Juz 29

Surat Al-Insan |76:1|

هَلْ أَتَىٰ عَلَى الْإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُورًا

hal ataa 'alal-insaani ḥiinum minad-dahri lam yakun syai`am mażkuuroo

Bukankah pernah datang kepada manusia waktu dari masa, yang ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?

Has there [not] come upon man a period of time when he was not a thing [even] mentioned?

Tafsir
Jalalain

(Bukankah) artinya, sesungguhnya (telah datang atas manusia) Nabi Adam (satu waktu dari masa) empat puluh tahun (sedangkan dia belum merupakan) ketika itu

(sesuatu yang dapat disebut) maksudnya, Nabi Adam selama empat puluh tahun masih tetap berbentuk tanah dan bukan berarti apa-apa.

Atau bila yang dimaksud dengan manusia adalah jenis manusia selain dia, maka yang dimaksud dengan lafal Al-Hiin atau masa ialah masa mengandung, jadi bukan empat puluh tahun.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 1 |

Tafsir ayat 1-3

Allah Swt. menceritakan keadaan manusia, bahwa Dia telah menciptakannya dan mengadakannya ke alam Wujud ini, padahal sebelumnya dia bukanlah merupakan sesuatu yang disebut-sebut karena terlalu hina dan sangat iemah. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{هَلْ أَتَى عَلَى الإنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُورًا}


Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedangkan dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? (Al-Insan: 1) Kemudian dijelaskan oleh firman selanjutnya:


{إِنَّا خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ}


Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur. (Al-Insan: 2) Yakni yang bercampur baur. Al-masyju dan al-masyij artinya sesuatu yang sebagian darinya bercampur baur dengan sebagian yang lain.

Ibnu Abbas r.a. telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dari setetes mani yang bercampur. (Al-Insan: 2) Yaitu air mani laki-laki dan air mani perempuan apabila bertemu dan bercampur,

kemudian tahap demi tahap berubah dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain dan dari suatu bentuk ke bentuk yang lain.Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah,

Mujahid, Al-Hasan, dan Ar-Rabi' ibnu Anas, bahwa al-amsyaj artinya bercampurnya air mani laki-laki dan air mani perempuan. Firman Allah Swt:


{نَبْتَلِيهِ}


yang Kami hendak mengujinya. (Al-Insan: 2) Maksudnya, Kami hendak mencobanya. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا


supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. (Al-Mulk: 2) Adapun firman Allah Swt.:


{فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا}


karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. (Al-Insan: 2) Yakni Kami menjadikan untuknya pendengaran dan penglihatan sebagai sarana baginya untuk melakukan ketaatan atau kedurhakaan. Firman Allah Swt.:


{إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ}


Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus. (Al-Insan: 3) Yaitu Kami terangkan kepadanya, dan Kami jelaskan kepadanya dan Kami jadikan dia dapat melihatnya. Semakna dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْناهُمْ فَاسْتَحَبُّوا الْعَمى عَلَى الْهُدى


Dan adapun kaum Samud, maka mereka telah Kami beri petunjuk, tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk itu. (Fushshilat: 17) Dan firman-Nya:


وَهَدَيْناهُ النَّجْدَيْنِ


Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. (Al-Balad: 10) Yakni Kami terangkan kepadanya jalan kebaikan dan jalan keburukan. Ini menurut pendapat Ikrimah, Atiyyah, Ibnu Zaid, dan Mujahid menurut riwayat yang terkenal

darinya dan Jumhur ulama. Dan menurut riwayat yang bersumber dari Mujahid, AbuSaleh, Ad-Dahhak,.dan As-Saddi, mereka mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus. (Al-Insan: 3)

Yaitu keluarnya manusia dari rahim. Tetapi pendapat ini garib (aneh), dan menurut pendapat yang terkenal adalah yang pertama tadi. Firman Allah Swt:


{إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا}


ada yang bersyukur dan adapula yang kafir. (Al-Insan: 3) Kedua lafaz ini di-nasab-kan sebagai keterangan keadaan dari damir hu yang terdapat di dalam firman-Nya:


{إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ}


Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus. (Al-Insan: 3) Bentuk lengkapnya ialah 'maka dia dalam hal ini ada yang celaka dan ada yang berbahagia', yakni celaka karena dia kafir dan bahagia karena dia bersyukur

Hal yang semisal disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Abu Malik Al-Asy'ari yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


«كل النَّاسِ يَغْدُو فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمَوْبِقُهَا أَوْ مُعْتِقُهَا»


Semua orang akan pergi, maka apakah dia menjual dirinya yang berarti membinasakannya ataukah memerdekakannya?


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، حَدَّثَنَا مَعْمَر، عَنِ ابْنِ خُثَيم، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَابِطٍ، عَنْ جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِكَعْبِ بْنِ عُجرَة: "أَعَاذَكَ اللَّهُ مِنْ إِمَارَةِ السُّفَهَاءِ". قَالَ: وَمَا إِمَارَةُ السُّفَهَاءِ؟ قَالَ: "أُمَرَاءٌ يَكُونُونَ مِنْ بَعْدِي، لَا يَهْتَدُونَ بِهُدَايَ، وَلَا يستَنّونَ بِسُنَّتِي، فَمَنْ صَدّقهم بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ، فَأُولَئِكَ لَيْسُوا مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُمْ، وَلَا يَردُون عَلَى حَوْضِي. وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَلَمْ يُعِنهم عَلَى ظُلْمِهِمْ، فَأُولَئِكَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُمْ، وَسَيَرِدُونَ عَلَى حَوْضِي. يَا كَعْبَ بْنَ عُجرَة، الصَّوْمُ جَنَّةٌ، وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ، وَالصَّلَاةُ قُرْبَانٌ -أَوْ قَالَ: بُرْهَانٌ-يَا كعبَ بنَ عجرَة، إِنَّهُ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْت، النَّارُ أَوْلَى بِهِ. يَا كَعْبُ، النَّاسُ غَاديان، فمبتاعُ نفسَه فَمُعْتِقُهَا، وَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمَوْبِقُهَا".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dan Ibnu Khaisam, dari Abdur Rahman ibnu Sabit, dari Jabir ibnu Abdullah, bahwa Nabi Saw. bersabda

kepada Ka'b ibnu Ujrah: Semoga Allah melindungimu dari kekuasaan orang-orang yang kurang akalnya. Ka'b ibnu Ujrah bertanya, "Apakah yang dimaksud dengan kekuasaan orang-orang yang kurang akalnya?"

Rasulullah Saw. menjawab: (Yaitu) para penguasa yang berada sesudahku, mereka tidak memakai petunjuk dengan petunjukku, dan tidak memakai tuntunan dengan tuntunanku. Maka barang siapa yang membenarkan

kedustaan mereka dan membantu perbuatan aniaya mereka, orang tersebut bukan termasuk golonganku, dan aku bukan termasuk golongan mereka, dan mereka tidak akan dapat mendatangi telagaku.

Dan barang siapa yang tidak membenarkan kedustaan mereka dan tidak membantu perbuatan aniaya mereka, maka dia termasuk golonganku dan aku termasuk golongannya, dan mereka akan mendatangi telagaku.

Hai Ka'b ibnu Ujrah, puasa adalah benteng, sedangkan sedekah dapat menghapuskan kesalahan (dosa), dan salat adalah amal pendekatan diri —atau bukti—.

Hai Ka'b ibnu Ujrah,sesungguhnya tidak dapat masuk surga daging yang ditumbuhkan dari makanan yang haram, dan nerakalah yang lebih layak baginya.

Hai Ka'b, manusia itu ada dua macam; maka ada yang membeli dirinya yang berarti memerdekakannya, dan ada yang menjual dirinya yang berarti membinasakannya.

Affan telah meriwayatkan hadis ini dari Wahib, dari Abdullah ibnu Usman ibnu Khaisam dengan sanad yang sama. Dalam surat Ar-Rum telah disebutkan pada tafsir firman-Nya:


{فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا}


(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. (Ar-Rum: 30) melalui riwayat Jabir ibnu Abdullah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


«كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ حَتَّى يُعْرِبَ عَنْهُ لِسَانُهُ فَإِذَا أَعْرَبَ عَنْهُ لِسَانُهُ فَإِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا»


Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah hingga lisannya dapat berbicara; adakalanya dia bersyukur dan adakalanya dia pengingkar.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنِ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيرة، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَا مِنْ خَارِجٍ يَخْرُجُ إِلَّا بِبَابِهِ رَايَتَانِ: رايةٌ بِيَدِ مَلَك، وَرَايَةٌ بِيَدِ شَيطان، فَإِنْ خَرَجَ لِمَا يُحِبّ اللهُ اتبعَه المَلَك بِرَايَتِهِ، فَلَمْ يَزَلْ تَحْتَ رَايَةِ الْمَلَكِ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَى بَيْتِهِ. وَإِنْ خَرَجَ لِمَا يُسخط اللَّهَ اتَّبَعَهُ الشَّيْطَانُ بِرَايَتِهِ، فَلَمْ يَزَلْ تَحْتَ رَايَةِ الشَّيْطَانِ، حَتَّى يَرْجِعَ إِلَى بَيْتِهِ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Amir, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja'far, dari Usman ibnu Muhammad, dari Al-Maqbari, dari Abu Hurairah r.a.,' dari Nabi Saw. yang telah bersabda:

Tiada seorang pun yang keluar melainkan pada pintu rumahnya ada dua bendera; satu bendera di tangan malaikat dan satu bendera lainnya di tangan setan.

Maka jika dia keluar untuk mengerjakan hal yang disukai oleh Allah, ia diikuti oleh malaikat dengan benderanya, dan ia terus-menerus berada di bawah bendera malaikat sampai pulang ke rumahnya.

Dan jika ia keluar untuk melakukan hal yang dimurkai oleh Allah, setanlah yang mengikutinya dengan benderanya, dan ia terus-menerus berada di bawah bendera setan sampai pulang ke rumahnya.

Surat Al-Insan |76:2|

إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا

innaa kholaqnal-insaana min nuthfatin amsyaajin nabtaliihi fa ja'alnaahu samii'an bashiiroo

Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.

Indeed, We created man from a sperm-drop mixture that We may try him; and We made him hearing and seeing.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia) artinya, jenis manusia (dari setetes mani yang bercampur) yang bercampur dengan indung telur,

yaitu air mani laki-laki bercampur menjadi satu dengan air mani perempuan (yang Kami hendak mengujinya) dengan membebankan kewajiban-kewajiban kepadanya;

jumlah ayat ini merupakan jumlah Isti`naf yakni kalimat permulaan; atau dianggap sebagai Hal dari lafal yang diperkirakan. Yaitu, Kami bermaksud hendak mengujinya

ketika Kami mempersiapkan kejadiannya (karena itu Kami jadikan dia) Kami menjadikan dia dapat (mendengar dan melihat.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 2 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Insan |76:3|

إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا

innaa hadainaahus-sabiila immaa syaakirow wa immaa kafuuroo

Sungguh, Kami telah menunjukkan kepadanya jalan yang lurus, ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur.

Indeed, We guided him to the way, be he grateful or be he ungrateful.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan petunjuk) maksudnya, Kami telah menjelaskan kepadanya jalan hidayah dengan mengutus rasul-rasul kepada manusia

(ada yang bersyukur) yaitu menjadi orang mukmin (dan ada pula yang kafir) kedua lafal ini, yakni Syaakiran dan Kafuuran merupakan Haal dari Maf'ul; yakni Kami telah menjelaskan jalan hidayah kepadanya,

baik sewaktu ia dalam keadaan bersyukur atau pun sewaktu ia kafir sesuai dengan kepastian Kami. Lafal Immaa di sini menunjukkan rincian tentang keadaan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 3 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Insan |76:4|

إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ سَلَاسِلَ وَأَغْلَالًا وَسَعِيرًا

innaaa a'tadnaa lil-kaafiriina salaasila wa aghlaalaw wa sa'iiroo

Sungguh, Kami telah menyediakan bagi orang-orang kafir rantai, belenggu, dan neraka yang menyala-nyala.

Indeed, We have prepared for the disbelievers chains and shackles and a blaze.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Kami menyediakan) telah mempersiapkan (bagi orang-orang kafir rantai) untuk menyeret mereka ke dalam neraka (dan belenggu-belenggu)

pada leher mereka dan rantai itu diikatkan kepadanya (serta neraka Sair) yaitu neraka yang apinya menyala-nyala dengan besarnya, tempat mereka diazab.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 4 |

Tafsir ayat 4-12

Allah Swt. menceritakan tentang apa yang telah disediakan-Nya bagi makhluk-Nya yang kafir kepada-Nya, yaitu berupa rantai-rantai dan belenggu-belenggu, serta api yang menyala-nyala dengan hebatnya lagi membakar di dalam neraka Jahanam. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


إِذِ الْأَغْلالُ فِي أَعْناقِهِمْ وَالسَّلاسِلُ يُسْحَبُونَ فِي الْحَمِيمِ ثُمَّ فِي النَّارِ يُسْجَرُونَ


ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret, ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api. (Al-Mu’min: 71-72)

Setelah menyebutkan apa yang Allah sediakan bagi orang-orang yang celaka, yaitu neraka Sa'ir yang nyalanya sangat hebat, lalu Allah Swt. dalam firman berikutnya menyebutkan:


{إِنَّ الأبْرَارَ يَشْرَبُونَ مِنْ كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُورًا}


Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur. (Al-Insan: 5) Telah diketahui kandungan kafur itu rasanya sejuk, baunya harum,

selain dari kelezatan surgawi yang terkandung di dalam minumannya. Al-Hasan mengatakan bahwa kesejukan kafur disertai dengan keharuman zanjabil (jahe). Dalam firman berikutnya disebutkan:


{عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا عِبَادُ اللَّهِ يُفَجِّرُونَهَا تَفْجِيرًا}


(yaitu) mata air (dalam surga) yang darinya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya. (Al-Insan: 6) Minuman yang dicampur dengan kafur untuk orang-orang yang bertakwa

ini diambil dari mata air dalam surga yang airnya dipakai untuk minum oleh kaum muqarrabin dari hamba-hamba Allah tanpa campuran kafur, dan mereka menyegarkan dirinya dengan air itu.

Karena itulah lafaz yasyrabu di sini mengandung makna yarwa hingga diperlukan adanya ba untuk ta'diyah, lalu Lafaz 'ainan di-nasab-kan sebagai tamyiz.

Sebagian ulama mengatakan bahwa minuman ini dalam hal keharumannya sama dengan kafur. Sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa mata air tersebut memang mata air kafur.

Dan sebagian yang lainnya lagi mengatakan bahwa lafaz 'ainan dapat pula di-nasab-kan oleh yasyrabu. Ketiga pendapat ini semuanya diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.Firman Allah Swt:


{يُفَجِّرُونَهَا تَفْجِيرًا}


yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya. (Al-Insan: 6) Yakni mereka dapat mengatur alirannya menurut apa yang mereka sukai dan ke arah mana pun yang mereka kehendaki, ke dalam gedung-gedung mereka,

rumah-rumah mereka, tempat-tempat duduk mereka atau tempat-tempat pertemuan mereka. At-Tafjir artinya memancarkan atau mengalirkan. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


وَقالُوا لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى تَفْجُرَ لَنا مِنَ الْأَرْضِ يَنْبُوعاً


Dan mereka berkata, "Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga engkau memancarkan mata air dari bumi untuk kami.” (Al-Isra: 90) Dan firman-Nya:


وَفَجَّرْنا خِلالَهُما نَهَراً


dan Kami alirkan sungai di celah-celah kedua kebun itu. (Al-Kahfi: 33) Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya. (Al-Insan: 6)

Mereka dapat mengalirkannya ke mana pun mereka sukai. Hal yang sama dikatakan pula oleh Ikrimah dan Qatadah. As-Sauri mengatakan bahwa mereka dapat mengatur alirannya ke mana pun mereka sukai. Firman Allah Swt:


{يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا}


Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. (Al-Insan: 7) Yaitu mereka beribadah kepada Allah menurut apa yang telah diwajibkan oleh Allah

kepada mereka berupa ketaatan yang diwajibkan berdasarkan hukum asal syariat, dan apa yang mereka wajibkan atas dirinya sendiri melalui nazar mereka.


قَالَ الْإِمَامُ مَالِكٌ، عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عَبْدِ الْمَلِكِ الْأَيْلِيِّ، عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ مَالِكٍ، عَنْ عَائِشَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَنْ نَذَرَ أَنْ يُطِيعَ اللَّهَ فَلْيُطِعْهُ، وَمَنْ نَذَرَ أَنْ يَعصي اللَّهَ فَلَا يَعصِه"


Imam Malik telah meriwayatkan dari Talhah ibnu Abdul Malik Al-Aili, dari Al-Qasim ibnu Malik, dari Aisyah r.a., bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Barang siapa yang bernazar untuk taat kepada Allah, maka hendaklah ia taat kepada-Nya;

dan barang siapa yang bernazar akan durhaka kepada Allah, maka janganlah ia durhaka kepada-Nya. Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini melalui Malik.Dan mereka meninggalkan hal-hal yang diharamkan yang mereka dilarang

melakukannya terdorong oleh rasa takut akan tertimpa hisab yang buruk di hari kemudian. Yaitu hari yang padanya azab terdapat merata di mana-mana, yakni menyeluruh menimpa manusia semuanya terkecuali orang yang dirahmati oleh Allah Swt.

Ibnu Abbas mengatakan bahwa mustatiran artinya fasyiyan, yakni merata. Qatadah mengatakan"Demi Allah azab di hari itu benar-benar merata hingga memenuhi langit dan bumi."

Ibnu Jarir mengatakan, bahwa termasuk ke dalam pengertian ini ucapan mereka (orang Arab), "Keretakan itu telah merata mengenai semua permukaan kaca." Juga perkataan seorang penyair, yaitu Al-A'sya:


فَبَانَتْ وَقَد أسْأرت فِي الفُؤا ... دِ صَدْعًا، عَلَى نَأيها مُستَطيرًا


Maka berpisahlah dia (kekasihnya) dengan meninggalkan keretakan dalam hati yang bekasnya merata di mana-mana.Yakni memanjang dan sangat mendalam kesannya. Firman Allah Swt,:


{وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ}


Dan mereka memberikan makanan yang disukainya. (Al-Insan: 8) Menurut suatu pendapat, karena cinta kepada Allah Swt. dan mereka menjadikan damir yang ada merujuk kepada lafaz Allah

berdasarkan konteks kalimat Tetapi menurut pendapat yang jelas, Domir ini merujuk kepada makanan, yakni mereka memberi makan orang miskin dengan makanan kesukaan mereka.

Demikianlah menurut Mujahid dan Muqatil serta dipilih oleh Ibnu Jarir,semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman Allah Swt. dalam ayat lain:


لَنْ تَنالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ


Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. (Ali Imran: 92) Imam Baihaqi telah meriwayatkan melalui jalur Al-A'masy,dari Nafi' yang mengatakan bahwa

Ibnu Umar sakit, lalu ia menginginkan makan buah anggur karena saat itu sedang musim buah anggur. Maka Safiyyah alias istri Ibnu Umar menyuruh kurirnya untuk membeli buah anggur dengan membawa uang satu dirham.

Setelah membeli anggur, si kurir dikuntit oleh seorang peminta-minta. Ketika kurir masuk rumah, si pengemis berkata, "Saya seorang pengemis." Maka Ibnu Umar berkata, "Berikanlah buah anggur itu kepadanya,"

lalu mereka memberikan buah anggur yang baru dibeli itu kepada si pengemis. Kemudian Safiyyah menyuruh pesuruhnya lagi dengan membawa uang satu dirham lainnya guna membeli buah anggur.

Uang itu dibelikan setangkai buah anggur oleh si pesuruh. Dan ternyata pengemis itu menguntitnya kembali. Ketika si pesuruh masuk, pengemis itu berkata, "Saya seorang pengemis." Maka Ibnu Umar berkata,

'"Berikanlah buah anggur itu kepadanya," Lalu mereka memberikan buah anggur itu kepada si pengemis. Akhirnya Safiyyah menyuruh seseorang untuk memanggil si pengemis itu,dan setelah datang ia berkata kepadanya"Demi Allah,

jika engkau kembali lagi ke sini, engkau tidak akan mendapat suatu kebaikan pun darinya selama-lamanya."Setelah itu barulah Safiyyah menyuruh pesuruhnya lagi untuk membeli buah anggur.Di dalam hadis sahih disebutkan:


«أَفْضَلُ الصَّدَقَةِ أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ تَأْمَلُ الْغِنَى وَتَخْشَى الْفَقْرَ»


Sedekah yang paling utama ialah yang engkau keluarkan, sedangkan engkau dalam keadaan sehat lagi kikir, mengharapkan kaya dan takut jatuh miskin.

Yakni dalam keadaan engkau menyukai harta, getol mencarinya, serta sangat kamu perlukan. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:


{وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا}


Dan mereka memberi makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan. (Al-Insan: 8) Orang miskin dan anak yatim telah diterangkan definisi dan sifat-sifat keduanya.

Adapun yang dimaksud dengan tawanan, maka menurut Sa'id ibnu Jubair, Al-Hasan, dan Ad-Dahhak, maksudnya tawanan dari ahli kiblat. Ibnu Abbas mengatakan bahwa tawanan mereka pada masa itu adalah orang-orang musyrik.

Hal ini diperkuat dengan adanya anjuran Rasulullah yang memerintahkan kepada para sahabatnya untuk memperlakukan para tawanan Perang Badar dengan perlakuan yang baik.

Tersebutlah pula bahwa kaum muslim saat itu mendahulukan para tawanan untuk makan daripada diri mereka sendiri.Ikrimah mengatakan bahwa mereka adalah budak-budak belian, dan pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir

mengingat makna ayat umum menyangkut orang muslim dan juga orang musyrik. Hal yang sama dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair, Ata, Al-Hasan, dan Qatadah.

Rasulullah Saw. telah menganjurkan agar para budak diperlakukan dengan perlakuan yang baik. Hal ini ditegaskan oleh beliau Saw. bukan hanya melalui satu hadis saja, bahkan di akhir wasiat beliau Saw. disebutkan:


«الصَّلَاةَ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ»


Peliharalah salat dan (perlakukanlah dengan baik) budak-budak yang dimiliki olehmu. Mujahid mengatakan bahwa tawanan adalah orang yang dipenjara. Mereka memberi makan orang-orang tersebut dengan makanan kesukaan mereka, seraya berkata seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ}


Sesungguhnya kami memberi makan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah. (Al-Insan: 9) Tetapi bukan hanya perkataan saja melainkan dimanifestasikan ke dalam sikap dan perbuatan. Yakni kami lakukan hai ini hanyalah karena mengharapkan pahala dan rida Allah Swt. semata.


{لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلا شُكُورًا}


kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidakpula (ucapan) terima kasih. (Al-Insan: 9) Artinya, kami tidak menginginkan dari kamu balasan yang kamu berikan kepada kami sebagai imbalannya,

dan tidak pula pujianmu di kalangan orang lain.Mujahid dan Sa'id ibnu Jubair mengatakan, "Demi Allah, mereka tidak mengatakannya dengan lisannya melainkan Allah mengetahui

apa yang tersimpan dalam hati mereka yang ikhlas itu, maka Allah memuji mereka dengan maksud agar jejak mereka dapat dijadikan teladan bagi yang lainnya.


{إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا}


Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. (Al-Insan: 10) Yakni sesungguhnya kami lakukan demikian itu tiada lain hanyalah berharap

semoga Allah membelaskasihani kami dan menerima kami dengan kasih sayang-Nya di hari yang sangat kelabu lagi penuh dengan kesulitan (hari kiamat). Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas,

bahwa 'abus artinya penuh dengan kesulitan, dan qamtarir artinya sangat panjang. Ikrimah dan lain-lainnya telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: pada suatu hari yang (di hari itu)

orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. (Al-Insan: 10) Orang kafir bermuka masam di hari itu hingga mengalir dari kedua matanya keringat seperti aspal hitam yang encer. Mujahid mengatakan sehubungan dengan

makna firman-Nya, " 'Ablisan," artinya mengernyitkan kedua bibirnya. Dan qamtarir artinya mengernyitkan mukanya dan tampak layu. Sa'id ibnu Jubair dan Qatadah mengatakan bahwa muka orang-orang bermuram durja karena

kengerian dan ketakutan yang melandanya. Qamtarir artinya mengernyitkan dahi dan keningnya karena ketakutan yang sangat. Ibnu Zaid mengatakan bahwa al-'abus artinya keburukan, dan al-qamtarir artinya kesengsaraan.

Dan ungkapan yang paling jelas, paling indah, paling tinggi, lagi paling fasih adalah pendapat Ibnu Abbas r.a. yang diungkapkan oleh Ibnu Jarir, bahwa qamtarir artinya kesengsaraan.

Dikatakan hari yang menyengsarakan, maksudnya hari yang paling keras, paling panjang musibah dan kesengsaraannya. Termasuk ke dalam pengertian ini ucapan seorang penyair:


بَنِي عَمِّنَا هَلْ تَذْكُرُونَ بَلَاءَنَا؟ ... عَلَيْكُمْ إِذَا مَا كَانَ يَوْمُ قُمَاطِرَ


Hai anak-anak paman kami, apakah kalian teringat petaka yang telah kami timpakan kepadamu, di hari-hari yang panjang kesengsaraannya? Firman Allah Swt.:


{فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا}


Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati, (Al-Insan: 11)Hal ini merupakan lawan kata dari ayat yang sebelumnya.


{فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ الْيَوْمِ}


Maka Allah memelihara mereka dari kesusahan hari itu. (Al-Insan: 11) Yakni mengamankan mereka dari semua yang mereka takuti.


{وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً}


dan memberikan kepada mereka kejernihan. (Al-Insan: 11) Kejernihan pada wajah mereka.


{وَسُرُورًا}


dan kegembiraan hati. (Al-Insan: 11) Yaitu hati mereka dijadikan gembira, menurut Al-Hasan Al-Basri, Qatadah, Abul Aliyah, Ar-Rabi' ibnu Anas, dan ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui Firman-Nya:


وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ مُسْفِرَةٌ ضاحِكَةٌ مُسْتَبْشِرَةٌ


Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa, dan gembira ria. (Abasa: 38-39) Demikian itu karena apabila hati gembira, maka wajah menjadi cerah ceria.

Ka'b ibnu Malik dalam hadisnya yang panjang menceritakan bahwa Rasulullah Saw.apabila sedang senang, wajah beliau bersinar seakan-akan seperti sinar rembulan.

Siti Aisyah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah Saw. masuk menemuinya dalam keadaan senang yang terlihat dari sinar wajahnya yang cerah. Firman Allah Swt.:


{وَجَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوا}


Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabarannya. (Al-Insan: 12) Yakni dikarenakan kesabaran mereka, maka Allah memberi mereka balasan pahala dan menempatkan mereka di dalam.


{جَنَّةً وَحَرِيرًا}


surga dan (pakaian) sutra. (Al-Insan: 12) Yaitu tempat tinggal yang luas, kehidupan yang senang, dan pakaian yang indah-indah. Al-HaFiz ibnu Asakir di dalam biografi Hisyam ibnu Sulaiman Ad-Darani mengatakan bahwa dibacakan

kepada Abu Sulaiman Ad-Darani surat Hal Ata 'Alal Insani, yakni surat Al-Insan. Ketika pembaca sampai pada firman Allah Swt.: Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabarannya (berupa) surga dan (pakaian) sutra. (Al-Insan: 12)

Maka Abu Sulaiman mengatakan bahwa mereka mendapat balasan tersebut berkat kesabaran mereka dalam meninggalkan keinginan hawa nafsu. Kemudian Abu Sulaiman membaca perkataan seorang penyair:


كَمْ قَتِيلٌ بِشَهْوَةٍ وَأَسِيرٌ ... أُفٍّ مِنْ مُشْتَهِي خِلَافَ الْجَمِيلِ شَهَوَاتُ الْإِنْسَانِ تُوْرِثُهُ الذُّلَّ ... وَتُلْقِيهِ في البلاء الطويل


Sudah berapa banyak orang yang terbunuh dan terbelenggu oleh nafsu syahwatnya, celakalah bagi orang-orang yang selalu memperturutkan hawa nafsunya yang bertindak melawan norma-norma kebaikan.

Hawa nafsu manusia itu menjerumuskannya ke dalam kehinaan dan mencampakkannya ke dalam musibah yang panjang.

Surat Al-Insan |76:5|

إِنَّ الْأَبْرَارَ يَشْرَبُونَ مِنْ كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُورًا

innal-abrooro yasyrobuuna ming ka`sing kaana mizaajuhaa kaafuuroo

Sungguh, orang-orang yang berbuat kebajikan akan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur,

Indeed, the righteous will drink from a cup [of wine] whose mixture is of Kafur,

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebaikan) lafal Al-Abraar bentuk jamak dari lafal Barrun atau Baarrun, artinya orang-orang yang taat

(mereka minum dari gelas) atau tempat minum, yang berisikan khamar. Maksudnya, mereka meminum khamar. Hal ini diungkapkan dengan memakai nama alat peminumnya

. Huruf Min bermakna Tab'idh (yang campurannya) yakni khamar itu dicampur dengan (kafur.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 5 |

penjelasan ada di ayat 4

Surat Al-Insan |76:6|

عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا عِبَادُ اللَّهِ يُفَجِّرُونَهَا تَفْجِيرًا

'ainay yasyrobu bihaa 'ibaadullohi yufajjiruunahaa tafjiiroo

(yaitu) mata air (dalam surga) yang diminum oleh hamba-hamba Allah dan mereka dapat memancarkannya dengan sebaik-baiknya.

A spring of which the [righteous] servants of Allah will drink; they will make it gush forth in force [and abundance].

Tafsir
Jalalain

(Yaitu mata air) menjadi Badal dari lafal Kaafuur artinya, mata air itu berbau kafur (yang meminum daripadanya) dari mata air itu (hamba-hamba Allah)

yakni kekasih-kekasih-Nya (yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya) mereka dapat mengalirkan air dari telaga itu menurut kehendaknya dari tempat-tempat tinggal mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 6 |

penjelasan ada di ayat 4

Surat Al-Insan |76:7|

يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا

yuufuuna bin-nażri wa yakhoofuuna yaumang kaana syarruhuu mustathiiroo

Mereka memenuhi nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana.

They [are those who] fulfill [their] vows and fear a Day whose evil will be widespread.

Tafsir
Jalalain

(Mereka menunaikan nazar) untuk taat kepada Allah (dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana) menyebar di semua tempat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 7 |

penjelasan ada di ayat 4

Surat Al-Insan |76:8|

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا

wa yuth'imuunath-tho'aama 'alaa ḥubbihii miskiinaw wa yatiimaw wa asiiroo

Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan,

And they give food in spite of love for it to the needy, the orphan, and the captive,

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka memberikan makanan yang disukainya) atau yang digemarinya (kepada orang miskin) atau orang fakir (anak yatim)

anak yang ayahnya sudah tiada (dan orang yang ditawan) orang yang ditahan karena membela perkara yang hak.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 8 |

penjelasan ada di ayat 4

Surat Al-Insan |76:9|

إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا

innamaa nuth'imukum liwaj-hillaahi laa nuriidu mingkum jazaaa`aw wa laa syukuuroo

(sambil berkata), "Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan keridaan Allah, kami tidak mengharap balasan dan terima kasih dari kamu.

[Saying], "We feed you only for the countenance of Allah. We wish not from you reward or gratitude.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya kami memberi makanan kepada kalian hanyalah demi karena Allah) demi untuk mengharapkan pahala-Nya (kami tidak menghendaki balasan dari kalian dan tidak pula ucapan terima kasih)

berterima kasih atas pemberian makanan itu. Apakah mereka benar-benar mengucapkan demikian ataukah hal itu telah diketahui oleh Allah swt. kemudian Allah memuji mereka. Sesungguhnya dengan masalah ini ada dua pendapat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 9 |

penjelasan ada di ayat 4

Surat Al-Insan |76:10|

إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا

innaa nakhoofu mir robbinaa yauman 'abuusang qomthoriiroo

Sungguh, kami takut akan (azab) Tuhan pada hari (ketika) orang-orang berwajah masam penuh kesulitan."

Indeed, We fear from our Lord a Day austere and distressful."

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya kami takut kepada Rabb kami akan suatu hari yang penuh dengan kemasaman) yaitu muka-muka pada saat itu bermuram durja dan tidak enak dipandang karena kepahitannya (lagi penuh dengan kesulitan) yakni hari itu penuh dengan penderitaan yang sangat parah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 10 |

penjelasan ada di ayat 4

Surat Al-Insan |76:11|

فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَٰلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا

fa waqoohumullohu syarro żaalikal-yaumi wa laqqoohum nadhrotaw wa suruuroo

Maka Allah melindungi mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka keceriaan dan kegembiraan.

So Allah will protect them from the evil of that Day and give them radiance and happiness

Tafsir
Jalalain

(Maka Allah memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka) atau menghadiahkan kepada mereka (kejernihan) yaitu keindahan dan kecemerlangan pada wajah-wajah mereka (dan kegembiraan hati.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 11 |

penjelasan ada di ayat 4

Surat Al-Insan |76:12|

وَجَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا

wa jazaahum bimaa shobaruu jannataw wa ḥariiroo

Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabarannya (berupa) surga dan (pakaian) sutera,

And will reward them for what they patiently endured [with] a garden [in Paradise] and silk [garments].

Tafsir
Jalalain

(Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka) disebabkan kesabaran mereka dari perbuatan maksiat (surga) yang mereka dimasukkan ke dalamnya (dan sutera) yang menjadi pakaian mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 12 |

penjelasan ada di ayat 4

Surat Al-Insan |76:13|

مُتَّكِئِينَ فِيهَا عَلَى الْأَرَائِكِ ۖ لَا يَرَوْنَ فِيهَا شَمْسًا وَلَا زَمْهَرِيرًا

muttaki`iina fiihaa 'alal-arooo`ik, laa yarouna fiihaa syamsaw wa laa zamhariiroo

di sana mereka duduk bersandar di atas dipan, di sana mereka tidak melihat (merasakan teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang berlebihan.

[They will be] reclining therein on adorned couches. They will not see therein any [burning] sun or [freezing] cold.

Tafsir
Jalalain

(Seraya bersandarkan) menjadi Haal atau kata keterangan keadaan dari Isim yang dirafa'kan oleh lafal Udkhiluuha. Lafal Udkhiluuhaa ini keberadaannya diperkirakan (di dalamnya di atas dipan-dipan) atau ranjang-ranjang yang empuk (mereka tidak melihat) tidak menemukan;

menjadi Haal yang kedua (di dalamnya matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan) maksudnya, di dalam surga mereka tidak merasakan panasnya matahari yang menyengat, dan tidak pula dingin yang mencekam.

Tetapi menurut suatu pendapat bahwa lafal Zamhariiran ini artinya bulan. Maknanya, surga tetap terang-benderang sekalipun tanpa matahari dan bulan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 13 |

Tafsir ayat 13-22

Allah Swt. menceritakan perihal ahli surga dan kenikmatan abadi yang diperoleh mereka serta keutamaan yang besar yang dilimpahkan Allah bagi mereka. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{مُتَّكِئِينَ فِيهَا عَلَى الأرَائِكِ}


Di dalamnya mereka duduk bertelekan di atas dipan. (Al-Insan: 13) Pembahasan mengenai hal ini telah disebutkan di dalam tafsir surat Ash-Shaffat dan juga perbedaan pendapat sehubungan dengan cara mereka bersandar,

apakah bersandar atau berbaring atau bersila atau duduk dengan mantap. Dan bahwa yang dimaksud dengan dipan-dipan ialah pelaminan-pelaminan yang berkelambu. Firman Allah Swt.:


{لَا يَرَوْنَ فِيهَا شَمْسًا وَلا زَمْهَرِيرًا}


mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang menggigit. (Al-Insan: 13) Artinya, di tempat mereka tidak ada panas yang terik

dan tidak pula dingin yang menusuk tulang, melainkan cuacanya sedang dan selamanya demikian; mereka tidak man berpindah tempat darinya untuk selama-lamanya.


{وَدَانِيَةً عَلَيْهِمْ ظِلالُهَا}


Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka. (Al-Insan: 14) Yakni ranting-rantingnya dekat dengan mereka.


{وَذُلِّلَتْ قُطُوفُهَا تَذْلِيلا}


dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya. (Al-Insan: 14) Manakala seseorang dari mereka ingin memetik buahnya, maka buahnya itu mendekat kepadanya dari rantingnya yang tinggi seakan-akan buah itu tunduk patuh kepadanya. Seperti yang digambarkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


وَجَنَى الْجَنَّتَيْنِ دانٍ


Dan buah-buahan kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat. (Ar-Rahman: 54) Dan firman Allah Swt.:


قُطُوفُها دانِيَةٌ


Buah-buahannya dekat. (Al-Haqqah: 23) Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya. (Al-Insan: 14) Yakni jika ia berdiri,

maka buah itu naik dengan kadar tertentu; apabila ia duduk, maka buah itu turun hingga ia dapat memetiknya, dan apabila ia berbaring, maka buah itu turun lebih rendah lagi agar ia dapat memetiknya.

Yang demikian itulah maksud dari firman-Nya: semudah-mudahnya (Al-Insan: 14) Qatadah mengatakan bahwa tiada duri dan tiada jarak yang menghambat tangan mereka dari memetiknya.

Mujahid mengatakan bahwa tanah surga itu dari perak dan pasirnya minyak kesturi, dan batang pepohonannya dari emas dan perak, dahan-dahan serta ranting-rantingnya dari mutiara basah, zabarjad, yaqut,

dan perak; sedangkan buah-buahannya beraneka ragam. Maka barang siapa yang makan dari buahnya dengan duduk, tidak terganggu; barang siapa yang memakannya sambil berdiri, tidak terganggu;

dan barang siapa yang memakan darinya sambil berbaring, tidak terganggu (dari memetiknya).Firman Allah Swt.:


{وَيُطَافُ عَلَيْهِمْ بِآنِيَةٍ مِنْ فِضَّةٍ وَأَكْوَابٍ}


Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala. (Al-Insan: 15) Yaitu berkeliling mengitari mereka pelayan-pelayan surga dengan membawa bejana-bejana yang berisikan makanan terbuat dari perak, juga piala-piala atau gelas-gelas minuman.Firman Allah Swt.:


{قَوَارِيرَ قَوَارِيرَ مِنْ فِضَّةٍ}


yang bening laksana kaca, (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak. (Al-Insan: 15-16)Lafaz yang pertama di-nasab-kan karena menjadi khabar kana, yakni kanat qawarira. Sedangkan yang kedua di-nasab-kan adakalanya karena menjadi badal atau tamyiz, karena dijelaskan oleh firman-Nya:


{قَوَارِيرَ مِنْ فِضَّةٍ}


(yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak. (Al-Insan: 16) Ibnu Abbas, Mujahid, Al-Hasan Al-Basri, dan selain mereka yang bukan hanya seorang telah mengatakan bahwa seputih perak dan sebening kaca dan memang qawarir itu tiada lain terbuat dari kaca.

Gelas-gelas di surga terbuat dari perak, sekalipun demikian tampak transparan; bagian dalamnya dapat terlihat dari bagian luarnya, dan hal seperti ini tiada persamaannya di dunia. Ibnul Mubarak telah meriwayatkan dari Ismail, dari seorang lelaki,

dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa di dalam surga tiada sesuatu pun melainkan hal yang serupa pernah diberikan kepadamu di dunia, kecuali botol-botol (gelas-gelas) dari perak. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.Firman Allah Swt.:


{قَدَّرُوهَا تَقْدِيرًا}


yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya. (Al-Insan: 16) Yakni sesuai dengan ukuran pemiliknya, tidak lebih dan tidak kurang, bahkan memang disediakan untuknya dan diukur sesuai dengan selera pemiliknya.

Demikianlah makna pendapat Ibnu Abbas, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Abu Saleh, Qatadah, Ibnu Abza, Abdullah ibnu Ubaid ibnu Umair, Qatadah, Asy-Sya'bi, dan Ibnu Zaid, juga dikatakan oleh Ibnu Jarir dan selainnya yang bukan hanya seorang.

Hal ini menunjukkan perhatian yang sangat dan penghormatan yang tiada taranya bagi pemiliknya. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya. (Al-Insan: 16)

Yaitu diukur sebesar telapak tangan; hal yang sama dikatakan oleh Ar-Rabi' ibnu Anas. Ad-Dahhak mengatakan bahwa sesuai dengan ukuran telapak tangan pelayan.

Pendapat ini tidak bertentangan dengan pendapat yang pertama, karena sesungguhnya gelas-gelas itu besar dan kadarnya telah diukur dengan pas untuk kepuasan pemiliknya. Firman Allah Swt.:


{وَيُسْقَوْنَ فِيهَا كَأْسًا كَانَ مِزَاجُهَا زَنْجَبِيلا}


Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe. (Al-Insan: 17) Yakni mereka diberi minuman. Yang dimaksud dengan mereka adalah orang-orang yang bertakwa. Di dalam gelas-gelas itu terdapat minuman khamr surga.


{كَانَ مِزَاجُهَا زَنْجَبِيلا}


yang campurannya adalah jahe. (Al-Insan: 17) Terkadang minuman mereka diberi campuran kafur yang rasanya sejuk, dan terkadang diberi campuran dengan jahe yang rasanya hangat, sehingga rasanya beragam.

Orang-orang yang bertakwa dari kalangan ahli surga diberi minuman yang adakalanya dicampur dengan kafur, adakalanya pula dicampur dengan jahe. Adapun bagi kaum Muqarrabun dari kalangan penduduk surga,

maka minuman mereka murni tanpa campuran, seperti yang telah dikatakan oleh Qatadah dan selainnya yang bukan hanya seorang. Dalam pembahasan yang terdahulu telah disebutkan firman-Nya:


{عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا عِبَادُ اللَّهِ}


(yaitu) mata air (dalam surga) yang darinya hamba-hamba Allah minum. (Al-Insan: 6) Dan dalam ayat ini disebutkan:


{عَيْنًا فِيهَا تُسَمَّى سَلْسَبِيلا}


(Yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabila. (Al-Insan: 18) Yakni zanzabil itu adalah sebuah mata air di dalam surga diberi nama salsabila- Ikrimah mengatakan bahwa salsabila nama sebuah mata air di dalam surga.

Mujahid mengatakan, bahwa mata air ini dinamakan salsabila karena arus airnya yang lancar dan deras. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: (Yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabila. (Al-Insan: 18)

Yaitu mata air yang airnya enak diminum.Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari sebagian ulama, bahwa dinamakan demikian karena airnya terasa enak di tenggorokan lagi mudah. Tetapi Ibnu Jarir sendiri memilih pendapat yang mencakup kesemuanya itu. Firman Allah Swt:


{وَيَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ إِذَا رَأَيْتَهُمْ حَسِبْتَهُمْ لُؤْلُؤًا مَنْثُورًا}


Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka mutiara yang bertaburan. (Al-Insan: 19) Maksudnya, para pelayan surga berkeliling mengitari para penghuni surga untuk melayani mereka.


{مُخَلَّدُونَ}


yang tetap muda. (Al-Insan: 19) Yakni dalam suatu keadaan yang kekal, mereka tidak berubah dari keadaan itu dan usia mereka tidak bertambah dari usia mudanya.

Mengenai pendapat ulama yang menakwilkan bahwa mereka (para pelayan surga) itu memakai gelang dan pada telinga mereka terdapat anting-anting, sesungguhnya hal ini

tiada lain hanyalah berdasarkan terjemahan bebasnya. Mengingat mereka adalah anak-anak kecil dan keadaan yang seperti itulah yang pantas bagi mereka.Firman Allah Swt.:


{إِذَا رَأَيْتَهُمْ حَسِبْتَهُمْ لُؤْلُؤًا مَنْثُورًا}


Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka mutiara yang bertaburan. (Al-Insan: 19) Artinya, jika engkau lihat mereka menyebar dalam menunaikan tugasnya melayani majikan-majikan mereka penghuni surga

jumlah mereka yang banyak serta penampilan mereka yang cerah ceria, warna mereka dan juga pakaian dan perhiasan mereka yang indah-indah, tentulah kamu mengira mereka adalah mutiara yang bertaburan.

Untuk menggambarkan keadaan mereka, tiada perumpamaan yang lebih indah selain dari mutiara yang bertaburan di tempat yang indah.Qatadah telah meriwayatkan dari Abu Ayyub,

dari Abdullah ibnu Amr, bahwa tiada seorang penduduk surga pun melainkan dilayani oleh seribu pelayan, masing-masing pelayan mempunyai tugas tersendiri dalam melayani tuannya.Firman Allah Swt.:


{وَإِذَا رَأَيْتَ}


Dan apabila kamu melihat di sana. (Al-Insan: 20) Hai Muhammad, jika engkau lihat keadaan di surga yang penuh dengan kenikmatan, tempat yang sangat luas dan ketinggiannya serta segala sesuatu yang mewarnai kehidupannya yang penuh dengan kemewahan dan kegembiraan.


{رَأَيْتَ نَعِيمًا وَمُلْكًا كَبِيرًا}


niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar. (Al-Insan: 20) Yakni kerajaan milik Allah di sana yang sangat luas dan kekuasaan yang memukaukan. Di dalam hadis sahih telah disebutkan bahwa

Allah berfirman kepada orang yang paling akhir dikeluarkan dari neraka, yang berarti dia adalah orang yang paling akhir masuk surga, "Sesungguhnya bagimu di dalam surga semisal dengan dunia dan sepuluh kali lipatnya."

Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan melalui hadis yang diriwayatkan melalui Suwayyir ibnu Abu Fakhitah, dari Ibnu Uma ryang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


«إِنَّ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً لَمَنْ يَنْظُرُ فِي مُلْكِهِ مَسِيرَةَ أَلْفِ سَنَةٍ يَنْظُرُ إِلَى أَقْصَاهُ كَمَا يَنْظُرُ إِلَى أَدْنَاهُ»


Sesungguhnya ahli surga yang paling rendah kedudukannya bagi orang yang melihat di dalam kerajaannya diperlukan waktu dua ribu tahun; dia memandang ke bagian yang jauhnya sama dengan memandang ke bagian yang terdekatnya.

Apabila pemberian Allah kepada ahli surga yang paling rendah kedudukannya sudah seperti ini, maka tidak terbayangkan pahala yang diberikan Allah kepada ahli surga yang lebih tinggi kedudukannya.

Imam Tabrani dalam bab ini telah mengetengahkan sebuah hadis yang garib sekali, untuk itu dia mengatakan bahwa:


حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بن عَمَّارٍ الْمَوْصِلِيُّ، حَدَّثَنَا عُفَيْفُ بْنُ سَالِمٍ، عَنْ أَيُّوبَ بْنِ عُتْبَةَ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ مِنَ الْحَبَشَةِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ: "سَلْ وَاسْتَفْهِمْ". فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فُضّلْتُم عَلَيْنَا بِالصُّوَرِ وَالْأَلْوَانِ وَالنُّبُوَّةِ، أفرأيتَ إِنْ آمنتُ بِمَا آمنتَ بِهِ وعملتُ بِمِثْلِ مَا عملتَ بِهِ، إِنِّي لَكَائِنٌ معكَ فِي الْجَنَّةِ؟ قَالَ: "نَعَمْ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّهُ لَيُرَى بَيَاضُ الْأَسْوَدِ فِي الْجَنَّةِ مِنْ مَسِيرَةِ أَلْفِ عَامٍّ". ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، كَانَ لَهُ بِهَا عَهدٌ عِنْدَ اللَّهِ، وَمَنْ قَالَ: سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، كُتِبَ لَهُ مِائَةُ أَلْفِ حَسَنَةٍ، وَأَرْبَعَةٌ وَعِشْرُونَ أَلْفَ حَسَنَةٍ". فَقَالَ رَجُلٌ: كَيْفَ نَهْلَكُ بَعْدَ هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ الرَّجُلَ لَيَأْتِيَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِالْعَمَلِ لَوْ وُضِعَ عَلَى جَبَلٍ لَأَثْقَلَهُ، فَتَقُومُ النِّعْمَةُ -أَوْ: نعَم اللَّهِ-فَتَكَادُ تَسْتَنْفِذُ ذَلِكَ كُلَّهُ، إِلَّا أَنْ يَتَغَمّده اللَّهُ بِرَحْمَتِهِ". وَنَزَلَتْ هَذِهِ السُّورَةُ: {هَلْ أَتَى عَلَى الإنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ} إِلَى قَوْلِهِ: {وَمُلْكًا كَبِيرًا} فَقَالَ الْحَبَشِيُّ: وَإِنَّ عَيْنِي لَتَرَى مَا تَرَى عَيْنَاكَ فِي الْجَنَّةِ؟ قَالَ: "نَعَمْ". فَاسْتَبْكَى حَتَّى فَاضَتْ نَفْسُهُ. قَالَ ابْنُ عُمَرَ: فَلَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُدليه فِي حُفرَته بِيَدِهِ


telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ammar Al-Mausuli, telah menceritakan kepada kami Uqbah ibnu Salim, dari Ayyub ibnu Atabah, dari Ata, dari Ibnu Umar

yang mengatakan bahwa seorang lelaki dari Habsyah datang kepada Rasulullah Saw., maka beliau Saw. bersabda kepadanya, "Apa ada yang bisa saya bantu?" Lelaki itu berkata "Wahai Rasulullah, kamu mempunyai kelebihan

di atas kami berkat rupa, warna kulit, dan kenabian. Maka bagaimanakah pendapatmu jika aku beriman kepada apa yang engkau imani dan aku beramal seperti apa yang engkau amalkan, bahwa sesungguhnya aku benar-benar akan

ada bersamamu di dalam surga?" Maka Rasulullah Saw. menjawab: Benar, demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya benar-benar cahaya kulit hitamnya dapat terlihat di dalam surga dari jarak perjalanan seribu tahun.

Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: Barang siapa yang mengucapkan, "Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, " maka baginya berkat kalimah tersebut ada suatu jaminan dari Allah.

Dan barang siapa yang mengucapkan, "Mahasuci Allah dan dengan memuji kepada-Nya, "maka dicatatkan baginya seratus ribu kebaikan dan duapuluh empat ribu kebaikan lainnya.

Lalu lelaki itu bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah jika kami meninggal sesudah ini?" Maka Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya seorang lelaki benar-benar datang di hari kiamat dengan membawa amal yang sekiranya

diletakkan di atas sebuah gunung, niscaya gunung itu akan merasa keberatan. Lalu diletakkanlah nikmat-nikmat Allah (yang telah diberikan kepadanya sewaktu di dunia), maka hampir saja nikmat-nikmat itu

menghabiskan semua (amal)nya, terkecuali bila Allah menyelimutinya dengan rahmat-Nya. Dan turunlah firman-Nya: Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa. (Al-Insan: 1) Sampai dengan firman-Nya:

dan kerajaan yang besar. (Al-Insan: 20) Maka orang Habsyi itu berkata, "Sesungguhnya kedua mataku ini benar-benar dapat melihat seperti apa yang dilihat oleh kedua matamu di dalam surga." Rasulullah Saw. menjawab, "Benar,"

lalu orang Habsyi itu menangis dan jatuh pingsan, kemudian meninggal dunia. Ibnu Umar mengatakan bahwa sesungguhnya dia melihat Rasulullah Saw. Meletakkan jenazahnya ke liang kuburnya.Firman Allah Swt.:


{عَالِيَهُمْ ثِيَابُ سُنْدُسٍ خُضْرٌ وَإِسْتَبْرَقٌ}


Mereka memakai pakaian sutra halus yang hijau dan sutra tebal. (Al-Insan: 21) Yakni pakaian penghuni surga di dalam surga adalah kain sutra, yang antara lain ialah kain sutra yang tipis seperti baju gamis dan

pakaian lainnya yang dikenakan langsung ke badan; kemudian kain sutra tebal yang berkilauan karena mengkilat, yang ini dipakai di bagian luar sebagaimana biasa pakaian bagian luar.


{وَحُلُّوا أَسَاوِرَ مِنْ فِضَّةٍ}


dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak. (Al-Insan: 21) Ini merupakan gambaran orang-orang Abrar, sedangkan yang dialami oleh orang-orang Muqarrabun adalah seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:


يُحَلَّوْنَ فِيها مِنْ أَساوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَلُؤْلُؤاً وَلِباسُهُمْ فِيها حَرِيرٌ


Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutra. (Al-Hajj: 23) Setelah Allah menyebutkan gambaran lahiriah mereka yang dihiasi dengan berbagai macam pakaian dan perhiasan, lalu dalam firman berikutnya disebutkan:


{وَسَقَاهُمْ رَبُّهُمْ شَرَابًا طَهُورًا}


dan Tuhan mereka memberikan kepada mereka minuman yang bersih. (Al-Insan: 21) Maksudnya, Allah membersihkan batin mereka dari hasud, dengki, iri hati, penyakit, dan semua akhlak yang hina seperti yang telah

diriwayatkan kepada kita dari Amirul Mu’minin Ali ibnu Abu Talib r.a. Ia pernah mengatakan, "Apabila ahli surga sampai di depan pintu surga, maka di sana mereka menjumpai dua buah mata air lalu seakan-akan mereka diberi ilham

untuk pergi kepada kedua mata air itu. Lalu mereka minum dari salah satu mata air itu,maka Allah melenyapkan semua penyakit yang ada di dalam perut (rongga tubuh) mereka kemudian mereka mandi dari mata air yang satunya lagi,

maka sesudahnya terpancarlah dari tubuh mereka pandangan kehidupan yang penuh dengan kenikmatan Dengan demikian, maka Allah telah menggambarkan keadaan lahiriah dan batin mereka yang semuanya indah. Firman Allah Swt. selanjutnya:


{إِنَّ هَذَا كَانَ لَكُمْ جَزَاءً وَكَانَ سَعْيُكُمْ مَشْكُورًا}


Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan). (Al-Insan: 22) Dikatakan demikian kepada mereka sebagai penghormatan dan perlakuan yang baik terhadap mereka, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئاً بِما أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخالِيَةِ


(Kepada mereka dikatakan), "Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.” (Al-Haqqah: 24) Dan firman Allah Swt.:


وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوها بِما كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ


Dan diserukan kepada mereka, "Itulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan.” (Al-A'raf:43) Adapun firman Allah Swt.:


{وَكَانَ سَعْيُكُمْ مَشْكُورًا}


dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan). (Al-Insan: 22) Yakni Allah Swt. memberi balasan kepadamu dari amalmu yang sedikit dengan balasan pahala yang banyak.

Surat Al-Insan |76:14|

وَدَانِيَةً عَلَيْهِمْ ظِلَالُهَا وَذُلِّلَتْ قُطُوفُهَا تَذْلِيلًا

wa daaniyatan 'alaihim zhilaaluhaa wa żullilat quthuufuhaa tażliilaa

Dan naungan (pepohonan)nya dekat di atas mereka dan dimudahkan semudah-mudahnya untuk memetik (buah)nya.

And near above them are its shades, and its [fruit] to be picked will be lowered in compliance.

Tafsir
Jalalain

(Dan dekatlah) di'athafkan secara Mahall kepada lafal Yarauna (di atas mereka) maksudnya, di antara mereka (naungannya) yaitu naungan pohon-pohon surga (dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya)

artinya, buah-buahannya didekatkan sehingga dapat dipetik baik oleh orang yang berdiri, atau orang yang duduk, bahkan orang yang sedang berbaring sekalipun.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 14 |

penjelasan ada di ayat 13

Surat Al-Insan |76:15|

وَيُطَافُ عَلَيْهِمْ بِآنِيَةٍ مِنْ فِضَّةٍ وَأَكْوَابٍ كَانَتْ قَوَارِيرَا

wa yuthoofu 'alaihim bi`aaniyatim min fidhdhotiw wa akwaabing kaanat qowaariiroo

Dan kepada mereka diedarkan bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kristal,

And there will be circulated among them vessels of silver and cups having been [created] clear [as glass],

Tafsir
Jalalain

(Dan diedarkan kepada mereka) di dalam surga itu (bejana-bejana dari perak dan piala-piala) atau gelas-gelas yang tanpa pengikat (yang bening laksana kaca.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 15 |

penjelasan ada di ayat 13

Surat Al-Insan |76:16|

قَوَارِيرَ مِنْ فِضَّةٍ قَدَّرُوهَا تَقْدِيرًا

qowaariiro min fidhdhoting qoddaruuhaa taqdiiroo

kristal yang jernih terbuat dari perak, mereka tentukan ukurannya yang sesuai (dengan kehendak mereka).

Clear glasses [made] from silver of which they have determined the measure.

Tafsir
Jalalain

(Yaitu kaca-kaca dari perak) gelas-gelas dan piala-piala itu terbuat dari perak yang bagian dalamnya dapat dilihat dari luar, sehingga tampak bening sebening kaca (yang telah diukur mereka)

yakni oleh pelayan-pelayan yang mengedarkannya (dengan sebaik-baiknya) sesuai dengan kecukupan minum orang-orang yang meminumnya, tidak lebih dan tidak pula kurang; cara minum yang demikian itu merupakan cara minum yang paling nikmat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 16 |

penjelasan ada di ayat 13

Surat Al-Insan |76:17|

وَيُسْقَوْنَ فِيهَا كَأْسًا كَانَ مِزَاجُهَا زَنْجَبِيلًا

wa yusqouna fiihaa ka`sang kaana mizaajuhaa zanjabiilaa

Dan di sana mereka diberi segelas minuman bercampur jahe.

And they will be given to drink a cup [of wine] whose mixture is of ginger

Tafsir
Jalalain

(Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas) khamar (yang campurannya) atau sesuatu yang dicampurkan ke dalam minuman itu (adalah jahe.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 17 |

penjelasan ada di ayat 13

Surat Al-Insan |76:18|

عَيْنًا فِيهَا تُسَمَّىٰ سَلْسَبِيلًا

'ainan fiihaa tusammaa salsabiilaa

(Yang didatangkan dari) sebuah mata air (di surga) yang dinamakan Salsabil.

[From] a fountain within Paradise named Salsabeel.

Tafsir
Jalalain

(Yaitu dari mata air) menjadi Badal dari lafal Zanjabiilaa (yang dinamakan salsabil) yaitu air telaga itu rasanya seperti jahe yang sangat disukai oleh orang-orang Arab, dan minuman ini sangat mudah diteguknya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 18 |

penjelasan ada di ayat 13

Surat Al-Insan |76:19|

وَيَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ إِذَا رَأَيْتَهُمْ حَسِبْتَهُمْ لُؤْلُؤًا مَنْثُورًا

wa yathuufu 'alaihim wildaanum mukholladuun, iżaa ro`aitahum ḥasibtahum lu`lu`am manṡuuroo

Dan mereka dikelilingi oleh para pemuda-pemuda yang tetap muda. Apabila kamu melihatnya, akan kamu kira mereka, mutiara yang bertaburan.

There will circulate among them young boys made eternal. When you see them, you would think them [as beautiful as] scattered pearls.

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda) mereka sama sekali tidak akan menjadi tua. (Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka) karena penampilan mereka yang indah dan jumlah mereka yang menyebar dengan sangat banyaknya (mutiara yang bertaburan) dari untaiannya atau dari tempat asalnya, yang demikian itu lebih indah dibandingkan berada di tempat lain.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 19 |

penjelasan ada di ayat 13

Surat Al-Insan |76:20|

وَإِذَا رَأَيْتَ ثَمَّ رَأَيْتَ نَعِيمًا وَمُلْكًا كَبِيرًا

wa iżaa ro`aita ṡamma ro`aita na'iimaw wa mulkang kabiiroo

Dan apabila engkau melihat (keadaan) di sana (surga), niscaya engkau akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar.

And when you look there [in Paradise], you will see pleasure and great dominion.

Tafsir
Jalalain

(Dan apabila kamu melihat di sana) maksudnya, kamu diizinkan untuk melihat surga (niscaya kamu akan melihat) menjadi Jawab Syarath dari Idzaa (berbagai macam kenikmatan) yang tak dapat digambarkan (dan kerajaan yang besar) yang luas dan tak terbatas.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 20 |

penjelasan ada di ayat 13

Surat Al-Insan |76:21|

عَالِيَهُمْ ثِيَابُ سُنْدُسٍ خُضْرٌ وَإِسْتَبْرَقٌ ۖ وَحُلُّوا أَسَاوِرَ مِنْ فِضَّةٍ وَسَقَاهُمْ رَبُّهُمْ شَرَابًا طَهُورًا

'aaliyahum ṡiyaabu sundusin khudhruw wa istabroquw wa ḥulluuu asaawiro min fidhdhoh, wa saqoohum robbuhum syarooban thohuuroo

Mereka berpakaian sutra halus yang hijau dan sutera tebal dan memakai gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih (dan suci).

Upon the inhabitants will be green garments of fine silk and brocade. And they will be adorned with bracelets of silver, and their Lord will give them a purifying drink.

Tafsir
Jalalain

(Pakaian luar mereka) dinashabkan karena menjadi Zharaf, dan menjadi Khabar dari Mubtada sesudahnya. Menurut qiraat lain dibaca 'Aaliyhim karena dianggap menjadi Mubtada sedangkan lafal sesudahnya menjadi Khabarnya,

dan Dhamir Muttashilnya kembali kepada Ma'thuf 'Alaih (dari sutera halus) terbuat daripadanya (yang hijau) dibaca Rafa' yakni Khudhrun (dan sutera tebal) dibaca Jaar yakni Istabraqin artinya, sutera yang tebal.

Yakni pakaian bagian luar mereka terbuat dari sutera halus, sedangkan bagian dalamnya terbuat dari sutera tebal. Menurut suatu qiraat dibaca Khudhrin Waistabraqun; menurut qiraat lainnya dibaca Khudhrun Waistabraqun;

dan menurut suatu qiraat lain lagi dibaca Khudrin Waistabraqin (dan mereka diberi perhiasan dari gelang-gelang perak) tetapi pada ayat lainnya disebutkan terbuat dari emas;

hal ini menunjukkan bahwa mereka diberi perhiasan yang terbuat dari emas dan perak secara berbarengan, tetapi terpisah-pisah (dan Rabb mereka memberikan kepada mereka minuman yang bersih) atau sangat bersih, berbeda dengan keadaan khamar di dunia.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 21 |

penjelasan ada di ayat 13

Surat Al-Insan |76:22|

إِنَّ هَٰذَا كَانَ لَكُمْ جَزَاءً وَكَانَ سَعْيُكُمْ مَشْكُورًا

inna haażaa kaana lakum jazaaa`aw wa kaana sa'yukum masykuuroo

Inilah balasan untukmu, dan segala usahamu diterima dan diakui (Allah).

[And it will be said], "Indeed, this is for you a reward, and your effort has been appreciated."

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya ini) yakni kenikmatan ini (adalah balasan untuk kalian, dan usaha kalian adalah disyukuri.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 22 |

penjelasan ada di ayat 13

Surat Al-Insan |76:23|

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ تَنْزِيلًا

innaa naḥnu nazzalnaa 'alaikal-qur`aana tanziilaa

Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur´an kepadamu (Muhammad) secara berangsur-angsur.

Indeed, it is We who have sent down to you, [O Muhammad], the Qur'an progressively.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Kami) lafal Nahnu berfungsi mengukuhkan makna isimnya Inna, atau dianggap sebagai Dhamir Fashal (telah menurunkan Alquran kepadamu dengan berangsur-angsur) ayat ini menjadi Khabar dari Inna, yakni Kami menurunkannya secara berangsur-angsur, tidak sekaligus.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 23 |

Tafsir ayat 23-31

Allah Swt. menyebutkan karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepada Rasul-Nya melalui Al-Qur'an yang telah Dia turunkan kepadanya:


{فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ}


Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu. (Al-Insan: 24) Sebagaimana Aku telah muliakan kamu melalui Al-Qur'an yang Kuturunkan kepadamu, maka bersabarlah dalam menghadapi ketetapan dan takdir-Nya, dan ketahuilah bahwa Dia akan mengaturmu dengan pengaturan yang terbaik.


{وَلا تُطِعْ مِنْهُمْ آثِمًا أَوْ كَفُورًا}


dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka. (Al-Insan: 24) Yakni janganlah kamu menaati orang-orang kafir dan orang-orang munafik,

karena mereka pasti menghalang-halangi penyampaian apa yang diturunkan kepadamu.Tetapi sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan bertawakallah kepada Allah,

karena sesungguhnya Allah akan memelihara dirimu dari gangguan manusia.Asim artinya orang yang durhaka dalam perbuatannya, yakni pendosa; dan al-kafur artinya orang yang kafir (ingkar kepada kebenaran).


{وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ بُكْرَةً وَأَصِيلا}


Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang. (Al-Insan: 25) Yaitu di permulaan siang hari dan di penghujungnya.


{وَمِنَ اللَّيْلِ فَاسْجُدْ لَهُ وَسَبِّحْهُ لَيْلا طَوِيلا}


Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari. (Al-Insan: 26) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نافِلَةً لَكَ عَسى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقاماً مَحْمُوداً


Dan pada sebagian malam hari salat tahajudlah sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Al-Isra: 79) Dan firman-Nya:


يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا


Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk salat) di malam hari, kecuali sedikit (darinya), (yaitu) pada seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdaa itu,

Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. (Al-Muzzammil: 1-4) Kemudian Allah Swt. berfirman, mengingkari orang-orang kafir dan orang-orang lainnya yang serupa dengan mereka dalam menyukai keduniaan dan mengejarnya serta meninggalkan bekal di hari akhirat di belakang mereka tanpa mempedulikannya:


{إِنَّ هَؤُلاءِ يُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ وَيَذَرُونَ وَرَاءَهُمْ يَوْمًا ثَقِيلا}


Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak mempedulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat). (Al-Insan: 27) Maksudnya, hari kiamat. Kemudian Allah Swt. berfirman:


{نَحْنُ خَلَقْنَاهُمْ وَشَدَدْنَا أَسْرَهُمْ}


Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan persendian tubuh mereka. (Al-Insan; 28) Ibnu Abbas dan Mujahid serta yang lainnya mengatakan bahwa Kami telah menguatkan tubuh mereka.


{وَإِذَا شِئْنَا بَدَّلْنَا أَمْثَالَهُمْ تَبْدِيلا}


apabila Kami menghendaki, Kami sungguh-sungguh mengganti (mereka) dengan orang-orang yang serupa dengan mereka. (Al-Insan: 28) Yakni apabila Kami menghendaki, Kami bangkitkan mereka di hari kiamat

dan Kami ganti mereka dengan mengembalikan mereka dalam ciptaan yang baru. Ini merupakan dalil yang menunjukkan adanya hari berbangkit. melalui penyebutan penciptaan yang pertama.Ibnu Zaid

dan Ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: apabila Kami menghendaki, Kami sungguh-sungguh mengganti (mereka) dengan orang-orang yang serupa dengan mereka. (Al-Insan: 28)

Yaitu apabila Kami menghendaki, bisa saja Kami mengganti mereka dengan kaum yang lain selain mereka, yang hal ini berarti semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ أَيُّهَا النَّاسُ وَيَأْتِ بِآخَرِينَ وَكانَ اللَّهُ عَلى ذلِكَ قَدِيراً


Jika Allah menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu wahai manusia, dan Dia datangkan umat yang lain (sebagai penggantimu). Dan adalah Allah Mahakuasa berbuat demikian. (An-Nisa: 133) Dan firman Allah Swt.:


إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيدٍ وَما ذلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ


Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru, dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah. (Ibrahim: 19-20) Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:


{إِنَّ هَذِهِ تَذْكِرَةٌ}


Sesungguhnya (ayat-ayat) ini adalah suatu peringatan. (Al-Insan: 29) Artinya, surat ini adalah peringatan.


{فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَى رَبِّهِ سَبِيلا}


maka barang siapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya), niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya. (Al-Insan: 29) Yaitu jalanTuhannya.

Barang siapa yang menghendaki demikian, niscaya dia mengambil petunjuk dari Al-Qur'an. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:


وَماذا عَلَيْهِمْ لَوْ آمَنُوا بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقَهُمُ اللَّهُ وَكانَ اللَّهُ بِهِمْ عَلِيماً


Apakah kemudaratannya bagi mereka, kalau mereka beriman kepada Allah dan hari kemudian. (An-Nisa: 39), hingga akhir ayat. Adapun firman Allah Swt:


{وَمَا تَشَاءُونَ إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ}


Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. (Al-Insan: 30) Yakni tiada seorang pun yang mampu memberi petunjuk kepada dirinya, dan tiada (pula mampu) memasukkan iman ke dalam hatinya, dan tiada (pula mampu mendatangkan) manfaat bagi dirinya.


{إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا}


kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (Al-Insan: 30) Allah Maha Mengetahui tentang siapa yang berhak mendapat hidayah,

lalu dia memudahkan baginya menempuh jalan hidayah dan melancarkan baginya semua sarana yang menuju ke arahnya. Dia Maha Mengetahui pula tentang siapa yang berhak mendapat kesesatan,

maka Dia memalingkannya dari jalan petunjuk.Semua hikmah yang puncak dan alasan yang mematahkan hujah hanyalah milik Allah belaka, dalam semua perbuatan-Nya.

Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya: Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (Al-Insan: 30) Firman Allah Swt.:


{يُدْخِلُ مَنْ يَشَاءُ فِي رَحْمَتِهِ وَالظَّالِمِينَ أَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا}


Dia memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya (surga). Dan bagi orang-orang zalim disediakan-Nya azab yang pedih. (Al-Insan: 31) Yaitu Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Dia menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya. Maka barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, tiada seorang pun yang dapat menyesatkannya; dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka tiada seorang pun yang dapat memberikan petunjuk kepadanya.

Surat Al-Insan |76:24|

فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلَا تُطِعْ مِنْهُمْ آثِمًا أَوْ كَفُورًا

fashbir liḥukmi robbika wa laa tuthi' min-hum aaṡiman au kafuuroo

Maka bersabarlah untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah engkau ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka.

So be patient for the decision of your Lord and do not obey from among them a sinner or ungrateful [disbeliever].

Tafsir
Jalalain

(Maka bersabarlah kamu untuk melaksanakan ketetapan Rabbmu) yang dibebankan kepadamu yaitu, menyampaikan risalah-Nya (dan janganlah kamu ikuti, di antara mereka) yakni orang-orang kafir (orang yang berdosa dan orang yang kafir)

yang dimaksud adalah Atabah bin Rabi'ah dan Walid bin Mughirah, kedua-duanya telah berkata kepada Nabi saw., "Kembalilah kamu dari perkara ini dari agama Islam."

Dan dapat pula diartikan setiap orang yang berdosa dan setiap orang yang kafir; makna yang dimaksud ialah janganlah kamu mengikuti ajakan dan seruan kedua jenis orang tersebut dalam keadaan bagaimana pun, yang seruannya itu mengajakmu kepada perbuatan dosa atau kekafiran.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 24 |

penjelasan ada di ayat 23

Surat Al-Insan |76:25|

وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

ważkurisma robbika bukrotaw wa ashiilaa

Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang.

And mention the name of your Lord [in prayer] morning and evening

Tafsir
Jalalain

(Dan sebutlah nama Rabbmu) di dalam sholatmu (pada waktu pagi dan petang) yakni dalam sholat Subuh, Zuhur dan Asar.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 25 |

penjelasan ada di ayat 23

Surat Al-Insan |76:26|

وَمِنَ اللَّيْلِ فَاسْجُدْ لَهُ وَسَبِّحْهُ لَيْلًا طَوِيلًا

wa minal-laili fasjud lahuu wa sabbiḥ-hu lailan thowiilaa

Dan pada sebagian dari malam, maka bersujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari.

And during the night prostrate to Him and exalt Him a long [part of the] night.

Tafsir
Jalalain

(Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kamu kepada-Nya) artinya, dirikanlah sholat Magrib dan Isyak (dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari) lakukanlah sholat sunat di malam hari,

sebagaimana keterangan yang telah kami sebutkan yaitu, sepertiganya atau separohnya atau dua pertiganya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 26 |

penjelasan ada di ayat 23

Surat Al-Insan |76:27|

إِنَّ هَٰؤُلَاءِ يُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ وَيَذَرُونَ وَرَاءَهُمْ يَوْمًا ثَقِيلًا

inna haaa`ulaaa`i yuḥibbuunal-'aajilata wa yażaruuna warooo`ahum yauman ṡaqiilaa

Sesungguhnya mereka (orang kafir) itu mencintai kehidupan (dunia) dan meninggalkan hari yang berat (hari akhirat) di belakangnya.

Indeed, these [disbelievers] love the immediate and leave behind them a grave Day.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya mereka menyukai kehidupan dunia) (dan mereka tidak mempedulikan hari yang berat) yaitu hari yang penuh dengan penderitaan, yakni hari kiamat.

Maksudnya, mereka tidak beramal untuk menyambut kedatangannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 27 |

penjelasan ada di ayat 23

Surat Al-Insan |76:28|

نَحْنُ خَلَقْنَاهُمْ وَشَدَدْنَا أَسْرَهُمْ ۖ وَإِذَا شِئْنَا بَدَّلْنَا أَمْثَالَهُمْ تَبْدِيلًا

naḥnu kholaqnaahum wa syadadnaaa asrohum, wa iżaa syi`naa baddalnaaa amṡaalahum tabdiilaa

Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan persendian tubuh mereka. Tetapi, jika Kami menghendaki, Kami dapat mengganti dengan yang serupa mereka.

We have created them and strengthened their forms, and when We will, We can change their likenesses with [complete] alteration.

Tafsir
Jalalain

(Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan) menjadikan kuat (persendian tubuh mereka) yakni semua anggota tubuh mereka dan sendi-sendinya

(apabila Kami menghendaki, Kami sungguh-sungguh mengganti) Kami menjadikan (orang-orang yang serupa dengan mereka) dalam bentuknya sebagai pengganti mereka,

seumpamanya Kami membinasakan mereka terlebih dahulu (dengan sebenar-benarnya) lafal ayat ini berfungsi mengukuhkan makna yang terdapat dalam lafal Baddalnaa.

lafal Idzaa berkedudukan sama dengan lafal In seperti contoh lain, yaitu: In Yasya' Yudzhibkum, artinya; Seandainya Allah menghendaki niscaya Dia membinasakan kalian.

Demikian itu karena pengertian yang terkandung di dalam lafal Idzaa hanya khusus dipakai untuk sesuatu yang pasti akan terjadi, sedangkan di sini Allah swt. tidak menghendaki hal tersebut.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 28 |

penjelasan ada di ayat 23

Surat Al-Insan |76:29|

إِنَّ هَٰذِهِ تَذْكِرَةٌ ۖ فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَىٰ رَبِّهِ سَبِيلًا

inna haażihii tażkiroh, fa man syaaa`attakhoża ilaa robbihii sabiilaa

Sungguh, (ayat-ayat) ini adalah peringatan, maka barang siapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya) tentu dia mengambil jalan menuju Tuhannya.

Indeed, this is a reminder, so he who wills may take to his Lord a way.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya ini) surah ini (adalah suatu peringatan) suatu nasihat dan pelajaran bagi makhluk (maka barang siapa menghendaki niscaya dia mengambil jalan kepada Rabbnya)

yakni jalan yang dapat menyampaikan dia kepada-Nya, yaitu melalui ketaatan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 29 |

penjelasan ada di ayat 23

Surat Al-Insan |76:30|

وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا

wa maa tasyaaa`uuna illaaa ay yasyaaa`alloh, innalloha kaana 'aliiman ḥakiimaa

Tetapi kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali apabila dikehendaki Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.

And you do not will except that Allah wills. Indeed, Allah is ever Knowing and Wise.

Tafsir
Jalalain

(Dan kalian tidak menghendaki) dapat dibaca Tasyaa-uuna dan Yasyaa-uuna, kalau dibaca Yasyaa-uuna artinya, dan mereka tidak menghendaki untuk mengambil jalan kepada Rabbnya dengan mengerjakan ketaatan (kecuali bila dikehendaki Allah) hal tersebut.

(Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui) tentang makhluk-Nya (lagi Maha Bijaksana) di dalam perbuatan-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 30 |

penjelasan ada di ayat 23

Surat Al-Insan |76:31|

يُدْخِلُ مَنْ يَشَاءُ فِي رَحْمَتِهِ ۚ وَالظَّالِمِينَ أَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا

yudkhilu may yasyaaa`u fii roḥmatih, wazh-zhoolimiina a'adda lahum 'ażaaban aliimaa

Dia memasukkan siapa pun yang Dia kehendaki ke dalam rahmat-Nya (surga). Adapun bagi orang-orang zalim disediakan-Nya azab yang pedih.

He admits whom He wills into His mercy; but the wrongdoers - He has prepared for them a painful punishment.

Tafsir
Jalalain

(Dia memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya) yakni surga-Nya, mereka adalah orang-orang yang beriman.

(Dan bagi orang-orang lalim) dinashabkan oleh Fi'il atau kata kerja yang keberadaannya diperkirakan, lengkapnya, Dia telah menyediakan bagi mereka.

Pengertian ini disimpulkan dari firman berikutnya (disediakan-Nya azab yang pedih) azab yang menyakitkan; mereka adalah orang-orang kafir.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Insan | 76 : 31 |

penjelasan ada di ayat 23

Surat Al-Mursalat |77:1|

وَالْمُرْسَلَاتِ عُرْفًا

wal-mursalaati 'urfaa

Demi (malaikat-malaikat) yang diutus untuk membawa kebaikan,

By those [winds] sent forth in gusts

Tafsir
Jalalain

(Demi angin yang bertiup sepoi-sepoi) yang bertiup secara beruntun bagaikan beruntunnya susunan rambut kuda yang satu sama lainnya saling beriring-iringan. Dinashabkan karena menjadi Haal atau kata keterangan keadaan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mursalat | 77 : 1 |

Tafsir ayat 1-15

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Zakaria ibnu Sahl Al-Marwazi, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Hasan ibnu Syaqiq, telah menceritakan kepadaku

Al-Husain ibnu Waqid, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah sehubungan dengan makna firman-Nya: Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan. (Al-Mursalat: 1)

Yakni malaikat-malaikat. Telah diriwayatkan pula dari Masruq, Abud Duha, Mujahid dalam suatu riwayatnya, As-Saddi, dan Ar-Rabi' ibnu Anas. Dan diriwayatkan dari Abu Saleh, bahwa ia mengatakan sehubungan

dengan makna mursalat, yaitu para rasul. Tetapi menurut riwayat lain yang juga darinya disebutkan para malaikat. Hal yang sama dikatakan oleh Abu Saleh dalam lafaz al-'asifat (para malaikat penggiring angin),

an-nasyirat (para malaikat penyebar hujan), al-fariqal (para malaikat pembeda hak dan batil), dan al-mulqiyat (para malaikat penyampai wahyu). As-Sauri telah meriwayatkan dari Salamah ibnu Kahi!, dari Muslim Al-Batin,

dari Abul Abidain yang mengatakan bahwa aku pernah bertanya kepada Ibnu Mas'ud tentang makna mursalat 'urfan, artinya angin. Hal yang sama dikatakan olehnya sehubungan dengan makna firman-Nya:

dan (malaikat-malaikat) yang terbang dengan kencangnya, dan (malaikat-malaikat) yang menyebarkan (rahmat Tuhannya) dengan seluas-luasnya. (Al-Mursalat: 2-3) Sesungguhnya makna yang dimaksud ialah angin.

Hal yang sama dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, dan AbuSaleh menurut riwayat yang bersumber darinya.Tetapi Ibnu Jarir bersikap diam sehubungan dengan makna firman-Nya: Demi malaikat-malaikat yang diutus

untuk membawa kebaikan. (Al-Mursalat: 1) Bahwa apakah makna yang dimaksud adalah malaikat-malaikat yang diutus membawa kebaikan, ataukah yang seperti rambut kuda yang sebagian darinya mengiringi sebagian yang lain,

ataukah yang dimaksud adalah angin apabila bertiup sedikit demi sedikit? Tetapi ia memastikan bahwa yang dimaksud dengan 'asifat adalah angin yang bertiup dengan kencang, sama dengan pendapat yang dikatakan oleh

Ibnu Mas'ud dan para pengikutnya. Dan di antara orang yang berpendapat sama sehubungan dengan 'asifat 'asfa ialah Ali ibnu Abu Talib dan As-Saddi; tetapi bersikap diam terhadap an-nasyirat, apakah makna yang dimaksud

adalah para malaikat ataukah angin, sama dengan sebelumnya.Diriwayatkan dari Abu Saleh, bahwa an-nasyirati nasyran ialah hujan. Tetapi pendapat yang jelas menyebutkan bahwa al-mursalat adalah angin, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya:


وَأَرْسَلْنَا الرِّياحَ لَواقِحَ


Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan). (Al-Hijr:22) Dan firman Allah Swt.:


وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّياحَ بُشْراً بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ


Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya. (Al-A'raf: 57) Demikian pula al-'asifat artinya angin. Dikatakan 'asafatir riyahu artinya angin telah bertiup dengan kencangnya

sehingga menimbulkan suara. Begitu pula an-nasyirat artinya angin yang menggiring awan di ufuk langit menurut apa yang dikehendaki oleh Tuhannya. Firman Allah Swt.:


{فَالْفَارِقَاتِ فَرْقًا فَالْمُلْقِيَاتِ ذِكْرًا عُذْرًا أَوْ نُذْرًا}


dan (malaikat-malaikat) yang membedakan (antara yang hak dan yang batil) dengan sejelas-jelasnya, dan (malaikat-malaikat) yang menyampaikan wahyu, untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan. (Al-Mursalat: 4-6)

Yakni para malaikat, menurut Ibnu Mas'ud. Ibnu Abbas, Masruq, Mujahid, Qatadah. Ar-Rabi' ibnu Anas, As-Saddi, dan As-Sauri. Tidak ada perbedaan di sini, karena sesungguhnya para malaikat turun dengan membawa perintah

Allah kepada rasul-rasul-(Nya) untuk membedakan antara perkara yang hak dan perkara yang batil, antara petunjuk dan kesesatan, dan antara perkara halal dan haram.

Dan para malaikat itu menyampaikan wahyu kepada para rasul yang di dalamnya mengandung alasan terhadap makhluk dan sekaligus peringatan bagi mereka akan siksa Allah jika mereka menentang perintah-Nya. Firman Allah Swt.:


{إِنَّمَا تُوعَدُونَ لَوَاقِعٌ}


sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu itu pasti terjadi. (Al-Mursalat: 7) Inilah objek dari sumpah-sumpah di atas, yakni sesungguhnya apa yang telah dijanjikan kepadamu — yaitu terjadinya kiamat,

peniupan sangkakala, dibangkitkannya semua makhluk dan dihimpunkan-Nya semua orang yang terdahulu dan yang terkemudian dalam suatu lapangan untuk menerima pembalasannya masing-masing; jika baik,

maka balasannya baik; dan jika buruk, maka balasannya buruk pula— semuanya itu pasti terjadi dan tidak terelakkan lagi. Dalam firman berikutnya disebutkan:


{فَإِذَا النُّجُومُ طُمِسَتْ}


Maka apabila bintang-bintang telah dihapuskan. (Al-Mursalat: 8) Maksudnya, sinarnya lenyap. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


وَإِذَا النُّجُومُ انْكَدَرَتْ


dan apabila bintang-bintang berjatuhan. (At-Takwir: 2) dan firman Allah Swt.:


وَإِذَا الْكَواكِبُ انْتَثَرَتْ


dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan. (Al-Infitar: 2) Adapun firman Allah Swt.:


{وَإِذَا السَّمَاءُ فُرِجَتْ}


dan apabila langit telah dibelah. (Al-Mursalat: 9) Yaitu belah, pecah, dan semua bagiannya turun serta semua sisinya melemah.


{وَإِذَا الْجِبَالُ نُسِفَتْ}


dan apabila gunung-gunung telah dihancurkan menjadi debu. (Al-Mursalat: 10) Yakni dilenyapkan sehingga tiada bekasnya sama sekali, semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:


وَيَسْئَلُونَكَ عَنِ الْجِبالِ فَقُلْ يَنْسِفُها رَبِّي نَسْفاً فَيَذَرُها قَاعًا صَفْصَفاً لَا تَرى فِيها عِوَجاً وَلا أَمْتاً


Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah, "Tuhanku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya." (Thaha: 105) Dan firman Allah Swt.:


وَيَوْمَ نُسَيِّرُ الْجِبالَ وَتَرَى الْأَرْضَ بارِزَةً وَحَشَرْناهُمْ فَلَمْ نُغادِرْ مِنْهُمْ أَحَداً


Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia

dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka. (Al-Kahfi: 47) Adapun firman Allah Swt.:


{وَإِذَا الرُّسُلُ أُقِّتَتْ}


dan apabila rasul-rasul telah ditetapkan waktu (mereka). (Al-Mursalat: 11) Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna uqqitat ialah dikumpulkan.

Ibnu Zaid mengatakan, dan ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:


يَوْمَ يَجْمَعُ اللَّهُ الرُّسُلَ


(Ingatlah), hari di waktu Allah mengumpulkan para rasul. (Al-Maidah: 109) Dan Mujahid mengatakan, bahwa makna uqqitat ialah ditangguhkan.

Menurut As-Sauri, dari Mansur, dari Ibrahim, uqqitat artinya dipersiapkan seakan-akan menurutnya dianggap semakna dengan apa yang disebutkan dalam firman-Nya:


وَأَشْرَقَتِ الْأَرْضُ بِنُورِ رَبِّها وَوُضِعَ الْكِتابُ وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَداءِ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ


Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi

dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedangkan mereka tidak dirugikan. (Az-Zumar: 69) Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:


{لأيِّ يَوْمٍ أُجِّلَتْ لِيَوْمِ الْفَصْلِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الْفَصْلِ وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ}


("Niscaya dikatakan kepada mereka), "Sampai hari apakah ditangguhkan (mengazab orang-orang kafir itu)?" Sampai hari keputusan. Dan tahukah kamu apakah hari keputusan itu?

Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalat: 12-15) Allah Swt. berfirman, bahwa sampai kapankah para malaikat

yang menjadi utusan itu ditangguhkan perkaranya, yaitu sampai hari kiamat. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:


فَلا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ مُخْلِفَ وَعْدِهِ رُسُلَهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ ذُو انتِقامٍ يَوْمَ تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّماواتُ وَبَرَزُوا لِلَّهِ الْواحِدِ الْقَهَّارِ


Karena itu, janganlah sekali-kali kamu mengira Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya: sesungguhnya Allah Mahaperkasa, lagi mempunyai pembalasan,(yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain

dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di padang mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa. (Ibrahim: 47-48) Yaitu hari keputusan. Hal yang sama disebutkan dalam surat ini, yaitu:


{لِيَوْمِ الْفَصْلِ}


Sampai hari keputusan. (Al-Mursalat: 13) Kemudian Allah Swt. bertlrman. menceritakan betapa hebatnya hari kiamat:


{وَمَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الْفَصْلِ وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ}


Dan tahukah kamu apakah hari keputusan itu? Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalat: 14-15) Artinya. kecelakaanlah bagi mereka karena akan tertimpa azab Allah di hari kemudian.

Dalam pembahasan yang lalu telah kami sebutkan sebuah hadis yang mengatakan bahwa Al-Wail adalah nama sebuah lembah di dalam neraka Jahanam. tetapi predikatnya tidak sahih.

Surat Al-Mursalat |77:2|

فَالْعَاصِفَاتِ عَصْفًا

fal-'aashifaati 'ashfaa

dan (malaikat-malaikat) yang terbang dengan kencangnya,

And the winds that blow violently

Tafsir
Jalalain

(Dan demi angin yang bertiup dengan kencang) yang bertiup sangat kencang.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mursalat | 77 : 2 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Mursalat |77:3|

وَالنَّاشِرَاتِ نَشْرًا

wan-naasyirooti nasyroo

dan (malaikat-malaikat) yang menyebarkan (rahmat Allah) dengan seluas-luasnya,

And [by] the winds that spread [clouds]

Tafsir
Jalalain

(Dan demi angin yang menyebarkan rahmat) yaitu angin yang menyebarkan hujan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mursalat | 77 : 3 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Mursalat |77:4|

فَالْفَارِقَاتِ فَرْقًا

fal-faariqooti farqoo

dan (malaikat-malaikat) yang membedakan (antara yang baik dan yang buruk) dengan sejelas-jelasnya,

And those [angels] who bring criterion

Tafsir
Jalalain

(Dan demi yang membedakan sejelas-jelasnya) maksudnya, demi ayat-ayat Alquran yang membedakan antara perkara yang hak dan perkara yang batil, serta yang membedakan antara perkara yang halal dan perkara yang haram.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mursalat | 77 : 4 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Mursalat |77:5|

فَالْمُلْقِيَاتِ ذِكْرًا

fal-mulqiyaati żikroo

dan (malaikat-malaikat) yang menyampaikan wahyu,

And those [angels] who deliver a message

Tafsir
Jalalain

(Dan demi malaikat-malaikat yang menyampaikan peringatan) yakni malaikat-malaikat yang turun untuk menyampaikan wahyu kepada para nabi dan para rasul supaya wahyu tersebut disampaikan kepada umat-umat manusia.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mursalat | 77 : 5 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Mursalat |77:6|

عُذْرًا أَوْ نُذْرًا

'użron au nużroo

untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan.

As justification or warning,

Tafsir
Jalalain

(Untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan-peringatan) dari Allah swt. Menurut suatu qiraat dibaca 'Udzuran dan Nudzuran, dengan memakai harakat damah pada kedua huruf Dzalnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mursalat | 77 : 6 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Mursalat |77:7|

إِنَّمَا تُوعَدُونَ لَوَاقِعٌ

innamaa tuu'aduuna lawaaqi'

Sungguh, apa yang dijanjikan kepadamu pasti terjadi.

Indeed, what you are promised is to occur.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepada kalian itu) hai orang-orang kafir Mekah, yaitu mengenai hari berbangkit dan azab yang akan menimpa kalian (pasti terjadi) pasti akan terjadi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mursalat | 77 : 7 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Mursalat |77:8|

فَإِذَا النُّجُومُ طُمِسَتْ

fa iżan-nujuumu thumisat

Maka apabila bintang-bintang dihapuskan,

So when the stars are obliterated

Tafsir
Jalalain

(Maka apabila bintang-bintang telah dihapuskan) dihilangkan cahayanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mursalat | 77 : 8 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Mursalat |77:9|

وَإِذَا السَّمَاءُ فُرِجَتْ

wa iżas-samaaa`u furijat

dan apabila langit terbelah,

And when the heaven is opened

Tafsir
Jalalain

(Dan apabila langit dibelah) atau menjadi terbelah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mursalat | 77 : 9 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Mursalat |77:10|

وَإِذَا الْجِبَالُ نُسِفَتْ

wa iżal-jibaalu nusifat

dan apabila gunung-gunung dihancurkan menjadi debu,

And when the mountains are blown away

Tafsir
Jalalain

(Dan apabila gunung-gunung telah dihancurkan) diletuskan hingga menjadi debu yang beterbangan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mursalat | 77 : 10 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Mursalat |77:11|

وَإِذَا الرُّسُلُ أُقِّتَتْ

wa iżar-rusulu uqqitat

dan apabila rasul-rasul telah ditetapkan waktunya.

And when the messengers' time has come...

Tafsir
Jalalain

(Dan apabila rasul-rasul telah dikumpulkan di dalam suatu waktu) memakai Wau dan Hamzah sebagai Badal daripadanya yaitu, pada satu ketika rasul-rasul akan dikumpulkan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mursalat | 77 : 11 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Mursalat |77:12|

لِأَيِّ يَوْمٍ أُجِّلَتْ

li`ayyi yaumin ujjilat

(Niscaya dikatakan kepada mereka), "Sampai hari apakah ditangguhkan (azab orang-orang kafir itu)?"

For what Day was it postponed?

Tafsir
Jalalain

(Sampai hari kapankah) yakni hari yang besar (ditangguhkan) persaksian terhadap umat-umat mereka tentang penyampaian mereka

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mursalat | 77 : 12 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Mursalat |77:13|

لِيَوْمِ الْفَصْلِ

liyaumil-fashl

Sampai hari Keputusan.

For the Day of Judgement.

Tafsir
Jalalain

(Sampai hari keputusan) di antara semua makhluk; dari pengertian ayat inilah diambil kesimpulan bagi Jawab lafal Idzaa yakni, terjadilah keputusan di antara semua makhluk.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mursalat | 77 : 13 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Mursalat |77:14|

وَمَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الْفَصْلِ

wa maaa adrooka maa yaumul-fashl

Dan tahukah kamu apakah hari Keputusan itu?

And what can make you know what is the Day of Judgement?

Tafsir
Jalalain

(Dan tahukah kamu apakah hari keputusan itu) ayat ini menggambarkan tentang kengerian yang terdapat di dalam hari tersebut.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mursalat | 77 : 14 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Mursalat |77:15|

وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ

wailuy yauma`iżil lil-mukażżibiin

Celakalah pada hari itu, bagi mereka yang mendustakan (kebenaran).

Woe, that Day, to the deniers.

Tafsir
Jalalain

(Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan) ayat ini mengandung makna ancaman bagi mereka yang tidak mempercayainya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mursalat | 77 : 15 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Mursalat |77:16|

أَلَمْ نُهْلِكِ الْأَوَّلِينَ

a lam nuhlikil-awwaliin

Bukankah telah Kami binasakan orang-orang yang dahulu?

Did We not destroy the former peoples?

Tafsir
Jalalain

(Bukankah Kami telah membinasakan orang-orang yang dahulu) disebabkan kedustaan mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mursalat | 77 : 16 |

Tafsir ayat 16-28

Firman Allah Swt.:


{أَلَمْ نُهْلِكِ الأوَّلِينَ}


Bukankah Kami telah membinasakan orang-orang yang dahulu. (Al-Mursalat: 16) Yakni yang mendustakan para rasul dan menentang apa yang disampaikan oleh mereka.


{ثُمَّ نُتْبِعُهُمُ الآخِرِينَ}


Lalu Kami iringkan (azab Kami terhadap) mereka dengan (mengazab) orang-orang yang datang kemudian. (Al-Mursalat: 17)

dari kalangan orang-orang yang serupa dengan mereka. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:


{كَذَلِكَ نَفْعَلُ بِالْمُجْرِمِينَ وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ}


Demikianlah Kami berbuat terhadap orang-orang yang berdosa. Kecelakaan besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalat: 18-19)

Demikianlah menurut Ibnu Jarir. Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya seraya menyebutkan nikmat yang telah dikaruniakan-Nya

kepada makhluk-Nya dengan berdalilkan penciptaan pertama yang menunjukkan kepada kekuasaan-Nya yang mampu membangkitkan mereka hidup kembali.


{أَلَمْ نَخْلُقْكُمْ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ}


Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina? (Al-Mursalat: 20) Maksudnya, lemah lagi hina bila dibandingkan dengan kekuasaan Tuhan Yang Maha Pencipta.

Sebagaimana yang telah disebutkan di dalam surat Yasin melalui hadis Bisyar ibnu Jahhasy yang menyebutkan:


«ابْنَ آدَمَ أَنَّى تُعْجِزُنِي وَقَدْ خَلَقْتُكَ مِنْ مِثْلِ هَذِهِ؟»


Hai anak Adam, apakah yang menghalangi-Ku dari berbuat terhadapmu, padahal Akn telah menciptakanmu dari sesuatu yang hina seperti ini (air mani)? Firman Allah Swt.:


{فَجَعَلْنَاهُ فِي قَرَارٍ مَكِينٍ}


Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim). (Al-Mursalat:21) Kami himpunkan dia dalam rahim, yaitu tempat bagi air mani

laki-laki dan indung telur; dan memang rahim dijadikan untuk itu dan dapat memelihara air mani yang ada di dalamnya. Firman Allah Swt.:


{إِلَى قَدَرٍ مَعْلُومٍ}


sampai waktu yang ditentukan. (Al-Mursalat: 22) Yakni sampai masa tertentu. enam bulan, atau sembilan bulan. Karena ituiah disebutkan dalam firman berikutnya:


{فَقَدَرْنَا فَنِعْمَ الْقَادِرُونَ وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ}


lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kamilah sebaik-baik yang menentukan. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalat: 23-24) Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya:


{أَلَمْ نَجْعَلِ الأرْضَ كِفَاتًا أَحْيَاءً وَأَمْوَاتًا}


Bukankah Kami menjadikan bumi (tempat) berkumpul, orang-orang hidup dan orang-orang mati. (Al-Mursalat: 25-26)

Ibnu Abbas mengatakan bahwa kifatan artinya penyimpanan. Mujahid mengatakan bahwa mayat dikebumikan hingga tidak terlihat. Asy-Sya'bi mengatakan bahwa

bagian dalam bumi untuk orang-orang mati kalian, sedangkan bagian luarnya untuk orang-orang hidup kalian. Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid dan Qatadah.


{وَجَعَلْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ شَامِخَاتٍ}


dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi. (Al-Mursalat: 27) Yaitu gunung-gunung untuk menstabilkan bumi agar tidak berguncang dan tidak pula bergetar.


{وَأَسْقَيْنَاكُمْ مَاءً فُرَاتًا}


dan Kami memberimu minum air yang tawar? (Al-Mursalat: 27) Maksudnya, tawar dan enak diminum dari langit atau dari mata air yang menyumber dari bumi.


{وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ}


Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalat: 28) Yakni bagi orang yang merenungkan semua makhluk

ini yang menunjukkan kepada kebesaran kekuasaan Penciptanya, sesudah itu dia tetap mendustakan-Nya dan kafir kepada-Nya.

Surat Al-Mursalat |77:17|

ثُمَّ نُتْبِعُهُمُ الْآخِرِينَ

ṡumma nutbi'uhumul-aakhiriin

Lalu Kami susulkan (azab Kami terhadap) orang-orang yang datang kemudian.

Then We will follow them with the later ones.

Tafsir
Jalalain

(Lalu Kami iringi mereka dengan orang-orang yang datang kemudian) di antara orang-orang yang mendustakan seperti orang-orang kafir Mekah, maka Kami kelak akan membinasakan mereka pula.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mursalat | 77 : 17 |

penjelasan ada di ayat 16

Surat Al-Mursalat |77:18|

كَذَٰلِكَ نَفْعَلُ بِالْمُجْرِمِينَ

każaalika naf'alu bil-mujrimiin

Demikianlah Kami perlakukan orang-orang yang berdosa.

Thus do We deal with the criminals.

Tafsir
Jalalain

(Demikianlah) sebagaimana Kami lakukan terhadap orang-orang yang mendustakan (Kami berbuat terhadap orang-orang yang berdosa) artinya,

Kami akan melakukan hal yang sama terhadap orang-orang yang berdosa yang kelak akan datang, yaitu Kami pasti akan membinasakan mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mursalat | 77 : 18 |

penjelasan ada di ayat 16

Surat Al-Mursalat |77:19|

وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ

wailuy yauma`iżil lil-mukażżibiin

Celakalah pada hari itu, bagi mereka yang mendustakan (kebenaran).

Woe, that Day, to the deniers.

Tafsir
Jalalain

(Kecelakaan besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan) sebagai pengukuh terhadap ayat sebelumnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mursalat | 77 : 19 |

penjelasan ada di ayat 16