Juz 30

Surat Al-Buruj |85:14|

وَهُوَ الْغَفُورُ الْوَدُودُ

wa huwal-ghofuurul-waduud

Dan Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Pengasih,

And He is the Forgiving, the Affectionate,

Tafsir
Jalalain

(Dan Dialah Yang Maha Pengampun) kepada orang-orang mukmin yang berbuat dosa (lagi Maha Pengasih) yakni Maha Belas Kasih kepada kekasih-kekasih-Nya dengan memberikan karamah kepada mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Buruj | 85 : 14 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Al-Buruj |85:15|

ذُو الْعَرْشِ الْمَجِيدُ

żul-'arsyil-majiid

yang memiliki 'Arsy, lagi Maha Mulia,

Honorable Owner of the Throne,

Tafsir
Jalalain

(Yang mempunyai Arasy) yakni Yang menciptakan dan Yang memilikinya (lagi Maha Agung) dibaca Rafa' yakni Al-Majiidu, artinya Yang berhak menyandang kesempurnaan sifat-sifat Yang Maha Tinggi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Buruj | 85 : 15 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Al-Buruj |85:16|

فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ

fa''aalul limaa yuriid

Maha Kuasa berbuat apa yang Dia kehendaki.

Effecter of what He intends.

Tafsir
Jalalain

(Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya) artinya tiada sesuatu pun yang dapat menghalang-halangi kehendak-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Buruj | 85 : 16 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Al-Buruj |85:17|

هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْجُنُودِ

hal ataaka ḥadiiṡul-junuud

Sudahkah sampai kepadamu berita tentang bala tentara (penentang),

Has there reached you the story of the soldiers -

Tafsir
Jalalain

(Sudahkah datang kepadamu) hai Muhammad (berita tentang kaum-kaum penentang.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Buruj | 85 : 17 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Al-Buruj |85:18|

فِرْعَوْنَ وَثَمُودَ

fir'auna wa ṡamuud

(yaitu) Fir´aun dan Samud?

[Those of] Pharaoh and Thamud?

Tafsir
Jalalain

(Yaitu kaum Fir'aun dan kaum Tsamud) kedua lafal ini menjadi Badal dari lafal Al-Junuud; dan di sini cukup hanya dengan menyebut nama Firaun saja tanpa menyebut bala tentaranya;

adapun Tsamud adalah nama suatu kaum. Kisahnya ialah bahwasanya mereka dibinasakan karena kekafiran mereka.

Hal ini merupakan peringatan bagi orang-orang yang ingkar kepada Nabi saw. dan Alquran, dimaksud supaya mereka mengambil pelajaran dari kisah tersebut.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Buruj | 85 : 18 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Al-Buruj |85:19|

بَلِ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي تَكْذِيبٍ

balillażiina kafaruu fii takżiib

Memang orang-orang kafir (selalu) mendustakan,

But they who disbelieve are in [persistent] denial,

Tafsir
Jalalain

(Akan tetapi orang-orang kafir selalu mendustakan) hal-hal yang telah disebutkan tadi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Buruj | 85 : 19 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Al-Buruj |85:20|

وَاللَّهُ مِنْ وَرَائِهِمْ مُحِيطٌ

wallohu miw warooo`ihim muḥiith

padahal Allah mengepung dari belakang mereka (sehingga tidak dapat lolos).

While Allah encompasses them from behind.

Tafsir
Jalalain

(Padahal Allah mengepung mereka dari belakang mereka) tiada seseorang pun yang dapat menyelamatkan dan menjaga mereka dari azab-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Buruj | 85 : 20 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Al-Buruj |85:21|

بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيدٌ

bal huwa qur`aanum majiid

Bahkan (yang didustakan itu) ialah Al-Qur´an yang mulia,

But this is an honored Qur'an

Tafsir
Jalalain

(Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Alquran yang mulia) atau yang agung.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Buruj | 85 : 21 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Al-Buruj |85:22|

فِي لَوْحٍ مَحْفُوظٍ

fii lauḥim maḥfuuzh

yang (tersimpan) dalam (tempat) yang terjaga (Lauh Mahfuz).

[Inscribed] in a Preserved Slate.

Tafsir
Jalalain

(Yang dalam Lauh) berada di atas langit yang ketujuh (terpelihara) dari ulah setan-setan dan dari sesuatu perubahan. Panjang Lohmahfuz itu sama dengan panjangnya langit dan bumi,

sedangkan lebarnya ialah sama dengan jarak antara timur dan barat; terbuat dari intan yang putih bersih. Demikianlah menurut pendapat yang telah dikemukakan oleh Ibnu Abbas r.a.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Buruj | 85 : 22 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat At-Tariq |86:1|

وَالسَّمَاءِ وَالطَّارِقِ

was-samaaa`i wath-thooriq

Demi langit dan yang datang pada malam hari.

By the sky and the night comer -

Tafsir
Jalalain

(Demi langit dan yang datang pada malam hari) lafal Ath-Thaariq pada asalnya berarti segala sesuatu yang datang pada malam hari, antara lain ialah bintang-bintang, karena bintang-bintang baru muncul bila malam tiba.

Alazhar

at-tharik.pdf

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | At-Tariq | 86 : 1 |

Tafsir ayat 1-10

Allah Swt. bersumpah dengan menyebut nama langit dan semua bintang yang bersinar terang yang menghiasinya. Untuk itu, maka disebutkan oleh firman-Nya:


{وَالسَّمَاءِ وَالطَّارِقِ}


Demi langit dan yang datang pada malam hari. (Ath-Thariq: 1) Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan:


{وَمَا أَدْرَاكَ مَا الطَّارِقُ}


tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu? (Ath-Thariq: 2)Lalu ditafsirkan oleh firman Allah Swt.:


{النَّجْمُ الثَّاقِبُ}


(yaitu) bintang yang cahayanya menembus. (Ath-Thariq: 3) Qatadah dan lain-Lainnya mengatakan bahwa sesungguhnya bintang dinamakan Ath-Thariq tiada lain

karena ia hanya dapat dilihat di malam hari, sedangkan siang hari tidak kelihatan. Hal ini diperkuat dengan apa yang disebutkan di dalam hadis sahih yang mengatakan:


نَهَى أَنْ يَطْرُقَ الرَّجُلُ أَهْلَهُ طُرُوقًا


Beliau Saw. melarang seseorang mendatangi keluarganya di malam hari yang sudah larut. Yakni dia pulang ke rumahnya dengan mengejutkan di malam hari. Di dalam hadis lain yang mengandung doa telah disebutkan:


"إِلَّا طَارِقًا يَطْرُقُ بِخَيْرٍ يَا رَحْمَنُ"


kecuali orang yang datang di tengah malam dengan membawa kebaikan, ya Tuhan Yang Maha Pemurah. Mengenai firman Allah Swt.:


{الثَّاقِبُ}


yang cahayanya menembus. (Ath-Thariq: 3) Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah yang cahayanya terang. As-Saddi mengatakan, makna yang

dimaksud ialah yang menembus setan-setan apabila dilemparkan kepadanya. Ikrimah mengatakan, makna yang dimaksud ialah yang cahayanya terang lagi membakar setan-setan. Firman Allah Swt.:


{إِنْ كُلُّ نَفْسٍ لَمَّا عَلَيْهَا حَافِظٌ}


tidak ada suatu jiwa (diri) pun melainkan ada penjaganya. (Ath-Thariq: 4) Yaitu sesungguhnya pada tiap diri terdapat malaikat yang menjaganya ditugaskan oleh Allah Swt. agar melindunginya dari berbagai bencana dan penyakit. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


لَهُ مُعَقِّباتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ


Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. (Ar-Ra'd: 11) Adapun firman Allah Swt.:


{فَلْيَنْظُرِ الإنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ}


Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? (Ath-Thariq: 5) Ini mengingatkan manusia akan betapa lemahnya asal kejadiannya, sekaligus membimbingnya untuk mengakui adanya hari kemudian. yaitu hari berbangkit.

Karena sesungguhnya Tuhan yang mampu menciptakannya dari semula mampu pula untuk mengembalikannya seperti keadaan semula, bahkan lebih mudah. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman Allah Swt.:


وَهُوَ الَّذِي يَبْدَؤُا الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ


Dan Dialah Yang Menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. (Ar-Rum: 27) Firman Allah Swt.:


{خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ}


Dia diciptakan dari air yang terpancar. (Ath-Thariq: 6) Yaitu air mani yang dipancarkan oleh laki-laki dan bertemu dengan indung telur wanita, maka terjadilah anak dari percampuran keduanya dengan seizin Allah Swt. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikut-nya:


{يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ}


yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-Thariq: 7) Yakni dari sulbi laki-laki dan dari tulang dada wanita. Syabib ibnu Bisyr telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna

firman-Nya: yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-Thariq: 7) Yaitu sulbi laki-laki dan tara-ibul mar-ah (tulang dada wanita) yang warna air maninya kuning lagi agak encer, kejadian anak dari air mani

keduanya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah, Qatadah, As-Saddi, dan lain-lainnya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada

kami Abu Usamah, dari Mis'ar, bahwa ia pernah mendengar Al-Hakam menceritakan pendapat Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-Thariq: 7)

Lalu Ibnu Abbas mengatakan, "Inilah tara-ib," seraya meletakkan tangannya ke dadanya. Ad-Dahhak dan Atiyyah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa taribatul mar-ah artinya tempat kalung (liontin)nya.

’ Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah dan Sa'id ibnu Jubair. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa tara-ib artinya di antara susunya. Diriwayatkan dari Mujahid bahwa tara-ib ialah antara'kedua

pundak sampai dada. Diriwayatkan pula dari Mujahid bahwa tara-ib berada di bawah kerongkongan. Diriwayatkan dari Ad-Dahhak bahwa tara-ib terletak di antara kedua susu, kedua kaki, dan kedua mata. Al-Lais ibnu Sa'd telah meriwayatkan dari

Ma'mar ibnu Abu Habibah Al-Madani, bahwa Al-Lais telah mendapat berita darinya sehubungan dengan makna firman-Nya: yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada (Ath-Thariq: 7) Bahwa yang dimaksud ialah tetesan hati,

dari sanalah asal mula terjadinya anak. Diriwayatkan pula dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya:yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-Thariq: 7)Yakni di antara tulang sulbi dan bagian bawah kerongkongannya. Firman Allah Swt.:


{إِنَّهُ عَلَى رَجْعِهِ لَقَادِرٌ}


Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah matinya). (Ath-Thariq: 8)Sehubungan dengan makna ayat ini ada dua pendapat.• Pertama, mengatakan bahwa Allah berkuasa mengembalikan air

mani yang telah terpancarkan ini ke tempat asalnya keluar. Hal ini dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, dan selain keduanya.• Pendapat yang kedua mengatakan, sesungguhnya Allah berkuasa menghidupkan kembali manusia

yang diciptakan dari air mani ini sesudah matinya, lalu dibangkitkan untuk menuju negeri akhirat. Karena sesungguhnya Tuhan yang menciptakan dari semula mampu mengembalikan (menghidupkan) ciptaan-Nya seperti semula.

Allah Swt. telah menyebutkan dalil yang menunjukkan hal ini di dalam Al-Qur'an di berbagai tempat. Pendapat ini dikatakan oleh Ad-Dahhak dan dipilih oleh Ibnu Jarir. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:


{يَوْمَ تُبْلَى السَّرَائِرُ}


Pada hari ditampakkan segala rahasia. (Ath-Thariq: 9)Pada hari kiamat semua rahasia ditampakkan sehingga menjadi jelas dan terang, dan tiada lagi rahasia karena

semuanya menjadi tampak kelihatan dan semua yang tadinya tersembunyi di hari itu menjadi kelihatan. Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui Ibnu Ulnar, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"يُرْفَعُ لِكُلِّ غَادِرٍ لِوَاءٌ عِنْدَ اسْتِهِ يُقَالُ: هَذِهِ غَدْرَةُ فُلَانِ بْنِ فُلَانٍ"


Bagi tiap orang yang khianat dinaikkan (dipasang) bendera pada pantatnya, lalu dikatakan bahwa ini adalah pengkhianatan si Fulan bin Fulan. Firman Allah Swt.:


{فَمَا لَهُ}


maka sekali-kali tidak ada bagi manusia itu. (Ath-Thariq: 10) Yakni bagi manusia kelak di hari kiamat.


{مِنْ قُوَّةٍ}


satu kekuatan pun. (Ath-Thariq: 10) Maksudnya, kekuatan dalam dirinya.


{وَلا نَاصِرٍ}


dan tidak (pula) seorang penolong. (Ath-Thariq: 10) Yaitu dari luar dirinya. Dengan kata lain, tiada seorang pun yang dapat menyelamatkan dirinya dari azab Allah dan tiada pula seorang pun yang dapat menolong orang lain dari azab Allah.

Surat At-Tariq |86:2|

وَمَا أَدْرَاكَ مَا الطَّارِقُ

wa maaa adrooka math-thooriq

Dan tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu?

And what can make you know what is the night comer?

Tafsir
Jalalain

(Tahukah kamu) artinya apakah kamu mengetahui (apakah yang datang pada malam hari itu) lafal Maa adalah Mubtada sedangkan lafal Ath-Thaariq adalah Khabarnya,

kedua lafal tersebut berkedudukan menjadi Maf'ul kedua dari lafal Adraa. Lafal Maa yang kedua juga menjadi Khabar dari lafal Maa yang pertama,

di dalamnya terkandung makna yang menjelaskan kedudukan Ath-Thaariq yang agung itu; selanjutnya pengertian Ath-Thaariq dijelaskan oleh firman berikutnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | At-Tariq | 86 : 2 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat At-Tariq |86:3|

النَّجْمُ الثَّاقِبُ

an-najmuṡ-ṡaaqib

(Yaitu) bintang yang bersinar tajam,

It is the piercing star -

Tafsir
Jalalain

(Yaitu bintang) yakni bintang Tsurayya, atau semua bintang (yang cahayanya menembus) kegelapan malam. Yang menjadi Jawab Qasam ialah:

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | At-Tariq | 86 : 3 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat At-Tariq |86:4|

إِنْ كُلُّ نَفْسٍ لَمَّا عَلَيْهَا حَافِظٌ

ing kullu nafsil lammaa 'alaihaa ḥaafizh

setiap orang pasti ada penjaganya.

There is no soul but that it has over it a protector.

Tafsir
Jalalain

(Tidak ada suatu jiwa pun melainkan ada penjaganya) jika dibaca Lamaa tanpa memakai Tasydid, berarti huruf Maa adalah huruf Zaidah, dan In adalah bentuk Takhfif dari Inna sedangkan Isimnya tidak disebutkan,

dan huruf Lamnya adalah huruf Fariqah. Artinya sesungguhnya setiap diri itu ada penjaganya. Jika dibaca Lammaa dengan memakai Tasydid, berarti In adalah bermakna Nafi, sedangkan Lammaa bermakna Illaa;

artinya tiada suatu jiwa pun melainkan ada penjaganya, yakni penjaga yang terdiri dari malaikat; malaikat penjaga itu bertugas untuk mencatat amal baik dan amal buruknya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | At-Tariq | 86 : 4 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat At-Tariq |86:5|

فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ

falyanzhuril-insaanu mimma khuliq

Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apa dia diciptakan.

So let man observe from what he was created.

Tafsir
Jalalain

(Maka hendaklah manusia memperhatikan) dengan perhatian yang dibarengi dengan mempelajarinya (dari apakah dia diciptakan) artinya berasal dari apakah dia tercipta

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | At-Tariq | 86 : 5 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat At-Tariq |86:6|

خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ

khuliqo mim maaa`in daafiq

Dia (manusia) diciptakan dari air (mani) yang terpancar,

He was created from a fluid, ejected,

Tafsir
Jalalain

(Dia diciptakan dari air yang terpancar) yakni yang dipancarkan oleh laki-laki ke dalam rahim wanita.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | At-Tariq | 86 : 6 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat At-Tariq |86:7|

يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ

yakhruju mim bainish-shulbi wat-tarooo`ib

yang keluar dari antara tulang punggung (sulbi) dan tulang dada.

Emerging from between the backbone and the ribs.

Tafsir
Jalalain

(Yang keluar dari antara tulang sulbi) laki-laki (dan tulang dada) perempuan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | At-Tariq | 86 : 7 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat At-Tariq |86:8|

إِنَّهُ عَلَىٰ رَجْعِهِ لَقَادِرٌ

innahuu 'alaa roj'ihii laqoodir

Sungguh, Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup setelah mati).

Indeed, Allah, to return him [to life], is Able.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Dia) yakni Allah swt. (untuk mengembalikannya) atau menghidupkan kembali manusia setelah mati (benar-benar kuasa) maka apabila manusia itu benar-benar memperhatikan asal mula kejadiannya,

niscaya dia akan menyimpulkan, bahwasanya Yang Maha Kuasa menciptakan demikian, berkuasa pula untuk menghidupkannya kembali.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | At-Tariq | 86 : 8 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat At-Tariq |86:9|

يَوْمَ تُبْلَى السَّرَائِرُ

yauma tublas-sarooo`ir

Pada hari ditampakkan segala rahasia,

The Day when secrets will be put on trial,

Tafsir
Jalalain

(Pada hari ditampakkan) maksudnya, diuji dan dibuka (segala rahasia) yaitu hal-hal yang terkandung di dalam kalbu berupa keyakinan-keyakinan dan niat-niat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | At-Tariq | 86 : 9 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat At-Tariq |86:10|

فَمَا لَهُ مِنْ قُوَّةٍ وَلَا نَاصِرٍ

fa maa lahuu ming quwwatiw wa laa naashir

maka manusia tidak lagi mempunyai suatu kekuatan dan tidak (pula) ada penolong.

Then man will have no power or any helper.

Tafsir
Jalalain

(Maka sekali-kali tidak ada bagi manusia itu) yaitu bagi orang yang tidak mempercayai adanya hari berbangkit (suatu kekuatan pun)

yang dapat melindunginya dari azab (dan tidak pula seorang penolong pun) yang dapat menolak azab Allah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | At-Tariq | 86 : 10 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat At-Tariq |86:11|

وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الرَّجْعِ

was-samaaa`i żaatir-roj'

Demi langit yang mengandung hujan,

By the sky which returns [rain]

Tafsir
Jalalain

(Demi langit yang mengandung hujan) hujan dinamakan Ar-Raj'u karena berulang datang pada musimnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | At-Tariq | 86 : 11 |

Tafsir ayat 11-17

Ibnu Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ar-raj'u ialah hujan, dan diriwayatkan pula darinya bahwa yang dimaksud adalah awan yang mengandung air hujan. Menurut riwayat lainnya lagi yang juga bersumber darinya, sehubungan dengan makna firman-Nya:


{وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الرَّجْعِ}


Demi langit yang mengandung hujan. (Ath-Thariq: 11) Yakni menurunkan hujan, kemudian menurunkan hujannya lagi. Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah yang mengembalikan rezeki hamba-hamba setiap tahunnya;

seandainya tidak demikian, niscaya binasalah mereka dan juga hewan ternak mereka. Ibnu Zaid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah yang kembali bintang-bintangnya, mataharinya, dan rembulannya datang dari arah ini.


{وَالأرْضِ ذَاتِ الصَّدْعِ}


dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan. (Ath-Thariq: 12) Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah terbelahnya bumi mengeluarkan tetumbuhannya.

Hal yang sama dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah, Abu Malik, Ad-Dahhak, Al-Hasan, Qatadah, As-Saddi, dan selain mereka yang bukan hanya seorang.Firman Allah Swt.:


{إِنَّهُ لَقَوْلٌ فَصْلٌ}


sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak dan yang batil. (Ath-Thariq: 13) Ibnu Abbas mengatakan, faslun artinya yang hak atau yang benar. Hal yang sama dikatakan oleh Qatadah, sedangkan yang lain mengatakan hukum yang adil.


{وَمَا هُوَ بِالْهَزْلِ}


dan sekali-kali bukanlah dia senda gurau. (Ath-Thariq: 14) Yakni bahkan Al-Qur'an itu sungguhan dan benar. Kemudian Allah menceritakan perihal orang-orang kafir, bahwa mereka mendustakan Al-Qur'an dan menghalang-halangi manusia dari mengikuti jalannya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{إِنَّهُمْ يَكِيدُونَ كَيْدًا}


Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya. (Ath-Thariq: 15) Mereka membuat tipu daya dalam seruannya kepada manusia untuk mengelabui mereka agar menentang Al-Qur'an. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:


{فَمَهِّلِ الْكَافِرِينَ}


Karena itu, beri tangguhlah orang-orang kafir itu. (Ath-Thariq: 17) Yakni berilah mereka masa tangguh dan janganlah kamu tergesa-gesa terhadap mereka.


{أَمْهِلْهُمْ رُوَيْدًا}


yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar. (Ath-Thariq: 17) Maksudnya, waktu sebentar. Maka kelak kamu akan menyaksikan apa yang bakal

menimpa mereka, yaitu azab, pembalasan, dan hukuman serta kehancuran. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:


نُمَتِّعُهُمْ قَلِيلًا ثُمَّ نَضْطَرُّهُمْ إِلى عَذابٍ غَلِيظٍ


Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras. (Luqman: 24).

Surat At-Tariq |86:12|

وَالْأَرْضِ ذَاتِ الصَّدْعِ

wal-ardhi żaatish-shod'

dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan,

And [by] the earth which cracks open,

Tafsir
Jalalain

(Dan demi bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan) maksudnya retak-retak karena daripadanya keluar tumbuh-tumbuhan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | At-Tariq | 86 : 12 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat At-Tariq |86:13|

إِنَّهُ لَقَوْلٌ فَصْلٌ

innahuu laqoulun fashl

sungguh, (Al-Qur´an) itu benar-benar firman pemisah (antara yang hak dan yang batil),

Indeed, the Qur'an is a decisive statement,

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Alquran itu) yakni wahyu Alquran (benar-benar firman yang memutuskan) yang memisahkan antara perkara yang hak dan perkara yang batil.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | At-Tariq | 86 : 13 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat At-Tariq |86:14|

وَمَا هُوَ بِالْهَزْلِ

wa maa huwa bil-hazl

dan (Al-Qur´an) itu bukanlah senda gurauan.

And it is not amusement.

Tafsir
Jalalain

(Dan sekali-kali bukanlah dia senda gurau) atau mainan dan kebatilan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | At-Tariq | 86 : 14 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat At-Tariq |86:15|

إِنَّهُمْ يَكِيدُونَ كَيْدًا

innahum yakiiduuna kaidaa

Sungguh, mereka (orang kafir) merencanakan tipu daya yang jahat,

Indeed, they are planning a plan,

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya mereka) yakni orang-orang kafir (merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya) yaitu mereka melakukan tipu daya yang jahat terhadap diri Nabi saw.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | At-Tariq | 86 : 15 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat At-Tariq |86:16|

وَأَكِيدُ كَيْدًا

wa akiidu kaidaa

dan Aku pun membuat rencana (tipu daya) yang jitu.

But I am planning a plan.

Tafsir
Jalalain

(Dan Aku pun membuat rencana pula dengan sebenar-benarnya) maksudnya, Aku biarkan mereka bersenang-senang sesuka hatinya,

tanpa mereka sadari bahwa hal itu merupakan Istidraj dari Aku, yang kelak Aku akan mengazab mereka dengan sepedih-pedihnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | At-Tariq | 86 : 16 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat At-Tariq |86:17|

فَمَهِّلِ الْكَافِرِينَ أَمْهِلْهُمْ رُوَيْدًا

fa mahhilil-kaafiriina am-hil-hum ruwaidaa

Karena itu berilah penangguhan kepada orang-orang kafir. Berilah mereka kesempatan untuk sementara waktu.

So allow time for the disbelievers. Leave them awhile.

Tafsir
Jalalain

(Karena itu beri tangguhlah) hai Muhammad (orang-orang kafir itu, beri tangguhlah mereka) lafal Amhilhum mengukuhkan makna yang terkandung di dalam lafal Famahhil;

dianggap baik karena lafalnya berbeda dengan yang pertama, artinya tangguhkanlah mereka itu (barang sebentar) dalam waktu yang singkat.

Lafal Ruwaidan adalah mashdar yang mengukuhkan makna 'Amilnya. Ia adalah bentuk Tashghir dari lafal Rawdun atau Arwaadun yang mengandung makna Tarkhiim.

Dan Allah swt. benar-benar mengazab orang-orang kafir itu dalam perang Badar. Akan tetapi ayat penangguhan ini dinasakh oleh ayat perang, yakni Allah memerintahkan Nabi-Nya supaya berjihad memerangi mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | At-Tariq | 86 : 17 |

penjelasan ada di ayat 11

Surat Al-Ala |87:1|

سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى

sabbiḥisma robbikal-a'laa

Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi,

Exalt the name of your Lord, the Most High,

Tafsir
Jalalain

(Sucikanlah nama Rabbmu) maksudnya sucikanlah Dia dari sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya lafal Ismu adalah lafal Za'id (Yang Maha Tinggi) lafal Al-A'laa berkedudukan sebagai kata sifat bagi lafal Rabbika.

Alazhar

UCAPAN KESUCIAN BAGI ALLAH " Ucapkanlah kesucian atas nama Tuhan engkau Yang Mahatinggi" Ucapkan kesucian bagi nama Allah, Tuhan sarwa sekalian alam, itulah yang disebut tasbih.

Dia diungkapkan di dalam salah satu dzikir, yaitu Subhanallah! Langit dan bumi pun mengucapkan kesucian bagi Allah. Dan itu dapat kita rasakan

apabila sebagai insan kita tegak dengan sadar ke tengah-tengah alam yang di keliling kita ini.Siapa menjadikan ini semua dan siapa yang mengatur.

Disebutkan di ujung ayat salah satu sifat Tuhan, yaitu Al-A'laa. Artinya Yang Maha Tinggi, tinggi sekali, puncak yang di atas sekali dan tidak ada yang di atasnya lagi.

Ucapan tasbih itu adalah pupuk bagi Tauhid yang telah kita tanam dalam jiwa kita. Allah itu suci daripada apa yang dikatakan oleh setengah manusia. Mereka pun memuji Allah tetapi tidak bertasbih kepada Allah.

Sebab Allah itu dikatakannya beranak. Ada yang mengatakan Allah itu beranak laki-laki seorang, yaitu anaknya yang tunggal.

Itulah Isa Almasih anak Maryam dan bertiga dia menjadi Tuhan. Yang seorang lagi ialah Ruhul-Qudus atau Roh Suci.

Padahal itu adalah Malaikat Jibril, bukan Tuhan. Bagi mereka Allah itu tidak Maha Tinggi sendiri-Nya,

karena ada yang duduk sama rendah tegak sama tinggi dengan dia, yaitu Almasih dan Ruhul-Qudus itu. Dan ada pula yang mengatakan bahwa Allah itu beranak. Tetapi anaknya perempuan belaka

. Itulah Al-Laata, 'Uzza dan Manaata yang besar. Ada pula yang mengatakan bahwa sekalian malaikat itu adalah anak Allah.

Dan ada pula yang mengatakan bahwa banyak yang lain yang bersekutu dengan Allah itu. Sebab dia tidak berkuasa, tidak berupaya mengatur alam ini dengan sendiri.

Selalulah kita hendaknya bertasbih, mengucapkan kesucian bagi nama Allah, Yang Maha Tinggi itu. Sampai seketika ayat pertama ini diturunkan, Nabi kita bersabda:"Jadikanlah dia dalam sujud kamu"

Dan seketika turun ayat 95 dan 96, Surat 56 (Al-Waqi'ah) yang berbunyi: "Sesungguhnya ini, adalah dia sebenar-benar yakin. Maka ucapkanlah kesucian atas nama Tuhan engkau Yang Maha Agung."

Maka bersabdalah Rasulullah SAW:"Jadikanlah dia dalam ruku'mu" Demikianlah asal mula bacaan ruku' dan sujud yang berbunyi demikian:

"Amat Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi" (Waktu sujud) dan Yang Maha Agung (di waktu ruku'), lalu ditambahi dengan wa bi hamdihi :

"Dan disertai puji-pujian bagi-Nya."Itu pun adalah pelaksanaan daripada ayat 48 dan 49 dari Surat 52, Ath-Thuur:

"Dan ucapkanlah kesucian dengan memuji kepada Tuhan engkau seketika engkau berdiri sembahyang; dan daripada malam

, maka ucapkan jualah kesucian untuk-Nya, dan seketika bintang-bintang mulai pudar cahayanya." (Subuh). Mengapa maka kita ucapkan kesucian bagi Tuhan kita?Karena Dialah,

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ala | 87 : 1 |

Tafsir ayat 1-13

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ayyub Al-Gafiqi, telah menceritakan kepada kami pamanku Iyas ibnu Amir; ia pernah mendengar

Uqbah ibnu Amir Al-Juhani mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar. (Al-Haqqah: 52; Al-Waqiah 74, 96)

Maka Rasulullah Saw. bersabda kepada kami: Jadikanlah bacaan ayat ini dalam rukuk kalian! Dan ketika turun firman-Nya: Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Maka beliau Saw. bersabda kepada kami:

Jadikanlah bacaan ayat ini dalam sujud kalian! Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Ibnul Mubarak, dari Musa ibnu Ayyub dengan sanad yang sama.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ مُسْلِمٍ البَطين، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا قَرَأَ: {سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأعْلَى} قَالَ: "سُبْحَانَ رَبِّي الْأَعْلَى".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Muslim Al-Batin, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah Saw.

apabila membaca firman-Nya: Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Maka beliau Saw. mengucapkan: Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi. Demikianlah menurut riwayat Imam Ahmad, dan Imam

Abu Daud meriwayatkannya dari Zuhair ibnu Harb, dari Waki' dengan sanad yang sama. Abu Daud mengatakan bahwa nama Waki' masih diperselisihkan, karena dalam riwayat lain disebutkan Abu Waki' dan Syu'bah, dari

Abu Ishaq, dari Sa'id, dari Ibnu Abbas secara mauquf. As-Sauri telah meriwayatkan dari As-Saddi, dari Abdu Khair yang mengatakan bahwa aku pernah mendengar Ali membaca firman-Nya: Sucikanlah nama

Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Lalu ia mengucapkan, "Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi." Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Hakam,

dari Anbasah, dari Abu Ishaq Al-Hamdani, bahwa Ibnu Abbas apabila membaca firman-Nya: Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Maka ia mengucapkan, "Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi."

Dan apabila membaca firman-Nya: Aku bersumpah dengan hari kiamat. (Al-Qiyamah: 1) dan bacaannya sampai pada ayat terakhirnya, yaitu firman Allah Swt: Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula)

menghidupkan orang mati? (Al-Qiyamah: 40) Maka ia mengucapkan, "Mahasuci Engkau, dan tidaklah demikian (sebenarnya Engkau berkuasa untuk itu)." Qatadah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya:

Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1)Diceritakan kepada kami bahwa Nabi Saw. apabila membaca ayat ini, maka beliau mengucapkan, "Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi." Firman Allah Swt.:


{الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى}


yang menciptakan dan menyempurnakan (ciptaan-Nya). (Al-A'la: 2) Yakni Dia telah menciptakan makhluk dan menyempurnakan setiap makhluk-Nya dalam bentuk yang paling baik. Firman Allah Swt.:


{وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى}


dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk. (Al-A'la: 3) Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah yang memberi petunjuk kepada manusia untuk celaka dan untuk bahagia, dan memberi

petunjuk kepada hewan ternak untuk memakan makanannya di padang-padang tempat penggembalaannya. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam kisah Musa a.s. yang berkata kepada Fir'aun:


رَبُّنَا الَّذِي أَعْطى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدى


Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk. (Thaha: 50) Allah Swt. telah menentukan kadar bagi makhluk-Nya dan

memberi mereka petunjuk kepada takdirnya. Sebagaimana pula yang disebutkan di dalam kitab Sahih Muslim dari Abdullah ibnu Amr, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"إِنَّ اللَّهَ قَدَّر مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ، وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ"


Sesungguhnya Allah telah menentukan kadar-kadar bagi semua makhluk-Nya sebelum Dia menciptakan langit dan bumi dalam jangka waktu lima puluh ribu tahun, dan adalah 'Arasy-Nya masih berada di atas air.Firman Allah Swt.:


{وَالَّذِي أَخْرَجَ الْمَرْعَى}


dan yang menumbuhkan rumput-rumputan. (Al-A'la: 4) Yakni semua jenis tumbuh-tumbuhan dan tanam-tanaman.


{فَجَعَلَهُ غُثَاءً أَحْوَى}


lalu dijadikan-Nya rumput-rumput itu kering kehitam-hitaman. (Al-A'la: 5)Menurut Ibnu Abbas, artinya kering dan berubah warnanya; dan hal yang semisal telah diriwayatkan dari Mujahid, Qatadah, dan Ibnu Zaid.

Ibnu Jarir mengatakan bahwa sebagian orang yang ahli dalam bahasa Arab (ulama Nahwu) mengatakan bahwa dalam kalimat ini terkandung taqdim dan takhir dan bahwa makna yang dimaksudnya ialah bahwa Tuhan Yang

telah menumbuhkan rumput-rumputan, kemudian tampak hijau segar, lalu berubah menjadi layu berwarna kehitam-hitaman, sesudah itu menjadi kering kerontang.Kemudian Ibnu Jarir memberi komentar,

bahwa sekalipun pendapat ini termasuk salah satu dari takwil makna ayat, tetapi tidak benar mengingat pendapat ini bertentangan dengan pendapat-pendapat ulama ahli takwil. Firman Allah Swt.:


{سَنُقْرِئُكَ فَلا تَنْسَى}


Kami akan membacakan (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad), maka kamu tidak akan lupa. (Al-A'la: 6) Hal ini merupakan berita dari Allah Swt. dan janji-Nya kepada Nabi Muhammad Saw. bahwa Dia akan membacakannya kepadanya dengan bacaan yang selamanya dia tidak akan melupakannya.


{إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ}


kecuali kalau Allah menghendaki. (Al-A'la: 7) Demikianlah menurut pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Qatadah mengatakan bahwa adalah Rasulullah Saw. tidak pernah melupakan sesuatu kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah.

Menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan firman:Nya: maka kamu tidak akan lupa. (Al-A'la: 6) Ini mengandung makna talab; dan mereka menjadikan makna istisna berdasarkan pengertian ini ialah apa yang dijadikan subjek oleh nasakh.

Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa kamu tidak akan melupakan apa yang telah Kubacakan kepadamu kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah untuk dilupakan, maka janganlah kamu membiarkannya. Firman Allah Swt.:


{إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَى}


Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi. (Al-A'la: 7) Allah mengetahui apa yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya secara terang-terangan dan juga apa yang mereka sembunyikan dari ucapan dan perbuatan mereka. Tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya.Firman Allah Swt:


{وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَى}


Dan Kami akan memberi kamu taufik kepada jalan yang mudah. (Al-A'la: 8)Artinya, Kami akan memudahkan kamu untuk mengerjakan perbuatan dan ucapan yang baik, dan Kami akan mensyariatkan

kepadamu suatu hukum yang mudah, penuh toleransi, lurus, lagi adil, tidak ada kebengkokan padanya dan tidak ada beban dan tidak pula kesulitan. Firman Allah Swt.:


{فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَى}


oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat. (Al-A'la: 9) Yakni berikanlah peringatan bilamana peringatan itu bermanfaat. Maka dari sini disimpulkan etika dalam menyebarkan ilmu,

yaitu hendaknya tidak diberikan bukan kepada ahlinya (tidak berminat kepadanya), sebagaimana yang dikatakan oleh Amirul Mu’minin Ali r.a., "Tidak sekali-kali engkau menceritakan suatu hadis kepada

suatu kaum yang akal mereka masih belum dapat mencernanya, melainkan hal itu akan menjadi fitnah bagi kalangan sebagian dari mereka." Ali r.a. telah berkata pula,

"Berbicaralah kepada orang-orang lain sesuai dengan jangkauan pengetahuan mereka, maukah kamu bila Allah dan Rasul-Nya didustakan." Firman Allah Swt.:


{سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَى}


orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran. (Al-A'la: 10) Yaitu yang mau menerima sebagai pelajaran dari apa yang engkau sampaikan, hai Muhammad, adalah orang yang hatinya takut kepada Allah dan meyakini bahwa dia pasti akan menghadap dan berdua dengan-Nya.


{وَيَتَجَنَّبُهَا الأشْقَى الَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَى ثُمَّ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلا يَحْيَا}


orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya. (Yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka). Kemudian dia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. (Al-A'la: 11-13) Yakni tidak dapat mati sehingga

ia terhenti dari siksaannya, dan tidak pula hidup dengan kehidupan yang memberi manfaat baginya. Bahkan kehidupannya itu merupakan penderitaan dan mudarat baginya,

karena dengan kehidupannya yang kekal ia selalu menderita pedihnya siksaan dan berbagai macam pembalasan yang ditimpakan kepadanya secara abadi dan kekal.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عَدِيٍّ، عَنْ سُلَيْمَانَ-يَعْنِي التَّيْمِيُّ-عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَّا أَهْلُ النَّارِ الَّذِينَ هُمْ أَهْلُهَا لَا يَمُوتُونَ وَلَا يَحْيَوْنَ، وَأَمَّا أُنَاسٌ يُرِيدُ اللَّهُ بِهِمُ الرَّحْمَةَ فَيُمِيتُهُمْ فِي النَّارِ فَيَدْخُلُ عَلَيْهِمُ الشُّفَعَاءُ فَيَأْخُذُ الرَّجُلُ أَنْصَارَهُ فَيُنْبِتَهُمْ-أَوْ قَالَ: يَنْبُتُونَ-فِي نَهَرِ الْحَيَاءِ-أَوْ قَالَ: الْحَيَاةِ-أَوْ قَالَ: الْحَيَوَانِ-أَوْ قَالَ: نَهَرِ الْجَنَّةِ فَيَنْبُتُونَ-نَبَاتَ الحبَّة فِي حَمِيلِ السَّيْلِ". قَالَ: وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَا تَرَوْنَ الشَّجَرَةَ تَكُونُ خَضْرَاءَ، ثُمَّ تَكُونُ صَفْرَاءَ أَوْ قَالَ: تَكُونُ صَفْرَاءَ ثُمَّ تَكُونُ خَضْرَاءَ؟ ". قَالَ: فَقَالَ بَعْضُهُمْ: كَأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ بِالْبَادِيَةِ


Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu 'Adiy dari Sulaiman yakni At-Tamimi dari Abu Nadrah dari Abu Sa'id yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

Adapun ahli neraka yang menjadi penghuni tetapnya, maka mereka tidak mati dan tidak (pula) hidup. Dan orang-orang yang dikehendaki oleh Allah mendapatkan rahmat (Nya) maka Allah mematikan mereka di dalam neraka,

dan orang-orang yang telah diberi izin untuk memberi syafaat masuk menemui mereka, kemudian seseorang dari para pemberi syafaat itu mengambil segolongan besar manusia lalu dia menumbuhkan mereka dengan

memasukkan mereka ke dalam sungai kehidupan, atau ke dalam sungai yang ada di dalam surga, hingga mereka tumbuh (hidup) kembali sebagaimana biji-bijian yang dibawa oleh banjir tumbuh (di tepian sungai).

Dan perawi melanjutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda pula: Pernahkah kalian melihat proses tumbuhnya pohon, pada awal mulanya hijau, kemudian menguning, kemudian hijau kembali?

Perawi melanjutkan, bahwa sebagian di antara mereka mengatakan bahwa Nabi Saw. menceritakan demikian seakan-akan beliau Saw. pernah berada di daerah pedalaman.


قَالَ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ يَزِيدَ، عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَّا أَهْلُ النَّارِ الَّذِينَ هُمْ أَهْلُهَا، فَإِنَّهُمْ لَا يَمُوتُونَ فِيهَا وَلَا يَحْيَوْنَ، وَلَكِنْ أُنَاسٌ-أَوْ كَمَا قَالَ-تُصِيبُهُمُ النَّارُ بِذُنُوبِهِمْ-أَوْ قَالَ: بِخَطَايَاهُمْ-فَيُمِيتُهُمْ إِمَاتَةً، حَتَّى إِذَا صَارُوا فَحْمًا أُذِنَ فِي الشَّفَاعَةِ، فَجِيءَ بِهِمْ ضَبَائِرَ ضَبَائِرَ، فَنَبَتُوا عَلَى أَنْهَارِ الْجَنَّةِ، فَيُقَالُ: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ، اقْبِضُوا عَلَيْهِمْ. فَيَنْبُتُونَ نَبَاتَ الْحَبَّةِ تَكُونُ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ". قَالَ: فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ حِينَئِذٍ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ بِالْبَادِيَةِ.


Imam Ahmad mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Yazid dari Abu Nadrah dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a. yang telah mengatakan, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

Adapun ahli neraka yang menjadi penghuni tetapnya maka sesungguhnya mereka tidak mati di dalamnya dan tidak pula hidup. Berbeda halnya dengan orang-orang yang dikenai oleh api neraka karena dosa-dosa atau karena

kesalahan-kesalahan mereka; maka Allah mematikan mereka dengan sebenarnya, hingga manakala mereka telah berubah menjadi arang, diberilah izin untuk mendapatkan syafaat. Kemudian didatangkanlah mereka

serombongan demi serombongan, lain dimasukkanlah mereka ke dalam sungai-sungai yang ada di dalam surga. Kemudian dikatakan, "Hai ahli surga, sambutlah mereka!", maka mereka tumbuh (hidup) kembali

sebagaimana biji-bijian yang dibawa oleh arus banjir tumbuh. Perawi melanjutkan bahwa seorang lelaki dari kalangan kaum yang hadir saat itu mengatakan, bahwa seakan-akan Rasulullah Saw. pernah tinggal di daerah pedalaman.

Imam Muslim meriwayatkan hadis ini melalui hadis Bisyr ibnul Mufaddal dan Syu'bah, yang keduanya dari Abu Salamah alias Sa'id ibnu Yazid dengan teks yang semisal.


رَوَاهُ أَحْمَدُ أَيْضًا عَنْ يَزِيدَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ إِيَاسٍ الْجُرَيْرِيُّ، عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ أَهْلَ النَّارِ الَّذِينَ لَا يُرِيدُ اللَّهُ إِخْرَاجَهُمْ لَا يَمُوتُونَ فِيهَا وَلَا يَحْيَوْنَ، وَإِنَّ أَهْلَ النَّارِ الَّذِينَ يُرِيدُ اللَّهُ إِخْرَاجَهُمْ يُمِيتُهُمْ فِيهَا إِمَاتَةً، حَتَّى يَصِيرُوا فَحْمًا، ثُمَّ يَخْرُجُونَ ضَبَائِرَ فَيُلْقَوْنَ عَلَى أَنْهَارِ الْجَنَّةِ، أَوْ: يُرَشُّ عَلَيْهِمْ مِنْ أَنْهَارِ الْجَنَّةِ فَيَنْبُتُونَ كَمَا تَنْبُتُ الحبَّة فِي حَمِيلِ السَّيْلِ"


Imam Ahmad telah meriwayatkan pula melalui Yazid dari Sa'id ibnu Iyas Al-Jariri dari AbuNadrah dari Abu Sa'id dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya ahli neraka yang tidak akan dikeluarkan oleh Allah,

mereka tidak mati di dalamnya dan tidak pula hidup. Dan sesungguhnya ahli neraka yang dikehendaki oleh Allah untuk dikeluarkan, maka Allah mematikan mereka dengan sebenarnya hingga tubuh mereka hangus menjadi arang.

Kemudian dikeluarkanlah mereka (dari neraka) rombongan demi rombongan, lalu dilemparkan ke dalam sungai surga dan mereka disirami dengan air dari sungai surga, maka mereka tumbuh (hidup)

kembali bagaikan biji-bijian yang dibawa arus banjir tumbuh. Dan sesungguhnya Allah Swt. telah memberitakan perihal ahli neraka melalui firman-Nya:


وَنادَوْا يَا مالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنا رَبُّكَ قالَ إِنَّكُمْ ماكِثُونَ


Mereka berseru, "Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja." Dia menjawab, "Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).” Az-Zukhruf: 77) Dan firman Allah Swt.:


لَا يُقْضى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذابِها


Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. (Fathir: 36) Dan masih ada lagi ayat-ayat lain yang semakna dengan ini.

Surat Al-Ala |87:2|

الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّىٰ

allażii kholaqo fa sawwaa

yang menciptakan, lalu menyempurnakan (penciptaan-Nya),

Who created and proportioned

Tafsir
Jalalain

(Yang menciptakan lalu menyempurnakan) ciptaan-Nya, yakni Dia menjadikan makhluk-Nya itu seimbang semua bagian-bagiannya dan tidak pincang atau berbeda-beda.

Alazhar

"Yang telah menciptakan" (pangkal ayat 2).Khalaqa: berarti telah menciptakan daripada tidak ada kepada ada.

Dan yang sanggup berbuat demikian hanyalah Allah sahaja. Setinggi-tinggi kekuatan kita makhluk ini hanyalah sehingga Ja'ala,

yaitu menukar dari barang yang telah ada kepada bentuk lain. Misalnya kayu di hutan kita jadikan kursi,

buat alas kursi kita ambil rotan yang tumbuh di hutan. Namun bahan asli adalah dari Allah sebagai ciptaan-Nya.

Maka segala perbuatan manusia di dalam alam ini tidaklah ada cipta, yang ada hanyalah mempergunakan bahan yang telah ada buat merobah bentuk.

Dan merobah bentuk itu pun sangat terbatas sekali. Kita tidak sanggup merobah bentuk darah jadi mani,

mani jadi manusia! Sebab itu disamping Khalaqa, Tuhan Allah pun Ja'ala."Lalu membentuk dengan seimbang." (ujung ayat 2).

Membentuk dengan seimbang inilah satu "arsitectur" dari Allah Yang Maha Tinggi sekali. Itu boleh kita perhatikan kepada padai atau gandum yang tumbuh di sawah. Kalau menurut ilmu ukur,

adalah satu hal yang sangat sulit batang padi yang halus itu dapat berdiri dengan megahnya mendukung buah padi yang mulai masak.

Di sana pasti terdapat suatu perseimbangan, yang menyebabkan dia tidak rebah. Rebahnya hanya kalau anging sangat keras dan deras.

Maka pada diri manusia pun terlihat perseimbangan itu. Dari kening permulaan tumbuh rambut sampai bibir adalah sejengkal,

dan sejengkal itu adalah ukuran dari tumit sampai ke pangkal empu jari kaki. Pas dari pinggul sebelah muka sampai ke lutut,

panjangnya ialah sehasta. Oleh sebab itu dapat diketahui berapa tinggi seseorang dengan hanya melihat jejak kakinya.

Maka badan manusia itu adalah sawwaa: artinya diperseimbangkan oleh Tuhan. Perseimbangan itu akan kita lihat pada alam sekeliling kita,

sejak dari mikrokosmos (alam kecil) sampai kepada makrokosmos (alam besar); sejak dari molokul sangat kecil sampai kepada cakrawala yang besar.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ala | 87 : 2 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Ala |87:3|

وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَىٰ

wallażii qoddaro fa hadaa

yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk,

And who destined and [then] guided

Tafsir
Jalalain

(Dan Yang menentukan) apa yang dikehendaki-Nya (dan Yang memberi petunjuk) kepada apa yang telah ditentukan-Nya berupa amal kebaikan dan amal keburukan.

Alazhar

"Dan yang telah mengatur." (pangkal ayat 3). Kita artikan mengatur kalimat qaddara. Fill mudhari'nya ialah yuqaddiru dan mashdarnya ialah taqdiiran. Dia telah menjadi rukun (tiang) Iman kita yang keenam.

Kita wajib percaya bahwa samasekali ini diatur oleh Allah. Mustahil setelah alam Dia jadikan, lalu ditinggalkannya kalau tidak teratur.

Selain daripada takdir Allah pada alam semesta, kita pun mempercayai pula takdir Allah pada masing-masing diri peribadi kita.

Kita ini hidup tidaklah dapat melepaskan diri daripada rangka takdir itu. Dan ada takdir yang dapat kita kaji, kita analisa dan ada takdir yang tersembunyi dari pengetahuan kita.

Misalnya tidak bisa kita menyangka ketika kita turun dari rumah akan ada bahaya. Lalu kita menyeberangi suatu sungai.

Tiba-tiba sedang kita di tengah-tengah sungai itu datang air bah, kita pun hanyut, karena takdir Allah ada air bah.

Tetapi kita ditakdirkan sampai di tepi seberang dengan selamat, karena kita pandai berenang dan mengetahui jika air bah jangan menyongsong,

tetapi turuti derasnya air dan ansur kemudikan diri ke tepi. Semuanya itu takdir. "Lalu Dia memberi petunjuk." (ujung ayat 3). Maka tidaklah kita dibiarkan berjalan saja di muka ini dengan hanya semata-mata

anugerah perseimbangan dan peraturan Ilahi atas alam. Di samping itu diri kita sendiri pun diberi petunjuk.

Petunjuk itu diberikan dari dua jurusan. Pertama dari jurusan bakat persediaan dalam diri;

itulah akal. Kedua ialah petunjuk yang dikirimkan dengan perantaran para Nabi dan para Rasul.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ala | 87 : 3 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Ala |87:4|

وَالَّذِي أَخْرَجَ الْمَرْعَىٰ

wallażiii akhrojal-mar'aa

dan yang menumbuhkan rerumputan,

And who brings out the pasture

Tafsir
Jalalain

(Dan Yang mengeluarkan rumput-rumputan) atau Yang menumbuhkan rumput-rumputan.

Alazhar

"Dan yang telah mengeluarkan rumput-rumput pengembalaan." (ayat 4). Dengan ayat ini diisyaratkan kepada kita bahwa untuk persediaan hidup kita manusia ini,

selalulah ada pertalian dengan makhluk lain, yaitu binatang ternak. Terutama di Tanah Arab tempat mula ayat ini diturunkan.

Kehidupan Badwi yang berpindah-pindah adalah sambil menghalau untanya, kambing ternaknya, termasuk juga sapi.

Yang mereka cari ialah tanah yang subur yang di sana tumbuh rumput untuk menggembalakan ternak mereka itu.

Asal makanan ternak itu subur terjamin, hidup mereka pun makmur. Segala yang dicita-citakan dapat dicari.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ala | 87 : 4 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Ala |87:5|

فَجَعَلَهُ غُثَاءً أَحْوَىٰ

fa ja'alahuu ghuṡaaa`an aḥwaa

lalu dijadikan-Nya (rumput-rumput) itu kering kehitam-hitaman.

And [then] makes it black stubble.

Tafsir
Jalalain

(Lalu dijadikan-Nya) sesudah rumput-rumputan itu hijau (kering) yaitu menjadi layu dan kering (kehitam-hitaman) kehitam-hitaman karena kering.

Alazhar

"Lalu kemudiannya menjadikannya kering kehitaman." (ayat 5). Artinya bahwa pergantian musim pun mempengaruhi tumbuh dan suburnya rumput-rumput di tanah penggembalaan itu.

Dan kalau rumput di satu tempat telah kering kehitaman, mereka pun akan mencari padang rumput yang lain, dan selalu ada. Sampai mereka pun menetaplah membuat negeri.

Dapatlah disimpulkan bahwasanya ayat 1 adalah anjuran ataupun perintah kepada ummat yang beriman,

di bawah pimpinan Rasul SAW supaya selalu mengucapkan puji suci kepada Allah.Bersihkan anggapan kepada Allah daripada kepercayaan yang karut-marut,

mempersekutukan Allah dan berkata atas Allah dengan tidak ada ilmu. Sedang 4 ayat selanjutnya adalah membuktikan kekuasaan Allah itu, yang tiada bersekutu yang lain dengan Dia dalam segala perbuatan-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ala | 87 : 5 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Ala |87:6|

سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنْسَىٰ

sanuqri`uka fa laa tansaaa

Kami akan membacakan (Al-Qur´an) kepadamu (Muhammad) sehingga engkau tidak akan lupa,

We will make you recite, [O Muhammad], and you will not forget,

Tafsir
Jalalain

(Kami akan membacakan kepadamu) Alquran (maka kamu tidak akan lupa) apa yang kamu bacakan itu.

Alazhar

"Akan Kami jadikan engkau membaca." (pangkal ayat 6). Artinya diutus Allah Malaikat Jibril, selain dari membawakan wahyu,

ditugaskan lagi kepadanya mengajarkan membacanya kepada Nabi Muhammad SAW.

"Maka engkau tidaklah akan lupa." (ujung ayat 6). Artinya bahwa setelah diajarkan itu lekatlah selalu dalam ingatan beliau,

sehingga beliau tidak lupa lagi mana ayat-ayat yang telah turun itu. Az-Zamakhsyari menulis dalam tafsirnya: "Inilah satu berita gembira dari Allah kepada Rasul-Nya,

SAW yang menunjukkan mu’jizat yang tinggi. Datang Jibril membacakan kepadanya,

sampai dia ingat betul dan membacanya pula, sedang dia sendiri adalah ummi, tidak pandai menulis dan tidak pandai membaca;

dia pun hapal dan tidak lupa Malahan ketika ayat mula –mula turun diakuinya terus terang bahwa dia tidak pandai membaca.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ala | 87 : 6 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Ala |87:7|

إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَىٰ

illaa maa syaaa`alloh, innahuu ya'lamul-jahro wa maa yakhfaa

kecuali jika Allah menghendaki. Sungguh, Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi.

Except what Allah should will. Indeed, He knows what is declared and what is hidden.

Tafsir
Jalalain

(Kecuali kalau Allah menghendaki) kamu melupakannya karena bacaan dan hukumnya telah dinasakh. Sesungguhnya Nabi saw selalu mengeraskan suara bacaannya mengikuti bacaan malaikat Jibril karena takut lupa.

Seolah-olah dikatakan kepadanya, janganlah kamu tergesa-gesa membacanya, karena sesungguhnya kamu tidak akan lupa, karena itu janganlah kamu merepotkan dirimu dengan mengeraskan suaramu sewaktu kamu membacakannya.

(Sesungguhnya Dia) yakni Allah swt. (mengetahui yang terang) maksudnya perkataan dan perbuatan yang terang-terangan (dan yang tersembunyi) dari keduanya.

Alazhar

"Kecuali apa yang dikehendaki Allah." (pangkal ayat 7). Artinya, bahwa dengan kehendak Allah jua,

tidaklah mustahil kalau kadang-kadang ada yang terlupa baginya. Dan kelupaan yang kadang-kadang itu,

sebab beliau manusia, mesti ada padanya. Yang tidak pernah lupa sama-sekali hanya Allah sahaja. Nabi SAW pun bersabda:

"Tidak lain aku ini hanyalah manusia seperti kamu jua. Aku pun lupa sebagaimana kamu lupa. Maka bilamana aku kelupaan, peringatilah aku."(Riwayat Bukhari dan Muslim)

Disebut di pangkal ayat ini "kecuali apa yang dikehendaki Allah," untuk menjelaskan bahwa meskipun pada umumnya tidaklah ayat-ayat itu akan terlupa oleh beliau,

namun ingatan beliau tidak jugalah sebagai ingatan Allah. Tetapi kalau telah diingatkan yang lupa sedikit itu,

beliau ingat kembali semuanya dan beliau teruskan lagi membacanya. Dan itu bukanlah satu aib. "Sesungguhnya Dia mengetahui yang nyata dan apa yang tersembunyi." (ujung ayat 7).

Artinya: sesungguhnya hanya Dia saja, Allah, yang serba tahu. Dia tahu barang yang nyata, Dia ingat semuanya,

sebab Dia yang empunya. Dia yang menguasai. Dan yang tersembunyi dari penglihatan mata,

baik karena terlindung oleh sesuatu, atau tidak akan dapat dilihat buat selama-lamanya oleh kita manusia,

meskipun dia barang yang sedekat-dekatnya kepada kita, umpama otak benak kita sendiri, mata dan jantung kita sendiri, atau punggung kita, namun bagi Allah semuanya itu diketahui-Nya.

Tentu saja Rasul yang mana pun Nabi yang mana pun tidak mencapai martabat Tuhan sebab mereka semuanya adalah Hamba Tuhan, bukan bersekutu dengan Tuhan.

Sesungguhnya demikian pada ayat seterusnya,Allah memberikan janji jaminan Bagi Rasul-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ala | 87 : 7 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Ala |87:8|

وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَىٰ

wa nuyassiruka lil-yusroo

Dan Kami akan memudahkan bagimu ke jalan kemudahan (mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat),

And We will ease you toward ease.

Tafsir
Jalalain

(Dan Kami akan memudahkan kamu untuk menempuh jalan yang mudah) yakni syariat yang mudah, yaitu agama Islam.

Alazhar

"Dan akan Kami mudahkan engkau kepada jalan yang mudah." (ayat 8). Artinya jalan yang akan engkau tempuh ini tidak sukar dan agama ini pun tidaklah sukar.

Perintah yang terkandung di dalamnya tidaklah akan berat dipikul oleh ummat manusia, asal mereka percaya; iman.

Meskipun akan ada rintangan, namun rintangan itu kelak akan menambah yakinnya engkau akan kebenaran yang engkau bawa itu.

Maka segala perintah yang diperintahkan Tuhan mudah dikerjakan, sebab tidak ada perintah Allah yang tak dapat dipikul oleh manusia.

Tidak kuat sembahyang berdiri karena sakit, boleh dikerjakan dengan duduk. Tak kuat duduk boleh dikerjakan dengan tidur.

Tak ada air wudhu', boleh diganti dengan tayammum. Demikian juga perintah-perintah yang lain.

Bahkan naik haji hanya sekali saja yang wajib bagi barangsiapa yang sanggup ke sana dengan perongkosan dan kesihatan. Belum lengkap kesanggupan itu, belum wajib ke Makkah.

Demikian juga larangan. Segala yang berbahaya bagi diri, bagi agama, bagi keturunan, bagi hartabenda dan bagi keamanan bersama

dilarang oleh Tuhan, agar hidupmu peribadi atau hidupmu dalam masyarakat tetap dalam perseimbangan yang baik

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ala | 87 : 8 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Ala |87:9|

فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَىٰ

fa żakkir in nafa'atiż-żikroo

oleh sebab itu berikanlah peringatan, karena peringatan itu bermanfaat,

So remind, if the reminder should benefit;

Tafsir
Jalalain

(Oleh sebab itu berikanlah peringatan) dengan Alquran (karena peringatan itu bermanfaat) maksudnya memberikan peringatan dengan hal-hal yang telah disebutkan pada firman-Nya,

"Sayadzdzakkaru," sekalipun peringatan itu tidak bermanfaat bagi sebagian di antara mereka, tetapi peringatan itu pasti bermanfaat bagi sebagian yang lainnya.

Alazhar

"Maka beri peringatanlah." (pangkal ayat 9).Memberi peringatan adalah kewajiban yang ditugaskan kepada diri Nabi SAW.

Tetapi hendaklah ditilik ruang dan waktu, mungkin dan patutnya, supaya peringatan itu berhasil. Berilah peringatan: "Jika memberi manfaat peringatan itu." (ujung ayat 9).

Dengan ayat 9 ini bertemulah suatu kewajiban menyelidiki bagaimana agar peringatan itu ada manfaatnya. Jangan sebagai menumpah ke atas pasir saja, hilang tak berbekas.

Di dalam Surat 51, Adz-Dzariat ayat 55 tersebut:"Beri peringatanlah, karena sesungguhnya peringatan itu ada manfaatnya bagi orang-orang yang beriman."

Maka tidaklah memberi manfaat misalnya berpidato agama dan menyuruh manusia zuhud membenci dunia dalam gedung parlemen.

Atau berpidato lucu-lucuan di rumah orang kematian. Berpidato bersedih hati di perayaan perkawinan. Pidato membenci harta pada rakyat yang miskin. Dan lain-lain sebagainya.

Maka bukanlah memberi manfaat peringatan yang dilarang dalam ayat 9 ini, melainkan yang dilarang ialah pidato yang tidak ada manfaatnya, karena tidak tahu waktu dan tempatnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ala | 87 : 9 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Ala |87:10|

سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَىٰ

sayażżakkaru may yakhsyaa

orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran,

He who fears [Allah] will be reminded.

Tafsir
Jalalain

(Akan mendapat peringatan) dan pelajaran dari peringatan itu (orang yang takut) kepada Allah swt. sebagaimana yang disebutkan dalam ayat yang lain yaitu, firman-Nya,

"Maka beri peringatanlah dengan Alquran orang yang takut kepada ancaman-Ku." (Q.S. Qaaf, 45)

Alazhar

"Akan beringat-ingatlah orang yang takut." (ayat 10). Yaitu bahwa bagi orang yang telah tertanam di dalam dirinya rasa khasyyah,

takut kepada Allah, peringatan itu akan besarlah faedahnya. Sekepal akan dibumikannya, setitik akan dilautkannya, dipegangnya erat, di buhulnya mati. Dan sebaliknya bagi yang tidak takut kepada Tuhan:

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ala | 87 : 10 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Ala |87:11|

وَيَتَجَنَّبُهَا الْأَشْقَى

wa yatajannabuhal-asyqoo

dan orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya,

But the wretched one will avoid it -

Tafsir
Jalalain

(Akan menjauhinya) yakni peringatan itu akan ditinggalkan dan diabaikan begitu saja (orang yang celaka) yakni orang yang kafir.

Alazhar

"Dan akan menjauhlah daripadanya orang yang celaka." (ayat 11). Siapakah orang celaka itu?Yaitu orang

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ala | 87 : 11 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Ala |87:12|

الَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَىٰ

allażii yashlan-naarol-kubroo

(yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka),

[He] who will [enter and] burn in the greatest Fire,

Tafsir
Jalalain

(Yaitu orang yang akan memasuki api yang besar) yaitu api neraka; dan api dunia dinamakan api kecil.

Alazhar

"Yang menyala-nyalakan api yang besar." (ayat 12). Artinya bahwa di dalam hidupnya ini tidak ada usahanya hendak mendekati syurga,

dengan takut kepada Tuhan, dengan Iman dan Amal yang shalih. Telinganya ditutupnya daripada mendengarkan peringatan yang benar

. Dia asyik memperturutkan hawa nafsunya. Sebab itu maka sejak kini dia telah mulai menyalakan api neraka yang besar buat membakar dirinya sendiri.

Bertambah dia membikin dosa, bertambah dia menyalakan api. Dia tidak mau melaksanakan perintah Ilahi yang telah menciptakannya,

yang telah membuat perseimbangan dalam dirinya, yang telah mengatur hidupnya dan memberikan petunjuk kepadanya.

Dia tutup telinganya daripada mendengarkan itu semuanya, lalu yang dikerjakannya ialah apa yang dilarang.

Merusak peribadi sendiri dengan memakan dan meminum yang haram, tidak sembahyang, tidak puasa, tidak berzakat.

Tidak berniat menolong sesamanya manusia yang melarat dan dosa-dosa lain, sehingga putus tali hubungan batinnya dengan Tuhan dan dengan manusia dengan dirinya sendiri.

Dinyalakannya api neraka itu dari sekarang. Dan ke sanalah dia akan pergi kelak di akhirat. Karena jalan yang ditujunya memang ke sana sejak semula hidup.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ala | 87 : 12 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Ala |87:13|

ثُمَّ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَىٰ

ṡumma laa yamuutu fiihaa wa laa yaḥyaa

selanjutnya dia di sana tidak mati dan tidak (pula) hidup.

Neither dying therein nor living.

Tafsir
Jalalain

(Kemudian dia tidak mati di dalamnya) hingga ia dapat beristirahat (dan tidak pula hidup) dengan kehidupan yang menyenangkan.

Alazhar

"Maka tidaklah mereka akan mati di dalamnya dan tidak pula akan hidup." (ayat 13). Meranalah dia di dalam neraka itu. Tidak akan mati, sebab mati hanya sekali saja, yaitu ketika hari perpindahan daripada Alam Fana,

Dunia kepada Alam Khulud Akhirat. Padahal di dunia ini banyaklah orang yang mati terlepas dari sengsara karena sakit telah sampai di puncak.

Terlalu sakit orang pun mati. Terlalu panas, mati. Terlalu dingin, mati. Terlalu susah, mati.

Malahan ada orang yang ingin saja lekas mati, karena derita itu rasanya tidak terpikul lagi.

Dalam neraka itu tidaklah akan dapat terlepas dari sengsara azab dengan mati. Karena mati tidak ada di sana.

Dan tidak pula dapat hidup. Karena hidup berarti di akhirat itu ialah di dalam syurga Jannatun Na’im dengan segala nikmat yang telah disediakan Allah bagi hamba-Nya.

Maka adalah satu pepatah Melayu terkenal yang dapat sedikit menggambarkan penderitaan di neraka itu: "hidup segan, mati tak mau."

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ala | 87 : 13 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Ala |87:14|

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّىٰ

qod aflaḥa man tazakkaa

Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri (dengan beriman),

He has certainly succeeded who purifies himself

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya beruntunglah) atau mendapat keberuntungan (orang yang membersihkan diri) dengan cara beriman.

Alazhar

"Sungguh, beroleh kemenanganlah siapa yang mensucikan."(ayat 14). Artinya, menanglah di dalam perjuangan hidup ini barangsiapa yang selalu mensucikan atau memberishkan dirinya daripada maksiat dan dosa,

baik dosa kepada Allah dengan mempersekutukan Allah dengan yang lain, atau dosa kepada sesama manusia dengan menganiaya atau merampok hak orang lain,

atau kepada diri sendiri memendam rasa dendam dan dengki kepada sesamanya manusia. Maka kalau seseorang dapat berusaha mengendalikan dirinya, akan terlepaslah dia daripada kekotoran. Terutama kekotoran jiwa.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ala | 87 : 14 |

Tafsir ayat 14-19

Firman Allah Swt.:


{قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى}


Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman). (Al-A’la: 14) Yakni menyucikan dirinya dari akhlak-akhlak yang rendah dan mengikuti apa yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada Rasul-Nya, semoga salawat dan salam terlimpahkan kepadanya. Firman Allah Swt.:


{وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى}


dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia salat. (Al-A'la: 15)Yakni dia mendirikan salat tepat pada waktunya masing-masing karena mengharapkan rida Allah

dan taat kepada perintah-Nya serta merealisasikan syariat-Nya. Sehubungan dengan hal ini Al-Hafizh Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan bahwa:


حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ أَحْمَدَ الْعَرْزَمِيُّ، حَدَّثَنَا عَمِّي مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَطَاءُ بْنُ السَّائِبِ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَابِطٍ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى} قَالَ: "مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَخَلَعَ الْأَنْدَادَ، وَشَهِدَ أَنِّي رَسُولُ اللَّهِ"، {وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى} قَالَ: "هِيَ الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْمُحَافَظَةُ عَلَيْهَا وَالِاهْتِمَامُ بِهَا"


telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu Ahmad Al-Azrami, telah menceritakan kepada kami pamanku Muhammad ibnu Abdur Rahman dari ayahnya dari Ata ibnus Sa’ib dari Abdur Rahman ibnu Sabit dari

Jabir ibnu Abdullah dari Nabi Saw. sehubungan dengan firman-Nya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman). (Al-A'la: 14) Rasulullah Saw. bersabda: Barang siapa yang mengakui bahwa

tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan tidak mengakui adanya sekutu-sekutu (bagi-Nya) dan mengakui bahwa diriku adalah utusan Allah (itulah makna yang dimaksud oleh ayat). dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia salat.

(Al-A'la: 15) Rasulullah Saw. bersabda: yakni mengerjakan salat lima waktu dan memeliharanya serta memperhatikannya. Perawi mengatakan bahwa tiada yang diriwayatkan melalui Jabir kecuali melalui jalur ini.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan salat di sini adalah salat lima waktu. Demikianlah menurut pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Ibnu Jarir mengatakan bahwa telah menceritakan kepadanya

Amr ibnu Abdul Hamid Al-Aili, telah menceritakan kepada mereka Marwan ibnu Mu'awiyah dari Abu Khaldah yang telah mengatakan, bahwa ia masuk menemui Abul Aliyah, lalu Abul Aliyah mengatakan kepadanya.”Jika besok hari

kamu berangkat menuju ke salat hari raya maka mampirlah kepadaku." Kemudian aku (perawi) mampir kepadanya dan ia berkata, "Apakah engkau telah makan sesuatu?." Aku menjawab, "Ya." Ia berkata,

"Kalau begitu aku akan menyajikan air minum kepadamu". Aku menjawab, 'Baiklah." Lalu ia berkata, "Ceritakanlah kepadaku apa yang telah engkau lakukan terhadap zakatmu." Aku menjawab, "Aku telah menyalurkannya

"Ia berkata, "Sesungguhnya aku bermaksud menanyakan hal berikut kepadamu," kemudian ia membaca firman-Nya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia salat.

(Al-A'la: 14-15) Dan ia mengatakan, "Sesungguhnya penduduk Madinah memandang bahwa tiada sedekah yang lebih baik daripada mengerjakan salat dan memberi minum." Dan sesungguhnya kami telah meriwayatkan dari Amirul Mu’minin

Umar ibnu Abdul Aziz, bahwa dia selalu menganjurkan orang-orang untuk mengeluarkan zakat fitrah dan membaca firman-Nya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri , (dengan beriman),

dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia salat. (Al-A'la: 14-15) Abul Ahwas' mengatakan bahwa apabila seseorang di antara kamu kedatangan seseorang yang meminta-minta sedangkan dia hendak menunaikan salat,

hendaklah dia mendahulukan zakatnya sebelum mengerjakan salatnya, karena sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman: Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat

nama Tuhannya, lalu dia salat. (Al-A'la: 14-15) Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini: Sesungguhnya beruntunglah orang yang memberslhkan diri (dengan beriman),

dan dia ingat nama Tuhannya lalu dia salat. (Al-A'la: 14-15) Yakni menzakati harta bendanya dan membuat rida Penciptanya. Kemudian Allah Swt. berfirman:


{بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا}


Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi, (Al-A'la: 16) Yakni kamu lebih mendahulukan kepentingan duniawi daripada kepentingan akhirat, dan kamu memandangnya sebagai tujuanmu karena di dalamnya terkandung kemanfaatan dan kemaslahatan kehidupanmu.


{وَالآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى}


Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (Al-A'la: 17) Yakni pahala Allah di negeri akhirat lebih baik dan lebih kekal daripada kesenangan dunia.

Karena sesungguhnya dunia itu pasti akan fana dalam waktu yang singkat, sedangkan kehidupan akhirat mulia lagi kekal. Maka bagaimana orang yang berakal bisa lebih memilih hal yang fana

atas hal yang kekal, dan lebih mementingkan hal yang cepat lenyapnya serta berpaling dari memperhatikan negeri yang kekal dan pahala yang kekal di akhirat.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا ذُوَيد، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ عُرْوَة، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الدُّنْيَا دَارُ مَنْ لَا دارَ لَهُ، وَمَالُ مَنْ لَا مَالَ لَهُ، وَلَهَا يَجْمَعُ مَنْ لَا عَقْلَ لَهُ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Duraid, dari Abu Ishaq, dari Urwah, dari Aisyah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

Dunia ini adalah rumah bagi orang yang tidak mempunyai rumah, dan harta bagi orang yang tidak mempunyai harta, dan karena untuk dunialah orang yang tidak berakal menghimpun hartanya. Ibnu Jarir mengatakan,

telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Wadih, telah menceritakan kepada kami Abu Hamzah, dari Ata, dari Urfujah As-Saqafi yang telah mengatakan bahwa ia belajar

mengenai firman Allah Swt. di bawah ini dari Ibnu Mas'ud. Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) ketika bacaannya sampai pada firman-Nya: Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. (Al-A'la: 16)

Maka Ibnu Mas'ud meninggalkan bacaannya, lalu menghadap kepada murid-muridnya dan berkata, "Kita lebih memilih dunia daripada akhirat." Kaum yang hadir terdiam, dan Ibnu Mas'ud kembali berkata,

"Kita telah memilih dunia, karena kita melihat perhiasannya, wanita-wanitanya, makanan dan minumannya sedangkan kepentingan akhirat kita dikesampingkan. Maka berarti kita memilih kehidupan yang segera ini

dan kita tinggalkan kehidupan akhirat kita." Hal ini yang keluar dari Ibnu Mas'ud r.a. merupakan ungkapan tawadu' (rendah diri)nya, atau barangkali dia hanya mengungkapkan tentang jenis keduanya semata-mata; hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ الْهَاشِمِيُّ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ أَبِي عَمْرٍو، عَنِ الْمُطَّلِبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مِنْ أَحَبِّ دُنْيَاهُ أَضَرَّ بِآخِرَتِهِ، ومَن أَحَبَّ آخِرَتَهُ أَضَرَّ بِدُنْيَاهُ، فَآثِرُوا مَا يبقَى عَلَى مَا يَفْنَى"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Daud Al-Hasyimi, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ja'far, telah menceritakan kepadaku Amr ibnu Abu Amr, dari Al-Muttalib ibnu Abdullah, dari Abu Musa Al-Asy'ari,

bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang mencintai dunianya, berarti merugikan akhiratnya; dan barang siapa yang mencintai akhiratnya, berarti merugikan dunianya. Maka utamakanlah apa yang kekal di atas apa yang fana.

Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid. Imam Ahmad telah meriwayatkannya pula dari Abu Salamah Al-Khuza'i, dari Ad-Darawardi, dari Amr ibnu Abu Amr dengan lafaz dan sanad yang semisal. Firman Allah Swt.:


{إِنَّ هَذَا لَفِي الصُّحُفِ الأولَى صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى}


Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (Al-A'la: 18-19)


قَالَ الحافظ أبو بكر البزار: حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ، حَدَّثَنَا مُعتمر بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ عِكْرِمة، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: {إِنَّ هَذَا لَفِي الصُّحُفِ الأولَى صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى} قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كَانَ كُلُّ هَذَا-أَوْ: كَانَ هَذَا-فِي صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى"


Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Ma'mar ibnu Sulaiman, dari ayahnya, dari Ata ibnus Sa’ib, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang

mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman Allah Swt.: Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (Al-A'la: 18-19)

Maka Nabi Saw. bersabda: Adalah semuanya ini atau adalah hal ini terdapat di dalam kitab-kitab Ibrahim dan Musa. Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa ia tidak mengetahui

ada sanad yang lebih kuat dari Ata ibnus Sa’ib, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas selain sanad ini dan hadis lainnya yang diriwayatkan semisal dengan sanad ini.


قَالَ النَّسَائِيُّ: أَخْبَرَنَا زَكَرِيَّا بْنُ يَحْيَى، أَخْبَرَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ، حَدَّثَنَا الْمُعْتَمِرُ بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ {سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأعْلَى} قَالَ: كُلُّهَا فِي صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى، فَلَمَّا نَزَلَتْ: {وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّى} [النَّجْمِ:37] قَالَ: وفَّى {أَلا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى}


Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zakaria ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman, dari ayahnya, dari Ata ibnus Sa’ib,

dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu: Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Maka Nabi Saw. bersabda, bahwa semuanya itu terdapat di dalam

lembaran-lembaran Ibrahim dan Musa. Dan ketika firman-Nya diturunkan, yaitu: dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selain menyempurnakan janji. (An-Najm: 37) Nabi Saw. bersabda, bahwa

Ibrahim telah menyempurnakan janji. (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. (An-Najm: 38) Ayat ini semakna dengan firman-Nya yang terdapat di dalam surat An-Najm, yaitu:


أَمْ لَمْ يُنَبَّأْ بِما فِي صُحُفِ مُوسى وَإِبْراهِيمَ الَّذِي وَفَّى أَلَّا تَزِرُ وازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرى وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسانِ إِلَّا مَا سَعى وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرى ثُمَّ يُجْزاهُ الْجَزاءَ الْأَوْفى وَأَنَّ إِلى رَبِّكَ الْمُنْتَهى


Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa? Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji? (Yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa

tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi

balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu). (An-Najm: 36-42)Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah menurut apa yang diriwayatkan oleh

Ibnu Jarir, dari Ibnu Humaid, dari Mahran, dari Sufyan As-Sauri, dari ayahnya, dari Ikrimah sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu. (yaitu) kitab-kitab

Ibrahim dan Musa. (Al-A'la: 18-19) Bahwa makna yang dimaksud ialah semua ayat yang terdapat di dalam surat Al-A'la. Abul Aliyah mengatakan bahwa kisah dalam surat ini terdapat di dalam lembaran-lembaran terdahulu.

Ibnu Jarir memilih pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud oleh firman-Nya, "Inna haza " (Sesungguhnya ini) ditujukan kepada firman-Nya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri

(dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia salat. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (Al-A'la: 14-17)

Kemudian Allah Swt. berfirman: Sesungguhnya ini. (Al-A'la: 18) Yakni kandungan makna ayat-ayat sebelumnya itu. benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (Al-A'la: 18-19)

Apa yang dipilih oleh Ibnu Jarir ini baik lagi kuat. Telah diriwayatkan juga hal yang semisal dari Qatadah dan Ibnu Zaid. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Surat Al-Ala |87:15|

وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّىٰ

wa żakarosma robbihii fa shollaa

Dan mengingat nama Tuhannya, lalu dia sholat.

And mentions the name of his Lord and prays.

Tafsir
Jalalain

(Dan dia ingat nama Rabbnya) seraya mengagungkan-Nya (lalu dia sholat) maksudnya, mengerjakan sholat lima waktu, hal ini merupakan perkara akhirat; akan tetapi orang-orang kafir Mekah berpaling daripadanya.

Alazhar

"Dan yang ingat akan nama Tuhannya, lalu dia sembahyang." (ayat 15). Usaha mensucikan diri sebagai tersebut di ayat 14 itu,

tidaklah akan berhasil kalau tidak selalu mengingat Tuhan. Melakukan zikir, selalu ingat kepada Allah adalah kendali yang sebaik-baiknya atas diri.

Karena kita menanamkan rasa dalam diri bahwa Tuhan selalu ada dekat kita dan ingat kepada Allah itu disertai pula dengan mengerjakan sembahyang lima waktu,

termasuk di dalamnya doa dan munajat, yaitu menyeru kepada Tuhan selalu, memohonkan bimbingan-Nya.Dan sembahyang itu sendiri pun adalah termasuk zikir juga.

Di dalam Surat 8, An-Anfal ayat 2 dijelaskan faedah zikir bagi orang yang beriman: yaitu bahwa hatinya akan bertambah lembut dan patuh kepada Tuhan. Di dalam Surat 20, Thaha, disuruh mendirikan sembahyang agar selalu ingat (zikir) kepada Allah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ala | 87 : 15 |

penjelasan ada di ayat 14

Surat Al-Ala |87:16|

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا

bal tu`ṡiruunal-ḥayaatad-dun-yaa

Sedangkan kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia,

But you prefer the worldly life,

Tafsir
Jalalain

(Tetapi kamu sekalian lebih memilih) dapat dibaca Tu'tsiruuna dan Yu'tsiruuna (kehidupan duniawi) daripada kehidupan ukhrawi.

Alazhar

"Akan tetapi kamu lebih mementingkan hidup di dunia." (ayat 16). Akan tetapi sayang sekali, ada di antara kamu yang tidak memperdulikan seruan Tuhan agar mensucikan diri,

mengingat Allah dan melakukan sembahyang. Masih ada di antara kamu yang lebih mementingkan hidup di dunia ini saja,

tidak mengingat lanjutan hidup di hari akhirat. Sudah sendang tenteram saja hatinya di negeri dunia yang hanya tempat singgah sebentar ini:

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ala | 87 : 16 |

penjelasan ada di ayat 14

Surat Al-Ala |87:17|

وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ

wal-aakhirotu khoiruw wa abqoo

padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.

While the Hereafter is better and more enduring.

Tafsir
Jalalain

(Sedangkan kehidupan akhirat) yang di dalamnya terdapat surga (adalah lebih baik dan lebih kekal.)

Alazhar

"Dan Akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal."(ayat 17).Tidak mereka sadari bahwa perjalanan hidup ini masih ada lanjutan, yaitu hari akhirat.

Padahal untuk mencapai kebahagiaan di akhirat itu, di dunia inilah ditentukan. Dengan mengerjakan amal yang shalih,

dengan menanamkan jasa yang baik, dengan memupuk budi yang luhur. Maka apa yang ditanam di dunia ini, di akhiratlah masa mengetamnya. Di situlah kelak nikmat yang tidak putus-putus.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ala | 87 : 17 |

penjelasan ada di ayat 14

Surat Al-Ala |87:18|

إِنَّ هَٰذَا لَفِي الصُّحُفِ الْأُولَىٰ

inna haażaa lafish-shuḥufil-uulaa

Sesungguhnya ini terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu,

Indeed, this is in the former scriptures,

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya ini) maksudnya keberuntungan orang-orang yang membersihkan dirinya dengan beriman dan bahwa kehidupan akhirat itu lebih baik (benar-benar terdapat dalam kitab-kitab terdahulu) yang diturunkan sebelum Alquran.

Alazhar

"Sesungguhnya ini" (pangkal ayat 18). Yaitu nasihat-nasihat dan peringatan yang telah dimulai pada ayat 14 tadi,

bahwa yang menang dalam hidup ialah orang yang selalu berusaha mensucikan atau membersihkan jiwa,

bukanlah dia semata-mata pengajaran yang timbul sejak Nabi Muhammad SAW dan bukan wahyu dalam Al-Qur'an saja.

Ajaran ini: "Telah ada di dalam shuhuf yang dulu-dulu." (ujung ayat 18).

Sebagaimana telah kita ketahui, wahyu yang diturunkan kepada Nabi-nabi itu ada saja catatannya. Catatan ini dinamai shuhuf,

kertas yang digulung, lalu dikembangkan ketika membacanya. Maka macam-macamlah shuhuf itu. Yang lebih tebal dinamai Kitab atau Zabur dan yang terpecah-pecah dinamai shuhuf.

Al-Qur'an sendiri setelah dikumpul jadi satu Surat-surat yang 114, ada yang panjang dan ada yang amat pendek, dinamailah dia mushaf.

Tersebutlah di dalam ayat ini bahwa pengajaran ini bukanlah pengajaran sekarang saja. Dia telah tua. Dia telah tersebut juga dalam shuhuf yang dulu-dulu. Terutama.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ala | 87 : 18 |

penjelasan ada di ayat 14

Surat Al-Ala |87:19|

صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ

shuḥufi ibroohiima wa muusaa

(yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa.

The scriptures of Abraham and Moses.

Tafsir
Jalalain

(Yaitu Kitab-kitab Ibrahim dan Musa) sepuluh shuhuf bagi Nabi Ibrahim, dan satu shuhuf bagi Nabi Musa, yaitu kitab Taurat.

Alazhar

"(Yaitu) Shuhuf Ibrahim dan Musa." (ayat 19).Samalah kiranya ajaran yang diberikan kepada ummat manusia ini dari zaman ke zaman.

Supaya kiranya manusia berusaha selalu membersihkan dari dosa, atau menyadari diri agar jangan sampai bergelimang dosa. Karena telah pun tersebut dalam Surat 26, Asy-Syu'ara', ayat 88 dan 89,

bahwa pada hari itu kelak tidaklah bermanfaat harta yang disimpan dan tidak pula anak-anak dan keturunan.

Kecuali barangsiapa yang datang menghadap kepada Allah dengan hati yang bersih.KELEBIHAN SURAT INI Menurut sebuah Hadis yang dirawikan oleh Muslim dari Nu'man bin Basyir,

adalah menjadi kebiasaan Rasulullah SAW mengambil Surat Sabbihisma Rabbikal A'laa dan Hal Ataaka Hadiitsul Ghaasyiyah untuk bacaan sembahyang Jum'at dan pada dua hari raya.

Dan kadang-kadang berkumpul dalam satu hari, Jum'at dan Hari Raya; beliau baca jua kedua Surat ini di kedua sembahyang itu.

Menurut riwayat Aisyah pula, beliau SAW membaca Surat ini dalam sembahyang witir di rakaat pertama, Qul Yaa Ayyuhal Kaafiruuna di rakaat kedua dan Qul Huwallaahu Ahad dan dua Qul A'uudzu di rakaat ketiga (terakhir).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Ala | 87 : 19 |

penjelasan ada di ayat 14

Surat Al-Gasyiyah |88:1|

هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ

hal ataaka ḥadiiṡul-ghoosyiyah

Sudahkah sampai kepadamu berita tentang (hari Kiamat)?

Has there reached you the report of the Overwhelming [event]?

Tafsir
Jalalain

(Apakah) telah (datang kepadamu berita hari kiamat) hari kiamat dinamakan hari yang menutupi karena pada hari itu semua makhluk diselimuti oleh kengerian-kengeriannya.

Alazhar

Surat ini akan menerangkan lagi darihal heru-beru hari kiamat. Ayatnya yang pertama bersifat sebagai pertanyaan,

untuk menambah keyakinan dan perhatian: "Sudahkah datang kepada engkau berita kejadian yang ngeri itu?" (ayat 1).

Yang dimaksuda dengan Al-Ghasyiyah sebagai nama Surat dan tertulis pada ayat pertama ini ialah betapa hebatnya hari kiamat itu kelak.

A. Hasan dengan Tafsir Al-Furqan mengartikannya dengan dahsyat. H. Zainuddin Hamidi dan Fakhruddin H.S.

memberinya arti yang menyelubungi; karena semua orang di hari itu akan diseluungi oleh rasa ketakutan

dan kengerian menunggu keputusan nasibnya. Penyusun tafsir ini memberinya arti yang mengerikan itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Gasyiyah | 88 : 1 |

Tafsir ayat 1-7

Al-Ghasyiyah salah satu nama lain dari hari kiamat —menurut Ibnu Abbas, Qatadah, dan Ibnu Zaid— karena hari kiamat menutupi semua manusia dan meliputi mereka semuanya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah

menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Iyasy, dari Abu Ishaq, dari Amr ibnu Maimun, bahwa Nabi Saw. melewati seorang wanita yang

sedang membaca firman-Nya: Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan? (Al-Ghasyiyah: 1) Maka beliau bangkit dan mendengarkannya serta menjawab: Benar, telah datang kepadaku (beritanya). Adapun firman Allah Swt.:


{وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ}


Banyak muka pada hari itu tunduk terhina. (Al-Ghasyiyah: 2) Yang dimaksud dengan khusuk di sini adalah terhina, menurut Qatadah. Juga dikatakan oleh Ibnu Abbas, bahwa wajah-wajah tersebut tunduk terhina karena amal perbuatannya tidak bermanfaat bagi dirinya. Firman Allah Swt.:


{عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ}


bekerja keras lagi kepayahan. (Al-Ghasyiyah: 3) Yakni mereka telah banyak melakukan kerja keras yang memayahkan diri mereka, tetapi pada akhirnya di hari kiamat mereka dimasukkan ke dalam neraka yang amat panas.

Al-Hafiz Abu Bakar Al-Barqani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Muhammad Al-Muzakki, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq As-Siraj, telah menceritakan kepada kami

Harun ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sayyar, telah menceritakan kepada kami Ja'far; ia pernah mendengar Abu Imran Al-Juni mengatakan bahwa Umar ibnul Khattab r.a. melewati sebuah gereja

Yang dihuni oleh seorang rahib, maka Umar memanggilnya, "Hai rahib!" Lalu si rahib muncul; maka Umar memandangnya dan menangis. Kemudian ditanyakan kepada Umar, "Mengapa engkau menangis, hai Amirul Mu’minin?"

Umar menjawab, bahwa ia teringat akan firman Allah Swt. yang mengatakan: bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas. (Al-Ghasyiyah: 3-4) Itulah yang menyebabkan aku menangis. Imam Bukhari mengatakan

bahwa Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: bekerja keras lagi kepayahan. (Al-Ghasyiyah: 3) Bahwa mereka adalah orang-orang Nasrani. Telah diriwayatkan dari Ikrimah dan As-Saddi,

bahwa makna yang dimaksud ialah bekerja keras di dunia melakukan perbuatan-perbuatan maksiat, dan kepayahan di dalam neraka karena azab dan siksaan yang membinasakan.Ibnu Abbas, Al-Hasan,

dan Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: memasuki api yang sangat panas (neraka). (Al-Ghasyiyah: 4) Artinya, yang panasnya tak terperikan.


{تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً}


diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas. (Al-Ghasyiyah: 5) yang panasnya tak terkira dan titik didihnya melebihi puncaknya sampai tingkatan yang tak terbatas; demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Al-Hasan, dan As-Saddi. Firman Allah Swt.:


{لَيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ إِلا مِنْ ضَرِيعٍ}


Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri. (Al-Ghasyiyah: 6)Ali ibnu abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa dari' artinya sebuah pohon dari api. Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa

dari" adalah nama lain dari Zaqqum (sebuah pohon yang ada di dalam neraka); tetapi menurut riwayat lain yang juga bersumber darinya, dari' adalah batu yang ada di dalam neraka. Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Abul Jauza, dan

Qatadah mengatakan bahwa dari' adalah sejenis pohon yang disebut syabraq. Qatadah mengatakan bahwa orang-orang Quraisy menamakannya syabraq bila musim semi, dan bila musim panas menamainya dari',

pohonnya banyak durinya. Ikrimah mengatakan bahwa dari' adalah sebuah pohon yang banyak durinya, yang tidak tinggi, melainkan menempel di tanah. Imam Bukhari mengatakan, Mujahid telah mengatakan bahwa dari'

adalah nama tumbuhan yang dikenal dengan nama lain syabraq, orang-orang Hijaz menamainya dari' bila kering, pohon ini mengandung racun.Ma'mar telah meriwayatkan dari Qatadah sehubungan dengan makna firman Allah Swt:

Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri. (Al-Ghasyiyah: 6) Yakni tumbuhan syabraq yang bila kering dinamakan dari'. Sa'id telah meriwayatkan dari Qatadah sehubungan dengan makna

firman-Nya: Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri. (Al-Ghasyiyah: 6) Ini merupakan makanan yang paling buruk, paling kotor, dan paling menjijikkan. Firman Allah Swt.:


{لَا يُسْمِنُ وَلا يُغْنِي مِنْ جُوعٍ}


yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar. (Al-Ghasyiyah: 7) Yaitu tidak dapat memenuhi tujuan dan tidak dapat pula menolak hal yang tidak diinginkan.

Surat Al-Gasyiyah |88:2|

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ

wujuuhuy yauma`iżin khoosyi'ah

Pada hari itu banyak wajah yang tertunduk terhina,

[Some] faces, that Day, will be humbled,

Tafsir
Jalalain

(Banyak muka pada hari itu) yang dimaksud dengan ungkapan lafal Wujuuh atau muka adalah orang-orangnya, demikian lafal yang sama sesudahnya nanti (tunduk) terhina.

Alazhar

Lalu diuraikanlah di ayat selanjutnya yang mengerikan itu:"Beberapa wajah di hari itu tunduk terhina." (ayat 2).

Wajah dari orang-orang yang telah merasa bersalah di masa hidupnya yang lampau.

Merasa sendiri betapa dahsyat, betapa hebat dan betapa ngeri ihwal yang akan dihadapinya.Muka waktu itu tak dapat diangkat, malahan tunduk merasa hina.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Gasyiyah | 88 : 2 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Gasyiyah |88:3|

عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ

'aamilatun naashibah

(karena) bekerja keras lagi kepayahan,

Working [hard] and exhausted.

Tafsir
Jalalain

(Pekerja keras lagi kepayahan) maksudnya dalam keadaan lelah dan payah karena diikat dengan rantai dan belenggu.

Alazhar

"Yang bekerja, yang berpayah lelah." (ayat 3).Menurut tafsir dari Al-Qasyani,setelah orang-orang itu dimasukkan ke dalam neraka, bekerja keraslah dia, berpayah lelah,

berusaha hendak gagai naik dari dalamnua. Hendak melepaskan diri karena sakitnya azab.

Namun usahanya itu hanya mendatangkan lelah saja, karena dia tidak akan dapat keluar, sebelum azab siksaannya selesai.

Atau bekerja keras siang dan malam karena dikerahkan, dipaksa dan dihantam oleh Malaikat Zabaniyah yang menjaga neraka itu.

Dan kata Al-Qasyani pula; boleh juga ditafsirkan bahwa orang-orang ini di kala hidupnya di dunia dahulu,

bekerja keras siang dan malam, berpayah lelah menghabiskan tenaga mengejar kemewahan dunia, mengumpul harta,

mengumpul kekayaan; namun faedah yang didapatnya untuk akhirta tidak ada samasekali."

Berapa banyak orang bekerja keras, berpayan lelah mempertahankan kedudukan,

kekayaan dan berbagai kemegahan dalam dunia. Padahal yang dikejar hanyalah suatu fatamorgana belaka.

Sehabis-habis tenaga ajal pun datang. Selain dari lapisan kain kafan tak ada yang dibawa pulang ke hadhrat Tuhan. Amal tak ada, jasa tak ada, bekal pun tidak.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Gasyiyah | 88 : 3 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Gasyiyah |88:4|

تَصْلَىٰ نَارًا حَامِيَةً

tashlaa naaron ḥaamiyah

mereka memasuki api yang sangat panas (neraka),

They will [enter to] burn in an intensely hot Fire.

Tafsir
Jalalain

(Memasuki) dapat dibaca Tashlaa dan Tushlaa, jika dibaca Tushlaa artinya dimasukkan ke dalam (api yang sangat panas.)

Alazhar

"Yang terbakar dalam api yang amat panas." (ayat 4).Apakah cuma hasil dari kerja keras berpayah lelah itu?

Apakah cuma hasil dari tenaga yang telah habis dan guna apa tenaga itu dihabiskan? Lain tidak hanyalah sebagai pepatah terkenal: "Diraut ranjau dihamburi

." Segala kerja keras berpenat berpayah lelah itu hanyalah menyalakan api neraka yang akan membakar diri.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Gasyiyah | 88 : 4 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Gasyiyah |88:5|

تُسْقَىٰ مِنْ عَيْنٍ آنِيَةٍ

tusqoo min 'ainin aaniyah

diberi minum dari sumber mata air yang sangat panas.

They will be given drink from a boiling spring.

Tafsir
Jalalain

(Diberi minum dari sumber yang sangat panas) atau dengan air yang sangat panas.

Alazhar

"Diberi minum dari mata-air yang menggelegak."(ayat 5).Di dalam dunia ini pun ada orang yang merasakan demikian itu.

"Nasi dimakan rasa sekam, air diminum rasa duri."Atau laksana orang meminum air laut, tambah diminum tambah haus.

Kepuasan tidak ada, haus tidak lepas. Sebab yang dicari bukan obat penawar, melainkan upas racun.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Gasyiyah | 88 : 5 |

penjelasan ada di ayat 1