Juz 30

Surat At-Takwir |81:23|

وَلَقَدْ رَآهُ بِالْأُفُقِ الْمُبِينِ

wa laqod ro`aahu bil-ufuqil-mubiin

Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (Jibril) di ufuk yang terang.

And he has already seen Gabriel in the clear horizon.

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya dia telah melihatnya) yakni, Nabi Muhammad saw. telah melihat malaikat Jibril dalam bentuk aslinya (di ufuk yang terang) yang jelas yaitu, di ketinggian ufuk sebelah timur.

Alazhar

"Dan sesungguhnya dia." (pangkal ayat 23). Yang dimaksud dengan dia itu ialah Nabi Muhammad SAW;

"Telah pernah melihatnya di ufuk yang nyata." (ujung ayat 23). Bahwa Nabi Muhammad SAW telah pernah melihat rupa Jibril itu di ufuk yang nyata.

Ufuk yang nyata ialah Ufuk sebelah Timur, sebab dia tempat terbit matahari, maka ufuk Timur itu lebih nyata dan jelas daripada ufuk-ufuk yang lain. Menurut suatu riwayat dari Ibnu Abbas,

Jibril pernah memperlihatkan diri dalam rupanya yang asli kepada Nabi Muhammad SAW di bukit ‘Arafah.Maka kelihatanlah tubuhnya yang memenuhi dari Masyriq sampai ke Maghrib,

kakinya terhunjam ke bumi dan kepalanya menunjak ke langit. Setelah melihatnya dalam kehebatan itu, pingsanlah Nabi SAW.

Dan kita kenal juga di dalam Hadis yang shahih tentang pertemuan pertama di Gua Hira',

ketika Wahyu pertama akan diberikan kepada beliau, besar tinggi tersundak ke langit, lalu mengecilkan diri sampai memeluk beliau dengan keras, sampai beliau SAW disuruhnya membaca: "Iqra'."

Lalu beliau jawab bahwa beliau tidak pandai membaca, lalu Nabi dipeluknya keras, sampai keluar keringat dan setengah pingsan. Ketika menafsirkan Surat 96, Al-Alaq nanti akan kita jelaskan lagi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | At-Takwir | 81 : 23 |

penjelasan ada di ayat 15

Surat At-Takwir |81:24|

وَمَا هُوَ عَلَى الْغَيْبِ بِضَنِينٍ

wa maa huwa 'alal-ghoibi bidhoniin

Dan dia (Muhammad) bukanlah seorang yang kikir (enggan) untuk menerangkan yang gaib.

And Muhammad is not a withholder of [knowledge of] the unseen.

Tafsir
Jalalain

(Dan bukanlah dia) Nabi Muhammad saw. (terhadap perkara yang gaib) hal-hal yang gaib berupa wahyu dan berita dari langit (sebagai seseorang yang dituduh) membuat-buatnya,

ini berdasarkan qiraat yang membacanya Zhaniin dengan memakai huruf Zha. Menurut suatu qiraat dibaca Dhaniin dengan memakai huruf Dhadh;

artinya seorang yang bakhil untuk menerangkannya, lalu karenanya ia mengurangi sesuatu daripada wahyu dan berita dari langit tersebut.

Alazhar

"Dan tidaklah dia, atas hal-hal yang ghaib, dapat dituduh." (ayat 24). Yang ghaib ialah khabar-khabar wahyu yang datang dari langit itu. Maka tidaklah Nabi Muhammad SAW

itu dapat dituduh bahwa dia menambah atau mengurangi apa yang diwahyukan, ataupun mengada-ngadakan yang bukan wahyu dikatakannya wahyu

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | At-Takwir | 81 : 24 |

penjelasan ada di ayat 15

Surat At-Takwir |81:25|

وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ

wa maa huwa biqouli syaithoonir rojiim

Dan (Al-Qur´an) itu bukanlah perkataan setan yang terkutuk,

And the Qur'an is not the word of a devil, expelled [from the heavens].

Tafsir
Jalalain

(Dan dia itu bukanlah) yakni, Alquran itu (perkataan setan) artinya hasil curiannya (yang terkutuk) yang dirajam.

Alazhar

"Dan bukanlah dia itu." (pangkal ayat 25). Dia di sini ialah Al-Qur'an sebagai wahyu yang didatangkan dari langit dengan perantaraan Jibril yang amat dipercaya itu;

bukanlah dia itu "Perkataan syaitan yang terkutuk." (ujung ayat 25). Atau yang kena rejam.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | At-Takwir | 81 : 25 |

penjelasan ada di ayat 15

Surat At-Takwir |81:26|

فَأَيْنَ تَذْهَبُونَ

fa aina taż-habuun

maka ke manakah kamu akan pergi?

So where are you going?

Tafsir
Jalalain

(Maka ke manakah kalian akan pergi) maksudnya jalan apakah yang kalian tempuh untuk ingkar kepada Alquran dan berpaling daripadanya

Alazhar

"Maka ke mana kamu hendak pergi lagi?" (ayat 26). Kalau sudah demikian jelas dan terangnya; yang membawa wahyu itu ialah malaikat yang diangkat Allah menjadi Rasul-Nya yang mulia,

lagi kuat kedudukannya di sisi singgasana Allah ('Arasy), lagi kokoh, dipatuhi oleh malaikat-malaikat yang banyak,

dipercayai oleh Allah sendiri, yang dibawanya ialah wahyu suci, sabda Tuhan. Dibawa kepada Muhammad,

orang yang sihat jiwanya dan bukan orang gila. Yang dibawa itu pun adalah Sabda Ilahi, bukan kata-kata syaitan,

dan Muhammad itu sendiri pun pernah bertemu muka dengan Jibril itu; jadi yang membawa,

yang dibawa dan orang yang menerima pembawaan adalah mendapat jaminan dari Allah belaka,

dengan alasan apakah lagi kamu hendak mengelakkan diri? Ke mana lagi kamu akan pergi? Ke jalan mana?

Ke jurusan mana? Kalau kamu pakai akal fikiranmu yang waras, sekali-kali tidaklah akan dapat kamu tolak kebenaran ini. Maka ditegaskan Allah sekali lagi tentang Al-Qur'an itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | At-Takwir | 81 : 26 |

penjelasan ada di ayat 15

Surat At-Takwir |81:27|

إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِلْعَالَمِينَ

in huwa illaa żikrul lil-'aalamiin

(Al-Qur´an) itu tidak lain adalah peringatan bagi seluruh alam,

It is not except a reminder to the worlds

Tafsir
Jalalain

(Tiada lain) tidak lain (Alquran itu hanyalah peringatan) atau pelajaran (bagi semesta alam) yakni, manusia dan jin.

Alazhar

"Dia itu tidak lain melainkan satu peringatan untuk seisi alam." (ayat 27). Dia adalah Rahmat untuk seisi alam,

Dia bukan terbatas untuk satu kaum, atau satu kelompok atau satu waktu saja. Dia adalah buat selama-lamanya. Selama alam dunia ini masih didiami oleh ummat manusia.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | At-Takwir | 81 : 27 |

penjelasan ada di ayat 15

Surat At-Takwir |81:28|

لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيمَ

liman syaaa`a mingkum ay yastaqiim

(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang menghendaki menempuh jalan yang lurus.

For whoever wills among you to take a right course.

Tafsir
Jalalain

(Yaitu bagi siapa di antara kalian yang mau) lafal ayat ini berkedudukan menjadi Badal dari lafal Al-'Aalamiina dengan mengulangi huruf Jarr-nya (menempuh jalan yang lurus) yaitu mengikuti perkara yang hak.

Alazhar

"(Yaitu) untuk siapa-siapa di antara kamu yang ingin berlaku lurus." (ayat 28). Yang ingin berlaku lurus, berjalan lurus,

yaitu barangsiapa di antara kamu yang ingin jujur terhadap dirinya sendiri. Karena kebenaran yang diterangkan dalam wahyu itu adalah sesuai dengan fithrahmu, bahkan itulah suara hatimu sendiri.

Kalau kamu ingkari kebenaran itu, adalah kamu mengkhianati dirimu sendiri. Yang demikian tidaklah jalan yang lurus dan yang demikian bukanlah sifat yang jujur.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | At-Takwir | 81 : 28 |

penjelasan ada di ayat 15

Surat At-Takwir |81:29|

وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

wa maa tasyaaa`uuna illaaa ay yasyaaa`allohu robbul-'aalamiin

Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan seluruh alam.

And you do not will except that Allah wills - Lord of the worlds.

Tafsir
Jalalain

(Dan kalian tidak dapat menghendaki) menempuh jalan yang hak itu (kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam) barulah kalian dapat menempuh jalan itu. Lafal Al-'Aalamiina artinya mencakup semua makhluk.

Alazhar

"Tetapi tidaklah kamu akan mau, kecuali jika dikehendaki oleh Allah, Tuhan yang menguasai seluruh alam." (ayat 29).

Sebab itu maka langkah pertama yang hendaknya kamu tempuh ialah menembus tabir-tabir hawa nafsu yang menghambat

di antara dirimu dengan Allah. Kalau tabir hawa nafsu itu telah lama membelenggu diri itu sudah dapat direnggutkan

sendiri dari diri, akan hilanglah batas hati dengan Allah. Dan bilamana batas hati itu telah hilang, Tuhan Allah sendirilah yang akan memimpin kita menuju kepada yang Dia ridhaii.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | At-Takwir | 81 : 29 |

penjelasan ada di ayat 15

Surat Al-Infitar |82:1|

إِذَا السَّمَاءُ انْفَطَرَتْ

iżas-samaaa`unfathorot

Apabila langit terbelah,

When the sky breaks apart

Tafsir
Jalalain

(Apabila langit terbelah) atau menjadi belah.

Alazhar

"Apabila langit telah terbelah." (ayat 1). Artinya peredaran cakrawala tidak lagi teratur dengan seksama sebagaimana biasa dan lantaran itu tentu: "Dan apabila bintang-bintang telah jatuh berserak." (ayat 2).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Infitar | 82 : 1 |

Tafsir ayat 1-12

Firman Allah Swt:


{إِذَا السَّمَاءُ انْفَطَرَتْ}


Apabila langit terbelah. (Al-Infithar: 1)Yakni retak besar dan terbelah, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


السَّماءُ مُنْفَطِرٌ بِهِ


Langit (pun) menjadi pecah belah pada hari itu karena Allah. (Al-Muzzammil: 18) Adapun firman Allah Swt:


{وَإِذَا الْكَوَاكِبُ انْتَثَرَتْ}


dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan. (Al-Infithar: 2) Maksudnya, jatuh berguguran.


{وَإِذَا الْبِحَارُ فُجِّرَتْ}


dan apabila lautan dijadikan meluap. (Al-Infithar: 3) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari lbnu Abbas, bahwa Allah meluapkan sebagian darinya dengan sebagian yang lain. Al-Hasan mengatakan bahwa Allah meluapkan

sebagian darinya dengan sebagian yang lain, lalu lenyaplah airnya. Qatadah mengatakan bahwa airnya yang tawar bercampur baur dengan airnya yang asin. Menurut Al-Kalabi, makna yang dimaksud ialah meluap.


{وَإِذَا الْقُبُورُ بُعْثِرَت}


dan apabila kuburan-kuburan dibongkar. (Al-Infithar: 4)Ibnu Abbas mengatakan terbongkar. As-Saddi mengatakan bahwa kuburan-kuburan berserakan, lalu bergerak dan mengeluarkan semua yang ada di dalam perutnya.


{عَلِمَتْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ وَأَخَّرَتْ}


maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya. (Al-Infithar: 5)Yakni apabila semua amal perbuatan yang terdahulu yang telah dilupakannya diketahuinya, terlebih lagi yang terakhir dilakukannya Firman Allah Swt.:


{يَاأَيُّهَا الإنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ}


Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. (Al-Infithar: 6) Ini mengandung ancaman, tidak sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian ulama

yang mengatakan bahwa kalimat ini adalah kata tanya yang memerlukan adanya jawaban, mengingat Allah menanyakan demikian hingga ada seseorang dari juru bicara mereka menjawab,

'"Bahwasanya dia terperdaya oleh kemurahan-Nya." Tidaklah demikian. melainkan makna yang dimaksud ialah "Apakah yang memperdayakanmu terhadap

Tuhanmu Yang Mahabesar sehingga kamu berani berbuat durhaka kepada-Nya, dan kamu balas karunia-Nya dengan perbuatan yang tidak layak terhadap-Nya." Hal yang semakna disebutkan dalam hadis yang mengatakan:


"يَقُولُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: ابْنَ آدَمَ، مَا غَرَّكَ بِي؟ ابْنَ آدَمَ، مَاذَا أجبتَ الْمُرْسَلِينَ؟


Allah Swt. berfirman di hari kiamat, "Hai anak Adam, apakah yang telah memperdayakanmu (berbuat durhaka) terhadap-Ku? Hai anak Adam, bagaimanakah jawabanmu terhadap para rasul?”

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Sufyan, bahwa Umar mendengar seseorang membaca firman Allah Swt.:

Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah? (Al-Infithar: 6) Umar memberi jawaban, "Kebodohan." Ibnu Abu Hatim mengatakan pula bahwa telah

menceritakan kepada kami Umar ibnu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Abu Khalaf, telah menceritakan kepada kami Yahya Al-Bakka, bahwa ia pernah mendengar Ibnu Umar membaca firman-Nya: Hai manusia, apakah yang telah

memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. (Al-Infithar: 6) Lalu ia berkata, "Demi Allah, dia teperdaya oleh kebodohannya sendiri." Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah diriwayatkan hai yang semisal

dari Ibnu Abbas, Ar-Rabi' ibnu Khaisam, dan Al-Hasan.Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: apakah yang telah memperdayakanmu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. (Al-Infithar: 6)

Yakni sesuatu, tiada yang memperdayakan manusia selain dari musuh bebuyutannya, yaitu setan.Al-Fudail ibnu Iyad mengatakan bahwa seandainya dikatakan kepadaku, "Apakah yang membuat kamu teperdaya (berbuat durhaka) terhadap-Ku.

" niscaya akan kujawab, "Tirai-tirai-Mu yang dijulurkan (menghijabi-Mu dariku)."Abu Bakar Al-Warraq mengatakan bahwa seandainya dikatakan kepadaku, "Apakah yang membuat kamu teperdaya (berbuat durhaka)

terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurahng terbayang dalam ilusi orang yang berpendapat demikian tiada faedahnya. Karena sesungguhnya pada hakikatnya dipakai kata Al-Karim,

tiada lain untuk mengingatkan bahwa tidaklah pantas membalas budi terhadap ? " Niscaya akan kujawab, "Aku telah teperdaya oleh kemurahan Tuhan Yang Maha Pemurah."Sebagian ulama ahli isyarah (tasawwuf) mengatakan bahwa

sesungguhnya disebutkan hanya dengan memakai lafaz: terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah? (Al-Infithar: 6) bukan dengan asma-asma-Nya yang lain atau sifat-sifat-Nya yang lain,

tiada lain seakan-akan Allah mengajarkan manusia bagaimana cara menjawabnya. Akan tetapi, apa ya Tuhan Yang Maha Pemurah dengan perbuatan-perbuatan buruk dan kedurhakaan.Al-Bagawi telah meriwayatkan dari Al-Kalabi dan Muqatil,

keduanya mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Al-Aswad ibnu Syuraiq yang memukul Nabi Saw, lalu tidak dihukum di saat itu.

Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah? (Al-Infithar: 6) Adapun firman Allah Swt. :


{الَّذِي خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ}


Yang telah menciptakan kamu, lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang. (Al-Infithar. 7)yakni apakah yang telah memperdayakan kamu berbuat durhaka terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah.

Yang telah menciptakan kamu, lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang. (Al-Infithar: 7), Yaitu yang telah menjadikanmu sempurna, tegak mempunyai tinggi yang seimbang dengan bentuk yang paling baik dan paling rapi.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ، حَدَّثَنَا حَريزُ، حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَيسرة، عَنْ جُبير ابن نُفَير، عَنْ بُسْر بْنِ جحَاش الْقُرَشِيِّ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَصَقَ يَوْمًا فِي كَفِّهِ، فَوَضَعَ عَلَيْهَا أُصْبُعَهُ، ثُمَّ قَالَ: "قَالَ اللَه عَزَّ وَجَلَّ: ابْنَ آدَمَ أنَّى تُعجِزني وَقَدْ خَلَقْتُكَ مِنْ مِثْلِ هَذِهِ؟ حتى إِذَا سَوّيتك وَعَدَلْتُكَ، مَشَيْتَ بَيْنَ بُرْدَيْنِ وَلِلْأَرْضِ مِنْكَ وَئِيدٌ، فجَمَعت ومَنعت، حَتَّى إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِي قلتَ: أتصدقُ، وأنَّى أوانُ الصَّدَقَةِ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Jarir, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Maisarah, dari Jubair ibnu Nasir dari Bisyr ibnu Jahhasy Al-Qurasyi,

bahwa di suatu hari Rasulullah Saw. meludah pada telapak tangannya sendiri, lalu meletakkan telunjuknya pada ludahnya itu seraya bersabda: Allah Swt. berfirman, "Hai anak Adam, mana bisa engkau selamat dari (azab)-Ku,

Aku telah menciptakanmu dari sesuatu seperti ini (hina seperti ludah ini). hingga manakala engkau telah Kusempurnakan bentukmu dan Aku jadikan engkau berdiri tegak, lalu engkau dapat berjalan dengan mengenakan sepasang kain burdahmu,

sedangkan di bumi engkau telah mempunyai tempat kuburan, kemudian kamu menghimpun harta benda dan enggan memberinya. Hingga manakala roh sampai di tenggorokanmu, baru kamu katakan, "Aku akan bersedekah, "

maka di manakah masa untuk bersedekah (saat itu)?"Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Yazid ibnu Harun, dari Jarir ibnu Usman dengan sanad yang sama.

Guru kami Al-Hafiz Abul Hajjaj Al-Mazi mengatakan bahwa hal yang sama telah diikuti oleh Yahya ibnu Hamzah, dari Saur ibnu Yazid, dari Abdur Rahman ibnu Maisarah Firman Allah Swt.:


{فِي أَيِّ صُورَةٍ مَا شَاءَ رَكَّبَكَ}


dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu. (Al-Infithar: 8)Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah mirip dengan ayah, atau ibu, atau paman dari pihak ibu ataukah paman dari pihak ayah, menurut apa yang dikehendaki-Nya.


قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ سِنَانٍ الْقَزَّازُ، حَدَّثَنَا مُطَهَّر بْنُ الْهَيْثَمِ، حَدَّثَنَا مُوسَى بنُ عُلَيِّ بْنِ رَبَاح، حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ جَدِّي: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ: "مَا وُلِدَ لَكَ؟ " قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا عَسَى أَنْ يُولَد لِي؟ إِمَّا غُلَامٌ وَإِمَّا جَارِيَةٌ. قَالَ: "فَمَنْ يُشْبِهُ؟ ". قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ عَسَى أَنْ يُشْبِهَ؟ إِمَّا أَبَاهُ وَإِمَّا أُمَّهُ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَهَا: "مَهْ. لَا تقولَنَّ هَكَذَا، إِنَّ النُّطْفَةَ إِذَا اسْتَقَرَّتْ فِي الرَّحِمِ أَحْضَرَهَا اللَّهُ كُلَّ نَسَبٍ بَيْنَهَا وَبَيْنَ آدَمَ؟ أَمَا قَرَأْتَ هَذِهِ الْآيَةَ فِي كِتَابِ اللَّهِ: {فِي أَيِّ صُورَةٍ مَا شَاءَ رَكَّبَكَ} "


Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Sinan Al-Fazzari, telah menceritakan kepada kami Mutahhar ibnul Haisam, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ali ibnu Rabah, telah menceritakan

kepadaku ayahku, dari kakekku, bahwa Nabi Saw. pernah bertanya kepadanya, "Apakah anakmu?" Ia menjawab, "Wahai Rasulullah, tiada lain bila aku punya anak kalau tidak laki-laki berarti perempuan." Rasulullah Saw. bertanya, "Mirip siapakah?"

Ia menjawab, "Wahai Rasulullah, siapa lagi yang akan serupa dengannya kalau tidak mirip ayahnya berarti mirip ibunya." Maka saat itu Nabi Saw. bersabda, "Diamlah, jangan sekali-kali kamu katakan seperti itu, sesungguhnya nutfah itu

apabila telah menetap di dalam rahim, maka Allah mendatangkan kepadanya semua nasab antara dia dan Adam." Nabi Saw. melanjutkan, "Tidakkah engkau membaca ayat berikut dalam Kitabullah, yaitu firman-Nya: 'dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki,

Dia menyusun tubuhmu. ' (Al-Infithar: 8).”Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dan Imam Thabrani melalui hadis Mutahhar ibnul Haisam dengan sanad yang sama. Hadis ini seandainya sahih,

Tentulah merupakan tafsir yang menjelaskan makna ayat ini; tetapi sanadnya kurang kuat, mengingat Mutahhar ibnul Haisam, menurut Abu Sa'id ibnu Yunus disebutkan orangnya tidak terpakai hadisnya. Ibnu Hibban mengatakan

bahwa Mutahhar telah meriwayatkan dari Musa ibnu Ali dan lain-lainnya hal-hal yang tidak mirip dengan hadis yang telah terbukti kesahihannya. Akan tetapi, di dalam kitab Sahihain telah disebutkan dari Abu Hurairah:


أَنَّ رَجُلا قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ امْرَأَتِي وَلَدت غُلامًا أسودَ؟. قَالَ: "هَلْ لَكَ مِنْ إِبِلٍ؟ ". قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: "فَمَا أَلْوَانُهَا؟ " قَالَ: حُمر. قَالَ: "فَهَلْ فِيهَا مَنْ أورَق؟ " قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: "فَأَنَّى أَتَاهَا ذَلِكَ؟ " قَالَ: عَسَى أَنْ يَكُونَ نَزْعَةَ عِرْق. قَالَ: "وَهَذَا عَسَى أَنْ يَكُونَ نَزْعَةَ عِرْقٍ"


Bahwa pernah seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya istriku telah melahirkan anak laki-laki yang berkulit hitam." Rasulullah Saw. balik bertanya, "Apakah engkau mempunyai ternak unta?"

Lelaki itu menjawab, "Ya."Nabi Saw. bertanya, "Apakah warna bulunya?" Lelaki itu menjawab, "Merah:" Rasulullah Saw. bertanya, "Apakah di antaranya ada yang berbulu kelabu?" Lelaki itu menjawab, "Benar, ada."

Rasulullah Saw. bertanya, "Lalu dari manakah ia?" Lelaki itu menjawab, "Barangkali dari keturunannya yang dahulu." Rasulullah Saw. bersabda, "Dan barangkali anakmu ini pun sama berasal dari kakek moyangnya yang dahulu.

"Ikrimah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu. (Al-Infithar: 8) Jika Dia menghendaki, bisa saja Dia menjadikannya dalam rupa seperti kera atau seperti babi.

Hal yang sama dikatakan oleh Abu Saleh sehubungan dengan makna firman-Nya: dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu. (Al-Infithar: 8) Jika Dia menghendaki, bisa saja Dia menjadikannya berupa

anjing atau berupa keledai, atau berupa babi.Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu. (Al-Infithar: 8) Demi Allah, Tuhan kita,

Dia mampu melakukannya. Makna yang dimaksud dari pendapat mereka dapat disimpulkan bahwa Allah Swt. berkuasa untuk menciptakan nutfah menjadi manusia yang buruk rupanya seperti hewan yang rupanya menjijikkan.

Tetapi berkat kekuasaan-Nya dan kasih sayang-Nya kepada makhluk-Nya, Dia menciptakan manusia dalam bentuk yang baik, tegak, sempurna, dan indah penampilan serta rupanya. Firman Allah Swt.:


{كَلا بَلْ تُكَذِّبُونَ بِالدِّينِ}


Bukan hanya durhaka saja, bahkan kamu mendustakan hari pembalasan. (Al-Infithar: 9)Yakni sesungguhnya yang mendorong kamu berani menantang Tuhan Yang Maha Pemurah dan membalas-Nya

dengan perbuatan-perbuatan durhaka tiada lain karena hati kalian mendustakan adanya hari berbangkit, hari pembalasan, dan hari hisab. Firman Allah Swt.:


{وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ كِرَامًا كَاتِبِينَ يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ}


Padahal sesungguhnya bagi kalian ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaan kalian), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaan itu), mereka mengetahui apa yang kalian kerjakan (Al-Infithar: 10-12)

Sesungguhnya pada kalian ada para malaikat pencatat amal perbuatan, mereka mulia-mulia. Maka janganlah kalian menghadapi mereka dengan amal-amal keburukan, karena sesungguhnya mereka mencatat semua amal perbuatan kalian.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ الطُّنَافِسِيّ، حَدَّثَنَا وَكيع، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ ومِسْعَر، عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ مَرْثَد، عَنْ مُجَاهِدٍ قَالَ:: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَكْرِمُوا الكرام الكاتبين الذين لا يفارقونكم إلا عند إِحْدَى حَالَتَيْنِ: الْجَنَابَةِ وَالْغَائِطِ. فَإِذَا اغْتَسَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَتِرْ بِحَرَمِ حَائِطٍ أَوْ بِبَعِيرِهِ، أَوْ لِيَسْتُرْهُ أَخُوهُ".


Ibnu Abu Hatim mengatakan. telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami

Sufyan dan Mis'ar, dari Alqamah ibnu Marsad, dari Mujahid yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Hormatilah malaikat-malaikat yang mulia pencatat amal perbuatan, mereka tidak pernah meninggalkan kalian kecuali

dalam salah satu dari dua keadaan, yaitu di saat jinabah dan buang air besar. Maka apabila seseorang dari kalian mandi, hendaklah ia memakai penutup dengan tembok penghalang atau dengan tubuh hewan untanya atau hendaklah saudaranya yang menutupinya.


وَقَدْ رَوَاهُ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ، فَوَصَلَهُ بِلَفْظٍ آخَرَ، فَقَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ كَرَامَةَ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى، عَنْ حَفْصِ بْنِ سُلَيْمَانَ، عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ مَرْثَدٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ يَنْهَاكُمْ عَنِ التعرِّي، فَاسْتَحْيُوا مِنْ مَلَائِكَةِ اللَّهِ الَّذِينَ مَعَكُمْ، الْكِرَامِ الْكَاتِبِينَ، الَّذِينَ لَا يُفَارقونكم إِلَّا عِنْدَ إِحْدَى ثَلَاثِ حَالَاتٍ: الْغَائِطِ، وَالْجَنَابَةِ، وَالْغُسْلِ. فَإِذَا اغْتَسَلَ أَحَدُكُمْ بِالْعَرَاءِ فَلْيَسْتَتِرْ بِثَوْبِهِ، أَوْ بِحَرَمِ حَائِطٍ، أَوْ بِبَعِيرِهِ"


Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar telah meriwayatkannya secara mausul dengan lafaz yang lain. Untuk itu ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Usman ibnu Karamah, telah menceritakan kepada kami

Ubaidillah ibnu Musa, dari Haft ibnu Sulaiman, dari Alqamah ibnu Marsad, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah melarang kalian telanjang bulat,

maka malulah kepada malaikat Allah yang selalu bersama kalian, yaitu malaikat-malaikat pencatat amal perbuatan yang mulia-mulia, mereka tidak pernah berpisah dari kalian kecuali di saat salah satu dari tiga keadaan,

yaitu di saat sedang buang air besar, jinabah, dan mandi. Maka apabila seseorang dari kalian mandi di tanah lapang, hendaklah ia memakai penutup dengan kainnya atan dengan tembok penghalang atan dengan badan unta kendaraannya.

Kemudian Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan bahwa Hafs ibnu Sulaiman lemah hadisnya, tetapi dia telah meriwayatkan darinya dan memuat hadisnya.


قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا زِيَادُ بْنُ أَيُّوبَ، حَدَّثَنَا مُبَشّر بْنُ إِسْمَاعِيلَ الْحَلَبِيُّ، حَدَّثَنَا تمام ابن نَجِيح، عَنِ الْحَسَنِ-يَعْنِي الْبَصْرِيَّ-عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا مِنْ حَافِظَيْنِ يَرْفَعَانِ إِلَى اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ، مَا حَفِظَا فِي يَوْمٍ، فَيَرَى فِي أَوَّلِ الصَّحِيفَةِ وَفِي آخِرِهَا اسْتِغْفَارٌ إِلَّا قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: قَدْ غَفَرْتُ لِعَبْدِي مَا بَيْنَ طَرَفَيِ الصَّحِيفَةِ".


Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ziyad ibnu Ayyub, telah menceritakan kepada kami Maisarah ibnu Ismail Al-Halabi,

telah menceritakan kepada kami Tamam ibnu Najih, dari Al-Hasan Al-Basri, dari Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada dua malaikat yang melaporkan kepada Allah Swt. apa yang telah dicatat oleh

keduanya dalam sehari, lalu Allah melihat pada permulaan lembaran catatan itu dan pada akhirnya istigfar (permohonan ampunan dari orang yang bersangkutan), melainkan Allah Swt. berfirman, "Aku telah mengampuni

hamba-Ku terhadap semua dosa yang ada di antara kedua sisi lembaran Catalan amalnya.”Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa Tamam ibnu Najih meriwayatkan hadis ini secara tunggal, tetapi hadisnya baik dan terpakai.

Menurut hemat penulis, dia dinilai siqah oleh Ibnu Mu'in; tetapi Imam Bukhari, Abu Zar'ah, Ibnu Abu Hatim, An-Nasai, dan Ibnu Adiy menilainya lemah. Bahkan Ibnu Hibban menuduhnya sebagai pemalsu hadis. Imam Ahmad mengatakan bahwa ia tidak mengenal hakikat pribadinya.


قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ سُلَيْمَانَ الْبَغْدَادِيُّ الْمَعْرُوفُ بالقُلُوسِي حَدَّثَنَا بَيَانُ بْنُ حِمْرَانَ حَدَّثَنَا سَلَامٌ، عَنْ مَنْصُورِ بْنِ زَاذَانَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ، عَنْ أَبِي هُرَيرة قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ لِلَّهِ مَلَائِكَةً يَعْرِفُونَ بَنِي آدَمَ-وَأَحْسَبُهُ قَالَ: وَيَعْرِفُونَ أَعْمَالَهُمْ-فَإِذَا نَظَرُوا إِلَى عَبْدٍ يَعْمَلُ بِطَاعَةِ اللَّهِ ذَكَرُوهُ بَيْنَهُمْ وسَمَّوه، وَقَالُوا: أَفْلَحَ اللَّيْلَةَ فُلَانٌ، نَجَا اللَّيْلَةَ فُلَانٌ. وَإِذَا نَظَرُوا إِلَى عَبْدٍ يَعْمَلُ بِمَعْصِيَةِ اللَّهِ وَذَكَرُوهُ بَيْنَهُمْ وَسَمَّوْهُ، وقالوا:هلك الليلة فلان".


Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Sulaiman Al-Bagdadi yang dikenal dengan sebutan Al-Falusi, telah menceritakan kepada kami Bayan ibnu Hamran, telah menceritakan kepada kami Salam,

dari Mansur ibnu Zazan, dari Muhammad ibnu Sirin, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya ada malaikat-malaikat Allah yang mengenal Bani Adam —menurut dugaanku

disebutkan pula, dan mengenal amal perbuatan mereka— Apabila mereka melihat kepada seseorang hamba yang mengerjakan amal ketaatan kepada Allah, maka mereka menceritakannya di antara sesama mereka,

lalu mereka memberinya nama, dan mengatakan, "Malam ini si Fulan telah beruntung, malam ini si Fulan telah selamat.” Dan apabila mereka melihat kepada seseorang hamba yang mengerjakan perbuatan maksiat kepada Allah,

maka mereka membicarakannya pula di antara sesama mereka dan memberinya nama dan mereka berkata, "Malam ini si Fulan telah binasa.”Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa Salam yang ada dalam sanad hadis ini menurut dugaanku adalah Salam Al-Mada'ini, dia lemah hadisnya.

Surat Al-Infitar |82:2|

وَإِذَا الْكَوَاكِبُ انْتَثَرَتْ

wa iżal-kawaakibuntaṡarot

dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan,

And when the stars fall, scattering,

Tafsir
Jalalain

(Dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan) artinya menukik dan berjatuhan.

Alazhar

"Dan apabila bintang-bintang telah jatuh berserak." (ayat 2). Tidak lagi terikat oleh daya tarik antara satu dengan yang lain, yang menyebabkan terdapat keseimbangan perjalanan alam ini.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Infitar | 82 : 2 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Infitar |82:3|

وَإِذَا الْبِحَارُ فُجِّرَتْ

wa iżal-biḥaaru fujjirot

dan apabila lautan dijadikan meluap,

And when the seas are erupted

Tafsir
Jalalain

(Dan apabila laut-laut dijadikan meluap) maksudnya sebagian bertemu dengan sebagian lainnya sehingga seakan-akan menjadi satu lautan, maka bercampurlah air yang tawar dengan air yang asin.

Alazhar

"Dan apabila lautan telah meluap-luap." (ayat 3), menggelegak, mendidih karena goncangan yang ada pada seluruh permukaan jagat ini.

Sebab yang satu bertali teguh dengan yang lain, yang menyebabkan rusak satu, hancur semuanya. "Dan apabila kubur-kubur telah dibongkar." (ayat 4),

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Infitar | 82 : 3 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Infitar |82:4|

وَإِذَا الْقُبُورُ بُعْثِرَتْ

wa iżal-qubuuru bu'ṡirot

dan apabila kuburan-kuburan dibongkar,

And when the [contents of] graves are scattered,

Tafsir
Jalalain

(Dan apabila kuburan-kuburan dibongkar) maksudnya tanahnya dibalik lalu orang-orang mati yang ada di dalamnya dibangunkan hidup kembali.

Sebagai Jawab dari lafal Idzaa berikut lafal-lafal lain yang di'athafkan kepadanya ialah:

Alazhar

"Dan apabila kubur-kubur telah dibongkar." (ayat 4), karena manusia yang berkubur dihidupkan kembali menghadapi hari mahsyar,

(hari berkumpul). Di saat yang demikian: "Mengetahuilah jiwa apa yang telah pernah dikerjakannya dahulu dan dia kerjakan kemudian." (ayat 5).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Infitar | 82 : 4 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Infitar |82:5|

عَلِمَتْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ وَأَخَّرَتْ

'alimat nafsum maa qoddamat wa akhkhorot

(maka) setiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikan(nya).

A soul will [then] know what it has put forth and kept back.

Tafsir
Jalalain

(Maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui) waktu terjadinya hal-hal tersebut, yaitu hari kiamat (apa yang telah dikerjakannya) yaitu amal perbuatan yang telah dikerjakannya (dan) apa (yang dilalaikannya) yang tidak dikerjakannya.

Alazhar

"Mengetahuilah jiwa apa yang telah pernah dikerjakannya dahulu dan dia kerjakan kemudian." (ayat 5). Artinya mengertilah suatu diri, baik dari engkau ataupun diriku,

pekerjaan dan perbuatan yang di masa hidup pernah dikerjakan; baik yang segera dikerjakan dan diamalkan, atau yang dilengah dilalaikan lalu terlambat mengerjakannya,

sehingga yang penting menjadi dianggap kurang penting, dan umur pun habis. pada ayat ke lima telah diterangkan bahwa diri manusia sendiri di saat kiamat itu akan tahu dan menilai sendiri

pekerjaan yang pernah dikerjakannya tatkala masih hidup di dunia; ada pekrjaan yang segera dikerjakan, didahulukannya dari yang lain semata-mata karena kepentingan diri;

ada pula yang dilalaikan, diakhirkan daripada semestinya, sehingga sampai akhirnya dia mati. Sekarang datanglah pertanyaan Allah pada ayat yang keenam.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Infitar | 82 : 5 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Infitar |82:6|

يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ

yaaa ayyuhal-insaanu maa ghorroka birobbikal-kariim

Wahai manusia! Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pengasih.

O mankind, what has deceived you concerning your Lord, the Generous,

Tafsir
Jalalain

(Hai manusia) yakni orang kafir (apakah yang telah memperdayakan kamu terhadap Rabbmu Yang Maha Mulia) sehingga kamu berbuat durhaka kepada-Nya

Alazhar

"Wahai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu, terhadap Tuhan kamu yang Maha Pemurah?" (ayat 6).

Begitu Allah mencurahkan kurnia-Nya, belas-kasihan-Nya, kepada kamu, namun kamu lalai jua. Yang patut segera kamu kerjakan,

tidak jua kamu kerjakan. Apakah gerangan yang menyebabkan kamu lalai dan lengah dari panggilan Allah? Siapa yang memperdayakan kamu, hingga kamu lupa?

Tentu saja yang pertama sekali memperdayakan kamu dari menghadap Allah ialah, musuh besarmu yang bernama Syaitan Iblis itu.

Dialah yang menyebabkan kamu akan menyesal untuk selama-lamanya. Tidak ada yang lain yang menghambat langkah maju,

menuju Allah melainkan Iblis! Sehingga kamu lengah dari kemuliaan-Nya: "Yang telah menciptakan kamu." (pangkal ayat 7)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Infitar | 82 : 6 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Infitar |82:7|

الَّذِي خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ

allażii kholaqoka fa sawwaaka fa 'adalak

Yang telah menciptakanmu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang,

Who created you, proportioned you, and balanced you?

Tafsir
Jalalain

(Yang telah menciptakan kamu) padahal sebelumnya kamu tidak ada (lalu menyempurnakan kejadianmu) yakni Dia menjadikan kamu dalam bentuk yang sempurna,

lengkap dengan anggota-anggota tubuhmu (dan menjadikan kamu seimbang) artinya Dia menjadikan bentukmu seimbang, semua anggota tubuhmu disesuaikan-Nya;

tiada tangan atau kaki yang lebih panjang atau lebih pendek dari yang lainnya; dapat dibaca Fa'adalak dan Fa'addalak.

Alazhar

"Yang telah menciptakan kamu." (pangkal ayat 7). Dia ciptakan daripada air mani yang keluar dari shulbi seorang laki-laki dengan air yang keluar daripada taraaib seorang perempuan,

dikandung di dalam rahim ibu menurut ukuran hari-hari dan bulan-bulan tertentu: "Lalu menyempurnakan kejadian kamu." Sejak dari segumpal air yang dinamai nuthfah, beransur menjadi segumpal darah

yang dinamai 'alaqah, lanjut menjadi segumpal daging yang dinamai mudhghah. "Lalu menjadikan kamu seimbang." (ujung ayat 7). Bentuk tubuh manusia benar-benar djadikan Allah seimbang,

sehingga dengan mengukur jejak kaki saja pun orang dapat menaksir berapa luas muka, berapa panjang tangan, berapa besar kepala dan berapa pula panjang tungkai kaki.

Karena besar badan, tingginya, bidang dadanya, luas bahunya dan seluruh badan manusia adalah seimbang. Seumpama ukuran sehesta tangannya,

sama persis dengan panjang kaki dari lutut sampai ke tumit. Itu jugalah yang dimaksudkan dengan menyatakan bahwa Allah menjadikan manusia dalam seindah-indah bentuk. (Surat 95, At-Tin : 4)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Infitar | 82 : 7 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Infitar |82:8|

فِي أَيِّ صُورَةٍ مَا شَاءَ رَكَّبَكَ

fiii ayyi shuurotim maa syaaa`a rokkabak

dalam bentuk apa saja yang dikehendaki, Dia menyusun tubuhmu.

In whatever form He willed has He assembled you.

Tafsir
Jalalain

(Dalam bentuk apa saja) huruf Ma di sini adalah huruf Shilah atau kata penghubung (yang Dia kehendaki. Dia menyusun tubuhmu.)

Alazhar

"Pada bentuk apapun yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu." (ayat 8). Allah membuat bentuk tubuh manusia itu sesuka-Nya sendiri; ada yang tinggi, ada yang rendah,

ada yang gemuk dan ada yang kurus. Warna kulit pun tidak sama. Sehingga 10 orang bersaudara, satu ayah satu ibu, berbeda wajahnya,

berbeda suaranya dan berbeda pula masing-masing sidik jarinya; tidak ada yang sama dan tidak pula sedikit pun masuk kekuasaan manusia buat menentukan bakat atau bawaan dari masing-masing manusia.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Infitar | 82 : 8 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Infitar |82:9|

كَلَّا بَلْ تُكَذِّبُونَ بِالدِّينِ

kallaa bal tukażżibuuna bid-diin

Sekali-kali jangan begitu! Bahkan kamu mendustakan hari Pembalasan.

No! But you deny the Recompense.

Tafsir
Jalalain

(Bukan hanya durhaka saja) kalimat ini mengandung makna cegahan atau larangan bersikap lupa daratan terhadap kemurahan Allah swt.

(bahkan kalian mendustakan) hai orang-orang kafir Mekah (hari pembalasan) yakni pembalasan amal perbuatan.

Alazhar

"Bukan itu saja!" (pangkal ayat 9). Bukan saja manusia itu telah lalai dalam ingat kepada Allah, entah apa yang telah memperdayakannya:

"Bahkan kamu dustakan pula Hari Pembalasan." (ujung ayat 9). Di ayat 6 Tuhan menanyakan, hai manusia, apa yang memperdayakan kamu sehingga kamu terlalai dan terpesona ke jalan lain

lalu lupa kepada Allah. Sekarang pada ayat 9 dijelaskan lagi, bukan saja kamu lupa kepada Allah, bahkan kamu dustakan pula Hari Pembalasan. Yaitu yang disebut Yaumad Din.

Yaumad Din berarti pada pokoknya Hari agama. Ad-Din mengandung dua arti. Arti pertama iala Agama. Arti kedua ialah Hari akan dibalas segala amal manusia.

Dan kedua arti ini dapat digabungkan jadi satu. Sebab kita memeluk satu Din dan mengerjakan perintah dan menghentikan yang dilarang dalam dunia ini ialah karena satu tujuan saja,

yaitu agar mendapat pembalasan yang baik dari Allah di hari akhirat kelak. Amalan agama yang baik akan diganjari dengan baik di hari akhirat

dan amalan yang jahat akan diganjari dengan neraka. Oleh sebab itu tidaklah salah jika dikatakan bahwa Hari Akhirat itu memang Hari Agama. Hari Agama inilah yang mereka dustakan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Infitar | 82 : 9 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Infitar |82:10|

وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ

wa inna 'alaikum laḥaafizhiin

Dan sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu),

And indeed, [appointed] over you are keepers,

Tafsir
Jalalain

(Padahal sesungguhnya bagi kalian ada yang mengawasi) yaitu malaikat-malaikat yang mengawasi semua amal perbuatan kalian.

Alazhar

"(Padahal) sesungguhnya terhadap kepada kamu ada yang memelihara." (ayat 10). Artinya, bahwasanya setiap saat kita hidup di dunia ini senantiasa ada mereka-mereka yang memelihara kita

atau menjaga kita dan mengawasi kita, yang telah ditentukan Allah pekerjaannya menjaga itu:Mereka itu ialah: "Yang mulia-mulia, para pencatat amal ." (ayat 11)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Infitar | 82 : 10 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Infitar |82:11|

كِرَامًا كَاتِبِينَ

kiroomang kaatibiin

yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (perbuatanmu),

Noble and recording;

Tafsir
Jalalain

(Yang mulia) artinya mereka dimuliakan di sisi Allah (dan yang mencatat) maksudnya menjadi juru tulis amal perbuatan kalian.

Alazhar

Mereka itu ialah: "Yang mulia-mulia, para pencatat amal." (ayat 11).Mereka itu ialah malaikat-malaikat yang mulia. Lantaran itu bukanlah mereka sembarang makhluk,

malahan makhluk pilihan yang terdekat kepada Tuhan. Mereka itu telah ditugaskan Allah menjaga, memelihara dan mengawasi tingkah laku manusia di dalam kehidupan.

Jelaslah dalam urutan ayat ini bahwa malaikat-malaikat yang mulia-mulia itu bukan satu saja, melainkan banyak.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Infitar | 82 : 11 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Infitar |82:12|

يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ

ya'lamuuna maa taf'aluun

mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.

They know whatever you do.

Tafsir
Jalalain

(Mereka mengetahui semua apa yang kalian kerjakan) tanpa kecuali.

Alazhar

"Mereka itu tahu apa jua pun yang kamu kerjakan." (ayat 12). Sehingga tidaklah kita ini pernah terlepas dari pengawasan dan penjagaan.

Maka janganlah kita menyangka ketika kita sedang berada seorang diri bahwa kita memang sepi seorang! Di kiri kanan kita ada makhluk yang selalu mengawasi kita.

Dia menjaga moga-moga jangan sampai kita terjatuh. Sedang di samping malaikat-malaikat yang memelihara itu ada pula makhluk yang selalu ingin agar kita jatuh masuk jurang kehinaan.

Itulah musuh kita Syaitan dan Iblis terkutuk. Malaikat adalah makhluk kepercayaan Allah yang sangat dekat kepada kita, lebih dekat dari urat leher kita sendiri,

di samping itu ada pula penjagaan malaikat yang banyak atas diri kita, malaikat yang mulia-mulia, sekali-kali tidaklah orang yang beriman akan merasa sepi dalam kehidupan ini

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Infitar | 82 : 12 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Infitar |82:13|

إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ

innal-abrooro lafii na'iim

Sesungguhnya orang-orang yang berbakti benar-benar berada dalam (surga yang penuh) kenikmatan,

Indeed, the righteous will be in pleasure,

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti) yakni orang-orang mukmin yang benar-benar mantap dalam keimanannya, (benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan.)

Alazhar

"Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti." (pangkal ayat 13). "Al-Abrar" kita artikan orang-orang yang banyak berbakti,

berbuat jasa, meninggalkan kenang-kenangan yang baik di dalam hidupnya, terutama kepada sesama hamba Allah: "Benar-benarlah di dalam syurga yang penuh nikmat." (ujung ayat 13).

Menurut sebuah riwayat yang dibawakan oleh ibnu Asakir dengan sanadnya dari abdullah bin umar bahwa yang dimaksud dengan al-Abrar ialah orang yang berkhidmat

kepada semua manusia, terutama kepada kedua orang tua ibu-bapak.demikian juga yang memberikan pendidikan terbaik kepada anak dan keturunan

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Infitar | 82 : 13 |

Tafsir ayat 13-19

Allah Swt. berfirman, menceritakan apa yang dialami oleh orang-orang yang berbakti, yaitu mendapat kenikmatan yang berlimpah. Demikian itu karena mereka taat kepada Allah dan tidak berbuat kedurhakaan terhadap-Nya.

Ibnu Asakir telah meriwayatkan di dalam biografi Musa ibnu Muhammad, dari Hisyam ibnu Ammar, dari Isa ibnu Yunus ibnu Abu Ishaq, dari Ubaidillah ibnu Muharib, dari Ibnu Umar, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:


"إِنَّمَا سَمَّاهُمُ اللَّهُ الْأَبْرَارَ لِأَنَّهُمْ بَروا الْآبَاءَ وَالْأَبْنَاءَ"


Sesungguhnya Allah menamai mereka dengan sebutan abrar, karena mereka berbuat baik kepada orang-orang tuanya dan juga kepada anak-anaknya. Kemudian Allah menyebutkan apa yang dialami oleh orang-orang yang durhaka,

yaitu dimasukkan ke dalam neraka Jahim dan mendapat azab yang kekal. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:


{يَصْلَوْنَهَا يَوْمَ الدِّينِ}


Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan. (Al-Infithar: 15) Yakni di hari perhitungan amal perbuatan dan pembalasan, yaitu pada hari kiamat.


{وَمَا هُمْ عَنْهَا بِغَائِبِينَ}


Dan mereka sekali-kali tidak dapat keluar dari neraka itu. (Al-Infithar: 16) Artinya, mereka tidak pernah absen dari azabnya barang sesaat pun, dan tidak pernah pula diringankan azab itu

dari mereka;permintaan mereka yang menginginkan kematian atau istirahat dari azab tidak diperkenankan, walaupun hanya barang sehari. Firman Allah Swt.:


{وَمَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ}


Tahukah kamu apakah hari pembalasan itu? (Al-Infithar: 17) Ini menggambarkan tentang betapa hebatnya hari kiamat itu, kemudian dikuatkan lagi dengan firman berikutnya yang senada:


{ثُمَّ مَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ}


Sekali lagi, tahukah kamu apakah hari pembalasan itu? (Al-Infithar: 18) Selanjutnya ditafsirkan atau di jelaskan oleh firman berikutnya:


{يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِنَفْسٍ شَيْئًا وَالأمْرُ يَوْمَئِذٍ لِلَّهِ}


(Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikit pun untuk menolong orang lain. (Al-Infithar: 19) Tiada seorang pun yang dapat memberikan pertolongan kepada orang lain dan tidak pula menyelamatkannya dari azab yang dialaminya terkecuali

dengan seizin Allah dan bagi siapa yang dikehendaki dan diridai-Nya untuk mendapat pertolongan (syafaat).Dalam tafsir ayat ini sebaiknya kami kemukakan sebuah hadis Nabi Saw. yang menyebutkan:


"يَا بَنِي هَاشِمٍ، أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ، لَا أَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا"


Hai Bani Hasyim, selamatkanlah diri kalian dari api neraka, aku tidak memiliki kekuasaan dari Allah terhadap kalian barang sedikit pun. Hal ini telah disebutkan di dalam akhir tafsir surat Asy-Syu'ara. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:


{وَالأمْرُ يَوْمَئِذٍ لِلَّهِ}


Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah. (Al-Infithar: 19) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلَّهِ الْواحِدِ الْقَهَّارِ


(Lalu Allah berfirman), "Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?" Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (Al-Mu’min: 16)


الْمُلْكُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ لِلرَّحْمنِ


Kerajaan yang hak pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah. (Al-Furqan: 26) Dan firman Allah Swt.:


مالِكِ يَوْمِ الدِّينِ


Yang menguasai hari pembalasan. (Al-Fatihah: 4) Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: (Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikit pun untuk menolong orang lain.

Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah. (Al-Infithar: 19) Demi Allah, segala urusan di hari sekarang pun berada di tangan kekuasaan Allah, tetapi di hari itu tiada seorang pun yang menyaingi-Nya.

Surat Al-Infitar |82:14|

وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِي جَحِيمٍ

wa innal-fujjaaro lafii jaḥiim

dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.

And indeed, the wicked will be in Hellfire.

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka) yakni orang-orang kafir (benar-benar berada dalam neraka) yang apinya sangat membakar.

Alazhar

"Dan sesungguhnya orang-orang yang berbuat durhaka." (pangkal ayat 14). Yakni orang yang sengaja melanggar segala apa yang ditentukan oleh Allah,

tidak perduli akan nilai-nilai kebenaran: "Benar-benarlah dia dalam neraka jahim." (ujung ayat 14). Jahim adalah salah satu nama dari neraka,

di samping sa’iir, jahannam, saqar, lazhaa, huthamah. "Mereka akan bergelimang di dalamnya pada Hari Pembalasan itu." (ayat 15)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Infitar | 82 : 14 |

penjelasan ada di ayat 13

Surat Al-Infitar |82:15|

يَصْلَوْنَهَا يَوْمَ الدِّينِ

yashlaunahaa yaumad-diin

Mereka masuk ke dalamnya pada hari Pembalasan.

They will [enter to] burn therein on the Day of Recompense,

Tafsir
Jalalain

(Mereka masuk ke dalamnya) atau menjadi penghuninya, ia merasakan panas api yang membakar itu (pada hari pembalasan) yaitu di saat mereka menerima pembalasan.

Alazhar

"Mereka akan bergelimang di dalamnya pada Hari Pembalasan itu." (ayat 15). Yaitu Yaumud Din itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Infitar | 82 : 15 |

penjelasan ada di ayat 13

Surat Al-Infitar |82:16|

وَمَا هُمْ عَنْهَا بِغَائِبِينَ

wa maa hum 'an-haa bighooo`ibiin

Dan mereka tidak mungkin keluar dari neraka itu.

And never therefrom will they be absent.

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka sekali-kali tidak dapat keluar dari neraka itu) artinya tidak bisa melepaskan diri darinya.

Alazhar

"Dan tidaklah mereka akan terhindar jauh daripadanya." (ayat 16). Artinya, apabila mereka telah dimasukkan ke dalamnya,

tidaklah mereka kuasa atau sanggup keluar lagi, sehingga apabila dipanggil mereka dalam neraka itu, mereka akan senantiasa menjawab ada.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Infitar | 82 : 16 |

penjelasan ada di ayat 13

Surat Al-Infitar |82:17|

وَمَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ

wa maaa adrooka maa yaumud-diin

Dan tahukah kamu apakah hari Pembalasan itu?

And what can make you know what is the Day of Recompense?

Tafsir
Jalalain

(Tahukah kamu) lafal Adraaka maknanya sama dengan lafal A'lamaka, yakni tahukah kamu (apakah hari pembalasan itu)

Alazhar

"Dan tahukah engkau, apakah Hari Pembalasan itu?" (ayat 17). Dan pertanyaan pertama ini diikuti lagi oleh pertanyaan kedua: "Kemudian itu, tahukah engkau, apakah Hari Pembalasan itu?" (ayat 18).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Infitar | 82 : 17 |

penjelasan ada di ayat 13

Surat Al-Infitar |82:18|

ثُمَّ مَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ

ṡumma maaa adrooka maa yaumud-diin

Sekali lagi, tahukah kamu apakah hari Pembalasan itu?

Then, what can make you know what is the Day of Recompense?

Tafsir
Jalalain

(Sekali lagi, tahukah kamu apakah hari pembalasan itu) ayat ini mengungkapkan tentang kedudukan hari pembalasan yang agung itu.

Alazhar

"Kemudian itu, tahukah engkau, apakah Hari Pembalasan itu?" (ayat 18).Diulang-ulangkan pertanyaan yang serupa sampai dua kali,

untuk menarik perhatian betapa hebatnya hari itu: "Pada hari yang tidaklah berkuasa satu diri terhadap diri yang lain sedikit pun." (pangkal ayat 19).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Infitar | 82 : 18 |

penjelasan ada di ayat 13

Surat Al-Infitar |82:19|

يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِنَفْسٍ شَيْئًا ۖ وَالْأَمْرُ يَوْمَئِذٍ لِلَّهِ

yauma laa tamliku nafsul linafsin syai`aa, wal-amru yauma`iżil lillaah

(Yaitu) pada hari (ketika) seseorang sama sekali tidak berdaya (menolong) orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah.

It is the Day when a soul will not possess for another soul [power to do] a thing; and the command, that Day, is [entirely] with Allah.

Tafsir
Jalalain

(Yaitu pada hari) yakni hari itu adalah hari (seseorang tidak berdaya sedikit pun untuk menolong orang lain) atau seseorang tidak dapat memberikan manfaat kepada orang lain.

(Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah) artinya tiada suatu urusan pun pada hari itu selain-Nya.

Dengan kata lain, pada hari itu tiada seorang pun yang dapat menjadi perantara atau penengah, berbeda halnya dengan di dunia.

Alazhar

"Pada hari yang tidaklah berkuasa satu diri terhadap diri yang lain sedikit pun." (pangkal ayat 19). Maka bapak tidaklah dapat menolong anaknya, anak tak dapat menolong ayah,

isteri terhadap suami, suami terhadap isteri. Guru terhadap murid, raja terhadap rakyat dan seterusnya; semuanya tidaklah ada kekuasaan akan menolong, akan membela atau mengadakan pertahanan.

Masing-masing orang sibuk membela dirinya sendiri. Maka salahlah persangkaan orang yang merasa bahwa seorang guru thariqat,

atau guru suluk misalnya, dapat menolong muridnya pada hari itu, atau seorang kiyai dalam menolong santrinya. Semua orang akan terlepas

daripada kengerian hari itu hanyalah karena amal dan jasanya sendiri: "Dan segala urusan, pada hari itu adalah dalam kekuasaan Allah semata-mata." (ujung ayat 19).

Artinya, mahkamah ilahi-lah yang berdiri dan berlakulah pertimbangan hukum Allah yang mahaadil. Tidak akan ada penganiyaan hukum,

sebab Allah yang mahakuasa tidalah berkepentingan untuk diri-Nya sendiri untuk melakukan kezaliman. Dan semua makhluk adalah sama di sisi Allah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Infitar | 82 : 19 |

penjelasan ada di ayat 13

Surat Al-Tatfif |83:1|

وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ

wailul lil-muthoffifiin

Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)!

Woe to those who give less [than due],

Tafsir
Jalalain

(Kecelakaan besarlah) lafal Wailun merupakan kalimat yang mengandung makna azab; atau merupakan nama sebuah lembah di dalam neraka Jahanam (bagi orang-orang yang curang.)

Alazhar

"PENIMBANG YANG CURANG" Asal mendapat keuntungan agak banyak orang tidak segan berlaku curang Baik dalam menyukai

dan menggantang ataupun di dalam menimbang sesuatu barang yang tengah diperniagakan.

Mereka mempunyai dua macam sukat dan gantang ataupun anak timbangan; sukat dan timbangan pembeli lain dengan timbangan penjual.

Itulah orang-orang yang celaka: "Celakalah atas orang-orang yang curang itu." (ayat 1)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Tatfif | 83 : 1 |

Tafsir ayat 1-6

Imam Nasai dan Imam Ibnu Majah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Aqil, Ibnu Majah menambahkan dari Abdur Rahman ibnu Bisyr, keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami

Ali ibnul Husain ibnu Waqid, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Yazid ibnu Abu Sa'id An-Nahwi maula Quraisy, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika Nabi Saw. tiba di Madinah, orang-orang

Madinah terkenal dengan kecurangannya dalam hal takaran. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (Al-Muthaffifin: 1) Setelah itu mereka menjadi orang-orang,

yang baik dalam menggunakan takaran. Ibnu Abu Hatim mengatakan, tclah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Nadr ibnu Hammad, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ubaid, dari Al-A'masy. dari Amr ibnu Murrah,

dari Abdullah ibnu Haris, dari Hilal ibnu Talq yang mengatakan bahwa ketika aku sedang berjalan bersama Ibnu Umar. maka aku bertanya, "'Siapakah manusia yang paling baik dan paling memenuhi dalam memakai takaran,

penduduk Mekah ataukah penduduk Madinah?*' Ibnu Umar menjawab.”Sudah seharusnya bagi mereka berbuat demikian. tidakkah engkau telah mendengar firman-Nya: "Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang" (Al-Muthaffifin: 1).'

"Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abus Sa’ib, telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudail. dari Dirar, dari Abdullah Al-Maktab, dari seorang lelaki, dari Abdullah yang mengatakan bahwa pernah

seorang lelaki berkata kepadanya, "Wahai Abu Abdur Rahman, sesungguhnya penduduk Madinah benar-benar memenuhi takaran mereka." Abdullah menjawab, "Lalu apakah yang mencegah mereka untuk tidak

memenuhi takaran, sedangkan Allah Swt. telah berfirman: "Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang" (Al-Muthaffifin: 1).'sampai dengan firman-Nya: '(yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam' (Al-Muthaffifin: 6)

Untuk itulah maka dalam firman berikutnya dijelaskan siapa saja mereka yang diancam akan mendapat kerugian dan kecelakaan yang besar, yaitu:


{الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ}


(yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi. (Al-Muthaffifin: 2) Yakni bila mereka menerima takaran dari orang lain, maka mereka meminta supaya dipenuhi dan diberi tambahan.


{وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ}


dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. (Al-Muthaffifin: 3)Yaitu merugikan orang lain dengan menguranginya.Hal yang terbaik dalam meng-i'rab ayat ini hendaknya lafaz kalu dan wazanu

dianggap sebagai fi'il (kata kerja) yang muta'addi. Dengan demikian, berarti damir hum berkedudukan dalam mahal nasab sebagai maf’ul-nya. Tetapi sebagian ulama Nahwu menjadikan damir tersebut sebagaitaukid dari damir yang tidak disebutkan

dalam lafaz kalu dan wazanu , sedangkan maf'ul-nya dibuang karena sudah dapat dimaklumi dari konteksnya. Keduanya mempunyai makna yang berdekatan.Allah Swt. telah memerintahkan kepada manusia untuk memenuhi takaran dan timbangan dengan jujur. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


وَأَوْفُوا الْكَيْلَ إِذا كِلْتُمْ وَزِنُوا بِالْقِسْطاسِ الْمُسْتَقِيمِ ذلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا


Dan sempurnakanlah takaran apabila kalian menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itilah yang lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya. (Al-Isra: 35)


وَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزانَ بِالْقِسْطِ لَا نُكَلِّفُ نَفْساً إِلَّا وُسْعَها


Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekadar kesanggupannya. (Al-An'am: 152)Dan firman Allah Swt.:


وَأَقِيمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَلا تُخْسِرُوا الْمِيزانَ


Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kalian mengurangi neraca itu. (Ar-Rahman: 9)Dan Allah Swt. telah membinasakan kaum Syu'aib dan menghancurkannya disebabkan mereka curang terhadap orang lain dalam melakukan takaran dan timbangan.Kemudian Allah Swt. berfirman:


{أَلا يَظُنُّ أُولَئِكَ أَنَّهُمْ مَبْعُوثُونَ لِيَوْمٍ عَظِيمٍ}


Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar. (Al-Muthaffifin: 4-5) Mereka sama sekali tidak takut kepada hari berbangkit

yang di hari itu mereka akandiberdirikan di hadapan Tuhan Yang Mengetahui semua isi dan rahasia, untuk dimintai pertanggungjawabannya, yaitu di hari yang menakutkan karena banyak

peristiwa yang dahsyat terjadi di hari itu lagi sangat mengerikan. Barang siapa yang merugi di hari itu, maka dimasukkanlah ia ke dalam neraka yang panas. Firman Allah Swt.:


{يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ}


(yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam? (Al-Muthaffifin: 6) Yakni mereka berdiri dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, lagi tidak berkhitan di tempat pemberhentian yang amat sulit,

sesak, lagi menyengsarakan bagi orang yang durhaka, karena mereka diselimuti oleh murka Allah yang tiada suatu kekuatan pun atau panca indra pun yang mampu bertahan terhadapnya.


قَالَ الْإِمَامُ مَالِكٌ: عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " {يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ} حَتَّى يَغِيبَ أَحَدُهُمْ فِي رَشْحِهِ إِلَى أَنْصَافِ أُذُنَيْهِ".


Imam Malik telah meriwayatkan dari Nafi', dari Ibnu Umar r.a., bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: di hari (ketika) manusia berdiri di hadapan Tuhan semesta alam, sehingga seseorang dari mereka tenggelam ke dalam keringatnya

sampai sebatas pertengahan hidungnya. Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini melalui Malik dan Abdullah ibnu Aun, keduanya dari Nafi' dengan sanad yang sama. Imam Muslim telah meriwayatkannya melalui dua jalur pula.

Demikian pula hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ayyub ibnu Yahya, Saleh ibnu Kaisan, dan Abdullah serta Ubaidillah (keduanya putra Umar), dan Muhammad ibnu Ishaq, dari Nafi', dari Ibnu Umar dengan sanad yang sama. Lafaz Imam Ahmad menyebutkan bahwa:


حَدَّثَنَا يَزِيدُ، أَخْبَرَنَا ابْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يَقُولُ::" {يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ} لعظَمة الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، حَتَّى إِنَّ العرقَ ليُلجِمُ الرجالَ إِلَى أَنْصَافِ آذَانِهِمْ"


telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ishaq, dari Nafi’, dari Ibnu Umar, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Di hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam, kelak di hari kiamat, karena kebesaran Tuhan Yang Maha Pemurah,

sehingga sesungguhnya keringat benar-benar menenggelamkan orang-orang sampai batas pertengahan telinga mereka.Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad, bahwa:


حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ إِسْحَاقَ، حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ جَابِرٍ، حَدَّثَنِي سُلَيْمُ بْنُ عَامِرٍ، حَدَّثَنِي الْمِقْدَادُ-يَعْنِي ابْنَ الْأَسْوَدِ الْكِنْدِيَّ-قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "إِذَا كَانَ يومُ الْقِيَامَةِ أدنِيَت الشَّمْسُ مِنَ الْعِبَادِ، حَتَّى تَكُونَ قيدَ مِيلٍ أَوْ مِيلَيْنِ، قَالَ: فَتُصْهِرُهُمُ الشَّمْسُ، فَيَكُونُونَ فِي العَرق كقَدْر أَعْمَالِهِمْ، مِنْهُمْ مَنْ يَأْخُذُهُ إِلَى عَقِبيه، وَمِنْهُمْ مَنْ يَأْخُذُهُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَأْخُذُهُ إِلَى حَقْوَيه، وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ إِلْجَامًا".


telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, dari Abdur Rahman ibnu Yazid ibnu Jabir, telah menceritakan kepadaku Sulaim ibnu Amir, telah menceritakan kepadaki

Al-Miqdad ibnul Aswad Al-Kindi' yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Apabila hari kiamat terjadi, matahari didekatkan kepada semua hamba sampai jarak satu atau dua mil. Sinar matahari memanggang mereka,

maka keringat mereka sesuai dengan kadar amal perbuatan masing-masing. Di antara mereka ada yang keringatnya hanya sampai kedua mata kakinya, di antara mereka ada yang keringatnya sampai pada kedua lututnya,

di antara mereka ada yang keringatnya sampai pada pinggangnya, dan di antara mereka ada yang benar-benar ditenggelamkan oleh keringatnya.Imam Muslim meriwayatkan hadis ini dari

Al-Hakam ibnu Musa, dari Yahya ibnu Hamzah, sedangkan Imam Turmuzi dari Suwaid, dari Ibnul Mubarak; keduanya dari Ibnu Jabir dengan sanad yang sama.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ سَوَّار، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ، عن معاوية ابن صَالِحٍ: أَنَّ أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَدَّثَهُ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "تَدْنُو الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى قَدْرِ مِيلٍ، وَيُزَادُ فِي حَرِّهَا كَذَا وَكَذَا، تَغْلِي مِنْهَا الْهَوَامُّ كَمَا تَغْلِي الْقُدُورُ، يُعرَقون فِيهَا عَلَى قَدْرِ خَطَايَاهُمْ، مِنْهُمْ مَنْ يَبْلُغُ إِلَى كَعْبَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَبْلُغُ إِلَى سَاقَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَبْلُغُ إِلَى وَسَطِهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Siwar, telah menceritakan kepada kami Al-Lais ibnu Sa'd dari Mu'awiyah ibnu Saleh, bahwa Abu Abdur Rahman pernah menceritakan

kepadanya dari Abu Umamah, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Matahari didekatkan kelak di hari kiamat sampai jaraknya hanya satu mil (tingginya), dan panasnya ditambah sebanyak sekian kali lipat, hingga membuat kepala mendidih karenanya,

sebagaimana panci (yang berisikan air) mendidih; dan mereka berkeringat karenanya sesuai dengan kadar dosa-dosa mereka. Di antara mereka ada yang keringatnya sampai pada kedua mata kakinya,di antara mereka ada yang keringatnya sampai pada kedua betisnya,

di antara mereka ada yang keringatnya sampai pertengahan tubuhnya, dan di antara mereka ada yang terbenam dalam keringatnya.Imam Ahmad meriwayatkannya secara munfarid (tunggal).


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنٌ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، حَدَّثَنَا أَبُو عُشَّانة حَي بْنُ يُؤمِنُ، أَنَّهُ سَمِعَ عُقْبَةَ بْنَ عَامِرٍ يَقُولُ: سمعتُ رَسُولَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "تَدْنُو الشَّمْسُ مِنَ الْأَرْضِ فَيَعْرَقُ النَّاسُ، فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَبْلُغُ عَرَقُهُ عَقِبيه، وَمِنْهُمْ مَنْ يَبْلُغُ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَبْلُغُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَبْلُغُ العَجُز، وَمِنْهُمْ مَنْ يَبْلُغُ الْخَاصِرَةَ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَبْلُغُ مَنْكِبَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَبْلُغُ وَسَطَ فِيهِ-وَأَشَارَ بِيَدِهِ فَأَلْجَمَهَا فَاهُ، رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُشِيرُ هَكَذَا-وَمِنْهُمْ مَنْ يُغَطِّيهِ عَرَقُهُ". وَضَرَبَ بِيَدِهِ إِشَارَةً.


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Abu Usyanah alias Hay ibnu Mu’min; ia telah mendengar Uqbah ibnu Amir

mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Matahari mendekat ke bumi, maka manusia berkeringat; di antara mereka ada yang keringatnya sampai batas kedua mata kakinya, di antara mereka ada yang

keringatnya sampai ke pertengahan betisnya, di antara mereka ada yang keringatnya sampai pada kedua lututnya, di antara mereka ada yang keringatnya sampai ke pantatnya, di antara mereka ada yang keringatnya

sampai pada pinggangnya, di antara mereka ada yang keringatnya sampai pada kedua pundaknya, dan di antara mereka ada yang keringatnya mencapai pertengahan mulutnya —Uqbah mengisyaratkan ke mulutnya, lalu mencocoknya seraya mengatakan

bahwa aku melihat Rasulullah Saw. mengisyaratkan demikian dengan tangannya—, dan di antara mereka ada yang tenggelam oleh keringatnya. Uqbah mengisyaratkan dengan tangannya menggambarkan seseorang tenggelam. Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara nmnfarid.

Di dalam hadis lain disebutkan bahwa mereka berdiri selama tujuh puluh tahun tanpa ada yang berbicara. Menurut pendapat yang lainnya, mereka berdiri selama tiga ratus tahun, dan menurut pendapat yang lainnya lagi

empat puluh ribu tahun, lalu dilakukan peradilan di antara mereka dalam masa yang lamanya sepuluh ribu tahun, sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Sahih Muslim melalui Abu Hurairah secara marfu,


"فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ"


Dalam sehari yang lamanya sama dengan lima puluh ribu tahun (menurut perhitungan kamu).


قَدْ قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا أَبُو عَوْنِ الزِّيَادَيُّ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ السَّلَامِ بْنُ عَجْلان، سَمِعْتُ أَبَا يَزِيدَ الْمَدَنِيَّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِبَشِيرِ الْغِفَارِيِّ: "كَيْفَ أَنْتَ صَانِعٌ فِي يَوْمٍ يَقُومُ النَّاسُ فِيهِ ثَلَاثُمِائَةَ سَنَةٍ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ، مِنْ أَيَّامِ الدُّنْيَا، لَا يَأْتِيهِمْ فِيهِ خَبَرٌ مِنَ السَّمَاءِ وَلَا يُؤْمَرُ فِيهِ بِأَمْرٍ؟ ". قَالَ بَشِيرٌ: الْمُسْتَعَانُ اللَّهُ. قَالَ: "فَإِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ كَرْب يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَسُوءِ الْحِسَابِ"


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Aun Az-Ziyadi, telah menceritakan kepada kami Abdus Salam ibnu Aj Ih, bahwa ia pernah mendengar Abu Yazid Al

Madani menceritakan hadis berikut dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada Basyir Al-Gifari: Apakah yang akan engkau perbuat di hari (ketika) manusia berdiri padanya selama

tiga ratus tahun menghadap kepada Tuhan Yang menguasai semesta alam menurut perhitungan hari dunia; tiada suatu berita pun dari langit datang kepada mereka dan tiada suatu keputusan pun yang diperintahkan kepada mereka?

Basyir Al-Gifari menjawab, "Hanya kepada Allah-lah kami meminta pertolongan." Nabi Saw. bersabda: Maka apabila kamu telah mengungsi di peraduanmu, mohonlah perlindungan kepada Allah dari kesusahan di hari kiamat dan hisab yang buruk.

Ibnu Jarir meriwayatkan hadis ini melalui jalur Abdus Salam dengan sanad yang sama.Di dalam kitab Sunan Abu Daud disebutkan bahwa Rasulullah Saw. sering memohon perlindungan kepada Allah dari sempitnya tempat berdiri di hari kiamat.

Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, bahwa mereka berdiri selama empat puluh tahun seraya mengangkat kepala mereka ke langit, tiada seorang pun yang mengajak mereka bicara, keringat mengekang mereka yang durhaka maupun yang berbakti.

Menurut riwayat dari Ibnu Umar, mereka berdiri selama seratus tahun; keduanya diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.Di dalam kitab Sunan Abu Daud, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah disebutkan:


مِنْ حَدِيثِ زَيْدِ بْنِ الْحُبَابِ، عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ عَنْ أَزْهَرَ بْنِ سَعِيدٍ الْحَوَارِيِّ، عَنْ عَاصِمِ بْنِ حُمَيْدٍ، عَنْ عَائِشَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَفْتَتِحُ قِيَامَ اللَّيْلِ: يَكَبِّرُ عَشْرًا، وَيَحْمَدُ عَشْرًا، وَيُسَبِّحُ عَشْرًا، وَيَسْتَغْفِرُ عَشْرًا، وَيَقُولُ: "اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَاهْدِنِي، وَارْزُقْنِي وَعَافِنِي". وَيَتَعَوَّذُ مِنْ ضِيقِ الْمَقَامِ يَوْمَ القيامة


melalui hadis Zaid ibnul Habbab, dari Mu'awiyah ibnu Saleh, dari Azar ibnu Sa'id Al-Hirazi, dari Asim ibnu Humaid, dari Aisyah r.a bahwa Rasulullah Saw. membuka qiyamul lailnya dengan membaca takbir sepuluh kali, tahmid sepuluh kali, tasbih sepuluh kali,

dan istigfar sepuluh kali, kemudian berdo'a: Ya Allah, berilah ampunan bagiku, berilah aku petunjuk, berilah aku rezeki, dan berilah aku kesejahteraan. Lalu beliau berlindung kepada Allah dari sempitnya tempat berdiri di hari kiamat.

Surat Al-Tatfif |83:2|

الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ

allażiina iżaktaaluu 'alan-naasi yastaufuun

(Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dicukupkan,

Who, when they take a measure from people, take in full.

Tafsir
Jalalain

(Yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari) atau mereka menerimanya dari (orang lain, mereka minta dipenuhi) minta supaya takaran itu dipenuhi.

Alazhar

"Yang apabila menerima sukatan dari orang lain, mereka minta dipenuhi." (ayat 2) Sebab mereka tidak mau dirugikan! Maka awaslah dia, hati-hati melihat bagaimana orang itu menyukat atau menggantang.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Tatfif | 83 : 2 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Tatfif |83:3|

وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ

wa iżaa kaaluuhum aw wazanuuhum yukhsiruun

dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi.

But if they give by measure or by weight to them, they cause loss.

Tafsir
Jalalain

(Dan apabila mereka menakar untuk orang lain) atau menakarkan buat orang lainnya (atau menimbang buat orang lain) artinya mereka menimbang buat orang lain (mereka mengurangi) takaran atau timbangan.

Alazhar

"Tetapi apabila menyukat atau menimbang untuk orang lain, mereka merugikan." (ayat 3).

Dibuatnyalah sukatan atau timbangan yang curang; kelihatan dari luar bagus padahal di dalamnya ada alas sukatan,

sehingga kalau digunakan, isinya jadi kurang dari yang semestinya.

Atau anak timbangan dikurangkan beratnya dari yang mesti, atau timbangan itu sendiri dirusakkan dengan tidak kentara.

Pada ayat yang pertama dikatakanlah wailun bagi mereka; artinya celakalah atas mereka!

Merekalah pangkal bala merusak pasaran dan merusak amanah. Dalam ilmu ekonomi sendiri

dikatakan bahwa keuntungan yang didapat dengan cara demikian tidaklah keuntungan yang terpuji,

karena dia merugikan orang lain, dan merusak pasaran dan membawa nama tidak baik bagi golongan saudagar yang berniaga di tempat itu,

sehingga seekor kerbau yang berkubang, semua kena luluknya. Wailun! Celakalah dia itu! Sebab kecurangan yang demikian akan memawa budipekertinya sendiri menjadi kasar.

Tidak merasa tergetar hatinya memberikan keuntungan yang didapatnya dengan curang itu akan belanja anak dan isterinya,

akan mereka makan dan minum. Itulah suatu kecelakaan; suatu wailun.

Kerapkali juga wailun itu diartikan neraka! Memang, orang-orang yang berlaku curang itu membuat neraka dalam dunia ini,

karena merusak pasaran. Kecurangan niaga seperti ini adalah termasuk korupsi besar juga.Maka datanglah teguran Allah berupa pertanyaan

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Tatfif | 83 : 3 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Tatfif |83:4|

أَلَا يَظُنُّ أُولَٰئِكَ أَنَّهُمْ مَبْعُوثُونَ

alaa yazhunnu ulaaa`ika annahum mab'uuṡuun

Tidakkah mereka itu mengira, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan,

Do they not think that they will be resurrected

Tafsir
Jalalain

(Tidakkah) Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna celaan (mempunyai sangkaan) artinya merasa yakin (mereka itu, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan.)

Alazhar

"Apakah tidak menyangka orang-orang itu, bahwa mereka akan dibangkitkan?" (ayat 4) Apakah tidak terkenang dalam hati mereka

bahwa kenyataan yang didapat dengan jalan curang dan merugikan orang lain itu tidaklah akan kekal?

Bahwa dia akan tertumpuk menjadi "Wang panas" yang membawa bencana? Dan kalau dia mati,

sedikitpun harta itu tidak akan dapat menolong dia? Dan pada harta yang demikian tidak ada keberkatan sedikit juga?

Malahan mereka akan dibangkitkan sesudah mati, untuk mempertanggungjawabkan segala kecurangan itu:

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Tatfif | 83 : 4 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Tatfif |83:5|

لِيَوْمٍ عَظِيمٍ

liyaumin 'azhiim

pada suatu hari yang besar,

For a tremendous Day -

Tafsir
Jalalain

(Pada suatu hari yang besar) maksudnya pada hari itu mereka dibangkitkan, yaitu pada hari kiamat.

Alazhar

"Buat Hari Yang Besar?" (ayat 5). Hari kiamat, hari perhitungan, hari penyisihan di antara yang hak dengan yang batil.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Tatfif | 83 : 5 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Tatfif |83:6|

يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ

yauma yaquumun-naasu lirobbil-'aalamiin

(Yaitu) pada hari (ketika) semua orang bangkit menghadap Tuhan seluruh alam.

The Day when mankind will stand before the Lord of the worlds?

Tafsir
Jalalain

(Yaitu hari) lafal Yauma menjadi Badal dari lafal Yaumin secara Mahall, yang dinashabkannya adalah lafal Mab'uutsuuna.

Lengkapnya pada hari mereka dibangkitkan (manusia berdiri) dari kuburan mereka (menghadap Rabb semesta alam) artinya, semua makhluk dihidupkan kembali untuk memenuhi perintah, hisab dan pembalasan-Nya.

Alazhar

"Hari yang akan bangkit manusia." (pangkal ayat 6). Bangkit dari alam kuburnya, dari dalam tidurnya,

karena panggilan sudah datang: "(Untuk menghadap) Tuhan Sarwa sekalian alam." (ujung ayat 6).

Alangkah kecilnya kamu pada hari itu, padahal semasa di dunia engkau membangga dengan kekayaan yang engkau dapat dengan jalan kecurangan itu.

Di hari kiamat itu terbukalah rahasia, bahwasanya kedudukan engkau di hadapan Mahkamah Ilahi,

tidaklah lebih dan tidaklah kurang daripada kedudukan pencuri atau pemaling, yang semasa hidupmu di dunia dapat engkau selubungi dengan berbagai dalih.

Tersebut dalam sebuah Hadis yang dirawikan oleh Al-Imam Ahmad dengan sanadnya,

beliau terima dari sahabat Rasulullah SAW Abu Amamah, bahwa kehebatan di hari kiamat itu amatlah ngerinya,

sehingga Nabi SAW berkata bahwa matahari menjadi lebih dekat sehingga hanya jarak satu mil saja dari kepala,

sehingga menggelegak rasanya otak benak saking teriknya cahaya matahari. Manusia terbenam dalam peluh dan keringatnya, ada yang dalam ampu kaki, ada yang sampai ke lutut,

ada yang sampai ke dada, ada yang sampai ke leher, masing-masing menurut sedikit atau banyak dosa yang diperbuatnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Tatfif | 83 : 6 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Tatfif |83:7|

كَلَّا إِنَّ كِتَابَ الْفُجَّارِ لَفِي سِجِّينٍ

kallaaa inna kitaabal-fujjaari lafii sijjiin

Sekali-kali jangan begitu! Sesungguhnya catatan orang yang durhaka benar-benar tersimpan dalam Sijjin.

No! Indeed, the record of the wicked is in sijjeen.

Tafsir
Jalalain

(sekali-kali tidak) maksudnya, benarlah (karena sesungguhnya kitab orang-orang yang durhaka) yakni kitab catatan amal perbuatan orang-orang kafir (tersimpan dalam sijjiin) menurut suatu pendapat;

sijjiin itu adalah nama sebuah kitab yang mencatat semua amal perbuatan setan dan orang kafir. Menurut suatu pendapat lagi sijjiin itu adalah nama tempat yang berada di lapisan bumi yang ketujuh;

tempat itu merupakan pangkalan iblis dan bala tentaranya.

Alazhar

JALAN CURANG YANG DITEMPUH "Janganlah begitu!" (pangkal ayat 7). Artinya janganlah ditempuh jalan yang curang itu, mengecoh pada sukatan,

menipu pada timbangan, dan melakukan kecurangan-kecurangan yang lain dalam kehidupan di dunia ini. Jangalah diteruskan perbuatan yang demikian:

"Karena sesungguhnya tulisan orang-orang yang durhaka itu adalah di dalam sijjin." (ujung ayat 7).

Janganlah disangka bahwa segala perbuatan yang curang itu lepas dari tilikan Allah, bahkan semuanya sudah tercatat di sisi Allah, dalam sebuah catatan yang bernama sijjin.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Tatfif | 83 : 7 |

Tafsir ayat 7-17

Firman Allah Swt:


{إِنَّ كِتَابَ الْفُجَّارِ لَفِي سِجِّينٍ}


sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam Sijjin. (Al-Muthaffifin: 7) Yakni tempat kembali dan tempat mereka berpulang adalah ke Sijjin. Lafaz sijjin memakai wazan fa'il berasal dari as-sijn

yang artinya kesempitan, sebagaimana dikatakan fasiq, syarib, khamir, dan sakir serta lafaz-lafaz lainnya yang se-wazan. Lalu digambarkan oleh Allah dengan gambaran yang menakutkan lagi mengerikan:


{وَمَا أَدْرَاكَ مَا سِجِّينٌ}


Tahukah kamu apakah Sijjin itu? (Al-Muthaffifin: 8)Yaitu sesuatu yang sangat menakutkan, penjara yang abadi, dan azab yang menyakitkan. Kemudian di antara ulama ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Sijjin

ini adalah tempat yang terletak di bawah perut bumi lapis yang ketujuh. Dalam penjelasan terdahulu telah disebutkan hadis Al-Barra ibnu Azib dalam hadis yang cukup panjang, bahwa Allah berfirman berkenaan dengan roh orang kafir

(kepada malaikat-malaikat pencatat amal perbuatan), "Simpanlah kitab catatan amal perbuatannya di dalam Sijjin ," Sijjin adalah sebuah tempat yang berada di bawah bumi lapis ketujuh. Menurut pendapat yang lain sijjin adalah sebuah batubesar

terletak di bumi lapis ketujuh berwarna hijau. Menurut pendapat yang lainnya adalah nama sebuah sumur di dalam neraka Jahanam.Sehubungan dengan hal ini Ibnu Jarir telah meriwayatkan sebuah hadis yang garib lagi munkar dan tidak sahih predikatnya. Untuk itu ia mengatakan:


حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ وَهْبٍ الْوَاسِطِيُّ، حَدَّثَنَا مسعود بن موسى بن مُشكان الواسطي، حدثنا نَصر بْنُ خُزَيمة الْوَاسِطِيُّ، عَنْ شُعَيْبِ بْنِ صَفْوَانَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ كَعْبٍ الْقُرَظِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "الْفَلَقُ: جُبٌّ فِي جَهَنَّمَ مُغَطَّى، وَأَمَّا سِجِّينٌ فَمَفْتُوحٌ"


telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Wahb Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Mas'ud ibnu Musa ibnu Miskan Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Khuzaimah Al-Wasiti, dari Syu'aib ibnu Safwan,

dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Al-Falaq adalah sebuah sumur tertutup di dalam neraka Jahanam, sedangkan Sijjin adalah sebuah sumur yang terbuka.

Tetapi pendapat yang sahih menyebutkan bahwa Sijjin diambil dari kata as-sijn yang artinya sempit. Karena sesungguhnya semua makhluk itu manakala rendah, menyempit, dan manakala meninggi, bertambah luas.

Dengan kata lain, setiap makhluk yang rendah, bentuknya sempit dan kecil; dan setiap makhluk yang tinggi. maka bentuknya meluas. Dan sesungguhnya ketujuh falak yang ada di atas kita masing-masing darinya lebih luas dan lebih tinggi

daripada falak yang berada di bawahnya.Demikian pula bumi lapis tujuh, masing-masing lapis lebih luas daripada lapisan yang ada di bawahnya, hingga sampai pada lapis yang paling bawah yang makiii menyempit hingga sampai pada pusat

pertengahan bumi yang ada di lapis ketujuh Mengingat tempat kembali orang-orang durhaka (kafir) adalah neraka Jahanam yang merupakan lapisan neraka yang paling dasar, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:


ثُمَّ رَدَدْناهُ أَسْفَلَ سافِلِينَ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحاتِ


Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh. (At-Tin: 5-6)Maka disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya: Sekali-kali jangan curang,

karena sesungguhnya kitab orang-orang yang durhaka tersimpan dalam Sijjin. Tahukah kamu apakah Sijjin itu? (Al-Mutaffiffn:7-8), yang menghimpunkan antara kesempitan dan kerendahan, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


وَإِذا أُلْقُوا مِنْها مَكاناً ضَيِّقاً مُقَرَّنِينَ دَعَوْا هُنالِكَ ثُبُوراً


Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan. (Al-Furqan: 13) Adapun firman Allah Swt.:


{كِتَابٌ مَرْقُومٌ}


(Ialah) kitab yang bertulis. (Al-Muthaffifin: 9) Ayat ini bukanlah tafsir atau penjelasan dari firman-Nya: Tahukah kamu apakah Sijjin itu? (Al-Muthaffifin: 8)Tetapi sesungguhnya ayat ini merupakan penjelasan bagi apa

yang dicatatkan bagi mereka menyangkut tempat kembali mereka di Sijjin. Yakni hal itu telah ditulis dan dicatat di dalam sebuah kitab yang telah rampung pencatatannya,

tiada seorang pun yang ditambahkan di dalamnya dan tiada pula seorang pun yang dikurangi darinya. Demikianlah menurut pendapat Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi. Kemudian Allah Swt. berfirman:


{وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ}


Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Muthaffifin: 10) Yakni apabila mereka di hari kiamat telah berada di Sijjin dan azab yang menghinakan

seperti apa yang telah diancamkan oleh Allah Swt. terhadap mereka.Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan makna wail dengan keterangan yang tidak perlu diulangi lagi di sini, yang kesimpulannya

menyatakan bahwa makna yang dimaksud adalah kebinasaan dan kehancuran, sebagaimana dikatakan, "Kecelakaan bagi si Fulan." Dan sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab musnad dan sunan:


مِنْ رِوَايَةِ بَهْز بْنِ حَكِيمِ بْنِ مُعَاوِيَةَ بْنِ حَيَدة، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّث فَيَكْذِبُ، ليضحِكَ النَّاسَ، وَيْلٌ لَهُ، وَيْلٌ لَهُ"


melalui riwayat Bahz ibnu Hakim ibnu Mu'awiyah ibnu Haidah, dari ayahnya, dari kakeknya yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Kecelakaan besarlah bagi orang yang dusta dalam bicaranya untuk membuat orang lain tertawa,

kecelakaan yang besarlah baginya, kecelakaan yang besarlah baginya.Kemudian Allah Swt. berfirman, menjelaskan siapa orang-orang yang berdusta, pendurhaka, lagi kafir itu:


{الَّذِينَ يُكَذِّبُونَ بِيَوْمِ الدِّينِ}


(yaitu) orang-orang yang mendustakan hari pembalasan. (Al-Muthaffifin: 11)Mereka tidak percaya akan kejadiannya, tidak meyakini keberadaannya, dan menganggap mustahil perkara itu terjadi. Kemudian dalam ayat berikutnya disebutkan:


{وَمَا يُكَذِّبُ بِهِ إِلا كُلُّ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ}


Dan tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu melainkan settap orang yang melampaui batas lagi berdosa. (Al-Muthaffifin: 12) Yaitu melampaui batas dalam amal perbuatannya, misalnya gemar mengerjakan hal-hal yang diharamkan dan melampaui batas

dalam menggunakan hal-hal yang diperbolehkan, lagi berdosa dalam semua ucapannya; jika berbicara, dusta; jika berjanji, menyalahinya; dan jika bertengkar, curang (melampaui batas). Firman Allah Swt.:


{إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا قَالَ أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ}


yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat kami, ia berkata, "Itu adalah dongengan-dongengan orang-orang yang dahulu.” (Al-Muthaffifin: 13) Yakni apabila dia mendengar Kalamullah dari Rasul Saw., maka dia mendustakannya

dan menuduhnya dengan prasangka yang buruk, maka dia meyakininya sebagai buat-buatan yang dihimpun dari kitab-kitab orang-orang yang terdahulu. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firmannya:


وَإِذا قِيلَ لَهُمْ مَاذَا أَنْزَلَ رَبُّكُمْ قالُوا أَساطِيرُ الْأَوَّلِينَ


Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Apakah yang telah diturunkan Tuhan kalian?" Mereka menjawab, "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu.” (An-Nahl: 24)Dan firman-Nya:


وَقالُوا أَساطِيرُ الْأَوَّلِينَ اكْتَتَبَها فَهِيَ تُمْلى عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا


Dan mereka berkata, "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang.” (Al-Furqan: 5)Maka disangggah oleh Allah Swt. melalui firman-Nya dalam surat ini:


{كَلا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}


Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. (Al-Muthaffifin:14) Yakni keadaannya tidaklah seperti apa yang mereka dugakan, dan tidak pula seperti apa yang dikatakan oleh mereka

bahwa Al-Qur'an ini adalah dongengan orang-orang dahulu, bahkan Al-Qur'an itu adalah Kalamullah, dan wahyu-Nya yang diturunkan kepada Rasul-Nya. Dan sesungguhnya hati mereka terhalang dari beriman kepada Al-Qur'an,

tiada lain karena hati mereka telah dipenuhi dan tertutup oleh noda-noda dosa yang banyak mereka kerjakan. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya: Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. (Al-Muthaffifin:14)

Ar-rain menutupi hati orang-orang kafir, dan al-gaim menyelimuti hati orang-orang yang berbakti, sedangkan al-gain meliputi hati orang-orang yang terdekat (dengan Allah).

Ibnu Jarir, Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Ibnu Majah telah meriwayatkan melalui berbagai jalur dari Muhammad ibnu Ajlan, dari Al-Qa'qa' ibnu Hakim, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:


"إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَذْنَبَ ذَنْبًا كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ، فَإِنْ تَابَ مِنْهَا صُقِلَ قَلْبُهُ، وَإِنْ زَادَ زَادَتْ، فَذَلِكَ قَوْلُ اللَّهِ: {كَلا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}


Sesungguhnya seorang hamba itu apabila melakukan suatu dosa, maka terjadilah noktah hitam di hatinya; dan apabila ia bertobat darinya, maka noktah itu lenyap dari hatinya dan menjadi cemerlang; dan apabila ia

menambah dosanya lagi, maka bertambah pulalah noktahnya. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya; "Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.”

(Al-Muthaffifin: 14)Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini kalau tidak hasan, sahih. Menurut lafaz yang ada pada Imam Nasai disebutkan seperti berikut:


"إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِت فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ، فَإِنْ هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ صُقِل قَلْبُهُ، فَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ، فَهُوَ الرَّانُ الَّذِي قال الله: {كَلا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا يَكْسِبُونَ}


Sesungguhnya seorang hamba itu apabila berbuat suatu dosa, maka terjadilah suatu noktah hitam pada hatinya. Dan apabila dia menghentikan perbuatan dosanya, lalu memohon ampun kepada Allah dan bertobat, maka hatinya menjadi mengkilap lagi (bersih).

Dan jika dia mengulangi perbuatan dosanya, noktah itu kembali lagi menutupi hatinya, hingga noktah itu menutupi seluruh hatinya (jika ia terus-menerus melakukannya).

Itulah yang dimaksud dengan ar-ran yang terdapat di dalam firman-Nya, "Sekali-kali tidak (demikian) sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (Al-Muthaffifin: 14)


قَالَ أَحْمَدُ:حَدَّثَنَا صَفْوَانُ بْنُ عِيسَى، أَخْبَرَنَا ابْنُ عَجْلان، عَنِ الْقَعْقَاعِ بْنِ حَكِيمٍ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ، فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ صُقِل قَلْبُهُ، فَإِنْ زَادَ زَادَتْ حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ، وَذَاكَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ فِي الْقُرْآنِ: {كَلا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ} "


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Safwan ibnu Isa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ajlan, dari Al-Qa'qa' ibnu Hakim, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

Sesungguhnya seorang mukmin itu apabila melakukan perbuatan dosa, terjadilah noktah hitam pada hatinya; dan jika ia bertobat dan kapok serta memohon ampun kepada Allah, maka hatinya kembali bersih mengkilap. Dan apabila dia menambah dosanya,

maka bertambah pula noktah hitam itu hingga menutupi seluruh hatinya. Itulah yang dimaksud denganar-ran (kotoran) yang disebutkan di dalam firman-Nya, "Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (Al-Muthaffifin: 14)

Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ar-ran ialah dosa di atas dosa sehingga membutakan hatinya dan hatinya mati. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid ibnu Jubair, Qatadah, dan Ibnu Zaid serta lain-lainnya.Firman Allah Swt.:


{كَلا إِنَّهُمْ عَنْ رَبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَمَحْجُوبُونَ}


Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhan mereka. (Al-Muthaffifin: 15)Yakni bagi mereka kelak di hari kiamat Sijjin adalah tempat tinggal mereka, kemudian selain dari itu

mereka terhalang dari melihat Tuhan Yang menciptakan mereka. Imam Abu Abdullah Asy-Syafii mengatakan sehubungan dengan hal ini, bahwa ayat ini merupakan dalil yang menunjukkan bahwa orang-orang mukmin dapat melihat Tuhannya di hari itu.

Apa yang dikatakan oleh Imam Safi’i ini sangatlah baik dan merupakan penyimpulan dalil dari pemahaman yang terkandung dalam ayat, sebagaimana ditunjukkan pula oleh dalil yang tersurat melalui firman-Nya:


وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ ناضِرَةٌ إِلى رَبِّها ناظِرَةٌ


Wajah-wajah (orang-orang mukmim) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat. (Al-Qiyamah: 22-23)Sebagaimana pula yang ditunjukkan oleh banyak hadis yang sahih lagi mutawatir yang menyatakan

bahwa orang-orang mukmin dapat melihat Tuhan mereka di negeri akhirat dengan penglihatan mata, yaitu di tempat pemberhentian hari kiamat dan juga di dalam surga-surga yang mewah. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan

kepada kami Mu'ammar Al-Muqri, telah menceritakan kepada kami Abdul Waris ibnu Sa’id, dari Amr ibnu Ubaid, dari Al-Hasan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sekali-kali tidak, sesungguhna mereka pada hari itu benar-benar

terhalang dari (melihat) Tuhan mereka. (Al-Muthaffifin: 15) Bahwa Allah menyingkapkan hijab (tirai)-Nya, maka dapat melihatlah kepada-Nya semua orang, baik yang mukmin maupun yang kafir.

Kemudian Allah mehijabi diri-Nya dari pandangan orang-orang kafir. dan orang-orang mukmin dapat melihat-Nya di setiap hari di waktu pagi dan petang. Atau dengan ungkapan yang semaknaFirman Allah Swt.:


{ثُمَّ إِنَّهُمْ لَصَالُو الْجَحِيمِ}


Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka. (Al-Muthaffifin: 16)Kemudian mereka (orang-orang kafir itu) selain dihalangi dari melihat Tuhan mereka Yang Maha Pemurah, juga meteka dimasukkan ke dalam neraka dan menjadi penghuni tetapnya.


{ثُمَّ يُقَالُ هَذَا الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تُكَذِّبُونَ}


Kemudian, dikatakan (kepada mereka), "Inilah azab yang dahulu selalu kalian dustakan." (Al-Muthaffifin: 17)Dikatakan hal tersebut kepada mereka dengan nada mengecam, mencemoohkan, menghina dan merendahkan mereka.

Surat Al-Tatfif |83:8|

وَمَا أَدْرَاكَ مَا سِجِّينٌ

wa maaa adrooka maa sijjiin

Dan tahukah engkau apakah Sijjin itu?

And what can make you know what is sijjeen?

Tafsir
Jalalain

(Tahukah kamu apakah sijjiin itu) maksudnya apakah kitab sijjiin itu

Alazhar

"Dan sudahkah engkau tahu apakah yang dikatakan sijjin itu?" (ayat 8)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Tatfif | 83 : 8 |

penjelasan ada di ayat 7

Surat Al-Tatfif |83:9|

كِتَابٌ مَرْقُومٌ

kitaabum marquum

(Yaitu) Kitab yang berisi catatan (amal).

It is [their destination recorded in] a register inscribed.

Tafsir
Jalalain

(Ialah kitab yang bertulis) yakni yang mempunyai catatan.

Alazhar

"(Ialah) kitab yang telah tertulis." (ayat 9).Perbuatan yang kecil ataupun yang besar, yang disangka telah lupa

, padahal tidak lupa; semuanya telah tercatat di dalam sijjin itu, sehingga manusia tidak dapat mengelakkan diri lagi daripada pertanyaan kelak

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Tatfif | 83 : 9 |

penjelasan ada di ayat 7

Surat Al-Tatfif |83:10|

وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ

wailuy yauma`iżil lil-mukażżibiin

Celakalah pada hari itu, bagi orang-orang yang mendustakan!

Woe, that Day, to the deniers,

Tafsir
Jalalain

(Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.)

Alazhar

"Celakalah di hari itu bagi orang-orang yang mendustakan." (ayat 10).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Tatfif | 83 : 10 |

penjelasan ada di ayat 7

Surat Al-Tatfif |83:11|

الَّذِينَ يُكَذِّبُونَ بِيَوْمِ الدِّينِ

allażiina yukażżibuuna biyaumid-diin

(Yaitu) orang-orang yang mendustakan hari Pembalasan

Who deny the Day of Recompense.

Tafsir
Jalalain

(Yaitu-orang-orang yang mendustakan hari pembalasan) lafal ayat ini berkedudukan sebagai Badal atau Bayan dari lafal Al-Mukadzdzibiin pada ayat sebelumnya.

Alazhar

"(Yaitu) orang-orang yang mendustakan Hari Pembalasan." (ayat 11).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Tatfif | 83 : 11 |

penjelasan ada di ayat 7

Surat Al-Tatfif |83:12|

وَمَا يُكَذِّبُ بِهِ إِلَّا كُلُّ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ

wa maa yukażżibu bihiii illaa kullu mu'tadin aṡiim

Dan tidak ada yang mendustakannya (hari Pembalasan) kecuali setiap orang yang melampaui batas dan berdosa,

And none deny it except every sinful transgressor.

Tafsir
Jalalain

(Dan tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu melainkan setiap orang yang melampaui batas) atau melanggar batas (lagi berdosa) maksudnya banyak dosanya; lafal Atsiim adalah bentuk Mubalaghah dari lafal Aatsim.

Alazhar

"Dan tidaklah mendustakan akan hari itu, kecuali orang-orang yang melampaui batas, yang berdosa." (ayat 12).

Pada Surat Al-Infithar yang telah lalu kita uraikan juga apa arti Yaumid Din, yang arti harfiyahnya ialah hari agama atau hari pembalasan.

Karena tujuan hidup di dunia ini tidak lain ialah keselamatan pada hari perhitungan di akhirat.

Karena di akhirat itulah amal dan akidah kita di dunia ini akan diperhitungkan dan menerima balasan yang setimpal.

Celakalah orang yang tidak percaya akan adanya hari itu; karena itulah orang yang telah cepot imannya dan kabur tujuan hidupnya.

Lantaran kepercayaan kepada Hari Pembalasan itu tidak ada dalam jiwanya, mudah saja dia melampaui batas

. Mudah saja dia berbuat yang haram, yang dilarang oleh Tuhan, karena dia tidak mempunyai kepercayaan bahwa semua akan diperhitungkan kelak di Hari Pembalasan itu.

Dan dia pun mudah berbuat dosa, atsiim; berkata bohong, berjanji mungkir, mencari permusuhan dengan orang lain yang dianggapnya menantangnya

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Tatfif | 83 : 12 |

penjelasan ada di ayat 7

Surat Al-Tatfif |83:13|

إِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِ آيَاتُنَا قَالَ أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ

iżaa tutlaa 'alaihi aayaatunaa qoola asaathiirul-awwaliin

yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berkata, "Itu adalah dongeng orang-orang dahulu."

When Our verses are recited to him, he says, "Legends of the former peoples."

Tafsir
Jalalain

(Yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami) yakni Alquran (ia berkata, "Itu adalah dongengan-dongengan orang-orang yang dahulu") atau cerita-cerita yang dibuat di masa silam. Lafal Asaathiir bentuk jamak dari lafal Usthuurah atau Isthaarah.

Alazhar

"Yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami," dia berkata: "Dongeng-dongeng orang-orang dahulukala." (ayat 13).

Ceritera Al-Qur'an tentang syurga, tentang neraka, tentang ancaman azab siksaan Tuhan kepada yang durhaka dianggapnya dongeng belaka.

Karena dari zaman purbakala telah datang Rasul-rasul Allah menyampaikan berita itu. Berita tentang hidup kekal sesudah mati,

tentang pembalasan yang akan diterima kelak. Mereka anggap itu dongeng sebab mereka memandang bahwa dalam hal itu tidak ada bukti.

' Tidak ada orang yang telah masuk ke dalam kubur yang hidup kembali buat memberitahukan pengalaman yang mereka tempuh di alam "lain" itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Tatfif | 83 : 13 |

penjelasan ada di ayat 7

Surat Al-Tatfif |83:14|

كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

kallaa bal roona 'alaa quluubihim maa kaanuu yaksibuun

Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.

No! Rather, the stain has covered their hearts of that which they were earning.

Tafsir
Jalalain

(Sekali-kali tidak demikian) lafal ini mengandung makna hardikan dan cegahan terhadap perkataan mereka yang demikian itu (sebenarnya telah menodai) telah menutupi (atas hati mereka)

sehingga hati mereka tertutup oleh noda itu (apa yang selalu mereka usahakan itu) yakni kedurhakaan-kedurhakaan yang selalu mereka kerjakan, sehingga mirip dengan karat yang menutupi hati mereka.

Alazhar

"Tidak sekali-kali!" (pangkal ayat 14). Artinya tidaklah sekali-kali pendakwaan mereka bahwa Kebenaran yang dibawa oleh Rasul-rasul itu adalah dongeng belaka,

bahwa itu timbul dari pengetahuan yang mengandung kebenaran:"Bahkan telah ditutup hati mereka oleh apa-apa yang telah mereka usahakan itu." (ujung ayat 14).

Dalam ayat ini bertemu kalimat Raana! Yang kita beri arti penutup.

Artinya ialah bahwa apabila seseorang berbuat suatu dosa, mulailah ada suatu bintil hitam mengenai hatinya,

menurut Sabda daripada junjungan kita Rasulullah SAW:"Dari Abu Hurairah r.a. berkata dia; berkata Rasulullah SAW: "Sesunggunya seseorang Mu'min bila berbuat dosa,

terjadilah suatu titik hitam pada hatinya. Maka jika dia taubat, dan mencabut diri dari dosa itu dan segera memohon ampun kepada Allah, hapuslah titik hitam itu.

Tetapi jika bertambah dosanya bertambah pulalah titik itu. Itulah dia Raana yang disebutkan Allah di dalam Al-Qur'an itu."

Berkata pula Al-Hasan Al-Bishri: "Ar-Raana itu ialah dosa bertimpa dosa,

hingga hati menjadi buta tidak menampak kebenaran lagi, karena telah ditutup oleh noktah-noktah hitam itu, sampai hati itu jadi mati."

Oleh karena yang demikian dianjurkanlah kita selalu membersihkan hati kita,

jangan sampai ditumbuh noktah hitam atau noktah raana. Baru akan tumbuh noktah itu satu,

segera kita bersihkan dengan sembahyang, dengan taubat dan amal-amal kebaikan yang lain

. Kalau tidak maka dosa yang telah bertumpuk-tumpuk, bertimpa-timpa niscaya akan membuat hati kita jadi kelam,

tidak lulus lagi cahaya buat masuk ke dalamnya. Na'udzu billahi min dzalika.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Tatfif | 83 : 14 |

penjelasan ada di ayat 7

Surat Al-Tatfif |83:15|

كَلَّا إِنَّهُمْ عَنْ رَبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَمَحْجُوبُونَ

kallaaa innahum 'ar robbihim yauma`iżil lamaḥjuubuun

Sekali-kali tidak! Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhannya.

No! Indeed, from their Lord, that Day, they will be partitioned.

Tafsir
Jalalain

(Sekali-kali tidak) artinya benarlah (sesungguhnya mereka pada hari itu terhadap Rabb mereka) pada hari kiamat (benar-benar tertutup) sehingga mereka tidak dapat melihat-Nya.

Alazhar

"Tidak sekali-kali!" (pangkal ayat 15). Artinya sudah payahlah buat memasukkan kebenaran ke dalam hati orang yang demikian; sebabnya ialah:

"Sesungguhnya mereka, dari Tuhan mereka, di hari itu telah tertutup." (ujung ayat 15).

Tertutupnya pintu hati akan dimasuki kebenaran karena diseliputi oleh kumpulan bintik-bintik hitam yang telah memenuhi permukaan hati itu,

menyebabkan selanjutnya tertutup pula wajah buat berhadapan dengan Allah. Laksana hidup di dunia jua,

orang-orang yang telah bercacat karena suatu dosa tidaklah diberi izin menghadap Raja.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Tatfif | 83 : 15 |

penjelasan ada di ayat 7

Surat Al-Tatfif |83:16|

ثُمَّ إِنَّهُمْ لَصَالُو الْجَحِيمِ

ṡumma innahum lashoolul-jaḥiim

Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka.

Then indeed, they will [enter and] burn in Hellfire.

Tafsir
Jalalain

(Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk Jahim) yakni mereka memasuki neraka yang membakar.

Alazhar

"Kemudian itu." (pangkal ayat 16). Yaitu setelah jelas bahwa usaha-usaha kepada jalan yang melanggar batas-batas yang ditentukan Allah

menyebabkan hati tertutup dan selanjutnya tertutup pula buat dapat wajah menghadap Allah,

ditentukanlah tempat mereka berakhir: "Sesungguhnya mereka akan bergelimang di neraka." (ujung ayat 16).

Dan neraka adalah ujung atau akibat saja daripada jalan yang telah mereka gariskan sendiri,

laksana garis-garis perhitungan ilmu ukur jua adanya. Bahwa tidak mungkin dua garis paralel bertemu ujungnya,

dan penyimpangan garis di permulaan titik, meskipun di pangkalnya dekat, namun sampai di ujung pastilah berjarak sangat jauh.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Tatfif | 83 : 16 |

penjelasan ada di ayat 7

Surat Al-Tatfif |83:17|

ثُمَّ يُقَالُ هَٰذَا الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تُكَذِّبُونَ

ṡumma yuqoolu haażallażii kuntum bihii tukażżibuun

Kemudian, dikatakan (kepada mereka), "Inilah (azab) yang dahulu kamu dustakan."

Then it will be said [to them], "This is what you used to deny."

Tafsir
Jalalain

(Kemudian dikatakan) kepada mereka ("Inilah) maksudnya azab ini (yang dahulu selalu kalian dustakan.")

Alazhar

"Kemudian itu akan dikatakan:" "Inilah tempat yang telah kamu dustakan itu." (ayat 17).

Di kala hidup di dunia kamu menyatakan tidak percaya akan adanya syurga dan neraka.

Sebab itu kamu berbuat sekehendak hati, sehingga hati jadi tertutup. Sekarang kesudahan dari akhir langkahmu sendiri. Yang kamu telah pilih sejak semula.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Tatfif | 83 : 17 |

penjelasan ada di ayat 7

Surat Al-Tatfif |83:18|

كَلَّا إِنَّ كِتَابَ الْأَبْرَارِ لَفِي عِلِّيِّينَ

kallaaa inna kitaabal-abroori lafii 'illiyyiin

Sekali kali tidak! Sesungguhnya catatan orang-orang yang berbakti benar-benar tersimpan dalam 'Illiyyin.

No! Indeed, the record of the righteous is in 'illiyyun.

Tafsir
Jalalain

(Sekali-kali tidak) artinya benarlah (sesungguhnya kitab orang-orang berbakti itu) yaitu kitab catatan amal perbuatan orang-orang mukmin yang imannya benar-benar ikhlas (berada dalam 'Illiyyiin)

menurut suatu pendapat 'Illiyyiin adalah nama kitab yang mencatat semua amal kebaikan para malaikat dan orang-orang yang beriman dari kalangan manusia dan jin.

Menurut pendapat lain 'Illiyyiin adalah nama sebuah tempat yang terletak di langit yang ketujuh, di bawah Arasy.

Alazhar

NIKMAT DI SYURGA "Kalla!" (pangkal ayat 18). Yang di tempat lain dapat diartikan sebagai suatu pengingkaran: "Tidak begitu, bukan begitu,

jangan sekali-kali, atau sekali-kali tidak." Tetapi pada ayat ini dia dapat kita artikan: "Ingatlah!"

Atau arahkanlah perhatian pada hal ini. "Sesungguhnya tulisan orang-orang yang baik-baik itu adalah di 'illiyyin.

" (ujung ayat 18). Kalimat 'illiyyin artinya ialah yang amat tinggi dan mulia

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Tatfif | 83 : 18 |

Tafsir ayat 18-28

Allah Swt. berfirman dengan sebenar-benarnya, bahwa sesungguhnya buku catatan amal orang-orang yang berbakti itu berbeda dengan buku catatan orang-orang yang durhaka; buku catatan amal mereka,


{لَفِي عِلِّيِّينَ}


benar-benar tersimpan dalam 'Illiyyin. (Al-Muthaffifin: 18)Yaitu tempat kembali mereka adalah 'Illiyyin, dan ini berbeda dengan Sijjin, keduanya bertolak belakang. Al-A'masy telah meriwayatkan dari Syamir ibnu Atiyyah, dari

Hilal ibnu Yusaf yang mengatakan, bahwa Ibnu Abbas pernah bertanya kepada Ka’b yang saat itu aku (Hilal ibnu Yusaf) hadir, tentang makna Sijjin. Maka Ka'b menjawab bahwa Sijjin terletak di bumi lapis yang ketujuh,

di dalamnya tersimpan arwah orang-orang kafir. Ibnu Abbas pun bertanya lagi kepada Ka'b tentang 'Illiyyin, maka Ka'b pun menjawab bahwa 'Illiyyin terletak di langit yang ketujuh, di dalamnya tersimpan arwah orang-orang mukmin.

Hal yang sama dikatakan pula bukan hanya oleh seorang ulama, bahwa sesungguhnya 'Illiyyin itu terletak di langit yang ketujuh.Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:

Sekali-kali tidak, sesungguhnya kitab orang-orang berbakti itu (tersimpan) dalam 'Illiyyin. (Al-Muthaffifin: 18) Yakni di dalam surga. Menurut riwayat lain dari Ibnu Abbas yang dikemukakan oleh Al-Aufi,

catatan amal perbuatan mereka berada di langit di sisi Allah. Hal yang sama dikatakan oleh Ad-Dahhak. Qatadah mengatakan bahwa 'Illiyyun adalah kaki' Arasy yang sebelah kanan. Selain Qatadah mengatakan bahwa

'Illiyyin berada di dekat Sidratul Muntaha. Makna lahiriah ayat menunjukkan bahwa 'Illiyyin diambil dari kata al-'uluwwu yang artinya tinggi. Dan sesuatu itu manakala meninggi, maka ia bertambah besar dan luas, karena itulah Allah Swt.

membesarkan perihalnya dan menggambarkannya dengan gambaran yang agung. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{وَمَا أَدْرَاكَ مَا عِلِّيُّون}


Tahukah kamu apakah 'Illiyyin itu? (Al-Muthaffifin: 19) Kemudian Allah Swt. mengukuhkan apa yang telah dicatatkan bagi mereka.


{كِتَابٌ مَرْقُومٌ يَشْهَدُهُ الْمُقَرَّبُونَ}


(Yaitu) kitab yang bertulis, yang disaksikan oleh malaikat-malaikat yang didekatkan (kepada Allah). (Al-Muthaffifin: 20-21) Mereka adalah para malaikat menurut Qatadah.Al-Aufi

telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa kitab itu di tiap langit hanya disaksikan oleh para malaikat yang terdekatnya.Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:


{إِنَّ الأبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ}


Sesungguhnya orang-orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (surga). (Al-Muthaffifin:22) Artinya, kelak di hari kiamat mereka berada dalam kenikmatan yang abadi dan surga-surga yang di dalamnya terdapat karunia yang berlimpah.


{عَلَى الأرَائِكِ يَنْظُرُونَ}


mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. (Al-Muthaffifin: 23) Yang dimaksud dengan ara-ik ialah dipan-dipan yang beralaskan permadani. Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah mereka memandangi

kerajaan mereka dan segala sesuatu yang diberikan Allah kepada mereka berupa kebaikan dan karunia yang tidak pernah habis dan tidak pernah rusak selamanya. Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud dari firman-Nya:

mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. (Al-Muthaffifin: 23) Yakni memandang kepada Allah Swt. Dan hal ini bertentangan dengan apa yang digambarkan oleh Allah Swt. tentang keadaan orang-orang yang durhaka melalui firman-Nya:

Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhan mereka. (Al-Muthaffifin: 15)Maka disebutkan perihal orang-orang yang berbakti, bahwa mereka

diperbolehkan melihat kepada Allah Swt, sedangkan mereka berada di atas dipan-dipan dan hamparan-hamparannya, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis Ibnu Umar:


"إِنَّ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً لَمَنْ يَنْظُرُ فِي مُلْكِهِ مَسِيرَةَ أَلْفَيْ سَنَةٍ، يَرَى أَقْصَاهُ كَمَا يَرَى أَدْنَاهُ، وَإِنَّ أَعْلَاهُ لَمَنْ يَنْظُرُ إِلَى اللَّهِ فِي الْيَوْمِ مَرَّتَيْنِ"


Sesungguhnya ahli surga yang paling rendah kedudukannya ialah seperti seseorang yang memerlukan waktu dua ribu tahun untuk melihat semua bagian kerajaannya; dan dia dapat menyaksikan bagian yang terdekatnya sama dengan

melihat ke bagian yang terdekatnya. Dan sesungguhnya ahli surga yang paling tinggi (kedudukannya) adalah bagi orang yang dapat memandang kepada Allah Swt. sebanyak dua kali dalam seharinya. Firman Allah Swt.:


{تَعْرِفُ فِي وُجُوهِهِمْ نَضْرَةَ النَّعِيمِ}


Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup mereka yang penuh kenikmatan. (Al-Muthaffifin: 24) Yakni apabila engkau lihat wajah mereka, kamu akan dapat mengetahui

kesenangan hidup mereka yang penuh dengan kenikmatan; yakni tampak berseri-seri, cerah, gembira ria, dan senang dengan kenikmatan besar yang menggelimangi kehidupan mereka. Firman Allah Swt.:


{يُسْقَوْنَ مِنْ رَحِيقٍ مَخْتُومٍ}


Mereka diberi minum dari khamr murni yang dilak (tempatnya). (Al-Muthaffifin: 25)Mereka diberi minum dari khamr surga, dan rahiq adalah nama lain dari khamr surga; demikianlah menurut Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Mujahid, Al-Hasan, dan Qatadah serta Ibnu Zaid.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنٌ، حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ، عَنْ سَعْدٍ أَبِي الْمُجَاهِدِ الطَّائِيِّ، عَنْ عَطِيَّةَ بْنِ سَعْدٍ الْعَوْفِيِّ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ-أَرَاهُ قَدْ رَفَعَهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-قَالَ: "أَيُّمَا مؤمن سقى مُؤْمِنًا شَرْبَةً عَلَى ظَمَأٍ، سَقَاهُ اللَّهُ تَعَالَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الرَّحِيقِ الْمَخْتُومِ. وَأَيُّمَا مُؤْمِنٍ أَطْعَمَ مُؤْمِنًا عَلَى جُوعٍ، أَطْعَمَهُ اللَّهُ مِنْ ثِمَارِ الْجَنَّةِ. وَأَيُّمَا مُؤْمِنٍ كَسَا مُؤْمِنًا ثَوْبًا عَلَى عُري، كَسَاهُ اللَّهُ مِنْ خُضر الْجَنَّةِ"


Imam Ahmad mengatakan. telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Zuhair, dari Sa'd Abul Muhasir At-Ta'i, dari Atiyyah ibnu Sa'd Al-Aufi, dari Abu Sa'id Al-Khudri, yang menurut pandangan perawi

Abu Sa'id me-rafa'-kannya sampai kepadaNabi Saw. Bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Siapa pun orangnya yang mukmin memberi minum orang mukmin lainnya yang sedang kehausan, maka kelak Allah akan memberinya minuman di hari kiamat nanti

dari khamr murni yang dilak tempatnya. Dan siapa pun orangnya yang mukmin memberi makan orang mukmin lain yang sedang kelaparan, maka Allah memberinya makan dari buah-buahan surga. Dan siapa pun orangnya yang

mukmin memberi pakaian kepada orang mukmin lainnya yang tidak punya pakaian (telanjang), maka Allah akan memberinya pakaian dari kain sutra surga yang berwarna hijau.Ibnu Mas'ud mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

laknya adalah kesturi.(Al-Muthaffifin: 26) Bahwa makna yang dimaksud ialah campurannya adalah minyak kesturi. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Allah mewangikan bagi mereka khamr surga, dan sesuatu yang dicampurkan

kepada khamr surga adalah kesturi, kemudian dilak dengan kesturi. Hal yang sama dikatakan oleh Qatadah dan Ad-Dahhak. Ibrahim dan Al-Hasan mengatakan bahwa laknya memakai minyak kesturi, yakni kesudahannya ialah minyak kesturi.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Wadih, telah menceritakan kepada kami Abu Hamzah, dari Jabir, dari Abdur Rahman ibnu Sabit,

dari Abu Darda sehubungan dengan makna firman-Nya: laknya adalah kesturi. (Al-Muthaffifin: 26) Yakni minuman yang putih seperti warna perak yang mereka gunakan untuk menutup minuman khamrnya.

Seandainya seseorang dari penduduk dunia memasukkan jarinya ke dalam minuman itu, lalu ia mengeluarkannya, maka tiada suatu makhluk pun yang bernyawa melainkan dapat mencium bau wanginya. Ibnu AbuNajih telah meriwayatkan dari

Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: laknya adalah kesturi. (Al-Muthaffifin: 26) Maksudnya, diharumkan dengan minyak kesturi. Firman Allah Swt.:


{وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ}


dan untuk demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba. (Al-Muthaffifin: 26)Yaitu terhadap keadaan seperti ini hendaklah orang-orang berlomba-lomba untuk meraihnya dan berbangga diri karena berhasil meraihnya.Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh ayat lain melalui firman-Nya:


{لِمِثْلِ هَذَا فَلْيَعْمَلِ الْعَامِلُونَ}


Untuk kesenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja. (Ash-Shaffat: 61)Adapun firman Allah Swt:


{وَمِزَاجُهُ مِنْ تَسْنِيمٍ}


Dan campuran khamr murni itu adalah dari tasnim. (Al-Muthaffifin: 27) Yakni campuran khamr ini adalah sesuatu minuman yang disebut tasnim, yang merupakan

minuman ahli surga yang paling afdal dan paling terhormat. Demikianlah menurut Abu Saleh dan Ad-Dahhak. Karena itulah Allah Swt. berfirman dalam ayat berikutnya:


{عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا الْمُقَرَّبُونَ}


(yaitu) mata air yang minum darinya orang-orang yang didekatkan kepada Allah. (Al-Miitaffifin: 28) Maksudnya, minuman yang hanya diminum oleh orang-orang yang didekatkan dengan Allah.

Minuman tersebut menjadi campuran bagi minuman ashabul yamin atau golongan kanan. Demikianlah menurut Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Masruq, Qatadah, serta selain mereka.

Surat Al-Tatfif |83:19|

وَمَا أَدْرَاكَ مَا عِلِّيُّونَ

wa maaa adrooka maa 'illiyyuun

Dan tahukah engkau apakah 'Illiyyin itu?

And what can make you know what is 'illiyyun?

Tafsir
Jalalain

(Tahukah kamu) atau apakah kamu mengetahui (apakah 'Illiyyiin itu) apakah kitab 'Illiyyiin itu

Alazhar

"Sudahkah engkau tahu, apakah ‘Illiyin itu?" (ayat 19).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Tatfif | 83 : 19 |

penjelasan ada di ayat 18

Surat Al-Tatfif |83:20|

كِتَابٌ مَرْقُومٌ

kitaabum marquum

(Yaitu) Kitab yang berisi catatan (amal),

It is [their destination recorded in] a register inscribed

Tafsir
Jalalain

Yaitu (kitab yang bertulis) kitab yang ada catatannya.

Alazhar

"(Yaitu) kitab yang tertulis." (ayat 20).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Tatfif | 83 : 20 |

penjelasan ada di ayat 18

Surat Al-Tatfif |83:21|

يَشْهَدُهُ الْمُقَرَّبُونَ

yasy-haduhul-muqorrobuun

yang disaksikan oleh (malaikat-malaikat) yang didekatkan (kepada Allah).

Which is witnessed by those brought near [to Allah].

Tafsir
Jalalain

(Yang disaksikan oleh yang didekatkan) yakni malaikat-malaikat yang didekatkan.

Alazhar

"Yang disaksikan oleh mereka-mereka yang sangat dekat." (ayat 21).Di dalam empat ayat ini dijelaskanlah

bahwasanya catatan amal dan usaha dari orang-orang yang berbuat baik pada masa hidupnya di dunia ini,

dicatat pula amalannya, dipelihara baik-baik, diletakkan di tempat yang tertinggi dan termulia,

dan yang menyaksikannya dan memperhatikannya dan menjaganya ialah mereka yang muqarrabun;

yang sangat dekat kepada Allah; yaitu malaikat. Dan boleh juga dikatakan bahwasanya yang menyaksikan akan kebajikan

amalan orang yang berbuat baik itu hanyalah orang-orang yang dekat kepada Allah jua.

Dan yang dekat kepada Allah itu bukan saja malaikat-malaikat yang di langit,

bahkan sesama manusia pun ada yang dipandang terdekat kepada Allah

. Sebagaimana tersebut di dalam ayat 10 dan 11 dari Surat 56, Al-Waqi’ah bahwa orang-orang yang terdahulu,

berlomba dahulu mendahului di dalam berbuat amal yang baik, orang-orang itulah yang akan dimasukkan Allah

dalam golongan orang muqarrabun. Demikian juga di Surat 2, Al-Baqarah ayat 186 Allah menunjukkan jalan,

bahwasanya orang-orang yang selalu menyediakan diri menyambut seruan Allah, maka dekatlah Allah dari dia.

Ayat ini memberi obat penawar bagi hati orang baik-baik, orang-orang jujur bahwa meskipun manusia

kebanyakan tidak menghargai jasanya yang baik, namun malaikat dan manusia-manusia

yang dekat kepada Tuhan teruslah menjunjung tinggi dan menghargai jasa-jasa itu. Yakinlah

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Tatfif | 83 : 21 |

penjelasan ada di ayat 18

Surat Al-Tatfif |83:22|

إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ

innal-abrooro lafii na'iim

Sesungguhnya orang-orang yang berbakti benar-benar berada dalam (surga yang penuh) kenikmatan,

Indeed, the righteous will be in pleasure

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya orang-orang yang berbakti itu berada dalam kenikmatan yang berlimpah) yakni surga.

Alazhar

"Sesungguhnya orang yang baik-baik itu adalah di dalam kenikmatan." (ayat 22).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Tatfif | 83 : 22 |

penjelasan ada di ayat 18

Surat Al-Tatfif |83:23|

عَلَى الْأَرَائِكِ يَنْظُرُونَ

'alal-arooo`iki yanzhuruun

mereka (duduk) di atas dipan-dipan melepas pandangan.

On adorned couches, observing.

Tafsir
Jalalain

(Di atas dipan-dipan) atau di atas ranjang-ranjang yang berkelambu (mereka memandang) kenikmatan-kenikmatan yang diberikan kepada mereka.

Alazhar

"Dari atas pelaminan-pelaminan mereka memandang." (ayat 23).Araaik kita artikan dengan pelaminan-pelaminan,

yaitu tempat duduk tertinggi yang diduduki oleh orang-orang yang amat dimuliakan,

sebagaimana yang kita sediakan buat duduk bersanding di antara dua orang pengantin, atau sebagai mahligai,

singgasana atau tahta tempat raja bersemayam. Dihiasi tempat duduk itu dengan berbagai ragam hiasan.

Maka duduklah orang-orang yang telah beramal baik di kala hidupnya itu pada pelaminan-pelaminan atau mahligai,

atau singgasana yang mulia itu, memandang alam dalam syurga yang ada di kelilingnya

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Tatfif | 83 : 23 |

penjelasan ada di ayat 18

Surat Al-Tatfif |83:24|

تَعْرِفُ فِي وُجُوهِهِمْ نَضْرَةَ النَّعِيمِ

ta'rifu fii wujuuhihim nadhrotan na'iim

Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup yang penuh kenikmatan.

You will recognize in their faces the radiance of pleasure.

Tafsir
Jalalain

(Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup mereka yang penuh kenikmatan) yakni wajah-wajah yang cerah penuh dengan kenikmatan hidup.

Alazhar

"Engkau dapat mengenal wajah-wajah mereka itu sinar dari nikmat." (ayat 24).Maka membayanglah kepada wajah mereka kebahagiaan dan kegembiraan yang mereka rasakan,

tersebab bekas dan usaha mereka sendiri di kala hidup. Sedangkan dalam dunia ini saja pun dapat kita melihat wajah orang yang berseri-seri karena kegembiraan jiwa,

karena tidak pernah merasa berbuat jahat kepada sesama manusia, apatah lagi di akhirat kelak

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Tatfif | 83 : 24 |

penjelasan ada di ayat 18