodiruun
Maka Aku bersumpah demi Tuhan yang mengatur tempat-tempat terbit dan terbenamnya (matahari, bulan, dan bintang), sungguh, Kami pasti mampu,
So I swear by the Lord of [all] risings and settings that indeed We are able
(Maka) huruf laa di sini adalah huruf zaidah (Aku bersumpah dengan nama Rabb yang memiliki arah timur dan arah barat) yang memiliki matahari, bulan dan bintang-bintang lainnya (sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa.)
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 40 |
penjelasan ada di ayat 36
Surat Al-Maarij |70:41|
عَلَىٰ أَنْ نُبَدِّلَ خَيْرًا مِنْهُمْ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوقِينَ
'alaaa an nubaddila khoirom min-hum wa maa naḥnu bimasbuuqiin
untuk mengganti (mereka) dengan kaum yang lebih baik dari mereka, dan Kami tidak dapat dikalahkan.
To replace them with better than them; and We are not to be outdone.
(Untuk mengganti) mereka (dengan kaum yang lebih baik dari mereka, dan sekali-kali Kami tidak dapat dikalahkan) tidak ada yang dapat mengalahkan Kami dalam hal ini.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 41 |
penjelasan ada di ayat 36
Surat Al-Maarij |70:42|
فَذَرْهُمْ يَخُوضُوا وَيَلْعَبُوا حَتَّىٰ يُلَاقُوا يَوْمَهُمُ الَّذِي يُوعَدُونَ
fa żar-hum yakhuudhuu wa yal'abuu ḥattaa yulaaquu yaumahumullażii yuu'aduun
Maka biarkanlah mereka tenggelam dan bermain-main (dalam kesesatan) sampai mereka menjumpai hari yang diancamkan kepada mereka,
So leave them to converse vainly and amuse themselves until they meet their Day which they are promised -
(Maka biarkanlah mereka) tinggalkanlah mereka (tenggelam) dalam kebatilan (dan bermain-main) dalam keduniaan (sampai mereka menjumpai) menemui (hari yang diancamkan kepada mereka) yang pada hari itu ada azab bagi mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 42 |
penjelasan ada di ayat 36
Surat Al-Maarij |70:43|
يَوْمَ يَخْرُجُونَ مِنَ الْأَجْدَاثِ سِرَاعًا كَأَنَّهُمْ إِلَىٰ نُصُبٍ يُوفِضُونَ
yauma yakhrujuuna minal-ajdaaṡi siroo'ang ka`annahum ilaa nushubiy yuufidhuun
(yaitu) pada hari ketika mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia),
The Day they will emerge from the graves rapidly as if they were, toward an erected idol, hastening.
(Yaitu pada hari mereka keluar dari kubur) dari tempat-tempat mereka dikubur (dengan cepat) menuju ke padang Mahsyar tempat mereka dihimpunkan
(seakan-akan mereka pergi kepada berhala-berhala) menurut suatu qiraat dibaca nushubin, artinya sesuatu yang dibangun untuk pertanda atau tugu,
yang dimaksud adalah berhala-berhala (dengan cepatnya) mereka pergi dengan cepat seakan-akan pergi kepada berhala-berhala mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 43 |
penjelasan ada di ayat 36
Surat Al-Maarij |70:44|
خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ ۚ ذَٰلِكَ الْيَوْمُ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ
khoosyi'atan abshooruhum tar-haquhum żillah, żaalikal-yaumullażii kaanuu yuu'aduun
pandangan mereka tertunduk ke bawah diliputi kehinaan. Itulah hari yang diancamkan kepada mereka.
Their eyes humbled, humiliation will cover them. That is the Day which they had been promised.
(Dalam keadaan hina) atau nista (pandangan mereka karena diliputi) diselimuti (oleh rasa hina. Itulah hari yang dahulunya diancamkan kepada mereka)
lafal dzaalika menjadi mubtada, dan lafal-lafal sesudahnya berkedudukan menjadi khabarnya; makna yang dimaksud adalah hari kiamat.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Maarij | 70 : 44 |
penjelasan ada di ayat 36
Surat Nuh |71:1|
إِنَّا أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِ أَنْ أَنْذِرْ قَوْمَكَ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
innaaa arsalnaa nuuhan ilaa qoumihiii an anżir qoumaka ming qobli ay ya`tiyahum 'ażaabun aliim
Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan perintah), "Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih."
Indeed, We sent Noah to his people, [saying], "Warn your people before there comes to them a painful punishment."
(Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, dengan memerintahkan, berilah peringatan) dengan memperingatkan (kepada kaummu sebelum datang kepada mereka)
jika mereka tetap tidak mau beriman (azab yang pedih) siksaan yang menyakitkan di dunia dan akhirat.
Tafsir Ibnu Katsir | Nuh | 71 : 1 |
Tafsir ayat 1-4
Allah Swt. menceritakan tentang Nuh a.s., bahwa Dia telah mengutusnya kepada kaumnya dan memerintahkan kepadanya agar memberikan peringatan kepada mereka akan azab Allah
sebelum azab itu menimpa mereka.Maka jika mereka mau bertobat dan kembali ke jalan Allah, niscaya azab itu diangkat (dilenyapkan) dari mereka. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{أَنْ أَنْذِرْ قَوْمَكَ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي لَكُمْ نَذِيرٌ مُبِينٌ}
''Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih.” Nuh berkata, "Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepadamu.”(Nuh: 1-2) Yakni yang jelas peringatannya lagi gamblang duduk perkaranya.
{أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاتَّقُوهُ}
(yaitu) sembahlah Allah olehmu, bertakwalah kepada-Nya. ("Nuh: 3) Artinya, tinggalkanlah hal-hal yang diharamkan oleh-Nya dan jauhilah perbuatan-perbuatan dosa.
{وَأَطِيعُونِ}
Dan taatlah kepadaku. (Nuh:3) dengan mengerjakan apa yang kuperintahkan dan meninggalkan apa yang kularang kamu mengerjakannya.
{يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ}
niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu. (Nuh: 4) Yaitu apabila kamu mengerjakan apa yang kuperintahkan kepadamu dan membenarkan risalah yang kusampaikan kepadamu, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu.
Huruf min dalam ayat ini menurut suatu pendapat disebut zaidah (tambahan), tetapi kedudukan min sebagai tambahan dalam kalimat yang isbat (tidak dinafikan) jarang terjadi. Dan termasuk ke dalam pengertian ini ucapan
sebagian orang Arab, "Qad kana min matarin " (Tadi hujan telah turun). Menurut pendapat yang lainnya, min di sini bermakna 'an, artinya niscaya Allah akan mengampuni kalian dari dosa-dosa kalian. Pendapat inilah yangdipilih oleh Ibnu Jarir.
Menurut pendapat yang lainnya lagi, min di sini bermakna sebagian, yakni niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa besar yang Allah telah mengancam kalian karena melakukannya, bahwa kalian akan ditimpa azab-Nya:
{وَيُؤَخِّرَكُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى}
dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. (Nuh: 4) Maksudnya, memperpanjang usiamu dan menolak darimu azab yang bila kamu tidak menjauhi apa yang dilarang-Nya, niscaya azab itu akan menimpamu.
Ayat ini dijadikan dalil oleh orang yang mengatakan bahwa sesungguhnya amal ketaatan dan kebajikan serta silaturahmi dapat menambah usia pelakunya secara hakiki, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis yang mengatakan:
"صِلَةُ الرَّحِمِ تَزِيدُ فِي الْعُمْرِ"
Silaturahmi dapat menambah usia. Firman Allah Swt.:
{إِنَّ أَجَلَ اللَّهِ إِذَا جَاءَ لَا يُؤَخَّرُ لَوْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ}
Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui. (Nuh: 4) Yakni bersegeralah kamu mengerjakan amal ketaatan sebelum datang azab menimpamu. Karena sesungguhnya apabila Allah Swt.
memerintahkan turunnya azab, maka hal ini tidak dapat ditolak dan tidak dapat dicegah, sebab Allah Mahabesar Yang Mengalahkan segala sesuatu, lagi Mahaperkasa yang semua makhluk tunduk kepada keperkasaan-Nya.
Surat Nuh |71:2|
قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي لَكُمْ نَذِيرٌ مُبِينٌ
qoola yaa qoumi innii lakum nażiirum mubiin
Dia (Nuh) berkata, "Wahai kaumku! Sesungguhnya aku ini seorang pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu,
He said, "O my people, indeed I am to you a clear warner,
(Nuh berkata, "Hai kaumku! Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kalian.") Jelas peringatannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Nuh | 71 : 2 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Nuh |71:3|
أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاتَّقُوهُ وَأَطِيعُونِ
ani'budulloha wattaquuhu wa athii'uun
(yaitu) sembahlah Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku,
[Saying], 'Worship Allah, fear Him and obey me.
(Yaitu hendaknya) artinya aku perintahkan kepada kalian hendaknya (kalian menyembah Allah, bertakwalah kalian kepada-Nya dan taat kepadaku.)
Tafsir Ibnu Katsir | Nuh | 71 : 3 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Nuh |71:4|
يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرْكُمْ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۚ إِنَّ أَجَلَ اللَّهِ إِذَا جَاءَ لَا يُؤَخَّرُ ۖ لَوْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
yaghfir lakum min żunuubikum wa yu`akhkhirkum ilaaa ajalim musammaa, inna ajalallohi iżaa jaaa`a laa yu`akhkhor, lau kuntum ta'lamuun
niscaya Dia mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu (memanjangkan umurmu) sampai pada batas waktu yang ditentukan. Sungguh, ketetapan Allah itu apabila telah datang tidak dapat ditunda, seandainya kamu mengetahui."
Allah will forgive you of your sins and delay you for a specified term. Indeed, the time [set by] Allah, when it comes, will not be delayed, if you only knew.' "
(Niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosa kalian) huruf min di sini dapat dianggap sebagai huruf zaidah, karena sesungguhnya Islam itu mengampuni semua dosa
yang terjadi sebelumnya; yakni semua dosa kalian. Sebagaimana dapat pula dianggap sebagai min yang mengandung makna sebagian,
hal ini karena mengecualikan hak-hak yang bersangkutan dengan orang lain (dan menangguhkan kalian) tanpa diazab (sampai kepada waktu yang ditentukan)
yaitu ajal kematiannya. (Sesungguhnya ketetapan Allah) yang memutuskan untuk mengazab kalian, jika kalian tidak beriman kepada-Nya (apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kalian mengetahui)
seandainya kalian mengetahui hal tersebut, niscaya kalian beriman kepada-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Nuh | 71 : 4 |
penjelasan ada di ayat 1
Surat Nuh |71:5|
قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلًا وَنَهَارًا
qoola robbi innii da'autu qoumii lailaw wa nahaaroo
Dia (Nuh) berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam,
He said, "My Lord, indeed I invited my people [to truth] night and day.
(Nuh berkata, "Ya Rabbku! Sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang) terus-menerus tanpa mengenal waktu.
Tafsir Ibnu Katsir | Nuh | 71 : 5 |
Tafsir ayat 5-20
Allah Swt. menceritakan perihal hamba dan Rasul-Nya Nuh a.s., bahwa dia mengadu kepada Tuhannya apa yang ia jumpai pada kaumnya dan kesabarannya dalam menghadapi mereka dalam masa yang cukup panjang,
yaitu seribu tahun kurang lima puluh tahun; yang selama itu dia menerangkan dan menjelaskan kepada kaumnya serta menyeru mereka ke jalan petunjuk dan jalan yang lurus. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلا وَنَهَارًا}
Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang. (Nun: 5) Yakni aku tiada hentinya menyeru mereka siang dan malam karena menjalankan perintah-Mu dan mencari pahala ketaatan kepada-Mu.
{فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَائِي إِلا فِرَارًا}
maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). (Nuh: 6) Yaitu setiap kali aku seru mereka untuk mendekati perkara yang hak, maka mereka makin lari darinya dan makin jauh menyimpang darinya.
{وَإِنِّي كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوا أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ}
Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mangampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya). (Nuh: 7)
Yakni mereka menutupi telinganya agar tidak dapat mendengar seruan yang aku tujukan kepada mereka. Seperti halnya yang dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy, yang disebutkan oleh firman-Nya:
وَقالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَسْمَعُوا لِهذَا الْقُرْآنِ وَالْغَوْا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ
Dan orang-orang yang kafir berkata, "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al-Qur’an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan (mereka)." (Fushshilat: 26) Adapun firman Allah Swt:
{وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ}
dan menutupkan bajunya (ke mukanya). (Nuh: 7) Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa mereka menyembunyikan jati dirinya agar Nuh tidak mengenal mereka. Sa'id ibnu Jubair dan As-Saddi mengatakan bahwa mereka menutupi kepalanya agar tidak dapat mendengar apa yang dikatakan oleh Nuh.
{وَأَصَرُّوا} dan mereka tetap (mengingkari). (Nuh: 7) Yakni mereka terus-menerus dalam kemusyrikan dan kekafirannya yang berat lagi sangat parah.
{وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًا}
dan menyombongkan diri dengan sangat. (Nuh: 7) Mereka menolak, tidak mau mengikuti perkara yang hak dan tidak mau tunduk kepadanya.
{ثُمَّ إِنِّي دَعَوْتُهُمْ جِهَارًا}
Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan. (Nuh: 8) Maksudnya, dengan terang-terangan di kalangan mereka tanpa tedeng aling-aling.
{ثُمَّ إِنِّي أَعْلَنْتُ لَهُمْ}
kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) secara terbuka. (Nuh: 9) Yaitu dengan pembicaraan yang jelas dan suara yang keras.
{وَأَسْرَرْتُ لَهُمْ إِسْرَارًا}
dan dengan diam-diam, (Nuh: 9) antara aku dan mereka saja. Nuh dalam seruannya memakai cara yang beragam dengan maksud agar seruannya lebih berkesan pada mereka.
{فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا}
maka aku berkata (kepada mereka), "Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.” (Nuh: 10) Yakni kembalilah kamu ke jalan-Nya dan tinggalkanlah apa yang kamu biasa lakukan itu
dan bertobatlah kamu kepadanya dari dekat. Karena sesungguhnya barang siapa yang bertobat kepada-Nya, niscaya Dia menerima tobatnya, sekalipun dosa-dosanya besar dalam kekafiran dan kemusyrikannya.
Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
{فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا}
maka aku berkata (kepada mereka),' Mohonlah ampunan kepada Tuhan-mu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu.” (Nuh: 10-11)
Maksudnya, terus-menerus; karena itulah maka disunatkan membaca surat ini dalam salat istisqa (memohon hujan) mengingat maknanya sangat relevan dengannya. Hal yang sama telah dilakukan oleh Amirul Mu’minin Umar ibnul Khattab r.a
bahwa dia menaiki mimbar untuk memanjatkan doa istisqa, maka tiada yang dibacanya selain dari istigfar dan membaca beberapa ayat dalam istigfarnya yang antara lain adalah ayat ini:
maka aku berkata (kepada mereka),'Mohonlah ampunan kepada Tuhan-mu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu." (Nuh: 10-11)
Kemudian Umar berkata, "Sesungguhnya aku telah menunggu-nunggu datangnya hujan melalui bintang-bintang yang merupakan pertanda akan datangnya hujan."
Ibnu Abbas dan lain-lainnya mengatakan bahwa datanglah awan secara beriringan, sebagian darinya berurutan dengan sebagian yang lainnya.Firman Allah Swt.:
{وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا}
dan memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. (Nuh: 12) Semuanya itu dengan syarat apabila kamu bertobat kepada Allah dan memohon
ampun kepada-Nya serta taat kepada-Nya, maka Dia akan memperbanyak rezeki kalian dan menyirami kalian dengan keberkahan dari langit dan menumbuhkan bagi kalian keberkatan bumi sehingga bumi menjadi subur
menumbuhkan tetanamannya, dan menyuburkan bagi kalian air susu ternak kalian dan memberimu banyak harta dan anak-anak dan menjadikan bagi kalian kebun-kebun yang di dalamnya terdapat berbagai macam buah-buahan
dan di tengah-tengah (celah-celah)nya dibelahkan bagi kalian sungai-sungai yang mengalir. Ini merupakan seruan dengan memakai metode targib. Kemudian beralih dengan cara tarhib dalam seruannya kepada mereka. Untuk itu Nuh berkata:
{مَا لَكُمْ لَا تَرْجُونَ لِلَّهِ وَقَارًا}
Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? (Nuh: 13) Yakni kebesaran-Nya, menurut Ibnu Abbas, Mujahid, dan Ad-Dahhak. Ibnu Abbas mengatakan bahwa
kalian tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang sebenar-benarnya. Dengan kata lain, mengapa kamu tidak takut kepada pembalasan dan azab-Nya.
{وَقَدْ خَلَقَكُمْ أَطْوَارًا}
Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian? (Nuh: 14) Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah dari nutfah, kemudian menjadi 'alaqah,
kemudian menjadi segumpal daging. Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ikrimah, Qatadah, Yahya ibnu Rafi', As-Saddi, dan Ibnu Zaid. Firman Allah Swt.:
{أَلَمْ تَرَوْا كَيْفَ خَلَقَ اللَّهُ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا}
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? (Nuh: 15) Yakni berlapis-lapis satu lapis di atas lapis yang lainnya bersusun-susun. Akan tetapi, apakah hal ini termasuk di antara perkara
yang hanya dapat didengar saja (metafisika)? Ataukah termasuk di antara perkara yang dapat dijangkau oleh indra melalui penyelidikan dan penemuan ilmiah (fisika)? Karena sesungguhnya tujuh bintang yang beredar satu sama
lainnya saling menutupi yang lainnya. Yang paling dekat dengan kita adalah bulan yang berada di langit terdekat, ia menutupi bintang lainnya yang ada di atasnya, dan pada lapis yang kedua terdapat bintang 'Utarid, dan pada lapis yang
ketiga terdapat Zahrah (Venus). Sedangkan matahari terdapat pada lapis yang keempat. Mars pada lapis yang kelima, Musytari pada lapis yang keenam, dan Zuhal pada lapis yang ketujuh. Adapun bintang-bintang lainnya yaitu
bintang-bintang yang tetap (tidak beredar), maka semuanya berada di lapis yang kedelapan; mereka menamakannya falak bintang-bintang yang menetap. Dan para ahli falak yang berilmu syariat menamakannya dengan istilah Al-Kursi.
Dan falak yang kesembilan dinamakan Al-Atlas dan juga Al-Asir, yang menurut ahli ilmu falak pergerakannya kebalikan dari peredaran semua falak yang ada. Yaitu peredarannya dimulai dari barat menuju ke timur,
sedangkan semua falak kebalikannya yaitu dari arah timur ke arah barat, dan bersamaan dengannya beredar pula semua bintang mengikutinya. Akan tetapi, bintang-bintang yang beredar mempunyai pergerakan yang berbeda dengan semua falaknya,
karena sesungguhnya bintang-bintang tersebut beredar dari arah barat menuju ke arah timur. Masing-masing darinya menempuh falaknya menurut kecepatannya. Bulan menempuh garis edarnya setiap bulannya sekali,
dan matahari menempuh garis edarnya setiap tahunnya sekali, dan Zuhal baru dapat menempuhnya selama tigapuluh tahun sekali. Demikian itu berdasarkan luas falak masing-masing, sekalipun gerakan semuanya dalam hal kecepatannya berimbang.
Demikianlah kesimpulan dari apa yang dikatakan oleh ahli ilmu falak dalam bab ini dengan adanya perbedaan pendapat di kalangan mereka mengenai berbagai masalah yang cukup banyak,
tetapi bukan termasuk ke dalam pembahasan kita sekarang ini. Tujuan kita hanyalah untuk menjelaskan bahwa Allah Swt:
{خَلَقَ اللَّهُ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا وَجَعَلَ الْقَمَرَ فِيهِنَّ نُورًا وَجَعَلَ الشَّمْسَ سِرَاجًا}
telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita. (Nuh: 15-16) Yaitu Allah Swt. membedakan cahaya keduanya,
dan menjadikan masing-masing dari keduanya sebagai tanda untuk mengetahui malam dan siang hari melalui terbit dan tenggelamnya matahari. Allah telah menetapkan pula garis-garis edar dan manzilah-manzilah bagi bulan serta mengubah-ubah cahayanya.
Adakalanya cahayanya bertambah hingga sempurna, kemudian menurun (berkurang) hingga lenyap tersembunyi; hal ini untuk mengetahui perjalanan bulan dan tahun, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman Allah Swt.:
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِياءً وَالْقَمَرَ نُوراً وَقَدَّرَهُ مَنازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الْآياتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).
Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (Yunus: 5)Adapun firman Allah Swt.:
{وَاللَّهُ أَنْبَتَكُمْ مِنَ الأرْضِ نَبَاتًا}
Dan Allah menciptakan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya. (Nuh: 17) Nabatan adalah isim masdar, dan mendatangkannya di tempat ini merupakan ungkapan yang sangat indah.
{ثُمَّ يُعِيدُكُمْ فِيهَا}
kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah. (Nuli: 18) Yakni apabila kalian mati.
{وَيُخْرِجُكُمْ إِخْرَاجًا}
dan mengeluarkan kamu dengan sebenar-benarnya. (Nuh: 18) Maksudnya, di hari kiamat Dia akan mengembalikan kamu hidup kembali daripadanya, sebagaimana Dia menciptakan kamu pada yang pertama kali.
{وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ بِسَاطًا}
Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan. (Nuh: 19) Allah telah menggelarkannya dan menjadikannya layak untuk dihuni, dan menetapkan serta mengokohkannya dengan gunung-gunung yang-besar lagi tinggi menjulang ke langit.
{لِتَسْلُكُوا مِنْهَا سُبُلا فِجَاجًا}
supaya kamu menempuh jalan-jalan yang luas di bumi itu. (Nuh: 20) Yakni Allah telah menciptakan bumi untuk tempat menetap kalian, dan kalian dapat melakukan perjalanan padanya ke mana pun yang kalian kehendaki
dari kawasan dan daerah-daerahnya. Semuanya itu termasuk di antara apa yang diingatkan oleh Nuh terhadap kaumnya, untuk menunjukkan kepada mereka kekuasaan Allah dan kebesaran-Nya melalui penciptaan-Nya terhadap langit, bumi,
dan semua nikmat yang dirasakan oleh mereka berupa berbagai manfaat, baik yang berasal dari langit maupun yang berasal dari bumi. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Memberi rezeki. Dia telah menjadikan langit sebagai atap
dan bumi sebagai hamparan dan melimpahkan kepada makhluk-Nya rezeki-rezeki-Nya. Maka Dialah Tuhan Yang wajib disembah dan diesakan dan tidak boleh dipersekutukan dengan siapa pun.
Karena sesungguhnya Allah itu tiada tandingan, tiada lawan, dan tiada yang sepadan dengan-Nya, tidak beranak, tidak mempunyai pembantu, tidak mempunyai penasihat, bahkan Dia Mahatinggi lagi Mahabesar.
Surat Nuh |71:6|
فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَائِي إِلَّا فِرَارًا
fa lam yazid-hum du'aaa`iii illaa firooroo
tetapi seruanku itu tidak menambah (iman) mereka, justru mereka lari (dari kebenaran).
But my invitation increased them not except in flight.
(Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari) dari iman.
Tafsir Ibnu Katsir | Nuh | 71 : 6 |
penjelasan ada di ayat 5
Surat Nuh |71:7|
وَإِنِّي كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوا أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًا
wa innii kullamaa da'autuhum litaghfiro lahum ja'aluuu ashoobi'ahum fiii aażaanihim wastaghsyau ṡiyaabahum wa ashorruu wastakbarustikbaaroo
Dan sesungguhnya aku setiap kali menyeru mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jarinya ke telinganya dan menutupkan bajunya (ke wajahnya) dan mereka tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri.
And indeed, every time I invited them that You may forgive them, they put their fingers in their ears, covered themselves with their garments, persisted, and were arrogant with [great] arrogance.
(Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka, agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya)
supaya mereka tidak dapat mendengar seruanku (dan menutupkan bajunya ke mukanya) supaya mereka tidak melihatku (dan mereka tetap)
dalam kekafiran mereka (dan menyombongkan diri) tidak mau beriman (dengan sangat.)
Tafsir Ibnu Katsir | Nuh | 71 : 7 |
penjelasan ada di ayat 5
Surat Nuh |71:8|
ثُمَّ إِنِّي دَعَوْتُهُمْ جِهَارًا
ṡumma innii da'autuhum jihaaroo
Lalu sesungguhnya aku menyeru mereka dengan cara terang-terangan.
Then I invited them publicly.
(Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka dengan terang-terangan) dengan sekuat suaraku.
Tafsir Ibnu Katsir | Nuh | 71 : 8 |
penjelasan ada di ayat 5
Surat Nuh |71:9|
ثُمَّ إِنِّي أَعْلَنْتُ لَهُمْ وَأَسْرَرْتُ لَهُمْ إِسْرَارًا
ṡumma inniii a'lantu lahum wa asrortu lahum isrooroo
Kemudian aku menyeru mereka secara terbuka dan dengan diam-diam,
Then I announced to them and [also] confided to them secretly
(Kemudian sesungguhnya aku telah mengeraskan kepada mereka) suaraku (dan pula telah membisikkan) suaraku atau seruanku (kepada mereka dengan sangat rahasia.)
Tafsir Ibnu Katsir | Nuh | 71 : 9 |
penjelasan ada di ayat 5
Surat Nuh |71:10|
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
fa qultustaghfiruu robbakum innahuu kaana ghoffaaroo
maka aku berkata (kepada mereka), "Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, sungguh, Dia Maha Pengampun,
And said, 'Ask forgiveness of your Lord. Indeed, He is ever a Perpetual Forgiver.
(Maka aku katakan, "Mohonlah ampun kepada Rabb kalian) dari kemusyrikan kalian (sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.")
Tafsir Ibnu Katsir | Nuh | 71 : 10 |
penjelasan ada di ayat 5
Surat Nuh |71:11|
يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا
yursilis-samaaa`a 'alaikum midrooroo
niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu,
He will send [rain from] the sky upon you in [continuing] showers
(Niscaya Dia akan mengirimkan hujan) pada saat itu mereka sedang mengalami kekeringan karena terlalu lama tidak ada hujan (kepada kalian dengan lebat) dengan deras.
Tafsir Ibnu Katsir | Nuh | 71 : 11 |
penjelasan ada di ayat 5
Surat Nuh |71:12|
وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
wa yumdidkum bi`amwaaliw wa baniina wa yaj'al lakum jannaatiw wa yaj'al lakum an-haaroo
dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu."
And give you increase in wealth and children and provide for you gardens and provide for you rivers.
(Dan membanyakkan harta dan anak-anak kalian dan mengadakan untuk kalian kebun-kebun) ladang-ladang (dan mengadakan pula bagi kalian sungai-sungai) yang mengalir di dalamnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Nuh | 71 : 12 |
penjelasan ada di ayat 5
Surat Nuh |71:13|
مَا لَكُمْ لَا تَرْجُونَ لِلَّهِ وَقَارًا
maa lakum laa tarjuuna lillaahi waqooroo
Mengapa kamu tidak takut akan kebesaran Allah?
What is [the matter] with you that you do not attribute to Allah [due] grandeur
(Mengapa kalian tidak mengharapkan keagungan dari Allah) tidak mengharapkan Allah mengangkat derajat kalian, agar kalian beriman kepada-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Nuh | 71 : 13 |
penjelasan ada di ayat 5
Surat Nuh |71:14|
وَقَدْ خَلَقَكُمْ أَطْوَارًا
wa qod kholaqokum athwaaroo
Dan sungguh, Dia telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan (kejadian).
While He has created you in stages?
(Padahal sesungguhnya Dia telah menciptakan kalian dalam beberapa tingkatan kejadian) lafal athwaaran bentuk jamak dari lafal thaurun, artinya tahap; yakni mulai dari tahap air mani
terus menjadi darah kental atau alaqah, hingga menjadi manusia yang sempurna bentuknya. Dan memperhatikan kejadian makhluk-Nya seharusnya menuntun mereka iman kepada yang telah menciptakannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Nuh | 71 : 14 |
penjelasan ada di ayat 5
Surat Nuh |71:15|
أَلَمْ تَرَوْا كَيْفَ خَلَقَ اللَّهُ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا
a lam tarou kaifa kholaqollaahu sab'a samaawaatin thibaaqoo
Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis?
Do you not consider how Allah has created seven heavens in layers
(Tidakkah kalian perhatikan) kalian lihat (bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat) sebagian di antaranya berada di atas sebagian yang lain.
Tafsir Ibnu Katsir | Nuh | 71 : 15 |
penjelasan ada di ayat 5
Surat Nuh |71:16|
وَجَعَلَ الْقَمَرَ فِيهِنَّ نُورًا وَجَعَلَ الشَّمْسَ سِرَاجًا
wa ja'alal-qomaro fiihinna nuurow wa ja'alasy-syamsa siroojaa
Dan di sana Dia menciptakan bulan yang bercahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita (yang cemerlang)?
And made the moon therein a [reflected] light and made the sun a burning lamp?
(Dan Allah menciptakan padanya bulan) yaitu pada langit yang paling terdekat di antara keseluruhan langit itu
(sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita) yang memancarkan sinar terang yang jauh lebih kuat daripada sinar bulan.
Tafsir Ibnu Katsir | Nuh | 71 : 16 |
penjelasan ada di ayat 5
Surat Nuh |71:17|
وَاللَّهُ أَنْبَتَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ نَبَاتًا
wallohu ambatakum minal-ardhi nabaataa
Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah, tumbuh (berangsur-angsur),
And Allah has caused you to grow from the earth a [progressive] growth.
(Dan Allah menumbuhkan kalian) Dia telah menciptakan kalian (dari tanah) karena Dia telah menciptakan bapak moyang kalian, yaitu Nabi Adam daripadanya (dengan sebaik-baiknya.)
Tafsir Ibnu Katsir | Nuh | 71 : 17 |
penjelasan ada di ayat 5
Surat Nuh |71:18|
ثُمَّ يُعِيدُكُمْ فِيهَا وَيُخْرِجُكُمْ إِخْرَاجًا
ṡumma yu'iidukum fiihaa wa yukhrijukum ikhroojaa
kemudian Dia akan mengembalikan kamu ke dalamnya (tanah) dan mengeluarkan kamu (pada hari Kiamat) dengan pasti.
Then He will return you into it and extract you [another] extraction.
(Kemudian Dia mengembalikan kalian ke dalam tanah) dalam keadaan terkubur di dalamnya (dan mengeluarkan kalian) dari dalamnya menjadi hidup kembali pada hari kiamat (dengan sebenar-benarnya.)
Tafsir Ibnu Katsir | Nuh | 71 : 18 |
penjelasan ada di ayat 5
Surat Nuh |71:19|
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ بِسَاطًا
wallohu ja'ala lakumul-ardho bisaathoo
Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan,
And Allah has made for you the earth an expanse
(Dan Allah menjadikan bagi kalian bumi sebagai hamparan) yakni dalam keadaan terhampar.
Tafsir Ibnu Katsir | Nuh | 71 : 19 |
penjelasan ada di ayat 5
Surat Nuh |71:20|
لِتَسْلُكُوا مِنْهَا سُبُلًا فِجَاجًا
litaslukuu min-haa subulan fijaajaa
agar kamu dapat pergi kian kemari di jalan-jalan yang luas.
That you may follow therein roads of passage.' "
(Supaya kalian menempuh padanya jalan-jalan) atau menempuh jalan-jalan (yang luas.") yang lebar.
Tafsir Ibnu Katsir | Nuh | 71 : 20 |
penjelasan ada di ayat 5
Surat Nuh |71:21|
قَالَ نُوحٌ رَبِّ إِنَّهُمْ عَصَوْنِي وَاتَّبَعُوا مَنْ لَمْ يَزِدْهُ مَالُهُ وَوَلَدُهُ إِلَّا خَسَارًا
qoola nuuḥur robbi innahum 'ashounii wattaba'uu mal lam yazid-hu maaluhuu wa waladuhuuu illaa khosaaroo
Nuh berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka durhaka kepadaku, dan mereka mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya hanya menambah kerugian baginya,
Noah said, "My Lord, indeed they have disobeyed me and followed him whose wealth and children will not increase him except in loss.
(Nuh berkata, "Ya Rabbku! Sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku, dan mereka telah mengikuti) orang-orang yang hina dan orang-orang yang miskin di antara mereka
(orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya) maksudnya orang-orang yang rendah dan orang-orang miskin dari kalangan kaum Nabi Nuh itu,
lebih senang mengikuti pemimpin-pemimpin yang diberi nikmat akan hal-hal tersebut, yakni banyak harta dan anaknya. Lafal wuldun dengan didamahkan huruf waunya dan sukun pada lamnya,
atau waladun dengan difatahkan kedua-duanya; kalau bentuk yang pertama menurut suatu pendapat, bahwa itu adalah bentuk jamak dari lafal waladun. Dalam arti kata disamakan dengan wazan lafal khasyabun
yang jamaknya khusybun. Menurut pendapat yang lain, lafal wuldun mempunyai arti yang sama dengan lafal waladun, karena wazannya dianggap sama dengan lafal bukhlun dan bakhiilun
(melainkan kerugian belaka) yaitu keangkaramurkaan dan kekafiran.
Tafsir Ibnu Katsir | Nuh | 71 : 21 |
Tafsir ayat 21-24
Allah Swt. menceritakan tentang Nuh a.s. bahwa dia telah menunaikan nahi munkar demi karena Allah; dan Dia Maha Mengetahui tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya. Bahwa meskipun dengan adanya semua keterangan
yang telah disebutkan di atas dan seruan serta dakwah yang beraneka ragam, baik dengan cara targib maupun dengan cara tarhib, kaumnya tetap mendurhakainya dan menentangnya serta mendustakannya.
Bahkan mereka lebih suka mengikuti para hartawan yang lupa kepada perintah Allah dan tenggelam ke dalam kesenangan duniawinya yang berlimpah, padahal kenyataannya apa yang mereka miliki itu
merupakan istidraj dan penangguhan dari Allah buat mengazab mereka, bukan sebagai penghormatan atau kemuliaan. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
{وَاتَّبَعُوا مَنْ لَمْ يَزِدْهُ مَالُهُ وَوَلَدُهُ إِلا خَسَارًا}
dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka. (Nuh: 21) Manurut suatu qiraat,
ada yang membaca waladuhu dan ada pula yang membacanya wulduhu dalam qiraat yang lainnya, tetapi keduanya mempunyai makna yang berdekatan. Firman Allah Swt.:
{وَمَكَرُوا مَكْرًا كُبَّارًا}
Dan melakukan tipu daya yang amat besar. (Nuh: 22) Mujahid mengatakan bahwa kubbar artinya amat besar, menurut Ibnu Zaid artinya besar. Orang-orang Arab mengatakan amrun 'ajibun, ujaban, dan
'ujjabun (perkara yang mengagumkan). Dikatakan pula rajulun husanun dan hussanun (lelaki yang tampan), atau jumalun dan jummalun, mempunyai makna yang sama. Makna firman-Nya:
{وَمَكَرُوا مَكْرًا كُبَّارًا}
Dan melakukan tipu daya yang amat besar. (Nuh: 22) Yakni dengan para pengikutnya melalui hasutan mereka terhadap para pengikutnya yang mengelabui mereka bahwa jalan yang mereka tempuh adalah benar
dan berada pada petunjuk, sebagaimana yang dikatakan oleh para pengikut mereka terhadap pemimpin mereka di hari kiamat, yang hal ini disitir oleh firman-Nya:
بَلْ مَكْرُ اللَّيْلِ وَالنَّهارِ إِذْ تَأْمُرُونَنا أَنْ نَكْفُرَ بِاللَّهِ وَنَجْعَلَ لَهُ أَنْداداً
(Tidak) sebenarnya tipu daya (mu) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kamu menyeru kami supaya kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya. (Saba': 33) Karena itulah maka disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:
{وَمَكَرُوا مَكْرًا كُبَّارًا وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلا سُوَاعًا وَلا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا}
Dan melakukan tipu daya yang amat besar. Dan mereka berkata, "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwa',
yagus, ya'uq dan nasr." (Nuh: 22-23) Ini adalah nama berhala-berhala sesembahan mereka selain Allah. Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Hisyam, dari ibnu Juraij dan Ata,
dari Ibnu Abbas, bahwa berhala-berhala yang ada pada kaum Nuh itu kemudian menjadi sembahan orang-orang Arab di kemudian harinya. Wadd sembahan Bani Kalb yang terletak di Daumatul Jandal, suwa' sembahan Huzail, yagus sembahan
Murad, kemudian Bani Gatif di Al-Jirf di negeri Saba, sedangkan ya'uq adalah berhala sembahan Hamdan, dan nasr sembahan Himyar dan keluarga Zul Kala'. Pada mulanya nama-nama tersebut merupakan nama orang-orang saleh dari
kalangan kaum Nabi Nuh a.s. Ketika mereka meninggal dunia, setan membisikkan kepada kaum mereka, "Buatkanlah tugu-tugu pada bekas tempat-tempat duduk mereka berupa patung-patung, lalu namailah dengan nama-nama mereka."
Maka mereka melakukannya, dan pada mulanya tidak disembah. Tetapi lama-kelamaan setelah ilmu diangkat dari mereka, maka mulailah patung-patung itu disembah dan dipuja. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ikrimah,
Ad-Dahhak, Qatadah, dan Ibnu Ishaq.Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa berhala-berhala tersebut merupakan sembahan-sembahan di masaNabi Nuh a.s.Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Mahran, dari Musa, dari Muhammad ibnu Qais sehubungan dengan makna firman-Nya: yagus, ya 'uq dan nasr. (Nuh: 23) Bahwa mereka adalah orang-orang yang saleh
yang hidup di masa antara Adam dan Nuh a.s.; mereka mempunyai banyak pengikut yang mengikuti jejak mereka. Dan ketika mereka telah meninggal dunia, para muridnya yang setia mengikuti jejaknya mengatakan, "Sebaiknya
kita buatkan patung-patung mereka sebagai peringatan buat kita yang akan mendorong kepada kita untuk tetap giat beribadah." Lalu mereka membuat patung-patungnya, dan ketika generasi itu telah meninggal dunia, lalu datang
generasi berikutnya iblis membisikkan kepada mereka dan mengatakan, "Sesungguhnya generasi terdahulu hanyalah menyembah berhala-berhala ini, dan karena berhala-berhala inilah mereka dahulu diberi hujan, maka kalian pun
sebaiknya menyembahnya." Al-Hafiz ibnu Asakir di dalam biografi Syis a.s. telah meriwayatkan melalui jalur Ishaq ibnu Bisyr yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Juwaibir dan Muqatil, dari Ad-Dahhak,
dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Adam a.s. mempunyai empat puluh orang putra; dua puluh orang laki-laki dan dua puluh orang perempuan.-Di antara mereka yang hidup ialah Habil, Qabil,Saleh, Abdur Rahman yang juga
dinamai Abdul Haris, dan Wadd. Nama lain dari Wadd ialah Syis, juga disebut dengan nama Hibatullah, dan saudara-saudaranya telah membuatnya menjadi hitam. Lalu Adam beranak lagi, yaitu Suwa', Yagus, Ya'uq, dan Nasr.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa Wadd adalah putra Adam yang paling besar dan paling berbakti kepadanya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Amr Ad-Dauri,
telah menceritakan kepadaku Abu Ismail Al-Mu'addib, dari Abdullah ibnu Muslim ibnu Hurmuz, dari Abu Hirzah, dari Urwah ibnuz Zubair yang mengatakan bahwa Adam a.s. jatuh sakit, sedangkan di hadapannya
terdapat semua anaknya, Wadd, Yagus, Ya'uq, Suwa', dan Nasr. Ibnuz Zubair mengatakan bahwa Wadd adalah yang paling besar dari mereka, dan dialah yang paling berbakti kepada ayahnya.Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah
menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Mansur, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ya'qub, dari Abul Mutahhiryang telah mengatakan bahwa orang-orang memperbincangkan
perihal Yazid ibnul Muhallab di tempat Abu Ja'far yang saat itu Abu Ja'far sedang mengerjakan salat. Setelah selesai dari salatnya, Abu Ja'far berkata, "Kalian telah membicarakan perihal Yazid ibnul Muhallab.
Ketahuilah bahwa dia telah terbunuh di suatu tempat yang padanya mula-mula disembah selain Allah." Kemudian ia menyebutkan perihal seorang lelaki muslim yang dicintai di kalangan kaumnya. Ketika ia mati,
mereka mendiami sekitar kuburnya. Hal ini terjadi di suatu tempat di negeri Babil, sikap demikian itu karena kedukaan mereka atas kepergiannya. Ketika iblis melihat kedukaan mereka atas meninggalnya lelaki itu,
maka ia mengubah dirinya menjadi seorang manusia, lalu berkata kepada mereka, "Sesungguhnya aku melihat duka cita kalian atas kepergian laki-laki ini, maka bolehkah aku membuat patung untuk kalian yang serupa dengan
bentuk laki-laki ini di tempat perkumpulan kalian, sehingga kalian dapat mengingatnya?" Mereka menjawab, "Baiklah." Lalu iblis membuat patung lelaki itu, kemudian mereka meletakkan patung itu di tempat perkumpulan mereka,
dan karenanya mereka selalu mengingatnya. Ketika iblis melihat kerinduan mereka kepada laki-laki itu, ia berkata, "Bolehkah aku buat sebuah patung untuk tiap-tiap rumah seseorang dari kamu, sehingga di dalam rumahnya
terdapat patungnya, dan ia dapat selalu mengingatnya?" Mereka menjawab, "Boleh." Maka setan membuat bagi tiap-tiap ahli bait sebuah patung yang mirip dengan lelaki muslim yang mereka cintai itu. Mereka menerimanya dan selalu
mengingatnya dengan adanya patung itu di tiap-tiap rumah mereka. Kemudian anak-anak mereka menjumpai apa yang diperbuat oleh orang tua-orang tua mereka, lalu mereka mengikuti jejaknya,
kemudian mereka berkembang biak dan telah punah kisah mereka tentang patung lelaki muslim itu, pada akhirnya generasi-generasi berikutnya menjadikan patung itu sebagai sesembahan mereka selain Allah.
Maka patung yang mula-mula disembah selain Allah adalah berhala yang mereka namai Wadd.Firman Allah Swt.:
{وَقَدْ أَضَلُّوا كَثِيرًا}
Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia). (Nuh: 24) Yakni berhala-berhala yang dijadikan sembahan oleh mereka itu telah menyesatkan banyak manusia, dan penyembahan terhadap berhala-berhala itu
masih tetap berlangsung sampai zaman kita sekarang ini, baik di kalangan bangsa Arab, non-Arab, maupun bangsa Bahi Adam lainnya. Al-Khalil dalam doanya mengatakan:
وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنامَ رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيراً مِنَ النَّاسِ
Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah) negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala, Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan dari manusia. (Ibrahim: 35-36) Firman Allah Swt.:
{وَلا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلا ضَلالا}
Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan. (Nuh: 24) Ini merupakan doa Nuh terhadap kaumnya karena ia melihat pembangkangan mereka, kekafiran,
dan keingkaran mereka yang sangat parah. Sebagaimana doa Musa terhadap Fir'aun dan pemimpin-pemimpin kaumnya, yang disitir oleh firman Allah Swt.:
رَبَّنَا اطْمِسْ عَلى أَمْوالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلى قُلُوبِهِمْ فَلا يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوُا الْعَذابَ الْأَلِيمَ
Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka; maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih. (Yunus: 88)
Allah Swt. telah memperkenankan doa masing-masing nabi terhadap kaumnya. Dan Allah menenggelamkan kaum Nuh disebabkan kedustaan mereka kepada apa yang disampaikan oleh Nuh kepada mereka.
Surat Nuh |71:22|
وَمَكَرُوا مَكْرًا كُبَّارًا
wa makaruu makrong kubbaaroo
dan mereka melakukan tipu daya yang sangat besar."
And they conspired an immense conspiracy.
(Dan mereka melakukan tipu daya) yaitu para pemimpin mereka (yang amat besar.") Tipu daya mereka sangat besar, yaitu mereka telah mendustakan Nabi Nuh dan menyakitinya serta menyakiti orang-orang yang beriman kepadanya.
Tafsir Ibnu Katsir | Nuh | 71 : 22 |
penjelasan ada di ayat 21