Juz 29

Surat Al-Muzzammil |73:17|

فَكَيْفَ تَتَّقُونَ إِنْ كَفَرْتُمْ يَوْمًا يَجْعَلُ الْوِلْدَانَ شِيبًا

fa kaifa tattaquuna ing kafartum yaumay yaj'alul-wildaana syiibaa

Lalu bagaimanakah kamu akan dapat menjaga dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban.

Then how can you fear, if you disbelieve, a Day that will make the children white- haired?

Tafsir
Jalalain

(Maka bagaimanakah kalian dapat memelihara diri kalian jika tetap kafir) di dunia (kepada hari) lafal yauman menjadi maf'ul kedua dari lafal tattaquuna.

Yakni memelihara diri dari azab hari itu. Atau dengan kata lain, dengan benteng apakah kalian memelihara diri dari azab pada hari itu (yang menjadikan anak-anak beruban) l

afal syiiban bentuk jamak dari lafal asyyab; dikatakan anak-anak beruban, sebagai gambaran tentang hari itu yang penuh dengan kengerian yang sangat mencekam;

hari yang dimaksud adalah hari kiamat. Bentuk asal lafal syiiban adalah syuyban, dengan memakai harakat damah pada huruf syin. Kemudian harakat itu diganti menjadi kasrah

demi untuk menyelaraskannya dengan huruf ya yang jatuh sesudahnya, sehingga jadilah syiiban. Dikatakan di dalam menggambarkan hari yang penuh dengan malapetaka,

yaumun yusyiibu nawaashial athfaali, yakni hari yang dapat membuat ubun-ubun anak-anak beruban. Ungkapan ini adalah ungkapan majaz atau kata kiasan.

Akan tetapi boleh juga makna yang terkandung di dalam ayat ini dimaksud adalah makna hakiki bukan majazi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muzzammil | 73 : 17 |

penjelasan ada di ayat 10

Surat Al-Muzzammil |73:18|

السَّمَاءُ مُنْفَطِرٌ بِهِ ۚ كَانَ وَعْدُهُ مَفْعُولًا

as-samaaa`u munfathirum bih, kaana wa'duhuu maf'uulaa

Langit terbelah pada hari itu. Janji Allah pasti terlaksana.

The heaven will break apart therefrom; ever is His promise fulfilled.

Tafsir
Jalalain

(Langit pun menjadi pecah belah) menjadi retak dan pecah-pecah (pada hari itu) mengingat beratnya hari itu. (Adalah janji Dia) janji Allah swt. mengenai kedatangan hari itu (pasti terlaksana) pasti terjadi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muzzammil | 73 : 18 |

penjelasan ada di ayat 10

Surat Al-Muzzammil |73:19|

إِنَّ هَٰذِهِ تَذْكِرَةٌ ۖ فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَىٰ رَبِّهِ سَبِيلًا

inna haażihii tażkiroh, fa man syaaa`attakhoża ilaa robbihii sabiilaa

Sungguh, ini adalah peringatan. Barang siapa menghendaki, niscaya dia mengambil jalan (yang lurus) kepada Tuhannya.

Indeed, this is a reminder, so whoever wills may take to his Lord a way.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya ini) yaitu ayat-ayat yang memperingatkan ini (adalah suatu peringatan) suatu nasihat bagi semua makhluk.

(Maka barang siapa yang menghendaki niscaya ia menempuh jalan kepada Rabbnya) menempuh jalan yang menyampaikan kepada-Nya, yaitu melalui iman dan taat kepada-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muzzammil | 73 : 19 |

Tafsir ayat 19-20

Allah Swt. berfirman:


{إِنَّ هَذِهِ}


Sesungguhnya ini. (Al-Muzzammil: 19) Yaitu surat ini. {تَذْكِرَةٌ}


adalah suatu peringatan. (Al-Muzzammil: !9)Ayat ini merupakan peringatan bagi orang-orang yang berakal. Karena itu, disebutkan dalam firman berikutnya:


{فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَى رَبِّهِ سَبِيلا}


Maka barang siapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan (yang menyampaikannya) kepada Tuhannya. (Al-Muzzammil: 19) Maksudnya,

dari mereka yang dikehendaki oleh Allah Swt. untuk mendapat hidayah-Nya. Seperti yang dijelaskan di dalam surat lain melalui firman Allah Swt.:


وَما تَشاؤُنَ إِلَّا أَنْ يَشاءَ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ كانَ عَلِيماً حَكِيماً


Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (Al-Insan: 30) Kemudian Allah Swt. berfirman dalam ayat selanjutnya:


{إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنَى مِنْ ثُلُثَيِ اللَّيْلِ وَنِصْفَهُ وَثُلُثَهُ وَطَائِفَةٌ مِنَ الَّذِينَ مَعَكَ}


Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (salat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam, atau sepertiganya dan (demikian pula)

segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. (Al-Muzzainmil: 20) Yakni adakalanya kurang dari dua pertiga, dan adakalanya kurang dari seperduanya, demikianlah seterusnya tanpa kamu sengaja.

Tetapi memang kamu tidak mampu menunaikan qiyamul lail yang diperintahkan kepadamu dengan sepenuhnya, mengingat pelaksanaannya terasa berat olehmu. Untuk itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:


{وَاللَّهُ يُقَدِّرُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ}


Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. (Al-Muzzammil: 20) Yaitu adakalanya antara siang dan malam hari sama panjangnya, dan adakalanya malam hari mengambil sebagian waktu siang hari

sehingga lebih panjang daripada siang hari. Demikian pula sebaliknya, terkadang siang lebih panjang daripada malam hari karena sebagian waktunya diambil oleh siang hari.


{عَلِمَ أَنْ لَنْ تُحْصُوهُ}


Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu. (Al-Muzzammil: 20) Yakni tidak dapat menentukan batas waktu kefarduan yang diwajibkan oleh Allah kepadamu dalam qiyamul lail.


فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ}


karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an. (Al-Muzzammil: 20) Maksudnya, tanpa batasan waktu. Tetapi kerjakanlah salat lail menurut kemampuanmu dan yang mudah olehmu untuk dikerjakan.

Dalam ayat ini salat diungkapkan dengan kata-kata bacaan Al-Qur'an, yang berarti salatlah apa yang mudah bagimu untuk dikerjakan tanpa batasan waktu. Hal yang semakna disebutkan di dalam surat Al-Isra melalui firman-Nya:


وَلا تَجْهَرْ بِصَلاتِكَ


dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu. (Al-Isra: 110) Yaitu bacaan Al-Qur'an dalam salatmu.


وَلا تُخافِتْ بِها


dan janganlah pula merendahkannya. (Al-Isra: 110) Murid-murid Imam Abu Hanifah menyimpulkan dari makna ayat ini, yaitu firman Allah Swt.: karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an. (Al-Muzzammil: 20)

Bahwa tidak wajib menentukan bacaan Al-Fatihah dalam salat. Bahkan seandainya seseorang membacanya atau membaca surat lainnya, sekalipun hanya satu ayat, itu sudah cukup baginya.

Dan mereka memperkuat pendapatnya dengan dalil hadis yang menceritakan seseorang yang berlaku buruk terhadap salatnya. Hadisnya terdapat di dalam kitab Sahihain, yang antara lain menyebutkan: Kemudian bacalah apa yang

mudah bagimu dari Al-Qur’an. Jumhur ulama menyanggah pendapat mereka dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ubadah ibnus Samit, yang juga terdapat di dalam kitab Sahihain, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


«لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ»


Tidaksah salat seseorang yang tidak membaca Fatihatul Kitab. Di dalam kitab Sahih Muslim diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


«كُلُّ صَلَاةٍ لَا يُقْرَأُ فِيهَا بأم القرآن فَهِيَ خِدَاجٌ فَهِيَ خِدَاجٌ فَهِيَ خِدَاجٌ غَيْرُ تَمَامٍ»


Setiap salat yang tidak dibacakan padanya Ummul Qur’an, maka salat itu cacat, maka salat itu cacat, maka salat itu cacat, tidak sempurna.

Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan dari Ibnu Khuzaimah, dari Abu Hurairah r.a. secara marfu':


«لَا تُجْزِئُ صَلَاةُ مَنْ لَمْ يَقْرَأْ بأم القرآن»


Tidak cukup salat seseorang yang tidak membaca Ummul Qur’an. Adapun firman Allah Swt.:


{عَلِمَ أَنْ سَيَكُونُ مِنْكُمْ مَرْضَى وَآخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِي الأرْضِ يَبْتَغُونَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَآخَرُونَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ}


Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang lain berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah, dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah. (Al-Muzzammil: 20)

Yakni Allah mengetahui bahwa di antara umat ini ada orang-orang mempunyai 'uzur dalam meninggalkan qiyamul lail, seperti karena sakit hingga tidak mampu mengerjakannya, juga orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan

di muka bumi karena mencari sebagian dari karunia Allah dengan bekerja dan berdagang, dan orang-orang yang lainnya sedang sibuk dengan urusan yang lebih penting bagi mereka, yaitu berjihad di jalan Allah Swt.

Ayat ini—dan bahkan surat ini—secara keseluruhan adalah Makkiyyah. dan saat itu peperangan masih belum disyariatkan. Dan hal ini merupakan salah satu dari bukti kenabian yang paling besar, yaitu menyangkut pemberitaan

kejadian yang akan datang. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya: karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an. (AL-Muzzammil: 20) Artinya, kerjakanlah salat dengan membaca apa

yang mudah dari Al-Qur'an bagimu.Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, dari Abu Raja alias Muhammad yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya

kepada Al-Hasan, "'Hai Abu Sa'id, bagaimanakah pendapatmu tentang seorang lelaki yang hafal Al-Qur'an di luar kepalanya, lalu ia tidak membacanya dalam salat malam hari kecuali hanya salat fardu saja?"

Al-Hasan menjawab, "Berarti ia menjadikan Al-Qur'an hanya sebagai bantal tidurnya, semoga Allah melaknat orang yang seperti itu." Al-Hasan melanjutkan, bahwa Allah telah berfirman sehubungan dengan

seorang hamba yang saleh: Dan sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan, karena Kami telah mengajarkan kepadanya. (Yusuf: 68) Dan firman Allah Swt.: padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak

kamu tidak mengetahui (nya). (Al-An'am: 91) Aku bertanya, "Hai Abu Sa'id, Allah telah berfirman: karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an. (Al-Muzzammil: 20) Al-Hasan menjawab,

"Benar, sekalipun hanya lima ayat." Ini jelas menggambarkan pendapat Al-Hasan, bahwa dia mempunyai pendapat yang mewajibkan bagi orang yang hafal Al-Qur'an membacanya dalam qiyamullail,

sekalipun hanya dengan beberapa ayat darinya. Karena itulah disebutkan dalam sebuah hadis, bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai seseorang yang tidur sampai pagi hari. Maka beliau Saw. menjawab:


«ذَاكَ رَجُلٌ بَالَ الشَّيْطَانُ فِي أُذُنِهِ»


Dia adalah orang yang setan telah mengencingi telinganya. Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud dari hadis ini ialah orang yang meninggalkan

salat fardu karena bangun kesiangan. Menurut pendapat yang lain, karena meninggalkan qiyamul lail, Di dalam kitab sunan disebutkan:


«أَوْتِرُوا يَا أَهْلَ الْقُرْآنِ»


Salat witirlah, hai ahli Al-Qur’an! Di dalam hadis yang lain disebutkan:


«مَنْ لَمْ يُوتِرْ فَلَيْسَ مِنَّا»


Barangsiapa yang tidak salat witir, bukan termasuk golongan kami. Dan yang lebih aneh dari semuanya itu adalah sebuah riwayat yang bersumber dari Abu Bakar ibnu Abdul Aziz, salah seorang yang bermazhab Hambali,

ia mengatakan bahwa qiyam bulam Ramadan hukumnya wajib; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sa'id Farqadul Hadrad, telah menceritakan

kepada kami Abu Ahmad alias Muhammad ibnu Yusuf Az-Zubaidi, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, dari Muhammad ibnu Abdullah ibnu Tawus (salah seorang putra Tawus), dari ayahnya,

dari Tawus, dari Ibnu Abbas, dari Nabi sehubungan dengan makna firman-Nya: karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an. (Al-Muzzammil: 20) Maka Nabi Saw. bersabda:


«مِائَةُ آيَةٍ»


Seratus ayat. Hadis ini garib sekali, kami belum pernah melihatnya selain dalam mu'jam Imam Tabrani rahimahullah. Firman Allah Swt.:


{وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ}


dan dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. (Al-Muzzammil: 20) Yakni dirikanlah salat wajib dan tunaikanlah zakat yang fardu. Dalam ayat ini terkandung dalil bagi orang yang mengatakan bahwa perintah

wajib zakat diturunkan di Mekah, tetapi kadar-kadar nisab yang harus dikeluarkan masih belum dijelaskan dengan rinci kecuali hanya di Madinah; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.Ibnu Abbas, Ikrimah Mujahid

Al-Hasan, dan Qatadah serta selain mereka yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf telah mengatakan bahwa Sesungguhnya ayat ini telah me-mansukh (merevisi)

hukum yang pada mulanya Allah mewajibkan qiyamul lail atas kaum muslim.Tetapi mereka berbeda pendapat tentang jarak tenggang masa di antara kedua hukum tersebut,

ada beberapa pendapat mengenainya di kalangan mereka. Di dalam kitab Sahihain telah disebutkan bahwa Rasulullah Saw. menjawab lelaki tersebut melalui sabdanya:


«خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِي الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ»


Lima kali salat dalam sehari semalam. Lelaki itu bertanya, "Apakah ada salat lain yang diwajibkan atas diriku?" Rasulullah Saw. menjawab:


«لَا إِلَّا أَنَّ تَطَوَّعَ»


Tidak ada. terkecuali jika kamu hendak salat sunat. Adapun firman Allah Swt:


{وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا}


berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. (Al-Muzzammil: 20) Yaitu dalam bentuk sedekah-sedekah, karena sesungguhnya Allah akan membalasnya dengan balasan yang terbaik dan berlimpah. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً فَيُضاعِفَهُ لَهُ أَضْعافاً كَثِيرَةً


Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan memperlipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. (Al-Baqarah: 245) Adapun firman Allah Swt.:


{وَمَا تُقَدِّمُوا لأنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا}


Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu, niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. (Al-Muzzammil: 20)

Yakni semua sedekah yang kamu keluarkan dari tangan kalian, pahalanya akan kalian peroleh, dan hal ini lebih baik daripada harta yang kamu simpan buat dirimu sendiri di dunia.


قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى الْمَوْصِلِيُّ: حَدَّثَنَا أَبُو خَيْثَمة، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ الْحَارِثِ بْنِ سُوَيد قَالَ: قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَيُّكُمْ مَالُهُ أَحَبُّ إِلَيْهِ مَنْ مَالِ وَارِثِهِ؟ ". قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا مِنَّا مِنْ أَحَدٌ إِلَّا مَالُهُ أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ مَالِ وَارِثِهِ. قَالَ: "اعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ". قَالُوا: مَا نَعْلَمُ إِلَّا ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "إِنَّمَا مَالُ أَحَدِكُمْ مَا قَدّم وَمَالُ وَارِثِهِ مَا أَخَّرَ".


Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Khaisamah, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Al-A'masy, dari Ibrahim ibnul Haris ibnu Suwaid yang mengatakan bahwa

Abdullah pernah berkata bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda, "Siapakah di antara kamu yang hartanya lebih ia cintai daripada harta ahli warisnya?" Mereka menjawab, "Wahai Rasulullah, tiada seorang pun dari

kami melainkan hartanya lebih disukainya ketimbang harta ahli warisnya." Rasulullah'Saw. bersabda, "Jelaskanlah alasan kalian!" Mereka menjawab, "Kami tidak mengetahui selain itu, ya Rasulullah."

Rasulullah Saw. menjawab: Sesungguhnya harta seseorang dari kamu hanyalah apa yang dia gunakan dan harta ahli warisnya adalah yang dia simpan.

Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini melalui Hafs ibnu Gayyas dan Imam Nasai meriwayatkannya melalui Abu Mu'awiyah, keduanya dari Al-A'masy dengan sanad yang sama. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:


{وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ}


Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Muzzammil: 20) Artinya, perbanyaklah berzikir kepada-Nya

dan memohon ampun kepada-Nya dalam semua urusanmu, karena sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang kepada siapa yang memohon ampun kepada-Nya.

Surat Al-Muzzammil |73:20|

إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنَىٰ مِنْ ثُلُثَيِ اللَّيْلِ وَنِصْفَهُ وَثُلُثَهُ وَطَائِفَةٌ مِنَ الَّذِينَ مَعَكَ ۚ وَاللَّهُ يُقَدِّرُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ ۚ عَلِمَ أَنْ لَنْ تُحْصُوهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ ۖ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ ۚ عَلِمَ أَنْ سَيَكُونُ مِنْكُمْ مَرْضَىٰ ۙ وَآخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِي الْأَرْضِ يَبْتَغُونَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ ۙ وَآخَرُونَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ ۚ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا ۚ وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا ۚ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

inna robbaka ya'lamu annaka taquumu adnaa min ṡuluṡayil-laili wa nishfahuu wa ṡuluṡahuu wa thooo`ifatum minallażiina ma'ak, wallohu yuqoddirul-laila wan-nahaar, 'alima al lan tuḥshuuhu fa taaba 'alaikum faqro`uu maa tayassaro minal-qur`aan, 'alima an sayakuunu mingkum mardhoo wa aakhoruuna yadhribuuna fil-ardhi yabtaghuuna min fadhlillaahi wa aakhoruuna yuqootiluuna fii sabiilillaahi faqro`uu maa tayassaro min-hu wa aqiimush-sholaata wa aatuz-zakaata wa aqridhulloha qordhon ḥasanaa, wa maa tuqoddimuu li`anfusikum min khoirin tajiduuhu 'indallohi huwa khoirow wa a'zhoma ajroo, wastaghfirulloh, innalloha ghofuurur roḥiim

Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau (Muhammad) berdiri (sholat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam, atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersamamu. Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur´an, Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit, dan yang lain berjalan di bumi mencari sebagian karunia Allah, dan yang lain berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur´an dan laksanakanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah, sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Indeed, your Lord knows, [O Muhammad], that you stand [in prayer] almost two thirds of the night or half of it or a third of it, and [so do] a group of those with you. And Allah determines [the extent of] the night and the day. He has known that you [Muslims] will not be able to do it and has turned to you in forgiveness, so recite what is easy [for you] of the Qur'an. He has known that there will be among you those who are ill and others traveling throughout the land seeking [something] of the bounty of Allah and others fighting for the cause of Allah. So recite what is easy from it and establish prayer and give zakah and loan Allah a goodly loan. And whatever good you put forward for yourselves - you will find it with Allah. It is better and greater in reward. And seek forgiveness of Allah. Indeed, Allah is Forgiving and Merciful.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Rabbmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri, sholat, kurang) kurang sedikit (dari dua pertiga malam, atau seperdua malam, atau sepertiganya)

jika dibaca nishfihi dan tsulutsihi berarti diathafkan kepada lafal tsulutsay; dan jika dibaca nishfahu dan tsulutsahu berarti diathafkan kepada lafal adnaa. Pengertian berdiri atau melakukan sholat sunat di malam hari

di sini pengertiannya sama dengan apa yang terdapat di awal surah ini, yakni sesuai dengan apa yang telah diperintahkan Allah kepadanya (dan segolongan dari orang-orang yang bersama kamu)

lafal ayat ini diathafkan kepada dhamir yang terkandung di dalam lafal taquumu, demikian pula sebagian orang-orang yang bersamamu. Pengathafan ini diperbolehkan sekalipun tanpa mengulangi huruf taukidnya,

demikian itu karena mengingat adanya fashl atau pemisah. Makna ayat secara lengkap, dan segolongan orang-orang yang bersama kamu yang telah melakukan hal yang sama.

Mereka melakukan demikian mengikuti jejak Nabi saw. sehingga disebutkan, bahwa ada di antara mereka orang-orang yang tidak menyadari berapa rakaat sholat malam yang telah mereka kerjakan,

dan waktu malam tinggal sebentar lagi. Sesungguhnya Nabi saw. selalu melakukan sholat sunah sepanjang malam, karena demi melaksanakan perintah Allah secara hati-hati.

Para sahabat mengikuti jejaknya selama satu tahun, atau lebih dari satu tahun, sehingga disebutkan bahwa telapak-telapak kaki mereka bengkak-bengkak karena terlalu banyak sholat. Akhirnya Allah swt.

memberikan keringanan kepada mereka. (Dan Allah menetapkan) menghitung (ukuran malam dan siang. Dia mengetahui bahwa) huruf an adalah bentuk takhfif dari anna sedangkan isimnya tidak disebutkan,

\asalnya ialah annahu (kalian sekali-kali tidak dapat menentukan batas waktu-waktu itu) yaitu waktu malam hari. Kalian tidak dapat melakukan sholat malam sesuai dengan apa yang diwajibkan atas kalian

melainkan kalian harus melakukannya sepanjang malam. Dan yang demikian itu memberatkan kalian (maka Dia mengampuni kalian) artinya, Dia mencabut kembali perintah-Nya

dan memberikan keringanan kepada kalian (karena itu bacalah apa yang mudah dari Alquran) dalam sholat kalian (Dia mengetahui, bahwa) huruf an adalah bentuk takhfif dari anna,

lengkapnya annahu (akan ada di antara kalian orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi) atau melakukan perjalanan (mencari sebagian karunia Allah)

dalam rangka mencari rezeki-Nya melalui berniaga dan lain-lainnya (dan orang-orang yang lain lagi, mereka berperang di jalan Allah) ketiga golongan orang-orang tersebut,

amat berat bagi mereka hal-hal yang telah disebutkan tadi menyangkut sholat malam. Akhirnya Allah memberikan keringanan kepada mereka, yaitu mereka diperbolehkan melakukan sholat malam

sebatas kemampuan masing-masing. Kemudian ayat ini dinasakh oleh ayat yang mewajibkan sholat lima waktu (maka bacalah apa yang mudah dari Alquran) sebagaimana yang telah disebutkan di atas (

dan dirikanlah sholat) fardu (tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah) seumpamanya kalian membelanjakan sebagian harta kalian yang bukan zakat kepada jalan kebajikan

\(pinjaman yang baik) yang ditunaikan dengan hati yang tulus ikhlas. (Dan kebaikan apa saja yang kalian perbuat untuk diri kalian, niscaya kalian akan memperoleh balasannya di sisi Allah

sebagai balasan yang jauh lebih baik) dari apa yang telah kalian berikan. Lafal huwa adalah dhamir fashal. Lafal maa sekalipun bukan termasuk isim makrifat akan tetapi diserupakan dengan isim makrifat

karena tidak menerima takrif (dan yang paling besar pahalanya. Mohonlah ampun kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang) kepada orang-orang mukmin.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muzzammil | 73 : 20 |

penjelasan ada di ayat 19

Surat Al-Muddassir |74:1|

يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ

yaaa ayyuhal-muddaṡṡir

Wahai orang yang berkemul (berselimut)!

O you who covers himself [with a garment],

Tafsir
Jalalain

(Hai orang yang berselimut!) yakni Nabi saw. Bentuk asal lafal al-muddatstsir ialah al-mutadatstsir, kemudian huruf ta diidgamkan kepada huruf dal

sehingga jadilah al-Muddatstsir, artinya orang yang menyelimuti dirinya dengan pakaiannya sewaktu wahyu turun kepadanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 1 |

Tafsir ayat 1-10

Di dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan melalui hadis Yahya ibnu Abu Kasir, dari Abu Salamah, dari Jabir; ia pernah mengatakan bahwa ayat Al-Qur'an yang mula-mula diturunkan adalah firman-Nya:

Hai orang yang berkemul (berselimut). (Al-Muddatstsir:1) Tetapi jumhur ulama berbeda. Mereka berpendapat bahwa Al-Qur'an yang mula-mula diturunkan adalah firman Allah Swt.:


اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ


Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. (Al-'Alaq:1) Sebagaimana yang akan diterangkan di tempatnya, insya Allah.


قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا يَحْيَى، حَدَّثَنَا وَكِيع، عَنْ عَلِيُّ بْنُ الْمُبَارَكِ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ قَالَ: سَأَلْتُ أَبَا سَلَمَةَ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَوَّلِ مَا نَزَلَ مِنَ الْقُرْآنِ، قَالَ: {يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ} قُلْتُ: يَقُولُونَ: {اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ} ؟ فَقَالَ أَبُو سَلَمَةَ: سَأَلْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ ذَلِكَ، وقلتُ لَهُ مِثْلَ مَا قلتَ لِي، فَقَالَ جَابِرٌ: لَا أُحَدِّثُكَ إِلَّا مَا حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "جَاوَرْتُ بحرَاء، فَلَمَّا قَضَيْتُ جِوَارِي هبطتُ فنُوديت فَنَظَرْتُ عَنْ يَمِينِي فَلَمْ أَرَ شَيْئًا، وَنَظَرْتُ عَنْ شَمَالِي فَلَمْ أَرَ شَيْئًا، وَنَظَرْتُ أَمَامِي فَلَمْ أَرَ شَيْئًا، وَنَظَرْتُ خَلْفِي فَلَمْ أَرَ شَيْئًا. فَرَفَعْتُ رَأْسِي فَرَأَيْتُ شَيْئًا، فَأَتَيْتُ خَدِيجَةَ فَقُلْتُ: دَثِّرُونِي. وَصُبُّوا عَلَيَّ مَاءً بَارِدًا. قَالَ: فَدَثَّرُونِي وَصَبُّوا عَلَيَّ مَاءً بَارِدًا قَالَ: فَنَزَلَتْ {يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ قُمْ فَأَنْذِرْ وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ}


Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya, telah menceritakan kepada kami Waki', dari Ali ibnul Mubarak, dari Yahya ibnu Abu Kasiryang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada

Abu Salamah ibnu Abdur Rahman tentang ayat Al-Qur'an yang mula-mula diturunkan. Maka Abu Salamah menjawab dengan membaca firman-Nya: Hai orang yang berkemul (berselimut). (Al-Muddatstsir: 1)

Aku berkata, bahwa orang-orang menyebutnya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. (Al-'Alaq:1) Maka Abu Salamah menjawab, bahwa ia pernah bertanya kepada Jabir ibnu Abdullah

tentang masalah ini, dan kukatakan kepadanya apa yang telah kamu katakan kepadaku. Lalu ia menjawab, bahwa ia tidak sekali-kali menceritakan hadis kepadaku melainkan apa yang pernah dikatakan oleh Rasulullah Saw.

kepadanya. Rasulullah Saw. bersabda, "Aku ber-tahannus di Gua Hira. Setelah aku menyelesaikan tahannus-ku, lalu aku turun, dan tiba-tiba terdengar ada suara yang memanggilku. Aku menoleh ke arah kanan dan ternyata

tidak melihat apa pun; dan aku menoleh ke arah kiriku, tetapi ternyata tidak kulihat sesuatu pun; dan aku memandang ke arah depanku, ternyata tidak ada apa-apa; begitu pula sewaktu aku memandang ke arah belakangku.

Lalu aku mengarahkan pandanganku ke langit, dan ternyata kulihat sesuatu (yang menakutkan, karena Jibril menampakkan dirinya dalam rupa aslinya). Maka aku pulang ke rumah Khadijah dan kukatakan kepadanya,

'Selimutilah aku, dan tuangkanlah air dingin ke kepalaku (kompreslah aku)'." Nabi Saw. melanjutkan kisahnya, bahwa lalu mereka (keluarga beliau) menyelimuti diriku dan mengompres kepalaku,

maka turunlah firman Allah Swt: Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah. (Al-Muddatstsir: 1-3)Demikianlah menurut riwayat Imam Bukhari

melalui jalur ini. Imam Muslim meriwayatkannya melalui jalur Aqil, dari Ibnu Syihab, dari Abu Salamah yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Jabir ibnu Abdullah, ia pernah mendengar Rasulullah Saw

menceritakan tentang masa terhentinya wahyu. Antara lain disebutkan, bahwa ketika aku sedang berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara dari langit, maka aku melihat ke arah langit. Tiba-tiba malaikat yang pernah datang

kepadaku di Hira datang kepadaku duduk di atas sebuah kursi di antara langit dan bumi, maka aku merasa takut dengannya hingga aku terjatuh ke tanah. Kemudian aku pulang ke rumah keluargaku dan kukatakan,

"Selimutilah aku, selimutilah aku, selimutilah aku," maka turunlah firman Allah Swt.: Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! (Al-Muddatstsir: 1-2) sampai dengan firman-Nya:

dan perbuatan dosa, tinggalkanlah. (Al-Muddatstsir: 5) Abu Salamah mengatakan bahwa ar-rijzu artinya penyembahan berhala, setelah itu wahyu sering datang dan berturut-turut. Konteks hadis inilah yang dikenal

dan ini memberikan pengertian bahwa sesungguhnya pernah turun wahyu sebelum itu, karena sabda Nabi Saw. yang mengatakan: maka kulihat malaikat yang pernah mendatangiku di Hira. Dia adalah Malaikat Jibril

yang saat itu datang kepadanya membawa firman Allah Swt: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari 'alaq. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,Yang

mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al-'Alaq: 1-5) Sesudah itu terjadi masa fatrah dari wahyu, lalu malaikat itu turun lagi kepadanya setelah masa fatrah.

Pengertian gabungan kedua hadis tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut, bahwa wahyu yang mula-mula diturunkan sesudah beberapa lama wahyu tidak turun adalah surat ini (Al-Muzzammil).


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ، حَدَّثَنَا لَيْث، حَدَّثَنَا عُقَيل، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا سَلَمَةَ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ يَقُولُ: أَخْبَرَنِي جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ: أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يقول: "ثُمَّ فَتَرَ الْوَحْيُ عَنِّي فَتْرَةً، فَبَيْنَا أَنَا أَمْشِي سمعتُ صَوْتًا مِنَ السَّمَاءِ، فَرَفَعْتُ بَصَرِي قِبَل السَّمَاءِ، فَإِذَا الْمَلَكُ الَّذِي جَاءَنِي [بِحِرَاءٍ الْآنَ] قَاعِدٌ عَلَى كُرْسِيٍّ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، فَجُثت مِنْهُ فَرَقًا، حَتَّى هَوَيت إِلَى الْأَرْضِ، فَجِئْتُ أَهْلِي فَقُلْتُ لَهُمْ: زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي. فَزَمَّلُونِي، فَأَنْزَلَ اللَّهُ: {يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ قُمْ فَأَنْذِرْ وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ} ثُمَّ حَمِيَ الْوَحْيُ [بعدُ] وَتَتَابَعَ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hajjaj, telah menceritakan kepada kami Lais, telah menceritakan kepada kami Aqil, dari Ibnu Syihab yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar

Abu Salamah ibnu Abdur Rahman mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Jabir ibnu Abdullah, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Kemudian wahyu mengalami fatrah dariku selama satu masa

Dan ketika aku sedang berjalan, kudengar suara dari langit (memanggilku), maka aku mengarahkan pandanganku ke langit. Tiba-tiba aku melihat malaikat yang pernah datang kepadaku sedang duduk di atas kursi

di antara langit dan bumi, maka tubuhku gemetar karenanya hingga aku terjatuh ke tanah. Lalu aku pulang ke rumah keluargaku dan kukatakan kepada mereka, "Selimutilah aku, selimutilah aku, selimutilah aku.”

Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya, "Hai orang yang berkemul, bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agangkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah.” (Al-Muddatstsir: 1 -5).

Kemudian wahyu datang lagi dengan berturut-turut.Bukhari dan Muslim mengetengahkan hadis ini melalui Az-Zuhri dengan sanad yang sama.Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami

Muhammad ibnu Ali ibnu Syu'aib As-Simsar, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Bisyr Al-Bajali, telah menceritakan kepada kami Al-Mu'afa ibnu Imran, dari Ibrahim ibnu Yazid yang mengatakan bahwa

ia pernah mendengar Ibnu Abbas mengatakan, bahwa sesungguhnya Al-Walid ibnul Mugirah membuat jamuan makan untuk orang-orang Quraisy. Maka setelah mereka menyantap jamuan itu Al-Walid bertanya kepada mereka,

"Bagaimanakah pendapat kalian dengan lelaki ini (maksudnya Nabi Saw.)?" Sebagian dari mereka mengatakan seorang penyihir, sebagian yang lain mengatakan bukan seorang penyihir. Dan sebagian yang lainnya lagi

mengatakan seorang tukang tenung, maka sebagian yang lainnya menjawab bukan seorang tukang tenung. Sebagian dari mereka ada yang mengatakan seorang penyair, dan sebagian yang lainnya menjawabnya bukan

seorang penyair. Lalu sebagian dari mereka ada yang mengatakan bahwa bahkan dia adalah seorang penyihir yang belajar (dari orang-orang dahulu). Akhirnya mereka sepakat menyebutnya sebagai seorang penyihir

yang belajar dari orang-orang dahulu. Ketika berita tersebut sampai kepada Nabi Saw., maka hati beliau berduka cita dan menundukkan kepalanya serta menyelimuti dirinya. Maka Allah menurunkan firman-Nya:

Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi

(dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah. (Al-Muddatstsir: 1-7) Adapun firman Allah Swt.:


{قُمْ فَأَنْذِرْ}


bangunlah, lalu berilah peringatan! (Al-Muddatstsir: 2) Yakni berjagalah dengan tekad yang bulat, lalu berilah peringatan kepada manusia.

Dengan demikian, berarti dia dilantik sebagai rasul, sebagaimana dalam wahyu sebelumnya dia dilantik menjadi nabi.


{وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ}


dan Tuhanmu agungkanlah. (Al-Muddatstsir: 3) Maksudnya, besarkanlah nama Tuhanmu.Firman Allah Swt.:


{وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ}


Dan pakaianmu bersihkanlah. (Al-Muddatstsir: 4) Al-Ajlah Al-Kindi mengatakan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa ia pernah kedatangan seorang lelaki, lalu menanyakan kepadanya tentang makna ayat ini,

yaitu firman Allah Swt.: dan pakaianmu bersihkanlah. (Al-Muddatstsir: 4) Ibnu Abbas menjawab, "Janganlah kamu mengenakannya untuk maksiat dan jangan pula untuk perbuatan khianat."

Kemudian Ibnu Abbas mengatakan, "Tidakkah engkau pernah mendengar ucapan Gailan ibnu Salamah As-Saqafi dalam salah satu bait syairnya:


فَإني بِحَمْدِ اللَّهِ لَا ثوبَ فَاجر ... لبستُ وَلَا مِنْ غَدْرَة أتَقَنَّعُ


'Dengan memuji kepadaAllah, sesungguhnya kukenakan pakaianku bukan untuk kedurhakaan, dan bukan pula untuk menutupi perbuatan khianat'." Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Ata, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan

makna ayat ini: dan pakaianmu bersihkanlah. (Al-Muddatstsir: 4) Bahwa menurut kalam orang-orang Arab, artinya membersihkan pakaian.Tetapi menurut riwayat yang lain dengan sanad yang sama, sucikanlah dirimu

dari dosa-dosa.Hal yang sama dikatakan oleh Ibrahim, Asy-Sya'bi, dan Ata. As-Sauri telah meriwayatkan dari seorang lelaki, dari Ata, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:

dan pakaianmu bersihkanlah. (Al-Muddatstsir: 4) Dari dosa. Hal yang sama dikatakan oleh Ibrahim An-Nakha'i. Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan pakaianmu bersihkanlah. (Al-Muddatstsir: 4)

Yakni dirimu bukan pakaianmu. Dan menurut riwayat yang lain dari Mujahid disebutkan bahwa firman-Nya: dan pakaianmu bersihkanlah. (Al-Muddatstsir. 4) Artinya, perbaikilah amalmu. Hal yang sama dikatakan oleh Abu Razin

dan menurut riwayat yang lain, makna firman-Nya: dan pakaianmu bersihkanlah. (Al-Muddatstsir: 4) Yakni kamu bukanlah seorang tukang tenung dan bukan pula seorang penyair, maka berpalinglah kamu

dari apa yang mereka katakan. Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan pakaianmu bersihkanlah. (Al-Muddatstsir: 4) Yaitu bersihkanlah dari perbuatan-perbuatan durhaka; dahulu orang-orang Arab

mengatakan terhadap seorang lelaki yang melanggar janjinya dan tidak memenuhinya, bahwa dia adalah seorang yang kotor pakaiannya. Dan apabila dia menunaikan janjinya, maka dikatakan bahwa sesungguhnya dia

benar-benar orang yang bersih pakaiannya. Ikrimah dan Ad-Dahhak mengatakan, bahwa janganlah kamu mengenakannya untuk berbuat maksiat. Dan seorang penyair telah mengatakan:


إِذَا المرءُ لَمْ يَدْنَس منَ اللُّؤْمِ عِرْضُه ... فَكُلّ ردَاء يَرْتَديه جَميلُ ...


Apabila seseorang itu tidak mengotori kehormatannya dengan sifat yang tercela, maka semua pakaian yang dikenakannya indah. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:

dan pakaianmu bersihkanlah. (Al-Muddatstsir: 4) Maksudnya, janganlah pakaian yang kamu kenakan dihasilkan dari mata pencaharian yang tidak baik. Dikatakan pula, "Janganlah kamu kenakan pakaianmu untuk maksiat."

Muhammad ibnu Sirin telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan pakaianmu bersihkanlah. (Al-Muddatstsir: 4) Yakni cucilah dengan air. Ibnu Zaid mengatakan bahwa dahulu orang-orang musyrik tidak pernah

membersihkan dirinya. Maka Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya untuk bersuci dan membersihkan pakaiannya. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir. Tetapi makna ayat mencakup semua pendapat yang telah disebutkan,

di samping juga kebersihan (kesucian) hati. Karena sesungguhnya orang-orang Arab menyebut hati dengan sebutan pakaian, seperti apa yang dikatakan oleh Umru-ul Qais berikut ini:


أفاطمَ مَهلا بَعْضَ هَذا التَدَلُّل ... وَإن كُنت قَد أزْمَعْت هَجْري فأجْمِلي ... وَإن تَكُ قَد سَ ـاءتك مِنِّي خَليقَةٌ ... فَسُلّي ثِيَابي مِن ثِيَابِكِ تَنْسُلِ


Hai kekasihku Fatimah, sebentar, dengarkanlah kata-kataku yang memohon ini; bahwa jika engkau telah bertekad untuk meninggalkanku, maka lakukanlah dengan baik-baik. Dan jika memang ada sikapku yang

kurang berkenan di hatimu, tanyakanlah kepada hatiku dengan mata hatimu, maka engkau akan memahaminya. Sa'id ibnu Jubair mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan pakaianmu bersihkanlah. (Al-Muddatstsir: 4)

Artinya. bersihkanlah hati dan niatmu. Dan Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi dan Al-Hasan Al-Basri telah mengatakan bahwa perindahlah akhlakmu.Firman Allah Swt.:


{وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ}


dan perbuatan dosa, tinggalkanlah. (Al-Muddatstsir: 5) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan ar-rijzu ialah berhala, yakni tinggalkanlah penyembahan berhala.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Qatadah, Az-Zuhri, dan Ibnu Zaid, bahwa sesungguhnya ar-rijzu artinya berhala. Ibrahim dan Ad-Dahhak telah mengatakan sehbungan dengan makna firman-Nya:

dan perbuatan dosa tinggalkanlah. (Al-Muddatstsir: 5) Yakni tinggalkanlah perbuatan durhaka. Pada garis besarnya atas dasar takwil mana pun, makna yang dimaksud bukan berarti Nabi Saw.

Telah melakukan sesuatu dari perbuatan-perbuatan tersebut. Makna yang dimaksud semisal dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ اتَّقِ اللَّهَ وَلا تُطِعِ الْكافِرِينَ وَالْمُنافِقِينَ


Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik. (Al-Ahzab: 1) Dan firman Allah Swt.:


وَقالَ مُوسى لِأَخِيهِ هارُونَ اخْلُفْنِي فِي قَوْمِي وَأَصْلِحْ وَلا تَتَّبِعْ سَبِيلَ الْمُفْسِدِينَ


Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun, "Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan.” (Al-A'raf: 142) Adapun firman Allah Swt.:


{وَلا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ}


dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. (Al-Muddatstsir: 6) Ibnu Abbas mengatakan bahwa janganlah kamu memberikan suatu pemberian dengan maksud agar memperoleh balasan

yang lebih banyak darinya. Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah, Mujahid, Ata. Tawus, Abul Ahwas, Ibrahim An-Nakha'i, Ad-Dahhak, Qatadah, dan As-Saddi serta lain-lainnya. Telah diriwayatkan pula dari Ibnu Mas'ud,

bahwa dia membaca firman-Nya dengan bacaan berikut, "Dan janganlah kamu merasa memberi dengan banyak." Al-Hasan Al-Basri mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa janganlah kamu merasa beramal banyak

kepada Tuhanmu. Hal yang sama dikatakan oleh Ar-Rabi' ibnu Anas. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Khasif telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: dan janganlah kamu memberi

(dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. (Al-Muddatstsir: 6) Yakni janganlah kamu merasa lemah diri untuk berbuat banyak kebaikan. Mujahid mengatakan bahwa orang Arab mengatakan tamannana,

artinya merasa lemah diri. Ibnu Zaid mengatakan, janganlah kamu merasa berjasa dengan kenabianmu terhadap manusia dengan maksud ingin memperbanyak dari mereka imbalan jasa berupa duniawi.

Keempat pendapat ini yang paling kuat di antaranya adalah yang pertama; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:


{وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ}


Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah. (Al-Muddatstsir: 7) Yaitu gunakanlah kesabaranmu dalam menghadapi gangguan mereka sebagai amalmu karena Allah Swt.

Ini menurut Mujahid, Ibrahim An-Nakha'i berpendapat bahwa bersabarlah kamu terhadap nasibmu karena Allah Swt.Firman Allah Swt.:


{فَإِذَا نُقِرَ فِي النَّاقُورِ فَذَلِكَ يَوْمَئِذٍ يَوْمٌ عَسِيرٌ عَلَى الْكَافِرِينَ غَيْرُ يَسِيرٍ}


Apabila ditiup sangkakala, maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit, bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah. (Al-Muddatstsir: 8-10) Ibnu Abbas, Mujahid, Asy-Sya'bi, Zaid ibnu Aslam, Al-Hasan, Qatadah

Ad-Dahhak, Ar-Rabi' ibnu Anas, dan Ibnu Zaid telah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan naqiir ialah sangkakala. Mujahid mengatakan bahwa bentuk sangkakala itu sama dengan tanduk.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ، حَدَّثَنَا أَسْبَاطُ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ مُطَرِّف، عَنْ عَطِيَّةَ الْعَوْفِيِّ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: {فَإِذَا نُقِرَ فِي النَّاقُورِ} فَقَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كَيْفَ أَنْعَمُ وَصَاحِبُ الْقَرْنِ قَدِ الْتَقَمَ الْقَرْنَ وَحَنَى جَبْهَتَهُ، يَنْتَظِرُ مَتَى يُؤْمَرُ فَيَنْفُخُ؟ " فَقَالَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَمَا تَأْمُرُنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "قُولُوا: حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ، عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا".


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Asbat ibnu Muhammad, dari Mutarrif, dari Atiyyah Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, sehubungan dengan makna

firman-Nya: Apabila sangkakala ditiup. (Al-Muddatstsir. 8) Rasulullah Saw, bersabda: Bagaimana aku bisa hidup senang sedangkan malaikat Israfil telah mengulum sangkakalanya dan mengernyitkan dahinya menunggu bila

diperintahkan untuk meniup? Maka para sahabat Rasulullah Saw. bertanya, "Apakah yang engkau anjurkan kepada kami untuk melakukannya, ya Rasulullah?" Rasulullah Saw. bersabda: Ucapkanlah, 'Cukuplah Allah menjadi

Penolong kami dan Dia adalah sebaik-baik Pelindung, dan hanya kepada-Nya kami bertawakal.” Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Asbat dengan sanad yang sama. Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Abu Kuraib,

dari Ibnu Fudail dan Asbat; keduanya dari Mutarrif dengan sanad yang sama. Ibnu Jarir telah meriwayatkannya pula melalui jalur lain dari Al-Aufi, dari Ibnu Abbas dengan sanad yang sama. Firman Allah Swt.:


{فَذَلِكَ يَوْمَئِذٍ يَوْمٌ عَسِيرٌ}


maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit. (Al-Muddatstsir: 9) Yakni hari yang sangat keras iagi sangat sulit.


{عَلَى الْكَافِرِينَ غَيْرُ يَسِيرٍ}


bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah. (Al-Muddatstsir: 10) Yaitu tidak mudah bagi mereka menjalaninya. Seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:


يَقُولُ الْكافِرُونَ هَذَا يَوْمٌ عَسِرٌ


Orang-orang kafir berkata, "Ini adalah hari yang berat.” (Al-Qamar: 8) Telah diriwayatkan kepada kami dari Zurarah ibnu Aufa (kadi kota Basrah) bahwa ia mengimami mereka salat Subuh, Lalu membaca surat ini.

Ketika bacaannya sampai kepada firman-Nya: Apabila ditiup sangkakala, maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit, bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah. (Al-Muddatstsir: 8-10)

Tiba-tiba ia merintih sekali rintih, Lalu terjungkal dalam keadaan tidak bernyawa lagi; semoga rahmat Allah tercurahkan kepadanya.

Surat Al-Muddassir |74:2|

قُمْ فَأَنْذِرْ

qum fa anżir

Bangunlah, lalu berilah peringatan!

Arise and warn

Tafsir
Jalalain

(Bangunlah, lalu berilah peringatan) maksudnya pertakutilah penduduk Mekah dengan neraka jika mereka tidak mau beriman.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 2 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Muddassir |74:3|

وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ

wa robbaka fa kabbir

Dan agungkanlah Tuhanmu,

And your Lord glorify

Tafsir
Jalalain

(Dan Rabbmu agungkanlah) agungkanlah Dia dari persekutuan yang diada-adakan oleh orang-orang musyrik.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 3 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Muddassir |74:4|

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ

wa ṡiyaabaka fa thohhir

dan bersihkanlah pakaianmu,

And your clothing purify

Tafsir
Jalalain

(Dan pakaianmu bersihkanlah) dari najis, atau pendekkanlah pakaianmu sehingga berbeda dengan kebiasaan orang-orang Arab yang selalu menguntaikan pakaian

\ mereka hingga menyentuh tanah di kala mereka menyombongkan diri, karena dikhawatirkan akan terkena barang yang najis.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 4 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Muddassir |74:5|

وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ

war-rujza fahjur

dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji,

And uncleanliness avoid

Tafsir
Jalalain

(Dan perbuatan dosa) lafal Ar-Rujza ditafsirkan oleh Nabi saw. berhala-berhala (tinggalkanlah) hal itu untuk selama-lamanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 5 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Muddassir |74:6|

وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ

wa laa tamnun tastakṡir

dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.

And do not confer favor to acquire more

Tafsir
Jalalain

(Dan janganlah kamu memberi dengan maksud memperoleh balasan yang lebih banyak) lafal Tastaktsiru dibaca Rafa' berkedudukan sebagai Haal atau kata keterangan keadaan. Maksudnya,

janganlah kamu memberi sesuatu dengan tujuan untuk memperoleh balasan yang lebih banyak dari apa yang telah kamu berikan.

Hal ini khusus berlaku hanya bagi Nabi saw. karena sesungguhnya dia diperintahkan untuk mengerjakan akhlak-akhlak yang paling mulia dan pekerti yang paling baik.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 6 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Muddassir |74:7|

وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ

wa lirobbika fashbir

Dan karena Tuhanmu, bersabarlah.

But for your Lord be patient.

Tafsir
Jalalain

(Dan kepada Rabbmu bersabarlah) di dalam melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 7 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Muddassir |74:8|

فَإِذَا نُقِرَ فِي النَّاقُورِ

fa iżaa nuqiro fin-naaquur

Maka apabila sangkakala ditiup,

And when the trumpet is blown,

Tafsir
Jalalain

(Apabila ditiup sangkakala) untuk tiupan yang kedua, guna membangkitkan manusia.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 8 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Muddassir |74:9|

فَذَٰلِكَ يَوْمَئِذٍ يَوْمٌ عَسِيرٌ

fa żaalika yauma`iżiy yaumun 'asiir

maka itulah hari yang serba sulit,

That Day will be a difficult day

Tafsir
Jalalain

(Maka waktu itu) waktu peniupan sangkakala yang kedua (adalah waktu) lafal Yaumaidzin berkedudukan menjadi Badal dari lafal yang sebelumnya, dan sekaligus menjadi Mubtada.

Lafal Yaumaidzin dimabnikan karena mengingat dimudhafkan kepada Isim yang Ghairu Mutamakkin. Kemudian yang menjadi Khabarnya ialah (datangnya hari yang sulit)

Amil yang mempengaruhi lafal Idza adalah kalimat yang disimpulkan dari pengertian keseluruhannya. Yakni pada hari itu perkara dirasakan amat berat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 9 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Muddassir |74:10|

عَلَى الْكَافِرِينَ غَيْرُ يَسِيرٍ

'alal-kaafiriina ghoiru yasiir

bagi orang-orang kafir tidak mudah.

For the disbelievers - not easy.

Tafsir
Jalalain

(Bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah) di dalam ungkapan ini terkandung pengertian, bahwa keadaan pada hari itu dirasakan amat ringan oleh orang-orang yang beriman di balik kesulitan yang dirasakan oleh orang-orang kafir.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 10 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Muddassir |74:11|

ذَرْنِي وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيدًا

żarnii wa man kholaqtu waḥiidaa

Biarkanlah Aku (yang bertindak) terhadap orang yang Aku sendiri telah menciptakannya,

Leave Me with the one I created alone

Tafsir
Jalalain

(Biarkanlah Aku) artinya, serahkanlah kepada-Ku (untuk menindak orang yang Aku ciptakan) lafal Waman di'athafkan kepada Maf'ul atau kepada Maf'ul Ma'ah (dalam keadaan sendirian)

menjadi Haal atau kata keterangan keadaan bagi lafal Man, atau bagi Dhamirnya yang tidak disebutkan. Maksudnya, orang yang diciptakan-Nya

hanya dia sendiri, tanpa keluarga, tanpa harta benda, dia adalah Walid bin Mughirah Al-Makhzumi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 11 |

Tafsir ayat 11-30

Allah Swt. berfirman, mengancam orang jahat itu yang telah diberi banyak nikmat duniawi oleh Allah, lalu ia membalasnya dengan kekafiran terhadap nikmat-nikmat

yang telah diberikan kepadanya,dan menggantinya dengan kekafiran serta keingkaran terhadap ayat-ayat Allah, dan mendustakannya serta menganggapnya sebagai perkataan manusia.

Hal ini diungkapkan oleh Allah Swt. dengan menghitung-hitung nikmat yang telah Dia berikan kepadanya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{ذَرْنِي وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيدًا}


Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. (Al-Muddatstsir 11) Yakni dia keluar dari perut ibunya dalam keadaan sendirian, tidak berharta dan tidak beranak, kemudian Allah memberinya rezeki,


{مَالا مَمْدُودًا}


harta benda yang banyak. (Al-Muddatstsir: 12)Yaitu harta yang berlimpah lagi banyak. Suatu pendapat menyebutnya seribu dinar, pendapat yang lainnya mengatakan seratus ribu dinar,

dan menurut pendapat yang lainnya berupa lahan pertanian yang sangat luas, sedangkan pendapat yang lainnya lagi mengatakan selain itu. Dan Allah menjadikan baginya,


{وَبَنِينَ شُهُودًا}


dan anak-anak yang selalu bersama dia. (Al-Muddatstsir: 13) Mujahid mengatakan makna yang dimaksud ialah tidak pernah absen darinya dan selalu ada bersamanya, tidak pernah bepergian untuk berniaga,

melainkan semuanya itu telah ditangani oleh budak-budaknya dan orang-orang upahannya (pegawainya), sedangkan mereka hanya tinggal saja bersama ayah mereka, dan ayah mereka merasa senang selalu bersama mereka

serta merasa terhibur. Mereka (anak-anak) itu menurut apa yang disebutkan oleh As-Saddi, Abu Malik dan Asim ibnu Umar ibnu Qatadah ada tiga belas orang. Ibnu Abbas dan Mujahid mengatakan sepuluh orang anak.

Hal ini merupakan nikmat yang tiada taranya, yaitu keberadaan anak-anak di dekat orang tua mereka.


{وَمَهَّدْتُ لَهُ تَمْهِيدًا}


dan Kulapangkan baginya (rezeki dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya. (Al-Muddatstsir: 14) Yakni Aku berikan kepadanya berbagai macam harta benda dan peralatan serta hal-hal lainnya.


{ثُمَّ يَطْمَعُ أَنْ أَزِيدَ كَلا إِنَّهُ كَانَ لآيَاتِنَا عَنِيدًا}


kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya. Sekali-kali tidak (akan Aku tambah), karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (Al-Qur'an). (Al-Muddatstsir: 15-16)

Yaitu ingkar karena dia mengingkari nikmat-nikmat-Nya sesudah mengetahui. Maka Allah Swt. berfirman dalam ayat selanjutnya:


{سَأُرْهِقُهُ صَعُودًا}


Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan. (Al-Muddatstsir: 17)


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنٌ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، عَنْ دَرَّاج، عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ، عَنْ أَبِي سعيد، عن رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "وَيْلٌ: وَادٍ فِي جَهَنَّمَ، يَهْوِي فِيهِ الْكَافِرُ أَرْبَعِينَ خَرِيفًا قَبْلَ أَنْ يَبْلُغَ قَعْرَهُ، والصَّعُود: جَبَلٌ مِنْ نَارٍ يَصْعَدُ فِيهِ سَبْعِينَ خَرِيفًا، ثُمَّ يَهْوِي بِهِ كَذَلِكَ فِيهِ أَبَدًا".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Darij, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda:

Wail adalah nama sebuah jurang di dalam neraka Jahanam, orang kafir dijatuhkan ke dalamnya selama empat puluh musim gugur sebelum mencapai dasarnya. Dan Su'ud adalah nama sebuah gunung dari api neraka

yang orang kafir naik mendakinya selama tujuh puluh musim semi, kemudian terjatuh darinya dalam masa yang sama, untuk selama-lamanya. Imam Turmuzi meriwayatkannya dari Abdu ibnu Humaid,

dari Al-Hasan ibnu Musa Al-Asy-yab dengan sanad yang sama. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib, kami tidak mengenalnya kecuali hanya melalui hadis Ibnu Lahi'ah, dari Darij.

Demikianlah menurut Imam Turmuzi. Ibnu Jarir telah meriwayatkannya pula dari Yunus, dari Abdullah ibnu Wahb, dari Amr ibnul Haris, dari Darij, tetapi di dalamnya terdapat hal yang garib dan munkar.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَة وَعَلِيُّ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ -الْمَعْرُوفِ بِعَلَّانَ الْمِصْرِيِّ -قَالَ: حَدَّثَنَا مِنْجاب، أَخْبَرَنَا شَرِيكٌ، عَنْ عَمَّارٍ الدُّهَنِيّ، عَنْ عَطِيَّةَ الْعَوْفِيِّ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {سَأُرْهِقُهُ صَعُودًا} قَالَ: "هُوَ جَبَلٌ فِي النَّارِ مِنْ نَارٍ يُكَلَّفُ أَنْ يَصْعَدَهُ، فَإِذَا وَضَعَ يَدَهُ ذَابَتْ، وَإِذَا رَفَعَهَا عَادَتْ، فَإِذَا وَضَعَ رِجْلَهُ ذَابَتْ، وَإِذَا رَفَعَهَا عَادَتْ".


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah dan Ali ibnu Abdur Rahman yang dikenal dengan Allan Al-Muqri yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Minjab,

telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Ammar Ad-Duhani, dari Atiyyah Al-Aufi, dari Abu Sa'id, dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman Allah Swt: Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan. (Al-Muddatstsir: 17)

Lalu beliau Saw. bersabda: Su'ud adalah sebuah gunung dari api di dalam neraka, orang kafir dipaksa untuk menaikinya. Maka apabila tangannya ia letakkan di gunung, tangannya itu lebur; dan apabila ia menariknya,

maka kembali seperti semula. Dan apabila ia letakkan kakinya, maka kakinya itu lebur; dan apabila ia angkat kembali, maka menjadi utuh seperti semula. Al-Bazzar dan Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Syarik

dengan sanad yang sama. Qatadah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Su'ud adalah sebuah batu besar di dalam neraka Jahanam, orang kafir di seret di atasnya dengan muka di bawah. As-Saddi mengatakan bahwa

Su'ud adalah sebuah batu yang licin di dalam neraka Jahanam, orang kafir dipaksa untuk mendakinya. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan.

(Al-Muddatstsir: 17) Yakni kepayahan karena azab. Qatadah mengatakan azab yang tiada henti-hentinya, pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Firman Allah Swt.:


{إِنَّهُ فَكَّرَ وَقَدَّرَ}


Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya). (Al-Muddatstsir: 18) Yaitu sesungguhnya Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan.

Yakni Kami mendekatkan azab yang berat kepadanya karena dahulu ia jauh dari iman, sebab dia telah memikirkan dan menetapkan. Dengan kata lain, dia menangguhkan pendapatnya tentang

Al-Qur'an ketika ditanya mengenainya, dan ia memikirkan pendapat apa yang akan dibuat-buatnya terhadap Al-Qur'an, dan dia merekayasanya dengan merenungkannya terlebih dahulu.


{فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ}


maka celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan? Kemudian celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan. (Al-Muddatstsir: 19-20) Ini merupakan kutukan terhadapnya.


{ثُمَّ نَظَرَ}


kemudian dia memikirkan. (Al-Muddatstsir: 21) Maksudnya, kembali memikirkan dan merenungkannya.


{ثُمَّ عَبَسَ}


sesudah itu dia bermasam muka. (Al-Muddatstsir: 22) Yakni bermuka kecut dan menatapkan pandangannya.


{وَبَسَرَ}


dan merengut. (Al-Muddatstsir: 22) Yaitu mukanya menjadi hitam dan menggambarkan rasa benci; termasuk ke dalam pengertian ini ucapan seorang penyair yang bernama Taubah ibnu Himyar:


وَقَدْ رَابَنِي مِنْهَا صُدُودٌ رَأَيْتُهُ ... وَإِعْرَاضُهَا عَنْ حَاجَتِي وَبُسُورُهَا


Sesungguhnya sangat mencurigakan diriku sikapnya yang kulihat selalu menghambatku dan dia selalu berpaling dari keperluanku dengan muka yang merengut. Firman Allah Swt:


{ثُمَّ أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ}


kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri. (Al-Muddatstsir: 23) Yakni berpaling dari perkara hak dan mundur dengan rasa sombong, tidak mau tunduk kepada Al-Qur'an.


{فَقَالَ إِنْ هَذَا إِلا سِحْرٌ يُؤْثَرُ فَقَالَ إِنْ هَذَا إِلا سِحْرٌ يُؤْثَرُ}


lalu dia berkata, "(Al-Qur'an) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu)." (Al-Muddatstsir: 24) Artinya, ini merupakan sihir yang dinukil oleh Muhammad dari orang lain yang sebelumnya, lalu ia mempelajarinya. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:


{إِنْ هَذَا إِلا قَوْلُ الْبَشَرِ}


ini tidak lain hanyalah perkataan manusia. (Al-Muddatstsir: 25) Yakni bukan kalam Allah. Dan orang yang berkata demikian seperti yang disebutkan dalam konteks ayat adalah Al-Walid ibnul Mugirah Al-Makhzumi,

salah seorang pemimpin dari Quraisy, la'natullah. Dan tersebutlah di antara berita mengenai dirinya tentang hal ini diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, bahwa Al-Walid menemui Abu Bakar ibnu Abu Quhafah,

lalu bertanya kepadanya tentang Al-Qur'an. Setelah mendapat jawaban dari Abu Bakar, lalu ia keluar dan menemui orang-orang Quraisy, dan berkatalah ia kepada mereka, "Sungguh menakjubkan dengan apa yang diucapkan

oleh Ibnu Abu Kabsyah. Demi Allah, apa yang dikatakannya bukanlah syair, bukan sihir, bukan pula kerasukan penyakit gila, tetapi sesungguhnya ucapannya itu benar-benar Kalamullah.”

Ketika segolongan orang-orang Quraisy mendengar ucapan Al-Walid ibnul Mugirah itu, maka mereka menebar hasutan dan mengatakan kepada orang-orang Quraisy, "Demi Allah, jika Al-Walid masuk agama baru,

benar-benar orang-orang Quraisy pun akan mengikuti jejaknya." Ketika berita itu terdengar oleh Abu Jahal ibnu Hisyam, maka ia berkata, "Akulah yang akan menanganinya sebagai ganti kalian," lalu ia pergi dan masuk ke dalam rumah

Al-Walid ibnul Mugirah. Dan berkatalah ia kepada Al-Walid, 'Tidakkah engkau perhatikan kaummu, sesungguhnya mereka telah mengumpulkan dana untuk diberikan kepadamu?" Al-Walid ibnul Mugirah balik bertanya,

"Bukankah aku ini orang yang terkaya di antara mereka dan juga paling banyak memiliki anak?" Abu Jahal mengatakan kepadanya, "Mereka membicarakan bahwa engkau masuk ke dalam rumah Ibnu Abu Quhafah

hanyalah untuk mendapatkan makan darinya." Al-Walid bertanya, "Apakah betul mereka (kaumku) menggunjing aku demikian? Demi Allah, sekarang aku tidak akan mendekati Abu Quhafah lagi, juga Umar dan Ibnu Abu Kabsyah,

dan tiadalah apa yang dikatakannya melainkan sihir yang dipelajari." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. (Al-Muddatstsir: 11)

Sampai dengan firman-Nya: Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. (Al-Muddatstsir: 28) Qatadah mengatakan bahwa mereka mengira Al-Walid ibnul Mugirah mengatakan, "Demi Allah, sesungguhnya

aku perhatikan apa yang dikatakan oleh lelaki ini, ternyata perkataannya itu bukanlah syair, dan sesungguhnya perkataannya itu benar-benar sangat manis dan benar-benar sangat indah. Dan sesungguhnya kata-katanya itu

benar-benar tinggi dan tiada yang lebih tinggi daripadanya, dan aku tidak meragukan lagi bahwa kata-katanya itu mempunyai pengaruh yang sangat memukau bagaikan pengaruh sihir." Maka Allah Swt.

menurunkan firman-Nya: maka celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan. (Al-Muddatstsir: 19) Hingga firman-Nya: sesudah itu dia bermasam muka dan merengut. (Al-Muddatstsir: 22) Yakni mengernyitkan keningnya

dan mukanya berubah menjadi merengut.Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnuSaur, dari Ma'mar, dari Abbad ibnu Mansur,

dari Ikrimah, bahwa Al-Walid ibnul Mugirah datang kepada Nabi Saw. Maka beliau membacakan kepadanya Al-Qur'an, kemudian seakan-akan Al-Walid menjadi lunak hatinya kepada Nabi Saw.

Ketika hal tersebut terdengar oleh Abu Jahal, maka Abu Jahal ibnu Hisyam datang menemuinya dan berkata, "Hai Paman, sesungguhnya kaummu telah menghimpun dana untukmu." Al-Walid balik bertanya, "Mengapa?"

Abu Jahal menjawab, "Mereka akan memberikannya kepadamu, karena sesungguhnya engkau telah datang kepada Muhammad berbeda dengan sikapmu yang sebelumnya." Al-Walid berkata, "Orang-orang Quraisy

telah mengetahui bahwa diriku adalah orang yang paling banyak hartanya." Abu Jahal berkata, "Kalau begitu, berikanlah tanggapanmu tentang dia, agar kaummu mengetahui bahwa engkau mengingkari apa yang dikatakannya

(Muhammad), dan bahwa engkau benci kepadanya."Al-Walid bertanya, "Lalu apakah yang harus kukatakan? Demi Allah, tiada seorang pun dari kalian yang lebih mengetahui daripada aku tentang syair, dan tiada pula yang lebih

mengetahui tentang puisi dan sajak selain dariku, dan tiada pula yang lebih mengetahui tentang syair jin selain dariku. Demi Allah, apa yang dikatakan Muhammad itu tidak mirip dengan sesuatu pun dari itu.

Demi Allah, sesungguhnya dalam ucapan yang dikatakannya benar-benar terkandung keindahan yang tiada taranya. Dan sesungguhnya ucapannya itu benar-benar dapat menghancurkan (mengalahkan) semua yang ada

di bawahnya, dan sesungguhnya ia benar-benar tinggi dan tiada yang lebih tinggi daripada dia." Abu Jahal berkata, "Demi Allah, kalau begitu kaummu tidak akan senang sebelum engkau mengatakan sesuatu yang tidak enak terhadapnya."

Al-Walid menjawab, "Kalau begitu, biarkanlah aku berpikir terlebih dahulu."Setelah ia berpikir, lalu berkata, "Sesungguhnya Al-Qur'an yang dikatakannya itu tiada lain merupakan sihir yang dipelajari dari orang lain."

Maka turunlah firman Allah Swt.: Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. (Al-Muddatstsir: 11) Sampai dengan firman-Nya: Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga). (Al-Muddatstsir: 30)

Muhammad ibnu Ishaq dan yang lain yang bukan hanya seorang telah meriwayatkan hal yang semisal. As-Saddi mengira bahwa mereka (orang-orang Quraisy) ketika berkumpul di Darun Nudwah,

mereka telah sepakat untuk menyatukan pendapat mereka tentang Nabi Muhammad dengan pendapat yang mendiskreditkannya, sebelum datang kepada mereka delegasi orang-orang Arab untuk menunaikan ibadah haji.

Tujuannya ialah agar mereka terhalang dan tidak mengikutinya serta tidak tertarik kepadanya. Maka sebagian dari mereka ada yang mengatakannya seorang penyair, sebagian yang lain mengatakannya seorang tukang sihir,

dan yang lainnya lagi mengatakan tukang tenung, sedangkan yang lainnya lagi mengatakannya orang gila. Hal ini diceritakan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya yang mengatakan:


انْظُرْ كَيْفَ ضَرَبُوا لَكَ الْأَمْثالَ فَضَلُّوا فَلا يَسْتَطِيعُونَ سَبِيلًا


Perhatikanlah, bagaimana mereka membuat perbandingan-perbandingan tentang kamu, lalu sesallah mereka, mereka tidak sanggup (mendapatkan) jalan (untuk menentang kerasulanmu). (Al-Furqan: 9) dan (Al-Isra: 48)

Dengan adanya semua itu Al-Walid berpikir untuk mengada-adakan pendapat dari dirinya sendiri tentang Nabi Saw., dan dia terus berpikir dan berpikir, sesudah itu dia bermasam muka dan merengut,

lalu menentukan sikap dan berkata, "Al-Qur'an ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari dari orang-orang dahulu, ini tidak lain hanyalah perkataan manusia."Maka Allah Swt. berfirman:


{سَأُصْلِيهِ سَقَرَ}


Aku akan memasukkannya kedalam (neraka) Saqar. (Al-Muddatstsir: 26) Yakni Aku akan mengepung dia dengan api neraka dari segala penjurunya. Kemudian Allah Swt. berfirman:


{وَمَا أَدْرَاكَ مَا سَقَرُ}


Tahukah kamu apa (neraka) Saqar itu? (Al-Muddatstsir: 27) Ini menggambarkan tentang keadaannya yang sangat menakutkan dan amat mengerikan, lalu ditafsirkan oleh firman selanjutnya:


{لَا تُبْقِي وَلا تَذَرُ}


Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. (Al-Muddatstsir: 28) Yakni yang memakan daging mereka, urat dan otot serta kulit mereka habis dibakar, kemudian diganti lagi dengan yang lainnya,

sedangkan mereka tetap menjalani siksaan itu; tidaklah mereka mati dan tidak pula hidup. Demikianlah menurut Ibnu Buraidah dan Abu Sinan serta selain keduanya.Firman Allah Swt.:


{لَوَّاحَةٌ لِلْبَشَرِ}


(Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia. (Al-Muddatstsir: 29) Mujahid mengatakan, bahwa yang dimaksud ialah membakar kulit. Abu Razin mengatakan, makna yang dimaksud ialah api neraka itu menjiiat kulit

dengan sekali jilatan sehingga menghanguskannya menjadi hitam lebih gelap dari kelamnya malam hari. Zaid ibnu Aslam mengatakan, bahwa tubuh mereka didekatkan kepada neraka. Qatadah mengatakan sehubungan dengan

makna firman-Nya: (Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia. (Al-Muddatstsir: 29) Maksudnya, apinya membakar hangus kulit. Ibnu Abbas mengatakan, yang membakar kulit manusia. Firman Allah Swt.:


{عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ}


Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga). (Al-Muddatstsir: 30) Yaitu dari barisan terdepan Malaikat Zabaniyah (juru siksa), bentuk tubuh mereka besar-besar dan penampilan mereka sangat kasar lagi bengis.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَةَ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي زَائِدَةَ، أَخْبَرَنِي حُرَيْثٌ، عَنْ عَامِرٍ، عَنِ الْبَرَاءِ فِي قَوْلِهِ: {عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ} قَالَ إِنَّ رَهْطًا مِنَ الْيَهُودِ سَأَلُوا رَجُلًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم عن خَزَنَةِ جَهَنَّمَ. فَقَالَ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. فَجَاءَ رَجُلٌ فَأَخْبَرَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَزَلَ عَلَيْهِ سَاعَتَئِذٍ: {عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ} فَأَخْبَرَ أَصْحَابَهُ وَقَالَ: "ادْعُهُمْ، أَمَا إِنِّي سَائِلُهُمْ عَنْ تُربَة الْجَنَّةِ إِنْ أَتَوْنِي، أَمَا إِنَّهَا دَرْمكة بيضاء". فجاؤوه فَسَأَلُوهُ عَنْ خَزَنَةِ جَهَنَّمَ، فَأَهْوَى بِأَصَابِعِ كَفَّيْهِ مَرَّتَيْنِ وَأَمْسَكَ الْإِبْهَامَ فِي الثَّانِيَةِ، ثُمَّ قَالَ: "أَخْبِرُونِي عَنْ تُرْبَةِ الْجَنَّةِ". فَقَالُوا: أَخْبِرْهُمْ يَا ابْنَ سَلَامٍ. فَقَالَ: كَأَنَّهَا خُبزَة بَيْضَاءُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أما إِنَّ الْخُبْزَ إِنَّمَا يَكُونُ مِنَ الدّرمَك".


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Zaidah, telah menceritakan kepadaku Haris,

dari Amir, dari Al-Barra yang mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Diatasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga). (Al-Muddatstsir: 30) Sesungguhnya ada segolongan orang-orang Yahudi menanyakan kepada

seorang lelaki dari sahabat Rasulullah Saw. tentang para penjaga neraka Jahanam, maka lelaki itu menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Lelaki itu datang dan menceritakan hal itu kepada Nabi Saw.,

lalu saat itu juga Allah menurunkan firman-Nya: Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga). (Al-Muddatstsir: 30) Kemudian Nabi Saw. memanggil para sahabatnya dan bersabda: Panggillah mereka

(orang-orang Yahudi) itu. Ingatlah, sesungguhnya aku akan menanyakan kepada mereka tentang warna tanah surga jika mereka datang kepadaku. Ingatlah, sesungguhnya warna tanah surga itu bagaikan tepung

terigu yang putih. Ternyata mereka datang, lalu menanyakan kepada beliau tentang para penjaga neraka Jahanam. Maka Nabi Saw. mengisyaratkan dengan jari jemari kedua telapak tangannya sebanyak dua kali,

sedangkan pada yang kedua kali beliau menggenggamkan jari jempolnya (yakni sembilan belas malaikat penjaga). Lalu Nabi Saw. bertanya, "Ceritakanlah kepadaku tentang warna tanah surga."

Mereka berkata kepada pemimpin mereka, "Hai Ibnu Salam, jawablah mereka !" Ibnu Salam menjawab, "Seakan-akan putihnya seperti adonan roti." Maka Rasulullah Saw. bersabda:

Ingatlah, sesungguhnya roti itu tiada lain terbuat dari tepung.Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Ibnu Abu Hatim, yakni dari Al-Barra. Tetapi menurut pendapat yang terkenal,

hadis ini dari Jabir ibnu Abdullah, sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar di dalam kitab musnadnya. Ia mengatakan:


حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبدَة، أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ وَيَحْيَى بْنُ حَكِيمٍ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ مُجَالِدٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، غلبَ أَصْحَابُكَ الْيَوْمَ. فَقَالَ: "بِأَيِّ شَيْءٍ؟ " قَالَ: سَأَلَتْهُمْ يَهُود هَلْ أَعْلَمَكُمْ نَبِيُّكُمْ عِدَّةَ خَزَنَةِ أَهْلِ النَّارِ؟ قَالُوا: لَا نَعْلَمُ حَتَّى نَسْأَلَ نَبِيَّنَا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَفَغُلِبَ قَوْمٌ سُئلوا عَمَّا لَا يَدْرُونَ فَقَالُوا: لَا نَدْرِي حَتَّى نَسْأَلَ نَبِيَّنَا؟ عليَّ بِأَعْدَاءِ اللَّهِ، لَكِنْ سَأَلُوا نَبِيَّهُمْ أَنْ يُرِيَهُمُ اللَّهَ جَهْرَةً". فَأَرْسَلَ إِلَيْهِمْ فَدَعَاهُمْ. قَالُوا: يَا أَبَا الْقَاسِمِ، كَمْ عَدَدُ خَزَنَةِ أَهْلِ النَّارِ؟ قَالَ: "هَكَذَا"، وَطَبَّقَ كَفَّيْهِ، ثُمَّ طَبَّقَ كَفَّيْهِ، مَرَّتَيْنِ، وَعَقَدَ وَاحِدَةً، وَقَالَ لِأَصْحَابِهِ: "إِنْ سُئِلْتُمْ عَنْ تُرْبَةِ الْجَنَّةِ فَهِيَ الدَّرمك". فَلَمَّا سَأَلُوهُ فَأَخْبَرَهُمْ بِعِدَّةِ خَزَنَةِ أَهْلِ النَّارِ، قَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا تُرْبَةُ الْجَنَّةِ؟ " فَنَظَرَ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ، فَقَالُوا: خُبْزَةٌ يَا أَبَا الْقَاسِمِ. فَقَالَ: "الْخُبْزُ مِنَ الدَّرمك".


telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ubaidah, telah menceritakan kepada kami Sufyan dan Yahya ibnu Hakarn, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Mujalid, dari Asy-Sya'bi, dari Jabir ibnu Abdullah r.a. yang

mengatakan bahwa seorang lelaki datang kepada Nabi Saw., lalu berkata, "Hai Muhammad, sahabat-sahabatmu telah dikalahkan, hari ini." Nabi Saw. bertanya, "Mengapa?" Lelaki itu menjawab, "Orang-orang Yahudi mengatakan

kepada mereka, 'Apakah nabimu telah memberitahukan kepadamu tentang jumlah para malaikat penjaga neraka?' Mereka menjawab, 'Kami tidak mengetahuinya sebelum menanyakannya kepada nabi kami'."

Rasulullah Saw. bersabda, "'Apakah suatu kaum yang ditanyai tentang sesuatu yang tidak mereka ketahui dapat dikatakan mereka dikalahkan, sedangkan mereka hanya menjawab, 'Kami tidak mengetahuinya sebelum

menanyakannya kepada Nabi kami'? Undanglah musuh-musuh Allah itu kemari, tetapi mereka pernah meminta kepada nabi mereka supaya Allah menampakkannya kepada mereka terang-terangan.",

Maka Rasulullah Saw. memerintahkan agar mereka dipanggil menghadap kepadanya, lalu mereka pun datang dan bertanya, "Hai Abul Qasim, berapakah jumlah penjaga neraka itu?" Nabi Saw. memberi petunjuk kepada

sahabatnya dengan isyarat jari jemari kedua tangannya sebanyak dua kali, sedangkan yang kedua kalinya beliau genggamkan salah satu jarinya, seraya bersabda, "Jumlahnya segini." Lalu Nabi Saw. bersabda kepada

para sahabatnya: Jika kamu ditanya mengenai warna tanah surga, maka tanah surga itu putih seperti tepung gandum. Ketika mereka menanyakan tentang bilangan penjaga neraka, dan Nabi Saw. memberitahukannya kepada mereka,

lalu beliau Saw. bertanya kepada mereka, "Bagaimanakah warna tanah surga?" Maka sebagian dari mereka memandang kepada sebagian yang lain, lalu berkata, "Seperti roti, hai Abul Qasim."

Nabi Saw. bersabda, "Roti itu terbuat dari tepung." Imam Turmuzi meriwayatkan hal yang sama dalam tafsir ayat ini dari Ibnu Abu Umar, dari Syaiban dengan sanad yang sama.

Ia serta Al-Bazzar mengatakan hadis ini tidak dikenal melainkan hanya melalui riwayat Mujahd. Imam Ahmad telah meriwayatkannya dari Ali ibnul Madini, dari Sufyan tanpa menyebutkan darmak (tepung terigu).

Surat Al-Muddassir |74:12|

وَجَعَلْتُ لَهُ مَالًا مَمْدُودًا

wa ja'altu lahuu maalam mamduudaa

dan Aku berikan baginya kekayaan yang melimpah,

And to whom I granted extensive wealth

Tafsir
Jalalain

(Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak) harta yang luas dan berlimpah, berupa tanam-tanaman, susu perahan, dan perniagaan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 12 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Al-Muddassir |74:13|

وَبَنِينَ شُهُودًا

wa baniina syuhuudaa

dan anak-anak yang selalu bersamanya,

And children present [with him]

Tafsir
Jalalain

(Dan anak-anak) yang jumlahnya sepuluh orang atau lebih (yang selalu bersama dia) di kala menyaksikan perayaan-perayaan dan kamu pun mendengar tentang persaksian mereka itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 13 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Al-Muddassir |74:14|

وَمَهَّدْتُ لَهُ تَمْهِيدًا

wa mahhattu lahuu tamhiidaa

dan Aku berikan baginya kelapangan (hidup) seluas-luasnya,

And spread [everything] before him, easing [his life].

Tafsir
Jalalain

(Dan Kulapangkan) Kuluaskan (baginya) kehidupan, umurnya dan anak-anak yang dimilikinya (dengan selapang-lapangnya.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 14 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Al-Muddassir |74:15|

ثُمَّ يَطْمَعُ أَنْ أَزِيدَ

ṡumma yathma'u an aziid

kemudian dia ingin sekali agar Aku menambahnya.

Then he desires that I should add more.

Tafsir
Jalalain

(Kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahkannya.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 15 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Al-Muddassir |74:16|

كَلَّا ۖ إِنَّهُ كَانَ لِآيَاتِنَا عَنِيدًا

kallaa, innahuu kaana li`aayaatinaa 'aniidaa

Tidak bisa! Sesungguhnya dia telah menentang ayat-ayat Kami (Al-Qur´an).

No! Indeed, he has been toward Our verses obstinate.

Tafsir
Jalalain

(Sekali-kali tidak) Aku tidak akan memberikan tambahan lagi kepadanya selain dari hal tersebut (karena sesungguhnya dia terhadap ayat-ayat Kami) yakni terhadap Alquran (selalu menentang) selalu melawan dan ingkar.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 16 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Al-Muddassir |74:17|

سَأُرْهِقُهُ صَعُودًا

sa`ur-hiquhuu sho'uudaa

Aku akan membebaninya dengan pendakian yang memayahkan.

I will cover him with arduous torment.

Tafsir
Jalalain

(Aku akan membebaninya) Aku akan memberatinya (mendaki pendakian yang memayahkan) yaitu kepayahan karena azab; atau gunung api yang dia daki, kemudian dia jatuh, demikianlah untuk selama-lamanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 17 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Al-Muddassir |74:18|

إِنَّهُ فَكَّرَ وَقَدَّرَ

innahuu fakkaro wa qoddar

Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya),

Indeed, he thought and deliberated.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya dia telah memikirkan) tentang apa yang dikatakannya mengenai Alquran yang ia dengar dari Nabi saw. (dan menetapkan) di dalam dirinya hal tersebut.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 18 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Al-Muddassir |74:19|

فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ

fa qutila kaifa qoddar

maka celakalah dia! Bagaimana dia menetapkan?

So may he be destroyed [for] how he deliberated.

Tafsir
Jalalain

(Maka celakalah dia) dikutuk dan diazablah dia. (Bagaimanakah dia menetapkan) maksudnya, keadaan apakah yang telah ditetapkannya itu

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 19 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Al-Muddassir |74:20|

ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ

ṡumma qutila kaifa qoddar

Sekali lagi, celakalah dia! Bagaimana dia menetapkan?

Then may he be destroyed [for] how he deliberated.

Tafsir
Jalalain

(Kemudian celakalah dia. Bagaimanakah dia menetapkan)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 20 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Al-Muddassir |74:21|

ثُمَّ نَظَرَ

ṡumma nazhor

Kemudian dia (merenung) memikirkan,

Then he considered [again];

Tafsir
Jalalain

(Kemudian ia memikirkan) rencana yang ditekuninya itu, atau dia melayangkan pandangannya ke muka kaumnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 21 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Al-Muddassir |74:22|

ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ

ṡumma 'abasa wa basar

lalu berwajah masam dan cemberut,

Then he frowned and scowled;

Tafsir
Jalalain

(Sesudah itu dia bermasam muka) mukanya cemberut dan suram karena merasa sempit dengan apa yang dikatakannya (dan merengut) makin bertambah masam mukanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 22 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Al-Muddassir |74:23|

ثُمَّ أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ

ṡumma adbaro wastakbar

kemudian berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri,

Then he turned back and was arrogant

Tafsir
Jalalain

(Kemudian dia berpaling) dari iman (dan menyombongkan diri) sombong tidak mau mengikut Nabi saw.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 23 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Al-Muddassir |74:24|

فَقَالَ إِنْ هَٰذَا إِلَّا سِحْرٌ يُؤْثَرُ

fa qoola in haażaaa illaa siḥruy yu`ṡar

lalu dia berkata, "(Al-Qur´an) ini hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu),

And said, "This is not but magic imitated [from others].

Tafsir
Jalalain

(Lalu dia berkata) di dalam menanggapi apa yang didatangkan oleh Nabi saw. yakni Alquran ("Tiada lain) (Alquran ini hanyalah sihir yang dipelajari") maksudnya, yang diambil dari tukang-tukang sihir.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 24 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Al-Muddassir |74:25|

إِنْ هَٰذَا إِلَّا قَوْلُ الْبَشَرِ

in haażaaa illaa qoulul-basyar

ini hanyalah perkataan manusia."

This is not but the word of a human being."

Tafsir
Jalalain

("Tiada lain) (ini hanyalah perkataan manusia") sama dengan apa yang dikatakan oleh orang-orang musyrik lainnya, yaitu bahwasanya Alquran ini diajarkan kepadanya oleh manusia.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 25 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Al-Muddassir |74:26|

سَأُصْلِيهِ سَقَرَ

sa`ushliihi saqor

Kelak, Aku akan memasukkannya ke dalam (Neraka) Saqar.

I will drive him into Saqar.

Tafsir
Jalalain

(Aku akan memasukkannya) akan menjerumuskannya (ke dalam Saqar) yakni neraka Jahanam.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 26 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Al-Muddassir |74:27|

وَمَا أَدْرَاكَ مَا سَقَرُ

wa maaa adrooka maa saqor

Dan tahukah kamu apa (Neraka) Saqar itu?

And what can make you know what is Saqar?

Tafsir
Jalalain

(Tahukah kamu, apakah Saqar itu) ungkapan ini menggambarkan tentang kedahsyatannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 27 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Al-Muddassir |74:28|

لَا تُبْقِي وَلَا تَذَرُ

laa tubqii wa laa tażar

Ia (Saqar itu) tidak meninggalkan dan tidak membiarkan,

It lets nothing remain and leaves nothing [unburned],

Tafsir
Jalalain

(Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan) sedikit pun dari daging dan otot melainkan dia melahapnya habis-habisan, kemudian daging dan otot itu kembali seperti semula, lalu dilahapnya lagi, demikianlah seterusnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 28 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Al-Muddassir |74:29|

لَوَّاحَةٌ لِلْبَشَرِ

lawwaaḥatul lil-basyar

yang menghanguskan kulit manusia.

Blackening the skins.

Tafsir
Jalalain

(Lagi sangat membakar kulit manusia) membakar permukaan kulit dengan cepat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 29 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Al-Muddassir |74:30|

عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ

'alaihaa tis'ata 'asyar

Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga).

Over it are nineteen [angels].

Tafsir
Jalalain

(Di atasnya ada sembilan belas) malaikat yang bertugas menjaganya. Seorang di antara orang-orang kafir yang terkenal dengan kekuatan dan kekerasan tubuhnya mengatakan

, "Aku menjamin kalian untuk dapat mengalahkan tujuh belas malaikat itu, dan kalian harus menjamin aku untuk dapat mengalahkan dua malaikat lainnya." Maka Allah berfirman:

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 30 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Al-Muddassir |74:31|

وَمَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلَائِكَةً ۙ وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا ۙ وَلَا يَرْتَابَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْمُؤْمِنُونَ ۙ وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْكَافِرُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلًا ۚ كَذَٰلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ ۚ وَمَا هِيَ إِلَّا ذِكْرَىٰ لِلْبَشَرِ

wa maa ja'alnaaa ash-ḥaaban-naari illaa malaaa`ikataw wa maa ja'alnaa 'iddatahum illaa fitnatal lillażiina kafaruu liyastaiqinallażiina uutul-kitaaba wa yazdaadallażiina aamanuuu iimaanaw wa laa yartaaballażiina uutul-kitaaba wal-mu`minuuna wa liyaquulallażiina fii quluubihim marodhuw wal-kaafiruuna maażaaa aroodallohu bihaażaa maṡalaa, każaalika yudhillullohu may yasyaaa`u wa yahdii may yasyaaa`, wa maa ya'lamu junuuda robbika illaa huw, wa maa hiya illaa żikroo lil-basyar

Dan yang Kami jadikan penjaga neraka itu hanya dari malaikat, dan Kami menentukan bilangan mereka itu hanya sebagai cobaan bagi orang-orang kafir, agar orang-orang yang diberi kitab menjadi yakin, agar orang yang beriman bertambah imannya, agar orang-orang yang diberi kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu, dan agar orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (berkata), "Apakah yang dikehendaki Allah dengan (bilangan) ini sebagai suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada orang-orang yang Dia kehendaki. Dan tidak ada yang mengetahui bala tentara Tuhanmu kecuali Dia sendiri. Dan Saqar itu tidak lain hanyalah peringatan bagi manusia.

And We have not made the keepers of the Fire except angels. And We have not made their number except as a trial for those who disbelieve - that those who were given the Scripture will be convinced and those who have believed will increase in faith and those who were given the Scripture and the believers will not doubt and that those in whose hearts is hypocrisy and the disbelievers will say, "What does Allah intend by this as an example?" Thus does Allah leave astray whom He wills and guides whom He wills. And none knows the soldiers of your Lord except Him. And mention of the Fire is not but a reminder to humanity.

Tafsir
Jalalain

(Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan malaikat) yakni mereka tidak akan dapat dilawan, tidak sebagaimana yang diduga oleh orang-orang kafir

(dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka) yang sembilan belas itu (melainkan untuk jadi cobaan) atau membawa kepada kesesatan (bagi orang-orang kafir)

seumpamanya mereka mengatakan, mengapa jumlah malaikat-malaikat penjaga neraka itu hanya sembilan belas (supaya menjadi yakin) menjadi tambah jelas (orang-orang yang diberi Alkitab)

artinya, supaya orang-orang Yahudi yakin akan kebenaran Nabi saw. yang telah menyatakan bahwa jumlah mereka sembilan belas malaikat,

dan ini sesuai dengan keterangan yang terdapat di dalam kitab mereka (dan supaya orang-orang yang beriman bertambah) yaitu, orang-orang yang beriman dari kalangan ahli kitab (imannya)

kepercayaannya, karena apa yang dijelaskan oleh Nabi saw. itu sesuai dan cocok dengan keterangan yang terdapat di dalam Kitab mereka

(dan supaya orang-orang yang diberi Alkitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu) yaitu orang-orang yang beriman bukan dari kalangan mereka; tentang bilangan malaikat-malaikat penjaga neraka itu

(dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit) berupa keragu-raguan; mereka berada di Madinah (dan orang-orang kafir mengatakan)

yaitu orang-orang kafir Mekah: ("Apakah yang dikehendaki Allah dengan hal ini) yakni bilangan ini (sebagai suatu perumpamaan") mereka menamakannya sebagai perumpamaan,

karena hal itu amat aneh didengar oleh mereka. Lafal Matsalan berkedudukan sebagai Haal atau kata keterangan keadaan. (Demikianlah)

sebagaimana disesatkan-Nya orang yang tidak mempercayai bilangan ini, dan diberi-Nya petunjuk orang yang percaya kepada-Nya

(Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Rabbmu)

yaitu malaikat-malaikat tentang kekuatan dan kemampuan mereka (melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain) neraka itu (hanyalah peringatan bagi manusia.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 31 |

Tafsir ayat 31-37

Firman Allah Swt.:


{وَمَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ}


Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka. (Al-Muddatstsir: 31) As-hab arti bahasanya para pemilik, dan makna yang dimaksud adalah para penjaga neraka.


{إِلا مَلائِكَةً}


melainkan dari malaikat. (Al-Muddatstsir: 31) Yakni terdiri dari para malaikat Zabaniyah (jura siksa) yang kasar lagi keras, yang demikian itu merupakan jawaban terhadap orang-orang musyrik Quraisy,

ketika diceritakan kepada mereka bilangan para penjaga neraka. Maka Abu Jahal berkata, "Hai golongan orang-orang Quraisy, tidakkah setiap sepuluh orang dari kalian mampu mengalahkan seseorang dari mereka,

maka pastilah kamu dapat mengalahkan mereka?" Maka Allah Swt. berfirman: Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu, melainkan dari malaikat. (Al-Muddatstsir: 31) Yaitu kasar penampilannya,

mereka tidak dapat dilawan dan tidak terkalahkan. Menurut suatu pendapat, ada seseorang dari mereka yang dikenal dengan sebutan Abul Asydin, yang nama aslinya Kaldah ibnu Usaid ibnu Khalaf. Ia berkata,

"Hai golongan orang-orang Quraisy, serahkanlah dua orang dari para penjaga neraka itu kepadaku, sedangkan yang sisanya yaitu tujuh belas orang kuserahkan kepada kalian untuk menanganinya."

Ia katakan demikian karena merasa yakin dengan kekuatan dirinya yang hebat. Tersebutlah bahwa kekuatan yang dimilikinya menurut kisah mereka sangat hebat, dia berdiri di atas hamparan kulit sapi,

lalu kulit sapi itu ditarik oleh sepuluh orang untuk mereka ambil dari bawah telapak kakinya. Ternyata kulit sapi itu robek, sedangkan si Kaldah tidak bergeming sedikit pun dari tempat pijakannya.As-Suhaili

mengatakan bahwa si Kaldahlah yang pernah menantang Rasulullah Saw. untuk bergulat, dan ia mengatakan, "Jika engkau mengalahkan aku, maka aku akan beriman kepadamu." Maka Nabi Saw. memenuhi tantangannya

dan ternyata beliau dapat membantingnya berkali-kali, tetapi Kaldah tidak juga mau beriman. Dan As-Suhaili mengatakan bahwa Ibnu Ishaq menisbatkan kisah pergulatan ini kepada Rukanah ibnu Abdu Yazid ibnu Hasyim ibnul Muttalib.

Menurut saya, tidak ada pertentangan di antara apa yang disebutkan oleh keduanya karena barangkali keduanya terjadi; dan hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:


{وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا}


dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir. (Al-Muddatstsir: 31)Yakni sesungguhnya Kami sebutkan bilangan mereka sembilan belas hanyalah untuk menguji manusia.


{لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ}


supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin. (Al-Muddatstsir: 31) Yaitu agar mereka mengetahui bahwa Rasul ini adalah benar dan mengatakan hal yang sesuai dengan apa yang ada pada mereka dari kitab-kitab samawi yang diturunkan kepada para nabi sebelumnya. Firman Allah Swt.:


{وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا}


dan supaya orang yang beriman bertambah imannya. (Al-Muddatstsir: 31) Yakni di samping iman yang telah ada pada mereka melalui apa yang mereka saksikan sendiri, bahwa berita yang disampaikan oleh Nabi mereka adalah benar.


{وَلا يَرْتَابَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْمُؤْمِنُونَ وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ}


dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan orang-orang mukmin ita tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit. (Al-Muddatstsir: 31) Maksudnya, orang-orang munafik.


{وَالْكَافِرُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلا}


dan orang-orang kafir (mengatakan), 'Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?” (Al-Muddatstsir: 31) Mereka mengatakan, "Apakah hikmah yang terkandung di balik penyebutan bilangan tersebut?" Allah Swt. berfirman:


{كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ}


Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. (Al-Muddatstsir: 31) Yakni dengan adanya cobaan dan ujian seperti ini, maka akan bertambah

kuatlah iman di dalam hati sebagian kaum dan akan bertambah goyahlah keimanan pada sebagian yang lainnya. Hanya pada Allah-lah terdapat hikmah yang tiada taranya dan alasan yang mematikan hujah lawan. Firman Allah Swt:


{وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلا هُوَ}


Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. (Al-Muddatstsir: 31) Tiada seorang pun yang mengetahui jumlah mereka dan berapa banyaknya mereka kecuali hanya Allah sendiri,

supaya tidak ada orang yang mempunyai dugaan bahwa mereka berjumlah sembilan belas malaikat saja. Sebagaimana yang dikatakan oleh segolongan orang-orang yang sesat dari kalangan para failasuf Yunani dan orang-orang

yang serupa dengan mereka dari kalangan penganut kedua agama (Yahudi dan Nasrani). Ketika mereka mendengar ayat ini, maka mereka bermaksud menakwilkannya dengan pengertian sepuluh akal dan sembilan jiwa,

yang hal ini merupakan buat-buatan mereka sendiri, tetapi mereka tidak mampu membuktikan kebenaran dari hipotesisnya. Mereka hanya memahami permulaan dari ayat ini, tetapi kafir dengan bagian terakhirnya,

yaitu firman Allah Swt. Yang mengatakan: Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. (Al-Muddatstsir: 31) Di dalam hadis Isra yang diriwayatkan

di dalam kitab Sahihain dan kitab hadis lainnya telah disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda sehubungan dengan gambaran tentang Baitul Ma'mur yang ada di langit lapis ketujuh:


«فَإِذَا هُوَ يَدْخُلُهُ فِي كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ لَا يَعُودُونَ إِلَيْهِ آخِرَ مَا عَلَيْهِمْ»


Dan ternyata Baitul Ma'mur itu setiap harinya dimasuki oleh tujuh puluh ribu malaikat yang tidak kembali lagi kepadanya untuk selama-lamanya.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَسْوَدُ، حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُهَاجِرٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنِ مُورِقٍ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنِّي أَرَى مَا لَا تَرَوْنَ، وَأَسْمَعُ مَا لَا تَسْمَعُونَ، أَطَّتِ السَّمَاءُ وحُقَّ لَهَا أَنْ تَئط، مَا فيها موضع أَصَابِعَ إِلَّا عَلَيْهِ مَلَكٌ سَاجِدٌ، لَوْ عَلِمْتُمْ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا، وَلَا تَلَذّذتم بِالنِّسَاءِ عَلَى الفُرُشات، وَلَخَرَجْتُمْ إِلَى الصُّعُدَاتِ تَجْأَرُونَ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ". فَقَالَ أَبُو ذَرٍّ: وَاللَّهِ لوددتُ أَنِّي شَجَرَةٌ تُعضد.


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Ibrahim ibnu Muhajir, dari Mujahid, dari Muwarraq, dari Abu Zar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.

telah bersabda: Sesungguhnya aku telah melihat apa yang tidak kamu lihat dan aku telah mendengar apa yang tidak kamu dengar. Langit berderak dan sepantasnya bagi langit berderak karena tiada suatu tempat pun darinya

selebar empat buah jari melainkan padanya terdapat malaikat yang sedang sujud. Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian benar-benar sedikit tertawa dan banyak menangis,

dan tidak mau bersenang-senang dengan wanita di atas peraduan, dan niscaya kamu akan keluar ke lempat-tempat yang tinggi untuk meminta tolong dan berseru kepada Allah Swt. Maka Abu Zar memberikan komentarnya,

"Demi Allah, (setelah mendengar hadis ini) ia benar-benar menginginkan seandainya dirinya berupa pohon yang dicabut (yakni makhluk yang tidak bernyawa)."

Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah telah meriwayatkannya melalui hadis Israil. Dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib, dan hal yang sama telah diriwayatkan dari Abu Zar secara mauquf.


قَالَ الْحَافِظُ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا خَيْرُ بْنُ عَرَفَةَ الْمِصْرِيُّ، حَدَّثَنَا عُرْوَة بْنُ مَرْوَانَ الرُّقِيُّ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو، عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ بْنِ مَالِكٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم: "ما في السموات السَّبْعِ مَوْضِعُ قَدَمٍ وَلَا شِبْرٍ وَلَا كَفٍّ إِلَّا وَفِيهِ مَلَكٌ قَائِمٌ، أَوْ مَلَكٌ سَاجِدٌ، أَوْ مَلَكٌ رَاكِعٌ، فَإِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ قَالُوا جَمِيعًا: سُبْحَانَكَ! مَا عَبَدْنَاكَ حَقَّ عِبَادَتِكَ، إِلَّا أَنَّا لَمْ نُشْرِكْ بِكَ شَيْئًا".


Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Arafah Al-Masri, telah menceritakan kepada kami Urwah ibnu Marwan Ar-Ruqqi, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Amr,

dari Abdul Karim ibnu Malik, dari Ata ibnu Abu Rabah, dari Jabir ibnu Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Tiada suatu tempat pun, baik selebar telapak kaki, atau selebar sejengkal,

atau selebar telapak tangan di langit yang ketujuh, melainkan padanya terdapat malaikat yang sedang berdiri atau malaikat yang sedang sujud atau malaikat yang sedang rukuk. Dan apabila hari kiamat terjadi,

mereka semuanya mengatakan, "Mahasuci Engkau, kami tidak menyembah-Mu dengan penyembahan yang sebenar-benarnya, hanya saja kami tidak pernah mempersekutukan Engkau dengan sesuatu pun."


قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ نَصْرٍ الْمَرْوَزِيُّ فِي "كِتَابِ الصَّلَاةِ": حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ زُرَارَةَ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَطَاءٍ، عَنْ سَعِيدٌ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ صَفْوَانِ بْنِ مُحْرِز، عَنْ حَكِيمِ بْنِ حِزَامٍ قَالَ: بَيْنَمَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَ أَصْحَابِهِ إِذْ قَالَ لَهُمْ: "هَلْ تَسْمَعُونَ مَا أَسْمَعُ؟ " قَالُوا: مَا نَسْمَعُ مِنْ شَيْءٍ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَسْمَعُ أَطِيطَ السَّمَاءِ وَمَا تُلَامُ أَنْ تَئطّ، مَا فِيهَا مَوْضِعُ شِبْرٍ إِلَّا وَعَلَيْهِ مَلَكٌ رَاكِعٌ أَوْ سَاجِدٌ"


Muhammad ibnu Nasr Al-Marwazi di dalam Kitabus salat-nya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Zurarah, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab, dari Ata, dari Sa'id, dari Qatadah,dari Safwan ibnu Muharriz,

dari Hakim ibnu Hizam yang mengatakan bahwa ketika Rasulullah Saw. ada bersama para sahabatnya, tiba-tiba beliau bertanya, "Apakah kalian mendengar apa yang kudengar?" Mereka menjawab, "Kami tidak mendengar sesuatu pun."

Maka Rasulullah Saw. bersabda: Aku mendengar suara langit berderak, dan tidaklah langit dicela bila berderak, karena tiada sejengkal tempat pun padanya melainkan ada malaikat yang sedang rukuk atau sedang sujud.


قَالَ أَيْضًا: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قَهْزَاذَ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاذٍ الْفَضْلُ بْنُ خَالِدٍ النَّحْوِيُّ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ بْنُ سُلَيْمَانَ الْبَاهِلِيُّ، سَمِعْتُ الضَّحَّاكَ بْنَ مُزَاحِمٍ، يُحَدِّثُ عَنْ مَسْرُوقِ بْنِ الْأَجْدَعِ، عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا فِي السَّمَاءِ الدُّنْيَا مَوْضِعُ قَدَمٍ إِلَّا وَعَلَيْهِ مَلَكٌ سَاجِدٌ أَوْ قَائِمٌ، وَذَلِكَ قَوْلُ الْمَلَائِكَةِ: {وَمَا مِنَّا إِلا لَهُ مَقَامٌ مَعْلُومٌ وَإِنَّا لَنَحْنُ الصَّافُّونَ وَإِنَّا لَنَحْنُ الْمُسَبِّحُونَ}


Ia mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Qahzaz, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'az Al-Fadl ibnu Khalid An-Nahwi, telah menceritakan kepada kami

Ubaid ibnu Sulaiman Al-Bahili, bahwa ia pernah mendengar Ad-Dahhak ibnu Muzahim menceritakan hadis berikut dari Masruq ibnul Ajda', dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

Tiada suatu tempat selebar telapak kakipun di langit yang terdekat melainkan padanya terdapat malaikat yang sedang sujud atau sedang berdiri. Yang demikian itu (diketahui dari) ucapan malaikat (yang disitir oleh firman-Nya),

"Tiada seorangpun di antara kami (malaikat) melainkan mempunyai kedudukan yang tertentu, dan sesungguhnya kami benar-benar bersaf-saf (dalam menunaikan perintah Allah).

Dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih (kepada Allah)" (Ash-Shaffat: 164-166) Hadis ini marfu', tetapi garib sekali.Kemudian ia meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Adam, dari Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy,

dari Abud Duha, dari Masruq, dari Ibnu Mas'ud. Ia telah mengatakan, "'Sesungguhnya di antara lapisan-lapisan langit terdapat suatu lapisan yang tiada tempat barang

sejengkal pun padanya melainkan terdapat kening malaikat (yang sedang sujud) atau kedua telapak kakinya (yang sedang berdiri)." Kemudian Ibnu Mas'ud membaca firman-Nya:

Dan sesungguhnya kami benar-benar bersaf-saf (dalam menunaikan perintah Allah). Dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih (kepada Allah). (Ash-Shaffat: 165-166)


حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ سَيَّارٍ: حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ مُحَمَّدُ بْنُ خَالِدٍ الدِّمَشْقِيُّ الْمَعْرُوفُ بِابْنِ أُمِّهِ، حَدَّثَنَا الْمُغِيرَةُ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ عَطِيَّةَ مِنْ بَنِي عَمْرِو بْنِ عَوْفٍ، حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ أَيُّوبَ [مِنْ بَنِي] سَالِمِ بْنِ عَوْفٍ. حَدَّثَنِي عَطَاءُ بْنُ زَيْدِ بْنِ مَسْعُودٍ مِنْ بَنِي الْحُبُلِيِّ، حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ عَمْرِو بْنِ الرَّبِيعِ، مَنْ بَنِي سَالِمٍ، حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ الْعَلَاءِ، مِنْ بَنِي سَاعِدَةَ، عَنْ أَبِيهِ الْعَلَاءِ بْنِ سَعْدٍ -وَقَدْ شَهِدَ الْفَتْحَ وَمَا بَعْدَهُ-أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَوْمًا لِجُلَسَائِهِ: "هَلْ تَسْمَعُونَ مَا أَسْمَعُ؟ " قَالُوا: وَمَا تَسَمَعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "أطَّتِ السَّمَاءُ وَحُقَّ لَهَا أَنْ تَئط، إِنَّهُ لَيْسَ فِيهَا مَوْضِعُ قَدَم إِلَّا وَعَلَيْهِ مَلَكٌ قَائِمٌ أَوْ رَاكِعٌ أَوْ سَاجِدٌ، وقالَ الْمَلَائِكَةُ: {وَإِنَّا لَنَحْنُ الصَّافُّونَ وَإِنَّا لَنَحْنُ الْمُسَبِّحُونَ}


Kemudian ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sayyar, telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far alias Muhammad ibnu Khalid Ad-Dimasyqi yang dikenal dengan sebutan Ibnu Ummihi,

telah menceritakan kepada kami Al-Mugirah ibnu Umar ibnu Atiyyah dari kalangan Bani Amr ibnu Auf, telah menceritakan kepadaku Sulaiman ibnu Ayyub, dari Salim ibnu Auf, telah menceritakan kepadaku

Ata ibnu Yazid ibnu Mas'ud dari Banil Habli, telah menceritakan kepadaku Sulaiman ibnu Amr ibnur Rabi', dari Bani Salim, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnul Ala, dari Bani Sa'idah, dari ayahnya

Al-Ala ibnu Sa'd yang ikut dalam penaklukan Mekah dan peperangan yang sesudahnya, bahwa pada suatu hari Nabi Saw. bersabda kepada sahabat-sahabat yang sedang duduk bersamanya,

"Apakah kalian mendengar suara yang kudengar?" Mereka bertanya, "Apakah yang telah engkau dengar, wahai Rasulullah?"Nabi Saw. bersabda: Langit berderak, dan sepantasnyalah langit berderak karena sesungguhnya

tiada padanya tempat selebar telapak kaki pun melainkan ada malaikat yang sedang berdiri, atau sedang rukuk atau sedang sujud. Dan para malaikat berkata,

"Dan sesungguhnya kami benar-benar bersaf-saf (dalam menunaikan perintah Allah). Dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih (kepada Allah). (Ash-Shaffat: 165-166) Sanad hadis ini garib sekali.


ثُمَّ قَالَ: حَدَّثَنَا [مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى، حَدَّثَنَا] إِسْحَاقُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْمَاعِيلَ الفَروي، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ قُدَامَةَ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ ديناره، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ: أَنَّ عُمَرَ جَاءَ وَالصَّلَاةُ قَائِمَةٌ، وَنَفَرٌ ثَلَاثَةٌ جُلُوسٌ، أَحَدُهُمْ أَبُو جَحْشٍ اللَّيْثِيُّ، فَقَالَ: قُومُوا فَصَلُّوا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ. فَقَامَ اثْنَانِ وَأَبَى أَبُو جَحْشٍ أَنْ يَقُومَ، وَقَالَ: لَا أَقُومُ حَتَّى يَأْتِيَ رَجُلٌ هُوَ أَقْوَى مِنِّي ذِرَاعَيْنِ، وَأَشَدُّ مِنِّي بَطْشًا فَيَصْرَعُنِي، ثُمَّ يَدس وَجْهِي فِي التُّرَابِ. قَالَ عُمَرُ: فَصَرَعْتُهُ وَدَسَسْتُ وَجْهَهُ فِي التُّرَابِ، فَأَتَى عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ فَحَجَزَنِي عَنْهُ، فَخَرَجَ عُمَرُ مُغْضَبًا حَتَّى انْتَهَى إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم فقال: "مَا رَأيَكَ يَا أَبَا حَفْصٍ؟ ". فَذَكَرَ لَهُ مَا كَانَ مِنْهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إن رضى عُمَرَ رحمةٌ، وَاللَّهِ لوددْتُ أَنَّكَ جِئْتَنِي بِرَأْسِ الْخَبِيثِ"، فَقَامَ عُمَرُ يُوجّهُ نَحْوَهُ، فَلَمَّا أَبْعَدَ نَادَاهُ فَقَالَ: "اجْلِسْ حَتَّى أُخْبِرَكَ بِغِنَى الرَّبِّ عَزَّ وَجَلَّ عَنْ صَلَاةِ أَبِي جَحْشٍ، إِنَّ لِلَّهِ فِي السَّمَاءِ الدُّنْيَا مَلَائِكَةً خُشُوعًا لَا يرفعون رءوسهم حتى تقوم الساعة. فإذا قامت رَفَعُوا رُءُوسَهُمْ ثُمَّ قَالُوا: رَبَّنَا، مَا عَبَدْنَاكَ حَقَّ عِبَادَتِكَ، وَإِنَّ لِلَّهِ فِي السَّمَاءِ الثَّانِيَةِ مَلَائِكَةً سُجُودًا لَا يَرْفَعُونَ رُءُوسَهُمْ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ فَإِذَا قَامَتِ السَّاعَةُ رَفَعُوا رُءُوسَهُمْ، وَقَالُوا: سُبْحَانَكَ! مَا عَبَدْنَاكَ حَقَّ عِبَادَتِكَ" فَقَالَ لَهُ عُمَرُ: وَمَا يَقُولُونَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ فَقَالَ: " أَمَّا أَهْلُ السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُولُونَ: سُبْحَانَ ذِي الْمُلْكِ وَالْمَلَكُوتِ. وَأَمَّا أَهْلُ السَّمَاءِ الثَّانِيَةِ فَيَقُولُونَ: سُبْحَانَ ذِي الْعِزَّةِ وَالْجَبَرُوتِ. وَأَمَّا أَهْلُ السَّمَاءِ الثَّالِثَةِ فَيَقُولُونَ: سُبْحَانَ الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ. فَقُلْهَا يَا عُمَرُ فِي صَلَاتِكَ". فَقَالَ عُمَرُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَكَيْفَ بِالَّذِي كُنْتَ عَلَّمْتَنِي وَأَمَرْتَنِي أَنْ أَقُولَهُ فِي صَلَاتِي؟ فَقَالَ: "قُلْ هَذَا مَرَّةً وَهَذَا مَرَّةً". وَكَانَ الَّذِي أَمَرَهُ بِهِ أَنْ يَقُولَ: "أَعُوذُ بِعَفْوِكَ مِنْ عِقَابِكَ، وَأَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سخَطك، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ، جَلَّ وَجْهُكَ"


Kemudian ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Muhammad ibnu Ismail Al-Farawi, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik ibnu Qudamah, dari Abdur Rahman, dari Abdullah ibnu Dinar

dari ayahnya, dari Abdullah ibnu Umar, bahwa Umar tiba, sedangkan salat telah didirikan, dan di situ terdapat tiga orang yang masih duduk, di antaranya adalah Abu Jahsy Al-Laisi. Maka Umar berkata kepada mereka,

"Bangkitlah kalian dan salatlah bersama Rasulullah Saw.!" Maka bangkitlah dua orang dari mereka, sedangkan Abu Jahsy menolak dan tidak mau berdiri, serta mengatakan, "Aku tidak mau berdiri sebelum datang kepadaku

seorang lelaki yang tubuhnya lebih kuat daripada aku dan lebih keras pukulannya daripada aku, lalu dia mengalahkanku dan membenamkan mukaku ke dalam pasir." Umar melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia bertarung

dengan Abu Jahsy dan mengalahkannya serta membenamkan mukanya ke pasir, tetapi tiba-tiba datanglah Usman ibnu Affan yang memisahku darinya. Umar keluar dalam keadaan marah hingga sampai ke tempat Rasulullah Saw.,

lalu beliau Saw. bertanya, "Mengapa engkau, hai Abu Hafs?" Umar menceritakan peristiwa yang baru dialaminya kepada Nabi Saw. Maka Nabi Saw. bersabda, "Jika Umar rela dan membelas kasihaninya,

maka Allah pun demikian. Tetapi aku menginginkan seandainya saja engkau bawa ke hadapanku kepala si orang jahat itu." Maka Umar pun bangkit dan menuju ke tempat Abu Jahsy. Tetapi ketika baru beberapa Iangkah menjauh,

Umar dipanggil kembali oleh Rasulullah Saw., dan beliau Saw. bersabda kepadanya: Duduklah kamu, aku akan menceritakan kepadamu bahwa Allah tidak membutuhkan salat Abu Jahsy, Allah Swt. Mahakaya daripada dia.

Sesungguhnya di langit yang terdekat Allah memiliki malaikat-malaikat yang khusyuk beribadah kepada-Nya, mereka tidak pernah mengangkat kepalanya sampai hari kiamat terjadi. Dan apabila hari kiamat terjadi,

barulah mereka mengangkat kepalanya, kemudian mereka mengatakan, "Wahai Tuhan kami, kami tidak menyembah Engkau dengan penyembahan yang sebenar-benarnya.” Dan pada langit yang kedua Allah mempunyai

malaikat-malaikat yang selalu sujud, mereka tidak pernah mengangkat kepalanya sebelum hari kiamat terjadi. Dan apabila hari kiamat terjadi, mereka baru mengangkat kepalanya, lalu berkata,

"Mahasuci Engkau, Tuhan kami; kami tidak menyembah Engkau dengan penyembahan yang sebenar-benarnya." Maka Umar bertanya, "Wahai Rasulullah, doa apakah yang mereka ucapkan?"

Rasulullah Saw. menjawab: Adapun malaikat penduduk langit yang terdekat, mereka mengucapkan, "Mahasuci Tuhan Yang memiliki Kerajaan bumi dan Kerajaan langit.” Adapun yang diucapkan oleh penduduk langit yang kedua

ialah, "Mahasuci Tuhan Yang memiliki Keagungan dan Keperkasaan." Adapun penduduk langit yang ketiga, mereka mengatakan, "Mahasuci Tuhan Yang Hidup Kekal, Yang tidak akan mati.”

Maka bacalah pula olehmu, hai Umar, dalam salatmu. Umar bertanya, "Wahai Rasulullah, lalu bagaimanakah dengan doa-doa yang telah engkau ajarkan kepadaku untuk mengucapkannya dalam salatku?"

Rasulullah Saw. menjawab, "Sesekali ucapkanlah doa ini, dan pada kesempatan lain ucapkan doa itu!" Tersebutlah bahwa doa yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw. kepadanya ialah:

Aku berlindung kepada sifat pemaaf-Mu dari siksaan-Mu, dan aku berlindung kepada rida-Mu dari murka-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari azab-Mu, Mahaagung Zat-Mu.Hadis ini garib sekali,

bahkan boleh dikatakan munkar dan sangat parah predikat munkar-nya. Ishaq Al-Farawi diambil riwayatnya oleh Imam Bukhari. Ibnu Hayyan menyebutkan di dalam golongan perawi yang berpredikat siqah, tetapi Abu Daud,

An-Nasai, Al-Uqaili, dan Ad-Daruqutni menilainya lemah. Abu Hatim Ar-Razi mengatakan tentangnya, bahwa dia adalah seorang yang sangat jujur, hanya saja menjadi tuna netra; barangkali dia menulis kitabnya

dengan mengimlakannya, sedangkan yang menulisnya orang lain, tetapi semua kitabnya sahih. Tetapi di lain waktu Abu Hatim Ar-Razi mengatakan bahwa dia adalah orang yang mudtarib, dan mengenai gurunya yang

bernama Abdul Malik ibnu Qudamah masih dibicarakan oleh Abu Qatadah Al-Jumahi. Tetapi anehnya yang dilakukan oleh Imam Muhammad ibnu Nasr, mengapa dia meriwayatkan darinya tanpa membicarakan perihalnya,

tidak pula memperkenalkan tentang keadaannya, dan tidak pula menyinggung kelemahan sebagian perawinya. Hanya saja dia telah meriwayatkannya melalui jalur lain dari Sa'id ibnu Jubair

secara mursal dengan lafaz yang semisal, juga melalui jalur lain dari Al-Hasan Al-Basri secara mursal dengan lafaz yang mendekatinya.


قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ نَصْرٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قَهْزَاذَ، أَخْبَرَنَا النَّضْرُ، أَخْبَرَنَا عَبَّادُ بْنُ مَنْصُورٍ قَالَ: سَمِعْتُ عَدِيَّ بْنَ أَرْطَاةَ وَهُوَ يَخْطُبُنَا عَلَى مِنْبَرِ الْمَدَائِنِ قَالَ: سَمِعْتُ رَجُلًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ لِلَّهِ تَعَالَى مَلَائِكَةً تُرعَد فَرَائِصُهُمْ مِنْ خِيفَتِهِ، مَا مِنْهُمْ مَلَكٌ تَقْطُرُ مِنْهُ دَمْعَةٌ مِنْ عَيْنِهِ إِلَّا وَقَعَتْ عَلَى مَلَكٍ يُصَلِّي، وَإِنَّ مِنْهُمْ مَلَائِكَةً سُجُودًا مُنْذُ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَمْ يَرْفَعُوا رُءُوسَهُمْ وَلَا يَرْفَعُونَهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَإِنَّ مِنْهُمْ مَلَائِكَةً رُكُوعًا لَمْ يَرْفَعُوا رُءُوسَهُمْ مُنْذُ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَرْفَعُونَهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، فَإِذَا رَفَعُوا رُءُوسَهُمْ نَظَرُوا إِلَى وَجْهِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، قَالُوا: سُبْحَانَكَ! مَا عَبَدْنَاكَ حَقَّ عِبَادَتِكَ"


Kemudian Muhammad ibnu Nasr mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Qahzaz, telah menceritakan kepada kami An-Nadr, telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu Mansur

yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Addi ibnu Artah mengatakan dalam khotbahnya di atas mimbar Mada'in, bahwa ia pernah mendengar seseorang dari sahabat Rasulullah Saw.

menceritakan hadis berikut dari Rasulullah Saw. Yang telah bersabda: Sesungguhnya Allah mempunyai malaikat-malaikat yang sendi-sendi tubuhnya bergetar karena takut kepada-Nya,

tiada setetes air mata pun yang dikeluarkan oleh seseorang dari mereka melainkan jatuh mengenai malaikat lainnya yang sedang salat. Dan sesungguhnya di antara mereka terdapat malaikat-malaikat

yang selalu sujud sejak Allah menciptakan langit dan bumi, mereka tidak pernah mengangkat kepalanya dan tidak akan mereka angkal kepalanya sampai hari kiamat.

Dan sesungguhnya di antara mereka terdapat malaikat-malaikat yang sedang rukuk dan tidak pernah mengangkat kepalanya sejak Allah menciptakan langit dan bumi, dan mereka tidak akan mengangkat kepalanya sampai hari kiamat.

Apabila mereka mengangkat kepalanya, mereka memandang ke arah Zat Allah Swt., lalu berkata, "Mahasuci Engkau, kami tidak menyembah Engkau dengan penyembahan yang sebenar-benarnya.”Sanad hadis ini tidak mengandung cela. Firman Allah Swt.:


{وَمَا هِيَ إِلا ذِكْرَى لِلْبَشَرِ}


Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia. (Al-Muddatstsir: 31) Mujahid dan yang lain mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan tiadalah Saqar itu. (Al-Muddatstsir: 31)

Yakni neraka yang telah digambarkan di atas. Melainkan peringatan bagi manusia. (Al-Muddatstsir: 31) Kemudian Allah Swt. berfirman:


{كَلا وَالْقَمَرِ وَاللَّيْلِ إِذْ أَدْبَرَ}


Sekali-kali tidak, demi bulan, dan malam ketika telah berlalu. (Al-Muddatstsir: 32-33) Adbara artinya berpaling maksudnya berlalu.


{وَالصُّبْحِ إِذَا أَسْفَرَ}


dan subuh apabila mulai terang. (Al-Muddatstsir: 34) Yaitu mulai bersinar memancarkan cahayanya.


{إِنَّهَا لإحْدَى الْكُبَرِ}


Sesungguhnya Saqar itu adalah salah satu bencana yang amat besar. (Al-Muddatstsir: 35)Yakni salah satu dari azab yang amat besar, maksudnya neraka Saqar.

Demikianlah menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, dan Ad-Dahhak serta selain mereka yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf.


{نَذِيرًا لِلْبَشَرِ لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَتَقَدَّمَ أَوْ يَتَأَخَّرَ}


sebagai ancaman bagi manusia, (yaitu) bagi siapa di antaramu yang berkehendak akan maju atau mundur. (Al-Muddatstsir: 36-37) Yaitu bagi siapa yang mau menerima peringatan dan menempuh jalan petunjuk yang hak; atau siapa yang mundur darinya dan berpaling serta menolaknya.

Surat Al-Muddassir |74:32|

كَلَّا وَالْقَمَرِ

kallaa wal-qomar

Tidak! Demi bulan,

No! By the moon

Tafsir
Jalalain

(Ingatlah) lafal Kallaa pada ayat ini merupakan lafal yang mengandung makna Istiftah atau kata pembuka, artinya, ingatlah (demi bulan.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 32 |

penjelasan ada di ayat 31

Surat Al-Muddassir |74:33|

وَاللَّيْلِ إِذْ أَدْبَرَ

wal-laili iż adbar

dan demi malam ketika telah berlalu,

And [by] the night when it departs

Tafsir
Jalalain

(Dan malam ketika) dibaca Idzaa bukan Idz (datang) sesudah siang hari habis. Akan tetapi menurut suatu qiraat dibaca Adbara, yakni telah berlalu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 33 |

penjelasan ada di ayat 31

Surat Al-Muddassir |74:34|

وَالصُّبْحِ إِذَا أَسْفَرَ

wash-shub-ḥi iżaaa asfar

dan demi subuh apabila mulai terang,

And [by] the morning when it brightens,

Tafsir
Jalalain

(Dan subuh apabila mulai terang) mulai menampakkan sinarnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 34 |

penjelasan ada di ayat 31

Surat Al-Muddassir |74:35|

إِنَّهَا لَإِحْدَى الْكُبَرِ

innahaa la`iḥdal-kubar

sesungguhnya (Saqar itu) adalah salah satu (bencana) yang sangat besar,

Indeed, the Fire is of the greatest [afflictions]

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Saqar itu) neraka Saqar itu (adalah salah satu bencana yang amat besar) malapetaka yang paling besar.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 35 |

penjelasan ada di ayat 31

Surat Al-Muddassir |74:36|

نَذِيرًا لِلْبَشَرِ

nażiirol lil-basyar

sebagai peringatan bagi manusia,

As a warning to humanity -

Tafsir
Jalalain

(Sebagai ancaman) berkedudukan menjadi Haal dari lafal Ihdaa, disebutkan karena mengingat di dalamnya terkandung makna azab (bagi manusia.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 36 |

penjelasan ada di ayat 31

Surat Al-Muddassir |74:37|

لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَتَقَدَّمَ أَوْ يَتَأَخَّرَ

liman syaaa`a mingkum ay yataqoddama au yata`akhkhor

(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang ingin maju atau mundur.

To whoever wills among you to proceed or stay behind.

Tafsir
Jalalain

(Yaitu bagi siapa di antara kalian) lafal ayat ini berkedudukan sebagai Badal dari lafal Al-Basyar (yang berkehendak akan maju)

kepada kebaikan atau surga dengan beriman (atau mundur) menuju kepada perbuatan dosa, atau neraka dengan melakukan kekafiran.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 37 |

penjelasan ada di ayat 31

Surat Al-Muddassir |74:38|

كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ

kullu nafsim bimaa kasabat rohiinah

Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya,

Every soul, for what it has earned, will be retained

Tafsir
Jalalain

(Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya) dia tergadaikan, yaitu diazab di dalam neraka disebabkan amal perbuatannya sendiri.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 38 |

Tafsir ayat 38-56

Allah Swt. memberitahukan bahwa:


{كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ}


Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya. (Al-Muddatstsir: 38) Yakni bergantung kepada amal perbuatannya sendiri kelak

di hari kiamat, Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas dan yang lainnya.


{إِلا أَصْحَابَ الْيَمِينِ}


Kecuali golongan kanan. (Al-Muddatstsir: 39) karena sesungguhnya mereka.


{فِي جَنَّاتٍ يَتَسَاءَلُونَ عَنِ الْمُجْرِمِينَ}


berada di dalam surga, mereka saling menanyakan, tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa. (Al-Muddatstsir: 40-41) Yaitu mereka bertanya kepada orang-orang yang berdosa,

sedangkan mereka sendiri berada di gedung-gedung surga yang tinggi-tinggi, dan yang ditanyai oleh mereka berada di dasar neraka. Mereka bertanya:


{مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ}


"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?" Mereka menjawab, "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan salat,

dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin.”(Al-Muddatstsir: 42-44) Maksudnya. kami tidak pernah menyembah Tuhan kami dan tidak pernah pula berbuat baik kepada makhluk-Nya dari sejenis kami.


{وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ}


bahkan kami biasa membicarakan yang batil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya. (Al-Muddatstsir: 45)Yakni kami membicarakan hal-hal yang tidak kami ketahui.

Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa setiap ada orang yang sesat berbicara, maka kami ikut sesat bersamanya.


{وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ حَتَّى أَتَانَا الْيَقِينُ}


dan kami mendustakan hari pembalasan, sampai datang kepada kami kematian. (Al-Muddatstsir. 46-47) Yang dimaksud dengan perkara yang

meyakinkan adalah kematian. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ


Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). (Al-Hijr: 99) Rasulullah Saw. telah bersabda,


"أما هُوَ -يَعْنِي عُثْمَانَ بْنَ مَظْعُونٍ-فَقَدْ جَاءَهُ الْيَقِينُ مِنْ رَبِّهِ".


"Adapun dia —yakni Usman ibnu Maz'un— ajal kematian dari Tuhannya telah datang kepadanya." Firman Allah Swt:


{فَمَا تَنْفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِينَ}


Maka syafaat dari orang-orang yang memberikan syafaat tidak berguna lagi bagi mereka. (Al-Muddatstsir: 48) Yaitu orang yang mempunyai sifat demikian, tiada manfaat baginya syafaat dari orang-orang yang memberi

syafaat di hari kiamat nanti. Karena sesungguhnya syafaat itu hanya berhasil dilakukan terhadap orang yang berhak menerimanya. Adapun jika orang yang mati dalam keadaan kafir,

maka kelak di hari kiamat baginya hanyalah neraka, tiadajalan lain baginya dan ia kekal di dalamnya untuk selama-lamanya. Kemudian Allah Swt. berfirman:


{فَمَا لَهُمْ عَنِ التَّذْكِرَةِ مُعْرِضِينَ}


Maka mengapa mereka (orang-orang kafir) berpaling dari peringatan (Allah)? (Al-Muddatstsir: 49) Maksudnya, mengapa orang-orang kafir yang sebelum kamu itu berpaling dari seruan dan peringatan yang kamu tujukan kepada mereka.


{كَأَنَّهُمْ حُمُرٌ مُسْتَنْفِرَةٌ فَرَّتْ مِنْ قَسْوَرَةٍ}


seakan-akan mereka itu keledai liar yang lari terkejut, lari dari singa. (Al-Muddatstsir: 50-51) Yakni seakan-akan antipati mereka terhadap perkara yang hak dan berpalingnya mereka darinya adalah seperti keledai liar (zebra)

yang lari dari hewan pemangsa yang mengintainya, siap untuk menerkamnya. Demikianlah menurut Abu Hurairah dan Ibnu Abbas dalam suatu riwayat yang bersumber darinya, dan Zaid ibnu Aslam serta putranya (yaitu Abdur Rahman).

Atau dari pemburu yang telah siap menembaknya, menurut riwayat lain dari Ibnu Abbas, dan ini merupakan pendapat jumhur ulama. Hammad ibnu Salamah telah meriwayatkan dari Ali ibnu Zaid, dari Yusuf ibnu Malik

dari Ibnu Abbas, bahwa asad atau singa memakai bahasa Arab, kalau menurut bahasa Habsyah disebut qaswaruh, menurut bahasa Persia disebut syair, dan menurut bahasa Nabtiyah disebut auba.Firman Allah Swt.:


{بَلْ يُرِيدُ كُلُّ امْرِئٍ مِنْهُمْ أَنْ يُؤْتَى صُحُفًا مُنَشَّرَةً}


Bahkan tiap-tiap orang dari mereka berkehendak supaya diberikan kepadanya lembaran-lembaran yang terbuka. (Al-Muddatstsir: 52) Artinya, bahkan setiap orang dari orang-orang musyrik itu menginginkan agar diturunkan kepadanya

sebuah kitab sebagaimana kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Ini menurut pendapat Mujahid dan yang lainnya. Jadi, menurutnya semakna dengan firman-Nya:


وَإِذا جاءَتْهُمْ آيَةٌ قالُوا لَنْ نُؤْمِنَ حَتَّى نُؤْتى مِثْلَ مَا أُوتِيَ رُسُلُ اللَّهِ اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسالَتَهُ


Apabila datang sesuatu ayat kepada mereka, mereka berkata, ' 'Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah."Allah lebih mengetahui di mana

Dia menempatkan tugas kerasulan-Nya. (Al-An'am: 124) Menurut riwayat lain yang juga dari Qatadah, mereka menginginkan agar diberi pembebasan tanpa amal perbuatan. Firman Allah Swt. selanjutnya menyebutkan:


{كَلا بَلْ لَا يَخَافُونَ الآخِرَةَ}


Sekali-kali tidak. Sebenarnya mereka tidak takut kepada negeri akhirat. (Al-Muddatstsir: 53) Yaitu sesungguhnya yang merusak mereka tiada lain

ketidakpercayaan mereka kepada hari akhirat, dan mereka mendustakan keberadaannya. Selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya:


{كَلا إِنَّهُ تَذْكِرَةٌ}


Sekali-kali tidak demikian halnya. Sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar peringatan. (Al-Muddatstsir: 54) Yakni benar, Al-Qur'an itu adalah peringatan.


{فَمَنْ شَاءَ ذَكَرَهُ وَمَا يَذْكُرُونَ إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّه}


Maka barang siapa menghendaki, niscaya dia mengambil pelajaran darinya (Al-Qur'an). Dan mereka tidak akan mengambil pelajaran darinya kecuali (jika) Allah menghendakinya. (Al-Muddatstsir: 55-56) Semakna dengan firman-Nya:


وَما تَشاؤُنَ إِلَّا أَنْ يَشاءَ اللَّهُ


Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu) kecuali bila dikehendaki Allah. (Al-Insan: 30) Adapun firman Allah Swt.:


{هُوَ أَهْلُ التَّقْوَى وَأَهْلُ الْمَغْفِرَةِ}


Dia (Allah) adalah Tuhan Yang patut (kita) bertakwa kepada-Nya dan yang berhak memberi ampun. (Al-Muddatstsir: 56) Artinya,

Dia berhak untuk ditakuti dan berhak memberi ampun terhadap dosa orang yang bertobat kepada-Nya dan kembali ke jalan-Nya, menurut Qatadah.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ، أَخْبَرَنِي سُهَيْلٌ -أَخُو حَزْمٍ -حَدَّثَنَا ثَابِتٌ الْبُنَانِيُّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذِهِ الْآيَةَ: {هُوَ أَهْلُ التَّقْوَى وَأَهْلُ الْمَغْفِرَةِ} وَقَالَ: "قَالَ رَبُّكُمْ: أَنَا أَهْلٌ أَنْ أُتَّقَى، فَلَا يُجْعَلْ مَعِي إِلَهٌ، فَمَنِ اتَّقَى أَنْ يَجْعَلَ مَعِي إِلَهًا كَانَ أَهْلًا أَنْ أَغْفِرَ لَهُ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbab, telah menceritakan kepadaku Suhail saudara Hazm, telah menceritakan kepada kami Sabit Al-Bannani, dari Anas ibnu Malik r.a. yang

menceritakan bahwa Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Dia (Allah) adalah Tuhan Yang patut (kita) bertakwa kepada-Nya dan yang berhak memberi ampun. (Al-Muddatstsir: 56)

Lalu beliau Saw. bersabda: Tuhan kalian telah berfirman, "Aku adalah Tuhan Yang berhak (kamu) bertakwa kepada-Nya, makajanganlah seseorang menjadikan Tuhan lain bersama-Ku. Maka barang siapa yang bertakwa

kepada-Ku, hingga ia tidak menjadikan Tuhan lain bersama-Ku, maka dia adalah orang yang berhak mendapat ampunan (dari-Ku). Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah meriwayatkan hadis ini melalui Zaid ibnul Habbab,

sedangkan Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadis Al-Mu'afa ibnu Imran, keduanya dari Suhail ibnu Abdullah Al-Qat'i dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib,

Suhail orangnya kurang kuat. Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya dari ayahnya, dari Hudbah ibnu Khalid, dari Suhail dengan sanad yang sama.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abu Ya'la, Al-Bazzar, Al-Bagawi, dan lain-lainnya melalui hadis Suhail Al-Qat'i dengan sanad yang sama.

Surat Al-Muddassir |74:39|

إِلَّا أَصْحَابَ الْيَمِينِ

illaaa ash-ḥaabal-yamiin

kecuali golongan kanan,

Except the companions of the right,

Tafsir
Jalalain

(Kecuali golongan kanan) mereka adalah orang-orang yang beriman, mereka selamat dari siksa neraka, di mana mereka berada.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 39 |

penjelasan ada di ayat 38

Surat Al-Muddassir |74:40|

فِي جَنَّاتٍ يَتَسَاءَلُونَ

fii jannaatiy yatasaaa`aluun

berada di dalam surga, mereka saling menanyakan,

[Who will be] in gardens, questioning each other

Tafsir
Jalalain

(Di dalam surga saling tanya-menanya) di antara sesama mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 40 |

penjelasan ada di ayat 38

Surat Al-Muddassir |74:41|

عَنِ الْمُجْرِمِينَ

'anil-mujrimiin

tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa,

About the criminals,

Tafsir
Jalalain

(Tentang orang-orang yang berdosa) tentang keadaan orang-orang yang berdosa, lalu mereka berkata kepada ahli neraka sesudah orang-orang yang bertauhid dikeluarkan daripadanya:

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 41 |

penjelasan ada di ayat 38

Surat Al-Muddassir |74:42|

مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ

maa salakakum fii saqor

"Apa yang menyebabkan kamu masuk ke dalam (Neraka) Saqar?"

[And asking them], "What put you into Saqar?"

Tafsir
Jalalain

("Apakah yang memasukkan kalian) yang menjerumuskan kalian (ke dalam Saqar")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 42 |

penjelasan ada di ayat 38

Surat Al-Muddassir |74:43|

قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ

qooluu lam naku minal-musholliin

Mereka menjawab, "Dahulu kami tidak termasuk orang-orang yang melaksanakan sholat,

They will say, "We were not of those who prayed,

Tafsir
Jalalain

(Mereka menjawab, "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan sholat)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 43 |

penjelasan ada di ayat 38

Surat Al-Muddassir |74:44|

وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ

wa lam naku nuth'imul-miskiin

dan kami (juga) tidak memberi makan orang miskin,

Nor did we used to feed the poor.

Tafsir
Jalalain

(dan Kami tidak pula memberi makan orang miskin.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 44 |

penjelasan ada di ayat 38

Surat Al-Muddassir |74:45|

وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ

wa kunnaa nakhuudhu ma'al-khooo`idhiin

bahkan kami biasa berbincang (untuk tujuan yang batil), bersama orang-orang yang membicarakannya,

And we used to enter into vain discourse with those who engaged [in it],

Tafsir
Jalalain

(Dan adalah Kami tenggelam ke dalam pembicaraan) yang batil (bersama dengan orang-orang yang membicarakannya.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 45 |

penjelasan ada di ayat 38

Surat Al-Muddassir |74:46|

وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ

wa kunnaa nukażżibu biyaumid-diin

dan kami mendustakan hari Pembalasan,

And we used to deny the Day of Recompense

Tafsir
Jalalain

(Dan adalah Kami mendustakan hari pembalasan) yakni hari berbangkit dan hari pembalasan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muddassir | 74 : 46 |

penjelasan ada di ayat 38